9
Antibodi ANTIBODI A. DEFINISI Antibodi atau imunoglobulin (Ig) adalah golongan protein yang dibentuk sel plasma (proliferasi sel B) setelah terjadi kontak dengan antigen. Antibodi ditemukan dalam serum dan jaringan dan mengikat antigen secara spesifik. Bila serum protein dipisahkan secara elektroforetik, Ig ditemukan terbanyak dalam fraksi globulin g meskipun ada beberapa yang ditemukan juga dalam fraksi globulin a dan b. B. SIFAT DAN KESPESIFIKAN ANTIBODI Sifat Antibodi. Antobodi adalah gamma glabulin yang dinamakan immunoglobulin, dan mempunyai berat molekul 150.000 dan 900.000. Semua immunoglobulin terdiri dari gabungan rantai polipeptida ringan dan berat. Sebagian besar immunoglobulin merupakan gabungan dua rantai ringan dan dua rantai berat, seperti dilukiskan dalam gambar 6-2. Walaupun demikian, beberapa immunoglobulin mempunyai gabungan lebih dari dua rantai ringan dan dua rantai berat, sehingga merupakan immunoglobulin dengan berat molekul yang jauh lebih besar. Dalam semua hal tersebut, tiap- tiap rantai berat pada salah satu ujungnya sejajar dengan rantai ringan, sehingga membentuk pasangan rantai ringan- berat, dan dalam tiap-tiap molekul immunoglobulin paling sedikt terdapat dua pasangan seperti ini. Kelompok 3 Page 1

ANTIBODI.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Antibodi

Antibodi

ANTIBODI

A. DEFINISIAntibodi atau imunoglobulin (Ig) adalah golongan protein yang dibentuk sel plasma (proliferasi sel B) setelah terjadi kontak dengan antigen. Antibodi ditemukan dalam serum dan jaringan dan mengikat antigen secara spesifik. Bila serum protein dipisahkan secara elektroforetik, Ig ditemukan terbanyak dalam fraksi globulin g meskipun ada beberapa yang ditemukan juga dalam fraksi globulin a dan b.

B. SIFAT DAN KESPESIFIKAN ANTIBODISifat Antibodi. Antobodi adalah gamma glabulin yang dinamakan immunoglobulin, dan mempunyai berat molekul 150.000 dan 900.000.Semua immunoglobulin terdiri dari gabungan rantai polipeptida ringan dan berat. Sebagian besar immunoglobulin merupakan gabungan dua rantai ringan dan dua rantai berat, seperti dilukiskan dalam gambar 6-2. Walaupun demikian, beberapa immunoglobulin mempunyai gabungan lebih dari dua rantai ringan dan dua rantai berat, sehingga merupakan immunoglobulin dengan berat molekul yang jauh lebih besar. Dalam semua hal tersebut, tiap-tiap rantai berat pada salah satu ujungnya sejajar dengan rantai ringan, sehingga membentuk pasangan rantai ringan-berat, dan dalam tiap-tiap molekul immunoglobulin paling sedikt terdapat dua pasangan seperti ini. Gambar 6-2 menunjukkan ujung dari tiap-tiap rantai ringan dan berat yang dinamakan bagian variabel dan bagian lain dari tiap-tiap rantai dinamakan bagian konstan. Bagian variabel berbeda untuk setiap antibodi spesifik, dan merupakan bagian yang memungkinkan antibodi secara spesifik menyerang antigen jenis tertentu. Kespesifikan Antibodi. Tiap-tiap antibodi yang spesifik untuk antigen tertentu mempunyai susunan residu asam amino yang tidak sama pada bagian variabel rantai berat dan rantai ringan. Untuk setiap antigen spesifik mempunyai susunan residu asam amino yang bentuk ruangnya spesifik sehingga bila antigen berikatan dengan antibodi, rantai prostetik antigen sesuai dengan bayangan cermin. Hal ini memungkinkan adanya ikatan kimia atau fisik yang cepat dan kuat antara antigen dan antibodi.Perhatiakan khususnya pada gambar 6-2 bahwa terdapat dua tempat variabel pada antibodi untuk perlekatan antigen. Jadi, sebagian besar antibodi bervalensi dua. Akan tetapi, sebagian kecil antibodi, yang merupakan ikatan berat molekul tinggi dari rantai berat dan rantai ringan mempunyai lebih dari dua tempat reaktif.

C. PEMBENTUKAN ANTIBODI Antibodi dibentuk dengan seleksi klon. Tiap orang mempunyai banyak sel limfosit B (sekitar 109 )yang masa hidupnya beberapa hari atau beberapa minggu, dan dibentuk dalam jaringan limfoid yang berhubungan dengan usus (misalnya tonsil atau apendik). Sel B memiliki molekul immunoglobulin (105/sel) pada permukaannya. Immunoglobulin ini bertindak sebagai reseptor bagi antigen khusus, sehingga tiap sel B dapat memberi renspons terhadap satu antigen saja atau terhadap kelompok antigen yang berkaitan erat. Semua sel B yang belum matang membawa immunoglobulin IgM pada permukaannya, dan kebanyakan juga membawa IgD. Sel B juga mempunyai reseptor permukaan untuk bagian Fc dari immunoglobulin dan untuk beberapa komponen komplemen. Antigen berinteraksi dengan limfosit B yang paling cocok berdasarkan reseptor immunoglobulin pada permukaannya. Antigen itu terikat pada reseptor, dan sel B dirangsang untuk membelah dan membentuk suatu klon. Sel B yang terseleksi itu segera menjadi sel plasma dan mengeluarkan antibodi. Karena tiap orang dapat membuat 107 108 molekul antibodi yang berbeda., pada permukaan sel B terdapat tempat untuk mengikat antigen yang cocok untuk hampir semua penentu antigen. Langkah awal untuk pembentukan antibodi adalah fagositosis antigen, umumnya oleh makrofag yang memproses dan membawa antigen ke sel B, sel T penolong , atau keduanya.sel yang membawa immunoglobulin permukaan yang cocok dengan antigen dirangsang untuk membelah diri dan berdiferensiasi menjadi sel plasma., yang membentuk protein antibodi khusus. Sel plasma mensistesis kelas immunoglobulin yang sama (yakni kelas rantai H yang sama, dan kelas rantai L yang sama kecuali isotope) yang dibwah oleh sel prekursor B. sel plasma dapat berubah menjadi limfosit kecil dengan masa hidup yang lama, yang bertindak sebagai sel memori B.

D. MEKANISME KERJA ANTIBODIAntibodi dapat bekerja melalui 3 macam jalan untuk melindungi tubuh terhadap agen penginvasi : (1) dengan langsung menyerang penginvasi, (2) dengan mengaktifan sistem komplemen yang kemudian menghancurkan penginvasi, atau (3) dengan mengaktifkan sistem anafilaktif yang mengubah lingkungan sekitar antigen penginvasi dan dengan cara ini mungkin mencegah virulensinya. Kerja Langsung Antibodi Pada Agen Penginvasi. Karena sifat antibodi yang bervalensi dua, dan tempat-tempat antigen yang multipel pada sebagian besar agen penginvasi, antibodi dapat mentak-aktifkan agen penginvasi dengan salah satu jalan berikut : 1. Aglutinasi tempat agen antigenik multipel terikat bersama- sama dalam suatu gumpalan 2. Presipitasi tempat kompleks antigen yang larut antibody menjadi tidak larut dan mengalami presipitasi. 3. Netralisasi tempat antibody meliputi tempat-tempat toksik agen antigenic. 4. Lisis tempat sebagian antibodi yang sangat berat mampu langsung menyerang membrane agen seluler, dan menyebabkan pecahnya sel. Akan tetapi, kerja langsung antibodi menyerang penginvasi antigenik dalam keadaan normal mungkin tidak cukup kuat untuk memegang peranan utama dalam melindungi tubuh terhadap penginvasi. Sebagian besar pertahanan mungkin berasal dari efek penguatan komplemen dan system efektor anafilaktik yang dijelaskan di bawah. Sistem Komplemen untuk Kerja Antibodi. komplemen Sembilan prazat enzim adalah suatu sistem berbeda (dinyatakan sebagai C-1 sampai C-9) ditambah beberapa senyawa penyerta lain yang normal ditemukan dalam plasma dan cairan tubuh lainnya. Tetapi dalam keadaan normal enzim-enzim juga tak aktif. Akan tetapi, bila antibodi berikatan dengan suatu antigen, tempat reaktif pada bagian konstan antibodi menjadi terbuka atau diaktivasi dan kemudian ini disusun menjdi gerakan kaskade ieaksi berturutan dalam sitem komplemen yang dilukiskan dalam gambar 6-3. Enzim yang diaktifkan kemudian menyerang agen penginvasi dengan beberapa cara seperti mengawali reaksi lokal jaringan yang memberikan perlindungan terhadap kerusakan oleh penginvasi. Diantara efek-efek yang terjadi, yang lebih penting adalah sebagai berikut : 1. Lisis. Enzim-enzim proteolitik sistem komplemen mencernakan bagian-bagian membran sel menyebabkan pecahnya agen seluler seperti bakteri atau sel penginvasi jenis lainnya.2. Opsonisasi dan Fagositosi. Enzim-enzim komplemen menyerang permukaan bakteri atau antigen lain, mengakibatkan mereka sangat peka terhadap fagositosis leh neutrofil dan makrodag jaringan. Proses ini dinamakan opsonisasi. Opsonisasi sering meningkatkan jumlah bakteri yang dapat dihancurkan mencapai beratus-ratus kali. 3. Kemotaksis. Satu atau lebih dari hasil komplemen menyebabkan kemotaksis neutrofil dan makrofag sehingga sangat meningkatkan jumlah fagosit dalam daerah sekitar agen antigenik.4. Aglutinasi. Enzim-enzim komplemen juga mengubah permukaan beberapa agen antigenik sehingga mereka saling melekat satu sama lain, menyebabkan aglutinasi. 5. Netralisasi Virus. Enzim-enzim komplemen sering menyerang struktur molekuler virus dan karena itu membuat mereka nonvirulen. 6. Efek peradangan. Produk komplemen yang menimbulkan reaksi peradangan lokal, mengakibatkan hyperemia, koagulasi protein dalam jaringan, dan aspek lain proses peradangan, jadi mencegah pergerakan agen penginvasi melalui jaringan. Pengaktifan Sistem Anafilaktik oleh Antibodi. Beberapa antibodi, melekat pada membran sel dalam jaringan dan darah. Di antara sel yang paling penting adalah sel mast dalam jaringan sekitar pembuluh-pembuluh darah dan basofil yang beredar dalam darah. Bila antigen bereaksi dengan salah satu molekul antibodi yang melekat pada sel, sel segera membengkak dan kemudian sel pecah, disertai pengeluaran sejumlah besar factor yang mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Factor demikian terutama meliputi histamin tetapi juga senyawa lain yang menyebabkan reaksi peradangan local. Sebaliknya efek ini dipercaya membentuk immobilisasi antigen penginvasi.

E. KELAS IMUNOGLOBULINAda 2 jenis rantai ringan (kappa dan lambda) yang terdiri atas 230 asam amino serta 5 jenis rantai berat yang tergantung pada kelima jenis immunoglobulin, yaitu IgM, IgG, IgE, IgA dan IgD. IgD IgD merupakan komponen utama (terbanyak) immunoglobulin serum, dengan berat molekul 160.000. kadarnya dalam serum sekitar 13 mg/ml merupakan 75% dari semua Ig. IgD ditemukan juga dalam berbagai cairan lain antaranya cairan saraf sentaral (CSF) dan juga urin. IgD dapat menembus plasenta dan masuk ke janin dan berperan pada imunitas bayi sampai umur 6-9 bulan. IgD dapat mengaktifkan komplemen, meningkatkan pertahanan badan melalui opsonisasi dan reaksi imflamasi. IgD mempunyai sifat opsonin yang efektif oleh karena monosit dan makrofag memiliki reseptor untuk fraksi Fc dari IgD yang dapat mempererat hubungan antara fagosit dengan sel sasaran. Selanjutnya opsonisasi dibantu reseptor untuk komplemen pada permukaan fagosit. IgD terdiri atas 4 subkelas yaitu Ig1, Ig2, Ig3, dan Ig4. Ig4 dapat diikat oleh sel mast dan basofil. IgAIgA ditemukan dalam jumlah sedikit dalam serum, tetapi kadarnaya dalm cairan sekresi saluran nafas, saluran cerna, saluran kemih, air mata, keringat, ludah, dan kolostrum lebih tinggi sebagai IgA sekretori (sIgA). baik IgA dalam serum maupun dalam sekresi dapat menetralisir toksin atau virus atau mencegah kontak antara toksin/ virus dengan alat sasaran. sIgA diproduksi lebih dulu dari pada IgA dalam serum dan tidak menembus plasenta. sIgA melindungi tubuh dari patogen oleh karena dapat bereaksi dengan molekul adhesi dari patogen potensial sehingga mencegah adherens dan kolonisasi pathogen tersebut dalam sel pejamu. IgA juga bekerja sebagai opsonin, oleh karena neutrofil, monosit dan makrofag memiliki reseptor untuk Fca (Fca-R) sehingga dapat meningkatkan efek bakteriolitik komplemen dan menetralisir toksin. IgA juga diduga berperan pada imunitas cacing pita. IgM IgM (M berasal dari macroglobulin) mempunyai rumus bangun pantamer dan merupakan Ig terbesar. Kebanyakan sel B mengandung IgM pada permukaanya sebagai reseptor antigen. IgM dibentuk lebih dahulu pada respons imun primer tetapi tidak berlangsung lama, karena itu kadar IgM yang tinggi merupakan tanda adanya infeksi dini. Bayi yang baru dilahirkan hanya mempunyai IgM 10% dari kadar IgM dewasa oleh karena IgM tidak menembus plasenta. Fetus umur 12 mingggu sudah dapat membentuk IgM bila sel B yang dirangsang oleh infeksi intrauterine seperti sifilis kongenital, rubela, toksoplasmosis dan virus sitomegalo. Kadar IgM anak mencapai kadar IgM dewasa pada usia satu tahun. Kebanyakan antibodi alamiah seperti isoaglutinin, golongan darah AB, antibody heterofil adalah IgM. IgM da[pat mencegah gerakan mikroorganisme pathogen, memudahkan fagositosis dan merupakan aglutinator kuat terhadap butir antigen. IgM juga merupakan antibodi yang dapat mengikat komplemen dengan kuat dan tidak menembus plasenta. IgDIgD ditemukan dengan kadar yang sangat rendah dalam darah (1% dari total immunoglobulin dalam serum). IgD tidak mengikat komplemen, mempunyai aktivitas antibodi terhadap antigen berbagai makanan dan autoantigen seperti nukleus. Selanjutnya IgD ditemukan bersama IgM pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen pada aktivitas sel B. IgE IgE ditemukan dalam serum dalam jumlah yamg sangat sedikit. IgE mudah diikat mastosit, basofil, eosinofil, makrofag dan trombosit yang pada permukaannya memiliki reseptor untuk fraksi Fc dari IgE. IgE di bentuk juga setempat oleh sel plasma dalam selaput lendir saluran nafas dan cerna. Kadar IgE serum yang tinggi ditemukan pada alergi, infeksi cacing, skistosomiasis, penyakit hidatid, trikinosis. Kecuali pada alergi, IgE diduga juga berperan pada imunitas parasit . IgE pada alergi dikenal sebagai antibody regain. Kelompok 3Page 6