42
MK GIZI KESMAS MK GIZI KESMAS ANEMIA GIZI ANEMIA GIZI Citrakesumasari Citrakesumasari

ANGI

Embed Size (px)

Citation preview

MK GIZI KESMASMK GIZI KESMASANEMIA GIZIANEMIA GIZI

CitrakesumasariCitrakesumasari

ANEMIA GIZIANEMIA GIZI

Hb < NHb < N Def Fe (Fe Def Fe (Fe zat gizi) zat gizi) Mikrositik, hipokromMikrositik, hipokrom

HbHb sel darah Merah sel darah Merah

Ukuran sel darah merah :Ukuran sel darah merah :

1.1. MakrocitikMakrocitik

2.2. NormocitikNormocitik

3.3. MikrocitikMikrocitik

Warna pada sel darah merahWarna pada sel darah merah

1.1. HiperchromHiperchrom

2.2. NormochromNormochrom

3.3. HypochromHypochrom

ANEMIA GIZIANEMIA GIZI

Darah tepi:Darah tepi:

Mikrositik, HipokromMikrositik, Hipokrom

TAHAPAN TERJADINYA ANGITAHAPAN TERJADINYA ANGI

Anemia kurang besi latenAnemia kurang besi laten Anemia kurang gizi diniAnemia kurang gizi dini Anemia kurang gizi lanjutAnemia kurang gizi lanjut Anemia kurang gizi dalam jaringanAnemia kurang gizi dalam jaringan

DEFENISI ANEMIADEFENISI ANEMIA

““Kadar Hb dalam darah < normal & Kadar Hb dalam darah < normal & merupakan manifestasi akhir dari defisiensi merupakan manifestasi akhir dari defisiensi zat besi”zat besi”

90 % anemia 90 % anemia defisiensi Fe defisiensi Fe Defisiensi Fe juga dapat dikaitkan dengan Defisiensi Fe juga dapat dikaitkan dengan

defisiensi as. folat (kehamilan)defisiensi as. folat (kehamilan)

Defisiensi Fe atau as. folat Defisiensi Fe atau as. folat ANEMIA GIZI ANEMIA GIZI

JENIS-JENIS ANEMIAJENIS-JENIS ANEMIAAnemia GiziAnemia Gizi Anemia gizi besi (micrositik hypocromic)Anemia gizi besi (micrositik hypocromic) Anemia gizi vit. EAnemia gizi vit. E Anemia gizi asam folat (megaloblastik/makrositik)Anemia gizi asam folat (megaloblastik/makrositik) Anemia gizi vit. B12 (pernisiosa)Anemia gizi vit. B12 (pernisiosa) Anemia gizi vit. B6 (siderotik)Anemia gizi vit. B6 (siderotik) Anemia PicaAnemia PicaAnemia Non-GiziAnemia Non-Gizi Perdarahan (luka, kecelakaan)Perdarahan (luka, kecelakaan) MenstruasiMenstruasi Penyakit genetik : thalassemia, hemofiliaPenyakit genetik : thalassemia, hemofilia

BATASAN & KLASIFIKASI PREVALENSIBATASAN & KLASIFIKASI PREVALENSI

Batasan Anemia Menurut WHOBatasan Anemia Menurut WHOHb (gr/dl)Hb (gr/dl)

Anak prasekolahAnak prasekolah 1111 Anak sekolahAnak sekolah 1212 Laki-laki dewasaLaki-laki dewasa 1313 Perempuan dewasaPerempuan dewasa1212 BumilBumil 1111 Busui 3 bulan postBusui 3 bulan post 1212Klasifikasi Anemia Menurut WHO :Klasifikasi Anemia Menurut WHO : < 15 %< 15 % : rendah, bukan masalah: rendah, bukan masalah 15 – 40 %15 – 40 % : sedang, masalah ringan – sedang: sedang, masalah ringan – sedang > 40 %> 40 % : tinggi, masalah berat: tinggi, masalah berat

KADAR HEMOGLOBIN YANG MENUNJUKKAN ANEMIA KADAR HEMOGLOBIN YANG MENUNJUKKAN ANEMIA PADA MASYARAKAT YANG TINGGAL PADA TEMPAT PADA MASYARAKAT YANG TINGGAL PADA TEMPAT

YANG SEJAJAR DENGAN PERMUKAAN LAUTYANG SEJAJAR DENGAN PERMUKAAN LAUT

KELOMPOK USIA/JENIS KELOMPOK USIA/JENIS KELAMINKELAMIN

KADAR HEMOGLOBIN KADAR HEMOGLOBIN (g/dl)(g/dl)

Anak usia 6 bulan – 5 tahunAnak usia 6 bulan – 5 tahun

Anak usia 6 Anak usia 6 tahun tahun – 14 tahun– 14 tahun

Laki –laki dewasaLaki –laki dewasa

Wanita dewasa ( tidak hamil )Wanita dewasa ( tidak hamil )

Wanita dewasa ( hamil )Wanita dewasa ( hamil )

< 11< 11

< 12< 12

< 13< 13

< 12< 12

< 11< 11

EPIDEMIOLOGIEPIDEMIOLOGIPrevalensi Anemia :Prevalensi Anemia : Dunia Dunia : 700 – 800 ribu jiwa : 700 – 800 ribu jiwa (Maeyer, (Maeyer,

95)95)

Anak prasekolah : 55,5 % Anak prasekolah : 55,5 % Anak sekolah Anak sekolah : 24 – 35 % : 24 – 35 % Remaja putriRemaja putri : 57,1 % : 57,1 % WUSWUS : 39,1 % : 39,1 % BumilBumil : 50,9 % : 50,9 % BusuiBusui : 45,1 % : 45,1 % Laki-laki dewasa : 20 – 30 % Laki-laki dewasa : 20 – 30 %

Harian Media Indonesia 22/04/04

epidemiologiepidemiologi

(SKRT 1995), 10-14 tahun di Bogor sebesar (SKRT 1995), 10-14 tahun di Bogor sebesar 57,1% 57,1%

(Permaesih 1988) remaja putri di Bogor 44% .(Permaesih 1988) remaja putri di Bogor 44% . (Saidin 2002 & Lestari 1996) remaja putri di (Saidin 2002 & Lestari 1996) remaja putri di

Bandung 40-41%.Bandung 40-41%. (UNICEF 2001) remaja putri di Bogor, Tangerang (UNICEF 2001) remaja putri di Bogor, Tangerang

dan Kupang 4,17%.dan Kupang 4,17%. (SKRT 2001) remaja putri 10-19 tahun 30%.(SKRT 2001) remaja putri 10-19 tahun 30%. (Dinkes Kab. Tangerang 2001) anak SD daerah (Dinkes Kab. Tangerang 2001) anak SD daerah

pantai 23,58%pantai 23,58%

Prevalensi Anemia (%) pada Anak Usia Prevalensi Anemia (%) pada Anak Usia 12 –23 Bulan (n=1724)12 –23 Bulan (n=1724)

010

20

30

40

50

60

70

80

90

Jkt Mks Sby Smrg RuralCJ

Hb<11 g/dl(%)

Prevalensi Anemia pada Ibu Tidak Hamil Prevalensi Anemia pada Ibu Tidak Hamil (n=6461)(n=6461)

05

101520253035404550

Jkt Mks Sby Smrg RuralCJ

Hb<12 g/dL (%)

DEFISIENSI FeDEFISIENSI Fe

Beberapa faktor penyebabnya :Beberapa faktor penyebabnya : Asupan Fe dalam makanan rendahAsupan Fe dalam makanan rendah % banyaknya Fe yang terabsorbsi% banyaknya Fe yang terabsorbsi Adanya inhibitor Fe : fitat, oksalat, tanninAdanya inhibitor Fe : fitat, oksalat, tannin Adanya parasit dalam tubuhAdanya parasit dalam tubuh DiareDiare Kehilangan banyak darahKehilangan banyak darah

SUMBER ZAT BESISUMBER ZAT BESI

JENIS FeJENIS Fe SUMBERSUMBER

Dari makanan :Dari makanan :Fe HemeFe HemeFe NonhemeFe Nonheme

Eksogen :Eksogen :Fe fortifikasiFe fortifikasi

Fe cemaranFe cemaran

Daging, ikan, unggas & hasil olahannya.Daging, ikan, unggas & hasil olahannya.

Sayuran, biji-bijian, umbi-umbian & kacang-Sayuran, biji-bijian, umbi-umbian & kacang-kacangankacangan

Berbagai campuran Fe yang digunakan Berbagai campuran Fe yang digunakan bervariasi dalam potensi penyediaannya. bervariasi dalam potensi penyediaannya. Persediaan dari fraksi yang dapat larut oleh Persediaan dari fraksi yang dapat larut oleh komposisi makanankomposisi makanan

Tanah, debu, air, panci besi, dllTanah, debu, air, panci besi, dll

FAKTOR-FAKTOR MAKANANFAKTOR-FAKTOR MAKANAN

1.1. Faktor-faktor yang memacu penyerapan zat besi Faktor-faktor yang memacu penyerapan zat besi bukan hembukan hem

- Asam Askorbat (vitamin C)- Asam Askorbat (vitamin C)

- Daging, unggas, ikan dan makanan laut yang lain- Daging, unggas, ikan dan makanan laut yang lain

- pH rendah (misalnya asam laktat)- pH rendah (misalnya asam laktat)

2.2. Faktor-faktor yang menghambat penyerapan zat Faktor-faktor yang menghambat penyerapan zat besi non hembesi non hem

- Fitat- Fitat

- Polifenol, termasuk tannin- Polifenol, termasuk tannin

PENYERAPAN FePENYERAPAN Fe

Faktor MakananFaktor Makanan EnhancerEnhancer

Vit. C, protein, PH Vit. C, protein, PH rendah (as. laktat)rendah (as. laktat)

InhibitorInhibitor

Fitat, oksalat, Fitat, oksalat, polifenol (tannin)polifenol (tannin)

Faktor HostFaktor Host Status FeStatus Fe Status kesehatan Status kesehatan

(infeksi, malabsorbsi)(infeksi, malabsorbsi)

Tabel 5. Bioavailabilitas Relatif Zat Besi Nonheme dalam Beberapa Jenis MakananTabel 5. Bioavailabilitas Relatif Zat Besi Nonheme dalam Beberapa Jenis Makanan

Jenis MakananJenis Makanan RendahRendah SedangSedang TinggiTinggi

SerealSereal MaizenaMaizena

GandumGandum

BerasBeras

ShorgumShorgum

Tepung TeriguTepung Terigu

Tepung JagungTepung Jagung

Tepung PutihTepung Putih

Buah-buahanBuah-buahan ApelApel

AlpukatAlpukat

Pisang Pisang

AnggurAnggur

PersikPersik

PirPir

PlumPlum

RhubardRhubard

StrawberryStrawberry

BlewahBlewah

ManggaMangga

NenasNenas

Jambu BijiJambu Biji

Lemon Lemon

Jeruk ManisJeruk Manis

PepayaPepaya

TomatTomat

SayuranSayuran TerungTerung

Polong-polonganPolong-polongan

Tepung KedelaiTepung Kedelai

Wortel\Wortel\

KentangKentang

BrokoliBrokoli

KolKol

Kembang KolKembang Kol

LabuLabu

LobakLobak

MinumanMinuman TehTeh

KopiKopi

Anggur MerahAnggur Merah Anggur PutihAnggur Putih

Kacang-kacanganKacang-kacangan AlmondAlmond

KelapaKelapa

Kacang TanahKacang Tanah

KenariKenari

Protein HewaniProtein Hewani KejuKeju

TelurTelur

SusuSusu

IkanIkan

DagingDaging

UnggasUnggas

PENYERAPAN FePENYERAPAN Fe

Ada beberapa teori tentang penyerapan Ada beberapa teori tentang penyerapan

Fe secara autoregulasi oleh kadar ferritin Fe secara autoregulasi oleh kadar ferritin dalam sel mukosa dinding usus halus :dalam sel mukosa dinding usus halus :

Kontrol oleh sel-sel mukosa ususKontrol oleh sel-sel mukosa usus Kontrol oleh ferritinKontrol oleh ferritin Kontrol humoralKontrol humoral

FAKTOR FAKTOR UTAMA UTAMA ANEMIA GIZIANEMIA GIZI

Banyak kehilangan Banyak kehilangan darahdarah

Rusaknya eritrositRusaknya eritrositKurangnya produksi Kurangnya produksi eritrositeritrosit

UJI PENYARINGAN & UJI DEFISIENSI FeUJI PENYARINGAN & UJI DEFISIENSI Fe

Uji Penyaringan Uji Penyaringan

PemeriksaanPemeriksaan

laboratorium berupa :laboratorium berupa : Pengukuran kadar HbPengukuran kadar Hb

(teknik HbCN, HbO(teknik HbCN, HbO22, , hematin alkalin)hematin alkalin)

Pengukuran kadar HtPengukuran kadar Ht

Uji DefisiensiUji Defisiensi Feritin serum : < 12 Feritin serum : < 12

g/dlg/dl Saturasi transferin : < Saturasi transferin : <

16 %16 % Protoporfirin eritrosit : Protoporfirin eritrosit :

> 100 g/dl> 100 g/dl

TAKSIRAN KANDUNGAN ASAM ASKORBAT TAKSIRAN KANDUNGAN ASAM ASKORBAT PADA BUAH-BUAHAN TERPILIHPADA BUAH-BUAHAN TERPILIH

JENIS MAKANANJENIS MAKANAN JUMLAH RATA-RATA JUMLAH RATA-RATA VITAMIN C (mg) PER 100 g VITAMIN C (mg) PER 100 g

MAKANANMAKANAN

Buah-buahan Buah-buahan

Jambu klutuk, segarJambu klutuk, segar

Lemon, segarLemon, segar

Jeruk, segarJeruk, segar

Nenas, segarNenas, segar

Mangga, segarMangga, segar

326326

37 – 5037 – 50

4646

3737

4242

TAKSIRAN KANDUNGAN ASAM ASKORBAT PADATAKSIRAN KANDUNGAN ASAM ASKORBAT PADA SAYURAN TERPILIH SAYURAN TERPILIH

SayuranSayuran

Kubis, mentahKubis, mentah

Kubis, rebusKubis, rebus

Kembang kol, mentahKembang kol, mentah

Kembang kol, rebusKembang kol, rebus

Kentang, mentahKentang, mentah

Kentang, rebusKentang, rebus

Ubi jalar, mentahUbi jalar, mentah

Ubi jalar, rebusUbi jalar, rebus

Bayam, rebusBayam, rebus

Tomat, mentahTomat, mentah

Lobak, rebusLobak, rebus

54 – 6054 – 60

1515

60 – 9660 – 96

2121

1212

12 – 1812 – 18

25 – 3725 – 37

1515

7 – 257 – 25

20 – 2620 – 26

1717

KEBUTUHAN FeKEBUTUHAN Fe

Jumlah Fe yang direkomendasikan Jumlah Fe yang direkomendasikan dipengaruhi oleh :dipengaruhi oleh :

UmurUmur Kebutuhan fisiologisKebutuhan fisiologis Persediaan Fe dalam tubuhPersediaan Fe dalam tubuh

AKIBAT DEFISIENSI BESIAKIBAT DEFISIENSI BESI

Bayi dan AnakBayi dan Anak Gangguan perkembangan motorik dan koordinasiGangguan perkembangan motorik dan koordinasi Gangguan perkembangan bahasa dan kemajuan belajarGangguan perkembangan bahasa dan kemajuan belajar Pengaruh pada psikologis dan kemampuan belajarPengaruh pada psikologis dan kemampuan belajar Penurunan aktivitas fisikPenurunan aktivitas fisik

Orang Dewasa Pria dan WanitaOrang Dewasa Pria dan Wanita Penurunan kerja fisik dan daya pendapatanPenurunan kerja fisik dan daya pendapatan Penurunan terhadap daya tahan terhadap keletihanPenurunan terhadap daya tahan terhadap keletihan

Wanita HamilWanita Hamil Peningkatan angka kesakitan dan kematian ibuPeningkatan angka kesakitan dan kematian ibu Peningkatan angka kesakitan dan kematian janinPeningkatan angka kesakitan dan kematian janin Peningkatan risiko bayi BLRPeningkatan risiko bayi BLR

PROGRAM PENANGGULAGANPROGRAM PENANGGULAGAN

Suplementasi (tablet/sirup)Suplementasi (tablet/sirup) FortifikasiFortifikasi Diversifikasi makananDiversifikasi makanan ASI ekslusif (child care)ASI ekslusif (child care) KIEKIE Obat cacingObat cacing Multiple suplemen / fortificationMultiple suplemen / fortification

DAMPAK ANEMIA GIZIDAMPAK ANEMIA GIZI

Bumil & bayinya :

•Kekurangan

darah

•Melahirkan BLR

& prematur

•Keguguran

•Risiko morbiditas

& mortalitas

Balita & AUS :

•Tumbuh kembang anak

terganggu

•Lemah, tidak aktif,

malas, cepat lelah &

mengantuk, mudah

terkena infeksi

•Sulit berkonsentrasi

•Kemampuan berpikir

•Kecerdasan & daya

tangkap

•Prestasi belajar

Dewasa :

•Cepat lelah &

lesu

•Kapasitas kerja

•Produktivitas

•Low income

DIAGNOSA KOMUNITAS & DIAGNOSA KOMUNITAS & PROGRAM INTERVENSIPROGRAM INTERVENSI

Individu Individu PopulasiPopulasi klinikklinik - ringan- ringan laboratoriumlaboratorium - sedang- sedang evaluasi dietevaluasi diet - berat- berat

SUPLEMEN Fe

PENDIDIKAN

FORTIFIKASI

PENAGGULANGAN PENYAKIT INFEKSI & PARASIT

Tabel 1. Composisi of Supplements and Tabel 1. Composisi of Supplements and Frequency of IntakeFrequency of Intake

Treatment GroupTreatment Group Content of supplementContent of supplement

IronIron

mgmg

RetinolRetinol

gg

Vitamin CVitamin C

mgmg

FolateFolate

mgmg

DailyDaily

WeeklyWeeklyLow iron contentLow iron contentHigh iron contentHigh iron content

PlaceboPlacebo

6060

6060

120120

00

750750

60006000

60006000

00

6060

6060

6060

00

250250

500500

500500

00

Tabel 2. Selected Characteristic for All Subject at Baseline Tabel 2. Selected Characteristic for All Subject at Baseline

and for Subject from Woman aand for Subject from Woman a Complete Data was Obtained Complete Data was Obtained After 12 wk of SupplementationAfter 12 wk of Supplementation

All subjects All subjects at baseline at baseline (n=363)(n=363)

Subject with Subject with complete data complete data (n=273)(n=273)

Physiological valuesPhysiological valuesAge (y)Age (y)Weight (kg)Weight (kg)Body mass index (kg/mBody mass index (kg/m²²))Time since first menstruation (y)Time since first menstruation (y)

Prevalence of low hematologic valuesPrevalence of low hematologic values

Hemoglobin < 120 g/L (%)Hemoglobin < 120 g/L (%)

Ferritin < 15 Ferritin < 15 g/L (%)g/L (%)

Retinol < 0.7 Retinol < 0.7 mol/L (%)mol/L (%)

16.7 16.7 ± 1.0± 1.0

47.7 ± 6.647.7 ± 6.6

154.3 ± 4.8154.3 ± 4.8

3.9 ± 0.33.9 ± 0.3

17.417.4

--

--

16.8 16.8 ± 0.9± 0.9

47.9 ± 6.947.9 ± 6.9

153.6 ± 4.9153.6 ± 4.9

3.9 ± 0.33.9 ± 0.3

17.217.2

30.430.4

30.030.0

Tabel 3. Prevalence of Anemia in Pregnant Woman and Tabel 3. Prevalence of Anemia in Pregnant Woman and Preschool Children in Different Regional in IndonesiaPreschool Children in Different Regional in Indonesia

ProvinceProvince Prevalence (%)Prevalence (%)

Pregnant WomanPregnant Woman Preschool ChildrenPreschool Children

West JavaWest Java

Cental JavaCental Java

East JavaEast Java

North JavaNorth Java

Southeast SulawesiSoutheast Sulawesi

East Nusa TenggaraEast Nusa Tenggara

East TimorEast Timor

MalukuMaluku

Irian JayaIrian Jaya

71.571.5

62.562.5

57.857.8

48.748.7

67.467.4

51.051.0

64.764.7

48.448.4

38.038.0

44.944.9

48.948.9

60.660.6

48.848.8

35.835.8

Tabel 4. The Impact of Anemia on Work Tabel 4. The Impact of Anemia on Work Productivity of Different WorkersProductivity of Different Workers

Type of Type of

WorkersWorkers

Type of Type of

ProductionProduction

Production of WorkersProduction of Workers

AnemicAnemic Non-anemicNon-anemic

Rubber Rubber tappers (13)tappers (13)

Cigarette Cigarette rollers (14)rollers (14)

Loom Loom workers (12)workers (12)

Latex (kg/day)Latex (kg/day)

Cigarette (piece/hour)Cigarette (piece/hour)

Jute (% of mean Jute (% of mean production)production)

20.920.9

603 piece603 piece

97.4 %97.4 %

25.8 kg25.8 kg

632 piece632 piece

102.7 %102.7 %

Prevalensi Anemia (%) Sebelum dan Prevalensi Anemia (%) Sebelum dan Setelah Intervensi (12 minggu)Setelah Intervensi (12 minggu)

0

5

10

15

20

25

d (64) wk l(70)

wk h(64)

plasebo(n=75)

sebelum sesudah

Kenaikan Ferritin 6 Bulan Setelah IntervensiKenaikan Ferritin 6 Bulan Setelah Intervensi

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

d (n=64) wk l(n=70)

wk h(n=64)

plcb(n=75)

ferritin

Peningkatan Intake “Sorba” (ml)Peningkatan Intake “Sorba” (ml)Sebelum dan Sesudah IntervensiSebelum dan Sesudah Intervensi

0

50

100

150

200

250

300

350

placebo wk group dy group

uji Iuji II

Peningkatan Prestasi BelajarPeningkatan Prestasi Belajar Sebelum dan Sesudah Intervensi Sebelum dan Sesudah Intervensi

7.1

7.2

7.3

7.4

7.5

7.6

7.7

plcebo wk group dy group

uji Iuji II

Peningkatan Kadar Hb (g/dL)Peningkatan Kadar Hb (g/dL)Sebelum dan Sesudah IntervensiSebelum dan Sesudah Intervensi

10.5

11

11.5

12

12.5

13

plasebo wk group dy group

uji Iuji II

Penurunan Prevalensi Anemia (%)Penurunan Prevalensi Anemia (%)Sebelum dan Sesudah IntervensiSebelum dan Sesudah Intervensi

0

10

20

30

40

50

60

70

80

plasebo wk group dy group

uji Iuji II

PREVALENSI ANEMIA GIZI DAN INVESTASI CACING PADA REMAJA PUTRI, Cross Sectional, PREVALENSI ANEMIA GIZI DAN INVESTASI CACING PADA REMAJA PUTRI, Cross Sectional,

Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq Bahrul Ulum Surabaya,2002Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq Bahrul Ulum Surabaya,2002 N= 34 siswi remaja putri. Prevalensi anemia= 44,12 %. Kecacingan P=0% .N= 34 siswi remaja putri. Prevalensi anemia= 44,12 %. Kecacingan P=0% . Pola makan Pola makan terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, dan terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, dan

sayur dengan frekwensi makan 2x sehari.sayur dengan frekwensi makan 2x sehari. Rata-rata status gizi remaja putri normal sebesar 91,18 %. Rata-rata status gizi remaja putri normal sebesar 91,18 %. Rata-rata konsumsi zat gizi remaja putri masih kurang dari angka kecukupan Rata-rata konsumsi zat gizi remaja putri masih kurang dari angka kecukupan

gizi yang dianjurkan (AKG). Remaja putri yang anemia; dan berumur (13-15 gizi yang dianjurkan (AKG). Remaja putri yang anemia; dan berumur (13-15 tahun)tahun) konsumsi zat gizi protein sebesar 84,16 % dari AKG,&besi (Fe) konsumsi zat gizi protein sebesar 84,16 % dari AKG,&besi (Fe) sebesar 95,32 % dari AKG. . Remaja putri berumur (16-19 tahun)sebesar 95,32 % dari AKG. . Remaja putri berumur (16-19 tahun) konsumsi konsumsi zat gizi protein sebesar 87,55 % dari AKG, besi (Fe) 89,12 % dari AKG. zat gizi protein sebesar 87,55 % dari AKG, besi (Fe) 89,12 % dari AKG. Sedangkan untuk konsumsi vitamin C semua remaja putri sebesar 67,3 % dari Sedangkan untuk konsumsi vitamin C semua remaja putri sebesar 67,3 % dari AKG.AKG.

Hasil uji statistik Chi Square menunjukan bahwa ada hubungan antara Hasil uji statistik Chi Square menunjukan bahwa ada hubungan antara konsumsi zat gizi (protein, Fe, vitamin C) dengan prevalensi anemia gizi.konsumsi zat gizi (protein, Fe, vitamin C) dengan prevalensi anemia gizi.

Tidak ada hubungan antara investasi cacing dengan prevalensi anemia gizi .Tidak ada hubungan antara investasi cacing dengan prevalensi anemia gizi . Prevalensi anemia gizi disebabkan karena kurangnya konsumsi zat gizi Prevalensi anemia gizi disebabkan karena kurangnya konsumsi zat gizi

(protein, Fe, vitamin C). Indikasi adanya hubungan antara investasi cacing (protein, Fe, vitamin C). Indikasi adanya hubungan antara investasi cacing dengan prevalensi anemia gizi pada remaja putri yang tinggal di pondok dengan prevalensi anemia gizi pada remaja putri yang tinggal di pondok pesantren tidak terbukti.pesantren tidak terbukti.

KESIMPULANKESIMPULAN

1. Prevalensi anemia pada pekerja wanita di bagian 1. Prevalensi anemia pada pekerja wanita di bagian fancy perusahaan plywoodfancy perusahaan plywood Tangerang adalah 77.77%.Tangerang adalah 77.77%. 2. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara terjadinya anemia pada pekerja 2. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara terjadinya anemia pada pekerja

wanitawanita dengan umur, jumlah kelahiran, pendidikan, pola haid, status dengan umur, jumlah kelahiran, pendidikan, pola haid, status perkawinan,perkawinan, pengetahuan tentang gizi, pola makan dan lingkungan. pengetahuan tentang gizi, pola makan dan lingkungan.

3. Pemberian TTD ditambah 100 mg vitamin C selama 16 minggu 3. Pemberian TTD ditambah 100 mg vitamin C selama 16 minggu meningkatkan kadar hemoglobin dan serum ferritin secara bermakna.meningkatkan kadar hemoglobin dan serum ferritin secara bermakna.

4. Pemberian TTD selama 16 minggu meningkatkan kadar hemoglobin dan 4. Pemberian TTD selama 16 minggu meningkatkan kadar hemoglobin dan serumserum

ferritin secara bermakna.ferritin secara bermakna. 5. Pemberian TTD ditambah 100 mg vitamin C dapat meningkatkan kadar Hb 5. Pemberian TTD ditambah 100 mg vitamin C dapat meningkatkan kadar Hb

lebihlebih tinggi dibandingkan dengan hanya pemberian TTD saja, walaupun secara tinggi dibandingkan dengan hanya pemberian TTD saja, walaupun secara

statistik tidak bermakna dan terjadi penurunan prevalensi anemia menjadi statistik tidak bermakna dan terjadi penurunan prevalensi anemia menjadi 8.95%8.95%