4
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Secara geografis, Maluku memiliki luas lautan ± 658.294,69 Km 2 atau 92% sedangkan daratannya ± 54.185 Km 2 atau 7,6% (Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Maluku, 2009). Data ini, memberikan indikasi bahwa dengan luas lautan berarti di dalamnya mengandung berbagai potensi sumber daya perairan laut yang dapat dijadikan dasar bagi pertumbuhan ekonomi bagi daerah ini. Selain sumber daya perikanan tangkap, seperti : sumber daya pelagis besar, pelagis kecil, demersal, ikan karang, cumi-cumi, dan udang maka salah satu sumber daya yang mempunyai nilai ekonomis adalah rumput laut . Produksi rumput laut di Maluku, menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku () sebanyak… ton/tahun. Rumput laut yang dominan diproduksi adalah jenis Eucheuma cottonni karena harga pasar yang relatif tinggi. Umumnya rumput laut digunakan sebagai bahan baku industri pangan, obat-obatan, maupun kosmetik. Menurut Anggadireja dkk (2001), kebutuhan dunia akan rumput laut terus meningkat setiap tahun sehingga terjadi kekurangan bahan baku untuk agar, dan keraginan. Produksi rumput laut di Maluku, umumnya dalam dimensi kecil apabila dibandingkan dengan daerah lain, seperti Bali dan Sulawesi. Kondisi ini mengakibatkan petani/pembudidaya rumput

ARDAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nice

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangSecara geografis, Maluku memiliki luas lautan 658.294,69 Km2 atau 92% sedangkan daratannya 54.185 Km2 atau 7,6% (Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Maluku, 2009). Data ini, memberikan indikasi bahwa dengan luas lautan berarti di dalamnya mengandung berbagai potensi sumber daya perairan laut yang dapat dijadikan dasar bagi pertumbuhan ekonomi bagi daerah ini. Selain sumber daya perikanan tangkap, seperti : sumber daya pelagis besar, pelagis kecil, demersal, ikan karang, cumi-cumi, dan udang maka salah satu sumber daya yang mempunyai nilai ekonomis adalah rumput laut .Produksi rumput laut di Maluku, menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku () sebanyak ton/tahun. Rumput laut yang dominan diproduksi adalah jenis Eucheuma cottonni karena harga pasar yang relatif tinggi. Umumnya rumput laut digunakan sebagai bahan baku industri pangan, obat-obatan, maupun kosmetik. Menurut Anggadireja dkk (2001), kebutuhan dunia akan rumput laut terus meningkat setiap tahun sehingga terjadi kekurangan bahan baku untuk agar, dan keraginan. Produksi rumput laut di Maluku, umumnya dalam dimensi kecil apabila dibandingkan dengan daerah lain, seperti Bali dan Sulawesi. Kondisi ini mengakibatkan petani/pembudidaya rumput laut sulit untuk mendistribusi rumpat laut dalam skala ekonomi. Pasar rumput laut yang kurang tersedia, serta harganya ditentukan oleh pedagang pengumpul mengakibatkan pembudidaya sulit untuk mengembangkan usahanya. Salah satu alternatif yang sering dipilih pembudidaya adalah menjual hasilnya ke usaha-usaha yang menggunakan rumput laut kering sebagai bahan baku produksi. Ketersediaan rumput laut kering sebenarnya merupakan rantai awal bagi pengembangan industri diversifikasi produk sehingga harus dimanfaatkan oleh produsen sebagai upaya penciptaan lapangan kerja, peningkatan ketrampilan dan peningkatan pendapatan. Banyak produk diversifikasi yang sudah dihasilkan dari bahan baku dari rumput laut, salah satunya dalam bentuk sirup rumput laut. Salah satu produsen sirup rumput laut di Kota Ambon adalah kelompok usaha Makmur Jaya yang berlokasi di Air Salobar. Usaha ini, memiliki beberapa unit kegiatan, selain produksi sirup rumput laut dengan berbagai rasa juga produksi abon, nugget dan bakso ikan yang berbahan dasar ikan cakalang (Katsuwonus pelamis). Teknologi yang digunakan untuk produksi sirup laut tergolong semi-moderen sehingga volume produksi relatif tinggi sehingga dampaknya tergambar dari penawaran yang tinggi pula. Kualitas tenaga kerja telah bersertifikasi yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Ambon, serta kontinutas suplai bahan baku merupakan kekuatan yang dimiliki oleh usaha iniNamun produk sirup rumput laut dari kelompok usaha Makmur Jaya akses pasarnya sangat terbatas karena belum terdistribusi pada pasar-pasar modern, selain itu preferensi konsumen terhadap produk ini masih rendah karena dikalahkan oleh sirup-sirup yang telah lama dikenal konsumen. Pertumbuhan industri sejenis, dalam kompetisi harga, kualitas serta bentuk kemasan yang menarik menambah persoalan untuk meraih pangsa pasar Beberapa penyebab yang dikemukakan di atas, harus disikapi secara bijak oleh pelaku usaha dalam mengelola usahanya sehingga diharapkan ada manfaat ekonomi yang diperoleh. Berdasarkan persoalan yang ada maka Praktek Ketrampilan Lapang (PKL) tentang keuntungan dari usaha diversifikasi produk sirup rumput laut pada Kelompok Usaha Makmur Jaya perlu diungkapkan secara komprehensif sebagai upaya penyediaan data untuk pengembangan usaha ini ke depan.2. Perumusan Masalah1. Bagaimana pengelolaan usaha diversifikasi produk sirup rumput laut oleh Kelompok Usaha Makmur Jaya?2. Berapa besar nilai keuntungan (profit) dari usaha diversifikasi rumput laut oleh Kelompok Usaha Makmur Jaya?3. Tujuan Penelitian1. Mendiskripsi bentuk pengelolaan usaha diversifikasi produk sirup rumput laut2. Menganalisis keuntungan (profit) dari usaha diversifikasi produk sirup rumput laut

Ketersedianan Sumber DayaRumput Laut

KualitasHargaKemasanKompetisi Pangsa PasarIndustri SejenisRendah preferensiKeuntunganKualitatifKuantitatifPengelolaan Usaha

Diversifikasi dalam BentukSirup Rumput Laut