23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisir, yang terdiri dari lapisan-lapisan badan sel dan prosesus sinaptik. Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana apabila dibandingkan dengan struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina memiliki daya pengolahan yang sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan oleh otak, dan persepsi warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di korteks. 1,2 Retina merupakan jaringan neurosensoris yang terbentuk dari perpanjangan sistem saraf pusat sejak embriogenesis. Retina berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi impuls listrik yang kompleks yang kemudian ditransmisikan melalui saraf optik, chiasma optik, dan traktus visual menuju korteks occipital sehingga menghasilkan persepsi visual. Bagian sentral retina atau daerah makula sebagian besar terdiri dari fotoreseptor kerucut yang digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik), sedangkan bagian perifer retina sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang yang digunakan untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik). 2,3 Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel

Anatomi Mata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

medis

Citation preview

Page 1: Anatomi Mata

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang

menerima rangsangan cahaya. Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat

terorganisir, yang terdiri dari lapisan-lapisan badan sel dan prosesus sinaptik.

Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana apabila dibandingkan dengan

struktur saraf misalnya korteks serebrum, retina memiliki daya pengolahan yang

sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan oleh otak, dan persepsi warna,

kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di korteks.1,2

Retina merupakan jaringan neurosensoris yang terbentuk dari perpanjangan sistem

saraf pusat sejak embriogenesis. Retina berfungsi untuk mengubah energi cahaya

menjadi impuls listrik yang kompleks yang kemudian ditransmisikan melalui saraf

optik, chiasma optik, dan traktus visual menuju korteks occipital sehingga

menghasilkan persepsi visual. Bagian sentral retina atau daerah makula sebagian

besar terdiri dari fotoreseptor kerucut yang digunakan untuk penglihatan sentral dan

warna (penglihatan fotopik), sedangkan bagian perifer retina sebagian besar terdiri

dari fotoreseptor batang yang digunakan untuk penglihatan perifer dan malam

(skotopik).2,3

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut

dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen

masih melekat erat dengan membran Brunch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel

batang retina tidak terdapat suatu perlengketan struktural dengan koroid atau pigmen

epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.

Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan

mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila

berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan yang menetap.1

Page 2: Anatomi Mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Mata

2.1.1.Anatomi mata

Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan

berkas – berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantaraan serabut- serabut nervus

optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak, untuk ditafsirkan.

Adapun anatomi organ penglihatan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Adneksa Mata

Merupakan jaringan pendukung mata yang terdiri dari: Kelopak mata berfungsi

melindungi mata dan berkedip serta untuk melicinkan dan membasahi mata. Konjungtiva

adalah membran tipis yang melapisi dan melindungi bola matabagian luar. Sistem saluran

air mata (Lakrimal) yang menghasilkan cairan air mata, dimana terletak pada pinggir luar

dari alis mata. Rongga orbita merupakan rongga tempat bola mata yang dilindungi oleh

tulang-tulang yangkokoh. Otot -otot bola mata masing-masing bola mata mempunyai 6

(enam) buah otot yang berfungsi menggerakkan kedua bola mata secara terkoordinasi

pada saat melirik

b. Bola Mata

Jika diurut mulai dari yang paling depan sampai bagian belakang, bola mata

terdiri dari: Kornea disebut juga selaput bening mata, jika mengalami kekeruhan akan

sangat mengganggu penglihatan. Kornea bekerja sebagai jendela bening yang melindungi

struktur halus yang berada dibelakangnya, serta membantu memfokuskan bayangan pada

retina. Kornea tidak mengandung pembuluh darah. Sklera yaitu lapisan berwarna putih di

bawah konjungtiva serta merupakan bagian dengan konsistensi yang relatif lebih keras

untuk membentuk bola mata. Bilik mata depan merupakan suatu rongga yang berisi

cairan yang memudahkan iris untuk bergerak. Uvea terdiri dari 3 bagian yaitu iris, badan

siliar dan koroid. Iris adalah lapisan yang dapat bergerak untuk mengatur banyaknya

cahaya yang masuk ke dalam mata. Badan siliar berfungsi menghasilkan cairan yang

mengisi bilik mata, sedangkan koroid merupakan lapisan yang banyak mengandung

pembuluh darah untuk memberi nutrisi pada bagian mata.

Pupil merupakan suatu lubang tempat cahaya masuk kedalam mata, dimana

lebarnya diatur oleh gerakan iris. Bila cahaya lemah iris akan berkontraksi dan pupil

Page 3: Anatomi Mata

membesar sehingga cahaya yang masuk lebih banyak. Sedangkan bila cahaya kuat iris

akan berelaksasi dan pupil mengecil sehingga cahaya yang masuk tidak berlebihan.

Lensa mata adalah suatu struktur biologis yang tidak umum. Transparan dan

cekung, dengan kecekungan terbesar berada pada sisi depan. Lensa adalah organ fokus

utama, yang membiaskan berkas - berkas cahaya yang terpantul dari benda - benda yang

dilihat, menjadi bayangan yang jelas pada retina. Lensa berada dalam sebuah kapsul

elastik yang dikaitkan pada korpus siliare khoroid oleh ligamentum suspensorium.

Dengan mempergunakan otot siliare, permukaan anterior lensa dapat lebih atau agak

kurang dicembungkan, guna memfokuskan benda - benda dekat atau jauh. Hal ini disebut

akomodasi visual. Badan Kaca (Vitreus) bagian terbesar yang mengisi bola mata, disebut

juga sebagai badan kaca karena konsistensinya yang berupa gel dan bening dapat

meneruskan cahaya yang masuk sampai ke retina. Retina merupakan reseptor yang peka

terhadap cahaya. Retina adalah mekanisme persyarafan untuk penglihatan. Retina

memuat ujung-ujung nervus optikus. Bila sebuah bayangan tertangkap (tertangkap oleh

mata) maka berkas - berkas cahaya benda yang dilihat, menembus kornea, aqueus humor,

lensa dan badan vitreus guna merangsang ujung - ujung saraf dalam retina. Rangsangan

yang diterima retina bergerak melalui traktus optikus menuju daerah visuil dalam otak,

untuk ditafsirkan. Kedua daerah visuil menerima berita dari kedua mata, sehingga

menimbulkan lukisan dan bentuk (Papil saraf optik berfungsi meneruskan rangsangan

cahaya yang diterima dari retina menuju bagian otak yang terletak pada bagian belakang

kepala (korteks oksipital).

Bagian mata yang sangat penting dalam memfokuskan bayangan pada retina

adalah kornea, aqueus humor, lensa dan badan vitreus. Seperti yang selalu terjadi dalam

menafsirkan semua perasaan yang datang dari luar, maka sejumlah stasiun penghubung

bertugas untuk mengirimkan perasaan, dalam hal ini penglihatan. Sebagian stasiun

penghubung ini berada dalam retina. Sebelah dalam tepi retina, terdapat lapisan- lapisan

batang dan kerucut yang merupakan sel-sel penglihat khusus yang peka terhadap cahaya.

Sela-sela berupa lingkaran yang terdapat diantaranya, disebut granula. Ujung proximal

batang-batang dan kerucut-kerucut itu membentuk sinapsis (penghubung) pertama dengan

lapisan bipoler dalam retina. Proses kedua yang dilakukan sel-sel itu adalah membentuk

sinapsis kedua dengan sel-sel ganglion besar, juga dalam retina. Axon-axon sel-sel ini

merupakan serabut - serabut dalam nervus optikus. Serabut -serabut saraf ini bergerak ke

belakang, mula-mula mencapai pusat yang lebih rendah dalam badan-badan khusus

Page 4: Anatomi Mata

talamus, lantas akhirnya mencapai pusat visuil khusus dalam lobus oksipitalis otak, di

mana penglihatan ditafsirkan.

2.1.2. Fisiologi mata

Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki mata melalui lensa

mata dan kemudian jatuh ke retina kemudian disalurkan sampai mencapai otak

melalui saaf optik, sehingga mata secara terus menerus menyesuaikan untuk melihat

suatu benda. Iris bekeja sebagai diafragma, mengatur banyak sedikitnya cahaya yang

masuk ke dalam pupil. Pada keadaan gelap pupil membesar dan pada suasana terang

pupil akan mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara otomatis, jadi di luar

kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan saraf yang lainnya masuk lebih jauh ke

dalam otak dan mencapai korteks sehingga memasuki saraf kesadaran. Sistem yang

terdiri dari mata dan alur saraf yang mempunyai peranan penting dalam melihat

disebut alat visual. Mata mengendalikan lebih dari 90 % dari kegiatan sehari-hari.

Dalam hampir semua jabatan visual ini memainkan peranan yang menentukan. Organ

visual ikut bertanggung jawab atas timbulnya gejala kelelahan umum.

Page 5: Anatomi Mata

2.2 Ablasi Retina

2.2.1 Definisi

Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina dari

sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan

membran bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu

perlekatan.1

2.2.2. Epidemiologi

Insiden ablasio retina di Amerika Serikat adalah 1:15.000 populasi dengan prevalensi

0,3%. Sumber lain menyatakan bahwa insiden ablasio retina retina di Amerika Serikat adalah

12,5:100.000 kasus per tahun atau sekitar 28.000 kasus pertahun.

Secara internasional, faktor penyebab ablasio retina terbanyak adalah niopia 40-50%.

Operasi katarak (afakia, pseudofakia) 30-40% dan trauma okuler 10-20%. Ablasio retina

lebih banyak terjadi pada usia 40-70 tahun, tetapi bisa terjadi pada anak-anak dan remaja

lebih banyak karena trauma.4

Ablasio retina regmatogenosa merupakan ablasio retina yang paling sering terjadi.

Sekitar 1 dari 10.000 populasi normal akan mengalami ablasio retina regmatogenosa.

Kemungkinan ini akan meningkat pada pasien:

yang memiliki miopia tinggi

telah menjalani operasi katarak terutama jika operasi ini mengalmi komplikasi

kehilangan vitreus

pernah mengalami ablasio retina pada mata kontralateral

Baru mengalami trauma mata berat.5

2.2.3 Anatomi Retina

Retina merupakan membran yang tipis, halus dan tidak berwarna, tembus pandang.

Yang terlihat pada fundus adalah warna koroid. Retina terdiri dari macam-macam jaringan,

jaringan saraf dang jaringan pengokoh yang terdiri dari serat-serat mueller, membrane

limitans interna dan eksterna, serta sel-sel gila.7

Pada kehidupan embrio, dari optic vesicle terbentuk optic cup, di mana lapisan luar

membentuk lapisan epitel pigmen dan lapisan dalam membentuk lapisan dalam lainnnya. Di

Page 6: Anatomi Mata

anatara kedua lapisan ini terdapat celah potensial. Bila terjadi robekan di retina, maka cairan

maka cairan badan kaca akan melalui robekan ini, masuk ke dalam celah potensial dan

melepaskan lapisan batang dan kerucut dari lapisan epitel pigmen, maka terjadilah ablasio

retina. Keadaan ini tidak boleh berlangsung lama, oleh karena lapisan batang dan kerucut

mendapat makanan dari kapiler koroid, sedang bagian-bagian lain dari retina mendapat

nutrisi dari pembuluh darah retina sentral, yang cabang-cabangnya terdapat di dalam lapisan

urat saraf.7

Retina menjalar ke depan dan makin kedepan, lapisannya berubah makin tipis dan

berakhir di ora serrata, di mana hanya didapatkan satu lapisan nuklear. Makin ke perifer

makin banyak batang daripada kerucut, batang-batang itu telah mengadakan modifikasi

menjadi tipis-tipis. Epitel pigmen dari retina kemudian meneruskan diri menjadi epitel

pigmen yang menutupi badan siliar dan iris.7

Di mana aksis mata memotong retina, terletak di makula lutea. Di tengah-tengahnya

terdapat lekukan dari fovea sentralis. Pada, funduskopi tampak makula lutea lebih merah dari

sekitarnya dan pada tempat fovea sentralis seolah-olah ada cahaya, yang disebut reflek fovea,

yang disebabkan lekukan pada fovea sentralis. Besar makula lutea 1-2mm. Daerah ini daya

penglihatannya paling tajam, terutama di fovea sentralis. Struktur makula lutea :

1. Tidak ada serat saraf

2. Sel-sel ganglion sangat banyak di pinggir-pinggirnya, tetapi di makula sendiri tidak

ada

3. Lebih banyak kerucut dari pada batang dan telah bermodifikasi menjadi tipis-tipis. Di

fovea sentralis hanya terdapat kerucut.

Nasal dari makula lutea, kira-kira pada jarak 2 diameter papil terdapat papilla nervi

optisi, yaitu tempat di mana N II menembus sklera. Papil ini hanya terdiri dari serabut saraf,

tidak mengandung sel batang dan kerucut sama sekali. Bentuk papil lonjong, berbatas tegas,

pinggirnya lebih tinggi dari retina sekitarnya. Bagian tengahnya ada lekukan yang tampak

agak pucat, besarnya 1/3 diameter papil, yang disebut exkavasi fisiologis. Dari tempat inilah

keluar arteri dan vena sentral yang kemudian bercabang-cabang ke temporal dan ke nasal,

juga ke atas dan ke bawah.7

Page 7: Anatomi Mata

Pada pemeriksaan funduskopi, dinding pembuluh darah tidak dapat dilihat. Yang

tampak pada pemeriksaan adalah kolom darah. Arteri diameternya lebih kecil, dengan

perbandingan a:v = 2:3. Warnanya lebih merah, bentuknya lebih lurus-lurus, ditengahnya

terdapat refleks cahaya. Vena lebih besar, warna lebih tua, bentuk lebih berkelok-kelok.7

Arteri retina sentralis mengurus makanan lapisan-lapisan retina sampai dengan

membrana limitans eksterna. Di daerah makula lutea, yang terutama terdiri dari sel batang

dan sel kerucut tidak terdapat cabang dari arteri retina sentralis, oleh karena daerah ini

mendapat nutrisi dari kapiler koroid.7

Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina dan terdiri atas

lapisan1:

1. Epitel pigmen retina (RPE) : terbentuk atas satu lapisan sel yang melekat longgar

pada retina kecuali di perifer (ora serata).

2. Fotoreseptor : merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang

mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut.

3. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi

4. Lapis nukleus luar : merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan batang.

Ketiga lapis diatas avaskuler dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid

5. Pleksiform luar : merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel

fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal

6. Nukleus dalam : merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller. Lapis

ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral

7. Pleksiform dalam : merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinaps sel

bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.

8. Sel ganglion : merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua

9. Serabut saraf : merupakan lapis akson sel ganglion menuju saraf optik. Di dalam

lapisan-lapisan ini terlertak sebagian besar pembuluh darah retina.

10. Membran limitan interna : merupakan membrane hialin antara retina dan badan

kaca.

Page 8: Anatomi Mata

2.2.4 Patofisiologi

Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga

vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar, pada mata yang matur dapat

berpisah :5

1. Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likulifikasi dapat

memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio

regmatogenosa).

2. Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina, misalnya

seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes melitus (ablasio retina traksional)

3. Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat

proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina

eksudatif)

Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina

atau lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan mata afakia.

Perubahan yang merupakan faktor predisposisi adalah degenerasi retina perifer

(degenerasi kisi-kisi/lattice degeneration), pencairan sebagian basan kaca yang tetap

melekat pada daerah retina tertentu, cedera dan sebagainya.12

Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di koroid.

Sklerosis dan sumbatan pembuluh darah koroid senil akan menyebabkan berkurangnya

perdarahan ke retina. Hal ini juga bisa terjadi pada miopia karena teregangnya dan

menipisnya pembuluh darah retina. Perubahan ini terutama terjadi di daerah ekuator,

yaitu tempat terjadinya 90% robekan retina. Terjadinya degenerasi retina pada mata 10

sampai 15 tahun lebih awal daripada mata emetropia. Ablas retina delapan kali lebih

sering terjadi pada mata miopia daripada mata emetropia atau hiperopia. Ablasi retina

terjadi sampai 4% dari semua mata afakia, yang berarti 100 kali lebih sering daripada

mata fakia.12

Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata miopia satu dasawarsa

lebih awal daripada mata normal. Depolimerasi menyebabkan penurunan daya ikat air

dari asam hialuron sehingga kerangka badan kaca mengalami disintegrasi. Akan terjadi

pencairan sebagian dan ablasi badan kaca posterior. Oleh karenanya badan kaca

kehilangan konsistensi dan struktur yang mirip agar-agar, sehingga badan kaca tidak

Page 9: Anatomi Mata

menekan retina pada epitel pigmen lagi. Dengan gerakan mata yang cepat, badan kaca

menarik perlekatan vireoretina. Perlekatan badan kaca yang kuat biasanya terdapat di

daerah sekeliling radang atau daerah sklerosis degeneratif. Sedudah ekstraksi katarak

intrakapsular, gerakan badan kaca pada gerakan mata bahkan akan lebih kuat lagi. Sekali

terjadi robekan retina, cairan akan menyusup di bawah retina sehingga neuroepitel akan

terlepas dari epitel pigmen dan koroid.12

2.2.5 Klasifikasi

Klasifikasi ablasio retina berdasarkan etiologinya, terdiri atas :1

1. Ablasio retina regmatogenosa

Pada ablasio retina regmatogenosa dimana ablasio terjadi akibat adanya

robekan pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel

dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang

masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga

mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid. Ablasio retina akan

memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang kadang-kadang terlihat

sebagai tabir yang menutup. Terdapat riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada

lapangan penglihatan.

Ablasio retina yang berlokalisasi di daerah supratemporal sangat berbahaya

karena dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut pada ablasio

retina bila dilepasnya retina mengenai makula lutea. Pada pemeriksaan funduskopi

akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah di atasnya

dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah. Bila bola mata bergerak akan

terlihat retina yang lepas (ablasio) bergoyang. Kadang-kadang terdapat pigmen di

dalam badan kaca. Pada pupil terlihat adanya defek aferen pupil akibat penglihatan

menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi neovaskular

glaukoma pada ablasio yang telah lama.

2. Ablasio retina tarikan atau traksi

Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut

pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasio retina dan penglihatan turun tanpa

rasa sakit. Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes

melitus priliferatif, trauma, dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.

Page 10: Anatomi Mata

3. Ablasio retina eksudatif

Ablasio eksudatif adalah ablasio yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di

bawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina sebagai

akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi).

Hal ini disebabkan penyakit koroid. Pada ablasio tipe ini penglihatan dapat

berkurang dari ringan sampai berat. Ablasio ini dapat hilang atau menetap

bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang/hilang.

2.2.6 Diagnosis 1,4,5,8,8,10

Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

oftalmologi dan pemeriksaan penunjang, sebagai berikut :

1.       Anamnesis

Gejala yang sering dikeluhkan pasien, adalah:

-  Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena adanya kekeruhan di

vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri.

-  Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di sekitarnya, yang

umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam

keadaan gelap.

- Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti

tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang telah lanjut dapat

terjadi penurunan tajam penglihatan yang lebih berat.

2.       Pemeriksaan oftalmologi

- Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan  akibat terlibatnya

makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang

menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut

terangkat.

-  Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup tabir

dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina, pada lapangan

pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan fotopsia.

-  Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio

retina dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio

retina dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan retina. Retina tampak

Page 11: Anatomi Mata

keabu-abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan

bermakna pada ruang subretina, didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata

bergerak. Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh

koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari

darah dan pigmen atau ruang retina dapat ditemukan mengambang bebas.

 

3.       Pemeriksaan Penunjang

-    Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta

antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah.

-    Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan

untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya

seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing intraokuler. Selain itu ultrasonografi

juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio retina

eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis.

-          Scleral indentation

-          Fundus drawing

-          Goldmann triple-mirror

-          Indirect slit lamp biomicroscopy

2.2.7.   Penatalaksanaan 6,10,11

Prinsip Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk melekatkan kembali lapisan

neurosensorik ke lapisan epitel pigmen retina. Penanganannya dilakukan dengan

pembedahan,  pembedahan ablasio retina dapat dilakukan dengan cara:6,10,11

1. Retinopeksi pneumatik

Retinopati pneumatik merupakan cara yang paling banyak pada ablasio retina

regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada superior retina. Teknik

pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam vitreus.

Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina. Jika robekan dapat ditutupi oleh

gelembung gas, cairan subretinal akan menghilang 1-2 hari. Robekan retina dapat juga

dilekatkan dengan kryopeksi sebelum balon disuntikkan. Pasien harus mempertahankan

posisi head precise selama 7-10 hari untuk meyakinkan gelembung terus menutupi robekan

retina.

Page 12: Anatomi Mata

2.  Scleral buckle

Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama

tanpa disertai komplikasi lainnya. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung

lokasi dan jumlah robekan retina. Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon

padat. Pertama-tama dilakukan kryopeksi atau laser untuk memperkuat perlengketan antara

retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga terjadi

tekanan pada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan

retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan dalam waktu 1-2

hari.

3. Vitrektomi

Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat

diabetes, ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau hemoragik vitreus. Cara

pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada bola mata kemudian memasukkan

instrumen hingga ke cavum  melalui pars plana. Setelah itu pemotongan vitreus dengan

pemotong vitreus. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab

ablasio. 

2.2.8. Diagnosis Banding

-     Retinoschisis degeneratif, yaitu degenerasi peripheral tipikal sering ditemukan pada

orang dewasa, berlanjut dan meninggi 2-3 mm posterior ke ora serrata. Daerah yang

degenerasi tampak adanya gelembung dan paling mudah diamati adanya depresi

skleral. Kavitas kistoid pada lapisan pleksiform luar mengandung hyalorinidase-

mukopolisakarida sensitif. Komplikasi yang diketahui dari degenerasi kistoid yang

tipikal adalah koalesensi dan ekstensi kavitas dan peningkatan kearah retinoskisis

degenerasi tipikal. Gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak ada traksi

vitreoretinal. Defek lapangan pandang jarang. 10,11

-      Choroidal detachment, gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak ada traksi

viteroretinal. Defek lapangan pandang ada pada mata dengan detachment choroidal

yang luas.10

 

Page 13: Anatomi Mata

2.2.9. Komplikasi

Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang paling

umum terjadi pada ablasio retina. Penurunan penglihatan terhadap gerakan tangan atau

persepsi cahaya adalah komplikasi yang sering dari ablasio retina yang melibatkan

makula.4

      Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami komplikasi,

maka dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif, PVR).

PVR dapat menyebabkan traksi pada retina dan ablasio retina lebih lanjut.2,5

2.2.10. Prognosis

      Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio,

diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan.12

Terapi yang cepat prognosis lebih baik. Prognosis lebih buruk bila mengenai makula

atau jika telah berlangsung lama. Jika makula melekat dan pembedahan berhasil

melekatkan kembali retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik. Jika makula lepas

lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin

tidak dapat pulih sepenuhnya.2,5

 

  

BAB III

LAPORAN KASUS

Page 14: Anatomi Mata

BAB IV

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Page 15: Anatomi Mata

DAFTAR PUSTAKA

1.       Ilyas S, dkk. Ablasio retina. In: Sari ilmu penyakit mata. Cetakan ke-4. Gaya Baru

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004: 9,10,183-6.

2.       Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Ablasi retina. In: Oftalmologi umum. 14th ed. Widya

Medika. Jakarta; 2006:197, 207-9.

3.       Olsen TW. Retina. In: Primary care ophtahalmology. Palay DA, Krachmer JH. Pr,

editors. 2nd ed. Elsevier Mosby. Philadelphia;2005. 183-6.

4.       Gregory Luke Larkin.Retinal Detachment.EMedicine [Online] Available from :

http://www.emedicine.com/emerg/byname/Retinal-Detachment.htm . Accessed:

15/3/2015

5.       James B.,dkk. Ablasi retina. In: Oftalmologi. 9th ed. Erlangga:Ciracas Jakarta; 2003:

117-121.

6.       Friedman NJ, Kaiser PK, Trattler WB. Posterior segment. In: Review of

ophthalmology. Elsevier Saunders. Philadelphia; 2005: 295-342.

7.       Wijana N. Retina. In: Ilmu penyakit mata. 154-6.

8.       Langston DP. Manual of ocular diagnosis and therapy. 5th ed. Lippicott Williams &

Wilkins. Philadelphia; 2002: 187-91.

9.       Mansjoer, Arif. 2001. Kapita selekta kedokteran Edisi ketiga jilid pertama. Fakultas

kedokteran Universitas Indonesia : Media Aesculapius

10.   Kanski JJ. Retinal etachment. In: Clinical ophthalmology. 5 th ed. Butterworth

Heinemann. Philadelphia; 2003: 349-89.

11.   The Eye MD. Association, Retina and Vitreus. In: Basic and clinical science cource

2003-2004 on CD-ROM, section 12. America Academy of Ophthalmology: 2003-2004.

12.   Hollwich F. Ablasi Retina. In: Oftalmologi. Binarupa Aksara: Jakarta; 1993: 263-269.

13.   Lihteh Wu. Tractional Retinal Detachment.E Medicine [Online]Available from :

http://www.emedicine.com/oph/byname/Retinal-Detachment–Tractional.htm .Accessed:

15/3/2015.

14.   Lihteh wu. Exudative Retinal Detachment.E Medicine [Online]Available from :

Page 16: Anatomi Mata

http://www.emedicine.com/oph/byname/Retinal-Detachment–Exudative.htm .Accessed:

15/3/2015.