Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS WACANA
PESAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
DALAM FILM TENDANGAN DARI LANGIT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
AHMAD FAUZAN
NIM: 1113051000135
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H. / 2017 M.
iv
ABSTRAK
Ahmad Fauzan
Analisis Wacana Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan
dari Langit
Film merupakan salah satu media yang efektif untuk menyampaikan pesan
termasuk pesan-pesan dakwah. Dakwah melalui film dinilai efektif
mempengaruhi masyarakat karena bersifat audio visual dan dikemas dalam bentuk
cerita. Salah satu permasalahan yang ada saat ini ialah kurangnya moral manusia
untuk berbakti kepada orang tua. Film Tendangan dari Langit merupakan salah
satu film yang memuat pesan dakwah khususnya berbakti kepada kedua orang tua.
Hanung Bramantyo mampu menyelipkan pesan tersebut dalam film yang
menceritakan perjuangan seorang anak dalam menggapai impiannya menjadi
pesepakbola. Film ini pun sukses masuk nominasi empat besar film terbaik tahun
2011 pada ajang Festival Film Indonesia.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaannya ialah bagaimana
wacana pesan berbakti kepada kedua orang tua dalam film Tendangan dari Langit
dilihat dari level teks, kognisi sosial dan juga konteks sosial?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis
wacana Teun A. Van Dijk. Van Dijk membagi tiga level pembentuk wacana yakni
teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Level teks melihat bagaimana struktur teks
membentuk wacana yang terdiri dari struktur makro, superstruktur dan struktur
mikro. Kognisi sosial melihat bagaimana pembuat teks dalam hal ini penulis
skenario memahami dan memaknai suatu peristiwa. Konteks sosial melihat
wacana yang berkembang di masyarakat.
Hasil penelitiannya ialah dari level teks, berbakti kepada kedua orang tua
digambarkan melalui beberapa adegan di antaranya saat Wahyu membantu
ayahnya berjualan, pamit saat bepergian, bersikap lemah lembut terhadap orang
tua serta memberikan ayahnya kuda dan alat sholat dari hasil ia bermain sepak
bola. Bahasa yang digunakan ialah bahasa sehari-hari dan juga bahasa Jawa. Dari
level kognisi sosial, Fajar Nugros selaku penulis skenario mendekatkan Wahyu
sebagai tokoh utama kepada dirinya. Fajar berasal dari daerah yakni Jogja
sedangkan Wahyu dari Malang yang sama-sama berjuang menggapai cita-cita.
Dari level konteks sosial, banyaknya anak yang lupa dengan orang tua ketika
sudah sukses dan banyaknya orang tua yang melarang bakat dan impian anaknya
dalam sepak bola membuat film ini hadir untuk menjawab permasalahan tersebut
dan untuk mengingatkan setiap orang agar jangan lupa dengan kedua orang tua.
Film Tendangan dari Langit memuat pesan berbakti kepada kedua orang
tua. Pesan tersebut di antaranya ialah seorang anak hendaknya selalu bersikap
lemah lembut terhadap orang tuanya sekalipun mereka berlaku kasar. Selalu pamit
saat bepergian, taat dan membantu urusan orang tua. Mensedekahkan harta
kepada orang tua dan selalu ingat ibu yang menimang ketika masih kecil.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji syukur
penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat, dan kasih sayang-
Nya yang senantiasa diberikan kepada hamba-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa senantiasa tercurah
kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Semoga
kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan
syafaatnya kelak.
Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih 5 bulan, Alhamdulillah
skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Sosial pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi selama
menyelesaikan skripsi ini, baik dalam diri penulis smaupun faktor lainnya. Namun
atas izin Allah SWT, semua hambatan dan rintangan dapat diatasi hingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat
dilepaskan dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa
hormat, penulis mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi sekaligus dosen pembimbing penulis. Terima kasih
vi
banyak atas bimbingan dan masukan-masukannya kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu
Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum, serta Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama.
3. Bapak Drs. Masran, MA dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua
dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku dosen penasihat akademik kelas KPI
C. Terima kasih atas bimbingan dan segala masukannya.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima
kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.
6. Segenap pimpinan hingga seluruh staf tata usaha Fakultas Ilmu Dawah
dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam segala urusan
administrasi.
7. Segenap pimpinan hingga seluruh staf perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan juga Perpustakaan Utama yang telah
membantu penulis dalam pencarian bahan penulisan skripsi.
8. Ayahanda tercinta, Bapak Sutrisno, BA dan almarhumah ibu tercinta, Ibu
Nurhayati dan juga ibu penulis saat ini, Ibu Nurjanah, S.Ag. Terima kasih
atas doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya yang tak pernah lelah
dan tak henti-henti diberikan kepada penulis.
9. Kakak-kakak saudara kandung penulis, Febrian Kurnia Akbar, SE dan
juga Ahmad Yanuar Dwi Tama, S.Sy. Adik penulis, Muhammad Said
vii
Ibroohiim, kakak ipar penulis, Siti Nuryanti dan juga seluruh keluarga
besar penulis. Terima kasih atas segala masukan, do’a, dukungan dan
motivasinya.
10. Bapak Fajar Nugros selaku Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit
dan juga ibu Susanti Dewi beserta seluruh kru Demi Istri Production yang
telah meluangkan waktunya untuk wawancara dan melengkapi data
penulis.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan jurusan KPI angkatan 2013,
khususnya kelas KPI C yang setia memilih kelas C dari awal hingga akhir
semester. Terima kasih atas kerja sama serta dukungannya.
12. Keluarga besar DNK TV yang telah memberikan ilmu serta pengalaman-
pengalaman dalam memproduksi suatu program selama kurang lebih tiga
tahun masa jabatan.
13. Teman-teman KKN BETTER beserta seluruh masyarakat Desa Daru.
Terima kasih atas pengalaman berharga yang telah diberikan selama satu
bulan penuh saat pelaksanaan KKN.
14. Nur Asiah Aisyah Zaldi. Terima kasih telah menjadi penyemangat,
memberikan doa, dukungan dan tak pernah lelah menemani penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
15. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi
ini dan penulis terbuka atas saran dan kritik membangun dari semua pihak.
Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang penulis lakukan baik yang
viii
disengaja maupun tidak sengaja. Dengan segala hormat, penulis persembahkan
skripsi yang berjudul “ANALISIS WACANA PESAN BERBAKTI KEPADA
KEDUA ORANG TUA DALAM FILM TENDANGAN DARI LANGIT”.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik dari segi akademis maupun praktis.
Jakarta, 21 Agustus 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1
B. Fokus dan Rumusan Masalah ........................................................................6
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................6
E. Metodologi Penelitian ....................................................................................7
F. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ................................................................................. 14
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................................... 16
A. Analisis Wacana .......................................................................................... 16
B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk .............................................................. 20
1. Teks ......................................................................................................... 22
2. Kognisi Sosial .......................................................................................... 25
3. Konteks Sosial ......................................................................................... 26
C. Film ............................................................................................................. 26
1. Definisi Film ............................................................................................ 26
2. Klasifikasi Film ....................................................................................... 27
3. Jenis-jenis Film ........................................................................................ 31
4. Struktur Film ........................................................................................... 33
5. Unsur-Unsur Film .................................................................................... 34
D. Konsep Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.................................................. 36
x
1. Hak dan Keistimewaan Orang Tua ........................................................... 36
2. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua......................................... 38
3. Bentuk-bentuk Berbakti kepada Kedua Orang Tua ................................... 41
BAB III GAMBARAN UMUM FILM TENDANGAN DARI LANGIT ................... 43
A. Sinopsis Film Tendangan dari Langit ........................................................... 43
B. Keunggulan Film Tendangan dari Langit ...................................................... 44
C. Riwayat Sutradara Film Tendangan dari Langit ............................................ 45
D. Riwayat Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit ................................. 47
E. Riwayat Pemain Film Tendangan dari Langit ................................................ 48
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ................................................................. 53
A. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari
Langit dilihat dari Teks ..................................................................................... 53
1. Struktur Makro (Tematik) ........................................................................ 53
2. Superstruktur (Skematik) ......................................................................... 65
3. Struktur Mikro ......................................................................................... 72
B. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari
Langit dilihat dari Kognisi Sosial ...................................................................... 89
C. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari
Langit dilihat dari Konteks Sosial ..................................................................... 92
BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 95
A. Kesimpulan .................................................................................................. 95
B. Saran ............................................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 102
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Elemen Wacana Van Dijk .................................................................. 21
Tabel 4.1 Berbakti kepada Ayah ....................................................................... 54
Tabel 4.2 Berbakti kepada Ayah ....................................................................... 55
Tabel 4.3 Berbakti kepada Ayah ....................................................................... 57
Tabel 4.4 Berbakti kepada Ibu ........................................................................... 59
Tabel 4.5 Berbakti kepada Ibu ........................................................................... 61
Tabel 4.6 Cinta Orang Tua terhadap Anak ........................................................ 62
Tabel 4.7 Cinta Orang Tua terhadap Anak ........................................................ 63
Tabel 4.8 Cinta Orang Tua terhadap Anak ........................................................ 64
Tabel 4.9 Opening Bill Board ........................................................................... 66
Tabel 4.10 Opening Scene ................................................................................ 67
Tabel 4.11 Conflict Scene ................................................................................. 68
Tabel 4.12 Anti Klimaks ................................................................................... 70
Tabel 4.13 Ending ............................................................................................. 71
Tabel 4.14 Stilistik ............................................................................................ 81
Tabel 4.15 Grafis .............................................................................................. 84
Tabel 4.16 Metafora .......................................................................................... 86
Tabel 4.17 Ekspresi ........................................................................................... 88
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Hanung Bramantyo ......................................................................... 46
Gambar 3.2 Fajar Nugros ................................................................................... 47
Gambar 3.3 Yosie Kristanto ............................................................................... 49
Gambar 3.4 Sudjiwo Tedjo ................................................................................ 50
Gambar 3.5 Yati Surachhman ............................................................................ 51
Gambar 3.6 Agus Kuncoro ................................................................................. 52
Gambar 4.1 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ....................................... 54
Gambar 4.2 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ....................................... 55
Gambar 4.3 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ........................................ 57
Gambar 4.4 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ........................................ 57
Gambar 4.5 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah.......................................... 57
Gambar 4.6 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu............................................ 59
Gambar 4.7 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu............................................ 60
Gambar 4.8 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu............................................ 61
Gambar 4.9 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ......................... 62
Gambar 4.10 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ....................... 63
Gambar 4.11 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ....................... 64
Gambar 4.12 Opening Bill Board ....................................................................... 66
Gambar 4.13 Opening Scene .............................................................................. 67
Gambar 4.14 Conflict Scene .............................................................................. 68
Gambar 4.15 Conflict Scene .............................................................................. 68
Gambar 4.16 Conflict Scene................................................................................. 68
Gambar 4.17 Conflict Scene .............................................................................. 69
Gambar 4.18 Conflict Scene .............................................................................. 69
Gambar 4.19 Conflict Scene................................................................................. 69
Gambar 4.20 Anti Klimaks ................................................................................ 70
Gambar 4.21 Ending .......................................................................................... 71
Gambar 4.22 Stilistik ......................................................................................... 81
Gambar 4.23 Stilistik ......................................................................................... 81
Gambar 4.24 Stilistik ......................................................................................... 82
xiii
Gambar 4.25 Stilistik............................................................................................ 82
Gambar 4.26 Stilistik ......................................................................................... 83
Gambar 4.27 Stilistik............................................................................................ 83
Gambar 4.28 Grafis ............................................................................................ 84
Gambar 4.29 Grafis ............................................................................................ 85
Gambar 4.30 Metafora ....................................................................................... 86
Gambar 4.31 Metafora ....................................................................................... 86
Gambar 4.32 Metafora ....................................................................................... 87
Gambar 4.33 Ekspresi ........................................................................................ 88
Gambar 4.34 Ekspresi........................................................................................... 87
Gambar 4.35 Ekspresi........................................................................................... 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Film merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan.
Dalam komunikasi, pesan disampaikan melalui media oleh komunikator
kepada komunikan. Melalui film, pesan-pesan dapat disampaikan secara
efektif oleh pembuat film seperti sutradara, penulis skenario dan tim produksi
lainnya. Film biasanya diperankan oleh aktor-aktor ternama yang dapat
menarik khalayak untuk menontonnya.
Film adalah teknik audio visual yang sangat efektif dalam
mempengaruhi penonton-penontonnya. Film merupakan kombinasi dari
drama dengan paduan suara dan musik, serta drama dengan paduan dari
tingkah laku dan emosi yang dapat dinikmati oleh penontonnya sekaligus
dengan mata dan telinga baik di ruang yang gelap maupun terang.1
Sebagai salah satu media audio visual, film dapat menjadi media
yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada masyarakat.
Dakwah melalui film lebih komunikatif dibandingkan dengan media lainnya.
Materi dakwah di dalam film diproyeksikan dalam skenario film yang
menyentuh dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.2 Film
dapat menjadi media dakwah yang efektif karena dibuat dengan pendekatan
seni budaya berdasarkan kaidah sinematografi. Pesan dakwah dalam film
1 Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2008, cet ke-5), h. 84. 2 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif;Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi
Da’wah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 39.
2
disajikan dalam bentuk cerita sehingga memiliki daya pengaruh yang besar
kepada penontonnya.3
Di Indonesia, banyak sekali film yang hanya bertemakan hiburan
dan tidak mengedukasi masyarakat. Film bertema kisah cinta remaja, film
yang menampilkan pergaulan bebas, film bergenre horror yang mengumbar
aurat dan adegan-adegan dewasa merupakan film yang diproduksi hanya
untuk meraih keuntungan dan penonton yang sebanyak-banyaknya. Film ini
beberapa kali hadir di industri perfilman Indonesia dan membawa dampak
negatif terhadap masyarakat. Walau begitu, tidak semua film di Indonesia
tidak mendidik. Beberapa film bersifat edukatif dan memiliki nilai-nilai
religius di dalamnya termasuk berbakti kepada kedua orang tua.
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban dari setiap
orang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra ayat 23-24 yang
berbunyi:
ا يَْبلُغَنَّ ِعنَدكَ َوقََضى َربَُّك أاَلَّ تَْعبُُدواْ إاِلَّ إِيَّاهُ َوبِاْلَوالِ اْلِكبَرَ َدْيِن إِْحَسانًا إِمَّ
o ًَماتَْنَهْرهَُما َوقُل لَُّهَما قَْوالً َكِري تَقُل لَُّهَما أُف ٍّ َوالَ أََحُدهَُما أَْو ِكالَهَُما فاَل
ِبٍّ ْحَمِة َوقُل رَّ اْرَحْمُهَما َكَما َربَّيَانِي َواْخِفْض لَُهَما َجنَاَح الذُِّلٍّ ِمَن الرَّ
o َصِغيًرا
Artinya:
“Dan Rabb-mutelah memerintahkan kepada manusia janganlah ia
beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan berbuat baik kepada kedua orang
tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-
duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah ketakan kepada
keduanya ‘ah’ dan janganah kamu membentak keduanya”, “Dan katakanlah
kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap
keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, ‘Wahai Rabb-ku,
3 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer; Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), h. 106.
3
sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil’.”
(QS. Al-Isra ayat 23-24).
Dari ayat tersebut, jelas bahwa Allah memerintahkan manusia
untuk berbakti kepada kedua orang tua. Seorang anak wajib mendoakan orang
tua dan memperlakukannya dengan kasih sayang. Allah juga melarang
manusia untuk membentak dan berlaku kasar kepada keduanya.
Dalam kenyataannya, masih banyak anak-anak yang tidak hormat
kepada kedua orang tua, bahkan ada yang tega membunuh orang tua hanya
karena sering dimarahi. Seperti kasus pembunuhan orang tua yang terjadi di
Brebes, Jawa Tengah. Seorang anak tega membunuh ayah dan ibu
kandungnya hanya karena sering dimarahi. Ia membunuh ayahnya ketika
sedang tertidur pulas pada malam hari tepatnya hari selasa, 9 Desember 2014.
Ia memukul kepala ayahnya dengan palu dan menyayat pipinya dengan
golok. Melihat kejadian tersebut, ibunya ingin menolong ayahnya, namun
sang anak justru membunuh ibunya. Tak hanya itu, ia pun melukai kedua
saudara kandungnya yang ingin menyelamatkan orang tuanya.4 Dari kasus
tersebut tentu diperlukan adanya upaya yang mampu mengingatkan
masyarakat untuk berbakti kepada kedua orang tua. Di antaranya yang efektif
ialah melalui film.
Salah satu film yang memuat pesan berbakti kepada kedua orang
tua ialah film Tendangan dari Langit. Film ini menceritakan tentang kisah
seorang pemuda bernama Wahyu yang gemar bermain sepak bola. Namun
dalam menjalani hobinya,Wahyu terhalang oleh ayahnya sendiri yang
4 Mohamad Taufik, “Kejamnya Anak di Brebes,Tega Bunuh Kedua Orang Tua Kandung”,
artikel diakses pada 15 Agustus 2017 dari https://www.merdeka.com/peristiwa/kejamnya-anak-di-brebes-tega-bunuh-kedua-orangtua-kandung/bunuh-orangtua-cuma-karena-sering-dimarahi.html,
https://www.merdeka.com/peristiwa/kejamnya-anak-di-brebes-tega-bunuh-kedua-orangtua-kandung/bunuh-orangtua-cuma-karena-sering-dimarahi.htmlhttps://www.merdeka.com/peristiwa/kejamnya-anak-di-brebes-tega-bunuh-kedua-orangtua-kandung/bunuh-orangtua-cuma-karena-sering-dimarahi.htmlhttps://www.merdeka.com/peristiwa/kejamnya-anak-di-brebes-tega-bunuh-kedua-orangtua-kandung/bunuh-orangtua-cuma-karena-sering-dimarahi.html
4
bernama Pak Darto. Pak Darto tidak mengizinkan Wahyu untuk berkarir dan
menggantungkan harapan di dunia sepak bola karena ia mengalami masa
pahit di dunia sepak bola. Dahulu, Pak Darto hampir menjadi pesepakbola
klub Persema atau Persatuan Sepakbola Malang tetapi berhenti karena cedera
yang menghantam kakinya. Cederanyapun tak diobati sehingga angan-
angannya untuk menjadi pesepakbola pupus begitu saja. Inilah yang menjadi
sebab Pak Darto melarang keras Wahyu untuk bermain sepak bola.
Film ini berisi semangat pantang menyerah seorang Wahyu yang
amat mencintai sepak bola. Wahyu ialah sosok yang amat menghormati
kedua orang tuanya. Ia tidak melawan ayahnya yang melarang ia bermain
sepak bola tetapi tetap berusaha meyakinkan ayahnya dengan prestasi dan
kemampuannya. Dalam kesehariannya, Wahyu membantu ayahnya berjualan
mie seduh dan minuman hangat di Bromo. Ia juga memberikan ayahnya kuda
dan alat sholat dari hasil ia bermain sepak di desa Karang Sari. Di dalam film
ini juga terapat nilai-nilai persahabatan antara Wahyu dengan dua orang
sahabatnya yakni Mitro dan Purnomo. Inilah yang membuat film ini memiliki
rasa humor yang baik.
Untuk membuat film ini lebih menarik, Hanung menarik dua
pemain tim nasional Indonesia yang digandrungi oleh remaja yakni Irfan
Bachdim dan juga Kim Jeffrey Kurniawan. Ini merupakan penampilan
perdana mereka dalam membintangi sebuah film. Selain itu, film ini juga
menyelipkan kisah cinta antara Wahyu dengan Indah, gadis tercantik di
sekoalahnya yang diperankan oleh Maudy Ayunda. Film Tendangan dari
Langit memuat nilai-nilai religi tetapi tetap dapat menghibur penontonnya
5
dengan dialog-dialog yang natural dengan beberapa kali menggunakan bahasa
Jawa sebagai latar tempat cerita film dibuat.
Film ini merupakan karya dari sutradara terkenal dan salah satu
yang terbaik di Indonesia yakni Hanung Bramantyo. Hanung telah banyak
memproduksi film-film bioskop berkualitas di Indonesia. Film-film Hanung
banyak yang bertemakan religi dan memuat nilai-nilai Islami serta pelajaran
hidup. Beberapa film yang bertema religi dan memuat pesan dakwah karya
Hanung ialah film Ayat-Ayat Cinta, Sang Pencerah, dan Tanda Tanya. Ketiga
film tersebut sangat populer dan mendapatkan antusiasme yang tinggi dari
masyarakat. Begitu juga dengan film Tendangan dari Langit yang memiliki
pesan dakwah dan dikemas dengan menarik.
Pada tahun 2011, film ini menjadi salah satu dari empat nominasi
film bioskop terbaik pada acara Festival Film Indonesia (FFI). Empat film
tersebut di antaranya ialah Sang Penari, The Mirror Never Lies, ? (Tanda
Tanya), dan Tendangan dari Langit. Di antara empat film terbaik tahun 2011
tersebut, Hanung berhasil membawa dua film karyanya yang masuk ke dalam
nominasi yakni Tanda Tanya dan Tendangan dari Langit. Meski tidak
memenangkan nominasi ini, film Tendangan dari Langit berhasil memberikan
penghargaan kepada tim produksi film khususnya pada kategori Pengarah
Artistik Terbaik.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Wacana Pesan Berbakti
Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari Langit”.
6
B. Fokus dan Rumusan Masalah
Untuk membatasi penelitian agar tidak terlalu luas, maka penulis
memfokuskan penelitian ini pada Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua
yang terdapat dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks, kognisi
sosial, dan konteks sosial.
Penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam
film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks?
2. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam
film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari kognisi sosial?
3. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam
film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari konteks sosial?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat
dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks
2. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat
dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari kognisi sosial
3. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat
dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari konteks sosial
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi akademis
maupun dari segi praktis.
7
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pengetahuan dan wawasan mengenai pesan berbakti kepada kedua orang
tua dalam film Tendangan dari Langit yang dianalisis menggunakan model
analisis wacana Teun A. Van Dijk. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi referensi ilmiah di bidang studi dakwah dan komunikasi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada
masyarakat mengenai pesan berbakti kepada bedua orang tua yang
dituangkan dalam sebuah film. Pesan-pesan yang dianalisis menggunakan
model Teun A. Van Dijk diharapkan dapat daplikasikan oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian penelitian ini juga diharapkan
dapat memberikan motivasi kepada sutradara dan penulis skenario agar
dapat memproduksi film-film yang memuat pesan-pesan positif, tidak
hanya menghibur, tetapi juga dapat memberikan edukasi kepada
masyarakat.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang
menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan
sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.5
5 Dr. Juliansyah Noor, S.E., M.M., Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya
Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 32.
8
Pada penelitian ini, penulis menggunakan paradigma
konstruktivisme. Guba menjelaskan tentang kontruktivisme yang berarti
pengetahuan dapat digambarkan sebagai hasil atau konsekuensi dari
aktivitas manusia, pengetahuan merupakan kontruksi manusia, tidak
pernah dipertanggungjawabkan sebagai kebenaran yang tetap merupakan
permasalahan dan selalu berubah.6
2. Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara
deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.7
3. Subjek dan objek penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Film Tendangan dari Langit
sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah analisis wacana
pesan berbakti kepada kedua orang tua yang dilihat dari teks, kognisi
sosial, dan konteks sosial.
4. Teknik pengumpulan data
Langkah – langkah dalam teknik pengumpulan data sebagai betikut
a. Wawancara
6 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013). h. 49. 7 Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006
cet ke 22), h. 6.
9
Menurut Kartono dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang
ditulis oleh Lexy J. Moleong, wawancara adalah suatu percakapan
yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dimana prosesnya terdiri
dari tanya jawab lisan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik.8 Dalam penelitian ini, penulis
melakukan wawancara dengan penulis skenario film “Tendangan dari
Langit” yakni Fajar Nugros. Penulis melakukan wawancara pada hari
Minggu, 30 Juli 2017 di Kantor Demi Istri Production, Jalan Depsos I,
No. 30, Komplek Depsos, Jakarta Selatan.
b. Observasi
Observasi merupakan kegiatan memerhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan
antar aspek dalam fenomena tersebut.9 Penulis melakukan observasi
dengan menonton film “Tendangan dari Langit” lewat bentuk soft
copy. Penulis mencatat bagian-bagian yang penting di dalam film yang
memiliki pesan berbakti kepada kedua orang tua untuk kemudian
dijadikan bahan analisis. Penulis juga menyesuaikan dialog-dialog
yang terdapat dalam film dengan yang ada pada naskah skenario.
c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang
ditulis oleh Imam Gunawan, dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
8 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 160. 9 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 143.
10
penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian akan
lebih dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen. Teknik
dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber
noninsani. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. Sedangkan
kata dokumen digunakan untuk mengacu setiap tulisan selain rekaman,
yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti
surat-surat, buku harian, naskah pidato, dan sebagainya.10 Pada
penelitian ini, penulis mengumpulkan dokumen-dokumen terkait
dengan film “Tendangan dari Langit”. Dokumen tersebut di antaranya
dalam bentuk soft copy film dan juga naskah skenario film Tendangan
dari Langit.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan
pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan dan materi-materi
lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai
materi-materi dan untuk menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada
orang lain. Analisis melibatkan pekerjaan dengan data, penyusunan dan
pemecahannya ke dalam unit-unit yang dapat ditangani,
perangkumannya, pencarian pola-pola, dan penemuan apa yang
penting.11
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan model analisis wacana
Teun Van Dijk dimana wacana terbentuk melalui tiga level yakni level
10 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 176. 11 Prof. Dr. Emzir, M. Pd., Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2012, cet ke-3), h. 85.
11
teks, kognisi sosial dan juga konteks sosial. Pada level teks, terdapat tiga
elemen struktur di antaranya:12
1. Struktur Makro (Tematik) : Elemen ini berisi makna umum dari
sebuah teks biasa juga disebut sebagai tema ataupun topik.
2. Superstruktur (Skematik) : Elemen ini berisi bagaimana sebuah teks
disusun sedemikian rupa sehingga dapat membentuk sebuah makna atau
pesan yang disampaikan.
3. Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik, Reotris) : Elemen ini
berisi hubungan antar kalimat, kata, proposisi, latar, detail, sampai
kepada gaya bahasa yang dipakai dalam suatu teks.
Dalam struktur wacana Van Dijk, tidak hanya meneliti sebuah teks,
melainkan juga bagaimana teks tersebut dibuat dan disusun sehingga
memunculkan makna. Hal inilah yang kemudian disebut dengan kognisi
sosial dan juga konteks sosial. Penulis melakukan analisis sesuai dengan
tiga konsep wacana dari Van Dijk yang terdiri dari teks, kognisi sosial dan
juga konteks sosial.
F. Penelitian Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan tinjauan
pustaka ke Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tinjauan pustaka
dilakukan untuk memastikan belum ada penelitian yang sama dengan
penelitian yang akan dilakukan penulis dan juga sebagai bahan rujukan untuk
penelitian. Penulis menemukan beberapa skripsi yang memiliki kemiripan
12 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h.
228.
12
dengan judul penelitian penulis yang kemudian dijadikan langkah awal untuk
menjadi rujukan penelitian. Adapun beberapa skripsi yang ditemukan antara
lain :
1. Zakiyah Al-Wahdah, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun
2014. Zakiyah Al-Wahdah menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana
Percintaan Beda Agama dalam Film Cinta Tapi Beda”. Di dalam skripsi
ini dijelaskan tentang percintaan beda agama yang terdapat dalam film
Cinta Tapi Beda. Zakiyah Al-Wahdah menjelaskan bahwa banyak
masyarakat di Indonesia yang mengalami percintaan beda agama seperti
dalam film tersebut. Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti ialah
sama-sama meneliti analisis wacana dalam sebuah film. Perbedaannya
terletak pada subjeknya. Zakiyah Al-Wahdah meneliti film Cinta Tapi
Beda, sedangkan penulis meneliti film Tendangan dari Langit.
2. Sutrisno Sugiyono, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun
2013. Sutrisno Sugiyono menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana
Berbakti kepada Ibu dalam Lagu Keramat Karya Rhoma Irama”. Di dalam
skripsinya dijelaskan tentang perintah dan nasihat untuk berbakti kepada
ibu yang terdapat dalam lirik lagu Keramat. Persamaan dengan skripsi
yang akan diteliti yakni sama-sama meneliti tentang Analisis Wacana
berbakti kepada orang tua. Namun Sutrisno Sugiyono memfokuskan pada
ibu dan meneliti sebuah lagu, sedangkan penulis meneliti film. Perbedaan
13
terletak pada subjeknya. Sutrisno Sugiyono meneliti lagu Keramat Karya
Rhoma Irama, sedangkan penulis meneliti film Tendangan dari Langit.
3. Putri Rizky Handayani, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun
2016. Putri Rizky Handayani menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana
Dakwah dalam Film Kartun Syamil dan Dodo”. Di dalam skripsi ini
dijelaskan tentang pesan dakwah yang terdapat dalam film kartun Syamil
dan Dodo. Putri Rizky Handayani menjelaskan bahwa film ini memiliki
pesan-pesan dakwah yang berhubungan dengan aqidah dan syariah.
Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti ialah sama-sama meneliti
analisis wacana dalam sebuah film. Perbedaanya terletak pada subjeknya.
Putri Rizky Handayani meneliti film kartun Syamil dan Dodo, sedangkan
penulis meneliti film Tendangan dari Langit.
4. Sugeng Priyanto, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, tahun 2013. Sugeng Priyanto menulis skripsi
berjudul “Pendidikan Karakter dalam Film Tendangan dari Langit (Kajian
Semiotik Dalam Perspektif PPKn)”. Di dalam skripsi ini dijelaskan tentang
pendidikan karakter para tokoh yang terdapat dalam film Tendangan dari
Langit. Hasil penelitian ini ialah bahwa film Tendangan dari Langit
memiliki muatan karakter yang pantang menyerah, kerja keras,
persahabatan dan nasionalisme yang terdapat pada tokoh utama Wahyu.
Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti terletak pada subjeknya, yakni
sama-sama meneliti film Tendangan dari Langit. Sedangkan perbedaannya
terletak pada objeknya. Sugeng Priyanto meneliti pendidikan karakter.
14
dengan menggunakan kajian semiotik, sedangkan penulis menggunakan
analisis wacana.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, penulis mengambil
kesimpulan bahwa belum ada penelitian yang sama dengan penelitian
penulis. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul
Analisis Wacana Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Film
Tendangan dari Langit.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang terdiri
dari beberapa sub bab, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, fokus dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi kerangka teori penelitian yang di dalamnya
diuraikan tentang pengertian analisis wacana, analisis wacana
menurut Teun A Van Dijk, film dan juga konsep berbakti
kepada kedua orang tua.
BAB III GAMBARAN UMUM FILM TENDANGAN DARI
LANGIT
Bab ini memaparkan tentang sinopsis film, keunggulan film,
15
profil sutradara, profil penulis skenario, dan juga profil pemain
film Tendangan dari Langit.
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang pembahasan dan analisis data
yang berbentuk uraian hasil temuan lapangan. Di dalamnya
diuraikan pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat
dalam film Tendangan dari Langit dilihat dari teks, kognisi
sosial dan konteks sosial.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari penulis.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Analisis Wacana
Kata “Analisis” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Analisis juga berarti penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya
dan penelaahan begian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.131
Sedangkan kata “Wacana” berarti komunikasi verbal, percakapan,
keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan. Wacana juga berarti satuan
bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh,
seperti novel, buku, artikel, pidato atau khutbah.2
Istilah Wacana belum dipakai di Indonesia pada tahun 1960-an karena
pada mulanya wacana berasal dari kata discourse yang terdapat dalam Kamus
Inggris-Indonesia yang ditulis oleh Echols dan Shadily pada tahun 1975. Dalam
kamus tersebut, kata discourse berarti pidato, tulisan, percakapan atau ceramah.
Penjelasan dari kamus tersebut menggambarkan pengertian umum tentang wacana
yang digunakan di Indonesia. Segala hal yang berkaitan dengan ujaran atau
penggunaan bahasa pidato, tulisan, percakapan disebut sebagai wacana.3
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Keempat,
(Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 58. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Keempat, h.
1552. 3 Herudjati Purwoko, Discourse Analysis; Kajian Wacana bagi Semua Orang, (Jakarta:
Indeks, 2008), h.1.
17
Secara bahasa, wacana juga berasal dari bahasa Sansekerta yakni dari kata
“wac” atau “wak” atau “vak”, yang artinya “berkata” atau “berucap”. Kemudian
kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Tambahan “na” di belakang
kata “wac” adalah bentuk akhiran yang bermakna “membendakan”. Dengan
demikian, kata “wacana” dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. Kata
wacana dalam kamus bahasa kontemporer memiliki tiga arti. Pertama,
percakapan, ucapan, atau tuturan. Kedua, keseeluruhan percakapan yang
merupakan satu kesatuan. Ketiga satuan bahasa terbesar yang realisasinya
merupakan bentuk karangan yang utuh.4
Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang wacana dan juga analisis
wacana. Wahab dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko
Rusminto, menyatakan bahwa,
“Wacana dapat diartikan sebagai organisasi bahasa yang lebih luas
dari kalimat atau klausa, dan oleh karena itu dapat juga dimaksudkan
sebagai satuan linguistik yang lebih besar, misalnya percakapan lisan
atau naskah tulisan. Oleh karena itu, wacana tidak dapat dibatasi
hanya pada bentuk-bentuk linguistik yang terpisah dari tujuan dan
fungsi bahasa dalam proses interaksi manusia.”5
Menurut J.S. Badudu pada tahun 2000 dalam buku Analisis Wacana yang
ditulis oleh Aris Badara, Wacana adalah kalimat-kalimat yang berkaitan yang
menghubungkan suatu proposisi dengan proposisi lainnya. Proposisi yang telah
terhubung satu sama lain membentuk makna di antara kalimat-kalimat tersebut.
Wacana merupakan satuan bahasa tertinggi di atas kalimat maupun klausa dengan
4 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia,
(Tangerang: Pustaka Mandiri, 2013), h. 20. 5 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2015, cet. pertama), h. 2.
18
koherensi dan kohesi yang tinggi. Wacana dapat disampaikan secara lisan maupun
tertulis. 6
Rani dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko
Rusminto, menyatakan bahwa, Wacana merupakan satuan bahasa di atas kalimat
yang digunakan untuk melakukan proses komunikasi dalam konteks sosial.
Wacana dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran dalam bentuk lisan atau
tulisan, baik bersifat transaksional atau interaksional. Secara lisan, wacana ialah
proses komunikasi antara penyapa dan pesapa. Sedangkan secara tulisan, wacana
ialah ungkapan gagasan atau ide dari penyapa.7
Objek kajian wacana pada umumnya berpusat pada bahasa yang
digunakan sehari-hari, baik yang berupa lisan maupun teks tertulis. Objek
kajiannya adalah unit bahasa di atas kalimat atau ujaran yang memiliki kesatuan
mekna dan kepaduan bentuk dalam kehidupan sehari-hari, seperti naskah pidato,
rekaman percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat
dan sebagainya. Kajian atau analisis wacana pada dasarnya merupakan
pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks yang terdapat dalam teks.
Pembahasan itu bertujuan menjelaskan hubungan antarkalimat atau antarujaran,
yang membentuk wacana. Dengan demikian, rentetan kalimat yang berkaitan yang
menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain itu membentuk
kesatuan yang dinamakan wacana.8
6 Dr. Aris Badara, M. Hum, Analisis Wacana; Teori, Metode dan Penerapannya pada
Wacana Media. (Jakarta; Kencana Prenada Media Grup, 2012), h. 16-17. 7 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 3. 8 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia,
h. 20-21.
19
Wacana merupakan satuan bahasa tertinggi dan terlengkap di atas kalimat
atau klausa. Tarigan menggambarkan kedudukan wacana dalam satuan bahasa
yakni sebagai berikut.
Skema 2.1
Satuan Bahasa9
WACANA
Kalimat
Klausa
Frase
Kata
Morfem
Fonem
Menurut Stubs dalam buku Analisis Wacana yng ditulis oleh Aris Badara,
analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa
yang digunakan secara alamiah, yakni penggunaan bahasa dalam komunikasi
sehari-hari. Wacana dapat digunakan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Definisi ini sejalan dengan Cook yang menyatakan bahwa analisis wacana
merupakan kajian yang membahas tentang wacana, sedangkan wacana merupakan
bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.10
Rani dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko
Rusminto menyimpulkan bahwa
9 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 4. 10 Dr. Aris Badara, M. Hum, Analisis Wacana; Teori, Metode dan Penerapannya pada
Wacana Media, h. 18.
20
“Analisis wacana menginterpretasikan makna sebuah ujaran atau
tulisan dengan memperhatikan konteks yang melatarinya baik konteks
linguistik maupun konteks etnografi. Konteks linguistik merupakan
rangkaian kata yang mengikuti satuan bahasa tertentu, sedangkan
konteks etnografi merupakan ciri atau faktor dari pemakai bahasa
seperti faktor budaya, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di
masyarakat.”11
Ada beberapa ahli yang memiliki perspektif terhadap analisis wacana di
antaranya ialah Foucault, Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, Tony
Trew, Theo Van Leeuwen, Sara Mills, Norman Fairclogh, dan Teun A. Van Dijk.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model Analisis Wacana milik Teun
A. Van Dijk.
B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
Model analisis wacana yang dipakai oleh Van Dijk sering disebut sebagai
“Kognisi Sosial”. Pendekatan ini menjelaskan bahwa wacana terbentuk tidak
hanya dari teks karena teks merupakan suatu bentuk hasil dari praktik produksi
yang juga harus diamati. Pengetahuan mengenai bagaimana suatu teks diproduksi
diperlukan dalam analisis kognisi sosial.12
Menurut Van Dijk, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis
yang membongkar maksud-maksud tertentu. Wacana adalah suatu upaya
pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu
pernyataan. Teun Van Dijk mengembangkan pendekatan kognisi sosial . Ia
melihat faktor kognisi sebagai elemen penting dalam produksi wacana.
11 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 5. 12 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h.
221.
21
Van Dijk berpendapat bahwa hal yang dapat membedakan wacana atau
bukan adalah adanya kesatuan, baik struktur maupun teksturnya. Struktur dan
tekstur dapat dipahami sebagai kohesi dan koherensi. Van Dijk menjelaskan bawa
elemen-elemen struktur wacana antara lain ialah tematik atau apa yang dikatakan,
skematik atau cara informasi disusun, semantik atau makna yang ditekankan,
sintaksis atau bagaimana pendapat disampaikan, stilistik atau pemilihan kata, dan
retoris atau cara penekanan itu dilakukan.13
Struktur elemen wacana yang dikemukakan oleh Van Dijk dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Elemen Wacana Van Dijk14
Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen
Struktur Makro Tematik (Apa yang
dikatakan?)
Topik
Superstruktur Skematik (Bagaimana
pendapat disusun dan
dirangkai?)
Skema
Struktur Mikro Semantik (Makna yang
ingin ditekankan dalam
teks berita)
Latar, detail, maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Struktur Mikro Sintaksis (Bagaimana
pendapat disampaikan)
Bentuk kalimat,
koherensi, kata ganti
Struktur Mikro Stilistik (Pilihan kata apa
yang dipakai?)
Leksikon
Struktur Mikro Retoris (Bagaimana dan
dengan cara apa
penekanan dilakukan?)
Grafis, metafora, ekspresi
Menurut Teun Van Dijk, makna atau pesan dari suatu teks tidak hanya
dilihat dari teksnya saja melainkan juga dilihat dari kesadaran pembuat teks dan
juga kehidupan sosial masyarakat yang juga mempengaruhi. Van Dijk
13 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia,
h. 5-6. 14 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 228
22
membagikan tiga elemen pembentuk makna dari suatu wacana yakni elemen teks,
kognisi sosial dan juga konteks sosial. Jika digambarkan, model analisis wacana
Van Dijk ialah sebagai berikut:
Skema 2.2
Model Analisis Wacana Van Dijk15
Teks
Kognisi Sosial
Konteks Sosial
1. Teks
Van Dijk membagi struktur teks ke dalam tiga tingkatan yakni struktur
makro, superstruktur, dan juga struktur mikro.16
a. Struktur Makro (Tematik)
Struktur makro ialah makna global dari suatu teks yang dapat
dipahami dengan melihat topiknya. Struktur makro biasa disebut dengan
tematik. Tematisasi merupakan proses pengaturan tekstual yang berguna
untuk memberikan perhatian pada bagian-bagian terpenting dari isi teks,
kepada pembaca.
Tema kerap disandingkan dengan topik. Topik dapat digambarkan
sebagai bagian dari informasi penting dari suatu wacana atau inti pesan
yang disampaikan oleh komunikator. Dalam kerangka Van Dijk, topik
15 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 225. 16 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2004. Cet. Ke-3), h. 75-84.
23
dalam suatu teks didukung oleh beberapa subtopik Masing-masing
subtopik ini mendukung, memperkuat, bahkan membentuk topik utama.
b. Superstruktur (Skematik)
Superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu teks.
Bentuk wacana umum itu disusun dengan sejumlah kategori atau
pembagian umum seperti pendahuluan, isi, kesimpulan pemecahan
masalah, penutup, dan sebagainya. Struktur skematik merupakan strategi
bagaimana menempatkan bagian yang penting dari suatu teks. Struktur
skematik memberikan penekanan bagian yang ingin didahulukan oleh
pembuat teks. Dalam film, skematik dapat berupa alur dari film tersebut.
c. Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik, Retoris):
1.) Semantik
Dalam skema Van Dijk, semantik dikategorikan sebagai makna
lokal. Makna lokal merupakan makna yang muncul dari hubungan antar
kalimat, hubungan antarproposisi yang membangun makna tertentu
dalam suatu teks. Latar, detail dan maksud dari suatu teks merupakan
bagian dari strategi semantik.
Latar merupakan bagian yang dapat mempengaruhi arti yang ingin
ditampilkan. Latar menentukan ke arah mana pandangan khalayak
dibawa. Detil merupakan kontrol informasi yang ditampilkan oleh
seseorang. Detil yang panjang dan lengkap ialah suatu penonjolan yang
disengaja dengan tujuan untuk menciptakan makna tertentu kepada
24
khalayak. Maksud ialah informasi yang disampaikan oleh komunikator
baik secara implisit ataupun eksplisit.17
2.) Sintaksis
Sintaksis merupakan pemakaian kata ganti, aturan tata kata,
pemakaian kalimat aktif atau pasif, peletakkan anak kalimat, pemakaian
kalimat yang kompleks dan sebagainya. Koherensi atau jalinan antarkata,
bentuk kalimat dan kata ganti merupakan bagian dari strategi sintaksis.
Bentuk kalimat ialah makna yang dibentuk lewat susunan kalimat.
Bentuk kalimat menentukan subjek yang diekspresikan secara eksplisit
ataupun implisit dan teks menggunakan kalimat aktif atau pasif dengan
struktur deduktif ataupun induktif. Koherensi ialah jalinan antar kata,
atau kalimat dalam teks. Suatu kalimat dapat memiliki hubungan sebab
akibat, keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya melalui kata hubung
yang digunakan. Sementara kata ganti ialah struktur teks untuk
menunjukkan posisi komunikator dalam wacana.18
3.) Stilistik
Stilistik ialah cara yang digunakan penulis atau pengarang untuk
menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana.
Gaya bahasa mencakup diksi tau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas,
dan citraan yang digunakan seorang sastrawan yang terdapat dalam
sebuah karya sastra.
4.) Retoris
17 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 235-240. 18 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 242-254.
25
Retoris berhubungan erat dengan bagaimana pesan disampaikan
kepada khalayak. Strategi retoris muncul dalam bentuk interaksi yakni
bagaimana pembicara menempatkan atau memposisikan dirinya di antara
khalayak dengan menggunakan gaya formal, informal atau santai. Grafis,
metafora dan ekspresi merupakan bagian dari retoris.
Grafis merupakan bagian yang ditekankan dan ditonjolkan dalam
teks. Penekanan dapat dilakukan dengan membedakan tulisan yang satu
dengan yang lain seperti dengan menggunakan huruf tebal, besar, miring
dan sebagainya sedangkan metafora ialah pemakaian ungkapan, atau
kiasan.19
2. Kognisi Sosial
Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada
struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan
sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna
tersembunyi dari teks, dibutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial.
Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna,
tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses
kesadaran mental dari pemakai bahasa.
Peristiwa dapat dimengerti dan dipahami berdasarkan pada skema atau
model dan juga memori dari komunikator. Skema digunakan untuk memproses
informasi yang datang dari lingkungan dan diintegrasikan dengan informasi baru
yang menggambarkan bagaimana peristiwa dipahami., ditafsirkan, dan
19 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 257-259.
26
dimasukkan sebagai bagian dari pengetahuan. Sedangkan memori mengandung
pemasukan dan penyimpanan pesan-pesan untuk memandang realitas.20
3. Konteks Sosial
Wacana adalah bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat,
sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan
meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi di
dalam masyarakat. Dalam kerangka Van Dijk, perlu dilakukan penelitian
mengenai wacana diproduksi dan dikonstruksi oleh masyarakat. Titik penting dari
anaisis ini ialah bagaimana wacana yang dihayati bersama-sama.21
C. Film
1. Definisi Film
Film adalah teknik audio visual yang sangat efektif dalam mempengaruhi
penonton-penontonnya. Film merupakan kombinasi dari drama dengan paduan
suara dan musik, serta drama dengan paduan dari tingkah laku dan emosi yang
dapat dinikmati oleh penontonnya sekaligus dengan mata, telinga dan di ruang
yang gelap dan terang.22
Film adalah medium komunikasi massa yang tidak hanya berfungsi
sebagai hiburan, melainkan juga pendidikan dan juga penerangan. Film dapat
digunakan untuk alat bantu memberikan penjelasan, ceramah-ceramah,
penerangan atau pendidikan. Bukan hanya sebagai alat bantu, bahkan secara
penuh film berfungsi sebagai penerangan dan pendidikan. Sejak audio visual
20 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 260-264. 21 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 272. 22 Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2008, cet ke-5), h. 84.
27
dianggap sebagai media yang terbaik dalam pendidikan, berbagai universitas,
sekolah, industri, lembaga kesehatan, polisi lalu lintas dan sebagainya
menggunakan film untuk mengintensifkan usahanya. Film juga merupakan alat
yang ampuh untuk memberikan penerangan, petunjuk, dan instruksi kepada
orang-orang yang tidak bisa membaca dan menulis.23
Film dapat menyampaikan banyak pesan. Melalui film, orang yang buta
huruf dapat ikut menikmatinya dibandingkan dengan media cetak. Mimik dalam
film dapat diperlihatkan dengan jelas dengan melakukan big close up pada wajah.
Begitu juga dengan gerak-gerik dan teknik suara yang diperlihatkan. Film
merupakan media yang paling banyak menampilkan lambang untuk menunjang
penyampaian pesan.24
2. Klasifikasi Film
Film dapat diklasifikasikan berdasarkan genre, yang di antaranya:25
a. Aksi
Film bergenre aksi merupakan film yang berisi adegan-adegan fisik
adegan menegangkan dan adegan berbahaya dengan tempo yang cepat.
Film aksi menayangkan adegan perkelahian, tembak-menembak, balapan,
ledakan serta aksi-aksi fisik lainnya. Dalam film ini, umumnya tokoh
protogonis berperan sebagai penegak hukum seperti polisi, detektif, agen
pemerintah, tentara dan sebagainya. Film aksi banyak menggunakan
karakter laki-laki sebagai tokoh utama dan sasaran penonton juga
ditujukan untuk laki-laki.
23 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2003) h. 209. 24 Amura, Perfilman di Indonesia dalam Era Orde Baru, (Jakarta: Lembaga Komunikasi
Massa Islam di Indonesia, 1989), h. 136-137. 25 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 13-20.
28
b. Drama
Film drama umumnya berhubungan dengan tema, cerita, karakter
serta suasana yang sesuai dengan kehidupan nyata. Tema-tema film ini
mengangkat isu-isu sosial di masyarakat seperti ketidakadilan, kekerasan,
dikriminasi, penyakit, kemiskinan, poiltik, dan sebagainya. Cerita dari film
drama kerap kali merupakan cerita yang diadaptasi dari novel, puisi,
biografi dan karya sastra lainnya. Film drama dapat ditonton oleh semua
kalangan namun biasanya tertuju pada kalangan penonton seperti keluarga,
remaja dan anak-anak.
c. Epik Sejarah
Film epik sejarah menceritakan tentang peristiwa sejarah masa
lampau dengan latar sebuah kerajaan yang menjadi mitos ataupun legenda.
Film kolosal ini menggunakan setting mewah, megah dan menampilkan
berbagai kostum yang unik, perlengkapan perang, seperti pedang, tombak,
kereta kuda, panah dan sebagainya. Tokoh utama dalam film ini biasanya
merupakan sosok yang gagah dan disegani oleh lawannya.
d. Fantasi
Film fantasi ialah film yang menampilkan peristiwa, tempat, serta
karakter yang tidak nyata. Film ini berhubungan dengan mitos, dongeng,
imajinasi, halusinasi serta alam mimpi. Cerita dari film ini banyak
mengadaptasi kisah 1001 malam, dan mitos dewa-dewi Yunani. Genre ini
biasanya juga berhubungan dengan fiksi ilmiah, petualangan, supernatural,
dan horror. Film fantasi ditujukan untuk penonton remaja dan anak-anak,
namun mampu juga memikat kalangan dewasa.
29
e. Fiksi Ilmiah
Film fiksi ilmiah berhubungan dengan teknologi serta kekuatan
yang berada di luar jangkauan teknologi masa kini. Film ini umumnya
menceritakan tentang masa depan, perjalanan luar angkasa, penjelajahan
waktu, invasi atau kehancuran bumi. Karakter dari film ini biasanya bukan
manusia melainkan makhluk asing, robot, monster, hewan purba, dan
sebagainya. Sasaran penonton film ini bervariasi namun umumnya disukai
oleh laki-laki.
f. Horror
Film horror ialah film yang bertujuan untuk memberikan efek rasa
takut, kejutan ataupun terror yang mendalam bagi penontonnya. Plot dari
film ini yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat
yang berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia.
Pelaku terror berbentuk menyeramkan yang dapat berwujud manusia,
makhluk goib, monster, hingga makhluk asing. Film ini memiliki suasana
yang gelap dengan diiringi oleh musik yang mencekam.
g. Komedi
Komedi ialah film yang dibuat untuk membuat penontonnya
tertawa dan terhibur. Film komedi berisi drama yang melebih-lebihkan
aksi, situasi, bahasa hingga karakternya. Film komedi dibagi menjadi dua
jenis yakni komedi situasi dan juga komedi lawakan. Dalam komedi
situasi, unsur komedi menyatu dengan cerita, sedangkan dalam komedi
lawakan bergantung pada figur komedian.
30
h. Kriminal dan Gangster
Film kriminal umumnya menampilkan aksi-aksi kriminal seperti
pencurian, perampokan, perjudian, pembunuhan dan lain sebagainya.
Perseteruan antara pelaku kriminal dan penegak hukum seperti detektif
swasta, polisi atau pengacara biasanya terdapat dalam film ini. Berbeda
dengan film bergenre aksi, film ini menampilkan aksi kekerasan yang
lebih sadis. Latar tempat dalam film ini umumnya mengambil kota-kota
besar yang padat penduduk.
i. Musikal
Film musikal adalah film yang mengkombinasikan unsur musik,
lagu, tari, dan gerak. Lagu-lagu dan tarian biasanya ditampilkan sepanjang
film dan menyatu dengan cerita. Penggunaan musik dan lagu beserta
liriknya ialah untuk mendukung jalannya alur cerita yang umumnya
berkisah tentang percintaan, kesuksesan serta popularitas. Sasaran dari
film ini lebih ditujukan untuk keluarga, remaja dan anak-anak.
j. Petualangan
Film petualangan ialah film yang mengisahkan tentang perjalanan,
eksplorasi atau ekspedisi ke suatu wilayah yang belum pernah dikunjungi.
Film-film ini menampilkan pemandangan atau panorama alam seperti
hutan rimba, pegunungan, savana, gurun pasir, lautan, serta pulau
terpencil. Dalam film ini, umumnya menceritakan tentang pencarian
sesuatu yang berharga seperti harta karun, artefak, emas, berlian dan
lainnya. Film ini juga dapat berupa penaklukan suatu wilayah atau usaha
penyelamatan diri dari suatu wilayah tertentu.
31
k. Perang
Film perang ialah film yang menampilkan adegan pertempuran
baik di darat, laut, maupun udara. Berbeda dengan film epik sejarah, film
ini umumnya menampilkan perang dengan menggunakan kostum,
peralatan serta perlengkapan dan strategi yang modern mulai dari seragam,
sepatu, pistol, tank, helikopter, kapal selam dan sebagainya.
l. Western
Western ialah film yang berasal dari Amerika. Film ini berisi
konflik dari pihak yang baik dan juga jahat. Latar tempat dari film ini
biasanya ialah kota kecil, bar, sungai, pohon kaktus, peternakan, serta
perkampungan suku Indian. Ciri khas dari film ini dilihat dari karakternya
seperti koboi, sheriff¸ Indian dan kavaleri yang memiliki perlengkapan
seperti pistol, senapan, jaket kulit, topi dan sepatu boot. Film ini umumnya
menampilkan aksi tembak-menembak, berkuda, dan aksi duel.
3. Jenis-jenis Film
Berdasarkan sifatnya, film terdiri dari jenis-jenis sebagai berikut:
a. Film Cerita
Film cerita merupakan film yang mengandung suatu cerita yang
lazim dipertunjukkan di bioskop dengan bintang film yang ternama. Film
yang bersifat auditif visual disajikan kepada publik dalam bentuk gambar
dan suara. Film ini dapat membuat penonton tertawa, menangis, marah,
terharu, tegang dan lain sebagainya dengan cerita yang dapat diambil dari
kejadian sehari-hari, cerita nyata, sejarah, atau juga khayalan.26
26 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 212.
32
Film cerita memiliki berbagai jenis genre seperti drama, horror,
perang, fiksi ilmiah, komedi dan sebagainya. Film cerita dapat diartikan
sebagai pengutaraan cerita atau ide dengan pertolongan gambar-gambar,
gerak dan suara. Dalam pembuatannya, diperlukan proses pemikiran dan
proses teknis. Proses pemikiran berupa ide, gagasan, atau cerita,
sedangkan proses teknis berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan
cerita tersebut menjadi film yang menarik untuk ditonton.27
b. Film Berita
Film berita adalah film mengenai fakta atau peristiwa yang benar-
benar terjadi. Dengan adanya TV yang sifatnya auditif visual seperti film,
maka berita yang difilmkan dapat ditayangkan kepada publik melalui TV
dengan lebih cepat daripada dipertunjukkan di bioskop yang mayoritas
diawali film cerita.28
c. Film Dokumenter
Istilah dokumenter dipopulerkan oleh John Gierson berkebangsaan
Prancis yang menyebut karya dari Robert Flaherty, warga Amerika Serikat
yang berjudul Moana, 1926. Ia mendefinisikan film dokumenter sebagai
perlakuan kreatif atas peristiwa.29 Film dokumenter menitikberatkan pada
fakta atau peristiwa yang sedang terjadi. Film dokumenter berkisar pada
hal-hal yang merupakan perpaduan manusia dan alam.30
d. Film Kartun
27 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, (Jakarta: PT Grasindo 1996), h. 10-13. 28 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 212. 29 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 14. 30 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 214.
33
Film kartun menitikberatkan pada seni lukis. Ditemukannya
sinematografi membuat para pelukis memiliki gagasan unutuk
menghidupkan lukisan-lukisannya. Lukisan tersebut dapat menjadi
menarik karena dapat memegang peran apa saja yang tidak dapat
diperankan oleh manusia. Tokoh dalam film kartun dapat menjadi ajaib
seperti terbang, menghilang, menjadi besar atau kecil secara tiba-tiba.31
4. Struktur Film
Semua film memiliki struktur yang berguna untuk membagi segmentasi
plot film secara sistematik. Struktur fisik film terbagi menjadi shot, adegan dan
juga sekuen:32
a. Shot
Shot dapat diartikan berdasarkan dua bagian yakni saat produksi
berlangsung dan pasca produksi. Shot selama produksi ialah proses
perekaman gambar dari mulai kamera roll atau aktif hingga kamera
dihentikan. Shot saat produksi biasa disebut dengan take atau pengambilan
gambar. Sementara shot pasca produksi ialah suatu rangkaian gambar utuh
yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar. Shot merupakan unsur
terkecil dari film karena dapat berdurasi kurang dari satu detik, namun bisa
beberapa menit atau bahkan jam. Sekumpulan shot dapat menjadi sebuah
adegan dimana satu adegan memiliki belasan hingga puluhan shot.
b. Adegan (Scene)
Adegan adalah suatu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang
memperlihatkan satu aksi yang berkesinambungan. Suatu adegan diikat
31 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 216. 32 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29-30.
34
oleh waktu, cerita, tema, karakter atau motif. Dalam sebuah film, biasanya
tediri dari tiga puluh hingga lima puluh adegan dan dalam satu adegan
terdiri dari beberapa shot yang saling berhubungan.
c. Sekuen
Sekuen adalah suatu bagian dari sebuah film yang memperlihatkan
satu rangkaian peristiwa yang utuh. Satu sekuen dikelompokkan
berdasarkan satu periode, lokasi, atau satu rangkaian aksi panjang yang
terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan. Sebuah film cerita
biasanya terdiri dari delapan hingga lima belas sekuen.
5. Unsur-Unsur Film
Dalam memproduksi sebuah film, diperlukan orang-orang yang bekerja
untuk membuat dan mengemas film tersebut sehingga layak untuk ditonton.
Unsur-unsur film tersebut di antaranya:33
a. Sutradara
Sutradara ialah orang tertinggi dalam sebuah film dari segi artistik.
Ia memimpin sebuah film dari segi apa yang dilihat oleh penonton.
Sutradara bertanggung jawab untuk mengarahkan dialog dan akting,
mengontrol posisi kamera, pencahayaan, suara dari awal produksi hingga
tahap penyelesaian.
b. Penulis Skenario
Penulis skenario ialah orang yang memiliki keahlian untuk
menuangkan sebuah film dalam bentuk tertulis. Ia bertugas untuk
33 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 34-80.
35
menjabarkan gagasan, jalan cerita, perwatakan dan bahasa. Ia menyusun
dialog ke dalam bahasa yang hidup dan sesua dengan karakter para tokoh.
c. Penata Fotografi
Penata fotografi atau yang biasa dikenal dengan cameraman ialah
orang yang bertugas untuk menentukan jenis-jenis shot bersama dengan
sutradara. Ia menentukan jenis lensa, filter, diafragma dan mengatur lampu
untuk mendapatkan efek pencahayaan yang diinginkan.
d. Penyunting / Editor
Editor atau penyunting ialah orang yang bertugas menyusun
gambar-gambar dan suara dari hasil syuting untuk membentuk cerita. Ia
dapat memotong, menyempurnakan dan membentuk kembali gambar dan
suara tersebut untuk mendapatkan isi yang diinginkan dalam setiap bagian
dan film secara keseluruhan.
e. Penata Artistik
Penata artistik ialah orang yang menentukan setting dari sebuah
film. Setting ialah tempat dan waktu berlangsungnya cerita film.
f. Penata Suara
Penata suara bertugas untuk merekam suara baik di lapangan
maupun di studio. Selain itu, seorang penata suara bertugas mengolah
materi suara dari berbagai sistem rekaman.
g. Penata Musik
Penata musik ialah orang yang bertanggung jawab untuk menata
paduan bunyi yang berfungsi untuk menambah nilai dramatik seluruh
cerita film.
36
h. Pemeran
Pemeran ialah orang yang memainkan peran dari tokoh dalam
sebuah film. Ia melakukan proses penokohan, menyajikan penampilan,
seperti cara bertingkah laku, ekspresi emosi, mimik, gerak-gerik, dan cara
berdialog sebagai tokoh yang diperankan.
D. Konsep Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
1. Hak dan Keistimewaan Orang Tua
Secara umum, khususnya di Indonesia, hak dan kewajiban orang tua dan
anak dapat dilihat pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan. Pada Bab X yang berjudul Hak dan Kewajiban antara Orang Tua dan
Anak, pasal 46 butir 1 disebutkan bahwa anak wajib menghormati orang tua dan
mentaati kehendak mereka yang baik. Kemudian pada butir ke 2 disebutkan
bahwa jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya,
orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas, bila mereka itu memerlukan
bantuannya.34
Kemudian di dalam Islam, Allah SWT memberi wahyu kepada nabi untuk
menghormati kedua orang tua yakni dengan mengetahui hak-hak orang tua. Orang
tua memiliki dua hak, yang pertama ketika masih hidup, seorang anak wajib taat
dan patuh. Kemudian yang kedua ketika sudah meninggal, seorang anak wajib
mendoakan keduanya.35
34 Martiman Prodjohaamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Indonesia Legal
Center Publishing, 2011), cet. Ke-3, h. 84. 35 Jejen Musfah, Bahkan Tuhan Pun Bersyukur; Memahami Rahasia Hati, (Jakarta: Hikmah,
2003). h. 65.
37
Berbakti kepada kedua orang tua ialah hak kedua orang tua yang
dilaksanakan oleh seorang anak selama perintah dari orang tua tidak untuk
melakukan hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT. Seorang anak diperbolehkan
untuk melawan perintah orang tua apabila perintah tersebut menyimpang dari
ajaran-ajaran Islam.36
Setiap orang tua memiliki keistiewaan dan kemuliaan yang dikaruniai oleh
Allah SWT. yang diantaranya ialah:37
a. Taat Orang Tua sama dengan Taat Allah
Orang tua ialah orang yang mulia, maka setiap kehendaknya
menjadi istimewa. Allah memerintahkan setiap manusia untuk taat kepada
orang tua selama ketaatan itu tidak melanggar aturan dan ketentuan Allah.
b. Ridha Allah sama dengan Ridha Orang Tua, dan Murka Allah sama
dengan Murka Orang tua
ِ َعْبدِ َوَعنْ ُ َرِضيَ - ُعَمرَ ْبنِ للََاَّ ِ اَلنَّ َعنْ , -َعْنُهَما للََاَّ عليه هللا صلى بِيٍّ
ِ ِرَضا :قَالَ وسلم ِ َوَسَخطُ , اَْلَواِلَدْينِ ِرَضا فِي للََاَّ اَْلَواِلَدْينِ َسَخطِ فِي للََاَّ
Artinya:
“Dari Abdillah bin Amr bin Ash’ radliallahu ‘anhuma dikatakan
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ridha Allah
ada pada ridha orang tua dan murka Allah juga ada pada murka orang tua.”
HR Tirmidzi.38
Allah memerintahkan manusia untuk taat dan tidak mendurhakai
orang tua. Meski seseorang telah taat dan bersyukur kepada Allah belum
cukup jika tidak taat dan bersyukur kepada orang tua.
36 Ahmad Isa Asyur, Birrul Walidain, Penerjemah H. Salim Basyarahil, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1992), h. 14. 37 Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015),
h. 40-52. 38 Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ at-Tirmidzi,
Penerjemah Misbahul Khaer, dkk. Bab Keutamaan Keridhaan Kedua Orang Tua, (Jakarta: Almahira, 2013, Cet. Ke- 1), h. 646.
38
c. Melaknat Orang Tua Sama dengan Melaknat Diri Sendiri
Laknat, cacian atau celaan seorang anak yang ditujukan kepada
orang tua merupakan dosa besar yang dapat mendatangkan laknat dari
Allah SWT.
d. Doa Orang Tua sama dengan Doa Nabi
Doa orang tua ialah salah satu doa yang mustajab yang ditrangkan
dalam hadits
َوَدْعَوةُ اْلُمَسافِرِ َوَدْعَوةُ اْلَمْظلُْومِ َدْعَوةُ فِْيِهنَّ َشكَّ الَ ُمْستََجابَات َدَعَوات ثاَلَثُ
َولَِدهِ َعلَى اْلَواِلدِ
“Ada tiga doa yang akan dikabulkan oleh Allah dan tidak ada keraguan
padanya; doa orang yang terdzalimi, doa seorang musafir, dan doa orang
tua kepada anaknya.” HR Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi.39
e. Orang Tuamu sama dengan Surga dan Nerakamu
Orang tua ialah sosok yang berpengaruh terhadap usaha seorang
anak untuk masuk surga. Berbakti dan menaati kedua orang tua ialah sebab
dekatnya seorang anak memasuki surga.
2. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Berbakti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata Bakti
yang berarti pernyataan tunduk dan hormat. Imbuhan ber di awal kata bakti berarti
berbuat sehingga berbakti berarti berbuat bakti.40 Berbakti kepada kedua orang tua
merupakan perbuatan yang harus diutamakan oleh setiap orang. Beberapa
keutamaan berbakti kepada Kedua Orang tua antara lain:41
39 Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ at-Tirmidzi,
Penerjemah Misbahul Khaer, dkk. Bab Doa Kedua Orang Tua, (Jakarta: Almahira, 2013, Cet. Ke- 1), h. 648.
40 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahas; Edisi Keempat, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), 123.
41 Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Birrul Walidain; Berbakti kepada Kedua Orang Tua, (Jakarta: Darul Qolam, 2002), h. 27-36.
39
a. Amal yang Paling Utama
Berdasarkan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang
disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman
Abdullah bin Mas’ud radliallahu ‘anhu:
Artinya:
“Dari Abdullah bin Mas’ud katanya, “Aku bertanya kepada nabi
shalllallahu ‘alaihi wasallam tentang amal-amal yang paling utama dan
dicintai Allah? Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Pertama
sholat pada waktunya, kedua, berbakti kepada kedua orang tua. Ketiga,
jihad di jalan Allah’.” (HR Bukhari I/134, Muslim No. 85, Fathul Baari
2/9).42
Dari hadits ini dapat diketahui bahwa perbuatan berbakti kepada
kedua orang tua merupakan amal yang paling utama setelah melaksanakan
sholat pada waktunya.
b. Ridha Allah tergantung kepada Ridha Orang Tua
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul
Mufrad, Ibnu Hibban, Hakim dan Imam Tarmidzi dari sahabat Abdillah
bin Amr dikatakan:
ِ َعْبدِ َوَعنْ ُ َرِضيَ - ُعَمرَ ْبنِ للََاَّ ِ اَلنَّ َعنْ , -َعْنُهَما للََاَّ عليه هللا صلى بِيٍّ
ِ ِرَضا :قَالَ وسلم ِ َوَسَخطُ , اَْلَواِلَدْينِ ِرَضا فِي للََاَّ اَْلَواِلَدْينِ َسَخطِ فِي للََاَّ
Artinya:
“Dari Abdillah bin Amr bin Ash’ radliallahu ‘anhuma dikatakan
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ridha Allah
42 Ibrahim Al-Abyari, Tarjamah Shahih Bukhari, Penerjemah Zeid Husein Al-Hamid.
(Surabaya: Mutiara Ilmu, t.t.), h. 221.
40
ada pada ridha orang tua dan murka Allah juga ada pada murka orang tua.”
HR Tirmidzi.43
c. Menghilangkan Kesulitan yang Dapat Dialami
Perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yang pernah dilakukan
dapat digunakan untuk bertawassul kepada Allah ketika seseorang berada
dalam kesulitan. Dengan bertawassul, kesulitan itu insya Allah akan
hilang.
d. Diluaskan Rezeki dan Dipanjangkan Umur
Orang yang berbakti kepada orang tua akan diluaskan rezeki dan
dipanjangkan umur. Berdasarkan hadits yang disepakati oleh Bukhari dan
Muslim, dari sahabat Anas Radliallahu ‘anhu bersabda:
فِى أَثَِرِه فَْليَِصْل َرِحَمهُ َمْن أََحبَّ أَْن يُْبَسَط لَهُ فِى ِرْزقِِه، َويَْنَسأَ لَهُ
Artinya:
“Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan
umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi. (HR Bukhari
7/72, Muslim 2257, Abu Dawud 1693)”44
Silaturahmi kepada kedua orang tua wajib didahulukan sebelum
silaturahmi kepada orang lain.
e. Dimasukkan ke surga
Anak yang berbuat baik kepada orang tua akan dimasukkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala ke surga. Seorang anak yang berbuat baik
43 Abu Isa Muhammad bin Isa