Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN ASUHAN PERKEMBANGAN
PADA BBLR DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR
Oleh:
FEBRIYANTI
NPM 1106122480
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
DEPOK, JUNI 2014
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
i
UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI MODEL KONSERVASI LEVINE DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN ASUHAN PERKEMBANGAN
PADA BBLR DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ners Spesialis Keperawatan Anak
Oleh:
FEBRIYANTI
1106122480
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
DEPOK, JUNI 2014
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT, yang telah
memberikankesempatan dan kemampuan serta rahmat dan segala kebaikan-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah akhir
ini dengan judul “Aplikasi Model Konservasi Levine Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Asuhan Perkembangan Pada BBLR Di RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta”
Karya ilmiah akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak pada Program Ners Spesialis
Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis berharap bahwa karya ilmiah akhir ini dapat memberikan manfaat
bagi kemajuan pelayanan, penelitian, dan pendidikan
keperawatan.Penyusunan karya ilmiah akhir ini dapat terlaksana atas
bimbingan, bantuan, dan kerjasama berbagai pihak. Untuk itu, penulis
menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan terima kasih yang tulus
kepada:
1. Ibu Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku supervisor utama yang
telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga dalam memberikan
bimbingan, arahan, dan masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir
ini.
2. Ibu Elfi Syahreni, S.Kp., Sp.Kep.An. selaku supervisor yang juga telah
meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan, masukan,
dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini.
3. Pemerintahan provinsi Sumatera Barat yang dalam hal ini telah
memberikan bantuan materil dan moril dalam penyelsaian karya ilmiah
akhir ini.
4. Ibu Ns.Nining Caswini Skep. selaku Kepala Ruangan Perinatologi
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. yang telah memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada kami untuk menimba ilmu yang
sebanyak-banyaknya.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
vii
5. Tim Medis Divisi Perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.
yang telah memberikan ilmunya yang terintegrasi dan aplikatif sehingga
sangat membantu penulis dalam analsis kasus KIA ini.
6. Seluruh staf akademik dan non akademik Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang telah menyediakan fasilitas dan dukungan
demi kelancaran praktik ners spesialis dan KIA ini.
7. Seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan doa, semangat, dan
dukungan yang tidak terbatas selama pelaksanaan praktik ners spesialis
dan penulisan karya ilmiah akhir ini.
8. Sahabat dan semua pihak yang telah bersama-sama saling membantu
sehingga praktik ners spesialis dan penulisan karya ilmiah akhir ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Depok, Juni 2014
Penulis
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
viii
ABSTRAK
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
Karya Ilmiah Akhir , Juni 2014
Febriyanti
Aplikasi Model Konservasi Levine Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Asuhan Perkembangan Pada BBLR di
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
VII + 66 halaman + 2 tabel + 1 skema + 3 lampiran
Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan teori
Model Konservasi pada bayi dengan kebutuhan asuhan perkembangan. Bayi berat lahir
rendah (BBLR) membutuhkan adaptasi yang luar biasa agar dapat mempertahankan
kelansungan hidupnya, oleh sebab itu dibutuhkan perawatan NICU. Namun ternyata
dampak dari perawatan NICU yang lama mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan
disabilitas pada BBLR kedepannya. Oleh sebab itu intervensi dini harus sudah diberikan
sejak awal bayi mulai dirawat melalui asuhan perkembangan. Asuhan perkembangan
adalah segala upaya yang dilakukan dalam rangka memberikan dukungan fisik, psiko dan
sosial kepada bayi berat lahir rendah dengan cara memodifikasi lingkungan agar dapat
mempromosikan pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu intervensi dini yang
dapat memperbaiki kekurangan stimulasi yang membangun untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan adalah stimulasi taktil kinestetik yang dilakukan oleh
ibu.
Kata kunci: bayi berat lahir rendah, model konservasi, asuhan perkembangan dan taktil
kinestetik.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
ix
ABSTRACT
UNIVERSITAS INDONESIA
FACULTY OF NURSING
MAJORING IN PAEDIATRIC OF NURSING
Scientific Final Assignment, June 2014
Febriyanti
Applying The Conservation Theory To Low Birth Weight Infant With
Developmental Needs In RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta
VII + 66 page + 2 table + 1 schema + 3 appendiks
This scientific final assignment is intended to describe the application of the
theory of Conservation Model in infants with developmental care needs. Low
birth weight infants needs a great effort to adapt and survive, therefore need
neonatal intensive care unit (NICU). But it turns out the impac to fthe old NICU
care resulting in high morbidity and disability. Therefore,early intervention should
have been given since the beginning of the baby was admitted through
developmental care. Developmental care is all the efforts made in order to
facilitate and support the physical, social and psycho of low birth weight infant
through modifications to the environment to be able to promote the growth and
development of low birth weight infant. One of the early intervention that can
correct the lack of stimulation to promote growth and development is a tactile
kinestetic stimulation by the mother.
Keywords: Low birth weight infant, the model of conservation, developmental
care, tactil kinestetic
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR BEBAS PLAGIARISME iii
LEMBAR ORISINALITAS iv
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR SKEMA ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 8
1.3 Manfaat Penulisan 9
1.4 Sistematika Penulisan 10
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 10
2.1 Gambaran Kasus 10
2.3 Asuhan Perkembangan 21
2.4 Kapasitas Funsional Bayi 27
2.5 Intervensi Perkembangan 31
2.6 Intergrasi Teori Lavine 33
2.7 Aplikasi Kasus Terpilih 39
BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI 43
3.1 Peran Ners Spesialis Anak 44
3.2 Target Kompensasi 44
BAB 4 PEMBAHASAN 52
4.1 Aplikasi Model Levine Dalam Pemenuhan Asuhan
Perkembangan Lima Kasus Kelolaan Terpilih. 52
4.2 Analisis Pencapaian Target Kompetensi. 58
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan 65
5.2 Saran 66
DAFTAR PUSTAKA
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
xi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Respon Prilaku Bayi . 20
Tabel 2.2 Analisis Cara Bayi Melakukan Aktifitas Fungsional 31
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
xii
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2.1 Kerangka Konsep Asuhan Perkembangan dalam
Concervation Levine’s Model of Nursing .......
42
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Laporan EBN
Lampiran 2 : Kontrak Belajar
Lampiran 3 : Trophicognosis Dan Intervensi Kasus Terpilih.
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di negara maju seperti Amerika, sekitar 100% neonatus usia gestasi 34 - 37
minggu dan 40-60% neonatus usia gestasi 22 - 28 minggu telah dapat
dipertahankan kehidupannya sehingga angka kematian bayi (AKB) turun
secara drastis (Brodsky & Quelette, 2008). Keberhasilan dalam menurunkan
AKB tersebut sangat berkaitan dengan kemajuan pesat ilmu dan teknologi
dalam bidang kedokteran khususnya di unit perawatan intensif. Hal yang
berbeda terjadi di Indonesia, dimana Indonesia telah menempati posisi
peringkat keempat di Asia setelah Myangmar, Timor Leste dan India, dalam
menyumbang AKB (World Development Indicator Date, 2012). Angka
kematian bayi yang tinggi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh bayi
berat lahir rendah (BBLR) yaitu bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram. Saat ini angka kejadian BBLR yaitu 10,2% (Riskesdas tahun 2013).
Tingginya angka kelahiran BBLR mendatangkan masalah yang cukup
kompleks. Hal ini disebabkan karena kelahiran BBLR sering disertai dengan
berbagai permasalahan kesehatan. Permasalahan kesehatan yang terjadi
pada BBLR umumnya segera setelah lahir yaitu ketidakmampuan BBLR
beradaptasi terhadap lingkungan yang berada dalam dirinya maupun
lingkungan diluar rahim. Hal ini disebabkan oleh belum maturnya berbagai
sistem organ, karena terlalu cepat mengalami kelahiran atau juga bisa
disebabkan karena kekurangan gizi atau penyakit yang mengakibatkan proses
maturasi sistem organ menjadi terhambat(Hockenberry & Wilson,2009).
Bayi berat lahir rendah biasanya tidak hanya menghadapi satu persoalan,
akibat prematuritas, biasanya meliputi berbagai persoalan seperti:
prematuritas pada sistem pernafasan yang disebabkan karena produksi
surfaktan yang minimal dan jumlah alveoli yang sedikit, kelemahan pada
otot pernafasan; immaturitas pembuluh darah dan sistem saraf pusat sehingga
belum mampu mengatur banyaknya stimulus yang datang dari lingkungan;
rendahnya kemampuan refleks fungsional sehingga mengakibatkan bayi
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
2
Universitas Indonesia
sangat beresiko untuk mengalami stres dan menyebabkan perdarahan pada
otak; immaturitas pada sistem termoregulasi mengakibatkan lambatnya
respon tubuh untuk menghasilkan panas yang berdampak kepada tidak
seimbangnya pembentukan panas tubuh dengan kehilangan panas
kelingkungan; immaturitas sistem pencernaan mengakibatkan rendahnya
kemampuan mencerna dan menyerap zat nutrisi; immaturitas sistem
kekebalan tubuh yang mengakibatkan bayi mudah terinfeksi (Marnoto,
Indrasanto, Suradi, & Rustina, 2011).
Kompleksnya permasalahan yang terjadi mengakibatkan BBLR
membutuhkan adaptasi yang luar biasa, diluar kapasitas kemampuannya
terhadap tantangan atau stimulus yang bersumber dari lingkungan internal
maupun eksternal. Oleh sebab itu BBLR sangat membutuhkan berbagai alat
pendukung dalam mempertahankan kelansungan hidupnya, sehingga
dibutuhkan perawatan yang ketat dan lengkap yaitu perawatan intensif
atauneonatal intensive care unit (NICU).
Walaupun kemajuan teknologi kedokteran ini telah sukses dan sangat maju
dalam meningkatkan kelansungan hidup dan pengobatan yang lebih baik
pada bayi dengan risiko tinggi, namun tidak sepenuhnya mampu
memfasilitasi bayi didalam mengembangkan kemampuan adaptasinya
menghadapi stimulus atau stressor dari lingkungan, yang ada BBLR hanya
ketergantungan terhadap alat-alat pendukung dan selalu membutuhkan orang
lain untuk membantunya. Bahkan hampir selalu mengalami gangguan dalam
perkembangannya ( Als et al.,2004). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian
yang dilakukan oleh Peters, et al. (2009) yang membuktikan dampak jangka
pendek dan dampak jangka panjang yang ditimbulkan dari perawatan BBLR
di NICU.
Perawatan BBLR diruangan perawatan intensif biasanya menghabiskan
waktu yang lama. BBLR harus menghadapi beberapa ketidaknyamanan
seperti nyeri akibat berbagai prosedur pemeriksaan dan tindakan perawatan
serta pengobatan yang bersifat invasif, ransangan pemeriksaan yang berulang-
ulang dan tidak terarah, hal ini dapat mengakibatkan gangguan pada otak
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
3
Universitas Indonesia
sehingga kejadian disabilitas pada BBLR kedepannya diatas 50%(Sizonenko,
2009) dan yang paling membuatnya semakin tidak nyaman adalah ketika
BBLR harus terpisah dari orang yang sangat dekat dengannya yaitu orang tua.
Menurut Chapieski dan Evankovich(1997) dalam Dieter, et al.(2003)
terpisahnya BBLR dari orang yang dicintainya pada awal kehidupan
menjadikan BBLR pada tahap perkembangan selanjutnya memiliki
kemampuan yang rendah dan respon sosial yang lambat.
Menurut Dieter, et al. (2003) Efek negatif yang muncul akibat dari perawatan
intensif dalam waktu yang lama pada tahap bayi adalah sistem kontrol
persarafan autonom yang rendah, koordinasi perilaku dan tingkat perhatian
yang rendah. Ketika BBLR mencapai tahap usia anak, sebagian besar BBLR
mempunyai kemampuan mendengar, melihat, yang rendah. Disamping itu
terjadi keterlambatan dalam membentuk kemampuan cross-modal, serta
rendahnya integritas sensorik motorik. Bahkan rendahnya kemampuan
motorik ini diikuti oleh reflek-reflek yang abnormal, hipotonia, gangguan
kontrol terhadap postur, koordinasi alat gerak halus yang rendah, rendahnya
kemampuan gerak tangan, ditambah lagi dengan kesulitan bahasa (Craig,
Grealy& Lee, 2000).
Oleh sebab itu, karena kompleksnya pemasalahan yang dihadapi BBLR di
awal kehidupannya dan beratnya dampak jangka panjang yang ditimbulkan
dari stres yang dialami BBLR ketika harus menjalani perawatan intensif yang
lama, maka diperlukan sekali suatu intervensi awal yang dilakukan oleh
perawat dalam mencegah timbulnya stres pada BBLR di awal kehidupannya.
(Kenner & Grath, 2004; Bijari et al., 2012).
Upaya intervensi awal dilakukan untuk BBLR selama di rawat di NICU
adalah memberikan asuhan perkembangan (Developmental Care). Program
asuhan perkembangan ini telah terbukti mampu mencegah terjadinya
kegagalan perkembangan pada bayi (Als, 1994; Als et al., 2011). Asuhan
perkembangan juga mampu mengurangi gejala sisa gangguan perkembangan
saraf yang ditimbulkan dari perawatan di NICU. Hal ini dibuktikan melalui
penelitian yang dilakukan oleh Peters, et al. (2009).
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
4
Universitas Indonesia
Menurut Als (1986) bayi matur yang baru lahir dan sehat umumnya memiliki
kepandaian yang optimal untuk terlibat aktif dalam proses perkembangannya.
Kepandaian ini telah dimulai sejak bayi itu lahir yang berguna dalam
merespon berbagai ransangan yang bersumber dari dalam diri bayi itu
sendiri maupun dari lingkungan yang betul-betul berubah. Adapun
kepandaian bayi tersebut adalah menghisap tangan dalam rangka
mendamaikan dirinya agar dapat bersabar terhadap sesuatu kebutuhan yang
belum diperolehnya. Selanjutnya kepandaian tersebut digunakan untuk
memberi sinyal kebutuhannya akan perhatian dari orang disekitarnya dengan
cara menangis dan menyampaikan kenyamananannya dengan tersenyum
(Kosim, 2012; Lissauer & Fanaroff, 2009).
Kepandaian sederhana yang dimilikinya tersebut adalah merupakan suatu
pencapaiannya yang paling tertinggi pada saat itu dan tentunya paling berarti.
Pengasuh bayi atau orang tua bayi seringkali tidak memahami isyarat yang
diberikan dan seringkali salah dalam mengartikan, sehingga hal ini
menimbulkan stres pada bayi dan juga orang tua. Dampak yang ditimbulkan
dari perawatan BBLR di NICU dalam jangka panjang adalah tidak
terjalinnya komunikasi yang baik antara orangtua dan BBLR. Menurut
Fieldman, et al.( 2002) ibu-ibu BBLR seringkali memberikan respon yang
tidak sesuai, bahkan sering salah dalam membaca tanda, isyarat, sentuhan,
perkataan serta tatapan yang disampaikan kepada bayinya bila dibandingkan
dengan bayi yang matur. Bahkan kesalahan dalam membaca isyarat dari bayi
dapat menimbulkan perilaku negatif ibu dalam berinteraksi dengan bayi
(Silberstein, Geva & Fieldman, 2009). Pada penelitian-penelitian longitudinal
yang lain, mengindikasikan yang sama mengenai masalah-masalah yang
dialami BBLR pada tahap remaja yaitu kemampuan neuropsikologis yang
rendah, intelegensi dan kemampuan pendengaran yang rendah, memiliki
harga diri rendah, kerusakan artikulasi dan pengucapan, kurangnya perhatian
dan kemampuan belajar (Bhutta et al., 2012),
Ketika orang tua, keluarga atau lingkungan mampu untuk mengenali dan
mengerti serta memberikan respon yang tepat, dan menjadikan hal ini
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
5
Universitas Indonesia
sebagai suatu proses komunikasi yang interaktif, maka BBLR telah
mengalami proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuannya
ketahap berikutnya, dimana memorinya akan mengingat respon ini dan
kemuadian akan memberikan penguatan sehingga perkembangan sel otak
dapat terakselerasi (Karunia, 2013).
Saat ini perawatan BBLR di NICU dan unit khusus seperti level 2 dan 3, telah
mengalami kemajuan dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini
berdasarkan hasil pembuktian secara ilmiah. Berdasarkan penelitian yang
pernah dilakukan dengan menggunakan The Newborn Individualized
Developmental Care and Assesment Program (NIDCAP) dapat mencegah
dan mengurangi gejala sisa yang ditimbulkan terhadap perkembangan saraf
pada bayi yang dirawat di NICU. Hasil dari NIDCAP ini secara signifikan
dapat meningkatkan perilaku perkembangan. Adapun tujuan dari asuhan
perkembangan tersebut untuk meminimalkan stresyang dialami oleh BBLR
serta mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembanganya dengan cara: 1)
memberikan ransangan yang bertujuan mengkoreksi kekurangan yang ada di
lingkungan luar dan mengkondisikan bayi seolah-olah masih didalam
rahim.Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan stimulasi
terhadap pendengarannya dengan menggunakan suara ibu untuk
meningkatkan stabilitas fisiologi kardiorespirasi pada bayi prematur sehingga
menurunkan terjadinya apnu akibat dari prematuritas yang lebih dikenal
dengan AOP (Kenner & McGrath, 2004), stimulasi dengan memberikan taktil
kinestetik dan membuat sarang burung 2) memberikan perawatan berdasarkan
pada isyarat bayi 3) mengurangi stimulasi atau disebut dengan penanganan
yang minimal 4) mengurangi ketidaksesuaian atau stimulasi yang berlebihan
terhadap variabel sensorik atau pengalaman lainnya seperti cahaya yang
berlebihan (Symington & Pinelli, 2006;Mimiran & Aringno; Bowen, 2009).
Kebutuhan BBLR terhadap perkembangan adalah suatu kebutuhan dasar yang
berhubungandengankematangan sistem saraf, pengorganisasian perilaku,
penataan lingkungan, penataan tindakan medis dan perawatan. Pencapaian
pemenuhan kebutuhan akan perkembangan akan memicu terjadinya proses
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
6
Universitas Indonesia
penyembuhan dan pemulihan kembali fungsi-fungsi tubuh yang sebelumnya
terganggu (Hockenberry & Wilson, 2009).
Melalui asuhan perkembangan dapat menurunkan angka kematian bayi,
menurunkan jangka waktu penggunaan alat bantu nafas, pemberian oksigen,
pemberian antibiotik, penderita retinopati, dan peningkatan lingkar kepala
dan berat badan serta dapat mencegah timbulnya gejala sisa. Dengan
demikian diharapkan dengan pemenuhan kebutuhan akan asuhan
perkembangan yang dilakukan mampu meningkatkan kualitas hidup BBLR
selama di NICU dan setelahnya (Kenner & Graft, 2004).
Asuhan perkembangan didalam prosesnya sangat membutuhkan kerjasama
dengan orang tua namun yang terjadi ketika BBLR dirawat adalah orang tua
terkadang tidak sabar dan kesulitan untuk menunggui bayinya dikarenakan
waktu rawat yang lama, jarak rumah yang jauh dari rumah sakit, kesulitan
membagi waktu terhadap anak yang lain, pekerjaan yang tidak bisa
ditinggalkan serta ketidaksanggupan menanggung biaya yang ditimbulkan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Lewis, et al.(1991) dalam Latva,
Lehtonen, Salmelin & Tamminen, (2007) tentang alasan dari ketidakhadiran
orangtua selama perawatan anaknya.
Hampir sebagian besar angka kunjungan bayi di RSUPN Cipto
Mangunkusumo berasal dari keluarga yang tidak mampu, sehingga orang tua
sering meminta agar bayinya diizinkan pulang. Walau tidak harus
mengeluarkan biaya terhadap pelayanan rumah sakit. Hal ini tentunya
mengakibatkan ketidaksiapan bayi dalam beradaptasi dengan lingkungan
eksternal dan ketidaksiapan orang tua untuk merawat BBLR di rumah,
kondisi ini akan berdampak pada tingginya angka kesakitan bayi setelah
pulang kerumah.
Perawat spesialis anak tentunya sangat memiliki peran yang besar dalam hal
ini, melalui asuhan perkembangan maka semakin mampu menegaskan bahwa
peran perawat sangat terlibat dalam keseluruhan aspek yaitu aspek promotif
dan preventif disamping aspek kuratif dan rehabilitatif untuk memenuhi
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
7
Universitas Indonesia
kebutuhan bayi secara holistik yaitu bio, psiko, sosio dan kultural. Perawat
dalam melakukan pemenuhan kebutuhan asuhan perkembangan, tentunya
harus mampu menjaga keseimbangan antara intervensi keperawatan yang
diberikan dan keterlibatan bayi sesuai dengan kapasitas fungsional yang
dimilikinya. Levine sangat meyakini bahwa setiap individu akan selalu
berusaha mempertahankan keutuhannya secara menyeluruh, dan melakukan
penghematan energi untuk menjaga integritas agar tidak terjadi kelelahan
(Alligood, 2010). Asuhan perkembangan pada kenyatannya sangat
menerapkan konservasi sebagaimana yang diinginkan didalam teori
keperawatan yang salah satunya adalah model konservasi Myra E. Levine.
Karena asuhan perkembangan tidak hanya mendukung untuk konservasi
integritas personal saja melainkan untuk keseluruhan konservasi.
Model konservasi Myra E. Levine, meliputi empat prinsip konservasi yaitu
konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas
personal dan sosial. Berdasarkan keempat prinsip konservasi yang harus
dicapai dalam mewujudkan keutuhan, perawat mampu melaksanakan fungsi
dan perannya dengan baik sebagai pemberi asuhan langsung,advokat pasien,
konsulen, pendidik, koordinator, kolaborator dan peneliti (Hockenberry &
Wilson, 2009).
Perawatan BBLR yang diberikan oleh perawat ruangan perinatologi RSUPN
Cipto Mangunkusumo sebagian besar sudah melaksanakan asuhan
perkembangan, seperti penanganan minimal, menggunakan sarang burung,
menggunakan penutup inkubator, dan melaksanakan kontak kulit ke kulit
(perawatan metode kangguru), namun beberapa asuhan perkembangan yang
bertujuan untuk memberikan stimulasi yang dapat mendukung
perkembangannya belum ada dilaksanakan. Peran perawat sebagai inovator
dalam asuhan perkembangan salah satunya adalah menerapkan praktik
berbasis bukti tentang stimulasi taktil-kinestetik dalam meningkatkan kualitas
tidur-terjaga. Apabila asuhan perkembangan tersebut dilaksanakan oleh ibu
BBLR, maka hal ini akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan
kemampuan bayi. Berdasarkan latar belakang diatas residen tertarik untuk
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
8
Universitas Indonesia
menerapkan teori konservasi Myra E. Levine dalam pemenuhan kebutuhan
asuhan perkembangan pada BBLR di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran kegiatan pelaksanaan praktek residensi Ners
Spesialis Keperawatan Anak dengan mengaplikasikan teori keperawatan
Myra Levine.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan ini adalah :
1. Mengaplikasikan teori keperawatan Myra E Levine dalam
memberikan asuhan keperawatan pada BBLR dengan gangguan
asuhan perkembangan.
2. Melakukan analisis penerapan teori keperawatan Myra E Levine
dalam pemberian asuhan keperawatan.
3. Memberikan gambaran pelaksanaan praktek residensi ners spesialis
keperawatan anak di ruang perawatan anak.
4. Memberikan gambaran pencapaian kompetensi dan peran perawat
sebagai praktisi keperawatan baik sebagai pemberi asuhan, advokat,
pendidik, kolaborator, koordinator, peneliti dan agen pembaharu
dalam pemenuhan kebutuhan asuhan perkembangan pada BBLR di
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.
5. Membahas kesenjangan atau kendala yang ditemui di lapangan
dalam pemenuhan kebutuhan asuhan perkembangan pada BBLR
dengan menerapkan teori konservasi Levine.
1.3 Manfaat Penulisan
Residen sangat berharap kiranya karya ilmiah akhir ini dapat menjadi
masukkan atau dapat memberikan manfaat pada beberapa area sebagai
berikut:
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
9
Universitas Indonesia
1.3.1 Manfaat Aplikatif
Menjadikan sebagai dasar pemberian intervensi asuhan perkembangan
yang komprehensif untuk mempromosikan pertumbuhan dan
perkembangan BBLR di ruangan perinatologi, dan merupakan suatu
upaya pemberian asuhan perawatan mandiri yang didasarkan pada
pembuktian ilmiah.
1.3.2 Manfaat Keilmuan
Hasil penelitian yang begitu banyak menggambarkan efek positif dari
intervensi-intervensi yang diberikan dalam asuhan perkembangan, dapat
memberikan masukkan pada bidang keilmuan keperawatan terhadap
Institusi pendidikan keperawatan agar menghasilkan perawat yang mahir
dalam kompetensi mandirinya dalam pengembangan asuhan
keperawatannya.
1.3.3 Manfaat dalam Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi peserta didik yang
akan melakukan penelitian terhadap asuhan perkembangan pada BBLR
dengan menggunakan teori konservasi energi Levine.
1.4 Sistematika Penulisan
Karya tulis ilmiah ini tersusun dalam 5 bab, dengan sistematika penulisan
sebagai berikut: bab 1 berisi pendahuluan, meliputi latar belakang penulisan,
tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan; bab 2 berisi
aplikasi teori, meliputi gambaran singkat tentang lima kasus yang dikelola
residen selama praktik residensi, tinjauan teoritis dan integrasi model dan
konsep dalam proses keperawatan, serta aplikasi model konservasi Myra E.
Levine pada lima kasus kelolaan;bab 3 berisi pencapaian kompetensi ners
spesialis keperawatan anak selama pelaksanaan praktik residensi;bab 4 berisi
analisis penerapan model keperawatan pada kelima kasus kelolaan; bab 5
berisi simpulan dan saran tentang pelaksanaan praktik residensi secara
keseluruhan.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
10
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Gambaran Kasus
Gambaran kasus merupakan ringkasan tentang riwayat asuhan keperawatan
yang diberikan kepada 5 bayi kelolaan selama praktek residensi. Adapun
kasus-kasus tersebut sebagai berikut:
2.1.1 Kasus I :
Bayi nyonya R, jenis kelamin laki-laki, usia gestasi: 35 minggu, usia
kronologis 3 hari, berat badan (BB)1950 gram.Diagnosa medis yaitu
neonatus kurang bulan selanjutnya disebut NKB-sesuai masa kehamilan
selanjutnya disebut SMK; atresia ani pasca kolostomi, patern duktus
arteriosus, ventricel septal defect (PDA/VSD); sindroma Down dan sepsis
neonatus awitan dini (SNAD).
Pengkajian : Berdasarkan pengkajian yang dilakukan,diperoleh
datakonservasi energi: bayi terpasangventilator mode pressure control
(PC).Hasil analisis gas darah (AGD) menunjukan alkalosis metabolik
terkompensasi penuh.Bayi diletakkan dimejapenghangat (infant
warmer),terdapat ketidakefektifan suhu tubuh, tekanan darah (TD) 97/70
mmHg, heart rate (HR) 157 kali per menit. Hasil pemeriksaan
menggunakan ultrasonografi cardiac output monitor menunjukkan adanya
kardiak out put yang rendah. Infus: N5(70) + KCl (10) 8,3 ml per jam,
terapi inotropik 60 mg dalam Dekstrose 5% 25 ml per jam 0,5ml per
jam: diuresis: 3,5 ml per kgBB per jam; keseimbangan cairan -20 ml per
jam. Bayi mengalami oedem sehingga mendapat terapi diuretik. Berat badan
sekarang 1,9 kg (terdapat penurunan50 gram). Bayi dipuasakan, terpasang
oro gastric tube (OGT) terpasang. Integritas struktur: kolostomi terdapat
pada daerah abdomen kiri bawah; lingkar perut 35 cm; mekonium belum
ada. Hasil pemeriksaan echocardiografi didapatkan PDA berukuran 2,5
cm,VSD dengan pirau kanan ke kiri. Integritas Personal : bayi tampak
banyak tidur karena efek anastesi, reflek-reflek sulit dinilai, posisi tubuh
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
11
Universitas Indonesia
selalu terlentang dan kaki fleksi dengan bantuan sarang. Pada hari kedua
bayi tampak meringis, gelisah hal ini mungkin karena nyeri pasca operasi
dan pemasangan endotrakeal tube (ET).Skala nyeri 5 bayi mendapat
analgetik. Integritas sosial: Ibu tidak hadir ketikabayi dipindahkan ke
ruangan lain, hal ini disebabkan karena ibu mengalami perdarahan, ayah
bayi hadir pada hari ke-4 rawatan di ruangan paediatric intensive care unit
(PICU), belum pernah mendapatkan ASI, kebutuhan bayi sering tidak
terpenuhi oleh keluarga seperti permintaan ASI dan diapers untuk bayi.
Trophicognosis yang diangkat padakonservasi energi adalah : gangguan
pola nafas, risiko tidak efektifnya termoregulasi, risiko kekurangan volume
cairan, risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan, dan
nyeri.Pada konservasi integritas struktur yaitu risiko infeksi, gangguan
integritas kulit, sedangkan pada konservasi integritas personal yaiturisiko
gangguan perkembangan, resiko gangguan regulasi diri. Selanjutnya
konservasi integritas sosial yaitu risiko gangguan perlekatan ibu-bayi.
Intervensi yang dikerjakan adalah manajemen jalan nafas, manajemen
nutrisi dan cairan serta manajemen termoregulasi. Intervensi terkait asuhan
perkembangan adalah mengurangi stimulus yang berlebihan, posisi midline
control, berkomunikasi, tanggap terhadap isyarat bayi, manajemen nyeri
non farmakologis, pemberian kempeng dan mendekap bayi dengan kedua
tangan dengan mantap ketika prosedur invasif dilakukan, pengaturan jadwal
kegiatan medis dan keperawatan, memfasilitasi orang tua untuk memberikan
sentuhan serta memberikan edukasi tentang isyarat bayi.
Evaluasi terhadap respon organismik pada trophicognosis konservasi energi,
integritas struktur menampilkan pencapaian tujuan sebagian tercapai.
Respon organismik dengan masalah risiko gangguan perkembangan adalah:
bayi dapat tidur lebih lama pada fase tidur tenang walaupun sudah tidak
dibawah pengaruh anastesi, tangan kemulut sambil mengepal, reflek
genggam, bayi tidur lebih baik ketika penutup pada area diatas kepalanya
dipasang karena bayi diletakkan pada meja penghangat.Bayi berespon
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
12
Universitas Indonesia
mendekat terhadap sentuhan dan suara. Bayi tidak rewel dan mampu
menenangkan diri dengan refleks hisap, menangis mengekspresikan
ketidaknyamanan dan rasa haus, refleks genggam, rooting refleks, reflek
hisap dan reflek menelan semakin kuat, mampu merubah posisi kepala
untuk kenyamanan, menangis minta diperhatikan, menerima dengan tenang
ketika dilakukan kegiatan keperawatan medis maupun keperawatan.
2.1.2 Kasus II
Bayi I, laki-laki BBL: 2450, usia gestasi 35 minggu, usia kronologis 30 hari
dengan diagnosa medis: Syok Hipovolemik, Respirasi Distress ec
Pneumonia; Sepsis; SNAL; Ikterus Neonatorum; tersangka Sindrom
Edward. Riwayat penyakit saat ini muntah dua kali isi susu, malas
menyususejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), dua hari SMRS
mencapai demam 38,7˚C, batuk pilek, sesak nafas, sekitar 5 jam SMRS
bayi bertambah sesak, dan nafas tersengal-sengal dan disertai demam.
Pengkajian terhadap konservasi energi: bayi letargik, frekuensi nafas 62 kali
per menit, retraksi interkostal, nafas cuping hidung. HasilAGD menunjukan
adanya asidosis metabolik terkompensasi sebagian. Bayi terpasang
continuous positive airway pressure(CPAP) dengan positive end expiratory
pressure (PEEP) 7 mmHg,fraksi oksigen (FiO2) 60%, terpasang kateter,
pengisian kapiler lebih dari 3 detik. Bayi diboluskan cairan Nacl 0,9% 25 ml
dalam setengah jam. integritas struktur: posisi bayi tampak terus terlentang,
diaporesis skala Braden 13; Integritas personal : bayi tampak gelisah, kepala
hiperekstensi, batang tubuh desebrasi, ekstremitas ekstensi, sulit tidur,rewel,
refleks hisaplemah rooting lemah dan menelan ada, prilaku tidak
terorganisir, kontak matanya tidak berbinar, menangis, prilaku menghindar
ketika disentuh perawat. Integritas sosial: Ibu sering berkunjung setiap hari,
sambil berbicara dan mengelus bayinya. Bayi menatap ibu, namun bayi
tidak memberikan precuring, tangan dan kaki sedikit fleksi, tonus baik,
namun tidak mengarah ke mulut atau kewajah. Bayi tidak pernah
memberikan senyuman, tatapannya seperti meminta belas kasihan dari
perawat. Bayi tidak menangis ketika ibunya pergi, Ayah bayi kadang-
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
13
Universitas Indonesia
kadang hadir di rawatan PICU, walau hanya sebentar namun ayah
memperlihatkan interaksi yang cukup baik, seperti mengelus, dan berbicara
sambil memberikan semangat. Orang tua sepertinya kedua-duanya
mendampingi anaknya di RS.
Trophicognosisyang diangkat padakonservasi energi,gangguan: pola nafas,
termoregulasi; risiko: kekurangan volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan. Integritas struktur: risiko perluasan infeksi,
gangguan integritas kulit. Integritas personal: Risiko gangguan
perkembangan, Integritas sosial: gangguan: perlekatan ibu-bayi danrisiko
gangguan proses keluarga.
Intervensi: tindakan yang dilakukan adalah manajemen pola nafas,
manajemen cairan, manajemen termoregulasi, dan manajemen transmisi
infeksi. Intervensi asuhan perkembangan dalam mendukung empat
konservasi , integritas struktur, integritas personal dan sosial adalah
mengurangi stimulus yang berlebihan dengan penanganan
minimal,memanggil namanya, berbicara, posisi midline control, mengatur
posisi tangannya tetap ada didekat mulutnya, memeluknya dan
memfasilitasi tidur, memfasilitasi orang tua dalam memberikan sentuhan
dan melibatkan dalam kegiatan asuhan, berkomunikasi dengan lembut setiap
prosedur yang akan dilakukan, memberikan mainan, mengatur jam
perawatan dan tindakan, serta jam bezuk.
Evaluasi: terhadap gangguan: pola nafas, cairan , termoregulasi, dan nutrisi
sebagian teratasi. Respon oranismik terhadap perkembangan adalah bayi
tampak tenang, tanda-tanda vital normal: TD 73/55mmHg, HR= 130 kali
per menit RR55 per menit, sianosis tidak ada, desaturasi tidak ada, CPAP
terpasang dengan PEEP 6 FIO2 30% bayi dapat tidur agak lebih lama dari
sebelumnya, perilaku mendekat terhadap sentuhan. Bayi tidak rewel dan
mampu menenangkan diri dengan tetap berada didalam sarang burung,
refleks hisap ada namun lemah, mampu merubah posisi kepala untuk
kenyamanan, kontak mata sudah dapat mempertahankan, menangis minta
diperhatikan.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
14
Universitas Indonesia
2.1.3 Kasus III
Dari pengkajian: By Ny. N usiagetasi 30 minggu usia kronologis 52 hari,
terpasang CPAP sejak lahir, dengan PEEP 5-7 Flow 7 liter/menit, FIO2
40%, dicoba lepas CPAP sejak 1 hari yll, tetapi gagal, bayi tampak sesak
RR= 89 kali per menit, retraksi intercostal, nafas cuping hidung, sianosis,
ronkhi halus, perdarahan lambung, bayi puasa,dua hari yang lalu bayi tropic
feeding 8 kali 1 ml, terpasang infus yaitu PG2. Produksi OGT kecoklatan,
bayi dipuasakan kembali; hasil kultur darah menunjukan
terinfeksiAcetanobactor Baumanii.Konservasi energi terancam bila sepsis
karena membutuhkan energi yang besar dalam menghadapi gangguan dan
pemulihan, sedangkan pemasukkan energi hanya melalui parenteral dan
tidak terpantau dengan baik.
Konservasi energi usia gestasi 30 minggu, terdapat instabilitas suhu,
gangguan pola nafas, CRT memanjang lebih 3 dtk. Konservasi integritas
struktur:bayi terpasang CPAP dengan PEEP FIO2 40%. Saturasi 93%.Hasil
foto thorak:Hyalin membran desease (HMD)derajat II. Lambung bayi
mengalami perdarahan, kembung, posisi sering terlentang, plester, sensor
dan oksimetri terpasang.Konservasi integritas personal: bayi memiliki
regulasi diri yang cukup baik, menangis, mudah ditenangkan, tampak aktif,
posisi sering terlentangdan tidak pernah miring kekiri.Bayi menampilkan
perilaku menghindar dan tangannya bergerak mendorong CPAP, karena
merasa tidak nyaman.Tatapan bayi kurang berbinar, selalu menangis bila
terjaga, hal ini mungkin karena ketidaknyamanan yang dirasakannya dan
juga kehausan karena bayi dipuasakan sehingga tidak ada yang membuat
dirinya nyaman pada rongga mulutnya, sering tersentak cegukan, Perawat
melakukan beberapa pengelolaan terhadap stimulus dari lingkungan seperti
mengatur pencahayaan, membuat sarang, melakukan pengelolaan waktu
dalam pelaksanaan asuhan dan prosedur medis dan diagnostik.
Konservasi integritas sosial: orang tua bayi tidak pernah berkunjung sejak
pindah ke ruangan SCN 2, menurut perawat di NICU orang tua memang
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
15
Universitas Indonesia
jarang berkunjung, begitu juga nenek atau kakek serta kerabat si bayi.
Ketika residen mencoba menghubungi, orang tua mengatakan belum bisa
datang karena ayah bayi sibuk bekerja sedangkan ibu bayi mengurus
keluarga dirumah.Residen sudah mencoba berulangkali menghubungi tetapi
tidak aktif dan kadang tidak diangkat. hanya bisa betemu orang tua ketika
bayi direncanakan untuk dilakukan tranfusi tukar dalam mengatasi sepsis
yang tidak teratasi walau sudah dengan antibiotik lini III.
Trophicognosis:Konservasi energi: gangguan pola nafas, gangguan
thermoregulasi, risiko kekurangan volume cairan, risiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan, dan nyeri Integritas struktur: risiko perluasan
infeksi, gangguan integritas kulit. Integritas personal: Risiko gangguan
pertumbuhan dan perkembangan, gangguan perlekatan ibu-bayi Integritas
sosial: gangguan proses keluarga.
Intervensi yang diberikan meliputi seluruh trophicognosis, konservasi
energi, integritas struktur, konservasi integritas personal dan sosial.
Sedangkan pemenuhan kebutuhan perkembangan adalah mengurangi
stimulus yang berlebihan seperti pencahayaan, suhu kamar, dan kebisingan,
memanggil nama bayi dengan lembut, mengatur posisi midline control,
mengatur posisi tangannya tetap berada didekat mulutnya, memeluk dan
memfasilitasi fase oralnya sebaik mungkin ketika harus dilakukan prosedur
tindakan, memfasilitasi orang tua untuk melakukan sentuhan dan
berkomunikasi, memfasilitasi bayi untukprocuring, regulasi diri, eksplorasi
diri dan makan dan mengatur posisi, bersenandung dan menyentuh bayi
dengan mantap ketika bayi tampak rewel dan tersentak, dan menghentikan
sentuhan ketika tidur pada tahap tenang, mengkomunikasikan dengan
lembut setiap prosedur yang akan dilakukan, mengatur jam perawatan dan
jam bezuk.
Respon organismik yang ditampilkan pada risiko gangguan perkembangan:
bayi tampak tenang, CPAP terpasang PEEP 5 dan FiO2 21%, tanda-tanda
vital normal : TD85/55 mHg, HR= 155 kali per menit, RR= 52 kali per
menit, bayi dapat tidur dalam agak lebih lama dari sebelumnya, prilaku
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
16
Universitas Indonesia
mendekat terhadap sentuhan. Bayi tidak rewel dan mampu menenangkan
diri dengan refleks hisap, menangis hanya ketika meminta minum dan
mengekspresikan ketidaknyamanan, refleks genggam, mengejar ransangan,
hisap dan menelan positif, mampu merubah posisi kepala untuk
kenyamanan, menangis minta diperhatikan. Untuk evaluasi yang lain dapat
dilihat pada lampiran.
2.1.3Kasus IV.
Dari hasil pengkajian diperoleh data By Ny. V usia gestasi 32 mingguumur
0 hari RR44 kali per menit, merintih,retraksi intercostal,menangis lemah,
NCH, muntah pasca 30 menit pemberian susu, produksi OGT keruh, bayi
puasa, infus terpasang yaitu PG2. Bayi mengalami instabilitas suhu,dalam
inkubator,CRTlebih dari 3 detik. Konservasi integritas struktur:bayi
prematur kulit tipis,hasil foto thorak menunjukkan adanya transient
tachipnea of the newborn(TTN). posisi bayi sering terlentang, plester,
sensor dan saturasi oksigen terpasang ditubuh bayi, bayi diinkubator.
Konservasi integritas personal:bayi memiliki regulasi diri yang baik,
menangis, mudah ditenangkan, aktif, tonus otot baik, kempeng kadang-
kadang digunakan oleh perawat untuk menenangkan. Bayi menampilkan
perilaku menghindar dan tangannya bergerak mendorong ketika CPAP
dipasang.Tatapan bayi kurang berbinar, kadang menangis bila terjaga,
mungkin kehausan karena bayi dipuasakan sehingga tidak ada yang
membuat dirinya nyaman dengan mencapai fase oralnya.Bayi tampak sering
tersentak.Konservasi integritas sosial: ayah bayi berkunjung segera sejak
pindah ke SCN 4, ibu bayi sedang dirawat diruang kebidanan.
Residenmeminta ayah bayi membawa ASI untuk bayinya. Ayah
mengantarkan ASI untuk bayinya. Ayah mampu berinteraksi dengan
bayinya.
Trophicognoses:konservasi energi yaitu : gangguan pola nafas, gangguan
thermoregulasi, risiko kekurangan volume cairan, risiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan, nyeri. Integritas struktur: risiko perluasan
infeksi, gangguan integritas kulit. Integritas personal: Risiko gangguan
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
17
Universitas Indonesia
pertumbuhan dan perkembangan, gangguan perlekatan ibu-bayi.
Konservasi integritas sosial: risiko gangguan proses keluarga.
Intervensi yang residen berikan meliputi konservasi energi, dan integritas
struktur, khusus konservasi integritas personal dan sosial dalam pemenuhan
kebutuhan asuhan perkembangan adalah mengurangi stimulus yang
berlebihan seperti pencahayaan, suhu kamar, dan kebisingan, selalu
mengatur posisi bayi dalam midline control, memanggil nama bayi dengan
lembut, mengatur posisi tangannya tetap ada didekat mulutnya,
memeluknya dan memfasilitasi fase oralnya sebaik mungkin ketika harus
dilakukan prosedur tindakan, memfasilitasi orang tua untuk menyentuh dan
melakukan taktil dan kinestetik, mengajarkan kepada orang tua tentang
isyarat yang diberikan bayi melalui perilakunya, cara mengatur
posisi,berkomunikasi dengan lembut setiap prosedur yang akan dilakukan,
bersenandung dan menyentuh bayi ketika bayi tampak rewel. Disamping itu
intervensi lain yaitu mengatur jam perawatan dan jam bezuk.
Evaluasi: Bayi tampak tenang, tanda-tanda vital normal, sianosis tidak ada,
bayi dapat tidur tenang lebih lama dari sebelumnya, toleransi minum baik,
BB meningkat,perilaku mendekat terhadap sentuhan. Bayi tidak rewel dan
mampu menenangkan diri dengan refleks hisap, menangis hanya
mengekspresikan ketidaknyamanan, refleks genggam, reflek rooting, hisap
dan menelan positif, mampu merubah posisi kepala untuk kenyamanan,
menangis minta diperhatikan.
2.1.5 Kasus V
Dari hasil pengkajian diperoleh data By Ny. L usia gestasi 33 minggu dan
usia kronologis 0 hari. Bayi didiagnosa oleh medis TTN dan tersangka
sepsis neonatal awitan dini (SNAD). RR 55kali per menit nafas tidak
merintih,nafas cuping hidung, produk OGT keruh, bayi dipuasakan infus
terpasang PG2, instabilitas suhu, didalam inkubator. Konservasi integritas
struktur:bayi prematur kulit tipis,posisi sering terlentang, plester, sensor dan
saturasi oksigen terpasang ditubuh bayi, bayi dalam inkubator. Konservasi
integritas personal: bayi memiliki regulasi diri yang baik, menangis, mudah
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
18
Universitas Indonesia
ditenangkan, aktif, tonus otot baik. Kempeng kadang-kadang digunakan
oleh perawat untuk menenangkan. Bayi menampilkan prilaku menghindar
dan tangannya bergerak mendorong ketika CPAP dipasang.Tatapan bayi
kurang berbinar, kadang menangis bila terjaga, mungkin kehausan karena
bayi dipuasakan sehingga tidak ada yang membuat dirinya nyaman terutama
daerah oral.Bayi tampak sering tersentak.Konservasi integritas sosial:ayah
bayi berkunjung segera sejak pindah ke SCN 4, ibu bayi sedang dirawat
diruang kebidanan.
Trophicognosis:Konservasi energi: gangguan pola nafas, gangguan
termoregulasi, risiko kekurangan volume cairan, risiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan, nyeri. Integritas struktur: risiko perluasan
infeksi, gangguan integritas kulit. Integritas personal: Risiko gangguan
perkembangan dan gangguan perlekatan ibu-bayi.Konservasi integritas
sosial: Risiko gangguan proses keluarga
Intervensi yang residen berikan meliputi konservasi energi, dan integritas
struktur. Khusus untuk konservasi integritas personal dan sosial.dalam
pemenuhannya residen melakukan pengurangan stimulus yang berlebihan
seperti pencahayaan, suhu kamar, dan kebisingan, mengatur posisi midline
control, memanggil nama bayi dengan lembut, mengatur posisi tangannya
tetap ada didekat mulutnya, memeluknya dan memfasilitasi fase oralnya
sebaik mungkin ketika harus dilakukan prosedur tindakan, memfasilitasi
orang tua untuk berkunjung, menyentuh dan berkomuniasi dengan
anaknya,melakukan edukasi kepada orang tua tentang masalah pada bayinya
dan intervensi yang dilakukan serta mengajarkan pada orang tua tentang
isyarat dari perilaku bayi. Kegiatan intervensi lain yaitu mengatur
posisi,berkomunikasi dengan lembut setiap prosedur yang akan dilakukan,
bersenandung dan menyentuh bayi ketika bayi tampak rewel dan tersentak-
sentak hingga tertidur. Mencoba memahami isyarat bayi. Mengatur jam
perawatan dan jam bezuk.
Evaluasi terhadap respon organismik yaitu bayi tampak tenang, tanda-tanda
vital normal, desaturasi tidak ada, bayi tidak lagi menggunakan alat bantu
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
19
Universitas Indonesia
nafas (CPAP), posisi tidur bayi fleksi, tangan dekat kemulut, prilaku
mendekat terhadap sentuhan. Bayi tidak rewel dan mampu menenangkan
diri dengan refleks hisap, menangis hanya mengekspresikan
ketidaknyamanan ketika BAB, refleks genggam, mengejar ransangan dan
hisap serta menelan positif, mampu merubah posisi kepala untuk
kenyamanan, toleransi minum baik, mata berbinar, nyaman ketika dilakukan
taktil kinestetik.
2.2 Teori Perkembangan
Teori perkembangan yang disebut sebagai teori synactive merupakan suatu
bentuk kerangka yang mendasar bertujuan agar dapat memahami perilaku
bayi, dimana penjabarannya dibagi kedalam beberapa subsistem fungsi.
Didalam teori synactive individu dalam hal ini bayi adalah sebagai makhluk
hidup, yang memiliki lima subsistem yang masing-masingnya selalu
berinteraksi dan bersinergis satu sama lain. Kelima subsistem ini bertujuan
untuk mempertahankan keseimbangan homoestatik dan mengakomodir
kebutuhan bayi dalam melakukan adaptasi terhadap tantangan dari
lingkungan (Als, 1986 dalam Kenner & McGrath,2004). Subsistem yang ada
dalam teori synactive terdiri dari 1) subsistem otonom/fisiologi seperti
frekuensi nafas, denyut nadi, warna kulit, saturasi oksigen, eliminasi dan
pencernaan; 2) subsistem motorik seperti gerakan tubuh,postur, dan tonus; 3)
subsistem organisasi seperti keadaan tidur dan terjaga; 4) subsistem interaksi
dan perhatian seperti respon dan rentang perhatian yang ditampilkan bayi
terhadap lingkungan; 5) subsistem regulasi diri berupa kemampuan untuk
meregulasi diri terhadap stimulus yang datang sehingga keseimbangan
stabilisasi diri dapat dipertahankan.
Kesiapan dari seorang bayi untuk menjalani proses perkembangannya dapat
dilihat dari perilaku yang sering ditampilkan oleh bayi dan konteks yang
sedang terjadi. Perilaku bayi merupakan dasar asuhan perkembangan.
Perubahan pada keseimbangan fisiologis, aktivitas motorik, tingkat
kewaspadaan dan perhatian menunjukkan kemampuan bayi dalam beradaptasi
dengan suatu situasi. Perilaku bayi mendekati terhadap stimulus yang
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
20
Universitas Indonesia
diberikan menunjukan bahwa bayi siap untuk berinteraksi dan memiliki
kemampuan mengorganisasi perilaku, terkadang menunjukkan sikap tidak
acuh, menarik diri atau prilaku menghindar (Als, 1994; Lissauer &
Fanaroff,2009).
Tabel 2.1 Respon Perilaku Terorganisasi dan Tidak Terorganisasi pada Bayi
Subsistem
Fungsi Perilaku terorganisir
Perilaku tidak
teroganisir
Otonom/
fisiologis
Denyut jantung dan pernafasan
stabil, mampu dengsn baik
mentoleransi makanan , warna
kulit merah muda
Denyut jantung dan
pernafasan berfluktuasi dan
irreguler, terdapat
periodeapnoe, bradikardi,
kulit pucat atau kelabu,
muntah, BAB sering,
toleransi makanan kurang
baik Motorik Gerakan tubuh halus dan sinkron,
tonus otot baik, postur tubuh
fleksi dan relaks
Gerakan tubuh tersentak,
tidak teratur, gelisah, tonus
otot menjadi lemah, kaku,
hiperekstensi tungkai,
lengan atau batang tubuh. Rentang
perhatian
interaksi
Kewaspadaan menetap dan fokus Terlalu waspada dan
tampak tegang.
Regulasi
diri
Menggunakan prilaku
menenangkan dan menghibur diri
sendiri seperti meng hisap jari,
gerakan tangan kemulut, tangan
menggenggam; menggerakkan
ekstremitas ke objek hidup atau
tidak hidup, mampu
menenangkan diri, dapat dihibur
bila kesal dan memberikan
respon sosial sepert tersenyum
dan menatap, mampu
menghindari stimulus yang
datang berulang-ulang dengan
mengurangi repon motorik atau
gerak tubuh dan mengatur diri
dari keadaan terjaga ke keadaan
tidur.
Terbatas dalam prilaku
menenangkan diri sendiri,
tampak marah,
memalingkan wajah, tidak
dapat ditenangkan,
ketidakmampuan
menghindari atau
mengurangi respon
terhadap adanya stimulus
yang berulang
Sumber :Lissauer & Fanaroff, (2009)
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
21
Universitas Indonesia
2.3 Asuhan Perkembangan
Asuhan perkembangandigambarkan sebagai suatu orientasi perawatan yang
bersifat bersahabat untuk semua jenis prosedur perawatan yang diberikan,
sehingga dapat membangun dan menyiapkan lingkungan yang kondusif bagi
bayi demi tercapainya kondisi stabil dan terorganisir dengan baik.
Kegiatannya meliputi mengelola lingkungan perawatan dan lingkungan
sosial bayi dengan tujuan untuk meminimalkan stressor (Als & Lawhon,
2004). Lissauer dan Fanaraoff (2009) memaknai asuhan perkembangan
sebagai dukungan yang diberikan pada bayi baru lahir untuk perkembangan
neurologis dan perilaku saat dipenuhinya kebutuhan fisiologis, fasilitasi,
stabilisasi dan perencanaan pulang sehingga meminimalkan gejala sisa pada
tahap kehidupan anak di masa datang.
Asuhan perkembangan merupakan program intervensi yang mengakomodir
kekurangan yang terdapat pada lingkungan eksternal dan sangat dibutuhkan
bayi dalam fase tumbuh kembangnya. Hal ini dilakukan karena tidak adanya
:1) Input sensasi kulit tubuh yang diperoleh dari cairan amnion; 2) Input
kinestetik yang berlangsung secara terus menerus dan aktif dihasilkan dari
selaput atau kantong amnion; 3) Irama tubuh ibu seperti, suara, gerakan,
bunyi jantung, suara nafas, suara bising usus; 4) Hambatan penerimaan
situmulus suara dan penglihatan yang disebabkan oleh rongga rahim, cairan
amnion, selaput ketuban sehingga paparan terhadap stimulus sesuai dengan
perkembangan bayi (Kenner & Mcgrath, 2004).
Pada bayi baru lahir, terutama jika prematur,otak akan berkembang dengan
pesat dan merupakan periode puncak pembentukan hubungan neoronal baru.
Proses ini bergantung pada pengalaman. Asuhan perkembangan yang
disesuaikan dengan individu bertujuan untuk memberikan pengalaman yang
sesuai tahap perkembangan saraf bayi dan mengoptimalkan potensi
perkembangan otak (Lissauer &Fanaroff, 2009).
Didapatkan beberapa penelitian tentang asuhan perkembangan di ruangan
perawatan intensif, yaitu penelitian oleh Als, et al. (2012) terhadap bayi
prematur dengan intra uterine growth restriction (IUGR) dengan
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
22
Universitas Indonesia
menggunakan kelompok kontrol yang membuktikan bahwa asuhan
perkembangan secara signifikan dapat meningkatkan perkembangan otak dan
perkembangan perilaku (p<0,001). Selain itu penelitian oleh Als, et al. (1994)
terhadap38 BBLR, usia kurang dari 30 minggu, dengan kriteria tidak
memiliki kelainan kongenital, menggunakan ventilasi mekanik dalam 3 jam
setelah dilahirkan dan selama lebih dari 24 jam dalam 3 hari. Kemudiandibagi
kedalam dua kelompok yakni kelompok intervensi dengan perlakuan asuhan
perkembangan dan kelompok kontrol dengan perlakuan perawatan standar,
didapatkan hasil kelompok intervensi secara bermakna lebih pendek dalam
penggunaan ventilasi mekanik, transisi pemberian makan ke oral lebih cepat,
berat badan meningkat, rendahnya insiden perdarahan intraventrikuler,
pneumothorak dan bronchopulmonary dysplasia, hari rawat yang lebih
pendek, selanjutnya ketika pada usia 9 bulan dievaluasi dengan menggunakan
skormental Bayleydan indeks perkembangan psikomotormemperlihatkan
peningkatan yang bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.
2.3.1 Mengelola Lingkungan Perawatan yang Intensif
Manusia disepanjang kehidupannya selalu berinteraksi dengan lingkungan
secara terus menerus. Interaksi yang terjadi telah dimulai sejak janin berada
dalam kandungan. Lingkungan yang dihadapi janin ketika dalam kandungan
adalah lingkungan yang sangat nyaman baginya, hangat, gelap, basah
karena cairan, dan selalu mendengar secara konstan detak jantung ibu,
merasakan gerakan dan suara ibu (Wylie, 2005). Ketika kehamilan berakhir
dengan persalinan, tantangan yang dihadapi bayi sangat berbeda,
ketergantungan terhadap oksigen, karbondioksida dan darah yang biasanya
dipenuhi oleh ibu melalui plasenta, sekarang tidak lagi dapat dipenuhi
kecuali dengan usaha mandiri dari bayi. Ditambah lagi dengan perubahan
terhadap lingkungan luar seperti suhu yang rendah, kebisingan,
pencahayaan, prosedur perawatan dan medik yang berlebihan. Oleh sebab
itu dibutuhkan adaptasi dalam menghadapi tantangan lingkungan tersebut
(Lissauer & Fanaroff, 2009).
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
23
Universitas Indonesia
Bayi ketika lahir telah dipersiapkan untuk menghadapi adaptasi yang besar
dengan memiliki berbagai potensi.Potensi yang dimiliki adalah berupa
maturitas dari berbagai sistem organ yang telah ada sejak lahir (Lissauer &
Fanarof, 2009). Berbeda yang terjadi pada bayi prematur dan bayi berat
lahir rendah yang kurang beruntung, adaptasi terhadap perubahan internal
dan eksternal sangat sulit dilakukan, bahkan seringkali menemui kagagalan,
disebabkan karena ketidakmaturan dari berbagai sistem organ, ditambah lagi
dengan penyakit yang menyertai (Bobak, Lowdermilk & Jensen,2005).
Keadaan ini membuat BBLR tidak mampu beradaptasi sehingga sangat
membutuhkan alat-alat pendukung yang ditujukan untuk mempertahankan
kehidupannya (Brodsky & Quilette, 2008).
Meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perawatan
intensif telah menunjukkan keberhasilan dalam menurunkan angka
mortalitas bayi-bayi yang dirawat terutama di NICU.Di negara maju seperti
angka kematian bayi turun secara drastis (Brodsky & Quelette, 2008).
Perawatan intensif sangat terlibat dengan banyak prosedur tindakan yang
ditujukan bayi agar bayi dapat bertahan antara lain : pemasangan
endotrakeal tube, pemasangan orogastric tube, kateter, pemasangan jalur
vena sentral, perifer, dan perkutan. Kemudian pemeriksaan laboratorium
yang bersifat serial seperti AGD, gula darah, bilirubin. Disamping itu bayi
juga sangat membutuhkan fasilitas penunjang seperti ventilator,meja
penghangat bayi dan inkubator; alat monitor suhu, tekanan darah, nadi dan
pernafasan, pompa infus, saturasi oksigen.
Namun sayang sekali kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
diruangan perawatan intensif ternyata memberikan dampak negatif terhadap
BBLR yang dirawat, yaitu menjadi sumber stres bagi BBLR yang
menerimanya karena ketidaknyamanan akibat stimulasi yang berlebihan dari
prosedur tindakan (Als et al., 1986 dalam Kenner 2004). Beberapa prosedur
perawatan rutin juga di ruang perawatan intensif diantaranya yang
menimbulkan ketidaknyamanan dan nyeri adalah seperti memasang
endotraceal tube (ET), mengganti posisi ET; melakukan penghisapan lendir,
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
24
Universitas Indonesia
mengganti popok, mengganti posisi tubuh, mengganti plester, perawatan
infus, pengambilan darah vena, arteri dan kapiler.
Menurut Bowen (2009) sumber stres juga ditimbulkan dari pencahayaan di
ruangan perawatan, dan kebisingan yang ditimbulkan dari inkubator,
ventilator, peralatan monitoring, percakapan oleh para staf perawatan, buka-
tutup jendela inkubator (Westrup et al., 2000). Selain itu yang menjadi
sumber stres pada bayi yang dirawat diinkubator adalah terpisahnya BBLR
dari orang tua (Lissauer & Fanaroff, 2009).
Kondisi lingkungan dan aktifitas perawatan demikian banyak, menyebabkan
BBLR mudah mengalami hipoksemia dan periode apnu, nyeri, peningkatan
nilai hormon stres. Als, et al. (1986) dalam Kenner (2004) mengemukakan
perubahan fisiologis tubuh berupa peningkatan denyut nadi, tekanan darah,
pergerakan tubuh, dan penurunan saturasi oksigen dapat menjadi parameter
stres yang dialami bayi akibat stimulus lingkungan perawatan yang
berlebihan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bowen
(2009), bahwa pencahayaan yang umumnya digunakan diruang intensif
sangat terang, hal ini memberikan stimulus yang berlebihan, dan
menyebabkan fungsi fisiologis bayi menjadi tidak stabil, didapatkan adanya
perubahan denyut nadi, saturasi oksigen, tekanan darah dan gerak tubuh.
Pengelolaan lingkungan perawatan intensif yang bertujuan mengurangi
stimulus yang berlebihan sebagai asuhan perkembangan adalah mengurangi
kebisingan. Kebisingan ruangan perawatan intensif berada dalam rentang
50-120 dB, sedangkan yang dapat ditoleransi oleh BBLR adalah 50-90 dB
(Kenner & McGrath 2004), tentunya dapat merusak struktur auditori serta
menyebabkan gangguan fungsi fisiologis dan perilaku bayi. Gangguan
tersebut ditandai dengan terjadinya hipoksia, apnoe, bradikardi, fatigue,
perilaku tidur-terjaga tidak teratur, agitasi serta peningkatan tekanan
intrakranial dan tekanan darah (Hockenberry & Wilson, 2009).
Stimulus lain dari lingkungan eksternal yang harus diminimalkan adalah
penanganan atau dikenal dengan handling dalam tindakan pengobatan
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
25
Universitas Indonesia
perawatan dan berbagai prosedur pemeriksaan lainnya, karena merupakan
sumber stres pada bayi yang dirawat. Murdoch dan Darlow (1984) dalam
Westrup et al, 2000) penanganan yang berlebihan berkontribusi terhadap
terjadinya hipoksemia, ketidaknyamanan, nyeri, gangguan periode tidur, dan
peningkatan nilai hormon stres. Kegiatan penanganan minimal seperti
melaksanakan jam tenang. tindakan mengatur posisi, pengaturan jadwal
pemberian obat dalam waktu yang berdekatan dan mengurangi tindakan
membuka dan menutup inkubator untuk hal yang tidak perlu merupakan
pengelolaan lingkungan terhadap stimulus(Als et al.,1994; Kenner &
McGrath, 2004; Maguire et al.,2008). Menggunakan data pengkajian secara
bersama pada tim kesehatan yang terlibat sehingga tidak terjadi pemeriksaan
fisik yang berulang, dan menggunakan sensor pada tubuh untuk memonitor
tanda-tanda vital sehingga tidak menggangu.
Dalam penelitian oleh Kelmanson, dan Adules (2003) membuktikan bahwa
stres yang terjadi pada BBLR disebabkan oleh lingkungan perawatan
intensif. Stres pada bayi dapat diobesrvasi dari perilaku tidur terjaga dimana
waktu istrahatnya lebih pendek karena seringkali terjaga dan fase tidur dan
istirahat bayi sangat penting untuk tumbuh dan berkembang karena pada
saat tidur berlangsung sekresi hormon peertumbuhan dan immunitas tubuh
lebih banyak disekresikan. Ward, Clarke dan Linden, (2009) menambahkan
pula bahwa fase tidur akan mempercepat pembentukan memori dan jalur-
jalur memori jangka panjang serta memicu preservasi plasitisitas saraf otak
sehingga otak mengalami maturasi.
Selanjutnya yang dikelola adalah bagaimana memfasilitasi keterikatan atau
interaksi orang tua-anak yang bertujuan dapat berupa memberikan
kesempatan orang tua untuk berkunjung dan berinteraksi melalui taktil dan
perawatan metode kangguru untuk mendukung proses adaptasi bayi dan
orang tua terhadap kehadiran serta penerimaan kehadirang satu sama lain
(Lisssuer & Fanaroff, 2009; Wong et al., 2009; Kenner & Mcgrath, 2004).
Penggunaan sarang bayi dan posisi fleksi juga merupakan aspek lain dari
pengelolaan lingkungan perawatan dalam asuhan perkembangan
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
26
Universitas Indonesia
dimaksudkan untuk memberikan suasana sebagaimana BBLR masih
didalam kandungan yaitu dalam kondisi fleksi dan diliputi oleh selaput
ketuban. Selain itu perilaku BBLR cenderung saat lahir kurang aktif dan
tonus otot yang lemah dan posisinya tidak fleksi(Lissauer & Fanaroff,2009).
Posisi fleksi atau lebih dikenal dengan midline control adalah posisi yang
terapeutik karena dapat mendukung regulasi diri dalam beradaptasi terhadap
stimulus dari lingkungan, kemudian bayi difasilitasi untuk meningkatkan
aktivitas kemulut dan dapat menstimulasi reflek-reflek pada mulut seperti
reflekrooting, reflek hisap dan menelan,serta posisi jari dalam kondisi
menggenggam (Kenner & McGrath, 2004; Wong et al.,2009).
Kemampuan BBLR menghisap tangan memeperlihatkan upayanya untuk
menenangkan diri atau regulasi diri, dan menangis adalah upaya untuk
memberi sinyal kebutuhannya untuk diperhatikan. Sederhana, nemun
merupakan kegiatan bayi yang sangat berarti, dan tanpa kita sadari
merupakan pekerjaan seorang bayi. Kemampuan lingkungan, pengasuh serta
anggota keluarga untuk memahami dan memberikan respon yang tepat,
menjadikan hal ini sebagai suatu proses yang interaktif, dimana selanjutnya
dapat meningkatkan kemampuan pengasuh dalam memahami kebutuhan
bayi (Karunia, 2013).
Adanya kemampuan regulasi diri ini merupakan kesiapan bayi untuk
berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Bobak, Lowdermilk, dan Jensen
(2005) disebutkan posisi fleksi (midline kontrol) pada bayi baru lahir diduga
berfungsi sebagai sistem pengaman untuk mencegah kehilangan panas
karena posisi ini dapat meminimalkan paparan suhu lingkungan terhadap
permukaan tubuh. Bayi baru lahir mempunyai perbandingan yaitu luas
permukaan tubuh lebih besar dari berat badan (Kosim, 2012).
Pengelolaan lingkungan perawatan intensif yang lain adalah pengaturan
pencahayaan ruangan perawatan dengan memberikan penutup inkubator dan
mengurangi pencahayaan ruang perawatan. Pengaturan pencahayaan untuk
prosedur pengobatan dianjurkan berada pada 60 footcandles (ftc) sedangkan
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
27
Universitas Indonesia
untuk intensitas cahaya untuk lingkungan perawatan BBLR sebesar 10-20
ftc (Kenner & Mcgrath, 2004), sementara fototerapi menghasilkan 300-400
ftc.Paparan intensiitas pencahayaan yang tinggi pada BBLR dapat berakibat
terganggunya siklus tidur-terjaga dan gangguan pada perkembangan irama
diurnal, menurunkan denyut nadi, menurunkan aktifitas. (Blackburn &
Voldenberg,2003 dalam Kenner & McGrath, 2004).
Pengaturan lingkungan dapat juga dilakukan dengan mengelola obat atau
medikasi karena memiliki efek negatif terhadap pertumbuhan, fungsi
fisiolgis, dan perilaku bayi. Oleh sebab itu penting sekali mempertahankan
kestabilan fisiologis dan memonitoring efek samping penggunaan obat.
Penggunaan golongan obat aminoglikoside, seperti gentamicyn seringkali
digunakan untuk infeksi gram negatif, padahal proses maturasi telinga
masih terjadi pada usia pertengahan gestasi, sehingga bila obat diberikanv
pada bayi premature dapat mengakibatkan oto toksik. Hanley dan Rybak,
1993 dalam Kenner & McGrath, (2004)melakukan penelitian terhadap bayi-
bayi yang telah diskrining memiliki pendengaran yang normal setelah
mendapatkan gentamicyn menjadi kehilangan pendengaran; meningkatnya
laju filtrasi glomerulus dan meningkatnya nilai kreatinin bahkan mencapai
nefrotoksik.Penggunaan secara rutin akan berpotensi terhadap kerusakan
organ dan kedepannya menjadi resisten(Kawashiro et al., 1994 dalam
Kenner & McGrath, 2004). Penggunaan diuretik memicu terhadap
gangguan elektrolit, terjadinya insidenrenal kalsifikasi, meningkatnya
kejadian batu empedu atau galacstone. Selain itu obat kortikosteroid yang
memiliki efek hiperglikemi, menekan kelenjar pituitari, demineralisasi
tulang; dan menekan sistem imun.
2.4 Kapasitas Fungsional Bayi
Pemberikan dukungan yang tepat dalam asuhan perkembangan seorang
perawat didasari oleh bayi ketika lahir memiliki aktifitas fungsional yang
harus dia kerjakan. Adapun yang dimaksud dengan aktiftas fungsional bayi
tersebut adalah partisipasi bayi dalam tugas dan aktivitas yang meliputi
procuring, permainan sosial, makan dan permainan eksplorasi diri. Dalam
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
28
Universitas Indonesia
pelaksanaan pekerjaan fungsional tersebut bayi sangat memerlukan
pendukung baik dari faktor bayi sendiri maupun lingkungan.
Faktor pendukung yang berasal dari bayi, digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan fungsionalnya meliputi yaitu: pengaturan diri, stabilitas fisiologis,
keterampilan tonus otot, kekuatan otot, ketahanan, kontrol postural,
perkembangan refleks, kesadaran, status modulasi, transisi, pengolahan
sensori keterampilan perseptual, kognitif, visual, auditori, kontrol oromotor,
perkembangan fisik dan berat badan. Sedangkan elemen pendukung dalam
pelaksanaan aktifitas fungsional yang berasal dari lingkungan adalah 1)
konteks fisik: modulasi lingkungan, tingkat aktifitas, temperatur; 2) konteks
sosial: sensitivitas pengasuh, kehadiran pengasuh, keterikatan pengasuh, dan
jumlah pengasuh; 3) konteks budaya: kepercayaan yang ada, dan adat isitadat;
4) konteks temporal: periode paling fungsional, kebutuhan akan asuhan medis
dan keperawatan, ritme siang malam dan rutinitas (Karunia, 2013).
2.4.1 Procuring
Merupakan aktivitas yang memberi peluang atau kesempatan untuk bayi
agar mampu berinteraksi dengan lingkungannya dengan sikap yang
proaktif dan care soliciting dan bukan sikap yang hanya bereaksi saja
ketika menerima asuhan keperawatan. Bayi menjadi procurer ketika bayi
menunjukkan prilaku yang mampu mengisyaratkan kebutuhannya kepada
pengasuhnya(Karunia, 2013).
2.4.2 Mengeksplorasi diri
Mengeksplorasi adalah kepandaian yang penting dalam mengembangkan
keterampilan menuju perkembangan keterampilan pekerjaan seperti orang
dewasa. Cara utama bayi untuk belajar adalah dengan mengeksplorasi
lingkungan. Kegiatan eksplorasi sensori dianggap elemen yg paling
penting dalam perkembangan keterampilan sensori integrasi pada bayi.
Permainan yang dilakukan antara bayi dan pengasuhnya melibatkan
beberapa bentuk eksplorasi sosial, vestibular/propprioseptif, visual, atau
pendengaran (Kosim, 2012).
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
29
Universitas Indonesia
Pengaturan diri adalah upaya yang dilakukan bayi seperti pengaturan
mood,upaya menenangkan diri, dapat mengontrol perasaan gembira,
mampu mengatasi perubahan dalam setiap aktivitas. Pada umumnya bayi
dapat menenangkan dirinya dengan cara memasukkan tangannya kedalam
mulut untuk dihisap, menyentuh tangan mereka, menggoyang-goyangkan
tubuh mereka dan memberikan ransangan pada penglihatan dan
pendengaran mereka. Kepandaian ini tentunya tidak dapat dilakukan pada
bayi yang mengalami gangguan regulasi diri. kemarahan atau kekecewaan
mereka, membuat bayi semakin sulit ditenangkan, sehingga butuh usaha
yang luar biasa agar ketenangan diperoleh kembali. Perkembangan kontrol
internal dan kemampuan kognitif yang sesuai dapat membantu anak
dengan gangguan regulasi untuk bisa lebih mentolerir perubahan dan
memodulasi stres (Karunia, 2013).
2.4.3 Interaksi Sosial
Kepandaian aktifitas interaksi sosial pada awal kehidupan adalah sebagai
dasar terbentuknya pola interaksi sosial yang baik saat dewasa.
Keberadaan pengasuh memberikan dampak terhadap interaksi sosial di
ruang perawatan dengan 3 cara yaitu: 1) pengasuh tidak pernah
memberikan interaksi sosial yang positif; 2) pengasuh yang berganti-ganti
secara konstan; 3) pengasuh tidak hadir saat bayi membutuhkannya.
Interaksi inilah yang menyebabkan partisipasi dalam aktivitas interaksi
sosial lebih sulit pada bayi yang dirawat diruang perawatan, NICU
(Karunia, 2013).
Kualitas interaksi internal juga memberikan dampak kepada partisipasi
bayi. Partisipasi bayi akan semakin kuat ketika memorinya menemukan
pengalaman yang menyenangkan. Ketika hal ini terjadi bayi dapat
menanggapinya secara adaptif dengan meningkatkan dan memperkaya
partisipasinya dalam aktifitas ini. Penguatan yang bersamaan
memungkinkan ibu dan bayi untuk belajar saling menginterpretasikan
isyarat sosial masing-masing (Lissauer & Fanaroff,2009).
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
30
Universitas Indonesia
2.4.4 Makan
Makan adalah salah satu kepandaian utama bayi. Ketika bayi belajar
makan,maka ia terlibat aktif dalam membangun hubungan dengan
keluarga, saat inilah bayi mempelajari nilai-nilai dan keinginan keluarga
yang berhubungan dengan makan. Walaupun bayi bergantung kepada
orang lain saat ia membutuhkan makan, bayi belajar dalam proses
pemberian makanan dengan memberikan sinyal kepada pengasuh ketika
merasa lapar dengan cara bangun, rewel, tangan dimulut dan menangis.
2.5 Evaluasi Aktivitas Fungsional
Aktivitas fungsional didasari oleh banyak faktor dan kompleks. Berbagai
faktor seperti maturasi struktur sistem saraf, hubungan fisik anggota tubuh,
latihan keterampilan, perbaikan kemampuan spesifik (sensorimotor, kognitif,
perseptual, emosional, dan sosial) dan konteks lingkungan, saling berkaitan
dan berinteraksi dengan konstan memperkaya aktivitas fungsional bayi.
Faktor lain seperti kesadaran dan awitan, membantu keterikatan bayi dalam
aktivitas dan menurunkan jumlah waktu yang dihabiskan untuk tidur atau
tugas yang kurang aktif. Penentuan kapan saat intervensi dini diberikan pada
bayi, perlu memperhatikan kompleksnya perkembangan dan menganalisis
penampilan aktivitas (Karunia, 2013).
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
31
Universitas Indonesia
Tabel 2.5 Analisis Cara Bayi Melakukan Aktifitas Fungsional
Tujuan Aktifitas Fungsional Aktifitas Yang Mendasari
Memberi sinyal
kepada pengasuh
saat ingin makan
Mencari payudara
Menangis
Menggeliat-geliat
Menghisap tangan yang
mengepal
Kesadaran
Perkembangan refleks
Pengolahan sensori
Kontrol motor
Regulasi sosial dan emosional
State modulation
Mencari
Kenyamanan
Kontak mata
Tersenyum atau menangis
Cuddling
Mengadopsi postur fleksi
Kesadaran
Regulasi diri
Pengolahan sensori
Kontrol motor
Regulasi sosial/emosional
State modulation
Mencari
kesempatan untuk
mengeskplorasikan
Melempar tangan/menendang-
nendang
Meraih
Stretching
Visuality fixating
Mengamati secara visual
Kesadaran
Keterampilan kognitif
Keterampilan persepsi
Keterampilan visual
Pengolahan sensori
Kontrol motor.
Sumber : Karunia ( 2013)
2.6 Intervensi Perkembangan
Program intervensi dini di ruangan perawatan ditujukan untuk memperbaiki
kekurangan stimulasi yang dialami oleh bayi prematur. Program memperkaya
sensori dengan stimulasi multi sensoris dapat berupa stimulus taktil dan
kinstetik. Program ini dimulai oleh perawat dan secara bertahap digantikan
oleh orang tua. Tujuan umum intervensi dini perkembangan di dalam ruang
perawatan adalah sebagai berikut: 1) mengembangkan kemampuan organ
isasi perilaku 2) menstimulasi interaksi orang tua-bayi; 3) mempromosikan
perilaku regulasi diri melalui modifikasi lingkungan; 4) memfasilitasi
keselarasan postur dan pola gerakan normal melalui penanganan terapeutik
dan posisi terapeutik; 5) meningkatkan kepandaian oromotor dan pemberian
makanan secara oral; 6) meningkatkan reaksi visual dan auditori;7) mencegah
abnormalitas muskuloskletal; 8) berpartisipasi dalam kerjasama antar disiplin
ilmu atau instansi untuk memfasilitasi transisi ke lingkungan rumah (Field,
2003; Karunia, 2013).
2.6.1 Intervensi Regulasi Diri
Beberapa cara dapat digunakan untuk menurunkan sensitivitas yang
berlebihan pada bayi. Memberikan ransangan proprioseptif dan taktil yang
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
32
Universitas Indonesia
teratur dan dalam akan meredakan prilaku melawan, dibanding
memberikan sentuhan ringan saat penanganan yang sering mengacaukan.
Bayi akan lebih mudah menerima taktil yang dalam dan lebih terorganisir
(Brazelton, 1995; Field et al., 2007).
Kelahiran prematur diikuti dengan terpisahnya bayi dari orang tuanya,
menunjukkan efek yang negatif terhadap perkembangan hubungan ibu-
bayi. Kelahiran prematur menghalangi bayi mendapat lingkungan yang
protektif dan kenyamanan dari rahim ibu dan juga manfaat-manfaat lain
yang diperoleh dari kedekatan ibu. Banyak studi yang
mendokumentasikan efek negatif halangan sosial dari respon sosial dan
fungsi psikologis. Pemisahan awal yang terjadi dalam kehidupan dapat
mengganggu kemampuan anak untuk memberikan respon terhadap isyarat
sosial dikemudian hari. Terapi pijat merupakan sebuah prosedur yang
menyerupai penanganan terapeutik, diketahui dapat mempromosikan
pertumbuhan dan perkembangan, maturasi siklus tidur dan meningkatkan
interaksi ibu-bayi.
Dua dekade terakhir, telah banyak peneliti yang menemukan bahwa
memijat bayi yang stabil saat bayi masih dirawat di NICU memberikan
manfaat berupa penambahan berat badan yang berkaitan dengan
peningkatan aktivitas vagal dan motilitas lambung yang lebih besar,
meningkatkan immunitas, meningkatan perkembangan motorik. Hal ini
berhubungan dengan aktifitas sistem saraf parasimpatis dan mengurangi
stres. Orang tua bayi dapat dilatih untuk memijat bayinya ketika
menjenguk bayinya dan setelah keluar rumah sakit (Hernandez et al.,
2005).
2.6.2 Mengatur Posisi Bayi
Tindakan mengatur posisi bayi akan mempengaruhi sejumlah area yang
terlibat dalam pemenuhan kapasitas fungsionalnya. Posisi yang sesuai
sangat penting untuk kesejahteraan bayi dalam ruang perawatan, dalam
jangka waktu yang panjang atau pendek. Mengatur posisi bayi dapat
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
33
Universitas Indonesia
mempengaruhi sistem tubuh: otonom/fisiologis, neuromotor, tingkatan,
interaktif, regulasi diri.
Teknik mengatur posisi yang adaptif adalah bentuk intervensi yang
memungkinkan bayi mengembangkan respon adaptif. Postur terbaik untuk
mencapai tujuan-tujuan ini secara bersamaan adalah fleksi fisiologis
simetris dengan leher dalam posisi sedikit fleksi kurang dari 30 derajat,
bahu terulur, pelvis dinaikkan dan tangan dekat kewajah pada garis tengah
tubuh. Bayi perlu dibantu untuk mencapai postur ini dalam semua posisi,
seperti tengkurap, berbaring satu sisi atau terlentang.
2.7 Integrasi Model Myra E. Levine dalam Proses Keperawatan
Model konservasi Levine memiliki 3 konsep utama yakni adaptasi, keutuhan
dan konservasi. Keutuhan adalah suatu sistem yang terbuka, dimana terdiri
dari komponen-komponen yang bila disatukan maka akan menjadi suatu
kesatuan yang utuh, digunakan untuk menghadapi perubahan lingkungan.
Berhasil atau tidaknya suatu proses interaksi antara bayi prematur dengan
lingkungan tergantung dari adaptasi (Tomey & Alligood,2006). Terdapat
tiga karakteristik adaptasi yaitu : 1) Historisitas, bahwa respon adaptif
sebagian manusia juga dipengaruhi oleh genetik dan riwayat masa lalu. Bayi
dengan berat lahir rendah mewarisi genetik dari orang tua; 2) Kekhususan,
respon adaptasi setiap individu bersifat khusus dan unik; 3) Redundansi,
artinya pengambil alihan oleh sistem lain untuk melakukan adaptasi, bila
terdapat suatu sistem yang tidak dapat melakukannya.
Kemampuan bayi prematur untuk beradaptasi sangat lemah, hal ini karena
terdapatnya ketidakatuan pada beberapa sistem organ. Kondisi bayi dengan
ketidakmampuan melakukan adaptasi dengan cepat ini membuat bayi belum
mampu mencapai tugas-tugas perkembangannya. Levine meyakini bahwa
individu akan berusaha mempertahankan sistem dan interaksi yang terus
menerus dengan lingkunganya dan melakukan upaya penghematan energi
demi menjaga integritasnya.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
34
Universitas Indonesia
Sumber energi didalam tubuh tidak dapat langsung diamati baik pembentukan
maupun pemakaiannya, tetapi ketika sumber energi tersebut digunakan maka
terjadilah perubahan energi dimana tanda dan perubahan energi tersebut dapat
diramalkan, dikelola dan dikenali. Tubuh selalu berusaha mencapai antara
pasokan energi dan kebutuhan energi dengan cara yang unik. Pasokkan energi
diperoleh dari cairan, oksigen dan asupan nutrisi (Alligood, 2010). Adapun
tujuan dari perawatan BBLR adalah selalu melakukan konservasi energi
dengan cara mempertahankan suhu lingkungan yang hangat, pemberian
oksigen dan pembatasan implementasi semua aktivitas yang dapat
meningkatkan konsumsi oksigen dan kalori.
2.7.1 Prinsip-Prinsip Konservasi
Empat prinsip konservasi menurut Levine adalah konservasi energi,
konservasi integritas struktur, konservasi integritas personal dan
konservasi integritas sosial. Konservasi energi ditujukan untuk menjaga
keseimbangan energi sehingga pengeluaran energi sesuai dengan yang
masuk. Pada bayi prematur biasanya nutrisi diperoleh melalui parenteral
maupun enteral karena seringkali secara oral belum dapat memenuhinya,
sehingga nutrisi dihitung berdasarkan berat badan. Bila kebutuhan nutrisi
sudah dihitung sementara tidak memperhitungkan kondisi bayi seperti
sesak nafas, demam, sepsis dan penyakit lainnya serta banyak prosedur
yang dialami bayi, maka akan meningkatkan pemakaian energi sehingga
yang terjadi adalah pemakaian energi cadangan dengan cara katabolisme
(Gomella, Cuningham & Eyal, 2013). Oleh sebab itu peran perawat dapat
melakukan konservasi energi dengan cara menghemat energi pasien
dengan memberikan bantuan nafas, mengatasi demam, memfasilitasi
untuk periode istirahat memberikan posisi yang nyaman, memberikan
ketenangan, agar pemakaian energi tidak berlebihan. Selanjutnya yang
tidak kalah penting adalah kebutuhan kalori untuk energi BBLR
hendaknya memperhitungkan berat nya penyakit dan juga faktor-faktor
lain yang mempengaruhi sehingga energi yang diberikan mencukupi,
selain itu adalah memastikan bahwa kebutuhan bayi dapat terpenuhi
dengan baik.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
35
Universitas Indonesia
Konservasi integritas struktur bertujuan agar dapat mempertahankan atau
memperbaiki atau penyembuhan struktur dan fungsi tubuh yang rusak
melalui konservasi dalam mempertahankan keutuhan (Levine,1991). Pada
BBLR disamping struktur organ yang belum matur begitu juga dengan
struktur tubuh lainnya sehingga beresiko terjadinya kerusakan seperti
strukur kulit yang tipis, lembab, selalu terlibat dalam prosedur invasif, daya
tahan yang lemah. Ketika permasalahan terjadi secara struktur hal ini juga
akan meningkatkan pemakaian energi sehingga berakibat terhadap
keseimbangan energi. Perawat dapat melakukan pembatasan terhadap
jaringan yang terlibat dalam penyakit dan dengan cepat mengenali tanda-
tanda perubahan fungsi tubuh yang terjadi.
Konservasi integritas personal menurut Levine adalah suatu bentuk
penghargaan terhadap identitas personal bayi klien, harga diri klien,
perasaan yang dirasakan oleh klien serta menghargai hak klien dalam
pengambilan keputusan untuk menentukan nasibnya sendiri (bila klien
dewasa). Konservasi integritas personal termasuk juga didalamnya
menghargai kekhususan setiap individu (Levine, 1990 dalam Tomey and
Aligood, 2010). Walaupun klien adalah bayi, perawat tetap harus
menghormati dan menghargainya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memanggil namanya, menghargai harapan-harapannya seperti kehadiran
orang yang disayanginya, menghargai nilai-nilai yang dimilikinya seperti
bahwa fase oral merupakan hal yang sangat dapat menenangkan dirinya,
memberikan rasa nyaman selama prosedur seperti mengkomunikasikan
setiap apa yang dilakukan, memeluk, menyentuh, memberikan jari untuk
digenggam, memberikan kempeng, serta mendukung mekanisme
pertahanannya dan mengajarkannya bagaimana menemukan ketenangan
serta berespon ketika ia menangis memberitahukan apa yang diinginkannya.
Konservasi integritas sosial adalah suatu bentuk pengakuan seorang
individu yang diakui sebagai bagian dari anggota keluarga,
komunitas/masyarakat, kelompok keagamaan, kelompok etnis dan sistem
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
36
Universitas Indonesia
politik dalam suatu bangsa. Konservasi integritas sosial terhadap BBLR
dapat dilakukan dengan memfasilitasi keluarga untuk hadir dan berinteraksi
dengan BBLR dengan mengajarkan cara berkomunikasi, menyentuh,
memeluk dan mengenal respon yang diberikan pasien. Melibatkan orang tua
dalam aktifitas pemenuhan kebutuhan bayi seperti mengganti popok,
memberi makan, memija. Memfasilitasi metode kangguru atau kontak kulit
ke kulit.
2.7.2 Proses Keperawatan Berdasarkan Model Levine
Elemen dari model konservasi Levine adalah hampir sama dengan elemen-
elemen pada proses perawatan yaitu terdiri pengkajian, menyusun
diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan, melakukan
implementasi dan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
1. Pengkajian
Mengumpulkan fakta-fakta yang sesuai dan mendukung melalui
kegiatan pemeriksaan fisik, wawancara dan mengobservasi tantangan
yang ada dilingkungan dengan mempertimbangkan keempat prinsip
konservasi seperti 1) konservasi energi, dengan mengkaji tantangan
terhadap keseimbangan penyediaan energi dan kebutuhan energi; 2)
integritas struktur, seperti mengkaji tantangan terhadap gangguan
struktur dan sistem pertahanan tubuh; 3) Intergritas personal, dengan
mengkaji tantangan yang dihadapi BBLR dalam mempertahankan
identitas dan harga dirinya dan apa yang dirasakan oleh klien; 4)
integritas sosial, mengkaji tantangan terhadap kemampuan BBLR
untuk berpartisipasi dalam sistim sosial.
2. Trophicognosis/Penetapan Diagnosa
Adalah suatu kegiatan yang meliputi menyusun data-data atau fakta-
fakta yang ditemukan dan bagaimana klien memaknai dan dapat
menggambarkan prediksi yang akan terjadi. Keputusan penetapan
permasalahan dibuat berdasarkan bantuan yang dibutuhkan oleh klien
dan akhirnya terbentuknya diagnosa keperawatan.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
37
Universitas Indonesia
3. Hipotesis/tujuan akhir
Secara langsung menetapkan intervensi dengan tujuan untuk
mempertahankan keutuhan dan mempromosikan adaptasi. Keputusan
yang diambil berdasarkan pendapat atau keputusan pembenaran dari
klien tentang masalahnya. Kemudian perawat menetapkan tujuan dan
solusinya. Selanjutnya ini akan menjadi rencana asuhan keperawatan.
4. Intervensi
Pada elemen intervensi ini yang dilakukan adalah menguji hipotesis
tersebut dengan cara memberikan asuhan keperawatan langsung
berdasarkan prinsip-prinsip konservasi yang ada. Harapannya adalah
yang diharapkan dari pendekatan dengan metode ini adalah dapat
mempertahankan keutuhan, memperbaiki keutuhan dan
mempromosikan adaptasi.
5. Evaluasi
Kegiatan pada tahap eveluasi ini adalah mengobservasi respon yang
ditampilkan klien terhadap intervensi yang dikerjakan meliputi
keempat prinsip konservasi. Tujuan dari pengujian hipotesis ini
dievaluasi dengan mengkaji respon organismik, sehingga dapat dinilai
hipotesis mana yang tercapai dan tidak tercapai. Jika hipotesis tidak
tercapai maka perencanaan direvisi dan dibuat hipotesis baru.
2.8 Aplikasi Kasus Yang Terpilih
Bayi perempuan, Berat lahir 1390 gram, panjang lahir 40 cm,lahir tanggal 2
Januari 2014 pukul 19.10 secara Sectio Caesaria atas indikasi ketuban
pecah dini 3 hari sebelum melahirkan. Cairan ketuban sedikit. Usia gestasi
30 minggu, mendapatkan pematangan paru selama 2 hari. Faktor-faktor
risiko dari ibu bayi: tidak puas ketika buang air kecil,gatal-gatal, keputihan,
demam intrapartum, suhu 38,0˚C.Hasil laboratorium: leukosit 9360 mg/dl
dan urine lengkap normal. Ibu dirujuk dari puskesmas di Jakarta Selatan.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
38
Universitas Indonesia
Saat lahir bayi N menangis lemah, tonus otot letargi, frekuensi denyut jantung
lebih dari 100 kali per menit, merintih, retraksi sternum dan subcostal,nafas
cuping hidung, (nilai skorDown 6), nilai skorAPGAR 5/8. Saturasi oksigen
90%, suhu 36˚C bayi diletakkan di meja penghangat, dimasukkan plastik,
diberi topi, dan riwayat dilakukan pembersihan jalan nafas. Setelah jalan
nafas dibersihkan, bayi terpasang CPAP single nasal prong dengan PEEP 7,
FiO2 21%. Bayi mendapat antibiotik Lini I, kultur darah steril tgl 5 januari
2014.
Riwayat penyakit sekarang: Pasien 33 hari di rawat di NICU dengan
diagnosa medis :Neonatus Kurang Bulan –sesuai masa kehamilan (30 minggu
1390 gram), Sepsis Neonatal Awitan Lanjut akibat infeksi Acinobacter
Baumanii, Cholestatis akibat dari Sepsis, Hyalin Membrana Desease grade
II, Riwayat perdarahan saluran cerna, Riwayat Hipoalbuminemia. Kondisi
By N saat ini usia 30 minggu 54 hari dengan kondisi frekuensi nafas 89 kali
per menit saat tidur, denyut nadi 15 kali per menit, tekanan darah 70/50
mmHg. Saturasi oksigen 90% tidak terpasang alat bantu nafas apapun, nafas
merintih, denyut nadi lebih dari 100 x/menit, retraksi intercostal, bayi pasca
lepas CPAP 1 hari yang lalu, sianosis, desaturasi tidak ada, tropic feeding 8
kali 1 ml, perut kembung, OGT terpasang.
Pengkajian terhadapKonservasi EnergiBy Ny. N sejak lahir hingga usia 52
hari terpasang CPAP, dengan PEEP 5-7 Flow 7 liter per menit, FIO2 21-
40%, dicoba lepas CPAP 1 hari tetapi gagal, saat ini bayi tampak sesak RR=
89 kali per menit, retraksi intercostal, nafas cuping hidung, sianoisis, ronkhi
halus. Konservasi energi terganggu karena keseimbangan eergi tidak
tercapaiketika pemakaian energi jauh lebih besar digunakan untuk
melakukan usaha nafas dan metabolisme tubuh dibandingkan dengan
pemasukkan energi.Untuk kebutuhan energi hanya diperoleh dari perenteral,
disamping karena sejak usia 3 hari bayi memiliki riwayat perdarahan
lambung, nutrisi parenteral juga untuk menjaga agar tubuh tidak berupaya
keras untuk melakukan metabolisme yang akan meningkatkan pemakaian
energi, sehingga bayi dipuasakan, dalam dua hari ini bayi dicoba tropic
feeding 8 kali 1 ml, infus terpasang yaitu PG2 120 ml/KgBB/hari. Asam
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
39
Universitas Indonesia
Amino (4 gr)5,2 ml/jam NAA 2,8 ml/jam. Produksi OGT kecoklatan
sejak 3 jam yang lalu, sehingga bayi dipuasakan kembali. Konservasi energi
terancam apabila pemasukkan energi hanya melalui parenteral dan tidak
terpantau dengan baik.Bayi prematur, terdapat instabilitas suhu, didalam
inkubator, dengan gangguan pernafasan, waktu pengisian kapiler memanjang
lebih dari 3 detik.
Trophicognosis: gangguan pola nafas, resiko terjadinya gangguan
keseimbangan nutrisi dan cairan, tidak efektifnya termoregulasi. Kelima
masalah ini menurut residen sangat mempengaruhi keberlansungan
keseimbangan energi yang akhir akan mengancam keutuhan. Konservasi
integritas struktur: bayi terpasang CPAP dengan PEEP FIO2 40%. Hasil
pemeriksaan foto dada, HMD derajat II.Integritas struktur paru tidak paten
dimana paru tidak dapat mempertahankan alveoli agar tidak kolaps, sehingga
harus dibantu dengan memberikan tekanan positif secara terus menerus pada
jalan nafas.Gangguan struktur ini juga akan mengancam konsevasi energi
dimana oksigen sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh, ketika oksigen
tidak mencukup kebutuhan untuk melaksanakan metabolisme tubuh maka
tubuh akan berkompensasi menggunakan metabolisme anaerob yang
pemakaian energinya jauh lebih besar.
Disamping itu lambung mengalami perdarahan, kembung. Perdarahan ini
akan beresiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan, sehingga
metabolisme tubuh akan terganggu. Pada akhirnya tubuh tidak dapat
melaksanakan konservasi energi.Posisi sering terlentang, plester terpasang
pada tubuh bayi yaitu untuk sensor dan saturasi oksigen. Konservasi
integritas personal: Bayi anak ke 4 dari empat bersaudara, bayi memiliki
regulasi diri yang cukup baik, sering menangis, namun dapat dengan mudah
ditenangkan, tampak aktif, posisi sering terlentang, namun kaki dan tangan
dalam kondisi fleksi karena menggunakan nesting, dan kadang-kadang miring
kesebelah kanan dan tidak pernah miring kekiri, kempeng kadang-kadang
digunakan oleh perawat untuk menenangkan. Bayi tampak tidak nyaman
dengan pemasangan CPAP karena tangannya berusaha untuk menarik nasal
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
40
Universitas Indonesia
prong.Tatapan bayi kurang berbinar, bayi selalu menangis bila
terjaga,terdapat wajah meringis, pernafasan yang tidak teratur.Hal ini
mungkin karena ketidaknyamanan yang dirasakannya dan juga kehausan
karena bayi dipuasakan sehingga tidak ada satupun yang membuat dirinya
nyaman terutama pada rongga mulutnya padahal bayi saat ini berada pada
fase oral. Biasanya bayi sering menangis ketika kempeng terlepas, beberapa
perawat mengatakan agar kempeng diplester saja pada mulut bayi. Namun
terkadang bayi tetap menangis walaupun sudah diberikan kempeng. Bayi
tampak tenang dan regulasi dirinya mulai meningkat ketika posisi diganti
dengan miring kekiri atau kekanan, kemudian sambil menyentuh bayi pada
bokong dan kepala, bayi disenandungkan dengan lembut, bayi tampak
terbantu untuk menenangkan diri. Lengan fleksi, tangannya mengepal kearah
mulut. Berdasarkan hasil observasi selama 20 menit fase tidur tenang lebih
banyak dari pada fase tidur aktif. Residen telah melakukan beberapa
pengelolaan terhadap stimulus dari lingkungan seperti mengatur pencahayaan
dengan menutup inkubator, membuat nesting, melakukan pengelolaan waktu
dalam pelaksanaan asuhan dan prosedur medis dan diagnostik.
Konservasi integritas sosial: orangtua bayi tidak pernah berkunjung sejak
pindah ke ruangan SCN 2. Menurut perawat di NICU orang tua memang
jarang berkunjung, begitu juga nenek atau kakek serta kerabat si bayi. Ketika
penulis mencoba menghubungi orang tua mengatakan belum bisa datang
karena ayah bayi sibuk bekerja sedangkan ibu bayi mengurus keluarga
dirumah.Residen sudah mencoba berulangkali menghubungi tetapi tidak aktif
dan kadang tidak diangkat. hanya bisa bertemu orang tua ketika bayi
direncanakan untuk dilakukan tranfusi tukar dalam mengatasi sepsis yang
tidak teratasi walau sudah dengan antibiotik lini III.
Pelaksanaan intervensi keperawatan disesuaikan dengan struktur kebijakan
yang administratif, ketersediaan alat, dan pengembangan standar
keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan pada Bayi Ny. N selama 12
hari yaitu dari tanggal 24 Februari sampai dengan 7 Maret 2014, berdasarkan
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
41
Universitas Indonesia
pada intervensi pada masing-masing trophicognosisyang ditemukan. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada lampiran.
Evaluasi:perawat mengevaluasi respon organismik yang ditampilkan baik
pada saat intervensi diberikan maupun setelah intervensi dilaksanakan.
Respon orgnismik di observasi dan dianalisa apakah telah sesuai dengan
hipotesis yang telah ditetapkan dan mencapai kriteria hasil, bila tercapai maka
dikatakan trophicognosis sudah teratasi, tetapi bila respon organismik
memperlihatkan tidak ada pencapaian sama sekali sebagaimana yang
ditetapkan pada hipotesis dan kriteria hasil, maka pengkajian dilakukan
kembali dan menetapkan keputusan klinik serta melakukan perubahan
trophicognosis: Indikator keberhasilan intervensi ditentukan dengan respon
organismik bayi. Pada hasil evaluasi respon organismik diperlihatkan bayi
tampak tenang, posisi tidur fleksi, tidak ada distres pada tanda-tanda
haemodinamik, perilaku bayi terorganisir, regulasi diri cukup baik, mampu
untuk procuring, tonus otot baik, reflek hisap, reflek rooting dan reflek
menelan baik, perdarahan di OGT tidak ada lagi. Hasil pemeriksaan kultur
darah adalah steril. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
Skema 2.1
Diagram Konsep ASUHAN PERKEMBANGAN dalam s Model of Nursing (2004)
dalam McEwen & Wills, 2011).
IMMATURITAS
FISIOLGIS
IMMATURITAS
STRUKTUR
BBLR DI DALAM
NICU
IMMATURITAS
NEUROLOGI
DISRUPTION
FAMILY
SYSTEM
KONSEPSI
LINGKUNGAN
EKSTRAUTERIN
KOMPETENSI INTRAUTERIN
Adaptasi :
konservasi
energi,
integritas
struktur,
integritas
personal, dan
sosial melalui
ASUHAN
PERKEMBAN
GAN BAYI MATUR
BBLR
STATUS
FISIOLOGIS
STABIL
MINIMAL
INJURY
SEHAT
KOMPE
TENSI
NEURO
DEVELO
PMENT
AL
SISTEM
KELUARG
A, STABIL
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
BAB 3
PENCAPAIAN KOMPETENSI
Bab ini akan menguraikan tentang kompetensi perawat spesialis keperawatan
anak yang telah dicapai selama melaksanakan praktek residensi. Adapun
pencapaian kompetensi tersebut dilaksanakan sesuai dengan peran residen sebagai
perawat profesional.
Perawat spesialis anak terlibat dalam semua aspek pertumbuhan dan
perkembangan anak dan keluarga. Perawat spesialis anak adalah seorang yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan klinik pada keperawatan anak yang
diperolehnya dari proses pendidikan dan pengalaman praktek klinik yang
mendalam di bidang keperawatan anak. Perawat spesialis anak memiliki tanggung
jawab untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas berdasarkan
perannya. Menurut International Council Nursing (ICN) tahun 2009 tentang peran
perawat kompetensi perawat spesialis anak adalah praktisi asuhan keperawatan,
edukator, konselordan peneliti.Spesialis perawat anak harus secara langsung
menampilkan pertanggungjawabannya kedalam perannya. Kompetensi perawat
spesialis anak tergambar pada peran yang dilakukan oleh residen dalam
pemberian asuhan keperawatan meliputi empat domain adalah sebagai berikut:
3.1 Peran Ners Spesialis Anak
3.1.1 Pemberi Asuhan Profesional
Dalam melaksanakan praktek profesionalnya dalam kesehatan anak,
perawat spesialis anak harus memilki kompetensi; 1) bekerja sesuai fungsi
dan perannya harus berdasarkan undang-undang, standar dan kebijakan
dalam bidang kesehatan anak-anak;2) memperlihatkan justifikasi nilai etik
dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak; 3) memberikan
perlindungan terhadap hak-hak anak dan keluarganya sebagaimana yang
disampaikan oleh world health organisation (WHO);4) menghargai
keutuhan dan integritas anak dan keluarga termasuk nilai-nilai spiritual
dan budaya; 5) Menampilkan asuhan keperawatan anak dan keluarga
berdasarkan pengetahuan yang komprehensif didukung oleh pengalaman
dan penggunaan ilmu yang telah didapatnya secara efektif
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
44
Universitas Indonesia
mengkoordinasikan dan mengelola asuhan keperawatan anak dan
keluarga, mampu mengenali kebutuhan unik dari anak dan peran keluarga;
menggunakan reflektif, berpikir kritis dan pemecahan masalah berdasar
praktek berbasis ilmiah, meningkatkan kemampuan pengambilan
keputusan dan mampu mengembangkan protokol kliniknya.
Peran sebagai pemberi asuhan langsung residen laksanakan sepanjang
praktek residensi berlangsung, kegiatan tersebut menggunakan metode
proses keperawatan yang meliputi pengkajian sesuai dengan teori yang
residen pelajari yaitu model Levine, yang meliputi 4 konservasi yaitu :
konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi personal dan
konservasi sosial, kemudian menegakkan trophicognosis,membuat
hipotesis dan intervensinya kemudian melakukan evaluasinya.
Dalam pelaksanakan asuhan keperawatan terhadap lima kasus yang
terpilih, memiliki latar belakang yang berbeda-beda namun asuhan
keperawatan yang diberikan memiliki tujuan yang sama yaitu pemenuhan
kebutuhan asuhan perkembangan bayi selama dirawat di rumah sakit
disamping kebutuhan lainnya seperti oksigenasi, cairan, nutrisi,
termoregulasi, dan penatalaksanaan komplikasi.
Asuhan perkembangan yang penulis lakukan, bertujuan untuk
mempertahankan keutuhan.Masalah keperawatan yang telah penulis
identifikasi terhadap lima kasus terpilih tersebut dengan diagnosa medis:
1) Neonatus kurang bulan (NKB) – sesuai masa kehamilan (SMK) dengan
HMD grade II; 2) NKB-SMK dengan PJB Acianotik, TSK Sindroma
Down;3) Bayi NKB-SMK dengan tersangka Sindroma Edward4) NKB-
SMK 33 minggu dengan hiperbilirubin 5)NKB-SMK dengan TTN
Kompetensi yang residen terapkan lainnya adalah memberikan asuhan
pada keluarga agar proses perlekatan ibu dan BBLR terpenuhi dan
membantu keluarga dalam menghadapi peran dan tugas
perkembangannya, seperti menjelaskan apa yang terjadi pada BBLR dan
perjuangan yang telah dihadapi BBLR akibat dari permasalahan yang
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
45
Universitas Indonesia
timbul, pentingnya kehadiran orang tua bagi BBLR dan apa yang harus
dilakukan keluarga ketika berinteraksi dengan bayinya. Memfasilitasi
orang tua untuk mau menyentuh bayi, berkomunikasi dengan bayi, dan
mendampingi keluarga ketika dibutuhkan.
Selain kemampuan dalam memberikan asuhan, kompetensi residen yang
lain yang berkembang adalah kemampuan secara teknis atau prosedur
rumah sakit. yang dilakukan sesuai standar operasional prosedur yang
telah ditetapkan atau sudah dibuktikan berdasarkan pembuktian ilmiah.
Adapun keterampilan prosedural yang telah residen lakukan adalah
keterampilan resusitasi bayi, mensetting ventilator, menganalisis hasil
tampilan di monitor. memasang sirkuit CPAP, HFN, mengambil spesimen
darah arteri dan vena, urine steril, sputum, faeces, memasang infus,
memberikan medikasi, melakukan penghisapan sekret. Namun residen
hanya mampu membantu saja ketika melaksanakan prosedur intubasi,
lumbal pungsi, kateter umbilikal, pemasangan percutaneus central venous
catetar, plural kateterisasi, dan tranfusi tukar. Dalam hal ini residen belum
mencapai kompetensi tersebut diatas.
3.1.2 Sebagai Pendidik
Peran perawat spesialis anak sebagai pendidik dilakukan dengan
memenuhi beberapa kompetensi-kompetensi yang harus dicapai menurut
ICN (2009) yaitu mampu menggunakan strategi edukasi, pendekatan dan
materi yang tepat dan bertujuan memampukan anak dan keluarga untuk
dapat mengambil keputusan terhadap kesehatan mereka; mampu
mengaplikasikan konsep kerja yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan
asuhan keperawatan anak dan keluarga; menjadi panutan dan pembimbing
bagi mahasiswa keperawatan dan perawat; mendemonstrasikan komitmen
yang berlangsung terus menerus untuk mengembangkan pendidikan dan
pengembangan profesi; selalu melakukan pengkajian diri dan kelompok
dalam rangka perbaikan diri dengan memperlihatkan prilaku asertif,
fleksibel, percaya diri dan sensitif terhadap perubahan; mengedukasi
profesional lain dan publik tentang kesehatan anak dan keluarga.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
46
Universitas Indonesia
Dalam hal ini residen telah mencoba melakukan beberapa kompetensi
terkait peran sebagai pendidik yaitu terhadap orang tua yang memiliki bayi
BBLR residen memberikan pendidikan tentang perawatan BBLR,
perawatan metode kangguru, pemberian makan personde, mengenali
isyarat bayi, memberikan stimulasi yang menyenangkan pada bayi, cara
menenangkan bayi, cara memerah ASI. Dalam hal penyampaian materi,
pada kasus terpilih yaitu bayi N, residen melakukan peran sebagai advokat
ketika memfasilitasi orang tua bayi bertemu dokter yang menanganinya.
Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk mendapatkan penjelasan tentang
tindakan tranfusi tukar, oleh sebab itu residen mendampingi orang tua
dalam menerima penjelasan, kemudian memastikan orang tua sudah
mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya tentang pengertian, tujuan,
manfaat dan kerugian serta komplikasi yang mungkin terjadi ketika
tindakan tranfusi tukar dilaksanakan dan setelahnya. Kemudian residen
menanyakan kepada orang tua apakah mereka mengerti dan bila belum
maka pada bagian mana yang harus diulangi kembali oleh dokter.
Selanjutnya residen dan dokter memberikan kesempatan orang tua untuk
membahasnya terlebih dahulu dan memutuskan. Kemudian
mempersilahkan orang tua untuk menandatangani persetujuan tindakan.
Begitu juga dengan pasien yang lain, ketika orang tua berkunjung residen
selalu memfasilitasi untuk bertemu dengan dokter untuk menjelaskan
penyakit anaknya.
Terhadap kasus kelolaan dalam menerpakan praktek berbasiskan ilmiah,
saya mengedukasi menggunakan media elektronik, booklet, demonstrasi
dengan model, redemonstrasi oleh keluarga dan pendampingan yang pada
akhirnya keluarga mampu melakukan secara mandiri. Aspek lain yang
residen lakukan adalah memastikan klien dan keluarga telah memperoleh
informasi yang adekuat tentang tindakan medik dan perawatan sebelum
prosedur medik dan keperawatan dilakukan. 2) Terhadap perawat di
ruangan dan profesional lainnya, residen telah berbagi ilmu pengetahuan
tentang praktik berbasis ilmiah seperti cara pengambilan darah
menggunakan penusukan di tumit, cara melakukan taktil kinestetik,
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
47
Universitas Indonesia
perawatan satu sarang burung pada bayi kembar. Selanjutnya residen
melakukan kompetensi edukasi terhadap perawat baru yang sedang
pelatihan yaitu tentang cara menghitung intake out put yang akurat,
menghitung kebutuhan obat yang akan diberikan, menganalisa hasil AGD,
melaksanakan taktil kinestetik pada bayi prematur, mengenali isyarat dari
bayi dan pemeriksaan skor Ballard.
Kompetensi lain yang residen lakukan adalah bersama-sama residen lain
dalam kelompok perinatologi mencoba terus menerus memperbaiki dan
mengembangkan diri melalui: penyampaian refleksi diri dan refleksi jurnal
yang terbaru; mengikuti kegiatan membaca jurnal dan pelatihan NICU
yang diadakan di perinatologi.
3.1.3 Konseling dalam Praktek Keperawatan Anak
Kompetensi yang harus dicapai menurut ICN (2009) adalah mampu secara
efektif melakukan komunikasi terhadap anak dan keluarga, menggunakan
teknik yang sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya;
memampukan anak dan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan
kesehatan melalui negosiasi hubungan yang baik; mampu berpartisipasi
secara efektif didalam kelompok antar disiplin ilmu; memperlihatkan
pengetahuan dan kemampuan klinik yang baik dalam melakukan konseling
dan terapeutik; memampukan anak dan keluarga dalam pemberian asuhan
keperawatan, melakukan advokasi terhadap anak dan keluarga disetiap
tahap keamanan perkembangan, implementasi dan evaluasi.
Disamping itu, perhatian terhadap kebutuhan emosional membutuhkan
dukungan dan terkadang konseling, hal ini dilakukan dengan pendekatan
individu oleh perawat anak. Perawat dapat memberikan dukungan dengan
mendengar, menyentuh, selalu berada dekat pasien, sentuhan dan
kehadiran perawat paling membantu psikologis anak karena hal ini dapat
memfasilitasi komunikasi non verbal. Konseling selalu melibatkan
pertukaran ide dan opini yang saling membangun dan menyelesaikan akar
permasalahan dari klien dan keluarga. Penyelesaian masalah tersebut
memerlukan dukungan, seni dan teknik yang digunakan merupakan kunci
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
48
Universitas Indonesia
utama perawat dalam memberikan bantuan sehingga keluarga mampu
mengekspresikan peraasaanya dan koping menjadi lebih positif terhadap
stress yag terjadi ketika merawat anak. Paling penting tidak hanya
membantu keluar dari krisis tetapi juga mendorong kelurga mencapai
fungsinya yang paling tertinggi, mendapatkan rasa percaya diri yang lebih
besar dan hubungan keluarga yang lebih erat.
Residen dalam peran sebagai konselor telah mencoba melakukan beberapa
kompetensi seperti selalu memberi dukungan psikososial ini hampir setiap
kasus kelolaan. Sebagaimana diyakini bahwa kondisi sakit selalu
menimbulkan masalah psiko sosial. Masalah psikososial pada anak dan
keluarga dapat diatasi dengan membangun hubungan yang terapeutik.
Hubungan yang terapeutik merupakan esensi dasar terhadap asuhan
keperawatan yang berkualitas tinggi. Perawat spesialis anak membutuhkan
hubungan yang bermakna antara anak dan keluarga sehingga perawat anak
dapat mendengarkan perasaan mereka. Hubungan terapeutik diartikan
sebagai hubungan yang bermakna positif dan profesional (Hockenberry
& Wilson, 2009).
Berperan dalam membina hubungan yang terapeutik ini residen lakukan
ketika merawat pasien baik di PICU, non infeksi dan juga di perinatologi.
Residen menghabiskan beberapa waktu bersama dengan keluarga untuk
menggali apa yang dirasakan orang tua seperti penyesalan, rasa bersalah,
rasa marah terhadap diri sendiri, menyalahkan orang lain, merasa tidak
mampu, serta mengungkapkan harapan yang diinginkan dari perawatan
ini. Kemudian residen mencoba menganalisa bersama-sama orang tua
untuk melihat hal-hal positif apa yang telah diperolehnya dari setiap
kejadian. Pada akhirnya orang tua dapat merasa bebannya berkurang, dan
mengatakan semakin banyak bersyukur terhadap apa yang telah Tuhan
berikan untuk mereka dan anaknya. Bahkan hubungan ini mendatangkan
hal yang positif pada residen sendiri, karena banyak balajar dari keluarga
dan pasien dimana masih tetap mampu bersabar dan ikhlas menjalani
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
49
Universitas Indonesia
cobaan dan selalu berusaha. Hubungan ini semakin erat dan saling
memiliki ikatan satu sama lain.
3.1.4 Sebagai Koordinator
Perawat berkolaborasi dan berkoordinasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan yang profesional. Bekerja sendiri tidak memberikan hasil
yang terbaik bagi keperawatan anak. Konsep perawatan holistikhanya bisa
direalisasikan melalui pendekatan interdisiplin dalam satu kesatuan.
Kegagalan untuk mengenal batasan kerja dapat mengakibatkan hubungan
yang tidak membangun. Perawat bekerja saling ketergantungan
berkolaborasi dalam mengkaji kebutuhan dan intervensi yang dibutuhkan
sehingga akan dihasilkan asuhan keperawatan yang benar-benar
dibutuhkan oleh anak.
3.1.5 Sebagai Peneliti
Sebagai sebuah profesi dan cabang ilmu pengetahuan, keperawatan harus
terus melakukan upaya untuk mengembangkan dirinya. Berbagai
tantangan, persoalan dan pertanyaan seputar keperawatan harus mampu
dijawab dan diselesaikan dengan baik. Salah satunya adalah melalui upaya
riset. Riset keperawatan akan menambah dasar pengetahuan ilmiah
keperawatan dan meningkatkan praktik keperawatan bagi klien.
Selama melaksanakan praktik, residen tidak melakukan penelitian tetapi
melakukan penerapan praktek berbasis bukti (EBP) dan kemudian
menganalisis hasil observasi terhadap klien kelolaan yang mendapatkan
taktil kinetetik., menerapkan hasil penelitian dan melakukan sosialisasi
EBP kepada perawat ruangan, dengan harapan dapat diterapkan untuk
mengatasi masalah klien. Sosialisasi EBP di ruang non infeksi yang telah
dilakukan antara lain tentang dokumentasi intake output cairan pada anak
dengan keganasan yang dilakukan kemoterapi, dan pengukuran tekanan
darah secara manual yang dibandingkan dengan pengukuran secara digital
dalam angka mengurangi efek traumatic pada anak.. Kemudian di
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
50
Universitas Indonesia
perinatologi residen menerapkan EBP tentang taktil kinestetik oleh ibu
dalam rangka meningkatkan kualitas tidur.
3.2 Target Kompetensi Sesuai Area Peminatan Selama Praktik Residensi
Target kompetensi praktik residensi dicapai melalui dua tahap pelaksanakan
yaitu praktek residensi I dan residensi II di unit atau ruangan sesuai dengan
area peminatan residen. Residen memilih area peminatan yaitu PICU, non
infeksi dan perinatologi dengan peminatan utama adalah area perinatologi.
Residensi dilaksanakan selama 16 minggu. Praktik Residensi dilaksanakan di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, yaitu di ruang Pediatric Intensif
Care Unit (PICU) Gedung A lantai 6 selama 6 minggu, Ruang IKA non
infeksi gedung A lantai 1 selama 6 minggu, dan ruang perinatologi selama 4
minggu. Residensi II (6 SKS) dilaksanakan selama 12 minggu, mulai tanggal
17 Februari sampai dengan 9 Mei 2014. di ruang Perinatologi RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta.
3.2.1 Pencapaian Target Kompetensi di Ruang PICU
Keterampilan/prosedur yang telah dicapai residen di ruang PICU antara
lain residen mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan
kegawatan pernafasan: bayi dengan tuberculosisdan pneumonia atipik,
kegawatan haematologi: hiperleukositosis, thalassemi, kegawatan
kardiovaskuler: decompensasi kordis NYHA IV, septum pada atrium, dan
septum pada ventrikel, kegawatan perkemihan: anak dengan peritoneal
dialisis. Untuk kompetensi prosedural dan teknikal, residen mampu
melakukan resusitasi, mengoperasikan alat pemantau jantung dan
pernafasan, mengoperasikan pompa infus, melakukan pembersihan jalan
nafas secar tertuutup dan terbuka, melakukan perawatan kolostomi,
mengoperasikan alat bantu nafas (ventilator) dengan pendampingan,
mampu mengenali item-item yang harus dipantau dari vantilator,
pengambilan spesimen darah arteri dan vena, pengambilan spesimen urin
steril dan sputum untuk kultur.
3.2.2 Pencapaian Target Kompetensi di Ruang Non Infeksi
Praktik di ruang non infeksi anak dilaksanakan di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta yang berlangsung selama 4 minggu dari tanggal
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
51
Universitas Indonesia
Oktober sampai dengan November 2013. Keterampilan/prosedur yang
telah dicapai residen selama praktik di ruang non infeksi yaitu melakukan
pemasangan infus, membantu melakukan lumbal punction, memberikan
kemoterapi, memberikan tranfusi darah, mempersiapkan anak untuk
operasi, melakukan perawatan luka, melakukan terapi bermain,
melakukan inhalasi, memonitor pemberian kemoterapi, perawatan pada
klien dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah dan melakukan edukasi
pada klien dan keluarga. Kompetensi sebagai pemberi asuhan yang telah
yaitu merawat anak dengan kasus-kasus non infeksi antara lain merawat
anak dengangangguan sistem hematologi diantaranya hemofilia, gangguan
kardiovaskuler yaitu penyakit dekompensasi cordis jantung rematik;
merawat anak dengan masalah onkologi antara lain leukemia limfoblastik
akut (LLA), akut mieloblastik leukemia (AML), limfoma non hodgkin
(LMNH), rhabdomiosarcoma, yolk sac tumor dan retinoblastoma.
3.2.3 Pencapaian Target Kompetensi di Ruang Perinatologi
Praktik residensi di ruang perinatologi dilaksanakan di ruang perinatologi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta selama 6 minggu pada bulan
Desember 2013 sampai dengan Januari 2014. Keterampilan terknis yang
telah residen capai selama praktik di ruang perinatologi yaitu menilai masa
gestasi bayi dengan menggunakan skor Ballard, melakukan penyuluhan
manajemen laktasi kepada ibu-ibu bayi, melakukan resusitasi pada bayi
baru lahir, mengoperasikan alat bantu nafas seperti HFN, CPAP, ventilator
dengan berbagai mode, mengoperasikan alat pemantau jantung dan
pernafasan, mengoperasikan alat pompa infus, memasang fototerapi,
melakukan pemasangan infus, menggunakan inkubator, menggunakan
penghangat bayi, dan melakukan pembersihan jalan nafas. Selain itu,
selama praktik di ruang perinatologi, residen juga merawat bayi sebanyak
kurang lebih 7 kasus neonatus.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
52
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan mengenai penerapan konsep dan model Levine dalam
pemberian asuhan keperawatan pada bayi dengan kebutuhan asuhan
perkembangan dan pencapaian target selama melakukan residensi ners spesialis
keperawatan anak.
4.1 Aplikasi Model Levine Dalam Pemenuhan Asuhan Perkembangan.
Asuhan perkembangan digambarkan sebagai suatu orientasi perawatan yang
bersifat bersahabat untuk semua jenis prosedur perawatan yang diberikan,
sehingga dapat membangun dan menyiapkan lingkungan yang kondusif bagi
bayi demi tercapainya kondisi stabil dan terorganisir dengan baik.
Kegiatannya meliputi mengelola lingkungan perawatan dan lingkungan sosial
bayi dengan tujuan untuk meminimalkan stressor (Als & Lawhon, 2004
dalam Kenner Mcgrath, 2004). Oleh sebab itu aplikasi pada kelima kasus
kelolaan memberikan perhatian khusus pada kebutuhan asuhan
perkembangan.
Konservasi energi, individu sangat membutuhkan keseimbangan energi dan
pembaharuan energi yang selalu berlangsung secara menetap untuk
mempertahankan aktifitas hidup. Ketika proses yang terjadi adalah pada tahap
penyembuhan dan penuaan, maka hal ini merupakan hambatan bagi energi
tersebut. Konservasi energi adalah segala bentuk upaya yang bertujuan untuk
mempertahankan keseimbangan energi sehingga energi yang masuk dan
energi yang keluar (Tomey & Alligood, 2006; Alligood, 2010; Leach,2006).
Dalam memberikan asuhan pada bayi dengan gangguan konservasi energi,
residen melakukan pengkajian terlebih dahulu, menetapkan trophicognosis,
menyusun hipotesis, melaksanakan intervensi dan mengobservasi respon
organismiknya.
Pada kelima kasus sebagaimana yang disampaikan pada bab 2, residen
menetapkan trophicognosis berdasarkan data pengkajian konservasi energi
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
53
Universitas Indonesia
yaitu: gangguan pola nafas, risiko gangguan keseimbangan cairan, gangguan
thermoregulasi, risiko gangguan pemenuhan nutrisi, ikterik neonatorum dan
risiko infeksi/perluasan infeksi.
Berdasarkan kasus yang telah residen tetapkan, maka 1 kasus termasuk bayi
aterm yang dirawat di PICU sedangkan 4 kasus lagi termasuk bayi preterm
(NKB-SMK) yang dirawat di perinatologi. Pada bayi matur permasalahan
keperawatannya hampir sama dengan bayi prematur, yaitu gangguan pola
nafas. Namun terdapat perbedaan dari etiologinya, dimana pada bayi matur
mengalami gangguan pola nafas disebabkan karena infeksi pada paru
(pneumonia dan TBC) sedangkan pada bayi prematur, gangguan pola nafas
terjadi disebabkan karena tidak adekuatnya ventilasi akibat rendahnya kadar
surfaktan dan jumlah alveoli yang sedikit akibat prematuritas sehingga yang
dibutuhkan adalah tekanan yang mampu mengembang alveoli di paru-paru
pada saat inspirasi dan mempertahankan alveoli agar tidak kolap ketika
ekspirasi berakhir (Lissauer & Fanaroff, 2009).
Berbeda ketika pola nafas terganggu akibat infeksi paru seperti yang terjadi
pada kasus 2, permasalahannya terjadi pada proses oksigenasi, dimana ketika
infeksi terjadi di paru maka alveoli berisi cairan eksudat dan tranasudat,
sehingga proses pertukaran gas O2 dan CO2 di paru menjadi terhalang. Tentu
saja ini berdampak kepada rendahnya kadar oksigen didalam darah dan tidak
mencukupi untuk melaksanakan metabolisme dijaringan. Ketika pemenuhan
kebutuhan oksigen di jaringan tidak tercapai maka jaringan akan mengalami
hipoksia. Sebagaimana dikatakan bayi dengan gangguan nafas akan beresiko
terjadinya: hipoksia, yang bila berlansung lama akan mengakibatkan
gangguan pada organ vital seperti otak, paru, jantung dan ginjal (Kosim,
2012).
Pada bayi kasus 2 yang mengalami infeksi paru, terdapat kondisi yang
memperberat masalah oksigenasi ini yaitu anemi. Kondisi anemi
mengakibatkan gangguan dalam transportasi O2, karena jumlah
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
54
Universitas Indonesia
haemoglobin yang rendah mengakibatkan hanya sedikit O2 yang diikat dan
ketika sampai dijaringan jumlahnya semakin tidak mencukupi. Menurut
Kosim (2012) bahwa gangguan nafas dapat mengakibatkan problem
haematologik seperti polisitemia, anemia.
Namun untuk kasus 1 pada bayi preterm, gangguan pola nafas ini
diperberat dengan kelainan struktur pada jantung yaitu PDA dan VSD,
sehingga gangguan pola nafas diperberat dengan gangguan sirkulasi.
Gangguan ventilasi O2 dan sirkulasi O2 akan mengakibatkan kurangnya
oksigen di jaringan (hipoksia).
Pemenuhan kebutuhan asuhan perkembangan dalam hal ini juga sangat
bermanfaat dalam mengatasi permasalahan gangguan pola nafas. Menurut
Peters, et al. (2001) dari hasil penelitiannya asuhan perkembangan
mendukung pengorganisasian dan perkembangan kapasitas perkembangan
perilaku bayi berdasarkan hubungan yang sesuai antara sistem otonom dan
saraf motorik pada BBLR. Hal ini diidentifikasi adanya peningkatan
saturasi oksigen dan penurunan disorganisasi prilaku. Namun menurut
Kosim (2012) bayi risiko tinggi mungkin memerlukan sebagian besar
energinya untuk memelihara sistem otonomnya, sehingga tidak dapat fokus
pada area perkembangan lainnya.
Oleh sebab itu penatalaksanaan asuhan perkembangan yang residen
kerjakan adalah memberikan posisi midline control, menggunakan sarang
burung, dan penanganan yang minimal. Mengurangi stimulus yang
berlebihan sangat bermanfaat mengatasi gangguan pola nafas bayi dan
mngurangi pemakaian energi karena stress. Karena setelah kita memberikan
bantuan dalam pemenuhan O2, maka hal yang diharapkan dari memberikan
asuhan perkembangan adalah membantu regulasi diri bayi (Als, 2011)
sehingga bayi merasa lebih nyaman. Bila bayi nyaman maka hormon stress
akan lebih rendah, sehingga tubuh dapat menkonservasi energi dengan baik
karena pemakaian O2 untuk metabolisme lebih rendah.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
55
Universitas Indonesia
Trophicognosiskedua yang residen tetapkan adalah risiko gangguan
keseimbangan cairan, karena keseimbangan cairan sangat mempengaruhi
sirkulasi dan dapat mengancam keseimbangan energi. Trophicognosis ini
dihadapi oleh ke lima kasus. Penetapan trophicognosis risiko gangguan
keseimbangan cairan ini didasarkan karena kondisi prematuritas, terpapar
lingkungan pemanas sehingga bayi tidak mampu mencegah kehilangan
cairan dari penguapan, serta ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
cairan, dan pemberian cairan melalui jalur intravena. Pada kasus dengan
bayi matur yang dirawat di PICU, residen menetapkan risiko gangguan
keseimbangan cairan disebabkan karena pengeluaran cairan tubuh yang
berlebihan karena bayi tersebut mengalami, demam, diaporesis dan
takipneu.
Ketidakseimbangan cairan sangat mempengaruhi konservasi energi, ketika
tubuh mengalami kekurangan cairan maka yang terjadi adalah vaso
kontriksi pada daerah kapiler, sehingga sirkulasi darah ke jaringan kapiler
akan menurun, yang ditandai dengan pengisian kapiler atau capilary refill
time (CRT) yang memanjang yaitu lebih dari 3 detik. Lambatnya pengisian
kapiler mengakibatkan oksigen dan nutrisi yang diperlukan tidak adekuat
masuk kedalam sel, sehingga kompensasi tubuh adalah meningkatkan
frekuensi pernafasan, tekanan darah dan denyut nadi. Bila berlanjut maka
sel akan mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi, sehingga metabolisme
sel tidak berlangsung. Oleh sebab itu kompensasi tubuh adalah
menggunakan metabolisme anaerob, hal ini akan berdampak kepada
tingginya pemakaian energi cadangan sehingga tubuh akan mengalami
kehilangan energi semakin besar. Disamping itu metabolisme anaerob akan
menghasilkan kadar asam laktat yang tinggi mengakibatkan sel tidak dapat
melakukan aktifitasnya dengan baik(Guyton, 1995). Pada akhirnya akan
mengakibatkan gangguan dalam konservasi energi
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
56
Universitas Indonesia
Pada trophicognosis diatas, disamping pemberian asuhan keperawatan yang
bersifat kolaboratif seperti memastikan kebutuhan cairan bayi sudah
terpenuhi sesuai kebutuhan, memberikan cairan Nacl sesuai program medis
sehingga sirkulasi lancar kembali. Intervensi terkait dengan asuhan
perkembangan adalah memberikan posisi midline of control agar tidak
terlalu luas area permukaan tubuh yang mengalami penguapan, bayi lebih
mudah regulasi diri sehingga pernafasan, denyut nadi dalam keadaan teratur
dan lembut sehingga mengurangi pemakaian energi (Bobak, Lowdermilk, &
Jansen, 2005) memperhatikan isyarat yang diberikan bayi, seperti menangis
karena haus, terlibat aktif mengisyaratkan kebutuhannya, dengan
memasukkan atau mendekatkan tangan kemulut mengindikasikan awal dari
kekurangan cairan, memberikan sentuhan yang tepat atau mendekapnya
ketika bayi menangis, berbicaranya dengan bayi suara lembut,
mendekapnya dan mengarahkan tangan kemulut atau memberikan kempeng
ketika bayi akan dilakukan pemasangan infus intravena atau PICC, hal ini
bertujuan agar bayi dapat meregulasi dirinya sehingga bayi menangis tidak
terlalu lama.Ketika bayi menangis dalam waktu yang lama maka akan
meningkatkan pengeluaran cairan yang tidak kentara dan juga pemakaian
energi (Kosim, 2013).
Reflek hisap bayi mulai berkembang pada minggu ke 24 dan mencapai
fungsi maksimal ketika minggu ke 32-34 usia gestasi (Kenner & McGrath,
2004), bahkan sampai usia 1 tahun kehidupan bayi menemukan
kenyamanan pada mulutnya yang dikenal dengan fase oral. Menghisap
tangan sendiri atau kempeng bertujuan untuk meredakan nyeri melalui
ransangan orotaktil dan mekanoreseptor mulut, yang kemudian
mempengaruhi penjalaran atau proses nosiseptif sistem endogenous non
opioid. Disamping itu kempengmemfasilitasi perilaku menghisap pada bayi,
untuk meningkatkan stimulus pencernaan dan fisiologis bayi serta sebagai
pusat pengaturan tingkah laku dan mengurangi respon bayi terhadap
rangsangan (Bingham, et al., 2010).
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
57
Universitas Indonesia
Trophicognosis yang ketiga untuk konservasi energi adalah risiko
ketidakefektifan termoregulasi. Pada kasus yang dipilih, residen telah
menetapkan trophicognosisyang sama, kecuali untuk bayi pada kasus 2
residen menetapkan trophicognosisnya gangguan termoregulasi: hipertermi
akibat dari infeksi kuman pneumococus.Residen mengangkat trophicognosis
risiko ketidakefektifan termoregulasi disebabkan karena prematuritas, dan
terpapar alat penghangat (inkubator dan meja penghangat bayi). Pada
keempat kasus bayi prematur residen melakukan intervensi mengelola
lingkungan dengan menjamin suhu inkubator telah sesuai dengan usia
gestasi atau kemampuan adaptasinya; memastikan tangan residen tetap
hangat ketika menyentuh bayi. Sebagaimana dikatakan bahwa intervensi
didalam asuhan perkembangan adalah meminimalkan stimulus yang
berlebihan seperti penangananyang tidak sesuai, menutup jendela inkubator
setiap selesai melaksanakan tindakan, mengatur posisi midline of control
untuk mengurangi penguapan; mengelola kegiatan dalam satu waktu
sehingga inkubator tidak sering terbuka. Khusus pada dua bayi prematur
yang telah stabil dan tidak mengalami distress pernafasan residen
memberikan intervensi asuhan perkembangan dengan memberikan
suplemen stimulasi seperti melakukan perawatan metode kangguru dan
taktil kinestetik, karena dari banyak hasil penelitan yang mengatakan
manfaat dari metode kangguru dan taktil kinestetik adalah dapat
mempertahankan suhu tubuh dalam suhu normal sehingga bayi tidak lagi
mengalami ketidak efektifan termoregulasi (Field, 2005). Ketidakefektifan
termoreguasi ini juga akan mengancam konservasi energi bayi.
Trophicognosis berikutnya adalah risiko gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Pada kasus 1. dan 3 yang harus dipuasakan
karena adanya perdarahan, dan residen hanya memberikan terapi cairan
nutrisi sesuai kebutuhan bayi yang telah diprogram meliputi glukosa,
protein dalam bentuk cairan PG 2 dan lipid. Sedangkan kasus 2, 4 dan 5
yang telah dapat diberikan per-enteral disamping pemberian parenteral,
maka residen melakukan asuhan perkembangan dalam rangka memenuhi
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
58
Universitas Indonesia
kebutuhan fisiknya yaitu dengan mengkaji terlebih dahulu status tidur-
terjaga. Bila status terjaga atau fase tidur aktif, residen membangunkan bayi
dengan suara lembut dan melakukan taktil kinestetik selama 15 menit (Field
et al., 2006) Hasilnya memperlihatkan kemampuan bayi semakin
meningkat, karena diawal interaksi bayi memperlihatkan perilaku
menghindar ketika beberapa sentuhan dan memperlihatkan wajah meringis
dan menangis, ektremitas bawah hiperekstensi, batang tubuh ekstensi,
namun untuk beberapa menit diistirahatkan selanjutnya setelah beberapa
menit pelaksanaan bayi memperlihatkan kenyamanan yang dilihat dari mata
yang berbinar, tenang, regulasi diri positif, ekstremitas tampak fleksi, tidak
rewel. Untuk pelaksanaan taktil-kinestetik berikutnya bayi betul-betul
menikmati kenyamanan ketika dilakukan pemijatan oleh perawat dan
selanjutnya oleh ibu. Setelah beberapa menit kemudian ketika saat nutrisi
melalui OGT akan diberikan, residen mendekap bayi seperti sedang
menyusui , kemudian memberikan posisi sedikit fleksi agar bayi dapat
menggunakan otot oromotorik dan otot leher dengan baik ketika 2-3 ml
diberikan melalui gelas minum kecil secara peroral. Pemberian ASI/susu
formula melalui gelas kecil membutuhkan kesabaran dan konsentrasi penuh
dalam pelaksanaannya, terhadap bayi diperhatikan reflek-reflek yang
mendukung terhadap keterlibatannya secara aktif dalam mengisyaratkan
kebutuhannya, eksplorasi diri, motorik, regulasi diri dan makan seperti
reflek mengejar ransangan, reflek hisap, reflek menelan, tangan mengepal
dan fleksi kearah wajah atau mulut, otot-otot pipi, kemampuan
mempertahankan tubuh agar tetap fleksi pada ekstremitas dan batang tubuh.
Berdasarkan konservasi integritas struktur, makaresiden menetapkan
trophicognosisrisiko gangguan integritas kulit dan risiko kontraktur. Namun
secara umum asuhan perkembangan sangat bermanfaat untuk menjaga agar
struktur tidak menjadi cedera dan tidak mengalami deformitas atau kelainan
bentuk tubuh dengan cara menerapkan asuhan perkembangan seperti:
memberikan posisi midline control dalam mendukung postur tubuh;
mengatur posisi agar bayi tercegah dari luka tekan dan tortikolis; taktil
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
59
Universitas Indonesia
kinestetik dalam rangka melancarkan sirkulasi dan meningkatkan tonus otot
ekstremitas sehingga struktur fisik dan struktur batang tubuh bayi
mendukung dan tidak terhalang dalam melakukan kapasitas fungsionalnya
yaitu proaktif dalam mengisyarakan kebutuhannya, eksplorasi diri, regulasi
diri dan makan.
Berdasarkan konservasi integritas personal, diagnosa keperawatan yang
residen angkat adalah risiko gangguan perkembangan dan risiko gangguan
regulasi diri. Hampir pada semua kasus residen angkat kedua permasalahan
tersebut karena bayi akan menempuh perawatan yang lama, terpapar
dengan berbagai prosedur yang tidak nyaman sama sekali dan terpisah dari
ibunya. Adapun tujuan adalah pemenuhan kebutuhan bayi secara
komprehensif untuk mewujudkan keutuhan sebagai pribadi. Pada masing-
masing kasus bayi memperlihat penampilan yang berbeda, namun yang
paling tidak dapat melakukan regulasi diri dengan baik adalah pada kasus I,
bayi tampak tidak dapat mempertahan posisi fleksi, karena terpasangnya
ETT pada mulutnya. Bayi menjadi gelisah, rewel, sering menangis,
menengang-nendang, kualitas tidur kurang. Bayi mengalami iriritabilitas
yang tinggi, sering desaturasi walaupun dengan menggunakan FIO2 60%
dan sering keluar dari nesting yang dibuat. Kesulitannya adalah ketika
mengatur posisi seringkali perawat takut ETT nya tercabut, sehingga posisi
bayi agak sulit dialih baringkan. Jadi yang agak membuatnya nyaman
adalah posisi miring, dengan kepala tetap miring kekanan sepertinya
biasanya.
Untuk kasus yang lain bayi tampak mengalami perbaikan baik dalam hal
proaktif dalam mengisyaratkan kebutuhanya, regulasi diri, organisasi, tonus
dan eksplorasi diri. Sehingga dapat dikatakan bahwa bayi dapat
mempertahankan integritas personalnya dengan baik walaupun dengan
sedikit bantuan dari lingkungan eksternal dalam memenuhi kapasitas
fungsional. Psikologis bayi sangat mendukung upaya perbaikan dan
pemulihan, sebagaimana dikatakan bahwa bayi umumnya cenderung
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
60
Universitas Indonesia
mengalami stress, hormon stress akan diproduksi dalam jumlah yang
berlebihan didalam tubuh sehingga mekanisme kopingnya tidak adaptif
maka bayi akan mengalami kegagalan dalam konservasi energi dan
kegagalan dalam mempertahankan kelansungan hidupnya.
Perbaikan perilaku perkembangan umumnya residen temui pada kelima
kasus, terutama perilaku menangis pada bayi. Dimana residen menemukan
kasus pada awalnya bayi sering menangis. Setelah intervensi asuhan
perkembangan, perilaku menangis bayi mulai berkurang karena
kenyamanan yang telah dicapainya, hal ini mungkin karena pada saat
menangis residen selalu memeriksa terlebih dahulu penyebab bayi
menangis. Karena ketika tidak sesuai intervensi yang diberikan dengan
kebutuhan bayi akan membuat bayi semakin bertambah menangis dan
bertambah stres. Sebagaimana menurut Kosim (2012) bayi menangis
biasanya memberitahukan beberapa hal seperti lapar, haus, popok yang
kotor, ruam popok, kembung, kolik, kepanasan atau kedinginan, ingin
digendong atau sakit. Oleh sebab itu residen juga selalu mengkaji dulu
penyebab bayi menangis.
Pada kasus utama pada dua hari kontak dengan bayi, bayi sering mendorong
CPAP hingga sampai diatas kepalanya, menangis serta gelisah. Residen
mencoba memeriksa ternyata penyebabnya bukan karena beberapa hal
diatas, melainkan karena CPAP tersebut tidak nyaman karena banyak
mengandung air, sehinga hidung bayi dipenuhi oleh uap air CPAP. Menurut
perawat dinas malam ada dibuang airnya, sedangkan menurut residen ini
karena suhu kelembabannya terlalu panas yaitu 37.5 C. Akhirnya residen
mencoba ganti CPAP dan sirkuit lain yang lebih baik, barulah bayi
menunjukkan prilaku regulasi diri yang positif. Setelah intervensi mengganti
CPAP dan mengatur posisi bayi yang nyaman yaitu dengan miring agar
tidak terpengaruh oleh CPAP, bersenandung untuknya sambil taktil yang
dalam bayi N menjadi lebih tenang, tidak gelisah lagi., waktu tidur
tenangnya lebih lama.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
61
Universitas Indonesia
Kemudian untuk kasus bayi nyonya R, perilaku menangisnya sering
terabaikan karena bayi terpasang intubasi, suara bayi tidak keluar sehingga
residen menyimpulkan bayi menangis dari wajah meringis dan
mengeluarkan air mata. Untuk itu kita harus mampu memberi rasa nyaman
dan aman bagi bayi dalam rangka mendukung konservasi integritas
personalnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi konservasi energi,
untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan sebagaimana bayi sehat.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Graven dan Browne (2008) bahwa
tidur dalam/tenang merupakan fase tidur yang sangat penting karena pada
fase tidur dalam terjadi pembentukan memori jangka panjang dan belajar
yang mempersiapkan bayi dan anak untuk dapat melakukan tugas
perkembangan selanjutnya.
Terjadinya proses pertumbuhan dan perkembangan pada fase tidur dalam
dapat dimengetikarena pada fase tidur dalam tersebut hormon pertumbuhan
dalam jumlah banyak disekresikan. Hormon ini dilepaskan oleh somatotrop
hipofisis dibawah kontrol hipotalamus (Ward, Clarke & Linden, 2009)
Konservasi integritas sosial
Pada kasus I dan III, residen kesulitan dalam memfasilitasi orang tua untuk
dapat berinteraksi dengan anaknya, karena keluarga jarang hadir dan sulit
dihubungi. Oleh sebab itu residen dan perawat ruangan mencoba menjadi
ibu pengganti agar kehadiran residen kiranya dapat menggantikan kehadiran
orangtuanya dalam memberikan sentuhan yang menyamankan baginya.
Sambil berkomunikasi dengan lembut dan bersenandung. Pada umumnya
bayi memperlihatkan reaksi yang baik ketika berinteraksi dengan perawat,
bayi dapat mendengar dan mencari kearah sumber suara yang residen
berikan, biasanya matanya bergerak mengikuti perawat ketika melakukan
gerakan yang berpindah tempat. Kontak sosial yang diperlihatkan untuk
kasus 2,3 dan 4 mampu mempertahankan kontak mata dengan perawat dan
menerima sentuhan perawat dengan perilaku terorganisir/ mendekat, namun
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
62
Universitas Indonesia
untuk membalas senyum residen, bayi belum melakukannya, kecuali pada
saat mereka tidur. Pada kasus 1 dan 5 residen mendapatkan balasan
senyumanketika berinteraksi dengan mereka.
Hambatan yang residen hadapi dalam melaksanakan asuhan perkembangan
ini antara lain : 1)asuhan perkembangan yang bersifat individualistik masih
sulit diberikan pada masing-masing bayi. Hal ini terjadi karena
perbandingan jumlah perawat dengan bayi yang ada diruangan sangatlah
tidak sesuai. Oleh karenanya perawat hanya bisa berfokus bagaimana
memberikan pemenuhan terhadap kebutuhan fisik bayi; 2) Banyaknya
kegiatan prosedur invasif yang dilaksanakan oleh perawat mengakibatkan
perawat agak kesulitan membagi waktu untuk melaksanakan asuhan
perkembangan dalam memahami isyarat yang diberikan bayi; 3)Kegiatan
asuhan yang berpusat pada keluarga belum maksimal, dan tidak semua
perawat memiliki persepsi dan pengetahuan yang sama; 4) Pada
pelaksanaan EBP taktil kinestetik, residen kesulitan menghadapi orang tua,
terkadang tidak dapat menghadirkan diri ke RS, hal ini karena sebagian
kecil menjawab dengan alasan ibu tidak diperbolehkan keluar rumah
sebelum empat puluh hari, dan sebagian lagi karena ibu harus mengurus
rumah tangga. Alasan lain adalah karena faktor biaya yang tidak ada untuk
transportasi ke rumah sakit.
4.2 Pembahasan Praktek Spesialis Anak Dalam Pencapaian
TargetKompeternsi
Pratik pesialis keperawatan anak ini residen laksanakan dalam 2 semester
masa pendidikan. Praktik dilaksanakan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta. Pada semester pertama, residensi dilaksanakan di ruang PICU, Non
Infeksi dan Perina Pada setiap siklus residensi menjalani 4-6 minggu di setiap
ruangan yang dipilih. Pada semester kedua residensi dilaksanakan berdasarkan
peminatan oleh residen sendiri yaitu di ruang perinatologi.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
63
Universitas Indonesia
Secara umum residen sudah melaksanakan peran dan tanggung jawab
primer sebagai pemberi asuhan langsung, perawat mencapai target
kompetensi yang telah ditetapkan selama melakukan praktik ners spesialis
keperawatan anak di rumah sakit. Pencapaian ini terwujud berkat adanya
dukungan untuk mengelola kllien secara mandiri melalui pelaksanaan
praktik klinik di rumah sakit. Disamping itu residen sangat bersyukur sekali
diperbolehkan mengikuti pelatihan NICU sehingga membuat residen
semakin percaya diri untuk melaksnakan prektek keperawatan rofesioal.
Dalam memberikan asuhan keperawatan residen melakukan pengkajian,
menerapkan masalah keperawatan, menyusun rencana dan melaksanakan
intervensi serta melakukan evaluasi keperawtan berdasarkan model
keperawatan Levine. Residen juga berkesempatan untuk berdiskusi dan
bertukar pikiran dengan perawat senior, mahasiswa program pendidikan
dokter spesialis (PPDS), dokter spesialis bahkan konsulen. Residen juga
berdiskusi dengan tim faemasi dan bagian phisioterapi. Residen sangat
kagum sekali dengan pembimbing akademik dan fasilitator klinik di Perina,
yang tidak pernah bosan dan selalu menghadirkan diri pada setiap jadwal
bimbingan dan selalu mendampingi setiap proses pembelajaran seperti
pelaksanaan EBP.
Residen menetapkan stimulasi taktil kinestetik sebagai kegiatan inovasi
dalam penerapan asuhan keperawatan berbasis ilmiah dan mendapatkan
respon dan dukungan yang positif dari perawat ruangan dan supervisor
ruangan yang ditunjukkan dengan peran serta perawat dalam diseminasi
ilmu dan pelaksanaan praktik langsung ke klien yang dilakukantindakan
invasif.
Bimbingan dari supervisor pendidikan dan lahan paktik memicu
keberhasilan dalam pelaksanaan diseminasi ilmu ini dan menjadi bahan
pertimbangan dan masukan bagi ruangan untuk dapat melakukan
penatalaksanaan stimulasi taktil kinestetik yang telah disampaikan. Evaluasi
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
64
Universitas Indonesia
terhadap pencapaian target kompetensi secara umum menurut residen
sebagaian besar telah tercapai. Selama dalam menjalani pencapaian
kompetensi tersebut, residen banyak mendapatkan pengalaman dalam
memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung kepada klien.
Residen menyadari bahwa dalam proses tersebut, residen belum mencapai
target kompetensi secara maksimal, hal ini dikarenakan keterbatasan
kemampuan intrapersonal dan interpersonal residen yang dipengaruhi oleh
pengalaman residen dalam mengelola klien yang masih perlu diperdalam.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
meningkatkan kemampuan intelektual, residen dengan eksplorasi jurnal atau
teori terkait, melatih keterampilan tekhnik dan diseminasi pengalaman
bersama perawat yang berdinas di ruangan dalam perawatan klien
berdasarkan kasus yang ditemui. Residen merasa nyaman sekali berdinas di
Perinatologi karena transfer ilmu dan transfomasi berjalan dengan luar
biasa, terutama para konsulen yang telah ikhlas mendidik dan membagi
ilmunya. Begitu juga dengan perawat ruangan yang memiliki semangat
yang kuat dan keinginan yang besar untuk mempelajari sesuatu yang baru
dan selalu siap untuk suatu perubahan.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
65
Universitas Indonesia
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Asuhan perkembangan pada BBLR dengan menggunakan teori Levine,
sangat dapat diaplikasikan secara holistik terhadap kasus di Perinatologi
dengan mengkaji terhadap keempat prinsip konservasi yaitu konservasi
energi, integritas struktrur, intergritas personal dan integritas sosial. Hal ini
membuktikan asuhan perkembangan sangat bersinergi dengan teori
konservasi Levine dalam mendukung pemenuhan bio, psiko, sosial dan
spiritual, wujudkan keutuhan.
5.1.2 Praktek residensi ini meliputi ruangan perinatologi, non infeksi dan PICU,
dapat menjadi wadah bagi residen untuk mengembangkan diri dan
menerapkan fungsi residensi sebagai pemberi asuhan langsung, edukator,
konselor, koordinator, dan peneliti didalam bidang kesehatan anak.
5.1.3 Model konservasi Levine pada BBLR dengan kebutuhan asuhan
perkembangan dengan menerapkan praktek berbasis ilmiah sangat
melengkapi ketika asuhan perkembangan dengan cara pemberian
suplemen stimulasi taktil kinestetik bertujuan untuk untuk mengkonservasi
energi, dan memperbaiki struktur serta memperoleh kenyamanan personal
dan sosial. Melalui asuhan perkembangan tersebut dapat mencegah
terjadinya kesakitan dan kecacatan pada BBLR yang di rawat di
Perinatologi.
5.1.4 Konservasi integritas personal sangatlah menentukan dalam pencapaian
konservasi energi sehingga suplai energi seimbang dengan pemakaian
energi untuk menghindari kelelahan yang berlebihan. Kelebihan
pemakaian energi akibat stres yang ditimbulkan dari lingkungan akan
menganggu keseimbangan energi dan mengancam keutuhan BBLR.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
66
Universitas Indonesia
5.2 Saran
5.2.1 Pelayanan Keperawatan
Unit pelayanan seperti Perinatologi sangat sesuai menggunakan model
konservasi Levine ini sehingga asuhan yang diberikan dapat memenuhi
kebutuhan BBLR secaraholistik meliputi bio, psiko dan sosial.
Sebagaimana yang terkandung didalam keempat prinsip konsrvesi. Selain
itu residen juga menyarankan kepada pemegang kebijakan di rumah sakit
hendaknya dapat menerapkan pemberikan asuhan perkembangan kepada
BBLR secara individualistik, komprehensif dan berkelanjutan.
5.2.2 Penelitian Keperawatan
Kualitas pemberian asuhan pada bayi berat lahir rendah akan dapat
semakin ditingkatkan dengan menerapkan hasil penelitian terkait yang
sangat bermakna dalam menyelesaikan fenomena yang ada dipelayanan
perinatologi. Berdasarkan pengalaman selama di Perinatologi, maka
residen merasakan sekali betapa banyak yang dapat diteliti. Terkait praktek
berbasis ilmiah yang residen lakukan tentang stimulasi taktil kinestetik
dapat diteliti dengan menguji terhadap variabel lain seperti kemampuan
motorik bayi, meningkatkan imunitas, prilaku stres, toleransi minum,
regulasi diri dan lain-lain.
5.2.3 Institusi Pendidikan
Kerjasama serta komunikasi yang baik dari semua elemen terkait sangat
dibutuhkan dalam pengembangan profesi kedepan. Sehingga institusi
pendidikan dapat berjalan beriringan dengan pelayanan kesehatan
sehingga tidak ada jurang yang lebar antara kemajuan yang terjadi
dipendidikan dan kemajuan dipelayanan.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
67
Universitas Indonesia
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
1
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Aly, F.F & Murtaza G. (2013). Massage therapy in preterm infant. Pediatric
Therapeutic 3: 155. doi:10.4172/2161-0665.1000155.
Alligood, M. R. (2010). Nursing theory: Utilization and application (Fourth
edition). Missouri: Mosby.
Als, H., & Lawhon, G. (2004). Theoritic perspective for developmentally
supportive care in Kenner, C., & McGrath, J. M. (eds.). Developmental
care of newborn & infant: A guide for health professional. (pp. 35-47).
St. Louis: Mosby.
Als H, Duffy FH, McAnulty GB, (1990) Behevioral and eketrophysiological
evidence for gestasional effects in healthy preterm and fullterm infants
studied two weeks after expected due date. Child Dev, 61, 1271-1286,
diunduh tanggal 12 januari 2013 www child encyclopdia.com.
Als H, Duffy FH, McAnulty GB, Grossman, R.G., & Blickman J.G.(1994)
Individualized Developmental Care for very low-birth-weight preterm
infant. Mdical and neurofunctional effect. JAMA, 272(11), 853-858
Altimier, 2003; Lotas, 1992 dalam Kenner & McGrath, (2004) Developmental
care of newborns & infants. Philadedlphia. Mosby.
Als H, Duffy F, McAnulty GB, Rivkin MJ, Vajapeyam S, Mulkern RV et al.
Earlyexperience alters brain function and structure. Pediatrics 2004;
113(4): 846 -857.
Als H, Duffy F. H, McAnulty G. B, Fischer C.B, Kosta S, Butler SC et al. Is the
Newborn Individualized Developmental Care and Assessment Program
(NIDCAP) effective for preterm infants with intrauterine growth
restriction.J Perinatologi 2011; 31(2): 130–136.
Ang, J. Y., Lua, J. L., Mathur, A., Thomas, R., Asmar, B. I., Savasan, S.,
Shankaran, S. (2013). A randomized placebo-conrolled trial of massage
therapy on the immune system of preterm infants. American Academy of
Pediatrics, 6, 1549-1558. Doi: 10.1037/0278-6133.24.2.225
Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jensen, M.D. (2005). Buku ajar keperawatan
maternitas. (edisi 4). Jakarta: EGC
Bowen (2009). The effect of light on the neonate. FANNP NEWS 20(4), 3-5
diunduh pada tanggal 03 juni 2014 dari www.fannp.org.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
2
Blackburn, S.T. (2003). Maternal, fetal, and neonatal physiology: A Clinical
Prespective. (2nd edition). St. Louise: W.B. Saunders.
Brazelton, T.B & Nugent, JK (1984). Neonatal behavioral assesment scale. (2 nd
ed). Philadelpia: JB Lippincott Co, dalam Bobak, I. M., Lowdermilk,
D.L., & Jensen, M.D. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas: (edisi
4). Jakarta: EGC.
Brodsky, D., & Quelette, M. (2008). Primary care of the prematur infant.
Philadepia: Saunders Elsevier.
Bhutta, A. T., Cleves, M. A., Casey, P. H., Cradock, M. M., & Anand, K. J.
(2002). Cognitive and behavioral outcomes of school-aged children who
were born preterm: A meta-analysis. Journal of the American Medical
Association, 288, 728–737.
Dieter, J. N., Field, T., Sanders, C., Hernandes–Reif, M., Emory, E., & Redzepi,
M. (2003). Stable preterm infants gain more weight and sleep less
following 5 day of massage therapy. Journal of Pediatric Psichology,
28(6), 403-411.
Ferber, S. G., Feldman, R., Kohelet, D., Kuint, J., Dollberg, S., Arbel, E., &
Weller, A. (2005).Short communication: Massage therapy facilitates
other–infant interaction in premature infants. Infant Behavior &
Development, 28, 74–81. Doi: 10. 1016/j.infbeh.2004.07.004
Guyton, AC (1995). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. (edisi 3). Jakarta:
EGC
Guzzetta, A., Acunto, G. D., Carotenuto, M., Berardi, N., Bancale, A., Boldrini,
A., Boldrini, A...Cioni, G. ( 2011). The effects of preterm on brain
electrical activity. Developmental Medicine & Child Neurology, 47-49.
Doi: 10.1111/J.1469-8749.2011.04065.x
Gurol, A., & Polat, S. (2012) The effect of baby massage on attachment between
mother and their infants. Asian Nursing Research, 6, 35-41. Doi: 10.
1016/j.anr.2012.02.006
Gomella, T. L., Cunningham, M. D., & Eyal, F. G. (2009). Management,
procedures, on-call problems, diseases and drugs. Sixth Edition.
Newyork :McGraw-Hill.
Guyton, A. C. (1995). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. (edisi 3).
Jakarta: EGC.
Graven, S. N., & Browne, J. V. (2008) Sleep and brain develpoment: The critical
roleof sleep in fetal and early neonatal brain development. Newborn &
Infats Nursing Review, 8(4), 174-179.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
3
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Essential of pediatric nursing. St.Louis:
Mosby Year Book.
Hanley S. & Rybak J. 1993 dalam Kenner & McGrath, (2004) Developmental
care of newborns & infants. Philadedlphia. Mosby.
Karunia L.W (2013) Buku Pelayanan Kesehatan Anak Terpadu: Intervensi dini
bayi prematur di ruang perawatan perinatologi. Departemen Kes Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di RSCM Jakarta.
Kosim, M. S., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G. I., & Usman, A (2012). Buku
ajar neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2011). Buku ajar
fundamentalkeperawatan. (Edisi 7) (Wahyuningsih, E., Yulianti, D.,
Yuningsih, Lusyana, A., Penerjemah). Jakarta: EGC.
Kenner, C., & McGrath, J. M. (2004). Developmental care of newborns & infants.
Philadedlphia. Mosby.
Kawashiro (1994) dalam Kenner, C., & McGrath, J. M. (2004). Developmental
care of newborns & infants. Philadedlphia. Mosby.
Latva, R., Lehtonen, L., Salmelin, R. K., & Tamminen T. (2006). Visit by family
to the neonatal intensive care unit. Fondation Acta Pediatrica.
Lissauer, T., & Fanaroff, A. A., (2009). At a glance neonatalogi. Jakarta:
Airlangga Medical Series.
Ludwig, S., Steichen, J., Khoury, J., & Krieg, P. (2008). Quality improvement
analisis of developmental care in infant less than 1500 gram at birth. New
born and infant nursing, 8(2), 94-100.doi: 10.1053/j.nainr.2008.03.011
Maguire, C. M., Bruil, J., Wit, J. M., & Walther, F. J. (2007). Reading preterm
infants' behavioral cues: An intervention study with parents of premature
infants born 32 weeks. Infant Behavior & Development, 83, 419-424.
Doi: 10. 1016/j.earlhumdev.2007.03.004
Marnoto, B.W., Indrasanto, E., Suradi, R., & Rustina, Y. (2011). Materi
pelatihan: Permasalahan bayi berat lahir rendah & penatalaksanaan
BBLR untuk pelayanan kesehatan level I dan II, Jakarta: PERINASIA.
Potts, N. L., & Mandleco, B. L. (2007). Pediatric nursing: Caring for children
and their families. 2nd ed. Canada: Thomson Delmar Learning.
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
4
Peters K, Rosychuk R, Hendson L, Cote J, McPherson C, Tyebkhan J.
Improvement of short- and long-term outcomes for very low birth weight
infants: The Edmonton NIDCAP trial. Pediatrics 2009; 124: 1009–1020.
Sizonenko SV, Borradori-Tolsa C, Hu¨ ppi PS. [Intrauterine growth restriction:
impact on brain development and function]. Rev Med Suisse 2008;
4(146): 509–514.
The Royal Women’s Hospital. (2009). Clinician’s handbook. Melbourne: The
royal women’s hospital.
Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2006). Nursing theorist and their work.
St.Louis, Missouri: Mosby Elsevier.
Ward, J. P. T., & Clarke, R. (2009). At a glance: Fisiologi. Jakarta: Erlangga.
White, 2002 dalam Kenner & McGrath, 2004). Developmental care of newborns
& infants. Philadedlphia. Mosby.
Wong, D.L., & Hockenberry, M. J. (2003). Wong’s essentials of pediatrics
nursing. Canada: Mosby Inc.
Wong, D. L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L, & Schawrtz, P.
(2009). Wong: Buku ajar keperawatan pediatrik. (edisi 6). Alih bahasa:
Sutarna, A., Juniarti, N., & Kuncara, Y. Jakarta: EGC
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014
5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : FEBRIYANTI
Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 14 Februari 1973
NIP : 7302141995032002
Alamat ; Jl Bay Pass Gulai Bancah Kec. Mandiangin Koto
Salayan Bukittinggi
No Telp : 085282548140
email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : SD Negeri 05 Jadirejo Pekanbaru
SMP Negeri 1 Pekanbaru
SMA Negeri 1 Pekanbaru
AKPER DEPKES PADANG
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Padjajaran
Program Magister Keperawatan Universitas
Indonesia
Program Ners Spesialis Keperawatan Anak
Universitas Indonesia
Riwayat Pekerjaan : Tahun 1994 bakerja di RS Lenggogeni Padang
Tahun 1994 bekerja di RS Lancang Kuning
Pekanbaru
Tahun 1995-1998 bekerja di RS TNI AD Tk IV
Bukittinggi
Tahun 1995- sekarang di RSAM Bukittinggi
Aplikasi model ..., Febriyanti, FIK UI, 2014