13
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI METHICILLIN-RESISTANT Staphylococcus aureus Rizka Fadhillah Yusra 1 , Dr.dr.Imran,M.Kes 2 , dr.Azwar,Sp.MK,Sp.THT-KL 3 1 Mahasiswa FK Unsyiah, 2 Dosen Bagian Saraf , 3 Dosen Bagian THT ABSTRAK Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) merupakan salah satu tumbuhan yang secara empiris telah dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol kulit buah jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Methicillin- resistant Staphilococcus aureus. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang dibagi dalam 6 kelompok yaitu 4 kelompok perlakuan dan 2 kelompok kontrol dengan 5 kali pengulangan, terdiri dari ekstrak etanol kulit buah jengkol dengan konsentrasi 12,5%, 25%, 50% dan 75%, sebagai kontrol negatif diberikan akuades dan sebagai kontrol positif diberikan vancomycin. Uji daya hambat dilakukan menggunakan metode difusi cakram. Parameter yang diamati yaitu luas zona hambat yang terbentuk. Data hasil penelitian dianalisis dengan Uji Non Parametrik Kruskall-Wallis dan dilanjutkan dengan Uji Mann-Withney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah jengkol dengan konsentrasi 12,5%, 25%, 50% dan 75% mampu menghambat pertumbuhan MRSA dengan zona hambat rata- rata masing-masing 13,4 mm, 14,8 mm, 16,2 mm dan 17,4 mm. Sementara itu zona hambat rata-rata yang dihasilkan pada kelompok kontrol positif dan kontrol negatif masing-masing adalah 19,4 mm dan 0 mm. Semakin tinggi konsentrasi, semakin luas zona hambat yang terbentuk. Hasil analisis statistik (p<0,05) menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah jengkol konsentrasi 50% dan

Artikel

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Artikel

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH JENGKOL

(Pithecellobium lobatum Benth) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

METHICILLIN-RESISTANT Staphylococcus aureus

Rizka Fadhillah Yusra1, Dr.dr.Imran,M.Kes2, dr.Azwar,Sp.MK,Sp.THT-KL3

1Mahasiswa FK Unsyiah, 2Dosen Bagian Saraf , 3Dosen Bagian THT

ABSTRAK

Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) merupakan salah satu tumbuhan yang secara empiris telah dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol kulit buah jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Methicillin-resistant Staphilococcus aureus. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang dibagi dalam 6 kelompok yaitu 4 kelompok perlakuan dan 2 kelompok kontrol dengan 5 kali pengulangan, terdiri dari ekstrak etanol kulit buah jengkol dengan konsentrasi 12,5%, 25%, 50% dan 75%, sebagai kontrol negatif diberikan akuades dan sebagai kontrol positif diberikan vancomycin. Uji daya hambat dilakukan menggunakan metode difusi cakram. Parameter yang diamati yaitu luas zona hambat yang terbentuk. Data hasil penelitian dianalisis dengan Uji Non Parametrik Kruskall-Wallis dan dilanjutkan dengan Uji Mann-Withney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah jengkol dengan konsentrasi 12,5%, 25%, 50% dan 75% mampu menghambat pertumbuhan MRSA dengan zona hambat rata-rata masing-masing 13,4 mm, 14,8 mm, 16,2 mm dan 17,4 mm. Sementara itu zona hambat rata-rata yang dihasilkan pada kelompok kontrol positif dan kontrol negatif masing-masing adalah 19,4 mm dan 0 mm. Semakin tinggi konsentrasi, semakin luas zona hambat yang terbentuk. Hasil analisis statistik (p<0,05) menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah jengkol konsentrasi 50% dan 75% mampu menghambat pertumbuhan MRSA dalam kategori daya hambat sedang.

Kata kunci : Pithecellobium lobatum Benth, kulit buah jengkol, ekstrak etanol, Methicilin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

Page 2: Artikel

ABSTRACT

Jengkol (Pithecellobium Lobatum Benth) representing one of plant which have been exploited by a society to cure various disease. Aim of this research is to know whether etanol extract of jengkol husk (Pithecellobium Lobatum Benth) can pursue the growth of MRSA. This research use the Complete Randomized Design (CRD) was divided into 6 group that is 4 treatment group and 2 control group with 5 repetitions, consist of etanol extract of jengkol husk with the concentration 12,5%, 25%, 50% and 75%, negative control treatment were given aquades and positive control were given vancomycin. Antibacterial test performed by disk diffusion method. The parameters measured by inhibitory zone formed. The result were analyzed by Non Parametric Test Kruskal-Wallis and followed by Mann-Withney test. The result of this study indicated that etanol extract of jengkol husk (Pithecellobium Lobatum Benth) with concentration of 12,5%, 25%, 50% and 75% can inhibit the growth of MRSA with inhibitory zone average each treatment is 13,4 mm, 14,8 mm, 16,2 mm dan 17,4 mm. Whereas inhibitory zone average formed positive and negative control is 19,4 mm and 0 mm. The higher the concentration of the extract, the more extensive inhibition zone formed. Statistica of inhibition by Kruskall-Wallis test between each treatment (p<0,05) was significantly different and followed by Mann-Whitney test that showed that etanol extract of jengkol husk (Pithecellobium Lobatum Benth) concentration in 50% and 75% can inhibit the growth of MRSA with moderate inhibition potensial.

Keyword : Pithecellobium Lobatum Benth, jengkol husk, ethanol extract, Methicilin-resistant Staphylococcus aureus ( MRSA).

I. PENDAHULUAN

Penyakit infeksi

merupakan salah satu

masalah utama kesehatan di

Indonesia. Salah satu kuman

patogen yang sering menjadi

penyebab infeksi adalah

Methicilin-resistant

Staphylococcus aureus yang

pertama kali ditemukan tahun

1961 di Inggris (Fuda and

Hasek, 2006).

Data tahun 1998-1999

menunjukkan bahwa sekitar

25% isolat S.aureus

penyebab infeksi di Amerika

Serikat adalah MRSA (Bell

and Turnidge, 2002).

Prevalensi MRSA di berbagai

rumah sakit di dunia berkisar

2-70% dengan angka rata-rata

20%. Noviana (2004)

melaporkan bahwa pervalensi

MRSA di Rumah Sakit

Atmajaya Jakarta pada tahun

2003 mencapai 47%.

Jengkol

(Pithecellobium lobatum

Benth) merupakan salah satu

tumbuhan yang tumbuh di

Page 3: Artikel

Indonesia. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tanaman

jengkol banyak mengandung

zat, antara lain adalah sebagai

berikut: protein, kalsium,

fosfor, asam jengkolat,

vitamin A dan B1,

karbohidrat, minyak atsiri,

saponin, flavonoida, alkaloid,

terpenoid, steroid, tanin dan

glikosida. Karena kandungan

zat-zat tersebut di atas, maka

jengkol memberikan petunjuk

dan peluang sebagai bahan

obat, seperti yang telah

dimanfaatkan orang pada

masa lalu (Pitojo, 1994).

Kulit buah jengkol

diduga mengandung senyawa

tanin. Senyawa tanin

merupakan senyawa

metabolit sekunder pada

tumbuhan yang bersifat

sebagai antibakteri, memiliki

kemampuan menyamak kulit

dan juga dikenal sebagai

astringensia (Robinson,

1995). Kulit buah jengkol

dikenal masyarakat

berkhasiat sebagai obat

borok, luka bakar dan

pembasmi serangga

(Hutapea, 1994).

II. METODOLOGI

Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan

merupakan penelitian eksperimental

laboratorium dengan Rancangan

Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini

terbagi atas 6 kelompok eksperimen

yaitu 4 kelompok perlakuan (ekstrak

etanol kulit buah jengkol dengan 4

kosentrasi yaitu 12,5 %, 25 %, 50 %,

75 %) dan 2 kelompok kontrol

(kontrol positif menggunakan

vankomisin 30 µg dan kontrol

negatif menggunakan akuades).

Adapun pengulangan dilakukan

sebanyak 5 kali ulangan.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini

dilaksanakan mulai dari bulan

Juni 2011- Februari 2012.

Kulit buah jengkol di ambil

dari pasar tradisional

Peunayoung Banda Aceh.

Pembuatan ekstrak kulit buah

jengkol dilakukan di

Laboratorium Penelitian

Hayati, Jurusan Kimia,

FMIPA Unsyiah.. Isolat

bakteri MRSA diperoleh dari

Laboratorium Mikrobiologi

Page 4: Artikel

RSUZA Banda Aceh, bakteri

diambil dari pus pada pasien

penderita ulkus di ruang

rawat inap RSUZA dan

pengujian daya hambat

ekstrak etanol kulit buah

jengkol terhadap MRSA

dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Unsyiah Banda

Aceh.

Alat dan Bahan

oven, cawan petri, ose,

timbangan digital, kompor

listrik, gelas ukur, inkubator,

autoklaf, spectrophotometer,

vortex, tabung reaksi beserta

rak, tip steril, pipet volume,

mikropipet, jangka sorong,

kulit buah jengkol, pelarut

etanol 96%, isolat bakteri

Methicilin-resistant

Staphylococcus aureus

(MRSA), media Muller

Hinton Agar (MHA), media

Nutrien Agar (NA), akuades,

NaCl 0,9% steril, H2O2 3%,

cairan plasma 0,5 ml,

antibiotik vankomisin 30 µg

dan blank disk.

Cara Kerja

Pengujian dilakukan

dengan metode difusi

cakram. Media MHA cair

dituangkan sebanyak 25 ml

ke dalam cawan petri dan

dibiarkan sampai padat.

Sementara masukkan kira-

kira dua ose bakteri kedalam

larutan NaCl 0,9% untuk

pengenceran bakteri yang

diukur dengan menggunakan

metode absorbansi dengan

mengguanakan

spectrophotometer dengan

panjang gelombang 625 nm

dan rentang absorbansi antara

0,08-0,1 nm. Selanjutnya

ambil larutan bakteri tadi

dengan menggunakan kapas

lidi dan oleskan dengan rata

pada MHA yang telah keras

secara merata.

Pengenceran ekstrak

dilakukan dengan konsentrasi

12,5%, 20%, 50% dan 75%

diletakkan di dalam petri

kecil. Ekstrak diteteskan pada

blank disk dengan

menggunakan pipet mikro

sebanyak 20µl, tunggu

sebentar hingga ekstrak

meresap pada blank disk.

Page 5: Artikel

Tempelkan disk pada MHA

yang telah dioles bakteri tadi

dengan sedikit menekannya.

Untuk kontrol positif

digunakan disk vankomisin

dan kontrol negatif

menggunakan blank disk

yang ditetesi akuades.

Inkubasi pada inkubator pada

suhu 37oC selama 24 jam dan

amati hasilnya, yaitu berupa

zona bening di sekitar

masing-masing disk.

Parameter dan Analisa Data

Parameter yang diamati

adalah panjang diameter zona

hambat atau zona bening

yang terbentuk disekitar

masing-masing disk diukur

dengan menggunakan jangka

sorong dalam ukuran

milimeter. Data yang

diperoleh dari penelitian ini

selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan analisa data

secara non parametrik

Kruskal-Wallis yang

dilanjutkan uji Mann-

Whitney Test.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji daya hambat

ekstrak etanol kulit buah

jengkol terhadar

pertumbuhan MRSA dapat

dilihat pada Tabel 1.

Table 1 Data Zona Hambat Ekstrak

Etanol Kulit Buah Jengkol

(Pithecellobium lobatum Benth)

terhadap Bakteri Methicillin-

resistant Staphilococcus aureus

(MRSA).

Pengula

ngan

Diameter Zona Hambat

(mm)

P

0

P1 P2 P3 P4 P5

I 0 13 14 16 17 20

II 0 14 16 17 17 20

III 0 14 14 16 19 19

IV 0 12 14 15 16 19

V 0 14 16 17 18 19

Jumlah 0 67 74 81 87 97

Rata-

rata

0 13

,4

14

,8

16

,2

17

,4

19

,4

Berdasarkan pernyataan

Greenwood 1995 respon

hambatan pertumbuhan

bakteri oleh bahan herbal

dapat dilihat dari diameter

zona hambatnya, apabila

diameter <10 mm maka

dikatakan tidak ada, 11-15

mm dikatakan lemah, 16-20

mm dikatakan sedang dan

Page 6: Artikel

>20 mm dikatakan kuat. Dari

hasil uji daya hambat ekstrak

etanol kulit buah jengkol

dengan metode difusi cakram

dapat dilihat bahwa daya

hambat ekstrak etanol kulit

buah jengkol dengan

konsentrasi 12,5% dan 25%

tergolong dalam kategori

lemah dan pada konsentrasi

50% dan 75% tergolong

dalam kategori respon

hambat sedang terhadap

bakteri MRSA. Hal ini sesuai

dengan Ajizah (2004) bahwa

semakin besar kadar zat aktif

yang berfungsi sebagai

antibakteri, maka

kemampuannya dalam

menghambat pertumbuhan

bakteri juga semakin besar.

Hasil analisa data dengan Uji

Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa

masing-masing kelompok perlakuan

ekstrak etanol kulit buah jengkol

dengan konsentrasi 12,5%, 25%,

50%, 75%, kontrol positif dan

kontrol negatif berbeda nyata dalam

menghambat pertumbuhan MRSA

(dimana Asymp. Sig < 0,05). Hasil

uji lanjutan dengan menggunakan uji

Mann-Withney menunjukkan bahwa

ekstrak etanol kulit buah jengkol

pada konsentrasi 12,5% dan 25%

memiliki kemampuan yang berbeda

nyata dalam menghambat

pertumbuhan bakteri MRSA jika

dibandingkan dengan antibioitik

vankomisin 30 µg sebagai kontrol

positif dan aquades sebagai kontrol

negatif. Ekstrak etanol kulit buah

jengkol pada konsentrasi 50% dan

75% menunjukkan perlakuan yang

tidak berbeda nyata dalam

menghambat pertumbuhan MRSA

jika dibandingkan dengan

vankomisin 30 µg sebagai kontrol

positif, tetapi berbeda nyata apabila

dibandingkan dengan aquades

sebagai kontrol negatif. Artinya,

ekstrak etanol kulit buah jengkol

pada konsentrasi 50% dan 75%

memiliki kemampuan antibakteri

yang sama atau sebanding dengan

vankomisin sebagai kontrol positif

dan berbeda nyata atau tidak

sebanding dengan aquades sebagai

kontrol negatif.

Berdasarkan hasil

penelitian uji daya hambat

ekstrak etanol kulit buah

jengkol terhadap bakteri

MRSA diperoleh bahawa

semakin tinggi konsenrasi

Page 7: Artikel

ekstrak etanol kulit buah

jengkol yang diberikan, maka

semakin besar pula diameter

zona hambat yang terbentuk.

Hal ini sesuai dengan

pernyataan Brooks, Butel and

Morse (2007), bahwa

efektifitas suatu zat

antimikroba dipengaruhi oleh

konsentrasi zat yang

diberikan. Semakin tinggi

konsentrasi ekstrak

mengakibatkan semakin

tinggi kandungan bahan aktif

yang berfungsi sebagai

antibakteri sehingga

meningkatkan kemampuan

daya hambat terhadap

mikroba.

Hasil uji fitokimia

ekstrak etanol kulit buah

jengkol menunjukkan

terdapatnya senyawa-

senyawa antibakteri seperti

alkaloid, terpenoid, saponin,

flavonoid dan tanin. Hal ini

sesuai dengan pernyataan

Nurussakinah (2010) bahwa

kulit buah jengkol

mengandung antibakeri yang

bisa menghambat

pertumbuhan bakteri gram

positif maupun gram negatif.

Methicillin-resistant

Staphilococcus aureus

merupakan bakteri

Staphylococcus aureus yang

telah mengalami resistensi

terhadap antibiotik metisilin,

bakteri ini merupakan bakteri

gram positif. Dinding sel

bakteri gram positif terdiri

atas peptidoglikan yang

sangat tebal yang

memberikan kekakuan untuk

mempertahankan keutuhan

sel. Proses perakitan dinding

sel bakteri diawali dengan

pembentukan rantai peptida

yang akan membentuk

jembatan silang peptida yang

Page 8: Artikel

menggabungkan rantai glikan

dari peptidoglikan pada rantai

yang lain sehingga

menyebabkan dinding sel

terakit sempurna. Jika ada

kerusakan pada dinding sel

atau ada hambatan dalam

pembentukannya dapat

terjadi lisis pada sel bakteri

sehingga bakteri segera

kehilangan kemampuan

membentuk koloni dan

diikuti dengan kematian sel

bakteri (Vardayan and

Hruby, 2006).

IV. KESIMPULAN

Ekstrak etanol kulit buah jengkol

(Pithecellobium lobatum Benth)

dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Methicillin-resistant

Staphylococcus aureus dan

peningkatan konsentrasi ekstrak

meningkatkan kemampuan daya

hambatnya. Pada konsentrasi 12,5%

dan 25% ekstrak etanol kulit buah

jengkol (Pithecellobium lobatum

Benth) dapat menghambat

pertumbuhan bakteri MRSA menurut

klasifikasi Greenwood (1995) berada

dalam kategori lemah, sedangkan

pada konsentrasi 50% dan 75%

berada dalam kategori sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhirium terhadap Ekstrak Daun Psidium guajava L. Bioscientiae 1(1) pp. 31-8.

Bell, J.M., Turnidge, J.D. 2002. High Pervelence of Oxacillin-resistant Staphylococcus aureus Isolates From Hospitalizated Patient in Asia-Pacific and South Africa; Results From SENTRY Antimicrobial Surveillance Program 1998-1999. Antimicrob Agents Chemother 46(3) pp. 879-81.

Brooks, G.F., Butel, J.S, and Morse, S.A. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg. Jakarta: EGC pp. 170,225, 227-9.

Fuda, C., Hesek, D. 2006. Mechanistic Basic For the Action of New Cephalosporin Antibiotics Effective against Methicillin and Vancomicyn resistant Staphylococcus aureus (MRSA). The Journal of biological chemistry 281 pp. 10035-41.

Greenwood, D., 1995. Antibiotics, Susceptibility (sensitivity) Test Antimicrobial and Chemoterapy. USA: Mc. Graw Hill Company pp. 47.

Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Depkes RI pp. 219-20.

Noviana, H. 2004. Isolasi dan Uji Kepekaan Isolat Klinis ORSA dan non ORSA Terhadap Vankomisin dan Antibiotik Lainnya. Journal Mikrob Indon 9(2) pp. 51-4.

Nurussakinah. 2010. Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium Jiringa (Jack) Prain.) terhadap Bakteri Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan

Page 9: Artikel

Escherichia coli. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi USU.

Pitijo, S. 1994. Jengkol: Budidaya dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius pp. 13,17,18.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi..

Bandung: Penerbit ITB pp. 71-2,139,161,191-3,196.

Vardayan, R., Hruby, V. 2006. Synthesis of Essential Drugs. London: ELSEVIER Ltd. pp. 429-30, 434.