17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian burner banyak di jumpai di industri, baik sebagai pengering ataupun pemanas. Burner yang paling sering dijumpai sekarang ini adalah burner berbahan bakar cair (oil fuel), dan pada umumnya memakai minyak solar sebagai bahan bakar. Pemakaian minyak solar sebagai bahan bakar pada burner kurang ekonomis, dikarenakan harga minyak solar yang semakin naik. Ini membuat ongkos produksi juga semakin naik seiring kenaikan bahan bakar. Penghematan ongkos produksi dapat dilakukan dengan pemakaian bahan bakar yang lebih murah, misalnya MFO, masalah yang timbul pada pemakaian bahan bakar ini adalah viskositasnya yang terlalu tinggi, oleh karena itu diperlukan pemanasan yang cukup tinggi (sekitar 100°C) untuk menurunkan viskositas sebelum proses pembakaran pada burner. Sehingga perlu dilakukan instalasi tambahan pada burner. Untuk menghindari hal tersebut dapat dilakukan dengan memakai bahan bakar yang lebih bagus dari MFO namun dibawah kwalitas solar,

antah barantah 5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hhjhj

Citation preview

Page 1: antah barantah 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemakaian burner banyak di jumpai di industri, baik sebagai

pengering ataupun pemanas. Burner yang paling sering dijumpai

sekarang ini adalah burner berbahan bakar cair (oil fuel), dan

pada umumnya memakai minyak solar sebagai bahan bakar.

Pemakaian minyak solar sebagai bahan bakar pada burner kurang

ekonomis, dikarenakan harga minyak solar yang semakin naik.

Ini membuat ongkos produksi juga semakin naik seiring kenaikan

bahan bakar.

Penghematan ongkos produksi dapat dilakukan dengan

pemakaian bahan bakar yang lebih murah, misalnya MFO,

masalah yang timbul pada pemakaian bahan bakar ini adalah

viskositasnya yang terlalu tinggi, oleh karena itu diperlukan

pemanasan yang cukup tinggi (sekitar 100°C) untuk menurunkan

viskositas sebelum proses pembakaran pada burner. Sehingga

perlu dilakukan instalasi tambahan pada burner. Untuk

menghindari hal tersebut dapat dilakukan dengan memakai bahan

bakar yang lebih bagus dari MFO namun dibawah kwalitas solar,

misalnya ASTM D975-4D atau diesel fuel grade 4.

Spesifikasi bahan bakar seperti ASTM D975-4D di

Indonesia adalah minyak diesel, namun harga minyak diesel

kurang kompetitif dibandingkan dengan minyak solar. Minyak

yang masuk standar ASTM D975-4D mempunyai range

viskositas yang lebar antara 5,5-24 Cst, sementara minyak diesel

Page 2: antah barantah 5

pada range viskositas terendah yaitu 3,75-7,5 Cst, dicoba

membuat variasi minyak diesel, dengan viskositas masih berada

dalam range dari ASTM D975-4D. Variasi minyak diesel ini

dibuat dengan mencampur MFO-minyak solar, dapat dipastikan

minyak campuran ini mempunyai properties yang berbeda dengan

minyak solar sehingga akan mempengaruhi kualitas dari

semprotan dan pembakaran pada oil burner.

Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

seberapa besar perbedaaan properties dan pengaruhnya terhadap

karakteristik semprotan serta pembakaran antara bahan bakar

alternatif dengan minyak solar sebagai pembandingnya. Oleh

karena itu dalam tugas akhir ini dilakukan studi eksperimental

pengaruh komposisi MFO-minyak solar terhadap perubahan

karakteristik semprotan dan pembakaran.

1.2 Perumusan Masalah

Dilakukan pencampuran antara MFO dengan minyak solar

untuk menghasilkan bahan bakar alternatif yang lebih ekonomis.

Campuran antara MFO-minyak solar akan mengacu pada Diesel

fuels grade 4 (ASTM 975-4D), dimana ASTM 975-4D

mempunyai viskositas 5,5-24 Cst. Sedangkan minyak solar

viskositasnya 2-5 Cst dan MFO viskositasnya 108-337,5 Cst.

Dipakai minyak solar sebagai pembanding dalam pengujian

bahan bakar ini.

Perbedaan properties, seperti: tegangan permukaan,

viskositas, dan densitas antara minyak solar dengan minyak

campuran akan mempengaruhi kualitas dari hasil semprotan serta

Page 3: antah barantah 5

nyala api pada masing-masing bahan bakar.

Untuk itu dilakukan pengujian properties dan pengujian

semprotan dengan memvariasikan tekanan injeksi serta

pembakaran secara eksperimen pada minyak campuran dan

minyak solar.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendapatkan campuran MFO dan minyak solar dengan

komposisi tertentu dengan mengacu pada batasan viskositas

dari ASTM D975-4D sebagai bahan bakar alternatif untuk oil

burner (tanpa modifikasi pemanas pada oil burner).

2. Mendapatkan properties dari minyak campuran meliputi :

viskositas, densitas, tegangan permukaan, flash point dan

nilai kalo 3. Membandingkan data karakteristik semprotan minyak solar

dengan minyak campuran.

4. Membandingkan data pembakaran minyak solar dengan

minyak campuran.

1.4 Batasan Masalah

1. Minyak campuran (MFO+minyak solar) mengacu pada

spesifikasi ASTM 975 – 4D.

2. Bahan bakar yang diuji adalah campuran minyak solar

dengan MFO yang memiliki viskositas maksimal 12 Cst,

sesuai dengan spek pompa burner untuk bahan bakar

viskositas rendah.

3. Bahan bakar yang digunakan sebagai parameter pembanding

adalah minyak solar.

Page 4: antah barantah 5

4. Untuk meminimal variasi perbedaan bahan bakar, maka

minyak solar dibeli pada SPBU pasti pas, MFO (ex Cilacap)

didapat dari Pertamina.

5. Memakai nozzle burner dengan throughput 5.00 US gal/h

(pada p=100psi), sudut semprotan 45

o

semi solid.

6. Dengan prosedur pencampuran yang sama diasumsikan

campuran MFO-minyak solar sudah homogen.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan menjadi informasi

yang berguna mengenai pembakaran pada oil burner, dan juga

bahan bakar campuran MFO dengan minyak solar dapat

digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar

minyak solar dalam penggunaannya pada oil burner

1.6 Sistematika Laporan

Adapun sistematika penulisan laporan yang meliputi

beberapa bab yang menjadi pokok pembahasan adalah sebagai

berikut :

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalahan,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika laporan.

Bab II Dasar Teori

Bab ini berisi tentang dasar teori dan literatur-literatur yang

menunjang analisa pembahasan penelitian ini.

Page 5: antah barantah 5

Bab III Metode Penelitan dan Percobaan

Bab ini menguraikan metode penelitian, spesifikasi peralatan

yang akan dipakai dalam penelitian, prosedur penelitian, serta

pengambilan data.

Bab IV Data dan Pengolahan Data

Bab ini berisi tentang data-data selama penelitian dan

pengolahannya.

Bab V Analisa dan Diskusi

Bab ini berisi tentang analisa grafik dan hasil diskusi dari

pengujian yang telah dilakukan.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang perumusan akhir dari penelitian yang telah

dilakukan berupa kesimpulan dan saran.

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7351-2106100508-bab1.pdf

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan (PKL) Praktek kerja lapangan merupakan salah satu kurikulum yang harus ditempuh oleh mahasiswa PUSDIKPAR OMBILIN SAWAHLUNTO. Selain untuk memenuhi kewajiban Akademik, diharapkan kegiatan tersebut dapat menjadi jembatan penghubung antara dunia indusri dengan dunia pendidikan serta dapat menambah pengetahuan tentang dunia indusri sehingga mahasiswa mampu mengatasi persaingan di dunia kerja. Mengingat mutu pendidikan telah menjadi sorotan di mata dunia pendidikan baik dari dalam maupun luar negeri demi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu membuat dunia menjadi lebih maju dan menjadikannya kehidupan yang lebih baik. Dalam rangka pengembangan dan peningkatan kegiatan mahasiswa dimasyarakat diperlukan adanya suatu kegiatan yang bertujuan untuk melatih dan mendidik mahasiswa, diantaranya kegiatan yang sangat membangun mahasiswa diadakannya Praktek Kerja Lapangan (PKL). Praktek kerja lapangan merupakan suatu kegiatan kerja mahasiswa yang ditempatkan pada suatu tempat yang berkaiatan dengan bidang ilmu yang ditempuhnya dalam waktu tertentu. Selain itu, praktek kerja lapangan yang dilakukan dapat membantu mahasiswa agar lebih memahami bidang studi yang di tekuninya dan mendapatkan gambaran nyata pengimplementasian ilmunya di dunia nyata. Mahasiswa akan belajar mengatasi kesenjangan antara teori yang didapatkan di bangku kuliah dengan permasalahan di

Page 6: antah barantah 5

lapangan sebenarnya, yang memerlukan teknologi informasi untuk mendapatkan jalan keluarnya. Dengan adanya hubungan kerja sama dari pihak Hotel Nikita Bukittinggi selaku penyedia sarana dan prasaran, yang telah mengizinkan atau memperolehkan mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Hotel Nikita Bukittinggi.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan sebagai berikut:

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)

1. Manfaat bagi Mahasiswa a. Dengan mengikuti praktek kerja lapangan, mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Hard Skill dan soft skillnya. b. Mampu melihat hubungan antara dunia kerja dan dunia pendidikan. c. Mampu menggunakan pengalaman kerjanya untuk mendapatkan kesempatan kerja yang diinginkan setelah menyelesaikan kuliahnya. d. Dan juga sebagai pengalaman kerja awal buat mahasiswa sebelum terjun langsung ke dunia kerja yang nyata dan wadah untuk menjalin kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan dengan pihak instansi yang terkait. 2. Manfaat bagi Akademik a. Dengan pelaksanaan praktek kerja lapangan, sekolah mampu meningkatkan hubungan kemitrian dengan perusahaan. b. Mampu mengembangkan program kemitraan lainnya, seperti pertukaran pakar. c. Mempu merelevansikan kurikulum mata kuliah dengan kebutuhan dunia kerja. 3. Manfaat bagi Perusahaan a. Dengan pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL), diharapkan perusahaan mampu meningkatkan hubungan kemitraan dengan perguruan tinggi. b. Mampu melihat kemampuan potensial yanng dimiliki mahasiswa peserta Praktek Kerja Lapangan (PKL), sehingga akan lebih mudah untuk perencanaan peningkatan di bidang Sumber Daya Manusia (SDM). c. Dan sebagai wadah penyerapan karyawan atau tenaga kerja. 1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan penulis, yaitu tanggal 18 Februari 2010 sampai dengan 12 Juni 2010, bertempat di Nikita Hotel Bukittinggi.

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Lingkup Kerja Praktek Kerja Lapangan Di dalam pelaksanaan PKL penulis melaksanakan kerja lapangan selama lebik kurang 4 bulan pertama pada bagian Housekeeping sebagai Room Attendent dan 2 bulan berikutnya di Food and Beverage Service sebagi Waiter di restoran Nikita Resto. Dalam masa pengenalan kerja kurang lebih satu minggu, sebelumnya penulis mendapatkan pelatihan dan diberikan petunjuk penggunaan metode kerja yang benar sesuai standard opersionan procedure yang berlaku di Hotel Nikita Bukittinggi oleh Assisten Manager Housekeeping. Kemudian untuk dua minggu pertama penulis melaksanakan pekerjaan dengan menjasi helper atau ikut dengan senior dan setelah dua minggu penulis dipercayakan untuk mengerjakan pekerjaan sendiri pada bagian Food and Beverage.. 3.2 Kegiatan Operasional Pelaksanaan operasional Room Attendent Housekeeping Departement di Hotel Nikita Bukittinggi terbagi atas dua shift yaitu: Morning shift : 07:00-15:00 Afternoon shift : 15:00-21:00

Page 7: antah barantah 5

Sedangkan pelaksanaan opersional di restoran Nikita Resto terbagi atas 3 shift, yaitu: Morning shift : 07:00-15:00 Afternoon shift : 15:00-21:00 Night shift : 23:00-07:00 Jam kerja di Hotel Nikita Bukittinggi memberikan 1 hari libur dan 6 hari kerja dan mendapatkan libur di hari-hari besar. Kemudian apabila bekerja melebihi jam kerja yaitu lebih dari 8 jam diberikan layanan lembur sedangkan untuk housekeeping tidak diberikan bayaran lembur menurut waktu tetapi di kalkulasikan dengan jumlah kamar yaitu apabila lebih dari 16 kamar dan untuk Orchid Room 14 kamar. 3.3 Tugas dan tanggung Jawab a Room attendant Morning shift • 15 menit sebelum harus sudah siap di Housekeeping office untuk tanda tangan di present list • mengambil Housekeeping Task Sheet • Briefing • memeriksa pembagian tugas dan kamar-kamar yang handle with care di Housekeeping Task Sheet • mengambil master key A • Packing Trolley • Mulai bekerja membersihka kamar tamu sesuai standar yang telah ditentukan. Afternoon shift • 15 menit sebelum harus sudah siap di Housekeeping office untuk tanda tangan di Present List • Membantu membersihkan sisa kamar sebanyak 5 kamar yang belum dibersihkan oleh Morning Shift. • Pada jam 18.00 Briefing • Memeriksa pembagian tugas dan kamar-kamar VIP yang handle with care • Mengambil master key B • Mulai bekerja mempersiapkan kamar tamu pada malam hari atau Turn down service b Restorant Nikita Resto Morning Shift • Melayani tamu yang sedang breakfast • Menawarkan dan menuangkan kopi dan teh kepada tamu • Membersihkan piring-piring dan cultery yang sudah digunakan • Membersihkan dengan segera meja yang sudah digunakan • Menset kembali meja dengan segera • Mensetting meha yang sudah di pesan untuk lunch • Menseting buffe untuk lunch • Melayani tamu yang sedang lunch baik buffet ataupun ala carte Afternoon Shift • Mempersiapkan untuk dinner, seperti melipat napkin, wiping cultery • Mensetting buffet untuk dinner • Mensetting meja yang sudah di pesan untuk dinner • Melayani tamu yang sedang dinner • Pouring water • Membersihkan piring-piring dan cultery Night Shift • Melayani room service pada tengah malam • Melayani tamu yang sedang supper • Mempersiapkan untuk breakfast • Mensetting meja untuk breakfast • Mensetting buffer untuk breakfast 3.4 Permasalahan Yang Ditemukan Selama penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Hotel Nikita Bukittinggi, permasalahan yang ditemukan cukup banyak, dapat ditinjau dari aspek organisasi, aspek personalia, aspek operasioanal. Aspek Organisasi Jika ditinjau dari aspek organisasi, hambatan yang dialamu penulis selama melaksanakan PKL yaitu masih kurangnya kerjasama antara satu departemen dengan departemen lainnya maupun antara satu section dengan section lainnya, yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan dalam operasional. Aspek Personalia Kurangnya jumlah karyawan, yang kadag-kadang pada saat tingkat hunian atau occupancy tinggi terpaksa harus mengandalkan para trainee untuk bekerja lembur atau kerja separuh waktu di seluruh section baik di Housekeepinh maupun di Service. Kurang harmonisnya hubungan didalam organisasi Housekeeping yang selalu atasan menekan bawahan sehingga banyak bawahan yang memundurkan diri Aspek Operasional Perlatan yang digunakan sering terjadi rusak yan menyebabkan operasional terganggu. Dan juga lambatnya penanganan dari enginering bila ada peralatan yang rusak dirasakan sangat menghambat operasioanal, sering terjadi kekurangan guest supplies, amentities dan cleaning suplies dalam operasional

Page 8: antah barantah 5

Housekeeping dikarenakan penghematan biaya dalam pengadaan barang tersebut sehingga tidak sesuai antara pembelian dengan pemakaian. Sering terjadi keterlambatan dalam pengadaan linen dikarenakan terlambatnya distribusi linen dari laundry oleh linen boy, dan banyaknya karyawan lain yang memikirkan diri sendiri sehingga banyak linen yang disembunyikan sehingga linen menjadi tidak merata penyalurannya. 3.5 Keberhasilan Yang dialami Keberhasilan yang dialami penulis merupakan pengalaman yang sangat berharga selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Hotel Nikita Bukittinggi antara lain : 1. Penulis dapat menerapkan ilmu yang didapat dari kampus untuk operasional di hotel sekaligus mengembangkannya. 2. Penulis dapat lebih memahami dunia kerja nyata yang sebenarnya 3. Penulis dapat mengetahui bagaimana cara membina hubungan baik antara sesama rekan kerja dengan profesional 4. Penulis telah mapu untuk merasa percaya diri dalam melaksanakan semua tugas-tugas yang didelegasikan 5. Penulis mendapat berbagai ilmu yang tidak penulis dapatkan di kampus 6. Minimalnya jumlah karyawan membuat oenulis mempunyai tanggung jwab untuk melaksanakan operasional secara sendiri 7. Penulis dapat lebih tenang dalam memecahkan suatau permasalahan. Semua keberhasilan yang telah didapat penulis akan sangat bermanfaat bagi penulis nanti diterapkan dikampus dan persiapan dalam menghadapi dunia industri kelak. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Selama empat bulan penullis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Hotel Nikita Bukittinggi banyak hal baru yang penulis dapatkan, baik itu dari segi wawasan ataupun keterampilan kerja, adapun beberapa kesimpulan yang dapat penulis tarik dari laporan ini adalah : 1. Kegiatan Praktek Kerja Industri sangatlah penting untuk mempersiapkan mahasiswa yang akan menjadi calon profesional di bidangnya. 2. Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan, penulis banyak mendapatkan ilmu serta wawasan yang baru dalam hal operasional, selain itu juga penulis mengalami kemajuan yang pesat dalam hal kedisiplinan. 3. Tuntutan dunia industri terhadap calon tenaga kerja ataupun siswa yang melakukan program Praktek Kerja Lapangan cukup tinggi baik dari segi skill , knowledge ataupun attitude. 4. Untuk operasional Housekeeping dan Food and Beverage service Hotel Nikita memiliki standar yang cukup baik dilihat dari digunakannya standar operasional procedure dan standar job description oleh seluruh staf. 5. Ilmu yang penulis pelajari di kampus sangatlah berguna dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan 6. Komunikasi yang digunakan dalam operasional Housekeeping dan Service di Hotel Nikita Bukittinggi adalah bahasa Inggris sehingga menambah kemampuan penulis dalam berbahasa Inggris 7. Semua section saling bekerja sama menghadapi event-event tertentu. 8. Mengingat sedikitnyajumlah staf setiap dapartment membuat para siswa training memiliki peranan yang sangat penting. 4.2 Saran Adapun beberapa saran yang dapat penulis sampaikan untuk pihak manajemen Hotel Nikita Bukittinggi dan PUSDIKPAR Ombilin Sawahlunto barangkali dapat berguna, adalah : 1. Sebaiknya pihak hotel bersikap lebih bijak dengan menambah jumlah tenaga kerja, agar tidak mengganggu jalannya operasional sehari-hari dan tercapainya kinerja hasilproduk yang lebih maksimal 2. Alangkah baiknya jam kerja disosialisasikan dengan benar, sehingga tidak terjadi overtime, seolah-olah menajemen hotel memanfaatkan para training para training dalam jalannya operasional pekerjaan 3. PUSDIKPAR Sawahlunto harus lebih

Page 9: antah barantah 5

meningkatkan disiplin semua siswa, mengingat tuntutan dunia industri yang lebih kompeten dewasa ini. 4. PUSDIKPAR Sawahlunto harus dapat meningkatkan skill dan knowledge siswanya, mengingat persaingan yang semakin ketat dengan melengkapi sarana praktek yang lengkap dan berorientasi dengan perkembangan zaman. 5. PUSDIKPAR Sawahlunto mengadakan hubungan kemitraan dan memberikan informasi tentang keunggulan kampus dan mahasiswa dengan industri yang berada di Bukittinggi atau pun daerah lainnya.

Sumber Artikel : http://googel22.blogspot.com/2012/10/contoh-laporan-pkl.html .Copyright Harga HP Terbaru - Under Common Share Alike Atribution.

Sumber Artikel : http://googel22.blogspot.com/2012/10/contoh-laporan-pkl.html .Copyright Harga HP Terbaru - Under Common Share Alike Atribution.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Solar merupakan jenis bahan bakar yang paling banyak

dikonsumsi oleh masyarakat untuk keperluan transportasi dan

industri. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian

Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi Lemigas telah

diinformasikan bahwa cadangan minyak bumi Indonesia hanya

tersisa 6 milliar barrel dan diproduksi sebanyak 1 juta barrel per

hari yang diperkirakan bakal habis dalam kurun waktu 12 tahun

kedepan. Sehingga bila pada 10 tahun kedepan masih belum

ditemukan cadangan minyak bumi yang baru maka akan terjadi

kenaikan impor minyak mentah yang dapat mengurangi devisa

negara.

Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil

khususnya bahan bakar solar juga melepaskan gas-gas, antara lain

karbon dioksida ( ) CO2

Page 10: antah barantah 5

, nitrogen oksida (NOx) ,dan sulfur

dioksida ( )2

SO yang menyebabkan pencemaran udara. Sehingga

diperlukan upaya untuk meggunakan bahan bakar yang ramah

lingkungan.

Dalam usaha pemerintah dan masyarakat untuk

mengantisipasi semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan

semakin naiknya impor minyak mentah serta semakin

meningkatnya pencemaran udara maka dilakukan upaya

penelitian terhadap bahan bakar alternatif yang diharapkan bisa

dipakai secara luas bagi masyarakat, ramah lingkungan dan

menguntungkan bagi perekonomian negara.

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang dapat

diperbaharuhi dan ramah lingkungan yang terbuat dari minyak

nabati atau hewani yang diubah menjadi bahan bakar mesin diesel

http://eprints.undip.ac.id/25526/1/lengkap.pdf

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Bahan Bakar Diesel

Bahan bakar diesel yang sering disebut solar (light oil) merupakan suatu campuran

hidrokarbon yang diperoleh dari penyulingan minyak mentah pada temperatur 200 oC–340 oC. Minyak solar yang sering digunakan adalah hidrokarbon rantai lurus hetadecene (C16H34) dan alpha-methilnapthalene (Darmanto, 2006).

Sifat-sifat bahan bakar diesel yang mempengaruhi prestasi dari motor diesel antara lain:

Penguapan (volality), residu karbon, viskositas, belerang, abu dan endapan, titik nyala, titik

tuang, sifat korosi, mutu nyala dan cetane number (Mathur, Sharma, 1980).

Page 11: antah barantah 5

a. Penguapan (Volality).

Penguapan dari bahan bakar diesel diukur dengan 90% suhu penyulingan. Ini

adalah suhu dengan 90 % dari contoh minyak yang telah disuling, semakin rendah

suhu ini maka semakin tinggi penguapannya.

b. Residu karbon.

Residu karbon adalah karbon yang tertinggal setelah penguapan dan pembakaran habis

Bahan yang diuapkan dari minyak, diperbolehkan residu karbon maksimum 0,10 %.

c. Viskositas.

Viskositas minyak dinyatakan oleh jumlah detik yang digunakan oleh volume

tertentu dari minyak untuk mengalir melalui lubang dengan diameter kecil tertentu,

semakin rendah jumlah detiknya berarti semakin rendah viskositasnya.

d. Belerang.

Belerang dalam bahan bakar terbakar bersama minyak dan menghasilkan gas

yang sangat korosif yang diembunkan oleh dinding-dinding silinder, terutama ketika

mesin beroperasi dengan beban ringan dan suhu silinder menurun; kandungan belerang

dalam bahan bakar tidak boleh melebihi 0,5 %-1,5 %.

e. Abu dan endapan dalam bahan bakar adalah sumber dari bahan mengeras yang

mengakibatkan keausan mesin. Kandungan abu maksimal yang diijinkan adalah 0,01%

dan endapan 0,05%.

f. Titik nyala.

Titik nyala merupakan suhu yang paling rendah yang harus dicapai dalam pemanasan

minyak untuk menimbulkan uap terbakar sesaat ketika disinggungkan dengan suatu

nyala api. Titik nyala minimum untuk bahan bakar diesel adalah 60

o

C.

g. Titik Tuang

Page 12: antah barantah 5

Titik tuang adalah suhu minyak mulai membeku/berhenti mengalir. Titik tuang

minimum untuk bahan bakar diesel adalah -15

o

C.

h. Sifat korosif.

Bahan bakar minyak tidak boleh mengandung bahan yang bersifat korosif dan tidak

boleh mengandung asam basa.

i. Mutu penyalaan.

Nama ini menyatakan kemampuan bahan bakar untuk menyala ketika diinjeksikan ke

dalam pengisian udara tekan dalam silinder mesin diesel. Suatu bahan bakar dengan

mutu penyalaan yang baik akan siap menyala, dengan sedikit keterlambatan penyalaan

bahan bakar dengan mutu penyalaan yang buruk akan menyala dengan sangat

terlambat. Mutu penyalaan adalah salah satu sifat yang paling penting dari bahan bakar

diesel untuk dipergunakan dalam mesin kecepatan tinggi. Mutu penyalaan bahan bakar

tidak hanya menentukan mudahnya penyalaan dan penstarteran ketika mesin dalam

keadaan dingin tetapi juga jenis pembakaran yang diperoleh dari bahan bakar. Bahan

bakar dengan mutu penyalaan yang baik akan memberikan mutu operasi mesin yang

lebih halus, tidak bising, terutama akan menonjol pada beban ringan.

j. Bilangan Cetana (Cetane Number).

Mutu penyalaan yang diukur dengan indeks yang disebut Cetana. Mesin

dieselmemerlukan bilangan cetana sekitar 50. Bilangan cetana bahan bakar adalah persen volume dari cetana dalam campuran cetana dan alpha-metyl naphthalene.

Cetana mempunyai mutu penyalaaan yang sangat baik dan alpha-metyl naphthalene

mempunyai mutu penyalaaan yang buruk. Bilangan cetana 48

berarti bahan bakar cetana dengan campuran yang terdiri atas 48% cetana dan 52%

alpha- metyl naphthalene.

Page 13: antah barantah 5

mesin diesel yang mengunakan bahan bakar minyak solar banyak

digunakan sebagai pengerak mula atau pembangkit tenaga, mulai dari alat transportasi, alat

pembangkit tenaga listrik hingga sebagai penggerak mula peralatan permesinan.