Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
PENGEMBANGAN PANDUAN PENCEGAHAN ULKUS
DEKUBITUS DI RUANGAN INTENSIVE CARE UNIT
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TESIS
OLEH
ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
DEVELOPMENT OF A PRESSURE ULCER PREVENTION
GUIDE IN THE INTENSIVE CARE UNIT OF THE NORTH
SUMATERA UNIVERSITY HOSPITAL
THESIS
BY: ANITA YUSTINA
187046010/MEDICAL SURGICAL NURSING
MAGISTER OF NURSING
PROGRAM FACULTING OF
NURSING
PENGEMBANGAN PANDUAN PENCEGAHAN ULKUS
DEKUBITUS DI RUANGAN INTENSIVE CARE UNIT
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep)
Dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah
Universitas Sumatera Utara
Oleh ANITA YUSTINA
187046010/ KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU
KEPERAWATAN FAKULTAS
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA 2021
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Telah Diuji
Pada Tanggal: 19 Mei 2021
KOMISI PENGUJI TESIS
Ketua : Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D
Anggota : 1. Dr.dr.Imam Budi Putra, MHA., Sp.KK
2. Prof.Dr.dr.Nelva Yusuf K, MHA., Sp.KK(K)
3. Mula Tarigan S.Kp., M.Kes., Ph.D
i Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
PENGEMBANGAN PANDUAN PENCEGAHAN ULKUS DEKUBITUS
DIRUANGAN INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
memperoleh gelar Magister Keperawatan pada Program Studi Magister Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya
tulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah dicantumkan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Medan, 19 Mei 2021
Penulis,
Anita Yustina
i
i Universitas Sumatera Utara
Judul Tesis : Pengembangan Panduan Pencegahan
Ulkus Dekubitus Di Ruangan Intensive
Care Unit Rumah Sakit USU
Nama Mahasiswa : Anita Yustina
NIM : 187046010
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah
Tahun : 2021
PENGEMBANGAN PANDUAN PENCEGAHAN ULKUS DEKUBITUS
DI RUANGAN INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT
UNIVERSITASSUMATERA UTARA
ABSTRAK
Panduan Ulkus Dekubitus merupakan panduan yang dapat digunakan
perawat dalam melakukan pencegahan ulkus dekubitus. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan panduan ulkus dekubitus di ICU
rumah sakit USU. Jenis penelitian yang digunakan adalah action
research. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2020 sampai Agustus
2020 melalui 1 siklus action research. Instrumen yang digunakan
adalah panduan focus group discussion (FGD), kuesioner pengetahuan
perawat tentang ulkus dekubitus. Partisipan dalam penelitian ini adalah
15 orang perawat. Tekhnik yang diambil secara purposive sampling.
Data dianalisis secara kualitatif menggunakan content analysis dan
analisis data kuantitatif menggunakan distribusi frekuensi. Hasil
penelitian ini menghasilkan suatu panduan pencegahan ulkus dekubitus
di Ruangan ICU Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Kata Kunci : panduan ulkus dekubitus, perawat, intensive care unit.
i
i Universitas Sumatera Utara
ii Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini.
Selama menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh
bantuan moril dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada:
1. Dr. Muryanto Amin, S Sos, Msi selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara
2. Dr. Dudut Tanjung, SKp, M.Kep, Sp.KMB selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Ketua Program
Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan moril dalam
menyelesaikan tesis ini
4. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D dosen pembimbing pertama yang
telah banyak memberikan waktu dan arahan dalam menyelesaikan
tesis ini.
5. Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA., Sp.KK selaku pembimbing kedua
yang telah banyak memberikan waktu dan arahan dalam
menyelesaikan tesis ini.
6. Prof. DR. dr. Nelva Karmila Yusuf ., Sp.KK (K) selaku dosen
penguji I atas saran serta masukannya pada penulis untuk
kesempurnaan tesis ini
7. Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes., Ph.D selaku dosen penguji II atas
saran serta masukannya pada penulis untuk kesempurnaan tesis ini
8. Direktur Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara beserta jajaran
iii Universitas Sumatera Utara
9. Seluruh Perawat di ruangan Intencive Care Unit Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara
10. Seluruh staf adminstrasi Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
11. Anakku tercinta : Ataya. Alif, Alfariz
12. Seluruh staf adminstrasi Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
13. Rekan – rekan Magister Keperawatan 2018
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tesis ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap agar diberikan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Tesis ini. Sekian dan
Terima kasih.
Medan, 19 Mei 2021
Penulis,
Anita Yustina
iv Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
Latar Belakang .................................................................................. 1
Permasalahan .................................................................................... 5
Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 6
Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8
Konsep Dekubitus ............................................................................. 8
Landasan Teori Keperawatan ............................................................ 23
Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 30
Konsep Action Research (AR)........................................................... 31
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 40
Desain Penelitian .............................................................................. 40
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 41
Partisipan Penelitian .......................................................................... 42
Metode Pengumpulan Data ............................................................... 43
Alat Pengumpulan Data..................................................................... 45
Tahapan Penelitian Action Research .................................................. 48
Metode Analisis Data ........................................................................ 52
Keabsahan Data (Trusthworthiness of Data)...................................... 53
Pertimbangan Etik ............................................................................. 54
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 56
Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................... 56
Karakteristik Partisipan ..................................................................... 63
Setting Penelitian .............................................................................. 64
Tahap Reconnaisance ........................................................................ 68
Tahap Planning ................................................................................. 72
Tahap Acting dan Observing ............................................................. 73
Tahap Reflecting ............................................................................... 76
Uji Expert Pencegahan Ulkus Dekubitus ........................................... 76
Output Action Research .................................................................... 82
Pembahasan ...................................................................................... 84
Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 93
v Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 94
Kesimpulan ....................................................................................... 94
Saran ................................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
vi Universitas Sumatera Utara
Tabel Judul Halaman
1 Karakteristik Responden ...................................................................... 63
2 Matriks Tema FGD ............................................................................. 67
3 Tingkat Pengetahuan Pencegahan Ulkus Dekubitus ............................. 69
4 Matriks Tema FGD Tahap Reflecting .................................................. 81
5 Tingkat Pengetahuan Partisipan Tahap Reflecting ............................... 82
DAFTAR GAMBAR
vii Universitas Sumatera Utara
Gambar Judul Halaman
1 Kerangka Teori Keperawatan .............................................................. 29
2 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 30
3 Kerangka Konsep Penelitian dan Teori Keperawatan ........................... 29
4 Siklus Action Research ........................................................................ 36
DAFTAR LAMPIRAN
viii Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Partisipan
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Panduan Wawancara
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sesuai dengan Standar Akreditasi Nasional Edisi 1 pada tahun 2017
(SNARS Edisi 1) yaitu tentang mutu pelayanan khusunya keperawatan dapat
dilihat dari beberapa indikator yaitu tidak terdapat kejadian dekubitus pada pasien
yang sedang dirawat inap. Dekubitus adalah lesi iskemik yang mengenai area
kulit dan juga jaringan di bawahnya sebagai bentuk dari penekanan secara terus
menerus dan mempengaruhi peredaran darah dan limfe Priscilla (2015).
Ulkus dekubitus juga diartikan sebagai area kulit yang mengalami cedera
yang terlokalisasi serta jaringan dibawahnya dan pada umumnya terjadi diatas
tonjolan tulang,yang disebabkan oleh adanya penekanan atau gesekan
(International Ulcer Advisory Panel-European Pressure Ulcer Advisory Panel
(NPUAP-EPUAP 2012).
Terdapat beberapa penelitian yang menyatakan bahwa insiden ulkus
dekubitus. Riset yang dilaksanakan Ebi et al, (2019) menyampaikan angka luka
tekan secara umum yang ada pada pasien perawatan jangka panjang ialah
beragam bentuk yakni dari 2,7% serta insiden ini meningkat menjadi 33% di
rumah sakit utamanya di kamar Intensive CareUnit.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Wound specialist nurse di
Denmark pada tahun 2010, Prevalensi penderita ulkus dekubitus di Denmark
1
Universitas Sumatera Utara
2
mencapai 17,3%. Kemudian menurut Priscilla et al (2015) Prevalensi ulkus
dekubitus yang terjadi dirumah sakit adalah sebanyak 8%, sedangkan kasus yang
terjadi saat masa perawatan jangka panjang adalah sebanyak 2,4% - 23% dan
pasien yang mengalami kematian akibat dari komplikasi ulkus dekubitus adalah
berkisar 60.000 pasien setiap tahun.
Sementara itu untuk wilayah Indonesia, prevalensi ulkus dekubitus 40%
atau paling tinggi bila dibandingkan dengan negara ASEAN . Sulidah dkk (2017).
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Oktarianti dkk (2017) bahwa
prevalensi ulkus dekubitus di Indonesia mencapai 15,8 % sampai 35 %. penelitian
yang dilakukan oleh Asrizal ( 2017) di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
bahwa dari kisaran usia lebih dari 65 tahun sebanyak 7 orang atau 29,2%
merupakan pasien dengan immobilisasi dimana hal ini dapat meningkatkan risiko
terjadinya ulkus dekubitus.
Infeksi, hilangnya fungsi tubuh serta nyeri adalah dampak yang terjadi
pada pasien dengan luka tekan yang dirawat di Rumah Sakit, khususnya unit
perwatan jangka panjang. Selanjutnya, terdapat juga efek lain dari ulkus dekubitus
diantaranya perubahan psikologis bagi keluarga dan pasien, kematian meningkat
dan bertambahnya masa perawatan. Marco et al ( 2018).
Luka tekan (ulkus dekubitus) juga dijadikan sebagai indikator terhadap
kualitas pelayanan rumah sakit dan merupakan masalah utama dalam profesi
keperawatan, Ebi et al ( 2019). Belum terdapat panduan khusus yang bisa
digunakan dalam menangkal ulkus dekubitus khususnya pada pasien yang
dijaga di kamar Intensive Care Uni Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, hal
Universitas Sumatera Utara
3
ini disampaikan oleh komisi pencegahan dan pengendalian infeksi pad atahun
2019.
Acuan yang dipakai suster ICU yakni menggunakan pada Branden Scale.
Sementara itu pada Braden Scale tidak terdapat panduan pencegahan luka tekan
melainkan hanya bersifat pengkajian resiko ulkus dekubitus. Untuk itu penelitian
pengembangan panduan pencegahan ulkus dekubitus dalam pelayanan rumah
sakit khususnya di ruangan ICU perlu dilakukan.
The agency for Research healthcare and Quality/(AHRQ;2014),
Guidelines National clearinghouse (NGC;2012), and National Pressure Ulcer
Advisory Panel (NPUAP;2016) menyatakan bahwa semua sepakat terkait
pentingnya mempunyai panduan pencegahan ulkus dekubitus di area kerja dan
harus dibuat menjadi suatu rekomendasi.
Permasalahan
Program pencegahan dan terapi ulkus dekubitus adalah bagian dari isu
kesehatan masyarakat disuatu negara. Healthy people pada tahun 2010 dalam
Priscillia et al (2015) terdapat suatu kebijakan yang menyatakan bahwa telah
menetapkan target sebesar 50% prevalensi ulkus dekubitus mengalami penurunan
khususnya pada pasien yang mengalami masa rawat inap yang lama. Sementara
itu, terkait masalah ulkus dekubitus pada Ruangan Intensive Care Unit Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara khususnya dalam pencegahan ulkus dekubitus
panduan yang bisa dipakai dalam pencegahan ulkus dekubitus pada pasien dengan
tingkat ketergantungan total maupun tingkat ketergantungan parsial. Yang
dilakukan perawat ICU adalah mencegah insiden ulkus dekubitus sesuai asuhan
Universitas Sumatera Utara
4
keperawatan saja.
Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan dalam penelitian yakni bagaimana pengembangan panduan
pencegahan ulkus dekubitus di Ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara?
Tujuan Penelitian
Tujuan riset ini ialah untuk mengelaborasi pedoman pencegahan ulkus
dekubitus di Ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara.
Manfaat penelitian
Bagi Pendidikan
Adapun manfaat penelitian ini untuk pendidikan dapat menjadi acuan para
tenaga pengajar dalam memberikan ilmu terkait mata ajar keperawatan medikal
bedah khususnya panduan dalam melakukan pencegahan luka tekan kepada
mahasiswa.
Bagi pelayanan Keperawatan
Penelitian ini menjadi dasar dalam asuhan keperawatan kepada pasien
yang dirawat di Ruangan Intensive Care Unit khususnya di Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara dalam mencegah terjadinya ulkus dekubitus serta
dapat juga digunakan di Rumah Sakit lainnya.
Universitas Sumatera Utara
5
Bagi Penelitian
Sebagai data untuk penelitian keperawatan khususnya dalam preventif
ulkus dekubitus di Ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara.
Bagi Perawat
Manfaat riset ini bagi perawat sebagai dasar panduan yang dapat
digunakan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pasien yang menderita partial
care maupun total care dapat mencegah terjadinya ulkus dekubitus dan
menghindari pasien dari dampak hospitalisasi yang memanjang.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dekubitus
Defenisi Dekubitus
Dekubitus cenderung dikenal sebagai Luka baring, namun istilah
dekubitus lebih dekat dengan penyebab yang mendasari terjadinya luka. Dekubitus
merupakan cedera local yang terjadi di kulit serta tissue (jaringan) dibawahnya
yang pada umumnya mengenai hingga ke tulang, efek dari penekanan, dengan
tekanan dalam berbagai kombinasi ( EPUAP and NPUAP 2009 dalam Barbara,
2016 ). Meskipun lesi ini lebih sering terjadi pada tonjolan-tonjolan pada tulang
seperti tulang sacrum, ischium, trochanter and heel.
Menurut WOCN 2010 dalam potter & perry (2017), kerusakan integritas
kulit terkait dengan tekanan yang penyembuhannya dalam waktu yang lama
sering digambarkan dengan beberapa istilah, seperti pressure ulcer, pressure sore,
decubitus ulcer, dan bedsore. Sesuai dengan rekomendasi assosiasi perawat luka,
ostomy dan continence. Dekubitus dapat diartikan sebagai terjadinya kerusakan di
area kulit dan terjadinya kerusakan pada jaringan bagian bawah yang
penyebabnya adalah penonjolan pada tulang, hal ini merupakan akibat dari
pergeseran, adanya tekanan atau gesekan maupun gabungan dari beberapa
penyebab diatas (Priscilla, 2015).
Dekubitus adalah cedera yang terjadi pada area kulit dan ataupun jaringan
dibawahnya biasanya terjadi akibat penonjolan pada tulang yang merupakan efek
6
Universitas Sumatera Utara
7
dari tekanan dalam kombinasi geser (Lewis, 2017). Berdasarkan (Brunnert &
Suddart, 2010) Dekubitus merupakan daerah sekitar jaringan lunak mengalami
nekrotik, dimana tekanan lebih besar dari penutupan kapier normal yaitu sebesar
32 mmHg.
Dekubitus merupakan hasil dari terjadinya perubahan degenaeratif yang
diakibatkan oleh jaringan biologis (kulit serta jaringan dasar) yang tertekan oleh
gaya geser serta tekanan. Penyebab darah tidak dapat bersirkulasi dengan baik
adalah meningkatnya tekanan (coloplast, 2012). Area yang paling umum untuk
terjadinya dekubitus adalah sacrum kemudian daerah tumit. Adapun Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya dekubitus adalah intensitas tekanan,
lamanya penekanan yang diberikan pada kulit (durasi tekan), serta kemapuan
jaringan terhadap tekanan yang diberikan dari luar.
Selanjutnya faktor lain yang berkontribusi terhadap berkembangnya
dekubitus adalah termasuk kekuatan geser (tekanan yang terjadi saat kulit dan
lapisan kulit yang menempel di tempat tidur sesuai arah gerakan tubuh,misalnya :
saat memindahkan atau menarik pasien ke tempat tidur dimana kelembapan yang
berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan kulit). Adapun
individu yang berisiko mengalami kerusakan integritas kulit adalah termasuk
mereka yang lebih tua, mengompol, tidak bisa melakukan perubahan posisi tubuh,
serta tidak ada kesadaran untuk merubah posisi tubuh (Lewis, 2017).
Etiologi
1. Faktor intrinsik: terjadinya penuaan. Beberapa kelainan yang timbul
Universitas Sumatera Utara
8
seperti status gizi, Diabetes mellitus, Berat badan menurun, Anemia, dan
penyakit-penyakit kelainan system persarafan yang dapat merusak pembuluh
darah. Status cairan tubuh juga salah satu faktor.
2. Faktor ekstrinsik: kondisi kebersihan tempat tidur seperti kerapihan, Kotor
atau tidak alat tenun yang digunakan maupun kondisi yang dapat membuat
pasien mengalami fiksasi pada tempat tertentu seperti: pemasangan alat-
alat medis. Posisi duduk yang tidak sesuai, bentuk tubuh saat tidur tidak
sesuai, bahkan tidak sering merubah posisi saat duduk maupun posisi tidur
Nurarif ( 2015).
Patofisiologi Dekubitus
Dekubitus terjadi saat pembuluh darah mengalami penekanan sebagai
akibat dari penekanan eksternal ataupun akibat dari kuatnya geseran, friksi yang
merusak (merobek), melukai pembuluh darah. Penekanan-penekanan tersebut
yang akan menjadi proses perkembangan dekubitus. Tekanan arteriolar dan
tekanan kapiler lebih kecil dari tekanan eksternal dan mengganggu sirkulasi darah
dalam bantalan kapiler. Saat kulit diatas penonjolan tulang mengalami penekanan
dalam waktu 2 (dua) jam, terjadi iskemia dan oksigen dalam jaringan rendah
sebagai akibat dari penekanan eksternal yang kemudian menimbulkan rusaknya
jaringan secara ireversible.
Sebagai contoh, saat posisi tubuh dalam posisi terlentang, Berat badan
memberi penekanan pada daerah skarum. Kerusakan terjadi lebih banyak pada
area yang kecil meskipun jumlah tekanan yang sama diberikan bila dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
9
dengan lokasi yang lebih luas Priscilla, (2015).
Faktor Resiko Dekubitus
Menurut Marco (2018), tekanan adalah faktor terpenting dalam
pengembangan ulkus dekubitus. Ada korelasi positif dari perkembangan ulkus
dekubitus dengan durasi dan intensitas tekanan serta toleransi jaringan. Durasi
dari tekanan, gaya geser dan gesekan adalah penentu penting ulkus dekubitus.
Perkembangan ulkus dekubitus merupakan fenomena yang kompleks dan
multidimensi yang berhubungan langsung dengan beberapa faktor risiko yang
diklasifikasikan sebagai faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor Intrinsik
Faktor-faktor yang berkaitan dengan aspek fisik dan psikis dan psikologis
individu, seperti usia (usia dini atau lanjut), mobilitas dan aktivitas, status
pernapasan, oksigenasi dan perfusi jaringan, penyakit predisposisi, penggunaan
obat, nutrisi dan hidrasi, kesehatan kulit secara keseluruhan, suhu tubuh, persepsi
sensorik, perubahan hematologi, kesehatan umum, riwayat PU sebelumnya
Faktor Extrinsic
Faktor -faktor yang berhubungan dengan aspek eksternal dari individu,
seperti penggunaan parfume, bedak atau bahan pembersih, kondisi kelembaban
dan suhu yang tidak memadai, permukaan penyangga tempat pasien berbaring
atau duduk, teknik pemijatan manual yang melibatkan permukaan kulit, dan
kelembapan berlebihan di area yang mengalami tekanan dan gesekan, terutama di
Universitas Sumatera Utara
10
daerah perianal karena inkontinensia, kelebihan keringat atau eksudat. semua
faktor ini menurunkan resistensi jaringan terhadap tekanan dan kekuatan mekanis
lainnya.
Faktor Ekstrinsik:
Kelembapan
Geseka
Shear
Intrinsic Faktor:
Nutirisi
Umur
Tekanan
darah
Skema
Skema konseptual untuk studi etiologi pu menurut braden dan Bergstrom
Marco et all (2018).
Sedangkan Menurut Priscilla ( 2015) individu yang lebih rentan berisiko
mengalami dekubitus adalah Fraktur pinggul, keterbatasan dalam melakukan
mobilitas, kuadriplegia serta pasien yang ada di unit perawatan kritis, walaupun
Sensasi
Persepsi
Mobilitas
Tekanan Aktivitas
Mobilitas
Toleransi
Jaringan
Universitas Sumatera Utara
11
dekubitus juga dapat dialami oleh usia dewasa yang terjadi hambatan dalam
mobilitas. Individu yang mengalami fraktur tulang besar (mis, femur atau
pinggul) atau yang telah dilakukan pembedahan ortopedik maupun cedera korda
spinalis yang permanent juga rentan mengalami dekubitus.
Peningkatan risiko dekubitus juga tidak hanya terjadi pada pasien yang
mengalami penyakit kronis antara lain: anemia dan gagal ginjal, edema, infeksi
akan tetapi dekubitus juga terjadi pada pasien yang mengalami penurunan
pergerakan (mobilitas) atau aktivitas, kekurangan nutrisi dan inkontinensia.
Menurut Diane et all ( 2015) bahwa faktor risiko tambahan terjadinya
dekubitus yakni kelembapan kulit berlebihan yang dijelaskan didalam langkah-
langkah pedoman sebagai tolak ukur pencegahan dekubitus termasuk adanya
feses, kateter urin yang menetap, dan kondisi fisik yang lembab. Lanjut usia,
perubahan sensory persepsi, suhu tubuh, status kesehatan secara umum, dan
mental juga merupakan faktor risiko yang berdampak pada risiko individu.
Menurut (Barbara, 2016) Penyebab utama Dekubitus adalah tekanan.
Mekanisme dari cedera lebih kepada adanya penekanan,bahkan faktor spesifik
termasuk kekuatan dari tekanan, intensitas , lama terjadinya jaringan mengalami
penekanan, serta faktor intrinsik dan ekstrinsik yang data mempengaruhi
kemampuan dari jaringan dalam menahan ataupun mentoleransi tekanan.
Dengan demikian, iskemia terjadi bila tekanan diatas kapiler melebihi
tekanan normal dan kapiler mengalami sumbatan dalam jangka yang lama. Jika
pasien mengalami penurunan sensasi dan tidak dapat merespon terhadap
ketidaknyamanan yang merupakan dampak dari kematian jaringan. Ketika
melakukan evaluasi pada area tekanan, presentasi klinis dari aliran darah dapat
Universitas Sumatera Utara
12
terjadi. Setelah periode iskemia jaringan, bila tekanan menurun serta aliran darah
kembali, kulit akan berubah kemerahan. Akibat dari kemerahan tersebut adalah
vasodilatasi atau ekspansi pembuluh darah, dapat disebut sebagai hyperemia.
Untuk melakukan penilaian area hyperemia yakni dengan cara menekan satu
jari keatas area yang terkena dampak. Bila blans mengalami perubahan warna
menjadi lebih terang serta eritema kembali saat perawat mengangkat jari, maka
hyperemia sifatnya tidak lama (sementara) dan sebagai cara dalam mengatasi
episode iskemik. Demikian yang disebut hyperemia yang dapat dicairkan. Akan
tetapi jika perawat menekan daerah eritomatosa tampak tidak pucat maka
kemungkinan kerusakan jaringan dalam.
Ditemukan bahwa fase dekubitus yang rendah dengan jangka waktu yang
lama mengakibatkan kerusakan kulit dan kerusakan jaringan dibawahnya yakni
tingginya tingkat tekanan saat periode waktu singkat. Terlihat bahwa tekanan
mempunyai dampak kumulatif terhadap jaringan. Dengan demikian,bila jaringan
sudah mengalami tekanan dan walaupun tekanan tersebut dihapus maka
selanjutnya jaringan mengalami reexposure pada dekubitus yang sama atau dapat
juga mengakibatkan terjadinya kerusakan yang tidak terlalu besar (Barbara, 2016).
Faktor selanjutnya adalah gaya gesek. Gaya gesek yang terjadi pada indra
peraba dan pada lapisan subkutan akan melekat pada area ruang rebah, dan tataran
urat serta ragangan berpindah sinkron dengan arah manuver badan. Terjadi
pergeseran pada Ragangan pasien kearah indra peraba dan mendistribusi energi
pada indra peraba. Terjadi penekanan pada kulit yang selanjutnya menyebabkan
hiperangulasi serta terjadi peregangan arteri, menggangu kemampuan transportasi
darah. Geser berperan secara signifikan dalam berkembangnya dekubitus,
Universitas Sumatera Utara
13
khususnya pada daerah yang sering mengalami terjadinya tekanan dan geser
antara lain coccyx dan sacrum Barbar ( 2016).
Kemudain Orang yang cenderung terjadi perkembangan dekubitus adalah
individu dengan gangguan persepsi sensori terhadap rasa sakit atau nyeri
(merupakan tanda terjadinya ischemia pada jaringan), tidak mampu dalam
merespon secara tepat, atau mereka yang mengalami keterbatasan kemampuan
dalam pergerakan dan keterbatsan dalam mempertahankan posisi tanpa bantuan
orang lain (Barbara, 2016).
Inkontinensia adalah termasuk penyebab yang membuat berkembangnya
dekubitus, akibat dari maserasi. Maserasi merupakan suatu kondisi dimana kulit
mengalami kelembaan yang berlebihan sehingga mengakibatkan perlunakan pada
kulit. Namun, study terbaru menyatakan bahwa enzim yang ditemukan dalam
feses bisa mengakibatkan terjadinya peradangan perineum dan terjadinya
dermatitis, tingkat kerusakan yang terjadi hanya terbatas pada lapisan yang lebih
dangkal (Barbara,2016).
Seperti yang sudah dibahas bahwa nutrisi yang tepat adalah penting untuk
penyembuhan luka. Nutrisi yang tidak adequate berperan dalam berkembangnya
dekubitus. Nutrisi yang tidak adequate juga beresiko terjadinya kekurangan gizi
khususnya bagi yang tidak mampu ataupun tidak mau memenuhi kebutuhan
nutrisi yang cukup untuk kebutuhan metabolisme mereka sendiri. Saat nutrisi
tidak adequate, mengakibatkan penurunan berat badan secara tidak disengaja
sebesar 5% (lima persen) atau lebih sesuai Basal Metabolisme Index (BMI);
kekurangan vitamin A, C, E , Zinc, Tembaga, Mineral dan malnutrisi protein
calor mengakibatkan mempengaruhi kemampuan jaringan untuk menahan
Universitas Sumatera Utara
14
kekuatan dekubitus dan geser serta mempengaruhi kemampuan untuk memerangi
agent infeksius yang dikomporomikan (Dorner, 2009 dalam Barbara, 2016).
Langkah awal yang penting dalam mencegah berkembangnya dekubitus
sekaligus mempromosikan penyembuhan yang telah ada dengan menilai nutrisi
secara menyeluruh yaitu dengan: evaluasi berat badan, IMT, hasil pemeriksaan
laboratorium terkait dekubitus dan riwayat diet. Dalam pengembangan intervensi
untuk mengatasi kebutuhan gizi pada pasien yang beresiko, diperlukan kerjasama
dengan ahli gizi yang telah terdaftar dan anggota tim perawat kesehatan maupun
dengan pasien dan keluarga. Intervensi ini harus dilakukn secara konsisten dan
intervensi perawatan secara menyeluruh sesuai dengan keinginan pasien dan
keluarga (Barbara, 2016).
Manifestasi Klinik Dekubitus
Menurut Lewis (2017) bahwa manifestasi klinis dari dekubitus tergantung
pada luas dari jaringan yang terkena. Kateori Tahap ataupun stage dari dekubitus
adalah berdasarkan dari jaringan yang tampak ataupun teraba pada dasar ulkus.
Berdasarkan NPUAP (2014) bahwa tanda dan gejala pada dekubitus seperti area
kulit berwarna merah, tampak jelas bila ada penekanan dari jari,warna merah
tidak lekas kembali seperti awal atau menetap. Terdapat edema pada kulit serta
suhu pada daerah sekitarnya terjadi peningkatan ataupun terasa hangat bila diraba.
Gejala-gejala ini bisa menyebar sampai ke jaringan otot serta tulang NPUAP
(2014). Menurut NPUP ( 2014), pressure ulcer terdapat beberapa fase, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
15
1. Stadium I
pada epidermis, kulit tampak integral dalam kondisi merah,warna di
sekitar kulit mengalami perubahan, umumnya di tulang yang lebih menonjol
terdapat warna merah pada sekitar lokal. Permukaan kulit tampak gelap ada
pigmen akan tetapi tidak terlihat pucat; adapun warna sepertiada perbedaan pada
area sekitarnya. Daerah epidermis ini terasa nyeri, terlihat jelas, teraba hangat,
atau bahkan lebih dingin bila dibandingkan dengan area yang ada disekitarnya.
Luka bisa juga terlihat berwarna kemerahan pada orang yang mempunyai kulit
putih dan menetap sedangkan bagi orang yang mempunyai kulit yang berwarna
gelap, luka tampak terlihat sebagai warna merah, kebiruan, terjadi sensasi seperti
sakit (nyeri) serta rasa gatal pada bagian luka.
2. Stadium II
Di bagian lapisan kedua separuhnya mengalami kehilangan ketebalan,
terlihat ulkus yang terbuka serta dangkal dimana warna pada dasar luka tampak
merah muda, akan tetapi tidak mengalami pengelupasan. Selain dari pada itu bisa
juga terlihat sebagai lepuhan serum secara lengkap dapat luka terbuka. Terlihat
berupa luka, tidak dalam, terang, kering tetapi tidak ada pengelupasan ataupun
memar yang umumnya ada pada gambaran dermatitis.
3. Stadium III
Jaringan penuh mengalami kehilangan ketebalan. Lemak yang terdapat pada
subkutan bisa tampak akan tetapi pada tulang, tendon ataupun otot tidak
terkena. Bisa saja terdapat Slough ataupun jaringan mati tetapi tetap memperjelas
Universitas Sumatera Utara
16
kedalaman hilangnya jaringan. Jaringan yang mengalami kerusakan tampak
seperti terowongan terowongan. Bila berdasarkan lokasi anatomi tingkat
kedalaman ulkus stadium III, Hidung, telinga, tengkuk serta maleolus tidak,
mempunyai jaringan subkutan begitu juga ulkus pada fase III dapat pipih atau
tidak pipih, aspek adipositas relevan bisat menaikkan kadar luka sampai luka
paling dalam pada tahap ini, tulang/tendon tidak tampak ataupun langsung teraba.
4. Stadium IV
Terjadi kelenyapan kelebatan inklusif jejaring secara bebas, urat daging,
ragangan atau urat. Pada beberapa area dari dasar luka slough bisa saja tampak.
Sering juga digolongkan pada kerusakan jaringan dan terowongan. Pada stadium
IV kedalaman luka tekan bervariasi berdasarkan lokasi anatomi. Luka pada tahap
IV bisa lebih memanjang ke dalam sistem urat atau penunjang (seperti, wajah,
urat daging) yang menghasilkan peradangan pada ragangan bisa saja tumbuh.
Masalah umum dan management strategi Dekubitus
Pasien dengan masalah Dekubitus merupakan prevalensi tertinggi di unit
perawatan kritis.Kerusakan kulit yang terjadi pada lansia juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: tirah baring, kehilangan sensori dan motorik, terjadi
penurunan tonus vasomotor, gizi buruk, hypovolemia, dan usia yang berhubungan
dengan komposisi kulit. Penyembuhan luka pada orang tua dua kali lebih lama
Universitas Sumatera Utara
17
untuk terjadi reepitelisasi di bandingkan dengan penyembihan luka pada
dewasa muda.
Perkembangan Dekubitus bisa terjadi dimana saja pada tubuh pasien,
tetapi lebih sering mengenai daerah tulang yang mengalami penonjolan,
siku, sacrum, pinna, occi, iskium, tumit. Dekubitus lebih cepat
berkembang pada orang dewasa lanjut yang tidak ada pergerakan
(Vicki, 2018 ).
Upaya pencegahan dekubitus
Mencegah dekubitus merupaka hal yang penting dalam perawatan pasien
serta tidak hanya terbatas pada pasien yang mempunyai keterbatasan dalam
mobilitas. Terdapat banyak tinjauan literatur menunjukkan bahwa dekubitus bisa
dicegah. Walaupun pada beberapa individu yang sangat berisiko tinggi, perawat
tidak dapat sepenuhnya mencegah terjadinya luka tekan dan perburukannya dalam
melakukan tindakan keperawatan. Menurut (Lewis, 2017) bahwa pencegahan
dekubitus dengan menggunakan perangkat yang sering dilakukan untuk
kebutuhan reposisi seperti udara rendah atau low air, Kasur rendah (low
mattresses), bantal kursi roda, Kasur busa, bantalan kursi, mengganti linen
sebagaimana mestinya. Frekuensi reposisi pasien dapat mencegah dekubitus.
Standar pada masa yang lalu adalah jam. Pada perawatan akut, Perawatan
pasien dengan ulkus tekan membutuhkan seperti: nutrisi yang cukup, management
nyeri, mengontrol keadaan membalikkan serta memposisikan pasien setiap dua
jam, akan tetapi “kebijakan” ini tidak sebagai bukti yang berdasarkan faktor
risiko, keadaan pasien secara umum, permukaan pendukung dan jenis masalah.
Universitas Sumatera Utara
18
Sebagai contoh pasien yang mempunyai risiko tinggi kemungkinan hanya
diposisikan setiap tiga sampai empat medis lainnya, serta mengurangi tekanan.
Penelitian dengan menggunakan braden skor untuk melihat pasien yang
berisiko dan tidak berisiko terhadap terjadinya dekubitus selama enam hari
berturut-turut dengan melakukan mobilisasi setiap 2 jam sekali selama 15-20
menit pada salah satu sisi terhadap pencegahan dekubitus hasilnya ditemukan
bahwa dengan terapi mobilisasi secara rutin oleh perawat sangat efektif mencegah
dekubitus oleh perawat Asrizal ( 2017).
Berdasarkan rekomendasi dari NPUAP, EPUAP & PPPIA (2014)
memberikan rekomendasi bahwa tindakan yang dilakukan untuk mencegah
dekubitus antara lain: merawat kulit, memberikan edukasi, memberi nutrisi, serta
memberikan bantalan lembut serta mengatur posisi tubuh. Pengkajian resiko
dengan menggunakan skala Braden, braden scale merupakan skala dengan
pengkajian yang dipakai untuk memperkirakan dekubitus pada individu yang
sudah dewasa dalam melakukan pengkajian pasien yang lebih beresiko baik
ringan, sedang dan tinggi terjadi dekubitus. Saat ini instrumen braden scale ditata
sesuai dengan kerangka kerja konseptual proses fisiologis. Braden scale adalah
instrumen yang valid dan reliabel serta memperlihatkan tingkat validitas maupun
reliabilitas yang lebih.
Skala Braden terdiri atas enam sub skala yang mengevaluasi, yakni sensori
persepsi, moisture, aktivitas, pergerakan, nutrisi dan friksi/gesekan. setiap sub
skala mempunyai interval skor yakni mulai dari 1 sampai 4, dimana 4
menjelaskan kondisi yang paling baik, sementara itu sub skala dengan robekan
Universitas Sumatera Utara
19
ataupun gesekan memperoleh skor 1 sampai 3, dimana skor 3 mengambarkan
kondisi terbaik.
Persepsi sensori mempunyai penilaian antara lain: 1) bersifat eksklusif, 2)
amat eksklusif, 3) minim eksklusif, 4) terbebas uzur. Humiditas mempunyai mutu
meliputi: 1) humid berkesinambungan, 2) amat humid, 3) kadang kala humid, 4)
sporadis hamid. Kegiatan mempunyai mutu meliputi: 1) telentang di lokasi
rebahan, 2) telentang di bangku, 3) kadang kala melangkah, 4) kerap bergerak.
Mobilitas mempunyai mutu meliputi: 1) bersifat pasif, 2) amat eksklusif, 3)
minim eksklusif, 4) tiada eksklusif. Nutrition mempunyai mutu meliputi: 1) amat
jelek, 2) kemungkinan tidak memenuhi syarat, 3) memnuhi syarat, 4) amat baik.
Friktion atau pergeseran mempunya mutu meliputi: 1) persoalan, 2) persoalan
daya, 3) tidak memliki persoalan.
Jumlah keseluruhan nilai memungkinkan untuk didapat seorang pasien
dari rentang 6-23, bila nilai yang dicapai pasien semakin rendah maka pasien
tersebut lebih berpeluang beresiko untuk mengalami dekubitus. Selanjutnya
semua jumlah nilai tersebut dibagi dalam lima katagori yaitu : skor >18 tidak
berisiko, skor 15-18 mempunyai resiko ringan, skor 13-14 mempunyai risiko
sedangkan skor 10-12 memiliki resiko tinggi dan skor <9 mempunyai risiko
sangat tinggi (Braden & Meklebust, 1998).
Landasan Teori Keperawatan
Konsep keperawatan yang dipakai dalam riset ini ialah teori keperawatan
sistem adaptasi Calista Roy. (Roy & Andrews, 1999).
Universitas Sumatera Utara
20
Teori Adaptasi Roy
Teori adaptasi Calista Roy dipelopori oleh Calista Roy pada tahun 1964 –
1966, namun baru diaplikasikan di tahun 1968. Teori Calista Roy terkenal dengan
konsep sistem adaptasi. Roy membuat model adaptasi dengan didasarkan pada
turunan model adaptasi karya Harry Helson dalam bidang psikofisik yang merata
ke pengetahuan aspek sosial dan tingkah laku. Dalam teori adaptasi menurut
Helson, konsep adaptasi merupakan fisiologi serta rangsangan yang masuk pada
diri seseorang dan tingkat adaptasi yang dimiliki oleh seseorang. Stimulus
merupakan faktor yang dapat memicu munculnya respon seseorang.
Stimulus yang dialami dapat berasal dari lingkungan internal ataupun
eksternal. Tingkatan adaptasi seseorang dipengaruhi oleh efek gabungan dari tiga
stimulus, yaitu stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus residual. Tujuan
dalam teori sistem adaptasi ini adalah untuk membantu klien beradaptasi dan
meningkatkan kesehatan. Dalam model sistem adaptasi Roy, terdapat empat
paradigma keperawatan yang menjadi komponen sentral, yaitu manusia,
lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Diantara keempat komponen ini ada
hubungan satu dengan yang lainnya.
1. Manusia
Di dalam model adaptasi Roy, individu merupakan komposisi yang
adaptif dan holistik. Sebagai bentuk yang adaptif, manusia dipersepsikan
secara totalitas dengan manfaat integritas guna beberapa maksud. Sistem manusia
dalam model adaptasi Roy meliputi individu, kelompok, institusi, komune, dan
masyarakat secara totalitas. Pola individu memiliki pemikiran dan kapabilitas
Universitas Sumatera Utara
21
perasaan berdasarkan pada realisasi yang mana mereka menyinkronkan terhadap
transisi yang timbul di kehidupan mereka Roy & Andrews (1999).
Dalam konsep sistem adaptasi, Roy mendeskripsikan manusia sebagai
penerima asuhan keperawatan dan sebagai sistem penyesuaian yang kompleks
yang bertujuan untuk mempertahankan adaptasi melalui proses kontrol (kognator
dan regulator).
Roy menjabarkan individu dengan keseluruhan terintegral yakni input,
proses, kontrol, efektor, dan output dengan penjelasan sebagai berikut:
Input
Dalam konsep model adaptasi Calista Roy, input berarti masukan atau
stimulus untuk manusia yang berasal dari lingkungan internal maupun lingkungan
eksternal. Input terbagi dalam 3 fase :
1. Dorongan fokal yaitu stimulus internal maupun eksternal paling segera
atau segera terhubung dengan sistem dalam tubuh manusia, misalnya PGK
dapat menyebabkan edema akibat dari kelebihan volume cairan di dalam
tubuh manusia (Roy & Andrews, 1999).
2. Stimulus kontekstual yaitu semua rangsangan lain yang berkontribusi
negatif terhadap stimulus fokal. Selain itu, stimulus kontekstual adalah
semua faktor dari lingkungan yang dapat menjadi perhatian masing-
masing orang. Contoh stimulasi kontekstual adalah pada pasien PGK yang
menjalani hemodialisis namun tidak patuh terhadap manajemen nutrisi dan
cairan sehingga akan berdampak negatif pada stimulus fokal seperti terjadi
Universitas Sumatera Utara
22
atau muncul bengkak, nafas cepat, dan peningkatan tekanan darah Roy &
Andrews, (1999).
3. Stimulus residual merupakan faktor dari lingkungan internal manusia itu
sendiri yang dapat mempengaruhi terjadinya kondisi penurunan kesehatan.
Akibat dari rangsangan ini tidak terlihat secara jelas bagi pengamat serta
munculnya kerap tidak dimengerti oleh manusia. Misalnya stimulus
residual merupakan minimnya ilmu pasien terkait esensialnya manajemen
adalah kurangnya pengetahuan pasien tentang pentingnya manajemen
pengurangan kalori garam dan determinasi larutan pada pasien PGK yang
menjalani hemodialisis (Roy & Andrews, 1999).
Proses Kontrol
Dalam model sistem adaptasi menurut Calista Roy, proses kontrol
digunakan untuk menjelaskan mekanisme koping seseorang. Mekanisme koping
yang muncul dapat berasal dari proses turunan atau secara genetik. Dalam model
sistem adaptasi, Roy memberikan pengenalan dua mekanisme proses kontrol,
yaitu:
1. Regulator, merupakan proses koping utama yang melibatkan reaksi dari
sistem saraf, reaksi kimia tubuh, dan sistem endokrin pada manusia.
Mekanisme regul ator dapat berasal dari lingkungan internal maupun
eksternal (Roy & Andrews, 1999)
2. Kognator, merupakan proses koping utama yang melibatkan empat saluran
kognitif dan emosi seseorang, diantaranya yaitu: persepsi dan informasi,
Universitas Sumatera Utara
23
pemprosesan, pembelajaran, penilaian, dan emosi (Roy & Andrews, 1999)
Efektor
Dalam model adaptasi Calista Roy, sistem efektor digambarkan sebagai
proses internal seseorang yang adaptif. Dalam sistem efektor terdapat empat mode
adaptasi yang meliputi fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi (Roy & Andrews, 1999).
Output
Dalam model adaptasi Calista Roy, output merupakan respon dari manusia
itu sendiri yang dapat berupa respon adaptif maupun maladaptif. Respon yang
adaptif tentunya akan dapat meningkatkan status kesehatan seseorang,
mempertahankan kelangsungan hidup manusia, meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan. Sedangkan respon yang maladaptif akan merusak integritas
seseorang. Respon manusia yang muncul dalam output sistem adaptasi dapat
diamati, diukur atau dapat dilaporkan oleh individu tersebut (Roy & Andrews,
1999).
2. Lingkungan
Lingkungan dalam model adaptasi Calista Roy merupakan semua
keadaan, stimulus yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
seseorang atau kelompok yang melibatkan tiga tingkatan dalam stimulus yaitu
fokal, kontekstual, dan residual. Perubahan lingkungan yang terjadi dapat
dianggap sebagai sistem yang adaptif ataupun juga maladaptif dengan melibatkan
faktor internal maupun eksternal. Perubahan lingkungan yang terjadi menuntut
Universitas Sumatera Utara
24
seseorang untuk harus bisa dan mampu untuk beradaptasi (Roy & Andrews,
1999).
3. Kesehatan
Kesehatan dalam model adaptasi Calista Roy didefinisikan sebagai suatu
kondisi yang menjadikan seseorang terjaga integritasnya dengan baik dan
seutuhnya. Kesehatan merupakan hasil dari sistem adaptasi yang dilakukan oleh
manusia dan interaksi antara manusia dengan lingkungan. Integritas yang
dimaksudkan disini adalah suatu kondisi tanpa gangguan yang mengarah pada
suatu kesatuan atau keutuhan, serta adanya peningkatan pada fungsi fisiologis,
integritas, psikologis, dan sosial (Roy & Andrews, 1999).
4. Keperawatan
Roy mengartika keperawatan secara umum adalah profesi perawatan
kesehatan yang berfokus pada proses dan pola kehidupan manusia dengan
menekankan promosi kesehatan bagi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat secara keseluruhan. Secara khusus, Roy mendefinisikan
keperawatan sesuai dengan modelnya sebagai suatu ilmu dan praktikal yang
berkembang untuk meningkatkan kemampuan adaptif seseorang. Fokus dari
kegiatan keperawatan dalam model adaptasi adalah penilaian terhadap perilaku
dan rangsangan yang dapat mempengaruhi adaptasi seseorang serta perencanaan
intervensi untuk menanggapi suatu rangsangan yang muncul (Roy & Andrews,
1999).
Berikut adalah beberapa fungsi Mekanisme keperawatan Roy :
Universitas Sumatera Utara
25
1. Mengakaji sikap yang diwujudkan pada 4 mode adaptif
2. Mengidentifikasi rangsangan perilakus serta mengelomokkannya menjadi
stimulus fokal, konstektual atau residual.
3. Membuat pernyataan atau diagnosis keperawatan dari status adaptif pasien
4. Menetapkan tujuan untuk meningkatkan adaptasi
5. Menerapkan intervensi yang bertujuan mengelola stimulus untuk
meningkatkan adaptasi
6. Mengevaluasi apakah tujuan adaptif telah terpenuhi.
Dengan mengubah stimulusnya, bukan pasiennya, perawatlah yang
meningkatkan “interaksi antara manusia dengan lingkungannya, sehingga meningkatkan
kesehatan”. Proses keperawatan ini sangat sesuai digunakan ditatanan pelayanan. Roy
mengembangkan tipologi diagnosis keperawatan dari sudut pandang Model Adaptasi
Roy. Dalam Tipologi masalah yang sering terjadi adalah berhubungan dengan kebutuhan
dasar dari ke empat mode adaptif. Model Adaptasi Roy berguna untuk membantu praktik
keperawatan dalam tatanan institusional.
Model ini telah diterapkan di unit perawatan intensif,ruang bedah akut, unit
rehabilitasi, dua rumah sakit umum, bedah syaraf dan rumah sakit berkapasitas 145
tempat tidur. Pada Tatanan pengembangan penelitian, model adaptasi Roy
mengembangkan kembali terminologi Sehat. Model adaptasi Roy mengembangkan
kategori psikososial dari konsep diri,fungsi peran dan interdependensi. Pendekatan
terminology sehat lebih jelas memasukkan mekanisme adaptif dari pasien koma dalam
berespon terhadap stimulus taktil dan verbal.
Universitas Sumatera Utara
26
Berdasarkan telaah integrative dari litaratur Frederikson, menyimpulkan bahwa
terdapat dukungan empiris tang baik bagi konseptualisasi Roy mengenai manusia dan
kesehatan, Frederickson memberikan rekomendasi berikut untuk penelitian selanjutnya.
Terkait dengan lingkungan dan keperawatan serta intervensi yang berdasarkan konsep.
Universitas Sumatera Utara
27
(Model Adaptasi)
TEORI KEPERAWATAN CALLISTA ROY
Gambar 1. Kerangka Teori Keperawatan
(Achir dan Kusman, 2014)
Fungsi Peran Perawat
Model Adaptif Fisiologis
Sub Sistem Koping Regulator
Melindungi tubuh terhadap
infeksi,trauma dan
perubahan struktur
integumen
Universitas Sumatera Utara
28
Kerangka Konsep Penelitian
Pointers konsep terdiri dari teori (kata atau istilah) yang terdiri atas ide
abstrak, dikaitkan dengan korelasi antara konsep (Tappen, 2016).
Gambar 1.3 Kerangka konsep penelitian
Universitas Sumatera Utara
29
Konsep Action Research (AR)
Pengertian Action Research
Riset dengan idiosinkrasi penelaah wajib bertugas dalam fraksi untuk
mengestimasi kondisi yang direkognisi oleh group memakai cara yang koheren,
sistematis, dan pergerakan untuk memadukan data yang bertujuan sebagai
perluasan rancangan kegiatan demi mencapai jalan keluar yang berasaskan pada
fakta yang dihimpun merupakan makna dari action research Streubert &
Carpenter, ( 2011).
Action research adalah suatu penelitian tindakan yang berdasarkan oleh
partisipatif (participatory action research). Berikut ini tujuh ciri utama action
research antara lain:
1. Action Research merupakan suatu sistem kemasyarakatan: ikatan antara
bidang individu dan masyarakat merupakan hasil pengamatan sistem ini.
Kritis terhadap suatu perubahan yang mustahil jika terjadi individuasi
tanpa diseminasi dan sebaliknya secara berkesinambungan.
2. Action Research berciri Partisipatoris: mempengaruhi orang dalam
membahas ilmu pengetahuan dan klasifikasi-klasifikasi estimasi manusia.
3. Action Research memiliki ciri efektif dan kerjasama: menghimbau
manusia untuk prraktik-praktik social yang menghubungkan diri dengan
orang lain dalam interaksi social.
4. Action Research yang memiliki ciri Praktis dan Kolaboratif: mengajak
manusia untuk mengkaji praktik-praktik sosial yang menghubungkan diri
Universitas Sumatera Utara
30
dengan orang lain dalam interaksi sosial. Sebuah proses yang menjadi
sarana bagi manusia untuk mengeksplorasi komunikasi, produksi, dan
pengorganisasian, serta berupaya untuk meningkatkan interaksi manusia dengan
mengubah tindakan-tindakan yang membentuk interaksi.
5. Action Research berciri Emansipatoris: membantu manusia sehingga
kembali sehat lalu membebaskan diri dari pressure struktur sosial yang
tidak rasional, non productive, tidak seimbang juga tidak memuaskan yang
menjadikan perkembangan minimal dan kemandirian diri. Suatu kerja
yang menjadi wadah individu untuk menggali mekanisme praktik yang
kemudian diwujudkan dan ditetapkan oleh struktur sosial (kultural,
ekonomi, dan politik). Jika manusia tidak dapat melepaskan diri, maka
cara terbaik untuk ikut terlibat untuk membentuk kehidupan sosial
bersama.
6. Action Research memiliki ciri Kritis: membantu individu untuk sembuh
juga melepaskan diri sendiri dari hambatan-hambatan yang ada dengan
media sosial yang menjadi wahana interaksi manusia.
7. Action Research berciri Recursif (refleksi dan dialekti): Guna
memudahkan orang didalam mengidentifikasi kenyataan supaya dapat
merubah dan melakukan identifikasi yakni dengan metode mengubah
praktik orang melalui proses spiral aksi serta identifikasi evaluasi diri
sebagai suatu proses sosial dan yang dibuat dalam membantu individu
supaya dapat lebih maksimal belajar dan merancang konsep terkait
praktik-praktik, ilmu pengetahuan tentanng praktik dan beragam struktur
sosial yang membentuk maupun membatasi praktik manusia.
Universitas Sumatera Utara
31
8. Action Research bertujuan dalam mengganti konsep dan praktik: tidak
mengutamakan keterkaitan antara konsep ataupun praktik. Tujuan untuk
membuat artikulasi dan mengembangkan teori maupun praktik dalam
kaitannya satu dengan yang lain melalui pemikiran yang kritis terkait teori
dan praktik maupun konsekuensi dari keduanya. Tidak bertujuan dalam
mengembangkan wujud konsep yang dapat berdiri secara terpisah dan
lepas dari praktik, seolah-olah praktik bisa dikendalikan serta ditentukan
tanpa melihat faktor partikular dari situasi praktis yang dihadapi oleh para
praktisi dalam kehidupan, pekerjaan masing-masing dan dipandang
mengadili dirinya sendiri.
Level Penelitian Action Research
Penelitian Action Research menggambarkan perkembangan dari tindakan
individu ke implementasi skala besar yang sebut dengan pendekatan orang
pertama, kedua, dan ketiga. Penelitian oleh orang pertama menjelaskan praktik
reflektif, penelitian orang ke dua melibatkan adanya orang lain dalam lingkungan
sosial atau komunitas untuk membuat perubahan, dan penelitian orang ke tiga
menggambarkan proses pola perilaku pada tingkat makro untuk melembagakan
perubahan atau untuk mengembangkan gerakan sosial (Reason & Bradbury, 2006;
Wicks & Reason, 2009). Reason dan Bradbury menggunakan I, We, They untuk
mewakili jalur orang pertama, kedua, dan ketiga. Meskipun secara teknis, We
adalah orang pertama yang jamak. Sementara perubahan masyarakat dan
kebijakan adalah hasil penting dari penelitian Action Research. Kontekstual
ini tiga tingkat, tampak mirip dengan tiga dimensi penelitian Action Research
Universitas Sumatera Utara
32
yang tumpang tindih yaitu profesional, pribadi, dan politis Noffke, (2009).
Adapun tingkatan hasil penelitian Action Research (tiga) fase hasil
(outcomes) yaitu 1) Professional Contextual Level: berupa sebuah aksi, 2)
Organizational Contextual Level: berupa interaksi, dan 3) Scholarly Contextual
Level: berupa sebuah transaksi. Pada tingkat profesional, peneliti berpusat pada
mencerminkan sikap dan perubahan dalam skill, pengetahuan, dan jati diri. Pada
tingkat organisasi, peneliti mengadakan interaksi di antara para peserta yang
dihasilkan dari tindakan yang diambil. Pada tingkat ilmiah, peneliti melakukan
transaksi di mana mereka berbagi temuan mereka dengan komunitas penelitian.
Professional Contextual Level yaitu mengubah pengetahuan, praktek, dan
identitas. Peneliti Action Research terlibat dalam penyelidikan sistematis dalam
lingkungan sosial mereka dengan mengubah masalah menjadi pertanyaan,
menggunakan pertanyaan untuk membentuk tindakan, dan merefleksikan hasil
untuk menciptakan teori yang membingkai siklus baru penelitian (Coghlan &
Brannick, 2009). Inti dari proses penelitian ini adalah refleksi yang
mendalam,yang sering menghasilkan jalan baru untuk eksplorasi lebih lanjut.
Peneliti Action Research bergerak melewati sikap subyektif untuk memahami
bagaimana tindakan mereka dilihat dari berbagai perspektif. Tindakan
penyempurnaan berdasarkan penilaian kritis dari berbagai perspektif dan
wawasan reflektif memiliki potensi untuk mengarah pada pembelajaran
transformasional (Mezirow, 1998). Penelitian transformatif bergerak melalui
siklus perencanaan, tindakan, analisis, dan refleksi yang membantu peneliti
menggunakan bukti untuk mengembangkan keahlian dalam pekerjaan mereka.
Universitas Sumatera Utara
33
Siklus Action Research
Pada umumnya action research meliputi suatu spiral siklus refleksi diri
yakni membuat perencanaan pertukaran, belajar serta melihat proses maupun
perubahan konsentrasi, melakukan proses identifikasi dan konsekuensi tersebut,
diintervensi lagi, menelaah dan mengobservasi, kemudian diidentifikasi lagi dan
selanjutnya Polit & Beck (2014). Siklus action research meliputi perencanaan,
aksi,observasi serta refleksi Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, (2014)
Keterangan:
R : Rencana tindakan
A & O : Aplikasi tindakan dan observasi
Rf : Refleksi
RR : Revisi Rencana
Universitas Sumatera Utara
34
Proses Action Research
Kemmis dan Mc.Taggart dan Nixon (2014), menjabarkan bahwa saat
proses pelaksanaan Action Research diperlukan cara yang dapat dilakukan dalam
tindakan yakni reconnaissance, planning, pelaksanaan rencana (action) serta
observasi (observation), juga reflection.
1. Reconnaissance: adalah langkah pertama untuk menemukan permasalahan
yang ada. Tahap ini dapat di sebut juga tahap preliminary study, yaitu
mempelajari masalah yang ada dan menentukan tema yang penting. Tahap
ini menggambarkan apa yang terjadi sekarang dan apa yang kita lakukan
sekarang. Pernyataan-pernyataan tentang masalah yang ada mulai
dimunculkan pada tahap ini Kemmis & McTaggart, (1988).
2. Planning: adalah fase merencanakan yang sifatnya untuk memperbaiki.
Tahap ini berorientasi pada peneliti tentang bagaimana kolaborasi dengan
partisipan. Perencanaan meliputi rencana untuk merubah dengan menggunakan
bahasa, aktivitas dan praktik, hubungan antara manusia dan organisasi, dan
merencanakan hasil yang diinginkan.
3. Action & Observation: mengaplikasikan rencana serta melakukan
observasi pekerjaan yang dilakukan. Tahap ini adalah melaksanakan
rencana yang sudah ditetapkan, meliputi melaksanakan renacana untuk
berubah dengan menggunakan Bahasa, aktivitas dan praktik, hunungan
antara manusia dan organisasi, dan mengamati output dari implementasi
yang telah dilakukan.
4. Relection: adalah tahap dimana melakukan proses analisa, sintetis,
Universitas Sumatera Utara
35
menginterpretasi serta hal-hal yang dianggap penting disimpulkan. Pada
tahap ini refleksi difokuskan kepada hasil yang sudah didapat untuk selanjutnya
membuat analisa.
Tingkat Keabsahan Data (Trusthworthiness Of Data)
Lincoln dan Guba (1994 dalam Polit & Beck,2014), mengemukakan
bahwa hasil suatu penelitian dapat dipercaya bila tingkat keabsahan datanya
divalidasi sesuai dengan kriteria dibawah ini yaitu:
1. Credibility: mengarah pada kepercayaan kepastian dan penggunaan data,
meumbuhkan keyakinan dalam kebenaran penenmuan oleh peserta dan
konteks penelitian. Kredibilitas meliputi 2 faktor yaitu, melaksanakan
penelitian yakni dengan meningkatkan kepercayaan dari hasil temuan dan
mengambil langkah untuk menunjukkan kredibilitas dalam laporan.
Teknik yang dapat dilakukan peneliti yaitu melakukan pendekatan kepada
pihak management atau kepala keperawatan (prolonged engagement).
Selanjutnya peneliti melakukan member ceck yakni dengan menyerahkan
hasil penelitiaan yang berbentuk matrik tema dimana telah dibaca
partisipan dalam fase validasi data agar didapatkan keabsahan atau
objektivitas data.
2. Transferability: mengarah pada kepada siapa hasil penemuan penelitian
bisa ditransfer ataupun dijalankan pada grup atau populasi yang tidak
sama. Semua dipusatkan pada pemahaman peneliti sendiri terkait area
pemberi dan yang menerima. Peneliti menjabarkan dengan detail tentang
data terkait dengan asal dan fenomena yang ada serta apa yang
Universitas Sumatera Utara
36
didapat dilokasi penelitian guna kemungkinan membandingkan yang akan
digunakan tentang temuan yang akan diperoleh.
3. Dependability: mengacu kepada stabilitas (reliability) data dari masa ke
masa serta keadaan. Bila pekerjaan tersebut konteks, cara, dan audiance
yang serupa sehingga hasil yang seperti semula akan didapat. Peneliti
menyampaikan dengan rinci alur penelitian kepada pembimbing agar
memberi umpan balik bagaimana mekanisme dan hasil data yang diterima
dari hasil riset dapat lebih objektif.
4. Confirmability: merupakan objektif maupun netralnya suatu data, yaitu
diperoleh pemahaman yang sama antara 2 orang ataupun lebih tentang
hubungan serta makna data. Confirmability dapat dicapai bila peneliti bisa
membuat orang lain percaya bahwa data yang telah diambil atau diperoleh
merupakan data yang tidak dipengaruhi oleh apapun, sama halnya dengan
yang ada di area penelitian. Peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi selanjutnya dibuat dengan dilaksanakan dengan cara focus
group discussion (FGD), in-depth interview dan self report.
5. Authenticity: tingkat keadilan dan ketelitian seorang peneliti secara benar
memperlihatkan fakta yang terjadi. Keaslian tampak dalam status yang
dapat memperlihatkan suasana psikologis partisipan sesuai kehidupannya
sehari-hari. Suatu bacaan tampak terlihat mepunyai keabsahan bila mampu
mempengaruhi orang yang membaca, ikut merasakan hal yang dialami
dalan hidupnya kemudian digambarkan, lalu dapat membuat para pembaca
untuk mengeksplor rasa empati sehingga menagalami peningkatan sesuai
Universitas Sumatera Utara
37
dengan permasalahan yang diilustrasikan.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB 3
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan desain action
research. Peneliti menggunakan desain Action Research diaman action research
adalah suatu kegiatan meneliti yang berazaskan pada prinsip mengumpulkan dan
merefleksikan yang dilakukan oleh partisipan pada kondisi sosial dimana
tujuannya untuk meningkatkan praktik/sosial Kemmis, McTaggart & Nixon
(2014).
Peneliti action research diharapkan agar menolong dan dapat merubah
situasi yang didapat pada saat penelitian ke arah yang lebih baik, mencari
informasi atau mencari pengetahuan dalam kondiai tertentu, Action research juga
dapat membuat peneliti dan partisipan terlibat dalam kerjasama atau kolaborasi
dan lebih fokus terhadap pendekatan naturalistic dan humanistic. Penelitian
action research yang akan dilakukan dibagi dalam 4 tingkatan utama yaitu
planning, acting, observing, dan reflecting (Kemmis,.McTaggart, & Nixon,2014).
Action research adalah suatu riset kolaborasi antara peneliti dengan
partisipan untuk mendefinisiskan masalah dalam penelitian, pemilihan pendekatan
penelitian serta metode penelitian, melakukan analisa data, dan penggunaan
terhadap penelitian untuk menghasilkan pengetahuan, tindakan, dan peningkatan
kesadaran (Polit dan Beck, 2012). Penelitian action researchdilaksanakan dengan
4 (empat) tahapan, diantaranya: intervensi tindakan (planning), aplikasi tindakan
38
Universitas Sumatera Utara
39
(acting) & observasi (observing), dan revisi rencana (reflecting) (Kemmis.,
McTaggart, danNixon, 2014).
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian
Selanjutnya untuk area penelitian diadakan di Intensive Care Unit Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara. Tempat penelitian ini dijadikan area penelitian
karena merujuk pada belum terdapat suatu panduan yang bisa dipakai untuk
pencegahan dekubitus.
Jadwal Penelitian
Waktu pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2020
sampai dengan Agustus 2020. Sesuai dengan metode action research peneliti
melakukan satu siklus dari beberapa siklus dari proses penelitian.
Partisipan Penelitian
Adapun peserta yang mengikuti penelitian ini yaitu perawat yang
bekerja di ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit Sumatera Utara, dimana
keseluruhannya adalah 15 orang. Partisipan yang terlibat merupakan perawat yang
pernah merawat pasien dengan risiko ulkus dekubitus sebagai efek dari tirah
baring yang sangat lama. Sebagai dasar untuk memilih partisipan pada penelitian
ini yakni sesuai kriteria inklusi yang sebelumnya sudah dibuat yaitu perawat
yang bekerja di ruangan Intensive Care Unit, dengan masa bertugas di ICU
paling sedikit 2 tahun.
Universitas Sumatera Utara
40
Tekhnik Pengambilan sampling
Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan tehknik
purposive sampling dimana tehnik yang digunakan dalam penelitian ini.
Purposive sampling yaitu tehnik pengambilan partisipan yang berdasarkan pada
keyakinan dimana pemahaman peneliti tentang suatu populasi bisa dipakai dalam
melakukan seleksi partisipan yang memahami masalah diteliti.
Kriteria Inklusi
Kemudian peneliti menetapkan kategori populasi guna meminimalkan
populasi dalam penelitian ini yakni denagn azas kriteria kelayakan (eligibility
criteria) atau bisa disebut juga dengan istilah kriteria inklusi Polit & Bec (2014).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah partisipan yang mempunyai
pengalaman kerja minimal 2 tahun dan dapat turut sertai dalam penelitian
Metode Pengumpulan Data
Peneliti melakukan tehnik mengumpulkan data dengan melaksanakan focus group
discussion (FGD), memberikan kuesioner, dan pengamatan.
1) Focus group discussion (FGD)
Pengumpulan data dengan metode focus group discussion (FGD)
dilaksanakan saat fase reconanaisance dan tahap reflekting. FGD dilakukan
dengan metode online (zoom). Tujuan dilakukan FGD adalah untuk memperoleh
informasi masalah pada awal penelitian serta menemukan informasi terkait
pencegahan ulkus decubitus.
Universitas Sumatera Utara
41
Adapun waktu yang digunakan untuk melakukan Focus Group
Discussion (FGD) adalah enam puluh menit. Sedangkan Focus Group Discussion
yang dilaksanakan pada fase reflecting adalah untuk menggali tanggapan ataupun
pendapat dari semua partisipan yang terlibat saat proses penelitian pengembangan
panduan pencegahan ulkus decubitus berlangsung. Peneliti memandu proses
FGD dengan menggunakan panduan FGD.
Menurut Polit & Beck (2018) bahwa Focus Group Discussion (FGD)
mengikutsertakan kelompok terdiri dari sekitar 5 ataupun sampai sepuluh orang
yang memiliki pendapat, atau pandangan maupun pengalaman secara bersamaan
terkait topik penelitian.
2) Penyebaran Kuesioner
Proses pemberian lembar isian kuesioner dilaksanakan dengan mengirim
lembar kuesioner beserta informed consent ke area penelitian yakni RS USU. Hal
ini dilakukan karena jadwal penelitian dilakukan saat masa pandemi covid 19.
Kuesioner terdiri dari beberapa pertanyaan terkait pengetahuan partisipan
tentangpencegahan ulkus dekubitus. Kuesioner di distribusikan kepada seluruh
partisipan untuk selanjutnya di isi oleh partisipan yaitu menuliskan checklist di
pernyataan yang partisipan adalah benar. Peneliti mendistribusikan kuesoiner ini
pada tahap reconnaissance dan tahap reflecting. Untuk memperoleh data
tambahan dan data pendukung untuk selanjutnya diolah secara kuantitatif.
3) Observasi
Metode pengumpulam data dengan menggunakan observasi adalah dimana
peneliti mengamati atau melakukan observasi terhadap partisipan, peneliti
Universitas Sumatera Utara
42
melakukan observasi mulai dari saat proses FGD berlangsung sampai pada
implementasi yang dilakukan partisipan terkait pencegahan ulkus dekubitus.
Observasi yang dilakukan pada penilitian ini, berupa Field notes yang
merupakan bentuk pencatatan yang paling umum sebagai alat pengumpul data
dalam metode observasi Loiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck (2011). Field
Notes atau catatan lapangan adalah catatan pengamatan yang dilakukan di
lapangan Kemmis, McTaggart & Nixon (2014). Field Notes berisi catatan tentang
pengaturan atau konteks untuk wawancara, serta observasi yang dilaksanakan
oleh peneliti saat melakukan proses pencarian data, seperti catatan tentang
perilaku para partisipan yang dlam hal ini adalah perawat yang bertugas di
Ruangan Intensive Care Unit, atau komunikasi non-verbal partisipan Lobiondo-
Wood & Haber (2014).
Alat Pengumpulan Data
Pada saat proses penelitian berlangsung, Alat bantu dipakai oleh peneliti
saat proses pengumpulan data adalah untuk memperoleh data yang lebih akurat.
Adapun alat ataupun instrument yang dipakai peneliti selama penelitian
diantaranya perekam suara (voice recorder), dan instrumen penelitian.
1) Alat perekam suara atau voice recorder
Voice recorder merupakan alat yang digunakan peneliti untuk merekam
suara dari seluruh partisipan saat proses penelitian berlangsung khususnya pada
saat dilakukan focus group discussion (FGD). Hasil dari voice recorder akan di
dokumentasikan dalam bentuk transkrip dan dari transkrip ini selanjutnya akan
Universitas Sumatera Utara
43
dikembangkan menjadi data yang dibutuhkan dalam penelitian.
2) Panduan focus group discussion (FGD),
Panduan FGD dibuat berdasarkan studi literatur dalam penelitian dan
dimodifikasi peneliti dalam bentuk pertanyaan. Focus Group Discussion (FGD)
dapat diartikan sebagai wujud dari wawancara kelompok dengan maksud
menggali dinamika, yang berfungsi dalam memotivasi keterbukaan diantara para
partisipan dengan cara memanfaatkan pernyataan-pernyataan dari partisipan
secara terbuka,tegas dan tidak berbelit-belit dalam berdiskusi secara dinamis
dengan maksud membahas.
Selain fungsi diatas, FGD juga dapat membuat partisipan bebas dalam
mengemukakan pendapatnya masing-masing, FGD juga hemat dan lebih
ekonomis guna memperoleh hasil (out put) yang lebih cepat, elaboratif, lebih
fleksibel dan dalam waktu yang singkat dapat memperoleh data dengan jumlah
yang lebih banyak Lobiondo-Wood & Haber (2014). Pada penelitian ini FGD
ditujukan guna mengeksplorasi pengalaman partisipan dalam melakukan
pencegahan pada pasien yang beresiko mengalami dekubitus di ICU.
3) Kuesioner
Self-report adalah suatu alat pengumpul data yang dibuat dalam bentuk
kuesioner dengan tujuan melihat sejauh mana pengetahuan partisipan dalam
melakukan pencegahan resiko dekubitus pada pasien yang tirah baring di ICU.
Jenis pertanyaan yang dibuat oleh peneliti adalah jenis pertanyaan tertutup
(closed-ended question) dan kuesionernya terstruktur.
Universitas Sumatera Utara
44
4) Log book
Untuk mengamati tindakan yang dilakukan oleh perawat ICU terkait
pencegahan dekubitus, peneliti menggunakan log book. Selanjutnya peneliti
melakukan observasi guna melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat
pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan terkait pencegahan ulkus
dekubitus.
Bentuk pertanyaan yang digunakan pada kuesioner dan observasi
pengetahuan perawat tentang pencegahan resiko dekubitus adalah dengan Rating
Question dengan Dichotomous Questions, atau pernyataan-pernyataan deklaratif
yang mengarah pada topik penelitian. Hasil ukurnya terdiri dari ya/tidak dan
benar/salah. Kuesioner dibuat dan dikembangkan sendiri oleh peneliti yang
sebelumnya telah melakukan kajian literatur review. Kemudian, uji validitas
dilakukan pada kuesioner. Setelah Uji Validitas oleh Expert maka diperoleh hasil
perhitungan CVI sebesar 0.99. Apabila Content Validity Index (CVI) besar
(>) 0.80 maka kuesioner tersebut dapat dikategorikan valid (Polit & Back, 2014).
cvi = jumlah expert yang menjawab relevan dan sangat relevan
jumlah expert (relevan & sangat relevan + tidak relevan &
sebagian relevan
Hasil perhitungan uji validitas yang dilakukan pada panduan FGD
didapatkan hasil perhitungan CVI sebesar 0,99 dan dikatakan valid.
Rank-Ordered Question merupakan bentuk pertanyaan yang digunakan
untuk kuesioner data demografi.
Universitas Sumatera Utara
45
Tahapan Penelitian Action Research
Berikut adalah tahapan dari proses action research dalam 1 siklus
pengembangan panduan pencegahan dekubitus adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Reconnaissance
Menurut Kemmis,. McTaggart,. & Nixon (2014) reconnaissance atau
biasa disebut dengan istilah preliminary study didasarkan pada proses pengumpulan
informasi awal. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan penelitini antara lain : a)
Mengetahui atau mengenal lokasi penelitian, b) Melakukan pendekatan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dilokasi penelitian, c) melaksanakan FGD guna
menilai pengetahuan partisipan, d) Pengukuran pengetahuan partisipan dengan
self-report, e) Mengobervasi sikap perawat pelaksana dengan menggunakan
(lembar observasi), f) Penyusunan rumusan masalah yang ditemukan, f)
Mempertimbangkan etika penelitian.
Pengenalan lokasi penelitian ditujukan untuk mempermudah peneliti
dalam beradaptasi dilokasi penelitian. Sedangkan pendekatan dengan pihak-pihak
yang terkait bertujuan untuk mengidentifikasi partisipan yang akan berpartisipasi
dan mengidentifikasi pokok permasalahan yang akan dibahas. Peneliti melakukan.
Kegiatan ini dengan partisipan dalam bentuk diskusi terbuka tanpa
mengesampingkan hirarki prosedur komunikasi yang berlaku, peneliti
menggunakan alat pengumpul data lainnya yaitu field notes untuk memperoleh
triangulasi data. Sebelum penelitian dimulai, Peneliti juga harus memperhatikan
pertimbangan etik penelitian, yakni dengan memberikan dan menjelaskan
informed consent pada partisipan. Selanjutnya penelitian ini melalui proses etichal
Universitas Sumatera Utara
46
clereance dari komite etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Tahap 2: Planning
Setelah tahap reconnaissance dilaksanakan,selanjutnya melakukan tahap
planning. Tahap ini,merupakan perencanaan tindakan ataupun kegiatan untuk
tercapainya tujuan yang sudah telah ditetapkan, serta bagaimana cara
melaksanakan kegiatan tersebut. Pada Tahap planning peneliti melakukan
kolaborasi ataupun kerjasama dengan partisipan. Adapun pihak-pihak yang
terlibat dalam kolaborasi pada tahap planning adalah pihak struktural dan kepala
ruangan Intensive Care Unit rumah sakit Universitas Sumatera Utara terkait
tempat (izin setting tempat) Kegiatan yang akan dilakukan antara lain: 1)
Penyusunan timetable. 2) Mencari literature reviews untuk mengatasi masalah , 3)
Penyusunan ide untuk menyelesaikan permasalahan, 4) Pelaksanakan
brainstorming terhadap ide-ide yang sudah dikumpulkan; 5) Ide-ide yang muncul
dikumpulkan dan dikembangkan, selanjutnya disusun bersama dengan output
yang disepakati.
Menurut Polit & Beck (2012) bahwa penyusunan timetable pada
penelitian ini dilakukan guna penjadwalan, monitoring dan evaluasi kegiatan
penelitian. Literature reviews memaparkan beberapa fungsi penting didalam
proses suatu penelitian dan peranannya dalam pengembangan evidence-based
practice.
Tahap 3: Acting dan Observing
Mengaplikasikan atau menerapkan rencana tindakan yang sudah disusun
sebelumnya pada tahap planning, merupakan kegiatan yang harus dilakukan pada
Universitas Sumatera Utara
47
tahap ini. Bentuk aktivitas yang dilakukan pada fase ini yaitu : menginformasikan
ide-ide yang telah dikumpulkan terhadap orang-orang yang berkepentingan, dan
merumuskan ide-ide tersebut untuk sama-sama menyusun draf panduan
perawatan dekubitus pada pasien ICU.
Hasil dari rumusan data yang telah disusun, selanjutnya dilanjutkan
dengan melakukan uji expert. Penguji yang akan melakukan uji expert telah
ditetapkan. Kemudian bila terdapat sesuatu yang harus diperbaiki,maka revisi
dilakukan peneliti untuk selanjutnya dikonsultasikan kembali kepada penguji
expert, dan peneliti dan partisipan melakukan FGD kembali. Perumusan dan
membuat kesepakatan panduan pencegahan dekubitus pada pasien ICU,
melaksanakan sosialisasi panduan pencegahan ulkus dekubitus.
Dalam melakukan kegiatan evaluasi log book yang dilaksanakan oleh
partisipan, bahwa kegiatan ini bersifat monitoring. Peneliti melakukan proses
identifikasi dan dokumentasi atas seluruh indikator proses dan hasil, partisipasi
dari tim penyusun serta beberapa kendala yang ditemukan pada saat proses
penyusunan panduan pencegahan dekubitus.
Observasi adalah proses dimana peneliti melakukan pengamatan dan
pencatatan dengan cara sistematis atas semua kegiatan yang sudah disusun.
Selama proses observasi dilakukan,alat yang dipergunakan seperti: 1) Buku
catatan harian, yakni rekaman saat peneliti melakukan proses pengamatan,
perasan, interpretasi, ide, firasat, reaksi, penjelasan, dan refleksi secara teratur
terhadap hal-hal yang menarik pada topik penelitian, 2) Interviews, adalah cara
yang tepat dalam mengetahui dan mengumpulkan perspektif dari beberapa
Universitas Sumatera Utara
48
partisipan yang berbeda terhadap suatu masalah 3) Catatan tertulis seperti field
notes dan log book 4) Merekam dengan menggunakan audio dan foto, dan 5)
Proses analisa dokumen, Tujuan dari kegiatan analisa dokumen adalah untuk
menghasilkan interpretasi terhadap masalah yang berdasarkan pembacaan
kritis dokumen yang relevan yang ditemukan peneliti saat berada di lokasi
penelitian.
Tahap 4: Reflecting
Tahap akhir dari proses penelitian action research adalah tahap reflecting
Pada tahap ini dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti menganalisis,
mensintesis, menafsirkan, menjelaskan dan menarik kesimpulan kemudian
memperluas kajian output yang telah disusun. Selanjutnya kegiatan yang akan
dilakukan berupa penyebaran kuesioner pengetahuan perawat terhadap
pencegahan ulkus dekubitus di ruangan ICU.
Proses Analisa data dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari
fase acting dan observing sesuai dengan data yang sudah disusun ditahap
planning. Selanjutnya data-data tersebut dikategorikan kedalam tema-tema
tertentu. Setelah semua data dianalisis, kemudian peneliti membuat tampilan data
secara jelas dan jujur. Selanjutnya, kegiatan AR selama proses penelitian dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini:
49
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Rangkaian Kegiatan Penelitian Action Research: Tahap Reconnaissance dan Planning
Minggu Ke III/IV Mei 2020 Minggu I/II Juni 2020 Minggu III/IV Juni 2020 Minggu I/II Juli 2020
Reconnaisance Planning
1. Melakukan prolonged
engagement
2. Menyampaikan tujuan dari
pelaksanaan penelitian
3. Menyampaikan batas
waktu penelitian yang akan
dilakukan
4. Menyampaikan kegiatan
yang dilakukan selama
proses penelitian
5. Mencari kelengkapan
informasi tentang setting
penelitian
1. Melakukan penyebaran
kuesioner
2. Melakukan FGD I
3. Hasil FGD dibuat dalam
bentuk transkip dan di
analisa
1. Melaksanakan FGD II
dengan partisipan
2. Melakukan analisa data dari
penyebaran kuesioner
1. Merencanakan sosialisasi
program penelitian dan
hasil dari data yang
dikumpulkan saat
reconnaisance pada pihak
management RS USU
2. Merencanakan
pembentukan Tim yang
akan mengembangkan
panduan ulkus dekubitus
3. Merencanakan tentatif
panduan ulkus dekubitus
Merencanakan sosialisasi
dan implementasi panduan
50
Universitas Sumatera Utara
Minggu II/IV Juli 2020 Minggu III/V 2020 Minggu ke 1 Agustus 2020
Acting dan Observing Reflecting
1. Melakukan sosialisasi program
penelitian dan sosialisasi hasil
pertemuan pada tahap reconnaisance
pada pihak manajemen RS
2. Pembentukan tim panduan ulkus
3. Menyusun draft panduan ulkus
1. Uji coba panduan ulkus dekubitus
2. Implementasi Panduan ulkus dekubitus
1. Melaksanakan Uji Expert
1. Melaksanakan FGD dengan partisipan
2. Mengukur Pengetahuan pasrtisipan
Mengolah data dari pertemuan akhir
51
Universitas Sumatera Utara
Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu
analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh dari analisis
Kualitatif merupakan data yang masih dalam bentuk transkrip hasil percakapan
antara partisipan dengan peneliti yang didapat setelah melalui proses FGD,
sedangkan data yang didapat dari analisis kuantitatif merupakan hasil kuesioner
yaitu data demografi dan pengetahuan perawat tentang pencegahan ulkus
dekubitus pada pasien ICU.
Analisis Kualitatif
Hasil dari pelaksanaan FGD antara partisipan dengan peneliti merupakan
data kualitatif. Setelah itu, data dianalisis dan dijadikan dalam bentuk tema-tema,
dicari persamaan maupun perbedaannya, selanjutnya dikelompokkan ke dalam
kategori dengan arti yang lebih luas, lebih abstrak, serta lebih menyeluruh yang
disebut tema menghasilkan banyak data (Lobiondo-Wood & Haber, 2014).
Menurut (Polit & Beck, 2014) Metode content analysis digunakan dalam analisis
data kualitatif .Content analysis merupakan analisis data naratif dimana ditujukan
guna identifikasi pola serta tema yang menonjol diantara tema-tema yang ada.
Langkah-langkah dalam melakukan analisis data yakni : 1) melakukan
abstraksi data yang terdiri dari proses koding, membuat tema atau
kategori,penulisan memo, 2) melakukan interpretasi data (Afiyanti & Rahmawati
2014).
Sedangkan menurut (Faan et al., 2014) bahwa data kualitatif yang
52
Universitas Sumatera Utara
digunakan dalam content analysis adalah data yang diperoleh dari hasil
wawancara FGD antara partisipan dengan peneliti. Selanjutnya data ini dianalisis
dalam bentuk tema-tema, menemukan kesamaan dan perbedaan dalam
wawancara, dan kemudian mengelompokkannya ke dalam kategori makna yang
lebih luas, lebih abstrak, dan menyeluruh disebut tema yang menghasilkan banyak
data.
Analisis Kuantitatif
Statistik deskriptif digunakan dalam analisis data kuantitaif, suatu
prosedur dimana peneliti mendeskripsikan serta menyimpulkan data hasil dari
penelitian (Lobiondo-Wood & Haber, 2014). Data yang diuraikan pada lembar
kuesioner adalah data demografi antara lain : usia partisipan, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, suku, pengalaman kerja.
Keabsahan Data (Trusthworthiness of Data)
Keabsahan data bertujuan guna mendapatkan sejauh mana kepercayaan
yang ada hubungannya dengan kebenaran hasil dari penelitian, mengunguraikan
serta menjelaskan data dengan kejadian aktual yang terjadi saat berlangsungnya
penelitian dilapangan. Keabsahan data (trustworthiness) dapat dievaluasi dengan
menggunakan kriteria kepercayaan (credibility; dengan prolonge engagement dan
member checking), keteguhan (dependability), pengalihan (transferability) dan
kepastian (confirmability/check expert) dan authenticity (Polit & Beck, 2018).
Prolonged engagement dan member check adalah tekhnik yang digunakan
peneliti untuk mempertahankan credibility. Prolonged engagement dimulai pada
53
Universitas Sumatera Utara
tahap reconnaissance, dimana peneliti melakukan pendekatan secara intensif pada
pastisipan.
Pihak-pihak yang terlibat dalam prolonged engagement atau yang akan dilakukan
Pendekatan antara lain: komite dan kepala seksi keperawatan, kepala ruangan ICU dan
perawat ICU. Proses pendekatan yang dilakukan adalah Orientasi ke Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara dengan bantuan seorang rekan yang bertugas di Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara. Peneliti juga mempelajari budaya perawat Intensive Care
Unit dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencegah pasien ulkus dekubitus.
Tujuan dilakukan prolonge engagement adalah disamping peneliti lebih mengetahui dan
memahami situasi penelitian,pendekatan juga ditujukan agar dapat membina hubungan
saling percaya dan kedekatan diantara peneliti dan partisipan. Sedangkan member ceck
merupakan salah satu tindakan yang dilakukan peneliti dalam meperoleh kepastian
ataupun objektifitas dari data yang didapat, dokumen hasil temuan data diserahkan kepada
partisipan dalam bentuk transkrip untuk selanjutnya dibaca partisipan sebagai bentuk
upaya mendapatkan kepastian atau objektifitas data yang diperoleh (thick description).
Pertimbangan Etik
Pertimbangan etik adalah tingkah laku yang dapat diambil dan tingkah
laku yang tidak bisa diterima yang didiskrepansikan melalui tolak ukur tingkah
laku (Tappen, 2016). Penelitian dapat dilakukan apabila peneliti sudah
mendapatkan bukti ethical clearance yang dikeluarkan oleh Komite Etik
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam
menjamin akuntabilitas kepada partisipan, suatu penelitian harus ada konservasi
HAM yaitu: privacy, autonomy, juctice, dan confidentiality (Wood & Ross-Kerr,
2011).
54
Universitas Sumatera Utara
Autonomy pada riset ini bisa diperoleh dengan cara mengasihkan
kebebasan memilih pada partisipan terkait hak untuk mengikuti maupun menolak
pelaksanaan penelitian dengan menggunakan informed consent. Menurut
(Lobiondo-Wood & Haber, 2014) Informed consent merupakan dasar hukum
bermakna bahwa asosiasi ikut serta dalam berperan pada riset ini serta sepakat
dalam hal ini (Lobiondo-Wood & Haber, 2014).
Perlindungan terhadap privacy pada penelitian ini dilakukan dengan cara
interes riset dapat dijaga rahasinya dengan baik, tidak meuliskan nama dan
identitas lainnya yang berhubungan dengan partisipan.
55
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengembangan Panduan Pencegahan Ulkus Dekubitus Di Ruangan Intensive
Care Unit (ICU)
Penelitian dilakukan dimulai bulan Mei 2020. Proses pengembangan
panduan pencegahan ulkus dekubitus dilakukan dalam satu siklus action research
dengan empat tahapan. Pada tahap awal adalah tahap reconnaissance dimana
peneliti melakukan setting penelitian sampai pada memperoleh problem yang
nantinya diriset. Langkah berikutnya yaitu melaksanakan rancangan atau rencana
terhadap problem-problem yang dijumpai pada langkah ke-1 atau reconnaisance,
sedangkan langkah ke-3 yaitu acting dan observing, selanjutnya langkah ke-4
adalah reflecting atau aktualisasi.
Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, adalah bagian dari Rumah Sakit
Pendidikan berlokasi di kota Medan. Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
dengan kelas C yang penyelenggaranya yakni Kementrian Riset dan Tekhnologi
dan Pendidikan Tinggi dan beralamat di Jalan Dr.mansur No 66, Medan. Luas
Tanah 38.000m2. luas Bangunan 52.200 m2 dengan jumlah 5 lantai. Sejarah
berdirinya Rumah Sakit Universitas Sumatera disampaikan gagasan pekerjaan
konstruksi Pusat Riset dan Diagnostik Kesehatan (PPDK) USU ke Bappenas
yang kemudian direvisi menjadi usulan Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan
(RSP) USU yang diambil melalui sumber web sah Rumah Sakit USU yang berdiri
55
56
Universitas Sumatera Utara
tahun 2003. RSP USU dibentuk oleh Bappenas tahun 2004 melalui rujukan
dari Mendiknas. Sehingga gagasan Pembangunan RSP USU masuk ke dalam
rancangan Bappenas karena sudah mendapat ijin. Pada tahun 2005
didapatkan rujukan Menkes terhadap Rektor USU untuk membangun RSP USU.
Bersamaan dengan tahun itu, untuk pendirian RSP USU, Loan mendapat
tawaran melalui Islamic Development Bank (IDB). Dalam hal itu, IDB dengan
pemerintah melakukan diskusi terkait Loan financing RSP USU itu. Sehubungan
dengan itu, tanggal 1 Februari 2006 pemberian Loan pembangunan RSP USU
telah di approved oleh IDB. Selanjutnya dilakukan sistem obral
manisfestasi pembangunan RSP USU antara tahun 2007 – 2009 dan pada
akhirnya ekskutif pembangunan RSP USU ditentukan oleh PT. Skita Karya (19
Juli 2009).
RSP USU dibangun sejak tahun 2009 – 2011 dan kemudian dimulai untuk
menyusun usulan intervensi dalam penyediaan alat kesehatan dan non kesehatan
serta usulan untuk sumber daya manusia. Departemen pendidikan nasional
membuat alokasi pada beberapa SDM dengan satus PNS untuk difungsikan
sebagai tenaga di RSP USU. Kemudian antara tahun 2011 – 2013 dilaksanakan
penyediaan alat-alat kesehatan RSP USU. Sementara itu dimulai juga untuk
penyusunan program serta bujet operasional RSP USU. Dengan dususunnya
segala persiapan operasional, RS USU bisa secepatnya dioperasikan dengan baik.
Pada tanggal 4 Desember 2014 Soft opening RS USU dilaksanakan serta dibuka
untuk dioperasionalkan dapat terlaksana pada tanggal 28 Maret 2016.
Adapun Visi dan Misi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara yaitu
antara lain :
57
Universitas Sumatera Utara
1. Visi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Sentral ekspansi merupakan tujuan dari Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara IPTEKDOK 2025 di daerah Indonesia Barat
2. Misi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Menaikkan kualitas dokter ahli dan pegawai kesehatan serta kualitas servis
kesehatan utamanya di Sumatera bagian utara dan meningkatkan
IPTEKDOK secara integral antara beragam agen pengetahuan kedokteran
merupakan misi dari Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
Falsafah, Nilai-nilai, Budaya Kerja Dan Tujuan
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara mempunyai fundamental:
1. Kesehatan merupakan hak elementer individu dan wajib didapatkan.
2. Servis kesehatan yang berkualitas akan mempengaruhi keprimaan
kesehatan masyarakat.
3. Dengan sistem peningkatan pegawai kesehatan yang berbobot maka akan
terealisasikan Servis Kesehatan yang berkualitas.
Rumah Sakit USU mencakup nilai-nilai :
1. Kesehatan pasien merupakan prioritas esensial
2. Pertama adalah tidak membahayakan pasien
58
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
1. Memanifestasikan sumber daya manusia aspek kedokteran/kesehtatan
yang berkualitas, reliable dan ikhlas dalam mengerjakan serta
menggabungkan servis perlindungan kesehatan, edukasi dan riset;
2. Menciptakan servis perlindungan kesehatan yang sempurna, totalitas, satu
kesatuan, tergapai, dan berkelanjutan;
3. Menghasilkan situasi yang bersifat edukasi yang menjunjung pendidikan,
riset, dan servis perlindungan kesehatan yang berkualitas dan damai;
4. Evaluasi kualitas kapasitas kerja berkelanjutan dapat membimbing kru
kerjasama yang kuat;
5. Mengadakan jaringan rumah sakit yang memegang fungsi edukasi, riset,
dan perlindungan kesehatan serta berupaya menjadi sentral petunjuk
daerah rumah sakit di daerah Sumatra Utara;
6. Ekspansi kemandirian Perguruan tinggi dan menaikkan swapraja
Universitas Tridarma.
Departemen Pelayanan Medis
Salah satu departemen pelayanan medis di Rumah Sakit USU adalah
Departemen Dermatologi dan Venerologi.
59
Universitas Sumatera Utara
Panduan Gedung
Fasilitas Lantai 1
Zona Fasilitas
1A IGD / Kamar Bedah Emergensi / Departemen Radiologi / Gas
Medik
1B
Konter Informasi / Konter Pendaftaran / Kasir / Laboratorium /
Pendaftaran Radiologi / Pendaftaran Endoskopi / Loading Dock /
Unit Keamanan / Instalasi Gizi
1C Instalasi Farmasi / Departemen Rehabilitasi Medik / Kantor Humas
/ Poli Spesialis / Unit PSRS / Kantin
Fasilitas Lantai 2
Zona Fasilitas
2A Departemen Gigi & Mulut / Departemen THT-KL / Departemen
Pulmonologi & Kedokteran Respirasi
2B Departemen Obstetri dan Ginekologi / Departemen Ilmu Kesehatan
Anak / R. Serba Guna Mahasiswa / Ruang Rawat
2C Departemen Ilmu Penyakit Dalam / Departemen Neurologi /
Departemen Gizi / Poliklinik Mahasiswa USU / Ruang Rawat
Fasilitas Lantai 3
Zona Fasilitas
3A
Departemen Kesehatan Kulit & Kelamin / Departemen
Anestesiologi & Terapi Insentif / Departemen Ilmu Bedah Umum /
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa / Unit CSSD
3B Ruang PICU / Ruang ICCU / Ruang HDU Anak / Ruang NICU /
Departemen Instalasi Kamar Bedah
3C Ruang ICU / Ruang HDU Dewasa / Maternitas / Ruang Persalinan
Fasilitas Lantai 4
Zona Fasilitas
4A
Unit Rekam Medik / Ruang Administrasi / Ruang Direktur / Ruang
Komite Medik / Ruang Komite Keperawatan / Aula /
PPDS/Mahasiswa /
4B Medical Check Up / Departemen Kardiologi & Ilmu Kedokteran
Vaskular / Ruang IT / Departemen Patologi / Ruang Rawat
4C Ilmu Kesehatan Mata / Unit Hemodialisa / Departemen Kecantikan
Kulit
Fasilitas Lantai 5
Zona Fasilitas
5B Ruang Rawat VIP
Universitas Sumatera Utara
DIREKTUR UTAMA
SATUAN PENGAWAS
INTERNAL KOMITE-KOMITE KEPALA SMF
Gigi Mulut DIREKTUR DIKLAT
PENELITIAN& KERJASAMA
DIREKTUR PELAYANAN
MEDIKDAN KEPERAWATAN DIREKTUR SARPAS MEDIK
& PELAYANANPENUNJANG
Ilmu Penyakit Dalam
Ilmu Kesehatan Anak
Bedah
KABID MEDIK& KEPERAWATAN
Obgyn
Neurologi
Pulmonologi
Kardiologi
Optalmologi
THT
KA. SUB PENDIDIKAN
KA. SUB PENELITIAN &
KERJASAMA KA. SIEMEDIK KA. SIE
KEPERAWATAN
KA.SUB
SARPRAS MEDIK
KA. SUB PELAYANAN PENUNJANGAN
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Rawat Jalan Instalasi
Rawat Inap
Instalasi Rawat Intensif/HDU
Instalasi Bedah Pusat
Unit PemeliharaanGedung UNIT VERIFIKASI
ASURANSIKESEHATAN
Dermatologi %
Venereologi
Psikiatri
Unit Rehabilita sMedik Unit Kamar Persalinan
Unit Hemodialisasi Unit
Transfusi Darah Unit
Home Care
Unit
PeralatanMedik
Unit IT-Komunikasi
Unit Linen-Laundry
Unit PAL
KA. SUB KEUANGAN KA. SUB UMUM & SDM
KABAG ADM. UMUM, SDM & KEUANGAN
KABAG SARPRAS
PELAYANAN PENUNJANG
KABAG PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN
DEWAN PENGAWAS
TIM –TIM
DIREKTUR ADMINISTRASI UMUM
SDM & KEUANGAN
REKTOR
STRUKTURAL ORGANISASI
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik Partisipan
Partisipan yang dilibatkan dalam riset ini merupakan suster yang berdinas
di kamar Intencive Care Unit Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara,
keseluruhan kuantitas partisipan yaitu 15 orang diklasifikasikan dari 3 orang pria
(20%) dan 12 orang wanita (80%).
Sedangkan Partisipan yang pendidikannya pada jenjang sarjana
keperawatan adalah sebanyak 6 orang (26,7%) dan Akademi Keperawatan 9
orang (73.3). Partisipan yang beragama Islam sebanyak 10 orang dan 5 orang
beragama Kristen. Pengalaman kerja kurang dari dua tahun 2 orang (13.3 %) dan
pengalaman kerja lebih dari 2 tahun adalah 13 orang(86.7%). Selanjutnya untuk
kategori usia partisipan 20-30 tahun adalah 3 orang (20%) dan 12 orang (80 %)
31-40 Data Partisipan lebih rinci dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini.
Table 1.1 Karakteristik partisipan
Karakteristik Frekuensi %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 3 20
Perempuan 12 80
Pendidikan
D3 9 73.3
S1 6 26.7
Agama
Islam 10 73.3
Kristen 5 26.7
Pengalaman Kerja
< 2 Tahun 2 13.3
> 2 Tahun 13 86.7
Usia
20-30 Tahun 3 20
31-40 Tahun 12 80
63
Universitas Sumatera Utara
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit
Sumatera Utara. Adapun sarana dan prasarana penunjang yang terkait dengan
pencegahan ulkus dekubitus yang terdapat di ruangan ICU Rumah Sakit USU
adalah jumlah tempat tidur 6 unit, kemudian 6 unit matras dekubitus serta 3 unit
bundle care.
Proses Pengembangan pencegahan ulkus dekubitus di ICU Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara
Proses pengembangan pencegahan ulkus dekubitus dilakukan dalam dua
fase. fase pertama yaitu reconnaissance, dalam fase ini dimana peneliti mencari
masalah yang kemudian dijadikan sebagai penelitian, disebut juga tahap
preliminary study. Kemudian fase selanjutnya dijabarkan terkait tahapan dalam
siklus action research yaitu planning, action, dan observation serta reflection.
Perspektif perawat tentang pencegahan ulkus dekubitus di ruangan
Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Tahap reconnaissance peneliti melaksanakan pendekatan (prolonged
angagement) dengan management Rumah Sakit.Sementara itu pada tahap
reconnaissance yaitu pelaksanaan FGD I. Perawat yang menghadiri pelaksanaan
FGD I adalah lima belas orang perawat . Fungsi FGD yaitu mengeksplor
permasalahan yang ada kaitannya dengan penelitian. Interview diadakan
dengan menggunakan tekhnik FGD selama 60 menit. FDG dilaksanakan dengan
64
Universitas Sumatera Utara
cara online (zoom) serta menemukan empat tema yaitu: 1) Persiapan perawat
dalam pencegahan ulkus dekubitus. 2) Proses pelaksanaan pencegahan ulkus
dekubitus. 3) Manfaat pencegahan ulkus dekubitus di ruangan Intencive Care
Unit, 4) Hambatan dalam pelaksanaan pencegahan ulkus dekubitus di ruangan
Intencive Care Unit
Persiapan perawat dalam pencegahan ulkus dekubitus di ruangan ICU
Persiapan perawat dalam pencegahan ulkus dekubitus diruangan Intensive
Care Unit belum optimal,terdiri dari : persiapan pasien untuk pencegahan ulkus
dekubitus belum optimal, dan persiapan peralatan yang akan digunakan untuk
pencegahan ulkus dekubitus belum optimal. Persiapan perawat ini sesuai dengan
pernyataan partisipan. Berikut adalah kutipan ungkapan peraawat :
“…eeee..kaya mana dibilang ya ka, kalau mau melakukan ya
seharusnya kita siapkan lah pasien itu,tapi …ya itu bisa dari
pasien keadaannya tidak memungkinkan ,seperti kalau dia
selesai makan kan nda bisa langsung lah kita buat
,npasien bisa muntah”(Partisipan 3)
“..kalo alat-alat memang kadang kita persiapkan..kadang ga
juganya…karna yaitu eee, ga setiap hari kita pakaikan
bundle care itu karna udah ada matres itu, kalo matres
memang iya udah adanya tekanannya itu” (Partisipan 1)
65
Universitas Sumatera Utara
“kalo…eee…untuk peralatan mandi memang keluarga yang
siapkan, ee..kalo keluarga belum punya yaaaa..kadang dipake
dari icu aja” (partisipan 11)
Proses Pelaksanaan Pencegahan Ulkus Dekubitus di ICU
Proses implementasi penghindaran ulkus dekubitus diruangan ICU
terdiri dari: Pemasangan Bundle Care , Pemasangan matras, perawatan
Hygiene Kulit belum optimal. Proses implementasi penghindaran ulkus
dekubitus di ICU sesuai dengan kutipan pernyataan perawat :
“ hmmm…gini kalo menurutku,eee..biasanya kalo waktu
memandikan ya kita mandikan, ya kadang kita perhatikan
lah memang kondisi kulitnya apalagi yang bagian-bagian
yang bawah,maksudku eeee…bagian kulit yang mengalami
penekanan itu looo.nah tapi khan ya kadang juga kalo lagi
dimandikan ya terlewatkan aja perhatikan itu
kulitnya,apalagi sekarang covid y aga bisa jugalah kita
lama-lama kontak dengan pasien”(partisipan 8)
”eee…bantal yang bentuknya seperti donat itu bentuknya
khan..nah itulah yang kita berikan ka,ke pasien.tapi…mmm
kadangnya juga itu kita kasihkan”(partisipan 4)
“matras memang iya ka,khan sudah terpasang di bed
masing-masing pasien, tinggal hidupkan mesinnya .klo
untuk tekanan ga ada ukuran tertentu tekanannya kami
kasih ka.udah langsung mengembang aja nya itu
matrasnya”(partisipan 10)
66
Universitas Sumatera Utara
Manfaat Pencegahan ulkus dekubitus di ruangan ICU
Manfaat pencegahan ulkus dekubitus diruangan ICU terdiri dari:
keselamatan pasien dan kepatuhan perawat. Sesuai dengan kutipan pernyataan
perawat :
“ banyaklah manfaatnya, kalo menurutku ya eee..satu,
missal: untuk keselamatan pasien sendiri ya kan, kalo
dilakukan dengan baik dan terus-menerus”(partisipan 12)
”hmmm…begini juga bisa yah,eeee,,berguna biar
patuh perawat…atau bagaimana bilangnya ya..,.berguna
bagi ketaatan perawat dalam mencegah ulkus dekubitus
membuat lebih taat,,,,,dan selalu dilakukan.begitula
pendapatku “ (partisipan 14)
“bermanfaat sekalilah ka…pasien selamat ga kena dekubitus
dia,”(partisipan 3)
Hambatan Dalam Pelaksanaan Pencegahan Ulkus Dekubitus di Ruangan
ICU
Hambatan partisipan dalam pelaksanakan penghindaran ulkus dekubitus di
Ruangan Intencive Care Unit terdiri dari: minimnya tempo suster untuk
melakukan pencegahan ulkus dekubitus dan tidak maksimalnya sarana untuk
melaksanakan penghindaran ulkus dekubitus.
67
Universitas Sumatera Utara
”…tapi yaaa,eeeeeeeeee…hee,kek manapun ya,pencegahan
ulkus dekubitus ini sangat penting,..eee…harus kita
perhatikan betul-betul..,harus kita monitor kebersihan
kulitnya, kalo disepelekan…memang terlihat sepelenya
masalah kulit ini …tapi bahaya efeknya kalo pasien sampe
ulkus dekubitus ya kan…” (Partisipan 9)
”..Memang telah ada semacam bantal bila mencegah
dekubitus.… cuma kalau keadaan pasien sedang banyak
diruangan, yaaaaa…, seperti itulah agak
kuranglah.”(Partisipan 5)
“…yang bentuknya kaya donat itu juga khan kita
sebenarnya memang adanya, terus..eeee,apalagi ya,,,ooooh
yang bentuk segi empat itu juga ada di ruangan
memang,,betul memang katanya,kurang kurasa yaaa,tetap
kurang lah memang”(Partisipan 4)
68
Universitas Sumatera Utara
Matriks Tema FGD Tahap Reconnaisance
Tema 1 : Persiapan Perawat dalam pelaksanaan pencegahan ulkus
decubitus
Sub Tema :
1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat
Tema 2 : Proses Pelaksanaan pencegahan ulkus dekubitus
Sub Tema :
1. Memasang Linen
2. Memasang bundle care
Tema 3 : Manfaat pencegahan ulkus dekubitus
Sub Tema :
1. Keselamatan pasien
2. Kepatuhan perawat
Tema 4: Hambatan dalam pelaksanaan pencegahan ulkus dekubitus
Sub Tema : 1. Keterbatasan waktu perawat untuk melakukan pencegahan ulkus
dekubitus
2. Keterbatasan sarana/prasarana dalam melaksanakan pencegahan
ulkus dekubitus
69
Universitas Sumatera Utara
Uji Expert Pencegahan Ulkus Dekubitus
Uji Expert dilakukan dengan metode online (zoom). Expert yang di
undang dalam FGD ini adalah 3 orang expert dari rumah sakit universitas
sumatera utara, yaitu : 1) Ibu Harmela, S.Kep.,Ns.,M.Kes, 2) Ibu Margaretta
Hutabarat, S.Kep.Ns, 3) Ibu Afrina Yanti Siregar, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Terdapat
beberapa saran yang diberikan oleh team uji expert untuk perbaikan panduan
ulkus dekubitus yaitu 1) bahasa yang digunakan dalam panduan didesain dalam
bentuk lebih simpel, 2) tidak perlu menggunakan dressing, 3) tahap dokumentasi
di sesuaikan dengan Rumah Sakit USU.
Tingkat wawasan perawat tekait penghindaran ulkus dekubitus
Hasil penyebaran kuesioner diperoleh data, yaitu sebanya 5 orang atau
33.33% perawat berwawasan sedang dan 10 orang atau 66.67% perawat
berwawasan bagus. 66,67 % perawat (10 orang) berpengetahuan baik. Dan 33.33
% perawat (5 orang) berpengetahuan cukup .
Table 3. Tingkat Pengetahuan Pencegahan Ulkus Dekubitus
Pengetahuan Pencegahan Ulkus Dekubitus F %
Baik 10 66.67
Cukup 5 33.33
Kurang - 0
Total 15 100.0
70
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengumpulan data yang dilaksanakan oleh peneliti pada fase
reconnaissance, dapat dikatakan bahwa wawasan perawat tentang penghindaran
ulkus dekubitus 66,67 % (10) dalam kategori baik. Sedangkan 33,33 % (5)
pengetahuan partisipan dalam kategori cukup. Tidak ditemukan perawat yang
memiliki pengetahuan kurang. Setelah digabungkan ditemukan 3 (tiga) kategori
pengetahuan. dan untuk tingkat pengetahuan yang paling dominan adalah kategori
baik.
Tahap Planning
Pada tanggal 3 -5 Juli 2020 dilaksanakan fase planning. Adapun manfaat
fase ini yaitu guna merumuskan suatu perencanaan ekspansi pedoman
penghindaran ulkus dekubitus di ICU. Oleh sebab, diadakan dengan pihak
keperawatan RS USU. Pertemuan diadakan melalui metode online (zoom), dan
didatangi oleh Komite Keperawatan, Karu ICU RS USU dan peneliti. Pada
kegiatan tersebut peneliti dan managemen RS USU membahas terkait:
1) intervensi untuk membentuk team pedoman penghindaran ulkus dekubitus
2) planning dalam membentuk kondisional pedoman ulkus dekubitus 3) rencana
menyampaikan pedoman penghindaran ulkus dekubitus serta membuat rencana
schedule pelaksanaan pedoman ulkus dekubitus. Temuan penghimpunan data
fase reconnaissance juga disampaikan kepada pihak keperawatan
Riset merancang untuk pendirian kelompok perumus dan
pengimplementasian penghindaran ulkus dekubitus. Tim tersebut dapat
berpartisipasi dalam perumusan panduan. Rencana kegiatan tersebut dilakukan
penjadwalan pada tanggal 6 Juli 2020. Kemudian peneliti melaksanakan
71
Universitas Sumatera Utara
diskusi kondisional pedoman penghindaran ulkus dekubitus yang dilakukan
dengan kelompok pedoman ulkus dekubitus serta pihak keperawatan.
Kesusastraan tinjauan serta riset tersebut adalah dasar dari tentative ulkus
dekubitus.
Pada tanggal 12-18 Juli 2020 merupakan jadwal rencana dilaksanakannya
hasil perumusan panduan yang sudah dibuat penelit peneliti. Adapun aktivitas ini
mengimplikasikan perawat ICU RS USU, kemudian untuk pelaksanaan pedoman
ulkus dekubitus dirancang akan diaplikasikan pada 21 Juli sampai dengan 2
Agustus 2020. Implementasi pedoman ulkus dekubitus dilaksanakan diruangan
ICU.
Tahap Acting dan Observing
Aktivitas yang dikerjakan pada fase ini adalah: 1) membentuk tim
pengembangan panduan ulkus dekubitus, 2) merumuskan draf pedoman ulkus
dekubitus, 3) sosialisasi pedoman ulkus dekubitus, 4) pengaplikasian pedoman
ulkus dekubitus pada perawat, 5) melakukan uji Expert untuk hasil pedoman
ulkus dekubitus.
Pembentukan tim panduan ulkus dekubitus
Pembentukan tim panduan ulkus dekubitus dilakukan dengan metode
online , pada tanggal 7 juli 2020 yang di hadiri oleh kepala ruangan ICU RS,USU
dan Ketua Tim. Setelah melalui proses diskusi antara peneliti, kepala ruangan
ICU dan Katim , maka dari 3 tahapan point tentative panduan ulkus dekubitus ,
pada tahap pelaksanaan pencegahan ditambahkan beberapa point terkait
72
Universitas Sumatera Utara
perawatan kulit dan disesuaikan dengan hasil penelitian-penelitian yang terkait
dengan ulkus dekubitus.
Menyusun draf panduan ulkus dekubitus
Pertemuan dengan pihak manajemen keperawatan dilakukan dengan
metode online 9 Juli 2020 guna mendiskusikan tentatif draf panduan ulkus
dekubitus serta melaksanakan pembahasan untuk jadwal informasi tentang
panduan ulkus dekubitus kepada perawat ICU. Pertemuan ini menghasilkan
beberapa masukan yaitu: 1) draf panduan ditambahkan format tersendiri untuk
tindakan yang dilakukan perawat, 2) pada tahapan dokumentasi ditambahkan 1
point sesuai dengan kondisi RS USU,3) sosialisasi direncanakan pada tanggal 14
dan 17 Juli 2020, dan 4) komite keperawatan menyampaikan dukungannya untuk
tetap melanjutkan penelitian ini.
Sosialisasi panduan pencegahan ulkus dekubitus pada perawat
Pada tanggal 14-18 juli 2020 merupakan pelaksanaan sosialisasi dan
didatangi oleh seluruh perawat ICU, namun karena bersamaan dengan jadwal
dinas maka hanya dapat dihadiri oleh 11 orang perawat saja. Diseminasi
dilangsungkan dengan cara online. Aktivitas yang dilaksanakan saat diseminasi
ialah menginformasikan pelajaran pedoman penghindaran ulkus dekubitus,
penjabaran tentang pedoman penghindaran ulkus dekubitus, mempersilahkan
perawat untuk memberikan kritik dan idenya tentang draf panduan yang sudah
dibuat.
Pada saat kegiatan desiminasi berjalan perawat ICU memberikan saran
73
Universitas Sumatera Utara
bahwa panduan ulkus dekubitus sebaiknya menggunakan bahasa yang lebih
tekhnis atau lebih aplikatif sehingga lebih mudah untuk dipahami dan
dilaksanakan.
Implementasi panduan ulkus dekubitus
Tanggal 24 hingga 25 Juli 2020 merupakan waktu pelaksanaan pedoman ulkus.
Suster yang berdinas di ICU Rumah Sakit USU merupakan peserta yang mengikuti uji
coba pedoman ulkus dekubitus tersebut. Manifestasi uji coba pedoman ulkus dekubitus
diklasifikasikan ke dalam 2 regu, 7 orang merupakan jumlah dari regu 1 sedangkan regu
2 berjumlah 8 orang. Masing-masing regu mengikuti prosedur penghindaran ulkus debitus
pada pasien bedasarkan pada pedoman. Implementasi dilaksanakan pada saaat masa
pandemic ,untuk itu pelaksanaannya tidak diadakan setiap hari guna meminimalkan
frekuensi tindakan ke pasien dan implementasi panduan diadakan saat perawat melakuan
tindakan keperawatan yang lain. Observasi dilakukan peneliti dengan menggunakan
media dokuemntasi yang diberikan oleh Kepala Ruangan ICU. Partisipan berperan aktif
dalam melaksanakan implementasi panduan.
Saat diadakan implementasi panduan ulkus dekubitus berlangsung peneliti juga
melakukan beberapa perbaikan pada panduan ulkus dekubitus. Dengan cara melakukan
diskusi bersama kepala ruangan, Ketua tim ICU RS USU, Komite Keperawatan RS USU
serta diskusi dengan dosen yang membimbing penelitin.
Tahap Reflecting
Pada tanggal 6 Agustus 2020 dilaksanakan Fase reflecting, dimana
peneliti dan perawat melaksanakan FGD. Manfaat dari fase ini yakni mengeksplor
seputar hal-hal yang pernah dialami perawat selama proses implementasi panduan
74
Universitas Sumatera Utara
yang sudah dilalui , serta melaksanakan pengukuran tingkat pengetahuan perawat.
Aktivitas FGD diadakan dengan durasi 50-60 menit, diperoleh 5 topik
meliputi: 1) Utilitas yang dirasakan terhadap penyusunan pedoman penghindaran
ulkus dekubitus di ruangan Intensive Care Unit 2) Aspek penunjang dalam
memakai penghindaran ulkus dekubitus di kamar Intensive, 3) dalam
melaksanakan penghindaran ulkus dekubitus berdasarkan pada pedoman tentunya
terdapat hambatan yang dilalui oleh peserta, 4) Upaya yang dilakukan peserta
dalam menghadapi hambatan pada prosedur pengaplikasian penghindaran ulkus
dekubitus berdasarkan pada pedoman, dan 5) Prospek peserta dalam penyusunan
pedoman penghidaran ulkus dekubitus.
Pembentukan panduan ulkus dekubitus
Perawat menyampaikan pedoman penghindaran ulkus dekubitus di
ruangan Intensive Care Unit, yaitu: Panduan yang sudah ada sangat bagus,
panduan tersebut bisa meningkatkan pengetahuan partisipan dalam penghindaran
ulkus dekubitus di ruangan Intensive Care Unit.
“…aaaa… menurutku sendiri ya,,mmm,,panduan kek gini
sangat bagus kak,gini ya…soalnya disni udah adanya
petunjk bila suatu waktu nanti mau melakukan tindakan
itu .jadi makin pahamlah.kek mana cara urutannya dan apa-
apa saja yang mo dilakukan udah paham awak kan..(P9)
“ menurutku eee…panduan yang dibuat kaya gini lebih
terlihat jelas lah yaaa,Langkah- langkahnya,eeeee,,,disitu
sudah ada eeee…mulai dari kita informed concern sampai
75
Universitas Sumatera Utara
pada tahap kita harus melakukan edukasi sama keluarga
pasien..jadi..makin jelaslah” (P4)
“..hehehe…eeeee..panduan ini kalo saya boleh tambahkan
memang baguslah, jadi paham kita nanti ke pasien lebih
enak ada panduannya”(P7)
Manfaat pembentukan panduan pencegahan ulkus dekubitus di ICU
Perawat menyebutkan utilitas penyusunan pedoman penghindaran ulkus
dekubitus di ruangan Intensive Care Unit ialah keahlian dalam penghindaran
ulkus dekubitus mengalami peningkatan, wawasan perawat tentang penghindaran
ulkus dekubitus juga meningkat, termotivasi untuk melaksanakan penghindaran
ulkus dekubitus. Berikut merupakan afirmasi yang disampaikan peserta meliputi:
“….iya.. labih terasa berfungsi sekali lah yaa kalau sudah
dibikin panduan gini, kamipun sebagai perawat pun jadi
lebih gampang untuk menpalikasikannya. Truss, jadi ga
susah lah gitu ada yang jadi acuannya ”(P1)
“ jadinya paham…eee trus apaya kalo saya bilang jadi
bertambah keterampilan juga,..hmmmmmm bermanfaat
sekali khususnya di ICU ka”(P12)
“bergunalah kak…eeee…panduan kaya gini ada bisa
berguna untuk pencegahn ulkus dekubitus,pasien pun
nyaman ya khan..”(P2)
76
Universitas Sumatera Utara
Faktor pendukung dalam pencegahan ulkus dekubitus
Perawat menyampaikan aspek penunjang dalam memakai pedoman, yaitu
Pedoman penghindaran ulkus dekubitus di ruangan intensive care unit menjadi
faktor pendukung perawat dalam melaksanakan penghindaran ulkus dekubitus,
kesadaran diri dari peserta. Berikut ungkapan perawat yaitu:
”…mmmmm..mungkin lebih mengarah pada…,lebih ke
kesadaran kita lah ya,eee..itu satu, trus..apalagi ya, memang
berfungsi sekali, tapi balik lagi ke kesadaran kita, udah gitu
dari kelengkapan peralatan yang digunakan juga itu jadi
faktor pendukung kalo menurutku”(P3)
“ Panduan ini kan…memang dibuat untuk sebagai petunjuk,
namanya juga panduan jadi eeee,didalamnya pun ada
bahwa kit aitu eee…melakukan edukasi kepada keluarga
pasien,jadi yaaaa…yang menjadi faktor pendukung
yaaa,,,ee,itulah Kerjasama dengan keluarga pasien
itulah..”(P6)
“yah…kita jadinya memang semakin pahamlah dari
sebelum- sebelumnya..kalo kaya gini kan jadi bertambah
wawasan”(P15)
Kendala dalam pelaksanaan panduan pencegahaan ulkus dekubitus
Adapun yang menjadi kendala perawat dalam melaksanakan pencegahan
ulkus dekubitus di ruangan Intensive Care Unit, terdiri dari: kondisi pasien yang
77
Universitas Sumatera Utara
tidak memungkinkan, kurang optimalnya edukasi pada keluarga, Hal ini
ditunjukkan dari beberapa pernyataan partisipan:
“..eeeeh…memang kendalanya pasti adalah, eeee.. dari sisi
pasien juga khan, misalnya kalo pasien baru habis dikasih
susu terus..eee..sementara memang sudah waktunya akan
dilakukan reposisi disitulah, kendalanya..yaaa..kek gitu-gitu
ajanya”(P5)
“…hmmm…tentu ,jelas ada .kendala sedikit banyak pasti
ada yang paling menonjol yaaa, kalo menurtku yaa eeee,
karena sekarang sedang covid itu ..keluarga juga ga bisa
sesering dulu masuk-masuk ke ICU jadi, eee..terkendala
untuk memberikan edukasi untuk keluarga sesuai yang ada
di panduan itu. Padahal kalau itu lancar bagus kali pun ya”
(P3)
“ nah itu lah,…keluarga pun kan kalupun harus penting-
penting kali masuk, tetap ga diperkenankan dulu
menyentuh pasien. hanya melihat saja mengingat ini sedang
wabah covid jadi yaaa…kurang optimal memang”( P8)
Upaya Partisipan Dalam Mengatasi Kendala
Upaya perawat dalam pencegahan ulkus dekubitus untuk mengatasi kendala
yang sesuai dengan panduan, yang terdiri dari: Saling bekerja sama diantara
perawat yakni membuat jadwal makan dengan reposisi pasien, saling.
memberikan dukungan, membantu satu sama lain, serta menyediakan 1 ruangan
tersendiri untuk pelaksanaan edukasi bagi keluarga. Berikut kutipan ungkapan
78
Universitas Sumatera Utara
perawat yaitu:
kemarin kami memang buat kaya gini, eeee kalau ada kaya
kendala gitu, kami diskusi langsung, kek mana ini baiknya
kita atasi..,,gitu kami kemarin”(P10)
“ooo…kalau cara mengatasi kendala itu, ya misal ini ya,
eeee…seperti edukasi misalnya dibuat ruangan khususlah,
kan didekat ICU ada ruangan untuk penjelasan bagi
keluarga,eee…nah disitulah kita buat,jadi untuk sementara
karena sedang wabah covid ini kita berikan penjelasan
tentang pencegahan ulkus dekubitus ini sama keluarga itu
ya disitu.”(P1)
“ada juga gini kami buat kemarin, kan kalau pasien baru
dikasih susu, sementara waktu untuk reposisi pasien itu
eee,,harusnya sudah harus dilakukan yaaa,,kita aturlah
jarak makan dengan reposisi itu.karena takutnya muntah
kan”(P13).
Harapan partisipan tergadap panduan pencegahan ulkus dekubitus
Harapan perawat pada terbentuknya panduan pencegahan ulkus dekubitus,
yaitu: Sebagai panduan yang bisa mengurangi dan mencegah ulkus dekubitus
serta panduan dapat dipergunakan unit lain bahkan rumah sakit lain. Ungkapan
perawat yaitu:
“…Harapan saya, eee dengan adanya panduan ini
mengurangi yang namanya penyakit ulkus dekubituslah ya,
dan terjaga juga Kesehatan kulit pasien “(P12)
79
Universitas Sumatera Utara
“…menurutku , Harapan saya terhadap adanya panduan
pencegahan ulkus dekubitus ini, hmmm..dibuat banyaklah
cetakannya,,biar bisa dipake ruangan lain atau mudah-
mudahan rumah sakit lain”( P9 )
“ karena kita melibatkan keluarga,eeee…harapannya
yaaabisa lah dipake mereka kan,eee maksudku pihak
keluarga”(P6)
80
Universitas Sumatera Utara
Table 4 Matriks Tema FGD Tahap Reflecting
Tema 1: Pembentukan panduan pencegahan ulkus dekubitus
Sub tema:
1. Panduan yang terbentuk bagus dan menarik
2. Panduan yang membantu dan meningkatkan pengetahuan
partisipan
Tema 2: Faktor pendukung dalam menggunakan pencegahan ulkus
dekubitus
Sub tema:
1. Panduan pencegahan menjadi faktor pendukung perawat
2. Kesadaran diri perawat
Tema 3: Kendala yang dirasakan oleh partisipan dalam melaksanakan
panduan
Sub Tema:
1. Kondisi Pasien yang tidak memungkinkan
2. Edukasi pada keluarga yang kurang optimal
Tema 4: Upaya untuk mengatasi kendala
Sub Tema:
1. Saling bekerja sama antar perawat dengan saling membantu mengatur jadwal reposisi
2. Memberikan penjelasan dan saling berdiskusi untuk mnegatasi
masalah
Tema 5: Harapan partisipan terhadap panduan pencegahan ulkus
dekuubitus
Sub Tema:
1. Meminimalkan dan mencegah ulkus dekubitus
2. Panduan dapat digunakan oleh perawat,ruangan lain,rumah
sakit lain.
81
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Pengetahuan perawat terhadap pencegahan ulkus dekubitus
Berdasarkan hasil kuesioner Pengetahuan partisipan tentang pelaksanaan
pencegahn ulkus dekubitus didapatkan peningkatan pengetahuan dengan hasil
93.4 perawat memiliki pengetahuan yang baik, 6.6 % perawat memiliki
pengetahuan yang cukup dan 0 % perawat memiliki pengetahuan kurang. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9 Tingkat Pengetahuan Partisipan tentang Pencegahan ulkus dekubitus
Tahap Reflecting (n: 15)
Pengetahuan F (%)
Baik 14 93.4 %
cukup 1 6.6 %
kurang 0 0 %
Output Action research
Penelitian ini adalah suatu action research oleh karena itu menghasilkan
output yaitu suatu panduan terkait pencegahan ulkus dekubitus di ruangan
Intensive Care Unit, bagian - bagian yang dijabarkan dalam panduan ulkus
dekubitus adalah 1) Teori ulkus dekubitus, 2) Ruang lingkup pencegahan ulkus
dekubitus, 3) mekanisme tatalaksana pencegahan ulkus dekubitus, yang
mencakup fase persiapan, fase pelaksanaan, dan fase akhir.
Kemudian komponen pada teori ulkus dekubitus adalah definisi ulkus
dekubitus, stadium terjadinya ulkus dekubitus, serta pencegahan ulkus
dekubitus. Sedangkan cakupan pencegahan ulkus dekubitus yaitu ruangan ICU.
82
Universitas Sumatera Utara
Kemudian terkait mekanisme pelaksanaan yakni mulai dari fase persiapan, fase
pelaksanaan, dan fase akhir. Bagian tersebut telah di elaborasikan dengan
langkah-langkah kerja yang sistematis dan disederhanakan.
Outcome pengembangan pencegahan ulkus dekubitus
Dengan focus group discussion sesuai yang sudah dijabarkan dalam fase
reflecting sebelumnya diperoleh dimana terdapat peningkatan pengetahuan
perawat. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terjadi peningkatan
pengetahuan perawat terkait pencegahan ulkus dekubitus. Hal ini dapat dilihat
dalam nilai persentasi sebelum dilakukan pembentukan panduan pencegahan
ulkus dekubitus adalah 66.67 % yang menyatakan tingkat pengetahuan tersebut
baik dan 33.33 % yang menyatakan tingkat pengetahuan itu cukup, dan tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 0%. kemudian setelah dilaksanakan perumusan
panduan ditemukan hasil adalah 93.4 %, dimana tingkat pengetahuan perawat
dinyatakan baik, kemudian tingkat pengetahuan perawat yang dinyatakan cukup
sebanyak 6.6 %, dan tingkat pengetahuan perawat yang kurang 0 % . Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.11 Tingkat Pengetahuan Partisipan tentang pencegahan ulkus
dekubitus (n: 15)
Pengetahuan Sebelum Sesudah
Baik
Cukup
Kurang
66.67 %
33. 33%
0
93.4
6.6%
0 %
83
Universitas Sumatera Utara
84
Universitas Sumatera Utara
Pembahasan
Pada bagian ini akan menjabarkan terkait hasil riset serta analisis sesuai
pertanyaan dan tujuan penelitian. temuan yang dibahas adalah proses action
research pengembangan panduan ulkus dekubitus, output dan outcome panduan,
lesson learned, implikasi dan keterbatasan penelitian. Pembahasan dilaksanakan
dengan merasiokan riset sebelumnya, gagasan ahli dan teori, apakah hasil riset
dapat mendukung, kontradiktif, atau sebuah inovasi.
Proses Action Reseacrh dan Pengembangan Panduan Ulkus Dekubitus
Penelitian action research sesuai dengan namanya menyiratkan
partisipatif, yang mempunyai kolaborasi antara peneliti dan partisipan. Peneliti
diklaim supaya tidak hanya melakukan penghimpunan fakta atau pandangan
terkait kondisi tertentu, akan tetapi diupayakan supaya bisa membenahi kondisi
yang dijumpai pada saat melakukan riset melalui pendekatan action research Polit
Beck, (2014). Dalam pelaksanaan pengembangan panduan ulkus dekubitus,
penelitian dilakukan dalam 1 siklus selama 3 bulan mulai dari tahap
reconnaissance sampai reflecting.
Diskrepansi ini disebabkan karena action research masih dipakai oleh
peneliti pemula, Kemmis dan Mc Taggart (2014) menjelaskan bahwa sebagai
seorang peneliti pemula seharusnya melaksanakan sriset dalam waktu yang
singkat sebab akan kerumitan dalam menjaga tanggung jawab dan
mengidentifikasi progrpenelitian. Waterman (2001) dikutip dalam Elita (2016),
bahwa waktu yang diperlukan dalam melaksanakan riset action research antara
1–48 bulan. Untuk meningkatkan kinerja perawat perlu dilakukan pengembangan
85
Universitas Sumatera Utara
pedoman ulkus dekubitus, pedoman penghindaran dan pengelolaan ulkus
dekubitus ditujukan untuk kemudahan dan kepatuhan perawat dan institusi. Ji’kyo
Kim et all (2019).
Sesuai dengan hasil FGD , terdapat problem tertinggi, dimana wawasan
dan pengaplikasian penghindaran ulkus dekubitus di Ruangan Intensive Care Unit
terbilang dibawah standar untuk diaplikasikan, dan tidak memiliki advis atau
pedoman untuk melakukan penghindaran ulkus dekubitus. Berdasarkan wawasan
perawat dalam melaksanakan penghindaran ulkus dekubitus sinkron dengan riset
yang dikerjakan oleh Dorien (2019) bahwa hasil terkait wawasan perawat tehadap
penghindaran ulkus dekubitus tergolong belum optimal setelah dilakukan riset
pada 16 rumah sakit.
Temuan riset tersebut berfokus pada wawasan yang berarti untuk
penghindaran ulkus dekubitus. Untuk itu harus diperluas cara dalam
mengoptimalkan wawasan perawat. Kemudian Hal yang sama juga disampaikan
oleh Charalambos et al (2019) dalam risetnya dimana wawasan perawat terhadap
penghindaran ulkus dekubitus adalah kurang. Hal tersebut juga sejalan dengan
riset yang dikerjakan oleh Shahrokh et al (2018) bahwa tidak dilaksanakannya
agenda training dan tidak terdapat pedoman penghindaran ulkus dekubitus
mengakibatkan minimnya wawasan perawat terhadap penghindaran ulkus
dekubitus. Gonzaga de Faria et al (2019) Pentingnya mempunyai wawasan yang
berhubungan dengan penghindaran ulkus dekubitus, bila tidak akan terjadi
masalah serius pada pasien.
Problem didapatkan juga sesuai riset yang dikerjakan yang dilakukan oleh
86
Universitas Sumatera Utara
Christina Louise et al (2019) bahwa belum ada progres positif dalam
pengaplikasian penghindaran ulkus dekubitus diruangan Intensive Care Unit.
Wawasan perawat terhadap penghindaran ulkus dekubitus sangat kurang oleh
karena itu dibutuhkan perluasan berbagai kebijakan untuk memajukan wawasan
perawat , Sengul T et al (2020). Sementara itu riset yang dikerjakan oleh Sajida
Nasren et al (2017), menjelaskan bahwa minimnya wawasan perawat dalam
penghindaran ulkus dekubitus wajib diseimbangkan dengan bagaimana
memanfaatkan pedoman penghindaran ulkus dekubitus sehingga pengaplikasian
penghindaran ulkus dekubitus dapat meningkat.
Implementasi Panduan ulkus dekubitus di ICU
Praktik pencegahan ulkus dekubitus dilakukan dalam 2 kali putaran,
implementasi ini merupakan uji coba panduan ulkus dekubitus, sesudah
memperoleh diseminasi terkait kondisional pedoman maka peserta dapat
melakukan praktik tersebut. Saat pelaksanaan, penelaah melakukan pengamatan
terhadap perawat dalam mengaplikasikan panduan. Bersamaan dengan itu,
penelaah juga melakukan perbaikan terhadap kondisional panduan. Dari temuan
pengamatan penelaah, maka didapat beberapa item panduan yang sudah
dilaksanakan oleh perawat, namun terdapat item tentatif panduan yang belum bisa
di implementasikan yakni edukasi dengan keluarga.
Dalam hal ini menurut partisipan edukasi dengan keluarga tidak dapat
dilakukan dikarenakan saat proses implementasi panduan sedang dalam masa
wabah covid 19 dimana perawat ICU mengurangi kontak dengan keluarga pasien.
Langkah pengamatan sangat berguna, Kemmis, Taggart, dan Nixon (2014)
87
Universitas Sumatera Utara
menyampaikan bahwa pristiwa yang tidak terkira dapat diatasi melalui
pengamatan yang dipersiapkan, cepat tanggap, dan persepti. Selama pelaksanaan
riset berjalan hasil pengamatan menunjukkan dimana partisipan sangat kolaboratif
dalam mengikuti seluruh tahapan proses penelitian. Untuk memperoleh hasil yang
maksimal pada riset dari awal sampai selesai maka penting untuk semua yang
terlibat saling mendukung demi tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Peningkatan pengetahuan tentang pencegahan ulkus dekubitus di ICU
Sesudah dilaksanakan diseminasi kepada pesrta pada langkah acting maka
akan menghasilkan eskalasi wawasan perawat terkait penghindaran ulkus
dekubitus. Wawasan perawat diklasifikasikan bagus mencapai 90% yang
dilakukan sebelum diseminasi, namun sesudah dilakukan diseminasi sejumlah 15
orang peserta mempunyai wawasan yang berhubungan dengan penghindaran
ulkus dekubitus diklasifikasikan bagus bahkan mencapai 100%. Seirama dengan
riset yang pernah dilaksanakan Noha et al (2020) bahwa terjadi eskalasi wawasan,
perilaku dan kapasitas kerja perawat sesudah dilaksanakannya pengaplikasian
pedoman penghindaran ulkus dekubitus. Selain itu, menurut shelley et al (2016)
bahwa perawat menyampaikan tanggapan baik terhadap penghindaran ulkus
dekubitus: paket perawatan, menurut pandangan perawat bahwa paket perawatan
mempunyai utilitas bagi pasien dalam menambah hubungan dan kesadaran dalam
perawatan ulkus dekubitus.
Manfaat pembentukan panduan pencegahan di ruangan Intensive Care
Unit, yang ditunjukkan dari beberapa sub tema : meningkatkan keterampilan dalam
pencegahan ulkus dekubitus, pengetahuan perawat mengalami peningkatan terkait
88
Universitas Sumatera Utara
pencegahan ulkus dekubitus, dan termotivasi dalam melaksanakan pencegahan
ulkus dekubitus, Rawia et al (2019) menjelaskan diamana aplikasi panduan
pencegahan bundle efektif mampu membuat pengetahuan dan ketaatan perawat
meningkat serta memberikan dampak yang baik pada kejadian ulkus dekubitus.
Menurut Mervis J et al (2019), yang menjadi masalah yang significan bagi pasien
dan masyarakat adalah ulku decubitus, oleh karena itu diperlukan strategi
pencegahan yang tepat. Adapun strategi yang dapat dilaksanakan adalah denagn
menerapkan standar pedoman pencegahan untuk ulkus dekubitus.
Sejalan dengan riset yang dikerjakan oleh Noha et al (2020) bahwa
sesudah dilaksanakan pengaplikasian tolak ukur pedoman penghindaran ulkus
dekubitus, wawasan, perilaku, dan kapasitas kerja perawat meningkat.
Adapun hambatan yang ditemui oleh perawat dalam melakukan
pencegahan ulkus dekubitus di ruangan Intensive Care Unit sesuai panduan,
ditunjukkan dengan beberapa subtema yaitu: keadaan pasien yang belum
memungkinkan, edukasi pada keluarga yang kurang optimal. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang menyebutkan bahwa hambatan tertinggi yang dirasakan
perawat dalam melakukan pencegahan luka tekan antara lain kurang banyaknya
perawat; waktu yang minim; keadaan pasien yang kurang kooperatif, tingkat
keparahan pasien, tidak stabilnya hemodinamik; sumber daya kurang serta
peeralatan dalam pencegahan ulkus ; terbatasnya pengetahuan; dan suasana kerja
yang tidak menyenangkan (Moore dan Price, 2004; Strand dan Lindgren, 2010).
Upaya partisipan dalam pencegahan ulkus dekubitus untuk
menyelesaiakan hambatan dalam proses pencegahan ulkus dekubitus berdasarkan
89
Universitas Sumatera Utara
pada pedoman, yang dibuktikan dengan beberapa subpokok meliputi: kerjasama
yang dilakukan perawat dengan memanajemen waktu dengan menata posisi
pasien, Saling bekerja sama antar sesama perawat dengan mengatur waktu makan
dengan reposisi pasien, mutual support, dan menyiapkan tempat atau ruang
eksklusif untuk melaksanakan pembelajaran pada keluarga. Berdialog dalam
mencari jalan keluar dari problem atau hambatan-hambatan.
Mempersiapkan ruangan khusus dalam edukasi dengan keluarga. Sama
dengan riset yang dikerjakan oleh Jennifer et al (2018) bahwa Edukasi yang
dilakukan pada pasien dan keluarga terkait strategi pencegahan ulkus dekubitus
serta melibatkan pasien dan keluarga dapat membantu kepatuhan dalam perawatan
ulkus dekubitus, Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang menyebutkan
bahwa intervensi untuk mencegah dekubitus meliputi pengkajian resiko,
pengkajian kulit, perawatan kulit, nutrisi yang optimal, reposisi, penggunaan
matras udara, pendidikan dan pelatihan bagi perawat dan pengkajian kulit
disekitar nasogastictube (NGT) dan endotrachealtube (ETT) Tayyib et al (2015).
Harapan partisipan dalam pencegahan ulkus dekubitus di ICU
Harapan perawat pada terbentuknya panduan pencegahan ulkus dekubitus,
yang ditunjukkan dengan beberapa subtema yaitu: Menjadi panduan yang bisa
mengurangi dan mencegah ulkus dekubitus serta panduan dapat digunakan oleh
unit lain bahkan rumah sakit lain. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sreen et al (2019) bahwa penerapan panduan pencegahan ulkus
dekubitus pada pasien dan keluarga dapat meminimalkan insiden ulkus dekubitus
di Rumah Sakit.
90
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap ini peneliti dan partisipan saling bekerjasama dalam proses
penelitian, seluruh partisipan berperan aktif dalam proses penelitian sehingga
tujuan penelitian tercapai. Kelemahan pada tahap ini adalah tidak semua peserta
dapat berperan aktif saat proses Focuss Group Discussion berlangsung,
dikarenakan beberapa dari partisipan ada yang harus mengerjakan tugas dan
tanggung jawabnya di ruangan Intencive Care Unit.
Output pengembangan pencegahan ulkus dekubitus di ICU
Outcome yang diperoleh ialah memanifestasikan pedoman penghindaran
ulkus dekubitus di kamar Intensif Care Unit Rumah Universitas Sumatra melalui
proses riset 1 peredaran action research yang telah dilakukan berdasarkan tujuan
riset yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun bagian- bagian yang terdapat
dalam panduan adalah temuan teori ulkus dekubitus dan mekanisme pelaksanaan
pencegahan ulkus dekubitus bagi perawat yakni: 1) fase Persiapan, 2) fase
pelaksanaan pencegahan ulkus dekubitus, 3) fase Dokumentasi.
Pengkajian pasien ataupun pengkajian resiko merupakan fase persiapan,
selanjutnya fase pelaksanaan meliputi perawatan kulit, reposisi pada pasien serta
pemberian edukasi bagi keluarga dan pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian
Jennifer et all (2018) bahwa bagian guidelines for pressure ulcer prevention
terdiri dari idetifikasi resiko, perawatan kulit, nutrisi, dan edukasi.
Harapan peneliti pada output penelitian ini bahwa panduan bisa diterima
oleh pihak keperawatan RS USU. Panduan ulkus dekubitus ini telah melalui uji
expert, sehingga dapat dijadikan acuan perawat di ruangan intensive care unit RS
USU dan dibuat dalam standar prosedur operasional ICU.
91
Universitas Sumatera Utara
Out Come Pengembangan Pencegahan ulkus dekubitus di ICU
Pihak Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara memperoleh pedoman
penghindaran ulkus dekubitus dan taraf wawasan peserta terkait penghindaran
ulkus dekubitus mengalami eskalasi melalui hasil riset 1 peredaran action
research yang diperoleh dari pembuktian outcome.
Proses penelitian action research tentang pengembangan panduan
pencegahn ulkus dekubitus berdampak pada peningkatan pengetahuan partisipan.
Dampak tersebut diketahui melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara focus group discussion dan penyebaran kuesioner.
Pengetahuan perawat dinilai dengan menggunakan Self-report dan lembar
obsevasi. Self-report dilakukan dengan cara pengisisan kuesioner. Kuesioner yang
digunakan dalam penelitian bertujuan untuk melihat pengetahuan perawat tentang
pencegahan ulkus dekubitus. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cano
et al (2015) menyatakan bahwa penerapan guidelines dapat meningkatkan
pengetahuan perawat dalam pencegahan ulkus dekubitus.
Hal ini juga dikemukakan oleh Kaddourah et al (2016) Pemahaman
perawat terhadap pencegahan ulkus dekubitus memainkan peranan yang sangat
penting dalam terjadinya prevalensi ulkus dekubitus, untuk itu dibutuhkan tingkat
pengetahuan dan kinerja perawat terhadap pencegahan ulkus dekubitus, guna
memastikan suatu perawatan yang berkualitas.
Sedangkan menurut , Karimian et al (2020) bahwa intervensi juga dapat
meningkatkan pengetahuan dan sikap perawat dalam pencegahan ulkus dekubitus.
Kemudian pada tahap akhir penelitian ,partisipan menerima manfaat dari
92
Universitas Sumatera Utara
penelitian dimana partisipan sudah rutin melakukan pencegahan ulkus dekubitus.
Lesson Learned
Riset ini sudah banyak menyampaikan pengetahuan bagi penelaah dan
peserta yang berdinas di rumah sakit USU Medan. Perluasan pedoman
penghindaran ulkus dekubitus sangat penting dilaksanakan berdasarkan pada fakta
riset action research. Penelaah bisa memakai model riset action research melalui
1 siklus, selanjutnya bisa meluaskan pedoman ulkus dekubitus di ICU, bisa
melakukan penyelidikan data, pengelolaan waktu bida dilaksanakan, pendekatan
kepada peserta, pemangku pembangunan, faksi lain yang tidak ikut serta dalam
riset juga dilaksanakan, mengatur langkah-langkah aktivitas, data dihimpun dan
diselidiki, daya berhubungan bertambah, hambatan dan aspek penunjang yang
diraskan selama proses didapatkan. Kepuasan dan pengalaman berharga didapat
peneliti selama proses penelitian.
Bagi partisipan, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan
perawat tentang pencegahan ulkus dekubitus dalam praktek keperawatan.
Panduan yang dikembangkan diterima dan di laksanakan perawat ICU Sehingga
kualitas pelayanan keperawatan di ICU rumah sakit USU dapat menjadi lebih
baik lebih baik lagi .
Keterbatasan Penelitian
Selama proses penelitian berlangsung ditemukan beberapa kendala, yaitu
penelitian yang dilakukan pada masa pandemic covid 19 sehingga membuat ruang
gerak peneliti dan partisipan terbatas dalam melakukan penelitian, kemudian
93
Universitas Sumatera Utara
metode online (zoom meeting) yang digunakan saat proses penelitian berlangsung
sering terkendala dengan koneksi internet yang kurang memadai. serta partisipan
yang harus sambil bekerja dan melakukan aktifitas lain. Upaya yang dilakukan
untuk mengatasi keterbatasan tersebut adalah dengan menggunakan komunikasi
telepon. Komunikasi dengan menggunakan telepon dilakukan peneliti untuk
mempermudah menghubungi partisipan saat proses penelitian berlangsung.
94
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Riset ini menghasilkan suatu pedoman penghindaran ulkus dekubitus di
ruangan intensive care unit di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
Referensi dalam melaksanakan suatu langkah penghindaran ulkus dekubitus yang
dipakai perawat ICU adalah pedoman ulkus dekubitus. Cakupan dan Standar
Operasional Prosedur (SPO) merupakan elemen dari pedoman ulkus dekubitus
yang memiliki bagian dari teori ulkus dekubitus. Proses pengaplikasiannya
memiliki 3 prosedur meliputi: persiapan, implementasi, dan dokumentasi.
Eskalasi wawasan perawat ICU terkait penghindaran ulkus dekubitus terjadi
karena dilaksanakannya pedoman tersebut.
Saran
Hasil riset menemukan bahwa pedoman penghindaran ulkus dekubitus
bermanfaat khususnya di Ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit USU. Oleh
karena itu direkomendasikan pada jajaran Rumah Sakit, terutama Kepala bidang
Keperawatan diharapkan mendukung kebijakan secara verbal seperti SK dalam
mengaplikasikan pedoman penghindaran ulkus dekubitus. Menyiapkan sarana dan
prasarana yang bisa memrikan support untuk proses pelaksanaan pencegahan
ulkus dekubitus di ruangan Intensive Care Unit.
Kemudian bagi kepala ruangan Intensive Care Unit, melaksanakan
94
95
Universitas Sumatera Utara
monitoring serta memberikan penilaian pada perawat secara berkala pada
pengaplikasian penghindaran ulkus dekubitus sesuai dengan panduan, Kemudian
bagi perawat yang bertugas di ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara, diharapkan bisa memkai pedoman penghindaran
ulkus dekubitus ini dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
beresiko mengalami ulkus dekubitus. Panduan bisat sebagai acuan dalam
memberikan penyuluhan kesehatan pada keluarga. Kemudian pada peneliti , hasil
dari penelitian ini bisat dimanfaatkan sebagai bagian rencana awal riset
keperawatan (evidence based) untuk dilanjutkan dalam fase selanjutnya, yakni
dengan melaksabakan pengawasan hasil dari pedoman yang sudah ada.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Aase F, (2018). Pressure ulcer prevention in hospitals: a successful nurse-led
clinical quality improvement intervention. Wound specialist
nurse,department of plastic surgery, Odense University Hospital, Odense,
Denmark.
Alligood, M.R. (2017). Pakar teori keperawatan dan Karya Mereka, Edisi
Bahasa Indonesia ke 8, Volume 2. Singapore. Elsevier.
Asrizal., Siregar, W. A & Hutabarat., M. (2019). Efectiveness Mobility and
Bundles Care Therapy toward to Preventive of Pressure Injury.
Cano, A., Anglade, D., Stamp, H., Joaquin, F., Lopez, J., Lupe, L., ... & Young,
D. (2015, July). Improving outcomes by implementing a pressure ulcer
prevention program (PUPP): going beyond the basics. In Healthcare
(Vol. 3, No. 3, pp. 574-585). Multidisciplinary Digital Publishing Institute.
Coloplast Corp. (2012). Pressure Ulcer Prevention: prevention and Treatment.
http://coloplast corp.org. Diakses pada tanggal1
Desember 2019
Ebi, E. W., Hirko, F, G & Mijena, A. M. (2019). Nurses knowledge to pressure
ulcer prevention in public hospitals in wollega : BMC
nursing.https://doi.org/10.1186/s12912-019-0346-y
Kaddourah, B., Abu-Shaheen, A. K., & Al-Tannir, M. (2016). Knowledge and
attitudes of health professionals towards pressure ulcers at a
rehabilitation hospital: a cross-sectional study. BMC nursing, 15(1),
Karimian M ( 2020), The effect of educational intervention on theknowledge and
attitude of intensive carenurses in the prevention of pressure ulcers.
International journal of Risk & Safety in Medicine, 1-7.doi : 10.33233/jrs-
191038
LoBiondo Wood, G., & Haber, J. (2014). Nursing Research : Methods and
Critical Appraisal for Evidence-Based Practice. Eight Edition. China :
Elsivier Mosby
Lemone, P & Burke, M.K, (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Vol
2,Ed.5.Jakarta.EGC
National Pressure Ulcer advisory Panel and European Pressure Panel and Pan
Pacific Pressure Injury Alliance,(2014). Prevention and Treatment of
Pressure Ulcers: Clinical Practice Guideline. Washington, DC: National
Pressure Ulcer Advisory Panel
Universitas Sumatera Utara
Nurarif, H A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose Medis
dan Nanda Nic-Noc.Edisi revisi jilid 1. Mediaction
Polit,D.F., & Beck, C. T. (2013). Esensials of nursing research :sevent Edition
appraising Evidence for Nursing Practice (ninth edit). Wolter Kluwer
Polit,D.F., & Beck, C. T. (2012). Esensials of nursing research : appraising
Evidence for Nursing Practice (ninth edit). Wolter Kluwer
Potter , P. A., & Perry, A. G. (2017). Fundamental of Nursing. Ninth edition.
Elsevier Kemmis, S., Mc,Taggart, R., & Nixon, R. (2015). The action
Research Planner Doing critical
Participatory Action Research.Singapore : Springer Science+Bussines
Media Singapore. Retrieved from www.bookfi.orgMacq
Romanelli, M & Clark, M (2018). Science and Practice of Pressure Ulcer
Management.2 Edition. London
Standart Nasional Akreditasi rumah Sakit (SNARS), Edisi satu, Tahun 2017,
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Sulidah & Susilowati (2017). Pengaruh tindakan pencegahan dekubitus pada
lansia. MEDISAINS. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan,Vol 15.(3)
Vicki, S. Good & Peggy L ( 2018). Advanced Critical Care Nursing. 2 ND
edition. Elsevier.
Yin, R. K. (2011). Qualitatif research from start to finish . New York : The
Guilford Press. Retrieved from www. Bookfi.org
Zuo X. & Meng F. A., (2015): A care bundle for pressure injury
treatment in intensive care units. International Journal of
Nursing Sciences, 2; (4): 340-347. December 2015, Doi:
10.1016/j.ijnss.10.008.
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Anita Yustina
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Siancimun, 22
Oktober 1983 Agama :
Islam
Alamat : Desa Sidomulyo Gang Wonirah Kecamatan
Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara
Telepon 081386368767
E-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1989-1995 : SD Negeri Rokan Baru Tahun 1995-1998
: SMP Negeri Padang Bolak Tahun 1998-2001
: SMA Negeri 2 Rantau Prapat
Tahun 2001-2005 : Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta
Tahun 2005-2006 : Program Ners Universitas Muhammadiyah
Jakarta Tahun 2018-2021 : Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
USU Medan
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1
INSTRUMEN PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN
Kepada Yth,
Bapak/ Ibu ......…………..
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Magister Administrasi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan:
Nama : Anita Yustina
Nim 187046010
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengembangan Panduan
Pencegahan Ulkus Dekubitus Di Ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit
Universitas Sumatera utara”. Untuk maksud tersebut, peneliti memohon
kesediaan Bapak/ Ibu untuk berpartisipasi menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan, kerahasiaan
semua. Informasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas perhatian dan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
Anita Yustina
Universitas Sumatera Utara
PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN
(INFORMED CONSENT)
Setelah memahami penjelasan tujuan penelitian dari saudara Anita Yustina, NIM
:187046010 mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan, maka saya bersedia
menjadi partisipan dalam penelitian yang akan dilakukan dengan judul
“Pengembangan Panduan Pencegahan Ulkus Dekubitus Di Ruangan
Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara”. Demikian
persetujuan ini saya tandatangani dengan sukarela tanpa paksaan dari siapapun.
Medan, 2020
Partisipan
( )
Universitas Sumatera Utara
KUESIONER PANDUAN PENCEGAHAN DEKUBITUS
A. Identitas Responden
- Nama Responden :
- Jenis kelamin :
- Usia :
- Agama :
- Ruang Rawat :
- Lama Masa Kerja diruang rawat ICU :
- Pendidikan :
- No partisipan ( DI ISI OLEH PENGAMAT) :
Petunjuk :
1. Isilah table dibawah ini sesuai dengan pengetahuan saudara/i
2. Setiap satu pernyataan hanya memiliki satu jawaban BENAR atau
SALAH
3. Cara mengisi jawaban dengan memberikan tanda ceklist pada kolom
YA atau TIDAK
NO PERNYATAAN YA TIDAK
1 Persepsi sensori mempengarhui
terjadinya dekubitus
2 Status nutrisi pasien dapat
mempengaruhi dekubitus
3 Mobilisasi pada pasien dengan
partial/total care dapat mencegah
terjadinya dekubitus
4 Pasien yang mengalami fraktur
beresiko terjadinya dekubituas
5 Kenyamanan dan ketenangan
diatas tempat tidur pasien
berkaitan dengan kejadian
dekubitus
6 Penekanan dalam waktu yang
lama dapat mempengaruhi
terjadinya dekubitus
Universitas Sumatera Utara
7 Pasien dengan tingkat
ketergantungan partial/total care
harus dilakukan mobilisasi setiap
2 jam
8 Menggunakan krim pelembab
pada kulit dapat mencegah
dekubitus
9 Massage pada area penekanan
dapat meminimalisir terjadinya
dekubitus
10 Merapihkan linen adalah salah
satu tindakan pencegahan
terjadinya dekubitus
11 Pasien dekubitus memerlukan
perawatan kulit secara rutin
12 Memandikan pasien merupakan
tindakan yang harus dilakukan
pada pasien dengan partial/total
care
13 Memonitor tanda-tanda terjadinya
dekubitus adalah hal yang penting
dilakukan perawat
14 Mengurangi kelembapan dengan
menjaga kebersihan kulit
15 Memindahkan pasien dengan cara
mengangkat dapat mengurangi
terjadinya dekubitus
16 Menggunakan alas berupa bantal
pada area bokong, tulang ekor,
tumit dan betis dapat mencegah
dekubitus
17 Memandu pasien untuk tetap
berdoa berhubungan dengan rasa
aman dan nyaman
18 Melakukan tindakan keperawatan
dengan kelembutan
Universitas Sumatera Utara
Panduan Focus Group Discussion (FGD)
Judul Penelitian :
Pengembangan Panduan Pencegahan Dekubitus di Ruangan Intensive Care
Unit di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
A. Identitas Partisipan
Nama Partisipan (initial) :
Hari/Tanggal :
Tempat pelaksanaan FGD :
B. Pendahuluan
KEGIATAN URAIAN PERTANYAAN
1. Mengucapkan salam
2. Mengucapkan terimakasih atas
kesediaan partisipan hadir dalam
FGD
3. Menjelaskan informed concern :
- Memperkenalkan diri sebagai pengamat FGD
- Menjelaskan maksud dan tujuan FGD
1. Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh
selamat siang
2. Terimakasih atas kesediaan bapak
ibu yang sudah meluangkan
waktunya hadir dalam kegiatan ini
3. Informed concern:
- Perkenalkan,saya anita yustina
harahap.
- Saya sebagai fasilitator sekaligus
yang akan mengamati proses FGD
yang akan kita lakukan beberapa
waktu kedepan
- Bapak/ibu sekalian,adapun
maksud dan tujuan pelaksanaan
FGD kita kali ini adalah untuk
mengexplore hal-hal yang dilakukan bapak ibu selama
melakukan perawatan di ICU
terkait perawatan pada pasien
dekubitus
Universitas Sumatera Utara
- Melakukan kesepakatan kontrak waktu
- Menjelaskan proses FGD (mulai
dari peneliti memberikan
pertanyaan terbuka,kemudian
partisipan menjawab dengan bebas sesuai pemahamnnya terkait topik)
- Meminta kepada partisipan untuk
proses rekam suara selama FGD berlangsung
- Menjelaskan maksud/tujuan
perekaman
- Menyampaikan kerahasiaan data
yang disampaikan partisipan
- Menanyakan apakah partisipan
sudah memahami terkait
penjelasan proses pleaksanaan
FGD
- Menanyakan kesediaan partisipan pada proses FGD
- Baik bapak/ibu,kita sepakati bahwa proses FGD hari ini berlangsung sampai kurang lebih
120 menit .
- Bagaimana apakah bapak/ibu -
setuju..?
- Bapak/ibu,saya jelaskan sedikit dulu bagaimana proses FGD yang
akan kita lakukan ini.
- Nanti,saya akan memberikan beberapa pertanyaan,kemudian
bapak/ibu silahkan jawab dengan
menyebutkan nama terlebih
dahulu,setelah itu bapak/ibu menjawab pertanyaan yang saya
berikan sesuai dengan
pengetahuan bapak/ibu sekalian.
- disini tidak ada jawaban yang
salah/benar.semua boleh
memberikan jawaban.
- Dan saya mohon ijin,akan merekam suara bapak/ibu selama
proses FGD berlangsung
- Agar semua hasil diskusi
terdokumentasi dengan baik
- Semua jawaban dari bapak ibu sekalian,akan dijamin
kerahasiaannya
- Adakah bapak/ibu yang ingin
ditanyakan terkait proses pelaksanaan FGD ?
- Bagaimana bapak/ibu,apakah bersedia mengikuti proses FGD ini..?
Universitas Sumatera Utara
B. PERTANYAAN TERKAIT TOPIK DEKUBITUS
1. Menurut bapak /ibu seberapa seriuskah masalah dekubitus ini?
2. Bagaimana menurut bapak/ibu tanda (kategori) seseorang
yang beresiko terkena dekubitus?
3. Apakah yang bapak /ibu lakukan dalam persiapan pencegahan
ulkus dekubitus?
4. Apa kendala yang bapak ibu hadapi saat melakukan pencegahan
ulkus dekubitus?
5. Apa saja manfaat yang didapat dalam melaksanakan pencegahan
ulkus dekubitus?
C. MENUTUP FGD
D. MENYIMPULKAN FGD
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2
BIODATA EXPERT
Universitas Sumatera Utara
BIODATA EXPERT INSTRUMEN PENELITIAN
1. Nama : Afrinayanti Siregar.,S.Kep.Ns., M.Kep
NIP :19820615201012201
Instansi Kerja : RS USU
2. Nama : Hasmela Revi, S.Kep, Ns, M.Kes
NIP : : 197505132010122001
Instansi Kerja : RS USU
3. Nama : Margaretta Hutabarat.,S.Kep.,Ns
NIP : 198206152010122002
Instansi Kerja : RS USU
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3
IZIN PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT
Jalan dr. T. Mansur No. 66 Kampus
USU Medan 20154 Telepon/Fax :
061-8218928
Laman : www.usu.ac.id E-mail :
DAFTAR HADIR PENELITIAN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2020
Nama : Anita Yustina
NIM 187046010
Judul Penelitian : Pengembangan Panduan Pencegahan Ulkus
Dekubitus di Ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara
Waktu Penelitian : 6 Juli – 6 Agustus 2020
No Tanggal Kegiatan Tanda Tangan
Peneliti Pendamping
1. 6-8 Juli 2020 Reconnaisance
2. 9 Juli 2020 Planning
3. 13-5 Agt 2020 Acting/observing
4. 6 Agt 2020 Reflecting
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
FOCUS GROUP DISCUSSION
Universitas Sumatera Utara
IMPLEMENTASI PANDUAN PENCEGAHAN ULKUS DEKUBITUS
Universitas Sumatera Utara
UJI EXPERT PANDUAN PENCEGAHAN ULKUS
DEKUBITUS
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 5
LEMBAR KONSUL
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara