Analisis Urbanisasi Kota Depok Berdasarkan Struktur Kota Depok Dari Jembatan Panus Hingga Polsek Sukmajaya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis Urbanisasi Kota Depok Berdasarkan Struktur Kota Depok Dari Jembatan Panus Hingga Polsek Sukmajaya

Citation preview

Analisis Urbanisasi Kota Depok Berdasarkan Struktur Kota Depok dari Jembatan Panus hingga Polsek Sukmajaya

KelompokDwi Frasti Agriani1006678803Fachmi Zain1006678835Fajar Winarsih1006773080Ratry Chairunnisa1006679163Syifa Amirah1006679333

Depok, 2013Departemen GeografiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Indonesia

A. PendahuluanDalam makalah ini, dengan memperhatikan prinsip-prinsip morfogenesis kota, dilakukan pengamatan terhadap perubahan urban yang terdapat di koridor pengamatan. Conzen (1960) membagi lanskap kota menjadi tiga unsur utama yaitu perencanaan kota, bentuk bangunan, dan penggunaan tanah[footnoteRef:1]. Yang paling mudah berubah adalah penggunaan tanah. Kemudian, diikuti oleh bangunan, yang melibatkan di dalamnya investasi modal serta juga bisa diubah fungsinya tanpa harus mengubah bangunannya sendiri. Yang paling sulit berubah adalah perencanaan kota yang mana secara khusus artinya adalah tata letak jalan. [1: Pacione, Michael. 2005. Urban Geography Second Edition hal. 186. London/New York:Routledge]

Koridor pengamatan yang dipilih untuk makalah ini adalah Jalan Tole Iskandar, yang terletak di Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok. Jalan Tole Iskandar adalah jalan kolektor sepanjang 4,2 km yang bersama Jalan Siliwangi menghubungkan Jalan Margonda dengan Jalan Raya Bogor. Jalan Tole Iskandar dimulai dari Jembatan Panus Baru yang melintasi Sungai Ciliwung hingga berakhir di Simpangan Depok yang merupakan persimpangan antara Jalan Tole Iskandar dengan Jalan Raya Bogor. Jalan Tole Iskandar dilalui oleh Angkot D02 jurusan Terminal Depok-Depok II Tengah/Timur, Angkot D06 jurusan Terminal Depok-Simpangan Depok, dan Metromini 04 jurusan Pasar Minggu-Depok Timur.

Gambar 1 Denah Jalan Tole Iskandar. Sumber: maps.google.com Jalan Tole Iskandar tersebut, diambil 1 segmen yang panjangnya 2,6 km, dari Jembatan Panus Baru hingga Polsek Sukmajaya. Sementara segmen jalan dari Polsek Sukmajaya hingga Jalan Raya Bogor, meskipun diamati, tidak diambil untuk dianalisis. Hal ini karena segmen jalan yang pertama memiliki aktivitas penduduk yang lebih ramai pada saat kegiatan survei lapangan dilakukan. Selain itu, segmen jalan yang pertama juga dirasakan lebih signifikan karena terhubungan dengan jalan-jalan yang menuju ke Kota Bogor seperti Jalan Raden Saleh dan ke koridor lain kota Depok seperti Jalan Kemakmuran. Kemudian, oleh karena pada saat pengamatan terlihat bahwa kedua sisi jalan, baik sisi Utara maupun sisi Selatan, memiliki tipe-tipe penggunaan tanah yang serupa, maka diambil satu sisi jalan saja yaitu sisi Utara.B. Metode PenelitianDalam proses pengumpulan data, metode yang digunakan adalah dengan pengamatan terhadap koridor penelitian serta wawancara yang dilakukan pada penduduk Depok. Kemudian, analisis urbanisasi dilakukan dengan pendekatan morfologi kota, yaitu dengan melihat kemajuan pembangunan di koridor penelitian. Untuk itu, dikumpulkan data-data yang utamanya berhubungan dengan keberadaan bangunan di koridor penelitian, seperti penggunaan tanah, informasi mengenai keberadaan bangunan di sepanjang jalan utama, kegiatan yang ada di dalam bangunan-bangunan tersebut, usia bangunan, serta sumber air bersih bangunannya. Kecuali sumber air bersih, informasi-informasi mengenai bangunan-bangunan tersebut bisa didapatkan dengan melakukan wawancara dengan penduduk sekitar.Hasil dari wawancara yang dilakukan dimasukkan dalam data-data setiap bangunan, didelineasi berdasarkan kesamaan penggunaan tanahnya, lalu dibuat transeknya sehingga dihasilkan transek seperti pada bagian D. Hasil yang didapatkan, mengingat tidak semua bangunan informasinya bisa didapatkan, tidaklah 100% akurat tetapi dapat menggambarkan secara keseluruhan mengenai pola struktur kota. Transek yang ada tersebut kemudian dianalisis.

C. Hasil Pengamatan dan PembahasanHasil pengamatan yang dilakukan memperlihatkan ciri-ciri demikian di sepanjang Jalan Tole Iskandar Segmen Jembatan Panus-Polsek Sukmajaya:1. Penggunaan TanahInformasi tentang penggunaan tanah dapat dilakukan dengan mengamati bentuk-bentuk bangunan.a. Koridor terbanguni. Bangunan pemukiman penduduk dan fasilitas pemukiman seperti tempat ibadah.ii. Bangunan pemukiman campuran (rumah-toko/ruko dan rumah-kantor/rukan)iii. Bangunan non pemukiman (pusat pertokoan, pabrik, toko besar, perkantoran, dan sejenisnya).b. Tanah Kosong2. Kegiatan di dalam bangunanInformasi tentang kegiatan di dalam bangunan didapatkan dengan memperhatikan bentuk bangunan, aktivitas penduduk di dalam bangunan, dan wawancara.a. Bangunan yang difungsikan murni sebagai rumah/tempat tinggalb. Bangunan yang memiliki fungsi campuran sebagai tempat tinggal + berdagang atau tempat tinggal + kantorc. Bangunan dengan fungsi tempat berdagang + kantord. Bangunan dengan hanya satu fungsi selain sebagai tempat tinggale. Tempat Ibadahf. Bangunan yang didalamnya terdapat kegiatan industri3. Sumber air bersihInformasi sumber air bersih didapatkan dengan mewawancarai pemilik bangunan atau pengguna bangunan. Hal ini cukup sulit dilakukan dengan bangunan-bangunan milik perorangan, oleh karena jumlahnya yang cukup banyak. Tetapi secara umum diketahui bahwa sumber air bersih dapat berupa:a. Air tanah (pompa)b. Air PAMc. Campuran (menggunakan pompa dan PAM)Bangunan besar pertokoan umumnya menggunakan air PAM.4. Bahan pembuat bangunanInformasi ini juga sulit didapatkan terutama untuk bangunan yang sudah didempul. Informasi bisa didapatkan dengan mewawancarai petugas gedung, namun informasi yang diberikan belum tentu benar. Informasi yang didapat dari petugas gedung dilengkapi penduduk sekitar atau pengguna jalan yang memperhatikan proses pembangunan bangunan-bangunan yang baru dibangun dalam 5 10 tahun terakhir. Dari sini diketahui bahwa umumnya bangunan-bangunan ruko dan toko-toko besar dibangunan menggunakan bahan beton. Sementara, untuk bangunan rumah, dapat ditanyakan kepada pemilik rumah, dan umumnya dibangun menggunakan bahan batubata. Beberapa bangunan sementara, yaitu lapak-lapak besi dan kayu misalnya, dibangun menggunakan bahan besi.5. Tinggi bangunanBangunan tertinggi di koridor penelitian memiliki tinggi 20 m yaitu sebuah Masjid dan toko besar dan yang terendah adalah 5 m yaitu rumah-rumah dan bangunan-bangunan 1 lantai.

6. Usia bangunanInformasi mengenai usia bangunan didapatkan dari penduduk sekitar atau pengguna bangunan. Usia bangunan yang didapatkan dikelompokkan menjadi 6 kelompok umur yaitu di bawah 5 tahun, 6 10 tahun 11 15 tahun, 16 20 tahun, dan di atas 20 tahun.Hasil yang didapatkan memperlihatkan bahwa sebagian besar dari koridor penelitian merupakan wilayah terbangun. Kemudian, sebagian besar dari wilayah terbangun merupakan bangunan yang di dalamnya terdapat kegiatan usaha campuran dengan tempat tinggal. Terutama, dengan berkendara di sepanjang Jalan Tole Iskandar, dapat terlihat bahwa hampir setiap rumah yang terdapat di koridor penelitian memiliki semacam usaha seperti warung, tambal ban, rental, warnet, rumah makan, dan lain-lain. Hanya beberapa rumah yang tidak memiliki usaha dan letaknya pun saling berjauhan. Sementara itu, bangunan yang berfungsi murni sebagai rumah umumnya terdapat dalam komplek perumahan, dimana untuk mengaksesnya harus memasuki jalan komplek.Kemudian, dari usia bangunannya, terlihat bahwa toko-toko besar usianya di bawah 10 tahun, sementara ruko/rukan umumnya berusia di di atas 16 tahun, meskipun ada juga yang usianya antara 6 15 tahun. Sementara itu pabrik yang terdapat di koridor penelitian usianya semua di atas 20 tahun.Bangunan-bangunan berupa toko besar dan Masjid yang usianya di bawah 10 tahun, umumnya dibangun menggunakan beton berangka dan menggunakan air PAM sebagai sumber air bersihnya., sementara bangunan rumah yang berusia di atas 16 tahun, umumnya dibangun menggunakan batu bata. Sementara itu, bangunan pabrik tidak diketahui bahan bangunannya karena sifat komplek bangunannya yang tertutup. Transek dari koridor pengamatan dapat dilihat pada halaman berikutnya.Jalan Tole Iskandar merupakan salah satu jalan yang paling ramai aktivitas penduduknya di Kota Depok. Berbagai macam usaha tumbuh berjamuran disini. Kemudian, kemunculan toko-toko besar dan tempat ibadah berukuran relatif besar dalam waktu kurang dari 5 tahun memperlihatkan pesatnya pertumbuhan dan urbanisasi di koridor pengamatan. Pesatnya pertumbuhan usaha mengindikasikan bahwa investor dan bahkan penduduk Depok sendiri melihat bahwa koridor jalan ini potensial menjadi fokus dari aktivitas ekonomi intensif.

2

D. KesimpulanSulit untuk menentukan ke dalam zona manakah dan model apakah, koridor pengamatan termasuk. Ia tidak memenuhi teori-teori yang dimiliki oleh para ahli-ahli perkotaan yang ada. Koridor Jalan Tole Iskandar adalah campur aduk dari berbagai jenis usaha dan jenis penggunaan tanah. Industri manufaktur, dengan supermarket dan pusat pertokoan berada pada satu jalur. Begitu pula pemukiman mulai dari menengah ke bawah hingga menengah ke atas. Namun dapat terlihat, bahwa di sepanjang Jalan Tole Iskandar, sedang terjadi urbanisasi yang lebih jauh lagi, dimana satu persatu rumah berubah menjadi tempat usaha dan jalan-jalan dibuka untuk menghubungkan jalan ini dengan bagian-bagian lain di kota Depok.

E. Lampiran Foto-Foto

Gambar 2 Pasar Segar

Gambar 3 Tip Top Depok

Gambar 4 Pizza Hut Depok 2

Gambar 5 Ruko di pertigaan Depok 2

Gambar 6 Ruko 2 Griya Depok Asri

Gambar 7 Ruko 1 Griya Depok Asri

Gambar 8 Toko Meubeul Mosta

Gambar 9 BCA Tole Iskandar

Gambar 10 Masjid

Gambar 11 Cascadia Townhouse

Gambar 12 Gerbang Griya Lembah Depok

Gambar 13 Gerbang PT Golden Agin