artikel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keuangan

Citation preview

  • PENGARUH CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), PRICE

    EARNING RATIO (PER), DAN RETURN ON ASSET (ROA) TERHADAP RETURN

    SAHAM PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

    INDONESIA TAHUN 2005-2010

    By:

    Rio Malintan

    Jurusan Akuntansi

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

    Supervisor:

    Tuban Drijah Herawati, SE., MM., Ak

    ABSTRACT

    This research was conducted to examine the effect of Current Ratio (CR), Debt to Equity

    Ratio (DER), Price Earnings Ratio (PER), and Return On Asset (ROA) to share return of

    mining companies that were listed in Indonesia Stock Exchange period 2005-2010. The

    sampling technique used was purposive sampling with criteria (1) Mining companies has

    complete financial data during the period 2005-2010. (2) Mining companies did not incur

    loss during 2005-2010. (3) Mining companies listed consecutively on Indonesian Share

    Exchange in 2005-2010. Based on these criteria 8 samples obtained from a total of 19 mining

    companies listed on the Indonesian Share Exchange. Data collected from Indonesian Capital

    Market Directory (ICMD). The analysis technique used is multiple linear regression analysis,

    using t-test to test the effect of dependent variables to independent variables partially. It also

    made the classic assumption test covering normally test, multicollinierity test,

    heteroskedasticity test and autocorrelation test. In this research, simultaneous CR, DER, PER,

    and ROA have not significant influence on the mining companys stock return. Significance value of 0,108 with = 0,05 where sig (0,108) > (0,05). Partially CR and DER had no influence to the share return with CR = -0,182 and DER = -0,060, while PER and ROA has significant influence to the share return of mining companies with PER = 0.359 and ROA = 0,049.

    Keywords: Share Return, CR, DER, PER, and ROA

    PENDAHULUAN

    Semakin berkembangnya kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi di era

    globalisasi saat ini tidak menjadikan jarak dan waktu sebagai hal yang dapat menghambat

    seseorang untuk dapat berusaha memperoleh keuntungan dari berinvestasi saham. Dengan

    kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi ini pula para pelaku usaha memanfaatkan

    peluang dengan melakukan penawaran dan perdagangan saham di pasar modal. Pasar modal

  • merupakan sarana yang sangat menguntungkan baik bagi pihak perusahaan maupun bagi

    pihak investor yang sama-sama berorientasi pada keuntungan. Melihat peluang yang terbuka

    ini perusahaan berlomba-lomba untuk memperdagangkan saham mereka di pasar modal.

    Dengan memperdagangkan sahamnya di pasar modal, maka perusahaan dapat memperoleh

    dana bagi kelangsungan hidupnya. Jika dilihat dari sisi investor, pasar modal merupakan salah

    satu sarana efektif bagi mereka untuk menanamkan modalnya agar dapat memperoleh

    keuntungan.

    Tujuan para pemodal atau investor menanamkan modalnya pada sekuritas saham

    adalah untuk mendapatkan return (tingkat pengembalian) yang tinggi tapi dengan tingkat

    risiko tertentu atau mendapatkan return tertentu dengan tingkat risiko yang rendah. Oleh

    karena itu, dalam melakukan investasi sekuritas saham investor akan lebih menyukai

    perusahaan yang dapat memberikan return yang cenderung lebih tinggi. Untuk memprediksi

    return saham banyak faktor yang dapat digunakan sebagai parameter, salah satunya dengan

    menghitung rasio keuangan perusahaan. Investor yang tidak berspekulasi tentu akan

    memperhitungkan dan menilai kinerja keuangan yang terdiri dari rasio-rasio keuangan dalam

    menjatuhkan pilahannya terhadap suatu saham.

    Penelitian mengenai pengaruh CR terhadap return saham pernah dilakukan oleh Ulupui

    (2005), hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa CR berpengaruh signifikan terhadap

    return saham. Penelitian dengan menggunakan CR juga pernah dilakukan oleh

    Hernendiastoro (2005), namun hasil penelitian bertentangan dengan hasil penelitian Ulupui

    (2005), hasil penelitian ini menunjukkan CR tidak berpengaruh signfikan terhadap return

    saham.

    Penelitian mengenai pengaruh DER terhadap return saham pernah dilakukan oleh

    Christanti (2009), hasil penelitian tersebut menunjukkan DER berpengaruh negatif signifikan

    terhadap return saham. Penelitian terhadap DER juga pernah dilakukan oleh Padan (2012)

    yang menyatakan DER tidak berpengaruh terhadap return saham dengan arah positif.

    Tresnaeni (2007) juga pernah melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengaruh DER

    terhadap return saham. Hasil penelitian ini menunjukkan DER tidak berpengaruh terhadap

    return saham dengan arah negatif.

  • Penelitian mengenai pengaruh PER terhadap return saham pernah dilakukan oleh

    Christanty (2010), hasil penelitian tersebut menunjukkan PER berpengaruh signifikan

    terhadap return saham. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang

    dilakukan oleh Poernamawati (2008) yang menunjukkan PER berpengaruh positif signifikan

    terhadap return saham. Penelitian mengenai pengaruh PER terhadap return saham juga

    pernah dilakukan oleh Hernendiatoro (2005), hasil penelitian tersebut menunjukkan PER

    tidak berpengaruh terhadap return saham dengan arah negatif.

    Penelitian mengenai pengaruh ROA terhadap return saham dilakukan oleh Prihartini

    (2009), hasil penelitian tersebut menunjukkan ROA berpengaruh positif signifikan terhadap

    return saham. Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

    Ulupui (2005) yang hasilnya ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.

    Penelitian mengenai pengaruh ROA terhadap return saham juga pernah dilakukan oleh

    Prasetyo (2009), hasil penelitian ini menunjukkan ROA tidak berpengaruh terhadap return

    saham dengan arah negatif. Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan Christanti (2009),

    menunjukkan ROA tidak berpengaruh terhadap return saham dengan arah positif.

    Dari uraian beberapa rasio keuangan di atas, masih terdapat perbedaan hasil

    penelitian. Selain itu, melihat pentingnya rasio keuangan bagi para investor yang tidak

    berspekulasi dalam menjatuhkan pilihannya terhadap suatu saham, maka diharapkan laporan

    keuangan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan rasio keuangan. Oleh karena

    itu akan sangat bermanfaat jika dilakukan penelitian ulang terkait dengan pengaruh CR, DER,

    PER, dan ROA terhadap return saham.

    Dilihat dari sisi geografis Negara Indonesia merupakan Negara dengan struktur

    kepulauan yang banyak sekali mengandung kekayaan alam berupa hasil tambang. Dengan

    kekayaan tambang yang melimpah ini, menjadikan daya tarik tersendiri bagi perusahaan-

    perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan untuk beroperasi di Indonesia. Komoditas

    tambang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa hasil

    komoditas perusahaan tambang merupakan komoditas yang penting bagi dunia seperti

    batubara, timah, minyak dan gas bumi serta hasil komoditas pertambangan lainnya.

    Sekitar tahun 2008 dimulai terjadinya krisis keuangan cukup hebat yang melanda

    Negara Amerika Serikat (USA). Krisis tersebut tidak lama kemudian mengakibatkan efek

  • domino terhadap Negara-negara di kawasan Eropa secara signifikan dan juga Negara-negara

    lain yang memiliki hubungan ekonomi dengan USA dengan tingkat pengaruh yang bervariasi.

    Akan sangat bermanfaat jika dilakukan penelitian dengan melihat pengaruh rasio keuangan

    terhadap return saham perusahaan pertambangan pada saat sebelum terjadinya krisis

    keuangan global, pada saat terjadinya krisis keuangan global, dan sesudah terjadinya krisis

    keuangan global yang ketiga fase tersebut dapat digeneralisasi selama periode 2005-2010,

    sehingga akan dapat diketahui bukti empiris pengaruh rasio keuangan terhadap return saham

    perusahaan pertambangan pada tahun 2005-2010.

    Dari beberapa uraian di atas, maka akan sangat penting dan bermanfaat jika dilakukan

    penelitian ulang untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap perusahaan

    pertambangan dengan judul Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER),

    Price Earning Ratio (PER), dan Return on Asset (ROA) Terhadap Return Saham

    Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010.

    Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

    pengaruh secara parsial dan simultan variabel independen yang terdiri dari Curent Ratio (CR),

    Debt To Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Return On Asset (ROA terhadap

    return saham perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2010.

    KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    Return Saham

    Return saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan

    juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang

    dilakukan (Tandelin, 2010: 102). Mengingat tidak selamanya perusahaan membagikan

    deviden kas secara periodik kepada pemegang sahamnya, maka return saham dapat dihitung

    sebagai berikut (Jogianto, 2003):

    Keterangan:

    R = Return sekarang

    Pt = harga saham sekarang

  • Pt-1 = harga saham periode lalu

    Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Return Saham

    Untuk mengukur likuiditas perusahaan dalam penelitian ini menggunakan rasio

    Current Ratio (CR). CR merupakan salah satu ukuran likuiditas yang bertujuan untuk

    mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan aset

    lancar yang dimilikinya. Nilai CR yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi

    profitabilitasnya. Sawir (2005:9) menyatakan bahwa CR yang rendah akan berakibat pada

    menurunnya harga pasar saham perusahaan bersangkitan, namun CR terlalu tinggi belum

    tentu baik karena pada kondisi tertentu hal tersebut menunjukkan banyak dana perusahaan

    yang menganggur (aktivitas sedikit) yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba

    perusahaan.

    Senada dengan Sawir, Prastowo (1995) mengungkapkan CR yang tinggi dapat

    disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih dan persediaan yang belum terjual, yang

    tentunya tidak dapat digunakan secara cepat untuk membayar utang lancarnya. Dari argumen

    yang dikemukakan oleh Sawir (2005:9) dan Prastowo (1995). Dapat disimpulkan bahwa aset

    lancar yang bernilai cukup besar yang dalam hal ini digunakan sebagai pembilang dalam

    perhitungan CR bisa saja lebih didominasi oleh komponen piutang yang tidak tertagih dan

    persediaan yang belum terjual yang nilai dari kedua komponen ini lebih tinggi dari pada nilai

    komponen aset lancar lainnya yang digunakan untuk membayar utang lancar. jika hal ini

    terjadi tentu rasio CR suatu perusahaan akan tinggi dan mengakibatkan seakan-akan

    perusahaan berada dalam kondisi yang likuid.

    Dari argumentasi di atas, disimpulkan CR berpengaruh negatif terhadap return saham.

    hal ini didukung oleh bukti empiris yang dilakukan oleh Sulaiman dan Handi (2008) serta

    Hernendiastoro (2005) yang menunjukkan CR berpengaruh negatif terhadap return saham.

    Berdasarkan pada argumentasi dan bukti empiris yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan

    hipotesis penelitian sebagai berikut:

    H1: CR berpengaruh negatif terhadap return saham

    Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham

    Debt to Equity Rato (DER), merupakan kelompok rasio solvabilitas yang menjadi

    salah satu variabel independen dalam penelitian ini. Nilai DER ditujukkan dengan total debts

  • yang dibagi dengan nilai total sareholders equity. Semakin tinggi DER menunjukkan semakin

    besar total utang terhadap total ekuitas (Ang, 1997), hal ini juga akan menunjukkan semakin

    besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) sehingga tingkat resiko

    perusahaan semakin besar.

    Menurut Bringham dan Houston (2006:17), semakin tinggi risiko dari penggunaan

    lebih banyak utang akan cendrung menurunkan harga saham. Investor perlu memperhatikan

    kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal sendiri dan modal pinjaman. Jika

    modal sendiri lebih besar dari modal pinjaman, maka perusahaan tidak akan mudah bangkrut

    (Samsul, 2006:204).

    Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi DER

    menunjukkan komposisi total utang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri

    sehingga meningkatkan tingkat risiko yang diterima investor. Hal ini akan membawa dampak

    pada menurunnya harga saham. Hal ini juga menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif

    terhadap return saham.

    Dari argumentasi di atas, disimpulkan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap

    return saham. Hal ini dikuatkan dengan bukti empiris yang dilakukan oleh Prihartini (2009)

    yang menunjukkan hasil bahwa DER berpengaruh negatif terhadap return saham. Hasil

    serupa juga ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan Christanti (2010) dan Faried (2008)

    yang menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap return saham. Berdasarkan

    argumentasi dan bukti empiris yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian

    sebagai berikut:

    H2: DER berpengaruh negatif terhadap return saham

    Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham

    Sulaiman dan Hadi (2004) menjelaskan bahwa PER digunakan oleh para investor

    untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan

    datang. Perusahaan yang memiliki PER yang tinggi biasanya memiliki peluang tingkat

    pertumbuhan yang tinggi, begitu juga sebaliknya perusahaan yang memiliki PER yang rendah

    biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah.

    Semakin tinggi PER menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh

    investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi juga

  • menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya. Jika harga saham

    semakin tinggi maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya

    semakin besar, sehingga capital gain juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena

    capital gain (actual return) dihitung dari selisih antara harga saham periode sekarang dengan

    harga saham periode sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa PER yang tinggi akan

    mengakibatkan return saham naik. Hal ini berarti PER berpengaruh positif terhadap return

    saham.

    Dari argumentasi di atas, maka disimpulkan PER berpengaruh positif terhadap return

    saham. Hal ini dikuatkan dengan bukti empiris dari penelitian Pornamawati (2008) dan

    Christanty (2009) yang menunjukkan bahwa PER berpengaruh positif terhadap return saham.

    Berdasarkan argumentasi dan bukti empiris yang telah dijelaskan, maka dirumuskan hipotesis

    penelitian sebagai berikut:

    H3: PER berpengaruh positif terhadap return saham

    Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Return Saham

    Menurut Kasmir (2004:284), Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang

    digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan

    dalam aset yang digunakan dalam operasional perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin

    tinggi ROA maka akan menunjukkan semakin efisien operasional dari suatu perusahaan, begitupun

    sebaliknya rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya aset perusahaan yang menganggur,

    investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aset tetap beroperasi dibawah

    normal dan lain-lain.

    Perusahaan dengan ROA yang besar akan menarik minat para investor untuk

    menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, karena keuntungan yang akan mereka

    terima besar, demikian juga sebaliknya jika ROA rendah, maka minat investasi turun, dan

    harga saham pun turun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi ROA

    menunjukkan semakin efektif perusahaan memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan laba

    bersih setelah pajak. Dengan semakin meningkatnya ROA maka kinerja perusahaan yang

    ditinjau dari profitabilitas semakin baik. Hal ini akan menarik investor untuk memiliki saham

    perusahan tersebut.

    Dari argumentasi di atas, disimpulkan ROA berpengaruh positif terhadap return

    saham. Hal ini dikuatkan dengan bukti empiris yang dilakukan oleh Ulupui (2005) dan

  • Prihartini (2009) yang menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap return saham.

    Berdasarkan argumentasi dan bukti empiris yang dijelaskan, maka dirumuskan hipotesis

    penelitian sebagai berikut:

    H4: ROA berpengaruh positif terhadap return saham

    METODOLOGI PENELITIAN

    Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI

    pada tahun 2005-2010. Jumlah perusahaan pertambangan yang menjadi populasi dalam

    penelitian ini sebanyak 19 perusahaan.

    Sampel dalam penelitian ini adalah 8 perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI

    pada tahun 2005-2010. Pemilihan sampel penelitian ini secara purposive sampling. Kriteria

    perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:

    1. Perusahaan pertambangan yang memilki data keuangan lengkap tahun 2005-2010.

    2. Perusahaan pertambangan yang tidak mengalami kerugian selama periode penelitian.

    3. Perusahaan pertambangan yang terdaftar secara terus menerus di BEI dari tahun 2005-

    2010.

    Berdasarkan kriteria-kriteria penelitian yang telah ditentukan, maka perusahaan

    pertambangan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut yang

    ditunjukkan dalam tabel 3.2.

    Tabel 3.2

    Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

    No. Nama Perusahaan Kode

    1. Aneka Tambang (Persero) Tbk. ANTM

    2. Bumi Resources Tbk. BUMI

    3. Exploitasi Energi Indonesia Tbk. CNKO

    4. Vale Indonesia Tbk. INCO

    5. Medco Energi International Tbk. MEDC

    6. Perusahaan Gas Negara Tbk. PGAS

    7. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. PTBA

    8. Timah (Persero) Tbk. TINS

  • Metode Analisis Data

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis regresi linier berganda

    serta mengunakan uji asumsi klasik untuk menguji empat penyimpangan klasik yang biasanya

    terjadi. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai analisis regresi linier berganda dan uji

    asumsi klasik.

    Analisis Regresi Linier Berganda

    Analisis regresi linier berganda ini dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS

    (Statistical Product and Service Sollution). Secara umum bentuk regresi yang digunakan

    dengan model regresi berganda dengan tingkat signifikasnsi = 0,05 yang artinya derajat

    kesalahan sebesar 5%..

    Y = a + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + e

    Keterangan:

    Y = Return saham

    a = Konstanta

    1.... 4 = Beta masing-masing variabel

    X1 = CR

    X2 = DER

    X3 = PER

    X4 = ROA

    e = error

    Pengujian Hipotesis

    Untuk menguji hipotesis pengaruh variabel-variabel independent terhadap return saham

    secara simultan digunakan uji F (simultan), sedangkan untuk menguji pengaruh variabel-

    variabel independent terhadap return saham secara parsial digunakan uji t (parsial). Selain itu,

    untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

    dependen digunakan koefisien determinasi (R). Berikut akan dijelaskan lebih lanjut

    mengenai uji F (simultan) dan uji t ( parsial).

    Uji F (Simultan)

    Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel

    dependen secara simultan atau serentak.

  • Ho: bi = 0, menunjukkan bahwa variabel independen secara simultan tidak berpengaruh

    signifikan terhadap dependen.

    Ha: bi0, menunjukkan variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

    dependen.

    Uji t (Parsial)

    Bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel

    dependen secara parsial.

    H0: b1b4 = 0, artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel

    dependen.

    Ha: b1b4 0, artinya ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

    Koefisien Determinasi (R)

    Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

    model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinansi adalah

    antara 0 dan 1. Nilai R yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam

    menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2009:49). Nilai yang

    mendekati 1 (satu) berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi

    yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

    Sebelum melakukan analisis regresi linear berganda, terlebih dahulu harus dilakukan

    uji penyimpangan asumsi klasik terhadap sampel-sampel dalam penelitian ini. Uji

    penyimpangan asumsi klasik tersebut antara meliputi: normalitas data, multikolinearitas,

    heteroskedastisitas dan autokorelasi yang dilakukan sebagai berikut:

    Pengujian Normalitas Data

    Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil bahwa distribusi data awal belum memenuhi

    normalitas. Pengujian normalitas data menggunakan uji Probability Plot yang diperkuat

    dengan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil pengujian diperoleh sebagai berikut:

  • Tabel 4.1

    Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Normalitas melalui

    Uji Kolmogorov Smirnov

    Variabel Asymp. Sig. (2-tailed) Keputusan

    1. Return Saham 0,096 Tidak ada gejala normalitas

    2. CR 0,000 Ada gejala normalitas

    3. DER 0,216 Tidak ada gejala normalitas

    4. PER 0,022 Ada gejala normalitas

    5. ROA 0,272 Tidak ada gejala normalitas

    Dari output SPSS one-sample Kolmogorof-Smirnov test, diperoleh nilai Asymply

    Significant variabel PER 0,0000.05. Hal ini

    menunjukkan model regresi tersebut berdistribusi normal dan dapat dilanjutkan untuk

    anakasis regresi linear berganda.

  • Pengujian Multikolinieritas

    Pengujian adanya multikolinear dapat diketahui dengan nilai Variance Inflation Factor

    (VIF) dari masing-masing variabel. Nilai VIF yang lebih kecil dari 10 dan tolerance

    mendekati nilai 1 mengindikasikan tidak adanya multikolinieritas dalam pengujian model

    regresi. Hasil nilai VIF dan tolerance untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel

    4.3 sebagai berikut:

    Tabel 4.3

    Nilai VIF dan Tolerance

    Y X Tolerance VIF Keputusan

    1. Return Saham CR 0.453 2.209 Tidak ada multikolinieritas

    2. Return Saham LNDER 0.383 2.610 Tidak ada multikolinieritas

    3. Return Saham LNPER 0.623 1.604 Tidak ada multikolinieritas

    4. Return Saham ROA 0.646 1.548 Tidak ada multikolinieritas

    Dari output SPSS coefficients, diperoleh nilai tolerance dan Variance Inflation Factor

    (VIF). Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut terlihat bahwa keempat variabel bebas tersebut

    memiliki angka VIF lebih kecil dari 10 demikian juga dengan angka tolerance yang

    mendekati angka 1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model yang terbentuk tidak

    terdapat gejala multikolinearitas.

    Pengujian Heterokedatisitas

    Pengujian heteroskedatisitas pada penelitian ini dideteksi dengan menggunakan

    Scatter Plot yang diperkuat dengan uji Gletser yang diperoleh sebagai berikut:

    Gambar 4.3

    Pengujian Heteroskedastisitas

  • Hasil uji Scatter Plot menunjukkan pola yang menyebar. Hal ini mendukung bukti tidak

    adanya masalah heteroskedastisitas dalam model regresi. Sehingga regresi tersebut layak

    dipakai untuk prediksi return saham. Untuk lebih meyakinkan uji heteroskedastis ini,

    dilakukan uji yang lain yakni uji Park. Dari uji Park peroleh hasil berikut ini:

    Tabel 4.4

    Uji Heteroskedastisitas

    Variabel Sig Keputusan

    1. CR 0.210 0.05 Tidak ada heterokedastisitas

    2. LNDER 0.340 0.05 Tidak ada heterokedastisitas

    3. LNPER 0.063 0.05 Tidak ada heterokedastisitas

    4. ROA 0.061 0.05 Tidak ada heterokedastisitas

    Dari table 4.4 yang berasal dari tabel coefficients, dapat dilihat nilai signifikansi dari

    masing-masing variabel dimana nilai signifikansi dari variabel CR sebesar 0.210>0.05,

    variabel DER sebesar 0.340>0.05, variabel PER sebesar 0.063>0.05, dan variabel ROA

    sebesar 0.061>0.05. Hasil uji Park menunjukkan bahwa koefisien parameter tidak ada yang

    signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa model tidak terdapat heteroskedastisitas. Jadi

    dapat disimpulkan bahwa variabel model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas dan

    memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi linier berganda.

    Pengujian Autokorelasi

    Tabel 4.5

    Uji Autokorelasi

    dL dU DWhitung Hasil Keputusan

    1,3619 1,7206 1,936 dU

  • adalah 1,936. Nilai ini masih berada pada range dU < DW-hitung < 4-dU yang berarti bahwa

    tidak terjadi korelasi atau hubungan antar observasi penelitian atau tidak terjadi korelasi

    antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t-1).

    Pengujian Hipotesis

    Dalam penelitian ini akan dilakukan uji pengaruh secara simultan (Uji F) dan secara

    Parsial (Uji t) variabel-variabel independen terhadap variabel independen. Untuk lebih

    jelasnya mengenai pengaruh secara simultan dan parsial variabel independen terhadap

    variabel dependen akan dijelaskan melalui Uji F (Simultan) dan Uji t (Parsial).

    Tabel 4.6

    Hasil Perhitungan Analisis Regresi Linier Berganda

    Keterangan:

    (*) Signifikan pada tingkat = 10%

    (**) Signifikan pada tingkat = 5%

    Uji t (Parsial)

    Dari hasil output SPSS coefficient yang dirangkum dalam tabel 4.6, maka dapat

    disimpulkan hasil pengujian pengaruh secara parsial variabel independen yang terdiri dari

    Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Return

    On Asset (ROA) terhadap return saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa

    Efek Indonesia tahun 2005-2010 adalah:

    Koefisien Regresi (B) Beta () Sig.

    Keputusan

    Konstanta -0,453 0,652

    CR -0,182 -0,209 0,319 H1 ditolak

    DER -0,060 -0,042 0,852 H2 ditolak

    PER 0,359 0,332 0,068* H3 diterima

    ROA 0,049 0,412 0,023** H4 diterima

    Koefisien Determinasi (R2) : 0,158

    Multiple Corelation (R) : 0,398

  • 1. Pengaruh Current Ratio (X1) terhadap return saham (Y)

    Dari hasil output SPSS terlihat bahwa nilai sig untuk CR adalah 0,319 dengan = 0,05

    maka nilai sig > . Ini berarti bahwa CR tidak dapat digunakan untuk mengukur perubahan

    return saham sehingga H1: CR berpengaruh negatif terhadap return saham ditolak.

    2. Pengaruh Debt to Equity Ratio (X3) terhadap return saham (Y)

    Dari hasil output SPSS terlihat bahwa nilai sig untuk DER adalah 0,852 dengan =

    0,05 maka nilai sig > . Ini berarti bahwa DER tidak dapat digunakan untuk mengukur

    perubahan return saham sehingga H2: DER berpengaruh negatif terhadap return saham

    ditolak.

    3. Pengaruh Price Earning Ratio (X1) terhadap return saham (Y)

    Dari hasil output SPSS terlihat bahwa nilai sig untuk PER adalah 0,068 dengan =

    0,05 maka nilai sig > . Akan tetapi dengan tingkat sig 0,1 atau 10% nilai sig untuk PER

    0,068 < 0,1 artinya PER memberikan pengaruh terhadap perubahan return saham pada

    tingkat signifikansi 10%. Kemudian diperoleh ttabel 2,02 dan terlihat bahwa thitung 1,874 <

    ttabel 2,02. Nilai thitung yang positif menunjukkan hubungan yang searah antara PER dan

    return saham. Dapat disimpulkan bahwa H3: PER berpengaruh positif terhadap return

    saham diterima.

    4. Pengaruh Return On Asset (X4) terhadap return saham (Y)

    Dari hasil output SPSS terlihat bahwa nilai sig untuk ROA adalah 0,023 dengan =

    0,05 maka nilai sig ttabel (2,02).

    Ini berarti bahwa ROA memiliki kontribusi terhadap perubahan return saham. Nilai thitung

    yang positif menunjukkan hubungan yang searah antara ROA dan return saham. Dapat

    disimpulkan bahwa H4: ROA berpengaruh positif terhadap return saham diterima.

    Koefisien Determinasi

    Dari tabel 4.6 juga dapat dilihat bahwa rasio keuangan yang dalam penelitian ini

    diwakili oleh rasio-rasio CR, DER, PER, dan ROA memberikan pengaruh terhadap return

    saham sebesar 15,8% sedangkan 84,2% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

    diteliti. Faktor-faktor lain itu misalnya seperti kondisi ekonomi, pengumuman laporan

    keuangan, nama baik perusahaan tersebut di mata investor, dan lain-lain. Karena nilai

  • koefisien determinasi (R2) kurang dari 50% atau mendekati 0, maka dapat disimpulkan bahwa

    kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen adalah

    terabatas.

    Uji F (Simultan)

    Uji ini digunakan untuk melihat, seberapa besar pengaruh variabel-variebel

    independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

    Tabel 4.7

    Hasil Uji F (Simultan)

    Nilai Fhitung Signifikansi Keterangan

    2,023 0,108 Tidak Signifikan

    Berdasarkan output SPSS Anova yang dirangkum dalam tabel 4.7 diperoleh nilai dari fhitung

    adalah 2.023 dan sig 0.108, dengan nilai ftabel adalah 2,59. Karena fhitung (2.023) (0,05).

    Pembahasan

    Rasio keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya harga saham

    suatu perusahaan. Membeli saham adalah membeli sebagian atau suatu kekayaan atau

    keuntungan perusahaan serta hak-hak lain yang melekat padanya. Oleh karena itu, harga

    saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau performance perusahaan itu sendiri

    dibandingkan faktor-faktor lainnya. Secara umum kinerja keuangan dapat diketahui dengan

    menganalisis laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan dengan menggunakan rasio

    keuangan sebagai alat analisisnya.

    Pembahasan Pengaruh Simultan Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

    Dalam penelitian ini secara simultan variabel CR, DER, PER, dan ROA hanya

    memberikan pengaruh sebesar 15,8% terhadap perubahan return saham yang ditunjukkan

    dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,158. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan

    return saham perusahaan pertambangan 84,2% nya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang

    tidak diteliti. Faktor-faktor lain itu misalnya seperti kondisi ekonomi, pengumuman laporan

  • keuangan, nama baik perusahaan tersebut di mata investor, dan lain-lain. Adanya faktor

    eksternal perusahaan ini secara tidak langsung dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para

    investor untuk melakukan investasi pada saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Pembahasan Pengaruh Curent Ratio (CR) Terhadap Return Saham

    Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui varibel Curent Ratio (CR) tidak

    berpengaruh terhadap return saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia (BEI) tahun 2005-2010. CR merupakan salah satu ukuran likuiditas yang bertujuan

    untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya

    dengan aset lancar yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi aset lancar dengan

    utang lancarnya. Rasio ini sering disebut dengan rasio modal kerja yang menunjukkan jumlah

    aset lancar yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk merespon kebutuhan-kebutuhan

    bisnis dan meneruskan kegiatan bisnis hariannya.

    Pada saat terjadinya krisis keuangan global dan sesudah terjadinya krisis keuangan

    global perekonomian di Indonesia masih dalam kondisi yang belum terlalu stabil yang

    berdampak pada kemampuan perusahaan pertambangan dalam melunasi utang lancar dengan

    menggunakan aset lancarnya menurun. Pada saat terjadi krisis keuangan global, perusahaan-

    perusahaan pertambangan di Indonesia secara umum mengurangi produksinya, khususnya

    pada perusahaan yang menghasilkan minyak, gas, dan batubara yang merupakan kebutuhan

    yang sangat startegis dan vital bagi semua Negara. Hal ini terjadi karena adanya kelebihan

    produksi komoditas tersebut di pasar internasional (www.datacon.co.id). Selain itu, sekitar

    tahun 2010 perusahaan-perusahaan pertambangan khususnya yang menghasilkan timah dan

    biji besi mengalami penurunan hasil produksi. Penurunan hasil produksi biji besi dan timah

    pada tahun 2010 sebagian besar disebabkan karena faktor cuaca ekstrim yang terus terjadi di

    wilayah Indonesia (www.datacon.co.id).

    Jumlah produksi komoditas perusahaan pertambangan yang menurun mengakibatkan

    jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan pertambangan juga mengalami penurunan,

    akibatnya komponen dari aset lancar perusahaan pertambangan yang secara umum

    didominansi oleh persediaan mengalami penurunan sehingga kemampuan perusahaan dalam

    melunasi utang lancar dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki juga menurun.

  • Rendahnya kemampuan perusahaan pertambangan dalam melunasi utang lancar dengan

    menggunakan aset lancar yang dimiliki mengakibatnya investor cendrung tidak menaruh

    perhatian yang lebih terhadap saham-saham perusahaan pertambangan tersebut. Hal ini

    berdampak pada tidak berpengaruhnya CR terhadap return saham perusahaan pertambangan

    yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) karena investor yang menjatuhkan pilihan

    berdasarkan pada proses analisis tentu sudah lebih dahulu dapat memprediksi bahwa

    perusahaan dengan tingkat likuiditas yang rendah akan kesulitan dalam melunasi utang-

    utangnya.

    Hal ini menegaskan bahwa perubahan CR perusahaan pertambangan pada tahun 2005-

    2010 tidak memberikan pengaruh terhadap return saham perusahaan pertambangan.

    Penjelasan-penjelasan di atas mendukung hasil penelitian yang menunjukkan bahwa CR tidak

    berpengaruh terhadap return saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia (BEI) tahun 2005-2010. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

    oleh Sulaiman dan Handi (2008) serta Hernendiastoro (2005) yang menyatakan bahwa CR

    tidak berpengaruh terhadap return saham. Akan tetapi hasil ini bertentangan dengan hasil

    penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2005) dan Prihartini (2009) yang menyatakan bahwa

    CR berpengaruh terhadap return saham.

    Pembahasan Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham

    Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dikatahui varibel Debt to Equity Ratio (DER)

    tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa

    Efek Indonesia (BEI) tahun 2005-2010. Oleh sebagian investor DER dipandang sebagai

    besarnya tanggung jawab perusahaan terhadap pihak ketiga yaitu kreditor yang memberikan

    pinjaman kepada perusahaan. Sehingga semakin besar nilai DER akan memperbesar

    tanggungan perusahaan. DER yang terlalu tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja

    perusahaan, karena dengan tingkat utang yang semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan

    akan semakin besar dan akan mengurangi keuntungan. Dengan tingkat utang yang tinggi dan

    dibebankan kepada pemegang saham, tentu akan meningkatkan risiko investasi kepada para

    pemegang saham.

    Perusahaan pertambangan merupakan industri yang syarat dengan risiko, terutama pada

    tahap eksplorasi hingga konstruksi yang memiliki ketidakpastian yang tinggi dan memerlukan

  • modal yang sangat besar. Karena tingkat risiko yang tinggi, pihak perbankan terutama

    perbankan dalam negri belum berani memberi dukungan pendanaan bagi perusahaan

    petambangan yang masih dalam tahapan tersebut dan baru berani memberi pinjaman jika

    perusahaan telah memasuki tahap produksi. Tarif pajak penghasilan yang cukup tinggi bagi

    perusahaan pertambangan mendorong perusahaan untuk mendapatkan manfaat utang dalam

    struktur modalnya. Oleh karena itu, sebagian besar pendanaan perusahaan diperoleh melalui

    utang, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang (Fadhilah, 2011). Dapat

    disimpulkan bahwa perusahaan pertambangan merupakan perusahaan yang sangat bergantung

    pada utang dalam proses bisnisnya.

    Keadaan perekonomian Indonesia yang tidak stabil pada saat terjadi krisis keuangan

    global tahun 2008 maupun sesudah terjadinya krisis keuangan global berdampak pada lesunya

    perekonomian di Indonesia. Krisis keuangan yang bermula dari krisis kredit perumahan

    (subprime mortgage crisis) di Amerika tersebut menimbulkan kemerosotan yang tajam pada

    bursa saham dunia sejak awal tahun 2008. Lesunya perekonomian berpotensi menciptakan

    risiko kredit bagi perbankan. Hal ini membuat pihak perbankan sangat selektif dalam

    memberikan dukungan pendanaan tersebut. Akibatnya perusahaan-perusahaan yang sangat

    bergantung kepada utang dalam proses bisnisnya khususnya perusahaan pertambangan untuk

    lebih mendapatkan manfaat utang dalam struktur modalnya baik itu dari utang jangka pendek

    maupun utang jangka panjang.

    Tingginya tingkat ketergantungan perusahaan pertambangan terhadap utang dalam

    proses bisnisnya tentu akan mengakibatkan tingkat risiko yang diterima investor yang

    berinvestasi pada saham perusahaan pertambangan juga akan tinggi. Hal ini tentu akan

    mengurangi minat investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan tersebut, terlebih lagi

    kondisi perekonomian yang belum terlalu menunjukkan tren positif hingga tahun 2010

    memaksa kreditor untuk lebih selektif dalam memberikan dukungan pendanaan.

    Investor yang menjatuhkan pilihannya berdasarkan pada hasil analisis tentu tidak akan

    membeli saham perusahaan dengan tingkat risiko yang lebih tinggi dari saham perusahaan

    lainnya. Hal ini berimbas pada tidak berpengaruhnya DER terhadap return saham perusahaan

    pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005-2010 karena investor

    yang yang menjatuhkan pilihannya berdasarkan pada hasil analisis sudah lebih dahulu dapat

  • memprediksi bahwa perusahaan yang sangat bergantung pada utang tentu akan memberikan

    risiko yang tinggi terhadap saham yang mereka beli.

    Hal ini menegaskan bahwa perubahan DER perusahaan pertambangan pada tahun 2005-

    2010 tidak memberikan pengaruh terhadap return saham perusahaan pertambangan.

    Penjelasan-penjelasan di atas mendukung hasil penelitian yang menunjukkan bahwa DER

    tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa

    Efek Indonesia (BEI) tahun 2005-2010. Hasil ini sejalan dengan hasil penlitian yang

    dilakukan oleh Faried (2008) dan Hernendiastoro (2005) yang menunjukkan bahwa DER

    tidak berpengaruh terhadap return saham. Namun hasil ini bertentangan dengan hasil

    penelitian yang dilakukan oleh Christanti (2010) yang menunjukkan bahwa DER berpengaruh

    terhadap return saham.

    Pembahasan Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Return Saham

    Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa variabel Price Earning Ratio

    (PER) berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2005-2010. Arah positif menunjukkan jika PER

    mengalami kenaikan maka return saham akan mengalami kenaikan. Begitupun sebaliknya,

    jika PER mengalami penurunan maka return saham akan mengalami penurunan. PER

    merupakan rasio harga saham terhadap laba bersih per lembar saham.

    Rasio PER dilihat oleh investor sebagai suatu ukuran kemampuan perusahaan dalam

    menghasilkan laba masa depan. Angka dari PER digunakan untuk memprediksi kemampuan

    perusahaan dalam menghasilkan laba (earning power) di masa yang akan datang. Semakin

    tingginya PER menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor

    terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi juga

    menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya. Jika harga saham

    semakin tinggi maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya

    semakin besar, sehingga capital gain juga semakin meningkat.

    Perusahaan yang memiliki PER yang tinggi biasanya memiliki peluang tingkat

    pertumbuhan yang tinggi, akibatnya banyak investor yang memilih untuk membeli saham

    perusahaan tersebut. Hal ini berdampak pada naiknya harga saham sehingga menjadikan

    return saham akan naik. Sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan PER berpengaruh

  • positif terhadap return saham perusahaan pertambangan, yang artinya semakin tinggi PER

    perusahaan pertambangan maka return perusahaan pertambangan akan semakin naik.

    Hasil ini sejalan dengan hasil penilitian yang dilakukan oleh memberikan dukungan

    empiris terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Christanti (2009), tresnaeni (2007),

    Padan (2012), dan widiawati (2010) yang menyatakan bahwa PER berpengaruh positif

    terhadap return saham. Akan tetapi hasil ini bertentangan dengan hasil yang didapat oleh

    Hernendiastoro (2005) yang menunjukkan PER berpengaruh negatif terhadap return saham.

    Pembahasan Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Return Saham

    Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui variabel Retun On Asset (ROA)

    berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa

    Efek Indonesia (BEI) tahun 2005-2010. Semakin besar ROA maka kinerja perusahaan tersebut

    semakin baik, hal ini juga menunjukkan semakin efektifnya perusahaan dalam memanfaatkan asetnya

    untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan semakin meningkatnya ROA maka kinerja

    perusahaan yang ditinjau dari profitabilitas semakin baik.

    Tingkat profitabilitas perusahaan yang baik tentu akan menarik minat investor untuk

    memiliki saham perusahan tersebut, karena ROA yang tinggi akan meningkatkan tingkat

    kembalian (return) yang dinikmati oleh investor. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

    semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif perusahaan memanfaatkan asetnya untuk

    menghasilkan laba bersih setelah pajak. Jika minat investor untuk membeli saham perusahaan

    pertambangan meningkat, maka harga saham perusahaan pertambangan juga cenderung

    meningkat yang diikuti oleh tingkat kembalian (return) saham yang besar.

    Hasil penelitian ini memberikan dukungan bahwa perusahaan yang lebih banyak

    memiliki laba bersih dibanding dengan total asetnya akan memberikan kepercayaan kepada

    investor. ROA yang tinggi menunjukkan profitabilitas perusahaan yang semakin meningkat

    sehingga akan mengakibatkan peningkatan profitabilitas atau return yang dinikmati oleh

    pemegang saham. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa variabel ROA perusahaan

    pertambangan perlu diperhatikan oleh investor dalam berinvestasi khususnya pada saham

    perusahaan pertambangan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

    ROA berpengaruh positif terhadap return saham yang artinya jika ROA naik atau tinggi,

    menunjukkan profitabilitas perusahaan semakin baik akibatnya return saham yang dinikmati

    oleh investor juga akan semakin naik.

  • Hasil ini memberikan dukungan terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

    Ulupui (2005), Christanti (2009), dan Prihartini (2009) yang hasilnya menunjukkan bahwa

    ROA berpengaruh positif terhadap return saham. Akan tetapi, hasil penelitian ini bertolak

    belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2010) yang menyatakan ROA

    berpengaruh negatif terhadap return saham.

    PENUTUP

    Simpulan

    1. Variabel-variabel independen yang digunakan yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity

    Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Return On Asset (ROA) secara simultan

    tidak memberikan pengaruh terhadap return saham perusahaan pertambangan yang

    terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005-2010.

    2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Current Ratio (CR) bukanlah faktor penentu dari

    perubahan return saham.

    3. Dari hasil analisis dan pembahasan juga dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio

    (DER) bukanlah faktor penentu yang dapat mempengaruhi return saham perusahaan

    pertambangan.

    4. Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan perubahan

    return saham perusahaan pertambangan.

    5. Seperti halnya PER, Return On Asset (ROA) merupakan salah satu faktor yang dapat

    menentukan perubahan return saham perusahaan pertambangan.

    Keterbatasan Penelitian

    Dalam penelitian ini, masih banyak keterbatasan yang dimiliki, antara lain:

    1. Masih terdapat banyak kekurangan dalam mendukung teori ataupun justifikasi hipotesis

    yang diajukan.

    2. Penelitian dilakukan dengan menggunakan periode pengamatan yang relatif singkat, yaitu

    tahun 2005-2010 sehingga jumlah sampel yang digunakan pun terbatas.

    3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas yang hanya terdiri dari

    Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Return

  • On Asset (ROA), sedangkan masih banyak variabel lain yang dapat juga berpengaruh

    terhadap return saham selain varibel yang peneliti gunakan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Agnes, Sawir. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.

    Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

    Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia

    Astuti, Subekti Puji. 2006. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental, EVA, dan MVA

    Terhadap Return Saham, Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

    Brigham, E. F. dan Joel F. Houston, 2006. Fundamentals of Financial Management.

    Terjemahan oleh Ali Akbar Y. Jakarta: Salemba Empat.

    Fadhilah, Ansoriyah. 2011. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan

    Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan yang Tercatat di BEI tahun

    2005-2009). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

    Faried, Asbi Rahman. 2008. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Nilai Kapitalisasi

    Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2002 s.d 2006,

    Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

    Fidriah, M.Y. 2004. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Terhadap PBV

    Perusahaan Terbuka yang Listing di BEJ. Skripsi tidak di publikasikan. Malang:

    Universitas Gajayana.

    Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:

    Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

    Gujarati, Damodar. 2006. Ekonometrika Dasar, Terjemahan Julius A. Mulyadi, Jakarta:

    Erlangga.

    Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada.

    Hartono, Jogiyanto, Prof. Dr. MBA., Ak. 2003. Teori Portfolio dan Analisis Investasi. Edisi

    Ketiga, Yogyakarta: BPFE-UGM.

  • Hardiningsih, Pancawati. 2002. Pengaruh Faktor Fundamental Dan Resiko Ekonomi

    Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta: Studi Kasus Basic

    Industry & Chemical. Semarang: Jurnal Strategi Bisnis, Vol. 8, Des pp 83-99.

    Hernendiastoro, Andre. 2005. Pengaruh Kinerja Perusahaan Dan Kondis Ekonomi Terhadap

    Return Saham Dengan Metode Intervalling (Studi Kasus Pada Saham-Saham LQ 45.

    Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

    Husnan, Suad. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Yogyakarta:

    BPFE-UGM.

    Institute for Economic and Financial Research, 2011. Indonesian Capital Market Directory

    2005-2010, Jakarta: ECFIN.

    Mahmud, dan Abdul Halim. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: STIE YKPN.

    Nazir, Muhamad. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia.

    Poernamawati, Fahmi. 2008. Pengaruh Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio

    (PER) Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Malang:

    Jurnal Manajemen Universitas Gajayana, Vol. 5 No. 2, November 2008, 105-108.

    Prastowo, Dwi. 1995. Analisis Laporan Keuangan.Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

    Prihartini, Ratna. 2009. Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER, dan CR Terhadap

    Return Saham (Studi Kasus Saham Industri Real Estate and Property yang Terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia Periode 20032006). Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

    Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahan, Edisi Keenam, Yogyakarta:

    BPFE UGM.

    Sangaji, Joko. 2003. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Harga Saham (Studi Pada PT.

    Kimia Farma Tbk.) Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol, 10. No.2 Hal. 41-48.

    Samsul, Muhammad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga.

    Sartono, Agus dan Misbahul Munir. 1997. Pengaruh Kategori Industri Terhadap Price

    Earning (P/E) Ratio dan Faktor-Faktor Penentunya. Jurnal Ekonomi dan Bisnis

    Indonesia, Volume. 12 No. 3.

    Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business: A Skill Building Approach, sixth

    edition, New York: John Willey & Sons, Inc.

    Siamat, Dahlan. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: FE UI

  • Situmorang, M. Paulus.2010. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Mitra Wacana Media.

    Soerinawati, Wiwiek. 2003. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap

    Return Saham pada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran di Bursa Efek Jakarta.

    Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

    Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis, Edisi Ketujuh. Bandung: Alfabeta.

    Sulaiman dan Handi, Ana. 2008. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada

    Perusahaan Manufaktur di BEJ. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi Vol: 2

    No.2 Juli 2008.

    Sunariyah, 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP APM YKPN.

    Ulupui, IGKA. 2005. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan

    Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman

    Dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di BEJ). Jurnal Akuntansi, Bali:

    Universitas Udayana.

    Widiawati, Zuraidah. 2010. Pengaruh PER, EPS, ROE, NPM, dan CR Terhadap Return

    Saham Pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI. Skripsi, Surabaya:

    Universitas Airlangga.

    www.duniainvestasi.com

    www.idx.co.id

    www.indoenergi.com

    www.wikipedia.org