Upload
hoangnhi
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS POSTUR TUBUH IBU MENYUSUI DALAM
POSISI DUDUK MENGGUNAKAN RAPID UPPER LIMB
ASSESMENT KELURAHAN PISANGAN TAHUN 2014
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH:
Nadya Hanifa Burmawi
108101000049
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H.
2015 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesahatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesahatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesahatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Juni 2015
Nadya Hanifa, NIM: 108101000049
Analisis Postur Tubuh Ibu Menyusui dalam Posisi Duduk Menggunakan Rapid
Upper Limb Assesment Kelurahan Pisangan
xvii + 106 Halaman + 14 Tabel + 19 Gambar + 2 Bagan + 10 Lampiran
ABSTRAK
Penerapan ergonomi yang tidak tepat sering terjadi pada ibu menyusui saat
duduk. Ibu menyusui lebih sering mengabaikan kenyamanan mereka yang dapat
menimbulkan postur janggal mengakibatkan keluhan rasa sakit. Gejala yang umum
terjadi akibat penerapan ergonomi yang tidak tepat adalah timbulnya risiko ergonomi
akibat kerja berupa MSDs. Namun masalah muncul adalah postur tubuh ibu
menyusui yang menggunakan posisi duduk apa yang meminalisasi timbulnya risiko
ergonomi.
Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk melihat gambaran analisis
posisi duduk ibu menyusui menggunakan RULA di Kelurahan Pisangan tahun 2014.
Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan observasional
terhadap postur tubuh pada ibu menyusui menggunakan metode ergonomic risk
assessment RULA (Rapid Upper Limb Assesment). Untuk mendapatkan gambaran
postur kerja dari aktivitas ibu menyusui dalam posisi duduk menggunakan kursi
ergonomis, kursi biasa dan tidak menggunakan kursi.
Hasil yang diperoleh pada ibu menyusui menggunakan kursi ergonomis
menggunakan metode RULA skornya 6 level risiko sedang, sedangkan postur
tubuhnya paling berisiko yaitu leher sebanyak 30,8% (4 orang) dan siku kiri 31,2%
(5 orang). Pada ibu menyusui menggunakan kursi/sofa menggunakan metode RULA
skornya 7 level risiko tinggi sedangkan postur tubuhnya paling berisiko yaitu
punggung sebesar 23,1% (3 orang), siku kiri 37,5% (3 orang) dan siku kanan
(3orang). Pada ibu menyusui tidak menggunakan kursi/sofa menggunakan metode
RULA skornya 7 level risiko tinggi sedangkan postur tubuhnya paling berisiko yaitu
leher sebanyak 53,8% (7 orang), punggung sebanyak 61,5% (8 orang), lengan bawah
kiri sebanyak 44,4% (4 orang), dan siku kiri sebanyak 50% (8 orang). Sedangkan
berdasarkan hasil observasi yang ditemukan postur janggal pada posisi duduk ibu
yang kursi/sofa dan yang tidak menggunakan kursi terdapat postur janggal pada
bagian tubuh seperti leher, lengan, punggung, kaki kecuali menggunakan kursi
ergonomis yang menggalami postur janggal pada bagian leher dan lengan. Oleh
karena itu disarankan ibu menyusui untuk untuk duduk secara benar baik
menggunakan kursi ergonomis, kursi/sofa, dan tidak mengunakan kursi dengan
duduk membentuk huruf S apabila dilihat dari samping, adanya bantalan pada
punggung.
Kata kunci: Ibu Menyusui, Posisi Duduk, Postur Tubuh.
Daftar Bacaan: 25 (1993-2010)
iv
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Undergraduate Thesis, Juli 2015
Nadya Hanifa, NIM: 108101000049
Analysis Posture of Breast Mother in Sitting Position using Rapid Upper Limb
Assesment in Kelurahan Pisangan
xvii + 106 Pages + 14 Tables + 19 Figures + 2 Schemes + 10 Attachments
ABSTRAK
Improper application of ergonomics often occurs in breastfeeding mothers
when sitting. Breastfeeding mother sometime abandon their convenience which can
result in awkward postures and pain. The common symptoms to improper application
of ergonomics is the emergence of ergonomic is the occupational risk in form of
MSDs. But the problem came with breastfeeding sit position and the equiptment that
can minimize ergonomic risk.
Because of that, this research tried to study about representation analysis
sitting position of breastfeeding mother with RULA in Kelurahan Pisangan 2014.
This study used descriptive method with quantitative approachment and
observational approachment toward posture of breastfeeding mother with ergonomic
risk assesment RULA (Rapid Upper Limb Assesment) method. To get an overview
of the activities of breastfeeding mothers in sitting position, we use ergonomic
chairs, regular chairs and no chair.
The results are in breastfeeding mothers using ergonomic chairs with RULA
methods the score is 6 levels moderate risk, whereas most risky posture is neck as
much as 30.8% (4 people) and left elbow 31.2% (5 people). In breastfeeding mothers
using the chair / sofa with RULA methods the score is 7 levels high risk posture
while most at risk, namely the back of 23.1% (3 people), left elbow 37.5% (3 people)
and right elbow (3 people). In nursing mothers did not use the chair / sofa with
RULA methods the score is 7 levels high risk posture while most at risk, namely the
neck as much as 53.8% (7 people), back as much as 61.5% (8 people), left forearm as
much as 44, 4% (4 people), and the left elbow as much as 50% (8 people). While
based on the observation, women found awkward postures in the sitting position who
used chairs / sofas and women found comfort at the part of body such as neck, arms,
wrists, back, legs except when used ergonomic chairs they felt comfort at back.
Therefore advisable for breastfeeding mothers to sit correctly either use an
ergonomic chair, chair/sofa, and no chair to sit down to form the letter S when
viewed from the side, the pads on the back.
Keywords: Breastfeeding, Sitting Position, Posture.
References: 25 (1993-2010)
vi
RIWAYAT HIDUP
Data Diri
Nama Lengkap : Nadya Hanifa Burmawi
Tempat Tanggal Lahir : Padang, 05 November 1990
Alamat : Jl.Kantil II Blok H2 No.25 Harapan Kita,
Karawaci-Tangerang.
Telepon : 085697549711
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1996 – 2002 : SD Islam Al-Isqitomah Tangerang
2002 – 2005 : SMP Negeri 19 Tangerang
2005 – 2008 : SMA Negeri 5 Karawang
2008 – sekarang : S1 – Kesehatan Masyarakat, Peminatan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN MAGANG
Januari-Februari 2012 : Divisi Health Safety and Environment (HSE) PT
Krakatau Steel (Persero) Tbk.
PENGALAMAN ORGANISASI
Paskibra SMP Negeri 19 Tangerang
Paskibra SMA Negeri 5 Karawang
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, atas Berkat dan Rahmat-
Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat beserta salam tak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi Besar
Muhammad Shallallahu‘alaihi wassalam, isteri-isteri, keluarga, sahabat dan pengikut
mereka dalam kebajikan hingga akhir zaman.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu upaya dari mahasiswa dalam
memenuhi kewajibannya sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM). Penyelesaian skripsi ini melalui banyak proses yang
telah saya lalui dalam waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua saya tercinta atas kasih sayang yang tidak terhingga yang telah
mendidik dan membesarkan saya hingga saat ini, mengajarkan begitu banyak hal
tentang arti syukur, cinta dan pengorbanan. Selalu mendoakan dan memberikan
motivasi serta selalu menjadi penyemangat dan inspirasi untuk tidak berhenti
berusaha dan melakukan yang terbaik.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
4. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA, sebagai pembimbing skripsi I yang
telah memberikan bimbingan, masukan dan pengarahannya selama penyusunan
skripsi ini.
5. Ibu Ibu Yuli Amran, SKM, MKM, sebagai pembimbing skripsi II yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan pengarahannya selama penyusunan
skripsi ini.
6. Ibu Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph.D sebagai sebagai penguji I skripsi saya yang
sudah memberikan masukan untuk skripsi saya yang lebih baik.
7. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM sebagai penguji II skripsi saya yang
sudah memberikan masukan untuk skripsi saya yang lebih baik.
8. Ibu Meilani M Anwar, SKM, M.T sebagai penguji III skripsi saya yang sudah
memberikan masukan untuk skripsi saya yang lebih baik.
9. Segenap bapak ibu dosen Kesehatan Masyarakat yang telah membagikan ilmu
pengetahuan dan memberikan pengarahannya selama prosesi akademi.
10. Ibu-ibu kader posyandu di Kelurahan Pisangan yang selalu bersedia membantu
dalam memberikan informasi terkait ibu yang menyusui di Kelurahan Pisangan.
11. Ibu-ibu menyusui yang telah bersedia menjadi responden penelitian ini.
12. Adik penulis dan keluarga besar untuk semangat dan motivasinya supaya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dan memberikan yang terbaik bagi keluarga.
13. Saudari-saudariku Risma Budiyanti, Maratush Sholilah, Ade Rahmi, dan Ade
Fithrotinnadhiroh
14. Sahabat penulis Sinthi Ayesha yang selalu menyemangati dan mendoakan untuk
kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
ix
15. Serta kepada berbagai pihak yang turut mendukung dan membantu atas
terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih terdapat
banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi. Maka dari itu, penulis
berharap akan adanya penyusunan yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Jakarta, Juli 2015
Nadya Hanifa Burmawi
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 7
D. Tujuan .............................................................................................. 7
1. Tujuan Umum ............................................................................. 7
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 7
E. Manfaat ............................................................................................ 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11
A. Ergonomi ........................................................................................ 11
B. Faktor Risiko Ergonomi ................................................................ 12
a. Postur Tubuh ........................................................................... 12
b. Frekuensi ................................................................................. 18
c. Durasi ...................................................................................... 18
d. Force/Gaya ............................................................................. 19
e. Faktor Objek ............................................................................ 19
C. Menyusui ........................................................................................ 20
1. Definisi ASI ............................................................................ 21
xi
2. Pemberian ASI Eksklusif ........................................................ 21
3. Posisi Menyusui ...................................................................... 22
D. Anatomi Tulang Belakang ............................................................ 27
E. Metode Penilaian Risiko Ergonomi .............................................. 29
1. RULA (Rapid Upper Limb Assesment) ................................. 29
2. REBA (Rapid Entire Body Assesment) .................................. 39
3. QEC (Quick Exposure Checklist) .......................................... 41
4. OWAS (Ovako Working Posture Analysing System) ............ 42
5. BRIEF (Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors) 43
6. Musculoskeletal Discomfort Survey Used at NIOSH ............. 45
7. JSI (Job Strain Index) ............................................................ 45
8. PLIBEL-The Method Assigned for Identification of
Ergonomic Hazards ............................................................... 45
9. The Occupational Repetitive Action (OCRA) Methods:
OCRA Index and OCRA Checklist ………………………….46
F. Desain Kursi .................................................................................. 47
1. Kursi Ergonomis .................................................................... 49
2. Kursi Non Ergonomis ............................................................ 51
G. Kerangka Teori .............................................................................. 51
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ....... 54
A. Kerangka Konsep .......................................................................... 54
B. Definisi Operasional ...................................................................... 56
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 59
A. Desain Penelitian ........................................................................... 59
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 59
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 59
D. Instrumen Penelitian ...................................................................... 59
E. Pengumpulan Data ........................................................................ 61
F. Pengolahan Data ............................................................................ 65
G. Analisis Data ................................................................................. 70
BAB V HASIL ................................................................................................ 71
A. Gambaran Posisi Duduk Ibu Menyusui Menggunakan RULA
xii
di Kelurahan Pisangan Tahun 2014 .............................................. 71
1. Gambaran Postur Duduk Menggunakan RULA Pada
Kursi Ergonomis .................................................................... 73
2. Gambaran Postur Duduk Menggunakan Kursi/Sofa .............. 76
3. Gambaran Postur Duduk Tidak Menggunakan Kursi ............ 82
B. Gambaran Analisis Postur Tubuh di Kelurahan Pisangan
Tahun 2014 .................................................................................... 86
C. Gambaran Posisi Janggal Ibu Menyusui di Kelurahan
Pisangan Tahun 2014 .................................................................... 88
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................... 90
A. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 90
B. Gambaran Posisi Duduk Menggunakan Kursi Ergonomis,
Kursi/Sofa, dan Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu
Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tahun Menggunakan
RULA di Kelurahan Pisangan Tahun 2014 ................................... 90
C. Gambaran Postur Tubuh Menggunakan Kursi Ergonomis,
Kursi/Sofa, dan Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu
Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tahun di Kelurahan
Pisangan Tahun 2014 ..................................................................... 96
D. Gambaran Postur Janggal Menggunakan Kursi Ergonomis,
Kursi/Sofa, dan Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu
Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tahun di Kelurahan
Pisangan Tahun 2014 ..................................................................... 99
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 104
A. Simpulan .................................................................................... 104
B. Saran ............................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
2.1 Postur janggal dan kemungkinan terjadinya
sakit atau gejala lainnya 17
2.2 Skor Grup A 33
2.3 Berat Beban 34
2.4 Grand Total Score Table 34
2.5 Skor Grup B 37
2.6 Berat Beban 37
2.6 Neck, trunk and leg score 38
3.1 Definisi Operasional 56
5.1 Distribusi Posisi Duduk Ibu saat Menyusui
di Kelurahan Pisangan Tahun 2014 71
5.2 Gambaran Postur Tubuh Ibu Bayi yang Berumur 0-2 Tahun
Menggunakan Kursi Egonomis di Kelurahan Pisangan
Tahun 2014 73
5.3 Gambaran Postur Tubuh Ibu Menyusui Bayi yang Berumur
0-2 Tahun Menggunakan Kursi/Sofa di Kelurahan Pisangan
Tahun 2014 76
5.4 Gambaran Postur Tubuh Ibu Menyusui Bayi yang Berumur
0-2 Tahun Tidak Menggunakan Kursi di Kelurahan Pisangan
Tahun 2014 82
xiv
5.5 Distribusi Frekuensi Keluhan Berdasarkan Bagian Tubuh
pada Posisi Duduk Ibu Menyusui Bayi yang Berumur
0-2 Tahun di Kelurahan Pisangan Tahun 2014 86
5.6 Gambaran Postur Janggal Menggunakan Kursi Ergonomis,
Kursi/Sofa, dan Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui
Bayi yang Berumur 0-2 Tahun di Kelurahan Pisangan
Tahun 2014 89
xv
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Halaman
2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi postur kerja 13
2.2 Kerangka Teori 53
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
5.2 Posisi duduk yang benar saat menyusui 23
5.3 Posisi berdiri yang benar saat menyusui 24
5.4 Posisi rebahan yang benar saat menyusui 25
5.5 Posisi cradle hold yang benar saat menyusui 25
5.6 Posisi cross cradle hold yang benar saat menyusui 26
5.7 Posisi football hold yang benar saat menyusui 27
5.8 Posisi berbaring miring yang benar saat menyusui 27
5.9 Postur Bagian Lengan Atas 31
5.10 Postur Bagian Lengan Bawah 32
5.11 Postur Pergelangan Tangan 32
5.12 Postur Putaran Pergelangan Tangan 33
5.13 Postur Leher 35
5.14 Postur Punggung 36
5.15 Postur Kaki 36
3.1 Kerangka Konsep 55
4.1 Timbangan Digital 60
4.2 Samsung ST65 60
4.3 Busur Derajat 61
4.4 Penggaris Panjang 61
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Form Pernyataan Persetujuan Responden
Lampiran 2 Lembar Observasi
Lampiran 3 Form Pengukuran RULA
Lampiran 4 Contoh Analisis RULA
Lampiran 5 Form Nordic Body Map
Lampiran 6 Data Kursi Ergonomis
Lampiran 7: Contoh Gambar Sofa yang Digunakan Ibu Menyusui
Lampiran 8: Contoh Gambar Kursi yang Digunakan Ibu Menyusui
Lampiran 9 Foto IbuMenyusui
Lampiran 10 Hasil Pengukuran RULA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Soedarjatmi (2003) sikap duduk yang salah (tidak ergonomis)
akan meningkatkan risiko terpajan nyeri punggung bawah. Menurut Chang
(2006), 60 % orang dewasa mengalami nyeri pinggang bawah karena masalah
duduk yang terjadi pada saat mereka bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak
dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat
menyebabkan otot-otot punggung bawah menjadi tegang dan dapat merusak
jaringan lunak sekitarnya. Bila keadaan ini berlanjut, akan menyebabkan
penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia
nukleus pulposus (Idyan dalam Harnoto, 2009).
Saat duduk juga dilakukan aktivitas mengangkat dan membungkuk, maka
pembebanan pada tulang belakang juga semakin besar. Hal itu dapat
menyebabkan nyeri punggung bawah. Gangguan fungsi itu timbul akibat tidak
seimbangnya otot perut dan otot pinggang yang menyangga tulang belakang
(Tarwaka, 2004). Wawancara yang dilakukan Klinpikul (2010) untuk penelitian
yang berjudul Factors Affecting Low Back Pain during Breastfeeding of Thai
Women ditemukan bahwa duduk untuk jangka waktu yang panjang pada ibu
menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dapat menyebabkan sakit, nyeri di
pinggang, leher, bahu, dan paha.
2
Posisi nyaman yang dilakukan ibu menyusui bayi yang berumur 0-2
tahun belum sesuai dengan posisi menyusui yang benar dalam keadaan duduk
seperti terlalu membungkuk, jangkauan tangan dan kaki yang tidak normal
(Suradi, 2004). Sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan yaitu
kelelahan dan rasa nyeri pada punggung akibat dari duduk yang tidak ergonomis
tersebut, timbulnya rasa nyeri pada bahu dan kaki akibat ketidaksesuaian antara
ibu dan lingkungan setempat. Maka sebaiknya ibu dapat mengambil posisi duduk
lebih baik menggunakan kursi, punggung ibu bersandar pada sandaran kursi, dan
agar kaki tidak bergantung maka harus diberi penyangga (Suradi, 2004).
Kalau diperhatikan pada lingkungan sekitar, maka akan ditemukan
obyek-obyek fisik buatan manusia seperti: kursi, meja, tempat tidur, ball point
dan sebagainya. Kursi untuk tempat duduk misalnya, mempunyai kegunaan yang
istimewa bagi manusia, apabila perancangannya memperhatikan sistem manusia-
kursi. Artinya ukuran-ukuran dari kursi tersebut harus memperhatikan ukuran-
ukuran manusia yang menggunakannya, dan bentuk atau tipe dari kursi harus
memperhatikan tujuan pemakaiannya. Jelas disini, bahwa untuk bisa merancang
suatu sistem kerja yang baik, harus menyeimbangkan fungsi manusia sebagai
pihak yang aktif dengan fungsi obyek yang dibuat sebagai pihak yang pasif.
Menurut penelitian yang dilakukan Fahma, dkk (2010) dengan judul
Perancangan Kursi untuk Ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun
berdasarkan Pendekatan Antropometri (Studi Kasus: Di Ruang Laktasi Rumah
Sakit XYZ) mengemukakan rancangan kursi ergonomis untuk ibu menyusui
3
bayi yang berumur 0-2 tahun berdasarkan antropometri penggunanya. Penelitian
lain yang dilakukan Iqbal (2013) dengan judul Pengembangan Model Kursi Bagi
Ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun yang Ergonomis Berdasarkan Ukuran
Antropometri (Uji Coba Di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur) menemukan
ukuran-ukuran untuk dimensi rancangan kursi ergonomis melalui data
antropometri wanita di Indonesia (Chuan dkk, 2010) dengan data antropometri
ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun di Kelurahan Pisangan. Oleh karena
adanya penelitian tersebut diharapkan dapat diaplikasikan penggunaan kursi
ergonomis pada ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun khususnya di
Kelurahan Pisangan. Umumnya posisi ibu menyusui bayi yang berumur 0-2
tahun cenderung sama di semua tempat.
Postur tubuh menjadi suatu bahan yang menarik untuk dikaji, hal ini
terbukti dengan munculnya berbagai metode analisis postur. Berbagai metode-
metode itu ialah Ovako Working Posture Analysing System (OWAS), Quick
Exposure Checklist (QEC), Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors
(BRIEF), Rapid Entire Body Assesment (REBA), Rapid Upper Limb Assesment
(RULA), Musculoskeletal Discomfort Survey Used at NIOSH, Job Strain Index,
PLIBEL-The Method Assigned for Identification of Ergonomic Hazards, The
Occupational Repetitive Action (OCRA) Methods: OCRA Index and OCRA
Checklist.
Metode-metode tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi postur kerja,
menentukan apakah postur yang dilakukan sudah aman dan nyaman serta
4
memberikan rekomendasi perbaikan postur kerja. Rekomendasi ditunjukkan
dengan menentukan klasifikasi postur, sudah termasuk aman atau belum
kemudian tindakan apa yang perlu dilakukan.
Metode RULA yang dikembangkan untuk menginvestigasi secara
ergonomi keadaan di tempat kerja dimana terdapat adanya keluhan-keluhan
cedera yang disebabkan oleh beban kerja pada tubuh bagian atas (McAtamney&
Corlett, 1993). Sehingga analisis postur tubuh menggunakan posisi duduk pada
ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun lebih efektif bila menggunakan
metode RULA. Input metode ini adalah postur (telapak tangan, lengan atas,
lengan bawah, punggung dan leher), beban yang diangkat, tenaga yang dipakai
(statis/dinamis), jumlah pekerjaan.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 ibu menyusui bayi yang
berumur 0-2 tahun menggunakan posisi duduk, ditemukan 25% ibu duduk
menggunakan kursi/sofa dan 75% ibu tidak duduk menggunakan kursi. Hasil
kuesioner Nordic Body Map yang telah diisi oleh ibu yang mengalami keluhan
sakit, nyeri, kesemutan, dan lain-lain pada beberapa bagian tubuh yaitu leher
(23%), punggung bagian atas (23%), punggung bagian bawah (17%), lengan
bawah (12%), pergelangan tangan (10%), bahu (10%), dan pinggul (5%). Oleh
karena itu, pada ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun permasalahan
ergonomi terutama sangat terkait dengan postur tubuh yang tidak baik dan harus
melakukan pekerjaan yang berulang-ulang yaitu menyusui pada posisi duduk
yang tidak benar sehingga sangat berpotensi menimbulkan postur janggal.
5
Gerakan postur janggal adalah salah satu faktor risiko terjadinya gangguan,
penyakit, atau cedera pada sistem otot rangka (Cohen dkk, 1997).
Berdasarkan studi pendahuluan tersebut, maka peneliti ingin mengetahui
mengenai analisis postur tubuh yang berhubungan dengan posisi duduk ibu
menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun menggunakan metode RULA. Penelitian
ini merupakan penelitian bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
diterapkan pada postur tubuh ibu yang dapat terjadi postur janggal dan posisi
duduk ibu yang diukur menggunakan metode RULA melalui aktivitas menyusui
yang dilakukan ibu-ibu pasca melahirkan pada umumnya. Aktivitas menyusui
dilakukan secara berulang-ulang dan berkali-kali setiap harinya hingga masa
menyusui berhenti, artinya aktivitas menyusui dapat diasumsikan sebagai proses
bekerja. Adanya penelitian ini, menunjukkan bahwa K3 dapat diterapkan dimana
saja yang terdapat aktivitas.
B. Rumusan Masalah
Ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun harus mempunyai
keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi
pada payudara yang tepat (IDAI, 2008). Menurut Kristiyanasari (2009), posisi
yang nyaman untuk menyusui sangat penting dan banyak cara untuk
memposisikan ibu dan bayi selama proses menyusui berlangsung. Ibu menyusui
bayi yang berumur 0-2 tahun lebih sering mengabaikan memposisikan dirinya
selama aktivitas menyusui berlangsung sehingga menimbulkan postur janggal
pada saat posisi duduk yang menimbulkan risiko MSDs. Sikap duduk dengan
6
posisi yang salah sangat berbahaya bagi kesehatan dan mengurangi kenyamanan.
Akibatnya sering terjadi keluhan pada bagian punggung bagian bawah
dikarenakan sikap duduk yang kurang ergonomis dan duduk dalam posisi statis
seperti posisi membungkuk (kurang dari 90 derajat) dapat memicu kerja otot
yang yang kuat dan lama tanpa cukup pemulihan dan aliran darah ke otot
terhambat. Ibu yang menyusui sering mengalami posisi duduk yang terlalu
membungkuk, jangkauan tangan dan kaki yang tidak normal mengakibatkan
timbulnya kelelahan, sakit dan rasa nyeri.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Februari
2013 di Kelurahan Pisangan terhadap 10 ibu menyusui bayi yang berumur 0-2
tahun menggunakan posisi duduk, ditemukan 25% ibu duduk menggunakan
kursi/sofa dan 75% ibu tidak duduk menggunakan kursi. Adapun hasil kuesioner
Nordic Body Map yang telah diisi oleh ibu yang mengalami keluhan sakit,nyeri,
kesemutan, dan lain-lain pada beberapa bagian tubuh yaitu leher (23%),
punggung bagian atas (23%), punggung bagian bawah (17%), lengan bawah
(12%), pergelangan tangan (10%), bahu (10%), dan pinggul (5%). Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas menyusui berisiko terutama dari aspek ergonomi.
Berdasarkan permasalahan ini peneliti ingin mengetahui gambaran analisis posisi
duduk ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun (menggunakan kursi/sofa,
kursi ergonomis, dan tidak menggunakan kursi) di Kelurahan Pisangan lebih
lanjut.
7
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran posisi duduk menggunakan kursi ergonomis,
kursi/sofa, dan tidak menggunakan kursi pada ibu menyusui bayi yang
berumur 0-2 tahun menggunakan RULA di Kelurahan Pisangan tahun 2014?
2. Bagaimana gambaran postur tubuh menggunakan kursi ergonomis,
kursi/sofa, dan tidak menggunakan kursi pada ibu menyusui bayi yang
berumur 0-2 tahun di Kelurahan Pisangan tahun 2014?
3. Bagaimana gambaran postur janggal yang ditemukan menggunakan kursi
ergonomis, kursi/sofa, dan tidak menggunakan kursi pada ibu menyusui bayi
yang berumur 0-2 tahun di Kelurahan Pisangan tahun 2014?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui maksud dilakukannya
penelitian melalui tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran analisis postur tubuh ibu menyusui bayi yang
berumur 0-2 tahun dalam posisi duduk menggunakan RULA di Kelurahan
Pisangan tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran posisi duduk menggunakan kursi ergonomis,
kursi/sofa, dan tidak menggunakan kursi pada ibu menyusui bayi yang
berumur 0-2 tahun menggunakan RULA di Kelurahan Pisangan tahun
2014.
8
b. Diketahuinya gambaran postur tubuh menggunakan kursi ergonomis,
kursi/sofa, dan tidak menggunakan kursi pada ibu menyusui bayi yang
berumur 0-2 tahun di Kelurahan Pisangan tahun 2014.
c. Diketahuinya gambaran postur janggal yang ditemukan menggunakan
kursi ergonomis, kursi/sofa, dan tidak menggunakan kursi pada ibu
menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun di Kelurahan Pisangan tahun
2014.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian untuk mengetahui manfaat dilakukannya penelitian ini
bagi ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dan masyarakat yang
membutuhkan referensi penelitian ini.
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi atau referensi bagi peneliti
lain yang akan atau sedang meneliti terkait tentang analisis postur tubuh ibu
menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dalam posisi duduk menggunakan
metode RULA.
2. Bagi Ibu Menyusui
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun akan pentingnya posisi duduk
yang baik dan benar buat kesehatan ibu.
9
3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi atau referensi bagi
mahasiswa peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengenai
gambaran analisis postur tubuh ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun
dalam posisi duduk menggunakan metode RULA sebelum dan sesudah
menggunakan kursi ergonomis di Kelurahan Pisangan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk mengetahui gambaran analisis postur
tubuh ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dalam posisi duduk
menggunakan RULA di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tahun 2014.
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur pada bulan
Februari-Juli 2013 pada ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun yang
menggunakan posisi duduk pada kursi ergonomis, menggunakan kursi dan tidak
menggunakan kursi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif dengan pendekatan
kuantitatif dan pendekatan observasional dengan menggunakan metode
ergonomic risk assessment RULA (Rapid Upper Limb Assesment). Populasi
penelitian ini adalah ibu menyusui di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur yang
10
menggunakan posisi duduk pada kursi ergonomis, menggunakan kursi dan tidak
menggunakan kursi yang berjumlah 83 orang.
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner nordic body map,
wawancara, observasi, dan pengukuran langsung lembar RULA. Pengumpulan
data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data ibu yang menyusui di
Kelurahan Pisangan Ciputat Timur melalui posyandu. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ergonomi
Ergonomi merupakan ilmu yang memiliki perhatian pada desain dari sistem
di mana manusia melakukan sebuah aktifitas pekerjaan. Asal kata ergonomi berasal
dari bahasa yunani, yaitu ergon yang berarti bekerja dan nomos yang berarti hukum.
Ergonomi bertujuan untuk memastikan kebutuhan manusia akan keselamatan dan
efisiensi pekerjaan selama mereka berada didalam lingkungan kerjannya (Bridger
dalam Aryanto, 2008).
Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan
pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya, dengan tujuan
tercapainya produktifitas kerja dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya. Ergonomi adalah komponen
kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian
pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbal balik untuk efisiensi dan kenyamanan
kerja (Suma’mur dalam Aryanto, 2008).
Untuk kebanyakan orang, ergonomi adalah suatu konsep atau sebuah ide.
Ergonomi adalah cara pandang terhadap dunia, bagaimana manusia berpikir dan
bagaimana mereka berinteraksi dengan semua aspek dari lingkungan, peralatan
yang mereka gunakan dan situasi kerja mereka (Oborne dalam Aryanto, 2008).
12
B. Faktor Resiko Ergonomi
Faktor risiko ergonomi merupakan faktor-faktor yang berpotensi
menimbulkan kerugian atau efek terhadap kesehatan sehubungan dengan
ergonomi. Menurut Bridger (2003) ada beberapa faktor risiko ergonomi yaitu
faktor fisik pekerjaan, faktor organisasi kerja dan faktor psikososial dalam Astuti
(2009).
a) Postur Tubuh
Menurut Pheasant (1991) postur adalah orientasi relatif dari posisi
rata-rata setiap bagian tubuh hampir pada setiap waktu dan postur tubuh
seseorang dipengaruhi oleh gerakan yang diakukan. Postur seseorang
dalam bekerja merupakan hubungan antara dimensi tubuh seseorang
dengan dimensi berbagai benda yang dihadapinya dalam pekerjaan
(Pheasant, 1986). Menurut Pulat (1991) postur kerja sebagai posisi tubuh
pekerja pada saat melakukan aktivitas kerja yang biasanya terkait dengan
desain area kerja dan task requirements.
Peranan penting dalam ergonomi yaitu postur dan pergerakan
memegang. Postur janggal (awkwark posture) salah satu penyebab utama
gangguan otot rangka. Menurut Bridger (1995) postur tubuh ketika bekerja
dapat dipengaruhi oleh faktor personal, karakteristik pekerjaan, dan desain
tempat kerja seperti yang ditunjukan sebagai berikut:
13
Bagan 2.1: Faktor-faktor yang mempengaruhi postur kerja (Bridger, 2003)
Task requirements
Working posture
Workspace Personal factor
1. Workspace design seperti dimensi tempat duduk, dimensi permukaan
kerja, desain tempat duduk, dimensi ruang kerja, privasi, tingkat dan
kualitas pencahayaan.
2. Task Requirements seperti kebutuhan visual, kebutuhan untuk
pekerjaan manual (posisi, force/gaya), pergantian shift, waktu istirahat,
pekerjaan statis atau dinamis.
3. Karakteristik pekerja/personal factor seperti umur, antropometri, berat
badan, fitnes, pergerakan sendi, gangguan musculoskeletal
sebelumnya, injuri/ operasi yang pernah dialami sebelumnya,
penglihatan, jangkauan tangan, dan obesitas (Bridger, 2003).
Postur netral yaitu postur dalam proses yang sesuai dengan anatomi
tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian
penting tubuh, seperti organ tubuh, saraf, tendon, otot, dan tulang membuat
keadaan menjadi rileks dan menyebabkan kelelahan sistem
muskuloskeletal/sistem tubuh lainnya (Satrya dalam Rinandha, 2011). Ada
14
dua jenis postur yang sering terjadi ketika bekerja dengan pusat pendukung
yang berbeda yaitu:
a) Postur duduk
Menurut Pheasant (1991) postur duduk melibatkan fleksi pada lutut
dan fleksi punggung terhadap paha dan saat posisi duduk pusat pendukung
tubuh adalah tulang pungung terhadap pelvis. Postur duduk lebih disenangi
secara psikologis karena kelebihannya untuk mendukung postur yang stabil
pada tubuh dengan nyaman disepanjang waktu, dan sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan (Pheasant, 1986).
Menurut Bridger (1995) umumnya seseorang tidak mampu untuk
duduk dalam posisi tegak lurus dalam waktu yang lama sehingga mereka
akan duduk dalam posisi yang agak sedikit merosot. Posisi duduk yang
agak merosot dapat membuat jaringan lunak pada tulang punggung antara
anterior dan posterior tertekan sehingga menimbulkan kesakitan.
b) Postur berdiri
Saat posisi berdiri pusat pendukung tubuh adalah kaki. Menurut
Bridger (2003) ada beberapa manfaat posisi kerja yang dilakukan dengan
berdiri yaitu jangkauan lebih luas dalam posisi berdiri daripada posisi
duduk, berat badan dapat digunakan untuk menekan beban/force, pekerja
yang berdiri membutuhkan ruang yang lebih kecil daripada pekerja yang
duduk dan kaki sangat efektif pada damping vibration. Beban statis,
penekanan pada jaringan lunak dan pembekuan pada vena dapat
menyebabkan fatique, oleh sebab itu perlu adanya pergerakan dalam postur
15
berdiri seperti berjalan-jalan atau bergerak dalam waktu yang singkat
sebagai relaksasi agar aliran darah ke kaki tetap aktif (Bridger dalam
Astuti, 2009).
Menurut ILO (1998) secara alamiah postur terbagi menjadi dua yaitu:
a. Postur Statis :
Postur statis merupakan postur yang tetap atau sama hampir
disepanjang waktu. Pada postur statis hampir tidak terjadi pergerakan otot
dan sendi, sehingga beban yang ada adalah beban statis. Dalam kondisi ini
suplai darah yang membawa nutrisi dan oksigen akan terganggu sehingga
akan menggangu proses metabolism tubuh. Permasalahan dalam pekerjaan
statis adalah postur yang sama dalam jangka waktu yang lama sehingga
dapat menyebabkan stress atau tekanan pada bagian tubuh tertentu dalam
Astuti (2009).
b. Postur Dinamis :
Postur dinamis adalah postur yang terjadi dengan adanya perubahan
panjang dan peregangan pada otot serta adanya perpindahan beban. Postur
dinamis melibatkan adanya gerakan. Posisi yang paling nyaman bagi tubuh
adalah posisi netral dengan pergerakan. Akan tetapi jika pergerakan
tersebut terjadi terus menerus dan kelanjutan maka dapat membahayakan
kesehatan.
Hal ini dapat terjadi karena pergerakan yang berkepanjangan akan
membutuhkan energi yang lebih besar daripada posisi statis, terutama pada
16
pergerakan yang ekstrim atau ketika menangani beban yang berat.
Perbedaan antara postur statis dan dinamis juga dapat dilihat dari kerja otot,
aliran darah, oksigen dan energi yang dikeluarkan pada kedua jenis postur
tersebut.Postur kerja yang berbahaya bagi kesehatan dan paling berisiko
menimbulkan cidera adalah postur janggal.
Postur janggal merupakan posisi tubuh/segmen tubuh yang
menyimpang secara signifikan dari posisi range yang normal pada saat
melakukan suatu aktivitas yang disebabkan oleh keterbatasan tubuh
manusia untuk melawan beban dalam jangka waktu lama. Postur janggal
akan menyebabkan stress mekanik pada otot, ligamen, dan persendian
sehingga menyebabkan rasa sakit pada otot rangka.
Postur janggal membutuhkan energi yang lebih besar pada
beberapa bagian otot, sehingga meningkatkan kerja jantung dan paru-paru
untuk menghasilkan energi. Semakin lama bekerja dengan postur janggal,
maka semakin banyak energy yang dibutuhkan untuk memepertahankan
kondisi tersebut, sehingga dampak kerusakan otot rangka yang ditimbulkan
semakin kuat (Bridger dalam Kurniawati, 2009). Berikut beberapa postur
janggal yang berisiko menimbulkan sakit pada bagian tubuh tertentu (Van
Wely dalam ILO, 1998):
17
Tabel 2.1 : Postur janggal dan kemungkinan terjadinya sakit atau gejala lainnya
Sumber: Van Wely dalam ILO, 1998.
Postur Janggal Alokasi kemungkinan sakit atau gejala
lainnya.
Berdiri Pada kaki, region lumbal
Duduk tanpa dukungan lumbar Pada region lumbal
Duduk tanpa dukungan punggung Pada otot-otot punggung
Duduk tanpa footrest (tumpuan kaki) yang
baik dengan ketinggian yang sesuai
Pada lutut, kaki dan region lumbar
Duduk dengan mengistirahatkan bahu pada
permukaan alat kerja yang terlalu tinggi
Pada bahu dan otot-otot leher
Tangan bagian atas terangkat tanpa
dukungan dari alas vertical
Pada bahu dan lengan bagian atas
Tangan meraih sesuatu yang sulit
terjangkau (jauh atau tinggi)
Pada bahu dan lengan bagian atas
Kepala mendongkak Pada region leher
Posisi membungkuk, punggung yang
mengarah ke depan
Pada region lumbal, otot-otot punggung
Membawa beban berat dengan cara
memanggul atau memikul
Pada region lumbal, otot-otot punggung
Semua posisi tegang Pada semua otot (karena semua otot-otot
terlibat)
Posisi ekstrim yang terus menerus pada
setiap sendi
Pada semua sendi (karena semua sendi
terlibat)
18
Semakin sering dan lama terjadinya postur janggal maka akan semakin
perbesar kemungkinan risiko yang ditimbulkan. Selain itu derajat kejanggalan
yang terjadi juga menentukan risiko yang ditimbulkan (Astuti, 2009).
b) Frekuensi
Banyaknya frekuensi aktivitas (mengangkat atau memindahkan) dalam
satuan waktu (menit) yang dilakukan oleh pekerja dalam satu hari. Frekuensi
gerakan postur janggal ≥ 2 kali/menit merupakan faktor risiko terhadap
pinggang. Pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang dapat menyebabkan rasa
lelah bahkan nyeri/sakit pada otot, oleh karena adanya akumulasi produk sisa
berupa asam laktat pada jaringan. Akibat lain dari pekerjaan yang dilakukan
berulang-ulang akan menyebabkan tekanan pada otot dengan akibat terjadinya
edema atau pembentukan jaringan perut. Akibat adanya jaringan parut maka
akan terjadi penekanan di otot yang akan mengganggu fungsi syaraf.
Terganggunya fungsi syaraf, destruksi serabut saraf atau kerusakan yang
menyebabkan berkurangnya respon syaraf dapat menyebabkan kelemahan pada
otot (Humantech, 1995).
c) Durasi
Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi dapat dilihat
sebagai menit-menit dari jam kerja atau hari pekerja perpajan risiko. Durasi juga
dapat dilihat sebagai pajanan atau tahun faktor risiko atau karakteristik pekerjaan
berdasarkan faktor risikonya. Secara umum, semakin besar pajanan durasi pada
faktor risiko, semakin besar pula tingkat risikonya.
19
Durasi dibagi sebagai berikut :
a) Durasi singkat : < 1 jam/hari
b) Durasi sedang : 1-2 jam/hari
c) Durasi lama : > 2 jam
Risiko fisiologis utama yang dikaitkan dengan gerakan yang sering dan
berulang-ulang adalah keletihan atau kelelahan otot. Sepanjang otot mengalami
kontraksi, otot tersebut harus menerima pasokan tetap oksigen dan bahan gizi
dari aliran darah. Jika gerakan berulang-ulang dari otot menjadi terlalu cepat
untuk memberikan oksigen yang memadai mencapai jaringan atau memberikan
uptake kalsium, terjadilah kelelahan otot (Germain dalam Munir, 2008).
d) Force/ gaya
Force/ gaya merupakan usaha mekanik atau fisik yang dikeluarkan untuk
melakukan gerakan atau peregangan (American Dental Association, 2004).
force/ gaya juga dapat berarti sebagai tenaga yang dikeluarkan ketika melakukan
sesuatu force/ gaya juga berhubungan dengan beban dan berat objek yang
ditangani. Semakin berat objek yang ditangani semakin besar force/ gaya yang
harus dikeluarkan tubuh. Secara umum semakin besar gaya yang dikeluarkan
untuk menangani suatu objek, maka risiko kesehatan yang dapat terjadi juga
akan semakin besar dalam Astuti (2009)
e) Faktor Objek
1. Berat objek
Menurut ILO, beban maksimum yang diperbolehkan untuk diangkat
oleh seseorang adalah 23-25 kg. Mengangkat beban yang terlalu berat akan
20
mengakibatkan tekanan pada discus pada tulang belakang (deformitas
discus). Deformitas discus menyebabkan derajat kurvatur lumbar lordosis
berkurang sehingga pada akhirnya mengakibatkan tekanan pada jaringan
lunak. Selain itu, beban yang berat juga dapat menyebabkan kelelahan karena
dipicu peningkatan tekanan pada discus intervertebra (Bridger, 1995).
2. Besar dan bentuk objek
Ukuran dan bentuk objek ikut mempengaruhi terjadinya gangguan
otot rangka. Ukuran objek harus cukup kecil agar dapat diletakkan sedikit
mungkin dari tubuh. Lebar objek yang besar dapat membebani otot pundak
atau bahu lebih 300-400mm, panjang lebih dari 350mm dengan ketinggian
lebih 450mm. sedangkan bentuk objek yang baik harus memiliki pegangan,
tidak ada sudut tajam dan tidak dingin atau panas saat diangkat. Mengangkat
objek tidak boleh hanya dengan mengandalkan kekuatan jari, karena
kemampuan otot jari terbatas sehingga dapat cidera pada jari (Kumar, 1999).
C. Menyusui
Menurut Roesli (2000), menyusui adalah proses pemberian ASI kepada bayi,
dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI.
Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-
alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan
pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama
suami. Lawrence dalam Roesli (2001), menyatakan bahwa menyusui adalah
pemberian sangat berharga yang dapat diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam
21
keadaan miskin, sakit atau kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat
menyelamatkan kehidupan bayi.
1. Definisi ASI
Air Susu Ibu adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak
dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh
kelenjar-kelenjar mamari pada manusia. ASI merupakan satu-satunya makanan
alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bayi sejak lahir hingga berusia 2
tahun lebih (Siregar, 2004).
ASI diproduksi atau dibuat oleh kelenjar susu atau pabrik ASI. Kemudian
disalurkan melalui saluran susu ke gudang susu yang terdapat dibawah daerah
yang berwarna gelap atau cokelat tua disekitar putting susu. Gudang susu ini
sangat penting artinya, karena merupakan tempat penampungan ASI. Puting susu
mengandung banyak saraf sensoris sehingga sangat peka. ASI diproduksi atas
hasil kerja gabungaan antara hormon dan refleks. Selama hamil, terjadilah
perubahan pada hormon yang berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu
untuk memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan, bahkan kadang-kadang
mulai kehamilan 6 bulan terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan
payudara mulai memproduksi ASI (Roesli, 2000).
2. Pemberian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan,
diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun air putih sampai
bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan
lain dan tetap diberikan ASI sampai berumur 2 tahun (Purwati, 2003).
22
Menurt Roesli (2000) yang berpendapat bahwa yang dimaksud ASI
eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya
diberikan ASI saja tanpa tambahan cairan lainnya seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih, dan tanpa makanan tambahan padat seperti
pisang,papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan tim. Pemberian asi secara
eksklusif ini dianjurkan unutk jangka waktu setidaknya 4 bulan, tetapi bila
mungkin 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus dikenalkan dengan
makanan padat, sedangkan asi dapat diberikan sampai umur 2 tahun atau bahkan
lebih dari 2 tahun. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health
Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dalam (Inayatillah, 2010).
3. Posisi Menyusui
Ada banyak cara untuk memposisikan ibu dan bayinya selama proses
menyusui berlangsung. Sebagian ibu memilih menyusui dalam posisi berbaring
miring sambil merangkul bayinya. Sebagian lagi melakukannya sambil duduk di
kursi dengan punggung diganjal bantal dan kaki diatas bangku kecil. Setiap ibu
memiliki kebiasaan yang berbeda dan tidak ada satu posisi pun yang paling benar
dalam menyusui.
Ada beberapa posisi menyusui yaitu posisi duduk, posisi berdiri, posisi
rebahan, posisi cradle hold, posisi cross cradle hold, posisi football hold dan
posisi berbaring miring.
23
a. Posisi Duduk
Posisi menyusui dengan duduk dapat dilakukan dengan posisi santai
dengan menggunakan kursi atau sofa, punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi, dan kaki tidak boleh mengantung. Adapun cara menyusui
dengan posisi duduk yaitu: 1) gunakan bantal untuk menopang bayi, bayi
ditidurkan di atas pangkuan ibu; 2) bayi dipegang satu lengan, kepala bayi
diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan
dan kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu; 3) satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu
dan yang satu di depan; 4) perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara; 5) telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
lurus (Kristiyanasari, 2009).
Gambar 2.1: Posisi duduk yang benar saat menyusui (Kristiyanasari, 2009)
b. Posisi Berdiri
Menyusui dengan posisi berdiri diusahakan bayi merasa nyaman
saat menyusui. Cara menyusui dengan posisi berdiri : 1) bayi digendong
dengan kain atau alat penggendong bayi; 2) saat menyusui sebaiknya tetap
disangga dengan lengan ibu agar bayi merasa tenang dan tidak terputus saat
menyusu; 3) lekatkan badan bayi ke dada ibu dengan meletakkan tangan
24
bayi di belakang atau samping ibu agar tubuh ibu tidak terganjal saat
menyusui.
Gambar 2.2 : Posisi berdiri yang benar saat menyusui (Perinasia, 1994)
c. Posisi Rebahan
Menyusui dengan posisi rebahan dapat dilakukan dengan : 1) ibu
dapat duduk di atas tempat tidur dan punggung bersandar pada sandaran
tempat tidur atau dapat diganjal dengan bantal; 2) kedua kaki ibu berada
lurus di atas tempat tidur; 3) bayi diletakkan menghadap perut ibu; 4) ibu
menyangga bayi secara merata dari kepala, bahu hingga pantatnya; 5)
posisikan paha ibu turut membantu menyangga tubuh bayi, namun kalau
kurang dapat ditambah dengan bantal.
25
Gambar 2.3: Posisi rebahan yang benar saat menyusui (Perinasia, 1994)
d. Posisi Madona/Cradle Hold
Menyusui dalam posisi madona ini sangat baik untuk bayi yang
baru lahir secara persalinan normal. Adapun cara menyusui bayi dengan
posisi madona (menggendong) : 1) bayi berbaring menghadap ke arah ibu,
2) letakkan kepala bayi pada siku ibu, 3) leher dan punggung atas bayi
diletakan pada lengan bawah leteral payudara, 4) jaga bayi di perut ibu,
sampai kulitnya dan kulit ibu saling bersentuhan, 5) ibu menggunakan
tangan lainnya untuk memegang payudara jika diperlukan (Depkes, 2002)
Gambar 2.4 : Posisi cradle hold yang benar saat menyusui (Perinasia, 1994)
26
e. Posisi Cross Cradle Hold
Menyusui dalam posisi cross cradle hold bagus untuk bayi
prematur dan ibu dengan puting payudara kecil. Cara menyusui dalam
posisi cross cradle hold : 1) tubuh bayi diletakkan di salah satu lengan ibu,
2) telapak tangan ibu menyangga kepala bayi, 3) peluk bayi sehingga dada,
kepala dan perut menghadap kearah ibu, 4) jika diperlukan ibu
menggunakan tangan sebelahnya memegang payudara.
Gambar 2.5 : Posisi cross cradle hold yang benar saat menyusui (Perinasia, 1994)
f. Posisi Football Hold
Menyusui dalam posisi football hold (mengepit) baik bagi ibu yang
melahirkan dengan operasi sesar atau untuk ibu-ibu dengan payudara besar.
Cara dalam menyusui dalam posisi football hold : 1) pegang bayi di
samping ibu dengan kaki di belakang ibu, 2) bayi berbaring atau punggung
melingkar antara lengan dan samping dada ibu, 3) lengan bawah dan tangan
ibu menyangga bayi, 4) ibu harus menggunakan bantal untuk menopang
bayi, 5) ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara
jika diperlukan (Depkes, 2002).
27
Gambar 2.6 : Posisi football hold yang benar saat menyusui
g. Posisi Berbaring Miring
Menyusui dengan posisi berbaring miring baik untuk ibu yang
merasakan lelah atau nyeri. Harus diwaspadai dari posisi ini adalah
pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu.
Menyusui berbaring miring juga berguna pada ibu ingin tidur sehingga ia
dapat menyusui tanpa bangun (WHO, 1993).
Gambar 2.7 : Posisi berbaring miring yang benar saat menyusui (Perinasia, 1994)
C. Anatomi Tulang Belakang
Tulang Belakang merupakan bagian yang penting dalam ergonomi karena
merupakan rangka yang menyokong tubuh manusia bersama dengan panggul
untuk mentransmisikan beban kepada kedua kaki melalui sendi yang terdapat
pada pangkal paha. Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya
sama hanya ada perbedaannya sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya.
28
Tulang belakang terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Vertebra Cervical (tulang leher): terdiri dari 7 tulang yang memiliki
bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian
seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan
ke-7. Tulang ini merupakan tulang yang mendukung bagian leher.
b. Vertebra Thoracic (tulang punggung): terdiri dari 12 ruas di mana
masing-masing ruas tersebut tersemat pada dua tulang rusuk sehingga
terbentuk rongga yang berfungsi melindungi organ-organ vital yaitu
jantung dan paru-paru.
c. Vertebra Lumbalis (tulang pinggang): terdiri dari 5 ruas yang membentuk
daerah lumbal atau pinggang. Vertebra ini memungkinkan kita untuk
membungkuk ke depan atau berkuluk ke belakang.
d. Tulang sacrum: terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya bergabung
dan tidak memiliki celah atau intervertebral disc satu sama lainnya.
Tulang ini menghubungkan antara bagian punggung dengan bagian
panggul.
e. Vertebra Coccyaglis (tulang ekor): terdiri atas 4 tulang yang juga
tergabung tanpa celah antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan
sacrum tergabung menjadi satu kesatuan dan membentuk tulang yang
kuat.
Ruas-ruas tulang belakang ini tersusun dari atas ke bawah dan di antara
masing-masing ruas dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut cakram antara
ruas sehingga tulang belakang tegak dan membungkuk, disamping itu di sebelah
29
depan dan belakangnya terdapat kumpulan serabut-serabut kenyal yang
memperkuat kedudukan ruas tulang belakang. Fungsi pergerakan dari tulang
belakang sendiri sangat tergantung pada intervertebral discus yang terpisah dari
bagian vertebra dan berfungsi sebagai peredam kejutan dalam Selvianti (2009).
D. Metode Penilaian Risiko Ergonomi
Metode penilaian risiko ergonomi digunakan untuk mengidentifikasi
gangguan otot rangka pada postur tubuh .terbukti dengan adanya berbagai metode
analisis postur. Berikut metode penlaian risiko ergonomi:
1. Rapid Upper Limb Assesment (RULA)
a. Definisi RULA (Rapid Upper Limb Assesment)
RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr.Lynn
Mc Attamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonomi dari universitas
di Nottingham (University’s NottinghamInstitute of Occupational ergonomics).
Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993
(Lueder, 1996).
Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan dalam
bidang ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang
dialakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus
dalam memberikan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas
sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh.
Penilaian dengan menggunakan metode RULA membutuhkkan waktu sedikit
untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang
mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan
30
pengangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan dan dipakai
pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas (McAtamney, 1993).
Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi postur atau sikap, kekuatan
dan aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang (repetitive
starain injuries). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan
yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi
menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk
dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan
menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. Oleh sebab itu
metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan
dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996).
RULA disediakan untuk menangani kasus yang menimbulkan resiko
pada muskuloskeletal saat pekerja melakukan aktivitas. Alat tersebut
memberikan penilaian resiko yang objektif pada sikap, kekuatan dan aktivitas
yang dilakukan pekerja. RULA telah digunakan di dunia internasional beberapa
tahun ini untuk menilai resiko yang dihubungkan dengan Work Related Upper
Linb Disorders (WRULD) (Mardiyanto, 2008).
Pengukuraan dengan metode RULA dilakukan dengan cara observasi
secara langsung pekerja atau operator saat bekerja selama beberapa siklus tugas
untuk memilih tugas (task) dan postur untuk pengukuran. Alat ini memasukan
skor tunggal sebagai gambaran foto dari sebuah pekerjaan, yang mana rating dari
postur, besarnya gaya atau beban dan pergerakan yang diharapkan. Risiko adalah
hasil perhitungan menjadi suatu nilai atau skor 1 (rendah) sampai skor tinggi (7),
31
skor tersebut adalah dengan menggolongkan menjadi 4 level gerakan atau aksi
itu memberikan sebuah indikasi dari kerangka waktu yang mana layak untuk
mengekspektasi pengendalian risiko yang akan diajukan (Staton dkk dalam
Ikrimah 2010).
Langkah penilaian skor RULA adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama:
a. +1 Untuk 20° extension hingga 20° flexion
b. +2 Untuk extension lebih dari 20° atau 20° - 45° flexion
c. +3 Untuk 45° - 90° flexion
d. +4 Untuk 90° flexion atau lebih
Keterangan:
a. + 1 jika pundak/bahu ditinggikan
b. + 1 jika lengan atas abducted
c. -1 jika operator bersndar atau bobot lengan ditopang
Gambar 2.9: Postur Bagian Lengan Atas (Staton, 2005).
2. Langkah kedua :
Skor tersebut yaitu:
a. + 1 untuk 60° - 100° flexion
b. +2 untuk kurang dari 60° atau lebih dari 100° flexion
32
Keterangan:
a. + 1 jika lengan bekerja melintasi garis tengah badan atau keluar dari sisi
Gambar 2.10 : Postur Bagian Lengan Bawah (Staton, 2005)
3. Langkah ketiga :
Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health and
Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur sebagai berikut:
a. + 1 untuk berada pada posisi netral
b. + 2 untuk 0 - 15° flexion maupun extension
c. + 3 untuk 15° atau lebih flexion maupun extension
Keterangan:
a. +1 jika pergelangan tangan berada pada deviasi radial maupun ulnar
Gambar 2.11: Postur Pergelangan Tangan (Staton, 2005)
4. Langkah keempat :
33
Putaran pergerakan tangan (pronation dan supination) yang dikeluarkan oleh
Health and Safety Executive pada postur netral berdasar pada Tichauer. Skor tersebut
adalah:
b. +1 jika pergelangan tangan berada pada rentang menengah putaran
c. +2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada akhir rentang
putaran.
Gambar 2.12: Postur Putaran Pergelangan Tangan (Staton, 2005)
5. Langkah kelima :
Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok A yang meliputi
lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan diamati
dan ditentukan skor unutk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan
dalam tabel A untuk memperoleh skor A.
Tabel 2.2 Skor Grup A
Sumber: Staton, 2005
34
6. Langkah keenam :
Skor penggunaan otot
Tambahkan nilai +1, apabila terjadi :
a. Postur statis, berlangsung selama 10 menit atau lebih.
b. Gerakan berulang 4 kali atau lebih dalam 1 menit.
7. Langkah ketujuh :
Skor untuk penggunaan tenaga atau beban
Tabel 2.3 Berat Beban
Sumber: Staton, 2005
8. Langkah kedelapan :
Tetapkan lajur pada table C
Tabel 2.4 Grand Total Score Table
Sumber: Staton, 2005
9. Langkah kesembilan :
Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang dilakukan
oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan kisaran tersebut adalah:
35
a. +1 untuk 0 - 10° flexion
b. +2 untuk 10 - 20° flexion
c. +3 untuk 20° atau lebih flexion
d. +4 jika dalam extention
Apabila leher diputar atau dibengkokkan
Keterangan :
a. +1 jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokkan ke kanan atau kiri.
Gambar 2.13 : Postur Leher (Staton, 2005)
10. Langkah kesepuluh :
Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy, Grandjean dan Grandjean et al :
a. +1 ketika duduk dan ditopang dengan baik dengan sudut paha tubuh 90°atau
lebih
b. +2 untuk 0 - 20° flexion
c. +3 untuk 20° - 60° flexion
d. +4 untuk 60° atau lebih flexion
Punggung diputar atau dibengkokkan
Keterangan:
36
a. +1 jika tubuh diputar
b. +1 jika tubuh miring kesamping
Gambar 2.14: Postur Punggung (Staton, 2005)
11. Langkah kesebelas :
Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai berikut:
a. +1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata.
b. +1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki dimana
terdapat ruang untuk berubah posisi.
a. +2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.
Gambar 2.15 : Postur Kaki (Staton, 2005)
12. Langkah kedua belas :
37
Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok B yaitu leher,
punggung (badan) dan kaki diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur.
Kemudian skor tersebut dimasukkan ke dalam tabel B untuk memperoleh skor B.
Tabel 2.5 Skor Grup B
Sumber: Staton, 2005
13. Langkah ketiga belas :
Skor penggunaan otot
Tambahkan nilai +1, apabila terjadi :
a. Postur statis, berlangsung selama 10 menit atau lebih.
b. Gerakan berulang 4 kali atau lebih dalam 1 menit.
14. Langkah keempat belas :
Skor untuk penggunan tenaga atau beban.
Tabel 2.6: Berat Beban
Sumber: Staton, 2005
38
15. Langkah kelima belas :
Tetapkan lajur pada table C
Tabel 2.5 Neck, trunk and leg score
Sumber: Staton, 2005
Penetapan skor final yaitu dengan memasukkan nilai postur kelompok A (arm
and wrist analysis) kedalam kolom vertikal tabel C, lalu memasukkan nilai postur
kelompok B (neck, trunk, and leg analysis) ke dalam kolom horizontal tabel C. Setelah
diperoleh grand score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan level tindakan (action
level) sebagai berikut:
a. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima
selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.
b. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh
dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.
c. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan segera.
d. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan
dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
39
Metode ini memiliki keterbatasan dalam pengukurannya, diantaranya
(Corlett, 1998) :
a. Tangan : metode ini tidak bisa mengukur gerakan tangan menggenggam,
meluruskan, memutar, memerlukan tekanan pada telapak tangan.
b. Tempat kerja : metode ini tidak mengukur antropometri tempat kerja yang
dapat menyebabkan terjadinya postur janggal.
c. Ketidaknyamanan : metode ini tidak mengukur derajat ketidaknyamanan
akibat dimensi fisik tempat kerja.
Meskipun begitu, metode ini juga memiliki banyak keuntungan yaitu mudah
digunakan, cepat, praktis, dapat dikombinasikan dengan metode lainnya dan dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan investigasi lebih lanjut tindakan
perbaikan dalam Maijunidah (2010).
2. Rapid Entire Body Assesment (REBA)
Rapid Entire Body Assesment (REBA) adalah cara penilaian tingkat
risiko dari repetitive motion dengan melihat pergerakan atau postur yang
dilakukan oleh pekerja. Pengukuran dilakukan menggunakan task analysis
(tahapan-tahapan kegiatan dari awal sampai akhir) (Stanton dkk, 2005).
Sistem penilaian REBA digunakan untuk menghitung tingkat risiko yang
dapat terjadi sehubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan MSDs
dengan menampilkan serangkaian table-tabel untuk melakukan penilaian
berdasarkan postur-postur yang terjadi dari beberapa bagian tubuh dan melihat
beban atau tenaga yang dikeluarkan serta aktivitasnya. Perubahan nilai-nilai
disediakan untuk setiap bagian tubuh untuk memodifikasi nilai dasar terjadi
40
perubahan atau pertambahan faktor risiko dari setiap pergerakan atau postur yang
dilakukan.
Cara perhitungannya adalah dengan memberi nilai pada setiap postur
yang terjadi, yang terdiri dari tiga grup yaitu pertama bagian leher, punggung dan
kaki; kedua bagian lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan; ketiga
penggabungan antara bagian pertama dan kedua. Bagian pertama dijumlahka
dengan berat beban sedangkan bagian kedua dijumlahkan dengan coupling dan
ketiga dijumlahkan dengan aktifitas yang dilakukan. Setelah didapatkan hasilnya
maka dapat ditentukan rekomendasi untuk tindakan pengendalian berdasarkan
atas tingkat risiko yang terjadi (Stanton, 2005).
Kelebihan dari REBA yaitu :
a. Merupakan metode yang cepat untuk menganalisa postur tubuh pada suatu
pekerjaan yang dapat menyebabkan risiko ergonomi.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko dalam pekerjaan (kombionasi efek dari
otot dan usaha, postur tubuh dalan pekerjaan, genggaman peralatan kerja,
pekerjaan statis atau berulang-ulang).
c. Dapat digunakan untuk postur tubuh stabil maupun yang tidak stabil.
d. Skor akhir dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah, untuk
menentukan prioritas penyelidikan dan perubahan yang diperlukan
dilakukan.
e. Fasilitas kerja dan metode kerja yang lebih baik dapat dilakukan ditinjau dari
analisa yang telah yang telah dilakukan.
Sedangkan kekurangan REBA yaitu:
41
a. Hanya menilai aspek postur dari pekerja.
b. Tidak mempertimbangkan kondisi yang dialami oleh pekerja terutama
yang berkaitan dengan faktor psikososial.
c. Tidak menilai kondisi lingkungan kerja terutama yang berkaitan
dengan vibrasi, temperatur dan jarak pandang.
3. Quick Exposure Checklist (QEC)
Quick Exposure Checklist (QEC) merupakan metode yang dapat dipakai
utuk menilai secara cepat risiko pajanan terhadap Work Related Musculoskeletal
Disorders (WMSDs) atau gangguan otot rangka yang berhubungan dengan
pekerjaan (Li and Buckle dalam Stanton dkk, 2005). QEC fokus pada penilaian
pajanan dan perubahannya yang bermanfaat untuk intervensi di tempat kerja
yang penilaiannya dilakukan dengan cepat. Metode ini menilai gangguan risiko
yang terjadi pada bagian belakang punggung, bahu atau lengan, pergelangan
tangan dan leher serta kombinasinya dengan faktor risiko durasi, repetisi,
pekerjaan statis atau dinamis, tenaga yang dibutuhkan, dan kebutuhan visual.
Selain itu, metode ini juga melihat ada atau tidaknya pengaaruh getaran dan
tekanan psikososial dalam penilaiannya. Konsep dalam penilaian metode ini
adalah melihat skor pajanan ergonomi untuk bagian tubuh tertentu dibandingkan
dengan bagian tubuh lainnya dengan cara melihat kombinasi faktor risiko
ergonomi yang hadir secara bersamaan di tempat kerja. Metode dalam penilaian
QEC melibatkan observasi langsung oleh peneliti dari kuesioner untuk pekerja,
dimana hasil penilaiannya akan dikalkulasikan sesuai dengan ketentuan QEC.
Skoring untuk QEC berdasarkan persentase hasil penilaian QEC sendiri yaitu ≤
42
40% (dapat diterima), 41-50% (perlu adanya investigasi lanjutan), 51-70%
(investigasi lebih lanjut dan perubahan segera), >70% (investigasi dan perubahan
segera) (Stanton dkk, 2005).
Metode ini menilai beberapa faktor risiko fisik utama terhadap MSDs dan
mempertimbangkan kombinasi atau interaksi dari berbagai faktor di tempat
kerja. Akan tetapi metode ini hanya berfokus pada faktor fisik di tempat kerja
saja, kurang mendetail dalam menilai postur kerja.
4. Ovako Working Posture Analysing System (OWAS)
Ovako Working Posture Analysing System (OWAS) merupakan metode
yang digunakan untuk menganalisis postur kerja selama bekerja. Metode OWAS
mengukur beban pada sistem musculoskeletal karena adanya postur kerja yang
tidak sesuai. Postur yang diukur adalah postur kerja pada punggung, tangan dan
kaki. pengukuran dengan metode ini didasarkan pada sampling pekerjaan
(mengukur variable pada waktu yang dijadikan sampling) dengan suatu
pekerjaan. Selain itu juga diukur mengenai force atau beban yang ditangani
ketika bekerja, tetapi metode ini tidak mempertimbangkan faktor risiko lainnya
dalam ergonomi seperti getaran, suhu (Kant, Notermans & Borm, 1990).
Menurut ILO (1998) mekanisme pertama dalam pelaksanaan OWAS
adalah pemilihan pekerjaan dan pekerja yang akan dinilai, kemudian dilakukan
analisis pekerjaan dengan membagi fase-fase yang terjadi dalam pekerjaan
tersebut. Selanjutnya dilakukan pengambilan data menggunakan sampel (waktu
yang dapat mewakilkan, semua hal yang mempengaruhi, fase pekerjaan dan
ketentuan minimumnya). Hal terakhir yang dilakukan menganalisis data tersebut
43
dan menetapkan kategori tindakan untuk pekerjaan tersebut. Kategori itu
meliputi action categories 1 (tidak membutuhkan tindakan perbaikan), action
categories 2 (membutuhkan tindakan perbaikan dalam waktu dekat), action
categories 3 (membutuhkan tindakan perbaikan sesegera mungkin), action
categories 4 (membutuhkan tindakan perbaikan secepatnya). Metode ini cocok
digunakan utnuk manual handling dan pekerjaan yang bersifat dinamis karena
merode ini menilai suatu pekerjaan berdasarkan tahapan masing-masing task
pada pekerjaan tersebut dalam Astuti (2009).
5. Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF)
Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF) adalah alat
penyaring awal menggunakan struktur dan bentuk sistem tingkatan untuk
mengidentifikasi penerimaan tiap tugas dalam suatu pekerjaan. BRIEF
digunakan untuk menentukan Sembilan bagian tubuh yang dapat berisiko
terhadap terjadinya Cummulative Trauma Disorders (CTD) atau risiko gangguan
Kesehatan pada sistem rangka. Penilaian pekerjaan menggambarkan tinjauan
ulang ergonomic secara mendalam dari ketiga penetapan data (sederhana, mudah
dipahami, dan dapat dipercaya) dan juga yang paling memberikan beban paling
berat. Bagian tubuh yang dianalisa meliputi: tangan kiri dan pergelangannya,
siku kiri, bahu kiri, leher, punggun, tangan kanan dan pergelangannya, siku
kanan, bahu kanan dan kaki (Humantech, 1995).
BRIEF mengidentifikasi risiko-risiko yang berhubungan dengan postur,
tenaga, durasi dan frekuensi ketika mengobservasi ke sembilan bagian tubuh
tersebut. Setiap dari Sembilan kategori dinilai untuk menentukan penilaian
44
risiko. Penilaian risiko digunakan untuk menentukan tinggi, sedang, atau
rendahnya risiko untuk setiap bagian tubuh. Dengan penilaian risiko, prioritas
dari intervensi dapat dilakukan. Bagian terakhir dari BRIEF adalah untuk
mengenali beban-beban fisik yang termasuk getaran, suhu dingin dan tekanan
jarinagn lunak (Humantech, 1995).
Kelebihan BRIEF :
a. Dapat mengkaji hampir seluruh bagian tubuh (9 bagian tubuh)
b. Dapat menentukan risiko terjadinya Cummulative Trauma Disorders
(CTD).
c. Dapat menentukan bagian tubuh mana yang memiliki beban paling berat.
d. Dapat mengidentifikasi awal penyebab MSDs.
e. BRIEF telah memenuhi semua persyaratan untuk menjadi sebuah sistem
analisa bahaya MSDs yang diakui OSHA.
f. Tidak membutuhkan seorang ahli ergonomil untuk melakukan penilaian
pekerjaan menggunakan BRIEF.
Kekurangan BRIEF :
a. Tidak dapat mengetahui total skor secara menyeluruh dari suatu
pekerjaan, karena skor yang dihitung berdasarkan bagian tubuh.
b. Banyak faktor yang harus dikaji.
c. Membutuhkan waktu pengamatan yang lebih lama.
d. Tidak dapat digunakan untuk manual handling.
45
6. Musculoskeletal Discomfort Survey Used at NIOSH
Tindakan laporan diri dari ketidaknyamanan muskuloskeletal yang
banyak digunakan dan umumnya diterima sebagai proxy atau faktor risiko untuk
gangguan muskuloskeletal dalam penelitian epidemiologi dan surveilans
kesehatan kerja. Tindakan ketidaknyamanan juga biasa digunakan mengevaluasi
intervensi ergonomis atau sebagai alat skrining dalam konteks pengawasan
bahaya untuk mendeteksi paparan stres fisik tempat kerja
Pada penelitian NIOSH banyak dilakukan penelitian mengenai postur
tubuh dengan diagram standar yaitu Standardized Nordic Questionnaire (SNQ)
yang digunakan untuk membedakan bagian atas tubuh yaitu leher, bahu, siku,
pergelangan tangan, punggung bawah, pinggul, paha lutut, pergelangan kaki dan
kaki (Galinsky dkk, 2000).
7. Job Strain Index (JSI)
Job Strain Index dapat dibagi menjadi tugas-tugas yang dinilai 6 variabel-
variabel. Variabel berikut ialah penggunaan, durasi waktu penggunaan per siklus,
jumlah dari kegiatan per menit, postur pergelangan tangan, kecepatan
pengunaan, dan durasi tugas per hari. JSI digunakan hanya untuk gerakan-
gerakan berulang pada tubuh bagian atas yaitu siku, lengan bawah dan
pergelangan tangan (Moore and Garg, 1995).
8. PLIBEL-The Method Assigned for Identification of Ergonomic Hazards
Undang-undang Lingkungan Kerja Swedia mengatur bahwa perusahaan
harus menyelidiki kecelakaan kerja, menyusun rencana kerja, dan mengatur dan
mengevaluasi modifikasi pekerjaan. Oleh karena itu, Inspektorat Buruh milik
46
pemerintah harus mempelajari kondisi dan perbaikan di tempat kerja. Metode
untuk identifikasi faktor stres muskuloskeletal yang mungkin memiliki efek
berbahaya dirancang oleh PLIBEL. PLIBEL telah digunakan dalam beberapa
penelitian, di tempat kerja ergonomis dan sebagai alat pendidikan (Kemmlert,
1995).
PLIBEL adalah alat screening checklist sederhana dimaksudkan untuk
menyoroti risiko muskuloskeletal sehubungan dengan investigasi tempat kerja.
Aspek waktu serta pertimbangan lingkungan dan organisasi juga harus dianggap
sebagai faktor memodifikasi. Daftar checklist dirancang untuk dapat diperiksa
dalam penilaian kerja dari bahaya ergonomis pada bagian tubuh yaitu leher,
bahu, punggung, pinggang, siku, lengan, tangan, lutut, dan kaki. Daftar checklist
dibuat pada tahun 1986 dan terus menerus diperbarui (Kemmlert, 1995).
Metode PLIBEL adalah metode penilaian umum dan tidak dimaksudkan
untuk pekerjaan tertentu. Penilaian tersebut mengobservasi sebagaian atau
seluruh tubuh dan merangkum identifikasi aktual dari bahaya ergonomis hanya
dalam beberapa kalimat. Metode ini sederhana dan dirancang untuk memeriksa
primer. PLIBEL adalah metode investigasi awal pengamatan tempat kerja untuk
mengidentifikasi bahaya ergonomis dan dapat dilengkapi dengan pengukuran
lain, misalnya berat badan dan waktu (Kemmlert, 1995).
9. The Occupational Repetitive Action (OCRA) Methods: OCRA Index and
OCRA Checklist
Menurut Occhipinti dan Colombini (1996) mengembangkan tindakan
kerja berulang (OCRA) metode untuk menganalisis paparan pekerja bagian
47
tubuh atas faktor risiko cedera (pengulangan, kekuatan, postur janggal dan
pergerakan, kurangnya masa pemulihan, dan lain-lain). Indeks OCRA dapat
memprediksi risiko ekstremitas atas gangguan muskuloskeletal yang
berhubungan dengan pekerjaan (WMSDs) pada populasi terkena.
Indeks OCRA adalah yang pertama, yang paling analitis, dan metode
yang dapat diandalkan dikembangkan. Hal ini umumnya digunakan untuk
redesain atau analisis mendalam dari workstation (Colombini dkk, 2002).
Cheklist OCRA berdasarkan indeks OCRA, direkomendasikan untuk skrining
awal workstation yang berulang (Occhipinti dkk, 2000).
Kedua metode OCRA adalah pengamatan dan sebagian besar dirancang
untuk diterapkan dalam perusahaan-perusahaan industri. Mereka menargetkan
setiap pekerjaan di bidang manufaktur dan sektor jasa yang melibatkan gerakan-
gerakan berulang dan upaya tungkai atas (pembuatan komponen mekanik,
peralatan listrik, mobil, tekstil dan pakaian, keramik, perhiasan, daging dan
pengolahan makanan). Metode ini tidak cocok untuk menilai pekerjaan yang
menggunakan keyboard dan mouse, atau komputerisasi lainnya alat data-entry
(Occhipinti dan Colombini, 1996).
E. Desain Kursi
Fokus dari kajian ergonomis akan mengarah ke upaya pencapaian sebuah
perancanganan desain suatu produk yang memenuhi persyaratan (Grandjean, 1988),
sehingga setiap rancangan desain harus selalu memikirkan kepentingan manusia,
yaitu keselamatan, kesehatan, keamanan maupun kenyamanan. Menurut
Wignjosoebroto (2008), desain sebelum dipasarkan sebaiknya terlebih dahulu
48
dilakukan kajian, evaluasi, pengujian yang menyangkut berbagai aspek teknis
fungsional, maupun kelayakan ekonomis seperti analisis nilai, reliabilitas, evaluasi
ergonomis, dan marketing.
Kursi yang baik akan mampu memberikan postur dan sirkulasi yang baik
dan akan membantu menghindari ketidaknyamanan. Pilihan kursi yang nyaman
dapat diatur dan memiliki penyangga punggung (Wasi, 2005). Untuk mendesain
peralatan secara ergonomis yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau
mendesain peralatan yang ada pada lingkungan seharusnya disesuaikan dengan
manusia dan lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis akan dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada manusia. Dampak negatif bagi manusia
akan terjadi baik dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang. Bekerja pada
kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain:
nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan kerja (Santoso dalam Wardaningsih, 2010).
Perancangan kursi yang ergonomis bukanlah merupakan hal yang sederhana
dan mudah. Sejumlah faktor yang harus dipertimbangkan dalam perancangan agar
kursi yang dirancang dapat sesuai dengan tubuh manusia sebagai pengguna. Dilihat
dari segi kesehatan kursi yang dianggap baik merupakan kursi yang dapat
memberikan kenyamanan bagi pengguna tersebut. Perlu diperhatikan dalam
perancangan kursi agar tidak melupakan kriteria kursi ergonomis dengan
memperhatikan anatomi dan antropometri tubuh manusia.
49
Desain kursi terbagi menjadi dua yaitu kursi ergonomi dan kursi non ergonomi :
1. Kursi Ergonomis
Penerapan ergonomi dalam pembuatan kursi dimaksudkan untuk
mendapatkan sikap tubuh yang ergonomis dalam bekerja. Sikap ergonomis ini
diharapkan efesiensi kerja dan mengurangi keluhan otot-otot skeletal. Tempat
duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan relaksasi pada otot-
otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada
bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-
bagian tersebut. Dalam mendesain kursi kerja yang ergonomis harus memenuhi
kriteria-kriteria atau aturan baku tentang tempat duduk dan meja kerja dengan
berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri orang Indonesia dalam
Wardaningsih (2010).
Menurut Nurmianto (2004) kriteria kursi ergonomis yaitu:
a. Stabilitas Duduk :
Diharapkan suatu kursi mempunyai emapt atau lima kaki untuk
menghindari ketidakstabilan duduk.
b. Kekuatan Produk :
Kursi harus dirancang baik sehingga kompak dan kuat dengan
konsentrasi perhatian pada bagian yang mudah retak yaitu pada bagian
sandaran tangan (Arm Set) dan sandaran punggung (Back Rest).
c. Mudah naik turunkan :
Ketinggian kursi baiknya mudah diatur pada saat duduk tanpa harus
turun dari kursi.
50
d. Sandaran Punggung :
Sandaran punggung adalah penting untuk memahami beban
punggung kearah belakang (Lumbar Spine). Hal itu haruslah dirancang
dapat digerakkan naik turun maupun maju mundur. Selain itu dapat pula
diatur fleksibilitasnya sehingga sesuai dengan bentuk punggung.
e. Fungsional :
Bentuk tempat duduk tidak boleh menghambat berbagai macam
alternative perubahan postur.
f. Bahan Material :
Tempat duduk dan sandaran punggung harus dilapisi dengan
material yang cukup lunak.
g. Kedalaman Kursi :
Kedalaman kursi (depan-belakang) harusnya sesuai dengan dimensi
panjang antara lipat lutut (popliteal) dengan pantat (buttock).
h. Lebar Kursi :
Lebar kursi minimal sama dengan lebar pinggul wanita 5 persentil
populasi.
i. Lebar Sandaran Punggung :
Seharusnya sama dengan lebar punggung wanita 5 persentil
populasi. Jika terlalu lebar akan mempengaruhi kebebasan gerak siku.
j. Bangku Tinggi :
Kursi untuk bangku tinggi harus diberikan sandaran kaki yang dapat
digerakan naik turun.
51
2. Kursi Non Ergonomis
Selain kursi ergonomi dapat pula kursi yang tidak ergonomi, adapun
kriteria-kriterianya adalah sebagai berikut:
a) Kedalaman landasan tempat duduk terlalu besar sehingga bagian depan
terlalu kedepan sehingga pekerja akan memajukan posisi duduknya dan
menyebabkan bagian punggung tidak dapat bersandar.
b) Kursi yang terlalu dan tidak dilengkapi dengan sandaran pinggang tidak
dapat dimanfaatkan oleh karena mereka harus duduk maju ke depan agar
dapat melakukan pekerjaannya. Ruang antara alas duduk dan tepi bawah
meja terlalu sempit sehingga menyebabkan paha pekerja tertekan.
c) Sandaran pinggang yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gerakan bahu
dan tangan terbatas dan posisi kerja yang tidak nyaman (Panero dkk
dalam Wardaningsih, 2010).
F. Kerangka teori
Menurut Bridger (2003) faktor risiko ergonomi berisiko menimbulkan efek
kesehatan yang berhubungan dengan ergonomi seperti postur tubuh, frekuensi,
durasi, force/gaya, faktor objek. Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya postur
tubuh yaitu posisi kerja duduk. Posisi kerja dipengaruhi oleh hubungan antara
dimensi tubuh dan stasiun kerjanya (workstation) (Pheasant, 2003). Posisi duduk
yang diamati yaitu posisi menggunakan kursi/sofa, posisi menggunakan kursi
ergonomis, dan tidak menggunakan kursi.
52
Menurut Anderson (1995), posisi duduk yang menggunakan kursi ergonomis
adalah posisi tulang belakang harus menyerupai posisi tulang belakang pada saat
berdiri normal, yaitu membentuk huruf S apabila dilihat dari samping. Posisi duduk
dengan tulang punggung membentuk kurva S akan lebih baik dari sisi anotomi
maupun dari sisi beban atau gaya minimum. Beban yang tetap pada otot punggung
diminimasikan melalui aktivitas otot yang akan meningkat ketika duduk dengan
postur merosot ke depan.
Posisi duduk yang menggunakan kursi/sofa seharusnya duduk di atas kursi
dengan alas duduk dan sandaran keras. Alas duduk dan sandaran yang ideal
membentuk susut 1000 - 110
0. Tinggi alas duduk harus sesuai sehingga orang dapat
duduk dengan fleksi sempurna baik pada sendi lutut dan panggul, sedangkan kaki
tepat mendatar di atas lantai. Sofa merupakan tempat duduk yang ideal namun untuk
jangka waktu lama akan menimbulkan nyeri akibat regangan otot-otot hamstring dan
ligamentum longitudinal posterior (Judana, 1981).
Menurut Pheasant (1991), posisi duduk tidak menggunakan kursi (tanpa
sandaran) menyebabkan fleksi lutut dan fleksi tulang belakang pada tungkai atas
(sekitar 900 pada kedua keadaaan tersebut) Terlalu lama duduk dengan posisi yang
salah akan menyebabkan otot-otot menjadi spasme dan dapat merusak jaringan
lunak. Posisi tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari
jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit dalam (Hamitz, 2000).
53
Menurut Marras dan Karwowski (2006), postur tubuh ibu yang diamati saat
menyusui meliputi lengan atas, lengan bawah, leher, punggung, tangan, pergelangan
tangan, kaki. Menurut Humantech (1995), postur tubuh yang berpotensi
menimbulkan postur janggal yaitu tangan, pergelangan tangan, siku, lengan, leher,
punggung, kaki dan posisi duduk yang paling berisiko yaitu posisi duduk tidak
menggunakan kursi (tanpa sandaran) (Pheasant,1991). Sehingga kerangka teori pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagan 2.2
Kerangka Teori (Bridger, 2003; Anderson, 1995; Judana, 1981; Pheasant, 1991
dalam Hamitz, 2000; dan Humantech, 1995)
Dimensi Tempat Duduk:
1. Kursi Ergonomis
2. Kursi/Sofa
3. Tidak Menggunakan Kursi
Postur Tubuh:
1. Tangan
2. Pergelangan Tangan
3. Siku
4. Lengan
5. Leher
6. Punggung
7. Kaki
54
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Postur tubuh ibu yang perlu mendapatkan perhatian tangan, pergelangan
tangan, lengan, leher, punggung, kaki. Bagian tubuh ini akan merasa tidak nyaman
pada kondisi duduk yang tidak menggunakan sandaran, lamanya duduk, berat beban
(bayi), kursi yang tidak ergonomis, posisi duduk yang salah, alat yang tidak
memadai.
Menurut Pheasant (1991), paling berisiko adalah posisi duduk tidak
menggunakan alat bantu (kursi tanpa sandaran) terlalu lama duduk dengan posisi
yang salah akan menyebabkan otot-otot menjadi spasme dan dapat merusak jaringan
lunak. Posisi tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari
jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit.
Dimens tempat duduk dibagi menjadi 3 yaitu menggunakan kursi ergonomis,
menggunakan kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi. Jadi pada penelitian ini
dilihat alat bantu yang digunakan ibu saat menyusui (kursi) yang akan diamati dalam
penelitian ini untuk menangangi postur tubuh ibu, hal ini dilakukan dengan beralasan
karena berhubungan langsung dengan tubuh ibunya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis posisi duduk ibu menyusui bayi
yang berumur 0-2 tahun bayi yang berumur 0-2 tahun menggunakan metode RULA
di Kelurahan Pisangan tahun 2013. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
55
disusunlah kerangka konsep dengan mengacu pada kerangka teori yang telah
dikemukakan pada tinjauan pustaka dari beberapa sumber. Faktor yang dilihat
mempengaruhi ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun bayi yang berumur 0-2
tahun pada saat posisi duduk meliputi menggunakan kursi ergonomis, menggunakan
kursi/sofa, tidak menggunakan kursi sedangkan faktor postur tubuh yang diamati
saat ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun bayi yang berumur 0-2 tahun
meliputi lengan atas, lengan bawah, leher, punggung, tangan, pergelangan tangan,
kaki. Dapat dilihat dalam bagan berikut:
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Postur Tubuh Menggunakan
RULA :
Leher
Lengan Atas
Lengan Bawah
Batang tubuh
Tangan
Pergelangan Tangan
Kaki
Dimensi Tempat Duduk
55
56
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
Postur Tubuh Postur tubuh pada saat
melakukan aktivitas menyusui.
Lembar
Rula,
Kamera,
Busur
derajat,
Penggaris
Panjang.
Observasi
Skor 1 atau 2 = postur biasa diterima
jika tidak dipertahankan
atau tidak berulang dalam
periode lama
Skor 3 atau 4 = diperlukan pemeriksaan
lanjutan dan juga
diperlukan perubahan-
perubahan.
Skor 5 atau 6 = Harus segera dilakukan
pemeriksaan dan
perubahan.
Skor 7 = Kondisi ini berbahaya
maka pemeriksaan dan
perubahan diperlukan
dengan segera (saat itu
juga)
Ordinal
Dimensi tempat
duduk
Hubungan antara dimensi
tubuh dan stasiun kerjanya
(workstation) (Pheasant, 2003).
Kuesioner Pengukuran
langsung
0. Tidak menggunakan kursi
1. Menggunakan kursi biasa
2. Menggunakan kursi ergonomis
Ordinal
57
Lanjutan Tabel 3.1
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
Postur tubuh:
1. Postur lengan
atas.
2. Postur lengan
bawah
Posisi yang terjadi pada lengan
atas ketika melakukan sesuatu
pekerjaan.
Posisi yang terjadi pada lengan
bawah ketika melakukan suatu
pekerjaan.
Lembar
Rula,
Kamera,
Busur
derajat,
Penggaris
Panjang.
Lembar
Rula,
Kamera,
Busur
derajat,
Penggaris
Panjang.
Observasi
Observasi
Skor +1 = Jika pergerakan 0-200 (ke
depan maupun belakang
tubuh)
Skor +2 = Jika pergerakan 200-45
0
(kebelakang)
Skor +3 = Jika pergerakan 450-90
0
Skor +4 = Jika pergerakan >900
Tambahkan:
Skor +1 = Jika bahu naik
Skor +1 = jika lengan berputar/bengkok
Skor -1 = jika terdapat sanggahan pada
lenggan/dalam posisi
bersandar.
Skor +1= Jika pergerakan 600-100
0
Skor +2= Jika pergerakan 00-60
0 atau
1000
Tambahkan:
Skor +1= Jika lengan bawah bekerja
melewati garis tengah
Skor +1= Jika lengan bawah bekerja
keluar tubuh dari sisi tubuh.
Nominal
Nominal
58
Lanjutan Tabel 3.1
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
3. Postur
pergelangan
tangan
4. Postur leher
5. Postur
punggung
(batang tubuh)
Posisi yang terjadi pada
pergelangan tangan ketika
melakukan suatu pekerjaan
Posisi yang terjadi pada leher
ketika melakukan suatu
pekerjaan.
Posisi yang terjadi pada
punggung ketika melakukan
sesuatu pekerjaan.
Lembar
Rula,
Kamera,
Busur
derajat,
Penggaris
Panjang
Lembar
Rula,
Kamera,
Busur
derajat,
Penggaris
Panjang
Lembar
Rula,
Kamera,
Busur
derajat,
Penggaris
Panjang.
Observasi
Observasi
Observasi
Skor +1= Jika posisi netral
Skor +2= Jika pergerakan 00-15
0 (ke atas
maupun ke bawah)
Skor +3= Jika pergerakan >150 (ke atas
maupun ke bawah)
Tambahkan :
Skor +1 = Jika pergelangan tangan
putaran menjauhi sisi tengah
Skor +1= Jika pergerakan 00-10
0
Skor +2= Jika pergerakan 100-20
0
Skor +3= Jika pergerakan >200
Skor +4= Jika pergerakan ekstensi
Tambahkan :
Skor +1= Jika leher berputar
Skor +1= Jika leher menekuk
Skor +1= Jika pergerakan ketika duduk
dan ditopang dengan baik
(terdapat sandaran) dengan
sudut paha-tubuh 900 atau
lebih
Skor +2= Jika pergerakan 00-20
0 atau
ketika duduk tidak terdapat
Nominal
Nominal
Nominal
59
Lanjutan Tabel 3.1
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
6. Postur kaki
Posisi yang terjadi pada kaki
ketika melakukan suatu
pekerjaan.
Lembar
Rula,
Kamera,
Busur
derajat,
Penggaris
Panjang.
Observasi
Sandaran.
Skor +3= Jika pergerakan 200-60
0
Skor +4= Jika pergerakan 600
Tambahkan:
Skor +1= Jika punggung berputar
Skor +1= Jika punggung bungkuk/miring
ke samping
Skor 1= Jika pergerakan posisi normal
(kaki tertopang ketika duduk
dengan bobot seimbang rata)
Skor 1= Jika pergerakan tidak
seimbang(kaki tidak
bertopang atau bobot
tubuh tidak tersebar
merata)
Nominal
Berat Objek
Berat benda yang ditangani
oleh pekerja ketika melakukan
suatu pekerjaan
Lembar
Rula,
Timbangan
Digital
Observasi
Skor 0 = Jika berat >2kg
Skor +1 = Jika berat 2-10kg (dilakukan
sekali)
Skor +2= Jika berat 2-10kg (postur statis
dan dilakukan berulang)
Skor +3= Jika berat >10kg
Nominal
59
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan
observasional terhadap postur tubuh pada ibu menyusui menggunakan metode
ergonomic risk assessment RULA (Rapid Upper Limb Assesment). Untuk
mendapatkan gambaran postur kerja dari aktivitas ibu menyusui dalam posisi duduk
menggunakan kursi ergonomis, kursi biasa dan tidak menggunakan kursi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013-Maret 2013 di
Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi sekaligus sampel pada penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui
bayi yang berumur 0-2 tahun di wilayah Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat
Timur yang berjumlah 83 orang. Kriteria utama sampel adalah ibu yang menyusui
dan menggunakan posisi duduk saat menyusui serta bukan ibu yang bekerja, artinya
ibu hanya sebagai ibu rumah tangga.
D. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan informasi data responden mengenai
gambaran keluhan subjektif MSDs yang mengacu pada kueisoner Nordic Body
60
Map (Wilson and Corlett, 1995) dan kuesioner yang digunakan untuk
mengetahui durasi dan frekuensi.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data gambaran risiko
pekerjaan yaitu postur posisi menyusui saat duduk dengan mengacu pada lembar
RULA(McAtamney and Corlett, 1993), durasi dan frekuensi.
3. Timbangan Digital
Timbangan digital digunakan untuk memperoleh data mengenai berat badan ibu
dan bayi. Merk timbangannya yaitu Camry.
Gambar 4.1 : Timbangan Digital
4. Kamera Digital
Kamera digital digunakan untuk melakukan pengambilan gambar responden
yang dibutuhkan dalam pengukuran postur ibu menyusui saat posisi duduk.
Kamera ini dengan merk Samsung ST65.
Gambar 4.2: Samsung ST65
61
5. Penggaris Penjang dan Busur Derajat.
Penggaris Panjang dan Busur Derajat digunakan untuk mengukur sudut-sudut
postur ibu menyusui saat posisi duduk yang diukur setalah dilakukan
pengambilan gambar. Sebagai berikut gambarnya:
Gambar 4.3: Busur Derajat
Gambar 4.4: Penggaris Panjang
E. Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer berupa data yang diperoleh langsung dari peneliti yang berasal dari
hasil observasi langsung, hasil pengisian kuesioner. Data hasil observasi
langsung berasal dari pengamatan posisi menyusui saat duduk dengan merekam
atau mengambil gambar sedangkan hasil pengisian kuesioner berasal dari
kuesioner nordic body map digunakan untuk mengetahui keluhan subjektif
MSDs pada ibu menyusui, dan kuesioner yang digunakan untuk mengetahui
durasi dan frekuensi.
2. Data sekunder berupa data ibu yang menyusui di Kelurahan Pisangan Ciputat
Timur dikumpulkan melalui seluruh posyandu yang berada di Kelurahan
Pisangan Ciputat Timur.
62
`Berikut tahapan pengumpulan data:
1. Tahapan pengukuran ibu menyusui yang menggunakan kursi ergonomis,
kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi yaitu
a. Mengambil data ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun di posyandu-
posyandu yang ada di Kelurahan Pisangan.
b. Setalah mengambil data ibu menyusui lalu dipilih ibu yang menyusui dan
menggunakan posisi duduk saat menyusui serta bukan ibu yang bekerja,
artinya ibu hanya sebagai ibu rumah tangga.
c. Setelah itu, dilakukan wawancara pada ibu menyusui dengan
menanyakan menggunakan alat bantu (kursi) apa ibu saat menyusui
bayinya (kursi,sofa atau tidak menggunakan apapun).
d. Setalahnya dipilih secara acak ibu menyusui yang menggunakan
kursi/sofa atau tidak menggunakan apapun untuk bersedia menggunakan
kursi ergonomis.
e. Jika ibu bersedia menggunakan kursi ergonomis maka ibu akan diberikan
kursi ergonomis untuk aktivitas menyusui. Jika ibu tidak bersedia
menggunakan kursi ergonomis maka ibu akan diukur posisi duduknya
sesuai dengan ibu menggunakan kursi/sofa atau tidak menggunakan
kursi.
f. Dilakukan pengukuran pada ibu menyusui menggunakan kursi
ergonomis, kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi dihari yang berbeda.
g. Jika saat dilakukan pengukuran ibu menyusui sedang tidak sedang
menyusui bayinya maka ditanyakan jam berapa biasa bayi menyusui dan
63
setalah itu dilakukan pengukuran hari berikutnya menurut jam bayi
menyusui.
h. Pengukuran yang dilakukan menggunakan kamera digital dengan cara
merekam proses ibu menyusui bayinya menggunakan kursi ergonomis,
kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi dari awal ibu menyusui sampai
selesai dengan diambil posisi ibu dari tampak depan, samping kanan dan
kiri
i. Saat pengukuran ibu tidak selalu diam di satu posisi terkadang ibu
mengubah posisi menyusuinya dari menyusui menggunakan mamae
sebalah kanan pindah ke mamae sebelah kiri.
j. Oleh karena itu pengukuran diambil pada saat ibu menyusui pada satu
posisi duduk dalam jangka waktu yang lama karena menurut Klinpikul
(2010) pada penelitian yang berjudul Factors Affecting Low Back Pain
during Breastfeeding of Thai Women ditemukan ibu menyusui dapat
berisiko sakit, nyeri di pinggang, leher, bahu dan paha jika duduk untuk
waktu yang panjang.
k. Pada saat pengukuran ibu menyusui menggunakan kursi ergonomis, yang
dimana kursi ergonomis itu mempunyai kriteria seperti adanya sandaran
punggung, adanya alas dudukan untuk lengan bawah, adanya pijakan
kaki.
l. Pada saat pengukuran ibu menyusui menggunakan kursi/sofa digunakan
kursi/sofa yang berbeda-beda tiap ibu menyusui tidak sama bisa dilihat
contoh gambar kursi/sofa pada ibu menyusui dalam Lampiran 7&8.
64
m. Setelah ibu menyusui akan ditanyakan bagian tubuh mana ibu yang
mengalami keluhan rasa sakit, nyeri, kesemutan saat menyusui bayinya
menggunakan kuesioner Nordic Body Map.
n. Setelah pengukuran selesai dilakukan maka saatnya peneliti melihat hasil
video ibu menyusui untuk diukur menggunakan RULA.
o. Kriteria diambilnya pengukuran RULA pada video dilihat saat ibu
menyusui dengan posisi duduk yang posisi duduknya paling lama.
p. Setalah itu diambil gambar ibu menyusui pada posisi duduk yang lama
dan dilakukan pengukuran menggunakan busur derajat dan pengaris
panjang pada bagian postur tubuh ibu seperti leher, punggung, lengan
atas, lengan bawah pergelangan tangan, dan kaki.
q. Setelah itu diketahui sudut-sudut bagian postur tubuh ibu seperti leher,
punggung, lengan atas, lengan bawah pergelangan tangan, dan kaki.
r. Lalu dikategorikan pada skor RULA dan diketahui hasilnya dengan skor
sebagai berikut :
a) Skor 1 atau 2 = postur biasa diterima jika tidak dipertahankan
atau tidak berulang dalam periode lama
b) Skor 3 atau 4 = diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga
diperlukan perubahan-perubahan.
c) Skor 5 atau 6 = Harus segera dilakukan pemeriksaan dan
perubahan.
d) Skor 7 = Kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan
diperlukan dengan segera (saat itu juga)
65
F. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari empat jenis pengolahan data,
yaitu data coding, data editing, data entry, dan data cleaning.
Tahap beberapa pengolahan data yaitu:
1. Data Coding
Data coding merupakan kegiatan mengklasifikasi data dan memberikan
kode untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data.
Pengkodean data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Penggunaan Posisi duduk : 0. Tidak menggunakan kursi
1. Menggunakan kursi/sofa
2. Menggunakan kursi ergonomis
b. Skor analisis RULA berdasarkan level risiko : 1. Minimum: Skor 1-2.
2. Kecil : Skor 3-4
3. Sedang : Skor 5-6
4. Tinggi : Skor 7
2. Data Editing
Data editing adalah penyuntingan memeriksa kembali data yang
dilakukan sebelum proses pemasukan data (data entry). Penyuntingan data ini
dilakukan di lapangan. Hal-hal yang dapat dilakukan meliputi:
a) Memeriksa kembali apakah semua pertanyaan yang diajukan kepada
responden telah dijawab.
b) Memeriksa kembali apakah video yang direkam sudah tepat yang diambil.
66
3. Data Entry
Data entry merupakan proses memasukkan data ke dalam program atau
fasilitas analisis data.
4. Data Cleaning
Data cleaning merupakan proses pembersihan data setelah data dientri.
Cara yang sering dilakukan adalah dengan melihat distribusi frekuensi dari
variabel-variabel dan menilai kelogisannya. Untuk data continue dapat dilihat
sebarannya untuk melihat ada atau tidaknya outliers.
Pengolahan data penilaian postur dengan metode RULA, dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Memberi skor pada postur tubuh grup A yang terdiri dari lengan atas, lengan
bawah, pergelangan tangan, dan putaran pergelangan tangan.
a. Kriteria penilaian lengan atas:
1. Skor 1 untuk pergerakan lengan atas sebesar 200 ke depan maupun ke
belakang tubuh.
2. Skor 2 untuk pergerakan lengan atas lebih dari 200
ke belakang atau
200-45
0.
3. Skor 3 untuk pergerakan lengan atas 450-90
0.
4. Skor 4 untuk pergerakan lengan atas lebih dari 900.
Penambahan atau pengurangan skor diberikan apabila sikap bahu naik
(ditambah 1), lengan berputar atau bengkok (ditambah 1), dan terdapat
sanggahan pada lengan atau lengan dalam posisi bersandar (dikurangi 1).
67
b. Kriteria penilaian lengan bawah:
1. Skor 1 untuk pergerakan lengan bawah sebesar 600-1000
2. Skor 2 untuk pergerakan lengan bawah 00-60
0 atau lebih dari 100
0
Penambahan skor diberikan apabila lengan bawah bekerja melewati garis
tengah atau keluar dari sisi tubuh (masing-masing ditambah skor 1).
c. Kriteria penilaian pergelangan tangan:
1. Skor 1 apabila pergelangan tangan berada pada posisi netral.
2. Skor 2 apabila pergerakan pergelagan tangan 00-15
0 ke atas maupun ke
bawah.
3. Skor 3 apabila pergerakan pergelangan tangan lebih dari 150.
Penambahan skor diberikan apabila pergerakan pergelangan tangan
menjauhi sisi tengah, yaitu ditambah skor 1.
d. Kriteria penilaian putaran pergelangan tangan:
1. Skor 1 apabila pergelangan tangan berada pada posisi tengah dari
putaran.
2. Skor 2 apabila pergelangan tangan berada pada atau dekat dari putaran.
2) Setelah penilaian pada masing-masing postur tubuh pada grup A selesai
diberikan, kemudian masing-masing skornya dimasukkan ke dalam tabel A.
Pertemuan silang antara masing-masing skor akan menghasilkan skor
postur tubuh grup A.
3) Skor postur tubuh grup A kemudian ditambahkan dengan skor aktivitas,
yaitu untuk postur statis (satu atau lebih bagian tubuh statis atau diam) atau
68
pengulangan (tindakan dilakukan berulang-ulang lebih dari empat kali per
menit) ditambahkan skor 1.
4) Setelah ditambahkan skor aktivitas, ditambahkan juga skor beban dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Skor 0 ditambahkan untuk beban kurang dari 2 kg.
2. Skor 1 ditambahkan untuk beban 2-10 kg dan hanya sesekali
dilakukan.
3. Skor 2 ditambahkan untuk beban 2-10 kg dan jika postur statis dan
dilakukan berulang-ulang.
4. Skor 3 diberikan untuk beban lebih dari 10 kg.
5) Skor postur tubuh grup A, skor aktivitas, dan skor beban dijumlahkan.
Hasil penjumlahannya dimasukkan pada tabel C.
6) Memberikan skor pada postur tubuh grup B yang terdiri dari leher, batang
tubuh, dan kaki.
a. Kriteria penilaian leher:
1. Skor 1 diberikan apabila pergerakan leher 00-10
0 ke depan.
2. Skor 2 diberikan apabila pergerakan leher 100-20
0 ke depan.
3. Skor 3 diberikan apabila pergerakan leher lebih dari 200
ke depan.
4. Skor 4 diberikan apabila pergerakan leher ke atas (ekstensi).
Penambahan skor pada leher diberikan apabila leher berputar atau
menekuk. Masing-masing ditambahkan skor 1.
b. Kriteria penilaian batang tubuh:
69
1. Skor 1 diberikan apabila berada pada posisi duduk dan ditopang dengan
baik (terdapat sandaran) dengan sudut paha-tubuh 900 atau lebih.
2. Skor 2 diberikan apabila pergerakan batang tubuh 0o-20
o atau ketika
duduk tidak terdapat sandaran.
3. Skor 3 diberikan apabila pergerakan batang tubuh 20o-60
o.
4. Skor 4 diberikan apabila pergerakan batang tubuh lebih dari 60o.
Penambahan skor pada batang tubuh dilakukan apabila batang tubuh
berputar atau bungkuk. Masing-masing ditambahkan skor 1.
c. Kriteria penilaian kaki:
1. Skor 1 diberikan apabila posisi kaki normal atau seimbang dimana bobot
tubuh tersebar merata pada kaki.
3. Skor 2 diberikan apabila posisi kaki tidak seimbang dimana kaki tidak
tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.
7) Setelah penilaian pada masing-masing postur tubuh pada grup B selesai
diberikan, kemudian masing-masing skornya dimasukkan ke dalam tabel B.
Pertemuan silang antara masing-masing skor akan menghasilkan skor
postur tubuh grup B.
8) Setelah diperoleh hasil skor postur tubuh grup B, kemudian ditambahkan
skor aktivitas dan skor beban sebagaimana disebutkan di atas.
9) Skor postur tubuh grup B, skor aktivitas, dan skor beban dijumlahkan. Hasi
lpenjumlahannya dimasukkan pada tabel C.
10) Pertemuan silang antara skor hasil penjumlahan skor tubuh grup A, skor
aktivitas, dan skor beban dengan skor hasil penjumlahan skor tubuh grup
70
B, skor aktivitas, dan skor beban pada tabel C menghasilkan skor akhir
RULA.
11) Skor akhir RULA kemudian digunakan untuk menentukan level risiko
ergonomi dan tindakan yang harus dilakukan.
G. Analisis Data
Analisis univariat
Analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan postur tubuh dan desain
tempat kerja untuk memperoleh gambaran karakteristik sampel dalam bentuk
table distribusi frekuensi.
71
BAB V
HASIL
A. Gambaran Posisi Duduk Menggunakan Kursi Ergonomis, Kursi/Sofa, dan
Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2
Tahun Menggunakan RULA di Kelurahan Pisangan Tahun 2014
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di Kelurahan Pisangan
didapatkan bahwa posisi duduk ibu yang menggunakan kursi atau sofa sebanyak
19.3% (16 orang), dan ibu yang tidak menggunakan kursi sebanyak 60,2% (50
orang). Sebagai pembanding peneliti meminta kepada sejumlah ibu sebanyak
20,5% (17 orang) untuk menggunakan kursi yang didesain ergonomis dan untuk
diketahui postur tubuhnya. Berikut tabel distribusi posisi duduk ibu saat
menyusui:
Tabel 5.1
Distribusi Posisi Duduk Ibu saat Menyusui Bayi yang Berumur 0-2
Tahun di Kelurahan Pisangan Tahun 2014
Pada ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dilakukan pengukuran dengan
metode RULA dilakukan dengan mengkombinasikan skor postur tubuh (lengan atas,
lengan bawah, pergelangan tangan, dan putaran pergelangan tangan) dan postur tubuh
No. Tempat duduk yang digunakan N %
1. Kursi Ergonomis 17 20.5
2. Kursi/sofa 16 19,3
3. Tidak menggunakan kursi 50 60,2
Total 83 100
72
(leher, punggung dan kaki). Didapatkan kategori level risiko 1-7. Level risiko minimum
dikategorikan 1-2 dengan tindakan aman, level risiko kecil dikategorikan 3-4 dengan
tindakan diperlukan beberapa waktu ke depan, level risiko sedang dikategorikan 5-6
dengan tindakan dalam waktu dekat, dan level risiko tinggi dikategorikan 7 dengan
tindakan sekarang juga.
60
60
73
1. Gambaran Postur Duduk Menggunakan RULA Pada Kursi Ergonomis
Berdasarkan hasil skor RULA yang telah dikombinasi didapatkan rata-rata level risiko dikategorikan 6 dengan level risiko sedang.
Berikut gambaran postur tubuh ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun menggunakan kursi ergonomis di Kelurahan Pisangan
Tahun 2014:
Tabel 5.2
Gambaran Postur Tubuh Ibu Bayi yang Berumur 0-2 Tahun Menggunakan Kursi Egonomis di Kelurahan Pisangan Tahun
2014
No. Postur Deskripsi Postur
1.
a) Lengan atas kanan bergerak dan membentuk sudut 620
sehingga mempunyai skor
2.
b) Lengan bawah kanan bergerak dan membentuk sudut 1150 sehingga mempunyai
skor 2.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 120
sehingga mempunyai skor
2.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 170 sehingga mempunyai skornya 2.
f) Tulang punggung membungkuk dan ibu bersandar pada sandaran kursi sehingga
mempunyai skor 2.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan kaki bertumpu pada pijakan kaki
kursi sehingga mempunyai skor 1.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
74
Lanjutan Tabel 5.2
No. Postur Deskripsi Postur
i) Beban bayi sebesar 4,21 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-
ulang.
j) Skor akhir rula adalah 6 tergolong action level 3.
2.
a) Lengan atas kiri bergerak dan membentuk sudut 170 sehingga mempunyai skor 2.
b) Lengan bawah kiri bergerak dan membentuk sudut 770 sehingga mempunyai skor
2.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 570 sehingga mempunyai skor
4.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 280 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu tidak bersandar pada kursi ergonomis sehingga mempunyai
skor 2.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan kaki bertumpu pada pijakan kaki
kursi sehingga mempunyai skor 1.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 5,12 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-
ulang.
j) Skor akhir rula adalah 6 tergolong action level 3.
75
Lanjutan Tabel 5.2
No. Postur Deskripsi Postur
3.
a) Lengan atas kiri bergerak dan membentuk sudut 400
sehingga mempunyai
skor 2.
b) Lengan bawah kiri bergerak dan membentuk sudut 780 sehingga mempunyai
skor 2.
c) Pergelangan tangan bergerak dan menbentuk sudut 630 mempunyai skor 3.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 230 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu bersandar pada kursi ergonomis dan membungkuk
sehingga mempunyai skor 2.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan kaki bertumpu pada pijakan kaki
kursi sehingga mempunyai skor 1.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 5,54 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan
berulang-ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
76
2. Gambaran Postur Duduk Menggunakan RULA Pada Kursi/Sofa
Berdasarkan hasil skor RULA yang telah dikombinasi didapatkan rata-rata level risiko dikategorikan 7 dengan level
risiko tinggi. Berikut gambaran postur tubuh ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun menggunakan kursi/sofa di
Kelurahan Pisangan Tahun 2014:
Tabel 5.3
Gambaran Postur Tubuh Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tahun Menggunakan Kursi/Sofa di Kelurahan Pisangan
Tahun 2014
No. Postur Deskripsi Postur
1.
a) Lengan atas kiri bergerak dan membentuk sudut 220
sehingga mempunyai skor 3.
b) Lengan bawah kiri bergerak dan membentuk sudut 820 sehingga mempunyai skor 3.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 360 sehingga mempunyai skor
3.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 220 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu tidak bersandar pada kursi plastik atau dinding sehingga
mempunyai skor 3.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan kaki bertumpu pada lantai sehingga
mempunyai skor 1.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 5,70 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-
ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
77
Lanjutan Tabel 5.3
No. Postur Deskripsi Postur
2.
a) Lengan atas kiri bergerak dan membentuk sudut 140 sehingga mempunyai skor 3.
b) Lengan bawah kiri bergerak dan membentuk sudut 850 sehingga mempunyai skor 2.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 370 sehingga mempunyai skor
3.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 270 sehingga mempunyai skor 3.
f) Tulang punggung ibu tidak bersandar pada sofa sehingga mempunyai skor 3.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan kaki tidak seimbang karena kaki kiri
bertumpu pada kaki meja dan kaki kanan bertumpu pada lantai sehingga
mempunyai skor 2.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 5,97 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-
ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
78
Lanjutan Tabel 5.3
No. Postur Deskripsi Postur
3
a) Lengan atas kiri bergerak dan membentuk sudut 300 sehingga mempunyai skor 3.
b) Lengan bawah kiri bergerak dan membentuk sudut 1090 sehingga mempunyai skor
3
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 270 sehingga mempunyai skor
4.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 340 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu tidak bersandar pada kursi plastik karena tidak terdapat
sandaran pada kursi tersebut sehingga mempunyai skor 3.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan kaki tidak seimbang karena kaki untuk
bertumpu pada lantai harus jinjit terlebih dahulu sehingga mempunyai skor 2.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 4,82 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-
ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
79
Lanjutan Tabel 5.3
No. Postur Deskripsi Postur
4.
a) Lengan atas kanan bergerak dan membentuk sudut 240 sehingga mempunyai skor
2.
b) Lengan bawah kanan bergerak dan membentuk sudut 960 sehingga mempunyai skor
2.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 300 sehingga mempunyai skor
4.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 230 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu tidak bersandar pada kursi plastik dan membungkuk sehingga
mempunyai skor 3.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan untuk bertumpu pada lantai harus
jinjit terlebih dahulu sehingga mempunyai skor 1
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 6,21 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-
ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
80
Lanjutan Tabel 5.3
No. Postur Deskripsi Postur
5
a) Lengan atas kiri bergerak dan membentuk sudut 450 sehingga mempunyai skor 4.
b) Lengan bawah kiri bergerak dan membentuk sudut 1110 sehingga mempunyai skor
3.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 620 sehingga mempunyai skor
4.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 450 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu bersandar pada kursi putar sehingga mempunyai skor 2.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan untuk bertumpu pada kaki kursi harus
jinjit terlebih dahulu sehingga mempunyai skor 2.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 5,31 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-
ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
81
Lanjutan Tabel 5.3
No. Postur Deskripsi Postur
6.
a) Lengan atas kanan bergerak dan membentuk sudut 270 sehingga mempunyai skor
3.
b) Lengan bawah kanan bergerak dan membentuk sudut 1020 sehingga mempunyai
skor 3.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 630 sehingga mempunyai skor
3.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 370 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu bersandar pada sofa sehingga mempunyai skor 2.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan untuk bertumpu pada lantai sehingga
mempunyai skor 1.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 5,32 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-
ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
82
3. Gambaran Postur Duduk Menggunakan RULA Pada Tidak Menggunakan Kursi
Berdasarkan hasil skor RULA yang telah dikombinasi didapatkan rata-rata level risiko dikategorikan 7 dengan level
risiko tinggi. Berikut gambaran postur tubuh ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun tidak menggunakan kursi di
Kelurahan Pisangan Tahun 2014:
Tabel 5.4 Gambaran Postur Tubuh Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tahun Tidak Menggunakan Kursi di Kelurahan Pisangan
Tahun 2014
No. Postur Deskripsi Postur
1.
a) Lengan atas kiri bergerak dan membentuk sudut 410 sehingga mempunyai skor 3.
b) Lengan bawah kiri bergerak dan membentuk sudut 1090 sehingga mempunyai skor 3.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 370 sehingga mempunyai skor 3.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga mempunyai
skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 290 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu tidak bersandar pada apapun karena ibu duduk dilantai
sehingga mempunyai skor 3.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan tidak bertumpu karena ibu duduk
dilantai sehingga mempunyai skor 2.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 6,91 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4
Lanjutan Tabel 5.4
83
No. Postur Deskripsi Postur
2.
a) Lengan atas kanan bergerak dan membentuk sudut 190 sehingga mempunyai skor 2.
b) Lengan bawah kanan bergerak dan membentuk sudut 830 sehingga mempunyai skor
2.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 570 sehingga mempunyai skor 3.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga mempunyai
skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 220 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu bersandar pada bantal yang diselipin dibelakang punggung
sehingga mempunyai skor 3.
g) Kaki diluruskan tetapi kaki kanan bertumpu pada kaki kiri sehingga mempunyai skor
2.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 7,40 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
84
Lanjutan Tabel 5.4
No. Postur Deskripsi Postur
3.
a) Lengan atas kiri bergerak dan membentuk sudut 180 sehingga mempunyai skor 2.
b) Lengan bawah kiri bergerak dan membentuk sudut 900 sehingga mempunyai skor 2.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 280 sehingga mempunyai skor 3.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga mempunyai
skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 300 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu tidak bersandar apapun karena duduk dilantai sehingga
mempunyai skor 4.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan tidak bertumpu karena ibu duduk
dilantai sehingga mempunyai skor 2.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 7,73 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
85
Lanjutan Tabel 5.4
No. Postur Deskripsi Postur
4.
a) Lengan atas kanan bergerak dan membentuk sudut 150 sehingga mempunyai skor 1.
b) Lengan bawah kanan bergerak dan membentuk sudut 850 sehingga mempunyai skor
2
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 550 sehingga mempunyai skor 3.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga mempunyai
skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 450 sehingga mempunyai skor 3
f) Tulang punggung ibu bersandar pada dinding sehingga mempunyai skor 1
g) Kaki ditekuk ke samping dan tidak bertumpu karena ibu duduk dilantai sehingga
mempunyai skor 2
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 6,69 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
86
B. Gambaran Postur Tubuh Menggunakan Kursi Ergonomis, Kursi/Sofa, dan
Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2
Tahun di Kelurahan Pisangan Tahun 2014
Pengukuran postur tubuh dilakukan menggunakan kuesioner Nordic Body
Map untuk mengukur keluhan sakit pada postur tubuh dalam posisi duduk ibu
menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dengan menggunakan kursi ergonomis,
kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi. Berdasarkan hasil yang diperoleh
menggunakan Nordic Body Map postur tubuh yang paling berisiko adalah
punggung dan siku kiri. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi keluhan
berdasarkan bagian tubuh pada posisi duduk ibu menyusui bayi yang berumur 0-
2 tahun:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Keluhan Berdasarkan Bagian Tubuh pada Posisi Duduk Ibu
Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tahun di Kelurahan Pisangan Tahun 2014
No. Bagian Tubuh
Posisi Duduk Ibu menyusui bayi yang
berumur 0-2 tahun Total
Kursi Bukan Kursi Kursi
Ergonomis
N % N % n % n %
1. Lengan Atas Kiri 1 16,7 3 50 2 33,3 6 100
2. Lengan Atas Kanan 1 25 1 25 2 50 4 100
3. Lengan Bawah Kiri 2 22,2 4 44,4 3 33,3 9 100
4. Lengan Bawah
Kanan
2 33,3 3 50 1 16,7 6 100
5. Leher 2 15,4 7 53,8 4 30,8 13 100
6. Siku Kiri 3 18,8 8 50 5 31,2 16 100
7. Siku Kanan 3 37,5 2 25 3 37,5 8 100
87
No. Bagian Tubuh
Posisi Duduk Ibu menyusui bayi yang berumur 0-2
tahun
Kursi Bukan Kursi Kursi
Ergonomis
Total
N % N % n % n %
8. Pergelangan Tangan
Kiri
2 33,3 2 33,3 2 33,3 6 100
9. Pergelangan Tangan
Kanan
2 50 2 50 0 0 4 100
10. Tangan Kiri 2 33,3 3 50 1 16,7 6 100
11. Tangan Kanan 1 25 3 75 0 0 4 100
12. Punggung 3 23,1 8 61,5 2 15,4 13 100
13. Pergelangan Kaki
Kiri
1 20 3 60 1 20 5 100
14. Pergelangan Kaki
Kanan
0 0 1 50 1 50 2 100
15. Kaki Kiri 0 0 1 50 1 50 2 100
16. Kaki Kanan 0 0 1 50 1 50 2 100
1. Ibu Bayi yang Berumur 0-2 Tahun Menggunakan Kursi/Sofa sebagai
Alas Duduk
Rata-rata postur tubuh ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun
saat menggunakan kursi/sofa sebagai alas duduk yang paling berisiko pada
bagian tubuh yaitu punggung sebesar 23,1% (3 orang), siku kiri 37,5% (3
orang) dan siku kanan (3orang). Disebabkan posisi duduk yang tidak didesain
untuk ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dan kebanyakan ibu
membungkukkan punggungnya dan siku kiri-kanan untuk menahan bayi
yang sedang menyusui sehingga menimbulkan postur janggal pada ibu.
88
2. Ibu Bayi yang Berumur 0-2 Tahun Menggunakan Kursi Ergonomis
sebagai Alas Duduk
Rata-rata postur ibu yang menggunakan kursi ergonomis sebagai alas
duduk yang paling berisiko pada bagian tubuh yaitu leher sebanyak 30,8% (4
orang) dan siku kiri 31,2% (5 orang). Disebabkan pada leher karena sebagian
ibu menunduk untuk bisa melihat bayinya dan pada siku kanan karena ibu
menopang berat badan bayi.
3. Ibu Bayi yang Berumur 0-2 Tahun Tidak Menggunakan Kursi sebagai
Alas Duduk
Rata-rata postur ibu yang tidak menggunakan kursi sebagai alas
duduk yang paling berisiko pada bagian tubuh yaitu leher sebanyak 53,8% (7
orang), punggung sebanyak 61,5% (8 orang), lengan bawah kiri sebanyak
44,4% (4 orang), dan siku kiri sebanyak 50% (8 orang).
C. Gambaran Postur Janggal Menggunakan Kursi Ergonomis, Kursi/Sofa, dan
Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2
Tahun di Kelurahan Pisangan Tahun 2014
Berdasarkan hasil observasi yang ditemukan di Kelurahan Pisangan
didapatkan bahwa posisi duduk ibu yang menggunakan kursi ergonomis,
kursi/sofa dan yang tidak menggunakan kursi terdapat postur janggal pada
bagian tubuh seperti leher, lengan, pergelangan tangan, punggung, kaki. Secara
detail dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
89
Tabel 5.6
Gambaran Postur Janggal Menggunakan Kursi Ergonomis, Kursi/Sofa, dan Tidak
Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tahun di
Kelurahan Pisangan Tahun 2014
Bagian
Tubuh
Posisi Duduk Menggunakan
Kursi Ergonomis Kursi/Sofa Tidak Menggunakan
Kursi
Leher Menunduk (karena
ibu menatap bayinya)
Menuduk (karena ibu menatap
bayinya)
Menunduk (karena ibu
menatap bayinya)
Lengan
Lengan ditopang oleh
sandaran tangan kursi
(karena berat kepala
bayi ditopang oleh
lengan ibu)
Lengan ditopang oleh
sandaran tangan kursi (karena
berat kepala bayi ditopang
oleh lengan ibu)
Lengan ditopang oleh
paha ibu (karena sikap
duduk ibu menyilangkan
kaki kesamping supaya
meninggikan paha atas
untuk menopang berat
kepala bayi)
Lengan mengantung atau tidak
ditopang oleh sandaran tangan
kursi (karena berat kepala bayi
ditopang oleh lengan ibu dan
rata-rata ibu membentuk sudut
≥ 800)
Lengan mengantung atau
tidak ditopang oleh
sandaran tangan kursi
(karena berat kepala bayi
ditopang oleh lengan ibu
dan rata-rata ibu
membentuk sudut ≥ 800)
Punggung
Bersandar pada kursi (karena
sudut yang dibentuk 200-60
0)
Bersandar pada tembok
(karena sudut yang
dibentuk 200-60
0)
Tidak bersandar pada apapun
(karena duduk dikursi yang
tidak ada sandarannya)
Tidak bersandar pada
apapun (karena sudut
yang bentuk rata-rata ≥
600)
Kaki
Berjinjit untuk menyentuh
lantai (karena kursi yang
digunakan rata-rata tidak
sesuai dengan proporsi tubuh
ibu bagian bawah)
Ditekuk kesamping atau
disilangkan (karena
untuk menopang berat
badan bayi)
Menggantung (karena kursi
yang digunakan rata-rata tidak
sesuai dengan proporsi tubuh
ibu bagian bawah dan kursi
terlalu tinggi)
90
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :
1. Saat dilakukan pengambilan foto/video oleh peneliti sebagian ibu tidak
berada pada sikap duduk alami saat menyusui karena ibu menyadari adanya
kamera.
2. Saat akan pengukuran ibu terkadang sudah selesai menyusui dan bayi tidak
mau menyusu lagi, bayi yang sedang tidur, bayi yang tidak mau menyusu
saat sedang ramai, oleh karena itu peneliti menanyakan kembali jam berapa
biasa bayi menyusui dan setalah itu dilakukan pengukuran hari berikutnya
menurut jam bayi menyusui.
B. Gambaran Posisi Duduk Menggunakan Kursi Ergonomis, Kursi/Sofa, dan
Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2
Tahun Menggunakan RULA di Kelurahan Pisangan Tahun 2014
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 60,2% (50 orang) ibu menyusui
lebih memilih posisi duduk tidak menggunakan kursi seperti duduk dilantai atau
di atas tempat tidur. Sedangkan 19,3% (16 orang) menggunakan kursi/sofa untuk
menyusuinya seperti kursi plastik yang tidak ada sandaran punggung dan
tangannya atau kursi plastik yang ada sandaran punggung dan tanganya, kursi
kantor, sofa, kursi makan dan sebagainya. Terakhir beberapa ibu 20,5% (17
91
orang) diminta untuk menggunakan kursi ergonomis yang didesain khusus untuk
ibu menyusui.
Penggunaan pemilihan menggunakan kursi/sofa dan tidak menggunakan
kursi dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang rendah ditandai dengan kondisi
rumah di pemukiman padat penduduk. Dimana didalam rumah ibu menyusui
terkadang tidak ada kursi sehingga ibu tidak punya pilihan untuk menyusui
bayinya di lantai atau tempat tidur. Ibu menyusui tidak selalu menggunakan
posisi duduk ada saatnya ibu menggunakan posisi tidur pada saat malam hari.
Saat ibu melakukan aktivitas menyusui dalam jangka waktu yang lama
dan berulang-ulang menggunakan posisi duduk tidak selalu tegak lurus tetapi
lama kelamaan duduk ibu akan merosot atau membungkuk ini sesuai dengan
dikemukakan oleh Bridger (1995) umumnya seseorang tidak mampu untuk
duduk dalam posisi tegak lurus dalam waktu yang lama sehingga mereka akan
duduk dalam posisi yang agak sedikit merosot. Posisi duduk yang agak merosot
dapat membuat jaringan lunak pada tulang punggung antara anterior dan
posterior tertekan sehingga menimbulkan kesakitan.
Banyak cara untuk memposisikan ibu dan bayinya selama proses
menyusui berlangsung. Sebagian melakukannya sambil duduk di kursi dengan
punggung diganjal bantal dan kaki di atas bangku kecil. Sebagian lagi ibu
memilih menyusui dalam posisi berbaring miring sambil merangkul bayinya.
Namun, pada ibu menyusui dengan duduk tidak semua menggunakan ganjalan
bantal pada punggungnya seperti ibu menyusui tidak menggunakan kursi atau
92
menggunakan kursi/sofa tetapi tidak ada sandaran punggungnya. Ibu menyusui
juga tidak semua menggunakan kursi kecil untuk menopang kaki oleh karena itu
kaki itu menggantung itu terjadi pada ibu yag menggunakan kursi/sofa yang
tinggi dudukan kursi/sofanya tinggi daripada kaki ibu saat duduk di kursi/sofa. Ini
tidaklah sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kristiyanasari (2009), posisi
menyusui dengan duduk dapat dilakukan dengan posisi santai dengan
menggunakan kursi atau sofa, punggung ibu bersandar pada sandaran kursi, dan
kaki tidak boleh mengantung. Adapun cara menyusui dengan posisi duduk yaitu:
1) gunakan bantal untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas pangkuan ibu; 2)
bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi diletakkan pada lengan dan kepala bayi tidak boleh tertengadah atau
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu; 3) satu tangan bayi diletakkan di
belakang badan ibu dan yang satu di depan; 4) perut bayi menempel badan ibu,
kepala bayi menghadap payudara; 5) telinga dan lengan bayi terletak pada satu
garis lurus.
Cara duduk yang benar di tempat duduk ibu sering mengabaikan padahal,
hal ini sangatlah penting sebagai dasar pola posisi ergonomis dimana banyak
aktivitas menyusui dilakukan dalam keadaan duduk. Contohnya posisi duduk
ketika aktivitas menyusui yang cenderung statis dan monoton, sehingga
terkadang para ibu perlu melakukan perubahan sikap dan posisi tubuhnya saat
menyusui (Chamdany dalam Meilia, 2011).
93
Ibu menyusui yang tidak menggunakan kursi biasanya melakukan
aktivitas menyusui dengan durasi yang terlalu lama dalam keadaan duduk
dengan posisi yang salah karena ibu biasanya tidak bersandar atau bersandar
ditembok akan menyebabkan pegal-pegal. Ini sesuai dengan pendapat Pheasant
(1991), posisi duduk tidak menggunakan kursi (tanpa sandaran) menyebabkan
fleksi lutut dan fleksi tulang belakang pada tungkai atas (sekitar 900 pada kedua
keadaaan tersebut) Terlalu lama duduk dengan posisi yang salah akan
menyebabkan otot-otot menjadi spasme dan dapat merusak jaringan lunak. Posisi
tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari jaringan
sehingga menyebabkan rasa sakit dalam (Hamitz, 2000).
Posisi duduk yang menggunakan kursi/sofa seharusnya duduk di atas
kursi dengan alas duduk dan sandaran keras. Alas duduk dan sandaran yang ideal
membentuk sudut 1000 - 110
0. Tinggi alas duduk harus sesuai sehingga orang
dapat duduk dengan fleksi sempurna baik pada sendi lutut dan panggul,
sedangkan kaki tepat mendatar di atas lantai. Sofa merupakan tempat duduk yang
ideal namun untuk jangka waktu lama akan menimbulkan nyeri akibat regangan
otot-otot hamstring dan ligamentum longitudinal posterior (Judana, 1981).
Menurut Anderson (1995), posisi duduk yang menggunakan kursi
ergonomis adalah posisi tulang belakang harus menyerupai posisi tulang
belakang pada saat berdiri normal, yaitu membentuk huruf S apabila dilihat dari
samping. Posisi duduk dengan tulang punggung membentuk kurva S akan lebih
baik dari sisi anotomi maupun dari sisi beban atau gaya minimum. Beban yang
94
tetap pada otot punggung diminimasikan melalui aktivitas otot yang akan
meningkat ketika duduk dengan postur merosot ke depan.
RULA diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang berupa skor
resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi menandakan level yang
mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja.
Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti
bebas dari ergonomic hazard. Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan
untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera
mungkin (Lueder, 1996).
Pengukuraan dengan metode RULA pada ibu menyusui dilakukan
dengan cara observasi secara langsung pekerja atau operator saat bekerja selama
beberapa siklus tugas untuk memilih tugas (task) dan postur untuk pengukuran.
Alat ini memasukan skor tunggal sebagai gambaran foto dari sebuah pekerjaan,
yang mana rating dari postur, besarnya gaya atau beban dan pergerakan yang
diharapkan. Risiko adalah hasil perhitungan menjadi suatu nilai atau skor 1
(rendah) sampai skor tinggi (7), skor tersebut adalah dengan menggolongkan
menjadi 4 level gerakan atau aksi itu memberikan sebuah indikasi dari kerangka
waktu yang mana layak untuk mengekspektasi pengendalian risiko yang akan
diajukan (Staton dalam Ikrimah 2010).
Metode RULA dipilih karena ibu menyusui berada pada posisi statis
dalam waktu yang lama dalam sekali menyusui dan mengakibatkan pembebanan
fisik pada postur tubuh bagian atas seperti leher, bahu, tangan, dan punggung
95
dikarenakan beban bayi yang ibu bawa. Oleh karena itu, sangat cocok untuk
menilai postur tubuh ibu menyusui dalam menggunakan posisi duduk
menggunakan kursi ergonomis, kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi karena
ibu menyusui pada posisi yang statis selama 30-60 menit dalam sekali menyusui
dan pembebanan postur tubuh lebih banyak terjadi pada tangan, leher, bahu, dan
punggung.
Berdasarkan hasil skor RULA yang menggunakan kursi ergonomis telah
dikombinasi didapatkan rata-rata level risiko dikategorikan 6 dengan level risiko
sedang yang dimana harus ada tindakan dalam waktu dekat yang diambil ibu untuk
memperbaiki postur duduknya. Berdasarkan hasil skor RULA yang menggunakan
kursi/sofa telah dikombinasi didapatkan rata-rata level risiko dikategorikan 7
dengan level risiko tinggi. Berdasarkan hasil skor RULA yang tidak
menggunakan kursi telah dikombinasi didapatkan rata-rata level risiko
dikategorikan 7 dengan level risiko tinggi.
Pada hasil skor RULA menggunakan kursi/sofa dan tidak menggunakan
kursi sama-sama mendapatkan level risiko 7 yang dimana level tersebut tinggi
dengan harus mengambil tindakan sekarang juga. Berarti ibu harus memperbaiki
postur tubuhnya sekarang juga dan harus menambahkan ganjalan bantal pada
punggung supaya posisi tulang belakang menyerupai posisi tulang belakang pada
saat berdiri normal, yaitu membentuk huruf S apabila dilihat dari samping itu
sesuai dengan pendapat Anderson (1995), posisi duduk yang menggunakan kursi
ergonomis adalah posisi tulang belakang harus menyerupai posisi tulang
belakang pada saat berdiri normal, yaitu membentuk huruf S apabila dilihat dari
96
samping. Posisi duduk juga yang menggunakan kursi/sofa seharusnya duduk di
atas kursi dengan alas duduk dan sandaran keras. Menurut Judana (1981), alas
duduk dan sandaran yang ideal membentuk susut 1000 - 110
0
C. Gambaran Postur Tubuh Menggunakan Kursi Ergonomis, Kursi/Sofa, dan
Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2
Tahun di Kelurahan Pisangan Tahun 2014
Hasil dari penelitian terdapat rata-rata postur tubuh ibu menyusui saat
menggunakan kursi/sofa sebagai alas duduk yang paling berisiko pada bagian
tubuh yaitu punggung sebesar 23,1% (3 orang), siku kiri 37,5% (3 orang) dan
siku kanan (3 orang). Disebabkan posisi duduk yang tidak didesain untuk ibu
menyusui dan kebanyakan ibu membungkukkan punggungnya dan siku kiri-
kanan untuk menahan bayi yang sedang menyusui sehingga menimbulkan postur
janggal pada ibu.
Hasil penelitian pada ibu yang menggunakan kursi ergonomis sebagai
alas duduk rata-rata bagian tubuh yang paling berisiko yaitu leher sebanyak
30,8% (4 orang) dan siku kiri 31,2% (5 orang). Disebabkan saat ibu duduk, leher
ibu menunduk dikarenkan untuk melihat bayinya dan pada bagian tubuh lainnya
yaitu siku kanan dikarenakan ibu harus menopang berat badan bayi.
Hasil penelitian pada ibu yang tidak menggunakan kursi sebagai alas
duduk yang paling berisiko pada bagian tubuh yaitu leher sebanyak 53,8% (7
orang), punggung sebanyak 61,5% (8 orang), lengan bawah kiri sebanyak 44,4%
(4 orang), dan siku kiri sebanyak 50% (8 orang). Postur tubuh ibu menyusui yang
97
paling banyak mengalami resiko ergonomi adalah posisi duduk yang tidak
menggunakan kursi sebagai alas tempat duduknya. Postur tubuhnya yang
berisiko tinggi pada bagian tubuh yaitu leher, punggung, lengan bawah kiri, dan
siku kiri. Pada posisi duduk menggunakan kursi yang paling berisiko pada
bagian tubuh yaitu punggung, siku kiri dan siku kanan. Terakhir pada posisi
duduk yang menggunakan kursi ergonomis bagian tubuh yang paling berisiko
yaitu leher dan siku kiri. Persamaan bagian tubuh yang berisiko tinggi yaitu siku
kiri, leher dan punggung.
Menurut Pheasant (1991), postur adalah orientasi relatif dari posisi rata-
rata setiap bagian tubuh hampir pada setiap waktu dan postur tubuh seseorang
dipengaruhi oleh gerakan yang diakukan. Postur seseorang dalam bekerja
merupakan hubungan antara dimensi tubuh seseorang dengan dimensi berbagai
benda yang dihadapinya dalam pekerjaan (Pheasant, 1986). Menurut Pulat
(1991) postur kerja sebagai posisi tubuh pekerja pada saat melakukan aktivitas
kerja yang biasanya terkait dengan desain area kerja dan task requirements.
Postur tubuh ibu menyusui juga dipengaruhi oleh posisi duduk ibu,
dimana ada ibu yang menggunakan kursi ergonomis, kursi/sofa dan tidak
menggunakan kursi itu juga disesuaikan oleh posisi ibu menyusui bayinya
dengan tepat. Menurut Bridger (1995) postur tubuh ketika bekerja dapat
dipengaruhi oleh faktor personal, karakteristik pekerjaan, dan desain tempat
kerja.
98
Menurut ILO (1998) secara alamiah postur terbagi menjadi dua yaitu
postur statis dan postur dinamis. Postur statis merupakan postur yang tetap atau
sama hampir disepanjang waktu. Pada postur statis hampir tidak terjadi
pergerakan otot dan sendi, sehingga beban yang ada adalah beban statis. Dalam
kondisi ini suplai darah yang membawa nutrisi dan oksigen akan terganggu
sehingga akan menggangu proses metabolisme tubuh. Pada ibu menyusui
menggunakan postur statis yang dimana ibu hanya duduk untuk menyusui
bayinya dalam waktu yang lama yang tidak terjadi pergerakan sendi dan otot.
Menurut Karjewski et.al (2009) menjelaskan bahwa ketika ulang atau persendian
tidak berada pada posisi netral, maka terjadi postur janggal.
Postur netral yaitu postur dalam proses yang sesuai dengan anatomi
tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting
tubuh, seperti organ tubuh, saraf, tendon, otot, dan tulang membuat keadaan
menjadi rileks dan menyebabkan kelelahan sistem muskuloskeletal/sistem tubuh
lainnya (Satrya dalam Rinandha, 2011).
Permasalahan dalam pekerjaan statis saat menyusui adalah postur yang
sama dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan stress atau
tekanan pada bagian tubuh tertentu dalam Astuti (2009). Postur dinamis adalah
postur yang terjadi dengan adanya perubahan panjang dan peregangan pada otot
serta adanya perpindahan beban. Postur dinamis melibatkan adanya gerakan.
Posisi yang paling nyaman bagi tubuh adalah posisi netral dengan pergerakan.
Akan tetapi jika pergerakan tersebut terjadi terus menerus dan kelanjutan maka
99
dapat membahayakan kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena pergerakan yang
berkepanjangan akan membutuhkan energi yang lebih besar daripada posisi
statis, terutama pada pergerakan yang ekstrim atau ketika menangani beban yang
berat. Perbedaan antara postur statis dan dinamis juga dapat dilihat dari kerja
otot, aliran darah, oksigen dan energi yang dikeluarkan pada kedua jenis postur
tersebut.Postur kerja yang berbahaya bagi kesehatan dan paling berisiko
menimbulkan cidera adalah postur janggal.
Disarankan pada saat ibu menyusui dalam posisi duduk harus ditunjang
dengan kursi yang tepat seperti menggunakan kursi ergonomis yang dapat
membantu duduk dengan postur alami. Ini sesuai dengan pendapat Grandjean
(1988), dimana mengatakan duduk dalam postur alami akan mengurangi kerja
otot statis untuk menghindari gangguan pada tulag belakang, pinggang, dan kaki
D. Gambaran Postur Janggal Menggunakan Kursi Ergonomis, Kursi/Sofa, dan
Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2
Tahun di Kelurahan Pisangan Tahun 2014
Postur janggal terjadi karena postur tubuh atau segmen tubuh yang
menyimpang secara signifikan dari posisi range yang normal pada saat
melakukan suatu aktivitas yang disebabkan oleh keterbatasan tubuh manusia
untuk melawan beban dalam jangka waktu lama. Postur janggal akan
menyebabkan stress mekanik pada otot, ligamen, dan persendian sehingga
menyebabkan rasa sakit pada otot rangka.
100
Postur janggal adalah deviasi dari gerakan tubuh atau anggota gerak yang
dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktifitas kerja secara berulang-ulang dan
dalam waktu yang relatif lama. Gerakan postur janggal merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya gangguan, penyakit, atau cedera pada sistem otot rangka.
Gangguan, penyakit, atau cidera pada sistem musculoskeletal hampir tidak
pernah terjadi secara langsung, akan tetapi lebih merupakan suatu akumulasi dari
benturan kecil maupun besar secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang
relatif lama (Cohen dkk, 1997). Misalnya ibu yang sedang melakukan aktivitas
menyusui yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkali-kali setiap harinya
hingga masa menyusui berhenti, artinya aktivitas menyusui dapat diasumsikan
sebagai proses bekerja yang dapat mengalami postur janggal.
Ibu menyusui mengalami postur tubuh yang tidak alamih saat posisi
duduk dikarenakan harus duduk sekaligus menyusui bayinya. Menurut Bernard
(1997), dalam ukuran jarak atau dimensi pada dasarnya setiap orang memiliki
keinginan untuk melakukan kegiatannya dalam postur yang optimal. Postur
tubuh yang tidak stabil (tidak alamiah) menunjukan bukti yang kuat sebagai
faktor yang berkontribusi terhadap MSDs dan menimbulkan terjadinya gangguan
leher, punggung dan bahu.
Ibu menyusui menggunakan kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi
terjadi postur janggal pada bagian tubuh punggung yaitu bersandar pada kursi
(karena sudut yang dibentuk 200-60
0) karena menurut Humantech (1995)
terjadinya postur janggal pada punggung jika membungkuk (bent forward) yaitu
101
punggung dan dada lebih condong ke depan membentuk > 200 terhadap garis
vertikal. Oleh karena punggung pada ibu meyusui yang menggunakan kursi/sofa
dan yang tidak menggunakan kursi mengalami postur janggal. Postur janggal
pada punggung lainnya yaitu tidak bersandar pada apapun (karena sudut yang
bentuk rata-rata ≥ 600). Menurut Humantech (1995), postur janggal yang lainnya
yaitu miring (bent sideway), yaitu setiap deviasi bidang median tubuh dari garis
vertikal tanpa memperhitungkan besarnya sudut yang dibentuk dan terjadi fleksi
pada bagian tubuh, biasanya ke depan atau ke samping.
Menurut Hermans dkk (2000), postur punggung yang merupakan faktor
risiko adalah membungkuk yaitu postur punggung membungkukkan badan
hingga membentuk sudut 200 terhadap vertikal dan berputar dengan beban objek
≥ 9 kg, durasi ≥ 10 detik, dan frekuensi 2 kali/menit atau total lebih 4 jam/hari.
Berarti saat ibu menyusui yang tidak memiliki sandaran tidak memperhatikan
besaran sudut yang dibentuk dan dapat menimbulkan postur janggal karena
posisi duduk dengan lebih codong ke depan atau belakang dapat terjadi fleksi.
Ibu menyusui menggunakan kursi ergonomis, kursi/sofa dan tidak
menggunakan kursi terjadi postur janggal pada bagian tubuh leher yaitu
menunduk dikarenakan ibu menatap bayinya. Menurut Humantech (1995),
postur janggal pada leher terjadi pada saat melakukan membengkokkan leher ≥
200
terhadap vertikal, menekukkan kepala. Menurut Grandjean (1987) posisi
menunduk leher dan kepala tidak boleh melebihi 150, karena menyebabkan
postural stress. Menurut Bridger (1995) ada banyak bukti fleksi yang dilakukan
102
secara sering atau ditahan dalam waktu lama pada kedua bagian ini berhubungan
dengan nyeri pada leher dan kepala yang kronis. Pada ibu menyusui dilakukan
menekukkan kepala (menunduk) dengan waktu yang lama dan dilakukan sering
yang dimana ibu menyusui lakukan saat aktivitas menyusui untuk melihat
bayinya
Pada lengan bagian tubuh yang terjadi postur janggal yaitu lengan
ditopang oleh sandaran tangan kursi (karena berat kepala bayi ditopang oleh
lengan ibu), terjadi pada ibu menyusui yang menggunakan kursi ergonomis dan
kursi/sofa. Sedangkan tidak menggunakan kursi lengan ditopang oleh paha ibu
(karena sikap duduk ibu menyilangkan kaki kesamping supaya meninggikan
paha atas untuk menopang berat kepala bayi). Bagian leher yang terjadi postur
janggal yang lain yaitu karena lengan mengantung atau tidak ditopang oleh
sandaran tangan kursi (karena berat kepala bayi ditopang oleh lengan ibu dan
rata-rata ibu membentuk sudut ≥ 800) terjadi pada ibu menyusi menggunakan
kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi. Menurut Humantech (1995), terjadi
postur janggal saat menggunakan gerakan penuh dalam bekerja. Ibu menyusui
melakukan gerakan penuh untuk menopang bayi dengan beban bayi oleh karena
itu menimbulkan postur janggal pada lengan.
Ibu menyusui menggunakan kursi/sofa terjadi postur janggal pada bagian
tubuh kaki yaitu berjinjit untuk menyentuh lantai (karena kursi yang digunakan
rata-rata tidak sesuai dengan proporsi tubuh ibu bagian bawah) dan kakinya
menggantung (karena kursi yang digunakan rata-rata tidak sesuai dengan
103
proporsi tubuh ibu bagian bawah dan kursi terlalu tinggi). Sedangkan tidak
menggunakan kursi postur janggal pada kaki yaitu ditekuk kesamping atau
disilangkan (karena untuk menopang berat badan bayi). Disebutkan postur
janggal pada kaki yaitu bertumpu di atas satu kaki atau tidak seimbang dalam
Bukhori (2010) dan Laraswati (2009). Oleh karena itu ibu menyusui yang
berjinjitkan kaki saat dalam posisi duduk dan kakinya menggantung dapat
menyebabkan postur janggal karena kaki bertumpu diatas satu kaki atau tidak
seimbang.
Telah dilihat di atas sikap kerja tidak alamiah pada ibu menyusui
mengakibatkan bagian-bagian tubuh itu mengalami postur janggal. Menurut
Grandjen (1993), sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan
posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya
pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat
dsb. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin
tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini
pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja dalam Tarwaka dkk
(2004). Masih terdapat posisi janggal pada ibu menyusui saat menggunakan kursi
ergonomi, bisa jadi terdapatnya posisi janggal ini dikarenakan kursi ergonomi
yang didesain masih dibuat menggunakan ukuran rata-rata ibu kebanyakan.
104
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Hasil yang diperoleh pada ibu menyusui menggunakan kursi ergonomis
menggunakan metode RULA skornya 6 level risiko sedang, sedangkan postur
tubuhnya paling berisiko yaitu leher sebanyak 30,8% (4 orang) dan siku kiri
31,2% (5 orang) dan postur janggalnya pada bagian tubuh leher yaitu menunduk
(karena ibu menatap bayinya), lengan yaitu karena ditopang oleh sandaran
tangan kursi (karena berat kepala bayi ditopang oleh lengan ibu), punggung yaitu
bersandar pada kursi (karena sudut yang dibentuk 00-20
0), kaki yaitu bertumpu
pada pijakan kaki (karena kaki membentuk sudut 900).
2. Pada ibu menyusui menggunakan kursi/sofa menggunakan metode RULA
skornya 7 level risiko tinggi sedangkan postur tubuhnya paling berisiko yaitu
punggung sebesar 23,1% (3 orang), siku kiri 37,5% (3 orang) dan siku kanan
(3orang), dan pada postur janggalnya pada bagian tubuh leher yaitu menuduk
(karena ibu menatap bayinya), lengan yaitu ditopang oleh sandaran tangan kursi
(karena berat kepala bayi ditopang oleh lengan ibu), mengantung atau tidak
ditopang oleh sandaran tangan kursi (karena berat kepala bayi ditopang oleh
lengan ibu dan rata-rata ibu membentuk sudut ≥ 800), punggung yaitu bersandar
pada kursi (karena sudut yang dibentuk 200-60
0), tidak bersandar pada apapun
(karena duduk dikursi yang tidak ada sandarannya), kaki yaitu berjinjit untuk
105
menyentuh lantai (karena kursi yang digunakan rata-rata tidak sesuai dengan
proporsi tubuh ibu bagian bawah), berjinjit untuk menyentuh lantai (karena kursi
yang digunakan rata-rata tidak sesuai dengan proporsi tubuh ibu bagian bawah.
3. Pada ibu menyusui tidak menggunakan kursi/sofa menggunakan metode RULA
skornya 7 level risiko tinggi sedangkan postur tubuhnya paling berisiko yaitu
leher sebanyak 53,8% (7 orang), punggung sebanyak 61,5% (8 orang), lengan
bawah kiri sebanyak 44,4% (4 orang), dan siku kiri sebanyak 50% (8 orang), dan
pada postur janggalnya pada bagian tubuh leher yaitu menuduk (karena ibu
menatap bayinya), lengan yaitu ditopang oleh paha ibu (karena sikap duduk ibu
menyilangkan kaki kesamping supaya meninggikan paha atas untuk menopang
berat kepala bayi), mengantung atau tidak ditopang oleh sandaran tangan kursi
(karena berat kepala bayi ditopang oleh lengan ibu dan rata-rata ibu membentuk
sudut ≥ 800), punggung yaitu bersandar pada kursi (karena sudut yang dibentuk
200-60
0), tidak bersandar pada apapun (karena sudut yang bentuk rata-rata ≥ 60
0),
Kaki yaitu ditekuk kesamping atau disilangkan (karena untuk menopang berat
badan bayi)
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan bagi ibu menyusui bayi yang berumur 0-2
tahun dari hasil penelitian ini adalah:
a. Disarankan kursi ergonomi bisa diberikan adjustment pada sandaran tangan
dan pijakan kaki, pelebaran sandaran tangan dan pijakan kaki, pemberian
busa yang lebih empuk.
106
b. Disarankan kursi/sofa bisa diberikan sandaran (backrest) dan bantalan
punggung yang dilakukan untuk memberikan kesempatan relaksasi pada otot
punggung secara berkala.
c. Disarankan ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun yang tidak
menggunakan kursi, menggunakan sandaran dan bantalan punggung yang
dapat mengurangi tekanan untuk sudut sandaran yang dapat disesuaikan dari
sudut vertikal 900- 110
0 sedangkan kaki tepat mendatar di atas lantai atau
tidak mengantung.
DAFTAR PUSTAKA
American Dental Association. 2004. An Introduction to Ergonomics: Risk Factors,
MSDs, Approaches and Intervention.
Astuti, Sri Endah Budi. 2009. Gambaran Faktor Risiko Pekerjaan dan Keluhan Gejala
MSDs pada Tubuh Bagian Atas Pekerja Disektor Informal Butik Lamonde
Depok Lama Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Skripsi
Bernard, B, P. 1997, Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors. National
Institute for Occupational Safety and Health.
Bridger. 1995. Introduction to Ergonomics. Singapore: McGraw-Hill Inc.
Bridger, R. S. 2003, Introduction to Ergonomics, 2nd.ed., Tailor & Francis Group,
London.
Grandjean, E. 1993. Fitting The Task to The Man, fourth edition. London : Taylor &
Francis Inc.
Hignett dan McAtamney. 2000. REBA Employee Assessment Worksheet. Applied
Ergonomics, 201-205.
Humantech. 1995, Humantech Applied Ergonomics Training Manual, 2nd.ed., Berkelery
Vale, Australia.
ILO (International Labour Organization. 1998. Work Organization and Ergonomics.
Geneva.
Karjewski, Janet Torma et. al. 2009. Ergonomics: MSD Risk Factors-Awkward
Postures. NIOSH Publication No. 2009-107.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004
Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia.
Klinpikul, N., et. al. 2010. Factors Affecting Low Back Pain during Breastfeeding of
Thai Woman. World Academy of Science, Engineering and
Technology.Available on: http://www.waset.org/journals/waset/v48/v48-56.pdf.
Kumar, Shrawan. 1999. Biomechanics in Ergonomics. London: CRC Press Taylor &
Francis Group. Ed.
Kurniawati, Ita. 2009. Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan Subjektif
Terhadap Terjadinya Gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja Pabrik Proses
Finishing Departemen PPC PT Southern Cross Textile Industry Ciracas Jakarta
Timur 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Skripsi
Lueder, Rani. 2002. Anatomical, Physiological and Health Considerations Relevant
to The SwingSeat. For SmartMotion Technology, Inc.
Lueder, Rani. 2004. Ergonomics of Seated Movement, A Review of The Scientific
Literature. Humanics ErgoSystems, Inc.
Marras, William S. dan Waldemar Karwowski. 2006. Fundamentals and Assesment
Tools for Occupational Ergonomics. Boca Raton: CRC Press Taylor&Francis
Group. Ed.
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya : Tinjauan Anatomi,
Fisiologi, Antropometri, Psikologi, dan Komputasi Untuk Perancangan Kerja
dan Produk. Surabaya: Penerbit Guna Widya.
OSHA. 2002. Ergonomic: The Study of work. US Departement of Labor Occupational
Safety and Health Administration. OSHA 3125.
Pheasant, Stephen. 2003. Body Space Anthropometry, Ergonomics and the Design of
Work. London: Taylor & France. Second Edition.
Roesli, Utami. 2009. Panduan Praktis Menyusui. Cet. I. Jakarta: Pustaka Bunda.
Stanton, Neville et. al. 2005. Handbook of Human Factor dan Ergonomics Methode.
London: CRC Press Taylor & Francis Group.
Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: CV
Sagung Seto
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan, Keselamatan & Produktivitas. Edisi
I, Cetakan I. Surakarta : UNIBA Press.
Wilson, J.R and Corlett, E.N. (eds) Evaluation of Human Work: A Practical
Ergonomics Methodology. 2nd
and Revisised Edition. London: Taylor&Francis.
Lampiran 1: Form Pernyataan Persetujuan Responden
ANALISIS POSTUR TUBUH IBU MENYUSUI
DALAM POSISI DUDUK MENGGUNAKAN
RAPID UPPER LIMB ASSESMENT
KELURAHAN PISANGAN TAHUN 2014
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Saya mahasiswa S1 Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Program
Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian tentang “Analisis
Postur Tubuh Ibu Menyusui dalam Posisi Duduk Menggunakan Rapid Upper Limb
Assesment Kelurahan Pisangan Tahun 2014”. Penelitian ini saya lakukan sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Untuk itu, saya meminta kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Dimana akan diberikan kuesioner dan dilakukan observasi serta wawancara mendalam terkait
dengan aktivitas menyusui ibu. Semua informasi yang Ibu berikan dan peneliti amati akan
terjamin kerahasiaannya. Setelah Ibu membaca maksud dan kegiatan penelitian ini, maka
saya meminta Ibu untuk mengisi nama dan tanda tangan di bawah ini.
“Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden pada penelitian
ini dan akan memberikan informasi yang diminta dengan sebenar-benarnya”.
Nama Informan Tanda Tangan
Atas perhatian dan kerjasamanya untuk itu saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warohmatullah Wabarokatuh
Hormat saya,
Nadya Hanifa Burmawi
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Pada penelitian ini, responden akan diberikan kursi ergonomis untuk aktivitas
menyusui yang direkomendasikan oleh peneliti. Selanjutnya, dilkaukan wawancara dan
observasi terkait postur tubuh dalam posisi duduk menggunakan kursi ergonomis. Segala
informasi yang diberikan oleh responden akan dijamin kerahasiaannya.
“Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden pada penelitian
ini dan akan memberikan informasi yang diminta dengan sebenar-benarnya”.
Nama Informan Tanda Tangan
Lampiran 2 Lembar Observasi
Nama Ibu :
Alamat :
Umur Ibu :
Nama Bayi :
Umur Bayi :
Rekam dengan video posisi atau sikap tubuh ibu saat menyusui.
Hasil Pengukuran
Faktor yang Diukur Hasil Pengukuran
Tinggi Badan Ibu (cm)
Berat Badan Ibu (kg)
Berat badan Bayi (kg)
Kursi yang digunakan
Lampiran 3 Form Pengukuran RULA
Lampiran 4: Contoh Analisis RULA
A. Langkah-langkah penilaian postur tubuh ibu menyusui dalam posisi duduk dengan
metode RULA :
1. Diambil gambar postur duduk ibu saat menyusui melalui video.
2. Video yang telah direkam, kemudian dijadikan gambar-gambar sesuai dengan postur
yang diinginkan untuk dianalisis.
3. Ditentukan sudut-sudut bagian tubuh yang terbentuk dari postur tubuh ibu saat
menyusui tersebut.
4. Ditentukan skor masing-masing bagian tubuh berdasarkan sudut yang dibentuk dan
ketentuan skor pada masing-masing bagian tubuh.
5. Skor tubuh grup A ditambahkan dengan skor aktivitas dan beban kemudian hasil
penjumlahannya dimasukkan ke dalam table C. Begitu juga dengan skor tubu grup B
ditambahkan dengan skor aktivitas dan beban kemudian hasil penjumlahanya
dimasukkan ke dalam table C.
6. Diperoleh skor akhir RULA
B. Contoh Cara Menghitung RULA:
1. Skor Tubuh Grup A
a. Postur Lengan Atas: Sudut yang dibentuk adalah sebesar 620
sehingga
mempunyai skor sehingga mempunyai skor 3 tetapi karena adannya skor
perubahan maka 3-1 = 2 (terdapat sanggahan pada lengan atau dalam posisi
bersandar) .
b. Postur Lengan Bawah: Sudut yang dibentuk adalah sebesar 1150 sehingga
mempunyai skor 2.
c. Postur Pergelangan Tangan: Sudut yang dibentuk adalah sebesar 120
sehingga
mempunyai skor 2.
d. Putaran Pergelangan Tangan: Putaran pergelangan tangan ibu pada gambar diatas
adalah pada posisi tengah dari putaran sehingga mempunyai skor 1.
Masing-masing skor postur tubuh di atas dimasukkan ke dalam table A yaitu sebagai
berikut:
Skor tubuh grup A gambar di atas adalah 3. Skor tersebut kemudian ditambahkan
dengan skor aktivitas dan skor beban.
a. Skor aktivitas untuk gambar diatas adalah 1 karena postur saat menyusui adalah
postur statis.
b. Skor beban untuk gambar diatas adalah 2 karena berat beban bayi sebesar 4,21 dengan
postur statis dan dilakukan berulang-ulang.
Jadi, skor tubuh grup A + skor aktivitas+skor beban= 3+1+2=6
Skor pergelagan
tangan
Skor putaran pergelagan
tangan
Skor lengan
atas
Skor lengan
bawah
2. Skor Tubuh Grup B
a. Postur Leher : Sudut yang dibentuk adalah sebesar 170
dalam posisi fleksi
sehingga mempunyai skornya 2.
b. Postur Tulang Punggung: Sudut yang dibentuk adalah membungkuk dan ibu
bersandar pada sandaran kursi sehingga mempunyai skor 2.
c. Postur Kaki: Kaki ibu pada gambar di atas ditekuk dan bertumpu pada pijakan
kaki kursi sehingga mempunyai skor 1.
Masing-masing skor postur tubuh di atas dimasukkan ke dalam tabel B yaitu
sebagai berikut:
Skor tubuh grup B gambar di atas adalah 2. Skor tersebut kemudian ditambahkan dengan
skor aktivitas dan skor beban.
a. Skor aktivitas untuk gambar diatas adalah 1 karena postur saat menyusui adalah
postur statis.
b. Skor beban untuk gambar diatas adalah 2 karena berat beban bayi sebesar 4,21 dengan
postur statis dan dilakukan berulang-ulang.
Jadi, skor tubuh grup B + skor aktivitas+skor beban= 2+1+2=5
Skor leher Skor batang tubuh
Skor kaki
Skor A dan Skor B dimasukkan ke dalam table C sebagai berikut:
Akhir skor RULA gambar di atas adalah 6, sehingga responden di atas berada pada
level risiko sedang dan dibutuhkan tindakan dalam waktu dekat untuk mengurangi risiko
dan meminimalisir akibat dari risiko lebih lanjut.
Skor A
Skor B
Lampiran 5: Form Nordic Body Map
Lampiran 6: Data Kursi Ergonomis
Gambar Bentuk Kursi Ergonomis:
Tampak Depan samping Kanan Tampak Depan samping Kiri
Tampak samping Kanan Tampak samping Kiri
Tampak Depan Tampak Belakang
Data Dimensi Kursi Ergonomis:
Gambar Rancangan Kursi Ergonomis dengan rincian: a. lebar sandaran,
b. panjang sandaran tangan, c. tinggi sandaran, d. tinggi sandaran tangan,
e. lebar alas kursi, f. panjang kedalaman alas kursi, g. tinggi alas kursi
Lampiran 7: Contoh Gambar Sofa yang Digunakan Ibu Menyusui
Lampiran 8: Contoh Gambar Kursi yang Digunakan Ibu Menyusui
Lampiran 9: Foto Ibu Menyusui
A. Foto Ibu Menyusui Menggunakan Kursi Ergonomi
1.
2. 4.
3. 5.
6. 9.
7. 10.
8. 11.
12. 15.
13. 16.
14. 17.
B. Foto Ibu Menyusui Tidak Menggunakan Kursi
1. 4.
2. 5.
3.
C. Foto Ibu Menyusui Menggunakan Kursi/Sofa
1. 4.
2. 5.
3.
LAMPIRAN 10: HASIL PENGUKURAN RULA
Tabel Hasil Pengukuran RULA Ibu Menyusui Tidak Menggunakan Kursi
No.
Skor Tubuh Grup A Skor
Tabel
A
Skor
Aktivitas
Skor
Beban
Skor
A
Skor Tubuh Grup B Skor
Tabel
B
Skor
Aktivitas
Skor
Beban
Skor
B
Skor
RULA Lengan
Atas
Lengan
Bawah
Pergelangan
Tangan
Putaran
Pergelangan
Tangan
Leher Punggung Kaki
1 2 2 3 2 4 1 2 7 4 3 1 6 1 2 9 7
2 1 1 3 1 2 1 2 5 3 2 1 3 1 2 6 7
3 2 2 3 2 4 1 2 7 3 3 1 4 1 2 6 7
4 1 2 2 1 2 1 2 5 4 1 1 5 1 2 8 7
5 3 1 3 2 4 1 2 7 2 2 1 2 1 2 5 7
6 1 2 2 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
7 1 3 2 2 3 1 2 6 2 1 1 2 1 2 5 6
8 2 1 2 1 3 1 2 6 4 2 1 5 1 2 8 7
9 2 1 3 2 4 1 2 7 1 1 2 3 1 2 6 7
10 2 1 4 2 4 1 2 7 2 2 1 2 1 2 5 7
11 2 1 4 2 4 1 2 7 2 2 1 2 1 2 6 7
12 2 1 3 2 4 1 2 7 3 1 1 3 1 2 6 7
13 2 1 3 2 4 1 2 7 3 2 2 4 1 2 7 7
14 3 1 2 1 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
15 1 2 1 1 2 1 2 5 3 2 1 3 1 2 6 7
16 3 1 2 1 4 1 2 7 3 3 1 4 1 2 7 7
17 1 1 1 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
18 2 1 2 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
19 2 1 2 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
20 1 1 3 1 2 1 2 5 4 2 1 5 1 2 8 7
21 2 1 2 1 3 1 2 6 4 2 1 5 1 2 8 7
22 3 1 3 1 4 1 2 7 3 3 1 4 1 2 7 7
23 1 2 1 1 2 1 2 5 3 3 1 4 1 2 7 7
24 2 2 2 1 3 1 2 6 3 3 1 4 1 2 7 7
Lanjutan Tabel Hasil Pengukuran RULA Ibu Menyusui Tidak Menggunakan Kursi
No.
Skor Tubuh Grup A Skor
Tabel
A
Skor
Aktivitas
Skor
Beban
Skor
A
Skor Tubuh Grup B Skor
Tabel
B
Skor
Aktivitas Skor
Beban Skor
B Skor
RULA Lengan
Atas
Lengan
Bawah
Pergelangan
Tangan
Putaran
Pergelangan
Tangan
Leher Punggung Kaki
25 1 1 1 2 2 1 2 5 4 1 1 5 1 2 8 7
26 1 1 3 1 2 1 2 5 3 2 1 3 1 2 6 7
27 2 2 4 2 4 1 2 6 3 2 1 3 1 2 6 7
28 2 2 4 2 4 1 2 7 4 2 1 5 1 2 8 7
29 2 3 1 1 2 1 2 5 4 1 1 5 1 2 8 7
30 1 2 1 2 3 1 2 6 4 2 2 5 1 2 8 7
31 1 1 4 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
32 2 1 4 2 4 1 2 7 3 1 1 3 1 2 6 7
33 1 1 3 2 3 1 2 6 2 2 1 2 1 2 5 6
34 2 1 2 1 3 1 2 6 4 1 1 5 1 2 8 7
35 1 1 3 1 2 1 2 5 3 2 1 3 1 2 6 7
36 2 1 2 2 3 1 2 6 4 1 1 5 1 2 8 7
37 1 1 3 2 3 1 2 6 4 1 1 5 1 2 8 7
38 2 2 2 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
39 2 1 3 2 4 1 2 7 3 1 1 3 1 2 6 7
40 1 1 3 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
41 2 2 2 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
42 1 1 2 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
43 2 1 3 2 4 1 2 7 1 1 2 3 1 2 6 7
44 1 2 2 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
45 2 2 2 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
46 2 2 1 2 3 1 2 6 4 1 1 5 1 2 8 7
47 2 1 3 2 4 1 2 7 3 1 2 4 1 2 7 7
48 1 1 3 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
49 2 2 2 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
50 1 1 2 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
Tabel Hasil Pengukuran RULA Ibu Menyusui Menggunakan Kursi/Sofa
No.
Skor Tubuh Grup A Skor
Tabel
A
Skor
Aktivitas
Skor
Beban
Skor
A
Skor Tubuh Grup B Skor
Tabel
B
Skor
Aktivitas Skor
Beban Skor
B Skor
RULA Lengan
Atas
Lengan
Bawah
Pergelangan
Tangan
Putaran
Pergelangan
Tangan
Leher Punggung Kaki
1 1 1 2 1 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
2 1 2 1 1 2 1 2 5 3 2 1 3 1 2 6 7
3 1 2 2 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
4 1 1 1 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
5 1 2 1 1 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
6 1 2 4 2 3 1 2 6 2 1 1 2 1 2 5 6
7 1 2 3 1 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
8 2 1 4 2 4 1 2 7 2 1 2 3 1 2 6 7
9 3 1 3 2 4 1 2 7 3 3 2 5 1 2 8 7
10 2 1 3 2 4 1 2 7 3 1 1 3 1 2 6 7
11 1 1 1 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
12 2 1 3 2 4 1 2 7 3 1 1 3 1 2 6 7
13 3 1 3 2 4 1 2 7 2 1 1 2 1 2 5 7
14 2 2 1 2 3 1 2 6 4 1 1 5 1 2 8 7
15 1 1 2 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
16 1 2 3 1 3 1 2 6 2 1 1 2 1 2 5 6
Tabel Hasil Pengukuran RULA Ibu Menyusui Menggunakan Kursi Ergonomis
No.
Skor Tubuh Grup A Skor
Tabel
A
Skor
Aktivitas
Skor
Beban
Skor
A
Skor Tubuh Grup B Skor
Tabel
B
Skor
Aktivitas Skor
Beban Skor
B Skor
RULA Lengan
Atas
Lengan
Bawah
Pergelangan
Tangan
Putaran
Pergelangan
Tangan
Leher Punggung Kaki
1 2 2 2 2 3 1 2 5 2 2 1 2 1 2 5 6
2 2 2 3 1 3 1 2 5 2 2 1 2 1 2 5 6
3 2 2 3 2 4 1 2 7 4 2 1 3 1 2 6 7
4 1 2 3 1 3 1 2 6 2 1 1 2 1 2 5 6
5 2 1 3 2 4 1 2 7 3 1 1 3 1 2 6 7
6 1 1 1 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
7 1 2 3 1 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
8 1 2 4 2 3 1 2 6 2 1 1 2 1 2 5 6
9 1 1 1 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
10 3 1 3 2 4 1 2 7 2 1 1 2 1 2 5 7
11 3 1 3 2 4 1 2 7 2 2 1 2 1 2 5 7
12 1 1 1 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
13 2 2 2 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
14 2 1 4 2 4 1 2 7 2 2 1 2 1 2 5 7
15 1 1 4 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
16 2 2 2 2 3 1 2 5 2 2 1 2 1 2 5 6
17 1 1 2 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7