Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
“PERUBAHAN SISTEM MATA PENCAHARIAN PEREMPUAN SUKU
DUANO DI KELURAHAN TANJUNG SOLOK KECAMATAN KUALA
JAMBI”
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora
Oleh :
Indar Desi Nurhasana
NIM AS 160950
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
i
ii
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dimunaqasyahkan oleh sidang Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada Selasa 28 April 2020 dan
telah diterima sebagai bagian dari persyaratan yang harus dipenuhi untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam.
Jambi, 15 Mei 2020
Dekan
Fakultas Adab dan Humaniora
Dr. Halimah Dja‟far, M. Fil. I
NIP.1960 1211 198803 2 001
Sekretaris Sidang
Drs. Suwan
NIP. 19650917 198703 1005
Ketua Sidang
Dr. Ali Muzakir, M.Ag
NIP. 19710715 200212 1003
Penguji I
Mailinar, S. Sos, M. Ud
NIP.19770505 200501 2007
Pengguji II
Dr. Irmawati Sagala, M. Si
NIP. 19801001 200901 2009
PembimbingI
Aliyas, M. Fil.I
NIP: 19781121 200210 1001
Pembimbing II
Hendra Gunawan, M.Hum
NIP.198906052019031012
iv
MOTTO
Artinya : Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (Al-Jumu’ah(62):10)
v
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabil‟alamin
Sebuah langkah usai sudahSatu cita telahku gapai
Namun Itu bukan akhir dari perjalanan
Melainkan awal dari satu perjuangan
Setulus hatimu Ibu ( Indo‟ Hasnawati), searif arahmu Ayah (Dahlur)
Do‟a mu hadirkan keridhaan untukku, petuahmu tuntunkan jalanku
Pelukanmu berkahi kehidupanku, diantara perjuangan dan tetesan
do‟amalammu dan sebait do‟a telah merangkul diriku, menuju hari depan yang
cerah. Kini diri telah selesai dalam studi serjana, dengan kerendahan hati yang
tulus, bersama keridho‟an mu ya Allah,kupersembahkan karya tulis ini untuk
Ibu (Indo‟ Hasnawati)kasihmu begitu tulus dalam kesederhanaanmu tak
terhitung jasamu yang mengiringi perjalanan hidup hingga menjadi asa dihati
Terimakasih Ibu...
Ayah (Dahlur)
Atas didikanmu kini aku bisa meraih kebahagian itu
Ku baktikan cita dan harapanku untuk mu Terima kasih Ayah
Seseorang yang istimewa dalam hidupku.
Terimakasih kalian telah menghiasi hari-hariku, makasi untuk perhatian,
pengertianPokoknya semua aspecially for you sekarang dan selamanya,,
Aamiin....
Mungkin tak dapat selalu terucap, namun hati ini selalu bicara, sungguh ku
sayang kalian.
Adik-adik ku (Navira Okta Devi Nuryanah) dan (M. Rifqi Mukhtarullah)
Terimakasi atas semangat, dan dorongan mu sehingga aku dapat melewati
Masa-masa sulit ini hingga terwujud cita-cita dan harapan
yang akan indah pada waktunya, masa depan kalian adalah semangatku.
Untuk sahabat yang berjuang bersama, untuk teman-teman kos, teman-teman
kuliah yang tak dapat disebut satu persatu, teman-teman Sejarah Kebudayaan
Islam.Terimakasih telah mengisi hari-hari kita bersama, pertemanan, saling
tolong menolong, dan canda tawa ini.
“Semoga Allah senantiasa meridhoi kita semua.Aamiin yaa rabbal „alamin.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Perubahan Sistem
Mata Pencaharian Perempuan Suku Duano Di Kelurahan Tanjung Solok
Kecamatan Kuala Jambi. Selanjutnya sholawat dan salam senantiasa saya
lafazkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan
umat pengikutnya sampai akhir hayat.
Setelah melewati proses yang begitu panjang hingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian
studi untuk memperoleh gelar sarjana humaniora strata satu pada program studi
Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, bantuan dan kontribusi demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini, terimakasih saya ucapkan kepada:
1. Kepada kedua orang tua saya papa dan mama (Dahlur dan Indo’
Hasnawati) yang selalu mendo’akan saya sehingga syukur alhamdulillah
skripsi ini dapat terselesaikan. Dan kepada adik-adik saya Navira dan
Rifqi) terimakasih untuk semangatnya.
2. Yth. Bapak Prof.Dr.H. Su’aidi As’ari, M.A Ph.D, selaku Rektor UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Yth. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE, M.El, Yth. Bapak Dr, As’ad Isma,
M.Pd, Yth. Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag, MA, selaku Wakil Rektor I, II
dan III UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Yth. Ibu Prof. Dr. Halimah Dja’far, S.Ag, M.Fil.I, selaku Dekan Fakultas
Adab dan Humaniora UIN sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
vii
5. Yth. Bapak Dr. Ali Muzakir, M.Ag,Yth. Bapak Dr. Alfian, S.Pd, M.Ed,
Yth. Ibu Dr. Raudhoh, S.Ag, SS selaku wakil Dekan I, II dan III Fakultas
Adab dan Humaniora UIN sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Yth. Bapak Agus Fiadi, S.Ip, M.Si selaku Ketua Jurusan Sejarah
Peradaban Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Yth, bapak Aliyas,M.Fil.I dan bapak Hendra Gunawan, M.Hum selaku
pembimbing 1 dan II yang banyak sekali membantu peneliti dalam
penulisan skripsi ini, dan juga ucapan terima kasih yang sangat besar
peneliti ucapkan.
8. Yth, bapak Aliyas M.Fil.I Selaku Dosen Pembimbing Akademik.
9. Yth. Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN sulthan Thaha
Saifuddin Jambi khususnya Dosen jurusan Sejarah Peradaban Islam yang
telah banyak membantu.
10. Yth. Seluruh karyawan/ti di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
11. Sahabat-sahabati SPI’16 yang sama-sama berjuang di Fakultas Adab dan
Humaniora UIN STS Jambi. Khususnya lokal SPI/A yang telah menjadi
partner diskusi yang baik bagi penulis.
Semoga Allah SWT, membalas jasa baik dan pengorbanan mereka semua
sehingga mendapat kebahagian dan kesejahteraan dunia dan akhirat. Semoga
kehadiran skripsi ini dapat membawa manfaat bagi kita dengan harapan dapat
menjadi amal ibadah bagi penulis Amiin...
Jambi, 15 Mei 2020
Penulis
Indar Desi Nurhasana
Nim. AS160950
viii
ABSTRAK
Indar Desi Nurhasana, AS 160950 Fakultas/ Jurusan : Adab dan
Humaniora/ Sejarah Peradaban Islam. Judul Skripsi: Perubahan Sistem
Mata Pencaharian Perempuan Suku Duano Di Kelurahan Tanjung Solok
Kecamatan Kuala Jambi.
Suku Duano merupakan salah satu suku yang ada di Kelurahan
Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi, dimana perempuannya juga ikut
melibatkan diri menjadi nelayan. Akan tetapi, pekerjaan perempuan Suku
Duano sebagai nelayan telah berubah, dan dari perubahan tersebut tentu
mempengaruhi kehidupan masyarakat Suku Duano. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai perubahan sistem mata
pencaharian perempuan Suku Duano di Kelurahan Tanjung Solok
Kecamatan Kuala Jambi.
Permasalahan yang dikaji ialah sistem mata pencaharian perempuan
Suku Duano. Tujuan dari penelitian ini pertama, mengetahui bagaimana
sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano, alasan mengapa
memilih pekerjaan sebagai nelayan dan proses perempuan Suku Duano
menjadi nelayan. Kedua, mengetahui apa faktor dari perubahan sistem
mata pencaharian perempuan Suku Duano, dan yang ketiga dampak dari
perubahan sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano. Penelitian ini
dilakukan dengan teknik penelitian deskriptif kualitatif. Hasil yang didapat
berdasarkan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik analisis data meliputi analisis domain, taksonomi,
komponensial dan tema budaya. Teknik keabsahan data menggunakan
triangulasi data.
Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian bahwa sistem mata
pencaharian perempuan Suku Duano dahulunya ialah sebagai nelayan.
Pekerjaan nelayan yang biasa dilakukan oleh perempuan Suku Duano
dulunya sebagian besar adalah mencari kerang dan sumbun, akan tetapi
mengalami perubahan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor
eksternal dikarenakan letak geografis dan adanya pengaruh dari suku lain,
dan faktor internal yaitu dikarenakan keinginan dari perempuan Suku
Duano untuk berubah. Dampak dari perubahan sistem mata pencaharian
perempuan Suku Duano berdampak baik pada perekonomian keluarga.
Kata Kunci : Suku Duano, Perempuan, Sistem Mata Pencaharian.
ix
ABSTRACT
Indar Desi Nurhasana, AS160950 Faculty Department : Civilization and
Humanities History of Islamic Civilization. Thesis Title : Change Of
Livelihood Sistem For Duano Woman In Tanjung Solok Sub-District,
Kuala Jambi District.
The Duano tribe is a resident of Tanjung Solok Sub-District ,
Kuala Jambi District, whose women are also involved as fishermen.
However, the work of Duano women as fishermen has changed, and the
changes certaninly affect the livelihoods of the Duano people. therefore,
researchers are interested in further researching about changes in the
livelihood system of Duano women in Tanjung Solok Sub- District, Kuala
Jambi District.
The problem that will be examined is about how the Duano
women’s livelihood system. The puspose of this study is first, to find out
how the livelihood system of Duano women, the reasons why choosing
work as fishermen and the process of Duano women becoming fishermen.
Second, find out what are the factors of changes in the Duano tribe
women’s livelihood systems, and the third is the impact of changes to the
Duano tribe women’s livelihood systems. This research was conducted
with a qualitative. The results obtained were based on date collection
techniques with observation, interviews, and documentation. Date analysis
techniques include domain analysis, taxonomy, compatibility and cultural
themes. The date validity technique uses date triangulation.
The results obtained are based on research that the Duano Tribe
women’s livelihood system was once a fisherman. The work of fishermen
who are usually done by Duano Tribe women used to be mostly looking for
shells and chunks, but experienced changes due to several factors, namely
external factors due to geographical location and the influence of other
tribers, and internal factor which were due to the desire of Duano Tribe
women to change. The impact of changes in the livelihood system of
Duano women has a good impact on the family economy.
keywords : Duano Tribe, Women’s, Livelihood System.
x
DAFTAR PUSTAKA
NOTA DINAS ........................................................... Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................ i
PERSEMBAHAN .................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ x
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5
D. Batasan Masalah ................................................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 6
BAB II .................................................................................................................... 8
KERANGKA TEORI ........................................................................................... 8
A. Kebudayaan ......................................................................................................... 8
B. Sistem Mata Pencaharian ................................................................................... 9
C. Gender ( Feminis) .............................................................................................. 10
D. Teori Perubahan ................................................................................................ 11
BAB III ................................................................................................................. 13
METODE PENELITIAN ................................................................................... 13
A. Jenis Penelitian .................................................................................................. 13
B. Lokasi Penelitian ............................................................................................... 13
C. Penentuan Sampel dan Informan ..................................................................... 13
D. Jenis dan Sumber Data ..................................................................................... 14
E. Teknik Pengumpulan Data. .............................................................................. 16
F. Teknik Analisis Data ......................................................................................... 18
xi
G. Triangulasi Data ................................................................................................ 21
H. Jadwal Penelitian ............................................................................................... 22
BAB IV ................................................................................................................. 24
GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PEMBAHASAN ................................ 24
A. Gambaran Umum Lokasi ................................................................................. 24
1. Sejarah Tanjung Solok .................................................................................. 24
2. Letak Geografis Kelurahan Tanjung Solok ................................................. 25
3. Keadaan Penduduk, Adat Istiadat dan Mata Pencaharian......................... 26
4. Sarana dan Prasarana.................................................................................... 31
5. Pendidikan dan Agama .................................................................................. 32
B. Hasil dan Pembahasan ...................................................................................... 36
1. Sistem Mata Pencaharian Perempuan Suku Duano .................................... 36
a. Alasan perempuan Suku Duano menjadi nelayan ....................................... 39
b. Cara perempuan Suku Duano bekerja sebagai nelayan ............................. 42
c. Proses perubahan mata pencaharian perempuan Suku Duano .................. 44
2. Faktor Penyebab Perubahan Sistem Mata Pencaharian Perempuan Suku
Duano. ................................................................................................................ 46
3. Dampak dari Perubahan Sistem Mata Pencaharian Perempuan Suku
Duano Terhadap Ekonomi ............................................................................... 58
BAB V ................................................................................................................... 62
PENUTUP ............................................................................................................ 62
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 62
B. Saran-saran ........................................................................................................ 63
C. Penutup .............................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
LAMPIRAN- LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem mata pencaharian merupakan bagian terpenting dalam
kehidupan masyarakat, menopang keberlangsungan hidup manusia. Bentuk
sistem mata pencaharian sangat banyak dan terbentuk sesuai dengan kondisi
geografis dari masing-masing tempat di dunia. Dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, manusia membutuhkan sistem mata pencaharian. Ada beberapa
bentuk atau model dari sistem mata pencaharian diantaranya : berburu,
meramu, menangkap ikan, bercocok tanam, berdagang. 1
Perbedaan mata pencaharian dari setiap suku bangsa beragam, sehingga
menjadi ciri khas sendiri bagi setiap daerah. Seperti mata pencaharian Suku
Anak Dalam di Jambi yang masih bersifat tradisional. Suku Anak Dalam
berupaya memenuhi kebutuhan hidup dengan memanfaatkan apa yang tersedia
di hutan, yaitu meramu, berburu, berladang dan menangkap ikan. Sebelum
akhirnya mereka menemukan potensi usaha yang dapat dikembangkan, seperti
usaha beternak, usaha bertani, usaha perikanan dan usaha lainnya.2
Sistem mata pencaharian merupakan hubungan dari kebudayaan,
artinya manusia memerlukan sistem mata pencaharian untuk bertahan hidup
dan mata pencaharian juga menjadikan manusia semakin berkembang untuk
memikirkan perubahan dan inovasi dalam kebudayaannya. Adapun pengertian
lain bahwa sistem mata pencaharian adalah tata cara yang dilakukan oleh
sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.3
Salah satu sistem mata pencaharian yang tertua berdasarkan
kebudayaan adalah menangkap ikan. Sistem mata pencaharian ini umumnya
1Koenjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi,(Jakarta: PT Rineka Cipta. 1990),hal.
358. 2 Kasiono, ”Potensi Usaha dan Pendidikan Kecakapan Hidup Berbasis Budaya (Mata
Pencaharian) Suku Anak Dalam”.Jurnal Ilmiah Dikdaya 2018, Vol 1, No.1, hal. 83-87. 3Tri Widiyati,“Perubahan Sistem Mata Pencaharian Suku Anak Dalam Suatu Kajian
Etnografi”. Skripsi. Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sultan Thaha
Saifuddin jambi. 2017, hal. 2.
2
dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di daerah pesisir pantai dan bekerja
sebagai nelayan. Kegiatan mencari ikan merupakan mata pencaharian yang
telah ada sejak awal manusia di muka bumi, terbukti dari manusia purba yang
hidup dekat rawa-rawa, sungai, danau atau laut telah memanfaatkan sumber
daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.4
Sistem mata pencaharian yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup selalu didominasi oleh kaum laki-laki. Kaum laki-laki dalam kebudayaan
dianggap sebagai pemenang, memiliki kekuasaan yang lebih besar dan peran
yang lebih menentukan dalam berbagai proses dibandingkan perempuan.
Sedangkan perempuan dalam kehidupan sehari-hari hanya terlihat pada
wilayah domestik dan privat saja. Perempuan lebih dikenal sebagai sosok yang
identik dengan kelemah-lembutan dan hanya berhak mengurus rumah serta
selalu berada dirumah.5
Keesing mengatakan sejumlah wanita pakar antropologi terkemuka,
mendukung argumen bahwa secara universal kedudukan wanita selalu di
bawah pria dalam setiap masyarakat sudah dikenal kehidupan umum dan
politik terutama berada ditangan kaum pria. Meskipun status, kebebasan, dan
kepentingan politik serta ekonomi kaum wanita di beberapa masyarakat relatif
tinggi, dan dalam masyarakat lain sangat rendah, akan tetapi itu semua tidak
pernah sama atau lebih tinggi dari pada yang dinikmati kaum pria.6
Akan tetapi dalam suatu permasalahan yang terjadi pada satu daerah,
perempuan juga ikut dalam memenuhi sistem mata pencaharian untuk
membantu perekonomian keluarga. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi
perempuan di berbagai tempat terhadap perekonomian menunjukkan bahwa
keikutsertaan perempuan dalam sistem mata pencaharian terjadi karena
dorongan kebutuhan, kemauan, dan kemampuan serta adanya kesempatan
4 Koenjaraningrat, Pengantar Antropologi: Pokok- Pokok Etnografi. (Jakarta: Rineka
Cipta. 2002), hal. 49. 5 Dentiana Rero, “Peran Tenaga Kerja Wanita Dalam Memenuhi Kebutuhan Ekonomi Di
Desa Ondoriwoy Kecamatan Pulau Ende Kabupaten Ende”. Jurnal Saung Guru 2015, Vol. 8.
No.3, hal. 193. 6
Roger M, Keesing, Antropologi Budaya(Suatu Perspektif Kontemporer: Edisi 2).
(Jakarta: Erlangga, 1992). Hal. 64.
3
kerja. Sehingga status ekonomi perempuan dapat dilihat dari aktivitas dalam
mencari nafkah.7
Kecamatan Kuala Jambi merupakan salah satu kecamatan yang terletak
di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang terdiri dari 2 kelurahan yaitu
Kelurahan Kampung Laut dan Kelurahan Tanjung Solok, serta 4 desa yaitu,
Desa Manunggal Makmur, Desa Majelis Hidayah, Desa Teluk Majelis, dan
Desa Kuala Lagan. Kelurahan Tanjung Solok merupakan daerah pesisir Jambi
dengan luas 37,56 km2, dihuni sekitar 4.544jiwa dan terdiri dari berbagai suku
bangsa yaitu Bugis, Banjar, Melayu, Suku Duano, dan masih banyak lagi.8
Tanjung solok merupakan salah satu daerah yang tidak ada perbedaan antara
perempuan dan laki-laki dalam memenuhi kebutuhan hidup terutama pada
masyarakat Suku Duano.9
Suku Duano yang berada di Kecamatan Kuala Jambi Tanjung Jabung
Timur berasal dari kepulauan Riau. Mayoritas pekerjaan mereka adalah
nelayan yang hidup bergantung dengan laut. Sebagian kehidupan mereka
habiskan di tengah laut untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dilihat dari posisi
mereka melaut berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah yang lain
hingga mereka sampai pada daerah perairan Kampung Laut yang sekarang
dipecah menjadi dua Kelurahan yaitu Kelurahan Kampung Laut dan Kelurahan
Tanjung Solok. Pada perkembangannya Suku Duano membangun sebuah
pemukiman di pesisir Kampung Laut sebagai tempat persinggahan ketika
melaut, namun karena dirasakan ada kenyaman dengan tempat mereka yang
baru yaitu Kampung Laut mereka memilih menetap hingga ke anak cucu
mereka saat ini.10
Dilihat dari pekerjaan suku Duano sendiri yang sebagian besar menjadi
nelayan dan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, ternyata dalam
7 Juwita, Angraini,“Kontruksi Perempuan Dalam Budaya Melayu”. Jurnal Anak Dan
Gender 2017, Vol 12. No.2, hal. 200. 8 Badan Pustaka Statistika. Kecamatan Kuala Jambi Dalam Angka 2018. BPS Tanjung
Jabung Timur, hal. 03. 9 Berdasarkan hasil observasi awal tanggal 04 Desember 2019.
10 Nuraini, “Sistem Mata Pencaharian Suku Duano Di Kelurahan Tanjung Solok
Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur”.Skripsi. Fakultas Adab dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin jambi. 2014, hal. 09.
4
sistem mata pencaharian tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki saja akan
tetapi juga dilakukan oleh kaum perempuan. Perempuan Suku Duano
melibatkan diri sebagai nelayan untuk memenuhi kebutuhan perekonomian
mereka. Hal ini senada dengan pendapat Helen yang mengatakan bahwa
perempuan yang bekerja bukan hanya ingin menyokong kehidupan mereka
sendiri, akan tetapi disebabkan karena kemiskinan keluarga sehingga
perempuan harus terlibat dalam membantu menafkahi keluarga.11
Seiring berkembangnya zaman, sistem mata pencaharian perempuan
suku Duano juga mengalami perubahan. Perubahan mata pencaharian
perempuan Suku Duano tentu mempengaruhi kehidupan masyarakat Suku
Duano di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi. Hari Purwanto
mengatakan bahwa, perubahan masyarakat tentu mempengaruhi lingkungan
sekitarnya.12
Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut
mengenai perubahan sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano di
Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi, terutama perempuan-
perempuan Suku Duano yang dulunya sebagai nelayan kini berubah. Sesuai
dengan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik menulis
penelitian dengan judul ”Perubahan Sistem Mata Pencaharian Perempuan Suku
Duano Di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi fokus dari masalah
penelitian ini adalah mendeskripsikan sistem mata pencaharian perempuan
suku Duano di Kecamatan Kuala Jambi. Dari masalah ini, yang akan digali
lebih mendalam dan sekaligus sebagai ruang lingkup penelitian ini yang
berkaitan dengan:
1. Bagaimana sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano di
Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi ?
11
Helen A, Moore, dan Jane C. Ollenburger, Sosiologi Wanita. (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2002). Hal. 76. 12
Hari Purwanto, Kebudayan Dan Lingkungan.( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002). Hal
139.
5
2. Mengapa terjadi perubahan sistem mata pencaharian pada perempuan
Suku Duano di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi ?
3. Bagaimana dampak dari perubahan sistem mata pencaharian perempuan
Suku Duano terhadap ekonomi keluarga ?
C. Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui pokok-pokok permasalahan dirumusan masalah,
maka tujuan dari penulisan proposal ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano
di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi.
2. Mengetahui alasan terjadinya perubahan sistem mata pencaharian
perempuan Suku Duano di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala
Jambi.
3. Mengetahui dampak dari perubahan sistem mata pencaharian perempuan
Suku Duano di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi
terhadap ekonomi keluarga.
D. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang dan rumusan masalah, saya
sebagai peneliti berusaha membatasi permasalahan dalam penelitian saya agar
nantinya tidak terjadi pelebaran bahasan, maka dari itu dalam penelitian ini
saya hanya memfokuskan tentang perubahan sistem mata pencaharian
perempuan Suku Duano. Batasan penelitian ini juga nantinya menjadi acuan
saya untuk lebih terfokus pada objek penelitian saja.
E. Manfaat Penelitian
Sebagaimana telah diketahui apa tujuan dari penulisan proposal ini,
maka dari penulisan ini saya menginginkan manfaat bagi pembaca tulisan saya
yaitu:
1. Manfaat teoritis: menambah pengetahuan mengenai perubahan sistem
mata pencaharian perempuan suku Duano, dan menjadi referensi bagi
perempuan-perempuan yang lain, jika ingin ikut andil dalam mata
pencaharian.
6
2. Manfaat praktis: membuka wawasan perempuan indonesia untuk
meningkatkan peran dan fungsinya, sehingga bekerja sesuai dengan
kodrat perempuan.
3. Dengan penelitian ini diharapkan agar mendapat perhatian dari
pemerintah untuk menciptakan program keterampilan kerja bagi
perempuan, khususnya perempuan suku Duano. Terlebih khusus
pemerintah Tanjung Jabung Timur.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui apakah penelitian saya
ini telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya atau belum sama sekali diteliti.
Maka dari itu saya memerlukan kajian peneliti terdahulu. Dari hasil tinjauan
penelitian sebelumnya, maka penulis menemukan beberapa hasil penelitian
yaitu:
Pertama, penelitian yang ditulis oleh Nuraini, yang berjudul Sistem
Mata Pencaharian Suku Duanu Di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan
Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur.13
Dalam penelitian ini,
peneliti memaparkan mengenai sistem mata pencaharian masyarakat Suku
Duano yang masih tradisional, yaitu teknik penangkapan hasil laut dengan
menggunakan papan tongkah. Papan tongkah merupakan alat yang digunakan
oleh Suku Duano untuk mencari udang nenek. Masalah penelitian ini jelas
berbeda dengan masalah penelitian saya, karena penulis lebih terfokus pada
alat yang digunakan oleh masyarakat Suku Duano pada sistem mata
pencaharian mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kedua, penelitian yang ditulis oleh Mailinar dan Diana Rozelin, yang
berjudul Proto Language And Assimilation Of Duano Ethnic At Sabak
Regency.14
Dalam penelitian ini, peneliti membahas mengenai seperti apa
bahasa proto etnis Duano, bagaimana cara para orang tua mendidik anak-anak
13
Nuraini, “Sistem Mata Pencaharian Suku Duano Di Kelurahan Tanjung Solok
Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur”. Skripsi Fakultas Adab dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi, 2014. 14
Diana Rozelin dan Mailinar, Proto Language And Assimilation Of Duano Ethnic At
Sabak Regency.(Jambi: UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi. 2019).
7
mereka dalam melestarikan bahasa ibu (bahasa asli Duano). Pada penelitian
ini diketahui bahwa orang tua tidak mengajarkan atau mendidik anak-anak
mereka melestarikan bahasa. Penelitian kedua ini juga berbeda dengan
masalah penelitian yang ingin saya bahas, karena dalam penelitian ini lebih
memaparkan mengenai penggunaan bahasa proto etnis Duano.
Ketiga, penelitian yang ditulis oleh Icwan Azhari dan kawan-kawan,
yang berjudul Perubahan Pola Pemukiman Orang Laut Suku Duano.15
Dalam
penelitian ini menelaah perubahan pemukiman orang laut di dua desa yakni
Tanjung Solok dan Kampung nelayan Provinsi Jambi. Perubahan terjadi dari
pemukiman di atas perahu di laut menjadi pemukiman rumahan di desa.
Penelitian ini juga berbeda permasalahan dari penelitian saya, karena
permasalahan yang dipaparkan oleh peneliti ialah mengenai perubahan
pemukinan orang laut Suku Duano.
15
Ichwan Azhari, DKK.”Perubahan Pola Pemukiman Orang Laut Suku Duan”. Jurnal
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 2018, Vol. 10, hal 223.
8
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Kebudayaan
Kebudayaan erat kaitannya dengan manusia, karena setiap manusia
memiliki kebudayaan, hanya saja budaya manusia yang satu berbeda dengan
budaya manusia yang lainnya. Kebudayaan menurut Edward Burnett Tylor
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.16
Menurut koenjaraningrat, kebudayaan yang merupakan hasil karya,
karsa dan cipta manusia memiliki 7 unsur yaitu17
:
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi social
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
Menurut Koenjaraningrat ada tiga wujud kebudayaan, yaitu
sebagai berikut18
:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai,
norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
16
Beni Ahmad Saebani, Pengantar Antropologi (Bandung: Pustaka Setia. 2012), hal. 162. 17
Kontjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi , (Jakarta: PT Rineka Cipta. 1990), hal.
261. 18
Kontjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta. 1990), hal. 150.
9
Dari penjelasan di atas maka posisi kebudayaan yang penulis teliti
termasuk kedalam unsur kebudayaan yakni sistem mata pencaharian. Dalam
hal ini sistem mata pencaharian masyarakat Suku Duano yaitu menangkap
ikan atau bekerja sebagai nelayan. Sistem mata pencaharian ini masih bersifat
tradisional karena mereka masih menggunakan alat-alat yang sederhana.
B. Sistem Mata Pencaharian
Salah satu unsur kebudayaan adalah sistem mata pencaharian. Mata
pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf hidup
yang layak, dimana sistem mata pencaharian antara satu tempat dengan
tempat yang lain berbeda.
Dalam kamus besar bahasa indonesia, sistem diartikan sebagai :
a. Sekelompok bagian alat yang bekerja bersama-sama untuk
melakukan sesuatu urat saraf dalam tubuh-pemerintahan,
b. Sekelompok dari pendapatan, peristiwa, kepercayaan,yang disusun
dan diatur baik-baik-filsafat
c. Cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu pengajaran
bahasa.19
Sedangkan mata pencaharian berarti, pekerjaan yang menjadi pokok
penghidupan (sumbu atau pokok), pekerjaan atau pencaharian utama yang
dikerjakan untuk biaya sehari-hari. Sistem mata pencaharian ada berbagai
macam yaitu: berburu, meramu, menangkap ikan, berternak, bercocok tanam
dan lainnya. Salah satu sistem mata pencaharian yang paling tua adalah
menangkap ikan (nelayan). Mata pencaharian ini dilakukan oleh manusia
purba yang kebetulan hidup di sekitar sungai, danau atau laut telah
menggunakan sumber alam yang penting itu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dalam mempelajari suatu masyarakat yang bermata pencaharian
sebagai nelayan, para antropologi juga menaruh perhatian hal serupa yaitu
19
Tim penyusun,Kamus Pusat Bahasa.(Jakarta: Pusat Bahasa. 2008), hal. 1362.
10
sumber alam dan modal, tenaga kerja, teknologi produksi, dan konsumsi
distribusi dan pemasaran.20
Nelayan merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat yang
tinggal di daerah perairan atau pesisir yang hanya menggantungkan hidupnya
kepada alam, yang hasil tangkapan ditentukan oleh musim. Sama halnya
dengan Suku Duano. Hidup dan menetap di daerah pesisir Tanjung Solok
menjadikan masyarakat Suku Duano bekerja sebagai nelayan. Pekerjaan
sebagai nelayan tidak hanya dilakukan oleh laki-lakiakan tetapi juga
dilakukan oleh perempuan. Perempuan Suku Duano bekerja demi
menuntaskan kemiskinan yang mereka hadapi.
C. Gender ( Feminis)
Istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller, untuk
memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada definisi yang bersifat
sosial budaya dengan pendefinisian dari ciri-ciri fisik biologis. Oleh sebab itu,
gender dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan tanggung
jawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentuk sosial budaya,
yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi
berikutnya.21
Gender erat kaitannya dengan feminis karena dapat dikatakan bahwa
pembahasan gender adalah berbicara tentang kesetaraan kedudukan
perempuan dan laki-laki baik dalam sosial, politik, ekonomi dan lain
sebagainya. Dalam sosiologi, studi tentang perempuan telah dimasukkan di
bawah tema umum studi-studi mengenai keluarga, seks atau jenis kelamin.
pada awalnya perempuan dilihat hanya ada didalam bidang perkawinan dan
keluarga saja, dengan kata lain bersifat tradisional yaitu tempat kaum wanita
dirumah.22
20
Kontjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2009), hal. 275-
283. 21
Alifiulahtin Utamaningsih,Gender Dan Wanita Karir, (Malang: UB Press. 2017), hal
08. 22
Helen A, Moore,dan Jane C. Ollenburger, Sosiologi Wanita. (Jakarta: PT Rineka Cipta.
2002), hal. 01.
11
Dalam hal perempuan yang bekerja, ada sebuah istilah yang disebut
dengan feminisasi kemiskinan ialah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kegoyahan ekonomi tertentu bagi wanita yang secara
sendirian menyokong kehidupan mereka sendiri dan atau anak-anak mereka.
Perempuan yang bekerja juga bukan hanya ingin menyokong kehidupan
sendiri, akan tetapi juga disebabkan karena kemiskinan keluarga yang
menyebabkan perempuan juga harus bekerja membantu keluarga. 23
Jika dikaitkan dengan feminisme kemiskinan, perempuan Suku Duano
yang bekerja juga disebabkan karena ekonomi keluarga dimana pekerjaan
laki-laki yang hanya menjadi nelayan dengan penghasilan yang tidak
menentu, sehingga untuk mencukupi kebutuhan perempuan Suku Duano juga
harus ikut membantu. Selain membantu ekonomi keluarga, ada juga
perempuan Suku Duano yang menjadi tulang punggung keluarga.
D. Teori Perubahan
Setiap masyarakat yang hidup pasti mengalami perubahan. Perubahan
bagi orang-orang yang menelaahnya maupun yang mengalaminya, dapat
berupa perubahan yang menarik maupun tidak. Adapula perubahan-
perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun sangat luas dan perubahannya
cepat sekali dan ada pula perubahan-perubahan yang berjalan lambat. Namun,
suatu perubahan yang terjadi akan memodifikasi pola tingkah laku dalam
menghadapi lingkungan.24
Menurut Gillin dan Gillin, perubahan-perubahan sosial sebagai suatu
variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-
perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk,
ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru
dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Koenig mengatakan bahwa
perubahan sosial menunjukkan pada modifikasi-modifikasi yang terjadi
23
Helen A, Moore, dan Jane C. Ollenburger, Sosiologi Wanita, hal. 76. 24
Hari Purwanto, Kebudayan Dan Lingkungan.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002), hal
139.
12
dalam pola-pola kehidupan manusia yang terjadi karena sebab internal
maupun sebab ekternal. 25
Dari perubahan sosial ditemukan arah perubahan dalam masyarakat
(direction of change)ialah perubahan itu bergerak meninggalkan faktor yang
diubah. Akan tetapi setelah meninggalkan faktor itu mungkin perubahan itu
bergerak kepada sesuatu bentuk yang baru sama sekali, akan tetapi mungkin
pula bergerak ke arah suatu bentuk yang sudah ada di dalam waktu yang
lampau.26
Jika dikaitkan dengan teori perubahan sosial Gillin dan Gillin, maka
dapat dilihat bahwa perubahan sistem mata pencaharian perempuan Suku
Duano di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi yang terjadi saat
ini ialah karena adanya faktor dari geografis, yaitu keadaan laut yang tidak
lagi memungkinkan untuk perempuan Suku Duano menjadi nelayan.
Selanjutnya perubahan terjadi disebabkan dari faktor internal yaitu dari dalam
diri perempuan Suku Duano yang memilih untuk mengubah sistem mata
pencaharian dikarenakan sudah tidak lagi muda untuk melakukan pekerjaan
nelayan dan faktor ekternal yang disebabkan karena pengaruh dari
kebudayaan lain.
25
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Hal. 261. 26
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Hal. 297.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yaitu penelitian yang
berusaha menjelaskan fakta-fakta yang ada di lapangan. Penelitian lapangan
merupakan penelitian kehidupan sosial masyarakat secara langsung. Faktor
permasalahannya dapat ditentukan berdasarkan teori maupun keperluan
praktis di lapangan yaitu penelitian dilaksanakan ditengah-tengah masyarakat.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif.27
Pada penelitian ini penulis mendeskripsikan mengenai
perubahan sistem mata pencaharian Perempuan Suku Duano.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat melaksanakan penelitian guna
memperoleh data penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan
Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi yang merupakan tempat
bermukimnya masyarakat Suku Duano. Alasan pemilihan lokasi ini adalah
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada observasi awal penulis
menemukan masalah penelitian bahwa terjadi perubahan sistem mata
pencaharian perempuan Suku Duano. selain itu dari sekian banyak Suku
Duano yang menyebar, hanya di Kelurahan Tanjung Solok yang terjadi
perubahan sistem mata pencaharian pada perempuan.
C. Penentuan Sampel dan Informan
Sampel ialah sumber informasi data itu sendiri, dapat berupa
peristiwa, manusia, situasi dan sebagainya.28
Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel ditetapkan secara
sengaja oleh peneliti sendiri.Sampel model purposive sampling merupakan
27
Suwardi Endaswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan. (Yogyakarta:
Pustaka Widyatama. 2006), hal 86. 28
Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
Universitas Press. 2006), hal. 206.
14
sampel yang bertujuan. Pengambilan dilakukan dengan menyesuaikan
gagasan, asumsi, sasaran, tujuan, manfaat yang hendak dicapai oleh peneliti.29
Dalam menentukan informan peneliti membagi menjadi dua yaitu,
informan kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah seseorang yang
memiliki informasi lengkap terhadap permasalahan yang akan diteliti, dengan
pertimbangan bahwa orang tersebut memiliki pengalaman pribadi sesuai
dengan permasalahan yang diteliti.30
Adapun yang menjadi informan kunci
dari penelitian ini adalah Mak Ati selaku perempuan Suku Duano dan Bapak
Asri Tara selaku ketua adat Suku Duano. Sedangkan informan biasa adalah
Yuk Lena, Yuk Sinta, dan Bapak Lurah A. Rasyid, Yuk Gibuk, Yuk Cici,
Linda, dan Siti Fatimah.
D. Jenis dan Sumber Data
Data merupakan keterangan yang didapat untuk kepentingan
penelitian. Data berguna sebagai bahan penyusunan informasi dan penulisan
sebuah penelitian.
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh
peneliti dari sumber pertama.31
Sumber data utama dicatat melalui catatan
tertulis atau melalui perekaman video/audio, pengambilan foto dan
lainya.32
Dalam kata lain data primer merupakan data pokok yang diperoleh
dari wawancara, observasi dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti
yang berkaitan dengan Perubahan Sistem Mata Pencaharian Perempuan Suku
Duano di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi.
29
Suwardi Endaswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta :
Pustaka Widyatama. 2006), hal. 115. 30
Suwardi Endaswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan, hal. 119. 31
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi Fakultas Adab Dan
Humaniora(Jambi: Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi. 2018), hal 43. 32
Lexy, J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013),
hal. 157.
15
b. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh
pihak lain, yang biasanya dalam bertuk publikasi atau jurnal, dan sebaiknya
disebutkan secara rinci sumber datanya, jenis, jangka waktu jika
memungkinkan.33
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur
yang berhubungan dengan masalah penelitian. Menurut Lexy J Moleong, data
sekunder adalah data yang tersusun dalam bentuk dokumen atau dari bahan
perpustakaan yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti buku,
majalah, sumber dari arsip dan lain sebagainya.34
Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan adalah data yang
didapat dari jurnal, buku dan dokumen yang sama dan sesuai dengan tema
penelitian yang berjudul Perubahan Sistem Mata Pencaharian Suku Duano
Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi.
2. Sumber Data
Sumber data ialah sumber dimana data dapat diperoleh, sedangkan
sumber data dalam penelitian ini antara lain :
a. Informan, seperti : ketua adat yang mengetahui tentang Suku Duano,
perempuan Suku Duano yang pernah menjadi nelayan.
b. Dokumen yang didapat dari lapangan atau lokasi penelitian yaitu
seperti rekaman, foto dan video.
c. Buku, jurnal, skripsi, dan dokumen Kelurahan Tanjung Solok yang
berkaitan dengan penelitian.
33
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi Fakultas Adab Dan
Humaniora(Jambi: Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi. 2018), hal 45. 34
Lexy, J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hal. 157.
16
E. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
ialah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sebagaimana dijelaskan
sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi adalah suatu penyelidikan secara sistematis menggunakan
kemampuan indera manusia. Pengamatan a powerfull tool indeed. Pengamatan
dilakukan pada saat terjadi aktivitas budaya dan wawancara secara
mendalam.35
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, penulis menggunakan
teknik observasi atau pengamatan yaitu peneliti melihat dan mengamati
aktivitas masyarakat Suku Duano di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan
Kuala Jambi mulai dari kehidupan beragama, sosial masyarakat, sosial budaya,
hingga pada sistem mata pencaharian terlebih pada perempuan.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti ialah pengamatan yang tidak
berperan serta36
,yaitu peneliti berada di luar aktifitas. Dimana penulis hanya
mengamati aktivitas yang terjadi di lingkungan Masyarakat Suku Duano.
2. Wawancara
Wawancara merupakan wahana strategis pengambilan data yang
memerlukan kejelian dan teknik-teknik tertentu. Wawancara ini penulis
gunakan untuk memeperoleh data yang berhubungan perubahan sistem mata
pencaharian perempuan Suku Duano di Kelurahan Tanjung Solok, Kecamatan
Kuala Jambi yang mana dalam hal ini penulis mewawancarai perempuan-
perempuan Suku Duano dari beberapa generasi. Dalam pengumpulan data ini,
penulis menggunakan bentuk wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak
terstruktur ialah wawancara dimana peneliti maupun subjek penelitian lebih
bebas mengemukakan pendapatnya tentang masalah yang diteliti. Peneliti juga
lebih bebas mengatur kata-kata, tidak tertekan, dan terkesan resmi, walau
35
Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
Universitas Press. 2006), hal. 208. 36
Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, hal. 208.
17
demikian penulis juga tetap menyiapkan pertanyaan awal lalu ketika
wawancara dikembangkan seperlunya. 37
Dalam melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu menyiapkan
pedoman wawancara berupa pertanyaan yang akan diajukan oleh narasumber.
Pertanyaan yang dibuat hanya berupa garis besar permasalahan bukan
pertanyaan yang terkesan kaku akan tetapi berupa pertanyaan yang santai.
Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan alat bantu berupa alat
rekam atau HP. Bahasa yang digunakan saat melakukan wawancara, ialah
bahasa Melayu dengan tujuan mempermudah komunikasi antara narasumber
dalam mendapatkan informasi. Peneliti juga menentukan narasumber yang
akan diwawancarai diantaranya ketua Kelurahan Tanjung Solok bapak A.
Rasyid, ketua adat Suku Duano bapak Asri Tara, perempuan-perempuan suku
duano yang terdiri dari Mak Ati, Yuk Lena,Yuk Sinta, Yuk Cici dan Yuk
Gibuk, masyarakat Tanjung Solok, Linda dan Siti Fatimah.
Adapun langkah yang dilakukan dalam proses wawancara yaitu :
a. Penulis menentukan narasumber utama dalam penelitian.
b. Setelah itu penulis melanjutkan kepada informan selanjutnya untuk
diwawancarai untuk mendapatkan informasi yang utuh dan jelas.
c. Penulis tidak melakukan perjanjian waktu, hari tanggal dan tempat
dengan informan yang akan diwawancarai akan tetapi langsung
mendatangi rumah narasumber.
d. Proses wawancara dilakukan dengan terbuka tanpa adanya paksaan
atau tekanan antara kedua pihak.
e. Pertanyaan yang diajukan pewawancara tidak terstruktur, hanya
berupa pertanyaan yang bersifat umum.
f. Dalam proses wawancara peneliti menggunakan bahasa daerah, yaitu
bahasa Melayu.
g. Lamanya waktu wawancara tidak ditentukan.
37
Suwardi Endaswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideology,
Epistemologi, dan Aplikasi. ( Jakarta: Pustaka Widyatama. 2006), hal. 166.
18
h. Untuk mendokumentasikan hasil wawancara peneliti menggunakan
alat bantu HP sebagai perekam dan foto.
i. Pencatatan data wawancara menggunakan alat perekam dan catatan
pribadi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu,
dokumen biasanya berupa tulisan, gambar atau karya-karya dari
seseorang.38
Dokumentasi merupakan teknik terakhir yang digunakan dalam
pengumpulan data penelitian. Agar penelitian ini dapat digunakan dengan
baik, maka diperlukan alat atau instrumen seperti kamera atau alat perekam
yang berguna untuk mengambil gambar atau foto, video, dan informasi lain
yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Dengan menggunakan alat
dokumentasi seperti kamera, alat rekam dan lainnya diharapkan dapat
mempermudah dalam pelaksanaan penelitian sehingga data-data yang telah
didapat bisa disimpan, dilihat dan didengar kembali untuk mempermudah
penulisan. Adapun alat yang digunakan mengambil dokumentasi yaitu
menggunakan HP.
F. Teknik Analisis Data
Setelah selesai melakukan penelitian, selanjutnya analisis data. Analisis
data merupakan kegiatan mengatur, mengurutkan dan mengelompokkan data
dengan memberikan model atau tanda hingga pada mengelompokkan data
tersebut. Semua data yang telah terkumpulkan dari observasi, wawancara, dan
dokumen di kumpulkan dalam analisis data.
Analisis data digunakan sebagai produksi data menjadi sesuatu yang
dapat dipahami dengan deskripsi yang logis dan sistematis, sehingga fokus
studi dapat dijawab dengan cermat dan teliti. Setelah melakukan penelitian,
maka data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel
38
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta. 2017), hal. 124.
19
tertentu.Analisis data budaya merupakan hasil dari kajian observasi,
wawancara, dan dokumen yang terkumpul.39
Proses analisis dilakukan seperti pentahapan model penelitian etnografi,
sebagai berikut40
:
1. Analisis Domain
Analisis domain merupakan analisis pertama dalam penelitian
kebudayaan. Analisis domain merupakan analisis luar (surface analiysis) dan
bukan bersifat mendalam (indepth analysis). Analisis ini bertujuan untuk
memberikan gambaran secara holistikkeadaan suatu budaya selintas dari
informan.41
Analisis domain ini digunakan untuk menganalisis data yang di peroleh
dari tempat penelitian secara garis besar, yaitu mengenai perubahan sistem
mata pencaharian pada perempuan Suku Duano di Kelurahan Tanjung Solok
Kecamatan Kuala Jambi hingga penulis dapat mengetahui data-data yang
didapat masuk ke ranah mana saja untuk menjawab dari fokus penelitian
penulis.
2. Analisis Taksonomi
Setelah melakukan analisis domain hingga menemukan kategori dari
situasi tertentu. Selanjutnya, domain yang dipilih ditetapkan sebagai fokus
penelitian, yang diperdalam melalui pengumpulan data di lapangan.
Pengumpulan data dilakukan secara terus menerus hingga data yang
terkumpul menjadi banyak. Analisis taksonomi menunjukkan sub bagian
simbol atau term dan bagaimana hubungannya ranah secara keseluruhan.42
39
Suwardi Endaswara, Metdode Penelitian Kebudayaan, (Yokyakarta: Gadjah Mada
University Press. 2006), hal. 215. 40
Suwardi Endaswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan.(Yogyakarta:
Pustaka Widyatama. 2006), hal 176. 41
Suwardi Endaswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan, hal 176. 42
Suwardi Endaswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan, hal 177.
20
Pada tahap analisis taksonomi, penulis berusaha memahami domain
tertentu dari perubahan sistem mata pencaharian yang sedang diteliti. Masing-
masing domain dipahami dan dibagi menjadi bagian yang lebih rinci. Pada
tahap ini sub domain dari perubahan sistem mata pencaharian perempuan
Suku Duano di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi dapat
diketahui mana saja data-data yang dapat diambil dan digunakan untuk
kebutuhan.
3. Analisis Komponensial
Dalam analisis komponensial yang dicari untuk diorganisasikan dalam
domain bukan keserupaan dalam domain seperti pada analisis taksonomi
sebelumnya. Tetapi dalam analisis komponensial yang dicari adalah
perbedaan atau yang kontras. Lebih jelas bahwa analisis ini berupaya mencari
perbedaan dan pertentangan diantara analisis taksonomi. Pencarian perbedaan
ini ialah untuk mencari makna simbol.43
Pada tahap ini penulis tidak lagi mencari persamaan dari data-data
yang diperoleh. Akan tetapi, penulis mencari perbedaan dan pertentangan
yang terjadi pada tahap analisis taksonomi hingga pada akhirnya penulis
menemukan pengertian yang menyeluruh dan mendalam dari masalah yang
diteliti terkait dengan perubahan sistem mata pencaharian perempuan Suku
Duano.
4. Analisis Tema Budaya
Analisis tema budaya dilakukan dengan cara mencari tema konseptual
yang dipelajari oleh anggota masyarakat dan hubungan dengan observasi
awal. Konsep tema jauh berakar pada ide, dan tidak sekedar potongan tingkah
laku atau term, atau kebiasaan atau kumpulan potongan-potongan. Tema
budaya merupakan suatu yang kompleks. Tema budaya berfungsi sebagai
penghubung antara sub sistem dan tema budaya merupakan tingkat
generalisasi yang tinggi.44
43
Suwardi Endaswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan, hal 177. 44
Suwardi Endaswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan, hal 177.
21
Analisis tema budaya sesungguhnya merupakan analisis untuk
mencari jalan keluar atau benang merah dari domain yang ada. Analisis tema
budaya ini digunakan peneliti untuk mencari jawaban atau hasil dari analisis
sebelumnya, sehingga dengan ditemukannya benang merah maka peneliti
dapat menyimpulkan dan menulis hasil dari penelitian yang terkait pada
perubahan sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano di Kelurahan
Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi.
G. Triangulasi Data
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan
suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
perbandingan terhadap data itu.45
Uji keabsahan melalui triangulasi ini
dilakukan karena dalam penelitian kualitatif untuk menguji keabsahan
informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji tatistik.
Denzin dalam buku bimbingan skripsi, tesis dan artikel ilmiah telah
mengemukakan empat model triangulasi yaitu dengan penggunaan sumber,
metode, peneliti dan teori yang ganda atau berbeda. Dalam hal ini peneliti
memilih triangulasi sumber. Penelitian dengan sumber ini dapat
dilakukan dengan cara46
:
a) Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.
b) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi.
c) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi peneltian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti masyarakat biasa, orang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan pemerintah.
45
Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
2007), hal.330. 46
Mukhtar,Bimbingan Skripsi, Tesis dan artikel Ilmiah, (Jakarta:Gaung Persada Press.
2010), hal 116-129.
22
e) Menbandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut diatas, maka dimaksud untuk
mengecek kebenaran data-data yang diperoleh dilapangan tentang
kebudayaan suku Duano di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala
Jambi.
H. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pembuatan proposal, kemudian
dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi. Setelah
pengesahan judul dan riset, maka penulis mengadakan pengumpulan data,
verifikasi, dan analisis data dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis
akan berkonsultasi kepada dosen pembimbing sebelum diajukan sidang
munaqasah nantinya. Hasil sidang munaqasah dilanjutkan dengan perbaikan
dan pengadaan laporan skripsi.
23
Jadwal Penelitian
Jenis kegiatan Bulan
Kegiatan penelitian Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan judul X
Pengajuan dosen
pembimbing
X
Bimbingan proposal X X X X X
Seminar proposal X
Perbaikan proposal
seminar
X
Pengesahan judul dan
izin riset
X
Riset dan penelitian x x x x
Pengolahan data X
Bimbingan skripsi x x X
24
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
1. Sejarah Tanjung Solok
Kelurahan Tanjung Solok merupakan salah satu kelurahan yang
terletak di daerah pesisir pantai timur. Kelurahan Tanjung Solok
merupakan bagian dari Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Sebelum menjadi Kelurahan Tanjung Solok pada awalnya
kelurahan ini merupakan bagian dari Kelurahan Kampung Laut. Setelah
adanya peraturan daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada tahun
2004 yang membahas mengenai pembentukan kecamatan, akhirnya
Kelurahan Kampung Laut yang terketak di Kecamatan Kuala Jambi juga
ikut mengalami pemekaran. Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak A. Rasyid
selaku Lurah Tanjung Solok :
“ Kelurahan Tanjung Solok pada awalnya merupakan bagian dari
Kelurahan Kampung Laut. Kemudian, adanya, setelah adanya
peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur No 12 tahun
2004 yang membahas tentang pembentukan Kecamatan Muara
Sabak Barat, Kecamatan Kuala Jambi, Kecamatan Mendahara Ulu,
Kecamatan Gragai, Kecamatan Berbak serta penataan Desa dan
Kelurahan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, maka Kampung
laut yang saat ini saat ini yang terletak di Kecamatan Kuala Jambi
terpecah menjadi dua Kelurahan yaitu Kelurahan Kampung Laut
dan Kelurahan Tanjung Solok.47”
Sejarah kelurahan Tanjung Solok sama dengan Kelurahan
Kampung Laut karena merupakan satu daerah yang sama. Dimana awal
sebelum diadakannya pemekaran, Kelurahan Kampung Laut merupakan
daerah yang ditemukan oleh masyarakat Suku Duano yang saat itu
melakukan perjalanan melaut dari kepulauan Riau. Dikarenakan kehidupan
dari Suku Duano berpindah-pindah akhirnya sampai pada perairan
47
Wawancara Bapak A Rasyid Lurah Tanjung Solok pada (18 Februari 2020).
25
Kampung laut hingga mendirikan pemukiman dan menetap. Penamaan
Kampung Laut sendiri dikarenakan daerah ini ditemukan oleh masyarakat
yang hidup di laut maka ketika masyarakat tersebut menetap dinamakan
Kampung Laut. Sebagaimana disampaikan oleh ketua adat Suku Duano :
“awalnye, sebab kenape kampung nih dikate kampung laut karena
yang temukannye ye orang dari Suku Duano yang orang banyak kate
Suku Laut. jadi pas tetue dulu sampai disini dan buat tempat untuk
tinggal, kampung nih belum ade name, cuman sebab di tinggali
same orang suku kami, orang-orang nih jadi nyebutnye kampung
laut”. 48
Terjemahannya :
“ awal kenapa dikatakan Kampung Laut ialah karena yang
menemukannya pertama kali adalah orang Suku Duano yang
sebagian besar orang katakan Suku Laut. Pada saat dahulu orang
tetua dari Suku Duano sampai di daerah ini, kampung ini belum
memiliki nama, hanya dikarenakan yang tinggal adalah Suku Duano
akhirnya masyarakat lain menamakannya menjadi Kampung Laut.”
Dari penjelasan ketua Suku Duano dan Bapak Lurah Tanjung Solok
di atas, dapat disimpulkan bahwa kelurahan Tanjung Solok dan Kelurahan
Kampung Laut memiliki sejarah yang sama karena merupakan satu bagian.
Hanya saja dikarenakan adanya surat keputusan daerah pada tahun 2004
tentang pembentukan kecamatan maka Kecamatan Kuala Jambi dibagi
menjadi dua yaitu Kelurahan Tanjung Solok dan Kelurahan Kampung
Laut.
2. Letak Geografis Kelurahan Tanjung Solok
Kelurahan Tanjung Solok merupakan salah satu Kelurahan yang ada
di Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan luas
wilayah 37,56 Km2. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Tanjung Solok
sebagai berikut49
:
48
Wawancara Ketua Suku Duano Bapak Asri Tara ( 18 Februari 2020). 49
Dokumentasi Kantor Lurah Tanjung Solok tahun 2014.
26
a. Sebelah Utara : Cina Selatan
b. Sebelah Selatan : Kelurahan Kampung Laut
c. Sebelah Barat : Desa Kuala Lagan
d. Sebelah Timur : Desa Alang-alang
Kelurahan Tanjung Solok merupakan daerah pesisir yang berada di
bagian hilir dari Sungai Batang Hari. Kelurahan Tanjung Solok merupakan
daerah dengan penduduk terbanyak yang bermukim di tepi laut, salah
satunya ialah masyarakat Suku Duano yang bermukim di tepi Sungai
Batang Hari dengan sistem mata pencaharian utama sebagai nelayan. Hal ini
dapat dilihat dari bentuk pemukiman penduduknya juga berada di tepi laut
dengan bentuk rumah panggung di atas permukaan air dengan tongkat yang
tinggi.
Sedangkan Jarak Kelurahan Tanjung Solok dari pusat pemerintahan
Kabupaten dapat ditempuh sekitar ½ jam perjalanan baik menggunakan
kendaraan roda dua atau pun kendaraan roda empat. Singkatnya waktu
tempuh dari Kelurahan Tanjung Solok ke pusat kabupaten dikarenakan
kondisi akses jalan Kelurahan Tanjung Solok saat ini dapat dikatakan baik.
Seluruh jalan yang dulunya masih berbentuk jerambah50
kini telah
mengalami perbaikan menjadi beton hingga dapat menghubungkan
Kelurahan Tanjung Solok dengan daerah lain.
3. Keadaan Penduduk, Adat Istiadat dan Mata Pencaharian.
a. Penduduk
Kelurahan Tanjung Solok terdiri dari 4.544 jiwa penduduk yang
berasal dari berbagai suku bangsa. Penduduk Tanjung Solok berasal dari
berbagai pulau, baik dari Jawa, Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi.
Sebagian besar dari mereka bukanlah penduduk transmigrasi melainkan
50
Jerambah adalah istilah yang biasa digunakan oleh masyarakat Tanjung Solok untuk
menyebut jalanan yang terbuat dari susunan kayu yang di paku sejajar.
27
perantau. Salah satu penduduk yang mendiami kelurahan Tanjung Solok
adalah penduduk asli yang dikenal dengan Suku Duano. 51
Suku Duano merupakan penduduk Kelurahan Tanjung Solok dan
bermukim di tepi Sungai Batang Hari. Diawal kedatangannya di Kuala
Jambi, suku laut atau yang lebih dikenal sebagai suku Duano merupakan
salah satu suku yang berasal dari Kepulauan Riau. Dikarenakan kehidupan
mereka yang sangat bergantung terhadap laut demi menafkahi keluarga, dan
posisi mereka juga berpindah- pindah dari satu daerah ke daerah yang lain
hingga pada perairan Kampung Laut yang sekarang dipecah menjadi dua
yaitu Kelurahan Kampung Laut dan Kelurahan Tanjung Solok yang
sekarang menjadi tempat bermukimnya suku Duano. Seperti yang
diungkapkan bapak Asri berikut ini:
“ suku kami tu dulunye berasal dari Riau sane, nenek moyang kami
tu kan memang lah orang nelayan, yang hidupnye tu pindah-pindah
dari satu tempat ke tempat laen. Nah, waktu nak njaring ikan dari
riau tu pegi lah orang tetue kami tu kelaut. Sebab lah jauh
perjalanan tu lah nak balek susah lagi. Mase tu tenampak pulak satu
daerah tu yang sekirenye cocok untuk dijadikan tempat tinggal, yang
sesuai nian dengan kerje nelayan. Make tu lah orang dulu tu milih
lah tempat nih untuk jadi tempat tinggal.”52
Terjemahannya :
“ Suku kami (Duano) dahulunya berasal dari Riau, nenek moyang
kami bekerja sebagai nelayan yang mempunyai kehidupan yang
berpindah- pindah dari daerah satu ke daerah yang lainnya. Saat
ingin mencari ikan dari Riau maka berangkatkan orang tua jaman
dahulu kelaut.Dikarenakan perjalanan telah jauh meninggalkan
tempat awal dan ketika pulangpun sudah tidak mungkin lagi.Saat
itu terlihatlah satu daerah yang dianggap cocok untuk dijadikan
tempat tinggal, dan sesuai dengan pekerjaan mereka.maka dari itu
masyarakat suku Duano memilih Tanjung Solok sekarang untuk
dijadikan tempat tinggal”.
Penyebaran suku ini bukan hanya di Kepulauan Riau dan Kuala
Jambi saja, akan tetapi juga terdapat di Kuala Tungkal Tanjung Jabung
51
Dokumen Kelurahan Tanjung Solok tahun 2014. 52
Hasil wawancara bapak Asri Tara selaku Ketua Adat Suku Duano (18 Februari 2020).
28
Barat. Akan tetapi, Suku Duano yang ada di Riau dan Kuala Tungkal
masih memegang kental akan adat istiadat yang mereka miliki.
Sedangkan suku Duano di kelurahan Tanjung Solok telah lama
meninggalkan adat mereka. Seperti yang dijelaskan oleh ketua adat Suku
Duano :
“ bapak nih memang lah dikate sebagai ketue adat, cuman kalau
untuk masalah adat istiadat suku kami dan sejarah kami sampai sini
tu dak banyak yang dapat bapak jelaskan, sebab tu memang lah dak
dipakai lagi. Orang-orang tetue dulu tu juge lah dak ngajarkan lagi,
cume masalah name suku kami nil ah same sedikit asal kami yang
kami tau.Buku-buku atau catatan tentang suku Duano nih juge lah
dak tau dimane. Beda lah dengan suku Duano yang ade di Riau atau
di Kuala Tungkal, orang sane masih nyimpan lagi cerite tentang
datangnye nenek moyang nih. Lagian juge, orang kan lah maju
sekarang nih, ade pengajaran agama. Orang suku duano lah tau
pasal agama, jadi kalau adat dulu yang memang kami anggap dak
sesuai tu ye memang kami lepas lah.Jadi kini tu kami lah dak tau
adat istiadat kami.”53
Terjemahannya :
“ bapak memang ketua adat suku duano, akan tetapi untuk masalah
adat istiadat suku duano dan sejarah suku duano bisa sampai sini
(Kuala Jambi) tidak banyak yang dapat bapak jelaskan, karena
memang sudah tidak digunakan lagi. Orang-orang jaman dahulu juga
tidak mengajarkan lagi sehingga hanya sedikit yang kami pahami.
Buku-buku atau catatan yang menjelaskan tentang suku Duano juga
sudah tidak diketahui lagi ada dimana. Berbeda dengan suku Duano
yang terdapat di Riau maupun di Kuala Tungkal, mereka masih
menyimpan catatan dan cerita mengenai kedatangan nenek moyang
ke daerah sana.Kemudian juga, kehidupan sekarang yang dikatakan
maju da nada ajaran tentang agama.Orang-orang suku duano telah
paham mengenai agama, jadi adat istiadat dahulu yang memang
tidak sesuai dengan agama di tinggalkan.Sehingga kami tidak lagi
tau mengenai adat istiadat suku duano”.
Terlepas dari adat istiadat yang tidak lagi digunakan oleh masyarakat
suku Duano, teryata juga terjadi pada penggunaan bahasa. Ancaman
hilangnya bahasa Duano dan terleburnya Duano menjadi Melayu.Adapun
penyebab utama suku Duano tidak ingin menggunakan dan mengajarkan
53
Hasil wawancara Ketua Adat Suku Duano (18 Februari 2020).
29
bahasa mereka ke anak cucunya ialah karena minder dan rendah diri. Bahasa
Duano dianggap tidak popular dan aneh bagi kalangan mayoritas yang
masyarakatnya berbahasa Melayu.Padahal, jika dilestarikan bahasa Duano
adalah bahasa yang unik. Meskipun dianggap hampir sama dengan bahasa
Melayu, kata-kata dalam bahasa Duano ada yang berbeda pelafalannya
dengan bahasa Melayu, dan ada pula yang berdiri sendiri. Kata meja
misalnya, dalam bahasa Duano disebut sebagai meju hanya pengucapan
yang berbeda. Sedangkan kata makan dalam bahasa duano disebut engkan.
Jumlah penduduk Suku Duano yang berada di Tanjung Solok ialah
sebanyak 60 Kepala keluarga yang terdiri dari 201 jiwa, dengan jumlah laki-
laki 106 jiwa dan perempuan 95 jiwa.54
Sehingga, jika digabung secara
keseluruhan, jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Solok ialah sebanyak
4.544 jiwa yang terdiri dari 2.336 jiwa laki-laki dan 2.208 jiwa perempuan
dengan kepala keluarga 988 kepala keluarga.
b. Adat Istiadat
Penduduk Kelurahan Tanjung Solok sangat bervariasi, karena terdiri
dari berbagai suku bangsa seperti Bugis, Batak, Jawa, Melayu, Banjar, dan
suku-suku lain yang membuat Kelurahan Tanjung Solok memiliki banyak
variasi adat istiadat. Adat istiadat di Kelurahan Tanjung Solok memiliki
perbedaan, karena setiap suku menggunakan adat istiadat mereka sendiri
seperti adat pernikahan, kematian, khitanan, dan adat lainnya.55
Dalam segi bahasa, penggunaan bahasa sehari-hari di Kelurahan
Tanjung Solok ialah bahasa melayu dengan vokal huruf E dibelakangnya
seperti : kemana-kemane, siapa-siape, mengapa- ngape, suka- suke, dan lain
sebagainya. Bahasa melayu di Kelurahan Tanjung Solok hampir memiliki
kemiripan dengan bahasa Malaysia. Bahasa melayu digunakan oleh
masyarakat Tanjung Solok untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan
54
Sumber Data Rt 08 Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi. 55
Dokumen Kelurahan Tanjung Solok tahun 2014.
30
lain suku sedangkan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama
suku mereka masih menggunakan bahasa daerah sesuai dengan suku
masing-masing seperti suku Minang, Bugis, Banjar, dan Batak.56
Adat istiadat dari masyarakat Suku Duano di Kelurahan Tanjung
Solok lebih mengarah kepada adat istiadat masyarakat melayu karena
masyarakat Suku Duano tidak mengetahui banyak hal tentang adat istiadat
yang dipunya. Percampuran adat istiadat di Kelurahan Tanjung Solok hanya
pada hal-hal umum saja, seperti penyajian makan di acara pernikahan, tata
cara perkawinan, acara-acara keagamaan dan lainnya yang disesuaikan
dengan perkembangan zaman.
c. Mata Pencaharian
Pertumbuhan ekonomi masyarakat Kelurahan Tanjung Solok pada
umumnya mengalami pasang surut karena sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani, nelayan dan pedagang. Jumlah
penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sekitar 357 orang atau
36 % dari jumlah penduduk Tanjung Solok dengan jenis tamanan seperti
kelapa, kelapa sawit, dan pinang. Sedangkan untuk yang bekerja sebagai
nelayan sekitar 197 orang dengan persentasi 19,94 % dari jumlah penduduk,
selanjutnya yang bekerja sebagai pedagang sekitar 242 orang dengan
persentasi 24,5 % dari jumlah penduduk Tanjung Solok. Selain itu, mata
pencaharian dibidang lain juga ada seperti : pegawai negeri dengan jumlah
20 orang atau sekitar 2,02 %, peternak dengan jumlah 12 0rang atau sekitar
1,21%, wiraswasta dengan jumlah 125 orang atau sekitar 12,65 %, dan
buruh dengan jumlah 35 orang dengan persentasi sekitar 3, 54 % dari
seluruh jumlah penduduk Tanjung Solok.57
Dilihat dari sistem mata pencaharian masyarakat Tanjung Solok,
sistem mata pencaharian Masyarakat Suku Duano berada di urutan kedua
56
Hasil Observasi di Kelurahan Tanjung Solok ( 04 Desember 2019). 57
Dokumen Kelurahan Tanjung Solok tahun 2014.
31
yaitu sebagai nelayan. Mayoritas penduduk Suku Duano adalah nelayan, hal
ini didukung dengan letak pemukiman mereka yang berada di pesisir
Tanjung Solok. Jumlah penduduk Suku Duano yang menjadi nelayan sekitar
40 orang atau sekitar 71,43 % dari jumlah keseluruhan masyarakat Suku
Duano. Pekerjaan mereka sebagai nelayan mengalami pasang surut karena
penghasilan yang diterima ditentukan oleh musim. Apabila laut telah
memasuki musim gelombang besar maka penghasilan merekapun akan
berkurang. Hal inilah yang menjadi alasan perempuan Suku Duano bekerja
yaitu untuk membantu perekonomian keluarga. Selain sebagai nelayan,
masyarakat Suku Duano ada juga yang bermata pencaharian dibidang
wiraswasta sekitar 12 orang atau sekitar 21,43 %, dan pedagang sekitar 3
orang atau 3% dari jumlah keseluruhan masyarakat Suku Duano. 58
Jadi dapat disimpulkan bahwa perekonomian utama masyarakat
Kelurahan Tanjung Solok ialah sebagai petani, sedangkan perekonomian
utama dari masyarakat Suku Duano adalah sebagai nelayan. Hal ini dapat
dilihat dari letak pemukiman masyarakat Suku Duano yang berada di pesisir
Tanjung Solok yang mempermudah mereka dalam melakukan aktifitas
melaut. Dilihat dari asal usul nenek moyang Suku Duano sendiri adalah
sebagai nelayan, menjadikan Suku Duano sangat bergantung pada laut.
4. Sarana dan Prasarana
a. Sarana Umum
Sarana dan prasarana di Kelurahan Tanjung Solok dapat dikatakan
lengkap karena segala sesuatu yang diperlukan tersedia dengan baik, seperti
sarana umum. Sarana umum yang ada di Kelurahan Tanjung Solok berupa
pasar tradisional dan kantor lurah. Pasar tradisional yang ada di Kelurahan
Tanjung Solok beroperasi hanya di hari kamis saja dan lokasinya tidak
terlalu jauh hingga dapat ditempuh sekitar 20 menit dari pemukiman warga.
Sarana pasar tradisional didirikan agar dapat memenuhi kebutuhan
58
Data RT 08 Kelurahan Tanjung Solok tahun 2014.
32
penduduk Tanjung Solok akan kebutuhan pangan tapi dengan harga yang
relatif lebih murah.59
b. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang tersedia di Kelurahan Tanjung Solok adalah
puskesmas dan posyandu. Puskesmas di Kelurahan Tanjung Solok berada
tepat di depan Kantor Lurah Tanjung Solok yang beroperasi selama 24 jam.
puskesmas ini dilengkapi dengan peralatan medis yang lengkap untuk
pertolongan pertama dengan dua orang dokter dan beberapa perawat
penjaga. Sedangkan posyandu di Kelurahan Tanjung Solok didirikan
dibeberapa titik strategis yang mudah dijangkau masyarakat. Posyandu
sendiri biasanya dibuka setiap satu bulan sekali sebagai sarana untuk
imunisasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana
kesehatan di Kelurahan Tanjung Solok berguna untuk memberi kenyamanan
bagi seluruh masyarakat serta menjadi penolong pertama dalam hal
kesehatan yang mendasar tanpa harus pergi ke pusat kesehatan kabupaten. 60
5. Pendidikan dan Agama
a. Pendidikan
Pendidikan diKelurahan Tanjung Solok dapat dikatakan maju
karena segala sarana pendidikan terpenuhi dengan baik. Sarana dan
prasarana pendidikan di Kelurahan Tanjung Solok terdiri dari beberapa
jenjang pendidikan seperti taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah
menengah pertama dan sekolah menengah akhir. Tidak hanya itu, di
Kelurahan Tanjung Solok juga berdiri sarana pendidikan yang berbasis
Islam seperti madrasah ibtidaiyah yang beroperasi pada sore hari, masrasah
tsanawiyah, dan madrasah aliyah. Sarana dan prasarana pendidikan ini juga
59
Dokumen Kelurahan Tanjung Solok tahun 2014. 60
Dokumen Kelurahan Tanjung Solok tahun 2014.
33
didukung oleh tenaga pengajar yang berdomisili tidak jauh dari tempat
sekolah, sehingga dapat mempermudah dalam proses belajar mengajar.
Jumlah sarana dan prasarana di Kelurahan Tanjung Solok dari
beberapa jenjang yaitu : taman kanak-kanak berjumlah 4 buah, sekolah
dasar berjumlah 4 buah, sekolah menengah pertama 1 buah, sekolah
menengah akhir 1 buah, madrasah ibtidaiyyah 2 buah, madrasah tsanawiyah
1 buah dan madrasah aliyah 1 buah. Dari beberapa jumlah sarana
pendidikan di Kelurahan Tanjung Solok dapat kita temukan telah banyak
anak-anak dari masyarakat Suku Duano yang mengenyam pendidikan mulai
dari jenjang taman kanak-kanak hingga pada tingkat menengah atas. Jadi
dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan dipenuhi guna
untuk mempermudah anak- anak yang berada di Tanjung Solok menempuh
pendidikan tanpa harus keluar dari kelurahan. 61
b. Agama
Masyarakat Kelurahan Tanjung Solok mayoritas adalah pemeluk
agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk Tanjung Solok dari
hasil data penduduk pada tahun 2014 bahwa yang memeluk agama islam
sejumlah 4.501 orang, agama Krisren Khatolik sejumlah 15 orang, agama
Kristen Protestan sejumlah 24 orang, dan agama Budha sekitar 4 orang.
Namun, meskipun terdapat perbedaan dalam melaksanakan ajaran agama,
masyarakat Tanjung Solok tetap saling menghormati antara agama satu dan
yang lainnya.
Dalam kegiatan keagamaan khususnya agama Islam di Kelurahan
Tanjung Solok tergolong cukup baik, sehingga kegiatan keagamaan Islam
berjalan dengan baik dan lancar. Maka dari itu, sebagai penunjang bagi
kegiatan keagamaan di dalam penanaman ketakwaan kepada Tuhan yang
maha esa, maka didirikanlah beberapa jumlah rumah ibadah di Kelurahan
Tanjung Solok seperti masjid, mushola bagi umat Islam. Sedangkan bagi
61
Dokumen Kelurahan Tanjung Solok Tahun 2014.
34
umat lainnya yang beragama di luar agama Islam, biasanya melakukan
ibadah di luar kelurahan seperti di kabupaten atau kota.62
Masyarakat Suku Duano sendiri merupakan masyarakat Kelurahan
Tanjung Solok yang memeluk agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari
bagaimana mereka menyeleksi ajaran agama dengan ajaran adat istiadat
mereka, dimana ketika ditemukannya ajaran adat yang tidak sesuai dengan
ajaran agama maka mereka akan meninggalkan ajaran adat tersebut. Seperti
yang disampaikan oleh ketua adat Suku Duano :
“bapak ni memang iye lah ketue adat, cumen ye kalau pasal adat tu
sekarang lah dak dipakai lagi. Orang kan lah maju sekarang nih,
ade pengajaran agama. Orang suku duano lah tau pasal agama, jadi
kalau adat dulu yang memang kami anggap dak sesuai dengan
ajaran agame islamtu ye memang kami lepas lah. Jadi kini tu kami
lah dak tau adat istiadat kami.”63
Terjemahannya :
“ saya ketua adat Suku Duano, tapi jika tentang adat istiadat
sekarang sudah tidak digunakan lagi. Pengetahuan telah maju,
kemudian ada pengajaran keagaaman. Masyarakat suku duano telah
memahami tentang agama sehingga adat istiadat terdahulu yang
tidak sesuai dengan ajaran islam ya kami lepas tidak digunakan
lagi”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Suku Duano adalah
masyarakat yang memegang ajaran agama Islam dengan baik, karena setiap
ajaran adat yang tidak sesuai dengan Islam mereka tinggalkan dan
digantikan dengan ajaran Islam yang benar.
Dalam upaya meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan YME
masyarakat Kelurahan Tanjung Solok memanfaatkan sarana tersebut dengan
baik. Baik untuk sarana pengajian anak-anak, maupun pengajian-pengajian
berkala seperti Majelis Ta’lim, dan peringatan-peringatan hari besar Islam
62
Dokumen kelurahan tanjung solok tahun 2014. 63
Wawancara ketua adat suku duano kelurahan tanjung solok (18 februari 2020).
35
(PHBI). Dalam membina kehidupan keagamaan di kelurahan Tanjung solok
diadakan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dimasyarakat adalah:64
1) Anak-anak
Pembinaan kehidupan pada anak-anak di kelurahan Tanjung
Solok dalam bentuk pengajian-pengajian rutin (pengajian Al-
qur’an).Pengajian Al-qur’an ini dilaksanakan setiap habis magrib dan ada
juga siang setelah anak-anak pulang sekolah. Pengajian ini dilaksanakan di
rumah penduduk bersama guru ngaji.
2) Remaja
Kegiatan keagamaan bagi remaja yakni terhimpun dalam remaja
masjid untuk menambah wawasan keagamaan dan meningkatkan
ketaqwaan kepada Tuhan YME. Kemudian, bagi remaja yang memang
memiliki waktu yang sedikit luang, bisa mengikuti kegiatan-kegiatan
keagamaan yang di lakukan oleh pesantren di Kelurahan Tanjung Solok.
Kegiatan keagamaan di Pesantren ini umunya bersifat berbuka dan dibuka
untuk siapa saja remaja Tanjung Solok yang ingin belajar. Selain itu,
Kegiatan keagamaan dilakukan remaja juga dalam hal belajar al-qur’an di
masjid-masjid pada malam harinya.
3) Orang dewasa
Kegiatan keagamaan bagi orang dewasa di Kelurahan Tanjung
Solok ini bermacam-macam, untuk ibu-ibu diadakan pengajian rutin
yasinan setiap hari jum’at sore. Dan untuk pengajian rutin bagi laki-laki
dilaksankan setiap malam jum’at kegiatan ini dinamakan majelis zikir
yang diprakarsai oleh bapak lurah sendiri. Saat ini, kegiatan keagamaan
semakin meningkat dengan selalu diadakannnya tabligh akbar oleh ustad-
ustad di Kelurahan Tanjung Solok.
64
Dokumen kelurahan tanjung solok tahun 2014.
36
B. Hasil dan Pembahasan
1. Sistem Mata Pencaharian Perempuan Suku Duano
Sistem mata pencaharian masyarakat ada yang masih bersifat
tradisional dan ada pula yang berubah mengikuti perkembangan zaman.
Salah satu sistem mata pencaharian yang masih tradisional ialah
menangkap ikan atau bekerja sebagai nelayan, yang biasanya dilakukan
oleh masyarakat yang bertempat tinggal di daerah rawa, sungai, dan laut.
Hal ini sesuai dengan masyarakat Suku Duano yang bekerja sebagai
nelayan dikarenakan letak geografis Tanjung Solok yang merupakan
daerah pesisir. Selain itu, menjadi nelayan juga merupakan pekerjaan yang
diwariskan dari nenek moyang Suku Duano sehingga mereka telah
memiliki keahlian yang diwariskan secara turun-temurun. Selaras dengan
penuturan yang disampaikan oleh Bapak Asri Tara sebagai ketua adat
Suku Duano :
“kalau pasal kerje, masyarakat suku duano nih iye dari dulu
memang lah jadi nelayan, sebab ye kerje nih la hade dari dulu
jaman nenek moyang. Suku duano sampai ke Kampung Laut
nihkan ye sebab jadi nelayan juge, nah jadi kalau missal nak cari
kerje lain tu agak susah sebab kami nih mampunye tu cuman
kerje itu lah dak tau nak kerje lain make kalau dinampak kan
banyak orang kami nih jadi nelayan. Selain tu juge, tempat
tinggal nih juge layak untuk kite tu jadi nelayan sebabkan di tepi
laut. Senang nak pantau aer laut, senang nak pantau isi laut, jadi
ye mendukung lah tempatnye”.65
Terjemahannya :
“ jika masalah pekerjaan, masyarakat Suku Duano memang dari
dahulu bekerja sebagai nelayan, karena pekerjaan ini telah ada
sejak jaman nenek moyang. Suku Duano sampai ke Kampung
Laut juga dikarenakan menjadi nelayan sehingga jika untuk
mencari pekerjaan lain sedikit sulit karena kami (masyarakat
Suku Duano) mampunya hanya sebagai nelayan tidak tahu untuk
mencari pekerjaan lain. Maka dari itu jika dilihat banyak
masyarakat Suku Duano yang bekerja sebagai nelayan.Selain itu,
65
Hasil wawancara dengan Bapak Asri Tara selaku ketua adat Suku Duano (18 Februari
2020).
37
tempat tinggal juga mendukung untuk menjadi nelayan karena
tempatnya ada ditepi laut. Sehingga mudah untuk memantau air
laut dan isi laut”.
Berdasarkan pengamatan, nelayan sebagai mata pencaharian
masyarakat Suku Duano dalam prosesnya ternyata mempunyai
keunikan. Keunikan yang ditemukan penulis ialah bahwa pekerjaan
sebagai nelayan bagi masyarakat Suku Duano ternyata tidak hanya
dilakukan oleh laki-laki saja, akan tetapi juga dilakukan oleh
perempuan. Perempuan Suku Duano telah didik untuk menjadi nelayan
sejak usia mereka masih sangat muda berkisar antara 18 atau bahkan 20
tahun dimana pada saat itu perempuan-perempuan Suku Duano telah
diajak oleh orang tua mereka untuk melaut. Pekerjaan nelayan yang
dilakukan oleh perempuan Suku Duano bukan pekerjaan nelayan yang
bersifat aktif, melainkan pekerjaan semi nelayan karena hanya
dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja seperti pada saat musim
sumbun yang biasa dilakukan setiap satu tahun atau dua tahun sekali,
dan musim kerang. Waktu yang diperlukan bagi perempuan nelayan
Suku Duano untuk melaut juga tidak lama yaitu hanya 5 atau 6 jam
saja. Meskipun sebagian besar dari perempuan Suku Duano bekerja
sebagai nelayan Kerang dan Sumbun, bukan berarti mereka tidak bisa
mencari ikan dengan cara menjaring. Seperti halnya Mak Ati, selain
menjadi nelayan sumbun dan kerang, dia juga biasa bekerja sebagai
nelayan yang mencari ikan dengan cara menjaring.
Berdasarkan uraian informasi diatas, pernyataan tersebut
dibenarkan oleh narasumber lain yang mengatakan bahwa sebagian
besar dari perempuan Suku Duano dahulunya bekerja sebagai nelayan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Mak Ati selaku perempuan Suku
Duano yang pernah menjadi nelayan dengan menjaring ikan:66
66
Menjaring ikan merupakan kegiatan menangkap ikan dilaut dengan menggunakan alat
yang sederhana, seperti jaring atau jala.
38
“ memang betol, betine- betine suku kami nih dulunye ade yang
kerje kelaut. Contohnye macam mak nih ha, dulu mak pernah
juge pegi njaring nyari ikan tu.mak jadi nelayan mulai dari umur
mak masih 18 tahun, Bukan selalu tapi, mak njaring ikan tu
sekali-kali je, bile bapak sakit mak lah yang pegi. Menjaring lah
mak tu bawak perahu surang-surang pegi ke laut tu, tapi bukan
mak je, dulu banyak juge betine yang pegi njaring ikan nih,
cuman beda sampan je”.67
terjemahannya:
“ benar, dahulunya perempuan suku kami (Duano) ada yang
bekerja ke laut. Contohnya saya sendiri, dulu saya pernah juga
mencari ikan di laut. Saya jadi nelayan itu mulai dari umur 18
tahun, akan tetapi kegiatan melaut tidak selalu dilakukan oleh
saya. Akan tetapi, saya ke laut hanya apabila bapak sakit maka
saya lah yang pergi. Saya pergi lah kelaut sendirian, tapi bukan
hanya saya banyak yang lain juga pergi kelaut hanya saja beda
perahu”.
Pernyataan Mak Ati selaku perempuan Suku Duano yang pernah
menjadi nelayan sama dengan yang disampaikan oleh Yuk Sinta dan Yuk
Lena. Akan tetapi, pernyataan yang disampaikan Sinta bukan berdasarkan
pengalaman pribadi tapi berdasarkan pengalaman keluarga, dimana dia
terlahir dari keluarga yang ibunya juga pernah menjadi nelayan. Hal ini
selaras dengan pernyataan Sinta selaku narasumber :
“ kalau ayuk dak pernah jadi nelayan, cuman kalau cerite dulu
perempuan Suku Duano ade yang pernah jadi nelayan nih
memang betol, sebab mak ayuk dulu pernah juge ngelaut. Tapi
sesekali je, pas musim sumbun kalau dak tu musim kerang kan itu
lebih mudah kerjenye untuk cewek lagian juge pas musim tu hasil
laut macam kerang dengan sumbun tu melimpah”.68
67
Wawancara narasumber Ibu Ati selaku perempuan Suku Duano yang pernah bekerja
sebagai nelayan (18 februari 2020). 68
Hasil wawancara narasumber Ayuk Sinta (18 februari 2020).
39
Terjemahannya :
“ saya tidak pernah menjadi nelayan. Tapi mengenai cerita
tentang perempuan suku duano dahulu pernah jadi nelayan
memang benar karena ibu saya dulu pernah juga melaut.Tapi
hanya sekali-kali hanya saat musimnya saja seperti musim sumbut
kalau tidak musim kerang karena lebih mudah pekerjaannya
untuk perempuan selain itu, pada saat musimnya hasil laut seperti
kerang dan sumbun melimpah”.
Dari informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan
perempuan Suku Duano sebagian besar adalah nelayan karena pekerjaan
ini merupakan pekerjaan turun temurun dari nenek moyang Suku Duano.
Selain itu, pekerjaan nelayan banyak dilakukan oleh masyarakat Suku
Duano karena didukung oleh letak geografis dari Tanjung Solok yang
berada di tepi pesisir Sungai Batang Hari. Pekerjaan nelayan yang biasa
dilakukan perempuan Suku Duano ialah mencari kerang dan sumbun.69
a. Alasan perempuan Suku Duano menjadi nelayan
Mata pencaharian adalah salah satu hal yang menopang kebutuhan
ekonomi atau kebutuhan hidup keluarga. Dengan melakukan pekerjaan
yang dapat menghasilkan pendapatan, suatu keluarga dapat memenuhi
kebutuhan ekonomi mereka. Dalam menentukan pekerjaan yang akan
dikerjakan, setiap manusia memiliki pilihan dan alasan sendiri dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, begitu pula dengan perempuan Suku
Duano di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi, mereka
memiliki alasan sendiri mengapa harus menjadi nelayan. Pekerjaan
sebagai nelayan merupakan pekerjaan yang telah ada sejak jaman nenek
moyang Suku Duano sehingga kemampuan menjadi nelayan demi
membantu ekonomi keluarga memang telah melekat di dalam diri Suku
69
Sumbun adalah makanan laut sejenis kerang yang berbentuk seperti bamboo dengan
panjang sekitar jari manis orang dewasa. Makanan ini biasanya hanya akan ada dalam waktu sekali
dalam setiap tahunnya di Beting Tanjung Solok.
40
Duano baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu, ada beberapa hal
yang membuat perempuan Suku Duano menjadi nelayan diantaranya:
tingkat pendidikan dari perempuan Suku Duano sebagian besar masih
rendah sehingga mereka tidak memiliki kemampuan lain untuk bekerja,
penghasilan suami yang tidak menentu karena menggantungkan hidup
hanya pada laut, teknologi yang digunakan sebagai nelayan masih sangat
sederhana. Hal ini Selaras dengan yang disampaikan oleh narasumber :
“ kalau ditanye ngape milih jadi nelayan, ye nak macam mane lah
lagi, kemampuan bisenye disitu, kalau sekolah tinggi ye mungkin
lah dapat cari kerje yang lain. cuman ye bisenye ngelaut je, sebab
dari kecik lagi sering ikut orang tue juge jadi sekitinye pahamlah.
Demi cukupkan kebutuhan keluarge, ye kerje je yang penting masih
halal”.70
Terjemahannya :
“ jika ditanya kenapa memilih menjadi nelayan, ya mau gimana
lagi kemampuan bisanya disitu, jika sekolah tinggi bisa jadi dapat
mencari pekerjaan yang lain, hanya saja ya bisanya menjadi
nelayan karena dari kecil juga sudah menjadi nelayan ikut orang
tua jadi sedikit mengertilah. Demi membantu kebutuhan keluarga
jadi kerjakan saja yang penting halal”.
Berdasarkan dari penyampaian narasumber, mengenai rendahnya
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh perempuan Suku Duano memang
menjadi suatu alasan utama kenapa mereka memilih menjadi nelayan. Hal
ini dibenarkan oleh narasumber lain yaitu Yuk Lena :
“kalau nak kerje lain tu memang susah lah dek dulu sekolah dak de
tinggi jadi dak tau nak kerje ape, ayuk dulu biase ngikut orang tue
ke laut make sedikit tau pasal nyumbun nih. Lagian juge kalau tak
kerje ngarapkan duet laki cuman dak ade cukup lah untuk anak-
anak juge”. 71
70
Hasil wawancara narasumber Mak Ati selaku perempuan nelayan Suku Duano (18
Februari 2020). 71
Hasil wawancara narasumber Yuk Lena selaku perempuan Suku Duano ( 18 Februari
2020).
41
Terjemahannya :
“jika ingin mencari pekerjaan lalin dulu susah, karena sekolah tidak
begitu tinggi jadi tidak tau mau kerja apa,saya dulu biasa ikut orang
tua ke laut maka dari itu sedikit tau mengenai nyumbun. Selain itu,
jika tidak kerja hanya mengharap uang suami tidak cukup untuk
anak-anak”.
Selaras dengan pernyataan di atas, Yuk Sinta juga berpendapat
yang serupa bahwa pekerjaan perempuan Suku Duano dulunya sebagai
nelayan ialah karena kurangnya pendidikan dan pekerjaan suami yang juga
hanya sebagai nelayan. Hal ini sesuai dengan pernyataan narasumber:
“ iye, waktu kecik dulu tu banyak jumpe perempuan yang kerje jadi
nelayan. Kalau menurut ayuk sih biakpun dak pernah jadi nelayan,
ye sebab dak punye keahlian, terus tu karne yang laki-laki nihkan
juge kerjenye jadi nelayan duet dak seberape dapat sehari tu
kadang, anak nak makan. Keluarge ayuk dulu gitu lah make mak
kerje juge karne ye untuk bantu cukupkan tu lah, mak jadi nelayan
pun ye dak tau nak kerje lain, bisenye disitu cuman. Make tu lah
kini tu ayuk berusaha lah biak bise dapat kerje lain”.72
Terjemahannya :
“ iya, waktu kecil dulu banyak ketemu perempuan yang bekerja
jadi nelayan. Jika menurut saya walaupun tidak pernah jadi
nelayan, ya karena tidak memiliki keahlian, selain itu karena yang
laki-laki juga pekerjaannya sebagai nelayan uangnya tidak seberapa
dapat dalam sehari itu, dan anak ingin makan. Keluarga saya dulu
seperti itu, sehingga mak bekerja sebagai nelayan karena untuk
bantu mencukupi itu juga karena tidak memiliki pekerjaan lain,
bisanya hanya itu. Maka dari itu kini saya berusaha lah supaya bisa
dapat pekerjaan yang lain”.
Berdasarkan informasi narasumber dan Jika dilihat dari bagaimana
kehidupan keseharian dari perempuan Suku Duano dan bagaimana tingkat
pendidikan mereka, serta kehidupan masyarakat yang hanya bergantung
kepada laut, dapat disimpulkan bahwa demi memenuhi kebutuhan hidup
keluarga perempuan Suku Duano memilih untuk bekerja dan pekerjaan
yang memang telah mereka kuasai ialah sebagai nelayan.
72
Hasil wawancara narasumber Yuk Sinta selaku perempuan Suku Duano ( 24 Januari
2020).
42
b. Cara perempuan Suku Duano bekerja sebagai nelayan
Pekerjaan sebagai nelayan dapat dikatakan sebagai pekerjaan
dengan tingkat resiko yang tinggi karena letaknya yang jauh dari
pemukiman penduduk. Selain itu pekerjaan sebagai nelayan juga
pekerjaan yang berat dimana setiap harinya seseorang harus selalu
berhadapan dengan laut yang memiliki tantangan tersendiri seperti
ombak besar atau bahkan badai. Akan tetapi, perempuan Suku Duano
memiliki cara tersendiri untuk menjadi nelayan tanpa menghadapi
resiko tersebut. Seperti cara yang dilakukan oleh Mak Ati yaitu dengan
menjaring ikan hanya di tepi pemukiman saja. Hal ini Selaras dengan
pernyataan :
“ ih jaring ikan dulu mak. Lah biase tapi dak jauh-jauh cuman
dekat sini- sini lah bentang jale. Banyak dulu tu ikan belanak
sehingge kalau bejaring dekat sini tu ade lah dapat sikit, biakpun
dak same dengan kalau kite pegi jauh macam yang laki-laki kan.
Tapi cukup lah, kalau dak dijual ye untuk makan”.73
Terjemahannya :
“ih mak dulu jaring ikan. Sudah biasa tapi tidak terlalu jauh hanya
dekan sini saya membentang jala. Dalu banyak ikan belanak
daerah sini sehingga jika menjaring dekat sini saja adalah dapat
sedikit, walaupun tidak sama dengan yang laki-laki menjaring
jauh. Tapi cukup lauh jika tidak dijual ya untuk dimakan”.
Selain menjaring ikan seperti yang dilakukan Mak Ati, sebagian
besar perempuan Suku Duano menjadi nelayan hanya pada musim
musim-musim tertentu, seperti musim sumbun dan musim kerang.
Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk berada di laut tidak terlalu
lama, hanya berkisar sekitar 5 jam saja. Dimulai dari air laut surut
sampai air laut pasang. Selaras dengan pernyataan narasumber :
“ kalau perempuan sini nak ke laut tu tunggu musim kerang kalau
dak sumbun, pasti banyak macam saye same kawan yang lain.
73
Hasil wawancara narasumber Mak Ati selaku perempuan Suku Duano ( 18 Februari
2020).
43
alasan kenape kami ke lautnye tunggu musim ye sebab kalau pas
musim tu kan kerang same sumbun tu banyak jadi bise lah untuk
dapat duet yang banyak sikit. Terus tu juge kerjenye dak lame nian
dilaut, aer surut baleknya pas aer laut lah nak pasang. Paling
sekitar cuman 5 jam lah”.74
Terjemahannya :
“ Perempuan sini (Suku Duano) jika ingin ke laut tunggu musim
kerang dan musim sumbun, pasti banyak seperti saya dan kawan-
kawan lain. Alasan kenapa memilih ke laut tunggu musimnya saja
ya karena jika saat musim itu kerang dan sumbun akan banyak jadi
dapat penghasilanpun akan banyak. Selain itu, pekerjaannya juga
tidak lama di laut, berangkat saat air surut dan pulang saat air
pasang. Sekitar 5 jam saja”.
Kegiatan perempuan Suku Duano ke laut untuk mencari sumbun
dan kerang masih dilakukan dengan cara yang sederhana dan dengan alat
yang sederhana pula seperti pada saat mencari kerang, mereka
menggunakan papan tongkah75
sebagai alat agar bisa berjalan diatas
lumpur, dan saat mencari sumbun mereka menggunakan penyulok
sederhana76
. Seperti yang di sampaikan oleh narasumber :
“ye, kalau lah musemnye kerang same sumbun tu banyak yang ke
laut nak cari, biasenye satu perahu tu ramai lah. Alat same care
nyarinye pun senang je.Misal kalau nak cari kerang, kite gunekan
je penyedok, pakai papan tongkah untuk tahanan kite dari beting
yang becek tu sebab lumpur baru bawak ember sikok untuk narok
kerangnya. Lepas tu kalau nak cari sumbun juge senang je, kite
pakai je bambu kecik tu, campurkan dengan kapur lepas tu cari lah
yang belobang di beting tu pasti ade sumbun dalamnye. Kami pun
yang disini nih pegi cari kerang atau sumbun tu makenye senang
ye bebab dan terlalu lame waktunye, pegi pas aer surut dan balek
pas aer lah nak pasang”.77
74
Hasil wawancara dengan narasumber Ayuk Lena selaku perempuan Suku Duano (18
februari 2020). 75
Papan tongkah ialah sebuah alat yang digunakan oleh masyarakat Suku Duano dalam
mencari kerang.Tongkah terbuat dari sebilah papan datar dengan ukuran kurang lebih 40x 100 cm
yang biasanya digunakan di tempat yang becek. 76
Penyulok sederhana yang digunakan untuk mencari sumbun biasanya berupa bambu
kecil yang diraut sekitar 30 cm, kemudian dicampur dengan kapur lalu masukkan kedalam lubang
yang terdapat sumbunnya. 77
Hasil wawancara Yuk Lena selaku perempuan Suku Duano (18 februari 2020).
44
Terjemahannya :
“ iya, jika sudah musimnya kerang dan sumbun banyak yang pergi
ke laut untuk mencari, dan biasanya satu perahu itu ramai. Alat dan
cara yang digunakan dalam mencari kerang dan sumbun mudah
saja. seperti saat ingin mencari kerang, kita menggunakan
penyodok, menggunakan papan tongkah untuk menjadi penahan
kita dari beting yang becek dikarenakan banyak lumpur kemudian
dengan membawa satu ember sebagai tempat kerang-kerang yang
akan dikumpulkan. Kemudian, jika ingin mencari sumbun juga
sangat mudah.Kita cukup menggunakan bambu kecil dicampur
dengan kapur setelah itu di cari lobang yang berisi sumbun, lalu
masukkan kapur menggunakan bambu.Kami juga para perempuan
senang pergi ke laut untuk mencari kerang dan sumbun
dikarenakan waktu yang digunakan tidak terlalu lama”.
Jadi berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh narasumber
yang menjelaskan bagaimana cara perempuan Suku Duano menjadi
nelayan, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan pekerjaan Suku Duano
awalnya ialah sebagai nelayan Sumbun dan Kerang sebelum akhirnya
mengalami perubahan pekerjaan yang dapat dilakukan sehari-hari.
c. Proses perubahan mata pencaharian perempuan Suku Duano
Setiap masyarakat mengalami perubahan. Perubahan tidak
berjalan secara tiba-tiba, namun mempunyai gejala atau tahapan-tahapan
sebelum mengalami perubahan. Demikian juga halnya dengan
perempuan Suku Duano yang mayoritas pekerjaannya adalah sebagai
semi nelayan. Pada awalnya pekerjaan ini mereka lakukan karena tidak
memiliki keahlian lain dalam hal memenuhi kebutuhan hidup. Akan
tetapi seiring berjalannya waktu, pekerjaan semi nelayan sudah tidak lagi
dijumpai pada perempuan Suku Duano karena perempuan-perempuan
muda Suku ini sudah tidak lagi minat untuk bekerja nelayan.
sebagaimana yang diungkapkan oleh Yuk cici yang saat ini bekerja
sebagai asisten rumah tangga :
“ mule dulu iye mak- mak banyak jadi nelayan, kalau lah musim
sumbun same kerang tu mulai lah banyak yang mencari kelaut,
tapi kini dak lagi. Berubah betahap, sampailah kini tu ayuk je lah
dak tau lagi mcam mane care nyari sumbun tu. Lah selepas
45
sekolah nih cari kerje, dapat lah kerje dekat rumah orang jadi
tukang cuci, masak, jage buda”.
Terjemahan :
“ awalnya iya banyak ibu-ibu yang bekerja sebagai nelayan, jika
sudah musim sumbun sama kerang mulai ramai mencari kelaut,
tapi sekarang tidak lagi. Perubahan yang bertahap, sampai
sekarang ayuk saja tidak tau bagaimana mencari sumbun. Selesai
sekolah cari kerja, dapat pekerjaan di rumah orang menjadi
tukang cuci, masak, dan menjaga anak”.
Perubahan pekerjaan perempuan Suku Duano juga diungkapkan
oleh Yuk Gibuk, bahwa perubahan yang terjadi pada perempuan Suku
Duano tidak terjadi begitu cepat, akan tetapi bertahap hingga akhirnya
sudah menjadi suatu hal yang tidak lagi dikerjakan, seperti berikut ini :
“kalau ayuk yang ditanye pasal melaut nih tak paham, sebab lah
memang dak ade lagi. Kalau berubahnye tu betahap, dulu ramai
sebelum akhirnye yg tue lah dak pegi lagi lalu yang mude-mude
nih lah dak begitu ramai lagi pegi, mule menipis sikok-sikok je
yang nampak pegi sampai lah kini tu lah dak ade lagi”.
Terjemahan :
“ Jika ayuk yang ditanya masalah melaut tidak tau, karena
memang tidak ada lagi. Perubahannya itu dulu bertahap, dulu
ramai sebelum akhirnya yang tua-tua tidak lagi pergi melaut, dan
yang muda-muda tinggal sedikit lagi yang pergi mulai menipis
satu-satu yang berangkat hingga saat ini tidak lagi ditemukan”.
Dari pernyataan informan diatas, dijelaskan bahwa menjadi
nelayan merupakan pekerjaan yang awalnya dilakukan perempuan Suku
Duano untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga, dan
pekerjaan nelayan merupakan pekerjaan yang mereka kuasai hingga pada
akhirnya terjadi pergeseran mata pencaharian dimana perempuan Suku
Duano tidak lagi bekerja sebagai nelayan dengan beberapa pertimbangan
sebagai berikut : tahap pertama, generasi tua yang memiliki kemampuan
46
yang baik sebagai nelayan kerang dan sumbun memilik untuk berubah.
Tahap kedua, minimnya kemampuan pada generasi selanjutnya dan
adanya pelatihan serta keikut sertaan Suku Duano belajar pada
masyarakat lain, sehingga memiliki kemampuan lain yang dapat
dikembangkan dan juga dapat membantu kebutuhan hidup. Akibatnya
mereka merubah mata pencaharian keyang lain.
2. Faktor Penyebab Perubahan Sistem Mata Pencaharian
Perempuan Suku Duano.
Pekerjaan sebagai nelayan merupakan pekerjaan yang telah ada
sejak zaman nenek moyang Suku Duano. Bahkan pekerjaan ini dilakukan
bukan hanya laki-laki tetapi juga dilakukan oleh perempuan. Akan tetapi
seiring berjalannya waktu, pekerjaan sebagai nelayan tidak lagi dilakukan
oleh perempuan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Faktor Internal
Penyebab terjadinya suatu perubahan biasanya dikarenakan faktor
internal atau faktor dari diri sendiri. Alasan ini terjadi dikarenakan sesuatu
yang ada pada diri memaksa untuk berubah, misalnya dikarenakan faktor
usia atau karena keinginan untuk lebih baik. Seperti halnya perubahan
yang terjadi pada sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano.
Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang menyebabkan perempuan Suku
Duano tidak lagi menjadi nelayan ialah karena usia yang sudah tidak lagi
muda, hal ini dibenarkan oleh Mak Ati selaku narasumber :
“ mak kini tu lah dak lagi jadi nelayan, kalau dulu iye lah sebab
dulukan suami ngelaut juge, jadi dak terlalu lah mak kerje untuk
bantu, sekali-kali je mak ikut kalau memang musimkan enak
dapat juge duet banyak sikit. Cuman kalau sekarang nih dak mak
lah tue juge, mate lah dak jelas nampak, badan lah cepat penat
jadi susah nak kelaut lagi. Lagian suami lah dak kerje lagi kalau
mak kelaut dak ade yang urus suami anak-anak jadi mak milih
kerje yang sekarang je biak bise sekalian ngurus keluargekan”.78
78
Hasil wawancara perempuan Suku Duano Mak Ati (18 februari 2020).
47
Terjemahannya :
“ Saya saat ini sudah tidak lagi menjadi nelayan, dulu memang
iya pernah karena suami juga melaut jadi tidak terlalu di porsir
untuk membantu bekerja hanya sesekali saja membantu jika
musimnya kan akan mendapatkan penghasilan yang banyak.
Hanya saja, jika saat ini tidak lagi karena memang sudah tua juga,
penglihatan sudah terganggu, badan sudah tidak kuat lagi, dan
suami juga tidak lagi bekerja jadi tidak ada yang mengurus anak-
anak dan suami jadi saya memilih pekerjaan yang sekarang saja
agar bisa sekaligus mengurus keluarga”.
Meskipun mendukung bahwa perubahan sistem mata pencaharian
berubah karena perempuan Suku Duano yang biasa menjadi nelayan sudah
tidak muda lagi, akan tetapi ada pendapat lain dari Yuk Lena yang
mengatakan bahwa perubahan sistem mata pencaharian juga disebabkan
karena keinginan dari diri seseorang itu sendiri, yang disebabkan oleh
rendahnya pendapatan yang didapat saat menjadi nelayan. Rendahnya
upah yang didapat oleh perempuan nelayan terkadang tidak dapat
ditentukan, sehingga terkadang mendapatkan hasil yang banyak namun
terkadang juga tidak mendapatkan hasil. Sebagaimana disampaikan oleh
narasumber :
“ oh iye, memang banyak yang pernah jadi nelayan orang tetue
dekat sini tu berenti karne dak sanggup lagi, umur lah tue,
macam mak ayuk dulu tu. bukan ape-ape lah dek, walaupun ayuk
nih jadi nelayannye cuman sekali-kali je tetap juge lah rase penat
badan, make tu lah bepikir juge dari pada jadi nelayan
mendingayuk cari kerje lain je yang mudah sikit kan, lame
nampak orang bedagang ade dapat hasil nak ayuk cobe lah
juge”.79
Terjemahannya :
“ oh benar, banyak yang pernah menjadi nelayan orang tua dahulu
dekat sini berhenti karena dak sanggup lagi, umur sudah tua
seperti ibu saya dulu. bukan karena apa, meskipun saya jadi
nelayan hanya sekali-kali saja, tetapi tetap juga lelahnya terasa,
maka dari itu saya berfikir dari pada saya bekerja sebagai nelayan,
lebih baik saya mencari pekerjaan lain yang lebih mudah.
79
Hasil wawancara narasumber Yuk Lena perempuan Suku Duano (18 februari 2020).
48
Sehingga setelah lama melihat orang berdagang mendapatkan
hasil sayapun berfikir untuk mencoba bekerja sebagai pedagang”.
Pernyataan Mak Ati dan Yuk Lena di atas dibenarkan oleh Yuk
Sinta, menurutnya sebagai generasi perempuan Suku Duano yang hidup di
zaman modern pekerjaan sebagai nelayan memang harus diubah karena
sudah tidak sesuai, sehingga Yuk Sinta tidak ingin bekerja sebagai
nelayan. Hal ini selaras dengan pernyataan :
“ nak jadi nelayan tu untuk ape lagi kini tu, orang tetue yang lalu
lah yang pernah, itu pun lah dak lagi sebab lah tue. Selain tu juge
memang orangnye dak nak lagi nak jadi nelayan eh macam ayuk
dak nak memang dari dulu. Make kini mending lah kerje ayuk
yang sekarang. Kalau nak jadi nelayan tu memang tak pernah
nak teringin dari dulu lah sebab ye lah dak musemnye lagi”.80
Terjemahannya :
“ mau jadi nelayan sekarang untuk apa lagi, hanya orang tua
zaman dahulu lah yang pernah, itu juga sekarang sudah tidak lagi
karena sudah tua.Selain itu memang dikarenakan keinginan
sendiri yang tidak ingin lagi menjadi nelayan,ehseperti saya tidak
mau jadi nelayan dari dulu. Maka dari itu sekarang lebih baik
pekerjaan yang ini saja. Jika mau jadi nelayan memang tidak
pernah ingin dari dulu karena bukan musimnya lagi”.
Dari ungkapan informasi diatas, merupakan salah satu faktor
terjadinya perubahan mata pencaharian karena mereka ingin mendapatkan
upah yang lebih banyak lagi dari upah menjadi nelayan. faktor internal
yang lainnya ialah adanya upaya untuk memperbaiki taraf hidup yang
masih berada di bawah garis kemiskinan. Selain itu, mereka juga
mengatakan perubahan mata pencaharian juga mereka lakukan untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka, dengan harapan
terpenuhinya kebutuhan pendidikan anak-anak mereka dapat
meningkatkan kondisi ekonomi sehingga tidak akan sama dengan
kehidupan orang tua, dengan kata lain perbaikan taraf hidup generasi
muda.
80
Hasil wawancara Yuk Sinta selaku perempuan Suku Duano ( 24 Januari 2020).
49
Dari beberapa uraian diatas, dapat dilihat beberapa faktor internal
yang menyebabkan adanya perubahan mata pencaharian pada masyarakat
ialah :
1. Keinginan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar
2. Keinginan untuk memperbaiki taraf hidup keluarga
3. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak
mereka.
b. Faktor Eksternal ( Pengaruh Dari Luar)
Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar sehingga
menyebabkan suatu perubahan. Seperti perubahan sistem mata
pencaharian pada perempuan Suku Duano disebabkan oleh perubahan
geografis yang berubah dikarenakan kondisi laut tempat perempuan
mencari kerang dan sumbun tidak lagi seperti dulu, karena mengalami
abrasi air laut. Jika biasanya dahulu perempuan Suku Duano mencari
kerang dan Sumbun di beting Tanjung Solok karena di sana pada
musimnya kerang akan berlimpah, sekarang tidak lagi karena jumlah
kerang di sana sudah semakin menipis dan keberadaan kerang-kerang
tersebutpun semakin dalam. Selaras dengan yang disampaikan oleh ketua
adat Suku Duano :
“ iye kalau dulu lagi banyak perempuan yang jadi nelayan, cuman
sekarang ye lah susah nak jumpe. Kalau pasal kenape lah dak lagi
tu menurut saye ye memang karne laut tu lah dak macam dulu,
kalau dulu senang je nak jumpe kerang same sumbun nih, ape lagi
kerang banyak dulu di beting seberang tu. Cuman karne ye banyak
kapal lewat, gelombang juge jadi beting tu lah makin minggir same
makin turun kebawah jadi susah tunggu aer surut nian baru lah
nampak. Make tu lah jarang kini tu kite nampak perempuan nih
kelaut. Lepas tu dulu ade juge cerite kalau orang Suku Duano nih
menu kerang raksasa dak dilepas die lagi kerang tu malah
dimakannye, nah itu lah jadinye kerang-kerang di beting tu abis
sebab kalau kepercayaan orang sini tu, kerang raksasa tu rajenye
gitu. Makenye kerang sekarang susah di cari sebab orang nih
langgar adat.”81
81
Hasil wawancara dari ketua adat Suku Duano (18 februari 2020).
50
Terjemahannya :
“ iya dahulu itu banyak perempuan Suku Duano yang menjadi
nelayan, tapi sekarang sudah sulit untuk dijumpai. Jika masalah
kenapa tidak lagi menjadi nelayan itu menurut saya karena faktor
laut yang sudah tidak seperti dulu. Jika dahulu itu mudah saja jika
ingin menjumpai kerang dan sumbun, apalagi dahulu kerang dan
sumbun itu banyak di beting. Hanya saja dikarenakan kapal dan
gelombang, akhirnya beting tersebut semakin bergeser dan juga
menjadi semakin dalam jadi susah dan tunggu air surut sekali baru
dapat dilihat. Maka dari itu saat ini sulit untuk menemukan
perempuan Suku Duano ke laut. selain itu,dulu ada juga cerita jika
orang Suku Duano nih menemukan kerang raksasa tapi tidak
dilepas lagi kerang tersebut dan dimakanny. Maka dari itu kerang-
kerang di beting itu habis karena jika kepercayaan orang Suku
Duano, kerang raksasa itu adalah rajanya gitu. Maka kerang
sekarang susah dicari karena orang nih langgar ada”.
Sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Asri Tara
selaku ketua adat Suku Duano bahwa perubahan sistem mata pencaharian
disebabkan karena faktor geografis, dibenarkan oleh Yuk Lena selaku
narasumber. Sebagai seorang yang pernah menjadi nelayan yang mencari
sumbun dan kerang, Yuk Lena berpendapat bahwa perubahan sistem
mata pencaharian dikarenakan keadaan beting yang semakin mengikis,
sehingga kerang akan lebih sulit didapat. Maka dari itu banyak
perempuan Suku Duano yang memutuskan untuk tidak lagi mencari
kerang dan sumbun. Hal ini selaras dengan pernyataan narasumber :
“ eh kalau dulu mase ayuk kecik lagi senang dek nak cari kerang
same sumbun tu, ape lagi cari kerang. Kalau lah musim biasenye
kerang tu banyak, cuman kini tu lah susah nak cari. Kalau
sebabnye tu ye karne laut tu lah ayuk rase, sebabkan lah banyak
kapal besak lewat jadi tu lah makin ke tepi seberang betingnye,
lumpurnye makin sikit, biasekan kerang tu tinggalnye di lumpur.
Jadi sekarang beting tu cuman jadi tempat orang datang je lagi
senang-senang pas lebaran, kalau nak cari kerang nih harus
becedok dari atas pompong jadi susah lah”.82
82
Hasil wawancara perempuan Suku Duano Yuk Lena (18 februari 2020).
51
Terjemahannya :
“dahulu waktu masa saya masih kecil mudah jika ingin mencari
kerang dan sumbut, terlebih lagi mencari kerang. Jika sudah
musimnya kerang banyak, tapi sekarang sudah susah
mendapatkannya. Jika penyebabnya kenapa berubah saya rasa ya
karena lautnya sudah berubah. Semakin banyaknya kapal besar
yang melintas, jadi beting tersebut semakin mengikis ke tepi,
lumpurnya makin habis karena biasanya kerang tinggal di lumpur.
Jadi sekarang beting itu hanya jadi tempat orang datang untuk
bersenang-senang saat lebaran saja, jika mau mencari kerang harus
mengeruk dari atas pompong jadi susah”.
Keadaan betting sumbun berdasarkan hasil pengamatan telah
terjadi perubahan, dimana pengikisan yang terjadi menyebabkan betting
tidak lagi seluas dahulu sehingga jika ingin pergi mencari Sumbun ataupun
kerang diperlukan keadaan air yang benar-benar surut, dan keadaan ini
membuat perempuan Suku Duano mengalami kesulitan dalam mencari
hasil laut. Pencarian kerang sendiri telah beralih ke cara yang lebih sulit
dan biasanya hanya dilakukan oleh para laki-laki saja karena dilakukan di
dasar laut.
Pendapat narasumber lain mengenai perubahan geografis
disampaikan oleh Mak Ati. Perubahan geografis terjadi bukan pada beting
sumbunnya, melainkan pada keadaan laut yang biasa di gunakan untuk
menjaring ikan. Jika dahulu banyak ditemukan nelayan yang menjaring
ikan disekitaran sungai saja, kini tidak lagi. Keadaan ini dikatakan Mak
Ati karena air laut di sekitar sungai sudah berubah sehingga para nelayan
yang ingin mencari ikan akan pergi ke laut yang lebih jauh. Hal ini selaras
dengan yang disampaikan Mak Ati :
“ kalau mak dulu kan jadi nelayan tu biasenye menjaring ikan, tapi
dak jauh dak dekat-dekat sini cuman. Kalau dekat sini tu dulu
banyak ikan, macam ikan belanak, semilang same ikan yang lain,
jadi ade lah dapat kalau pegi tu kan. Tapi sekarang susah nak
dapat ikan dekat sini sebab ikan tu lah pindah tempat mungkin,
mak rase lah jarang sudah ikan idop dekat sini, banyaknye tu dekat
laut lepas same tu lah. Mungkin karne ye air lautnye juge lah,
kalau dulukan dak macam nih warnanye biakpun keruh tetap lah
52
ikan idop. Kini aer laut lah sering berubah rubah warnanye
kadang keruh kadang ijau, nak kalau ijau tu susah nak ade ikan.
Tu lah mak lah dak ke laut lagi sebab jauh kalau nak kesanenye
tu”.83
Terjemahannya :
“ jika saya dulu jadi nelayan biasanya menjaring ikan, tapi tidak
jauh hanya dekat-dekan sini saja. Sekitaran sini dahulunya banyak
ikan, seperti ikan belanak, semilang dan ikan lainnya. Tapi
sekarang susah untuk dapat ikan dekat sini karena sudah pindah
tempat sepertinya, saya rasa sih jarang ikan hidup dekat sini karena
ya air lautnya juga, jika dulu air tu tidak seperti ini warnanya
walaupun keruh ikan tetapi hidup. Tapi sekarang air laut sering
berubah warna menjadi hijau dan menjadi keruh, dan jika air keruh
ikan sulut hidup. Maka dari itu saya tidak lagi menjadi nelayan
karena jauh jika harus keluar”.
Pengaruh geografis biasanya merupakan pengaruh yang selalu
menjadi alasan kenapa terjadi suatu perubahan, sama halnya dengan
perempuan Suku Duano. Dikarenakan perubahan geografis laut maupun
beting akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan pekerjaan lain.
Faktor eksternal yang kedua ialah karena adanya pengaruh dari
kebudayaan lain yang ada di Kelurahan Tanjung Solok yang biasa
menghina perempuan Suku Duano yang melaut, sehingga menjadikan
perempuan Suku Duano menjadi malu dan merasa minder. Hal ini
dibenarkan oleh Mak Ati selaku narasumber :
“ ih kalau sebab lain ngape dak jadi nelayan lagi tu ye mak rase
juge sebab di ejeki orang-orang nih lah. Dulu-dulu lagi banyak
yang ngijek ih masa perempuan ke laut dak cocok nian, tapi kini
lah bebalek pulak, orang yang ngijek dulu tu kini orang tu pulak
yang jadi nelayan orang Suku Duano lah dak lagi dak, anak-anak
sekarang tu juge lah dak mau lagi, sebab tu lah Nampak budaye
orang perempuan dak ade yang ke laut jadi kami ngikut lah dak ke
laut juge, mulai lah cari kerje lain”.84
83
Hasil wawancara dari perempuan Suku Duano Mak Ati ( 18 februari 2020). 84
Hasil wawancara narasumber Mak Ati selaku perempuan Suku Duano (18 Februari
2020).
53
Terjemahannya :
“Ih, penyebab lain kenapa tidak lagi jadi nelayan saya rasa ya
karena selalu diledek orang-orang. Dulu-dulu banyak yang meledek
ih kenapa perempuan ke laut tidak cocok sekali, tapi sekarang
malah bertukar, orang yang meledek dulu kini jadi nelayan orang
Suku Duano tidak lagi, anak-anak juga sudah tidak ingin lagi
Karena ya melihat budaya orang perempuan tidak ada yang ke laut
jadi mengikut juga tidak ke laut lagi, dan mulai mencari pekerjaan
lain”.
Pernyataan Mak Ati mengenai rasa minder perempuan Suku Duano
terhadap perempuan lain hingga menyebabkan mereka tidak lagi menjadi
nelayan dibenarkan oleh Yuk Lena. Selaras dengan pernyataan :
“ bukan ape-ape nak jadi nelayan tu lah dak pantas rase ayuk.
Kalau dulu iye lah sebab memang dak ade pilihan lain. kalau kini
tu lah banyak yang bise dikerjekan. Lepas tu malu juge sudah
kalau nak jadi nelayan, orang-orang juge banyak yang ngejek.
Ngape nian lah betine turun kelaut. Jadi ayuk tu merase lah dak
juge, jadi mikir lah kini nak kerje lain je yang penting jajan anak
dapat”.85
Terjemahannya :
“bukan karena apa, saya rasa untuk menjadi nelayan itu sudah tidak
pantas lagi bagi perempuan. Jika dulu mungkin saja karena tidak
ada alasan lain. tapi sekarang sudah banyak yang bisa dikerjakan.
Selain itu, ada rasa malu jika harus menjadi nelayan, banyak orang
yang berkata tidak pantas, kenapa harus menjadi nelayan. Jadi saya
juga merasa minder, jadi berfikirlah untuk mencari pekerjaan lain
yang terpenting jajan anak terpenuhi”.
Rasa minder yang dirasakanoleh perempuan Suku Duano bukan
karena adanya ledekan atau cacian yang diberikan oleh masyarakat lain,
melainkan karena adanya kesenjangan yang dirasakan oleh mereka yang
menyebabkan akhirnya mereka merasa ingin sama dengan perempuan dari
Suku lainnya. Hal ini terlihat dari bagaimana mereka berupaya untuk
bersikap sama, berusaha bergaul dan mengubah kebiasaan mereka agar
sama dengan perempuan yang lainnya.
85
Hasil wawancara narasumber Yuk Lena selaku perempuan Suku Duano (24 januari
2020).
54
Pandangan masyarakat lain terhadap perempuan Suku Duano
bukan suatu pandangan yang menghina ataupun yang lainnya. Hanya saja
ketika masyarakat lain melihat perempuan Suku Duano mereka lebih
mengkaitkan dengan pekerjaan mereka sebagai nelayan. hal ini selaras
dengan pernyataan narasumber siti fatimah yang memiliki tempat tinggal
disekitar Suku Duano :
“ kite yang tinggal dekat sini tu dak ade dak nak ngejek atau
maujak mane tau lauk e, anu mi bawang ko engkai labek atau
engkai pole tasi’e makkada bawang tau lisusi tau luek e. Ko lo
mujai de’ to pa’na padamukki tau. Nulle kapang masiri’i ko
engkani pole tasi’e tappa engka maneng makundrai madepe melo
meli balena, masiri’i pa’na ma’naju tasi’ mi kasi’na. Ko makkokoe
magaya manenni tau lauk e”.
Terjemahan :
“ kita yang tingga dekat sini tidak ada yang mau menghina atau
mengejek orang Suku Duano, mungkin saja jika ada lewat atau
datang dari laut orang sering bilang pulang sudah orang laut. Jika
mau menghina tidak ada karena kita sama-sama manusia. Bisa saja
mereka merasa malu jika mereka sudah tiba dari laut, dan datang
banyak perempuan mendekat untuk melihat hasil laut mereka,
mereka merasa malu karena hanya menggunakan baju kelaut saja.
Sekarang sudah bisa bergaya semua perempuan Suku Duano”
Tanggapan masyarakat lain terhadap Suku Duano sangat baik,
bahkan sebagian dari mereka ada yang berbaur menjadi teman dekat.
Seperti yang dikatakan oleh Linda :
“ biase bae same orang laut tu, kite same-same orang kampung laut
tinggal same-same jadi biase be lah. Kalau dulu nengok orang tu
jadi nelayan ye paling mikir untuk bantu keluarge, maklum lah
orang tu bukan macam orang-orang yang nelayan lain. macam
nelayan suku bugis nih kan biakpun kerje jadi nelayan tapi
pompong besak, modal banyak beda dengan orang tu jadi wajar je
kalau kerje juge ke laut yang perempuan, lagian orang tu biase juge
dak macam kite nih memang tak biase, bahkan dekat kami dengan
orang laut sering cerite-cerite”.
Terjemahan :
“ biasa aja sama orang laut tu, kita sama-sama orang kampung laut
tinggal sama-sama jadi biasa aja. Kalau dulu liat orang tu jadi
55
nelayan ya paling mikir untuk bantu keluarga, maklum lah orang tu
tidak seperti orang-orang yang nelayan lain. seperti nelayan suku
bugis nih kan walaupun kerja jadi nelayan tapi pompong besar,
modal banyak beda dengan orang tu jadi wajar aja kalau kerja juga
ke laut yang perempuan, lagi pula orang tu biasa juge tidak seperti
kita nih memang tak biasa, bahkan dekat kami dengan orang laut
sering cerita-cerita”.
Dari beberapa informasi diatas, dapat dilihat beberapa faktor
eksternal yang menyebabkan adanya perubahan mata pencaharian pada
perempuan Suku Duano. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Faktor geografis, dimana keadaan betting sumbun yang terkikis akibat
abrasi sehingga untuk mencari kerang dan sumbun sudah sangat sulit.
2. Faktor dari masyarakat lain, iaitu adanya rasa minder dari perempuan
Suku Duano terhadap perempuan dari suku lain dan masyarakat sekitar.
Berdasarkan beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya
perubahan sistem mata pencaharian pada perempuan Suku Duano yang
tidak lagi menjadi nelayan, mulai dari faktor internal sampai dengan faktor
eksternal, membuat perempuan Suku Duano beralih kepekerjaan lain.
Pekerjaan yang mereka lakukan saat ini merupakan pekerjaan yang
dianggap mudah untuk dilakukan perempuan seperti pekerjaan Mak Ati
yaitu menjadi tukang pijit. Hal ini selaras dengan penyampaian Mak Ati
sebagai narasumber :
“ mak dak lagi jadi nelayan, tapi fokus jadi tukang pijit same
dukun beranak je lagi. Kalau dulu jadi nelayan kan memang belum
pandai nian jadi tukang pijit nih, sekarang lah bise jadi mending
kerje ini je lah. Trus tu juge jadi tukang pijit nih dak penat sangat
macam ke laut. Meskipun kadang dapat sikit dari orang yang
penting rutin. Dak macam hasil laut kadang dak nentu. Terus tu
sekarang lah banyak juge langganan urut mak. Jadi ye mending
yang mudah be lah. Laki mak juge dak kerje lagi jadi ye untuk urus
keluarge sambil cari duet mam nih lah lagi carenye”.86
86
Hasil wawancara narasumber (18 februari 2020).
56
Terjemahannya :
“ saya tidak lagi menjadi nelayan, tapi fokus jadi tukang pijat dan
dukun beranak saja. Jika dulu jadi nelayan karena belum terlalu
bisa untuk jadi tukang pijat, tapi sekarang sudah bisa ya lebih baik
kerja ini. Kemudian juga jadi tukang pijit ini kerjaannya tidak
membuat capek seperti jadi nelayan. Meskipun dapat hasil sedikit
yang penting rutin, karena langganan pijat juga sudah banyak.
Tidak seperti hasil laut yang tidak menentu. Jadi ya lebih milih
pekerjaan yang mudah lah. Suami juga tidak lagi nekerja jadi demi
membantu dan mengurus keluarga agar lebih mudah”.
Perubahan sistem mata pencaharian tidak hanya menjadi tukang pijit
seperti yang dilakukan Mak Ati. Banyak pekerjaan yang saat ini dilakukan
oleh perempuan Suku Duano diantaranya pekerjaan yang dilakukan oleh
Yuk Sinta dan Yuk Lena yaitu sebagai pedagang. Pendapat Yuk Lena
sendiri, mengapa mengubah sistem mata pencahariannya menjadi
pedagang karena pekerjaan menjadi nelayan merupakan pekerjaan yang
membuatnya lelah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuk Ati selaku
narasumber :
“ayuk biakpun sesekali jadi nelayan, tapi rase penat juge dek. Sebab
nampak juge orang banyak yang kerje dagang nih, ye ayuk tes lah
juge. Cube-cube ternyate syukur lah dapat nak bantu suami jadi lah
untuk jajan anak. Kerjenye dak juge berat sangat duduk je nunggu
pembeli, bise juge sambil ngota dengan tetangge. Jadi ye dibanding
jadi nelayan yang cuman nurut musem mending ayuk bedagang
je”.87
Terjemahannya:
“saya biarpun menjadi nelayan hanya sekali- kali, tapi terasa juga
capeknya. Karena melihat banyak orang yang bekerja jadi pedagang,
ya saya coba juga untuk berdagang. Di coba ternyata syukur hasilnya
dapat untuk membantu suami memenuhi kebutuhan, untuk jajan
anak-anak. Pekerjaannya juga tidak terlalu berat hanya duduk saja
menunggu pembeli, bisa juga sambil cerita dengan tetangga. Jadi,
dibandingkan jadi nelayan lebih baik jadi pedagang saja”.
87
Wawancara narasumber (24 januari 2020).
57
Meskipun memiliki mata pencaharian yang sama, akan tetapi cara
Yuk Sinta dalam berdagang berbeda dengan cara Yuk Lena. Jika pekerjaan
menjadi pedagang yang dilakukan Yuk Lena bersifat menunggu pembeli
dirumah saja seperti yang dilakukan oleh yang lainnya, ada inovasi lain
yang dilakukan oleh Yuk Sinta, yaitu menjajahi dagangan ke tiap-tiap
warga. Usaha ini dilakukan karena menurutnya melihat bagaimana
aktifitas orang-orang di Kelurahan Tanjung Solok yang lebih cendrung
membeli pada pedagang yang lewat saja, sehingga dia berusaha untuk
mencoba hal tersebut. Sebagaimana yang disampaikan oleh Yuk Sinta :
“kalau ayuk iye kerje, cuman tu dak macam yang lain, ayuk jajekan
dagangan ayuk keliling biak lakunye lebih cepat.sebabkan kite tau
lah kalau orang sini tu banyak lah lakinye yang jadi nelayan, balek
kerje sore dan pasti nunggu duetnye tu sore juge lah baru ade. Jadi
ayuk tu jajekan jualan siang, macam jual lauk masak nih kan,
sorenye baru ayuk tagih duetnye jadi orang lain tu dak susah lagi
nak cari”.88
Terjemahannya :
“ kalau saya iya bekerja, tapi tidak seperti yang lain. kerja saya ya
menjajakan jualan saya keliling biar lakunya lebih cepat. Karena
kita tau sendiri bahwa sebagian besar pekerjaan suami masyarakat
sini ialah menjadi nelayan, pulangnya diwaktu sore dan pasti
uangnya juga adanya sore hari. Jadi, saya menjajakan jualan saya
saat siang hari seperti lauk masak, kemudian sorenya baru saya
tagih uangnya jadi mereka tidak susah lagi mencari makan”.
Berdasarkan infromasi di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan
sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor internal yang merupakan faktor dari
perempuan Suku Duano yang tidak lagi muda sehingga sulit untuk bekerja
sebagai nelayan, selain itu karena keinginan individu dari perempuan Suku
Duano untuk tidak lagi menjadi nelayan. Faktor yang kedua, faktor
eksternal atau faktor dari luar yang menyebabkan perempuan Suku Duano
merubah sistem mata pencaharian karena pengaruh geografis, dan adanya
88
Hasil wawancara perempuan Suku Duano Yuk Sinta (24 Januari 2020).
58
pengaruh dari masyarakat lain, yaitu perempuan Suku Duano merasa malu
menjadi nelayan karena berbeda dengan perempuan dari suku lain. Dari
beberapa faktor tersebut didapatkan beberapa pekerjaan baru yang saat ini
dilakukan oleh masyarakat Suku Duano seperti menjadi tukang urut dan
pedagang.
3. Dampak dari Perubahan Sistem Mata Pencaharian Perempuan
Suku Duano Terhadap Ekonomi
Merubah sistem mata pencaharian merupakan suatu usaha yang
dilakukan untuk menuju keadaan yang lebih baik. Seperti halnya
perubahan pada sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano di
Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi. Perubahan sistem
mata pencaharian tidak lain adalah untuk menciptakan suatu perubahan di
dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
Perubahan sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano yang
bertujuan untuk meningkatkan perekonomian keluarga memang
berdampak positif. Dampak tersebut dirasakan oleh Mak Ati yang
merupakan tulang punggung dari keluarganya, sehingga dia berpendapat
bahwa perubahan mata pencaharian dari yang dulu menjadi nelayan
kemudian beralih menjadi tukang pijit membawa dampak yang baik
terhadap ekonomi keluarga, dimana pekerjaannya saat ini dianggap dapat
memenuhi kebutuhan keluarganya. Sebagaimana yang disampaikan :
“ syukur alhamdulillah, kalau untuk mak dan keluarge, kerje mak
sekarang nih ade lah hasilnye yang nyate nampak gitu untuk
keluarge. Kebetulan mak juge cuman yang kerje lagi di rumah ni,
laki mak lah dak ade kerje. Jadi, kerje jadi tukang pijit nih ade
lah hasilnye kan. Dari pada ke laut hasil dak nentu kalau mijit
nih ade lah dapat sehari untuk makan, jajan, dan kebutuhan
lain”.89
89
Hasil wawancara narasumber Mak Ati (18 februari 2020).
59
Terjemahannya :
“ syukur alhamdulillah, untuk saya dan keluarga, pekerjaan saya
sekarang ini ada hasil yang nyata untuk keluarga. Kemudian juga
dirumah ini hanya saya yang bekerja suami sudah tidak bekerja
lagi. Jadi, bekerja jadi tukang pijit ini ada lah hasilnya.
Dibandingkan menjadi nelayan yang hasilnya tidak menentu lebih
baik jadi tukang pijit ada sedikit hasil untuk makan, jajan, dan
kebutuhan lain”.
Dampak dari perubahan sistem mata pencaharian, juga dirasakan
oleh Lena salah satu perempuan suku Duano yang bekerja menjadi
pedagang. Berbeda dari narasumber sebelumnya yang merupakan tulang
punggung keluarga, Lena merupakan seorang istri yang membantu suami
memenuhi kebutuhan keluarga. Menurutnya, perubahan sistem mata
pencaharian berdampak positif karena dia memiliki banyak waktu untuk
keluarga, selain itu hasil dari pekerjaannya dapat membantu suami
memenuhi kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pendidikan anak.
Seperti yang telah disampaikan :
“ kalau untuk ayuk ade lah dampaknye dek, terlebih tu ye kite
bise mencukupkan kebutuhan keluarge, macam hasil dari laki
ngelaut bise lah disimpan untuk kebutuhan rumah, bayar sekolah
anak same yang lainnye. Terus hasil dari ayuk ni bise lah cukup
untuk beli makan sehari-hari jajan anak juge jadi tetutup lah.
Dibanding dulu ayuk jadi nelayan, hasil dak nentu kadang
banyak kadang sikit jadi susah juge nak atur duetnye”.90
Terjemahannya :
“ jika menurut saya ada lah dampak positifnya, terlebih lagi saya
bisa membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Seperti hasil dari
suami melaut bisa disimpan untuk kebutuhan rumah, bayar
sekolah anak, dan membayar kebutuhan yang lainnya. Kemudian,
hasil dari saya sendiri bisa digunakan untuk membeli bahan
makan, jajan anak, ya bisa lah untuk menutup keperluan keluarga.
Dibandingkan dulu sebagai nelayan, dengan hasil yang tidak
menentu sering banyak dan sering juga sedikit jadi lebih susah
untuk mengatur keuangan”.
90
Hasil wawancara perempuan Suku Duano Yuk Lena (24 januari 2020).
60
Perubahan sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano tidak
hanya berdampak baik karena mampu memenuhi kebutuhan keluarga
dalam hal pangan saja. Menurut Yuk Sinta, dibanding menjadi nelayan,
pekerjaannya saat ini lebih dapat membantu kebutuhan karena dari hasil
pekerjaannya dapat membantu suami membeli rumah sehingga mereka
tidak perlu lagi menumpang dengan orang tua. Hal ini sesuai dengan
peryataan :
“ dampak untuk ayuk sendiri ye memang baik lah dek, dari hasil
jualan lauk masak macam gini je lah bise lah sikitnye untuk bantu
laki mencarikan, dari pada dirumah juge cuman diam je anak
masih kecil sekolah pulak. Dari hasil kerje nih juge bise lah
bantu-bantu laki cari duet untuk makan, beli barang yang
dibutuhkan, bantu bayar sekolah anak, dan alhamdulillah lah
dapat pulak bantu duet untuk beli rumah. Jadi dak lagi lah
numpang dengan orang tue. Asal tu kite ade niat be nak kerje
bantu laki, nanti ade lah hasilnye yang baek. Dak mungkin juge
kite kerje untuk keluarge hasilnye buruk kan. Jadi kalau ayuk tu
yang pasti positif lah”.91
Terjemahannya :
“ dampak bagi saya sendiri ya postif lah, dari hasil penjualan lauk
masak seperti ini, bisa lah untuk membantu suami memenuhi
kebutuhan, dibanding hanya tinggal dirumah tidak ada kerjaan,
anak masih kecil dan juge pergi sekolah. Dari hasil kerja ini bisa
lah membantu suami mencari uang untuk makan, beli barang-
barang kebutuhan, bantu bayar sekolah anak, dan alhamdulillah
bisa membantu uang untuk membeli rumah. Sehingga tidak lagi
menumpang pada orang tua. Selagi kita masih mau bekerja
membantu suami, nanti pasti ada hasilnya. Tidak mungkin juga jika
kita berusaha untuk keluarga hasilnya akan buruk. Menurut saya ya
positif lah “.
Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
utama dari perubahan sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano
ialah bergerak ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini terjadi
pada mata pencaharian perempuan Suku Duano yang membawa dampak
91
Hasil wawancara narasumber Yuk Sinta (24 januari 2020).
61
positif terhadap perekonomian keluarga, meskipun tidak mengalami
peningkatan yang tinggi.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis
mendapatkan beberapa kesimpulan dalam penelitian yang berjudul perubahan
sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano di Kelurahan Tanjung Solok
Kecamatan Kuala Jambi. Beberapa kesimpulan yang ada ialah :
a. Pekerjaan perempuan Suku Duano dahulu adalah sebagai nelayan
karena rendahnya pendidikan dan juga tuntutan ekonomi keluarga serta
letak geografis Tanjung Solok yang merupakan tempat pemukiman
Suku Duano berada di pesisir laut sehingga mendukung aktifitas
masyarakat menjadi nelayan.
b. Perubahan sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor internal yang
merupakan faktor dari perempuan Suku Duano yang tidak lagi muda
sehingga sulit untuk bekerja sebagai nelayan, selain itu karena
keinginan individu dari perempuan Suku Duano untuk tidak lagi
menjadi nelayan. Selanjutnya, faktor eksternal karena adanya pengaruh
geografis dimana keadaan beting dan laut yang dulunya menjadi
tempat bagi perempuan Suku Duano bekerja sebagai nelayan
mengalami perubahan dan adanya pengaruh dari kebudayaan lainyaitu
perempuan Suku Duano merasa malu menjadi nelayan karena merasa
berbeda dengan perempuan dari suku lain. Dari beberapa faktor
tersebut, akhirnya perempuan nelayan memilih pekerjaan lain seperti
menjadi tukang pijit, pedagang dan pekerjaan lain.
c. Perubahan sistem mata pencaharian perempuan Suku Duano
berdampak positif bagi perekonomian keluarga. Meskipun tidak
mengalami perubahan yang begitu besar, akan tetapi perubahan sistem
63
mata pencaharian perempuan Suku Duano dapat membantu memenuhi
kebutuhan ekonomi.
B. Saran-saran
Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, penulis membuat beberapa saran
yang akan disampaikan sebagai berikut :
a. Kepada masyarakat suku Duano di Kelurahan Tanjung Solok
Kecamatan Kuala Jambi, agar dapat melestarikan sistem mata
pencaharian sebagai nelayan khususnya laki-laki dengan menggunakan
alat-alat yang sederhana untuk menjaga agar laut tetap baik. Kemudian
untuk yang perempuan semangat bekerja membantu perekonomian
keluarga, tingkatkan lagi kemampuan dan kreatifitas agar lebih maju dan
dapat menciptakan generasi suku Duano yang lebih baik.
b. Kepada pemerintah diharapkan memberikan perhatian lebih terhadap
para perempuan di Kelurahahn Tanjung Solok, khususnya Suku Duano,
dengan memberikan pelatihan-pelatihan khusus perempuan untuk
meningkatkan kemampuan bekerja mereka.
c. Kepada generasi muda suku Duano, tetap semangat meraih mimpi,
belajar dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.
d. Untuk perempuan-perempuan indonesia, bekerja keraslah, berkarya dan
berprestasilah. Perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki
maka berusahalah untuk lebih baik.
C. Penutup
Alhamdulillah atas rahmat Allah SWT dan dengan kemurahannya jualah
maka skripsi ini dapat tersusun. Tidak lupa pula penulis mengucapkan
ribuan terimakasih atas segala bantuan dari berbagai pihak. Semoga Allah
menjadikannya sebaai amaljariyah Amin. Walaupun skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, penulis sangatberharap semoga skripsi ini bermanfaat terutama
bagi penulis khususnya dan bagi pembacapada umumnya. Dengan demikian
atas segala kekurangan dan kekhilafan yangpenulislakukan disengaja atau
64
tidak sengaja, penulis mohon maaf yangsebesarbesarnya. Semoga ilmu yang
penulis dapat, berguna di dunia dan di akhirat.Hanya kebenaran Allah lah yang
hak, semoga kita mendapat hidayah darinya.
Amiin yaa Rabbal „alamin.
Jambi, 15, Mei 2020
Penulis
Indar Desi Nurhasana
65
DAFTAR PUSTAKA
Angraini, Juwita.2017.“Kontruksi Perempuan Dalam Budaya
Melayu”.Jurnal Anak Dan Gender. Desember 2017.Vol. 12. No 2.
Hal. 199-214. Palembang : Universitas Islam Negeri Raden Patah.
Azhari, Ichwan, DKK. 2018. “Perubahan Pola Pemukiman Orang Laut
Suku Duano”.Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial. Desember
2018.Vol 10. No 2. Hal 223-234. Medan : Universitas Negeri
Medan.
Badan Pustaka Statistika. 2018. “Kecamatan kuala Jambi dalam angka
2018”.Tanjung Jabung Timur: BPS Tanjung Jabung Timur.
Endaswara, Suwardi. 2006.Metode, Teori, Teknik Penelitian
Kebudayaan.Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
. 2006. Metode Penelitian Kebudayaan. Yokyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Hamdani, Haris. 2013.“ Faktor Penyebab Kemiskinan Nelayan Tradisional
(the factor of powerty causes traditional fisherman)”. Artikel
IlmiahUniversitas Negeri Jember. 2013. Hal.01-08.
Kasiono. 2018. ”Potensi Usaha Dan Pendidikan Kecakapan Hidup
Berbasis Budaya (Mata Pencaharian) Suku Anak Dalam”. Jurnal
Ilmiah Dikdaya.2018.Vol 1. No.1. Hal. 83-87. Jambi: Universitas
Batanghari.
Keesing, Roger M.1992. Antropologi Budaya( Suatu Perspektif
Kontenporer: Edisi 2).Jakarta: Erlangga.
Koenjaraningrat. 2002. Pengantar Antropologi: Pokok- Pokok
Etnografi.Jakarta: Rineka Cipta.
.1998. Metode-Metode Penelitian Masyarakat Yogyakarta: Gramedia.
. 2009, Pengantar Antropologi.Jakarta: PT Rineka Cipta.
. 1996. Pengantar Antropogi I. Jakarta; PT rineka cipta
66
.1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Moleong, Lexy J. 2005.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Moore,Helen A, dan Jane C. Ollenburger. 2002.Sosiologi Wanita.Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Mukhtar.2010.Bimbingan Skripsi, Tesis dan artikel Ilmiah. Jakarta:Gaung
Persada Press.
Nuraini. 2014.Sistem Mata Pencaharian Suku Duanu Di Kelurahan
Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung
Timur.Skripsi.Universitas Islam Negeri Sultan Thaha
Saifuddin.Jambi.
Purwanto, Hari. 2002. Kebudayan Dan Lingkungan.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Rero, Dentiana. 2015.“Peran Tenaga Kerja Wanita Dalam Memenuhi
Kebutuhan Ekonomi Di Desa Ondoriwoy Kecamatan Pulau Ende
Kabupaten Ende”.Jurnal Saung Guru. Desember 2015.Vol.7.No.3.
Hal.139-202.
Rozelin, Diana dan Mailinar. 2019.Proto Language And Assimilation Of
Duano Ethnic At Sabak Regency. Penelitian.Universitas Islam
Negeri Sultan Thaha Saifuddin.Jambi.
Rusni. 2015. “Geneologi Gendar Pada Perempuan Pembuat Ikan
Kering”.Jurnal Equilibrium. Mei 2015.Vol 3. No 1.Hal.95-105.
Saebani, Beni Ahmad. 2012.Pengantar Antropologi. Bandung: Pustaka
Setia.
67
Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Sugiono. 2017.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Tim penyusun. 2008.Kamus Pusat Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa.
Tim Penyusun. 2018. Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi Fakultas
Adab Dan Humaniora.Jambi: Uin Sts Jambi.
Utamaningsih, Alifiulahtin. 2017. Gender Dan Wanita Karir. Malang: UB
Press.
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)
Judul Skripsi : “Perubahan Sistem Mata Pencaharian Perempuan Suku
Duano Di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala
Jambi”.
A. Observasi
1. Mengamati Rutinitas Masyarakat Suku Duano
2. Mengamati pekerjaan perempuan Suku Duano
B. Wawancara
a. Wawancara Kepala Kelurahan Tanjung Solok
1. Bagaimana sejarah Kelurahan Tanjung Solok ?
b. Wawancara Ketua Adat Suku Duano Di Kelurahan Tanjung Solok
1. Seperti apa sejarah dan asal usul dari Suku Duano ?
2. Seperti apa kehidupan dari Suku Duano dahulu ?
3. Apa pekerjaan perempuan Suku Duano dahulu ?
4. Apa yang menyebabkan perempuan Suku Duano bekerja sebagai
nelayan ?
5. Apa yang menyebabkan perempuan Suku Duano tidak lagi bekerja
sebagai nelayan ?
c. Wawancara Perempuan Suku Duano
1. Apa pekerjaan perempuan Suku Duano dahulu ?
2. Apa yang menjadi alasan mak/ ayuk memilih menjadi nelayan ?
3. Bagaimana cara mak/ayuk bekerja sebagai nelayan ?
4. Apa penyebab mak/ ayuk tidak lagi bekerja sebagai nelayan ?
5. Adakah dampak dari perubahan pekerjaan dari yang dulu sebagai
nelayan sekarang tidak ?
6. Apa dampak dari perubahan mata pencaharian ?
C. Dokumentasi
1. Foto-foto
2. Arsip Kelurahan
3. Arsip RT
Daftar Informan
1. Nama : A. Rasyid
Pekerjaan : Lurah Tanjung Solok
2. Nama : Asri Tara
Pekerjaan : Ketua Adat Suku Duano
3. Nama : Mak Ati
Pekerjaan : tukang pijit/ IRT
Umur : 48 tahun
4. Nama : Yuk Lena
Pekerjaan : pedagang / IRT
5. Nama : Yuk Sinta
Pekerjaan : Pedagang / IRT
6. Nama : Yuk Cici
Pekerjaan : Asisten Rumah Tangga
7. Nama : Yuk Gibuk
Pekerjaan : Pedagang / IRT
8. Nama : Siti Fatimah
Pekerjaan : IRT
9. Nama : Linda
Pekerjaan : IRT
LAMPIRAN
wawancara ketua adat Suku Duano
Sungai Batanghari di Kelurahan Tanjung Solok
wawancara dengan Mak Ati
wawancara dengan Yuk Lena
Wawacara dengan Mak Ati
pemukiman Suku Duano di Kelurahan Tanjung Solok
Lorong masuk ke pemukinan Suku Duano
kegiatan perdagangan yang dilakukan masyarakat Suku Duano
kegiatan pijat yang dilakukan Mak Ati
betting sumbun Tanjung Solok/ Kampung Laut
Keadaan betting ketika air pasang
Kegiatan mencari sumbun
CURRICULUM VITAE
Nama : Indar Desi Nurhasana
Tempat / Tanggal lahir : Kp. Laut, 14 Desember 1997
NIM :AS 160950
Fakultas : Adab dan Humaniora
Jurusan : Sejarah Peradaban Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Nama Ayah : Dahlur
Nama Ibu : Indo’ Hasnawati
Anak Ke : 1 dari 3 bersaudara
Alamat Asal : JL. Batanghari, RT05, Kelurahan Tanjung Solok,
Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Provinsi Jambi
Alamat Sekarang : JL. Asparagus, blok Y, RT 05, Perum Mendalo
Asri, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten
Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
Jenjang Pendidikan
Tahun 2004-2010 : SDN 03/X Tanjung Jabung Timur
Tahun 2010-2013 : SMPN7/X Tanjung Jabung Timur
Tahun 2013-2016 :SMAN9/X Tanjung Jabung Timur
Tahun 2016-2020 : UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi