Upload
ngotram
View
261
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS STRATEGI BISNIS EKSPOR PEMBEKUAN IKAN
(Studi Kasus: PD SAMBU di Komplek Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Kejawanan, Cirebon, Jawa Barat)
SKRIPSI
LISTIA NUR ISMA
H34080067
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2012
i
RINGKASAN
LISTIA NUR ISMA. Analisis Strategi Bisnis Ekspor Pembekuan ikan (Studi
Kasus: PD Sambu di Komplek Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Kejawanan, Cirebon, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan
BURHANUDDIN).
Perikanan Indonesia menjadi salah satu sektor yang memiliki potensi
untuk dikembangkan baik pada sektor budidaya, perikanan tangkap maupun
pengolahan. Saat ini, industri pengolahan ikan baik dalam skala besar, menengah
maupun kecil terdiri dari industri pembekuan ikan, pengasapan, pemindangan,
pengawetan, tepung ikan dan lain sebagainya. Pada tahun 2007 sebanyak 58,9
persen hasil penangkapan laut dipasarkan dalam bentuk segar dan sekitar 16
persen dipasarkan dalam bentuk bekuan, hal ini membuat masih terbukanya
peluang untuk meningkatkan pasar produk ikan beku dengan memanfaatkan
bahan baku ikan segar yang diproduksi hampir 60 persennya.
Produk ikan beku banyak dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan luar
negeri. Salah satu negara yang menjadi tujuan ekspor produk ikan beku dari
Indonesia adalah Cina dengan volume ekspor yang cukup tinggi. Tahun 2010
volume ekspor ikan Indonesia sebesar 112.870 ton dengan nilai ekspor
48.749.557 dolar AS. Volume ekspor ikan Indonesia menurun di tahun 2011
menjadi 107.502 ton, namun hal ini berbeda dengan nilai ekspor ikan Indonesia
yang semakin meningkat menjadi 65.829.341 dolar AS. Hal ini merupakan
indikasi semakin baiknya nilai jual produk perikanan Indonesia ke Cina.
Salah satu perusahaan pengolahan ikan yang terdapat di Cirebon adalah
PD Sambu. Kegiatan produksi perusahaan juga seringkali mengalami kendala
dikarenakan kesulitan mendapatkan bahan baku. Bahan baku perusahaan sangat
tergantung pada pemasok yang berasal dari pasokan nelayan, akan tetapi saat ini
nelayan sudah semakin sulit untuk mendapatkan ikan. Hal ini membuat ekspor
produk PD Sambu ke negara tujuan ekspor menjadi berfluktuasi. Dalam
menghadapi masalah yang terjadi, PD Sambu sebagai perusahaan yang
berorientasi ekspor mengharuskan adanya pembuatan strategi yang tepat agar
mampu bersaing diantara perusahaan dalam industri pembekuan ikan lainnya.
Sehingga perusahaan dapat lebih siap untuk menghadapi perubahan yang terjadi
di lingkungan eksternal dengan memanfaatkan internal yang dimiliki. Adapun
tujuan dari penelitian ini antara lain: (1) menganalisis faktor-faktor internal yang
ada pada PD Sambu dalam memproduksi ikan beku, (2) menganalisis faktor-
faktor eksternal yang dihadapi PD Sambu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Kejawanan, Cirebon, Jawa Barat, (3) merumuskan alternatif strategi bisnis
yang dapat dilakukan oleh PD Sambu, dan (4) merekomendasikan program-
program kegiatan dari alternatif strategi bisnis PD Sambu berdasarkan jangka
waktu tertentu.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pembekuan ikan, yaitu PD
Sambu yang berlokasi di Komplek Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Kejawanan, Cirebon, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Responden yang digunakan dari pihak internal adalah factory manajer,
ii
kepala bagian produksi dan quality control, kepala bagian keuangan dan
administrasi, kepala bagian operasional, bagian ekspor serta karyawan dari
perusahaan. Sedangkan pihak eksternal dilakukan dengan Kabid Kelautan dan
Perikanan Kota Cirebon, petugas Pusat Informasi Pelabuhan dan Perikanan. Data
yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Alat analisis yang digunakan
untuk merumuskan strategi adalah matriks SWOT dan arsitektur strategik.
Alternatif strategi bisnis yang dapat dilakukan PD Sambu berdasarkan
analisis SWOT terdiri dari delapan strategi, antara lain: 1) Diversifikasi produk, 2)
Memperluas cakupan distribusi produk perusahaan, 3) Mempertahankan dan
meningkatkan kualitas produk, 4) Menjalin kerjasama dengan pemasok, 5)
Meningkatkan kegiatan promosi, 6) Melakukan perubahan bentuk badan usaha
dari Perusahaan Dagang menjadi Perseroan Terbatas, 7) Bekerjasama dengan
pihak pemerintah untuk meningkatkan hubungan perdagangan luar negeri, 8)
Memperbaiki sistem manajemen perusahaan, dan 9) Meningkatkan hubungan
kerjasama dengan pemasok dan pembeli.
iii
ANALISIS STRATEGI BISNIS PEMBEKUAN IKAN (STUDI
KASUS : PD SAMBU DI KOMPLEK PELABUHAN
PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KEJAWANAN, CIREBON,
JAWA BARAT)
LISTIA NUR ISMA
H34080067
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
iv
Judul Skripsi : Analisis Strategi Bisnis Ekspor Pembekuan ikan
(Studi Kasus: PD Sambu di Komplek Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan, Cirebon, Jawa
Barat)
Nama : Listia Nur Isma
NIM : H34080067
Menyetujui,
Pembimbing
Ir. Burhanuddin, MM
NIP 19680215 199903 1001
Mengetahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi
Bisnis Ekspor Pembekuan ikan (Studi Kasus: PD Sambu di Komplek Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan, Cirebon, Jawa Barat)” adalah karya
sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
bentuk daftar pustaka pada bagian akhir skripsi.
Bogor, Juni 2012
Listia Nur Isma
H34080067
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 25 Februari 1990. Penulis
merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, pasangan Bapak H. Hudaya dan Ibu
Hj. Lili Rosli. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri II Setu
Wetan pada tahun 2002, pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun
2005 di SMP Negeri 4 Kota Cirebon dan pendidikan menengah atas penulis
selesaikan pada tahun 2008 di SMA Mandiri Cirebon.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2009, penulis
diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai
mayor dan mengambil program keahlian Agronomi dan Hortikultura sebagai
minor.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai anggota Gentra
Kaheman IPB tahun 2008. Penulis juga tergabung dalam Organisasi Mahasiswa
Tingkat Daerah sebagai anggota Ikatan Kekeluargaan Cirebon dan bendahara
Departemen Public of Relation and Information Media, Himpunan Profesi
Mahasiswa Peminat Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2010-
2011. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan kampus dan luar
kampus.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Strategi Bisnis Ekspor Pembekuan Ikan (Studi Kasus: PD Sambu di
Komplek Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan, Cirebon, Jawa
Barat)”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor internal dan
eksternal, merumuskan alternatif strategi, merekomendasikan program kegiatan
serta merancang arsitektur strategik dalam upaya mempertahankan dan
memajukan usaha pembekuan ikan PD Sambu. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan yang dihadapi. Namun,
diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkaitan.
Bogor, Juni 2012
Listia Nur Isma
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan Nabi besar Muhammad SAW, penulis
ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan,
arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Narni Farmayanti, MSc dan Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji
pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktu serta memberikan
kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Ir. Juniar Atmakusuma, MS yang telah menjadi pembimbing akademik dan
seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis yang selalu memberikan
saran, masukkan kepada penulis.
4. Pihak PD Sambu terutama Bapak Sambudi, Mas Yusuf, Mbak Damayanti,
Ibu Cunong, Ibu Ida serta Ibu Lia atas waktu, kesempatan, informasi dan
dukungan yang diberikan.
5. Dinas Kelautan, Pertanian, Perikanan dan Perkebunan Kota Cirebon terutama
Bapak Deddy Kusriadi selaku Kabid Kelautan dan Perikanan, Bapak Rakim
dan Bapak Rohendi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Kota Cirebon
atas waktu dan bantuannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Ayahanda Hudaya dan Ibunda Lili Rosli, kedua kakaku Gilda Pramasa dan
Sarah Linelda serta kedua adikku Fahri Faizal dan Wahyu Firmansyah yang
selalu mendoakan, memberikan semangat, dan memotivasi penulis.
7. Teman-teman sebimbingan Atika, Luky dan Ria serta Agribisnis 45 yang
telah bersedia memberikan kritik maupun saran dalam penyelesaian tugas
akhir ini.
8. Sahabat-sahabat di Agribisnis 45, Jayanti, Ririn, Anisa, Sistia dan teman
sekamar, Rahmi Fauziah yang selalu membantu, mendukung, memberi
masukan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bogor, Juni 2012
Listia Nur Isma
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. 8
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 9
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 10
2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan ....... 10
2.2. Strategi Bisnis Ekspor ....................................................... 12
III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................... 16
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................. 16
3.1.1. Manajemen Strategis ............................................... 16
3.1.2. Tahapan dan Model Manajemen Strategis ............... 16
3.1.3. Pernyataan Visi dan Misi ........................................ 17
3.1.4. Lingkungan Perusahaan .......................................... 18
3.1.4.1. Lingkungan Internal .. ............................... 18
3.1.4.2. Analisis Rantai Nilai ................................ 18
3.1.4.3. Lingkungan Eksternal . ............................. 19
3.1.5. Penetapan Tujuan Jangka Panjang .......................... 23
3.1.6. Market Share .......................................................... 24
3.1.7. Alternatif Strategi ................................................... 24
3.1.8. Perumusan Strategi .................................................. 25
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................... 26
IV. METODE PENELITIAN ....................................................... 29
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 29
4.2. Data dan Sumber Data ....................................................... 29
4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................. 30
4.3.1. Analisis Pangsa Pasar (Market Share) .................... 30
4.3.2. Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats) ........................................... 31
4.3.3. Perancangan Arsitektur Strategik ............................ 31
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................ 33
5.1. Sejarah dan Perkembangan PD Sambu .............................. 33
5.2. Lokasi dan Keadaan PD Sambu ......................................... 34
5.3. Visi, Misi dan Tujuan PD Sambu ....................................... 34
5.4. Struktur Organisasi PD Sambu .......................................... 34
5.5. Sumberdaya PD Sambu ...................................................... 36
5.5. Prosedur Ekspor ................................................................. 39
x
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 41
6.1. Analisis Lingkungan Internal PD Sambu ........................... 41
6.1.1. Kegiatan Utama ....................................................... 41
6.1.2. Kegiatan Penunjang ................................................. 50
6.1.3. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan .......... 53
6.1.3.1. Kekuatan PD Sambu ................................ 53
6.1.3.2. Kelemahan PD Sambu .............................. 54
6.2. Analisis Lingkungan Eksternal PD Sambu ........................ 56
6.2.1. Kekuatan Ekonomi .................................................. 56
6.2.2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi
dan Lingkungan ...................................................... 57
6.2.3. Kekuatan Politik, Pemerintahan dan Hukum .......... 58
6.2.4. Kekuatan Teknologi ................................................ 59
6.2.5. Kekuatan Kompetitif ............................................... 61
6.2.6. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman .............. 63
6.2.6.1. Peluang yang Dihadapi PD Sambu .......... 63
6.2.6.2. Ancaman yang Dihadapi PD Sambu ........ 65
6.3. Tahap Perumusan Strategi: Matriks SWOT ....................... 66
6.4. Rancangan Arsitektur Strategik PD Sambu ....................... 72
6.4.1. Sasaran PD Sambu .................................................. 72
6.4.2. Tantangan PD Sambu .............................................. 72
6.4.3. Rekomendasi Program Kegiatan ............................. 72
6.4.4. Tahapan Arsitektur Strategik .................................. 74
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 79
7.1. Kesimpulan ........................................................................ 79
7.2. Saran ................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 81
LAMPIRAN ......................................................................................... 84
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Rata-rata Volume Ekspor Non-minyak dan Gas Per Tahun
(Dalam Ratusan Ton) ............................................................. 2
2 Ekspor Ikan Termasuk Ikan Beku Indonesia ke Beberapa
Negara Tahun 2010-2011 ....................................................... 3
3 Daerah Sebaran Industri Pengolah Ikan di Jawa Barat
Tahun 2005 ............................................................................. 4
4 Perbandingan Nilai Ekspor PD Sambu dan PT Jaya Sakti
Tahun 2011 .............................................................................. 7
5 Matriks SWOT ....................................................................... 31
6 Perincian Peralatan Produksi PD Sambu .............................. 37
7 Kategori Karyawan PD Sambu .............................................. 38
8 Pengelompokan Ukuran Ikan Kurisi dan Mata Goyang ........ 44
9 Matriks SWOT PD Sambu ..................................................... 67
10 Rekomendasi Program Kegiatan untuk PD Sambu ............... 73
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Volume Produksi Perikanan Tangkap Nasional
Berdasarkan Jenis ................................................ .................. . 1
2 Grafik Produksi Penangkapan di Laut
Berdasarkan Perlakuan ....................................... .................. . 3
3 Ekspor Ikan Beku PD Sambu tahun 2011
dan Output yang Dihasilkan ................................ .................. .. 6
4 Model Komprehensif Manajemen Strategis ....... .................. . 17
5 Analisis Rantai Nilai ........................................... .................. . 19
6 Model Lima Kekuatan Persaingan ...................... .................. . 23
7 Kerangka Pemikiran Operasional ....................... .................. . 28
8 Perancangan Arsitektur Strategik PD Sambu ..... .................. . 32
9 Grafik Tingkat Inflasi di Indonesia
Bulan Desember 2010-Maret 2012 ..................... .................. . 57
10 Rancangan Arsitektur Strategik PD Sambu ........ .................. . 79
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Layout PD Sambu ............................................................. 85
2 Struktur Organisasi PD Sambu .......................................... 86
3 Alur Proses Produksi Ikan Berdasarkan Bahan Baku
Di PD Sambu .................................................................... 87
4 Sertifikat HACCP PD Sambu ............................................ 88
5 Contoh Laporan Hasil Uji Produk PD Sambu .................. 89
6 Contoh Surat Jaminan Bahan Baku PD Sambu ................. 90
7 Dokumentasi ...................................................................... 91
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perikanan Indonesia menjadi salah satu sektor yang memiliki potensi
untuk dikembangkan baik pada sektor budidaya, perikanan tangkap maupun
pengolahan. Sebagai negara dengan luas laut sekitar 7,9 juta km2 dan garis pantai
sepanjang 80.791 km didukung luas pertambakan dan kolam ikan yang tersebar di
beberapa wilayah Indonesia. Dibandingkan luas daratannya yang hanya 1,9 juta
km2 ternyata Indonesia memiliki luas laut 81 persen dari seluruh luas wilayah
Indonesia, sehingga bukan tidak mungkin bila indonesia dapat menguasai bisnis
perikanan dunia (Dahuri et al. 2001).
Berdasarkan Review of National Fisheries (2007), volume produksi
perikanan tangkap nasional pada tahun 2007 lebih didominasi oleh penangkapan
ikan dengan persentase yang cukup besar yaitu 89,4 persen. Hal ini dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Volume Produksi Perikanan Tangkap Nasional Berdasarkan Jenis
Sumber : Review of National Fisheries (2007)
Dengan dukungan kondisi alam tersebut, Indonesia sangat berpotensi
dalam melakukan kegiatan budidaya ikan sepanjang tahun. Ikan menjadi salah
satu produk dari komoditi perikanan yang masih menjadi unggulan untuk
pengembangan di sektor usaha budidaya maupun pengolahan baik itu untuk
kebutuhan domestik maupun ekspor. Rata-rata volume ekspor produk dari sektor
perikanan termasuk ikan dan olahannya mengalami perkembangan yang cukup
baik meskipun mengalami fluktuasi setiap tahun dan hal ini dapat dilihat melalui
Tabel 1.
Binatang Berkulit
Keras; 6,69%Binatang Lunak;
3,62% Binatang Air
Lainnya; 0,18%
Tanaman Air ;
0,10%
Ikan ;
89,41%
2
Tabel 1. Rata-rata Volume Ekspor Non-minyak dan Gas Per Tahun (Dalam
Ratusan Ton) Produk 2007 2008 2009 2010 2011*
Daging dan olahan daging 0,75 0,75 0,83 0,83 2,76
Hasil susu dan telur 3,25 5,42 4,17 4,17 3,9
Ikan, kerang-kerangan, moluska dan
olahannya 75,3 71,17 63,67 73,67 69,0
Gandum dan olahan gandum 21,67 29,25 17,0 19,67 14,7
Buah-buahan dan sayuran 85,83 83,25 82,17 79,2 86,9
Gula, olahan gula dan madu 41,08 82,08 46,1 42,83 57,7
Kopi, teh, coklat dan rempah-rempah 86,3 101,5 107,58 106,83 84,2
Keterangan:
* : Data sementara Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Diacu Dalam Bank Indonesia (2011)
Ikan, kerang-kerangan, moluska dan olahannya memiliki rata-rata volume
ekspor yang cukup besar bila dibandingkan ekspor produk non-minyak yang
lainnya. Berdasarkan sumber Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, tahun 2007 rata-
rata volume ekspor mencapai 7.530 ton. Namun, mengalami penurunan hingga
tahun 2009, yaitu mencapai 6.367 ton. Kemudian meningkat kembali di tahun
2010 menjadi 7.367 ton. Meskipun mengalami fluktuasi, namun hal ini
mengindikasikan bahwa produk periknan Indonesia masih tetap diminati yang
terbukti dengan meningkatnya rata-rata volume ekspor pada tahun 2010.
Fluktuasi ini diakibatkan oleh produksi perikanan yang bersifat musiman
dan masa panen yang terbatas dalam periode tertentu yang relatif singkat. Barang
hasil perikanan berupa bahan makanan yang mempunyai sifat mudah rusak.
Masalah ini membutuhkan usaha atau perawatan khusus dalam proses
pemasarannya untuk mempertahankan mutu salah satunya adalah melalui
pembekuan (Hanafiah A. M. dan Saefuddin A. M. 1983).
Penyumbang devisa negara tidak hanya dari ikan dalam bentuk fresh
product, ikan yang telah mengalami pengolahan juga menjadi daya tarik
tersendiri. Industri pengolahan ikan merupakan salah satu bagian dari agroindustri
perikanan yang juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan mutu
makanan rakyat Indonesia. Saat ini, industri pengolahan ikan baik dalam skala
besar, menengah maupun kecil terdiri dari industri pembekuan ikan, pengasapan,
pemindangan, pengawetan, tepung ikan dan lain sebagainya. Pada tahun 2007
sebanyak 58,9 persen hasil penangkapan laut dipasarkan dalam bentuk segar dan
sekitar 16 persen dipasarkan dalam bentuk bekuan, hal ini membuat masih
3
terbukanya peluang untuk meningkatkan pasar produk ikan beku dengan
memanfaatkan bahan baku ikan segar yang diproduksi hampir setengahnya yang
dapat dilihat berdasarkan Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Produksi Penangkapan di Laut Berdasarkan Perlakuan Sumber: Review national fisheries (2007)
Produk ikan beku banyak dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan luar
negeri. Salah satu negara yang menjadi tujuan ekspor produk ikan beku dari
Indonesia adalah Cina dengan volume ekspor yang cukup tinggi. Tahun 2010
volume ekspor ikan Indonesia sebesar 112.870 ton dengan nilai ekspor
48.749.557 dolar AS. Volume ekspor ikan Indonesia menurun di tahun 2011
menjadi 107.502 ton, namun hal ini berbeda dengan nilai ekspor ikan Indonesia
yang semakin meningkat menjadi 65.829.341 dolar AS. Hal ini merupakan
indikasi semakin baiknya nilai jual produk perikanan Indonesia ke Cina. Fluktuasi
ini dapat dilihat melalui Tabel 2.
Tabel 2. Ekspor Ikan Termasuk Ikan Beku Indonesia ke Beberapa Negara Tahun
2010-2011
No. Negara Tujuan Nilai (US$) Volume (Kg)
2010 2011 2010 2011
1 Thailand 75.525.584 78.706.248 172.596.787 138.009.721
2 Rep.Rakyat Cina 48.749.557 65.829.341 112.869.967 107.502.015
3 Jepang 37.758.982 65.053.655 26.631.064 33.284.703
4 Vietnam 30.415.179 49.022.751 21.824.061 30.862.375
5 Amerika Serikat 38.335.722 34.899.949 8.338.286 5.767.800
6 Spanyol 1.657.252 21.761.896 688.678 7.205.966
7 Korea Selatan 14.665.382 18.624.322 13.777.290 8.619.621
8 Taiwan 13.098.349 11.066.225 17.586.716 10.445.697
9 Singapura 11.428.786 10.941.791 5.550.051 28.097.478
10 Italia 1.243.708 8.538.790 421.295 1.923.940
Sumber: Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian dan Perdagangan (2012)
Pengeringan/
Penggaraman;
15,1% Pemindangan; 3,5%
Peragian; 0,8%
Pengasapan; 2,2%
Pembekuan; 16,0% Pengalengan; 1,3%
Tepung Ikan; 1,3%
Pengawetan
Lainnya; 0,9%
Dipasarkan
Segar; 58,9%
4
Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2004), Indonesia memiliki
327 sentra agroindustri perikanan dengan sentra utamanya di Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
Cirebon merupakan daerah pesisir pantai Laut Jawa yang berada di
wilayah Jawa Barat dan terkenal sebagai sentra perikanan. Cirebon juga sering
disebut sebagai salah satu kota pelabuhan tertua di Indonesia dengan budaya
bahari masyarakat yang kuat. Daerah Cirebon menyediakan kemurahan sumber
daya berupa laut yang dapat dimanfaatkan untuk dapat menghasilkan produk
perikanan maupun turunannya.1
Cirebon merupakan salah satu daerah yang
memiliki industri pengolah ikan dengan volume produksi terbesar kedua setelah
Indramayu. Besarnya volume produksi yang dihasilkan dari industri pengolah
ikan di daerah Cirebon sebesar 28.338,94 ton.2
Tabel 3. Daerah Sebaran Industri Pengolah Ikan di Jawa Barat Tahun 2005
Sumber: Bank Indonesia (2005)
Dinas Kelautan, Pertanian, Perikanan dan Perkebunan Kota Cirebon
(2009), Cirebon memiliki lima eksportir pengolah hasil laut, empat eksportir
berlokasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan, yaitu PT Pan
Putera Samudera dan PD Sambu. Dua lainnya berlokasi di Kelurahan Panjunan
1 DKP. 2011. Prospek Perikanan Masih Cerah. http://www.dkp.go.id /archives /c/58
/3514/ prospek- perikanan-masih-cerah/ [27 Desember 2011] 2 Bank Indonesia. 2007. Daerah Sebaran Industri Ikan di Jawa Barat. http://www.bi.go.id/
sipuk/id/dss/comodity.asp [27 Desember 2011]
Kabupaten/Kota Volume (Ton)
Bekasi 1324,58
Ciamis 2460
Cianjur 89,3
Cirebon 24268,84
Garut 7298,16
Indramayu 65937,43
Karawang 10769,7
Kota Cirebon 4070,1
Subang 16143,95
Sukabumi 9124,14
Tasikmalaya 361,7
5
yaitu PT Sheraton dan PD Jaya Sakti serta PT Biotech Surindo dibidang
pengelolaan Chitin untuk bahan baku Chitosan.3
Salah satu perusahaan pengolahan ikan yang terdapat di Cirebon adalah
PD Sambu. PD Sambu merupakan perusahaan dagang yang memproduksi olahan
ikan dalam bentuk beku untuk tujuan ekspor. Negara yang menjadi tujuan utama
perusahaan adalah Cina dan sebagian ke Hongkong serta beberapa negara Asia
lainnya. Adapun produk yang diproduksi diantaranya ikan mata goyang dalam
bentuk utuh atau potong kepala, ikan kurisi dalam bentuk utuh atau potong kepala,
ikan acang-acang, ikan kakap merah, ikan layur, tenggiri, bawal dan ikan remang.
Sebagai perusahaan yang berorientasi ekspor, tentunya memerlukan tatanan
manajemen bisnis yang tepat dalam menjalankan usahanya. Untuk mencapai
tujuan perusahaan diperlukan langkah awal, yaitu dengan menyusun strategi
bisnis yang tepat.
Strategi bisnis yang tepat juga diperlukan agar mendapatkan keuntungan
yang maksimal, serta dapat meraih dan mempertahankan pangsa pasar dalam
kondisi yang sangat kompetitif. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian
terhadap analisis yang terkait dengan penyusunan strategi, dimana hasil dari
pengkajian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan usaha ini ke
depannya.
1.2. Perumusan Masalah
Sumberdaya perikanan cukup berperan dalam komoditas ekspor Indonesia
dan salah satu sumberdaya perikanan tersebut adalah ikan. Ikan banyak
dimanfaatkan karena memiliki kandungan gizi yang baik bagi tubuh. Produk
perikanan yang di ekspor salah satunya adalah ikan beku. Ikan beku banyak
diproduksi oleh perusahaan yang bisnisnya berbasis cold storage.
PD Sambu merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis cold
storage dan produk yang dihasilkan adalah ikan beku. Adapun ikan yang diproses
oleh perusahaan ini antara lain ikan mata goyang dalam bentuk utuh atau potong
kepala, ikan kurisi dalam bentuk utuh atau potong kepala, ikan remang, acang-
3 Dinas Kelautan, Pertanian, Perikanan dan Perkebunan. 2009. Dalam Bisnis Cirebon.
2009. Ekspor Ikan Cirebon Masih Jalan Meski Sulit Bahan Bakunya.
http://bisniscirebon.blogspot.com/2009/06/ekspor-ikan-cirebon-masih-jalan-meski.html. [27
Desember 2011]
6
acang, kakap merah, tenggiri, bawal dan layur. Dalam menjalankan usahanya,
perusahaan menghadapi beberapa masalah internal diantaranya kerusakan mesin
saat sedang melakukan kegiatan packing serta human error seperti kesalahan
dalam menimbang bobot dan menyortir produk, belum matangnya ikan yang
berada dalam air blast freezer karena kehabisan gas, terjadinya konflik diantara
karyawan, tingginya tingkat bolos kerja karyawan, masih terjadi tumpang tindih
pekerjaan dan kesalahan dalam membuat kardus untuk produk yang akan diproses
keesokkan harinya.
Kegiatan produksi perusahaan juga seringkali mengalami kendala
dikarenakan kesulitan mendapatkan bahan baku. Bahan baku perusahaan sangat
tergantung pada supplier yang berasal dari pasokan nelayan yang tidak menentu
karena tergantung pada musim dan panen terbatas dalam periode tertentu yang
relatif singkat. Hal ini membuat ekspor produk PD Sambu ke negara tujuan
ekspor menjadi berfluktuasi. Menurut Manajer Produksi dan Quality Control PD
Sambu, saat kondisi cuaca baik perusahaan dapat memproduksi ikan beku rata-
rata 5 kuintal. Namun, jika kondisi cuaca kurang mendukung perusahaan hanya
bisa memproduksi ikan beku sebanyak 20 kg dalam satu kali proses produksi.
Setelah tahun baru atau pada bulan Januari biasanya menjadi bulan paling sedikit
ikan yang diekspor karena sebagian pemasok maupun nelayan libur dari
kegiatannya masing-masing. Fluktuasi ekspor produk ikan beku PD Sambu tahun
2011 dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Ekspor Ikan Beku PD Sambu Tahun 2011 Sumber : Dinas Kelautan, Pertanian, Perikanan, dan Perkebunan Kota Cirebon (2012)
0,00
100.000,00
200.000,00
300.000,00
400.000,00
500.000,00
600.000,00
700.000,00
800.000,00
Volume (Kg)
Nilai Ekspor (US$)
7
Saat ini yang terjadi adalah semakin banyak perusahaan pembekuan ikan
yang gulung tikar. Di kota Cirebon sendiri terjadi penurunan perusahaan
pembekuan ikan dari 14 eksportir di tahun 1980 hingga sekarang hanya terdapat 3
eksportir ikan beku yaitu PD Sambu, PT Jaya Sakti, dan PT Samtu. Selain itu,
keberlangsungan usaha pembekuan ikan PD Sambu dipengaruhi oleh persaingan
bisnis ekspor ikan beku diantara perusahaan-perusahaan pembekuan ikan terutama
terjadi karena persaingan dalam mendapatkan bahan baku dan harga. Salah satu
pesaing utama PD Sambu adalah PT Jaya Sakti, perusahaan ini memproduksi
produk yang sejenis dengan PD Sambu dan mengekspor produk ke negara yang
sama. Volume ekspor PD Sambu lebih besar bila dibandingkan dengan PT Jaya
Sakti. Namun dilihat dari nilai ekspor produk, PT Jaya Sakti dapat dikatakan lebih
baik bila dibandingkan dengan PD Sambu. Hal ini dapat terlihat dari total nilai
ekspor PT Jaya Sakti selama tujuh bulan terakhir di tahun 2011, dari total volume
ekspor 555.069,2 kg memiliki nilai ekspor US$ 1.098.804,13. Sedangkan PD
Sambu dari total volume ekspor 2.364.138,80 kg memiliki nilai ekspor US$
2.251.321,67. Oleh karena itu, perusahaan perlu memiliki strategi yang tepat agar
lebih baik dari pesaingnya. Perbandingan tersebut dapat dilihat melalui Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan Nilai Ekspor PD Sambu dan PT Jaya Sakti Tahun 2011
Bulan PD Sambu PT Jaya Sakti
Volume (Kg) Nilai Ekspor (US$) Volume (Kg) Nilai Ekspor (US$)
Juni 520.939,80 451.280,39 25.430,60 24.547,95
Juli 331.078,70 343.172,35 14.398,00 43.001,25
Agustus 366.718,60 364.960,35 76.441,00 124.691,40
September 106.661,50 141.554,70 140.941,60 147.484,60
Oktober 368.597,40 337.804,32 102.740,00 171.434,60
November 262.945,80 245.419,50 137.668,00 425.052,23
Desember 407.197,00 367.130,06 57.450,00 162.592,10
Total 2.364.138,80 2.251.321,67 555.069,20 1.098.804,13
Sumber : Dinas Kelautan, Pertanian, Perikanan, dan Perkebunan Kota Cirebon (2012)
Produk–produk PD Sambu selama ini lebih banyak diekspor ke negara
Cina. Adanya implementasi dari ACFTA terkait penghapusan tarif perdagangan
beberapa produk diantara negara-negara ASEAN termasuk Indonesia dan Cina
dapat memberikan momentum bagi peningkatan ekspor produk perikanan
Indonesia ke Cina dengan mudah. Perjanjian tersebut dilakukan secara bertahap,
dimulai dari penghapusan tarif melalui Early Harvest Program (EHP) dimana
tarif beberapa produk akan menjadi nol di tahun 2006, selanjutnya normal track
8
ACFTA yang diberlakukan di tahun 2010 dan untuk produk sensitif di tahun 2012
akan diturunkan hingga mencapai tarif maksimum 20 persen (Ditjen KPI 2005).
Dan produk yang termasuk dalam perjanjian tersebut adalah ikan beku. Dengan
adanya hal tersebut, bisa menjadi peluang bagi PD Sambu untuk meningkatkan
ekspor produknya ke Cina dengan dukungan bahan baku yang memadai dan
strategi yang tepat.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan serta perubahan yang terjadi
baik dari sisi internal dan eksternal, PD Sambu sebagai perusahaan yang
berorientasi ekspor mengharuskan adanya pembuatan strategi yang tepat agar
mampu bersaing diantara perusahaan dalam industri pembekuan ikan lainnya.
Sehingga perusahaan dapat lebih siap untuk menghadapi permasalahan dan
perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dengan memanfaatkan kekuatan
internal yang dimiliki.
Berdasarkan uraian tersebut, menjadi dasar bagi peneliti melakukan
penelitian terhadap strategi bisnis ekspor pembekuan ikan di PD Sambu. Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari
lingkungan internal PD Sambu dalam melakukan bisnis ekspor ikan beku?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari lingkungan
eksternal PD Sambu dalam melakukan bisnis ekspor ikan beku?
3. Alternatif strategi apa saja yang dapat diterapkan PD Sambu yang sesuai
dengan kondisi perusahaan?
4. Program-program kegiatan apa saja yang dapat direkomendasikan dari
alternatif strategi bisnis PD Sambu berdasarkan jangka waktu tertentu?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis faktor-faktor internal yang ada pada PD Sambu dalam
memproduksi ikan beku.
2. Menganalisis faktor-faktor eksternal yang dihadapi PD Sambu di Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan, Cirebon, Jawa Barat.
3. Merumuskan alternatif strategi bisnis yang dapat dilakukan oleh PD Sambu.
9
4. Merekomendasikan program-program kegiatan dari alternatif strategi bisnis
PD Sambu berdasarkan jangka waktu tertentu.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Perusahaan sebagai masukan untuk bahan pertimbangan dalam menentukan
strategi yang dapat digunakan untuk periode selanjutnya.
2. Para akademisi sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
3. Masyarakat sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan,
pengalaman di lapang dan ilmu pengetahuan mengenai industri agribisnis
terutama dalam bidang pembekuan ikan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada usaha ekspor pembekuan ikan PD Sambu,
dengan batasan analisis lingkungan internal menggunakan rantai nilai dan
lingkungan eksternal menggunakan lingkungan jauh dan kekuatan kompetitif.
Pada penelitian ini hanya membahas mengenai tahapan perumusan strategi.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan
Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu
perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran produknya.
Perusahaan akan memproduksi produk sesuai dengan pesanan pembeli (make to
order) terkait kualitas, spesifikasi dan jenis produknya dan hanya memiliki
pembeli tunggal. Pemasaran produk tidak difokuskan untuk pasar lokal, terkecuali
ada penolakan produk yang telah diekspor maka perusahaan akan menjual ke
restoran-restoran atau hotel-hotel di dalam negeri. Untuk ekspor ke negara Jepang
dan Uni Eropa menerapkan regulasi terkait ambang batas maksimal untuk
antibiotik dan residu sebesar 1 miligram per ton, yang menunjukkan semakin
ketatnya pengawasan terhadap masalah kebersihan dan kesehatan.
Irianto dan Soesilo (2007) menyatakan bahwa Ikan termasuk komoditas
yang cepat rusak dan bahkan lebih cepat dibandingkan dengan daging hewan
lainnya. Kecepatan pembusukan ikan dipengaruhi oleh teknik penangkapan dan
pemanenan, kondisi biologis ikan, serta teknik penanganan diatas kapal. Oleh
karena itu, diperlukan pengawetan ikan dengan cara pembekuan. Teknologi
pembekuan telah dimanfaatkan untuk menghasilkan berbagai jenis produk yang
dipasarkan dan disimpan dalam keadaan beku dengan bahan mentah seperti ikan
atau udang. Produk ikan dapat dipasarkan beku dalam bentuk ikan utuh yang telah
disiangi, loin, fillet, dan lain-lain yang pada umumnya dari ikan laut.
Produk ikan beku dapat disimpan cukup lama, yaitu berbulan-bulan
bahkan bisa lebih dari 1 tahun. Selama pembekuan, pertumbuhan mikroorganisme
dalam ikan akan terhambat. Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi mutu produk
akhir ikan beku adalah mutu bahan baku, penanganan sebelum pembekuan,
metode dan kecepatan pembekuan, suhu penyimpanan dan fluktuasi suhu, waktu
penyimpanan, kelembaban lingkungan penyimpanan, serta sifat bahan kemasan
yang digunakan. Proses pembekuan harus dilakukan dengan cepat, yaitu
penurunan suhu dari 0oC menjadi –5
oC dalam waktu tidak lebih dari 2 jam,
kemudian diteruskan dengan pembekuan dalam cold storage sehingga suhu
mencapai –30oC pada akhir pembekuan (Suryaningrum 2008).
11
Perusahaan yang bergerak dalam ekspor pembekuan sering menghadapi
permasalahan seperti, jumlah produksi yang tergantung permintaan pembeli.
Perusahaan harus mempertimbangkan efisiensi produksi mengenai jumlah tenaga
produksi yang dibutuhkan, jumlah ketersediaan bahan baku dan waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pesanan dari pembeli, sehingga dengan
penurunan produksi membuat perusahaan harus menekan biaya produksi (Rosyidi
2007).
Pengolahan modern seperti pembekuan ikan menurut Heruwati (2002),
menuntut pasokan bahan baku yang bermutu tinggi, jenis dan ukuran seragam
serta tersedia dalam jumlah yang cukup banyak sesuai dengan kapasitas industri.
Di Indonesia, persyaratan tersebut sulit dipenuhi karena beberapa hal. Pertama,
corak perikanan bersifat perikanan rakyat, dengan 90 persen armada perahu kecil
tanpa motor, pola produksinya tersebar diantara nelayan yang sangat banyak
jumlahnya, sedangkan jumlah hasil tangkapan per nelayan hanya sedikit. Kedua,
perikanan tropik mempunyai ciri khas berupa jenis dan ukuran ikan yang sangat
beragam. Kedua hal ini menjadi kendala dalam memasok ikan dengan jenis dan
ukuran yang seragam serta jumlah yang cukup.
Permasalahan industri perikanan yang terlihat di Jawa Barat menurut
penelitian Rahayu (2009), yaitu rendahnya mutu produk dan bahan baku serta
lemahnya kemampuan teknologi. Oleh karena itu, diperlukan adanya desain untuk
meningkatkan daya saing industri pengolahan. Peningkatan daya saing industri
pengolahan ikan dapat dilakukan dengan perbaikan kinerja mutu pada rantai
pasok, dan untuk mewujudkannya diperlukan bantuan dari beberapa pihak terkait
seperti Dinas Perikanan Daerah, Dinas Perindustrian Daerah, DKP, Departemen
Perindustrian, Pemerintah Pusat dan Daerah, Kementerian KUKM, lembaga
bantuan permodalan, serta seluruh pelaku yang terlibat dalam rantai pasok industri
pengolahan ikan laut tangkapan.
Selain itu, hasil penelitian Park et al. (2008) diacu Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (2012) menemukan bahwa
pelaksanaan liberalisasi ACFTA yang dilakukan diantara negara-negara ASEAN
dan Cina akan menyebabkan penurunan surplus perdagangan negara ASEAN
dibandingkan Cina. Negara ASEAN memiliki industri yang kurang kompetitif
12
dibandingkan Cina, sehingga diperlukan upaya perbaikan kinerja buruh,
infrastruktur dan teknologi untuk meningkatkan daya saing produk ASEAN
terhadap Cina.
Oleh karena itu, diperlukan program untuk meningkatkan daya saing
produk perikanan Indonesia. Pada PJPT II, pemerintah membuat kebijaksanaan
yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi, yaitu mengeluarkan beberapa
deregulasi yang salah satunya menggalakkan ekspor non-migas, hal ini menjadi
faktor yang secara tidak langsung mendukung peningkatan daya saing industri
perikanan (Ditjen Perikanan 1999 diacu Risnawati 2002).
2.2. Strategi Bisnis Ekspor
Adanya beberapa penelitian terdahulu yang melakukan analisis mengenai
strategi bisnis pada suatu perusahaan menandakan bahwa strategi dalam kegiatan
usaha perlu dilakukan pengkajian untuk mengetahui maupun menentukan faktor-
faktor lingkungan perusahaan.
Dalam menganalisis strategi bisnis perusahaan yang melakukan kegiatan
ekspor, peneliti mempertimbangkan semua aspek yang terdapat dalam lingkungan
internal dan eksternal perusahaan. Proses analisis faktor internal dan eksternal
perusahaan dapat dilakukan melalui analisis IFE (Internal Factor Evaluation) dan
EFE (External Factor Evaluation) (Sapanli 2007). Dalam mendapatkan informasi
untuk mengidentifikasi faktor internal perusahaan dapat dilakukan melalui analisis
pangsa pasar untuk membandingkan volume ekspor ikan tuna perusahaan
terhadap volume ekspor ikan tuna Indonesia (Risnawati 2002). Selain itu,
identifikasi lingkungan internal dapat juga menggunakan pendekatan rantai nilai
dan untuk mengidentifikasi lingkungan eksternal dapat digunakan alat analisis
dari Porter (Indriyasari 2011). Penetapan strategi bisnis sangat terkait dengan
peluang dan ancaman yang berasal dari faktor eksternal maupun kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki dari sisi internal perusahaan.
Raimu (2000) menyatakan bahwa dalam menganalisis strategi bisnis pada
tahap menentukan alternatif strategi bagi perusahaan melalui tahap pencocokan
hasil IFE dan EFE dapat dilakukan dengan matriks SWOT. Setelah didapat
beberapa alternatif strategi dari matriks SWOT selanjutnya dapat dibuat beberapa
program kegiatan menggunakan arsitektur strategik (Indriyasari 2011). Rancangan
13
arsitektur strategik didapat melalui analisis terhadap sasaran dan tantangan yang
dihadapi perusahaan serta akan menghasilkan rekomendasi bagi perusahaan
berdasarkan penjabaran dari alternatif strategi yang dihasilkan matriks SWOT.
Dalam menganalisis strategi bisnis, pertama kali yang harus dilakukan
adalah menganalisis kekuatan dan kelemahan internal perusahaan serta
menganalisis peluang dan ancaman yang dihadapi dari sisi eksternal perusahaan.
Adapun kekuatan internal yang dapat dimiliki bagi perusahaan eksportir agar
mampu bersaing dalam industri ekspor.
Berdasarkan Raimu (2000) kekuatan yang dimiliki perusahaan eksportir,
yaitu memiliki fasilitas produksi lengkap, produk bermutu tinggi, diversifikasi
produk, memiliki cold storage sendiri dan teknologi yang mampu menghasilkan
produk turunan, memiliki tenaga kerja yang berpengalaman dalam bidangnya
masing-masing, memiliki hubungan baik dengan pemasok dan reputasi
perusahaan yang baik selama meminjam kredit pada kreditur. Hal ini berbeda
dengan yang diungkapkan oleh Sapanli (2007) yang menyatakan bahwa kekuatan
perusahaan dapat berasal dari budaya disiplin yang tinggi, sistem distribusi
penjualan produk yang baik, keunggulan kompetitif dalam bersaing, memiliki
sertifikat HACCP dan lokasi yang strategis. Kepemilikan sertifikat internasional
menjadi faktor kekuatan internal yang penting bagi perusahaan eksportir karena
dengan sertifikat tersebut sudah pasti perusahaan akan menghasilkan produk
sesuai standar yang diterapkan sehingga produk yang dihasilkan pasti berkualitas
baik. Kekuatan-kekuatan tersebut dapat dimanfaatkan perusahaan untuk
mendapatkan peluang yang ada dan mengurangi dampak dari kelemahan yang
dimiliki maupun ancaman yang dihadapi.
Kelemahan yang biasa terjadi di perusahaan ekspor pembekuan,
diantaranya persediaan yang hanya tergantung pada pemasok yang tidak terikat
kontrak, karyawan perusahaan yang kurang disiplin (seperti, saat melakukan
kegiatan pemrosesan tidak menggunakan penutup mulut dan kepala), nilai dan
volume ekspor perusahaan yang menurun tiap tahunnya mengakibatkan posisi
perusahaan di pasar ekspor hanya sebagai penggarap relung pasar (Raimu 2000).
Hal yang berbeda ditunjukkan oleh Indriyasari (2011). Dalam penelitiannya,
kelemahan perusahaan lebih banyak berasal dari manajemen perusahaan. Adapun
14
kelemahan tersebut antara lain, pemilik tidak hanya fokus menjalankan satu
usaha, segala keputusan kegiatan usaha masih bergantung pada pemilik, tidak
adanya divisi pemasaran secara khusus, pemasaran dilakukan oleh pemilik,
administrasi dan keuangan perusahaan belum rapi, modal usaha terbatas.
Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diminimalkan dengan menggunakan
kekuatan yang dimiliki agar tidak menjadi kendala dalam menjalankan usaha dan
memanfaatkan peluang yang akan muncul.
Peluang yang memiliki kemungkinan untuk muncul diantaranya dapat
berasal dari kebijakan pemerintah yang mendukung dunia usaha, adanya fasilitas
bea masuk bagi produk tersebut, kondisi perekonomian Indonesia yang semakin
baik, adanya konsumen yang menyukai produk yang ditawarkan perusahaan,
kondisi sosial masyarakat yang kondusif, kemajuan teknologi dibidang
transportasi; informasi; dan industri, hambatan masuk bagi pendatang baru yang
relatif tinggi, sumber bahan baku melimpah, jumlah pemasok banyak dan
merebaknya penyakit pada hewan konsumsi non-perikanan (Rosyidi 2007).
Peluang tersebut dapat dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan penjualan
produknya ataupun memperluas pangsa pasar perusahaan.
Selain peluang, perusahaan juga menghadapi beberapa ancaman dalam
menjalankan usahanya. Ancaman yang dihadapi oleh perusahaan yang melakukan
kegiatan ekspor terutama dari subsektor perikanan antara lain, semakin baiknya
pengusahaan produk negara pesaing maupun perusahaan sejenis di Indonesia,
adanya arus globalisasi ekonomi, dan pemberlakuan standar mutu yang ketat.
Ancaman tersebut dapat menimbulkan pasar yang semakin kompetitif dalam
persaingan mutu produk (Raimu 2000). Ancaman lain yang dapat dihadapi adalah
adanya bahaya isu bioterorism internasional, birokrasi perijinan usaha dan
perijinan ekspor yang rumit, pajak yang masih tinggi dan banyaknya pungutan
liar, adanya hambatan perdagangan internasional, sering terjadinya bencana alam
serta semakin rusaknya ekosistem lingkungan perairan (Sapanli 2007). Analisis
terhadap ancaman ini diperlukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya
terhadap kondisi perusahaan dan mengurangi dampak ancaman tersebut dengan
kekuatan yang dimiliki maupun memanfaatkan peluang yang ada.
15
Penelitian mengenai strategi bisnis terutama ekspor ini bertujuan untuk
mendapatkan alternatif strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
keunggulan bersaing perusahaan diantara para pesaingnya. Setelah
mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan internal serta faktor peluang dan
ancaman eksternal maka akan didapat beberapa alternatif strategi. Dalam
Risnawati (2002) menunjukkan bahwa strategi kebijaksanaan bisnis yang dapat
diterapkan oleh perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor ikan beku adalah
memperluas segmen pasar tidak hanya tergantung pada satu pembeli, mencari dan
mengembangkan pasar baru, membentuk divisi pemasaran dan merekrut tenaga
ahli pemasaran. Sedangkan langkah operasional yang dapat dilakukan adalah
memperbaiki teknik penetapan target penjualan dengan memperhatikan perubahan
situasi eksternal yang terjadi, menetapkan tujuan tahunan dan mengalokasikan
sumberdaya yang diperlukan untuk melakukan ekspansi pasar, melakukan riset
pasar secara mendalam di daerah pemasaran saat ini dan daerah potensial
pemasaran dan membudayakan penggunaan sistem informasi komputer (Etriya
2001).
Alternatif-alternatif strategi bisnis ekspor tersebut dapat digunakan
perusahaan sebagai rencana untuk membangun dan memperkuat posisi bersaing
produk perusahaan eksportir (Rosyidi 2007). Selain itu, berguna untuk semakin
meningkatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan yang dimiliki agar mampu
meraih peluang yang ada dan menghadapi ancaman yang mungkin muncul dari
sisi eksternal perusahaan. Untuk lebih mempermudah dalam membaca dan
memahami alternatif strategi yang telah dibuat dapat dilakukan dengan
menggambarkannya ke dalam arsitektur strategik (Indriyasari 2011).
16
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Manajemen Strategis
Strategi merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang
bagaimana mencapai misi dan tujuan perusahaan. Strategi akan memaksimalkan
keunggulan kompetitif dan meminimalkan keterbatasan bersaing (Hunger dan
Wheelen 2003).
Manajemen strategis adalah sebuah keputusan dan tindakan yang
mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif
untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Dalam melaksanakan manajemen
strategis ini, perusahaan tidak hanya melihat dan mengambil keputusan pada saat
ini, untuk dunia sekarang dan bisnis sekarang, tetapi mencoba untuk mengetahui
keadaan masa depan dan bersiap untuk menghadapinya (Jauch dan Glueck 1988).
Manajemen strategis juga dapat didefinisikan sebagai sebuah seni dan
pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan serta mengevaluasi
keputusan-keputusan lintas fungsional yang membuat suatu perusahaan mampu
mencapai tujuannya. Tujuan manajemen strategis adalah mengeksploitasi serta
menciptakan berbagai peluang baru dan berbeda dari organisasi yang lainnya
dengan dasar pertimbangan kondisi internal dan eksternal organisasi untuk masa
yang akan datang (David 2009).
3.1.2. Tahapan dan Model Manajemen Strategis
Manajemen strategis terdiri dari tiga tahapan diantaranya perumusan
strategi, penerapan strategi dan penilaian atau evaluasi strategi. Tahapan tersebut
dapat dijelaskan dengan sebuah model yang disebut model manajemen strategis
komprehensif. Perumusan strategi mencakup pengembangan visi dan misi,
identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan
kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian
strategi-strategi alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan
(David 2009). Dalam menganalisis lingkungan internal dapat menggunakan
pendekatan Porter (1992), yaitu rantai nilai sedangkan analisis lingkungan
eksternal menggunakan pendekatan David (2009) dan Porter (1992).
17
Tahap selanjutnya adalah implementasi strategi. Tahapan ini menuntut
perusahaan untuk menentukan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi
karyawan dan mengalokasikan sumberdaya, sehingga strategi-strategi yang telah
dirumuskan dapat dijalankan. Tahap ini sering disebut “tahap aksi” dari
manajemen strategis.
Tahap terakhir dari manajemen strategis adalah penilaian strategi. Tiga
aktivitas yang biasa dijalankan dalam tahap ini adalah peninjauan ulang faktor-
faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi saat ini,
pengukuran kinerja dan pengambilan langkah korektif. Proses tersebut dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber : David (2009)
3.1.3. Pernyataan Visi dan Misi
Mengembangkan pernyataan visi sering kali dipandang sebagai langkah
pertama dari perencanaan strategis, bahkan mendahului pembuatan pernyataan
misi. Pernyataan visi harus menjawab pertanyaan dasar, “Ingin menjadi seperti
apakah kita?” (David 2009). Berdasarkan Jauch dan Glueck (1988), misi dapat
dipandang sebagai mata rantai antara melaksanakan beberapa fungsi sosial dan
tujuan yang lebih khas dari organisasi tersebut. Misi ini dapat digunakan sebagai
legitimasi keberadaan perusahaan. Sebagian dari pernyataan misi adalah batasan
Melakukan
Audit
Eksternal
Menetapkan Tujuan-
tujuan
Jangka
Panjang
Mengembangkan Pernyataan
Visi dan Misi
Menciptakan,
Mengevaluasi dan Memilih
Strategi
Menerapkan Strategi Isu-
isu
Manajemen
Menerapkan
Strategi
Pemasaran, Keuangan,
Akuntansi,
Litbang dan Sistem
Informasi
Manajemen
Mengukur dan
Mengevaluasi
Kinerja
Melakukan
Audit
Intenal
18
bisnis itu sendiri, seperti uraian produk, kegiatan, fungsi dan pasar yang saat ini
dijalankan perusahaan. David (2004) menyatakan bahwa misi merupakan
pernyataan jangka panjang mengenai tujuan yang membedakan sebuah bisnis dari
perusahaan lain yang serupa.
3.1.4. Lingkungan Perusahaan
Analisis lingkungan adalah suatu proses yang digunakan perencana
strategi untuk memantau sektor lingkungan dalam menentukan peluang atau
ancaman terhadap perusahaan. Perusahaan perlu menganalisis dan mendiagnosis
lingkungan karena faktor lingkungan merupakan pengaruh utama terhadap
perubahan strategi. Analisis lingkungan memberikan kesempatan bagi perencana
strategi untuk mengantisipasi peluang dan membuat rencana untuk melakukan
tanggapan pilihan terhadap peluang ini. Hal ini juga membantu perencana untuk
menghindari ancaman atau mengembangkan strategi yang dapat mengubah
ancaman menjadi keuntungan perusahaan (Jauch dan Glueck 1988).
3.1.4.1. Lingkungan Internal
Lingkungan internal terdiri dari varibel-variabel (kekuatan dan kelemahan)
yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka
pendek. Variabel tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan.
Variabel itu meliputi struktur, budaya dan sumber daya organisasi (Hunger dan
Wheelen 2003). Lingkungan internal dapat dikaji dengan pendekatan analisis
rantai nilai yang dapat dilihat pada Gambar 5.
3.1.4.2. Analisis Rantai Nilai
Analisis rantai nilai seperti yang dikemukakan oleh Porter adalah satu cara
untuk menguji sifat dan tingkat sinergi, apabila ada, diantara kegiatan-kegiatan
internal perusahaan. Setiap perusahaan melakukan kegiatan merancang, membuat,
memasarkan, mengantarkan dan mendukung produknya. Seluruh kegiatan
tersebut dapat digambarkan dengan menggunakan rantai nilai. Perbedaan-
perbedaan diantara rantai nilai para pesaing adalah sumber kunci keunggulan
kompetitif. Analisis rantai nilai dapat diidentifikasi dengan lima kegiatan utama
yang biasanya terjadi di setiap bisnis yaitu (1) inbound logistic; penanganan bahan
baku dan pergudangan, (2) operasi seperti mesin, perakitan dan pengujian, (3)
19
outbound logistic; penggudangan dan distribusi harga, produk jadi, (4) pemasaran
dan penjualan, serta (5) layanan konsumen. Porter juga mengidentifikasi empat
kegitan pendukung diantaranya (1) pembelian bahan mentah, mesin dan peralatan,
(2) perkembangan teknologi seperti research and development, perbaikan produk
dan proses, (3) manajemen sumber daya manusia terdiri dari perekrutan,
pelatihan, pengembangan dan (4) infrastruktur perencanaan, akuntansi, keuangan,
hukum, hubungan pemerintah dan manajemen kualitas.
a
b
Keterangan: a : Kegiatan Penunjang
b : Kegiatan Utama
Gambar 5. Analisis Rantai Nilai Sumber : Hunger dan Wheelen (2003)
3.1.4.3. Lingkungan Eksternal
Menurut David (2009), analisis mengenai lingkungan eksternal
dipengaruhi oleh lima kategori luas yaitu (1) kekuatan ekonomi, (2) kekuatan
sosial, budaya, demografis dan lingkungan, (3) kekuatan politik, pemerintahan
dan hukum, (4) kekuatan teknologi, dan (5) kekuatan kompetitif.
1. Kekuatan Ekonomi
Kekuatan ekonomi ini yang mengatur pertukaran material, uang,
energi dan informasi. Faktor ekonomi memiliki dampak langsung terhadap
daya tarik potensial dari beragam strategi. Semakin buruk kondisi ekonomi
maka akan semakin buruk pula iklim bisnis di negara tersebut. Faktor-faktor
ekonomi yang dapat mempengaruhi suatu perusahaan ekspor diantaranya
inflasi dan nilai tukar atau kurs mata uang rupiah terhadap dolar.
Margin Infrastruktur Perusahaan
Manajemen Sumber Daya Manusia
Perkembangan Teknologi
Pembelian
Inbound Operasi Outbound Pemasaran Layanan
Logistic Logistic dan Penjualan Margin
20
2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografis dan Lingkungan
Perubahan sosial, budaya, demografis dan lingkungan memiliki
dampak yang besar atas hampir semua produk, jasa, pasar dan konsumen.
Tren-tren sosial, budaya, demografis dan lingkungan membentuk cara orang
hidup, bekerja, memproduksi dan mengkonsumsi. Tren tersebut
menciptakan jenis konsumen yang berbeda dan konsekuensinya
menciptakan kebutuhan akan produk, jasa dan strategi yang berbeda pula.
Tren sosial yang mungkin mempengaruhi seperti gaya hidup (status atau
kedudukan) dan perilaku masyarakat di sekitar perusahaan maupun pembeli
produk perusahaan. Sedangkan tren budaya berkaitan dengan adat istiadat
dan kebiasaan dari masyarakat di luar perusahaan.
Tren demografis yang dapat mempengaruhi perusahaan dari sisi
eksternalnya adalah jumlah penduduk yang bisa menjadi peluang bagi
produk yang dihasilkan perusahaan. Dan faktor lingkungan yang dapat
berpengaruh diantaranya perubahan musim, dalam hal ini berpengaruh
terhadap peningkatan atau penurunan permintaan ikan dikarenakan musim
tertentu.
3. Kekuatan Politik, Pemerintahan dan Hukum
Faktor politik, pemerintahan dan hukum dapat merepresentasikan
peluang atau ancaman utama baik bagi organisasi kecil maupun besar.
Pemerintah sebagai pembuat regulasi, deregulasi, penyubsidi, pemberi kerja
serta konsumen utama dalam organisasi sangat berperan dalam
kelangsungan hidup suatu perusahaan. Selain itu, tujuan kebijakan dan
stabilitas politik pemerintahan menjadi faktor penting yang mempengaruhi
perusahaan dari sisi eksternalnya. Perubahan-perubahan dalam hukum
paten, undang-undang, dan tarif pajak dapat mempengaruhi perusahaan
secara signifikan.
4. Kekuatan Teknologi
Kekuatan teknologi merepresentasikan peluang dan ancaman besar
yang harus dipertimbangkan dalam perumusan strategi. Kemajuan teknologi
bisa secara dramatis mempengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok,
distributor, pesaing, konsumen, proses produksi, praktik pemasaran dan
21
posisi kompetitif organisasi. Selain itu, kemajuan teknologi dapat
menciptakan pasar baru, menghasilkan produk yang baru dan lebih baik,
mengubah posisi biaya kompetitif dalam suatu industri, serta membuat
produk dan jasa yang ada saat ini usang. Teknologi dapat berkaitan dengan
kecepatan transfer teknologi oleh karyawan, masa atau waktu keusangan
teknologi dan harga teknologi yang diadopsi seperti transportasi,
komunikasi dan informasi (penggunaan internet dan e-commerce).
5. Kekuatan Kompetitif
Menurut Porter (1992), kekuatan persaingan yang dapat secara
bersama-sama menentukan intensitas persaingan dan kemampulabaan dalam
industri atau kekuatan yang paling besar akan menentukan serta menjadi
sangat penting dari sudut pandang perumusan strategi. Kekuatan persaingan
terdiri dari masuknya pendatang baru, ancaman produk pengganti, kekuatan
tawar-menawar pembeli, kekuatan tawar-menawar pemasok, serta
persaingan diantara para pesaing yang ada.
a. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru dalam industri membawa kapasitas baru, keinginan
untuk merebut bagian pasar, serta sering kali juga sumber daya yang
besar. Akibatnya harga dapat menjadi turun atau biaya membengkak
sehingga mengurangi kemampulabaan. Ancaman masuknya pendatang
baru ke dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada,
digabung dengan reaksi dari pada pesaing yang sudah ada yang dapat
diperkirakan oleh pendatang baru. Terdapat enam sumber utama
rintangan masuk yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan
modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi dan biaya tak
menguntungkan terlepas dari skala.
b. Ancaman Produk Pengganti
Mengenali produk-produk pengganti adalah persoalan mencari
produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk
dalam industri. Produk pengganti membatasi laba potensial dari industri
karena batas atas pada harga-harga perusahaan dalam suatu industri.
Produk pengganti yang perlu mendapat perhatian adalah produk yang
22
(1) mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau prestasi yang
lebih baik dibanding produk dalam industri, (2) dihasilkan oleh industri
yang berlaba tinggi. Dalam hal terakhir, produk pengganti seringkali
dengan cepat ikut berperan jika terjadi perkembangan tertentu yang
meningkatkan persaingan dalam industri perusahaan tersebut dan
menyebabkan penurunan harga atau peningkatan prestasi. Produk
pengganti akan memberikan ancaman saat produk pengganti tersebut
memiliki harga yang lebih murah dari produk yang dihasilkan
perusahaan dengan kualitas sama ataupun lebih tinggi (David 2009).
c. Kekuatan Tawar-menawar Pembeli
Pembeli bersaing di industri dengan cara memaksa harga turun,
tawar-menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih
baik, serta berperan sebagai pesaing satu sama lain yang mengorbankan
kemampulabaan industri. Kekuatan dari tiap-tiap kelompok pembeli
yang penting dalam industri tergantung pada sejumlah karakteristik
situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif pembeliannya dari
industri yang bersangkutan dibandingkan dengan keseluruhan bisnis
pembeli tersebut. Daya tawar pembeli dapat menggambarkan kekuatan
besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri. Oleh
karena itu, untuk menarik konsumen perusahaan dapat menawarkan
garansi yang panjang atau layanan khusus untuk mendapatkan loyalitas
konsumen (Porter 1992).
d. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar-menawar terhadap
para peserta industri dengan mengamcam akan menaikkan harga atau
menurunkan mutu produk atau jasa yang dibeli. Pemasok yang kuat
dapat menekan kemampulabaan industri yang tidak mampu
mengimbangi kenaikan harganya. Kondisi-kondisi yang menentukan
kekuatan pemasok tidak hanya dapat berubah melainkan juga seringkali
berada di luar kekuasaan perusahaan. Tetapi, perusahaan terkadang
dapat memperbaiki situasi melalui strategi. Perusahaan dapat
memperkuat ancamannya seperti melakukan integrasi ke belakang
23
untuk mendapatkan kendali terhadap pemasok ataupun menghilangkan
biaya peralihan.
e. Persaingan Diantara Para Pesaing yang Ada
Menurut Porter (1992), rivalitas dikalangan pesaing yang ada
berbentuk perlombaan untuk mendapatkan posisi dengan menggunakan
taktik seperti persaingan harga, perang iklan, introduksi produk dan
meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada pelanggan. Intensitas
persaingan berhubungan dengan beberapa faktor yaitu jumlah pesaing,
tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk atau jasa, jumlah
biaya tetap, kapasitas, tingginya penghalang untuk keluar dan diversitas
pesaing. Hal ini dapat dilihat melalui model lima kekuatan persaingan
pada Gambar 6.
Gambar 6. Model Lima Kekuatan Persaingan Sumber: Porter (1992)
3.1.5. Penetapan Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang merepresentasikan hasil-hasil yang diharapkan dari
pelaksanaan strategi tertentu. Strategi merepresentasikan berbagai tindakan yang
perlu diambil untuk mencapai tujuan jangka panjang. Kerangka bagi tujuan dan
strategi harus konsisten, biasanya berkisar antara dua sampai lima tahun. Tujuan
harus kuantitatif, dapat diukur, realistis, dapat dimengerti, menantang, hierarkis,
mungkin untuk dicapai dan kongruen antarunit organisasional. Tiap tujuan juga
harus terkait dengan garis waktu. Tujuan diperlukan di tingkat perusahaan,
divisional dan fungsional dari suatu organisasi. Tujuan juga menyediakan
landasan bagi pengambilan keputusan yang konsisten oleh para manajer yang
memiliki nilai dan sikap yang berbeda (David 2009).
Kekuatan tawar-
menawar pemasok
Ancaman masuknya
pendatang baru
Kekuatan tawar-menawar
pembeli
Ancaman produk atau jasa
pengganti
Persaingan diantara
perusahaan yang ada
24
3.1.6. Market Share
Market share atau pangsa pasar merupakan bagian pasar yang dapat diraih
perusahaan serta sebuah indikator tentang apa yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan terhadap kompetitornya dengan dukungan perubahan-perubahan
dalam penjualan. Market share adalah persentase pasar yang ditentukan dalam
ukuran unit maupun revenue dan dihitung berdasarkan specific entity. Pangsa
pasar menjelaskan penjualan perusahaan sebagai persentase volume total
penjualan dalam industri, market atau produk. Pangsa pasar dan pertumbuhannya
akan memberikan perspektif kunci terhadap permintaan pasar saat ini dan yang
akan datang. Adanya keputusan terkait jumlah produk yang akan diproduksi
dengan tepat dan besarnya skala produksi yang akan dikembangkan, akan
memberikan dampak besar terhadap perolehan keuntungan dari bisnis suatu
perusahaan (Sumarwan et. al 2010).
3.1.7. Alternatif Strategi
Berdasarkan David (2009), alternatif strategi yang dapat dilakukan
perusahaan dengan analisis matriks SWOT adalah sebagai berikut:
1. Strategi SO
Strategi ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan internal
perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Secara
umum, organisasi akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT untuk
mencapai situasi dimana mereka dapat melaksanakan strategi SO. Jika
sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan
berjuang untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Ketika
sebuah organisasi dihadapkan pada ancaman yang besar, maka perusahaan
akan berusaha untuk menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.
2. Strategi WO
Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang peluang-
peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal
yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut.
25
3. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini tidak berarti bahwa
organisasi yang kuat pasti selalu menghadapi ancaman langsung dalam
lingkungan eksternal.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Sebuah perusahaan yang dihadapkan pada berbagai ancaman eksternal dan
kelemahan internal berada pada posisi yang penuh risiko. Faktanya,
perusahaan ini mungkin harus berjuang agar dapat bertahan, merjer,
penghematan, menyatakan bangkrut atau memilih pailit.
3.1.8. Perumusan Strategi
Perumusan strategi dapat dilakukan melalui dua pendekatan antara lain:
1. Matriks SWOT
Matriks SWOT menggambarkan bagaimana manajemen dapat
mencocokkan peluang-peluang dan ancaman-ancaman eksternal yang
dihadapi suatu perusahaan tertentu dengan kekuatan dan kelemahan
internal untuk menghasilkan empat rangkaian alternatif strategis. SWOT
adalah akronim dari Strength, Weaknesses, opportunities dan Threats dari
organisasi yang kesemuanya merupakan faktor-faktor strategis. Sehingga
analisis SWOT harus mengidentifikasi kompetensi langka perusahaan
yaitu keahlian tertentu dan sumber-sumber yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan dan cara unggul yang mereka gunakan. Penggunaan
kompetensi langka perusahaan secara tepat akan memberikan keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan. Matriks SWOT dapat diaplikasikan baik
pada perusahaan bisnis tunggal maupun multibisnis, dan bahkan untuk unit
bisnis (Hunger dan Wheelen 2003).
2. Arsitektur Strategik
Pendekatan arsitektur strategik ini pertama kali dikenalkan oleh Gary
Hamel dan C. K. Prahalad pada awal tahun 1990-an. Dalam pendekatan
ini, strategi dan program yang dirancang tidak selalu terpaku dan
26
senantiasa responsif terhadap perubahan lingkungan bisnis. Namun,
organisasi dituntut untuk membangun kekuatan internal, menetapkan
bidang bisnis saat ini dan bidang bisnis potensial yang akan digarap, dan
menentukan masa depan organisasi sendiri. Penentuan masa depan ini
adalah dengan menyusun industry foresight yang intinya merevisi ulang
batasan industri yang akan digeluti oleh organisasi yang bersangkutan.
Seluruh komponen kemudian dipetakan dalam bentuk blue print strategy
yang disusun dengan maksud untuk memaksimalkan kemungkinan untuk
mencapai masa depan pada waktu yang telah diperhitungkan dengan
cermat. Dengan arsitektur startegik, perusahaan dapat mengembangkan
skenario sendiri untuk melancarkan jalan menuju tercapainya visi dan
misi. Selain itu, pilihan strategi yang akan diimplementasikan dapat
dipetakan sehingga memudahkan pelaksana dalam membaca, memahami,
dan melakukan atau mengimplementasikan serta mengevaluasinya
(Yoshida 2006).
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Kendala dalam mendapatkan bahan baku ikan segar dari supplier
merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi PD Sambu. Kesulitan
mendapatkan bahan baku dikarenakan ketersediaan ikan laut yang tidak dapat
diprediksi terkait gangguan cuaca maupun iklim sehingga hasil tangkapan nelayan
menjadi tidak menentu. Akibat tidak tersedianya bahan baku berupa ikan segar,
perusahaan mengalami gangguan produksi sehingga menyebabkan produk ikan
beku yang diekspor sedikit. Ikan yang diproduksi perusahaan saat cuaca baik bisa
mencapai rata-rata 5 kuintal. Akan tetapi, ketika kondisi cuaca kurang baik
perusahaan hanya dapat memproduksi sebanyak rata-rata 20 kg ikan beku.
Adanya persaingan dalam mendapatkan bahan baku dari sesama perusahaan
pembekuan ikan juga merupakan permasalahan yang dihadapi PD Sambu. Selain
itu, semakin banyaknya perusahaan pembekuan ikan yang gulung tikar menjadi
kondisi yang harus diperhatikan agar mampu bertahan ditengah tren penurunan
jumlah perusahaan pembekuan ikan. Di kota Cirebon sendiri terjadi penurunan
perusahaan pembekuan ikan dari 14 eksportir di tahun 1980 hingga sekarang
27
hanya terdapat 3 eksportir ikan beku yaitu PD Sambu, PT Jaya Sakti, dan PT
Samtu.
Hal ini mendasari peneliti untuk mencoba membuat strategi yang dapat
digunakan perusahaan. Perumusan strategi yang perlu dilakukan pertama kali
adalah mengetahui visi, misi dan tujuan PD Sambu. Sehingga strategi yang dibuat
sejalan dengan visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai. Kemudian dilakukan
identifikasi lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Analisis lingkungan
eksternal dilakukan dengan menganalisis kekuatan ekonomi; kekuatan sosial,
budaya, demografis dan lingkungan; kekuatan politik, pemerintahan dan hukum;
kekuatan teknologi dan kekuatan kompetitif yang mempengaruhi perusahaan.
Sedangkan analisis lingkungan internal dilakukan dengan menggunakan
pendekatan rantai nilai. Selain itu, dilakukan perhitungan terhadap pangsa pasar
perusahaan sebagai tambahan informasi dalam melakukan analisis terhadap faktor
internal. Hasil dari analisis eksternal dan internal selanjutnya diplotkan ke dalam
matriks SWOT untuk merumuskan strategi sehingga mendapatkan alternatif
strategi yang dapat digunakan PD Sambu. Alternatif-alternatif strategi yang
dihasilkan kemudian akan dibuat rekomendasi program kegiatan yang dapat
dijalankan dengan melihat tantangan yang dihadapi dan sasaran yang ingin
dicapai oleh perusahaan. Program-program tersebut akan dipetakan ke dalam
arsitektur strategik berdasarkan jangka waktu tertentu. Penentuan waktu ini
didasarkan pada kesesuaian untuk melihat kemungkinan perubahan lingkungan
yang terjadi di masa depan dan kemampuan perusahaan dalam menjalankan
program tersebut.
28
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional
Pembekuan Ikan PD Sambu
1. Fluktuasi jumlah ikan beku yang diekspor
2. Pemerolehan bahan baku yang menghadapi persaingan
3. Penurunan jumlah perusahaan pembekuan ikan
Visi, Misi dan Tujuan PD Sambu
Identifikasi Lingkungan Eksternal
1. Kekuatan Ekonomi
2. Kekuatan Sosial, Budaya,
Demografi dan Lingkungan
3. Kekuatan Politik, Pemerintahan
dan Hukum
4. Kekuatan Teknologi
5. Kekuatan Kompetitif
a) Ancaman Pendatang Baru
b) Persaingan Dalam Industri
c) Kekuatan Pemasok
d) Kekuatan Pembeli
e) Ancaman Produk Pengganti
Identifikasi Lingkungan Internal
Analisis Rantai Nilai
A. Kegiatan Utama
1. Logistik ke dalam
2. Operasi
3. Logistik keluar
4. Pemasaran dan Penjualan
5. Pelayanan
B. Kegiatan Penunjang
1. Infrastruktur Perusahaan
2. Manajemen SDM
3. Pengembangan Teknologi
4. Pembelian
Rekomendasi Program
Kegiatan
Matriks SWOT
Alternatif Strategi Bisnis PD Sambu
Tantangan Sasaran
Arsitektur Strategik
29
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PD Sambu yang beralamat di Komplek Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan, Cirebon, Jawa Barat. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara purposive sampling (sengaja). Pertimbangan dalam
pengambilan tempat sampling didasarkan karena PD Sambu merupakan salah satu
perusahaan agroindustri yang mampu memberikan nilai tambah bagi produk
perikanan yang berada di Kota Cirebon. Perusahaan ini bergerak dalam bisnis
cold storage dengan bahan baku utamanya ikan seperti ikan mata goyang, ikan
kurisi dan ikan remang. Selain itu, perusahaan ini merupakan salah satu
perusahaan pengekspor ikan beku yang mampu bertahan dari kesulitan yang
dihadapi. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2012.
4.2. Data dan Sumber Data
Penelitian ini ditunjang oleh pencarian data, baik itu data primer maupun
data sekunder. Untuk pengambilan data primer diambil langsung dari tempat
penelitian melalui pengamatan langsung, pencatatan dan wawancara secara
mendalam (in-depth interview). Wawancara ini dilakukan sebanyak dua kali untuk
mengetahui faktor-faktor strategis yang mempengaruhi perusahaan dan menilai
sejauh mana perusahaan mampu memberikan respon. Wawancara pihak internal
dilakukan dengan pengelola yaitu factory manager, kepala bagian produksi dan
quality control, kepala bagian keuangan dan administrasi, kepala bagian
operasional, bagian ekspor serta karyawan dari perusahaan. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk mengetahui gambaran umum dan sistem perusahaan, produksi
yang dilakukan perusahaan, kondisi keuangan perusahaan serta kegiatan
operasional perusahaan. Sedangkan wawancara dengan pihak eksternal dilakukan
dengan Kabid Kelautan dan Perikanan Kota Cirebon, petugas Pusat Informasi
Pelabuhan dan Perikanan untuk mengetahui kondisi perusahaan pembekuan ikan
di Cirebon dan tingkat persaingannya.
Data sekunder yang digunakan berasal dari manual book PD Sambu, hasil
riset atau penelitian terdahulu, buku, artikel, internet maupun instansi-instansi lain
yang terkait seperti Perpustakaan IPB, Kementerian Kelautan dan Perikanan
30
Cirebon, Dinas Kelautan dan Perikanan Cirebon serta Departemen Perindustrian
dan Perdagangan RI.
4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian mengenai analisis strategi bisnis, data yang diperoleh akan
dianalisis secara deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan
untuk mengetahui gambaran umum kegiatan dari perusahaan yang diteliti.
Perhitungan kuantitatif dilakukan untuk mengetahui besarnya pangsa pasar
perusahaan. Sedangkan penentuan kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang
dan ancaman eksternal yang mempengaruhi perusahaan dianalisis secara kualitatif
berdasarkan hasil wawancara dilapangan, mencatat secara hati-hati apa yang
terjadi, dan menganalisis terhadap dokumen yang ditemukan dilapang. Setelah
hasil diperoleh maka dipilih faktor-faktor mana yang paling mempengaruhi
kemudian dilakukan penguraian terhadap faktor-faktor tersebut. Data selanjutnya
dianalisis dengan metode SWOT untuk memperoleh alternatif strategi dan
memetakan hasil alternatif strategi ke dalam arsitektur strategik dengan membuat
program-program kegiatan yang dapat dijalankan perusahaan untuk jangka waktu
tertentu.
4.3.1. Analisis Pangsa Pasar (Market Share)
Perhitungan pangsa pasar dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
bagian pasar yang dicapai PD Sambu terhadap industri ekspor di Indonesia.
Perhitungan ini dilakukan dengan cara membandingkan volume ekspor ikan beku
perusahaan pada tahun tertentu dengan volume ekspor ikan beku di Indonesia
pada tahun yang sama. Adapun rumusan yang digunakan adalah sebagai berikut
(Sumarwan et. al. 2010):
Mit = Sit / ∑ St x 100%
Keterangan :
Mit : Pangsa pasar PD Sambu dalam tahun t
Sit : Total volume ekspor ikan beku PD Sambu pada tahun ke-t
∑ St : Total volume ekspor ikan beku Indonesia pada tahun ke-t
t : Tahun
31
Hasil dari analisis pangsa pasar ini merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh bagi perusahaan dan dapat digunakan untuk melakukan analisis
SWOT.
4.3.2. Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
Matriks SWOT merupakan alat untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan serta faktor-faktor yang menjadi
ancaman dan peluang bagi perusahaan. Dasar dari penggunaan matriks ini adalah
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) serta
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Matriks SWOT menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yang
dapat digunakan perusahaan antara lain:
1) Startegi SO merupakan strategi untuk memanfaatkan kekuatan internal
perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal.
2) Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara
mengambil keuntungan dari peluang eksternal.
3) Strategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan sebuah
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman
eksternal.
4) Strategi WT merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
Tabel 5. Matriks SWOT
Internal
Eksternal Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
Opportunities (Peluang) Strategi SO Strategi WO
Threat (Ancaman) Startegi ST Strategi WT
Sumber: David (2009) hal. 327-330
4.3.3. Perancangan Arsitektur Strategik
Model arsitektur strategik diperlukan untuk melakukan perencanaan
strategik dan sebagai solusi untuk menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang
sangat cepat. Langkah yang harus dilakukan adalah pengkajian lebih lanjut
mengenai visi dan misi perusahaan, keduanya harus dinyatakan dengan jelas
32
sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang salah dalam
mengkomunikasikannya. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap lingkungan
internal serta eksternal perusahaan dan merupakan input yang akan digunakan
pada analisis matriks SWOT. Hasil dari strategi pada matriks SWOT dijabarkan
dalam bentuk program-program untuk mencapai sasaran. Program-program
tersebut digunakan untuk menyusun arsitektur strategik. Identifikasi tantangan
dan sasaran pun diperlukan dalam penyusunan arsitektur strategik, identifikasi ini
berfungsi untuk memperoleh keunggulan bersaing yang baru melalui cara-cara
yang dilakukan perusahaan. Penyusunan arsitektur strategik pada PD Sambu dapat
dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Perancangan Arsitektur Strategik PD Sambu Sumber: Yoshida (2006)
Identifikasi Lingkungan
Internal
Arsitektur Strategik
SWOT
Tantangan Rekomendasi Program
kegiatan Sasaran
Identifikasi Lingkungan
Eksternal
33
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Sejarah dan Perkembangan PD Sambu
PD Sambu merupakan perusahaan pembekuan ikan yang berdiri pada
tahun 1998. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Budiono Go selaku direktur
utama. Pada awalnya PD Sambu adalah perusahaan dibidang teri nasi dan
manisan mangga. Namun seiring perkembangan zaman dan perkembangan bisnis,
sejak tahun 2002 hingga sekarang PD Sambu beralih menjadi perusahaan yang
bergerak dalam bisnis cold storage dengan bahan baku ikan laut seperti ikan
remang, kurisi, acang-acang, kakap merah, bawal, mata goyang atau nama lainnya
ikan swangi dan tenggiri. Bahan baku tersebut didapat dari beberapa pemasok
ikan di kota-kota di Jawa seperti Batang, Tegal, Gebang dan Losari. Produk
tersebut diekspor ke beberapa negara seperti Cina, Hongkong dan Vietnam.
Beberapa permasalahan pernah dihadapi PD Sambu dalam membangun usaha
seperti masalah krisis keuangan dan sepinya pembeli menjadi salah satu faktor
utama.
Saat ini perusahaan dimiliki oleh lima orang pemegang saham dan pemilik
saham terbesar sekaligus direktur utama adalah Bapak Budiono Go. Tahun 2002
merupakan awal kebangkitan PD Sambu, dimana mulai terbukanya peluang untuk
pasar ikan beku di wilayah internasional terutama Cina. Pada tahun 2009, PD
Sambu telah menjadi perusahaan pembekuan ikan yang maju pesat, bisnisnya
semakin berkembang, lahan perusahaan semakin luas dan jumlah karyawan serta
kesejahteraan bagi karyawan pun semakin meningkat. PD Sambu pernah
mengalami kesulitan dalam mengekspor produk namun setelah dilakukan
perbaikan pabrik pada tahun 2009 serta dimilikinya sertifikat HACCP pada tahun
2010 semakin memperlancar kegiatan ekspor perusahaan. PD Sambu sudah
memiliki sertifikat HACCP dari Ministry of Marine Affairs and Fisheries
Republic of Indonesia dengan nomor 588/PP/HACCP/PB/12/10 dan mendapatkan
penilaian B atau good pada 24 Juni 2010.
PD Sambu juga mengekpor produk perikanan laut lain seperti udang,
keong dan cumi. Khusus untuk produk cumi beku, perusahaan hanya mengekspor
ke negara Taiwan. Selain ekspor, perusahaan juga memasarkan produk ke pasar
domestik yaitu Palembang untuk jenis produk fillet ikan. Saat ini perusahaan
34
sedang mengembangkan produk baru yaitu bakso ikan yang baru mulai
dipasarkan untuk wilayah Jawa dan Sumatera Selatan.
5.2. Lokasi dan Keadaan PD Sambu
PD Sambu berlokasi di Jalan Kalijaga 1, Komplek Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Kejawanan, Panjunan, Lemahwungkuk Cirebon, Jawa Barat.
Lokasi ini digunakan untuk tempat produksi dan kantor. Tempat produksi terdiri
dari tempat penerimaan bahan baku, ruang sortasi udang, ruang es, ruang sortasi
dan penyusunan ikan dan keong, ruang penyusunan udang, contact plate freezer,
ruang penyimpanan pan, ruang packing dan pelabelan terletak berdekatan dengan
ruang manajemen kantor, cold storage, ruang penyimpanan bahan kimia, ruang
pelabelan karton dan penyusunan, ruang penyimpanan dan pengepakan, ruang
ganti karyawan, Air Blast Freezer, ruang mesin, ruang genset untuk lebih jelasnya
Layout PD Sambu dapat dilihat pada Lampiran 1. Lokasi ini dipilih karena
berdekatan dengan pelabuhan, Kantor Kementerian Perikanan dan Kelautan
Cirebon serta dekat dengan jalan raya lintas provinsi.
5.3. Visi, Misi dan Tujuan PD Sambu
Visi, misi serta tujuan yang dimiliki PD Sambu tidak tertulis secara nyata.
Namun berdasarkan hasil wawancara visi dari PD Sambu adalah menjadi
perusahaan perikanan yang terpercaya dalam menghasilkan produk ikan beku
yang bermutu tinggi. Misi PD Sambu adalah memberikan pelayanan terbaik pada
pembeli dengan menghasilkan produk yang berkualitas serta berusaha memenuhi
keinginan pembeli. Dan tujuan PD Sambu adalah mensejahterakan pemegang
saham dan karyawan perusahaan.
5.4. Struktur Organisasi PD Sambu
Dalam menjalankan usahanya, PD Sambu menggunakan struktur
organisasi fungsional yang terdiri dari beberapa bagian diantaranya external
resources, plant manager, manajer engineering, manajer HRD, manajer produksi
dan quality control serta manajer purchasing. Seluruh jabatan tersebut memegang
peranan masing-masing dan dijalankan berdasarkan fungsi-fungsi yang ada agar
tidak terjadi tumpang tindih dalam menjalankan tanggung jawabnya. Gambaran
dari struktur organisasi PD Sambu dapat dilihat pada Lampiran 2. Adapun
35
pembagian tugas dari masing-masing jabatan dalam struktur organisasi
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Direktur
Direktur merupakan penanggung jawab utama untuk aktivitas pabrik,
produksi, karyawan dan hubungan bisnis. Otoritas utama untuk desain dan
operasi dari HACCP berdasarkan IQMP (Integrated Quality Management
Programme) serta memberikan dukungan anggaran dan biaya operasional.
2. Plant Manager
Plant manager bertugas mengatur semua aktivitas produksi dari titik awal
proses penerimaan hingga barang siap dipasarkan, bertanggung jawab
terhadap seluruh kegiatan apabila direktur utama berhalangan, memasarkan
hasil produksi dan mencari pelanggan untuk membeli produk yang diolah
oleh perusahaan dan mengatur manajemen keuangan pabrik.
3. Purchasing Manager
Purchasing manager bertanggung jawab terhadap pembelian bahan baku,
memimpin dan mengatur pengendalian rantai penyalur untuk ketersediaan
dan implementasi atau pengendalian operasi yang aman menyangkut
seluruh aturan yang digunakan untuk jaminan mutu dari bahan baku.
4. Production Manager and Quality Control
Manajer produksi bertanggung jawab dari hari ke hari untuk seluruh
kegiatan operasi di pabrik, meninjau ulang dan mengevaluasi verifikasi
HACCP berdasarkan IQMP, bertanggung jawab terhadap pengawasan mutu
produk pada setiap tahapan proses pada seksi di bawah pengawasannya dan
menjamin penerapan HACCP, SSOP dan GMP pada proses produksi di
bawah kendalinya.
5. Human Resource Departement Manager
Manajer HRD bertanggung jawab terhadap seluruh kinerja, kerapihan dan
kehadiran karyawan.
6. Engineering Manager
Manajer teknis bertanggung jawab terhadap seluruh keadaan mesin
termasuk cold room dan air blast freezer.
36
7. Bagian Cold Room
Bagian ini berada di bawah manajer engineering yang bertugas
memasukkan dan mengeluarkan produk dari mesin pendingin di pabrik.
8. Bagian Mesin dan Bengkel
Bagian ini juga berada di bawah manajer engineering yang bertanggung
jawab atas keadaan mesin dan melakukan perbaikan mesin yang rusak.
9. Staf Bagian Packing dan Ekspor
Staf bagian ini berada di bawah manajer produksi dan quality control.
Tanggung jawab dari bagian ini adalah melakukan pencatatan produk yang
sudah melalui proses packing dan akan dimasukkan ke dalam cold storage
serta menangani masalah yang berkaitan dengan kegiatan ekspor
perusahaan.
10. Staf Bagian Operasi
Staf bagian ini berada di bawah manajer produksi dan quality control yang
bertugas mengawasi proses sortasi, memberikan penomoran pada setiap
produk yang akan disusun di dalam pan dan mencatat semua produk yang
diproses perusahaan sebelum dimasukkan ke dalam air blast freezer.
11. Staf Bagian Material Store
Staff bagian ini berada di bawah manajer produksi dan quality control yang
bertugas melakukan inventarisasi gudang, yaitu melakukan penyimpanan
dan pencatatan keluar masuknya material seperti karton, plastik dan lain
sebagainya.
12. Staf Purchasing
Staf purchasing berada di bawah manajer purchasing yang bertugas
mengatur rencana pembelian bahan baku, memantau harga bahan baku,
melaporkan jumlah bahan baku dan bertanggung jawab atas ketersediaan
bahan baku perusahaan.
5.5. Sumberdaya PD Sambu
Sumberdaya sangat penting keberadaannya bagi perusahaan. Faktor
sumberdaya ini membantu perusahaan dalam mencapai tujuan seperti
pengembangan usaha dan bertahan didalam lingkaran persaingan. Sumberdaya
dapat berupa modal, fisik dan manusia. PD Sambu merupakan sebuah perusahaan
37
yang dimiliki dan dikelola oleh lima orang pemegang saham dengan pemegang
saham terbesar adalah Bapak Budiono Go. Sumberdaya modal PD Sambu berasal
dari para pemegang saham.
Sumberdaya fisik yang dimiliki cukup mendukung kegiatan usaha yang
dilakukan oleh PD Sambu. Sumberdaya fisik yang dimiliki diantaranya bangunan
perusahaan yang terdiri dari pabrik, kantor, tempat penyimpanan bahan baku,
tempat penyimpanan karton, mushola, kamar untuk karyawan yang jauh, ruang es,
ruang mesin, ruang genset, ruang makan, ruang mekanik dan area parkir. Selain
itu, PD Sambu memiliki peralatan produksi yang perinciannya dapat dilihat pada
Tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Perincian Peralatan Produksi PD Sambu No. Jenis Peralatan Produksi Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Meja sortasi
Timbangan digital
Timbangan duduk
Meja proses penyusunan
Meja proses penimbangan
Pan
Keranjang plastik
Box fiber glass
Termometer
Selang air
Ember
Lori besar dan kecil
Air blast freezer
Contact Plate Freezer
Cold storage
Mesin pencuci cumi
Meja proses pengepakan
Meja glazing
AC
Strapping band machine
Bak air
Lemari besi
Water brush
Mobil pick up
7 unit
3 buah
3 buah
13 buah
2 buah
300 buah
100 buah
20 buah
3 buah
6 buah
30 buah
20 buah
4 unit
3 unit
1 unit
4 unit
4 unit
2 unit
7 unit
4 unit
3 buah
2 buah
2 unit
2 unit
Sumber: PD Sambu (2012)
PD Sambu memiliki sumberdaya manusia sebanyak 267 karyawan yang
terdiri dari beberapa kategori diantaranya karyawan sortiran, pan, CR/SN,
bongkar, staf, bakso dan borongan. Karyawan sortiran berjumlah 49 orang,
karyawan bagian pan sebanyak 96 orang, karyawan CR/SN sebanyak 25 orang,
karyawan bongkar sebanyak 48 orang, staf sebanyak 11 orang, karyawan bagian
38
bakso sebanyak 13 orang dan karyawan borongan sebanyak 25 orang. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kategori Karyawan PD Sambu Jenis Karyawan Jumlah (orang)
Karyawan sortiran 49
Karyawan bagian pan 96
Karyawan Cold Room/Senior 25
Karyawan bongkar 48
Staf 11
Karyawan bagian bakso 13
Karyawan borongan 25
Total 267
Sumber: PD Sambu (2012)
Seluruh karyawan digaji secara harian terkecuali para staf yang
mendapatkan gaji bulanan. Pendidikan dari para staf dan manajer rata-rata
merupakan lulusan SMA dan hanya terdapat satu orang dengan pendidikan D3,
dua orang S1 sedangkan untuk karyawan sebagan besar merupakan lulusan SD
sampai SMP. Cara perekrutan tenaga kerja tidak terlalu rumit, calon pekerja
sebagian besar berasal dari daerah sekitar perusahaan, kenalan dari karyawan yang
sudah lama bekerja di perusahaan maupun orang yang dikenal pemilik
perusahaan. Setiap tahunnya perusahaan selalu kedatangan siswa dari sekolah
kelautan yang berada di dekat perusahaan untuk melakukan praktek kerja
lapangan.
Karyawan di PD Sambu bekerja dari hari Senin sampai Sabtu dengan jam
kerja dimulai pukul 09.00-17.00 WIB. Waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB (1
jam) terkecuali hari Jumat waktu istirahat menjadi pukul 11.30-13.00 WIB.
Apabila bahan baku melimpah, perusahaan memberlakukan waktu kerja lembur
setelah pukul 17.00 WIB hingga selesai dan juga hari minggu. Besarnya upah
lembur yang diberikan sebesar Rp 3.000,- per jam.
Sistem gaji atau upah di PD Sambu diberikan tergantung pada pekerjaan
yang dilakukan karyawan. Gaji atau upah yang diberikan perusahaan berkisar Rp
27.000,- sampai Rp 33.000,- per hari. Sedangkan untuk para staf dan manajer
diberikan gaji pada akhir bulan serta uang makan setiap harinya sebesar Rp
25.000,-. Setiap bulan perusahaan memberikan insentif kepada para karyawannya
berupa bonus sebesar Rp 200.000,- sampai Rp 300.000,- yang diberikan setiap
akhir bulan.
39
5.6. Prosedur Ekspor
Kegiatan ekspor PD Sambu dilakukan apabila jumlah barang yang berada
dalam cold storage sudah mencapai kapasitas minimal ekspor sebesar 27 ton. Jika
produk jadi yang berada dalam cold storage belum mencukupi batas tersebut
maka perusahaan tidak akan mengekspor produknya. Hal ini dilakukan untuk
menyeimbangkan antara budget yang dikeluarkan dengan keuntungannya. Dalam
mengekspor produk PD Sambu harus memenuhi beberapa dokumen perijinan
diantaranya:
1. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang)
PEB merupakan dokumen ekspor utama yang dikeluarkan oleh pihak Bea
Cukai. Dokumen ini memuat jumlah dan nilai barang yang diekspor.
2. Invoice
Invoice merupakan surat kesepakatan mengenai harga yang telah disetujui
oleh pengirim dan penerima barang.
3. Bill of Lading
Bill of lading merupakan dokumen resmi untuk melindungi pengangkutan
maupun pengiriman barang melalui laut yang dikeluarkan oleh perusahaan
pembawa produk. Dokumen ini berguna bagi importir untuk mengambil
barang yang dibelinya.
4. Letter of Credit
Letter of credit merupakan surat berharga tentang perjanjian membayar
yang diterbitkan oleh bank terkait transaksi dagang yang dilakukan dan
ditunjukkan kepada penerima barang di luar negeri.
5. Packing List
Packing list adalah dokumen yang menerangkan secara rinci mengenai
seluruh uraian dan keterangan barang muatan atau komoditas dagang yang
akan dikirim ke negara tujuan ekspor. Hal tersebut termasuk jumlah dan
berat barang, jenis, berat bersih, serta ukuran tiap unit.
6. Certificate of Origin
Certificate of Origin atau surat keterangan asal (SKA) merupakan surat
keterangan yang menyatakan negara asal produk yang akan diekspor. SKA
ini terdiri dari dua macam, yaitu SKA preferensi dan nonpreferensi. SKA
40
preferensi diterbitkan untuk memperoleh fasilitas pengurangan atau
pembebasan tarif bea masuk yang diberikan oleh suatu negara atau
sekelompok negara terhadap barang ekspor Indonesia yang memenuhi
syarat internasional. Sedangkan SKA nonpreferensi diterbitkan untuk
memenuhi ketentuan suatu negara atau sekelompok negara terhadap
barang ekspor Indonesia berdasarkan perjanjian internasional. Untuk
ekspor ke negara Cina menggunakan SKA preferensi ASEAN-China Free
Trade Area Preferential Tariff Certificate of Origin.
7. Surat Pernyataan Mutu
Dokumen ini dikeluarkan oleh Balai Pengujian dan Pembinaan Mutu Hasil
Perikanan (BPPMHP) Cirebon yang menyatakan mutu produk perikanan
yang akan diekspor.
41
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Lingkungan Internal PD Sambu
Lingkungan internal merupakan lingkungan yang berasal dari dalam PD
Sambu dan memiliki pengaruh terhadap pengontrolan aset serta stakeholder yang
berada di dalamnya untuk mencapai keberhasilan usaha. Analisis terhadap
lingkungan internal dapat dilakukan melalui pendekatan rantai nilai yang
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan maupun kelemahan PD
Sambu.
6.1.1. Kegiatan Utama
Kegiatan ini terdiri dari penanganan terhadap bahan baku yang diterima,
perakitan produk, penggudangan produk jadi, distribusi produk, promosi dan
layanan yang diberikan perusahaan kepada para pembeli. Kegiatan utama yang
dilakukan PD Sambu adalah sebagai berikut:
1. Logistik ke Dalam (Inbound Logistic)
Kegiatan logistik ke dalam PD Sambu berupa penerimaan bahan baku
dari supplier, pengadaan karton dan es balok. Bahan baku yang digunakan
adalah ikan kurisi potong kepala dan utuh, ikan remang, ikan mata goyang
potong kepala dan utuh, kakap merah, ikan layur dan ikan acang-acang.
Bahan baku tersebut didapatkan dari para pemasok yang mengambil ikan
dari laut perikanan Jawa seperti daerah Batang, Indramayu, Tegal, Gebang
dan Losari.
Pengadaan bahan baku ikan dilakukan dengan membeli kepada
pemasok yang sebelumnya telah melakukan perjanjian kerja sama terkait
jaminan mutu bahan baku dalam mengirim ikan ke perusahaan. Setiap hari
para pemasok mengirimkan bahan baku ikan yang berasal dari hasil
tangkapan nelayan ke PD Sambu dengan jumlah yang tidak menentu
karena sangat tergantung dengan kondisi laut. Rata-rata dalam satu hari
pemasok dapat mengirimkan ikan sebanyak 5 kuintal saat kondisi laut baik
dan paling sedikit 20 kg saat kondisi laut buruk. Sebelum mengirim ikan
untuk perusahaan, pemasok biasanya mengabarkan terlebih dahulu melalui
telepon mengenai ada tidaknya ikan tersebut dan berapa banyak ikan yang
42
dikirim. Kemudian jumlah ikan akan ditulis ke dalam white board yang
terpampang di dekat ruang kantor. Bahan baku ikan dari pemasok
disimpan dalam kotak fiber yang sudah berisikan es dan bertahan selama
18 jam, bertemperatur dibawah 5oC serta dibawa menggunakan truk
ataupun mobil bak terbuka. Kriteria ikan yang bagus dan segar adalah ikan
yang dagingnya tidak pucat atau berwarna merah muda, tidak bau dan
tidak tercemar bahan kimia. Jika ikan yang diterima tidak sesuai dengan
kriteria yang sudah ditentukan, maka dilakukan pengembalian atau
rejected atau BS. Ikan yang sudah diterima biasanya langsung diproses,
namun apabila bahan baku ikan yang diterima sangat banyak atau pemasok
datang terlalu sore biasanya ikan disimpan dalam kotak fiber untuk
keesokan harinya atau biasa disebut rest.
Pengadaan karton untuk mengemas produk didapat dengan memesan
secara khusus dari daerah Semarang. Pemesanan karton dilakukan dengan
menghubungi pemasok melalui telepon beberapa hari sebelum stok di
gudang habis. Karton yang dipesan PD Sambu terdiri dari dua jenis yaitu,
bergambar matahari dan logo PD Sambu. Hal ini dilakukan untuk
membedakan kemasan produk ikan beku yang dijual di setiap daerah di
Cina agar menghindari terjadinya pemalsuan produk. Pengadaan bahan
lain yaitu es balok untuk setiap harinya dipasok dari produksi perusahaan
sendiri.
Kegiatan inbound logistic sangat mempengaruhi jalannya produksi PD
Sambu, karena dibutuhkan untuk proses operasi dimana kegiatan ini
berkaitan dengan pemrosesan bahan baku menjadi produk jadi perusahaan.
Pasokan bahan baku sebagian besar sangat tergantung dari nelayan dan
terkadang mengalami fluktuasi yang mengakibatkan volume ekspor
perusahaan pun mengalami fluktuasi. Pada musim tertentu seperti angin
barat atau setelah lebaran, perusahaan mengalami kesulitan dalam
memperoleh bahan baku karena bahan baku yang diperoleh dari pemasok
perusahaan sangat tergantung dari hasil tangkapan nelayan yang tidak
menentu. Bahkan dengan hasil yang tidak menentu tersebut pernah
membuat perusahaan tidak mampu mengekspor produknya. Waktu
43
pengiriman bahan baku yang tidak selalu tepat waktu juga menjadi kendala
untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan. Bahan baku yang
seharusnya datang pagi menjadi siang atau bahkan sore hari membuat
tertundanya penanganan terhadap produk dan hal ini membuat perusahaan
harus mengeluarkan biaya ekstra untuk gaji lembur para karyawan.
2. Operasi
Operasi dalam hal ini didefinisikan sebagai kegiatan produksi yang
dilakukan perusahaan. PD Sambu sebagai salah satu perusahaan yang
berbasis pada kegiatan pembekuan ikan memiliki tiga jenis produk yang
dibedakan berdasarkan cara perlakuan terhadap ikan, yaitu ikan beku head
on dan head less serta ikan remang yang dibersihkan isi perutnya.
a. Ikan Head On (HO)
Ikan head on adalah ikan yang tetap menyertakan kepala dalam
proses produksinya. Jenis ikan yang diproses antara lain ikan kurisi,
mata goyang atau swangi, acang-acang, kakap merah, layur, bawal
dan tenggiri. Secara garis besar alur proses dari ikan head on adalah
penerimaan bahan baku yang berupa ikan head on dan head less
langsung dilakukan pembongkaran ikan dengan cara ditumpahkan ke
atas keranjang plastik. Tahap ini memeriksa agar bahan baku yang
diterima tidak tercemar, segar dan tanpa benda asing. Pembongkaran
dilakukan dengan hati-hati dan cepat untuk mencegah ikan mengalami
kenaikan suhu dan mengalami kerusakan fisik serta terkontaminasi
bakteri. Setiap keranjang diambil contoh untuk diperiksa
kesegarannya. Kemudian dilakukan pengecekan suhu ikan (minimal <
3oC) dan penyortiran ikan yang telah memenuhi syarat suhu standar.
Penyortiran berdasarkan size dan kualitas dilakukan secara
manual. Spesifikasi grade didasarkan atas ukuran, bau, warna,
kecerahan dan tekstur secara lengkap. Bau ikan yang tidak alami harus
dikembalikan. Sortasi dilakukan berdasarkan permintaan pembeli
menjadi 4 ukuran, yaitu kecil, sedang, besar dan paling besar. Sortasi
ini harus dilakukan secara cermat dan cepat untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Penimbangan untuk ikan jenis ini dilakukan per
44
10 kg. Diperlukan kecermatan dan kecepatan dalam menentukan berat
agar ikan tidak mengalami penurunan suhu. Setelah penerimaan
barang dan penimbangan, ikan dicuci dua kali hingga bersih,
pencucian dilakukan dengan air dingin bersuhu < 3oC dan secara
periodik dilakukan pergantian air.
Tahap selanjutnya adalah penyusunan atau layering ke dalam pan
yang disusun hingga rapi. Sebelum dan sesudah disusun, pan dilapisi
plastik untuk memudahkan saat pelepasan ikan dari pan. Setelah itu
ikan dibekukan dalam ABF (air blast freezer) selama 10-14 jam
dengan suhu -40oC dan tidak boleh lebih dari 14 jam. ABF selalu
dibersihkan dan bebas dari air sebelum dioperasikan, pembekuan ini
selalu dimonitor dan dicatat.
b. Ikan Head Less (HL)
Ikan head less adalah ikan yang tidak menyertakan kepala atau
tanpa kepala dalam proses produksinya. Jenis ikan yang diproses
diantaranya ikan kurisi dan mata goyang tanpa kepala. Kedua ikan ini
memiliki kode produksi SPT untuk ikan Swangi Potong atau Mata
Goyang Potong dan KPT untuk Kurisi Potong. Alur produksi ikan
head less sama dengan alur produksi pada ikan head on.
Pengelompokan ukuran ikan kurisi dan mata goyang setiap 10 kg
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengelompokan ukuran Ikan Kurisi dan Mata Goyang Ukuran Jumlah dalam Pan (Buah)
20-30 20-30
30-50 30-50
50-80 50-80
80-120 80-120
120-up >120 Sumber: Bagian Produksi PD Sambu (2012)
c. Ikan Remang
Produk lain yang diproduksi PD Sambu adalah ikan remang, ikan
ini berbentuk panjang menyerupai ikan lele dengan mulut lancip. Ikan
ini juga merupakan komoditi ekspor andalan perusahaan. Alur
produksi ikan remang adalah pembongkaran ikan dari cold box ke atas
45
meja sortir, pengecekan suhu ikan, penyortiran ikan berdasarkan
ukuran dan kualitas, penimbangan I berdasarkan ukuran dan kualitas,
pembersihan isi perut ikan, pencucian, penimbangan II per 15 kg,
pencucian kembali hingga bersih, penyusunan ke dalam pan,
pembekuan dalam ABF.
Produk-produk tersebut diproduksi berdasarkan standar HACCP
(Hazard Analysis dan Critical Control Points) yang berupaya
mengendalikan suatu areal atau titik dalam sistem pangan yang
mungkin berkontribusi terhadap suatu kondisi bahaya, baik
kontaminasi mikroorganisme patogen, objek fisik, kimiawi terhadap
bahan baku, suatu proses, penggunaan langsung oleh pengguna
maupun kondisi penyimpanan. Selain itu, adanya pengawasan dengan
GMP (Good Manufacturing Practice) untuk memproduksi produk
yang bermutu serta SSOP (Sanitation Standard Operational
Procedure) untuk mengelola limbah yang dihasilkan agar tidak
mencemari lingkungan dilakukan untuk menghasilkan produk yang
berkualitas baik. Perusahaan sangat memperhatikan keseluruhan
proses produksi ikan beku hingga diekspor agar menghasilkan produk
yang bermutu tinggi dan tidak terkontaminasi oleh apapun.
Kebersihan dan kehigienisan tempat produksi sangat diperhatikan
perusahaan. Setiap kali akan memproses ikan beku tempat tersebut
selalu dibersihkan dengan air bersih terlebih dahulu, karyawan
diwajibkan memakai jas lab, apron, penutup kepala atau kerudung dan
sepatu boot saat bekerja serta karyawan yang sakit tidak
diperbolehkan untuk masuk kerja karena dikhawatirkan dapat
mencemari produk yang akan dihasilkan. Tahapan proses produksi
setiap produk berbeda-beda tergantung bahan baku ikan. Alur proses
produksi yang dilakukan PD Sambu dapat dilihat pada Lampiran 3.
Kegiatan operasi perusahaan sudah berjalan dengan baik karena
kebijakan mutu yang dijalankan dengan sangat ketat sesuai dengan
SSOP, GMP dan sudah terpenuhinya kriteria maupun syarat bahan
baku seperti jaminan kualitas ikan yang baik. Jaminan kualitas ini
46
sangat penting bagi perusahaan yang sudah memiliki sertifikat
HACCP karena sudah pasti memerlukan bahan baku yang berkualitas
baik sehingga bisa menghasilkan keluaran produk yang berkualitas
baik pula.
3. Logistik ke Luar
Kegiatan pada tahap ini berkaitan dengan penanganan terhadap
produk jadi yang dihasilkan PD Sambu yaitu produk yang sudah selesai
diproduksi atau dimasukan ke dalam ABF. Setelah dimasukkan ke dalam
ABF proses selanjutnya adalah Glazing atau penyiraman ikan dengan air
dingin dilakukan untuk melindungi ikan dari dehidrasi sewaktu
pembekuan dilakukan. Ikan dicelupkan ke dalam air dingin agar ikan
mudah dilepaskan dari pan. Kemudian dilakukan pengecekan akhir untuk
memeriksa hasil sortir sesuai dengan ukuran dan grade untuk menghindari
tercampurnya ukuran atau grade. Pengecekan lain dilakukan terhadap
kemungkinan adanya benda asing yang menempel saat defrost.
Tahap akhir dari proses ini adalah pengemasan, pelabelan dan
penyimpanan dalam cold storage. Pengemasan dilakukan dengan tali
klem, plastic bag dan master karton. Setiap ikan beku dikemas dengan
plastic bag yang bersih dan dimasukan dalam karton untuk mencegah
terjadinya kontaminasi silang. Pengemasan hanya menggunakan plastic
bag dan karton sesuai spesifikasi yang diminta. Pelabelan ditulis dengan
spidol warna merah, biru ataupun hitam dengan dimonitor oleh staf
packing setiap 100 master karton. Penyimpanan dalam cold storage harus
dioperasikan dengan suhu -25oC dan dijaga kebersihannya, didalam cold
storage diusahakan karton tidak menyentuh dinding untuk mencegah
kerusakan karton dan produk terkontaminasi. Produk jadi yang disimpan
dalam cold storage dapat tahan hingga 18 bulan. Produk yang berada
dalam cold storage disimpan hingga mencapai batas minimum untuk
diekspor yaitu 27 ton.
Untuk menghasilkan produk yang sesuai standar negara tujuan ekspor
maka selain perlu mendapatkan bahan baku yang berkualitas, kegiatan
operasi yang dilakukan sesuai SSOP dan GMP, dibutuhkan juga sistem
47
pengemasan produk yang baik. Hal ini dilakukan agar kegiatan pemasaran
dan penjualan perusahaan dapat berjalan lancar dan meminimalkan
terjadinya reject terhadap produk-produk PD Sambu.
4. Pemasaran dan Penjualan
Produk ikan beku PD Sambu hampir diekspor seluruhnya ke negara
Cina dan daerah-daerah yang menjadi tujuan pemasarannya adalah
Shenzhen, Fuzhou, Guangzhou dan hampir seluruh bagian wilayah di
Cina. Saat ini perusahaan sedang mengusahakan produknya untuk masuk
pasaran Korea. Perusahaan dapat mengekspor produk ke Cina sebanyak 2
sampai 3 kali dalam satu minggu tergantung banyaknya bahan baku yang
diproses. Pemasaran dan penjualan dapat dianalisis menggunakan STP dan
marketing mix yaitu, 1) Segmenting: Ikan konsumsi untuk seluruh
kalangan masyarakat, 2) Targetting: Segala usia mulai dari anak-anak
hingga dewasa dan 3) Positioning: Ikan masak sebelum konsumsi yang
berkualitas.
Marketing mix PD Sambu yang terdiri dari produk, harga, tempat dan
promosi yaitu:
a. Produk
Produk PD Sambu memiliki kualitas yang baik dan sudah diakui
oleh para pelanggannya. Jenis produk yang dihasilkan adalah ikan
beku dengan kepala dan tanpa kepala yang harus dimasak sebelum
dikonsumsi. Dikemas menggunakan master karton yang dilapisi lilin
agar tidak mudah rusak jika terkena air dengan label matahari atau
logo perusahaan. Kedua logo tersebut digunakan untuk menghindari
terjadinya pemalsuan produk dan membedakan daerah yang menjual
produk dari perusahaan. Berat bersih untuk ikan kurisi, mata goyang,
dan ikan lain adalah 10 kg serta 15 kg untuk ikan remang berdasarkan
ukuran yang sudah ditentukan. Ukuran yang ditentukan perusahaan
dapat dilihat pada Tabel 8.
Perusahaan menetapkan standar produk sesuai dengan standar
negara importir. Masa kadaluarsa produk 18 bulan disimpan dalam
kondisi beku. Produk akhir diberi label atau identitas seperti nama
48
produk, berat bersih, pengimpor/distributor, petunjuk penyimpanan,
negara penghasil produk, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa.
Adanya consumer’s complain merupakan layanan yang diberikan
perusahaan kepada para pembeli produknya. Jaminan dan
pengembalian produk ikan beku PD Sambu dapat dilakukan melalui
prosedur pelacakan atau penarikan kembali seperti mengidentifikasi
produk yang akan ditarik, memberikan informasi kepada distributor
mengenai data produk yang ditarik, pengecekan barang digudang
sesuai identifikasi produk serta barang yang sudah ditarik disimpan
dalam ruang pendingin secara terpisah kemudian dimusnahkan. Hal
ini dilakukan apabila produk memiliki kemungkinan untuk
membahayakan kesehatan manusia.
b. Harga
Harga yang ditawarkan perusahaan dihitung berdasarkan biaya
operasional perusahaan dalam menghasilkan produk dan biaya ekspor
dengan tetap memperhatikan persaingan harga yang terjadi di pasar.
Selain itu, perusahaan menentukan harga berdasarkan kesepakatan
antara perusahaan dengan pihak importir. Perusahaan menanggung
seluruh biaya pengiriman produk hingga ke tempat importir atau
disebut sistem CIF (Cost in Freight). Selain itu, sistem pembayaran
dilakukan menggunakan L/C (Letter of Credit). Pembayaran
dilakukan melalui pembukaan rekening pada bank yang sudah
ditentukan.
c. Tempat
Pemasaran produk ikan beku PD Sambu sebagian besar diekspor
ke negara Cina yang didistribusikan menggunakan kapal laut. Produk
ini dijual kepada dua pembeli tetap yang mengimpor produk dalam
jumlah besar dan nantinya akan mendistribusikan kembali produk
perusahaan ke berbagai daerah di Cina. Adapun daerah yang menjadi
tempat pemasaran produk PD Sambu selanjutnya adalah Shenzhen,
Fuzhou, Guangzhou dan hampir seluruh bagian wilayah di Cina.
Shenzhen merupakan salah satu wilayah yang termasuk special
49
economic zone di Cina. Zona tersebut secara geografis berada jauh
dari situasi politik dan ekonomi Cina sehingga cukup aman untuk
melakukan bisnis di wilayah tersebut. Sedangkan Fuzhou dan
Guangzhou memiliki pelabuhan ekspor/impor serta memiliki link
dengan pasar internasional dibandingkan kota lain.
d. Promosi
Promosi tidak dilakukan PD Sambu dikarenakan pembeli produk
perusahaan didapatkan melalui pencarian yang dilakukan sendiri oleh
pemilik perusahaan dengan mengirimkan sampel produk untuk
pembeli disana. Setelah ada kecocokan maka pembeli akan memesan
produk ke perusahaan dan jika tidak maka perusahaan akan
melakukan perbaikan sehingga produk dapat sesuai keinginan
pembeli. Namun, kegiatan promosi bagi suatu perusahaan yang ingin
memperluas market share diperlukan sebagai bukti mengenai
kredibilitas perusahaan agar produk semakin mudah diketahui oleh
masyarakat.
Berdasarkan hasil perhitungan, Market share PD Sambu
dibandingkan Indonesia pada tahun 2011 hanya 0,94 persen dari total
ekspor Indonesia. Namun, pangsa pasar ikan beku perusahaan lebih
besar jika dibandingkan dengan pesaingnya yaitu PT Jaya Sakti yang
hanya memiliki pangsa pasar 0,14 persen.
5. Layanan
Pelayanan yang baik diberikan PD Sambu agar produknya mendapat
kepercayaan dari pembeli. Pelayanan yang diberikan perusahaan antara
lain: adanya layanan untuk komplain dan penarikan produk yang sudah
diekspor jika produk tidak sesuai dengan spesifikasi yang dibeli.
Perusahaan terkadang mendapatkan komplain dari pembeli apabila ada
beberapa produk yang tidak sesuai dengan kesepakatan. Namun, terkait
penarikan produk sangat jarang terjadi karena PD Sambu selalu berusaha
memenuhi standar yang diberikan pembeli. Selain itu, label dan bahan
kemasan, sanitasi, akan diperiksa oleh pemilik dan staf quality control agar
produk yang dijual terjamin mutunya. Pelayanan lain yang diberikan PD
50
Sambu adalah penanggungan biaya, asuransi dan pangangkutan sampai ke
negara tujuan ekspor.
6.1.2. Kegiatan Penunjang
Kegiatan ini terdiri dari aktivitas yang mendukung aktivitas utama seperti
infrastruktur perusahaan, manajemen SDM, pengembangan teknologi dan
pembelian. Kegiatan pendukung di PD Sambu antara lain:
1. Infrastruktur Perusahaan
Modal yang dimiliki PD Sambu cukup besar karena dalam mendirikan
usaha ini perusahaan perlu membeli peralatan dengan harga yang mahal
dan harus mampu digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional
perusahaan seperti pembelian bahan baku hingga pemberian layanan bagi
pembeli. Untuk informasi keuangan, PD Sambu tidak mengijinkan pihak
luar untuk mengetahui karena bersifat sangat rahasia. Kegiatan yang
berkaitan dengan akuntansi dan keuangan dilakukan perusahaan dengan
dicatat secara manual terlebih dahulu baru setelah itu dimasukkan ke
dalam komputer. Data dan laporan penjualan dibuat oleh bagian
administrasi atau kasir setiap bulan dengan cukup rapi.
PD Sambu merupakan sebuah badan usaha yang berbentuk
Perusahaan Dagang (PD). Perusahaan ini berstatus milik sendiri yang
dimiliki oleh lima orang pemegang saham dengan pemegang saham utama
Bapak Budiono Go. PD Sambu berlokasi di lingkungan Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan sehingga produk yang dibuat dan
dijual perusahaan harus dilaporkan dan dicatat kepada pihak pelabuhan.
Sistem pajak dilakukan perusahaan dengan baik, karena dibayarkan tepat
pada waktunya.
2. Manajemen Sumberdaya Manusia
Karyawan yang direkrut PD Sambu rata-rata berasal dari wilayah
sekitar perusahaan dengan pendidikan minimal SD. Sistem perekrutan
tenaga kerja cukup mudah yaitu hanya dengan membawa daftar riwayat
hidup dan memiliki kemampuan dasar yaitu menata ikan ke dalam pan.
Sedangkan khusus karyawan borongan perekrutan dilakukan dengan
meminta bantuan mandor pabrik untuk mencarikan orang-orang yang mau
51
diajak untuk bekerja di PD Sambu jika bahan baku yang akan diproses
banyak. Perekrutan untuk mandor biasanya dipilih berdasarkan saudara
yang dulu atau sekarang bekerja di perusahaan.
Karyawan diharuskan belajar sendiri dengan mengamati setiap
kegiatan yang terdapat di PD Sambu agar karyawan mampu melakukan
berbagai kegiatan di perusahaan. Namun, tidak jarang juga pemilik atau
manajer memberikan pelatihan secara langsung saat sedang bekerja. Hal
ini berbeda dengan perekrutan untuk para staf, karyawan yang ingin
menjadi staf perusahaan diharuskan memiliki ijazah minimal SMA.
Kemudian memperoleh sedikit pengetahuan dari pemilik atau manajer
mengenai pencatatan dan pembukuan. Perbedaan ini terjadi karena posisi
pekerjaan yang akan dilakukan karyawan tersebut berbeda.
Sistem penggajian perusahaan diberikan secara harian kepada
karyawan dan bulanan untuk para staf dan manajer. Gaji yang diberikan
berkisar Rp 27.000,- hingga Rp 33.000,- dan untuk staf diberikan uang
makan setiap harinya sebesar Rp 25.000,-. Uang lembur diberikan
perusahaan Rp 3.000,- per jamnya dan adanya bonus setiap bulan sebesar
Rp 200.000,- hingga Rp 300.000,-. Pemberian gaji dan bonus ini
disesuaikan dengan lamanya karyawan bekerja di perusahaan.
Sistem kartu absensi yang kemudian diinput ke dalam komputer oleh
bagian HRD sangat memudahkan perusahaan untuk mengetahui tingkat
kedisiplinan karyawan dalam masuk kerja. PD Sambu memberikan
fasilitas yang memadai untuk memotivasi para karyawannya, yaitu tour
untuk seluruh karyawan setiap tahun, mengikutsertakan dalam program
jamsostek, memberikan cuti bagi yang sakit dan melahirkan, memberikan
bonus setiap bulan, memberikan santunan kepada keluarga karyawan yang
meninggal, menyediakan tempat tinggal bagi karyawan yang berasal dari
luar kota, adanya fasilitas publik seperti mushola, toilet, ruang ganti dan
ruang istirahat beserta TV.
Manajemen sumberdaya manusia yang baik dibutuhkan dalam
mendukung jalannya kegiatan usaha PD Sambu karena kegiatan ini
merupakan salah satu faktor penting untuk melakukan kegiatan utama
52
perusahaan dan penentu keberhasilan suatu perusahaan. Selain itu,
bertujuan untuk mensejahterakan karyawan perusahaan agar dapat bekerja
secara maksimal untuk kemajuan perusahaan.
3. Perkembangan Teknologi
Sejak awal didirikan hingga saat ini PD Sambu sudah cukup mampu
mengadopsi perkembangan teknologi yang terjadi. Seperti halnya, sistem
informasi manajemen PD Sambu yang sudah dilakukan secara
komputerisasi. Selain itu, PD Sambu memiliki inventaris seperti komputer,
mesin fax, telepon yang terhubung ke beberapa ruangan dan kamera cctv
di setiap ruang untuk mengontrol seluruh kegiatan di pabrik. Komputer
berada di ruang kantor yang dioperasikan oleh para manajer dan pemilik.
Perusahaan juga telah memiliki alat-alat standar pembekuan ikan
dengan dimilikinya mesin pembeku ikan atau Air Blast Freezer, cold
storage, strapping band machine, mesin pembuat dan penghancur es.
Sedangkan penggunaan internet belum begitu diterapkan perusahaan
dalam mempermudah pemasaran produk-produknya. Selain itu,
perusahaan belum mampu memiliki kontainer dengan kargo berpendingin
untuk mengekspor produknya yang dapat meningkatkan efisiensi kegiatan
pemasaran perusahaan.
4. Pembelian
Pembelian terkait dengan pembelian bahan mentah, mesin dan
peralatan. Dalam melakukan pembelian bahan baku, PD Sambu
melakukan sistem penyeleksian pemasok dan harus membuat surat
perjanjian tertulis mengenai kualitas bahan baku yang dikirim ke
perusahaan. Hal ini dilakukan agar mendapatkan pemasok berkualitas
dengan harga rendah dan mutu tinggi. Selama ini bahan baku yang dibeli
PD Sambu berkualitas baik yaitu tidak berbau, segar dan berwarna merah
tidak pucat. Bahan baku yang dibeli dari pemasok cukup mahal karena
terkait bahan baku yang sudah semakin sulit didapat. Penyeleksian tidak
hanya dalam pembelian bahan baku ikan, tetapi pembelian peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan perusahaan juga diperlukan penyeleksian
agar mendapatkan alat-alat yang bagus dan tahan lama.
53
6.1.3. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak internal PD Sambu
menggunakan pendekatan rantai nilai, maka diperoleh beberapa faktor yang
menjadi kekuatan maupun kelemahan perusahaan.
6.1.3.1. Kekuatan PD Sambu
1. Memiliki sertifikat HACCP
Perusahaan menerapkan manajemen mutu terpadu atau HACCP
dalam proses produksi yang dilakukan dengan tujuan agar produk yang
dihasilkan berkualitas baik. HACCP yang dimiliki sejak tahun 2010
dengan nilai kelayakan B atau Good ini menjamin bahwa produk yang
dihasilkan perusahaan dilakukan berdasarkan SSOP, prinsip keamanan
pangan dan terhindar dari bahaya fisik, kimia maupun biologi. Dengan
sertifikat ini produk perusahaan dapat dengan mudah masuk ke pasaran
internasional dan pembeli akan merasa lebih aman dalam mengkonsumsi
produk karena terjaminnya kualitas produk.
2. Sistem packaging produk sudah baik
Sistem packaging produk PD Sambu dapat dikatakan sudah baik dan
hal ini menjadi salah satu kekuatan perusahaan. Setiap ikan beku dikemas
dalam plastic bag yang bersih dan dimasukkan ke dalam karton yang
dilapisi lilin untuk mengurangi kerusakan ikan. Pengemasan dilakukan
menggunakan plastik dan karton sesuai spesifikasi negara pengimpor.
Kemudian dilakukan pelabelan yang mudah dimengerti dan dimonitor
setiap 100 karton.
3. Memiliki pembeli tetap
Adanya pembeli tetap yang selama ini dimiliki PD Sambu menjadi
faktor berjalan baiknya pendistribusian produk perusahaan. Pembeli tetap
tersebut dapat dikatakan memiliki loyalitas tinggi dikarenakan kualitas
produk yang baik dan selama ini produk-produk perusahaan belum pernah
mengalami reject. Selain itu, dalam melakukan bisnis antar negara, hal
yang menjadi perhatian besar adalah kepercayaan diantara kedua belah
pihak, dengan adanya kepercayaan tersebut maka dapat terjalin sebuah
kerjasama yang baik. Kegiatan ekspor produk-produk PD Sambu
54
dilakukan menggunakan jasa perusahaan pengangkutan yang menyewakan
kontainer berpendingin dengan kemampuan menjaga suhu produk agar
tetap beku selama pengiriman menggunakan kapal laut ke negara tujuan
ekspor. Kemudian melalui pembeli tetap yang umumnya berupa
perusahaan, akan mendistribusikan produk PD Sambu hampir ke seluruh
bagian di negara Cina.
4. Sumber modal kuat
Modal yang dimiliki PD Sambu cukup mampu membiayai kebutuhan
operasional perusahaan selama ini seperti, pembelian bahan baku hingga
pelayanan yang diberikan perusahaan kepada pembeli. Selain itu, modal
tersebut digunakan untuk membeli berbagai macam peralatan produksi
pembekuan ikan yang harganya mahal. Sumber modal tersebut berasal dari
beberapa pemegang saham dengan pemegang saham terbesar adalah
Bapak Budiono Go.
5. Fasilitas produksi lengkap
PD Sambu memiliki fasilitas produksi yang lengkap dan menjadi
salah satu penjamin keunggulan kualitas produk yang dihasilkan
perusahaan. Fasilitas yang dimiliki berupa mesin dan peralatan industri
diantaranya Air Blast Freezer (ABF), Generator set, Cold Storage, Water
Brush, Air Conditioner (AC), Strapping Band Machine, mesin pembuat es
batu, mesin pembuat keping es curai (ice flaker), water pump, meja proses,
timbangan, keranjang plastik, termometer, lori, pan, kotak fiber, ember dan
lainnya.
6.1.3.2. Kelemahan PD Sambu
1. Bahan baku yang sangat tergantung dari tangkapan nelayan
Bahan baku yang digunakan perusahaan masih sangat tergantung dari
pemasok yang mengambil ikan dari nelayan di perairan Jawa.
Ketergantungan yang tinggi terhadap tangkapan nelayan dapat
menghambat kelancaran proses produksi PD Sambu karena tangkapan
nelayan yang kemudian dijual kepada pemasok perusahaan sering kali
tidak menentu, seperti saat musim paceklik terkadang ikan yang didapat
sedikit dan bahkan tidak ada.
55
2. Kegiatan promosi kurang dilakukan
Perusahaan kurang dalam melakukan kegiatan promosi bahkan hampir
tidak adanya kegiatan promosi yang dilakukan terkait produknya ke
pembeli di pasar internasional. Dalam mendapatkan pembeli biasanya
pemilik mencari sendiri calon pembeli dengan membawa sampel produk
kepada calon pembeli tersebut.
3. Pangsa pasar perusahaan relatif kecil di tingkat Indonesia
PD Sambu masih memiliki pangsa pasar yang kecil dalam industri
ekspor ikan beku di Indonesia. Pangsa pasar perusahaan hanya 0,94 persen
dari total ekspor ikan beku Indonesia. Pasar yang menjadi tujuan ekspor
produk perusahaan hanya ke Cina serta sebagian negara Vietnam dan
Hongkong. Namun, pengiriman produk untuk negara Hongkong tidak
berjalan lancar dikarenakan perusahaan terkendala dalam memenuhi
jumlah permintaan yang diinginkan pembeli.
4. Status perusahaan yang masih berupa Perusahaan Dagang (PD)
Salah satu hal yang juga menjadi kelemahan perusahaan adalah status
perusahaan yang masih berupa PD. Hal ini menjadi kendala tersendiri,
terutama dalam bersaing dengan perusahaan pesaing yang sudah berupa
Perseroan Terbatas (PT). PD Sambu yang masih merupakan perusahaan
dagang menjalankan siklus kegiatan pembelian, pengeluaran uang,
penjualan, dan penerimaan uang. Dan menggunakan sistem pembayaran
CIF dimana penjual menanggung semua biaya pengiriman dan asuransi
kerugian atas barang tersebut. PT lebih bersifat independen apabila
dibandingkan dengan PD.
5. Peningkatan keahlian dan keterampilan karyawan kurang diperhatikan
Pada umumnya karyawan yang bekerja di perusahaan pengolahan
seperti PD Sambu kurang memperhatikan peningkatan keahlian dan
keterampilan. Karyawan dianggap sudah cukup mengerti mengenai proses
produksi sehingga pihak perusahaan tidak memberikan pelatihan-pelatihan
untuk menambah produktivitas karyawannya. Namun, dalam menghadapi
persaingan di industri pembekuan ikan diperlukan karyawan yang
memiliki keahlian dan keterampilan memadai agar mampu membawa
56
perusahaan untuk bersaing dengan pesaingnya yang lebih banyak memiliki
tenaga kerja ahli dan terampil.
6. Struktur organisasi tidak berjalan dengan baik
Tumpang tindih pekerjaan masih sering terjadi di PD Sambu
meskipun sudah memiliki struktur organisasi. Tidak jarang seorang
manajer produksi dan quality control di perusahaan tersebut mengurus
masalah ekspor, perekrutan karyawan dan juga operasional perusahaan.
Hal ini dikarenakan sebagian besar pekerja di perusahaan merupakan
lulusan SD yang masih minim pengetahuan akan bisnis.
6.2. Analisis Lingkungan Eksternal PD Sambu
Analisis ini dilakukan untuk mengamati lingkungan di luar perusahaan
dalam mengidentifikasi peluang maupun ancaman yang mungkin terjadi.
Pengamatan lingkungan dapat menjadi alat manajemen untuk mengantisipasi
perubahan bisnis dan memastikan kelancaran bisnis dalam jangka panjang.
6.2.1. Kekuatan Ekonomi
Inflasi merupakan faktor kekuatan ekonomi dari sisi eksternal perusahaan
yang harus dihadapi oleh pebisnis. Dampak peningkatan inflasi dapat membuat
harga barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan meningkat karena adanya
kenaikan biaya produksi. Selama tahun 2011 tingkat inflasi di Indonesia
menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi
sejak bulan Desember 2010 sampai Desember 2011 meskipun dari bulan
Desember 2010 ke bulan Januari 2011 sempat mengalami peningkatan sebesar
0,06 persen. Tingkat inflasi pada Desember 2010 sebesar 6,96 persen dan terus
menurun menjadi 3,79 persen pada bulan Desember 2011 bahkan penurunan ini
terjadi hingga di awal tahun 2012. Penurunan tingkat inflasi ini dapat
meningkatkan permintaan terhadap komoditas ekspor serta produk yang
ditawarkan menjadi lebih kompetitif di pasar.
Dampak inflasi yang paling besar dirasakan adalah saat terjadinya
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan harga BBM ini membuat
perusahaan harus meningkatkan biaya produksi terutama untuk menjalankan
generator dan transportasi dalam pengiriman produk perusahaan. Perkembangan
tingkat inflasi dapat dilihat melalui Gambar 9.
57
Gambar 9. Grafik Tingkat Inflasi di Indonesia Desember 2010 hingga Maret
2012 Sumber : Bank Indonesia (2012)
Indikator lain yang digunakan untuk mengetahui kekuatan ekonomi adalah
nilai tukar. Fluktuasi nilai tukar sangat mempengaruhi perusahaan yang bisnisnya
berkaitan dengan ekspor-impor. Perusahaan harus mampu mengetahui perubahan
nilai tukar agar dapat menentukan harga jual yang tepat dan tidak mengalami
kerugian. Perusahaan eksportir seperti PD Sambu lebih diuntungkan ketika nilai
tukar rupiah mengalami depresiasi karena jumlah rupiah yang akan diterima
perusahaan menjadi lebih besar. Namun, kestabilan nilai tukar rupiah menjadi
faktor yang diharapkan bagi PD Sambu karena penentuan harga jual menjadi tidak
mudah berubah.
6.2.2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan
Pengaruh kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan masyarakat
sekitar PD Sambu maupun masyarakat yang menjadi tujuan pemasaran produk
memiliki dampak besar yang penting diperhatikan untuk perkembangan
perusahaan. Lingkungan masyarakat sekitar sangat mendukung kegiatan usaha PD
Sambu karena perusahaan lebih banyak memberdayakan masyarakat sekitar untuk
bekerja di PD Sambu, limbah dibuang dengan baik melalui saluran air buangan
atau got dan TPS dalam dua hari sekali untuk limbah padat.
Produk PD Sambu sebagian besar diekspor ke negara Cina yang mana adat
istiadat dan kebiasaan masyarakat Cina saat merayakan hari raya Imlek
mempengaruhi pembelian terhadap produk perusahaan. Saat Imlek tiba biasanya
perusahaan-perusahaan pembeli produk PD Sambu libur sehingga tidak
melakukan pembelian selama satu minggu sebelum dan sesudah hari raya Imlek.
02468
Des
-10
Jan-1
1
Feb
-11
Mar
-11
Ap
r-1
1
Mei
-11
Jun-1
1
Jul-
11
Agust
-11
Sep
-11
Okt-
11
No
p-1
1
Des
-11
Jan-1
2
Feb
-12
Mar
-12
Tingkat Inflasi (%)
Tingkat Inflasi (%)
58
Kondisi ini membuat perusahaan hanya menyimpan produk yang sudah selesai
diproduksi ke dalam cold storage.
Selain itu, populasi merupakan indikator kunci untuk mengetahui potensi
konsumsi masyarakat terhadap suatu produk dan ukuran pasar tertentu. Cina
merupakan negara berkembang dengan populasi penduduk yang sangat besar.
Berdasarkan Data Biro Statistik Cina diacu dalam Primus (2012), penduduk Cina
hingga akhir tahun 2011 mencapai 1,34 miliar jiwa. Hal ini menjadi pengaruh
tersendiri bagi pembelian produk ikan beku yang berasal dari perusahaan karena
masih besarnya kemungkinan permintaan yang akan muncul.
6.2.3. Kekuatan Politik, Pemerintahan dan Hukum
Setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan di satu negara berbeda
dengan negara lainnya. Kebijakan dibuat untuk melindungi konsumen dalam hal
kesehatan, harga produk, keseimbangan permintaan dan penawaran produsen
dalam negara tersebut, maupun kepentingan politik suatu negara. Kebijakan untuk
makanan lebih kepada masalah kesehatan yang terkait dengan mutu suatu produk.
Kebijakan mutu yang diberlakukan di beberapa negara maju seperti Uni Eropa,
Jepang dan Amerika sangat ketat. Ketiga negara tersebut mensyaratkan produk
yang dikirim harus memiliki sertifikasi HACCP dengan nilai A, bahkan untuk Uni
Eropa harus disertakan Surat Keterangan Hasil Tangkapan Ikan (SKHTI) dari
pemasok yang akan memasok produknya ke perusahaan pengolah untuk
memastikan mutu ikan sejak dari tangkapan. Dalam memperoleh sertifikasi agar
dapat mengekspor produk ke negara-negara maju tersebut menjadi kendala yang
harus dihadapi PD Sambu karena birokrasi dalam mengurus sertifikat cukup
rumit.
Implementasi dari ASEAN-China Free Trade Agreement di tahun 2010
dapat menjadi langkah untuk meningkatkan ekspor perikanan Indonesia ke Cina.
Adanya ASEAN-China Free Trade Agreement dapat memudahkan produk ikan
beku Indonesia untuk masuk ke pasar Cina dengan hambatan perdagangan terkait
tarif yang menjadi nol. Hal ini dapat menjadi kesempatan bagi PD Sambu yang
meningkatkan ekspor produknya ke Cina tanpa harus mengeluarkan biaya ekspor
yang besar.
59
Pengembangan klaster industri prioritas berbasis agro yang dijalankan
pada tahun 2010-2014 oleh departemen perindustrian, termasuk didalamnya
pengembangan klaster industri pengolahan ikan memberikan peluang yang bagus
bagi pengembangan perusahaan-perusahaan pengolahan ikan yang ada di
Indonesia ini untuk ke depannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian
Republik Indonesia Nomor 120/M-IND/PER/10/2009, Ikan dan udang beku
memiliki peluang pasar domestik maupun internasional yang masih terbuka luas
namun, sumbangan terhadap PDB baru mencapai 3,14 persen. Dengan adanya
program ini diharapkan mampu menjamin ketersediaan bahan baku yang selama
ini menjadi masalah utama dalam industri pengolahan ikan termasuk industri
pembekuan ikan dan juga mampu meningkatkan ekspor ikan olahan. Dalam tahap
implementasi program ini salah satunya adalah promosi investasi industri
pengolahan ikan. Kegiatan promosi investasi ini dapat dikatakan cukup berhasil
karena pada tahun 2011 menurut Direktur Perdagangan Luar Negeri Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Saut Hutagalung, Cina berencana meningkatkan
investasinya dibidang industri perikanan Indonesia dalam bentuk kapal penangkap
ikan, peralatan pengolahan dan infrastruktur.
Kebijakan pemerintah lain untuk mendukung kegiatan ekspor produk
perikanan adalah kebijakan yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan Kota Cirebon yang sering mengadakan seminar dan training terkait
mutu produk yang dihasilkan agar produk memiliki daya saing yang lebih tinggi
dipasaran. Selain itu, penyediaan infrastruktur seperti lampu penerangan, akses
jalan yang mudah juga merupakan salah satu bentuk dukungan yang diberikan
dalam melancarkan kegiatan perusahaan pengolah hasil perikanan.
Iklim perpolitikan di Cirebon tidak begitu mempengaruhi kegiatan usaha
yang dijalankan oleh PD Sambu. Kondisi politik di daerah pesisir pantai utara
Jawa ini ketika pemilihan umum berjalan dengan baik dan tidak terjadi konflik
yang meresahkan.
6.2.4. Kekuatan Teknologi
Perkembangan teknologi dan informasi memberikan tantangan tersendiri
bagi sebuah perusahaan. Perkembangan yang memiliki dampak paling besar
adalah kemajuan dibidang komputer, informasi, produksi dan transportasi baru
60
mampu meningkatkan kapasitas maupun efisiensi produksi perusahaan.
Perusahaan seperti PD Sambu yang bisnisnya bergerak dalam bidang ekspor
pembekuan ikan apabila mampu memanfaatkan perkembangan teknologi dan
informasi dengan baik akan mampu bersaing di pasaran internasional, karena
bisnisnya berhubungan dengan mancanegara maka akan sangat tergantung pada
perkembangan teknologi dibidang komputer dan informasi. Penggunaan komputer
sebagai alat yang dapat menyimpan dan menganalisis data memberikan
kemudahan bagi manajemen dalam merumuskan strategi kebijakan perusahaan.
Sedangkan internet telah memberikan perubahan besar dalam kemajuan transaksi
bisnis perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang ekspor maupun impor.
Penggunaan internet ini membuat perdagangan tidak lagi mengenal batas dan
jarak diantara penjual dan pembeli. Melalui internet, informasi pasar domestik
maupun luar negeri lebih mudah untuk diakses oleh para pengusaha dan pembeli
produk dari pengusaha tersebut.
Teknologi lain yang mengalami perkembangan cukup pesat adalah
komunikasi. Seperti, penggunaan telepon dan faksimili untuk mengirimkan data
maupun dokumen secara cepat. Bahkan dengan semakin berkembangnya
teknologi dibidang komunikasi, informasi terkait produk dapat ditunjukkan
kepada calon pembeli hanya menggunakan media jejaring sosial seperti skype,
sehingga pengusaha ataupun calon pembeli tidak perlu jauh-jauh datang ke tempat
yang dituju. Selain itu, munculnya CCTV memberikan kemudahan dalam
mengontrol dan mengawasi kegiatan maupun lingkungan perusahaan dari
tindakan kriminal.
Adanya teknologi yang dapat meningkatkan kualitas ikan dan alat untuk
melakukan pengolahan bahan baku juga memberikan peran penting dalam
mendukung kelancaran usaha perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan
produk perikanan. Alat pembeku ikan seperti air blast freezer maupun cold
storage dapat menjadikan mutu produk lebih baik karena pembusukan yang biasa
terjadi pada ikan akan dihambat selama waktu tertentu. Munculnya timbangan
digital semakin memberikan kemudahan dalam akurasi pengukuran berat ikan
yang ditimbang.
61
Pemasaran produk perikanan harus dilakukan dengan cepat karena terkait
produknya yang mudah rusak atau perishable, sehingga sangat mengandalkan
kelancaran proses transportasi untuk menjaga mutu produk. Oleh karena itu,
dibutuhkan alat transportasi yang mampu membawa produk dengan cepat seperti
kapal laut atau pesawat. Perkembangan teknologi dibidang transportasi ini
memunculkan kontainer dengan kargo berpendingin untuk menjaga suhu produk
selama proses pengiriman.
6.2.5. Kekuatan Kompetitif
Kekuatan kompetitif dapat dilihat melalui lima faktor diantaranya:
1. Ancaman Pendatang Baru
Perusahaan yang baru masuk ke dalam industri pengolahan ikan akan
memberikan pengaruh bagi perusahaan yang sudah ada seperti PD Sambu.
Kemungkinan masuknya pendatang baru ke dalam industri pembekuan
ikan ini tergolong rendah karena adanya kebutuhan modal yang cukup
besar dan saat ini yang terjadi adalah semakin banyak perusahaan
pembekuan ikan yang gulung tikar. Di kota Cirebon sendiri terjadi
penurunan perusahaan pembekuan ikan dari 14 eksportir di tahun 1980
hingga sekarang hanya terdapat 3 eksportir ikan beku yaitu PD Sambu, PT
Jaya Sakti, dan PT Samtu.
2. Persaingan Dalam Industri
Persaingan dalam industri pembekuan ikan ini dialami juga oleh PD
Sambu seperti persaingan harga dan perolehan bahan baku. Di Kota
Cirebon terdapat dua perusahaan eksportir ikan beku selain PD Sambu
yaitu PT Jaya Sakti dan PT Samtu. PT Jaya Sakti merupakan pesaing
utama PD Sambu, PT Jaya Sakti memproduksi produk yang sama dengan
PD Sambu serta memiliki negara tujuan ekspor yang sama. Perbedaan
keduanya terletak pada bentuk badan usaha, PD Sambu masih berupa
perusahaan dagang sedangkan PT Jaya Sakti sudah berupa perseroan
terbatas yang manajemennya sudah lebih teratur. PT Jaya Sakti memiliki
produk dengan nilai ekspor lebih tinggi bila dibandingkan PD Sambu.
Selain itu, PT Jaya Sakti memiliki keunggulan karena lebih dulu berdiri
dibandingkan PD Sambu sehingga memiliki ikatan dengan pemasok dan
62
pembeli yang lebih kuat. Adanya perusahaan sejenis dapat menjadi
ancaman yang besar karena persaingan untuk mendapatkan harga bahan
baku yang lebih murah dan bisa saja peluang pasar yang ada diambil oleh
perusahaan pesaing.
3. Produk Substitusi
Produk substitusi dapat mempengaruhi salah satunya dari sisi harga.
Ketika harga produk yang dijual perusahaan dirasakan cukup mahal oleh
pembeli maka pembeli berusaha untuk mencari alternatif produk lain yang
memiliki fungsi sama dengan harga yang lebih murah. Berdasarkan
wawancara dengan manajer PD Sambu, ketika harga ikan beku sedang
mahal biasanya pembeli menggantinya dengan membeli produk udang
beku, cumi beku maupun fillet baik itu fillet giling atau fillet biasa. Fillet
ini merupakan daging ikan yang sudah dibuang tulang maupun kulitnya.
4. Kekuatan Pemasok
Dalam industri pembekuan ikan, bahan baku sangat tergantung dari
pemasok, karena ikan merupakan bahan utama untuk melakukan kegiatan
produksi perusahaan dalam memenuhi permintaan pembeli. PD Sambu
menggunakan bahan baku ikan yang berasal dari pemasok yang sebagian
besar dari Jawa diantaranya Batang, Tegal, Gebang, dan Losari. Namun,
pemasok PD Sambu mudah beralih ke perusahaan lain ketika harga yang
ditetapkan tidak sesuai dengan keinginan pemasok. Pemasok mampu
mempengaruhi kegiatan usaha PD Sambu karena ikan merupakan bahan
baku utama bagi perusahaan.
5. Kekuatan Pembeli
Eksportir ikan beku tidak hanya berada di Cirebon saja, tetapi
diberbagai tempat di seluruh Indonesia. Sehingga PD Sambu harus mampu
bersaing untuk mempertahankan pembeli produk perusahaan yang ada saat
ini. Harga bisa saja menjadi faktor berpindahnya pembeli dari produk
perusahaan. Ketika harga ikan beku dirasa cukup mahal, maka tidak jarang
pembeli produk PD Sambu berusaha untuk menurunkan harga jual produk
yang ditetapkan perusahaan agar sesuai keinginan pembeli. Namun, karena
selama ini PD Sambu selalu berusaha memenuhi standar mutu produk
63
yang diinginkan pembeli dan memberikan layanan terbaik kepada para
pembelinya, sehingga faktor yang mengancam dari sisi kekuatan pembeli
dapat dikurangi.
6.2.6. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman
Perusahaan perlu mengetahui peluang dan ancaman yang ada untuk
menganalisis kecenderungan yang terjadi dan berusaha menentukan arah yang
akan dituju untuk masa depan. Identifikasi faktor ini dilakukan melalui
wawancara menggunakan analisis lingkungan jauh dan kekuatan kompetitif.
6.2.6.1. Peluang yang Dihadapi PD Sambu
1. Inflasi yang cenderung menurun
Inflasi yang cenderung menurun dapat mengindikasikan semakin
baiknya permintaan terhadap komoditas ekspor serta produk yang
ditawarkan menjadi lebih kompetitif di pasar. Hal ini dapat dilihat dari
penurunan tingkat inflasi dari 6.96 persen di akhir tahun 2010 hingga
mencapai 3,79 persen di akhir tahun 2011.
2. Implementasi ACFTA
Perusahaan sebagian besar mengekspor produknya ke negara Cina
sehingga akan terkait dengan ACFTA. Adanya ASEAN-China Free Trade
Agreement yang merupakan perjanjian penghapusan tarif diantara negara
Asean dan Cina. Perjanjian ini dilakukan secara bertahap dimulai dengan
penghapusan tarif melalui Early Harvest Program (EHP), dimana tarif
beberapa produk akan menjadi nol di tahun 2006. Selanjutnya, normal
track ACFTA yang diberlakukan di tahun 2010. Adanya ASEAN-China
Free Trade Agreement dapat semakin memudahkan produk ikan beku
Indonesia untuk masuk ke pasar Cina karena hambatan terkait tarif yang
menjadi nol atau trade barriers yang berkurang. Hal ini dapat memberikan
kesempatan bagi PD Sambu yang mengekspor produknya ke Cina tanpa
harus mengeluarkan biaya ekspor yang besar.
3. Perkembangan teknologi dan informasi
Teknologi dan informasi yang terus berkembang membuka peluang
baru bagi perusahaan untuk bisa meningkatkan kapasitas produksi maupun
64
pendistribusian produk menjadi lebih mudah dan cepat. Dengan mudahnya
suatu perusahaan mengadopsi teknologi terbaru kemungkinan untuk keluar
dari industri akan rendah karena perbedaan yang dapat diciptakan
menggunakan teknologi baru tersebut.
Perkembangan dari sisi informasi dapat membantu dalam pengamatan
lingkungan dan pengendalian berbagai kegiatan perusahaan, tetapi juga
dapat berfungsi sebagai alat strategis perusahaan dalam upaya
mendapatkan keunggulan kompetitif. Sistem informasi dapat bertujuan
untuk memberikan sinyal peringatan masalah yang berasal dari luar
maupun dalam, salah satunya dengan memanfaatkan media internet.
4. Adanya roadmap pengembangan industri berbasis industri agro
Pengembangan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi
industri pengolahan ikan dan ekspor ikan olahan. Implementasi dari
peraturan ini akan dilakukan diantaranya dengan meningkatkan pasokan
bahan baku baik kualitas maupun kuantitas melalui koordinasi dengan
instansi terkait, melakukan promosi investasi industri pengolahan ikan,
pelatihan-pelatihan teknis pengolahan ikan bagi aparat pembina dan
pengusaha antara lain Diklat ISO 22.000, dan meningkatkan koordinasi
interaksi dan terbentuknya jaringan kerja yang saling mendukung dan
menguntungkan, serta peran aktif antara pemerintah pusat dan daerah,
dunia usaha, lembaga penelitian dan perguruan tinggi dalam rangka
pengembangan klaster industri pengolahan hasil laut melalui forum
komunikasi industri pengolahan hasil laut. Dengan adanya peraturan
tersebut menjadi peluang bagi PD Sambu untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku yang selama ini terkendala dan juga dapat meningkatkan daya
saing dari produk-produk yang dihasilkan perusahaan.
5. Pemasok ikan banyak
Pemasok ikan banyak tersebar dibeberapa daerah diantaranya dari
daerah Jawa Tengah seperti Tegal, Batang, Demak, Brebes (Kluwut),
Pekalongan, Cilacap. Selain dari Jawa Tengah, pemasok juga terdapat di
Indramayu, Gebang, Bondet, Palembang, Jakarta dan Grogol. Banyaknya
pemasok ikan yang tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia menjadi
65
peluang tersendiri bagi perusahaan pengolah ikan untuk memenuhi
pasokan bahan baku perusahaannya.
6. Hambatan masuk tinggi bagi pendatang baru
Masuknya pendatang baru ke dalam industri pembekuan ikan tidak
begitu mudah karena beberapa faktor yang menghambat, diantaranya
kebutuhan modal yang besar menjadi hambatan bagi pendatang baru di
industri ini seperti saat pembelian mesin-mesin dan peralatan industri yang
akan digunakan.
6.2.6.2. Ancaman yang Dihadapi PD Sambu
1. Birokrasi yang rumit
Pengajuan sertifikasi internasional untuk melancarkan kegiatan ekspor
menjadi salah satu ancaman yang sering dihadapi perusahaan. Dalam
mendapatkan sertifikat internasional perusahaan harus mengurus berbagai
perijinan dengan berbagai tahapan yang rumit dan berbelit-belit. Tidak
jarang hal ini membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk
mempercepat pemerolehan sertifikat internasional tersebut.
2. Kebijakan meningkatkan harga BBM
Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan harga BBM berpengaruh
pada kenaikan biaya produksi nelayan yang berimplikasi pada kenaikan
harga bahan baku ikan dan akan meningkatkan biaya pembelian bahan
baku yang dilakukan perusahaan. Selain itu, biaya produksi perusahaan
akan meningkat karena penggunaan bahan bakar minyak dalam kegiatan
transportasi produk dan mesin-mesin perusahaan seperti generator set dan
ice flaker machine.
3. Pemasok dapat beralih ke perusahaan lain
Jumlah pemasok banyak namun tidak menutup kemungkinan bagi
pemasok tersebut sewaktu-waktu beralih ke perusahaan lain. Hal ini
dikarenakan adanya persaingan harga bahan baku diantara pemasok. Jika
harga yang diberikan oleh perusahaan terlalu murah maka pemasok dapat
beralih ke perusahaan lain yang dapat membeli bahan baku dengan harga
lebih tinggi. Bahkan di Cirebon sendiri, banyak pemasok yang tidak
memasok ikannya untuk kebutuhan perusahaan pengolahan ikan yang
66
terdapat di Cirebon. Ikan hasil tangkapan nelayan biasanya dipasok untuk
pabrik yang berada di Jakarta bukan untuk pabrik yang ada di Cirebon
sehingga semakin menyulitkan pasokan bahan baku bagi industri
pengolahan ikan.
4. Persaingan dengan perusahaan sejenis
Ancaman lain yang dihadapi perusahaan adalah adanya perusahaan
sejenis yang produk dan segmentasi pasarnya memiliki kesamaan.
Persaingan dapat terjadi dari sisi pemerolehan bahan baku maupun harga
jual produk yang diekspor.
6.3. Tahap Perumusan Strategi: Matriks SWOT
Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor-faktor internal perusahaan,
didapatkan enam kekuatan PD Sambu yaitu: (1) Memiliki sertifikat HACCP, (2)
Sistem packaging produk sudah baik, (3) Memiliki pembeli tetap, (4) Sumber
modal kuat, dan (5) Fasilitas produksi lengkap. Kelemahan PD Sambu didapat
enam faktor yaitu (1) Bahan baku sangat tergantung pasokan nelayan, (2) Promosi
kurang dilakukan, (3) Pangsa pasar relatif kecil, (4) Status perusahaan yang masih
berupa Perusahaan Dagang, (5) Peningkatan keahlian dan keterampilan kurang
diperhatikan, serta (6) Struktur organisasi tidak berjalan baik.
Sedangkan analisis faktor eksternal untuk mengetahui peluang dan
ancaman yang dihadapi PD Sambu dilakukan dengan wawancara. Hasil yang
didapat untuk peluang antara lain: (1) Inflasi yang cenderung menurun, (2)
Implementasi ACFTA, (3) Perkembangan teknologi dan informasi, (4) Adanya
roadmap pengembangan industri berbasis industri agro, (5) Pemasok ikan banyak,
dan (6) Hambatan masuk tinggi bagi pendatang baru. Sedangkan hasil untuk
ancaman antara lain: (1) Birokrasi yang rumit, (2) Kenaikan harga BBM, (3)
Pemasok dapat beralih ke perusahaan lain, dan (4) Persaingan dengan perusahaan
sejenis.
Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal, selanjutnya
dilakukan tahap pencocokan dengan menggunakan matriks SWOT yang dapat
dilihat pada Tabel 9. Matriks ini dapat menggambarkan bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki. Sehingga dari matriks ini akan diketahui beberapa
67
alternatif strategi yang dapat diterapkan PD Sambu untuk bersaing di industri
pembekuan ikan.
Tabel 9. Matriks SWOT PD Sambu
STRENGTH WEAKNESSES
1. Memiliki sertifikat HACCP
2. Sistem packaging produk
sudah baik
3. Memiliki pembeli tetap
4. Sumber modal kuat
5. Fasilitas produksi lengkap
1. Bahan baku sangat
tergantung pasokan nelayan
2. Promosi kurang dilakukan
3. Pangsa pasar relatif kecil
4. Status perusahaan yang
masih berupa Perusahaan
Dagang
5. Peningkatan keahlian dan
keterampilan kurang
diperhatikan
6. Struktur organisasi tidak
berjalan dengan baik
OPPORTUNITY Strategi SO
1. Melakukan diversifikasi
produk
(S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2,
O3, dan O6)
2. Memperluas cakupan
distribusi produk ikan beku
(S3, S4, S5, O1, O2, O3, O4
dan O6)
Strategi WO
1. Meningkatkan promosi
produk perusahaan
(W2, W3, O3, dan O6)
2. Menjalin kerjasama dengan
pemasok
(W1 dan O5)
1. Inflasi yang menurun
2. Implementasi ACFTA
3. Perkembangan teknologi
dan informasi
4. Adanya roadmap
pengembangan industri
berbasis industri agro
5. Pemasok ikan banyak
6. Hambatan masuk tinggi
bagi pendatang baru
THREATS Startegi ST
1. Bekerjasama dengan
pemerintah untuk
meningkatkan hubungan
perdagangan luar negeri
(S1 dan T1)
2. Mempertahankan dan
meningkatkan kualitas produk
(S1, S2, S3, S5, dan T4)
3. Meningkatkan hubungan
kerjasama dengan pemasok
dan pembeli
(S1, S3, S4, T2, dan T3)
Strategi WT
1. Perubahan bentuk badan
usaha dari PD menjadi PT
(W4, W6, dan T4)
2. Memperbaiki sistem
manajemen perusahaan
(W4, W5, W6, dan T4)
1. Birokrasi yang rumit
2. Kenaikan harga BBM
3. Pemasok dapat beralih ke
perusahaan lain
4. Persaingan dengan
perusahaan sejenis
Sumber : Data Diolah (2012)
1. Startegi SO
Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO yang
menjadi alternatif perusahaan diantaranya:
INTERNAL
EKSTERNAL
68
a) Melakukan diversifikasi produk
Strategi pertama (SO) PD Sambu yaitu melakukan diversifikasi
produk. Strategi ini dapat dilakukan dengan menambah avriasi bahan
baku yang selama ini digunakan. Selama ini PD Sambu hanya
memproduksi ikan-ikan laut seperti kurisi, remang dan mata goyang.
Perusahaan dapat menggunakan bahan baku ikan tuna yang memiliki
nilai jual yang lebih tinggi dan banyak diminati oleh negara-negara
maju seperti Jepang dan Amerika serikat. Dengan melihat peluang
inflasi yang cenderung menurun, implementasi ACFTA,
perkembangan teknologi dan informasi serta hambatan masuk yang
tinggi bagi pendatang baru, maka perusahaan dapat melakukan
strategi diversifikasi produk seperti menambahkan variasi produk ikan
beku perusahaan dengan memproduksi ikan tuna beku. Selain itu,
dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki perusahaan seperti
sertifikat mutu produk, sistem packaging produk yang sudah baik,
memiliki pembeli tetap, sumber modal kuat dan fasilitas produksi
yang lengkap dapat digunakan untuk menghasilkan variasi produk
ikan beku dengan kualitas lebih baik.
b) Memperluas cakupan distribusi produk ikan beku perusahaan
Perluasan cakupan distribusi menjadi strategi kedua (SO) yang
dapat dilakukan perusahaan dengan adanya pembeli tetap, modal yang
kuat serta fasilitas produksi yang lengkap. Dengan adanya hal tersebut
dapat menjadi kekuatan perusahaan untuk mengenalkan produk ikan
beku saat ini ke wilayah-wilayah geografis baru. Peluang semakin
menurunnya tingkat inflasi Indonesia, implementasi ACFTA,
perkembangan teknologi dan informasi, roadmap pengembangan
industri berbasis indutri agro serta hambatan masuk yang tinggi bagi
pendatang baru memberikan peluang bagi perusahaan untuk
memperluas cakupan distribusi produk ikan bekunya. Implementasi
ACFTA mempermudah dalam hal akses masuk ke pasar di Cina.
Hambatan masuk yang tinggi bagi pendatang baru membuat PD
Sambu lebih mudah untuk mendapatkan pasar karena pesaing yang
69
masuk ke industri tergolong sedikit. Kemudian dengan adanya
perkembangan teknologi terutama dalam bidang transportasi dan
informasi seperti, penggunaan internet, dapat semakin mempermudah
kegiatan distribusi dan pemasaran produk untuk menjangkau suatu
wilayah tertentu.
2. Strategi WO
a) Meningkatkan promosi
Strategi pertama (WO) yaitu perusahaan perlu meningkatkan
kegiatan promosi. Bisnis ekspor yang dijalankan PD Sambu sangat
tergantung pada masalah kepercayaan, sehingga diperlukan bukti
kredibilitas perusahaan untuk menarik minat calon pembeli
produknya. Kegiatan promosi ini sangat jarang dilakukan perusahaan
karena pihak perusahaan hanya mengandalkan pemilik yang mencari
sendiri calon pembeli. Promosi perlu dilakukan karena pangsa pasar
perusahaan masih relatif kecil dan adanya sasaran yang ingin dicapai
perusahaan yaitu memperluas pangsa pasar ke beberapa negara.
Dalam melakukan kegiatan promosi, perusahaan dapat memanfaatkan
buku petunjuk perdagangan yang berisikan alamat, nama dan jenis
usaha, melakukan publikasi dagang dalam dan luar negeri maupun
iklan. Dengan adanya kegiatan promosi, calon pembeli dapat
mengetahui kredibilitas perusahaan melalui ketiga hal tersebut untuk
mempertimbangkan apakah melakukan pembelian atau tidak. Adanya
peluang perkembangan teknologi dan informasi dapat digunakan
perusahaan untuk mencari pembeli baik ditingkat nasional maupun
internasional, salah satunya penggunaan internet. Mengikuti pameran
di luar dan di dalam negeri juga dapat menjadi salah satu cara promosi
yang cukup efektif untuk mengenalkan produk-produk perusahaan
kepada calon pembeli. Selain itu, PD Sambu juga dapat mempelajari
kegiatan promosi yang dilakukan para pesaingnya untuk dapat diikuti.
b) Menjalin kerjasama dengan pemasok
Strategi kedua (WO) yang dapat dilakukan perusahaan yaitu
menjalin kerjasama dengan pemasok. Hal ini dilatar belakangi oleh
70
kelemahan yang dimiliki yaitu bahan baku sangat tergantung dari
pemasok yang mengambil ikan dari nelayan. Di Cirebon sendiri,
cukup banyak pemasok ikan namun, ikan hasil tangkapan nelayan
tersebut banyak yang dipasok untuk pabrik yang ada di Jakarta bukan
untuk pabrik yang ada di Cirebon. Sehingga dibutuhkan kerjasama
yang baik agar pemasok tersebut bersedia memasok ikannya untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan dengan cara membuat
kesepakatan harga yang menguntungkan kedua belah pihak dan tidak
merugikan satu sama lain. Dengan melihat peluang yang ada seperti
pemasok ikan yang banyak dapat menjadi kesempatan perusahaan
untuk mendapatkan bahan baku secara kontinu dan mampu memenuhi
permintaan para pembelinya. Selain itu, perusahaan dapat
memanfaatkan lokasi perusahaan yang berada didekat tempat
pelelangan ikan untuk semakin mempermudah menjalin kerjasama
dengan pemasok disekitar perusahaan.
3. Strategi ST
a) Bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan hubungan
perdagangan luar negeri
Strategi pertama (ST), perusahaan perlu bekerjasama dengan
pemerintah untuk meningkatkan hubungan perdagangan luar negeri.
Seperti, mengadakan pameran produk perikanan untuk menarik
investor agar bersedia melakukan investasi pada produk-produk
perikanan Indonesia. Selain itu, dapat dilakukan kerjasama untuk
meningkatkan manajemen mutu produk-produk perusahaan.
Pemerintah juga dapat melakukan lobi-lobi politik untuk memudahkan
jalan bagi pengusaha-pengusaha pembekuan ikan dalam melakukan
perdagangan dengan negara lain. Contohnya, adalah pembebasan bea
tarif untuk produk-produk yang akan diekspor ke negara ASEAN dan
Cina. Dengan adanya kerjasama yang baik diantara pengusaha dengan
pemerintah diharapkan dapat semakin meningkatkan kegiatan ekspor
produk perusahaan ke beberapa negara yang dapat berimplikasi pada
peningkatan devisa negara.
71
b) Mempertahankan dan Meningkatkan Kualitas Produk
Untuk mencapai sasaran menghasilkan produk ikan beku bermutu
tinggi maka strategi kedua (ST), yaitu mempertahankan dan
meningkatkan kualitas produk perlu dilakukan. Strategi ini bertujuan
agar pembeli semakin loyal pada produk perusahaan dan mampu
bersaing dengan perusahaan sejenis, hal ini dapat dilakukan melalui
kekonsistenan dalam membuat produk sesuai dengan standar produksi
HACCP yang selama ini dijalankan. Strategi ini juga dapat dilakukan
perusahaan berdasarkan kekuatan yang dimiliki seperti sistem
packaging produk yang baik, memiliki pembeli tetap, dan fasilitas
produksi yang lengkap. Selain itu, adanya persaingan dengan
perusahaan sejenis dapat menjadi ancaman bagi perusahaan yang
harus dihindari atau dikurangi dengan meningkatkan kualitas produk
untuk mencapai sasaran dengan memiliki nilai sertifikasi A agar
mampu mengekspor tidak hanya ke negara Cina.
c) Meningkatkan hubungan kerjasama dengan pemasok dan pembeli
Strategi ketiga (ST), yaitu meningkatkan hubungan kerjasama
dengan pemasok dan pembeli. Strategi ini bertujuan untuk
memperoleh kesepakatan harga, baik diantara pemasok dengan PD
Sambu maupun PD Sambu dengan pembeli ketika terjadi kenaikan
harga BBM yang dapat menyebabkan peningkatan biaya produksi
perusahaan. Selain itu, untuk mengurangi ancaman dari pemasok yang
mudah beralih ke perusahaan lain.
4. Strategi WT
a) Perubahan bentuk badan usaha dari PD menjadi PT
Strategi pertama (WO) yaitu perusahaan perlu melakukan
perubahan bentuk badan usaha dari perusahaan dagang menjadi
perseroan terbatas. Hal ini diperlukan untuk menghadapi pesaing-
pesaing PD Sambu yang sebagian besar sudah merupakan PT dengan
sistem yang lebih independen dan memiliki badan hukum sendiri.
Perubahan ini perlu didukung dengan struktur organisasi yang berjalan
72
baik agar setiap bagian mampu menjalankan tugasnya dengan
maksimal untuk kemajuan perusahaan.
b) Memperbaiki sistem manajemen perusahaan
Strategi kedua (WT) yaitu memperbaiki sistem manajemen
perusahaan. Perbaikan sistem manajemen perusahaan perlu
ditingkatkan untuk mengatasi kelemahan, seperti peningkatan
keahlian dan keterampilan yang kurang diperhatikan, status
perusahaan yang masih berupa perusahaan dagang serta struktur
organisasi yang tidak berjalan baik. Perbaikan sistem manajemen
dapat dilakukan melalui restrukturisasi organisasi untuk menghindari
terjadinya tumpang tindih pekerjaan diantara bagian dari organisasi di
PD Sambu. Sehingga setiap bagian organisasi dapat memberikan
kinerja terbaiknya bagi perusahaan. Selain itu, strategi ini dapat
dilakukan dengan memperketat peraturan perusahaan atau SOP. Hal
ini dilakukan untuk menghindari ancaman persaingan dari perusahaan
sejenis yang struktur organisasinya berjalan baik dan memiliki SOP
yang lebih ketat.
6.4. Rancangan Arsitektur Strategik PD Sambu
6.4.1. Sasaran PD Sambu
Berdasarkan hasil wawancara, sasaran perusahaan adalah memperluas
pangsa pasar perusahaan ke beberapa negara, menghasilkan produk ikan beku
yang bermutu tinggi, dan mengembangkan perusahaan.
6.4.2. Tantangan PD Sambu
Beberapa tantangan yang dihadapi PD Sambu antara lain: kemampuan
untuk mendapatkan bahan baku dalam jumlah besar dan kontinu, peningkatan
kualitas produk yang dihasilkan dan peningkatan kinerja perusahaan.
6.4.3. Rekomendasi Program Kegiatan
Rekomendasi program kegiatan merupakan penjabaran dari alternatif
strategi yang dihasilkan melalui matriks SWOT yang kemudian dipetakan dalam
arsitektur strategik, sehingga memudahkan perusahaan untuk melihat langkah
73
yang akan dijalankan perusahaan untuk lima tahun ke depan. Adapun program
kegiatan yang dapat digunakan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rekomendasi Program Kegiatan Alternatif Strategi Program Kegiatan Penanggung Jawab
Diversifikasi
Produk
1. Melakukan riset pasar untuk mengetahui produk baru
yang bisa diciptakan sesuai keinginan konsumen Manajer Utama
2. Memperbaiki pola pemakaian teknologi yang telah
digunakan saat ini Pemilik
3. Melakukan kerjasama dengan pihak Litbang dalam
menghasilkan produk Pemilik
4. Menambah variasi jenis bahan baku Manajer Produksi
Memperluas
cakupan distribusi
produk
1. Mencari dan mengembangkan pasar baru untuk
produk perusahaan Manajer Utama
2. Menjalin kerjasama dengan pembeli di luar negeri Manajer Utama
3. Menjaga kontinuitas pasokan bahan baku Manajer Purchasing
4. Pengadaan kendaraan distribusi sendiri (kontainer) Pemilik
Mempertahankan
dan meningkatkan
kualitas Produk
1. Meningkatkan nilai sertifikasi HACCP Pemilik
2. Mempertahankan citra produk dimata konsumen
dengan terus menghasilkan produk bermutu tinggi
Manajer Produksi
dan Quality Control
3. Menggunakan ikan dengan kualitas baik dalam setiap
kegiatan produksinya untuk menghindari adanya
komplain
Manajer Produksi
dan Qulaity Control
Menjalin kerjasama
dengan pemasok
1. Menjalin kerjasama dengan pemasok yang ada di
wilayah Cirebon Pemilik
2. Membuat kontrak kerjasama terkait pengadaan,
kualitas dan waktu pengiriman bahan baku dengan
pemasok
Pemilik
3. Menjalankan kontrak kerjasama sesuai kesepakatan Pemilik
Meningkatkan
promosi
1. Melakukan promosi melalui media internet Bagian Pemasaran
2. Mengikuti pameran-pameran produk perikanan di
dalam dan luar negeri Bagian Pemasaran
3. Promosi menggunakan buku petunjuk perdagangan
maupun publikasi dagang dalam dan luar negeri Pemilik
Perubahan badan
usaha dari PD
menjadi PT
1. Mengajukan surat permohonan perubahan bentuk
badan usaha Manajer HRD
2. Melengkapi persyaratan untuk melakukan perubahan
bentuk badan usaha Manajer HRD
3. Perluasan pabrik untuk membuat kantin dan tempat
istirahat yang lebih layak Pemilik
Bekerjasama
dengan pihak
pemerintahan
1. Menjalin kerjasama dengan pemerintah untuk
mengadakan pameran produk perikanan Indonesia
agar negara lain tertarik untuk memudahkan
hubungan perdagangan
Pemilik
2. Kerjasama dalam meningkatkan manajemen mutu
produk perikanan Pemilik
Memperbaiki
sistem manajemen
perusahaan
1. Memperketat peraturan perusahaan dan memberikan
reward bagi karyawan terbaik Manajer HRD
2. Restrukturisasi organisasi dengan membuat job
description yang jelas agar tumpang tindih pekerjaan
dapat dihindari
Pemilik
3. Evaluasi kinerja perusahaan secara berkala Pemilik
Meningkatkan
hubungan
kerjasama dengan
pemasok dan
pembeli
1. Menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan Manajer Utama
2. Menjalin hubungan yang baik dengan pemasok-
pemasok perusahaan Pemilik
74
6.4.4. Tahapan Arsitektur Strategik
Rancangan arsitektur strategik dalam bisnis PD Sambu merupakan
gambaran dan penjabaran program kegiatan untuk mewujudkan sasaran di masa
yang akan datang dalam menghadapi tantangan yang ada. Setelah dilakukan
serangkaian tahapan untuk merumuskan berbagai strategi yang berasal dari
matriks SWOT, kemudian strategi-strategi tersebut dipetakan ke dalam arsitektur
strategik PD Sambu. Penggambaran tersebut berisi program-program yang
disusun berdasarkan rentang waktu yang telah ditentukan yaitu lima tahun, hal ini
didasarkan pada prioritas kebutuhan paling dasar perusahaan. Adapun
pelaksanaan program-program dalam peta arsitektur strategik akan dijalankan
sejak pertengahan tahun 2012 hingga tahun 2016. Rentang waktu tersebut
ditetapkan berdasarkan keadaan perusahaan dan kemampuan pihak pengelola
terkait dengan pelaksanaan program yang sudah dibuat.
Rancangan arsitektur strategik terdiri dari sumbu X (Horizontal) dan
sumbu Y (Vertikal). Sumbu X merupakan rentang waktu bagi perusahaan untuk
melaksanaan program-program yang telah dibuat. Sedangkan sumbu Y
merupakan program kegiatan perusahaan. Program yang akan dipetakan dalam
arsitektur strategik terdiri dari program kegiatan yang dijalankan secara rutin
selama pelaksanaan strategi dan program kegiatan yang dijalankan secara
bertahap dimana program tersebut sudah harus selesai dijalankan sebelum
program kegiatan selanjutnya dijalankan.
Program kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap antara lain: pada
tahun 2012 ini perusahaan memperketat peraturan yang sudah ada selama ini
dengan pemberian reward and punishment bagi karyawan PD Sambu dan juga
melakukan perbaikan pada sistem manajemen perusahaan terutama dengan
restrukturisasi untuk semakin memperjelas job description setiap bagian agar
tumpang tindih pekerjaan dapat dihindari. Selain itu, bertujuan untuk membentuk
bagian pemasaran karena selama ini perusahaan belum memiliki bagian
pemasaran yang khusus menangani urusan pemasaran produk-produk PD Sambu.
Kemudian pada tahap ini perusahaan perlu memperbaiki pola pemakaian
teknologi yang selama ini sudah digunakan perusahaan. Perbaikan pola
pemakaian teknologi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi perusahaan,
75
meningkatkan kapasitas produksi dan dalam rangka mencapai sasaran untuk
mengembangkan perusahaan. Seperti, penggunaan strapping band machine yang
perlu diperbaiki karena sering mengalami kerusakan. Dengan lebih ketatnya
peraturan dan diperolehnya pemasok yang berasal dari Cirebon bertujuan untuk
semakin memperkuat kondisi internal perusahaan dalam menjalankan kegiatan
usahanya.
Tahap kedua dilakukan pada tahun 2013 adalah menjalin kerjasama
dengan pemerintah untuk mengadakan pameran produk perikanan Indonesia agar
negara lain tertarik untuk memudahkan hubungan perdagangan. Dengan adanya
kerjasama ini diharapkan pemerintah mampu melakukan lobi-lobi politik agar
negara lain bersedia untuk melakukan hubungan kerjasama dalam perdagangan
produk-produk perikanan terutama produk yang sudah mengalami pengolahan
seperti ikan beku. Program selanjutnya adalah menjalin kerjasama dengan
pemasok yang terdapat di Cirebon untuk mendapatkan bahan baku yang mampu
diandalkan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan di setiap harinya.
Karena selama ini perusahaan lebih banyak mendapat pasokan dari luar Cirebon.
Kemudian perusahaan dapat melakukan kontrak kerjasama dengan pemasok
terkait pengadaan bahan baku, kualitas bahan baku dan waktu pengiriman bahan
baku. Kontrak ini perlu dibuat mengingat pengadaan bahan baku merupakan hal
yang krusial bagi kegiatan perusahaan termasuk juga kualitas bahan baku yang
harus baik seperti tidak pucat, bau dan segar dan waktu pengiriman untuk
mencegah keterlambatan bahan baku yang diterima. Dalam melakukan kontrak ini
sebaiknya perusahaan memberikan harga yang disepakati oleh kedua belah pihak,
karena salah satu hal yang menyebabkan beralihnya pemasok dalam mengirimkan
bahan baku diakibatkan perusahaan memberikan harga yang murah. Program
terakhir pada tahap ini adalah perusahaan perlu menjalin kerjasama dalam
meningkatkan manajemen mutu produk perikanan perusahaan agar memiliki daya
saing yang lebih baik di pasaran luar negeri. Pada tahap ini diharapkan perusahaan
mampu menjaga kontinuitas pengiriman produk perusahaan kepada pembeli,
semakin mudah untuk memasuki pasar luar negeri dan produk-produk perusahaan
semakin dikenal luas.
76
Tahap ketiga yang dilakukan pada tahun 2014 yaitu: melakukan riset pasar
untuk mengetahui produk baru yang dapat diciptakan sesuai dengan keinginan
konsumen. Informasi yang didapat dari kegiatan riset tersebut berguna untuk
menentukan produk seperti apa yang dapat dihasilkan sesuai dengan kemampuan
perusahaan. Selanjutnya, perusahaan dapat melakukan kerjasama dengan
Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) di Cirebon untuk melakukan
inovasi pada produk-produk perikanan. Program terakhir dalam tahap ini adalah
mengajukan surat permohonan perubahan bentuk badan usaha dan melengkapi
persyaratan untuk melakukan perubahan bentuk badan usaha dari perusahaan
dagang (PD) menjadi perseroan terbatas (PT). Perubahan ini diperlukan kaitannya
untuk semakin memperkuat posisi bersaing perusahaan diantara perusahaan
pembekuan ikan yang lain yang sudah berupa perseroan terbatas. Tahap ini
bertujuan untuk memperkuat posisi bersaing perusahaan di dalam industri
pembekuan ikan.
Tahap keempat akan dilaksanakan pada tahun 2015, yaitu mencari dan
mengembangkan pasar baru untuk produk-produk perusahaan. Pasar baru menjadi
tujuan perusahaan dalam menemukan pembeli baru dan meningkatkan penjualan.
Selain itu, perusahaan perlu mengikuti pameran produk perikanan kembali baik di
dalam maupun di luar negeri. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kegiatan
promosi yang selama ini jarang dan bahkan hampir tidak dilakukan oleh
perusahaan. Keikutsertaan dalam pameran dapat berimplikasi semakin dikenalnya
produk perusahaan diantara produk-produk perikanan yang ada terutama ikan
beku. Program selanjutnya adalah menambah variasi jenis bahan baku. Selama ini
bahan baku perusahaan hanya berupa ikan-ikan karang seperti kurisi, mata goyang
dan remang, perusahaan dapat menambah variasi bahan baku dengan ikan tuna
yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. Program-program pada tahap ini
bertujuan untuk meningkatkan penjualan dan memperluas pangsa pasar
perusahaan.
Tahap kelima yang akan dilaksanakan pada tahun 2016, yaitu pengadaaan
kendaraan distribusi sendiri seperti kontainer dengan kargo berpendingin yang
selama ini masih disewa oleh perusahaan. Pengadaan kontainer dengan kargo
berpendingin ini diperlukan agar perusahaan dapat menghemat biaya setiap
77
melakukan penyewaan kontainer untuk mengirimkan barang ke luar negeri dan
dapat juga dijadikan sebagai aset perusahaan. Selain itu, diperlukan perluasan
pabrik pada tahun ini karena belum adanya kantin untuk makan dan tempat
istirahat yang layak untuk para karyawan sehingga membuat karyawan yang
jumlahnya ratusan tersebut harus berebut tempat saat istirahat tiba. Program
selanjutnya adalah menjalin kerjasama dengan pembeli dari luar negeri. Bentuk
kerjasama yang dapat dilakukan adalah bantuan dalam bentuk transfer teknologi
untuk meningkatkan efisiensi produksi perusahaan.
Program kegiatan yang dilakukan secara rutin antara lain: 1)
Mempertahankan citra produk dimata konsumen dengan menghasilkan produk
bermutu tinggi, 2) Mempertahankan dan meningkatkan nilai sertifikasi HACCP,
3) Menggunakan ikan dengan kualitas baik dalam setiap kegiatan produksi untuk
menghindari adanya komplain, 4) Menjaga kontinuitas pasokan bahan baku, 5)
Menjalankan kontrak kerjasama sesuai kesepakatan, 6) Promosi melalui media
internet, 7) Menjalin hubungan baik dengan pelanggan, 8) Promosi menggunakan
buku petunjuk perdagangan maupun publikasi dagang dalam dan luar negeri, 9)
Evaluasi kinerja perusahaan secara berkala, dan 10) Menjalin hubungan baik
dengan pemasok perusahaan selama ini. Penggambaran arsitektur strategik PD
Sambu dapat dilihat melalui Gambar 10.
78
1.Diversifikasi produk
2. Memperluas cakupan
distribusi produk
3. Mempertahankan dan
meningkatkan kualitas
produk
4. Menjalin kerjasama
dengan pemasok
5. Meningkatkan kegiatan
promosi
6. Perubahan badan usaha
dari PD menjadi PT
7. Bekerjasama dengan
pihak pemerintah
8. Memperbaiki sistem
manajemen perusahaan
9. Meningkatkan hubungan
kerjasama dengan
pemasok dan pembeli
Program Kegiatan
Gambar 10. Rancangan Arsitektur Strategik PD Sambu
ALTERNATIF STRATEGI 2012 2013 2014 2015 2016
Sasaran :
1. Memperluas
pangsa pasar
perusahaan
hingga ke
beberapa negara.
2.Menghasilkan
produk ikan beku
yang bermutu
tinggi.
3.Mengembangkan
perusahaan.
Tantangan :
1. Kemampuan untuk
mendapatkan bahan
baku dalam jumlah
besar dan kontinu
2. Peningkatan kualitas
produk yang dihasilkan
3. Peningkatan kinerja
perusahaan.
Memperketat
peraturan
perusahaan
Melakukan
riset pasar
Menjalin
kerjasama
dengan pembeli
luar negeri
Memperbaiki
pola
pemakaian
teknologi
Menambah
variasi jenis
bahan baku
Bekerjasama
untuk
mengadakan
pameran produk
perikanan
Menjalin
kerjasama
dengan pemasok
di Cirebon
Mengikuti
pameran
produk
perikanan di
dalam dan
luar negeri
Membuat
kontrak
kerjasama
dengan pemasok
Melakukan
kerjasama
dengan pihak
Litbang
Mencari dan
mengembang
-kan pasar
baru
Menjalin
kerjasama dalam
meningkatkan
manajemen
mutu
Mengajukan
surat
permohonan
perubahan
bentuk badan
usaha
Program kegiatan yang dilakukan secara rutin antara lain:
1) Mempertahankan citra produk dimata konsumen dengan membuat produk yang bermutu tinggi, 2)
Mempertahankan dan meningkatkan nilai sertifikasi HACCP, 3) Menggunakan ikan dengan kualitas baik
dalam setiap kegiatan produksi untuk menghindari adanya komplain, 4) Menjaga kontinuitas pasokan bahan
baku, 5) Promosi menggunakan buku petunjuk perdagangan maupun publikasi dagang dalam dan luar
negeri, 6) Menjalankan kontrak kerjasama sesuai kesepakatan, 7) Promosi melalui media internet, 8)
Menjalin hubungan baik dengan pelanggan, 9) Evaluasi kinerja perusahaan secara berkala dan 10) Menjalin
hubungan baik dengan pemasok perusahaan.
Pengadaan
kendaraan
distribusi
(kontainer)
Restrukturisasi
organisasi
dengan
memperjelas
job description Melengkapi
persyaratan
untuk
perubahan
bentuk badan
usaha
Perluasan
pabrik
79
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk merumuskan strategi
bisnis ekspor pembekuan ikan pada PD Sambu, maka diperoleh beberapa
kesimpulan antara lain:
1. Faktor internal yang menjadi kekuatan utama PD Sambu adalah memiliki
sertifikat HACCP dan memiliki pembeli tetap, sedangkan faktor internal
yang menjadi kelemahan utama perusahaan adalah ketergantungan yang
tinggi terhadap pasokan bahan baku dari nelayan.
2. Faktor eksternal yang merupakan peluang utama bagi PD Sambu adalah
adanya implementasi ACFTA. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi
ancaman utama PD Sambu diantaranya birokrasi yang rumit dan
persaingan dengan perusahaan sejenis.
3. Alternatif strategi bisnis yang dapat dilakukan PD Sambu berdasarkan
analisis SWOT terdiri dari delapan strategi, antara lain: 1) Diversifikasi
produk, 2) Memperluas cakupan distribusi produk perusahaan, 3)
Mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk, 4) Menjalin
kerjasama dengan pemasok, 5) Meningkatkan kegiatan promosi, 6)
Melakukan perubahan bentuk badan usaha dari perusahaan dagang (PD)
menjadi perseroan tarbatas (PT), 7) Bekerjasama dengan pihak pemerintah
untuk meningkatkan hubungan perdagangan luar negeri, 8) Memperbaiki
sistem manajemen perusahaan, dan 9) Meningkatkan hubungan kerjasama
dengan pemasok dan pembeli.
4. Program kegiatan yang disarankan secara bertahap pada tahun 2012
hingga 2016 antara lain: memperketat peraturan, melakukan perbaikan
pada sistem manajemen perusahaan, menjalin kerjasama dengan pemasok
yang terdapat di Cirebon, melakukan kontrak kerjasama dengan pemasok,
menjalin kerjasama dengan pemerintah untuk mengadakan pameran
produk perikanan Indonesia, menambah variasi jenis bahan baku, menjalin
kerjasama dalam meningkatkan manajemen mutu produk perikanan,
melakukan riset pasar, melakukan kerjasama dengan Lembaga Penelitian
dan Pengembangan (Litbang) di Cirebon, mengajukan surat permohonan
80
perubahan bentuk badan usaha dan melengkapi persyaratannya, mencari
dan mengembangkan pasar baru, pengadaaan kontainer dengan kargo
berpendingin, memperbaiki pola pemakaian teknologi, perluasan pabrik,
dan menjalin kerjasama dengan pembeli dari luar negeri.
7.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk PD Sambu berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan antara lain:
1. Pihak perusahaan dan pemerintah perlu meningkatkan hubungan
komunikasi dan kerjasama dalam memenuhi persyaratan ekspor terutama
terkait standar kualitas produk yang ditetapkan secara internasional.
2. Seluruh alternatif strategi sebaiknya dijalankan secara konsisten oleh
perusahaan dengan tujuan untuk mencapai sasaran lima tahun ke depan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah Rabiatul. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
[BI] Bank Indonesia. 2007. Volume Ekspor Non Minyak dan Gas.
http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Ekonomi+dan+Keuangan+I
ndonesia/Versi+HTML/Sektor+Eksternal/. Diakses 27 Desember 2011.
Dahuri Rokhmin, Iacub Rais, Sapta Putra Ginting dan M.J. Sitepu. 2001.
Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
Cetakan Kedua, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
David Fred R. 2004. Manajemen Strategis: Konsep. Ed ke-7. Sindoro Alexander,
Penerjemah; Widyantoro Agus, Editor. Jakarta: PT Indeks. Terjemahan
dari: Concepts of Strategic Management.
David Fred R. 2009. Manajemen Strategis: Konsep. Ed ke-12. Sunardi Dono,
Penerjemah. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic
Management, 12th
ed.
[Desperindag] Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2004. Dalam
Indriyashari, Nuning. 2011. Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada
CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor [skripsi].
Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
[Ditjen KPI] Direktorat Jenderal Kementerian Perdagangan Indonesia. 2005.
Dalam Lubis Adrian D., Rahmawati Irma. 2012. Dampak Pelaksanaan
FTA ASEAN-China untuk Produk Perikanan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan.
Etriya. 2001. Analisis Strategi Bersaing Komoditi Sayuran di PT X, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Hanafiah A. M. dan Saefuddin A. M. 1983. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta:
UI-Press.
Heruwati Endang Sri. 2002. Pengolahan Ikan secara Tradisional: Prospek dan
Peluang Pengembangan. Jurnal Litbang Pertanian 21 (3): 92-99.
Hunger David J., Wheelen Thomas L. 2003. Manajemen Strategis. S. Agung
Julianto, Penerjemah. Yogyakarta: Andi. Terjemahan dari: Strategic
Management 5th Edition.
82
Indonesian Newspaper Kompas Cyber Media website. 2010. Cina Kembangkan
Perikanan Terpadu. www.kompas.com. Diakses 24 April 2012.
Indriyasari Nuning. 2011. Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV
Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. [skripsi].
Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Irianto Hari Eko dan Soesilo Indroyono. 2007. Dukungan Teknologi Penyediaan
Produk Perikanan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hari
Pangan Sedunia tahun 2007. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Jauch Lawrence R, Glueck William F. 1988. Manajemen Strategis dan Kebijakan
Perusahaan. Murad, Sitanggang Henry, Penerjemah; Dharma Agus, Editor.
Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Terjemahan dari: Strategic
Management and Business Policy.
Linong Zhou. 2006. China Business. Singapore: Pearson Education South Asia
Pte. Ltd.
Lubis Adrian D., Rahmawati Irma. 2012. Dampak Pelaksanaan FTA ASEAN-
China untuk Produk Perikanan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Perikanan.
Park et al. 2008. Dalam Lubis Adrian D., Rahmawati Irma. 2012. Dampak
Pelaksanaan FTA ASEAN-China untuk Produk Perikanan. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan.
Porter Michael E. 1992. Strategi Bersaing. Maulana Agus, Penerjemah; Hutauruk
Gunawan, Editor. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Terjemahan dari:
Competitive Strategy.
Primus Josephus. 2012. Cina Kelebihan Penduduk Kota.
http://internasional.kompas.com/read/2012/01/17/19544022/China.Kelebih
an.Penduduk.Kota. Diakses 2 Mei 2012.
[Pusdatin] Pusat Data dan Informasi Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia. 2012. Realisasi Ekspor Indonesia ke Dunia. Jakarta:
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Rahayu, D. L. 2009. Desain Peningkatan Daya Saing Industri Pengolahan Ikan
Berbasis Perbaikan Kinerja Mutu Dalam Rantai Pasokan Ikan Laut
Tangkapan di Wilayah Utara Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Raimu Wa Ode. 2000. Analisis Strategi Bisnis Ekspor Industri Pembekuan Udang
[abstrak]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
83
Review National Fisheries. 2007. Analisis Data Kelautan dan Perikanan. Jakarta:
Dinas Kelautan dan Perikanan.
Risnawati. 2002. Analisis Strategi Kebijaksanaan Bisnis Ikan Tuna Beku Pada PT
Harini Asribahari Ltd. Jakarta Utara [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Rosyidi Irwan. 2007. Analisis Strategi Bisnis Ekspor Udang Beku Pada PT Misaja
Mitra Pati, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah [skripsi]. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Sapanli Kastana. 2007. Analisis Strategi Bisnis Ekspor Udang Beku PT Lola
Mina di Merawang, Provinsi Bangka Belitung [skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Sumarwan et. al. 2010. Pemasaran Strategik: Perspektif Value-Based Marketing
dan Pengukuran Kinerja. Cetakan 1. Bogor: IPB Press.
Suryaningrum Th. Dwi. 2008. Ikan Patin: Peluang Ekspor, Penanganan
Pascapanen dan Diversifikasi Produk Olahannya. Squalen 1 (3): 16-23.
Thaheer Hermawan. 2005. Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Points). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Yoshida Diah Tuhfat. 2006. Arsitektur Strategik: Sebuah Solusi Meraih
Kemenangan Dalam Dunia yang Senantiasa Berubah. Jakarta: PT
Gramedia.
84
LAMPIRAN
85
Lampiran 1. Layout PD Sambu
86
Lampiran 2. Struktur Organisasi PD Sambu
Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan
External Resources
Haryadi
Bagian Cold Room
1. Ridwan Alkuat
2. Tono
Staf Bagian
Packing dan
Ekspor
Wiji Astuti
Direktur
Budiono Go
Staf
Purchasing
Nopiana
Manajer HRD
Widianti, A.Md
Plant Manajer
1. Gunawan, SE
2. Hendra Rosia
Bagian Mesin
dan Bengkel
1. Udin
2. Yayat
3. Toto
4. Supena
Staf Bagian Operasi
1. Damayanti
2. Sri Sulistianingsih
Staf Bagian
Material Store
Siti Jubaedah
Manajer Engineering
Cecep Arianto
Manajer Produksi
dan Quality Control
Sambudi
Manajer Purchasing
Siti Nurlia
87
Lampiran 3. Alur Proses Produksi Ikan Berdasarkan Bahan Baku di PD Sambu
Ikan Lain Remang
Sumber: Bagian Produksi dan Quality Control PD. Sambu (2012)
Penerimaan
bahan baku
Penimbangan per 15 kg
Pencucian
Sortasi
Pembekuan
Penyusunan
Pencucian
Buang isi perut
Penimbangan 1
Penerimaan bahan baku
Sortasi
Penyiraman dengan air dingin
Penimbangan
per 10 kg
Pemeriksaan akhir
Pengemasan dan pelabelan
Penyimpanan
88
Lampiran 4. Sertifikat HACCP PD Sambu
89
Lampiran 5. Contoh Laporan Hasil Uji Produk PD Sambu
90
Lampiran 6. Contoh Surat Jaminan Bahan Baku
91
Lampiran 7. Dokumentasi PD Sambu
Ikan Remang Ikan Head Less (HL)
Ikan Setelah Dibekukan Pan yang berisi ikan beku
Pengemasan ke dalam Plastik dan Karton
Produk yang Disimpan dalam Cold Storage
92
Ruang Kantor Air Blast Freezer
Ruang Genset Ruang Pembuatan Es
Cold Storage Ruang Packing
Sortasi Ikan Mata Goyang atau Kurisi Layering Ikan Mata Goyang atau Kurisi
93
Pembuangan Isi Perut Remang Ruang Proses
Karton Kemasan Kegiatan Saat Akan Ekspor
Pintu Masuk ke Pabrik Wastafel
Ruang Ganti Karyawan Gudang Kardus