Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS STAKEHOLDER DALAM PENGELOLAAN
HUTAN PENDIDIKAN BENGO-BENGO UNHAS
KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS
Oleh :
ULFIAH NURHIKMAH
M111 14007
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
iii
ABSTRAK
Ulfiah Nurhikmah (M11114007) Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan
Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Unhas, Kecamatan Cenrana Kabupaten
Maros di bawah bimbingan Prof.Dr.Yusran, S.Hut.,M.Si dan Dr Forest.
Muhammad Alif K.S.S.Hut., M.Si.
Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Universitas Hasanuddin mempunyai potensisebagai sarana pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dimanfaatkanoleh berbagai pihak seperti masyarakat, peneliti, maupun pengunjung baik dalammaupun luar negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi para pihakterkait (stakeholder), merumuskan peran pihak terkait (Stakeholder), danmemetakan Stakeholder berdasarkan pengaruh (influence) dan kepentingan(interest) yang terkait dengan Hutan Pendidikan Bengo-bengo UniversitasHasanuddin Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros dengan menggunakan metodeanalisis deskriptif dan analisis stakeholder. Pemangku kepentingan dalampengelolaan hutan pendidikan universitas hasanuddin ada 11 pihak terkait. Peranpihak terkait dalam pengelolaan hutan pendidikan berbeda-beda sesuai dengankategori pemangku kepentingan yang dikategorikan menjadi 7 kategoridiantaranya adalah Lembaga Pendidikan, Instansi Pemerintah, Masyarakat,Perseorangan, Lembaga Masyarakat, Lembaga Hukum, Kelompok Masyarakat.Berdasarkan pengaruh (influence) dan kepentingan (interest) pemangkukepentingan di petakan dalam empat kategori yang di kelompokkan sepertiberikut (1) Subject : Mahasiswa, (2) Pemain Kunci (Key Players) : FakultasKehutanan / Direktur HP, Dosen, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan– KLHK (BPKH, PSKL, BPTH), (3) Crowd : Badan Narkotika Nasional (BNN),Pemerintah Wilayah, Tokoh Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),(4) Contest setters : Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan, Pengunjung,Masyarakat / Petani. Kategori yang paling menunjang dalam pengelolaan hutanpendidikan adalah pihak Pemain Kunci (Key Players).
Kata Kunci : Pengelolaan, Stakeholder, HutanPendidikan
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, berkat limpahan
rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis
Stakeholder dalam Pengelolaan Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Unhas,
Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros” ini dapat terselesaikan. Salam dan
Shalawat kepada junjungan dan panutan kita baginda Rasulullah Muhammad
SAWyang telah memperkenalkan kita kepada Islam agama
“Rahmatanlil’alamin” .
Dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi, penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terkhusus Ayahanda H.Haerul
Asmi dan Ibunda Hj.Hamdana atas doa, kasih sayang dan jerih payahnya dalam
mendidik, mengasuh dan membesarkan penulis, juga kepada keluarga tercinta
terima kasih atas dukungan dan doanya. Dan penulis juga hanturkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof.Dr.Yusran, S.Hut. M,Si selaku pembimbing pertama dan Dr Forest
Muhammad Alif K.S. S.Hut. M.Si selaku pembimbing kedua yang penuh
keikhlasan senantiasa membimbing dan mengarahkan penulis dengan
pokok-pokok pikiran, tenaga, waktu dan pengertian yang tak kunjung surut
mereka berikan kepada penulis sampai skripsi ini selesai.
2. Dr.Ir.M.Asar Said Mahbub, M.P, Prof. Dr. Ir. Musrizal Muin,
M.ScdanWahyuni, S.Hut., M.Hut. selaku penguji yang telah banyak
memberikan saran maupun koreksi dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Seluruh Dosen Fakultas Kehutanan
4. Segenap Staf Tata Usaha Fakultas Kehutanan yang telah membantu
kelancaran administrasi dari awal hingga akhir, khususnya Bapak Basri dan
Ibu Widya.
v
5. Terima kasih kepada Keluarga Laboratorium Kebijakan dan Kewirausahaan
serta teman-teman AKAR 2014 Kehutanan terima kasih atas bantuan,
perhatian, kebersamaan, dan dukungannya selama menempuh studi di
Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin.
6. Terima kasih kepada Hendra Suharto yang setia membantu penulis dari
awal penelitian sampai terselesaikannya skripsi ini.
7. Terima kasih kepada Icuk Sugiarto Sesa A dan Alam Firdausi yang
membantu saya selama penelitian.
8. Terima kasih kepada sahabatku Selvia Ningsih, Inris Winni, Keluarga
Sanrego, Keluarga GKA9 yang selalu memberikan bantuan selama
penelitian maupun dalam pengurusan berkas, serta semangat dan doanya
selama ini.
Terima kasih untuk semua pihak yang telah berperan penting dalam
penyusunan skripsi ini, penulis memohon maaf karena tidak dapat mencantumkan
nama satu per satu.
Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumber informasi bagi kita semua. Amin.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb
Makassar, 24 November 2017
Ulfiah Nurhikmah
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
I. PENDAHULUAN ......................................................................... ..... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................ ..... 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan..................................................................... ..... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... ..... 4
2.1. Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus......................................... ..... 4
2.2. Dasar Hukum Penetapan Hutan Pendidikan .................................. ..... 6
2.3. Analisis Stakeholder....................................................................... ..... 6
2.4. Influence dan Interest ..................................................................... ..... 8
III. METODE PENELITIAN ............................................................ ..... 10
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ ..... 10
3.2. Jenis Data ....................................................................................... ..... 10
3.2.1. Data Primer .................................................................................... ..... 10
3.2.2. Data Sekunder ............................................................................... ..... 11
3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................ ..... 12
3.4. Pengumpulan dan Analisis Data .................................................... ..... 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... ..... 16
4.1. Identifikasi Stakeholder.................................................................. ..... 16
4.2. Peran Pemangku Kepentingan........................................................ ..... 19
4.3. Pemetaan Pemangku Kepentingan ................................................. ..... 21
4.3.1 Tingkat Pengaruh .......................................................................... ..... 21
4.3.2 Tingkat Kepentingan ..................................................................... ..... 23
vii
4.3.3 Matriks Pemetaan Pemangku Kepentingan ................................... ..... 25
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... ..... 29
5.1. Kesimpulan..................................................................................... ..... 29
5.2. Saran .............................................................................................. ..... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ..... 31
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman1. Kategori Pemangku kepentingan dalam pengelolaan KHDTK Hutan
Pendidikan Unhas.................................................................................. ..........162. Peran Pemangku kepentingan dalam pengelolaan KHDTK Hutan
Pendidikan Unhas.................................................................................. ..........193. Tingkat Pengaruh pemangku kepentingan dalam pengelolan Hutan
Pendidikan Universitas Hasanuddin...................................................... ..........214. Tingkat Kepentingan pemangku kepentingan dalam pengelolan Hutan
Pendidikan Universitas Hasanuddin...................................................... ..........23
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
1. Peta Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin ................................... ..........102. Matriks Pemetaan Analisis Stakeholder................................................ ..........143. Matriks Pemetaan Pemangku kepentingan dalam pengelolaan KHDTK
Hutan Pendidikan Unhas ....................................................................... ..........25
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1. Panduan wawancara lembaga/instansi/kelompok............................... ..........332. Kriteria Penilaian tingkat Kepentingan stakeholder dalam pengelolaan
Hutan Pendidikan Unhas..................................................................... ..........353. Kriteria Penilaian tingkat Pengaruh stakeholder dalam pengelolaan Hutan
Pendidikan Unhas ............................................................................... ..........374. Data Responden .................................................................................. ..........395. Rincian Responden ............................................................................ ..........406. Wawancara dengan Bapak Sekretaris Camat Cenrana ....................... ..........417. Wawancara dengan Bapak Kepala Desa Limapocoe.......................... ..........418. Wawancara dengan Pihak Pengelolah Hutan Pendidikan................... ..........429. Wawancara dengan Masyarakat/Petani .............................................. ..........4210. Wawancara dengan pihak BPKH ....................................................... ..........4311. Wawancara dengan pihak BPTH ........................................................ ..........4312. Peta Hutan Pendidikan ....................................................................... ..........4413. SK Penetapan Kawasan Hutan Pendidikan ........................................ ..........4514. Rekomendasi Perencanaan Hutan Pendidikan ................................... ..........53
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
SK.619/MenLHK-PKTL/KUH/PLA.2/2/2017 perubahan Keputusan Direktur
Jendral Kehutanan No.063/Kpts/BS/I/1980 Tanggal 31 Maret 1980 tentang
penunjukan areal hutan bengo-bengo sebagai Hutan Pendidikan Universitas
Hasanuddin seluas 1.300 Ha menjadi Penetapan Kawasan Hutan dengan
Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin seluas
1.460,50 Hektar di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Hutan
pendidikan ini diperuntukkan sebagai tempat kegiatan praktek, penelitian,
pelatihan, pengabdian kepada masyarakat dan kerja sama penelitian baik
didalam maupun diluar negeri. Umumnya, kawasan yang terletak di desa
Limapocoe, Kecamatan Cenrana Kabupaten maros ini merupakan kawasan
hutan yang landai dan bergunung, yang sebagian besar terdiri berbagai macam
batuan (BPKH 2017).
Upaya meningkatkan pemanfaatan areal hutan pendidikan Jurusan
Kehutanan Universitas Hasanuddin mengusulkan peningkatan statusnya
menjadi Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dan disetujui oleh
Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan No.86/MenhutII/2005 tentang
perubahan keputusan Dirjen Kehutanan sebelumnya. Seiring dengan
keputusan tersebut, aktifitas di hutan pendidikan semakin terlihat jelas dengan
penggunaan areal kawasan hutan sebagai tempat kegiatan praktek dan
penelitian yang terkait dengan ilmu-ilmu kehutanan dasar seperti inventarisasi,
silvikultur, hingga sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan pendidikan (Profil
Hutan Pendidikan Unhas, 2015).
Kegiatan masyarakat juga terlihat jelas di kawasan hutan pendidikan
seperti bersawah, berkebun, beternak dan sebagian melakukan kegiatan
pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu seperti pengambilan kayu
bakar, penyadapan getah pinus, penyadapan aren, pembuatan gula aren,
pengambilan benih tanaman mahoni dan pinus, pemnfaatan obat-obatan,
jamur, dan lain-lain. Reed, dkk (2009) mengatakan bahwa semua kegiatan tak
terlepas dari stakeholder yang dapat meningkatkan kualitas hutan pendidikan
2
yang lebih terkoordinasi.Stakeholderadalah individu, kelompok, atau lembaga
yang dapat mempengaruhi suatu kegiatan.
Stakeholder adalah orang-orang yang berkepentingan atau yang terlibat
dalam pelaksanaan program pembangunan. Stakeholder ini mempunyai 3
komponen sub sistem, yakni Subsistem pengambil kebijakan, pemberi
pelayanan, serta penerima dampak. Dalam dunia perencanaan, peran
stakeholder sangat penting untuk mencapai sebuah visi misi serta tujuan yang
telah disepakati sebelumnya.Stakeholder yang dapat menjadi penunjang
kualitas hutan pendidikan sangat diperlukan untuk memenuhi permasalahan
mendasar mengenai implementasi penggunaan maupun pengelolaan hutan
pendidikan Universitas Hasanuddin. Analisis stakeholder merupakan satu
langkah penting dalam penentuan upaya advokasi yang akan dilaksanakan
untuk menunjang kualitas hutan pendidikan. Analisis stakeholder digunakan
untuk mengetahui pihak terkait dalam pengelolaan hutan pendidikan.
Keberhasilan dalam penentuan kebijakan publik dan dukungan terhadap
penyelesaian satu masalah tertentu sangat tergantung pada stakeholder yang
terkait dan berperan langsung dalam pembangunan hutan pendidikan
(Rastologi, 2010).
Oleh karena itu, dibalik kesuksesan peningkatan fungsi pemanfaatan
sumberdaya terdapat peran dan kepentingan pihak terkait dalam pengelolaan
hutan (Devkota, 2010). Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Hutan Pendidikan Unhas
Bengo-bengo Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros. Pemilihan lokasi
didasari karena Hutan Pendidikan Unhas adalah tempat praktek lapang yang
paling menunjang dalam berbagai matakuliah mahasiswa kehutanan Unhas.
1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi para pihak terkait (Stakeholder) dalam pengelolaan
Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Universitas Hasanuddin Kecamatan
Cenrana Kabupaten Maros.
3
2. Merumuskan peran pihak terkait (Stakeholder) dalam pengelolaan Hutan
Pendidikan Bengo-Bengo Universitas Hasanuddin Kecamatan Cenrana
Kabupaten Maros.
3. Memetakan Stakeholder berdasarkan pengaruh (influence) dan
kepentingan (interest) yang terkait dengan Hutan Pendidikan Bengo-
bengo Universitas Hasanuddin Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai sumber infomasi untuk
mengetahui peran stakeholder yang terkait dengan Hutan Pendidikan
Bengo-bengo Universitas Hasanuddin berdasarkan pengaruh (influence)
dan kepentingan (interest) yang terkait dengan Hutan Pendidikan Bengo-
bengo Universitas Hasanuddin.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) adalah kawasan
hutan yang ditetapkan untuk keperluan penelitian dan pengembangan,
pendidikan dan pelatihan serta kepentingan religi dan budaya setempat, sesuai
dengan amanat UU No. 41 tahun 1999 dengan tanpa mengubah fungsi
kawasan dimaksud. Saat ini Badan Litbang dan Inovasi memiliki 34 KHDTK
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan. KHDTK tersebut
tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur dengan luas total sekitar 37.000 ha, yang
mencakup berbagai tipe hutan dan kondisi sosial budaya (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 2010).
Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) adalah kawasan
hutan yang diperuntukkan khusus antara lain untuk kegiatan penelitian dan
pengembangan sesuai dengan amanat Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 1999, dengan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan
yang dimaksud. Badan Litbang Kehutanan saat ini memiliki 33 KHDTK yang
ditujukan sebagai laboratorium lapangan untuk mendukung kegiatan
penelitian. KHDTK diharapkan dapat menghasilkan paket-paket IPTEK
kehutanan yang bermanfaat bagi pembangunan sektor kehutanan (BPPKS,
2006).
Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK),
Badan Litbang Departemen Kehutanan telah membentuk Tim Kajian
Rencana Strategis Pengelolaan KHDTK. Tim tersebut bertugas untuk
mempercepat pembangunan sistem pengelolaan KHDTK untuk pendidikan
dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan yang sejalan dengan
pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) untuk mewujudkan
pengelolaan hutan lestari (Departemen Kehutanan 2006).
5
Tim Kajian menyimpulkan bahwa untuk system kelembagaan
pengelolaan KHDTK dibagi menjadi empat kelompok sebagai berikut
(Kurniasih, P. dan Sudarmalik, 2013) :
1. Kelompok KHDTK yang mempunyai luas lebih dari 1000 ha dengan
akses mudah, kesuburan lahan tinggi, keragaman ekosistem dan
keragaman jenis tinggi, potensial untuk dikelola dari segi jasa
lingkungan, serta dukungan sarana dan prasarana sangat memadai.
Kelompok ini mampu dikelola seluruhnya oleh Badan Litbang
Kehutanan secara intensif, dan sebagai area kunjungan model
pengelolaan.
2. Kelompok KHDTK yang mempunyai luas kurang dari 1000 ha dengan
akses mudah, kesuburan lahan tinggi, keragaman ekosistem dan
keragaman jenis tinggi, tetapi kurang potensial untuk dikelola dari segi
jasa lingkungan, serta dukungan sarana dan prasarana cukup memadai.
Kelompok ini mampu dikelola seluruhnya oleh Badan Litbang
Kehutanan secara intensif.
3. Kelompok KHDTK yang mempunyai luas antara 1000-3000 ha dengan
akses relatif mudah, kesuburan lahan tinggi, keragaman ekosistem dan
keragaman jenis tinggi, sangat potensial untuk dikelola dari segi jasa
lingkungan, tetapi dukungan sarana dan prasarana kurang memadai dan
potensi konflik atas lahan tinggi. Kelompok ini dikelola secara
kolaboratif, dan sebagai area kunjungan model pengelolaan.
4. Kelompok KHDTK yang mempunyai luas lebih dari 3000 ha dengan
aksesibilitas rendah, biodiversitas tinggi, sangat potensial untuk dikelola
dari segi jasa lingkungan, serta dukungan sarana dan prasarana kurang
memadai dan potensi konflik atas lahan tinggi. Kelompok ini akan
dikelola secara kolaboratif.
Badan Litbang Departemen Kehutanan akan menggunakan hasil
Tim Kajian tersebut sebagai rujukan untuk membentuk sistem
pengelolaan KHDTK. Untuk memastikan bahwa areal penelitian dalam
kawasan hutan di seluruh Indonesia tidak diganggu untuk kegiatan lain,
areal penelitian tersebut dapat ditunjuk sebagai kawasan hutan dengan
tujuan khusus untuk hutan penelitian. Sampai dengan tahun 2007 Badan
6
Litbang Kehutanan telah mengelola 32 KHDTK yang tersebar di seluruh
Indonesia dengan luas areal yang bervariasi (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 2010).
2.2 Dasar Hukum Penetapan Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Universitas
Hasanuddin
Dasar hukum Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) di
tetapkan pada pasal 8 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 bahwa
pemerintah dapat menetapkan kawasan hutan tertentu untuk tujuan khusus,
penetapan kawasan hutan dengan tujuan khusus diperlukan untuk
kepentingan umum seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan
latihan, serta religi dan budaya. Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus tidak
mengubah fungsi pokok kawasan hutan. Masyarakat hukum adat, lembaga
pendidikan, lembaga penelitian, lembaga sosial dan keagamaan. Penataan
batas kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) diatur dalam peraturan
menteri kehutanan nomor P.43/Menhut-II/2013 tanggal 19 Agustus 2013
(BPPKS, 2006).
Sesuai dengan keputusan tersebut maka ditetapkan Hutan Pendidikan
Bengo-Bengo Universitas Hasanuddin dalam Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan No. SK.619/MenLHK-PKTL/KUH/PLA.2/2/2017
tentang Penetapan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan
Pendidikan Universitas Hasanuddin seluas 1.460,50 Hektar di Kabupaten
Maros Proinsi Sulawesi Selatan.
2.3 Analisis Stakeholder
Stakeholders didefinisikan sebagai pihak-pihak yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi (menerima dampak) oleh keputusan yang
diambil (Iqbal, 2007) atau dapat didefinisikan sebagai orang, atau kelompok
lembaga yang memiliki perhatian dan atau dapat mempengaruhi hasil suatu
kegiatan (Salam dan Noguchi, 2006). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa stakeholders adalah semua pihak baik secara individu maupun
kelompok yang dapat dipengaruhi dan/atau mempengaruhi pengambilan
keputusan serta pencapaian tujuan suatu kegiatan.
7
Berdasarkan keterkaitannya terhadap suatu keptusan atau suatu
kegiatan, (Cartells, 2013) kemudian membedakan stakeholder menjadi dua
yaitu stakeholder primer dan stakeholderr sekunder. Stakeholders primer
adala pihak yang memilki kepentingan langsung terhadap suatu sumberdaya,
baik sebagai matapencaharian ataupun terlibat langsung dalam eksploitasi.
Stakeholders ini oleh yang Reed, dkk. (2010) disebut juga sebagai
stakeholders kunci (key stakeholder). Stakeholders sekunder adalah pihak
yang memiliki minat/kepentingan secara tidak langsung, atau pihak yang
tergantung pada sebagian kekayaan atau bisnis yang dihasilkan oleh sumber
daya.
Analisis stakeholder ini merupakan instrumen yang sangat penting
untuk memahami konteks sosial dan kelembagaan dari satu kegiatan program
/ proyek. Hal-hal yang diungkap dari konsep ini bisa memberikan informasi
sangat penting seawal mungkin tentang siapa saja yang akan dipengaruhi
oleh program / proyek baik positif ataupun negatif, siapa saja yang mungkin
memberikan pengaruh terhadap program / proyek baik positif ataupun
negatif, individu, kelompok, dan lembaga apa saja yang perlu dilibatkan
dalam program / proyek serta bagaimana caranya; dan siapa saja yang perlu
dibangun kapasitasnya agar turut berpartisipasi aktif di dalamnya (Kusumedi
dan Bisjoe, 2010).
Stakeholder adalah orang-orang, atau kelompok-kelompok, atau
lembaga-lembaga yang kemungkinan besar terkena pengaruh dari satu
kegiatan program / proyek baik pengaruh itu positif maupun negatif, atau
sebaliknya yang mungkin memberikan pengaruh terhadap hasil keluaran
program / proyek (Reed, M.S., 2008).
Dalam daftar stakeholder, terdapat suatu penilaian atas stakeholder
yang terkait dengan proyek. Penilaian tersebut berupa tingkat kekuasaan,
tingkat kepentingan, tingkat pengaruh, tingkat dampak, dan lainnya sesuai
kebutuhan. Umumnya dilakukan dalam bentuk matriks untuk memudahkan
dalam melakukan penilaiannya (Brake, 2005).
8
Analisis ini dilakukan untuk menjadi bentuk model klasifikasi
stakeholder seperti (Nielsen, J.R dan Mathisen, C.,2006) :
1. Power / interest grid, berdasarkan tingkat kekuasaan dan kepentingan
stakeholder berdasarkan hasil / outcome proyek.
2. Power / influence grid, berdasarkan tingkat kekuasaan dan pengaruh /
keterlibatan mereka dalam proyek.
3. Influence / impact grid, berdasarkan tingkat pengaruh / keterlibatan di
proyek dan kemampuan mereka untuk memberikan besaran dampak
terhadap proyek (rencana – pelaksanaan).
4. Salience model, yang menjelaskan kelas Stakeholder berdasarkan
kekuasaannya, tingkat kepentingan, dan legitimasi.
2.4 Influence danInterest
Mengingat esensi hubungan internasional, terdapat tiga elemen yang
penting dan saling berkorelasi antar satu dengan yang lain yaitu influence,
actor, dan interest ketiga esensi tersebut jika digabungkan akan menghasilkan
identitas sebuah negara (Dugis, 2015). Salah satu elemen yang penting adalah
power, untuk mencapai interest yang diinginkan dibutuhkan influence yang
dimiliki oleh aktor-aktor untuk mencapai tujuannya. Bisa dikatakan bahwa
influenceadalah attribute of an actor atau bisa disebut atribut dari aktor
(Dugis, 2015) atau bisa dianalogikan influenceadalah sebuah pedang dan
tameng sebuah negara yang berguna untuk menyerang dan bertahan di dalam
dunia internasional(Firth, 2013).
Firth, R. (2013) influence is man’s control over the heart and actions of
other man, yang berarti bahwa pengaruh adalah pengontrolan satu orang
terhadap orang lainnya. Castells, M. (2013) yang mendefinisikaninfluence
sebagai kepemilikan dari sumber daya tertentu berupa populasi, sumber daya
alam, teritori, ekonomi, kekuatan militer, dan stabilitas politik untuk persuasi
aktor lain,melakukan apa yang kita mau tanpa memaksa pihak lain untuk
melakukan apa yang kita inginkan. Lain halnya dengan Barnett dan Duvall
(2006) mengatakan bahwa national influence sebagai kemampuan negara
untuk menggunakan sumber daya mereka untuk membuat negara lain mau
melakukan apa yag negara pemilik sumber daya tersebut inginkan. Dan yang
terakhir influencepaling sering didefinisikan sebagai kemampuan dari satu
9
pelaku A untuk mendapatkan lain dari aktor B untuk melakukan sesuatu.
Latihan kekuasaan oleh aktor A lebih aktor B terjadi hanya jika aktor B
mengubah itu menjadi sebuah tindakan (De Mesquita, 2003).
Setelah melihat empat definisi di atas, maka dapat ditarik garis tengah
bahwa national influenceadalah ability dari sebuah negara atau aktor-aktor
hubungan internasional untuk mendominasi negara lain melalui sumber daya,
ekonomi, dan politik yang tidak dimliki negara lain. Terdapat dua jenis dari
national influenceyaitu hard power dan soft power yang memiliki definisi
yang berbeda(Firth, 2013).
Hard influenceadalah bentuk pengaruh suatu negara yang tampak secara
fisikal, dapak serta wujudnya dapat dirasakan dan dilihat secara langsung.
Sedangkan soft influencemerupakan pengaruh yang bersifat laten atau tidak
terlihat secara langsung dan dampaknya tidak bisa dilihat secara langsung
namun dapat dirasakan oleh manusia. Soft influencesuatu negara berasal dari
gambaran yang tak terkalahkan dari negara tersebut, ideologi yang menjadi
panutan, kebijakan ataupun budaya yang atraktif dan populer di kalangan
masyarakat dunia (Iqbal, 2007) contohnya adalah ideologi marxisme yang
dilontarkan Karl Marx yang dapat mengubah pandangan masyarakat jerman
tentang kaum kapitalis. Tetapi dewasa ini national influenceyang berdimensi
hard influence berubah menjadi soft influence hal ini karena politik dunia
modern yang membuat politik menjadi dominan(Iqbal, 2007).
National Influencedapat diukur dalam numerical dan selanjutnya di
urutkan berdasarkan peringkat teratas sampai bawah tergantung pada
pengaruhnya. Indeks ini mungkin berguna untuk memprediksi hasil dari
konflik dan perang. salah satu indeks daya lebih dikenal adalah penciptaan
Ray S. Cline di World Influence Trends. Pengamat menyiratkan penilaian
kekuasaan negara atas nama mereka menetapkan seperti pengaruh super,
pengaruh besar, influence rentang tengah, influence kecil, dan bahkan
ministates. Penilaian ini sebagian besar impresionistik, meskipun mereka
mungkin cukup akurat (Firth, 2013).
10
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September sampai dengan
Oktober 2017 di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin yang berada di
Kabupaten Maros.
Gambar 1. Peta Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin
3.2 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu sebagai berikut :
3.2.1 Data Primer
Data primer yang dimaksud adalah data utama yang menjadi bahan
penelitian. Data utama ini data mengenai identitas stakeholder yang
terlibat (baik itu instansi pemerintah, perguruan tinggi (pengelola hutan
pendidikan), maupun masyarakat) serta peran, kepentingan dan
pengaruh para stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan Hutan
Pendidikan Unhas.
11
3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder yang akan dimaksud adalah data penunjang yang
menjadi bagian dalam pengelolaan. Data penunjang dalam penelitian ini
meliputi dokumen tentang penunjukan sampai pengesahan hutan
pendidikan yang diperlukan untuk menunjang suatu penelitian.Data
pokok yang lain adalah dokumen-dokumen utama yang berkaitan
dengan stakeholder yang dimaksud.Pengambilan data penunjang
dilakukan dengan penelusuran pustaka dan observasi lapangan.
3.3 Metode Pengambilan Data
Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yang
diperlukan adalah sebagai berikut :
3.3.1 Observasi
Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan (Basuki, 2006). Observasi menjadi metode paling dasar dan
paling tua dari ilmu-ilmu sosial, karena dalam cara-cara tertentu kita
selalu terlibat dalam proses mengamati (Daniel, 2003). Observasi
lapang dilakukan untuk mengetahui lokasi-lokasi dalam areal Hutan
Pendidikan yang masih banyak digunakan/diakses oleh masyarakat.
3.3.2 Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua
orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik (Daniel, 2003). Ada
tiga pendekatan dasar dalam memperoleh data kualitatif melalui
wawancara yaitu wawancara informal, wawancara dengan pedoman
umum, dan wawancara dengan pedoman terstandar yang terbuka
(Lampiran 1).
3.3.3 Penelusuran Dokumen
Penelusuran dokumen dilakukan terhadap dokumen kebijakan
pemerintah tentang pengelolaan KHDTK dalam skala nasional maupun
tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) pengelola, peraturan lembaga non
pemerintah, program kerja/kegiatan, jumlah anggaran, jumlah
12
sumberdaya manusia (SDM), jejaring kerja, aturan-aturan yang
dimiliki lembaga dan kelompok masyarakat serta dokumen lain yang
diperlukan untuk menunjang penelitian. Penelusuran dokumen
dilakukan sebagai langkah awal dalam penelitian dan diperlukan untuk
membantu analisis data.
3.3.4 Analisis data
Analisa data adalah Kegiatan mengubah data hasil penelitian
menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan
dalam suatu penelitian. Adapun cara mengambil kesimpulan bisa
dengan estimasi hasil.
3.4 Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan
berbagai informan (Lampiran 1 dan 2), pengamatan langsung (observasi) dan
penelusuran dokumen yang relevan dengan tema penelitian. Penentuan
informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive (pengambilan
informan dengan disengaja). Data hasil wawancara, observasi, dan data yang
berasal dari hasil dokumentasi dan penelusuran dokumen untuk pengelolaan
Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Universitas Hasanuddin ditabulasikan dan
diolah dengan analisis deskriptif serta penentuan pengaruh (influence) dan
kepentingan (interest) dengan membuat skoring (Lampiran 3).
Berdasarkan pengaruh (influence) dan kepentingan (interest) yang
dimiliki oleh setiap Stakeholders maka Stakeholders dapat dikategorikan
menjadi empat jenis yaitu (Reed, 2009) :
1. Stakeholder dengan tingkat kepentingan (interest) yang tinggi tetapi
memiliki pengaruh (influence) yang rendah diklasifikasikan sebagai
Subyek (Subjects). Stakeholders ini memiliki kapasitas yang rendah
dalam pencapaian tujuan, akan tetapi dapat menjadi berpengaruh dengan
membentuk aliansi dengan Stakeholders lainnya. Stakeholder ini sering
bisa sangat membantu sehingga hubungan dengan Stakeholders ini harus
tetap dijaga dengan baik.
2. Stakeholders dengan tingkat kepentingan (interest) dan pengaruh
(influence) yang tinggi diklasifikasikan sebagai Pemain Kunci
13
(KeyPlayers). Stakeholders ini harus lebih aktif dilibatkan secara penuh
termasuk dalam mengevaluasi strategi baru.
3. Stakeholders dengan tingkat kepentingan (interest) dan pengaruh
(influence) yang rendah diklasifikasikan sebagai Pengikut Lain(Crowd).
Diperlukan sedikit pertimbangan untuk melibatkan Stakeholders ini lebih
jauh karena kepentingan dan pengaruh yang dimiliki biasanya berubah
seiring berjalannya waktu. Stakeholders ini harus tetap dimonitor dan
dijalin komunikasi dengan baik.
4. Stakeholders dengan tingkat kepentingan (interest) yang rendah tetapi
memiliki pengaruh (influence) yang tinggi diklasifikasikan sebagai
Pendukung (Contest setters). Stakeholders ini dapat mendatangkan resiko
sehingga keberadaannya perlu dipantau dan dikelola dengan baik.
Stakeholders ini dapat berubah menjadi key palyers karena suatu
peristiwa. Hubungan baik dengan Stakeholder ini terus dibina. Untuk itu
segala informasi yang dibutuhkan harus tetap diberikan sehingga mereka
dapat terus berperan aktif dalam pencapaian tujuan.
Pengaruh (influence) masyarakat dalam pengambilan keputusan
dalam pengelolaan Hutan Pendidikan tergolong rendah. Hal ini dapat di
lihat dari rendahnya kapasitas masyarakat (pengetahuann dan kerterampilan
serta finansial terbatas). Aspirasi masyarakat sekitar dalam menyuarakan
kepentingannya masih sangat rendah. Masyarakat cenderung mengamankan
kepentingannya masing-masing. Hal yang perlu diperhatikan adalah jangan
sampai masyarakat sekitar KHDTK menyuarakan kepentingannya dalam
bentuk pengerahan massa karena dampak yang ditimbulkannya lebih
cenderung merusak.
Ket .A : Subyek (B : PemainC : Pengikut lain (D : Pendukung (
Analisis
stake-holder
yang diperkenalkan oleh Reed
stakeholder adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi
2. Membedakan dan mengkategorikan
kepentingan dan pengaruhnya.
analisis stakeholder
Besarnya kepentingan dinilai berdasarkan keterlibatan
dalam pengelolaan hutan pendidikan
terhadap
yang berkaitan dengan
stakeholder
stakeholder
dinilai berdasarkan
: Subyek (Subject): Pemain kunci (Key Players): Pengikut lain (Crowd): Pendukung (Contest setters)
Sumber : Reed (2009)
Gambar 2. Matriks Pemetaan Analisis Stakeholder
Analisis stakeholder digunakan untuk menganalisis data mengenai
holder. Model analisis stakeholder yang digunakan adalah model
yang diperkenalkan oleh Reed (2009). Tahapan dalam melakukan analisis
adalah sebagai berikut :
Identifikasi stakeholder dan perannya
Membedakan dan mengkategorikan stakeholder
kepentingan dan pengaruhnya. Stakeholder dipetakan ke dalam matriks
stakeholder berdasarkan besarnya kepentingan dan pengaruh.
Besarnya kepentingan dinilai berdasarkan keterlibatan
pengelolaan hutan pendidikan, ketergantuang
terhadap hutan pendidikan, program kerja masing-masing
yang berkaitan dengan hutan pendidikan, manfaat yang diperoleh
stakeholder dari hutan pendidikan, peran yang dimainkan oleh
stakeholder dalam pengelolaan hutan pendidikan. Besarnya pengaruh
dinilai berdasarkan intrumen dan sumber kekuatan (
14
Gambar 2. Matriks Pemetaan Analisis Stakeholder
digunakan untuk menganalisis data mengenai
nakan adalah model
(2009). Tahapan dalam melakukan analisis
stakeholder berdasarkan
dipetakan ke dalam matriks
berdasarkan besarnya kepentingan dan pengaruh.
Besarnya kepentingan dinilai berdasarkan keterlibatan stakeholder
, ketergantuang stakeholder
masing stakeholder
, manfaat yang diperoleh
, peran yang dimainkan oleh
. Besarnya pengaruh
intrumen dan sumber kekuatan (influence) yang
15
dimiliki masing-masing stakeholder (Reed, 2009). Instrumen kekuatan
meliputi kekuatan kondisi (conditioning influence), kekuatan
kelayakan (condign influence), kekuatan kompensasi (compesatory
influence) dan sumber kekuatan meliputi kekuatan individu
(personality influence), kekuatan organisasi (organization influence).
3. Mendefinisikan hubungan antar stakeholder
Hubungan diantara stakeholder akan didefinisikan melalui
dokumen dan hasil wawancara pada informan kunci. Dokumen yang
digunakan untuk mendefinisikan hubungan ialah TUPOKSI instansi
dan aturan kelembagaan swasta serta kelompok masyarakat yang
terlibat dalam pengelolaan hutan pendidikan. Hubungan tersebut akan
dijelaskan melalui peta hubungan stakeholder hutan pendidikan baik
yang terdapat dalam dokumen maupun hubungan yang terjadi di
lapangan.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Stakeholder dalam pengelolaan Hutan Pendidikan
Bengo-Bengo Universitas Hasanuddin Kecamatan Cenrana
Kabupaten Maros
Hasil penelitian di lapangan telah dilakukan sebelumnya, ditemukan
bahwa dalam pengelolaan Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Unhas terdapat
beberapa pihak yang terkait atau biasa disebut dengan istilah stakeholder.
Wakka (2013) mendefinisikan stakeholder sebagai individu, kelompok atau
lembaga yang dapat mempengaruhi hasil suatu kegiatan. Stakeholder
merupakan pihak yang dapat dipengaruhi atau mempengaruhi dari putusan
yang diambil. Dari hasil wawancara disimpulkan bahwa terdapat dua fase
yaitu fase pembangunan dan fase pengelolaan pada areal Hutan Pendidikan
Unhas.
Pengelolaan KHDK Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Universitas
Hasanuddin terbagi dalam beberapa kategori pihak terkait seperti Lembaga
Pendidikan, Instansi Pemerintah, Masyarakat, Perseorangan, Lembaga
Masyarakat, Lembaga Hukum, dan Kelompok Masyarakat. Hasil identifikasi
stakeholder hutan pendidikan bengo-bengo Universitas Hasanuddin terdapat
pada tabel 1.
Tabel 1. Kategori Pemangku kepentingan dalam pengelolaan KHDTK Hutan
Pendidikan Unhas
No Kategori Pemangku Kepentingan(Stakeholders)
1 Lembaga Pendidikan
Fakultas Kehutanan / Direktur HP
DosenMahasiswa
2 Instansi Pemerintah
Pemerintah Wilayah(Camat dan Desa)Kementrian Lingkungan Hidup danKehutanan – KLHK(BPKH, PSKL, BPTH)Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan
3 Lembaga Hukum Badan Narkotika Nasional (BNN)
4 Perseorangan Pengunjung
5 Lembaga Masyarakat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
6 Kelompok Masyarakat Tokoh Masyarakat
7 Masyarakat Masyarakat/Petani
17
Berdasarkan tabel 1 dari masing-masing pemangku kepentingan yang ada
dengan hasil interview ke lapanganan maka dari kesebelas kepentingan tersebut
di bagi menjadi 7 kategori penting yang dibagi menjadi antara lain (1) Lembaga
Pendidikan ; Fakultas Kehutanan, Mahasiswa, Dosen (2) Instansi Pemerintah ;
Pemerintah Wilayah, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (3) Lembaga
Hukum ; Badan Narkotika Nasional (4) Kelompok Masyarakat ; Tokoh
masyarakat Masyarakat/Petani (5) Perseorangan ; Pengunjung (6) Lembaga
Masyarakat; Lembaga Swadaya Masyarakat (7) Masyarakat ; Masyarakat/Petani.
4.1.1 Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan sebuah institusi pendidikan negeri
ataupun swasta yang menawarkan kegiatan pendidikan formal mulai dari
jenjang pra-sekolah sampai ke jenjang pendidikan tinggi, baik yang
bersifat umum maupun khusus. Lembaga pendidikan yang terlibat dalam
pengelolaan Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Universitas Hasanuddin
adalah Fakultas Kehutanan/Direktur Hutan Pendidikan, Mahasiswa, dan
Dosen. Lembaga pendidikan ini sangat menunjang dalam pengelolaan
hutan pendidikan karena target dari pembangunan hutan pendidikan
memang ditujukan pada kegiatan pendidikan. Hakikatnya lembaga
pendidikan memang diperuntukkan dalam pengelolaan hutan pendidikan
universitas hasanuddin karena sesuai dengan tupoksi pengelolaan kawasan
hutan dengan tujuan khusus.
4.1.2 Instansi Pemerintah
Instansi Pemerintah adalah satuan kerja/satuan
organisasikementerian/departemen, Lembaga Pemerintah Non
Departemen, kesekretariatan lembaga tinggi negara, dan instansi
pemerintah lainnya, baik pusat maupun daerah, termasuk Badan Usaha
Milik Negara, Badan Hukum Milik Negara, dan Badan Usaha Milik
Daerah. Instansi pemerintah yang terlibat dalam pengelolaan Hutan
Pendidikan Bengo-Bengo Universitas Hasanuddin adalah Pemerintah
Wilayah dalam hal ini pihak Cmat dan Desa, Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (BPKH, PSKL, BPTH), dan Dinas Kehutanan
Provinsi Sulawesi Selatan. Instansi pemerintah juga menjadi salah satu
kategori penunjang dalam pengelolaan hutan pendidikan karena menjadi
18
tonggak penyusunan rencana yang baik dalam pengelolaan huan
pendidikan. Meskipun dalam hasil wawancara, dikatakan bahwa
koordinasi antara pihak pemerintah wilayah dengan pengelolah hutan
pendidikan masih belum terkoordinasi dengan cukup baik.
4.1.3 Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan individu yang berada dalam satu
wilayah. Masyarakat menjadi salah satu stakeholder yang berperan aktif
dalam pengelolaan Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Universitas
Hasanuddin seperti petani dan masyarakat sekitar hutan. Dukungan
masyarakat menjadi penunjang pengelolaan hutan pendidikan karena pihak
masyarakat menjadi pihak terdekat yang memiliki kegiatan bersawah,
beternak, pengelolah aren, membuat gula aren bahkan berkebun dalam
areal hutan pendidikan. Masyarakat juga diharapkan dapat melakukan
pengawasan dan perlindungan hutan pendidikan.
4.1.4 Perseorangan
Perseorangan atau dikatakan pemilik tunggal juga menjadi salah
satu pihak terkait dalam pengelolaan Hutan Pendidikan Bengo-Bengo
Universitas Hasanuddin seperti terlibatnya pengunjung berbagai macam
mancanegara. Kategori perseorangan juga menjadi salah satu pendukung
dalam pengelolaan hutan pendidikan karena menjadi sumber pendapatan
dan media promosi dalam pengelolaan hutan pendidikan. Terlibatnya
pengunjung kedalam pengelolaan hutan pendidikan juga sangat
berpengaruh besar terhadap pengunjung itu sendiri, seperti meneliti atau
bahkan hanya sekedar berwisata.
4.1.5 Lembaga Masyarakat
Lembaga masyarakat dalam pengelolaan Hutan Pendidikan
Bengo-Bengo Universitas Hasanuddin memiliki peran dalam
meningkatkan aspirasi masyarakat dalam hal ini seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Lembaga masyarakat juga menjadi penunjang dalam
pengelolaan hutan pendidikan karena menjadi pendukung kualitas
pengelolaan hutan pendidikan.
4.1.6 Lembaga Hukum
19
Lembaga hukum adalah salah satu lembaga sosial yang bertujuan
memenuhi kebutuhan akan kedamaian dan keteraturan dalam pergaulan
hidup. Pengelolaan Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Universitas
Hasanuddin juga melibatkan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam
bermitra. Lembaga hukum juga memiliki nilai dukung terhadap penunjang
pengelolaan hutan pendidikan dalam hal bermitra untuk menigkatkan
kualitas pengelolaan hutan pendidikan.
4.1.7 Kelompok Masyarakat
Kumpulan individu yang berperan penting dalam suatu wilayah,
dalam pengelolaan Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Universitas
Hasanuddin melibatkan berbagai kelompok masyarakat seperti tokoh
masyarakat atau biasa disebut orang yang memiliki kepentingan dalam
wilayahnya. Kelompok masyarakat memiliki nilai dukungdalam
pengelolaan hutan pendidikan dalam hal mempengaruhi masyarakat
lainnya dalam hal menjaga dan mengawasi serta melindungi hutan
pendidikan.
4.2 Peran Pemangku kepentingan dalam pengelolaan KHDTK Hutan
Pendidikan Unhas
Stakeholder adalah orang-orang yang berkepentingan atau yang
terlibat dalam pelaksanaan program pembangunan. Stakeholder ini
mempunyai 3 komponen sub sistem, yakni Subsistem pengambil kebijakan,
pemberi pelayanan, serta penerima dampak. Dalam dunia perencanaan, peran
stakeholder sangat penting untuk mencapai sebuah visi misi serta tujuan
yang telah disepakati sebelumnya. Peran pemangku kepentingan dalam
pengelolaan KHDTK Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Universitas
Hasanuddin dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Peran Pemangku kepentingan dalam pengelolaan KHDTK Hutan
Pendidikan Unhas
NoPemangku Kepentingan
(Stakeholders)Keterangan
1 Fakultas Kehutanan / Direktur HP Berperan dalam pelayananpenelitian danpengembangan, pendidikan,pelatihan dan melakukan
20
kerjasama antar stakeholder
2 Pemerintah Wilayah(Camat dan Desa)
Berperan sebagai pelindung,menampung, mengelolah,dan menyalurkan aspirasimasyarakat.
3 Masyarakat/Petani Berperan dalam pengawasandan perlindungan kawasanhutan pendidikan.
4 Mahasiswa Berperan sebagai pelaksanapenelitian dan pendidikan
5 Dosen Berperan sebagai peneliti,pemberdayaan masyarakatdan tenaga pendidik dalammelakukan kegiatan prakteklapangan.
6 Kementrian Lingkungan Hidup danKehutanan – KLHK
Penata dan penyusun rencanapengelolaan hutan
7 Dinas Kehutanan Provinsi SulawesiSelatan
Berperan dalam melakukanpembinaan dan pengawasanpengelolaan kawasan hutan.
8 Pengunjung Berperan sebagai mediauntuk promosi dan sumberpendapatan.
9 Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM)
Berperan sebagai fasilitatordan mediator
10 Badan Narkotika Nasional (BNN) Berperan sebagai pihak yangbermitra dengan HutanPendidikan
11 Tokoh Masyarakat Berperan sebagai pengambilkeputusan ditingkatmasyarakat.
Berdasarkan dari peran masing-masing pemangku kepentingan
yang ada, maka dari kesebelas kepentingan tersebut ada berbagai macam
peran yang berbeda, seperti Fakultas Kehutanan / Direktur HP yang
berperan dalam pelayanan penelitian dan pengembangan, pendidikan,
pelatihan dan melakukan kerjasama antar stakeholder, pemerintah wilayah
(camat dan desa) berperan sebagai pelindung, menampung, mengelolah, dan
menyalurkan aspirasi masyarakat. masyarakat/petani berperan dalam
pengawasan dan perlindungan kawasan dan penyedia jasa, tokoh
masyarakat berperan sebagai pengambil keputusan ditingkat masyarakat.
mahasiswa berperan sebagai pelaksana penelitian dan pendidikan, dosen
berperan sebagai peneliti, pemberdayaan masyarakat dan tenaga pendidik
dalam melakukan kegiatan praktek lapangan. Dinas terkait seperti
21
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPKH, PSKL, BPTH)
yang berperan sebagai penata dan penyusun rencana pengelolaan hutan,
Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan berperan dalam melakukan
pembinaan dan pengawasan pengelolaan kawasan hutan.
Pengunjungberperan sebagai media untuk promosi dan sumber pendapatan,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berperan sebagai fasilitator dan
mediator, Badan Narkotika Nasional (BNN) berperan sebagai pelaku utama.
4.3 Pemetaan Pemangku kepentingan dalam pengelolaan KHDTK Hutan
Pendidikan Unhas
Pemetaan pemangku kepentingan dalam pengelolaan KHDTK
Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin diklasifikasikan menjadi 2
tingkat yaitu sesuai dengan tingkatan pengaruh dan tingkatan kepentingan
yang dapat dilihat pada tabel 3 dan 4. Dan hasil pemetaan sesuai tingkat
pengaruh dan kepentingan dapat dilihat pada matriks gambar 3.
4.3.1 Tingkat Pengaruh
Tingkat pengaruh pemangku kepentingan dalam pengelolaan
Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin menggunakan lima variabel
yakni kondisi, kepribadian, kompensasi, kelayakan, dan organisasi.
Kemudian di klasifikasikan menurut jumlah skor yang didapatkan dari hasil
analisis stakeholder, dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Tingkat pengaruh pemangku kepentingan dalam pengelolaan Hutan
Pendidikan Universitas Hasanuddin
NoPemangku Kepentingan
(Stakeholders)Skor Total
SkorI II III IV V1 Fakultas Kehutanan / Direktur
HP4 5 5 3 4 21
2 Pemerintah Wilayah(Camat dan Desa)
2 2 1 2 1 8
3 Masyarakat/Petani 3 3 4 3 2 15
4 Mahasiswa 2 2 2 2 3 11
5 Dosen 3 4 5 3 3 18
6 Kementrian Lingkungan Hidupdan Kehutanan – KLHK(BPKH, PSKL, BPTH)
3 3 3 4 3 16
7 Dinas Kehutanan ProvinsiSulawesi Selatan
3 3 3 3 3 15
8 Pengunjung 3 3 3 3 1 13
9 Lembaga Swadaya Masyarakat 1 2 1 2 1 7
22
(LSM)10 Badan Narkotika Nasional
(BNN)3 2 3 3 1 12
11 Tokoh Masyarakat 1 2 1 2 1 7
Keterangan :
I = Kondisi
II = Kepribadian
III = Kompensasi
IV = Kelayakan
V = Organisasi
Berdasarkan tingkat pengaruh dari pemangku kepentingan dalam
pengelolaan hutan pendidikan universitas hasanuddin ada beberapa
indikator yang diperlukan seperti kondisi, kepribadian, kompensasi,
kalayakan, organisasi. Tingkat kepentingan tertinggi berada pada pihak
Fakultas Kehutanan / Direktur HP dan tingkat kepentingan terendah berada
pada pihak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Tokoh Masyarakat.
Berdasarkan panduan wawancara dan hasil skoring (Lampiran 1).
Pihak terkait yang memiliki tingkat pengaruh paling tertinggi
adalah pihak Fakutas Kehutanan/Direktur Hutan Pendidikan dengan jumlah
skor 21 karena memiliki wewenang terbesar dalam penentuan keputusan
yang diambil dalam pengelolaan Hutan Pendidikan, kemudian yang kedua
adalah pihak dosen dengan jumlah skor 18 memiliki pengaruh yang mampu
membantu peningkatan kualitas pengelolaan hutan pendidikan dalam hal
penelitian maupun pembelajaran, pihak selanjutnya adalah Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPKH, PSKL, BPTH) dengan jumlah
skor 16 yang memiliki wewenang dalam penyusunan rencara pengelolaan
hutan. Pihak keempat adalah masyarakat/petani dengan jumlah skor 15 yang
menjadi pihak pertama yang paling dekat dan mengetahui kondisi lapangan
secara langsung, pihak ini sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi
Selatan dengan jumlah skor 15 yang melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap setiap kawasan hutan di sulawesi selatan. Pihak keenam adalah
pengunjung dengan jumlah skor 13 karena menjadi pengaruh yang besar
terhadap sumber pendapatan dan media promosi, pihak selanjutnya adalah
BNN (Badan Narkotika Nasional) yang pada saat ini sementara berada
dilokasi dalam waktu yang cukup lama untuk tahap pasca rehabilitasi. Pihak
23
selanjutnya adalah mahasiswa dengan jumlah skor 11 yang memiliki
pengaruh yang lebih rendah dibandingkan BNN karena penggunaan hutan
pendidikan oleh mahasiswa sampai saat ini belum maksimal. Pihak yang
paling rendah adalah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan Tokoh
Masyarakat, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) memiliki tingkat
pengaruh yang paling rendah karena sampai saat ini belum adanya hal nyata
yang dilakukan oleh pihak LSM dalam pengelolaan Hutan Pendidikan
Unhas. Tokoh masyarakat pun menjadi sangat rendah karena pihak
pengelolaah hutan pendidikan kurang memiliki koordinasi terhadap tokoh
masyarakat di wilayah sekitar hutan pendidikan.
4.3.2 Tingkat Kepentingan
Tingkat kepentingan pemangku kepentingan dalam pengelolaan
Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin menggunakan lima variabel yaitu
manfaat, tingkat ketergantungan, keterlibatan, presentasi program kerja, dan
peran yang klasifikasikan menurut jumlah skor yang didapatkan dari hasil
analisis stakeholder, dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Tingkat kepentingan pemangku kepentingan dalam pengelolaan
Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin
NoPemangku Kepentingan
(Stakeholders)Skor Total
SkorI II III IV V1 Fakultas Kehutanan / Direktur HP 5 4 5 3 5 22
2 Pemerintah Wilayah(Camat dan Desa)
2 2 2 1 2 9
3 Masyarakat/Petani 2 4 2 1 2 11
4 Mahasiswa 3 4 3 4 4 18
5 Dosen 4 4 4 3 4 19
6 Kementrian Lingkungan Hidupdan Kehutanan – KLHK(BPKH, PSKL, BPTH)
3 2 3 2 4 14
7 Dinas Kehutanan ProvinsiSulawesi Selatan
3 2 2 2 3 12
8 Pengunjung 3 2 2 1 2 10
9 Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM)
1 1 1 2 2 7
10 Badan Narkotika Nasional (BNN) 2 3 2 2 2 11
11 Tokoh Masyarakat 2 1 2 1 2 8
24
Ket.
I = Manfaat
II = Tingkat Ketergantungan
III = Keterlibatan
IV = Presentasi Program Kerja
V = Peran
Berdasarkan tingkat kepentingan dari pemangku kepentingan
dalam pengelolaan hutan pendidikan universitas hasanuddin ada beberapa
indikator yang diperlukan seperti manfaat, tingkat ketergantungan,
keterlibatan, presentasi program kerja, dan peran. Tingkat kepentingan
tertinggi berada pada pihak Fakultas Kehutanan / Direktur HP dan tingkat
kepentingan terendah berada pada pihak Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM). Berdasarkan panduan wawancara dan hasil skoring (Lampiran 1).
Pihak terkait yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah
pihak Fakultas Kehutanan/Direktur Hutan Pendidikan dengan jumlah skor
22 memiliki kepentingan tertinggi dalam pengelolaan Hutan Pendidikan.
Pihak selajutnya adalah Dosen dengan jumlah skor 19 dan kepentingan yang
cukup tinggi karena menjadi penunjang penelitian maupun pembelajaran
dilapangan. Selanjutnya adalah pihak Mahasiswa dengan jumlah skor 18
yang memiliki kepentingan yang tinggi untuk melakukan praktek lapang
maupun penelitian. Pihak selanjutnya adalah Kementrian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (BPKH, PSKL, BPTH) dengan jumlah skor 14 yang
memiliki kepentingan dalam penunjang kualitas pengelolaan kawasan
hutan, selanjutnya adalah Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan
dengan jumlah skor 12 yang memiliki kepentingan dalam pengelolaan
kawasan hutan. Pihak selanjutnya adalah pihak Masyarakat/Petani yang
berada dilokasi dan mengetahui secara pasti kondisi lapangan dan BNN
(Badan Narkotika Nasional) yang pada saat ini berada dilokasi dalam waktu
yang cukup lama. Pihak selanjutnya adalah Pengunjung dengan jumlah skor
10 memiliki kepentingan seperti penelitian bahkan untuk berjalan-jalan.
Kemudian pihak selanjutnya adalah Pemerintah Wilayah dengan jumlah
skor 9 yang memiliki kepentingan yang rendah karena pihak pengelolah
hutan pendidikan kurang berkoordinasi dengan pihak pemerintah wilayah
seperti camat maupun desa. Selanjutnya adalah tokoh masyarakat dengan
jumlah skor 8 yang memiliki kepentingan yang rendah karena sampai saat
ini pihak pngelolah
tokoh masyarakat, yang paling rendah adalah pihak Lembaga swadaya
masyarakat dengan jumlah skor 7 karena sampai saat ini belum memilki
kepentingan yang terlihat nyata selama penelitian ini berlangsung.
4.3.3 Matriks Pemetaan
Hutan Pendidikan Unh
Matriks
Hutan Pendidikan Un
tingkat pengaruh dan kepentingan yang
kategori yaitu subyek (
(crownd), dan pendukung (
Gambar 3. Matriks Pemetaan
jumlah skor 8 yang memiliki kepentingan yang rendah karena sampai saat
ini pihak pngelolah hutan pendidikan sangat kurang berkoordinasi dengan
tokoh masyarakat, yang paling rendah adalah pihak Lembaga swadaya
masyarakat dengan jumlah skor 7 karena sampai saat ini belum memilki
kepentingan yang terlihat nyata selama penelitian ini berlangsung.
emetaan Pemangku kepentingan dalam pengelolaan KHDTK
Hutan Pendidikan Unhas
Matriks Pemetaan Pemangku kepentingan dalam pengelolaan
Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin diklasifikasikan berdasarkan
tingkat pengaruh dan kepentingan yang kemudian dibagi menjadi empat
kategori yaitu subyek (subject), pemain kunci (key players
), dan pendukung (content setters).
. Matriks Pemetaan Pemangku kepentingan dalam pengelolaanKHDTK Hutan Pendidikan Unhas
25
jumlah skor 8 yang memiliki kepentingan yang rendah karena sampai saat
hutan pendidikan sangat kurang berkoordinasi dengan
tokoh masyarakat, yang paling rendah adalah pihak Lembaga swadaya
masyarakat dengan jumlah skor 7 karena sampai saat ini belum memilki
kepentingan yang terlihat nyata selama penelitian ini berlangsung.
Pemangku kepentingan dalam pengelolaan KHDTK
Pemangku kepentingan dalam pengelolaan
iversitas Hasanuddin diklasifikasikan berdasarkan
kemudian dibagi menjadi empat
players), pengikut lain
Pemangku kepentingan dalam pengelolaan
26
Ket. A = Subyek (Subject)
B = Pemain Kunci (Key Players)
C = Pengikut Lain (Crowd)
D = Pendukung (Contest setters)
(1) Fakultas Kehutanan / Direktur HP, (2) Pemerintah Wilayah, (3)
Masyarakat/Petani, (4) Mahasiswa, (5) Dosen, (6) Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan – KLHK (BPKH, PSKL, BPTH), (7) Dinas
Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan, (8) Pengunjung, (9) Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM),(10) Badan Narkotika Nasional (BNN), (11)
Tokoh Masyarakat
4.3.3.1Subyek (Subject)
Stakeholderdengan tingkat kepentingan (interest) yang tinggi tetapi
memiliki pengaruh (influence) yang rendah diklasifikasikan sebagai
Subyek (Subjects). Dalam pengelolaan Hutan Pendidikan Universitas
Hasanuddin yang termasuk dalam kategori subyek adalah Mahasiswa,
stakeholders ini memiliki kapasitas yang rendah dalam pencapaian
tujuan, akan tetapi dapat menjadi berpengaruh dengan membentuk aliansi
dengan Stakeholders lainnya. Stakeholderini sering bisa sangat
membantu sehingga hubungan dengan Stakeholdersini harus tetap dijaga
dengan baik. Interval skoring pada kategori subyek ini adalah antara nilai
kepentingan 12,5-25 dan nilai pengaruh 0-12,5.
4.3.3.2 Pemain kunci (Key Players)
Stakeholdersdengan tingkat kepentingan (interest) dan pengaruh
(influence) yang tinggi diklasifikasikan sebagai Pemain Kunci
(KeyPlayers). Dalam pengelolaan Hutan Pendidikan Universitas
Hasanuddin yang termasuk dalam kategori pemain kunci adalah Fakultas
Kehutanan / Direktur HP, Dosen, Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan – KLHK (BPKH, PSKL, BPTH), stakeholdersini harus lebih
aktif dilibatkan secara penuh termasuk dalam mengevaluasi strategi baru.
Interval skoring pada kategori pemain kunci ini adalah antara nilai
kepentingan dan nilai pengaruh 12,5-25.
27
4.3.3.3 Pengikut Lain (Crowd)
Stakeholdersdengan tingkat kepentingan (interest) dan pengaruh
(influence) yang rendah diklasifikasikan sebagai Pengikut Lain(Crowd).
Dalam pengelolaan Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin yang
termasuk dalam kategori pengikut lain adalah Badan Narkotika Nasional
(BNN), Pemerintah Wilayah, Tokoh Masyarakat, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) diperlukan sedikit pertimbangan untuk melibatkan
stakeholdersini lebih jauh karena kepentingan dan pengaruh yang
dimiliki biasanya berubah seiring berjalannya waktu. Stakeholdersini
harus tetap dimonitor dan dijalin komunikasi dengan baik. Interval
skoring pada kategori pengikut lain ini adalah antara nilai kepentingan
dan nilai pengaruh 0-12,5.
4.3.3.4Pendukung (Contest setters)
Stakeholdersdengan tingkat kepentingan (interest) yang rendah
tetapi memiliki pengaruh (influence) yang tinggi diklasifikasikan sebagai
Pendukung (Contest setters). Dalam pengelolaan Hutan Pendidikan
Universitas Hasanuddin yang termasuk dalam kategori pendukung adalah
Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan, Pengunjung, Masyarakat / Petani.
Stakeholdersini dapat mendatangkan resiko sehingga keberadaannya
perlu dipantau dan dikelola dengan baik. Stakeholdersini dapat berubah
menjadi key palyers karena suatu peristiwa. Hubungan baik dengan
Stakeholder ini terus dibina. Untuk itu segala informasi yang dibutuhkan
harus tetap diberikan sehingga mereka dapat terus berperan aktif dalam
pencapaian tujuan. Interval skoring pada kategori pendukung ini adalah
antara nilai kepentingan 0-12,5 dan nilai pengaruh 12,5-25.
Berdasarkan pengaruh (influence) dan kepentingan (interest) pemangku
kepentingan di petakan dalam empat kategori yang di kelompokkan seperti
berikut (1) Subject : Mahasiswa, (2) Key Players : Fakultas Kehutanan / Direktur
HP, Dosen,Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan – KLHK (BPKH,
PSKL, BPTH), (3) Crowd : Badan Narkotika Nasional (BNN),Pemerintah
28
Wilayah, Tokoh Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), (4) Contest
setters : Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan, Pengunjung, Masyarakat / Petani.
29
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemangku kepentingan dalam pengelolaan hutan pendidikan universitas
hasanuddin ada 11 pihak diantaranya adalah Fakultas Kehutanan /
Direktur HP, Pemerintah Wilayah, Masyarakat/petani, Mahasiswa, Dosen,
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan – KLHK (BPKH, PSKL,
BPTH), Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan, Pengunjung,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Badan Narkotika Nasional (BNN)
dan Tokoh Masyarakat
2. Peran pihak terkait dalam pengelolaan hutan pendidikan berbeda-beda
sesuai dengan kategori pemangku kepentingan yang dikategorikan
menjadi 7 kategori diantaranya adalah Lembaga Pendidikan, Instansi
Pemerintah, Masyarakat, Perseorangan, Lembaga Masyarakat, Lembaga
Hukum, Kelompok Masyarakat.
3. Berdasarkan pengaruh (influence) dan kepentingan (interest) pemangku
kepentingan di petakan dalam empat kategori yang di kelompokkan seperti
berikut (1) Subject : Mahasiswa, (2) Pemain Kunci (Key Players) :
Fakultas Kehutanan / Direktur HP, Dosen, ) Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan – KLHK (BPKH, PSKL, BPTH), (3) Crowd :
Badan Narkotika Nasional (BNN),Pemerintah Wilayah, Tokoh
Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), (4) Contest setters :
Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan, Pengunjung, Masyarakat / Petani.
Kategori yang paling menunjang dalam pengelolaan hutan pendidikan
adalah pihak Pemain Kunci (Key Players).
5.2 Saran
Saran dari peneliti adalah agar ada yang dapat ditindaklanjuti agar pihak
terkait benar-benar memperhatikan fungsi pokok berbagai pemangku kepentingan
untuk meningkatkan kualitas hutan pendidikan yang lebih baik kedepan. Perlu
adanya kegiatan yang dilakukan pihak pengelolah hutan pendidikan agar lebih
terkoordinasi dengan pemerintah wilayah dan memberikan peraturan yang
mengikat agar penggunaan hutan pendidikan jauh lebih terkoordinir dengan baik
30
kedepan. Selain itu, perlu diadakannya program kerjasama yang dapat
mensinergikan peran, pengaruh, dan kepentingan setiap stakeholder.
31
DAFTAR PUSTAKA
Barnett, Michael & Duvall, Raymond, 2005. “Influence in Internatonal Politics”International Organizations, Vol. 59, No.1
Basuki Sulistyo. 2006. Metode Penelitian. Jakarta:Wedatama Widya Sastra danFakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
BPKH, 2017. Surat Keputusan Penetapan Kawasan Hutan : Balai PemantapanKawasan Hutan (BPKH).
BPPKS, 2006. Rencana Pengelolaan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus(KHDTK). Departemen Kehutanan. Badan Penelitian danPengembangan Kehutanan. Makassar : Balai Penelitian danPengembangan Kehutanan Sulawesi (BPPKS).
Bracke, M.B.M., De Greef, K.H. and Hopster, H. 2005. Qualitative StakeholderAnalysis For The Development of Sustainable Monitoring Systems ForFarm Animal Welfare. Journal of Agricultural and EnvironmentalEthics, 18, 27-56.
Castells, M. 2013. Communication Influence. OUP Oxford.
Daniel, Moehar.2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara.
De Mesquita, Bruce Bueno. 2003. Principles of International Politics, People’sInfluence, Preferences, and Perceptions. 2nd ed., CQ Press.
Departemen Kehutanan. 2006. Rencana Pembangunan Jangka PanjangKehutanan Tahun 2006 2025. Editor: Soehartono, T., C.Mangkudisastra, Nifinluri, A. Nurhayat,S. Ramadhan, A. Djajono, U.D.Kusumah, E. Caesariantika, D. Febriani, P. Susan.Pusat Rencana danStatistik Kehutaan Badan Planologi Kehutanan, Jakarta.
Devkota R.R.2010. Interest and influence as drivers of community forestry a casestudy of nepal. Gottingen, German : Universitat Gottingen.
Dugis, Vinsensio dan Puspitasari, Irfa. 2015. National Influence. Materidisampaikan pada mata kuliah Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, 5 Oktober2015.
Fakultas Kehutanan, Unhas, 2015. Profil Hutan Pendidikan UniversitasHasanuddin. Laporan.
Firth, R.2013. Elements Of Social Organisation. Routledge.
32
Friedman, A.L. and Miles, S. (2006). Stakeholders. Theory and Practice. OxfordUK: OXFORD University Press.
Iqbal, M. 2007. Analisis Peran Pemangku Kepentingan dan ImplementasinyaDalam Pembangunan Pertanian. Jurnal Litbang Pertanian, 26 (3), 89-99.
Kurniasih, P., & Sudarmalik. 2013. Kajian Aspek Legalitas dan Sosial EkonomiMasyarakat Desa di Tepi Kawasan KHDTK Kepau Jaya dalam ProsesPengelolaan KHDTK Kepau Jaya. Kementerian Kehutanan BadanPenelitian dan Pengembangan Kehutanan Balai Penelitian TeknologiSerat Tanaman Hutan. Riau.
Kusumedi, P dan Bisjoe, A.R.H. (2010). Analisis Stakeholder dan KebijakanPembangunan KPH Model Maros di Propinsi Sulawesi Selatan.JurnalAnalisis Kebijakan Kehutanan, 7(3), 179-193.
Mushove, P. and Vogel, C. 2005. Heads or Tails? Stakeholder Analysis as a Toolfor Conservation Area Management. Global Environmental Change,15, 184-198.
Nielsen, J.R., dan Mathiesen, C. 2006. Stakeholder Preferences for DanishFisheries Management of Sand Eel and Norway Pout. FisheriesResearch, 77, 92-101.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan, 2010.Jakarta.
Rastogi, A., Badola, R., Hussain, S. A., and Hickey, G. M. (2010). Assessing theUtility of Stakeholder Analysis to Protected Areas Management: TheCase of Corbett National Park, India. BiologicalConservation 143,2956–2964.
Reed, M.S, Graves, A., Dandy, N., Posthumus, H., Hubacek, K., Morris, J., Prell,C., Quinn, C.H., and Stringer, L.C. (2009). Who’s In And Why? ATypology Of Stakeholder Analysis Methods For Natural ResourceManagement. Journal of EnvironmentalManagement, 90, 1933–1949.
Reed, M.S. 2008. Stakeholder Participation for Environmental Management : ALiterature Review, Biological Conservation, 141, 2417-2431.
Wakka, K.A. 2013. Masyarakat dan Taman Nasional : Akomodasi KepentinganMasyarakat dalam Pengelolaan Taman Nasional BantimurungBulusaraung. Desertasi. Fakultas Kehutanan Program Pascasarjana.Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
33
Lampiran 1. Panduan wawancara lembaga/instansi/kelompok
Tanggal :
Nama Lembaga/Instansi/Kelompok :
Narasumber/Jabatan :
A. Kepentingan
1. Bagaimanakah bentuk keterlibatan lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/
Saudara dalam pengelolaan pengelolaan Hutan Pendidikan Unhas di Kab.
Maros?
2. Manfaat apa sajakah yang diperoleh lembaga/instansi/kelompok Bapak/
Ibu/Saudara dari Hutan Pendidikan Unhas di Kab. Maros?
3. Bagaimanakah bentuk kewenangan lembaga/instansi/kelompok Bapak/
Ibu/Saudara dalam pengelolaan Hutan Pendidikan Unhas di Kab. Maros?
4. Apa sajakah program kerja lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara
yang terkait pengelolaan Hutan Pendidikan Unhas di Kab. Maros? Berapa
persenkah program kerja tersebut dalam Tupoksi lembaga/instansi/ kelompok
Bapak/Ibu/Saudara?
1. 5.Bagaimanakah tingkat ketergantungan lembaga/instansi/kelompok
Bapak/Ibu/Saudara berdasarkan sumber pendapatan yang diperoleh dari
pengelolaan Hutan Pendidikan Unhas di Kab. Maros? Berapa persenkah
hasil yang diperoleh lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara?
B. Pengaruh
1. Apakah lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara memberikan
pengaruh terhadap lembaga/kelompok lain pengelolaan Hutan Pendidikan
Unhas di Kab. Maros? Lembaga/kelompok mana sajakah yang dipengaruhi?
Bagaimana cara lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/ Saudara
mempengaruhi sesuai dengan kondisi lembaga/instansi/ kelompok tersebut?
2. Apakah lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara memberikan sanksi
untuk mempengaruhi lembaga/kelompok lain dalam pengelolaan Hutan
Pendidikan Unhas di Kab. Maros? Bentuk sanksi apa yang diberlakukan dan
kapankah sanksi tersebut diberikan kepada lembaga/kelompok lain?
34
3. Apakah lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara memberikan bantuan
kepada pihak lain terkait dengan pengelolaan Hutan Pendidikan Unhas di
Kab. Maros? Apa sajakah bentuk bantuan tersebut?
4. Apakah terdapat kekuatan kepribadian di dalam lembaga/instansi/ kelompok
Bapak/Ibu/Saudara? Darimanakah kekuatan kepribadian tersebut?
5. Bagaimana kekuatan organisasi dari lembaga/instansi/kelompok Bapak/
Ibu/Saudara dalam pengelolaan Hutan Pendidikan Unhas di Kab. Maros?
Seberapa besarkah kekuatan anggaran dana yang dialokasikan untuk
pengelolaan Hutan Pendidikan Unhas di Kab. Maros? Berapakah jumlah
SDM yang dimiliki oleh lembaga/instansi/kelompok Bapak/Ibu/Saudara dan
bagaimanakah klasifikasi pendidikan SDM tersebut? Bagaimanakah cakupan
jejaring kerja yang dilakukan lembaga/instansi/kelompok Bapak/
Ibu/Saudara?
35
Lampiran 2. Kriteria Penilaian tingkat Kepentingan stakeholder dalam pengelolaan Hutan Pendidikan Unhas
No Unsur Sub Unsur
Penilaian
Ada
≤4
Ada
3
Ada
2
Ada
1
Tdk
ada
1 Keterlibatan stakeholder dalamPengelolaan Hutan Pendidikan Unhas
a. Perencanaanb. Pengorganisasianc. Pelaksanaand. Pengawasane. Evaluasi
5 4 3 2 1
2 Manfaat pengelolaan Hutan Pendidikan a. Sumber penerimaanb. Menciptakan lapangan kerjac. Membuka aksesd. Promosi daerahe. Mendorong pembangunan
5 4 3 2 1
3 Kewenangan stakeholder dalampengelolaan Hutan Pendidikan
a. Perlindungan dan pengamananb. Pembangunan sarana dan prasaranac. Memberikan layanan perijinand. Pemberdayaan masyarakate. Penyediaan data dan informasi
5 4 3 2 1
4 Program kerja stakeholder terkait HutanPendidikan
a. >20% dalam tupoksib. 16-20% dalam tupoksic. 11-15% dalam tupoksid. 6-10% dalam tupoksie. <5% dalam tupoksi
≥20%16-20%
11-15%
6-10% ≤5%
5 4 3 2 1
36
5 Tingkat ketergantungan stakeholderdalam pengelolaan Hutan Pendidikan
a. 81-100%b. 61-80%c. 41-60%d. 21-40%e. <21%
81-100%
61-80%
41-60%
21-40%<≤21
%
5 4 3 2 1
37
Lampiran 3. Kriteria Penilaian tingkat Pengaruhstakeholder dalam pengelolaan Hutan Pendidikan Unhas
No Unsur Sub Unsur
Penilaian
Ada
≤4
Ada
3
Ada
2
Ada
1
Tdk
ada
1 Kondisi kekuatan stakeholder dalampengelolaan Hutan Pendidikan
a. Opini/pendapatb. Kebudayaanc. Pendidikand. Promosi/iklane. Aturan/pengawasan
5 4 3 2 1
2 Kondisi Kelayakan stakeholder dalampengelolaan Hutan Pendidikan
a. Sanksi administrasib. Sanksi finansialc. Sanksi hukumd. Sanksi morale. Sanksi lainnya
5 4 3 2 1
3 Kekuatan kompensasi stekholder dalampengelolaan Hutan Pendidikan
a. Pemberian gaji/upahb. Pemberian sebidang lahanc. Pemberian bantuan/kegiatand. Pemberian awarde. Lainnya
5 4 3 2 1
4 Kekuatan kepribadian stakeholder terkaitpengelolaan Hutan Pendidikan
a. Karisma sesorangb. Kekuatan fisikc. Kecerdasan mentald. Kekayaane. Lainnya
5 4 3 2 1
38
5 Kekuatan organisasi dari stakeholder dalampengelolaan Hutan Pendidikan
a. Kekuatan anggaran(>30%)b. Kekuatan SDMc. Kesesuaian bidang fungsid. Kemampuanmenjalin
kerjasama/jejaring kerjae. Pemberian perijinan
5 4 3 2 1
39
Lampiran 4. Data Responden
NoPemangku Kepentingan
(Stakeholders)
1 Fakultas Kehutanan / Direktur HP
2 Pemerintah Wilayah (Camat dan Desa)
3 Masyarakat/Petani
4 Mahasiswa
5 Dosen
6 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan – KLHK (BPKH,
PSKL, BPTH)
7 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan
8 Pengunjung
9 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
10 Badan Narkotika Nasional (BNN)
11 Tokoh Masyarakat
40
Lampiran 5. Rincian Responden
No Pemangku Kepentingan(Stakeholders)
Rincian
1 Fakultas Kehutanan / Direktur HP Pengelola Hutan Pendidikan(Direktur, Pengelola diLapangan)
2 Pemerintah Wilayah (Camat dan Desa) - Sekretaris Camat Cenrana- Kepala Desa
3 Masyarakat/Petani - Masyarakat sekitar hutan- Petani di sekitar hutan
4 Mahasiswa - Mahasiswa FakultasKehutanan
5 Dosen - Dosen Fakultas Kehutanan
6 Kementrian Lingkungan Hidup danKehutanan – KLHK (BPKH, PSKL, BPTH)
- Balai Pemantapan KawasanHutan
- Perhutanan Sosial danKemitraan Lingkungan
- Balai Perbenihan TanamanHutan
7 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan Dinas Kehutanan Prov.Sul-Sel
8 Pengunjung Mahasiswa dari Australia
9 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) LSM dari Luar Negeri
10 Badan Narkotika Nasional (BNN) BNN
11 Tokoh Masyarakat TM Sekitar Hutan Pendidikan
41
LAMPIRAN
Lampiran 6. Wawancara dengan Bapak Sekretaris Camat Cenrana
Lampiran 7. Wawancara dengan Bapak Kepala Desa Limapocoe
42
Lampiran 8.Wawancara dengan pihak pengelola Hutan Pendidikan Unhas
Lampiran 9.Wawancara dengan Masyarakat/Petani sekitar Hutan
Pendidikan
43
Lampiran 10. Wawancara dengan Pihak BPKH
Lampiran 11. Wawancara dengan pihak BPTH
44
Lampiran 12. Peta Hutan Pendidikan Unhas