Upload
phungque
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS WACANA KRITIS PEMBERITAAN TEROR BOM
PARIS PERANCIS 2015 PADA HARIAN KOMPAS
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Nita Gina Husniati
NIM: 1111051000037
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H/2018 M
i
Nama: Nita Gina Husniati
NIM: 1111051000037
ABSTRAK
ANALISIS WACANA KRITIS PEMBERITAAN TEROR BOM PARIS 2015
PADA HARIAN KOMPAS Teror bom Paris yang terjadi pada 13 November 2015 merupakan salah
satu aksi kejahatan Internasional yang erat kaitannya dengan pelaku terorisme.
Negara Islam Irak Suriah (NIIS) disebut sebagai pelaku serangan tersebut dan
dalam aksinya selalu dikaitkan dengan kelompok agama Islam. Hal ini tidak luput
dari pemberitaan media-media yang ada di Indonesia. Salah satu media nasioanal
yang memberitakan peristiwa teror bom paris adalah media cetak Harian Kompas.
Dalam pemberitaannya Harian Kompas meberikan informasi mengenai tempat
bersarangnya dan bertumbuhnya kelompok NIIS dan pemberitaan mengenai
ketakutan warga Eropa akan bertumbuhnya kelompok Muslim.
Dari latar belakang diatas, penelitian ini ingin melihat bagaimana media
Harian Kompas memandang kelompok NIIS yang selalu dihubungkan dengan
Muslim dan adakah ideologi hegemoni dalam pembuatan beritanya? Dan
bagaimana Harian Kompas mewacanakan pemberitaan NIIS pada level teks,
kognisi sosial, dan konteks sosial?
Untuk menganalisa masalah yang diteliti, penelitian ini menggunakan
Analisis Wacana Teun A. Van Dijk, yaitu meneliti beberapa dimensi dalam
melihat sebuah wacana. Pertama, melihat dari teks wacana, kognisi sosial dan
konteks sosial Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adapun metode
yang digunakan adalah deskriptif, karena peneliti ingin menggambarkan dan
menjelaskan wacana pemberitaan lebih mendalam.
Penulis menarik kesimpulan dalam setiap media tidak ada media yang
netral. Ketidak netralan tersebut dikarenakan media memiliki kepentingan
tersendiri. Dari segi teks menunjukan Islam dimarginalkan. Serta dari kognisi
sosial narasumber memperlihatkan banyaknya jawaban yang bercampur opini
mengenai muslim di Eropa, mulai dari penyamarataan kebudayaan dan agama,
serta secara tidak langsung menyamaratakan islam dengan islam ekstrim.
Dan hegemoni media pun terlihat dalam hal ini ukuran untuk mengetahui
adanya hegemoni media peneliti mengunakan pandangan yang dibuat oleh
peneliti (Altheide, 1984), salah satunya berisikan tentang: jurnalis cenderung menyajikan liputan yan pro amerika dan liputan luar negri yang negati, terutama
negara-negara Dunia ketiga. Seperti dalam teks kecenderungangan membela atau
pro terhadap negara Eropa, terlihat dari sumber-sumber yang di pakai harian
kompas, sumber-sumber ini cenderung memaparkan negatif atas keberadaan
Muslim.
Kata kunci: NIIS, Muslim, Harian Kompas, Hegemoni Media, Analisis
Wacana Van Dijk.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’alamiin, segala puji dan syukur peneliti panjatkan
kehadirat Allah SWT, pemberi rahmat dan sumber kekuatan setiap hambanya.
Karena ridho-Nya pula penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Teror Bom Paris Perancis 2015 pada
Harian Kompas”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh
gelar Strata 1 (S1) di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Selama masa penelitian, penyusunan penulisan sampai masa penyelesaian
skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
baik keluarga, sahabat, teman dan berbagai pihak lainnya yang telah banyak
berjasa bagi penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Suparto, M. Ed, Ph. D selaku Wakil dekan I
Bidang Akademik, Dr. Roudhonah, M. Ag selaku Wakil Dekan II
Bidang Administrasi Umum, Serta Dr. Suhaimi M. Si selaku Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Fita Fathurokhmah, M. Si selaku Sekertaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, terimakasih dengan amat sangat
karena membantu membimbing dan menyemangati dalam
penyelesaian skripsi. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan
dan memberikan yang terbaik untuk segala halnya.
3. Rachmat Baihaky, MA sebagai dosen pembimbing skripsi saya
yang sudah sangat berbaik hati dan sabar dalam membimbing,
terimakasih telah meluangkan waktu untuk membimbing sehingga
sampai selesainya karya ini semoga Allah senantiasa memberikan
kesehatan kepada beliau.
4. Bintan Humeira, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, yang
sudah membantu dan membimbing saya selama saya berkuliah di
kampus tercinta ini, semoga beliaupun senantiasa diberikan
kesehatan oleh Allah SWT.
5. Secara khusus dan paling penulis banggakan kedua orang tua-
orang tua tersayang H. Daud Yusuf dan Hj Nunung maelasari,
serta Drs. Omar Abidin, Ms dan Dra. Yuanita Vandari
iii
6. Tomy Trinugroho selaku Kepala Desk Internasional dan Onto
Digmono Training and Development Execution Officer Harian
Kompas yang sudah meluangkan waktu di tengah kesibukannya.
7. Terima kasih kepada Arvan Ali Prakoso yang sudah sangat banyak
meluangkan waktu dalam hal apapun berkaitan dengan kegiatan
kampus, dan terima kasih kepada adik tercantik Dina Agniatiyang
memberikan dukungan serta doanya.
8. Semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung dan
mendoakan, akhirnya penulis ucapkan syukur dan terimakasih
yang sebesar-besarnya. Semoga Allah membalas serta melipat
gandakan segala kebaikan dan jasa kalian semua. Amiin Yaa
Rabbal’allamin.
Jakarta, 29 Juni 2018
Nita Gina Husniati
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ................................................................. 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 6
E. Metodologi Penelitian .......................................................... 7
F. Pedoman Penulisan Skripsi .................................................. 10
G. Tinjauan Pustaka ................................................................... 10
H. Sistematika Penulisan............................................................ 11
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................ 13
A. Pengertian Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis Wacana ............................................ 13
2. Pengertian Analisis Wacana Kritis ................................ 16
3. Analisis Wacana Model Teun A. Van Dijk .................... 18
B. Hegemoni Media ................................................................... 27
C. Islamophobia ......................................................................... 30
D. Media Massa ......................................................................... 33
BAB III GAMBARAN UMUM .............................................................. 39
A. Berpengaruhnya Wacana dari Masa ke Masa ................ 39
1. Orde Baru ............................................................ 40
2. Reformasi ........................................................... 42
B. Profil Harian Kompas .................................................... 43
v
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA ............................ 50
A. Analisis Berita I “Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata
Eropa” Edisi 22 November 2015 .......................................... 50
B. Analisis Berita II “Hal yang Ditakuti Kini
Menjadi Kenyataan” Edisi 22 November 2015. .................... 63
C. Analisis Kognisi Sosial ............................................................ 75
D. Analisis Konteks Sosial ............................................................ 81
E. Hegemoni Media ....................................................................... 84
BAB V PENUTUP ................................................................................. 86
A. Kesimpulan .......................................................................... 87
B. Saran ...................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam beberapa tahun ini fenomena tentang terorisme tidak ada
hentinya. Pemberitannyapun selalu menjadi headline dan menjadi berita utama
pada media massa. Sebenarnya terorisme memang sudah ada sejak dahulu,
berbagai bentuk dan jenis islam radikal bermunculan. Saat ini muncul aliran
agama islam radikal yang sangat kejam, dalam pemberitaannya penyiksaan,
pemenggalan, pembakaran, dilakukan oleh aliran yang bernama Negara Irak
dan Suriah (NIIS).
NIIS merupakan salah satu kelompok radikalisme yang didirikan pada
tahun 2013 diketuai oleh Abu Bakar Al- Baghdadi. Tujuan NIIS adalah untuk
membentuk khalifah islamiyah yang sesuai dengan ajaran islam. Islam adalah
agama yang tidak penah mengajarkan umatnya kebencian, kekerasan, dan
permusuhan. Justru sebaliknya islam yang benar sangat benci dengan
permusuhan, kekerasan, pembunuh apalagi terkait nyawa manusia. Yang saat
ini aliran ISIS jalankan jauh dengan apa yang diajarkan dalam syariat Islam.
Hal ini sangat membebani umat muslim di dunia, karena dalam setiap aksi
NIIS selalu membawa- bawa agama yang berdampak pada pandangan buruk
tentang muslim.
Dalam sebuah analisis seperti dikutip Anadolu Agency, kelompok
pemberontak terbentuk pada tahun 2003 setelah invasi AS di Irak dan melalui
beberapa kali transformasi barulah terbentuk kelompok yang dikenal ISIS
2
ideologi dan cara teror ISIS yang menjadikan berkembangnya islamophobia
yang terjadi saat ini terutama didunia barat.1Indonesia sebagai negara yang
mayoritas penduduknya bergama Islam dan jumlahnya terbesar di dunia, maka
besar kemungkinan Indonesai menjadi target dari kelompok NIIS dalam
upayanya memenuhi tujuannya. Kecamanpun kerap dilakukan oleh masyarakat
Indonesia, karena aksi yang dilakukan NIIS sudah melewat batas kewajaran
dan tidak ada sedikitpun rasa toleransi sesama manusia.
Seperti peristiwa yang menimpa negara Paris Perancis November 2015.
Negara tersebut menjadi sasaran aksi teror bom yang dilakukan kelompok
NIIS. Akibat teror bom ini menyebabkan sedikitnya 129 orang tewas.2 Akibat
peristiwa ini, umat muslim di negara Eropa terkena dampak negatif. Muslim
menjadi sorotan karena sebagian warga Eropa akan berpandangan negatif dan
menyama ratakan Muslim dengan NIIS. Terlepas dari aksi bom pada november
2015 di Eropa, sebelumnya negara barat khususnya Eropa ini memang sudah
mempunyai perasaan antipati terhadap agama islam atau masyarakat muslim.
Dikawasan Eropa islamophobia memang sudah ada, adanya anti islam atau
kebencian terhadap islam sudah ada sejak jaman masehi tetapi di tambah lagi
meningkatnya aksi teror yang terjadi di Amerika serta pada tahun 2001 serta
1
Eric Iskandarsjah, Ini Awal Mula Pembentukan ISIS, diakses pada 17 Juli 2016,
http://republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/2015/12/31/o06vvx377-ini-awal-mula-
pembentukan-isis. 2
Pascal S Bin Saju, “Miisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa” (Kompas, 22
November , 2015), hal. 5
3
aksi bom London juli 2005, dan masih banyak lagi teror-teror yang mengatas
namakan agama islam.3
Kebencian, ketakutan, dan hal yang berbau negatif tentang islam ini
dimanfaatkan oleh kelompok yang mempunyai kepentingan sendiri, yang ingin
menguasai politik, ekonomi ataupun lainnya. Salah satu cara untuk membuat
masyarakat Eropa atau masyarakat dunia benci terhadap kelompok muslim
adalah lewat media massa. Kegunaan media massa yaitu sebagai sarana
menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dalam menyebarkan informasi,
setiap media memiliki ideologi masing-masing. Media – media di Indonesia
dalam membuat suatu berita atau informasi sadar atau tidaknya dipengaruhi
oleh berbagai hal. Salah satunya ada kepentingan dari suatu kelompok dibalik
informasi yang disampaikan oleh media. Kepentingan kelompok tertentu yang
mampu mendominasi dalam menyebarkan gagasan atau informasi. Dalam hal
ini media sebagai saluran yang dikontrol oleh kepentingan kelompok dominan.
Hal ini lah yang terjadi di negara Eropa, sentimen terhadap islam
dimanfaatkan oleh kelompok konservatif untuk menciptakan pemikiran yang
buruk terhadap orang-orang islam, ini tidak lepas dari beberapa partai politik
yang ada disana.4 Dampak yang timbul pada hubungan sosial maupun politik
membuat pandangan islam menjadi semakin buruk, mereka meyakini islam
adalah agama yang erat kaitannya dengan kekerasan atau anti damai dan
terciptalah pandangan islamophobia.
3
Muhammad Qobidl’Ainul Arif, Politik Islamophobia Eropa: Menguak Eksistensi
Sentimen Anti-Islam dalam Isu Keanggotaan Turki, (Yogyakarta: Deepublish 2014), hal. 3 4Ibid
4
Di Indonesia pemberitaan teror bom Paris Perancis 2105 ini juga
menjadi perhatian dan menjadi berita utama di banyak media yang ada. Salah
satu kantor berita nasional yang mengangkat peristiwa teror yang di lakukan
NIIS adalah media cetak Harian Kompas. Peneliti tertarik untuk meneliti
pemberitaan yang ada di Harian Kompas sebagai subjek penelitian karena dari
judul yang disajikan Harian Kompas sudah menarik untuk dibaca dan
informasi yang diberikan beda dengan pemberitaan-pemberitaan yang ada di
media lainnya. Judul yang menurut penulis menarik untuk di kritisi adalah
“Hal yang ditakuti Kini Menjadi Kenyataan” dan “Milisi NIIS Molenbeek
Ancaman Nyata Eropa”.
Isi dari judul pemberitaan tersebut membahas tentang tempat
bertumbuhnya NIIS di salah satu bagian wilayah Eropa dan penjelasan makin
bertambahnya kelahiran umat muslim di Eropa. Sehingga penulis membuat
kesimpulan yang pada intinya Eropa takut akan kelahiran umat muslim
bertambah. Pemberitaan ini secara tidak langsung membuat pengertian bahwa
muslim sama saja dengan NIIS.
Harian kompas adalah salah satu media besar yang ada di Indonesia.
Dan pada saat ini tidak ada media yang netral dalam memberikan informasi
dibalik informasi yang diberikan pasti memiliki kepentingan. Penulis ingin
mengetahui adakah konsep kekuasaan dan ideologi tersembunyi atau
keberpihakan harian kompas, dengan membedah wacana pemberitaan yang
Harian Kompas sajikan.
5
Berdasarkan latar belakang ini, peneliti tertarik meneliti pemberitaan
yang ada dalam harian kompas 22 November 2015 yang berjudul Hal Yang
Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan dan Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata
Eropa. Berdasarkan hal tersebut peneliti mengambil judul “Analisis Wacana
Pemberitaan Teror Bom Paris Pada Media Cetak Harian Kompas”, untuk
mengetahui wacana apa yang ada dibalik pemberitaan tersebut terkait dengan
NIIS dan muslim.
B. Fokus Penelitian
Penelitian membatasi masalah penelitian berita teror bom paris pada
Harian Kompas edisi 22 November 2015 yang berjudul “Hal Yang Ditakuti
Kini Menjadi Kenyataan” dan “Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata
Eropa”. Berita ini berkaitan dengan aksi yang dilakukan oleh gerakan NIIS
yang melakukan pemboman di Paris Perancis. Dampak teror tersebut berimbas
pada pandangan negatif tentang muslim.
Alasan penulis memilih judul berita diatas karena penulis melihat
bahwa wacana pemberitaan Harian Kompas tersebut memiliki berita yang
dominan memarjinalkan kaum muslim dan menyudutkan kelompok muslim
yang ada di Eropa. Dan dalam pemberitaannya ini kelopok minoritas muslim di
marjinalkan dengan konsep Islamophobia. Oleh karena itu penulis
menggunakan pendekatan kritis, Penulis memilih media Harian Kompas
karena ingin mengetahui bagaimana wacana yang dibangun dan tersembunyi
oleh media tersebut dan ingin memastikan kecurigaan penulis benar atau
tidaknya.
6
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teks wacana, kognisi sosial wartawan, dan konteks sosial
terkait judul “Hal Yang Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan” dan “Milisi
NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa” yang ada di Harian Kompas ?
2. Bagaimana Harian Kompas memandang kelompok NIIS yang selalu
dihubingkan dengan Muslim dan adakah ideologi hegemoni dalam
pembuatan berita harian kompas ?
D. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang saya buat, secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Harian Kompas
mewacanakan pemberitaan teror bom Paris pada level teks, kognisi sosial
dan konteks. Sesuai dengan teori yang saya pakai dan untuk membuktikan
apakah benara atau tidak adanya praktik wacana dalam pemberitaan ini.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam
perkembangan ilmu komunikasi, khususnya tentang analisis wacana
pemberitaan bom Paris November 2015 pada harian kompas yang
memakai teori dari wacana model Teun A. Van Djik. Dalam penelitian ini
semoga dapat menjadi bahan data sebagai informasi bagi mahasiswa di
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya mahasiswa/mahasiswi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
7
dalam mencari referensi terkait dengan analisis teks media cetak
menggunakan analisis wacana kritis.
Adapun manfaat lain, hasil penelitian semoga dapat memberikan
masukan dan evalusi bagi para praktisi media massa khususnya Harian
Kompas yang peneliti jadikan subjek penelitian, yang dalam membedah
wacanaya menggunakan analisis wacana kritis.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deksriptif dengan metode
analisis wacana model Teun A. Van Dijk. Peneliti menganalisis wacana
pemberitaan teror bom paris pada harian kompas.
2. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ini adalah paradigma kritis, yaitu mencari
makna yang tersembunyi dan adakah praktik kekuasaan ataupun ideologi
dibalik pembuatan wacana. Peneliti mencari makna yang tersembunyi
berkaitan dengan konsep islamophobia hegemoni media dalam teks
pemberitaan teror bom paris.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah wartawan Harian Kompas yang
menulis pemberitaan mengenai teror bom paris yang menjadi
permasalahan dalam penelitian, dan pemimpin redaksi Harian Kompas.
Dan objek dalam penelitian ini adalah teks pemberitaan yang berjudul
8
“Hal Yang Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan” dan “Milisi NIIS
Molenbeek Ancaman Nyata Eropa”
4. Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung di Gedung Kompas Gramedia unit II
lantai.5 Jl. Palmerah selatan No. 22- 28 Jakarta 10270, Indonesia.
5. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data primer adalah berita pemboman yang dilakukan oleh
NIIS di Paris Perancis November 2015 di Media Harian Kompas dan
data yang diperoleh dari hasil observasi teks dan wawancara secara
langsung dengan Kepala Desk Internasional Harian Kompas.
b. Data Skunder
Peneliti akan melakukan (nama lainstudi literatur) melalui buku,
jurnal, koran, media online, atau referensi lain yang berkaitan dengan
yang dibutuhkan oleh penelitian.
6. Tehnik Pengumpulan Data
a. Observasi Teks
Metode observasi teks adalah metode yang menggunakan data berupa
teks, berkas atau teks yang dibutuhkan dalam penelitian dikumpulkan
guna untuk diamati sebagai bentuk dari proses penelitian.Observasi
teks yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membaca teks
yang ada dalam pemberitaan Harian Kompas yang berjudul “Hal Yang
9
Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan” dan “Milisi NIIS Molenbeek
Ancaman Nyata Eropa” terjadi pada bulan November 2015.
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu metode yang digunakan peneliti untuk
menggali informasi dengan bertemu langsung dengan narasumber,
melalui wawancara diduga akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Dalam penelitian ini yang dibutuhkan adalah mewawancarai
narasumber yaitu wawancara kepada wartawan yang menulis berita
atau kepada pemimpin Redaksi Harian Kompas terkait pemberitaan
yang ada.
c. Dokumentasi
Penulis juga mengguakan metode pengumpulan data dengan
dokumentasi. Penulis mengumpulkan data dari beberapa sumber
sepeti artikel, koran, website, dan data yang lainnya yang sesuai
dengan kebutuhan penelitian. Serta sebagai bukti kebenaran data yang
diperoleh melalui observasi dan wawancara.
7. Teknik analisis data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis wacana Teun
A. Van Dijk. Menurutnya penelitian dalam menguak wacana tidak cukup
hanya pada teks saja yang diamati. Tetapi dalam penelitiannya Van Dijk
juga memasukan unsur kognisi sosial yang dapat dianalisis dari penulis
berita atau wartawan. Dalam menganalisis suatu wacana juga harus
dilihat bagaimana wacana itu di produksi. Dari menganalisis suatu teks
10
kita dapat mengetahui bagaimana wacana cenderung memihak suatu
kelompok dan memarjinalkan kelompok minoritas dalam
pemberitaannya. Wacana semacam ini akan diketahui apabila kita
melihat atau menganalisis keadaan wartawan atau suatu media dalam
membuat berita atau dalam membuat wacana melalui kognisi sosial
wartawan/ media tersebut.
F. Pedoman Penulisan Skripsi
Format penyajian skripsi ini disusun sesuai dengan standar yang
tertera di buku pedoman penilaian skripsi yang diterbitkan oleh CEQDA UIN
Jakarta.
G. Tinjauan Pustaka
Selama melakukan penelusuran koleksi skripsi di Perpustakaan Utama
dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menemukan beberapa
judul yang berkaitan dengan skripsi yang penulis teliti dan penulis jadikan
bahan acuan sebagai pembanding yaitu:
1. Analisis Wacana Teun A Van Dijk dalam Pemberitaan Laporan Utama
Majalah Gatra Tentang Seruan Boikot Israel dari New York yang ditulis
oleh Fauziah Mursid Mahasiswa Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2010. Pada skripsi ini terdapat
kesamaan yaitu menggunakan metode analisis teks yang sama yaitu
analisis wacana dengan model Analisis Wacana Van Dijk. Dan
perbedaannya adalah dalam pemilihan objek serta media yang dianalisis.
11
2. Konstruksi Media Cetak Terhadap Terorisme (Analisis Wacana Kritis
Terhadap Pemberitaan Aksi Radikal di Solo dalam Harian Kompas Edisi
September 2012) yang ditulis oleh Vivi Suci Wulandari mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negri Sunan
Kalijaga Yogyakarta Tahun 2014. Persamaan dalam penelitian ini adalah
sama-sama menggunakan media yang sama dan membahas kasus teror.
Perbedaanya adalah penelitian ini menggunakan teori Norman Fairclough
yang sering disebut dengan model “perubahan sosial”.
3. Stigma Terorisme Oleh Media Massa: Analisis Wacana Kritis
Pemberitaan Terorisme di SKH Solo Pos yang ditulis oleh Khamid
Fadholi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Komunikasi Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta
2014. Persamaan yang terdapat dalam skripsi ini adalah memakai teori
Teun A Van Dijk. Dan perbedaannya skripsi ini menganalisis tentang
stigmatisasi dan yang menjadi objek penelitiannya media yang berbeda.
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai latar belakang masalah,
fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini penulis akan menguraikan konsep analisis wacana kritis.
Kemudian akan dibahas mengenai analisis wacana model Teun Van Dijk.
12
Selanjutnya juga membahas pengertian Islamopobia konseptualisasi beritadan
teori Hegemoni.
BAB III GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai sejarah dan
perkembangan kantor berita Harian Kompas, visi dan misi, serta struktur
redaksi dari Harian Kompas.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini, penulis membahas tentang temuan dan analisis wacana Harian
Kompas mewacanakan pemberitaan teror bom paris pada level teks, kognisi
sosial, dan konteks
BAB V PENUTUP
Bab terakhir ini, penulis memberikan kesimpulan dan saran terhadap apa
yang telah diangkat dan diteliti oleh penulis dan juga beberapa lampiran yang
didapat oleh penulis.
13
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis Wacana
Analisis wacana adalah sebuah bahasa yang mempunyai arti dalam
sebuah kalimat baik itu berupa lisan ataupun tulisan, Stubbs juga menekankan
dalam kajiannya tidak terlepas dari konteks sosial dikalangan masyarakat
pemakai bahasa (Stubbs, 1983). 1
Dalam tingkatannya wacana adalah tingkatan tertinggi dari bahasa,
yang mempunyai makna lain dalam kalimat dengan memperhatikan konteks
yang melatarinya, seperti lingkungan budaya atau masyarakat tertentu, dan
bahasanya. Ada dua cara untuk berkomunikasi yaitu lisan dan tulisan. Dalam
komunikasi lisan dapat dianalisis dari perkataan yang dikeluarkan pembicara
ke pendengar, sedangkan dalam komunikasi tulisan wacana digunakan untuk
menganalisis pemikiran atau gagasan yang disampaikan penulis. Secara garis
besar bahwa wacana berarti bahasa, yang berusaha menginterpretasi
(menafsirkan) makna dari subjek (penulis). Melalui bahasa pula komunikator
dapat megkonstruk dan menyebarkan ideologi yang dimiliki.
Menurut Van Dijk (1985), analisis wacana digunakan untuk
mengungkap makna dibalik konteks, dalam pendekatannya Van Dijk
mengembangkan kognisi sosial.2
1 Dikutip dalam Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana Kajian Teoritid dan Praktis,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), hal. 4 2 Dikutip dalam E. Zainal Arifin,dkk Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam
Bahasa Indonesia, (Tangerang: PT. Pustaka Mandiri), hal. 5
14
Wacana adalah komunikasi yang dipakai oleh subjek untuk membuat
pernyataan, yang berisi makna dan tujuan untuk dapat dipahami dengan yang
lain. Analisis wacana digunakan untuk mengungkap makna yang ada dalam
setiap proses pernyataan. Biasanya wacana yang digunakan tidak terlepas dari
unsur kekuasaan terutama dalam pembentukan subjek dan berbagai perlakuan
masyarakat.
Dalam wacana bahasa juga dipahami dalam tiga pandangan yang
terdiri dari: positivisme-empiris, konstruktivisme disebut analisis wacana
(Discourse Analysis), dan pandangan wacana kritis disebut (Critical
Discourse Analysis/CDA).3
Pertama positivisme-empiris, pandangan ini dimaksudkan untuk
menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa yang dapat dimengerti dan logis.
Secara langsung dituangkan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala,
sejauh ia dinyatakan dengan memakai pernyataan yang logis, sintaksis (tata
bahasa yang membahas hubungan antar kalimat) dan memiliki hubungan
dengan pengalaman empiris. Orang yang mempunyai pandangan ini tidak
perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai nilai yang mendasari
pernyataan, sebab yang penting adalah pernyataan itu dilontarkan secara
benar menurut sintaksis dan semanyik.
Kedua pemahaman kosntruktivisme, pandangan konstruktivisme
melihat bahasa tidak lagi sebagai alat untuk memahami realitas sebagai
3 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Analisis Media, (Yogyakarta: PT LkiS
Pelangi Aksara, 2008), hal. 4-6
15
kebenaran yang diterima dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai
pesan. Konstruktivisme menganggap subjek sebagai faktor utama dalam
kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki
kontrol terhadap wacana dan mempunyai tujuan tertentu dalam
penyampaiannya. Jadi, kaum konstruktivis menganggap bahwa tidak ada
makna yang mandiri, tidak ada deskripsi yang murni objektif. Kita tidak dapat
melihat secara transparan yang disajikan oleh subjek tanpa termediasi oleh
teori, kerangka konseptual atau bahasa yang disepakati secara sosial.4
Ketiga adalah pandangan kritis, pandangan ini melengkapi pandangan
konstruktivisme. Pelengkap dari pandangan ini menekankan pada proses
produksi dan reproduksi makna. Analisis teori kritis tidak dipusatkan pada
kebenaran/ ketidak benaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti
konstrutivisme. Disini ada keterkaitan antara pemikiran subjek dengan
kekuatan sosial yang ada dimasyarakat, maka tidak dapat diartikan dengan
bebas sesuai pemikirannya. Ini diartikan bahwa makna bahasa telah terbentuk
dengan suatu rencana. Ada makna yang sengaja ingin disampaikan, namun
makna tersebut tidak diungkapkan secara jelas melainkan dalam bentuk yang
tersirat. Wacana kritis biasanya tidak dituangkan secara jelas melainkan
memang sengaja dibentuk dengan strategi dan didukung tema tertentu yang
dibuat oleh subjek. Analisis wacana digunakan dalam membongkar kuasa
yang ada di dalam setiap proses bahasa. Mulai dari apa yang menjadi topik
dalam pembahasan, pandangan seperti apa yang digunakan dalam
4 Elvira Ardianto dan Bambang Q-Aneesa, Filasafat Ilmu Komunikasi, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2009) hal. 151-152
16
menyampaikan pernyataan, sejauh mana batasan-batasan yang boleh
digunakan. Dalam hal ini biasanya bahasa sangat dipengaruhi oleh unsur
kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek dan berbagai tanggapan
berupa perlakuan di masyarakat.
2. Pengertian Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana kritis adalah salah satu metode penelitian yang
bersifat kritis. Bahasa adalah pengertian dari tingkat tertinggi dari wacana itu
sendiri. Bahasa disini berbentuk sebuah teks untuk dianalisis. Bahasa disini
bukan sekedar mengamati dari pengertian linguistik, tetapi bahasa juga
dipakai untuk sebuah praktik dan tujuan yang berhubungan dengan
kekuasaan. Tujuan dari ini, untuk penyampaian makna yang disebarkan oleh
sang pembicara melalui saluran-saluran komunikasi. Ada maksud dibalik
suatu teks yang telah disebarluaskan. Wacana juga dipakai untuk tujuan
membujuk, mempengaruhi, menyangga dan sebagainya. Hal ini dilakukan
secara sadar dan terkontrol bukan secara tidak sengaja atau di luar kendali.
Menurut Norman Fairclough dan Wodak (Eriyanto:2001), Bahasa
disini menjadi alat dalam menyebarkan ideologi individu atau kelompok,
analisis wacana kritis melihat wacana sebagai bentuk praktik sosial.5
Hal ini bisa menyebabkan hubungan yang tidak seimbang antar kelas
sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas pada saat
perbedaan itu digambarkan dan dijelaskan sesuai dengan posisi sosial yang
ditunjukan. Pada praktiknya dalam media seperti berita, subjek mengeluarkan
5 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Analisis Media, (Yogyakarta: PT LkiS
Pelangi Aksara, 2008), hal. 7
17
pendapat dalam membuat dan menulis berita tidak terlepas dari ideologinya
dan pengaruh lingkungan atau kekuasaan yang menjadikan wacana tidak
seimbang atau tidak objektif dalam menyebarkan pemberitaannya. Karna
dalam menganalisis wacana kritis ini peneliti melihat wacana hanya
digunakan untuk kepentingan individu atau hasil dari kepentingan kelompok
yang memiliki kekuasaan atau kekuatan seperti ekonomi, politik dan
kelompok sosial yang ada di masyarakat.
Pada intinya analisis wacana kritis adalah cara berpikir atau
pandangan yang melihat cara berkomuikasi baik lisan ataupun tulisan secara
kritis. Disini wacana dianggap sebagai media paling berpengaruh untuk
menyebarkan ideologi pihak yang mempunyai kuasa dalam kehidupan
bermasyarakat. Seperti media dan berita adalah salah satu contoh yang sering
dijadikan alat untuk berwacana yang didalamnya banyak pihak-pihak yang
berkepentingan ingin menyebarkan tujuannya masing-masing. Biasanya
korban dari wacana adalah kelompok minoritas yang dalam pemberitaannya
selalu dijatuhkan. Analisis wacana kritis melihat kasusnya dengan berbagai
macam pemikiran seperti dari teks, teks yang dibuat bukan sekedar teks yang
biasa. Tetapi teks disini melihat dari kata-kata yang dirangkai mempunyai
makna apa. Dan didalamnya pasti mengandung ideologi. Praktik ideologi
dalam pemberitaan mampu mempengaruhi orang lain, tujuannya untuk
mendapat tempat atau pengakuan dimasyarakat dengan wajar. Hal lain yang
harus ada dalam analisis wacana proses produksi, seperti kondisi dan situasi
dimana teks diproduksi, dan sejauh mana maksud dari fungsi dan tujuan teks
18
diproduksi. Oleh karna itu yang terpenting untuk mengungkap makna apa
yang ada di dalam wacana adalah bahasa. Dan tujuan sebuah wacana
terbentuk untuk mempengaruhi khalayak dengan mempresentasikannya lewat
sebuah peristiwa.
3. Analisis Wacana Model Teun A. Van Dijk
Dalam analisis wacana kritis ada beberapa model yang dapat
digunakan yaitu Teun A. Van Djik, Roger Fowler, Theo Van Luewn, Sara
Mills, dan Norman Fairclough. Dari semua model yang ada masing-masing
memiliki perbedaan, namun di sisi lain juga memiliki persamaan. Pertama,
ideologi menjadi hal penting dalam menganalisis suatu wacana dari semua
model. Kedua, wacana menjadi bagian yang dapat mempengaruhi kekuasaan
yang nantinya lebih banyak berperan dalam menentukan kebijakan. Ketiga,
dominasi juga menjadi bagian yang penting. Kelompok yang dominan
mampu menjatuhkan atau merendahkan kelompok lain melalui sebuah
wacana baik teks atau lisan. Tujuan nya untuk mempertahankan kekuasaan
dengan cara menyingkirkan kelompok lain dibenak khalayak.
Menurut Van Dijk (1985), analisis wacana digunakan untuk
membongkar makna dan maksud tertentu. Dalam pendekatannya Van Dijk
menggunakan Kognisi sosial, dan menganalisis masalah yang berhubungan
dengan etnis dan rasisme. 6
Dalam analisis wacana kritis model ini wacana tidak hanya dilihat dari
segi teks, tetapi bagaimana teks itu terbentuk harus juga karna ini lah bagian
6 Dikutip dalam E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam
Bahasa Indonesia, (Tangerang: PT. Pustaka Mandiri). H. 5
19
dari produksi. Produksi haruslah juga dilihat karena dalam pembuatannya kita
bisa dapatkan adanya kognisi sosial, ini lah ciri khas dari penelitian model
Van Dijk. Kognisi sosial adalah cara berpikir seseorang dalam hal ini
wartawan atau media yang berkaitan dengan faktor lingkungan, ideologi atau
lingkungan masyarakat dengan memproduksi suatu berita dan biasanya
memarjinalkan suatu kalangan. Misalnya dalam menyampaikan sebuah berita
tentang kaum minoritas muslim di dunia barat, yang akan ditulis oleh
wartawan adalah keadaan kaum muslim dengan buruk sedangkan kaum
mayoritas dianggap korban contoh dalam masalah pemberitaan terorisme.
Minoritas muslim akan dipandang sama dengan pelaku teror padahal tidak
semua muslim berbuat teror. Wacana yang akan dibuat wartawan pasti
membuat pandangan rasisme sebisa mungkin dimapankan. Dalam hal ini
struktur sosial yang membuat nama kaum muslim buruk akan dibuat seakan-
akan memang itu benar bagaimanapun strategi yang dilakukan dalam wacana.
Untuk menganalisis wacana kritis Van Dijk membuat modelnya
menjadi tiga bagian, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks.7
a. Teks
Teks adalah bagian dari wacana yang digunakan untuk membuat
suatu pernyataan untuk berkomunikasi. Dalam sebuah berita teks
digunakan untuk menyampaikan informasi secara tertulis dalam bentuk
kalimat yang disusun menggunakan strategi untuk menyampaikan makna
yang dibuat suatu media atau wartawan. Melalui wacana inilah siapapun
7 Dikutip dari Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Analisis Media, (Yogyakarta: PT
LkiS Pelangi Aksara, 2008), h. 225
20
yang mempunyai kepentingan bisa menggunakannya untuk mencari
dukungan atau menyampaikan ideologi. Dibutuhkan bagian-bagian
penting untuk menganalisis suatu teks. Untuk menganalisisnya Van Dijk
membaginya menjadi tiga tingkatan yang pertama adalah struktur makro,
ini digunakan untuk mengamati topik umum dalam sebuah berita atau
makna global yang diutamakan. Yang kedua adalah superstruktur, di
dalam kalimat atau di dalam teks pasti ada sebuah struktur yang disebut
kerangka. Kerangka ini digunakan untuk menyusun bagian-bagian teks
agar tersusun secara benar agar menjadi berita yang lengkap. Dan ketiga
adalah struktur mikro, ini adalah bagian untuk menganalisis bagian-
bagian yang ada dalam tiap kalimat, kata, dan bagian kecil lainnya yang
dipakai oleh suatu teks. Meskipun dibagi-bagi dalam berbagai tingkatan
tetap saja ketiga bagian dalam menganalisis suatu teks ini saling
berhubungan dan saling melengkapi. Pemakaian kata, kalimat, proposisi
retorika tertentu oleh media dipahami Van Dijk sebagai bagian dari
strategi wartawan. Berikut uraian-uraian yang terdapat dalam membedah
teks menggunakan anisis Van Djik. Yang pertama adalah struktur
wacana makro:
1) Tematik
Tematik menunjukan gambaran umum dari teks, dapat
dikatakan sebagai gagasan inti, ringkasan yang menjelaskan isi dari
keseluruhan berita. Disetiap pemberitaan terdapat tema yang
menggambarkan apa yang ingin disampaikan wartawan. Agar mudah
21
dalam menentukan tema yang digunakan wartawan dalam membedah
teks dilihat dari konsep yang dominan, sentral, dan paling penting dari
isi berita. gagasan Van Djik ini berdasarkan pada pandangan ketika
wartawan meliput peristiwa dan memandang suatu masalah
didasarkan pada pemikiran tertentu. Dapat diketahui pula kognisi
sosial wartawan dari melihat tema atau topik yang dibuatnya. Gagasan
Van Dijk ini membatu peneliti untuk mengamati dan memusatkan
perhatian pada bagaimana suatu teks dibentuk oleh wartawan.
2) Skematik
Dalam teks umumnya mempunyai bagan atau alur dari
pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukan kepada peneliti
untuk melihat bagai mana bagan-bagan dalam teks disusun dan
diurutkan sehingga menjadi kesatuan arti. pemberitaan mempunyai
skema sendiri untuk mengamati berita, skema besar disini mempunya
dua kategori. Pertama summary, yang umumnya ditandai dengan dua
elemen yakni judul dan lead. Judul dan lead umumnya menunjukan
tema yang ingin ditampilkan oleh wartawan dalam beritanya. Lead
umumnya digunakan sebagai pegantar ringkasan apa yang ingin
dikatakan sebelum masuk kedalam isi berita. Selanjutnya membahas
story, yang di dalamnya mempunya dua subkategori yang pertama
adalah proses jalannya peristiwa dan yang kedua yaitu komentar.
Peristiwa di sini untuk menjelaskan peristiwa yang umumnya terdiri
atasa dua bagian pertama mengenai jalannya peristiwa kedua latar
22
untuk mendukung jalannya peristiwa yang disajikan kepada khalayak.
Subkategori yang kedua adalah melihat pendapat atau komentar dari
orang-orang yang terlibat dalam sebuah peristiwa seperti komentar
tokoh, dan kesimpulan komentrar dari para tokoh. Tahapan-tahapan
yang dijelaskan di skematik ini untuk melihat strategi wartawan untuk
mendukung subtopik tertentu yang ingin disampaikan dengan
menyusul bagian-bagian dengan urutan-urutan tertentu. Hal ini
tentunya untuk membantu wartawan dalam menyembunyikan
informasi penting. Dan untuk menyembunyukan informasi penting ini,
ditempatkan di bagian akhir agar terkesan kurang menonjol.
3) Semantik
Semantik adalah makna yang ingin ditekankan dalam teks
berita. Misalnya latar, detil, maksud, praanggapan, dan nominalisasi.
Latar peristiwa dipakai untuk menyediakan dasar hendak kemana teks
dibawa. Detil merupakan strategi bagaimana wartawan
mengekspresikan sikapnya dengan cara implisit. Elemen maksud
menunjukan bagaimana secara implisit dan tersembunyi wartawan
menggunakan praktik bahasa tertentu untuk menonjolkan basis
kebenarannya. Sedangkan praanggapan merupakan pernyataan yang
digunakan untuk mendukung makna suatu teks.
4) Sintaksis
Sintaksis adalah menentukan bagaimana kalimat (bentuk,
susunan) yang dipilih. Sintaksis meliputi: bentuk kalimat, kohersi,
23
kata ganti. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan
dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Koherensi adalah
hubungan antar kata atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang
menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga
tampak koheren. Dan kata ganti merupakan elemen untuk
memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif.
Kata ganti adalah alat yang dipakai komunikator untuk menunjukan di
mana posisi seseorang dalam wacana.
5) Stilistik
Stilistik adalah bagaimana menentukan pilihan kata yang
dipakai dalam teks berita, seperti leksikon. Leksikon menandakan
bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai
kemungkinan kata yang tersedia.
6) Retoris
Retoris menentukan bagaimana dan dengan cara apa
penekanan dilakukan. Retoris terdiri dari: grafis, metafora, dan
ekspresi. Elemen grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang
ditekankan atau ditonjolkan oleh seseorang yang dapat diamati dari
teks. Grafis biasanya dibuat dengan pemakaian caption, raster, grafik,
gambar, atau tabel. Sedangkan metafora dilakukan oleh wartawan
24
dengan membuat sebuah kiasan atau ungkapan yang menjadi bumbu
dari suatu teks berita.8
b. Kognisi sosial
Dalam pandangan Van Dijk analisis wacana memang dilihat dari
sebuah teks tetapi dalam teks tersebut memiliki makna yang tersembunyi.
Untuk mengetahui ada apa di balik makna tersebut Van Dijk
membutuhkan analisis kognisi sosial dan konteks sosial.9
Kognisi sosial dalam pemberitaan adalah suatu pemikiran,
pemahaman, pengetahuan yang ada dalam diri seseorang jurnalis. Dalam
membuat suatu pemberitaan seorang jurnalis tidak lepas dari pengalaman,
pemahaman dan pengetahuan yang dituangkan dalam sebuah berita.
Analisis kognisi sosial bukan hanya sekedar memusatkan perhatiannya
pada struktur teks, kognisi sosial juga melibatkan representasi dan strategi
yang ada dalam sebuah teks. Dengan menghubungkan kognisi sosial dalam
pembuatan berita hal yang harus dipertanyakan adalah bagaimana
wartawan atau jurnalis dalam melihat suatu peristiwa. Bagaimana
peristiwa tersebut dimengerti, dimaknai sehingga mengahasilkan
pemikiran. Dan bagaimana informasi atau hasil dari pemikirannya tersebut
digunakan dalam proses pembuatan berita. Hal ini mempengaruhi
pemikiran dan pemahaman khalayak yang membaca berita atau menjadi
8 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Analisis Media, (Yogyakarta:PT LkiS Pelangi
Aksara, 2008), hal. 229 9 Dikutip dari Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Analisis Media, (Yogyakarta: PT
LkiS Pelangi Aksara, 2008), hal. 260
25
konstruksi khalayak dalam berita dan peristiwa tertentu atas berita yang
ditulis oleh wartawan.
Dalam menganalisis wacana di sini kognisi sosial dari wartawan
memang penting untuk diteliti, walaupun begitu kita perlu melihat juga
dari konteks sosial. Konteks sosial di sini adalah, wartawan mendapatkan
pengaruh lingkungan atau kepercayaan yang diterima dari kelompok. Jadi
dalam sebuah analisis wacana bukan hanya struktur teks dan pemikiran
wartawan saja yang digunakan, faktor komunitas atau kelompok dalam
bermasyarakatpun dilihat karna terdapat nilai dan kepercayaan di
dalamnya.
c. Konteks Sosial
Konteks sosial disini adalah analisis yang dilakukan secara sosial, yang
berhubungan dengan masyarakat. Wacana dilihat dengan melihat
pemberitaan apa yang sedang berkembang dimasyarakat dan bagaimana
suatu pemberitaan itu diproduksi secara terus-menerus. Dalam hal ini
pemberitaan media yang sedang berkembang sangat mudah diterima oleh
masyarakat karena didalam masyarakat secara tidak langsung akan
terproduksi pemberitaan berkembang lewat media dan lembaga yang ada.
jadi pada intinya isu yang berkembang di masyarakat sangatlah berpengaruh
dalam penelitian Van Dijk karena ini salah satu metode analisisnya yang
melihat bagaimana suatu teks wacana di produksi dan di reproduksi. Dan
dalam produksi dan reproduksinya tidak terlepas dari praktik kekuasaan dan
akses yang mempengaruhi pemberitaan tersebut.
26
Dalam bukunya Van Dijk menuliskan gambaran kelompok
minoritas di Eropa yang buruk salah satunya disebabkan oleh
akses yang berbeda. Disini kelompok minoritas atau imigran
umumnya tidak memiliki akses penting dalam konteks
komunikasi. pertama tidak ada akses dengan pembuat keputusan
yaitu akses politik, hukum dan pengambilan kebijakan negara.
Kedua imigran tidak memiliki akses media, jadi mereka tidak
mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi wacana media yang
berkembang.10
Dalam praktiknya kekuasaan sangatlah berpengaruh terhadap apapun,
terutama yang berhubungan dengan golongan, atau kelompok. Dalam
golongan ini sangatlah mempengaruhi anggota kelompok lainnya dalam
mempengaruhi atau mengontrol suatu masalah. Selain kekuasaan
berhubungan dengan kelompok, kekuasaan juga berhubungan dengan nilai,
seperti status uang kedudukan jabatan, bahkan pengetahuan. Lewat
kekuasaan inilah seseorang kelompok yang memegang kekuasaan yang bisa
mengontol dan mempengaruhi kelompok lain atau masyarakat dalam
mempengaruhi sikap,pemikiran dan keyakinan baik secara langsung ataupun
tidak langsung.
Kelebihan kelompok yang mempunyai kekuasaan adalah mereka
mempunyai akses lebih besar terutama dalam media. Untuk mempengaruhi
10
Teun A. Van Dijk, “Discourse, Power and Acces”, dalam Carmen Rosa Caldas-
Coulthard dan Malcolm Coulthard, (ed.), Critical Discourse Analysys, London and New York,
Rroutledge, 1999, hal. 84-102
27
khalayak kelompok penguasa akan mengontrol pemberitaan yang beredar
dan berkembang dan mereka bisa menetukan topik atau wacana apa yang
mereka ingin sebarkan dan tanamkan kepada khalayak. Contoh dalam hal
tetang teroris di Eropa ini, apabila penguasa atau orang yang memegang
peranan penting disana tidak suka dengan kaum minoritas atau dikatakan
dengan islam, dengan adanya teror bom yang dilakukan oleh NIIS ini yang
mempunyai kekuasaan akan mengontrol pemberitaan dan
mengkonstruksikan pemikiran kepada khalayak bahwa memang NIIS itu
memang islam, dan islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan, maka
yang akan terjadi adalah diskriminasi dan terhadap muslim atau kebencian
bisa disebut juga islamophobia.
B. Hegemoni Media
Hegemoni adalah sebutan untuk ideologi penguasa. Dalam media teori
hegemoni didasarkan pada konsep bahwa suatu pengetahuan / ideologi yang
dimasukan atau disebarkan secara terselubung oleh kelompok yang berkuasa
dengan atau tanpa kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok
berkuasa terhadap kelompok yang dikuasai diterima secara wajar.
Hal ini sesuai dengan pendapat Antonio Gramsci struktur kekuasaan
akan mempengaruhi dan memerintah dengan efektif. dipilih dengan
meminimalisir perlawanan rakyat dan yang berkuasa harus menciptakan
ketaatan yang spontan.11
11
Nezar Patria dan Andi Arief, Antonio Gramsci Negara dan Hegemoni, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015), hal. 120.
28
Pada intinya upaya untuk menggiring pandangan secara langsung
terhadap kaum yang lemah, melalui penguasaan dimedia lewat bahasa dan
wacana ideologi disampaikan dan kesadaran masyarakat dibentuk tujuan dari
penguasaan tersebut untuk menyingkirkan kelompok yang lainnya atau
kelompok yang tidak dominan.
Dalam konteks ini kaum intelektual orang yang berpengaruh dalam
proses hegemoni. Proses hegemoni ini dilakukan untuk menamkan ideologi
dengan pengaruh yang lebih luas dan tidak terbatas untuk kelompok tertentu,
dan bisa menyeluruh kelapisan masyarakat. Orang yang memegang peranan
penting dalam proses ini adalah kaum intelektual yang memegang peranan
penting dalam kenteks sosial seperti pemerintahan.
Dalam menyebar luaskan ideologinya banyak cara yang dilakukan oleh
penguasa. Salah satunya melalui bahasa, bahasa mempunyai peranan penting
untuk menjalani fungsi hegemoni. Saluran-saluran hegemoni bentuknya
bermacam-macam. Mulai dari wilayah organisasi, informasi dan juga saluran
komunikasi. Media bisa menjadi alat dalam menyebarluaskan ideologi
sehingga meresap ke dalam benak khalayak.
Teori hegemoni Gramsci (Eriyanto,2001), menekankan bahwa
dalam kelas sosial ada pertatungan untuk memperebutkan
penerimaan publik karena pengalaman sosial kelompok gender,
ras, kelas, umur dan sebagainya perlu adanya usaha untuk
29
kelompok dominan dalam menyebarkan ideologi dan diterima
dalam masyarakat tanpa adanya perlawanan.12
Usaha kelompok dominan dalam memenuhi keinginannya agar ide atau
pendapatnya dapat diterima tanpa adanya perlawanan dari masyarakat akan
melakukannya dengan berbagai cara tanpa adanya paksaan, dan diterima
dengan begitu saja. Ketika pendapat atau wacana itu diterima oleh masyarakat
maka disitulah terjadi hegemoni.
Contoh hegemoni yang dilakukan melalui media masaa seperti
pemberitaan bom paris, kelompok dominan dinegara tersebut mayoritas adalah
non islam, ketika ada pemberitaan menyangkut pautkan kelompok islam yang
pada dasarnya disana adalah kelompok yang kecil, maka secara tidak langdung
jurnalis yang menulis pembritaan akan memarjinalkan kelompok islam. Karena
dalam pemberitaannya pelaku teror bom selalu membawa nama islam.
Ada 3 tingkatan dalam hegemoni Gramsci, yaitu hegemoni total,
hegemoni merosot dan hegemoni minimum.13
Hegemoni total merupakan tingkatan hegemoni yang berhasil dicapai
sasaran dan tujuannya. Untuk kepentingan suatu kelompok dengan
memanfaatkan cara-cara sosialisasi yang terarah. Tidak ada perlawanan yang
dilakukan khalayak. Hubungan antar kelompok peguasa dan khalayak
menunjukan tingkat kesatuan yang kokoh. Ide-ide yang disebarkan oleh
12 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Analisis Media, (Yogyakarta: PT LkiS
Pelangi Aksara, 2008), h. 107
13 Dikutip dalam Heru Hendarto, Mengenal Konsep Hegemoni Gramsci: dalam Diskursus
Kemasyarakatan dan Kemanusiaan, (Jakarta: Gramedia, 1993), h.82-84
30
kelompok penguasa dengan menjatuhkan kelompok lain melalui saluran-
saluran komunikas, lalu khalayak menerima itu secara wajar.
Hegemoni merosot merupakan tingkatan kedua dari yang sebelumnya.
Sistem dengan ide-ide yang telah disebarkan telah mencapai sasaran, namun
mentalitas khalayak tidak sepenuhnya setuju dan sepemikiran dengan
kelompok penguasa. Hal ini bisa dikatakan tingkatan hegemoni nya mudah
runtuh. Keberhasilan yang dicapai oleh kelompok penguasa masih perlu cara-
cara yang lebih kuat lagi untuk meyakinkan khalayak. Dikhawatirkan nantinya
khalayak bisa melakukan tandingan kepada kelompok penguasa. Dan hal
seperti ini dikatagorikan ke dalam hegemoni minimum. Bentuk hegemoni yang
paling rendah. Khalayak tidak sepemikiran dengan kelompok penguasa.
Khalayak malah mempertahankan peraturan melalui transformasi penyatuan
dengan para pemimpin budaya, sosial, politik maupun ekonomi. Hal ini jelas-
jelas telah bertentangan dengan yang dicita-citakan oleh kelompok penguasa.
Batas konseptualisasi dalam membicarakan hegemoni dalam upaya
memisahkan negara dan masyarakat sipil terkait 3 bidang. Pertama ekonomi,
dengan melihat keadaaan ekonomi yang berbeda-beda dari setiap individu akan
dapat digologkan dan diklasifikasikan sesuai tingkatan individu itu sendiri.
Kedua negara, disini tempat munculnya praktek-praktek kekuasaan yang
dilakukan oleh aparatur negara untuk menegakan sebuah birokrasi negara.
Ketiga masyarakat sipil, berwujud dalam berbagai organisasi yang dibuat oleh
masyarakat di luar pengaruh negara. Negara sebagai sumber kekuasaan koersif
dalam suatu masyarakat dan masyarakat sipil sebagai lokasi kepemimpinan
31
hegemoni. Negara dan masyarakat sipil dihubungkan untuk mendefinisikan apa
yang disebut negara integral.
C. Islamophobia
Sebelum kita mengartikan islamphobia terlebih dulu kita mencari tau
apa artinya fobia. fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu,
bisa berupa benda hewan atau fenomena. Sadar atau tidak seseorang
mempunyai rasa takut tetapi untuk sebagian orang rasa takut bisa atau dapat
dikendalikan. Dalam diri orang yang mempunyai tingkat ketakutan yang
berlebihan atas sesuatu akan menyebabkan trauma. Seseorang yang
mempunyai ketakutan berlebihan akan menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi
adalah suatu keadaan mental seseorang menjadi tertutup, yang disebabkan oleh
ketidak mampuan orang tersebut dalam mengendalikan perasaan takutnya.
Penyebabnya bisa terjadi akibat suatu kejadian atau peristiwa, seperti
kekerasan, trauma bom atau kejadian yang sangat ekstrim.
Hal ini menyebabkan terjadinya pemikiran dan perasaan negatif
terhadap seseorang yang mempunyai trauma seperti ini. Setiap kali orang yang
mempunyai fobia tersebut berhubungan dengan sumber fobianya maka akan
secara otomatis merasa cemas dan merasa tidak nyaman untuk menghindarinya
orang tersebut akan menghindari sumber fobia tersebut.
Mengenai islamphobia, islam adalah agama yang mengenalkan
kedamaian dan tidak mengajarkan sama sekali kekerasan atau pun hal buruk
lainnya. Tetapi pada kenyataannya dijaman sekarang ini banyak orang yang
ingin menjatuhkan nama islam. Maka untuk mempelmalukan nama islam
32
berbagai cara pun dilakukan orang yang benci terhadap islam. Seperti contoh
aksi- aksi yang dilakukan kelompok teroris yang membawa nama islam dalam
aksinya, mereka mengatas namakan islam dan membuat perlakuan tidak
sepantasnya terhadap manusia yang tidak bersalah. Maka terjadilah
islamphobia, dan keadaan ini dimanfaatkan oleh para pembenci islam untuk
menyudutkan nama islam.
Istilah Islamphobia adalah perasaan ketakuatan atau kebencian
terhadap islam, orang-orang yang memeluk agama islam maupun
budaya islam. Istilah islamophia muncul pertama kali pada tahun
1922 dalam sebuah essai yang berjudul L’Orient vu del’Occident
karya Etienne Dinet, seorang tokoh asal Prancis.14
Seiring perkembangan zaman istilah islamphobia digunakan untuk
mengindentifikasi pelakuan diskriminatif yang diterima muslim di wilayah
Eropa Barat. Istilah dijadikan perdebatan karena memiliki maksud dan tujuan.
Maksud dan tujuannya ini untuk menjadikan terbentuknya ideologi tentang
pemikiran akan ketakutan terhadap islam. Dari keyakinan inilah mencitakan
keyakinan bahwa setiap muslim merupakan penganut fanatik ajaran agamanya,
mempunyai dasar untuk melakukan kekerasan terhadap orang-orang non
muslim dan meyakini pula bahwa islam menolak nilai-nilai toleransi dan
kesetaraan. Islamphobia merupakan bentuk dari permusuhan yang ditunjukan
pada umat islam yang secara umum terjadi di bangsa barat.
14
Hanan Rananta Arbi, Reaksi Uni Eropa Terhadap Islamophobia di Perancis, Pada Tahun
2011-2015, hal. 2
33
Di kawasan Eropa islamphobia bukanlah hal yang baru. Kebencian
terhadap islam di Eropa sedah berlangsung cukup lama. Ini terjadi karena
sejarah-sejarah mereka yang buruk seperti perang salib. Namun ditambah lagi
dengan adanya tragedi 11 september 2001 di Amerika serta tragedi Bom
London 7 Juli 2005. Ketika tragedi itu terjadi, warga Eropa kembali
terpengaruh dengan melihat islam dengan penuh curiga, kecemasan, ketakutan,
serta kebencian. Dan sentimen seperti ini dimanfaatkan oleh kelompok yang
ingin menjatuhkan nama islam.
D. Media Massa
Seiring berkembangnya zaman manusia adalah tetap mahluk yang
saling berkomunikasi, dalam berkomunikasi banyak hal yang dapat di tempuh
salah satunya lewat media massa. Dalam kehidupan media selalu berkembang
dengan cepat. Salah satu bagian dari media massa adalah berita, berita bisa
disampaikan lewat surat kabar, internet, radio dan sebagainya.
1. Pengertian Berita
Definisi berita sendiri adalah tepat dimana kita bisa mendapatkan
informasi, dari berbagai macam sumper di berbagai belahan dunia. Adanya
berita tidak terlepas dari peranan seorang wartawan mencari bahan berita
lalu menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi
sebuah penerbitan pers (media massa).
34
Istilah “berita” berasal dari bahasa sansekerta, yakni Vrit yang
kemudian masuk dalam bahasa inggris menjadi write, yang
memiliki arti “ada” atau “terjadi”. Sebagian ada yang
menyebutnya Vritta artinya :kejadian” atau “yang telah
terjadi”. Vritta masuk dalam bahasa Indonesia menjadi “berita”
atau “warta”.15
Pada dasarnya konsep dari berita itu sendiri adalah apa yang disampaikan
atau ditulis wartawan dan termuat dalam media yang artinya adalah berita
merupakan sebuah informasi yang sudah diolah oleh wartawan yang
mempunyai keunggulan atau kreteria khusus dan memenuhi syarat, kadang
berita yang disampaikan bersifat objektif dan subjektif.
2. Jenis Berita
Jenis-jenis berita dapat digolongkan menjadi beberapa bagian yaitu:16
a. Straight News. Berita berlangsung adalah berita yang ditulis apa
adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman
depan surat kabar berisi berita jenis ini.
b. Deep News. Berita yang mendalam dan dikembangkan dengan
pendalaman hal-hal yang ada di sudut permukaan.
15 Totol Djuroto, Manajemen penerbtan Pers, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000),
hal. 46 16
Asep Syamsul Romli, Jurnalisme untuk pemula, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1999), hal. 23
35
c. Investigation News. Berita yang dikembangkan berdasarkan
pendapat wartawan, berdasarkan fakta yang ditemukan dilapangan.
d. Opinion News. Berita mengenai pendapat seseorang, biasanya
pendapat para tokoh atau cendikiawan mengenai suatu isu atau hal-
hal tertentu.
3. Nilai dalam Berita
Dalam berita ada beberapa karakteristik yang dikenal sebagai nilai
berita (nesw value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna atau
yang biasa diterapkan untuk menentukan khalayak berita (news worthy),
jadi nilai berita itu harus sesuai objek atau harus mengikuti aturan pers
yang berlaku.17
Para jurnalis menggunakan nilai berita sebagai acuan, seperti para
reporter dan editor serta ketua redaksi, untuk memutuskan informasi atau
fakta yang pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik.
Adapun nilai berita yaitu:
a. Immediacy, atau kerap diistilahkan dengan timlines, artinya terkait
dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita serig
dinyatakan sebagai laporan dari apa yang baru saja terjadi. Semua hal
yang baru apapun itu, pasti memiliki nilai berita. Nama hari selalu
berulang setiap minggunya, rabu hari ini bukanlah hari sebelumnya,
namun peristiwa kejadian atau perubahan yang terjadi setiap hari rabu
17
Luwi Iswara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas, 2007), hal. 53
36
tidak pernah sama. Selalu muncul perubahan baru, peristiwa baru,
kecenderungan baru.
b. Proximity, adalah keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa
dalam keseharian hidup mereka. Orang-orang akan tertarik dengan
berita yang menyangkut kehidupan mereka. Baik secara geografis
maupun secara psikologis. Peritiwa akan tetap memiliki daya tarik dan
dianggap penting oleh khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa,
jika peristiwa itu berkaitan langsung atau mengandung arti dengan apa
yang dipikirkan, dirasakan, diingat atau dikenangnya, walau secara
fisik geografis tempat peristiwa itu terjadi berjauhan.
c. Consequence, berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita
yang mengandung nilai konsekuensi. Dampak suatu pemberitaan
bergantung pada beberapa hal seberapa banyak khalayak terpengaruh,
pemberitaan itu langsung mengenai kepada khalayang atau tidak, dan
segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak media surat kabar,
radio atau televisi yang melaporkan.
d. Conflict, peristiwa perang demonstrasi atau kriminal merupakan
contoh eleme konflok didalam pemberitaan. Konflik atau pertentangan,
merupakan sumber berita yang tidak pernah kering dan tidak akan
pernah ada habis-habisnya. Selama masyarakat menyukai dan
menganggap penting, perbedaan pendapat bpleh saja, demokrasi
dijadikan acuan, kebenaran masih diperdebatkan, peperangan masih
terus berkecumuk di berbagai belahan dunia, serta perdamaian masih
37
sebatas angan-angan. Selama itu pula konflik masih akan tetap
menghiasi halaman surat kabar, mengganggu pendengaran karena
disiarkan di radio dan merusak mata karena selalu ditayangkan di
televisi.
e. Oddity, peristiwa yang tidak biasa terjadi atau suatu kejadian yang
diperhatikan segera oleh masyarakat. Sesuatu uang datangnya tiba-tiba,
di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui
sebelumnya itu merupakan kejutan.
f. Sex, kerap menjadi elemen utama dari sebuah pemberitaan, tapi sering
pula seks menjadi elleme tambahan bagi pemberitaan tertentu, seperti
pada berita sports, selebritis dan kriminal.
g. Emotion, ini kadang dinamakan elemen human interest. Elemen ini
menyangkut kisah-kisah yang mengandung kesedihan, kemarahan,
simpati, ambisi, cinta, kebencian, kebahagiaan, atau humor. Kadang
suatu peristiwa tidak menimbulkan efek berarti pada seseorang atau
sekelompok orang, tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana
hati, suasana kejiwaan dan alam perasaannya serta psikologisnya.
h. Prominence, Elemen ini adalah unsur yang menjadi dasar istilah
“names make news” nama membuat berita. Unsur keterkenalan suatu
menjadi incaran pembuat berita. Berita tentang orang-orang penting,
ternama, pesohor, selebriti, figur publik, orang-orang terkemuka,
dimanapun selalu membuat berita. Jangankan ucapan dan tingkah
lakunya, namanya saja sudah membuat berita.
38
i. Suspense, Elemen ini menunjukan suatu yang ditunggu-tunggu,
terhadap sebuah peristiwa oleh masyarakat. Kisah berita yang
menyampaikan fakta tetap merupakan hal penting. Kejelasan fakta
dituntut masyarakat untuk memberikan informasi yang bisa
menghilangkan ketidakpastian. Sedangkan yang terakhir adalah
progress. Progress, elemen ini merupakan elemen “perkembangan”
peristiwa yang ditunggu masyarakat mengenai aktual informasi yang
dibutuhkan masyarakat luas. Berita yang terbaru dan berita yang harus
segera disebar luaskan ke masyarakat
4. Katagori Berita
Pengkatagorisasian berita menjadi landasan atau pijakan bagi
wartawan untuk menentukan bagaimana sebuah realitas diklasifikasikan
dan bagaimana peristiwa didefinisikan, dipahami bahkan direkonstruksi.
Secara umum menurut Tuchman seperti dikutip oleh Eriyanto (2002:108-
109), wartawan memakai lima katagori berita. Kategori tersebut dipakai
untuk membedakan jenis isi berita dan subjek peristiwa yang menjadi
berita. Kelima kategori tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel
Kategori Berita18
Berita mengenai peristiwa yang terjadi
saat itu. Kategori berita ini sangat
18
Antonius Birowo (Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta:
Gitayali, 2004), hal. 25-26
39
Hard News dibatas oleh waktu dan aktualisasi.
Semakin cepat diberitakan semakin
baik. Bahkan ukuran keberhasilan dari
kategori berita ini adalah dari sudut
kecepatan pemberitaannya
Soft News
Kategori ini biasanya menyangkut hal-
hal yang berhubungan dengan kisah
manusiawi (human interest). Pada
kategori berita ini tidak dibatasi oleh
waktu. Ia bisa diberitakan kapan saja.
Sport News
Subklasifikasi dari hard news. Dalam
spot news, peristiwa yang diliputi
tidak direncanakan terlebih dahulu
(bersifat spontan).
Developing News
Subklasifikasi dari hard news. Hampir
menyerupai sport news dimasukan
elemen lain, seperti peristiwa yang
diberitakan adalah bagian dari
rangkaian yang akan diteruskan
keesok harinya atau dalam berita
selanjutnya.
39
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Berpengaruhnya Wacana dari Masa ke Masa
Di dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi tentunya tidak
terlepas dari bahasa, bahasa lisan maupun tulisan. Selain itu tentunya kita tau
wacana adalah bagian dari kajian linguistik atau bahasa yang berkembang.
Wacana dianggap tingktan bahasa yang paling lengkap. Dalam ilmu
komunikasi wacana kritis adalah metodologi yang digunakan untuk
mengupas atau menganalisis maksud dari bahasa yang dibuat. Misalnya
berupa novel, berita radio atau hal yang berhubungan dengan informasi yang
berkaitan dengan kata-kata dan bahasa.
Analisis wacana sebagai disiplin ilmu, yang metodologinya jelas
berkembang baru pada awal tahun 1980-an. Berbagai buku kajian wacanapun
bermunculan, contoh beberapa buku yang muncul seperti Stubbs (1983),
Brown and Yule (1983), dan Van Dijk (1985). Analisis wacana terus
berkembang pada persoalan seperti wacana politik, emansipasi wanita dan
lainnya.1
Dalam perkembangannya wacana kritis digunakan untuk membongkar
maksud dan tujuan yang dibuat penulis contohnya dalam memahami realitas
media yang muncul dan berkembang terutma di indonesia.
Dalamperkembangannya media di indonesia melalui sejarah yang tidak
begitu menyenangkan
1E. Zaenal Arifin dkk, Wacana Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia,
(Tangerang: Pustaka Mandiri, 2013), hal . 3
40
1. Orde baru
Dalam sejarahnya pers dijaman orde baru tidak begitu menyenangkan.
pada zaman setelah orde lama pers orde baru sempat merasakan kesenangan
yang sesaat atau sebentar setelah itu pers orde baru mengalami keterbatasan.
Dikarenakan pemerintah peka terhadap media massa yang menyampaikan
kritiknya dalam beritanya. Sejarahnya media massa adalah bagian dari
sumber informasi yang ada, peran media adalah untuk mewakili aspirasi
rakyat dalam memperjuangkan keadilan dan hukum yang adil. Pada masa
orde baru terjadi peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari),
terjadinya peristiwa tersebut karena menolak atau melawan kebijakan-
kebijakan pemerintahan pada masa itu. Hubungannya dengan media adalah
sebelum peristiwa malari terjadi pers mempunyai kebebasan untuk membuat
berita, seperti mengkritik kinerja pemerintah yang menyuarakan aspirasi
rakyat, dan melakukan kontrol sosial. Setelah peristiwa Malari, media
menjadi tidak idealis cenderung menjadi alat pemerintah atau dibawah
kontrol pemerintah atau penguasa ini juga dikarenakan terjadinya
pemberedelan terhadap beberapa media. Pada intinya pers pada masa setelah
peristiwa Malari menjadi terbatas dan tidak sesuai dengan fungsinya.
Dalam buku Ahmad Zaini Akbar (1995:163), menjelaskan seberapa
pengaruhnya pers dalam menyampaikan aspirasi masyarakat yang ditanggapi
oleh negara atau pemerintah. Dan sikap kritis pers terhadap pemerintah
41
efektif untuk pembentukan kebijaksanaan politik atau sebaliknya, dalam arti
aspirasi yang dibuat pers hanya akan dianggap angin lalu.2
Dari uraian diatas pers bukan lah satu-satunya penyambung asprirasi
masyarakat. Mahasiswa dan kaum intelektual juga menjadi bagian penting
dalam memyuarakan pendapat rakyat. Kritik terhadap pemerintah dan rasa
keprihatinan masyarakat mendapat sambutan baik dan diterima masukan yang
disampaikan media pers juga mahasiswa terhadap isu yang berkembang saat
itu (korupsi). Jadi pada saat itu pers dianggap cukup berpengaruh dan
diperhatikan oleh pemerintah orde baru. diperhatikannya pemberitaan tentang
peristiwa saat itu membuat pemerintah dan negara menjadi lebih waspada
terhadap pers. Kritisnya pers pada masa ini karena pers Indonesia telah lama
tekurung dalam kekuasaan rejim orde lama. Orde baru pun berlalu dan
lahirlah reformasi. Apabila dimasa orde baru pers memperlihatkan kritisnya
terhadap pemerintah walaupun terbatas tetapi pers pada jaman itu mewakili
suara rakyat. Diera reformsi pers disini lebih bebas dalam menulis dengan
keinginannya. Dan disinilah media dipertanyakan keutuhan beritanya.
Maksudnya disini masihkah media pers menjadi tempat mewakili aspirasi
rakyat, dan karena kebebasan pers adakah faktor atau kepentingan lain
didalam isi pemberitaannya.
Dalam buku Agus Sudibyo, pers mengalami pergeseran menjelang
dan sesudah pergeseran politik Mei 1998, perubahan yang drastis ini karena
pengelola media ingin melepaskan diri dari batasan yang membatasi kinerja
2Ahmad Zaini Akbar, 1966 1974 Kisah Pers Indonesia, (LKSI: Yogyakarta, 1995), hal 163
42
mereka sebelumnya. Media adalah salah satu agen pelaku sosial yang sangat
berpengaruh dalam menumbangkan pemerintahan orde baru. alasan ini dilatar
belakangi oleh krisis ekonomi yang gagal. Perubahan inilah yang membuat
terjadinya “Revolusi Mei 1988”.3 Pada masa ini media tidak secara utuh
bebas untuk memberitakan wacana tentang pemerintah, dalam praktiknya
media mengalami pasang surut atas hak-haknya. Diera orde baru media tidak
terlepas dari kekuasaan. Dibawah kepemimpinan Soeharto, tekanan pada
media datang dari para penguasa yang bekerja sama langsung ataupun tidak
langsung dengan pemilik media untuk membangun hegemoni ekonomi
politik. Koran adalah salah satu media informasi yang berpengaruh
mengkritik pemerintah lewat tulisan atau beritanya. Wacana-wacana kritispun
banyak dikeluarkan koran-koran untuk membongkar kasus seperti korupsi
yang dilakukan pada zaman orde baru. mahasiswa dan media bersatu untuk
menumbangkan pemerintahan Soeharto. Dan setelah melalui masa sulit
mediapun mempunyai kebebasan ketika Presiden Soeharto lengser dari
jabatannya.
2. Reformasi
Reformasipun hadir, peran media dalam mewacanakan berita beralih
fungsi. Pada awalnya media adalah tempat untuk mewakili suara rakyat
dengan beritanya. Tetapi seiring berkembangnya dan diberikan kebebasan
untuk pers media tergiur untuk melakukan bisnis. Jurnalis secara langsung
ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh pemilik kekuasaan yang terdiri dari
3Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta:PT. LkiS Printing
Cemerlang, 2001), hal. 4
43
kelompok pemilik media yang mencari keuntungan. Jurnalis disini dituntut
untuk memberikan berita sesuai hati nurani, jujur dan objektif. tetapi disisi
lain media harus menerima kenyataan bahwa kepentingan bisnis lebih kuat,
semangat bisnis mendorong untuk menyusun dan mengkonstruksi berita yang
diperoleh dengan menjadikannya mengikuti kepentingan penguasa.
Dari sejarah-sejarah yang telah diceritakan media adalah alat untuk
memberikan informasi kepada masyarakat. Khususnya di indonesia media
dari masa pemerintahan orde lama, orde baru mengalami perubahan
fungsinya pun tidak berubah. Dalam mewacanakan suatu berita media sangat
menduduki posisi tertinggi untuk mengkonstruksi masyarakat lewat
pemberitaannya. namun yang berbeda adalah pada zaman dahulu media
mewacanakan pemberitaan dengan jujur dan ingin menjadi wakil masyarakat
dalam memberitakan kasus atau informasi. Sedangkan pada saat ini media
berubah media pada masa ini lebih mementingan kepentingan dan dalam
mewacanakan beritanya mempunyai kepentingan sendiri. Entah itu
kepentingan pemilik, atau kepentingan yang menguntungkan untuk media itu
sendiri.
B. Profil Harian Kompas
1. Sejarah Singkat Harian Kompas
Pada tahun 1960-an Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama
sering bertemu dalam gerakan asimulasi. Kedua-duanya mempunyai latar
belakang guru. Dan punya minat dalam bidang sejarah. PK. Ojong adalah
pemimpin redaksi Star Weekly, sedangkan Jakob Oetama pemimpin
44
redaksi majalah Penabur. Mereka berbincang, bahwa pada waktu itu
pembaca Indonesia terkucil karena tidak ada majalah luar negri yang
diperkenankan masuk. Keadaan seperti itu tentunya tidak sehat. Muncul
ide membuat majalah untuk menerobos isolasi itu. Intisari adalah awal dari
kerjasama PK. Ojong dan Jakob Oetama. Kondisi politik sekitar tahun
1965 di Indonesia memanas menjelang tahun 1965 ketika Partai Komunis
Indonesia (PKI) melakukan kegiatan sepihak, bahkan menyuarakan
perlunya dibentuk angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat keamanan
negara yang sah ABRI. Dengan dalih landreform PKI melakukan
penyerobotan tanah milik negara. Aksi serupa ini dilukiskan oleh “Harian
Rakyat” sebagai adil dan patriotik. Awal tahun 1965 Letjen Ahmad Yani
selaku Mentri/ Panglima TNI-AD menelepon Drs. Frans seda
melemparkan ide menerbitkan koran melawan pers komunis, dan
membicarakannya dengan Ignatius Josef Kasimo yang merupakan rekan
dari majalah intisari. PK. Ojong dan Jakob Oetama kemudian menggrapa
ide tersebut dan mempersiapkan penerbitan koran. Semula nama yang
dipilih “Bentara Rakyat”, penggunaan nama itu dimaksud untuk
menunjukan kepada masyarakat bahwa pembela rakyat yang sebenarnya
bukanlah PKI. Dalam keperluan dinas Frans Seda menghadap Presiden di
Istana Merdeka, soekarno mendengar bahwa Seda akan menerbitkan
koran lalu menyarankan “Kompas”, pemberi arah dan jalan mengaringi
lautan dan hutan rimba. Maka jadilah nama harian Kompas. Para pendiri
yayasan Bentara Rakyat adalah pemimpin organisasi Katolok seperti:
45
Partai Ktolik, Wanita Katolik, PMKRI, dan PK. Ojong. Pengurus yayasan
terdiri dari Ketua: I. J. Kasimo. Wakil Ketua : Drs. Frans Seda, Penulis I:
F.C. Palaunsuka, penulis II: Jakob Oetama, dan bendahara: PK. Oetama.
Walupun mendapat restu dari Presiden Soekarno, proses ijin terbit
mengalami kesulitan. PKI dan kakitangannya “menguasai” aparatur,
khususnya Departemen Penerangan Pusat dan daerah. Tahap demi tahap
rintangan dapat diatasi. Minggu, 27 Juni 1965, kegiatan percetakan PN
Eka Grafika (dahulu percetakan abadi) baru mulai, beberapa orang
berkumpul mengelilingi mesin cetak Duplex. Pk. Ojong, Jakob Oetama
serta beberapa wartawan, serta seluruh pekerja, mereka nampak tidak
sabar dan was-was. Ketika koran pertama Kompas muncul dari mesin
cetak, suasana seketika menjadi berubah. Harian Kompas tanggal 28 Jini
1965 dengan motto “Amanat Hati Nurani Rakyat” itu keesokan harinya
mulai dipasarkan. Kompas pertama terbit empat halaman. Kompas edisi
pertama memasang sebelas berita luar negri dan tujuh berita dalam negri
di halaman pertama. Berita utama dihalaman satu berjudul “ KAA ditunda
empat bulan” Pojok Kompas di kanan bawah mulai memperkenalkan diri,
“Mari ikat hati. Mulai hari ini, Dengan,Mang Usil.
2. Visi dan Misi Kompas
Moto “Amanat Hati Nurani Rakyat” di bawah logo Kompas,
menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat.
Kompas ingin berkembang sebagai institusi pers yang mengedepankan
keterbukaan, meninggalkan pengkitakan latar belakang suku, agama, ras
46
dan golongan. Berbkembang sebagai “Indonesia mini”, karena kompas
sendiri adalah lembaga yang terbuka. Kolektif ingin ikut serta dalam upaya
mencerdaska bangsa. Kompas ingin menempatkan kemanusiaan sebagai
nilai-nilai tertinggi, mengarahkan fokus perhatian dan tujuan pada nilai-
nilai yang transenden atau mengatasi kepentingan kelompok. Rumusan
bukunya adalah “humanisme transcendental”. “Kata Hati Mata Hati”,
pepatah yang kemudian ditemukan, menegaskan semangat empathy dan
compassion Kompas.
Visi Kompas
“Menjadi Institusi Yang Memberikan Pencerahan Bagi Perkembangan
Masyarakat Indonesia Yang Berdemokrasi dan Bermartabat. Serta
Menjunjung Tinggi Asas dan Nilai Kemanusiaan”. Dalam kiprahnya di
industri pers “Visi Kompas” berpartisipasi membangun masyarakat
Indonesia baru berdasarkan Pancasila melalui prinsip humanisme
transcendental (persatuan dalam perbedaan) dengan menghormati individu
dan masyarakat adil dan makmur. Secara lebih spesifik diuraikan sebagai
berikut: kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka,
kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok tertentu baik
politik, agama, atau golongan, ekonomi, kompas secara aktif membuka
dialog dan berinteraksi positip dengan segala cita bangsa, kompas adalah
koran nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi dan cita-cita bangsa,
kompas bersifat luas dan bebas dalam pandangan yang berkembang tetapi
47
selalu memperhatikan konteks struktur kemasyarakatan dan pemerintahan
yang menjadi lingkungan.
Misi Kompas
“Mengantipasi dan Merespon Dinamika Masyarakat Secara
Profesional, Sekaligus Memberi Arah Perubahan (Trend Setter) Dengan
Menyediakan dan Menyebarluaskan Informasi Terpercaya”
Kompas berperan serta ikut mencerdaskan banga, menjadi nomor satu
dalam semua usaha diantara usaha-usaha lain yang sejenis dalam kelas
yang sama. Hal tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan
melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini
dijabarkan dalam lima sasaran oprasional: kompas memberikan informasi
yang berkwalitas dengan ciri: cepat, cermat, utuh, dan selalu mengandung
makna, kompas memiliki bobot jurnalistik yang tinggi dan terus
dikembangkan untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat yang
dicerminkan dalam gaya kompak, komunikatif dan kaya nuansa kehidupan
dan kemanusiaan, kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui
upaya intelektual yang penuh empati dengan pendekatan rasional
memahami jalan pikran dan argumentasi pihak lain, selalu berusaha
mendudukan persoalan dengan penuh pertimbangan tetapi tetap kritis dan
teguh prinsip, berusaha menyebarkan informasi seluas-luasnya dengan
meningkatkan tiras, untuk dapat merealisasikan visi dan misi Kompas
harus memperoleh keuntungan dari usaha. Namun keuntungan yang dicari
bukan sekedar demi keuntungan itu sendiri tetapi menunjang kehidupan
48
layak bagi karyawan dan pengembangan usaha sehingga mampu
melaksanakan tanggung jawab sosial sebagai perusahaan.
3. Direktorat Redaksi
Editor In Chief : Budiman Tanuredjo
Editorial Secretary : Albertus Subur Tjahjono
Managing Editor : Mohammad Bakir
National Desk Editor: Banu Astono
Administration Superintendent: Dian Wulandari
Editorial Rep. Editor DIY: Agustinus Bambang Sigap Sumantri
Editorial Rep. Editor-West Java: Dedi Muhtadi
Editorial Rep. Editor East Java: Agnes Benedikta Swetta B. R. Pandio
Presidential Bulesu Editor: Suhartono
Polltio & Law Desk Editor: Marcellus Hermowo
Sunday Desk Editor: Indira Permanasari
Economic Desk Editor: Andreas Maryoto
Sports Desk Editor: Adi Prinantyo
Metro Desk Editor: Dahono Fitrianto
International Desk Editor: Johanes Waskita Utama
Science & Technolgy Desk Editor: Gesit Ariyanto
Education & Culture Desk Editor: Antonius Tomy Trinugroho
Article Desk Editor: Sri Hartati
Youth, Child & Lifestyle Desk Editor: Budi Suwarna
Visual Desk Editor: Ignatius Danu Kuswono
49
Multimedia Desk Editor: Nasru Alam Aziz
Community Desk Editor: Nugroho Fery Yudho
Editorial Production: Manager
Language Editing Superintendent: Nur Adji
Graphic Design Superintendent: Antonius Agung Priyanto
Multimedia Graphic Design Spt: Pandu Lazuardy Patriari.
Devisi redaksi: bertanggung jawab untuk merencanakan, mengisi konten,
alokasi sumber daya, pelaksanaan dan pengendalian atas kegiatan produksi
redaksional cetak dan digital sesuai kebijakan dan sasaran yang telah
ditetapkan pemimpin Redaksi sesuai bidang/ desk.
Departemen Produksi Redaksi: Bertanggung jawab untuk melakukan
kegiatan penyuntingan meliputi bahasa, grafis (desain grafis, ilustrator, lay
out) maupun foto yang ditampilkan dapat mendukung tulisan/berita,
memenuhi standar kualitas dan tenggat waktu yang ditetapkan.
50
50
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan hasil temuan data dalam
menganalisis pemberitaan Teror Bom Paris Perancis 13-14 November 2015 dalam
media cetak Harian Kompas. Pemberitaan yang di angkat oleh penulis berasal dari
dua judul yang berbeda yaitu “Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa”
dan “Hal yang Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan” Edisi 22 November 2015
Harian Kompas. Dalam menganalisis pemberitaan ini penulis menggunakan
metode analisis wacana Teun Van Dijk. Analisis wacana tersebut mengacu pada
proses penelitian dalam tiga aspek yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
A. Analisis Berita I “Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa” Edisi
22 November 2015
a. Tematik
Tema yang terkandung pada pemberitaan Harian Kompas berdasarkan
gambaran umum menjelaskan kota Molenbeek tempat bertumbuhnya
kelompok NIIS. Paragraf ini sudah menjelaskan inti dari keseluruhan
pemberitaan. Gambaran inti dari berita ini terdapat dalam paragraf Lead:
“Dalam sepekan ini, dunia dikejutkan serangan teror di tujuh
tempat di Paris, Perancis, 13 November lalu, yang
menyebabkan sedikitnya 129 orang tewas. Hal yang lebih
mengejutkan, para pelaku datang dari negara kecil yang
damai, Belgia. Negara ini ternyata lahan subur Negara Islam
Irak dan Suriah”1
1Pascal S Bin Saju, Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa” (Harian Kompas, 22 November
2015), hal 5
51
Penulis menentukan tematik pada lead karena pada dasarnya dalam
struktur berita umumnya bagian yang terdapat dalam lead adalah rangkuman
dari berita. Dalam susunan berita terdapat struktur yang disebut piramida
terbalik. Karena berbentuk piramida terbalik maka bagian terpenting dari
bangunan ini berada paliang atas. paragraf awal berisikan berita penting untuk
menarik perhatian pembaca.2 Pada paragraf ini harian kompas telah memenuhi
syarat berita karena menempatkan inti berita pada bagian paling awal paragraf,
selain itu isi dari lead pemberitaan ini sendiri telah memenuhi syarat inti berita,
seperti adanya inti berita, lengkap, padat dan singkat, bahasanyapun mudah
dipahami dan menarik untuk dibaca serta mengandung unsur sebab akibat.
b. Skematik
Ketika membuat sebuah berita biasanya wartawan memberikan
penjelasan dari inti berita yang terdapat pada paragraf berikutnya. Dalam hal
ini pembuat berita sangat menentukan alur yang ingin disampaikan. Alur dari
skema ini mempunyai bentuk beragam, dalam berita umumnya terbagi
menjadi dua skema yakni, summary yang mempunyai pengertian sama dengan
lead yaitu inti dari suatu berita yang ingin disampaikan, dan kedua adalah
story yang menjelaskan isi berita secara keseluruhan.3Summary dalam judul
“Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa” Edisi 22 November 2015,
terdapat pada paragraf lead:
2Drs. A. M. Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar jurnalistik,( IISIP JAKARTA: yayasan Kampus
Tercinta, 2003), hal. 75
3Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:LkiS, 2001), hal.
232.
52
“Dalam sepekan ini, dunia dikejutkan serangan teror di
tujuh tempat di Paris, Perancis, 13 November lalu, yang
menyebabkan sedikitnya 129 orang tewas. Hal yang lebih
mengejutkan, para pelaku datang dari negara kecil yang
damai, Belgia. Negara ini ternyata lahan subur Negara
Islam Irak dan Suriah”4
Seperti sebelumnya bagian ini menunjukan bagian penting yang ingin
disampaikan harian kompas kepada pembaca. Peristiwa yang mempunyai inti
berita ini dilanjutkan dengan latar untuk mendukung pemberitaan yang akan
disampaikan kepada khalayak. Dan pemberitaan yang mendukung ini dalam
analisis Van Dijk disebut Story. Pengertian story yaitu menjelaskan proses
terjadinya peristiwa, story dalam berita ini muncul pada paragraf 4, 5, 6 yang
menjelaskan terjadinya penyerangan yang terbagi dalam tiga kelompok untuk
menyerang beberapa titik di Eropa sesuai kewarganegaraannya.
“Tim pertama, tiga orang menyerang stadion nasional
Perancis, Stade de France. Mereka adalah Bilal Hadfi, warga
Perancis yang menetap di Belgia; Ahmad al- Mohammad,
pemegang paspor Suriah kelahiran Idlib (Suriah), serta
seorang lagi yang belum diketahui identitasnya”. (paragraf
4).
“serangan lain menyasar gedung pertunjukan Bataclan, yang
dilakukan tiga orang. Mereka adalah Omar Ismail Mostefai,
warga Perancis yang menetap di Chartres, 90 km di barat
daya Paris; Samy Amimour, warga Perancis; dan satu lagi
belum diketahui identitasnya. Mostefai pernah berhubungan
dengan imam radikal Molenbeek”.(paragraf 5).
“Lokasi ketiga yang menjadi target serangan adalah
beberapa bar dan restoran. Dua bersaudara, yakni Brahim
Abdeslam, yang tewas meledakan dirinya di Kafe Le
Comptoir Voltaire, dan Salah Abdeslam, menjadi pelakunya.
4Pascal S Bin Saju, Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa” (Harian Kompas, 22 November
2015), hal 5
53
Keduanya warga Perancis yang menetap di
Belgia”.(paragraf 6)5
Paragraf-paragraf ini menjelaskan proses terjadinya serangan yang
dilakukan kelompok NIIS yang menjadi latar peristiwa yang terjadi di kota
Paris. Dan bagian yang mendukung isi dari berita lainnya adalah sebuah
komentar pihak yang terlibat atau ahli atau pejabat terkait masalah yang
menjelaskan banyaknya pendatang yang mayoritas muslim tinggal di
Molenbeek dan NIIS.
“New York Times (Senin, 16/11/) menyebutkan, Molenbeek
dikaitkan dengan empat serangan teror dalam dua tahun
terakhir, termasuk serangan terburuk pada 13 November lalu di
Paris”(paragraf 10)
“Harian The Independent (Selasa, 17/11) melaporkan,
mayoritas warga Molenbeek adalah pendatang dan muslim.
Mereka umumnya berasal dari Turki dan Maroko, seperti
Abaaound. Sebagian kecil lainnya berasal dari beberapa negara
Asia dan Afrika. Menurut www.citypopulation.de, wilayah ini
dihuni 95.576 jiwa”(paragraf 11)
Pada paragraf 10 terdapat kalimat yang memberi makna seakan paris
dalam dua tahun terakhir selalu menerima serangan oleh NIIS padahal
kenyataannya tidak. Molenbeek dikaitkan dengan serangan teror dalam dua
taun terakhir. Dan kalimat rancu selanjutnya adalah termasuk serangan
terburuk pada 13 November lalu di Paris. Termasuk serangan terburuk dapat
memberikan makna untuk memperkuat atau meyakinkan khalayak yang
memang dalam dua tahun terakhir sudah ada teror-teror sebelumnya di Paris.
Dilanjut ke paragraf 11. Uraian dalam berita seperti wajar-wajar saja,
tetapi jika diamati lebih dalam kalimat mayoritas warga Molenbeek adalah
5Pascal S Bin Saju, Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa” (Harian Kompas, 22 November
2015), hal. 5
54
pendatang dan muslim.Mereka umumnya berasal dari Turki dan Maroko,
seperti Abaaound. Dalam kalimat ini terjadi kerancuan karena kalimat
pendatang dan muslim yang di sama kan seperti Abaaund. Yang membuat
rancu adalah Abaaund adalah salah satu pelaku teror dari kelompok NIIS.
kalimat yang seperti itu akan membuat kebingungan, apakah benar muslim
disini sama seperti Abaaund yang termasuk dalam kelompok NIIS.
Padahal dalam pasal 4 tentang pertanggung jawaban kode etik
jurnalistik disebutkan: wartawan Indonesia tidak menerima imbalan untuk
menyiarkan atau tidak menyiarkan berita, tulisan atau gambar yang
menguntungkan atau merugikan seseorang atau suatu pihak.6 Perlu diketahui
bahwa tugas wartawan bukanlah untuk menimbulkan kerugian atau keuntungan
bagi seseorang atau suatu kelompok, jadi dalam menyiarkan berita harus sesuai
fakta yang sebenarnya yang bermanfaat bagi kepentingan umum.
Sedangkan bagian penutup dari berita ini memasukan pendapat tokoh
yang dikutip dari kantor berita lainnya.
“Menurut Komisaris Keadilan Uni Eropa Vera Jourova seperti
dirilis BBC, ada 5.000 warga hingga 6.000 warga Eropa yang
bergabung dengan NIIS. Sebanyak 1.450 orang diantaranya
warga Prancis dan daerah miskin” (paragraf 17)7
jumlah warga Eropa yang semakin banyak bergabung dengan kelompok
NIIS dan sebagian berasal dari daerah miskin. Ini menunjukan bahwa menurut
Harian Kompas banyaknya warga yang bergabung dengan NIIS diakibatkan
6A. M. Hoeta Soehoet, Etika dan Kode Etik Komunikasi (IISIP Jakarta: Yayasan Kmpus
Tercinta, 2002), hal. 22
7Pascal S Bin Saju, Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa” (Harian Kompas, 22 November
2015), hal 5
55
karena faktor ekonomi, dan jumlah angka-angka yang terdapat dalam paragraf
ini membantu untuk memperkuat pemberitaan untuk diyakini khalayak.
c. Semantik
Semantik adalah bagian struktur wacana mikro, disini kita dapat
membedah lebih dalam lagi maksud dan tujuan teks dibuat, latar, detil,
maksud, dan praanggapan dalah bagian dari semantik. Pertama kita membahas
latar:
a. Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik
(arti) yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan kearah mana
pandangan khalayak hendak dibawa. Latar dalam pemberitaan ini terdapat
dalam paragraf 13, 14
“Di molenbeek, terdapat dua distrik, yakni distrik didaerah
rendah dan tinggi distrik yang berada didataran rendah
dihuni kelas pekerja. Mereka umumnya masyarakat migran
keturunan Turki dan Maroko generasi kedua dan ketiga.
Adapun distrik yang berada di daerah yang lebih tinggi
dihuni keluarga Belgia Modern dan Maju.”
“Disparitas tersebut memicu kecemburuan sosial tinggi.
Selain disparitas ekonomi, intervensi militer Berat
menyerang NIIS menjadi pemicu aksi teror yang dilakukan
sel NIIS dari molenbeek.”
Latar yang ingin ditampilkan wartawan pada pemberitaan ini adalah
pemicu kejadian tersebut dilatar belakangi adanya kecemburuan sosial,
padahal jika dilihat dari sejarahnya keadaan tersebut memang sengaja
dilakukang oleh pemerintah Eropa pada warga Turki atau warga yang
memeluk agama Islam. Sentimen terhadap islam ini kemudian
56
dimanfaatkan oleh kelompok sayap kanan koservatif untuk menciptakan
pemikiran yang buruk terhadap orang-orang Islam, ini tidak terlepas dari
beberpa partai politik yang ada disana.
Seperti Barisan Nasional Perancis (French Nasional Front), Partai
Nasional Inggris (British National Party) dan partai lainnya. Sementara
masyarakat Eropa berada dalam kondisi kecurigaan yang begitu tinggi
terhadap komunitas muslim dan budayanya. Uni Eropa Juga harus
menangani permasalahan keanggotaan Turki dimana mayoritas
penduduknya beragama Islam. Dalam suasana seperti iniaspirasi Republik
Turki untuk melamar keanggotaan penuhi Uni Eropa menjadi isu sangat
diperdebatkan, terpolarisasi, sensitif, sekaligus kontroversional.8
b. Detil
“Harian The Independent (Selasa, 17/11) melaporkan, mayoritas
warga Molenbeek adalah pendatang dan muslim. Mereka umumnya
berasal dari Turki dan Maroko, seperti Abaaound. Sebagian kecil
lainnya berasal dari beberapa negara Asia dan Afrika. Menurut
www.citypopulation.de, wilayah ini dihuni 95.576 jiwa”. (paragraf
11)
Pertumbuhan penduduk di Moleenbeek terbilang pesat, yakni 24,5
persen dalam satu dekade terakhir (www.lavenir.net). Tingkat
kepadatan penduduknya sangat tinggi sehingga kemudian muncul
pusat pertumbuhan lain disekitarnya, yakni Jette atau Berchem-
Sainte-Agathe.” (Paragraf 12)9
Detil yang di perlihatkan pada paragraf 11 yang mengutip dari
Harian The Independent yang memberitakan bahwa mayoritas warga
8Muhammad Qobidl’Ainul Arif, Politik Islamophobia Eropa: Menguak Eksistensi
Sentimen Anti-Islam dalam Isu Keanggotaan Turki, (Yogyakarta: Deepublish 2014), hal 3 9Pascal S Bin Saju, Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa” (Harian Kompas, 22 November
2015), hal 5
57
molenbeek adalah pendatang dan muslim, jika dilihat dari kalimat ini ingin
mengkonstruk terlebih dulu tentang keberadaan penduduk muslim. Detil
selanjutnya, disebutkan mereka pada umumnya berasal dari Turki dan
Maroko, seperti Abaaund, kalimat ini ingin menamkan pemikiran bahwa
muslim sama dengan Abaaund dengan memperkuat penjelasan kalimat
sebelumnya. Dalam pemberitaan ini tidak ada yang menjelaskan bahwa
Abaaund adalah pendatang atau yang menjelaskan berasalnyaAbaaund
dari mana. Dalam pemberitaan ini yang ada hanyalah informasi tentang
Abaaund terduga dalang utama serangan. Jadi jelas bahwa disini kalimat
yang ada hanya ingin membuat khalayak berfikir bahwa muslim sama
dengan Abaaund. Detil terakhir dalam paragraf yang sama yaitu
www.citypopulation.de, wilayah ini dihuni 95.576 jiwa, angka-angka ini
jumlahnya besar secara tidak langsung kalo disambungkan dengan kalimat
sebelumnya ini akan makin meyakinkan kebenaran, tentang penghuni
Molenbeek dengan mayoritas penduduk dan muslim memang banyak dan
muslim disni adalah muslim ekstrim seperti ini Abaaund.Pemberitaan
secara langsung akan menguntungkan pihak pembuat berita.
c. Maksud
“Di Molenbeek terdapat dua distrik, yakni distrik di
daerah rendah dan tinggi. Distrik yang berada di dataran
rendah dihuni kelas pekerja,mereka umumnya masyarakat
migran keturunan Turki, Maroko, generasi kedua dan
ketiga. Adapun distrik yang berada di daerah yang lebih
tinggi di huni keluarga Belgia mpdern dan maju”10
10
Pascal S Bin Saju, Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa” (Harian Kompas, 22 November
2015), hal 5
58
Menurut penulis dalam paragraf ini sangat terlihat sekali bahwa ini adalah
fakta yang ada di benua Eropa yang harian kompas pilih sebagai informasi
penting yang berhubungan dengan keberadaan warga muslim disana. Bila
disambungkan dengan paragraf sebelumnya imigran yang selalu
disebutkan adalah yang berasal dari negara Turki dan Maroko dimana ini
adalah negara yang memang dalam sejarahnya sudah disentimenkan oleh
Eropa. Harian kompas ingin menyampaikan secara jelas dan terbuka
bahwa inilah kenyataan yang ada di Eropa, bahwa kesenjangan Ekonomi
dan keterbatasan sosial terhadap muslim memang ada. dilanjutkan
pemberitaan implisit, imlisit yang dipilih dalam pemberitaan ini yakni
pemberitaan yang paling sedikit, yang berhubungan dengan alasan
mengapa bisa ada terjadi teror yanitu terdapat pada paragraraf 14:
“Disparitas tersebut memicu kecemburuan sosial tinggi.
Selain disparitas ekonomi, intervensi militer Barat
menyerang NIIS menjadi pemicu aksi teror yang dilakukan
sel NIIS dari Molenbeek”.11
Dalam baris pertama disebutkan pemicu terjadinya teror diakibatkan
adanya perbedaan kelas sosial, dan kalimat selanjutnya dituliskan bahwa
intervensi militer Barat menyerang NIIS menjadi pemicu aksi teror yang
dilakukan NIIS, dikalimat ini menjelaskan secara singkat alasan NIIS
melakukan teror.
11
Pascal S Bin Saju, Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa” (Harian Kompas, 22 November
2015), hal 5
59
d. Pra-anggapan
“Kasus penyerangan di paris yang dilakuakan sembilan
orang menunjukan semakin kuatnya jaringan milisi NIIS
Belgia – Perancis”12
Paragraf ini menunjukan fakta yang belum terbukti kebenarannya,
tetapi dijadikan dasar untuk mendukung gagasan tertentu. sembilan orang
menunjukan semakin kuatnya jaringan milisi NIIS anggapan ini belum
cukup membuktikan kebenarannya.Menurut penulis dengan aksi teror
yang dilakukan sembilan orang teroris belum bisa dikatakan semakin
kuatnya jaringan milisi NIIS. bagaimana bisa dikatakan memperkuat
jaringan kelompok hanya karena aksi yang dilakukan sembilan orang.
d. Sintaksis
a. Koherensi
“Pertumbuhan penduduk di Molenbeek terbilang pesat, yakni
24,5 persen dalam satu dekade terakhir (www.lavenir.net).
Tingkat kepadatan penduduknya sangan tinggi sehingga
kemudian muncul pusat pertumbuhan lain di sekitarnya,
yakni Jatte atau Berchem-Sainte-Agathe”.13
Koherensi pada paragraf ini terdapat pada kalimat tingkat kepadatan
penduduknya sangat tinggi sehingga kemudian muncul pusat pertumbuhan
lain disekitarnya. Dari kalimat tingkat penduduknya sangat tinggi di bantu
dengan kalimat “sehingga”, “kemudian” maka pembaca akan melihat hal ini
memang saling berhubungan.
12
Pascal S Bin Saju, Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa” (Harian Kompas, 22 November
2015), hal 5
13Pascal S Bin Saju, Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa” (Harian Kompas, 22 November
2015), hal 5
60
b. Kata Ganti
Kata ganti adalah alat yag digunakan wartawan untuk menjelaskan
posisi seseorang dalam sebuah teks. dalam mewakili sikapnya seseorang
dapat menggunakan kata ganti untuk menggambarkan bahwa sikapnya
tersebut merupakan sikap dari sikomunikator. Berbagai kata ganti yang ada
digunakan secara strategis menyesuaikan dengan kondisi yang ada.14
Berbagai kata ganti yang ada digunakan secara strategis menyesuaikan
dengan kondisi yang ada. kata ganti yang terdapat dalam berita ini terdapat
pada kalimat “Harian The Independent (Selasa, 17/11) melaporkan,
mayoritas warga Molenbeek adalah pendatang dan muslim. Mereka
umumnya berasal dari Turki dan Maroko, seperti Abaaound. Kata ganti
yaitu “mereka” dan kata ganti lainnya adalah kalimat Sebagian kecil
lainnya berasal dari beberapa negara Asia dan Afrika. Menurut
www.citypopulation.de, wilayah ini dihuni 95.576 jiwa.. kata sebagian kecil
lainnya menunjuk pada pendatang dan muslim.
e. Stilistik (Leksikon)
Leksikon ini merupakan elemen bagaimana seorang wartawa
melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia.
Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta.
Pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya kebetulan, tetapi juga secara
14
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:LkiS, 2001),
hal. 254
61
ideologis menunjukan bagaimana pemakaian pemaknaan seseorang
terhadap fakta/ realitas.15
Dalam berita ini terdapat pada kalimat lahan subur bagi
bersemainya benih, terdapat pada paragraf 8 “Para pelaku serangan di
Paris memiliki kaitan dengan Molenbeek. Pertanyaannya sekarang adalah
bagaimana wilayah itu bisa menjadi lahan subur bagi bersemainya benih
milisi NIIS?”. Bersemainya adalah kata kiasan yang memiliki arti
bertumbuh dan berakar dalam hal ini akan menjadikan kota molenbeek
adalah tempat dimana NIIS lahir dan bertambah banyak. Selanjutnya
paragraf 9 yang terdapat pada kalimat. Belakangan, kota itu menjadi
dikenal sebagaisurga para ekstrimis, yakni puluhan kaum muda yang
diduga kuat terlibat jhat di Suriah kalimat surga dalam pengertian di dunia
adalah kenikmatan, atau kesenangan bisa juga kebahagiaan yang diperoleh
selama masih hidup.16
Pemilihan kata lainnya yang dibuat harian kompas dalam
pemberitaan ini adalah daerah miskin yang berada pada paragraf “Menurut
Komisaris Keadilan Uni Eropa Vera Jourova seperti dirilis BBC, ada 5.000
warga hingga 6.000 warga Eropa yang bergabung dengan NIIS. Sebanyak
1.450 orang diantaranya warga Perancis dan daerah miskin” (paragraf 17)
untuk mengganti kalimat lain yang lebih halus bisa menggunakan kata
15
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:LkiS, 2001),
hal. 254
16http://kbbi.web.id diakses pada tanggal 20 juni 2018
62
daerah rendah tetapi disini sangat memperlihatkan sekali bahwa memang
ada perbedaan.
f. Retoris
1) Grafis
Grafis ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang dikenakan
atau di tonjolkan yang berarti dianggap penting yang dapat diamati dari
teks. dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan
yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Seperti pemakaian huruf tebal,
huruf miring, pemakaian garis bawah, dan hurug yang digunakan memakai
ukuran yang lebih besar. Seperti dalam caption, raster, grafik, gambar, tabel
untuk mendukung sebuah pesan.17
Unsur grafis yang muncul dalam pemberitaan Harian Kompas ini
diantaranya melalui foto yang menggambarkan ada seorang wanita
memakai hijab jalan di daerah yang bertuliskan molenbeek dengan simbol
perdamaian yang secara langsung menjelaskan memang di kota molenbeek
adalah tempat banyaknya mayoritas umat muslim. Kenapa di pilih
perempuan karena wanita muslim akan memakai hijab yang kebanyakan
orang ketahui bahwa hijab adalah simbol dari wanita muslim. Sedangkan
judul yang ditulis memakai huruf lebih besar unuk menarik perhatian dan
minat karena isu ini sedang hangat-hangatnya.
17
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:LkiS, 2001),
hal. 257
63
2) Metafora
Metafora adalah bentuk pengungkapan pesan melalui kiasan atau
ungkapan suatu teks, yang digunakan untuk memperkuat pesan utama.18
Kiasan disini yakni kata bersemainya, arti dari bersemainya termasuk jenis
kiasan. Terdapat pada paragraf 8 “Para pelaku serangan di Paris memiliki
kaitan dengan Molenbeek. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana
wilayah itu bisa menjadi lahan subur bagi bersemainya benih milisi NIIS?”.
yang memberikan arti bertumbuhnya berakarnya kelompok NIIS.
B.Analisis Berita II “Hal yang Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan” Edisi 22
November 2015.
1. Tematik
Tema menjelaskan seluruh gambaran yang penting yang
disampaikan oleh wartawan atau media. Tema yang terkandung pada
pemberitaan kedua di rubrik yang sama Harian Kompas berdasarkan
gambaran umum atau inti dari keseluruhan isi teks dengan judul “Hal yang
Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan” menjelaskan keturunan dari kaum
muslim dan kaum imigran yang lebih agamis dan menjaga nilai budaya
ketimbang orang tuanya. Gambaran inti dari berita bisa kitalihat pada
lead:
“Generasi kedua dan ketiga dari kaum imigran Muslim
lebih agamis dan konservatif ketimbang orang tua mereka.
18
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:LkiS, 2001),
hal. 259
64
Penulis menentukan tematik pada lead karena pada dasarnya dalam
struktur berita umumnya bagian yang terdapat dalam lead adalah
rangkuman dari berita. dalam susunan berita terdapat struktur yang disebut
piramida terbalik. Karena berbentuk piramida terbalik maka bagian
terpenting dari bangunan ini berada paliang atas.19
Harian Kompas
mengangkat tema sepeti ini karena umat muslim sedang menjadi sorotan di
benua Eropa akibat terir yang dilakukan NIIS dan pertumbuhan muslim
semakin meningkat sehingga menurut media cetak Harian Kompas,
pemberitaan ini menarik untuk di bahas, selain itu juga dapat memberikan
informasi yang berbeda dengan media lainnya. Sesuai dengengan
penjelasan redaktur harian kompas dalam wawancara.
2. Skematik
Dalam hal ini pembuat berita sangat menentukan alur yang ingin
disampaikan. Alur dari skema ini mempunyai bentuk beragam, dalam
berita umumnya terbagi menjadi dua skema yakni, summary yang
mempunyai pengertian sama dengan lead yaitu inti dari suatu berita yang
ingin disampaikan, dan kedua adalah story yang menjelaskan isi berita
secara keseluruhan.20
Summary dalam judul “Hal yang Ditakuti Kini
Menjadi Kenyataan” terdapat pada lead:
19
Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar jurnalistik,( IISIP JAKARTA: yayasan Kampus Tercinta,
2003), hal. 75
20
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:LkiS, 2001),
hal. 232.
65
“Generasi kedua dan ketiga dari kaum imigran Muslim
lebih agamis dan Konservatif ketimbang orangtua
mereka”.21
Pada bagian lead diatas informasi yang ingin disampaikan adalah
stelah orang tua yang beragamakan muslim anak dan penerus selanjutnya
dicurigai lebih agamis dan konservatif, pengertian agamis mempunyai
makna, orang yang taat menjalankan agama yang dipeluknya dengan
penuh keimananan. konservatif memberikan makna bahwa muslim yang
sangat benar-benar menjalankan agamanya dengan kebudayaan yang kolot.
Karena pengertian konservatif dalam kamus besar bahasa indonesia adalah
bersikap; mempertahankan keadaan, kebiasaan, tradisi. Kalimat agamis
dan koservatif ini akan menarik khalayak untuk membaca lebih banyak
tentang berita yang disajikan ini. Seperti pengertian semantik sendiri yaitu
strategi wartawan yang mempunyai tujuan dalam membuat teks. Peristiwa
yang mempunyai inti berita ini dilanjutkan dengan latar untuk mendukung
pemberitaan yang akan disampaikan kepada khalayak. Dan pemberitaan
yang mendukung ini dalam analisis Van Dijk disebut Story. Pengertian
story yaitu menjelaskan proses terjadinya peristiwa. Kemudian adanya
komentar yang ditampilkan dalam teks yang diutarakan oleh pihak-pihak
terkait dalam peristiwa tersebut. Penjelasan yang mendukung pemberitaan
ini terdapat pada paragraf 1, 5, dan 12:
“Komunitas Muslim di Eropa kembali menjadi sorotan
setelah kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah
21
Usthafa Abd Raman“Hal yang Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan” (Harian Kompas, 22 November
2015), hal. 5
66
menyatakan bertanggung jawab atas serangkaian
serangan di Paris, Prancis,13 November lalu. Serangan
yang menewaskan sedikitnya 129 orang itu mendapat
kecaman dari masyarakat internasional”. (paragraf 1)22
“Peneliti dari Inggria, Christopher
Caldwell,mengungkapkan sebanyak 57 persen bayi
Muslim yang lahir dari Brussel, Belgia, tahun 2006
menggunakan nama Arab, seperti Muhammad, Adam,
Mahdi, dan Hamzah” (paragraf 5)23
“seorang analis Kanada, Mark Stone, menyatakan
Eropa lambat laun kesulitan membendung gerakan
Islamisasi di benus itu pada abad ke-21. Penyebabnya
adalah faktor demokrasi, penghormatan hak asasi
manusia, serta penghormatan keyakinan orang lain”.
(paragraf 12)24
Paragraf-paragraf ini menjelas bahwa komunitas muslim saat ini
sedang menjadi sorotan akibat NIIS menyatakan bertanggung jawab atas
kejadian teror tersebut, setelah itu dilanjutkan dengan angka
bertumbuhnya bayi muslim. Data bertambahnya bayi muslim yang
memakai nama Arab membuat pertanyaan besar, apakah nama bayi
muslim yang memakai nama arab memang dari Suriah, Irak atau dari
Negara-negara yang ada di Arab. Hal ini membuat kerancuan karena pada
dasarnya orang Indonesiapun bisa menamai bayinya dengan nama arab jika
mereka muslim, kesimpulannya harian kompas telah menyangkut pautkan
muslim dengan NIIS. untuk memperkuat wacana ini harian kompas
menambahkan sumber berita dari analis kanada yang menyatakan bahwa
22
Usthafa Abd Raman “Hal yang Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan” (Harian Kompas, 22
November 2015), hal. 5 23
Usthafa Abd Raman “Hal yang Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan” (Harian Kompas, 22
November 2015), hal. 5 24
Usthafa Abd Raman “Hal yang Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan” (Harian Kompas, 22
November 2015), hal. 5
67
Eropa kesulitan membendung gerakan Islami sasi di benua tersebut. Hal
yang rancu disini adalah kalimat gerakan Islamisasi. Gerakan Islamisasi
disini diperuntukan untuk siapa. Kalau melihat dari paragraf-paragraf yang
sebelumnya pemberitaan ini hanya menceritakan pertumbuhan umat
muslim bukan NIIS.
Sedangkan bagian penutup dari berita ini tentang ketakutan akan
makin bertambahnya umat muslim dibenua Eropa, karena menurut berita
yang dipaparkan banyak warga Eropa Muslim bergabung dengan
simpatisan NIIS. Dan dijelaskan lagi bahwa warga Eropa takut dengan
kelahiran umat muslim dikarenakan mereka melihat serangkaian fenomena
yang berturut-turut menyerang kawasan benua Eropa. ini menjadi sorotan
penulis karena sebuah berita yang dikeluarkan pasti mempunyai maksud
dan tujuannya sendiri. Dan dalam pengambilan sumber-sumber
beritanyapun bukan tanpa sengaja. Dilanjutkan dengan serangkaian berita
yang penulis pilih sebagai penutup sebuah skematik yaitu:
“Akan tetapi, hal yang sangat ditakutkan Eropa justru kini
menjadi kenyataan, yakni banyak warga Eropa Muslim
bergabung atau menjadi simpatisan NIIS. Kenyataan ini
terwujud dalam bentuk serangkaian serangan mematikan
di Paris, 13 Novemver lalu, dan serangan ke kantor
majalah Charlie Hebdo Januari silam, dan berbagai
serangkaian lainnya di Eropa”. (paragraf 14)25
Paragraf ini memberikan makna tentang Islamophobia, karena
pengertian Islamophobia adalah ketakutan yang berlebihan terhadap umat
muslim. Terlihat dalam kalimat hal yang sangat ditakutkan Eropa justru
25
Usthafa Abd Raman“Hal yang Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan” (Harian Kompas, 22 November
2015), hal. 5
68
kini menjadi kenyataan.,disambung dengan kalimat yang menyatakan
seolah-olah warga Eropa Muslim bergabung dengan NIIS yang belum
benar kejelasannya, banyak warga Eropa Muslim bergabung ataumenjadi
simpatisan NIIS, alasannya hanya karena serangan teror mematikan
November 2015. Dalam hal ini media ingin mengkonstruk khalayak
dengan pemberitaannya. Contohnya seperti pembaca yang tidak kritis
terhadap pemberitaan ini akan langsung meyakini bahwa pemberitaan ini
benar adanya.
Seperti yang dikatakan Van Dijk, arti penting skemantik yaitu
strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan
dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu.26
3. Semantik
Semantik adalah bagian struktur wacana mikro, disini kita dapat
membedah lebih dalam lagi maksud dan tujuan teks dibuat, latar, detil,
maksud, dan praanggapan dalah bagian dari semantik. Pertama kita membahas
latar:
a. Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik
(arti) yang ingin ditampilkan. Latar dari pemberitaan “Hal yang Ditakuti Kini
Menjadi Kenyataan” ini muncul pada paragraf 10 yang membahas tentang hasil
kajian bahwa di negara Eropa bermunculan kelompok muslim ekslusif yang
26
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:LkiS, 2001),
hal. 234
69
menjaga nilai dan tradisi islam dan muncul kecemasan terjadinya Islamisasi di
benua Eropa.
“beberapa hasil kajian di Eropa pun menyebutkan, kini
bermunculan komunitas eksklusif warga muslim yang
konsisten menjaga nilai dan tradisi Islam di tengah
masyarakat Eropa. karena itu, sekarang muncul
kecemasan bahwa akan terjadi Islamisasi di benua Eropa,
menyusul terus bertambahnya imigran Muslim dan, dalam
waktu sama, terus terjadi penurunan jumlah warga asli
Eropa”
Latar yang dipilih menentukan kearah mana pandangan khalayak
hendak dibawa. Latar yang ingin di sampaikan harian kompas dengan
memasukan hasil kajian di Eropa ini, untuk penambahan informasi bahwa
terjadinya penurunan warga Eropa asli akibat banyaknya Imigran muslim yang
bertambah. Pemberitaan ini akan membuat khalayak perpandangan negatif
akibat kalimat-kalimat yang menyudutkan. Seperti bermunculan komunitas
ekslusif warga muslim yang menjaga nilai dan tradisi Islam di tengah
masyarakat Eropa. saat ini semua khalayak sedang fokus dengan pemberitaan
NIIS, dengan adanya kalimat bermunculan komunitas ekslusif warga muslim
kalimat ekslusif ini diperuntukan untuk NIIS atau muslim. Jika di peruntukan
untuk NIIS rasanya kurang tepat karena sejak awal paragraf pemberitaan ini
selalu membahas muslim, bukan NIIS. jadi jika klayak membaca ini bisa
disimpulkan bahwa khalayak akan tergiring untuk berpandangan negatif
tentang muslim. Selanjutnyakata tradisi Iskam, pada dasarnya Islam adalah
agama. Islam bukan budaya bukan juga tradisi. Ketika sebuah tradisi dan
budaya tidak bertentangan dengan agama, maka islam mengakui dan
melestarikannya. Allah SWT berfirman “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah
70
orang mengerjakan yang ma’ruf ( tradisi yang baik), serta berpalinglah dari
pada orang-orang yang bodoh.” Dalam Qur’an surah al-a’raf: 199
b. Detil
“tidak ada angka pasti tentang berapa jumlah warga migran Muslim
di Eropa saat ini. Ada yang menyebutkan, jumlah warga migran
muslim di Eropa 45 juta jiwa. Rinciannya antara lain 5-6 juta jiwa
muslim berada di Perancis, 4 juta warga muslim di Jerman, dan 2-3
Juta wargavmuslim tinggal di Inggris” (paragraf 2)
“Di Barcelona, Spanyol, sekitar 20 persen dari penduduknya adalah
Muslim. Di Stockholm Swedia, sekitar 20 persen pendududknya juga
menganut Islam”. (paragraf 3)
“adapun warga muslim di Amsterdam dan Rotterdam, Belanda,
mencapai 25 persen. diperkirakan, jumlah warga muslim di Eropa
salam 10 tahun mendatang bertambah 25 persen dari keseluruhan
penduduk Eropa”. (paragraf 4)
Paragraf-paragraf ini menjelaskan pertunbuhan Muslim yang ada di
Eropa. sangat jelas sekali detil-detil pemberitaan ini akan menguatkan
pemberitaan untuk khalayak. Dari hasil yang penulis dapat, harian kompas
ingin menyampaikan informasi yang berhubungan dengan NIIS, tetapi
dalam beritanya paragraf-paragraf ini hanya menjelaskan jumlah warga
migran muslim bukan angka pasti kelompok NIIS, tidak ada angka pasti
tentang berapa jumlah warga migran Muslim di Eropa saat ini. Setelah
memasukan ketidak pastian angka imigran Muslim, harian kompas
memasukan kembali angka-angka yang memperlihatkan jumlah penduduk
Muslim. Ketidak jelasan ini membuat ragu akan pemberitaannya, selain itu
jika khalayak menerima saja apa yang disampaikan media ini akan
berdampak buruk terhadap muslim. Pemberitaan media inilah yang
71
membuat Muslim Dunia lambat laun makin tersorot. Begitu pula dengan
khalayak Indonesia, walaupun mayoritas masyarakat Indonesia muslim
tetapi banyak juga yang beragama lain. Ini akan membuat pembenaran
terhadap isu sosial di masyarakat apabila media selalu menyangkut
pautkan NIIS dengan Islam.
c. Maksud
“Menurut beberapa hasil kajian di Eropa, dalam upaya
menjaga pertumbuhan penduduk Eropa, harus ada
kelahiran 2,1 persen dari setiap wanita Eropa. adapun
angka kelahiran saat ini hanya 1,5 persen.”(paragraf 7)
“Disisi lain, angka kelahiran dari wanita Muslim di Eropa
mencapai 2,5 hingga 3 persen. Diperkirakan, jumlah
penduduk Eropa akan menurun hingga menjadi hanya 275
juta jiwa pada 2075 jika gelombang imigran dari dunia
ketiga Eropa tidak berlanjut.”(parafraf 8)
Melihat kedua paragraf ini jika ditelaah lebih dalam, akan
menggiring pembaca untuk melihat bahwa bukti dari angka pertumbuhan
wanita Eropa memang Lebih sedikit ketimbang Wanita Muslim. angka
kelahiran dari wanita Muslim di Eropa mencapai 2,5 hingga 3 persen akan
membuat wanita Muslim termarjinalkan. Karena kalimat ini bisa
memberikan makana bahwa wanita Muslim perlu diwaspadai, karena
wanita adalah mahluk yang akan terus memproduksi keturunan. Implisit
terdapat pada paragraf paragraf 7 ini dikarenakan paragraf 7 adalah
paragraf yang tidak menguntugkan bagi pembuat berita apabila posisi
paragraf tidak dilanjutkan dengan paragraf 8. Dan kalimat eksplisitnya
terdapat pada paragraf 8, karena jika dibandingkan dengan paragraf 7
72
paragraf 8 lebih menguntungkan penulis berita yang memang ingin
membuat citra Islam buruk.
d. Pra-anggapan
“Kecemasan itu meningkat menjadi ketakutan terhadap
menjalarnya fenomena radikalisme di Timur Tengah dan
di Afrika ke komunitas Muslim di Eropa. potret
radikalisme yang sangat menakutkan Eropa itu
tergambar lewat Al Qaeda, NIIS, Front Al-Nusra, milisi
Al-Shabab di somalia, serta Boko Haram di Afrika.”
Paragraf ini menunjukan fakta yang belum terbukti kebenarannya, tetapi
dijadikan dasar untuk mendukung gagasan tertentu, kecemasan meningkat
akibat fenomena radikalisme ke komunitas Muslim di Eropa. Pertama,
dari keseluruhan paragraf pemberitaan ini hanya ini yang menyatakan
secara tidak langsung, jika tidak semua muslim itu NIIS, maka dari itu
warga Eropa cemas akan bergabungnya kelompok Muslim yang ada
disana dengan kelompok radikal. Kedua kalimat potret-potret ini sengaja
diadakan untuk memperkuat anggapan.
4. Sintaksis
a. Koherensi
“beberapa hasil kajian di Eropa pun menyebutkan, kini
bermunculan komunitas eksklusif warga muslim yang
konsisten menjaga nilai dan tradisi Islam di tengah
masyarakat Eropa. karena itu, sekarang muncul
kecemasan bahwa akan terjadi Islamisasi di benua Eropa,
menyusul terus bertambahnya imigran Muslim dan, dalam
waktu sama, terus terjadi penurunan jumlah warga asli
Eropa”
Koherensi pada paragraf ini yang menunjukan fakta berbeda
digabung menjadi seperti kalimat yang memang benar keberadaanya.
73
“beberapa hasil kajian di Eropa pun menyebutkan, kini bermunculan
komunitas eksklusif warga muslim yang konsisten menjaga nilai dan tradisi
Islam di tengah masyarakat Eropa. karena itu, sekarang muncul
kecemasan bahwa akan terjadi Islamisasi di benua Eropa, yang
membuatnya seakan-akan kalimat yang benar keberadaannya adalah
kalimat yang menghubungkan yaitu adanya kalimat karena itu. yang
membuat seolah memang ini faktanya.
b. Kata Ganti
Untuk membuat kata ganti terlihat seperti kalimat biasa tetapi
mempunyai makna, pembuat berita mengekspresikannya lewat sebuah
teks. Berbagai kata ganti yang ada digunakan secara strategis
menyesuaikan dengan kondisi yang ada.27
kata ganti yang terdapat dalam
berita ini terdapat pada kalimat imigran muslim lebih konservatif
ketimbang orang tua mereka atau generasi kaum pertama imigran. Kata
“mereka” adalah kata ganti untuk orang, menunjuk pada kaum muslim
generasi kedua dan ketiga, kalimat ini terdapat pada paragraf 11.
5. Stilistik (Leksikon)
Leksikon ini merupakan elemen bagaimana seorang wartawa
melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia.
Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta.
Pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya kebetulan, tetapi juga secara
27
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:LkiS, 2001),
hal. 254
74
ideologis menunjukan bagaimana pemakaian pemaknaan seseorang
terhadap fakta/ realitas.28
Dalam berita ini terdapat pada kalimat “beberapa hasil kajian
menyebutkan, kini bermunculan komunitas ekslusif warga Muslim yang
konsisten menjaga tradisi Islam di tengah Masyarakat Eropa. dan masih
pada paragraf yang sama “karena itu, sekarang muncul kecemasan bahwa
akan terjadi Islamisasi Benua Eropa.
6. Retoris
a. Grafis
Unsur grafis yang muncul dalam pemberitaan Harian Kompas ini
diantaranya melalui foto yang menggambarkan ada seorang wanita
memakai hijab jalan di daerah yang bertuliskan molenbeek dengan simbol
perdamaian yang secara langsung menjelaskan memang di kota molenbeek
adalah tempat banyaknya mayoritas umat muslim. Kenapa di pilih
perempuan karena wanita muslim akan memakai hijab yang kebanyakan
orang ketahui bahwa hijab adalah simbol dari wanita muslim. Sedangkan
judul yang ditulis memakai huruf lebih besar unuk menarik perhatian dan
minat karena isu ini sedang hangat-hangatnya.
b. Metafora
Metafora adalah bentuk pengungkapan pesan melalui kiasan atau
ungkapan suatu teks, yang digunakan untuk memperkuat pesan
28
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:LkiS, 2001),
hal. 255
75
utama.29
Kiasan disini yakni kata konservatif termasuk dalam jenis kiasan.
Apabila diartikan pengertian konserfatif adalah menjaga, memeihara,
dalam kamus besar bahasa Indonesia konservatif adalah bersikap
memprtahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi yang berlaku. Terdapat
pada paragraf 11
“Sebuah hasil jejak pendapatan yang digelar dikalangan
komunitas Muslim di Eropa menunjukan generasi baru
atau generasi kedua dan ketiga dari kaum imigran Muslim
lebih agamis dan konservatif ketimbang orang tua
mereka”
C. Analisis Kognisi Sosial.
Analisis Kognisi Sosial Pemberitaan “Milisi NIIS Molenbeek
Ancaman Nyata Eropa” dan “Hal yang Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan”
Edisi 22 November 2015 Harian Kompas.Dalam keragka wacana Van
Dijk analisis wacana tidak hanya terbatas pada teks, ketika memproduksi
suatu wacana kita juga diharuskan melihat bagaimana suatu teks itu bisa
diprosuksi, seperti pengertian dari kognisis sosial yaitu kesadaran mental
wartawan yang membentuk suatu wacana.30
Karena teks dalam berita merupakan hasil dari pemikiran
wartawan. Dalam membongkar suatu makna, pendapat ataupun ideologi
dari suatu teks perlu adanya analisis kognisi sosial dan konteks sosial.
Makna yang ada dalam suatu teks tidak datang dengan sendirinya, makna
yang ada memang sudah di konstruk oleh penulis. Selain itu makna suatu
29
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:LkiS, 2001),
hal. 259 30
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:LkiS, 2001),
hal. 260
76
teks bisa juga mengandung pendapat pribadi dan disertai dengan ideologi
dan sudut pandang wartawan atau penulis teks. oleh sebab itu wartawan
atau penulis teks sangatlah mempengaruhi sebuah berita karena berkaitan
dengan kesadaran sosial wartawan tersebut.
Menurut Van Dijk, produksi berita sangatlah berhubungan dengan
kognisi sosial, kunci untuk memahami produksi berita dengan cara
meneliti proses terbentuknya suatu teks.31
dalam melihat terbentuknya
suatu teks tidak hanya melihat bagaimana teks tersebut dibentuk,
memasukan informasi seperti wawancara, laporan, atau referensi yang ada
dalam berita juga dilihat. Hal ini juga menunjukan bagaimana peristiwa
ditafsirkan, disimpulkan, dan dimaknai oleh wartawan yang akan ditulis
wartawan dalam sebuah beritanya.
Melihat aksi yang dilakukan oleh kelompok NIIS wajar saja jika
seluruh media memberitakannya, karena NIIS adalah salah satu kelompok
ekstrimis yang sudah banyak melakukan aksi teror dan membuat
kecemasanpada warga dunia. Negara yang menjadi sasarannya kali ini
adalah Eropa yang dikenal dengan banyaknya negara maju. pemberitaan
yang di sampaikan Harian Kompas berbeda dengan pemberitaan-
pemberitaan media lain. Harian kompas mencoba menyampaikan
informasi lewat surat kabar dengan memberitakan lokasi dimana
kelompok NIIS tinggal dan bertumbuh. Seperti judul pertama “Milisi NIIS
Molenbeek Ancaman Nyata Eropa”
31
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:LkiS, 2001),
hal. 266
77
Terkait dengan judul pertama penulis mencoba menggali informasi
dengan melakukan wawancara. Tomy Trinugroho selaku Kepala desk
Internasional Harian Kompas dan memberi penjelasan terkait hal yang
melatar belakangi pemilihan isu pada headline Internasional tersebut.
“Karena ini dari sisi keterbacaan ini menarik, karena
orang pasti mencari tahu bagaimana apa yang dilakukan
oleh kelompok ekstrim ini ,jelas merupakan suatu
informasi yang menarik, yang pembaca ingin tahu lalu
yang kedua tulisan ini “Milisi Molenbeek ancaman nyata”
tulisan ini untuk menjelaskan sebenarnya mengapa sebuah
wilayah di Belgia di jantung Eropa bisa muncul orang-
orang atau kelompok seperti itu ada apa. Jadi sebenarnya
tulisan ini dirasa cukup menarik karena bisa menjelaskan
mengapa ada orang dari wilayah ini yang melakukan
kekerasan pada tanggal 13-14 November 201532
Dari pemilihan judul dan dari hasil wawancara memang harian kompas
sudah memenuhi kreteria penulisan fungsi dan syarat berita. judul yang
disusun dengan bahasa yang mudah dipahami, padat dan menarik. Sesuai
dengan misi yang dimiliki kompas yaitu berusaha menyebarkan informasi
seluas-luasnya dengan meningkatkan tiras. Kesimpulannya bahwa Harian
Kompas ingin menyampaikan berita yang berbeda dengan media lainnya
dalam membahas kasus ini, dan menurut Harian Kompas ini adalah
informasi penting yang manarik untuk diinformasikan karena berhubungan
dengan kota besar Paris dan dengan alasan tersebut mengapa kota besar
bisa sampai disinggahi oleh milisi NIIS. Dilanjutkan dengan tanggapan
mengenai peristiwa bom Paris yang dilakukan NIIS di Paris Eropa,
menurut peniliti ini penting karena disini kita bisa melihat pandangan yang
32
Wawancara Peneliti dengan wartawan Harian Kompas. Tomy Trinugroho pada 31 Mei
2018
78
mewakili Harian Kompas, dan masih ada hubungannya tentang
pemberitaan yang harian kompas terbitkan.
“Peristiwa tanggal itu menimbulkan ketakutan terutama
terhadap warga Paris secara umum dan membuat
masyarakat semakin sadar bahwa kelompok ekstrim yang
ada di Suriah dan Irak pada saat itu berbahaya dan dapat
dengan mudah diikuti oleh, ditiru oleh pengikutnya
ditempat yang lain.33
Dapat disimpulkan dari hasil wawancara disini dalam memandang
peristiwa teror bom yang menimpa Paris ini menimbulkan ketakutan dan
melihat bahwa adanya kelompok ekstrim dinegara mereka bisa menambah
pengikut kelompok ekstrim tersebut. Melihat dari sejarah yang ada di
Eropa sebelum terjadinya aksi teror masyarakat disana sudah sentimen
terhadap muslim, yang berakibat tumbuhnya islamophobia. Masyarakat
disana mempercayai bahwa islam adalah sebuah agama dan budaya yang
erat kaitannya dengan teror dan bentuk bentuk kekerasan lainnya.
Ditambah lagi dengan penjelasan dari wawancara dalam penentuan judul
“Hal yang Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan”
“judul ini sebenarnya lebih menggambarkan bahwa,
harus diakui bahwa,warga Eropa itu dengan kebuadayaan
yang seperti itu tentu merasa cemas ketika melihat ada
kelompok masyarakat dengan budaya yang berbeda
datang dengan jumlah yang besar. Jadi saya berbicara
budaya disini dengan arti yang sangat luas, saya juga
mengartikan agama juga bagian dari kebudayaan, agama
itu kan cara orang hidup, cara orang berpandangan,
sesuai dengan kebudayaan. Orang dengan kebudayaan
yang berbeda datang dengan jumlah yang berbeda
menimbulkan kecemasan, kemasan seperti ini juga bisa
terjadi dimana saja. Mengapa orang-orang itu cemas
33
Wawancara Peneliti dengan wartawan Harian Kompas. Tomy Trinugroho pada 31 Mei
2018
79
karena perbedaan kebudayaan,itu adalah hal yang wajar.
Orang Eropa itu cemas lalu kemudian kecemasan itu
meledak seolah-olah ya menjadi seperti nyata yang
munculnya dengan aksi teror itu,walaupun sebenarnya itu
bukan sesuatu perlu dicemaskan. Ini mau menceritakan
bagaimana secara psikologis warga eropa setelah aksi
pengeboman tersebut.34
Dalam hal ini narasumber menartikan agama secara luas,
menurutnya agama sama denga budaya, sedangkan secara pengetian
agama dan budaya berbeda. Agama dipahami sebagai suatu penghambaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mohammad Natsir mengatakan bahwa
agama sebagai problem of ultimate concert, yakni suatu keadaan yang
takdapat ditawar-tawar lagi dan merupakan keharusan.
Sedangkan budaya memiliki hubungan yang erat sekali dalam
suatu tanan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayan.
Dan agama dan budaya menurut kuntowijoyo (2013) adalah dua
hal yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Pertama agama
mempengaruhi kebudayaan dalam kebudayaan dalam pembentukannya,
nilai adalah agama, tetapi simbolnya adalah kebudayaan. Kedua, budaya
dapat mempengaruhi simbol agama, dan yang ketiga kebudayaan dapat
menggantikan sistem nilai dan simbol agama.
34
Wawancara Peneliti dengan wartawan Harian Kompas. Tomy Trinugroho pada 31 Mei
2018
80
Dari penjelasan ini terlihat narasumber menjawab perntanyaan-
pertanyaan yang di ajukan secara aman dan terlihat netral. Tetapi penulis
melihat sebaliknya, tidak ada kenetralan karena narasumber
menyamaratakan agama dan budaya, selanjutnya peneliti mengajukan
pertanyaan apakah dalam memrilis berita ini ada maksud menyindir
muslim dan sebagainya?
yang ngurusin ini dia Mustofa ini muslim. Sebenarnya begini loh
mbak kalo di Indonesia itu kan semua baik baik saja, kalo dibaca
dengan kaca mata Indonesia memang seperti ini, tapi kalo yang
baca itu yaa, saya pernah baca juga cerita tentang pengungsi
Suria sampai di Jerman itu kalo dicermat dia itu bingung mau
ikut masjid yang mana, dia tuh selalu dicocok dengan masjid
yang berbahasa Turki karna tidak ekstrim ya kotanya, tapi
problem nyabitu pakai bahasa Turki sedangkan Suria kan Arab
ya, tapi kalau dia masuk masjid yang bahasa Arab keras sekali,
mungkin orang Indonesia kalo baca sulit yaa, tapi saya bisa
paham, ekstrim itu luar biasa memang terutama, karna masjid
masjid yang berbahasa Arab itu rupanya didanai oleh kelompok
yang sangat keras, yang ekstrim itu tadi, dalam beberapa berita
kan dikutip yaa, misalnya wahabi yang dari arab waa sangat
ekstrim itu, sedangan yang Turki ya komunitas warga Turki
seperti yang lainnya, kalau yang ekstrim itu dibiayai dari yang
nan jauh disana lah. Artinya pengungsi Suriah itu memutuskan
ikut yang Turki karna walaupun ga ngerti bahasanya tapi yaa itu
masuk, jadi sebenernyabya itu suasana nya. Dulu ada problem di
Perancis, Perancis itukan organisasi keagamaan itu, negara
dilarang memberikan bantuan kepada organisasi agama, apapun
itu karna Perancis itu sekulernya yang sangat keras terhadap
agama, nah kemudian kita bicara agama organisasi agama
81
katolik di Eropa ya jelas sudah mapan kan, yang protestan juga
sudah lancar. Yang problem itu ya agama Islam, negara ..... yang
datang imigran kan miskin miskin ga punya uang, lalu mereka
bisa bangun masjid uang nya dari mana ya dari itu ternyata yang
ekstrim itu, orang perancis bingung mereka ga boleh masukin
uang tapi mereka tau harus nya pembangunan masjid ini harus
saya switch pembayaran nya, kan ada problem seperti itu, saya
ga tahu perkembangan Perancis akhirmya bagaimana, lalu
Jerman, kalo german boleh ngasih uang tapi ada aturan dulu,
jadi protestan, katolik, yahudi.
Penulis menganggap banyak terdapat opini dari penjelasan
narasumber mengenai islam di Eropa. Penulis menarik kesimpulan dalam
setiap media tidak ada media yang netral. Ketidak netralan tersebut
dikarenakan media memiliki kepentingan tersendiri. Dan kognisi sosial
narasumber memperlihatkan banyaknya jawaban yang bercampur opini
mengenai muslim di Eropa. mulai dari penyamarataan kebudayaan dan
agama, serta secara tidak langsung menyamaratakan islam dengan islam
ekstrim
D. Analisis Konteks Sosial
Konteks sosial adalah model analisis terakhir, yang ada dalam
metode Van Dijk. Konteks sosial menurut Van Dijk lebih melihat
bagaimana suatu isu di konstruk dan berkembang di masyarakat. Dalam
peristiwa yang menimpa Negara Eropa ini sangatlah sensitif dengan
budaya atau agama Islam. Karena pelaku aksi teror dilakukan oleh
kelompok ekstrim yang dikenal dengan NIIS atau ISIS. NIIS yang berasal
82
dari Irak Suriah dan mengatas namakan jihad dalam aksinya. Aksi yang
dilakukan NIIS ini sangat dikutuk oleh seluruh masyarakat dunia dan
khusunya Indonesia. Karena pada dasarnya Islam yang benar tidak pernah
mengajarkan kekerasan.
Sebelum adanya teror yang dilakukan NIIS di Eropa, keberadaan
umat muslim disana sudah didiskriminasi mulai dari ekonomi, politik dan
lain sebagainya, ini disebabkan oleh sejarah negara mereka yang melihat
islam dengan penuh rasa curiga dan ketakutan yang berujung kepada
munculnya Islamophobia. Sentimen terhadap islam ini kemudian
dimanfaatkan oleh kelompok sayap kanan koservatif untuk menciptakan
pemikiran yang buruk terhadap orang-orang Islam, ini tidak terlepas dari
beberpa partai politik yang ada disana. The European Monitoring Center
on Racism and Xenophobia (EUMC), sebuah LSM pemonitor Uni Eropa,
telah merilis sebuah laporan setebal 117 halaman berjudul “Summary
Report on Islamophobia in the EU after 11 September 2001” yang
memperkuat adanya indikasi Islamophobia Eropa.35
Melihat sejarahnya islam disini adalah pihak yang dirugikan, karena
islam atau muslim disamaratakan dengan kelompok ekstrimis. Dan orang-
orang yang berkepentingan di Eropa yang memiliki kekuasaan berhasil
mengonstruk khalaknya dengan citra Muslim terlihat buruk. Kelompok
minoritas umumnya ini tidak mendaptkan akses dalam konteks
35
Muhammad Qobidl’Ainul Arif, Politik IslamPhobia: Menguak Eksistensi Sentimen Anti-
Islam dalam Isu Keanggotaan Turki, (Yogyakarta: Deepublish 2014), hal 2
83
komunikasi, contohnya dalam media. Akibatnya mereka tidak mempunyai
kekuatan untuk mempengaruhi wacana yang berkembang.
Menurut Sara Mills, bentuk pemarjinalan pihak tertentu
yang dapat dilakukan surat kabar antara lain melalui
penekanan bagaimana aktor tertentu diposisikan didalam
teks. posisi tersebut dapat dipandang sebagai bentuk
pensubjekan seseorang atau kelompok. Satu pihak
mempunyai posisi sebagai penafsir sementara pihak lain
menjadi objek yang ditafsirkan.36
Dan dalam pemberitaan harian kompas pada judul yang kedua
dengan lead yang berbunyi “Generasikedua dan ketiga kaum imigran
Muslim lebih agamis dan Konservatif ketimbang orang tua mereka”, dan
di setiap paragrafnyalebih banyak menceritakan pertumbuhan muslim,
serta memasukan kutipan-kutipan dari kantor berita asing dan peneliti
untuk memperkuat informasi yang membuat khalayak bisa berfikir negatif
terhadap muslim di indonesia. Dalam Agama Indonesia tidak hanya
memiliki keyakinan Islam, banyak agama yang lain yang dianut. Dengan
pemberitaan seperti ini harian kompas secara langsung mengkonstruk
bahwa muslim identik dengan kekerasan, ini bisa berpengaruh kepada
masyarakat yang mempunyai kepercayaan lain. Pada penelitian konteks
sosial, peneliti melihat adanya pengaruh history masyarakat Eropa yang
membuat wartawan atau media harian menyampaikan keberpihakannya
melalui wacana tersebut.
36
Aris Badara, ANALISIS WACANA; Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana
Media, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 6
84
E. Hegemoni Media
Penulis mencoba memaparkan hasil temuan tentang hegemoni
media harian kompas yang terkandung dalam pemberitaan yang berjudul
“Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa” dan “Hal yang Ditakuti
Kini Menjadi Kenyataan. Sesuai dengan metode peneliti yang memakai
perspektif teori kritis dalam menguak makna dibalik teks. penulis
melakukan ukuran Hegemoni media mengunakan pandangan yang dibuat
oleh peneliti (Altheide, 1984) yang mengatakan jika anda memperhatikan
tulisan-tulisan mengenai hegemoni media, maka tulisan-tulisan itu
tampaknya memuat tiga asumsi yang bisa diuji dengan bukti: pertama,
sosialisasi jurnalis meliputi petunjuk, dan orientasi yang penuh dengan
ideologi yang dominan, kedua jurnalis cendering meliputi topik-topik dan
menyajikan laporan berita yang konservatif dan mendukung statatus quo.
Ketiga, jurnalis cenderung menyajikan liputan yan pro amerika dan liputan
luar negri yang negati, terutama negara-negara Dunia ketiga.37
fakta
pertama yang didapat dari pemberitaan ini adalah adanya
kecenderungangan membela atau pro terhadap negara Eropa, terlihat dari
sumber-sumber yang di pakai harian kompas, sumber-sumber ini
cenderung memaparkan negatif atas keberadaan Muslim. Kedua melihat
dari posisi media, posisi media cenderung memperlihatkan sumber-sumber
yang memarjinaklan Muslim dan terlihat cenderung setuju dengan
memasukan sumber-sumber dari negara Eropa.
37
Drs. Aris Badara, M. Hum, ANALISIS WACANA; Teori, Metode, dan Penerapannya
pada Wacana Media, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 6
85
Ketiga dilihat dari posisi wartawan dalam hasil wawancara dengan
harian kompas. Menurut Tomy selaku desk kepala Internasional harian
kompas, menanggapi pemberitaan ini beliau melihat kecemasan warga
eropa yang takut dengan kelompok muslim diakibatkan karena muncul
budaya baru yang menurut beliau budaya muslim tidak sama dengan
budaya Eropa, beliau mengartikan agama adalah budaya. Menurutnya
wajar saja jika harian kompas memberitakan angka pertumbuhan Muslim
di Eropa. dilihat dari segi apapun Islam bukanlah budaya. Dan ketidak
wajaran pemberitaan adalah banyaknya sumber di harian kompas yang
mempermasalahkan muslim. Bisa kita lihat di penjelasan sebelumnya
dalam menganalisis teks menggunakan metode Van Dijk. Dalam
pemberitaan Internasional ini dua wartawan yang menulis pemberitaan ini
adalah Pascal Bin Saju dan Musthafa Abd Rahman dari kairo, dalam
wawancara dengan Tomy menyebutkan kedua wartawan yang menulis ini
memeluk keyakinan islam.
Keempat hasil dari membedah teks penulis meyakini adanya
ideologi Hegemoni Media yang tercerminkan lewat pemberitaan ini. unsur
kepentingan sosial, ekonomi dan politik jelas terlihat dengan melihat
kajian sebelumnya. Wartawan dalam hal ini tidak objektif karena
wartawan adalah bagian dari struktur kelompok media yang mempunyai
kekuatan besar untuk mengkonstruk halayak lewat wacana atau teks.
terlihat dari bahasa yang menunjukan cenderung memarjinalkan kelompok
Muslim.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis data yang telah dikaji oleh peneliti pada bab-
bab sebelumnya, maka diakhir sebagai penutup ini peneliti dapat menarik
kesimpulan dari hasil pengamatan peneliti terhadap subjek dan objek
penelitian.
1. Dilihat dari segi teks, Islam disini memiliki citra buruk akibat
kelompok ekstrim NIIS yang melakukan teror bom paris
November 2105. Konstruksi media melihatkan citra buruk Muslim
di Eropa, ini terlihat pada paragraf yang menekankan tentang
pertumbuhan Muslim di Eropa, terdapat pada kalimat-kalimat yang
ditonjolkan. Sehingga pemberitaan ini cenderung memarjinalkan
warga Muslim, yang menjadi kecemasan warga Eropa akan
keberadaan Muslim disana yang membuat tertanamnya ideologi
Islamophobia.
2. Terdapat opini dari penjelasan narasumber mengenai islam di
Eropa. Penulis menarik kesimpulan dalam setiap media tidak ada
media yang netral. Ketidak netralan tersebut dikarenakan media
memiliki kepentingan tersendiri. Dan kognisi sosial narasumber
memperlihatkan banyaknya jawaban yang bercampur opini
mengenai muslim di Eropa. mulai dari penyamarataan kebudayaan
87
dan agama, serta dilihat dari Tanya jawab yang ada jawaban –
jawaban yang diberikan secara tidak langsung menyamaratakan
islam dengan islam ekstrim
3. Dilihat dari konteks sosial, NIIS menambah nama deretan
kelompok ekstrimis baru yang menjadi momok menakutkan bagi
sebagian besar negara di dunia. Aksi kekerasan yang dilakukan
NIIS kerap menjadi berita hangat di berbagai media massa. Tak
jarang beberapa media dan menilai berbagai teror diidentikan
dengan Islam. Ini membuat banyak kerugian bagi warga muslim
yang berada di dinia. Sampai saat ini masyarakat di benak
masyarakat NIIS dikenal dengan Kelompok radikal.
B. Saran
Islam merupakan agama yang tidak sama sekali mengajarkan
kekarasan, kebencian atau keburukan lainnya kepada umat, karena islam
agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam
semesta ini, manusia dan mahluk hidup lainnya. Sehingga dalam
menjalankan perintah Allah SWT haruslah mengikuti pedoman yang ada,
sehingga bisa bermanfaat untuk diri sendiri dan orang disekitarnya.
Kelompok radikal NIIS membuat warga negara di dunia cemas karena
aksi-aksinya yang tidak manusiawi dan bertentangan dengan ajaran agama
Islam walaupun tujuan mereka untuk mendirikan Negara Islam. Akibat
NIIS yang selalu membawa-bawa Islam disetiap aksinya dampak buruklah
88
yang di terima warga Muslim dunia. Muslim disama ratakan dengan
perilaku NIIS, padahal itu semua tidak benar.
Sebelum melihat atau menilai seseorang walaupun kita berbeda
keyakinan janganlah disama ratakan, karena perilaku Individu
ataupun kelompok berbeda-beda. Maka untuk memberikan
masukan kepada media ataupun khalayak di luar sana, sebelum
menilai perilaku manusia jangan lah disangkutpautkan dengan
keyakinan ataupun budayanya. Karena pada dasarnya setiap
manusia mempunya perilaku dan kepercayaan masing-masing.
Dan untuk mahasiswa ataupun pembaca diharapkan untuk lebih
cermat dan kritis dalam melihat dan menyikapi suatu berita yang
diberikan oleh media, sehingga tidak menciptakan aggapan negatif
terhadap isu yang sedang terjadi.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. dkk. 2009. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa
Rektama Media.
Arifin, E. Zainal. dkk. 2015. Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa
Indonesia. Tangerang: PT. Pustaka Mandiri.
Badana, Aris. 2012. Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya Pada
Wacana Media. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana.
Cangara, Hafied. 2011. Komunikasi Politik: Konsep Teori dan Strategi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Dewabrata. 2006. Kalimat Jurnalistik. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Djuroto, Totol. 2000. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Eriyanto. 2011. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:
LKiS Yogyakarta.
Herdanto, Heri. 1993. Mengenal Konsep Hegemoni Gramsci: dalam Diskursus
Kemasyarakatan dan Kemanusiaan. Jakarta: Gramedia.
Iswara, Luwi. 2007. Catatan-catatan Jurnalis Dasar. Jakarta: Kompas
Marriane, WJ. dkk. 2010. Analisis Wacana Teori dan Metode. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar.
McQuail, Denis. 1989. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga.
Patria, Nezar. dkk. 2015. Antonio Gramsci Negara dan Hegemoni. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Rahmat, Jalaludin. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Romli, AS. 1999. Jurnalisme Untuk Pemula. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.
Rusadi, Udi. 2015. Kajian Media Isu Ideologis dalam Prespektif, Teori dan
Meotode. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
90
Rusminto, NE. 2015. Analisis Wacana Kajian Teoritid dan Praktis. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Severin, WJ. dkk. 2007. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di
Dalam Media Massa. Jakarta: Prenada Media Group.
Soehoet, Hoeta. 2006. Dasar-Dasar Jurnalistik. Jakarta: Yayasan Kampus
Tercinta – IISIP Jakarta.
Soehoet, Hoeta. 2003. Etika dan Kode Etik Komunikasi. Jakarta: Yayasan
Kampus Tercinta – IISIP Jakarta.
Soehoet, Hoeta. 2003. Teori Komunikasi 1. Jakarta: Yayasan Kampus
Tercinta – IISIP Jakarta.
Sudibyo, Agus. 2013. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKiS
Pelangi Aksara Yogyakarta.
Suparno, BA. dkk. 2010. Disinformasi Berita Politik. Yogyakarta: BIGRAF
Publishing.
Website
BBC News Indonesia. (2014, 25 Juli). Bagaimana kelompok jihadis ISIS
terbentuk. Diperoleh 16 maret 2016, dari
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/07/140725_profil_isis
KBBI. Diperoleh 20 Juni 2018, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/
Kompas. (2014, 03 Agustus). PBB: ISIS Lakukan Penculikan, Perbudakan Seks,
dan Pembantaian. Diperoleh 12 maret 2016, dari
https://internasional.kompas.com/read/2014/10/03/13371781/PBB.ISIS.La
kukan.Penculikan.Perbudakan.Seks.dan.Pembantaian
Kompasiana. (2015, 9 Maret). Ini Lho Sejarah Terbentuknya ISIS yang Kejam
Itu. Diperoleh 16 Januari 2018, dari
https://www.kompasiana.com/hafid.ahmad/ini-lho-sejarah-terbentuknya-
isis-yang-kejam-itu_551fc3aa813311706c9dfb12
Liputan Islam. (2015, 24 Februari). Catatan Kejahatan ISIS Bakar 8.000 Buku di
Perpustakaan Mosul. Diperoleh 12 maret 2016, dari
http://liputanislam.com/berita/catatan-kejahatan-isis-bakar-8-000-buku-di-
perpustakaan-mosul/
91
Muslim Media News. (2015, 04 Mei). Tradisi Menurut Al-Qur'an, As-Sunnah,
Sahabat dan Ulama. Diperoleh 19 maret 2018, dari
http://www.muslimedianews.com/2015/05/tradisi-menurut-al-quran-as-
sunnah.html
Republika. (2015, 31 Desember). Ini Awal Mula Pembentukan ISIS. Diperoleh 16
Januari 2018, dari https://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-
tengah/15/12/31/o06vvx377-ini-awal-mula-pembentukan-isis
TribunJogja. (2014, 11 Agustus). Inilah Asal Usul Berdirinya ISIS. Diperoleh 16
Januari 2018, dari http://jogja.tribunnews.com/2014/08/11/inilah-asal-usul-
berdirinya-isis
Koran
Rahman, Abd Musthafa. 2015. “Ditakuti Kini Menjadi Kenyataan”. KOMPAS,
22 November 2015.
Jurnal
Moordiningsih. 2004. Buletin Psikologi: Islamophobia dan Strategi Mengatasinya.
Halaman 74.
Arbi, Hanan Rananta. 2015. Reaksi Uni Eropa Terhadap Islamophobia di Perancis
Pada Tahun 2011-2015. Halaman 2.
Skripsi
Mursid, Fauziah. Pemberitaan Laporan Utama Majalah Gatra Tentang Seruan
Boikot Israel Dari NewYork [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah.
Wulandari, VS. Analisis Wacana Krisis Terhadap Pemberitaan Aksi Radikal di
Solo Dalam Harian Kompas Edisi September 2012 [skripsi]. Yogyakarta
(ID): Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga.
Fadholi, Khamid. Stigma Terorisme Oleh Media Massa: Analisis Wacana Kritis
Pemberitaan Terorisme di SKH Solo Pos [skripsi]. Yogyakarta (ID):
Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga.
Suseno, Avissa. Islamophobia Dalam Kampanye Donald Trump (Analisis Wacana
Berita Pernyataan Donald Trump Terhadap Islam Pada Media Online
Merdeka.com)[skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah.
LAMPIRAN
Tabel 1Kerangka Analisis Teks Berita “Milisi NIIS Molenbeek
Ancaman Nyata Eropa” Edisi 22 November 2015
Struktur
Wacana
Elemen Keterangan
Makro Topik/ Tema Lead Berita
Tema yang terkandung pada
pemberitaan Harian Kompas
berdasarkan gambaran umum
menjelaskan kota Molenbeek
tempat bertumbuhnya kelompok
NIIS. paragraf ini sudah
menjelaskan inti dari keseluruhan
pemberitaan.
“Dalam sepekan ini, dunia
dikejutkan serangan teror di tujuh
tempat di Paris, Perancis, 13
November lalu, yang
menyebabkan sedikitnya 129
orang tewas. Hal yang lebih
mengejutkan, para pelaku datang
dari negara kecil yang damai,
Belgia. Negara ini ternyata lahan
subur Negara Islam Irak dan
Suriah”
Super Struktr Skema Lead Berita
“Dalam sepekan ini, dunia
dikejutkan serangan teror di tujuh
tempat di Paris, Perancis, 13
November lalu, yang
menyebabkan sedikitnya 129
orang tewas. Hal yang lebih
mengejutkan, para pelaku datang
dari negara kecil yang damai,
Belgia. Negara ini ternyata lahan
subur Negara Islam Irak dan
Suriah”
Seperti sebelumnya bagian ini
menunjukan bagian penting yang
ingin disampaikan harian kompas
kepada pembaca. Peristiwa yang
mempunyai inti berita ini
dilanjutkan dengan latar untuk
mendukung pemberitaan yang
akan disampaikan kepada
khalayak.
Story
“Tim pertama, tiga orang
menyerang stadion nasional
Perancis, Stade de France.
Mereka adalah Bilal Hadfi,
warga Perancis yang menetap
di Belgia; Ahmad al-
Mohammad, pemegang paspor
Suriah kelahiran Idlib (Suriah),
serta seorang lagi yang belum
diketahui identitasnya”.
(paragraf 4).
“serangan lain menyasar
gedung pertunjukan Bataclan,
yang dilakukan tiga orang.
Mereka adalah Omar Ismail
Mostefai, warga Perancis yang
menetap di Chartres, 90 km di
barat daya Paris; Samy
Amimour, warga Perancis; dan
satu lagi belum diketahui
identitasnya. Mostefai pernah
berhubungan dengan imam
radikal Molenbeek”.(paragraf
5).
“Lokasi ketiga yang menjadi
target serangan adalah
beberapa bar dan restoran.
Dua bersaudara, yakni Brahim
Abdeslam, yang tewas
meledakan dirinya di Kafe Le
Comptoir Voltaire, dan Salah
Abdeslam, menjadi pelakunya.
Keduanya warga Perancis
yang menetap di
Belgia”.(paragraf 6)
Dari ketiga paragraf diatas
menjelaskan proses terjadinya
serangan yang mengenai beberapa
titik.
“Menurut Komisaris Keadilan Uni
Eropa Vera Jourova seperti dirilis
BBC, ada 5.000 warga hingga
6.000 warga Eropa yang
bergabung dengan NIIS. Sebanyak
1.450 orang diantaranya warga
Prancis dan daerah miskin”
(paragraf 17)
jumlah warga Eropa yang semakin
banyak bergabung dengan
kelompok NIIS dan sebagian
berasal dari daerah miskin. Ini
menunjukan bahwa menurut
Harian Kompas banyaknya warga
yang bergabung dengan NIIS
diakibatkan karena faktor
ekonomi, dan jumlah angka-angka
yang terdapat dalam paragraf ini
membantu untuk memperkuat
pemberitaan untuk diyakini
khalayak.
Struktur Mikro
(Semantik)
Latar “Di molenbeek, terdapat dua
distrik, yakni distrik didaerah
rendah dan tinggi distrik yang
berada didataran rendah dihuni
kelas pekerja. Mereka umumnya
masyarakat migran keturunan
Turki dan Maroko generasi kedua
dan ketiga. Adapun distrik yang
berada di daerah yang lebih
tinggi dihuni keluarga Belgia
Modern dan Maju.”
Latar yang ingin ditampilkan
wartawan pada pemberitaan ini
adalah pemicu kejadian tersebut
dilatar belakangi adanya
kecemburuan sosial
“Disparitas tersebut memicu
kecemburuan sosial tinggi.
Selain disparitas ekonomi,
intervensi militer Berat
menyerang NIIS menjadi
pemicu aksi teror yang
dilakukan sel NIIS dari
molenbeek.”
Detil “Harian The Independent
(Selasa, 17/11) melaporkan,
mayoritas warga Molenbeek
adalah pendatang dan muslim.
Mereka umumnya berasal dari
Turki dan Maroko, seperti
Abaaound. Sebagian kecil
lainnya berasal dari beberapa
negara Asia dan Afrika.
Menurut
www.citypopulation.de,
wilayah ini dihuni 95.576 jiwa”
(paragraf 11)
Pertumbuhan penduduk di
Moleenbeek terbilang pesat,
yakni 24,5 persen dalam satu
dekade terakhir
(www.lavenir.net). Tingkat
kepadatan penduduknya sangat
tinggi sehingga kemudian
muncul pusat pertumbuhan lain
disekitarnya, yakni Jette atau
Berchem-Sainte-Agathe.”
(Paragraf 12)
Maksud
“Di Molenbeek terdapat dua
distrik, yakni distrik di daerah
rendah dan tinggi. Distrik yang
berada di dataran rendah
dihuni kelas pekerja,mereka
umumnya masyarakat migran
keturunan Turki, Maroko,
generasi kedua dan ketiga.
Adapun distrik yang berada di
daerah yang lebih tinggi di
huni keluarga Belgia mpdern
dan maju”
paragraf ini sangat terlihat sekali
bahwa ini adalah fakta yang ada di
benua Eropa yang harian kompas
pilih sebagai informasi penting
yang berhubungan dengan
keberadaan warga muslim disana.
“Disparitas tersebut memicu
kecemburuan sosial tinggi.
Selain disparitas ekonomi,
intervensi militer Barat
menyerang NIIS menjadi
pemicu aksi teror yang
dilakukan sel NIIS dari
Molenbeek”.
Pra-anggapan
“Kasus penyerangan di paris
yang dilakuakan sembilan
orang menunjukan semakin
kuatnya jaringan milisi NIIS
Belgia – Perancis”
Paragraf ini menunjukan fakta
yang belum terbukti
kebenarannya, tetapi dijadikan
dasar untuk mendukung gagasan
tertentu.
Struktur Mikro Koherensi “Pertumbuhan penduduk di
Molenbeek terbilang pesat, yakni
(Sintaksis) 24,5 persen dalam satu dekade
terakhir (www.lavenir.net).
Tingkat kepadatan penduduknya
sangan tinggi sehingga kemudian
muncul pusat pertumbuhan lain di
sekitarnya, yakni Jatte atau
Berchem-Sainte-Agathe”.
kalimat “sehingga”,
“kemudian”
kalimat kalimat ini menjadi
kata sambung
Kata Ganti
Mereka umumnya
berasal dari Turki dan
Maroko, seperti
Abaaound.
Sebagiankecil lainnya
berasal dari beberapa
negara Asia dan Afrika.
Menurut
www.citypopulation.de,
wilayah ini dihuni
95.576 jiwa..
Strktur Mikro
Leksikon Kata bersemainya paragraf
8:
“Para pelaku serangan di
Paris memiliki kaitan dengan
Molenbeek. Pertanyaannya
sekarang adalah bagaimana
wilayah itu bisa menjadi lahan
subur bagi bersemainya benih
milisi NIIS?
Kata surga dalam paragraf 9
Para pelaku serangan di Paris
memiliki kaitan dengan
Molenbeek. Pertanyaannya
sekarang adalah bagaimana
wilayah itu bisa menjadi lahan
subur bagi bersemainya
benihmilisi NIIS?”.
Kata daerah Miskin
paragraf 17:
“Menurut Komisaris Keadilan
Uni Eropa Vera Jourova
seperti dirilis BBC, ada 5.000
warga hingga 6.000 warga
Eropa yang bergabung dengan
NIIS. Sebanyak 1.450 orang
diantaranya warga Prancis
dan daerah miskin”
Grafis Foto diletakan paling atas
dan berukuran sangat besar,
seorang wanita memakai
hijab jalan di daerah yang
bertuliskan molenbeek
dengan simbol perdamaian
Grafis dalam teks, judul
yang memakai tulisan
sangat besar
Metafora kata bersemainya paragraf 8:
Para pelaku serangan di Paris
memiliki kaitan dengan
Molenbeek. Pertanyaannya
sekarang adalah bagaimana
wilayah itu bisa menjadi lahan
subur bagi bersemainya benih
milisi NIIS?”.
Tabel 2 Kerangka Analisis Teks Berita “Milisi NIIS Molenbeek Ancaman
Nyata Eropa” Edisi 22 November 2015
Struktur
Wacana
Elemen Keterangan
Makro Topik/ Tema Lead Berita
“Generasi kedua dan ketiga dari kaum
imigran Muslim lebih agamis dan
konservatif ketimbang orang tua mereka”
Karena sesuai dengan susun berita yang
menyatakan bahwa setiap inti selalu ada
di bagian awal seperti piramida terbalik
Super
Struktur
Skema Lead Berita
“Generasi keduadan ketiga dari kaum
imigran Muslim lebih agamis dan
konservatif ketimbang orang tua mereka.
Skema ini adalah strategi dimana seorang
wartawan menyusun paragraf atau
kalimat. Awal dari susunanya
menjelaskan inti dari pemberitaan ini dan
terdapat pada lead
Story
“Komunitas Muslim di Eropa kembali
menjadi sorotan setelah kelompok
Negara Islam di Irak dan Suriah
menyatakan bertanggung jawab atas
serangkaian serangan di Paris,
Prancis,13 November lalu. Serangan
yang menewaskan sedikitnya 129 orang
itu mendapat kecaman dari masyarakat
internasional”. (paragraf 1)
“Peneliti dari Inggria, Christopher
Caldwell,mengungkapkan sebanyak 57
persen bayi Muslim yang lahir dari
Brussel, Belgia, tahun 2006 menggunakan
nama Arab, seperti Muhammad, Adam,
Mahdi, dan Hamzah” (paragraf 5)
“seorang analis Kanada, Mark Stone,
menyatakan Eropa lambat laun kesulitan
membendung gerakan Islamisasi di benus
itu pada abad ke-21. Penyebabnya
adalah faktor demokrasi, penghormatan
hak asasi manusia, serta penghormatan
keyakinan orang lain”. (paragraf 12)
Paragraf-paragraf ini menjelas bahwa
komunitas muslim saat ini sedang
menjadi sorotan akibat NIIS menyatakan
bertanggung jawab atas kejadian teror
tersebut.
kesimpulannya harian kompas telah
menyangkut pautkan muslim dengan
NIIS. untuk memperkuat wacana ini
harian kompas menambahkan sumber
berita dari analis kanada yang
menyatakan bahwa Eropa kesulitan
membendung gerakan Islamisasi di
negara Eropa
Sedangakn bagian penutup dari berita ini
tentang ketakutan akan makin
bertambahnya umat muslim dibenua
Eropa,
“Akan tetapi, hal yang sangat ditakutkan
Eropa justru kini menjadi kenyataan,
yakni banyak warga Eropa Muslim
bergabung atau menjadi simpatisan NIIS.
Kenyataan ini terwujud dalam bentuk
serangkaian serangan mematikan di
Paris, 13 Novemver lalu, dan serangan ke
kantor majalah Charlie Hebdo Januari
silam, dan berbagai serangkaian lainnya
di Eropa”. (paragraf 14)
Struktur
“beberapa hasil kajian di Eropa pun
Mikro
(Semantik)
Latar menyebutkan, kini bermunculan
komunitas eksklusif warga muslim yang
konsisten menjaga nilai dan tradisi Islam
di tengah masyarakat Eropa. karena itu,
sekarang muncul kecemasan bahwa akan
terjadi Islamisasi di benua Eropa,
menyusul terus bertambahnya imigran
Muslim dan, dalam waktu sama, terus
terjadi penurunan jumlah warga asli
Eropa”
Latar yang dipilih menentukan kearah
mana pandangan khalayak hendak
dibawa. Latar yang ingin di sampaikan
harian kompas dengan memasukan hasil
kajian di Eropa ini, untuk penambahan
informasi bahwa terjadinya penurunan
warga Eropa asli akibat banyaknya
Imigran muslim yang bertambah.
Pemberitaan ini akan membuat khalayak
perpandangan negatif akibat kalimat-
kalimat yang menyudutkan.
Detil “tidak ada angka pasti tentang berapa
jumlah warga migran Muslim di Eropa
saat ini. Ada yang menyebutkan, jumlah
warga migran muslim di Eropa 45 juta
jiwa. Rinciannya antara lain 5-6 juta jiwa
muslim berada di Perancis, 4 juta warga
muslim di Jerman, dan 2-3 Juta
wargavmuslim tinggal di Inggris”
(paragraf 2)
“Di Barcelona, Spanyol, sekitar 20
persen dari penduduknya adalah Muslim.
Di Stockholm Swedia, sekitar 20 persen
pendududknya juga menganut Islam”.
(paragraf 3)
“adapun warga muslim di Amsterdam
dan Rotterdam, Belanda, mencapai 25
persen. diperkirakan, jumlah warga
muslim di Eropa salam 10 tahun
mendatang bertambah 25 persen dari
keseluruhan penduduk Eropa”. (paragraf
4)
Paragraf-paragraf ini menjelaskan
pertunbuhan Muslim yang ada di Eropa.
sangat jelas sekali detil-detil pemberitaan
ini akan menguatkan pemberitaan untuk
khalayak.
Maksud
“Menurut beberapa hasil kajian di
Eropa, dalam upaya menjaga
pertumbuhan penduduk Eropa, harus
ada kelahiran 2,1 persen dari setiap
wanita Eropa. adapun angka kelahiran
saat ini hanya 1,5 persen.”
“Disisi lain, angka kelahiran dari wanita
Muslim di Eropa mencapai 2,5 hingga 3
persen. Diperkirakan, jumlah penduduk
Eropa akan menurun hingga menjadi
hanya 275 juta jiwa pada 2075 jika
gelombang imigran dari dunia ketiga
Eropa tidak berlanjut.”
Implisit terdapat pada paragraf 7
Eksplisit terdapat pada paragraf 8
Pra-anggapan
“Kecemasan itu meningkat menjadi
ketakutan terhadap menjalarnya
fenomena radikalisme di Timur Tengah
dan di Afrika ke komunitas Muslim di
Eropa. potret radikalisme yang sangat
menakutkan Eropa itu tergambar lewat Al
Qaeda, NIIS, Front Al-Nusra, milisi Al-
Shabab di somalia, serta Boko Haram di
Afrika.”
Paragraf ini menunjukan fakta yang
belum terbukti kebenarannya, tetapi
dijadikan dasar untuk mendukung
gagasan tertentu, kecemasan meningkat
akibat fenomena radikalisme ke
komunitas Muslim di Eropa.
Struktur
Mikro
Koherensi
“beberapa hasil kajian di Eropa pun
menyebutkan, kini bermunculan
komunitas eksklusif warga muslim yang
(Sintaksis) konsisten menjaga nilai dan tradisi Islam
di tengah masyarakat Eropa. karena itu,
sekarang muncul kecemasan bahwa akan
terjadi Islamisasi di benua Eropa,
menyusul terus bertambahnya imigran
Muslim dan, dalam waktu sama, terus
terjadi penurunan jumlah warga asli
Eropa”
Koherensi pada paragraf ini yang
menunjukan fakta berbeda digabung
menjadi seperti kalimat yang memang
benar keberadaanya. yang
menghubungkan yaitu adanya kalimat
karena itu. yang membuat seolah memang
ini faktanya.
Kata Ganti
kata ganti yang terdapat dalam berita
ini terdapat pada kalimat imigran
muslim lebih konservatif ketimbang
orang tua mereka atau generasi kaum
pertama imigran.
Kata “mereka” adalah kata ganti untuk
orang, menunjuk pada kaum muslim
generasi kedua dan ketiga, kalimat ini
terdapat pada paragraf 11.
Strktur
Mikro
Leksikon komunitas ekslusif
Islamisasi
terdapat pada paragraf yang sama
“beberapa hasil kajian di Eropa pun
menyebutkan, kini bermunculan
komunitas eksklusif warga muslim yang
konsisten menjaga nilai dan tradisi Islam
di tengah masyarakat Eropa.
karena itu, sekarang muncul kecemasan
bahwa akan terjadi Islamisasi di benua
Eropa, menyusul terus bertambahnya
imigran Muslim dan, dalam waktu sama,
terus terjadi penurunan jumlah warga asli
Eropa”
Grafis Unsur grafis yang muncul dalam
pemberitaan Harian Kompas ini
diantaranya melalui foto yang
menggambarkan ada seorang wanita
memakai hijab jalan di daerah yang
bertuliskan molenbeek dengan simbol
perdamaian yang secara langsung
menjelaskan memang di kota molenbeek
adalah tempat banyaknya mayoritas umat
muslim.
Kenapa di pilih perempuan karena wanita
muslim akan memakai hijab yang
kebanyakan orang ketahui bahwa hijab
adalah simbol dari wanita muslim.
Sedangkan judul yang ditulis memakai
huruf lebih besar unuk menarik perhatian
dan minat karena isu ini sedang hangat-
hangatnya.
Metafora kata konservatif termasuk dalam
jenis kiasan. pengertian konserfatif
adalah menjaga, memeihara, dalam
kamus besar bahasa Indonesia
konservatif adalah bersikap
memprtahankan keadaan,
kebiasaan, dan tradisi yang berlaku.
“Sebuah hasil jejak pendapatan
yang digelar dikalangan
komunitas Muslim di Eropa
menunjukan generasi baru atau
generasi kedua dan ketiga dari
kaum imigran Muslim lebih
agamis dan konservatif ketimbang
orang tua mereka”
TRANSKIP WAWANCARA
Dengan : Antonius Tomy Trinugroho
Jabatan : Kepala Desk Internasional Redaksi Harian Kompas
Hari/Tanggal : Kamis, 31 Mei 2018
1. Bagaimana tanggapan anda mengenai peristiwa bom Paris pada tanggal
13-14 November 2015?
Jawaban : Peristiwa tersebut menimbulkan ketakutan tentang bom Paris di
Eropa secara umum dan membuat masyarakat semakin sadar bahwa
kelompok ekstrim yang ada di Suriah dan Irak pada saat itu, itu berbahaya
dan dapat dengan mudah diikuti atau ditiru oleh pengikutnya katakanlah
ditempat yang lain yaa seperti itulah.
2. Mengapa harian kompas menjadikan pemberitaan Milisi NIIS
Molenbeek Ancaman Nyata Eropa sebagai headline di rubrik
Internasional?
Jawaban : Karena ini dari sisi keterbacaan menarik karena orang pasti
mencaritahu bagaimana, apa yang dilakukan oleh kelompok ekstrim ini, itu
jelas suatu informasi yang menarik pembaca ingin tahu, lalu yang kedua
tulisan ini Milisi NIIS Molenbeek Ancaman Nyata Eropa tulisan ini untuk
menjelaskan sebenarnya mengapa sebuah wilayah di Belgia di jantung Eropa
bisa muncul orang-orang seperti itu. Ada apa? Komunitas nya seperti apa?
dan itu mencoba menjelaskan itu, jadi sebenarnya tulisan ini dirasa cukup
menarik karna bisa menjelaskan mengapa ada orang dari wilayah ini yang
melakukan kekerasan pada tanggal 13 atau 14 November itu.
3. Apakah pertimbangan anda dalam memilih foto kota Molenbeek yang
di dalamnya terdapat wanita berhijab?
Jawaban : Yaa ini Suasana di Molenbeek itu, itu saja. Karna memang
komunitas itu didominasi oleh warga muslim tentunya menggunakan hijab,
yaa jadi bukan simbol karna memang fotonya yang ada seperti ini yaa
Molenbeek seperti itu, kalo di London, London timur itu banyak warga
Muslim tentu banyak ditemui orang yang menggunakan hijab, ketika
mengambil foto di daerah sana tentu akan banyak ditemui orang yang
menggunakan hijab, sama seperti di Molenbeek ini, secara otomatis
menjelaskan ini.
4. Apakah ada kreteria tertentu dalam pemilihan suatu judul headline
dalam harian kompas ?
Jawaban : Yang jelas itu pertama menarik dan menjelaskan kenapa, tulisan ini
kan menjelaskan kenapa ada orang dari yang tinggal di Molenbeek di Belgia
di tengah-tengah Eropa itu kok bisa seperti itu? Dari itu coba dijelaskan.
5. Pertimbangan apa yang mendasari kompas memilih judul ”Milisi NIIS
Molenbeek Ancaman Nyata Eropa”?
Jawaban : Judul ini kan lebih menggambarkan bahwa, harus diakui bahwa
warga Eropa itu, dengan kebudayaan yang seperti itu tentu merasa cemas
ketika melihat ada kelompok masyarakat dengan budaya yang berbeda datang
dan jumlah nya besar, itu saya bicara budaya disini dalam arti yang sangat
luas, saya mengartikan agama juga bagian dari kebudayaan kan, agama itu
kan cara orang hidup, cara orang memandang itukan kebudayaan kan, orang
dengan kebudayaan berbeda datang dan jumlah nya sangat besar. Nah, itu
tentu menimbulkan kecemasan pada warga ditempat itu. Kecemasan seperti
ini tentu terjadi dimana saja, orang Jepang tiba-tiba banyak orang Indonesia
disana tentu akan cemas, orang Malaysia tiba-tiba banyak sekali mungkin
orang Tiongkok datang tentu cemas, kenapa orang-orang itu cemas karena
perbedaan kebudayaan. Saya biasa makan pakai tangan kanan, kok sekarang
makan pakai tangan kiri itu menambah kecemasan, itu hal yang wajar. Seperti
kita tiba-tiba datang orang entah dari mana dari barat atau dari Asia Timur
terus kita bingung, kenapa kita cemas karena perbedaan kebudayaan. Nah
orang Eropa itu kan cemas lalu kemudian kecemasan itu meledak seolah-olah
seperti menjadi nyata, itu dengan munculnya aksi teror itu, walaupun
sebenarnya itu bukan sesuatu yang membenarkan kecemasan itu, seharusnya
kan tidak perlu dicemaskan perbedaan budaya cuman ketika muncul itu
mereka kan seperti, mungkin tidak semuanya saya rasa. Tuu benerkan seperti
itu, walaupun juga tidak tidak seperti itu. Ini Cuma mau menceritakan
bagaiman secara psikologis warga Eropa dalam situasi ini setelah
pengeboman.
6. Apa harapkan harian kompas dengan mengangkat berita NIIS
Molenbeek?
Jawaban : Menjelaskan, media itu harus menjelaskan untuk penangkarannya
kalau cuma bom nya semua orang udah nulis, waa ada bom sekian orang
meninggal, pelaku nya ini, kita harus nyari tahu kenapa si kok A ini
membunuh orang dari mana... Oh dari belgia, belgia kan tengah-tengah nya
Eropa, kok bisa Ooh dia tinggal di perkampungan itu, oke perkampungan
muslim, tapi kan bukan berarti itu perkampungan muslim menjadi katakanlah
tempat teroris tinggal, soal nya kan dilacak lagi ini jaringan nya siapa ni,
pelakunya ini
7. Bagaimana pendapat kompas dengan isu belakangan ini yang sering
menghubungkan muslim dengan terorisme?
Jawaban : Ya secara umum memang tidak ada hubungan nya antara agama
dengan kekerasan, semua orang sudah bicara tentang itu dan sudah tahu tidak
ada hubungan antara agama dengan kekerasan.
8. Apa yang dilakukan kompas untuk memenuhi kebutuhan pembacanya?
Jawaban : Ya jelas langsung menjawab rasa ingin tahu pembaca, contoh
seperti ini orang tahu oh ini siapa, tinggal dimana, bagaimana dia bisa
mengalami radikalisasi dan sebagainya, jalurnya darimana seperti itu, itu
yang harus dijelaskan langsung kepada peristiwa pengebomannya
9. Apa yang dilakukan surat kabar kompas dalam memenangkan
persaingan dengan media baru?
Jawaban : Ya kami buat versi online ada kompas id versi online, kemudian
juga kami diversi online kami perkaya dengan gambar, dengan video, jadi
kami sudah tidak mengandalkan koran, koran tetap ada karna ini katakanlah
brand, tapi tentu kami juga harus menguasai dunia digital dan kami sudah
membuat itu, ada kompas id
10. Apakahada perbedaan harian kompas cetak dengan online ?
Jawaban : pertama kecepatan, lalu disitu juga diperkaya dengan foto, lebih
banyak foto, kalo ini kan, kalo teks ini kan terbatas fotonya cuma satu. Kalo
yang di digital foto nya lebih banyak,dan grafisnya juga mungkin lebih dari
satu.
11. Lebih lengkap mana media cetak atau online di harian kompas?
Jawaban : Kelengkapan dari visula yaa itu foto, grafis, bisa lebih panjang dan
terikat oleh space, seperti itu, jadi kami juga sudah masuk lebih berkuasa
lebih dominan di digital.
12. Jadi harian kompas lebih mendahulukan yang digital dibanding yang
cetak?
Jawaban : Sekarang didahulukan digital. Sama. Sementarakan Cuma
persoalan media, dulu hanya dicetak sekarang sudah tidak cukup dicetak jadi
harus dialirkan ke digital, pengertian mendahulukan digital tu kalo ada
peristiwa ya dikirim dulu ke digital, tidak menunggu besok nya.
13. Ada tidak kerjasama dengan kantor berita internasional?
Jawaban : Dengan Wire, dll. Juga mengakses media internasional lainnya
mulai dari Aljazeerah, CNN, New York Time, Vinancial Time dan media
media online Arab kami pantau karna kan isu- isu timur tengah lebih detil nya
liat disitu di media online Arab.
14. Pertimbangan apa yang dijadikan ukuran untuk menentukan foto, judul
untuk dijadikan headline?
Jawaban : Kalo visual harus menggambarkan ini ngomongin Moleenbeek ya
harus fotonya harus menggambarkan Molenbeek berkaitan, ga mungkin foto
nya daerah diluar Molenbeek, kalo foto lokasi pengeboman nya atau
kekerasan nya mungkin udah bersih kan.
15. Apa tujuan anda memasukan isi berita mengenai angka kelahiran
penduduk Eropa dan pertumbuhan umat Muslim di Eropa pada
pemberitaan?
Jawaban : ya ini yang harus temen-temen dari uin tahu ya, penting karna
disitulah kecemasan, kita dapat memahami kecemasan yang di, ya tapi kan
kecemasan awal nya dari situ yang tadi saya ceritakan, ini kan kita bicara hal
yang ditakutkan jadi kenyataan, ditakutkan ini kan sudah saya jelaskan toh
dieropa ada kebudayaan yang berbeda, yang berbeda itu warga muslim tentu
harus dijelaskan soal perbandingan penduduklah seperti apa kecemasan,itu
kan sama seperti misalnya orang Betawi cemas ga dia kok tiba-tiba banyak
orang dari Jogja seperti itu, tu harus dijelaskan, seperti itu sebenarnya tujuan
nya, bukan sekedar ini ini ini ni ga ada angka nya
16. Bagaimana dengan persentase agama lainnya mengapa tidak di
cantumkan?
Jawaban : mungkin gini yaa kalo di Eropa kan relatif homogen, misalnya
pendatang ya orang german ya kurang lebihnya sama, paling beda bahasa
sedikit, yang agama Perancis perancisan secara umum kan sama, kalo kita
ngomomg pendatang dari Asia misalnya orang Cina ya mungkin ada tapi
sangat kecil sangat sedikit sekali, yang banyak itu kan sebenarnya dari Afrika
yang imigran itu loh yang kemudia mereka jadi pengungsi mereka
mengejar.... Italia, sehingga itu misalkan membicarakan pendatang,
pendatang dari Inggris ke Belgia ya sama aja Uni Eropa kan mereka satu,
selain itu dijurnalistik bukan hal yang baru.
17. Apa tujuan anda dengan memasukan kata eksklusif pada kalimat “
eksklusif kaum muslim yang konsisten menjaga nilai dan tradisi islam”
Jawab: Ya artinya mereka kan, sama seperti seseorang tiba disuatu daerah
kemudian pasti mereka berusaha untuk menjaga kebudayaan nya toh tentunya
mereka itu tadi harus eksklusif, artinya seperti pernikahan tentu tidak
dicampur dengan tempat yang mereka datangi, itu respons yang wajar juga
18. Mengapa memilih memasukan kutipan dari Mark Stone yang
mengatakan “Eropa lambat laun kesulitan membendung gerakan
Islamisasi dibenua itu pada abad ke 21.”?
Islamisasi ini bukan islam yang secara umum ya, bukan yang kita pahami,
islamisasi disini pasti islamisasi yang dibawa oleh mereka yang alirannya
agak ekstrim sebenarnya, bukan islamisasi yang umum pemahaman nya
sebenarnya bukan itu. Mungkin pilihan kata nya dibuat yang radikal atau
ekstrim bukan radikal, karna memang kalo dalam pelimpahan konteks
Indonesia kan secara umum, kalo kita lihat literatur islamis itu pemahaman
nya yang itu yang apa yang ekstrim, itu kemudian seorang analis kan ada oleh
karna negara Eropa kan tidak bisa melarang kalau hanya gagasan, tukar
menukar gagasan kan tidak boleh dicegah sebelum dia melakukan nya atau
mengutarakanya ujaran kebencian seperti saya ingin membunuh kamu
misalnya, nah itu baru saya tangkap , cuman kalau saya mengatakan orang
kulitnya begini ya itu ga bisa, nah itu disitu problem nya, sebenarnya analisis
itu mengatakan demokrasi itu kan mengatakan ada semacam bolong nya.
19. Bagaiman anda menyikapi berita terkait yang sudah terlanjur dirilis?
Jawaban : Tapi kan begini mbak, koran itu misalnyakan begini, orang
membaca itu sebagian besar saya yakin paham ini maksudnya ke yang
ekstrim, bukan berarti kemudian mencitralisir suatu kelompok agama itu
ngga, agak susah juga kalau kemudia kalau semua itu harus dibuat soft tidak
mendekati apa yang dimaksud orang ini itu susah juga, Cuma kan yang
penting tone keseluruhan nya ya orang mengerti.
20. Dalam merilis berita ini adakah maksud menyindir muslim dan
sebagainya?
Jawaban : yang ngurusin ini dia Muatofa ini muslim.Sebenarnya begini loh
mbak kalo di Indonesia itu kan semua baik baik saja, kalo dibaca dengan kaca
mata Indonesia memang seperti ini, tapi kalo yang baca itu yaa, saya pernah
baca juga cerita tentang pengungsi Suria sampai di Jerman itu kalo dicermat
dia itu bingung mau ikut masjid yang mana, dia tuh selalu dicocok dengan
masjid yang berbahasa Turki karna tidak ekstrim ya kotanya, tapi problem
nyabitu pakai bahasa Turki sedangkan Suria kan Arab ya, tapi kalau dia
masuk masjid yang bahasa Arab keras sekali, mungkin orang Indonesia kalo
baca sulit yaa, tapi saya bisa paham, ekstrim itu luar biasa memang terutama,
karna masjid masjid yang berbahasa Arab itu rupanya didanai oleh kelompok
yang sangat keras, yang ekstrim itu tadi, dalam beberapa berita kan dikutip
yaa, misalnya wahabi yang dari arab waa sangat ekstrim itu, sedangan yang
Turki ya komunitas warga Turki seperti yang lainnya, kalau yang ekstrim itu
dibiayai dari yang nan jauh disana lah. Artinya pengungsi Suriah itu
memutuskan ikut yang Turki karna walaupun ga ngerti bahasanya tapi yaa itu
masuk, jadi sebenernyabya itu suasana nya. Dulu ada problem di Perancis,
Perancis itukan organisasi keagamaan itu, negara dilarang memberikan
bantuan kepada organisasi agama, apapun itu karna Perancis itu sekulernya
yang sangat keras terhadap agama, nah kemudia kita bicara agama organisasi
agama katolik di Eropa ya jelas sudah mapan kan, yang protestan juga sudah
lancar. Yang problem itu ya agama Islam, negara ..... yang datang imigran
kan miskin miskin ga punya uang, lalu mereka bisa bangun masjid uang nya
dari mana ya dari itu ternyata yang ekstrim itu, orang perancis bingung
mereka ga boleh masukin uang tapi mereka tau harus nya pembangunan
masjid ini, kan ada problem seperti itu, saya ga tahu perkembangan Perancis
akhirmya bagaimana, lalu Jerman, kalo german boleh ngasih uang tapi ada
aturan dulu, jadi protestan, katolik, yahudi.
DOKUMENTASI