Upload
jonathan-h-wijaya
View
220
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ANALISIS SOSIAL
Citation preview
Komunitas Sebuku
Keadaan Politik di Komunitas
Komunitas Sebuku 1 merupakan komunitas yang bertujuan untuk mendidik anak-anakl
okal di sekitar area tersebut. Pendidikan yang ditawarkan adalah non-akademik dan informal,
anak-anak diajak belajar bersama tanpa memandang status sosial. Dikatakan non-akademik
karena komunitas ini bukan sebuah tempat les dan anak-anak bisa belajar apapun yang mereka
sukai. Dikatakan informal karena tidak ada kekuasaan atau kewenangan yang berstruktur formal.
Semua orang yang terlibat dalam keberlangsungan komunitas ini memiliki posisi sejajar,
meskipun ada yang menjadi pendiri komunitas (namun tidak ada posisi hierarki). Nama
komunitas Sebuku 1 oleh Dwi Isnaini K. (lebih akrab dipanggil Mbak Nia), selaku pembimbing,
dapat diartikan sebagai Sejuta Buku. Angka 1 berarti ada banyak komunitas Sebuku yang
tersebar di kota atau kabupaten area di dalam ataupun di luar Malang. Komunitas Sebuku 1
bekerja sama dengan Komunitas Bisa Menulis atau yang biasa disebut KBM.
Dalam hal politik, tentulah peraturan menjadi hal utama. Di komunitas ini, terdapat
peraturan dan setiap keputusan diambil secara musyawarah. Jika ada kegiatan, maka antar
komunitas Sebuku akan mengadakan kesepakatan. Kegiatan pembukuan dan anak-anak secara
umum dibicarakan bersama dengan saling bertukar pikiran. Tidak bisa disimpulkan pihak mana
yang paling mendominasi karena sifat komunitas adalah kebersamaan, maka dari itu sharing
menjadi jalan utama untuk mengambil keputusan.
Terkadang Mbak Nia bersama rekan komunitas Mbak Wit mencari solusi bersama untuk
keputusan sulit yang nantinya akan disampaikan pada ketua KBM supaya dapat diambil jalan
terbaik. Adapun peraturan tertulis di Komunitas Sebuku 1, yakni:
“Sadar akan tugas. Selain berkoordinasi, para pembimbing juga menjadi fasilitator dan
saling bahu-membahu dalam berkegiatan.”
Mbak Nia menambahkan contoh, misalnya jika ada kegiatan komunitas maka anak-anak
akan semangat dating dan mau menyediakan waktu. Di kala pembimbing ada sejuta kesibukan
dan urusan lain, pembimbing tidak boleh meninggalkan tanggun gjawab di komunitas sehingga
keberlangsungan komunitas terhenti. Maka dari itu, harus dicari cara agar pembimbing bias
meluangkan waktu, jika memungkinkan pembimbing harus mencari orang lain yang bersedia
menjadi pengganti. Di komunitas ini, kedudukan orang-orang yang bergabung adalah sejajar.
Jika terdapat masalah pribadi antar pembimbing, maka harus diusahakan masalah itu tidak
meluas.
Keadaan Sosial Ekonomi di Komunitas
Komunitas Sebuku satu hanya dijalankan oleh satu orang saja, kesibukan beliau sehari-hari
adalah mengajar di Taman Kanak - kanak, coordinator komunitas kepenulisan di Universitas
Islam Negeri Malang, serta editor sampul buku. Adapun dalam pemenuhan kebutuhan komunitas
Sebuku Satu ini berasal dari berbagai macam sumber. Berdasarkan hasil wawancara, sumber
pemasukan komunitas Sebuku ini berasal dari uang pribadi pengurus komunitas, donator tidak
tetap, serta dari hasil jual barang produksi komunitas. Berdasarkan informasi yang diperoleh,
dalam pelaksanaan atau kelangsungan kegiatan komunitas Sebuku Satu ini didanai sepenuhnya
oleh komunitas itu sendiri tanpa ada uang iuran yang ditarik dari anggota atau peserta didik di
komunitas tersebut.
Komunitas Sebuku Satu ini memperoleh dana yang salah satunya bersumber dari donator
tidak tetap. Komunitas Sebuku Satu ini belum mempunyai donator tetap, selama ini donator
selalu silih-berganti. Selain dari donatur, komunitas Sebuku Satu ini juga berusaha memenuhi
kebutuhan dengan cara membuat produk jual. Salah satu produk jualannya sementara ini adalah
produk agrikultural. Komunitas Sebuku Satu bersama komunitas Sebuku lainnya bekerja sama
dalam pembudidayaan tanaman hias untuk kemudian dijual. Hasil dari penjualan tanaman hias
inilah yang kemudian dibagi rata kepada setiap komunitas dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan di komunitas masing-masing.
Pada praktiknya, modal yang digunakan untuk usaha budi daya tanaman hias tersebut
berasal dari patungan setiap coordinator komunitas Sebuku Satu hingga Delapan. Dari modal
yang berasal dari uang pribadi tersebut, mereka mulai untuk berusaha membudidayakan tanaman
hias dengan membeli bibit, kantung tanaman, pupuk, dan perlatan lain yang dibutuhkan. Mereka
tidak mengambil keuntungan pribadi melalui usaha ini, melainkan semua keuntungan akan
dikumpulkan untuk keperluan dan kebutuhan komunitas. Usaha pembudidayaan tanaman hias ini
dilakukan di salah satu lahan kebun coordinator komunitas Sebuku itu sendiri, sehingga tidak ada
biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan. Distribusi produk ini sendiri dilakukan melalui mulut
ke mulut atau pun melalui media internet oleh semua coordinator komunitas Sebuku. Komunitas
Sebutu ini bergotong royong dalam pemasarannya, ada yang memasarkan dengan cara
menawarkan kesetiap orang yang ditemui, ada juga yang memasang iklan di internet. Kedua cara
tersebutlah yang mereka anggap efektif untuk merintis usaha budi daya tanaman hias tersebut.
Keadaan Budaya di Komunitas
Perspektif
Di komunitas ini tidak ada perspektif yang baku, proporsi antara lelaki dan perempuan sama saja
tidak dibedakan berdasarkan gender. Tetapi proposi perempuan lebih besar daripada laki-laki
karena laki-laki di daerah sebuku cenderung menunggu “geng” untuk datang bersama-sama.
Anak-anak perempuan di daerah Sebuku lebih rajin datang daripada anak laki-laki.
Tradisi
Tradisi yang mendasari perilaku masyarakat disekitar komunitas beberapa masih menganut
budaya di masa lalu. Contohnya terdapat mitos apabila popok bayi jangan di bakar, sehingga
beberapa masyarakat membuangnya ke sungai dan mengakibatkan sampah menumpuk di sungai.
Norma Budaya
Norma atau aturan yang berlaku di masyarakat sekitar komunitas masih seperti di masyarakat
lainnya, seperti jika hari sudah menjelang sore mereka diharuskan pulang tidak bermain-main
diluar ruma karena tidak baik untuk anak kecil masih di luar rumah saat maghrib. Masyarakat
yang religius juga mempengaruhi adanya Sebuku, karena orang tua lebih mendukung anaknya
untuk mengaji daripada datang ke Sebuku.