9
Analisis Spasial Ekological Sumberdaya Lahan ... (Suratman Worosuprodjo) 95 ANALISIS SPASIAL EKOLOGIKAL SUMBERDAYA LAHAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Suratman Worosuprodjo Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Bulaksumur-Yogyakarta. Telp. 0272-902332/Fax. 0274-589595 E-mail: [email protected] ABSTRACT Land resources is an important geographical aspect related to landuse allocation for human living. The aim of this research is to study the spatial ecological analysis for land resources in related to landuse type in the Province of Yogyakarta Special Region, the approach used in the research is landscape analysis based on geomorphological mapping, topographic map at scale 1:100000. Land resources potential in the study area can be classified based on landscape such as volcanic landscape, fluvial landscape, marine and eolion landscape, karst landscape (Gunung Sewu), structural - denudational landscape (Balur Agung). Landuse can be alocated based on the landscape condition, and limitation. Land limitation such as slope steepness, soils, natural hazard, water resources in each landscape can be used as detrminant factors in the landuse plan. Keywords: land reources, spatial ecological, analysis PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang terbentuk dan berkembang oleh pengaruh faktor-faktor iklim, geologi/geomorfologi, tanah, hidrologi wilayah, penggunaan lahan dan manusia. Selain faktor tersebut keadaan flora dan fauna juga memiliki peran dalam proses perkembangan sumberdaya lahan. Leser dan Rood (1991) menjelaskan bahwa kehidupan manusia, tanaman dan hewan memerlukan bentanglahan sumber- daya alam sebagai tempat hidup dan melak- sanakan kegiatan/aktivitas kehidupannya. Kehidupan manusia untuk bermukim dan melaksanakan aktivitas hidupnya melalui pengolahan sumberdaya lahan untuk per- tanian, perkebunan, perikanan, pariwisata dan jasa sangat ditentukan oleh aspek geografis dari sumberdaya lahan di suatu daerah. Provinsi Daerah Istimewa Yogya- karta memiliki kondisi sumberdaya lahan yang beragam dan karakteristik/kualitas- nya dapat dibedakan secara tegas berda- sarkan tipologi bentanglahannya (Landscape Type ). Ditinjau dari aspek geologis/ gemorfologis landsacpe type di wilayah Pro- vinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dibentuk oleh proses gunungapi, solusional, fluvial, marin dan oalin, struktural – denudasional. Permasalahan yang ada di setiap bentanglahan tersebut di indentifikasi dan dideskripsi seperti masalah kekurangan air, erosi, banjir, longsor, bahaya gunungapi, gempa dan tsunami. Demikian juga potensi lahannya, bahwa di setiap bentanglahan

ANALISIS SPASIAL EKOLOGIKAL SUMBERDAYA LAHAN DI …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS SPASIAL EKOLOGIKAL SUMBERDAYA LAHAN DI …

Analisis Spasial Ekological Sumberdaya Lahan ... (Suratman Worosuprodjo) 95

ANALISIS SPASIAL EKOLOGIKAL SUMBERDAYA LAHANDI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Suratman Worosuprodjo Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Bulaksumur-Yogyakarta. Telp. 0272-902332/Fax. 0274-589595E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Land resources is an important geographical aspect related to landuse allocation for human living. The aimof this research is to study the spatial ecological analysis for land resources in related to landuse type in the Province ofYogyakarta Special Region, the approach used in the research is landscape analysis based on geomorphological mapping,topographic map at scale 1:100000. Land resources potential in the study area can be classified based on landscapesuch as volcanic landscape, fluvial landscape, marine and eolion landscape, karst landscape (Gunung Sewu),structural - denudational landscape (Balur Agung). Landuse can be alocated based on the landscape condition, andlimitation. Land limitation such as slope steepness, soils, natural hazard, water resources in each landscape can beused as detrminant factors in the landuse plan.

Keywords: land reources, spatial ecological, analysis

PENDAHULUAN

Sumberdaya lahan merupakansumberdaya alam yang terbentuk danberkembang oleh pengaruh faktor-faktoriklim, geologi/geomorfologi, tanah,hidrologi wilayah, penggunaan lahan danmanusia. Selain faktor tersebut keadaanflora dan fauna juga memiliki peran dalamproses perkembangan sumberdaya lahan.

Leser dan Rood (1991) menjelaskanbahwa kehidupan manusia, tanaman danhewan memerlukan bentanglahan sumber-daya alam sebagai tempat hidup dan melak-sanakan kegiatan/aktivitas kehidupannya.Kehidupan manusia untuk bermukim danmelaksanakan aktivitas hidupnya melaluipengolahan sumberdaya lahan untuk per-tanian, perkebunan, perikanan, pariwisatadan jasa sangat ditentukan oleh aspek

geografis dari sumberdaya lahan di suatudaerah.

Provinsi Daerah Istimewa Yogya-karta memiliki kondisi sumberdaya lahanyang beragam dan karakteristik/kualitas-nya dapat dibedakan secara tegas berda-sarkan tipologi bentanglahannya (LandscapeType). Ditinjau dari aspek geologis/gemorfologis landsacpe type di wilayah Pro-vinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapatdibentuk oleh proses gunungapi, solusional,fluvial, marin dan oalin, struktural –denudasional.

Permasalahan yang ada di setiapbentanglahan tersebut di indentifikasi dandideskripsi seperti masalah kekurangan air,erosi, banjir, longsor, bahaya gunungapi,gempa dan tsunami. Demikian juga potensilahannya, bahwa di setiap bentanglahan

Page 2: ANALISIS SPASIAL EKOLOGIKAL SUMBERDAYA LAHAN DI …

Forum Geografi, Vol. 21, No. 2, Desember 2007: 95 - 10396

juga tidak sama, sehingga bentuk peng-gunaan lahannya pun bervariasi. Marginali-sasi lahan di DIY banyak dijumpai di zonaBaturagung, Menoreh, karst Gunungsewu,perbukitan solusional Sentolo dan kawasangumuk pasir.

Berdasarkan uraian masalah bentang-lahan tersebut di atas maka analisis spasial– ekologikal sumberdaya lahan pentingdilakukan sebagai pendekatan penata-gunaan lahan yang diterapkan bagi atauuntuk Pemerintah DIY.

Daerah studi analisis spasial –ekologikal sumberdaya lahan di ProvinsiDIY terletak pada 7

015’ - 8

015’ Lintang

Selatan dan 1100 5’ - 110

0 4’ Bujur Timur.

Provinsi DIY memiliki luas 3185 Km2 yang

merupakan provinsi terkecil di Indonesiadengan batas :

Sebelah Selatan : Samudra HindiaSebelah Barat : Kab. Purworejo, Kab.

MagelangSebelah Utara : Kab. Boyolali, Kab.

MagelangSebelah Timur : Kab. Klaten dan Wonogiri

Secara administratif daerah initerbagi menjadi 4 Kabupaten dan 1 Kota(lihat Tabel 1).

METODE PENELITIAN

Data yang digunakan dalam kajian inimeliputi karakteristik geomorfologi,geologi, tanah, air, penggunaan lahan yangdapat diperoleh dari interpretasi petatopografi, geologi/geomorfologi dan tanahdan citra landsat. Hasil analisis peta-petatersebut bersifat kualitatif. Sebagai pen-dekatan studi adalah analisis spasial – eko-logikal bentanglahan yang berbasisgeomorfologi.

Klasifikasi bentanglahan di dasarkanpada analisis genetik bentanglahan (geneticlandscape approach). Penyajian hasil analisisditampilkan dalam bentuk diskripsi dandilengkapi dengan tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentanglahan VolkanikBentanglahan volkanik yang berasal

dari Gunungapi Merapi membentang dari

Tabel 1. Wilayah Administrasi Provinsi DIY

No. Kab/Kota Luas (Km2) Persentase (%)

1 Sleman 575 18,1

2 Kota Yogyakarta 32 1,1

3 Bantul 503 15,8

4 Kulonprogo 586 18,4

5 Gunungkidul 1485 46,6

Jumlah 3185 100 Sumber : BPS, DIY, 2006

Page 3: ANALISIS SPASIAL EKOLOGIKAL SUMBERDAYA LAHAN DI …

Analisis Spasial Ekological Sumberdaya Lahan ... (Suratman Worosuprodjo) 97

utara hingga ke selatan yang dibedakanmenjadi kerucut dan kawah, lereng gunung-api, lereng kaki gunungapi dan dataranaluvial gunungapi. Karakteristik lerengnyamulai dari sangat curam (> 45%) hinggalandai (3-8%) dan datar (< 3%). Kondisitanah di bagian lereng atas belum berkem-bang sedangkan di bagian bawah (di da-taran aluvial gunungapi) mulai berkembangpelapukannya dari lahan induk materialvulkanik. Sumberdaya air berasal dari air

permukaan dan mata air gunungapi (springbelt). Sumberdaya yang didapat diexploitasiadalah pasir dan batu. Selain itu di kawasanlereng atas dan kerucut gunungapi rawanbencana gunungapi. Sebagai besar terdapatdi Kabupaten Sleman.

Bentanglahan Struktural - Denuda-sional

Bentanglahan ini terdapat di zonaBaturagung yang batuannya berumur tersier

Gambar 1. Bentanglahan volkanik yang berasal dariGunungapi Merapi Citra Landsat ETM + Komposit 457

Page 4: ANALISIS SPASIAL EKOLOGIKAL SUMBERDAYA LAHAN DI …

Forum Geografi, Vol. 21, No. 2, Desember 2007: 95 - 10398

dan dapat dibedakan menjadi pegunungandenudasional, pegunungan struktural denu-dasional, perbukitan struktural denuda-sional, lereng kaki bukit. Bentanglahan inijuga terdapat di Pegunungan Menoreh diKabupaten Kulonprogo. Kemiringan lerengbervariasi mulai dari sangat curam (> 45%)di zona pegunungan dan perbukitan hinggalandai – agak landai ± 8 – 15%. Kondisitanah mudah berkembang denganpelapukan lanjut dan bahkan sebagianmengalami erosi dan longsor. Latosol danlitosol merupakan tanah yang dominanterdapat di bentanglahan struktural –denudasional. Formasi batuan yangberpengaruh meliputi formasi Nglanggran,

Semilir, Sambipitu, Kebobutak, Breksi,Andesitik dan Nanggulan. Sumber bahanmineral galian yang dapat diexploitasiadalah termasuk golongan C (nir vital nirstrategis). Sumber air yang utama berasaldari air hujan, air sungai dan mata air yangterbatas pada musim hujan (Suratman,1997).

Bentanglahan Perbukitan Struktural –Solusional

Bentanglahan ini didominasi olehkondisi topografi berbukit – bergelombangdengan lereng bervariasi dari agak curam (25– 45%) hingga landai ± 8 % yang merupakanlereng kaki bukit. Formasi geologi pemben-

Gambar 2. Bentanglahan Struktural – DenudasionalZona Batur Agung Citra Landsat ETM + Komposit 457

Page 5: ANALISIS SPASIAL EKOLOGIKAL SUMBERDAYA LAHAN DI …

Analisis Spasial Ekological Sumberdaya Lahan ... (Suratman Worosuprodjo) 99

tuknya adalah Formasi Sentolo. Grumosol,latosol, regosol meru-pakan tanah dominanyang berkembang di bentanglahan ini. Sumberair sangat terbatas dan tergantung dari airhujan, air tanah/mata air, proses solusionalberjalan lambat dan erosi permukaan sangatsensitif sehingga tampak lahannya tidak pro-duktif. Bahan galian yang dapat dimanfaatkanadalah batugamping, bentanglahan ini

terdapat di wilayah Kabupaten Kulonprogodan Bantul (Gambar 3).

Bentanglahan Karst Gunung SewuBentanglahan ini berkembang dan

terbentuk oleh pengaruh proses solusionalintensif pada Pegunungan Sewu yangberbatuan batugamping. Bentanglahan yanglebih rinci meliputi : dataran tinggi kars,

Gambar 3. Bentanglahan Struktural – SolusionalDaerah Kulon Progo Citra Landsat ETM + Komposit 457

Page 6: ANALISIS SPASIAL EKOLOGIKAL SUMBERDAYA LAHAN DI …

Forum Geografi, Vol. 21, No. 2, Desember 2007: 95 - 103100

dataran aluvial kars, perbukitan karst, dolindan upala serta memiliki keunikan bentang-alam sungai bawah tanah, gua, stalagtit danstalagmit.

Proses solusional dan erosi permu-kaan serta gerakan masa mempengaruhipembentukan permukaan lahan. Lerengnyabervariasi dari datar hingga sangat curamtergantung dari kondisi topografiwilayahnya. Tanah yang dominan meliputigrumusol, molisol, litosol, mediteran.Sumber air yang dominan meliputi air hujan,air telaga, air dari sungai bawah tanah.Sumberdaya mineral yang utama adalahbatugamping. Ancaman kekeringan selaluterjadi di musim kemarau sehinggalahannya kurang produktif (marginal).Bentanglahan ini terdapat di Kabupaten

Bantul dan Gunungkidul (Gambar 4).Karst Gunung Sewu

Bentanglahan Dataran AluvialBentang lahan ini terbentuk dan ber-

kembang pada lahan deposisional yangmerupakan hasil endapan aluvial yangberada di dataran rendah di KabupatenBantul, Kulonprogo dan sebagian Sleman.Kondisi topografinya datar dengan lerengdi bawah 8% dan sebagian besar kemiringanlereng 0 – 3%. Selain bentanglahan yangterdapat meliputi teras sungai, dataranaluvial, dataran banjir, rawa belakang dantanggul alam, sekitar dataran aluvial pantaitanahnya Aluvial, Kambisol, Grumusol,Gleisol yang produktif untuk pertanian,karena terdapat air permukaan yang men-cukupi (Gambar 5).

Gambar 4. Bentanglahan Karst Gunung SewuCitra Landsat ETM + Komposit 457

Page 7: ANALISIS SPASIAL EKOLOGIKAL SUMBERDAYA LAHAN DI …

Analisis Spasial Ekological Sumberdaya Lahan ... (Suratman Worosuprodjo) 101

Bentanglahan marin dan EolinBentanglahan ini didominasi oleh

adanya gumuk pasir dan bentang pantai diKabupaten Bantul dan Kulonprogo sertateras-teras pantai di Kabupaten Gunung-kidul. Kondisi topografi landai hinggacuram/sangat curam (berbentuk tebing).Tanahnya relatif muda dan belum berkem-bang seperti Regosol. Kondisi air sangatterbatas dari air tanah sehingga lahannyatampak marginal dan bahkan tandus. Prosesabrasi dan deposisi terjadi secara berselang-seling tergantung kondisi bentang lahannya(Gambar 6).

Pola Pemanfaatan Sumberdaya LahanBerdasarkan pada analisis spasial –

ekologikal berbasis bentang lahan tersebut,maka pemanfaatan lahan dapat diarahkansesuai dengan potensi dan hambatan yangada di setiap bentang lahan seperti padaTabel 2.

Gambar 5. Bentanglahan Dataran Aluvial (Persawahan)

Pola pemanfaatan lahan yang di-sajikan pada Tabel 2 di atas dapat dipakaisebagai dasar perencanaan penggunaanlahan secara umum.

Sebagai dasar pertimbangan dalampenatagunaan lahan pada skala semi detil,dapat dijabarkan lebih lanjut atas dasarhambatan (faktor penghambat). Beberapafaktor penghambat dapat dijelaskan bahwadi kawasan kerucut dan lereng atas Gu-nungapi Merapi sangat rawan terhadapletusan gunungapi dan banjir lahar. Padakawasan Pegunungan Menoreh danBaturagung sangat rawan bencana longsordan erosi, sedangkan di kawasan perbukitankars Gunung Sewu sangat rawan bencanakekeringan, di kawasan pantai sangat rawanterhadap gempa tektonik dan tsunami. Dikawasan dataran banjir dan genangan.

Page 8: ANALISIS SPASIAL EKOLOGIKAL SUMBERDAYA LAHAN DI …

Forum Geografi, Vol. 21, No. 2, Desember 2007: 95 - 103102

Gambar 6. Bentanglahan Marin dan Eolian (Gumuk Pasir)

Berdasarkan uraian di atas, makaProvinsi DIY memiliki keterbatasan sum-berdaya lahan untuk pemanfaatan budidayaseperti permukiman, wisata, pertanian.

KESIMPULAN

1. Bentanglahan Provinsi DIY secarakeruangan berpengaruh pada karak-teristik dan kualitas sumberdaya lahandan pemanfaatan lahan sesuai potensidari permasalahnnya.

2. Bentanglahan di daerah studi dapat dikualifikasikan berdasarkan pendekatan“genetic – landscape” yang dibedakanmenjadi bentanglahan vulkanik,bentanglahan struktural – denudasio-nal, bentanglahan karst Gunung Sewu,bentanglahan struktural – solusional,bentang lahan datar aluvial, bentang-lahan marin – eolin.

3. Pemanfaatanlahan untuk konservasiatau pelestarian fungsi ekosistemdiarahkan di satuan kerucut gunungapi, pegunungan dan perbukitanstruktural – denudasional, perbukitankars Gunung Sewu, zona gumuk pasir,dan pemanfaatan lahan untuk budidayadiarahkan pada bentang lahan dataranaluvial, lereng kaki gunungapi, lerengkaki pegunungan perbukitan danperbukitan struktural – solusional.

SARAN

1. Rahabilitasi lahan dan reklamasi lahanperlu dilaksanakan pada zona lahan mar-ginal dan konservasi di hutan lindung.

2. Pengendalian kerusakan lahan dankonservasi lahan pertanian ke nonpertanian

Page 9: ANALISIS SPASIAL EKOLOGIKAL SUMBERDAYA LAHAN DI …

Analisis Spasial Ekological Sumberdaya Lahan ... (Suratman Worosuprodjo) 103

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, B. 2004. “Karakteristik Sumberdaya Lahan sebagai Dasar Pengelolaan DAS diSub DAS Merawu, DAS Serayu”. Forum Geografi, Vol. 18, No. 2, Desember 2004.Hlm 91-114.

BPS, 2006. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka.

Darsiharjo. 2004. “Model Pemanfaatan Lahan Berkelanjutan di Daerah Hulu SungaiCikapundung - Bandung Utara”. Forum Geografi, Vol. 18, No. 1, Juli 2004. Hlm 32-46.

Wahyu Santosa, L. 2005. “Identifikasi Kerusakan Lahan dan Cara Penanganannya di ZonaPerbukitan Baturagung Kabupaten Gunung Kidul”. Forum Geografi, Vol. 19, No. 1,Juli 2005. Hlm 30-54.

Leser. H., and H. Rood, 1991. Landscape ecology – fundamentals, aims and perspectives. In ModernEcology : Basic and Applied Aspects, edited by G. Esser and Overdieck, pp. 831-844. Amsterdam/London/New York/Tokyo.

Worosuprojo, S., 2007. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berbasis Spasial Dalam PembangunanBerkelanjutan di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada FakultasGeografi UGM.

Worosuprojo, S., 2006. Pemetaan Geomorfologi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. FakultasGeografi UGM, Yogyakarta.

Worosuprojo, S., 1997. Ekologi Bentanglahan. Universitas Gadjah Mada Program PascaSarjana. Yogyakarta