26
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Bp.S DENGAN ANGINA PECTORIS DI RUANG IGD RS BETHESDA YOGYAKARTA Di susun oleh : Fransisca Winandari 1002047

DocumentAP

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DocumentAP

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Bp.S

DENGAN ANGINA PECTORIS DI RUANG IGD RS BETHESDA

YOGYAKARTA

Di susun oleh :

Fransisca Winandari

1002047

PRODI S1 STIKES BETHESDA

YAKKUM YOGYAKARTA

JANUARI 2014

Page 2: DocumentAP

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA KLIEN DENGAN ANGINA PECTORIS

Nama Mahasiswa : Fransisca Winandari

NIM : 1002047

Tempat/ruang praktek : IGD Bethesda

Tanggal praktek : 7 Januari 2014

I. Konsep Dasar

A. Pengertian

Angina Pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan

episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan didada depan.

(Brunner & Suddarth, 2004)

Angina pektoris, atau angina, adalah gejala dari nyeri dada atau

tekanan yang terjadi saat jantung tidak menerima cukup darah dan

oksigen untuk memenuhi kebutuhannya. (American College of

Cardiology Foundation)

Page 3: DocumentAP

B. Etiologi

Penyebab Angina Pektoris diperkirakan berkurangnya aliran darah

koroner, menyebabkan suplai oksigen kejantung tidak adekuat, atau

dengan katalain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat. Angina

biasanya diakibatkan oleh penyakit jantung aterosklerotik dan hampir

selalu berhubungan dengan sumbatan arteri koroner utama.

Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina :

a. Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan

kebutuhan oksigen jantung.

b. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan

peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan

oksigen

c. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah

mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan

darah untuk suplai jantung. (pada jantung yang sudah sangat parah,

pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri angina semakin

buruk)

d. Stresss atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan,

menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan

adrenalin dan meningkatnya tekanan darah, dengan demikian

beban kerja jantung juga meningkat.

(Brunner & Suddarth, 2004)

C. Tipe Angina

Karakteristik berbagai tipe angina :

a. Angina Nonstabil (Angina Prainfark ; Angina Kresendo)

Frekuensi, intensitas dan durasi serangan angina meningkat secara

progresif

b. Angina Stabil Kronis

Dapat diramal, konsisten, terjadi saat latihan dan hilang dengan

istirahat

c. Angina Noktural

Page 4: DocumentAP

Nyeri terjadi saat malam hari, biasanya saat tidur dapat dikurangi

dengan duduk tegak. Biasanya akibat gagal ventrikel kiri

d. Angina Dekubitus

Angina saat berbaring

e. Angina Refrakter atau Intraktabel

Angina yang sangat berat sampai tidak tertahan

f. Angina Prinzmetal (varian : istirahat)

Nyeri Angina yang bersifat spontan disertai elevasi segmen-ST

pada EKG

Diduga disebabkan oleh spasme koroner. Berhubungan dengan

resiko tinggi terjadinya infark.

g. Iskemia Tersamar

Terdapat bukti obyektif iskemia (sperti pada stres) tetapi pasien

tidak menunjukkan gejala. (Brunner & Suddarth, 2004)

Klasifikasi Angina Pektoris

Angina diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu angina stabil dan

angina tidak stabil. Angina stabil merupakan hasil dari akumulasi

bertahap dari plak di arteri koroner. Karena hal ini meningkatkan

akumulasi, gejala angina mulai terjadi dalam pola yang diprediksi

selama atau setelah latihan fisik atau stres emosional. Pola terprediksi

dapat bertahan selama beberapa minggu, bulan, atau bahkan bertahun-

tahun. Jenis-jenis kegiatan yang dapat menyebabkan angina stabil

termasuk berjalan ke atas bukit atau tangga, melakukan pekerjaan

rumah tangga, mengalami stres emosional yang parah atau kecemasan,

berhubungan seks, paparan suhu dingin, atau konsumsi makanan berat.

Meskipun gejala cukup mengganggu, penderita biasanya tidak

menunjukkan bahwa serangan jantung sudah dekat.

Angina tidak stabil hasil dari pecahnya plak secara tiba-tiba, yang

menyebabkan akumulasi cepat trombosit di situs pecah dan

Page 5: DocumentAP

peningkatan mendadak dalam obstruksi aliran darah di arteri koroner.

Akibatnya, gejala angina tidak stabil terjadi tiba-tiba, sering kali dalam

cara yang tak terduga atau tidak terduga. Gejala-gejala mungkin baru,

lama, lebih berat, atau terjadi dengan tenaga sedikit atau tidak ada.

Angina tidak stabil juga mungkin kurang responsif terhadap obat

nitrogliserin dari angina stabil. Angina tidak stabil adalah keadaan

darurat medis. Dicentang, akumulasi trombosit dan obstruksi aliran

darah dapat mengakibatkan serangan jantung. Ini risiko serangan

jantung tetap bahkan jika gejala angina tidak stabil mengurangi atau

menghilang. Jadi, jika terjadi angina tidak stabil, mencari perhatian

medis segera sangat penting.

Angina Mikrovaskular atau Angina Sindrom X ditandai dengan nyeri

dada yang menyerupai angina, namun penyebabnya berbeda. Penyebab

angina mikrovaskular masih belum diketahui secara pasti, namun

tampaknya merupakan akibat dari buruknya fungsi pembuluh darah

yang menyempit pada jantung, lengan, dan kaki. Karena angina

mikrovaskular tidak ditandai dengan penyumbatan arteri, membuatnya

lebih sulit untuk dikenali dan didiagnosa, namun prognosisnya sangat

baik.

Klasifikasi Braunwald

Klasifikasi Braunwald secara konseptual berguna karena faktor-

faktornya pada gambaran klinis (baru atau

progresif vs angina istirahat),  konteks (infark primer, sekunder, atau

pasca-miokard),  dan intensitas terapi antianginal.

Tabel . Klasifikasi Braunwald Angina tidak stabil

Karakteristik Kategori Detail

Keparahan I Gejala pada saat

beraktifitas

II Gejala subakut pada saat

istirahat (2-30 hari

Page 6: DocumentAP

sebelumnya)

III Gejala akut pada saat

istirahat (dalam waktu 48

jam sebelumnya)

Faktor-faktor yang

mempercepat secara klinis

A Sekunder

B Primer

C Post-infark

Terapi selama gejala

berlangsung

1 Tanpa pengobatan

2 Terapi angina biasa

3 Terapi maksimal

Klasifikasi Canadian Cardiovaskular Society

Sistem penilaian Canadian Cardiovascular Society pada angina yang

terkait usaha yang berhubungan dengan angina adalah banyak

digunakan karena merupakan klasifikasi sederhana dan praktis yang

sering digunakan untuk menggambarkan keparahan gejala.

Sistem penilaiannya adalah sebagai berikut :

a. Grade I 

Angina dengan pengerahan tenaga yang berat, cepat, atau

berkepanjangan (aktivitas fisik biasa seperti naik tangga tidak

memprovokasi angina).

b. Grade II 

Sedikit terbatasnyaaktivitas biasa (Angina

terjadi dengan postprandial, 

berjalan menanjak,  atau cepat; ketika berjalan lebih dari 2

blok dari permukaan tanah atau berjalan menaiki lebih

dari 1 tangga; selama stres emosional, atau pada jam-jam awal

setelah bangun tidur).

c. Grade III 

Page 7: DocumentAP

Ditandai dengan keterbatasan aktivitas biasa (Angina

terjadi dengan berjalan 1-2blok atau mendaki tangga pada

kecepatan yang normal).

d. Grade IV 

Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik apapun tanpa

rasa tidak nyaman (nyeri saat istirahat terjadi).

D. Manifestasi Klinis

Iskemia otot jantung akan menyebabkan nyeri dengan derajat yang

berfariasi, mulai dari rasa tertekan pada dada sampai nyeri hebat

disertai dengan rasa takut atau rasa akan menjelang ajal. Nyeri sangat

terasa pada dada didaerah belakang sternum atas atau sternum ketiga

tengah (retrostenal). Meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi, namun

nyeri tersebut dapat menyebar keleher, dagu, bahu, dan aspek dalam

ekstremitas atas.

Pasien biasanya memperlihatkan rasa sesak, tercekik dengan kualitas

yang terus –menerus. Rasa lemah atau baal di lengan atas, pergelangan

tangan dan tangan akan menyertai rasa nyeri. Selama terjadi nyeri

fisik, pasien mungkin merasa akan segera meninggal. Karakteristik

utama nyeri angina tersebut berkurang apabila faktor presipitasinya

dihilangkan.

E. Patofisiologi

Secara umum, angina hasil dari plak yang terbuat dari lemak kolesterol

atau bangunan lainnya di arteri koroner. Akumulasi plak ini dikenal

sebagai penyakit arteri koroner (CAD). Ketika plak menumpuk di

dalam arteri yang cukup koroner seseorang, darah mengalir melewati

plak berkurang, merampas otot jantung nutrisi yang dibutuhkan dan

oksigen. Akibatnya, gejala angina dapat terjadi. Angina adalah lebih

mungkin terjadi ketika jantung bekerja lebih keras dan membutuhkan

aliran darah tambahan, seperti selama aktivitas fisik atau stres

emosional. (American College of Cardiology Foundation)

Page 8: DocumentAP

F. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosa angina sering dibuat berdasarkan evaluasi manifestasi klinis

nyeri dan riwayat pasien. Pada angina jenis tertentu, perubahan pola

EKG dpat membantu dalam membuat berbagai diagnosa angina.

Respons pasien terhadap kerja berat dan stres juga dapat diuji dengan

pemantauan elektrokardiografi, pada saat klien bersepeda atau

bersepesda statis. Selain itu dapat dilakukan foto rontgen dada dan

pemeriksaan laboratorium. Yang sering dilakukan pemeriksaan enzim;

CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark

jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.

Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol LDH dan LDL.

Trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti

hyperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk

menemukan diabetes mellitus yang juga merupakan faktor resiko bagi

pasien angina pectoris. (Brunner & Suddarth, 2004)

G. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan

kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan supali oksigen.

Secara medis tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi dan kontrol

terhadap faktor resiko. Secara bedah tujuan ini dicapai melalui

revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner

atau angioplasti koroner transluminal percutan. (PTCA = perctaneous

transluminal coronary angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi

antara terapi medis dan bedah.

a. Terapi farmakologi

1) Nitogliserin . Diberikan untuk menurunkan konsumsi oksigen

jantung yang akan mengurangi iskemia dan mengurangi nyeri

augina. Nitoglisenin adalah bahan vasoaktif yang berfungsi

Page 9: DocumentAP

melebarkan baik venamaupun arteria sehingga mempengaruhi

sirkulasi perifer.

2) Penyekat beta-adregenik. Bila pasien tetap menderita nyeri

dada meskipun telah mendapat nitroglisenin dan merubah gaya

hidup, maka perlu diberikan bahan penyekat beta adrenergik.

Propanolol hidroklorit masih merupakan obat pilihan. Obat ini

berfungsi menurunkan fungsi konsumsi oksigen dengan

menghambat impuls simpatis ke jantung. Hasilnya terjadi

penurunan frekuensi jantung, tekanan darah, dan waktu

kontraktilitas jantung yang menciptakan suatu keseimbangan

antara kebutuhan oksigen jantung dan jumlah oksigen yang

tersedia.

3) Antagonis ion kalsium / penyekat kanal. Memiliki sifat yang

sangat berpengaruh pada kebutuhan dan suplai oksigen

kejantung, jadi berguna untuk menangani angina. Secara

fisiologis, ion kalsium berperan ditingkat sel mempengaruhi

kontraksi semua jaringan otot dan berperan dalam stimulasi

listrik pada jantung. Antagonis / penyekat ion kalsium

meningkatkan suplai oksigen jantung dengan cara melebarkan

dinding otot polos arteriol koroner dan mengurang kebutuhan

jantung dengan menurunkan tekanan arteri sistemik dan

demikian juga beban kerja ventrikel kiri.

b. Kontrol Terhadap Faktor Resiko

Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan

kebutuhan oksigen jantung. Pasien harus berhenti merokok karena

merokok menyebabkan takikardia dan naiknya tekanan darah,

sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas

dianjurkan menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja

jantung.

(Brunner & Suddarth, 2004)

Page 10: DocumentAP

H. Komplikasi pada Angina

a. Infarksi miokardium yang akut ( serangan jantung)

b. kematian karena jantung secara mendadak

c. Aritmia kardiak

(Brunner & Suddarth, 2004)

Page 11: DocumentAP

Rasional: Angina adalah kondisi yang sering memerlukan

penggunaan banyak obat untuk menurunkan kerja jantung,

memperbaiki sirkulasi koroner, dan

mengontrol terjadinya serangan.

1) Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter kapan

menggunakan obat yang dijual bebas.

Rasional: Obat yang dijual bebas mempunyai potensi

penyimpanan.

2) Kaji ulang gejala yang dilaporkan pada dokter.

Rasional: Pengetahuan apa yang akan terjadi dapat

menghindari masalah yang tak

perlu terjadi untuk alasan yang tidak penting.

3) Diskusikan pentingnya mengikuti perjanjian.

Rasional: Angina adalah gejala penyakit arteri koroner

progresif yang harus dipantau dan memerlukan keputusan

program pengobatan.

Page 12: DocumentAP

II. Konsep Keperawatan

A. Identitas Pasien

Nama : Bp. S

Umur : 60 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Bantul, Yogyakarta

Pekerjaan : PNS

Agama : Islam

Tgl & Jam masuk RS : 7 Januari 2014, 13. 55

No. RM : 00237xxx

B. Sumber Pasien

Pasien dibawa ke IGD oleh keluarga

C. Pengkajian Primer

Tanggal dan jam pengkajian : 7 Januari 2014, 13. 55

Tingkat kegawatan : III

Tingkat kesadaran : Kualitatif : Compos Mentis

Kuantitatif GCS 15 (E: 4, V:5,

M:6 )

Dx. N/ Tindakan/ Intervensi

Evaluasi (SOAP)

7 Januari 2014, 13. 55

Jalan Napas

7 Januari 2014, 14.05

Tidak ada gangguan pada jalan nafas

7 Januari 2014, 14.06

Tidak ada gangguan pada jalan nafas

7 Januari 2014, 14.30

Tidak ada gangguan pada jalan nafas

7 Januari 2014, 13. 55

Pernafasan

DS : pasien mengatakan dan sesak dada berat.

7 Januari 2014, 14.05

Ketidakefektifan pola nafas

7 Januari 2014, 14.06

1. Memberikan posisi semi fowler pada pasien

2. Memberikan

7 Januari 2014, 14.30

S : pasien mengatakan nyeri dan sesak nafas sudah berkurang. Skala nyeri : 3

Page 13: DocumentAP

DO : pernafasan dada dan dangkal. Gerakan paru simetris.RR : 25x/menit.Tidak ada nyeri tekan. Perkusi resonan. Suara paru vesikuler.

O2 4L melalui binasal kanul

3. Mengukur EKG

4. Pemeriksaan poto thorak

O : Pasien rileks. O2

terpasang 4Lpm melalui binasal kanul. Sinus ritme HR 68bpm. ST depresiA : masalah teratasi sebagianP : lanjutkan intervensi oleh perawatn di ruang Bakung.

7 Januari 2014, 13. 55Sirkulasi

DS : pasien mengatakan lemas, berkeringat dingin

DO : pasien lemas, pucat, berkeringat dingin, tensi : 150/90 mmHg, suhu : 36 ° C, Nadi : 64 x/menit ireguler.

7 Januari 2014, 14.00

Resiko ketidakseimbangan elektrolit

7 Januari 2014, 14.06

1. Memasang Infus

2. Memberikan terapi intravena Asering 500cc, 20 tpm

7 Januari 2014, 14.30

S : Pasien mengatakan masih lemasO : pasien lemas, infus terpasang pada vena radialis dekstra dengan terapi Asering 500cc 20tpm.A : tidak terjadi ketidakseimbangan elektrolitP : lanjutkan intervensi oleh perawat di ruang Bakung.

Page 14: DocumentAP

D. Pengkajian Sekunder

Tanggal & jam : 7 Januari 2014, 14. 30

Data Dx. N/ NCP Implementasi Evaluasi7 Januari 2014, 14. 30

1. Riwayat Kesehatana. KU : pasien mengatakan nyeri

dadab. RPS :

Pasien mengalami nyeri dada sejak tadi malam

c. RPD : pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi

2. Status kesehatanKU sedang, TD : 150/90 MmHg, suhu : 36 ° C, Nadi : 64x/menit ireguler,RR : 25x/menit

3. PF Head to Toea. Kepala dan wajah :

Kepala tidak ada benjolan, rambut bersih, Wajah pucat

b. Leher:tidak ada pembesaran kelenjar, nadi karotis teraba

7 Januari 2014, 14. 40

Nyeri akut

7 Januari 2014, 14. 41

NOC :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam, masalah keperawatan nyeri teratasi, dengan kriteria hasil : a. mampu mengontrol nyeri

(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

b. melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

c. mampu mengenali nyeri (skala,intensitas,frekuensi,dan tanda nyeri)

d. menyatakan rasa aman setelah nyeri berkurang

NIC : a. Lakukan pengkajian

7 Januari 2014, 14. 45

a. Mengajarkan teknik relaksaisi

b. memberikan obat :1) Ascardia

1x320mg2) Cedocard

1x5mg

7 Januari 2014, 14. 50

S : pasien mengatakan nyeri berkurang. Skala nyeri 3.O : pasien rileks. Ascardia 1x80mg secara oral masuk dan Cedocard 1x5mg masuk melalui sublingual.A : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi oleh perawat di ruang Bakung.

Page 15: DocumentAP

kuat, JVP = 5-2cm H2O

c. Thoraks:DS: Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri O : pasien mengatakan nyeri timbul sejak tadi malam. Nyeri muncul ±10menit kemudian hilang dan timbul lagi.P : pasien mengatakan nyeri karena habis melakukan aktivitas. Nyeri bertambah saat udara dingin. Nyeri berkurang saat beristirahat.Q : pasien mengatakan nyerinya tumpul seperti tertindih beban berat didada, kadang terasa panas.R: pasien mengatakan nyeri menjalar dari dada kiri sampai kebahu belakangS: skala nyeri 6T: pasien mengatakan belum minum obatU: pasien mengatakan memahami tentang sakitnya karena dia sadar punya penyakit hiertensi juga.V : pasien mengatakan ingin sakitnya sembuh dengan berobat.

nyerib. Kurangi faktor presipitasi

nyeric. Ajarkan teknik

nonfarmakologi d. Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat

Page 16: DocumentAP

DO: pernafasan dada, dangkal. gerakan paru simetris.RR : 25x/menit.Tidak ada nyeri tekan. Perkusi resonan. Suara paru vesikuler .

d. Abdomen:Tidak ada benjolan.Bising usus 7x / menit.Suara perkusi timpani.Tidak ada nyeri tekan dan pembesaran organ pada abdomen.

e. Pelvis & Genital:Tidak dilakukan pemeriksaan

f. Ekstremitas:Kekuatan Otot :5 55 5Tidak ada oedema pada ekstremitas.

g. Neurologis:pasien mengeluh tidak nyaman. pasien lemas

Page 17: DocumentAP

E. Resume Pasien Keluar/ Pulang

1. Tanggal masuk IGD : 7 Januari 2014 jam 13. 55 WIB

Tanggal keluar IGD : 7 Januari 2014 jam 18.05 WIB pindah ke ruang :

Bakung

2. Alasan dirawat : chest discomfort (Angina Pectoris) DD IHD

3. Ringkasan riwayat dan pengkajian fisik : pasien mengeluh nyeri dada

sebelah kiri menjalar sampai bahu belakang.

4. Hasil pemeriksaan penunjang : Lab, EKG, poto thorak

5. Terapi / pengobatan : O2 4L, Asering 500cc 20tpm, Ascardia 1x320mg,

Cedocard 1x5mg

6. Keadaan keluar : belum sembuh

Pembimbing Lapangan Praktikan

Ns. FX Muji Rahardjo, S.Kep Fransisca Winandari

Pembimbing Akademik

Dwi Nugroho HS, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB

Page 18: DocumentAP

Daftar Pustaka

Brunner  and  Suddart. 2001. Buku  Ajar  Keperawatan Medikal Bedah. 

Editor: Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta : EGC.

American College of Cardiology Foundation