139
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021 PENGEMBANGAN PANDUAN PENCEGAHAN ULKUS DEKUBITUSDI RUANGAN INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKITUNIVERSITAS SUMATERA UTARA TESIS OLEH ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

PENGEMBANGAN PANDUAN PENCEGAHAN ULKUS

DEKUBITUS DI RUANGAN INTENSIVE CARE UNIT

RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TESIS

OLEH

ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

Page 2: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

DEVELOPMENT OF A PRESSURE ULCER PREVENTION

GUIDE IN THE INTENSIVE CARE UNIT OF THE NORTH

SUMATERA UNIVERSITY HOSPITAL

THESIS

BY: ANITA YUSTINA

187046010/MEDICAL SURGICAL NURSING

MAGISTER OF NURSING

PROGRAM FACULTING OF

NURSING

Page 3: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PENGEMBANGAN PANDUAN PENCEGAHAN ULKUS

DEKUBITUS DI RUANGAN INTENSIVE CARE UNIT

RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep)

Dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah

Universitas Sumatera Utara

Oleh ANITA YUSTINA

187046010/ KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU

KEPERAWATAN FAKULTAS

KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA 2021

Page 4: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

Page 5: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

Telah Diuji

Pada Tanggal: 19 Mei 2021

KOMISI PENGUJI TESIS

Ketua : Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D

Anggota : 1. Dr.dr.Imam Budi Putra, MHA., Sp.KK

2. Prof.Dr.dr.Nelva Yusuf K, MHA., Sp.KK(K)

3. Mula Tarigan S.Kp., M.Kes., Ph.D

Page 6: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

i Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN

PENGEMBANGAN PANDUAN PENCEGAHAN ULKUS DEKUBITUS

DIRUANGAN INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat

memperoleh gelar Magister Keperawatan pada Program Studi Magister Ilmu

Keperawatan Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya

tulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah dicantumkan

sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis

ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Medan, 19 Mei 2021

Penulis,

Anita Yustina

Page 7: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

i

i Universitas Sumatera Utara

Judul Tesis : Pengembangan Panduan Pencegahan

Ulkus Dekubitus Di Ruangan Intensive

Care Unit Rumah Sakit USU

Nama Mahasiswa : Anita Yustina

NIM : 187046010

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Tahun : 2021

PENGEMBANGAN PANDUAN PENCEGAHAN ULKUS DEKUBITUS

DI RUANGAN INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT

UNIVERSITASSUMATERA UTARA

ABSTRAK

Panduan Ulkus Dekubitus merupakan panduan yang dapat digunakan

perawat dalam melakukan pencegahan ulkus dekubitus. Penelitian ini

bertujuan untuk mengembangkan panduan ulkus dekubitus di ICU

rumah sakit USU. Jenis penelitian yang digunakan adalah action

research. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2020 sampai Agustus

2020 melalui 1 siklus action research. Instrumen yang digunakan

adalah panduan focus group discussion (FGD), kuesioner pengetahuan

perawat tentang ulkus dekubitus. Partisipan dalam penelitian ini adalah

15 orang perawat. Tekhnik yang diambil secara purposive sampling.

Data dianalisis secara kualitatif menggunakan content analysis dan

analisis data kuantitatif menggunakan distribusi frekuensi. Hasil

penelitian ini menghasilkan suatu panduan pencegahan ulkus dekubitus

di Ruangan ICU Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Kata Kunci : panduan ulkus dekubitus, perawat, intensive care unit.

Page 8: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

i

i Universitas Sumatera Utara

Page 9: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ii Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selama menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh

bantuan moril dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S Sos, Msi selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara

2. Dr. Dudut Tanjung, SKp, M.Kep, Sp.KMB selaku Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Ketua Program

Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan moril dalam

menyelesaikan tesis ini

4. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D dosen pembimbing pertama yang

telah banyak memberikan waktu dan arahan dalam menyelesaikan

tesis ini.

5. Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA., Sp.KK selaku pembimbing kedua

yang telah banyak memberikan waktu dan arahan dalam

menyelesaikan tesis ini.

6. Prof. DR. dr. Nelva Karmila Yusuf ., Sp.KK (K) selaku dosen

penguji I atas saran serta masukannya pada penulis untuk

kesempurnaan tesis ini

7. Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes., Ph.D selaku dosen penguji II atas

saran serta masukannya pada penulis untuk kesempurnaan tesis ini

8. Direktur Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara beserta jajaran

Page 10: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

iii Universitas Sumatera Utara

9. Seluruh Perawat di ruangan Intencive Care Unit Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara

10. Seluruh staf adminstrasi Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

11. Anakku tercinta : Ataya. Alif, Alfariz

12. Seluruh staf adminstrasi Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

13. Rekan – rekan Magister Keperawatan 2018

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tesis ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap agar diberikan

kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Tesis ini. Sekian dan

Terima kasih.

Medan, 19 Mei 2021

Penulis,

Anita Yustina

Page 11: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

iv Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................. i

ABSTRACT ................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

Latar Belakang .................................................................................. 1

Permasalahan .................................................................................... 5

Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 6

Tujuan Penelitian .............................................................................. 6

Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8

Konsep Dekubitus ............................................................................. 8

Landasan Teori Keperawatan ............................................................ 23

Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 30

Konsep Action Research (AR)........................................................... 31

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 40

Desain Penelitian .............................................................................. 40

Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 41

Partisipan Penelitian .......................................................................... 42

Metode Pengumpulan Data ............................................................... 43

Alat Pengumpulan Data..................................................................... 45

Tahapan Penelitian Action Research .................................................. 48

Metode Analisis Data ........................................................................ 52

Keabsahan Data (Trusthworthiness of Data)...................................... 53

Pertimbangan Etik ............................................................................. 54

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 56

Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................... 56

Karakteristik Partisipan ..................................................................... 63

Setting Penelitian .............................................................................. 64

Tahap Reconnaisance ........................................................................ 68

Tahap Planning ................................................................................. 72

Tahap Acting dan Observing ............................................................. 73

Tahap Reflecting ............................................................................... 76

Uji Expert Pencegahan Ulkus Dekubitus ........................................... 76

Output Action Research .................................................................... 82

Pembahasan ...................................................................................... 84

Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 93

Page 12: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

v Universitas Sumatera Utara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 94

Kesimpulan ....................................................................................... 94

Saran ................................................................................................. 94

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DAFTAR TABEL

vi Universitas Sumatera Utara

Tabel Judul Halaman

1 Karakteristik Responden ...................................................................... 63

2 Matriks Tema FGD ............................................................................. 67

3 Tingkat Pengetahuan Pencegahan Ulkus Dekubitus ............................. 69

4 Matriks Tema FGD Tahap Reflecting .................................................. 81

5 Tingkat Pengetahuan Partisipan Tahap Reflecting ............................... 82

Page 14: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DAFTAR GAMBAR

vii Universitas Sumatera Utara

Gambar Judul Halaman

1 Kerangka Teori Keperawatan .............................................................. 29

2 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 30

3 Kerangka Konsep Penelitian dan Teori Keperawatan ........................... 29

4 Siklus Action Research ........................................................................ 36

Page 15: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DAFTAR LAMPIRAN

viii Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Partisipan

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan

Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Panduan Wawancara

Page 16: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sesuai dengan Standar Akreditasi Nasional Edisi 1 pada tahun 2017

(SNARS Edisi 1) yaitu tentang mutu pelayanan khusunya keperawatan dapat

dilihat dari beberapa indikator yaitu tidak terdapat kejadian dekubitus pada pasien

yang sedang dirawat inap. Dekubitus adalah lesi iskemik yang mengenai area

kulit dan juga jaringan di bawahnya sebagai bentuk dari penekanan secara terus

menerus dan mempengaruhi peredaran darah dan limfe Priscilla (2015).

Ulkus dekubitus juga diartikan sebagai area kulit yang mengalami cedera

yang terlokalisasi serta jaringan dibawahnya dan pada umumnya terjadi diatas

tonjolan tulang,yang disebabkan oleh adanya penekanan atau gesekan

(International Ulcer Advisory Panel-European Pressure Ulcer Advisory Panel

(NPUAP-EPUAP 2012).

Terdapat beberapa penelitian yang menyatakan bahwa insiden ulkus

dekubitus. Riset yang dilaksanakan Ebi et al, (2019) menyampaikan angka luka

tekan secara umum yang ada pada pasien perawatan jangka panjang ialah

beragam bentuk yakni dari 2,7% serta insiden ini meningkat menjadi 33% di

rumah sakit utamanya di kamar Intensive CareUnit.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Wound specialist nurse di

Denmark pada tahun 2010, Prevalensi penderita ulkus dekubitus di Denmark

1

Page 17: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

2

mencapai 17,3%. Kemudian menurut Priscilla et al (2015) Prevalensi ulkus

dekubitus yang terjadi dirumah sakit adalah sebanyak 8%, sedangkan kasus yang

terjadi saat masa perawatan jangka panjang adalah sebanyak 2,4% - 23% dan

pasien yang mengalami kematian akibat dari komplikasi ulkus dekubitus adalah

berkisar 60.000 pasien setiap tahun.

Sementara itu untuk wilayah Indonesia, prevalensi ulkus dekubitus 40%

atau paling tinggi bila dibandingkan dengan negara ASEAN . Sulidah dkk (2017).

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Oktarianti dkk (2017) bahwa

prevalensi ulkus dekubitus di Indonesia mencapai 15,8 % sampai 35 %. penelitian

yang dilakukan oleh Asrizal ( 2017) di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

bahwa dari kisaran usia lebih dari 65 tahun sebanyak 7 orang atau 29,2%

merupakan pasien dengan immobilisasi dimana hal ini dapat meningkatkan risiko

terjadinya ulkus dekubitus.

Infeksi, hilangnya fungsi tubuh serta nyeri adalah dampak yang terjadi

pada pasien dengan luka tekan yang dirawat di Rumah Sakit, khususnya unit

perwatan jangka panjang. Selanjutnya, terdapat juga efek lain dari ulkus dekubitus

diantaranya perubahan psikologis bagi keluarga dan pasien, kematian meningkat

dan bertambahnya masa perawatan. Marco et al ( 2018).

Luka tekan (ulkus dekubitus) juga dijadikan sebagai indikator terhadap

kualitas pelayanan rumah sakit dan merupakan masalah utama dalam profesi

keperawatan, Ebi et al ( 2019). Belum terdapat panduan khusus yang bisa

digunakan dalam menangkal ulkus dekubitus khususnya pada pasien yang

dijaga di kamar Intensive Care Uni Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, hal

Page 18: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

3

ini disampaikan oleh komisi pencegahan dan pengendalian infeksi pad atahun

2019.

Acuan yang dipakai suster ICU yakni menggunakan pada Branden Scale.

Sementara itu pada Braden Scale tidak terdapat panduan pencegahan luka tekan

melainkan hanya bersifat pengkajian resiko ulkus dekubitus. Untuk itu penelitian

pengembangan panduan pencegahan ulkus dekubitus dalam pelayanan rumah

sakit khususnya di ruangan ICU perlu dilakukan.

The agency for Research healthcare and Quality/(AHRQ;2014),

Guidelines National clearinghouse (NGC;2012), and National Pressure Ulcer

Advisory Panel (NPUAP;2016) menyatakan bahwa semua sepakat terkait

pentingnya mempunyai panduan pencegahan ulkus dekubitus di area kerja dan

harus dibuat menjadi suatu rekomendasi.

Permasalahan

Program pencegahan dan terapi ulkus dekubitus adalah bagian dari isu

kesehatan masyarakat disuatu negara. Healthy people pada tahun 2010 dalam

Priscillia et al (2015) terdapat suatu kebijakan yang menyatakan bahwa telah

menetapkan target sebesar 50% prevalensi ulkus dekubitus mengalami penurunan

khususnya pada pasien yang mengalami masa rawat inap yang lama. Sementara

itu, terkait masalah ulkus dekubitus pada Ruangan Intensive Care Unit Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara khususnya dalam pencegahan ulkus dekubitus

panduan yang bisa dipakai dalam pencegahan ulkus dekubitus pada pasien dengan

tingkat ketergantungan total maupun tingkat ketergantungan parsial. Yang

dilakukan perawat ICU adalah mencegah insiden ulkus dekubitus sesuai asuhan

Page 19: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

4

keperawatan saja.

Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan dalam penelitian yakni bagaimana pengembangan panduan

pencegahan ulkus dekubitus di Ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara?

Tujuan Penelitian

Tujuan riset ini ialah untuk mengelaborasi pedoman pencegahan ulkus

dekubitus di Ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara.

Manfaat penelitian

Bagi Pendidikan

Adapun manfaat penelitian ini untuk pendidikan dapat menjadi acuan para

tenaga pengajar dalam memberikan ilmu terkait mata ajar keperawatan medikal

bedah khususnya panduan dalam melakukan pencegahan luka tekan kepada

mahasiswa.

Bagi pelayanan Keperawatan

Penelitian ini menjadi dasar dalam asuhan keperawatan kepada pasien

yang dirawat di Ruangan Intensive Care Unit khususnya di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara dalam mencegah terjadinya ulkus dekubitus serta

dapat juga digunakan di Rumah Sakit lainnya.

Page 20: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

5

Bagi Penelitian

Sebagai data untuk penelitian keperawatan khususnya dalam preventif

ulkus dekubitus di Ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara.

Bagi Perawat

Manfaat riset ini bagi perawat sebagai dasar panduan yang dapat

digunakan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pasien yang menderita partial

care maupun total care dapat mencegah terjadinya ulkus dekubitus dan

menghindari pasien dari dampak hospitalisasi yang memanjang.

Page 21: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dekubitus

Defenisi Dekubitus

Dekubitus cenderung dikenal sebagai Luka baring, namun istilah

dekubitus lebih dekat dengan penyebab yang mendasari terjadinya luka. Dekubitus

merupakan cedera local yang terjadi di kulit serta tissue (jaringan) dibawahnya

yang pada umumnya mengenai hingga ke tulang, efek dari penekanan, dengan

tekanan dalam berbagai kombinasi ( EPUAP and NPUAP 2009 dalam Barbara,

2016 ). Meskipun lesi ini lebih sering terjadi pada tonjolan-tonjolan pada tulang

seperti tulang sacrum, ischium, trochanter and heel.

Menurut WOCN 2010 dalam potter & perry (2017), kerusakan integritas

kulit terkait dengan tekanan yang penyembuhannya dalam waktu yang lama

sering digambarkan dengan beberapa istilah, seperti pressure ulcer, pressure sore,

decubitus ulcer, dan bedsore. Sesuai dengan rekomendasi assosiasi perawat luka,

ostomy dan continence. Dekubitus dapat diartikan sebagai terjadinya kerusakan di

area kulit dan terjadinya kerusakan pada jaringan bagian bawah yang

penyebabnya adalah penonjolan pada tulang, hal ini merupakan akibat dari

pergeseran, adanya tekanan atau gesekan maupun gabungan dari beberapa

penyebab diatas (Priscilla, 2015).

Dekubitus adalah cedera yang terjadi pada area kulit dan ataupun jaringan

dibawahnya biasanya terjadi akibat penonjolan pada tulang yang merupakan efek

6

Page 22: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

7

dari tekanan dalam kombinasi geser (Lewis, 2017). Berdasarkan (Brunnert &

Suddart, 2010) Dekubitus merupakan daerah sekitar jaringan lunak mengalami

nekrotik, dimana tekanan lebih besar dari penutupan kapier normal yaitu sebesar

32 mmHg.

Dekubitus merupakan hasil dari terjadinya perubahan degenaeratif yang

diakibatkan oleh jaringan biologis (kulit serta jaringan dasar) yang tertekan oleh

gaya geser serta tekanan. Penyebab darah tidak dapat bersirkulasi dengan baik

adalah meningkatnya tekanan (coloplast, 2012). Area yang paling umum untuk

terjadinya dekubitus adalah sacrum kemudian daerah tumit. Adapun Faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi terjadinya dekubitus adalah intensitas tekanan,

lamanya penekanan yang diberikan pada kulit (durasi tekan), serta kemapuan

jaringan terhadap tekanan yang diberikan dari luar.

Selanjutnya faktor lain yang berkontribusi terhadap berkembangnya

dekubitus adalah termasuk kekuatan geser (tekanan yang terjadi saat kulit dan

lapisan kulit yang menempel di tempat tidur sesuai arah gerakan tubuh,misalnya :

saat memindahkan atau menarik pasien ke tempat tidur dimana kelembapan yang

berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan kulit). Adapun

individu yang berisiko mengalami kerusakan integritas kulit adalah termasuk

mereka yang lebih tua, mengompol, tidak bisa melakukan perubahan posisi tubuh,

serta tidak ada kesadaran untuk merubah posisi tubuh (Lewis, 2017).

Etiologi

1. Faktor intrinsik: terjadinya penuaan. Beberapa kelainan yang timbul

Page 23: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

8

seperti status gizi, Diabetes mellitus, Berat badan menurun, Anemia, dan

penyakit-penyakit kelainan system persarafan yang dapat merusak pembuluh

darah. Status cairan tubuh juga salah satu faktor.

2. Faktor ekstrinsik: kondisi kebersihan tempat tidur seperti kerapihan, Kotor

atau tidak alat tenun yang digunakan maupun kondisi yang dapat membuat

pasien mengalami fiksasi pada tempat tertentu seperti: pemasangan alat-

alat medis. Posisi duduk yang tidak sesuai, bentuk tubuh saat tidur tidak

sesuai, bahkan tidak sering merubah posisi saat duduk maupun posisi tidur

Nurarif ( 2015).

Patofisiologi Dekubitus

Dekubitus terjadi saat pembuluh darah mengalami penekanan sebagai

akibat dari penekanan eksternal ataupun akibat dari kuatnya geseran, friksi yang

merusak (merobek), melukai pembuluh darah. Penekanan-penekanan tersebut

yang akan menjadi proses perkembangan dekubitus. Tekanan arteriolar dan

tekanan kapiler lebih kecil dari tekanan eksternal dan mengganggu sirkulasi darah

dalam bantalan kapiler. Saat kulit diatas penonjolan tulang mengalami penekanan

dalam waktu 2 (dua) jam, terjadi iskemia dan oksigen dalam jaringan rendah

sebagai akibat dari penekanan eksternal yang kemudian menimbulkan rusaknya

jaringan secara ireversible.

Sebagai contoh, saat posisi tubuh dalam posisi terlentang, Berat badan

memberi penekanan pada daerah skarum. Kerusakan terjadi lebih banyak pada

area yang kecil meskipun jumlah tekanan yang sama diberikan bila dibandingkan

Page 24: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

9

dengan lokasi yang lebih luas Priscilla, (2015).

Faktor Resiko Dekubitus

Menurut Marco (2018), tekanan adalah faktor terpenting dalam

pengembangan ulkus dekubitus. Ada korelasi positif dari perkembangan ulkus

dekubitus dengan durasi dan intensitas tekanan serta toleransi jaringan. Durasi

dari tekanan, gaya geser dan gesekan adalah penentu penting ulkus dekubitus.

Perkembangan ulkus dekubitus merupakan fenomena yang kompleks dan

multidimensi yang berhubungan langsung dengan beberapa faktor risiko yang

diklasifikasikan sebagai faktor intrinsik dan ekstrinsik.

Faktor Intrinsik

Faktor-faktor yang berkaitan dengan aspek fisik dan psikis dan psikologis

individu, seperti usia (usia dini atau lanjut), mobilitas dan aktivitas, status

pernapasan, oksigenasi dan perfusi jaringan, penyakit predisposisi, penggunaan

obat, nutrisi dan hidrasi, kesehatan kulit secara keseluruhan, suhu tubuh, persepsi

sensorik, perubahan hematologi, kesehatan umum, riwayat PU sebelumnya

Faktor Extrinsic

Faktor -faktor yang berhubungan dengan aspek eksternal dari individu,

seperti penggunaan parfume, bedak atau bahan pembersih, kondisi kelembaban

dan suhu yang tidak memadai, permukaan penyangga tempat pasien berbaring

atau duduk, teknik pemijatan manual yang melibatkan permukaan kulit, dan

kelembapan berlebihan di area yang mengalami tekanan dan gesekan, terutama di

Page 25: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

10

daerah perianal karena inkontinensia, kelebihan keringat atau eksudat. semua

faktor ini menurunkan resistensi jaringan terhadap tekanan dan kekuatan mekanis

lainnya.

Faktor Ekstrinsik:

Kelembapan

Geseka

Shear

Intrinsic Faktor:

Nutirisi

Umur

Tekanan

darah

Skema

Skema konseptual untuk studi etiologi pu menurut braden dan Bergstrom

Marco et all (2018).

Sedangkan Menurut Priscilla ( 2015) individu yang lebih rentan berisiko

mengalami dekubitus adalah Fraktur pinggul, keterbatasan dalam melakukan

mobilitas, kuadriplegia serta pasien yang ada di unit perawatan kritis, walaupun

Sensasi

Persepsi

Mobilitas

Tekanan Aktivitas

Mobilitas

Toleransi

Jaringan

Page 26: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

11

dekubitus juga dapat dialami oleh usia dewasa yang terjadi hambatan dalam

mobilitas. Individu yang mengalami fraktur tulang besar (mis, femur atau

pinggul) atau yang telah dilakukan pembedahan ortopedik maupun cedera korda

spinalis yang permanent juga rentan mengalami dekubitus.

Peningkatan risiko dekubitus juga tidak hanya terjadi pada pasien yang

mengalami penyakit kronis antara lain: anemia dan gagal ginjal, edema, infeksi

akan tetapi dekubitus juga terjadi pada pasien yang mengalami penurunan

pergerakan (mobilitas) atau aktivitas, kekurangan nutrisi dan inkontinensia.

Menurut Diane et all ( 2015) bahwa faktor risiko tambahan terjadinya

dekubitus yakni kelembapan kulit berlebihan yang dijelaskan didalam langkah-

langkah pedoman sebagai tolak ukur pencegahan dekubitus termasuk adanya

feses, kateter urin yang menetap, dan kondisi fisik yang lembab. Lanjut usia,

perubahan sensory persepsi, suhu tubuh, status kesehatan secara umum, dan

mental juga merupakan faktor risiko yang berdampak pada risiko individu.

Menurut (Barbara, 2016) Penyebab utama Dekubitus adalah tekanan.

Mekanisme dari cedera lebih kepada adanya penekanan,bahkan faktor spesifik

termasuk kekuatan dari tekanan, intensitas , lama terjadinya jaringan mengalami

penekanan, serta faktor intrinsik dan ekstrinsik yang data mempengaruhi

kemampuan dari jaringan dalam menahan ataupun mentoleransi tekanan.

Dengan demikian, iskemia terjadi bila tekanan diatas kapiler melebihi

tekanan normal dan kapiler mengalami sumbatan dalam jangka yang lama. Jika

pasien mengalami penurunan sensasi dan tidak dapat merespon terhadap

ketidaknyamanan yang merupakan dampak dari kematian jaringan. Ketika

melakukan evaluasi pada area tekanan, presentasi klinis dari aliran darah dapat

Page 27: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

12

terjadi. Setelah periode iskemia jaringan, bila tekanan menurun serta aliran darah

kembali, kulit akan berubah kemerahan. Akibat dari kemerahan tersebut adalah

vasodilatasi atau ekspansi pembuluh darah, dapat disebut sebagai hyperemia.

Untuk melakukan penilaian area hyperemia yakni dengan cara menekan satu

jari keatas area yang terkena dampak. Bila blans mengalami perubahan warna

menjadi lebih terang serta eritema kembali saat perawat mengangkat jari, maka

hyperemia sifatnya tidak lama (sementara) dan sebagai cara dalam mengatasi

episode iskemik. Demikian yang disebut hyperemia yang dapat dicairkan. Akan

tetapi jika perawat menekan daerah eritomatosa tampak tidak pucat maka

kemungkinan kerusakan jaringan dalam.

Ditemukan bahwa fase dekubitus yang rendah dengan jangka waktu yang

lama mengakibatkan kerusakan kulit dan kerusakan jaringan dibawahnya yakni

tingginya tingkat tekanan saat periode waktu singkat. Terlihat bahwa tekanan

mempunyai dampak kumulatif terhadap jaringan. Dengan demikian,bila jaringan

sudah mengalami tekanan dan walaupun tekanan tersebut dihapus maka

selanjutnya jaringan mengalami reexposure pada dekubitus yang sama atau dapat

juga mengakibatkan terjadinya kerusakan yang tidak terlalu besar (Barbara, 2016).

Faktor selanjutnya adalah gaya gesek. Gaya gesek yang terjadi pada indra

peraba dan pada lapisan subkutan akan melekat pada area ruang rebah, dan tataran

urat serta ragangan berpindah sinkron dengan arah manuver badan. Terjadi

pergeseran pada Ragangan pasien kearah indra peraba dan mendistribusi energi

pada indra peraba. Terjadi penekanan pada kulit yang selanjutnya menyebabkan

hiperangulasi serta terjadi peregangan arteri, menggangu kemampuan transportasi

darah. Geser berperan secara signifikan dalam berkembangnya dekubitus,

Page 28: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

13

khususnya pada daerah yang sering mengalami terjadinya tekanan dan geser

antara lain coccyx dan sacrum Barbar ( 2016).

Kemudain Orang yang cenderung terjadi perkembangan dekubitus adalah

individu dengan gangguan persepsi sensori terhadap rasa sakit atau nyeri

(merupakan tanda terjadinya ischemia pada jaringan), tidak mampu dalam

merespon secara tepat, atau mereka yang mengalami keterbatasan kemampuan

dalam pergerakan dan keterbatsan dalam mempertahankan posisi tanpa bantuan

orang lain (Barbara, 2016).

Inkontinensia adalah termasuk penyebab yang membuat berkembangnya

dekubitus, akibat dari maserasi. Maserasi merupakan suatu kondisi dimana kulit

mengalami kelembaan yang berlebihan sehingga mengakibatkan perlunakan pada

kulit. Namun, study terbaru menyatakan bahwa enzim yang ditemukan dalam

feses bisa mengakibatkan terjadinya peradangan perineum dan terjadinya

dermatitis, tingkat kerusakan yang terjadi hanya terbatas pada lapisan yang lebih

dangkal (Barbara,2016).

Seperti yang sudah dibahas bahwa nutrisi yang tepat adalah penting untuk

penyembuhan luka. Nutrisi yang tidak adequate berperan dalam berkembangnya

dekubitus. Nutrisi yang tidak adequate juga beresiko terjadinya kekurangan gizi

khususnya bagi yang tidak mampu ataupun tidak mau memenuhi kebutuhan

nutrisi yang cukup untuk kebutuhan metabolisme mereka sendiri. Saat nutrisi

tidak adequate, mengakibatkan penurunan berat badan secara tidak disengaja

sebesar 5% (lima persen) atau lebih sesuai Basal Metabolisme Index (BMI);

kekurangan vitamin A, C, E , Zinc, Tembaga, Mineral dan malnutrisi protein

calor mengakibatkan mempengaruhi kemampuan jaringan untuk menahan

Page 29: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

14

kekuatan dekubitus dan geser serta mempengaruhi kemampuan untuk memerangi

agent infeksius yang dikomporomikan (Dorner, 2009 dalam Barbara, 2016).

Langkah awal yang penting dalam mencegah berkembangnya dekubitus

sekaligus mempromosikan penyembuhan yang telah ada dengan menilai nutrisi

secara menyeluruh yaitu dengan: evaluasi berat badan, IMT, hasil pemeriksaan

laboratorium terkait dekubitus dan riwayat diet. Dalam pengembangan intervensi

untuk mengatasi kebutuhan gizi pada pasien yang beresiko, diperlukan kerjasama

dengan ahli gizi yang telah terdaftar dan anggota tim perawat kesehatan maupun

dengan pasien dan keluarga. Intervensi ini harus dilakukn secara konsisten dan

intervensi perawatan secara menyeluruh sesuai dengan keinginan pasien dan

keluarga (Barbara, 2016).

Manifestasi Klinik Dekubitus

Menurut Lewis (2017) bahwa manifestasi klinis dari dekubitus tergantung

pada luas dari jaringan yang terkena. Kateori Tahap ataupun stage dari dekubitus

adalah berdasarkan dari jaringan yang tampak ataupun teraba pada dasar ulkus.

Berdasarkan NPUAP (2014) bahwa tanda dan gejala pada dekubitus seperti area

kulit berwarna merah, tampak jelas bila ada penekanan dari jari,warna merah

tidak lekas kembali seperti awal atau menetap. Terdapat edema pada kulit serta

suhu pada daerah sekitarnya terjadi peningkatan ataupun terasa hangat bila diraba.

Gejala-gejala ini bisa menyebar sampai ke jaringan otot serta tulang NPUAP

(2014). Menurut NPUP ( 2014), pressure ulcer terdapat beberapa fase, yaitu:

Page 30: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

15

1. Stadium I

pada epidermis, kulit tampak integral dalam kondisi merah,warna di

sekitar kulit mengalami perubahan, umumnya di tulang yang lebih menonjol

terdapat warna merah pada sekitar lokal. Permukaan kulit tampak gelap ada

pigmen akan tetapi tidak terlihat pucat; adapun warna sepertiada perbedaan pada

area sekitarnya. Daerah epidermis ini terasa nyeri, terlihat jelas, teraba hangat,

atau bahkan lebih dingin bila dibandingkan dengan area yang ada disekitarnya.

Luka bisa juga terlihat berwarna kemerahan pada orang yang mempunyai kulit

putih dan menetap sedangkan bagi orang yang mempunyai kulit yang berwarna

gelap, luka tampak terlihat sebagai warna merah, kebiruan, terjadi sensasi seperti

sakit (nyeri) serta rasa gatal pada bagian luka.

2. Stadium II

Di bagian lapisan kedua separuhnya mengalami kehilangan ketebalan,

terlihat ulkus yang terbuka serta dangkal dimana warna pada dasar luka tampak

merah muda, akan tetapi tidak mengalami pengelupasan. Selain dari pada itu bisa

juga terlihat sebagai lepuhan serum secara lengkap dapat luka terbuka. Terlihat

berupa luka, tidak dalam, terang, kering tetapi tidak ada pengelupasan ataupun

memar yang umumnya ada pada gambaran dermatitis.

3. Stadium III

Jaringan penuh mengalami kehilangan ketebalan. Lemak yang terdapat pada

subkutan bisa tampak akan tetapi pada tulang, tendon ataupun otot tidak

terkena. Bisa saja terdapat Slough ataupun jaringan mati tetapi tetap memperjelas

Page 31: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

16

kedalaman hilangnya jaringan. Jaringan yang mengalami kerusakan tampak

seperti terowongan terowongan. Bila berdasarkan lokasi anatomi tingkat

kedalaman ulkus stadium III, Hidung, telinga, tengkuk serta maleolus tidak,

mempunyai jaringan subkutan begitu juga ulkus pada fase III dapat pipih atau

tidak pipih, aspek adipositas relevan bisat menaikkan kadar luka sampai luka

paling dalam pada tahap ini, tulang/tendon tidak tampak ataupun langsung teraba.

4. Stadium IV

Terjadi kelenyapan kelebatan inklusif jejaring secara bebas, urat daging,

ragangan atau urat. Pada beberapa area dari dasar luka slough bisa saja tampak.

Sering juga digolongkan pada kerusakan jaringan dan terowongan. Pada stadium

IV kedalaman luka tekan bervariasi berdasarkan lokasi anatomi. Luka pada tahap

IV bisa lebih memanjang ke dalam sistem urat atau penunjang (seperti, wajah,

urat daging) yang menghasilkan peradangan pada ragangan bisa saja tumbuh.

Masalah umum dan management strategi Dekubitus

Pasien dengan masalah Dekubitus merupakan prevalensi tertinggi di unit

perawatan kritis.Kerusakan kulit yang terjadi pada lansia juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain: tirah baring, kehilangan sensori dan motorik, terjadi

penurunan tonus vasomotor, gizi buruk, hypovolemia, dan usia yang berhubungan

dengan komposisi kulit. Penyembuhan luka pada orang tua dua kali lebih lama

Page 32: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

17

untuk terjadi reepitelisasi di bandingkan dengan penyembihan luka pada

dewasa muda.

Perkembangan Dekubitus bisa terjadi dimana saja pada tubuh pasien,

tetapi lebih sering mengenai daerah tulang yang mengalami penonjolan,

siku, sacrum, pinna, occi, iskium, tumit. Dekubitus lebih cepat

berkembang pada orang dewasa lanjut yang tidak ada pergerakan

(Vicki, 2018 ).

Upaya pencegahan dekubitus

Mencegah dekubitus merupaka hal yang penting dalam perawatan pasien

serta tidak hanya terbatas pada pasien yang mempunyai keterbatasan dalam

mobilitas. Terdapat banyak tinjauan literatur menunjukkan bahwa dekubitus bisa

dicegah. Walaupun pada beberapa individu yang sangat berisiko tinggi, perawat

tidak dapat sepenuhnya mencegah terjadinya luka tekan dan perburukannya dalam

melakukan tindakan keperawatan. Menurut (Lewis, 2017) bahwa pencegahan

dekubitus dengan menggunakan perangkat yang sering dilakukan untuk

kebutuhan reposisi seperti udara rendah atau low air, Kasur rendah (low

mattresses), bantal kursi roda, Kasur busa, bantalan kursi, mengganti linen

sebagaimana mestinya. Frekuensi reposisi pasien dapat mencegah dekubitus.

Standar pada masa yang lalu adalah jam. Pada perawatan akut, Perawatan

pasien dengan ulkus tekan membutuhkan seperti: nutrisi yang cukup, management

nyeri, mengontrol keadaan membalikkan serta memposisikan pasien setiap dua

jam, akan tetapi “kebijakan” ini tidak sebagai bukti yang berdasarkan faktor

risiko, keadaan pasien secara umum, permukaan pendukung dan jenis masalah.

Page 33: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

18

Sebagai contoh pasien yang mempunyai risiko tinggi kemungkinan hanya

diposisikan setiap tiga sampai empat medis lainnya, serta mengurangi tekanan.

Penelitian dengan menggunakan braden skor untuk melihat pasien yang

berisiko dan tidak berisiko terhadap terjadinya dekubitus selama enam hari

berturut-turut dengan melakukan mobilisasi setiap 2 jam sekali selama 15-20

menit pada salah satu sisi terhadap pencegahan dekubitus hasilnya ditemukan

bahwa dengan terapi mobilisasi secara rutin oleh perawat sangat efektif mencegah

dekubitus oleh perawat Asrizal ( 2017).

Berdasarkan rekomendasi dari NPUAP, EPUAP & PPPIA (2014)

memberikan rekomendasi bahwa tindakan yang dilakukan untuk mencegah

dekubitus antara lain: merawat kulit, memberikan edukasi, memberi nutrisi, serta

memberikan bantalan lembut serta mengatur posisi tubuh. Pengkajian resiko

dengan menggunakan skala Braden, braden scale merupakan skala dengan

pengkajian yang dipakai untuk memperkirakan dekubitus pada individu yang

sudah dewasa dalam melakukan pengkajian pasien yang lebih beresiko baik

ringan, sedang dan tinggi terjadi dekubitus. Saat ini instrumen braden scale ditata

sesuai dengan kerangka kerja konseptual proses fisiologis. Braden scale adalah

instrumen yang valid dan reliabel serta memperlihatkan tingkat validitas maupun

reliabilitas yang lebih.

Skala Braden terdiri atas enam sub skala yang mengevaluasi, yakni sensori

persepsi, moisture, aktivitas, pergerakan, nutrisi dan friksi/gesekan. setiap sub

skala mempunyai interval skor yakni mulai dari 1 sampai 4, dimana 4

menjelaskan kondisi yang paling baik, sementara itu sub skala dengan robekan

Page 34: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

19

ataupun gesekan memperoleh skor 1 sampai 3, dimana skor 3 mengambarkan

kondisi terbaik.

Persepsi sensori mempunyai penilaian antara lain: 1) bersifat eksklusif, 2)

amat eksklusif, 3) minim eksklusif, 4) terbebas uzur. Humiditas mempunyai mutu

meliputi: 1) humid berkesinambungan, 2) amat humid, 3) kadang kala humid, 4)

sporadis hamid. Kegiatan mempunyai mutu meliputi: 1) telentang di lokasi

rebahan, 2) telentang di bangku, 3) kadang kala melangkah, 4) kerap bergerak.

Mobilitas mempunyai mutu meliputi: 1) bersifat pasif, 2) amat eksklusif, 3)

minim eksklusif, 4) tiada eksklusif. Nutrition mempunyai mutu meliputi: 1) amat

jelek, 2) kemungkinan tidak memenuhi syarat, 3) memnuhi syarat, 4) amat baik.

Friktion atau pergeseran mempunya mutu meliputi: 1) persoalan, 2) persoalan

daya, 3) tidak memliki persoalan.

Jumlah keseluruhan nilai memungkinkan untuk didapat seorang pasien

dari rentang 6-23, bila nilai yang dicapai pasien semakin rendah maka pasien

tersebut lebih berpeluang beresiko untuk mengalami dekubitus. Selanjutnya

semua jumlah nilai tersebut dibagi dalam lima katagori yaitu : skor >18 tidak

berisiko, skor 15-18 mempunyai resiko ringan, skor 13-14 mempunyai risiko

sedangkan skor 10-12 memiliki resiko tinggi dan skor <9 mempunyai risiko

sangat tinggi (Braden & Meklebust, 1998).

Landasan Teori Keperawatan

Konsep keperawatan yang dipakai dalam riset ini ialah teori keperawatan

sistem adaptasi Calista Roy. (Roy & Andrews, 1999).

Page 35: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

20

Teori Adaptasi Roy

Teori adaptasi Calista Roy dipelopori oleh Calista Roy pada tahun 1964 –

1966, namun baru diaplikasikan di tahun 1968. Teori Calista Roy terkenal dengan

konsep sistem adaptasi. Roy membuat model adaptasi dengan didasarkan pada

turunan model adaptasi karya Harry Helson dalam bidang psikofisik yang merata

ke pengetahuan aspek sosial dan tingkah laku. Dalam teori adaptasi menurut

Helson, konsep adaptasi merupakan fisiologi serta rangsangan yang masuk pada

diri seseorang dan tingkat adaptasi yang dimiliki oleh seseorang. Stimulus

merupakan faktor yang dapat memicu munculnya respon seseorang.

Stimulus yang dialami dapat berasal dari lingkungan internal ataupun

eksternal. Tingkatan adaptasi seseorang dipengaruhi oleh efek gabungan dari tiga

stimulus, yaitu stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus residual. Tujuan

dalam teori sistem adaptasi ini adalah untuk membantu klien beradaptasi dan

meningkatkan kesehatan. Dalam model sistem adaptasi Roy, terdapat empat

paradigma keperawatan yang menjadi komponen sentral, yaitu manusia,

lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Diantara keempat komponen ini ada

hubungan satu dengan yang lainnya.

1. Manusia

Di dalam model adaptasi Roy, individu merupakan komposisi yang

adaptif dan holistik. Sebagai bentuk yang adaptif, manusia dipersepsikan

secara totalitas dengan manfaat integritas guna beberapa maksud. Sistem manusia

dalam model adaptasi Roy meliputi individu, kelompok, institusi, komune, dan

masyarakat secara totalitas. Pola individu memiliki pemikiran dan kapabilitas

Page 36: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

21

perasaan berdasarkan pada realisasi yang mana mereka menyinkronkan terhadap

transisi yang timbul di kehidupan mereka Roy & Andrews (1999).

Dalam konsep sistem adaptasi, Roy mendeskripsikan manusia sebagai

penerima asuhan keperawatan dan sebagai sistem penyesuaian yang kompleks

yang bertujuan untuk mempertahankan adaptasi melalui proses kontrol (kognator

dan regulator).

Roy menjabarkan individu dengan keseluruhan terintegral yakni input,

proses, kontrol, efektor, dan output dengan penjelasan sebagai berikut:

Input

Dalam konsep model adaptasi Calista Roy, input berarti masukan atau

stimulus untuk manusia yang berasal dari lingkungan internal maupun lingkungan

eksternal. Input terbagi dalam 3 fase :

1. Dorongan fokal yaitu stimulus internal maupun eksternal paling segera

atau segera terhubung dengan sistem dalam tubuh manusia, misalnya PGK

dapat menyebabkan edema akibat dari kelebihan volume cairan di dalam

tubuh manusia (Roy & Andrews, 1999).

2. Stimulus kontekstual yaitu semua rangsangan lain yang berkontribusi

negatif terhadap stimulus fokal. Selain itu, stimulus kontekstual adalah

semua faktor dari lingkungan yang dapat menjadi perhatian masing-

masing orang. Contoh stimulasi kontekstual adalah pada pasien PGK yang

menjalani hemodialisis namun tidak patuh terhadap manajemen nutrisi dan

cairan sehingga akan berdampak negatif pada stimulus fokal seperti terjadi

Page 37: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

22

atau muncul bengkak, nafas cepat, dan peningkatan tekanan darah Roy &

Andrews, (1999).

3. Stimulus residual merupakan faktor dari lingkungan internal manusia itu

sendiri yang dapat mempengaruhi terjadinya kondisi penurunan kesehatan.

Akibat dari rangsangan ini tidak terlihat secara jelas bagi pengamat serta

munculnya kerap tidak dimengerti oleh manusia. Misalnya stimulus

residual merupakan minimnya ilmu pasien terkait esensialnya manajemen

adalah kurangnya pengetahuan pasien tentang pentingnya manajemen

pengurangan kalori garam dan determinasi larutan pada pasien PGK yang

menjalani hemodialisis (Roy & Andrews, 1999).

Proses Kontrol

Dalam model sistem adaptasi menurut Calista Roy, proses kontrol

digunakan untuk menjelaskan mekanisme koping seseorang. Mekanisme koping

yang muncul dapat berasal dari proses turunan atau secara genetik. Dalam model

sistem adaptasi, Roy memberikan pengenalan dua mekanisme proses kontrol,

yaitu:

1. Regulator, merupakan proses koping utama yang melibatkan reaksi dari

sistem saraf, reaksi kimia tubuh, dan sistem endokrin pada manusia.

Mekanisme regul ator dapat berasal dari lingkungan internal maupun

eksternal (Roy & Andrews, 1999)

2. Kognator, merupakan proses koping utama yang melibatkan empat saluran

kognitif dan emosi seseorang, diantaranya yaitu: persepsi dan informasi,

Page 38: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

23

pemprosesan, pembelajaran, penilaian, dan emosi (Roy & Andrews, 1999)

Efektor

Dalam model adaptasi Calista Roy, sistem efektor digambarkan sebagai

proses internal seseorang yang adaptif. Dalam sistem efektor terdapat empat mode

adaptasi yang meliputi fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan

interdependensi (Roy & Andrews, 1999).

Output

Dalam model adaptasi Calista Roy, output merupakan respon dari manusia

itu sendiri yang dapat berupa respon adaptif maupun maladaptif. Respon yang

adaptif tentunya akan dapat meningkatkan status kesehatan seseorang,

mempertahankan kelangsungan hidup manusia, meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan. Sedangkan respon yang maladaptif akan merusak integritas

seseorang. Respon manusia yang muncul dalam output sistem adaptasi dapat

diamati, diukur atau dapat dilaporkan oleh individu tersebut (Roy & Andrews,

1999).

2. Lingkungan

Lingkungan dalam model adaptasi Calista Roy merupakan semua

keadaan, stimulus yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

seseorang atau kelompok yang melibatkan tiga tingkatan dalam stimulus yaitu

fokal, kontekstual, dan residual. Perubahan lingkungan yang terjadi dapat

dianggap sebagai sistem yang adaptif ataupun juga maladaptif dengan melibatkan

faktor internal maupun eksternal. Perubahan lingkungan yang terjadi menuntut

Page 39: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

24

seseorang untuk harus bisa dan mampu untuk beradaptasi (Roy & Andrews,

1999).

3. Kesehatan

Kesehatan dalam model adaptasi Calista Roy didefinisikan sebagai suatu

kondisi yang menjadikan seseorang terjaga integritasnya dengan baik dan

seutuhnya. Kesehatan merupakan hasil dari sistem adaptasi yang dilakukan oleh

manusia dan interaksi antara manusia dengan lingkungan. Integritas yang

dimaksudkan disini adalah suatu kondisi tanpa gangguan yang mengarah pada

suatu kesatuan atau keutuhan, serta adanya peningkatan pada fungsi fisiologis,

integritas, psikologis, dan sosial (Roy & Andrews, 1999).

4. Keperawatan

Roy mengartika keperawatan secara umum adalah profesi perawatan

kesehatan yang berfokus pada proses dan pola kehidupan manusia dengan

menekankan promosi kesehatan bagi individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat secara keseluruhan. Secara khusus, Roy mendefinisikan

keperawatan sesuai dengan modelnya sebagai suatu ilmu dan praktikal yang

berkembang untuk meningkatkan kemampuan adaptif seseorang. Fokus dari

kegiatan keperawatan dalam model adaptasi adalah penilaian terhadap perilaku

dan rangsangan yang dapat mempengaruhi adaptasi seseorang serta perencanaan

intervensi untuk menanggapi suatu rangsangan yang muncul (Roy & Andrews,

1999).

Berikut adalah beberapa fungsi Mekanisme keperawatan Roy :

Page 40: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

25

1. Mengakaji sikap yang diwujudkan pada 4 mode adaptif

2. Mengidentifikasi rangsangan perilakus serta mengelomokkannya menjadi

stimulus fokal, konstektual atau residual.

3. Membuat pernyataan atau diagnosis keperawatan dari status adaptif pasien

4. Menetapkan tujuan untuk meningkatkan adaptasi

5. Menerapkan intervensi yang bertujuan mengelola stimulus untuk

meningkatkan adaptasi

6. Mengevaluasi apakah tujuan adaptif telah terpenuhi.

Dengan mengubah stimulusnya, bukan pasiennya, perawatlah yang

meningkatkan “interaksi antara manusia dengan lingkungannya, sehingga meningkatkan

kesehatan”. Proses keperawatan ini sangat sesuai digunakan ditatanan pelayanan. Roy

mengembangkan tipologi diagnosis keperawatan dari sudut pandang Model Adaptasi

Roy. Dalam Tipologi masalah yang sering terjadi adalah berhubungan dengan kebutuhan

dasar dari ke empat mode adaptif. Model Adaptasi Roy berguna untuk membantu praktik

keperawatan dalam tatanan institusional.

Model ini telah diterapkan di unit perawatan intensif,ruang bedah akut, unit

rehabilitasi, dua rumah sakit umum, bedah syaraf dan rumah sakit berkapasitas 145

tempat tidur. Pada Tatanan pengembangan penelitian, model adaptasi Roy

mengembangkan kembali terminologi Sehat. Model adaptasi Roy mengembangkan

kategori psikososial dari konsep diri,fungsi peran dan interdependensi. Pendekatan

terminology sehat lebih jelas memasukkan mekanisme adaptif dari pasien koma dalam

berespon terhadap stimulus taktil dan verbal.

Page 41: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

26

Berdasarkan telaah integrative dari litaratur Frederikson, menyimpulkan bahwa

terdapat dukungan empiris tang baik bagi konseptualisasi Roy mengenai manusia dan

kesehatan, Frederickson memberikan rekomendasi berikut untuk penelitian selanjutnya.

Terkait dengan lingkungan dan keperawatan serta intervensi yang berdasarkan konsep.

Page 42: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

27

(Model Adaptasi)

TEORI KEPERAWATAN CALLISTA ROY

Gambar 1. Kerangka Teori Keperawatan

(Achir dan Kusman, 2014)

Fungsi Peran Perawat

Model Adaptif Fisiologis

Sub Sistem Koping Regulator

Melindungi tubuh terhadap

infeksi,trauma dan

perubahan struktur

integumen

Page 43: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

28

Kerangka Konsep Penelitian

Pointers konsep terdiri dari teori (kata atau istilah) yang terdiri atas ide

abstrak, dikaitkan dengan korelasi antara konsep (Tappen, 2016).

Gambar 1.3 Kerangka konsep penelitian

Page 44: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

29

Konsep Action Research (AR)

Pengertian Action Research

Riset dengan idiosinkrasi penelaah wajib bertugas dalam fraksi untuk

mengestimasi kondisi yang direkognisi oleh group memakai cara yang koheren,

sistematis, dan pergerakan untuk memadukan data yang bertujuan sebagai

perluasan rancangan kegiatan demi mencapai jalan keluar yang berasaskan pada

fakta yang dihimpun merupakan makna dari action research Streubert &

Carpenter, ( 2011).

Action research adalah suatu penelitian tindakan yang berdasarkan oleh

partisipatif (participatory action research). Berikut ini tujuh ciri utama action

research antara lain:

1. Action Research merupakan suatu sistem kemasyarakatan: ikatan antara

bidang individu dan masyarakat merupakan hasil pengamatan sistem ini.

Kritis terhadap suatu perubahan yang mustahil jika terjadi individuasi

tanpa diseminasi dan sebaliknya secara berkesinambungan.

2. Action Research berciri Partisipatoris: mempengaruhi orang dalam

membahas ilmu pengetahuan dan klasifikasi-klasifikasi estimasi manusia.

3. Action Research memiliki ciri efektif dan kerjasama: menghimbau

manusia untuk prraktik-praktik social yang menghubungkan diri dengan

orang lain dalam interaksi social.

4. Action Research yang memiliki ciri Praktis dan Kolaboratif: mengajak

manusia untuk mengkaji praktik-praktik sosial yang menghubungkan diri

Page 45: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

30

dengan orang lain dalam interaksi sosial. Sebuah proses yang menjadi

sarana bagi manusia untuk mengeksplorasi komunikasi, produksi, dan

pengorganisasian, serta berupaya untuk meningkatkan interaksi manusia dengan

mengubah tindakan-tindakan yang membentuk interaksi.

5. Action Research berciri Emansipatoris: membantu manusia sehingga

kembali sehat lalu membebaskan diri dari pressure struktur sosial yang

tidak rasional, non productive, tidak seimbang juga tidak memuaskan yang

menjadikan perkembangan minimal dan kemandirian diri. Suatu kerja

yang menjadi wadah individu untuk menggali mekanisme praktik yang

kemudian diwujudkan dan ditetapkan oleh struktur sosial (kultural,

ekonomi, dan politik). Jika manusia tidak dapat melepaskan diri, maka

cara terbaik untuk ikut terlibat untuk membentuk kehidupan sosial

bersama.

6. Action Research memiliki ciri Kritis: membantu individu untuk sembuh

juga melepaskan diri sendiri dari hambatan-hambatan yang ada dengan

media sosial yang menjadi wahana interaksi manusia.

7. Action Research berciri Recursif (refleksi dan dialekti): Guna

memudahkan orang didalam mengidentifikasi kenyataan supaya dapat

merubah dan melakukan identifikasi yakni dengan metode mengubah

praktik orang melalui proses spiral aksi serta identifikasi evaluasi diri

sebagai suatu proses sosial dan yang dibuat dalam membantu individu

supaya dapat lebih maksimal belajar dan merancang konsep terkait

praktik-praktik, ilmu pengetahuan tentanng praktik dan beragam struktur

sosial yang membentuk maupun membatasi praktik manusia.

Page 46: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

31

8. Action Research bertujuan dalam mengganti konsep dan praktik: tidak

mengutamakan keterkaitan antara konsep ataupun praktik. Tujuan untuk

membuat artikulasi dan mengembangkan teori maupun praktik dalam

kaitannya satu dengan yang lain melalui pemikiran yang kritis terkait teori

dan praktik maupun konsekuensi dari keduanya. Tidak bertujuan dalam

mengembangkan wujud konsep yang dapat berdiri secara terpisah dan

lepas dari praktik, seolah-olah praktik bisa dikendalikan serta ditentukan

tanpa melihat faktor partikular dari situasi praktis yang dihadapi oleh para

praktisi dalam kehidupan, pekerjaan masing-masing dan dipandang

mengadili dirinya sendiri.

Level Penelitian Action Research

Penelitian Action Research menggambarkan perkembangan dari tindakan

individu ke implementasi skala besar yang sebut dengan pendekatan orang

pertama, kedua, dan ketiga. Penelitian oleh orang pertama menjelaskan praktik

reflektif, penelitian orang ke dua melibatkan adanya orang lain dalam lingkungan

sosial atau komunitas untuk membuat perubahan, dan penelitian orang ke tiga

menggambarkan proses pola perilaku pada tingkat makro untuk melembagakan

perubahan atau untuk mengembangkan gerakan sosial (Reason & Bradbury, 2006;

Wicks & Reason, 2009). Reason dan Bradbury menggunakan I, We, They untuk

mewakili jalur orang pertama, kedua, dan ketiga. Meskipun secara teknis, We

adalah orang pertama yang jamak. Sementara perubahan masyarakat dan

kebijakan adalah hasil penting dari penelitian Action Research. Kontekstual

ini tiga tingkat, tampak mirip dengan tiga dimensi penelitian Action Research

Page 47: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

32

yang tumpang tindih yaitu profesional, pribadi, dan politis Noffke, (2009).

Adapun tingkatan hasil penelitian Action Research (tiga) fase hasil

(outcomes) yaitu 1) Professional Contextual Level: berupa sebuah aksi, 2)

Organizational Contextual Level: berupa interaksi, dan 3) Scholarly Contextual

Level: berupa sebuah transaksi. Pada tingkat profesional, peneliti berpusat pada

mencerminkan sikap dan perubahan dalam skill, pengetahuan, dan jati diri. Pada

tingkat organisasi, peneliti mengadakan interaksi di antara para peserta yang

dihasilkan dari tindakan yang diambil. Pada tingkat ilmiah, peneliti melakukan

transaksi di mana mereka berbagi temuan mereka dengan komunitas penelitian.

Professional Contextual Level yaitu mengubah pengetahuan, praktek, dan

identitas. Peneliti Action Research terlibat dalam penyelidikan sistematis dalam

lingkungan sosial mereka dengan mengubah masalah menjadi pertanyaan,

menggunakan pertanyaan untuk membentuk tindakan, dan merefleksikan hasil

untuk menciptakan teori yang membingkai siklus baru penelitian (Coghlan &

Brannick, 2009). Inti dari proses penelitian ini adalah refleksi yang

mendalam,yang sering menghasilkan jalan baru untuk eksplorasi lebih lanjut.

Peneliti Action Research bergerak melewati sikap subyektif untuk memahami

bagaimana tindakan mereka dilihat dari berbagai perspektif. Tindakan

penyempurnaan berdasarkan penilaian kritis dari berbagai perspektif dan

wawasan reflektif memiliki potensi untuk mengarah pada pembelajaran

transformasional (Mezirow, 1998). Penelitian transformatif bergerak melalui

siklus perencanaan, tindakan, analisis, dan refleksi yang membantu peneliti

menggunakan bukti untuk mengembangkan keahlian dalam pekerjaan mereka.

Page 48: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

33

Siklus Action Research

Pada umumnya action research meliputi suatu spiral siklus refleksi diri

yakni membuat perencanaan pertukaran, belajar serta melihat proses maupun

perubahan konsentrasi, melakukan proses identifikasi dan konsekuensi tersebut,

diintervensi lagi, menelaah dan mengobservasi, kemudian diidentifikasi lagi dan

selanjutnya Polit & Beck (2014). Siklus action research meliputi perencanaan,

aksi,observasi serta refleksi Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, (2014)

Keterangan:

R : Rencana tindakan

A & O : Aplikasi tindakan dan observasi

Rf : Refleksi

RR : Revisi Rencana

Page 49: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

34

Proses Action Research

Kemmis dan Mc.Taggart dan Nixon (2014), menjabarkan bahwa saat

proses pelaksanaan Action Research diperlukan cara yang dapat dilakukan dalam

tindakan yakni reconnaissance, planning, pelaksanaan rencana (action) serta

observasi (observation), juga reflection.

1. Reconnaissance: adalah langkah pertama untuk menemukan permasalahan

yang ada. Tahap ini dapat di sebut juga tahap preliminary study, yaitu

mempelajari masalah yang ada dan menentukan tema yang penting. Tahap

ini menggambarkan apa yang terjadi sekarang dan apa yang kita lakukan

sekarang. Pernyataan-pernyataan tentang masalah yang ada mulai

dimunculkan pada tahap ini Kemmis & McTaggart, (1988).

2. Planning: adalah fase merencanakan yang sifatnya untuk memperbaiki.

Tahap ini berorientasi pada peneliti tentang bagaimana kolaborasi dengan

partisipan. Perencanaan meliputi rencana untuk merubah dengan menggunakan

bahasa, aktivitas dan praktik, hubungan antara manusia dan organisasi, dan

merencanakan hasil yang diinginkan.

3. Action & Observation: mengaplikasikan rencana serta melakukan

observasi pekerjaan yang dilakukan. Tahap ini adalah melaksanakan

rencana yang sudah ditetapkan, meliputi melaksanakan renacana untuk

berubah dengan menggunakan Bahasa, aktivitas dan praktik, hunungan

antara manusia dan organisasi, dan mengamati output dari implementasi

yang telah dilakukan.

4. Relection: adalah tahap dimana melakukan proses analisa, sintetis,

Page 50: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

35

menginterpretasi serta hal-hal yang dianggap penting disimpulkan. Pada

tahap ini refleksi difokuskan kepada hasil yang sudah didapat untuk selanjutnya

membuat analisa.

Tingkat Keabsahan Data (Trusthworthiness Of Data)

Lincoln dan Guba (1994 dalam Polit & Beck,2014), mengemukakan

bahwa hasil suatu penelitian dapat dipercaya bila tingkat keabsahan datanya

divalidasi sesuai dengan kriteria dibawah ini yaitu:

1. Credibility: mengarah pada kepercayaan kepastian dan penggunaan data,

meumbuhkan keyakinan dalam kebenaran penenmuan oleh peserta dan

konteks penelitian. Kredibilitas meliputi 2 faktor yaitu, melaksanakan

penelitian yakni dengan meningkatkan kepercayaan dari hasil temuan dan

mengambil langkah untuk menunjukkan kredibilitas dalam laporan.

Teknik yang dapat dilakukan peneliti yaitu melakukan pendekatan kepada

pihak management atau kepala keperawatan (prolonged engagement).

Selanjutnya peneliti melakukan member ceck yakni dengan menyerahkan

hasil penelitiaan yang berbentuk matrik tema dimana telah dibaca

partisipan dalam fase validasi data agar didapatkan keabsahan atau

objektivitas data.

2. Transferability: mengarah pada kepada siapa hasil penemuan penelitian

bisa ditransfer ataupun dijalankan pada grup atau populasi yang tidak

sama. Semua dipusatkan pada pemahaman peneliti sendiri terkait area

pemberi dan yang menerima. Peneliti menjabarkan dengan detail tentang

data terkait dengan asal dan fenomena yang ada serta apa yang

Page 51: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

36

didapat dilokasi penelitian guna kemungkinan membandingkan yang akan

digunakan tentang temuan yang akan diperoleh.

3. Dependability: mengacu kepada stabilitas (reliability) data dari masa ke

masa serta keadaan. Bila pekerjaan tersebut konteks, cara, dan audiance

yang serupa sehingga hasil yang seperti semula akan didapat. Peneliti

menyampaikan dengan rinci alur penelitian kepada pembimbing agar

memberi umpan balik bagaimana mekanisme dan hasil data yang diterima

dari hasil riset dapat lebih objektif.

4. Confirmability: merupakan objektif maupun netralnya suatu data, yaitu

diperoleh pemahaman yang sama antara 2 orang ataupun lebih tentang

hubungan serta makna data. Confirmability dapat dicapai bila peneliti bisa

membuat orang lain percaya bahwa data yang telah diambil atau diperoleh

merupakan data yang tidak dipengaruhi oleh apapun, sama halnya dengan

yang ada di area penelitian. Peneliti menggunakan teknik triangulasi.

Triangulasi selanjutnya dibuat dengan dilaksanakan dengan cara focus

group discussion (FGD), in-depth interview dan self report.

5. Authenticity: tingkat keadilan dan ketelitian seorang peneliti secara benar

memperlihatkan fakta yang terjadi. Keaslian tampak dalam status yang

dapat memperlihatkan suasana psikologis partisipan sesuai kehidupannya

sehari-hari. Suatu bacaan tampak terlihat mepunyai keabsahan bila mampu

mempengaruhi orang yang membaca, ikut merasakan hal yang dialami

dalan hidupnya kemudian digambarkan, lalu dapat membuat para pembaca

untuk mengeksplor rasa empati sehingga menagalami peningkatan sesuai

Page 52: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

37

dengan permasalahan yang diilustrasikan.

Page 53: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

38

BAB 3

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan desain action

research. Peneliti menggunakan desain Action Research diaman action research

adalah suatu kegiatan meneliti yang berazaskan pada prinsip mengumpulkan dan

merefleksikan yang dilakukan oleh partisipan pada kondisi sosial dimana

tujuannya untuk meningkatkan praktik/sosial Kemmis, McTaggart & Nixon

(2014).

Peneliti action research diharapkan agar menolong dan dapat merubah

situasi yang didapat pada saat penelitian ke arah yang lebih baik, mencari

informasi atau mencari pengetahuan dalam kondiai tertentu, Action research juga

dapat membuat peneliti dan partisipan terlibat dalam kerjasama atau kolaborasi

dan lebih fokus terhadap pendekatan naturalistic dan humanistic. Penelitian

action research yang akan dilakukan dibagi dalam 4 tingkatan utama yaitu

planning, acting, observing, dan reflecting (Kemmis,.McTaggart, & Nixon,2014).

Action research adalah suatu riset kolaborasi antara peneliti dengan

partisipan untuk mendefinisiskan masalah dalam penelitian, pemilihan pendekatan

penelitian serta metode penelitian, melakukan analisa data, dan penggunaan

terhadap penelitian untuk menghasilkan pengetahuan, tindakan, dan peningkatan

kesadaran (Polit dan Beck, 2012). Penelitian action researchdilaksanakan dengan

4 (empat) tahapan, diantaranya: intervensi tindakan (planning), aplikasi tindakan

38

Page 54: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

39

(acting) & observasi (observing), dan revisi rencana (reflecting) (Kemmis.,

McTaggart, danNixon, 2014).

Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian

Selanjutnya untuk area penelitian diadakan di Intensive Care Unit Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara. Tempat penelitian ini dijadikan area penelitian

karena merujuk pada belum terdapat suatu panduan yang bisa dipakai untuk

pencegahan dekubitus.

Jadwal Penelitian

Waktu pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2020

sampai dengan Agustus 2020. Sesuai dengan metode action research peneliti

melakukan satu siklus dari beberapa siklus dari proses penelitian.

Partisipan Penelitian

Adapun peserta yang mengikuti penelitian ini yaitu perawat yang

bekerja di ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit Sumatera Utara, dimana

keseluruhannya adalah 15 orang. Partisipan yang terlibat merupakan perawat yang

pernah merawat pasien dengan risiko ulkus dekubitus sebagai efek dari tirah

baring yang sangat lama. Sebagai dasar untuk memilih partisipan pada penelitian

ini yakni sesuai kriteria inklusi yang sebelumnya sudah dibuat yaitu perawat

yang bekerja di ruangan Intensive Care Unit, dengan masa bertugas di ICU

paling sedikit 2 tahun.

Page 55: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

40

Tekhnik Pengambilan sampling

Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan tehknik

purposive sampling dimana tehnik yang digunakan dalam penelitian ini.

Purposive sampling yaitu tehnik pengambilan partisipan yang berdasarkan pada

keyakinan dimana pemahaman peneliti tentang suatu populasi bisa dipakai dalam

melakukan seleksi partisipan yang memahami masalah diteliti.

Kriteria Inklusi

Kemudian peneliti menetapkan kategori populasi guna meminimalkan

populasi dalam penelitian ini yakni denagn azas kriteria kelayakan (eligibility

criteria) atau bisa disebut juga dengan istilah kriteria inklusi Polit & Bec (2014).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah partisipan yang mempunyai

pengalaman kerja minimal 2 tahun dan dapat turut sertai dalam penelitian

Metode Pengumpulan Data

Peneliti melakukan tehnik mengumpulkan data dengan melaksanakan focus group

discussion (FGD), memberikan kuesioner, dan pengamatan.

1) Focus group discussion (FGD)

Pengumpulan data dengan metode focus group discussion (FGD)

dilaksanakan saat fase reconanaisance dan tahap reflekting. FGD dilakukan

dengan metode online (zoom). Tujuan dilakukan FGD adalah untuk memperoleh

informasi masalah pada awal penelitian serta menemukan informasi terkait

pencegahan ulkus decubitus.

Page 56: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

41

Adapun waktu yang digunakan untuk melakukan Focus Group

Discussion (FGD) adalah enam puluh menit. Sedangkan Focus Group Discussion

yang dilaksanakan pada fase reflecting adalah untuk menggali tanggapan ataupun

pendapat dari semua partisipan yang terlibat saat proses penelitian pengembangan

panduan pencegahan ulkus decubitus berlangsung. Peneliti memandu proses

FGD dengan menggunakan panduan FGD.

Menurut Polit & Beck (2018) bahwa Focus Group Discussion (FGD)

mengikutsertakan kelompok terdiri dari sekitar 5 ataupun sampai sepuluh orang

yang memiliki pendapat, atau pandangan maupun pengalaman secara bersamaan

terkait topik penelitian.

2) Penyebaran Kuesioner

Proses pemberian lembar isian kuesioner dilaksanakan dengan mengirim

lembar kuesioner beserta informed consent ke area penelitian yakni RS USU. Hal

ini dilakukan karena jadwal penelitian dilakukan saat masa pandemi covid 19.

Kuesioner terdiri dari beberapa pertanyaan terkait pengetahuan partisipan

tentangpencegahan ulkus dekubitus. Kuesioner di distribusikan kepada seluruh

partisipan untuk selanjutnya di isi oleh partisipan yaitu menuliskan checklist di

pernyataan yang partisipan adalah benar. Peneliti mendistribusikan kuesoiner ini

pada tahap reconnaissance dan tahap reflecting. Untuk memperoleh data

tambahan dan data pendukung untuk selanjutnya diolah secara kuantitatif.

3) Observasi

Metode pengumpulam data dengan menggunakan observasi adalah dimana

peneliti mengamati atau melakukan observasi terhadap partisipan, peneliti

Page 57: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

42

melakukan observasi mulai dari saat proses FGD berlangsung sampai pada

implementasi yang dilakukan partisipan terkait pencegahan ulkus dekubitus.

Observasi yang dilakukan pada penilitian ini, berupa Field notes yang

merupakan bentuk pencatatan yang paling umum sebagai alat pengumpul data

dalam metode observasi Loiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck (2011). Field

Notes atau catatan lapangan adalah catatan pengamatan yang dilakukan di

lapangan Kemmis, McTaggart & Nixon (2014). Field Notes berisi catatan tentang

pengaturan atau konteks untuk wawancara, serta observasi yang dilaksanakan

oleh peneliti saat melakukan proses pencarian data, seperti catatan tentang

perilaku para partisipan yang dlam hal ini adalah perawat yang bertugas di

Ruangan Intensive Care Unit, atau komunikasi non-verbal partisipan Lobiondo-

Wood & Haber (2014).

Alat Pengumpulan Data

Pada saat proses penelitian berlangsung, Alat bantu dipakai oleh peneliti

saat proses pengumpulan data adalah untuk memperoleh data yang lebih akurat.

Adapun alat ataupun instrument yang dipakai peneliti selama penelitian

diantaranya perekam suara (voice recorder), dan instrumen penelitian.

1) Alat perekam suara atau voice recorder

Voice recorder merupakan alat yang digunakan peneliti untuk merekam

suara dari seluruh partisipan saat proses penelitian berlangsung khususnya pada

saat dilakukan focus group discussion (FGD). Hasil dari voice recorder akan di

dokumentasikan dalam bentuk transkrip dan dari transkrip ini selanjutnya akan

Page 58: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

43

dikembangkan menjadi data yang dibutuhkan dalam penelitian.

2) Panduan focus group discussion (FGD),

Panduan FGD dibuat berdasarkan studi literatur dalam penelitian dan

dimodifikasi peneliti dalam bentuk pertanyaan. Focus Group Discussion (FGD)

dapat diartikan sebagai wujud dari wawancara kelompok dengan maksud

menggali dinamika, yang berfungsi dalam memotivasi keterbukaan diantara para

partisipan dengan cara memanfaatkan pernyataan-pernyataan dari partisipan

secara terbuka,tegas dan tidak berbelit-belit dalam berdiskusi secara dinamis

dengan maksud membahas.

Selain fungsi diatas, FGD juga dapat membuat partisipan bebas dalam

mengemukakan pendapatnya masing-masing, FGD juga hemat dan lebih

ekonomis guna memperoleh hasil (out put) yang lebih cepat, elaboratif, lebih

fleksibel dan dalam waktu yang singkat dapat memperoleh data dengan jumlah

yang lebih banyak Lobiondo-Wood & Haber (2014). Pada penelitian ini FGD

ditujukan guna mengeksplorasi pengalaman partisipan dalam melakukan

pencegahan pada pasien yang beresiko mengalami dekubitus di ICU.

3) Kuesioner

Self-report adalah suatu alat pengumpul data yang dibuat dalam bentuk

kuesioner dengan tujuan melihat sejauh mana pengetahuan partisipan dalam

melakukan pencegahan resiko dekubitus pada pasien yang tirah baring di ICU.

Jenis pertanyaan yang dibuat oleh peneliti adalah jenis pertanyaan tertutup

(closed-ended question) dan kuesionernya terstruktur.

Page 59: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

44

4) Log book

Untuk mengamati tindakan yang dilakukan oleh perawat ICU terkait

pencegahan dekubitus, peneliti menggunakan log book. Selanjutnya peneliti

melakukan observasi guna melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat

pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan terkait pencegahan ulkus

dekubitus.

Bentuk pertanyaan yang digunakan pada kuesioner dan observasi

pengetahuan perawat tentang pencegahan resiko dekubitus adalah dengan Rating

Question dengan Dichotomous Questions, atau pernyataan-pernyataan deklaratif

yang mengarah pada topik penelitian. Hasil ukurnya terdiri dari ya/tidak dan

benar/salah. Kuesioner dibuat dan dikembangkan sendiri oleh peneliti yang

sebelumnya telah melakukan kajian literatur review. Kemudian, uji validitas

dilakukan pada kuesioner. Setelah Uji Validitas oleh Expert maka diperoleh hasil

perhitungan CVI sebesar 0.99. Apabila Content Validity Index (CVI) besar

(>) 0.80 maka kuesioner tersebut dapat dikategorikan valid (Polit & Back, 2014).

cvi = jumlah expert yang menjawab relevan dan sangat relevan

jumlah expert (relevan & sangat relevan + tidak relevan &

sebagian relevan

Hasil perhitungan uji validitas yang dilakukan pada panduan FGD

didapatkan hasil perhitungan CVI sebesar 0,99 dan dikatakan valid.

Rank-Ordered Question merupakan bentuk pertanyaan yang digunakan

untuk kuesioner data demografi.

Page 60: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

45

Tahapan Penelitian Action Research

Berikut adalah tahapan dari proses action research dalam 1 siklus

pengembangan panduan pencegahan dekubitus adalah sebagai berikut:

Tahap 1: Reconnaissance

Menurut Kemmis,. McTaggart,. & Nixon (2014) reconnaissance atau

biasa disebut dengan istilah preliminary study didasarkan pada proses pengumpulan

informasi awal. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan penelitini antara lain : a)

Mengetahui atau mengenal lokasi penelitian, b) Melakukan pendekatan dengan

pihak-pihak yang berkepentingan dilokasi penelitian, c) melaksanakan FGD guna

menilai pengetahuan partisipan, d) Pengukuran pengetahuan partisipan dengan

self-report, e) Mengobervasi sikap perawat pelaksana dengan menggunakan

(lembar observasi), f) Penyusunan rumusan masalah yang ditemukan, f)

Mempertimbangkan etika penelitian.

Pengenalan lokasi penelitian ditujukan untuk mempermudah peneliti

dalam beradaptasi dilokasi penelitian. Sedangkan pendekatan dengan pihak-pihak

yang terkait bertujuan untuk mengidentifikasi partisipan yang akan berpartisipasi

dan mengidentifikasi pokok permasalahan yang akan dibahas. Peneliti melakukan.

Kegiatan ini dengan partisipan dalam bentuk diskusi terbuka tanpa

mengesampingkan hirarki prosedur komunikasi yang berlaku, peneliti

menggunakan alat pengumpul data lainnya yaitu field notes untuk memperoleh

triangulasi data. Sebelum penelitian dimulai, Peneliti juga harus memperhatikan

pertimbangan etik penelitian, yakni dengan memberikan dan menjelaskan

informed consent pada partisipan. Selanjutnya penelitian ini melalui proses etichal

Page 61: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

46

clereance dari komite etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Tahap 2: Planning

Setelah tahap reconnaissance dilaksanakan,selanjutnya melakukan tahap

planning. Tahap ini,merupakan perencanaan tindakan ataupun kegiatan untuk

tercapainya tujuan yang sudah telah ditetapkan, serta bagaimana cara

melaksanakan kegiatan tersebut. Pada Tahap planning peneliti melakukan

kolaborasi ataupun kerjasama dengan partisipan. Adapun pihak-pihak yang

terlibat dalam kolaborasi pada tahap planning adalah pihak struktural dan kepala

ruangan Intensive Care Unit rumah sakit Universitas Sumatera Utara terkait

tempat (izin setting tempat) Kegiatan yang akan dilakukan antara lain: 1)

Penyusunan timetable. 2) Mencari literature reviews untuk mengatasi masalah , 3)

Penyusunan ide untuk menyelesaikan permasalahan, 4) Pelaksanakan

brainstorming terhadap ide-ide yang sudah dikumpulkan; 5) Ide-ide yang muncul

dikumpulkan dan dikembangkan, selanjutnya disusun bersama dengan output

yang disepakati.

Menurut Polit & Beck (2012) bahwa penyusunan timetable pada

penelitian ini dilakukan guna penjadwalan, monitoring dan evaluasi kegiatan

penelitian. Literature reviews memaparkan beberapa fungsi penting didalam

proses suatu penelitian dan peranannya dalam pengembangan evidence-based

practice.

Tahap 3: Acting dan Observing

Mengaplikasikan atau menerapkan rencana tindakan yang sudah disusun

sebelumnya pada tahap planning, merupakan kegiatan yang harus dilakukan pada

Page 62: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

47

tahap ini. Bentuk aktivitas yang dilakukan pada fase ini yaitu : menginformasikan

ide-ide yang telah dikumpulkan terhadap orang-orang yang berkepentingan, dan

merumuskan ide-ide tersebut untuk sama-sama menyusun draf panduan

perawatan dekubitus pada pasien ICU.

Hasil dari rumusan data yang telah disusun, selanjutnya dilanjutkan

dengan melakukan uji expert. Penguji yang akan melakukan uji expert telah

ditetapkan. Kemudian bila terdapat sesuatu yang harus diperbaiki,maka revisi

dilakukan peneliti untuk selanjutnya dikonsultasikan kembali kepada penguji

expert, dan peneliti dan partisipan melakukan FGD kembali. Perumusan dan

membuat kesepakatan panduan pencegahan dekubitus pada pasien ICU,

melaksanakan sosialisasi panduan pencegahan ulkus dekubitus.

Dalam melakukan kegiatan evaluasi log book yang dilaksanakan oleh

partisipan, bahwa kegiatan ini bersifat monitoring. Peneliti melakukan proses

identifikasi dan dokumentasi atas seluruh indikator proses dan hasil, partisipasi

dari tim penyusun serta beberapa kendala yang ditemukan pada saat proses

penyusunan panduan pencegahan dekubitus.

Observasi adalah proses dimana peneliti melakukan pengamatan dan

pencatatan dengan cara sistematis atas semua kegiatan yang sudah disusun.

Selama proses observasi dilakukan,alat yang dipergunakan seperti: 1) Buku

catatan harian, yakni rekaman saat peneliti melakukan proses pengamatan,

perasan, interpretasi, ide, firasat, reaksi, penjelasan, dan refleksi secara teratur

terhadap hal-hal yang menarik pada topik penelitian, 2) Interviews, adalah cara

yang tepat dalam mengetahui dan mengumpulkan perspektif dari beberapa

Page 63: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

48

partisipan yang berbeda terhadap suatu masalah 3) Catatan tertulis seperti field

notes dan log book 4) Merekam dengan menggunakan audio dan foto, dan 5)

Proses analisa dokumen, Tujuan dari kegiatan analisa dokumen adalah untuk

menghasilkan interpretasi terhadap masalah yang berdasarkan pembacaan

kritis dokumen yang relevan yang ditemukan peneliti saat berada di lokasi

penelitian.

Tahap 4: Reflecting

Tahap akhir dari proses penelitian action research adalah tahap reflecting

Pada tahap ini dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti menganalisis,

mensintesis, menafsirkan, menjelaskan dan menarik kesimpulan kemudian

memperluas kajian output yang telah disusun. Selanjutnya kegiatan yang akan

dilakukan berupa penyebaran kuesioner pengetahuan perawat terhadap

pencegahan ulkus dekubitus di ruangan ICU.

Proses Analisa data dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari

fase acting dan observing sesuai dengan data yang sudah disusun ditahap

planning. Selanjutnya data-data tersebut dikategorikan kedalam tema-tema

tertentu. Setelah semua data dianalisis, kemudian peneliti membuat tampilan data

secara jelas dan jujur. Selanjutnya, kegiatan AR selama proses penelitian dapat

dilihat dalam tabel dibawah ini:

Page 64: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

49

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1 Rangkaian Kegiatan Penelitian Action Research: Tahap Reconnaissance dan Planning

Minggu Ke III/IV Mei 2020 Minggu I/II Juni 2020 Minggu III/IV Juni 2020 Minggu I/II Juli 2020

Reconnaisance Planning

1. Melakukan prolonged

engagement

2. Menyampaikan tujuan dari

pelaksanaan penelitian

3. Menyampaikan batas

waktu penelitian yang akan

dilakukan

4. Menyampaikan kegiatan

yang dilakukan selama

proses penelitian

5. Mencari kelengkapan

informasi tentang setting

penelitian

1. Melakukan penyebaran

kuesioner

2. Melakukan FGD I

3. Hasil FGD dibuat dalam

bentuk transkip dan di

analisa

1. Melaksanakan FGD II

dengan partisipan

2. Melakukan analisa data dari

penyebaran kuesioner

1. Merencanakan sosialisasi

program penelitian dan

hasil dari data yang

dikumpulkan saat

reconnaisance pada pihak

management RS USU

2. Merencanakan

pembentukan Tim yang

akan mengembangkan

panduan ulkus dekubitus

3. Merencanakan tentatif

panduan ulkus dekubitus

Merencanakan sosialisasi

dan implementasi panduan

Page 65: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

50

Universitas Sumatera Utara

Minggu II/IV Juli 2020 Minggu III/V 2020 Minggu ke 1 Agustus 2020

Acting dan Observing Reflecting

1. Melakukan sosialisasi program

penelitian dan sosialisasi hasil

pertemuan pada tahap reconnaisance

pada pihak manajemen RS

2. Pembentukan tim panduan ulkus

3. Menyusun draft panduan ulkus

1. Uji coba panduan ulkus dekubitus

2. Implementasi Panduan ulkus dekubitus

1. Melaksanakan Uji Expert

1. Melaksanakan FGD dengan partisipan

2. Mengukur Pengetahuan pasrtisipan

Mengolah data dari pertemuan akhir

Page 66: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

51

Universitas Sumatera Utara

Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu

analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh dari analisis

Kualitatif merupakan data yang masih dalam bentuk transkrip hasil percakapan

antara partisipan dengan peneliti yang didapat setelah melalui proses FGD,

sedangkan data yang didapat dari analisis kuantitatif merupakan hasil kuesioner

yaitu data demografi dan pengetahuan perawat tentang pencegahan ulkus

dekubitus pada pasien ICU.

Analisis Kualitatif

Hasil dari pelaksanaan FGD antara partisipan dengan peneliti merupakan

data kualitatif. Setelah itu, data dianalisis dan dijadikan dalam bentuk tema-tema,

dicari persamaan maupun perbedaannya, selanjutnya dikelompokkan ke dalam

kategori dengan arti yang lebih luas, lebih abstrak, serta lebih menyeluruh yang

disebut tema menghasilkan banyak data (Lobiondo-Wood & Haber, 2014).

Menurut (Polit & Beck, 2014) Metode content analysis digunakan dalam analisis

data kualitatif .Content analysis merupakan analisis data naratif dimana ditujukan

guna identifikasi pola serta tema yang menonjol diantara tema-tema yang ada.

Langkah-langkah dalam melakukan analisis data yakni : 1) melakukan

abstraksi data yang terdiri dari proses koding, membuat tema atau

kategori,penulisan memo, 2) melakukan interpretasi data (Afiyanti & Rahmawati

2014).

Sedangkan menurut (Faan et al., 2014) bahwa data kualitatif yang

Page 67: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

52

Universitas Sumatera Utara

digunakan dalam content analysis adalah data yang diperoleh dari hasil

wawancara FGD antara partisipan dengan peneliti. Selanjutnya data ini dianalisis

dalam bentuk tema-tema, menemukan kesamaan dan perbedaan dalam

wawancara, dan kemudian mengelompokkannya ke dalam kategori makna yang

lebih luas, lebih abstrak, dan menyeluruh disebut tema yang menghasilkan banyak

data.

Analisis Kuantitatif

Statistik deskriptif digunakan dalam analisis data kuantitaif, suatu

prosedur dimana peneliti mendeskripsikan serta menyimpulkan data hasil dari

penelitian (Lobiondo-Wood & Haber, 2014). Data yang diuraikan pada lembar

kuesioner adalah data demografi antara lain : usia partisipan, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, suku, pengalaman kerja.

Keabsahan Data (Trusthworthiness of Data)

Keabsahan data bertujuan guna mendapatkan sejauh mana kepercayaan

yang ada hubungannya dengan kebenaran hasil dari penelitian, mengunguraikan

serta menjelaskan data dengan kejadian aktual yang terjadi saat berlangsungnya

penelitian dilapangan. Keabsahan data (trustworthiness) dapat dievaluasi dengan

menggunakan kriteria kepercayaan (credibility; dengan prolonge engagement dan

member checking), keteguhan (dependability), pengalihan (transferability) dan

kepastian (confirmability/check expert) dan authenticity (Polit & Beck, 2018).

Prolonged engagement dan member check adalah tekhnik yang digunakan

peneliti untuk mempertahankan credibility. Prolonged engagement dimulai pada

Page 68: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

53

Universitas Sumatera Utara

tahap reconnaissance, dimana peneliti melakukan pendekatan secara intensif pada

pastisipan.

Pihak-pihak yang terlibat dalam prolonged engagement atau yang akan dilakukan

Pendekatan antara lain: komite dan kepala seksi keperawatan, kepala ruangan ICU dan

perawat ICU. Proses pendekatan yang dilakukan adalah Orientasi ke Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara dengan bantuan seorang rekan yang bertugas di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara. Peneliti juga mempelajari budaya perawat Intensive Care

Unit dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencegah pasien ulkus dekubitus.

Tujuan dilakukan prolonge engagement adalah disamping peneliti lebih mengetahui dan

memahami situasi penelitian,pendekatan juga ditujukan agar dapat membina hubungan

saling percaya dan kedekatan diantara peneliti dan partisipan. Sedangkan member ceck

merupakan salah satu tindakan yang dilakukan peneliti dalam meperoleh kepastian

ataupun objektifitas dari data yang didapat, dokumen hasil temuan data diserahkan kepada

partisipan dalam bentuk transkrip untuk selanjutnya dibaca partisipan sebagai bentuk

upaya mendapatkan kepastian atau objektifitas data yang diperoleh (thick description).

Pertimbangan Etik

Pertimbangan etik adalah tingkah laku yang dapat diambil dan tingkah

laku yang tidak bisa diterima yang didiskrepansikan melalui tolak ukur tingkah

laku (Tappen, 2016). Penelitian dapat dilakukan apabila peneliti sudah

mendapatkan bukti ethical clearance yang dikeluarkan oleh Komite Etik

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam

menjamin akuntabilitas kepada partisipan, suatu penelitian harus ada konservasi

HAM yaitu: privacy, autonomy, juctice, dan confidentiality (Wood & Ross-Kerr,

2011).

Page 69: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

54

Universitas Sumatera Utara

Autonomy pada riset ini bisa diperoleh dengan cara mengasihkan

kebebasan memilih pada partisipan terkait hak untuk mengikuti maupun menolak

pelaksanaan penelitian dengan menggunakan informed consent. Menurut

(Lobiondo-Wood & Haber, 2014) Informed consent merupakan dasar hukum

bermakna bahwa asosiasi ikut serta dalam berperan pada riset ini serta sepakat

dalam hal ini (Lobiondo-Wood & Haber, 2014).

Perlindungan terhadap privacy pada penelitian ini dilakukan dengan cara

interes riset dapat dijaga rahasinya dengan baik, tidak meuliskan nama dan

identitas lainnya yang berhubungan dengan partisipan.

Page 70: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

55

Universitas Sumatera Utara

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengembangan Panduan Pencegahan Ulkus Dekubitus Di Ruangan Intensive

Care Unit (ICU)

Penelitian dilakukan dimulai bulan Mei 2020. Proses pengembangan

panduan pencegahan ulkus dekubitus dilakukan dalam satu siklus action research

dengan empat tahapan. Pada tahap awal adalah tahap reconnaissance dimana

peneliti melakukan setting penelitian sampai pada memperoleh problem yang

nantinya diriset. Langkah berikutnya yaitu melaksanakan rancangan atau rencana

terhadap problem-problem yang dijumpai pada langkah ke-1 atau reconnaisance,

sedangkan langkah ke-3 yaitu acting dan observing, selanjutnya langkah ke-4

adalah reflecting atau aktualisasi.

Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, adalah bagian dari Rumah Sakit

Pendidikan berlokasi di kota Medan. Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

dengan kelas C yang penyelenggaranya yakni Kementrian Riset dan Tekhnologi

dan Pendidikan Tinggi dan beralamat di Jalan Dr.mansur No 66, Medan. Luas

Tanah 38.000m2. luas Bangunan 52.200 m2 dengan jumlah 5 lantai. Sejarah

berdirinya Rumah Sakit Universitas Sumatera disampaikan gagasan pekerjaan

konstruksi Pusat Riset dan Diagnostik Kesehatan (PPDK) USU ke Bappenas

yang kemudian direvisi menjadi usulan Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan

(RSP) USU yang diambil melalui sumber web sah Rumah Sakit USU yang berdiri

55

Page 71: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

56

Universitas Sumatera Utara

tahun 2003. RSP USU dibentuk oleh Bappenas tahun 2004 melalui rujukan

dari Mendiknas. Sehingga gagasan Pembangunan RSP USU masuk ke dalam

rancangan Bappenas karena sudah mendapat ijin. Pada tahun 2005

didapatkan rujukan Menkes terhadap Rektor USU untuk membangun RSP USU.

Bersamaan dengan tahun itu, untuk pendirian RSP USU, Loan mendapat

tawaran melalui Islamic Development Bank (IDB). Dalam hal itu, IDB dengan

pemerintah melakukan diskusi terkait Loan financing RSP USU itu. Sehubungan

dengan itu, tanggal 1 Februari 2006 pemberian Loan pembangunan RSP USU

telah di approved oleh IDB. Selanjutnya dilakukan sistem obral

manisfestasi pembangunan RSP USU antara tahun 2007 – 2009 dan pada

akhirnya ekskutif pembangunan RSP USU ditentukan oleh PT. Skita Karya (19

Juli 2009).

RSP USU dibangun sejak tahun 2009 – 2011 dan kemudian dimulai untuk

menyusun usulan intervensi dalam penyediaan alat kesehatan dan non kesehatan

serta usulan untuk sumber daya manusia. Departemen pendidikan nasional

membuat alokasi pada beberapa SDM dengan satus PNS untuk difungsikan

sebagai tenaga di RSP USU. Kemudian antara tahun 2011 – 2013 dilaksanakan

penyediaan alat-alat kesehatan RSP USU. Sementara itu dimulai juga untuk

penyusunan program serta bujet operasional RSP USU. Dengan dususunnya

segala persiapan operasional, RS USU bisa secepatnya dioperasikan dengan baik.

Pada tanggal 4 Desember 2014 Soft opening RS USU dilaksanakan serta dibuka

untuk dioperasionalkan dapat terlaksana pada tanggal 28 Maret 2016.

Adapun Visi dan Misi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara yaitu

antara lain :

Page 72: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

57

Universitas Sumatera Utara

1. Visi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Sentral ekspansi merupakan tujuan dari Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara IPTEKDOK 2025 di daerah Indonesia Barat

2. Misi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Menaikkan kualitas dokter ahli dan pegawai kesehatan serta kualitas servis

kesehatan utamanya di Sumatera bagian utara dan meningkatkan

IPTEKDOK secara integral antara beragam agen pengetahuan kedokteran

merupakan misi dari Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Falsafah, Nilai-nilai, Budaya Kerja Dan Tujuan

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara mempunyai fundamental:

1. Kesehatan merupakan hak elementer individu dan wajib didapatkan.

2. Servis kesehatan yang berkualitas akan mempengaruhi keprimaan

kesehatan masyarakat.

3. Dengan sistem peningkatan pegawai kesehatan yang berbobot maka akan

terealisasikan Servis Kesehatan yang berkualitas.

Rumah Sakit USU mencakup nilai-nilai :

1. Kesehatan pasien merupakan prioritas esensial

2. Pertama adalah tidak membahayakan pasien

Page 73: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

58

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

1. Memanifestasikan sumber daya manusia aspek kedokteran/kesehtatan

yang berkualitas, reliable dan ikhlas dalam mengerjakan serta

menggabungkan servis perlindungan kesehatan, edukasi dan riset;

2. Menciptakan servis perlindungan kesehatan yang sempurna, totalitas, satu

kesatuan, tergapai, dan berkelanjutan;

3. Menghasilkan situasi yang bersifat edukasi yang menjunjung pendidikan,

riset, dan servis perlindungan kesehatan yang berkualitas dan damai;

4. Evaluasi kualitas kapasitas kerja berkelanjutan dapat membimbing kru

kerjasama yang kuat;

5. Mengadakan jaringan rumah sakit yang memegang fungsi edukasi, riset,

dan perlindungan kesehatan serta berupaya menjadi sentral petunjuk

daerah rumah sakit di daerah Sumatra Utara;

6. Ekspansi kemandirian Perguruan tinggi dan menaikkan swapraja

Universitas Tridarma.

Departemen Pelayanan Medis

Salah satu departemen pelayanan medis di Rumah Sakit USU adalah

Departemen Dermatologi dan Venerologi.

Page 74: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

59

Universitas Sumatera Utara

Panduan Gedung

Fasilitas Lantai 1

Zona Fasilitas

1A IGD / Kamar Bedah Emergensi / Departemen Radiologi / Gas

Medik

1B

Konter Informasi / Konter Pendaftaran / Kasir / Laboratorium /

Pendaftaran Radiologi / Pendaftaran Endoskopi / Loading Dock /

Unit Keamanan / Instalasi Gizi

1C Instalasi Farmasi / Departemen Rehabilitasi Medik / Kantor Humas

/ Poli Spesialis / Unit PSRS / Kantin

Fasilitas Lantai 2

Zona Fasilitas

2A Departemen Gigi & Mulut / Departemen THT-KL / Departemen

Pulmonologi & Kedokteran Respirasi

2B Departemen Obstetri dan Ginekologi / Departemen Ilmu Kesehatan

Anak / R. Serba Guna Mahasiswa / Ruang Rawat

2C Departemen Ilmu Penyakit Dalam / Departemen Neurologi /

Departemen Gizi / Poliklinik Mahasiswa USU / Ruang Rawat

Fasilitas Lantai 3

Zona Fasilitas

3A

Departemen Kesehatan Kulit & Kelamin / Departemen

Anestesiologi & Terapi Insentif / Departemen Ilmu Bedah Umum /

Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa / Unit CSSD

3B Ruang PICU / Ruang ICCU / Ruang HDU Anak / Ruang NICU /

Departemen Instalasi Kamar Bedah

3C Ruang ICU / Ruang HDU Dewasa / Maternitas / Ruang Persalinan

Page 75: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Fasilitas Lantai 4

Zona Fasilitas

4A

Unit Rekam Medik / Ruang Administrasi / Ruang Direktur / Ruang

Komite Medik / Ruang Komite Keperawatan / Aula /

PPDS/Mahasiswa /

4B Medical Check Up / Departemen Kardiologi & Ilmu Kedokteran

Vaskular / Ruang IT / Departemen Patologi / Ruang Rawat

4C Ilmu Kesehatan Mata / Unit Hemodialisa / Departemen Kecantikan

Kulit

Fasilitas Lantai 5

Zona Fasilitas

5B Ruang Rawat VIP

Page 76: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

DIREKTUR UTAMA

SATUAN PENGAWAS

INTERNAL KOMITE-KOMITE KEPALA SMF

Gigi Mulut DIREKTUR DIKLAT

PENELITIAN& KERJASAMA

DIREKTUR PELAYANAN

MEDIKDAN KEPERAWATAN DIREKTUR SARPAS MEDIK

& PELAYANANPENUNJANG

Ilmu Penyakit Dalam

Ilmu Kesehatan Anak

Bedah

KABID MEDIK& KEPERAWATAN

Obgyn

Neurologi

Pulmonologi

Kardiologi

Optalmologi

THT

KA. SUB PENDIDIKAN

KA. SUB PENELITIAN &

KERJASAMA KA. SIEMEDIK KA. SIE

KEPERAWATAN

KA.SUB

SARPRAS MEDIK

KA. SUB PELAYANAN PENUNJANGAN

Instalasi Gawat Darurat

Instalasi Rawat Jalan Instalasi

Rawat Inap

Instalasi Rawat Intensif/HDU

Instalasi Bedah Pusat

Unit PemeliharaanGedung UNIT VERIFIKASI

ASURANSIKESEHATAN

Dermatologi %

Venereologi

Psikiatri

Unit Rehabilita sMedik Unit Kamar Persalinan

Unit Hemodialisasi Unit

Transfusi Darah Unit

Home Care

Unit

PeralatanMedik

Unit IT-Komunikasi

Unit Linen-Laundry

Unit PAL

KA. SUB KEUANGAN KA. SUB UMUM & SDM

KABAG ADM. UMUM, SDM & KEUANGAN

KABAG SARPRAS

PELAYANAN PENUNJANG

KABAG PENDIDIKAN

DAN PELATIHAN

DEWAN PENGAWAS

TIM –TIM

DIREKTUR ADMINISTRASI UMUM

SDM & KEUANGAN

REKTOR

STRUKTURAL ORGANISASI

RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

62

Universitas Sumatera Utara

Karakteristik Partisipan

Partisipan yang dilibatkan dalam riset ini merupakan suster yang berdinas

di kamar Intencive Care Unit Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara,

keseluruhan kuantitas partisipan yaitu 15 orang diklasifikasikan dari 3 orang pria

(20%) dan 12 orang wanita (80%).

Sedangkan Partisipan yang pendidikannya pada jenjang sarjana

keperawatan adalah sebanyak 6 orang (26,7%) dan Akademi Keperawatan 9

orang (73.3). Partisipan yang beragama Islam sebanyak 10 orang dan 5 orang

beragama Kristen. Pengalaman kerja kurang dari dua tahun 2 orang (13.3 %) dan

pengalaman kerja lebih dari 2 tahun adalah 13 orang(86.7%). Selanjutnya untuk

kategori usia partisipan 20-30 tahun adalah 3 orang (20%) dan 12 orang (80 %)

31-40 Data Partisipan lebih rinci dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini.

Table 1.1 Karakteristik partisipan

Karakteristik Frekuensi %

Jenis Kelamin

Laki-Laki 3 20

Perempuan 12 80

Pendidikan

D3 9 73.3

S1 6 26.7

Agama

Islam 10 73.3

Kristen 5 26.7

Pengalaman Kerja

< 2 Tahun 2 13.3

> 2 Tahun 13 86.7

Usia

20-30 Tahun 3 20

31-40 Tahun 12 80

Page 78: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

63

Universitas Sumatera Utara

Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit

Sumatera Utara. Adapun sarana dan prasarana penunjang yang terkait dengan

pencegahan ulkus dekubitus yang terdapat di ruangan ICU Rumah Sakit USU

adalah jumlah tempat tidur 6 unit, kemudian 6 unit matras dekubitus serta 3 unit

bundle care.

Proses Pengembangan pencegahan ulkus dekubitus di ICU Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara

Proses pengembangan pencegahan ulkus dekubitus dilakukan dalam dua

fase. fase pertama yaitu reconnaissance, dalam fase ini dimana peneliti mencari

masalah yang kemudian dijadikan sebagai penelitian, disebut juga tahap

preliminary study. Kemudian fase selanjutnya dijabarkan terkait tahapan dalam

siklus action research yaitu planning, action, dan observation serta reflection.

Perspektif perawat tentang pencegahan ulkus dekubitus di ruangan

Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Tahap reconnaissance peneliti melaksanakan pendekatan (prolonged

angagement) dengan management Rumah Sakit.Sementara itu pada tahap

reconnaissance yaitu pelaksanaan FGD I. Perawat yang menghadiri pelaksanaan

FGD I adalah lima belas orang perawat . Fungsi FGD yaitu mengeksplor

permasalahan yang ada kaitannya dengan penelitian. Interview diadakan

dengan menggunakan tekhnik FGD selama 60 menit. FDG dilaksanakan dengan

Page 79: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

64

Universitas Sumatera Utara

cara online (zoom) serta menemukan empat tema yaitu: 1) Persiapan perawat

dalam pencegahan ulkus dekubitus. 2) Proses pelaksanaan pencegahan ulkus

dekubitus. 3) Manfaat pencegahan ulkus dekubitus di ruangan Intencive Care

Unit, 4) Hambatan dalam pelaksanaan pencegahan ulkus dekubitus di ruangan

Intencive Care Unit

Persiapan perawat dalam pencegahan ulkus dekubitus di ruangan ICU

Persiapan perawat dalam pencegahan ulkus dekubitus diruangan Intensive

Care Unit belum optimal,terdiri dari : persiapan pasien untuk pencegahan ulkus

dekubitus belum optimal, dan persiapan peralatan yang akan digunakan untuk

pencegahan ulkus dekubitus belum optimal. Persiapan perawat ini sesuai dengan

pernyataan partisipan. Berikut adalah kutipan ungkapan peraawat :

“…eeee..kaya mana dibilang ya ka, kalau mau melakukan ya

seharusnya kita siapkan lah pasien itu,tapi …ya itu bisa dari

pasien keadaannya tidak memungkinkan ,seperti kalau dia

selesai makan kan nda bisa langsung lah kita buat

,npasien bisa muntah”(Partisipan 3)

“..kalo alat-alat memang kadang kita persiapkan..kadang ga

juganya…karna yaitu eee, ga setiap hari kita pakaikan

bundle care itu karna udah ada matres itu, kalo matres

memang iya udah adanya tekanannya itu” (Partisipan 1)

Page 80: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

65

Universitas Sumatera Utara

“kalo…eee…untuk peralatan mandi memang keluarga yang

siapkan, ee..kalo keluarga belum punya yaaaa..kadang dipake

dari icu aja” (partisipan 11)

Proses Pelaksanaan Pencegahan Ulkus Dekubitus di ICU

Proses implementasi penghindaran ulkus dekubitus diruangan ICU

terdiri dari: Pemasangan Bundle Care , Pemasangan matras, perawatan

Hygiene Kulit belum optimal. Proses implementasi penghindaran ulkus

dekubitus di ICU sesuai dengan kutipan pernyataan perawat :

“ hmmm…gini kalo menurutku,eee..biasanya kalo waktu

memandikan ya kita mandikan, ya kadang kita perhatikan

lah memang kondisi kulitnya apalagi yang bagian-bagian

yang bawah,maksudku eeee…bagian kulit yang mengalami

penekanan itu looo.nah tapi khan ya kadang juga kalo lagi

dimandikan ya terlewatkan aja perhatikan itu

kulitnya,apalagi sekarang covid y aga bisa jugalah kita

lama-lama kontak dengan pasien”(partisipan 8)

”eee…bantal yang bentuknya seperti donat itu bentuknya

khan..nah itulah yang kita berikan ka,ke pasien.tapi…mmm

kadangnya juga itu kita kasihkan”(partisipan 4)

“matras memang iya ka,khan sudah terpasang di bed

masing-masing pasien, tinggal hidupkan mesinnya .klo

untuk tekanan ga ada ukuran tertentu tekanannya kami

kasih ka.udah langsung mengembang aja nya itu

matrasnya”(partisipan 10)

Page 81: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

66

Universitas Sumatera Utara

Manfaat Pencegahan ulkus dekubitus di ruangan ICU

Manfaat pencegahan ulkus dekubitus diruangan ICU terdiri dari:

keselamatan pasien dan kepatuhan perawat. Sesuai dengan kutipan pernyataan

perawat :

“ banyaklah manfaatnya, kalo menurutku ya eee..satu,

missal: untuk keselamatan pasien sendiri ya kan, kalo

dilakukan dengan baik dan terus-menerus”(partisipan 12)

”hmmm…begini juga bisa yah,eeee,,berguna biar

patuh perawat…atau bagaimana bilangnya ya..,.berguna

bagi ketaatan perawat dalam mencegah ulkus dekubitus

membuat lebih taat,,,,,dan selalu dilakukan.begitula

pendapatku “ (partisipan 14)

“bermanfaat sekalilah ka…pasien selamat ga kena dekubitus

dia,”(partisipan 3)

Hambatan Dalam Pelaksanaan Pencegahan Ulkus Dekubitus di Ruangan

ICU

Hambatan partisipan dalam pelaksanakan penghindaran ulkus dekubitus di

Ruangan Intencive Care Unit terdiri dari: minimnya tempo suster untuk

melakukan pencegahan ulkus dekubitus dan tidak maksimalnya sarana untuk

melaksanakan penghindaran ulkus dekubitus.

Page 82: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

67

Universitas Sumatera Utara

”…tapi yaaa,eeeeeeeeee…hee,kek manapun ya,pencegahan

ulkus dekubitus ini sangat penting,..eee…harus kita

perhatikan betul-betul..,harus kita monitor kebersihan

kulitnya, kalo disepelekan…memang terlihat sepelenya

masalah kulit ini …tapi bahaya efeknya kalo pasien sampe

ulkus dekubitus ya kan…” (Partisipan 9)

”..Memang telah ada semacam bantal bila mencegah

dekubitus.… cuma kalau keadaan pasien sedang banyak

diruangan, yaaaaa…, seperti itulah agak

kuranglah.”(Partisipan 5)

“…yang bentuknya kaya donat itu juga khan kita

sebenarnya memang adanya, terus..eeee,apalagi ya,,,ooooh

yang bentuk segi empat itu juga ada di ruangan

memang,,betul memang katanya,kurang kurasa yaaa,tetap

kurang lah memang”(Partisipan 4)

Page 83: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

68

Universitas Sumatera Utara

Matriks Tema FGD Tahap Reconnaisance

Tema 1 : Persiapan Perawat dalam pelaksanaan pencegahan ulkus

decubitus

Sub Tema :

1. Persiapan pasien

2. Persiapan alat

Tema 2 : Proses Pelaksanaan pencegahan ulkus dekubitus

Sub Tema :

1. Memasang Linen

2. Memasang bundle care

Tema 3 : Manfaat pencegahan ulkus dekubitus

Sub Tema :

1. Keselamatan pasien

2. Kepatuhan perawat

Tema 4: Hambatan dalam pelaksanaan pencegahan ulkus dekubitus

Sub Tema : 1. Keterbatasan waktu perawat untuk melakukan pencegahan ulkus

dekubitus

2. Keterbatasan sarana/prasarana dalam melaksanakan pencegahan

ulkus dekubitus

Page 84: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

69

Universitas Sumatera Utara

Uji Expert Pencegahan Ulkus Dekubitus

Uji Expert dilakukan dengan metode online (zoom). Expert yang di

undang dalam FGD ini adalah 3 orang expert dari rumah sakit universitas

sumatera utara, yaitu : 1) Ibu Harmela, S.Kep.,Ns.,M.Kes, 2) Ibu Margaretta

Hutabarat, S.Kep.Ns, 3) Ibu Afrina Yanti Siregar, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Terdapat

beberapa saran yang diberikan oleh team uji expert untuk perbaikan panduan

ulkus dekubitus yaitu 1) bahasa yang digunakan dalam panduan didesain dalam

bentuk lebih simpel, 2) tidak perlu menggunakan dressing, 3) tahap dokumentasi

di sesuaikan dengan Rumah Sakit USU.

Tingkat wawasan perawat tekait penghindaran ulkus dekubitus

Hasil penyebaran kuesioner diperoleh data, yaitu sebanya 5 orang atau

33.33% perawat berwawasan sedang dan 10 orang atau 66.67% perawat

berwawasan bagus. 66,67 % perawat (10 orang) berpengetahuan baik. Dan 33.33

% perawat (5 orang) berpengetahuan cukup .

Table 3. Tingkat Pengetahuan Pencegahan Ulkus Dekubitus

Pengetahuan Pencegahan Ulkus Dekubitus F %

Baik 10 66.67

Cukup 5 33.33

Kurang - 0

Total 15 100.0

Page 85: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

70

Universitas Sumatera Utara

Hasil pengumpulan data yang dilaksanakan oleh peneliti pada fase

reconnaissance, dapat dikatakan bahwa wawasan perawat tentang penghindaran

ulkus dekubitus 66,67 % (10) dalam kategori baik. Sedangkan 33,33 % (5)

pengetahuan partisipan dalam kategori cukup. Tidak ditemukan perawat yang

memiliki pengetahuan kurang. Setelah digabungkan ditemukan 3 (tiga) kategori

pengetahuan. dan untuk tingkat pengetahuan yang paling dominan adalah kategori

baik.

Tahap Planning

Pada tanggal 3 -5 Juli 2020 dilaksanakan fase planning. Adapun manfaat

fase ini yaitu guna merumuskan suatu perencanaan ekspansi pedoman

penghindaran ulkus dekubitus di ICU. Oleh sebab, diadakan dengan pihak

keperawatan RS USU. Pertemuan diadakan melalui metode online (zoom), dan

didatangi oleh Komite Keperawatan, Karu ICU RS USU dan peneliti. Pada

kegiatan tersebut peneliti dan managemen RS USU membahas terkait:

1) intervensi untuk membentuk team pedoman penghindaran ulkus dekubitus

2) planning dalam membentuk kondisional pedoman ulkus dekubitus 3) rencana

menyampaikan pedoman penghindaran ulkus dekubitus serta membuat rencana

schedule pelaksanaan pedoman ulkus dekubitus. Temuan penghimpunan data

fase reconnaissance juga disampaikan kepada pihak keperawatan

Riset merancang untuk pendirian kelompok perumus dan

pengimplementasian penghindaran ulkus dekubitus. Tim tersebut dapat

berpartisipasi dalam perumusan panduan. Rencana kegiatan tersebut dilakukan

penjadwalan pada tanggal 6 Juli 2020. Kemudian peneliti melaksanakan

Page 86: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

71

Universitas Sumatera Utara

diskusi kondisional pedoman penghindaran ulkus dekubitus yang dilakukan

dengan kelompok pedoman ulkus dekubitus serta pihak keperawatan.

Kesusastraan tinjauan serta riset tersebut adalah dasar dari tentative ulkus

dekubitus.

Pada tanggal 12-18 Juli 2020 merupakan jadwal rencana dilaksanakannya

hasil perumusan panduan yang sudah dibuat penelit peneliti. Adapun aktivitas ini

mengimplikasikan perawat ICU RS USU, kemudian untuk pelaksanaan pedoman

ulkus dekubitus dirancang akan diaplikasikan pada 21 Juli sampai dengan 2

Agustus 2020. Implementasi pedoman ulkus dekubitus dilaksanakan diruangan

ICU.

Tahap Acting dan Observing

Aktivitas yang dikerjakan pada fase ini adalah: 1) membentuk tim

pengembangan panduan ulkus dekubitus, 2) merumuskan draf pedoman ulkus

dekubitus, 3) sosialisasi pedoman ulkus dekubitus, 4) pengaplikasian pedoman

ulkus dekubitus pada perawat, 5) melakukan uji Expert untuk hasil pedoman

ulkus dekubitus.

Pembentukan tim panduan ulkus dekubitus

Pembentukan tim panduan ulkus dekubitus dilakukan dengan metode

online , pada tanggal 7 juli 2020 yang di hadiri oleh kepala ruangan ICU RS,USU

dan Ketua Tim. Setelah melalui proses diskusi antara peneliti, kepala ruangan

ICU dan Katim , maka dari 3 tahapan point tentative panduan ulkus dekubitus ,

pada tahap pelaksanaan pencegahan ditambahkan beberapa point terkait

Page 87: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

72

Universitas Sumatera Utara

perawatan kulit dan disesuaikan dengan hasil penelitian-penelitian yang terkait

dengan ulkus dekubitus.

Menyusun draf panduan ulkus dekubitus

Pertemuan dengan pihak manajemen keperawatan dilakukan dengan

metode online 9 Juli 2020 guna mendiskusikan tentatif draf panduan ulkus

dekubitus serta melaksanakan pembahasan untuk jadwal informasi tentang

panduan ulkus dekubitus kepada perawat ICU. Pertemuan ini menghasilkan

beberapa masukan yaitu: 1) draf panduan ditambahkan format tersendiri untuk

tindakan yang dilakukan perawat, 2) pada tahapan dokumentasi ditambahkan 1

point sesuai dengan kondisi RS USU,3) sosialisasi direncanakan pada tanggal 14

dan 17 Juli 2020, dan 4) komite keperawatan menyampaikan dukungannya untuk

tetap melanjutkan penelitian ini.

Sosialisasi panduan pencegahan ulkus dekubitus pada perawat

Pada tanggal 14-18 juli 2020 merupakan pelaksanaan sosialisasi dan

didatangi oleh seluruh perawat ICU, namun karena bersamaan dengan jadwal

dinas maka hanya dapat dihadiri oleh 11 orang perawat saja. Diseminasi

dilangsungkan dengan cara online. Aktivitas yang dilaksanakan saat diseminasi

ialah menginformasikan pelajaran pedoman penghindaran ulkus dekubitus,

penjabaran tentang pedoman penghindaran ulkus dekubitus, mempersilahkan

perawat untuk memberikan kritik dan idenya tentang draf panduan yang sudah

dibuat.

Pada saat kegiatan desiminasi berjalan perawat ICU memberikan saran

Page 88: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

73

Universitas Sumatera Utara

bahwa panduan ulkus dekubitus sebaiknya menggunakan bahasa yang lebih

tekhnis atau lebih aplikatif sehingga lebih mudah untuk dipahami dan

dilaksanakan.

Implementasi panduan ulkus dekubitus

Tanggal 24 hingga 25 Juli 2020 merupakan waktu pelaksanaan pedoman ulkus.

Suster yang berdinas di ICU Rumah Sakit USU merupakan peserta yang mengikuti uji

coba pedoman ulkus dekubitus tersebut. Manifestasi uji coba pedoman ulkus dekubitus

diklasifikasikan ke dalam 2 regu, 7 orang merupakan jumlah dari regu 1 sedangkan regu

2 berjumlah 8 orang. Masing-masing regu mengikuti prosedur penghindaran ulkus debitus

pada pasien bedasarkan pada pedoman. Implementasi dilaksanakan pada saaat masa

pandemic ,untuk itu pelaksanaannya tidak diadakan setiap hari guna meminimalkan

frekuensi tindakan ke pasien dan implementasi panduan diadakan saat perawat melakuan

tindakan keperawatan yang lain. Observasi dilakukan peneliti dengan menggunakan

media dokuemntasi yang diberikan oleh Kepala Ruangan ICU. Partisipan berperan aktif

dalam melaksanakan implementasi panduan.

Saat diadakan implementasi panduan ulkus dekubitus berlangsung peneliti juga

melakukan beberapa perbaikan pada panduan ulkus dekubitus. Dengan cara melakukan

diskusi bersama kepala ruangan, Ketua tim ICU RS USU, Komite Keperawatan RS USU

serta diskusi dengan dosen yang membimbing penelitin.

Tahap Reflecting

Pada tanggal 6 Agustus 2020 dilaksanakan Fase reflecting, dimana

peneliti dan perawat melaksanakan FGD. Manfaat dari fase ini yakni mengeksplor

seputar hal-hal yang pernah dialami perawat selama proses implementasi panduan

Page 89: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

74

Universitas Sumatera Utara

yang sudah dilalui , serta melaksanakan pengukuran tingkat pengetahuan perawat.

Aktivitas FGD diadakan dengan durasi 50-60 menit, diperoleh 5 topik

meliputi: 1) Utilitas yang dirasakan terhadap penyusunan pedoman penghindaran

ulkus dekubitus di ruangan Intensive Care Unit 2) Aspek penunjang dalam

memakai penghindaran ulkus dekubitus di kamar Intensive, 3) dalam

melaksanakan penghindaran ulkus dekubitus berdasarkan pada pedoman tentunya

terdapat hambatan yang dilalui oleh peserta, 4) Upaya yang dilakukan peserta

dalam menghadapi hambatan pada prosedur pengaplikasian penghindaran ulkus

dekubitus berdasarkan pada pedoman, dan 5) Prospek peserta dalam penyusunan

pedoman penghidaran ulkus dekubitus.

Pembentukan panduan ulkus dekubitus

Perawat menyampaikan pedoman penghindaran ulkus dekubitus di

ruangan Intensive Care Unit, yaitu: Panduan yang sudah ada sangat bagus,

panduan tersebut bisa meningkatkan pengetahuan partisipan dalam penghindaran

ulkus dekubitus di ruangan Intensive Care Unit.

“…aaaa… menurutku sendiri ya,,mmm,,panduan kek gini

sangat bagus kak,gini ya…soalnya disni udah adanya

petunjk bila suatu waktu nanti mau melakukan tindakan

itu .jadi makin pahamlah.kek mana cara urutannya dan apa-

apa saja yang mo dilakukan udah paham awak kan..(P9)

“ menurutku eee…panduan yang dibuat kaya gini lebih

terlihat jelas lah yaaa,Langkah- langkahnya,eeeee,,,disitu

sudah ada eeee…mulai dari kita informed concern sampai

Page 90: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

75

Universitas Sumatera Utara

pada tahap kita harus melakukan edukasi sama keluarga

pasien..jadi..makin jelaslah” (P4)

“..hehehe…eeeee..panduan ini kalo saya boleh tambahkan

memang baguslah, jadi paham kita nanti ke pasien lebih

enak ada panduannya”(P7)

Manfaat pembentukan panduan pencegahan ulkus dekubitus di ICU

Perawat menyebutkan utilitas penyusunan pedoman penghindaran ulkus

dekubitus di ruangan Intensive Care Unit ialah keahlian dalam penghindaran

ulkus dekubitus mengalami peningkatan, wawasan perawat tentang penghindaran

ulkus dekubitus juga meningkat, termotivasi untuk melaksanakan penghindaran

ulkus dekubitus. Berikut merupakan afirmasi yang disampaikan peserta meliputi:

“….iya.. labih terasa berfungsi sekali lah yaa kalau sudah

dibikin panduan gini, kamipun sebagai perawat pun jadi

lebih gampang untuk menpalikasikannya. Truss, jadi ga

susah lah gitu ada yang jadi acuannya ”(P1)

“ jadinya paham…eee trus apaya kalo saya bilang jadi

bertambah keterampilan juga,..hmmmmmm bermanfaat

sekali khususnya di ICU ka”(P12)

“bergunalah kak…eeee…panduan kaya gini ada bisa

berguna untuk pencegahn ulkus dekubitus,pasien pun

nyaman ya khan..”(P2)

Page 91: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

76

Universitas Sumatera Utara

Faktor pendukung dalam pencegahan ulkus dekubitus

Perawat menyampaikan aspek penunjang dalam memakai pedoman, yaitu

Pedoman penghindaran ulkus dekubitus di ruangan intensive care unit menjadi

faktor pendukung perawat dalam melaksanakan penghindaran ulkus dekubitus,

kesadaran diri dari peserta. Berikut ungkapan perawat yaitu:

”…mmmmm..mungkin lebih mengarah pada…,lebih ke

kesadaran kita lah ya,eee..itu satu, trus..apalagi ya, memang

berfungsi sekali, tapi balik lagi ke kesadaran kita, udah gitu

dari kelengkapan peralatan yang digunakan juga itu jadi

faktor pendukung kalo menurutku”(P3)

“ Panduan ini kan…memang dibuat untuk sebagai petunjuk,

namanya juga panduan jadi eeee,didalamnya pun ada

bahwa kit aitu eee…melakukan edukasi kepada keluarga

pasien,jadi yaaaa…yang menjadi faktor pendukung

yaaa,,,ee,itulah Kerjasama dengan keluarga pasien

itulah..”(P6)

“yah…kita jadinya memang semakin pahamlah dari

sebelum- sebelumnya..kalo kaya gini kan jadi bertambah

wawasan”(P15)

Kendala dalam pelaksanaan panduan pencegahaan ulkus dekubitus

Adapun yang menjadi kendala perawat dalam melaksanakan pencegahan

ulkus dekubitus di ruangan Intensive Care Unit, terdiri dari: kondisi pasien yang

Page 92: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

77

Universitas Sumatera Utara

tidak memungkinkan, kurang optimalnya edukasi pada keluarga, Hal ini

ditunjukkan dari beberapa pernyataan partisipan:

“..eeeeh…memang kendalanya pasti adalah, eeee.. dari sisi

pasien juga khan, misalnya kalo pasien baru habis dikasih

susu terus..eee..sementara memang sudah waktunya akan

dilakukan reposisi disitulah, kendalanya..yaaa..kek gitu-gitu

ajanya”(P5)

“…hmmm…tentu ,jelas ada .kendala sedikit banyak pasti

ada yang paling menonjol yaaa, kalo menurtku yaa eeee,

karena sekarang sedang covid itu ..keluarga juga ga bisa

sesering dulu masuk-masuk ke ICU jadi, eee..terkendala

untuk memberikan edukasi untuk keluarga sesuai yang ada

di panduan itu. Padahal kalau itu lancar bagus kali pun ya”

(P3)

“ nah itu lah,…keluarga pun kan kalupun harus penting-

penting kali masuk, tetap ga diperkenankan dulu

menyentuh pasien. hanya melihat saja mengingat ini sedang

wabah covid jadi yaaa…kurang optimal memang”( P8)

Upaya Partisipan Dalam Mengatasi Kendala

Upaya perawat dalam pencegahan ulkus dekubitus untuk mengatasi kendala

yang sesuai dengan panduan, yang terdiri dari: Saling bekerja sama diantara

perawat yakni membuat jadwal makan dengan reposisi pasien, saling.

memberikan dukungan, membantu satu sama lain, serta menyediakan 1 ruangan

tersendiri untuk pelaksanaan edukasi bagi keluarga. Berikut kutipan ungkapan

Page 93: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

78

Universitas Sumatera Utara

perawat yaitu:

kemarin kami memang buat kaya gini, eeee kalau ada kaya

kendala gitu, kami diskusi langsung, kek mana ini baiknya

kita atasi..,,gitu kami kemarin”(P10)

“ooo…kalau cara mengatasi kendala itu, ya misal ini ya,

eeee…seperti edukasi misalnya dibuat ruangan khususlah,

kan didekat ICU ada ruangan untuk penjelasan bagi

keluarga,eee…nah disitulah kita buat,jadi untuk sementara

karena sedang wabah covid ini kita berikan penjelasan

tentang pencegahan ulkus dekubitus ini sama keluarga itu

ya disitu.”(P1)

“ada juga gini kami buat kemarin, kan kalau pasien baru

dikasih susu, sementara waktu untuk reposisi pasien itu

eee,,harusnya sudah harus dilakukan yaaa,,kita aturlah

jarak makan dengan reposisi itu.karena takutnya muntah

kan”(P13).

Harapan partisipan tergadap panduan pencegahan ulkus dekubitus

Harapan perawat pada terbentuknya panduan pencegahan ulkus dekubitus,

yaitu: Sebagai panduan yang bisa mengurangi dan mencegah ulkus dekubitus

serta panduan dapat dipergunakan unit lain bahkan rumah sakit lain. Ungkapan

perawat yaitu:

“…Harapan saya, eee dengan adanya panduan ini

mengurangi yang namanya penyakit ulkus dekubituslah ya,

dan terjaga juga Kesehatan kulit pasien “(P12)

Page 94: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

79

Universitas Sumatera Utara

“…menurutku , Harapan saya terhadap adanya panduan

pencegahan ulkus dekubitus ini, hmmm..dibuat banyaklah

cetakannya,,biar bisa dipake ruangan lain atau mudah-

mudahan rumah sakit lain”( P9 )

“ karena kita melibatkan keluarga,eeee…harapannya

yaaabisa lah dipake mereka kan,eee maksudku pihak

keluarga”(P6)

Page 95: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

80

Universitas Sumatera Utara

Table 4 Matriks Tema FGD Tahap Reflecting

Tema 1: Pembentukan panduan pencegahan ulkus dekubitus

Sub tema:

1. Panduan yang terbentuk bagus dan menarik

2. Panduan yang membantu dan meningkatkan pengetahuan

partisipan

Tema 2: Faktor pendukung dalam menggunakan pencegahan ulkus

dekubitus

Sub tema:

1. Panduan pencegahan menjadi faktor pendukung perawat

2. Kesadaran diri perawat

Tema 3: Kendala yang dirasakan oleh partisipan dalam melaksanakan

panduan

Sub Tema:

1. Kondisi Pasien yang tidak memungkinkan

2. Edukasi pada keluarga yang kurang optimal

Tema 4: Upaya untuk mengatasi kendala

Sub Tema:

1. Saling bekerja sama antar perawat dengan saling membantu mengatur jadwal reposisi

2. Memberikan penjelasan dan saling berdiskusi untuk mnegatasi

masalah

Tema 5: Harapan partisipan terhadap panduan pencegahan ulkus

dekuubitus

Sub Tema:

1. Meminimalkan dan mencegah ulkus dekubitus

2. Panduan dapat digunakan oleh perawat,ruangan lain,rumah

sakit lain.

Page 96: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

81

Universitas Sumatera Utara

Tingkat Pengetahuan perawat terhadap pencegahan ulkus dekubitus

Berdasarkan hasil kuesioner Pengetahuan partisipan tentang pelaksanaan

pencegahn ulkus dekubitus didapatkan peningkatan pengetahuan dengan hasil

93.4 perawat memiliki pengetahuan yang baik, 6.6 % perawat memiliki

pengetahuan yang cukup dan 0 % perawat memiliki pengetahuan kurang. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9

Tabel 4.9 Tingkat Pengetahuan Partisipan tentang Pencegahan ulkus dekubitus

Tahap Reflecting (n: 15)

Pengetahuan F (%)

Baik 14 93.4 %

cukup 1 6.6 %

kurang 0 0 %

Output Action research

Penelitian ini adalah suatu action research oleh karena itu menghasilkan

output yaitu suatu panduan terkait pencegahan ulkus dekubitus di ruangan

Intensive Care Unit, bagian - bagian yang dijabarkan dalam panduan ulkus

dekubitus adalah 1) Teori ulkus dekubitus, 2) Ruang lingkup pencegahan ulkus

dekubitus, 3) mekanisme tatalaksana pencegahan ulkus dekubitus, yang

mencakup fase persiapan, fase pelaksanaan, dan fase akhir.

Kemudian komponen pada teori ulkus dekubitus adalah definisi ulkus

dekubitus, stadium terjadinya ulkus dekubitus, serta pencegahan ulkus

dekubitus. Sedangkan cakupan pencegahan ulkus dekubitus yaitu ruangan ICU.

Page 97: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

82

Universitas Sumatera Utara

Kemudian terkait mekanisme pelaksanaan yakni mulai dari fase persiapan, fase

pelaksanaan, dan fase akhir. Bagian tersebut telah di elaborasikan dengan

langkah-langkah kerja yang sistematis dan disederhanakan.

Outcome pengembangan pencegahan ulkus dekubitus

Dengan focus group discussion sesuai yang sudah dijabarkan dalam fase

reflecting sebelumnya diperoleh dimana terdapat peningkatan pengetahuan

perawat. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terjadi peningkatan

pengetahuan perawat terkait pencegahan ulkus dekubitus. Hal ini dapat dilihat

dalam nilai persentasi sebelum dilakukan pembentukan panduan pencegahan

ulkus dekubitus adalah 66.67 % yang menyatakan tingkat pengetahuan tersebut

baik dan 33.33 % yang menyatakan tingkat pengetahuan itu cukup, dan tingkat

pengetahuan kurang sebanyak 0%. kemudian setelah dilaksanakan perumusan

panduan ditemukan hasil adalah 93.4 %, dimana tingkat pengetahuan perawat

dinyatakan baik, kemudian tingkat pengetahuan perawat yang dinyatakan cukup

sebanyak 6.6 %, dan tingkat pengetahuan perawat yang kurang 0 % . Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.11 Tingkat Pengetahuan Partisipan tentang pencegahan ulkus

dekubitus (n: 15)

Pengetahuan Sebelum Sesudah

Baik

Cukup

Kurang

66.67 %

33. 33%

0

93.4

6.6%

0 %

Page 98: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

83

Universitas Sumatera Utara

Page 99: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

84

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan

Pada bagian ini akan menjabarkan terkait hasil riset serta analisis sesuai

pertanyaan dan tujuan penelitian. temuan yang dibahas adalah proses action

research pengembangan panduan ulkus dekubitus, output dan outcome panduan,

lesson learned, implikasi dan keterbatasan penelitian. Pembahasan dilaksanakan

dengan merasiokan riset sebelumnya, gagasan ahli dan teori, apakah hasil riset

dapat mendukung, kontradiktif, atau sebuah inovasi.

Proses Action Reseacrh dan Pengembangan Panduan Ulkus Dekubitus

Penelitian action research sesuai dengan namanya menyiratkan

partisipatif, yang mempunyai kolaborasi antara peneliti dan partisipan. Peneliti

diklaim supaya tidak hanya melakukan penghimpunan fakta atau pandangan

terkait kondisi tertentu, akan tetapi diupayakan supaya bisa membenahi kondisi

yang dijumpai pada saat melakukan riset melalui pendekatan action research Polit

Beck, (2014). Dalam pelaksanaan pengembangan panduan ulkus dekubitus,

penelitian dilakukan dalam 1 siklus selama 3 bulan mulai dari tahap

reconnaissance sampai reflecting.

Diskrepansi ini disebabkan karena action research masih dipakai oleh

peneliti pemula, Kemmis dan Mc Taggart (2014) menjelaskan bahwa sebagai

seorang peneliti pemula seharusnya melaksanakan sriset dalam waktu yang

singkat sebab akan kerumitan dalam menjaga tanggung jawab dan

mengidentifikasi progrpenelitian. Waterman (2001) dikutip dalam Elita (2016),

bahwa waktu yang diperlukan dalam melaksanakan riset action research antara

1–48 bulan. Untuk meningkatkan kinerja perawat perlu dilakukan pengembangan

Page 100: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

85

Universitas Sumatera Utara

pedoman ulkus dekubitus, pedoman penghindaran dan pengelolaan ulkus

dekubitus ditujukan untuk kemudahan dan kepatuhan perawat dan institusi. Ji’kyo

Kim et all (2019).

Sesuai dengan hasil FGD , terdapat problem tertinggi, dimana wawasan

dan pengaplikasian penghindaran ulkus dekubitus di Ruangan Intensive Care Unit

terbilang dibawah standar untuk diaplikasikan, dan tidak memiliki advis atau

pedoman untuk melakukan penghindaran ulkus dekubitus. Berdasarkan wawasan

perawat dalam melaksanakan penghindaran ulkus dekubitus sinkron dengan riset

yang dikerjakan oleh Dorien (2019) bahwa hasil terkait wawasan perawat tehadap

penghindaran ulkus dekubitus tergolong belum optimal setelah dilakukan riset

pada 16 rumah sakit.

Temuan riset tersebut berfokus pada wawasan yang berarti untuk

penghindaran ulkus dekubitus. Untuk itu harus diperluas cara dalam

mengoptimalkan wawasan perawat. Kemudian Hal yang sama juga disampaikan

oleh Charalambos et al (2019) dalam risetnya dimana wawasan perawat terhadap

penghindaran ulkus dekubitus adalah kurang. Hal tersebut juga sejalan dengan

riset yang dikerjakan oleh Shahrokh et al (2018) bahwa tidak dilaksanakannya

agenda training dan tidak terdapat pedoman penghindaran ulkus dekubitus

mengakibatkan minimnya wawasan perawat terhadap penghindaran ulkus

dekubitus. Gonzaga de Faria et al (2019) Pentingnya mempunyai wawasan yang

berhubungan dengan penghindaran ulkus dekubitus, bila tidak akan terjadi

masalah serius pada pasien.

Problem didapatkan juga sesuai riset yang dikerjakan yang dilakukan oleh

Page 101: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

86

Universitas Sumatera Utara

Christina Louise et al (2019) bahwa belum ada progres positif dalam

pengaplikasian penghindaran ulkus dekubitus diruangan Intensive Care Unit.

Wawasan perawat terhadap penghindaran ulkus dekubitus sangat kurang oleh

karena itu dibutuhkan perluasan berbagai kebijakan untuk memajukan wawasan

perawat , Sengul T et al (2020). Sementara itu riset yang dikerjakan oleh Sajida

Nasren et al (2017), menjelaskan bahwa minimnya wawasan perawat dalam

penghindaran ulkus dekubitus wajib diseimbangkan dengan bagaimana

memanfaatkan pedoman penghindaran ulkus dekubitus sehingga pengaplikasian

penghindaran ulkus dekubitus dapat meningkat.

Implementasi Panduan ulkus dekubitus di ICU

Praktik pencegahan ulkus dekubitus dilakukan dalam 2 kali putaran,

implementasi ini merupakan uji coba panduan ulkus dekubitus, sesudah

memperoleh diseminasi terkait kondisional pedoman maka peserta dapat

melakukan praktik tersebut. Saat pelaksanaan, penelaah melakukan pengamatan

terhadap perawat dalam mengaplikasikan panduan. Bersamaan dengan itu,

penelaah juga melakukan perbaikan terhadap kondisional panduan. Dari temuan

pengamatan penelaah, maka didapat beberapa item panduan yang sudah

dilaksanakan oleh perawat, namun terdapat item tentatif panduan yang belum bisa

di implementasikan yakni edukasi dengan keluarga.

Dalam hal ini menurut partisipan edukasi dengan keluarga tidak dapat

dilakukan dikarenakan saat proses implementasi panduan sedang dalam masa

wabah covid 19 dimana perawat ICU mengurangi kontak dengan keluarga pasien.

Langkah pengamatan sangat berguna, Kemmis, Taggart, dan Nixon (2014)

Page 102: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

87

Universitas Sumatera Utara

menyampaikan bahwa pristiwa yang tidak terkira dapat diatasi melalui

pengamatan yang dipersiapkan, cepat tanggap, dan persepti. Selama pelaksanaan

riset berjalan hasil pengamatan menunjukkan dimana partisipan sangat kolaboratif

dalam mengikuti seluruh tahapan proses penelitian. Untuk memperoleh hasil yang

maksimal pada riset dari awal sampai selesai maka penting untuk semua yang

terlibat saling mendukung demi tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Peningkatan pengetahuan tentang pencegahan ulkus dekubitus di ICU

Sesudah dilaksanakan diseminasi kepada pesrta pada langkah acting maka

akan menghasilkan eskalasi wawasan perawat terkait penghindaran ulkus

dekubitus. Wawasan perawat diklasifikasikan bagus mencapai 90% yang

dilakukan sebelum diseminasi, namun sesudah dilakukan diseminasi sejumlah 15

orang peserta mempunyai wawasan yang berhubungan dengan penghindaran

ulkus dekubitus diklasifikasikan bagus bahkan mencapai 100%. Seirama dengan

riset yang pernah dilaksanakan Noha et al (2020) bahwa terjadi eskalasi wawasan,

perilaku dan kapasitas kerja perawat sesudah dilaksanakannya pengaplikasian

pedoman penghindaran ulkus dekubitus. Selain itu, menurut shelley et al (2016)

bahwa perawat menyampaikan tanggapan baik terhadap penghindaran ulkus

dekubitus: paket perawatan, menurut pandangan perawat bahwa paket perawatan

mempunyai utilitas bagi pasien dalam menambah hubungan dan kesadaran dalam

perawatan ulkus dekubitus.

Manfaat pembentukan panduan pencegahan di ruangan Intensive Care

Unit, yang ditunjukkan dari beberapa sub tema : meningkatkan keterampilan dalam

pencegahan ulkus dekubitus, pengetahuan perawat mengalami peningkatan terkait

Page 103: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

88

Universitas Sumatera Utara

pencegahan ulkus dekubitus, dan termotivasi dalam melaksanakan pencegahan

ulkus dekubitus, Rawia et al (2019) menjelaskan diamana aplikasi panduan

pencegahan bundle efektif mampu membuat pengetahuan dan ketaatan perawat

meningkat serta memberikan dampak yang baik pada kejadian ulkus dekubitus.

Menurut Mervis J et al (2019), yang menjadi masalah yang significan bagi pasien

dan masyarakat adalah ulku decubitus, oleh karena itu diperlukan strategi

pencegahan yang tepat. Adapun strategi yang dapat dilaksanakan adalah denagn

menerapkan standar pedoman pencegahan untuk ulkus dekubitus.

Sejalan dengan riset yang dikerjakan oleh Noha et al (2020) bahwa

sesudah dilaksanakan pengaplikasian tolak ukur pedoman penghindaran ulkus

dekubitus, wawasan, perilaku, dan kapasitas kerja perawat meningkat.

Adapun hambatan yang ditemui oleh perawat dalam melakukan

pencegahan ulkus dekubitus di ruangan Intensive Care Unit sesuai panduan,

ditunjukkan dengan beberapa subtema yaitu: keadaan pasien yang belum

memungkinkan, edukasi pada keluarga yang kurang optimal. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang menyebutkan bahwa hambatan tertinggi yang dirasakan

perawat dalam melakukan pencegahan luka tekan antara lain kurang banyaknya

perawat; waktu yang minim; keadaan pasien yang kurang kooperatif, tingkat

keparahan pasien, tidak stabilnya hemodinamik; sumber daya kurang serta

peeralatan dalam pencegahan ulkus ; terbatasnya pengetahuan; dan suasana kerja

yang tidak menyenangkan (Moore dan Price, 2004; Strand dan Lindgren, 2010).

Upaya partisipan dalam pencegahan ulkus dekubitus untuk

menyelesaiakan hambatan dalam proses pencegahan ulkus dekubitus berdasarkan

Page 104: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

89

Universitas Sumatera Utara

pada pedoman, yang dibuktikan dengan beberapa subpokok meliputi: kerjasama

yang dilakukan perawat dengan memanajemen waktu dengan menata posisi

pasien, Saling bekerja sama antar sesama perawat dengan mengatur waktu makan

dengan reposisi pasien, mutual support, dan menyiapkan tempat atau ruang

eksklusif untuk melaksanakan pembelajaran pada keluarga. Berdialog dalam

mencari jalan keluar dari problem atau hambatan-hambatan.

Mempersiapkan ruangan khusus dalam edukasi dengan keluarga. Sama

dengan riset yang dikerjakan oleh Jennifer et al (2018) bahwa Edukasi yang

dilakukan pada pasien dan keluarga terkait strategi pencegahan ulkus dekubitus

serta melibatkan pasien dan keluarga dapat membantu kepatuhan dalam perawatan

ulkus dekubitus, Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang menyebutkan

bahwa intervensi untuk mencegah dekubitus meliputi pengkajian resiko,

pengkajian kulit, perawatan kulit, nutrisi yang optimal, reposisi, penggunaan

matras udara, pendidikan dan pelatihan bagi perawat dan pengkajian kulit

disekitar nasogastictube (NGT) dan endotrachealtube (ETT) Tayyib et al (2015).

Harapan partisipan dalam pencegahan ulkus dekubitus di ICU

Harapan perawat pada terbentuknya panduan pencegahan ulkus dekubitus,

yang ditunjukkan dengan beberapa subtema yaitu: Menjadi panduan yang bisa

mengurangi dan mencegah ulkus dekubitus serta panduan dapat digunakan oleh

unit lain bahkan rumah sakit lain. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sreen et al (2019) bahwa penerapan panduan pencegahan ulkus

dekubitus pada pasien dan keluarga dapat meminimalkan insiden ulkus dekubitus

di Rumah Sakit.

Page 105: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

90

Universitas Sumatera Utara

Pada tahap ini peneliti dan partisipan saling bekerjasama dalam proses

penelitian, seluruh partisipan berperan aktif dalam proses penelitian sehingga

tujuan penelitian tercapai. Kelemahan pada tahap ini adalah tidak semua peserta

dapat berperan aktif saat proses Focuss Group Discussion berlangsung,

dikarenakan beberapa dari partisipan ada yang harus mengerjakan tugas dan

tanggung jawabnya di ruangan Intencive Care Unit.

Output pengembangan pencegahan ulkus dekubitus di ICU

Outcome yang diperoleh ialah memanifestasikan pedoman penghindaran

ulkus dekubitus di kamar Intensif Care Unit Rumah Universitas Sumatra melalui

proses riset 1 peredaran action research yang telah dilakukan berdasarkan tujuan

riset yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun bagian- bagian yang terdapat

dalam panduan adalah temuan teori ulkus dekubitus dan mekanisme pelaksanaan

pencegahan ulkus dekubitus bagi perawat yakni: 1) fase Persiapan, 2) fase

pelaksanaan pencegahan ulkus dekubitus, 3) fase Dokumentasi.

Pengkajian pasien ataupun pengkajian resiko merupakan fase persiapan,

selanjutnya fase pelaksanaan meliputi perawatan kulit, reposisi pada pasien serta

pemberian edukasi bagi keluarga dan pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian

Jennifer et all (2018) bahwa bagian guidelines for pressure ulcer prevention

terdiri dari idetifikasi resiko, perawatan kulit, nutrisi, dan edukasi.

Harapan peneliti pada output penelitian ini bahwa panduan bisa diterima

oleh pihak keperawatan RS USU. Panduan ulkus dekubitus ini telah melalui uji

expert, sehingga dapat dijadikan acuan perawat di ruangan intensive care unit RS

USU dan dibuat dalam standar prosedur operasional ICU.

Page 106: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

91

Universitas Sumatera Utara

Out Come Pengembangan Pencegahan ulkus dekubitus di ICU

Pihak Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara memperoleh pedoman

penghindaran ulkus dekubitus dan taraf wawasan peserta terkait penghindaran

ulkus dekubitus mengalami eskalasi melalui hasil riset 1 peredaran action

research yang diperoleh dari pembuktian outcome.

Proses penelitian action research tentang pengembangan panduan

pencegahn ulkus dekubitus berdampak pada peningkatan pengetahuan partisipan.

Dampak tersebut diketahui melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara focus group discussion dan penyebaran kuesioner.

Pengetahuan perawat dinilai dengan menggunakan Self-report dan lembar

obsevasi. Self-report dilakukan dengan cara pengisisan kuesioner. Kuesioner yang

digunakan dalam penelitian bertujuan untuk melihat pengetahuan perawat tentang

pencegahan ulkus dekubitus. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cano

et al (2015) menyatakan bahwa penerapan guidelines dapat meningkatkan

pengetahuan perawat dalam pencegahan ulkus dekubitus.

Hal ini juga dikemukakan oleh Kaddourah et al (2016) Pemahaman

perawat terhadap pencegahan ulkus dekubitus memainkan peranan yang sangat

penting dalam terjadinya prevalensi ulkus dekubitus, untuk itu dibutuhkan tingkat

pengetahuan dan kinerja perawat terhadap pencegahan ulkus dekubitus, guna

memastikan suatu perawatan yang berkualitas.

Sedangkan menurut , Karimian et al (2020) bahwa intervensi juga dapat

meningkatkan pengetahuan dan sikap perawat dalam pencegahan ulkus dekubitus.

Kemudian pada tahap akhir penelitian ,partisipan menerima manfaat dari

Page 107: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

92

Universitas Sumatera Utara

penelitian dimana partisipan sudah rutin melakukan pencegahan ulkus dekubitus.

Lesson Learned

Riset ini sudah banyak menyampaikan pengetahuan bagi penelaah dan

peserta yang berdinas di rumah sakit USU Medan. Perluasan pedoman

penghindaran ulkus dekubitus sangat penting dilaksanakan berdasarkan pada fakta

riset action research. Penelaah bisa memakai model riset action research melalui

1 siklus, selanjutnya bisa meluaskan pedoman ulkus dekubitus di ICU, bisa

melakukan penyelidikan data, pengelolaan waktu bida dilaksanakan, pendekatan

kepada peserta, pemangku pembangunan, faksi lain yang tidak ikut serta dalam

riset juga dilaksanakan, mengatur langkah-langkah aktivitas, data dihimpun dan

diselidiki, daya berhubungan bertambah, hambatan dan aspek penunjang yang

diraskan selama proses didapatkan. Kepuasan dan pengalaman berharga didapat

peneliti selama proses penelitian.

Bagi partisipan, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan

perawat tentang pencegahan ulkus dekubitus dalam praktek keperawatan.

Panduan yang dikembangkan diterima dan di laksanakan perawat ICU Sehingga

kualitas pelayanan keperawatan di ICU rumah sakit USU dapat menjadi lebih

baik lebih baik lagi .

Keterbatasan Penelitian

Selama proses penelitian berlangsung ditemukan beberapa kendala, yaitu

penelitian yang dilakukan pada masa pandemic covid 19 sehingga membuat ruang

gerak peneliti dan partisipan terbatas dalam melakukan penelitian, kemudian

Page 108: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

93

Universitas Sumatera Utara

metode online (zoom meeting) yang digunakan saat proses penelitian berlangsung

sering terkendala dengan koneksi internet yang kurang memadai. serta partisipan

yang harus sambil bekerja dan melakukan aktifitas lain. Upaya yang dilakukan

untuk mengatasi keterbatasan tersebut adalah dengan menggunakan komunikasi

telepon. Komunikasi dengan menggunakan telepon dilakukan peneliti untuk

mempermudah menghubungi partisipan saat proses penelitian berlangsung.

Page 109: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

94

Universitas Sumatera Utara

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Riset ini menghasilkan suatu pedoman penghindaran ulkus dekubitus di

ruangan intensive care unit di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Referensi dalam melaksanakan suatu langkah penghindaran ulkus dekubitus yang

dipakai perawat ICU adalah pedoman ulkus dekubitus. Cakupan dan Standar

Operasional Prosedur (SPO) merupakan elemen dari pedoman ulkus dekubitus

yang memiliki bagian dari teori ulkus dekubitus. Proses pengaplikasiannya

memiliki 3 prosedur meliputi: persiapan, implementasi, dan dokumentasi.

Eskalasi wawasan perawat ICU terkait penghindaran ulkus dekubitus terjadi

karena dilaksanakannya pedoman tersebut.

Saran

Hasil riset menemukan bahwa pedoman penghindaran ulkus dekubitus

bermanfaat khususnya di Ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit USU. Oleh

karena itu direkomendasikan pada jajaran Rumah Sakit, terutama Kepala bidang

Keperawatan diharapkan mendukung kebijakan secara verbal seperti SK dalam

mengaplikasikan pedoman penghindaran ulkus dekubitus. Menyiapkan sarana dan

prasarana yang bisa memrikan support untuk proses pelaksanaan pencegahan

ulkus dekubitus di ruangan Intensive Care Unit.

Kemudian bagi kepala ruangan Intensive Care Unit, melaksanakan

94

Page 110: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

95

Universitas Sumatera Utara

monitoring serta memberikan penilaian pada perawat secara berkala pada

pengaplikasian penghindaran ulkus dekubitus sesuai dengan panduan, Kemudian

bagi perawat yang bertugas di ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara, diharapkan bisa memkai pedoman penghindaran

ulkus dekubitus ini dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang

beresiko mengalami ulkus dekubitus. Panduan bisat sebagai acuan dalam

memberikan penyuluhan kesehatan pada keluarga. Kemudian pada peneliti , hasil

dari penelitian ini bisat dimanfaatkan sebagai bagian rencana awal riset

keperawatan (evidence based) untuk dilanjutkan dalam fase selanjutnya, yakni

dengan melaksabakan pengawasan hasil dari pedoman yang sudah ada.

Page 111: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Aase F, (2018). Pressure ulcer prevention in hospitals: a successful nurse-led

clinical quality improvement intervention. Wound specialist

nurse,department of plastic surgery, Odense University Hospital, Odense,

Denmark.

Alligood, M.R. (2017). Pakar teori keperawatan dan Karya Mereka, Edisi

Bahasa Indonesia ke 8, Volume 2. Singapore. Elsevier.

Asrizal., Siregar, W. A & Hutabarat., M. (2019). Efectiveness Mobility and

Bundles Care Therapy toward to Preventive of Pressure Injury.

Cano, A., Anglade, D., Stamp, H., Joaquin, F., Lopez, J., Lupe, L., ... & Young,

D. (2015, July). Improving outcomes by implementing a pressure ulcer

prevention program (PUPP): going beyond the basics. In Healthcare

(Vol. 3, No. 3, pp. 574-585). Multidisciplinary Digital Publishing Institute.

Coloplast Corp. (2012). Pressure Ulcer Prevention: prevention and Treatment.

http://coloplast corp.org. Diakses pada tanggal1

Desember 2019

Ebi, E. W., Hirko, F, G & Mijena, A. M. (2019). Nurses knowledge to pressure

ulcer prevention in public hospitals in wollega : BMC

nursing.https://doi.org/10.1186/s12912-019-0346-y

Kaddourah, B., Abu-Shaheen, A. K., & Al-Tannir, M. (2016). Knowledge and

attitudes of health professionals towards pressure ulcers at a

rehabilitation hospital: a cross-sectional study. BMC nursing, 15(1),

Karimian M ( 2020), The effect of educational intervention on theknowledge and

attitude of intensive carenurses in the prevention of pressure ulcers.

International journal of Risk & Safety in Medicine, 1-7.doi : 10.33233/jrs-

191038

LoBiondo Wood, G., & Haber, J. (2014). Nursing Research : Methods and

Critical Appraisal for Evidence-Based Practice. Eight Edition. China :

Elsivier Mosby

Lemone, P & Burke, M.K, (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Vol

2,Ed.5.Jakarta.EGC

National Pressure Ulcer advisory Panel and European Pressure Panel and Pan

Pacific Pressure Injury Alliance,(2014). Prevention and Treatment of

Pressure Ulcers: Clinical Practice Guideline. Washington, DC: National

Pressure Ulcer Advisory Panel

Page 112: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

Nurarif, H A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose Medis

dan Nanda Nic-Noc.Edisi revisi jilid 1. Mediaction

Polit,D.F., & Beck, C. T. (2013). Esensials of nursing research :sevent Edition

appraising Evidence for Nursing Practice (ninth edit). Wolter Kluwer

Polit,D.F., & Beck, C. T. (2012). Esensials of nursing research : appraising

Evidence for Nursing Practice (ninth edit). Wolter Kluwer

Potter , P. A., & Perry, A. G. (2017). Fundamental of Nursing. Ninth edition.

Elsevier Kemmis, S., Mc,Taggart, R., & Nixon, R. (2015). The action

Research Planner Doing critical

Participatory Action Research.Singapore : Springer Science+Bussines

Media Singapore. Retrieved from www.bookfi.orgMacq

Romanelli, M & Clark, M (2018). Science and Practice of Pressure Ulcer

Management.2 Edition. London

Standart Nasional Akreditasi rumah Sakit (SNARS), Edisi satu, Tahun 2017,

Komisi Akreditasi Rumah Sakit

Sulidah & Susilowati (2017). Pengaruh tindakan pencegahan dekubitus pada

lansia. MEDISAINS. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan,Vol 15.(3)

Vicki, S. Good & Peggy L ( 2018). Advanced Critical Care Nursing. 2 ND

edition. Elsevier.

Yin, R. K. (2011). Qualitatif research from start to finish . New York : The

Guilford Press. Retrieved from www. Bookfi.org

Zuo X. & Meng F. A., (2015): A care bundle for pressure injury

treatment in intensive care units. International Journal of

Nursing Sciences, 2; (4): 340-347. December 2015, Doi:

10.1016/j.ijnss.10.008.

Page 113: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Anita Yustina

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Siancimun, 22

Oktober 1983 Agama :

Islam

Alamat : Desa Sidomulyo Gang Wonirah Kecamatan

Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

Telepon 081386368767

E-mail : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1989-1995 : SD Negeri Rokan Baru Tahun 1995-1998

: SMP Negeri Padang Bolak Tahun 1998-2001

: SMA Negeri 2 Rantau Prapat

Tahun 2001-2005 : Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta

Tahun 2005-2006 : Program Ners Universitas Muhammadiyah

Jakarta Tahun 2018-2021 : Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

USU Medan

Page 114: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1

INSTRUMEN PENELITIAN

Page 115: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN

Kepada Yth,

Bapak/ Ibu ......…………..

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi

Magister Administrasi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara Medan:

Nama : Anita Yustina

Nim 187046010

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengembangan Panduan

Pencegahan Ulkus Dekubitus Di Ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit

Universitas Sumatera utara”. Untuk maksud tersebut, peneliti memohon

kesediaan Bapak/ Ibu untuk berpartisipasi menjadi partisipan dalam penelitian ini.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan, kerahasiaan

semua. Informasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas perhatian dan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini

saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Anita Yustina

Page 116: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN

(INFORMED CONSENT)

Setelah memahami penjelasan tujuan penelitian dari saudara Anita Yustina, NIM

:187046010 mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan, maka saya bersedia

menjadi partisipan dalam penelitian yang akan dilakukan dengan judul

“Pengembangan Panduan Pencegahan Ulkus Dekubitus Di Ruangan

Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara”. Demikian

persetujuan ini saya tandatangani dengan sukarela tanpa paksaan dari siapapun.

Medan, 2020

Partisipan

( )

Page 117: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

KUESIONER PANDUAN PENCEGAHAN DEKUBITUS

A. Identitas Responden

- Nama Responden :

- Jenis kelamin :

- Usia :

- Agama :

- Ruang Rawat :

- Lama Masa Kerja diruang rawat ICU :

- Pendidikan :

- No partisipan ( DI ISI OLEH PENGAMAT) :

Petunjuk :

1. Isilah table dibawah ini sesuai dengan pengetahuan saudara/i

2. Setiap satu pernyataan hanya memiliki satu jawaban BENAR atau

SALAH

3. Cara mengisi jawaban dengan memberikan tanda ceklist pada kolom

YA atau TIDAK

NO PERNYATAAN YA TIDAK

1 Persepsi sensori mempengarhui

terjadinya dekubitus

2 Status nutrisi pasien dapat

mempengaruhi dekubitus

3 Mobilisasi pada pasien dengan

partial/total care dapat mencegah

terjadinya dekubitus

4 Pasien yang mengalami fraktur

beresiko terjadinya dekubituas

5 Kenyamanan dan ketenangan

diatas tempat tidur pasien

berkaitan dengan kejadian

dekubitus

6 Penekanan dalam waktu yang

lama dapat mempengaruhi

terjadinya dekubitus

Page 118: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

7 Pasien dengan tingkat

ketergantungan partial/total care

harus dilakukan mobilisasi setiap

2 jam

8 Menggunakan krim pelembab

pada kulit dapat mencegah

dekubitus

9 Massage pada area penekanan

dapat meminimalisir terjadinya

dekubitus

10 Merapihkan linen adalah salah

satu tindakan pencegahan

terjadinya dekubitus

11 Pasien dekubitus memerlukan

perawatan kulit secara rutin

12 Memandikan pasien merupakan

tindakan yang harus dilakukan

pada pasien dengan partial/total

care

13 Memonitor tanda-tanda terjadinya

dekubitus adalah hal yang penting

dilakukan perawat

14 Mengurangi kelembapan dengan

menjaga kebersihan kulit

15 Memindahkan pasien dengan cara

mengangkat dapat mengurangi

terjadinya dekubitus

16 Menggunakan alas berupa bantal

pada area bokong, tulang ekor,

tumit dan betis dapat mencegah

dekubitus

17 Memandu pasien untuk tetap

berdoa berhubungan dengan rasa

aman dan nyaman

18 Melakukan tindakan keperawatan

dengan kelembutan

Page 119: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

Panduan Focus Group Discussion (FGD)

Judul Penelitian :

Pengembangan Panduan Pencegahan Dekubitus di Ruangan Intensive Care

Unit di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

A. Identitas Partisipan

Nama Partisipan (initial) :

Hari/Tanggal :

Tempat pelaksanaan FGD :

B. Pendahuluan

KEGIATAN URAIAN PERTANYAAN

1. Mengucapkan salam

2. Mengucapkan terimakasih atas

kesediaan partisipan hadir dalam

FGD

3. Menjelaskan informed concern :

- Memperkenalkan diri sebagai pengamat FGD

- Menjelaskan maksud dan tujuan FGD

1. Assalamualaikum warahmatullahi

wabarakatuh

selamat siang

2. Terimakasih atas kesediaan bapak

ibu yang sudah meluangkan

waktunya hadir dalam kegiatan ini

3. Informed concern:

- Perkenalkan,saya anita yustina

harahap.

- Saya sebagai fasilitator sekaligus

yang akan mengamati proses FGD

yang akan kita lakukan beberapa

waktu kedepan

- Bapak/ibu sekalian,adapun

maksud dan tujuan pelaksanaan

FGD kita kali ini adalah untuk

mengexplore hal-hal yang dilakukan bapak ibu selama

melakukan perawatan di ICU

terkait perawatan pada pasien

dekubitus

Page 120: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

- Melakukan kesepakatan kontrak waktu

- Menjelaskan proses FGD (mulai

dari peneliti memberikan

pertanyaan terbuka,kemudian

partisipan menjawab dengan bebas sesuai pemahamnnya terkait topik)

- Meminta kepada partisipan untuk

proses rekam suara selama FGD berlangsung

- Menjelaskan maksud/tujuan

perekaman

- Menyampaikan kerahasiaan data

yang disampaikan partisipan

- Menanyakan apakah partisipan

sudah memahami terkait

penjelasan proses pleaksanaan

FGD

- Menanyakan kesediaan partisipan pada proses FGD

- Baik bapak/ibu,kita sepakati bahwa proses FGD hari ini berlangsung sampai kurang lebih

120 menit .

- Bagaimana apakah bapak/ibu -

setuju..?

- Bapak/ibu,saya jelaskan sedikit dulu bagaimana proses FGD yang

akan kita lakukan ini.

- Nanti,saya akan memberikan beberapa pertanyaan,kemudian

bapak/ibu silahkan jawab dengan

menyebutkan nama terlebih

dahulu,setelah itu bapak/ibu menjawab pertanyaan yang saya

berikan sesuai dengan

pengetahuan bapak/ibu sekalian.

- disini tidak ada jawaban yang

salah/benar.semua boleh

memberikan jawaban.

- Dan saya mohon ijin,akan merekam suara bapak/ibu selama

proses FGD berlangsung

- Agar semua hasil diskusi

terdokumentasi dengan baik

- Semua jawaban dari bapak ibu sekalian,akan dijamin

kerahasiaannya

- Adakah bapak/ibu yang ingin

ditanyakan terkait proses pelaksanaan FGD ?

- Bagaimana bapak/ibu,apakah bersedia mengikuti proses FGD ini..?

Page 121: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

B. PERTANYAAN TERKAIT TOPIK DEKUBITUS

1. Menurut bapak /ibu seberapa seriuskah masalah dekubitus ini?

2. Bagaimana menurut bapak/ibu tanda (kategori) seseorang

yang beresiko terkena dekubitus?

3. Apakah yang bapak /ibu lakukan dalam persiapan pencegahan

ulkus dekubitus?

4. Apa kendala yang bapak ibu hadapi saat melakukan pencegahan

ulkus dekubitus?

5. Apa saja manfaat yang didapat dalam melaksanakan pencegahan

ulkus dekubitus?

C. MENUTUP FGD

D. MENYIMPULKAN FGD

Page 122: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 2

BIODATA EXPERT

Page 123: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

BIODATA EXPERT INSTRUMEN PENELITIAN

1. Nama : Afrinayanti Siregar.,S.Kep.Ns., M.Kep

NIP :19820615201012201

Instansi Kerja : RS USU

2. Nama : Hasmela Revi, S.Kep, Ns, M.Kes

NIP : : 197505132010122001

Instansi Kerja : RS USU

3. Nama : Margaretta Hutabarat.,S.Kep.,Ns

NIP : 198206152010122002

Instansi Kerja : RS USU

Page 124: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 3

IZIN PENELITIAN

Page 125: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

Page 126: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

Page 127: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

Page 128: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

Page 129: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

Page 130: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT

Jalan dr. T. Mansur No. 66 Kampus

USU Medan 20154 Telepon/Fax :

061-8218928

Laman : www.usu.ac.id E-mail :

[email protected]

DAFTAR HADIR PENELITIAN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2020

Nama : Anita Yustina

NIM 187046010

Judul Penelitian : Pengembangan Panduan Pencegahan Ulkus

Dekubitus di Ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara

Waktu Penelitian : 6 Juli – 6 Agustus 2020

No Tanggal Kegiatan Tanda Tangan

Peneliti Pendamping

1. 6-8 Juli 2020 Reconnaisance

2. 9 Juli 2020 Planning

3. 13-5 Agt 2020 Acting/observing

4. 6 Agt 2020 Reflecting

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

Page 131: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 4

DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN

Page 132: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

FOCUS GROUP DISCUSSION

Page 133: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

IMPLEMENTASI PANDUAN PENCEGAHAN ULKUS DEKUBITUS

Page 134: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

UJI EXPERT PANDUAN PENCEGAHAN ULKUS

DEKUBITUS

Page 135: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 5

LEMBAR KONSUL

Page 136: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

Page 137: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

Page 138: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara

Page 139: ANITA YUSTINA 187046010/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Universitas Sumatera Utara