Upload
henry-kurniawan
View
860
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA PEMBELAJARAN
KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 2
RANTAU PANJANG OGAN ILIR
Henry [email protected]
Jalan Ogan Srijaya Negara, Bukit Besar, PalembangAlumni Pendidikan Matematika FKIP UNSRI
Yusuf Hartono1), Budi Mulyono2)
Dosen Pendidikan Matematika FKIP UNSRI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Rantau Panjang Ogan Ilir. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII.A yang berjumlah 23 orang siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan tes. Observasi digunakan untuk mengetahui gambaran aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Adapun tes digunakan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran tersebut. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII.A SMP Negeri 2 Rantau Panjang dikategorikan aktif dengan skor rata-rata 8,25, sedangkan hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai LKS dan tes tergolong kategori baik dengan rata-rata 79,73.
Kata-kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Aktivitas Siswa,
Hasil Belajar, Kubus dan Balok
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran
penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
mengembangkan daya pikir manusia.
Mata pelajaran Matematika perlu
diberikan kepada semua siswa mulai dari
sekolah dasar untuk membekali siswa
dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerja sama yang
efektif (Depdiknas, 2006:387).
Dalam pembelajaran matematika,
siswa harus memahami dan aktif
membangun pengetahuan baru dari
pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya. Pada dasarnya
pembelajaran merupakan proses
komunikasi antara guru dan siswa.
Proses komunikasi yang terjadi tidak
selamanya berjalan dengan lancar,
bahkan proses komunikasi dapat
menimbulkan salah pengertian, ataupun
salah konsep. Untuk itu guru harus
mampu memberikan suatu alternatif
pembelajaran bagi siswanya agar dapat
memahami konsep-konsep yang telah
diajarkan.
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan
dasar dan menengah dikembangkan oleh
sekolah/madrasah dan komite
sekolah/madrasah berpedoman pada
standar kompetensi lulusan dan standar
isi serta panduan (Trianto, 2010:4). Satu
prinsip utama dalam KTSP adalah
pemberian wewenang secara penuh
kepada instansi sekolah untuk
merancang dan merencanakan sendiri
pembelajaran sesuai dengan kondisi dan
tingkat kemampuan sekolah sehingga
setiap guru mata pelajaran diharapkan
mampu menyusun, merancang,
merencanakan proses pembelajaran di
kelas sehingga menjadi pembelajaran
yang menyenangkan bagi siswa.
Dalam belajar sangat diperlukan
adanya suatu aktivitas sebab pada
prinsipnya “belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya
(Daryanto, 2010). Itulah sebabnya
aktivitas merupakan prinsip atau dasar
yang sangat penting dalam interaksi
belajar. Aktivitas belajar tidak hanya
dilakukan di dalam kelas, namun dapat
juga dilakukan kapan pun, dan
dimanapun agar mendapat prestasi yang
baik. Melibatkan siswa secara aktif di
dalam pembelajaran matematika sangat
penting, karena dalam matematika
banyak kegiatan pemecahan masalah
yang menuntut kreativitas siswa secara
aktif. Maka dari itu pada proses belajar
mengajar matematika yang baik adalah
guru harus mampu menerapkan suasana
yang dapat membuat siswa antusias
terhadap persoalan yang ada sehingga
mereka mampu mencoba memecahkan
persoalannya.
Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 19
tentang Standar Nasional Pendidikan,
standar proses pembelajaran dapat
disimpulkan bahwa dalam melaksanakan
pembelajaran pendidik hendaknya
merancang suatu proses pembelajaran
yang menumbuhkan minat siswa,
menumbuhkan motivasi siswa terhadap
pembelajaran, melatih bakat siswa
dengan berbagai cara proses
pembelajaran yang menyenangkan
sehingga tercapai pembelajaran yang
efektif dan efisien dan siswa
mendapatkan hasil belajar yang lebih
baik. Dalam pencapaian hasil belajar
tersebut, hendaknya perlu diperhatikan
bagaimana proses pembelajaran
matematika yang baik.
Namun pada kenyataannya
proses pembelajaran matematika saat ini
masih belum memberikan suasana yang
membuat siswa antusias terhadap proses
pembelajaran sehingga hasil belajar
matematika siswa tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan. Hal yang kurang
memuaskan ini juga terjadi di SMP
Negeri 2 Rantau Panjang Ogan Ilir,
terlihat pada hasil belajar siswa yang
masih rendah yaitu pada salah satu kelas
ada yang mencapai 52,17% siswanya
yang tidak tuntas dalam pembelajaran
matematika.
Selain itu, berdasarkan hasil
observasi peneliti terhadap Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru,
ternyata model pembelajaran yang
digunakan yaitu model pembelajaran
konvensional. Pembelajaran
konvensional hanya berpusat pada guru
sebagai sumber belajar yang dominan.
Guru lebih banyak menggunakan
waktunya di kelas untuk menyampaikan
materi, dan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran lebih bersifat penyampaian
informasi atau pengetahuan sehingga
siswa menjadi lebih pasif dalam
mengkontruksi pengetahuannya. Hal ini
membuat aktivitas belajar siswa kurang,
sehingga hasil belajar yang diperoleh
siswa juga rendah.
Untuk mengatasi masalah di atas,
guru sebaiknya menggunakan model
pembelajaran yang dapat menumbuhkan
aktivitas siswa dalam belajar. Salah satu
model pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama antar
individu, yang memungkinkan semua
siswa dapat menguasai materi pada
tingkat penguasaan relatif sama adalah
model pembelajaran kooperatif. Ada 5
tipe model pembelajaran kooperatif,
salah satu tipenya adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divison (STAD)
untuk melihat gambaran tentang
aktivitas siswa dalam pembelajaran
matematika. Dalam model pembelajaran
tipe STAD ini, siswa bekerjasama dalam
kelompok untuk menyelesaikan Lembar
Kerja Siswa (LKS) dan guru hanya
berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing. Jadi, model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berpusat pada
siswa, sehingga siswa akan lebih leluasa
mengekplorasikan aktivitasnya dalam
kegiatan belajar mengajar.
Pembelajaran kooperatif tipe
STAD dikembangkan oleh Robert E.
Slavin. Menurut Slavin, pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan salah
satu tipe kooperatif yang menekankan
pada adanya aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi
dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi
yang maksimal (Isjoni, 2011:51).
Menurut Slavin (dalam Trianto,
2009:68), menyatakan bahwa pada
STAD siswa ditempatkan dalam tim
belajar beranggota 4-5 orang yang
merupakan campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru
menyajikan pelajaran, dan kemudian
siswa bekerja dalam tim mereka
memastikan bahwa seluruh anggota tim
telah menguasai pelajaran tersebut.
Kemudian seluruh siswa diberikan tes
tentang materi tersebut, pada saat tes ini
mereka tidak diperbolehkan saling
membantu.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Slavin (dalam Rusman,
2010:205) menyatakan bahwa: (1)
penggunaan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dan sekaligus dapat meningkatkan
hubungan social, menumbuhkan sikap
toleransi dan dapat menghargai pendapat
orang lain, (2) pembelajaran kooperatif
dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam
berpikir kritis, memecahkan masalah dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan
pengalaman.
Berdasarkan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Nurhayati (2010) bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe
STAD dalam pembelajaran
matematika, aktivitas dan hasil
belajar siswa dapat ditingkatkan.
Hal ini terlihat dari tingkat
ketuntasan belajar siswa pada
siklus pertama mencapai 15
orang (60%) dan pada siklus
kedua mencapai 22 orang (88%).
Berdasarkan kelebihan dan
kelemahan dari model
pembelajaran kooperatif tipe
STAD, dalam penelitian ini
aktivitas kognitif yang dilihat
adalah kategori lower Order
Thinking yang meliputi
kemampuan mengingat,
memahami dan menerapkan.
Adapun salah satu pokok bahasan
matematika yang diajarkan di SMP kelas
VIII semester 2 adalah kubus dan balok.
Konsep-konsep dalam kubus dan balok
sangat perlu dipahami oleh siswa karena
konteks permasalahannya sangat terkait
dengan kehidupan siswa dan materi ini
merupakan materi dasar yang menunjang
pada jenjang pendidikan berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah (1) Bagaimanakah aktivitas siswa
pada saat diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division)
pada pembelajaran kubus dan balok di
kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau
Panjang Ogan Ilir?, (2) Bagaimana hasil
belajar siswa dalam pelajaran
matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division)
pada pembelajaran kubus dan balok di
kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau
Panjang Ogan Ilir?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui gambaran aktivitas
dan hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD di
kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau
Panjang Ogan Ilir. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas VIII.A di SMP
Negeri 2 Rantau Panjang Ogan Ilir yang
berjumlah 23 orang siswa.
Adapun prosedur penelitian pada
tahap persiapan, peneliti membuat RPP,
membuat LKS, membuat instrumen tes,
membuat lembar observasi. Pada tahap
pendahuluan peneliti menyampaikan
model pembelajaran yang akan
digunakan, tujuan pembelajaran yang
akan dicapai dan mengorganisasi siswa
ke dalam kelompok belajar. Selanjutnya
pada tahap pelaksanaan, peneliti
menerapkan langkah – langkah
pembelajaran berdasarkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pada akhir pembelajaran peneliti
membimbing siswa untuk
menyimpulkan hasil yang di peroleh
selama proses pembelajaran
berlangsung. Serta pada tahap analisis
data, hal yang dilakukan adalah
menganalisis data dari hasil tes dan
observasi, serta mendeskripsikan data
hasil analisis.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah observasi dan tes.
Observasi dilakukan untuk melihat
aktivitas siswa pada saat diterapkannya
model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Tes digunakan untuk
memperoleh data hasil belajar siswa
dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD pada materi kubus dan balok.
Teknik Analisis Data
Data hasil belajar siswa yang
diperoleh setelah tes dilaksanakan,
dianalisis untuk melihat tingkat
keberhasilan siswa pada pembelajaran
matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Adapun langkah-langkah yang
dilakukan untuk menganalisis data hasil
belajar siswa adalah sebagai berikut:
1. Membuat kunci jawaban dan skor
pada masing-masing jawaban soal.
2. Memeriksa jawaban siswa.
3. Memberikan skor sesuai dengan
skor yang telah ditentukan. Setelah
diperoleh skor akhir, maka nilai tes
dihitung menggunakan rumus:
NP= RSM
x 100
Keterangan :
NP : Nilai Akhir
R : Skor yang diperoleh
SM : Jumlah Skor Maksimum
(Djaali dan Muljono, 2008:103)
4. Skor tes yang diperoleh masing-
masing siswa dikonversikan menjadi
nilai dalam rentang 0-100
5. Menganalisa hasil belajar yang
diperoleh dari nilai LKS dan tes.
6. Nilai akhir diperoleh dari 40% LKS
dan 60% nilai tes dengan rumus
sebagai berikut:
Nilai Akhir = (
LKS1+LKS 2+LKS 33
) x 40% +(tes) x 60%
7. Nilai rata-rata yang diperoleh dibuat
dalam daftar distribusi frekuensi
dengan rumus sebagai berikut :
x =
∑ x
n
Keterangan :
x = nilai rata-rata siswa
x = nilai akhir tiap siswa
n = banyak siswa
(Sudjana, 2009:109)
8. Rata-rata nilai akhir yang diperoleh
digunakan untuk melihat kategori
hasil belajar siswa seperti pada tabel
berikut:
Tabel 1
Kategori Hasil Belajar Siswa
Nilai Siswa Kategori
85 – 100
75 – 84
65 – 74
45 - 64
0 - 44
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
(Arikunto, 2009:245)
Hasil observasi dianalisis
secara deskriptif kualitatif.
Adapun langkah-langkah dalam
menganalisis data adalah:
1. Mengisi lembar observasi
berdasarkan pengamatan terhadap
siswa pada saat pembelajaran
berlangsung.
2. Data yang didapat dari lembar
observasi diberi skor. Ketentuan
pemberian skor diberikan tabel
berikut:
Tabel 2
Penskoran Aktivitas Siswa
Sko
r
Keterangan
1 Tidak satu pun deskriptor tampak
2 Satu deskriptor tampak
3 dua deskriptor tampak
Skor aktivitas dari
masing-masing siswa adalah
jumlah seluruh skor yang
diperoleh sesuai dengan
banyaknya deskriptor yang
tampak pada saat pembelajaran
berlangsung. Skor maksimum
aktivitas siswa adalah 3 x 4 = 12
dan skor minimum adalah 1 x 4 =
4, sehingga interval skor rata-rata
aktivitas siswa adalah 4 sampai
12. Peneliti membagi interval ini
menjadi empat selang dengan
jarak masing-masing selang
adalah 8/4 = 2. Kategori tingkat
keaktifan siswa ditentukan
sebagai berikut :
Tabel 3
Kategori Keaktifan Siswa
Skor Rata-
Rata
Kategori keaktifan
Siswa
10,1 – 12,0 Sangat Aktif
8,1 – 10,0 Aktif
6,1 – 8,0 Cukup Aktif
4,1 – 6,0 Kurang Aktif
Kemudian dicari skor rata-rata
aktivitas siswa secara keseluruhan untuk
mendapatkan kategori tingkat aktivitas
siswa secara klasikal diperoleh dengan
rumus :
Skor rata-rata =
Ket: n = banyaknya siswa
(Modifikasi Arikunto,
2002:245)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Skor total seluruhsiswan
Penelitian ini dilaksanakan di
SMP Negeri 2 Rantau Panjang Ogan Ilir
sebanyak 4 kali pertemuan, yaitu pada
tanggal 8, 10, 15, dan 17 April 2013.
Penelitian ini dilakukan di kelas VIII.A
dengan jumlah siswa yang menjadi
subjek penelitian sebanyak 23 orang
siswa yang dibagi dalam 5 kelompok, 3
kelompok terdiri dari 5 orang siswa dan
2 kelompok lainnya terdiri dari 4 orang
siswa.
Adapun materi yang disampaikan
dalam pembelajaran ini berupa Lembar
Kerja Siswa (LKS) dan siswa belajar
dalam kelompok. Alokasi waktu yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah 8
jam pelajaran (8 x 40 menit) atau 4 kali
tatap muka dengan perincian sebagai
berikut:
1. Pertemuan pertama dilakukan pada
hari Senin, 8 April 2013 (2 x 40
menit) dengan sub pokok bahasan
pada LKS adalah membuat jaring-
jaring kubus dan balok dengan
model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement
Division (STAD).
2. Pertemuan kedua dilakukan pada
hari Rabu, 10 April 2013 (2 x 40
menit) dengan sub pokok bahasan
pada LKS adalah menentukan luas
permukaan kubus dan balok dengan
model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement
Division (STAD).
3. Pertemuan ketiga dilakukan pada
hari Senin, 15 April 2013 (2 x 40
menit) dengan sub pokok bahasan
pada LKS adalah menentukan
volume kubus dan balok dengan
model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement
Division (STAD).
4. Pada pertemuan keempat dilakukan
pada hari Rabu, 17 April 2013 (2 x
40 menit). Pada pertemuan ini
peneliti memberikan tes (evaluasi)
untuk mengetahui hasil belajar
siswa setelah proses pembelajaran
dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD). Soal
yang diberikan berbentuk essay atau
uraian yang terdiri dari 4 soal.
Pelaksanaan pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD meliputi 6 tahap, yaitu
menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa, menyajikan/menyampaikan
informasi, mengorganisasikan siswa
dalam kelompok-kelompok belajar,
membimbing kelompok bekerja dan
belajar, evaluasi, dan memberikan
penghargaan. Pada setiap proses
pembelajaran, peneliti memberikan LKS
pada masing-masing kelompok belajar
dan observer akan mengamati aktivitas
siswa yang muncul pada saat proses
pembelajaran berlangsung sesuai dengan
indikator pada lembar obervasi.
Deskripsi dan Analisis Data
Observasai
Observasi dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung dalam
3 kali pertemuan (6 x 40 menit). Selama
pelaksanaan pembelajaran peneliti
dibantu oleh 2 orang observer yaitu
Hartanto sebagai observer pertama dan
Noviriyanti sebagai observer kedua yang
bertugas untuk mengamati aktivitas
siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Satu orang observer
mengamati 2 - 3 kelompok belajar.
Observer pertama mengamati kelompok
I-II dan observer kedua mengamati
kelompok III - V.
Lembar observasi terdiri dari 4
butir indikator aktivitas yang masing-
masing indikator terdiri dari 2
deskriptor. Hasil penelitian dari lembar
observasi ini dimaksudkan untuk
mengetahui aktivitas siswa selama
proses pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Data hasil
observasi dianalisis dengan analisis
deskriptif kualitatif yaitu menghitung
skor rata-rata indikator dari siswa pada
setiap pertemuan kemudian ditentukan
tingkat aktivitas siswa. Berikut ini
adalah tabel hasil observasi aktivitas
siswa.
Tabel 4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Interval skor Frekuensi Persentase (%)
10,1 – 12,0 9 39,13
8,1 – 10,0 12 52,17
6,1 – 8,0 2 8,7
4,1 – 6,0 0 0
Jumlah 23 100
Rata-Rata 8,25
Data hasil observasi
aktivitas siswa dianalisis dengan
analisis deskriptif yaitu
menghitung rata-rata skor
indikator yang muncul dari siswa
pada setiap pertemuan, kemudian
menghitung nilai akhir dan
menetapkan kategori penilaian
aktivitas siswa. Berikut ini adalah
tabel hasil observasi aktivitas
siswa.
Tabel 5
Rata-Rata Aktivitas Siswa Untuk Setiap Indikator per Pertemuan
No IndikatorSkor per Pertemuan Rata-Rata per
indikatorKategori
P1 P2 P3
1. Aktivitas visual 8,7 8,7 8,12 8,50 Aktif
2. Aktivitas mendengarkan 8,84 8,7 8,99 8,84 Aktif
3. Aktivitas lisan 6,81 6,23 6,81 6,62 Cukup Aktif
4. Aktivitas gerak 9,28 8,99 8,84 9,03 Aktif
Rata-Rata 8,25 Aktif
Pada tabel 5 dapat dilihat
bahwa pada indikator pertama
yaitu aktivitas visual dengan
deskriptor memperhatikan
gambar LKS dan
membandingkan pekerjaan teman
dikategorikan aktif dengan skor
rata-rata 8,50. Pada indikator
kedua yaitu aktivitas
mendengarkan dengan dekriptor
mendengarkan atau
memperhatikan penjelasan guru
dan mendengarkan atau
memperhatikan penjelasan teman
dengan skor rata-rata 8,84
dengan kategori aktif. Pada
indikator ketiga yaitu aktivitas
lisan dengan deskriptor
mengemukakan pendapat,
menjawab pertanyaan atau
berdiskusi dalam kelompok dan
memberikan tanggapan atau
argumentasi dengan skor 6,62
termasuk dalam kategori cukup
aktif. Sedangkan pada indikator
keempat yaitu aktivitas gerak
dengan deksriptor mengerjakan
tugas (soal-soal) dan bekerja
menggunakan alat termasuk
dalam kategori aktif dengan skor
rata-rata 9,03.
Dari hasil observasi siswa per
indikator yang telah dilakukan
menunjukan bahwa indikator yang
paling rendah adalah aktivitas lisan
dengan deskriptor yang jarang muncul
adalah memberikan tanggapan atau
argumentasi. Indikator ini hanya
memiliki rata-rata 6,62. Hal ini
disebabkan oleh siswa masih merasa
takut salah untuk mengemukakan
pendapatnya dalam proses belajar
mengajar.
Adapun distribusi frekuensi skor
rata-rata aktivitas siswa dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Skor Rata-Rata Aktivitas Siswa Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Interval skor Frekuensi Persentase (%) Kategori
10,1 – 12,0 9 39,13 Sangat Aktif
8,1 – 10,0 12 52,17 Aktif
6,1 – 8,0 2 8,7 Cukup Aktif
4,1 – 6,0 0 0 Kurang Aktif
Jumlah 23 100 -
Rata-Rata 8,25 Aktif
Analisis data hasil observasi
menunjukan bahwa aktivitas siswa
dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
dalam kategori aktif dengan rata-rata
aktivitas sebesar 8,25.
Tes
Pada pertemuan keempat
dilakukan tes. Siswa diberikan
beberapa soal yang berupa soal
tes uraian untuk mengetahui hasil
belajar siswa setelah
diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Analisis data tes diambil
dari LKS dan tes. LKS
digunakan sebagai media dalam
pembelajaran yang berisi materi,
yang dikerjakan siswa secara
berkelompok. LKS digunakan
selama 3 kali pertemuan,
pertemuan pertama yaitu LKS I
berisi materi tentang jaring-jaring
kubus dan balok, LKS II berisi
materi tentang menentukan luas
permukaan kubus dan balok, dan
LKS III berisi materi tentang
menentukan volume kubus dan
balok.
Adapun nilai LKS dan tes
yang diperoleh siswa dapat
dilihat pada tabel 7 berikut :
Tabel 7
Nilai Yang Diperoleh Siswa dalam Menyelesaikan LKS dan Tes
Nilai SiswaLKS Tes
f % f %
85-100 18 78,26 10 43,48
75-84 5 21,74 6 26,09
65-74 0 0 4 17,39
45-64 0 0 0 0
0-44 0 0 3 13,04
Jumlah 23 100 23 100
Pada akhir pembelajaran
matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
materi kubus dan balok siswa diberikan
beberapa soal tes. Hasil belajar siswa
dapat dilihat dari LKS dan soal tes yang
diberikan. Pemberian skor pada lembar
jawaban tes siswa sesui dengan rubrik
penskoran yang telah disusun. Rubrik
penskoran terdapat pada lampiran.
1. LKS Berdasarkan analisis pengerjaan
LKS 1, LKS 2, dan LKS 3 diperoleh
nilai rata-rata pada tabel berikut:
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Rata-Rata Hasil Pengerjaan LKS
Nilai Siswa Jumlah siswa Persentase (%) Kategori
85-100 18 78,26 Sangat Baik75-84 5 21,74 Baik65-74 0 0 Cukup45-64 0 0 Kurang0-44 0 0 Sangat Kurang
Jumlah 23 100 -Rata-Rata 85 Sangat Baik
Dari tabel di atas dapat dilihat
bahwa dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pelajaran
matematika dimana pada nilai LKS ada
18 orang siswa (78,26%) mendapatkan
nilai dengan kategori sangat baik dan 5
orang siswa (21,74) dengan kategori
nilai baik. Hal ini dikarenakan siswa
aktif dalam mengerjakan LKS
dikelompok masing-masing. Rata-rata
nilai LKS adalah 85 termasuk dalam
kategori sangat baik.
2. Tes
Distribusi frekuensi nilai tes
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Siswa
Nilai Siswa Frekuensi Persentase (%) Kategori
85-100 10 43,48 Sangat Baik
75-84 6 26,09 Baik
65-74 4 17,39 Cukup
45-64 0 0 Kurang
0-44 3 13,04 Sangat Kurang
Jumlah 23 100 -
Rata-Rata Tes 76,17 Baik
Pada tabel 9 di atas,
menunjukan bahwa ada 10 orang
siswa (43,48%) yang
mendapatkan nilai dengan
kategori sangat baik, 6 orang
siswa (26,09%) dengan kategori
baik, 4 orang siswa (17,39%)
dengan kategori cukup, dan 3
orang siswa (13,04%)
mendapatkan nilai dengan
kategori sangat kurang. Rata-rata
nilai tes sebesar 76,17 dengan
kategori baik. Dari hasil analisis
ini, terlihat perbedaan nilai tes
yang dikerjakan secara individu
dengan LKS yang dikerjakan
secara berkelompok sangat jauh.
Hal ini dikarenakan keaktifan
siswa pada waktu mengerjakan
soal baik secara individu maupun
dalam kelompok membuat siswa
lebih memahami pelajaran yang
mereka pelajari.
Data hasil seluruh pekerjaan
siswa dari pertemuan pertama hingga
pertemuan keempat, semua dianalisis
untuk menentukan rata-rata nilai akhir
dan kemudian dikonversikan ke dalam
data kualitatif untuk menentukan
kategori tingkat hasil belajar. Distribusi
hasil belajar siswa berdasarkan kategori
hasil belajar dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 10
Distribusi Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Kategori Hasil Belajar
Nilai Siswa Nilai Akhir Persentase (%) Kategori
85-100 14 60,88 Sangat Baik
75-84 3 13,04 Baik
65-74 3 13,04 Cukup
45-64 3 13,04 Kurang
0-44 0 0 Sangat Kurang
Jumlah 23 100 -
Rata-Rata 79,73 Baik
Dari tabel di atas nilai akhir
siswa didapat dari 40% LKS dan 60%
nilai tes. Hasil belajar siswa setelah
diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terdapat 14 orang
siswa (60,88%) dikategorikan sangat
baik, 13 orang siswa (13,04%)
dikategorikan baik, 13 orang siswa
(13,04%) dikategorikan cukup, dan 13
orang siswa (13,04%) dikategorikan
kurang. Sedangkan rata-rata hasil belajar
siswa yang diperoleh adalah 79,73. Hal
ini menunjukkan bahwa berdasarkan
hasil LKS dan tes, hasil belajar siswa
dapat digolongkan dalam kategori baik.
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran aktivitas siswa
selama proses pembelajaran dan hasil
belajar siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division
(STAD). Penilaian dilakukan pada saat
pembelajaran berlangsung adalah dengan
menggunakan observasi, sedangkan
setelah pembelajaran berlangsung
menggunakan soal tes.
Observasi ditujukan untuk
melihat gambaran aktivitas siswa dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD),
sedangkan untuk mengetahui hasil
belajar siswa didapat dari hasil tes
setelah dilakukan proses pembelajaran
selama 3 kali pertemuan (6 x 40 menit).
Pembelajaran matematika di
kelas VIII.A SMP Negeri 2 Rantau
Panjang telah dilaksanakan sesuai
dengan tahapan-tahapan pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD,
yaitu presentasi kelas, belajar dalam
kelompok, presentasi kelompok, dan
penghargaan prestasi tim.
Berdasarkan analisis data hasil
belajar siswa pada LKS dan tes siswa
mendapatkan nilai dengan rata-rata
79,73 termasuk dalam kategori baik. Jika
dilihat pada tabel distribusi hasil belajar
siswa berdasarkan kategori hasil belajar,
ada 14 orang siswa dengan persentase
60,88% dikategorikan sangat baik, 13
orang siswa dengan persentase 13,04%
dikategorikan baik, 13 orang siswa
dengan persentase 13,04% dikategorikan
cukup, dan 13 orang siswa dengan
persentase 13,04% dikategorikan kurang.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya
ketelitian siswa dalam menyelesaikan
soal LKS dan tes, siswa belum tepat
untuk menerjemahkan masalah yang ada
pada soal dan tidak ada langkah-langkah
pengerjaan. Selain itu juga peneliti
menyadari bahwa kesalahan-kesalahan
yang dibuat siswa dikarenakan juga
kelemahan dan kekurangan peneliti
dalam membimbing siswa selama
berlangsungnya proses pembelajaran.
Adapun hasil belajar siswa
disajikan dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut:
Sangat Baik
Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
02468
101214
14
3 3 3
0
Hasil Belajar Siswa
Kategori
Frek
uens
i
Gambar 1. Diagram batang hasil belajar siswa
Selain melalui hasil LKS dan tes,
aktivitas siswa juga diukur melalui
observasi. Pada saat proses pembelajaran
siswa diamati oleh 2 orang observer
untuk mengobservasi deskriptor yang
muncul pada aktivitas siswa. Skor untuk
masing-masing indikator untuk skor 1
jika tidak ada satu pun deskriptor yang
muncul, skor 2 untuk satu deskriptor
yang muncul, dan skor 3 jika ada dua
deskriptor yang muncul.
Aktivitas siswa selama proses
pembelajaran yang berlangsung selama 3
kali pertemuan, pada indikator aktivitas
visual dengan deskriptornya yaitu
memperhatikan gambar LKS dan
membandingkan pekerjaan teman
dengan rata-rata 8,50 termasuk dalam
kategori aktif. Untuk aktivitas
mendengarkan dengan deskriptornya
yaitu mendengarkan atau memperhatikan
penjelasan guru dan mendengarkan atau
memperhatikan penjelasan teman dengan
rata-rata 8,84 termasuk dalam kategori
aktif.
Lain halnya pada aktivitas lisan
dengan deskriptornya yaitu
mengemukakan pendapat, menjawab
pertanyaan atau berdiskusi dalam
kelompok dan memberi tanggapan atau
argumentasi yang rata-rata skornya 6,62
termasuk dalam kategori cukup aktif.
Hal ini dikarenakan siswa masih merasa
takut salah untuk mengemukakan
pendapatnya dalam proses belajar
mengajar, siswa tidak terbiasa berdiskusi
serta guru sering menggunakan metode
langsung atau berpusat pada guru.
Terbukti sewaktu peneliti bertanya
kepada siswa mengapa tidak bertanya
atau pun menanggapi dalam diskusi
kelompok. Awalnya siswa hanya
senyum-senyum saja, tetapi akhirnya
setelah peneliti bertanya berulang-ulang
barulah siswa menjawab bahwa mereka
takut salah untuk mengemukakan
pendapatnya.
Pada indikator aktivitas gerak
dengan deskriptor mengerjakan tugas
(soal-soal) dan bekerja menggunakan
alat yang rata-rata indikatornya sebesar
9,03 dengan kategori aktif. Adapun
aktivitas siswa secara keseluruhan dari
pertemuan pertama sampai keempat
disajikan dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut:
sangat aktif aktif cukup aktif kurang aktif0
2
4
6
8
10
129
12
2
0
Aktivitas Siswa
frek
uens
i
Gambar 2. Diagram batang aktivitas siswa
Berdasarkan tabel Distribusi
frekuensi rata-rata aktivitas siswa
dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dari 23 orang siswa terdapat
9 orang siswa (39,13%) termasuk dalam
kategori sangat aktif, 12 orang siswa
(52,17%) dengan kategori aktif, dan 2
orang siswa (8,7%) dengan kategori
cukup aktif.
Dari keseluruhan indikator
aktivitas siswa menunjukan bahwa
aktivitas siswa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada materi kubus dan balok
dalam kategori aktif dengan rata-rata
aktivitas sebesar 8,25.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data
dan pembahasan, maka peneliti
menyimpulkan bahwa:
1. Aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada materi kubus dan balok
di kelas VIII.A SMP Negeri 2
Rantau Panjang termasuk dalam
kategori aktif dengan skor keaktifan
8,25. Terlihat pada saat proses
pembelajaran siswa dapat bekerja
sama dengan baik dengan anggota
kelompoknya masing-masing dan
pada saat diskusi kelompok, mereka
dapat saling bertukar pendapat
dengan cara bertanya dan memberi
tanggapan pada kelompok yang
mempresentasikan hasil diskusinya.
2. Hasil belajar siswa setelah
diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada materi
kubus dan balok di kelas VIII.A
SMP Negeri 2 Rantau Panjang
termasuk dalam kategori baik
dengan nilai rata-rata sebesar 79,73.
Sehingga model pembelajaran ini
dapat diterapkan dalam
pembelajaran matematika.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan, maka peneliti
menyarankan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Bagi siswa, lebih memotivasi diri
agar lebih aktif dalam pembelajaran
matematika.
2. Bagi guru, penerapan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan keaktifan siswa. Oleh
karena itu, pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat digunakan sebagai
alternatif dalam pembelajaran
matematika.
3. Bagi peneliti lain yang ingin
melanjutkan penelitian sebagai
bahan masukan untuk dapat
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan lebih
menekankan indikator aktivitas lisan
pada proses pembelajarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Gava Media: Yogyakarta.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi SMP dan MTS. Jakarta: Depdiknas.
Djaali dan Muljono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Isjoni. 2011. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Nurhayati.2010.”Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Achievement Division (STAD) di SD Negeri 42 Palembang”. Skripsi. Palembang : FKIP Universitas Sriwijaya.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.