9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vitamin C (Asam askorbat) Asam askorbat adalah vitamin yang dapat larut dalam air dan sangat penting untuk biosintesis kolagen, karnitin, dan berbagai neurotransmitter. Kebanyakan tumbuh- tumbuhan dan hewan dapat mensintesis asam askorbat untuk kebutuhannya sendiri. Akan tetapi manusia dan golongan primata lainnya tidak dapat mensintesa asam askorbat disebabkan karena tidak memiliki enzim gulunolactone oxidase, begitu juga dengan marmut dan kelelawar pemakan buah. Oleh sebab itu asam askorbat harus disuplai dari luar tubuh terutama dari buah, sayuran, atau tablet suplemen Vitamin C. Banyak keuntungan di bidang kesehatan yang didapat dari fungsi askorbat, seperti fungsinya sebagai antioksidan, anti atherogenik, immunomodulator dan mencegah flu (Naidu, 2003). Akan tetapi untuk dapat berfungsi dengan baik sebagai antioksidan, maka kadar asam askorbat ini harus terjaga agar tetap dalam kadar yang relatif tinggi di dalam tubuh (Yi li, 2007 dalam Siregar, 2009). Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif (Iswara, 2009). Antioksidan yang berupa mikronutrien dikenal tiga yang utama, yaitu : B- karoten, Vitamin C dan Vitamin E. B-caroten merupakan scavengers (pengumpul) oksigen tunggal, Vitamin C pemulung superoksida dan radikal bebas yang lain, sedangkan Vitamin E merupakan pemutus rantai peroksida lemak pada membran dan Universitas Sumatera Utara

asam askorbat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asam askorbat

Citation preview

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Vitamin C (Asam askorbat)

    Asam askorbat adalah vitamin yang dapat larut dalam air dan sangat penting untuk

    biosintesis kolagen, karnitin, dan berbagai neurotransmitter. Kebanyakan tumbuh-

    tumbuhan dan hewan dapat mensintesis asam askorbat untuk kebutuhannya sendiri.

    Akan tetapi manusia dan golongan primata lainnya tidak dapat mensintesa asam

    askorbat disebabkan karena tidak memiliki enzim gulunolactone oxidase, begitu juga

    dengan marmut dan kelelawar pemakan buah. Oleh sebab itu asam askorbat harus

    disuplai dari luar tubuh terutama dari buah, sayuran, atau tablet suplemen Vitamin C.

    Banyak keuntungan di bidang kesehatan yang didapat dari fungsi askorbat, seperti

    fungsinya sebagai antioksidan, anti atherogenik, immunomodulator dan mencegah flu

    (Naidu, 2003). Akan tetapi untuk dapat berfungsi dengan baik sebagai antioksidan,

    maka kadar asam askorbat ini harus terjaga agar tetap dalam kadar yang relatif tinggi

    di dalam tubuh (Yi li, 2007 dalam Siregar, 2009).

    Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal

    bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel

    normal, protein, dan lemak. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan

    melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat

    terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan

    stres oksidatif (Iswara, 2009).

    Antioksidan yang berupa mikronutrien dikenal tiga yang utama, yaitu : B-

    karoten, Vitamin C dan Vitamin E. B-caroten merupakan scavengers (pengumpul)

    oksigen tunggal, Vitamin C pemulung superoksida dan radikal bebas yang lain,

    sedangkan Vitamin E merupakan pemutus rantai peroksida lemak pada membran dan

    Universitas Sumatera Utara

  • Low Density Lipoprotein. Vitamin E yang larut dalam lemak merupakan antioksidan

    yang melindungi Poly Unsaturated Faty Acids (PUFAs) dan komponen sel serta

    membran sel dari oksidasi oleh radikal bebas (Iswara, 2009).

    Asam askorbat adalah 6 atom karbon lakton yang disintesis dari glukosa yang

    terdapat dalam liver. Nama kimia dari asam askorbat 2-oxo-L-threo-hexono-1,4-

    lactone-2,3-enediol. Bentuk utama dari asam askorbat yang dinamakan adalah L-

    ascorbic dan dehydroascorbic acid (Naidu, 2003).

    Gambar 2.1 Struktur Vitamin C (Asam askorbat) (Hart, 1987)

    Stress oksidatif dapat dibatasi dengan menggunakan antioksidan berupa

    suplemen Vitamin C dan E. Vitamin C dapat menetralisir radikal hidroksil,

    superoksid, dan hidrogen peroksida dan mencegah aglutinasi sperma. Vitamin C

    sedikit jumlahnya pada cairan semen laki-laki infertil. Vitamin C dapat meningkatkan

    jumlah sperma in vivo pada laki-laki infertil dengan dosis oral sekitar 200-

    1000mg/hari (Agarwal et al., 2005).

    2.2 Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)

    Tanaman pepaya termasuk tanaman perdu yang sekulen yang secara sistematik dapat

    diklasifikasikan sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.2 Tanaman pepaya Carica papaya L.

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Kelas : Dicotyledoneae

    Ordo : Cistales

    Famili : Caricaceae

    Genus : Carica

    Spesies : Carica papaya L. (Tjitrosoepomo, 2004)

    Biji pepaya yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari buah yang

    berbentuk agak lonjong dan memanjang, memiliki ukuran yang bervariasi. Daunnya

    merupakan daun tunggal, berukuran besar, dan bercangap. Tangkai daun panjang dan

    berongga. Bunganya terdiri dari tiga jenis, yaitu bunga jantan, bunga betina, dan

    bunga sempurna. Pada awalnya tanaman Carica papaya L. ini merupakan tanaman

    yang berasal dari Amerika tropis. Pusat penyebaran tanaman diduga berada di daerah

    sekitar Mexiko bagian selatan dan Nikaragua. Batang, daun dan buah pepaya

    mengandung getah bewarna putih. Getah ini mengandung suatu enzim pemecah

    protein atau enzim proteolitik yang disebut papain (Kalie, 1996).

    Dalam penelitian ini salah satu bagian organ dari tanaman pepaya ini yakni biji

    yang akan dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan ekstrak. Menurut

    Kloppenburg 1915, dalam Amir (1992), biji pepaya jangan sekali-kali termakan orang

    yang sedang hamil muda karena dapat mengakibatkan keguguran. Orang yang

    keguguran akibat memakan biji pepaya ini biasanya sulit hamil lagi karena adanya

    pengeringan rahim akibat masuknya enzim proteolitik seperti papain, chymopapain A,

    Universitas Sumatera Utara

  • chymopapain B, dan peptidase pepaya. Disamping enzim proteolitik, biji pepaya juga

    mengandung kandungan kimia yang lain seperti : 25% atau lebih minyak campuran,

    26,2% lemak, 24,3% protein, 17% serat, 15,5% karbohidrat, 8,8% abu, dan 8,2% air.

    Ekstrak encer biji pepaya dapat digunakan untuk kontrasepsi yang berfungsi sebagai

    anti fertilitas (Amir, 1992).

    Secara tradisional biji pepaya dapat dimanfaatkan sebagai obat cacing gelang,

    gangguan pencernaan, penyakit kulit, kontrasepsi pria, bahan baku obat masuk angin

    dll. Minyak biji pepaya kuning diketahui mengandung 71,60% asam oleat, 15,13%

    asam palmitat, 7,68% asam linoleat, 3,60% asam stearat dan asam-asam lemak lain

    dalam jumlah sedikit atau terbatas. Selain mengandung asam lemak biji pepaya

    diketahui mengandung senyawa kimia lain seperti golongan fenol, alkaloid dan

    saponin (Sukadana et al., 2008).

    2.3 Testosteron Undekanoat

    Testosteron Undekanoat yang dikembangkan untuk kontrasepsi pria digunakan dalam

    bentuk injeksi (liquid). Sediaan tersebut diberikan dengan cara injeksi secara

    intramuskular. Ada juga TU dalam bentuk powder yang kadang-kadang dibungkus

    dengan kapsul. Testosteron Undekanoat dihasilkan melalui esterifikasi testosteron

    alami pada posisi 17. Testosteron Undekanoat ini merupakan steroid dengan 19 atom

    karbon dengan rumus kimia C19H28O2

    serta nama kimianya adalah 17 beta-

    hydroxyandrost-4-en-3-one (Goddman & Gilman, 1980).

    Gambar 2.3 Rumus Bangun Testosteron Undekanoat (TU) (Goodman&Gilman1980)

    O

    C-(CH2) 9-CH3

    O

    O

    Universitas Sumatera Utara

  • Tujuan utama dari pemberian testosteron adalah mempertahankan tingginya

    tingkat serum testosteron jangka panjang pada pria yang ikut dalam kontrasepsi pria.

    Hal ini bertujuan untuk menekan spermatogenesis sehingga terjadi azoospermia atau

    oligozoospermia berat yang berlangsung lebih lama namun bersifat aman, efektif,

    reversibel dan aseptibel (Ilyas, 2008).

    Adanya fakta bahwa testosteron sendiri melebihi dari metabolitnya dalam

    mengatur spermatogenesis telah dipastikan oleh penemuan reseptor khusus testosteron

    di sel-sel sertoli. Hormon gonadotropin yang dramatis pada waktu pubertas

    menstimulasi pertumbuhan testis. Testosteron undekanoat mempunyai efek positif

    pada pengobatan oligozoospermia. Kadar FSH normal dan kadar testosteron

    sedikitnya di bawah normal merupakan syarat untuk suatu respon yang efektif.

    Sebagai suatu akibat dari pemakaian testosteron undekanoat densitas meningkat dan

    kualitas sperma membaik. Dalam hal motilitas sperma tidak ada hasil yang

    mencurigakan yang ditemukan. Tetapi adanya fakta bahwa efektivitas testosteron

    undekanoat telah ditunjukkan dalam studi dibawah kondisi buta ganda pada pasien

    yang diseleksi dengan teliti menyokong hipotesis bahwa pemakaian testosteron adalah

    suatu usaha yang berguna dalam infertilitas pria (Bremer, 1959).

    2.4 Organ Reproduksi Mencit jantan

    Organ reproduksi mencit jantan (Mus musculus L.) terdiri dari: testis, epididimis, Vas

    deferens, kelenjar aksesoris dan bebarapa organ pendukung lainnya. Berikut dijelas

    kan beberapa organ utama reproduksi mencit.

    2.4.1 Testis

    Setiap testis ditutupi dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albuginea, bagian tipisnya

    atau septa akan memasuki organ untuk membelah menjadi lobus yang mengandung

    beberapa tubulus disebut tubulus seminiferus. Bagian tunika memasuki testis dan

    bagian arteri testiskuler yang masuk disebut sebagai hilus. Epitel tubulus seminiferus

    berada tepat di bawah membran basalis yang dikelilingi oleh jaringan ikat fibrosa

    Universitas Sumatera Utara

  • yang tipis. Antara tubulus adalah stroma interstitial, terdiri atas gumpalan sel leydig

    ataupun sel sertoli dan kaya akan darah dan cairan limfe (Rugh, 1968).

    2.4.2 Epididimis

    Epididimis terletak pada bagian dorsolateral testis, merupakan suatu struktur

    memanjang dari bagian atas sampai bagian bawah testis. Organ ini terdiri dari bagian

    kaput, korpus dan kauda epididimis (Rugh, 1968). Epitel epididimis memiliki dua

    fungsi. Pertama mensekresi plasma epididimis yang bersifat kompleks tempat sperma

    tersuspensikan dan mengalami pematangan. Kedua, mengabsobsi kembali cairan

    testikuler yang mengankut sperma dari tubulus seminiferus dan sperma yang sudah

    rusak (Rugh, 1968).

    2.4.3 Vas deferens

    Vas deferens merupakan suatu saluran yang menghubungkan epididimis dan uretra.

    Letak vas deferens dimulai dari ujung kauda epididimis yang ada dalam kantung

    skrotum , lalu naik ke bagian atas lipat paha. Sebelum masuk ke uretra, vas deferens

    ini bergabung terlebih dahulu dengan slauran ekskresi vesika seminalis membentuk

    duktus ejakulatoris. Pada saat ejakulasi sperma dari epididimis diangkut melalui vas

    deferens dengan suatu seri kontraksi yang dikontrol oleh saraf (Rugh, 1968).

    2.4.4 Kelenjar Aksesoris

    Kelenjar-kelenjar tambahan menghasilkan plasma semen yang memungkinkan sperma

    dapat bergerak aktif dan hidup untuk waktu tertentu. Kelenjar tambahan tersebut

    adalah kelenjar bulbourethra, kelenjar prostad dan vesika seminalis (Rugh, 1968).

    2.5 Spermatogenesis

    Sel germinal primordial mencit jantan muncul sekitar 8 hari kehamilan, dengan

    jumlah hanya 100, yang merupakan awal dari jutaan sperma yang akan diproduksi dan

    masih berada di daerah ekstra gonad. Karena sel germinal kaya akan alkalin fosfatase

    untuk mensuplai energi pergerakannya melalui jaringan embrio, maka sel germinal

    Universitas Sumatera Utara

  • dapat dikenal dengan teknik pewarnaan. Pada hari ke 9 dan 10 kehamilan sebagian

    mengalami degenerasi dan sebagian lain mengalami proliferasi dan bahkan bergerak

    (pada hari ke 11 dan 12) ke daerah genital. Pada saat jumlahnya mencapai sekitar

    5000 dan identifikasi testis dapat dilakukan. Proses proliferasi dan differensiasi

    berlangsung di daerah medulla testis. Pada kasus steril, kehilangan sel germinal

    berlangsung selama perjalanan dari bagian ekstra gonad menuju daerah genetalia.

    Menuju akhir masa fetus, aktivitas mitosis sel germinal primordial dalam bagian

    genetalia berkurang dan beberapa sel mulai degenerasi menjelang hari ke-19

    kehamilan. Tidak berapa lama setelah kelahiran, sel tampak lebih besar, yaitu

    spermatogonia. Setelah itu akan ada spermatogonia dalam testis mencit sepanjang

    hidupnya. Ada 3 jenis spermatogonia: tipe A, tipe intermediet dan tipe B (Rugh,

    1968).

    2.6 Spermatozoa mencit (Mus musculus L.) Spermatozoa adalah sel kelamin (gamet) yang diproduksi di dalam tubulus

    seminiferus melalui proses spermatogenesis, dan bersama-sama dengan plasma semen

    akan dikeluarkan melalui sel kelamin jantan.

    Bentuk spermatozoa abnormal dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk

    kepala dan ekornya. Menurut Washington et al., (1983), bentuk sperma abnormal

    pada tikus terdiri dari bentuk kepala seperti pisang, bentuk kepala tidak beraturan

    (amorphous), bentuk kepala terlalu membengkok dan lipatan-lipatan ekor yang

    abnormal.

    2.6.1 Morfologi Spermatozoa mencit (Mus musculus L.)

    Kepala spermatozoa terdiri atas sel berinti padat dengan hanya sedikit sitoplasma dan

    lapisan membran sel di sekitar permukaannya. Di bagian luar, dua pertiga anterior

    terdapat selubung tebal disebut akrosom yang terutama dibentuk dari alat Golgi.

    Selubung ini mengandung sejumlah enzim yang serupa dengan enzim yang ditemukan

    pada lisosom pada sel-sel tertentu, termasuk hialuronidase, yang dapat mencerna

    filamen proteoglikan dari jaringan, dan enzim proteolitik yang sangat kuat. Enzim-

    enzim tersebut mempunyai peranan penting dalam hal memungkinkan sperma untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • membuahi ovum. Ekor spermatozoa, yang disebut flagellum, memiliki 3 komponen

    utama, yaitu: rangka pusat, membran sel, dan sekelompok mitokondria yang terdapat

    pada proximal (Aryoseto, 2009).

    a b c d

    Gambar 2.4 Bentuk-bentuk sperma abnormal pada tikus. a. bentuk sperma

    normal; b.sperma abnormal dengan bentuk kepala seperti pisang; c. sperma abnormal dengan bentuk kepala tidak beraturan (amorphous); d. sperma abnormal dengan bentuk kepala terlalu membengkok (Washingthon et al., 1983).

    Bentuk spermatozoa abnormal dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk

    kepala dan ekornya. Menurut Washington et al., (1983), bentuk sperma abnormal

    pada tikus terdiri dari bentuk kepala seperti pisang, bentuk kepala tidak beraturan

    (amorphous), bentuk kepala terlalu membengkok dan lipatan-lipatan ekor yang

    abnormal.

    2.6.2 Viabilitas Spermatozoa mencit (Mus musculus L.)

    Sampai saat ini parameter spermatozoa masih merupakan indikator terpenting pada

    evaluasi fertilitas pria. Salah satu indikator yang menentukan terjadinya fertilisasi atau

    terbentuknya embrio adalah viabilitas (daya hidup) spermatozoa, mengingat faktor

    tersebut erat kaitannya dengan fungsi spermatozoa itu. Dengan rendahnya viabilitas

    maka pembuahan tidak akan terjadi sebab spermatozoa mati sebelum membuahi sel

    telur (Rusmiati, 2007).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.6.3 Motilitas Spermatozoa mencit (Mus musculus L.)

    Gerakan Spermatozoa dikategorikan menurut WHO (1988) antara lain :

    a. Jika sperma bergerak cepat dan lurus ke depan (gerak maju sangat baik)

    b. jika geraknya lambat dan sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus (gerakan

    lemah)

    c. jika tidak bergerak maju dan

    d. jika sperma tidak bergerak

    Universitas Sumatera Utara