21
Ancaman Kesehatan pada Ibu dan Bayi Akibat Dampak dari Ketidakmerataannya Penyuluhan Kesehatan di Pedesaan ABSTRAK Saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan di Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik beratkan pada upaya-upaya penurunan angka kematian

Ancaman Kesehatan Pada Ibu Dan Bayi Akibat Dampak Dari Ketidakmerataannya Penyuluhan Kesehatan Di

Embed Size (px)

Citation preview

Ancaman Kesehatan pada Ibu dan Bayi Akibat Dampak dari Ketidakmerataannya Penyuluhan Kesehatan diPedesaan

ABSTRAK

Saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan di Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik beratkan pada upaya-upaya penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan angka kematian ibu. Hal ini terbukti dari hasil-hasil survei yang menunjukkan penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002/2003, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini yang menjadi fokus utama yang bertujuan untuk mengamati kondisi kesehatan masyarakat miskin khususnya ibu dan bayi di pedesaan, mengamati perihal realisasi terhadap program pengalokasian dana pemerintah untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin pedesaan.serta mengkaji perihal pengetahuan para ibu akan pentingnya menguasai ilmu kesehatan dan yang tak kalah penting ialah menganalisis penyebab dari ketidakmerataannya penyuluhan kesehatan di pedesaan.Metode penelitian ini menggunakan metode sekunder yang berbasis pada studi pustaka dengan mencari literatur literatur yang berhubungan dengan tujuan dari pembuatan makalah ini. Sumber sumber datanya yaitu melalui buku teori mengenai sosiologi untuk kesehatan serta beberapa jurnal yang di peroleh dari Info kajian Bappenas dengan fokus pada pembahasan mengenai perencanaan kesehatan serta relevansi paket pelayanan kesehatan dari pemerintah ditambah dengan informasi mengenai kondisi kesehatan khususnya ibu dan bayi serta penyebaran realisasi program pelayanan kesehatan. Hasil pengamatan yang didapat ialah ancaman kesehatan bahkan kematian yang terjadi pada ibu dan bayi ini sangatlah mengkhawatirkan hingga saat ini. Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kematian ibu dan bayi terbagi menjadi tiga bagian, yang pertama ialah faktor yang berasal dari internal individu yaitu faktor status ekonomi, status pendidikan, status perempuan dan karakteristik sakit hingga menimbulkan terjadinya fase terlambat dalam hal memutuskan untuk mencari perawatan. Lalu faktor yang kedua ialah faktor yang berasal dari kondisi eksternal individu yaitu jarak,alat transportasi,kondisi jalan,biaya hingga menimbulkan terjadinya fase terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan. Faktor yang ketiga ialah faktor yang berasal dari tenaga ahli yaitu kualitas perawatan,bahan medis dan non medis, tenaga profesional biaya hingga menimbulkan terjadinya fase terlambat dalam penanganan yang memadai. Dari berbagai faktor yang dikemukakan diatas, maka sangat dibutuhkannya peran penyuluh dalam memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat pedesaan. Ketidakmerataan ini terjadi karena faktor lokasi sasaran penyuluh yang tak terjangkau, dana yang minim dari pemerintah untuk penunjang pelayanan kesehatan di pedesaan, serta sistem manajemen dana yang kurang baik. Oleh karena itu, simpulan yang dapat ditarik dari pembahasan makalah ini ialah hipotesis yang mengatakan bahwa ancaman kesehatan pada ibu dan bayi akibat ketidakmerataannya penyuluhan kesehatan di pedesaan itu dapat diterima.

Kata kunci : kesehatan ibu, kesehatan bayi, penyuluhan kesehatan, ketidakmerataan penyuluhan, pelayanan kesehatan di pedesaan

PENDAHULUAN

Dewasa ini banyak sekali kasus kematian terjadi pada ibu dalam proses persalinan khususnya para ibu di pedesaan yang minim akan akses pelayanan kesehatan, informasi maupun pengetahuan. Tingkat pendidikan seseorang memang sangat berpengaruh pada berbagai bidang salah satunya ialah pada bidang kesehatan. Sebagaimana yang telah banyak orang ketahui pada umumnya pemerintah memiliki andil yang sangat besar dalam penentuan kebijakan untuk jaminan kesehatan. Salah satu contohnya ialah penyediaan d pelayanan kesehatan di pedesaan seperti Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), Posyandu (Pos Pelayanan terpadu) .Namun realisasinya lah yang kurang berjalan dengan mulus sesuai dengan tujuan sesungguhnya.

Metode penelitian ini menggunakan metode sekunder yang berbasis pada study pustaka. Berdasarkan literatur yang penulis dapat maka dapat ditarik sebuah thesis utama yaitu penyuluhan kesehatan di pedesaan menjadi salah satu syarat pelancar dari pencapaian tujuan pemerintah dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Ketidakmerataannya terjadi karena faktor lokasi sasaran penyuluh yang tak terjangkau, dana yang minim dari pemerintah, serta sistem manajemen dana yang kurang baik.

Berdasarkan pada pemahaman akan pentingnya penyuluhan kesehatan di pedesaan menjadi salah satu syarat pelancar dari pencapaian tujuan pemerintah dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut ;

1. Bagaimana kondisi kesehatan masyarakat miskin khususnya ibu dan bayi di pedesaan?

2. Bagaimana realisasi pemerintah dalam hal program pelayanan kesehatan masyarakat miskin di pedesaan ?

3. Pengetahuan apakah yang harus dimiliki oleh para ibu terhadap peningkatan kualitas kesehatan ?

4. Apa yang menyebabkan ketidakmerataan penyuluhan kesehatan di pedesaan ?

Dari keempat masalah yang disampaikan diatas maka adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut ;

1. Mengamati kondisi kesehatan masyarakat miskin khususnya ibu dan bayi di pedesaan.

2. Mengamati perihal realisasi terhadap program pengalokasian dana pemerintah untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin pedesaan.

3. Mengkaji perihal pengetahuan para ibu akan pentingnya menguasai ilmu kesehatan

4. Menganalisis penyebab dari ketidakmerataannya penyuluhan kesehatan di pedesaan.

KONDISI DAN PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA

Kondisi Kesehatan Masyarakat Miskin Khususnya Ibu dan Bayi di Pedesaan

Dewasa ini banyak sekali kasus kematian terjadi pada bayi dan ibu dalam proses persalinan khususnya para ibu di pedesaan yang minim akan akses pelayanan kesehatan, beberapa upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah untuk menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi karena sesungguhnya kasus ini menjadi salah satu indikator dalam mengukur kesehatan di suatu negara.

Angka Kematian Ibu (AKI) maternal mortality ratio (MMR) adalah jumlah kematian maternal yang terjadi dalam periode waktu tertentu per 100.000 kelahiran hidup pada periode waktu yang sama (WHO 1992). Selain menunjukkan capaian status kesehatan penduduk, AKI juga mengindikasikan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan, pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya, serta hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehata.

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002/2003, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (Bappenas 2007). Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah Indonesia dalam pencapaian kesehatan negara yang lebih baik. Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kematian ibu dan bayi terbagi menjadi tiga bagian, yang pertama ialah faktor yang berasal dari internal individu yaitu faktor status ekonomi, status pendidikan, status perempuan dan karakteristik sakit hingga menimbulkan terjadinya fase terlambat dalam hal memutuskan untuk mencari perawatan. Lalu faktor yang kedua ialah faktor yng berasal dari kondisi eksternal individu yaitu jarak, alat transportasi, kondisi jalan, biaya hingga menimbulkan terjadinya fase terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan. Faktor yang ketiga ialah faktor yang berasal dari tenaga ahli yaitu kualitas perawatan, bahan medis dan non medis, tenaga profesional biaya hingga menimbulkan terjadinya fase terlambat dalam penanganan yang memadai.

Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti ngolesi (membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk memperlancar persalinan), kodok (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau nyanda (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).

Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.

Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka kesakitan atau morbiditas. Penyakit-penyakit tertentu seperti ISPA, diare dan tetanus yang sering diderita oleh bayi dan anak acap kali berakhir dengan kematian. Demikian pula dengan peryakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi, hepatitis dan lain-lain dapat membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah persalinan.

Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.

Realisasi Program Pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak melalui program-program pembangunan kesehatan perlu memperhatikan aspek-aspek sosial-budaya masyarakat. Menempatkan petugas kesehatan dan membangun fasilitas kesehatan semata tidaklah cukup untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan di suatu daerah. Seperti diketahui ternyata perilaku-perilaku kesehatan di masyarakat baik yang menguntungkan atau merugikan kesehatan banyak sekali dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka penurunan kematian pada ibu dan bayi ialah program Making Pregnancy Safer (MPS) yang telah diluncurkan sejak tahun 2000. MPS merupakan strategi sektor kesehatan yang ditujukkan untuk mengatasi masalah kesehatan akibat kematian dan kesakitan ibu dan bayi. Fokus MPS diarahkan pada peningkatan akses terhadap pelayanan tenaga kesehatan (Bappenas 2007).

Kebijakan pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan bagi penduduk miskin sebenarnya sudah terbilang cukup lama diterapkan di Indonesia. Pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin dengan cara membawa surat miskin dari Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), desa dan pembagian kartu sehat. Cara cara diatas merupakan contoh dari kebijakan pelayanan kesehatan dari pemerintah.Sebetulnya kebijakan subsidi tarif pelayanan kesehatan dari pemerintah juga merupakan program melayani kesehatan penduduk miskin. Tarif Rp 500,00 Rp 1000,00 untuk rawat jalan Puskesmas turut membantu penduduk yang kemampuannya terbatas. Contoh lainnya ialah program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) yaitu pemberin suplemen gizi bagi anak sekolah yang berada di daerah miskin.

Sejak 1998 muncul kebijakan lebih sistematis dan berskala nasional untuk melayani kebutuhsn kesehatan penduduk miskin, yakni program Jaringan Pengamnan Sosial Bidang Kesehatan (JPS BK).Tahun 2003, pemerintah menyediakan biaya untuk rujukan ke Rumah Sakit bagi penduuk miskin. Dana ini berasal dari pemotongan subsidi Bahan Bakar Minyak (Bappenas 2004). Dalam program JPS-BK pelayanan yang disedikan seperti Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, pengobatan penyakit menular khususnya Tuberkolosis, malaria, demam berdarah, peningkatan gizi, promosi kesehatan. Beberapa program yang dibangun oleh pemerintah ini sebenarnya bertujuan sangat baik namun sayangnya lokasi penerapan sebagian besar di kota sehingga tak dapat diakses oleh masyarakat pedesaan.

KETERKAITAN ANTARA ANCAMAN KESEHATAN DENGAN PENYULUHAN KESEHATAN

Pengetahuan Para Ibu akan Dunia Kesehatan

Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka kesakitan atau morbiditas. Penyakit-penyakit tertentu seperti ISPA, diare dan tetanus yang sering diderita oleh bayi dan anak sering kali berakhir dengan kematian. Demikian pula dengan peryakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi, hepatitis dan lain-lain dapat membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah persalinan. Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.

Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tertentu; ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada anggota keluarga yang lain; atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu daripada anak perempuan. Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi ataupun kebiasaan, namun yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu; dengan kata lain ibu mempunyai peran sebagai gate- keeper dari keluarga.

Peran ibu amatlah besar dalam mewujudkan kondisi sehat dalam sebuah keluarga, oleh karena itu terdapat sebuah istilah yang tak asing lagi ditelinga masyarakat yaitu KADARZI ( Keluarga Sadar Gizi ). Keluarga yang sadar akan pentignya pemenuhan gizi pada setiap anggota keluarganya akan dapat segera mengatasi dengan baik masalah gizi yang berimbas pada terhindarnya dari segala penyakit. Dalam mewujudkan KADARZI seorang ibu harus memperhatikan minimal 5 hal menurut Moviana (2010) yaitu : menimbang berat badan secara teratur, memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi sesuai anjuran.Hal diatas merupakan sebuah pengetahuan yang dapat dikatakan langka untuk diketahui oleh para ibu khususnya di daerah pedesaan, hal ini jelaslah menjadi faktor utama yang menjadikan penyebab meningkatnya angka penurunan kesehatan bahkan kenaikan angka kematian.

Ketidakmerataannya Penyuluhan Kesehatan di Pedesaan

Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan kesehatan ibu di Indonesia adalah masih tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan persalinan. Menghadapi masalah ini maka pada bulan Mei 1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang mempunyai prioritas pada peningkatan pelayanan kesehatan wanita terutama paada masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Fakta berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi.

Kurangnya informasi ini merupakan salah satu fokus utama penulis dalam menganalisis beberapa kasus kematian yang terjadi pada ibu maupun bayi khususnya di pedesaan. Dalam dunia sosiologi nampaknya fokus ini dapat di bahas di bidang sosiologi untuk kesehatan. Memang sedikit asing di dengar, namun hal ini tak bisa dianggap sepele karena menurut Sudarma (2009) mengatakan bahwa sosiologi kesehatan merupakan subdisiplin ilmu dari bidang sosiologi. Disiplin ilmu ini merupakan ilmu terapan dari kajian sosiologi dalam konteks kesehatan yang berprinsipkan pada dasar penerapan konsep dan metode disiplin sosiologi dalam mendeskripsikan, menganalisis, dan memecahkan masalah kesehatan. Peran yang dituju dalam bidang sosiologi untuk kesehatan ini ialah peran seorang penyuluh dalam mengatasi kondisi kesehatan pada masyarakat yang begitu mengkhawatirkan. Namun, sayang nya penyuluhan kesehatan ini tidak tersebar merata di semua daerah pedesaan. Hal ini berdasarkan data dari BAPPENAS (2004) yang mengungkapkan bahwa adanya ketidakmerataan penyuluhan kesehatan yang terjadi di beberapa daerah pedesaan.

Ketidakmerataan merupakan sebuah gejala sosial yang terjadi pada sekelompok masyarakat yang merasa bahwa diri mereka tidak mendapatkan sesuatu yang seharusnya mereka pun berhak mendapatkan hal tersebut. Ketidakmerataan yang terjadi dalam kasus ini merupakan sebuah fenomena yang terjadi pada masyarakat khususnya di pedesaan yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh BAPPENAS (2004) diungkapkan bahwa adapun faktor faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakmerataan penyuluhan kesehatan yaitu ;

1. Penyaluran dan manajemen dana yang kurang baik

Yaitu tidak adanya mekanisme kontrol akan pencairan dana hingga membuka peluang terjadinya miss management

2.Ketepatan waktu realisasi

Sebagaimana yang diketahui bahwa turunnya anggaran pelayanan kesehatan dari pemerintah sangatlah terlambat hingga unit pelayanan tersebut berupaya menggunakan dana dari sumber lain untuk sementara waktu.

3. Masalah biaya transportasi

Sehubungan dengan lokasi pembangunan pelayanan kesehatan yang sangat jauh dari daerah pemukiman penduduk pedesaan yang menjadi sasaran sesuungguhnya dari pemerintah hingga menyulitkan penyuluh ataupun unit pelayanan kesehatan.

SIMPULAN

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan oleh penulis, maka dapat disimpulkan bahwa angka kematian pada ibu dan bayi mayorits terjadi pada penduduk miskin di pedesaan. Tingginya ancaman kesehatan pada ibu dan bayi ini memmiliki faktor penyebab utama yaitu ketidakmerataannya penyuluhan kesehatan khususnya di pedesaan. Ketidakmerataan ini terjadi karena faktor lokasi sasaran penyuluh yang tak terjangkau, dana yang minim dari pemerintah untuk penunjang pelayanan kesehatan di pedesaan, serta sistem manajemen dana yang kurang baik. Oleh karena itu, pengetahuan penduduk miskin yang masih belum terjamah oleh seorang penyuluh sangatlah minim hingga berpotensi menjadi penyumbang peningkatan angka kematin khususnya ibu dan anak., salah satu contoh kasusnya ialah membawa ibu yang akan melahirkan ke dukun beranak yang tak jelas latar belakang pendidikannya di bidang kesehatan hingga membahayakan kondisi ibu dan bayi yang ditanganinya.

Adapun saran untuk pemerintah ialah perlunya peninjauan kembali perihal dana yang dialokasikan untuk bidang kesehatan. Karena kebutuhan akan kucuran dana di setiap daerah pedesaan perlu dikaji terlebih dahulu perihal lokasi tempat tinggal penduduk dengan lokasi proyek pembangunan pelayanan kesehatanyang akan dibangun. Demi terealisasinya program bantuan pemerintah tersebut baiknya telah mendapatkan kesepakatan dari penduduk setempat dengan menggunakan jasa penyuluh sebagai jembatan aspirasi antara penduduk dengan pemerintah.