54
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN FRAKTUR DI RUANG BEDAH LANTAI V RSPAD GATOT SOEBROTO KARYA ILMIAH AKHIR - NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners SEPTI KURNIASIH, S. Kep 0806334432 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2013 Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

  • Upload
    dinhque

  • View
    222

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK

KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN

PADA PASIEN FRAKTUR DI RUANG BEDAH LANTAI V

RSPAD GATOT SOEBROTO

KARYA ILMIAH AKHIR - NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

SEPTI KURNIASIH, S. Kep

0806334432

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS

DEPOK

JULI 2013

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 2: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Septi Kurniasih, S.Kep

NPM : 0806334432

Tanda Tangan :

Tanggal : 5 Juli 2013

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 3: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Karya ilmiah akhir ini diajukan oleh :

Nama : Septi Kurniasih, S. Kep

NPM : 0806457086

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Karya Ilmiah Akhir : Analisis Praktik Klinik Keperawatan

Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada

Pasien Fraktur di Ruang Bedah Lantai V,

RSPAD Gatot Soebroto

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Sarjana Ilmu

Keperawatan pada Program Studi S1 Reguler, Fakultas Ilmu Keperawatan,

Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Kuntarti, S.Kp., M.Biomed ( )

Penguji : Ns. Merri Silaban., S.Kep

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 5 Juli 2012

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 4: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah, Tuhan Semesta Alam, karena

atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners.

Karya ilmiah akhir Ners ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk untuk untuk

memperoleh gelar Ners Sarjana Keperawatan. Saya bersyukur bahwa dengan

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sejak masa perkuliahan hingga

penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan

terima kasih kepada:

1) Ibu Dra. Junaiti Sahar, PhD selaku Pelaksana Tugas Harian Dekan

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;

2) Ibu Kuntarti, S.Kp.., M. Biomed, selaku Ketua Program Studi Sarjana

Ilmu Keperawatan sekaligus jug sebagai dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dan

masukan berharga dalam penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini;

3) Bapak I Made Kariasa S.Kp., M.M., M.Kep selaku pembimbing

akademik;

4) Kedua orang tua saya, Bapak Sholeh dan Ibu Miharti dan ketiga saudara

saya: Taufik Rahmanto, Muhammad Rofi’ Budiyanto dan Arif Amrizal,

S.T yang selalu memberikan semangat dan dukungan moril dalam proses

penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini;

5) Keluarga besar Syi’ra yang memberikan banyak pelajaran untuk terus

memberikan usaha terbaik dalam penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini;

6) Keluarga besar PPSDMS Nurul Fikri, baik pengurus, alumni dan peserta

yang selalu memberikan bantuan disaat membutuhkan selama proses

penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini;

7) Keluarga besar grup diskusi whatsapp Muhajirin Anshor, baik fasilitator,

moderator dan anggota, yang memberikan penyegaran melalui diskusi-

diskusi yang dilakukan;

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 5: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

v

8) Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah

akhir Ners ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, 5 Juli 2012

Penulis

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 6: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Septi Kurniasih., S.Kep

NPM : 0806334432

Program Studi: S1 Reguler

Fakultas : Fakultas Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

pada Pasien Fraktur di Ruang Bedah Lantai V, RSPAD Gatot Soebroto”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-

eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/

formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Depok

Pada Tanggal: 5 Juli 2012

Yang menyatakan

(Septi Kurniasih., S. Kep)

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 7: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

vii

ABSTRAK

Nama : Septi Kurniasih

Program Studi : Profesi Ners

Judul :“Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada

Pasien Fraktur di Ruang Bedah Lantai V, RSPAD Gatot Soebroto”

Kecelakaan akibat kendaraan bermotor meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan

bermotor di wilayah perkotaan. Fraktur ektremitas bawah sering menjadi akibat dari berbagai jenis

kecelakaan bermotor. Karya tulis ilmiah penganalisis asuhan keperawatan kepada pasien dengan

fraktur tibia. Klien dengan fraktur tibia mengalami 3 masalah keperawatan utama yaitu: nyeri,

hambatan mobilitas fisik, dan cemas. Intervensi diberikan antara lain manajemen nyeri, latihan

rentang pergerakan sendi (RPS) dan pendidikan kesehatan. Setelah dilakukan intervensi, klien

dapat mengontrol nyeri yang dirasakan, mengalami peningkatan Luas Gerak Sendi (LGS) dari 27o

menjadi 35o dan cemas berkurang. Dari hasil ini karya tulis ini, penulis menyarankan pada instansi

rumah sakit untuk melakukan asuhan keperawatan yang mencegah terjadinya komplikasi pada

fraktur.

Kata kunci : Perkotaan, Fraktur, RPS, LGS

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 8: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

viii

ABSTRACT

Name : Septi Kurniasih

Study Program : Nursing

Title : Analysis of Clinical Nursing Practice of Urban Public Health at

Fracture Patients in Surgery Room Floor V, RSPAD Gatot Soebroto

Accidents because of motor vehicle increases with the increasing number of motor vehicles in

urban areas. Lower extremity fractures are often the result of different types of motor accidents.

This scientific papers analyze nursing care to patients with fractures of the tibia. Clients with tibia

fractures had 3 major nursing diagnoses are: pain, impaired physica mobility, and anxiety.

Interventions provided include pain management, joint range of motion exercises (ROM) and

health education. After the intervention, the client can control the pain, increase joint motion area

from 27o to 35o and reduced anxiety. From these results of this paper, the authors recommend the hospital authorities to conduct nursing care to prevent the occurrence of complications in fractures.

Key word : Urban, Fracture, ROM

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 9: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH ................................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................. vii

ABSTRACT ........................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii

1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................... 3

1.4.1 Tujuan Umum ................................................................. 3

1.4.1 Tujuan Khusus ................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

1.5.1 Bagi Klien ........................................................................ 4

1.5.2 Bagi Pelayanan Keperawatan ............................................ 4

1.5.3 Bagi Pendidikan ............................................................... 4

2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan .... 5

2.2 Konsep Dasar Fraktur Tibia ........................................................ 6

2.2.1 Pengertian......................................................................... 6

2.2.2 Etiologi Fraktur ................................................................ 7

2.2.3 Patofisiologi ..................................................................... 7

2.2.4 Tanda dan Gejala .............................................................. 8

2.2.5 Klasifikasi Fraktur ............................................................ 9

2.2.6 Komplikasi ....................................................................... 10

2.2.7 Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Fraktur ............. 11

2.2.8 Latihan Rentang Pergerakan Sendi ................................... 17

3. LAPORAN KASUS KELOLAAN .................................................... 19 3.1 Pengkajian ................................................................................. 19

3.2 Analisis Data .............................................................................. 22

3.3 Implementasi dan Evaluasi Tindakan Asuhan Keperawatan ........ 23

4. ANALISIS SITUASI ......................................................................... 26

4.1 Profil Lahan Praktik ................................................................... 26

4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep

kasus terkait ............................................................................... 28

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 10: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

x

4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait

.................................................................................................. 29

4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan ................................ 31

5. PENUTUP ......................................................................................... 31

5.1 Simpulan .................................................................................... 31

5.2 Saran .......................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 31

LAMPIRAN

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 11: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengkajian Diagnostik pada Fraktur.................................. 15

Tabel 2.2 Prinsip Penatalaksanaan pada Fraktur ............................... 16

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 12: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

1

Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehidupan perkotaan memberikan dampak pada kesehatan masyarakat kota pada

umumnya. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di area perkotaan merupakan

ancaman tersendiri bagi kesehatan. Kendaraan bermotor di Indonesia meningkat

8-12% per tahun (Kurniasih, 2011). Seiring meningkatnya jumlah kendaraan

bermotor di perkotaan, jumlah kecelakaan kendaraan bermotor pun meningkat

tajam. Badan pusat statistik mencatat, jumlah kecelakaan tahun 2010 sebanyak

66.488 dan naik pada tahun 2011 menjadi 108.696 kasus kecelakaan. Sedangkan

data dari badan kesehatan dunia (WHO) didapatkan bahwa lebih dari 7 juta orang

meninggal akibat insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami

kecacatan fisik (WHO, 2005).

Usman (2012) menyebutkan bahwa hasil data Riset Kesehatan Dasar

(RIKESDAS) tahun 2011, di Indonesia terjadinya fraktur yang disebabkan oleh

cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma tajam / tumpul.

Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8

%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, mengalami fraktur sebanyak 1.770

orang (8,5 %), dari 14.127 trauma benda tajam / tumpul, yang mengalami fraktur

sebanyak 236 orang (1,7 %) (Depkes 2009). Dari data Depkes tahun 2005 di

Kalimantan Timur korban fraktur karena kecelakaan sekitar 10,5%.

Secara nasional cedera akibat kecelakaan lalu lintas yang termasuk dalam kategori

parah (patah tulang/ anggota gerak terputus) sekitar 9,1%. Pola bagian tubuh yang

cedera akibat kecelakaan lalu lintas sebagian besar cedera terdapat di bagian kaki

diikuti bagian tangan, kepala dan badan sedangkan jenis luka terbanyak adalah

luka lecet diikuti memar, luka terbuka dan terkilir/teregang. Pola ini hampir sama

yang terjadi di India: terbanyak bagian ekstremitas (62,2%) dan luka lecet

(47,4%). Hasil penelitian di rumah sakit 5 provinsi di Indonesia menunjukkan

bahwa bagian tubuh yang cedera paling banyak di kepala, kaki dan tangan.

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 13: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

2

Universitas Indonesia

Melihat jenis lukanya maka cedera akibat kecelakaan lalu lintas menunjukkan

cedera yang lebih serius dibandingkan dengan cedera akibat yang lain (proporsi

luka terbuka 26,7%, patah tulang 8,5% dan anggota gerak terputus/

anggota gerak terputus 1%) (RISKESDAS, 2011).

Fraktur ekstremitas bawah atau patah tulang banyak terjadi pada masyarakat

perkotaan yang moda transportasinya mengandalkan kendaraan bermotor. Fraktur

merupakan suatu keadaan ditemukannya distegritas tulang yang banyak

disebabkan karena insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif

juga dapat menyebabkan fraktur (Brunner & Suddarth, 2008 ). Fraktur terjadi jika

tulang dikenai stress atau beban yang lebih besar dan tulang tidak mampu untuk

mentoleransi beban tersebut. Fraktur dapat menyebabkan disfungsi organ tubuh

atau bahkan dapat menyebabkan kecacatan atau kehilangan fungsi ekstremitas

permanen. Selain itu, komplikasi awal seperti infeksi dan tromboemboli (emboli

fraktur) juga dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cedera. Oleh

karena itu saat radiografi sudah memastikan adanya fraktur maka harus segera

dilakukan stabilisasi atau perbaikan fraktur (Brunner & Sudarrt, 2002).

Salah satu dampak fraktur yaitu dapat terjadinya perubahan pada bagian tubuh

yang terkena cedera, merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa nyeri yang

dirasakan, resiko terjadinya infeksi, resiko perdarahan, ganguan integritas kulit

serta berbagai masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya (Muttaqin,

2008). Bahkan dalam keadaan yang lebih kompleks fraktur juga dapat

menyebabkan kematian. Kondisi kegawatan fraktur diharuskan segera dicegah

agar terhindar dari kecacatan fisik.

Kecacatan fisik yang diakibatkan fraktur dapat dipulihkan secara bertahap melalui

mobilisasi persendian yaitu dengan latihan range of motion (ROM). Range of

motion adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki

tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan

lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

Perawatan harus difokuskan agar mengembalikan klien ke aktivitas normal

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 14: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

3

Universitas Indonesia

sesegera mungkin. Hal tersebut perlu dilakukan sedini mungkin pada klien post

operasi untuk mengembalikan kelainan fungsi klien seoptimal mungkin atau

melatih klien dan menggunakan fungsi yang masih terganggu seoptimal mungkin.

1.2. Perumusan Masalah

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di area perkotaan menyebabkan

peningkatan kejadian kecelakaan bermotor. Salah satu dampak yang muncul

karena kecelakaan bermotor adalah Fraktur atau patah tulang. Salah satu jenis

fraktur yang paling banyak terjadi adalah fraktur ekstremitas bawah. Fraktur

dapat mengakibatkan perubahan pada bagian yang terkena cedera. Immobilisasi

yang lama akan mempengaruhi mobilitas fisik. Pencegahan komplikasi akibat

immobilisasi yang lama membutuhkan perhatian dari perawat khususnya perawat

bedah untuk melakukan asuhan keperawatan mengenai sistem orthopedi

khususnya dengan tindakan pemberian latihan rentang pergerakan sendi untuk

mengurangi risiko komplikasi immobilisasi dan menjaga fleksibilitas, kekuatan

dan stabilitas klien.

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pada klien dengan Fraktur Tibia di RSPAD

Gatot Soebroto

1.3.2 Tujuan khusus

a. Menjelaskan konsep terkait Fraktur Tibia yang terdiri dari definisi fraktur tibia,

etiologi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan

dari fraktur tibia.

b. Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan fraktur

tibia.

c. Menganalisis masalah keperawatan yang muncul berdasarkan konsep KKMP

d. Menganalisis tindakan latihan Rentang Pergerakan Sendi (RPS) dalam asuhan

keperawatan Fraktur Tibia

e. Memberikan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 15: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

4

Universitas Indonesia

1.4. Manfaat Penulisan

a. Klien

Hasil penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan klien untuk

melakukan latihan rentang pergerakan sendi untuk mengurangi atrofi otot

sehingga dalam proses rehabilitasi sekaligus menjaga fleksibilitas, kekuatan

dan stabilitas klien.

b. Pelayanan Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada para

perawat untuk lebih kreatif lagi dalam menyusun asuhan keperawatan.

Khususnya dalam memberikan intervensi keperawatan kepada penderita

fraktur ekstremitas bawah. Intervensi tersebut dilakukan sesuai dengan

penelitian yang sudah ada.

c. Pendidikan

Hasil penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran

dan mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan sistem orthopedi khususnya

mengenai fraktur ekstremitas bawah sehingga diharapkan dapat menurunkan

angka kekambuhan atau terjadinya penyakit batu cetak ginjal khususnya pada

lansia.

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 16: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

5

Universitas Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

Masyarakat perkotaan memiliki ciri dan karakter tersendiri. Hal ini membuat

masyarakat perkotaan memerlukan perhatian tersendiri dalam perawatan

kesehatannya. Sehingga dibuatlah domain tersendiri yaitu keperawatan kesehatan

masyarakat perkotaan. Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, keberagamana strata sosial ekonomi,

dan kecenderungan materialistik yang tinggi (Bintarto, 2004).

Kota bermula karena banyaknya kegiatan yang terjadi didalamnya. Kegiatan

perniagaan yang menuntut suatu tempat menjadi sarana bertemu antara pedagang

dan pembeli menjadi daya tarik tempat tersebut untuk akhirnya banyak orang

datang untuk tinggal disana. Sebagaian besar peduduk perkotaan merupakan

golongan orang-orang non agraris, berpendidikan hingga memiliki strata ekonomi

yang beragam dan materialistis. Sedangkan masyarakat perkotaan atau sering

disebut urban community adalah masyarakat yang tinggal di kota yaitu di wilayah

yang memiliki kegiatan utama bukan pertanian dan biasanya mereka tinggal di

kota bertujuan untuk memperbaiki hidup mereka. Keperawatan kesehatan

masyarakat perkotaan ini termasuk dalam lingkup keperawatan komunitas.

Keperawatan masyarakat perkotaan memiliki 8 karakteristik dan merupakan hal

yang penting dalam melakukan praktik (Allender, 2001) yaitu:

a. Merupakan lahan keperawatan

b. Perkotaan adalah tempat untuk mengimplementasikan asuhan keperawatan

komunitas dengan masyarakat kota sebagai objeknya.

c. Merupakan kombinasi antara keperawatan publik dan keperawatan klinik

d. Keperawatan masyarakat perkotaan merupakan perpaduan dari konsep

keperawatan komunitas dengan keperawatan klinis.

e. Berfokus pada populasi

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 17: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

6

Universitas Indonesia

f. Masyarakat perkotaan menjadi perhatian utama sebagai objek asuhan

keperawatan.

g. Menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi

kesehatan dan peningkatan kesejahteraan diri

h. Mempromosikan tanggung jawab klien dan self care

i. Perubahan pola pikir tentang kesehatan dan peningkatan perawatan mandiri

oleh masysrakat kota menjadi upaya utama dalam keperawatan masyarakat

perkotaan

j. Menggunakan data dan analisa

k. Keperawatan masyarakat perkotaan didasarkan pada data dan analisa yang

sesuai dengan fakta dan bersifat legal.

l. Menggunakan prinsip teori organisasi

m. Penerapan prinsip-prinsip teori organisasi diperlukan dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan masyarakat perkotaan.

n. Melibatkan kolaborasi interprofesional

o. Kerjasama lintas profesional menjadi salah satu ciri keperawatan masyarakat

perkotaan agar upaya yang dilakukan mampu tepat laksana.

2.2. Konsep dasar Fraktur Tibia

2.2.1 Pengertian

Fraktur memiliki banyak pengertian dari berbagai referensi. Fraktur atau patah

tulang diartikan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan

sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2002). Sumber lain menyatakan

fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan tulang rawan yang umumnya

disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau

tegangan fisik (Mansjoer ,2002). Secara singkat, fraktur ialah hilangnya

kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian

(Muttaqin, 2008). Disimpulkan bahwa fraktur adalah hilang atau terputusnya

kontinuitas tulang karena berbagai sebab baik secara total ataupun sebagian.

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 18: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

7

Universitas Indonesia

2.2.2 Etiologi fraktur

Smeltzer & bare (2002) menyebutkan penyebab fraktur dapat dibagi menjadi

beberapa bagian yaitu :

1. Trauma langsung

Fraktur dapat diakibatkan karena trauma langsung dengan penyebab fraktur.

Salah satu contoh penyebab fraktur adalah trauma akibat kecelakaan lalu

lintas.

2. Trauma tidak langsung

Fraktur juga dapat diakibatkan karena trauma tidak langsung seperti jatuh

dengan ketinggian dengan posisi berdiri atau duduk sehingga terjadi fraktur

tulang belakang

3. Proses penyakit

Fraktur juga dapat terjadi secara patologi karena osteoporosis atau penyakit

degeneratif lain seperti kanker yang metastase ke tulang sehingga

menimbulkan fraktur.

4. Fraktur dapat terjadi secara spontan dikarenakan stress tulang yang terus

menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran

5. Penyebab fraktur yang lain adalah kelainan bawaan sejak lahir, dimana tulang

seseorang sangat rapuh sehingga mudah patah.

2.2.3 Patofisiologi

Saat tulang mengalami fraktur, maka periosteum, pembuluh darah di korteks,

marrow dan jaringan disekitarnya rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan

jaringan di ujung tulang yang menyebabkan terbentuklah hematoma di canal

medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler dan jaringan ikat tumbuh ke dalamnya,

menyerap hematoma tersebut, dan menggantikannya. Jaringan ikat berisi sel-sel

tulang (osteoblast) yang berasal dari periosteum menghasilkan endapan garam

kalsium dalam jaringan ikat yang di sebut callus. Callus kemudian secara bertahap

dibentuk menjadi profil tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast

yaitu sel yang melarutkan tulang. Pada permulaan akan terjadi pendarahan

disekitar patah tulang, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada

tulang dan periost, fase ini disebut fase hematoma (Brunner dan Suddarth, 2002).

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 19: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

8

Universitas Indonesia

Hematoma ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis

dengan kapiler didalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang-

tulang saling menempel, fase ini disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang

menempelkan fragmen patah tulang tersebut dinamakan kalus fibrosa. Kedalam

hematoma dan jaringan fibrosis ini kemudian akan tumbuh sel jaringan mesenkin

yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang

membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid dan

osteoid ini mula-mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto

rontgen. Pada tahap selanjutnya terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini

menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang (Smeltzer dan Bare,

2002).

2.2.4 Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2002) antara lain:

a. Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari

tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti rotasi

pemendekan tulang dan penekanan tulang.

b. Edema

Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam

jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

c. Ekimosis dari perdarahan subculaneous

d. Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur karena perpindahan fragmen

tulang

e. Tenderness atau nyeri

Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot karena tulang berpindah dari

tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan

f. Kehilangan sensasi atau mati rasa

Hal ini mungkin terjadi karena rusaknya saraf atau proses perdarahan yang

menyebabkan berpindahnya agen inflamasi ke area yang sakit

h. Pergerakan abnormal

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 20: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

9

Universitas Indonesia

Terjadi perubahan gerak dan aktivitas sehari-hari karena keterbatasan fisik

yang didapat.

i. Syok hipovolemik

Syok dapat terjadi jika ada pengeluaran darah yang masif dari trauma

penyebab fraktur.

j. Krepitasi

Adanya ruang atau udara dalam jaringan kulit disekitar trauma.

2.2.5 Klasifikasi Fraktur

Fraktur berdasarkan penyebab terjadinya, dapat dibagi menjadi dua kalsifikasi

besar (Smeltzer & Bare, 2002) :

a. Fraktur tertutup (closed)

Fraktur diklasifikasikan sebagai fraktur tertutup bila tidak terdapat hubungan

antara fragmen tulang dengan dunia luar sehingga tempat fraktur tidak tercemar

oleh lingkungan.

b. Fraktur terbuka (open/compound)

Fraktur terbuka terjadi jika terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat:

1. Derajat I

Fraktur terbuka diklasifikasikan ke derajat I jika luka trauma tidak lebih dari

1 cm dan kontaminasi ringan. Karakteristik jaringan lunak sedikit dan tidak

ada luka remuk. Jenis fraktur meliputi fraktur sederhana, tranversal, oblik

atau kumulatif ringan.

2. Derajat II

Fraktur terbuka diklasifikasikan ke derajat I jika laserasi lebih 1 cm dan

kontaminasi sedang. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas terdapat trauma

karena pergeseran. Jenis fraktur dalam klasifikasi ini adalah fraktur komuniti

sedang.

3. Derajat III

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan

neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 21: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

10

Universitas Indonesia

2.2.6 Komplikasi

Secara umum, komplikasi fraktur dapat dibedakan menjadi dua: komplikasi awal

dan komplikasi lama (Muttaqin, 2008).

a. Komplikasi Awal

1. Kerusakan Arteri

Pergeseran tulang yang patah atau adanya perlukaan terbuka karena

trauma dapat mengakibatkan pecahnya arteri. Hal ini dapat ditandai

dengan tidak adanya nadi, CRT (capillary refill time) menurun, sianosis

pada bagian distal, hematoma melebar, dan dingin pada ekstremitas yang

disebabkan oleh tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada yang

sakit, tindakan reduksi dan pembedahan.

2. Sindrome Kompartemen

Tindakan pemasangan gips atau pembebatan yang terlalu kuat atau edema

dan perdarahan yang menekan otot, saraf dan pembuluh darah dapat

menyebabkan sindrome kompartemen. Hal ini terjadi karena otot, tulang,

saraf dan pembuluh darah terjebak dalam jaringan parut diakibatkan

tindakan-tindakan tersebut.

3. Fat Embolism Syndrome (FES)

FES ialah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasusu fraktur tulang

panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow

kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksihen dalam

darah menurun. Tanda-tanda mengalami FES antara lain gangguan

pernapasan, takikardi, hipertensi, takinea dan demam.

4. Infeksi

Sistem pertahanan tubuh akan rusak bila ada truma pada jaringan. Pada

kasus fraktur, infeksi dimulai dari permukaan kulit yang terluka

(superficial) dan masuk ke dalam tubuh. Infeksi biasa terjadi pada fraktur

terbuka, tetapi dapat terjadi karena proses pembedahan (ORIF maupun

OREF).

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 22: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

11

Universitas Indonesia

5. Nekrosis Avaskular

Nekrosis avaskular terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau

terganggu sehingga menyebabkan nekrosis tulang yang biasanya diawali

dengan iskemia volkman.

6. Syok

Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun. Selain

syok hipovolemik, pada kasus fraktur juga dapat terjadi syok neurogenik

karena rasa sakit yang hebat pada klien.

b. Komplikasi Lama

1. Delayed Union

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan

waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Hal ini karena suplai

darah ke tulang menurun. Ini terjadi jika dalam waktu 3 bulan (ektremitas

atas) hingga 5 bulan (ektremitas bawah) fraktur tidak sembuh dan

menyambung.

2. Non-union

Non-union ialah kegagalan konsolidsi fraktur dalam waktu 6-8 bulan

sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoatrosis dapat terjadi

tanpa infeksi, tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi yang disebut

infected pseudoathrosis.

3. Mal-union

Mal-union adalah keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi

terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, valus/ valgus, pemendekan,

atau union secara menyilang misalnya pada fraktur tibia fibula.

2.2.7 Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Fraktur

a. Pengkajian

Pengkajian meliputi anamnesa dan pengkajian diagnosis.

1. Anamnesis

Pengkajian anamnesis atau didapat dengan wawancara dengan klien selain

seputar identitas klien, pertanyaan difokuskan pada masalah utama yang

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 23: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

12

Universitas Indonesia

dialami dan keluhan penyerta yang dialami. Pada umumnya klien dengan

fraktur tubia akan mengalami nyeri yang hebat sehingga diperlukan

pengkajian nyeri dengan prinsip PQRST (Muttaqin, 2008).

a. Provoking Incident : merupakan hal-hal yang menjadi faktor presipitasi

timbulnya nyeri, biasanya berupa trauma pada bagain betis dan tungkai

bawah.

b. Quality of Pain : merupakan jenis rasa nyeri yang dialami klien. Fraktur

tibia biasa menghasilkan sakit yang bersifat menusuk.

c. Region, Radiation, Relief : Area yang dirasakan nyeri pada klien terjadi di

area betis atau tungkai bawah yang mengalami patah tulang. Imobilisasi

atau istirahat dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan agar tidak

menjalar atau menyebar.

d. Severity (Scale) of Pain : Biasanya klien frktur tibia akan menilai sakit

yang dialaminya dengan skala 5-7 dari skala pengukuran 0-10.

e. Time : Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan muncul dan dalam

kondisi seperti apa nyeri bertambah buruk.Klien Fraktur akan merasa lebih

nyeri saat bagian yang mengalami fraktur dilakukan pergerakan.

Selain pengkajian nyeri, pengkajian mengenai kronologi terjadinya trauma

penyebab patah tulang tibia, penanganan pertama pada trauma, apakah berobat

ke dukun patah tulang juga perlu dikaji lebih lanjut. kronologi kecelakaan

dapat memberikan gambaran bagi perawat untuk mempredikdi luka

kecelakaan lain yang mungkin dialami klien.

Riwayat penyakit terdahulu seperti pernah patah tulang sebelumnya, pernah

ke dukun patah yang memungkinkan terjadinya mal union. Faktor lain

penyebab fraktur patologis seperti kanker tulang dan penyakit Paget akan

menyebabkan tulang sulit menyambung. Selain itu, klien dengan diabtes

memiliki risiko mengalami osteomieitis akut dan kronis serta menghambat

penyembuhan tulang. Riwayat penyakit dalam keluarga yang perlu dikaji

misalnya osteoporosis yang terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang

yang cenderung diturunkan (Muttaqin, 2008).

Pemeriksaan fisik secara umum (status general) untuk mendapatkan gambara

umum dan pemeriksaan setempat (lokal) (Muttaqin, 2008).

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 24: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

13

Universitas Indonesia

a. Keadaan umum

Pemeriksaan keadaan umum klien meliputi baik dan buruknya klien.

Tanda-tanda yang memerlukan pencatatan seperti kesadara klien (apatis,

spoor, koma, gelisah, kompos mentis) yang tergantung keadaan klien saat

itu. Tingkat nyeri dan kesakitan klien juga perlu dikaji. Dalam kasus-kasus

fraktur tibia biasanya akut. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada

gangguan lokal.

b. B1 (Breathing)

Pada umumnya fungsi pernafasan klien dengan fraktur tibia tidak

mengalami kelainan. Jika dipalpasi, takti fremitus seimbang kanan dan

kiri. Pada auskultasi, tidak ada suara napas tambahan.

c. B2 (Blood)

Jika tidak ada gangguan khusus pada jantung, inspeksi tidak akan

menemukan iktus jantung. Nadi dipalpasi terjadi peningkatan frekuensi

dan tidak teraba iktus. Hasil auskultasi yang terdengar adalah suara S1 dan

S2 tunggal, tidak ada mur-mur.

d. B3 (Brain)

Klien dengan fraktur tibia biasanya tidak mengalami penurunan kesadaran,

biasanya kompos mentis

Kepala : Tidak ada gangguan. Normosefalik, simetris, tidak ada

penonjolan, tidak ada sakit kepala.

Leher : Tidak ada gangguan. Simetris, tidak ada penonjolan, dan

ada reflex menelan.

Wajah : Tidak ada perubahan bentuk dan fungsi. Wajah terlihat

menahan sakit, simetris, tidak ada lesi dan edema.

Telinga : Tidak ada lesi atau nyeri tekan. Tes bisik menunjukkan

hasil dalam keadaan normal

Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping

hidung.

Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi

perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 25: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

14

Universitas Indonesia

e. B4 (Bladder)

Pada kasus fraktur tibia perlu dikaji fungsi perkemihan meliputi warna,

jumlah dan karakteristik urinm termasuk berat jenis urin. Biasanya klien

fraktur tibia tidak mengalami kelainan pada sistem ini.

f. B5 (Bowel)

Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil inspeksi abdomen bentuk datar,

simetris, tidak ada hernia. Hasil palpasi turgor kulit baik, tidak ada defans

muskular dan hepar tidak teraba. Saat perkusi ditemukan suara timpani,

ada pantulan gelombang cairan. Hasil auskultasi akan menunjukkan nilai

normail peristaltic usus ± 20 kali/ menit.

g. B6 (Bone)

Fraktur pada tibia akan menggangu secara lokal, baik fungsi motorik,

sensorik, maupun peredaran darah.

Pengkajian yang khas pada pada klien fraktur pada bagian yang mengalami

trauma dan fraktur

a. Look

Bagian dan tanda-tanda yang dilihat pada bagian yang terkena trauma

apakah terdapat bagian yang mengalami pembengkakan yang tidak biasa

(abnormal) dan deformitas. Pada bagian ini sering terjadi patah tulang

terbuka sehingga ditemukan adanya tanda-tanda trauma jaringan lunak

sampai kerusakan integritas kulit dan penonjokan tulang keluar kulit.

Akan ditemukan tanda-tanda cedera dan kerusakan neurovaskular

b. Feel

Dilakukan pengkajian ada tidaknya nyeri (tenderness) dan krepitasi di

daerah tungkai bawah dan area atas trauma.

c. Move

Pemeriksaan berfokus untuk mengetahui keterbatasan gerak ekstremitas

bawah akibat trauma yang dialami. Nyeri yang dialami ketika bergerak

dan gerakan yang terbatas karena nyeri dikaji dengan teliti untuk dapat

membantu kebutuhan mobilisasi klien.

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 26: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

15

Universitas Indonesia

2. Pengkajian Diagnostik

Penegakan diagnosa medis yang tepat perlu didukung dengan pemeriksaan

diagnostik yang diperlukan pada pasien fraktur adalah sebagai berikut

(Smeltzer & Bare, 2002):

Tabel 2.1. Pengkajian Diagnostik pada Fraktur

Pemeriksaaan Tujuan

Penyinaran sinar X Dilakukan untuk menentukan lokasi dan luas

fraktur

Scan Tulang/ bone scanning Untuk mendapatkan gambaran fraktur lebih jelas

sehingga dapat di diagnosa dengan tepat jenis

fraktur apa. Selain itu scan tulang

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

Arteriogram Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan

ada tidaknya kerusakan vaskuler.

Hitung Darah Lengkap Pemeriksaaan ini dilakukan untuk mengetahui

kondisi umum darah klien. Konsentrasi darah

mungkin meningkat atau menurun pada

perdarahan. Leukosit biasanya akan meningkat

sebagai respon terhadap peradangan

Kreatinin Pemeriksaaan ini dilakukan untuk mengetahui

peningkatan beban kreatinin untuk clearance

ginjal.

Profil Koagulasi Pemeriksaaan ini dilakukan untuk mengetahui

perubahan koagulasi yang terjadi pada

kehilangan darah atau cedera hati

b. Diagnosa

Masalah keperawatan yang sering muncul pada kasus fraktur tibia baik yang

terbuka maupun yang tertutup antara lain (Muttaqin, 2008):

1. Nyeri

2. Hambatan mobilitas fisik

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 27: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

16

Universitas Indonesia

3. Defisit perawatan diri

4. Risiko tinggi trauma

5. Risiko tinggi infeksi

6. Kerusakan integritas kulit

7. Ansietas

c. Intervensi

Prinsip yang mendasari penatalaksanaan fraktur, termasuk didalamnya intervensi

keperawatan, terdiri dari 4 prinsip: Rekognisi, Reduksi, Retensi dan Rehabilitasi

(Muttaqin, 2008).

Tabel 2.2. Prinsip Penatalaksanaan pada Fraktur

Teknik Pengertian Prinsip Penatalaksanaan

Rekognisi

(recognition)

Diagnosis dan

penilaian fraktur

Prinsip ini untuk mengetahui dan

menilai keadaan fraktur dengan

anamnesis, pemeriksaan klinik, dan

radiologis. Pada awal penanganan

perlu diperhatikan: lokalisasi fraktur,

bentuk fraktur, menentukan teknik

yang sesuai untuk pengobatan dan

menghindari komplikasi yang

mungkin terjadi selama dan sesudah

pengobatan.

Reduksi

(reduction)

Restorasi fragmen

fraktur sehingga

posisi yang paling

optimal didapatkan

Reduksi fraktur apabila perlu. Pada

fraktur intra artikular diperlukan

reduksi anatomis, sedapat mungkin

mengembalikan fungsi normal, dan

mencegah komplikasi, seperti

kekakuan, deformitas, serta

perubahan osteoartritis di kemudian

hari.

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 28: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

17

Universitas Indonesia

Teknik Pengertian Prinsip Penatalaksanaan

Retensi

(retention)

Imobilisasi fraktur Secara umum, teknik

penatalaksanaan yang digunakan

adalah mengistirahatkan tulang yang

mengalami fraktur dengan tujuan

penyatuan yang lebih cepat antara

kedua fragmen tulang yang

mengalami fraktur.

Rehabilitasi

(rehabilitation)

Mengembalikan

aktivitas fungsional

semaksimal mungkin

Program rehabilitasi yang dijalankan

dengan mengoptimalkan seluruh

keadaan klien pada fungsinya agar

aktivitas dapat dilakukan kembali.

Misalnya pada klien pasca amputasi

kruris, proses rehabilitasi yang

dijalankan adalah bagaimana klien

dapat melanjutakan hidup dan

melakukan aktivitas dengan

memaksimalkan organ lain yang

tidak mengalami masalah

2.2.8 Latihan Rentang Pergerakkan Sendi

Latihan rentang gerak dapat aktif (klien menggerakan semua sendinya dengan

rentang gerak tanpa bantuan), pasif (klien tidak dapat menggerakan setiap sendi

dengan rentang gerak), atau berada di antaranya. Rencana keperawatan harus

meliputi menggerakan ekstremitas klien dengan rentang gerak penuh. Latihan

rentang gerak pasif harus dimulai segera pada kemampuan klien menggerakan

ekstremitas atau sendi menghilang. Pergerakan dilakukan dengan perlahan dan

lembut dan tidak menyebabkan nyeri. Dalam pelaksanaannya latihan ini sangat

tergantung pada kemampuan sendi, tidak boleh melebihi kemampuannya. Setiap

gerakan harus diulang 5 kali setiap bagian. (Perry & Potter, 2005)

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 29: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

18

Universitas Indonesia

Range of Motion (ROM) adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat

dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, 2008). Latihan ROM pasif

adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat setiap-setiap

gerakan. Indikasi latihan fasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien

dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua

latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan

paralisis ekstermitas total (Suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna

untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot

orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki

pasien. Latihan ROM aktif dilaksanakan dengan perawat yang memberikan

motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara

mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih

kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya

secara aktif

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 30: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

19 Universitas Indonesia

BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN

3.1 Pengkajian

Kasus fraktur yang dikelola sebagai kelolaan utama selama praktik KKMP

bermana Nn. N, seorang perempuan yang lahir pada 11 November 1993 (19

tahun), seorang mahasiswi semester 4. Nn. N tinggal di Cipinang Jagal, RT 03,

RW 05 No. 7 Jakarta Timur. Nn. N datang ke rumah sakit pada 23 Mei 2013

diantar ibunya dengan keluhan sakit pada kaki kanan karena terjatuh dari motor

dengan posisi kaki terbentur ke lantai. Klien mengeluhkan sakit di bagian kaki

kanannya dan tidak berani menggerakkan kaki kanannya.

Klien beraktivitas sebagai mahasiswa sebuah universitas swasta dan telah duduk

di semester IV. Aktivitas yang sering dilakukan klien untuk mengisi waktu luang

adalah dengan bermain dengan teman-teman kuliahnya. Selama di rumah sakit

klien, klien hanya berkegiatan di tempat tidur dan pemenuhan kebutuhan

dasarnya dibantu oleh keluarga yang menungguinya. Klien merasa bosan di

rumah sakit dan ingin segera keluar rumah sakit jika tindakan medis telah selesai.

Klien biasa tidur di malam hari pukul 22.00 WIB dan bangun pada pukul 06.00

WIB. Klien tidak memiliki kebiasaan khusus sebelum tidur dan tidak mengalami

insomnia. Saat bangun tidur, klien selalu merasa segar. Dari hasil pemeriksaan

tanda-tanda vital didapatkan bahwa tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi

80 x/menit, irama teratur dan kuat, pernafasan 18 x/menit, teratur, suhu 36,5

derajat celcius. Klien sadar penuh (Compos Mentis) dan dapat berkomunikasi

dengan baik. Rentang gerak sendi klien maksimal dan tidak mengalami

deformitas selain di ekstremitas bagian kanan. Tonus otot baik dengan kekuatan

5 5 5 5 5 5 5 5

0 0 0 0 4 4 4 4

Penampilan umum bersih, pakaian serasi dan ganti baju setiap hari, rambut rapi,

kulit kepala bersih dan tidak bau badan.

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 31: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

20

Universitas Indonesia

Pemeriksaan pada sistem sirkulasi menunjukkan bahwa klien tidak memiliki

riwayat hipertensi maupun riwayat sakit jantung. Tidak terdapat edema. Dari hasil

auskultasi, bunyi jantung I dan II normal, tidak ada murmur dan tidak ada gallop.

Hasil inspeksi di leher tidak ada distensi vena jugularis (5-2 cm H2O), warna kulit

tidak nampak kemerahan, pengisian kapiler < 2 detik. Membran mukosa lembab,

bibir lembab, tidak terdapat varises. Penyebaran rambut merata, tidak ada rambut

klien yang rontok, rambut berwarna hitam, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak

ikterik, kulit tidak jaundice.

Pengkajian pada sistem eliminasi didapat hasil bahwa klien memiliki pola BAB

1x sehari. Namun, sejak masuk rumah sakit (23 Mei 2013) hingga saat

dilakukannya pengkajian (25 Mei 2013) klien belum BAB. Klien mengatakan

karakter fesesnya lunak, tidak mengalami diare maupun konstipasi, tidak

berwarna hitam dan tidak terdapat darah segar pada feses. Kllien juga mengatakan

tidak memiliki hemoroid. Pola BAK klien sebanyak 5-7 kali perhari, volume

sekitar 0,5-1 liter sehari, warna kuning jernih cenderung bening. Klien tidak

memiliki keluhan saat berkemih. Klien tidak menggunakan diuretic, tidak merasa

nyeri, tidak merasa terbakar ketika buang air kecil dan tidak memiliki riwayat

sakit ginjal. Hasil palpasi abdomen menunjukkan bahwa perut lunak, tidak

terdapat massa, tidak asites, dan tidak ada nyeri tekan. Hasil auskultasi didapat

bahwa bising usus normal di semua kuadran perut, frekuensinya 10 x/menit.

Selama di rumah sakit, klien mendapatkan diet sebesar 1700 kalori dalam sehari.

Klien makan makanan dari rumah sakit saja yaitu tiga kali makan besar dengan

menu satu porsi nasi, satu mangkuk sayur, telur/ ikan/ tempe/ tahu. Selain makan

besar, klien juga mendapat makanan selingan dari rumah sakit berupa buah atau

kue basah. Klien minum dalam sehari 1-1,5 liter dan lebih sering minum air putih,

terkadang teh dari rumah sakit. Klien mengatakan selama di rumah sakit nafsu

makannya baik, makan selalu habis. Ibu klien mengatakan klien sebelum masuk

rumah sakit memang memiliki nafsu makan yang baik. Klien tidak merasakan

nyeri ulu hati. Klien tidak memiliki alergi terhadap jenis makanan tertentu dan

tidak memiliki masalah dalam mengunyah serta menelan. Gigi klien nampak

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 32: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

21

Universitas Indonesia

bersih, tidak ada karies. Berat badan klien 53 kg sebelum sakit. Saat dilakukan

pengkajian berat badan klien tidak dapat dikaji karena bedrest. Bentuk tubuh

nampak ideal tidak ada perbesaran kelenjar tiroid, tidak ada sariawan, tidak

mengalami perdarahan gusi, lidah bersih dan nampak kemerahan.

Pada pengkajian neurosensori didapatkan data bahwa klien mengatakan tidak

merasa pusing maupun ingin pingsan, tidak kejang, tidak mengalami gangguan

penglihatan, tidak mengalami glaucoma dan tidak mengalami katarak. Klien

menggunakan alat bantu kacamata untuk membaca. Kehilangan pendengaran juga

tidak terjadi dan klien tidak menggunakan alat bantu dengar. Klien sadar dan

terorientai dengan baik mengenai waktu, tempat dan orang. Klien kooperatif,

tidak menyerang, afeksi baik, ekspresi wajah sesuai dengan apa yang diucapkan

dan sikap tubuh juga sesuai. Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada

hari ini dengan baik. Ukuran pupil 3mm/3mm, reaksi terhdap cahaya +/+, facial

drop tidak terjadi, refleks tendon dalam +2, klien tidak mengalami paralisis dan

klien dapat menggenggam dengan baik.

Klien tidak mengalami dispnea yang berhubungan dengan batuk maupun sputum,

tidak memiliki riwayat bronchitis, TB, emfisema maupun pneumonia. Klien tidak

merokok dan tidak terpajan udara yang berbahaya. Selama dirawat di rumah sakit,

klien tidak terpasang alat bantu nafas. Pergerakan dada selama bernafas simetris,

tidak ada penggunaan otot bantu napas, tidak ada nafas cuping hidung. Hasil

auskultasi terdengar bahwa suara nafas klien vesikuler, dan klien tidak mengalami

sianosis.

Klien tidak memiliki alergi terhadap obat maupun makanan, tidak pernah

mengalami cedera sebelumnya, tidak mengalami arthritis, tidak mengalami

masalah punggung, tidak terjadi perbesaran nodus, tidak menggunakan alat

ambulatori. Luka pada kaki kanan berbalut elastis perban. Mengalami fraktur tibia

kanan. Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan. Nyeri bertambah hebat saat kaki

kanan di gerakkan. Intensitasnya 3 saat klien hanya berbaring dan meningkat

menjadi 6 saat bergerak. Frekuensi nyeri jarang hanya saat bergerak, seperti

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 33: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

22

Universitas Indonesia

berdenyut dan menusuk dengan durasi 5 detik namun tidak menjalar. Untuk

mengurangi nyeri biasanya klien mengurangi pergerakan dan berubah posisi

dengan bertahap. Ekspresi nyeri yang teramati dari klien adalah mengerutkan

muka dan mencoba menjangkau untuk menjaga area yang sakit

Faktor stress yang dialami klien adalah karena ini pertama kalinya klien dirawat di

rumah sakit. Klien mengkhawatirkan tindakan apa yang akan dilakukan padanya,

tindakan operasi yang akan dilakukan, berapa lama akan di rumah sakit dan

bagaimana kira-kira hasil operasinya nanti. Klien mengatakan ingin bisa berjalan

lagi dan menjalani hidup sebagaimana sebelumnya. Saat dilakukan pengkajian,

klien mengatakan ingin tahu proses sakitnya dan penyebab stress-nya yang lain.

Klien mengatakan belum mendapatkan penjelasan baik dari dokter maupun suster

yang bertugas.

Pemeriksaan Diagnostik

Telah dilakukan penyinaran X-Ray pada tanggal 26 Mei 2013 dengan hasil

menunjukkan kesan Fraktur Tibia 1/3 Distal Dextra.

3.2 Analisis Data

Setelah dilakukan pengkajian keperawatan, data-data hasil pengkajian

keperawatan dianalisis untuk merumuskan masalah keperawatan. Data-data

didapatkan dari anamnesis, pengkajian fisik maupun diagnostik. Analisis data

yang dijabarkan berikut ini berdasarkan pengkajian klien pada tanggal 25 Mei

2013.

Saat pengkajian dilakukan, klien mengatakan kaki kanan nyeri berdenyut, saat

istirahat nyeri masih dirasakan skala 3, saat digerakkan nyeri dirasakan skala 6.

Nyeri sering muncul, seperti berdenyut dan menusuk namun tidak menjalar,

durasi selama 5 detik. Saat dikaji oleh perawat, klien nampak mengerutkan muka,

meringis, melindungi area yang sakit, membatasi gerak, tanda-tanda vital

menunjukkan nilai tekanan darah 100/70 mmHg, denyut nadi 80x /menit,

frekuensi pernafasan 18x/menit dan suhu 36,5o C. Dari data-data tersebut dapat

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 34: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

23

Universitas Indonesia

diangkat diagnosa keperawatan nyeri akut yang disebabkan pergeseran fragmen

tulang karena fraktur.

Klien mengatakan hanya berbaring ditempat tidur, sakit saat bergerak, dan

memilih untuk tetap berbaring. Klien dibantu oleh keluarga yang menjaga untuk

memenuhi kebutuhan dasarnya. Klien nampak hanya berbaring di tempat tidur.

Klien tampak meringis saat mencoba berubah posisi. Tanda-tanda vital

menunjukkan nilai tekanan darah 100/70 mmHg, denyut nadi 80x /menit,

frekuensi pernafasan 18x/menit dan suhu 36,5o C. Pengkajian diagnostik

penyinaran X-ray menghasilkan kesan Fraktur Tibia 1/3 Distal Dextra. Dari data-

data tersebut dapat diangkat diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik yang

disebabkan kelemahan dan proses imobilisasi karena pergeseran fragmen tulang

karena fraktur.

Saat pengkajian berangsung klein banyak bertanya kepada perawat dan

mengatakan cemas mengenai tindakan apa yang akan dilakukan padanya,

tindakan operasi yang akan dilakukan, berapa lama akan di rumah sakit dan

bagaimana kira-kira hasil operasinya nanti. Klien tampak termenung sendiri saat

tidak ada keluarga, klien banyak bertanya mengenai penyakit dan tindakan yang

akan dilaluinya pada petugas kesehatan yang hampiri. Tanda-tanda vital

menunjukkan nilai tekanan darah 100/70 mmHg, denyut nadi 80x /menit,

frekuensi pernafasan 18x/menit dan suhu 36,5o C.

3.3 Implementasi dan Evaluasi Tindakan Asuhan Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa data diperoleh tiga masalah utama yang

perlu dilakukan intervensi keperawatan pada Nn. N (mulai tanggal 25 Mei 2013 –

31 Mei 2013). Untuk mengatasi nyeri akutnya, perawat melakukan pengkajian

skala nyeri pada Nn. N, mengukur tanda- tanda vital, mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam, mengajarkan guided imagery, serta memberikan tramadol

2x10 mg sehari sebagai intervensi kolaborasi. Tidak lupa perawat melibatkan

keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri pada

klien. Hasil yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan antara lain Nn. N

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 35: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

24

Universitas Indonesia

mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 ke 3 dari skala nyeri 1-10. Nn. N

mengatakan selalu melakukan nafas dalam dan membayangkan hal-hal yang

menyenangkan ketika nyeri datang. Nn. N terlihat lebih rileks dan tersenyum saat

berinteraksi dengan petugas. Pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan hasil

TD 100/70 mmHg; Suhu 36,5o C ; Nadi 80 x/menit ; RR 18 kali/ menit, diaforesis

(-), tampak meringis menahan sakit saat bergerak. Rasa nyeri klien berangsur-

angsur berkurang dari tanggal 25-31 Mei 2013. Sebelum dilakukan operasi yaitu

tanggal 25-27 Mei 2013 Nn. N masih takut menggerakan ekstremitas bawahnya

karena nyeri. Setelah operasi, (28-31 Mei 2013) Nn. N lebih bisa mengontrol

nyerinya. Keluarga tampak mendampingi Nn. N dan memotivasi Nn. N saat nyeri.

Intervensi yang dilakukan sebelum operasi untuk mengatasi masalah hambatan

mobilitas fisik adalah melakukan pendidikan kesehatan tentang immobilisasi area

fraktur (pada tanggal 25 Mei 2013) dan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi

post operasi (setelah pada tanggal 26 Mei 2013) untuk menyiapkan pengetahuan

klien tentang pergerakan sendi operasi. Pada tanggal 28 Mei 2013 klien dilakukan

operasi open reduction internal fixation (ORIF) dan perawat menyarankan Nn. N

untuk segera miring kanan-kiri setelah operasi selesai dan tidak ada mual ataupun

muntah. Sehari setelah operasi hingga hari ketiga (29-31 Mei 2013), perawat

melatih dan memotivasi klien melakukan latihan rentang pergerakan sendi aktif

pada kaki kiri dan melakukan ROM aktif asistif pada kaki kanansetiap hari dan

selalu melibatkan anggota keluarga dalam melakukan tindakan. Hasil yang

diperoleh dari intervensi tersebut adalah Nn. N mengatakan kebutuhan sehari-hari

dipenuhi oleh keluarga, tetapi saat persiapan pulang tanggal 31 Mei 2013 sudah

mampu melakukan aktivitas mandiri dengan perlahan. Nn. N tampak melakukan

latihan ROM setiap hari, klien tampak memenuhi kebutuhan dengan bertahap dari

dibantu hingga sekarang mampu melakukan sendiri, klien latihan berjalan dengan

tongkat mengelilingi kamar perawatan. Keluarga membantu klien dalam melatih

berjalan dengan tongkat di hari kepulangan klien (31 Mei 2013).

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah cemas yang

dialami klien Nn. N adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 36: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

25

Universitas Indonesia

apa yang akan dilakukan padanya, tindakan operasi yang akan dilakukan, berapa

lama akan di rumah sakit dan bagaimana kira-kira hasil operasinya nanti pada hari

pertama dilakukan pengkajian (25 Mei 2013). Pada interensi berikutnya yaitu

pada tanggal 27 Mei 2013, perawat melakukan edukasi klien tentang persiapan

fisik operasi dan mobilisasi yang dilakukan setelah operasi dilakukan. Edukasi ini

juga untuk menyiapkan/ melakukan perencanaan pulang bagi klien. Hasil yag

didapat dengan intervensi tersebut antara lain klien mengatakan masih ada rasa

cemas, tetapi sudah berkurang sejak diberikan pendidikan kesehatan pada tanggal

25 Mei 2013. Setelah dilakukan operasi klien Nn. N terlihat lebih siap

menghadapi kenyataan dan tindakan yang telah dan akan dilakukan terhadapnya.

Setelah operasi, klien mampu mengikuti program mobilisasi segera setelah

operasi tanpa banyak bertanya maupun cemas yang tidak terkendali.

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 37: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

26

Universitas Indonesia

BAB IV

ANALISIS SITUASI

4.1 Profil Lahan Praktik

Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto merupakan

rumah sakit rujukan bagi seluruh tentara pusat. Rumah sakit yang berlokasi di

jalan Abdul Rahman Saleh nomor 24, Jakarta pusat ini sudah berdiri sejak zaman

belanda dengan nama groot militare hospital welterveden yang merupakan rumah

sakit tentara Belanda. Pada masa penjajahn Jepang, tahun 1942 berpindah alih

menjadi rumah sakit militer angkatan darat Jepang dengan nama rikugun byoin.

Rumah sakit ini pada akhirnya dikuasai oleh KNIL pada masa kemerdekaan RI

tahun 1945 dengan nama leger hospital Batavia. Pada tanggal 26 Juli 1950

diserahkan kepada Djawatan Kesehatan Angkatan Darat dan menjadi rumah sakit

tentara pusat. Tanggal tersebut hingga kini diperingati sebagai hari jadi RSPAD

Gatot Soebroto.

Sejak 1977 RSPAD Gatot Soebroto ditkesad ditunjuk menjadi salah satu tempat

pemeriksaan dan perawatan pejabat tinggi sampai sekarang. Mengingat peran

serta rumah sakit terhadap pelayanan kesehatan masyarakat maka sejak tahun

1989, RSPAD Gatot Soebroto mulai membuka diri untuk pelayanan swasta

sampai sekarang, dikenal sebagai paviliun dr. R. Darmawan, PS untuk rawat inap.

Kemudian tahun 1991 didirikan bangunan 6 lantai di paviliun Kartika untuk rawat

jalan dan rawat inap. Selanjutnya diresmiakn paviliun dr Iman Sudjudi melayani

kesehatan ibu dan bayi, paviliun anak untuk perawatan anak serta non paviliun

untuk perawatan kelas tiga.

Visi RSPAD Gatot Soebroto adalah menjadi rumah sakit kebanggan prajurit. Visi

tersebut diturunkan ke dalam misi utama, misi khusus dan misi tambahan. Misi

Utama RSPAD Gatot Soebroto adalah menyelenggarakan fungsi perumahsakitan

tingkat pusat dan rujukan tertinggi bagi rumah sakit TNI AD dalam rangka

mendukung tugas pokok TNI AD. Misi khususnya adalah menyelenggarakan

dukungan dan pelayanan kesehatan yang professional dan bermutu serta

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 38: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

27

Universitas Indonesia

menyeluruh bagi prajurit/ PNS TNI AD dan keluarganya dalam rangka

meningkatkan kesiapan dan kesejahteraan. Adapun misi tambahannya dalah

sebagai sub sistem kesehtan nasional, RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ikut

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui program Yanmasum. Dalam

bidang keilmuan RSPAD Gatot Subroto juga mempunyai tiga misi yaitu

mengembangkan keilmuan secara berkesinambungan, meningkatkan kemampuan

tenaga kesehatan melalui pendidikan berkelanjutan dan memberikan lingkungan

yang mendukung proses pembelajaran dan penelitian bagi tenaga kesehatan

(Admin, 2013).

RSPAD Gatot Soebroto mulai mengadakan pengambangan secara signifikan pada

masa pemerintahan orde baru (1966-1988), meliputi pengembangan fisik

bangunan, pengadaan alat canggih, organisasi dan sumber daya manusia. Presiden

Soeharto memberikan kebijaksanaan untuk pembangunan RSPAD Gatot Soebroto

menjadi rumah sakit yang modern secara bertahap dengan bantuan dari presiden.

Pada tanggan 17 November 1971 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan

unit perawatan umum. Unit Perawatan Umum yang dikenal dengan Unit I / PU,

terdiri atas 6 lantai dengan luas bangunan 13.950 m2 dan berkapasitas 298 tempat

tidur yang dibangun sejak Nopember 1971 telah selesai dan diresmikan

penggunaannya pada tanggal 28 Oktober 1974 oleh Jenderal TNI Suharto,

Presiden RI pada waktu itu. Lantai 5 Departemen Bedah adalah salah satu wahana

praktik bagai mahasiswa profesi Ners FIK UI dalam praktik Keperawatan

Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP).

Lantai 5 Departemen Bedah merupakan ruangan kelas II yang merawat pasien

dengan tindakan pembedahan. Lantai 5 bedah memiliki 10 kamar dengan 2 kamar

berkapasitas tempat tidur 2 bed perkamar dan 8 kamar berkapasitas 4 bed

perkamar. Namun, 2 kamar yaitu kamar 2 dan 3 tidak dapat digunakan karena

tidak layak pakai. Pasien yang dirawat di lantai 5 bedah adalah pasien yang

menderita dalam 6 sistem tubuh: digestive, saraf, urologi, tumor, orthopedi dan

THT. Dalam rentang waktu empat bulan terakhir (Januari- April 2013) penyakit-

penyakit yang menjadi spesialisasi lantai 5 bedah selalu menempati posisi 4 besar

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 39: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

28

Universitas Indonesia

yaitu ca mamae, fraktur, BPH dan SNNT. Beragamnya jenis penyakit dalam yang

ada di lantai 5 bedah mendukung pula iklim belajar bagi mahasiswa yang sedang

praktik, karena mahasiswa dapat lebih banyak terpapar variasi penyakit dan

asuhan keperawatan yang khas pada setiap penyakit. Mahasiswa dapat merasakan

pengalaman langsung berinteraksi dan menerapkan asuhan keperawatan yang

telah dipelajari di kampus untuk diterapkan kepada pasien-pasien di lantai 5 bedah

dengan bimbingan dari pembimbing klinik dan perawat ruangan. Lantai 5 bedah

juga digunakan sebagai tempat riset untuk mengembangkan keilmuan khususnya

di bidang kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan misi yang diemban oleh RSPAD

Gatot Soebroto mengembangkan keilmuan secara berkesinambungan,

meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan melalui pendidikan berkelanjutan

dan memberikan lingkungan yang mendukung proses pembelajaran dan penelitian

bagi tenaga kesehatan

4.2. Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep

kasus terkait

Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan adalah pelayanan keperawatan

profesional yang ditujukan kepada masyarakat perkotaan terutama pada

kelompok resiko tinggi untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan serta pelaksanaan pelayanan

keperawatan yang optimal. Dalam hal ini diharapkan peran perawat untuk mampu

melaksanakan proses keperawatan secara optimal sejak identifikasi masalah,

menetapkan masalah, merencanakan intervensi, menerapkan penyelesaian

masalah, mengevaluasi kegiatan dan meningkatkan kemampuan dalam

memelihara kesehatan secara mandiri melalui upaya preventif melalui pendidikan

kesehatan. Masyarakat perkotaan sering disebut dengan istilah urban community

dimana masyarakatnya memiliki faktor risiko mengalami masalah kesehatan yang

berhubungan dengan kondisi yang ada dilingkungan kota dan karakter

masyarakatnya.

Kasus fraktur Nn. N, seorang perempuan yang lahir pada 11 November 1993 (19

tahun), seorang mahasiswi semester 4. Nn. N datang ke rumah sakit pada 23 Mei

2013 diantar ibunya dengan keluhan sakit pada kaki kanan karena terjatuh dari

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 40: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

29

Universitas Indonesia

motor dengan posisi kaki terbentur ke lantai. Klien mengeluhkan sakit di bagian

kaki kanannya dan tidak berani menggerakkan kaki kanannya. Diagnosa medis

untuk klien adalah Fraktur Tibia Dextra. Dalam konteks keperawatan masyarakat

perkotaan, Nn dapat digolongkan pada kelompok populasi vulnerable.

Vulnerable population group adalah bagian dari kelompok populasi yang

kemungkinan besar terjadi perkembangan masalah kesehatan sebagai hasil dari

resiko paparan atau dampak yang buruk dari masalah kesehatan dari semua

populasi (Nies & Mc Ewen, 2007). Pekerjaan dan kegiatan harian klien

membuatnya terpapar dengan kendaraan bermotor. Kebiasaan mengendarai motor

ditengah peningkatan jumlah kendaraan bermotor membuat kemungkinan risiko

terjadinya kecelakaan dan fraktur menjadi besar.

4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait

Latihan rentang pergerakan sendi (RPS) atau Range of Motion (ROM) berperan

penting dalam proses rehabilitasi klien fraktur tibia dengan post operasi ORIF.

Dalam penelitian yang dilakukan Irwansyah tahun 2011 didapatkan kesimpulan

bahwa berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan lingkup gerak

sendi antara pasien kelompok ROM aktif dan kelompok ROM pasif (p value

0,016). Hal ini berarti lingkup gerak sendi pada pasien kelompok ROM pasif lebih

besar dibandingkan dengan kelompok ROM aktif. Keadaan ini menggambarkan

bahwa latihan rentang gerak sendi dapat meningkatkan lingkup gerak sendi pada

pasien fraktur femur post operasi ORIF (Irwansyah, 2011).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Suddarth & Brunner (2002) bahwa latihan

rentang gerak sendi di lakukan untuk mengurangi efek imobilisasi pada pasien

melalui latihan isometrik otot-otot di bagian yang di imobilisasi. Latihan

kuadrisep dan latihan gluteal dapat membantu mempertahankan kelompok otot

besar yang penting untuk berjalan. Menurut Suratun (2008) bahwa rentang gerak

pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan

menggerakkan otot orang lain secara pasif sedangkan latihan ROM aktif untuk

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 41: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

30

Universitas Indonesia

melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-

ototnya secara aktif .

Pada kasus Nn N yang diberikan latihan rentang pergerakan sendi (RPS) sejak

hari pertama setelah operasi, respon yang diberikan Nn N sangat baik. Nn N pada

hari pertama mulai dilakukannya RPS mengatakan ragu untuk memulai latihan,

tetapi dengan motivasi dari perawat, Nn N mau dan dapat melakukan latihan RPS.

Sesuai dengan Teori Oswari (2000), perawat membantu pasien pasca operatif

fraktur tibia melakukan latihan RPS pasif dan menganti posisi akan meningkatkan

aliran darah ke ekstermitas sehingga stasis berkurang. Kontraksi otot kaki bagian

bawah akan meningkatkan aliran balik vena sehingga mempersulit terbentuknya

bekuan darah.

Penerapan latihan gerak sendi ini sejalan dengan penelitian Maryani (2008)

tentang penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Post Operasi Fraktur Femur

1/3 Medial Dekstra Dengan Pemasangan Plate And Screw Di RSO Prof. Dr.

Soeharso Surakarta menunjukkan bahwa adanya peningkatan Luas Gerak Sendi

(LGS) setelah diberikan latihan ROM yaitu dari pada latihan sendi aktif LGS

sebesar 35o, sedangkan latihan sendi pasif LGS sebesar 50

o. Data tersebut

didukung dengan hasil penelitian Ulliya (2007) tentang Pengaruh Latihan Range

Of Motion (ROM) Terhadap Fleksibilitas Sendi Lutut Pada Lansia Di Panti

Wreda Wening Wardoyo Ungaran menunjukkan bahwa fleksibilitas sendi lutut

kiri pada lansia yang memiliki keterbatasan gerak meningkat setelah melakukan

latihan ROM selama 3 minggu sebesar 31,87º dan selama 6 minggu sebesar 35º,

artinya ada peningkatan yang signifikan antara pengukuran pertama-kedua pada

fleksi sendi lutut kanan dan kiri dan antara pengukuran pertama-ketiga pada fleksi

sendi lutut kiri. Simpulan pada penelitian ini adalah latihan ROM selama 6

minggu dapat meningkatkan fleksibilitas sendi lutut kiri sebesar 35° atau 43,75%.

Latihan RPS pada klien dengan immobilisasi seperti Nn N yang post operasi

ORIF meningkatkan aliran darah ke ekstremitas. Kontraksi otot kaki bagian

bawah akan meningkatkan aliran balik vena sehingga mempersulit terbentuknya

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 42: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

31

Universitas Indonesia

bekuan darah. Pada klien Nn N, kemampuan mobilisasi meningkat sejak hari

pertama post operasi ORIF. Pada klien Nn. N, LGS sebelum operasi tidak

mengalami perubahan hingga menjelang operasi.

Setelah operasi LGS sendi lutut kanan mengalami peningkatan yang cukup baik.

Pada hari pertama setelah operasi, klien mengalami keragu-raguan untuk memulai

melakukan latihan RPS hingga hanya mampu melakukan fleksi sendi sebesar 27o.

Pada hari kedua, setelah motivasi oleh perawat akhirnya mampu meningkatkan

kemampuan fleksi lutut sebesar 30 o

. Pada hari kepulangan atau hari ketiga setelah

operasi, klien mampu membuat fleksi sebesar 35 o

. Kondisi ini sesuai dengan

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan

Dalam pelaksanaannya, secara umum tidak ditemukan masalah berarti. Fokus

yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah komunikasi tentang baiknya

latihan RPS untuk membantu mengembalikan fungsi mobilisasi. Beberapa pasien

fraktur di rumah sakit mungkin masih ragu untuk menggerakkan kaki segera

setelah operasi. Namun jika dapat dijelaskan dengan baik, klien dan keluarga akan

mengikuti saran perawat untuk segera bergerak setelah operasi.

4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan

Latihan rentang pergerakan sendi dapat membantu proses rehabilitasi fungsi

mobilitas fisik yang terganggu karena immobilisasi yang lama akibat fraktur.

Untuk mengoptimalisasikan proses keperawatan, perlu dilakukan adalah

a. Pembuatan pedoman penatalaksanaan klien dengan fraktur ekstremitas

dengan latihan pergerakan sendi (RPS) menjadi salah satu tindakannya.

b. Pelibatan keluarga untuk mengontrol dan sistem pendukung utama klien

dalam melaksanakan latihan RPS.

c. Pembuatan jadwal harian latihan RPS pada setiap klien immobilisasi terutama

karena fraktur ektremitas.

d. Penyediaan media pembelajaran tentang latihan RPS.

e. Penyediaan alat bantu jalan seperti kruk/ tongkat untuk latihan klien sebelum

akhirnya klien membeli sendiri.

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 43: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

31

Universitas Indonesia

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan Fraktur

Tibia Dextra didapatkan beberapa simpulan. Faktor risiko yang memungkinkan

Nn N mengalami fraktur tibia Nn N meliputi usia dan gaya hidup yang terpapar

dengan kendaraan bermotor. Fraktur Tibia Nn N disebabkan karena kecelakaan

lalu lintas akibat kendaraan bermotor di area perkotaan. Masalah keperawatan

yang muncul pada Nn N akibat masalah kesehatan yang dialami adalah nyeri,

ansietas dan hambatan mobilitas fisik.

Implementasi yang sudah dilakukan meliputi latihan mobilisasi dengan latihan

pergerakan sendi, manajemen nyeri dan pendidikan kesehatan dari pre operasi

hingga perencanaan pulang. Latihan pergerakan sendi setelah operasi ORIF pada

Nn N terbukti mampu menghindarkan komplikasi terkait immobilisasi yang

ditandai dengan meningkatnya luas gerak sendi (LGS) fleksi lutut kanan klien dari

27o menjadi 35

o.

5.2 Saran

Bagi Penulis diharapkan dapat:

a. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam pemberian asuhan

keperawatan pada klien Fraktur Tibia, terutama tentang modalitas mobilitas.

b. Senantiasa meningkatkan semangat belajar, critical thingking dan metode

belajar evidence based sehingga dapat terus mengembangkan ilmu

pengetahuan dan menerapkan inovasi di bidang keperawatan

Bagi Masyarakat perkotaan diharapkan dapat:

a. Meningkatkan pengetahuan mengenai fraktur tibia meliputi definisi, faktor

risiko jenis, manifestasi klinis, dan komplikasinya

b. Mengurangi faktor risiko terkena fraktur tibia dengan mengendarai kendaraan

bermotor dengan hati-hati.

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 44: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

32

Universitas Indonesia

Bagi Instansi Rumah Sakit

a. meningkatkan pelayanan keperawatan khususnya pada klien Fraktur dalam

upaya pencegahan komplikasi

b. mendukung penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan sehingga dapat

tercipta kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang lebih baik di rumah

sakit

c. mendukung penerapan asuhan keperawatan berdasarkan evidence based

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 45: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

31

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2013. Jumlah Kecelakaan, Korban Mati, Luka Berat, Luka Ringan, dan

Kerugian Materi yang Diderita Tahun 1992-2011.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=17

&notab=14 diunduh pada 4 juli 2013 pukul 14.03 WIB

Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2.

Jakarta: EGC

Harpham, T dan Tanner. 1995. Urban Health in Developing Countries: Progress

and Prospects. UK: London

Hastono, S, 2001. Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia. Jakarta: UI Press

Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Kebidanan, Teknik Analisis Data. Jakarta :

Salemba Medika

Muttaqin. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal.

Jakarta: EGC

Nies, M. A., & McEwen, M. 2011. Community health nursing: Promoting the

health of populations (5th ed.). Philadelphia: W. B. Saunders

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses

dan Praktik, Edisi 4. Jakarta: EGC

Kistiantari, R. 2009. Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Post

Operasi Fraktur Femur 1/3 Distal Dextra Dengan Pemasangan Plate And

Screw Di RSAL Dr. Ramelan Surabaya, Skripsi, Program Diploma III

Fisioterapi Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kurniasih, S. 2012. Transportasi Publik sebagai Solusi Kemacetan. Jakarta:

Penerbit Harian Tempo

Reeves, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba

Smeltzer dan Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.1. Jakarta:

EGC

Suratun. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal, Seri Asuhan

Keperawatan, Cetakan I. Jakarta: EGC

Wibawani, W. B. 2005. Hubungan Antara Lingkup Gerak Sendi Fleksi – Ekstensi

Shoulder Terhadap Umur, Program Diploma IV Fisioterapi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 46: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

Lampiran

Obat yang dikonsumsi klien pada 25 Mei 2013:

Nama obat Dosis Waktu Tujuan

Tramadol 25 mg 10.00, 22.00 Mengurangi nyeri

(analgesik)

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil sebagai berikut:

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal

23/06/13 30/6/13

Hematologi Rutin

Hemoglobin

Hematokrit

Eritrosit

Leukosit

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

Faal Hemostatis

Protrombin (PT)

Kontrol

Pasien

APPT

Kontrol

Pasien

Kimia Klinik

SGOT (AST)

SGPT (ALT)

Ureum

Kreatinin

12,5

36

4,3

9.200

233.000

83

29

35

11,5

17,0

34

32,7

15

15

26

0,8

11,4

33

3,9

10.600

249.000

84

29

35

12-16

37-47

4,3-6,0

4800-10.800

150.000-400.000

80-96

27-32

32-36

9,8-12,6

27-39

< 35 U/l

< 40 U/l

20-50

0,5-1,5

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 47: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

Lampiran

Analisa Data

Data Diagnosis Keperawatan

DS:

Klien mengatakan kaki kanan nyeri berdenyut,

saat istirahat nyeri masih dirasakan skala 3, saat

digerakkan nyeri dirasakan skala 6. Nyeri sering

muncul, seperti berdenyut dan menusuk namun

tidak menjalar, durasi selama 5 detik.

DO:

Klien nampak mengerutkan muka, meringis,

melindungi area yang sakit, membatasi gerak,

melaporkan nyeri secara verbal, TD= 100/70

mmHg, N= 80x /menit, pernafasan= 18x/menit,

suhu=36,5 C

Nyeri Akut

DS:

Klien mengatakan hanya berbaring ditempat tidur,

sakit saat bergerak, dan memilih untuk tetap

berbaring

DO:

Klien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,

dibantu oleh keluarga yang menjaga. Klien

nampak hanya berbaring di tempat tidur. Klien

tampak meringis saat mencoba berubah posisi.

TD= 100/70 mmHg, N= 80x /menit, pernafasan=

Hambatan Mobilitas Fisik

Gula Darah Sewaktu

Na

K

Cl

163

144

3,6

107

104 < 140

135-147

3,4-5,0

95-105

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 48: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

Lampiran

18x/menit, suhu=36,5 C

Kesan hasil X-ray: : Fraktur Tibia 1/3 Distal

Dextra

DS:

Klein mengatakan cemas tindakan apa yang akan

dilakukan padanya, tindakan operasi yang akan

dilakukan, berapa lama akan di rumah sakit dan

bagaimana kira-kira hasil operasinya nanti

DO:

Klien tampak termenung sendiri saat tidak ada

keluarga, klien banyak bertanya mengenai

penyakit dan tindakan yang akan dilaluinya pada

petugas kesehatan yang hampiri

TD= 100/70 mmHg, N= 80x /menit, pernafasan=

18x/menit, suhu=36,5 C

Ansietas

Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan

25 Mei 2013

Waktu Diagnosa

keperawatan Implementasi Evaluasi

15.00 Nyeri Akut 1. Monitor tanda-

tanda vital

2. Mengajarkan nafas

dalam

3. Menganjurkan

klien untuk

melaporkan nyeri

4. Menganjurkan

klien

meminimalisasi

gerakan untuk

S : Klien mengatakan

nyeri skala 3, nyeri

meningkat jika kaki

digerakkan, tetapi dapat

mengendalikan

O : - TD 100/70 mmHg,

nadi 80 x/mnt, RR

18x/mnt, suhu 36,5 oC,

- Wajah tidak

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 49: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

Lampiran

mengurangi nyeri

5. Kolaborasi:

tramadol 2 x

sehari per oral

meringis, tidak

nampak tegang dan

gelisah, dapat

melakukan nafas

dalam.

A : Masalah nyeri

teratasi sementara

P : - monitor TTV

- Pantau keluhan

nyeri

- ciptakan

lingkungan yang

aman bagi klien

mengajarkan distraksi

pada kegiatan.

16.00 Ansietas 1. Monitor tanda-tanda

vital

2. Memberikan

informasi yang

dibutuhkan klien

untuk mengurangi

cemas (persiapan

fisik operasi)

3. Memberikan

lingkungan yang

aman dan nyaman

bagi klien

4. Motivasi melakukan

tarik napas dalam

S: klien mengatakan

lebih tenang dan akan

mempersiapkan diri

menghadapi operasi

O : - TD 100/70 mmHg,

nadi 80 x/mnt, RR

18x/mnt, suhu 36,5 oC,

tidak nampak tegang dan

gelisah,

A : Masalah ansietas

teratasi sementara

P : - monitor TTV

- ciptakan

lingkungan yang

aman dan nyaman

bagi klien

- memberikan

pendidikan

kesehatan setiap

melakukan

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 50: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

Lampiran

tindakan

keperawatan

16.00 Hambatan

Mobilitas Fisik

1. Kaji mobilitas

yang ada dan

observasi adanya

peningkatan

kerusakan.

2. Kaji secara teratur

fungsi motorik

3. Atur posisi

immobilisasi pada

tungkai bawah

4. Ajarkan klien

melakukan latihan

gerak aktif pada

ekstremitas yang

tidak sakit

S: klien mengatakan

masih mampu

menggerakkan tangan

tetapi takut

menggerakkan kaki

kirinya

O: klien dapat

melakukan gerakan

latihan RPS sederhana

pada tangan,

A: masalah hambatan

mobilitas fisik masih

terjadi

P: memotivasi untuk

latihan RPS aktif pada

ektremitas yang tidak

trauma minimal 2 kali

sehari

27 Mei 2013

Waktu Diagnosa

keperawatan Implementasi Evaluasi

12.00 Nyeri Akut 1. Monitor tanda-

tanda vital

2. Mengajarkan

distraksi pada

kegiatan

3. Menganjurkan

klien untuk

melaporkan nyeri

S : Klien mengatakan

nyeri skala 3, nyeri

meningkat jika kaki

digerakkan, tetapi dapat

mengendalikan

O : - TD 110/70 mmHg,

nadi 78 x/mnt, RR

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 51: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

Lampiran

4. Menganjurkan

klien

meminimalisasi

gerakan untuk

mengurangi nyeri

5. Kolaborasi:

tramadol 2 x sehari

per oral

18x/mnt, suhu 35,8 oC,

- Wajah tidak

meringis, tidak

nampak tegang dan

gelisah, dapat

melakukan nafas

dalam

A : Masalah nyeri

teratasi sementara

P : - monitor TTV

- Pantau keluhan

nyeri

- ciptakan

lingkungan yang

aman bagi klien

mengajarkan diskusi

dengan keluarga

10.00 Ansietas 1. Monitor tanda-

tanda vital

2. Memberikan

informasi yang

dibutuhkan klien

untuk mengurangi

cemas (manfaat

latihan RPS untuk

mencegah

komplikasi)

3. Memberikan

lingkungan yang

aman dan nyaman

bagi klien

4. Motivasi

melakukan tarik

napas dalam

S: klien mengatakan

lebih tenang dan akan

berlatih RPS dengan

rajin

O : - TD 110/70 mmHg,

nadi 78 x/mnt, RR

18x/mnt, suhu 35,8 oC,,

tidak nampak tegang dan

gelisah,

A : Masalah ansietas

teratasi sementara

P : - monitor TTV

- ciptakan

lingkungan yang

aman dan nyaman

bagi klien

- memberikan

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 52: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

Lampiran

pendidikan

kesehatan setiap

melakukan

tindakan

keperawatan

10.00 Hambatan Mobilitas

Fisik

1. Kaji mobilitas yang

ada dan observasi

adanya peningkatan

kerusakan.

2. Kaji secara teratur

fungsi motorik

3. Atur posisi

immobilisasi pada

tungkai bawah

4. Ajarkan klien

melakukan latihan

gerak aktif pada

ekstremitas yang

tidak sakit

S: klien mengatakan

masih mampu

menggerakkan tangan

tetapi takut

menggerakkan kaki

kirinya

O: klien dapat

melakukan gerakan

latihan RPS sederhana

pada tangan,

A: masalah hambatan

mobilitas fisik masih

terjadi

P: memotivasi untuk

latihan RPS aktif pada

ektremitas yang tidak

trauma minimal 2 kali

sehari

28 Mei 2013

Waktu Diagnosa

keperawatan Implementasi Evaluasi

9.00 Nyeri Akut 1. Monitor tanda-

tanda vital

2. Mengajarkan

distraksi pada

kegiatan

3. Menganjurkan

klien untuk

S : Klien mengatakan

nyeri skala 3, nyeri

meningkat jika kaki

digerakkan, tetapi dapat

mengendalikan

O : - TD 100/70 mmHg,

nadi 20 x/mnt, RR

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 53: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

Lampiran

melaporkan nyeri

4. Menganjurkan

klien

meminimalisasi

gerakan untuk

mengurangi nyeri

5. Kolaborasi:

tramadol 2 x sehari

per oral

18x/mnt, suhu 36,7 oC,

- Wajah tidak

meringis, tidak

nampak tegang dan

gelisah, dapat

melakukan nafas

dalam

A : Masalah nyeri

teratasi sementara

P : - monitor TTV

- Pantau keluhan

nyeri

- ciptakan

lingkungan yang

aman bagi klien

mengajarkan diskusi

dengan keluarga

10.00 Ansietas 1. Monitor tanda-

tanda vital

2. Memberikan

informasi yang

dibutuhkan klien

untuk mengurangi

cemas (mobilisasi

post operasi)

3. Memberikan

lingkungan yang

aman dan nyaman

bagi klien

4. Motivasi

melakukan tarik

napas dalam

S: klien mengatakan

lebih tenang dan akan

segera miring kanan-kiri

jika sudah diperbolehkan

O : - TD 100/70 mmHg,

nadi 20 x/mnt, RR

18x/mnt, suhu 36,7 oC, tidak nampak

tegang dan gelisah,

A : Masalah ansietas

teratasi sementara

P : - monitor TTV

- ciptakan

lingkungan yang

aman dan nyaman

bagi klien

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013

Page 54: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351605-PR-Septi Kurniasih.pdf · hambatan mobilitas fisik, dan cemas. ... LAPORAN KASUS KELOLAAN ... resiko

Lampiran

- memberikan

pendidikan

kesehatan setiap

melakukan

tindakan

keperawatan

10.00 Hambatan Mobilitas

Fisik

1. Kaji mobilitas yang

ada dan observasi

adanya peningkatan

kerusakan.

2. Kaji secara teratur

fungsi motorik

3. Atur posisi

immobilisasi pada

tungkai bawah

4. Motivasi klien

melakukan latihan

gerak aktif pada

ekstremitas yang

tidak sakit

5. Anjurkan klien

miring kanan-kiri 6

jam setelah operasi

S: klien mengatakan

masih mampu

menggerakkan tangan

tetapi takut

menggerakkan kaki

kirinya

O: klien dapat

melakukan gerakan

latihan RPS sederhana

pada tangan,

A: masalah hambatan

mobilitas fisik masih

terjadi

P: memotivasi untuk

latihan RPS aktif pada

ektremitas yang tidak

trauma minimal 2 kali

sehari

Analisis praktik ..., Septi Kurniasihl, FIK UI, 2013