34
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA PEMBELAJARAN KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 2 RANTAU PANJANG OGAN ILIR Henry Kurniawan [email protected] Jalan Ogan Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang Alumni Pendidikan Matematika FKIP UNSRI Yusuf Hartono 1) , Budi Mulyono 2) Dosen Pendidikan Matematika FKIP UNSRI ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Rantau Panjang Ogan Ilir. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII.A yang berjumlah 23 orang siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan tes. Observasi digunakan untuk mengetahui gambaran aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Adapun tes digunakan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran tersebut. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII.A SMP Negeri 2 Rantau Panjang dikategorikan aktif dengan skor rata-rata 8,25, sedangkan hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai

Artikel

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Artikel

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA PEMBELAJARAN

KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 2

RANTAU PANJANG OGAN ILIR

Henry [email protected]

Jalan Ogan Srijaya Negara, Bukit Besar, PalembangAlumni Pendidikan Matematika FKIP UNSRI

Yusuf Hartono1), Budi Mulyono2)

Dosen Pendidikan Matematika FKIP UNSRI

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Rantau Panjang Ogan Ilir. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII.A yang berjumlah 23 orang siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan tes. Observasi digunakan untuk mengetahui gambaran aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Adapun tes digunakan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran tersebut. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII.A SMP Negeri 2 Rantau Panjang dikategorikan aktif dengan skor rata-rata 8,25, sedangkan hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai LKS dan tes tergolong kategori baik dengan rata-rata 79,73.

Kata-kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Aktivitas Siswa,

Hasil Belajar, Kubus dan Balok

Page 2: Artikel

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu

universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran

penting dalam berbagai disiplin ilmu dan

mengembangkan daya pikir manusia.

Mata pelajaran Matematika perlu

diberikan kepada semua siswa mulai dari

sekolah dasar untuk membekali siswa

dengan kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,

serta kemampuan bekerja sama yang

efektif (Depdiknas, 2006:387).

Dalam pembelajaran matematika,

siswa harus memahami dan aktif

membangun pengetahuan baru dari

pengalaman dan pengetahuan yang

dimiliki sebelumnya. Pada dasarnya

pembelajaran merupakan proses

komunikasi antara guru dan siswa.

Proses komunikasi yang terjadi tidak

selamanya berjalan dengan lancar,

bahkan proses komunikasi dapat

menimbulkan salah pengertian, ataupun

salah konsep. Untuk itu guru harus

mampu memberikan suatu alternatif

pembelajaran bagi siswanya agar dapat

memahami konsep-konsep yang telah

diajarkan.

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan

dasar dan menengah dikembangkan oleh

sekolah/madrasah dan komite

sekolah/madrasah berpedoman pada

standar kompetensi lulusan dan standar

isi serta panduan (Trianto, 2010:4). Satu

prinsip utama dalam KTSP adalah

pemberian wewenang secara penuh

kepada instansi sekolah untuk

merancang dan merencanakan sendiri

pembelajaran sesuai dengan kondisi dan

tingkat kemampuan sekolah sehingga

setiap guru mata pelajaran diharapkan

mampu menyusun, merancang,

merencanakan proses pembelajaran di

kelas sehingga menjadi pembelajaran

yang menyenangkan bagi siswa.

Dalam belajar sangat diperlukan

adanya suatu aktivitas sebab pada

prinsipnya “belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya

Page 3: Artikel

(Daryanto, 2010). Itulah sebabnya

aktivitas merupakan prinsip atau dasar

yang sangat penting dalam interaksi

belajar. Aktivitas belajar tidak hanya

dilakukan di dalam kelas, namun dapat

juga dilakukan kapan pun, dan

dimanapun agar mendapat prestasi yang

baik. Melibatkan siswa secara aktif di

dalam pembelajaran matematika sangat

penting, karena dalam matematika

banyak kegiatan pemecahan masalah

yang menuntut kreativitas siswa secara

aktif. Maka dari itu pada proses belajar

mengajar matematika yang baik adalah

guru harus mampu menerapkan suasana

yang dapat membuat siswa antusias

terhadap persoalan yang ada sehingga

mereka mampu mencoba memecahkan

persoalannya.

Berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 19

tentang Standar Nasional Pendidikan,

standar proses pembelajaran dapat

disimpulkan bahwa dalam melaksanakan

pembelajaran pendidik hendaknya

merancang suatu proses pembelajaran

yang menumbuhkan minat siswa,

menumbuhkan motivasi siswa terhadap

pembelajaran, melatih bakat siswa

dengan berbagai cara proses

pembelajaran yang menyenangkan

sehingga tercapai pembelajaran yang

efektif dan efisien dan siswa

mendapatkan hasil belajar yang lebih

baik. Dalam pencapaian hasil belajar

tersebut, hendaknya perlu diperhatikan

bagaimana proses pembelajaran

matematika yang baik.

Namun pada kenyataannya

proses pembelajaran matematika saat ini

masih belum memberikan suasana yang

membuat siswa antusias terhadap proses

pembelajaran sehingga hasil belajar

matematika siswa tidak sesuai dengan

apa yang diharapkan. Hal yang kurang

memuaskan ini juga terjadi di SMP

Negeri 2 Rantau Panjang Ogan Ilir,

terlihat pada hasil belajar siswa yang

masih rendah yaitu pada salah satu kelas

ada yang mencapai 52,17% siswanya

yang tidak tuntas dalam pembelajaran

matematika.

Selain itu, berdasarkan hasil

observasi peneliti terhadap Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru,

ternyata model pembelajaran yang

digunakan yaitu model pembelajaran

konvensional. Pembelajaran

Page 4: Artikel

konvensional hanya berpusat pada guru

sebagai sumber belajar yang dominan.

Guru lebih banyak menggunakan

waktunya di kelas untuk menyampaikan

materi, dan pelaksanaan kegiatan

pembelajaran lebih bersifat penyampaian

informasi atau pengetahuan sehingga

siswa menjadi lebih pasif dalam

mengkontruksi pengetahuannya. Hal ini

membuat aktivitas belajar siswa kurang,

sehingga hasil belajar yang diperoleh

siswa juga rendah.

Untuk mengatasi masalah di atas,

guru sebaiknya menggunakan model

pembelajaran yang dapat menumbuhkan

aktivitas siswa dalam belajar. Salah satu

model pembelajaran yang

mengutamakan kerja sama antar

individu, yang memungkinkan semua

siswa dapat menguasai materi pada

tingkat penguasaan relatif sama adalah

model pembelajaran kooperatif. Ada 5

tipe model pembelajaran kooperatif,

salah satu tipenya adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Divison (STAD)

untuk melihat gambaran tentang

aktivitas siswa dalam pembelajaran

matematika. Dalam model pembelajaran

tipe STAD ini, siswa bekerjasama dalam

kelompok untuk menyelesaikan Lembar

Kerja Siswa (LKS) dan guru hanya

berperan sebagai fasilitator dan

pembimbing. Jadi, model pembelajaran

kooperatif tipe STAD berpusat pada

siswa, sehingga siswa akan lebih leluasa

mengekplorasikan aktivitasnya dalam

kegiatan belajar mengajar.

Pembelajaran kooperatif tipe

STAD dikembangkan oleh Robert E.

Slavin. Menurut Slavin, pembelajaran

kooperatif tipe STAD merupakan salah

satu tipe kooperatif yang menekankan

pada adanya aktivitas dan interaksi

diantara siswa untuk saling memotivasi

dan saling membantu dalam menguasai

materi pelajaran guna mencapai prestasi

yang maksimal (Isjoni, 2011:51).

Menurut Slavin (dalam Trianto,

2009:68), menyatakan bahwa pada

STAD siswa ditempatkan dalam tim

belajar beranggota 4-5 orang yang

merupakan campuran menurut tingkat

prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru

menyajikan pelajaran, dan kemudian

siswa bekerja dalam tim mereka

memastikan bahwa seluruh anggota tim

telah menguasai pelajaran tersebut.

Page 5: Artikel

Kemudian seluruh siswa diberikan tes

tentang materi tersebut, pada saat tes ini

mereka tidak diperbolehkan saling

membantu.

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Slavin (dalam Rusman,

2010:205) menyatakan bahwa: (1)

penggunaan pembelajaran kooperatif

dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa dan sekaligus dapat meningkatkan

hubungan social, menumbuhkan sikap

toleransi dan dapat menghargai pendapat

orang lain, (2) pembelajaran kooperatif

dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam

berpikir kritis, memecahkan masalah dan

mengintegrasikan pengetahuan dengan

pengalaman.

Berdasarkan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh

Nurhayati (2010) bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe

STAD dalam pembelajaran

matematika, aktivitas dan hasil

belajar siswa dapat ditingkatkan.

Hal ini terlihat dari tingkat

ketuntasan belajar siswa pada

siklus pertama mencapai 15

orang (60%) dan pada siklus

kedua mencapai 22 orang (88%).

Berdasarkan kelebihan dan

kelemahan dari model

pembelajaran kooperatif tipe

STAD, dalam penelitian ini

aktivitas kognitif yang dilihat

adalah kategori lower Order

Thinking yang meliputi

kemampuan mengingat,

memahami dan menerapkan.

Adapun salah satu pokok bahasan

matematika yang diajarkan di SMP kelas

VIII semester 2 adalah kubus dan balok.

Konsep-konsep dalam kubus dan balok

sangat perlu dipahami oleh siswa karena

konteks permasalahannya sangat terkait

dengan kehidupan siswa dan materi ini

merupakan materi dasar yang menunjang

pada jenjang pendidikan berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah (1) Bagaimanakah aktivitas siswa

pada saat diterapkannya model

pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Teams Achievement Division)

pada pembelajaran kubus dan balok di

kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau

Panjang Ogan Ilir?, (2) Bagaimana hasil

belajar siswa dalam pelajaran

matematika dengan menggunakan model

Page 6: Artikel

pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Teams Achievement Division)

pada pembelajaran kubus dan balok di

kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau

Panjang Ogan Ilir?

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui gambaran aktivitas

dan hasil belajar siswa dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD di

kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau

Panjang Ogan Ilir. Subjek penelitian ini

adalah siswa kelas VIII.A di SMP

Negeri 2 Rantau Panjang Ogan Ilir yang

berjumlah 23 orang siswa.

Adapun prosedur penelitian pada

tahap persiapan, peneliti membuat RPP,

membuat LKS, membuat instrumen tes,

membuat lembar observasi. Pada tahap

pendahuluan peneliti menyampaikan

model pembelajaran yang akan

digunakan, tujuan pembelajaran yang

akan dicapai dan mengorganisasi siswa

ke dalam kelompok belajar. Selanjutnya

pada tahap pelaksanaan, peneliti

menerapkan langkah – langkah

pembelajaran berdasarkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pada akhir pembelajaran peneliti

membimbing siswa untuk

menyimpulkan hasil yang di peroleh

selama proses pembelajaran

berlangsung. Serta pada tahap analisis

data, hal yang dilakukan adalah

menganalisis data dari hasil tes dan

observasi, serta mendeskripsikan data

hasil analisis.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah observasi dan tes.

Observasi dilakukan untuk melihat

aktivitas siswa pada saat diterapkannya

model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Tes digunakan untuk

memperoleh data hasil belajar siswa

dengan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD pada materi kubus dan balok.

Teknik Analisis Data

Data hasil belajar siswa yang

diperoleh setelah tes dilaksanakan,

dianalisis untuk melihat tingkat

keberhasilan siswa pada pembelajaran

matematika dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Page 7: Artikel

Adapun langkah-langkah yang

dilakukan untuk menganalisis data hasil

belajar siswa adalah sebagai berikut:

1. Membuat kunci jawaban dan skor

pada masing-masing jawaban soal.

2. Memeriksa jawaban siswa.

3. Memberikan skor sesuai dengan

skor yang telah ditentukan. Setelah

diperoleh skor akhir, maka nilai tes

dihitung menggunakan rumus:

NP= RSM

x 100

Keterangan :

NP : Nilai Akhir

R : Skor yang diperoleh

SM : Jumlah Skor Maksimum

(Djaali dan Muljono, 2008:103)

4. Skor tes yang diperoleh masing-

masing siswa dikonversikan menjadi

nilai dalam rentang 0-100

5. Menganalisa hasil belajar yang

diperoleh dari nilai LKS dan tes.

6. Nilai akhir diperoleh dari 40% LKS

dan 60% nilai tes dengan rumus

sebagai berikut:

Nilai Akhir = (

LKS1+LKS 2+LKS 33

) x 40% +(tes) x 60%

7. Nilai rata-rata yang diperoleh dibuat

dalam daftar distribusi frekuensi

dengan rumus sebagai berikut :

x =

∑ x

n

Keterangan :

x = nilai rata-rata siswa

x = nilai akhir tiap siswa

n = banyak siswa

(Sudjana, 2009:109)

8. Rata-rata nilai akhir yang diperoleh

digunakan untuk melihat kategori

hasil belajar siswa seperti pada tabel

berikut:

Tabel 1

Kategori Hasil Belajar Siswa

Nilai Siswa Kategori

85 – 100

75 – 84

65 – 74

45 - 64

0 - 44

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat Kurang

(Arikunto, 2009:245)

Hasil observasi dianalisis

secara deskriptif kualitatif.

Adapun langkah-langkah dalam

menganalisis data adalah:

Page 8: Artikel

1. Mengisi lembar observasi

berdasarkan pengamatan terhadap

siswa pada saat pembelajaran

berlangsung.

2. Data yang didapat dari lembar

observasi diberi skor. Ketentuan

pemberian skor diberikan tabel

berikut:

Tabel 2

Penskoran Aktivitas Siswa

Sko

r

Keterangan

1 Tidak satu pun deskriptor tampak

2 Satu deskriptor tampak

3 dua deskriptor tampak

Skor aktivitas dari

masing-masing siswa adalah

jumlah seluruh skor yang

diperoleh sesuai dengan

banyaknya deskriptor yang

tampak pada saat pembelajaran

berlangsung. Skor maksimum

aktivitas siswa adalah 3 x 4 = 12

dan skor minimum adalah 1 x 4 =

4, sehingga interval skor rata-rata

aktivitas siswa adalah 4 sampai

12. Peneliti membagi interval ini

menjadi empat selang dengan

jarak masing-masing selang

adalah 8/4 = 2. Kategori tingkat

keaktifan siswa ditentukan

sebagai berikut :

Tabel 3

Kategori Keaktifan Siswa

Skor Rata-

Rata

Kategori keaktifan

Siswa

10,1 – 12,0 Sangat Aktif

8,1 – 10,0 Aktif

6,1 – 8,0 Cukup Aktif

4,1 – 6,0 Kurang Aktif

Kemudian dicari skor rata-rata

aktivitas siswa secara keseluruhan untuk

mendapatkan kategori tingkat aktivitas

siswa secara klasikal diperoleh dengan

rumus :

Skor rata-rata =

Ket: n = banyaknya siswa

(Modifikasi Arikunto,

2002:245)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Skor total seluruhsiswan

Page 9: Artikel

Penelitian ini dilaksanakan di

SMP Negeri 2 Rantau Panjang Ogan Ilir

sebanyak 4 kali pertemuan, yaitu pada

tanggal 8, 10, 15, dan 17 April 2013.

Penelitian ini dilakukan di kelas VIII.A

dengan jumlah siswa yang menjadi

subjek penelitian sebanyak 23 orang

siswa yang dibagi dalam 5 kelompok, 3

kelompok terdiri dari 5 orang siswa dan

2 kelompok lainnya terdiri dari 4 orang

siswa.

Adapun materi yang disampaikan

dalam pembelajaran ini berupa Lembar

Kerja Siswa (LKS) dan siswa belajar

dalam kelompok. Alokasi waktu yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah 8

jam pelajaran (8 x 40 menit) atau 4 kali

tatap muka dengan perincian sebagai

berikut:

1. Pertemuan pertama dilakukan pada

hari Senin, 8 April 2013 (2 x 40

menit) dengan sub pokok bahasan

pada LKS adalah membuat jaring-

jaring kubus dan balok dengan

model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement

Division (STAD).

2. Pertemuan kedua dilakukan pada

hari Rabu, 10 April 2013 (2 x 40

menit) dengan sub pokok bahasan

pada LKS adalah menentukan luas

permukaan kubus dan balok dengan

model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement

Division (STAD).

3. Pertemuan ketiga dilakukan pada

hari Senin, 15 April 2013 (2 x 40

menit) dengan sub pokok bahasan

pada LKS adalah menentukan

volume kubus dan balok dengan

model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement

Division (STAD).

4. Pada pertemuan keempat dilakukan

pada hari Rabu, 17 April 2013 (2 x

40 menit). Pada pertemuan ini

peneliti memberikan tes (evaluasi)

untuk mengetahui hasil belajar

siswa setelah proses pembelajaran

dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division (STAD). Soal

yang diberikan berbentuk essay atau

uraian yang terdiri dari 4 soal.

Pelaksanaan pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD meliputi 6 tahap, yaitu

menyampaikan tujuan dan memotivasi

Page 10: Artikel

siswa, menyajikan/menyampaikan

informasi, mengorganisasikan siswa

dalam kelompok-kelompok belajar,

membimbing kelompok bekerja dan

belajar, evaluasi, dan memberikan

penghargaan. Pada setiap proses

pembelajaran, peneliti memberikan LKS

pada masing-masing kelompok belajar

dan observer akan mengamati aktivitas

siswa yang muncul pada saat proses

pembelajaran berlangsung sesuai dengan

indikator pada lembar obervasi.

Deskripsi dan Analisis Data

Observasai

Observasi dilakukan selama

proses pembelajaran berlangsung dalam

3 kali pertemuan (6 x 40 menit). Selama

pelaksanaan pembelajaran peneliti

dibantu oleh 2 orang observer yaitu

Hartanto sebagai observer pertama dan

Noviriyanti sebagai observer kedua yang

bertugas untuk mengamati aktivitas

siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Satu orang observer

mengamati 2 - 3 kelompok belajar.

Observer pertama mengamati kelompok

I-II dan observer kedua mengamati

kelompok III - V.

Lembar observasi terdiri dari 4

butir indikator aktivitas yang masing-

masing indikator terdiri dari 2

deskriptor. Hasil penelitian dari lembar

observasi ini dimaksudkan untuk

mengetahui aktivitas siswa selama

proses pembelajaran matematika dengan

menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Data hasil

observasi dianalisis dengan analisis

deskriptif kualitatif yaitu menghitung

skor rata-rata indikator dari siswa pada

setiap pertemuan kemudian ditentukan

tingkat aktivitas siswa. Berikut ini

adalah tabel hasil observasi aktivitas

siswa.

Tabel 4

Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Interval skor Frekuensi Persentase (%)

10,1 – 12,0 9 39,13

8,1 – 10,0 12 52,17

6,1 – 8,0 2 8,7

4,1 – 6,0 0 0

Jumlah 23 100

Rata-Rata 8,25

Page 11: Artikel

Data hasil observasi

aktivitas siswa dianalisis dengan

analisis deskriptif yaitu

menghitung rata-rata skor

indikator yang muncul dari siswa

pada setiap pertemuan, kemudian

menghitung nilai akhir dan

menetapkan kategori penilaian

aktivitas siswa. Berikut ini adalah

tabel hasil observasi aktivitas

siswa.

Tabel 5

Rata-Rata Aktivitas Siswa Untuk Setiap Indikator per Pertemuan

No IndikatorSkor per Pertemuan Rata-Rata per

indikatorKategori

P1 P2 P3

1. Aktivitas visual 8,7 8,7 8,12 8,50 Aktif

2. Aktivitas mendengarkan 8,84 8,7 8,99 8,84 Aktif

3. Aktivitas lisan 6,81 6,23 6,81 6,62 Cukup Aktif

4. Aktivitas gerak 9,28 8,99 8,84 9,03 Aktif

Rata-Rata 8,25 Aktif

Pada tabel 5 dapat dilihat

bahwa pada indikator pertama

yaitu aktivitas visual dengan

deskriptor memperhatikan

gambar LKS dan

membandingkan pekerjaan teman

dikategorikan aktif dengan skor

rata-rata 8,50. Pada indikator

kedua yaitu aktivitas

mendengarkan dengan dekriptor

mendengarkan atau

memperhatikan penjelasan guru

dan mendengarkan atau

memperhatikan penjelasan teman

dengan skor rata-rata 8,84

dengan kategori aktif. Pada

indikator ketiga yaitu aktivitas

lisan dengan deskriptor

mengemukakan pendapat,

menjawab pertanyaan atau

berdiskusi dalam kelompok dan

memberikan tanggapan atau

argumentasi dengan skor 6,62

termasuk dalam kategori cukup

Page 12: Artikel

aktif. Sedangkan pada indikator

keempat yaitu aktivitas gerak

dengan deksriptor mengerjakan

tugas (soal-soal) dan bekerja

menggunakan alat termasuk

dalam kategori aktif dengan skor

rata-rata 9,03.

Dari hasil observasi siswa per

indikator yang telah dilakukan

menunjukan bahwa indikator yang

paling rendah adalah aktivitas lisan

dengan deskriptor yang jarang muncul

adalah memberikan tanggapan atau

argumentasi. Indikator ini hanya

memiliki rata-rata 6,62. Hal ini

disebabkan oleh siswa masih merasa

takut salah untuk mengemukakan

pendapatnya dalam proses belajar

mengajar.

Adapun distribusi frekuensi skor

rata-rata aktivitas siswa dengan

menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Skor Rata-Rata Aktivitas Siswa Dengan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Interval skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

10,1 – 12,0 9 39,13 Sangat Aktif

8,1 – 10,0 12 52,17 Aktif

6,1 – 8,0 2 8,7 Cukup Aktif

4,1 – 6,0 0 0 Kurang Aktif

Jumlah 23 100 -

Rata-Rata 8,25 Aktif

Analisis data hasil observasi

menunjukan bahwa aktivitas siswa

dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD

dalam kategori aktif dengan rata-rata

aktivitas sebesar 8,25.

Tes

Page 13: Artikel

Pada pertemuan keempat

dilakukan tes. Siswa diberikan

beberapa soal yang berupa soal

tes uraian untuk mengetahui hasil

belajar siswa setelah

diterapkannya model

pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Analisis data tes diambil

dari LKS dan tes. LKS

digunakan sebagai media dalam

pembelajaran yang berisi materi,

yang dikerjakan siswa secara

berkelompok. LKS digunakan

selama 3 kali pertemuan,

pertemuan pertama yaitu LKS I

berisi materi tentang jaring-jaring

kubus dan balok, LKS II berisi

materi tentang menentukan luas

permukaan kubus dan balok, dan

LKS III berisi materi tentang

menentukan volume kubus dan

balok.

Adapun nilai LKS dan tes

yang diperoleh siswa dapat

dilihat pada tabel 7 berikut :

Tabel 7

Nilai Yang Diperoleh Siswa dalam Menyelesaikan LKS dan Tes

Nilai SiswaLKS Tes

f % f %

85-100 18 78,26 10 43,48

75-84 5 21,74 6 26,09

65-74 0 0 4 17,39

45-64 0 0 0 0

0-44 0 0 3 13,04

Jumlah 23 100 23 100

Pada akhir pembelajaran

matematika dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

materi kubus dan balok siswa diberikan

beberapa soal tes. Hasil belajar siswa

dapat dilihat dari LKS dan soal tes yang

diberikan. Pemberian skor pada lembar

jawaban tes siswa sesui dengan rubrik

penskoran yang telah disusun. Rubrik

penskoran terdapat pada lampiran.

Page 14: Artikel

1. LKS Berdasarkan analisis pengerjaan

LKS 1, LKS 2, dan LKS 3 diperoleh

nilai rata-rata pada tabel berikut:

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Rata-Rata Hasil Pengerjaan LKS

Nilai Siswa Jumlah siswa Persentase (%) Kategori

85-100 18 78,26 Sangat Baik75-84 5 21,74 Baik65-74 0 0 Cukup45-64 0 0 Kurang0-44 0 0 Sangat Kurang

Jumlah 23 100 -Rata-Rata 85 Sangat Baik

Dari tabel di atas dapat dilihat

bahwa dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada pelajaran

matematika dimana pada nilai LKS ada

18 orang siswa (78,26%) mendapatkan

nilai dengan kategori sangat baik dan 5

orang siswa (21,74) dengan kategori

nilai baik. Hal ini dikarenakan siswa

aktif dalam mengerjakan LKS

dikelompok masing-masing. Rata-rata

nilai LKS adalah 85 termasuk dalam

kategori sangat baik.

2. Tes

Distribusi frekuensi nilai tes

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Nilai Tes Siswa

Nilai Siswa Frekuensi Persentase (%) Kategori

85-100 10 43,48 Sangat Baik

75-84 6 26,09 Baik

65-74 4 17,39 Cukup

45-64 0 0 Kurang

0-44 3 13,04 Sangat Kurang

Jumlah 23 100 -

Page 15: Artikel

Rata-Rata Tes 76,17 Baik

Pada tabel 9 di atas,

menunjukan bahwa ada 10 orang

siswa (43,48%) yang

mendapatkan nilai dengan

kategori sangat baik, 6 orang

siswa (26,09%) dengan kategori

baik, 4 orang siswa (17,39%)

dengan kategori cukup, dan 3

orang siswa (13,04%)

mendapatkan nilai dengan

kategori sangat kurang. Rata-rata

nilai tes sebesar 76,17 dengan

kategori baik. Dari hasil analisis

ini, terlihat perbedaan nilai tes

yang dikerjakan secara individu

dengan LKS yang dikerjakan

secara berkelompok sangat jauh.

Hal ini dikarenakan keaktifan

siswa pada waktu mengerjakan

soal baik secara individu maupun

dalam kelompok membuat siswa

lebih memahami pelajaran yang

mereka pelajari.

Data hasil seluruh pekerjaan

siswa dari pertemuan pertama hingga

pertemuan keempat, semua dianalisis

untuk menentukan rata-rata nilai akhir

dan kemudian dikonversikan ke dalam

data kualitatif untuk menentukan

kategori tingkat hasil belajar. Distribusi

hasil belajar siswa berdasarkan kategori

hasil belajar dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 10

Distribusi Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Kategori Hasil Belajar

Nilai Siswa Nilai Akhir Persentase (%) Kategori

85-100 14 60,88 Sangat Baik

75-84 3 13,04 Baik

65-74 3 13,04 Cukup

45-64 3 13,04 Kurang

0-44 0 0 Sangat Kurang

Page 16: Artikel

Jumlah 23 100 -

Rata-Rata 79,73 Baik

Dari tabel di atas nilai akhir

siswa didapat dari 40% LKS dan 60%

nilai tes. Hasil belajar siswa setelah

diterapkannya model pembelajaran

kooperatif tipe STAD terdapat 14 orang

siswa (60,88%) dikategorikan sangat

baik, 13 orang siswa (13,04%)

dikategorikan baik, 13 orang siswa

(13,04%) dikategorikan cukup, dan 13

orang siswa (13,04%) dikategorikan

kurang. Sedangkan rata-rata hasil belajar

siswa yang diperoleh adalah 79,73. Hal

ini menunjukkan bahwa berdasarkan

hasil LKS dan tes, hasil belajar siswa

dapat digolongkan dalam kategori baik.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui gambaran aktivitas siswa

selama proses pembelajaran dan hasil

belajar siswa setelah diterapkannya

model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division

(STAD). Penilaian dilakukan pada saat

pembelajaran berlangsung adalah dengan

menggunakan observasi, sedangkan

setelah pembelajaran berlangsung

menggunakan soal tes.

Observasi ditujukan untuk

melihat gambaran aktivitas siswa dengan

menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division (STAD),

sedangkan untuk mengetahui hasil

belajar siswa didapat dari hasil tes

setelah dilakukan proses pembelajaran

selama 3 kali pertemuan (6 x 40 menit).

Pembelajaran matematika di

kelas VIII.A SMP Negeri 2 Rantau

Panjang telah dilaksanakan sesuai

dengan tahapan-tahapan pelaksanaan

pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD,

yaitu presentasi kelas, belajar dalam

kelompok, presentasi kelompok, dan

penghargaan prestasi tim.

Berdasarkan analisis data hasil

belajar siswa pada LKS dan tes siswa

mendapatkan nilai dengan rata-rata

79,73 termasuk dalam kategori baik. Jika

Page 17: Artikel

dilihat pada tabel distribusi hasil belajar

siswa berdasarkan kategori hasil belajar,

ada 14 orang siswa dengan persentase

60,88% dikategorikan sangat baik, 13

orang siswa dengan persentase 13,04%

dikategorikan baik, 13 orang siswa

dengan persentase 13,04% dikategorikan

cukup, dan 13 orang siswa dengan

persentase 13,04% dikategorikan kurang.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya

ketelitian siswa dalam menyelesaikan

soal LKS dan tes, siswa belum tepat

untuk menerjemahkan masalah yang ada

pada soal dan tidak ada langkah-langkah

pengerjaan. Selain itu juga peneliti

menyadari bahwa kesalahan-kesalahan

yang dibuat siswa dikarenakan juga

kelemahan dan kekurangan peneliti

dalam membimbing siswa selama

berlangsungnya proses pembelajaran.

Adapun hasil belajar siswa

disajikan dalam bentuk diagram batang

sebagai berikut:

Sangat Baik

Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

02468

101214

14

3 3 3

0

Hasil Belajar Siswa

Kategori

Frek

uens

i

Gambar 1. Diagram batang hasil belajar siswa

Selain melalui hasil LKS dan tes,

aktivitas siswa juga diukur melalui

observasi. Pada saat proses pembelajaran

siswa diamati oleh 2 orang observer

untuk mengobservasi deskriptor yang

muncul pada aktivitas siswa. Skor untuk

masing-masing indikator untuk skor 1

jika tidak ada satu pun deskriptor yang

Page 18: Artikel

muncul, skor 2 untuk satu deskriptor

yang muncul, dan skor 3 jika ada dua

deskriptor yang muncul.

Aktivitas siswa selama proses

pembelajaran yang berlangsung selama 3

kali pertemuan, pada indikator aktivitas

visual dengan deskriptornya yaitu

memperhatikan gambar LKS dan

membandingkan pekerjaan teman

dengan rata-rata 8,50 termasuk dalam

kategori aktif. Untuk aktivitas

mendengarkan dengan deskriptornya

yaitu mendengarkan atau memperhatikan

penjelasan guru dan mendengarkan atau

memperhatikan penjelasan teman dengan

rata-rata 8,84 termasuk dalam kategori

aktif.

Lain halnya pada aktivitas lisan

dengan deskriptornya yaitu

mengemukakan pendapat, menjawab

pertanyaan atau berdiskusi dalam

kelompok dan memberi tanggapan atau

argumentasi yang rata-rata skornya 6,62

termasuk dalam kategori cukup aktif.

Hal ini dikarenakan siswa masih merasa

takut salah untuk mengemukakan

pendapatnya dalam proses belajar

mengajar, siswa tidak terbiasa berdiskusi

serta guru sering menggunakan metode

langsung atau berpusat pada guru.

Terbukti sewaktu peneliti bertanya

kepada siswa mengapa tidak bertanya

atau pun menanggapi dalam diskusi

kelompok. Awalnya siswa hanya

senyum-senyum saja, tetapi akhirnya

setelah peneliti bertanya berulang-ulang

barulah siswa menjawab bahwa mereka

takut salah untuk mengemukakan

pendapatnya.

Pada indikator aktivitas gerak

dengan deskriptor mengerjakan tugas

(soal-soal) dan bekerja menggunakan

alat yang rata-rata indikatornya sebesar

9,03 dengan kategori aktif. Adapun

aktivitas siswa secara keseluruhan dari

pertemuan pertama sampai keempat

disajikan dalam bentuk diagram batang

sebagai berikut:

sangat aktif aktif cukup aktif kurang aktif0

2

4

6

8

10

129

12

2

0

Aktivitas Siswa

frek

uens

i

Page 19: Artikel

Gambar 2. Diagram batang aktivitas siswa

Berdasarkan tabel Distribusi

frekuensi rata-rata aktivitas siswa

dengan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dari 23 orang siswa terdapat

9 orang siswa (39,13%) termasuk dalam

kategori sangat aktif, 12 orang siswa

(52,17%) dengan kategori aktif, dan 2

orang siswa (8,7%) dengan kategori

cukup aktif.

Dari keseluruhan indikator

aktivitas siswa menunjukan bahwa

aktivitas siswa dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada materi kubus dan balok

dalam kategori aktif dengan rata-rata

aktivitas sebesar 8,25.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data

dan pembahasan, maka peneliti

menyimpulkan bahwa:

1. Aktivitas siswa selama proses

pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada materi kubus dan balok

di kelas VIII.A SMP Negeri 2

Rantau Panjang termasuk dalam

kategori aktif dengan skor keaktifan

8,25. Terlihat pada saat proses

pembelajaran siswa dapat bekerja

sama dengan baik dengan anggota

kelompoknya masing-masing dan

pada saat diskusi kelompok, mereka

dapat saling bertukar pendapat

dengan cara bertanya dan memberi

tanggapan pada kelompok yang

mempresentasikan hasil diskusinya.

2. Hasil belajar siswa setelah

diterapkannya model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada materi

kubus dan balok di kelas VIII.A

SMP Negeri 2 Rantau Panjang

termasuk dalam kategori baik

dengan nilai rata-rata sebesar 79,73.

Page 20: Artikel

Sehingga model pembelajaran ini

dapat diterapkan dalam

pembelajaran matematika.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilaksanakan, maka peneliti

menyarankan beberapa hal sebagai

berikut :

1. Bagi siswa, lebih memotivasi diri

agar lebih aktif dalam pembelajaran

matematika.

2. Bagi guru, penerapan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan keaktifan siswa. Oleh

karena itu, pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat digunakan sebagai

alternatif dalam pembelajaran

matematika.

3. Bagi peneliti lain yang ingin

melanjutkan penelitian sebagai

bahan masukan untuk dapat

menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan lebih

menekankan indikator aktivitas lisan

pada proses pembelajarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Gava Media: Yogyakarta.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi SMP dan MTS. Jakarta: Depdiknas.

Djaali dan Muljono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Isjoni. 2011. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Nurhayati.2010.”Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Achievement Division (STAD) di SD Negeri 42 Palembang”. Skripsi. Palembang : FKIP Universitas Sriwijaya.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep Landasan, dan

Page 21: Artikel

Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.