Upload
dotuong
View
259
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masalah pencemaran lingkungan di kota besar, khususnya Jakarta telah menunjukkan gejala yang cukup serius, khususnya masalah pencemaran air. Penyebab dari pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri dari pabrik-pabrik yang membuang begitu saja air limbahnya tanpa pengolahan lebih dahulu ke sungai atau ke laut, tetapi juga yang tidak kalah memegang andil baik secara sengaja atau tidak adalah masyarakat Jakarta itu sendiri. Yakni akibat air buangan rumah tangga yang jumlahnya makin hari makin besar sesuai dengan perkembangan penduduk maupun perkembangan kota Jakarta. Ditambah lagi rendahnya kesadaran sebagian masyarakat yang langsung membuang kotoran/tinja maupun sampah ke dalam sungai, menyebabkan proses pencemaran sungai-sungai yang ada di Jakarta bertambah cepat. Dengan semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Jakarta, telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk serta buangan industri yang langsung dibuang ke badan air tanpa proses pengolahan telah menyebabkan pencemaran sungai-sungai yang ada di Jakarta bahkan air tanah dangkal di beberapa daerah di wilayah DKI Jakarta.
2
Air limbah kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah industri dan air limbah domistik yakni yang berasal dari buangan rumah tangga dan yang ke tiga yakni air limbah dari perkantoran dan pertokoan (daerah kemersial). Saat ini selain pencemaran akibat limbah industri, pencemaran akibat limbah domistikpun telah menunjukkan tingkat yang cukup serius. Di Jakarta misalnya, sebagai akibat masih minimnya fasilitas pengolahan air buangan kota (sewerage system) mengakibatkan tercemarnya badan - badan sungai oleh air limbah domistik, bahkan badan sungai yang diperuntukkan sebagai bahan baku air minumpun telah tercemar pula. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas PU DKI bersama dengan Tim JICA (1989), jumlah unit air buangan dari buangan rumah tangga per orang per hari adalah 118 liter dengan konsentrasi BOD rata-rata 236 mg/lt dan pada tahun 2010 nanti diperkirakan akan meningkat menjadi 147 liter dengan konsetrasi BOD rata-rata 224 mg/lt. Data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran Tabel I.1. Jumlah air buangan secara keseluruhan 1.316.113 M3/hari yakni untuk air buangan domestik 1.038.205 M3/hari, buangan perkantoran dan daerah komersial 448.933 M3/hari dan buangan industri 105.437 M3/hari. Secara lengkap seperti terlihat pada lampiran Tabel I.2. Masalah pencemaran air khususnya air sungai dan air tanah dangkal telah menunjukkan gejala yang serius. Masalah ini menjadi lebih serius
3
4
karena ketergantungan masyarakat akan air tanah masih sangat besar (60 %). Hal ini adalah salah satu akibat langsung dari buruknya sistem sanitasi yang ada. Sebagai contoh misalnya, sistem tangki septik yang umum digunakan oleh masyarakat adalah tangki septik dengan sistem resapan yang bahkan sering kurang memenuhi syarat teknis. Dengan semakin sempitnya lahan maka sistem resapan ini tidak layak lagi digunakan, sehingga air limbah yang meresap ke dalam tanah masih mengandung konsentrasi polutan yang tinggi. Di lain pihak laju perkembangan sistem pengolahan air limbah perkotaan secara terpusat masih sangat rendah (misalnya untuk Jakarta sampai saat ini sekitar 4 %) dan masih banyak industri baik industri kecil maupun industri besar yang belum mempunyai unit pengolahan air limbah sehingga sebagian besar air limbah masih dibuang ke perairan umum tanpa pengolahan. Oleh karena itu perlu pengkajian teknologi pengolahan air limbah industri kecil tekstil yang murah dan opersionalnya mudah serta hasilnya dapat diandalkan. Selain hal tersebut di atas masalah air limbah industri kecil tekstil yang ada di DKI Jakarta juga merupakan salah satu sumber pencemaran yang sangat potensial. Dari hasil survei yang dilakukan oleh Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, BPPT (Juli 2000) di kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, terdapat 34 industri kecil tekstil yang terdaftar, yang tiap industri menghasilkan air limbah antara 15 – 90 m3/hari, yang kesemuanya masih
Tabel I.1. Perkiraan Jumlah Air Limbah Rumah Tangga Per Kapita di Jakarta.
KONDISI TH 1989 KONDISI TH 20I0
GOL ATAS
GOL MENENGAH
GOL BAWAH
RATA RATA
GOL ATAS
GOL MENENGAH
GOL BAWAH
RATA RATA
AIR BUANGAN RUMAH TANGGA (GRAY WATER)
Unit Air Limbah (lt/org.hari)
167 107 77 95 227 127 77 124
Konsentrasi BOD (mg/l) 182 182 185 183 182 182 185 182 Beban Polusi
(gr. BOD/org.hari) 30,4 14,2 14,2 17,4 41,3 23,1 14,2 22,6
LIMBAH TOILET Unit Air Limbah
(lt/org.hari) 23 23
Konsentrasi BOD (mg/l) 457 457 Beban Polusi
(gr. BOD/org.hari) 10,5 10,5
TOTAL
Unit Air Limbah (lt/org.hari)
190 130 100 118 250 150 100 147
Konsentrasi BOD (mg/l) 215 231 247 236 207 224 247 224 Beban Polusi
(gr. BOD/org.hari) 40,9 30 24,7 27,9 51,8 33,6 24,7 33,4
6
7
Tabel I.2 : Perkiraan Jumlah Air Limbah di Wilayah DKI Jakarta Tahun 1989
dan Tahun 2010 LIMBAH JUMLAH AIR LIMBAH YANG DIBUANG (m3/hari) Jumlah Limbah
WILAYAH
DOMISTIK PERKANTORAN KOMERSIAL
INDUSTRI
TOTAL
Spesifik (m3/ha.hari)
Jakarta Pusat 179.432 (78,0) 45.741 (19,9) 4.722 (2,1) 229.895 46,6 Kondisi Utara 143.506 (68,6) 20.622 (9,9) 45.188 (21,6) 209.316 15,0 saat ini Barat 210.790 (79,2) 35.770 (13,4) 19.424 (7,3) 265.984 20,6 (1987) Selatan 247.350 (85,1) 35.146 (12,1) 8.015 (2,8) 290.511 19,9
Timur 256.947 (80,2) 35.372 (11,0) 28.088 (8,8) 320.407 17,1 TOTAL 1.038.025
(78,9) 172.651 (13,1) 105.437 (8,0) 1.316.113 20,2
Jakarta Pusat 253.756 (67,0) 121.227 (32,0) 3.906 (1,0) 378.889 76,8 Kondisi Utara 266.233 (57,0) 60.298 (13,1) 135.485 (29,3) 462.016 33,1
akan Barat 398.882 (76,6) 86.312 (16,6) 35.718 (6,9) 520.912 40,4 datang Selatan 468.354 (84,0) 87.205 (15,6) 3.328 (0,4) 557.887 38,2 (2010) Timur 495.461 (74,1) 93.891 (14,0) 79.194 (11,8) 668.546 35,6
TOTAL 1.882.686 (72,7)
448.933 (17.3) 256.631 (9,9) 2.588.250 39,7
Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990
dibuang langsung ke sungai atau saluran umum tanpa pengolahan sama sekali, sehingga sangat mencemari lingkungan setempat. Hasil survei selengkapnya ditunjukkan seperti pada Bab II. Oleh karena itu perlu adanya pengkajian teknologi khususnya untuk pengolahan industri kecil tekstil yang pengelolaannya mudah dan biaya operasinya murah serta tidak memerlukan lahan yang luas.
I.2 Tujuan Penelitian
Tujuan : Melakukan pengkajian dan penerapan teknologi biofilter atau teknologi pengolahan air limbah dengan proses kombinasi biofilter anaerobik dan aerobik untuk berbagai jenis air limbah baik air limbah domestik maupun air limbah industri khususnya industri kecil pencucian jean. Sasaran :
Melakukan pengkajian teknologi proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilter anaerob-aerob menggunakan media plastik tipe sarang tawon untuk pengolahan air limbah industri kecil pencelupan jean.
Membuat pilot plant Instalsi Pengolahan Air Limbah (IPAL) industri kecil tekstil kapasitas 20 M3/hari (satu unit IPAL untuk satu industri pencelupan jean).
8
I.3 Metodologi Survai Lapangan Survai ini dilakukan untuk mengetahui keadaan di lapangan mengenai jumlah dan kualitas air limbah, serta kondisi jaringan air limbah dan ketersediaan lahan. Penentuan Lokasi Lokasi prototipe unit alat pengolah air limbah dipasang di salah satu industri pencucian jean, dan harus ditentukan sedemikian rupa agar didapatkan hasil yang memuaskan, baik ditinjau dari segi teknis maupun estetika. Sedapat mungkin lokasi ditentukan agar aliran air dapat berjalan secara gravitasi untuk penghematan energi. Pengkajian Proses Pengolahan Air Limbah Skala Laboratorium Melakukan pengkajian proses pengolahan air limbah industri kecil pencelupan jean dengan proses biofilter tercelup Anaerob-aerob menggunakan media plastik sarang tawon untuk skala laboratorium. Rancang Bangun dan Konstruksi Disain unit alat pengolah air limbah dirancang berdasarkan jumlah dan kualitas air limbah, serta
9
sesuai dengan ketersediaan lahan yang ada. Prototipe alat pengolah air limbah industri kecil tekstil tersebut akan dirancang dalam bentuk yang kompak agar pemasangan/pembangunan serta operasinya mudah, serta diusahakan menggunakan energi sekecil mungkin. Pembangunan Prototipe dan Pengujian Karakteristik Alat Setelah prototipe alat pengolah air limbah industri kecil tekstil selesai dibangun, dilakukan pengujian karakteristik alat dan pengujian efisiensi pengolahan terhadap beberapa parameter proses misalnya efisiensi pengolahan untuk berbagai waktu tinggal.
I.4 Hasil Yang Diharapkan Ujicoba pengolahan air limbah industri kecil
pencelupan jean skala laboratorium. Pembangunan unit percontohan alat pengolahan
air limbah industri kecil tekstil kapasitas 20 M3/hari.
I.5 Ruang Lingkup Survei potensi pencemaran air oleh industri
pencucian jean di Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
10
Uji coba pengolahann air limbah pencucian jean dengan proses biofilter serta kombinasi proses pengendapan kimia dengan proses biofilter.
Pembangunan pilot plant unit pengolahan air
limbah industri kecil tekstil kapasitas 20 M3/hari, serta penelitian lanjutan terhadap berbagai parameter proses termasuk penelitian media biofilter dan proses mikrobiologisnya, pemasyarakatan teknologi dengan cara presentasi, promosi dengan cara pembuatan brosur.
Kegiatan Studi meliputi :
Survei lokasi. Mencari Lokasi Uji Coba Prototipe
Pengolahan Limbah Kombinasi Biofilter Anaerob-Aerob.
Ujicoba skala laboratorium. Rancang bangun Pilot Plant IPAL. Pembangunan pilot plant Unit Pengolah
Limbah. Percobaan atau pengujian proses. Pelaporan dan publikasi.
11
BAB II
SURVAI POTENSI AIR LIMBAH
INDUSTRI KECIL PENCUCIAN JEAN DI KELURAHAN
SUKABUMI SELATAN KECAMATAN KEBON JERUK
JAKARTA BARAT
12
II.1 Diskripsi Umum
Kelurahan Sukabumi Selatan termasuk dalam Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Bagian utara berbatasan dengan Jl. Raya Pos Pengumben Kelurahan Kelapa Dua dan Kelurahan Sukabumi Utara, sebelah timur dengan Kelurahan Grogol Selatan, sebelah selatan Jalan Raya Kebayoran Lama dan sebelah barat Kali Pesanggrahan Kelurahan Srengseng.
Luas wilayahnya cukup luas sekitar 156.88 ha dengan jumlah rukun tangga 78 dan rukun warga 8. Penduduk berjumlah 20 074 jiwa, terdiri dari laki-laki 10 492 jiwa dan wanita 9 582 jiwa serta Jumlah kepala keluarga adalah 4 444. Mata pencahariannya beragam, antara lain pegawai negeri, pedagang, pekerja konveksi, pekerja harian dalam industri testil, dan pegawai swasta.
Pada Kelurahan Sukabumi Selatan terdapat 33 industri pencucian tekstil atau laundry yang sudah beroperasi bertahun tahun dan limbahnya mencemari lingkungan sekitarnya. Kondisi lingkungan yang tercemar dapat dengan mudah dilihat dengan banyaknya sampah dan hitamnya air selokan atau kali yang terdapat di Kelurahan Sukabumi Selatan. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kualitas air tanah dangkal yang hingga saat ini banyak dipakai oleh masyarakat banyak.
II.2 Potensi Limbah Domestik
Jumlah penduduk yang besar dalam wilayah yang sempit mengakibatkan daya dukung
13
lingkungan menjadi berkurang. Jumlah penduduk Kelurahan Sukabumi Selatan adalah 20 074 jiwa. Pencemaran Limbah Domestik untuk Jakarta dapat dilihat pada Tabel II.1. Kandungan BOD5 berkisar 27,61 - 190,59 mg/l dan kandungan COD berkisar 138,68 - 591,24 mg/l. Dari kedua parameter itu saja sudah dapat dilihat bahwa limbah domestik perlu untuk diolah agar dapat memenuhi syarat baku mutu untuk air limbah. Belum adanya pencemar lain seperti amonia, nitrit, nitrat, sulfat, fosfat dan deterjen yang cukup banyak setiap hari dibuang ke peraian.
Untuk Kota Besar seperti Jakarta, diasumsikan bahwa jumlah rata-rata limbah tiap orang adalah sekitar 150 liter (Lihat Tabel I.1). Dengan demikian potensi limbah domestik untuk kelurahan Sukabumi Selatan cukup besar, yaitu 3.011 m3/hari. Jumlah limbah domestik yang besar ini memberikan kontribusi pencemaran lingkungan yang cukup merepotkan. Dengan nilai BOD5 rata-rata bagi limbah domestik 300 mg/l, maka beban BOD yang ada adalah 903,3 kg BOD/hari. II.3 Limbah Cair Industri Tekstil
Industri tekstil termasuk salah satu industri
yang sangat banyak mengeluarkan limbah cair. Namun penanganan pengolahan limbah cair pada
14
15
industri yang termasuk berskala kecil umumnya kurang baik .
Yang termasuk dalam kategori limbah industri tekstil adalah yang berasal dari operasi :
Percucucian tekstil yang meliputi desizing,
boiling, degreasing dan mercerizing. Pencelupan dan sistem perwarnaan lain Pengolahan akhir seperti pencucian kembali.
Limbah cair dari industri tekstil umumnya
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Berwarna Bersifat sangat basa BOD sangat tinggi Padatan tersuspensi tinggi Suhu tinggi
Tekstil terbagi menjadi tiga kelompok yaitu :
katun, wol dan sintetis yang pengerjaan dan proses pewarnaanya berlain-lain. Disamping itu dari masing –masing kelompok dapat diproses dengan berbagai cara dengan menggunakan bahan kimia yang berbeda-beda pula terutama pada proses pewarnaannya. Oleh karena itu limbahnya juga berlainan sehingga mempersulit proses pengolahannya. Di Indonesia tidak memproduksi wol sehingga yang ada hanya industri tekstil katun dan sintetis.
Tabel II.1 : Karakteristik air limbah rumah tangga di daerah Jakarta.
No PARAMETER KONSENTRASI No PARAMETER KONSENTRASI
1 BOD - mg/l 27,61 - 190,59 10 Zat padat
tersuspensi (SS) mg/l
17 - 239,5
2 COD - mg/l 138,68 - 591,24 11 Deterjen (MBAS) - mg/l
0,18 - 29,99
3 Angka Permanganat (KMnO4) - mg/l
64,6 - 256,49 12 Minyak/lemak - mg/l 0,8 - 12,7
4 Ammoniak (NH3) mg/l
12,5 - 63,62 13 Cadmium (Cd) - mg/l nil
5 Nitrit (NO2-) - mg/l 0,017 - 0,031 14 Timbal (Pb) nil - 0,01
6 Nitrat (NO3-) - mg/l 3,27 - 27,64 15 Tembaga (Cu) - mg/l nil
7 Khlorida (Cl-) - mg/l 32,52 - 57,94 16 Besi (Fe) - mg/l 0,29 - 1,15 8 Sulfat (SO4
-) - mg/l 65,04 - 144,99 17 Warna - (Skala Pt-Co)
40 - 500
9 pH 6,06 - 6,99 18 Phenol - mg/l 0,11 - 1,84
16
Katun :
Menurut Maseli dan Burford (Nemerrow 1978) limbah yang dikeluarkan dari tahapan proses finishing pada industri katun mempunyai sifat antara lain yakni BOD yang tinggi, jumlah padatan tinggi serta pH juga relatif tinggi. Bahan Sintetis :
Serat sintetis merupakan polimer, terdiri atas senyawa kimia murni dan tidak mengandung kotoran bahan alami, oleh karena itu hanya dilakukan proses “Scouring” dan pemucatan ringan, sehingga limbah yang keluar dari kedua proses ini juga lebih ringan dibanding yang keluar dari proses yang sama pada industri katun. Proses selanjutnya dilakukan pada alat yang sama serta dengan cara yang sama dengan penanganan katun.
Potensi pencemaran air buangan industri tekstil sangat bervariasi tergantung pada proses dan kapasitas produksi serta kondisi lingkungan tempat pembuangan, sehingga akibat pencemaran juga berbeda-beda.
Harus diakui bahwa masih banyak industri tekstil yang hingga saat ini belum atau kurang memperhatikan masalah air buangan bekas proses pengolahan tekstil, hingga tidak mengherankan apabila kadang-kadang terjadi keluhan maupun protes dari masyarakat yang merasa terganggu oleh adanya air buangan tersebut.
17
Industri pencucian jeans adalah industri pencucian yang mengembangkan kegiatan menjadi industri pencucian dan pelunturan, keberadaan industri pencucian jean berkembang sejalan dengan meningkatnya komoditi pakaian jadi Indonesia. Dalam hal ini industri pakaian jadi (konveksi) mengadakan kerjasama dengan industri pencucian. Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari industri pencucian jeans tidak selalu mengadakan proses-proses seperti tersebut diatas tetapi kegiatannya berdasarkan pesanan dari industri konveksi, misalnya industri konveksi hanya membutuhkan proses pencucian saja tanpa proses pencucian sekaligus proses pelunturan.
Berdasarkan proses kegiatan industri pencucian jeans dibagi menjadi :
Proses pencucian (Garment Wash) Proses ini bertujuan untuk membuang kanji dengan, maksud melemaskan pakaian jeans yang masih kaku. Bahan yang digunakan adalah air sebanyak 500 liter, detergen merk Blue-J Scour (cair dan berwarna coklat) sebanyak 250-300 ml dan sebagai bahan pengganti detergen dapat digunakan zat kimia Genencor Desize-HT (cair dan berwarna biru) sebanyak 1,5 Kg. Pada proses Garment Wash ini suhu diusahakan 40°C-50°C dan pakaian digiling dalam mesin selama 25 menit. Apabila pihak konsumen hanya membutuhkan pencucian saja, maka proses selanjutnya tidak lakukan.
18
Proses Pelunturan Setelah proses pelemasan atau pencucian, kemudian dilakukan proses pelunturan atau pemucatan jeans dengan maksud melunturkan warna asli jeans menjadi warna dasarnya atau lebih pucat dari warna aslinya. Proses ini dilakukan tergantung pada permintaan. Proses pelunturan ada dua macam:
a. Proses stone wash yaitu proses pelunturan warna pakaian jadi jeans dengan menggunakan bahan yang sama dengan batu apung sebagai bahan penggosok atau peluntur.
b. Proses stone bleanching yaitu proses
pelunturan warna pakaian jadi selain menggunakan bahan yang sama dengan stone wash juga ditambah dengan sodium hipoclorit yang berfungsi untuk pemutih. Penggunaan sodium Hipoclorit ini tidak banyak tentunya tergantung permintaan (sesuai dengan warna putih yang diinginkan).
Proses pembilasan Setelah proses pencucian dan pelunturan, maka dilakukan proses pembilasan dimana dalam proses ini diperlukan air sebanyak 500 ml, softener sebagai pelembut sebanyak 0,6 ml dan OBA untuk
19
mencerahkan warna sebanyak 0,3 ml. Suhu disesuaikan tetap 30°C dan dapat diputar selama 10 menit, sedangkan untuk proses pembilasan dimana dalam proses pembilasan yang berasal dari stone bleancing selain bahan-bahan di atas ditambahkan pula sodium hipoklorit dan mengilangkan bau sebanyak 1 Kg permesin serta hidrogen perioksida (H2O2) yang berfungsi untuk membuat bersih atau warna terang sebanyak 1kg. Proses Pemerasan Proses pemerasan adalah proses untuk menghilangkan air dari pakaian jadi jeans. Proses ini bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan. Pada proses pemerasan ini digunakan mesin ekstrator yang berkapasitas 30 - 40 potong pakaian yang diputar selama 5 menit. Proses Pengeringan Proses pengeringan adalah proses yang dilakukan setelah pakaian jadi telah mengalami proses pembilasan dengan maksud untuk mengeringkan pakaian jadi jeans. Proses pengeringan dapat dilakukan melalui penjemuran dengan sinar matahari maupun menggunakan mesin pengering berupa oven yang berkapasitas 50-70 potong pakaian. Proses ini memerlukan waktu sekitar 45 menit sampai 1 jam. proses pewarnaan
20
pada proses ini pakaian jadi jeans diberi warna yang sesuai dengan permintaan dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Sebagai hasil sampingan dari proses kegiatan industri pencucian jeans adalah limbah yang dihasilkan dari proses pencucian jeans. Limbah pencucian jeans secara fisik berwarna biru atau ungu berbau kaporit yang menyengat serta terdapat busa berwarna. Selain itu ada zat-zat tersuspensi dari batu apung yang hancur dari proses pelunturan banyak mengendap di saluran air, sehingga menyebabkan pendangkalan, seperti limbah industri lainnya, limbah pencucian jeans ini dapat menimbulkan gangguan terhadap manusia, biota air maupun gangguan estetika.
II.4 Industri Laundry di Kelurahan Sukabumi
Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Saat ini terdapat 34 Industri Laundry yang
beroperasi di Kelurahan Sukabumi Selatan. Rata-rata tiap industri mempunyai 6 alat pencucian dengan mesin pemeras dan pengeringnya. Beberapa industri memang ada yang mencapai 8 – 9 mesin pencuci. II.4.1 Potensi Limbah Rata-Rata Tiap Industri
Laundry Dengan asumsi unit beroprasi 24 jam sehari,
maka diperkirakan dalam satu hari industri melakukan 5 kali pencucian. Untuk satu kali
21
pencucian membutuhkan air 3000 liter. Dengan demikian jika lima kali cucian, maka satu mesin akan membutuhkan 15.000 liter tiap hari. Jika satu industri mempunyai 6 mesin pencuci, maka untuk satu industri limbahnya menjadi 90 000 liter tiap hari, suatu jumlah yang cukup besar (Lihat Tabel II.2).
Tabel II.2 : Analisis Jumlah Limbah Untuk Satu
Mesin Pencuci
No Proses Jumlah air (liter)
Max (liter)
1 Garmen 400-600 600 2 Kocok 400-600 600 3 Celup/ bio/
bleaching 400-600 600
4 Pencucian 400-600 600 5 Softener 400-600 600 3.000 Operasi 24 jam = maksimum 5 kali run 15.000 liter Dari hasil survei rata-rata industri terdapat 6 mesin jumlah limbah/hari
90.000 liter
II.4.2 Potensi Limbah Industri Laundry
Saat ini di Kelurahan Sukabumi Selatan ada 34 industri yang beroperasi, dengan demikian jumlah limbah totalnya menjadi sangat besar. Jika untuk satu industri saja jumlah rata-rata limbahnya 90 000 liter, maka total limbah dari aktivitas pencucian tekstil di Sukabumi Selatan mencapai 3060 m3 tiap hari. Jika nilai BOD5 rata-rata
22
23
berkisar 1500 mg/l, maka beban BOD-nya menjadi 4590 kg BOD5/hari.
II.5 Kualitas Air Limbah
Hasil survai menunjukkan bahwa limbah industri pencucian tekstil dapat dikelompokkan menjadi kelas ringan (BOD < 200 mg/l), kelas sedang (BOD 500 – 1000 mg/l), dan berat (BOD > 1000 mg/l). Untuk industri-industri yang mempumyai nilai BOD rendah atau ringan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut atau ulangan, karena dilapangan belum ditemukan unit pengolahan limbah yang memadai. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan terus-menerus (Lihat Tabel II.3). Pembagian kelas kualitas air hanya berdasarkan kandungan nilai BOD5 saja, untuk pencucian tekstil warna merupakan indikator penting karena menyangkut estetika. Untuk yang kualitas airnya sedang harus sudah dibuatkan pengolahan limbah dan untuk industri yang nilai BOD5 melebihi 1000 mg/l harus mendapat prioritas penanganan.
Tabel II.3 : Kualitas Air Limbah No. NAMA PERUSAHAAN TANGGAL BOD COD mg/ l mg/ l Kelas Ringan 1. Madinah Jaya 21 Juni 2000 20,20 4,45 2. Citra Harum 21 Juni 2000 26,20 39,80 3. Kilat Laundry 21 juni 2000 70,00 92,31 4. Harapan Jaya Laundry 21 Juni 2000 52,30 99,62 5. Mahkota Laundry 21 Juni 2000 31,60 37,81 6. Matahari 14 Juni 2000 96,10 137,04 7. Winner 14 Juni 2000 125,00 321,43 8. Gemilau sejati 21 Juni 2000 95,40 277,78 9. Master 14 Juni 2000 135,00 360,71 10. Kusnan Laundry 21 Juni 2000 91,50 148,15 11. Barokah 21 Juni 2000 160,00 294,12 Kelas Sedang 12. Fajar 21 Juni 2000 204,00 518,52 13. Sentertal 22 Juni 2000 224,00 503,70
24
Lanjutan Tabel II.3 : Kualitas Air Limbah
No. NAMA PERUSAHAAN TANGGAL BOD COD mg/ l mg/ l 14. Firrini 21 Juni 2000 279,00 462,96 15. Prospec Warna 21 Juni 2000 249,70 499,99 16. Nur Laundry 21 Juni 2000 348,00 1.018,15 17. Laundry Saba 9 Juni 2000 366,00 1.627,46 18. Prima Laundry 21 Juni 2000 400,00 833,33 19. Permata Laundry 21 Juni 2000 345,56 444,44 20. Asia Perdana 21 Juni 2000 412,00 870,37 21. Jaguar 13 Juni 2000 416,00 636,37 22. Gunung Ringgit 9 Juni 2000 446,00 872,74 23. Asoka 21 Juni 2000 564,00 861,72 24. Kiki Laundry 13 Juni 2000 542,60 767,85 25. Jaya Mandiri 21 Juni 2000 725,00 1.259,26 26. Intan Sari Citra,PT 14 Juni 2000 760,05 1.807,56 27. Rabel 21 Juni 2000 948,00 1.523,04
25
26
Lanjutan Tabel II.3 : Kualitas Air Limbah
No. NAMA PERUSAHAAN TANGGAL BOD COD mg/ l mg/ l Kelas Berat 28. Laundry Bersaudara 9 Juni 2000 1.042,00 2.058,84 29. Grand Cardinal 13 Juni 2000 2.911,00 4.454,59 30. Aulia Abadi 13 Juni 2000 1.341,80 6.272,79
II.6 Lokasi Industri dan Usulan Pengolahan
Limbah
Berdasarkan survei lapangan, lokasi industri pencucian jean yang ada di kelurahan Sukabumi Selatan, kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, secara lengkap ditunjukkan seperti pada Tabel II.1 dan Gambar II.1.
Pada Gambar II.1 dapat dilihat letak lokasi industri di Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Daerah Sukabumi Selatan secara topografi naik dan turun, wilayahnya dilalui sedikitnya 3 buah sungai atau kali. Lokasi industri yang menyebar dan terbatasnya lahan membuat sulit untuk menentukan lokasi pengolahan limbah. Dari pola penyebaran industri, paling sedikit dibutuhkan 6 unit pengolahan limbah secara terpusat. Untuk menentukan lokasi prioritas dapat dilihat nilai BOD5 dan beban pencemarannya serta ketersediaan lahan. Berdasarkan kondisi tersebut maka, lokasi yang mempunyai prioritas untuk dibangun unit pengolah limbah ditunjukkan seperti pada Gambar II.2. Nomor urut lokasi merupakan urutan prioritas. Sedangkan untuk lokasi yang sulit untuk dilakukan pengolahan secara terpusat disarankan untuk dilakukan dengan pengolahan secara individual yakni masing-masing industri harus mempuyai IPAL sendiri-sendiri.
27
Tabel II. 1. Hasil Survei Limbah Industri Tekstil, Kelurahan Sukabumi Selatan, Jakarta Barat
No Nama Perusahaan
Jenis Industri
Kapasitas Produksi
Nama Jalan Jumlah Naker
(orang)
Bahan2 yg digunakan
(Kg/krg*)/bulan
Jml Air Buangan (m3/hari)
Sumber Air
Buangan
Mesin yang digunakan
(unit)
Sarana Pengolahan
Limbah
Saluran Pembua
ngan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Harapan Jaya Pencucian
Jean 250.000 Raya Pos
Pengumben 10 B 46 Hypo
Sodium Garam Na2CO3 H2O2 Bt apung*
210 30
100 150
300
45 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
4 1 9 3
Tidak ada Saluran umum
2 Citra Harapan Pencucian jean
Raya Pos Pengumben
12 OBA Sabun Na2CO3 Softener Bt apung*
75 40
150 75
150
35 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
7 1 7 2
Tidak ada Saluran umum
3 Madinah Jaya Pencucian jean
FF No. 34 16 OBA Sabun Na2CO3 Softener Bt apung*
50 40
200 150 200
30 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
5 1 6 2
Tidak ada Saluran umum
4 Permata Loundry
Pencucian Jean
FF No. 45 OBA Softener Sabun Na2CO3 H2O2 Bt apung*
20 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
1 1 4 1
Tidak ada Saluran umum
5 Gemilau Sejati Pencucian jean
Pahlawan I/47 20 Sabun Na2CO3 Softener Bt apung*
250 100 500 100
30 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
6 1 3 1
Tidak ada Saluran umum
6 Mahkota Laundry
Pencucian Jean
Pahlawan 84 21 HIPO Sabun Softener Bt apung*
250 210 100 150
40 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
101 8 2
Tidak ada Saluran umum
28
Tabel II. 1: Hasil Survei Limbah Industri Tekstil, Kelurahan Sukabumi Selatan, Jakarta Barat (lanjutan).
No Nama Perusahaan
Jenis Industri
Kapasitas Produksi
Nama Jalan Jumlah Naker
(orang)
Bahan2 yg digunakan
(Kg/krg*)/bulan
Jml Air Buangan (m3/hari)
Sumber Air
Buangan
Mesin yang digunakan
(unit)
Sarana Pengolahan
Limbah
Saluran Pembua
ngan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 7 Asia Perdana
Citra Pencucian jeans
Pahlawan CC II/33B
11 NaOH Na2CO3 Bt apung*
100 90
400
45 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
8 1 8 2
Tidak ada Saluran umum
8 Prospec Warna Pencucian jean
Pahlawan CC II/33D
13 OBA Softener Sabun NaOH Bt apung*
40 60 30
100 100
25 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
5 1 5 2
Tidak ada Saluran umum
9 Firrini Jaya Pencucian jean
Pahlawan CC II/28
24 NaOH Sabun Na2CO3 Bt apung*
100 120 200 400
30 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
101 6 2
Tidak ada Saluran umum
10 JMR Laundry Pencucian jean
Pahlawan II 003/05 No 5
4 OBA SAbun Softener Bt apung*
40 30 60
100
20 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
3 1 4 1
Tidak ada Saluran umum
11 Kilat Laundry Pencucian jean
Pahlawan CC II/34
16 OBA Sabun Softener Bt apung*
40 200 150 200
35 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
4 1 7 2
Tidak ada Saluran umum
12 Kusnan Laundry
Pencucian jean
210.000 H. Sholeh II/60 12 OBA Sabun Softener Bt apung*
70 70 60 80
15 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
3 1 4 1
Tidak ada Saluran umum
13 Nur Laundry Pencucian jean
Pahlawan CC II 11 NaOH Sabun Na2CO3 Bt apung*
200 100 200 200
40 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
7 1 8 2
Tidak ada Saluran umum
29
Tabel II. 1: Hasil Survei Limbah Industri Tekstil, Kelurahan Sukabumi Selatan, Jakarta Barat (lanjutan).
No Nama Perusahaan
Jenis Industri
Kapasitas Produksi
Nama Jalan Jumlah Naker
(orang)
Bahan2 yg digunakan
(Kg/krg*)/bulan
Jml Air Buangan (m3/hari)
Sumber Air
Buangan
Mesin yang digunakan
(unit)
Sarana Pengolahan
Limbah
Saluran Pembua
ngan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 14 Jaya Mandiri Pencucian
jean 150.000 Komp.H Said No
47 16 OBA
Sabun Softener Bt apung*
40 150 200 200
35 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
6 1 7 2
Tidak ada Saluran umum
15 Gunung Ringgit Laundry 120.000 H. Tohir No. 38 12 OBA Sabun Pewarna Softener Bt apung*
50 40 40 30
100
20 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
4 1 3 1
Tidak ada Saluran umum
16 Laundry Bersaudara
Laundry 600.000 H. Soleh IA No. 32
41 sabun NaOH Garam Na2CO3 Kaporit Bt apung*Warna
120 100 100 200 40
400 300
45 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
6 1 8 2
Tidak ada Saluran umum
17 ASOKA Laundry 150.000 BB No. 31 4 OBA Na2CO3 Softener Bt apung*
50 40
120 100
15 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
2 1 3 1
Tidak ada Saluran umum
18 Fajar Laundry Joglo Raya 75 6 OBA Sabun Na2CO3 Softener Bt apung*Nufo
25 40
150 25
150
15 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
3 1 3 1
Tidak ada Saluran umum
30
Tabel II. 1: Hasil Survei Limbah Industri Tekstil, Kelurahan Sukabumi Selatan, Jakarta Barat (lanjutan).
No Nama Perusahaan
Jenis Industri
Kapasitas Produksi
Nama Jalan Jumlah Naker
(orang)
Bahan2 yg digunakan
(Kg/krg*)/bulan
Jml Air Buangan (m3/hari)
Sumber Air
Buangan
Mesin yang digunakan
(unit)
Sarana Pengolahan
Limbah
Saluran Pembua
ngan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 19 Sentral Laundry 600.000 AA No. 21 10 Hypo
Sabun Softener Na2CO3 H2O2 Bt apung*
100 210 210 30
300
35 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
8 1 7 1
Tidak ada Saluran umum
20 Aulia Abadi Laundry 600.000 Assirot No.10 18 OBA Sabun Na2CO3 Softener Bt apung*
25 300 150 35
225
25 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
4 1 5 1
Tidak ada Saluran umum
21 Jaguar Laundry 600.000 H. Soleh II/8A 20 OBA Na2SO4 Softener Na2CO3 DetergenBt apung*
20 270 125 100 40
150
50 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
101 102
Tidak ada Saluran umum
22 Norman Laundry 120.000 Assirot No. 3 19 OBA Na2SO4 Softener Na2CO3 DetergenBt apung*
20 270 125 100 40
150
50 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
8 1 10 2
Tidak ada Saluran umum
23 KIKI Laundry Laundry 600.000 Assirot No. 7 8 + 4 OBA Sabun NaOH Softener Bt apung*
60 40
100 70
200
15 Pencucian Oven Boiler Cuci K Cuci B Peras
3 1 2 2 1
Tidak ada Saluran umum
31
Tabel II. 1: Hasil Survei Limbah Industri Tekstil, Kelurahan Sukabumi Selatan, Jakarta Barat (lanjutan).
No Nama Perusahaan
Jenis Industri
Kapasitas Produksi
Nama Jalan Jumlah Naker
(orang)
Bahan2 yg digunakan
(Kg/krg*)/bulan
Jml Air Buangan (m3/hari)
Sumber Air
Buangan
Mesin yang digunakan
(unit)
Sarana Pengolahan
Limbah
Saluran Pembua
ngan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 24 Matahari Laundry 300.000 Persatuan 20 16 HIPO
Sabun NaOH Softener Bt apung*
100 500 500 70
200
30 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
7 1 6 2
Tidak ada Saluran umum
25 Matahari Laundry 150.000 Danau sunter C1/16A
16 Hypo Sabun Na2CO3 Bt apung*
50 30 40 30
25 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
4 1 6 1
Tidak ada Saluran umum
26 Laundry SABA Laundry Persatuan 12 8 OBA Sabun Softener NaOH Bt apung*
40 30 60
100 100
25 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
2 1 3 1
Tidak ada Saluran umum
27 Intan Sari Laundry 600.000 Persatuan 32 10 OBA Sabun Softener Bt apung*
40 200 150 200
20 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
4 1 4 2
Tidak ada Saluran umum
28 Master Laundry 600.000 H. Soleh II/8A 30 Kaporit OBA NaOH Softener Na2CO3 Bt apung*
500 300 125 500 125 200
20 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
1 1 4 2
Tidak ada Saluran umum
29 Rabel Laundry 300.000 H. Daut 28 10 OBA Sabun NaOH Softener Bt apung*Pewarna
60 30
150 70
200 30
20 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
8 1 10 2
Tidak ada Saluran umum
32
Tabel II. 1: Hasil Survei Limbah Industri Tekstil, Kelurahan Sukabumi Selatan, Jakarta Barat (lanjutan).
No Nama Perusahaan
Jenis Industri
Kapasitas Produksi
Nama Jalan Jumlah Naker
(orang)
Bahan2 yg digunakan
(Kg/krg*)/bulan
Jml Air Buangan (m3/hari)
Sumber Air
Buangan
Mesin yang digunakan
(unit)
Sarana Pengolahan
Limbah
Saluran Pembua
ngan 30 KIKI Laundry Laundry 600.000 Assirot No. 7 8 + 4 OBA
Sabun NaOH Softener Bt apung*Pewarna
60 30
150 70
200 30
20 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
4 1 4 1
Tidak ada Saluran umum
31 Winner Laundry 300.000 Persatuan 18 25 OBA Sabun Garam Softener Na2CO3 Bt apung*
25 250 200 500 100 180
50 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
5 1 102
Tidak ada Saluran umum
32 Diamond Wash Laundry 300.000 Tohir 37 8 OBA Sabun Na2CO3 Softener Bt apung*
30 30 20
100 100
30 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
4 1 6 2
Tidak ada Saluran umum
33 Barokah Laundry 300.000 Tohir 36 A 15 OBA Sabun Na2CO3 Softener Bt apung*H2O2
40 30 30
150 150 30
50 Pencucian Oven Boiler Cuci B Cuci K Peras
7 1 8 2 1
Tidak ada Saluran umum
34 Grand cardinal Laundry 600.000 KPBD 32 37 OBA Kaporit Sabun Garam Softener Na2CO3 Bt apung*
150 2000
300 200 800 400 500
15 Pencucian Oven Boiler Cuci Peras
7 1 8 2
Tidak ada Saluran umum
33
Tabel III.2 : Baku Mutu Limbah Cair Untuk Limbah Tekstil.
PARAMETER
KADAR
BEBAN LIMBAH MAKSIMUM (kg/ton)
MAKSIMUM
(mg/L)
Terpadu
Pencucian Kapas,
Pemintalan, penenunan
Sizing/
Desizing
Scouring
Bleaching
merserisasi
Dyeing
Printing
BOD (5 Hari, 20 0C) 75.0 9.375 0.525
0.750 1.800 1.350 1.125 1.500
0.450
COD (Bichromat) 100.0 12.50 0.70 1.00 2.40 1.80 1.50 2.00 0.60 Padatan tersuspensi total 50.0 6.25 0.35 0.50 1.20 0.90 0.75 1.00 0.30 Fenol (total) 0.5 0.063 0.0035 0.005 0.012 0.009 0.008 0.010 0.003 Chrom (total) 1.0 0.125 0.007 0.0010 0.024 0.018 0.015 0.020 0.006 Minyak dan Lemak 3.0 0.375 0.021 0.030 0.071 0.054 0.045 0.060 0.018 PH 6 - 9 - - - - - - - - Zat Organik
85.0 10.625 0.595 0.850 2.040 1.530 1.275 1.700 0.510
Debit Limbah maksimum : M3 per ton produk tekstil 125 7
10 24 18 15 20
6
34
Gambar II.1 : Lokasi Industri Landry, Debit (m3/hari), BOD (mg/l), COD (mg/l) dan pH Air Limbah
35
Gambar II.2 : Lokasi Industri Tekstil dan Rencana IPAL di Sukabumi Selatan
36
BAB III
PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN JEAN DENGAN
PROSES BIOFILTER TERCELUP ANAEROB-AEROB
UJI COBA SKALA LABORATORIUM
37
III.1 Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologis Pengolahan air buangan secara biologiS
adalah suatu cara pengolahan yang diarahkan untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu yang terkandung dalam air buangan dengan memanfaatkan aktifitas mikroorganisme untuk melakukan perombakan substrat tersebut.
Menurut Djajadiningrat (1990) pengolahan secara biologis dapat diklasifikasikan berdasarkan 3 pendekatan, yaitu berdasarkan lingkungan proses biologis, macam-macam biotransformasi yang terjadi, dan konfigurasi bioreaktornya. III.1.1 Lingkungan Proses Biologis
Menurut Grady & Lim (1980), proses pengolahan air buangan secara biologi merupakan suatu proses biokimia yang dapat berlangsung dalam 2 lingkungan utama, yaitu :
a. Lingkungan aerob b. Lingkungan anaerob Lingkungan aerob, yaitu lingkungan dimana
kadar oksigen terlarut (DO) di dalam air terdapat cukup banyak, sehingga oksigen merupakan faktor pembatas. Pada keadaan ini oksigen bertindak sebagai akseptor elektron akhir dalam metabolisme
38
mikroba, dan pertumbuhan akan berlangsung secara efisien.
Sedangkan lingkungan anaerob merupakan kebalikan dari aerob, yaitu pada lingkungan ini tidak terdapat oksigen terlarut atau ada dalam konsentrasi yang sangat rendah, sehingga oksigen menjadi faktor pembatas berlangsungnya proses metabolisme aerob. Pada kondisi ini bahan lain akan bertindak sebagai akseptor elektron akhir. Jika bahan tersebut adalah molekul organik, maka istilah yang dipakai untuk menyebutkan proses yang berlangsung adalah fermentasi. Jika akseptor elektron akhir tersebut merupakan bahan anorganik, pertumbuhan tersebut dikatakan mengalami respirasi anaerob.
III.1.1.1 Proses Pengolahan Secara Anaerob Menurut Mosey (1983), secara garis besar
mekanisme proses pengolahan air limbah secara anaerob adalah konversi bahan organik atau organik karbon menjadi gas bio atau gas methan dan karbondioksida. Proses konversi tersebut meliputi tiga tahapan proses, yaitu : A. Tahap Hidrolisis dan Fermentasi
Tahap hidrolisis adalah tahap penguraian polimer-polimer organik tak larut menjadi senyawa organik terlarut. Polimer organik tak larut tersebut hadir dalam bentuk protein, karbohidrat dan lemak.
39
Proses hidrolisis seperti dijelaskan oleh Henze (1983) sebagai berikut :
Lemak dihidrolisis menjadi asam lemak yang
selanjutnya diubah menjadi asam propionat Protein dihidrolisis menjadi asam amino yang
selanjutnya diubah menjadi asam keto. Karbohidrat dihidrolisis menjadi asam keto
dan alkohol. Asam keto yang berasal dari hidrolisis protein dan karbohidrat diubah menjadi asam piruvat, yang selanjutnya diubah lagi menjadi asam laktat, asam propionat dan asam butirat. Proses hidrolisis dan fermentasi dilakukan
oleh aktivitas bakteri pembentuk asam yang merupakan bakteri fakultatif.
B. Tahap Asetogenesis
Tahap asetogenesis merupakan tahap
pembentukan asam asetat. Asam asetat yang terbentuk sebagian besar berasal dari asam propionat dan asam butirat. Pada tahap ini dihasilkan asam asetat, hidrogen dan karbondioksida.
Menurut Mosey (1983), reaksi kimia pembentukan asam asetat adalah sebagai berikut :
Asam propionat menjadi asam asetat :
CH3CH2COOH + 2 H2O CH3COOH + CO2 + 3H2
40
Asam butirat menjadi asam asetat :
CH3CH2CH2COOH + 2H2O 2 CH3COOH + 2H2
C. Tahap Metanogenesis
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari
mekanisme proses anaerob. Pada tahap ini gas metana akan terbentuk, baik yang berasal dari asam asetat maupun dari hidrogen. Secara keseluruhan tahap ini merupakan tahapan yang paling menentukan dari keseluruhan tahap mekanisme proses secara anaerob. Menurut Mosey (1983), proses metanogenesis merupakan proses yang berjalan paling lambat dari keseluruhan mekanisme anaerob. Hal ini dikarenakan oleh karena lambatnya pembelahan diri dari bakteri metana asetoklastik. Reaksi pembentukan gas metana adalah sebagai berikut :
Pembentukan gas metana dari asam asetat :
CH3COOH CH4 + CO2 Pembentukan gas metana dari hidrogen :
3H2 + CO2 CH4 + H2O
Hal yang perlu diperhatikan dari ketiga tahapan pada mekanisme proses anaerob adalah bahwa secara keseluruhan proses konversi tersebut dilakukan oleh mikroorganisme yang berbeda, di mana pada tahap hidrolisis dilakukan oleh bakteri
41
fakultatif dan pada proses asetogenesis oleh bakteri anaerob.
III.1.1.2 Proses Pengolahan Secara Aerob
Berbeda dengan proses anaerob, beban pengolahan pada proses aerob lebih rendah, sehingga prosesnya ditempatkan sesudah proses anaerob. Pada proses aerob hasil pengolahan dari proses anaerob masih mengandung zat organik dan nutrisi yang dapat diubah menjadi sel baru, hidrogen maupun karbondioksida oleh sel bakteri baru tersebut dalam kondisi oksigen yang cukup.Sistem penguraian aerob umumnya dioperasikan secara kontinyu. Persamaan umum reaksi penguraian secara aerob adalah sebagai berikut :
mikroba aerob
Bahan organik + O2 Sel baru +
energi untuk sel + CO2 + H2O + produk akhir lainnya
III.1.2 Faktor Yang berpengaruh di dalam
Proses Biologis Beberapa faktor yang berpengaruh di dalam
proses pengolahan air limbah secara biologis antara lain yakni :
42
Temperatur
Temperatur tidak hanya mempengaruhi aktifitas metabolisme mikroorganisme, tetapi juga mempengaruhi faktor lain seperti kecepatan transfer gas dan karakteristik pengendapan lumpur. Temperatur optimum untuk mikroorganisme untuk proses aerob adalah sama dengan untuk proses anaerob. pH Air
Nilai pH merupakan faktor kunci bagi pertumbuhan mikroorganisme. Beberapa bakteri dapat hidup pada pH di atas 9,5 dan di bawah 4,0. Secara umum pH optimum bagi pertumbuhan mikroorganisme adalah 6,5-7,5.
Waktu tinggal hidrolis (WTH)
Waktu Tinggal Hidrolis (WTH) adalah waktu perjalanan limbah cair di dalam reaktor, atau dapat pula dikatakan lamanya proses pengolahan limbah cair tersebut. Semakin lama waktu tinggal maka penghilangan yang terjadi akan semakin besar. Waktu tinggal dalam reaktor biologis sangat bervariasi dari 1 jam hingga berhari-hari. (Gair, 1989). Nutrien
Di samping kebutuhan karbon dan energi, mikroorganisme juga membutuhkan nutrien untuk sintesa sel dan pertumbuhan. Kebutuhan nutrien
43
dinyatakan dalam bentuk perbandingan karbon dan nitrogen dan fosfor yang merupakan nutrien anorganik utama yang diperlukan mikroorganisme dalam bentuk BOD:N:P (Benefield & Randall, 1980).
III.1.3 Konfigurasi Reaktor
Berdasarkan atas kondisi biakan atau pertumbuhan mikroorganisme yang berperan di dalam proses pengolahan air limbah secara bilogis secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yakni proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses biologis dengan biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam.
Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan menggunakan aktifitas mikro-organisme untuk menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air dan mikro-organime yang digunakan dibiakkan secara tersuspesi di dalam suatu reaktor. Beberapa contoh proses pengolahan dengan sistem ini antara lain : proses lumpur aktif standar/konvesional (standard activated sludge), step aeration, contact stabilization, extended aeration, oxidation ditch (kolam oksidasi sistem parit) dan lainya.
Proses biologis dengan biakan melekat yakni proses pengolahan limbah dimana mikro-organisme yang digunakan dibiakkan pada suatu media sehingga mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Beberapa contoh teknologi pengolahan air limbah dengan cara ini antara lain : trickling filter atau biofilter, rotating biological
44
45
contactor (RBC), contact aeration/oxidation (aerasi kontak) dan lainnnya.
Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam adalah dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal yang cukup lama sehingga dengan aktifitas mikro-organisme yang tumbuh secara alami, senyawa polutan yang ada dalam air akan terurai. Untuk mempercepat proses penguraian senyawa polutan atau memperpendek waktu tinggal dapat juga dilakukam proses aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization pond). Proses dengan sistem lagoon tersebut kadang-kadang dikategorikan sebagai proses biologis dengan biakan tersuspensi.
Secara garis besar klasifikasi proses pengolahan air limbah secara aerobik dapat dilihat seperti pada Gambar III.1.
III.1.4 Peranan Mikrorganisme Dalam
Pengolahan Biologis Dalam pengolahan biologis keberadaan
mikroorganisme sangat dibutuhkan karena proses tidak akan berlangsung tanpa kehadiran mikroorganisme pengurai. Menurut Metcalf & Eddy (1991), berdasarkan kebutuhan nutrisi yang digunakan, mikroorganisme dapat dibedakan menjadi :
Gambar III.1 : Klasifikasi proses pengolahan air limbah secara biologis
berdasarkan konfigurasi reaktor.
46
1) Mikroorganisme heterotrof, yaitu mikro-
organisme yang menggunakan substrat organik karbon sebagai sumber energi.
2) Mikroorganisme autotrof, mikroorganisme yang
menggunakan senyawa CO2 atau HCO3-
sebagai sumber karbon untuk proses metabolismenya, dimana sumber karbon diperoleh dari proses oksidasi dari bakteri heterotrof.
3) Mikroorganisme fakultatif autotrof, yaitu
mikroorganisme yang dapat menggunakan CO2 dan senyawa organik sebagai sumber karbon.
Bakteri, jamur, alga, protozoa, crustacea dan
virus adalah mikroorganisme yang berperan penting dalam proses pengolahan air buangan. Diantara mikroorganisme yang memegang peranan terpenting adalah bakteri dan juga yang paling banyak digunakan dalam proses pengolahan air buangan, sehingga struktur sel mikroorganisme lainnya dapat disamakan dengan bakteri (Metcalf & Eddy, 1991).
Seperti dikutip oleh Metcalf & Eddy (1991) dari Hoover & Porges (1952), bahwa sel bakteri sebagian besar terdiri dari air (80%) dan sisanya merupakan materi kering (20%). Materi kering tersebut terdiri dari 10 % bahan anorganik dan 90 % bahan organik (C5H7O2N).
47
Untuk memperoleh hasil yang memuaskan dari suatu proses pengolahan air limbah secara biologis diperlukan desain sistem pengolahan yang efektif. Menurut Benefield & Randall (1980), untuk mendapatkan desain yang efektif diperlukan faktor-faktor berikut :
Kebutuhan nutrisi mikroorganisme Faktor-faktor lingkungan yang mem-
pengaruhi pertumbuhan mikroorganisme Metabolisme mikroorganisme Hubungan antara pertumbuhan mikro-
organisme dan pemakaian substrat
Berdasarkan temperatur untuk tumbuh dan berkembang biak, maka mikroorganisme dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
Mikroorganisme Psikofilik, yaitu mikroorganisme yang hidup dan tumbuh pada temperatur (10 – 30) oC, dengan temperatur optimal (12 – 18) oC.
Mikroorganisme Mesofilik, yaitu
mikroorganisme yang hidup dan tumbuh pada temperatur (20 – 50) oC, dengan temperatur optimal (25 – 40) oC.
Mikroorganisme Thermofilik, yaitu
mikroorganisme yang hidup dan tumbuh pada temperatur (35 – 75) oC, dengan temperatur optimal (55 – 65) oC.
48
Berdasarkan sumber energi yang dibutuhkan untuk proses metabolismenya, dapat digolongkan menjadi :
Mikroorganisme fototrof, yaitu mikro-organisme yang menggunakan cahaya sebagai sumber energi.
Mikroorganisme kemototrof, yaitu mikroorganisme yang memanfaatkan hasil reaksi oksidasi-reduksi untuk memenuhi kebutuhan energi.
Mikroorganisme mengalami proses metabolisme yang terdiri dari katabolisme dan anabolisme. Proses anabolisme memerlukan energi (reaksi endergonik) dan terjadi pada proses sintesa mikroorganisme. Sedangkan proses katabolisme yang terjadi pada proses oksidasi dan respirasi merupakan reaksi eksergonik karena melepaskan energi (Reynolds, 1982). Proses transformasi substrat berlangsung dalam suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam proses biologis, yaitu enzim yang bersifat katalis.
Menurut Metcalf & Eddy (1991), kultur bakteri melakukan konversi yang dapat digambarkan menurut reaksi berikut ini : Oksidasi dan sintesa :
(bahan organik) bakteri COHNS + O2 + Nutrien CO2 + NH3
+ C5H7NO2
49
Respirasi endogenous : bakteri
C5H7NO2 + 5 O2 5 CO2 + NH3 + 2H2O + energi
Bahan organik seperti C, O, H, N dan S terkandung dalam air buangan. III.2 Pengolahan Air Limbah Dengan Proses
Film Mikrobiologis (Biofilm)
Proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm atau biofilter secara garis besar dapat diklasifikasikan seperti pada Gambar III.2. Proses tersebut dapat dilakukan dalam kondisi aerobik, anaerobik atau kombinasi anaerobik dan aerobik. Proses aerobik dilakukan dengan kondisi adanya oksigen terlarut di dalam reaktor air limbah, dan proses anaerobik dilakukan dengan tanpa adanya oksigen dalam reaktor air limbah. Sedangkan proses kombinasi anaerob-aerob adalah merupakan gabungan proses anaerobik dan proses aerobik. Proses ini biasanya digunakan untuk menghilangan kandungan nitrogen di dalam air limbah. Pada kondisi aerobik terjadi proses nitrifikasi yakni nitrogen ammonium diubah menjadi nitrat (NH4
+ ---> NO3 ) dan pada kondisi anaerobik terjadi proses denitrifikasi yakni nitrat yang terbentuk diubah menjadi gas nitrogen (NO3 -----> N2 ).
50
Gambar III.2 : Kalsifikasi cara pengolahan air limbah dengan proses film mikro-
biologis(proses biofilm).
51
III.2.1 Prinsip Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Biofilm Mekanisme proses metabolisme di dalam sitem biofilm aerobik secara sederhana dapat diterangkan seperti pada Gambar III.3. Gambar tersebut menunjukkan suatu sistem biofilm yang yang terdiri dari medium penyangga, lapisan biofilm yang melekat pada medium, lapisan alir limbah dan lapisan udara yang terletak diluar. Senyawa polutan yang ada di dalam air limbah misalnya senyawa organik (BOD, COD), ammonia, phospor dan lainnya akan terdifusi ke dalam lapisan atau film biologis yang melekat pada permukaan medium. Pada saat yang bersamaan dengan menggunakan oksigen yang terlarut di dalam air limbah senyawa polutan tersebut akan diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di dalam lapisan biofilm dan energi yang dihasilhan akan diubah menjadi biomasa. Sulpai oksigen pada lapisan biofilm dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya pada sistem RBC yakni dengan cara kontak dengan udara luar, pada sistem “Trickling Filter” dengan aliran balik udara, sedangkan pada sistem biofilter tercelup dengan menggunakan blower udara atau pompa sirkulasi. Jika lapiasan mikrobiologis cukup tebal, maka pada bagian luar lapisan mikrobiologis akan berada dalam kondisi aerobik sedangkan pada bagian dalam biofilm yang melekat pada medium akan berada dalam kondisi anaerobik.
52
Gambar III.3 : Mekanisme proses metabolisme di dalam sistem biofilm.
Pada kondisi anaerobik akan terbentuk gas H2S, dan jika konsentrasi oksigen terlarut cukup besar maka gas H2S yang terbentuk tersebut akan diubah menjadi sulfat (SO4 ) oleh bakteri sulfat yang ada di dalam biofilm. Selain itu pada zona aerobik nitrogen–ammonium akan diubah menjadi nitrit dan nitrat dan
53
selanjutnya pada zona anaerobik nitrat yang terbentuk mengalami proses denitrifikasi menjadi gas nitrogen. Oleh karena di dalam sistem bioflim terjadi kondisi anaerobik dan aerobik pada saat yang bersamaan maka dengan sistem tersebut maka proses penghilangan senyawa nitrogen menjadi lebih mudah. Hal ini secara sederhana ditunjukkan seperti pada Gambar III.4.
Gambar III.4 : Mekanisne penghilangan Ammonia di dalam proses biofilter.
III.2.2 Keunggulan Proses Film Mikrobiologis
(Biofilm)
Pengolahan air limbah dengan proses biofim mempunyai beberapa keunggulan antara lain :
54
Pengoperasiannya mudah Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm, tanpa dilakukan sirkulasi lumpur, tidak terjadi masalah “bulking” seperti pada proses lumpur aktif (Activated sludge process). Oleh karena itu pengelolaaanya sangat mudah.
Lumpur yang dihasilkan sedikit Dibandingakan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang dihasilkan pada proses biofilm relatif lebih kecil. Di dalam proses lumpur aktif antara 30 – 60 % dari BOD yang dihilangkan (removal BOD) diubah menjadi lumpur aktif (biomasa) sedangkan pada proses biofilm hanya sekitar 10-30 %. Hal ini disebabkan karena pada proses biofilm rantai makanan lebih panjang dan melibatkan aktifitas mikroorganisme dengan orde yang lebih tinggi dibandingkan pada proses lumpur aktif. Dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi tinggi. Oleh karena di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm mikroorganisme atau mikroba melekat pada permukaan medium penyangga maka pengontrolan terhadap mikroorganisme atau mikroba lebih mudah. Proses biofilm tersebut cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi tinggi.
55
Tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun fluktuasi konsentrasi.
Di dalam proses biofilter mikro-organisme
melekat pada permukaan unggun media, akibatnya konsentrasi biomasa mikro-organisme per satuan volume relatif besar sehingga relatif tahan terhadap fluktuasi beban organik maupun fluktuasi beban hidrolik. Pengaruh penurunan suhu terhadap efisiensi pengolahan kecil.
Jika suhu air limbah turun maka aktifitas
mikroorganisme juga berkurang, tetapi oleh karena di dalam proses biofilm substrat maupun enzim dapat terdifusi sampai ke bagian dalam lapisan biofilm dan juga lapisan biofilm bertambah tebal maka pengaruh penurunan suhu (suhu rendah) tidak begitu besar.
III.2.3 Proses Biofilm atau Biofilter Tercelup
(Submerged Biofilter)
Proses pengolahan air limbah dengan proses biofilm atau biofilter tercelup dilakukan dengan cara mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis yang di dalamnya diisi dengan media penyangga untuk pengebang-biakan mikroorganisme dengan atau tanpa aerasi. Untuk proses anaerobik
56
57
dilakukan tanpa pemberian udara atau oksigen. Posisi media biofilter tercelup di bawah permukaan air. Media biofilter yang digunakan secara umum dapat berupa bahan material organik atau bahan material anorganik.
Untuk media biofilter dari bahan organik misalnya dalam bentuk tali, bentuk jaring, bentuk butiran tak teratur (random packing), bentuk papan (plate), bentuk sarang tawon dan lain-lain. Sedangkan untuk media dari bahan anorganik misalnya batu pecah (split), kerikil, batu marmer, batu tembikar, batu bara (kokas) dan lainnya. Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilter tercelup aerobik, sistem suplai udara dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi yang sering digunakan adalah seperti yang tertera pada Gambar III.5. Beberapa cara yang sering digunakan antara lain aerasi samping, aerasi tengah (pusat), aerasi merata seluruh permukaan, aerasi eksternal, aerasi dengan “air lift pump”, dan aersai dengan sistem mekanik. Masing-masing cara mempunyai keuntungan dan kekurangan. Sistem aerasi juga tergantung dari jenis media maupun efisiensi yang diharapkan. Penyerapan oksigen dapat terjadi disebabkan terutama karena aliran sirkulasi atau aliran putar kecuali pada sistem aerasi merata seluruh permukaan media.
Gambar III.5 : Beberapa metoda aerasi untuk proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilter tercelup.
58
Di dalam proses biofilter dengan sistem
aerasi merata, lapisan mikroorganisme yang melekat pada permukaan media mudah terlepas, sehingga seringkali proses menjadi tidak stabil. Tetapi di dalam sistem aerasi melalui aliran putar, kemampuan penyerapan oksigen hampir sama dengan sistem aerasi dengan menggunakan difuser, oleh karena itu untuk penambahan jumlah beban yang besar sulit dilakukan. Berdasarkan hal tersebut diatas belakangan ini penggunaan sistem aerasi merata banyak dilakukan karena mempunyai kemampuan penyerapan oksigen yang besar. Jika kemampuan penyerapan oksigen besar maka dapat digunakan untuk mengolah air limbah dengan beban organik (organic loading) yang besar pula. Oleh karena itu diperlukan juga media biofilter yang dapat melekatkan mikroorganisme dalam jumlah yang besar. Biasanya untuk media biofilter dari bahan anaorganik, semakin kecil diameternya luas permukaannya semakin besar, sehinggan jumlah mikroorganisme yang dapat dibiakkan juga menjadi besar pula. Jika sistem aliran dilakukan dari atas ke bawah (down flow) maka sedikit banyak terjadi efek filtrasi sehingga terjadi proses peumpukan lumpur organik pada bagian atas media yang dapat mengakibatkan penyumbatan. Oleh karena itu perlu proses pencucian secukupnya. Jika terjadi penyumbatan maka dapat terjadi aliran singkat (Short pass) dan juga terjadi penurunan jumlah aliran sehingga kapasitas pengolahan dapat menurun secara drastis.
59
III.2.4 Media Biofilter
Sebagai tempat tumbuh dan berkembang mikroorganisme, media yang akan digunakan dapat terbuat dari bahan organik dan anorganik. Untuk media dari bahan organik antara lain terdapat dalam bentuk tali, jaring, butiran tak teratur, plate dan sarang tawon. Media organik ini banyak yang dibuat dengan cara dicetak dari bahan tahan karat dan ringan misalnya PVC dengan luas permukaan spesifik yang besar dan porositas rongga yang besar sehingga dapat melekatkan mikroorganisme dalam jumlah besar tanpa menyebabkan kebuntuan. Sedangkan untuk media anorganik antara lain batu pecah, kerikil, batu marmer, tembikar, batu bara muda (kokas).
Menurut Metcalf & Eddy (1991), untuk mendapatkan permukaan media yang luas, media dapat dimodifikasikan dalam berbagai bentuk seperti bergelombang, saling-silang dan sarang tawon.
Sedangkan menurut Hooran (1990), dua sifat paling penting yang harus ada dari suatu media adalah :
Luas permukaan media, semakin luas
permukaan media maka semakin besar jumlah biomassa per unit volume.
Persentase ruang kosong, semakin besar
ruang kosong maka semakin besar kontak
60
Untuk media biofilter dari bahan organik banyak yang dibuat dengan cara dicetak dari bahan tahan karat dan ringan misalnya PVC dan lainnya, dengan luas permukaan spesifik yang besar dan volule rongga (porositas) yang besar, sehingga dapat melekatkan mikroorganisme dalam jumlah yang besar dengan resiko kebuntuan yang sangat kecil. Dengan demikian memungkinkan untuk pengolahan air limbah dengan beban konsentrasi yang tinggi serta efisiensi pengolahan yang cukup besar. Salah Satu contoh media biofilter yang banyak digunakan yakni media dalam bentuk sarang tawon (honeycomb tube) dari bahan PVC. Beberapa contoh perbandingan luas permukaan spesifik dari berbagai media biofilter dapat dilitat pada Tabel III.1. Tabel III.1 : Perbandingan luas permukaanspesifik
media biofilter.
No. Jenis Media Luas permukaan spesifik (m2/m3)
1 Trickling Filter dengan batu pecah
100-200
2 Modul Sarang Tawon (honeycomb modul)
150-240
3 Tipe Jaring 50 4 RBC 80-150
61
III.3 Uji Coba III.3.1 Material Dan Metoda Penelitian III.3.1.1 Material A. Air Limbah
Air limbah yang digunakan untuk penelitian diambil dari air limbah yang dihasilkan oleh industri pencucian jeans “ Prospek Warna, di Kelurahan Sukabumi Selatan, Jakarta Selatan. B. Media Biofilter
Media biofilter yang digunakan adalah media dari bahan plastik PVC tipe sarang tawon dengan spesifikasi sebagai berikut :
Tipe : Sarang Tawon, cross flow. Material : PVC Ukuran Modul : 30cm x 25cm x 30cm Ukuran Lubang : 2 cm x 2 cm Ketebalan : 0,5 mm Luas Spesifik : + 226 m2/m3 Berat : 30-35 kg/m3 Porositas Ronga : 0,98 Warna : Bening Transparant
62
III.3.1.2 Prosedur Analisis Seluruh prosesdur analisis yakni BOD, COD dan padatan tersuspensi (suspended solids, SS) serta parameter warna didasarkan pada “ American Standard Method. Para meter warna menggunakan skala Pt-Co. III.3.1.3 Prosedur percobaan
A. Model Reaktor
Pengolahan air limbah dilakukan dengan cara mengoperasikan reaktor biologis yang terdiri dari bak pengendapan awal, biofilter anaerob, biofilter aerob serta bak pengendapan akhir. Skema proses pengolahan serta ukuran rekator ditunjukkan seperti pada Gambar III.6.a dan III.6.b. Lebar reaktor 30 cm, panjang reaktor 130 cm, dan tinggi 50 cm. Spesifikasi reaktor dan perlengkapannya ditunjukkan seperti pada Tabel III.2.
Air limbah di tampung ke dalam tangki penampung, selanjutnya dialirkan ke bak pengendapan awal. Dari bak pengendapan awal air limbah dialirkan ke biofilter anaerob. Biofilter anaerob terdiri dari dua ruangan yang diisi dengan media palstik sarang tawon. Arah aliran dimdalam biofilter anaerob adalah dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Air limpasan dari biofilter anaerob selanjutnya masuk ke biofilter aerob. Di dalam biofilter aerob juga diisi dengan media sarang tawon dengan arah aliran dari atas ke bawah, sambil
63
64
dihembus dengan udara menggunakan blower. Selanjutnya, air limbah masuk ke bak pengendapan akhir melalui bagian bawah bak. Air limbah di dalam bak pengadapan akhir sebagian disirkulasi ke biofilter aerob dengan ratio sirkulasi hidrolik (Hydaulic Recycle Ratio, HRR ) sama dengan 1 (satu). Air limpasan dari bak pengendapan akhir merupakan air olahan. B. Proses Pengembangbiakan Mikro-
organisme (Seeding)
Pengembang-biakanan mikroorganisme atau disebut juga seeding dilakukan untuk menumbuhkan mikroorganisme. Seeding yang dilakukan adalah seeding secara alami dengan cara mengalirkan air limbah domestik secara kontinyu ke dalam reaktor biofilter. Penggunaan air limbah domestik dikarenakan air buangan ini kaya akan mikroorganisme dan telah mempunyai sumber karbon yang cukup sehingga pertumbumbuhan mikroorganisme pada media akan menjadi cepat. Dan pemberian tambahan karbon dari glukosa hanya diberikan sewaktu-waktu pada saat konsentrasi COD limbah domestik rendah, glukosa tidak diberikan setiap hari. Dalam proses ini telah terbentuk lapisan biofilm yang menyelimuti media sarang tawon.
Gambar III.6.a : Diagram proses pengolahan air limbah pencucian jean yang
digunakan untuk penelitian.
65
Gambar III.6.b : Diagram proses pengolahan air limbah pencucian jean yang
digunakan untuk penelitian. Kombinasi pengolahan kimia fisika dengan proses biologis
66
Tabel III.2 : Spesifikasi Reaktor biofilter dan Perlengkapannya yang digunakan untuk percobaan.
URAIAN KETERANGAN
REAKTOR : Bahan Tinggi Panjang Lebar Volume
Kaca, diameter 6 mm 50 cm 130 cm 25 cm 195 liter
MEDIA: Tipe Ukuran Ukuran lubang Luas spesifik Porositas rongga
Sarang tawon (PVC) 30 x 25 x 30 cm 2 x 2 cm ± 226 m2/m3
0,98
67
Lanjutan Tabel III.2 :
PIPA INLET dan OUTLET PVC, diameter 0,5 inchi
AERATOR : Suplai udara
1,105 L/menit
POMPA SIRKULASI : Debit
900 liter/menit
RESERVOIR : Bahan Volume
Plastik 200 liter
BAK PEMBUBUHAN : Bentuk Bahan Ukuran
Buffle Channel Kaca 40 x 30 x 65 cm
68
69
Lanjutan Tabel III.2 :
Ukuran Reaktor
C. Aklimatisasi Aklimatisasi adalah pengadaptasian mikroorganisme terhadap air buangan yang akan diolah. Pengadaptasian dilakukan dengan cara mengganti air limbah domestik secara perlahan dengan air limbah dari industri pewarnaan jeans. Lapisan biofilm yang terbentuk akan semakin menebal. Akhir dari aklimatisasi adalah ketika air buangan domestik telah 100 % tergantikan dengan air buangan pencucian jeans dan efisiensi penurunan konsentrasi COD yang cukup tinggi dan stabil. Tahapan proses aklimatisasi dapat dilihat pada Tabel III.3. Tabel III.3 : Tahapan aklimatisasi
Tahapan Air limbah domestik (%)
Air limbah pewarnaan jeans
(%) Tahap I 90 10 Tahap II 80 20 Tahap III 70 30 Tahap IV 60 40 Tahap V 50 50 Tahap VI 40 60 Tahap VII 30 70 Tahap VIII 20 80 Tahap IX 10 90 Tahap X 0 100
70
D. Percobaan
Reaktor yang digunakan mempunyai kapasitas sebesar 195 liter. Simulasi ini akan menggunakan 4 jenis waktu tinggal yaitu 72 jam (3 hari), 48 jam (2 hari), 36 jam (1,5 hari) dan 24 jam (1 hari). Hal ini berarti debit yang akan dialirkan untuk masing-masing waktu tinggal dapat di lihat pada Tabel III.4.
Tabel III.4: Variasi Waktu Tinggal dan Debit Air
Baku
Waktu Tinggal (jam) Debit (liter/menit) 72 0,0451 48 0,0677 36 0,0902 24 0,136
Percobaan pertama dilakukan hanya dengan proses biofilter tanpa pembubuhan bahan kimia, sedangkan percobaan ke dua dilakukan dengan cara kombinasi pembubuhan bahan kimia yakni ferrosulfat dengan proses biofilter.
Pengambilan contoh (Sampling) yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan pada titik-titik tertentu yang kemudian akan dianalisa parameternya. Adapun letak titik-titk tersebut dapat dilihat pada gambar III.1, yakni :
Titik 0 : Influen Titik 1 : Efluen bak pembubuhan
71
Titik 2 : Influen anoksik 1 Titik 3 : Efluen anoksik 2 / influen anaerob Titik 4 : Efluen reaktor (yang akan dibuang ke
perairan)
Pengambilan sampel dilakukan ketika kondisi reaktor telah stabil. Penentuan kondisi tunak dilakukan dengan mengukur kandungan organik (COD) pada setiap titik sampling tersebut. E. Analisa Parameter Dalam penelitian ini adapun parameter yang akan diukur adalah : 1) Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD), yaitu untuk
mengetahui jumlah oksigen yang diperlukan untuk mendegradasikan senyawa organik secara kimiawi. Analisa untuk pengukuran parameter ini yang digunakan adalah metode bikromat (K2Cr2O7) secara open refluks.
2) Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD), yaitu jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme dalam proses biokimia untuk proses penguraian substrat. Analisa yang digunakan untuk mengukur parameter ini adalah metode Winkler pada 200C selama 5 hari.
3) Padatan tersuspensi (TSS), yaitu dapat berupa senyawa organik dan anorganik. Dekomposisi padatan yang tersuspensi ini akan meningkatkan nilai BOD dan COD, sehingga
72
4) Warna, air yang mempunyai warna yang bukan warna alami akan mengganggu estetika dan penyerapan sinar matahari untuk kehidupan ekosistem perairan tersebut. Warna yang pekat dari air buangan umumnya disebabkan karena kandungan organik yang tinggi dan banyaknya padatan yang tersuspensi. Analisa parameter untuk pengukuran parameter ini adalah dengan metode kolorimetri menggunakan spektrofotometer
III.3.2 Hasil Percobaan Dan Pembahasan
Secara garis besar kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi atas 3 tahapan kegiatan, yaitu tahap seeding (pembenihan), tahap aklimatisasi dan tahap penelitian berdasarkan waktu tinggal hidrolis (WTH). Dari seluruh rangkaian percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian yang kemudian dikelompokkan dan dianalisa sehingga diperoleh sub bab pembahasan. Pembahasan meliputi tahap seeding, tahap aklimatisasi, kinerja biofilter dalam penghilangan BOD, COD, TSS dan warna. Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan terhadap air limbah pencucian jeans untuk mengetahui
73
karakteristik limbah tersebut. Secara umum karakteristik air limbah pencucian jean yang digunakan untuk perbobaan dapat dilihat pada Tabel III.5. Tabel III.5 : Karakteristik limbah pecucian jeans
No Parameter Satuan Konsentrasi
1 BOD mg/l 1184-1215 2 COD mg/l 1572-1612 3 TSS mg/l 475-550 4 Warna Pt.Co 524-548 5 pH - 6,0-6,8
Sumber : Hasil penelitian
III.3.2 .1 Hasil Seeding Seeding atau disebut juga sebagai
pembenihan merupakan langkah awal dari penelitian reaktor biologis. Dalam tahapan ini dilakukan upaya untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media penyokong, mikroorganisme ini sangat berperan penting dalam proses pengolahan biologis ini. Di dalam penelitian ini seeding dilakukan secara alami, yaitu mikroorganisme langsung dibiakkan di dalam reaktor dengan cara mengalirkan air limbah domestik secara kontinyu ke dalam reaktor. Air limbah domestik dipilih untuk pembiakan ini karena limbah domestik kaya akan sumber karbon yang
74
diperlukan mikroorganisme untuk hidup dan juga di dalam air tersebut terkandung berbagai mikroorganisme. Dengan demikian proses pembiakan tidak perlu memakan waktu terlalu lama. Walaupun demikian, sumber karbon yang diperlukan tetap dijaga dengan sesekali memberikan penambahan glukosa.
Di dalam proses seeding ini air buangan domestik yang memang telah banyak mengandung bakteri dialirkan secara kontinyu ke dalam reaktor biofilter dan secara bersamaan aerator juga dijlalankan, setelah lapisan lendir/biofilm telah tumbuh dapat dilakukan aklimatisasi.
Pertumbuhan mikroorganisme pada media dapat dilihat dari peningkatan efisiensi penghilangan COD. Efisiensi penghilangan COD yang meningkat menunjukkan adanya aktifitas mikroorganisme yang telah tumbuh semakin banyak dan mendegradasi senyawa organik yang ada di dalam air buangan tersebut. Dalam hal ini VSS tidaklah menjadi parameter utama karena proses seeding dilakukan secara langsung pada reaktor dan mikroorganisme yang ada langsung melekat pada media membentuk lapisan biofilm. Dengan demikian nilai VSS yang terdapat pada larutan di dalam reaktor kecil. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel III.6 dan Gambar III.7 dan III.8.
Dari tabel dan grafik tersebut terlihat bahwa pada minggu pertama penghilangan COD yang dapat dilakukan kurang dari 45 %. Hal ini terjadi karena pada saat pengoperasian awal belum terbentuk lapisan biofilm yang berarti
75
76
mikroorganisme belum banyak yang menempel pada media, hal ini juga dapat dilihat pada hasil pengukuran VSS yang keluar masih tinggi. Karena bila lapisan biofilm sudah terbentuk, berarti mikroorganisme yang melekat pada media telah banyak sehingga VSS yang keluar akan mempunyai nilai yang kecil.
Setelah seeding berjalan selama satu bulan, lapisan biofilm mulai terlihat menebal dan efisiensi penghilangan COD sudah mulai tinggi, yaitu mencapai 70% tetapi belum cukup stabil dan masih terlalu rendah untuk dilanjutkan pada tahapan selanjutnya yaitu aklimatisasi. Setelah 70 hari efisiensi telah mencapai 85%, sebenarnya telah sesuai untuk pengaklimatisasian tetapi untuk itu harus dijaga agar kondisi ini stabil.
Kondisi stabil dicapai setelah 84 hari, yaitu dimana efisiensi pneyisihan tetap berada pada 85%. Dengan demikian pengaklimatisasian dapat dilakukan.
III.3.2 .2 Hasil Aklimatisasi
Setelah mikroorganisme yang tumbuh cukup banyak (hal ini terlihat pada ketebalan biofilm) dan efisiensi penghilangan COD telah tinggi dan stabil, maka dapat dilakukan proses pengadaptasian atau disebut juga aklimatisasi.
Tabel III.6 : Hasil Seeding
COD
Influen reaktor
Efluen zona anoksik
Efisiensi Penghilangan
COD Zona Efluen Biofilter
Efisiensi Penghilangan
Total N Influen
Total P Influen
Influen Reaktor
Efluen Reaktor
Waktu Operasi (Hari)
(mg/l) (mg/l) Anoksik (%) (mg/l) Total (%) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) 1 188 160 14,9 140 25,5 6,3 1,15 335 205 4 152 129 15,1 96 36,8 14,3 1,14 300 172 8 115 91 20,9 62 46,1 11 150 115 23,3 74 50,7 13 145 95 34,5 59 59,3 8,44 1,1 275 128 15 173 74 57,2 61 64,7 6,12 1,03 24 161 56 65,2 48 70,2 5,46 1,11 315 104 26 135 47 65,2 40 70,4 29 164 57 65,2 49 70,1 320 102 31 142 49 65,5 42 70,4 9,21 1,02 299 99 38 125 46 63,2 39 68,8 5,9 1,11 331 103 40 118 43 63,6 36 69,5 46 123 47 61,8 36 70,7 6,12 1,03 50 158 54 65,8 41 74,1 8,2 1,18 296 78
77
78
Lanjutan Tabel III.6.
COD Waktu Operasi (Hari) Influen
reaktor Efluen zona
anoksik
Efisiensi Penghilangan
COD Zona Efluen Biofilter
Efisiensi Penghilangan
Total N Influen
Total P Influen
Influen Reaktor
Efluen Reaktor
54 112 36 67,9 26 76,8 300 56 57 127 40 68,5 27 78,7 61 188 51 72,9 39 79,3 9,92 1,25 302 46 64 223 56 74,9 39 82,5 67 335 79 76,4 48 85,7 17,24 1,31 314 35 71 279 68 75,6 42 84,9 277 35 73 207 50 75,8 31 85,0 10,21 1,13 75 178 42 76,4 30 83,1 287 40 78 164 37 77,4 26 84,1 8,44 1,1 81 149 33 77,9 22 85,2 7,69 1,16 306 37 84 183 38 79,2 29 84,2 9,67 1,12 290 35
Grafik seeding COD dan VSS
050
100150200
250300
350400
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Waktu pengoperasian
Ko
nse
ntr
asi C
OD
(m
g/l)
050
100150200
250300
350400
Ko
nse
ntr
asi V
SS
(m
g/l)
Influen COD Efluen reaktor CODInfluen VSS Efluen VSS
Gambar III.7 : Penurunan konsentrasi COD dan VSS pada saat seeding.
79
Grafik seeding penyisihan COD
0
50
100
150
200
250
300
350
400
1 8 13 24 29 38 46 54 61 67 73 78 84
Waktu pengoperasian (hari ke)
Ko
nse
ntr
asi C
OD
(m
g/l)
0,010,020,030,040,050,060,070,080,090,0100,0
Efi
sien
si p
enyi
sih
an (
%)
Influen Efluen reaktor Efisiensi total reaktor
Gambar III.8 : Efisiensi Penghilangan COD pada saat seeding.
80
Aklimatisasi dilakukan dengan cara mengganti secara bertahap air limbah domestik yang digunakan pada waktu seeding dengan air limbah pencucian jeans. Penggantian ini dilakukan dengan perbandingan 10% air limbah pencucian jeans dan 90% air limbah domestik yang kemudian secara bertahap akan menjadi 100% air limbah pencucian jeans. Titik akhir aklimatisasi dicapai ketika efisiensi penghilangan COD telah stabil pada saat air limbah domestik telah seluruhnya (100% ) digantikan dengan air limbah pencucian jeans yang di ambil dari air limbah yang dikeluarkan oleh industri pencucian jean. Hasil proses aklimatisasi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel III.7 dan Gambar III.9.
Dari Tabel III.7 dan Gambar III.9 tersebut dapat dilihat pada saat perbandingan limbah pencucian jeans dengan limbah domestik 10 % :dibanding 90%, konsentrasi COD di dalam influen air limbah yang masuk reaktor biofiloter adalah 432 mg/l, dan efisiensi pengilangan COD mencapai 82%. Pada saat influen telah 100 % diganti dengan limbah pencucian jean yakni setelah waktu operasi 39 hari, konsentrasi COD mencapai 1476 mg/l dan efisiensi penghilangan COD 90,7 %. Proses berjalan stabil setelah aklimatisasi berjalan selama 41 hari dengan efisiensi penghilangan COD mencapai 90,7 %. Proses aklimatisasi dilakukan dengan kondisi waktu tinggal (WTH) 72 jam.
81
Tabel III.7 : Efisiensi penghilangan COD selama proses aklimatisasi.
Ratio Vol. Limbah tekstil thd
Influen Reaktor Efluen Zona
Efisiensi penghilangan
COD Efluen Efisiensi Total
Penghilangan COD Hari ke
vol limbah domestik (mg/l) Aksik (mg/l)
Zona Anoksik (%)
Reaktor (mg/l) Di dalam reaktor (%)
1 10 % : 90 % 432 103 76,2 89 79,4 4 10 % : 90 % 448 99 77,9 80 82,1 7 20 % : 80 % 459 94 79,5 65 85,8
11 30 % : 70 % 612 100 83,7 87 85,8 15 40 % : 60 % 729 110 84,9 96 86,8 19 50 % : 50 % 899 133 85,2 115 87,2 24 60 % : 40 % 978 139 85,8 119 87,8 27 70 % : 30 % 1006 140 86,1 122 87,9 28 70 % : 30 % 1038 143 86,2 124 88,1 29 70 % : 30 % 1089 146 86,6 128 88,2 30 70 % : 30 % 1108 145 86,9 126 88,6 31 80 % : 20 % 1151 150 87,0 123 89,3 32 80 % : 20 % 1192 154 87,1 128 89,3 33 80 % : 20 % 1209 154 87,3 127 89,5
82
Lanjutan Tabel III.7
Ratio Vol. Limbah tekstil thd
Influen Reaktor Efluen Zona
Efisiensi penghilangan
COD Efluen Efisiensi Total
Penghilangan COD Hari ke
vol limbah domestik (mg/l) Aksik (mg/l)
Zona Anoksik (%)
Reaktor (mg/l) Di dalam reaktor (%)
34 80 % : 20 % 1226 151 87,7 126 89,7 35 90 % : 10 % 1284 164 87,2 129 90,0 36 90 % : 10 % 1317 164 87,5 131 90,1 37 90 % : 10 % 1369 161 88,2 134 90,2 38 90 % : 10 % 1415 166 88,3 134 90,5 39 100% 1476 168 88,6 138 90,7 40 100% 1532 172 88,8 142 90,7 41 100% 1597 179 88,8 150 90,6
83
Grafik Aklimatisasi Penghilangan COD
0100200300400500600700800900
10001100120013001400150016001700
1 7 15 24 28 30 32 34 36 38 40
Waktu pengoperasian (hari ke)
Ko
nse
ntr
asi C
OD
(m
g/l)
0,010,020,030,040,050,060,070,080,090,0100,0
Efi
sien
si
Pen
gh
ilan
gan
(%)
Influen Efluen reaktor Efluen anoksik
Efisiensi anoksik Efisiensi reaktor
100%10%
Gambar III.9 : Efisiensi Penghilangan COD pada saat aklimatisasi
84
III.3.2 .3 Hasil Percobaan Berdasarkan variasi Waktu Tinggal Hidrolis (WTH)
A. Pengolahan Air limbah Pencucian Jean
dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob (Tanpa Penambahan Bahan Kimia)
Setelah proses aklimatisasi berjalan dengan
baik yaitu diindikasikan dengan semakin meningkatnya efisiensi penghilangan COD dan limbah domestik telah 100% tergantikan dengan limbah pewarnaan jeans, maka pengoperasian secara kontinyu dapat dilakukan. Dalam pengoperasian kontinyu ini, sampling parameter BOD, COD, SS dan warna dilakukan pada 4 titik pengambilan sampel (gambar 3.2, BAB III). Proses dalam biofilter dikatakan telah berada dalam kondisi tunak (steady state) jika biofilm tumbuh dengan baik dan efisiensi penghilangan relatif konstan. Dalam pengoperasian kontinyu ini, debit yang mengalir disesuaikan dengan waktu tinggal yang dipilih. Waktu tinggal yang dipilih adalah 72 jam, 48 jam , 36 jam dan 24 jam. Pengoperasian diawali dari waktu tinggal 72 jam hingga yang terpendek 24 jam. Penghilangan COD :
Efisiensi penghilangan COD untuk setiap waktu tinggal dapat dilihat pada Tabel III. 8 sampai dengan Tabel III.11 dan Gambar III.10. Dari hasil tersebut terlihat pada saat penggantian waktu tinggal terjadi penurunan efisiensi terlebih dahulu dan setelah 2-3 hari barulah mencapai kestabilan. Penggantian waktu tinggal dilakukan setelah
85
pengoperasian dijalankan selama setidaknya 4 kali dari waktu tinggal terpilih. Penurunan efisiensi pada saat penggantian terjadi disebabkan oleh adaptasi dari mikroorganisme yang tumbuh di dalam reaktor biofilter karena adanya perubahan debit aliran dari pengoperasian sebelumnya (menjadi lebih kecil) sehingga beban hidroliknyapun menjadi lebih besar.
Dari hasil tersebut terlihat untuk waktu tinggal hidrolis (WTH) 72 jam konsentrasi COD di dalam influen rata-rata 1588 mg/l sedangkan konsentrasi COD di dalam efluen turun mencapai rata-rata 146 mg/l, dengan efisiensi penghilangan COD mencapai 90,8 %. Untuk waktu tinggal hidrolis 48 jam konsentrasi COD di dalam influent rata-rata 1591 mg/l sedangkan konsentrasi COD di dalam efluen turun menjadi sekitar 87 mg/l dengan efisiensi penghilangan COD menjadi sekitar 87 %. Untuk waktu tinggal 36 jam efisiensi penghilangan COD turun menjadi 84 %, dan untuk waktu tinggal 24 jam efisiensi penghilangan COD turun menjadi sekitar 78%.
Dari hasil percobaan tersebut terlihat juga bahwa penghilangan polutan organik (COD) sebagian besar terjadi di dalam reaktor biofilter zona anaosik yakni terjadi di dalam bak pengendapan awal yang berfungsi sebagai bak pengendap sekaligus sebagai bak digester dan di dalam bak biofilter anaerob. Pada zona anoksik tersebut dengan waktu tinggal 24- 72 jam efisiensi penghilangan COD berkisar antara 71-88 %. Sedangkan efisiesi total penghilangan COD yakni setelah zona aerob dengan waktu tinggal 24-72 jam berkisar antara 78-91 %. Dengan demikian zona
86
anoksik atau anaerob mempunyai kontribusi yang besar di dalam penghilangan COD, sedangkan zona aerob mempunyai kontribusi terhadap penghilangan COD hanya sekitar 10 %. Penghilangan BOD :
Untuk penghilangan BOD menunjukkan kecen-derungan yang sama dengan peng-hilangan COD. Efisiensi penghilangan BOD untuk setiap waktu tinggal dapat dilihat pada Tabel III.12 sampai dengan Tabel III.15 dan Gambar III.11. Konsentrasi BOD di dalam influen berkisar antara 1184-1215 mg/l. Untuk waktu tinggal hidrolis (WTH) 72 jam efisiensi penghilangan BOD mencapai 91 %, untuk waktu tinggal hidrolis 48 jam efisiensi penghilangan BOD turun menjadi sekitar 90 %, untuk waktu tinggal 36 jam efisiensi penghilangan BOD 87 %, dan untuk waktu tinggal 24 jam efisiensi penghilangan BOD turun menjadai sekitar 85%.
Pada saat penggantian waktu tinggal menjadi lebih pendek terjadi penurunan efisiensi terlebih dahulu dan setelah 2-3 hari barulah mencapai kestabilan. Penurunan efisiensi pada saat penggantian terjadi karena adanya perubahan debit aliran dari pengoperasian sebelumnya (menjadi lebih kecil) sehingga beban hidroliknyapun menjadi lebih besar.
Dari gambar … dan gambar … tersebut terlihat bahwa penghilangan senyawa organik (COD,BOD) pada zona anoksik mencapai hingga 71-88 %, sementara zona aerob hanya menyisihkan sekitar 10%. Hal ini dikarenakan zona anoksik memiliki waktu tinggal yang lebih lama 2 kali lipat
87
daripada zona aerob, dengan demikian penghilangannya menjadi lebih banyak.
Walaupun demikian zona aerob tetap diperlukan karena zona aerob juga berguna untuk menurunkan bau dan meningkatkan DO pada efluen akhir. Menurut Rittmann & Mc Carty (2001) pada reaktor gabungan anoksik-aerob kandungan nitrat dari zona aerob akan diturunkan dengan cara diresirkulasi kembali ke bak influen lalu kemudian terjadi proses denitrifikasi pada zona anoksik. Dari hasil percobaan tersebut di atas dibuat hubungan antara besarnya beban organik yakni beban BOD (kg-BOD per m3 volume reaktor per hari) dterhadap efisiensi penghilangan BOD. Hasil perhitungan tersebut ditunjukkan seperti pada Gambar 9.
Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin pendek waktu tinggal hidrolis di dalam reaktor biofilter efisiensi penghilangan menjadi semakin kecil. Selain itu semakin besar beban organik efisiensi penghilangan menjadi semakin kecil. Untuk beban BOD sebesar 1,225 kg/m3.hari, efisiensi penghilangan BOD mencapai 92 %, sedangkan untuk beban BOD 3,658 kg/m3.hari efsiensi penghilangan BOD turun menjadi 85,9 %. Hubungan antara beban BOD (BOD Loading) dengan efisiensi penghilangan menjunjukkan hubungan linier yang dengan persamaan Y = -2,5945 X + 95,005 dengan niliai Regresi R = 0,97068 dimana Y adalah efisiensi penghilangan BOD (%), dan X adalah beban BOD (kg-BOD/m3-reaktor.hari)
88
Penghilangan Zat Padat Tresuspensi (TSS) :
Dari hasil percobaan terlihat bahwa dengan proses biofilter anaerob-aerob tercelup menggunakan media plastik sarang tawon dapat menghilangakan zat padat tersuspensi atau total suspended solids (TSS) dengan baik. Efisiensi penghilangan TSS untuk kondisi waktu tinggal 72 jam, 48 jam, 36 jam dan 24 jam selengkapnya dapat dilihat seperti pada Tabel III.16 sampai dengan Tabel III.19 dan Gambar III.13.
70
75
80
85
90
95
100
0 1 2 3 4 5
EF
ISIE
NS
I P
EN
GH
ILA
NG
AN
[%
]
LOADING [kg-BOD/m3.hari]
Y = - 2.5945 X + 95.005 R = 0.97068
Gambar III.12 :
Grafik hubungan antara bebanBOD dengan Efisiensi Penghilangan
Konsentrasi zat padat tersuspensi di dalam air limbah yang masuk reaktor biofilter berkisar antara 475-550 mg/l. Dengan kondisi waktu tinggal hidrolis
89
(WTH) 72 jam efisiensi penghilangan TSS mencapai 93,25 %. Dengan kondisi waktu tinggal 48 jam efisiensi penghilangan TSS rata-rata 90 %. Untuk waktu tinggal (WTH) 36 jam efisiensi penghilangan TSS turun menjadi sekitar 89 %, dan untuk waktu tinggal 24 jam efisiensi penghilangan TSS tutrun menjadi sekitar 87 %. Makin pendek waktu tinggal di dalam reaktor biofilter efisiensi penghilangan TSS juga semakin kecil. Penghilangan Warna :
Efisiensi penghilangan warna di dalam air limbah pencucian jean dengan proses biofilter anaerob-aerob dengan menggunakan media plastik sarang tawon pada percobaan ini hanya kira-kira 57,2 % untuk waktu tinggal 72 jam, sedangkan dengan kondisi waktu tinggal (WTH) 24 jam efisiensi penghilangan warna turun menjadi kira-kira 48 %. Hasil selengkapnya dapat dilihat seperti pada Tabel III.20 samapi dengan Tabel III.23 dan Gambar III.14.
Dari hasil penelitian tersebut secara
keseluruhan menunjukan bahwa semakin pendek waktu tinggal pada reaktor maka semakin menurun pula efisiensi peng-hilangannya yaitu untuk COD dari 90,8% pada waktu tinggal 72 jam menjadi hanya 78 % pada waktu tinggal 24 jam, untuk BOD dari 91,6% menjadi 85%, untuk TSS dari 93,25% menjadi 80% dan untuk warna tidak terlalu signifikan dari 57,2% menjadi 48%.
Dari hasil percobaan tersebut di atas terlihat juga bahwa penghilangan konsentrasi parameter
90
91
BOD, COD, SS dan warna terbesar terdapat pada zona anoksik, yaitu hingga 88% sementara zona aerob hanya menyisihkan tidak lebih dari 10%.
Dapat dikatakan bahwa dalam reaktor biofilter ini zona anoksiklah yang bekerja paling optimum. Hal ini dikarenakan zona anoksik memiliki waktu tinggal yang lebih lama 2 kali lipat daripada zona aerob, dengan demikian penghilangannya menjadi lebih banyak. Waktu tinggal yang lebih lama ini dikarenakan adanya 2 zona anoksik. Tetapi walaupun demikian bukan berarti zona aerob tidak diperlukan. Karena walaupun efisiensi penghilangan parameter zona anoksik telah mencapai 88% tetapi efluennya masih berada di atas baku mutu dan masih dapat didegradasi secara biologis. Zona aerob juga berguna untuk menurunkan bau dan meningkatkan DO pada efluen akhir. Menurut Rittmann & Mc Carty (2001) pada reaktor gabungan anoksik-aerob kandungan nitrat dari zona aerob akan diturunkan dengan cara diresirkulasi kembali ke bak influen lalu kemudian terjadi proses denitrifikasi pada zona anoksik.
Untuk pengolahan air limbah industri pencucian jean hanya dengan proses biofilter anaerob-aerob dengan efisiensi pengolahan di atas 90 % memerlukan waktu tinggal hidrolis 72 jam atau 3 hari. Agar supaya efisensi pengolahan tetap tinggi dan waktu tinggal hidrolis lebih pendek maka perlu dilengkapi dengan proses pengendapan dengan bahan kimia sebelum masuk ke proses biofilter.
Tabel III.8 : Penghilangan COD di dalam reaktor biofilter untuk waktu tinggal 72 jam
Influen Efluen
Anoksik Efisiensi Anoksik
Efluen Aerob (total) Efisiensi (total) Tanggal Hari ke-
mg/l mg/l % mg/l %
17-Apr-01 1 1599 192 88,0 150 90,6
18-Apr-01 2 1602 196 87,8 151 90,6
19-Apr-01 3 1594 187 88,3 148 90,7
20-Apr-01 4 1587 186 88,3 145 90,9
21-Apr-01 5 1579 179 88,7 142 91,0
22-Apr-01 6 1586 185 88,3 146 90,8
23-Apr-01 7 1572 181 88,5 140 91,1
24-Apr-01 8 1585 192 87,9 144 90,9
25-Apr-01 9 1574 188 88,1 141 91,0
26-Apr-01 10 1583 184 88,4 149 90,6
27-Apr-01 11 1596 186 88,3 150 90,6
28-Apr-01 12 1582 187 88,2 148 90,6
29-Apr-01 13 1605 184 88,5 147 90,8
92
Tabel III.9 : Penghilangan COD di dalam reaktor biofilter untuk waktu tinggal 48 jam
Influen efluen
anoksik Efisiensi anoksik
Efluen Aerob (total) Efisiensi (total) Tanggal Hari ke-
mg/l mg/l % mg/l %
30-Apr-01 1 1582 341 78,4 284 82,0
01-Mei-01 2 1596 337 78,9 246 84,6
02-Mei-01 3 1600 299 81,3 224 86,0
03-Mei-01 4 1589 273 82,8 207 87,0
04-Mei-01 5 1603 280 82,5 210 86,9
05-Mei-01 6 1587 275 82,7 208 86,9
06-Mei-01 7 1583 277 82,5 208 86,9
07-Mei-01 8 1592 274 82,8 210 86,8
08-Mei-01 9 1594 276 82,7 209 86,9
93
Tabel III.10 : Penghilangan COD di dalam reaktor biofilter untuk waktu tinggal
36 jam
Influen efluen anoksik Efisiensi anoksik efluen Aerob
(total) Efisiensi (total) Tanggal Hari ke-
mg/l mg/l % mg/l %
09-Mei-01 1 1605 417 74,0 325 79,8
10-Mei-01 2 1601 384 76,0 311 80,6
11-Mei-01 3 1587 322 79,7 244 84,6
12-Mei-01 4 1593 326 79,5 242 84,8
13-Mei-01 5 1588 324 79,6 240 84,9
14-Mei-01 6 1600 326 79,6 243 84,8
15-Mei-01 7 1599 324 79,7 242 84,9
94
95
Tabel III.11 : Penghilangan COD di dalam reaktor biofilter untuk waktu tinggal 24 jam
Influen efluen anoksik Efisiensi anoksikefluen aerob
(total) Efisiensi (total)Tanggal Hari ke- mg/l mg/l % mg/l %
16-Mei-01 1 1593 528 66,9 435 72,7
17-Mei-01 2 1602 486 69,7 410 74,4
18-Mei-01 3 1587 455 71,3 342 78,4
19-Mei-01 4 1599 453 71,7 344 78,5
20-Mei-01 5 1604 451 71,9 344 78,6
21-Mei-01 6 1600 451 71,8 346 78,4
22-Mei-01 7 1589 449 71,7 341 78,5
23-Mei-01 8 1586 450 71,6 340 78,6
24-Mei-01 9 1608 452 71,9 346 78,5
25-Mei-01 10 1590 448 71,8 341 78,6
26-Mei-01 11 1585 447 71,8 338 78,7
Grafik Efisiensi Penghilangan COD
0200400600800
10001200140016001800
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40
Waktu Operasi (Hari)
Ko
nse
ntr
asi C
OD
(m
g/l)
50,055,060,065,070,075,080,085,090,095,0100,0
Efi
sien
si
Pen
gh
ilan
gan
(%)
Influen Efluen anoksik Efluen reaktorEfisiensi anoksik Efisiensi total reaktor
72 JAM 48 JAM 36 JAM
24 JAM
Gambar III .10 : Penghilangan COD di dai dalam reaktor biofilter pada berbagai
variasi waktu tinggal (WTH)
96
Tabel III.12 : Penghilangan BOD di dalam reaktor biofilter untuk waktu tinggal 72 jam
Influen Efluen
Anoksik Efisiensi Anoksik
Efluen Aerob (total) Efisiensi (total) Tanggal Hari ke-
mg/l mg/l % mg/l % 17-Apr-01 1 1215 146 88,0 102 91,6 18-Apr-01 2 1209 143 88,2 100 91,7 19-Apr-01 3 1203 141 88,3 96 92,0 20-Apr-01 4 1199 141 88,2 93 92,2 21-Apr-01 5 1210 140 88,4 93 92,3 22-Apr-01 6 1189 137 88,5 97 91,8 23-Apr-01 7 1192 139 88,3 91 92,4 24-Apr-01 8 1205 144 88,0 101 91,6 25-Apr-01 9 1211 145 88,0 101 91,7 26-Apr-01 10 1196 139 88,4 95 92,1 27-Apr-01 11 1187 139 88,3 92 92,2 28-Apr-01 12 1214 140 88,5 99 91,8 29-Apr-01 13 1193 140 88,3 92 92,3
97
Tabel III.13 : Penghilangan BOD di dalam reaktor biofilter untuk waktu tinggal 48 jam
Influen efluen
anoksik Efisiensi Anoksik
Efluen Aerob (total) Efisiensi (total) Tanggal Hari ke-
mg/l mg/l % mg/l % 30-Apr-01 1 1189 208 82,5 145 87,8 01-Mei-01 2 1199 187 84,4 134 88,8 02-Mei-01 3 1184 164 86,1 112 90,5 03-Mei-01 4 1202 163 86,4 110 90,8 04-Mei-01 5 1200 160 86,7 114 90,5 05-Mei-01 6 1194 162 86,4 112 90,6 06-Mei-01 7 1189 159 86,6 109 90,8 07-Mei-01 8 1195 159 86,7 111 90,7 08-Mei-01 9 1187 158 86,7 108 90,9
98
Tabel 4.14 : Penghilangan BOD di dalam reaktor biofilter untuk waktu tinggal 36 jam
Influen Efluen
Anoksik Efisiensi Anoksik
Efluen Aerob (total) Efisiensi (total) Tanggal Hari ke-
mg/l mg/l % mg/l % 09-Mei-01 1 1205 225 81,3 190 84,2 10-Mei-01 2 1189 214 82,0 176 85,2 11-Mei-01 3 1196 186 84,4 146 87,8 12-Mei-01 4 1185 183 84,6 145 87,8 13-Mei-01 5 1200 187 84,4 146 87,8 14-Mei-01 6 1193 185 84,5 146 87,8 15-Mei-01 7 1190 185 84,5 144 87,9
99
Tabel 4.15 : Penghilangan BOD di dalam reaktor biofilter untuk waktu tinggal 24 jam
Influen Efluen
Anoksik Efisiensi Anoksik
Efluen Aerob (total) Efisiensi (total) Tanggal Hari ke-
mg/l mg/l % mg/l % 16-Mei-01 1 1200 251 79,1 220 81,7 17-Mei-01 2 1189 240 79,8 206 82,7 18-Mei-01 3 1197 224 81,3 199 83,4 19-Mei-01 4 1190 213 82,1 169 85,8 20-Mei-01 5 1205 216 82,1 172 85,7 21-Mei-01 6 1188 212 82,2 167 85,9 22-Mei-01 7 1195 213 82,2 169 85,9 23-Mei-01 8 1203 215 82,1 170 85,9 24-Mei-01 9 1193 213 82,1 168 85,9 25-Mei-01 10 1201 214 82,2 169 85,9 26-Mei-01 11 1195 213 82,2 169 85,9
100
Grafik Penghilangan BOD
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Waktu Operasi (Hari)
Ko
ns
en
tra
si B
OD
(m
g/l)
70,0
73,0
76,0
79,0
82,0
85,0
88,0
91,0
94,0
97,0
100,0
Efi
sie
ns
i Pe
ng
hila
ng
an
(%
)
Influen mg/l efluen anoksik mg/l efluen aerob (total) mg/lEfisiensi anoksik % Efisiensi Total %
WTH = 72 jam
WTH = 48 jam WTH = 36 jam WTH = 24 jam
Gambar III .11: Penghilangan BOD di dalam reaktor biofilter pada berbagai variasi
waktu tinggal (WTH)
101
Tabel III.16 : Penghiloangan TSS di dalam reaktor biofilter dengan waktu
tinggal 72 jam
I nfluen eflue ksin ano k Efisien noksik si a efluen (total) aerobEfisiensi aerob
(total) Tanggal Hari ke- mg/l mg/l % mg/l %
17-Apr-01 1 504 79 84,3 37 92,7 18-Apr-01 2 550 87 84,2 40 92,7 19-Apr-01 3 489 77 84,3 35 92,8 20-Apr-01 4 475 75 84,2 37 92,2 21-Apr-01 5 512 83 83,8 38 92,6 22-Apr-01 6 526 85 83,8 40 92,4 23-Apr-01 7 479 76 84,1 36 92,5 24-Apr-01 8 496 78 84,3 38 92,3 25-Apr-01 9 511 80 84,3 39 92,4 26-Apr-01 10 500 79 84,2 39 92,2 27-Apr-01 11 513 80 84,4 38 92,6 28-Apr-01 12 477 75 84,3 37 92,2 29-Apr-01 13 495 78 84,2 37 92,5
102
Tabel III.17 : Penghiloangan TSS di dalam reaktor biofilter dengan waktu tinggal
(WTH) 48 jam
I nfluen Eflue oksin An k Efisiens noksiki A Efluen (total) AerobEfisiensi
(total) Tanggal Ha - ri ke mg/l mg/l % mg/l %
30-Apr-01 1 502 100 80,1 54 89,2 01-Mei-01 2 500 96 80,8 52 89,6 02-Mei-01 3 497 88 82,3 45 90,9 03-Mei-01 4 489 86 82,4 45 90,8 04-Mei-01 5 510 89 82,5 47 90,8 05-Mei-01 6 500 88 82,4 46 90,8 06-Mei-01 7 499 88 82,4 45 91,0 07-Mei-01 8 506 90 82,2 47 90,7 08-Mei-01 9 87 45 498 82,5 91,0
103
Tabel III.18 : Penghiloangan TSS di dalam reaktor biofilter dengan waktu tinggal
(WTH) 36 jam
Influen Efluen Anoksik Efisiensi anoksik Efluen Aerob (total) Efisiensi (total) Tanggal Hari ke-
mg/l mg/l % mg/l % 09-Mei-01 1 504 105 79,2 62 87,7 10-Mei-01 2 487 100 79,5 57 88,3 11-Mei-01 3 508 98 80,7 52 89,8 12-Mei-01 4 499 95 81,0 50 90,0 13-Mei-01 5 511 99 80,6 52 89,8 14-Mei-01 6 505 97 80,8 51 89,9 15-Mei-01 7 507 97 80,9 51 89,9
104
Tabel III.19 : Penghiloangan TSS di dalam reaktor biofilter dengan waktu tinggal
(WTH) 24 jam
Influen Efluen Anoksik Efisiensi Anoksik Efluen Aerob (total) Efisiensi (total) Tanggal Hari ke-
mg/l mg/l % mg/l % 16-Mei-01 1 510 124 75,7 72 85,9 17-Mei-01 2 497 117 76,5 70 85,9 18-Mei-01 3 490 113 76,9 67 86,3 19-Mei-01 4 502 106 78,9 62 87,6 20-Mei-01 5 508 107 78,9 61 88,0 21-Mei-01 6 500 106 78,8 61 87,8 22-Mei-01 7 492 104 78,9 60 87,8 23-Mei-01 8 496 105 78,8 60 87,9 24-Mei-01 9 505 107 78,8 62 87,7 25-Mei-01 10 508 107 78,9 62 87,8 26-Mei-01 11 495 104 79,0 60 87,9
105
Grafik Penghilangan TSS
0
100
200
300
400
500
600
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40
Waktu Operasi (Hari)
Ko
nse
ntr
asi S
S (
mg
/l)
50,055,060,065,070,075,080,085,090,095,0100,0
Efi
sien
si
Pen
gh
ilan
gan
SS
(%
)
Influen Efluen anoksik Efluen reaktor
Efisiensi anoksik Efisiensi total reaktor
72 JAM 48 JAM 36 JAM 24 JAM
Gambar III .13 : Penghilangan TSS di dalam reaktor biofilter pada berbagai variasi
waktu tinggal (WTH)
106
Tabel III.20 : Penghilangan Warna di dalam reaktor biofilter dengan waktu tinggal (WTH) 72 jam
Influen Efluen Anoksik Efisiensi Anoksik Efluen Aerob (total) Efisiensi Total Tanggal Hari ke-
Pt.Co Pt.Co % Pt.Co % 17-Apr-01 1 525 248 52,8 217 58,7 18-Apr-01 2 533 252 52,7 221 58,5 19-Apr-01 3 524 247 52,9 217 58,6 20-Apr-01 4 527 249 52,8 218 58,6 21-Apr-01 5 546 258 52,7 225 58,8 22-Apr-01 6 542 256 52,8 224 58,7 23-Apr-01 7 529 249 52,9 219 58,6 24-Apr-01 8 545 257 52,8 225 58,7 25-Apr-01 9 543 256 52,9 224 58,7 26-Apr-01 10 529 250 52,7 219 58,6 27-Apr-01 11 532 251 52,8 219 58,8 28-Apr-01 12 538 253 53,0 220 59,1 29-Apr-01 13 528 249 52,8 218 58,7
107
Tabel III.21: Penghilangan Warna di dalam reaktor biofilter dengan waktu tinggal
(WTH) 48 jam
Influen Efluen AnoksikEfisiensi Anoksik Efluen Aerob (total) Efisiensi Total Tanggal Hari ke-
Pt.Co Pt.Co % Pt.Co % 30-Apr-01 1 538 274 49,1 245 54,5 01-Mei-01 2 532 269 49,4 240 54,9 02-Mei-01 3 530 263 50,4 228 57,0 03-Mei-01 4 542 268 50,6 234 56,8 04-Mei-01 5 548 271 50,5 237 56,8 05-Mei-01 6 535 263 50,8 231 56,8 06-Mei-01 7 531 261 50,8 229 56,9 07-Mei-01 8 548 270 50,7 236 56,9 08-Mei-01 9 532 262 50,8 229 57,0
108
Tabel III.22 : Penghilangan Warna di dalam reaktor biofilter dengan waktu tinggal
(wth) 36 jam
Influen efluen anoksik Efisiensi anoksik efluen aerob (total)
Efisiensi aerob (total) Tanggal Hari ke-
Pt.Co Pt.Co % Pt.Co % 09-Mei-01 1 530 283 46,6 250 52,8 10-Mei-01 2 529 280 47,1 247 53,3 11-Mei-01 3 544 277 49,1 248 54,4 12-Mei-01 4 540 274 49,3 246 54,4 13-Mei-01 5 538 273 49,3 245 54,5 14-Mei-01 6 535 271 49,3 243 54,6 15-Mei-01 7 528 268 49,2 240 54,5
109
Tabel III.22 : Penghilangan Warna di dalam reaktor biofilter dengan waktu tinggal
(wth) 24 jam
Influen efluen anoksik Efisiensi anoksik efluen aerob (total)
Efisiensi aerob (total) Tanggal Hari ke-
Pt.Co Pt.Co % Pt.Co % 16-Mei-01 1 530 290 45,3 258 51,3 17-Mei-01 2 532 288 45,9 254 52,3 18-Mei-01 3 540 283 47,6 252 53,3 19-Mei-01 4 537 281 47,7 250 53,4 20-Mei-01 5 529 277 47,6 246 53,5 21-Mei-01 6 541 284 47,5 252 53,4 22-Mei-01 7 535 280 47,7 249 53,5 23-Mei-01 8 544 285 47,6 253 53,5 24-Mei-01 9 536 281 47,6 249 53,5 25-Mei-01 10 542 284 47,6 253 53,3 26-Mei-01 11 533 279 47,7 248 53,5
110
Grafik Penghilangan Warna
0
100
200
300
400
500
600
700
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40
Waktu Operasi (Hari)
Ko
nse
ntr
asi
War
na
(Pt.
Co
)
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
90,0
100,0
Efi
sien
si P
eng
hila
ng
an
War
na(
%)
Influen Efluen anoksik Efluen aerobEfisiensi aerob Efisiensi anoksik
72 JAM 48 JAM 36 JAM 24 JAM
Gambar III.14 : Penghilangan Warna di dalam reaktor biofilter pada berbagai variasi waktu tinggal (WTH)
111
B. Pengolahan Air limbah Pencucian Jean dengan Kombinasi Proses Pengendapan Kimia dengan Proses Biofilter Anaerob- Aerob (Dengan Penambahan Ferosulfat 400 mg/l))
Untuk mengkatkan efisiensi pengolahan dan memperpendek waktu tinggal di dalam reaktor biofilter maka sebelum masuk ke dalam reaktor biofilter di berikan penambahan bahan kimia yang dalam hal ini dipilih bahan koagulan dari senyawa besi, yaitu ferro sulfat (FeSO4.7H2O). Pemilihan ferro sulfat sebagai koagulan dikarenakan rentang pH optimumnya yang lebih lebar. Ferosulfat yang umum digunakan adalah berbentuk butiran (granular) dengan kandungan FeSO4 sebanyak 55%.
Untuk menentukan dosis optimum dari koagulan yang akan dipakai digunakan metode Jar Test. Di dalam metode Jar Test ini terjadi proses koagulasi dan flokulasi dimana pengadukannya diatur dengan kecepatan yang sama tetapi dengan dosis koagulan yang berbeda. Untuk penelitian ini dosis ferro sulfat yang akan dipakai adalah 150 mg/l, 200 mg/l, 250 mg/l, 300 mg/l, 350 mg/l dan 400 mg/l. Untuk persentase penurunan warna dan COD dapat dilihat pada Tabel III.23 .
Dari hasil Jar Test tersebut terlihat bahwa penurunan optimum terdapat pada penambahan ferro sulfat sebanyak 400 mg/l dengan efisiensi penurunan sebesar 77,8% untuk warna dan 47% untuk COD. Karena itu untuk meningkatkan kualitas efluen agar memenuhi baku mutu
112
penambahan ferro sulfat yang diberikan sebesar 400 ppm. Untuk penambahan ini waktu tinggal reaktor kontinyu yang digunakan adalah 24 jam dan bak pembubuhan kimia yang dipergunakan berbentuk buffle channel. Tabel III.23 : Hasil Jar Test Penghilangann COD
dengan Ferosulfat.
Dosis koagulan
Konsentrasi warna
Penghilangan Konsentrasi Penghilangan
Ferro sulfat
(mg/ltr)
(Pt.Co) Warna (%) COD (mg/l) COD (%)
0 675 0 1610 0
150 422 37.5 1420 11.8
200 391 42.1 1355 15.8
250 317 53.0 1199 25.5
300 248 63.3 1101 31.6
350 206 69.5 1004 37.6
400 150 77.8 853 47.0
Sumber : Hasil penelitian
Skema proses percobaan pengolahan air limbah pencucian jean dengan kombinasi proses pengendapan dengan penambahan ferro sulfat 400 mg/l, dan proses biofilter tercelup anaerob-aerob dengan waktu tinggal 24 jam dapat dilihat pada Gambar Gambar III.6.b. Hasil percobaan selengkapnya dapat dilihat seperti pada Tabel III.24 sampai dengan Tabel III.27 dan Gambar III.15 sampai dengan Gambar III.18.
113
Penghilangan COD : Pada percobaan tiga hari pertama tanpa tanpa
penambahan ferosulfat efisisensi penghilangan pada bak pengendapan hanya mencapai 15 %, dan setelah penambahan ferosulfat sebesar 400 mg/l efisiensi penghilangan COD di dalam Bak pengendapan kimia dapat mencapai sekitar 45 %. Setelah kondisi stabil efisensi penghilangan COD kumulatif mulai bak pengendapan kimia sampai zona anoksik mencapai sekitar 85 %. Sedangkan efisiensi penghilangan COD setelah zona aerob atau efisensi total mencapai 92 %. Grafik penghilangan COD di dalam air limbah pencucian jean dengan menggunakan kombinasi proses pengendapan kimia dan proses biofilter dapat dilihat seperti pada Tabel III.24 dan Gambar III.15. Penghilangan BOD :
Konsentrasi BOD di dalam air limbah berkisar antara 1186 – 1203 mg/l. Pada percobaan tiga hari pertama tanpa tanpa penambahan ferosulfat efisisensi penghilangan pada bak pengendapan hanya mencapai 20 %, dan setelah penambahan ferosulfat sebesar 400 mg/l efisiensi penghilangan BOD di dalam Bak pengendapan kimia dapat mencapai sekitar 50 %. Setelah kondisi stabil efisensi penghilangan BOD kumulatif mulai bak pengendapan kimia sampai zona anoksik mencapai sekitar 87 %. Sedangkan efisiensi penghilangan BOD setelah zona aerob atau efisensi total mencapai 94 %. Grafik penghilangan BOD di dalam air limbah pencucian jean dengan menggunakan
114
kombinasi proses pengendapan kimia dan proses biofilter dapat dilihat seperti pada Tabel III.25 dab Gambar III.16. Penghilangan TSS
Konsentrasi TSS di dalam air limbah berkisar antara 492 – 510 mg/l. Pada percobaan tiga hari pertama tanpa tanpa penambahan ferosulfat efisisensi penghilangan pada bak pengendapan hanya mencapai 44 %, dan setelah penambahan ferosulfat sebesar 400 mg/l efisiensi penghilangan TSS di dalam Bak pengendapan kimia dapat mencapai sekitar 72 %. Setelah kondisi stabil efisensi penghilangan TSS kumulatif mulai bak pengendapan kimia sampai zona anoksik mencapai sekitar 88 %. Sedangkan efisiensi penghilangan TSS setelah zona aerob atau efisensi total mencapai 94 %. Hasil selengkapnya terlihat seperti pada Tabel III.26 dan Gambar III.17. Penghilangan Warna
Konsentrasi Warna di dalam air limbah berkisar antara 526 – 540 skala pt-Co. Pada percobaan tiga hari pertama tanpa tanpa penambahan ferosulfat efisisensi penghilangan pada bak pengendapan hanya mencapai 46 %, dan setelah penambahan ferosulfat sebesar 400 mg/l efisiensi penghilangan Warna di dalam Bak pengendapan kimia dapat mencapai sekitar 75 %. Setelah kondisi stabil efisensi penghilangan Warna kumulatif mulai bak pengendapan kimia sampai zona anoksik mencapai sekitar 90 %. Sedangkan
115
116
efisiensi penghilangan Warna setelah zona aerob atau efisensi total mencapai 95 %. Hasil selengkapnya terlihat seperti pada Tabel III.27 dan Gambar III.18.
Dari hasil percobaan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan kombinasi proses pengendapan dengan penambahan ferro sulfat dengan proses biofilter dapat digunakan untuk pengolahan air limbah pencucian jean atau industri kecil tekstil dengan baik, khususnya dapat menurunkan polutan senywa organik, zat padat tersuspensi serta dapat menghilangkan warna dengan sangat efektif.
Temperatur selama pengoperasian biofilter dengan media sarang tawon ini adalah berkisar antara 27 oC – 29 oC. Dengan demikian jenis mikroba yang bekerja di pH selama penelitian ini berada pada kisaran 6,5-8. Jenis mikroorganisme yang paling baik untuk menyisihkan kandungan organik adalah bakteri dan bakteri akan tumbuh dengan baik pada kisaran pH 7-8 (Flathman, 1994).
Dalam penelitian ini juga dilakukan sirkulasi yaitu dari bak efluen (pengendapan akhir) disirkulasi kembali ke bak pengendapan awal dengan rasio resirkulasi 1:1. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan beban hidrolik dan juga meningkatkan mengurangi nilai BOD karena terjadi peningkatan DO. Selain itu percampuran influen baku dengan sirkulasi efluen dapat menghilangkan masalah BOD over load dan kekurangan DO (Rittmann & Mc Carty, 2001).
Tabel III. 24 : Penghilangan COD di dalam Air limbah pencucian jean dengan kombinasi proses Kimia dan proses biofilter.
Waktu tinggal Di dalam Biofilter 1 hari (24 jam) dengan Ferro Sulfat 400 ppm
Influen Efluen Bak
Kimia Efisiensi
Bak KimiaEfluen
Anoksik Efisiensi Anoksik
Efluen Aerob (total)
Efisiensi Total Tanggal Hari ke-
mg/l mg/l % mg/l % mg/l %
27-Mei-01 1 1612 1369 15,1 330 79,5 201 87,531
28-Mei-01 2 1596 1355 15,1 325 79,6 198 87,594
29-Mei-01 3 1600 1359 15,1 327 79,6 198 87,625
30-Mei-01 4 1604 879 45,2 228 85,8 120 92,519
31-Mei-01 5 1587 870 45,2 223 85,9 116 92,691
01-Jun-01 6 1596 876 45,1 225 85,9 118 92,607
02-Jun-01 7 1609 879 45,4 230 85,7 120 92,542
03-Jun-01 8 1580 865 45,3 224 85,8 116 92,658
04-Jun-01 9 1593 872 45,3 226 85,8 116 92,718
05-Jun-01 10 1598 875 45,2 226 85,9 114 92,866
06-Jun-01 11 1600 878 45,1 228 85,8 117 92,688 Keterangan : Pada 3 hari pertama pengoperasian belum ditambahkan Ferro Sulfat, tetapi telah
dilewatkan bak pembubuhan yang berbentuk buffle channel.
117
Grafik Efisiensi Penghilangan COD dgn penambahan FeSO4 400 ppm
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Waktu Operasi (Hari)
Ko
nse
ntr
asi C
OD
(m
g/lt
r)
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
90,0
100,0
Efi
sien
si P
eng
hila
ng
an
CO
D(%
)
Influen bak kimia Efluen bak kimiaEfluen anoksik Efluen reaktorEfisiensi bak kimia Efisiensi anoksikEfisiensi total reaktor
Tanpa FeSO4
Gambar III.15 : Penghilangan COD di dalam Air limbah pencucian jean dengan kombinasi proses Kimia dan proses
biofilter. Waktu tinggal Di dalam Biofilter 1 hari (24 jam) dengan
penambahan Ferro Sulfat 400 pp
118
Tabel III.25 : Penghilangan BOD di dalam Air limbah pencucian jean dengan kombinasi proses Kimia dan proses biofilter.
Waktu tinggal Di dalam Biofilter 1 hari (24 jam) dengan Ferro Sulfat 400 ppm
Influen Efluen Bak
Kimia Efisiensi Bak
Kimia Efluen
Anoksik Efisiensi Anoksik
Efluen Aerob (total)
Efisiensi Total Tanggal Hari ke-
mg/l mg/l % mg/l % mg/l % 27-Mei-01 1 1201 957 20,3 230 80,8 138 88,5 28-Mei-01 2 1193 948 20,5 227 81,0 136 88,6 29-Mei-01 3 1186 943 20,5 226 80,9 135 88,6 30-Mei-01 4 1192 586 50,8 148 87,6 70 94,1 31-Mei-01 5 1200 590 50,8 150 87,5 72 94,0 01-Jun-01 6 1195 586 51,0 150 87,4 71 94,1 02-Jun-01 7 1188 584 50,8 147 87,6 69 94,2 03-Jun-01 8 1190 584 50,9 148 87,6 70 94,1 04-Jun-01 9 1189 584 50,9 147 87,6 71 94,0 05-Jun-01 10 1203 590 51,0 151 87,4 72 94,0
Keterangan: Pada 3 hari pertama pengoperasian belum ditambahkan Ferro Sulfat, tetapi telah
dilewatkan bak pembubuhan yang berbentu buffle channel
119
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Waktu Operasi (Hari)
Ko
nse
ntr
asi B
OD
(m
g/lt
r)
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
90,0
100,0
Efi
sien
si P
eng
hila
ng
an B
OD
(%
)
Influen bak kimia Efluen bak kimiaEfluen anoksik Efluen reaktorEfisiensi Bak Kimia Efisiensi anoksikEfisiensi Total
Tanpa FeSO4
Gambar III.16 : Grafik Penghilangan BOD di dalam Air limbah
pencucian jean dengan kombinasi proses Kimia dan proses biofilter.
Waktu tinggal Di dalam Biofilter 1 hari (24 jam) dengan penambahan Ferro Sulfat 400 ppm
120
122
Tabel III.26 : Penghilangan TSS di dalam Air limbah pencucian jean dengan kombinasi proses Kimia dan proses biofilter.
Waktu tinggal Di dalam Biofilter 1 hari (24 jam) dengan Ferro Sulfat 400 ppm
Influen Efluen Bak
Kimia Efisiensi Bak
Kimia Efluen
Anoksik Efisiensi Anoksik
Efluen Aerob (total) Tanggal Hari ke-
mg/l mg/l % mg/l % mg/l 27-Mei-01 1 500 278 44,4 150 70,0 96 28-Mei-01 2 503 280 44,3 148 70,6 97 29-Mei-01 3 510 284 44,3 150 70,6 98 30-Mei-01 4 495 138 72,1 55 88,9 34 31-Mei-01 5 492 137 72,2 55 88,8 33 01-Jun-01 6 499 138 72,3 56 88,8 34 02-Jun-01 7 502 140 72,1 57 88,6 34 03-Jun-01 8 507 141 72,2 57 88,8 34 04-Jun-01 9 498 138 72,3 56 88,8 33 05-Jun-01 10 495 137 72,3 55 88,9 33 06-Jun-01 11 501 139 72,3 56 88,8 34
Keterangan : Pada 3 hari pertama pengoperasian belum ditambahkan Ferro Sulfat, tetapi telah
dilewatkan bak pembubuhan yang berbentuk buffle channel.
Grafik Penghilangan TSS di dalam Air limbah pencucian jean dengan kombinasi proses Kimia dan
proses biofilter.
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Waktu Operasi (Hari)
Ko
nse
ntr
asi T
SS
(m
g/l)
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
90,0
100,0
Efi
sien
si P
eng
hila
ng
an
TS
S (
%)
Influen bak kimia Efluen bak kimia
Efluen anoksik Efluen aerobEfisiensi bak kimia Efisiensi anoksik
Efisiensi total reaktor
Tanpa
Gambar III.17 : Grafik Penghilangan TSS di dalam Air limbah
pencucian jean dengan kombinasi proses Kimia dan proses biofilter.
Waktu tinggal Di dalam Biofilter 1 hari (24 jam) dengan penambahan Ferro Sulfat 400 ppm
123
Tabel III.27 : Penghilangan Warna di dalam Air limbah pencucian jean dengan kombinasi proses Kimia dan proses biofilter.
Waktu tinggal Di dalam Biofilter 1 hari (24 jam) dengan Ferro Sulfat 400 ppm
Influen Efluen Bak
Kimia Efisiensi Bak
Kimia Efluen
Anoksik Efisiensi Anoksik
Efluen Aerob (total)
Efisiensi Total Tanggal Hari ke-
Pt.Co Pt.Co % Pt.Co % Pt.Co % 27-Mei-01 1 540 290 46,3 154 71,5 112 79,3 28-Mei-01 2 536 286 46,6 153 71,5 110 79,5 29-Mei-01 3 542 288 46,9 155 71,4 112 79,3 30-Mei-01 4 529 130 75,4 50 90,5 25 95,3 31-Mei-01 5 526 129 75,5 49 90,7 24 95,4 01-Jun-01 6 537 132 75,4 51 90,5 26 95,2 02-Jun-01 7 540 132 75,6 51 90,6 25 95,4 03-Jun-01 8 531 130 75,5 50 90,6 24 95,5 04-Jun-01 9 528 129 75,6 50 90,5 24 95,5 05-Jun-01 10 530 130 75,5 50 90,6 25 95,3 06-Jun-01 11 533 131 75,4 51 90,4 25 95,3
Keterangan : Pada 3 hari pertama pengoperasian belum ditambahkan Ferro Sulfat, tetapi telah
dilewatkan bak pembubuhan yang berbentuk buffle channel
124
Grafik Penghilangan Warna di dalam Air limbah pencucian jean dengan kombinasi proses Kimia dan
proses biofilter
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Waktu Operasi (Hari)
Ko
nse
ntr
asi W
arn
a (P
t.C
o)
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
90,0
100,0
Efi
sien
si P
eng
hila
ng
an
War
na
(%)
Influen bak kimia Efluen bak kimiaEfluen anoksik Efluen aerobEfisiensi bak kimia Efisiensi anoksikEfisiensi total reaktor
Tanpa FeSO4
Gambar III.18 : Grafik Penghilangan Warna di dalam Air limbah pencucian jean dengan kombinasi proses Kimia
dan proses biofilter. Waktu tinggal Di dalam Biofilter 1 hari (24 jam) dengan
penambahan Ferro Sulfat 400 ppm
125
III.3.2 .4 Identifikasi Mikroorganisme
Identifikasi mikroorganisme yang berperan dalam bioreaktor aerob bermedia sarang tawon ini dilakukan untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang berperan dalam proses penghilangan bahan-bahan pencemar selama pengoperasian. Identifikasi dilakukan pada Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Univesitas Trisakti. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Tabel III.28.
Tabel II.28 : Identifikasi Mikroorganisme
No Mikroorganisme 1 Eschericia Coli 2 Basilus Subtilis 3 Serratia Marcescens
Pseudomonas Aeruginosa Sumber : Hasil penelitian Lab. Mikrobiologi, FK-TRISAKTI
Dari hasil identifikasi mikroorganisme tersebut,
ternyata mikroorganisme yang terdapat pada media sesuai dengan yang ditulis Metcalf & Eddy (1991), yaitu pada pertumbuhan melekat (attached growth) bakteri yang paling umum terdapat pada media antara lain adalah Pseudomonas dan Eschericia Coli.
Menurut Handajani (1996), mikroorganisme yang dominan terdapat dalam air limbah tekstil dan mampu mendegradasi warna dan zat organik
126
antara lain adalah Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan Rohaeni (1997) mengutip dari Idaka (1978), mikroorganisme yang mampu menyisihkan warna anatara lain adalah Bacillus subtilis
III.4 KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan tersebut diatas dapat disimpuklan bahwa : Proses biofilter menggunakan media plastik
sarang tawon dapat digunakan untuk mengolahan air limbah pencucian dan pewarnaan jeans dengan hasil yang baik. Efisiensi penghilangan polutan dipengaruhi oleh waktu tinggal hidrolis di dalam reaktor atau beban pengolahan (beban organik). Semakin lama waktu tinggal hidrolis (WTH) di dalam reaktor biofilter atau semakin besar beban pengolagan (loading) efisiensi penghilangan semakin kecil.
Pengolahan air limbah industri pencucian jean
dengan proses biofilter anaerob-aerob menggunakan media plastik sarang tawon dengan kondisi waktu tinggal 1-3 hari di dapatkan efisensi penghilangan COD, BOD, SS dan Warna masing-masing yakni : COD 78 – 91 %, BOD 85 – 92 %, total zat padat tersuspensi (TSS) 80 – 93 %, dan Warna 48 – 57 %. Makin kecil waktu tinggal di dalam reaktor biofilter efisiensi penghilangan juga semakain kecil.
127
Hubungan antara beban BOD (BOD Loading) dengan efisiensi penghilangan menjunjukkan hubungan linier yang dengan persamaan Y = -2,5945 X + 95,005 dengan niliai Regresi R = 0,97068 dimana Y adalah efisiensi penghilangan BOD (%), dan X adalah beban BOD (kg-BOD/m3-reaktor.hari)
Dengan menggunakan kombinasi proses
pengendapan kimia dengan penambahan ferosulfat 400 mg/l dan proses biofilter anaerob-aerob dengan waktu tinggal 24 jam didapatkan efisiensi total penghilangan polutan yang lebih baik yakni masing-masing untuk COD 92 %, BOD 94 %, TSS 94 % dan Warna 95 %.
Dari hasil identifikasi, mikroorganisme yang
berperan dalam proses biofilter anaerob-aerob antara lain yakni Eschericia Coli, Basilus Subtilis, Serratia Marcescens dan Pseudomonas Aeruginosa.
128
BAB IV
PILOT PLANT PENGOLAHAN AIR LIMBAH
PENCUCIAN JEAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PROSES
PENGENDAPAN KIMIA DENGAN PROSES BIOFILTER TERCELUP
ANAEROB-AEROB
129
IV.1 Rancang Bangun IPAL IV.1.1 Proses Pengolahan Air limbah yang berasal dari limbah ipencucian jean serta limbah domestik dialirkan melalui saluran terbuka yang dilengkapi dengan bak pemisah pasir, dan selanjutnya air limbah dialirkan ke bak penampung yang berfungsi sebagai bak ekualisasi. Bak ekualisasi ini dilengkapi dengan saringan kasar dan saringan halus pada bagian inletnya, yang berfungsi untuk menyaring kotoran padat yang ikut di dalam air limbah.
Dari bak ekualisasi, air limbah dipompa ke bak pengendapan kimia sambil diinjeksi dengan bahan koagulan ferosulfat. Efluen limbah dari bak pengendapan kimia selanjutnya dialirkan secara gravitasi ke reaktor biofilter anerob, selaqnjutna efluen dari reaktor biofilter anaerob dialirkan ke reaktor biofilter anaerob-aerob yang terdiri dari bak pengendapan awal, biofilter zona anaerob, biofilter zona aerob dan bak pengendapan akhir.
Efluen dari biofilter anerob pertama masuk ke bak pengendapan awal, dan dari bak pengendapan awal air limbah dialirkan ke biofilter zona anaerob dengan arah aliran dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. Di dalam bak biofilter anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari dua buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik. Setelah beberapa
130
hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap Air limpasan dari bak biofilter anaerob dialirkan ke bak biofilter aerob. Di dalam bak biofilter aerob ini diisi dengan media dari bahan pasltik tipe rarang tawon, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum.
131
Dengan menggunakan kombinasi proses pengendapan kimia dengan proses biofilter anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Diagram proses pengolahan air limbah pencucian jean menggunakan kombinasi proses pengendapan kimia dengan biofilter anaerob-aerob dan skenario penurunan konsentrasi BOD dapat dilihat pada Gambar IV.1, sedangankan Diagram proses biofilter anaerob-aerob dan skenario penurunan konsentrasi BOD dapat dilihat pada Gambar IV.2.
IV.1.2 Keunggulan Proses
Proses dengan Biofilter “Anaerob-Aerob” ini mempunyai beberapa keuntungan yakni :
Adanya air buangan yang melalui media kerikil yang terdapat pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau yang disebut juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka
132
133
Biofilter juga berfungsi sebagai media
penyaring air limbah yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri E.coli setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter. Sistem biofilter anaerob-aerb ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi. Poses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.
Gambar IV.1:
Diagram proses pengolahan air limbah pencucian jean menggunakan kombinasi proses pengendapan kimia dengan biofilter anaerob-aerob dan skenario
penurunan konsentrasi BOD.
134
135
Gambar IV.2 : Diagram proses biofilter anaerob-aerob dan skenario penurunan konsentrasi
BOD.
Dengan kombinasi proses “Anaerob-Aerob”, efisiensi penghilangan senyawa phospor menjadi lebih besar bila dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob saja. Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik yang ada dalam sel-sel mikrooragnisme akan keluar sebagai akibat hidrolosa senyawa phospor. Sedangkan energi yang dihasilkan digunakan untuk menyerap BOD (senyawa organik) yang ada di dalam air limbah. Selama berada pada kondisi aerob, senyawa phospor terlarut akan diserap oleh bakteria atau mikroorganisme dan akan sintesa menjadi polyphospat dengan menggunakan energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi senyawa organik (BOD). Dengan demikian dengan kombinasi proses anaerob-aerob dapat menghilangkan BOD maupun phospor dengan baik. Proses ini dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban organik yang cukup besar.
Pengelolaannya sangat mudah. Biaya operasinya rendah. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif,
Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit. Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor
yang dapat menyebabkan euthropikasi. Suplai udara untuk aerasi relatif kecil. Dapat digunakan untuk air limbah dengan
beban BOD yang cukup besar.
136
Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.
IV.1.3 Rancang Bangun dan Spesifikasi Teknis
IPAL Kkapasitas 20 m3 per hari IV.1.3.A Perhitungan Teknis
Dalam desain unit pengolahan limbah tekstil
kapasitas individual ini ada beberapa kriteria desain yang ditetapkan, dengan mempertimbang kondisi air baku (campuran dengan domestik waste) dan kualitas air keluaran yang ditetapkan adalah sebagai berikut : Kapasitas Pengolahan : 20 m3/hari Influent BOD : 1500 mg/l Effluent BOD : < 50 mg/l Effluent SS : < 50 ppm Efisiensi pengolahan : 90-95 % 1. Bak Ekualisasi
Debit Air Limbah = 20 m3/hari = 835 lt/jam = 0,835 m3/jam
137
Konsentrasi BOD din dalam air limbah = 1500 mg/l Waktu Tinggal = 10 Jam Volume Efektif = 10/24 x 20 m3 = 8,34 m3 Dimensi : Lebar : 1,5 m Panjang : 4 m Kedalaman : 1,38 m ----> dibulatkan 1,5m Tinggi Ruang Bebas : 0,5 m Jadi : Dimensi Bak ekualisasi = 1,5 m x 4 m x 2 m Disain bak dapat dilihat seperti pada Gambar IV.3.
2. Bak Pengendapan Kimia
Tipe Bak Pengendap adalah Pengendapan dengan papan miring. Efisiensi Penurunan BOD = 45 % Konsentrasi BOD Masuk = 1500 mg/l Konsentrasi BOD Keluar = 825 mg/l Waktu tinggal di dalam bak = 6 jam Volume Efektif = 5 m3 Dimensi Bak : Lebar : 1,5 m Panjang : 2,5 m Kedalaman : 1,3 m Tinggi ruang bebas : 0.2 m Dimensi Bak : 1,5 m x2,5 m x1,5 m Disain bak dapat dilihat seperti pada Gambar IV.4.
138
Kebutuhan Bahan Kimia (Koagulan) Bahan kimia yang digunakan : ferosulfat (FeSO4.n H2O) Tipe : butiran (granular) Dosis Ferosulfat = 400 mg/l Debit Limbah = 20 m3/hari. Laju alir pompa dosing = 10 -15 liter/jam
= 0,24 – 0,36 m3/hari Untuk menentukan konsentrasi Ferosulfat di dalam larutan Ferosulfat (larutan koagulan) dapat dihitung berdasarkan ilustrasi sepeti pada Gambar IV. . Berdasarkan ilustrasi tersebut di dapatkan persamaan : Q1 x C1 + Q2 x C2 = Q3 x C3 ------> dimana : Q1 = Debit air limbah (m3/hari) C1 = Konsentrasi ferosulfat awal di dalam air
Limbah Q2 = Laju alir larutan ferosulfat yang
diinjeksikan ke dalam air limbah (m3/hari)
C2 = Konsentrasi ferosulfat di dalam larutan (gr/m3) Q3 = Laju alir total (m3) C3 = Konsentrasi ferosulfat yang diharapkan (400 gr//m3)
139
Gambar IV. : Ilustrasi perhitungan injeksi ferosulfat. Q1 = 20 m3/hari Ci = 0 Q2 = 0,24 m3/hari C2 = belum diketahui Q3 = 20,24 m3/hari C3 = 400 gr/m3 Jadi :
20,24 X 400 C2 = gr/m3 = 33.733 gr/m3
0,24 Dengan demikian untuk mendapatkan konsentrasi injeksi ferosulfat sebesar 400 mg/l dilakukan dengan cara menginjeksikan larutan ferosulfat
140
dengan konsentrasi 33.733 mg/l ke dalam air limbah dengan laju injeksi 0,24 m3/hari atau 10 liter/jam. Untuk membuat larutan ferosulfat dengan konsentrasi 33.733 gr/m3 dilakukan dengan cara melarutkan 6.750 gr ferosulfat ke dalam 200 liter air. 3. Bak Biofilter Anaerob
Debit Air Limbah = 20 m3/hari = 835 lt/jam = 0,835 m3/jam Efisiensi Penurunan BOD = 70 % Konsentrasi BOD Masuk = 825 mg/l Konsentrasi BOD Keluar = 330 mg/l Berdasarkan percobaan seperti pada Bab III, Gambar III. 12, unntuk beban BOD Volumetrik 1-4 kg/m3-reaktor.hari didapatkan efisiensi penghilangan BOD 85-90 %. Ditetapkan : Beban BOD volumetrik 3,5 kg-BOD/m3.hari. Jumlah BOD masuk Reaktor = 20 m3/hari x 825 gr/m3
= 16.500 gr-BOD/hari =16,5 kg-BOD/hari. 16,5 kg-BOD/hari Volume Efektif Reaktor = =
3,5 kg-BOD/m3.hari = 4,7 m3
141
Dimensi Reaktor Biofilter Anaerobik : Lebar : 1,5 m Panjang : 1,5 m Kedalaman air : 2,0 m Tinggi ruang bebas : 0,3 m
Reaktor Biofilter Anaerobik tersebut diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Ratio volume media dengan volume efektif Reaktor adalah 0,6. Volume media = 0,6 x 4,7 m3 = 2,82 m3 16,5 kg-BOD/hari Beban BOD per volume media =
2,82 m3 = 5,85 kg-BOD/m3.hari.
Chek :
Untuk standar High Rate Trickiling Filter beban BOD berkisar antara 0,4 – 4,7 kg-BOD/m3.hari dengan efisiensi pengolahan sekitar 80 %.
Disain Reaktor Biofilter Anaerob dapat dilihat seperti pada Gambar IV.5. 3. Bak Biofilter Anaerob-Aerob
(Pengolahan Lanjut)
142
Diagram proses biofilter anaerob-aerob dan skenario penurunan konsentrasi BOD di dalam reaktor dapat dilihat seperti pada Gambar IV.2. Reaktor terdiri dari beberapa bagian yakni : bak pengendapan awal, bak biofilter anaerob, bak biofilter aerob dan bak pengendapan akhir.
Gambar IV.2 : Diagram proses biofilter anaerob-aerob dan
skenario penurunan konsentrasi BOD a. Ruang Pengendapan Awal Debit Air Limbah = 20 m3/hari = 835 lt/jam = 0,835 m3/jam Waktu Tinggal = 1,4 Jam Efisiensi Penurunan BOD = 25 % Konsentrasi BOD Masuk = 330 mg/l Konsentrasi BOD Keluar = 250 mg/l
143
Volume Efektif = 1,4/24 x 20 m3 = 1,18 m3 Dibulatkan menjadi 1,2 m3
Dimensi Bak :
Lebar : 1 m Panjang : 0,6 m Kedalaman air : 2 m
Tinggi ruang bebas : 0,1 m
Chek Waktu Tinggal rata-rata = 1,44 Jam Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 20 m3/hari
= = 33 m3/m2.hari (0,6 x 1) m2
Standar JWWA : Beban permukaan = 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA) b. Bak Biofilter Anaerob (Zona Pengolahan lanjut anoksik ) Debit Air Limbah = 20 m3/hari = 835 lt/jam = 0,835 m3/jam Konsentrasi BOD Masuk = 250 mg/l Konsentrasi BOD Keluar = 100 mg/l Efisiensi Penurunan BOD = 60 % Jumlah BOD masuk Reaktor = 20 m3/hari x 250 gr/m3
144
= 5000 gr-BOD/hari = 5 kg-BOD/hari. Ditetapkan : Beban BOD volumetrik 2,0 kg-BOD/m3.hari. 5 kg-BOD/hari Volume Efektif Reaktor = =
2,0 kg-BOD/m3.hari = 2,5 m3
Dimensi Bak : 1 m X 1,2 m X 2 m
Lebar : 1 m Panjang : 0,6 m
Kedalaman air : 2 m
Tinggi ruang bebas : 0,1 m Di bagi menjadi dua ruangan yakni masing-masing dengan ukuran ;
Lebar : 1 m Panjang : 0,6 m Kedalaman air : 2 m
Tinggi ruang bebas : 0,1 m Waktu Tinggal Total = 3 Jam Tiap-tiap ruang diisi dengan media biofiloter dati bahan plastik tipe sarang tawon. Ratio volume media terhadap volume reaktor = 0,7 Volume media yang diperlukan = 0,7 x 2,5 m3 = 1,75 m3
145
5 kg-BOD/hari Beban BOD per volume media = =
1,75 m3 = 2,85 kg-BOD/m3.hari.
Chek :
Untuk standar High Rate Trickiling Filter beban BOD berkisar antara 0,4 – 4,7 kg-BOD/m3.hari dengan efisiensi pengolahan sekitar 80 %.
c. Bak Biofilter Aerob
(Zona Pengolahan lanjut Aerob) Debit Air Limbah = 20 m3/hari = 835 lt/jam = 0,835 m3/jam
Konsentrasi BOD Masuk = 100 mg/l Konsentrasi BOD Keluar = 50 mg/l Efisiensi Penurunan BOD = 50 % Jumlah BOD masuk Reaktor =
= 20 m3/hari x 100 gr/m3
= 2000 gr-BOD/hari = 2 kg-BOD/hari. BOD yang dihilangkan = 0,5 x 2 kg-BOD/hari = = 1,0 kg-BOD/hari Ditetapkan : Beban BOD volumetrik 1,7 kg-BOD/m3.hari.
146
2 kg-BOD/hari Volume Efektif Reaktor = =
1,7 kg-BOD/m3.hari = 1,2 m3
Dimensi Bak : 1 m X 1,2 m X 2 m
Lebar : 1 m Panjang : 0,6 m Kedalaman air : 2 m
Tinggi ruang bebas : 0,1 m Waktu Tinggal = 1,5 Jam Reaktor diisi dengan media biofiloter dari bahan plastik tipe sarang tawon. Ratio volume media terhadap volume reaktor = 0,7 Volume media yang diperlukan = 0,7 x 1,2 m3 = 0,84 m3 2 kg-BOD/hari Beban BOD per volume media = =
0,84 m3 = 2,38 kg-BOD/m3.hari.
kebutuhan Oksigen (udara) : Kebutuhan oksigen di dalam reaktor biofilter aerob sebanding dengan jumlah BOD yang dihilangkan. Kebutuhan teoritis = Jumlah BOD yang dihilangkan
147
= 1,0 kg/hari. Faktor keamanan ditetapkan + 1,4 ------> Kebutuhan Oksigen Teoritis = 1,4 x 1,0 kg/ hari = 1,4 kg/hari. Temperatur udara rata-rata = 28 o C Berat Udara pada suhu 28 o C = 1,1725 kg/m3. Di asumsikan jumlah oksigen didalam udara 23,2 %. Jumlah Kebutuhan Udara teoritis = 1,4 kg/hari
= 1,1725 kg/m3 x 0,232 g O2/g Udara = 5,15 m3/hari. Efisiensi Difuser = 1 % (tipe pipa berlubang) 5,15 m3/hari Kebutuhan Udara Aktual = = 0,01
= 515 m3/hari = 0,330 m3/menit. = 330 liter per menit. Chek : Ratio Volume Udara /Volume Air Limbah = 25,75
148
Blower Udara Yang diperlukan : Spesifikasi Blower : Kapasitas Blower = 500 liter/menit Head = 2800 mm-aqua Jumlah = 1 unit Tipe blower = HIBLOW Listrik = 60 watt, 220 volt. d. Ruangan Pengendapan Akhir Debit Air Limbah = 20 m3/hari = 835 lt/jam = 0,835 m3/jam Waktu Tinggal = 1,4 Jam Volume Efektif = 1,4/24 x 20 m3 = 1,18 m3 dibulatkan 1,2 m3 Dimensi = 1 m X 0,6 m X 2 m Konsentrasi BOD Masuk = 50 mg/l Konsentrasi BOD Keluar = 50 mg/l Chek Waktu Tinggal rata-rata = 1,44 Jam Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 20 m3/hari
= = 33 m3/m2.hari (0,6 x 1) m2
Standar JWWA :
149
Beban permukaan = 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA) IV.1.3.B Spesifikasi Teknis
Dari hasil perhintungan di atas ditentukan
spesifikasi teknis bangunan IPAL serta peralatan pendukung sebagai berikut :
1. Bak Penampung Air Limbah
Dimensi : 150 cm X 400 cm X 200 cm Bahan : Beton semen cor Volume Efektif : 10 M3
Lebar : 1,5 m Panjang : 4 m Kedalaman : 1,5m Tinggi Ruang Bebas : 0,5 m Waktu Tinggal : 10 jam 2. Bak Pengedapan dengan Bahan Kimia
Dimensi : 150 cm X 250 cm X 150cm Lebar : 1,5 m
Panjang : 2,5 m Kedalaman : 1,3 m Tinggi ruang bebas : 0.2 m
Bahan : Fiber glass Volume Efektif : 5 M3
150
Total Retention Time : 4 jam 3. Unit Reaktor Biofiloter Anaerob
Dimensi : 150 cm X 150 cm X 230cm Bahan : Fiber glass Volume Efektif : 4,5 M3 Total Retention Time : 5 jam Tipe media biofilter : Sarang tawon,
Bahan : PVC Volume Media : 2,8 m3
4. Unit Reaktor Biofilter Anaerob-Aerob
Dimensi : 100 cm X 310 cm X 225cm Bahan : Fiber glass Volume Efektif : 6 M3 Total Retention Time : 7,2 jam Tipe media biofilter : Sarang tawon Bahan : PVC Volume Media biofilter: 2,7 M3
5. Media Pembiakan Mikroba
Material : PVC sheet Ketebalan : 0,15 – 0,23 mm Luas Kontak Spsesifik : 200 – 226 m2/m3 Diameter lubang : 2 cm x 2 cm Warna : bening transparan Berat Spesifik : 30 -35 kg/m3
151
Porositas Rongga : 0,98 4. Blower Udara
Tipe : Hi Blow Listrik : 60 watt, 220 volt. Head : 2 m air Q udara : 500 liter/menit Jumlah : 1unit
5. Pompa Air Baku
Tipe :Submersible Pump Kapasitas : 20 liter/menit Listrik : 250 watt, 220 volt Total Head : 8 meter Jumlah : 1 unit
6. Pompa Sirkulasi
Tipe : Submersible Pump Kapasitas : 10 liter/menit Listrik : 60 watt Total Head : 6 meter
7. Bak Kontrol
Dimensi : 50 cm x 50 cm x 50 cm bahan : bata-semen Jumlah : 1 unit.
8. Pompa Dosing
152
153
Tipe : Pulsa Feeder 150/100 Tekanan : 7 Bar Kapasitas : 15 liter per jam Jumlah : 1 unit 9. Chemical Tank Volume : 200 liter
Bahan : Polyethylene Perlenkapan : Motor Pengaduk Listrik : 200 watt, 220 volt
Gambar IV.3 : BAK EKUALISASI IPAL PENCUCIAN JEAN (VOL. 8 M3)
Dimensi : 1 m x 4 m X 2 m
154
Gambar IV.4.A : BAK KOAGULASI DENGAN BAHAN KIMIA (Potongan Melintang)
155
Gambar IV.4.B : BAK KOAGULASI DENGAN BAHAN KIMIA (Tampak Atas)
156
Gambar IV.5.A : Reaktor Biofilter Anaerob
157
Gambar IV.5.B : Reaktor Biofilter Anaerob
158
Gambar IV.6 : Reaktor Biofilter Anaerob-Aerob (Reaktor Pengolahan Lanjut).
159
Gambar IV.7 : Diagram proses pengolahan air limbah pencucian jean dengan menggunakan kombinasi proses pengendapan kimia dengan proses biofilter anaerob-aerob .
160
Gambar IV.8 : TATA LETAK PERALATAN IPAL
161
IV.2 Peralatan IPAL Peralatan utama IPAL industri kecil tekstil yang digunakan untuk pembangunan pilot plant terdiri dari bak pengendapan kimia, reaktor biofilter anaerob, reaktor biofilter aerob, pompa air baku limbah, pompa dosing bahan kimia, tangki bahan kimia, blower udara serta media biofilter tipe sarang tawon. Foto peralatan dapat dilihat seperti pada gambar berikut . 1. Bak Pengendapan Dengan Bahan Kimia
Gambar IV.9.a : Bak Pengendapan kimia (dilihat
dari samping)
162
Gambar IV.9.b : Bak Pengendapan kimia (dilihat dari depan)
Gambar IV.9.c : Bak Pengendapan kimia (dilihat dari atas)
163
2. Bak Reaktor Anaerob
Gambar IV.10 : Reaktor Bofilter Anaerob 3. Bak Reaktor Aerob
Gambar IV.11.a : Reaktor Bofilter Aerob (dilihat dari samping)
164
Gambar IV.11.b : Reaktor Bofilter Aerob (dilihat dari depan)
4. Pompa Air Limbah
Gambar IV.12 : Pompa Air Limbah
165
5. Blower Udara
Gambar IV.13 : Blower Udara 6. Media Pembiakan Mikroba
(Plastik Sarang Tawon)
Gambar IV.14 : Media Biofilter darai bahan palstik tipe sarang tawon
166
7. Pompa Dising
Gambar IV.15 : Pompa Dosing
8. Chemical Tank
Gambar IV.16 : Tangki Bahan Kimia
167
IV.3 Pembangunan dan pemasangan IPAL Proses pembangunan dan pamasanganIPAL dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 17: Pembuatan Bak Ekualisasi
168
Gambar 18: Bak Ekualisasi
169
Gambar 19 : Pilot Plant IPAL industri pencucian
jean kapasitas 20-30 m3 per har
170
Gambar 20: Bak Pengendapan Kimia
171
Gambar 21: Pemasangan Media biofilter di dalam Reaktor Biofiloter Anaerob dan Reaktor Biofilter
Anaerob-Aerob (Raktor Pengolahan Lanjut)
172
Gambar 22 : IPAL Tekstil Kapasitas 20-30 M3 per hari yang telah terpasang
173
IV.4 Perkiraan Biaya Operasional Pengolahan Limbah Kapasitas 20 m3/hari
Biaya untuk pembangunan unit pengolah limbah individual dihitung berdasarkan kebutuhan biaya listrik dan kebutuhan bahan kimia yang digunakan dlam hal ini menggunakan ferrosulfat dengan konsentrasi 400 mg/l. Rincian biaya litrik dan biaya bahan kimia per hari dapat dilihat pada Tabel IV.1. dari tabel tersebut dapat diperkirakan biaya operasional IPAL industri kecil tekstil kapasitas 20 m3 per hari adalah Rp. 21.520,- per hari atau Rp.1.076,- per m3 limbah. Tabel IV.1 : Perkiraan Biaya Operasional IPAL per
Hari No
Pengeluaran
JumlahHarga Satuan
(Rp)
Total
1 Kebutuhan Listrik
Pompa Limbah 250 watt
Pompa sirkulasi 100 watt
Pompa Dosing 50 watt
Blower Udara 60 watt
Total 460 watt
11,04 Kwh
500 5.520
2 Bahan kimia
Dosis 400 gr/m3 x 20 m3
8 kg 2000 16.000
TOTAL 21.520
Jika diasumsikan tiap mesin menghasilkan
limbah 3000 liter dan dapat mencuci 400 potong
174
jean maka air limbah sebesar 20 m3 merupakan air limbah yang dikeluarkan untuk mencuci jean sebanyak = (20 m3 /3 m3)x400 potong
= 2666 potong. Dengan demikian biaya limbah tiap potong jean yang dicuci yakni = 21520,- / 2666 potong
= Rp. 8,07 per potong jean.
175
BAB V
PENUTUP
176
Berdasarkan hasil studi serta hasil penelitaian seperti yangb telah diuraikan di atas dapat disimpulkan beberapa hal anatara alin :
Daerah Kelurahan Sukabumi Selatan, khususnya saluran umum baik berupa kali atau selokan telah tercemar oleh aktivitas pencucian atau laundry yang tersebar diberbagai tempat.
Industri pencucian atau laundry merupakan
sumber pencemar yang sangat potensial dan menimbulkan dampak penting bagi lingkungan Kelurahan Sukabumi Selatan
Lebih dari 90% industri pencucian tekstil atau
laundry belum mempunyai pengolahan limbah, jikapun ada masih dalam bentuk yang sederhana dan belum mampu mengolah dengan baik.
Industri laundry banyak memakai air tanah
dan bahkan jumlahnya berlebih. Jika tidak terkontrol dapat mengganggu kondisi air tanah secara keseluruhan dan bahkan menimbulkan penurunan muka air tanah dangkal. Kondisi ini sangat berbahaya, sebab air permukaannya sudah tercemar. Saat ini penduduk masih ada yang memanfaatkan sebagai air baku air minum. Perlu dilakukan inventarisasi sumur dan
177
Proses biofilter menggunakan media plastik
sarang tawon dapat digunakan untuk mengolahan air limbah pencucian dan pewarnaan jeans dengan hasil yang baik. Efisiensi penghilangan polutandipengaruhi oleh waktu tinggal hidrolis di dalam reaktor atau beban pengolahan (beban organik). Semakin lama waktu tinggal hidrolis (WTH) di dalam reaktor biofilter atau semakin besar beban pengolagan (loading) efisiensi penghilangan semakin kecil.
Pengolahan air limbah industri pencucian
jean dengan proses biofilter anaerob-aerob menggunakan media plastik sarang tawon dengan kondisi waktu tinggal 1-3 hari di dapatkan efisensi penghilangan COD, BOD, SS dan Warna masing-masing yakni : COD 78 – 91 %, BOD 85 – 92 %, total zat padat tersuspensi (TSS) 80 – 93 %, dan Warna 48 – 57 %. Makin kecil waktu tinggal di dalam reaktor biofilter efisiensi penghilangan juga semakain kecil. Pengolahan dengan proses biofilter secara umum dapat menghilangkan polutan organik dan TSS dengan baik, tetapi untuk penghilangan warna kurang efektif.
Dengan menggunakan kombinasi proses
pengendapan kimia dengan penambahan
178
Dengan menggunakan IPAL kombinasi
proses pengendapan kimia dan proses biofilter anaerob-aerob kapasitas 20 m3/hari perkiraann biaya operasional perhari adalah sekitar Rp.21.520,- atau biaya limbah tiap potong jean yang dicuci yakni Rp. 8,07.
179
DAFTAR PUSTAKA ----"The Study OnUrban Drainage And Waste Water
Disposal Project In The City Of Jakarta”, , JICA, December 1990.
----, “ Gesuidou Shissetsu Sekkei Shisin to Kaisetsu “, Nihon Gesuidou Kyoukai, 1984.
FAIR, GORDON MASKEW et.al., " Eements Of Water Supply And Waste Water Disposal”, John Willey And Sons Inc., 1971.
GOUDA T., “ Suisitsu Kougaku - Ouyouben”, Maruzen kabushiki Kaisha, Tokyo, 1979.
HIKAMI, Sumiko., “Shinseki rosohou ni yoru mizu shouri gijutsu (Water Treatment with Submerged Filter)”, Kougyou Yousui No.411, 12,1992.
METCALF AND EDDY, " Waste Water Engineering”, Mc Graw Hill 1978.
SUEISHI T., SUMITOMO H., YAMADA K., DAN WADA Y., “ Eisei Kougaku “ (Sanitary Engineering), Kajima Shuppan Kai, Tokyo, 1987.
VIESSMAN W, JR., HAMER M.J., “ Water Supply And Polution Control “, Harper & Row, New York,1985.
180
INDEX
A
aerobik, 8, 45, 50, 52, 53, 57, 130
anaerobik, 8, 50, 52, 53, 54, 56, 130
autotrof, 47
B
bakteri, 40, 41, 42, 43, 47, 49, 50, 53, 75, 116, 126, 130, 133
beban pengolahan, 10, 42, 127, 178
biakan melekat, 44 biakan tersuspensi, 44, 45 Biofilm, 50, 52, 54, 56 biofilter, 8, 9, 11, 44, 50, 52,
54, 56, 57, 58, 59, 61, 62, 63, 64, 67, 71, 73, 75, 85, 86, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 122, 123, 124, 125, 127, 128, 130, 131, 132, 133, 134, 135, 143, 147, 151, 160, 162, 172, 178, 179
BOD, 3, 6, 14, 15, 16, 17, 23, 24, 25, 26, 34, 35, 44, 52, 55, 63, 72, 73, 74, 85, 87, 88, 90, 91, 97, 98, 99, 100,
101, 114, 116, 119, 120, 127, 128, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 141, 142, 143, 144, 145, 146, 147, 149, 178, 179
D
denitrifikasi, 50, 54, 88, 91 detergen, 18
F
film mikro-biologis, 51
H
heterotrof, 47
I
identifikasi mikroorganisme, 126
K
Katun, 17 Koagulan, 139
L
laundry, 13, 177 limbah domistik, 3, 8
181
182
M
media plastik sarang tawon, 8, 9, 89, 90, 127, 178
Mesofilik, 48 Mikroorganisme fototrof, 49 Mikroorganisme
kemototrof, 49
P
pencelupan jean, 9 pengendapan kimia, 11,
114, 115, 128, 130, 132, 134, 160, 162, 178, 179
Pseudomonas aeruginosa, 127
Psikofilik, 48
R
Rancang Bangun, 9, 130, 137
rotating biological contactor, 45
S
seeding, 64, 73, 74, 75, 76, 79, 80, 81
T
Thermofilik, 48
W
waktu tinggal, 10, 43, 45, 71, 73, 81, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 127, 128, 178, 179