Upload
buikhanh
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS SPASIAL WARUNG INTERNET (WARNET)
KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA
TAHUN 2008
SKRIPSI
Oleh:
MS Khabibur Rahman
K5404045
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ANALISIS SPASIAL WARUNG INTERNET (WARNET)
KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA
TAHUN 2008
Disusun Oleh :
MS Khabibur Rahman
NIM K5404045
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji
skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Inna Prihartini, M.S Rahning Utomowati, S.Si
NIP 131 281 871 NIP 132 231 675
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi,
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si 1...........................
Sekretaris : Drs. Wakino, M.S 2.............................
Anggota I : Dra. Inna Prihartini, M.S 3............................
Anggota II : Rahning Utomowati, S.Si 4..............................
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP 131 658 563
ABSTRAK
MS Khabibur Rahman, ANALISIS SPASIAL WARUNG INTERNET
(WARNET) KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2008.
Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta, Mei 2009.
Tujuan penelitian ini adalah : (1),(2),(3) mengetahui persebaran spasial,
pola persebaran, dan jangkauan pasar warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Tahun 2008, (4) Mengetahui karakteristik pengguna warnet di Kecamatan Jebres
Kota Surakarta Tahun 2008.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode
deskriptif. Penelitian ini bersifat penelitian populasi dengan jumlah warnet
sebanyak 31 warnet. Teknik sampling yang digunakan untuk memperoleh data
karakteristik pengguna warnet adalah purposive sampling, dengan sampel
sebanyak 26 pengguna warnet. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
dokumentasi berupa data pengguna warnet, observasi yang berupa kunjungan
langsung ke warnet, wawancara dan kuesioner yang berupa angket. Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis peta, teknik analisis parameter tetangga
terdekat dan analisis tabel silang.
Hasil penelitian ini adalah : (1) Persebaran warnet di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta tahun 2008 mayoritas berada di Kelurahan Jebres sebanyak 24 warnet
atau 77,4% dari total warnet yang ada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
Persebaran warnet mayoritas terdapat di lingkungan pendidikan seperti UNS dan
ISI. Persebaran warnet berdasarkan ISP-nya paling banyak adalah menggunakan
speedy yaitu 70,9% atau sebanyak 22 warnet. Berdasarkan jumlah komputernya
mayoritas adalah warnet dengan kelas komputer sedikit yaitu 64,5% atau
berjumlah 20 warnet. (2) Pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres adalah
mengelompok dengan nilai T = 0,154. Warnet di Kecamatan Jebres mengelompok
di sekitar Kampus UNS dan ISI. (3) Jangkauan pasar warnet yang ada di
Kecamatan Jebres rata-rata mencapai 1000m. (4) Karakteristik pengguna warnet
mayoritas adalah tamatan SLTA dengan jumlah 80,8% (21 orang), tamat SLTP
3,8% (1 orang) dan sisanya atau 15,4% ( 4 orang) adalah lulusan perguruan tinggi.
Umur pengguna warnet paling banyak adalah 16-20 tahun yaitu 65,4% (17 orang),
21-25 tahun 30,8% (8 orang), 26-30 tahun 3,8% (1 orang). Jenis kelamin
pengguna warnet relatif berimbang antara laki-laki dan perempuan, yaitu 46,2%
pengguna (12 orang) adalah laki-laki dan 53,8% pengguna (14 orang) adalah
perempuan.
Kesimpulan penelitian ini adalah : (1) persebaran warnet di Kecamatan
Jebres Kota Surakarta tahun 2008 paling banyak terdapat di Kelurahan Jabres. (2)
pola persebaran warnet adalah mengelompok. (3) jangkauan pasar warnet sejauh
1.000 meter. (4) karakteristik pengguna warnet mayoritas tamatan SLTA dengan
usia 16-20 tahun dengan jenis kelamin berimbang antara laki-laki dan perempuan.
ABSTRACT
MS Khabibur Rahman, Spatial Analysis of Warung Internet (Warnet)
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008. A thesis, Surakarta : Teacher
Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, May 2009.
The aims of the research are : (1),(2),(3) to know spatial distribution, pattern
distribution and the market reach of warnet in Jebres top district Surakarta city
2008. (4) to know the characteristic of warnet user in Kecamatan Jebres Surakarta
City 2008.
Based on the aims of the research, this research used descriptive methode. This
research is charactered population research with total population of warnet is 31.
The sampling technique used by the researcher is porposive sampling, which took
26 warnet users as the sample. The technique of data collecting are documentation
like data of warnet user, observation with visited to warnet, interview and
questionnaire like poll. The technique of data analysis are map analysis, nearest
neighbour analysis and crossed-table analysis.
The result of the research are as follows : (1) spatial distribution of warnet in
Jebres top district Surakarta City 2008 are majority located in Jebres district, that
is 24 warnet or 77,4% from the total amount of warnet which are exist in
Kecamatan Jebres. The distribution of warnet are majority located in educational
environment, such as UNS and ISI. The distribution of warnet based on ISP,
mostly used speedy, that is 70,9% or 22 warnet. Based on the amount of
computer, the warnet are majority have small numbers of computer, that is 64,5%
or 20 warnet. (2) The distribution pattern of warnet in Jebres top district is
grouped, which the value of T = 0,154. The warnet in Jebres top district group
around UNS and ISI. (3) the market reach of warnet in Jebres attained about 1000
m far in average.. (4) The characteristic of warnet users are majority graduate
from senior high school, that is 21 people or about 80,8%, graduated from junior
high school, that is 1 people or about 3,8% and the rest are graduated from
university, that is 4 people or about 15,4%. The age of the users are mostly in 16-
20 years of age, that is 65,4% (17 people), 21-25 years of age, that is 30,8% (8
people), and 1 people or about 3,8 % is in the age of 26-30 years old. The
sex/gender of warnet users are almost equal betwen male and female, that is
46,2% users or 12 people are male and 53,8% users or 14 people are male.
Conclusion of this research is: (1) spatial distribution of warnet in Jebres top
district Surakarta city 2008 majority located in Jebres district. (2) distribution
pattern of warnet is grouped. (3) market reach of warnet average 1.000 metres.
(4) the characteristic of warnet users are majority graduated from senior high
school with the age 16-20 years with equalize gender betwen man and woman.
MOTTO
Lihatlah apa yang disampaikan, jangan melihat siapa yang menyampaikan
( Anonim ).
Allah memberikan apa yang terbaik buat kita, bukan yang kita inginkan.
( Penulis )
“... dan apabila dikatakan : “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
(QS. Al Mujaadilah :11)
PERSEMBAHAN :
Karya ini dipersembahkan,
Kepada :
1. Umi dan Ayah ( yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi serta semangat )
2. Mas Arif dan Dik Lukman
3. Seseorang yang diciptakan dari tulang rusuk sebelah kiriku
4. Almamaterku
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan dengan lancar.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
maka dalam kesempatan ini diucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan ijin penelitian.
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan
ijin penelitian.
4. Ibu Dra. Inna Prihartini, M.S selaku Pembimbing I yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan.
5. Ibu Rahning Utomowati, S.Si, selaku Pembimbing II yang dengan sabar
membimbing dan memberikan motivasi serta mengarahkan pemikiran
penulis.
6. Bapak Drs. Ahmad, M.Si selaku Pembimbing Akademis yang telah
memotivasi dan membimbing penulis dari awal kuliah hingga selesai.
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan
ilmu selama menempuh studi.
8. Bapak Camat Kecamatan Jebres yang telah memberikan izin penelitian
dan data yang diperlukan.
9. Para pengusaha warnet dan pengguna warnet yang telah meluangkan
waktunya untuk diwawancarai.
10. Sukma Agung (sahabat terbaikku sekaligus teman berbagi), Dik Tri
Wijayanti (thank’s for all), Sholeh + Tina, Alinda, Fajar, Eka, (teman-
teman seperjuanganku), Budi, Gunawan, Dwex, Joko, Edy (teman-teman
kostku), crew geoholic ’03 dan ’04, teman-teman geografi 2004 yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, semoga persahabatan kita dapat terus
terjalin.
Menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skrpsi ini, maka
dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dan penyempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Surakarta, Mei 2009
Penulis
MS KHABIBUR RAHMAN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................ ................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ...,................................................................................ v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiv
DAFTAR PETA ................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1
B. PERUMUSAN MASALAH ................................................................ 5
C. TUJUAN PENELITIAN ..................................................................... 5
D. MANFAAT PENELITIAN ................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7
A. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
1. Pengertian Peta dan Pemetaan ........................................... 7
2. Konsep Pemetaan .............................................................. 11
3. Pengertian Data ................................................................. 21
4. Analisis Keruangan ........................................................... 23
5. Internet dan Warnet .......................................................... 25
6. Faktor-faktor Penentu Pendirian Warnet ......................... 27
7. Jangkauan Pasar Terhadap Warnet .................................. 28
8. Karakteristik Pengguna Warnet ....................................... 28
B. PENELITIAN YANG RELEVAN .............................................. 31
C. KERANGKA BERFIKIR ... ......................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 42
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 42
B. Metode Penelitian .......................................................................... 44
C. Sumber Data .................................................................................. 44
D. Populasi dan Sampel ...................................................................... 45
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 46
F. Teknik Analisis Data .................................................................... 48
G. Prosedur Penelitian ....................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 52
A. Deskripsi Daerah Penelitian .......................................................... 52
1. Letak, Luas dan Batas ............................................................ 52
a. Letak ................................................................................. 52
b. Luas .................................................................................. 52
c. Batas ................................................................................ 53
d. Penggunaan Lahan .......................................................... 55
2. Keadaan Penduduk .............................................................. 57
a. Jumlah dan Persebaran Penduduk .................................. 57
b. Kepadatan Penduduk ...................................................... 58
c. Komposisi Penduduk ...................................................... 59
B. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................... 64
1. Persebaran Warnet di Kecamatan Jebres............................. 64
a. Persebaran Warnet Berdasarkan ISP .............................. 69
b. Persebaran Warnet Berdasarkan Jumlahnya .................. 71
2. Pola Persebaran Warnet Kecamatan Jebres ....................... 76
3. Jangkauan Pasar Warnet ..................................................... 81
4. Karakteristik Pengunjung Warnet ...................................... 85
a. Tingkat Pendidikan ........................................................ 85
b. Umur .............................................................................. 87
c. Jenis Kelamin ................................................................. 90
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 91
A. Kesimpulan ............................................................................ 91
B. Implikasi ................................................................................ 92
C. Saran ...................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 94
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
1. Hubungan Antara Persepsi dan Variabel Visual ..................................... 17
2. Bentuk Simbol Dalam Variabel Visual.................................................... 17
3. Ukuran Simbol Dalam Variabel Visual .................................................. 18
4. Arah Sumbu Dalam Variabel Visual ...................................................... 18
5. Terang Gelapnya Simbol Dalam Variabel Visual .................................. 18
6. Ukuran Yang Berbeda Dari Value Dalam Variabel Visual ................... 19
7. Variasi Warna Dalam Variabel Visual ................................................... 19
8. Penelitian Yang Relevan ........................................................................ 35
9. Waktu Perencanaan Penelitian ............................................................... 43
10. Data dan Jenis Data Serta Sumber Data ................................................. 45
11. Luas Kelurahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ........... 52
12. Penggunaanlahan Kecamatan Jebres ...................................................... 55
13. Jumlah dan Penyebaran Penduduk di Kecamatan Jebres Tahun 2008... 57
14. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk ............................................. 58
15. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Jebres .......................................... 59
16. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan
Jebres Tahun 2007 .................................................................................. 60
17. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Jebres Tahun
2007 ........................................................................................................ 61
18. Rasio Jenis Kelamin Penduduk di Kecamatan Jebres Tahun 2007 ........ 62
19. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Jebres Tahun 2007 .................................................................................. 64
20. Persebaran Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 .. 65
21. Persebaran Warnet per Kelurahan di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta Tahun 2008 ............................................................................. 67
22. Persebaran Warnet berdasarkan ISP di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta Tahun 2008 ............................................................................ 69
23. Jumlah Komputer Masing-masing Warnet di Kecamatan Jebres
Kota Surakarta Tahun 2008..................................................................... 71
24. Jumlah Komputer di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
2008 ......................................................................................................... 73
25. Kelas Warnet Berdasarkan Jumlah komputer di Kecamatan Jebres
Kota Surakarta Tahun 2008 .................................................................... 74
26. Jarak Terdekat Antar Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Tahun 2008............................................................................................. 79
27. Jarak Tempat Tinggal Pengguna Warnet ke Warnet di Kecamatan
Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ......................................................... 82
28. Alasan Responden Menggunakan Warnet di Kecamatan Jebres
Kota Surakarta Tahun 2008.................................................................... 83
29. Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ................................. 86
30. Hubungan Tingkat Pendidikan Pengguna Warnet Dengan Pekerjaan
di Kecamatan Jenres Kota Surakarta Tahun 2008 ................................. 86
31. Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Kelompok Umur
Produktif di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008................ 88
32. Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Kelompok Umur di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 .................................... 88
33. Waktu Rata-rata Pengguna Warnet Menggunakan Warnet di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 .................................... 89
34. Alasan Pengguna Warnet Mengunjungi Warnet di Kecamatan Jebres
Kota Surakarta Tahun 2008 ................................................................... 89
35. Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Jenis Kelamin di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ................................... 90
DAFTAR PETA
No Halaman
Peta 1 Administrasi Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ............ 54
Peta 2 Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008... 56
Peta 3 Persebaran Warnet Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008... 68
Peta 4 Persebaran Warnet Berdasarkan ISP Kecamatan Jebres Kota
Surakarta Tahun 2008 ....................................................................... 70
Peta 5 Persebaran Warnet Berdasarkan Jumlah Komputer Kecamatan Jebres
Kota Surakarta Tahun 2008 ................................................................ 75
Peta 6 Pola Persebaran Warnet Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
2008 Skala 1:25000............................................................................... 77
Peta 7 Pola Persebaran Warnet Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
2008 Skala 1:3000................................................................................. 78
Peta 8 Jangkauan Pasar Warnet Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
2008 ...................................................................................................... 84
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
1. Proses Kartografi .................................................................................. 10
2. Desain Tata Letak Peta ......................................................................... 20
3. Diagram Alir Penelitian ........................................................................ 41
DAFTAR LAMPIRAN
1. Warnet yang menempati lokasi di Jalan Surya, Jebres, Jebres, Surakarta
2. Warnet yang menempati lokasi di Mojosongo, Jebres, Surakarta
3. Warnet yang menempati lokasi di Jalan Urip Sumoharjo, Jebres,
4. Warnet yang menempati lokasi di Jalan Ir. Juanda, Jebres, Surakarta
5. Warnet yang menempati lokasi di Jalan Ir Sutami, Jebres, Jebres, Surakarta
6. Daftar Pertanyaan Responden
7. Tabulasi Hasil Kuesioner Karakteristik Pengguna Warnet
8. Perijinan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Analisis spasial atau sering disebut juga analisis keruangan pada
hakekatnya merupakan analisis lokasi yang menitik-beratkan kepada tiga unsur
geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement).
(Bintarto dan Hadisumarno; 1991 : 74). Penerapan analisis spasial ini tidak hanya
diterapkan pada pola permukiman saja, tetapi disetiap obyek ataupun fenomena
dapat diterapkan analisis keruangan. Salah satu terapan analisis spasial adalah
analisis dalam sektor industri yang sedang berkembang yaitu analisis spasial
warung internet (warnet).
Analisis spasial warung internet perlu dilakukan karena kebutuhan
masyarakat yang terus meningkat, manusia mempunyai bermacam-macam
kebutuhan baik yang bersifat jasmani maupun yang bersifat rohani. Seiring
dengan berjalannya waktu, pertumbuhan ekonomi di Indonesia semakin pesat
yang ditunjukkan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan segala
kebutuhan yang diperlukannya dari yang bersifat primer yang berupa makanan,
pakaian, perumahan serta kebutuhan yang bersifat sekunder bahkan tersier seperti
pendidikan, kesehatan, olahraga, hiburan, komunikasi dan informasi. Kebutuhan
tersebut kini semakin mudah didapat karena dukungan dari para pelaku bisnis
yang mampu memanfaatkan peluang usaha guna memberi keuntungan bagi kedua
belah pihak, kemudahan mendapat kebutuhan bagi para konsumen dan
keuntungan hasil usaha bagi para pebisnis.
Salah satu kebutuhan manusia yang kini menjadi penting adalah
kebutuhan akan hiburan, informasi dan komunikasi. Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, kebutuhan akan hiburan, informasi dan komunikasi
menjadi mudah diperoleh melalui berbagai media baik media cetak seperti koran
dan majalah serta media elektronik seperti radio, televisi, personal computer (PC)
serta pendayagunaannya.
1
Historically, humans have used a range of technologies over time to
mediate between themselves and sensory impressions of the real world.
Technologies such as writing, printing, telegraphy, radio, film, television
and computers have enabled improved communications and have become
a normal component of daily life. In the late 20th Century, the rapid
development of computers and their use in schools provided an
opportunity to implement education which was often computer-mediated.
http://firstmonday.org/htbin/cgiwrap/bin/ojs/index.php/fm/article/view/16
20/1535
Keberadaan komputer sebagai salah satu media informasi yang cepat
dan aktual dalam masa sekarang ini telah melahirkan sebuah era komunikasi
global tanpa batas yang disebut dengan internet (interconnected network) yang
memungkinkan penggunanya memperoleh informasi yang dibutuhkan secara
cepat, aktual dan berasal dari seluruh penjuru dunia. Internet selain digunakan
sebagai sarana komunikasi juga dapat digunakan sebagai media untuk
memperoleh hiburan dan informasi.
Internet merupakan rangkaian beberapa komputer yang terhubung
menjadi satu bagian antara satu sama lain yang berhubungan secara global dan
menggunakan TCP/IP (Transmision Control Panel / Internet Protocol) sebagai
protokol pertukaran paket. Asal-usul internet berasal dari jaringan komputer yang
dibentuk pada tahun 1970-an. Jaringan komputer tersebut disebut dengan Arpanet,
merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan
Amerika Serikat. Selanjutnya, jaringan komputer tersebut diperbaharui dan terus
dikembangkan hingga sekarang penerusnya menjadi tulang punggung global
untuk sumberdaya informasi yang di sebut internet. Dalam kehidupan sehari-hari
manusia selalu bertemu dengan hal-hal yang berkaitan dengan komputer maupun
internet, berbagai aspek kehidupan manusia tak bisa lepas dari fungsi komputer,
mulai dari ekonomi, sosial, budaya, informasi dan pendidikan.
Internet sebagai suatu teknologi yang berbasis pada komputer dan
telekomunikasi telah menjadi tren baru di kalangan masyarakat pada umumnya
dan kalangan pelajar serta mahasiswa pada khususnya. Sebagai suatu produk yang
masih tergolong baru serta mempunyai keunggulan dalam bidang teknologi dan
informasi, internet mampu membangkitkan minat serta keinginan dari konsumen
untuk lebih memahami dalam penggunaannya. Internet sendiri merupakan
sumberdaya informasi yang menjangkau seluruh dunia, cakupan yang sangat luas
inilah yang menyebabkan tidak ada satu orang atau satu organisasi yang mampu
menanganinya sendiri.
Adanya tuntutan masyarakat akan informasi dan komunikasi berupa
internet ini mendorong para pelaku bisnis memanfaatkannya untuk memperoleh
keuntungan dengan jalan membuka usaha dalam bidang jasa penyewaan internet
kepada para pelanggan. Hal ini ditandai dengan menjamurnya tempat yang
menyediakan jasa penyewaan internet, dengan konsekuensi semakin ketat pula
persaingan antar penyedia jasa warung internet (warnet) tersebut. Kenyataan
inilah yang menjadikan para pengusaha internet berlomba memenuhi fasilitas
yang dibutuhkan pelanggannya.
Warnet adalah salah satu jenis wirausaha yang menyediakan jasa internet
kepada khalayak umum (http://id.wikipedia.org/wiki/Warnet). Kehadiran warung
internet (warnet) dewasa ini merupakan suatu pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Gejala semacam ini dapat dilihat dari semakin banyaknya para pengusaha jasa
internet di setiap sudut kota.
Sama halnya dengan kota-kota lain, Kota Surakarta juga mengalami
perkembangan di bidang internet, Kota Surakarta tak kalah suburnya dengan kota-
kota lain dalam melahirkan dan mengembangkan warnet. Satu hal yang
mendukung tumbuh kembangnya warnet di Kota Surakarta adalah adanya
perguruan tinggi atau universitas, hal ini tidak dapat dipisahkan keberadaannya
dengan menjamurnya warnet, penyebabnya adalah mayoritas pengguna warnet
berasal dari kalangan mahasiswa atau pelajar. Meskipun tidak ada data resmi yang
mengeluarkan berapa jumlah pengguna warnet dari kalangan pelajar atau
mahasiswa yang mengunjungi internet, namun banyak tulisan yang menunjukkan
bahwa mayoritas pengguna warnet adalah pelajar atau mahasiswa, meskipun
masyarakat umum juga banyak yang memanfaatkannya.
(www.indomedia.com/sripo/2008/07/12/1207H15.pdf).
Salah satu perguruan tinggi yang ada di Surakarta adalah Universitas
Sebelas Maret (UNS) yang terletak di Kecamatan Jebres. Keberadaan UNS sangat
mendukung berkembangnya warnet di Kecamatan Jebres karena banyak
mahasiswa yang bermukim atau tinggal di sekitar kampus sehingga hal tersebut
menjadi lahan bisnis yang menggiurkan bagi para pengusaha warnet.
Berkembangnya usaha warnet yang ada di sekitar kampus UNS dapat
dilihat dengan nyata dari banyaknya warnet-warnet baru yang bermunculan di
sekitar kampus UNS. Dalam kemunculannya ini pendirian warnet yang satu
dengan yang lain tampaknya kurang memperhitungkan jarak ideal antar warnet,
sehingga keberadaan antar warnet mempunyai jarak yang sangat dekat bahkan ada
dua warnet yang keberadaanya hanya dipisahkan dengan jalan.
Perkembangan usaha warnet yang semakin pesat di Kecamatan Jebres
terlihat dari jumlah warnet pada bulan September tahun 2008, dengan jumlah
lebih dari 35% dari seluruh warnet yang ada di Kota Surakarta. Dengan
banyaknya jumlah warnet yang ada di Kecamatan Jebres maka perlu dikaji aspek
distribusi spasialnya yang merupakan ciri geografi yaitu dengan menggunakan
peta. Setelah aspek distribusi spasialnya diketahui maka dapat diketahui pola
distribusi warnet yang ada di Kecamatan Jebres.
Warnet yang berbasis pada teknologi informasi dibangun guna
memenuhi kebutuhan para penggunanya di bidang pendidikan, informasi, hibuan
dan lain-lain. Sasaran dari pengguna warnet adalah manusia yang memiliki
karakteristik tertentu. Dengan perbedaan karakter yang dimiliki oleh pengguna
warnet, pengusaha warnet memiliki pertimbangan dalam pemilihan lokasi
pendirian warnet. Karakter pengguna yang berbeda serta faktor pemilihan lokasi
pendirian warnet akan mempengaruhi jangkauan pasar warnet.
Perbedaan karakteristik pengguna warnet dapat ditinjau dari tingkat
pendidikan, jenis kelamin dan umur. Tingkat pendidikan, jenis kelamin dan umur
merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh terhadap penggunaan warnet.
Warnet merupakan salah satu fasilitas atau bentuk pelayanan yang berbasis
teknologi tinggi, sehingga dimungkinkan hanya pengguna yang memiliki tingkat
pendidikan, jenis kelamin dan umur dari golongan tertentu yang menggunakan
fasilitas warnet.
Dengan memahami pentingnya warnet serta warnet sebagai suatu
peluang usaha bagi para penyedia jasa internet, maka penulis ingin melakukan
penelitian yang berkaitan dengan latar belakang masalah di atas dengan judul
penelitian : “Analisis Spasial Warung Internet (warnet) Kecamatan Jebres
Kota Surakarta Tahun 2008”.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka didapat
beberapa perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persebaran spasial warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta
tahun 2008?
2. Bagaimana pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun
2008?
3. Bagaimana jangkauan pasar warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta
tahun 2008?
4. Bagaimana karakteristik pengunjung warnet di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta tahun 2008?
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat diketahui
tujuan dari penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui persebaran spasial warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta
tahun 2008.
2. Mengetahui pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta
tahun 2008.
3. Mengetahui jangkauan pasar warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta
tahun 2008.
4. Mengethui karakteristik pengunjung warnet di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta tahun 2008.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dalam
bidang geografi khususnya pemetaan dan mengkaji secara spasial keberadaan
warnet.
2. Penelitian ini merupakan penerapan ilmu pengetahuan dan teori-teori yang
telah diperoleh di bangku kuliah dalam penerapannya dilapangan.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang lain di masa yang akan datang.
b. Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini daharapkan dapat dijadikan acuan bagi para pembaca
yang ingin memulai atau mengembangkan jasa warnet.
2. Sebagai bahan pustaka bagi Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan
P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
3. Sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah dalam membuat Rancangan Umum
Tata Ruang Kota (RUTRK) dalam penentuan pendirian warnet.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Peta dan Pemetaan
Menurut International Cartographic Asociation (ICA) tahun 1973 dalam
Sinaga (1995: 5) “peta adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau
kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang
ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya
digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan”.
Peta yang menggambarkan fenomena geografikal tidak hanya pengecilan
suatu fenomena saja, tetapi lebih dari itu, jika peta dibuat dan didesain
dengan baik akan merupakan alat yang baik untuk kepentingan
melaporkan (recording), memperagakan (displaying), menganalisis
(analyzing), dan secara umum untuk pemahaman saling hubungan
(interrelation) dari benda-benda (obyek) secara keruangan (spatial
relationship). (Sinaga, 1995: 2).
Peta menggunakan simbol dua dimensi untuk mencerminkan fenomena
geografikal yang dilakukan secara sistematis dan memerlukan kecakapan untuk
membuat dan membacanya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong
dalam cara grafis dan untuk efisiensinya harus mempelajari atribut atau elemen-
elemen dasarnya.
Menurut Suyono dan Masrubi (1983: 1) “peta secara umum diartikan
sebagai gambaran roman muka bumi yang diperkecil menurut aturan tertentu.
Gambaran tersebut bersifat alamiah, bersifat kulturil, maupun keduanya.
Gambaran tersebut dilukiskan pada bidang yang horizontal dengan bidang
tertentu”.
Semua peta mempunyai satu hal yang sifatnya umum yaitu menambah
pengetahuan dan pemahaman geografikal bagi si pengguna peta. Dalam
perencanaan pembangunan, hampir semua memerlukan peta sebelum perencanaan
tersebut dimulai. Hal ini sesuai dengan fungsi peta dalam perencanaan suatu
kegiatan yang dikemukakan oleh Sinaga (1995: 7) adalah sebagai berikut:
7
1. Fungsi peta untuk perencanaan regional, sebagai berikut :
a. Memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter dari
suatu daerah.
b. Sebagai alat untuk menjelaskan penemuan-penemuan penelitian yang
dilakukan.
c. Sebagai suatu alat menganalisis dalam mendapatkan suatu kesimpulan.
d. Sebagai alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
2. Fungsi peta dalam kegiatan penelitian, sebagai berikut :
a. Alat bantu sebelum melakukan survei untuk mendapatkan gambaran
tentang daerah yang akan diteliti.
b. Sebagai alat yang digunakan selama penelitian, misalnya memasukkan
data yang ditemukan dilapangan.
c. Sebagai alat untuk melaporkan hasil penelitian.
Dari pengertian peta di atas maka dapat disimpulkan bahwa peta
merupakan pengecilan dari permukaan bumi atau benda angkasa yang
digambarkan menurut ukuran geometris pada suatu bidang datar dengan simbol
yang digeneralisir untuk mewakili kenampakan-kenampakan sebenarnya antara
lain dengan penyederhanaan, klasifikasi, penghilangan dan pembesaran.
Sinaga (1995: 7) mengelompokkan peta berdasarkan jenisnya menjadi 2
(dua) yaitu:
1. Peta Umum
Peta umum adalah peta yang menampilkan sebagian unsur-unsur buatan
manusia (kota, jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam (sungai, danau,
gunung, dsb) pada bidang datar dengan skala dan proyeksi tertentu. Contoh
peta umum adalah Peta Rupabumi dalam istilah asingnya sering disebut
dengan Topographic Map.
2. Peta Tematik
Peta tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk
kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi, dll.). Umumnya
peta tematik dibuat dari peta umum yang diambil beberapa informasi yang
berkaitan dengan penelitian yang kemudian dijadikan peta dasar dalam
pembuatan peta tematik, kemudian ditambahkan data tematik kedalam peta
dasar tersebut.
Contoh peta tematik adalah peta kepadatan penduduk, peta penggunaan
lahan, peta tanah, peta geologi dan lain-lain. Dalam penelitian ini akan
dihasilkan beberapa peta tematik yang berhubungan dengan warnet di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008.
Berdasarkan skalanya Sinaga (1995 : 7) membedakan peta menjadi:
1. Peta skala sangat besar, yaitu peta dengan skala > 1:10.000
2. Peta skala besar, yaitu peta dengan skala > 1:100.000 – 1:10.000
3. Peta skala sedang, yaitu peta dengan skala > 1:1.000.000 – 1:100.000
4. Peta skala kecil, yaitu peta dengan skala < 1:1.000.000
Ada beberapa cara dalam menyampaikan skala peta sebagai berikut:
a. Skala angka atau skala pecahan
Yaitu skala yang menunjukkan perbandingan jarak di peta dengan jarak
sesungguhnya di lapangan, yang dinyatakan dalam bentuk angka /
pecahan. Contoh:
Skala angka (Numerical Scale) 1 : 50.000
Skala pecahan (Representative Fraction) 1/50.000
b. Skala verbal (verbal scale)
Yaitu skala yang dinyatakan dengan kalimat atau skala yang menunjukkan
jarak inci di peta sesuai dengan sejumlah mil di lapangan.
Contoh: one ince to one mile 1 : 63.660
c. Skala Grafis
Yaitu skala yang ditunjukkan dengan garis lurus, yang dibagi-bagi dalam
bagian yang sama. Setiap bagian menunjukkan bagian yang sama pula.
Contoh dari skala angka 1:50000 menjadi skala grafis sebagai berikut:
0.5 0 0.5 1 1.5 2 Km
Seorang kartograf harus dapat mendesain peta dan merekayasa,
mengkombinasikan berbagai data menjadi simbol-simbol yang menarik dan
mudah dimengerti sehingga peta yang dihasilkan mempunyai nilai yang tinggi
baik isi maupun unsur seninya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong
dalam cara grafis dan untuk efisiennya harus mempelajari atribut atau elemen-
elemen dasarnya (Sinaga 1995:3).
Suatu alat bantu yang efisisen untuk menyajikan data keruangan adalah
peta. Untuk menyajikan peta yang baik, dalam arti peta yang memenuhi syarat-
syarat secara kartografis, maka harus dilakukan melalui proses yang runtun dan
baik pula. Menurut Murchke dalam Sumanto (2004:6) pemrosesan kartografi
seperti yang disajikan dalam bentuk skema berikut ini:
T1 T2 T3
T3=(T2) ¹
Gambar 1. Proses Kartografi
Keterangan:
Real World : Data Lapangan.
T1 : Pengumpulan Data.
Raw Data : Data mentah hasil pengumpulan data.
T2 : Proses pengolahan data yang meliputi analisis, klasifikasi dan
simbolisasi pada peta (transformasi).
Map : Peta yang dihasilkan.
T3 : Pembaca dan interpretasi peta dengan harapan pengguna peta
dapat memahami dan memperoleh gambaran tentang data aslinya.
Map Image : Pengertian/kesan dari pengguna peta sehubungan dengan peta
yang dibaca.
Real World
ww
Raw Data MAP Map
Image
T3=(T2) ¹ : Berarti tahap pembacaan peta (T3) merupakan tahap yang tidak
dapat dilepaskan atau erat kaitannya dengan tahap pemetaan (T2 )
semakin baik tahap pemetaan data akan lebih memudahkan
pengguna peta dalam pembacaan petayang didukung oleh data
mentah sebagai sumber datanya.
2. Konsep Pemetaan
Peta sebagai alat komunikasi dari si pembuat peta kepada pengguna peta
atau pembaca peta mengenai informasi tertentu, maka pengguna atau pembaca
peta harus mampu mengungkapkan data aslinya. Supaya data yang dihasilkan
sesuai yang diharapkan, dimengerti dan memberi gambaran yang jelas, rapi dan
bersih maka hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai desain peta, desain peta
dasar dan desain isi peta atau simbol.
1. Desain peta dasar
Dalam pembuatan peta tematik diperlukan peta dasar yang berfungsi
sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara geografi dari tema yang
akan dibuat. Penentuan skala peta berdasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut:
a. Datanya dapat digambarkan dengan jelas.
b. Tidak banyak data yang dihilangkan.
c. Sesuai dengan tujuan penelitian.
d. Unit penggambaran terkecil masih Nampak tergambar dengan jelas.
2. Desain isi peta
Desain isi peta ini merupakan kegiatan dalam memilih simbol yang akan
digunakan dalam pembuatan peta tematik. Simbol dapat diartikan suatu gambar
atau tanda yang mempunyai makna atau arti dan merupakan informasi utama
untuk menunjukkan tema suatu peta (Aziz & Rahman, 1997: 26). Pemilihan
bentuk dan ukuran simbol berdasarkan pada struktur data, kuantitas data, kualitas
data, peta dasar yang digunakan serta tujuan pemetaan. Dalam pemilihan macam
simbol perlu dipertimbangkan kelebihan dan kelemahan simbol, dengan
pemilihan simbol yang tepat informasi yang ingin disampaikan melalui peta akan
dapat ditangkap dengan baik maknanya oleh pengguna peta.
Subagio (2003:12) mengemukakan bahwa simbol mempunyai 3 bentuk
yaitu:
a. Simbol titik
Simbol titik digunakan untuk menyatakan lokasi, atau bentuk unsur-unsur
lain yang erat hubungannya dengan skala peta. Misalnya bentuk suatu kota dalam
skala 1:1.000.000 dapat diwakili dengan simbol titik, tetapi dalam skala 1:1.000
simbol titik digunakan untuk menandai titik kontrol tanah.
b. Simbol garis
Simbol garis digunakan untuk mewakili unsur-unsur yang berbentuk garis
seperti sungai, jalan, batas administrasi, garis pantai, dan sebagainya.
c. Simbol luas/ruang
Simbol luas/ruang digunakan untuk mewakili unsur-unsur topografi yang
berbentuk luas seperti areal permukiman, danau, daerah administrasi, dan
sebagainya.
Jenis simbol berdasarkan artinya terbagi atas simbol kualitatif dan simbol
kuantitatif. (T. Aziz dan R. Rachman dalam Subagio; 2003 : 12-14)
a. Simbol Kualitatif
Simbol kualitatif merupakan simbol yang menyatakan identitas atau
melukiskan keadaan asli dari unsur-unsur yang diwakilinya. Dengan demikian
simbol ini mempunyai keuntungan, yaitu mudah dikenal, sedangkan kerugiannya
adalah simbol tersebut sulit untuk digambarkan.
Simbol kualitatif terbagi atas tiga macam, yaitu:
1. Simbol titik kualitatif
Simbol titik kualitatif mempunyai tiga macam simbol, yaitu:
a) Simbol piktorial
Merupakan simbol titik kualitatif yang melukiskan bentuk asli dari unsur
yang diwakilinya, contohnya simbol rumah makan, simbol rumah sakit,
dll.
b) Simbol abstrak/geometrik
Adalah simbol titik kualitatif yang digambarkan secara abstrak/geometrik,
sehingga mudah untuk menggambarkannya dan dapat ditempatkan pada
posisi yang tepat/benar, contohnya simbol titik triangulasi, dll.
c) Simbol huruf
Merupakan simbol titik kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan
unsur-unsur tertentu yang spesifik. Simbol ini mudah untuk digambarkan
dan dimengerti, tetapi tidak menarik dan dapat disalahartikan dengan teks
lainnya.
2. Simbol garis kualitatif
Simbol garis kualitatif mempunyai dua macam bentuk, yaitu:
a) Simbol deskriptif
Merupakan simbol garis kualitatif yang menggambarkan keadaan
sebenarnya dari unsur yang diwakilinya, contohnya simbol sungai, simbol
jalan raya, dll.
b) Simbol abstrak
Merupakan simbol garis kualitatif yang digunakan untuk menyatakan batas
administrasi, contohnya batas propinsi, batas kotamadya, dll.
3. Simbol luas kualitatif
Simbol luas kulitatif mempunyai dua macam bentuk, yaitu:
a) Simbol deskriptif
Merupakan simbol luas kualitatif yang menggambarkan apa-apa yang ada
di daerah tersebut, contohnya simbol sawah.
b) Simbol abstrak
Merupakan simbol luas kualitatif yang digunakan untuk identifikasi suatu
daerah. Simbol ini dapat digambarkan denagn screen garis atau screen
titik.
b. Simbol kuantitatif
Merupakan simbol yang menyatakan identitas yang menunjukkan
besar/jumlah/banyaknya unsur yang diwakilinya. Simbol ini terbagi atas:
1. Simbol titik kuantitatif
Simbol titik kuantitatif dapat dibedakan menjadi:
a) Simbol dengan indikasi harga
Yaitu simbol titik kuantitatif yang disertai dengan nilai dari simbol
tersebut, contohnya titik trianggulasi yang disertai dengan harga
ketinggiannya.
b) Simbol dengan satuan harga
Merupakan simbol titik kuantitatif yang menyatakan
besar/jumlah/banyaknya satuan harga yang dimiliki suatu unsur. Jadi bila
ingin menggambarkan suatu unsur dengan nilai n kali dari satuan harga
diatas, maka simbol unsur tersebut harus pula digambar n kali simbol
satuan harga.
2. Simbol garis kuantitatif
Simbol garis kuantitatif terbagi atas tiga macam, yaitu:
a) Isoline
Simbol garis kuantitatif yang ditarik melalui titik-titik yang mempunyai
nilai sama, contohnya garis kontur.
b) Flow line
Simbol garis kuantitatif yang digunakan untuk menunjukkan kuantitas dari
unsur tertentu pada suatu arah. Tebal tipisnya garis simbol tersebut selalu
dibuat sebanding dengan harganya. Contohnya: simbol yang digunakan
untuk menggambarkan frekuensi pelayaran kapal-kapal yang melalui suatu
jalur pelayaran.
c) Simbol panah
Merupakan simbol garis kuantitatif yang digunakan untuk
menggambarkan adanya perpindahan penduduk ke kota dari daerah-daerah
disekitarnya. Tebal tipisnya panah menunjukkan kuantitas perpindahan
tersebut.
3. Simbol luas kuantitatif
Merupakan simbol luas yang menggunakan screen garis atai titik dengan
berbagai presentase (kerapatan screen). Presentase tinggi menunjukkan
kuantitas yang tinggi, dan persentase rendah menunjukkan kuantitas rendah.
Dalam desain simbol terlebih dahulu perlu dikenal sifat dan ukuran
datanya. Ada tiga ukuran data, yaitu:
1. Nominal
Adalah suatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang tidak
mempunyai tingkatan atau rangking.
2. Ordinal
Adalah suatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang mempunyai
tingkatan.
3. Interval dan ukuran rasio
Adalah ukuran unsur yang tidak hanya dengan aturan satu urutan tertentu
saja tetapi yang dibagi atas kelas-kelas tertentu dengan harga yang
sebenarnya.
Penentuan bentuk dan ukuran simbol disesuaikan dengan : macam data,
kuantitas data maupun generalisasi. Berikut ini beberapa tahapan dalam
mendesain simbol yang dikemukakan oleh Bertin dalam Martono (1998: 6):
1. Penentuan subyek yang dipetakan.
2. Analisis data meliputi menentukan struktur organisasi data dan menentukan
karakteristik posisi data.
3. Persepsi yang dikehendaki (Sinaga, 1995: 11-13)
Hubungan antar simbol, persepsi dan visual adalah didalam mendesain
simbol harus dapat menghubungkan data dengan tingkat ukuran data,
sehingga persepsi yang ditimbulkan dapat memberikan informasi yang benar
dan tepat. Dengan memperhatikan persepsi dapat menentukan variabel visual
yang akan digunakan.
Persepsi adalah kesan pertama kali yang timbul dari si pembaca peta pada
saat membaca peta. Tingkat kesan yang dapat diamati dibagi menjadi empat,
yaitu:
a. Persepsi asosiatif, adalah semua simbol yang ada dalam peta mempunyai
kesan yang sama tingkatannya (pentingnya), derajatnya, jadi tidak ada
satu simbol pun yang lebih menonjol dibandingkan dengan simbol yang
lainnya.
Contoh: variabel visual bentuk (form), orientasi (orientation), warna
(colour), density.
b. Persepsi selektif, adalah semua simbol memberi kesan berbeda antara satu
dengan lainnya, akan tetapi dalam bentuk grup. Mata akan dapat
membedakan grup satu dengan lainnya, tetapi tidak dapat membedakan
mana yang lebih penting. Jadi grup yang satu dengan lainnya sama
kedudukannya.
Contoh: variabel visual nilai (value), ukuran (size) dan warna (colour)
c. Persepsi bertingkat, adalah apabila mata melihat grup simbol akan
mendapatkan kesan bahwa grup simbol yang satu akan lebih penting dari
grup simbol yang lain (tingkatannya).
Contoh: nilai (value), ukuran (size), dan density.
d. Persepsi kuantitatif, adalah simbol-simbol akan memberikan kesan bahwa
simbol yang satu lebih besar dari simbol yang lain atau dengan kata lain
simbol yang satu dengan simbol yang lain dapat dibandingkan.
Contoh: ukuran (size)
Variabel visual adalah variabel yang dapat dilihat/didapat pada peta.
Ada enam variabel visual, yaitu bentuk, orientasi, warna, density, nilai dan
ukuran, sedangkan persepsi ada empat, yaitu asosiatif, selektif, bertingkat dan
kuantitatif. Variabel visual mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
persepsi yang ditimbulkannya. Hubungan antara persepsi dengan variabel
visual adalah persepsi yang ditimbulkan akan menentukan simbol yang akan
digunakan dalam peta.
Hubungan antara persepsi dengan variasi visual, lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 1. Hubungan Antara Persepsi dengan Variabel Visual
Variabel Visual
Bentuk Orientasi Warna Density Nilai Ukuran
Kuantitatif
Bertingkat
Selektif
Asosiatif
4. Pemilihan variabel visual
Kriteria pemilihan variabel visual tergantung dari persepsi yang akan
ditimbulkannya, dimana dalam mendesain simbol-simbol perlu diperhatikan
jenis data, tingkat data dan ukuran data. Penggunaan simbol tersebut akan
mempengaruhi persepsi yang ditimbulkan.
a. Form, sering disebut shape (bentuk simbol).
Contoh form dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Bentuk Simbol Dalam Variabel Visual
Simbol titik Simbol garis Simbol area
▲
Persepsi
b. Size, berarti ukuran simbol yang berbeda-beda.
Contoh Size dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Ukuran Simbol Dalam Variabel Visual
Simbol titik Simbol garis Simbol area
c. Orientation, berarti arah sumbu simbol berbeda-beda.
Contoh Orientation dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Arah Sumbu Dalam Variabel Visual
Simbol titik Simbol garis Simbol area
d. Value, adalah gray scale variasinya dari putih ke hitam ( terang gelapnya
simbol) yaitu perbandingan antara hitam dan putih.
Contoh Value dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Terang Gelapnya Simbol Dalam Variabel Visual
Simbol titik Simbol garis Simbol area
e. Density, adalah ukuran yang berbeda dari value yang constant (sama)
dapat diperoleh dengan memperbesar atau memperkecil simbol dengan
cara fotografis.
Contoh density dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Ukuran Yang Berbeda Dari Value Dalam Variabel Visual
Simbol titik Simbol garis Simbol area
f. Colour, adalah variasi warna merupakan salah satu penggunaan yang
paling umum dijumpai dalam kartografi.
Contoh colour dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Variasi Warna Dalam Variabel Visual
Simbol titik Simbol garis Simbol area
3. Desain Tata Letak Peta
Desain tata letak peta dimaksudkan supaya peta tampak lebih serasi,
seimbang dan harmonis, maka penempatan dan pengaturan informasi dibuat
sedemikian rupa sehingga komposisinya betul dan menarik bagi pengguna peta
sehingga akan mempermudah dibaca dan dimengerti. Agar peta lebih mudah
dibaca oleh pengguna peta maka harus dilengkapi dengan keterangan tepi
(marginal information). Dalam penempatan dan pengaturan informasi tepi ini
perlu diperhatikan :
a) Bagian yang kosong dalam lembar peta.
b) Skala peta yang digunakan
c) Keseimbangan dalam meletakkan informasi tepi pada peta.
Informasi tepi yang dimaksud dalam peta antara lain: judul peta, skala
peta, legenda, orientasi, sumber peta dan sumber data, pembuat, nomor peta, garis
tepi, garis grid, dan insert. Menurut Sinaga (1995: 37) desain tata letak peta
(layout peta) dapat dicontohkan sebagai berikut :
Gambar 2. Desain Tata Letak Peta
Keterangan :
1. Judul Peta 6. Sumber
2. Skala Peta 7. Pembuat Peta
3. Orientasi 8. Grid
4. Legenda 9. Garis Tepi
5. Insert
Dalam mendesain peta harus diperhatikan maksud, tujuan dan metode
pemetaannya, dengan demikian peta yang dihasilkan akan nampak harmonis,
menarik dan yang penting dapat memberikan informasi yang representatif, mudah
dibaca dan mudah dipahami oleh pengguna peta. Dengan kata lain suatu peta
untuk dapat dipergunakannya seharusnya antara pembuat peta dan desain peta
dengan fungsi peta mempunyai kaitan yang gayut (Sukoco 1985: 5).
Selain itu dengan pendekatan semiologis akan mempermudah dalam
menyajikan data secara grafis, yaitu :
1. Analisis informasi, dalam melakukan analisis terhadap informasi ada
beberapa hal yang dilakukan antara lain:
1
2
3
8.. 9
4
5
6
7
a. Menentukan jumlah komponen (variabel) informasi yang terlibat.
b. Menentukan panjang komponen.
c. Menentukan tingkat organisasi komonen.
2. Memilih dan menentukan tingkat persepsi visual simbol yang digunakan
untuk mencerminkan informasi yang ditetapkan.
3. Memilih dan menentukan variabel yang paling sesuai.
4. Melakukan desain simbol.
5. Meletakkan simbol, simbol yang dibuat kemudian diletakkan pada peta dasar
yang telah disiapkan dari masing-masing data yang akan dihasilkan.
Dalam keseluruhan desain peta tersebut, maka desain simbol peta
mempunyai peranan penting karena simbol merupakan alat bantu komunikasi
antara pembuat peta dan pengguna peta. Simbol merupakan penyajian dalam
bentuk gambar yang menarik dan mudah dipahami oleh pengguna peta atau
sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi suatu tema pada peta
tematik. Secara garis besar simbol-simbol yang digunakan dalam peta tematik
hanya mempunya ketentuan menurut temanya saja.
Pembuatan desain simbol tidak hanya diperhatikan arti dan bentuk dari
simbol saja, tetapi masih ada juga hal yang perlu diperhatikan yaitu aspek-aspek
variabel dan persepsinya. Dalam penggambaran suatu simbol masing-masing
mempunyai suatu keunggulan dan kelemahan, maka dalam hal ini dipilih simbol
yang memiliki lebih banyak keunggulannya daripada kelemahannya, selain itu
juga dalam menentukan simbol yang digunakan tersenut harus diperhatikan
bahwa:
a. Simbol kelihatan jelas dan mudah dimengerti.
b. Simbol harus kelihatan harmonis dan menarik.
c. Simbol dapat mencerminkan nilai data yang diwakilinya.
3. Pengertian Data
Data adalah kumpulan hasil pengukuran atau perhitungan suatu obyek
penelitian atau segala sesuatu yang ingin dicatat dalam bentuk angka (Machfoedz,
2004: 4).
Salah satu hal penting dalam pengumpulan data adalah penentuan sumber
data, karena tidak semua data dapat dijadikan bahan penelitian, meskipun macam
datanya sesuai dengan tujuan penelitian. Perlu diteliti terlebih dahulu apakah data
tersebut mempunyai kriteria yang baku, apakah petugas pengumpulan datanya
benar-benar orang terdidik dalam bidangnya. Untuk menghindari kesulitan diatas
lebih baik jika data yang dikehendaki diambil dari instansi atau badan resmi yang
mempunyai wewenang dibidangnya. Secara umum segala terbitan resmi oleh
badan-badan resmi, baik berbentuk angka, grafik maupun gambar, adalah sumber
data (Wirosuhardjo,2000: 46).
Data tersebut biasa tersedia dalam bentuk catatan asli seperti laporan,
sensus, survei, catatan dikantor pemerintah serta terbitan resmi yang diolah dan
disajikan secara skematik. Data merupakan himpunan fakta-fakta, angka-angka,
huruf-huruf, kata-kata, grafik-grafik atau lambang-lambang yang menyatakan
suatu gagasan, obyek, kondisi ataupun situasi (Bintarto, 1979: 32). Penyajian data
dalam bentuk lambang atau grafik harus benar-benar mewakili komponen datanya
supaya data tersebut mudah dimengerti dan dipahami.
Menurut Suparanto (1995: 10-11) syarat-syarat data yang baik supaya
berguna antara lain:
1. Data harus obyektif, maksudnya sesuai dengan keadaan sebenarnya.
2. Data harus mewakili (representative).
3. Kesalahan baku (standard eror) harus kecil. Suatu perkiraan dikatakan baik
(mempunyi tingkat ketelitian yang tinggi) apabila kesalahan bakunya kecil.
4. Harus tepat waktu.
5. Harus relevan, maksudnya data yang dikumpulkan harus ada hubungannya
dengan masalah yang akan dipecahkan.
Data dapat dikelompokkan menjadi:
a. Menurut sifatnya:
1. Data kualitatif, yaitu data yang tidak berbentuk angka.
2. Data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka.
b. Menurut sumbernya:
1. Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan/kegiatan dalam
suatu organisasi.
2. Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan keadaan/kegiatan diluar
suatu organisasi.
c. Menurut cara memperolehnya:
1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu
organisasi atau perseorangan langsung dari obyeknya.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi,
sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam
bentuk publikasi.
4. Analisis Spasial (Analisis Keruangan)
Analisis spasial atau yang sering juga disebut analisis keruangan,
menurut Bintarto dan Hadisumarno (1991: 12) mempelajari perbedaan lokasi
mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pada analisis keruangan
yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan
penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang
dirancangkan. Pada analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang
terdiri dari data titik (point data) dan data bidang (areal data).
Pada hakekatnya analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitik-
beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction),
dan gerakan (movement). (Bintarto dan Hadisumarno, 1991: 74).
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka
analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang
dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processes). Ketiga hal tersebut termasuk
pendekatan keruangan yang ditekankan dalam studi pemukiman. Dalam konteks
fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses.
Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang.
Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1)
kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3)
kenampakan bidang (areal features). Pola (pattern) merupakan kekhasan
distribusi gejala tertentu di dalam ruang atau wilayah. Pola keruangan ditunjukkan
dengan mengamati gejala berdasarkan kenampakan point features, line features,
dan areal features. Pola keruangan titik adalah kekhasan distribusi titik-titik
(mencerminkan gejala geografi tertentu) dalam ruang yang diamati. (Yunus, 2007
: 52-53).
Analisis spasial dapat diketahui dengan menggunakan peta. Dalam
perkembangan teknologi perpetaan, pembuatan peta dipermudah dengan adanya
SIG yang dirancang untuk menganalisis dan mengolah data dalam jumlah besar
sehingga memudahkan dalam penuangan data tersebut ke base map yang
manghasilkan peta tematik. GIS are widely used as tools to digitise remotely
sensed or cartographic data complemented with various ground-truth data, which
are geocoded using a global positioning system (GPS).
http://redsea.sct.gov.sa/reports/GIS%20&%20coastal%20ecosystems.pdf
SIG sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan
mengolah data dengan volume yang besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara
mengekstrak data dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis
dalam SIG. Kemampuan analisis berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan
oleh SIG menurut Yousman (2004: 16-17) antara lain :
a. Klasifikasi yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data spasial yang
baru. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata guna lahan untuk
pemukiman, pertanian, perkebunan ataupun hutan berdasarkan analisis data
kemiringan atau data ketinggian.
b. Overlay yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data spasial
yang berbeda, misalnya menganalisis daerah rawan erosi dengan
mengoverlaykan data ketinggian, jenis tanah, dan kadar air.
c. Networking yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari
garis-garis dan titik-titik yang saling terhubung. Analisis ini sering dipakai
dalam berbagai bidang, misalnya sistem jaringan telepon, kabel listrik, pipa
minyak atau gas, air minum atau saluran pembuangan.
d. Buffering yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang bisa
berbentuk lingkaran atau polygon yang melingkupi suatu objek sebagai
pusatnya, sehingga bisa diketahui berapa parameter objek dan luas
wilayahnya.
e. Analisis tiga dimensi ini sering digunakan untuk memudahkan pemahaman
karena data divisualisasikan dalam tiga dimensi. Contoh penggunaannya
adalah untuk menganalisis daerah yang terkena aliran lava.
5. Internet dan Warnet
Dalam situs http://id.wikipedia.org/wiki/Internet ditulis bahwa Internet
merupakan kependekan kata inter-networking yang mempunyai pengertian
beberapa rangkaian komputer yang terhubung menjadi satu bagian antara yang
satu dengan yang lainnya. Internet merupakan hubungan antar berbagai jenis
komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya,
berbagai hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan media komunikasi (telepon
dan satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi yaitu
protokol TCP/IP (transmission control protocol / internet protocol). TCP adalah
suatu protokol yang berada di lapisan transpor yang berorientasi sambungan
(connection-oriented) dan reliable. (http://id.wikipedia.org/wiki/TCP). Internet
pertama kali muncul pada tahun 1969 sebagai ARPANET yang dibangun oleh
ARPA (United States Department of Defense Advanced Research Projects
Agency). Pada 01 Januari 1983, ARPANET menukar protokol rangkaian
pusatnya, dari NCP ke TCP/IP. Ini merupakan awal dari Internet yang kita kenal
sekarang.
Internet dijaga oleh perjanjian bilateral atau multilateral dan spesifikasi
teknikal (protokol yang menerangkan tentang perpindahan data antara rangkaian).
Protokol-protokol ini dibentuk berdasarkan perbincangan Internet Engineering
Task Force (IETF), yang terbuka kepada umum. Badan ini mengeluarkan
dokumen yang dikenali sebagai RFC (Request for Comments). Sebagian dari RFC
dijadikan Standar Internet (Internet Standard), oleh Badan Arsitektur Internet
(Internet Architecture Board - IAB).
Pengguna internet di Indonesia yang mengakses dari akses pribadi masih
sedikit dibandingkan dengan Korea dan Swedia, hal ini ditunjukkan oleh data
yang dikeluarkan oleh Wikipedia yang menyebutkan 50% penduduk Korea dan
Swedia mengakses internet dari jalur broadband, sedangkan 42% penduduk
Indonesia mengakses internet dari pelayanan publik termasuk Warnet dan wi-fi.
Warung Internet atau yang lebih dikenal dengan nama warnet, dalam
situs (http://id.wikipedia.org/wiki/Warnet) dikenal sebagai salah satu jenis
wirausaha yang menyediakan jasa internet kepada khalayak umum. Kata warnet
berkembang pada masyarakat di Indonesia pada tahun 1997-1998 yang
menerangkan sebuah kios yang memiliki banyak komputer untuk disewakan bagi
pengakses internet.
Sejarah pertama kalinya warnet didirikan pada tanggal 1 Juli 1995,
dengan dibentuknya PT. BoNet Utama yang merupakan ISP swasta kedua setelah
Indonet Jakarta. Kantor pertama BoNet terletak di Café Botanichus tengah Kebun
Raya Bogor, yang secara naluriah langsung membuat warnet yang dikhususkan
untuk turis-turis yang sedang berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Oleh karena
itulah, BoNet disebut sebagai warnet pertama yang ada di Bogor pada umumnya
dan di Indonesia pada umumnya.
Warnet menjadi suatu lahan bisnis yang menjanjikan sehingga banyak
pengusaha yang mulai mengembangkan usahanya dibidang warnet, untuk
mengkoordinasi para pengusaha warnet dibentuklah Asosiasi Warnet Indonesia
(AWARI). Awari didirikan pada tanggal 25 Mei 2000, hasil pertemuan yang
dilangsungkan di kantor DIKMENJUR (Pendidikan Menengah dan Kejuruan).
Untuk mendapatkan sambungan atau akses ke internet, warnet harus
memiliki satu jaringan yang dapat mengkoneksikan dengan internet secara global,
hal itu dapat dibantu dengan jasa ISP (Internet Service Provider) atau dalam
bahasa Indonesia disebut PJI (Penyelenggara Jasa Internet). Dalam situs
http://en.wikipedia.org/wiki/Internet_service_provider ISP mempunyai pengertian
perusahaan atau badan yang menyelenggarakan jasa sambungan internet dan jasa
lainnya yang berhubungan.
Di Kota Surakarta terdapat beberapa ISP, yaitu:
a) Speedy
b) Smartlink
c) Java Techno
d) Indo maya
e) Solonet
6. Faktor-faktor Penentu Pendirian Warnet
Dalam mendirikan sebuah usaha baru, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan dan dipenuhi agar usaha yang dijalankan tersebut memperoleh hasil
yang maksimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan usaha
warnet (http://direktif.web.id/blog/arc/2006/03/persiapan-mendirikan-sebuah-
warnet-1), antara lain:
a. Lokasi
Pemilihan lokasi menjadi hal yang sangat penting dalam usaha
penyewaan jasa internet. Lokasi yang strategis tentu saja akan lebih memberikan
hasil yang maksimal dibandingkan dengan lokasi yang kurang strategis. Lokasi
yang ideal untuk mendirikan sebuah warnet adalah sekitar kampus, aksesibilitas
yang baik, lahan parkir yang cukup serta tidak dekat dengan warnet yang lainnya.
Dipilihnya lokasi sekitar kampus untuk mendirikan warnet didasarkan pada
banyaknya jumlah mahasiswa yang tinggal di sekitar kampus, karena mayoritas
pengguna internet adalah mahasiswa, maka sekitar kampus adalah tempat yang
ideal.
b. Koneksi
Koneksi dan bandwith merupakan aset yang sangat berharga bagi sebuah
warnet, bandwith diperoleh dengan cara melakukan kerjasama dengan ISP, warnet
membeli bandwith dari ISP sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. Bandwith
berpengaruh terhadap kecepatan akses internet mulai dari browsing, download
dan lain-lain. Tidak jarang bandwith dijadikan alasan dari konsumen untuk
memilih warnet tertentu dengan kecepatan akses yang baik.
c. Komputer dan aksesoris
Komputer sebagai alat yang digunakan untuk mengakses internet juga
menjadi hal yang penting, dengan spesifikasi komputer yang baik tentu akan
membantu akses internet lebih cepat. Konsumen akan lebih memilih warnet
dengan komputer yang memiliki spesifikasi yang tinggi karena tidak perlu waktu
lama untuk menunggu browsing. Aksesoris lain yang mendukung seperti webcam,
bluetooth dan kabel data juga menjadi nilai plus dari warnet untuk menarik minat
dari konsumennya.
d. Tempat dan suasana
Dalam melakukan semua hal manusia tentu menginginkan kondisi yang
menyenangkan seperti tersedianya fasilitas ruang tunggu,adanya soft drink dan
sebagainya, begitu pula dengan warnet yang harus memiliki kenyamanan dan
melindungi privasi dari para konsumennya. Hal ini dimaksudkan agar para
konsumen merasa nyaman dalam melakukan browsing karena tidak semua orang
menggunakan internet dalam hal yang positif.
7. Jangkauan Pasar Terhadap Warnet
Menurut Djojodipuro (1992:135) “Jangkauan pasar adalah jarak
seseorang yang bersedia untuk menempuhnya untuk dapat mendapatkan jasa yang
bersangkutan; lebih jauh daripada jarak ini, orang yang bersangkutan akan
mencari tempat lain yang lebih dekat untuk memenuhi kebutuhan akan jasa yang
sama”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa jangkauan pasar
terhadap warnet adalah jarak yang bersedia ditempuh seseorang untuk mencapai
warnet yang diinginkan.
8. Karakteristik Pengguna Warnet
Warnet merupakan penyedia jasa internet yang bergerak di bidang
teknologi dan informasi, yang tentu saja berkaitan langsung dengan karakteristik
penggunanya. Dengan teknologi informasi yang dimilikinya tentu saja tidak
semua golongan masyarakat dapat menggunakan warnet dan membutuhkan
warnet dalam kehidupannya. Dari berbagai karakteristik pengguna warnet,
beberapa karakteristik menunjukkan ciri pengguna warnet, antara lain:
a. Pendidikan
Pada dasarnya pendidikan adalah eksperimen yang tidak pernah selesai
sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan
demikian karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban
manusia yang terus berkembang.
Secara sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan
kebudayaannya. (Hasbullah, 1997: 1)
Pendidikan formal yang dialami oleh anak atau masyarakat melalui
tahapan-tahapan, yaitu dari bawah sampai atas. Menurut UU No. 2 Tahun 1989
dalam Hasbullah (1997:289)” Tingkat pendidikan adalah suatu tahap dalam
pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para
peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran.”
Menurut Hadi (2003:193) tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan
berkelanjutan yang didasarkan pada perkembangan anak (peserta didik) dan
keluasan bahasa pengajaran. Jadi tingkat pendidikan merupakan jenjang
pendidikan yang ditempuh oleh seorang peserta didik sesuai dengan tujuan dan
kemampuan yang akan dikembangkan oleh seorang/peserta didik. Tingkat
pendidikan ini sifatnya berkelanjutan sehingga berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Menurut Crow dan Crow yang dikutip dalam Hadi (2003: 139),
dikemukakan bahwa jenis dan tingkat sekolah sebagai berikut :
1) Tingkat TK nol kecil disebut nursery education.
2) Tingkat TK nol besar disebut infant education.
3) Tingkat pendidikan dasar disebut elementary education.
4) Tingkat SMTP disebut yunior high school.
5) Tingkat SMTA disebut senior high school.
6) Sekolah tinggi disebut university.
7) Sekolah tinggi khusus disebut college.
b. Umur
Menurut Azwini (1981: 25-28) dalam komposisi menurut umur dan jenis
kelamin ada empat konsep, definisi dan ukuran-ukuran yang perlu diketahui
sebagai berikut :
a) Umur tunggal
Yang dimaksud umur tunggal adalah umur seseorang yang dihitung
berdasarkan hari ulang tahun terakhirnya.
Misalnya: jika sekarang berumur 17 tahun maka dalam pengertian diatas
dianggap berumur 17 tahun.
b) Rasio jenis kelamin
Adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan banyaknya
penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya
dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 penduduk
perempuan.
c) Angka beban tanggungan
Adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang
tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dan banyaknya
orang yang termasuk usia produktif (umur 15-64 tahun).
d) Umur meridian
Adalah umur yang membagi jumlah penduduk menjadu dua bagian dengan
jumlah yang sama. Bagian yang pertama lebih muda dan bagian yang kedua
lebih tua daripada umur meridian.
c. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Struktur ini
mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografi maupun
sosial ekonomi. (Nurdin, dalam Wirosuhardjo, 1981: 20).
Jenis kelamin yang dimaksud disini adalah variasi jenis kelamin setiap
pengunjung (responden), yang dikategorikan ke dalam kelompok jenis kelamin
laki-laki dan perempuan.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Judul : Pemetaan Tingkat Penggunaan Jalur Pelayanan Alat Kontrasepsi
Dalam Keluarga Berencana (KB) Menurut Tingkat Pendidikan, Pendapatan
dan Umur Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan Jaten Kabupaten
Karanganyar Tahun 2005
Penulis : Endah Evy Nurekawati (2007, Skripsi P.Geografi FKIP UNS)
Penelitian yang dilakukan oleh Endah Evy bertujuan untuk mengetahui
persebaran spasial tingkat pendidikan PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten
Karanganyar tahun 2005, mengetahui persebaran spasial tingkat kesejahteraan
keluarga PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun 2005,
mengetahui persebaran spasial umur PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten
Karanganya tahun 2005, serta mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan,
tingkat kesejahteraan keluarga, serta umur dari pasangan usia subur (PUS)
terhadap penggunaan jalur pelayanan alat KB di Kecamatan Jaten Kabupaten
Karanganyar tahun 2005.
Analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah analisis
kuantitatif dan analisis peta. Peta yang dihasilkan dari penelitian tersebut antara
lain peta Kepadatan penduduk Kecamatan Jaten, peta penggunaan jalur pelayanan
alat kontrasepsi menurut tingkat pendidikan PUS Kecamatan Jaten Kabupaten
Karanganyar, peta penggunaan jalur pelayanan alat kontrasepsi menurut tingkat
kesejahteraan keluarga PUS Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar, peta
penggunaan jalur pelayanan alat kontrasepsi menurut umur PUS Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar, peta persebaran tingkat pendidikan PUS Kecamatan
Jaten Kabupaten Karanganyar, peta persebaran kesejahteraan keluarga PUS
Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar, peta persebaran umur PUS Kecamatan
Jaten Kabupaten Karanganyar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran tingkat penggunaan
jalur pelayanan alat kontrasepsi untuk PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten
Karanganyar melalui pelayanan swasta. Tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar adalah SLTP dan
yang terendah adalah tidak tamat SD. Tingkat kesejahteraan PUS rata-rata
penduduknya berada di Keluarga Sejahter III. Sebagian besar umur PUS adalah
lebih dari 30 tahun dengan jumlah terbanyak di Desa Degen.
Hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan keluarga dan
umur PUS terhadap penggunaan jalur pelayanan alat kontrasepsi di Kecamatan
Jaten Kabupaten Karanganyar tahun 2005 adalah : ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan penggunaan jalur pelayanan alat kontrasepsi, ada hubungan
antara tingkat kesejahteraan keluarga PUS dengan pelayanan alat kontrasepsi, ada
hubungan antara umur PUS dengan pelayanan alat kontrasepsi.
2. Judul : Pemetaan Tingkat Kerawanan Kriminalitas di Kota Surakarta Tahun
1999-2003.
Penulis : Fendya Jauhari Budi Arinto (2006, Skripsi P.Geografi FKIP UNS)
Penelitian Fendya bertujuan untuk mengetahui jenis dan persebaran
kiminalitas tahun 1999-2003, mengetahui sebaran tingkat kerawanan kriminalitas
tahun 1999-2003, mengetahui karakteristik pelaku kriminalitas dilihat dari segi
umur, jenis kelamin, dan asal pelaku tahun 1999-2003, mengetahui hubungan
tingkat kepadatan penduduk dan tingkat pengangguran terhadap jumlah tindakan
kriminalitas di Kota Surakarta tahun 2003. Metode penelitian yang digunakan
adalah analisis data sekunder dan analisis peta.
Peta-peta yang dihasilkan adalah peta kepadatan penduduk, peta jumlah dan jenis
tindak kriminal, peta kerawanan kriminalitas, peta usia dan jenis kelamin pelaku
tindak kriminalitas, peta asal pelaku kriminalitas dan peta tingkat pengangguran
dan tingkat kepadatan penduduk di Kota Surakarta tahun 1999-2005.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 1999 jenis tindakan kriminalitas
curanmor merupakan tindakan kriminal yang paling tinggi di setiap kecamatan.
Kejadian terbanyak terjadi di Kecamatan Laweyan. Wilayah yang paling rawan di
Kota Surakarta selama periode tahun 1999-2003 adalah Kecamatan Banjarsari,
kemudian Laweyan, Jebres, Pasar Kliwon dan Serengan. Pelaku tindak
kriminalitas di Kota Surakarta selama periode tahun 1999-2003 didominasi oleh
laki-laki dalam kelompok usia 20 tahun. Tingginya jumlah kejahatan tidak selalu
terdapat pada kecamatan yang mempunyai kepadatan tinggi dan begitupula
sebaliknya. Tingkat pengangguran yang tinggi selalu diikuti dengan jumlah tindak
kriminalitas yang tinggi pula, dan juga sebaliknya tingkat pengangguran yang
rendah juga diikuti dengan jumlah tindak kriminal yang rendah pula.
3. Judul : Analisis Karakteristik dan Pola Persebaran Pedagang Angkringan di
Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota
Surakarta Tahun 2007.
Penulis : Yuyun Mailana Sari (2008, Skripsi P.Geografi FKIP UNS)
Penelitian yang dilakukan oleh Yuyun Mailana Sari bertujuan untuk
mengetahui karakteristik pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan
Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2007, mengetahui persebaran
pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo Kecamatan
Jebres Kota Surakarta tahun 2007 dan mengetahui pola persebaran pedagang
angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres
Kota Surakarta tahun 2007.
Analisis yang digunakan adalah analisis tabel frekuensi, analisis tabel
silang dan analisis tetangga terdekat. Peta yang dihasilkan antara lain peta
persebaran pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo
Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2007, peta lokasi sampel pedagang
angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres
Kota Surakarta tahun 2007, dan peta pola persebaran pedagang angkringan di
Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta
tahun 2007.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa karakteristik pedagang
ankringan didominasi oleh laki-laki, dengan status sudah menikah dengan usia
antara 15-64 tahun. Tingkat pendidikannya tergolong rendah yaitu hanya tamat
SD dengan pendapatan > Rp 1.000.000.00 dengan beban tanggungan keluarga 3-5
orang dengan melakukan pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan tetap. Hari kerja
rata-rata pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo
adalah 1 minggu penuh dengan jam kerja 7-10 jam dengan masas kerja < 10 tahun
dengan modal dari tabungan sendiri rata-rata Rp 100.000.00 dan tempat usaha
yang mereka pilih yaitu di sekitar sekolah/kampus. Pedagang angkringan di
Kelurahan Jebres mayoritas menempati lokasi di sektor jasa, sedangkan pedagang
angkringan di Kelurahan Mojosongo mayoritas menempati lokasi di sekitar pasar
dan komplek pertokoan. Pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan
Mojosongo mempunyai pola memusat dengan nilai T=0,8.
Secara jelas penelitian-penelitian yang relevan dapat dilihat dalam tabel 8 berikut :
Tabel 8. Penelitian Yang Relevan
No Penulis Judul Penelitian Tujuan Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1
Endah Evy
Nurekawati
(2007)
Pemetaan Tingkat
Penggunaan Jalur
Pelayanan Alat
Kontrasepsi Dalam
Keluarga Berencana
(KB) Berdasar
Tingkat Pendidikan,
Pendapatan dan
Umur Pasangan Usia
Subur (PUS) di
Kecamatan Jaten,
Kabupaten
Karanganyar Tahun
2005
Mengetahui persebaran
spasial tingkat pendidikan
PUS di Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar
tahun 2005.
Mengetahui persebaran
spasial tingkat
kesejahteraan keluarga
PUS di Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar
tahun 2005.
Mengetahui persebaran
spasial umur PUS di
Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar
tahun 2005.
Mengetahui hubungan
antara tingkat pendidikan,
tingkat kesejahteraan
keluarga dan umur
pasangan usia subur
(PUS) terhadap
penggunaan jalur pelayan
alat KB di Kecamatan
Jaten Kabupaten
Karanganyar tahun 2005.
Analisis
kuantitatif
dan analisis
peta
Pengguna jalur pelayanan alat kontrasepsi
banyak yang memilih jalur swasta.
Persebaran spasial tingkat pendidikan yang
ditamatkan PUS adalah tamat SD-SLTP.
Persebaran spasial tingkat kesejahteraan PUS
di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar
tahun 2005 berada pada kategori KS III.
Persebaran spasial umur PUS di Kecamatan
Jaten Kabupaten Karanganyar tahun 2005
berada pada umur lebih dari 30 tahun.
Ada hubungan antara pendidikan dan tingkat
jalur pelayanan alat kontrasepsi. Ada
hubungan antara tingkat kesejahteraan PUS
dengan penggunaan jalur pelayanan alat
kontrasepsi. Ada hubungan antara umur PUS
dengan penggunaan jalur pelayanan alat
kontrasepsi.
2
Fendya Jauhari
Budi Arianto
(2006)
Pemetaan Tingkat
Kerawanan
Kriminalitas Di Kota
Surakarta Tahun
1999-2003
Mengetahui jenis dan
persebaran kriminalitas di
Kota Surakarta.
Mengetahui sebaran
tingkat kriminalitas yang
terjadi di Kota Surakarta
Mengetahui karakteristik
pelaku kriminalitas di
Kota Surakarta.
Mengetahui hubungan
tingkat kepadatan
penduduk dan tingkat
pengangguran terhadap
jumlah tindakan
kriminalitas.
Analisis data
sekunder dan
analisis peta
Pada tahun 1999 jenis tindakan kriminal
curanmor merupakan tindak kriminal yang
paling tinggi di setiap kecamatan.
Wilayah paling rawan di Kota Surakarta
secara berurutan selama periode tahun 1999-
2003 adalah dengan urutan Kecamatan
Banjarsari, Kecamatan Laweyan, Kecamatan
Jebres, Kecamatan Pasarkliwon, Kecamatan
Serengan.
Pelaku tindak kriminal di Kota Surakarta
selama periode tahun199-2003 didominasi
oleh laki-laki dalam kelompok usia diatas 20
tahun dan berasal dalam wilayah kota.
Tingginya kejahatan tidak selalu terdapat
pada kecamatan yang mempunyai jumlah
kepadatan penduduk tertinggi dan juga
sebaliknya kecamatan yang mempunyai
kepadatan yang rendah tidak selalu diikuti
tingginya kejahatan.
Tingkat pengangguran yang tinggi selalu diikuti
oleh jumlah tindak kriminal yang tinggi dan juga
sebaliknya tingkat pengangguran yang rendah
juga diikuti dengan jumlah tindak kriminal yang
rendah pula.
3
Yuyun
Mailana Sari
(2008)
Analisis
Karakteristik dan
Pola Persebaran
Pedagang
Angkringan di
Kelurahan Jebres dan
Kelurahan
Mojosongo
Kecamatan Jebres
Kota SurakartaTahun
2007
Mengetahui karakteristik
pedagang angkringan di
Kelurahan Jebres dan
Kelurahan Mojosongo
Kecamatan Jebres Kota
Surakarta tahun 2007.
Mengetahui persebaran
pedagang angkringan di
Kelurahan Jebres dan
Kelurahan Mojosongo
Kecamatan Jebres Kota
Surakarta tahun 2007
Mengetahui pola
persebaran pedagang
angkringan di Kelurahan
Jebres dan Kelurahan
Mojosongo Kecamatan
Jebres Kota Surakarta
tahun 2007
Analisis
tabel
frekuensi,
analisis tabel
silang dan
analisis
tetangga
terdekat
karakteristik pedagang ankringan
didominasi oleh laki-laki, dengan status
sudah menikah dengan usia antara 15-64
tahun. Tingkat pendidikannya tergolong
rendah yaitu hanya tamat SD dengan
pendapatan > Rp 1.000.000.00 dengan
beban tanggungan keluarga 3-5 orang
dengan melakukan pekerjaan tersebut
sebagai pekerjaan tetap. Hari kerja rata-
rata pedagang angkringan di Kelurahan
Jebres dan Kelurahan Mojosongo adalah
1 minggu penuhdengan jam kerja 7-10
jam dengan masas kerja < 10 tahun
dengan modal dari tabungan sendiri rata-
rata Rp 100.000.00 dan tempat usaha
yang mereka pilih yaitu di sekitar
sekolah/kampus.
Pedagang angkriangan di Kelurahan
Jebres mayoritas menempati lokasi di
sektor jasa, sedangkan pedagang
angkringan di Kelurahan Mojosongo
mayoritas menempati lokasi di sekitar
pasar dan komplek pertokoan.
Pedagang angkringan di Kelurahan Jebres
dan Mojosongo mempunyai pola
memusat dengan nilai T=0,8.
3 MS Khabibur
Rahman
(2009)
Analisis Spasial
Warung Internet
(WARNET)
Kecamatan Jebres
Kota Surakarta tahun
2008
Mengetahui distribusi
spasial warnet di
Kecamatan Jebres Kota
Surakarta tahun 2008.
Mengetahui pola
persebaran warnet di
Kecamatan Jebres Kota
Surakarta tahun 2008.
Mengetahui jangkauan
pasar warnet di
Kecamatan Jebres Kota
Surakarta tahun 2008.
Mengetahui karakteristik
pengunjung warnet di
Kecamatan Jebres Kota
Surakarta tahun 2008.
Analisis peta
dan analisis
tabel
-----
C. Kerangka Berfikir
Warnet merupakan usaha dalam bidang jasa yang menyediakan fasilitas
berupa koneksi internet. Pendirian sebuah warnet sangat dipengaruhi oleh
keberadaan penggunanya atau sering disebut netter. Dalam persaingan usaha
warnet yang sangat ketat perlu ditingkatkan pelayanannya guna menarik minat
para netter untuk memanfaatkan fasilitas tersebut. Semakin baik pelayanan yang
diberikan oleh sebuah warnet maka semakin banyak pula konsumen yang datang.
Lokasi didirikannya warnet banyak dijumpai disekitar kampus karena
warnet merupakan usaha yang berbasis terhadap teknologi
(www.indomedia.com/sripo/2008/07/12/1207H15.pdf.) Warnet diharapkan
mampu membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya dalam bidang
teknologi, hiburan dan informasi. Di Kecamatan Jebres banyak dijumpai warnet
dari berbagai provider yang berlokasi mayoritas di sekitar kampus. Kampus
sebagai tempat yang banyak dihuni oleh kalangan mahasiswa merupakan tempat
yang sangat potensial bagi pengembangan usaha warnet, hal ini didukung dengan
mayoritas pengguna warnet adalah pelajar dan mahasiswa. Salah satu kampus
yang ada di Kecamatan Jebres adalah kampus Universitas Sebelas Maret (UNS),
yang di lingkungannya banyak terdapat tempat tinggal mahasiswa yang berupa
kost. Banyak sedikitnya jumlah warnet bergantung kepada pendidikan, jenis
kelamin dan umur serta banyaknya jumlah konsumen yang ada.
Semakin banyaknya jumlah warnet yang ada di Kecamatan Jebres
mendorong perlu dilakukannya kajian keruangan warnet. Analisis keruangan
merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi
keruangan sebagai penekanan. Pembahasan dalam analisis keruangan tertuju pada
teori dan model yang akan digunakan. Hal-hal yang menjadi fokus perhatian
analisis keruangan adalah mengenai lokasi, distribusi dan interaksi keruangan.
Lokasi akan memberikan penjelasan lebih lanjut tentang daerah / tempat yang
bersangkutan. Lokasi merupakan variabel yang dapat mengungkapkan berbagai
hal tentang gejala yang dipelajari.
Distribusi menjelaskan tentang kekhasan distribusi dari gejala-gejala yang
ada dipermukaan bumi, hal ini tidaklah mudah karena kenampakan yang ada di
permukaan bumi tercipta dari berbagai dimensi bentuk dan terjalin dalam suatu
sistem yang sangat komplek. Dalam menggambarkan persebaran, pola persebaran
dan jangkauan dari warnet harus menggunakan alat bantu berupa peta dalam
menyajikan fenomena-fenomena geografi yang luas menjadi fenomena geografi
yang mudah diobservasi sesuai dengan pandangan manusia.
Banyaknya jumlah warnet yang ada di kecamatan yang tersebar disekitar
kampus UNS mendorong untuk dilakukannya penelitian yang berkaitan dengan
persebaran, pola persebaran serta jangkauan pasar warnet. Cara yang digunakan
untuk mengamati persebaran dan jangkauan warnet adalah dengan menganalisis
peta, sedangkan untuk mengetahui pola persebaran warnet digunakan analisis
tetangga terdekat.
Karaktersitik pengguna yang ditinjau dari segi pendidikan, umur dan jenis
kelamin akan berbanding lurus dengan penggunan warnet, karena para pengguna
warnet umumnya memiliki pendidikan yang baik serta umur dan jenis kelamin
tertentu. Analisis yang digunakan untuk mengetahui karakteristik pengguna
warnet adalah analisis tabel silang.
Dengan melakukan analisis peta akan dapat diketahui persebaran warnet di
Kecamatan Jebres, persebaran warnet berdasarkan ISP, persebaran warnet
berdasarkan jumlah komputer, pola persebaran warnet serta jangakauan pasar
warnet. Selain itu dengan melakukan analisis tebel silang akan dapat diketahui
karakteristik pengguan warnet berdasarkan umur, jenis kelamin dan pendidikan.
Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dapat dilihat pada gambar 3
berikut:
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
PERSAINGAN WARNET
Karakteristik Pengguna Warnet: 1. Umum 2. Pendidikan 3. Jenis Kelamin
Pemilihan Lokasi Warnet :
1. Lokasi
2. Koneksi
3. Komputer dan aksesoris
4. Suasana
Pengguna Warnet Pengusaha Warnet
Distribusi Warnet Pola Distribusi Warnet Jangkauan Pasar Warnet
Karakteristik Pengguna
Warnet
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode adalah sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dengan
proses penelitian. Penelitian diartikan sebagai suatu upaya dalam bidang ilmu
pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip
dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran. (Mardalis,
2004: 24).
Metode penelitian adalah suatu metode ilmiah yang memerlukan
sistematika dan prosedur yang harus ditempuh dengan tidak mungkin
meninggalkan unsur, komponen yang diperlukan dalam suatu penelitian.
(Mardalis, 2004: 24).
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. (Nawawi, 1990:
63).
Dalam penelitian analisis spasial warnet, penulis menggunakan metode
deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan persebaran warnet di
Kecamatan Jebres, pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres, jangkauan pasar
warnet di Kecamatan Jebres dan karakteristik pengguna warnet di Kecamatan
Jebres.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
A. Tempat Penelitian
Penentuan daerah yang akan dilakukan penelitian merupakan suatu
langkah yang dilakukan dalam survei. Penelitian dilakukan di Kecamatan Jebres
Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitian di Kecamatan Jebres
Kota Surakarta dengan obyek penelitian seluruh warnet yang terletak di
Kecamatan Jebres. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan
Jebres adalah:
a. Lokasi penelitian dianggap memenuhi faktor-faktor yang menjadi syarat
dalam pendirian warnet.
b. Kecamatan Jebres memiliki jumlah warnet paling banyak dibandingkan
dengan kecamatan lain di daerah Kota Surakarta. Terbukti jumlah warnet
yang tersebar di Kecamatan Jebres mencapai angka 35% pada bulan
September tahun 2008.
c. Kelengkapan tempat pendidikan yang merupakan pusat dari perkembangan
warnet, terutama dengan adanya Universitas Sebelas Maret.
B. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan
laporan ini dilaksanakan. Penelitian dilaksanakan selama sebelas bulan terhitung
sejak dilakukannya persiapan.
Tabel 9. Waktu Perncanaan Penelitian
NO Kegiatan Feb.
2008
Mar.
2008
Apr.
2008
Apr-
Okt
2008
Nov-
Feb
2008-
2009
Feb-
Mar
2009
1 Persiapan
2 Pengajuan
Proposal
3 Penyusunan
Instrumen
4 Pengumpulan
Data
5 Analisis data
6 Penyusunan
Laporan
B. Metode Penelitian
Untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu penelitian selalu digunakan
cara-cara yang sering diistilahkan dengan metode penelitian. Menurut Surachmad
(1998: 131), metode adalah suatu cara utama yang digunakan untuk mencapai
suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan
menggunakan teknik dan alat-alat tertentu.
Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian analisis
persebaran warnet Kecamatan Jebres adalah metode deskriftif dan metode survei.
Metode deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini secara aktual dan
cermat (Hasan, 2002: 22), sedangkan jenis metode deskriptif yang digunakan
didalam penelitian analisis persebaran warnet adalah metode survei. Metode
survei menyelidiki tentang fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari
keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, dari
suatu kelompok atau suatu daerah (Nazir, 1999: 65).
Menurut Arikunto (1996: 93) bahwa metode survey adalah salah satu
cara pendekatan dalam penelitian yang pada umumnya digunakan untuk
mengelompokan data yang luas dan banyak.
Sifat dari metode ini adalah mengadakan pengamatan, pengukuran dan
pencatatan mengenai gejala dan fakta secara langsung di lapangan guna
memperoleh data sebagai bahan penelitian yaitu mengetahui analisis spasial
warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
C. Sumber Data
Sumber data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, sebab
tidak semua data dapat dijadikan bahan penelitian. Untuk mendapat data yang
diperlukan dan lengkap perlu instansi atau badan resmi yang berwenang di
bidangnya. Instansi yang berwenang mengeluarkan data atau memberikan
informasi yang berkaitan dengan warnet adalah internet service provider (ISP).
Dalam penelitian ini data yang digunakan meliputi data sekunder dan data
primer. Tika (1997: 67) mengemukakan bahwa “Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya
dengan yang diteliti”. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lokasi warnet yang diperoleh melalui pengukuran di lapangan dengan
menggunakan GPS (Global Positioning System) dan data hasil wawancara.
Tika (1997: 67) mengemukakan bahwa “Data sekunder adalah data yang
lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri
peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang
asli”.
Tabel 10. Data dan Jenis Data serta Sumber Data
No Data Jenis Data Sumber
1 Peta Rupabumi Indonesia (RBI) lembar
1408-343 (sumber data)
Sekunder Bakosurtanal
2 Lokasi warnet (koordinat) Primer ISP, Ploting GPS
3 Penggunaan lahan Kota Surakarta
(sumber data)
Sekunder Kompilasi RBI,
Google Earth
4 Jumlah Penduduk Kecamatan Jebres Sekunder BPS
5 Jumlah pengunjung warnet Sekunder Warnet
6 Karakteristik pengguna warnet Primer Kuesioner
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas
atau tidak terbatas (Tika, 1997: 32). Komarudin dalam Mardalis (2002: 53)
mengemukakan bahwa “populasi adalah semua individu yang menjadi sumber
pengambilan sampel”. Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
populasi adalah semua individu atau obyek yang menjadi sumber pengambilan
sampel yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas.
Penelitian analisis spasial warnet Kecamatan Jebres merupakan
penelitian populasi yang berarti seluruh populasi digunakan dalam penelitian ini.
Banyaknya populasi bergantung kepada banyaknya jumlah warnet yang ada di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Jumlah populasi warnet yang ada di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta ada 31 warnet.
Mardalis (2002: 55) berpendapat “ Sampel adalah sebagian dari seluruh
individu yang menjadi obyek penelitian”. Tujuan penentuan sampel adalah untuk
mengemukakan dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan untuk menarik
generalisasi dari hasil penyelidikan. Dalam pengambilan sampel harus dipenuhi
syarat-syarat utama dalam proses pengambilannya yang berarti sampel yang
digunakan harus dapat mewakili populasi yang telah dikemukakan.
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling atau sampel
bertujuan. Tujuan pengambilan sampel adalah untuk mengetahui karakteristik
pengunjung warnet dilihat dari segi umur, pendidikan dan pekerjaan. Besarnya
sampel penelitian menurut Arikunto (2002: 112), apabila subyek penelitian
kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyek penelitian lebih besar dari 100
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan jumlah rata-
rata pengunjung warnet perharinya, maka jumlah sampel yang diambil sebanyak
10% atau berjumlah 26 sampel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi,
teknik observasi, teknik wawancara dan kuesioner.
1. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa contoh, transkip, buku, surat kabar, majalah ( Arikunto, 1993 : 202 ).
Teknik dokumentasi merupakan teknik yang memberikan informasi secara tepat
dan akurat untuk dipertanggungjawabkan. Teknik pengumpulan data ini dilakukan
dengan cara mengutip pada sumber data yang tersedia. Dalam penelitian ini
sumber tertulis berasal berdasar data yang diperoleh dari ISP (Internet Serviec
Provider).
2. Teknik Observasi
Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematik terhadap gejala
atau fenomena yang terjadi di lapangan. Teknik observasi digunakan untuk
memperoleh data titik koordinat dari masing-masing warnet dengan menggunakan
GPS (Global Positioning System), kemudian data titik koordinat tersebut
diplotkan pada Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 25000 Sheet 1408-343 lembar
Surakarta sebagai peta dasar.
3. Teknik Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi 2 orang melibatkan seseorang yang
ingin memperoleh komunikasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan – pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu ( Mulyana 2004 : 180 ).
Mardalis (2002: 64) berpendapat bahwa “ Wawancara adalah teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan –
keterangan lisan melalui bercakap–cakap dan berhadapan muka dengan orang
yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti”.
Wawancara penelitian ini dilakukan kepada pengelola jasa warnet untuk
memperoleh data yang lengkap dan baik. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
rata-rata pengujung warnet perhari, jumlah komputer dan kelengkapan aksesoris
komputer.
4. Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan bagi pengumpul data dalam
penelitian. Teknik pengumpulan datanya dapat dilakukan secara lisan maupun
tulisan. Kuesioner yang disajikan secara lisan, dilakukan dengan cara
membacakan pertanyaan tersebut kepada informan secara tepat sesuai dengan
yang tertulis yang jawabannya dicatat dalam kuesioner tersebut sesuai dengan
jawaban yang tersedia.
Kuesioner yang dilakukan secara tertulis biasanya dikirim langsung ke
setiap responden atau dikumpulkan langsung oleh pengumpul datanya sendiri.
Cara pengumpulan data dengan tertulis seperti ini biasa disebut dengan teknik
angket. Teknik angket dilakukan terutama untuk memperoleh data yang banyak
dalam waktu yang singkat.
Kuesioner atau daftar pertanyaannya dalam penelitian kualitatif selalu
bersifat terbuka (open-ended questionnaire). Artinya pada setiap pertanyaan
memang bisa juga diberikan alternatif jawabannya, namun pada bagian bawahnya
selalu disediakan ruang yang cukup untuk memberikan kesempatan pada informan
untuk menulis alasan mengapa ia menjawab demikian, atau hal-hal lain yang
mungkin penting dan berkaitan dengan masalah yang ditanyakan, yang ingin ia
utarakan. (Sutopo, 2006: 82).
F. Teknik Analisis Data
Patton dalam Moleong (1990: 103) bependapat bahwa “Analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar”.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data sekunder dan teknik analisis peta, teknik analisis data sekunder
dengan cara mentabulasi ke dalam bentuk tabel dan grafik maupun peta,
kemudian diuraikan dalam bentuk kalimat. Adapun data yang perlu dianalisis
adalah :
1. Analisis Distribusi Spasial Warnet
Analisis distribusi spasial warnet digunakan untuk mengetahui sebaran
dari warnet yang ada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dengan menggunakan
analisis peta.
2. Analisis Pola Perebaran Warnet
Analisis deskripsi spasial dilakukan untuk mengetahui pola sebaran
warnet di Kecamatan Jebres. Analisis deskripsi spasial dilakukan menggunakan
parameter tetangga terdekat. Adapun rumus parameter tetangga terdekat menurut
Bintarto dan Surastopo Hadisumarno ( 1979: 75) adalah sebagai berikut:
Jh
JuT
Keterangan :
T = Indeks persebaran tetangga terdekat.
Ju = Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang
terdekat.
Jh = Jarak rata-rata yang diperoleh andaikan semua titik mempunyai pola random.
Jhp2
1
P = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N)
dibagi luas wilayah (A).
Parameter tetangga terdekat adalah suatu rumus yang penerapannya
mendasarkan pada analisis jarak dengan bantuan peta. Pada rumus tersebut yang
dimaksudkan jarak adalah jarak di peta, sehingga data jarak (Ju dan Jh)
didapatkan dari pengukuran antara titik warnet satu dengan warnet lain di peta.
Setelah diketahui angka indek tetangga terdekat, maka angka indek tersebut
dimasukkan pada klasifikasi pola persebaran. Adapun jenis pola persebaran yang
ditentukan adalah :
T = 0 maka pola persebaran mengelompok.
T = 1 maka pola persebaran acak.
T = 2,15 maka pola persebaran seragam.
3. Analisis Jangkauan Pasar Warnet
Untuk mengetahui jangkauan pasar wanet digunakan analisis buffer
dengan bantuan SIG. Jarak yang digunakan dalam pengukuran digunakan asumsi
yang diperoleh dari hasil teknik dokumentasi dan wawancara serta angket yang
kemudian diambil rata-rata ketersediaan seseorang untuk pergi ke warnet. Dari
hasil wawancara serta angket akan diketahui jarak jangkauan warnet yang
kemudian dibuffer dari lokasi warnet.
4. Analisis Karakteristik Pengunjung Warnet
Untuk mengetahui karakteristik pengunjung warnet digunakan angket.
Setelah hasil angket diperoleh lalu dimasukkan dalam tabel silang yang
menunjukkan persebaran data hasil angket yang berupa karakteristik pengunjung
warnet dilihat dari segi pendidikan, jenis kelamin dan umur. Analisis yang
digunakan adalah analisis tebel silang.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan penjelasan yang memberikan gambaran
tentang keseluruhan dari kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis data yang
terkumpul, sampai dengan penulisan laporan. Prosedur dalam penelitian ini dapat
dirinci sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap paling awal dalam sebuah penelitian.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:
a. Menentukan lokasi dan waktu penelitian
b. Mengamati permasalahan yang ada pada lokasi yang telah ditentukan
c. Survei ketersediaan data
d. Studi pustaka
2. Tahap Penyusunan Proposal
Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap persiapan, yaitu berupa
kegiatan merumuskan permasalahan yang ada ke dalam tulisan berupa
proposal penelitian yang terdiri dari pendahuluan, kajian teori dan metodologi
penelitian.
3. Tahap Penyusunan Instrumen
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menentukan alat penelitian
yang diantaranya adalah menyusun daftar pertanyaan dalam kuesioner yang
akan diberikan kepada responden. Daftar pertanyaan tersebut digunakan
untuk mengetahui karakteristik pengguna warnet. Data lokasi persebaran
diperoleh dari data lapangan berupa tabel titik-titik lokasi absolut berupa
lintang dan bujur dengan menggunakan GPS (Global Positioning System).
Dari sebaran titik-titik lokasi absolut tersebut dapat diketahui pola persebaran
warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
4. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa pengumpulan data melalui
studi dokumen dan observasi di lapangan.
5. Tahap Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan suatu uraian sehingga ditemukan tema. Kegiatan
yang dilakukan pada tahap ini adalah mengelompokkan data untuk
kepentingan analisis data, setelah data terkumpul ditabulasi silang untuk
mengetahui kecenderungan diantara dua variabel atau lebih, dan setelah
diketahui kecenderungannya maka hasil penelitian dijabarkan secara
deskriptif.
6. Tahap Penulisan Laporan
Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap penulisan hasil penelitian
yang ditulis berdasarkan pada hasil penelitian tentang karakteristik penguna
warnet berdasarkan pendidikan, umur dan jenis kelamin, selain itu dijelaskan
pula persebaran, pola persebaran serta jangkauan pasar warnet. Laporan yang
ditulis selanjutnya dilengkapi atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, dan
gambar disertai peta daerah penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Letak, Luas dan Batas
a. Letak
Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota
Surakarta. Berdasarkan Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-343 Surakarta,
Kecamatan Jebres terletak antara 7°31’41” LS sampai 7°34’37” LS dan
110°49’42” BT sampai 110°52’08” BT.
b. Luas
Luas Kecamatan Jebres adalah 1393,74 Ha yang terdiri atas 11
kelurahan, yaitu Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan Kepatihan Wetan,
Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sewu, Kelurahan
Pucang Sawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan
Tegalharjo, Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo.
Tabel 11. Luas Kelurahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008
NO NAMA KELURAHAN
Luas
Ha (%)
1 Kepatihan Kulon 18,93 1,358
2 Kepatihan Wetan 39,57 2,839
3 Sudiroprajan 23,50 1,686
4 Gandekan 34,52 2,477
5 Sewu 47,40 3,401
6 Pucang Sawit 128,12 9,193
7 Jagalan 61,92 4,443
8 Purwodiningratan 38,87 2,789
9 Tegalharjo 22,61 1,622
10 Jebres 432,28 31,016
11 Mojosongo 546,02 39,177
Jumlah 1393,74 100
Sumber : Monografi Kecamatan Jebres tahun 2007
52
c. Batas
Kecamatan Jebres secara administratif berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Gondangrejo
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Mojolaban dan Kecamatan
Pasarkliwon
3. Sebelah Barat : Kecamatan Banjarsari
4. Sebelah Timur : Kecamatan Jaten
Untuk lebih jelasnya mengenai daerah administrasi Kecamatan Jebres
dapat dilihat pada peta 1.
d. Penggunaan Lahan
Berdasarkan data sekunder dari Surakarta Dalam Angka Tahun
2007, diketahui bahwa luas penggunaan lahan di Kecamatan Jebres adalah
1258,18 Ha, sebagian besar berupa permukiman. Secara garis besar
penggunaan lahan di Kecamatan Jebres dapat dilihat pada tabel 12 dan pada
Peta 2.
Tabel 12. Penggunaanlahan Kecamatan Jebres
No Penggunaan Lahan Jumlah
Ha %
1 Perumahan / Permukiman 666,00 52,93
2 Jasa 176,75 14,05
3 Perusahaan 87,00 6,91
4 Industri 25,38 2,02
5 Tanah Kosong 16,19 1,29
6 Tegalan 88,83 7,06
7 Sawah 21,33 1,70
8 Kuburan 38,98 3,10
9 Lapangan Olah raga 10,51 0,84
10 Taman Kota 22,60 1,80
11 Lain – Lain 104,61 8,31
Jumlah 1258,18 100,00
Sumber : Surakarta Dalam Angka Tahun 2007
2. Keadaan Penduduk
Untuk memberikan gambaran umum mengenai keadaan penduduk di
Kecamatan Jebres, berikut ini dikemukakan data mengenai jumlah dan persebaran
penduduk, kepadatan penduduk serta komposisi penduduk.
a. Jumlah dan Persebaran Penduduk
Menurut data monografi Kecamatan Jebres jumlah penduduk di
Kecamatan Jebres sampai bulan Januari 2008 adalah sebesar 140.551 jiwa,
yang terdiri dari 69.276 jiwa penduduk laki-laki dan 71.235 jiwa penduduk
perempuan. Jumlah tersebut terdiri dalam 32.278 kepala keluarga. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13 di bawah ini.
Tabel 13. Jumlah dan Penyebaran Penduduk di Kecamatan Jebres
No Kelurahan
Laki-laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah Penduduk
Jiwa %
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucang Sawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo
1043
1581
2071
4672
4121
7077
5928
2292
3048
15890
21553
1187
1532
2500
4765
4295
6910
6353
2340
3184
16422
21747
2230
3113
4571
9437
8416
13987
12281
4632
6232
32312
43300
1,59
2,21
3,25
6,71
6,00
9,95
8,74
3,29
4,43
23,00
30,81
Jumlah 69276 71235 140551 100,00
Sumber: Data Monografi Kecamatan Jebres Tahun 2007
Berdasarkan data dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah
penduduk yang paling banyak adalah di Kelurahan Mojosongo yaitu 43.300
jiwa (30,78 %) dengan 21.553 jiwa penduduk laki-laki dan 21.747 jiwa
penduduk perempuan, sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah di
Kelurahan Kepatihan Kulon yaitu 2.224 jiwa (1,58 %) dengan 1.039 jiwa
penduduk laki-laki dan 1.185 jiwa penduduk perempuan. Bila dilihat dari
daerah persebarannya, maka jumlah penduduk perempuan lebih banyak
daripada jumlah penduduk laki-laki.
b. Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk suatu daerah merupakan perbandingan
antara luas daerah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk di daerah
yang bersangkutan, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk = -------------------------
Luas Wilayah
Berdasarkan Tabel 11 dapat dihitung kepadatan penduduk di Kecamatan
Jebres sebagai berikut :
Kepadatan penduduk =
= 10089 Jiwa/Km2
Mantra (1985: 35) mengklasifikasikan kepadatan penduduk aritmatik
pada suatu daerah sebagai berikut :
Tabel 14. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk
No Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) Keterangan
1
2
3
4
5
6
≤ 101
101 – 500
501 – 1000
1001 – 2000
2001 – 3000
≥ 3000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi Sekali
Berdasarkan rumus dan perhitungan kepadatan penduduk di atas
maka dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Jebres
termasuk dalam kriteria kepadatan penduduk kelompok 6 atau tinggi sekali
dengan kepadatan penduduk yaitu sebesar 10089 Jiwa/Km2.
Tabel 15. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Jebres
No Kelurahan Luas Kel
(Km2)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/Km2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucang Sawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo
0,19
0,40
0,23
0,34
0,47
1,28
0,61
0,39
0,22
4,32
5,46
2230
3113
4571
9437
8416
13987
12281
4732
6232
32312
43300
11736
7782
19873
27755
17906
10927
20132
12133
28327
7479
7930
Jumlah 13,93 140551
Sumber: Data Monografi Kecamatan Jebres Tahun 2007
Berdasarkan Tabel 15 di atas, dapat diketahui bahwa kepadatan
penduduk yang paling tinggi adalah di Kelurahan Tegalharjo yaitu sebesar
28327 Jiwa/Km2 dengan jumlah penduduk 6232 jiwa dan luas wilayah 0,22
Km2, sedangkan kepadatan penduduk yang paling rendah terdapat di
Kelurahan Jebres yaitu sebesar 7479 dengan jumlah penduduk 32312 dan
luas wilayah 4,32 Km2.
c. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk adalah gambaran susunan penduduk yang
dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang
sama. Komposisi-komposisi penduduk dapat menentukan kualitas penduduk
dari segi kehidupannya dan dari segi sosial seperti aktivitas ekonomi dan
pendidikan. Komposisi penduduk dalam penelitian ini yang berkaitan atau
ada relevansi dengan judul penelitian ini adalah komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin, menurut tingkat pendidikan dan menurut
mata pencaharian.
1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah
variabel yang penting dalam sebuah kependudukan. Karena dengan
diketahuinya komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ini
dapat digunakan untuk mengetahui pertambahan penduduk, perpindahan
penduduk dan dapat digunakan sebagai petunjuk atau dasar untuk
menyusun beberapa kebijakan pemerintah yang dalam hal ini berkaitan
dengan masalah pendidikan, penyusunan kebijakan penduduk seperti
masalah keluarga berencana dan masalah ketenagakerjaan. Selain itu
dengan mengetahui komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis
kelamin diharapkan dapat diketahui penduduk baik yang belum
produktif, produktif maupun yang sudah tidak produktif lagi.
Untuk mengetahui secara rinci komposisi penduduk menurut umur
dan jenis kelamin di Kecamatan Jebres dapat dilihat pada Tabel 16
berikut ini:
Tabel 16. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Jebres Tahun 2007
Kelompok
Umur (Tahun)
Laki-laki Perempuan Jumlah
Jiwa % Jiwa % Jiwa %
0 – 9
10 – 19
20 – 29
30 – 39
40 – 49
50 – 59
> 60
20303
13285
14415
6788
5773
4965
3747
29,3
19,2
20,8
9,8
8,3
7,2
5,4
20825
13933
15013
6960
6067
5312
3135
29,2
19,6
21,1
9,8
8,5
7,4
4,4
41128
27218
29428
13748
11840
10277
6882
29,3
19,4
21,0
9,8
8,4
7,2
4,9
Jumlah 69276 100,0 71235 100,0 140551 100,0
Sumber: Data Monografi Kecamatan Jebres Tahun 2007
Dari tabel 16 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di
Kecamatan Jebres yang terbesar menurut umur adalah kelompok umur
0-4 tahun yaitu sebesar 26850 jiwa (19%) dan terendah adalah
kelompok umur > 60 tahun yaitu sebesar 6882 jiwa (4,9%).
Jika dilihat dari jenis kelamin maka jumlah penduduk antara
golongan laki-laki dan perempuan rata-rata hampir sama. Meskipun
jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk
laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini:
Tabel 17. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan
Jebres Tahun 2007
No Jenis Kelamin Jumlah
Jiwa %
1
2
Laki-laki
Perempuan
69276
71235
49,29
50,68
Jumlah 140551 100,00
Sumber: Data Monografi Kecamatan Jebres Tahun 2007
Berdasarkan tabel 17 di atas, maka dapat diketahui bahwa
penduduk di Kecamatan Jebres antara laki-laki dan perempuan lebih
banyak penduduk perempuan yaitu sebesar 71235 jiwa (50,68%),
sedangkan penduduk laki-laki sebesar 69276 (49,29%). Dari data
tersebut dapat diketahui pada besarnya jenis kelamin atau Sex Ratio
(SR) yaitu perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk
perempuan. Perhitungan Sex Ratio dirumuskan sebagai berikut:
Sex Ratio (SR) =
Keterangan :
SR = Rasio Jenis Kelamin
a = Jumlah Penduduk Laki-laki
b = Jumlah Penduduk Perempuan
Dengan rumus di atas dapat dihitung besarnya rasio jenis kelamin
penduduk di Kecamatan Jebres sebagai berikut :
Sex Ratio (SR) =
= 97
Dari hasil perbandingan di atas, maka dapat diperoleh bahwa Sex
Ratio 97, ini berarti bahwa untuk setiap 97 penduduk laki-laki sebanding
dengan 100 penduduk perempuan. Apabila angka tersebut jauh di bawah
100, dapat menimbulkan masalah karena ini berarti di daerah tersebut
kekurangan penduduk laki-laki, akibatnya antara lain kekurangan tenaga
laki-laki untuk melaksanakan pembangunan.
Rasio jenis kelamin dapat pula dibuat berdasarkan kelompok
umur. Berikut akan disajikan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk
Kecamatan Jebres menurut kelompok umur tahun 2007.
Tabel 18. Rasio Jenis Kelamin Penduduk di Kecamatan Jebres
Tahun 2007
Kelompok Umur
(Tahun)
Penduduk
Laki-laki
(Jiwa)
Penduduk
Perempuan
(Jiwa)
Rasio Jenis
Kelamin
(%)
0 – 9
10 – 19
20 – 29
30 – 39
40 – 49
50 – 59
> 60
20303
13285
14415
6788
5773
4965
3747
20825
13933
15013
6960
6067
5312
3135
97,5
95,3
96,0
97,5
95,1
93,4
119,5
Jumlah 69276 71235 97,2
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk keseluruhan jumlah
penduduk perempuan lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki-
laki, sehingga secara total SR (Sex Ratio) lebih kecil dari 100.
2) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah juga dapat dijadikan
dasar untuk mengetahui potensi suatu daerah tentang sumberdaya
manusianya. Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan modal
yang sangat berharga bagi pembangunan, baik itu pembangunan
manusia itu sendiri maupun pembangunan ekonomi. Pendidikan atau
pembangunan diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari
pembangunan manusia. Dengan mengetahui tingkat pendidikan
penduduk suatu masyarakat, dapat diketahui masalah sosial apa yang
harus dipecahkan serta aspek kehidupan apa yang harus dikembangkan.
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan adalah
pengelompokan penduduk berdasarkan pendidikannya, baik mereka
yang belum sekolah maupun yang sudah lulus perguruan tinggi.
Komposisi penduduk menurut pendidikan digunakan untuk mengetahui
tingkat kesadaran penduduk terhadap dunia pendidikan. Pendidikan
sangat penting karena dapat berpengaruh terhadap perkembangan diri
seseorang, dengan pendidikan dapat mendewasakan seseorang karena
dengan adanya pendidikan maka secara langsung akan menghadapi
banyak permasalahan baik di lingkungan maupun masalah yang
diberikan oleh pendidik.
Selain itu komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan juga
dapat memberikan gambaran tentang tingkat pendidikan di suatu daerah,
tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah dapat mencerminkan status
sosial masyarakatnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu
masyarakat maka secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi pola pikir dalam kehidupan bermasyarakat. Tingkat
pendidikan juga berhubungan dengan pemilihan jenis aktivitas di luar
sektor pertanian.
Berikut ini disajikan data komposisi penduduk menurut tingkat
pendidikan di Kecamatan Jebres.
Tabel 19. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di
Kecamatan Jebres Tahun 2007
No Tingkat Pendidikan Jumlah
Orang %
1
2
3
4
5
6
7
Tamat Akademi / PT
Tamat SLTA
Tamat SLTP
Tamat SD
Tidak Tamat SD
Belum Tamat SD
Tidak Sekolah
5745
18434
24179
23517
16824
40341
13804
4,0
13,0
17,0
16,4
11,8
28,2
9,7
Jumlah 142844 100
Sumber: Data Monografi Kecamatan Jebres Tahun 2007
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran, pola persebaran,
jangkauan pasar serta karakteristik pengunjung warnet yang ada di Kecamatan
Jebres. Karakteristik yang diamati pada penelitian ini adalah tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, jenis kelamin dan umur pengguna warnet.
1. Persebaran Warnet di Kecamatan Jebres
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui persebaran warnet yang ada di
Kecamatan Jebres adalah analisis spasial dengan menggunakan peta. Dalam
penelitian ini peta digunakan sebagai media penyaji dalam menampilkan lokasi
persebaran warnet. Dalam penggambarannya di peta, warnet disimbolkan
menggunakan titik (point) yang berarti satu titik pada peta menunjukkan satu
warnet di permukaan bumi. Lokasi titik tersebut menggambarkan kedudukannya
secara absolut di permukaan bumi. Untuk lebih jelasnya mengenai nama dan letak
warnet yang ada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 dapat dilihat
pada tabel 20 berikut :
Tabel 20. Persebaran Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
2008
No Warnet
Lokasi
X (Bujur) Y (Lintang)
Administrasi
(kelurahan)
1 Speed 110°51' 03,2" 7°33'23" Jebres
2 D-Neo 110°51'19,8" 7°33'14,4" Jebres
3 Van Java 1 110°51'19,7" 7°33'13,9" Jebres
4 Kezia Net 110°51'19,5" 7°33'12" Jebres
5 Atma Bakti 110°51'25,9" 7°33'11,6" Jebres
6 New Planet 110°51'25,7" 7°33'14,2" Jebres
7 Telesat 110°51'27,5" 7°33'15,8" Jebres
8 Spidernet 110°51'34,7" 7°33'15,9" Jebres
9 Adios Bene 110°51'35,2" 7°33'15,8" Jebres
10 Tisanda 110°51'37,6" 7°33’15,8” Jebres
11 Bagongnet 110°51’39,9” 7°33’15,1” Jebres
12 Der Konig 110°51’40,1” 7°33’14,8” Jebres
13 Turbo Net 110°50’58” 7°33’42” Jebres
14 Consulta 110°51’07” 7°33’29,2” Jebres
15 Y Internet 110°50’06,5” 7°33’47,8” Kepatihan Wetan
16 Mesenet 110°50’07,5” 7°33’45,6” Kepatihan Wetan
17 Achindonet 110°51’16,9” 7°33’50,5” Jebres
18 Mr Internet 110°51’17,9” 7°33’50,8” Jebres
19 Mughni 110°51’41,6” 7°33’10,5” Jebres
20 Van Java 2 110°51’38,9” 7°33’16,1” Jebres
21 Apel 110°51’22,4” 7°33’15,9” Jebres
22 X1 110°51’22,5” 7°33’14,2” Jebres
23 Rumah Internet 110°51’19” 7°33’15,2” Jebres
24 MJ Net 110°50’33,6” 7°32’21,7” Mojosongo
25 Net Blogger 110°50’36,9” 7°32’16,9” Mojosongo
26 Room Net 110°51’19,8” 7°32’08,8” Mojosongo
27 De Lounge 110°51’19,8” 7°33’15” Jebres
28 Salwa 110°51’19,5” 7°33’09,5” Jebres
29 Cyber Net 110°50’09,3” 7°34’02,6” Purwodiningratan
30 Digimix 110°50’18,9” 7°34’14” Gadekan
31 Telkom 110°51’15,7” 7°33’50,1” Jebres
Sumber : Pengukuran lapangan
Untuk membantu penyajian data persebaran warnet di Kecamatan Jebres
digunakan suatu sistem yang disebut Sistem Informasi Geografis (SIG) yang
mengolah data atribut berupa titik lokasi warnet yang kemudian dimasukkan ke
dalam peta dasar yang dikompilasi dari Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-
343. Hasil akhir dari pengolahan data yang dilakukan menggunakan SIG berupa
peta persebaran warnet Kecamatan Jebres.
Penentuan jumlah titik warnet didasarkan pada jumlah keseluruhan
populasi warnet yang ada di Kecamatan Jebres. Jumlah populasi yang ada di
Kecamatan Jebres sebanyak 31 warnet yang tersebar di beberapa kelurahan yang
ada di Kecamatan Jebres yaitu Kelurahan Jebres, Mojosongo, Gadegan,
Purwodiningratan, dan Kepatihan Wetan. Persebaran warnet yang paling banyak
terdapat di Kelurahan Jebres yaitu 24 warnet atau 77,4% dari total warnet yang
ada di Kecamatan Jebres. Persebaran warnet di Kelurahan Jebres paling banyak
terdapat di sekitar kampus UNS dengan total 22 warnet atau 70,9% dari seluruh
warnet yang ada di Kecamatan Jebres. Di Kelurahan Mojosongo terdapat 3 warnet
atau 9,7%, Kelurahan Kepatihan Wetan sebanyak 2 warnet atau 6,5%, dan
Kelurahan Purwodiningratan dan Gandekan masing-masing 1 warnet atau masing-
masing 3,2%.
Banyaknya jumlah warnet yang ada di Kelurahan Jebres tidak lepas dari
strategi pengusaha warnet yang mendasarkan pendirian usahanya pada faktor
lokasi yang dekat dengan kampus. Kampus merupakan lokasi yang sangat
strategis dikarenakan pengguna warnet yang mayoritas adalah mahasiswa dan
pelajar. Mahasiswa yang ada di kampus bukan hanya dari daerah sekitar kampus
saja, tetapi juga dari luar daerah sehingga banyak mahasiswa yang kost di sekitar
kampus, hal ini juga berpengaruh terhadap penentuan lokasi warnet yang
mengambil tempat di sekitar kampus.
Untuk lebih jelasnya persebaran warnet di Kecamatan Jebres dapat
dilihat pada tabel 21 peta 3.
Tabel 21. Persebaran Warnet per Kelurahan di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta Tahun 2008
No Nama Kelurahan Jumlah Warnet
Warnet Persen
1 Kepatihan Kulon 0 0
2 Kepatihan Wetan 2 6,5
3 Sudiroprajan 0 0
4 Gandekan 1 3,2
5 Sewu 0 0
6 Pucang Sawit 0 0
7 Jagalan 0 0
8 Purwodiningratan 1 3,2
9 Tegalharjo 0 0
10 Jebres 24 77,4
11 Mojosongo 3 9,7
Jumlah 31 100 Sumber : Data Primer, 2008
a. Persebaran Warnet Berdasarkan Internet Service Provider (ISP)
Internet Service Provider (ISP) merupakan penyedia jasa bandwith bagi
warnet. Beberapa ISP yang ada di Surakarta antara lain Indo Maya, Java Techno,
Smartlink, Speedy dan Solonet. Dari beberapa ISP tersebut speedy merupakan
provider milik pemerintah yang berada dibawah PT. Telkom. Dalam usahanya,
speedy merupakan penyedia jasa ISP yang paling banyak diminati oleh para
pengusaha warnet yang ada di Kecamatan Jebres, hal ini terlihat dari banyaknya
warnet yang menggunakan jasa speedy dalam menjalankan usahanya.
Dari 31 jumlah warnet yang ada, 22 warnet atau 70,9% menggunakan
speedy sebagai penyedia jasa bandwith bagi usahanya, sedangkan 4 warnet atau
12,9% warnet menggunakan Smartlink, 2 warnet menggunakan Solonet dan 2
warnet pula menggunakan Indo Maya atau masing-masing 6,5%, dan 1 warnet
atau 3,2% menggunakan ISP Java Techno. Persebaran warnet yang menggunakan
speedy paling banyak di Kelurahan Jebres yaitu 20 warnet atau 90,9% dari total
warnet yang menggunakan speedy. Untuk lebih jelasnya persebaran warnet
berdasarkan ISP dapat dilihat pada tabel 22 peta 4.
Tabel 22. Persebaran Warnet Berdasarkan ISP di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta Tahun 2008
No Internet Service Provider (ISP) Jumlah Warnet
Warnet Persen
1 Java Techno 1 3,2
2 Indo Maya 2 6,5
3 Solonet 2 6,5
4 Smartlink 4 12,9
5 Speedy 22 70,9
Jumlah 31 100
Sumber : Data Primer, 2008
b. Persebaran Warnet Berdasarkan Jumlah komputer
Jumlah komputer dari masing-masing warnet yang ada di Kecamatan Jebres
sangatlah bervariasi mulai dari yang terendah berjumlah 8 unit komputer yang
dimiliki oleh Speed, Tisanda, X1, dan Rumah Internet, sedangkan yang terbanyak
dimiliki oleh Net Blogger yang berjumlah 34 unit komputer. Untuk lebih jelasnya
jumlah komputer masing-masing warnet dapat dilihat pada tabel 23.
Tabel 23. Jumlah Komputer Masing-masing Warnet di Kecamatan Jebres
Kota Surakarta Tahun 2008
No Nama Warnet Jumlah Komputer
Komputer Persen
1 Speed 8 1,53
2 D-Neo 32 6,12
3 Van Java 1 30 5,74
4 Kezia Net 12 2,29
5 Atma Bakti 32 6,12
6 New Planet 18 3,44
7 Telesat 20 3,82
8 Spider net 28 5,35
9 Adios Bente 14 2,68
10 Tisanda 8 1,53
11 Bagong net 12 2,29
12 Der Konig 11 2,10
13 Turbo net 16 3,06
14 Consulta 12 2,29
15 Y Internet 17 3,25
16 Mesenet 12 2,29
17 Achindonet 11 2,10
18 Mr Internet 11 2,10
19 Mughni 10 1,91
20 Van Java 2 14 2,68
21 Apel 13 2,49
22 X1 8 1,53
23 Rumah Internet 8 1,53
24 MJ Net 15 2,87
25 Net Blogger 34 6,50
26 Room net 19 3,63
27 Telkom 12 2,29
28 De Lounge 10 1,91
29 Salwa 25 4,78
30 Cyber net 27 5,16
31 Digimix 24 4,19
Jumlah 523 100
Sumber : Data Primer, 2008
Dalam penentuan persebaran warnet berdasarkan jumlah komputer, belum
ada teori yang menyatakan batasan tentang jumlah warnet sehingga digunakan
rumus umum dalam penentuan kelas dari distibusi data yaitu dengan
menggunakan rumus Sturgest. Rumus ini digunakan untuk membagi atau
mengelompokkan warnet berdasarkan jumlah unit komputer yang dimiliki tiap
warnet. Langkah yang perlu dilakukan yang pertama adalah menentukan jumlah
kelas yang akan digunakan yaitu dengan rumus :
K = 1+ 3,3 log N
N = Banyaknya warnet
Sehingga diperoleh hasil:
K = 1 + 3,3 log 31
K = 1 + 3,3 ( 1,49 )
K = 1 + 4,917
K = 5,917
Jadi diperoleh jumlah kelasnya ada 5,917 kelas atau dibulatkan menjadi 6 kelas.
Setelah didapat jumlah kelasnya, kemudian dicari Range (R) atau jarak antara
nilai tertinggi dikurangi dengan nilai terendah sehingga diperoleh :
R = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
R = 34 – 8
R = 26
Jadi diperoleh range-nya 26.
Setelah diketahui jumlah kelas dan range-nya maka dihitung interval kelasnya
yaitu dengan membagikan antara range dengan jumlah kelasnya, sehingga
diperoleh :
I =
I = = 4,3
Jadi diperoleh interval atau jarak antar kelas yaitu 4,3 atau dibulatkan menjadi 5.
Setelah diketahui masing-masing nilai jumlah kelas, range dan intervalnya maka
disusunlah tabel distribusi frekuensinya dengan batas bawah adalah nilai terendah
dari data, maka diperoleh tabel:
Tabel 24. Jumlah Komputer di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
2008
No Jumlah Komputer Banyak Data
Data Presen
1 8-12 14 45,2
2 13-17 6 19,4
3 18-22 3 9,7
4 23-27 3 9,7
5 28-32 4 12,9
6 33-37 1 3,2
Jumlah 31 100
Sumber : Data Primer, 2008
Dalam penggambarannya kedalam peta tematik dikenal dua macam jenis
data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif bentuk datanya
merupakan data nominal, sedangkan data kuantitatif bentuk datanya merupakan
data ordinal, data interval dan data rasio. Jika dilihat jenis data jumlah komputer
dari masing-masing warnet diketahui bahwa datanya tergolong dalam jenis data
kuantitatif sehingga penggambarannya di peta harus menggunakan simbol yang
bertingkat. Dengan alasan kemudahan analisis di peta, maka peneliti
menyederhanakan data pada tabel diatas menjadi tiga kelas yang masing-masing
berisi dua kelas dari tabel diatas dengan diberi nama sedikit, sedang dan banyak.
Kelas yang diberi nama sedikit mempunyai jumlah komputer antara 8-17 unit
komputer, kelas dengan nama sedikit mempunyai jumlah komputer antara 18-27
unit sedangkan kelas dengan nama banyak mempunyai jumlah komputer antara
28-37 unit komputer. Kelas sedikit berjumlah 20 warnet atau 64,5%, kelas sedang
berjumlah 6 warnet atau 19,4% sedangkan kelas banyak berjumlah 5 warnet atau
16,1% dari total 31 warnet yang ada di Kecamatan Jebres. Untuk lebih jelasnya,
kelas warnet berdasarkan jumlah komputernya dapat dilihat pada tabel 25 peta 5.
Tabel 25. Kelas Warnet Berdasarkan Jumlah komputer di Kecamatan
Jebres Kota Surakarta Tahun 2008.
No Kelas Jumlah Komputer Banyaknya Data
Data Persen
1 Sedikit 20 64,5
2 Sedang 6 19,4
3 Banyak 5 16,1
Jumlah 31 100
Sumber : Data Primer, 2008
2. Pola Persebaran Warnet Kecamatan Jebres
Dalam usaha mengetahui pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres
dengan menggunakan pendekatan kualitatif, maka pola persebaran warnet pada
penelitian ini digunakan analisis parameter tetangga terdekat (nearest neighbour
analysis). Sebagai dasar dalam perhitungan indek parameter tetangga terdekat
dalam penelitian ini adalah Peta Pola Persebaran Warnet Kecamatan Jebres, peta
ini merupakan hasil analisis antara Peta Persebaran Warnet Kecamatan Jebres dan
perhitungan parameter tetangga terdekat. Persebaran warnet yang berdekatan
memungkinkan saling bertumpuknya simbol dalam peta, sehingga untuk
menghitung parameter tetangga terdekat diperlukan perbesaran peta pada daerah
yang jarak antar warnetnya saling berdekatan.
Pada peta 6 dapat dilihat bahwa warnet yang ada di Kelurahan Jebres
mempunyai jarak yang sangat dekat sehingga dalam penggambarannya dilakukan
proses pergeseran posisi absolutnya dengan tujuan persebaran warnet yang ada di
Kelurahan Jebres dapat terlihat. Untuk menentukan pola persebaran warnet salah
satu faktor penentu yang menjadi perhitungan adalah jarak warnet dengan warnet
yang terdekat. Skala peta yang digunakan adalah 1:25000, yang berarti satu satuan
dipeta berbanding 25.000 satuan dilapangan.
Karena peta 6 yang menggambarkan persebaran warnet mengalami
pergeseran posisi absolut warnet sehingga jarak warnet dengan tetangga terdekat
yang ada di Kelurahan Jebres juga mengalami pergeseran yang menyebabkan
perbedaan perhitungan pola persebaran warnet, maka untuk daerah yang
mempunyai persebaran warnet berdekatan yaitu Kelurahan Jebres dilakukan
perbesaran skala dengan tetap menempatkan warnet pada posisi aslinya sehingga
tidak berpengaruh terhadap jarak sebenarnya di lapangan. Skala yang digunakan
untuk perbesaran daerah Kelurahan Jebres adalah 1:3000 yang berarti satu satuan
di peta menggambarkan 3000 satuan di lapangan.
Untuk lebih jelasnya pola persebaran warnet dapat dilihat pada peta 6 dan
peta 7.
Pada peta pola persebaran warnet Kecamatan Jebres skala 1:25000 dan
peta pola persebaran warnet Kecamatan Jebres skala 1:3000 terdapat 31 warnet
atau titik (N=31) dengan luas daerah 13,94 Km² dengan jarak antar titik warnet
yang satu dengan yang lain adalah sebagai berikut :
Tabel 26. Jarak Terdekat Antar Warnet di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta Tahun 2008
NO Titik (N) Jarak (J) dalam Km Lokasi (Kelurahan)
1 1-14 0,217 Jebres
2 2-3 0,015 Jebres
3 4-28 0,075 Jebres
4 6-7 0,075 Jebres
5 8-9 0,015 Jebres
6 10-20 0,04 Jebres
7 11-12 0,01 Jebres
8 13-18 0,319 Jebres
9 15-16 0,074 Kepatihan Wetan
10 17-31 0,066 Jebres
11 21-22 0,054 Jebres
12 23-27 0,025 Jebres
13 24-25 0,156 Mojosongo
14 29-30 0,462 Sudiroprajan- Gadegan
∑J=1,603 Km
Sumber: Data Primer, 2008
Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik yang
lain yang paling dekat di Kecamatan Jebres adalah sebagai berikut :
Ju =
=
= 0,0517 Km
Jadi, jarak rata-rata yang diukur antara satu titik warnet dengan titik
warnet yang lain yang terdekat di Kecamatan Jebres adalah 0,0517 Km.
Setelah menghitung Ju maka langkah selanjutnya adalah menghitung Jh,
untuk menghitung Jh harus diketahui nilai P terlebih dahulu. Nilai P merupakan
perbandingan antara jumlah titik warnet dengan luas wilayah Kecamatan Jebres
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
P =
=
= 2,2238
Jadi, nilai P di Kecamatan Jebres adalah 2,2238.
Setelah diketahui nilai P baru dapat menghitung Jh di Kecamatan Jebres
dengan rumus sebagai berikut :
Jh =
=
=
=
= 0,33557
Jadi, nilai Jh di Kecamatan Jebres adalah 0,33557.
Setelah nilai Ju dan Jh diketahui maka dapat dihitung nilai T-nya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
T =
=
= 0,154
Jadi, nilai T Kecamatan Jebres adalah 0,154.
Jika nilai tersebut dicocokkan kedalam pola persebaran menurut Bintarto
dan Surastopo, dapat diketahui pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres
adalah mengelompok atau cluster. Dengan kata lain jarak warnet yang satu
dengan warnet yang lain saling berdekatan dan cenderung mengelompok pada
tempat-tempat tertentu. Pola mengelompok warnet ini jelas terlihat di Kecamatan
Jebres utamanya di sekitar kampus UNS dan ISI.
Pengelompokan warnet di sekitar kampus UNS dan ISI sangat erat
kaitannya dengan faktor lokasi dan karakteristik pengguna warnet. Lokasi warnet
yang dekat dengan kampus merupakan lokasi yang sangat strategis dikarenakan
pengguna warnet mayoritas adalah mahasiswa dan pelajar. Kampus merupakan
tempatnya mahasiswa, sehingga warnet yang dekat kampus lebih mudah
dijangkau oleh mahasiswa dibandingkan dengan warnet yang jauh dari kampus.
Selain itu banyak pula mahasiswa yang berasal dari luar Kota Surakarta yang
menetap di sekitar kampus, fenomena ini pula yang mendukung pengelompokan
warnet yang ada di Kecamatan Jebres, dengan tempat pengelompokan di sekitar
kampus UNS dan ISI yang termasuk dalam daerah administrasi Kelurahan Jebres.
3. Jangkauan Pasar Warnet
Dalam usaha mengetahui jangkauan pasar warnet Kecamatan Jebres
digunakan analisis kualitatif dengan cara mengetahui jarak rata-rata pengguna
warnet. Data ini diperoleh dari jarak radius tempat tinggal responden terhadap
warnet yang mereka gunakan. Dalam pengambilan datanya dikelompokkan
menjadi empat kelas yang masing-masing berjarak <500 meter, 500-1000 meter,
1000-1500 meter, dan > 1500 meter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
27.
Tabel 27. Jarak Tempat Tinggal Pengguna Warnet ke Warnet di Kecamatan
Jebres Kota Surakarta Tahun 2008
No Jarak Tempat Tinggal ke
Warnet (meter)
Jumlah
Jiwa Persentase (%)
1 < 500 9 34,6
2 500-1000 4 15,4
3 1000-1500 3 11,5
4 > 1500 10 38,5
Jumlah 26 100
Sumber : Data Prmer, 2008
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengguna warnet yang
mempunyai tempat tinggal berjarak < 500 meter dari warnet berjumlah 9 orang
atau 34,6%, yang berjarak 500-1000 meter berjumlah 4 orang atau 15,4%, yang
berjarak 1000-1500 meter berjumlah 3 orang atau 11,5%, dan yang berjarak >
1500 meter berjumlah 10 orang atau 38,5%. Jika lebih disederhanakan lagi,
pengguna warnet yang bertempat tinggal kurang dari 1000 meter ada 13 pengguna
atau 50% dan pengguna warnet yang bertempat tinggal lebih dari 1000 meter ada
13 pengguna atau 50%.
Dari data tersebut diambil kesimpulan bahwa jangkauan pasar warnet
Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008 sejauh 1000 meter. Jarak dari
tempat tinggal pengguna warnet menuju warnet dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain dekat dengan kost, akses yang cepat dan tarif yang murah. Hal ini
terlihat dari alasan responden memilih warnet yang mereka gunakan seperti
terlihat pada tabel 28 berikut :
Tabel 28. Alasan Responden Menggunakan Warnet di Kecamatan Jebres
Kota Surakarta Tahun 2008
No Alasan Pemilihan Warnet Jumlah
1 Akses yang Cepat 16
2 Tarif yang Murah 14
3 Dekat Dengan Tempat Tinggal 10
4 Lain-lain 5
Sumber : Data Primer, 2008
Untuk lebih jelasnya mengenai jangkauan pasar warnet di Kecamatan
Jebres Kota Surakarta dapat dilihat pada peta 8.
Dari peta di atas dapat diketahui bahwa jangkauan pasar warnet yang ada
di Kecamatan Jebres hampir mencakup seluruh Kecamatan Jebres, bahkan sudah
mencapai daerah yang ada di luar Kecamatan Jebres, misalnya Kecamatan
Pasarkliwon dan Kecamatan Banjarsari. Di Kelurahan Jebres terjadi over lap
jangkauan pasar atau saling berebut pasar warnet sebanyak 18 warnet.
Over lap jangkauan pasar berakibat pada persaingan warnet yang satu
dengan yang lain agar para pengguna warnet mengunjungi warnetnya. Persaingan
ini berakibat pula pada pemilihan lokasi yang paling strategis, pemilihan ISP yang
terbaik sehingga akses yang diperoleh baik pula, menggunakan bandwith yang
tinggi sehingga aksesnya menjadi cepat, penambahan fasilitas lain termasuk
webcam, headset, ketersediaan kantin dan sebagainya.
4. Karakteristik Pengunjung Warnet
Data karakteristik ini diperoleh dari responden yang telah ditentukan
sebelumnya. Responden yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah
pengunjung warnet yang ada di Kecamatan Jebres. Dalam penelitian ini, data
yang dikumpulkan dari responden adalah tingkat pendidikan, usia dan jenis
kelamin. Untuk selengkapnya mengenai data dari responden dapat dilihat pada
tabel hasil wawancara pada lembar lampiran. Penjelasan lebih lanjut mengenai
variabel pengunjung warnet adalah sebagai berikut :
a. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini adalah ukuran
tahun sukses pendidikan yang telah ditamatkan oleh responden secara formal
sampai memperoleh ijazah tertinggi. Dari data mengenai tahun sukses tiap-
tiap responden dibagi menjadi empat kelompok yaitu : tamat SD, tamat
SLTP, tamat SLTA, dan tamat Perguruan Tinggi (PT). Untuk lebih jelasnya
tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 29.
Tabel 29. Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008
No Tingkat Pendidikan Jumlah
Jiwa Persentase (%)
1 Tamat SD 0 0
2 Tamat SLTP 1 3,8
3 Tamat SLTA 21 80,8
4 Tamat PT 4 15,4
Jumlah 26 100
Sumber : Data Primer, 2008
Dari tabel diketahui bahwa tingkat pendidikan responden yang
paling banyak adalah tamat SLTA yaitu sebanyak 21 orang atau 80,8%, tidak
ada responden yang hanya menamatkan pendidikan hingga tamat SD, satu
orang responden atau 3,8% tamat SLTP dan 4 orang atau 15,4% responden
tamat Perguruan Tinggi (PT). Tabel diatas menunjukkan bahwa para
pengguna warnet mayoritas adalah orang yang telah menyelesaikan tingkat
pendidikan SLTA. Banyaknya pengguna warnet yang menamatkan
pendidikan tingkat SLTA berhubungan dengan pekerjaan yang mereka tekuni
sekarang. Untuk lebih jelasnya hubungan tingkat pendidikan dan pekerjaan
pengguna warnet dapat dilihat tabel 30.
Tabel 30. Hubungan Tingkat Pendidikan Pengguna Warnet Dengan
Pekerjaan di Kecamatan Jenres Kota Surakarta Tahun 2008
N
o
Tingkat
Pendidikan
Pelajar Mahasiswa Wiraswasta PNS Jumlah
F % F % F % F % F %
1 Tamat SD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Tamat SLTP 1 100 0 0 0 0 0 0 1 3,8
3 Tamat SLTA 0 0 20 100 1 25 0 0 21 80,8
4 Tamat PT 0 0 0 0 3 75 1 100 4 15,4
Jumlah 1 100 20 100 4 100 1 100 26 100
Sumber : Data Primer, 2008
Dari tabel diatas diketahui bahwa hubungan antara tingkat
pendidikan dengan pekerjaan yang sekarang ditekuni oleh responden sangat
erat, 20 orang atau 100% yang menamatkan pendidikan SLTA sekarang
bekerja sebagai mahasiswa, 1 orang atau 100% yang menamatkan SLTP
sebagai pelajar, 1 orang atau 25% yang menamatkan SLTA bekerja pada
sektor wiraswasta dan 3 orang atau 75% yang menamatkan perguruan Tinggi
bekerja sebagai wiraswasta serta 1 orang atau 100% orang yang menamatkan
perguruan tinggi bekerja sebagai PNS.
Tingginya angka responden yang menamatkan SLTA dan sekarang
bekerja sebagai mahasiswa beralasan kuat bahwa para mahasiswa dituntut
untuk selalu mencari informasi terbaru yang berkaitan dengan disiplin
ilmunya, dan salah satu cara yang termudah dan yang tercepat adalah dengan
mengakses internet yang menyediakan sebagian besar informasi yang
dibutuhkan oleh para mahasiswa.
b. Umur
Umur responden dinyatakan menurut pengakuan responden.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran kuisioner dapat diketahui
bahwa responden yang paling tua memiliki usia 29 tahun dan yang paling
muda memiliki usia 17 tahun. Dalam penelitian ini responden dibagi menjadi
tiga kategori didasarkan pada klasifikasi golongan umur antara yang produkti
dan tidak produktif. Golongan yang tidak produktif terbagi menjadi dua
kelompok umur yaitu 0-14 tahun dan > 65 tahun, sedangkan kelompok
produktif yaitu yang mempunyai umur 16-64 tahun. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 31.
Tabel 31. Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Kelompok
Umur Produktif di Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Tahun 2008
No Kelompok Umur Jumlah
Jiwa Persentase (%)
1 0-14 0 0
2 15-64 26 100
3 > 64 0 0
Jumlah 26 100
Sumber : Data Primer, 2008
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semua pengunjung warnet
berusia antara 15-64 tahun. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa
mayoritas pengunjung warnet termasuk dalam usia produktif (prime age).
Jika lebih diperinci lagi, orang yang menggunakan warnet usianya
mayoritas masih dalam usia sekolah, baik SLTA ataupun mahasiswa. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 32.
Tabel 32. Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Kelompok
Umur di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008
No Kelompok Umur Jumlah
Jiwa Persentase (%)
1 16 – 20 17 65,4
2 21 – 25 8 30,8
3 26 – 30 1 3,8
4 > 30 0 0
Jumlah 26 100
Sumber : Data Primer, 2008
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 17 orang atau 65,4%
masih berusia 16-20 tahun, 8 orang atau 30,8% berusia 21-25 tahun, 1 orang
atau 3,8% berusia 26-3- tahun dan tidak ada responden yang berusia lebih
dari 30 tahun. Hal ini berkaitan dengan jam kunjung responden ke warnet
yang mayoritas adalah diluar jam sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tebel berikut ini :
Tabel 33. Waktu Rata-rata Pengguna Warnet Menggunakan Warnet di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008
No Jam Mengunjungi Warnet Jumlah
Jiwa Persentase (%)
1 00.00 – 06.00 0 0
2 06.00 – 12.00 1 3,8
3 12.00 – 18.00 12 46,2
4 18.00 – 24.00 13 50
Jumlah 26 100
Sumber : Data Primer, 2008
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 13 reponden atau 50% dari
responden mengunjungi warnet antara jam 18.00 – 24.00, 12 responden atau
46,2% responden mengunjungi warnet antara jam 12.00 – 18.00, dan 1
responden atau 3,8% mengunjungi warnet antara jamukul 06.00 – 12.00. Jam
kunjung warnet yang dilakukan oleh responden mayoritas merupakan jam
setelah kuliah atau jam sekolah telah usai, ini juga menjadi alasan dari para
pengguna warnet yang mengungkapkan alasan mereka mengunjungi warnet
mayoritas karena waktu luang, lalu ada potongan harga dan akses yang lebih
cepat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 34. Alasan Pengguna Warnet Mengunjungi Warnet di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008
No Alasan Jam Kunjung Warnet Jumlah Jiwa
1 Lain-lain (waktu luang) 14
2 Ada Potongan Harga 8
3 Akses Lebih Cepat 7
4 Fasilitas Tambahan 1
Sumber : Data Primer, 2008
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alasan utama responden
memilih menggunakan warnet pada jam tertentu dipengaruhi oleh faktor
waktu luang, ini jelas bahwa waktu luang yang dimiliki mahasiswa sebagai
sebagian besar pengguna warnet adalah antara jam 12.00 – 24.00.
c. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan penggambaran responden dengan
membedakan kelamin laki-laki dan perempuan. Dengan mendasarkan
pembagian jenis kelamin laki-laki dan perempuan bisa dijadikan
perbandingan dari semua responden yang terkumpul, sehingga dapat
diketahui apakah penggunaan warnet di Kecamatam Jebres Kota Surakarta
hanya didominasi oleh jenis kelamin tertentu atau tidak. Penggambaran
perbandingan jumlah pengguna warnet berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 35.
Tabel 35. Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Jenis Kelamin di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008
No Jenis Kelamin Jumlah
Jiwa Persen
1 Laki-laki 12 46,2
2 Perempuan 14 53,8
Jumlah 26 100
Sumber : Data Primer, 2008
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengguna warnet
berdasarkan jenis kelamin relatif seimbang antara laki-laki dan perempuan.
Dari total 26 responden diketahui bahwa 12 responden atau 46,2% berjenis
kelamin laki-laki dan 53,8% responden berjenis kelamin perempuan. Dengan
kata lain, tidak ada dominasi pengguna warnet berdasarkan jenis kelamin.
Kebutuhan akan hiburan, informasi dan lain-lain yang dipermudah dengan
adanya internet tidak membatasi penggunanya berdasarkan jenis kelamin.
Baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk
memanfaatkan teknologi ini guna memenuhi kebutuhannya.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan secara rinci pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Persebaran warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008 mayoritas
berada di Kelurahan Jebres sebanyak 24 warnet atau 77,4% dari total warnet
yang ada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Persebaran warnet mayoritas
terdapat di lingkungan pendidikan seperti UNS dan ISI. Persebaran warnet
berdasarkan ISP-nya paling banyak adalah menggunakan speedy yaitu 70,9%
atau sebanyak 22 warnet. Berdasarkan jumlah komputernya mayoritas adalah
warnet dengan kelas komputer sedikit yaitu 64,5% atau berjumlah 20 warnet.
2. Pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres adalah mengelompok dengan
nilai T = 0,154. Warnet di Kecamatan Jebres mengelompok di sekitar
Kampus UNS dan ISI.
3. Jangkauan pasar dari warnet yang ada di Kecamatan Jebres rata-rata
mencapai 1000m. 10 responden memiliki tempat tinggal > 1500m dari
warnet, 9 responden memiliki tempat tinggal < 500m dari warnet, 4
responden memiliki tempat tinggal berjarak antara 500-1000m dari warnet
sedangkan 3 responden memiliki tempat tinggal berjarak antara 1000-1500m
dari warnet.
4. Karakteristik pengunjung warnet mayoritas adalah tamatan SLTA dengan
jumlah 80,8% (21 orang), tamat SLTP 3,8% (1 orang) dan sisanya atau 15,4%
( 4 orang) adalah lulusan perguruan tinggi. Umur pengunjung warnet paling
banyak adalah 16-20 tahun yaitu 65,4% (17 orang), 21-25 tahun 30,8% (8
orang), 26-30 tahun 3,8% (1 orang). Jenis kelamin pengunjung warnet relatif
berimbang antara laki-laki dan perempuan, yaitu 46,2% pengguna (12 orang)
adalah laki-laki dan 53,8% pengguna (14 orang) adalah perempuan.
B. Implikasi
Dari kesimpulan yang sudah diuraikan, maka dapat dijelaskan implikasinya
sebagai berikut :
1. Dengan mengetahui persebaran, pola persebaran serta jangkauan pasar
warnet, dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi usaha para
pengusaha warnet.
2. Dengan mengetahui karakteristik pengguna warnet dapat dijadikan acuan
bagi para pengusaha warnet agar mampu memenuhi keinginan dari para
penggunanya sehingga dapat menarik minat dari para pengguna warnet.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pembelajaran geografi di
sekolah, antara lain pembelajaran Geografi SMA kelas XII/IPS.
Keterangan lebih lanjut dapat dilihat dalam Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar berikut :
Kelas Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
XII 1 1. Mempraktekkan
ketrampilan dasar
peta dan pemetaan
1.1 Mendeskripsikan
prinsip-prinsip dasar
peta dan pemetaan
1.3 Menganalisis
lokasi industri dan
pertanian dengan
pemanfaatan peta
- Komponen peta
- Prinsip dasar peta dan
pemetaan
- Menentukan lokasi
industri Warnet di
Kecamatan Jebres Kota
Surakarta
C. Saran
Dengan hasil penelitian ini maka saran-saran yang dikemukakan adalah
sebagai berikut :
1. Hendaknya pemerintah daerah memperhatikan masalah berdirinya usaha
warnet ini, terlebih kaitannya dengan persaingan usaha agar tidak terjadi
konflik antar pengusaha warnet.
2. Dalam pendirian usaha warnet perlu diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan pendirian lokasi warnet tersebut. Untuk
menganalisis pendirian warnet di daerah cakupan kecil seperti desa perlu
digunakan skala yang lebih detail semisal 1 : 5.000 atau lebih besar.
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai analisis spasial warnet dan
karakteristik pengunjung warnet di kecamatan lain di Surakarta sehingga
ada perbandingan dengan penelitian yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Aziz, Lukman dan Ridwan Rachman. 1997. Peta Tematik. Bandung : Departemen
Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Bandung.
Azwini, Kartoyo. 1981. Dasar-Dasar Denografi. Jakarta : Lembaga Demografi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Bintarto, R dan Hadisumarno, Surastopo. 1991. Metode Analisa Geografi. Jakarta
: LP3ES.
Djojodipuro, Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Hadi, Soedomo,dkk. 2003. Pengantar Pendidikan. Surakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia.
Hasan, M. Igbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hasbullah. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Machfoedz, Irham. 2004. Statistik Deskriptif. Jogjakarta : Fitramaya.
Mardalis. 2002. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Martono, Agus Dwi.1998. Kartografi Dasar. Surakarta : Fakultas Geografi
Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Moleong, L.J. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : P.T Remaja
Rosclakarya.
Mulyana, Deddy, 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah
Mada Universitas Press.
Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nurekawati, Endah Evy. Pemetaan Tingkat Penggunaan Jalur Pelayanan Alat
Kontrasepsi Dalam Keluarga Berencana (KB) Menurut Tingkat
Pendidikan, Pendapatan dan Umur Pasangan Usia Subur (PUS) di
Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun 2005. Skripsi.: FKIP
UNS. Surakarta. (tidak dipublikasikan).
Sinaga, Maruli. 1995. Pengetahuan Peta. Jogjakarta : Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.
Subagio.2003. Pengetahuan peta. Bandung : ITB
Sukoco, Mas. 1985. Kartografi dan Peranannya Dalam Proses Perencanaan
Regional. Pidato Ilmiah pada Acara Wisuda Sarjana Muda dan
Penerimaan Mahasiswa Baru. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada.
Sumanto,Tri. 2004. Aplikasi SIG Untuk Pemetaan Angkatan Kerja Berdasarkan
Data Sensus Penduduk Tahun 2000 di Kabupaten Klaten. Skripsi. .
Fakultas Geografi UMS. Surakarta. (tidak dipublikasikan)
Suparanto. 1995. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta : Erlangga.
Surachmad, Winarno. 1998. Pengantar Penelitian ilmiah Dasar Metode Teknik.
Bandung : Tarsito.
Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan
Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University
Press.
Suyono dan Masrubi. 1983. Teori Perpetaan. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat pendidikan Menengah Kejuruan.
Tika, Moch Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Yousman, Yeyep. 2004. Sistem Informasi Geografi Dengan Mapinfo
Profesional.Yogyakarta : ANDI
Yunus, Hadi Sabari. 2007. Subject Matter dan Metoda Penelitian Geografi
Permukiman Kota. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada.
Wirosuhardjo, Kartomo. 2000. Dasar – Dasar Demografi. Jakarta : Lembaga
Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Wirosuharjo, Kartomo. 1981. Kebijaksanaan Kependudukan dan
Ketenagakerjaan di Indonesia. Jakarta: LP3ES.
http://id.wikipedia.org/wiki/Warnet
http://id.wikipedia.org/wiki/Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/TCP
http://en.wikipedia.org/wiki/Internet_service_provider
http://www.indomedia.com/sripo/2008/07/12/1207H15.pdf
http://direktif.web.id/blog/arc/2006/03/persiapan-mendirikan-sebuah-warnet-1
http://redsea.sct.gov.sa/reports/GIS%20&%20coastal%20ecosystems.pdf
http://firstmonday.org/htbin/cgiwrap/bin/ojs/index.php/fm/article/view/1620/1535
Kode :
DAFTAR PERTANYAAN RESPONDEN
ANALISIS SPASIAL WARUNG INTERNET (WARNET) KECAMATAN
JEBRES
KOTA SURAKARTA TAHUN 2008
I. Identitas
1. Nama Responden :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan *
5. Status Pekerjaan :
a. Pelajar
b. Mahasiswa
c. PNS ( Sebutkan...........................)
d. Wiraswasta ( Sebutkan .............................)
II. Keadaan Sosial
1. Pendidikan
a. Tamat SD
b. Tamat SLTP
c. Tamat SLTA
d. Tamat Perguruan Tinggi
2. Berapakah jarak radius kost/rumah anda dari warnet?
a. < 500 m
b. > 500 m – 1 Km
c. > 1 – 1,5 Km
d. > 1,5 Km
3. Berapa kali anda mengunjungi warnet dalam satu minggu?
a. 1-2
b. 3-4
c. 5-6
d. > 6 ( Sebutkan ..................)
4. Apa alasan utama anda memilih warnet yang anda gunakan? ( Boleh
lebih dari satu jawaban )?
a. Kecepatan akses
b. Tarif yang murah
c. Dekat dengan kost/rumah
d. Lain-lain .........
5. Jam berapa anda sering mengunungi warnet?
a. 00.00 – 06.00 WIB
b. 06.00 - 12.00 WIB
c. 12.00 – 18.00 WIB
d. 18.00 – 24.00 WIB
6. Apa alasan anda menggunakan internet pada jam tersebut? ( Boleh lebih
dari satu jawaban )?
a. Ada potongan harga
b. Akses lebih cepat
c. Ada fasilitas penunjang
d. Lain-lain ..........
Coret yang tidak perlu
III. Alasan Pemilihan dan Kepuasan Pengguna Terhadap Fasilitas Warnet
Berilah tanda (×) pada pilihan anda
NO FASILITAS Sangat
Puas
Puas Cukup
Puas
Tidak
Puas
1 Kecepatan Akses
2 Area Parkir
3 Pelayanan Operator
Kantin
Kebersihan
Kenyamanan
Privasi
Kondisi
Ruangan
4 Komputer Spesifikasi
Jumlah
Accesoris(
Headset,
Camera )
5 Tarif
6 Keamanan
TABEL HASIL WAWANCARA
No Nama Alasan Pemilihan Warnet Alasan Jam Kunjung Warnet
Akses Cepat Tarif Murah Dekat Lain-lain Potongan
Harga
Akses Cepat Fasilitas Tambahan Lain-lain
1 I Made Ratih R * * *
2 M. Firman * * *
3 Yulita H * * *
4 Pertiwi Sakti R * *
5 Tri Wijayanti * * *
6 Daru Sukma S * * * * *
7 Twinike Sativa F * * *
8 Suranto * * *
9 Chandra P * *
10 Biru Sukma D * *
11 Rita Setyowati * *
12 Dwi Aris S * * *
13 Alpa Chandra W * * *
14 Heri Nismanto * *
15 Agus Kusuma * * * *
16 Ika Fitriyani * *
17 Yetty Wihertanti * * *
18 Anik Sri M * * * *
19 Mualwi W * * * *
20 Dandy Andreas * *
21 Yiyis Zubaidah * *
22 Bagus Hartanto * * * *
23 Marchella * *
24 Isnanto Sektio U * * *
25 Sri Dwi Hastuti * * * *
26 Ratna K * *
No Nama Akses Parkir Tarif Keamanan Pelayanan Komputer
Operator Kantin Kebersihan Kenyamanan privasi Ruangan Spesifik Jumlah Aksesori
1 I Made
Ratih R
P CP CP CP P P SP CP P SP SP CP P
2 M. Firman SP P CP P CP TP P P CP SP P P P
3 Yulita H P P CP P CP CP SP SP P P SP P P
4 Pertiwi Sakti
R
TP TP TP P P TP CP CP CP CP CP CP CP
5 Tri
Wijayanti
CP TP P P P CP P CP P CP CP CP CP
6 Daru Sukma
S
P TP P SP SP P SP SP CP P SP TP SP
7 Twinike
Sativa F
P P P CP CP P CP P CP P P SP CP
8 Suranto P TP CP CP SP TP P SP P SP P CP CP
9 Chandra P P P P P P P P P P P P P P
10 Biru Sukma
D
P CP CP CP P P P P CP P P P CP
11 Rita
Setyowati
SP P CP P SP TP P P SP SP P P P
12 Dwi Aris S P TP SP P SP TP P SP SP SP P P P
13 Alpa
Chandra W
P P CP CP SP P P P P P P P CP
14 Heri
Nismanto
CP TP CP CP CP CP CP CP CP CP P CP CP
15 Agus
Kusuma
CP CP CP CP P TP CP CP CP P P CP TP
16 Ika Fitriyani TP CP TP TP CP CP CP CP CP CP CP TP CP
17 Yetty
Wihertanti
P SP CP P P P P P CP P CP CP P
18 Anik Sri M P CP CP CP TP CP CP CP CP CP CP CP TP
19 Mualwi W CP P CP CP CP CP CP CP CP CP CP CP P
20 Dandy
Andreas
CP TP TP CP CP CP P P SP SP CP P CP
21 Yiyis
Zubaidah
P P CP P CP TP P P CP CP P CP CP
22 Bagus
Hartanto
P CP P P CP CP CP CP CP P P SP TP
23 Marchella SP CP P P P P P CP CP CP P P P
24 Isnanto
Sektio U
P CP CP P P CP CP P P CP CP P CP
25 Sri Dwi
Hastuti
P P P SP P CP SP SP P P P P P
26 Ratna K CP CP CP P P CP CP P P CP CP CP CP
SP = Sangat Puas P = Puas CP = Cukup Puas TP = Tidak Puas
TABEL RESPONDEN
No Nama Alamat Jenis
Kelamin
Umur
(tahun)
Pendidikan Pekerjaan Jarak
Warnet
(m)
Intensitas
Kunjungan
Jam
kunjungan
1 I Made Ratih R Pawisman Gedangan, Kebakkramat P 22 Tamat PT Wiraswasta > 1500 1-2 12.00-18.00
2 M. Firman Masaran, Sragen L 19 Tamat SLTA Mahasiswa > 1500 5-6 12.00-18.00
3 Yulita H Ngoresan, Surakrta P 22 Tamat SLTA Mahasiswa < 500 1-2 12.00-18.00
4 Pertiwi Sakti R Jl. Kartika 1, Ngoresan, Surakarta P 19 Tamat SLTA Mahasiswa < 500 1-2 18.00-24.00
5 Tri Wijayanti Jl. Ki Hajar Dewantara no. 78 Jebres, Surakarta P 18 Tamat SLTA Mahasiswa < 500 3-4 18.00-24.00
6 Daru Sukma S Jl. Sawo 3, Perumnas Palur, Karanganyar L 21 Tamat SLTA Mahasiswa > 1500 1-2 12.00-18.00
7 Twinike Sativa F Jl. Bintan No.7 3/II Grogolan, Surakarta P 19 Tamat SLTA Mahasiswa > 1500 1-2 12.00-18.00
8 Suranto Putat, Pondok, Kr.Anom,Klaten L 23 Tamat PT Wiraswasta > 1500 1-2 18.00-24.00
9 Chandra P Gulon, Surakarta L 17 Tamat SLTP Pelajar 1000-1500 3-4 12.00-18.00
10 Biru Sukma D Mojosongo P 19 Tamat SLTA Wiraswasta 1000-1500 5-6 06.00-12.00
11 Rita Setyowati Karanganyar P 21 Tamat PT Wiraswasta > 1500 5-6 12.00-18.00
12 Dwi Aris S Mojosongo, Rt 2 Rw 32 Jebres, Surakarta L 29 Tamat PT PNS < 500 3-4 18.00-24.00
13 Alpa Chandra W Josroyo Indah, Jaten, Karanganyar L 20 Tamat SLTA Mahasiswa 1000-1500 1-2 18.00-24.00
14 Heri Nismanto Jl. Halilintar no.117 L 22 Tamat SLTA Mahasiswa > 1500 1-2 18.00-24.00
15 Agus Kusuma Tejo I Rt/Rw 1/XVI, Jebres, Surakarta L 20 Tamat SLTA Mahasiswa >1500 1-2 18.00-24.00
16 Ika Fitriyani Surakarta P 22 Tamat SLTA Mahasiswa <500 1-2 18.00-24.00
17 Yetty Wihertanti Jl. Surya 1 Kec. Jebres Tengah, Surakarta p 20 Tamat SLTA Mahasiswa 500-1000 1-2 12.00-18.00
18 Anik Sri M Jl. Ki Hajar Dewantara p 18 Tamat SLTA Mahasiswa < 500 1-2 18.00-24.00
19 Mualwi W Rt 2 Rw 25 Jebres Tengah Surakarta L 18 Tamat SLTA Mahasiswa < 500 1-2 18.00-24.00
20 Dandy Andreas Mantung, Rt 1 Rw 14 Sanggrahan, Grogol, SKH L 18 Tamat SLTA Mahasiswa > 1500 1-2 12.00-18.00
21 Yiyis Zubaidah Jl. Kartika, Ngoresan, Jebres, Surakarta P 21 Tamat SLTA Mahasiswa < 500 1-2 12.00-18.00
22 Bagus Hartanto Sawah Karang Rt 3 Rw 23 Panggung Rejo L 19 Tamat SLTA Mahasiswa 500-1000 1-2 18.00-24.00
23 Marchella Jl. Surya, Jebres Tengah, Surakarta P 19 Tamat SLTA Mahasiswa 500-1000 3-4 18.00-24.00
24 Isnanto Sektio U Jenggrik Rt 1/III Gayamdumpo, Karanganyar L 18 Tamat SLTA Mahasiswa > 1500 1-2 12.00-18.00
25 Sri Dwi Hastuti Sawah Karang, Panggungrejo, Jebres P 18 Tamat SLTA Mahasiswa 500-1000 1-2 18.00-24.00
26 Ratna K Jl. Ki Hajar Dewantara, Jebres, Surakarta P 19 Tamat SLTA Mahasiswa < 500 3-4 12.00-18.00
Warnet yang menempati lokasi di Jalan Surya, Jebres, Jebres,
Surakarta
Warnet yang menempati lokasi di Mojosongo, Jebres, Surakarta
Warnet yang menempati lokasi di Jalan Urip Sumoharjo, Jebres,
Surakarta
Warnet yang menempati lokasi di Jalan Ir. Juanda, Jebres,
Surakarta
Warnet yang menempati lokasi di Jalan Ir Sutami, Jebres, Jebres,
Surakarta