ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …
134
ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2019 SKRIPSI Oleh TIFHANNY DYA PRATIWI NIM. 151000134 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020 Universitas Sumatera Utara
ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2019
SKRIPSI
Oleh
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2019
SKRIPSI
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2019
Nama Mahasiswa : Tifhanny Dya Pratiwi
Nomor Induk Mahasiswa : 151000134
Menyetujui
Pembimbing:
NIP. 196803201993082001
Universitas Sumatera Utara
TIM PENGUJI SKRIPSI
2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H.
Universitas Sumatera Utara
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul
“Analisis
Sistem Pengelolaan Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Haji Medan
Tahun
2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan
saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan
kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar
pustaka. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan
dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Medan, Januari 2020
Tifhanny Dya Pratiwi
Universitas Sumatera Utara
Rekam medik merupakan salah satu indikator kinerja RS dalam
perihal
kelengkapan dan kembalinya berkas rekam medik dari rawat inap ke
rekam
medik. Data rekam medis sangat diperlukan dalam manajemen
informasi
kesehatan. Proses pengolahan rekam medis dari bagian Assembling,
Coding dan
Indeksing, Filling, Analising berpengaruh dalam meningkatkan mutu
rekam medis
di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
melihat bagaimana
sistem penglolaan rekam medis di RSU Haji tahun 2019. Metode
penelitian
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskripstif.Pengambilan data
dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi langsung
menggunakan
daftar Checklist serta melihat dokumen rekam medis yang ada di
Instalasi Rekam
Medis yang berkaitan dengan judul skripsi dan disajikan dalam
bentuk tulisan.
Hasil penelitian yang diperoleh mengenai rekam medis, alur rekam
medis yang
tidak sesuai dengan aturan Depkes yang mana pada tahap awal dimulai
dengan
pegolahan Coding dan Indeksing, Assembling dan Filling, SDM rekam
medis
memiliki 8 petugas dan hanya satu orang yang berlatar belakang
pendidikan
perekam medis serta pendidikan dan pelatihan belum dilakukan
menyeluruh, serta
sarana dan prasarana dalam pendukung kerja petugas. Dalam
proses
pengelolaannya dibagian Coding dan indeksing petugas mengalami
kesulitan
dalam memberikan kode diagnosa pasien akibat ketidakjelasan
diagnosa serta
masih ada berkas yang masih belum lengkap. Di bagian Assembling
saat sedang
dianalisis, masih ada berkas yang belum lengkap mengakibatkan
berkas
dikembalikan ke perawat/dokter agar segera dilengkapi. Di
bagian
Filling,pelaksana sistem penyimpanan rekam medisnya sudah
menggunakan
sentralisasi yang manarumah sakit sudah mengikuti pedoman
Penyelenggaraan
Rekam Medis Rumah Sakit yang dikeluarkan dan ditetapkan Depkes,
mengenai
kendala masih ada kesalahan penempatan dokumen rekam medis dan
dokumen
rekam medis yang belum ditempatkan di rak penyimpanan. Di
bagian
Analising/laporan, SIRS yang belum selesai pembuatannya. Saran
dalam
penelitian ini untuk mendapatkan pengelolaan rekam medis yang baik
dan
informasi yang bermutu maka pengelolaan rekam medis harus diatur
sesuai
dengan semestinya yang sudah ditetapkan.
Kata kunci: Pengelolaan rekam medis, assembling, coding
Universitas Sumatera Utara
v
Abstract
Medical records is one indicator of hospital performance in terms
of
completeness and return of medical record files from
hospitalization to medical
records. Medical record data is very necessary in the management of
health
information. The process of processing medical records from the
Assembling,
Coding and Indexing, Filling, Analyzing affects in improving the
quality of
medical records in hospitals. This study aims to find out and see
how the medical
record management system in Haji Hospital in 2019. The research
method uses
qualitative methods with descriptive approach. Data collection is
done by in-
depth interviews and direct observation using a checklist and see
the medical
record documents in the Medical Records Installation relating to
the title of the
thesis and presented in written form. Research results obtained
regarding medical
records, flow of medical records that are not in accordance with
the regulations
of the Ministry of Health which in the initial stages begins with
the coding and
indexing, Assembling and Filling, HR medical records have 8
officers and only
one person with a medical recorder education background and
education and
training have not been done thoroughly, as well as facilities and
infrastructure to
support the work of officers. In the process of managing the Coding
and Indexing
section the officer had difficulty in providing the patient
diagnosis code due to the
unclear diagnosis and there were still files that were still
incomplete. In the
Assembling section when being analyzed, there are still incomplete
files resulting
in the file being returned to the nurse / doctor so that it will be
completed
immediately. In the Filling section, the implementer of the medical
record storage
system has been using centralization where the hospital has
followed the
guidelines for Hospital Medical Records issued and established by
the Ministry of
Health, regarding the obstacles that there are still errors in the
placement of
medical record documents and medical record documents that have not
been
placed on the storage rack. In the Analysis / Report section, SIRS
has not yet been
completed. Suggestions in this study to get good management of
medical records
and quality information, the management of medical records must be
regulated
according to what has been determined.
Keywords: Medical record management, assembling, coding
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala
berkah
yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang
berjudul “Analisis Sistem Pengelolaan Rekam Medis di Rumah Sakit
Umum
Haji Medan Tahun 2019”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang
ditetapkan
untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas
Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun
materil. Pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas
Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku ketua Dapertemen Administrasi
dan
Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara dan Dosen
Pembimbing
saya yang telah memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat,
dan
arahan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
4. dr. Fauzi, S.K.M., selaku dosen penguji I saya yang telah
memberikan
bimbingan, arahan, masukan dan saran-saran kepada penulisan
perbaikan
skripsi.
vii
5. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H., selaku Dosen
Penguji II
yang telah memberikan bimbingan, masukan dan saran-saran kepada
penulis
dalam perbaikan skripsi ini.
6. Prof. Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, M.Si., selaku Dosen
Pembimbing
Akademik yang telah banyak memberikan saran kepada penulis selama
kuliah
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas
Sumatera Utara, terutama Dapertemen Administasi Kebijakan kesehatan
yang
telah banyak memberikan bantuan selama penulisan mengikuti
pendidikan.
8. Selaku Direktur RSU Haji Medan dan Kepala Instalasi Rekam Medis
yang
telah memberikan izin penelitian dan seluruh staf atas bantuan dan
kerja
samanya selama penulis melaksanakan penelitian.
9. Teristimewa untuk kedua orang tua saya tercinta Ainus dan Netty
Herawati
yang senantiasa memberikan doa, motivasi, kasih sayang dan dukungan
baik
moril maupun materi yang tidak terhingga dan tidak akan pernah bisa
terganti
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga
kepada kakak
saya Luthfiany Winona, S. Pd. dan adik saya tercinta Saddam W.S.U
yang
telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi
ini.
10. Teruntuk teman-teman seperjuangan dan sepermainan Eva, Rini,
Sesil,
Sondang, Putri, Yasmin, Anggik, Tanthy, yang telah memberi dukungan
dan
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan.
Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari
Universitas Sumatera Utara
semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata,
penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan
bermanfaat
bagi pembaca.
Abstrak iv
Abstract v
Penataan berkas rekam medis (assembling) 16
Pemberian kode (coding) 17
Prosedur rekam medis 25
Alur rekam medis pasien rawat inap 29
Rumah Sakit 31
Subjek Penelian 36
Definisi Konsep 37
Gambaran Lokasi Penelitian 39
Visi dan Misi RSU Haji 40
Visi RSU Haji 40
Misi RSU Haji 41
Motto RSU Haji 41
Karakteristik informan 42
Alur rekam medis terhadap proses pengolahan berkas rekam medis
44
Sumber daya manusia terhadap proses pengolahan rekam medis 48
Sarana dan prasarana terhadap proses pengolahan rekam medis
53
SOP rekam medis 57
Pemberian kode (coding) dan tabulasi (indeksing) 59
Penataan berkas (assembling) 63
2 Daftar Tenaga Pengelolaan Rekam Medis 51
Universitas Sumatera Utara
2 Kerangka berpikir 35
4 Alur rekam medis RSU Haji Medan 47
Universitas Sumatera Utara
3 Surat Izin Penelitian 84
4 Surat Izin Selesai Penelitian 85
5 Matriks 86
7 Dokumentasi 103
Universitas Sumatera Utara
SIMRS Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
SOP Standar Operasional Prosedur
SIM Surat Izin Mengemudi
SDM Sumber Daya Manusia
RSU Rumah Sakit Umum
RM Rekam Medis
KTP Kartu Tanda Penduduk
EYD Ejaan Yang Disempurnakan
Riwayat Hidup
Penulis bernama Tifhanny Dya Pratiwi berumur 22 tahun. Penulis
lahir di
Medan pada tanggal 14 Juni 1997. Penulis beragama Islam, anak kedua
dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Ainus dan Ibu Netty Herawati.
Pendidikan formal dimulai di TK Pembangun Didikan Islam Medan
Tahun
2002-2003. Pendidikan sekolah dasar di SD Pembangun Didikan Islam
Medan
Tahun 2003 – 2009, sekolah menengah pertama di SMP Swasta
Kemala
Bhayangkari 1 Medan Tahun 2009-2012, dan sekolah menengah atas di
SMA
Swasta Kemala Bhayangkari 1 Medan Tahun 2012-2015. Selanjutnya,
penulis
melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, Januari 2020
Tifhanny Dya Pratiwi
Universitas Sumatera Utara
kesehatan masyarakat. Rumah sakit didirikan dan dijalankan dengan
tujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk perawatan,
pemeriksaan,
pengobatan dan tindakan diagnosis lainnya yang dibutuhkan oleh
masing-masing
pasien dalam batas kemampuan teknologi dan sarana yang disediakan
dirumah
sakit. Berdasarkan PERMENKES No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
rekam
medis, setiap pelayanan kesehatan diwajibkan untuk memiliki rekam
medis
(Permenkes No. 269, 2008).
Rekam medik merupakan catatan medis setiap pasien apa yang
dialaminya
dalam penyembuhan penyakitnya. Rekam medik juga merupakan
catatan-catatan
data yang kemudian akan diolah menjadi laporan dan bermanfaat dalam
hal
menyangkut ALFRED dari setiap pasien yang ada. Rekam medik
merupakan
salah satu indikator kinerja RS dalam perihal kelengkapan dan
kembalinya berkas
rekam medik dari rawat inap ke rekam medik.
Untuk memudahkan mengingat begitu banyak kegunaan dari rekam
medis
kegunaan rekam medis juga sering disebut dengan ALFRED, yaitu
Administration
adalah data dan informasi yang dihasilkan rekam medis dapat
digunakan
manajemen untuk melaksanakan fungsinya guna pengelolaan berbagai
sumber
daya. Legal adalah alat bukti hukum yang dapat melindungi hukum
terhadap
pasien dan provider kesehatan. Financial adalah setiap yang
diterima pasien bila
dicatat dengan lengkap dan benar, maka dapat digunakan untuk
menghitung biaya
Universitas Sumatera Utara
2
yang harus dibayar pasien, selain itu jenis dan jumlah kegiatan
pelayanan yang
tercatat dalam formulir dapat digunakan untuk meprediksikan
pendapatan dan
biaya sarana pelayanan kesehatan. Riset adalah berbagai macam
penyakit yang
telah dicatat kedalam dokumen rekam medis dapat dilakukan
penelusuran guna
kepentingan penelitian. Education adalah para mahasiswa atau
pendidik atau
peneliti dapat belajar dan mengembangkan ilmunya dengan
menggunakan
dokemen rekam medis. Documentation adalah rekam medis sebagai
dokumen
karena memiliki sejarah medis seseorang (Sadi, 2015).
Rumah sakit memiliki kewajiban untuk menyelenggrakan rekam
medis.
bahwa guna menunjang terselenggaranya rencana induk yang baik, maka
setiap
rumah sakit diwajibkan :
a. Memiliki dan mengolah data statistik, sehingga dapat
menghasilkan data
informasi yang up to date.
b. Memiliki prosedur penyelenggaraan rekam medis yang berdasarkan
pada
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan (Depkes, 2006).
Dalam UU Praktik Kedokteran mengenai pengaturan tentang rekam
medis
pada Pasal 46 yang mana berisi setiap dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan
praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. Rekam medis yang
dimaksud
ialah harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima
pelayanan
kesehatan. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu,
tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan (UU No. 29,
2004).
Universitas Sumatera Utara
Dalam penyelenggaran praktik kedokteran, setiap dokter dan dokter
gigi
wajib mengacu pada standar, pedoman dan prosedur yang
berlaku.Permasalahan
dan kendala utama pada pelaksanaan rekam medis adalah dokter dan
dokter gigi
tidak menyadari sepenuhnya manfaat dan kegunaan rekam medis, baik
pada
sarana pelayanan kesehatan maupun pada praktik perorangan,
akibatnya rekam
medis dibuat tidak lengkap, tidak jelas, dan tidak tepat waktu.
Dalam standar
operasional prosedur proses pelengkapan berkas rekam medis rawat
inap
dilakukan selama 2 x 24 jam dan untuk berkas rekam medis rawat
jalan harus
sudah dilengkapi 1 x 24 jam (setelah pasien mendapatkan pelayanan)
(Konsil
Kedokteran Indonesia, 2006).
Dalam rekam medis kelengkapan, keakuratan, kualitas data dan
ketepatan
waktu dalam pengumpulan serta penataan berkas menjadi hal yang
sangat penting
terkait proses pengolahan data di rekam medis. Pencatatan berkas
rekam medis
sering dianggap menjadi persoalan kedua oleh pemberi layanan
kesehatan seperti
dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Dikarenakan tingkat
kesibukan para
dokter dan perawat seringkali berkas rekam medis tidak diisi secara
lengkap dan
tidak dikembalikan tepat waktu bahkan melebihi waktu tempo.
Akibatnya petugas
rekam medis sering merasa terhambat dalam proses pengolahan berkas
rekam
medis, padahal kualitas data akan mencerminkan baik buruknya rekam
medis.
Karena alasan tersebut penganalisaan catatan berkas rekam medis
menjadi hal
yang perlu untuk dilakukan agar dapat diolah dan menghasilkan
informasi
kesehatan yang sesuai dan lebih akurat (Hendrik, 2011).
Ketentuan pidana yang tertuang dalam pasal 79 UU No. 29 tahun
2004
Universitas Sumatera Utara
4
dalam Pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur bahwa
setiap
dokter dan dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam
medis dapat
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda
paling banyak
Rp. 50.000.000. Selain tanggung jawab pidana, dokter dan dokter
gigi yang tidak
membuat rekam medis juga dapat dikenakan sanksi secara perdata,
karena dokter
dan dokter gigi tidak melakukan yang seharusnya dilakukan
(ingkar
janji/wanprestasi) dalam hubungan dokter dan pasien (Konsil
Kedokteran
Indonesia, 2006).
informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan di rumah sakit.
Adapunproses kegiatan
penyelenggaraan rekam medis dimulai pada saat diterimanya pasien
dirumah
sakit, dilanjutkan dengan kegiatan pencatatan data medis pasien
oleh dokter atau
dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan
kesehatan
langsung kepada pasien. selama pasien itu mendapatkan pelayanan
medis dirumah
sakit, dan dilanjutkan dengan pengelolaan berkas rekam medis yang
meliputi
penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat
penyimpanan
untuk melayani permintaan/peminjaman karena pasien datang berobat,
dirawat,
atau keperluan lainnya. Proses pengolahan rekam medis dari bagian
Assembling,
Coding, Indeksing, Analising dan Filling (Depkes, 2006).
Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan
sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung dari tanggal
terakhir pasien
berobat/dipulangkan. Setelah batas waktu 5 tahun sebagaimana
dimaksud rekam
medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan
tindakan
Universitas Sumatera Utara
medik. Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medis harus
disimpan untuk
jangka waktu 10 tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan
tersebut
(Permenkes, No. 269, 2008).
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Utami (2018), mengenai
sistem
pengelolaan rekam medis rawat inap di Rumah Sakit Umum Madani
Medan,
menunjukan bahwa masih dijumpai kendala yang dihadapi pada
proses
pengolahan rekam medis yaitu pada proses pengolahan berkas rekam
medis
bagian kelengkapan (Assembling) kurangnya ketelitian dalam
memeriksa
kelengkapan berkas, selanjutnya bagian pengkodean (Coding) petugas
mengalami
kesulitan dalam memberikan kode diagnosa pasien akibat
ketidakjelasan diagnosa,
bagian penyimpanan (Filling) dalam pelaksanan sistem penyimpanan
rekam
medisnya sudah menggunakan sentralisasi artinya rumah sakit sudah
mengikuti
Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit. Selain itu
Instalasi Rekam
medik juga kekurangan petugas dan sarana dan prasarana yang
disediakan. Untuk
proses pengolahan berkas rekam medis perlu ketelitian dan kejelasan
dari segi
kelengkapannya agar proses selanjutnya tidak lagi mengalami
hambatan sehingga
berkas rekam medis dapat segera kembali disimpan diruang
penyimpanan rekam
medis dan perlu untuk menambah petugas dan sarana prasana di
Intalasi Rekam
Medis.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Watung, dkk (2018)
mengenai
analisis sistem pengelolaan rekam medis pasien rawat inap RSUD DR.
Sam
Ratulangi Tondano, didapatkan bahwa dibagian Assembling, belum
berjalan
denga baik dikarenaan keterbatasan tenaga SDM, pemahaman SOP
masih
Universitas Sumatera Utara
kurang, dokumen rekam medis masih belum lengkap dan keterlambatan
waktu
dalam pengembalian dokumen rekam medis. Di bagian Koding,
Indeksing, tulisan
dokter yang sulit dibaca serta adanya penggunaan
singkatan-singkatan yang tidak
baku berpengaruh terhadap proses koding sehingga data yang
dihasilkan menjadi
tidak akurat dan harus menunggu pengumpulan kode baru data diolah
menjadi
kartu indeks. Di bagian Filling, sarana dan prasarana tidak
mendukung serta
pengawasan dari pihak rumah sakit yang tidak rutin.
Rumah Sakit Umum Haji Medan yang terletak di Jl. Rumah Sakit
Haji
Komplek Medan Estate Permai Tegalrejo Medan Perjuangan Medan
merupakn
rumah sakit kelas B. Rumah sakit ini memiliki 253 tempat tidur dan
memiliki 106
tenaga kesehatan diantaranya: Dokter umum sebanyak 25 orang, Dokter
Gigi
sebanayak 6 orang, Dokter Spesialis sebanyak 69 orang dan Dokter
Sub Spesialis
sebanyak 6 orang.
Berdasarkan hasil survei awal, diperoleh berkas rekam medis rawat
inap
yang masuk ke bagian rekam medis rata-rata per hari sebanyak 15-20
berkas. Dari
15-20 berkas rekam medis ada 10 berkas yang belum lengkap. Di
bagian rekam
medis sendiri terdapat 8 orang tenaga rekam medis dengan latar
belakang
pendidikan 1 orang lulusan S1 administrasi negara, 1 orang lulusan
D3 Rekam
Medis, 6 orang lulusan SMA sederajat. Pembagian kerja dibagi
menjadi, 1 orang
Kepala Instalasi Rekam Medis, 2 orang sebagai pelaksana di bagian
kelengkapan
(Assembling), 2 orang dibagian pengkodean (Coding), dan 2 orang
dibagian
penyimpanan (Filling), 1 orang dibagian (Analising/laporan).
Menurut informan,
mereka masih kekurangan tenaga rekam medis dibagian assembling dan
untuk
Universitas Sumatera Utara
sarana dan prasarana tidak memiliki ruangan penyimpanan untuk
berkas rekam
medis yang tidak aktif lagi.
Untuk menunjang tertib administrasi yang baik maka diperlukan
pencatatan dan pengolahan rekam medis yang baik, sesuai dengan
ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Depkes. Berdasarkan SOP rekam medis,
waktu
pengembalian berkas yang sudah dilengkapi berkas rekam medis harus
diisi
secara lengkap 1x24 jam setelah pasien mendapatkan
pelayanan/tindakan dan
harus dikembalikan 2x24 jam sesuai dengan standar yang ditentukan.
Tetapi,
berdasarkan survey pendahuluan oleh peneliti pengembalian berkas
rekam medis
tidak sesuai dengan standar, dimana pengembalian berkas rekam medis
sangat
lambat 3-4 hari. Ini mengakibatkan terhambatnya proses selanjutnya
serta belum
bisa mencerminkan tertib administrasi yang baik.
Pada proses pengolahan yang pertama ialah melakukan
pengkodingan
(Coding) dn tabulas (Indeksing). Setelah melakukan pengkodingan,
berkas dikirim
keruangan pengkleiman untuk dilakukan pengkleiman BPJS atau
asuransi lainnya.
Setelah itu berkas dikirim ke ruang penyimpanan untuk dilakukan
pengecekan
kelengkapan dan melakukan penataan berkas (Assembling). Di penataan
berkas
(Assembling) petugas akan memeriksa terlebih dahulu kelengkapan
pengisian
berkas rekam medis yang diterima, jika belum lengkap maka petugas
rekam medis
harus mengembalikan berkas yang belum lengkap ke setiap ruang
perawatan
dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Setelah itu dilanjutkan
ke bagian
penyimpanan (Filling).Dan untuk (Analising/laporan) datanya
didapatkan dari
tiap-tiap unit atau ruangan.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana Alur rekam medis dalam pengelolaan rekam medis di
RSU
Haji Medan tahun 2019 ?
medis di RSU Haji Medan tahun 2019 ?
3. Bagaimana ketersediaan Sarana Dan Prasarana dalam pengelolaan
rekam
medis di RSU Haji Medan tahun 2019 ?
4. Bagaimana ketersediaan Standar Operasional Prosedur dalam
pengelolaan
rekam medis di RSU Haji Medan tahun 2019 ?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana
sistem pengelolan rekam medis di instalasi rekam medis RSU Haji
Medan Tahun
2019.
Tujuan khusus
1. Mendeskripsikan Alur rekam medis pada instalasi rekam medis di
RSU
Haji Medan tahun 2019.
3. Mendeskripsikan Sarana dan Prasarana dalam pengelolaan rekam
medis di
RSU Haji Medan tahun 2019.
4. Mendeskripsikan ketersediaan Standar Operasional Prosedur
dalam
pengelolaan rekam medis di RSU Haji Medan tahun 2019.
Universitas Sumatera Utara
Manfaaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak rumah sakit
untuk
memperbaiki sistem pengelolaan rekam medis di instalasi rekam
medis
RSU Haji Medan.
Universitas Sumatera Utara
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Permenkes
No.
269,2008).
Secara lebih mendalam, rekam medis mempunyai makna yang lebih
luas
karna didalam catatan tersebut sudah tercermin segala informasi
yang menyangkut
seseorang pasien yang akan dijadikan dasar dalam menentukan
tindakan lebih
lanjut dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya yang
diberikan
kepada seseorang pasien yang datang disarana pelayanan kesehatan.
Rekam medis
juga mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar
untuk kegiatan
pencatatan akan tetapi mempunyai pengertian sebagai satu
sistem
penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatannya
sendiri hanya
merupakan salah satu kegiatan dari pada penyelenggaraan rekam medis
(Depkes,
2006).
menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan
pelayanan kesehatan dirumah sakit. Tanpa adanya dukungan dari suatu
sistem
pengelolaan rekam medis baik dan benar tertib administrasi dirumah
sakit tidak
akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib
administrasi
Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu faktor yang akan menentukan upaya pelayanan
kesehatan
dirumah sakit (Depkes, 2006).
Pembuatan rekam medis dirumah sakit bertujuan untuk
mendapatkan
catatan atau dokumen yang akurat dan adekuat dari pasien, mengenai
kehidupan
dan riwayat kesehatan, riwayat penyakit dimasa lalu dan sekarang,
juga
pengobatan yang telah diberikan sebagai upaya meningkatkan
pelayanan
kesehatan (Rustiyanto, 2009).
medis secara umum.
1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lainnya
yang ikut
ambil bagian didalam memberikan pelayanan, pengobatan,
perawatan
kepada pasien.
diberikan kepada pasien.
penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat dirumah
sakit.
4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan
evaluasi
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.
5. Melindungi kepentingan hukum bagu pasien, rumah sakit maupun
dokter
dan tenaga kesehatan lainnya.
penelitian dan pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
pasien.
bahan pertanggung jawaban laporan (Rustiyanto, 2009).
data yang harus dimasukkan dalam Medical Record dibedakan
untuk
pasien yang diperiksa di unit rawat jalan, rawat inap dan gawat
darurat. Setiap
pelayanan apakah itu di rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat
dapat membuat
rekam medis dengan data-data sebagai berikut.
Isi rekam medis. Isi rekam medis diatur dalam pasal 3 Permenkes
RI
Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 dan isi rekam medis untuk pasien
rawat inap
dan perawatan satu hari sekurang-kurangnya memuat ;
1. Identitas pasien
penyakit
5. Diagnosis
9. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
10. Ringkasan Pulang (discharge summary)
Universitas Sumatera Utara
13
11. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik
pasien. Apabila
pasien meminta isi rekam medis, maka dapat diberikan dalam bentuk
ringkasan
rekam medis atau ringkasan pulang. Ringkasan rekam medis dapat
diberikan,
dicatat atau dikopi oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau
atas persetujuan
tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu (Sadi,
2015).
Proses penyelenggaraan rekam medis. Proses penyelenggaraan
rekam
medis adalah sebagai berikut :
1. Sistem Penamaan Pasien
Sistem penamaan pada dasarnya untuk memberikan identitas
kepada
seorang pasien serta untuk membedakan antara pasien satu dengan
pasien lainnya,
sehingga mempermudah/memperlancar didalam memberikan pelayana
rekam
medis kepada pasien yang datang berobat kerumah sakit. Adapun tata
cara
penulisan nama pasien di Rumah Sakit meliputi antara lain :
1. Nama pasien sendiri yang terdiri dari satu suku kata atau
lebih
2. penulisan nama sesuai dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk) / SIM
(Surat
Izin Mengemudi) / PASPOR yang masih berlaku
Universitas Sumatera Utara
3. untuk keseragaman penulisan nama pasien digunakan ejaan baru /
EYD (
Ejaan Yang Disempurnakan) dengan menggunakan huruf cetak
tebal
4. Tidak diperkenankan adanya pencantuman title/jabatan/gelar
5. Perkataan Tuan, Saudara, Bapak, tidak dicantumkan dalam
penulisan
nama pasien
disesuaikan dengan Paspor yang berlaku di Indonesia
7. Bila seorang bayi yang baru lahir hingga saat pulang belum
mempunyai
nama, maka penulisan namanya adalah Bayi Ny.xxx
2. Sistem Pemberian Nomor Pasien (Patient Numbering System)
Penyimpanan berkas rekam medis pada setiap pelayanan
kesehatan
disimpan berdasarkan nomor pasien, yaitu nomor rekam medis pasien
pada saat
masuk rumah sakit (Admission Patient Number). Penyimpanan secara
alpabets
menurut nama-nama pasien lebih menyulitkan dan memungkinkan
terjadinyan
kesalahan-kesalahan dibandingkan dengan penyimpanan berdasar nomor
pasien.
Jika kartu pasien hilang, nomor pasien masuk dapat diperoleh dari
data dasar
pasien yang tersimpan didadalam sistem.. Dengan mengetahui nama
lengkap dan
tanggal masuk pasien. Tetapi jika menggunakan nomor kartu indeks
pasien keluar
tidak akan dapat secara maksimal menemukan nomor keluar, sehingga
lokasi
rekam medis sulit ditemukan. Ada tiga system pemberian nomor pasien
pada saat
pasien datang ke unit pelayanan kesehatan (Admission Numbering
System) yang
umumnya dipakai yaitu; Pemberian Nomor Cara Seri (Serial Numbering
System),
Pemberian Nomor Cara Unit (Unit Numbering System), Pemberian Nomor
Cara
Universitas Sumatera Utara
Seri Unit (Serial Unit Numbering System). Setiap pemberian nomor
manapun
yang dipakai, setiap rekam medis baru harus mendapat nomor yang
diurut secara
kronologis dan nomor tersebut harus dapat digunakan diseluruh
instansi yang
terkait didalam prosedur pemberian pelayanan kesehatan terhadap
pasien di rumah
sakit.
Kartu Indeks Utama Pasien adalah salah satu cara untuk
menunjang
kelancaran pelayanan terhadap pasien, karena apabila seorang pasien
lupa
membawa kartu berobat maka KIUP akan membantu untuk mencarikan
data
pasien yang diperlukan. KIUP merupakan kunci utama bagi setiap
pasien,
sehingga mutlak harus dibuat, baik itu pasien berobat jalan maupun
pasien untuk
dirawat. KIUP suatu kartu tanda pengenal setiap pasien baru yang
disimpan
selamanya pada instansi yang bersangkutan. KIUP dibuat berdasarkan
atas
ringkasan riwayat klinik yang diperoleh dari tempat penerimaan
pasien. KIUP
memuuat data identitas pasien seperti;
1. Nama lengkap pasien
2. Nomor rekam medis
Proses pengolahan rekam medis
Proses pengolahan berkas rekam medis ada lima tahap yang
saling
berkaitain dan berhubungan yaitu dimulai dari kelengkapan penataan
berkas
(Assembling), pemberian kode (Coding), Tabulasi (Indeksing),
Analisa
(Analising), dan terakhir penyimpanan (Filling).
Penataan berkas rekam medis (assembling).
a) Penataan berkas rekam medis rawat jalan antara lain :
1. Pembatas poliklinik
Penataan berkas rekam medis untuk kasus anak, kasus bedah,
kasus
kebidanan, kasus bayi lahir antara lain :
1. Ringkasan
Universitas Sumatera Utara
7. Catatan anastesi (untuk kasus bedah)
8. Laporan pemmbedahan (Untuk kasus bedah)
9. Lembar obstetric (untuk kasus kebidanan)
10. Catatan persalinan (untuk kasus kebidanan)
11. Riwayat Kelahiran (untuk kasus bayi lahir)
12. Grafik bayi (untuk kasus bayi lahir)
13. Lembar konsultasi
14. Catatan perawat
15. Catatan perkembangan
17. Pengawasan khusus
20. Salinan resep
Pemberian code (coding).Pemberian kode adalah pemberian
penetapan
kode dengan menggunakan huruf atau angka atau melakukan kombinasi
huruf
dalam angka mewakili komponen data. Kegiatan dan tindakan serta
diagnosis
yang ada didalam rekam medis harus diberi kode dan selanjutnya di
indeks agar
memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk menunjang
fungsi
Universitas Sumatera Utara
dan golongan penyakit, cidera, gejala dan faktor yang mempengaruhi
kesehatan.
Sejak tahun 1993 WHO mengharuskan negara anggotanya termasuk
Indonesia
menggunakan klasifikasi penyakit revisi-10 (ICD-10, International
Statitical
Clasification Deseasses and Health Problem) 10 revisi. ICD-10
menggunakan
kode kombinaasi yaitu menggunakan abjad dan angka (alpha
numeric).
Penetapan Diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak
dan
tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait dan tidak boleh
diubah oleh
karenanya harus diagnosis yang ada dalam rekam medis diisi dengan
lengka, jelas
dan akurat sesuai dengan arahan yang ada pada buku ICD-10. Tenaga
medis
sebagai seorang pemberi kode bertanggung jawab atas keakuratan kode
dari suatu
proses yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis. oleh karena itu
untuk hal yang
kurang jelas atau yang tidak lengkap, sebelum kode ditetapka, maka
harus
komunikasikan kembali terlebih dahulu pada dokter yang memberikan
pelayanan
diharuskan segera membuat diagnosis akhir. Kelancaran dan
kelengkapan
pengisisan rekam medis di instalasi rawat jalan dan rawat inap atas
kerja sama
tenaga medis dan tenaga kesehatan lain yang ada dimasing-masing
instalasi kerja
tersebut. Hal ini seperti dijelaskan pasal 3 dan 4 Permenkes RI
No.
794a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis (Depkes, 2006).
Tabulasi (indeksing). Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai
dengan
kode yang telah dibuat kedalam indeks-indeks (dapat menggunakan
kartu indeks
atau komputerisasi). Dalam kartu indeks tidak diperbolehkan
mencantumkan
Universitas Sumatera Utara
nama pasien. Jenis indeks yang biasa dibuat :
1. Indeks Pasien adalah suatu tabulasi kartu katalog yang berisi
nama semua
pasien yang pernah berobat dirunah sakit. Ukuran kartu indeks
penedrita
tergantung dari banyak sedikitnya penderitaan yang berobat dirumah
sakit.
Ukuran yang dianjurkan adalah 12,5 x 7.5 cm. Kegunaan indeks
penderita
dapat digunakan sebagai kunci untuk menemukan berkas rekam
medis
seseorang penderita. Cara penyimpanan kartu indeks dengan
disusun
aphabet seperti susunan kata-kata dalam kamus. Jika seseorang
penderita
datang kembali dengan mengakatan bahwa dia telah bersuami, kartu
yang
sekarang harus dibuat catatan petunjuk (tanda lihat atau tanda X)
dengan
kartunya yang dulu dan sebaliknya. Lama penyimpanan kartu
indeks
penderita sama dengan lama penyimpanan berkas rekam medis.
2. Indeks Penyakit (Diagnosis) dan Operasi adalah tabulasi yang
berisikan
kode penyakit dan kode operasi pasien yang berobat dirumah
sakit.
Kegunaannya untuk mengambil berkas rekam medis tertentu untuk
keperluan seperti mempelajari kasus-kasus terdahulu dari satu
penyakit
untuk memperoleh pengertian tentang penanggulangan terhadap
penyakit-
penyakit/masalah kesehatan pada saat ini dan untuk menguji
teori-teori
membandingkan data-data tentang penyakit, menyuguhkan data
yang
diperlukan dalam survey kemampuan rumah sakit, menemukan
berkas
rekam medis jika sewaktu-waktu dokter memerlukannya,
menyediakan
materi pendidikan untuk mahasiswa yang berada dibidang kesehatan.
Cara
penyimpanan kartu indeks disimpan dilaci menurut nomor urut.
Secara
Universitas Sumatera Utara
indeks harus tampak rapi, tulisannya mudah dibaca serta
pengisiannya
harus dengan tinta atau dengan mesin ketik.
3. Indeks Dokter adalah satu tabulasi data yang berisi nama dokter
yang
memberikan pelayanan medik kepada pasien. kegunaanya untuk
menilai
kinerja dokter dan bukti pengadilan.
4. Indeks Kematian adalah berisikan data pribadi pasien yang
berguna
sebagai statistik menilai mutu pelayanan dasar, menambah dan
meningkatkan peralatan/tenaga. Cara penyimpanan indeks
kematian
dengan menyusun menurut nomor indeks kematian.
5. Proses Tabulasi secara Komputerisasi proses tabulasi data yang
secara
manual dapat dengan mudah diaplikasikan melalui media komputer,
data
dan informasi hasil pengelompokan data sesuai dengan kode-kode
yang
dimaksud dengan mudah dikelompokkan sesuai dengan kode-kode
yang
disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga data dapat diproses dan
dapat
segera didapat hasil yang kita inginkan, proses pengelompokkan data
yang
dilakukan dengan proses komputerisasi lebih mudah dan cepat serta
lebih
efektif dan efisien (Depkes, 2006).
Analisa Rekam Medis (Analising).
Analisa mutu rekam medis. Mutu dalam pengisian memang menjadi
tanggung jawab tenaga kesehatan. Sebab merekalah yang menjalankan
perekam
medis. Hal ini sudah tercantum dalam UU No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktik
Kedokteran pasal 46 ayat “Setiap dokter dan dokter gigi wajib untuk
dalam
Universitas Sumatera Utara
21
menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis”. Pada
pasal 2 juga
dikatakan “Rekam medis harus segera dilengkapi setelah pasien
selesai menerima
pelayanan kesehatan”. Dan terakhir pada pasal 3 disebutkan “Setiap
catatan rekam
medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang
memberikan
pelayanan dan tindakan. Sewaktu berkas rekam medis tiba di
instalasi rekam
medis maka petugas yang menerimanya harus memeriksa apakah berkas
rekam
medis yang diterima tersebut telah lengkap secara kualitas maupun
kuantitas.
Kegiatan ini disebut penganalisaan mutu (qualitative analysis).
Yang dilakukan
petugas rekam medis dalam penganalisaan mutu rekam medis antara
lain :
1. Rekam medis yang mengandung unsur ketidaktepatan ataupun bila
ada
penghapusan yang dapat menyebabkan rekam medis menjadi tidak
akurat
atau tidak lengkap.
oleh petugas rekam medis yang sudah mahir dan mendapat
pendidikan
khusus.
3. Berdasarkan pasal 46 UU No. 29 tahun 2004 ayat 2 tentang
Praktik
Kedokteran bahwa “Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan
pencatatan pada rekam medis, berkas dan catatan tidak boleh
dihilangkan
atau dihapus dengan cara apapun. Perubahan catatan atau kesalahan
dalam
rekam medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan dibubuhi
oleh
paraf petugas yang bersangkutan”.
4. Selanjutnya pada penjelasan Pasal 46 UU No. 29 tahun 2004 ayat
3
tentang Praktik Kedokteran menyatakan : “Yang dimaksud dengan
Universitas Sumatera Utara
22
petugas adalah dokter dan dokter gigi atau tenaga kesehatan lain
yang
memberikan pelayanan langsung kepada pasien”. Apabila dalam
pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi
elektronik,
kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan
menggunakan
nomor identitas pribadi (Personal Identification Number).
Jadi, bila ada rekam medis yang juga tidak memenuhi kebutuhan
ketetapan
diatas maka petugas rekam medis wajib meminta dokter atau dokter
gigi atau
tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan terhadap pasien
untuk
melengkapinya. Petugas rekam medis hanya boleh memasukan berkas
rekam
medis yang telah lengkap kedalam rak penjajaran (filing shelves).
Alasan
mengapa berkas rekam medis harus dianalisa mutunya? Agar rekam
medis
lengkap dan dapat digunakan bagi referensi pelayanan kesehatan,
melindungi
minat hukum, sesuai dengan peraturan yang ada, menunjang informasi
untuk
aktifitas penjamin mutu, membantu penetapan diagnosis dan prosedur
pengkodean
kepenyakitan dan bagi riset medis, studi administrasi dan
penggantian biaya
perawatan (Depkes, 2006).
Analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah
analisa yang
ditujukan kepada mutu dan setiap berkas rekam medis. Petugas akan
mengambil
dan menganalisa kualitas rekam medis pasien sesuai dengan standar
mutu
pelayanan yang telah ditetapkan. Analisa kualitatif meliputi
penelitian terhadap
pengisian lembar rekam medis baik oleh staf medis, para staf medis
dan unit
penunjang medis lainnya. Ketidak lengkapan dalam pengisisan rekam
medis akan
mempengaruhi mutu rekam medis, mutu rekam medis akan mencerminkan
baik
Universitas Sumatera Utara
23
tidaknya mutu pelayanan di suatu rumah sakit. dokter, perawat dan
tenaga
kesehatan lain yang menangani pasien wajib melengkapi rekam medis
sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
lembaran-lembaran berkas rekam medis sesuai dengan lamanya
perawatan yang
meliputi kelengkapan lembaran medis, paramedik dan penunjang medis
sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Petugas akan menganalisis
setiap berkas
yang diterima apakah lembaran rekam medis sudah lengkap atau belum.
Jika
ditemukan ketidak lengkapan berkas pasien dari lembaran tertentu
maka harus
segera menghubungi ke ruang perawatan dimana pasien tersebut
dirawat (Depkes,
2006).
diselenggarakan didalam pengelolaan instalasi rekam medis yaitu
:
Jenis penyimpanan. Ada dua cara penyimpanan berkas didalam
penyelenggaraan rekam medis yaitu:
kelebihan dan juga ada kekurangannya.
A. Kelebihannya :
seluruhnya.
rekam medis.
3. Mengurangi jumlah biaya yang dipergunakan untuk peralatan dan
ruangan.
4. Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis
mudah
distandarisasi.
berkas rekam medis milik seorang pasien berada dalam satu
folder.
6. menerapkan sistem unit record.
B. Kekurangannya :
1. Petugas menjadi lebih sibuk karena harus menangani unit rawat
jalan dan
unit rawat inap.
2. Filing (tempat penyimpanan) berkas rekam medis harus jaga 24
jam
karena sewaktu-waktu diperlukan untuk pelayanan di UGD yang buka
24
jam.
desentralisasi yaitu suatu sistem penyimpanan dengan cara
memisahkan
milik seorang pasien antara berkas rekam medis rawat jalan, gawat
darurat dan
berkas rekam medis rawat inap pada folder tersediri dan atau ruang
atau tempat
tersediri. Biasanya berkas rekam medis pasien rawat jalan disimpan
di satu tempat
penyimpanan atau di Poliklinik masing-masing, sedangkan berkas
rekam medis
Universitas Sumatera Utara
25
pasien gawat darurat dan rawat inap disimpan di unit rekam
medis.
A. Kelebihan :
2. Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih ringan.
B. Kekurangannya :
1. Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis, yaitu data dan
informasi
pelayanan pada satu pasien dapat tersimpan lebih dari 1
folder.
2. Biaya yang diperlukan untuk peralatan dan ruangan lebih
banyak.
Jika dilihat secara teori cara sentralisasi lebih baik dari
pada
desentralisasi,akan tetapi pada pelaksanannya tergantung pada
situasi dan kondisi
masing-masing rumah sakit. hal-hal yang mempengaruhi dan berkaitan
dengan
situasi dan kondisi tersebut; karena terbatasnya tenaga yang
terampil, khususnya
yang menangani pengelolaan rekam medis, kemampuan dana rumah
sakit
terutama rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah daerah. (Depkes,
2006).
Prosedur rekam medis. Tata cara penerimaan pasien yang akan
berobat
kepoliklinik ataupun yang akan dirawat adalah bagian dari sistem
prosedur
pelayanan rumah sakit. Dapat pula dikatakan bahwa dari sinilah
pelayanan
pertama kali yang diterima oleh seorang pasien saat tiba dirumah
sakit, maka
tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa didalam tata cara
penerimaan inilah
seorang pasien mendapatkan kesan baik ataupun tidak baik dari suatu
pelayanan
rumah sakit. Tata cara melayani pasien dapat dinilai baik bila mana
petugas
melakukannya dengan sikap yang ramah, sopan, tertib dan penuh
tanggung jawab
(Depkes, 2006).
dan Filling.di unit rekam medis
Tugas pokok bagian assembling. Bagian Assembling yaitu salah
satu
bagian di unit rekam medis. peran dan fungsi Assembling dalam
pelayanan rekam
medis yaitu :
2. Peneliti isi data rekam medis.
3. Pengendali dokumen rekam medis yang tidak lengkap.
4. Pengendali penggunaan nomor rekam medis dan formulir rekam
medis.
5. Penerimaan sensus harian dari unit-unit pelayanan.
6. Penyerahan sensus harian ke penganalisis.
Tugas pokok bagian coding dan indeksing. Bagian Koding dan
Indeksing adalah salah satu bagian dari unit rekam medis yang tugas
pokoknya
meliputi :
1. Menerima dokumen rekam medis yang sudah lengkap dan kartu
keluarga
dari fungsi Assembling.
2. Meneliti dan mencatat kode penyakit, operasi atau tindakan
medis, sebab
kematian pada kartu keluarga dan lembar formulir rekam medis
yang
tertulis diagnosis penyakit, operasi/tindakan medis dan sebab
kematian.
3. Menyusun/membuat daftar kode penyakit sebagai alat bantu
kode
penyakit.
4. Mencatat data dan informasi rekam medis kedalam formulir
indeks
penyakit, operasi/ tindakan medis, sebab kematian dan indeks
dokter.
5. Menyimpan indeks penyakit, operasi atau tindakan medis, sebab
kematian
dan dokter sesuai urutan abjad.
6. Menyerahkan dokumen rekam medis yang sudah lengkap dan
kartu
keluarga ke fungsi filling.
7. Menyediakan indeks penyakit, operasi, sebab kematian dan indeks
dokter
untuk keperluan tertentu seperti laporan morbiditas penyakit
tertentu,
laporan sebab kematian tertentu, laporan jenis operasi
tertentu.
Tugas pokok bagian analising. Bagian Analising merupakan salah
satu
bagian dalam unit rekam medis meliputi :
1. Setiap tribulan menyusun laporan RL1 tentang data kegiatan rumah
sakit
berdasarkan rekapitulasi dan data tambahan lain yang
diperlukan.
2. Setiap tribulan menyusun laporan RL2A tentang data morbilitas
pasien
rawat inap daan RL2B tentang data keadaan morbiditas pasien rawat
jalan
berdasarkan indeks penyakit rawat inap dan rawat jalan.
3. Setiap bulan menyusun laporan RL 2A1 tentang data keadaan
penyakit
khusus pasien rawat inap rumah sakit dan RL 2B1 tentang data
keadaan
penyakit khusus pasien rawat jalan rumah sakit berdasarkan
indeks
penyakit rawat inap dan rawat jalan.
4. Setiap tahun menyusun laporan RL2.1 tentang data individual
morbiditas
pasien umum rawat inap, RL2.2 tentang data morbiditas individual
pasien
obstetri rawat inap, RL2.3 tentang data morbiditas pasien bayi baru
lahir/
Universitas Sumatera Utara
28
lahir mati rawat inap berdasarkan data dari dokumen rekam medis
pasien
umum, pasien obstetrik dan pasien perinatal.
5. Setiap tahun menyusun laporan RL3 tentang data inventaris rumah
sakit
berdasarkan data dari bagian tata usaha, perlengkapan dan
IPSRS.
6. Setiap semester menyusun laporan RL4 tentang data ketenagaan
rumah
sakit /individual berdasarkan data dari bagian kepegawaian.
7. Setiap tahun menyusun laporan RL5 tentang data peralatan medik
RS
berdasarkan data data dari bagian inventaris dan peralatan rumah
sakit.
8. Setiap tahun menyusun laporan RL6 tentang data infeksinosokomail
RS
berdasarkan indeks penyakit inveksi nosokomial.
9. Mengirimkan laporan RS ke direktur rumah sakit, Dinas
Kesehatan
Kabupaten, Dinas Kesehatan Kota Madya, Dinas Kesehatan
Provinsi,
Ditjen YanMed berdasarkan peraturan Depatemen Kesehatan.
Tugas pokok bagian filling. Bagian filling merupakan salah satu
bagian
dalam unit rekam medis meliputi :
1. Penyimpan dokumen rekam medis.
2. Penyedia dokumen rekam medis untuk keperluan.
3. Pelindung arsip-arsip dokumen rekam medis terhadap kerahasiaan
isi data
rekam medis.
fisik, kimiawi dan biologi (Bambang Shofari, 2004).
Alur rekam medis pasien rawat inap. Setiap pasien yang
membawa
surat permintaan rawat inap dari dokter poliklinik. Instalasi gawat
darurat,
Universitas Sumatera Utara
menghubungi tempat penerimaan pasien rawat inap, sedang pasien
rujukan dari
pelayanan kesehatan lainnya terlebih dahulu diperiksan oleh dokter
rumah sakit
bersangkutan.
1. Petugas menerima pasien mencatat dalam buku register penerimaan
pasien
rawat inap : Nama, Nomor RM, Identittas dan Data social
lainnya.
2. Untuk rumah sakit yang telah menggunakan system komputerisasi,
pada
saat pasien mendaftar untuk dirawat petugas langsung meng-entri
data-
data pasien meliputi nomor rekam medis, nomor registrasi, nomor
kamar
dan data-data penunjang lainnya.
3. Petugas penerimaan pasien rawat inap mengirimkan berkas rekam
medis
bersama-sama dengan pasiennya ke ruang rawat inap yang
dimaksud.
4. Pasien diterima oleh petugas di ruang rawat inap dan dicatat
pada buku
register.
5. dokter yang bertugas mencatat tentang riwayat penyakit, hasil
pemeriksaan
fisik, terapi serta semua tindakan yang diberikan kepada pasien
pada
lembaran-lembaran rekam medis dan menanda tanganinya.
Perawat/bidan
mencatat pengamatan mereka terhadap pasien dan pertolongan
perawatan
yang mereka berikan kepada pasien ke dalam catatan perawat/bidan
dan
membubuhkan tanda tangannya, serta mengisi lembaran grafik
tentang
suhu, nadi, dan pernafasan pasien.
6. Selama di ruang rawat inap, perawat/bidan menambah
lembaran-lembaran
rekam medis sesuai dengan pelaayanan kebutuhan pelayanan yang
diberikan kepada pasien.
Universitas Sumatera Utara
sebelum diserahkan ke Instalasi Rekam Medis.
8. Setelah pasien keluar dari rumah dakit. Berkas rekam medis
pasien segera
dikembalikan ke Instalasi rekam Medis paling lambat 24 jam
setelah
pasien keluar, secara lengkap dan benar.
9. Petugas instalasi rekam medis mengolah berkas rekam medis yang
sudah
lengkap, melewati proses-proses pengkodean, analisa hingga
penyimpanan
kembali berkas rekam medis yang kemudian diperoleh data hasil
pengolahan yang dalam bentuk laporan statistik rumah sakit.
10. Petugas instalasi rekam medis membuat rekapitulasi sensus
harian setiap
akhir bulan untuk bahan laporan rumah sakit.
11. Instalsi rekam medis menyimpan berkas-berkas rekam medis
pasien
menurut nomor RM nya.
12. Petugas instalasi rekam medis mengeluarkan berkas rekam medis,
apabila
ada permintaan baik untuk keperluan pasien berobat ulang atau
keperluan
lain.
rekam medis.
14. Rekam Medis pasien yang tidak pernah berobat lagi ke rumah
sakit selama
lima tahun terakhir, dinyatakan sebagai inactive record.
15. Berkas-berkaas rekam medis yang sudah dinyatakan sebagai in
active
record dikeluarkan dari rak penyimpanan dan disimpan di gudang
rumah
sakit/di musnahkan (Depkes, 2006).
Sumber: Depkes, 2006
Pengertian rumah sakit. Menurut Undang-Undang RI No. 44 Tahun
2009
adalah institusi pelayanan kesehatan gigi bagi masyarakat dengan
karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan,
TEMPAT PENERIMAAN
kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap
mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Klasifikasi rumah sakit. Sesuai dengan UU No. 44 Tahun 2009
pembedaan tingkat menurut kemampuan unsure pelayanan kesehatan
yang
disediakan, ketenagaan fisik, dan peralatan maka rumah sakit umum
pemerintah
pusat dan daerahuntuk Rumah Sakit Umum kelas B paling sedikit
meliputi:
d. pelayanan penunjang klinik;
e. pelayanan penunjang nonklinik;
f. danpelayanan rawat inap.
Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit yang memiliki
fasilitas
dankemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan
medik
spesialisdasar, 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik, 8
(delapan)
pelayanan medik spesialis lainnya, dan 2 (dua) pelayanan medik sub
spesialis
dasar.
Sumber unsur manajemen, dapat dilihat dari kesiapan sumber daya
baik
dari kualitas mapun kuantitas yang sangat diperlukan untuk proses
pelayanan
dirumah sakit. adapun diantara sumber sumber tersebut ialah SDM,
dana, sarana
Universitas Sumatera Utara
33
dan prasarana dan prosedur kerja (SOP). Selain itu juga harus
selalu diperhatikan
dan diawasi proses kerja yang nantinya akan berpengaruh terhadap
output yang
dihasilkan berupa pelayanan rumah sakit yang prima ( Rasjid,
2003).
Sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan komponen
dari
organisasi dan instansi yang mempunyai arti yang sangat penting.
Sumber daya
manusia menjadi sumber penentu dari perencanaan tujuan suatu
organisasi dan
instansi. Tanpa adanya sumber daya manusia suatu organisasi dan
instansi tidak
akan bisa berjalan dengan sebagaimana mestinnya dikarenakanan,
proses usaha
pencapaian tujuan melalui kerja sama dengan orang lain. Ini berarti
menunjukkan
pemanfaatan daya yang bersumber dari orang lain untuk mencapai
tujuan.
Adapun kualifikasi perekam medis pada pasal 3 Peraturan
Menteri
kesehatan RI Nomor 55 tahun 2013 ditetapkan bahwa :
1. Standar kelulusan Diploma tiga sebagai Ahli Madya Rekam Medis
dan
Informasi Kesehatan;
2. Standar kelulusan Diploma empat sebagai Sarjana Terapan Rekam
Medis
dan Informasi Kesehatan
3. Standar kelulusan Sarjana sebagai Sarjana Rekam Medis dan
Informasi
Kesehatan; dan
4. Standar kelulusan Magister sebagai Magister Rekam Medis dan
Informasi
Kesehatan (PERMENKES No. 55 Tahun 2013).
Berdasarkan pedoman penyelenggaraan rekam medis dirumah sakit
Indonesia Direktur RS wajib melakukan pembinaan terhadap petugas
yang
berkaitan dengan rekam medis serta pengetahuan dan keterampilan
mereka.
Universitas Sumatera Utara
keterampilan Direktur RS berkewajiban meningkatkan pendidikan
petugas-
petugas rekam medis dengan ketentuan sebagai berikut :
Untuk RSU kelas B dan Setara :
1. 2 orang S1 Rekam Medis.
2. 4 orang D3 Rekam Medis.
3. Semua staf rekam medis mempunyai SLTP Rekam Medis minimal
200
jam.
Sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu
yang
dipakai sebagai alat untuk mencapai makna dan tujuan serta
merupakan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Sebagai contoh
sarana dan
prasarana pada pelayanan rekam medis dan informasi kesehatan adalah
alat tulis
kantor, komputer, mesin cetak, lokasi, bangunan, ruang penyimpanan
rekam
medis (Siswati, 2018).
pelayanan yang mengacu kepada peraturan dan perundang-undangan
yang
berlaku, serta telah ditetapkan oleh keputusan direktur rumah
sakit, karena
prosedur kerja merupakan dokumen teknis operasional sebagai jabaran
dari
dokumen-dokumen kebijakan yang dibuat oleh direktur rumah sakit
(Rasjid,
2003).
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang telah
Universitas Sumatera Utara
Dalam Proses pengolahan berkas rekam medis memiliki lima tahap
yang
saling berkaitain dan berhubungan yaitu dimulai dari kelengkapan
penataan
berkas (Assembling), pemberian kode (Coding), Tabulasi (Indeksing),
Analisa
(Analising), dan terakhir penyimpanan (Filling).
Kerangka Berpikir
dengan pendekatan deskripstif, yaitu penelitian yang menggambarkan
dan
mendeskripsikan tentang sistem pengelolaan rekam medis di Rumah
Sakit Umum
Haji Medan Tahun 2019.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum
Haji
Medan.
November 2019.
Subjek Penelitian
Informan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik
purposive,
yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang berkaitan
dengan topic
penelitian dan dengan pertimbangan tertentu yang mana yang dianggap
paling
tahu tentang apa yang kita harapkan. Beberapa informan tersebut
adalah:
1. Kepala Instalasi Rekam Medis (1 orang).
2. Pelaksana rekam medis di bagian Assembling (2 orang).
3. Pelaksana rekam medis dibagian Coding (2 orang).
4. Pelaksana rekam medis di bagian Analising/pelaporan (1
orang)
5. Pelakasana rekam medis di bagian Filling (2 orang).
Universitas Sumatera Utara
Definisi Konsep
1. Alur Berkas Rekam Medis yang sesuai dengan ketentuan Depkes
adalah
langkah-langkah yang ditempuh agar data rekam medisnya
terdokumentasi
pada saat mendapatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum
Haji
Medan dan membandingkan alur rekam medis yang sesuai dengan
ketentuan dari Depkes.
2. Ketersediaan SDM rekam medis adalah tenaga kesehatan yang
bekerja di
unit instalasi rekam medis Rumah Sakit Umum Haji Medan.
3. Sarana dan Prasarana adalah tempat atau peralatan yang
membantu
petugas atau tenaga kesehatan dalam mengerjakan pekerjaannya di
unit
instalasi rekam medis Rumah Sakit Haji Medan.
4. Standar Operasional Prosedur Suatu aturan atau ketetapan yang
dibuat
untuk menyamakan atau menyetarakan suatu pekerjaan agar sesuai
dengan
standar teori yang terdapat di instalasi rekam medis.
5. Coding adalah kegiatan rekam medis yang memberikan kode
pada
kegiatan dan tindakan medic serta diagnosis yang diberikan.
6. Indeksing adalah kegiatan rekam medis yang membuat tabulasi
sesuai
dengan kode yang telah dibuat kedalam indeks-indeks.
7. Assembling adalah kegiatan rekam medis yang memperhatikan
kembali
kelengkapan dan dokumen rekam medis sebelum diolah dibagian
selanjutnya.
8. Analising adalah kegiatan rekam medis dalam penganalisis semua
data
rekam medis yang masuk ke unit rekam medis untukn diolah
menjadi
informasi yang disajikan dalam laporan.
9. Filling adalah kegiatan rekam medis melakukan penyimpanan
rekam
medis di rak penyimpanan dengan secara sentralisasi dan
desentralisasi.
Metode Pengumpulan Data
berpedomana dengan instrument yang telah dipersiapkan terlebih
dahulu untuk
mengetahui sistem pengelolaan rekam medis.
Untuk melengkapi hasil dari wawancara maka peneliti juga
mengumpulkan data dengan Melakukan obeservasi langsung untuk
melihat dan
mengamati keadaan lapangan agar peneliti memperoleh gambaran lebih
luas
terkait sistem penyelenggaraan rekam medis.
Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara mendalam
(indepth
interview), instrument alat tulis dan alat perekam suara (voice
recorder),
dokumentasi, dan lainnya.
Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan pada saat pengumpulan
data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu.
Metode analisis data ini mengikuti konsep yang diberikan Miles dan
Huberman
(1984), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data
kualitatif
dilakukansecara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh (Sugiyono, 2016).
Universitas Sumatera Utara
Sejarah perkembangan Rumah Sakit Haji Medan. Sejak awal tahun
1990-an sudah mulai terdengar suara dari kalangan umat Islam si
Sumatera Utara,
khususnya dikotamadya Medan, yang mendambakan sebuah rumah sakit
yang
benar-benar bernafaskan Islam. Hal ini disebabkan oleh karena rumah
sakit yang
telah ada dirasakan belum mampu membawa dakwah atau misi Islam
secara
menyeluruh. Pada musim haji tahun 1990 terjadi musibah terowongan
Mina yang
banyak menimbulkan korban Jemaah Haji Indonesia. Oleh karena itu
rencana
membangun rumah sakit yang bernafaskan Islam di Sumatera Utara
segera
mendapatkan persetujuan dan dukungan nyata dari pemerintah
pusat.
Pada tanggal 28 Februari 1991 di Jakarta, Presiden Republik
Indonesia
mendatangani prasasti untuk empat Rumah Sakit Haji yakni Jakarta,
Surabaya,
Ujung Pandang dan Medan. Melalui surat keputusan Gubernur Provinsi
Sumatera
Utara No. 445.05/712.K tanggal 7 Maret 1991 dibentuk panitia
pembangunan
Rumah Sakit Haji Medan dan akhirnya diletakkan batu permata
pembangunan
Rumah Sakit Haji Medan oleh Bapak Menteri Agama RI dan Bapak
Gubernur
Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 11 Maret 1991 dan diresmikan
pada tanggal
4 Juni 1992 oleh Presiden Soeharto.
Pada tanggal 3 Juni 1998 dibentuk Yayasan Rumah Sakit Haji
Medan
dengan Ketua umum Gubernur Sumatera Utara dan pada tanggal 30
November
2011 Yayasan Rumah Sakit Haji Medan dibubarkan/dilikuidasi
berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
Rumah Sakit Haji Medan.
Pada tanggal 29 Desember 2011 secara resmi dilakukan acara
pengalihan
dan pengelolaan Rumah Sakit Haji Medan kepada Pemerintahan
Provinsi
Sumatera Utara.
Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara sebagai
Rumah
sakit kelas B di proyeksikan sebagai rumah sakit rujukan kesehatan
yang utama di
wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya. Pada saat ini potensi pasar
yang dilayani
masih cukup besar, mengingat daerah ini merupakan salah satu
wilayah terbesar
ke tiga di Indonesia yang berkembang dengan cepat.
Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah Satuan Kerja Perangkat
Daerah
(SKPD) baru di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang diatur dalam
peraturan
Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2018 tentang pembentukan
organisasi,
tugas fungsi, uraian tugas dan tata kerja Rumah Sakit Umum Haji
Medan akan
terus dilakukan sehingga akan berdampak positif kepada pelayanan
kesehatan
yang diberikan, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) rumah
sakit yang
telah dikeluarkan oleh Pemerintah. Lokasi Rumah Sakit Umum Haji
Medan
Pemprovsu berada di Kabupaten Deli Serdang dan berada di
perlintasan
perbatasan kota Medan.
Visi dan Misi
Visi. Visi dari Rumah Sakit Umum Haji Medan Pemprovsu adalah
“Rumah sakit unggulan dan pusat rujukan dengan pelayanan bernuansa
islami
berdaya saing sesuai standar nasional dan internasional serta ramah
lingkungan”.
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara (Pemprovsu) adalah :
Medan Pemprovsu yang memiliki integritas dan religius.
2. Meningkatkan kualitas dan prasarana Rumah Sakit Umum Haji
Medan
Pemprovsu sesuai standar Nasional dan Internasional dengan
prinsip
kenyamanan dan keselamatan.
Layanan Umum.
pengelolaan lingkungan Rumah Sakit Umum Haji Medan Pemprovsu
yang
sehat bersih bernuansa Go Green.
5. Meningkatkan pelayanan yang berkualitas, trasparan, bersih dan
dapat
dipertanggungjawabkan.
Bermartabat.
Medis dengan latar belakang pendidikan S1 Administrasi Negara.
Kepala Rekam
Medis bertanggungjawab mengontrol segala kegiatan rekam medis.
Rekam Medis
Rumah Sakit Umum Haji dikelola oleh petugas rekam medis yang
berjumlah
7orang. Satu diantaranya tamatan DIII Rekam medis dan enam
diantaranya lagi
Universitas Sumatera Utara
Sumber: RSU Haji Medan
informan yang memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan topik
penelitian dan
juga informan yang dapat menggambarkan seluruh fenomena yang
berkaitan
dengan topik penelitian. Secara garis besar, penelitian ini dapat
dilaksanakan dan
dapat terwujud oleh karena ketersediaan informan dalam memberikan
informasi
dan keterengan melalui wawancara mendalam. Adapun informan dalam
penelitian
ini sebanyak 8 orang yaitu Kepala Rekam Medis, Petugas dibagian
kegiatan
Assembling, Coding, dan Analising/Pelaporan, Filling.
Kepala
Pelaksana rekam medis di bagian
assembling
Pelakasana rekam medis dibagian
Pelaksana rekam medis di bagian coding 51 thn SMA Sederajat
Pelaksana rekam medis di bagian coding 57 thn SMA Sederajat
Pelaksana rekam medis di bagian filling 38 thn SMA Sederajat
Pelaksana rekam medis di bagian filling 56 thn SMA Sederajat
Pelaksana rekam medis di dibagian
analising/Pelaporan
rekam medis merupakan satu hal terpenting untuk menentukan proses
pengolahan
berkas rekam medis. Alur rekam medis harus dilakukan secara
sistematis agar
tidak ada proses dari rekam medis yang tertinggal sehingga dapat
menghasilkan
rekam medis yang lengkap, akurat dan tepat waktu. Berdasarkan hasil
wawancara
yang dilakukan diperoleh informasi mengenai prosedur alur rekam
medis rumah
sakit seperti yang diungkapkan berikut ini :
Wawancara Mendalam dengan Kepala Rekam Medis mengenai alur
rekam
medis :
ruanganlah ya, lengkap semua resume medis semua, hasil
penunjang lab radiologi semua harus sudah lengkap barulah
dikirim
ke rekam medis untuk di coding dan diinput data, setelah dari
coding barulah diantar keruangan pengkleiman BPJS.Setelah
itu,
dari ruangan pengkleiman barulah diantar keruang rekam medis
penyimpanan untuk di assembling setelah itu barulah di simpan
di
fiilling” (informan 1 )
Hasil dari wawancara dengan Kepala Rekam Medis menunjukkan
bahwa
alur rekam medis saat ini sudah berjalan dengan prosedurnya yang
diawali dengan
prosedur, setelah pasien pulang berkas rekam medis pasien harus
dilengkapi
terlebih dahulu setelah lengkap barulah dikirim ke ruangan rekam
medis di bagian
pengkodingan dan menginput data, setelah itu diantar ke ruangan
pengkleiman
BPJS, setelah dari ruangan BPJS berkas diantar ke ruang rekam medis
untuk di
Assembling dan di Filling.
Wawancara dengan kepala rekam medis mengenai alur rekam medis
pada
tahap awal dalam proses pengolahan rekam medis :
“Itu alur kesepakatan kami dek , tuntutan dari BPJS masalah
pengkleiman jadi kami rombaklah statusnya selama ini yakan
supaya mempercepat kleim kebutuhan kami juganya itu dek”
(informan 1)
Hasil dari wawancara dengan kepala rekam medis mengenai alur
rekam
medis pada tahap awal dalam proses pengolahannya dilakukan
pengkodingan
dikarenakan tuntutan dari BPJS agar mempercepat proses pengkleiman
BPJS.
Wawancara dengan petugas rekam medis di bagian Coding :
“Saat ini sih sudah sesuai ya dengan yang diatur dari rumah
sakit
alurnya, hanya saja” yang penting gimana enaknya kita proses
itu,
tidak mungkin sesuatu diatur sesuai dengan alur Depkes, tapi
kalau
secara umumnya sih iya tapi itu sampai nanti dari ruangan
langsung ke coding terus dikirim ke bagian pengkleiman itu
udah
diluar itu dia, gimana supaya proses pengkodingannya itu
cepat
jadi tidak 100% sesuai dengan itu” (informan 4)
Hasil dari wawancara dengan petugas rekam medis di bagian
Coding
menunjukkan bahwa untuk alur rekam medis sudah sesuai dengan yang
diatur
rumah sakit tetapi tidak sesuai dengan alur yang dibuat oleh
Depkes. Yang mana
pada prosesnya yang pertama, berkas rekam medis yang berasal dari
ruangan
diantar langsung ke rekam medis bagian pengkodingan setelah itu
dilanjutkan ke
bagian Pengkleiman agar proses pengkodingan cepat dilakukan.
Wawancara dengan petugas rekam medis di bagian Assembling :
“Ada prosedurnya sesuai kok, dari ruangan dinyatakan pulang
barulah kekasir, ke rekam medik untuk di koding baru dikirim
keruangan pengkleiman setelah itu kesini keruang rekam medik
penyimpanan baru di assembling”(informan 2)
Hasil dari wawancara dengan petugas rekam medis di bagian
Assembling
menunjukkan bahwa untuk alur rekam medis sudah ada prosedurnya.
Berkas
Universitas Sumatera Utara
46
rekam medis yang diantar dari ruangan dikirim ke bagian kasir
steelah itu
dilanjutkan ke ruang rekam medis bagian pengkodingan, setelah itu
dilanjutkan
keruangan pengkleiman BPJS, setelah dari ruangan BPJS berkas
diantar
keruangan rekam medis barulah dilakukan pengassemblingan.
Wawancara mendalam dengan petugas rekam medis di bagian Filling
:
“Alurnya sudah berjalan dengan prosedur, Status tadi
diserahkan
di tim rekam medis, dikoding dahulu setelah dikoding itu
belum
dikleim kalau sudah lengkap semua baru diserahkan ke tim
pengendali atau verifikator disitulah baru semua diserahkan
ke
BPJS dulu, diserahkan di BPJS tidak ada masalah barulah
diserahkan ke Assembling udah dicek semua setelah itu
disusun”(informan 6)
menunjukkan bahwa alurnya sudah berjalan dengan prosedur, berkas
rekam medis
diserahkan ke petugas rekam medis dan pada pengolahan pertama di
awali dengan
melakukan pengkodingan setelah itu berkas ddiserahkan ke
pengkleiman BPJS
barulah dikirim kembali ke ruangan rekam medis untuk di Assembling
setelah itu
disusun dan disimpan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat informan
menunjukkan
bahwa Alur pengelolaan rekam medis yang dibuat oleh Rumah Sakit
Umum Haji
Medan sudah berjalan dengan prosedurnya dan Petugas di
masing-masing bagian
sudah mengerti tentang alur di masing-masing bagian rekam medis
mulai dari
Coding&Indeksing, Assembling, dan Filling. Hanya saja ada
perubahan yang
dilakukan untuk mempercepat pengkleiman BPJS. Terlihat bahwa yang
pertama
kali menerima berkas rekam medis setelah pasien pulang adalah
bagian
Pengkodean (Coding).
Di bagian Coding petugas memberikan kode sesuai dengan kode
penyakit,
operasi, tindakan sesuai buku ICD-10, jika ditemukan dokumen rekam
medis
belum lengkap dikembalikan ke yang bersangkutan seperti
perawat
ruangan/pembantu perawat maupun dokter. Setelah selesai
pengkodingan
kemudian dimasukkan ke Indeks computer dikelompokkan berdasarkan
abjad.
Selanjutnya dari pengkodingan kemudian dikirim ke Verifikator
untuk
pengkleiman BPJS, Farmasi, Keuangan barulah dikirim ke rekam
medis
penyimpanan. Diruangan tersebut dilakukan Analisisatau
pengecekan
kelengkapan dokumen rekam medis yang bersamaan dengan
dilakukannya
Assembling untuk mengurutkan berkas, barulah setelah itu di simpan
ke rak
penyimpanan atau Filling.
Berikut Alur Berkas Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Haji
Medan.
Gambar 4. Alur rekam medis Rumah Sakit Umum Haji Medan
Sumber : RSU Haji Medan
Medis(Coding)
Keuangan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam didapatkan dan diperoleh,
alur
rekam medis yang dibuat oleh Rumah Sakit Umum Haji tidak sesuai
dengan Alur
Rekam Medis Rawat Inap yang dibuat oleh Departemen Kesehatan.
Terlihat dari
bagan diatas di proses pengolahannya melewati 3 tahap yang mana
diawali
dengan kegiatan Coding, Assembling dan Filling. Untuk proses
Tabulasi
(Indeksing) dilakukan bersamaan dengan proses pengolahan
Coding.
Ketersediaan sumber daya manusia terhadap proses pengolahan
rekam medis. Sumberdaya Manusia di Instalasi Rekam Medis mengambil
peran
penting dalam proses pengolahan berkas rekam medis. Keberlangsungan
proses
pengolahan rekam medis bergantung pada petugas rekam medisnya
sehingga akan
menghasilkan rekam medis yang lengkap, akurat dan tepat
waktu.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan dan
diperoleh
informasi tentang jumlah tenaga rekam medis seperti yang
diungkapkan berikut :
“Untuk tenaga rekam medis saat ini ada 7 orang ya, tapi
inipun
kurang kita dek. Kita kekurangan tenaga juga ini pun yang
diruangan rekam medik dipenyimpanan kadang mereka saling
membantunya itu. pokoknya dikerjakan merekalah itu disana
dek”(informan 1)
medis dalam pengolahannya terdapat 7 orang. Dengan jumlah petugas
rekam
medis yang ada mereka masih kekurangan tenaga untuk melakukan
pekerjaannya.
Direktur rumah sakit harus menetapkan secara tertulis Pola
Ketenagaan di unit
kerja rekam medis untuk menentukan kebutuhan pegawai beserta
kualifikasinya
berdasarkan beban kerja atau metode lain (Hanafiah dan Amir,
2008).
Selanjutnya pernyataan informan mengenai yang Bertanggung Jawab
di
Universitas Sumatera Utara
“Ya sayalah dek yang bertanggung jawab. Yang tamatan rekam
medis itu masih satu orang, kalo kami banyakandari tamatanSMA
nya. Orang-orang ini tamat SMA semua, hanya pengalaman ajanya
ini rekam medis ini dikerjakan, sering pelatihan yakan gitu aja
kami
itu” (informan 1)
“Cemana ya dek sekarang belum ada saya buat karna belum ada
tamatan rekam medik, masih satu orang. seharusnya tamatan
rekam
medis yang disitu yang ngerti semua udah ada satu orang itu
yakan.
Ada 2 lagi tapi bagiannya lain pulak nantiklah saya mintak
tolong
sama Direktur ditarik kerekam medis yakan”(informan 1)
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan dan diperoleh bahwa
yang
bertanggung jawab di setiap pengolahan rekam medis ialah Kepala
Rekam Medis
sendiri dan juga terlihat dalam pernyataan tersebut bahwasanya
dipengolahan
rekam medis hanya ada satu tamatan rekam medis.
Selanjutnya pernyataan informan mengenai meningkatkan kualitas
SDM
Rekam Medis.
(informan 1)
Hasil wawancara dengan informan 1 menunjukkan bahwa dalam
meningkatkan kualitas SDM rekam medis pihak rumah sakit sudah ada
mengikut
sertakan petugas rekam medis dalam pelatihan- pelatihan maupun
seminar.
Wawancara dengan informan 4 dan informan 5 petugas rekam
medis
dibagian Coding :
yang menyangkut koding kita dikirim sesuai dengan
bagiannya”(informan 4)
Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa petugas rekam medis
di
Universitas Sumatera Utara
Coding untuk meningkatkan kualitas SDM rekam medis dibagian
Coding.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh pernyataan informan
selanjutnya
berikut :
Wawancara dengan informan 2 dan informan 3 petugas rekam medis
di
bagian Assembling :
“Seminar, tapi ya kalau saya bayar sendiri, tidak pernah dari
sini”(informan 2)
ikut”(informan 3)
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa informan 2
mengikuti
kegiatan seperti seminar dengan membayar sendiri tidak dari rumah
sakit dan
pernyataan informan 3 menyatakan bahwa belum pernah terpilih untuk
mengikuti
pelatihan- pelatihan yang meyangkut Assembling maupun mengenai
rekam medis.
Wawancara dengan informan 6 dan informan 7 petugas rekam medis
di
bagian Filling :
kerumah sakit lain, untuk saya belum pernah belum
terpilih”(informan 6)
Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa petugas rekam medis
di
bagian Filling belum pernah terpilih dalam mengikuti pelatihan
maupun seminar
yang menyangkut Filling maupun mengenai rekam medis.
Wawancara dengan informan 8 petugas rekam medis di bagian
pelaporan/Analising :
“Selama ini saya pernah ikut pelatihan tentang RL tapi
nampaknya
itupun tidak cukup hanya sekedar pelatihan “ (informan 8)
Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa petugas rekam medis
di
bagian pelaporan sudah pernah mengikuti pelatihan tentang RL.
Tabel 2
Status di Rumah Sakit (informan) Umur Pendidikan Terakhir
Kepala rekam medis 53 thn S1 Administrasi Negara
Pelaksana rekam medis di bagian
assembling
Pelakasana rekam medis dibagian
Pelaksana rekam medis di bagian coding 51 thn SMA Sederajat
Pelaksana rekam medis di bagian coding 57 thn SMA Sederajat
Pelaksana rekam medis di bagian filling 38 thn SMA Sederajat
Pelaksana rekam medis di bagian filling 56 thn SMA Sederajat
Pelaksana rekam medis di dibagian
analising/Pelaporan
Tabel diatas menunjukan bahwa Kualifikasi dari 6 petugas rekam
medis
rata-rata berlatar belakang pendidikan terakhir dari SMA sederajat
dan Kepala
Rekam Medis berlatar belakang pendidikan S1 Administrasi Negara.
Sedangkan
yang berlatar belakang D3 perekam medis hanya 1 orang. Untuk
petugas
pengelolaan dibagian Assembling dan Filling belum pernah mengikuti
Pendidikan
dan pelatihan. Berdasarkan pedoman penyelenggaraan rekam medis
dirumah sakit
Indonesia, Direktur RS wajib melakukan pembinaan terhadap petugas
yang
berkaitan dengan rekam medis untuk meningkatkan pengetahuan
dan
Universitas Sumatera Utara
keterampilan petugas. Berdasarkan peraturan Depkes, (2006)
tentang
penyelenggaraan rekam medis untuk rumah sakit tipe B minimal
memiliki 2
orang S1 Rekam Medis dan 4 orang D3 Rekam Medis serta semua staf
Rekam
Medis mempunyai SLTP Rekam Medis minimal 200 jam.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa petugas
rekam
medis dalam pengolahan rekam medis terdapat 7 orang petugas. Dengan
jumlah
petugas rekam medis yang ada yang berlatar belakang perekam medis
hanya Satu
orang. Pihak rumah sakit masih mengupayakan untuk meningkatkan
kualitas
SDM rekam medis agar pengelolaan rekam medis rumah sakit selalu
mengikuti
perkembangan zaman tetapi masih ada saja petugas yang belum
terpilih dalam
mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Dari pernyataan tersebut juga
dapat
diketahui rumah sakit sudah berusaha untuk melakukan peningkatan
kualitas
SDM yang mana telihat tidak semua petugas rekam medis yang ada
berlatar
belakang pendidikan perekam medis.
pelatihan dikarenakan pelatihan rekam medis dirasakan penting untuk
petugas
rekam medis untuk menambah kinerja petugas. Petugas Coding
mengatakan
bahwa sudah pernah mengikuti pelatihan maupun seminar yang
diberikan dari
rumah sakit. Petugas Assembling mengatakan bahwa belum pernah
terpilih
mengikuti pelatihan dan seminar yang diberikan dari rumah sakit,
sedangkan
petugas di bagian Filling mengatakan belum pernah mengikuti
pelatihan maupun
seminar untuk Filling. Untuk petugas Analising/ pelaporan
mengatakan sudah
pernah mengikuti pelatihan mengenai pelaporan RL dari rumah
sakit.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil dari wawancara mendalam dengan informan
mengenai
Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit Umum Haji dapat disimpulkan
bahwa
Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Haji masih kekurangan petugas
rekam
medis, hal ini terlihat dari jumlah petugas pengelolaan rekam medis
yang ada
hanya 7 orang sedangkan jumlah pasien yang datang semakin banyak
perharinya.
Hal itu menunjukkan bahwa sudah tidak sebanding lagi dengan beban
kerja yang
ada. Akibatnya, tenaga rekam medis yang ada harus saling
bahu-membahu dan
merangkap pekerjaan lain dibagian Filling.
Pelayanan kesehatan dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
efektif,
efisien, canggih dan memuaskan. Maka dari pada itu dilakukanlah
usaha
peningkatan jumlah tenaga kesehatan dan kualitas tenaga kesehatan
serta
peningkatan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan. Untuk itu sudah
waktunya
tenaga perekam medis dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman
dengan
mengikuti kemajuan tenknologi dalam penanganan sistem informasi
kesehatan
mulai dari perencanaan, pengolahan hingga analisis statistik
(Hadisantoso, 2003).
Keterampilan tenaga rekam medis juga sangat dibutuhkan dalam
mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu
terutama untuk
tertib administrasinya. Oleh karena itu bagian rekam medis di RSU
Haji Medan
perlu melakukan pelatihan khusus bagi semua petugasnya. Terutama
untuk
meningkatkan keterampilan petugas rekam medis lulusan SMA yang
belum
memiliki besik dasar perekam medis.
Ketersediaan sarana dan prasarana terhadap proses pengolahan
berkas rekam medis. Ketersediaan sarana dan prasarana yang
memadai
Universitas Sumatera Utara
merupakan penunjang penyelenggaraan rekam medis di Rumah Sakit.
Dalam
Permenkes No. 269 tahun 2008 tentang Rekam medis, telah diatur
mengenai tata
cara penyelenggaraan rekam medis. Pasal 7 Permenkes tersebut
menyatakan
bahwa sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang
diperlukan
dalam rangka penyelenggaraan rekam medis.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan dan
diperoleh
informasi mengenai sarana dan prasarana seperti yang diungkapkan
berikut ini :
“Sebenarnya sudah memadai hanya saja yang kurang, ruangan
rekam medik masih kurang lebar. SIRSnya inilah dek kamikan
belum selesai SIRSnya, lagi dikerjain” (informan 1)
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa untuk
ketersediaan sarana prasarana rekam medis belum cukup, diperlukan
perluasan
ruangan rekam medis.
bagian Assembling sebagai berikut :
(informan 2)
dek”(informan 3)
untuk ketersediaan sarana dan prasarana dalam pengolahan Assembling
masih
kekurangan dalam hal rak berkas rekam medis serta perlu adanya
ruangan
penyimpanan antara berkas rekam medis yang aktif dengan rekam medis
yang
inactive.
bagian Coding sebagai berikut :
“Kalo yang ada ini Memadai , untuk kita cukup untuk
mengkoding,
ada buku mengkodingnya ada bukun koding diagnosa, tindakan ya
mencukupi, Komputer juga ada” (informan 4)
“Ruangan diperlebar karna terlalu sempit” (informan 5)
Dari hasil wawncara dengan informan Coding menunjukkan bahwa
untuk
ketersediaan saran dan prasarana dalam pengolahan Coding sudah
memadai,
hanya saja perlu adanya perluasan ruangan.
Pernyataan informan diatas juga didukung oleh pelaksana rekam
medis
bagian Filling sebagai berikut :
kurang luas tempat juganya masih kurang, rak-rak juga kurang
ya
tempatnya aja sih dek kurang luas”(informan 6)
“Untuk raknya ditambah ruangan diperbesar.Sekarang ruangannya
kurang besar kalau ditambah raknya sama saja”(informan 7)
Dari hasil wawancara dengan informan Filling menunjukkan bahwa
untuk
ketersediaan sarana dan prasarana dalam pengolahan dibagian Filling
masih
kurang. Terlihat dari pernyataan informan menyatakan ruangan yang
kurang luas
serta perlu adanya perluasan ruangan agar bisa dilakukan penambahan
rak.
Pernyataan informan diatas juga didukung oleh pelaksana rekam
medis
bagian Analising/laporan sebagai berikut :
“sudah memadai, komputer juga ada hanya SIRS inilah dek belum
selesai”(informan 8)
untuk ketersediaan sarana dan prasarana dalam pengolahan dibagian
pelaporan
sudah memadai. Hanya saja SIRS belum selesai dalam
pengerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai Sarana
dan
Prasarana di Rumah Sakit Umum Haji dapat disimpulkan bahwa rekam
medis
Rumah Sakit Umum Haji Medan memerlukan perluasan ruangan
penyimpanan
untuk menambah rak penyimpanan berkas rekam medis pasien
serta
menyelesaikan pembuatan SIRS.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam diatas, sebagian besar
informan
mengatakan sarana dan prasarana yang sangat kurang ialah ruangan
yang kurang
luas dan tempat rak penyimpanan berkas rekam medis. Dikarenakan
pasien yang
saat ini jumlahnya sudah cukup banyak sehingga berkas rekam
medisnya pun
bertambah banyak, maka rak penyimpanan berkas rekam medis sudah
tidak cukup
lagi untuk menampung berkas yang ada. Namun untuk ruangan
penyimpanan
rekam medisnya sendiri terlau sempit untuk menambah rak penyimpanan
rekam
medis agar bisa dilakukan penambahan rak. Maka dari pada itu
dibutuhkan
perluasan ruangan penyimpanan rekam medis itu sendiri. Dari hasil
observasi
yang dilakukan, didapatkan bahwa sarana dan prasarana untuk
mendukung kerja
petugas sudah tersedia tapi belum terpenuhi misalnya, dari hasil
observasi berkas
rekam medis yang aktif dan inactive masih disatukan disatu ruangan
serta masih
kurang karena masih ada berkas-berkas yang belum ditempatkan di
rak
penyimpanan dokumen.
Tetapi semua ini bisa saja dapat diatasi dengan menyingkirkan
sebagian
dari berkas rekam medis yang diperkirakan tidak dipakai lagi dengan
melakukan
retensi ataupun pemusnahan berkas rekam medis tidak aktif. Sehingga
akan
berguna untuk mengurangi jumlah berkas rekam medis yang semakin
bertambah
Universitas Sumatera Utara
(SOP). Prosedur kerja disusun oleh para pelaksana pelayanan yang
mengacu
kepada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, serta telah
ditetapkan
oleh keputusan direktur rumah sakit, karena prosedur kerja
merupakan dokumen
teknis operasional sebagai jabaran dari dokumen-dokumen kebijakan
yang dibuat
oleh direktur rumah sakit.
yang diungkapkan seperti yang diungkapkan berikut ini :
“Ada SOPnya kok, tapi karna kurang tenaga SDMnya kadang ya
saling membantu ajalah dek diruangan”(informan 1)
Pernyataan informan ditas didukung oleh informan Assembling
sebagai
berikut:
“SOP nya ada dan sesuai dengan yang saya kerjakan”(informan2)
“Adalah SOPnya dek, tapi ya karena ibu juga di filling ajadi ya
ibu
gak bekerja sesuai dengan SOP”(informan 3)
Dari hasil wawancara dengan informan Assembling menunjukkan
bahwa
dalam melakukan kegiatan pengolahan di Assembling sudah memiliki
SOPnya
dan petugas sudah bekerja sesuai dengan SOP yang ada.
Pernyataan informan ditas didukung oleh informan Coding
sebagai
berikut:
“SOPnya ada, sudah sesuai”(informan 5)
Dari hasil wawancara dengan informan menunjukkan bahwa dalam
melakukan kegiatan pengolahan di Coding sudah ada prosedurnya dan
petugas
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan informan ditas didukung oleh informan Filling sebagai
berikut:
“Ada, sesuai bekerja dengan SOP jadi kita bekerja ada
notebooknya”(informan 6)
Dari hasil wawancara dengan informan menunjukkan bahwa dalam
melakukan kegiatan pengolahan di Filling sudah sesuai dengan SOP
dan bekerja
dengan SOP yang sudah ada.
Dari pernyataan informan menunjukkan bahwa Standar
Operasional
Prosedur (SOP) sudah ada dan seluruh petugas sudah melaksanakan
kegiatannya
sesuai dengan yang dikerjakannya hanya saja masih ada petugas yang
merangkap
kerjanya.
bagian dan sudah diterapkan petugas dalam bekerja. Standar
Operasional Prosedur
(SOP) di RSU Haji Medan diatur menurut Surat Keputusan Direktur RSU
Haji
Medan Nomor : 089/SK/DIR/RSHM/IX/1999 tentang Buku Pedoman
Penyelenggaraan Rekam Medik di Rumah Sakit Haji Medan. Pencatatan
dan
pegolahan data medis untuk menghasilkan informasi yang lebih akurat
bagi
pelayanan kesehatan hendaknya didasarkan pada pedoman ataupun
prosedur
kerja.
rekam medis terdiri dari proses Kelengkapan Penataan Berkas
(Assembling),
Pengkodean (Coding), Tabulasi (indeksing), Analisa (analisisng)
dan
Universitas Sumatera Utara
Penyimpanan (Filling). Akan tetapi, dalam proses pengolahan rekam
medis di
Rumah Sakit Umum Haji proses pertama dilakukan dengan
melakukan
Pengkodean (Coding) dan Tabulasi (Indeksing) secara bersamaan,
Kelengkapan
Penataan Berkas (Assembling), Penyimpanan (Filling, dan
Analisa
(Analising/laporan).
kode (Coding) merupakan bagian dari proses pengolahan berkas rekam
medis
yang menerima berkas rekam medis yang sudah lengkap dari bagian
Assembling,
tetapi dalam pengolahan rekam medis di RSU Haji berkas rekam medis
diberikan
oleh perawat untuk diberikan pengkodean dari diagnosa yang dibuat
oleh dokter.
Fungsinya dari kode tersebut dapat digunakan sebagai klaim biaya
dari perawatan
dan pengobatan yang telah dilakukan dan diteima oleh pasien dan
memudahkan
pelayanan pada penyajian informasi guna menunjang fungsi
perencanaan,
manajemen, dan riset bidang kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan dan
diperoleh
informasi seperti yang diungkapkan berikut ini :
“Sebenarnya direkam medik ini tanggung jawab saya mengerjai
visum melayani urusan asuransi-asuransi kita itulah yang
melengkapi punya pasien kemudian mengkoding dan mengentri
data
pengkeliman bpjs. Ya kita sebagai petugas sih kitakan
mengkoding
apa yang ditu