14
ISOLASI SENYAWA KURKUMIN DARI CURCUMAE DOMESTICAE RHIZOMA ISOLATION OF CURCUMIN COMPOUND FROM CURCUMAE DOMESTICAE RHIZOMA Adi Pratama, Msy. Puji Maharani, Niken Dwi Larasati, Selma Ramadhani, Feby Shyntia Afiranti, Rurynta Ferly Shavira, Putri Widya Puspasari . Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km.21 Jatinangor 45363 Telp. (022) 7996200, Fax (022) 7796200 ABSTRAK Kunyit ( Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tumbuhan obat yang mengandung metabolit sekunder berupa Kurkumin. Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang tidak larut dalam eter dan air tetapi larut dalam alkohol. Kurkumin memiliki banyak khasiat, salah satunya antihepatotoksik. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengisolasi senyawa kurkumin yang ada pada simplisia rimpang kunyit. Senyawa kurkumin didapatkan dengan mengekstraksi curcumae domesticae rhizoma dengan metode soxhlet dengan etanol 95%. Ekstrak diuapkan sehingga dihasilkan rendemen ekstrak sebesar 13,693%. Kemudian ekstrak kental yang didapatkan difraksinasi dengan metode fast chromatography menggunakan n-heksana : etil asetat berbagai perbandingan. Fraksi kemudian dimurnikan dengan metode KLT preparatif dengan pengembang kloroform:metanol (95:5) dan diuji kemurniannya dengan Kromatografi Lapis Tipis 2 Dimensi menggunakan plat silika gel GF 254 sebagai fase diam, dan dua sistem pengembang yang digunakan etil asetat:n-heksana (2:3), serta kloroform:metanol (19:1), dan penampak bercak sinar UV 254 dan 366 nm. Isolasi tersebut menghasilkan isolat kurkumin sebanyak .......%. ABSTRACT Turmeric ( Curcuma domestica Val.) is one of the medicinal plants containing secondary metabolites such as Curcumin. Curcumin is a difenolat compounds which insoluble in water and eter but soluble in alcohol. Curcumin has many health benefits, one of them as the antihepatotoxic The propose of this experiment is to isolate the compound curcumin in curcumae domesticae rhizoma. The compound curcumin was obtained by extracting curcumae domesticae rhizoma 1

Artikel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Fitokimia, artikel

Citation preview

ISOLASI SENYAWA KURKUMIN DARI CURCUMAE DOMESTICAE RHIZOMA

ISOLASI SENYAWA KURKUMIN DARI CURCUMAE DOMESTICAE RHIZOMA

ISOLATION OF CURCUMIN COMPOUND FROM CURCUMAE DOMESTICAE RHIZOMAAdi Pratama, Msy. Puji Maharani, Niken Dwi Larasati, Selma Ramadhani, Feby Shyntia Afiranti, Rurynta Ferly Shavira, Putri Widya Puspasari .

Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

Jl. Raya Bandung Sumedang Km.21 Jatinangor 45363Telp. (022) 7996200, Fax (022) 7796200 ABSTRAK

Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tumbuhan obat yang mengandung metabolit sekunder berupa Kurkumin. Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang tidak larut dalam eter dan air tetapi larut dalam alkohol. Kurkumin memiliki banyak khasiat, salah satunya antihepatotoksik. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengisolasi senyawa kurkumin yang ada pada simplisia rimpang kunyit. Senyawa kurkumin didapatkan dengan mengekstraksi curcumae domesticae rhizoma dengan metode soxhlet dengan etanol 95%. Ekstrak diuapkan sehingga dihasilkan rendemen ekstrak sebesar 13,693%. Kemudian ekstrak kental yang didapatkan difraksinasi dengan metode fast chromatography menggunakan n-heksana : etil asetat berbagai perbandingan. Fraksi kemudian dimurnikan dengan metode KLT preparatif dengan pengembang kloroform:metanol (95:5) dan diuji kemurniannya dengan Kromatografi Lapis Tipis 2 Dimensi menggunakan plat silika gel GF 254 sebagai fase diam, dan dua sistem pengembang yang digunakan etil asetat:n-heksana (2:3), serta kloroform:metanol (19:1), dan penampak bercak sinar UV 254 dan 366 nm. Isolasi tersebut menghasilkan isolat kurkumin sebanyak .......%.ABSTRACT

Turmeric (Curcuma domestica Val.) is one of the medicinal plants containing secondary metabolites such as Curcumin. Curcumin is a difenolat compounds which insoluble in water and eter but soluble in alcohol. Curcumin has many health benefits, one of them as the antihepatotoxic The propose of this experiment is to isolate the compound curcumin in curcumae domesticae rhizoma. The compound curcumin was obtained by extracting curcumae domesticae rhizoma with soxhlet method using ethanol 95 %. Extract was evaporated, then resulted yield extracts 13,693%. Then condensed extracts was fractioned with fast chromatography method using n-hexane, ethyl acetate any ratio. The fraction then purified by preparative TLC method using silica gel GF 254 as adsorbant and chloroform: methanol (95: 5) as an eluent and tested its purity with TLC 2 dimension using silica gel GF 254 as a stationary phase, double system of eluen used etyl acetat:n-hexane (2:3), and chloroform:methanol (19:1) as a mobile phase, and UV 254 and 366 nm light as an apparition spotting. This isolation resulted kurkumin isolate as much as .....%.

PENDAHULUAN

Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan tanaman dari famili zingiberaceae yang banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai rempah dan obat-obatan. Tanaman ini merupakan tanaman berbatang basah dan mempunyai tinggi sampai 1 meter, serta dapat tumbuh di berbagai tempat. Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan, atau sebagai pengawet (Itokawa et al., 2008).

Komposisi utama penyusun kunyit adalah minyak atsiri, turmerol, sineol, zingiberin, borneol, karvon dan kurkumin (Wagner & Bladt, 1969). Khasiat senyawa kurkumin dari tanaman Curcuma domestica yaitu antihepatotoksik, antihiperlipidemik, antitrombotik, antiinflamasi, antitumor, antimikroba, dan inhibitor pembentukan prostaglandin (Herber, 2004).

Gambar 1. Struktur Kurkumin

Sifat fisika kimia dari kurkumin yaitu berbentuk serbuk, berwarna kuning terang atau kuning kemerahan, titik lebur 183C, berat molekul 368.38 g/mol, bersifat semipolar, dapat dideteksi pada panjang gelombang 420 nm, tidak larut di dalam air dan eter tetapi larut di dalam alkohol, di dalam alkali warnanya akan menjadi merah kecoklatan dan di dalam asam akan berwarna kuning terang (Saputra & Ningrum, 2010).

Tujuan praktikum ini adalah untuk mendapatkan senyawa kurkumin murni dari Curcumae domestica rhizoma dengan menggunakan metode ekstraksi soxhletasi, metode fraksinasi fast chromatography dan kromatografi lapis tipis preparatif untuk mengisolasi. Sedangkan manfaat dari praktikum ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana cara mengisolasi senyawa kurkumin yang berasal dari tanaman kunyit (Curcuma domestica) pada fraksi etil-asetat.

Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat Soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi sampel (Mulja, 1995).

Fraksinasi dapat dilakukan dengan metode fast chromatography atau Kromatografi Cair-Vakum (KCV). Prinsip kerja dari Kromatografi Cair-Vakum (KCV) adalah adsorpsi atau penjerapan, sedangkan pemisahannya didasarkan pada senyawa-senyawa yang akan dipisahkan terdistribusi di antara fase diam dan fase gerak dalam perbandingan yang berbeda-beda. Prosedur kerja KCV menggunakan alat bantu yang berupa pompa vakum untuk mempercepat laju alir fase gerak selama proses pemindahan zat terlarut (Sastrohamidjojo, 1985).

Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen oleh karena daya jerap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan (Moelyono, 1996).

Identifikasi suatu senyawa tumbuhan dilakukan setelah senyawa itu diisolasi dan dimurnikan, ditentukan dahulu golongannya, kemudian ditentukan jenis senyawa dalam golongan tersebut. Sebelum itu, persamaan senyawa tersebut harus diperiksa dengan cermat artinya senyawa harus membentuk bercak tunggal dalam beberapa sistem KLT. Golongan senyawa biasanya dapat ditentukan dengan uji warna, penentuan kelarutan, bilangan Rf, dan ciri spektrum UV (Harborne, 1987).METODE PENELITIAN

Tahapan pertama yang dilakukan terhadap simplisia rimpang kunyit dari tanaman Curcuma domestica Val. adalah dilakukan uji penapisan fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa kimia metabolit sekunder. Ekstraksi dilakukan dengan metode panas yaitu soxhletasi. Simplisia rimpang kunyit dimasukkan ke dalam soxhlet, kemudian pada labu alas bundar dimasukkan etanol 95% sebanyak 250 mL dan soxhletasi berlangsung sampai tetesan pelarut tidak berwarna.

Ekstrak cair yang diperoleh diukur volumenya dan dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental. Dilanjutkan dengan pengujian parameter yang diperiksa adalah organoleptik ekstrak, rendemen ekstrak, bobot jenis ekstrak, kadar air ekstrak, pola kromatogram lapis tipis dan pola dinamolisis.

Pemisahan metabolit sekunder dari ekstrak rimpang kunyit dilakukan dengan metode Kromatografi Cair-Vakum (KCV). Kolom untuk KCV disiapkan dengan penjerap silika gel 31 yang dimasukkan ke dalam tabung dan dipastikan tidak ada udara. Kolom disambungkan ke alat vakum. Ekstrak ditimbang sebanyak 5,6 gram dan digerus bersama silika gel 33. Hasil ekstrak dan silika gel yang telah digerus ditaburkan di atas penjerap secara merata. Pelarut dengan berbagai macam perbandingan dimasukkan secara bergilir. Campuran pelarut yang digunakan berturut-turut adalah sebagai berikut n-Heksana: etil asetat yaitu 100:0, 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70, 20:80, 10:90, 0:100 mL. Fraksi yang keluar dari kolom masing-masing ditampung dalam botol yang berbeda. Setelah KCV dilakukan, fraksi dari masing-masing pelarut dianalisis dengan metode KLT dengan silika gel GF 254 dan dilihat dengan sinar UV 245 nm dan 366 nm dengan pelarut kloroform:methanol (9,5:5) untuk menentukan fraksi yang mengandung kurkumin.

Pemurnian fraksi yang diperoleh dari fraksinasi dapat memisahkan suatu isolat dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif. Disiapkan pelat silika gel yang telah diberi tanda garis awal dan akhir. Fraksi diletakkan di sepanjang garis awal. Pelat silika gel diletakkan di dalam chamber berisi pengembang dengan campuran pelarut kloroform:methanol (95:5). Pita yang terbentuk dari hasil KLT Preparatif dikerok dan dtimbang massa-nya.

Isolat dari pita yang dikerok kemudian dilakukan KLT 2 arah. Disiapkan silika gel GF 254 berukuran 4x4cm dengan garis bingkai 1 cm. Isolat hasil pemurnian ditotolkan diatas silika gel dengan pipa kapiler. Lalu dimasukkan ke dalam chamber yang berisi pengembang I yaitu etil asetat:n-heksan (2:3). Setelah pengembang I naik sampai tanda batas dan mongering, dilihat di UV 254 dan 366 nm. Kemudian KLT dilanjutkan dengan pengembang II yakni kloroform: methanol (95:5). HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian mengenai tumbuhan, langkah awal yang penting untuk dilakukan sebelum melakukan penelitian yang lebih mendalam adalah uji penapisan dari senyawa metabolit sekunder pada simplisia yang digunakan (Curcumae domesticae rhizoma). Pengujian penapisan ini dilakukan untuk memastikan bahwa simplisia yang digunakan mengandung senyawa metabolit sekunder yang diinginkan. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:Golongan Senyawa Hasil

Alkaloid-

Polifenolat-

Tanin-

Flavonoid+

Monoterpen & Sesquiterpen+

Steroid & Triterpenoid-

Kuinon+

Saponin+

Tabel 1 Penapisan Fitokimia Curcuma domesticaPengambilan senyawa metabolit sekunder dari curcumae domesticae rhizoma dilakukan dengan cara soxhlet. Pemilihan metode ini harus disesuaikan dengan senyawa yang diinginkan. Soxhlet merupakan metode yang dapat dilakukan untuk senyawa yang termostabil, curcumin merupakan senyawa yang termostabil sehingga dapat diekstrak dengan metode soxhlet. Pada ekstraksi menggunakan metode soxhlet, diharapkan senyawa metabolit yang terambil lebih banyak dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya, karena pada metode ini pelarut terus dialirkan sehingga terjadi proses ekstraksi yang kontinyu. Pelarut yang digunakan adalah Etanol 95%, pemilihan Etanol 95% sebagai pelarut karena curcumin sepenuhnya dapat larut dalam Etanol 95%. Sebelum dilakukan ekstraksi, simplisia dihaluskan terlebih dahulu karena semakin halus simplisia, semakin luas permukaannya, sehingga laju reaksi lebih cepat. Kunyit dibungkus dengan kertas whatman supaya simplisia tidak ikut turun ke dalam labu alas bulat saat pelarut mengalir. Pada labu alas bulat dimasukkan pelarut dan batu didih. Pemasukkan batu didih ini bertujuan untuk mencegah terjadinya letupan, karena dengan adanya batu didih gelembung udara yang terbentuk pada saat pemanasan akan masuk ke dalam pori-pori batu didih. Pemanasan dilakukan dengan acuan titik didih dari pelarut. Proses ekstraksi ini dilakukan hingga tetesan pelarut hampir tidak berwarna. Setelah didapat ekstrak etanol cair, dipekatkan dengan rotavapor dan kemudian diuapkan untuk mendapatkan ekstrak kental.

Gambar 2 Ekstrak kental setelah pemekatanKemudian dilakukan pemeriksaan parameter ekstrak. Parameter ekstrak perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas sifat fisik dan kandungan kimia ekstrak. Parameter yang diperiksa yaitu uji organoleptik, perhitungan rendemen ekstrak, bobot jenis ekstrak, kadar air ekstrak, pola kromatogram lapis tipis, dan pola dinamolisis. Hasil uji organoleptik ekstrak didapatkan bentuk liquid kental dengan warna cokelat kemerahan dan aroma khas menyengat. Hasil rendemen ekstrak sebesar 13,693%. Bobot jenis ekstrak yang didapat adalah sebanyak 0,815. Dan kadar air ekstrak adalah sebesar 35%, hal ini dikarenakan ekstrak masih mengandung banyak air yang disebabkan proses penguapan yang belum sempurna.

Gambar 3 Hasil KLT EkstrakPola kromatogram Lapis Tipis (KLT) dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa yang terkandung dalam ekstrak sengan metode pemisahan berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi. Fase gerak yang digunakan pada KLT ini adalah kloroform:methanol (95:5). Karena diharapkan dengan fase gerak yang non polar ini, senyawa curcumin yang semi polar dapat terbawa naik ke pelat silica gel. Bercak yang dihasilkan dilihat dengan lampu UV 254 nm, karena pada panjang gelombang 254 nm akan terjadi interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang ada pada lempeng. Bercak juga dapat dilihat pada panjang gelombang UV 366 nm, karena terjadi interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada bercak tersebut.

No. BercakNilai Rf

10,1

20,33

30,53

40,67

Tabel 2 Nilai RfPengujian parameter ekstrak dengan melihat pola dinamolisis dilakukan untuk memberikan gambaran kualitatif dari kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak karena masing-masing ekstrak memiliki pola dinamolisis yang berbeda. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan kertas saring whatman, karena kertas saring ini dapat digunakan sebagai kromatografi sederhana. Hasil diameter yang diperoleh dari dinamolisis ini adalah, diameter 1 = 2 cm dengan warna kuning; diameter 2 = 3 cm dengan warna cokelat; diameter 3 = 3,7 cm dengan warna kuning; diameter 4 = 4,8 cm dengan warna bening.

Gambar 4 Pola Dinamolisis

Tahap selanjutnya dilakukan fraksinasi dengan menggunakan metode fast chromatography dengan prinsip pemisahan secara adsorpsi dan partisi yang dipercepat dengan bantuan vakum, serta like dissolve like dimana pada praktikum ini senyawa kurkumin yang merupakan senyawa semi polar akan cenderung larut pada senyawa yang semi polar pula. Oleh karena itu, salah satu eluen yang digunakan pada pemisahan ini adalah etil asetat yang merupakan pelarut semi polar dan n-heksana sebagai pelarut non polar. Pertama-tama kolom untuk kromatografi disiapkan, kolom ini terdiri dari silika gel 31 yang dibuat bubur silika yang berperan sebagai fase diam. Pembuatan kolom harus benar-benar padat agar didapat fase diam yang sempurna dan pada saat vakum dinyalakan tidak terjadi keretakan pada fase diam yang akan menyebabkan pengaruh buruk pada proses pemisahan.

Gambar 5 Fraksinasi dengan Kromatografi Kolom

Bubuk silika gel yang digunakan ditimbang sebanyak 56 gram. Kemudian ekstrak kunyit ditimbang sebanyak 5,6 gram. Sementara itu silika gel 33 yang sama banyak dengan ekstrak digerus bersama dengan ekstrak kental kunyit tersebut dan diletakan di atas penjerap secara merata. Penggerusan dilakukan sampai silika gel dan ekstrak homogen serta kering seperti bubuk agar mempermudah pengelusian ekstrak oleh eluen serta agar ekstrak tidak mudah mengalir terbawa oleh eluen melewati fase diam. Etil asetat dan n-heksana yang digunakan sebagai eluen dibuat dalam berbagai perbandingan agar dapat diketahui pada fraksi mana yang mengandung kurkumin. Dari perbandingan tersebut didapatkan 11 botol fraksi yang akan ditampung. Pada saat silika gel dicampurkan dengan n-heksana terlihat bahwa kedua senyawa ini tidak bercampur, hal ini dikarenakan n-heksana dan silika gel berbeda kepolarannya. N-heksana merupakan senyawa non polar dan silika gel polar. Eluen yang pertama yang digunakan untuk membasahi kolom adalah eluen yang memiliki kepolaran rendah yaitu n-heksana : etil asetat (100 : 0). Lalu kepolaran ditingkatkan secara perlahan menggunakan n-heksana : etil asetat (90 : 10) dan seterusnya. Sampel atau fraksi yang turun akan membentuk pita disebabkan oleh perbandingan eluen yang berbeda sesuai dengan kepolaran pelarut yang digunakan. Di bawah ini warna yang terbentuk pada tiap penampungan fraksi dari berbagai perbandingan eluen.FraksiWarnaFraksiWarna

1Bening7Jingga

2Bening8Kuning Pekat

3Bening9Kuning Pekat

4Bening10Kuning Pekat

5Bening Kekuningan11Jingga

6Kuning Muda

Tabel 3 Jumlah Fraksi dan Warna Hasil fraksinasi tersebut kemudian digunakan untuk analisa lebih lanjut dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk menghitung Rf, dimana bila terdapat senyawa yang Rf nya sama maka kemungkinan senyawa itu sejenis. Penjerap yang digunakan adalah silika gel GF 254 nm serta kloroform dan metanol sebagai pengembang dengan perbandingan (19 : 1) ml. Pengembang harus dijenuhkan terlebih dulu dalam chamber untuk menghilangkan uap air Setelah chamber jenuh, yang ditandai dengan kondisi hangat pada chamber, kesebelas fraksi dikromatografi dan hasil dianalisa menggunakan sinar UV pada gelombang 254 nm.

FraksiRfFraksiRf

1-70,3 ; 0,642 ; 0,935

2-80,3 ; 0,448 ; 0,602 ; 0,846 ; 0,948

3-90,371 ; 0,667 ; 0,923

4-100,423 ; 0,872

50,91011-

60,3 ; 0,614 ; 0,814

Tabel 4 Fraksi dan Nilai Rf

Perbedaan spot diatas disebabkan oleh adanya perbedaan kepolaran antar komponen pada fraksi. Menurut literatur, senyawa kurkumin terdapat pada Rf 0,62. Fraksi 6, 7, 8, dan 9 menunjukkan Rf yang mendekati literatur tersebut. Fraksi ini merupakan fraksi semipolar yang memiliki perbandingan eluen etil asetat lebih banyak. Oleh sebab itu keempat fraksi tersebut disatukan dan dirotavapor agar pelarut terpisah dan didapatkan fraksi yang kental dan didapatkan sebanyak ...

Selanjutnya dilakukan pemurnian fraksi untuk memisahkan suatu komponen dari komponen lainnya yang sama-sama terkandung dalam suatu fraksi menggunakan metode KLT preparatif dengan silika gel sebagai penjerap serta kloroform dan metanol sebagai pengembang dengan perbandingan 95 : 5 ml. KLT preparatif dibuat dengan menggunakan silika gel GF 254 sehingga dapat berfluoresensi di bawah lampu UV. Mula-mula silika gel ditempatkan pada pelat kaca dan dimasukkan dalam oven untuk mengaktifkan silika sehingga dapat memisahkan sampel. Pada KLT preparatif, fraksi pekat yang akan dipisahkan ditotolkan menggunakan pipa kapiler berupa garis pada salah satu sisi plat lapisan dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan sehingga campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Cuplikan yang ditotolkan harus sesempit mungkin karena pemisahan bergantung pada lebar pita. Setelah proses selesai terdapat 3 noda atau pita yang terlihat mengekor, hal ini dapat disebabkan karena kesalahan pada saat penotolan fraksi yang tidak merata. Selanjutnya hasil KLT preparatif dilihat di bawah sinar UV 254 nm dan 366 nm. Pada sinar 366 nm terlihat ketiga pita yang berwarna biru kehijauan yang menurut literatur merupakan warna isolat kurkumin. Pita di bawah disebut dengan pita 1, pita di tengah disebut pita 2, dan pita di atas disebut pita 3. Ketiga pita tersebut dikerok kemudian dimasukkan dalam botol vial.

Gambar 6 Hasil KLT Preparatif dibawah Sinar UV 366

Untuk mengetahui dimana pita yang mengandung isolat kurkumin maka dilakukan analisis lebih lanjut berupa KLT dengan pengembang klororform : metanol (19:1) ml. Senyawa yang ditotolkan adalah ketiga pita yang diduga mengandung kurkumin serta satu senyawa kurkumin sebagai standar. Setelah pengembangan selesai didapatkan bahwa pita 1 memiliki Rf 0,3; pita 2 memiliki Rf 0,53; dan pita 3 memiliki Rf 0,76. Dari hasil ini, pita yang memiliki Rf paling mendekati literatur adalah pita 2 karena memiliki selisih Rf terkecil dengan literatur. Sehingga pita ini dianggap mengandung isolat kurkumin murni.

Gambar 7 Hasil KLT Pita 1,2, dan 3

Uji kemurnian selanjutnya menggunakan metode KLT 2 arah. Pemilihan eluen dilakukan berdasarkan kepolarannya, selain itu jika senyawa tersebut telah murni akan memberikan noda tunggal dalam eluen apapun. Dua sistem pengembang yang digunakan adalah etil asetat : n-heksana (2 : 3), serta kloroform : metanol (19 : 1). Pertama-tama hasil kerokan silika gel pada pita 2 dilarutkan dengan etil asetat dan ditotolkan pada pelat silika gel berukuran 4x4 cm dengan satu sistem fase gerak sehingga campuran terpisah menurut jalur yang sejajar dengan salah satu sisi. Penotolan dilakukan di sebelah kiri pelat dan tidak terlalu pinggir agar meminimalisir bercak membentuk ekor. Setelah dilakukan kromatografi sampai batas atas kemudian pelat diangkat, dekeringkan, dan dilihat pada sinar UV 254 dan 366 nm. Dari hasil pengamatan bercak yang tampak hanya 1 noda. Kemudian dilakukan kromatografi dengan pengembang kedua, pelat diputar 90 dan diletakkan dalam bejana kromatografi yang berisi fase gerak kedua sehingga bercak yang terpisah pada pengembangan pertama terletak di bagian bawah sepanjang pelat. Setelah pengembang mencapai batas atas, kemudian dilihat pada sinar UV 254 dan 366 nm. Hasil yang didapat tetap 1 noda namun terlihat membelok. Hal ini dikarenakan ketidaktelitian penempatan chamber pada saat proses kromatografi berlangsung sehingga chamber bergeser dan proses absorbsi pengembang tidak merata. Dari hasil ini isolat kurkumin murni didapatkan dari 500 gram simplisia kunyit yang digunakan dan didapat hasil isolat sebanyak... gram. Rendemen isolat yang didapat yaitu...%

Gambar 8 Hasil KLT Dua ArahKESIMPULAN DAN SARANDari hasil isolasi didapatkan senyawa kurkumin melalui berbagai tahapan isolasi dimulai dengan penapisan fitokimia yang menunjukkan kandungan senyawa metabolit sekunder pada simplisia curcumae domesticae rhizoma , lalu ekstraksi dengan cara soxhlet, fraksinasi dengan Kromatografi Cair-Vakum dan pemurnian isolat dengan KLT Preparatif sehingga didapat rendemen akhir sebesar ....%

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, perlu adanya pengujian lanjutan yakni pengujian farmakologi terhadap hewan percobaan untuk mengetahui efek farmakologis dari senyawa-senyawa metabolit yang dikandung oleh Curcuma domestica Val.UCAPAN TERIMA KASIHAtas selesainya percobaan ini ucapan terima kasih dihaturkan kepada Pak Ferry Ferdiansyah, Pak Ajang selaku laboran,Teh Ijah, Kang Haidar, Kang Willi selaku asisten laboratorium, serta teman-teman yang turut serta membantu terlaksananya percobaan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Harborne. 1987. Metode Fitokimia Terbitan Kedua. Bandung: Penerbit ITB.Herber, D. 2004. PDR for Herbal Medicines 3rd Edition. Montvale: Thomson PDR.Itokawa, H., Shi, Q., Akiyama, T., Morris-Natschke, S.L., Lee, K. 2008. Recent advances in the investigation of curcuminoids. Cina: Chinese Med.

Moelyono. 1996. Kromatografi. Jatinangor: Jurusan Farmasi Fakultas FMIPA Universitas Padjadjaran. Mulja, S. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press.

Saputra, A., Ningrum, D.K. 2010. Pengeringan Kunyit Menggunakan Microwave dan Oven. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang 2010, Hal: 3.

Sastrohamidjojo, H. 1985. Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.

Wagner, H., Bladt, S. 1969. Plant Drug Analysis: A Thin Layer Chromatography Atlas 2nd Edition. Munchen: Springer.

Pita 1

Standar

Pita 3

Pita 2

PAGE 1