11
1 ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN (STUDI KASUS : DESA TAMALATE DAN DESA SAMPULUNGAN, KECAMATAN GALESONG UTARA, KABUPATEN TAKALAR) Astrid Ayodya ¹ ) Wiwik Wahidah Osman 2) Mimi Arifin 2) Universitas Hasanuddin e-mail : [email protected] 1) Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin 2) Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ABSTRAK Desa Tamalate dan Desa Sampulungan yang terletak pada Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, memerlukan arahan mengenai penataan ruang, sarana serta prasarana demi untuk mendukung perkembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung perkembangan kawasan penelitian, serta untuk dijadikan landasan pengendalian ruang kawasan penelitian sekaligus untuk dijadikan acuan untuk menentukan arahan penataan juga meningkatkan sarana dan prasarana kawasan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif, kuantitatif, dan spasial, sebagai teknik untuk menentukan arahan penataan yang terbaik. Hasil dari penelitian ini, ditemukan masih banyak sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan sehubungan dengan arahan pengendalian ruang, baik struktur ruang, pola ruang serta budidaya sesuai dengan peraturan undang-undang serta pemerintah kabupaten. Kata Kunci : Kampung Nelayan, Pesisir, Arahan Penataan. Pendahuluan Salah satu ruang yang memiliki potensi cukup besar dalam pembangunan wilayah adalah wilayah pesisir dan laut. Wilayah pesisir memiliki sumberdaya alam yang kaya dan beragam, baik sumberdaya yang dapat diperbaharui maupun sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Akan tetapi, jika wilayah pesisir tidak ditata dengan baik serta tanpa memperhatikan aspek yang terkait, terutama aspek kesimbangan antara tingkat pembangunan dan daya dukung lingkungan serta keseimbangan pembangunan antar daerah, maka pembangunan tersebut tidak akan mencapai hasil yang optimal dan berkesinambungan (Dahuri, 2001). Strategi dan tujuan penataan ruang Kabupaten Takalar yakni terwujudnya kemandirian melalui pengembangan pertanian, perikanan, dan kelautan. Kecamatan Galesong diharapkan memiliki karakteristik tersendiri sebagai program minapolitan antara lain sebagai kawasan ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran, serta kegiatan usaha lainnya, seperti jasa dan perdagangan. Khususnya kampung nelayan ini, diharapkan memiliki sarana dan prasarana sebagai pendukung aktivitas ekonomi, menampung, dan mempekerjakan SDM di dalam kawasan sekitarnya, dan mempunyai dampak posistif terhadap perekonomian di daerah sekitarnya. Kawasan ini memerlukan arahan penataan baik untuk permukiman maupun sarana dan prasarana sebagai pendukung aktivitas ekonomi sehingga dapat meningkatkan perekonomian di kawasan penelitian. Namun berdasarkan hasil survey (2018) permasalahn yang terdapat di lokasi yaitu pembangunan yang berkembang di Kawasan Kampung Nelayan Galesong Utara, seperti pembangunan tempat produksi kapal berada di

ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN (STUDI KASUS : DESA

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN (STUDI KASUS : DESA

1

ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN

(STUDI KASUS : DESA TAMALATE DAN DESA SAMPULUNGAN, KECAMATAN

GALESONG UTARA, KABUPATEN TAKALAR)

Astrid Ayodya ¹) Wiwik Wahidah Osman 2) Mimi Arifin 2)

Universitas Hasanuddin

e-mail : [email protected]

1)Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin

2)Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Desa Tamalate dan Desa Sampulungan yang terletak pada Kecamatan Galesong, Kabupaten

Takalar, memerlukan arahan mengenai penataan ruang, sarana serta prasarana demi untuk

mendukung perkembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung perkembangan

kawasan penelitian, serta untuk dijadikan landasan pengendalian ruang kawasan penelitian

sekaligus untuk dijadikan acuan untuk menentukan arahan penataan juga meningkatkan sarana dan

prasarana kawasan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif, kuantitatif,

dan spasial, sebagai teknik untuk menentukan arahan penataan yang terbaik. Hasil dari penelitian

ini, ditemukan masih banyak sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan sehubungan dengan

arahan pengendalian ruang, baik struktur ruang, pola ruang serta budidaya sesuai dengan peraturan

undang-undang serta pemerintah kabupaten.

Kata Kunci : Kampung Nelayan, Pesisir, Arahan Penataan.

Pendahuluan

Salah satu ruang yang memiliki potensi

cukup besar dalam pembangunan wilayah adalah

wilayah pesisir dan laut. Wilayah pesisir

memiliki sumberdaya alam yang kaya dan

beragam, baik sumberdaya yang dapat

diperbaharui maupun sumberdaya yang tidak

dapat diperbaharui. Akan tetapi, jika wilayah

pesisir tidak ditata dengan baik serta tanpa

memperhatikan aspek yang terkait, terutama

aspek kesimbangan antara tingkat pembangunan

dan daya dukung lingkungan serta keseimbangan

pembangunan antar daerah, maka pembangunan

tersebut tidak akan mencapai hasil yang optimal

dan berkesinambungan (Dahuri, 2001).

Strategi dan tujuan penataan ruang

Kabupaten Takalar yakni terwujudnya

kemandirian melalui pengembangan pertanian,

perikanan, dan kelautan. Kecamatan Galesong

diharapkan memiliki karakteristik tersendiri

sebagai program minapolitan antara lain sebagai

kawasan ekonomi yang terdiri dari sentra

produksi, pengolahan, pemasaran, serta kegiatan

usaha lainnya, seperti jasa dan perdagangan.

Khususnya kampung nelayan ini, diharapkan

memiliki sarana dan prasarana sebagai

pendukung aktivitas ekonomi, menampung, dan

mempekerjakan SDM di dalam kawasan

sekitarnya, dan mempunyai dampak posistif

terhadap perekonomian di daerah sekitarnya.

Kawasan ini memerlukan arahan penataan baik

untuk permukiman maupun sarana dan prasarana

sebagai pendukung aktivitas ekonomi sehingga

dapat meningkatkan perekonomian di kawasan

penelitian.

Namun berdasarkan hasil survey (2018)

permasalahn yang terdapat di lokasi yaitu

pembangunan yang berkembang di Kawasan

Kampung Nelayan Galesong Utara, seperti

pembangunan tempat produksi kapal berada di

Page 2: ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN (STUDI KASUS : DESA

2

tengah permukiman dan di pesisir laut kampung

nelayan yang tidak teratur dan juga menyebabkan

pencemaran lingkungan akibat limbah produksi

yang sebagian besar dibuang langsung ke laut.

Serta belum adanya kebijakan khusus yang

mengatur pembangunan yang terjadi dalam

Kawasan Kampung Nelayan Galesong Utara.

Sarana dan prasarana yang dapat mendukung

berkembanganya kawasan kampung nelayan

tidak dimanfaatkan secara baik sebagaimana

fungsinya.

Dalam penelitian ini dilakukan

permukiman, serta kebutuhan sarana dan

prasarana yang dilakukan menggunakan analisis

kualitatif untuk menemukan karakteristik kaasan

penelitian, sedangkan analisis kuantitaitf untuk

menemukan kebutuhan sarana dan prasarana

yang diperlukan. Kemudian dijadikan landasan

pertimbangan untuk melakukan arahan penataan

dalam meningkatkan fasilitas sarana dan

prasarana.

Metode Penelitian

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan yaitu deskriptif

kualitatif, kuantitatif, dan spasial.

Analisis dan Pembahasan

A. Karakteristik Ekonomi, Sosial dan

Budaya 1. Karakteristik Ekonomi

Berdasarkan hasil analisis, jenis mata

pencaharian dibagi beberapa jenis UNTUK

Desa Tamalate yaitu Nelayan 70%, Petani

20%, dan lain-lain 10%.

2. Kebiasaan (Adat istiadat)

Karakteristik sosial dan budaya

masyarakat di lingkungan Desa Tamalate

dapat dilihat dari tingkat kekerabatan

masyarakat setempat merupakan rumah-

rumah nelayan yang telah membudaya,

dimana penghuninya hidup lenih dari 1

keluargan dalam 1 rumah sehingga melenihi

kapasitas daya tampung rumah, ruang gerak

menjadi sempit dan terbatatas. Satu rumah

biasanya diisi mencapai 3 kartu keluarga.

Hal Tersebut tidak sesuai standar, dimana

asumsi 1 rumah dihuni oleh 5 oarang.

Selanjutnya untuk aspek budaya, terdapat

kebiasaan atau adat istiadat masyarakat

setempat yaitu pesta Nelayan seperti lomba

balap fiber, lomba renang, dan tarik tambang

perahu, selanjutmya juga ada Pesta Panen

atau yang biasa disebut “Paddekko” yaitu

masyarakat Desa Tamalate memasak hasil

Panen dan hasil melaut dan membawanya ke

tempat yang bernama Saukang dan

memekannya bersama disana.

B. Analisis Sarana dan Prasarana

1. Desa Tamalate

a. Sarana Pendidikan Jumlah fasilitas pendidikan di

Desa Tamalate berupa TK pada tahun

2017 berdasarkan eksisting pada tabel

5.10 sebanyak 4 unit dan tahun 2038

berdasarkan hasil proyeksi jumlah

penduduk membutuhkan sekitar 5 unit.

Masih dibutuhkan penambahan sekitar

1 unit sarana TK untuk memenuhi

kebutuhan sarana pendidikan pada

tahun 2038. Selain itu juga total luasan

lahan yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan sarana

pendidikan Desa Tamalate Tahun 2038

yakni 2.307 m2.

Jumlah Fasilitas pendidikan di

Desa Tamalate berupa SD pada kondisi

eksisting tahun 2017 sebanyak 2 unit

dan tahun 2038 berdasarkan hasil

proyeksi jumlah penduduk

membutuhkan 5 unit. Masih

dibutuhkan penambahan sekitar 3 unit

sarana SD untuk memenuhi kebutuhan

sarana pendidikan pada tahun 2038.

Selain itu juga total luasan lahan yang

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

sarana pendidikan Desa Tamalate

Tahun 2038 yakni 9.227 m2.

Jumlah fasilitas pendidikan di

wilayah Desa Tamalate berupa SMP

pada kondisi eksisting di tahun 2017

sebanyak 1 unit dan pada tahun 2038

berdasarkan hasil proyeksi jumlah

penduduk hanya membutuhkan 1 unit.

Hal ini menunjukan bahwa sarana

pendidikan SMP di Desa Tamalate

Page 3: ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN (STUDI KASUS : DESA

3

sudah memenuhi kebutuhan

berdasarkan standar hingga tahun 2038,

sehingga tidak diperlukan lagi

penambahan sarana SMP.

b. Sarana Kesehatan

Berdasarkan kondisi eksisting

sarana kesehatan yang berupa fasilitas

posyandu sudah memenuhi kebutuhan

hingga 20 tahun kedepan. Jumlah

sarana posyandu saat ini yakni

sebanyak 6 unit, berdasarkan hasil

proyeksi penduduk hanya memerlukan

penambahan sebanyak 5 unit untuk

memenuhi kebutuhan sarana pada

tahun 2038.

Berdasarkan kondisi eksisting

sarana kesehatan yang berupa fasilitas

poskesmas pembantu sudah memenuhi

kebutuhan hingga 20 tahun kedepan.

Jumlah sarana posyandu saat ini yakni

sebanyak 1 unit, berdasarkan hasil

proyeksi penduduk tidak memerlukan

penambahan untuk memenuhi

kebutuhan sarana pada tahun 2038.

c. Sarana Peribadatan Jumlah fasilitas peribadatan

berupa masjid di Desa Tamalate pada

kondisi eksisting tahun 2017 sebanyak

2 unit, dan pada tahun 2038

berdasarkan hasil proyeksi penduduk

membutuhkan sebanyak 2 unit. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak dibutuhkan

penambahan sarana masjid hingga 20

tahun kedepan, dikarenakan fasilitas

peribadatan berupa masjid telah

memenuhi standar.

Jumlah fasilitas peribadatan

berupa mushallah di Desa Tamalate

pada kondisi eksisting tahun 2017

sebanyak 5 unit, dan pada tahun 2038

berdasarkan hasil proyeksi penduduk

membutuhkan sebanyak 23 unit. Masih

dibutuhkan penambahan sekitar 18 unit

untuk memenuhi kebutuhan sarana

peribadatan mushallah pada tahun

2038.

d. Jaringan Jalan Jaringan jalan yang berada di

kampung nelayan Desa Tamalate, yaitu

jalan lokal dan jalan lingkungan.

Kondisi material jalan berupa aspal,

krikil, dan beton. Sebagian jaringan

jalan difungsikan sebagai tempat

bermain.

e. Jaringan Drainase

Permukiman nelayan Desa

Tamalate mempunyai sistem

pengaliran air hujan dan limbah rumah

tangga yang langsung menuju ke laut

dan ada masyarakat yang berada di tepi

pantai langsung membuang limbah

rumah tangga. Keadaan ini

mengakibatkan terjadi genangan

sampah di drainase, serta terjadi

pendangkalan dan aliran kurang lancar

ke laut disebabkan oleh sampah rumah

tangga.

f. Jaringan Persampahan

Jaringan persampahan pada

wilayah perencanaan belum ditata

dengan baik. Sistem pembuangan

sampah dipermukiman nelayan di

sepanjang pesisir pantai Desa Tamalate

terdapat banyak masalah yang

dihadapi, antara lain tidak terdapat

tempat sampah umum dan tidak

terdapat kontainer, sehingga

masyarakat pada umumnya membuang

sampah langsung ke laut dan

menumpuknya pinggir laut dan

membakarnya. Jika tidak ditangani

dengan baik akan mengakibatkan

pencemaran lingkungan. Selain itu,

karena kurangnya kesadaran sehingga

masyarakat terbiasa membuang sampah

ke laut, sehingga menyebabkan

tumpukan sampah di pinggir laut,

degredasi lingkungan.

g. Jaringan Air Bersih

Permukiman di Desa Tamalate

menggunakan sumber air besih, yaitu

sumur air bor dan PDAM. Kualitas air

di Kawasan ini cukup tidak baik,

berwarna dan berbau, air sumur hanya

dapat dimanfaatkan untuk kegiatan non

konsumsi, seperti mandi dan mencuci

dan untuk air minum kebanyakan

Page 4: ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN (STUDI KASUS : DESA

4

masyarakat Desa Tamalate sudah lebih

memeilih air kemasan dan masih ada

juga yang memelih memesak air

PDAM untuk di konsumsi.

h. Jaringan Air Limbah

Air limbah adalah air dari suatu

daerah pemukiman yang telah

dipergunakan untuk berbagai

keperluan. Air limbah sebagai air dari

hasil dari aktivitas manusia tentunya

juga sudah mengandung berbagai

macam zat kimia. Bahan organik pada

air limbah tersebut pada nantinya dapat

menghabiskan oksigen serta akan

menimbulkan rasa dan bau yang tidak

sedap pada penyediaan air bersih

Berdasarkan hasil survei,

masih ada sebagian masyarakat yang

bermukim di tepi pantai Desa Tamalate

menggunakan jamban/WC yang tidak

memenuhi septicktank, sehingga

saluran pembuangannya berakhir di

drainase. Terdapat juga masyarakat

yang lebih memeilih membuang hajat

di laut. Masyarakat yang memiliki

rumah permanen dan semi permanen

sebagian besar menggunakan WC yang

memiliki septicktank.

i. Fasilitas Penunjang Dermaga

Dermaga adalah prasarana

utama untuk sebuah permukiman

nelayan. Permukiman Nelayan desa

Tamalate memiliki 1 Dermaga akan

tetapi masih ada sebagian nelayan yang

menaikkan dan menurunkan hasil

tangkapannya di sepanjang pantai dan

memarkirkan kapalnya di tempat lain,

salah satumya di pesisir barombong.

Jika air pasang maka perahu

mengapung, sebaliknya jika air surut

maka perahu akan berada diatas pasir.

Para nelayan mematok dan mengaitkan

perahu mereka di sepanjang tanggul

pantai.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Permukiman nelayan di

kawasan ini memiliki 1 Tempat

Pelelangan Ikan (TPI) yang tidak

difungsikan setiap hari. Kebanyakan

nelayan lebih memilih menjual ikan

hasil tangkapannya ke Tempat

Pelelangan desa lain.

2. Desa Sampulungan

a. Sarana Pendidikan

Jumlah fasilitas pendidikan di

Desa Sampulungan berupa TK pada

tahun 2017 berdasarkan eksisting pada

tabel 5.17 sebanyak 2 unit dan tahun

2038 berdasarkan hasil proyeksi jumlah

penduduk membutuhkan sekitar 3 unit.

Masih dibutuhkan penambahan sekitar

1 unit sarana TK untuk memenuhi

kebutuhan sarana pendidikan pada

tahun 2038. Selain itu juga total luasan

lahan yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan sarana

pendidikan Desa Sampulungan Tahun

2038 yakni 1.458 m2.

Jumlah Fasilitas pendidikan di

Desa Sampulungan berupa SD pada

kondisi eksisting tahun 2017 sebanyak

2 unit dan tahun 2038 berdasarkan hasil

proyeksi jumlah penduduk

membutuhkan 3 unit. Masih

dibutuhkan penambahan sekitar 1 unit

sarana SD untuk memenuhi kebutuhan

sarana pendidikan pada tahun 2038.

Selain itu juga total luasan lahan yang

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

sarana pendidikan Desa Sampulungan

Tahun 2038 yakni 4.558 m2.

b. Sarana Kesehatan

Berdasarkan kondisi eksisting

sarana kesehatan yang berupa fasilitas

posyandu sudah memenuhi kebutuhan

hingga 20 tahun kedepan. Jumlah

sarana posyandu saat ini yakni

sebanyak 4 unit, berdasarkan hasil

proyeksi penduduk hanya memerlukan

penambahan sebanyak 4 unit untuk

memenuhi kebutuhan sarana pada

tahun 2038.

Berdasarkan kondisi eksisting

sarana kesehatan yang berupa fasilitas

poskesmas pembantu sudah memenuhi

kebutuhan hingga 20 tahun kedepan.

Page 5: ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN (STUDI KASUS : DESA

5

Jumlah sarana posyandu saat ini yakni

sebanyak 1 unit, berdasarkan hasil

proyeksi penduduk tidak memerlukan

penambahan untuk memenuhi

kebutuhan sarana pada tahun 2038.

c. Sarana Peribadatan

Jumlah fasilitas peribadatan

berupa masjid di Desa Sampulungan

pada kondisi eksisting tahun 2017

sebanyak 2 unit, dan pada tahun 2038

berdasarkan hasil proyeksi penduduk

membutuhkan sebanyak 2 unit. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak dibutuhkan

penambahan sarana masjid hingga 20

tahun kedepan, dikarenakan fasilitas

peribadatan berupa masjid telah

memenuhi standar.

Jumlah fasilitas peribadatan

berupa mushallah di Desa

Sampulungan pada kondisi eksisting

tahun 2017 sebanyak 2 unit, dan pada

tahun 2038 berdasarkan hasil proyeksi

penduduk membutuhkan sebanyak 15

unit. Masih dibutuhkan penambahan

sekitar 13 unit untuk memenuhi

kebutuhan sarana peribadatan

mushallah pada tahun 2038.

d. Jaringan Jalan

Jaringan jalan yang berada di

permukiman nelayan Desa

Sampulungan, yaitu jalan lokal dan

jalan lingkungan. Kondisi material

jalan berupa aspal, krikil, dan beton.

Sebagian jaringan jalan difungsikan

sebagai tempat bermain, namun masih

banyak jaringan jalan yang rusak

(berlubang).

e. Jaringan Drainase

Permukiman Nelayan Desa

Sampulungan memiliki sistem

pengaliran air hujan dan limbah rumah

tangga yang mengikuti jaringan jalan

dan langsung menuju ke laut di

beberapa titik dan ada juga yang

memiliki saluran drainase yang lancar

dan bersih, dikarenakan masyarakatnya

yang suka menjaga kebersihan.

f. Jaringan Persampahan

Jaringan persampahan pada

wilayah penelitian belum ditata dengan

baik. Sistem pembuangan sampah

dipermukiman nelayan di Desa

Sampulungan juga terdapat masalah

yang dihadapi, antara lain tidak terdapat

tempat sampah umum dan tidak

terdapat kontainer, sehingga masih ada

masyarakat yang membuang sampah

langsung ke laut atau menumpuknya

pinggir laut dan membakarnya. Jika

tidak ditangani dengan baik akan

mengakibatkan pencemaran

lingkungan. Selain itu, karena

kurangnya kesadaran sehingga

masyarakat terbiasa membuang sampah

ke laut, sehingga menyebabkan

tumpukan sampah di pinggir laut,

degredasi lingkungan.

g. Jaringan Air Bersih

Permukiman di Desa

Sampulungan menggunakan sumber air

besih, yaitu sumur gali, sumur pompa

dan PDAM. Kualitas air sumur di

Kawasan ini cukup baik, dilihat dari

jumlah masyarakatnya yang lebih

banyak memeilih menggunakan sumur

pompa dibandingkan air PDAM.

h. Jaringan Air Limbah

Berdasarkan hasil survei,

masih ada sebagian masyarakat Desa

Sampulungan yang masih

menggunakan jamban/WC umum.

Terdapat juga masyarakat yang lebih

memilih membuang hajat di laut.

Masyarakat yang memiliki rumah

permanen dan semi permanen sebagian

besar menggunakan WC yang memiliki

septicktank.

Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

maka dalam penutup penulis akan

memberikan simpulan-simpulan sebagai

berikut :

Page 6: ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN (STUDI KASUS : DESA

6

1. Kerjasama dan interaksi sosial pada setiap

rangkaian proses budaya menunjukkan

besarnya dan eratnya hubungan yang

tercipta, mulai dari bekerja satu sama lain

dalam pekerjaan (nelayan dan bertani)

hingga merayakan hasil panen atau hasil

berlayarnya bersama-sama, sehingga hal

seperti ini diharapkan meningkatkan

keterikatan satu sama lain, tidak hanya

dengan anak istri dan tetangga dekat

rumah, tetapi juga dari desa lain. Namun

pada penelitian tidak terdapat wadah bagi

para petani untuk mengembangkan hasil

bertaninya, juga perlu dikembangkannya

wadah untuk industri abon ikan yang

dilakuan komunitas ibu-ibu rumah tangga

yang terdapt di Desa Tamalate.

2. Pada hasil analisis, ditemukan banyaknya

permasalahan dalam ketersediaan dan

pemanfaatan sarana dan prasarana yang

terdapat di masing-masing desa, yaitu

kurangnya pemanfaatan sarana penunjang

nelayan seperti, tempat pelelangan, SPBU

yang seharusnya menjadi tempat para

nelayan mengisi bahan bakar kapal yang

akan digunakan untuk berlayar, tidak

adanya tempat pengumpul sampah dan

pengangkut sampah, dan juga kurangnya

penanganan mengenai jaringan drainase

untuk mengalirkan hasil limbah. Maka dari

itu penulis melakukan proyeksi penduduk

untuk 20 tahun kedepan beserta sarana dan

prasarana yang dibutuhkan. Adapun

pengendalian pola ruang yang dimaksud

yaitu penataan permukiman yang terus

berkembang dengan mengikutinya

pertumbuhan penduduk namun tidak

mengikuti standar yang berlaku..

3. Berdasarkan hasil analisis, maka arahan

penataan kampung nelayan di Desa

Tamalate dan Desa Sampulungan adalah

arahan penatan ruang, baik penataan

permukiman, sarana dan prasarana yang

dibutuhkan sehingga seluruh masyarakat

dapat terlayani dengan adanya suluruh

sarana dan prasarana yang ada. Arahan

penataan jumlah dan letak sarana dan

prasarana yang dibutuhkan masyarakat,

lalu titik penetapan daerah industri yang

terdapat agar mengikuti aturan dan tidak

merusak ligkungan sekitarnya.

B. Saran

Berdasarkan analisis lokasi, sarana

penunjang, ketersediaan infrastruktur yang

belum memenuhi standar. Maka perlu upaya

pemerintah, swasta, bahkan masyarakat untuk

turut berpartisipasi dalam mengembangkan

arahan zonasi kampung nelayan guna menjaga

kestabilan pertumbahn dan guna lahan.

mengingat besarnya manfaat yang dapat

diperoleh dalam arahan zonasi kampung

nelayan di Desa Tamalate dan Desa

Sampulungan.

Daftar Pustaka

Abdullah. 2001. Kampung Nelayan.

Asrul Pramudiya. 2008. Kajian Pengelolaan

Daratan Pesisir Bebasis Zonasi, Jurnal

Mangrove dan Pesisir IX (1), Februari

2009: 1-8 , ISSN: 1411-0679

Dwi Wendika dkk. 2012. Jurnal Teknik Sipil

Untan/Vol.12 No.2.

Haryani, 2012. Potensi Pengembangan Atraksi

Wisata Kampung Nelayan Pasie Nan

Tido Padang ditengah Ancaman

Bencana Abrasi, MIMBAR, Vol. 30, No.

20 (Desember 2014): 189-198.

Intan Yulia, P. T. A. 2016. Zonasi Peneglolaan

Rumput Laut do Kampung Nelayan

Belang-Belang Kecamatan Kalukku

Mamuju, Sulawesi Barat.

Kumalasari. 2016. Kampung Nelayan Tambak

Lorok Semarang.

Kurniawan dkk. 2002. Pola Pengembangan

Permukiman Nelayan.

Kusnadi. 2003. Mobilitas Kampung Nelayan.

Koddeng, Baharuddin. 2011. Zonasi Kawasan

Pesisir Pantai Makassar Berbasis

Mitigasi Bencana Pantai Barombong

Luthfi Muta’ali. 20015. Teknik Analisis Regional

Untuk Perencanaan Wilayah, Tata

Ruang, dan Lingkungan. Yogyakarta :

Universitas Gadjah Mada.

Masri. 2010. Identifikasi Karakteristik Sosial,

Ekonomi, dan Budaya Masyarakat

Nelayan Sungai Limau di Kabupaten

Page 7: ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN (STUDI KASUS : DESA

7

Padang Pariawan dalam Penyediaan

Perumahan Permukiman

Nasruddin, dkk. 2012. Model Penataan Ruang

Lingkungan Perdesaan Tradisional

Makassar di Kawasan Pesisir.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Takalar 2010-2030.

Refshauge. 2003. New Coastal Settlements

Rozy Ismariandi,dkk. 2010. Konsep

Pengembangan Kampung Nelayan

Pasar Bengkulu Sebagai Kawasan

Wisata.

Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd. T-18-

2004-B Penentuan Klasifikasi Fungsi

Jalan di Kawasan Perkotaan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

34 Tahun 2006 Tentang Jalan

Pretty Wulandari, 2016. Status Keberlanjutan

dan Arahan Pengembangan Wilayah

Berbasis Industri.

Santosa. 2000. Permukiman Lingkungan dalam

Pembangunan Wilayah.

Suparno. 2008. Zonasi Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil Sebagai Salah Satu

Dokumen Penting Untuk Disusun Oleh

Pemenrintah Daerah Provinsi/

Kabupaten/ Kota.

Sondita, 2001,9. Kehidupan Di Kampung

Nelayan.

SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan

SNI 19-2454-2002 Tata Cara Teknik

Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan

SNI 03-2399-2002 Tata Cara Perencanaan

Bangunan MCK Umum

Trisutomo, Slamet, dkk. 2014. Infrastruktur

Kawasan Minapolitan Bo’dia Kabupaten

Takalar

Undang-Undang No, 26 Tahun 2007

Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil

Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 Tentang

Penataan Ruang

Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun

2011 Tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman

Wardi, dkk. 2014. Pola Permukiman Komunitas

Nelayan

Website:

http://e-

journal.uajy.ac.id/10815/3/2TA14263.pdf

https://planologi14bosowa.blogspot.co.id/2016/0

4/kajian-pengelolaan-daratan-pesisir.html

http://nusantara.rmol.co/read/2015/12/07/22725

8/Mengintip-Potensi-Tuna-dan-Pelabuhan-

Bitung-Yang-Siap-Mendunia/, diakses pada 15

November 2016, pukul 21.20 Wita

Page 8: ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN (STUDI KASUS : DESA

8

Gambar 1. Peta Delinasi Kawasan

LAMPIRAN

Page 9: ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN (STUDI KASUS : DESA

9

Gambar 2. Peta Eksisting Sarana Kawasan Penelitian Gambar 3. Peta Pemanfaatan Ruang Kawasan Penelitian

Gambar 4. Peta Eksisting Pola Ruang Kawasan

Penelitian

Gambar 5. Peta Arahan Pola Ruang Kawasan Penelitian

Page 10: ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN (STUDI KASUS : DESA

10

Gambar 6. Peta Arahan Jaringan Jalan

Kawasan Penelitian

Gambar 7. Peta Arahan Jaringan Air Bersih

Kawasan Penelitian

Gambar 8. Peta Arahan Jaringan Drainase

Kawasan Penelitian

Gambar 9. Peta Arahan Jaringan Air Limbah

Kawasan Penelitian

Page 11: ARAHAN PENATAAN KAMPUNG NELAYAN (STUDI KASUS : DESA

11

Gambar 10. Peta Arahan Jaringan Persampahan

Kawasan Penelitian

Gambar 11. Peta Struktur Ruang Kawasan

Penelitian