15
STEP 7 1. Definisi cemas? KECEMASAN adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingakan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. KETAKUTAN adalah sautu sinyal serupa yang menyadarkan, harus dibedakan dari kecemasan KAPLAN, SINOPSIS PSIKIATRI 2. Perbedaan cemas, takut, dan panic? Bedanya adalah Rasa takut adalah respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas, atau bukan bersifat konflik, sedangkan rasa cemas adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak dikeahui, internal,samar-samar, atau konfliktual. KAPLAN, SINOPSIS PSIKIATRI Panik merupakan serangan kecemasan yg mendadak dan hebat Sumber: ilmu kejiwaan (psikiatri) 3. Cemas normal??ada atau tidak?seperti apa? Kecemasan normal dtandai oleh rasa takut yg difus, tidak mnyenangkan dan samar2 seringkali disertai gejala otonomik. 4. Gambaran klinis cemas? Gejala psikologik: Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut ”gila”, takut kehilangan kontrol dan sebagainya. Gejala fisik: Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa

Arul

Embed Size (px)

Citation preview

STEP 7

1. Definisi cemas?

KECEMASAN adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingakan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.

KETAKUTAN adalah sautu sinyal serupa yang menyadarkan, harus dibedakan dari kecemasan

KAPLAN, SINOPSIS PSIKIATRI

2. Perbedaan cemas, takut, dan panic?

Bedanya adalah

Rasa takut adalah respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas, atau bukan bersifat konflik, sedangkan rasa cemas adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak dikeahui, internal,samar-samar, atau konfliktual.

KAPLAN, SINOPSIS PSIKIATRIPanik merupakan serangan kecemasan yg mendadak dan hebatSumber: ilmu kejiwaan (psikiatri)

3. Cemas normal??ada atau tidak?seperti apa?Kecemasan normal dtandai oleh rasa takut yg difus, tidak mnyenangkan dan samar2 seringkali disertai gejala otonomik.

4. Gambaran klinis cemas?

Gejala psikologik: Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut ”gila”, takut kehilangan kontrol dan sebagainya.

Gejala fisik: Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain.

Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja. Tetapi pengalaman

penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.

TATALAKSANA DIAGNOSIS DAN TERAPI GANGGUAN ANXIETAS   Dr. Evalina Asnawi Hutagalung, Sp.KJ

5. Etiologi gangguan cemas?

A. TEORI PSIKOLOGIS o Teori Psikoanalitik o Teori perilaku o Teori Eksistensial B. TEORI BIOLOGIS o Susunan Saraf Otonom o Neurotransmiten o Penelitian genetika o Penelitian Pencitraan Otak

Teori psikoanalitik: Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri. misal dengan menggunakan mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi pemulihan keseimbangan psikologis tanpa adanya gejala anxietas. Jika represi tidak berhasil sebagai suatu pertahanan, maka dipakai mekanisme pertahanan yang lain misalnya konvensi, regresi, ini menimbulkan gejala.  

Teori perilaku:teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap stimuli lingkungan spesifik. Contoh : seorang dapat belajar untuk memiliki respon kecemasan internal dengan meniru respon kecemasan orang tuanya.   Teori eksistensial: Konsep dan teori ini adalah, bahwa seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan yang menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada penerimaan tentang kenyataan kehilangan/ kematian seseorang yang tidak dapat dihindari. Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi tersebut.   Sistem saraf otonom: Stimuli sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu. Sistem kardiovaskular takikardi, muskular nyeri kepala, gastrointestinal diare dan sebagainya.   Neurotransmiter:

Tiga neurotrasmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan berdasarkan penelitian pada binatang dan respon terhadap terapi obat yaitu : norepinefrin, serotonin dan gamma-aminobutyric acid.   Penelitian genetika: Penelitian ini mendapatkan, hampir separuh dan semua pasien dengan gangguan panik memiliki sekurangnya satu sanak saudara yang juga menderita gangguan.   Penelitian pencitraan otak: Contoh: pada gangguan anxietas didapati kelainan di korteks frontalis, oksipital, temporalis. Pada gangguan panik didapati kelainan pada girus para hipokampus.

TATALAKSANA DIAGNOSIS DAN TERAPI GANGGUAN ANXIETAS   Dr. Evalina Asnawi Hutagalung, Sp.KJ

Ada 2 teori :1) Teori Psikologis

a. Teori Psikoanalitik Menurut Freud, kecemasan sebagai sinyal guna menyadarkan ego untuk

mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri. Kecemasan id atau impuls berhubungan dengan ketidaknyamanan primitif

dan difus dari seorang bayi jika mereka merasa terlanda oleh kebutuhan dan stimuli dimana keadaan tidak berdaya mereka tidak memungkinkan pengendalian.

Kecemasan perpisahan terjadi pada anak-anak yang agak besar tapi masih dalam masa praoedipal, yang takut kehilangan cinta atau bahkan ditelantarkan oleh orangtuanya jika mereka gagal mengendalikan dan mengarahkan impulsnya sesuai dengan standar dan kebutuhan orangtuanya.

Kecemasan Kastrasi menandai anak oedipal, khususnya dalam hubungan dengan impuls seksual anak yang sedang berkembang, dicerminkan dalam kecemasan kastrasi dari dewasa.

Kecemasan Superego merupakan akibat langsung dari perkembangan akhir superego yang menandai berlalunya kompleks Oedipus dan datangnya periode latensi prapubertal.

b. Teori Perilaku Menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap

stimuli lingkungan spesifik. Ex : seseorang dapat belajar untuk memiliki suatu respon kecemasan internal

dengan meniru respon kecemasan orangtuanya.c. Teori Eksistansial

Bahwa seseorang menjadi menyadarinya adanya kehampaan yang menonjol di dalam dirinya, perasaan yang mungkin lebih mengganggu daripada penerimaan kematian mereka yang tidak dapat dihindari.

Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi dan arti yang berat tersebut.

2) Teori Biologisa. Sistem Saraf Otonom

Stimulasi sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu (cor : takikardia, muskular : nyeri kepala, GIT : diare, pernafasan : nafas cepat)

b. Neurotransmitter NE, serotonin & GABA NE agonis adrenergik beta & antagonis adrenergik-alfa2 pencetus

c. Penelitian Pencitraan Otak Kelainan di korteks frontalis, occipital, dan temporal

d. Penelitian Genetika Penelitian ini mendapatkan, hampir separuh dan semua pasien dengan

gangguan panik memiliki sekurangnya satu sanak saudara yang juga menderita gangguan

Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid dua

6. Macam-macam gangguan kecemasan?

Klasifikasi :

F40 Ggn Anxietas Fobik

• Anxietas ï situasi/obyek yg jelas (diluar individu). Kondisi lain dari individu, spt: perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia), ketakutan akan perubahan btk badan (dismorfofobia) yg tak realistis masuk klasifikasi F 45.2 (ggn hipokondrik)

• Obyek/situasi dihindari atau dihadapi dg rasa terancam

• Tampilan tdk berbeda dari anxietas yg lain dan dpt dlm btk ringan-berat (panik)

• Sering berbarengan (coexist) dg depresi khususnya agorafobia. Depresi dpt memper buruk anxietas fobik

F 40.0 Agorafobia

Pedoman diagnostik, Memenuhi kriteria sbb.:

a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik mrpk manifestasi primer dari anxietas dan bukan skunder dari gejala lain.

b. Anxietas ß 2/ > situasi berikut: banyak orang/ keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, bepergian sendiri

c. Menghindari situasi fobik harus mrpk gejala yg menonjol (house bound).

Karakter ke-lima: F40.00 = tanpa ggn panik

F40.01= dengan ggn panik

F 40.1 Fobia sosial

Pedoman diagnostik. Memenuhi kriteria sbb.:

a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik mrpk manifestasi primer dari anxietas dan bukan skunder dari gejala lain.

b. Anxietas hrs mendominasi atau terbatas pd situasi sosial ttt (outside the family circle)

c. Menghindari situasi fobik harus mrpk gejala yg menonjol (house bound).

Bila sulit membedakan dg agorafobia, diagnosis diutamakan agorafobia (F40.0)

F 40.2 Fobia Khas (Terisolasi)

Pedoman diagnostik. Memenuhi kriteria sbb.:

a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik mrpk manifestasi primer dari anxietas dan bukan skunder dari gejala lain.

b. Anxietas hrs terbatas pd adanya obyek atau situasi fobik ttt (highly specific situations)

c. Situasi fobik tsb dihindari

Umumnya tdk ada gejala psikiatri lain, tdk spt agorafobia dan fobia sosial

F 40.8 Ggn Anxietas Fobik Lainnya

F 40.9 ggn Anxietas Fobik YTT

F 41 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA

• Anxietas mrpk gejala utama dan tdk terbatas (not restricted) pada situasi lingkungan ttt

• Dapat disertai gejala depresif dan obsesif, dan juga bbrp anxietas fobik yg bersifat skunder atau ringan

F41.0 Ggn Panik (Anxietas Paroksismal Episodik)

Pedoman diagnostik:

- tdk ada ggn anxietas fobik (F40)

- tdpt bbrp kali serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) sekitar satu bln:

a. scr obyektif tdk ada bahaya.

b. tdk terbatas pd situasi yg telah diketahui atau yg dpt diduga sebelumnya (unpredictable situations).

c. dpt tjd juga “anxietas antisipatorik”, anxietas yg tjd stlh membayangkan sesuatu yg mengkhawatirkan akan terjadi.

F41.1 Ggn Cemas (Anxietas) Menyeluruh

Pedoman diagnostik:

- Anxietas sbg gejala primer berlangsung hampir setiap hari utk bbrp minggu-bbrp bln, - Gejala mencakup:

a. kecemasan (kawatir akan nasib buruk, merasa spt di ujung tanduk, sulit konsentrasi,dst)

b. ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetar, tdk dpt santai)

c. Overactivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing, mulut kering, dsb)

F41.2 Ggn Campuran Anxietas dan Depresi

Pedoman diagnostik

- Gejala anxietas dan depresi tdk cukup berat, utk anxietas kdg tdpt gejala otonomik, resa cemas dan kekhawatiran berlebihan.

- Bila anxietas berat, depresi lebih ringan →Ggn anxietas lainnya atau anxietas fobik.

F41.3 Ggn Anxiets Campuran Lainnya

Pedoman diagnostik

- Memenuhi kriteria ggn anxietas menyeluruh (F41.1) dan juga katagori ggn F 40-49, ttp tdk memenuhi kriteria scr lengkap

- Bila berkaitan dg stres kehidupan yg bermakna ïF43.2 ggn penyesuaian.

F41.8 Ggn Anxiets Lainnya YDT (specified)

F41.8 Ggn Anxiets YTT (unspecified)

F42 Ggn Obsesif-Kompulsif

Pedoman Diagnostik

• Gejala obsesif atau tindakan kompulsif atau ke 2 nya hrs ada hampir setiap hari sedikitnya dua minggu berturut-turut.

• Mrpk sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas • Gejala obsesif harus: a. disadari sbg pikiran atau impuls diri, b. sedikitnya ada 1

pikiran atau tindakan yg tdk berhasil dilawan, c.tdk memberi kupuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega), d. gagasan/pikiran/impuls mrpk pengulangan yg tdk menyenangkan (unpleasantly repetitive).

• Berkaitan erat ulang, disadari, tdk mampu melawan, • tdk menyenangkan

F43 Reaksi thd Stres Berat & Ggn Penyesuaian

- Stres kehidupan luar biasa reaksi stres akut

- Perubahan penting dlm kehidupan => ketidaknyamanan & berkelanjutan ggn Penyesuaian

- Mrpk konsekuensi langsung & respon maladaptif

- Gejala bervariasi: cemas, depresi, campuran, marah, kecewa, ggn tingkah laku, overaktif, penarikan diri dll

F 43.0 Reaksi stres akut: onset bbrp menit/segera setelah kejadian stressor luar biasa

F43.1 Ggn Stres Pasca-Trauma:

Pasien dapat diklasifikasikan mendenta gangguan stres pasca-trauma, bila mereka mengalami suatu stres yang akan bersifat traumatik bagi hampir semua orang. Trauma bisa berupa trauma peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, kecelakaan.

Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten. Gejala penyerta yang sering dan gangguan stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan kognitif(contoh pemusatan perhatian yang buruk)

Pedoman diagnostik

A. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapati: o mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa ancaman

kematian, atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang serius,atau ancaman integritas fisik diri sendiri atau orang lain

o respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya B. Keadan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih cara berikut:

o rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadiano Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian o berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembalio penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau

eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatiko reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang

menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatikC. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan traumaD. Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran , seperti dua atau lebih berikut:

kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan berlebihan, respon kejut yang berlebihan.

E. Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan.

Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

Konseling dan medikasi: informasikan bahwa stres dan rasa khawatir keduanya mempunyai efek fisik dan mental. Mempelajari keterampilan untuk mengurangi dampak stres merupakan pertolongan yang paling efektif. Mengenali, menghadapi dan menantang kekhawatiran yang berlebihan dapat mengurangi gejala anxietas. Kenali kekhawatiran yang berlebihan atau pikiran yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong. Medikasi merupakan terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala menetap.  Medikasi anxietas : misal Diazepam 5 mg malam hari, tidak lebih dari 2 minggu, Beta bloker dapat membantu mengobati gejala fisik, antidepresan bila ada depresi. Konsultasi spesialistik bila anxietas berat dan berlangsung lebih dan 3 bulan.

1. Terapi PsikologisMemberikan informasi selalu menjadi langkah awal dalam menolong pasien ansietas, yang mana informasi yang diberikan harus sesuai dengan kadarnya dan selalu memberikan harapan yang besar bagi setiap individu untuk sembuh.

2. Terapi ReligiTerapi ini sering digolongkan sebagai sebuah terapi psikis, namun sayangnya tidak semua dokter berkompeten mampu melakukannya, dan terapi ini biasanya hanya dapat dilakukan oleh seorang yang memang ahli dalam bidang spiritual. Terapi religi biasanya membantu pasien untuk lebih tenang dan memberi waktu pasien untuk memahami dirinya sendiri, sehingga menciptakan sebuah kesadaran dalam diri sendiri. Hal ini cenderung lebih efektif karena kesadaran tersebut muncul dari diri sang pasien sendiri.

3. Terapi farmakologiBeberapa jenis obat-obatan biasanya dapat digunakan untuk mengatasi dan

mengurangi ansietas, dan masing-masing obat memiliki keuntungan dan kekurangan masing-masing. Penggunaan suatu zat dalam jangka waktu yang lama pun tidak akan membuahkan hasil yang baik untuk kesehatan fisik sang pasien sendiri

Obat-obatan yang paling sering digunakan dalam mengatasi ansietas adalah benzodiazepine(BDPs)(Fracchione, 2004). Adapun beberapa jenis obat yang lazim digunakan adalah :

- Diazepam- Lorazepam- Alprazolam- Propanolol- Amitriptilin

Penghentian suatu konsumsi zat tertentu juga dapat membantu mengurangi ansietas, biasanya penggunaan beberapa zat yang mengandung analgesik dan alkohol yang mana telah disinggung diatas tadi, bahwa konsumsi zat-zat tersebut sebenarnya merupakan sebuah pelarian dari gejala-gejala ansietas namun pada akhirnya pada situasi tertentu, penghentian zat-zat tersebut malah menjadi bagian yang penting untuk program manajemen ansietas. Karena ketergantungan terhadap zat-zat tersebut dapat memicu timbulnya ansietas yang lebih, meskipun pada awal penggunaannya terasa membantu meringankan gejala-gejala ansietas penderita.

F43.2 Ggn Penyesuaian: onset 1 bln - < 6 bln

F44 Ggn Disosiatif ( Konversi )

- Gejala utama; kehilangan integrasi normal/kendali kesadaran, sebagian/seluruh = ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaan segera serta kontrol thd gerakan tubuh

- Penyebab psikologis, tdk ada ggn fisik

F44.0 Amnesia Disosiatif: hilangnya daya ingat

F44.2 Stupor Disosiatif: hilangnya gerakan volunter dan respon normal

F44.3 Ggn Trans dan Kesurupan: hilangnya penghayatan identitas diri dan kesadran thd lingkungan seakan-akan dikuasai kekuatan gaib

F44.5 Konvulsi Disosiatif: mirip kejang epileptik, jarang disertai luka tergigit, luka krn jatuh, ngompol & ggn kesadaran

F44.7Ggn Disosiatif Campuran

F45 GANGGUAN SOMATOFORM

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.

F45.0 Gangguan Somatisasi

F45.1 Gangguan Somatoform Tak Terinci

F45.2 Gangguan Hipokondrik

F45.3 Disfungsi Otonomik Somatoform

F45.4 Gangguan Nyeri Somatoform Menetap

F45.8 Somatoform Lainnya

F48 GANGGUAN NEUROTIK LAINNYA

F48.0 Neurastenia

F48.1 Sindrom Depersonalisasi - derealisasi

Sumber:PPDGJ III