Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DESA
TUGAJURU
INS
ANTARI G
A SELO
AS AKHUSAN TA
STITUT
NALISIGAMB
OPENG
RaudNIM
HIR PROGARI FAKU
SENI INDGENA
IS STRBUH PA
KABU
Oleh : dhatul Has
M: 1111327
GRAM STULTAS SDONESIAP 2014/
RUKTURAMUNGUPATEN
ana 011
TUDI S-1SENI PERA YOGY2015
R GKAS N SUME
1 SENI TRTUNJUKYAKART
ENEP
TARI KAN
TA
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
DESA
TugFakultas
U
ANTARI G
A SELO
gas AkhirSeni Pert
Untuk Me
NALISIGAMB
OPENG
RaudNIM
r Ini Diajutunjukan Sebagai SengakhiriDalam B
Gena
IS STRBUH PA
KABU
Oleh : dhatul Has
M: 1111327
ukan KepInstitut SSalah Satui Jenjang Bidang Seap 2014/2
RUKTURAMUNGUPATEN
ana 011
pada DewSeni Indonu SyaratStudi Sareni Tari 2015
R GKAS N SUME
wan Pengunesia Yog
rjana S-1
ENEP
uji gyakarta
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir ini telah diterima dan disetujui Dewan Penguji Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta Yogyakarta, 06 Agustus 2015
Dr. Hendro Martono, M.Sn Ketua/ Anggota
Dra. M. Heni Winahyuningsih, M.Hum. Dosen Pembimbing I/ Anggota
Dra. Jiyu Wijayanti, M.Sn. Dosen Pembimbing II/ Anggota
Prof. Dr. A.M. Hermien Kusmayati., SST., S.U. Penguji Ahli/ Anggota
Mengetahui Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Prof. Dr. Yudiaryani, M.A. NIP. 19560630 198703 2 001
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 26 Juni 2015
Raudhatul Hasana
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, memberikan petunjuk dan jalan yang
terbaik kepada penulis sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis
Struktur Tari Gambuh Pamungkas Desa Selopeng Kabupaten Sumenep” dapat
terselesaikan. Tugas Akhir ini merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar
pendidikan Strata 1 Program Studi Jurusan Tari, Fakultas Seni Pertunjukan,
Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Sebuah perjalanan yang cukup panjang telah dilalui, cucuran keringat
serta air mata mengiringi perjuangan penulis selama penyusunan skripsi ini,
sehingga menjadi kebanggaan tersendiri dapat menyelesaikan pendidikan
perguruan tinggi dan menyelesaikan skripsi ini sesuai target tepat waktu yang
ditetapkan. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat
diselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak, yang dalam hal ini penulis
sekaligus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dra. M. Heni Winahyuningsih, M.Hum., sebagai dosen pembimbing I
yang telah menyediakan waktu, memberikan bimbingan, motivasi,
perhatian, dan kesabaran kepada penulis layaknya orang tua ke dua
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
v
kepada penulis selama proses penulisan, penyusunan, hingga
terselesaikannya skripsi ini.
2. Dra. Jiyu Wijayanti, M.Sn., selaku dosen pembimbing II yang tidak
henti-hentinya memberikan bimbingan dan petunjuknya kepada
penulis demi penyelesaian skripsi ini.
3. Tri Nardono, SST., M.Hum., selaku dosen pembimbing studi, yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis kepada hal baik selama
menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
4. Dr. Hendro Martono, M.Sn., selaku Ketua Jurusan Tari, dan Dindin
Heryadi, S.Sn, M.Sn., selaku Sekretaris Jurusan Tari atas bantuan,
masukan, dan petunjuk dalam hal admnistrasi bagi kelancaran
penulisan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah di Jurusan Tari, atas ilmu,
pengetahuan, dan pengalaman yang telah diberikan dan diajarkan
kepada penulis selama menempuh pendidikan di Jurusan Tari, Fakultas
Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
6. Suryanto selaku narasumber utama yang telah bersedia meluangkan
waktu dan tenaga yang sekaligus juga memberikan motivasi,
dukungan, kesabaran, dan perhatian kepada penulis selama terjun ke
lapangan secara langsung untuk menggali data yang dibutuhkan dalam
kepentingan skripsi ini.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
vi
7. Sa’irun, Suli, Adi Sutipno, Ach.Darus, serta Eko Wahyuni Rahayu
selaku narasumber dan informan yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan informasi berkaitan objek pada penelitian skripsi ini.
8. Kedua orang tua penulis, bapak Abdur Rahem dan ibu Farida yang
sepenuhnya telah memberikan dukungan, semangat, perhatian, doa
serta restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakakku Ainier Risqiyah dan Badrus Syamsi yang membantu penulis
memberikan dorongan, doa, dan semangat selama proses penggarapan
penulisan skipsi ini.
10. Saudara dari Padepokan Dewa yaitu : Intan Widuri D.P.S, Ferry
Prassetya Effendhi, Nurul Mahmuda, Tahta Dari Timur, Shinta
Agustina, Khaidir Akbar, Firman Ichlasul Amal, Syaiful Qadar Basri,
dan Naini Agustin Ningtias yang selalu terbuka untuk mendengarkan
curahan hati, banyak membantu memberikan masukan, doa, dorongan
dan semangat, serta menemani terjun ke lapangan untuk mencari data
kebutuhan penyusunan skripsi ini.
11. Kepada kakak Vera dan abang Hendi yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini, atas dorongan dan semangatnya terimakasih.
12. Seluruh sahabat, saudara, rekan, dan teman Pelangi 2011 di Jurusan
Tari, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta
yang telah memberikan dorongan, semangat selama menjalani proses
penyelesaian Tugas Akhir ini.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
vii
13. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga segala jasa dari seluruh pihak yang memberikan bantuan dan
dukungan mendapat berkah dari Allah SWT dengan segala karunia dan rahmat-
Nya. Skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan kerendahan hati
penulis sangat terbuka menerima kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat
bagi setiap pembacanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, 26 Juni 2015
Penulis
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
viii
RINGKASAN ANALISIS STRUKTUR TARI GAMBUH PAMUNGKAS
DESA SELOPENG KABUPATEN SUMENEP Oleh : Raudhatul Hasana
NIM : 1111327011
Tari Gambuh Pamungkas merupakan sebuah tarian pembuka dalam pertunjukan Topeng Dalang yang secara koreografis merupakan tari kelompok putra berpasangan dengan tema prajurit yang berlatih perang. Biasanya Tari Gambuh Pamungkas ditarikan oleh enam orang penari dengan menggunakan properti keris. Gerak, iringan, dan kostum Tari Gambuh Pamungkas merupakan tiga elemen yang juga ada dalam pertunjukan Topeng Dalang. Walaupun demikian, terdapat perbedaan struktur sajian antara Tari Gambuh Pamungkas dan Topeng Dalang.
Berhubungan dengan penelitian ini, fokus yang penulis ambil yaitu struktur Tari Gambuh Pamungkas yang mengupas tata hubungan baik secara teks dan konteks.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengetahui struktur Tari Gambuh Pamungkas dalam pertunjukan Topeng Dalang.
Unsur gerak yang ada dalam Tari Gambuh Pamungkas merupakan tata hubungan gerak dan sikap yang saling tumpang tindih dan silih berganti. Tari Gambuh Pamungkas dalam keseluruhan tata hubungan hirarki gramatikal, memiliki hubungan sintagmatis, baik pada tataran motif, frase, kalimat, dan gugus kalimat gerak. Analisis konteks yang memuat konsep gagasan dan konsep nilai dalam masyarakat Madura terhadap Tari Gambuh Pamungkas, dapat dilihat dari properti keris yang merupakan senjata yang dipercayai memiliki kekuatan magis yang dapat digunakan sebagai keselamatan bagi masyarakat Madura. Dalam pandangan lain, sebuah konsep kehidupan dalam masyarakat Madura yaitu laki-laki dan harga diri tidak dapat dipisahkan, sehingga penulis mengaitkannya pada penari Gambuh Pamungkas yang juga laki-laki. Hal ini dipertegas juga dengan adanya hubungan yang sama antara gerak Tari Gambuh Pamungkas dengan tokoh Baladewa pada pertunjukan Topeng Dalang yang dipercayai sebagai gambaran lain manusia Madura.
Kata Kunci : Struktur, Tari Gambuh Pamungkas, Rukun Pewaras
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
ix
TANDA BACA DAN EJAAN
Tulisan ini mempergunakan Ejaan Yang Disempurnakan dengan
beberapa pengecualian yang diterapkan sehubungan dengan pemakaian
istilah-istilah khusus dalam bahasa Madura.
Huruf ê dibaca seperti membaca e dalam kata “benar”. Huruf é dibaca seperti membaca e dalam kata “enak”. Huruf è dibaca seperti membaca e dalam kata “instrumen”. Huruf â juga dibaca seperti membaca e dalam kata “benar”. Tanda baca ‘ dibaca seperti membaca k dalam kata “tidak”. Huruf th dibaca seperti membaca t dalam kata “catut”. Huruf dh dibaca seperti membaca d dalam kata “daerah”. Huruf y di akhir kata dibaca seperti membaca i dalam kata “kerbui”.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
RINGKASAN………………………………………………………….. viii
TANDA BACA DAN EJAAN................................................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 10 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 11 D. Manfaat Penelitian ................................................................. 11 E. Tinjauan Sumber .................................................................... 12 F. Pendekatan Penelitian ............................................................ 15 G. Metode Penelitian .................................................................. 16
BAB II PENYAJIAN TARI GAMBUH PAMUNGKAS .................... 24
A. Tari Gambuh di Kabupaten Sumenep ..................................... 25 B. Pertunjukan Topeng Dalang Rukun Pewaras sebagai Induk
Tari Gambuh Pamungkas ........................................................ 30 C. Penyajian Topeng Dalang Rukun Pewaras dalam Pesta
Pernikahan .............................................................................. 33 1. Penyajian Topeng Dalang ................................................ 33 2. Penyajian Tari Gambuh Pamungkas ................................ 40
1) Penari ........................................................................ 41 2) Gerak ........................................................................ 42 3) Properti ...................................................................... 45 4) Musik Iringan ............................................................ 46 5) Pola Lantai ................................................................ 48 6) Tata Rias dan Busana ................................................ 53 7) Tata Pentas ................................................................ 60
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
xi
BAB III ANALISIS STRUKTUR TARI GAMBUH PAMUNGKAS..... 63
A. Elemen Dasar Tari Gambuh Pamungkas ................................... 65 1. Bagian Kepala ..................................................................... 66 2. Bagian Badan ...................................................................... 66 3. Bagian Tangan .................................................................... 67 4. Bagian Kaki ........................................................................ 68
B. Pengorganisasian Gerak Secara Hirarkis .................................. 71 C. Tatahubungan Antar Elemen dalam Penyajian Tari Gambuh
Pamungkas ............................................................................... 111 D. Konsep Tata Nilai Laki–Laki di Madura pada Tari
Gambuh Pamungkas ................................................................. 114
BAB IV KESIMPULAN ........................................................................... 119
DAFTAR SUMBER ACUAN .............................................................. 121
GLOSARIUM ........................................................................................... 124
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 126
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Témangan: Tiga laki-laki dan seorang perempuan yang membelakangi kamera sedang memberikan uang kertas kepada penembang, penari, dan mempelai laki-laki. ...................................................... 38
Gambar 2. Penempatan keris dalam busana penari Tari Gambuh Pamungkas ………………............................ 46
Gambar 3. Sebagian penabuh gamelan yang terlihat memberikan iringan saat pembukaan acara pertunjukan Topeng Dalang pada pesta pernikahan.............................................. 47
Gambar 4. Odhêng ................................................................................. 54
Gambar 5. Sabbu’ ................................................................................... 55
Gambar 6. Rapé’ busana penari Tari Gambuh Pamungkas .................... 55
Gambar 7. Calana Pandhâ’ busana penari Tari Gambuh Pamungkas ... 56
Gambar 8. Gungséng ............................................................................. 56
Gambar 9. Kalong Manthi ..................................................................... 57
Gambar 10. Kêllat bâhu ........................................................................... 57
Gambar 11. Gêllâng ……………………………………………………. 58
Gambar 12. Tata Rias dan busana Tari Gambuh Pamungkas................... 59
Gambar 13. Pipa besi dan bambu yang menjadi fondasi
panggung pementasan........................................................... 61
Gambar 14. Panggung tampak depan ...................................................... 61
Gambar 15. Panggung tampak samping .................................................. 62
Gambar 16. Salah satu penari anak Tari Gambuh Pamungkas menggunakan alas bedak saat sore hari di rumah salah satu pemain Topeng Dalang sebelum rombongan pendukung ke lokasi pementasan ………………………… 132
Gambar 17 Penari Tari Gambuh Pamungkas saat saling memperbaiki riasan wajah ……………………………….. 133
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
xiii
Gambar 18 Penari Tari Gambuh Pamungkas saat berbusana di tempat transit pemain sebelum pementasan dimulai ……… 134
Gambar 19 Kegiatan para pemain dan pendukung pementasan Topeng Dalang Rukun Pewaras di tempat transit sebelum pementasan dimulai ……………………………… 134
Gambar 20 Sikap alengge’ yang dilakukan empat penari anak saat pementasan Tari Gambuh Pamungkas ……………….. 135
Gambar 21 Para pendukung Rukun Pewaras di panggung dan wilayah depan panggung yang tengah mempersiapkan pementasan ………………………………………………… 135
Gambar 22 Riasan wajah penari Tari Gambuh Pamungkas tampak depan ………………………………………………. 136
Gambar 23 Riasan wajah penari Tari Gambh Pamungkas tampak samping ……………………………………………………. 136 Gambar 24 Keris Sumenep yang digunakan sebagai properti dalam Tari Gambuh Pamungkas …………………………………. 137
Gambar 25 Peta Kabupaten Sumenep …………………………………. 140
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kartu Bimbingan Tugas Akhir .............................................. 126
Lampiran 2. Notasi Gending Tari Gambuh Pamungkas ........................... 128
Lampiran 3. Isi tembang Gending Ayak dan Gunung Sari pada Tari Gambuh Pamungkas .............................................................. 130
Lampiran 4. Foto-foto Persiapan dan Pementasan Tari Gambuh Pamungkas ………………………………………. 132
Lampiran 5. Foto rias wajah penari Tari Gambuh Pamungkas .................. 136
Lampiran 6. Foto Keris Sumenep ............................................................... 137
Lampiran 7. Foto-foto narasumber dalam penelitian …………………… 138
Lampiran 8. Peta Kabupaten Sumenep ……………….…………………. 140
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari gugusan pulau.
Salah satu pulau yang ada, yaitu pulau Jawa. Pulau Jawa sendiri terdiri dari tiga
wilayah, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di pojok pulau Jawa
Timur ini terdapat sebuah pulau bernama pulau Madura yang dikelilingi laut di
titik koordinat 7O0’LU 113O20’BT dengan luas pulau 5.168 km2 (Ensiklopedia
Madura). Pulau Madura terhitung cukup kecil, dengan panjang sekitar 160 km dan
bagian terlebarnya hanya mencapai 40 km.1
Pulau Madura sendiri terdiri dari 4 wilayah kabupaten, (1) Kabupaten
Bangkalan dengan luas wilayah 1.144, 75 km² yang terbagi dalam 8 wilayah
kecamatan ; (2) Kabupaten Sampang luas wilayah 1.321,86 km², terbagi dalam 12
kecamatan ; (3) Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19 km², yang
terbagi dalam 13 kecamatan, dan (4) Kabupaten Sumenep mempunyai luas
wilayah 1.857,530 km², terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar di wilayah
daratan dan kepulauan.
Kabupaten Sumenep yang letaknya paling timur di Pulau Madura ini
mempunyai populasi penduduk terbesar di antara kabupaten-kabupaten lainnya di
1 Mien Ahmad Rifa’i, 2007, Manusia Madura: Pembawaan, Perilaku, Etos kerja,
Penampilan, Dan Pandangan Seperti Dicitrakan Peribahasannya, (Yogyakarta: Pilar Media),p.23.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
2
Madura. Sumenep sendiri memiliki bentuk kesenian yang cukup banyak. Salah
satunya yaitu Topeng Dalang yang tumbuh tersebar di daerah Kabupeten
Sumenep.
Salah satu kelompok seni pertunjukan Topeng Dalang yakni Rukun
Pewaras yang berada di pantai Selopeng di desa Selopeng kecamatan Dasuk, yang
letaknya di wilayah pesisir pantai utara Madura. Rukun Pewaras ini merupakan
sebuah kelompok masyarakat Desa Selopeng yang berkecimpung dalam seni
pertunjukan Topeng Dalang. Mereka yang tergabung dalam Rukun Pewaras
sebagai pengurus dan pelaku aktif yang meliputi di antaranya sebagai penari,
pemeran tokoh, ki Dalang, pemusik, dan kru panggung.
Dalam pementasan pertunjukan Topeng Dalang Rukun Pewaras, terdapat
penyajian sebuah tarian sebagai pembuka acara. Tarian tersebut yaitu Tari
Gambuh Pamungkas. Tari Gambuh Pamungkas ini merupakan sebuah tarian yang
digarap oleh seniman-seniman Topeng Dalang Rukun Pewaras.2 Berdasarkan
wawancara penulis kepada pemain yang sekaligus pengurus Topeng Dalang
Rukun Pewaras yaitu Suryanto dan Suli, seniman yang berperan aktif pada
penggarapan Tari Gambuh Pamungkas Rukun Pewaras tersebut yaitu Bapak Adi
Sutipno selaku pimpinan, Bapak Erfan selaku wakil pimpinan, Bapak Abutapa
sebagai pemain, Bapak Sa’irun sebagai pemain, Ki Siman sebagai Ki Dalang, dan
Suryanto sebagai pemain. Mereka secara bersama-sama berkontribusi dalam
gerak, musik iringan, pola lantai, serta tata rias dan busana.
2Setyo Yanuartuti, 2009, Tari Ghambu Pamungkas Sebagai Bentuk Tari Pertunjukan di
Sumenep dalam buku yang berjudul Koreografi Etnik Jawa Timur editor Eko Wahyuni Rahayu, (Surabaya: Dewan Kesenian Jawa Timur), p.55.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
3
Pada awalnya, Tari Gambuh Pamungkas ini digarap untuk materi dalam
pementasan festival tari tradisi Jawa Timur sebagai perwakilan dari kontingen
kabupaten kota Sumenep yang dilaksanakan di kota Malang pada tahun 2004.
Berawal dari hal itu, kemudian Tari Gambuh Pamungkas secara terus menerus
dihadirkan pada pembukaan pertunjukan Topeng Dalang Rukun Pewaras. Sejak
saat itu juga, masyarakat Selopeng mengenal Tari Gambuh Pamungkas sebagai
suatu ciri khas dari pertunjukan Topeng Dalang Rukun Pewaras, karena Tari
Gambuh Pamungkas hanya dimiliki dan dipentaskan oleh kelompok kesenian
Rukun Pewaras saja, yang tidak ada dalam pementasan kelompok-kelompok
Topeng Dalang lainnya.3
Pada dasarnya, seni pertunjukan Topeng Dalang merupakan sebuah
kesenian panggung teater tradisional yang setiap pemerannya menggunakan
topeng sebagai penutup wajah. Pertunjukan ini tergolong dalam dramatari.
Dramatari merupakan sebuah pertunjukan tari yang diiringi dengan musik dan
dialog. Penggolongan ini berdasar pada aspek-aspek penyajian dari Topeng
Dalang yaitu: gerak yang memvisualkan karakter tertentu, adanya alur cerita,
penokohan, dan iringan sebagai penegas suasana.4
Lakon yang dipentaskan diatur oleh seorang Dalang. Biasanya, cerita
yang diangkat dalam pementasan pertunjukan Topeng Dalang Rukun Pewaras
mengambil cerita Mahabarata dan Ramayana. Sebagaimana juga Helene Bouvier
dalam bukunya yang berjudul Lebur Seni Musik dan Pertunjukan dalam
3Ibid. 4 R. Diyah Larasati, Juli 1994, Seni Jurnal Pengetahuan Dan Penciptaan Tari
IV/03dalam judul tulisan “Topeng Dhalang Marengan Madura Tinjauan Pergeseran Pemilikan Dan Keintegralan”, (Yogyakarta:BP ISI), p.241-242.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
4
Masyarakat Madura yang mengatakan bahwa semua rombongan Topeng Dalang
yang pernah diamati secara langsung di daerah Sumenep mengangkat lakonnya
dari adegan wiracerita Ramayana dan Mahabharata.5
Pementasan Topeng Dalang Rukun Pewaras diawali dengan penyajian
gending-gending yang bertujuan untuk menyambut para tamu dan penonton yang
hadir. Biasanya, gending-gending yang disajikan merupakan gending Madura
yang digarap sendiri oleh Rukun Pewaras, yaitu di antaranya gending Cokro dan
gending Puspowarno. Penyajian gending ini berakhir ketika pemilik hajatan
dipersilakan memasuki arena panggung pertunjukan Topeng Dalang yang
disambut oleh beberapa orang penembang yang menyajikan tembang-tembang
nasihat kepada pemilik hajatan. Biasanya, dalam waktu yang bersamaan para
kerabat dan saudara akan ikut naik ke panggung pementasan untuk memberi
saweran kepada para penari dan penembang yang ikut serta dalam pertunjukan
Topeng Dalang tersebut. Prosesi saweran ini disebut dengan témangan.
Setelah témangan penyajian selanjutnya merupakan pembukaan oleh
sutradara pertunjukan Topeng Dalang. Pembukaan ini berisi tentang ucapan salam
pembuka dan perkenalan kepada tamu dan penonton yang hadir, sekaligus ucapan
terimakasih kepada tuan rumah.
Penyajian tarian merupakan sajian setelah salam pembuka oleh sutradara.
Ada dua tarian yang disajikan dalam pembukaan pertunjukan Topeng Dalang
Rukun Pewaras. Penyajian tarian pertama yaitu Tari Gambuh Pamungkas dan
tarian kedua yaitu Tari Klono Tonjung Seto, yang sekaligus diiringi percakapan
5Helene Bouvier, 2002, Lebur ! Seni Musik dan Pertunjukan dalam Masyarakat Madura,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), p.118.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
5
Ki Dalang untuk membuka pementasan Topeng Dalang. Setelah itu, disambung
penyajian suatu adegan yang menjadi penggambaran dari cerita yang akan
disajikan dalam pertunjukan, disusul dengan penyajian tembang suluk yang
mengantarkan kepada cerita inti dari pertunjukan Topeng Dalang yang
dibawakan.
Masyarakat Madura sangat berminat terhadap pertunjukan Topeng
Dalang Rukun Pewaras, terbukti pada bulan Agustus hingga Oktober 2014
kelompok ini hampir setiap hari melakukan pementasan.6 Namun, pada musim
hujan Topeng Dalang Rukun Pewaras beristirahat dari pementasan karena
memang pada musim hujan akan sedikit masyarakat yang menanggap7. Hal ini
berkaitan dengan mata pencaharian hidup utama sebagian besar penduduk adalah
bertani yang ditekuni selama musim hujan, sehingga pada musim kemarau petani
harus menekuni mata pencaharian lain8. Biasanya, Topeng Dalang Rukun
Pewaras hadir pada masyarakat yang memiliki hajatan acara tertentu di antaranya
resepsi pernikahan dan khitanan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam pertujukan
Topeng Dalang Rukun Pewaras terdapat penyajian Tari Gambuh Pamungkas
sebagai tarian pembuka acara. Tari Gambuh Pamungkas yang disajikan
mempunyai durasi sekitar delapan menit yang secara koreografis merupakan tari
kelompok putra berpasangan dengan tema prajurit yang hendak berlatih perang.
6 Suli, 2015, “Bentuk Pertunjukan Topeng Dhalang Rukun Pewaras Sumenep Dalam
Cerita Murwakala”, (Skripsi Tugas Akhir Program Studi S-1 Universitas Negeri Surabaya Jurusan Tari Fakultas Bahasa Dan Seni Jurusan Pendidikan Sendratasik), p.2.
7Menanggap berarti memanggil ke suatu tempat (ke rumah sendiri dsb) dan menyuruhnya untuk menggelarkan suatu pertunjukan (tontonan) serta membayar semua biaya yang diperlukan.
8 Mien Ahmad Rifa’i, op.cit, p.79.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
6
Biasanya Tari Gambuh Pamungkas ditarikan oleh enam orang penari (jumlah
genap/ berpasangan) dengan menggunakan properti keris.
Menurut Suryanto, Suli, dan Ach.Darus, gerak-gerak yang ada dalam
Tari Gambuh Pamungkas merupakan perpaduan dari semua jenis karakter gerak-
gerak topeng putra yang ada pada pertunjukan Topeng Dalang. Karakter gerak
tersebut ada tiga yaitu alosan, têngngaan, dan kasaran. Karakter gerak alosan
biasanya dilakukan oleh tokoh di antaranya Yudistira, Nakula, dan Sadewa.
Karakter gerak têngngaan biasanya dilakukan oleh tokoh di antaranya Bima.
Karakter gerak kasaran biasanya dilakukan oleh tokoh di antaranya Duryudana,
Dursasana, dan Sangkuni.
Secara koreografi, ketiga jenis karakter tersebut dapat dibedakan dari
segi pola waktu. Ciri gerak dengan karakter alosan dapat dilihat dari gerak
mengalun yang dilakukan dengan tempo yang pelan. Ciri gerak dengan karakter
têngngaan dapat dilihat dari gerak yang lebih dinamis, yang dilakukan dengan
tempo yang lebih cepat dari karakter gerak alosan. Ciri gerak kasaran yaitu
sangat lincah, penuh semangat, dan dilakukan dengan tempo yang cepat.
Dilihat dari segi gerak, iringan, dan kostum yang dimiliki Tari Gambuh
Pamungkas merupakan tiga elemen yang juga ada dalam pertunjukan Topeng
Dalang. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara Tari Gambuh Pamungkas
dengan pertunjukan Topeng Dalang.
Namun, di luar hal tersebut pada dasarnya Tari Gambuh Pamungkas dan
pertunjukan Topeng Dalang memiliki bentuk struktur sajian yang berbeda.
Pertunjukan Topeng Dalang merupakan sebuah pertunjukan yang tergolong dalam
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
7
drama tari, yang merupakan pertunjukan tari yang diiringi dengan musik dan
dialog oleh para pemainnya. Pertunjukan Topeng Dalang memiliki unsur dramatik
yang terbukti dari adanya alur cerita dalam penyajiannya. Berbeda dengan
pertunjukan Topeng Dalang, Tari Gambuh Pamungkas merupakan sebuah tarian
yang penyajiannya tidak memiliki dialog. Hal ini membuat pengaruh besar
terhadap perbedaan struktur dalam sajian keduanya, sehingga dalam hal urutan
sajian dan durasi terlihat sangat jauh berbeda. Selain perbedaan durasi dan urutan
sajian, terdapat juga perbedaan tema dalam penyajian keduanya. Pertunjukan
Topeng Dalang memiliki tema yang berubah-ubah sesuai dengan lakon cerita
yang dibawakan, sedangkan Tari Gambuh Pamungkas memiliki tema prajurit
yang hendak berlatih perang. Dari perbedaan tersebut, menunjukkan adanya
perbedaan struktur dalam sajian keduanya.
Berhubungan dengan penelitian ini, fokus yang penulis ambil yaitu
struktur Tari Gambuh Pamungkas yang mengupas tatahubungan baik secara teks
dan konteks. Seperti penjelasan oleh Radcliffe Brown dalam tulisan Ben Suharto
yang berjudul “Pengamatan Tari Gambyong Melalui Pendekatan Berlapis Ganda”
bahwa struktur merupakan seperangkat tatahubungan di dalam kesatuan
keseluruhan.9
Berbicara tentang struktur tari tidak akan lepas dari tatahubungan yang
terdapat dalam tarian itu sendiri, secara teks dan konteks. Struktur dapat dipahami
sebagai sebuah bangunan yang terdiri dari unsur-unsur yang berhubungan satu
sama lain dalam satu kesatuan. Adapun menurut Sumaryono,
9 Ben Suharto, 1987, “Pengamatan Tari Gambyong Melalui Pendekatan Berlapis Ganda”, kertas kerja yang disajikan dalam Temu Wicara Etnomusikologi III pada tanggal 2 s/d 5 Februari di Medan. p.02.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
8
”Kata “struktur” secara mudah dimengerti sebagai susunan, kerangka, atau bangunan. Pengertian “susunan” juga bias sifatnya karena bisa saja merujuk urutan secara alfabetis dari “A” sampai dengan Z, atau dari angka 1 sampai dengan 15 misalnya, yang lebih tepat disebut sebagai “urutan”. Susunan bersifat vertikal dan urutan bersifat horizontal. Susunan juga bisa berarti lapisan-lapisan secara gradual. Sedangkan “kerangka” adalah semacam frame, bingkai, atau penyangga suatu bidang atau bangunan. Sementara “bangunan” adalah suatu kata susun yang membentuk suatu kesatuan yang tidak terpisahkan antar elemen-elemen di dalamnya”.10
Selain itu, analisis struktur dapat berarti menjelaskan hubungan antar
unsur-unsur yang ada pada tarian. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
analisis berarti:
1.) Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab duduk perkaranya, dsb); 2.) Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan; 3.) Penyelidikan kimia dengan menguraikan sesuatu untuk mengetahui zat bagiannya; 4) Penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya; 5) Pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya;11
Sedangkan kata struktur diartikan yaitu
1.) cara sesuatu disusun; 2.) yang disusun dengan pola tertentu; 3.) pengaturan suatu unsur atau bagian suatu benda; 4.) ketentuan unsur-unsur dari suatu benda; 5.) pengaturan pola di bahasa secara sintagmatis.12
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa analisis merupakan
sebuah cara untuk membedah suatu persoalan sehingga terjawab kebenarannya,
sedangkan struktur dapat dipahami sebagai tatahubungan. Adapun analisis
struktural dipahami sebagai sebuah analisis yang membagi unsur dan motif gerak
untuk menggali tatahubungan, baik antar elemen dasar, maupun tatahubungan
10 Sumaryono, 2011, Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia, (Yogyakarta: Badan
Penerbit ISI Yogyakarta), p.39-40. 11 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka), p.43. 12 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2009, Kamus Besar Bahasa Indonesia
edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka), p.1092.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
9
hirarkis yang membagi antara sintagmatis ataupun paradigmatis dengan pola
pembagian motif, frase, hingga ke gugus gerak dari sebuah tari. Hal ini
berdasarkan apa yang ada pada tulisan yang berjudul “Pengamatan Tari
Gambyong Melalui Pendekatan Berlapis Ganda” oleh Ben Suharto.
Dalam buku Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra oleh
Heddy Shri Ahimsa-Putra, analisis struktural dibedakan menjadi dua macam.
Struktur lahir, struktur luar (surface structure) dan struktur batin, struktur dalam
(deep structure). Struktur luar merupakan relasi antar unsur yang dapat dibuat
dengan adanya ciri-ciri luar (ciri-ciri empiris) dari relasi yang ada sedangkan
struktur dalam merupakan sebuah susunan yang dapat dibangun berdasarkan
struktur lahir yang ada, yang tidak selalu tampak pada sisi empiris dari fenomena
yang dirasakan.13 Dua pemahaman analisis struktural ini dapat digunakan untuk
mengkaji struktur Tari Gambuh Pamungkas sebagaimana yang menjadi fokus
dalam penelitian ini.
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pemaparan di atas, bahwa
Tari Gambuh Pamungkas merupakan sebuah tarian sebagai pembuka acara dalam
pertunjukan Topeng Dalang Rukun Pewaras. Tari ini menjadi ciri khas dari Rukun
Pewaras, karena hanya ada dalam pertunjukan Topeng Dalang Rukun Pewaras
saja dan tidak ada pada pertunjukan Topeng Dalang lainnya, sehingga menarik
untuk dikaji. Dalam pementasan Tari Gambuh Pamungkas dan Topeng Dalang,
terdapat tiga elemen penyajian yang sama yaitu gerak, musik iringan, dan kostum.
13 Heddy Shri Ahimsa Putra, 2006, Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra,
(Yogyakarta: Kepel Press), p.61.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
10
Walaupun demikian, secara struktur penyajian keduanya memiliki perbedaan. Hal
ini dapat dilihat dari urutan sajian, durasi sajian, tema sajian.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terbentuk adalah sebagai berikut.
Bagaimana struktur Tari Gambuh Pamungkas dalam pertunjukan Topeng Dalang
Rukun Pewaras ?
Adapun pertanyaan penelitian yang secara khusus berkaitan dengan
struktur Tari Gambuh Pamungkas dalam pertunjukan Topeng Dalang yaitu :
1. Bagaimana bentuk penyajian Tari Gambuh Pamungkas ?
a. Bagaimana gerak Tari Gambuh Pamungkas ?
b. Bagaimana properti Tari Gambuh Pamungkas ?
c. Bagaimana musik iringan Tari Gambuh Pamungkas ?
d. Bagaimana rias dan tata busana penari Tari Gambuh Pamungkas ?
e. Bagaimana pola lantai Tari Gambuh Pamungkas ?
f. Bagaimana tata pentas Tari Gambuh Pamungkas ?
g. Bagaimana tatahubungan yang terbentuk dari elemen-elemen bentuk
penyajian Tari Gambuh Pamungkas ?
2. Bagaimana konsep gagasan masyarakat Madura terhadap Tari Gambuh
Pamungkas ?
a. Bagaimana nilai-nilai yang ada pada masyarakat Madura tercermin
dalam Tari Gambuh Pamungkas ?
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
11
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah tidak lain untuk mengkaji dan mengetahui
struktur Tari Gambuh Pamungkas dalam pertunjukan Topeng Dalang Rukun
Pewaras. Adapun tujuan yang secara khusus berkaitan dengan struktur Tari
Gambuh Pamungkas yaitu :
1. Untuk mengetahui bentuk penyajian Tari Gambuh Pamungkas.
2. Untuk mengungkap struktur luar dan untuk memahami struktur dalam Tari
Gambuh Pamungkas.
D. Manfaat Penelitian
Tentunya secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai rujukan informasi pada bidang seni pertunjukan khususnya tentang
struktur Tari Gambuh Pamungkas Rukun Pewaras.
Adapun manfaat hasil penelitian ini yang secara khusus dapat dirasakan
oleh penulis yaitu :
1. Dapat mengetahui tentang bentuk penyajian Tari Gambuh Pamungkas.
2. Dapat mengungkap tentang struktur luar dan dapat memahami struktur
dalam Tari Gambuh Pamungkas.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi orang lain,
yaitu :
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
12
1. Dapat memahami konsep gagasan yang terkandung pada masyarakat
Madura terhadap Tari Gambuh Pamungkas.
2. Sebagai informasi terhadap pembaca tentang konsep nilai-nilai yang
terbentuk pada masyarakat Madura.
3. Sebagai arsip catatan pada bidang kesenian khususanya tentang
struktur yang memuat tentang hubungan antar bagian pada Tari
Gambuh Pamungkas.
4. Sebagai tambahan perbendaharaan kajian khususnya tentang bentuk
dan struktur keseluruhan dari Tari Gambuh Pamungkas bagi para
pembaca.
E. Tinjauan Sumber
Kajian atau penelitian tentang Tari Gambuh Pamungkas pernah dilakukan
oleh peneliti terdahulu, dan telah ada beberapa buku yang memuat hasil penelitian
tentang Tari Gambuh Pamungkas. Namun, penelitian ini mengkaji Tari Gambuh
Pamungkas yang secara khusus mengupas tentang struktur yang belum pernah
diteliti oleh orang lain sebelumnya. Pada penulisan ini, penulis menggunakan
beberapa buku-buku sebagai acuan untuk referensi.
Buku yang berjudul Koreografi Etnik Jawa Timur (Surabaya; Dewan
Kesenian Jawa Timur) oleh Eko Wahyuni Rahayu (2009) yang memuat tulisan
dari Setyo Yanuartuti pada hal 55 – 70 yang berjudul Tari Ghambu Pamungkas
sebagai Bentuk Tari Pertunjukan di Sumenep - Madura. Dalam buku tersebut,
dijelaskan tentang sejarah, pola gerak, serta rias dan busana dari Tari Gambuh
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
13
Pamungkas. Beberapa persoalan pola gerak Tari Gambuh Pamungkas telah secara
detail dipaparkan dalam buku ini. Namun pada buku ini tidak disinggung tentang
adanya tatahubungan atau sistem relasi antar bagian-bagian dari keseluruhan
bentuk Tari Gambuh Pamungkas, sebagaimana yang akan diteliti penulis.
Keberadaan buku ini sebagai sumber acuan membantu penulis dalam
mengungkapkan elemen-elemen bentuk penyajian Tari Gambuh Pamungkas
khususnya secara koreografi.
Helene Bouvier dalam bukunya yang berjudul Lebur! Seni Musik Dan
Pertunjukan dalam Masyarakat Madura (2002, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia)
membahas tentang pertunjukan topeng hal 115 – 132 serta pada (hal 138 – 141).
Di situ dipaparkan tentang perbedaan nama dan tema untuk sebutan Tari Gambuh
di Indonesia. Namun demikian, dalam buku ini tidak memaparkan data yang
secara khusus tentang Tari Gambuh Pamungkas, yang dibutuhkan dalam
penelitian ini. Tentunya keberadaan buku ini sebagai sumber acuan, memberikan
bantuan kepada penulis sebagai referensi dalam menjelaskan latar belakang
tentang keberadaan Tari Gambuh di wilayah Sumenep.
Arak-arakan Seni Pertunjukan dalam Upacara Tradisional di Madura
oleh A.M Hermien Kusmayati (2000, Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia).
Bab 4 buku ini membahas tentang arak-arakan dalam serangkaian prosesi
pernikahan di Madura yang menyinggung tentang Gambu berikut juga tata
riasnya. Buku ini menjadi referensi penulis yang memuat tentang keberadaan Tari
Gambuh di wilayah Sumenep. Dalam buku ini, Tari Gambuh dipaparkan dalam
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
14
satu paragraf yang intinya menjelaskan tentang bentuk dari penari Gambuh itu
sendiri.
Ketiga buku di atas merupakan buku-buku yang memuat tentang hasil
penelitian Tari Gambuh Pamungkas yang secara garis besar menyinggung bentuk
penyajian Tari Gambuh Pamungkas. Namun, dalam ketiga buku tersebut tidak
disinggung tentang tatahubungan dari elemen-elemen penyajian tarian, yang
penulis lakukan. Dalam penelitian ini, fokus penulis yaitu tentang struktur
penyajian Tari Gambuh Pamungkas yang membahas tentang tatahubungan yang
terbentuk dari elemen-elemen bentuk penyajian tarian. Selain itu, dalam penelitian
ini, penulis juga menyertakan konsep gagasan dan konsep nilai dalam masyarakat
pendukung Tari Gambuh Pamungkas, yang dalam hal ini yaitu masyarakat
Madura. Adapun buku-buku yang digunakan sebagai pedoman untuk mengupas
struktur Tari Gambuh Pamungkas yaitu:
“Pengamatan Tari Gambyong Melalui Pendekatan Berlapis Ganda”
(kertas kerja yang disajikan dalam Temu Wicara Etnomusikologi III di Medan,
pada tanggal 2 s/d 5 Februari 1987) oleh Ben Suharto. Tulisan ini menjelaskan
tentang analisis struktur yang membagi unsur dan motif gerak untuk menggali
tatahubungan, baik antar elemen dasar, maupun tatahubungan secara hirarkis,
yang terbentuk dari tataran yaitu motif, frase, kalimat, hingga ke gugus gerak.
Contoh ini diaplikasikan pada tari Gambyong Pangkur yang secara hirarki
ditemukan adanya tatahubungan sintagmatis ataupun paradigmatis. Tulisan ini
secara jelas dapat mendukung dan membantu penulis untuk menganalisis struktur
Tari Gambuh Pamungkas secara teks.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
15
Buku yang berjudul Strukturalisme Levi Strauss Mitos dan Karya Sastra
oleh Heddy Shri Ahimsa- Putra (Oktober 2006, Yogyakarta: Kepel Press) pada
Bab II buku ini dijelaskan tentang cara analisis struktural dalam sebuah struktur
yang dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur lahir / struktur luar (surface
structure) dan struktur batin / struktur dalam (deep structure). Struktur luar
merupakan relasi antar unsur yang dapat dibuat dengan adanya ciri-ciri luar (ciri-
ciri empiris) dari relasi yang ada. Struktur dalam merupakan sebuah susunan yang
dapat dibangun berdasarkan struktur lahir yang ada, yang tidak selalu tampak
pada sisi empiris dari fenomena yang dirasakan. Buku ini dapat mendukung dan
membantu penulis untuk membedah struktur pada Tari Gambuh Pamungkas
secara konsep gagasan dan konsep nilai dalam masyarakat Madura.
F. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian yang dilakukan dengan terjun
ke lapangan secara langsung. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah struktural. Pendekatan tersebut dipilih penulis sebagai ilmu
bantu untuk menjawab rumusan masalah yang telah terbentuk di atas.
Struktural sebagai sebuah pendekatan tekstual tari utamanya terletak pada
cara bagaimana menghasilkan semacam “grammar” atau “tata bahasa” gaya tari
yang banyak dipengaruhi oleh analisis struktur bahasa, sehingga pemahamannya
dapat didefinisikan sebagai seperangkat tatahubungan gerak dalam kesatuan
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
16
keseluruhan bentuk tari.14 Pendekatan ini, digunakan untuk mengupas struktur
Tari Gambuh Pamungkas baik secara teks maupun secara konsep gagasan dan
konsep nilai yang terkandung dalam masyarakat pendukungnya, yaitu masyarakat
Madura.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.15 Cara ilmiah dapat
berarti sebuah cara meneliti dengan berpedoman pada ciri-ciri keilmuan, yaitu
dilakukan dengan cara yang masuk akal, dapat dimengerti oleh orang lain, dan
menggunakan langkah-langkah yang logis. Adapun pada penelitian ini, beberapa
hal yang perlu diulas dalam hubungan penelitian ini adalah:
1. Objek dan Wilayah Penelitian
Objek yang menjadi fokus penelitian adalah Tari Gambuh Pamungkas
Rukun Pewaras Desa Selopeng Kabupaten Sumenep. Tari ini merupakan
sebuah tarian pembuka acara dalam pertunjukan Topeng Dalang Rukun
Pewaras. Tarian ini telah dikenal oleh masyarakat Desa Selopeng sebagai
suatu ciri khas dari pertunjukan Topeng Dalang Rukun Pewaras, karena
hanya ada pada Rukun Pewaras saja dan tidak pada pertunjukan Topeng
Dalang lainnya di Sumenep. Biasanya Tari Gambuh Pamungkas disajikan
14 Y Sumandiyo Hadi, 2007, Kajian Tari Teks Dan Konteks, (Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher), p.81-82. 15 Sugiono, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta,CV), p.2.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
17
dalam pertunjukan Topeng Dalang Rukun Pewaras pada acara pesta
pernikahan dan khitanan.
Adapun wilayah penelitian sesuai dengan letak objek penelitian yaitu Desa
Selopeng Kecamatan Dasuk Kabupaten Sumenep, Madura. Secara geografis,
Desa Selopeng merupakan daerah pesisir pantai bagian utara Kabupaten
Sumenep. Desa ini dapat dicapai melalui jalan darat dengan jarak 155,2 Km
atau dengan waktu tempuh 4 sampai 5 jam menaiki bis dari jembatan
Suramadu. Desa ini cukup terkenal dengan wisata pantai dan produk seni
kerajinan tangan di Sumenep. Wisata pantainya yaitu pantai Selopeng dengan
hamparan bukit pasir putih sejauh 6 km dilengkapi dengan pohon cemara
udang. Produk seni kerajinan tangan di antaranya yaitu pembuatan batik tulis
dan topeng. Mata pencaharian masyarakat penduduk desa ini pada umumnya
sebagai petani, nelayan, dan beternak sapi.
Adapun kedekatan antara wilayah penelitian, Desa Selopeng dan penulis
bahwa wilayah penelitian tersebut secara tidak sadar telah menjadi
pengamatan penulis sejak tiga tahun yang lalu terhitung sejak penulisan ini
disusun. Hal ini karena penulis sempat belajar koreografi tari topeng kepada
seniman tari Rukun Pewaras untuk memenuhi persyaratan tes masuk Institut
Seni Indonesia Yogyakarta tahun 2011. Adapun ketertarikan penulis kepada
objek penelitian di wilayah tersebut selain karena Tari Gambuh Pamungkas
masih menjadi topik hangat pada bidang seni tari di wilayah Kabupaten
Sumenep, juga karena Tari Gambuh Pamungkas muncul disebutkan di
beberapa buku tentang seni pertunjukan yang penulis baca sehingga penulis
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
18
merasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam tentang Tari
Gambuh Pamungkas.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini tidak lain yaitu penulis sendiri. Selain itu,
dalam proses penelitian, penulis juga menggunakan beberapa bantuan
instrumen lainnya yaitu :
a. Alat tulis, yaitu buku tulis dan pena yang digunakan penulis untuk
mencatat hasil informasi penting yang didapat dari lapangan.
b. Kamera video, yaitu alat perekam audio visual yang digunakan untuk
membuat dokumentasi pertunjukan.
c. Recorder, yaitu alat bantu perekam suara yang dapat membantu
penulis dalam merekam wawancara dengan nara sumber yang terkait
dalam penelitian.
d. Kamera foto, yang digunakan penulis untuk mendokumentasikan
secara detail bentuk penyajian pertunjukan tarian.
e. Alat komunikasi seperti handphone, merupakan alat komunikasi yang
digunakan sebagai alat percakapan wawancara jarak jauh, karena
wilayah penelitian yang memiliki jarak waktu tempuh lama dengan
wilayah pendidikan yang penulis tempuh.
f. Notebook, merupakan alat yang digunakan penulis untuk menyimpan
file foto dan video hasil dokumentasi penelitian, juga digunakan
penulis untuk menyusun laporan penelitian.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
19
3. Tahapan Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi : Studi pustaka,
observasi, dan wawancara.
a. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan penulis untuk mencari data guna memperkuat
kebenaran data yang telah diperoleh. Pustaka digunakan oleh penulis
sebagai sumber acuan untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan
masalah. Ada juga beberapa buku yang digunakan penulis untuk
memberikan data guna kebutuhan dari penelitian. Namun, pada
penelitian ini data yang didapatkan dari buku-buku tersebut tidaklah
mencukupi kebutuhan dari penelitian itu sendiri. Maka dibutuhkan
juga pengumpulan data yang berupa observasi yang dilengkapi juga
dengan wawancara. Adapun buku-buku yang penulis pilih sebagai
studi pustaka didapatkan dari perpustakaan Institut Seni Indonesia
Yogyakarta dan buku-buku koleksi pribadi, serta dari meminjam
teman dan dosen.
b. Observasi
Observasi dilakukan penulis dengan mengamati pertunjukan Tari
Gambuh Pamungkas. Hal ini penulis lakukan sejak penyusunan
pengajuan proposal penelitian Tugas Akhir. Hasil observasi ini berupa
rekaman gambar dan suara pertunjukan Topeng Dalang Rukun
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
20
Pewaras. Tidak hanya itu, melalui observasi ini penulis juga
mendapatkan data yang berupa keterangan secara langsung dan lebih
detail tentang Tari Gambuh Pamungkas yang tidak didapat dari hasil
studi pustaka.
c. Wawancara
Wawancara merupakan pengumpulan data dengan bertanya kepada
pendukung Tari Gambuh Pamungkas dan pertunjukan Topeng Dalang.
Mereka menjadi narasumber dalam penelitian ini dan terdiri dari
penari, pemusik, pemain, pimpinan organisasi, serta orang-orang
terdekat dari tarian yang memungkinkan untuk memberi informasi
yang dibutuhkan oleh penulis. Wawancara dalam hal ini penulis
lakukan melalui bertatap muka saat di wilayah penelitian, dan melalui
ponsel saat penulis berada pada jarak jauh dari wilayah penelitian.
Wawancara ini dilakukan untuk melengkapi data dari hasil observasi
dan studi pustaka. Wawancara dilakukan secara bebas terstruktur.
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data
dengan wawancara dimana pengumpul data telah menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang telah disiapkan sebelumnya.16
Wawancara bebas terstruktur yang dilakukan dalam penelitian ini
artinya dalam proses wawancara, penulis dapat secara bebas
16 Ibid, p.138.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
21
memberikan pertanyaan kepada narasumber dengan berpedoman pada
catatan secara garis besar.
Narasumber pada penelitian ini adalah :
1. Sa’irun, penari Tari Gambuh Pamungkas Rukun Pewaras sekaligus
pengurus aktif Topeng Dalang Rukun Pewaras.
2. Adi Sutipno, S.Pd., pimpinan Topeng Dalang Rukun Pewaras.
3. Suryanto, sutradara tetap pada pementasan Topeng Dalang Rukun
Pewaras sekaligus pengurus aktif Topeng Dalang Rukun Pewaras.
4. Ach.Darus, seniman Topeng Dalang di Kecamatan Dasuk,
Kabupaten Sumenep.
5. Suli, pengajar tari tetap pada Topeng Dalang Rukun Pewaras.
4. Pengolahan Data dan Tahap Analisis
a. Pengolahan Data
Data-data yang dimiliki oleh penulis dari hasil penelitian dikumpulkan
kemudian diolah dan diklasifikasikan untuk diseleksi yang paling
sesuai dengan penelitian ini. Selanjutnya, data tersebut dianalisis
berdasarkan jenis dan isinya kemudian diuraikan secara sistematis.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
22
b. Analisis Data
Pada penelitian ini, deskriptif analisis digunakan untuk menganalisis
data yang telah diolah guna sesuai dengan pendekatan penelitian. Pada
tahap ini, penulis melakukan interpretasi untuk menjelaskan tentang
struktur Tari Gambuh Pamungkas, yang diuraikan secara sistematis.
5. Tahap Penulisan Laporan Akhir
Berdasarkan data yang diolah, penulis mengelempokkan ke dalam empat
bab, yaitu:
Bab I :Merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, pendekatan penelitian, metode
penelitian.
Bab II :Berisi gambaran umum tentang pertunjukan Topeng
Dalang Rukun Pewaras serta bentuk penyajian Tari
Gambuh Pamungkas Rukun Pewaras, yang meliputi penari,
gerak, properti, musik iringan, pola lantai, rias dan busana,
serta tata pentas.
Bab III :Analisis struktur Tari Gambuh Pamungkas yang berisi
struktur Tari Gambuh Pamungkas, baik secara teks dan
konteks. Struktur secara teks yaitu sistem tatahubungan
dari elemen-elemen bentuk penyajian Tari Gambuh
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
23
Pamungkas. Secara detail juga akan dibahas tentang
pengorganisasian gerak yang meliputi motif gerak, frase
gerak, kalimat gerak, gugus kalimat gerak, yang
membentuk kepada struktur bentuk Tari Gambuh
Pamungkas secara keseluruhan, yang dapat dikaji juga
tatahubungan sintagmatis dan paradigmatis. Adapun
analisis struktur secara konteks merupakan konsep gagasan
dan konsep nilai yang ada pada masyarakat pendukung Tari
Gambuh Pamungkas, yaitu masyarakat Madura.
Bab IV :Penutup yang berisi kesimpulan hasil penelitian yang
memberikan jawaban atas apa yang dirumuskan dalam
rumusan masalah.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta