Upload
dwiyannursiam
View
161
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sedikit tentang beliau
Citation preview
Arsitektur Hijau Liem Bwan Tjie
Sutrisno Murtioso
Tiga hal terpenting yang patut di ketahui oleh arsitek mengenai Liem Bwan
Tjie, yaitu:
1. Dia adalah orang Semarang.
2. Dia adalah salah satu pelopor Arsitektur Modern di Indonesia
3. Dia adalah salah satu pendiri IAI.
Liem Kong Bing adalah buyut dari Liem Bwan Tjie, dia adalah pendatang dari
Hokkian dan bekerja sebagai penjual kain mori (1849). Salah satu anak dari Liem
Kong Bing adalah Kim Tjieng Soey (6 September 1891) yang kemudian menikah dan
kemudian mempunyai 10 anak, Liem Bwan Tjie adalah anak ke 7.
Lingkungan dan Pendidikan
- Menyelesaikan MTS (Middelbare Technische School) di Jl. Dr Cipto.
- HBS di Harleem (1911 – 1915)
- Magang di Amstredam (1916 – 1920)
- Sekolah di Delft (1920 – 1924)
- Paris Ecole des Beaux Arts (1924 – 1926)
- Harvard – Yeuching di Beijing (1926 – 1929)
- Kembali ke Semarang (1929)
Setelah kembali ke Indonesia
1. Semarang 1930
o Karya – karya (proyek rumah tinggal)
o Menikah dengan Han Swan Tien
2. Jakarta
o Beliau tinggal di Jalan Situ Lembang di Menteng serta menjadikan
rumahnya menjadi kantor pusat.
o Proyek – proyek Nasional, diantaranya: rumah sakit ternak di
Surabaya, pusat penelitian di Ambon, dan Universitas di Menado
3. Belanda 1965 - 1966
o Beliau meniggal di Rijswijk.
Mentalitas Liem Bwan Tjie, walaupun dia telah menjadi murid dari sekolah
terbaik di dua benua dia tidak pernah mendapat gelar akademik secara resmi, namun
karena profesi arsitek adalah panggilan jiwanya, dia menekuni dunia arsitek.
Pengaruh dan profesi yang dia capai tidak lepas dari paham serta beberapa tokoh
berikut:
1. Dasar : a. Ekspresionalisme
b. Amsterdam Shcool
2. Pengaruh Langsung : Michiel de Klerk
3. Pengaruh tak Langsung : Hend. Retris Berlage dan Frank Liyod Wright
Berdirinya IAI, Liem Bwan Tjie adalah arsitek professional, dia menganggap
bahwa profesi arsitek adalah panggilan jiwanya, maka menjunjung tinggi kode etik
keprofesian sepenuhnya. Di tahun 1959, ia pula yang mendorong generasi pertama
arsitek Indonesia lulusan ITB berhimpun untuk membentuk organisasi profesi arsiek,
yang kemudian diberi nama Ikatan Arsitek Indonesia. Bersama-sama dengan M.
Soesilo dan F. Silaban,
Beberapa kata yang menarik yang saya suka dari Pa Sutrisno Murtioso adalah
saat dia berkata “Arsitek itu harus melayani kalangan bawah dahulu sebelum
melayani kalangan atas karena kalangan bawah membutuhkan biaya lebih jika salah
meletakan ‘batu kali’”
Widya Wijayanti
Penjelasan Bu Widya Wijayanti lebih menekan-kan pada bentuk bangunan
serta bangunan yang telah di bangun oleh Liem Bwan Tjie.
Gebrakan yang dibuat Liem Bwan Tjie pada awal karirnya terutama
diwujudkan dalam desain kantor pusat Oei Tiong Ham Concern di Kota Lama
Semarang. Untuk bentang kawasan tersebut pada saat itu , yang dilakukan sungguh
mencengangkan. Untuk ukuran masa kini pun bangunan yang sekarang
ditempatiRajawali Nusindo tersebut tetap terlihat sebagai arsitektur yang cerdas.
Beberapa karya Liem Bwan Tjie, antara lain:
- Bioskop Gelora (Grand) dan rumah makan di sebelah selatanya,
Semarang.
- Bioskop Murni (Lux), Semarang.
- Gemeente Zwembad atau kolam renang Stadion di Jl. Ki
Mangunsarkoro, Semarang.
Liem Bwan Tjie Menempatkan factor iklim (tropis) sebagai pertimbangan
penting, disamping yang lain. Hujan dan sinar matahari langsung tidak dibiarkannya
membuat penghuni merasa tidak nyaman. Permainan atau lempeng-lempeng
horizontal dan vertical dipadukan dengan masa geometric, juga pergantian dari padat
ke kosong menciptakan pembayangan yang sangat mengesankan. Liem Bwan Tjie
tidak anti kesetangkupan, dan masih menerapkannya, meskipun dengan tampilan yang
unik. Perapet menjadi ciri desain Liem Bwan Tjie. Perapet tiap rumah atau bangunan
selalu unik tetapi tidak sulit dikenali. Bangunan pendukung stadion renang di Ki
Mangunsarkoro menunjukan pendekatan tersebut.
Undak-undak Nampak sebagai komponen yang mendapatkan perhatian penuh
dari Liem Bwan Tjie, bahkan terkesan arsitek ini sangat terobsesi oleh komponen
tersebut, undak bisa berupa untuk menuju pintu atau undak untuk menuju ke lantai di
atasnya. Selain itu, dalam mendesain Liem Bwan Tjie berpikir dari makro sampai
mikro, garis besar sampai detil dan dari bangunan sampai perabot
Arsitektur Pecinan
L. M. F. Purwanto
Ir. Gagoek Hardiman
Prof. Totok Roesmanto, S.T, M.Eng
Menciptakan ‘green’ di pecinan yang merupakan rumah deret dan mempunyai
wilyah yang sempit tidak harus mnumbuhkan banyak tanaman tapi pada dasarnya
adalah melakukan tindakan yang bijaksana agar tidak merusak alam, agar dekat
dengan alam, serta mengurangi atau mencegah pemanasan global. Adapun tindakan
bijaksana yang dapt dilakukan, yaitu:
- Menghemat energi untuk menghemat uang.
- Hemat air untuk menghemat uang.
- Buatlah persediaan pembersihan sendiri.
- Mengurangi polusi atau bahkan juga menghilangkan polusi.
- Makan sehat.
- Hindari minuman kalengan.
- Berfikir sebelum membeli.
- Membeli secara cerdas.
- Jauhkan elektronik dari tempat sampah
- Lebih baik meminjam daripada membeli.
Yang perlu di ketahui di Pecinan Semarang, yaitu:
1. Kapling Pecinan di Semarang yang sempit
2. Transportasi utama adalah di air (perahu)
Arsitektur Pecinan di Semarang sedikit berbeda dengan Arsitektur pecinan di
Lasem ini dikarenakan Pecinan di Lasem lebih luas dari pada di Semarang, dapat
dilihat dari bentu atap di lasem mempunyai tepi seperti ekor burung parkit, berbeda
dengan pecinan di Semarang yang mempunyai pinggir atap yang membatas dengan
bangunan disebalahnya.
Arsitektur Pecinan sudah bisa dianggap sebagai arsitektur yang ‘green’, dapat
dilihat dari detail bangunan seperti pintu yang terdapat lubang-lubang fentilasi,
jendela yang simple sehingga dapat menjadi fungsi lain (multi fungsi), perabot yang
awet, system konstruksi yang kuat sehingga menanggulangi masalah gempa.
Perbedaan pun dapat dilihat antara Pecinan Pekalongan dan Pecinan
Semarang, yaitu Pecinan Pekalongan membelakangi sungai sedangkan Pecinan
Semarang terdapat jalan disebelah sungai.
Meskipun Pecinan adalah kampung Cina, arsitektur yang berada di sana tidak
hanya murni seperti yang ada di tempat asalnya (Cina daratan), ini karena di
Indonesia pernah mengalami zaman colonial Belanda sehingga sebagian atau
beberapa bangunan di Pecinan mendapat pengaruh Indische (Belanda). Jadi bangunan
di Pecinan terbagi 2, yaitu: bercitra local dan bercitra Indische. Perbedaan bisa dilihat
pada pilar maupun konsol.