Upload
trinhcong
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE ECONOMIC
GROWTH IN INDONESIA PERIOD 2000 TO 2011
ABSTRACT
This study aims at analyzing the effect of exchange rate and
foreign debt on economic growth through export and investment in
Indonesia and identifying the most dominant variables that have
significant correlation with the economic growth in Indonesia.
The result of this research indicates that simultaneously exchange
rate, and foreign debt, through export, and investment t have a
significant and positive effect on the economic growth. Partially
exchange rate, foreign debt, export and investment have also a positive
and significant effect the economic growth. The most dominant
variables that have significant effect on the economic growth are the
exchange rate and foreign debt.
Kata Kunci: exchange rate, foreign debt, export and investment and the economic growth
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perekonomian Indonesia pada tahun 2010 terus membaik,
didukung oleh permintaan domestik yang solid dan kondisi eksternal
yang kondusif. Pemulihan ekonomi global yang berangsur mulai terjadi
sejak paruh pertama 2009 masih terus berlanjut di tahun 2010,
ditopang oleh tingginya pertumbuhan ekonomi di negara-negara
emerging markets. Sejalan dengan proses perbaikan tersebut, harga
komoditas global terus menunjukkan peningkatan sehingga
2
meningkatkan tekanan inflasi, khususnya di negara-negara emerging
markets. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju
relatif masih terbatas dengan tekanan inflasi yang masih rendah.
Kondisi tersebut mendorong negara-negara emerging markets mulai
menempuh kebijakan moneter yang ketat baik melalui kebijakan
makroprudensial maupun melalui peningkatan suku bunga acuan.
Sebaliknya negara-negara maju cenderung menerapkan kebijakan
moneter yang masih longgar dengan mempertahankan tingkat suku
bunga pada level yang rendah, bahkan beberapa negara maju
melakukan injeksi likuiditas yang cukup besar (quantitative easing).
Perbedaan kinerja dan respons kebijakan antara negara-negara
emerging markets dan negara-negara maju mengakibatkan derasnya
arus modal masuk ke negara- negara emerging markets, termasuk
Indonesia
Di tengah kondisi perekonomian global yang semakin kondusif
tersebut, perekonomian Indonesia pada tahun 2010 tumbuh mencapai
6,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,6%. Pertumbuhan ekonomi yang
meningkat tersebut didukung oleh peran investasi dan ekspor yang
meningkat. Peningkatan investasi pada tahun 2010 semakin
menggembirakan mengingat sifatnya yang menambah kapasitas
perekonomian sebagaimana diindikasikan oleh meningkatnya peran
3
investasi nonbangunan, khususnya investasi mesin. Sementara itu,
perbaikan kinerja ekspor juga diikuti oleh semakin terdiversifikasinya
komoditas dan pasar tujuan ekspor. Hal ini tercermin pada
membaiknya kinerja sektor-sektor yang menghasilkan komoditas yang
diperdagangkan secara internasional (tradable sector), khususnya
industri pengolahan. Meskipun demikian, sektor nontradable masih
menjadi sektor penopang utama pertumbuhan ekonomi, terutama
sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan, hotel
dan restoran. Perkembangan yang kondusif di perekonomian global
tersebut mendukung kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2010.
Pada tahun laporan, NPI mencatat surplus yang cukup besar mencapai
30,3 miliar dolar AS, baik yang bersumber dari transaksi berjalan
maupun transaksi modal dan finansial. Ekspor mencatat pertumbuhan
yang tinggi sehingga mampu mempertahankan surplus transaksi
berjalan di tengah impor dan pembayaran transfer pendapatan yang
meningkat tajam. Sementara itu, seiring dengan kuatnya aliran masuk
modal asing, neraca transaksi modal dan finansial mencatat surplus
yang sangat besar dengan komposisi yang semakin membaik. Hal ini
tercermin dari kuatnya aliran masuk modal asing dalam bentuk
investasi langsung (FDI) yang meningkat tajam, di samping investasi
dalam bentuk portofolio yang juga meningkat cukup signifikan. Dengan
perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir tahun 2010
4
tercatat sebesar 96,2 miliar dolar AS, cukup memadai untuk
mendukung kebutuhan impor dan kewajiban eksternal, serta
memberikan keyakinan dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Sejalan
dengan perkembangan NPI tersebut, nilai tukar rupiah mencatat
apresiasi dan disertai volatilitas yang cukup rendah. Selama tahun
2010, nilai tukar rupiah secara rata-rata menguat 3,8% dibanding
dengan akhir tahun 2009 menjadi Rp 9.081 per dolar AS. Kinerja nilai
tukar rupiah tersebut didukung oleh terjaganya persepsi positif
terhadap perekonomian Indonesia sebagaimana diindikasikan oleh
meningkatnya peringkat utang Pemerintah dan indeks risiko yang
membaik. Apresiasi nilai tukar rupiah pada tahun laporan juga cukup
moderat dibandingkan dengan negara-negara kawasan sehingga tidak
mengganggu kinerja ekspor secara signifikan. Hal ini tidak terlepas dari
berbagai kebijakan dalam mengelola arus masuk modal asing dalam
rangka memperkuat daya tahan perekonomian dalam menghadapi
pembalikan arus modal jangka pendek.
B. METODE PENELITIAN
I. METODE ANALISIS
Untuk mengetahui pengaruh exchange rate (X1), utang luar negeri
(X2), terhadap pertumbuhan ekonomi (Y) melalui ekspor(Z1), investasi
(Z2) data dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif melalui
5
metode statistik, yaitu dengan Structural Equation Modelling (SEM)yang
dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut:
Z1 = f (X1)……………………………………………………………………..(1)
Z2 = f (X1,X2, Z1)…………………………..…………………………….…..(2)
Y = f (X1,X2, Z1,Z2,)……………………….……………………….………….(3)
Sehingga dari persamaan (3) fungsi pertumbuhan ekonomi dapat
ditulis ulang menjadi:
Y = f (Z1(X1), Z2(X1,X2, Z1),)………………………………………………(3a)
Dimana:
Y = Nilai PDB estimasi atas dasar konstan 2000 (milyar rupiah)
Z1 = Nilai ekspor (milyar rupiah)
Z2 = Nilai investasi (milyar rupiah)
X1= Exchange rate atau nilai tukar rupiah terhadap US$ (rupiah)
X2 = utang luar negeri (juta USD)
Berdasarkan hasil model dalam SEM, maka dilakukan pengujian
hipotesis yaitu uji parsial (uji t), dimaksudkan untuk mengamati
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
2. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk memudahkan penulis dalam mnecari data dan
menentukan variabel penelitian, sekaligus juga untuk menyamakan
persepsi tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini,
maka perlu dirumuskan beberapa definisi operasional sebagai berikut:
6
a. Exchange rate adalah harga dari suatu mata uang dalam ukuran
mata uang yang lain. Kurs valas menunjukkan jumlah satuan valas
yang dipersiapkan oleh pembeli dan penjual untuk pertukaran.
Exchange rate yang dimaksud disini adalah nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat dinyatakan dalam Rp/dollar.
b. Utang luar negeri adalah semua pinjaman konvensional dan bantuan
pemerintah dalam bentuk uang dan barang, yang secara umum
ditujukan untuk mengaktifkan sumber-sumber dari Negara-negara
kaya kenegara-negara dunia ketiga dengan tujuan utama untuk
pembangunan.
c. Ekspor dapat diartikan sebagai nilai barang yang diproduksi oleh
suatu negara dan dijual ke luar negeri. Ekspor yang dimaksud disini
adalah ekspor migas dan non migas dimana volume ekspor dalam
ribuan ton pertahun dan nilai ekspor dalam milyar rupiah.
d. Penanaman Modal Asing (PMA) adalah jumlah modal yang ditanam
pihak swasta dinegara selain negara asal pemilik modal dalam
jutaan US$.
e. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah investasi yang
dilakukan oeh seseorang atau badan usaha domestik dalam milyar
rupiah.
7
f. Poduk Domestik Bruto adalah nilai seluruh barang dan jasa pada
waktu tertentu tanpa membedakan kepemilikan faktor-faktor
produksi yang dinyatakan dalam milyar rupiah
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Empirik Pengaruh Exchange Rate, dan Utang Luar Negeri,
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Melalui Ekspor, dan Investasi di
Indonesia.
Analisis pengaruh variabel eksogen yaitu exchange rate, dan
utang luar negeri, terhadap variabel endogen pertumbuhan ekonomi
melalui ekspor, dan investasi dilakukan dengan menggunakan alat
analisis metode SEM (Structural Equation Modelling) dengan program
AMOS (Analisis Moment Of Structure). Berdasarkan hasil penelitian,
pengukuran hubungan antar variabel dalam penelitian diperoleh model
yang simultan. Ini dibuktikan dari adanya nilai Chi-square 152,349
dengan tingkat signifikan 0,000, nilai GFI adalah sebesar 0,957 dan
AGFI adalah sebesar 0,860 Hasil ini membuktikan bahwa model yang
diajukan telah sesuai dengan data. Dengan demikian model hubungan
antara variabel dapat diterima. Sedangkan kelayakan model dapat
diketahui dengan melihat nilai koefisien GFI atau koefisien determinasi
(R2). Nilai GFI yang ditemukan adalah 0,957. Hal ini dapat berarti
bahwa variasi variabel independen exchange rate, utang luar negeri
dapat menjelaskan variasi varibel dependen pertumbuhan ekonomi
8
sebesar 95,7 persen dan variasi variabel lain yang menjelaskan variabel
pertumbuhan ekonomi yang tidak diperhitungkan ke dalam model
hanya sebesar 4,3 persen, sehingga dapat disimpulkan model ini cukup
layak. Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel depeneden telah diformulasikan ada 4
(empat) bentuk reduce form. Skenario penjelasan keempat bentuk
reduce form tersebut sebagai berikut:
a. Hasil Estimasi Pengaruh Exchange Rate dan Investasi terhadap
Ekspor
Hasil estimasi persamaan simultan untuk secara parsial tentang
pengaruh exchange rate dan investasi terhadap ekspor secara ringkas dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1Hasil Estimasi Pengaruh Exchange Rate dan Investasi terhadap Ekspor
di Indonesia
Variabel B SE T Sig
Constant 8,048 1,499 5,368 0,000*
Exchange Rate 1,183 0,103 11,439 0,000*
Investasi 0,129 0,051 2,516 0,012**
R = 0,957 R2 = 0,917 Adjust R2 = 0,903
N = 21 k = 4
Catatan:
LnZ1 = 8,048 +1,183LnX1+ 0,129LnZ2 + ε1 *) Signifikan 1persen **) Signifikan 5persen ns) Tidak Signifikan
Beberapa keputusan yang dapat diambil dari Tabel 14 hasil
estimasi di atas adalah: Pertama, kelayakan model dapat diketahui
9
dengan melihat nilai koefisien determinasai (R2). Nilai yang ditemukan
adalah 0,917. Hal ini dapat berarti bahwa variasi variabel independen
exchange rate dapat menjelaskan variasi variabel dependen ekspor
adalah sebesar 91,7 persen. Dengan demikian variasi variabel lain yang
menjelaskan ekspor yang tidak diperhitungkan ke dalam model hanya
sebesar 8,3 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini cukup
layak. Demikian pula jika dilihat dari koefisien korelasi model ini yaitu
sebesar 0,957. Hal ini dapat berarti bahwa hubungan antara variabel
independen yaitu exchange rate dengan variabel dependen yaitu ekspor
adalah kuat.
Kedua, Uji t digunakan untuk melihat tingkat signifikan model
secara parsial Variabel independen yaitu exchange rate berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu ekspor dengan
Ketiga, nilai konstanta adalah sebesar 8,048. Nilai ini berarti
bahwa apabila exchange rate tetap maka persentase nilai ekspor
sebesar 8,04 persen. didalam kegiatan perekonomian.
Nilai koefisien regresi exchange rate adalah sebesar 1,183. Hal ini
dapat berarti jika exchange rate meningkat sebesar 1 persen, maka nilai
ekspor akan meningkat sebesar 1,183 persen dengan asumsi variabel
independen lainnya tetap. Hal ini disebabkan Namun selama tahun
2010 nilai tukar menguat cukup significant terutama disebabkan oleh
10
derasnya aliran masuk modal asing. Pergerakan nilai tukar rupiah
juga ditopang oleh keseimbangan interaksi permintaan dan penawaran
valuta asing di pasar domestic serta fundamental perekonomian
domestic yang kuat. Nilai tukar rupiah mulai mengalami apresiasi sejak
awal tahun dan mencapai level Rp.9.081 per dolar dibandingkan akhir
tahun 2009. Selanjutnya nilai tukar rupiah bergerak stabil dengan
kecenderungan penguatan di paruh kedua 2010. Apresiasi nilai tukar
rupiah tersebut terjadi sejalan dengan berlanjutnya aliran dana ke
kawasan Asia di tengah melimpahnya likuiditas global serta perbedaan
respons kebijakan antara negara-negara maju dan negara-negara
emerging markets. Meski diwarnai dengan berbagai koreksi, penguatan
nilai tukar rupiah juga tidak terlepas dari prospek dolar AS yang sedang
mengalami tekanan depresiasi. Dari sisi domestik, solidnya
fundamental ekonomi dan prospek pencapaian Investment Grade
Indonesia yang membaik menjadi faktor penarik bagi aliran modal
masuk. Peningkatan ekspor Indonesia pada tahun 2010 didukung oleh
tingginya permintaan terhadap komoditas ekspor berbasis sumber daya
alam dan kenaikan harga komoditas global. Komoditas ekspor yang
beragam, berkurangnya ketergantungan ekspor Indonesia ke negara-
negara maju dan meningkatnya peranan negara-negara emerging
markets sebagai pasar ekspor Indonesia juga turut mendukung naiknya
ekspor tersebut. Selain itu, kenaikan permintaan dan harga komoditas
11
yang tinggi pada tahun 2010 dapat mengkompensasi dampak apresiasi
rupiah terhadap ekspor. Namun, struktur ekspor semakin didominasi
oleh komoditas yang berbasis sumber daya alam yang cenderung
bernilai tambah rendah dan terbatas dalam merespons kenaikan
permintaan. Oleh karena itu, upaya untuk mendukung ekspor juga
perlu mencakup pengembangan produk yang bernilai tambah tinggi dan
berkesinambungan.
Tabel 2. Hasil Estimasi Pengaruh Exchange Rate, dan Utang Luar
Negeri, Ekspor, dan Investasi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Indonesia
Variabel B SE T Sig
Constant 12,291 6,074 2,024 0,000*
Exchange Rate
(x1)
0,772 0,673 1,147 0,022**
Utang luar negeri
(x2)
0,842 0,633 1,330 0,013**
Ekspor(z1) 0,293 0,304 0,948 0,030**
Investasi(z2) 0,051 0,076 0,666 0,006**
R2 = 0,991 Adjust R2 = 0,987
Catatan :
LnY = 12,291 +0,772LnX1 + 0,842LnX2 + 0,293LnZ1 +0,051LnZ2 +ε2
*) Signifikan pada taraf nyata 1 persen
**) Signifikan pada taraf nyata 5 persen
12
ns) Tidak Signifikan
Beberapa keputusan yang dapat diambil dari Tabel 6 hasil
estimasi di atas adalah: Pertama, kelayakan model dapat diketahui
dengan melihat nilai koefisien determinasai (R2). Nilai yang ditemukan
adalah 0,991. Hal ini dapat berarti bahwa variasi variabel independen
yaitu exchange rate, dan utang luar negeri, dapat menjelaskan variasi
variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dan
investasi sebesar 99,1 persen. Dengan demikian variasi variabel lain
yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang tidak diperhitungkan ke
dalam model hanya sebesar 0,9 persen, sehingga dapat disimpulkan
bahwa model ini sangat layak. Demikian pula jika dilihat dari koefisien
korelasi model ini yaitu 0,995. Hal ini dapat berarti bahwa hubungan
antara variabel independen yaitu exchange rate, dan utang luar negeri
melalui ekspor dan investasi variabel dependen yaitu pertumbuhan
ekonomi adalah sangat kuat.
Kedua, uji t digunakan untuk melihat tingkat signifikan model
secara parsial atau menguji keberartian pengaruh variabel independen
yaitu exchange rate, dan utang luar negeri terhadap variabel dependen
yaitu pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dan investasi. Variabel
independen yaitu exchange rate, utang luar negeri, ekspor dan investasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
13
Ketiga, nilai konstanta adalah sebesar 12,291. Nilai ini berarti
bahwa apabila exchange rate, utang luar negeri, ekspor dan investasi
tetap maka persentase pertumbuhan ekonomi sebesar 12,2911 persen.
Nilai koefisien regresi exchange rate adalah sebesar 0,772. Hal ini
dapat berarti jika exchange rate meningkat 1 persen, maka
pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0,772 persen dengan
asumsi variabel independen lainnya tetap. Hal ini disebabkan oleh
Permintaan domestik dan permintaan eksternal yang kuat juga
direspons oleh kenaikan pertumbuhan impor, baik nonmigas maupun
migas. Pada tahun 2010, impor tumbuh tinggi sebesar 17,3% setelah
pada tahun sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan yang
cukup dalam yakni 15,0%. Tingginya pertumbuhan impor tersebut juga
didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah yang menyebabkan relatif
lebih rendahnya harga barang impor. Kenaikan impor barang konsumsi
yang cukup tinggi, terutama berupa makanan jadi dan kendaraan
penumpang, sejalan dengan tingginya permintaan konsumsi domestik.
Sementara itu, tingginya permintaan ekspor mendorong naiknya
kebutuhan impor bahan baku untuk input produksi barang
manufaktur. Kegiatan produksi yang meningkat berpengaruh positif
pada optimisme pelaku usaha untuk meningkatkan kapasitas
produksinya dengan merealisasikan investasi sehingga mendorong
naiknya pertumbuhan impor barang modal. Sementara itu, impor migas
14
yang meningkat terkait dengan naiknya kebutuhan konsumsi BBM
domestik
Nilai koefisien regresi utang luar negeri adalah sebesar 0,842. Hal
ini dapat berarti jika utang luar negeri meningkat 1 persen, maka
pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0,842 persen dengan asumsi
variabel independen lainnya tetap. Hal sejalan dengan pernyataan
Todaro (2000) bahwa pinjaman luar negeri sebagai salah satu sumber
devisa dapat menjadi alat stabilitas perekonomian nasional dalam
menyeimbangkan neraca pembayaran akibat kebutuhan pembiayaan
bagi barang modal, teknologi maupun bahan baku yang harus diimpor.
Pinjaman tersebut dapat menjadi faktor pendorong kegiatan ekonomi
secara cepat apabila perencanaan dan penggunaan pinjaman luar
negeri dilakukan secara baik dan hati-hati. Pembangunan infrastruktur
dapat dipercepat, yang menghasilkan efek multiplier pada kegiatan
ekonomi lainnya, baik sektor transportasi, maupun manufaktur
sehingga memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
lainnya yang pada akhirnya dapat meningkat pertumbuhan ekonomi..
Nilai koefisien regresi ekspor adalah sebesar 0,293. Hal ini dapat
berarti jika nilai ekspor meningkat 1 persen maka pertumbuhan
ekonomi akan meningkat sebesar 0,293 persen dengan asumsi variabel
independen lainnya tetap. Salah satu sumber untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi saat ini berasal dari ekspor yang merupakan
15
salah satu sumber devisa negara. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
didukung oleh kinerja ekspor dan investasi yang tumbuh tinggi, disertai
konsumsi rumah tangga yang tetap kuat. Kenaikan harga komoditas
internasional turut menunjang tingginya pertumbuhan ekspor nasional.
Selain itu, meningkatnya kinerja ekspor juga diikuti oleh lebih
terdiversifikasinya komoditas ekspor dan lebih besarnya peran negara-
Permintaan eksternal dan domestik yang kuat berpengaruh positif bagi
optimisme pelaku usaha terhadap prospek perekonomian, sehingga
pada akhirnya mendorong kinerja investasi tumbuh meningkat.
Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang tetap kuat ditopang oleh
daya beli masyarakat yang terjaga didukung meningkatnya peran
pembiayaan lembaga keuangan. Tingginya permintaan domestik dan
eksternal pada gilirannya berdampak pada tingginya pertumbuhan
impor hingga melebihi pertumbuhan ekspor. Kinerja ekspor yang
meningkat cukup tinggi sejalan dengan berlanjutnya pemulihan
ekonomi global. Kenaikan kinerja ekspor paling tinggi terjadi di
semester I 2010, terutama pada awal tahun, didukung baik oleh
komoditas migas maupun nonmigas. Namun, memasuki semester II
2010 ekspor mengalami perlambatan terkait dengan terjadinya
penurunan produksi minyak, melambatnya laju pertumbuhan negara
mitra dagang, serta harga komoditas manufaktur dan pertanian yang
melambat. Kinerja ekspor kembali mencatat kenaikan yang cukup tinggi
16
pada akhir 2010 didorong oleh meningkatnya ekspor produk pertanian
dan manufaktur, disertai kenaikan harga komoditas. Secara
keseluruhan, ekspor tahun 2010 mencatat kenaikan yang tinggi, yakni
mencapai 14,9%. Pertumbuhan ekspor tersebut merupakan yang
tertinggi dalam 10 tahun terakhir – kecuali tahun 2005 – dengan
komoditas ekspor yang relatif lebih tidak terkonsentrasi pada hanya
beberapa produk tertentu. Selain itu, capaian pertumbuhan ekspor
nasional yang tinggi juga disertai meningkatnya pangsa negara-negara
emerging markets sebagai pasar tujuan ekspor.
Dan nilai koefisien regresi investasi adalah sebesar 0,051. Hal ini
dapat berarti jika nilai investasi meningkat 1 persen maka
pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0,051 persen dengan
asumsi variabel independen lainnya tetap. Perkembangan investasi
yang cenderung meningkat sejalan dengan semakin membaiknya
persepsi pelaku usaha dan investor terhadap iklim investasi Indonesia.
Perbaikan iklim investasi tersebut tidak terlepas dari penerapan
berbagai kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan daya saing
perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari berbagai laporan dan
hasil kajian lembaga yang menempatkan Indonesia dalam posisi yang
lebih baik. Namun, peringkat infrastruktur jalan dan energi yang masih
rendah menghambat peningkatan daya saing Indonesia lebih tinggi lagi.
Persepsi positif tentang ekspektasi kondisi makroekonomi Indonesia
17
juga tercermin dari perkembangan sovereign credit rating Indonesia
yang terus membaik dan membuka peluang bagi Indonesia untuk lebih
cepat mencapai peringkat layak investasi. Sementara itu, walaupun
sedikit melambat, konsumsi rumah tangga masih tumbuh kuat dan
turut berperan dalam mendukung capaian pertumbuhan ekonomi
tahun 2010. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,6%, sedikit lebih
lambat dibanding dengan tahun sebelumnya yang sebesar 4,9%.
Dorongan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sepanjang tahun 2010
ditopang oleh masih kuatnya daya beli rata-rata masyarakat, nilai tukar
rupiah yang terapresiasi, peningkatan pembiayaan kredit konsumsi,
serta masih terjaganya optimisme masyarakat terhadap kondisi
perekonomian. Keyakinan masyarakat terhadap kondisi perekonomian.
Membaiknya iklim investasi dan kinerja ekonomi domestik telah
meningkatkan kepercayaan investor asing untuk menanamkan
modalnya secara langsung di Indonesia. Perkembangan investasi asing
langsung tahun 2010 juga ditunjukkan oleh meningkatnya pangsa
sektor nonmigas. Di sektor ini investasi asing langsung terbesar
ditanamkan pada industri pengolahan, pertambangan dan penggalian,
serta perdagangan dan komunikasi.
Dari hasil estimasi persamaan simultan diperoleh pengaruh
langsung, pangaruh tidak langsung dan total pengaruh dari variabel
18
independen terhadap variabel dependen yang ditunjukkan secara jelas
dalam Gambar 1. berikut
0,524 Z1
0,746
X1 1,629 0,129
5,104
0,149
Z2 Y
1,583
4,707
X2
Catatan : X1 = Exchange Rate, X2 = Utang Luar Negeri,
Z1 = Ekspor Z2 = Investasi,
Y = Pertumbuhan Ekonomi
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan variabel yang
dipergunakan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji dengan metode analisis SEM (Struktural
Equation Model), diperoleh kesimpulan hasil penelitian tentang
pengaruh exchange rate dan utang luar negeri terhadap
pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dan investasi sbb :
19
Terdapat pengaruh positif dan signifikan exchange rate terhadap
nilai ekspor di Indonesia. Setiap exchange rate meningkat 1
persen maka ekspor meningkat 1,183 persen. Pengaruh positif
exchange rate akan berdampak pada peningkatan ekspor di
Indonesia.
Terdapat pengaruh positif dan signifikan exchange rate terhadap
nilai investasi di Indonesia. Setiap investasi meningkat 1 persen
maka ekspor meningkat 0,129 persen. Peningkatan ini masih
relatif kecil sehingga perlu peningkatan investasi yang
berorientasi ekspor dengan penyempurnaan prosedur
administrasi dan peningkatan mutu komoditas agar memiliki
daya saing di pasaran international.
Terdapat pengaruh positif dan signifikan exchange rate terhadap
investasi di Indonesia. Setiap exchange rate meningkat 1 persen
maka investasi meningkat 5,104 persen. Pengaruh positif
exchange rate akan berdampak pada peningkatan investasi di
Indonesia.
Terdapat pengaruh positif dan signifikan utang luar negeri
terhadap investasi di Indonesia. Setiap utang luar negeri
meningkat 1 persen maka investasi meningkat 4,707 persen.
Pengaruh positif utang luar negeri akan berdampak pada
peningkatan investasi di Indonesia.
20
Terdapat pengaruh positif dan signifikan exchange rate terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Setiap exchange rate
meningkat 1 persen maka pertumbuhan ekonomi meningkat
0,772 persen. Peningkatan exchange rate akan berdampak pada
peningkatan ekspor yang dapat meningkatkan devisa yang pada
akhirnya akan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Terdapat pengaruh positif dan signifikan utang luar negeri
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Setiap utang luar
negeri meningkat 1 persen maka pertumbuhan ekonomi
meningkat 0,842 persen. Pengaruh positif utang luar negeri akan
berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Tapi utang luar negeri harus dialokasikan sektor-
sektor yang produktif dan berorientasi ekspor.
Terdapat pengaruh positif dan signifikan ekspor terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Setiap ekspor meningkat 1
persen maka pertumbuhan ekonomi meningkat 0,293 persen.
Peningkatan ekspor akan meningkat permintaan barang yang
pada akhir meningkatkan devisa suatu negara sehingga akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Setiap investasi meningkat 1
21
persen maka pertumbuhan ekonomi meningkat 0,051 persen.
Peningkatan investasi akan meningkat pertumbuhan ekonomi.
2 Diantara variabel exchange rate, utang luar negeri, ekspor dan
investasi yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia adalah berturut-turut exchange rate dan utang
luar negeri.
B.Saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka dapat diberikan
saran-saran sebagai berikut:
a. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan penanaman modal yang
harus diimbangi oleh pemerintah dengan menstabilkan nilai
tukar dan mengontrol tingkat bunga kredit sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
b. Pemerintah perlu memperbaiki kestabilan iklim politk, dan
keamanan yang memadai, penyelesaian konflik sosial, serta
kepastian hukum bagi dunia usaha atas investasi yang dilakukan
sehingga dapat mengembalikan kepercayaan para investor untuk
menanamkan modalnya dan untuk mencegahnya modal yang
keluar yang jelas merugikan perekonomian negera serta dapat
menekan tingkat pengangguran.
c. Mendorong pertumbuhan ekspor dengan menghilangkan
hambatan-hambatan dibidang ekspor baik yang bersifat
22
administratif maupun birokratif melaluiberbagai kebijakan antara
lain kebijakan deregulasi yang dapat menambah keunggulan bagi
komoditas ekspor dan melakukan diversifikasi produk dalam hal
peningkatan standar mutu produk dalam negeri sehingga dapat
bersaing di pasaran dunia serta mengolah bahan baku menjadi
produk ekspor yang lebih kompetitif, sehingga dapat
meningkatkan daya saing dan nilai tambah didalam dan luar
negeri.
d. Bagi peneliti berikutnya yang berminat meneliti pertumbuhan
ekonomi di Indonesia hendaknya meneliti khususnya investasi
yang berorientasi ekspor
DAFTAR PUSTAKA
Alkadri 1990. Dampak Harga Dan Produksi Terhadap Volume Ekspor
Minyak Bumi Indonesia : Kajian Tahun 1969/70-1988/1989.
Padang
Andersen, 2002 Pengaruh Pinjaman Luar Terhadap Pendapatan
Regional Bruto Propinsi Kaltim, Tesis Pasca Sarjana Unhas,
Makassar
Badan Pusat Statistik, 2002. Indicator Ekonomi Indonesia, Jakarta
Badan Pusat Statistic, 2003. Statistik Indonesia, Jakarta
Badan Pusat Statistik, 2004. Laporan Perekonomian Indonesia , Jakarta
Bank Indonesia , 2004 Laporan perekonomian Indonesia Jakarta
Budiono, 1984. Ekonomi Mikro Balai Penerbit FE-UGM, Yogyakarta.
,1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsisi Pengantar
Ilmu Ekonomi, N0. 4. BPFEUGM, Yogyakarta.
23
Barro. R. J. Macroeconomic , New York : Jhon Wiley & Sons, Inc
Don Bellante and Mark Jakcson, 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan.
Lembaga Penerbit FE-UI. Jakarta.
Dornbusch, T.F, Makroekonomi, Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta, 1994