Upload
dangkhanh
View
250
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS RANTAI PASOKAN SAYURAN UNGGULAN
DATARAN TINGGI DI JAWA BARAT
Oleh :
FERI SETYAWAN
H24104012
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ABSTRAK
Feri Setyawan. H24104012. Analisis Rantai Pasokan Sayuran Unggulan Dataran Tinggi di Jawa Barat. Di bawah bimbingan Heti Mulyati dan Alim Setiawan S
Pertanian di Indonesia merupakan sektor penting dalam perekonomian nasional. Kontribusi sektor pertanian terhadap Total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 13,7 persen (Badan Pusat Statistik, 2008). Hortikultura sebagai salah satu komoditas pertanian memberikan peningkatan kontribusi pada nilai PDB dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 4,6 persen. Trend permintaan produk hortikultura seperti sayuran, buah-buahan dan bunga menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang sangat potensial untuk dikembangkan, terutama sayuran dataran tinggi. Dalam hal ini, upaya untuk meningkatkan kontinuitas produksi sayuran dapat dilakukan dengan mensinergiskan rantai pasoknya.
Penelitian ini bertujuan (1) Memilih produk sayuran unggulan dataran tinggi, (2) Mengkaji struktur rantai pasokan produk sayuran terpilih, (3) Mengkaji nilai tambah produk sayuran terpilih, (4) Memberikan alternatif sistem rantai pasokan sayuran unggulan dataran tinggi yang dapat diterapkan di Jawa Barat. Data yang dipakai terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, observasi di lapangan, kuesioner, serta opini pakar. Data sekunder diperoleh dari internet, dokumen petani, koperasi dan bandar. Metode analisis data yang digunakan adalah metode perbandingan eksponensial (MPE), analisis deskriptif dan metode hayami.
Hasil perhitungan dengan MPE diperoleh tiga jenis sayuran unggulan yaitu paprika (12.236,33), lettuce (9.967,33) dan brokoli (8.272). Paprika memberikan marjin keuntungan yang besar dan potensi pasar domestik maupun ekspor. Berdasarkan hal tersebut, maka paprika dipilih menjadi objek penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pasir Langu merupakan sentra paprika terbesar di Indonesia dengan luas area produksi 24 hektar.
Anggota rantai pasokan paprika adalah petani, pengumpul, pedagang, pemasok supermarket, hotel dan restauran serta eksportir. Entitas rantai pasokan terdiri dari produk, pasar, stakeholder dan kemitraan. Pasar paprika yaitu pasar domestik (kota-kota besar di Indonesia) dan pasar luar negeri (Singapura). Stakeholder yang terlibat terdiri dari pemasok bibit dan sarana produksi, petani, pengumpul, packaging house, eksportir dan retailer. Sedangkan kemitraan yang terbangun adalah berupa kelompok tani dan mitra beli antara pengumpul dengan eksportir.
Analisis nilai tambah dilakukan terhadap petani, bandar paprika dan koperasi. Hasil penghitungan menyatakan bahwa petani anggota koperasi memperoleh nilai tambah lebih besar yaitu 42 persen dibandingkan dengan petani non anggota koperasi yaitu 31 persen. Koperasi memperoleh nilai tambah jauh lebih kecil yaitu 5,3 persen dibandingkan dengan bandar paprika yaitu 24 persen.
Sistem rantai pasokan paprika yang dapat dibangun adalah dengan mensinergiskan antara rantai pasokan primer dan rantai pasokan sekunder. Rantai pasokan primer terdiri dari petani, koperasi, bandar, retailer, packaging house, eksportir dan pedagang pasar tradisional. Sedangkan anggota rantai pasokan sekunder terdiri dari pemasok input (nutrisi, benih, media tanam dan pestisida), pemerintah, Balai Penelitian Sayuran, Perbankan, perusahaan swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan perguruan tinggi.
ANALISIS RANTAI PASOKAN SAYURAN UNGGULAN
DATARAN TINGGI DI JAWA BARAT
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
FERI SETYAWAN
H241004012
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS RANTAI PASOKAN SAYURAN UNGGULAN
DATARAN TINGGI DI JAWA BARAT
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
FERI SETYAW AN
H24104012
Menyetujui, Januari 2009
Heti Mulyati, S.TP, MT Alim Setiawan S, S.TP Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M.Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 8 Januari 2009 Tanggal Lulus :
iii
RIWAYAT HIDUP
Feri Setyawan dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah pada tanggal 28
Februari 1986. Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudara pasangan
Suwandi dan Sri Achyati.
Pada tahun 1992, penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-
kanak Cokroaminoto, lalu dilanjutkan ke Sekolah Dasar Lengkong 5. Tahun
1998, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Negeri 1 Banjarnegara, kemudian tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Banjarnegara dan masuk dalam program
studi Ilmu Pengetahuan Alam. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai
mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor
(USMI).
Penulis pernah menjabat sebagai asisten dosen mata kuliah Pendidikan
Agama Islam. Penulis aktif dalam mengikuti lomba dan kegiatan ilmiah seperti
Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM). Penulis juga aktif dalam organisasi intra
kampus, diantaranya sebagai staf Departemen Keuangan dan Kewirausahaan
Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, sekretaris umum Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM), Ketua
BEM FEM, serta sebagai Koordinator Kementerian BEM Keluarga Mahasiswa
IPB. Penulis juga aktif pada berbagai aktivitas kepanitiaan baik di dalam maupun
di luar kampus.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji senantiasa dipanjatkan ke khadirat Allah SWT berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Rantai
Pasokan Sayuran Unggulan Dataran Tinggi di Jawa Barat” . Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur rantai pasokan sayuran unggulan
dataran tinggi dan memberikan solusi alternatif rantai pasokan yang dapat
diterapkan di Jawa Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan bimbingan
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT selaku dosen pembimbing I dan Bapak Alim
Setiawan S, S.TP selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan dan sumbangan pemikiran
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Eko Rudi Cahyadi, S.Hut, MM selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan koreksi yang sangat bermanfaat dalam
penyempurnaan skripsi ini.
3. Bapak Dr.Anas D Susila, Dr. Nikardi Gunadi, Sutardi SE, Bapak Arif dan
Bapak Chepi yang telah banyak memberikan bantuan dalam pelaksanaan
penelitian ini.
4. Bapak Ermis, Deden, Pepen, Ibu Darwilah dan semua pengurus koperasi Mitra
Sukamaju yang telah banyak memberikan bantuan dalam pelaksanaan
penelitian ini.
5. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan doa, semangat serta
keteladanan demi kelancaran dan kesuksesan anak-anaknya.
7. Rekan-rekan di Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB yang
telah sama-sama berjuang meniti susah dan senangnya menjadi mahasiswa.
v
8. Teman-teman di Program Pembinaan Sumberdaya Manusia Strategis yang
telah sama-sama belajar dan berjuang untuk menjadi pemimpin masa depan
Indonesia.
9. Teman-teman Manajemen 41 yang telah memberikan dukungan yang tidak
dapat digantikan dengan apapun.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari penulisan ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat
memperbaiki kekurangan yang ada. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pihak yang membutuhkan informasi dalam skripsi ini.
Bogor, Januari 2009
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK *
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4 1.4. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 4 1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6 2.1. Rantai Pasokan .................................................................................... 6 2.2. Manajemen Rantai Pasokan ................................................................ 7 2.3. Manajemen Rantai Pasokan Agroindustri ........................................... 9 2.4. Kemitraan dalam Manajemen Rantai Pasokan ................................... 10 2.5. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 11 III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 13 3.1. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 13 3.2. Tahapan Penelitian .............................................................................. 15 3.3. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 16
3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 16 3.5. Metode Penarikan Sampel ................................................................... 17 3.6. Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 18
3.6.1 Metode Perbandingan Eksponensial ......................................... 18 3.6.2 Analisis Model Rantai Pasokan ................................................ 20 3.6.3 Analisis Nilai Tambah .............................................................. 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 22 4.1. Pemilihan Produk Unggulan ............................................................... 22
4.2. Analisis Kondisi Rantai Pasokan Paprika .......................................... 24 4.2.1. Gambaran Umum Lokasi dan Budidaya Paprika ..................... 24 4.2.2. Struktur Rantai Pasokan ............................................................ 31 4.2.3. Sasaran Rantai Pasokan ............................................................ 39 4.2.4. Manajemen Rantai Pasokan ...................................................... 41 4.2.5. Sumber Daya Rantai Pasokan ................................................... 44 4.2.6. Proses Bisnis Rantai Pasokan ................................................... 46
vii
4.3. Analisis Nilai Tambah......................................................................... 51 4.3.1. Analisis Nilai Tambah Petani ................................................... 52 4.3.2. Analisis Nilai Tambah Koperasi .............................................. 54 4.3.3. Analisis Nilai Tambah Bandar ................................................. 55
4.4. Sistem Rantai Pasokan Paprika ........................................................... 56
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 60
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 60 5.2. Saran .................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 62
LAMPIRAN ................................................................................................... 64
viii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Total produksi, impor dan ekspor komoditi sayuran di Indonesia tahun 2002-2006. ............................................................................................. 2 2. Kebutuhan, sumber data, jenis data, metode pengumpulan, dan analisis data .......................................................................................................... 17 3. Variabel input, input nilai tambah ........................................................... 21 4. Skor rata-rata MPE sayuran unggulan dataran tinggi ............................. 22 5. Anggota rantai pasokan paprika ........................................................... 35 6. Kriteria paprika ....................................................................................... 36 7. Nilai penjualan paprika Koperasi Mitra Sukamaju ................................. 40 8. Kriteria pemilihan mitra .......................................................................... 41 9. Perhitungan nilai tambah untuk petani anggota koperasi ...................... . 53 10. Perhitungan nilai tambah untuk petani non anggota koperasi ................. 53 11. Perhitungan nilai tambah untuk Koperasi Mitra Sukamaju..................... 54 12. Perhitungan nilai tambah untuk bandar .................................................. 56
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Rantai pasokan ....................................................................................... 7 2. Rantai pasokan ...................................................................................... 7 3. Skema rantai pasokan pertanian ............................................................ 10 4. Kerangka pemikiran penelitian ............................................................. 14
5. Tahapan penelitian ................................................................................ 15 6. Budidaya paprika .................................................................................. 26 7. Model rantai pasok paprika di Desa Pasir Langu ................................. 32 8. Pola distribusi paprika di Desa Pasir Langu ......................................... 48 9. Sistem rantai pasokan paprika .............................................................. 57
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman 1. Kuesioner ................................................................................................................ 64 2. Perhitungan MPE ................................................................................. 68 3. Perhitungan nilai tambah petani anggota koperasi .............................. 75
4. Perhitungan nilai tambah petani non anggota koperasi ......................... 76 5. Perhitungan nilai tambah Koperasi Mitra Sukamaju ............................ 77 6. Perhitungan nilai tambah bandar .......................................................... 78
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengamatan empiris menunjukkan bahwa pertanian merupakan
sektor yang sangat penting dan menjadi tulang punggung perekonomian
negara. Pertanian tidak hanya menyediakan kebutuhan pangan penduduk,
tetapi juga sebagai sumber pendapatan devisa dan mendorong
pertumbuhan industri nasional (Pambudy, 2007). Kontribusi devisa sektor
pertanian di Indonesia dalam Total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar
13 persen terhadap nilai PDB nasional pada tahun 2006 dan meningkat
pada catur wulan I tahun 2007 menjadi 13,7 persen berdasarkan harga
konstan (Badan Pusat Statistik, 2008)
Sektor pertanian di Indonesia terdiri atas lima sub sektor, yaitu (1)
sub sektor tanaman bahan makanan mencakup komoditas padi, palawija,
sayuran, buah-buahan, dan bahan makanan lainnya, (2) sub sektor tanaman
perkebunan mencakup komoditas hasil perkebunan rakyat dan perusahaan
perkebunan, (3) sub sektor peternakan dan hasil hasilnya mencakup semua
kegiatan pembibitan dan pembudidayaan ternak dan unggas, (4) sub sektor
kehutanan mencakup kegiatan penebangan kayu dan pengambilan hasil
hutan, (5) sub sektor perikanan mencakup kegiatan penangkapan,
pembenihan, dan budidaya ikan dan biota air.
Hortikultura sebagai salah satu komoditas pertanian memberikan
peningkatan kontribusi pada nilai PDB nasional berdasarkan harga konstan
sebesar Rp 35,34 milyar pada tahun 2000 menjadi Rp 68,64 milyar pada
tahun 2006. Rata-rata pertumbuhan PDB hortikultura per tahun mencapai
4,6 persen. Komoditas hortikultura yang memiliki prospek di masa depan
adalah sayuran. Pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan sayuran dalam
negeri dengan produksi dalam negeri dan sebagian diimpor. Total
produksi, impor dan ekspor komoditas sayuran di Indonesia ditunjukkan
dalam Tabel 1.
2
Tabel 1. Total produksi, impor dan ekspor komoditas sayuran di Indonesia tahun 2002-2006.
Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Impor (Ton)
2002 7.144.745 105.243 297.032
2003 8.574.870 120.500 343.935
2004 9.059.676 107.493 441.944
2005 9.101.987 152.658 508.324
2006 9.527.463 236.225 550.437 Sumber : Departemen Pertanian dan BPS (2008)
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah produksi komoditi sayuran
pada rentang tahun 2002-2006 mengalami peningkatan rata-rata sebesar
7,8 persen per tahun, sedangkan jumlah komoditi sayuran yang diekspor
mengalami trend kenaikan sebesar 20 persen. Namun demikian, Indonesia
masih mengimpor sayuran dalam jumlah yang besar terutama dari China,
Taiwan dan Jepang. Distribusi sayururan dalam negeri yang tidak merata,
jumlah pasokan yang masih kurang dan lemahnya manajemen rantai
pasokan menyebabkan jumlah sayuran yang diimpor masih tinggi. Oleh
karena itu diperlukan manajemen rantai pasokan yang baik untuk dapat
mendistribusikan sayuran dengan merata, efektif dan efisien.
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil hortikultura
terbesar di Indonesia. Produksi hortikultura khususnya sayuran di Jawa
Barat mencapai 3,1 juta ton per tahunnya dari 23 jenis sayuran yang
dibudidayakan. Luas areal tanaman sayuran di Jawa Barat mencapai
1,1 juta Ha dan tingkat optimalisasi pemanfaatan lahan baru mencapai
75 persen (Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2007).
Potensi luas panen sayuran di Jawa Barat lebih terkonsentrasi pada
beberapa daerah. Menurut Bank Indonesia (2007), konsentrasi luas panen
sayuran dengan pangsa lebih dari 10% terdapat di Kabupaten Bandung dan
Garut (sayuran dataran tinggi) Sumedang (sayuran dataran tinggi dan
rendah) serta Bekasi (sayuran dataran rendah). Lima Kabupaten dengan
pangsa lebih dari 5% terdapat di Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur,
Sukabumi, Bogor (sayuran dataran tinggi) dan Cirebon (sayuran dataran
3
rendah). Dataran tinggi Jawa Barat (Bandung, Garut, Bogor, Cianjur dan
Tasikmalaya) terletak pada daerah agroklimat basa dengan rata-rata bulan
basah 8-10 bulan dengan curah hujan rata-rata per tahun lebih dari 2000
mm, sehingga kawasan ini cocok untuk pertumbuhan dan produksi sayuran
dataran tinggi antara lain paprika, brokoli, lettuce, pakcoy, sawi, kentang,
wortel, kubis, dan lain-lain (Dinas Pertanian Jawa Barat, 2006). Hal ini
sejalan dengan observasi lapang dan opini pakar,bahwa sayuran dataran
tinggi di Jawa Barat yang potensial untuk dikembangkan adalah paprika,
brokoli, kubis bunga, lettuce, pakcoy, kentang, kol dan wortel.
Peningkatan daya saing sayuran sangat penting, karena sampai saat
ini masih terkendala dalam jaminan kesinambungan atas kualitas produk,
jumlah pasokan yang masih kurang, dan ketepatan waktu pengiriman.
Penyebab lainnya adalah belum efektif dan efisiennya kinerja rantai
pasokan sayuran di Indonesia. Menurut Morgan et al., (2004) kendala
utama dalam rantai pasokan sayuran adalah perencanaan, sosialisasi,
pengiriman dan ekspektasi. Oleh karena itu, manajemen rantai pasokan
(MRP) memegang peranan penting dan perlu dilakukan dengan baik.
Selain itu, produk pertanian secara umum mempunyai karakteristik
antara lain : (1) produk mudah rusak, (2) budidaya dan pemanenan sangat
tergantung iklim dan musim, (3) kualitas bervariasi dan (4) bersifat kamba,
beberapa produk sangat sulit diangkut dan dikelola sebab ukuran dan
kompleksitas produk. Empat faktor ini perlu dipertimbangkan dalam
merancang dan menganalisis manajemen rantai pasokan produk pertanian.
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian untuk dapat
merancang dan menganalisis manajemen rantai pasokan berbasis
pertanian. Dengan demikian kinerja rantai pasokan produk sayuran
diharapkan akan meningkat, sehingga dapat meningkatkan daya saing
produk sayuran di Indonesia.
4
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Apa saja produk sayuran unggulan dataran tinggi di Jawa Barat ?
2. Bagaimana struktur rantai pasokan produk sayuran unggulan terpilih ?
3. Bagaimana nilai tambah produk sayuran terpilih?
4. Bagaimana alternatif rantai pasokan yang dapat diterapkan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Memilih produk sayuran unggulan dataran tinggi di Jawa Barat.
2. Mengkaji struktur rantai pasokan produk sayuran terpilih dari dataran
tinggi Jawa Barat.
3. Mengkaji nilai tambah produk sayuran terpilih dari dataran tinggi Jawa
Barat.
4. Memberikan alternatif rantai pasokan sayuran unggulan yang dapat
diterapkan, khususnya di Jawa Barat.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Kajian manajemen rantai pasokan produk sayuran mencakup aliran
barang mulai dari sumber bahan baku (petani) hingga pengiriman produk
ke konsumen. Penelitian difokuskan untuk mengukur nilai tambah produk
sayuran dataran tinggi. Model rantai pasokan yang dikaji terbatas dan
mencakup petani/kelompok tani. Ruang lingkup analisis mencakup :
a. Identifikasi produk sayuran unggulan.
b. Pemetaan struktur rantai pasok komoditas sayuran yang dipilih dengan
Metode Perbandingan Eksponensial (MPE).
c. Analisis nilai tambah pada anggota rantai pasok sayuran yang dipilih.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Penulis
Meningkatkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi masalah,
menganalisis dan menemukan solusi sebagai perwujudan dari aplikasi
ilmu yang diperoleh.
5
2. Petani, Bandar dan Koperasi
Penelitian ini dapat memberikan evaluasi dan masukan mengenai
kinerja manajemen rantai pasokan sayuran unggulan dataran tinggi.
Dengan demikian manajemen rantai pasokan sayuran dataran tinggi di
masa depan akan lebih baik.
3. Ilmu Pengetahuan
Penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, dan referensi penelitian khususnya
manajemen rantai pasokan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan penelitian selanjutnya.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rantai Pasokan
Chopra dan Meindl (2004) menyatakan bahwa rantai pasokan
melibatkan seluruh bagian, baik secara langsung atau tidak langsung,
untuk memenuhi permintaan konsumen. Rantai pasokan tidak hanya
berkaitan dengan manufaktur dan pemasok, tetapi juga melibatkan
transportasi, gudang, retailer, dan pelanggan itu sendiri. Tujuan dari
rantai pasok adalah memaksimalkan keseluruhan nilai. Keseluruhan nilai
rantai pasok adalah perbedaan diantara nilai dari produk akhir terhadap
pelanggan dan upaya rantai pasokan dalam memenuhi permintaan
pelanggan.
Ballou (2004) menyatakan rantai pasokan mencakup semua
aktivitas (transportasi, pengendalian persediaan, dan sebagainya) yang
membutuhkan waktu disepanjang jaringan untuk mengubah bahan baku
menjadi barang jadi serta informasi yang diteruskan ke pelanggan akhir
dan memiliki nilai tambah bagi pelanggan. Rantai pasok adalah cara
untuk menghasilkan nilai sehingga mencapai keunggulan bersaing, yaitu
nilai untuk pelanggan dan pemasok di dalam perusahaan, serta nilai
untuk stakeholder perusahaan.
Menurut Heizer dan Render (2004) rantai pasokan mencakup
seluruh interaksi antara pemasok, manufaktur, distributor dan pelanggan.
Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi, informasi, penjadwalan,
transfer kredit, dan tunai serta transfer bahan baku antara pihak-pihak
yang terlibat. Rantai pasokan menurut Heizer dan Render dapat dilihat
pada Gambar 1.
Siagian (2005) menyatakan bahwa rantai pasokan berkaitan
langsung dengan siklus bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang
dan distribusi kemudian sampai ke konsumen. Perusahaan meningkatkan
kemampuan bersaing melalui penyesuaian produk, kualitas yang tinggi,
pengurangan biaya, dan kecepatan meraih pasar dengan penekanan pada
7
rantai pasokan. Rantai pasokan menurut Siagian (2005) dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 1. Rantai Pasokan (Heizer dan Rander, 2004)
Gambar 1. Rantai pasokan (Heizer dan Render, 2004)
Gambar 2. Rantai pasokan (Siagian, 2005)
2.2. Manajemen Rantai Pasokan
Menurut Russell dan Taylor (2003), manajemen rantai pasokan
mengatur aliran barang dan jasa serta informasi yang diteruskan ke
pesanan untuk mencapai tingkat keselarasan atau sinkronisasi dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan. Masing-masing segmen dari rantai
pasokan diatur secara terpisah (berdiri sendiri) yang lebih fokus pada
Pelanggan Persediaan Perusahaan Distributor Pemasok
- Arus Informasi - Arus Penjadwalan - Arus Kas - Arus Pesanan
- Arus Kredit - Arus Bahan Baku
Informasi Penjadwalan
Arus Kas
Arus Persediaan
Arus Kreatif
Arus Bahan Baku
Pemasok
Pemasok
Pemasok
Perusahaan Manufaktur
Konsumen
Konsumen
Konsumen Distributor
Persediaan
Persediaan
8
tujuannya masing-masing. Rantai pasokan mencakup semua aktiftas yang
berhubungan dengan aliran transformasi barang dan jasa dari bahan baku
menjadi barang jadi kepada pelanggan. Tujuan dari rantai pasokan
adalah untuk mencapai kepuasan pelanggan. Rantai pasokan mencakup
empat proses penting, yaitu memperoleh pesanan pelanggan,
memperoleh bahan baku, dan komponen pendukung dari pemasok,
memproduksi pesanan dan memenuhi pesanan pelanggan.
Heizer dan Render (2004) mendefinisikan manajemen rantai
pasok sebagai pengintegrasian aktifitas pengadaan bahan dan pelayanan,
pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta
pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup kegiatan
pembelian dan outsourcing, ditambah fungsi lain yang penting bagi
hubungan pemasok dan distributor.
Mentzer (2004) mendefinisikan manajemen rantai pasok sebagai
strategi manajemen dari seluruh fungsi bisnis yang meliputi beberapa
aliran hulu atau hilir, untuk beberapa aspek pada sistem rantai pasokan.
Ma’arif dan Tanjung (2006) menyatakan manajemen rantai pasokan
adalah perluasan dari manajemen logistik. Kegiatan manajemen logistik
mencakup perusahaan, pemasok, dan pelanggan. Sedangkan cakupan
manajemen rantai pasokan lebih luas dari pada manajemen logistik, yaitu
antara pemasok, perusahaan sendiri, pelanggan, grosir dan pengecer yang
diintegrasikan agar lebih efisien.
Simichi-Levi et al., (2000) menyatakan manajemen rantai
pasokan sebagai sebuah pendekatan yang diterapkan untuk menyatukan
pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya
(distributor, retailer, dan pengecer) secara efisien sehingga produk dapat
dihasilkan dan didistribusikan dengan jumlah yang tepat, lokasi yang
tepat, dan waktu yang tepat untuk menurunkan biaya dan memenuhi
kebutuhan pelanggan. Definisi tersebut didasarkan atas beberapa hal :
a. Manajemen rantai pasok perlu mempertimbangkan bahwa semua
kegiatan mulai dari pemasok, manufaktur, gudang, distributor,
9
retailer, sampai ke pengecer berdampak pada biaya produk yang
diproduksi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
b. Tujuan dari manajemen rantai pasokan adalah agar total biaya dari
semua bagian, mulai dari transportasi dan distribusi, persediaan bahan
baku, barang dalam proses, dan barang jadi menjadi lebih efektif dan
efisien sehingga mengurangi biaya.
c. Manajemen rantai pasokan berputar pada integrasi yang efisien dari
pemasok, manufaktur, gudang, distributor, retailer, dan pengecer yang
mencakup semua aktivitas perusahaan, mulai dari tingkat strategis
sampai tingkat taktik operasional.
Siagian (2005) menyatakan terdapat dua hal penting dalam
manajemen rantai pasokan. Pertama, manajemen rantai pasokan adalah
kolaborasi usaha bersama antar setiap bagian atau proses dalam siklus
produk. Kedua, manajemen rantai pasokan harus mencakup seluruh
kegiatan siklus produk. Ruang lingkup manajemen rantai pasokan
meliputi :
a. Rantai pasokan mencakup seluruh kegiatan arus dan transformasi
barang mulai dari bahan mentah, sampai penyaluran ke tangan
pelanggan termasuk aliran informasinya. Bahan baku dan aliran
informasi adalah rangkaian dari rantai pasokan.
b. Rantai pasokan sebagai suatu sistem tempat organisasi menyalurkan
barang prduksi.
2.3. Manajemen Rantai Pasok Agroindustri
Manajemen rantai pasok adalah keterpaduan antara
perencanaan, koordinasi dan kendali seluruh proses dan aktivitas bisnis
dalam rantai pasok untuk menghantarkan nilai superior dari konsumen
dengan biaya termurah kepada pelanggan. Rantai pasok lebih
ditekankan pada seri aliran bahan dan informasi, sedangkan manajemen
rantai pasok menekankan pada upaya memadukan kumpulan rantai
pasok (Vorst, 2002). Pada tingkat agroindustri, manajemen rantai pasok
memberikan perhatian pada pasokan, persediaan dan transportasi
pendistribusian.
10
Pem
angk
u K
epen
ting
an
lain
nya
Konsumen
Distributor
Agroindustri
Petani/Pemasok
Menurut Austin (1992) agroindustri menjadi pusat rantai
pertanian yang berperan penting dalam meningkatkan nilai tambah
produk pertanian di pasar. Agroindustri membutuhkan pasokan bahan
baku yang berkualitas dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 3 merupakan aliran produk di setiap tingkatan rantai pasok
dalam konteks jejaring rantai pasok pertanian menyeluruh. Setiap
perusahaan diposisikan dalam sebuah titik dalam lapisan jejaring.
Gambar 3. Skema rantai pasokan pertanian (Sumber:Vorst, 2002)
2.4. Kemitraan dalam Manajemen Rantai Pasokan
Menurut Lau, Pang, Wong (2002) kemitraan di antara anggota
rantai pasokan dilakukan untuk menjamin kualitas produk dan
keefektifan rantai pasokan yang selanjutnya akan mencapai hasil
optimal. Pengembangan rantai pasokan yang efektif dilakukan melalui
beberapa tahap. Pertama, memilih kelompok pemasok berdasarkan
reputasi industri dan transaksi sebelumnya tentang harga dan kualitas
melalui program penilai pemasok. Proses ini dilakukan untuk
mendapatkan pemasok terbaik dalam industri yang menjamin kualitas
pasokan.
Kedua, memilih pemasok yang memiliki manajemen rantai
pasokan berhubungan erat dengan strategi perusahaan. Langkah ini
akan meminimalkan konflik target strategis dengan para mitra.
Kemitraan rantai pasokan bersifat jangka panjang dan merupakan
11
keputusan penting yang membutuhkan komitmen semua pihak. Ketiga,
membentuk kemitraan rantai pasokan melalui negosiasi dan kompromi.
Tahap keempat, membangun saluran untuk menjamin pengetahuan
tentang informasi produksi yang diberikan tepat waktu melalui
perjanjian teknologi. Manajemen rantai pasokan harus menjamin
ketepatan waktu, efektivitas biaya, dan sistem informasi yang
komperhensif untuk menyediakan data yang dibutuhkan dalam
membuat keputusan pasokan yang optimal. Terakhir, sistem monitoring
dikembangkan untuk memantau kinerja mitra. Proses ini dimaksudkan
untuk memelihara hubungan dengan pemasok dalam menjamin
administrasi yang layak dari pengendalian logistik yang efisien.
2.5. Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan
manajemen rantai pasokan yaitu sebagai berikut :
1. Adriansyah (2005) meneliti manajemen rantai penyediaan barang
bagian hulu produksi susu pasteurisasi di Koperasi Paternakan
Bandung Selatan (KPBS). Hasil yang diperoleh yaitu kontinuitas
produksi, efisiensi dan produktifitas sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan bahan baku utama dan bahan baku penolong pada
KPBS.
2. Ritonga (2005) meneliti analisis pemasaran kentang dengan
pendekatan MRP di kota Semarang, Jawa Tengah. Metode yang
digunakan adalah analisis deskriptif, analisis pola rantai pasokan dan
analisis rantai nilai dengan pendekatan marjin pemasaran. Hasil dari
penelitian ini adalah alur rantai pasokan yang paling efektif adalah
kentang dari petani dikumpulkan di pengumpul, kemudian dibawa ke
pasar grosir, pasar tradisional yang akhirnya sampai ke tangan
konsumen. Pola rantai pasokan yang paling efektif dilihat dari total
marjin yang menurun sehingga petani memperoleh marjin yang
paling besar.
3. Ana Oktiya (2006) meneliti analisis rantai pasokan terhadap
produktifitas di UKM keramik Klampok Banjarnegara. Penulis
12
menyatakan bahwa MRP berpengaruh nyata terhadap produktivitas
UKM Kramik Kelampok Banjarnegara. Model MRP di UKM
Keramik Banjarnegara terdiri dari beberapa anggota yaitu pemasok,
UKM/produsen, pengepul barang ekspor dan pelanggan. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa dari beberapa elemen MRP yang
berpengaruh signifikan terhadap produktifitas adalah kerjasama.
4. Susiyana (2005) meneliti analisis rantai persediaan komoditas jeruk
medan. Metode yang dilakukan adalah analisis deskriptif, marjin
pemasaran dan elastisitas transmisi harga.
5. Irmawati (2007) meneliti pengaruh manajemen rantai pasokan
terhaap kinerja di PTPN VIII Gunung Mas Bogor. Alat analisis yang
digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM). Hasil
penelitian menyatakan bahwa variabel perencanaan pemasaran yang
melibatkan semua anggota rantai pasokan memberikan pengaruh
terbesar pada strategi manajemen rantai pasokan perusahaan.
Variabel kepuasan pelanggan memberikan pengaruh terbesar
terhadap kinerja perusahaan.
13
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Sayuran dataran tinggi memiliki potensi pengembangan pasar
domestik dan ekspor yang sangat baik. Oleh karena itu, diperlukan daya
saing yang kuat untuk mengoptimalkan potensi sayuran dataran tinggi.
Produk sayuran di Indonesia masih terkendala dalam jaminan
kesinambungan kualitas produk, jumlah pasokan yang masih kurang, dan
ketepatan waktu pengiriman. Penyebab lainnya adalah belum efektif dan
efisiennya kinerja rantai pasokan komoditi sayuran dataran tinggi di
Indonesia. Oleh karena itu, manajemen rantai pasok memegang peranan
penting dan perlu dilakukan dengan baik untuk mengatasi hal tersebut.
Pemilihan jenis komoditas produk hortikultura dilakukan untuk
membatasi lingkup kajian manajemen rantai pasokan yang luas dan jenis
produk sayuran yang sangat banyak. Pemilihan produk hortikultura
sayuran dataran tinggi menggunakan metode perbandingan eksponensial
(MPE) dengan cara wawancara dan konsultasi dengan pakar.
Sayuran dataran tinggi terpilih diidentifikasi struktur rantai
pasokannya, untuk mengetahui masalah-masalah yang sering muncul
dalam manajemen rantai pasokan. Kegiatan manajemen rantai pasokan
merupakan bagian kegiatan dari rantai nilai (value chain) sehingga
perbaikan manajemen rantai pasokan akan berimplikasi positif pada rantai
nilai tambah. Rantai nilai yang efektif akan memicu keunggulan nilai
(value advantage) dan keunggulan produksi (productivity advantage) yang
pada akhirnya meningkatkan keunggulan kompetitif. Kerangka pemikiran
penelitian ditunjukkan dalam Gambar 4.
14
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian
Permasalahan sayuran di Indonesia
Merumuskan strategi rantai pasokan sayuran terpilih
Analisis nilai tambah anggota rantai pasok
Sistem manajemen rantai pasokan sayuran dataran tinggi
Identifikasi struktur rantai pasokan sayuran terpilih
Nilai strategis sayuran dataran tinggi
Identifikasi sayuran unggulan dataran tinggi
Analisis kondisi rantai pasok sayuran dataran tinggi terpilih
Keunggulan kompetitif
Keunggulan nilai Keunggulan produksi
15
3.2. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Tahapan penelitian
Identifikasi minat penelitian
Pemilihan topik penelitian Studi pustaka dan diskusi
Penentuan topik penelitian
Perumusan Masalah 1. Apa saja produk sayuran unggulan dataran tinggi di Jawa Barat? 2. Bagaimana struktur rantai pasok produk sayuran unggulan terpilih di Jawa Barat? 3. Berapa nilai tambah produk sayuran unggulan terpilih di jawa Barat? 4. Bagaimana alternatif rantai pasok yang dapat diterapkan?
Rancangan Pengumpulan Data Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, dan pemilihan teknik analisis data
-Studi pendahuluan -Studi pustaka -Opini pakar
Penyusunan desain riset
Pengumpulan data lapangan - Observasi dan wawancara - Pengisian kuesioner
Pengolahan Data - Tabulasi data dan informasi - Identifikasi model rantai pasokan
- Pemilihan produk unggulan ---(MPE) - Analisis rantai pasokan---analisis deskriptif
- Analisis nilai tambah--metode Hayami
Kesimpulan dan Saran
Pra penelitian
Pengumpulan data
Analisis data
16
3.3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sentra produksi paprika di Desa Pasir
Langu, Koperasi Mitra Sukamaju dan Bandar Paprika yang berada di
sekitar Cisarua, Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilakukan mulai bulan
Agustus – September 2008.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah
data yang diperoleh langsung dengan cara observasi atau pengamatan,
wawancara, pengisian kuesioner, dan opini pakar. Data sekunder diperoleh
dari studi pustaka, internet, jurnal dan dokumen-dokumen pendukung
lainnya.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Observasi, yaitu pengamatan langsung objek penelitian dengan tujuan
untuk memahami kondisi petani, koperasi dan bandar paprika yang
sebenarnya.
2. Wawancara dilakukan kepada pihak pihak yang terkait dengan topik
penelitian yaitu petani, koperasi, bandar, pakar dari Balai Penelitian
Sayuran (Balitsa) .
3. Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada pihak-pihak
terkait dengan topik penelitian. Daftar kuesioner dapat dilihat dalam
Lampiran 1.
4. Opini pakar (expert opinion) merupakan data yang diperoleh dari para
pakar yang terdiri dari akademisi, pelaku usaha, dan pihak-pihak
terkait lainnya.
17
Kebutuhan, sumber data, jenis data, metode pengumpulan, dan analisis
data dijelaskan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan, sumber data,jenis data, metode pengumpulan, dan analisis data
No Tujuan penelitian
Jenis data Sumber data Metode Analisis data
1 Memilih produk sayuran unggulan
- Primer - Sekunder
- Dosen IPB - Manajer kemitraan Saung Mirwan - Peneliti Balitsa - Ketua Koperasi Mitra Sukamaju
- Wawancara - Kuesioner - Studi pustaka
Metode perbandingan eksponensial (MPE)
2 Mengkaji struktur rantai pasok produk sayuran terpilih
- Primer - Sekunder
- Petani paprika - Bandar paprika - Koperasi Mitra Sukamaju - Eksportir
- Wawancara - Kuesionr
Metode deskriptif
3 Mengukur nilai tambah produk sayuran terpilih
- Primer - Petani paprika - Koperasi - Bandar
Wawancara Metode Hayami
4 Alternatif rantai pasok yang dapat diterapkan
- Primer - Sekunder
- Balitsa - Koperasi Mitra Sukamaju - Eksportir
Wawancara Studi pustaka
Metode deskriptif
3.5. Metode Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability
sampling, yaitu judgement sampling. Responden yang digunakan untuk
mengetahui manajemen rantai pasokan sayuran dataran tinggi terdiri dari
petani, tengkulak, prosesor/koperasi dan pakar. Pakar berperan dalam
memberikan penilaian terhadap permasalahan yang ada dan menentukan
produk sayuran unggulan yang dipilih. Sedangkan petani, koperasi dan
tengkulak dijadikan responden karena dianggap mewakili dan mengetahui
keadaan usaha terutama mengenai rantai pasok yang terjadi. Jumlah
responden pakar untuk menentukan sayuran unggulan dan kriteria
pemilihannya adalah empat orang pakar yang terdiri dari tiga orang dosen
IPB, satu orang (manajer kemitraan) Saung Mirwan. Jumlah pakar dalam
MPE adalah tiga orang yaitu satu dosen IPB, peneliti Balitsa dan Ketua
Koperasi Mitra Sukamaju. Identifikasi rantai pasok dan analisis nilai
tambah melibatkan responden yang terdiri da
4 bandar paprika, dan 11 karyawan Koperasi Mitra Sukamaju.
3.6. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data menggunakan metode perbandingan
eksponensial, analisis deskriptif dan metode hayami. Metode perbandinga
eksponensial digunakan untuk memilih produk sayuran unggulan dataran
tinggi. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui model rantai
pasokan. Metode hayami digunakan untuk menghitung nilai tambah pada
petani, koperasi dan bandar.
3.6.1. Metode Perban
Pemilihan produk unggul
menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). MPE merupakan
salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan
dengan kriteria jamak
individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun
model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses.
Formulasi perhitungan skor untu
TNi = Total nilai alternatif ke
RK ij = derajat kepentingan relatif kriteria ke
TKK j = derajat kepentingan kritera keputusan ke
n = jumlah pilihan keputusan
m = jumlah kriteria keputusan
Data diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara terhadap
pihak yang ahli dalam bidang sayuran dataran tinggi.
berpengaruh dalam pemilihan sayuran unggulan dataran tinggi
dengan menggunakan metod
wawancara mendalam (
tiga orang dosen IPB dan
didapatkan dari masing
tambah melibatkan responden yang terdiri dari 12 orang petani paprika,
4 bandar paprika, dan 11 karyawan Koperasi Mitra Sukamaju.
3.6. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data menggunakan metode perbandingan
eksponensial, analisis deskriptif dan metode hayami. Metode perbandinga
eksponensial digunakan untuk memilih produk sayuran unggulan dataran
tinggi. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui model rantai
pasokan. Metode hayami digunakan untuk menghitung nilai tambah pada
petani, koperasi dan bandar.
Metode Perbandingan Eksponensial
Pemilihan produk unggulan dan alternatif pemasok dilakukan
menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). MPE merupakan
salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan
dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi
individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun
model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses.
Formulasi perhitungan skor untuk setiap alternatif dalam MPE
........................................................(1)
= Total nilai alternatif ke -i
= derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i
= derajat kepentingan kritera keputusan ke-j; TKK j
= jumlah pilihan keputusan
= jumlah kriteria keputusan
Data diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara terhadap
pihak yang ahli dalam bidang sayuran dataran tinggi.
berpengaruh dalam pemilihan sayuran unggulan dataran tinggi
gunakan metode Delphi. Dalam hal ini, peneliti melakukan
mendalam (in deph interview) terhadap pakar yang terdiri dari
tiga orang dosen IPB dan manajer kemitraan Saung Mirwan. Kriteria yang
didapatkan dari masing-masing pakar tersebut dikumpulkan dan disusun
18
ri 12 orang petani paprika,
4 bandar paprika, dan 11 karyawan Koperasi Mitra Sukamaju.
Pengolahan dan analisis data menggunakan metode perbandingan
eksponensial, analisis deskriptif dan metode hayami. Metode perbandingan
eksponensial digunakan untuk memilih produk sayuran unggulan dataran
tinggi. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui model rantai
pasokan. Metode hayami digunakan untuk menghitung nilai tambah pada
an dan alternatif pemasok dilakukan
menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). MPE merupakan
salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan
nakan sebagai pembantu bagi
individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun
model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses.
k setiap alternatif dalam MPE adalah:
.......................................(1)
j pada pilihan keputusan i
> 0; bulat
Data diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara terhadap
pihak yang ahli dalam bidang sayuran dataran tinggi. Kriteria yang
berpengaruh dalam pemilihan sayuran unggulan dataran tinggi diperoleh
. Dalam hal ini, peneliti melakukan
kar yang terdiri dari
manajer kemitraan Saung Mirwan. Kriteria yang
dikumpulkan dan disusun
19
oleh peneliti menjadi kriteria penilaian MPE. Selanjutnya, peneliti
membawa kembali hasil kriteria yang telah diperoleh untuk dikonfirmasi
dan dikoreksi.
Kesimpulan yang diperoleh menghasilkan delapan pilihan sayuran
unggulan. Sayuran tersebut memiliki potensi pengembangan pasar yang
baik dan memberikan marjin keuntungan yang tinggi. Kedelapan sayuran
tersebut adalah kubis bunga, wortel, kol, pakcoy, kentang, brokoli, lettuce,
dan paprika. Selain itu, kesimpulan yang terkait dengan kriteria keputusan
dalam memilih sayuran unggulan dataran tinggi diperoleh sembilan kriteria
yaitu :
a. Ketersediaan bibit
Ketersediaan bibit merupakan faktor yang sangat penting dalam
budidaya sayuran. Tanpa adanya pasokan bibit yang lancar maka
budidaya sayuran akan terganggu. Bobot untuk ketersediaan bibit
adalah 5.
b. Ketersediaan sarana produksi
Sarana produksi merupakan semua hal yang diperlukan dalam budidaya
sayuran selain bibit. Sarana produksi meliputi alat-alat pengolah lahan,
sarana tanam, pupuk dan alat-alat lainnya. Bobot untuk ketersediaan
sarana produksi adalah 4.
c. Kualitas produk
Kualitas produk merupakan faktor utama suatu produk dapat diterima di
pasar. Dalam dunia pertanian kualitas produk sangat ditentukan oleh
kualitas panen, pengangkutan dan penyimpanan. Bobot dari kualitas
produk adalah 3.
d. Kontinuitas
Kontinuitas adalah keberlanjutan produk yang dibudidayakan.
Maksudnya adalah produk tersebut dibudidayakan secara tetap dan
berkala atau hanya bersifat temporer. Bobot dari kontinuitas adalah 5.
e. Ketersediaan produk
Ketersediaan produk sangat dipengaruhi oleh budidaya yang dilakukan
oleh petani. Produk yang ketersediaannya di pasar tidak tetap akan
20
menyebabkan fluktuasi harga yang seringkali merugikan petani. Bobot
ketersediaan produk adalah 5.
f. Potensi pasar domestik dan ekspor
Potensi pasar domestik dan ekspor dapat dilihat dari seberapa besar
tingkat permintaan pasar dan seberapa besar pemenuhannya. Potensi
pasar juga dapat diukur dari trend permintaan pasar. Bobot untuk
potensi pasar domestik dan ekspor adalah 5.
g. Marjin keuntungan
Marjin keuntungan yaitu seberapa besar keuntungan yang diperoleh
tiap-tiap anggota rantai pasok dari petani sampai konsumen institusi.
Bobot untuk marjin keuntungan adalah 5.
h. Risiko
Maksudnya adalah risiko yang dihadapi petani dalam budidaya
komoditas tersebut dan seberapa besar risiko yang mungkin dihadapi
anggota rantai pasokan yang lainnya. Bobot untuk risiko adalah 5.
i. Kemitraan
Kemitraan yang terjalin antara petani dan prosesor, dan peluang
kemitraan yang dapat dikembangkan selanjutnya. Bobot untuk
kemitraan adalah 4.
3.6.2. Analisis Model Rantai Pasokan
Model rantai pasokan dibahas secara deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang didasarkan data deskripsi dari status, keadaan, sikap,
hubungan atau sistem pemikiran suatu masalah yang menjadi objek
penelitian. Manajemen rantai pasokan dianalisis menggunakan metode
pengembangan rantai pasok hortikultura yang dicanangkan oleh Asian
Productivity Organization (APO), Jepang.
3.6.3. Analisis Nilai Tambah
Nilai tambah bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang
diperoleh oleh setiap anggota rantai pasokan, yang terdiri atas tenaga kerja,
modal, dan manajemen yang diusahakannya. Besarnya nilai tambah tersebut
dinyatakan secara matematik dengan menggunakan metode Hayami
(Hayami dalam Sudiyono 2002).
21
Nilai tambah = f {K, B, T, U, H, h, L} .......................................................(2)
K = Kapasitas produksi
B = Bahan baku yang digunakan
T = Tenaga kerja yang digunakan
U = Upah tenaga kerja
H = Harga output
h = Harga bahan baku
L = Nilai input lain (nilai dan semua pengorbanan yang terjadi selama
proses perlakuan untuk menambah nilai)
Perhitungan analisis nilai tambah dengan metode Hayami dijelaskan dalam
Tabel 3.
Tabel 3. Variabel input, output nilai tambah.
No Variabel output, input Nilai 1. Output (Kg/periode) (1) 2. Input bahan baku (Kg/periode) (2) 3. Tenaga kerja langsung (HOK/periode) (3) 4. Faktor konversi (4) = (1)/(2) 5. Konversi tenaga kerja (HOK/Kg) (5) = (3)/(2) 6. Harga produk (Rp/Kg) (6) 7. Upah tenaga kerja per HOK (7) Variabel penerimaan dan keuangan
8. Harga input bahan baku (Rp/Kg) (8) 9. Sumbangan input lainnya (Rp/Kg) (9) 10. Nilai produk (Rp/Kg) (10) = (4) x (6) 11. a. Nilai Tambah (Rp) (11a) = (10) – (9) – (8) b. Rasio nilai tambah (%) (11b) = (11a)/(10) x 100 12. a. Pendapatan tenaga kerja (Rp) (12a) = (5) x (7) b. Pangsa tenaga kerja (%) (12b) = (12a)/(11b)x100 13. a. Keuntungan (Rp) (13a) = (11a) – (12a) b. Persentase keuntungan (%) (13b) = (13a)/(10) x 100 14. Marjin Pemasaran (14) = (10) – (8) a. Pendapatan tenaga kerja (14a) = (12a)/(14) x 100
b. Sumbangan input lain (14b) = (9)/(14) x 100
c. Keuntungan perusahaan (14c) = (13a)/(14) x 100
Sumber : Sudiyono (2002)
Keterangan :
HOK = Hari Orang Kerja
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemilihan Produk Unggulan
Berdasarkan opini pakar, sayuran yang dipilih dalam penelitian ini
adalah paprika, brokoli, kubis bunga, lettuce, pakcoy, kentang, kol/kubis,
wortel. Alasannya kedelapan sayuran tersebut tersedia cukup banyak di
Jawa Barat, memiliki potensi pengembangan pasar yang baik dan
memberikan marjin keuntungan yang tinggi. Sedangkan untuk kriteria
pemilihan yaitu: ketersediaan bibit, ketersediaan sarana produksi, kualitas
produk, kontinuitas produk, ketersediaan produk, potensi pasar domestik
dan mancanegara, marjin keuntungan, risiko, kemitraan.
Hasil perhitungan dengan MPE diperoleh rata-rata skor sayuran
unggulan yang dapat dilihat dalam Tabel 4. Perhitungan MPE secara rinci
dapat dilihat dalam Lampiran 2.
Tabel 4. Skor rata-rata MPE sayuran unggulan dataran tinggi Peringkat Jenis sayuran Skor
1 Paprika (Capsicum annuum) 12.234,33* 2 Lettuce (Lactuca sativa L.) 9.967,33 3 Brokoli (Brasica oleraceae cv. Brocolli) 8.272,00 4 Kentang (Solanum tuberosum) 5.582.33 5 Pakcoy (Brasica rapa cv. Pakchoy) 4.947,00 6 Kol/kubis (Brasica oleraceae) 4.413,30 7 Wortel (Daucus Carota) 4.395,33 8 Kubis bunga (Brasica oleraceae cv. Cauliflower) 4.327,00
* sayuran terpilih sebagai objek penelitian
Tiga urutan teratas sayuran unggulan dataran tinggi hasil perhitungan
MPE adalah paprika, lettuce dan brokoli. Paprika (Capsicum annuum)
memilika keunggulan dari segi budidaya, pemasaran dan keuntungan. Dari
segi budidaya, bibit dan sarana produksi paprika mudah diperoleh, dan
kualitas produk yang dihasilkan baik. Dari segi pemasaran, potensi pasar
domestik dan ekspor paprika sangat bagus dan memberikan marjin
keuntungan yang tinggi. Tetapi kualitas produk paprika yang tersedia
susah untuk dikontrol karena paprika merupakan salah satu sayuran yang
memerlukan perawatan khusus.
23
Sayuran unggulan pada urutan kedua adalah lettuce (Lactuca sativa
L). Sayuran tersebut dipilih karena memberikan marjin keuntungan yang
besar dan potensi pasar domestik maupun mancanegara yang menjanjikan.
Tetapi kualitas dan ketersediaan lettuce masih menjadi masalah dalam
pemenuhan permintaan pasar, terutama pasar mancanegara. Hal ini terjadi
karena belum banyak petani yang mampu membudidayakan lettuce dengan
baik.
Sayuran unggulan pada urutan ketiga yaitu brokoli (Brasica
oleraceae cv. Brocolli). Sayuran ini tidak terlalu menonjol di salah satu
kriteria tetapi baik di semua kriteria. Brokoli sudah banyak dibudidayakan
oleh petani-petani dataran tinggi, keuntungan yang didapatkan pun cukup
tinggi dan ketersediaannya di pasar sangat baik.
Masing-masing sayuran memiliki daerah tanam, atau sentra produksi
yang berbeda. Sentra produksi paprika berada di Desa Pasir Langu,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Budidaya
paprika di Pasir Langu telah dimulai sejak tahun 1994, dan pada saat ini
luas Green house untuk budidaya paprika mencapai 24 Ha.
Lettuce banyak dibudidayakan oleh petani di Garut, Jawa Barat.
Lettuce merupakan salah satu sayuran eksklusif sehingga tidak semua
petani mampu membudidayakannya dengan baik. Petani di daerah Garut
membudidayakan lettuce atas binaan Saung Mirwan. Saung Mirwan
memberikan sarana produksi, penyuluhan dan bimbingan budidaya,
kemudian membeli hasil panen dari petani. Selain petani di Garut, lettuce
jarang ditemui ditanam oleh petani lain dalam jumlah besar. Sedangkan
brokoli banyak tumbuh di dataran tinggi Jawa Barat, baik di Lembang,
Bogor maupun Garut. Salah satu sentra produksi brokoli berada di Bogor
yaitu di daerah Cipanas.
Penelitian ini memilih paprika sebagai komoditas yang dijadikan
objek penelitian. Paprika adalah tumbuhan penghasil buah yang berasa
manis dan sedikit pedas dari suku terong-terongan (Solanaceae). Buahnya
berwarna hijau, kuning, merah, atau ungu sering digunakan sebagai
campuran salad. Paprika berasal dari Amerika Selatan yang saat ini sudah
24
tersebar luas dan dibudidayakan di hampir semua daerah tropika dan
subtropika.
4.2. Analisis Kondisi Rantai Pasokan Paprika
Sub bab ini akan membahas gambaran umum lokasi penelitian,
struktur rantai, sasaran rantai, manajemen rantai, sumber daya rantai, dan
proses bisnis rantai pasokan paprika.
4.2.1. Gambaran Umum Lokasi dan Budidaya Paprika
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Setelah dipilih sayuran unggulan dataran tinggi, maka
ditentukan lokasi penelitian yaitu di Desa Pasir Langu Kecamatan
Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi Jawa Barat. Pasir Langu
merupakan sentra produksi paprika terbesar di Indonesia dengan luas
area produksi mencapai sekitar 24 Ha. Berdasarkan letak
administratif, Desa Pasir Langu berbatasan dengan Kabupaten
Subang di sebelah Utara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Cimanggu Kecamatan Ngamprah, sebelah Timur berbatasan dengan
Desa Tugu Mukti Kecamatan Cisarua dan sebelah Barat berbatasan
dengan Desa Cipada Kecamatan Cisarua
Secara topografi Desa Pasir Langu berada pada ketinggian
1.400 meter di atas permukaan laut (m dpl), curah hujan rata-rata per
tahun 1.400 milimeter dengan suhu berkisar antara 20-220 C. Luas
wilayah Desa Pasir Langu mencapai 1.020 Ha yang merupakan
daerah perbukitan subur sehingga menjadi sentra produksi sayuran
dan bunga. Luas lahan yang digunakan untuk tanaman pangan adalah
76 Ha, yang terdiri dari padi sawah seluas 6 Ha, buncis dan kol merah
seluas 5 Ha, labusiam 41 Ha, dan paprika 24 Ha.
Budidaya paprika di Desa Pasir Langu dimulai pada tahun
1994 oleh para petani perintis yang tergabung dalam Kelompok Tani
Mitra Sukamaju. Sebelum melakukan uji coba pembudidayaan
paprika hidroponik, kelompok tani tersebut melakukan studi banding
ke Saung Mirwan di Kabupaten Bogor dan Yayasan Hortikultura di
Kabupaten Bandung. Awalnya para petani perintis ini mencoba untuk
25
membudidayakan paprika di lahan terbuka tanpa green house, tetapi
paprika tidak dapat tumbuh dengan sempurna dan buah yang
dihasilkan rusak.
Uji coba pembudidayaan paprika kemudian dilakukan di
green house seluas 200 m2 dengan cara hidroponik. Jumlah pohon
paprika yang dibudidayakan 800 batang dengan tingkat produktivitas
9 ons per pohon. Setalah keberhasilan uji coba tersebut kemudian
dilakukan penanaman tahap kedua di green house seluas 400 m2
dengan jumlah pohon 1.600 batang dengan tingkat produktivitasnya
1,5 kilogram per pohon. Melihat keberhasilan ini, kemudian para
petani mulai membudidayakan paprika di lahannya masing masing.
Tanggal 13 April 1999, Kelompok Tani Mitra Sukamaju
berubah menjadi koperasi petani dengan nomor badan hukum
180/BH/518-KOP/IV/1999. Alasan utama perubahan menjadi
koperasi adalah untuk mempermudah dalam pencarian dana dan
perbaikan sistem manajemen. Dengan semakin berkembangnya usaha
tani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu, petani-petani yang tidak
tergabung dalam Koperasi Mitra Sukamaju tertarik untuk bergabung
menjadi anggota koperasi tersebut. Pada tahun 2000, tercatat 64
petani anggota Koperasi Mitra Sukamaju dengan output mencapai
empat ton paprika per hari. Hak petani anggota Koperasi Mitra
Sukamaju adalah memperoleh benih dan pupuk sedangkan kewajiban
petani adalah menjual hasil produksinya ke koperasi.
Namun pada saat ini, anggota koperasi mulai berkurang,
karena banyak anggota yang menjual paprika ke pasar atau bandar-
bandar yang ada di desa Pasir Langu. Saat ini di desa Pasir Langu
banyak terdapat tengkulak dan bandar-bandar besar yang
mengumpulkan paprika dari petani dan menjualnya sendiri ke pasar,
restoran, dan eksportir.
26
2. Budidaya Paprika di Desa Pasir Langu
Budidaya paprika membutuhkan modal yang relatif besar
yaitu minimal 25 juta rupiah untuk menanam 1.000 pohon paprika.
Sarana produksi paprika cukup mahal, mulai dari bibit, green house,
pupuk dan pestisida.
a. Budidaya Paprika
Proses budidaya paprika hidroponik di Desa Pasir Langu,
yaitu terdiri dari proses persiapan tanam, persemaian dan
pembibitan, penanaman, penyiraman dan pemberian nutrisi,
perawatan dan pemeliharaan serta panen dan pasca panen. Budidaya
paprika ditunjukkan dalam Gambar 6.
Gambar 6. Proses budidaya paprika
1). Persiapan Tanam
Lahan untuk penanaman paprika merupakan lahan datar yang
dibuat bedengan-bedengan dengan ditutupi mulsa. Pembuatan
bedengan dimaksudkan untuk menghindari pengaruh buruk lantai
penanaman. Bedengan yang lebih tinggi akan memudahkan keluarnya
kelebihan air sehingga tidak menggenangi lantai. Selain itu, kotoran
atau bibit penyakit yang tertular lewat tanah tidak terkumpul atau
Persiapan tanam
Persemaian dan pembibitan
Penanaman
Pemberian nutrisi
Perawatan pemeliharaan
Panen dan pasca panen
27
terbawa ke polybag tetapi mengumpul di selokan antar bedengan.
Penutupan bedengan dengan mulsa bertujuan agar lahan bersih dari
gulma. Bedengan umumnya dibuat dengan lebar 90-120 cm, tinggi
20-40 cm dengan jarak antar bedengan 80-100 cm, dan panjang
bedengan disesuaikan dengan luas lahan.
Polybag diletakkan di atas bedengan di dalam green house
yang terbuat dari plastik ultraviolet (UV) untuk menjaga suhu dan
kelembaban. Lahan harus bebas dari gulma, hama maupun bibit
penyakit lainnya. Sebelum melakukan kegiatan penanaman, petani
melakukan sterilisasi green house dengan menggunakan formalin
yang dicampur dengan kapur yang bertujuan untuk memberantas
gulma yang tumbuh
2). Persemaian dan Pembibitan
Kegiatan persemaian dan pembibitan dilakukan di green house
tersendiri. Sebelum penyemaian dilakukan, sekam yang akan
digunakan harus disemprot dengan air hangat. Benih direndam dengan
air hangat terlebih dahulu. Setelah itu, benih diletakkan dalam media
semai berupa tray plastik dengan menggunakan pinset. Setelah semua
benih disemai dalam media, tray tersebut kemudian ditutup dengan
menggunakan plastik mulsa hitam perak dan disusun dengan
menggunakan rak persemaian. Suhu yang baik untuk persemaian
adalah antara 25-300 C dan kelembabannya 70-85 persen.
Pengontrolan dilakukan setiap saat untuk menjaga kelembaban
media semai dengan menyemprotkan air bila media semai tersebut
mulai kering. Benih yang disemai mulai berkecambah dalam waktu
sembilan hari dan kemudian kecambah tersebut dipindahkan ke dalam
polybag untuk disimpan dalam green house pembibitan. Kegiatan
pembibitan berlangsung selama 28-30 hari, dimana bibit paprika yang
sehat akan memiliki daun sekitar lima helai. Bibit ini siap untuk
dipindahkan ke green house penanaman.
28
3). Penanaman
Bibit paprika yang sudah siap tanam akan ditanam pada
polybag besar yang sudah diisi arang sekam. Masing-masing polybag
dibasahi air tanpa diberi air nutrisi. Air nutrisi dapat diberikan bila
umur tanaman di green house penanaman kurang lebih tiga hari. Pada
masing-masing media dibuat lubang tanaman sesuai ukuran bibit.
Bibit tanaman dilepaskan dari polybag semai bersama dengan
medianya. Bibit tersebut ditanam dalam polybag tanam. Satu polybag
tanam berisi satu tanaman dengan jarak antar tanaman 30 X 30 cm
atau 25 X 25 cm.
4). Penyiraman dan Pemberian Nutrisi
Penyiraman dan pemberian nutrisi pada budidaya paprika
dengan sistem hidroponik merupakan kegiatan yang penting, karena
di dalam media tanam arang sekam tidak terdapat media penunjang
air dan unsur hara seperti pada media tanah. Nutrisi dilarutkan dalam
air pada bak penampungan yang berkapasitas 1.000-3.000 liter,
kemudian diberikan secara manual setiap hari yaitu disiramkan ke
tanaman menggunakan selang air. Volume dan frekuensi pemberian
nutrisi disesuaikan dengan kondisi cuaca dan umur tanaman. Apabila
kondisi cuaca normal (22-270 C) pemberian nutrisi dilakukan tiga kali
sehari, jika cuaca sangat panas (28-350C) pemberian nutrisi mencapai
empat kali, sedangkan jika cuaca mendung (18-220C) pemberian
nutrisi cukup dua kali sehari.
5). Perawatan dan Pemeliharaan
Perawatan dan pemeliharaan tanaman akan menentukan
kualitas produk yang dihasilkan. Kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan perawatan dan pemeliharan tanaman adalah
pengajiran dan pelilitan, pembentukan dan pemilihan batang
produksi, pewiwilan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Pengajiran dilakukan pada usia tanaman mencapai 1-2
minggu setelah tanam. Ajir yang digunakan dari tali rami atau benang
kasur yang dililitkan pada batang tanaman dan bagian atasnya
29
diikatkan pada kawat-kawat yang melintang pada bagian atas green
house. Pemberian ajir ini harus hati-hati agar tidak merusak tanaman
tapi tetap dapat menopang tanaman dengan kuat. Tanaman paprika
akan terus tumbuh tinggi mengikuti ajir. Agar tali ajir tetap melekat
pada batang tanaman, maka setiap dua hari dilakukan pemutaran atau
pelilitan tali pada cabang utama.
Tiga minggu setelah penanaman, pada batang utama muncul
tiga sampai empat cabang. Batang tersebut tidak dibiarkan tumbuh
semuanya tetapi hanya dipilih 2-3 cabang utama yang dipelihara.
Cabang yang dipilih adalah cabang yang kuat dan membentuk sudut
paling lebar. Cabang yang tidak diinginkan dipotong di titik
percabangannya. Hal ini dimaksudkan agar luka pada titik
percabangan tersebut seolah-olah terjadi secara alami dan diharapkan
akan pulih kembali.
Pewiwilan dilakukan terhadap tunas air, cabang yang rusak,
bunga yang terkena hama dan penyakit, maupun buah yang kurang
bagus. Pewiwilan menghasilkan buah yang terseleksi dan berkualitas
baik, karena tanaman tidak harus membagi nutrisinya pada bagian
tubuh yang jelek tersebut. Kegiatan pewiwilan dilakukan setiap dua
hari sekali.
Tanaman paprika merupakan tanaman yang sensitif terhadap
hama dan penyakit. Hama dan penyakit akan sangat berpengaruh
pada umur tanaman paprika dan kualitas buah yang dihasilkan. Hama
yang paling sering menyerang diantaranya hama thrips, kutu daun,
ulat penggorok daun, dan virus layu daun. Pengendalian hama dan
penyakit terdiri dari pengendalian secara kimia melalui penggunaan
pestisida, dan pengendalian secara mekanik dengan membuang dan
menjebak hama dengan kertas penjebak berwarna kuning, hijau dan
biru.
6). Panen dan Pasca Panen
Setelah 60 hari sejak masa tanam, paprika hijau sudah dapat
dipanen. Sedangkan untuk menghasilkan paprika berwarna merah
30
atau kuning dapat dipanen jika tanaman telah berumur 85-90 hari.
Paprika yang siap panen ditandai dengan warna buah yang merata
dan mengkilap, serta daging buah yang keras dan tebal. Paprika
dipanen secara manual, dengan menggunakan tangan atau pisau.
Hasil panen biasanya dimasukkan ke dalam plastik bening dengan
kapasitas 18-20 kg.
Petani yang merupakan anggota Koperasi Mitra Sukamaju
akan menjual seluruh hasil panennya kepada koperasi. Proses sortasi,
grading, penimbangan, pencatatan dan pengemasan dilakukan oleh
koperasi sesuai dengan pesanan dan tujuan penjualan. Sedangkan
untuk petani non anggota koperasi, hal tersebut dilakukan sendiri,
atau di tempat bandar besar.
b. Sarana Produksi
Sarana produksi budidaya paprika hidroponik terdiri dari
green house, benih, media tanam dan nutrisi. Sarana produksi utama
adalah green house. Persiapan green house meliputi pembangunan
green house dan kegiatan penyempurnaan berupa pembuatan saung,
pemasangan kawat untuk benang ajir, pemasangan benang ajir dan
pemasangan mulsa. Green house dibagi menjadi dua yaitu green
house persemaian dan green house penanaman. Luas green house
disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia dan jumlah tanaman
yang akan dibudidayakan.
Syarat terpenting dari green house adalah aliran udara harus
sebaik mungkin dan bangunan harus kokoh sehingga tidak rusak bila
diterpa angin kencang. Instalasi lainnya adalah bak penampungan air,
bak penampungan air dengan kapasitas 1.000 – 3.000 liter harus
berada di dekat green house, karena air yang telah dicampur pupuk
merupakan sumber nutrisi dalam pertanian hidroponik
Benih paprika terdiri dari berbagai varietas. Para petani di
Desa Pasir Langu umumnya menggunakan benih varietas Edison dan
Capino. Edison menghasilkan paprika berwarna merah sedangkan
Capino menghasilkan paprika berwarna kuning. Kemasan dengan
31
masing-masing benih tersebut terdiri dari dua ukuran, yaitu isi 250
benih dan isi 1.000 benih. Harga benih adalah Rp. 1.600./benih -
Rp.2.400/benih tergantung pada varietas yang digunakan.
Media tanam yang digunakan adalah arang sekam. Kebutuhan
arang sekam tergantung pada jumlah tanaman. Ukuran arang sekam
adalah karung karena kadar air dalam sekam pada umumnya tidak
sama sehingga sulit mengukur dalam satuan berat. Satu karung arang
sekam dapat digunakan untuk 10 polybag dengan ukuran
35 cm X 40 cm.
Nutrisi berupa pupuk dalam bentuk serbuk yang mengandung
unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman. Unsur unsur tersebut
terdiri dari unsur makro yaitu KH2PO4, CaNO3, KNO3, MgSO4 dan
FeSO4 sedangkan unsur mikro terdiri dari MnSO4, BrSO4, CuSO4,
dan ZnSO4. Nutrisi tanaman dilarutkan dalam air dan disiramkan ke
tanaman paprika 2-3 kali setiap harinya. Saat ini pola penyiraman
nutrisi yang dilakukan petani di Desa Pasir Langu masih
menggunakan pola penyiraman manual.
Nutrisi yang digunakan petani di Desa Pasir Langu berasal
dari Koperasi Mitra Sukamaju, toko Buana Tani dan PT. Joro di
Lembang dengan harga per paket Rp.430.000. Anggota Koperasi
Mitra Sukamaju dapat membeli pupuk secara kredit, yaitu
pembayaran dipotong dari hasil penjualan paprika. Sedangkan petani
non anggota koperasi dapat membeli pupuk dari koperasi, bandar atau
dari toko Buana Tani.
4.2.2. Struktur Rantai Pasokan
1. Anggota Rantai Pasok
Struktur rantai pasok sayuran dataran tinggi di Indonesia
memiliki alur rantai yang berbeda-beda. Hal ini terjadi karena
adanya aturan dan sistem yang berbeda diantara pihak yang terlibat
dalam rantai pasok tersebut. Namun yang mendorong terjadinya
perbedaan utama sistem distribusi sayuran yaitu jenis sayuran dan
kualitas yang dihasilkan.
32
Model rantai pasokan sayuran yang ditemukan pada sentra
paprika di Desa Pasir Langu kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bandung Barat, Propinsi Jawa Barat, umumnya mengikuti pola
seperti ditunjukkan dalam Gambar 7.
Gambar 7. Model rantai pasokan paprika di Desa Pasir Langu
Aliran komoditas paprika pada model rantai pasokan diatas dibagi
menjadi beberapa rantai, sebagai berikut:
a. Struktur Rantai Pasokan 1
Petani � Koperasi� Pedagang grosir tradisional � Pasar Tradisional
Pada rantai ini kualitas paprika yang dipasok beragam tetapi umumnya
produk yang berkualitas rendah (grade C dan TO). Koperasi secara rutin akan
mengirim paprika ke pedagang grosir tradisional sesuai dengan permintan
atau pesanan yang diterimanya setiap hari. Pedagang grosir berasal dari Desa
Pasir Langu atau dari tempat lainnya seperti Lembang dan Cisarua. Pedagang
tradisional biasanya menggambil paprika dengan jumlah kecil dan
menjualnya di pasar tradisional di sekitar Lembang dan Bandung.
Petani Anggota Koperasi
Koperasi
Petani Non Anggota Koperasi
Bandar
Pasar Tradisional
Super Market Negara Tujuan
Hotel/Restoran
Pedagang Pemasok hotel/
Restoran
Pemasok Supermarket
Eksportir
Konsumen
Batasan penelitian
33
b. Struktur Rantai Pasokan 2
Petani � Koperasi � Pemasok Hotel/Restoran � Hotel/Restoran
Pada rantai ini, kualitas paprika yang dipasok adalah paprika berwarna
merah, kuning dan hijau kualitas A dan B. Pemasok ke hotel dan restoran
biasanya merupakan unit-unit packaging house yang dimiliki oleh perorangan
atau perusahaan. Pemesanan ke koperasi dilakukan setiap hari dengan jumlah
kebutuhan yang beragam. Para pemasok ini biasanya berada di Bandung dan
Lembang, sedangkan mereka akan memasarkan paprika untuk wilayah
Bandung dan Jakarta.
c. Struktur Rantai Pasokan 3
Petani � Koperasi � Pemasok Supermarket � Supermarket
Pemasok untuk supermarket tidak berbeda jauh dengan pemasok untuk
hotel dan restoran. Pemasok merupakan unit-unit packaging house seperti
pada pemasok untuk hotel dan restoran, hanya saja menjual produknya ke
supermarket terutama untuk di wilayah Jabotabek.
d. Struktur Rantai Pasokan 4
Petani � Koperasi � Eksportir � Pasar luar negeri
Kualitas produk yang dipasok untuk eksportir adalah kualitas A.
Eksportir biasanya mengambil paprika secara langsung ke koperasi tiga kali
dalam seminggu. Produk yang tidak sesuai dengan kualitas yang diinginkan
atau rusak akan dikembalikan ke koperasi sebagai barang yang ditolak.
Biasanya jumlah barang yang ditolak berkisar antara 8-10% setiap kali
pengiriman.
e. Struktur Rantai Pasokan 5
Petani � Bandar � Pedagang grosir tradisional � Pasar tradisional
Pada rantai ini hampir sama dengan rantai a) tetapi petani menjual
barangnya kepada bandar. Bandar menyediakan sarana produksi dan
peminjaman modal dengan konsekuensi petani harus menjual barangnya
kepada bandar, dengan harga yang telah ditentukan oleh bandar. Pedagang
grosir memesan paprika yang dibutuhkan kepada bandar dan menjualnya di
sekitar Lembang, Cimahi dan Bandung.
34
f. Struktur Rantai Pasokan 6
Petani � Bandar � Pemasok Hotel dan Restoran � Hotel dan restoran
Pemasok untuk hotel dan restoran merupakan packaging house yang
biasanya berada di sekitar Lembang dan Bandung. Seperti pada model rantai
b), pemesanan dilakukan kepada bandar setiap hari sesuai kebutuhan yang
diinginkan. Bisanya masing masing bandar ataupun koperasi telah memiliki
pelanggan yang berbeda satu sama lainnya.
g. Struktur Rantai Pasokan 7
Petani � Bandar �Pemasok Supermarket � Supermarket
Pemasok Supermarket akan melakukan pesanan kepada bandar
kemudian melakukan penyortiran, pengemasan dan pelabelan produk
kemudian mengirim produk tersebut ke supermarket di sekitar Jakarta, Bogor,
Tangerang, Depok dan Bekasi. Proses lainnya hampir sama seperti pada
rantai pasokan c) yang melalui koperasi.
h. Struktur Rantai Pasokan 8
Petani � Bandar � Eksportir � Pasar luar negeri
Sama halnya dengan koperasi para bandar besar yang ada di Desa Pasir
Langu juga menjalin kerjasama dengan eksportir. Perusahaan eksportir yang
bekerjasama dengan bandar dan koperasi di Desa Pasir Langu adalah PT
Alamanda (Emeralindo) dan PT Momenta (Amazing Farm). Dua perusahaan
eksportir ini memasarkan paprika ke Singapura. Paprika dikirim ke Singapura
tiga kali dalam seminggu. Eksportir dan bandar/koperasi telah memiliki
kontrak kerja sama dalam jangka panjang. Kontrak tersebut memuat jumlah
pesanan, kualitas dan harga. Tetapi pada kenyataannya, kontrak tersebut
kurang bisa berjalan karena untuk produk pertanian terutama masalah
pesanan sangat fleksibel dengan kondisi panen petani. Jika kontrak itu
dijalani dengan kaku, maka kerjasama antara beberapa pihak tidak akan
berjalan dengan baik.
Setiap anggota rantai pasokan paprika mempunyai peran yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Peran masing-masing anggota dalam model
rantai pasokan paprika di atas dijelaskan dalam Tabel 5.
35
Tabel 5. Anggota rantai pasokan paprika Tingkatan Anggota Proses Aktivitas Produsen Petani (anggota
koperasi dan non anggota koperasi)
• Pembelian • Budidaya • Distribusi • penjualan
Melakukan pembelian bibit dan sarana produksi dari pemasok, budidaya paprika, dan penjualan ke distributor (koperasi/bandar)
Distributor • Koperasi • Bandar/tengkulak • Pedagang pasar • Pemasok Hotel • Pemasok
supermarket • Eksportir
• Pembelian • Sortasi • Grading • Penyimpanan • Penjualan
Melakukan pembelian paprika dari petani, melakukan proses sortasi dan grading, melakukan penjualan ke ritail ataupun end user
Retail Supermarket • Pembeliaan • Penyimpanan • Penjualan
Melakukan pembelian dari distributor, dan menjual lagi ke konsumen (end user)
Konsumen • Hotel • Restoran • Masyarakat umum
Pembelian Melakukan pembelian paprika dari distributor dan ritail
Pada model rantai pasokan paprika diatas, anggota rantai yang
memiliki andil paling besar adalah petani. Petani memiliki andil besar
dalam budidaya paprika, membentuk kelompok-kelompok tani sampai
melakukan penjualan ke konsumen. Bandar/tengkulak juga merupakan
petani paprika dengan modal yang besar dan jaringan yang luas.
2. Entitas Rantai Pasok
Entitas rantai pasok terdiri dari produk, pasar dan stakeholder.
Penjelasan masing-masing entitas rantai pasok sebagai berikut :
a. Produk
Produk yang diperdagangkan dalam rantai pasokan ini adalah
paprika. Paprika merupakan salah satu sayuran eksotik dataran tinggi di
Indonesia. Sampai saat ini produksi paprika masih terbatas di daerah
daerah tertentu saja, seperti di daerah Cisarua (Bandung), Cianjur, Bogor,
Garut, Dataran tinggi Dieng (Jawa Tengah) dan di Nusa Tenggara Barat.
Produksi paprika terbesar dan penghasil paprika terbaik di Indonesia
36
berada di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua. Luas lahan yang
digunakan untuk budidaya paprika di desa Pasir Langu mencapai 24 ha
Paprika yang dibudidayakan di Desa Pasir Langu meliputi paprika
merah dan paprika kuning. Tetapi paprika dapat dipanen dalam tiga jenis
yaitu paprika merah, kuning dan hijau. Kualitas paprika dibedakan
menjadi empat jenis yaitu grade A, B, C dan TO. Masing-masing jenis
memiliki kriteria dan tujuan pemasaran yang berbeda-beda. Kriteria
paprika dijelaskan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Kriteria Paprika
Sumber : Koperasi Mitra Sukamaju (2008)
b. Pasar
Pasar paprika berbeda dengan jenis sayuran lainnya, karena tidak
semua orang mengenal paprika, tetapi permintaan paprika tetap tinggi,
terutama untuk pasar luar negeri, restoran serta hotel di kota-kota besar.
Paprika yang dijual dari Desa Pasir Langu berkisar 4-5 ton setiap hari.
Daerah tujuan ekspor paprika adalah Singapura yang dapat
menyerap 20 ton paprika per minggu. Ada dua perusahaan eksportir yang
menyalurkan paprika dari desa Pasir Langu yaitu Amazing Farm (PT
Kualitas Kriteria Tujuan pemasaran Grade A • Warna cerah
• Tidak cacat • Bentuk block type • Ukuran diameter buah 80-110 mm
• Ekspor • Supermarket • Hotel dan
restoran
Grade B • Warna cerah • Boleh ada cacat (serangan hama
thrips) sampai 10 % • Bentuk block type • Ukuran diameter buah 70-110 mm
• Supermarket • Hotel dan
restauran
Grade C • Warna tidak terlalu cerah • Cacat mencapai 40 % • Ukuran diameter 40-80 mm • Bentuk sembarang
Pasar tradisional
Grade TO • Paprika sisa hasil sortiran (dibawah grade C)
• Ukauran diameter kurang dari 40 mm dan bentuk tidak sempurna
Pasar tradisional
37
Momenta) dan Emeralindo (PT Alamanda). Kedua perusahaan eksportir
ini mengambil paprika dari koperasi dan bandar-bandar paprika.
Sedangkan untuk pasar domestik koperasi dan bandar yang ada di
Desa Pasir Langu menjual paprika ke pasar induk di Bandung dan Jakarta,
serta packaging house di sekitar Lembang. Transaksi jual beli paprika
untuk di pasar domestik sangat sederhana. Para pelanggan akan menelpon
koperasi atau bandar kemudian koperasi atau bandar tersebut mengantar
paprika ke tempat pembeli. Koperasi atau bandar di Desa Pasir Langu
bisanya sudah memiliki pelanggannya masing-masing. Tidak ada
perjanjian tertulis diantara koperasi dengan pelanggan, yang ada hanya
kepercayaan antara penjual dan pembeli.
c. Pemangku Kepentingan
Pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok paprika atau pemangku
kepentingan pada dasarnya termasuk ke dalam anggota rantai pasokan baik
secara langsung ataupun secara tidak langsung. Pemangku kepentingan
yang berperan dalam rantai pasok paprika yaitu pemasok bibit dan sarana
produksi, petani, koperasi dan bandar, pemasok hotel dan restoran,
pemasok supermarket, dan eksportir. Ada dua pemasok bibit dan sarana
produksi yang besar yaitu PT Joro dan Buana Tani, sedangkan untuk
jumlah petani berkisar antara 130 petani, lima bandar besar (Koperasi, PD
Sampurna Jaya, Dewa Paprika, Ermis, dan Jejen Paprika) untuk pemasok
hotel dan restoran 20 packaging house, 10 packaging house pemasok
supermarket dan ada dua eksportir (Emeralindo dan Amazing Farm)
Masing-masing pemangku kepentingan tersebut memiliki peran
masing-masing dalam sub sistem rantai pasok, yaitu sub sistem produksi,
pasca panen, distribusi, dan pemasaran. Hanya saja masing-masing dari
sub sistem tersebut belum terkoordinasi dengan baik. Oleh karena itu,
diperlukan koordinasi secara intensif yang melibatkan seluruh pemangku
kepentingan rantai pasok paprika agar permasalahan yang ada pada
masing-masing pemangku kepentingan dapat didiskusikan dan dicarikan
solusi bersama.
38
3. Kemitraan
Kemitraan terjalin pada petani yang membentuk kelompok-
kelompok tani dalam koperasi atau bandar-bandar di Desa Pasir Langu.
Kemitraan juga terjalin antara bandar dan koperasi dengan eksportir.
Petani di Desa Pasir Langu dikelompokkan dalam dua kelompok besar,
yaitu kelompok petani anggota Koperasi Mitra Sukamaju dan petani non
anggota koperasi. Petani yang bermitra atau menjadi anggota koperasi
akan memperoleh beberapa keuntungan diantaranya mendapatkan sarana
produksi berupa nutrisi atau pupuk dari koperasi dan dapat dibayar pada
saat panen. Petani juga akan banyak mendapatkan pelatihan mengenai
pengendalian hama terpadu (PHT) dari Balitsa secara berkala. Petani
anggota koperasi akan menjual paprikanya kepada koperasi dengan harga
yang ditentukan dari koperasi. Pemanenan dan jenis paprika yang dipanen
juga di tentukan oleh koperasi. Biasanya petani anggota koperasi
mendapatkan harga lebih tinggi daripada petani non anggota koperasi.
Petani non anggota koperasi sebagian besar bergabung dengan
bandar-bandar besar yang ada di Desa Pasir Langu dan membentuk
kelompok tani. Petani non anggota koperasi ini lebih bebas dalam
menanam jenis paprika dan kapan memanennya karena tidak diatur oleh
bandar. Petani biasanya menanam paprika sesuai dengan trend pasar yang
bagus. Petani juga memperoleh pinjaman bibit di awal masa tanam, dan
dapat mengambil pestisida serta pupuk ke bandar kemudian membayarnya
pada saat panen, tetapi petani harus menjual seluruh hasil panennya
kepada bandar yang bersangkutan dengan harga yang telah di tetapkan
oleh bandar.
Koperasi dan beberapa bandar besar di desa Pasir Langu juga
menjalin hubungan kemitraan yang baik dengan dua eksportir paprika,
yaitu Emeralindo dan Amazing Farm. Koperasi dan bandar menjadi mitra
beli bagi perusahaan eksportir. Pada awal kerjasama perusahaan
Emeralindo melakukan pembinaan kepada petani mengenai cara bercocok
tanam yang baik dan membuka klinik konsultasi gratis bagi petani yang
mengalami masalah. Sejak tahun 2004, program tersebut dihentikan karena
39
kemampuan petani dalam budidaya paprika sudah baik. Saat ini, masing-
masing perusahaan eksportir menempatkan satu orang perwakilan di Desa
Pasir Langu untuk mengawasi produksi dan kualitas paprika yang
dihasilkan petani serta memastikan kelancaran pasokan ke perusahaannya.
4.2.3. Sasaran Rantai Pasokan
1. Sasaran Pasar
Paprika yang dihasilkan petani paprika di Desa Pasir Langu dapat
digolongkan menjadi empat tingkatan kualitas yaitu grade A, B, C dan
TO. Masing-masing tingkatan kualitas ini memiliki sasaran pasar yang
berbeda-beda. Pangsa pasar grade A adalah Singapura. Selain untuk
keperluan ekspor, paprika kualitas A juga di jual di pasar swalayan
terkemuka di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Paprika kualitas B dikirim ke packaging house di sekitar Lembang
yang nantinya akan di distribusikan ke pasar swalayan, hotel dan restauran.
Konsumen hotel dan restauran biasanya mempunyai pemasok tetap yang
terikat dalam perjanjian kerja sama diantara mereka.
Paprika dengan grade C dan TO biasanya langsung dikirim ke
pasar tradisional yang berada di sekitar Jakarta, Bogor, Tangerang Bekasi
(Jabotabek) dan Bandung. Paprika dengan grade C masih banyak diminati
oleh konsumen walaupun bentuknya sudah tidak sempurna tetapi harganya
sangat terjangkau. Sedangkan paprika kualitas TO bisanya merupakan
paprika sisa panen atau paprika yang terkena penyakit sehingga tidak bisa
tumbuh sempurna. Paprika dengan kualitas TO biasanya dijual dengan
harga yang sangat rendah.
2. Sasaran Pengembangan
Permintaan paprika ke petani di Desa Pasir Langu mengalami
perkembangan yang cukup pesat, terutama setelah tahun 2000. Permintaan
ekspor ke Singapura dari Emeralindo mencapai 40 ton per bulan tetapi
sampai saat ini yang terpenuhi baru sekitar 20 ton per bulan. Sedangkan
untuk permintaan pasar dalam negeri mencapai 30 ton per bulan
Salah satu produsen utama paprika dari petani di Desa Pasir Langu
adalah Koperasi Mitra Sukamaju. Nilai penjualan paprika dari Koperasi
40
Mitra Sukamaju mengalami kenaikan rata-rata 11 persen pada periode
2004-2008 (lihat Tabel 7). Sampai saat ini Koperasi Mitra Sukamaju terus
meningkatkan produksi paprika anggotanya guna memenuhi permintaan
paprika yang terus meningkat.
Tabel 7. Nilai penjualan paprika Koperasi Mitra Sukamaju
Tahun Nilai penjualan (Jutaan Rupiah)
2004 1.876 2005 1.949 2006 2.327 2007 2.708
Koperasi Mitra Sukamaju menambah produksi paprikanya dengan
cara bekerjasama dengan para petani di Garut. Saat ini ada beberapa petani
dari Garut yang belajar budidaya paprika dari kebun-kebun milik anggota
koperasi. Produksi paprika petani Garut juga disalurkan melalui Koperasi
Mitra Sukamaju. Selain itu para petani juga terus mendapat pelatihan
mengenai pengendalian hama terpadu dari Balitsa dengan tujuan untuk
meningkatkan produktivitas petani.
Trend peningkatan permintaan terhadap paprika, harus diantisipasi
dengan meningkatkan kapasitas produksi. Petani harus mampu
mengimbangi permintaan tersebut agar konsumen tidak beralih ke
produsen lain. Saat ini saingan produsen paprika di Indonesia adalah
Belanda. Sasaran pengembangan utama adalah dengan memperluas area
produksi paprika dan menambah sentra-sentra produksi paprika yang baru.
Hal yang diperlukan adalah dukungan modal dan regulasi pemerintah
untuk mewujudkan hal di atas.
3. Pengembangan Kemitraan
Kemitraan yang sudah terjalin adalah antara petani dengan koperasi
dan kelompok tani dengan bandar-bandar. Selain itu terjalin juga
kemitraan antara koperasi dan bandar dengan perusahaan eksportir.
Kemitraan yang terjalin saat ini adalah mitra beli, dimana perusahaan
hanya membeli hasil dari petani tanpa membantu proses budidaya. Melihat
permintaan paprika yang terus meningkat dan potensi pasar maka perlu
dijalin kemitraan yang baik antara semua anggota rantai pasok. Kemitraan
41
yang baik akan menjamin kelancaran pasokan paprika, sehingga mampu
memenuhi permintaan pelanggan dalam sekala yang lebih luas.
4.2.4 Manajemen Rantai Pasokan
1. Struktur manajemen
Pada rantai pasokan paprika petani Desa Pasir Langu, anggota
rantai pasok mulai dari petani, koperasi dan bandar belum menggunakan
sistem manajemen yang baik. Petani bertindak sebagai produsen yang
menanam dan membudidayakan paprika. Koperasi dan bandar membeli
hasil panen paprika dari petani, melakukan proses sortasi, grading dan
pengemasan kemudian menjualnya ke konsumen. Kegiatan ini berjalan
secara alami tanpa ada strategi khusus.
2. Pemilihan Mitra
Beberapa persyaratan yang diperlukan untuk menjadi mitra dalam
rantai pasok, misalnya pada pemilihan agen penjualan, persyaratan yang
diperlukan adalah memiliki kinerja penjualan yang baik dan mampu
mengatur keuangannya dengan baik. Pada pemilihan petani sebagai mitra
tani sebaiknya memiliki tanggung jawab dalam menjalankan kontrak
kerjasama dan mampu mamproduksi produk sesuai dengan yang
diinginkan. Kriteria pemilihan mitra dijelaskan dalam Tabel 8.
Tabel 8. Kriteria pemilihan mitra Petani Perusahaan 1. Memproduksi produk sesuai dengan
kualitas yang dinginkan 2. Mampu mengirim produk tepat waktu 3. Sanggup mensuplai secara kontinu 4. Sanggup bertangung jawab dan
memenuhi kontrak kerjasama
1. Memproduksi produk yang berkualitas
2. Mampu mengirim produk tepat waktu
3. Sanggup mensuplai secara kontinu 4. Sanggup menerima penolakan 5. Memiliki sistem pemesanan yang
efektif
Agen Ritel 1. Memilikai reputasi yang baik 2. Mimiliki data keuangan yang baik 3. Memiliki kinerja penjualan yang baik 4. Memiliki fasilitas yang memadai 5. Memiliki metode pemasaran yang
baik
1. Memiliki reputasi yang baik 2. Memiliki kinerja penjualan yang
baik 3. Memiliki fasilitas penjualan yang
baik 4. Terletak dilokasi strategis
42
Tidak semua kriteria pemilihan mitra digunakan sebagai
pertimbangan untuk menjalin kerjasama. Sebagian besar hanya memenuhi
satu atau dua kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan
mitra belum menguntungkan semua pihak, seperti beberapa kasus
penipuan yang dihadapi koperasi atau tunggakan pembayaran yang
dihadapi para bandar. Menurut ketua Koperasi Mitra Sukamaju hal ini
tetap dijalankan karena jika terlalu ketat dalam pemilihan mitra maka
semakin susah untuk menjalin kerjasama karena sedikit yang memenuhi
kriteria tersebut.
Kriteria yang dipakai dalam pemilihan petani adalah petani yang
mampu memproduksi paprika sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan
sanggup memasok secara kontinu. Sedangkan untuk pemilihan agen dan
ritel, kriteria yang dipakai adalah memiliki reputasi yang baik.
3. Kesepakatan Kontraktual
Sampai saat ini belum ada kesepakatan kontraktual tertulis yang
dibuat di dalam rantai pasokan paprika di Desa Pasir Langu. Kesepakatan
yang terjadi biasanya berupa kesepakatan jual beli yang didasarkan atas
dasar kepercayaan. Sebenarnya kesepakatan kontraktual tertulis pernah
diterapkan oleh beberapa perusahaan seperti Saung Mirwan, PT. Momenta
dan PT. Alamanda. Kesepakatan yang diatur mengenai kualitas produksi,
volume produksi, harga, waktu pengiriman, dan produk yang ditolak.
Tetapi pada kenyataannya, kesepakatan kontraktual tersebut tidak berjalan
sebagaimana mestinya, hanya bagian-bagian tertentu saja yang dipatuhi
seperti harga dan kualitas produk. Menurut kepala Saung Mirwan cabang
Lembang, hal ini terjadi karena dalam budidaya pertanian banyak hal-hal
yang di luar prediksi. Jika perusahaan terlalu mengekang dengan kontrak
yang dibuat, maka produsen dapat lari ke perusahaan lain, mengingat
produsen paprika masih sedikit sedangkan permintaannya cukup tinggi.
Sebenarnya kesepakatan kontraktual dibuat untuk melindungi
semua pihak dalam anggota rantai pasokan. Adanya kesepakatan
kontraktual yang dibuat antar anggota rantai pasok menandakan bahwa
terdapat keterbatasan pada masing-masing anggota rantai tersebut. Tujuan
43
dibuatnya kesepakatan tersebut adalah untuk mengembangkan kerjasama
agar kedua belah pihak mendapatkan keuntungan dan saling menutupi
keterbatasan masing-masing. Kesepakatan kontraktual umumnya dibuat
untuk tujuan kerjasama jangka panjang. Dengan terbangunnya kerjasama
atau kemitraan, diharapkan semua anggota rantai pasokan dapat
mengoptimalisasikan penggunaan sumberdayanya untuk mencapai
keuntungan yang maksimal dan meminimumkan risiko yang mungkin
terjadi.
4. Sistem Transaksi
Sistem transaksi yang diterapkan pada rantai pasokan paprika
beragam, tergantung pada pelaku transaksi tersebut. Sistem cash and carry
digunakan petani yang menjual hasil panennya kepada bandar paprika,
yaitu bandar akan membayar langsung paprika sesuai dengan harga yang
telah ditetapkan. Sedangkan petani yang menjual hasil panennya kepada
koperasi, maka pembayaran dilakukan setiap sepuluh hari sekali, dengan
harga rata-rata yang telah ditetapkan oleh koperasi.
Transaksi pembayaran antara koperasi dan bandar dengan
packaging house (pemasok supermarket, hotel dan restauran) dilakukan
setelah satu kali kirim, tetapi untuk pelanggan baru biasanya dilakukan
pembayaran langsung saat barang dikirim. Pengiriman dilakukan sesuai
pesanan, yang biasanya dilakukan tiga kali dalam seminggu. Lain halnya
dengan transaksi yang terjadi antara koperasi dan bandar dengan eksportir.
Pihak eksportir biasanya akan membayar setiap akhir bulan, pada minggu
keempat.
Pemesanan paprika biasanya dilakukan dengan telepon bagi
pelanggan yang sudah lama bekerja sama. Sedangkan pembeli baru,
biasanya pembeli mendatangi koperasi atau bandar untuk memesan dan
langsung membayar saat itu juga. Untuk eksportir, biasanya perusahaan
yang bersangkutan menempatkan satu orang yang bertugas mengurus
pemesanan dan pengawasan kualitas barang yang dikirim.
44
5. Dukungan Kebijakan Pemerintah
Pemerintah daerah Propinsi Jawa Barat sebagai pihak yang
berwenang dalam mengambil kebijakan telah memutuskan beberapa
peraturan yang mengatur agribisnis. Peraturan-peraturan tersebut meliputi
kebijakan perbenihan dan budidaya pertanian, kebijakan investasi pada
sektor agribisnis dan kebijakan peredaran dan perdagangan tumbuhan dan
bibit. Secara umum kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut tidak
memberatkan atau tidak menghambat justru membantu dalam pelaksanaan
perdagangan paprika agar berjalan lancar dan tertib.
Selama ini masalah permodalan masih menjadi persoalan bagi
petani paprika. Pemerintah diharapkan dapat mengeluarkan kebijakan yang
mampu mendorong sektor perbankan mengucurkan dananya kepada
petani. Saat ini baru ada beberapa kebijakan pemerintah pusat yang
mendukung petani, seperti program kredit usaha rakyat (KUR). Tetapi
program tersebut masih kurang bisa membantu petani paprika yang
membutuhkan modal besar dalam budidaya paprika.
4.2.5. Sumber Daya Rantai Pasokan
1. Fisik
Sumber daya fisik rantai pasokan paprika meliputi, lahan pertanian
dataran tinggi, kondisi jalan transportasi, dan infrastruktur lainnya seperti
stasiun, bandara, dan sarana dan parasarana pengangkutan. Lahan paprika
di Indonesia berkisar 47,5 hektar yang tersebar di Kabupaten Bandung,
Cianjur, Bogor, Garut, Wonosobo, Malang, Bali dan Nusa Tenggara Barat.
Lahan paprika ini tergolong sangat sempit, dibandingkan dengan lahan
sayuran dataran tinggi yang lain. Lahan paprika di Desa Pasir Langu,
kecamatan Cisarua, Bandung seluas 24 hektar atau lebih dari separuh
lahan paprika di Indonesia.
Sumber daya fisik yang perlu mendapat perhatian adalah kondisi
jalan transportasi. Desa Pasir Langu terletak 34 kilo meter dari ibukota
Kabupaten Bandung. Kondisi jalan yang menghubungkan Desa Pasir
Langu dengan daerah-daerah di sekitarnya tergolong rusak dan berlubang
serta sempit yang mengakibatkan kelancaran distribusi paprika terganggu.
45
Untuk sumberdaya fisik yang lain pada rantai pasokan paprika seperti
saluran air dan armada angkutan di Desa Pasir Langu sudah cukup baik.
Saluran air dibangun menggunakan pipa besi, sehingga kokoh dan tahan
lama. Sumber air di Desa Pasir Langu berasal dari sumur Bandung di
daerah Lembang, yang dapat mengalir sepanjang tahun. Armada angkutan
yang digunakan untuk mengangkut paprika adalah truk dan mobil pick up.
2. Teknologi
Penerapan teknologi yang tepat sangat penting untuk mendapatkan
produk paprika yang berkualitas. Teknologi penyiraman dan pengendalian
hama adalah teknologi yang sangat mempengaruhi kualitas paprika yang
dipanen. Beberapa petani menggunakan penyiraman otomatis dengan
sistem irigasi tetes. Sistem penyiraman ini merupakan sistem paling tepat
karena petani dapat memberikan nutrisi kepada tanaman sesuai
kebutuhannya. Teknologi pengendalian hama banyak diadopsi dari
Belanda, seperti penggunaan kertas penangkap serangga, penggunaan
musuh alami dari hama paprika dan cara-cara lainnya.
Namun demikian, tidak semua petani menerapkan teknologi yang
sama, sehingga kualitas paprika yang dihasilkan pun tidak sama. Banyak
petani masih menggunakan teknologi konvensional dalam budidaya
paprika. Keterbatasan modal yang dimiliki serta keterbatasan pengetahuan
mengenai teknologi tanam merupakan faktor yang menyebabkan petani
tidak dapat menggunakan teknologi yang tepat.
Upaya peningkatan mutu paprika dari petanisudah dilakukan
melalui transfer informasi teknologi oleh koperasi dan Balitsa. Balitsa
secara berkala memberikan pelatihan-pelatihan kepada petani mengenai
teknik budidaya yang baik serta teknologi pengendalian hama yang aman
dan efektif.
3. Petani
Sumber daya yang terlibat dalam agribisnis paprika jumlahnya
cukup banyak. Petani yang terdapat di Desa Pasir Langu mencapai sekitar
130 petani. Setiap petani memiliki beberapa green house, dan setiap green
house mempekerjakan sedikitnya dua orang. Selain itu terdapat beberapa
46
bandar besar yang mempekerjakan 10-15 orang dan koperasi yang
mempekerjakan 11 orang karyawan. Dengan demikian, pengembangan
usaha agribisnis paprika berdampak positif terhadap penduduk di sekitar
sentra produksi karena dapat menyerap tenaga kerja.
Selain itu, pengembangan sektor agribisinis di sentra paprika Desa
Pasir Langu diharapkan mampu memberikan contoh (role model) bagi
sistem usaha agribisnis yang lain. Petani juga didorong untuk berinisiatif
untuk mengembangkan budidaya paprika secara intensif dan lebih maju
untuk meningkatkan kondisi perekonomiannya.
D. Permodalan
Budidaya paprika merupakan usaha agribisnis yang memerlukan
banyak modal. Modal yang diperlukan untuk budidaya paprika berkisar
antara 30-250 juta, tergantung berapa jumlah pohon paprika yang ditanam.
Petani memerlukan dana 25-30 juta untuk menanam 1.000 pohon paprika.
Pembiayaan, khususnya di sektor pertanian masih cukup sulit. Pihak
perbankan menilai sektor pertanian merupakan sektor yang berisiko tinggi
(high risk). Selain itu dilihat dari aspek kelayakan usaha (kondisi fisik,
sarana produksi dan penjualan) juga masih banyak yang bermasalah.
Risiko keterlambatan pengembalian dan kredit macet merupakan faktor
utama perbankan dan lembaga keuangan lainnya sulit untuk menyalurkan
kredit kepada sektor pertanian.
4.2.6. Proses Bisnis Rantai Pasokan
1. Pola Distribusi
Pola distribusi yang dibangun oleh anggota rantai pasokan
memiliki pola yang berbeda. Pola tersebut dibangun berdasarkan
kemudahan aplikasi di lapangan dan upaya untuk menghemat biaya.
Menurut Chopra dan Meindl (2004) ada enam pola jaringan distribusi yang
berbeda untuk memindahkan produk dari produsen ke konsumen, yaitu:
� Manufacturer storage with direct shiping, yaitu produk dikirim secra
langsung dari produsen ke konsumen akhir tanpa melalui perantara
ritel.
47
� Manufacturer storage with direct shiping and in-transit merge, yaitu
produk dikirim ke konsumen akhir dengan sebelumnya disimpan di
gudang transit.
� Distributor storage with package carrier delivery, yaitu produk
dikirim ke konsumen akhir melalui jasa kurir atau perusahaan
ekspedisi. Persediaan disimpan di gudang distributor atau ritel sebagai
perantara.
� Distributor storage with last mile delivery, seperti pada pola distribusi
sebelumnya namun pihak ekspedisi memiliki tempat penyimpanan
yang menyebar dan berdekatan dengan lokasi konsumen (hanya
beberapa mil)
� Manufacture/distributor storage with customer pickup, yaitu produk
dikirim ke lokasi penjemputan sesuai dengan yang diinginkan
konsumen.
� Retail storage with costumer pickup, yaitu stok disimpan secara lokal
di toko-toko retail. Konsumen dapat memesan produk dengan
menelpon atau mendatangi secara langsung toko-toko ritail.
Pola distribusi yang terjadi di sentra produksi paprika di Desa Pasir
Langu tidak sepenuhnya sama dengan pola-pola ditribusi di atas, tetapi
secara umum pola distributor storage with package carrier delivery lebih
banyak dipakai. Paprika yang dihasilkan umumnya disimpan di gudang
distributor atau ritailer di daerah Lembang sebelum sampai ke konsumen
akhir. Ilustrasi distribusi paprika di sentra paprika Desa Pasir Langu
dijelaskan dalam Gambar 8.
48
Gambar 8. Pola distribusi paprika di Desa Pasir Langu
Petani paprika akan menjual hasil panennya kepada koperasi atau
bandar paprika. Selanjutnya paprika tersebut disimpan dalam gudang milik
koperasi atau bandar. Paprika akan disortir sesuai dengan tingkatan
kualitas yang telah ditetapkan dan dikirim ke pedagang pemasok
hotel/restoran dan pemasok supermarket. Sedangkan ekportir akan
mengambil sendiri paprika yang dipesannya dengan menggunakan mobil
truk yang memiliki pendingin (cool truck). Paprika dikirim ke pasar
swalayan atau ke negara tujuan ekspor dengan menggunakan jasa
ekspedisi.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam distribusi paprika
adalah masalah biaya (efisiensi) dan daya tahan produk yang pendek
(perishable product). Setelah paprika dipanen maka hanya tersisa 5-14
hari (tergantung cara penyimpanan) untuk memasarkannya mulai dari
produsen sampai ke konsumen. Peran distributor sangat penting untuk
dapat mendistribusikan paprika dengan efisien dan kualitas baik dalam
waktu yang relatif singkat.
Pasar Tradisional
Super Market Negara Tujuan
Hotel/Restoran
Pedagang Pemasok hotel/
Restoran
Pemasok Supermarket
Eksportir
Petani Anggota
Koperasi
Petani Non Anggota
Bandar
49
2. Pendukung Anggota Rantai
Faktor-faktor pendukung anggota rantai yaitu pelatihan, dan
dukungan kredit. Masing-masing faktor dijelaskan sebagai berikut :
a. Pelatihan
Salah satu dukungan yang diberikan kepada petani adalah
pemberian pelatihan-pelatihan yang bersifat softskill dan hardskill. Melalui
kelompok tani, petani diberikan pelatihan teknik budidaya paprika yang
baik, pengendalian hama terrpadu, dan pelatihan rantai pasokan. Melalui
pelatihan-pelatihan tersebut diharapkan petani dapat meningkatkan
kinerjanya, baik itu mutu produk maupun kuantitasnya. Sedangkan
pelatihan yang diberikan kepada pelaku usaha paprika berupa pelatihan
ekspor-impor, dan pelatihan rantai pasokan. Pelatihan ini dilakukan secara
berkala oleh Balitsa yang bekerja sama dengan LSM dari Belanda. Melalui
pelatihan tersebut, pelaku usaha diharapkan mampu menjadi motor
penggerak dalam peningkatan penjualan paprika ke luar negeri.
b. Dukungan Pembiayaan
Sampai saat ini kredit yang disalurkan langsung pemerintah kepada
petani masih sedikit. Begitu juga dukungan kredit dari satu anggota kepada
anggota rantai pasok yang lain. Petani merasa sulit mencari modal karena
persoalan birokrasi yang rumit dalam peminjaman ke perbankan. Petani
belum optimal dalam memanfaatkan kesempatan pinjaman modal ke
perbankan melalui program kredit usaha rakyat (KUR) yang dirancang
pemerintah untuk membantu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Mengatasi hal tersebut, koperasi Mitra Sukamaju bekerjasama
dengan Bank Jabar mengajukan pembiayaan untuk petani terutama
anggota koperasi. Selain mengajukan kredit, koperasi bekerjasama dengan
Balitsa dan LSM dari Belanda mengadakan pelatihan pengelolaan
keuangan dan tatacara peminjaman ke bank. Program tersebut belum
berhasil karena birokrasi yang rumit, beban bunga yang tinggi serta
persepsi melakukan pinjaman ke bank merupakan hal yang merugikan.
50
3. Perencanaan Kolaboratif
Perencanaan kolaboratif berarti terdapat kerjasama, kesatuan, dan
penyelarasan informasi antara satu anggota rantai dengan anggota rantai
yang lain dalam melakukan rantai pasok. Perencanaan tersebut meliputi
pertanyaan yang menjawab berapa volume dan jenis paprika yang harus
diproduksi dan berapa harga yang harus dijual. Sebelum tahun 2006,
perencanaan kolaboratif dilakukan secara rapi oleh Asosiasi Petani Paprika
(Asperika). Tetapi kemudian Asperika dibubarkan karena sebagian besar
anggota Asperika tidak mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati,
sehingga kinerja Asperika dirasa kurang berguna.
4. Penelitian Kolaboratif
Selain memberikan pelatihan kepada petani pemerintah juga
mendukung pertanian paprika dengan melakuakan penelitian-penelitian
untuk meningkatkan produktifitas dan pengendalian hama. Melalui
Balitsa, pengendalian hama dan teknik budidaya paprika yang baik
ditemukan. Selain Balitsa, BPPT juga melakukan penelitian untuk
menghasilkan teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan petani.
Namun, penelitian yang dilakukan belum dapat menghasilkan benih
paprika unggulan, sehingga benih paprika masih di impor dari Belanda.
5. Jaminan Identitas Merek
Paprika yang diproduksi dan dijual petani tidak diberi merek.
Setelah masa panen, petani langsung memasarkan bunganya ke bandar,
koperasi atau langsung menjualnya ke pasar. Koperasi ataupun bandar juga
tidak melakukan pemberian merek. Pemberian merek dilakukan oleh
packaging house atau eksportir. Hal ini menyebabkan konsumen
mengalami kesulitan dalam mencari sumber informasi produsen atau dari
mana paprika dihasilkan.
Paprika yang diekspor harus menyertakan merek atau label
identitas perusahaan. Jika terdapat klaim dari pembeli, maka melalui
identitas tersebut dapat diketahui perusahaan mana yang harus
bertanggung jawab. Jika terdapat ketidak sesuaian dengan pesanan maka
pembeli dapat menolak paprika yang diterima untuk dikembalikan ke
51
perusahaan eksportir. Namun, pada umumnya pengembalian paprika
jarang terjadi karena dapat menambah biaya pengembalian, sehingga
alternatif potong harga lebih disukai oleh kedua belah pihak.
6. Proses Trust-Building
Proses trust building merupakan proses menumbuhkan saling
kepercayaan antara anggota rantai pasokan. Hal tersebut dapat menjalin
kerjasama yang baik untuk mewujudkan hubungan rantai pasok yang
lancar dan harmonis. Salah satu wujud kekuatan suatu rantai pasok
ditandai dengan kepercayaan yang kuat diantara anggota rantai. Hubungan
kepercayaan yang lemah dapat menyebabkan keengganan untuk menjalin
kerjasama sehingga transfer informasi menjadi terhambat. Adanya aspek
ketidakpercayaan menyebabkan salah satu pihak dalam rantai pasokan
berusaha untuk mendapatkan keuntungannya sendiri.
Proses trust building di dalam rantai pasokan paprika di Desa Pasir
Langu sudah berjalan dengan baik. Antara petani, koperasi, bandar,
packaging house dan eksportir dapat bekerjasama dengan baik tanpa
adanya kesepakatan kontraktual yang mengikat diantara mereka.
Kepercayaan yang terbangun di antara anggota rantai pasok paprika
adalah competence trust. Competence trust yaitu kepercayaan dari masing-
masing pihak dalam menjalankan kerja sama. Kepercayaan ini terbangun
setelah pihak yang bekerjasama tersebut telah mengenal cukup lama
terhadap kompetensinya masing-masing. Tingkatan kepercayaan yang
paling baik adalah good will trust yaitu kepercayaan yang dilandasi iktikad
baik. Masing-masing pihak yang bekerjasama berfikir positif dan berusaha
memikirkan untuk mencapai kemajuan bersama. Dalam menerapkan good
will trust diperlukan niat yang baik dilandasi moral baik.
4.3. Analisis Nilai Tambah
Konsep nilai tambah adalah suatu peningkatan nilai yang terjadi
karena adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Input ini
yang menyebabkan terjadinya nilai tambah dari suatu komoditas. Nilai
tambah yang terjadi pada produk tersebut dapat dihasilkan melalui
peningkatan nilai proses atau melalui peningkatan nilai harga. Nilai
52
tambah setiap anggota rantai pasok paprika ini berbeda-beda, mulai dari
tingkat petani hingga retailer. Penelitian difokuskan untuk mengukur nilai
tambah pada petani, koperasi dan bandar.
4.3.1. Analisis Nilai Tambah Petani
Pada dasarnya setiap petani memiliki tingkat produktivitas yang
hampir sama. Kesamaan tingkat produktivitas petani terjadi karena
kesamaan dalam penggunaan teknologi, sarana produksi, dan teknik
budidaya. Sedangkan faktor yang membedakan antara satu petani dan petani
lainnya adalah harga beli ke tingkat petani yang dilakukan oleh koperasi dan
bandar. Analisis nilai tambah pada petani akan dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok petani anggota Koperasi Mitra Sukamaju dan
petani non anggota Koperasi Mitra Suka Maju, sedangkan untuk rentang
waktunya dilakukan selama satu masa tanam yaitu selama delapan bulan.
Perbedaan mendasar antara petani anggota Koperasi Mitra Sukamaju
dengan petani non anggota adalah pada penjualan hasil panen. Petani
anggota koperasi harus menjual seluruh hasil panennya kepada koperasi,
sedangkan petani non anggota koperasi bebas menjual hasil panennya ke
siapa saja. Petani anggota koperasi dapat memperoleh sarana produksi,
berupa pupuk atau nutrisi dengan mengambil dari koperasi, sedangkan
pembayarannya dilakukan saat panen. Petani non anggota koperasi biasanya
bergabung dengan salah satu bandar besar yang ada di Desa Pasir langu.
Mereka dapat memperoleh sarana produksi yang lebih lengkap dari bandar,
yaitu berupa bibit, pupuk, dan pestisida serta modal di awal masa tanam.
Persyaratannya adalah harus menjual hasil panennya kepada bandar yang
bersangkutan dengan harga yang telah ditetapkan oleh bandar.
Perhitungan nilai tambah untuk petani anggota Koperasi Mitra
Sukamaju di jelaskan dalam Tabel 9. Perhitungan secara rinci nilai tambah
petani anggota koperasi ada pada Lampiran 3.
53
Tabel 9. Perhitungan nilai tambah untuk petani anggota koperasi No Variabel output, input dan harga Nilai 1. Output (kg/periode) 10.000 2. Input bahan baku (kg/periode) 0,04 3. Tenaga kerja langsung (HOK/ periode) 200 4. Faktor konversi 250.000 5. Konversi tenaga kerja (HOK/Kg) 5.000 6. Harga produk (Rp/Kg) 8.244 7. Upah tenaga kerja (Rp/Jam) 26.000 Variabel penerimaan dan keuangan
8. Harga input bahan baku (Rp/kg) 160.000.000 9. Sumbangan input lainnya (Rp/kg) 1.036.025.000 10. Nilai produk (Rp) 2.061.000.000 11. a. Nilai Tambah (Rp) 864.975.000 b. Rasio nilai tambah (%) 42 % 12. a. Pendapatan tenaga kerja 130.000.000 b. Pangsa tenaga kerja (%) 15 % 13. a. Keuntungan 734.975.000 b. Persentase keuntungan (%) 35%
Sedangkan perhitungan nilai tambah petani non anggota koperasi
dijelaskan dalam Tabel 10. Perhitungan rinci dapat dilihat dalam
Lampiran 4.
Tabel 10. Perhitungan nilai tambah untuk petani non anggota koperasi No Variabel output, input dan harga Nilai 1. Output (kg/periode) 10.000 2. Input bahan baku (benih/periode) 0,04 3. Tenaga kerja langsung (HOK/ hari) 200 4. Faktor konversi 250.000 5. Konversi tenaga kerja (HOK/kg) 5.000 6. Harga produk (Rp/kg) 7000 7. Upah tenaga kerja (Rp/Jam) 24.000 Variabel penerimaan dan keuangan
8. Harga input bahan baku (Rp) 160.000.000 9. Sumbangan input lainnya (Rp) 1.036.025.00 10. Nilai produk (Rp) 1.750.000.00 11. a. Nilai Tambah (Rp) 553.975.000 b. Rasio nilai tambah (%) 31% 12. a. Pendapatan tenaga kerja 120.000.000 b. Pangsa tenaga kerja (%) 21 % 13. a. Keuntungan 433.975.000 b. Persentase keuntungan (%) 24%
Dari perhitungan nilai tambah tersebut dapat diketahui bahwa petani
anggota koperasi memperoleh rasio nilai yang lebih tinggi dibandingkan
dengan petani non anggota koperasi. Rasio nilai tambah petani anggota
koperasi yaitu 42 persen sementara rasio nilai tambah untuk petani non
anggota koperasi yaitu sebesar 31 persen. Artinya selama proses budidaya
untuk setiap 100 rupiah dari nilai output yang dihasilkan terdapat nilai
54
tambah produk sebesar 42 rupiah untuk paprika yang dihasilkan petani
anggota koperasi dan 31 rupiah untuk paprika yang dihasilkan petani non
anggota koperasi. Sedangkan keuntungan yang diperoleh petani masih lebih
rendah dari nilai tambah yang dihasilkan. Tingkat keuntungan petani
anggota koperasi adalah 35 persen. Hal ini berarti dari 100 rupiah nilai
output yang dihasilkan akan diperoleh keuntungan 35 rupiah. Sedangkan
tingkat keuntungan petani non anggota koperasi adalah 24 persen, artinya
dari 100 rupiah nilai output yang dihasilkan akan diperoleh keuntungan 24
rupiah.
4.3.2. Analisis Nilai Tambah Koperasi
Koperasi melakukan proses sortasi, grading dan pengemasan pada
paprika yang diterimanya dari petani anggota koperasi. Koperasi tidak
melakukan pengolahan lebih lanjut, sehingga nilai tambah yang dihasilkan
juga tidak terlalu tinggi. Harga input koperasi adalah harga yang dibayarkan
koperasi kepada petani, sedangkan harga output adalah harga yang diterima
koperasi dari pembeli. Selisih antar harga input dan output hanya berkisar
antara 15-20%, sehingga koperasi sangat menguntungkan petani. Hal ini
terjadi karena koperasi hanya mengambil komisi sebesar 15-20% dari harga
pasaran untuk setiapa jenis paprika. Perhitungan nilai tambah pada koperasi
Mitra Sukamaju dijelaskan dalam Tabel 11. Perhitungan secara rinci dapat
dilihat dalam lampiran 5.
Tabel 11. Perhitungan nilai tambah untuk Koperasi Mitra Sukamaju No Variabel output, input dan harga Nilai 1. Output (kg/ hari) 1.000 2. Input bahan baku (kg/ hari) 1.100 3. Tenaga kerja langsung (HOK/ hari) 6 4. Faktor konversi 0,9 5. Konversi tenaga kerja (HOK/kg) 0,005 6. Harga produk (Rp/kg) 9.699 7. Upah tenaga kerja (Rp/Hari) 38.000 Variabel penerimaan dan keuangan
8. Harga input bahan baku (Rp) 8.244 9. Sumbangan input lainnya (Rp) 25 10. Nilai produk (Rp) 8.729 11. a. Nilai Tambah (Rp) 460 b. Rasio nilai tambah (%) 5,3% 12. a. Pendapatan tenaga kerja 190 b. Pangsa tenaga kerja (%) 41,3% 13. a. Keuntungan 270 b. Persentase keuntungan (%) 3%
55
Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan bahwa nilai tambah yang
didapatkan koperasi yaitu 5,3 persen, hal ini berarti untuk setiap 100 rupiah
dari nilai output yang dihasilkan terdapat nilai tambah 5,3 rupiah.
Keuntungan yang diperoleh koperasi juga sangat rendah yaitu 3 persen, hal
ini berarti untuk setiap 100 rupiah dari nilai output yang dihasilkan
keuntungan yang diperoleh koperasi adalah 3 rupiah. Hal ini terjadi karena
koperasi memposisikan diri sebagai penyalur produk anggotanya, bukan
sebagai unit bisnis. Keuntungan yang diperoleh digunakan sebagai dana
operasional koperasi.
4.3.3 Analisis Nilai Tambah Bandar
Bandar paprika melakukan proses sortasi, grading, pengemasan dan
penjualan paprika seperti pada koperasi. Bandar paprika tidak melakukan
pengolahan lebih lanjut sehingga nilai tambah yang didapatkan tidak terlalu
besar. Tetapi bandar dapat menentukan harga dengan leluasa sehingga
keuntungan yang diperolehnya menjadi lebih besar. Bandar memperoleh
harga sedikit lebih tinggi dari harga rata-rata koperasi, karena bandar lebih
menekankan kepada anggotanya untuk menjual paprika yang harganya lebih
tinggi di pasar. Sedangkan harga input bandar jauh lebih rendah daripada
harga input koperasi. Harga input bandar lebih rendah karena bandar
membeli paprika dengan harga yang lebih murah kepada petani. Para petani
anggota bandar mau menerima harga yang lebih rendah daripada harga
petani anggota koperasi karena mereka mendapat pinjaman modal, bibit,
dan sarana produksi lannya dari bandar. Perhitungan nilai tambah bandar
ditunjukkan dalam Tabel 12. Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 5.
56
Tabel 12. Perhitungan nilai tambah untuk bandar No Variabel output, input dan harga Nilai 1. Output (kg/ hari) 1.000 2. Input bahan baku (kg/ hari) 1.080 3. Tenaga kerja langsung (HOK/ hari) 6 4. Faktor konversi 0,92 5. Konversi tenaga kerja (HOK/kg) 0,005 6. Harga produk (Rp/kg) 10.000 7. Upah tenaga kerja (Rp/Hari) 36.000 Variabel penerimaan dan keuangan
8. Harga input bahan baku (Rp) 7.000 9. Sumbangan input lainnya (Rp) 25 10. Nilai produk (Rp) 9.200 11. a. Nilai Tambah (Rp) 2.200 b. Rasio nilai tambah (%) 24% 12. a. Pendapatan tenaga kerja 180 b. Pangsa tenaga kerja (%) 8,2% 13. a. Keuntungan 2020 b. Persentase keuntungan (%) 23%
Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa nilai tambah yang
didapatkan oleh bandar yaitu 24 persen, hal ini berarti untuk setiap 100
rupiah dari nilai output yang dihasilkan terdapat nilai tambah 24 rupiah.
Sedangkan tingkat keuntungan yaitu 23 persen, hal ini berarti untuk setiap
100 rupiah dari nilai output yang dihasilkan keuntungan yang diperoleh
badar adalah 23 rupiah. Nilai ini jauh lebih besar daripada nilai tambah dan
keuntungan yang diperoleh koperasi. Bandar merupakan unit usaha yang
orientasinya keuntungan, berbeda dengan koperasi yang orientasinya adalah
mensejahterakan anggotanya.
4.4. Sistem Rantai Pasokan Paprika
Analisis rantai pasokan paprika pada sub bab sebelumnya
menunjukkan bahwa anggota rantai pasok terutama petani, koperasi dan
bandar masih belum menggunakan sistem manajemen yang baik. Sistem
pencatatan keuangan dan administrasi dilakukan dengan cara yang sangat
sederhana. Perencanaan kolaboratif mengenai kerjasama, penyelarasan
informasi antara satu anggota rantai pasok dengan anggota rantai pasok
yang lain juga tidak dilaksanakan, karena tidak ada lembaga khusus yang
menangani hal tersebut. Sistem transaksi yang dilakukan antar anggota
rantai pasok hanya berdasarkan kepercayaan tanpa ada kontrak dan
kesepakatan tertulis. Hal ini sering merugikan petani, terutama bandar dan
57
koperasi karena ada beberapa mitra yang tidak membayar paprika yang
mereka beli.
Berdasarkan hal diatas maka diperlukan sebuah sistem rantai
pasokan terintegrasi yang dapat mengatasi masalah-masalah tersebut. Sistem
rantai pasokan yang diusulkan dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Sistem rantai pasokan paprika
Sistem rantai pasokan diatas terdiri dari anggota anggota rantai pasok
primer dan anggota rantai pasok sekunder. Anggota rantai pasok primer
terdiri dari petani/ kelompok tani, koperasi dan bandar, retailer, packaging
house dan eksportir dan pedagang pasar tradisional. Sedangkan anggota rantai
pasok sekunder terdiri dari, pemasok input budidaya paprika, pemerintah,
Balitsa, Perbankan, perusahaan swasta, LSM dan perguruan tinggi. Masing-
masing anggota rantai pasokan memiliki peran yang berbeda. Pada rantai
pasokan ini, pemerintah berperan sebagai fasilitator yang bertujuan untuk
memastikan adanya pembagian keuntungan dan risiko yang adil pada setiap
anggota rantai pasokan. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan
menciptakan iklim usaha yang kondusif, melakukan bimbingan teknis dan
pemasaran kepada kelompok tani, serta membangun kemitraan strategis
dengan perusahaan swasta, perguruan tinggi dan perbankan.
Perguruan tinggi dan Balitsa berperan dalam melakukan penelitian
kolaboratif. Dari penelitian ini diharapkan diperoleh teknik budidaya yang
lebih baik, cara pemberantasan hama yang lebih aman bagi lingkungan, dan
Pemasok Input - Pestisida - Nutrisi - Benih - Media tanam
Petani/ Kelompok Tani
Koperasi Bandar
- Retailer - Packaging
house - Eksportir - Pasar
tradisional
Pemerintah Perbankan Balitsa
Perguruan Tinggi LSM Perusahaan swasta
Konsumen
58
menghasilkan benih paprika unggulan. Kemitraan dengan perbankan
diharapkan mampu mempermudah akses permodalan bagi petani dalam
jangka panjang. Perusahaan swasta diharapkan dapat membangun kemitraan
berupa mitra tani sehingga perusahaan juga bertanggung jawab terhadap
kelangsungan budidaya paprika yang dilakukan oleh petani. LSM berperan
dalam pendampingan petani dan memberikan pelatihan dalam hal distribusi
dan pemasaran. Dengan adanya hubungan kerjasama yang disepakati
berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling menguntungkan, dan adanya
penerapan etika bisnis yang baik maka sistem rantai pasokan yang terbangun
dapat menjadi solusi atas masalah yang dihadapi selama ini.
Keberhasilan suatu rantai pasokan tergantung dari sejauh mana
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya mampu menerapkan kunci sukses
(key success factor) yang mendasari setiap aktifitas di dalam perdagangan.
Kunci sukses tersebut merupakan praktek-praktek penting yang pabila
dijalankan dengan baik, dapat memperlancar aktivitas bisnis di sepanjang
rantai pasokan. Kunci sukses tersebut adalah ;
a. Trust Building
Kepercayaan yang terbangun diantara anggota rantai pasok mampu
mendukung kelancaran aktivitas rantai pasok, seperti kelancaran transaksi,
penjualan, distribusi produk, dan distribusi informasi pasar. Membangun
kepercayaan diantara pihak-pihak yang bekerjasama, dapat dilakukan
dengan membuat kesepakatan baik tertulis maupun tidak tertulis. Apabila
kesepakatan tersebut dijalankan dengan sebaik-baiknya, maka kepercayaan
tersebut dapat meningkat sehingga setiap anggota rantai pasokan dapat
menjalankan tanggung jawabnya masing-masing. Dengan demikian trust
building yang terbangun di dalam rantai pasokan dapat menciptakan rantai
pasokan yang kuat.
b. Koordinasi dan Kerjasama
Koordinasi diantara anggota rantai pasokan sangat penting untuk
mewujudkan kelancaran rantai pasokan. Koordinasi yang ada saat ini hanya
terbatas pada tiga hal yaitu, jenis, kuantitas pesanan dan harga tetapi belum
berkoordinasi dalam bentuk perencanaan. Koordinasi dalam bentuk
59
perencanaan memungkinkan terjadinya transparansi informasi pasar mulai
dari ritel ke produsen. Kerjasama diantara anggota rantai pasokan tersebut
haus diintensifkan agar koordinasi berjalan dengan baik.
c. Kemudahan Akses Pembiayaan
Akses pembiayaan yang mudah dan administrasi yang tidak berbelit-
belit memudahkan setiap anggota rantai pasokan dalam mengembangkan
usahanya. Akses pembiayaan yang mudah dapat terjadi jika ada koordinasi
dari semua unsur dan pelaku yang terkait dengan aspek pembiayaan, baik
secara langsung seperti penguatan permodalan maupun yang tidak langsung
seperti penjaminan kredit. Dengan kemudahan akses pembiayaan
diharapkan pertanian paprika dapat berkembang dengan baik, secara
kuantitas maupun kualitas.
d. Dukungan Pemerintah
Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator, dan motivator sangat
penting dalam mewujudkan iklim usaha yang kondusif. Distribusi informasi
pasar, pelatihan keuangan, pelatihan budidaya dan pengendalian hama
terpadu serta kebijakan yang mendukung perdagangan produk hortikultura
turut mendorong kemajuan agribisnis paprika. Dengan demikian, peran
pemerintah untuk mendorong berkembangnya agribisnis paprika dapat
mendorong daya saing rantai pasokannya.
60
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil perhitungan dengan MPE diperoleh tiga jenis sayuran unggulan
yaitu paprika (12.236,33), lettuce (9.967,33) dan brokoli (8.272). Paprika
memberikan marjin keuntungan yang besar dan potensi pasar domestik
maupun mancanegara. Oleh karena itu, paprika dipilih sebagai objek
penelitian. Lokasi penelitin yang dipilih adalah Desa Pasir Langu, Kecamatan
Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat karena merupakan sentra
paprika terbesar di Indonesia.
Anggota rantai pasok paprika di Desa Pasir Langu terdiri dari petani,
koperasi, bandar, pemasok hotel, restauran, dan swalayan, eksportir, dan
retailer. Sistem transaksi dan pemilihan mitra hanya berdasarkan pada
kepercayaan, tidak menggunakan kriteria standar dan sistem kontraktual
tertulis.
Analisis nilai tambah menunjukkan bahwa petani anggota koperasi
memperoleh nilai tambah lebih tinggi dibanding petani non anggota koperasi.
Rasio nilai tambah petani anggota koperasi yaitu 42 persen. Sementara rasio
nilai tambah untuk petani non anggota koperasi yaitu sebesar 31 persen.
Sedangkan bandar paprika memperoleh nilai tambah jauh lebih tinggi daripada
koperasi. Bandar paprika memperoleh nilai tambah sebesar 24 persen
sedangkan koperasi hanya mendapat 5,3 persen.
Alternatif sistem rantai pasok paprika adalah dengan mensinergiskan
antara rantai pasok primer dan rantai pasok sekunder. Rantai pasok primer
terdiri dari petani, koperasi, bandar, retailer, packaging house, eksportir dan
pedagang pasar tradisional. Sedangkan anggota rantai pasok sekunder terdiri
dari, pemasok input budidaya paprika, pemerintah, Balitsa, Perbankan,
perusahaan swasta, LSM dan perguruan tinggi.
61
5.2. Saran
1. Pelaksanaan manajemen rantai pasokan paprika memerlukan adanya
pembagian keuntungan dan risiko yang adil pada setiap anggota agar
senantiasa tercipta kerjasama yang saling menguntungkan.
2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk pengukuran kinerja manajemen rantai
pasokan dengan menggunakan Supply Chain Operation Reference
(SCOR) model atau metode lainnya agar menghasilkan perhitungan yang
lebih baik, sehingga dapat melakukan perbaikan kinerja yang benar-benar
optimal.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyansyah. 2007. Manajemen Rantai Penyedia Barang (Supply Chain Management) Bagian Hulu Produk Susu Pasteurisasi (Studi Kasus di Koperasi Peternakan Bandung Selatan, Jawa Barat). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Austin, J.E. 1992. Agroindustrial Project Analysis. John Hopkins University Press, USA.
Ballou, R. H. 2004. Business Logistic : Supply Chain Management Strategy, planning, and operation. Prentice Hall, New Jersey.
Chopra, S dan P. Meindhl. 2004. Supply Chain Management, Strategy, Planing, and Operation. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Departemen Pertanian, Jakarta.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2007. Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Bogor : FEM IPB.
Heizer, J dan B Render. 2004. Operations Management. Person Education, Inc. New Jersey.
Indrajit Richardus Eko dan Richadus Djokopranoto. 2003. Konsep Manajemen Supply Chain, Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Grasindo. Jakarta.
Irmawati. 2007. Pengaruh Manajemen rantai pasokan Terhadap Kinerja di PTPN VIII Gunung Mas Bogor. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lau, H.C.W. W.K. Pang. C.W.Y. Wong. 2002. Methodology for Monitoring Supply Chain Performace: a Fuzzy Logic Approach. Logistic Informatoin Management. Vol 15 (4): 271 - 280.
Lee HL, V Padmanabhan, S Whang. 1997. The Bullwhip Effect in Supply Chains. Sloan Management Review: 93-101.
Ma’arif, M.S dan H. Tanjung. 2006. Manajemen Operasi.Grasindo. Jakarta.
Nahmias, S. 2005. Production and Oeration Analysis. Mc Graw-Hill Companies. Inc. New York.
Oktiya, A. 2006. Analisis Rantai Pasokan Terhadap Produktivitas UKM Keramik Klampok Banjarnegara. Sekripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pujawan, I.N. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya. Surabaya.
Ritonga, O.S. 2005. Analisis Pemasaran Komoditas Kentang dengan Pendekatan Supply Chain Management (SCM) di Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah. Skripsi pada Fakultas Pertanian, institut Pertanian Bogor, Bogor.
63
Russell, R.S dan B.W Taylor.2003. Operations Management. Person Education, Inc. New Jersey.
Siagian, Y.M. 2005. Aplikasi supply Chain Management dalam Dunia Usaha. Grasindo, Jakarta.
Simci-levi, D., P. Kaminsky dan E. Simchi-Levi. 2000. Designing and Managing The Supply Chain: Concepts, Strategies and Case Studies. McGraw-Hill, New York.
Susila, Anas D. 2006. Panduan Budidaya Sayuran. IPB Pers. Bogor
Susiyana, A.O. 2005. Analisis Rantai Pasokan Komoditas Jeruk Medan (Studi Kasus di Pasar Induk Kramat Jati dan Carefour Cempaka Mas, jakarta). Skripsi pada fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Van der Vorst, J.G.A.J.A.J.M. Beulans. 2002. Performance Measurement In Agri Food Supply-Chain Networks. International Journal of Agro-food chains and networks for development, 13-24. Netherlands
www.bps.go.id [3 Maret 2008]
www.deptan.go.id [3 Maret 2008]
www.apo-tokyo.org ( 5 Oktober 2008)
LAMPIRAN
65
Lampiran 1. Kuesioner penelitian
KUESIONER KEGIATAN
PENELITIAN MAHASISWA
Analisis Rantai Pasokan Sayuran Unggulan Dataran Tinggi
di Jawa Barat
Oleh : Feri Setyawan
Gambaran Ringkas
Survei ini dilakukanoleh Feri Setyawan (NRP H24104012) , Mahasiswa
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor. Survei ini bertujuan untuk menyelesaikan skripsi,
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Informasi yang didapatkan dari survei ini akan
dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan analisis statistik.
Analisis dan tabulasi akan dilakukan secara gabungan sehingga informasi
setiap responden tidak akan diketahui.
Atas kerjasamanya, Saya ucapkan terimakasih.
66
Identitas Responden
1. Nama :…………………………………………………………….. 2. Jenis kelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan 3. Usia :…………………………………………………………….. 4. Pendidikan
a. Formal [ ] Tidak sekolah [ ] SMU/ Aliah [ ] Tidak tamat SD [ ] D-3 [ ] Tamat SD/Ibtidaiyah [ ] Universitas [ ] SLTP/ Tsanawiyah [ ] Lain-lain, sebutkan,….
b. Non Formal : [ ] Pernah [ ] Tidak pernah Jika pernag, sebutkan…………………………………………………..
5. Sejak kapan usaha ini dimulai di daerah saudara (tahun/bulan)…………… 6. Sejak kapan saudara menjalani usaha ini (bulan/tahun)…………………… 7. Luas budidaya paprika yang saudara miliki saat ini (Ha) :………………… 8. Bagaimana status kepemilikan lahan saudara tersebut : [ ] milik sendiri
[ ] sewa 9. Jika sewa berapa ongkos/ biaya sewa per Ha per tahun : Rp....................... 10. Jumlah tenaga kerja.......(orang) :.......(dalam keluarga).........(luar keluarga) 11. Sistem upah : [ ] bulanan...........................(Rp/bulan)
[ ] bagi hasil.........................(%) [ ] lainya...............................
12. Apakah saudara mempunyai usaha lain : [ ] Ya [ ] Tidak Jika ya, sebutkan jenis usaha :.....................................................................
Aspek Produksi 1. Dalam pembudidayaan paprika, darimana saudara mendapatkan
pengetahuan budidaya, sebutkan…………………………………………… 2. Sebutkan tahapan budidaya tanaman paprika mulai dari penyiapan lahan
sampai hasilnya siap untuk dipasarkan ……………………......................... 3. Luas lahan usaha saudara :…………………….hektar
Keprmilikan Luas lahan (Ha) Menghasilkan Belum menghasilkan
Milik sendiri Milik perusahaan Milik pemerintah Lainnya (Sewa, maro,dll)
Total produksi
4. Berapa banyak bibit yang Saudara gunakan :……………………Kg 5. Darimana Saudara mendapatkan bibit tersebut :…………………………… 6. Berapa biaya yang digunakan untuk mendapatkan bibit tersebut :………… 7. Jenis varietas paprika yang saudara tanam…………………………………. 8. Produktivitas usaha tani tanaman paprika yang saudara hasilkan :…kg/Ha 9. Bagaimana penjadwalan atau pengaturan pemanenan dari tanaman paprika
yang diusahakan, jelaskan………………………………………………….. 10. Bagaimana sistem order yang diberikan oleh prosesor……………………..
67
11. Berapa lama saudara dapat memenuhi order tersebut……………………… 12. Bagaiman pengawasan mutu pertanian saudara……………………………. Lanjutan lampiran 1.
13. Apakah saudara melakukan proses sorting dan grading dari produk yang Saudara hasilkan…………………………………………..………………..
14. Apakah saudara melakukan pengemasan dan pelabelan pada produk yang Saudara hasilkan ……………………………………………...…………….
15. Dari segi mutu produk yang saudara hasilkan apakah sudah memenuhi permintaan pasar...
16. Apakah ada pelatihan atau pembinaan dari pemerintah, koperasi atau instansi lain untuk meningkatkan kualitas produksi saudara……………….
17. Bagaiman transportasi hasil panen dari kebun ke konsumen………………. 18. Berapa nilai susut yang terjadi dalam proses pengankutan tersebut……….. 19. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk proses transportasi tersebut…………
Aspek Pemasaran
1. Penjualan produksi saat ini dilakukan oleh : [ ] Sendiri [ ] Melalui koperasi [ ] Melalui kelompok usaha tani [ ] Lainnya, sebutkan…………………..
2. Biaya pemasaran yang timpul terdiri dari : [ ] Promosi : Rp………………/……………… [ ] Pengangkutan : Rp………………/……………… [ ] Komisi : Rp………………/……………… [ ] Pungutan liar : Rp………………/……………… [ ] Lainnya : Rp………………/………………
3. Apakah saudara mengalami kesulitan dalam memasarkan paprika tersebut [ ] Ya [ ] Tidak Jika ya, sebutkan kesulitan yang dihadapi…………………………………
4. Berapa besar permintaan pasar paprika ini per bulan……………………… 5. Gambarkan rantai pasokan yang ada dalam perdagangan produk paprika…
Jenis/ kelompok konsumen : Pembeli Persentase Rumah Tangga Industri Koperasi Pedagang pengumpul Lainnya, sebutkan……………………………
6. Daerah penjualan produk paprika yang saudara lakukan
Daerah Penjualan Persentase Dalam Kecamatan Dalam Kabupaten Dalam propinsi Antar propinsi Eksport, negara tujuan………………………
68
Kinerja Keuangan 1. Apa saja sarana produksi yang Saudara gunakan………………………….. 2. Berapa biaya bibit yang saudara keluarkan selama satu musin : Rp……….
Lanjutan lampiran 1.
3. Berapa biaya yang Saudara keluarkan untuk pemenuhan sarana produksi selama satu musim panen : Rp…………………………………. Jenis Alat Jumlah Harga
lokal Umur Ekonomis Lokasi
pembelian
4. Pengeluaran untuk tenaga kerja untuk lahan……Ha Uraian kegiatan Jumlah
(oarang) Status Upah Lama
Kerja (Jam/ hari)
Jumlah DK LK (Rp/hari) Lain
Persemaian dan pembibitan
Penanaman Penyiraman Perawatan Panen dan pasca panen
Toatal
5. Darimana Saudara mendapatkan modal untuk pembelian bibit dan sarana produksi……
6. Kendala yang dihadapi dalam pemenuhan bibit dan sarana produksi…………….
7. Berapa output/total produksi yang Saudara hasilkan dalam satu periode (Kg/ Periode)…..
8. Berapa input bahan baku (bibit dan sarana produksi) untuk sekali periode………
9. Berapa harga produk yang Saudara jual (Rp/Kg) ………………………………...
10. Apakah Saudara pernah mengalami kerugian ……………………………………
11. Menurut Saudara, faktor apa yang menyebabkan Saudara mengalami kerugian…
69
Kemitraan 1. Apakah Saudara menjadi anggota anggota perkumpulan sejenis : [ ] Ya
[ ] Tidak Jika ya
Nama perkumpulan :.................................................................... Status keanggotaan Mulai menjadi anggota :........................................................................
Jika tidak kenapa,....................................................................................... 2. Apakah saudara melakukan kemitraan dengan usaha lain : [ ] Ya [ ]
Tidak Jika ya, sebutkan nama mitranya :................................................................
3. Bentuk kemitraan terutama dalam hal [ ] Pembelian bahan baku [ ] Pelatihan bersama [ ] Modal bersama [ ] penggunaan mesin/ peralatan bersama [ ] Pemasaran bersama [ ] lainya,sebutkan...........................
70
Lampiran 2. Perhitungan MPE
Pakar 1
No Kriteria Bobot (1-5)
Alternatif (Range 1-10)
Paprika Brokoli Kubis bunga
Lettuce Pakchoi Kentang Kol/Kubis Wortel
1 Ketersediaan bibit 5 4 3 3 4 4 3 3 3
2 Ketersediaan sarana produksi
4 4 4 3 4 4 3 3 3
3 Kualitas produk 3 5 3 3 4 4 3 3 3 5 Continuitas produksi 5 3 4 3 4 4 3 3 3 6 Ketersediaan produk 5 3 4 3 4 4 3 3 3
7 Potensi pasar domestik dan ekspor
5 5 4 3 5 4 3 3 3
8 Margin keuntungan 5 5 4 3 5 4 3 3 3 9 Risiko 5 4 4 3 4 2 3 3 3 10 Kemitraan 4 4 4 3 4 4 3 3 3
71
Lanjutan lampiran 2.
Hasil perhitungan skor MPE pakar 1
No Kriteria Alternatif (Range 1-10)
Paprika Brokoli Kubis bunga
Lettuce Pakchoi Kentang Kol/Kubis Wortel
1 Ketersediaan bibit 1.024 243 243 1.024 1.024 243 243 243
2 Ketersediaan sarana produksi
256 256 81 256 256 81 81 81
3 Kualitas produk 125 27 27 64 64 27 27 27 5 Continuitas produksi 243 1.024 243 1.024 1.024 243 243 243 6 Ketersediaan produk 243 1.024 243 1.024 1.024 243 243 243
7 Potensi pasar domestik dan ekspor
3.125 1.024 243 3.125 1.024 243 243 243
8 Margin keuntungan 3.125 1.024 243 3.125 1.024 243 243 243 9 Risiko 1.024 1.024 243 1.024 32 243 243 243 10 Kemitraan 256 256 81 256 256 81 81 81
Total Skor 9.451 4.878 1.404 10.922 5728 1.404 1.404 1.404
72
Lanjutan lampiran 2.
Pakar 2
No Kriteria Bobot (1-5)
Alternatif (Range 1-10)
Paprika Brokoli Kubis bunga
Lettuce Pakchoi Kentang Kol/Kubis Wortel
1 Ketersediaan bibit 5 3 3 5 4 3 5 4 5
2 Ketersediaan sarana produksi
4 4 4 5 4 4 5 3 5
3 Kualitas produk 3 5 3 3 4 4 3 2 4 5 Continuitas produksi 5 5 4 3 4 3 5 5 3 6 Ketersediaan produk 5 4 5 3 4 4 3 3 3
7 Potensi pasar domestik dan ekspor
5 5 4 3 5 4 4 3 3
8 Margin keuntungan 5 5 5 4 4 4 3 4 4 9 Risiko 5 4 4 3 3 2 3 3 3 10 Kemitraan 4 4 4 2 4 4 2 2 3
73
Lanjutan lampiran 2.
Hasil perhitungan skor MPE pakar 2
No Kriteria Alternatif (Range 1-10)
Paprika Brokoli Kubis bunga
Lettuce Pakchoi Kentang Kol/Kubis Wortel
1 Ketersediaan bibit 243 243 3125 256 243 3.125 1.024 3.124
2 Ketersediaan sarana produksi
256 256 625 625 256 625 81 625
3 Kualitas produk 125 27 27 27 64 27 8 64 5 Continuitas produksi 3125 1.024 243 243 243 3.125 3.125 243 6 Ketersediaan produk 1024 3.125 243 1.024 243 243 243
7 Potensi pasar domestik dan ekspor
3.125 1024 243 3.125 1.024 1.024 243 243
8 Margin keuntungan 3.125 3125 1024 3.125 1.024 243 1.024 1.024 9 Risiko 1.024 1.024 243 1.024 32 243 243 243 10 Kemitraan 256 256 16 256 256 16 16 81
Total Skor 12.303 10.104 5789 10.922 4.166 8.671 5.764 5.891
74
Lanjutan lampiran 2. Pakar 3
No Kriteria Bobot (1-5)
Alternatif (Range 1-10)
Paprika Brokoli Kubis bunga
Lettuce Pakchoi Kentang Kol/Kubis Wortel
1 Ketersediaan bibit 5 5 4 4 3 3 3 4 5
2 Ketersediaan sarana produksi
4 4 5 5 5 4 5 3 5
3 Kualitas produk 3 4 3 3 5 4 4 2 4 5 Continuitas produksi 5 5 4 3 4 3 5 5 3 6 Ketersediaan produk 5 4 5 4 4 4 3 3 3
7 Potensi pasar domestik dan ekspor
5 5 4 3 5 4 4 3 3
8 Margin keuntungan 5 5 5 4 4 4 4 4 4 9 Risiko 5 4 3 3 3 2 3 3 3 10 Kemitraan 4 3 2 3 5 4 3 3 3
75
Lanjutan lampiran 2.
Hasil perhitungan skor MPE pakar 3
No Kriteria Alternatif (Range 1-10)
Paprika Brokoli Kubis bunga
Lettuce Pakchoi Kentang Kol/Kubis Wortel
1 Ketersediaan bibit 3125 1024 1.024 243 1.024 243 1.024 3.125
2 Ketersediaan sarana produksi
256 625 625 625 256 625 81 625
3 Kualitas produk 64 27 27 125 64 64 8 64 5 Continuitas produksi 3125 625 243 1024 243 3.125 3.125 243 6 Ketersediaan produk 1024 3125 1.024 1024 1.024 243 243 243
7 Potensi pasar domestik dan ekspor
3.125 1024 243 3.125 1.024 1.024 243 243
8 Margin keuntungan 3.125 3125 1024 1024 1.024 1.024 1.024 1.024 9 Risiko 1.024 243 243 243 32 243 243 243 10 Kemitraan 81 16 81 625 256 81 81 81
Total Skor 14.949 9.834 5.789 8058 4.947 6.672 6.072 5.891
76
Lanjutan lampiran 2.
Skor Rata-Rata MPE Sayurang Unggulan Dataran Tinggi
Peringkat Jenis sayuran Skor 1 Paprika 12.234,33* 2 Lettuce 9.967,33 3 Borokoli 8.272,00 4 Kentang 5.582.33 5 Pakshoy 4.947,00 6 Kol/kubis 4.413,30 7 Wortel 4.395,33 8 Kubus bunga 4.327,00
* Sayuran terpilih sebagai objek penelitian
77
Lampiran 3. Perhitungan nilai tambah petani anggota koperasi No Variabel output, input dan harga Nilai 1 Output /total produksi (Kg/Periode) A = 10.000 2 Input bahan baku (Kg /Periode) B = 0,04 3 Input tenaga kerja (HOK/ periode) C = 200 4 Faktor Konversi (1)/(2) D = 1000/4000 = 250.000 5 Koefesien tenaga kerja (3)/(2) E = 200/0,04 = 5.000 6 Harga produk (Rp/Kg) F = 8.244 7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK
(Rp/HOK) G = 26.000
Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga input bahan baku (Rp/Kg) H = 160.000.000 9 Sumbangan input lain (Rp/Kg) I = 1.036.025.000 10 Nilai produk (Rp/Kg) (4) x (6) J = 250.000 X 8.244 =
2.061.000.000 11 a.Nilai Tambah (RP/KG)(10)-(8)-(9) K = 2.061.000.000 – 160.000.000 –
1.036.025.000= 864.975.000 b.Rasio nilai tambah (11a)/(j) (%) L % =864.975.000 /2.061.000.000=
42% 12 Pendapatan tenaga kerja (5 x 7) (Rp/Kg) M = 5.000 x26.000 = 130.000.000
b.Imbalan tenaga kerja(12a/11a) (%) N % = 130.000.000/864.975.000 =
15% 13 a.Keuntungan (11 a- 12a) (Rp/Kg) O = 864.975.000 - 130.000.000 =
734.975.000
b.Tingkat keunungan (13a/10) (%) P % = 734.975.000/2.061.000.000 = 35%
Keterangan: Bahan baku utama adalah benih paprika Harga 1 biji benih paprika = Rp. 1.600 Berat 1 gram benih paprika = 100 biji Berat 1 Kg biji benih paprika = 100. 0000 biji Harga 1 Kg biji benih paprika = Rp. 160.000.000
Input lain (untuk 1 kg benih paprika) Pestisida = Rp. 234.275.000 Nutrisi = Rp. 569.750.000 Sewa lahan = Rp. 75.000.000 Green house = Rp. 50.000.000 Media tanam = Rp. 107.000.000 Total input lain = Rp. 1.036.025.00
78
Lampiran 4. Perhitungan nilai tambah untuk petani non anggota koperasi No Variabel output, input dan harga Nilai 1 Output /total produksi (Kg/Periode) A = 10.000 2 Input bahan baku (Kg /Periode) B = 0,04 3 Input tenaga kerja (HOK/ periode) C = 200 4 Faktor Konversi (1)/(2) D = 1000/0,04 = 250.000 5 Koefesien tenaga kerja (3)/(2) E = 200/0,04= 5.000 6 Harga produk (Rp/Kg) F = 7.000 7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK
(Rp/HOK) G = 24.000
Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga input bahan baku (Rp/Kg) H = 160.000.000 9 Sumbangan input lain (Rp/Kg) I = 1.036.025.00 10 Nilai produk (Rp/Kg) (4) x (6) J = 250.000 X 7.000 =
1.750.000.000 11 a.Nilai Tambah (RP/KG)(10)-(8)-(9) K = 1.750.000.000 –
160.000.000 – 1.036.025.00= 553.975.000
b.Rasio nilai tambah (11a)/(j) (%) L % = 553.975.000/1.750.000.000= 31 %
12 a.Pendapatan tenaga kerja (5 x 7) (Rp/Kg)
M = 5.000X24.000 = 120.000.000
b.Imbalan tenaga kerja(12a/11a) (%) N % = 120.000.000 /553.975.000= 21 %
13 a.Keuntungan (11 a- 12a) (Rp/Kg) O = 553.975.000– 120.000.000 = 433.975.000
b.Tingkat keunungan (13a/10) (%) P % = 433.975.000/1.750.000.000 =24%
79
Lampiran 5. Perhitungan nilai tambahKoperasi Mitra Sukamaju No Variabel output, input dan harga Nilai
1 Output /total produksi (Kg/hari) A = 1000
2 Input bahan baku (Kg /hari) B = 1100
3 Input tenaga kerja (HOK/ hari) C = 6
4 Faktor Konversi (1)/(2) D = 1000/1100 = 0,9
5 Koefesien tenaga kerja (3)/(2) E =6/1100 = 0,005
6 Harga produk (Rp/Kg) F = 9.699
7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/HOK) G = 38.000
Pendapatan dan Keuntungan
8 Harga input bahan baku (Rp/Kg) H = 8.244
9 Sumbangan input lain (Rp/Kg) I = 25
10 Nilai produk (Rp/Kg) (4) x (6) J = 0,9 X 9.699 = 8.729
11. a. Nilai Tambah (Rp) K = 8.729 – 8244 – 25 =
460
b. Rasio nilai tambah (%) L % =460/8.729 = 5,3 %
12. a. Pendapatan tenaga kerja M = 0,005X38.000 =
190
b. Pangsa tenaga kerja (%) N % = 190/460= 41,3 %
13. a. Keuntungan O = 460 – 190 = 270
b. Rate keuntungan (%) P % = 270/8.729 =3 %
80
Lampiran 6. Perhitungan nilai tambah bandar No Variabel output, input dan harga Nilai
1 Output /total produksi (Kg/hari) A = 1000
2 Input bahan baku (Kg /hari) B = 1080
3 Input tenaga kerja (HOK/ hari) C = 6
4 Faktor Konversi (1)/(2) D = 1000/1080 = 0,92
5 Koefesien tenaga kerja (3)/(2) E =6/1080 = 0,005
6 Harga produk (Rp/Kg) F = 10.000
7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/HOK) G = 36.000
Pendapatan dan Keuntungan
8 Harga input bahan baku (Rp/Kg) H = 7.000
9 Sumbangan input lain (Rp/Kg) I = 25
10 Nilai produk (Rp/Kg) (4) x (6) J = 0,92 X 12.000 = 11.040
11. a. Nilai Tambah (Rp) K = 11.040 – 7.000 – 25 = 2.200
b. Rasio nilai tambah (%) L % = 4.015/11.040 = 36,4 %
12. a. Pendapatan tenaga kerja M = 0,005X36.000 = 180
b. Pangsa tenaga kerja (%) N % = 180/4.015= 4,4 %
13. a. Keuntungan O = 4.015 – 180 = 3.835
b. Rate keuntungan (%) P % = 3.835/11.040 = 34,7 %