Upload
lethuan
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KAJIAN PERSESUAIAN KONSTRUKSI HUKUM DAKWAAN PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM
TINDAK PIDANA TERORISME OLEH ANAK DI BAWAH UMUR
(STUDI KASUS PERKARA NOMOR REG.PERK : PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11 DAN PUTUSAN NOMOR : 19/Pid.sus/2011/PN.Klt)
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
ANGGA RAKA PUTRA
E 1107117
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Nama : Angga Raka Putra
NIM : E1107117
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul KAJIAN PERSESUAIAN KONSTRUKSI HUKUM DAKWAAN PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA TERORISME OLEH ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PERKARA NOMOR REG.PERK : PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11 DAN PUTUSAN NOMOR 19/Pid.sus/2011/PN.Klt) adalah betul- betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta,12 Oktober 2011
Yang membuat pernyataan,
Angga Raka Putra
NIM. E1107117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Angga Raka Putra, E 1107117. KAJIAN PERSESUAIAN KONSTRUKSI HUKUM DAKWAAN PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA TERORISME OLEH ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PERKARA NOMOR REG.PERK: PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11 DAN PUTUSAN NOMOR 19/Pid.sus/2011/PN.Klt).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi hukum penuntut umum dalam menyusun Surat Dakwaan terhadap kasus terorisme yang dilakukan oleh anak di bawah umur pada kasus Nomor Reg.Perkara: PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11 dan untuk mengetahui tingkat persesuian konstruksi hukum Penuntut Umum terhadap putusan hakim nomor 19/Pid.Sus/2011/PN.Klt.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan dilihat dari tujuannya termasuk penelitian hukum doktrinal atau normatif. Jenis bahan hukum yang dipergunakan meliputi bahan hukum primer, dan bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan bahan hukum yang dipergunakan yaitu studi kepustakaan baik berupa putusan, surat dakwaan, buku-buku, peraturan perundang-undangan, dan dokumen-dokumen. Analisis bahan hukum menggunakan analisis logika deduktif.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa analisis konstruksi hukum penuntut umum dalam menyusun surat dakwaan pada kasus nomor Reg.Perkara: PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11, peneliti jabarkan mengenai konstruksi hukum yang disusun penuntut umum dengan melalui tahapan-tahapan saat penemuan hukum yaitu tahap konstatir, kualifikasi, dan konstituir. Penuntut umum untuk menghindari kesalahan dalam konstruksi hukum, maka pembuatan konstruksi hukum dalam surat dakwaan harus benar, tepat, dan sempurna yaitu dengan penghalusan hukum dan Argumentum a contrario dan berdasarkan fakta fakta bahwa terdakwa kasus terorisme yang di lakukan oleh anak dibawah umur ARGA WIRATAMA diancam dengan hukuman maksimal 20 tahun penjara, akan tetapi penuntut umum dalam menyusun surat dakwaan juga masih mempertimbangkan bahwa pelaku dikategorikan masih di bawah umur sehingga penuntut umum dalam menyusun surat dakwaan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, dengan menetapkan dakwaan pidana 4 (empat) tahun penjara namun hakim dalam putusannya menjatuhkan pidana selama 2 (dua) tahun penjara, atau ½ (satu per dua) dari dakwaan yang dibuat oleh Penuntut umum. Sesuai dengan pendapat para ahli hukum, konstruksi hukum Penuntut Umum,dan putusan hakim relatif sinkron. Putusan hakim sudah sesuai dengan Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak, bahwa pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada terdakwa anak paling lama atau paling banyak ½ (satu per dua) dari ancaman pidana penjara bagi orang dewasa. Hal ini mengacu pada putusan hakim yang memberi vonis ½ (satu per dua) dari dakwaan dan requisitoir (tuntutan) penuntut umum yang menuntut 4 ( empat ) tahun penjara.
Keywords : konstruksi hukum, terorisme, anak, penuntut umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Angga Raka Putra, E1107117. AN ANALYSIS ON LEGAL
CONSTRUCTION APPROPRIATION ON GENERAL ATTORNEY PROSECUTION ON JUDGE VERDICT IN TERORISM CRIME ACTION BY UNDER AGE CHILDREN (A CASE STUDY ON CASE REGISTER NUMBER: PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11 AND THE VERDICT NUMBER : 19/Pid.Sus/2011/PN.Klt).
This study is aimed to know legal construction of general attorney in arrange letter of prosecution on terrorism case commited by under age children in case register No.PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11 and to know the legal construction appropriation level of general attorney on the judge verdict No.19/Pid.Sus/2011/PN.Klt.
This study is descriptive research and from the purpose, it is included in doctrinal or normative research. Types of data used are primary law material, and secondary law material. Law material collection techniques are literature study both in from of verdicts, books, law, and documents. Law material analysis use deductive logics analysis.
Based on this research, there obtained that the legal construction analysis of general attorney in arrangement of letter of prosecution in the case register no. PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11, Can be outlined through the stages and legal finding time, They are mentioning, qualification, and constituire. The general attorney to avoid mistakes in legal construction making the legal construction in right, precise and perfect prosecution letter, that is by legal refinement and argumentum a contrario and based on the facts that the defendant of terrorism case commited by under age child ARGA WIRATAMA can be charged with maximum imprisonment of 20 years imprisonment, but the general attorney in compiling the letter of prosecution is considering that the criminal is categorid under age so that the general attorney in making the letter of prosecution take a principle from the Acts number 3/1997 on children courts by stipulating the prosecution of 4 years but the judge in the verdict decided to give 2 years imprisonment, or a half (one per two) of the prosecution made by the general attorney. According the legal expert opinions, such legal construction from general attorney and judge verdict are relatively synchronized. The judge verdict had in accordance with article 26 verse (1) in the Acts number 3/1997 on children courts, that the imprisonment punishment can be stipulated to a child defendant at upmost of ½ (one per two) from the imprisonment punishment for the adults. It refers to the judge verdict who gave ½ (prosecution) of 4 (four) years imprisonment.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau,
janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;
Aku akan meneguhkan bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan
tangan kanan-
-
Sifat buruk tidak untuk disesali, tapi yang terpenting adalah bagaimana sifat buruk itu
ditaklukkan sebagai awal dari suatu pencapian yang sukses.
Manusia ibarat sebutir mutiara.
Mutiara apabila berada dalam tumpukan pasir, maka akan lebih mudah untuk ditemukan
karena sinar kemilaunya.
Manusia diantara orang-orang di sekitarnya, akan terkelupas kemelutnya dan lebih dihargai
karena kelebihan yang berbeda diantara yang lain.
Jangan pernah merasa takut apa yang akan dijalani, karena semua sudah diatur oleh-Nya,
tugas kita adalah berusaha, berdoa dan bersabar. Karena semua akan terasa indah jika datang dan
terjadi pada waktunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Penulis persembahkan sebagai wujud syukur, cinta, dan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa Pencipta Alam Semesta atas segala karunia, rahmat, dan nikmat
yang telah diberikan-Nya.
2. Orang tuaku tercinta Bapak Tri Joko Kristanto, S.E dan ibu Maria Bernadeta Ratih
Budiwati atas segala doa, bimbingan, nasehat, kehangatan cinta dan kasih sayang tiada
surutnya, serta kerja keras yang tak ternilai harganya demi mewujudkan cita-citaku
menjadi seorang Sarjana Hukum.
3. Untuk Eyang Kakung (alm) dan Eyang putri (alm) A.Dirdjosoemanto dan Eyang Kakung
(alm) dan Eyang putri Soejitno Pontjosewojo, atas Doa, Restu, dan segala kasih sayang
sehingga dapat terselesaikan tanggungjawab ini.
4. Untuk kakakku Andhika Chrisnamurti dan adikku Aldho Galih Pramata atas keceriaan dan
semangatnya.
5. Novitria Arie Prabarini atas segala cinta, kasih sayang, doa, semangat, dan pengorbanan
yang senantiasa diberikan untukku.
6. Seluruh keluarga besar Penulis terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
7. Sahabat sahabatku dan Teman-teman Fakultas Hukum UNS angkatan 2007 Non Reguler.
8. Semua pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Almamaterku, Fakultas Hukum UNS, yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan
pengalaman untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berupa
ilmu pengetahuan dan ijin-Nya, akhirnya penulis berhasil menyelesaikan penulisan hukum
dengan judul KAJIAN PERSESUAIAN KONSTRUKSI HUKUM DAKWAAN
PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA
TERORISME OLEH ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PERKARA
NOMOR REG.PERK : PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11 DAN PUTUSAN NOMOR
19/Pid.sus/2011/PN.Klt) ini tepat sesuai waktu yang telah direncanakan. Penulisan hukum
ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat untuk memperoleh derajat
Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tentunya selama penyusunan penulisan hukum ini, maupun selama penulis
menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, tidak sedikit bantuan yang
penulis terima baik berupa materiil maupun imateriil dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada
penulis untuk dapat melaksanakan Penulisan Hukum ini.
2. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Acara serta selaku
Pembimbing I Penulisan Hukum penulis. Terima kasih atas kesabaran dalam
membimbing dan mengarahkan sehingga penulisan hukum (skripsi) ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
3. Bapak Muhammad Rustamaji, S.H., M.H., selaku Pembimbing II Penulisan Hukum
penulis serta yang telah membantu penulis dalam menyusun penulisan hukum
(skripsi) ini. Terima kasih atas kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan
sehingga penulisan hukum (skripsi) ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
4. Bapak Kristiyadi, S.H., M.Hum. selaku Dosen Hukum Acara Pidana yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum., selaku Ketua Laboratorium Ilmu Hukum
Fakultas Hukum UNS.
6. Ibu Sunny Ummul Firdaus, S.H, M.H. selaku Pembimbing Akademik atas
bimbingan, cerita dan nasihatnya selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Bapak Harjono, S.H., M.H., selaku Ketua Program Non Reguler Fakultas Hukum
UNS.
8. Pengelola Penulisan Hukum (PPH) yang telah membantu dalam mengurus prosedur-
prosedur skripsi mulai dari pengajuan judul skripsi, pelaksanaan seminar proposal
sampai dengan pendaftaran ujian skripsi.
9. Kedua Orang Tuaku Bapak Tri Joko Kristanto, S.E. dan Ibu Maria Bernadeta Ratih
Budiwati yang menjadi sumber inspirasi, kebanggaan dan pengabdian diri penulis.
Terima kasih untuk kasih sayang, doa yang menjadi kekuatan dan bekal dalam
menjalankan kehidupan ini, serta segenap pengertian, dukungan dan kepercayaan
yang telah engkau berikan.
10. Novitria Arie Prabarini, yang telah memberikan motivasi dan menemani penulis
dalam menyelesaikan kewajiban.
11. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret atas
segala dedikasinya yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan
selama masa kuliah terhadap seluruh mahasiswa termasuk Penulis selama Penulis
menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
12. Keluarga besar penulis yang telah memberikan perhatian dan dukungan baik moril
maupun materiil kepada penulis.
13. Sahabat-sahabatku ( Hujang Huj, Yanuar, Gheffrian Ambon, Nur Cholis, Afriezal
Cuy, Aditya Surya, Septama Aplek, Candra Pongkring, Aris Kotes, Beni, Surya,
Andhika Ferry, Jerry, Tomi ). Terima kasih untuk persahabatan kita selama ini,
terima kasih untuk bantuan, semangat, serta dukungan kalian.
14. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Hukum Non Reguler Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
15. Seluruh civitas akademika Fakultas Hukum UNS, mari wujudkan profesional dan
bermoral.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penulis sadari bahwa Penulisan Hukum ini sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu penulis sangat terbuka akan segala sumbang saran serta kritik yang bersifat membangun
dalam Penulisan Hukum ini dan kedepannya sangat diperlukan dari para pembaca akan
penulis terima dengan senang hati. Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 12 Oktober 2011
Angga Raka Putra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ..................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
HALAMAN MOTTO .................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
E. Metode Penelitian ............................................................................... 6
F. Sistematika Penelitian ......................................................................... 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ................................................................................... 12
1. Tinjauan Tentang Konstruksi Hukum ........................................... 12
2. Tinjauan Tentang Surat Dakwaan ................................................ 13
a. Pengertian Surat Dakwaan ..................................................... 13
b. Penjatuhan Pidana Terhadap Anak ........................................ 14
c. Syarat Syarat Surat Dakwaan .............................................. 15
d. Bentuk Surat Dakwaan .......................................................... 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Tinjauan Tentang Penuntut Umum dan Penuntutan ..................... 19
a. Pengertian Penuntut Umum dan Penuntutan ........................... 19
b. Tugas dan Wewenang Penuntut Umum dalam Proses
Perkara Pidana ......................................................... 19
4. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Terorisme ................................ 22
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 24
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 26
1. Kasus Posisi .............................................................................. 26
a. Identitas Terdakwa ................................................................. 26
b. Uraian Perkara ...................................................................... 26
2. Dakwaan .................................................................................... 33
3. Tuntutan .................................................................................... 35
4. Amar Putusan ............................................................................ 37
B. Pembahasan ........................................................................................ 40
1. Analisis Konstruksi Hukum Penuntut Umum dalam
Menyusun Surat Dakwaan pada Kasus Nomor
Reg.Perkara : PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11 .................. 40
2. Tingkat Persesuaian Konstruksi Hukum
Penuntut Umum terhadap Putusan Hakim
Nomor : 19/Pid.sus/2011/PN.Klt ................................ 51
BAB IV. PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................................... 60
B. Saran ................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Dakwaan Penuntut Umum ............................................................ 34
Tabel 2. Dakwaan, Tuntuan (Requisitoir), Putusan ..................................... 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ...................................................... 24
Gambar 2. Skematik Konstruksi Hukum Penuntut Umum........................... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aksi terorisme di Indonesia mencuat ke permukaan setelah terjadinya Bom
Club, Kuta, Bali. Sebelumnya, tercatat juga beberapa aksi teror di Indonesia antara
lain kasus Bom Istiqlal pada 19 April 1999, Bom Malam Natal pada 24 Desember
2000 yang terjadi di dua puluh tiga gereja, Bom di Bursa Efek Jakarta pada
September 2000 serta penyanderaan dan pendudukan Perusahaan Mobil Oil oleh
Gerakan Aceh Merdeka pada tahun yang sama. Kembali pada kasus Bom Bali I. Aksi
teror melalui peledakan bom mobil di Jalan Raya Legian Kuta ini semula direncanakan
dilaksanakan pada 11 September 2002, bertepatan dengan peringatan setahun tragedi
di gedung World Trade Centre, New York, Amerika Serikat. Seperti diketahui,
dipimpin oleh Amerika Serikat. Kebijakan Amerika Serikat yang berat sebelah seperti
telah
menjadi alasan beberapa kelompok teroris untuk melakukan perlawanan, salah satunya
dilakukan oleh Ali Imron, Ali Gufron, dan Amrozi (http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0308/22/nasional/505322.htm diakses pada tanggal 20 Oktober 2009).
Terorisme sedang marak terjadi di Indonesia, belakangan ini tidak hanya
dilakukan oleh kalangan orang dewasa bahkan anak-anak yang masih dikategorikan
di bawah umur terlibat dalam tindak pidana atau kegiatan terorisme. Kondisi ini
harus segera diantisipasi secara hukum untuk menghindarkan dampak negatif
terhadap kelangsungan generasi muda yang akan datang. Hingga pertengahan tahun
2010, jumlah anak di Indonesia yang memiliki masalah hukum sebanyak 6.273
orang. 3.197 di antaranya telah berstatus narapidana. Data tersebut dilansir
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak hingga Juli 2010.
Dari jumlah anak yang berkonflik hukum itu, 2.357 mereka berada di Lapas dan
3.916 ada di luar Lapas Anak. Hampir di semua daerah terdapat kasus hukum yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melibatkan anak sebagai pelaku maupun korban sehingga perlu mendapatkan
perhatian serius semua pihak.
Anak pada dasarnya merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan
bangsa, karena melalui generasi muda inilah yang akan meneruskan perjuangan
pembangunan bangsa, Dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
dan mampu memimpin serta melihat kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah
kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.
Munculnya kasus tentang keterlibatan anak di bawah umur dalam tindak
pidana terorisme merupakan salah satu dampak negatif dari kurangnya perhatian dan
pengaruh lingkungan pergaulan yang ada di sekitar anak. Anak yang tidak
mendapatkan perhatian yang serius dari kedua orang tuanya akan cenderung mencari
perhatian di luar. Selain itu lingkungan pergaulan anak yang buruk juga akan dapat
berdampak pada buruknya perilaku dan perkembangan moral dan mental anak.
Terlepas dari asal-muasal lahir dan berkembangnya Terorisme, yang pasti
Indonesia juga sudah terkena imbas dari model kejahatan terorisme. Terorisme
pertama di Indonesia terjadi pada 1957, metodenya adalah peledakan granat pada
saat acara kepresidenan. Selanjutnya berkembang berbagai macam teror di tengah
masyarakat Indonesia. Akan tetapi, negara ternyata tidak segera tanggap dengan
model kejahatan ini.
Penegakan hukum kejahatan terorisme masih disandarkan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Darurat No. 12 Tahun 1951. Negara
tidak dengan segera mengatur kejahatan ini dalam aturan tersendiri. Akibatnya, model
kejahatan terorisme tetap disamakan dengan pidana biasa, tidak ada perlakuan khusus
terhadapnya. Baru setelah meletusnya peristiwa bom Bali pada 12 Oktober 2002, yang
menewaskan 184 orang, negara segera tersentak kaget. Enam hari setelah peristiwa
bom Bali, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perpu) No. 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tidak Pidana Terorisme, dan
diberlakukan surut dengan Perpu No. 2 Tahun 2002. Selanjutnya pada 4 April 2003
Perpu tersebut ditetapkan menjadi Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 Tentang
Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2002 menjadi undang-undang, serta Perpu No.2 Tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2002 ditetapkan menjadi undang-undang dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2003
(http://wahyudidjafar.wordpress.com/2008/07/25/menyinggung-persoalan-terorisme).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa yang menjadi dasar
yang melatar belakangi seorang anak untuk melakukan tindak pidana atau kejahatan.
Salah satu contohnya adalah keterlibatan anak dalam tindak pidana terorisme yang
baru-baru ini terjadi, dikarenakan kurangnya perhatian orang tua terhadap pergaulan
anaknya. Dengan kondisi yang demikian seringkali anak harus terlibat dalam perkara
pidana.
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk/anak yang masih dalam kandungan. Dalam kaitannya dengan anak
yang melakukan tindak pidana, bahwa anak sebagai pelaku adalah anak yang
disangka, didakwa, atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum, dan
memerlukan perlindungan (Apong Herlina, 2004:17).
Menurut Undang-Undang Pengadilan Anak, yang dimaksud dengan anak
nakal dalam Pasal 1 angka 2 mempunyai dua pengertian, yaitu:
1. Anak yang melakukan tindak pidana;
2. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak.
Terhadap anak yang melakukan tindak pidana ini juga dikenai sanksi pidana,
Berbicara mengenai pemidanaan terhadap anak sering menimbulkan perdebatan yang
ramai dan panjang, karena masalah tersebut mempunyai konsekuensi yang sangat
luas baik menyangkut diri pelaku maupun masyarakat. Pemidanaan itu mempunyai
akibat negatif bagi yang dikenai pidana. Sehingga dalam penuntutan dan penjatuhan
pidana terhadap anak, jaksa dan hakim harus menggunakan dasar pertimbangan yang
rasional sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
Penuntutan pidana terhadap anak dianggap tidak bijak. Akan tetapi juga ada
yang beranggapan bahwa pemidanaan terhadap anak tetap penting dilakukan, agar
memberikan efek jera agar sikap buruk anak tidak terus menjadi permanen sampai ia
dewasa. Dalam praktek peradilan anak-anak di lapangan hukum pidana, anak-anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kecuali di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan sama dengan perkara orang dewasa,
Perlakuan yang berbeda hanya pada waktu pemeriksaan di sidang pengadilan, yaitu
sesuai dengan Pasal 153 ayat (3) KUHAP bahwa sidang untuk perkara anak
dilakukan secara tertutup Hal itu terkait dengan kepentingan fisik, mental dan sosial
anak yang bersangkutan.
Selain Pasal 153 ayat (3) KUHAP, pemeriksaan perkara anak juga diatur
dalam Pasal 42 ayat (3) Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan anak, yang
menyatakan proses penyidikan terhadap perkara anak nakal wajib dirahasiakan.
Sehingga semua tindakan penyidik dalam rangka penyidikan anak wajib
dirahasiakan, dan tanpa ada kecualinya. Di dalam prakteknya, hukuman yang
dijatuhkan kepada anak yang terlibat dalam tindakan pidana terorisme, lebih ringan
dibandingkan dengan hukuman yang dilakukan oleh orang dewasa. Hal ini sudah
sesuai dengan perundang-undangan yang hanya menentukan pidana bagi anak adalah
½ (satu per dua) atau setengah dari hukuman orang dewasa. Hukuman ini dianggap
sudah cukup sebagai bentuk pendidikan bagi anak agar tidak mengulang lagi
perbuatan yang sama dikemudian hari, dan tetap dapat berkembang sebagaimana
anak-anak lain seusianya. Bagaimanapun anak-anak adalah masa depan suatu
bangsa, sehingga dalam menyusun surat dakwaan dan pengambilan keputusan hakim
dan Jaksa, harus yakin benar bahwa keputusan yang diambil akan dapat menjadi satu
dasar yang kuat untuk mengembalikan dan mengatur anak menuju masa depan yang
lebih baik untuk mengembangkan dirinya sebagai warga masyarakat yang
bertanggung jawab bagi kehidupan bangsa.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
dalam dan menyajikannya dalam bentuk skripsi dengan judul: KAJIAN
PERSESUAIAN KONSTRUKSI HUKUM DAKWAAN PENUNTUT UMUM
TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA TERORISME
OLEH ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PERKARA NOMOR
REG.PERK: PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11 DAN PUTUSAN NOMOR
19/Pid.sus/2011/PN.Klt).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini
penulis merumuskan permasalahan yang hendak dibahas yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana konstruksi hukum penuntut umum dalam menyusun surat dakwaan
pada kasus Nomor Reg.perkara : PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11 ?
2. Bagaimana tingkat persesuian konstruksi hukum Penuntut Umum terhadap
putusan hakim Nomor : 19/Pid.Sus/2011/PN.Klt ?
C. Tujuan Penelitian
Suatu kegiatan penelitian pasti selalu terdapat suatu tujuan tertentu dan
diharapkan dapat menyajikan data yang akurat sehingga dapat memberikan manfaat
dan pengarahan dalam melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Adapun tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui konstruksi hukum penuntut umum dalam menyusun Surat
Dakwaan terhadap kasus terorisme yang dilakukan oleh anak di bawah umur
pada kasus Nomor Reg.Perkara: PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11.
b. Untuk mengetahui tingkat persesuian konstruksi hukum Penuntut Umum
terhadap putusan hakim nomor 19/Pid.Sus/2011/PN.Klt.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh bahan hukum dan informasi sebagai bahan utama dalam
menyusun karya ilmiah guna memenuhi persyaratan yang diwajibkan dalam
meraih gelar kesarjanaan dibidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan
praktik lapangan hukum yang sangat berarti bagi penulis sendiri khususnya
dan dapat memberi manfaat bagi masyarakat pada umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan
yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang didapat dari
penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memberikan sumbangan pikiran dan manfaat dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan jawaban yang jelas mengenai benar-
tidaknya tingkat penyesuaian konstruksi hukum penuntut umum terhadap
putusan hakim.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu tambahan referensi,
masukan bahan hukum ataupun literatur bagi penulisan hukum selanjutnya
yang berguna bagi para pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Manfaat Praktis
a. Secara praktis penelti berharap untuk memberikan jawaban atas
permasalahan-permasalahan yang diteliti oleh penulis yaitu mengetahui
penyesuaian konstruksi hukum penuntut umum dalam dalam menyusun Surat
Dakwaan terhadap kasus terorisme yang dilakukan oleh anak di bawah umur
pada kasus Nomor Reg.Perkara: PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11.
b. Memberikan wawasan bagi peneliti dengan penulisan skripsi ini diharapkan
dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang
hukum sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.
c. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi masukan dan
sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak terkait dengan masalah yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,
prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2006:35). Metode penelitian adalah cara-
cara berpikir, berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan dan
mencapai suatu tujuan penelitian, sehingga penelitian tidak mungkin dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
merumuskan, menemukan, menganalisa maupun memecahkan masalah dalam suatu
penelitian tanpa metode penelitian.
Dengan demikian masalah pemilihan metode adalah masalah yang sangat
signifikan dalam suatu penelitian ilmiah, karena mutu, nilai, validitas dari hasil
penelitian ilmiah tersebut sangat ditentukan oleh pemilihan metodenya. Adapun
metode atau teknis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Metode penelitian yang digunakan penults dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Ditinjau dari jenisnya penelitian hukum yang penulis lakukan termasuk
jenis penelitian hukum doktrinal. Penelitian hukum doktrinal adalah penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara menyediakan suatu penampilan yang
sistematis menyangkut putusan hakim yang sudah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap. Dalam hal ini peneliti mengkaji mengenai putusan Pengadilan Negeri
Klaten Nomor : 19/Pid.Sus/2011/PN.Klt. berkenaan dengan tindak pidana
terorisme, kemudian meneliti konstruksi hukum dakwaan yang disusun oleh
penuntut umum dalam penuntutan kasus Nomor Reg. Perk : PDM-
32/0.3.19/Ep.2/02.11 yang akan melahirkan implikasi yuridis terhadap
penjatuhan sanksi pidana sebagai akibat dari konstruksi hukum dakwaan yang
disusun tersebut.
2. Sifat Penelitian
Berdasarkan sifatnya, penelitian ini merupakan penelitian hukum
doktrinal yang keilmuan hukumnya bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu
yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai
keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma
hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2006:22). Sifat preskriptif ini merupakan hal
substansial yang tidak mungkin dapat dipelajari oleh disiplin lain yang obyeknya
juga hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan
pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek
mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabnya. Pendekatan yang
digunakan di dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang (statute
approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical
approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan
konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2006:93).
Dari kelima pendekatan penelitian hukum tersebut, yang relevan dengan
penulisan penelitian hukum ini adalah pendekatan kasus (case approach), Yang
dimaksud pendekatan kasus (case approach) adalah pendekatan dengan cara
melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi
yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap. Bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah
hukum yang dilakukan dalam praktik hukum.
4. Sumber Penelitian Bahan Hukum
Sumber penelitian hukum dipergunakan dalam penelitian hukum ini
adalah sumber data sekunder, yang berupa :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum atau bahan pustaka yang
mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis. Bahan-bahan hukum primer
terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam
perbuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim (Peter Mahmud
Marzuki, 2006:141). Yang menjadi bahan hukum primer dalam penelitian
hukum ini adalah:
1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia.
4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengadilan di Bawah Umur.
5) Putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor: 19/Pid.Sus/2011/PN.Klt.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan
bahan hukum primer, seperti:
1) Hasil karya ilmiah para sarjana yang relevan atau terkait dalam penelitian
ini;
2) Hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Peneliti melakukan penelusuran untuk mencari bahan-bahan hukum
sekunder yang relevan terhadap isu yang dihadapi. Peneliti menggunakan teknik
studi pustaka dengan mengumpulkan bahan hukum berupa putusan pengadilan
mengenai isu hukum yang dihadapi, yaitu Putusan Pengadilan Negeri Klaten
Nomor : 19/Pid.Sus/2011/PN.Klt berkenaan dengan tindak pidana teorisme yang
sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap serta berupa surat dakwaan
kejaksaan negeri Klaten Nomor Reg. Perk : PDM-32/0.3.19/Ep.2/02.11. Peneliti
juga mendokumentasikan bahan-bahan hukum sekunder yang berupa buku-buku
teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti.
6. Teknik Analisis
Analisis bahan hukum merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah
hasil penelitian menjadi suatu laporan. Dalam sebuah penelitian hukum normatif,
pengelolaan bahan hukum hakekatnya merupakan kegiatan untuk mengadakan
sistematika terhadap bahan hukum tertulis. Sistematika berarti membuat
klasifikasi terhadap bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan
analisis.
Dalam penelitian ini, konstruksi hukum dalam penuntutan perkara
terorisme Nomor : 19/Pid.Sus/2011/PN.Klt akan dianalisis dengan logika
deduktif. Dalam hal ini, sumber penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini
dengan melakukan inventarisasi sekaligus mengkaji dari penelitian studi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kepustakaan, aturan perundang-undangan beserta dokumen-dokumen yang dapat
membantu menafsirkan norma terkait, kemudian sumber penelitian tersebut
diolah dan dianalisis untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Tahap akhir
adalah menarik kesimpulan dari sumber penelitian yang diolah, sehingga pada
akhirnya dapat diketahui konstruksi hukum dakwaan Nomor Reg. Perk : PDM-
32/0.3.19/Ep.2/02.11 yang disusun oleh penuntut umum dalam penuntutan tindak
pidana terorisme beserta implikasi yuridis terhadap penjatuhan sanksi pidana.
Menurut Philipus M.Hadjon sebagaimana dikutip oleh Peter Mahmud
metode deduktif sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh aristoteles
penggunaan metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis mayor
(pernyataan bersifat umum). Kemudian diajukan premis minor (bersifat khusus).
Dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion (Peter
Mahmud Marzuki, 2006: 47).
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk lebih mempermudah dalam melakukan pembahasan, penganalisaan,
serta penjabaran isi dari penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan
hukum ini sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab kedua memuat dua sub bab, yaitu kerangka teori dan kerangka
pemikiran. Dalam sub bab kerangka teori penulis akan menguraikan
tinjauan tentang surat dakwaan, penuntut umum dan penuntutan serta
tindak pidana terorisme, Sub bab kedua menguraikan kerangka pemikiran.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan dan menyajikan pembahasan
berdasarkan rumusan masalah, yaitu konstruksi hukum dakwaan yang
disusun oleh penuntut umum dalam penuntutan perkara terorisme Nomor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Reg.perkara : PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11 dan Bagaimana tingkat
persesuian konstruksi hukum Penuntut Umum terhadap putusan hakim
Nomor : 19/Pid.Sus/2011/PN.Klt.
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan mengenai hasil penelitian yang
telah diuraikan dalam Bab III dan juga berisi saran-saran penulis
sehubungan dengan hasil penelitian yang telah didapat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Konstruksi Hukum
Sebelum membahas lebih lanjut tinjauan tentang konstruksi hukum,
berikut ini dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian-pengertian sebagai
berikut. Konstruksi dapat diartikan susunan atau tata letak. Hukum adalah
undang-undang, peraturan, kaidah, atau ketentuan. Konstruksi Hukum dapat
diartikan sebagai suatu susunan, undang-undang, atau peraturan yang berlaku
tentang suatu masalah yang di bahas(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:272 ).
Construction law is a vital component of the body of knowledge that is
needed by construction professionals in order to successfully operate in the
commercial world of construction. Construction law plays an important role in
shaping building projects. Construction projects are complex because they
involve many human and non-human factors and variables (Mansoor, 2009: 1)
maksudnya konstruksi hukum merupakan komponen vital dari induk
pengetahuan yang dibutuhkan oleh para profesional konstruksi agar berhasil
beroperasi di dunia komersial konstruksi. Konstruksi hukum memainkan peran
penting dalam menanganani suatu projek. Proyek konstruksi yang kompleks
karena melibatkan banyak faktor yaitu faktor manusia dan non-manusia.
Sedangkan menurut John Uff (2003: 2) konstruksi hukum bersangkutan ketaatan
pada kode etik tugas di luar yang berkaitan kepada klien langsung, dan
mengandung elemen penting dari kepentingan publik.
Konstruksi hukum disebut juga analogi, tetapi di dalam ilmu hukum
dikembangkan beberapa bentuk konstruksi hukum yang sebenarnya merupakan
variasi dari analogi itu, yaitu konstruksi Penghalusan Hukum dan konstruksi
Argumentum a Contrario. Konstruksi Penghalusan Hukum (rechtsverfijning),
Seorang ahli hukum beranggapan bahwa dalam menyelesaikan suatu perkara,
peraturan perundang-undangan yang ada dan yang seharusnya digunakan untuk
menyelesaikan perkara, ternyata tidak dapat digunakan. Penghalusan hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan apabila penerapan hukum tertulis sebagaimana adanya akan
mengakibatkan ketidakadilan yang sangat sehingga ketentuan hukum tertulis itu
sebaiknya tidak diterapkan atau diterapkan secara lain apabila hendak dicapai
keadilan. Jenis konstruksi ini sebenarnya merupakan bentuk kebalikan dari
konstruksi analogi, sebab bila di satu pihak analogi memperluas lingkup berlaku
suatu peraturan perundang-undangan, maka di lain pihak Penghalusan Hukum
justru mempersempit ruang lingkup berlakunya suatu peraturan perundang-
undangan (bersifat restriktif).
Dalam keadaan ini (Argumentum a Contrario), diberlakukan peraturan
perundang-undangan yang ada seperti pada kegiatan analogi, yaitu menerapkan
suatu peraturan pada perkara yang sebenarnya tidak dimaksudkan untuk
diselesaikan oleh peraturan itu (Mohammad Aldyan: 2008,4).
2. Tinjauan Tentang Surat Dakwaan
a. Pengertian Surat Dakwaan
Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak
pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari
hasil pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi
hakim dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan (M. Yahya Harahap,
2002:376). Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena
berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu, hakim akan memeriksa perkara
itu (Andi Hamzah, 2008:167).
Surat dakwaan adalah suatu surat yang diberi tanggal dan
ditandatangani oleh penuntut umum, yang memuat uraian tentang identitas
lengkap terdakwa, perumusan tindak pidana yang didakwakan yang
dipadukan dengan unsur-unsur tindak pidana sebagaimana dirumuskan dalam
akhirnya pidana yang bersangkutan, disertai uraian tentang waktu dan tempat
tindak pidana dilakukan oleh terdakwa, surat mana menjadi dasar dan batas
ruang lingkup pemeriksaan di sidang pengadilan (Harun M. Husein dan
Hamrat Hamid, 1994:43).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik inti persamaannya sebagai
berikut:
1) Sebagai suatu akta, dalam surat dakwaan harus dicantumkan tanggal dan
tanda tangan pembuatnya. Tanpa mencantumkan tanggal dan tanda
tangan tersehut, surat dakwaan tidak bernilai sebagai suatu akta,
meskipun masih dapat disebut sebagai surat.
2) Surat dakwaan harus diuraikan tindak pidana apa yang didakwakan
beserta waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa.
3) Perumusan tindak pidana yang didakwakan harus dilakukan dengan
cermat, jelas, dan lengkap dikaitkan dengan unsur-unsur tindak pidana
yang sebagaimana dirumuskan dalam pasal pidana yang bersangkutan.
4) Surat dakwaan berfungsi sebagai dasar pemeriksaan di sidang pengadilan.
b. Fungsi Surat Dakwaan
Pembuatan surat dakwaan harus berpedoman dari berita acara
pemeriksaan yang sudah dikualifikasi tindak pidananya oleh penyidik. Surat
dakwaan sangat penting artinya dalam pemeriksaan perkara pidana, karena
surat dakwaan menjadi dasar dan menentukan batas-batas bagi pemeriksaan
hakim. Putusan yang diambil oleh hakim hanya boleh mengenai peristiwa-
peristiwa yang ditentukan dalam surat dakwaan.
Fungsi surat dakwaan dalam sidang pengadilan merupakan landasan
dan titik tolak pemeriksaan terdakwa. Berdasarkan rumusan surat dakwaan
dibuktikan kesalahan terdakwa. Pemeriksaan sidang tidak boleh menyimpang
dari apa yang dirumuskan dalam surat dakwaan (M. Yahya Harahap,
2002:378).
Ditinjau dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan
pemeriksaan perkara pidana, maka fungsi surat dakwaan dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1) Bagi Penuntut Umum
Sebagai dasar penuntut terhadap terdakwa, dasar pembuktian kesalahan
terdakwa, dan sebagai dasar pembahasan yuridis, dan tuntutan pidana.
2) Bagi Terdakwa atau Penasehat Hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sebagai dasar untuk menyusun pembelaan (pledoi), dasar menyiapkan
bukti-bukti kebalikan terhadap terdakwa penuntut umum (alibi), dasar
pembahasan yuridis, dan dasar untuk melakukan upaya hukum.
3) Bagi Hakim
Sebagai dasar sekaligus membatasi ruang lingkup pemeriksaan di sidang
pengadilan, dasar keputusan yang akan dijatuhkan, dan dasar
pertimbangan dalam penjatuhan keputusan.
Dari pentingnya surat dakwaan dalam pemeriksaan perkara pidana
seperti disebutkan di atas, maka sesungguhnya tujuan utama dari suatu surat
dakwaan adalah bahwa undang-undang ingin melihat ditetapkannya alasan-
alasan yang menjadi dasar penuntutan suatu tindak pidana. Untuk itu maka
sifat-sifat khusus dari sesuatu tindak pidana yang telah dilakukannya itu harus
dicantumkan dengan sebaik-baiknya. Terdakwa harus dipersalahkan karena
telah melanggar suatu peraturan hukum pidana, pada suatu saat dan tempat
tertentu, serta dinyatakan keadaan-keadaan sewaktu melakukannya.
c. Syarat-Syarat Surat Dakwaan
Menurut Pasal 143 KUHAP, surat dakwaan mempunyai dua syarat yang
harus dipenuhi yaitu :
1) Syarat Formil
Syarat formil diatur dalam Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP yang
meliputi:
a) Diberi tanggal;
b) Memuat identitas terdakwa secara lengkap yang meliputi nama
lengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan,
tempat tinggal, agama, dan pekerjaa;.
c) Ditandatangani oleh penuntut umum.
2) Syarat Materiil
Bahwa menurut Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP, surat dakwaan harus
memuat uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana
yang dilakukan, dengan menyebut waktu(tempus delicti) dan tempat
tindak pidana itu dilakukan (locus delicti). Adapun pengertian dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cermat, jelas, dan lengkap adalah sebagai berikut:
a) Cermat
Cermat berarti dalam surat dakwaan itu dipersiapkan sesuai dengan
undang-undang yang berlaku bagi terdakwa, tidak terdapat
kekurangan atau kekeliruan. Penuntut umum sebelum membuat surat
dakwaan selain harus memahami jalannya peristiwa yang dinilai
sebagai suatu tindak pidana, juga hal-hal yang dapat menyebabkan
batalnya surat dakwaan.
b) Jelas
Jelas berarti bahwa dalam surat dakwaan, penuntut umum harus
merumuskan unsur-unsur delik yang didakwakan dan uraian
perbuatan materiil (fakta) yang diiakukan terdakwa, Dalam hal ini
tidak boleh memadukan dalam uraian dakwaan antar delik yang satu
dengan yang lain, yang unsur-unsurnya berbeda satu sama yang lain
atau antar uraian dakwaan yang hanya menunjukkan pada uraian
sebelumnya, sedangkan unsur-unsurnya berbeda.
c) Lengkap
Lengkap berarti bahwa uraian surat dakwaan harus mencakup semua
unsur-unsur yang ditentukan oleh undang-undang secara lengkap.
Dalam uraian tidak boleh ada unsur delik yang tidak dirumuskan
secara lengkap atau tidak diuraikan perbuatan materiilnya secara
tegas, sehingga berakibat perbuatan itu bukan merupakan tindak
pidana menurut undang-undang.
d. Bentuk Surat Dakwaan
KUHAP tidak menetapkan bagaimana bentuk surat dakwaan yang
dibuat oleh penuntut umum. Mengenai bentuk-bentuk surat dakwaan yang
dikenal sekarang ini adalah merupakan produk yang timbul dari ilmu
pengetahuan hukum dan praktek peradilan. Bentuk-bentuk surat dakwaan
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Dakwaan Tunggal
Penyusunan surat dakwaan ini hanya didakwakan satu perbuatan pidana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan hanya dicantumkan satu pasal yang dilanggar. Penyusunan dakwaan
ini sangat mengandung resiko karena kalau dakwaan satu-satunya ini
gagal dibuktikan dalam persidangan maka tidak ada alternatif lain kecuali
terdakwa dibebaskan. Dalam praktek kadang-kadang ditemui suatu
keadaan perkara yang berdasarkan bukti-bukti yang ada sulit dicari alasan
untuk mendakwa secara tunggal.
Penyusunan surat dakwaan tunggal merupakan penyusunan surat
dakwaan yang teringan jika dibandingkan dengan surat dakwaan lain,
karena penuntut umum hanya memfokuskan pada sebuah permasalahan
saja. Hal ini berarti bahwa penyusunan surat dakwaan tunggal mempunyai
sifat sederhana yaitu sederhana dalam perumusannya maupun sederhana
dalam pembuktian dan penerapan hukumnya.
2) Dakwaan Alternatif
Surat dakwaan ini didakwakan beberapa perumusan tindak pidana, tetapi
pada hakekatnya yang merupakan tujuan utama ialah hanya ingin
membuktikan satu tindak pidana saja diantara tindak pidana yang
didakwakan. Dakwaan ini digunakan dalam hal antara kualifikasi tindak
pidana yang satu dengan kualifikasi tindak pidana yang lain menunjukkan
corak atau ciri yang sama atau hampir bersamaan dan bila belum didapat
keputusan tentang tidak pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan.
Dalam dakwaan ini terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara
berlapis, lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat
mengecualikan dakwaan pada lapisan lainnya.
Meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan, tetap hanya satu
dakwaan yang akan dibuktikan. Pembuktian dakwaan tidak perlu
dilakukan secara berurut sesuai lapisan dakwaan, tetapi langsung kepada
dakwaan yang dipandang terbukti. Apabila salah satu telah terbukti maka
dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi.
3) Dakwaan Subsidair
Susunan dakwaan subsidair ini umumnya dalam lingkup suatu perbuatan
yang paralel atau satu jurusan yang dalam dakwaan disusun berdasar pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
urutan berat ringannya perbuatan yang tentu akan berbeda tentang berat
ringan ancaman pidananya. Dalam dakwaan ini terdiri dari beberapa
lapisan dakwaan yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan
yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya. Sistematik
lapisan disusun secara berurut dimulai dari tindak pidana yang diancam
dengan pidana terberat sampai dengan tindak pidana yang diancam
dengan pidana teringan. Pembuktian dilakukan secara berurut dimulai
dari lapisan teratas sampai dengan lapisan terbawah.
4) Dakwaan Kumulatif
Bentuk surat dakwaan ini terdapat beberapa tindak pidana masing-masing
berdiri sendiri artinya tidak ada hubungan antara tindak pidana yang satu
tehadap yang lain dan didakwakan secara serempak. Dalam hal ini
didakwakan beberapa tindak pidana sekaligus dari kesemua dakwaan
harus dibuktikan satu demi satu. Tindak pidana yang didakwakan masing-
masing berdiri sendiri, tetapi didakwakan secara serempak asal saja
pelaku dari tindak pidana itu adalah sama. Dakwaan yang tidak terbukti
harus dinyatakan secara tegas dan dituntut pembebasan dari dakwaan
tersebut. Dakwaan ini dipergunakan dalam hal terdakwa melakukan
beberapa tindak pidana yang masing-masing merupakan tindak pidana
yang berdiri sendiri.
5) Dakwaan Kombinasi atau Gabungan
Dakwaan kombinasi adalah merupakan kombinasi dari dakwaan yang
berbentuk alternatif dengan dakwaan subsidair atau antara dakwaan
komulatif dengan dakwaan subsidair atau antara dakwaan komulatif
dengan dakwaan alternatif, dan sebagainya. Dakwaan ini harus
diperhatikan secara teliti mengenai bentuk-bentuk dari kumulasinya, dan
jangan sampai upaya untuk mencegah terdakwa lepas dari dakwaan.
Timbulnya bentuk ini seizin dengan perkembangan di bidang kriminalitas
yang semakin variatif baik dalam bentuk atau jenisnya maupun dalam
modus operandi yang dipergunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Tinjauan Tentang Penuntut Umum dan Penuntutan
a. Pengertian Penuntut Umum dan Penuntutan
KUHAP memberikan uraian pengertian jaksa dan penuntut umum
pada Pasal 1 butir 6a dan b. Ditegaskan bahwa jaksa adalah pejabat yang
diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut
umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6a KUHAP).
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-
undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan
hakim (Pasal 1 butir 6a jo Pasal 13 KUHAP). Berdasarkan Pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia, yang dimaksud jaksa adalah pejabat
fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak
sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuasaan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan
undang-undang. Sedangkan penuntut umum menurut Pasal 1 angka 2 adalah
jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan
penuntutan dan melaksanakan putusan hakim.
Dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia tersebut maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pengertian jaksa adalah menyangkut jabatan,
sedangkan penuntut umum menyangkut fungsi. Penuntutan adalah tindakan
penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri
yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di
sidang pengadilan (Pasal 1 butir 7 KUHAP).
b. Tugas dan Wewenang Penuntut Umum dalam Proses Perkara Pidana
Seiring perkembangan jaman, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 1961 tentang Akhirnya Pokok Kejaksaan Republik
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1961
tentang pembentukan Kejaksaan Tinggi, dan Undang-Undang Republik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Indonesia Nomor 5 tahun 1991 tentang Akhirnya Pokok Kejaksaan Republik
Indonesia sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan
hukum masyarakat dan kehidupan ketatanegaraan menurut Undang-Undang
Dasar 1945.
Kejaksaan termasuk salah satu badan yang fungsinya berkaitan
dengan kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang Dasar 1945. Untuk
lebih memantapkan kedudukan dan peran Kejaksaan Republik Indonesia
sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di
bidang penuntutan harus bebas dari pengaruh kekuasaan pihak manapun,
yakni yang dilaksanakan secara merdeka terlepas dari pengaruh kekuasaan
pihak manapun. Maka dari itulah pembahasan undang-undang tentang
Kejaksaan Republik Indonesia perlu dilakukan dengan membentuk Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia.
Di dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia disebutkan
tugas dan wewenang kejaksaan bidang pidana adalah:
1) Melakukan penuntutan.
2) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
3) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat.
4) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
5) Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang.
Sedangkan dalam Pasal 14 KUHAP disebutkan bahwa penuntut
umum mempunyai wewenang :
1) Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau
penyidik pembantu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan
dengan memperhatikan akhirnya Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4), dengan
memberi petunjuk dalam rangka penyempumaan penyidikan dari
penyidik.
3) Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau
penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya
dilimpahkan oleh penyidik.
4) Membuat surat dakwaan.
5) Melimpahkan perkara ke pengadilan.
6) Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang akhirnya hari
dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada
terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah
ditentukan.
7) Melakukan penuntutan.
8) Menutup perkara demi kepentingan hukum.
9) Mengadakan "tindakan lain" dalam lingkup tugas dan tanggung jawab
sebagai penuntut umum menurut akhirnya undang-undang ini.
10) Melaksanakan penetapan hakim.
Dalam penjelasan pasal tersebut dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan 'tindakan lain" antara lain ialah meneliti identitas tersangka, barang
bukti dengan memperhatikan secara tegas batas wewenang dan fungsi antara
penyidik, penuntut umum dan pengadilan. Di samping tugas dan wewenang
kejaksaan di bidang pidana yang tersebut dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia diatas, pada Pasal 32 juga disebutkan bahwa kejaksaan
dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-undang. Dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, kejaksaan membina hubungan
kerjasama dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara
atau instansi lainnya.
Selain itu kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang
hukum kepada instansi pemerintah lainnya, sesuai dengan bunyi Pasal 33 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pasal 34 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004
tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
4. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Terorisme
Pengertian terorisme menurut Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2002
tentang Tindak Pidana Terorisme, Setelah menguraikan pengertian terorisme
secara umum, maka perlu diketahui bagaimana pengertian terorisme menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme.
Peraturan Pemerintahan Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2002
memberikan batasan pengertian apa itu tindak pidana terorisme, menurut Pasal 1
angka 1 :
"Tindak pidana terorisme adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur tindak
pidana sesuai dengan akhirnya dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang ini."
Karena Pasal 1 angka 1 hanya menyebut segala perbuatan, sedangkan
perbuatan perbuatan yang memenuhi unsur-unsur pidana itu terdapat dalam Bab
III yaitu dari Pasal 6 sampai dengan Pasal 19 yaitu sebanyak 14 Pasal, namun
dalam Bab IV diatur pula Tindak Pidana Terorisme, yang berkaitan dengan
Tindak Pidana Terorisme. yaitu Pasal 20 sampai dengan Pasal 24 sebanyak 5
Pasal, sehingga semuanya ada 19 Pasal.
Khusus penulisan ini membatasi hanya 2(dua) tindak pidana terorisme,
yaitu masing-masing, Pasal 9 :
"Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan ke dan, atau dari Indonesia sesuatu senjata api, amumsi, atau sesuatu bahan peledak dan bahan-bahan lainnya yang berbahaya dengan maksud untuk melakukan tindak pidana terorisme, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 20
Pasal 13
"Setiap orang yang dengan sengaja memberikan bantuan atau kemudahan terhadap pelaku tindak pidana terorisme, dengan: a) Memberikan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
meminjamkan uang atau barang atau harta kekayaan lainnya kepada pelaku tindak pidana terorisme; b) Menyembunyikan pelaku tindak pidana terorisme; c) Menyembunyikan informasi tentang tindak pidana terorisme; atau terorisme, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15(lima belas) tahun".
Meskipun kelihatan 1 (satu) Pasal, tetapi dalam kenyataannya tindak
pidana terorisme dalam Pasal 13 ada 2 dalam penelitian yaitu : huruf a :
Memberikan atau meminjamkan uang atau barang atau harta kekayaan lainnya
kepada pelaku tindak pidana terorisme; huruf b : Menyembunyikan pelaku
tindak pidana terorisme.
Menurut Bab V mengenai Penyidikan, Penuntutan dan Pemeriksaan di
Sidang Pengadilan, dalam Pasal 25 mengatakan : (1) Penyidikan, penuntutan,
dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam perkara tindak pidana terorisme,
dilakukan berdasarkan hukum acara yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini. (2) Untuk kepentingan
penyidikan dan penuntutan, penyidik diberi wewenang untuk melakukan
penahanan terhadap tersangka paling lama 6 (enam) bulan.
Dari akhirnya ini ternyata hukum acara pidana masih berlaku, kecuali
ditentukan lain dalam peraturan pemerintah pengganti undang-undang ini,
dengan demikian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana masih berlaku tetapi ada pengecualiannya yaitu untuk kepentingan
penyidikan dan penuntutan, penyidik diberi wewenang untuk melakukan
penahanan terhadap tersangka paling lama 6 (enam) bulan. Karena itu akhirnya
mengenai penyelidikan dalam KUHAP tetap berlaku, sehingga apabila
penyelidik menemukan adanya tindak pidana terorisme ia membuat laporan
kepada penyidik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Tindak Pidana Terorisme Nomor Reg.Perkara:
PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11
Putusan Hakim
Pengaturan Tindak Pidana Terorisme
Pasal 15 Jo. Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang.
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Darurat No. 12 Tahun 1951
Penuntutan
Konstruksi Hukum Penuntut Umum
REQUISITOIR DAKWAAN
Pasal 15 Jo. Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan:
Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan
membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda
dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti
waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta
seringkali merupakan warga sipil.
Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk kepada
para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau
tidak menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga
mengandung makna bahwa serang-serangan teroris yang dilakukan tidak
berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu para
pelakunya ("teroris") layak mendapatkan pembalasan yang kejam.
Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan "teroris" dan
"terorisme", para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis,
pejuang pembebasan, pasukan perang salib, militan, mujahidin, dan lain-lain.
Tetapi dalam pembenaran dimata terrorisme : "Makna sebenarnya dari jihad,
mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil
padahal tidak terlibat dalam perang". Padahal Terorisme sendiri sering tampak
dengan mengatasnamakan agama (http://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme).
Dalam hal ini pelaku kejahatan terorisme tergolong anak dibawah umur
sehingga konstruksi hukum penuntut umum dalam menyusun surat dakwaan
perlu adannya pertimbangan pertimbangan tertentu, karena berat ringannya
dakwaan dapat mempengaruhi mental sang anak, dan secara tidak langsung
mempengaruhi masa depan anak tersebut dikemudian hari.
Sehingga dalam kasus ini konstruksi hukum Penuntut Umum dalam
menyusun surat dakwaan tidak berdasarkan KUHP saja akan tetapi juga dengan
UU.No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Karena itu konstruksi hukum
penyusunan surat dakwaan yang dilakukan oleh penuntut umum dirasa sangat
penting karena surat dakwaan digunakan oleh hakim sebagai pertimbangan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pertimbangan dalam menjatuhkan putusan terhadap Tersangka terorisme yang
tergolong masih dibawah umur.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kasus Posisi
a. Identitas Terdakwa
Nama Lengkap : ARGA WIRATAMA alias
ARGA alias
AHMAD bin PARTONO
Tempat lahir : Klaten
Umur/ Tgl.lahir : 17 Tahun / 19 Mei 1993
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kebangsaan/ kewn : Indonesia/ WNI
Tempat tinggal : Dukuh Buntalan, Desa Buntalan Rt.
01 Rw. 09
Kel. Buntalan Kecamatan Klaten Tengah,
Kabupaten Klaten
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMK Negeri 2 Klaten Kelas
10
b. Uraian Perkara
Bahwa ia terdakwa ARGA WIRATAMA alias ARGA alias
AHMAD bin PARTONO bersama-sama dengan antara lain YUDA
ANGGORO, JOKO LELONO, AGUNG JATI SANTOSO, NUGROHO
BUDI SANTOSO, TRI BUDI SANTOSO, ROKI APRISDIANTO alias
ATOK (masing-masing dalam berkas perkara terpisah) pada bulan Januari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2010 sampai dengan bulan Januari 2011, atau setidak-tidaknya dalam waktu
pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011, bertempat rumah Dukuh
Buntalan Desa Buntalan Rt. 001 Rw.09 Kel. Buntalan Kec. Klaten Tengah
Kab. Klaten atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Klaten, dengan sengaja melakukan
pemufakatan jahat, percobaan atau pembantuan, secara melawan hukum
memasukan ke Indonesia, membuat, menerima, memperoleh, mencoba
memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,
membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya,
menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau
rnengeluarkan ke dan, atau dari, Indonesia sesuatu senjata api, amunisi, atau
sesuatu bahan peledak dan bahan-bahan lainnya yang berbahaya, dengan
maksud untuk melakukan tindak pidana terorisme, yang dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut:
Pada sekitar Desember 2008 ketika itu terdakwa ARGA
WIRATAMA Alias ARGA Alias AHMAD bin PARTONO masih duduk di
kelas II SMK Negeri 2 Klaten, ikut Organisasi ROHIS (Rohani Islam) yang
dipimpin oleh AJI PRAMONO dengan jumlah peserta sekitar 30 (tiga puluh)
orang kesemuanya merupakan siswa SMK Negeri 2 Klaten, kegiatan yang
dilakukan adalah dakwah dilingkungan Sekolah tentang Islam. Pada sekitar
bulan Agustus 2009, terdakwa diajak oleh MUNCAR WAHYU yang sama-
sama sebagai peserta ROHIS untuk mengikuti pengajian intensif di rumah
Ustad MUS'AB di Gergunung Klaten dengan materi pengajian tentang kajian
jihad, maka sejak bulan Agustus 2009 terdakwa bersama-sama YUDA
ANGGORO, JOKO LELONO, AGUNG JATI SANTOSO, NUGROHO
BUDI SANTOSO, TRI BUDI SANTOSO, SIGIT PURNOMO, MUNCAR
WAHYU dan ROSID ARIFIN mengikuti pengajian di rumah Ustad MUS'AB
yang diisi oleh Ustad MUS'AB sendiri yang mengkaji masalah jihad. Di
tempat pengajian tersebut terdakwa dan teman-temannya bertemu dan
mengenal ROKI APRISDIANTO alias ATOK dan IRFAN yang juga
mengikuti kajian tentang jihad yang disampaikan oleh Ustad MUS'AB. Jihad
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang diajarkan oleh Ustad MUS'AB adalah tentang perang melawan orang
kafir, dan yang dimaksud kafir sesuai yang diajarkan oleh Ustad MUS'AB
yang diambil dari Buku Akidah Islam AI-Qaeda adalah togut yaitu
sesembahan selain Allah, dan yang membuat aturan yang tidak mengacu pada
aturan Allah, termasuk jajaran Pemerintahan Indonesia, Amerika dan negara
pendukungnya, ini semuanya adalah togut yang harus diperangi, perang yang
diajarkan adalah dengan cara melakukan pembunuhan, untuk melakukan
pembunuhan maka dilakukan dengan cara menggunakan senjata yaitu bisa
menggunakan senjata api, bom, racun dan juga senjata tajam.
Pada sekitar Januari 2010 bertempat di Masjid Madinatun Nabawiyah
dekat rumah ROKI APRISDIANTO alias ATOK yang beralamat di
Kelurahan Gatak Sukoharjo, terdakwa bersama dengan YUDA ANGGORO,
JOKO LELONO, AGUNG JATI SANTOSO, NUGROHO BUDI
SANTOSO, TRI BUDI SANTOSO, MUNCAR WAHYU, ROSID ARIFIN,
SARJIANTO, SRIYONO, IRFAN dan EKO dikumpulkan oleh ROKI
APRISDIANTO alias ATOK diajak mengamalkan ilmu yang didapat dari
Kajian bersama Ustad MUS'AB yaitu tentang jihad, saat itu ROKI
APRISDIANTO alias ATOK mengatakan bahwa tirn tersebut dibentuk untuk
dijadikan tim "Ightiyalat" (artinya jihad membunuh dengan sembunyi-
sembunyi) untuk wilayah Klaten, sebagai Pimpinan tertinggi dalam
Organisasi ini adalah ROKI APRISDIANTO alias ATOK, sedangkan
terdakwa dan teman-teman lainnya yang ikut hadir dalam pembentukan
Organisasi tersebut adalah sebagai Anggota.
Pada pertengahan Mei 2010, ROKI APRISDIANTO alias ATOK
menyuruh IRFAN untuk belajar ilmu Bom pada NERI Alias SHOGIR yang
sudah dikenal oleh kelompok terdakwa, karena diketahui bahwa NERI Alias
SHOGIR memiliki keahlian membuat Bom, selanjutnya pada akhir Mei 2010,
IRFAN yang telah mendapatkan ilmu membuat bom yang diperoleh dari
NERI alias SHOGIR sedikit demi sedikit mengajari kelompok terdakwa
tentang cara membuat BOM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Awalnya yang ikut dilatih membuat bom sesuai pilihan IRFAN adalah
ROKI APRISDIANTO alias ATOK, selanjutnya ROKI APRISDIANTO alias
ATOK yang telah mendapat ilmu merakit BOM dari IRFAN mengajari
semua anggota kelompok Ightiyalat Klaten termasuk terdakwa, terdakwa
diajari cara membuat rangkaian elektronik pemicu BOM dengan cara
menyambung kabel dengan alat elektronik yang lainnya. Terdakwa mengikuti
pelajaran pembuatan rangkaian pemicu BOM yang diajari oleh ROKI
APRISDIANTO alias ATOK sebanyak tiga kali pertemuan.
Pada sekitar awal Juli 2010, terdakwa bersama NUGROHO BUDI
SANTOSO, YUDA ANGGORO, AGUNG JATI dan EKO bertempat di
Gunung Tumpang Klaten belajar membuat Black Powder (bahan peledak low
explosive), bahan-bahan yang di bawa waktu itu adalah KNO3 berbentuk
pupuk sebanyak 1 (satu) plastik berat kurang lebih 1 Kg, Arang halus
sebanyak 1 (satu) plastik, Belerang sebanyak 1 (satu) Bongkahan kecil, yang
mengajari waktu itu adalah EKO dan NUGROHO BUDI SANTOSO, dan
cara pembuatannya mudah sekali yaitu semua bahan dihaluskan terlebih dulu
dengan cara di ulek (dihaluskan) selanjutnya bahan dicampur menjadi satu
dengan perbandingan 1:1:1 selanjutnya campuran tersebut menjadi Black
Powder (bahan peledak low explosive), latihan dilakukan hanya satu kali.
Pada sekitar September 2010, Terdakwa bersama dengan AGUNG
JATI SANTOSO, TRIBUDI SANTOSO, EKO, NUGROHO BUDI
SANTOSO, YUDA ANGGORO dan JOKO LELONO, bertempat di samping
Gunung Tumpang Klaten belajar membuat Granat tangan, bahan-bahan yang
dibawa adalah Selongsong batu baterai besar sebanyak 5 (lima) buah, bahan
untuk black powder dan petasan kecil , petasan korek sebanyak 2 (dua)
plastik kecil (sekitar 20 biji) dan Lem Alteco cair 1 (satu) buah serta semen
putih 1 (satu) Kg, pembuatannya dilakukan sendiri-sendiri tidak ada yang
mengajari karena semuanya sudah mendapatkan cara pembuatannya melalui
internet, adapun cara terdakwa membuatnya adalah terlebih dahulu membuat
Black powder, kemudian black powder dimasukan ke dalam selongsong batu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
baterai, selanjutnya tutupnya dilubangi dan diberi petasan korek dan
dilekatkan menggunakan Semen putih yang dicampur dengan Lem, maka
jadilah Granat tangan rakitan, namun hasilnya setelah petasan disulut tidak
meledak, sehingga latihan ini tidak berhasil, namun karena bahan black
powder masih ada dan ternyata AGUNG JATI SANTOSO membawa
Potasium, maka terdakwa dan teman-temannya tersebut mencampur
Potasium dengan black powder dan ternyata setelah dicampur langsung
menimbulkan api dengan cepat.
Pada awal Desember 2010, terdakwa bersama NUGROHO, AGUNG
JATI SANTOSO, TRIBUDI dan YUDA ANGGORO membuat 5 (lima) bom
molotov dipasang timer berisi bahan bakar bensin di pinggir sungai daerah
Desa Buntalan Kecamatan Klaten Tengah, 1 (satu) diantara bom molotov
tersebut diletakkan oleh terdakwa di Pos Polisi Delanggu pada sekitar jam
00.30 Wib dengan menggunakan sepeda motor Honda Grand Warna hitam
milik terdakwa. Terdakwa memecahkan kaca nako jendela pos Lantas dan
memasukkan bom dari seta-seta kaca yang pecah. Sebelumnya yang
mengatur waktu timer bom untuk meledak pada jam 01.20 Wib adalah
NUGROHO. Empat bom lainnya diletakkan oleh masing-masihg
NUGROHO bersama TRIBUDI meletakkan 1 buah bom di Goa Maria daerah
Prambahan perbatasan Klaten Yogyakarta dan 1 buah bom di Pos Polisi RSI
Klaten, sedangkan 2 buah bom diletakkan oleh AGUNG JATI SANTOSO
bersama YUDA ANGGORO di Gereja Jawa Manjung dan Gereja Polanharjo
Klaten. Yang mendorong terdakwa dan teman-temannya untuk meletakkan
bom di Pos Polisi adalah untuk balas dendam atau qisosh terhadap polisi yang
selama ini telah menangkap para mujahidin dan menganggap sebagai teroris.
Bom yang diletakkan di gereja adalah untuk meneror orang-orang kafir
supaya takut beribadah di Gereja. Selain itu juga sebagai pembalasan atas
kristenisasi yang dilakukan orang-orang Nasrani selama ini di wilayah Jawa
Tengah dan juga ditempat lain. Bom yang diletakkan terdakwa di Pos Polisi
Delanggu tidak meledak, sedangkan bom diletakkan oleh AGUNG JATI
SANTOSO bersama YUDA ANGGORO di Gereja Jawa Manjung Klaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
meledak, namun tidak menimbulkan kebakaran.
Pada tanggal 1 Suro (tanggal 7 Desember 2010) terdakwa bersama
HOGAN meletakkan bom dan surat titipan ATOK di atas Trotoar Alun- Alun
Utara Surakarta depan Polsek Pasar Kliwon atas suruhan ROKI
APRISDIANTO Alias ATOK, tujuannya adalah untuk mengacaukan acara
Kirab Kerbau Ki Slamet yang dipercaya oleh masyarakat Solo merupakan
jelmaan orang sakti bernama KI SLAMET untuk mengambil kotoran kerbau
yang diyakini warga Solo dapat mendatangkan berkah. Karena menurut
terdakwa dan kelompoknya bahwa hal tersebut merupakan kemusrikan yang
menyembah sesuatu selain ALLAH, itulah sebabnya lokasi acara (Kraton
Solo) yang berdekatan dengan Polsek Pasar Kliwon menjadi target
pengeboman oleh terdakwa dan kelompoknya agar warga menghentikan
budaya musyrik tersebut. Pada hari yang sama ATOK juga memerintahkan
NANANG GENDUT Sendirian untuk meletakkan bom di Alun-Alun Selatan
yang berada di lokasi Kraton Solo untuk mengacaukan Acara Kirab Kerbau,
ATOK juga memerintahkan AGUNG bersama EKO SURYANTO
meledakkan bom di sebuah Gereja di Wilayah Gatak Sukoharjo dengan
maksud untuk merteror orang-orang kafir (Nasrani) supaya takut beribadah di
Gereja. Selain itu juga sebagai pembalasan atas kristenisasi yang dilakukan
orang-orang Nasrani selama ini di wilayah Jawa Tengah dan juga ditempat
lain.
Bahwa bom yang diletakkan terdakwa di trotoar depan Polsek Pasar
Kliwon tidak meledak, sedangkan bom yang diletakkan oleh NANANG
GENDUT di Alun Alun Selatan yang berada di lokasi Kraton Solo serta bom
yang diletakkan AGUNG dan EKO SURYANTO di sebuah Gereja di
Wilayah Gatak Sukoharjo meledak, namun tidak menimbulkan kebakaran.
Pada sekitar akhir Desember 2010, terdakwa bersama AGUNG JATI
SANTOSO, TRIBUDI dan YUDA ANGGORO membuat bom palsu berisi
kotoran sapi dipasang timer dan detonator palsu, sebanyak 3 (tiga) buah bom,
terdakwa juga membuat bom molotov sebanyak 2 (dua) buah menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
botol sirup berisi bahan bakar bensin, pada bagian atas botol dipasang
sumbuh kain sebagai tempat pembakaran. Setelah itu 2 (dua) buah bom palsu
berisi kotoran sapi diletakkan oleh AGUNG dan YUDA ANGGORO di
masjid Pancasila At-ta'awun Klaten, dan 1 (satu) buah bom palsu oleh JOKO
LELONO diletakkan di masjid pancasila Ba'ituI Makmur, sedangkan 2 (dua)
buah bom molotov dilemparkan oleh terdakwa di masjid Pancasila Asy-syifa
dekat RSI Klaten bersama TRI BUDI dengan menggunakan sepeda motor
Honda Grand Warna hitam milik terdakwa. Maksud dan Tujuan terdakwa
melemparkan bom molotov berisi bahan bakar bensin yang telah disulut api
adalah untuk membakar masjid yang merupakan masjid dhiror atau masjid
yang dibangun oleh orang-orang munafik pada rezim Soeharto, untuk
meneror jamaah, orang-orang dimasjid tersebut karena terdakwa menganggap
mereka pro pemerintah. Selain itu terdakwa ingin menciptakan permusuhan
atau konflik dengan cara adu domba agar jamaah di masjid tersebut
mencurigai bahwa yang membakar masjid tersebut adalah orang-orang
nasrani. Pada saat konflik terjadi, terdakwa dan kelompoknya akan
melakukan jihad yang sesungguhnya yaitu memerangi orang-orang kafir,
nasrani, salibis, thogut dan pelaku kemusrikan seperti pemerintah yang tidak
menggunakan hukum ALLAH dengan menggunakan senjata api, bom dan
pedang. Bom Molotov yang dilemparkan terdakwa ke masjid Pancasila Asy-
syifa dekat RSI Klaten menimbulkan kobaran api, namun tidak merembet dan
langsung padam.
Pada awal Januari 2011 sekltar jam 22.00 Wib, terdakwa bersama
NUGROHO menggunakan sepeda motor Honda Impresa milik NUGROHO
mencari target orang-orang Nasrani yang ada di gereja- gereja wilayah Kota
Klaten, dan juga mencari target Polisi yang ada di Pos-Pos Polantas di
wilayah Klaten untuk ditembak, terdakwa dan NUGROHO bergantian
mengendarai sepeda motor dan juga bergantian memegang senjata api jenis
PEN GUN organik, buatan pabrik buatan Amerika berbentuk seperti pulpen.
Namun setelah berkeliling mencari target di beberapa lokasi tidak ada orang-
orang Nasrani yang beribadah dan juga tidak ada polisi di Pos-Pos Polantas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selanjutnya terdakwa dan NUGROHO menemukan sebuah rumah di daerah
Bramen Klaten yang sedang ada acara pernikahan, saat itu terdakwa yang
dibonceng oleh NUGROHO melepaskan satu kali tembakan ke arah
kerumunan orang-orang yang akan meninggalkan acara tersebut, setelah itu
terdakwa bersama NUGROHO meninggalkan tempat tersebut.
Pada tanggal 20 Januari 2011 terdakwa bersama NUGROHO,
TRIBUDI dan AGUNG JATI SANTOSO membuat bom di rumah AGUNG
JATI SANTOSO di daerah Krapyak Merbung Klaten Selatan Kab. Klaten,
sebanyak 2 (dua) buah bom yang dipersiapkan untuk diledakkan di lokasi
Sebar Apem di komplek Makam Ki Ageng Gribig Jatinom Kab. Klaten
karena lokasi tersebut sering dipergunakan untuk ritual kemusrikan. Setelah
selesai membuat bom keesokan harinya, 1 (satu) buah bom diletakkan oleh
terdakwa bersama JOKO LELONO di lokasi tersebut dengan menggunakan
sepeda motor Honda Grand Warna hitam milik JOKO LELONO pada sekitar
jam 09.00 Wib, terdakwa dan JOKO LELONO menggunakan baju pramuka
agar tidak dicurigai warga. Terdakwa meletakkan bom tersebut dibawa
kolong panggung yang ada dilapangan sebar apem, sedangkan satu bom
lainnya diletakkan oleh NUGROHO dilokasi yang sama. NUGROHO
menulis surat berisi ancaman yang intinya bahwa apabila tidak menghentikan
budaya sebar apem akan ada bom yang lebih besar. Tujuan sehingga
meletakkan bom di lokasi tersebut adalah untuk menghentikan acara sebar
apem yang merupakan kemusrikan.
Bahwa bom yang diletakkan terdakwa di komplek Makam Ki Ageng
Gribig Jatinom tidak meledak. Selain itu terdakwa juga mendapatkan senjata
PEN GUN organik buatan Amerika tersebut dari ROKI APRISDIANTO
Alias ATOK ketika terdakwa berada di rumah ATOK di Waru Baki
Sukoharjo, sesuai perintah ATOK kepada terdakwa untuk dipergunakan
melakukan amaliyah penembakan terhadap orang-orang Nasrani dan Polisi.
Saat penyerahan senjata PEN GUN tersebut ATOK juga menyerahkan peluru
sebanyak 16 (enam belas) butir serta 1 (satu) selongsong peluru. Setelah itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
senjata PEN GUN berikut 16 butir peluru aktif dan satu selongsong disimpan
di rumah terdakwa, malam itu terdakwa mencoba belajar meletuskan senjata
api PEN GUN di pinggir jalan raya Jl. Pemuda Klaten dan menembak satu
butir peluru, setelah itu melakukan penembakan satu butir peluru di lokasi
acara pernikahan tersebut diatas, kemudian keesokan harinya senjata api
dikembaiikan oleh terdakwa kepada ATOK di rumah ATOK, sedangkan sisa
peluru 14 (empat belas) butir beserta 3 (tiga) buah selongsong peluru
disimpan di rumah terdakwa. Peluru tersebutlah yang ditemukan oleh Polisi
pada saat penggeledahan rumah terdakwa beberapa saat setelah terdakwa
ditangkap.
Bahwa sebagian dana yang digunakan dalam kegiatan kelompok
Ightiyalat berasal dari iuran anggota kelompok Ightiyalat yang diberikan
menurut keikhlasan dengan waktu yang tidak ditentukan tergantung
kebutuhan dan kemampuan masing-masing, terdakwa memberikan sekitar
Rp. 5.000,-(lima ribu rupiah) s,d Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah) beberapa
kali yang dikumpulkan dari uang saku pemberian orang tua (Bapak dan Ibu
terdakwa), begitu juga anggota lainnya untuk keperluan pembuatan bom dan
kegiatan lain, sepengetahuan terdakwa bahwa ada juga bantuan dana dari Tim
Hisbah Solo yang diserahkan melalui ROKI APRISDIANTO Alias ATOK
namun terdakwa tidak mengetahui siapa yang menyerahkan dari Tim Hisbah
Solo pimpinan SIGIT QORDOWI.
Perbuatan Terdakwa melakukan permufakatan dengan YUDA
ANGGORO, JOKO LELONO, AGUNG JATI SANTOSO, NUGROHO
BUDI SANTOSO, TRI BUDI SANTOSO, MUNCAR WAHYU, ROSID
ARIFIN, IRFAN ,ROKI APRISDIANTO alias ATOK untuk membuat,
merakit bom low explosive dan menempatkannya dibeberapa tempat umum
akan sangat membahayakan keselamatan jiwa orang-orang yang ada
disekitarnya, akan menimbulkan ketakutan bagi masyarakat, termasuk
kerusakan harta benda disekelilingnya, karena tempat-tempat penempatan
bom tersebut merupakan tempat umum, antara lain bom yang diletakkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terdakwa sendiri di Pos Polisi Lalulintas yang ada diperempatan jalan raya,
bom di Trotoar jalan Alun Alun Utara depan Polsek Pasar Kliwon, dan bom
di lokasi sebar apem Makam Ki Ageng Gribig Jatinom yang banyak
dikunjungi warga masyarakat, serta perbuatan terdakwa yang meletuskan
senjata api PEN GUN di pinggir jalan raya 31. Pemuda Klaten. Selain itu
Terdakwa juga menyimpan sisa-sisa bahan-bahan pembuatan bom serta
amunisi peluru senjata api PEN GUN di rumah terdakwa dan telah disita
2. Dakwaan
Hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai surat dakwaan penuntut
umum terhadap Kasus Nomor Reg.Perkara: PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11 adalah
sebagai berikut :
Tabel 1. Dakwaan Penuntut Umum
Dakwaan Ancaman
pidana
Tindak Pidana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERTAMA
PRIMAIR
Pasal 15 Jo. Pasal 9
Undang-Undang
Republik Indonesia No.
15 Tahun 2003 Tentang
Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. 1
Tahun 2002 Tentang
Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme
Menjadi Undang-
Undang.
Setiap orang yang dengan
sengaja melakukan melakukan
permufakatan jahat, percobaan
atau pembantuan, secara melawan
hukum memasukan ke indonesia,
membuat, menerima, memperoleh,
mencoba memperoleh,
menyerahkan atau mencoba
menyerahkan, menguasai,
membawa, mempunyai persediaan
padanya atau mempunyai dalam
miliknya, menyimpan,
mengangkut, menyembunyikan,
mempergunakan atau
rnengeluarkan ke dan, atau dari,
Indonesia sesuatu senjata api,
amunisi, atau sesuatu bahan
peledak dan bahan-bahan lainnya
yang berbahaya maksud untuk
melakukan tindak pidana terorisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SUBSIDAIR
Pasal 15 Jo. Pasal 7
Undang-Undang
Republik Indonesia No.
15 Tahun 2003 Tentang
Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. 1
Tahun 2002 Tentang
Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme
Menjadi Undang-
Undang.
Setiap orang yang dengan
sengaja melakukan melakukan
permufakatan jahat, percobaan
atau pembantuan untuk melakukan
tindak pidana terorisme, dengan
sengaja menggunakan kekerasan
atau ancaman kekerasan
bermaksud untuk menimbulkan
suasana teror atau rasa takut
terhadap orang secara meluas atau
menimbulkan korban yang bersifat
massal, dengan cara merampas
kemerdekaan atau hilangnya
nyawa dan harta benda orang lain
atau mengakibatkan kerusakan
atau kehancuran objek-objek vital
yang strategis atau lingkungan
hidup atau fasilitas publik atau
fasilitas internasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ATAU
KEDUA
Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Darurat No. 12
Tahun 1951
Barang siapa secara tanpa
hak memasukkan ke Indonesia,
membuat, menerima, mencoba
memperoleh, menyerahkan atau
mencoba menyerahkan,
menguasai, membawa,
mempunyai persediaan padanya
atau mempunyai dalam
miliknya, menyimpan,
mengangkut, menyembunyikan,
mempergunakan atau
mengeluarkan dari Indonesia suatu
senjata api, amunisi atau suatu
bahan peledak
3. Tuntutan
Tuntutan dari penuntut umum pada pokoknya adalah menuntut supaya
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klaten yang memeriksa dan mengadili perkara ini
memutuskan :
a. Menyatakan terdakwa ARGA WIRATAMA alias ARGA alias AHMAD Bin
PARTONO terbukti bersalah melakukan tindakan pidana Terorisme,
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 15 Jo Pasal 9 Undang-
undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 2002 Tentang
Pemberantasan Pidana Terorisme Menjadi Undang-undang sebagaimana
tercantum dalam Dakwaan Kesatu Primair;
b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa ARGA WIRATAMA alias ARGA alias
AHMAD Bin PARTONO dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap
ditahan.
c. Menyatakan barang bukti berupa:
1) 5 (lima) buah baterai kecil warna biru dan merah.
2) 4 (empat) buah wadah jam weker, satu diantaranya merk KAIWA.
3) 1 (satu) pasang sarung tangan kaos warna hitam.
4) 3 (tiga) butir selongsong peluru dan 14 (empat belas) butir peluru kaliber 22.
5) 1 (satu) buah palu besi.
6) 1 (satu) ember plastik berisi satu buah plastik serbuk halus warna hitam yang
merupakan serbuk arang / Carbon (kode a); 1 (satu) buah plastik serbuk kasar
warna coklat yang merupakan senyawa kimia dari Kalium Klorat (KclO3);
Blerang / Sulfur (S) dan unsur Carbon (C) (kode b); 1 (satu) buah plastik
serbuk kasar warna hitam yang merupakan serbuk arang / unsur Carbon (kode
c).
7) 1 (satu) kantong plastik berisi arang hitam / Carbon.
8) 1 (satu) buah ayakan ukuran besar ; 29 (dua puluh sembilan) kotak korek api;
1 (satu) kantong plastik berisi 25 (dua puluh lima) batang korek api.
9) 1 (satu) kantong kain berisi 48 (empat puluh delapan) potongan besi.
10) 2 (dua) kantong serbuk warna putih, merk Traktor Pak Tani, yang merupakan
serbuk senyawa kimia dari Kalium Nitrat (KNO3).
11) 1 (satu) pasang sarung tangan latex warna kuning.
12) 1 (satu) stel baju Pramuka.
13) 1 (satu) buah helm biru warna putih.
14) 1 (satu) buah tas jinjing warna hitam tanpa merk.
15) 1 (satu) buah tas ransel warna hitam tanpa merk.
16) Kabel merah hijau.
17) Potongan kabel.
18) 1 (satu) buah dompet warna hitam berisi ; STNK Honda Astrea an. SLAMET
SUDARYANTO, Kartu Tanda Penduduk (KTP) an. ARGA WIRATAMA,
Kartu Tanda Anggota Pramuka dan Kartu Tanda Anggota Kawula Muda
Pecinta Alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19) 1 (satu) bungkus wadah styrofoam.
20) Rangkaian elektronik yang terdiri atas 1 (satu) jam weker ; 1 (satu) buah
materai 9 V ; 1 (satu) buah baterai ukuran 1,5 V dan 1 (satu) buah switch On-
Of.
21) 1 (satu) buah detonator rakitan yang telah diurai.
22) 5 (lima) buah botol plastik, ukuran 600 ml.
23) 2 (dua) buah kaleng.
24) 1 (satu) bungkus plastik serpihan jam, 1 (satu) buah baterai 9 V.
25) 3 (tiga) buah detonator rakitan.
26) 3 (tiga) bungkus plastik berisi serbuk warna hitam.
27) 578 (lima ratus tujuh puluh delapan) buah paku.
28) 1 (satu) bungkus plastik berisi jam weker, 2 (dua) buah baterai dan rangkaian
elektronik.
29) 1 (satu) buah detonator rakitan.
30) 1 (satu) bungkus plastik berisi serbuk warna kehitaman, 537 (lima ratus tiga
puluh tujuh) buah paku berbagai ukuran.
31) 1 (satu) buah kaleng.
32) 1 (satu) bungkus plastik berisi serpihan jam, 2 (dua) buah baterai dan
serpihan rangkaian elektronik.
33) 1 (satu) buah detonator rakitan.
34) 1 (satu) bungkus plastik serbuk warna kehitaman ; 716 (tujuh ratus
enambelam) buah paku berbagai ukuran.
35) 1 (satu) buah kaleng.
36) 1 (satu) unit sepeda motor HONDA C100 No. Pol.B-3709-IE berikut BPKB
dan STNK.
37) 1 (satu) buah ransel warna hitam.
Dikembalikan kepada Penyidik untuk dipergunakan dalam perkara lain;
d. Menetapkan supaya terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp.
2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).
4. Putusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan fakta-fakta dan alat bukti yang ada, putusan yang dijatuhkan
oleh hakim Pengadilan Negeri Klaten adalah sebagai berikut :
a. Menyatakan Terdakwa Anak ARGA WIRATAMA alias ARGA alias
AHMAD bin PARTONO, sebagaimana tersebut diatas, telah terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana kejahatan terorisme;
b. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada diri Terdakwa anak tersebut,
dengan pidana penjara selama 2 ( dua ) tahun;
c. Menetapkan bahwa masa penahan yang telah dijalani terdakwa oleh anak
tersebut, dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan kepadanya;
d. Menetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;
e. Menyatakan barang bukti berupa :
1) 5 (lima) buah baterai kecil warna biru dan merah.
2) 4 (empat) buah wadah jam weker, satu diantaranya merk KAIWA.
3) 1 (satu) pasang sarung tangan kaos warna hitam.
4) 3 (tiga) butir selongsong peluru dan 14 (empat belas) butir peluru kaliber
22.
5) 1 (satu) buah palu besi.
6) 1 (satu) ember plastik berisi satu buah plastik serbuk halus warna hitam
yang merupakan serbuk arang / Carbon (kode a); 1 (satu) buah plastik
serbuk kasar warna coklat yang merupakan senyawa kimia dari Kalium
Klorat (KclO3); Blerang / Sulfur (S) dan unsur Carbon (C) (kode b); 1
(satu) buah plastik serbuk kasar warna hitam yang merupakan serbuk
arang / unsur Carbon (kode c).
7) 1 (satu) kantong plastik berisi arang hitam / Carbon.
8) 1 (satu) buah ayakan ukuran besar ; 29 (dua puluh sembilan) kotak korek
api; 1 (satu) kantong plastik berisi 25 (dua puluh lima) batang korek api.
9) 1 (satu) kantong kain berisi 48 (empat puluh delapan) potongan besi.
10) 2 (dua) kantong serbuk warna putih, merk Traktor Pak Tani, yang
merupakan serbuk senyawa kimia dari Kalium Nitrat (KNO3).
11) 1 (satu) pasang sarung tangan latex warna kuning.
12) 1 (satu) stel baju Pramuka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13) 1 (satu) buah helm biru warna putih.
14) 1 (satu) buah tas jinjing warna hitam tanpa merk.
15) 1 (satu) buah tas ransel warna hitam tanpa merk.
16) Kabel merah hijau.
17) Potongan kabel.
18) 1 (satu) buah dompet warna hitam berisi ; STNK Honda Astrea an.
SLAMET SUDARYANTO, Kartu Tanda Penduduk (KTP) an. ARGA
WIRATAMA, Kartu Tanda Anggota Pramuka dan Kartu Tanda Anggota
Kawula Muda Pecinta Alam.
19) 1 (satu) bungkus wadah styrofoam.
20) Rangkaian elektronik yang terdiri atas 1 (satu) jam weker ; 1 (satu) buah
materai 9 V ; 1 (satu) buah baterai ukuran 1,5 V dan 1 (satu) buah switch
On-Of.
21) 1 (satu) buah detonator rakitan yang telah diurai.
22) 5 (lima) buah botol plastik, ukuran 600 ml.
23) 2 (dua) buah kaleng.
24) 1 (satu) bungkus plastik serpihan jam, 1 (satu) buah baterai 9 V.
25) 3 (tiga) buah detonator rakitan.
26) 3 (tiga) bungkus plastik berisi serbuk warna hitam.
27) 578 (lima ratus tujuh puluh delapan) buah paku.
28) 1 (satu) bungkus plastik berisi jam weker, 2 (dua) buah baterai dan
rangkaian elektronik.
29) 1 (satu) buah detonator rakitan.
30) 1 (satu) bungkus plastik berisi serbuk warna kehitaman, 537 (lima ratus
tiga puluh tujuh) buah paku berbagai ukuran.
31) 1 (satu) buah kaleng.
32) 1 (satu) bungkus plastik berisi serpihan jam, 2 (dua) buah baterai dan
serpihan rangkaian elektronik.
33) 1 (satu) buah detonator rakitan.
34) 1 (satu) bungkus plastik serbuk warna kehitaman ; 716 (tujuh ratus
enambelam) buah paku berbagai ukuran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35) 1 (satu) buah kaleng.
36) 1 (satu) unit sepeda motor HONDA C100 No. Pol.B-3709-IE berikut
BPKB dan STNK.
37) 1 (satu) buah ransel warna hitam
Dikembalikan kepada jaksa penuntut umum untuk dipergunakan dalam
perkara lain;
f. Membebani terdakwa untuk membayar ongkos perkara ini sebesar Rp. 5.000
(lima
ribu rupiah).
B. Pembahasan
1. Analisis Konstruksi Hukum Penuntut Umum dalam Menyusun Surat
Dakwaan pada Kasus Nomor Reg.Perkara: PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11
Mencermati paparan kasus posisi surat dakwaan, selanjutnya peneliti akan
menguraikan pembahasan sebagai berikut. Penyusunan konstruksi hukum penuntut
umum suatu surat dakwaan yang baik adalah merupakan awal keberhasilan tugas
penuntut umum dalam melakukan penuntutan, karena surat dakwaan menduduki
posisi sentral dalam proses penyelesaian perkara pidana di Pengadilan. Dikatakan
menduduki posisi sentral, karena surat dakwaan menjadi dasar dan membatasi ruang
lingkup pemeriksaan sidang pengadilan, dasar pembuktian, dasar tuntutan pidana,
dasar putusan pengadilan dan dasar dalam melancarkan upaya hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perbuatan Pelaku Undang-Undang
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan permufakatan jahat, percobaan atau pembantuan, secara melawan hukum memasukan ke indonesia, membuat, menerima, memperoleh, mencoba memperoleh, menyerah-kan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempu-nyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, me-nyembunyikan, mempergunakan atau rnengeluarkan ke dan, atau dari, Indonesia sesuatu senjata api, amunisi, atau sesuatu bahan peledak dan bahan-bahan lainnya yang berbahaya maksud untuk melakukan tindak pidana terorisme
Pasal 15 Jo. Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang.
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan permufakatan jahat, percobaan atau pembantuan untuk melakukan tindak pidana terorisme, dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran objek-objek vital yang strategis atau lingkungan
Pasal 15 Jo. Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional
Barang siapa secara tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, me-nguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, me-nyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia suatu senjata api, amunisi atau suatu bahan peledak
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat No. 12 Tahun 1951
Gambar 2. Skematik Kontruksi Hukum Penuntut Umum
Mencermati paparan skematik konstruksi hukum penuntut umum dalam
dakwaan kasus Nomor Reg.Perkara:PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11 dapat peneliti
jabarkan mengenai konstruksi hukum yang disusun penuntut umum dengan melalui
tahapan-tahapan dan saat penemuan hukum.
a. Tahap Konstatir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hakim mengkonstatir benar atau tidaknya peristiwa yang diajukan. Pada
tahap ini Penuntut Umum berkewajiban membuktikan kasus tersebut melalui alat
alat bukti. Dalam kasus tersebut, terdakwa ARGA WIRATAMA beserta
kelompoknya telah melakukan perbuatan : 1) Dengan sengaja melakukan
permufakatan jahat, percobaan atau pembantuan, secara melawan hukum
memasukan ke indonesia, membuat, menerima, memperoleh, mencoba
memperoleh, menyerah-kan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa,
mempu-nyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan,
mengangkut, me-nyembunyikan, mempergunakan atau rnengeluarkan ke dan,
atau dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi, atau sesuatu bahan peledak dan
bahan-bahan lainnya yang berbahaya maksud untuk melakukan tindak pidana
terorisme; 2) Sengaja melakukan permufakatan jahat, percobaan atau
pembantuan untuk melakukan tindak pidana terorisme, dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan
suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan
korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya
nyawa dan harta benda orang lain atau mengakibatkan kerusakan atau
kehancuran objek-objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas
publik atau fasilitas internasional; 3) Tanpa hak memasukkan ke Indonesia,
membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba
menyerahkan, me-nguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau
mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, me-nyembunyikan,
mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia suatu senjata api, amunisi
atau suatu bahan peledak.
Perbuatan tersebut didukung dengan ditemukannya barang bukti sebagai
berikut :
1) 5 (lima) buah baterai kecil warna biru dan merah.
2) 4 (empat) buah wadah jam weker, satu diantaranya merk KAIWA.
3) 1 (satu) pasang sarung tangan kaos warna hitam.
4) 3 (tiga) butir selongsong peluru dan 14 (empat belas) butir peluru kaliber 22.
5) 1 (satu) buah palu besi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) 1 (satu) ember plastik berisi satu buah plastik serbuk halus warna hitam yang
merupakan serbuk arang / Carbon (kode a); 1 (satu) buah plastik serbuk kasar
warna coklat yang merupakan senyawa kimia dari Kalium Klorat (KclO3);
Blerang / Sulfur (S) dan unsur Carbon (C) (kode b); 1 (satu) buah plastik
serbuk kasar warna hitam yang merupakan serbuk arang / unsur Carbon (kode
c).
7) 1 (satu) kantong plastik berisi arang hitam / Carbon.
8) 1 (satu) buah ayakan ukuran besar ; 29 (dua puluh sembilan) kotak korek api;
1 (satu) kantong plastik berisi 25 (dua puluh lima) batang korek api.
9) 1 (satu) kantong kain berisi 48 (empat puluh delapan) potongan besi.
10) 2 (dua) kantong serbuk warna putih, merk Traktor Pak Tani, yang merupakan
serbuk senyawa kimia dari Kalium Nitrat (KNO3).
11) 1 (satu) pasang sarung tangan latex warna kuning.
12) 1 (satu) stel baju Pramuka.
13) 1 (satu) buah helm biru warna putih.
14) 1 (satu) buah tas jinjing warna hitam tanpa merk.
15) 1 (satu) buah tas ransel warna hitam tanpa merk.
16) Kabel merah hijau.
17) Potongan kabel.
18) 1 (satu) buah dompet warna hitam berisi ; STNK Honda Astrea an. SLAMET
SUDARYANTO, Kartu Tanda Penduduk (KTP) an. ARGA WIRATAMA,
Kartu Tanda Anggota Pramuka dan Kartu Tanda Anggota Kawula Muda
Pecinta Alam.
19) 1 (satu) bungkus wadah styrofoam.
20) Rangkaian elektronik yang terdiri atas 1 (satu) jam weker ; 1 (satu) buah
materai 9 V ; 1 (satu) buah baterai ukuran 1,5 V dan 1 (satu) buah switch On-
Of.
21) 1 (satu) buah detonator rakitan yang telah diurai.
22) 5 (lima) buah botol plastik, ukuran 600 ml.
23) 2 (dua) buah kaleng.
24) 1 (satu) bungkus plastik serpihan jam, 1 (satu) buah baterai 9 V.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25) 3 (tiga) buah detonator rakitan.
26) 3 (tiga) bungkus plastik berisi serbuk warna hitam.
27) 578 (lima ratus tujuh puluh delapan) buah paku.
28) 1 (satu) bungkus plastik berisi jam weker, 2 (dua) buah baterai dan rangkaian
elektronik.
29) 1 (satu) buah detonator rakitan.
30) 1 (satu) bungkus plastik berisi serbuk warna kehitaman, 537 (lima ratus tiga
puluh tujuh) buah paku berbagai ukuran.
31) 1 (satu) buah kaleng.
32) 1 (satu) bungkus plastik berisi serpihan jam, 2 (dua) buah baterai dan
serpihan rangkaian elektronik.
33) 1 (satu) buah detonator rakitan.
34) 1 (satu) bungkus plastik serbuk warna kehitaman ; 716 (tujuh ratus
enambelam) buah paku berbagai ukuran.
35) 1 (satu) buah kaleng.
36) 1 (satu) unit sepeda motor HONDA C100 No. Pol.B-3709-IE berikut BPKB
dan STNK.
37) 1 (satu) buah ransel warna hitam.
Dengan demikian dapat disimpulkan oleh penulis bahwa penuntut umum
menetapkan terdakwa ARGA WIRATAMA beserta kelompoknya telah
melakukan permufakatan jahat, melawan hukum di Indonesia yaitu dengan
mempunyai persediaan dan memilikinya serta mempergunakan sesuatu senjata
api, amunisi atau sesuatu bahan peledak dan bahan-bahan lainnya yang
berbahaya, selain itu terdakwa juga telah melakukan tindak pidana terorisme.
b. Tahap Kualifisir ( Kualifikasi )
Hakim kemudian mengkualifisir termasuk hubungan hukum apa tindakan si
terdakwa tersebut.
Dalam hal ini Penuntut umum dalam menyusun surat dakwaan
berkewajiban juga untuk mengkualifisir atau perbuatan terdakwa termasuk
melanggar hukum apa. Perbuatan terdakwa dikualifisir sebagai perbuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melawan hukum yang dengan sengaja melakukan permufakatan jahat, percobaan
atau pembantuan, secara melawan hukum memasukan ke indonesia, membuat,
menerima, memperoleh, mencoba memperoleh, menyerah-kan atau mencoba
menyerahkan, menguasai, membawa, mempu-nyai persediaan padanya atau
mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, me-nyembunyikan,
mempergunakan atau rnengeluarkan ke dan, atau dari, Indonesia sesuatu senjata
api, amunisi, atau sesuatu bahan peledak dan bahan-bahan lainnya yang
berbahaya maksud untuk melakukan tindak pidana terorisme; (Pasal 15 Jo. Pasal
9 Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang) atau karena
sengaja melakukan permufakatan jahat, percobaan atau pembantuan untuk
melakukan tindak pidana terorisme, dengan sengaja menggunakan kekerasan
atau ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa
takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta
benda orang lain atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran objek-objek
vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas
internasional (Pasal 15 Jo. Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia No. 15
Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Menjadi Undang-Undang) dan atau karena tanpa hak memasukkan ke Indonesia,
membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba
menyerahkan, me-nguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau
mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, me-nyembunyikan,
mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia suatu senjata api, amunisi
atau suatu bahan peledak (Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat No. 12
Tahun 1951).
c. Tahap Konstituir
Pada tahap ini Hakim menetapkan hukumnya terhadap yang bersangkutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(para pihak atau terdakwa). Di sini hakim menggunakan sillogisme, yaitu
menarik suatu simpulan dari premis mayor berupa aturan hukumnya dan premis
minor berupa tindakan si terdakwa.
Dalam tahap ini Penuntut umum memvonis terdakwa berdasarkan
berdasarkan undang-undang yang menjeratnya :
1) Pasal 15 Jo. Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003
bahwa;
a) Pasal 15 UU No. 15 Tahun 2003 Setiap orang yang melakukan permufakatan jahat, percobaan, atau pembantuan untuk melakukan tindak pidana terorisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 dipidana dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidananya.
b) Pasal 9 UU No. 15 Tahun 2003 Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan ke dan/atau dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi, atau sesuatu bahan peledak dan bahan-bahan lainnya yang berbahaya dengan maksud untuk melakukan tindak pidana terorisme, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
2) Pasal 15 Jo. Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 bahwa; a) Pasal 15 UU No. 15 Tahun 2003
Setiap orang yang melakukan permufakatan jahat, percobaan, atau pembantuan untuk melakukan tindak pidana terorisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 dipidana dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidananya.
b) Pasal 7 UU No. 15 Tahun 2003 Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau untuk menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik, atau fasilitas internasional, dipidana dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pidana penjara paling lama seumur hidup
3) Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat No. 12 Tahun 1951 Barang siapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia membuat,
menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara setinggi-tingginya 20 (dua puluh) tahun.
Sebelum membuat surat dakwaan yang perlu diperhatikan seorang penuntut
umum adalah menguasai hukum materiil terhadap tindak pidana yang dilakukan
oleh terdakwa. Menguasai hukum materiil secara baik, termasuk juga mengenai
dasar hukum yang tepat untuk menjerat perbuatan terdakwa.
Ketentuan mengenai tindak pidana terorisme dapat dijumpai dalam Pasal 15
Jo. Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang, Pasal
15 Jo. Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang.
Selanjutnya, peraturan mengenai tindak pidana terorisme dapat dijumpai pula dalam
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat No. 12 Tahun 1951.
Dengan mengetahui secara umum pengaturan tindak pidana terorisme dalam
peraturan perundang-undangan, maka penuntut umum dapat menjadikannya sebagai
acuan dalam menentukan ketentuan hukum mana yang tepat untuk menjerat
perbuatan tindak pidana terorisme anak dibawah umur yang dilakukan oleh terdakwa
atau dengan orang lain. Pembuatan konstruksi hukum dakwaan dalam suatu perkara
pidana menurut undang-undang harus segera dibuat setelah penuntut umum
berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan.
Seorang ahli hukum harus bijak dalam menyusun Konstruksi Hukum,
Apalagi Penuntut umum untuk menghindari kesalahan dalam menyusun dakwaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
maka pembuatan konstruksi hukum dalam surat dakwaan harus benar, tepat, dan
sempurna yaitu dengan:
1) Penghalusan Hukum (rechtsverfijning)
Perbuatan Terdakwa dan teman- teman Kolompok Ightiyalat, pada sekitar
akhir November - awal Desember 2010 telah membuat 5 (lima) rangkaian Bom
Molotov dan kemudian dalam waktu yang hampir bersamaan telah diletakkan
untuk diledakkan : 1. di Pos Jaga Polantas 03 Dukuh Sukorame Desa Karang
Kecamatan Delanggu Kab. Klaten ; 2. di depan Gereja Kristen Jawa Manjung,
Dukuh Tuban Kulon Kec. Ngawen Kab. Klaten; 3. di depan Pintu Kapel Santa
Ancilla Dukuh Plumbon Desa Karanglo, Kec. Polanharjo, Kab. Klaten; 4 . di Gua
Bunda Maria di Sendang Sri Ningsih. Perbatasan Klaten - Yogyakarta ; 5. di Pos
Polisi Simpang Empat Rumah Sakit Islam (RSI) Jl. Raya Solo-Yogyakarta
Dukuh Kerun Baru Desa Belang Wetan Kec. Klaten Utara Kab. Klaten
Selain daripada itu Terdakwa bersama-sama dengan kelompoknya, yaitu
AGUNG JATI SANTOSO, Saksi NUGROHO BUDI SANTOSO, Saksi TRI
BUDI SANTOSO, saksi YUDA ANGGORO dan saksi JOKO LELONO telah
pula membuat beberapa rangkaian Bom dan kemudian menempatkan untuk
diledakkan di berbagai tempat sebagaimana tersebut diatas, ternyata dilandasi
suatu pemahaman tentang jihad menurut penafsiran kelompoknya dan bertujuan
atau bermaksud, antara lain sebagai perwujudan dari amaliah Jihadiyah untuk
tegaknya syariat Islam dalam bentuk :
a. Memerangi orang-orang yang dianggap kafir, orang-orang yang tidak
berhukum kepada hukum Allah;
b. Sebagai Aksi balas dendam terhadap Togut dan orang'orang kafir yang
memerangi dan menangkap para mujahidin;
c. Penempatan dan peledakan di Gereja Manjung dan Gereja Polanharjo, dan di
Gua Maria Sendang Sriningsih Prambanan dengan tujuan memerangi orang
Kristen;
d. Penempatan dan peledakan Bom di Masjid Pancasila At-ta'awun, Asy-syifa
dan Baitul makmur, menjadi target pengeboman dengan maksud adu domba,
agar masyarakat menduga bahwa pelakunya adalah kelompok dari orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kafir, selain itu juga karena Masjid ini dianggap sebagai Masjid dhiror atau
milik orang orang munafik;
e. Penempatan dan Peledakan dikompiek makam Ki Ageng Gribig di Jatinom
Klaten pada acara saparan dan penyebaran apem ya qowiyyu karena hal itu
merupakan kemusrikan dan menyebabkan kekafiran;
f. Penempelan surat ancaman baik di Pagar Polsek Pasar Kliwon Alun Ulun
Utara Solo dan Surat Ancaman bersamaan dengan peletakan bom pada acara
acara saparan dan penyebaran apem ya qowiyyu di Jatinom Klaten untuk
memeringatkan orang orang agar tidak melakukan kemusrikan.
Tindakan Terdakwa dan kelompoknya tersebut diatas telah ternyata
dilakukan dengan penuh kesadaran untuk memperjuangkan norma-norma yang
dianggap benar oleh kelompoknya, antara lain Kelompok yang diikuti Terdakwa
meyakini bahwa "jihad yang paling besar adalah melawan orang kafir", "jihad
siapa yang dengan jihadnya melakukan
pembunuhan orang kaf'ir akan mendapatkan pahala.
Pandangan-pandangan atau pemahaman tentang jihad tersebut diatas yang
disampaikan oleh Ustad MUS'AB dalam setiap kajian-kajiannya, kemudian
menjadi pemahaman kelompok yang diikuti terdakwa tersebut, telah
memprovokasi dan membuat semangat bagi anggotanya untuk mempraktekkan
amaliyah-amaliyah dengan tujuan menteror orang lain, menimbulkan
ketidaknyamanan atau gangguan terhadap publik, dengan mengabaikan akibat
yang timbul dari teror tersebut.
Tindakan atau perbuatan Terdakwa dengan kelompoknya tersebut
kemudian telah menimbulkan perasaan cemas, ketakutan dan perasaan was-was,
bagi masyarakat dan atau bagi orang-orang yang bekerja dilingkungan tempat
dimana rangkaian bom atau surat ancaman tersebut ditemukan.
Hal-hal tersebut diatas, menurut Hakim Majelis adalah merupakan ciri-
ciri atau parameter suatu tindakan yang disebut terorisme, dengan demikian
maksud atau tujuan yang dikehendaki oleh Terdakwa dan kelompoknya, dalam
melakukan berbagai perbuatan peletakan dan peledakan bom sebagaimana
tersebut diatas telah tercapai atau terpenuhi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan pertimbangan - pertimbangan tersebut diatas, maka Unsur ke
4. Yaitu unsur dengan maksud untuk melakukan tindak pidana terorisme telah
dipenuhi oleh perbuatan terdakwa, oleh karena semua unsur-unsur dari pasal 15
Jo. Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang,
telah dipenuhi oleh perbuatan terdakwa dan oleh karena, menurut pertimbangan
Hakim Majelis, tidak terdapat adanya alasan-alasan pemaaf maupun alasan-
alasan pembenar atas perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa tersebut, maka
Terdakwa harus dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut
umum dalam Surat Dakwaan pada Alternatif Pertama Kesatu primair dan harus
pula dijatuhi pidana.
Sebelum Hakim Majelis, menjatuhkan pidana terhadap diri terdakwa,
maka terlebih dahulu akan dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Hal-hal yang memberatkan :
a. Bahwa Perbuatan terdakwa telah menimbulkan rasa takut di masyarakat;
b. Bahwa Perbuatan terdakwa dapat menimbulkan rasa permusuhan antar umat
beragama:
c. Bahwa Perbuatan terdakwa dapat mengancam jiwa orang lain;
Hal-hal yang meringankan :
a. Bahwa Perbuatan Terdakwa didorong oleh jiwa muda yang penuh semangat
dan kemudian dimanfaatkan secara salah oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab, termasuk dalam hal ini oleh Ustad Mus'ab maupun oleh
Saksi ROKI APRISDIANTO alias ATOK ;
b. Bahwa Terdakwa masih berusia anak-anak sehingga masih dapat diharapkan
untuk memperbaiki kehidupannya;
c. Bahwa Orang tua terdakwa sangat mengharapkan agar terdakwa kembali
dapat menjalankan kehidupan yang baik sehingga dapat meraih masa depan
yang lebih baik;
d. Terdakwa sopan di persidangan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Bahwa Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya;
f. Bahwa Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan
mengulangi;
g. Bahwa Terdakwa belum pernah dihukum.
Selain hal-hal tersebut diatas, Hakim Majelis perlu mempertimbangkan
Laporan Hasil Penelitian Balai Pemasyarakatan yang antara lain, mengemukakan
;
a. Terdakwa masih muda usianya, masih ada kesempatan untuk memperbaiki
diri, pintar dan diharapkan bisa menjadi salah satu aset bangsa;
b. Terdakwa telah menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi
lagi;
c. Selama proses hukum berjalan, terdakwa bersikap baik dan jujur;
d. Terdakwa sebagai anak tertua dalam keluarga dan kehadirannya sangat
dibutuhkan orang tua dan adik-adiknya.
Untuk itu pentingnya penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan
yang terbaik bagi anak ( mengacu pada UU No.23/2002 tentang perlindung an
Anak, pasal 64 ayat (2) huruf (d). Apabila dalam persidangan ARGA
WIRATAMA terbukti bersalah. maka agar dituntut dan dijatuhi pidana penjara
dengan memperhatikan hal-hal yang meringankan dengan berpedoman pada
pasal 26 ayat (1) UU Nomor 3 tahun 1997, agar secepatnya ARGA WIRATAMA
kembali kepada orang tua, melanjutkan pendidikan demi masa depan dirinya dan
keluarga serta negara. Sebagaimana tersebut dalam pasal 26 ayat ( 1 ) Undang-
Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, bahwa Pidana penjara,
yang dapat dijatuhkan kepada terdakwa anak paling lama atau paling banyak
adalah ½ ( satu per dua ) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang
dewasa.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas dan dengan
memperhatikan ketentuan pasal 26 ayat ( 1) dan ayat ( 2 ) UU No. 3 tahun 1997
tentang Pengadilan Anak dihubungkan dengan pasal 15 Jo. Pasal 9 Undang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang , maka
menurut Hakim Majelis ancaman pidana terhadap terdakwa anak dalam perkara
tindak pidana teroris paling lama adalah 20 tahun penjara dan mengesampingkan
ketentuan mengenai penjatuhan pidana khusus.
Selanjutnya bilamana terdakwa harus dijatuhi pidana penjara,
sebagaimana yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum , maka menurut Hakim
Majelis, pidana yang akan dijatuhkan, tidaklah hanya semata-mata dipandang
sebagai pembalasan agar terdakwa tidak melakukan perbuatan pidana lagi di
kemudian hari, akan tetapi terkandung pula tujuan bahwa pidana tersebut
sekaligus sebagai sarana pembelajaran dan pembinaan agar terdakwa menjadi
manusia yang lebih baik dan bermartabat di tengah-tengah masyarakat setelah
menjalani masa pemidanaannya.
Pemikiran yang demikian ini, maka tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang
menuntut agar terdakwa dijatuhi pidana penjara selama 4 ( empat) tahun, menurut
pendapat Hakim Majelis masih terlalu berat bagi diri terdakwa yang masih anak-
anak dan oleh karena itu pula harus diturunkan, sehingga hakim dalam
putusannya memutus 2 (dua) tahun penjara. Tujuan dari pemidanaan itu sendiri,
khususnya terhadap diri terdakwa akan lebih tepat dan bermanfaat.
2) Argumentum a contrario
Berdasarkan fakta fakta diatas bahwa terdakwa kasus terorisme yang
dilakukan oleh anak dibawah umur ARGA WIRATAMA, telah terbukti
melakukan tindak pidana terorisme dan kepemilikan senjata api, maka sesuai
pengertian dari Argumentum a contrario itu sendiri dalam konstruksi hukum,
seharusnya Penuntut umum dalam menyusun surat dakwaan sesuai dengan
dengan Undang-undang Terorisme dengan Pasal 15 Jo. Pasal 9 Undang-Undang
Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang, dengan
ancaman hukuman maksimal 20 tahun penjara, Subsider Pasal 15 Jo. Pasal 7
Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang, dan Pasal 1
ayat 1 Undang-Undang darurat No.12 Tahun 1951, akan tetapi penuntut umum
dalam menyusun surat dakwaan juga masih mempertimbangkan bahwa pelaku
dikategorikan masih dibawah umur sehingga penuntut umum dalam menyusun
surat dakwaan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak, dengan menetapkan dakwaan pidana 4 ( empat ) tahun penjara.
Akan tetapi dakwaan dirasa hakim masih terlalu berat dan tidak memikirkan
masa depan si anak, sehingga hakim dalam putusannya menyatakan terdakwa
pelaku tindak pidana terorisme yang dilakukan oleh anak dibawah umur ARGA
WIRATAMA dihukum selama 2 (dua) tahun penjara, atau ½ (satu per dua) dari
dakwaan yang dibuat oleh Penuntut umum.
2. Tingkat Persesuian Konstruksi Hukum Penuntut Umum terhadap Putusan
Hakim Nomor : 19/Pid.Sus/2011/PN.Klt
Mengkaji mengenai Tingkat Persesuian Konstruksi Hukum Penuntut Umum
Terhadap Putusan Hakim Nomor 19/Pid.Sus/2011/PN.Klt. harus dilihat ancaman
pasal yang didakwakan dan tuntutan penuntut umum maupun putusan yang
dijatuhkan hakim. Tingkat Persesuian Konstruksi Hukum Penuntut Umum Terhadap
Putusan Hakim akan diketahui ketika membandingkan ketiga dokumen yakni surat
dakwaan, requisitoir (surat tuntutan) dan putusan pengadilan. Sebelum membahas
lebih jauh Tingkat Persesuian Konstruksi Hukum Penuntut Umum Terhadap Putusan
Hakim Nomor 19/Pid.Sus/2011/PN.Klt, Berikut ini adalah hasil penelitian
terhadap ketiga dokumen yang dimaksud :
Tabel 2. Dakwaan, Tuntutan (Requisitoir), Putusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Dakwaan 1) . Dakwaan Pertama :
Primair
Perbutan terdakwa melanggar Pasal 15 Jo. Pasal 9
Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003
Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang dan dipidana
dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun.
Subsidair
Perbuatan terdakwa melanggar Pasal 15 Jo. Pasal 7
Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003
Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang dipidana dengan
pidana penjara paling lama seumur hidup.
ATAU
2). Dakwaan Kedua :
Perbuatan terdakwa melanggar Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Darurat No. 12 Tahun 1951 dan diancam
dengan pidana penjara dengan hukuman mati atau hukuman
penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara
setinggi-tingginya dua puluh tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Tuntutan 1) Menyatakan terdakwa ARGA WIRATAMA alias ARGA
alias AHMAD Bin PARTONO terbukti bersalah melakukan
tindakan pidana Terorisme, sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 15 Jo Pasal 9 Undang-undang
Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan
peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1
Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Pidana Terorisme
Menjadi Undang-undang sebagaimana tercantum dalam
Dakwaan Kesatu Primair.
2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa ARGA
WIRATAMA alias ARGA alias AHMAD Bin PARTONO
dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun dikurangi
selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah
terdakwa tetap ditahan.
3) Menyatakan barang bukti berupa :
- 5 (lima) buah baterai kecil warna biru dan merah.
- 4 (empat) buah wadah jam weker, satu diantaranya
merk KAIWA.
- 1 (satu) pasang sarung tangan kaos warna hitam.
- 3 (tiga) butir selongsong peluru dan 14 (empat belas)
butir peluru kaliber 22.
- 1 (satu) buah palu besi.
- 1 (satu) ember plastik berisi satu buah plastik serbuk
halus warna hitam yang merupakan serbuk arang /
Carbon (kode a); 1 (satu) buah plastik serbuk kasar
warna coklat yang merupakan senyawa kimia dari
Kalium Klorat (KclO3); Blerang / Sulfur (S) dan unsur
Carbon (C) (kode b); 1 (satu) buah plastik serbuk kasar
warna hitam yang merupakan serbuk arang / unsur
Carbon (kode c).
- 1 (satu) kantong plastik berisi arang hitam / Carbon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
- 1 (satu) buah ayakan ukuran besar ; 29 (dua puluh
sembilan) kotak korek api; 1 (satu) kantong plastik
berisi 25 (dua puluh lima) batang korek api.
- 1 (satu) kantong kain berisi 48 (empat puluh delapan)
potongan besi.
- 2 (dua) kantong serbuk warna putih, merk Traktor Pak
Tani, yang merupakan serbuk senyawa kimia dari
Kalium Nitrat (KNO3).
- 1 (satu) pasang sarung tangan latex warna kuning.
- 1 (satu) stel baju Pramuka.
- 1 (satu) buah helm biru warna putih.
- 1 (satu) buah tas jinjing warna hitam tanpa merk.
- 1 (satu) buah tas ransel warna hitam tanpa merk.
- Kabel merah hijau.
- Potongan kabel.
- 1 (satu) buah dompet warna hitam berisi ; STNK Honda
Astrea an. SLAMET SUDARYANTO, Kartu Tanda
Penduduk (KTP) an. ARGA WIRATAMA, Kartu
Tanda Anggota Pramuka dan Kartu Tanda Anggota
Kawula Muda Pecinta Alam.
- 1 (satu) bungkus wadah styrofoam.
- Rangkaian elektronik yang terdiri atas 1 (satu) jam
weker ; 1 (satu) buah materai 9 V ; 1 (satu) buah baterai
ukuran 1,5 V dan 1 (satu) buah switch On-Of.
- 1 (satu) buah detonator rakitan yang telah diurai.
- 5 (lima) buah botol plastik, ukuran 600 ml.
- 2 (dua) buah kaleng.
- 1 (satu) bungkus plastik serpihan jam, 1 (satu) buah
baterai 9 V.
- 3 (tiga) buah detonator rakitan.
- 3 (tiga) bungkus plastik berisi serbuk warna hitam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
- 578 (lima ratus tujuh puluh delapan) buah paku.
- 1 (satu) bungkus plastik berisi jam weker, 2 (dua) buah
baterai dan rangkaian elektronik.
- 1 (satu) buah detonator rakitan.
- 1 (satu) bungkus plastik berisi serbuk warna kehitaman,
537 (lima ratus tiga puluh tujuh) buah paku berbagai
ukuran.
- 1 (satu) buah kaleng.
- 1 (satu) bungkus plastik berisi serpihan jam, 2 (dua)
buah baterai dan serpihan rangkaian elektronik.
- 1 (satu) buah detonator rakitan.
- 1 (satu) bungkus plastik serbuk warna kehitaman ; 716
(tujuh ratus enambelam) buah paku berbagai ukuran.
- 1 (satu) buah kaleng.
- 1 (satu) unit sepeda motor HONDA C100 No. Pol.B-
3709-IE berikut BPKB dan STNK.
- 1 (satu) buah ransel warna hitam
Dikembalikan kepada Penyidik untuk dipergunakan
dalam perkara lain
4) Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya
perkara sebesar Rp. 2.500 ( dua ribu lima ratus rupiah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Putusan 1) Menyatakan Terdakwa Anak ARGA WIRATAMA alias
ARGA alias AHMAD bin PARTONO, sebagaimana
tersebut diatas, telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana kejahatan
2) Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada diri Terdakwa
anak tersebut, dengan pidana penjara selama 2 ( dua ) tahun
3) Menetapkan bahwa masa penahan yang telah dijalani
terdakwa oleh anak tersebut, dikurangkan seluruhnya dari
pidana yang dijatuhkan kepadanya;
4) Menetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan
5) Menyatakan barang bukti berupa :
- 5 (lima) buah baterai kecil warna biru dan merah.
- 4 (empat) buah wadah jam weker, satu diantaranya
merk KAIWA.
- 1 (satu) pasang sarung tangan kaos warna hitam.
- 3 (tiga) butir selongsong peluru dan 14 (empat belas)
butir peluru kaliber 22.
- 1 (satu) buah palu besi.
- 1 (satu) ember plastik berisi satu buah plastik serbuk
halus warna hitam yang merupakan serbuk arang /
Carbon (kode a); 1 (satu) buah plastik serbuk kasar
warna coklat yang merupakan senyawa kimia dari
Kalium Klorat (KclO3); Blerang / Sulfur (S) dan unsur
Carbon (C) (kode b); 1 (satu) buah plastik serbuk kasar
warna hitam yang merupakan serbuk arang / unsur
Carbon (kode c).
- 1 (satu) kantong plastik berisi arang hitam / Carbon.
- 1 (satu) buah ayakan ukuran besar ; 29 (dua puluh
sembilan) kotak korek api; 1 (satu) kantong plastik
berisi 25 (dua puluh lima) batang korek api.
- 1 (satu) kantong kain berisi 48 (empat puluh delapan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
potongan besi.
- 2 (dua) kantong serbuk warna putih, merk Traktor Pak
Tani, yang merupakan serbuk senyawa kimia dari
Kalium Nitrat (KNO3).
- 1 (satu) pasang sarung tangan latex warna kuning.
- 1 (satu) stel baju Pramuka.
- 1 (satu) buah helm biru warna putih.
- 1 (satu) buah tas jinjing warna hitam tanpa merk.
- 1 (satu) buah tas ransel warna hitam tanpa merk.
- Kabel merah hijau.
- Potongan kabel.
- 1 (satu) buah dompet warna hitam berisi ; STNK Honda
Astrea an. SLAMET SUDARYANTO, Kartu Tanda
Penduduk (KTP) an. ARGA WIRATAMA, Kartu
Tanda Anggota Pramuka dan Kartu Tanda Anggota
Kawula Muda Pecinta Alam.
- 1 (satu) bungkus wadah styrofoam.
- Rangkaian elektronik yang terdiri atas 1 (satu) jam
weker ; 1 (satu) buah materai 9 V ; 1 (satu) buah baterai
ukuran 1,5 V dan 1 (satu) buah switch On-Of.
- 1 (satu) buah detonator rakitan yang telah diurai.
- 5 (lima) buah botol plastik, ukuran 600 ml.
- 2 (dua) buah kaleng.
- 1 (satu) bungkus plastik serpihan jam, 1 (satu) buah
baterai 9 V.
- 3 (tiga) buah detonator rakitan.
- 3 (tiga) bungkus plastik berisi serbuk warna hitam.
- 578 (lima ratus tujuh puluh delapan) buah paku.
- 1 (satu) bungkus plastik berisi jam weker, 2 (dua) buah
baterai dan rangkaian elektronik.
- 1 (satu) buah detonator rakitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
- 1 (satu) bungkus plastik berisi serbuk warna kehitaman,
537 (lima ratus tiga puluh tujuh) buah paku berbagai
ukuran.
- 1 (satu) buah kaleng.
- 1 (satu) bungkus plastik berisi serpihan jam, 2 (dua)
buah baterai dan serpihan rangkaian elektronik.
- 1 (satu) buah detonator rakitan.
- 1 (satu) bungkus plastik serbuk warna kehitaman ; 716
(tujuh ratus enambelam) buah paku berbagai ukuran.
- 1 (satu) buah kaleng.
- 1 (satu) unit sepeda motor HONDA C100 No. Pol.B-
3709-IE berikut BPKB dan STNK.
- 1 (satu) buah ransel warna hitam
Dikembalikan kepada jaksa penuntut umum
untuk dipergunakan dalam perkara lain;
6) Membebani terdakwa untuk membayar ongkos perkara ini
sebesar Rp. 5.000 (lima ribu rupiah)
Berkaitan dengan surat dakwaan penuntut umum dalam kasus Nomor
Reg.Perkara: PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11 Terhadap Putusan Hakim Nomor
19/Pid.Sus/2011/PN.Klt setelah mengetahui fakta-fakta yang terungkap yaitu
keterangan saksi-saksi, keterangan saksi ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa
dan barang bukti, maka perbuatan terdakwa ARGA WIRATAMA telah sesuai
dengan pasal yang dilanggar yaitu Pasal 15 Jo. Pasal 9 Undang-Undang Republik
Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme Menjadi Undang-Undang sebagaimana pada dakwaan pertama primair
dalam surat dakwaan penuntut umum. Selanjutnya berdasarkan pembuktian
mengenai unsur pasal tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa ARGA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
WIRATAMA, oleh karena dakwaan penuntut umum dibuat secara alternatif maka
penuntut umum memilih dakwaan yang dianggap paling benar dan terbukti yaitu
dakwaan pertama primair dengan melanggar Pasal 15 Jo. Pasal 9 Undang-Undang
Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang yang semua unsurnya dapat dibuktikan.
Berdasarkan pertimbangan penuntut umum tersebut, dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan undang-undang penuntut umum mengajukan tuntutan pidana
yang menyatakan terdakwa terdakwa ARGA WIRATAMA, telah terbukti bersalah
hukum memasukan ke indonesia, membuat, menerima, memperoleh, mencoba
memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa,
mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan,
mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau rnengeluarkan ke dan, atau
dari, Indonesia sesuatu senjata api, amunisi, atau sesuatu bahan peledak dan bahan-
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 15 Jo. Pasal 9 Undang-Undang
Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang sebagaimana dalam dakwaan pertama
primair pada surat dakwaan penuntut umum. Menjatuhkan pidana penjara terhadap
terdakwa ARGA WIRATAMA dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun
dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah agar terdakwa
tetap ditahan.
Terpenuhinya semua unsur dakwaan pertama penuntut umum, maka
terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 15 Jo.
Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang dengan sengaja
melakukan permufakatan jahat, percobaan atau pembantuan, secara melawan hukum
memasukan ke indonesia, membuat, menerima, memperoleh, mencoba memperoleh,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai
persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut,
menyembunyikan, mempergunakan atau rnengeluarkan ke dan, atau dari, Indonesia
sesuatu senjata api, amunisi, atau sesuatu bahan peledak dan bahan-bahan lainnya
yang berbahaya maksud untuk melakukan tindak pidana terorisme. Dengan
terbuktinya dakwaan pertama primair ini, maka pertama subsidair dan dakwaan
kedua penuntut umum tidak perlu dibuktikan hakim.
Menurut Mahkamah Agung pelaku anak harus dihukum 2/3 dari masa
hukuman orang dewasa jika masa hukuman kurang dari 9 bulan akan tetapi
memperhatikan hal-hal yang meringankan dengan berpedoman pada Pasal 26 ayat
(1) UU No. 3 Tahun 1997 bahwa pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak
paling lama ½ (satu per dua) dari batas minimum pidana orang dewasa bagi terdakwa
anak dalam putusan Mahkamah Agungng tertanggal 22 September 2010,
Nomor.1956 K/Pid.sus/2010.
Menurut Penelitian Kemasyarakatan atau lebih kita kenal dengan sebutan
BAPAS,
Mengemukakan penelitiannya, Meskipun terdakwa telah terbukti bersalah, maka
agar dituntut dan dijatuhi pidana penjara dengan memperhatikan hal hal yang
meringankan dengan berpedoman pada Pasal 26 ayat (1) Undang Undang Nomor 3
Tahun 1997, agar terdakwa dikembalikan kepada orang tua, dan melanjutkan
pendidikan demi masa depan dirinya dan keluarga serta Negara. Sedangkan menurut
Hakim Majelis ketentuan dalam Pasal 26 ayat (1) tersebut diberlakukan pula dalam
hal batas minimum khusus ancaman pidana anak. Pemberlakuan ½ (satu per dua)
dari batas minimum pidana orang dewasa bagi terdakwa anak. Dalam hal ini Hakim
akhirnya memutus dalam putusannya mengadili Terdakwa dengan pidana penjara 2 (
dua ) tahun dikurangi masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa.
Maka sesuai dengan pendapat para ahli hukum, putusan hakim, dan
Konstruksi Hukum Penuntut Umum penerapnya relatif sama atau tidak terpaut jauh
dengan dakwaan maupun tuntutan penuntut umum dan sudah sesuai dengan Pasal 26
ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak, bahwa pidana
penjara yang dapat dijatuhkan kepada terdakwa anak paling lama atau paling banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
½ (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan penulis pada bab-bab
terdahulu, maka berikut ini akan disampaikan beberapa kesimpulan yang
berhubungan dengan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, antara lain :
1. Analisis Konstruksi Hukum Penuntut Umum dalam Menyusun Surat
Dakwaan pada Kasus Nomor Reg.Perkara: PDM-32/O.3.19/Ep.2/02.11,
dapat peneliti jabarkan mengenai konstruksi hukum yang disusun penuntut umum
dengan melalui tahapan-tahapan dan saat penemuan hukum yaitu 1) Tahap
Konstatir; Penuntut umum menetapkan terdakwa ARGA WIRATAMA beserta
kelompoknya telah melakukan permufakatan jahat, melawan hukum di Indonesia
yaitu dengan mempunyai persediaan dan memilikinya serta mempergunakan
sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak dan bahan-bahan lainnya
yang berbahaya, selain itu terdakwa juga telah melakukan tindak pidana
terorisme. 2) Tahap Kualifisir (kualifikasi); Perbuatan terdakwa dikualifisir
sebagai perbuatan melakukan permufakatan jahat, melawan hukum dan
melakukan tindak pidana terorisme yang diatur dalam Pasal 15 Jo. Pasal 9
Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang. 3) Tahap
Konstituir; pada tahap ini penuntut umum memvonis terdakwa berdasarkan
undang-undang yang menjeratnya Pasal 15 Jo. Pasal 9 Undang-Undang Republik
Indonesia No. 15 Tahun 2003 yaitu pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.
Penuntut umum untuk menghindari kesalahan dalam konstruksi hukum,
maka pembuatan konstruksi hukum dalam surat dakwaan harus benar, tepat, dan
sempurna yaitu dengan 1) Penghalusan Hukum, tindakan atau perbuatan
terdakwa merupakan ciri-ciri atau parameter suatu tindakan yang disebut
terorisme, berdasarkan pertimbangan tersebut, maka unsur ke 4 telah dipenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
oleh perbuatan terdakwa, sehingga terdakwa terjerat dalam pasal 15 Jo. Pasal 9
Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang, kemudian
sebelum Hakim Majelis, menjatuhkan pidana terhadap diri terdakwa, maka
terlebih dahulu akan dipertimbangkan hal-hal yang memperberat dan
meringankan, dan oleh karena terdakwa masih berusia anak-anak maka mengacu
pada UU No.23/2002 tentang perlindung an Anak, pasal 64 ayat (2) huruf (d)
agar dituntut dan dijatuhi pidana penjara kepada terdakwa anak paling lama atau
paling banyak adalah ½ ( satu per dua ) dari maksimum ancaman pidana penjara
bagi orang dewasa. Pemikiran yang demikian ini, maka tuntutan Jaksa Penuntut
Umum yang menuntut agar terdakwa dijatuhi pidana penjara selama 4 ( empat)
tahun, menurut pendapat Hakim Majelis masih terlalu berat bagi diri terdakwa
yang masih anak-anak dan oleh karena itu pula harus diturunkan, sehingga hakim
dalam putusannya memutus 2 (dua) tahun penjara. Tujuan dari pemidanaan itu
sendiri, khususnya terhadap diri terdakwa akan lebih tepat dan bermanfaat. 2)
Argumentum a contrario. Berdasarkan fakta fakta bahwa terdakwa kasus
terorisme yang dilakukan oleh anak dibawah umur ARGA WIRATAMA
diancam dengan hukuman maksimal 20 tahun penjara, akan tetapi penuntut
umum dalam menyusun surat dakwaan juga masih mempertimbangkan bahwa
pelaku dikategorikan masih dibawah umur sehingga penuntut umum dalam
menyusun surat dakwaan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 3 tahun
1997 tentang Pengadilan Anak, dengan menetapkan dakwaan pidana 4 (empat)
tahun penjara namun hakim dalam putusannya menjatuhkan pidana selama 2
(dua) tahun penjara, atau ½ (satu per dua) dari dakwaan yang dibuat oleh
Penuntut umum.
2. Tingkat Persesuian Konstruksi Hukum Penuntut Umum terhadap Putusan
Hakim Nomor : 19/Pid.Sus/2011/PN.Klt, sesuai dengan pendapat para ahli
hukum, konstruksi hukum Penuntut Umum,dan putusan hakim relative sinkron.
Putusan hakim sudah sesuai dengan Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang No. 3
Tahun 1997 tentang pengadilan anak, bahwa pidana penjara yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dijatuhkan kepada terdakwa anak paling lama atau paling banyak ½ (satu per
dua) dari ancaman pidana penjara bagi orang dewasa. Hal ini mengacu pada
putusan hakim yang memberi vonis ½ (satu per dua) dari dakwaan dan
requisitoir (tuntutan) penuntut umum yang menuntut 4 ( empat ) tahun penjara.
B. Saran
Setelah mendalami apa yang telah penulis teliti dan uraikan, maka penulis
dapat mengemukakan beberapa saran yakni sebagai berikut:
1. Sebaiknya hukuman yang tepat untuk pelaku yang masih dibawah umur adalah
dengan sistem pemidanaan edukatif dengan tidak memasukkan anak ke penjara
akan tetapi Pemberian sanksi yang bersifat edukatif seperti menempatkan anak
pada sekolah khusus yang dapat menempatkan anak sebagai seorang individu
yang harus mendapat bimbingan baik secara moral maupun intelektual, pondok
pesantren bagi yang beragama islam atau balai latihan kerja bagi anak anak
yang sudah menjelang dewasa, dan ketika si anak telah selesai menjalani
pertanggungjawaban tindakannya mereka dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat karena tidak ada label sebagai pelaku tindak pidana
2. Mengembalikan anak ke orang tua dengan segala konsekuensi dan tanggung
jawab yang harus dipikul oleh orang tua karena anak adalah tanggung jawab
orang tua. Bentuk tanggung jawab orang tua bisa berupa denda atau ganti rugi
terhadap korban atau pihak yang dirugikan atau melakukan bimbingan dan
pembinaan terhadap anak atau menjalani kewajiban sesuai dengan putusan
pengadilan.
3. Menambah pengetahuan para aparat penegak hukum dalam penanganan kasus
anak dan mempersiapkan aparat penegak hukum yang benar-benar khusus
dibentuk untuk menangani kasus anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user