27
ANESTESI UMUM INTRAVENA Pembimbing : dr.Jaka Satria, Sp.An, M.kes oleh : Eliza Muthiara Nuur (10310129) Eriza Septia Pratiwi (10310135)

Anestesi Umum Intravena

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Anestesi Umum Intra Vena, REFERAT

Citation preview

Page 1: Anestesi Umum Intravena

ANESTESI UMUM INTRAVENA

Pembimbing :dr.Jaka Satria, Sp.An, M.kes

oleh :Eliza Muthiara Nuur (10310129)Eriza Septia Pratiwi (10310135)

Page 2: Anestesi Umum Intravena

BAB IPENDAHULUAN

Page 3: Anestesi Umum Intravena

Mengapa sebagai dokter umum, kita perlu mengetahui tentang anestesi umum intravena??

Mengapa sebagai dokter umum, kita perlu mengetahui tentang anestesi umum intravena??karena selain dapat digunakan dalam pembedahan dikamar

operasi, juga dapat menenangkan pasien dalam keadaan gawat darurat

Page 4: Anestesi Umum Intravena

BAB IIBAB IIPembahasan

Tahapan tindakan yang dilakukan untuk anestesi umum intravena antara lain :1. penilaian dan persiapan pra anestesi meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, klasifikasi status fisik, masukan oral, dan premedikasi.

2. induksi obat anestesi intravena beserta pemeliharaan3. pemulihan.

Obat anestesi yang ideal memiliki sifat:1. hipnotik dengan onset cepat serta mengembalikan kesadaran

dengan cepat segera sesudah pemberian dihentikan.2. Analgetik3. Amnesia4. memiliki antagonis5. cepat dieliminasi6. depresi kardiovaskular dan pernafasan tidak ada atau minimal7. farmakokinetik tidak dipengaruhi atau minimal terhadap disfungsi

organ

Page 5: Anestesi Umum Intravena

Indikasi anestesi intravena1. induksi anestesia2. induksi dan pemeliharaan anestesi pada pembedahan

singkat.3. menambahkan efek hipnosis pada anestesi inhalasi

dan anestesi regional.4. menambahkan sedasi pada tindakan medik

Cara pemberian dapat berupa : 1. suntikan intravena tunggal untuk induksi anestesi atau

pada operasi-operasi singkat hanya obat ini saja yang dipakai

2. suntikan berulang untuk prosedur yang tidak memerlukan anestesi inhalasi dengan dosis ulangan lebih kecil dari dosis permulaan

3. Melalui infus, untuk menambah daya anestesi inhalasi.

Page 6: Anestesi Umum Intravena

PENILAIAN DAN PERSIAPAN PRA ANESTESIPenilaian pra bedah

1. Anamnesis2. Pemeriksaan fisik3. Pemeriksaan laboratorium4. Kebugaran untuk anestesia5. Klasifikasi status fisik The American Society of Anesthesiologists (ASA).

ASA IASA IIASA IIIASA IVASA V

6. Masukan oral7. Premedikasi

Page 7: Anestesi Umum Intravena

Waktu dan cara pemberian premedikasi

Pemberian obat secara subkutan tidak akan efektif dalam 1 jamsecara intramuscular minimum harus ditunggu 40 menitPada kasus yang sangat darurat dengan waktu

tindakan pembedahan yang tidak pasti ???obat-obat dapat diberikan secara intravena obat akan efektif dalam 3 - 5 menit

Semua obat premedikasi bila diberikan secara intravena dapat menyebabkan sedikit hipotensi kecuali atropine dan hiosin.Hal ini dapat dikurangi dengan pemberian secara perlahan-lahan dan diencerkan.

Page 8: Anestesi Umum Intravena

Obat-obat yang sering digunakan:

Analgesik

Analgesik narkotikMorfin PetidinFentanyl

Analgesik non narkotikKetorolakAsam mefenamatNatrium diklofenakTramadol

Morfin adalah alkaloid golongan fenantren

Farmakokinetik:morfin diabsorbsi diusus. Setelah pemberian dosis tunggal, sebagian morfin mengalami konjugasi dengan asam glukoronat dihepar, sebagian keluar dalam bentuk bebas dan 10 % tidak diketahui nasibnya. Morfin melintasi sawar uri dan mempengaruhi janin. Eksresi morfin terutama melalui ginjal, sebagian kecil ditinja dan keringat.

amp 1cc = 10 mg

Page 9: Anestesi Umum Intravena

Farmakodinamik: morfin memiliki efek analgetik dan narkose terhadap susunan saraf pusat. Terjadi perubahan reaksi terhadap stimulus nyeri .

Efek narkose, morfin dosis kecil (5-10mg) menimbulkan euforia pada pasien yang menderita nyeri, sedih, gelisah sebaliknya pada orang normal akan menimbulkan disforia.

Morfin berefek langsung ke saluran cerna bukan memalui SSP. Morfin menghambat sekresi HCl secara lemah, menyebabkan pergerakan lambung berkurang, sehingga pergerakan isi lambung ke duodenum diperlambat.

Dosis : dosis yang digunakan 0,1 mg/KgBB.

Efek samping : Pada intoksikasi akut, pasien akan tertidur sopor atau koma jika intoksikasi cukup berat.Frekuensi nafas terlambat, 2-4x/menit, pernafasan Cheyne Stokes, sianotik, muka merah agak kebiruan, sampai terjadi syok, dan pin point pupils.

Page 10: Anestesi Umum Intravena

Analgesik narkotik

Petidinamp 2cc = 100 mg

Petidin atau meperidin merupakan derivat fenilpiperidin.

Farmakokinetik: setelah pemberian secara IV, kadar dalam plasma menurun secara cepat dalam 1-2 jam pertama, kemudian penurunan berlangsung dengan lambat. Kurang lebih 6% petidin terikat dengan protein dalam plasma. Petidin dimetabolisme didalam hati, dihidrolisis menjadi asam meperidinat yang selanjutnya mengalami konjugasi. Masa paruhnya ± 3 jam.

Page 11: Anestesi Umum Intravena

Farmakodinamik:petidin atau meperidin bekerja pada reseptor μ. Efek analgesia petidin mulai timbul 15 menit setelah pemberian oral dan mencapai puncak dalam 2 jam.

Efektifitaspetidin 75-100mg parenteral kurang lebih sama dengan 10mg morfin. Bioavaibilitas peroral 40-60%, maka bila diberikan per parenteral diberikan setengahnya.

Dosis: Pemberian IV menimbulkan reaksi lebih sering dan lebih berat. Pemberian 50-100mgpetidin secara parenteral menghilangkan nyeri sedang atau hebat pada sebagian besar pasien.

Efek samping: Berupa pusing, berkeringat, euforia, mulut kering, mual, muntah, perasaan lemah, gangguan penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop dan sedasi.

Page 12: Anestesi Umum Intravena

Analgesik narkotik

fentanylFl 10 cc= 500 mg

Fentanil merupakan obat dari golongan opioid yang banyak digunakan dalam anestesi, kekuatannya 100 X morfin.

Farmakokinetik: Farmakokinetik fentanil bervariasi pada tiap individu. Waktu paruh berkisar antara 3-4 jam dan dapat memanjang hingga 7-8 jam pada beberapa pasien. distribusinya hampir sama dengan morfin tetapi fraksi terbesar dirusak oleh paru ketika pertama kali melewatinya.

dimetabolisir oleh hati dengan N-dealkilasi dan hidroksilasi, metabolit dapat didapatkan di darah dalam 1-2 menit setelah pemberian. Sisa metabolisme dieksresikan di urin dalam beberapa hari.

Page 13: Anestesi Umum Intravena

Farmakodinamik:Fentanil bekerja pada reseptor spesifik di otak dan medulla spinalis untuk menurunkan rasa nyeri .

Kardiovaskular cenderung tidak mengalami perubahan signifikan setelah pemberian fentanil, namun kadang dalam dosis besar dapat menyebabkan bradikardi yang memerlukan terapi atropin.

Dosis: Fentanil dosis 1-3µg/kgBB memiliki efek analgetik yang hanya berlangsung 30 menit, karena itu hanya digunakan dalam pembedahan dan tidak untuk pasca bedah. Dosis besar 50-150µg/kgBB digunakan untuk induksi dan pemeliharaan anestesi dengan kombinasi dengan benzodiazepine dan anestetik inhalasi dosis

Efek samping: Efek yang kurang disukai akibat pemberian fentanil adalah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat dicegah dengan pemberian pelumpuh otot.

Page 14: Anestesi Umum Intravena

Analgesik non narkotik

ketorolak

Ketorolak merupakan antigonis poten dengan efek antiinflamasi sedang. Dosis IV 15-30 mg. evek sampingnya berupa nyeri ditempat suntikan, gangguan saluran cerna, kantuk, pusing , dan sakit kepala.

Asam mefenamatAsam mefenamat digunakan sebagai analgesik terikat sangat kuat pada protein plasma. Bekerja menghambat siklooksigenase. Asam mefenamat diabsorpsi peroral, kadar puncaknya 2-4 jam, waktu paruhnya 2-4 jam dan 50% diekskresikan melalui urin. Efek samping pada saluran cerna sering timbul misal dispepsia, diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Dosisnya 2-3 kali 250-500mg sehari.

Natrium diklofenak

Natrium diklofenak termasuk dalam klasifikasi selektivitas penghambat COX, termasuk kelompok preferential COX 2 inhibitor. Absorbsi obat melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Walaupu waktu paruhnya singkat yakni 1-3 jam. Efek sampingnya mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala juga peningkatan SGOT, SGPT. Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi.

Tramadolmerupakan agonis reseptor μ yang lemah. Efektifnya sama dengan morfin dan petidin untuk nyeri ringan sampai sedang, tetapi untuk nyeri berat atau kronik lbih lemah. dimetabolisme di hati dan ekskresi oleh ginjal, dengan masa paruh eliminasi 6 jam unutk tramadol dan 7,5 jam untuk metabolit aktifnya. Dosis maksimum perhari 400mg. Efek samping yang umum mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi, dan skit kepala.

Page 15: Anestesi Umum Intravena

Obat-obat yang sering digunakan:

Sedatif

Diazepam (valium)(Long-acting)Lorazepam (Ativan)(intermediate-lasting)Madazolam (Miloz)(short-lasting)

Golongan benzodiazepin yang sering digunakanGolongan benzodiazepine bekerja sebagai hipnotik,

sedative, amnestik, antikonvulsan, pelumpuh otot yang bekerja sentral. Benzodiazepine bekerja pada reseptor GABAA. Afinitas pada reseptor GABAA berurutan seperti berikut lorazepam > midazolam > diazepam.

Dosis :Diazepam/valium/stesolid ( amp 2cc = 10mg), dosis 0,1 mg/kgBBMidazolam/dormicum (amp 5cc/3cc = 15 mg),dosis 0,1mg/kgBB.

Dosis untuk induksi yang dianjurkan adalah 0.05-0.15 mg/kgBB untuk midazolam dengan dosis ulangan 0.05mg/kgBB bila diperlukan, 0.3-0.5mg/kgBB untuk diazepam dengan dosis ulangan 0.1mg/kgBB bila diperlukan, dan 0.1 mg/kgBB untuk lorazepam dengan dosis ulangan 0.02mg/kgBB bila diperlukan. Untuk mendapatkan efek sedasi dosis berulang yang dianjurkan untuk midazolam adalah 0.5-1mg, 2mg untuk diazepam, dan 0.25mg untuk lorazepam.

Efek samping:Midazolam dapat menyebabkan depresi pernafasan jika digunakan sebagai sedasi. Lorazepam dan diazepam dapat menyebabkan iritasi pada vena dan trombophlebitis.

Page 16: Anestesi Umum Intravena

Obat-obat yang sering digunakan:

Antikolinergik

Sulfas atropine Atropin sebagai prototipe antimuskarinik. Bertujuan menurunkan sekresi kelenjar saliva, keringat, dan lendir di mulut serta menurunkan efek parasimpatolitik / paravasopagolitik sehingga menurunkan risiko timbulnya refleks vagal.

atropin merangsang N. Vagus sehingga denyut jantung berkurang. Memberikan efek kelenjar eksokrin sehingga terjadi hambatan saliva. Perangsangan respirasi terjadi akibat dilatasi bronkus, tetapi dalam hal depresi respirasi oleh sebab tertentu, atropin tidak berguna merangsang respirasi tapi mengurangi sekresi hidung, mulut, faring dan bronkus. Pada mata menghambat M constrictor pupilae dan ciliaris memberikan efek midriasis.

Dosis. diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan efek hipersekresi, misal: dietileter atau ketamin. Sediaannya amp 1cc = 0,25 mg),dosis 0,001 mg/kgBB.

Efek samping: proses pembuangan panas akan terganggu, terutama pada anak-anak sehingga terjadi febris dan dehidrasi. Pada anak mudah terjadi keracunan, gejala timbul 15-20 menit dimulai dengan pusing, mulut kering, tidak bisa menelan , sukar bicar a dan perasaan haus sekali karena air liur tidak ada, penglihatan kabur, midriasis , gallop rhythm.

Page 17: Anestesi Umum Intravena

Obat-obat yang sering digunakan:

Anti emetic

Ondancentron

Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan mengantagoniskan reseptor 5-HT yang terdapat pada chemoreceptor zone di area posttrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna. Kadar maksimum tercapai setelah 1-1.5 jam dan wktu paruhnya 3 jam. Dosisnya 0.1-0,2 mg/KgBB.

Simetidin dan Ranitidin

Simetidin dan ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible. Simetidin dan ranitidin juga mengganggu volurme dan kadar pepsin cairan lambung.

Dosis : satu kali sehari pada malam hari diberikan untuk mengatasi gejala akut tukak lambung. Untuk premedikasi biasanya digunakan ranitidin 50-150mg.

Efek samping: Nyeri kepala, pusing, malaise, mialgia, mual, diare, konstipasi, ruam kulit, pruritus.

Page 18: Anestesi Umum Intravena

Obat-obat induksi anestesi intravena

Obat anestesi IV

Untuk induksi anestesi

barbiturateugenolsteroid

Yang bisa digunakan sendiri maupun kombinasi

Neuroleptanalgesia(droperidol)

anestesi dissosiasi (ketamin)

Sedative(diazepam)

Page 19: Anestesi Umum Intravena
Page 20: Anestesi Umum Intravena

Pelumpuh otot(muscle relaxant)

Depolarisasi

Non depolarisasi

Page 21: Anestesi Umum Intravena

Dosis awal

(mg/kg)

Dosis rumatan

(mg/kg)

Onset (menit) Durasi (menit) Efek samping

Nondepol long acting

1.d-tubokurarin

(tubarin)

0,40-0,60 0,10 30-60 Histamine +

hipotensi

2. pankuronium 0,08-0,12 0,15-0,20 30-60 Vagolitik, takikardi,

3. metakurin 0,20-0,40 0,05 40-60 Histamine

+hipotensi

4. pipekuronium 0,05-0,12 0,01-0,015 40-60 Kardiovaskular

satabil

5. doksakurium 0,02-0,08 0,005-0,010 45-60 Kardiovaskular

satabil

6.alkurium

(alloferin)

0,15-0,30 0,05 40-60 Vagolitik, takikardi,

Page 22: Anestesi Umum Intravena

Nondepol intermediate acting

1. gallamin 4-6 0,5 30-60 Histamine

+hipotensi

2.atrakurium 0,5-0,6 0,1 2,5 20-45 Aman untuk

hepar, ginjal

3. vekuronium 0,1-0,2 0,015-0,02 2,5 25-45

4. rokuronium 0,6-1,0 0,10-0,15 1-1,5 30-60

5. cistacuronium 0,15-2,0 0,02 30-45 isomer

atrakurium

Nondepol short acting

1. mivakurium 0,20-0,25 0,05 10-15 Histamine +

hipotensi

2. ropacuronium 1,5-2,0 0,3-0,5 15-30 Histamine +

hipotensi

Page 23: Anestesi Umum Intravena

Depol short acting

1. suksinilkolin 1,0 0,5-1

2. dekametonium 1,0 3-10

Page 24: Anestesi Umum Intravena

Depolarisasi Non depolarisasi

Menimbulkan fasikulasi otot (iv) Tidak ada fasikulasi otot pada iv

Efek meningkat pada antikolinesterase, suhu

tubuh (hipotermi), asetilkolin

Efek meningkat pada pemberian obat non

depol dietileter, halotan, enfluran, isofluran

(volatile anestesi)

Efek menurun dengan obat non depolarisasi

muscle relaxant, anestesi inhalasi

Efek menurun pada pemakaian

antikolinesterase suhu tubuh rendah, dep MR

epinefrin asetilkolin

Tidak ada antagonis, tidak dapat dilawan oleh

neostigmin dan obat antikolinesterase lain

Blok oleh non depol dapat dihilangkan oleh

antikolinesterase (neostigmin, prostigmin)

Page 25: Anestesi Umum Intravena

Onset cepat, durasi cepat Onset lama durasi lama

Serabut otot yang terdepolarisasi tidak

merespon terhadap stimuli . rantai natrium

terblokade terbuka

Diasosiasi cepat yang konstan pada reseptor,

tidak ada ikatan antara obat dan reseptor

Pemberian berulang atau terus menerus

dapat mengarah kepada blockade fase kedua

Page 26: Anestesi Umum Intravena

Penawar pelumpuh ototAntagonis OBM non depolarizing drugs

yang sering digunakan adalah neostigmin (prostigmin) dosis 0,04-0,08mg/kg, piridostigmin 0,1-0,4mg/kg, dan edrophonium 0,5-1,0mg/kg. Physostigmine (eserin) 0,01-0,03mg/kg hanya untuk penggunaan per-oral.

Page 27: Anestesi Umum Intravena

TERIMA KASIH