Aplikasi Panas Pelarutan.doc

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/9/2019 Aplikasi Panas Pelarutan.doc

    1/3

    Aplikasi Panas Pelarutan

    (Pelarutan Batuan Tembaga Malachite Menggunakan Asam Sulfat)

    Kebutuhan asam dari suatu pelarutan bijih tembaga teroksidasi merupakan salah satu

    faktor penting secara ekonomi dan kuantitasnya harus dapat ditentukan secara optimal untuk 

    mendapatkan proses pelarutan yang efisien. Berbagai teknik pelarutan dengan asam dan basa

    telah dilakukan peneliti dengan maksud mencari sifat-sifat kimia yang efektif dan efisien

    untuk berbagai kepentingan penelitian dan pengembangan.

    Pada suatu penelitian telah dipelajari suatu studi kinetik oleh asam sulfat dari bijih

    tembaga teroksidasi khususya Malachite, yaitu salah satu jenis sumber tembaga teroksidasi

    yang tersebar di sebagian Pulau Sumatera, dan Jaa. Parameter-parameter yang diukur yaitu pengaruh dari aktu leaching, kecepatan pengadukan, konsentrasi asam dan perbandingan

    solid li!uid, temperaturdan ukuran dari bijih. "dapun tujuannya untuk menentrukan jenis

    reaksi yang terjadi antara asma sulfat dengan malachite. #an diperoleh sebuah data yang

    didapatkan kondisi terbaik diperoleh reco$ery %& ' pada ()*+ dan %% ' pada **+ setelah

    * menit aktu leaching. Berdasarkan data dari pelarutan aal yang menggunakan asam

    sulfat diketahui baha kinetika pelarutan batuan tembaga jenis malachite dikontrol oleh suatu

    reaksi difusi.

    #isamping itu, operasi pembakaran batubara juga akan menghasilkan suhu nyala yang

    lebih rendah serta stabilitas yang kurang baik dibandingkan dengan minyak atau gas alam,

    kedua hal ini akan memperpendek umur dari lapisan batu tahan api. Keadaan inilah yang

    menyebabkan operasi pembakaran dengan memakai batubara akan kurang produktif 

    dibandingkan dengan operasi pembakaran dengan minyak atau gas alam. Mengingat jenis dan

    kualitas batubara di ndonesia sangat seragam, maka secara umum dapat dikatakan baha

     produktifitas pemakaian batubara dalam operasi pembakaran pada tanur putar akan menurun

    sebanyak *-(*' dibandingkan dengan pemakaian minyak atau gas alam. Sifat-sifat Batubara

    / Seperti diketahui baha batubara merupakan suatu campuran padatan yang sangat heterogen

    dan terdapat dialam dengan tingkat atau grade yang berbeda, mulai dari lignit, sub bitumine,

     bitumine sampai antrasit. Sebagai padatan, batubara terdiri atas kumpulan maceral 0$itrinite,

    eksinite dan enertinite1 dan mineral 0clay, kalsit dan lain-lain1.

  • 8/9/2019 Aplikasi Panas Pelarutan.doc

    2/3

    #ilihat dari unsure-unsur pembentuk batubara terdiri dari carbon, oksigen, nitrogen

    sedikit sulfur, fosfor dan lain-lain. Sedangkan dari segi struktur molekul, dapat dibedakan atas

    aromatic dan aliphatic. 2leh karena itu dalam industry semen, batubara digunakan sebagai

     bahan bakar, maka panas pembakaran, hasil-hasil pembakaran dan sisa-sisa pembakaran perlu

    diketahui terutama apabila hal-hal tersebut dapat mengganggu kualitas semen yang akan

    dihasilkan. 3erdiri atas analisis unsure-unsur / +, 4,2, 5 juga S dan phosphor serta +l.

    3erdapat dua macam nilai kalor, yaitu / 5ilai kalor net, yaitu nilai kalor pembakaran dihitung

    dalam keadaan semua air 04(21 berujud gas. 5ilai kalor gross, yaitu nilai kalor pembakaran

    diukur dalam keadaan semua air 04(21 berujud air.

    Batubara dengan kadar $olatile matter yang tinggi, akan menghasilkan nyala yang

     panjang diatas grate fire dan batubara dengan kadar $olatile matter yang rendah, akanmenghasilkan nyala yang pendek. 2leh karenanya antrasit biasa disebut dengan short flaming

    coal dan bitumine sebagai long flaming coal.

    "kan tetapi batubara akan menghasilkan hasil yang berbeda bila dibakar dalam bentuk 

     batubara halus didalam tanur putar. 6ong flaming coal bila dibakar dalam tanur putar sebagai

     batubara halus akan terurai dengan segera dan $olatile matter yang menguap akan terbakar 

    dengan cepat. Sedangkan partikel coke yang sudah tersegregasi akan mempunyai luas

     permukaan yang sangat besar sehingga serbuk batubara dapat terbakar secara cepat. 4al ini

    yang menyebabkan long flaming coal didalam tanur putar akan terbakar hanya dalam daerah

    yang pendek dari tanur atau dengan kata lain akan menghasilkan nyala pendek. Short flaming

    coal mengandung sedikit $olatile matter, bila dibakar dalam tanur putar sebagai batubara halus

    akan terurai secara lambat, sehingga akan terbakar dalam jarak yang lebih panjang.

    #engan demikian, batubara yang disebut short flaming coal bila dibakar sebagai

     batubara halus didalam tanur putar, akan menghasilkan nyala yang panjang. 2perasi

     pembakaran dalam tanur putar membutuhkan pembakaran dengan suhu nyala yang sangat

    tinggi, karena proses klinkerisasi memerlukan suhu material sekitar &)* *+. disamping itu

    suhu nyala yang lebih tinggi akan menghasilkan heat transfer yang lebih besar. Kedua hal ini

    sangat berpengaruh dalam hal efektifitas dan efesiensi operasi pembakaran dalam tanur putar.

    7alaupun antrasit memiliki nilai kalor yang tinggi, penggunaannya sebagai bahan bakar 

    dalam tanur putar kurang disukai, karena antrasit menghasilkan nyala yang lebih panjang

    dengan suhu yang relati$e lebih rendah.

  • 8/9/2019 Aplikasi Panas Pelarutan.doc

    3/3

    #emikian juga lignit, yang disamping mempunyai kandungan $olatile matter yang

    tinggi dan heating $alue rendah, tidak disukai karena akan menghasilkan suhu nyala yang

    lebih rendah. Bitumine adalah jenis batubara yang lebih disukai pemakaiannya sebagai bahan

     bakar dalam tanur putar, karena mempunyai kandungan $olatile matter yang cukup, tetapi nilai

    kalornya relati$e tinggi.

    2leh karena itu bitumine dapat menghasilkan suhu nyala yang lebih tinggi. "kan tetapi

     bitumine yang berkandungan abu lebih besar 0akibat adanya impurities yang biasanya dari

    clay dan sebagainya1 atau berkandungan air yang tinggi juga tidak disukai, karena hal-hal

    tersebut akan menurunkan suhu nyala disamping membutuhkan juga e8cess air yang lebih

     besar. 4al ini akan mengakibatkan rendahnya efektifitas dan efisiensi operasi pembakaran

    dalam tanur putar. Sebenarnya secara teoritis diharapkan bituminous coal yang bersih dari noncombustible material akan menghasilkan suhu nyala yang pendek dan lebih tinggi

    dibandingkan dengan fuel oil dan natural gas.

    3etapi pada prakteknya kandungan non combustible material baik berupa ash atau

    moisture tidak dapat dihindarkan, sehingga membutuhkan operasi dengan e8cess air yang

    lebih tinggi dan membutuhkan primary air 0yang suhunya rendah1 yang lebih besar. 4al ini

    akan menurunkan suhu nyala disamping memperbesar flo rate gas bakar yang

    mengakibatkan lebih pendeknya retention time gas dalam tanur putar dari preheater system

    dan akan menurunkan heat transfer rate, yang berarti akan memperbesar terbuangnya panas

    melalui preheater gas.