31
APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA SEBAGAI MITIGASI BENCANA ANGIN PUTING BELIUNG DI KABUPATEN BONDOWOSO INDRA PURNAMA BAHRI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

  • Upload
    vandien

  • View
    232

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA

SEBAGAI MITIGASI BENCANA ANGIN PUTING BELIUNG

DI KABUPATEN BONDOWOSO

INDRA PURNAMA BAHRI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan
Page 3: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi SIG dalam

Penentuan Lokasi Hutan Kota Sebagai Mitigasi Bencana Angin Puting Beliung

di Kabupaten Bondowoso, adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Indra Purnama Bahri

NIM E34080080

Page 4: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

ABSTRAK

INDRA PURNAMA BAHRI. Aplikasi SIG dalam Penentuan Lokasi Hutan Kota

Sebagai Mitigasi Bencana Angin Puting Beliung di Kabupaten Bondowoso.

Dibimbing oleh ENDES N DACHLAN dan LILIK BUDI PRASETYO.

Bencana angin puting beliung yang terjadi di Kabupaten Bondowoso

merupakan bencana alam tahunan yang telah menimbulkan banyak kerugian.

dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2009 - 2013), 95 kejadian bencana angin

puting beliung telah melanda 75 desa di Kabupaten Bondowoso. Pembangunan

hutan kota diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat dalam mengatasi atau

mencegah terjadinya bencana angin puting beliung. Karakteristik desa yang paling

sering mengalami bencana angin puting beliung antara lain merupakan daerah

dataran rendah yang berada di ketinggian di bawah 500 mdpl, merupakan daerah

yang datar, memiliki kelerengan 0-8% seluas 1045,07 ha atau sebesar 89,21%,

memiliki suhu permukaan antara 30˚-35˚C seluas 909,45 ha atau sebesar 77,63%,

dan merupakan tempat yang didominasi oleh jenis tutupan lahan yang cukup

terbuka berupa persawahan seluas 853,45 ha atau sebesar 72,85%. Daerah dengan

bobot nilai tertinggi yang perlu untuk dibangun hutan kota yang berfungsi sebagai

mitigasi bencana angin puting beliung yang tersebar di 201 desa dengan luas

32420,35 ha atau sebesar 20,83% dari luas keseluruhan Kabupaten Bondowoso

yang diperoleh dari hasil skoring dan overlay empat karakteristik tersebut.

Kata kunci: angin puting beliung, Bondowoso, hutan kota, mitigasi

ABSTRACT

Cyclones disaster in Bondowoso regency is an annual natural disaster

caused a lot of losses. Within the last 5 years (2009-2013), 95 incidences of

cyclone have hit 75 villages in Bondowoso regency. Development of urban forest

is expected to be the best solution to overcome or prevent the occurrence of

cyclones disaster. Characteristics of the villages with most frequent cyclones

disaster is a low area at an altitude below 500 meters above sea level, is a flat area

with 0-8 % slope as big as 1045.07 ha or 89.21 %, had a temperature surface

between 30˚ - 35˚C as big as 909.45 ha or 77.63 %, and is a place dominated by

the type of land cover in the form of a fairly open area as big as 853.45 ha of rice

fields or by 72.85 %. Area with the highest weight value that needs to be built

urban forest that serves as a disaster mitigation cyclones scattered in 201 villages

with an area of 32420.35 ha or 20.83 % of the total area of Bondowoso regency

obtained from the scoring and overlay the four characteristics.

Keywords: Bondowoso, cyclone, mitigation, urban forest

Page 5: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA

SEBAGAI MITIGASI BENCANA ANGIN PUTING BELIUNG

DI KABUPATEN BONDOWOSO

INDRA PURNAMA BAHRI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan
Page 7: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

Judul Skripsi : Aplikasi SIG dalam Penentuan Lokasi Hutan Kota Sebagai Mitigasi

Bencana Angin Puting Beliung di Kabupaten Bondowoso

Nama : Indra Purnama Bahri

NIM : E34080080

Disetujui oleh

Dr Ir Endes N. Dachlan, MS

Pembimbing I

Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc.

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan berkah serta rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Aplikasi SIG dalam Penentuan Lokasi Hutan Kota Sebagai

Mitigasi Bencana Angin Puting Beliung di Kabupaten Bondowoso”. Penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada Dr Ir Endes N. Dachlan, MS dan Prof Dr Ir

Lilik Budi Prasetyo, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

arahan serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar

sarjana dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini menggambarkan penerapan

Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam penentuan lokasi hutan kota sebagai

upaya mitigasi bencana angin puting beliung di Kabupaten Bondowoso.

Selama penyusunan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi. Berkat

kemurahan-Nya serta bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua

pihak yang berkepentingan dengan karya ini. Akhirnya dengan segala kemampuan

dan kekurangan, penulis berharap semoga karya ini dapat memberi manfaat dan

kebaikan bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2014

Indra Purnama Bahri

Page 9: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi 2

Bahan dan Alat 3

Prosedur Analisis Data 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Karakteristik Wilayah Rawan Puting Beliung 7

Daerah Rawan Puting Beliung dan Lokasi Pembangunan Hutan Kota 15

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

Page 10: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

DAFTAR TABEL

1 Bahan dan Alat penelitian 3

2 Pembobotan parameter hutan kota untuk mitigasi puting beliung 7 3 Luas ketinggian tempat di empat desa dengan kejadian tertinggi 9

4 Luas kelerengan tempat di empat desa dengan kejadian tertinggi 10 5 Luas sebaran suhu permukaan tempat di empat desa 11

6 Luas tutupan lahan di empat desa dengan kejadian tertinggi 13

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 2 2 Bagan alur tahapan pengolahan awal Citra Landsat 8 OLI TIRS 4

3 Bagan alur tahapan pengolahan awal Citra ASTER GDEM 4 4 Bagan alur tahapan pembuatan peta kemiringan lereng 5

5 Bagan alur tahapan pembuatan peta tutupan lahan 6 6 Peta frekuensi kejadian puting beliung 8

7 Peta ketinggian Kabupaten Bondowoso 9 8 Peta kelerengan Kabupaten Bondowoso 11

9 Peta sebaran suhu permukaan Kabupaten Bondowoso 12

10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13

11 Peta tutupan lahan Kabupaten Bondowoso 14 12 Peta kerawanan tinggi angin puting beliung Kabupaten Bondowoso 15

13 Peta RTRW Kabupaten Bondowoso 16

14 Peta rekomendasi pembangunan hutan kota 17

15 Lahan yang dapat dioptimalkan untuk ditanami pohon penahan angin 18

Page 11: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kota atau kabupaten merupakan pusat kegiatan manusia antara lain sebagai

tempat tinggal, belajar, bekerja, ekonomi dan pusat pemerintahan di daerah.

Pertambahan penduduk memberi dampak terhadap peningkatan penggunaan ruang

dan lahan pada kota untuk mendukung kegiatan masyarakat. Dahlan (1992)

menyatakan dengan meningkatnya pembangunan berbagai kegiatan seperti

pembangunan jalan, kegiatan transportasi, industri, pemukiman dan kegiatan

lainnya sering mengakibatkan luasan ruang terbuka hijau menurun dan sering juga

disertai dengan menurunnya mutu lingkungan hidup. Kualitas hidup masyarakat

kota dapat menurun karena keseimbangan lingkungan perkotaan telah terganggu

akibat proses pembangunan yang kurang berwawasan lingkungan.

Kabupaten Bondowoso memiliki permasalahan lingkungan tersendiri yang

perlu mendapat perhatian yaitu bencana angin puting beliung. Dalam kurun waktu

5 tahun terakhir (2009 - 2013), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Bondowoso mencatat, sebanyak 95 kali bencana angin puting beliung

terjadi 75 desa di Kabupaten Bondowoso. Berdasarkan data yang dikeluarkan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2011, Kabupaten Bondowoso

memiliki kelas rawan bencana yang tinggi dalam indeks rawan bencana angin

topan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang menyatakan bahwa secara geografis Negara Kesatuan Republik

Indonesia berada pada kawasan rawan bencana sehingga diperlukan penataan

ruang yang berbasis mitigasi yaitu peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dan

upaya untuk mengurangi resiko dampak yang terjadi akibat bencana sebagai

upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan masyarakat. Oleh

karena itu pembangunan yang dilakukan pemerintah harus beriringan dengan

usaha melindungi kenyamanan dan bentuk alami suatu kota.

Guna mengatasi permasalahan tersebut, pembangunan hutan kota sebagai

mitigasi bencana puting beliung dalam perencanaan tata ruang kota merupakan

cara yang efektif dan efisien dalam penerapan konsep pembangunan berwawasan

lingkungan untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang ada atau diperkirakan

akan terjadi di masa yang akan datang. Bencana tidak pernah diketahui kapan

akan melanda suatu daerah, untuk itu dibutuhkan kesiapan maupun pencegahan

akan terjadinya bencana, terutama di daerah rawan bencana.

Pembangunan hutan kota pada lokasi yang tepat dengan menggunakan

Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat memaksimalkan fungsi hutan kota

tersebut, sehingga pengumpulan informasi mengenai kondisi wilayah yang

mendukung dibangunnya hutan kota menjadi suatu unsur yang sangat penting.

Informasi mengenai data spasial sangat diperlukan untuk mengetahui karakteristik

daerah yang sering mengalami bencana angin puting beliung. Sehingga dengan

data tersebut dapat digunakan untuk menentukan daerah rawan bencana puting

beliung yang kemudian ditentukan sebagai daerah yang perlu untuk dibangun

hutan kota sebagai mitigasi bencana angin puting beliung.

Page 12: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah menentukan karakteristik desa yang mengalami

bencana angin puting beliung, serta menentukan lokasi prioritas dalam

pembangunan hutan kota yang berfungsi sebagai mitigasi bencana angin puting

beliung di Kabupaten Bondowoso.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada

pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan tata ruang wilayah agar tetap

memperhatikan aspek lingkungan dan menjadi bahan pertimbangan bagi

pemerintah daerah dalam menentukan lokasi pembangunan hutan kota yang sesuai

sebagai mitigasi bencana angin puting beliung di Kabupaten Bondowoso.

METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilakukan di Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur.

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2013 sampai Februari 2014.

Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan dan Permodelan

Spasial, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas

Kehutanan IPB.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Page 13: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

3

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan untuk penelitian beserta fungsinya disajikan

pada Tabel 1.

Tabel 1 Bahan dan Alat penelitian

Bahan dan Alat Fungsi

A. Bahan

1. Peta Administrasi Kabupaten

Bondowoso

Bahan untuk menentukan batas wilayah

kabupaten dan desa di Bondowoso

2. Citra ASTER GDEM Bahan untuk mendapatkan data kelerengan

lahan dan data kontur di lokasi penelitian

3. Citra Landsat 8 OLI TIRS

Bahan untuk estimasi suhu permukaan

bumi, bahan untuk membuat peta

penutupan lahan

B. Alat

1. Alat tulis Mencatat data dan hasil penelitian

2. GPS (Global Positioning

System)

Untuk menandai dan mengambil posisi

koordinat geografi lapangan

3. Kamera Mengambil gambar di lokasi penelitian

4. Komputer Menjalankan software yang digunakan

dalam penelitian

5. Perangkat lunak ArcGIS 9.3 Mengolah data spasial

6. Perangkat lunak ERDAS 9.1 Mengolah data spasial

Prosedur Analisis Data

Pengumpulan Data

Penentuan karakteristik daerah rawan bencana puting beliung di Kabupaten

Bondowoso berdasarkan data kejadian bencana puting beliung dari tahun 2009

sampai tahun 2013 yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten Bondowoso. Untuk data spasial, ada dua cara dalam mengumpulkan

data dalam penelitian ini yaitu dengan cara pengukuran/pengamatan lapang dan

interpretasi pada peta. Data yang dikumpulkan dengan pengamatan lapang

(groundcheck) bertujuan untuk meningkatkan keakuratan data tutupan lahan. Data

yang yang dikumpulkan dengan cara interpretasi pada peta adalah data ketinggian,

kelerengan, suhu, dan tutupan lahan.

Pengolahan Data

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data dasar yang memiliki format

yang berbeda yakni peta administrasi Kabupaten Bondowoso dan citra satelit.

Data tersebut perlu diolah terlebih dahulu agar memiliki format yang sama antara

satu data dengan data yang lainnya sehingga memudahkan kegiatan analisis data

tersebut. Kegiatan pengolahan awal data, antara lain :

Page 14: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

4

a. Import data

Import data merupakan kegiatan menyesuaikan format data yang dimiliki

sehingga data tersebut dapat diolah dengan perangkat lunak yang akan

digunakan.

b. Layer stacking

Layer stacking merupakan proses penggabungan band pada citra satelit.

Layer stacking dilakukan karena citra satelit memiliki lebih dari satu band.

c. Koreksi geometrik

Koreksi geometrik atau rektifikasi merupakan kegiatan memperbaiki

pergeseran, rotasi dan perspektif citra sehingga orientasi, proyeksi dan

anotasinya sesuai dengan peta batas penelitian.

d. Pemotongan citra satelit

Pemotongan peta dilakukan dengan tujuan untuk memperjelas batasan

wilayah penelitian (wilayah studi). Hasil dari pemotongan peta adalah peta

kerja.

Alur tahapan dalam pengolahan awal Citra Lansat 8 OLI TIRS dan

Citra ASTER GDEM dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.

Citra Landsat 8

Import Data

Layer Stacking

Koreksi Geometrik

Pemotongan Citra

Citra Terkoreksi

Citra sesuai

wilayah studi

Batas Wilayah Kabupaten Bondowoso

Citra ASTER GDEM

Pemotongan Citra

Import Data

Citra Terkoreksi

Koreksi Geometrik

Citra sesuai

wilayah studi

Batas Wilayah Kabupaten Bondowoso

Gambar 2 Bagan alur tahapan pengolahan awal Citra Landsat 8 OLI TIRS

Gambar 3 Bagan alur tahapan pengolahan awal Citra ASTER GDEM

Page 15: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

5

Analisis Data

Pembuatan Peta Ketinggian dan Kemiringan Lereng

Peta ketinggian dan kemiringan lereng di Kecamatan Bondowoso diperoleh

melalui proses analisis Citra ASTER GDEM mengunakan software ArcGIS 9.3

(Gambar 4). Data spasial lereng merupakan data yang memberi infomasi

kemiringan suatu lahan yang mempunyai nilai satuan persen (%) berdasarkan

derajat sudut kemiringan derajat (°). Lereng dengan nilai 100 % = 45° sudut

kemiringan. Data spasial kemiringan lereng dibangun dengan melakukan proses

analisis lereng pada data DEM (Digital Elevation Modeling), kemudian data

tersebut dikelompokkan berdasarkan klasifikasi kecuraman suatu kawasan

(klasifikasi lereng).

Analisis Penutupan Lahan

Data tutupan lahan diperoleh dari hasil analisis interprestasi citra satelit

(Citra Landsat 8 OLI TIRS) dengan mengunakan software ERDAS Imagine 9.1.

Penentuan dan pembuatan kelas penutupan lahan didasarkan atas interpretasi

warna pixel – pixel Citra Landsat 8 OLI TIRS. Hasil interpretasi tersebut

kemudian dicocokkan dengan data survey lapangan untuk menentukan tingkat

akurasi pembuatan kelas tutupan lahan tersebut. Analisis penutupan lahan tersebut

bertujuan untuk mengetahui lokasi-lokasi yang memiliki prioritas untuk

pembangunan hutan kota sebagai mitigasi bencana angin puting beliung di

Kabupaten Bondowoso. Tahapan dalam pembuatan peta tutupan lahan dapat

dilihat pada Gambar 5.

Peta

Kelerengan

Slope

Surface

Citra

ASTER GDEM

Peta

Ketinggian

Gambar 4 Bagan alur tahapan pembuatan peta kemiringan lereng

Page 16: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

6

Pengolahan Band 10 untuk Estimasi Suhu Permukaan

Peta distribusi suhu permukaan diolah menggunakan bahan berupa band 10

pada Citra Landsat 8 OLI TIRS. Estimasi nilai suhu permukaan dilakukan dengan

mengunakan software ERDAS imagine 9.1, proses dilakukan dengan membuat

model pada menu Model Maker ERDAS imagine 9.1 yang sudah tersedia untuk

mengkonversi nilai-nilai pixel pada Landsat 8 OLI TIRS band 10. DN (Digital

Number) merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan konversi

menjadi nilai radiansi. Konversi nilai digital number menjadi nilai radiansi

dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

𝑳𝝀= 𝑴𝑳𝑸𝒄𝒂𝒍+ 𝑨𝑳

Keterangan :

L𝛌 = Radiance spectral TOA (watts/cm3 srad 𝜇m)

ML = (Radiance_mult_band x), x = nomor band

AL = (Radiance_add_band x), x = nomor band

Qcal = Quatized and calibrated standard product pixel values (Digital Number)

Suhu permukaan didapatkan setelah dilakukan proses konversi Radian

Spektral (Spectral Radiance) menjadi temperatur. Citra band thermal (band 10)

dapat dikonversi menjadi peubah fisik dengan asumsi bahwa emisinya adalah satu.

Persamaan konversi radian spektral menjadi temperatur adalah sebagai berikut:

Τ = Κ2

ln Κ1

𝙻𝜆+ 1

Keterangan :

T : Suhu dalam satuan Kelvin

K2 : Konstanta Kalibrasi 2 (1321.08)

K1 : Konstanta Kalibrasi 1 (774.89)

L𝛌 : Radiance spectral TOA (watts/cm3 srad 𝜇m)

Klasifikasi

Sementara

Peta Penutupan

Lahan

Citra Sesuai

Wilayah Studi

Pengecekan

Lapang Analisis Tutupan

Lahan

Gambar 5 Bagan alur tahapan pembuatan peta tutupan lahan

Page 17: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

7

Penentuan Daerah Kerawanan Puting Beliung dan Lokasi Hutan Kota

Penentuan daerah rawan bencana angin puting beliung dilakukan dengan

cara skoring. Setiap kriteria yang digunakan (peta suhu permukaan, peta

kelerengan, peta ketinggian, dan peta tutupan lahan) di klasifikasikan kemudian

diberi nilai yang berbeda-beda berdasarkan pengaruhnya terhadap terjadinya

angin puting beliung, Kemudian setiap parameter dikalikan 0,25 seperti pada

rumus berikut:

0,25 (Suhu Permukaan) + 0,25 (Tutupan lahan ) + 0,25 (Ketinggian) + 0,25 (Kelerengan)

Skor total merupakan penjumlahan nilai dari peta suhu permukaan, peta tutupan

lahan, peta ketinggian, dan peta kelerengan. Kombinasi penjumlahan dari kelima

kriteria tersebut akan menghasilkan nilai maksimal (5). Nilai maksimal tersebut

yang menjadi daerah dengan tingkat kerawanan angin puting beliung yang tinggi.

Berdasarkan daerah kerawanan tinggi tersebut ditentukan lokasi hutan kota yang

disesuaikan dengan RTRW Kabupaten Bondowoso. Pembobotan parameter hutan

kota untuk mitigasi puting beliung dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Pembobotan parameter hutan kota untuk mitigasi puting beliung

No

.

Tutupan Lahan Suhu (˚C) Ketinggian

Tempat (mdpl)

Kelerengan

(%)

Skor

1 Lahan Terbuka & Sawah 30 - 35 < 500 0 - 8 5

2 Tegalan 25 - 30 500 - 1000 8 - 15 4

3 Semak Belukar 35 - 40 1000 - 1500 15 - 25 3 4 Perkebunan,

Kebun Campuran,

Lahan Terbangun

20 - 25 1500 - 2500 25 - 40 2

5 Badan Air, Hutan Alam, Hutan Tanaman, Awan

< 15 – 20 & >40

2500 - 3287 > 40 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Wilayah Rawan Puting Beliung

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

menyebutkan definisi angin puting beliung adalah angin kencang yang datang

secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan

kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang

dalam waktu singkat (3-5 menit). Sudibyakto (2008) menyatakan, puting beliung

adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 60 – 90 km/jam yang

berlangsung 5 - 10 menit akibat adanya perbedaan tekanan sangat besar dalam

area skala sangat lokal yang terjadi di bawah atau di sekitar awan Cumulonimbus

(Cb).

Page 18: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

8

Peta lokasi hutan kota untuk mitigasi bencana angin puting beliung

diperoleh dari penggabungan/tumpang tindih (overlay) dari empat peta. Peta-peta

tersebut terdiri dari Peta Ketinggian, Kelerengan, Sebaran Suhu Permukaan, dan

Peta Tutupan Lahan. Berdasarkan data kejadian dari tahun 2009 – 2013 yang

diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bondowoso,

telah terjadi 95 kejadian bencana angin puting beliung di Kabupaten Bondowoso.

Dari 95 kejadian bencana yang terjadi, terdapat 4 Desa yang memiliki frekuensi

kejadian paling tinggi, yaitu sebanyak tiga kali dalam kurun waktu lima tahun

terakhir. Desa-desa tersebut yaitu Desa Cidongo, Desa Jurangsapi, Desa Mangli,

dan Desa Tapen.

Gambar 6 Peta Frekuensi Kejadian Puting Beliung

Peta Ketinggian

Peta Ketinggian diperoleh dari hasil analisis citra satelit ASTER GDEM

dengan menggunakan software ArcGis. Klasifikasi ketinggian yang dibuat adalah

7 kelas menggunakan cara pembagian rata (equal interval), yaitu < 500, 500-1000,

1000-1500, 1500-2000, 2000-2500, 2500-3000, dan 3000-3287 mdpl.

Pengaruh ketinggian terhadap terjadinya bencana puting beliung yaitu

semakin rendah letak suatu tempat maka semakin besar kemungkinan angin

puting beliung terjadi, begitu pula sebaliknya. Hasil penelitian RePPProT (1990)

dalam Djaenudin et al. (2002) menyatakan bahwa “ketinggian suatu tempat

berhubungan erat dengan suhu udara, yakni semakin tinggi suatu tempat, maka

suhu udaranya semakin rendah”. Karena ketinggian suatu tempat dapat

mempengaruhi suhu udara di tempat tersebut, maka akan mempengaruhi keadaan

Page 19: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

9

tekanan udara di tempat tersebut. Berdasarkan Komite Koordinasi Penyadaran

Publik Untuk Pengurangan Resiko Bencana Provinsi Aceh (2011), “Secara

meteorologis angin puting beliung dapat terjadi dimana saja terutama di dataran

rendah dan daerah yang terbuka”. Ketinggian untuk masing-masing desa dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas ketinggian tempat di empat desa dengan kejadian tertinggi

Desa

Ketinggian (mdpl)

< 500 500 –

1000

1000 –

1500

1500 –

2000

2000 –

2500

2500 –

3000

3000 –

3287

Desa Cindogo 332.04 - - - - - -

Desa Jurangsapi 295.81 - - - - - -

Desa Mangli 152.03 - - - - - -

Desa Tapen 391.58 - - - - - -

Total 1171.46

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa keempat desa yang memiliki

frekuensi bencana putting beliung tertinggi seluruhnya berada pada ketinggian

dibawah 500 mdpl. Hal ini sesuai dengan pernyataan diatas bahwa semakin

rendah suatu lokasi, maka akan semakin besar potensi terjadinya bencana angin

puting beliung. Sebaran ketinggian tempat di Kabupaten Bondowoso dapat dilihat

pada Gambar 7.

Gambar 7 Peta Ketinggian Kabupaten Bondowoso

Page 20: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

10

Peta Kelerengan

Kelerangan dapat diketahui sama halnya dengan ketinggian, yaitu

berdasarkan hasil analisis citra satelit ASTER GDEM dengan menggunakan

software ArcGis. Pembagian kelas lereng didasarkan pada SK. Menteri Pertanian

No. 837/Kpts/II/1981 menjadi 5 kelas kelerengan, yaitu 0-8 % (datar), 8-15%

(landai), 15-25% (agak curam), 25-40% (curam), dan > 40% (sangat curam).

Menurut Zakir (2009), “angin puting beliung terjadi pada siang atau sore

hari, malam jarang terjadi. Terjadi pada tanah lapang yang vegetasinya kurang.

Jarang terjadi pada daerah perbukitan atau hutan yang lebat”. Nurjani (2012)

menyatakan “pergerakan angin dipengaruhi oleh kondisi kekasaran permukaan

suatu wilayah terkait dengan gaya gesekan. Gaya gesekan yang besar

menyebabkan pergerakan angin melemah. Pada daerah yang permukaannya datar

dan halus memiliki gaya gesek lemah, maka kecepatan angin akan besar. Oleh

karena itu angin kencang sering terjadi pada daerah dataran dan pesisir”.

Pengaruh kelerengan terhadap bencana puting beliung yaitu semakin landai

suatu tempat, maka makin besar kemungkinan angin puting beliung terjadi, begitu

pula sebaliknya sehingga angin puting beliung jarang terjadi daerah berbukit yang

memiliki kelerengan yang curam. Pada daerah yang landai, angin akan bebas

bergerak karena tidak ada penghalang sehingga angin dengan mudah

berakumulasi dengan angin yang berasal dari tempat lain.

Akibat akumulasi angin yang berasal dari daerah lain mengakibatkan

terjadinya pergolakan angin pada daerah datar yang luas, terlebih apabila pada

daerah datar tersebut tidak memiliki tutupan lahan atau vegetasi yang baik seperti

lahan terbuka dan persawahan, sehingga dapat meningkatkan potensi terjadinya

angin puting beliung karena tidak ada penghalang seperti tegakan pohon yang

dapat menahan, membelokkan, dan mengurangi kecepatan angin yang datang

menuju daerah yang datar tersebut. Klasifikasi kelerengan lahan untuk masing-

masing desa dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Luas kelerengan tempat di empat desa dengan kejadian tertinggi

Kelerengan

Desa 0 - 8 % 8 - 15 % 15 - 25 % 25 - 40 % > 40 %

Desa Cindogo 282.37 42.45 7.03 0.19 -

Desa Jurangsapi 282.18 13.47 0.15 - -

Desa Mangli 129.41 21.83 0.80 - -

Desa Tapen 351.12 37.18 3.29 - -

Total 1045.07 114.94 11.27 0.19

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa keempat desa yang memiliki

frekuensi bencana puting beliung tertinggi memiliki kelerengan 0-8% (datar)

seluas 1045,07 ha atau sebesar 89,21% dari luas keseluruhan keempat desa

tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan diatas bahwa semakin landai suatu

tempat, maka akan semakin tinggi potensi terjadinya bencana angin puting

beliung. Sebaran tingkat kelerengan di Kabupaten Bondowoso dapat dilihat pada

Gambar 8.

Page 21: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

11

Gambar 8 Peta Kelerengan Kabupaten Bondowoso

Peta Sebaran Suhu Permukaan

Peta Sebaran Suhu Permukaan didapat dari hasil analisis citra satelit

LANDSAT 8 dengan menggunakan software ArcGis. Klasifikasi suhu yang

dibuat adalah 7 kelas dengan cara pembagian rata (equal interval) yaitu < 15º,

15º-20º, 20º-25º, 25º-30º, 30º-35º, 35º-40º, dan >40º C.

Pengaruh suhu terhadap bencana angin puting beliung yaitu semakin tinggi

suhu permukaan suatu tempat maka semakin tinggi kemungkinan angin puting

beliung terjadi, begitu pula sebaliknya. Menurut June (1994) “Gaya primer yang

menyebabkan terjadinya aliran udara horizontal (angin) adalah gaya gradien

tekanan. Gaya ini timbul karena adanya perbedaan tekanan yang disebabkan oleh

perbedaan suhu”. Peta suhu untuk masing-masing desa dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Luas Sebaran Suhu Permukaan tempat di empat desa

Suhu (˚C)

DESA < 15 15 - 20 20 - 25 25 - 30 30 - 35 35 - 40 > 40

Desa Cindogo - - - 77.62 254.15 0.27 -

Desa Jurangsapi - - - 17.65 277.98 0.18 -

Desa Mangli - - - 60.50 91.53 - -

Desa Tapen - - - 103.54 285.79 2.25 -

Total

259.32 909.45 2.70

Page 22: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

12

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa sebaran suhu permukaan pada

empat desa yang memiliki frekuensi bencana puting tertinggi berada pada suhu

30º-35º C seluas 909,45 Ha atau sebesar 77,63%. Udara pada daerah yang bersuhu

tinggi akan mengembang dan bergerak keatas sehingga tekanannya menjadi lebih

rendah dari sekitarnya. Perbedaan tekanan ini menimbulkan gradien tekanan yang

memicu terjadinya angin. Udara bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah

dan semakin tinggi perbedaan tekanan akan semakin cepat udara bergerak.

Hal ini sesuai dengan pernyataan diatas bahwa semaki tinggi suhu di suatu

lokasi, maka akan semakin tinggi pula potensi terjadinya bencana angin puting

beliung. Sebaran suhu permukaan di Kabupaten Bondowoso dapat dilihat pada

Gambar 9.

Gambar 9 Peta Sebaran Suhu Permukaan Kabupaten Bondowoso

Peta Tutupan Lahan

Peta Tutupan Lahan didapat dari hasil analisis citra satelit LANDSAT 8

dengan menggunakan software ArcGis. Klasifikasi tutupan lahan yang dibuat

adalah 11 kelas, yaitu badan air, hutan alam, hutan tanaman, kebun, kebun

campuran, lahan terbangun, lahan terbuka, sawah, semak belukar, tegalan, dan

tidak ada data.

Pengaruh tutupan lahan terhadap bencana angin puting beliung yaitu

semakin jarang tutupan vegetasi suatu tempat maka semakin tinggi kemungkinan

angin puting beliung terjadi, begitu pula sebaliknya. Peta tutupan untuk masing-

masing desa dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 23: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

13

Tabel 6 Luas Tutupan Lahan di empat desa dengan kejadian tertinggi

Tutupan Lahan

Desa BA HA

L HT

M KB

N KBC LTG LTK SWH SBK TGL

Cindongo 2.18 - - 2.54 13.03 26.96 22.05 219.07 10.60 35.59

Jurangsapi - - - 0.86 5.73 32.23 4.83 222.23 0.09 29.83

Mangli - - 0.35 1.05 6.78 15.10 2.06 109.31 0.35 17.04

Tapen 8.12 0.36 2.29 0.49 27.05 39.91 4.76 302.84 0.81 4.95

Total 10.30 0.36 2.64 4.95 52.60 114.20 33.71 853.45 11.85 87.41 BA= Badan Air; HAL= Hutan Alam; HTM= Hutan Tanaman; KBN; Perkebunan; KBC= Kebun

Campuran; LTG= Lahan Terbangun; LTK= Lahan Terbuka; SWH= Sawah; SBK= Semak

Belukar; TGL= Tegalan

Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa tutupan lahan berupa sawah

merupakan luasan tutupan lahan paling luas atau dominan di keempat desa dengan

tingkat kejadian bencana puting beliung tertinggi yakni seluas 853,45 Ha atau

sebesar 72,85%. Hal ini sesuai dengan pernyataan diatas bahwa semakin jarang

tutupan vegetasi di suatu tempat maka akan semakin tinggi potensi terjadinya

bencana angin puting beliung. Dalam hubungan ini, permukaan bumi menerima

energi radiasi matahari tetapi laju pemanasannya berbeda – beda dari suatu tempat

ke tempat lainnya yang diakibatkan perbedaan jenis tutupan vegetasi. Perbedaan

pemanasan ini tercermin dari suhu udara yang berada langsung diatas permukaan

yang terpanasi, ketidak seimbangan suhu udara ini menimbulkan perbedaan

tekanan yang akan menimbulkan angin. Salah satu contoh daerah persawahan luas

yang terdapat di Desa Tapen dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen

Page 24: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

14

Setiawati (2012) menyatakan kualitas RTH berkaitan dengan jumlah

pepohonan yang rindang. Semakin banyak jumlah pohon yang rindang di

perkotaan, maka radiasi matahari tidak langsung sampai ke bumi tetapi tertahan

oleh tajuk pohon sehingga suhu udara disekitarnya menjadi menurun atau rendah

yang memberikan kenyamanan kepada masyarakat di sekitarnya.

Hubungan lain antara bencana puting beliung dengan tutupan lahan yakni

dengan adanya tutupan vegetasi yang baik seperti hutan kota, dapat menurunkan

suhu udara disekitarnya, sehingga mengurangi terjadinya perbedaan suhu udara

yang nantinya akan menciptakan gradien tekanan udara yang tinggi antara suatu

tempat dengan tempat yang lain. Beda tekanan inilah yang mengakibatkan

terjadinya pergerakan udara dari tempat bertekanan udara tinggi menuju tempat

bertekanan rendah yang disebut dengan angin. Sebaran tutupan lahan di

Kabupaten Bondowoso dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Bondowoso

Berdasarkan analisis empat desa yang memiliki frekuensi kejadian puting

beliung tertinggi, didapatkan bahwa kondisi empat desa tersebut berada pada

ketinggian 73 – 500 mdpl, memiliki kelerengan 0-8% seluas 1045,07 ha atau

sebesar 89,21%, memiliki suhu permukaan 30º-35º C seluas 909,45 Ha atau

sebesar 77,63%, dan didominasi oleh tutupan lahan berupa sawah seluas 853,45

Ha atau sebesar 72,85%. Dari keempat parameter diatas, dapat dilihat bahwa

kriteria lokasi rawan bencana puting beliung yakni berada pada lokasi yang

memiliki ketinggian rendah, kelerengan landai, suhu udara yang tinggi, dan

memiliki tutupan lahan yang jarang sehingga tempat dengan kriteria tersebut

merupakan tempat yang memiliki kerawanan terhadap bencana puting beliung.

Page 25: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

15

Daerah Rawan Puting Beliung dan Lokasi Pembangunan Hutan Kota

Dari hasil penelitian, kawasan prioritas Hutan Kota sebagai mitigasi

bencana angin puting beliung di Kabupaten Bondowoso diketahui seluas

32420.35 ha yang meliputi 201 desa, penelitian ini mengasumsikan bahwa di

daerah tersebut belum terdapat hutan kota sehingga perlu diketahui di daerah

mana saja yang perlu di bangun hutan kota khususnya yang berfungsi sebagai

mitigasi untuk bencana angin puting beliung berdasarkan kerawanan daerah

tersebut terhadap potensi terjadinya angin puting beliung. Sebaran daerah

kerawanan tinggi angin puting beliung di Kabupaten Bondowoso dapat dilihat

pada Gambar 12.

Gambar 12 Peta Kerawanan tinggi Angin Puting Beliung Kabupaten Bondowoso

Kriteria yang digunakan dalam penetuan lokasi hutan kota di Kabupaten

Bondowoso didasarkan faktor yang mempengaruhi terjadinya angin puting

beliung antara lain: Ketinggian Tempat, Kelerengan, Suhu Permukaan, dan

Tutupan Lahan. Setiap kriteria dibagi menjadi beberapa kelas dan kemudian tiap

kelas diberi bobot skor tertentu berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap

kejadian bencana angin puting beliung. Kombinasi dari beberapa kelas akan

menghasilkan nilai maksimal dan minimal, nilai maksimal kemudian akan

digunakan sebagai acuan penentuan lokasi prioritas pembangunan hutan kota di

Kabupaten Bondowoso. Berdasarkan nilai maksimal tersebut, kemudian

disesuaikan dengan peta RTRW Kabupaten Bondowoso (Gambar 13) untuk

mengetahui dimana saja daerah yang dapat dibangun hutan kota sesuai dengan

RTRW yang ada.

Page 26: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

16

Gambar 13 Peta RTRW Kabupaten Bondowoso

Hutan Kota memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah menstabilkan

suhu udara karena hutan kota memiliki suhu udara yang lebih rendah dari pada

tutupan lahan lainnya seperti lahan terbangun dan lahan pertanian yang memiliki

kerapatan vegetasi yang lebih rendah dari pada hutan kota. Asumsi penentuan

lokasi tersebut diharapkan Hutan Kota dapat menstabilkan suhu udara di

Kabupaten Bondowoso sehingga nantinya akan mengurangi gradien tekanan

udara yang terlalu besar yang dapat menciptakan gerakan angin yang terlalu

kencang yang dapat menciptakan angin puting beliung. Prioritas pembangunan

hutan kota diutamakan pada daerah yang memiliki suhu udara antara 30˚C sampai

35˚C.

Kriteria ketinggian tempat untuk penetuan lokasi hutan kota sebagai

mitigasi bencana angin puting beliung didasarkan bahwa suatu tempat yang

berada di ketinggian rendah (dataran rendah) memiliki suhu udara yang tinggi

dibandingkan dengan tempat yang lebih tinggi (dataran tinggi). Sehingga prioritas

penentuan lokasi pembangunan hutan kota diutamakan pada daerah yang memiliki

ketinggian rendah yakni dibawah 500 mdpl.

Kriteria kelerengan tempat untuk penetuan lokasi hutan kota sebagai

mitigasi bencana angin puting beliung didasarkan bahwa angin bergerak dengan

bebas di atas daerah yang landai/datar terlebih apabila daerah tersebut tidak

terdapat penghalang seperti perbukitan atau vegetasi berupa tegakan pohon yang

dapat memecah angin. Prioritas penentuan lokasi pembangunan hutan kota

diutamakan pada daerah yang memiliki kelerengan datar antara 0 hingga 8%.

Tutupan lahan memiliki peranan penting dalam penetuan lokasi hutan kota

sebagai mitigasi bencana angin puting beliung. Kartasapoetra (2006), menjelaskan

bahwa kondisi iklim mikro di lingkungan bervegetasi lebih baik dibandingkan

dengan lapangan terbuka. Hal ini didasarkan bahwa daerah dengan jenis tutupan

Page 27: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

17

lahan yang jarang atau terbuka dapat lebih cepat memanaskan udara diatasnya,

sehingga dapat menciptakan sistem tekanan udara rendah. Tekanan udara rendah

inilah yang dapat memicu terjadinya angin puting beliung. Sehingga pada daerah

tersebut diutamakan dibangun hutan kota. Penentuan lokasi hutan kota

diutamakan pada tutupan lahan berupa lahan yang belum terbangun.

Setiawati (2012) menyatakan struktur pohon merupakan struktur dengan

kemampuan mereduksi suhu udara yang paling tinggi dibandingkan struktur RTH

lainnya. hal tersebut karena pohon memiliki tajuk lebih tinggi dan lebih padat

sehingga memiliki kemampuan yang baik untuk menaungi dan menyerap radiasi

matahari oleh karena itu dapat mereduksi suhu udara dengan baik.

Berdasarkan penyesuaian dengan RTRW Kabupaten Bondowoso,

didapatkan daerah yang dapat dibangun hutan kota yakni tersebar di 28 desa

dengan luas 2878,42 ha atau sebesar 1,84% dari luas keseluruhan Kabupaten

Bondowoso. Sebaran daerah yang dapat direkomendasikan untuk dibangun hutan

kota yang berfungsi sebagai mitigasi bencana angin puting beliung yang

disesuaikan berdasarkan penunjukan lokasi pembangunan hutan dalam RTRW

Kabupaten Bondowoso dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Peta Rekomendasi Pembangunan Hutan Kota

Peraturan Pemerintah RI No 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota

menyatakan persentase luas hutan kota paling sedikit 10% dari luas total wilayah.

Sehingga dalam memenuhi kebutuhan hutan kota sebagai mitigasi bencana angin

puting beliung dapat dioptimalkan pada daerah – daerah seperti badan air dan

pematang sawah yang tidak memiliki tegakan seperti pada Gambar 15.

Page 28: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

18

Gambar 15 Lahan yang dapat dioptimalkan untuk ditanami pohon penahan angin

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Karakteristik desa yang paling sering mengalami bencana angin puting

beliung antara lain merupakan daerah dataran rendah yang berada di ketinggian di

bawah 500 mdpl, merupakan daerah yang datar, memiliki kelerengan 0-8% seluas

1045,07 ha atau sebesar 89,21%, memiliki suhu permukaan antara 30˚-35˚C

seluas 909,45 ha atau sebesar 77,63%, dan merupakan tempat yang didominasi

oleh jenis tutupan lahan yang cukup terbuka berupa persawahan seluas 853,45 ha

atau sebesar 72,85%.

Lokasi prioritas pembangunan hutan kota yang berfungsi sebagai mitigasi

bencana puting beliung didasarkan pada empat kriteria yang telah diberi nilai

pembobotan sebelumnya yang berpengaruh terhadap potensi terjadinya angin

puting beliung antara lain: ketinggian tempat, kelerengan, suhu permukaan, dan

jenis tutupan lahan. Didapatkan luasan dengan bobot nilai tertinggi yang perlu

untuk dibangunan hutan kota yang tersebar di 28 desa dengan luas 2878,42 ha

atau sebesar 1,84% dari luas keseluruhan Kabupaten Bondowoso yang diperoleh

dari hasil skoring dan overlay empat kriteria tersebut.

Saran

1. Perlu dilakukan pengumpulan data yang lebih akurat berupa data titik

koordinat geografis dan arah pergerakan angin puting beliung di Kabupaten

Bondowoso.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor tambahan yang dapat

mempengaruhi terjadinya angin puting beliung antara lain musim dan jenis

tanah.

3. Perlu dilakukan uji akurasi pembobotan pada faktor – faktor yang

mempengaruhi terjadinya angin puting beliung bila diterapkan di tempat lain.

Page 29: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

19

4. Perlu dilakukan penelitian dengan area yang lebih luas mencakup kabupaten

lain yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bondowoso untuk

mengetahui adakah keterkaitan keadaan alam di kabupaten lainnya yang dapat

mempengaruhi terjadinya angin puting beliung di Kabupaten Bondowoso.

5. Perlu dibangun hutan kota dengan fungsi pemecah dan penahan angin dengan

jenis tanaman yang memiliki kriteria: dahan yang kuat dan lentur, evergreen,

daunnya tidak mudah gugur, perakaran yang kuat, dan terdiri dari beberapa

strata. Beberapa jenis yang dapat digunakan dan sering dimanfaatkan masyarakat di

Kabupaten Bondowoso antara lain : Asam Jawa, Bungur, Melinjo, Turi, dan Pala.

DAFTAR PUSTAKA

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2012. Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Bondowoso. Bondowoso (ID): Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah.

[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2007. Undang-undang Nomor

24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta (ID): Badan

Nasional Penanggulangan Bencana.

[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana. Jakarta (ID): Badan Nasional Penanggulangan

Bencana.

Dahlan EN. 1992. Hutan Kota (Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas

Lingkungan Hidup). Jakarta (ID): Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia.

Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota.

Bogor (ID): IPB Press.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2002. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota. Jakarta (ID):

Departemen Kehutanan.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2007. Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta (ID): Departemen

Kehutanan.

Djaenudin D, Sulaeman Y, Abdurachman A. 2002. Pendekatan Pewilayahan

Komoditas Pertanian Menurut Pedo-Agroklimat di Kawasan Timur Indonesia.

Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Grey WG, Deneke FJ. 1978. Urban Forestry. New York (US): J Wiley.

Sudibyakto, Daryono. 2008. Waspadai Puting Beliung. Yogyakarta (ID): Fakultas

Geografi dan Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada.

[USGS] United States Geological Survey. 2002. Landsat 7 Science Data Users

Handbook [terhubung berkala]. Waktu pembaharuan[13 Agustus 2010].

Tersedia pada : http://landsathandbook. gscf.nasa. gov/handbook /handbook

htmls /chapter11/html.

Irwan ZD. 1994. Peranan bentuk dan struktur hutan kota terhadap kualitas

lingkungan kota: studi kasus lokasi pemukiman kota Jakarta [disertasi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Page 30: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

20

June T. 1994. Klimatologi Dasar (Landasan pemahaman fisika atmosfer dan

unsur-unsur iklim). Handoko, editor. Bogor (ID): Pustaka Jaya.

[KKPPPRB] Komite Koordinasi Penyadaran Publik Untuk Pengurangan Resiko

Bencana. 2011. Angin Puting Beliung. Aceh (ID): Komite Koordinasi

Penyadaran Publik Untuk Pengurangan Resiko Bencana Provinsi Aceh.

Lillesand TM, Kiefer RW. 1997. Pengindraan Jauh dan Interpretasi Citra.

Dulbahri, Suharsono, Hartono, Surhayadi, penerjemah; Sustanto, editor.

Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Lo CP. 1995. Penginderaan Jauh Terapan Terjemahan. Jakarta (ID): Penerbit

Universitas Indonesia.

Prahasta E. 2001. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung (ID):

Informatika Bandung.

Setiawati P. 2012. Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Terhadap Iklim Mikro (Studi

Kasus Kebun Raya Cibodas, Cianjur) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Tjasyono B. 2004. Klimatologi. Bandung (ID): Penerbit ITB.

Wardhani DE. 2006. Pengkajian suhu udara dan indeks kenyamanan dalam

hubungan dengan ruang terbuka hijau: studi kasus Kota Semarang [skripsi].

Bogor (ID): Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Zakir A. 2009. Angin Puting Beliung [internet]. [diunduh 2013 Apr 9]. Tersedia

pada: http//bmg.go.id.

Page 31: APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI HUTAN KOTA … · 10 Jenis tutupan lahan persawahan di Desa Tapen 13 11 Peta tutupan lahan Kabupaten ... bahan untuk membuat peta penutupan lahan

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bondowoso pada tanggal 10 Desember 1989 dari ayah

bernama Syamsul Bahri dan ibu Susmiani. Penulis merupakan anak tunggal.

Penulis menempuh pendidikan di TK Kartika Chandra Wijaya Kusuma,

dilanjutkan ke SD Dabasah 1 Bondowoso. Penulis kemudian melanjutkan jenjang

pendidikan ke SMPN 2 Bondowoso lalu ke SMAN 2 Bondowoso. Melalui

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), penulis berhasil masuk ke Departemen

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE), Fakultas Kehutanan IPB.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi IFSA LC-IPB

(International Forestry Students’ Association Local Committee-IPB) pada periode

2009-2011. Penulis juga mengikuti organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan

Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) sebagai

anggota Kelompok Pemerhati Fotografi Konservasi (FOKA)-Himakova, staf dari

Biro INFOKOM pada tahun 2010/2011. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten

praktikum pada mata kuliah Analisis Spasial Lingkungan (2013).

Penulis melaksanakan praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di

Cagar Alam Gunung Papandayan dan Sancang pada tahun 2010, Praktek

Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2011,

dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Meru Betiri pada

tahun 2012. Penulis pernah mengikuti Pelatihan Dasar Kemiliteran Kodam

Siliwangi di Gunung Bunder pada tahun 2009.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis melakukan

penelitian skripsi dengan judul Aplikasi SIG Dalam Penentuan Lokasi Hutan Kota

Sebagai Mitigasi Bencana Angin Puting Beliung di Kabupaten Bondowoso di

bawah bimbingan Dr Ir Endes N. Dachlan, MS dan Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo,

MSc.