8
Jangan Sembarang Memasang Kawat Gigi Pembaca sekalian pasti sudah sangat tidak asing dengan istilah behel. Behel atau bracket dalam dunia kedokteran gigi juga dikenal sebagai Kawat Gigi adalah alat yang digunakan dalam perawatan ortodontik yang membantu menyelaraskan dan meluruskan gigi dan membantu posisi geligi pada posisi ideal di mana gigi atas dapat menggigit gigi bawah dengan sempurna. Behel atau bracket merupakan alat ortodontik cekat yang sering juga dengan peralatan ortodontik lain untuk membantu memperluas langit-langit mulut atau rahang dan sebaliknya membantu dalam membentuk gigi dan rahang. Berdasarkan sejarah pemakaian behel sudah dimulai sejak tahun 400-500 BC hal ini dibuktikan dengan penemuan mumi dari zaman tersebut di mana pada mumi ditemukan band pembungkus gigi berupa kabel yang terbuat dari serat alami usus hewan yang mana hal ini merupakan bagian ortodontic yang berguna untuk meluruskan kesenjangan pada gigi mereka. Sementara di Romawi ditemukan sebuah makam kuno dengan jenazah yang giginya berisi lempengan emas yang diduga merupakan sebuah peralatan untuk meluruskan kesenjangan gigi, namun karena kurangnya bukti penelitian mengenai hal ini tidak diteruskan.

artikel kg.docx

  • Upload
    safira

  • View
    213

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: artikel kg.docx

Jangan Sembarang Memasang Kawat Gigi

Pembaca sekalian pasti sudah sangat tidak asing dengan istilah  behel. Behel atau bracket dalam dunia kedokteran gigi  juga dikenal sebagai Kawat Gigi adalah alat yang digunakan dalam perawatan ortodontik yang membantu menyelaraskan dan meluruskan gigi dan membantu posisi  geligi pada posisi ideal di mana gigi atas dapat menggigit gigi bawah dengan sempurna. Behel atau  bracket merupakan alat ortodontik cekat yang sering juga dengan peralatan ortodontik lain untuk membantu memperluas langit-langit mulut atau rahang dan sebaliknya membantu dalam membentuk gigi dan rahang.

Berdasarkan sejarah pemakaian behel sudah dimulai sejak tahun 400-500 BC hal ini dibuktikan dengan penemuan mumi dari zaman tersebut di mana pada mumi ditemukan band pembungkus gigi berupa kabel yang terbuat dari serat alami usus hewan yang mana hal ini merupakan bagian ortodontic yang berguna untuk meluruskan kesenjangan pada gigi mereka. Sementara di  Romawi ditemukan sebuah makam kuno dengan jenazah yang giginya berisi lempengan emas yang diduga merupakan sebuah peralatan untuk meluruskan kesenjangan gigi, namun karena kurangnya bukti penelitian mengenai hal ini tidak diteruskan.

Sekarang behel tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk merapikan geligi dan mengembalikan fungsi kunyah gigi menjadi lebih baik. Saat ini behel sudah merambah ke arah trend dan fasion di mana orang-orang memakai behel bukan saja karena ada masalah pada giginya namun karena faktor

Page 2: artikel kg.docx

pergaulan dimasyarakat. Hal ini tentu saja bukan masalah apabila dari segi finansial mendukung. Untuk melakukan perawaan behel diperlukan dana yang tidak sedikit untuk satu kali perawatan berkisar antara 3 Juta – 20 Juta tergantung kasus pada pasien bahkan ada yang menarik bayaran lebih mahal lagi, untuk kontrol biasanya berkisar antara 50rb – 100rb/kunjungan.

Dibalik persoalan biaya sekarang harus diingat penggunaan kawat gigi atau behel tidak hanya sekedar masalah fasion, tidak juga sekedar asal rapi. Rapi tentu saja tidak cukup, setelah perawatan selesai gigi harus bisa berfungsi untuk mengunyah dengan sempurna. Gigi atas harus bisa menggigit dan bertemu gigi bawah dengan baik, karena salah satu dari fungsi kawat gigi atau behel adalah untuk memperbaiki gigi dari keadaan gigi atas tidak bertemu atau menggigit gigi bawah dengan baik (bahasa kerennya : maloklusi) yang disebabkan oleh susunan gigi yang tidak beraturan, bentuk rahang yang salah atau kombinasi dari kedua hal tersebut.

Perawatan dengan kawat gigi atau behel (istilah kedokterannya : perawatan ortoddontik) yang dilakukan oleh orang yang benar-benar memahami ilmu ortodontik dapat memperbaiki kesalahan bentuk atau posisi dari rahang. Perbaikan dari susunan gigi dan rahang juga akan mempengaruhi bentuk atau profil wajah dari seseorang secara keseluruhan.

Tanpa ilmu yang benar pemakaian kawat gigi bisa membuat  wajah anda menjadi aneh. Mereka yang tidak mengerti ilmu ortodontik secara benar (atau hanya mengetahui sepotong-sepotong) hanya akan membuat gigi pasien terlihat rapi namun belum tentu posisi rahang pasien pas untuk menggigit antara gigi atas dan gigi bawah (oklusi). Lebih celaka lagi melakukan pemasangan kawat gigi pada orang yang tidak berpengalaman dan tidak memiliki ilmu yang cukup bisa membuat wajah pasien menjadi lebih aneh dari semestinya.

Saat ini banyak iklan dari tukang gigi di media elektronik, media cetak, bahkan sudah ke media online yang menawarkan pemasangan kawat gigi murah, cepat dan rapi. Namun sadarkan kalian bahwa dalam iklan promosi tersebut tidak ada yang menawarkan gigi anda dapat berfugsi dengan baik setelah perawatan. Perawatan yang dilakukan oleh orang yang bukan ahli di

Page 3: artikel kg.docx

bidang orthodontik hanya akan membuat masalah baru pada gigi si pasien. Belum lagi resiko tertular oleh penyakit lain yang disebabkan oleh alat-alat yang digunakan.

Bagaimanapun juga seseorang yang berpredikat dokter gigi memerlukan waktu yang lama yakni 3 (tiga) tahun untuk mempelajari mengenai ilmu meratakan gigi (ortodontik). Sedangkan seorang dokter gigi biasa hanya berkesempatan untuk mempelajari alat ortodontik lepasan dan tidak diajarkan untuk memasang behel atau alat ortodontik cekat.

Seorang tukang gigi (atau istilah lainnya : ahli gigi) di pinggir jalan sama sekali tidak pernah mendapatkan pendidikan formal sebagai seorang dokter gigi dan tidak memiliki kualifikasi untuk merawat gigi pasien khususnya melakukan pemasangan kawat gigi atau behel. Apapun alasannya, walau katanya si tukang gigi sudah pernah belajar tentang kawat gigi dan sebagainya tetap saja kualifikasi mereka masih jauh dari seorang dokter gigi spesialis orthodontik maupun dokter gigi umum.

Sekarang ini kembali lagi kepada masyarakat untuk mencerna, pasang kawat gigi pada dokter gigi non spesialis saja tidak dianjurkan apalagi memasang kawat gigi pada praktek “tukang gigi” atau “ahli gigi” di pinggir jalan. Sebagian masyarakat yang tidak mengetahui masalah perawatan orthodontik secara umum sudah pasti menganggap remeh masalah ini. Namun tahukan anda pemakaian alat-alat kedokteran gigi yang tidak memenuhi standar kesehatan pada waktu pemasangan behel atau kawat gigi bisa menyebabkan infeksi silang dan membahayakan kesehatan.

Untuk menghindari penyakit tertular dari satu pasien ke pasien lain atau ke dokter gigi yang bisa saja melalui air liur atau darah si dokter gigi menggunakan barier berupa sarung tangan dan masker yang hanya boleh digunakan sekali. Artinya hanya digunakan untuk 1 (satu) pasien. Alat-alat yang digunakan oleh dokter gigi merupakan alat steril yang setelah digunakan pada 1 (satu) pasien dibersihkan dan dimasukkan ke alat sterilisasi khusus atau langsung dibuang apabila menggunakan alat disposible.

Page 4: artikel kg.docx

Sekarang tinggal dibayangkan apabila melakukan perawatan kawat gigi pada orang yang tidak memiliki pengetahuan yang lebih dibidang tersebut? Mereka tidak mendapatkan pengetahuan mengenai cara sterilisasi peralatan yang digunakan, tidak memiliki kualifikasi yang lebih untuk merawat gigi yang tidak beraturan. Bisa jadi gigi si pasien bukannya menjadi baik dan sehat namun akan menimbulkan masalah baru yakni resiko terkena penyakit menular seperti HIV, Hepatitis, gigi goyang, rahang sakit saat membuka mulut dan masih banyak lagi akibat buruk yang akan ditimbulkan.

Sekarang kembali lagi kepada si pasien, apakah mencari harga murah dengan hadiah berupa penyakit baru atau mencari perawatan yang berkualitas dengan hasil memuaskan.

Green Dentistry, Cegah Limbah Praktik Dokter Gigi

Page 5: artikel kg.docx

Kebanyakan dari kita sering mempermasalahkan masalah limbah rumah tangga dan pabrik yang telah banyak merusak lingkungan. Namun kita tidak menyadari bahwa tempat praktik dokter gigi dapat berpotensi sebagai asal limbah yang tak kalah membahayakan bagi lingkungan bahkan dapat menyebabkan penyakit menular. Limbah berbahaya tersebut dapat berupa limbah infeksi dan limbah kimia.

Limbah infeksi adalah limbah yang dapat menularkan penyakit seperti darah dan jaringan, yang dapat menularkan penyakit seperti demam berdarah, diare, hepatitis dan flu burung. Sedangkan limbah kimia adalah limbah yang dapat merusak lingkungan seperti limbah tambalan amalgam (berwarna hitam) yang mengandung merkuri sebanyak 40-50 persen, limbah pencucian film X-ray yang mengandung silver,hydroquinone dan chromium, limbah bahan sterilisasi alat yang mengandung alkohol, glutaraldehydedan ortho-phthaldehyde, dan cairan bleaching dengan konsentrasi tinggi.

Selain kedua jenis limbah tersebut, bahan-bahan dan obat yang selalu dipakai dokter gigi dalam praktiknya juga dapat mengganggu lingkungan, seperti jarum suntik, masker, sarung tangan, alat-alat pemanas, obat-obat pulpa dan sinar halogen serta laser. Jika tidak ditampung di tempat khusus, bahan-bahan tersebut dapat ikut aliran pembuangan selokan lalu ke sungai dan ke laut atau bisa juga mengendap di sekitar saluran pembuangan. Sehingga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan menimbulkan penyakit yang menular seperti demam berdarah, diare, hepatitis dan flu burung.Di Indonesia keadaan ini masih sangat memprihatinkan dan perlu mendapatkan perhatian serius. Oleh karena itu, saat ini Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), tengah gencar menyuarakan Green Dentistry, sebuah pendekatan yang menggabungkan praktik kedokteran gigi dengan pemeliharaan lingkungan. Untuk mendukung kegiatan tersebut praktik dokter gigi perlu menggunakan bahan kedokteran gigi yang non-toksik, untuk mengurangi limbah.

“Dokter gigi diharapkan mempunyai tanggungjawab dalam memelihara atau melindungi lingkungan tempat praktiknya, mulai dari perlindungan kepada pasien, klinik dan alam sekitar sebagai sumbangan kepada sistem

Page 6: artikel kg.docx

lingkungan hidup sehat,” ujar Prof Siti Mardewi S A, anggota PDGI yang aktif menyuarakan Green dentistry, saat ditemui Kompas.Com.

Beberapa cara untuk mengurangi toksik adalah dengan mengurangi atau menghentikan penggunaan bahan berbahaya, seperti menyiapkan alat pembuangan yang aman bagi lingkungan dan menggunakan bahan lain yang lebih aman seperti menggunakan tambalan composite resin (berwarna putih), penggunaan digital X-ray, netralisasi alat dengan glycine dan penurunan konsentrasi kurang dari 1 persen pada cairan bleaching.

Ini merupakan masalah yang penting karena itu harus melibatkan berbagai pihak mulai dari lembaga pendidikan khususnya kesehatan, lembaga pemerintahan, lembaga tata kota dan lingkungan hidup. Masyarakat sebagai pasien juga harus dapat berperan aktif, dengan memberikan perhatian dan pengawasan pada peralatan atau bahan-bahan yang digunakan dokter gigi. ¨Bayangkan jika green dentistry tidak dilakukan dari sekarang, global warming pasti segera mengancam manusia dan lingkungan,” tambah Siti Mardewi.

Mengenal Peralatan Sederhana Dokter Gigi

Page 7: artikel kg.docx

Apa yang terbayang di benak Anda saat hendak berkunjung ke dokter gigi? Suara bor yang mendengung serta tang gigi yang menyeramkan? Memang, untuk tindakan tertentu, dibutuhkan alat-alat tersebut, tetapi sebenarnya peralatan utama yang diperlukan untuk mendeteksi adanya kelainan di rongga mulut untuk pertama kali hanyalah peralatan sederhana, di antaranya:

1. Kaca mulut, yaitu sebuah kaca kecil berbentuk bundar dan diberi gagang. Alat ini akan dimasukkan ke dalam rongga mulut untuk melihat keadaan gigi dan jaringan di sekitar gigi. Kaca mulut merupakan peralatan utama. Dengan alat ini, lubang yang tersembunyi dapat dilihat oleh dokter gigi.

2. Sonde, yaitu alat yang ujungnya tajam, bisa berbentuk melengkung atau lurus. Gunanya untuk mendeteksi adanya karies atau lubang gigi, terutama di daerah yang tersembunyi atau di antara gigi. Dengan ujungnya tersembunyi bisa dideteksi.

3. Pinset, yang digunakan utuk mengambil sesuatu. Di bidang kedokteran gigi, pinset digunakan untuk mengambil berbagai macam benda, baik kapas maupun kotoran, dari dalam rongga mulut.

4. Excavator, alat yang kedua ujungnya berbentuk seperti sendok, yang digunakan yang tajam, karies yang kecil berupa titik atau yang untuk mengorek/membersihkan kotoran di dalam karies.

Alat-alat di atas merupakan alat utama yang pasti dipakai oleh dokter gigi ketika memeriksa ada-tidaknya kelainan untuk pertama kali. Jadi, jika kita rajin berkunjung secara rutin dan teratur setiap 6 bulan sekali, tentunya bor

Page 8: artikel kg.docx

dan tang yang jadi “momok” itu tak perlu dipergunakan, karena gigi kita telah terawat secara teratur.