Upload
donhu
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS PETA PERSAINGAN
PRODUK KOPI BUBUK SACHET
DI KOTA BOGOR
ANGGOMAN MEINTOROSASI UPPHASWARA
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Peta
Persaingan Produk Kopi Bubuk Sachet Instan Di Kota Bogor adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Anggoman Meintorosasi Upphaswara
NIM H24114049
iv
v
ABSTRAK
ANGGOMAN MEINTOROSASI UPPHASWARA. Analisis Peta Persaingan
Produk Kopi Bubuk Sachet Instan. Di bimbing oleh JONO M. MUNANDAR.
Mulanya minum kopi merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh
pemerintah Belanda, kopi-kopi yang dihasilkan oleh perkebunan yang dikelola
oleh Pemerintah Hindia Belanda hampir semuanya diekspor.Perubahan gaya
hidup terutama masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi kopi membuat
bermunculan perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang komoditi kopi
terutama yang menghasilkan kopi bubuk sachet instan. Tujuan dari penelitian ini
adalah : 1) mengidentifikasi faktor-faktor atau atribut-atribut yang paling
mempengaruhi konsumen untuk membeli produk kopi instan sachet, 2)
Mengidentifikasi posisi persaingan merek kopi bubuk instan di daerah kota bogor
dan juga hubungan antar lain atribut-atribut, dan 3) Memberikan masukan strategi
untuk beberapa produsen kopi. Pada tujuan pertama peneliti menggunakan metode
analisis faktor sehingga didapat tiga faktor yang dibentuk oleh 11 variabel yang
mempengaruhi konsumen untuk membeli produk kopi bubuk sachet instan. Untuk
tujuan kedua dan ketiga menggunakan metode biplot dengan program komputer
SAS 9.2. Didapat peta persaingan beberapa merek terhadap beberapa faktor yang
terbentuk sebelumnya dengan nilai masing-masing faktor 83.6%, 81.9%, dan
94.6%.
Kata kunci: analisis faktor, analisis biplot, pemasaran, peta persaingan
ABSTRACT
ANGGOMAN MEINTOROSASI UPPHASWARA. Analysis Mapping
Competition for Instant Sachet Coffeee Product. Supervised by JONO M.
MUNANDAR
Initially drink a cup of Coffeee is a habbit of Dutch goernment. Coffeee
produced by plantations managed by the Dutch government was almost all
exported.Lifestyle changes, especially Indonesian people to consume Coffeee
product, make rise up companies engaged in Coffeee comodity, especially that
produced instant sachet Coffeee. The purpose of this research are:1) identify
factors or attributes that most influence the consumer to buy the instant sachet
Coffeee product, 2) Identify the brand's competitive position in Bogor and also
other relationships between the attributes, and 3) Offering some strategies for
some manufactures . At first purpose, the resercher using factor analysisi method,
so that got three factors formed by 11 variabels or atrribute that influence
consumers to buy instan sachet Coffeee product. For the second and third
purpose, resercher using biplot analysis method with SAS 9.2 computer program.
The result were brand mapping competition against some factors previously
formed with value of each factors 83.6%, 81.9%, and 94.6%.
Key words: factor analysis, biplot analysis, marketing, mapping competition
vi
vii
ANALISIS PETA PERSAINGAN
PRODUK KOPI INSTAN SACHET
DI KOTA BOGOR
ANGGOMAN MEINTOROSASI UPPHASWARA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
viii
ix
Judul Skripsi : Analisis Peta Persaingan Produk Kopi Instan Sachet Di Kota
Bogor
Nama : Anggoman Meintorosasi Upphaswara
NIM : H24114049
Disetujui Oleh
Dr Ir Jono M Munandar, MSc
Pembimbing
Diketahui Oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
Judul Skripsi A . .!. . - ~ p - P aingan Produk Kopi Instan Sachet Di Kota 8 0_
Nama Ang: -'r.; -n . fciO[vrosasi Upphaswara NIM H_-+ I: ': 9
Disetujui Oleh
Dr Ir Jono M Munandar, MSc Pembimbing
Tanggal Lulus : 1 0 MAR 2014
o
x
xi
PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Pemelihara seluruh alam raya, yang atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya, saya sebagai penyusun mampu menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul
Analisis Peta Persaingan Produk Kopi Sachet Di Bogor secara baik, benar dan
tepat waktu.
Tugas akhir ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana Ekonomi. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini
bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak
terbatas. Tulisan ini telah dibuat dengan observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak yang membantu saya menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan tugas akhir ini. Oleh karna itu, tak salah kiranya bila penulis
mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
pada tugas akhir ini. Oleh karna itu, guna menyempurnakan penulisan ini mohon
saran dan kritik yang dapat membangun kearah sempurna. Semoga tugas akhir
penelitian yang telah saya susun ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi
semua pihak yang membaca dan memahami karya ini dan dapat bernilai Ibadah di
hadapan Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Amien.
Bogor, Maret 2014
Anggoman Meintorosasi Upphaswara
xii
xiii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Manfaat Teoritis 3
Manfaat Praktis 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Produk 4
Atribut Produk 4
Merek 5
Perilaku Konsumen 6
Keputusan Pembelian 7
METODE 8
Lokasi dan Waktu Penelitian 9
Pengumpulan Data 9
Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas 10
Teknik Pengambilan Sampel 10
Pengolahan Data 10
Analisis Faktor 10
Analisis Biplot 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Karakteristik Konsumen 13
Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Jenis Kelamin 14
Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Usia 14
Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Pendidikan
Terakhir 14
xiv
Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Status Pekerjaan 14
Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Rata-rata
Pendapatan 14
Proses Keputusan Pembelian Kopi Bubuk Sachet 15
Pengenalan Kebutuhan 15
Pencarian Informasi 16
Evaluasi Alternatif 18
Keputusan Pembelian 20
Perilaku Pasca-Pembelian 21
Analisis Faktor 23
Analisis Biplot 26
Implikasi 31
SIMPULAN DAN SARAN 32
Simpulan 32
Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 35
DAFTAR TABEL
1. Pertumbuhan Penduduk dan Konsumsi kopi bubuk di kota Bogor 2
2. Distribusi penyebaran berdasarkan karakteristik konsumen akhir 13
3. Distribusi penyebaran berdasarkan alasan konsumen membeli
produk kopi bubuk sachet 15
4. Distribusi penyebaran berdasarkan manfaat utama pembelian
kopi bubuk sachet 16
5. Distribusi penyebaran berdasarkan waktu konsumsi produk kopi
bubuk sachet 16
6. Distribusi penyebaran berdasarkan sumber informasi yang
berpengaruh pada pembelian kopi bubuk sachet 17
7. Distribusi penyebaran berdasarkan media paling berpengaruh dalam
pencarian informasi 17
8. Distribusi penyebaran berdasarkan unsur iklan yang paling
diperhatikan oleh konsumen 18
9. Distribusi penyebaran berdasarkan merek kopi yang sering
dikonsumsi oleh masyarakat kota bogor 18
10. Distribusi penyebaran berdasarkan pertimbangan konsumen
terhadap pembelian kopi bubuk sachet 19
xv
11. Distribusi penyebaran berdasarkan indikator mutu terhadap produk
kopi bubuk sachet 19
12. Distribusi penyebaran berdasarkan alasan konsumen akhir memilih
membeli produk kopi bubuk sachet 20
13. Distribusi penyebaran berdasarkan tempat konsumen paling sering
membeli kopi bubuk sachet 20
14. Distribusi penyebaran berdasarkan banyaknya konsumsi kopi bubuk
sachet (/minggu) 21
15. Distribusi penyebaran berdasarkan tanggapan konsumen apabila
merek lain melakukan promosi 21
16. Distribusi penyebaran berdasarkan sikap konsumen pasca pembelian 22
17. Distribusi penyebaran berdasarkan sikap konsumen, apabila produk
tidak tersedia 22
18. Distribusi penyebaran berdasarkan sikap konsumen, apabila harga
produk naik 22
19. Distribusi penyebaran berdasarkan sikap konsumen, apakah mereka
akan mempromosikan produk favoritnya 23
20. Nilai communalilities 24
21. Nilai loading factor 25
DAFTAR GAMBAR
1. Alur keputusan pembelian 7
2. Kerangka penelitian 8
3. Grafik faktor pertama 28
4. Grafik faktor kedua 29
5. Grafik faktor ketiga 30
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuisoner penelitian 35
2. Validasi dan realibility 41
3. Output analisis faktor 42
4. Data ordinal dan data interval biplot 46
5. Output biplot 47
6. Output crosstab gender dengan tingkat konsumsi 49 7. Output crosstab pendapatan dengan tingkat konsumsi 49
8. Output crosstab pendidikan dengan tingkat konsumsi 50
9. Output crosstab umur dengan tingkat konsumsi 51
10. Grafik biplot merek dengan 14 variabel 52
11. Grafik biplot cut-off point 52
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Budaya minum kopi sudah tumbuh dan berkembang di Indonesia sejak
dahulu, yaitu sejak pertama kali diberlakukannya tanam paksa oleh pemerintah
belanda. Mulanya minum kopi merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh
pemerintah Belanda, kopi-kopi yang dihasilkan oleh perkebunan yang dikelola
oleh Pemerintah Hindia Belanda hampir semuanya diekspor. Kopi-kopi yang
berkualitas rendah dan tidak laku dieksporlah yang dijual atau diberikan kepada
rakyat dan buruh kebun untuk dijadikan minuman. Selera minum kopi dari bahan
kopi yang berkualitas rendah ini terbawa secara turun temurun hingga sekarang
dan bahkan dibeberapa daerah khususnya di Jawa, kopinya dicampur dengan
beras atau jagung (dikenal dengan kopi jitu = kopi siji jagung pitu). Namun
seiring perkembangannya masyarakat Indonesia pun mulai gemar meminum kopi,
hanya saja caranya yang berbeda dengan masyarakat Eropa. Budaya minum kopi
di Indonesia dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan-tujuan tertentu, seperti
menjaga tubuh agar tidak mengantuk saat menyetir malam atau ronda malam.
Minum kopi pun biasanya hanya dilakukan oleh kelompok orang-orang dewasa
hingga usia lanjut dan didominasi oleh pria. Kopi juga merupakan hidangan wajib
untuk menemani waktu santai sebagian besar masyarakat negeri ini. Di luar itu
kopi juga merupakan minuman yang belum tergantikan baik di dalam maupun
luar negeri.
Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah
Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor
sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Negara
tujuan ekspor adalah negara-negara konsumer tradisional seperti USA, yang
menyumbang 24% dari total nilai ekspor yaitu 252 juta dolar AS dengan volume
ekspor 45 juta ton, Jepang merupakan negara terbesar yang mengimpor kopi dari
indonesia yaitu sebanyak 55.5 juta ton atau 16% dari volume ekspor dengan nilai
168 juta dolar AS Menurut National Coffee Association (NCA) dalam
Panggabean (2011) dan terakhir ke daerah Eropa. Seiring dengan kemajuan dan
perkembangan zaman, telah terjadi peningkatan kesejahteraan dan perubahan gaya
hidup masyarakat Indonesia yang akhirnya mendorong terhadap peningkatan
konsumsi kopi. Hal ini terlihat dengan adanya data berdasarkan hasil survei
Lembaga Penelitian Ekonomi Manajemen Universitas Indonesia (LPEM UI)
tahun 1990 adalah sebesar 500 gram/kapita/tahun sehingga mencapai 120 000 ton,
dan dewasa ini kalangan pengusaha kopi memperkirakan tingkat konsumsi kopi
di Indonesia telah mencapai 800 gram/kapita/tahun, dengan demikian dalam
kurun waktu 20 tahun peningkatan konsumsi kopi telah mencapai 300
gram/kapita/tahun atau sekitar 180 000 ton (Panggabean 2011).
Meningkatnya taraf hidup masyarakat Indonesia dan pergeseran khususnya
daerah perkotaan, telah mendorong terjadinya pergeseran dalam konsumsi kopi
yang awalnya kopi identik dikonsumsi oleh orang-orang lanjut usia dan pria,
sekarang dikonsumsi oleh semua kalangan, baik dari kalangan bawah hingga atas,
baik laki-laki hingga wanita dan masyarakat desa maupun kota dan dari anak-anak
remaja hingga usia lanjut. Karena pergeseran tersebut sehingga mengakibatkan
tingginya tingkat konsumsi kopi di Indonesia membuat pasar produk kopi juga
2
terus tumbuh dari tahun ke tahun. Jenis produk minuman kopi yang beredar pun
terus beragam. Sebelumnya hanya ada kopi tubruk (kopi hitam), belakangan jenis
produk minuman kopi sangat beraneka ragam, mulai dari kopi instan (tanpa
ampas) sampai kopi yang ditambahi aneka rasa. Juga keragaman kemasan yang
dihasilkan oleh industri kopi cukup beragam, mulai dari produk yang bersifat
tradisional dengan menggunakan kertas sampul atau kemasan plastik sederhana
sampai dengan kemasan almunium foil. Selain bertujuan untuk menjaga kualitas
produk kopi tersebut juga untuk menarik perhatian konsumen banyak agar
menjadikannya unik dan juga mudah diingat oleh konsumen.
Akibat pergeseran pola konsumsi tersebut maka persaingan antara industri
kopi meningkat dikarenakan luasnya pasar yang dapat diraih oleh industri-industri
sejenis, sehingga industri-industri sejenis berlomba-lomba untuk menciptakan
produk yang lebih unggul dari industri lainnya. Bahkan, persaingan tersebut kian
hari kian bertambah ketat. Boleh dikatakan tak ada produk/jasa yang dipasarkan
tanpa melewati arena persaingan. Dunia pemasaran dewasa ini selain harus
bersifat customer oriented juga harus bersifat competition oriented.
Bagaimanapun juga, peta persaingan mesti diperhitungkan bila tidak ingin tergilas
oleh kegiatan pemasaran perusahaan pesaing. Secara langsung atau tidak
langsung, persaingan bisnis ikut menentukan tingkat keuntungan yang diraih oleh
perusahaan.
Kota Bogor adalah sebuah kota diprovinsi jawa barat, Indonesia. Bogor
merupakan kota yang memiliki curah hujan yang tinggi sehingga mendapat
julukan sebagai kota hujan. Selain itu Bogor merupakan daerah tujuan pariwisata
dan banyak tempat-tempat pariwisata dan juga beraneka makanan kuliner yang
khas dan unik. Menurut Tabel 1 (BPS Kota Bogor 2013), dapat dilihat terjadi
peningkatan penduduk pada daerah kota bogor dari tahun ke tahun hal ini
dikarenakan kota Bogor merupakan kota yang berkembang, dan juga merupakan
tujuan pariwisata dan wisata kuliner sehingga banyak penduduk yang
berdatangan. Dan pada tabel tersebut juga dapat dilihat kenaikan konsumsi kopi
bubuk untuk daerah kota Bogor, hanya saja pada tahun 2012 mengalami
penurunan ini dikarenakan belum semua data yang terkumpul pada saat itu. Dari
data yang disajikan bahwa kota Bogor dirasakan memiliki prospek bagi produsen-
produsen kopi besar tanah air, sehingga banyak merek yang beredar di kota Bogor
terutama kopi bubuk instan.
Tabel 1. Pertumbuhan penduduk dan konsumsi kopi bubuk di kota Bogor
Tahun Jumlah (Orang) Konsumsi Perkapita
(Ons/Minggu)
2009 946 204 0.221
2010 969 485 0.230
2011 987 315 0244
2012 1 004 831 0.140* *)Data hanya terkumpul sebagian
Sumber : BPS Kota Bogor
Ketatnya persaingan bisnis diindustri produk ini membuat pelaku bisnis
harus mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan produk sejenis baik dari
segi inovasi juga kreatifitas para produsen kopi yang menyajikan dalam berbagai
varian, baik ditinjau dari sisi decafeinated atau pun non decafeinated, maupun
ditinjau dari beragam campuran rasa. Keunggulan kopi sachet juga tidak hanya
3
terletak pada kandungan isi sachet tersebut tetapi juga terletak pada desain
pengemasan yang sedemikian rupa dan praktis agar produk tersebut dapat
diterima oleh konsumen banyak. terdapat 9 merek kopi yang dari beberapa tahun
terus menerus masuk nominasi ataupun tiba-tiba terpilih dikarenakan iklan yang
kian gencar dari hari ke hari. Merek kopi bubuk instan kemasan antara lain Kapal
Api, ABC, Torabika, Luwak Coffeee, TOP Coffeee, Nescafe, Indocafe, dan
Kopiko (Topbrand-award 2013).
Dari paparan yang tersaji bahwa kota Bogor termasuk kota pariwisata dan
juga kota yang sibuk, dan juga tingkat konsumsi kopi bubuk di kota Bogor
meningkat dari beberapa tahun kebelakang. sehingga dengan ini saya berinisiatif
untuk mengambil judul penelitian tentang “ANALISIS PETA PERSAINGAN
PRODUK KOPI INSTAN DI KOTA BOGOR”.
Perumusan Masalah
Peningkatan konsumsi kopi bubuk di kota Bogor memicu munculnya
banyak merek-merek kopi terutama kopi bubuk instan sehingga meningkatnya
pula persaingan bisnis untuk kopi bubuk instan. Maka dapat dirumuskan
permasalah sebagai berikut, antara lain ;
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang paling mempengaruhi konsumen untuk
membeli produk kopi instan sachet?
2. Mengidentifikasi posisi persaingan merek kopi bubuk instan di daerah kota
bogor dan juga hubungan antar lain atribut-atribut?
3. Mengidentifikasi strategi untuk beberapa merek kopi atas posisinya?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis faktor atau variabel terpenting yang mempengaruhi pembelian
kopi sachet instan.
2. Menganalisis posisi persaingan merek kopi bubuk instan di daerah kota bogor
dan hubungan antar atribut-atribut yang terbentuk
3. Memberikan masukan strategi untuk beberapa produsen kopi.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Memberikan masukan-masukan terhadap masalah-masalah yang dihadapi
pada penelitian ini dan juga sebagai refrensi penelitian atau acuan pemecahan
masalah mengenai Atribut-atribut Produk, dan Peta Persaingan yang mungkin
dapat digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan permintaan atau
meningkatkan profit atau meminimalisir kerugian, baik untuk perusahaan sejenis
atau diluar produk ini.
4
Manfaat Praktis
Menambah wawasan bagi pembaca tentang atribut-atribut produk, Brand
equity maupun Positioning persaingan kopi dan juga acuan untuk penelitian yang
berkelanjutan tentang judul sejenis guna kesempurnaan penelitian ini. Sebagai
sumbangan sumber informasi bagi perusahaan-perusahaan yang membaca yang
dapat dijadikan bahan evaluasi dan diskusi maupun telaah kritis mengenai
mempertimbangkan attribut-attribut yang dapat dijadikan acuan untuk
memperoleh, mempertahankan, ataupun mengambil pangsa pasar yang sudah ada
agar mendapatkan profit yang tinggi.
TINJAUAN PUSTAKA
Produk
Menurut Tjiptono (2008), produk merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau
dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang
bersangkutan.
Menurut tingkatan produk, terdapat lima unsur yang harus terkandung
dalam suatu produk (Tjiptono 2008), antara lain :
1. Produk Inti (core benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya yang dibutuhkan
dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.
2. Produk Generik, yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungi produk
yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi).
3. Produk Harapan, yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai
atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk
dibeli.
4. Produk Pelengkap, yakni berbagai atribut produk yang dilengkapi atau
ditambahi berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan
tambahan kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk pesaing.
5. Produk Potensial, yaitu segala sesuatu macam tambahan dan perubahan yang
mungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa mendatang.
Atribut Produk
Menurut Tjiptono (2008), atribut produk merupakan unsur-unsur produk
yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan
keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan, labeling, garansi,
pelayanan. Merek, merupakan nama, istilah, tanda, symbol, desain, warna, gerak,
atau kombinasi dari atribut-atribut lain yang diharapkan dapat memberikan
identitas dan deferensiasi terhadap produk pesaing. Kemasan, merupakan proses
yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah atau pembungkus
untuk suatu produk guna membeli kemudahan, sebagai pelindung, memberikan
daya tarik, informasi dan lain-lain. Labeling, merupakan bagian dari suatu produk
yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Jaminan, adalah
janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen, di
mana para konsumen akan diberi ganti rugi bila ternyata produknya tidak
berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan.
5
Merek
Merek (Brand) sebagai “nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau
kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau
jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendeferensiasikannya dari barang
atau jasa pesaing” (Kotler & Keller 2007). merek adalah nama yang bersifat
membedakan (logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan
barang tau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok tertentu, dengan
demikian membedakan dari barang-barang dan jasa dihasilkan oleh para
kompetitor.
Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, desain, ataupun
kombinasinya yang mengidentifikasikan sesuatu produk atau jasa yang dihasilkan
oleh suatu perusahaan (Durianto dkk 2004). Identifikasi tersebut juga berfungsi
untuk membedakan dengan produk yang di tawarkan oleh perusahaan pesaing.
Merek merupakan nilai tangible dan itangible yang terwakili dalam sebuah
trademark (merek dagang) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh
tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat. Menurut UU no.15 tahun 2001, merek
adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan
dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
Sebuah merek adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan
cara tertentu mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang
untuk memuaskan kebutuhan yang sama (Kotler & Keller 2007). Dan juga pada
Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler & Keller (2007), mendefinisikan
merek sebagai “nama, istilah, tanda, atau rancangan, atau kombinasi dari
semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual
atau kelompok penjual dan untuk mendeferensiasikannya dari produk barang atau
jasa pesaing lainnya”. Dengan demikian, sebuah merek adalah produk atau jasa
dengan penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendeferensiasikannya dari
produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama.
Perbedaan ini bisa fungsional, rasional, atau berwujud yang dikaitkan dengan
kinerja produk dari merek. Mungkin juga lebih simbolik, emosional atau
berwujud dikaitkan dengan apa yang digambarkan merek.
Menurut Durianto dkk (2004) terdapat beberapa faktor yang membuat
merek menjadi sangat penting saat ini seperti ;
1. Emosi konsumen terkadang naik turun. Merek mampu membuat janji emosi
konsumen menjadi konsisten dan stabil.
2. Merek mampu menembus pagar budaya dan pasar. Suatu merek yang kuat
mampu diterima diseluruh dunia dan budaya.
3. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen.
Semakin kuat suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen
dan makin banyak asosiasi merek yang terbentuk dalam merek tersebut.
4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Merek
yang kuat sanggup merubah perilaku konsumen.
5. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh
konsumen. Dengan adanya merek, konsumen dapat dengan mudah
membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehubungan
dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun attribut lain yang melekat
pada merek tersebut.
6. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan.
6
Sedangkan menurut Rangkuti (2002), merek dibagi dalam pengertian
lainnya ;
1. Brand Name (Nama Merek)
Bagian merek yang dapat diucapkan
2. Brand Mark (Tanda Merek)
Bagian dari merek yang dapat dikenali namuntidak dapat diucapkan seperti
lambang, desain huruf, atau warna khusus.
3. Trade Mark (Merek Dagang)
Bagian dari merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk
menghasilkan sesuatu yang istimewa.
4. Copyright (Hak Cipta)
Hak istimewa yang dilindungi oleh undang-undang untuk memproduksi,
menerbitkan, dan menjual karya tulis, karya musik atau karya seni.
Perilaku Konsumen
Studi tentang bagaimana bagaimana individu, kelompok, dan organisasi
memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau
pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka adalah yang
dinamakan perilaku konsumen (Kotler & Keller 2008). Menurut Hanna dan
Wozniak dalam Umar (2003), perilaku konsumen ialah suatu bagian-bagian dari
aktivitas kehidpan manusia, termasuk segala sesuatu yang teringat olehnya akan
barang atau jasa yang dapat diupayakan sehingga ia akhirnya menjadi konsumen.
Suatu tindakan-tindakan nyata individu atau kumpulan-kumpulan individu untuk
memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan yang dipengaruhi
oleh aspek eksternal ataupun internal (Umar 2003). Sedangkan menurut Gordon
Allport dalam Setiadi (2010), sikap atau perilaku adalah suatu mental dan syaraf
sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman
dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku.
Perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, serta
menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhannya
(Schiffman & Kanuk 2007). Perilaku konsumen terhadap suatu merek berarti
mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi
ataupun tidak disenangi secara konsisten. Dengan demikian, konsumen
mengevaluasi merek tertentu secara kelseluruhan dari yang paling jelek sampai
yang paling bagus.
Studi tentang perilaku konsumen akan menjadi dasar yang sangat penting
dalam manajemen pemasaran. Menurut Setiadi (2010) hasil dari kajiannya akan
membantu para pemasar untuk :
1. Merancang bauran pemasaran
2. Menetapkan segmentasi.
3. Merumuskan posisioning dan pembedaan produk.
4. Memformulasikan analisis lingkungan bisnisnya.
5. Mengembangkan riset pemasarannya.
Studi tentang perilaku konsumen juga akan menghasilkan tiga informasi
yang penting, yaitu :
1. Orientasi/arah/cara pandang konsumen (a consumer orientation).
2. Berbagai fakta tentang perilaku berbelanja (facts about buying behavior).
7
3. Konsep/teori yang memberi acuan pada proses berpikirannya manusia dalam
keputusan (theories to guide the thinking process)
Kotler & Armstrong (2008), konsumen merespon berbagai usaha
pemasaran yang mungkin digunakan adalah model perilaku pembelian berupa
rangsangan-tanggapan. Sedangkan menurut Kotler & Keller (2008), perilaku
pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi
dan psikologis. Pemasar tidak dapat mengendalikan faktor-faktor semacam ini,
tetapi dapat mereka untuk memperhitungkan faktor-faktor ini.
Keputusan Pembelian
Proses dalam hal pengambilan keputusan merupakan proses yang rumit
yang banyak melibatkan pertimbangan-pertimbangan guna mencapai suatu
keputusan yang dapat membuat konsumen merasa puas setelah pasca pembelian
produk atau jasa. Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan diantara dua atau
lebih alternatif tindakan (perilaku). Menurut Davis dalam Syamsi (2007),
keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas, terutama
keputusan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi
terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan serius terhadap
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam memperlakukan pengambilan keputusan, konsumen sebagai
sesuatu masalah, diasumsikan bahwa konsumen memiliki sasaran yang hendak
dicapai agar terpuaskan. Seseorang konsumen menganggap suatu ialah “masalah”
karena konsekuensi yang diinginkan belum tercapai. Konsumen membuat
keputusan perilaku mana yang ingin dilakukan untuk mencapai sasaran mereka
dan dengan demikian memecahkan masalahnya.
Menurut Kotler & Keller (2008) ataupun Kotler & Armstrong (2008),
konsumen melibatkan keputusan pembelian guna memecahkan masalahnya ialah
dengan melibatkan lima proses, yaitu pengenalan kebutuhan (need recogmition),
Pencarian Informasi (information search), Evaluasi Alternatif (evaluation of
alternatives), Keputusan Pembelian (purchase decision), dan Perilaku Pasca-
pembelian (postpurchase behavior).
Konsumen tidak selalu bergerak dari melalui 5 tahap pembelian produk itu
seluruhnya, mungkin ada yang yang dilewatkan atau membalik tahap tersebut.
Beberapa bergerak dari kebutuhan akan suatu produk langsung menuju ke tahap
keputusan pembelian dengan melewati tahap pencarian informasi dan tahap
evaluasi alternatif. Namun demikian kerangka diatas merupakan refrensi yang
baik, karena kerangka model itu menangkap kisaran penuh pertimbangan yang
muncul ketika konsumen menghadapi pembelian baru yang memerlukan
keterlibatan tinggi (Kotler & Armstrong 2008).
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pascapembeli
an
Gambar 1. Alur keputusan pembelian
8
METODE
Konsumsi kopi bubuk dari tahun ke tahun meningkat terutama di Kota
Bogor sehingga banyak bermunculan produsen-produsen kopi terutama bubuk
sachet dan mendistribusikan produk-produknya di Kota Bogor sehingga
persaingan pada produk kopi sachet ketat. Penelitian ini bertujuan mencari
informasi terkait produk kopi bubuk sachet seperti pada tujuan awal bab. Langkah
pertama yaitu memperkirakan atribut yang mempengaruhi konsumen akhir Kota
Bogor membeli kopi bubuk sachet dan kemudian dianalisis dengan analisis faktor
setelah itu, kemudian dianalisis dengan analisis biplot sehingga didapat peta
persaingan kopi bubuk sachet di Kota Bogor.
Karakteristik
Konsumen
Attribut
Produk
Analisis
Deskriptif
Analisis
Faktor
Peta
Persaingan
Analisis
Biplot
Komsumsi Kopi Bubuk Kota
Bogor Meningkat
Kebutuhan Mencari Informasi
Kopi
Persaingan
Gambar 2. Kerangka penelitian
9
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Kota Bogor yang dianggap memiliki wilayah
yang strategis dan dekat dengan pusat ibukota Jakarta sehingga memiliki
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi potensial. Pengumpulan data untuk
penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2013 – Oktober 2013 yang mengambil
tempat di lokasi kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Baranang Siang, jalan
malabar ujung, taman kencana, lapangan sempur dan daerah air mancur.
Pemilihan lokasi ini berdasarkan hasil survey yang dilakukan sebelumnya karena
daerah tersebut merupakan tempat berkumpulnya masyarakat kota Bogor pada
waktu tertentu.
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian
dalam penelitian ini ialah konsumen akhir, dengan menggunakan alat pengukuran
atau alat pengambilan data langsung pada responden sebagai sumber informasi
yang dicari. Menurut Kountur (2007), Data primer yang diperoleh dari penelitian
ini melalui hasil;
1. Wawancara, ialah mendapatkan data yang dilakukan dengan bertanya dan
mendengarkan jawaban langsung dari sumber data. Dalam penelitian ini
saya melakukan wawancara dengan konsumen akhir tentang apakah orang
tersebut pernah mengkonsumsi kopi terutama kopi instan sachet, apakah
pernah mencoba merasakan beberapa merek kopi yang hendak diuji, dan
variabel yang sekiranya dapat mempengaruhi konsumen membeli merek
kopi tertentu.
2. Observasi, ialah alat pengumpul data yang dilakukan secara sistematis
dengan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha
yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya
(Nasution 2003). Observasi yang saya lakukan pada penelitian ini untuk
menentukan unsur pertanyaan apa saja yang akan dijadikan point-point
pertanyaan pada lembar kuesioner dengan mengamati perilaku konsumen
akhir dalam mengkonsumsi kopi instan sachet.
3. Angket (kuesioner), merupakan sejumlah pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang diberikan kepada responden untuk dijawab dan responden dapat
memberikan jawaban yang telah disediakan atau dengan menuliskan
jawabannya pada lembar angket tersebut. Pada penelitian ini menggunakan
kuisoner yang dapat digolongkan menjadi pertanyaan karakteristik
konsumen, urutan keputusan pembelian, pengukuran atribut dan penilaian
merek terhadap beberapa variabel dan juga menggunakan skala likert
dengan skala 1 sampai 5.
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitian. Data Sekunder yang digunakan
pada penelitian ini seperti data pertumbuhan atau jumlah penduduk pada kota
Bogor, konsumsi kopi bubuk di kota Bogor, dan buku-buku panduan lainnya
untuk membantu terselesainya penelitian ini.
10
Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas
Suatu alat dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur
oleh alat itu, yang artinya apabila instrument yang digunakan dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Uji validitas adalah pengujian sejauh mana suatu alat ukur
yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang ada. Koefisien validitas
menggambarkan kemampuan instrument untuk mengungkap data atau informasi
dari variabel yang diukur. Teknik pengujian dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis korelasi pearson product moment yang dilambangkan r, Angka
korelasi yang diperoleh dengan angka table nilai r, jika r hitung > r table maka
pertanyaan tersebut valid (Ridwan & Sunarto 2009). Pengujian validitas
menggunakan alat ukur berupa program computer yaitu spss (Statistical Package
for the Social Science).
Pada penelitian ini dilakukan validitas terhadap 14 variabel dengan tingkat
signifikan sebesar 0.05. Pada 30 sampel yang diambil dengan tingkat signifikan
0.05 didapat nilainya r tabel sebesar 0.361. Berdasarkan r hitung yang didapat
pada penelitian ini diperoleh hasil seperti pada lampiran 2 Item-Total Statistics,
dan 14 variabel tersebut dinyatakan semua valid karena r hitung > 0.361.
Uji validitas dilanjutkan dengan uji reliabilitas, setelah alat ukur tersebut
dinyatakan sahih. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukan konsistensi
suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama. Metode yang digunakan
untuk menguji reliabilitas ialah dengan teknik Cronbach α (Alpha). Suatu alat
dikatakan reliable apabila nilai Cronbach α diatas 0.6. Pada penelitian ini didapat
nilai α sebesar 0.918 sehingga dinyatakan reliable.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah,
teknik non probability sampling. Non probability sampling artinya setiap anggota
populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel dan
yang digunakan ialah metode incidential sampling. Incidential sampling
merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang
kebetulan (insidential) bertemu dalam hal ini ialah konsumen akhir entah dijalan
atau suatu tempat. Setelah saya mendapatkan konsumen akhir yang ingin diminta
bantuan mengisi kuisoner kemudian saya menggunakan purposive sampling
dengan menanyakan terlebih dahulu apakah anda mengkonsumsi kopi sachet dan
apakah anda pernah mengkonsumsi 4 atau 5 merek kopi yang hendak diuji.
Purposive sampling merupakan menetapkan sampel dengan berdasarkan kriteria-
kriteria yang diinginkan. Jumlah responden menggunakan slovin sehingga didapat
jumlah responden sebanyak 100 orang.
Pengolahan Data
Analisis Faktor
Analisis faktor adalah analisis statistik yang mencoba menemukan
hubungan (interrelationship) antar sejumlah variabel-variabel yang saling
independen satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa
kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal.
11
Tujuan analisis faktor antara lain adalah :
1. Data Sunnarization, yaitu mengidentifikasi adanya hubungan antar peubah
dengan melakukan uji korelasi.
2. Data Reduction, yaitu setelah melakukan korelasi, dengan proses membuat
kumpulan peubah baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan
sejumlah peubah tertentu.
Ada beberapa tahapan-tahapan proses dalam analisis faktor, yaitu ;
1. Menentukan peubah yang ingin atau akan dianalisis.
2. Menguji semua peubah yang diduga sebelumnya, dengan menggunakan
Keiser Mayers Olin (KMO) and Bartlett’s Test. Apabila dengan KMO and
Bartlett’s Test sudah diatas 0,5 dan signifikasi di bawah 0,05 maka atribut
dan sampel bisa dianalisi lebih lanjut. Dan dengan pengukuran Measure of
Sampling Adequacy (MSA), yang berkisar antara 0 sampai 1.
3. Melakukan proses inti pada analisis faktor, yaitu factoring. Yaitu
menurunkan satu atau lebih faktor dari peubah-peubah yang telah lolos
pada uji peubah sebelumnya.
4. Melakukan proses factor Rotation atau rotasi terhadap faktor yang telah
terbentuk. Tujuannya untuk memperjelas peubah yang masuk ke dalam
faktor tertentu.
5. Interprestasi atas faktor yang telah terbentuk, khususnya memberi nama
atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap bisa mewakili peubah-
peubah anggota tersebut.
Data yang akan dianalisis terdiri dari lima belas peubah, yang telah
ditentukan sebelumnya, karena peubah tersebut diduga dapat mempengaruhi
terhadap keputusan pembelian kopi instan sachet di daerah kota bogor. Peubah
tersebut terdiri dari (X1) Rasa, (X2) Aroma, (X3) Warna, (X4) Variasi Produk,
(X5) Kekentalan, (X6) Merek (kepopuleran), (X7) Isi Bersih, (X8) Kemasan, (X9)
Expire date, (X10) Label Halal, (X11) Harga, (X12) Kemudahan Mendapatkan,
(X13) Periklanan, (X14) Promosi Penjulan. Masing-masing terdiri dari lima
kepentingan. Kelima penilaian diberi skor, antara lain;
1. Skor 5 untuk jawaban sangat penting.
2. Skor 4 untuk jawaban penting.
3. Skor 3 untuk jawaban cukup penting.
4. Skor 2 untuk jawaban tidak penting.
5. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak penting.
Analisis Biplot
Dalam memecahkan suatu permasalahan agar suatu data yang telah
didapatkan terlihat dengan mudah, maka digunakan grafik seperti diagram batang,
diagram garis, diagram pencar, diagram lingkaran, histrogram dan alat analisis
lain. Salah satu teknik penyajian data yang melibatkan banyak peubah adalah
dengan cara menggunakan metode biplot.
Biplot adalah teknik statistika deskriptif yang disajikan secara visual guna
menyajikan secara simultan n objek pengamatan dan p peubah dalam ruang
bidang datar (dimensi 2). Penggabungan informasi (1) dan (2) dikenal dengan
istilah bi-plot, awalan bi dalam biplot dikaitkan dengan peragaan bersama atau
serempak berupa penumpangan tindihan antara vector-vektor yang mewakili
baris. sehingga ciri-ciri peubah dan objek pengamatan serta posisi relative antar
obyek pengamatan dengan peubah dapat dianalisis. Dalam prosesnya analsis
12
biplot memerlukan data dari sejumlah objek dengan atribut-atribut yang diukur
dengan skala interval dan rasio. Hasil akhir analisis ini akan diberikan dalam
bentuk tampilan gambar dua dimensi yang berisi informasi tentang :
1. Posisi relative objek. Berdasarkan informasi dua objek yang memiliki
jarak terdekat dikatakan memiliki tingkat kemiripan yang tinggi
berdasarkan atribut-atribut yang diamati.
2. Hubungan antar atribut. Dari informasi ini akan diketahui mengenai
hubungan linier (korelasi) antar atribut serta tingkat kepentingan suatu
atribut yang didasarkan pada variannya.
3. Didalam gambar biplot akan terlihat panjang vector peubah yang akan
sebanding dengan keragaman peubah. Semakin panjang vektor, maka
semakin besar pula keragamannya.
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Konsumen
Responden pada penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal pada daerah
Kota Bogor. Pada penelitian kopi bubuk sachet ini karakteristik umum
respondennya dibagi dalam beberapa kategori antara lain berdasarkan jenis
kelamin; usia; pendidikan terakhir; status pekerjaan; dan rata-rata pendapatan.
Tabel 2. Distribusi penyebaran berdasarkan karakteristik konsumen akhir
No Karakteristik Konsumen Persentase (%)
1 Jenis Kelamin
Laki – laki 70
Wanita 30
2 Usia
15 – 20 Tahun 4
21 – 30 Tahun 72
31 – 40 Tahun 15
41 – 50 Tahun 7
> 51 Tahun 2
3 Pendidikan Terakhir
SMP 1
SMA 23
Diploma 45
Sarjana 30
Pascasarjana 1
4 Status Pekerjaan
IRT 3
Pelajar 1
Mahasiswa 25
Guru 2
Dosen 1
Pegawai Swasta 43
Sekretaris 1
Reporter 1
Wirausaha 14
PNS 3
Analisis 5
5 Pendapatan
< Rp. 1 000 000 15
Rp. 1 000 001 – Rp. 2 499 000 28
Rp. 2 500 000 – Rp. 4 999 000 35
Rp. 5 000 000 – Rp. 9 999 000 18
> Rp. 10 000 000 4
14
Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada karakteristik konsumen akhir ini yang berdasarkan jenis kelamin,
mayoritas yang mengkonsumsi produk ini ialah pria sebanyak 70% dan sisanya
sebanyak 30% adalah wanita. Hal ini mungkin diduga karena kopi identik sebagai
minuman para kaum pria, tetapi tidak menutup kemungkinan wanita juga
mengkonsumsinya.
Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Usia
Pada karakteristik konsumen akhir ini yang berdasarkan usia menunjukan
bahwa responden didominasi oleh yang berusia antara 21-30 tahun, yaitu
sebanyak 72%. Kemudian yang berusia diantara 15 – 20 tahun sebanyak 4%,
responden antara umur 31 – 40 tahun sebanyak 15%, responden antara umur 41 –
50 tahun sebanyak 7% dan yang berumur lebih dari 50 tahun sebanyak 2%.
Responden yang mendominasi adalah antara umur 21 - 30 ini mungkin
dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh dari internal maupun eksternal yang
membuat konsumen pada umur antara ini masih ingin mencoba-coba.
Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Penelitian yang didapat untuk mengetahui karakteristik konsumen akhir
berdasarkan pendidikan terakhir ialah konsumen mayoritas adalah berpendidikan
terakhir D3 atao diploma sebesar 45%. Hal ini bukan mencerminkan bahwa hanya
konsumen berpindidikan minimal diploma yang menjadi sasaran para produsen
kopi bubuk sachet, tetapi dari hasil pertanyaan peneliti tentang tingkat pendidikan
akhir hampir semua tingkat mewakili, hanya saja yang berpendidikan sebatas SD
tidak ditemukan oleh peneliti, bukan berarti yang berpendidikan sebatas SD tidak
meminum kopi melainkan peneliti tidak menemukannya. Tetapi dari gambaran
konsumen yang didapat cukup mewakili bahwa semua konsumen mengkonsumsi
kopi baik berpendidikan rendah maupun tinggi.
Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Status Pekerjaan
Pada penelitian yang didapat di lapangan, mayoritas konsumen berstatus
pekerjaan sebagai pegawai swasta sebesar 43%. Hal ini dikarenakan cukup
banyak terdapat kantor-kantor swasta di daerah kota Bogor sehingga data yang
didapat mayoritas ataupun bermukim di kota Bogor tetapi sebagai pegawai swasta
di luar kota Bogor. Ada beberapa konsumen yang mempunyai status pekerjaan
selain yang dicantumkan oleh peneliti antara lain sebagai analisis, pegawai
BUMN, sebesar 6%.
Karakteristik Konsumen Akhir Berdasarkan Rata-rata Pendapatan
Pada penelitian ini peneliti mendapatkan data jumlah konsumen
berdasarkan status pekerjaan dan didominasi oleh konsumen yang berpendapatan
sebesar Rp 2 500 000 – Rp 4 999 000 sebanyak 35 %. Terbanyak kedua dengan
persentase 28% ialah yang pendapatannya sebesar Rp 1 000 001 – Rp 2 499 000,
kemudian pendapatan antara Rp 5 000 000 – Rp 9 999 000 dengan persentase
18% dan 4% antara pendapata lebih dari Rp 10 000 000.
18
15
Proses Keputusan Pembelian Kopi Bubuk Sachet
Konsumen akhir sebelum mengkonsumsi kopi bubuk sachet melibatkan
proses keputusan pembelian yang panjang. Proses keputusan terjadi melalui
beberapa proses, menurut Kotler & Armstrong (2008) proses keputusan terdiri
dari lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pascapembelian. Proses pembelian
dimulai jauh sebelum pembelian sesungguhnya dan berlanjut dalam waktu yang
lama setelah pembelian.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tahap-tahapan yang ada
pada kuisoner pada Lampiran 1, data yang diperoleh dari konsumen dengan
menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang telah disebarkan kepada
konsumen yang pernah atau mengkonsumsi produk kopi bubuk sachet.
Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan (need
recognition). Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal (haus, laper)ketika
salah satu kebutuhan normal seseorang ataupun dipicu oleh rangsangan eksternal
(pengaruh iklan atau teman). Kesadaran konsumen akan kebutuhan dilakukan saat
konsumen mengenali produk yang ditawarkan di pasar.
Proses keputusan pembelian kopi bubuk sachet dimulai saat konsumen
mengenali sebuah masalah atau kebutuhannya, yang mendorong konsumen untuk
mencari produk yang sesuai kebutuhannya guna dapat mengatasi masalah yang
sedang mereka rasakan. Hasil dari penyebaran 100 kuisoner kepada responden
mengenai alasan pembelian produk kopi bubuk sachet antara lain seperti Tabel 3
berikut
Tabel 3. Distribusi penyebaran berdasarkan alasan konsumen membeli produk
kopi bubuk sachet
Alasan Pembelian Persentase (%)
Kepraktisan penyajian 13
Untuk bergadang 1
Ingin mencoba 6
Pengaruh iklan 23
Rasa yang khas 45
Pengaruh teman/keluarga 7
Lain-lain (cinta kopi, suka saja, aman bagi
lambung, iseng, pas) 5
TOTAL 100
Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa alasan pembelian atau
motivasi konsumen akan produk kopi ada bermacam-macam hal, tetapi alasan
utama konsumen mengkonsumsinya ialah karena produk kopi mempunyai rasa
yang khas, hal ini dapat dilihat dengan sebesar 45%. Selain itu alasan yang lain
yang mendapat respon tinggi ialah karena pengaruh iklan sebesar 25%, hal ini
dapat diperhatikan bahwa pada saat ini promosi periklanan melalui media cetak
ataupun elektronik sangatlah banyak dan gencar, terutama melalui media
elektronik, pada masa sekarang mudahnya sesorang mengakses sesuatu melalui
segenggam telephone pintar sehingga memudahkan seseorang terpengaruh oleh
16
iklan-iklan yang dipasang oleh produsen-produsen guna menginformasikan
produknya. Alasan pembelian yang disebabkan oleh pengaruh teman/keluarga
sebesar 7%. Sebesar 5% beberapa konsumen akhir merespon bermacam-macam
seperti pecinta produk kopi, karena suka, aman bagi lambung, sedang iseng dan
rasanya yang pas.
Tabel 4. Distribusi penyebaran berdasarkan manfaat utama pembelian kopi bubuk
sachet
Manfaat Persentase (%)
Sebagai teman bergadang 9
Sebagai minuman selingan 37
Teman minum saat santai 51
Lain-lain (kebutuhan, ritual, teman minum
saaat kerja) 3
TOTAL 100
Pada Tabel 4 diatas menerangkan tentang manfaat yang diinginkan oleh
konsumen dalam mengkonsumsi produk kopi bubuk sachet. Dapat dilihat manfaat
yang paling dominan ialah sebagai teman minum saat santai sebesar 51% ini
dapat diasumsikan bahwa sebagian besar konsumen pada saat istirahat,
mengobrol, diskusi santai tidak lengkap apabila tidak ditemani oleh secangkir
kopi. Sebagai minuman selingan terbesar kedua sebesar 37%, ini berarti beberapa
responden mengkonsumsi kopi pada saat sembari melakukan aktivitas seperti
sedang bekerja, menerima tamu, menelepon dan sebagainya. Beberapa konsumen
juga merespon sebagai teman bergadang sebesar 9%, ini berarti beberapa
responden mengkonsumsi kopi pada saat sedang malam yang larut bisa sedang
menonton bola, mengerjakan tugas baik tugas kampus ataupun kerja, sedang
lembur ataupun melakukan siskamling.
Tabel 5. Distribusi penyebaran berdasarkan waktu konsumsi produk kopi bubuk
sachet
Waktu Konsumsi Persentase (%)
Pagi hari 21
Siang hari 27
Malam hari 37
Lain-lain 15
TOTAL 100
Tabel 5 diatas mengenai waktu konsumen akhir sering mengkonsumsi
kopi, dan yang paling dominan ialah pada waktu malam hari sebesar 37%. Respon
yang terkecil terdapat pada waktu lain-lain yang rata-rata mengkonsumsi kopi
pada saat pagi & malam, Pagi-siang-malam, tergantung suasana, dan tidak tentu
sebesar 15%.
Pencarian Informasi
Tahap selanjutnya sesudah pengenalan kebutuhan yaitu pencarian
informasi. Setelah konsumen mengetahui dan memahami kebutuhannya akan
suatu produk maka konsumen atau calon pembeli akan mencari tahu informasi-
informasi tentang suatu produk kebutuhannya. Konsumen dapat memperoleh
informasi dari beberapa sumber. Menurut Kotler & Armstrong (2008), sumber-
17
sumber tersebut meliputi sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga ataupun
rekan), sumber komersial (iklan, wiraniaga, kemasan, tampilan), sumber publik
(media massa, organisasi, pencarian internet). Pengaruh relatif sumber-sumber
informasi ini bervariasi sesuai produk dan juga pembelinya. Pada umumnya
konsumen menerima sebagian besar informasi tentang sebuah produk dari sumber
komersial.
Berdasarkan hasil penelitian pencarian informasi dalam pembelian kopi
bubuk sachet, diketahui bahwa konsumen dapat mengetahui atau mencari
informasi produk ini berasal dari keluarga, teman, media cetak, dan media
elektronik seperti Tabel 6 dibawah ini.
Tabel 6. Distribusi penyebaran berdasarkan sumber informasi yang berpengaruh
pada pembelian kopi bubuk sachet
Sumber Informasi Persentase (%)
Keluarga 12
Teman 19
Media cetak 1
Media elektronik 67
Sales 0
Lain-lain 1
TOTAL 100
Berdasarkan penelitian bahwa sumber informasi yang paling berpengaruh
yaitu media elektronik sebesar 67%, pengaruh media elektronik dalam tahap
pencarian informasi begitu dominan, ini dikarenakan penggunaan media
elektronik saat ini sangatlah tinggi yang meliputi internet, televisi dan pada saat
ini hal tersebut dapat diakses melalui segengam telepon pintar sehingga menjadi
lebih mudah konsumen ataupun calon pembeli untuk mencari informasi produk
tersebut dimanapun atau kapanpun.
Tabel 7. Distribusi penyebaran berdasarkan media paling berpengaruh dalam
pencarian informasi
Sumber Media Persentase (%)
Media cetak 1
Televisi 89
Radio 0
Internet 6
Lain-lain 4
TOTAL 100
Pada Tabel 7 diatas media informasi yang paling berpengaruh ialah media
televisi sebesar 89%. Lebih dari seperempat responden me-respon media televisi
yang paling berpengaruh dalam pencarian informasi, ini dimungkinkan karena
dapat dilihat dalam sejam saja iklan produk kopi bisa berulang-ulang dan
bermacam-macam merek kopi diputar kembali dan durasinya cukup lama
sehingga konsumen atau calon pembeli dapat memperoleh informasi yang cukup
lengkap dan dapat mempengaruhi untuk mencoba lebih jauh mengenai produk
kopi tersebut.
18
Tabel 8. Distribusi penyebaran berdasarkan unsur iklan yang paling diperhatikan
oleh konsumen
Unsur Iklan Persentase (%)
Harga 2
Rasa 89
Isi/Berat 2
Kemasan 5
Lain-lain 2
TOTAL 100
Selain pada media periklanan hal yang perlu diperhatikan oleh para
produsen kopi bubuk sachet ialah content atau kandungan atau unsur pembentuk
periklanan tersebut. Keberhasilan suatu periklanan dapat dilihat dari pengaruh
iklan tersebut kepada konsumen apakah iklan tersebut dapat mempengaruhi
konsumen membeli atau tidak. Pada Tabel 8 diatas ialah unsur yang dapat
mempengaruhi konsumen untuk membeli atau yang paling diperhatikan oleh
konsumen ialah rasa dari kopi tersebut sebesar 89%, apakah kopi itu rasanya
menurut konsumen cocok atau tidak dengan selera calon pembeli atau konsumen.
Dan yang terendah adayang berdasarkan harga, kemasan dan bintang iklan yang
mengkonsumsi produk tersebut pada iklan kopi bubuk sachet itu.
Ketika semakin banyak informasi yang diperoleh, maka kesadaran
konsumen dan pengetahuan akan merek dan atribut yang tersedia meningkat.
Informasi juga dapat membantu menyingkirkan merek tertentu untuk membuat
konsumen menyadari dan mengetahui merek tersebut untuk digunakan. Dibawah
ini daftar merek-merek yang paling banyak dikonsumsi oleh konsumen.
Tabel 9. Distribusi penyebaran berdasarkan merek kopi yang sering dikonsumsi
oleh masyarakat kota Bogor
Merek Persentase (%)
Kapal Api 21
Kopi ABC 7
Kopi Torabika 4
Luwak 20
Top Coffee 1
Indocafe 10
Nescafe 13
Good Day 17
Kopiko 3
Lain-lain (Kopi liong bulan) 4
TOTAL 100
Pada Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa merek kopi yang paling banyak
dikonsumsi ialah merek kopi bubuk sachet Kapal Api sebesar 21%. Beberapa
konsumen yang diwawancara pernah mengkonsumsi hampir semua merek kopi
tetapi masing-masing konsumen mempunyai merek kopi yang menurut dia
favorite atau kopi andalan masing-masing.
Evaluasi Alternatif
Setelah informasi yang dirasa konsumen cukup, kesadaran dan
pengetahuan mengenai produk meningkat, konsumen menggunakan informasi
19
untuk menentukan alternatif-alternatif produk. Menurut Kotler & Armstrong
(2008), cara konsumen mengevaluasi alternatif tergantung pada konsumen pribadi
sendiri dan situasi pembelian produk tertentu, dalam beberapa kasus konsumen
menggunakan kalkulasi yang cermat dan pemikiran logis namun di kasus lain
konsumen yang sama hanya sedikit melakukan evaluasi atau bahkan tidak
mengevaluasi (berdasarkan dorongan dan tergantung pada intuisi).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap atribut dari produk kopi bubuk
sachet ini diperoleh pertimbangan yang kemungkinan konsumen memilih produk
kopi bubuk sachet tertentu antara lain harga yang murah, pilihan rasa yang enak
ataupun beragam, kemasan yang menarik atau tergolong praktis, merek,
kemudahan tersediaan atau mudah didapatkan produk tersebut dan juga aroma
yang sedap yang ditimbulkan oleh kopi tersebut.
Tabel 10. Distribusi penyebaran berdasarkan pertimbangan konsumen terhadap
pembelian kopi bubuk sachet
Pertimbangan Persentase (%)
Harga 5
Pilihan rasa 61
Kemasan 4
Merek 14
Kemudahan ketersediaan 3
Aroma 12
Lain-lain 1
TOTAL 100
Dari Tabel 10 diatas yang menjadi pertimbangan konsumen memilih suatu
produk ataupun merek ialah pilihan rasa sebesar 61% yang kemudian baru merek
yang mengeluarkan rasa tersebut sebesar 14%. Ini dapat dikatakan bahwa apabila
konsumen cocok dengan suatu rasa atau dirasakan cocok dengan diri pribadi,
kemungkinan merek tidaklah terlalu penting, yang terpenting ialah atribut internal
(rasa, penampakan, aroma) yang bergantung pada kecocokan dengan diri
konsumen tersebut.
Tabel 11. Distribusi penyebaran berdasarkan indikator mutu terhadap produk kopi
bubuk sachet
Indikator Mutu Persentase (%)
Rasa 61
Aroma 26
Kekentalan 1
Komposisi 2
Merek 7
Lain-lain 3
TOTAL 100
Tabel 11 diatas merupakan indikator mutu terhadap produk kopi bubuk
sachet, antara lain, rasa, aroma, kekentalan, komposisi, dan merek. Pada tabel
pertimbangan sebelumnya pilihan yang paling dominan ialah rasa sebesar 61%,
begitupun pada tabel indikator mutu yang sangat dominan ialah rasa sebesar 61%
juga. Dengan begitu konsumen dapat menyimpulkan produk yang bermutu
apabila rasanya enak atau cocok dengan konsumen kemudian konsumen akan
20
melihat mencium dari aroma (26%), merek yang mengeluarkan (7%), komposisi
yang terkandung (2%) apakah aman bagi kesehatan, dan terakhir kekentalan (1%).
Keputusan Pembelian
Menurut Alma (2007), setelah melakukan penilaian, maka diambillah
keputusan membeli atau tidak membeli. Jika keputusan membeli, maka perlu
ditetapkan akan membeli dimana, harganya berapa, berapa yang akan dibeli,
merek apa, rasa apa dan sebagainya.
Perilaku konsumen mengenali produk, mencari informasi dari sumber
informasi dan menentukan alternatif pilihan dari produk yang dibutuhkan. Hal itu
karena adanya niat konsumen membeli dan konsumen memutuskan untuk
membeli produk yang dibutuhkan, tahapan ini dikenal sebagai tahapan keputusan
pembelian. Dari hasil penelitian didapat alasan-alasan konsumen mengkonsumsi
kopi bubuk sachet seperti pada Tabel 12 dibawah ini.
Tabel 12. Distribusi penyebaran berdasarkan alasan konsumen akhir memilih
membeli produk kopi bubuk sachet
Alasan Persentase (%)
Harga yang terjangkau 3
Rasanya cocok 77
Mudah didapat 8
Teman bergadang 5
Pengaruh iklan 3
Pengaruh teman 3
Pengaruh keluarga 1
TOTAL 100
Alasan utama konsumen memilih mengkonsumsi kopi ialah karena
rasanya yang cocok dari berbagai macam merek dan berbagai macam tipe
konsumen dengan persentase 77% dan juga mudah didapat dimanapun sebesar
8%. Dapat dilihat bahwa produk-produk beraneka macam merek kopi bubuk
sachet dapat di temukan di supermarket, warung maupun took-toko grosir. Dari
hasil penelitian mayoritas konsumen dapat membeli kopi bubuk di warung-
warung daerah tempat tinggal mereka, dengan persentase sebesar 69%, yang
kemudian sebesar 24% membeli kopi bubuk sachet di supermarket dan terakhir
4% konsumen membeli pada toko grosir.
Tabel 13. Distribusi penyebaran berdasarkan tempat konsumen paling sering
membeli kopi bubuk sachet
Tempat Pembelian Persentase (%)
Supermarket 24
Warung-warung 69
Toko Grosir 4
Lain-lain (dimana saja) 3
TOTAL 100
Kemudahan mendapatkan produk merangsang konsumen untuk
meningkatkan pembelian-pembelian yang berulang sehingga memutuskan
konsumen untuk melakukan pembelian. Terlebih pada Tabel 12 alasan konsumen
21
mengkonsumsi kopi karena rasanya yang cocok sehingga akan meningkatkan
konsumsi kopi, hal ini dapat dilihat dari Tabel 14 dibawah ini.
Tabel 14. Distribusi penyebaran berdasarkan banyaknya konsumsi kopi bubuk
sachet (/minggu)
Konsumsi (/Minggu) Persentase (%)
1-3 Sachet 26
4-7 Sachet 51
8-12 Sachet 13
> 12 Sachet 10
TOTAL 100
Dilihat dari hasil yang didapat konsumsi kopi bubuk sachet ialah 4 – 7
sachet per minggu, yang artinya hampir setiap hari para konsumen mengkonsumsi
kopi bubuk sachet yang mereka suka dengan bobot lebih dari setengah jumlah
responden yaitu 51%. Beberapa konsumen per minggu hanya mengkonsumsi 1-3
sachet dan 13% memkonsumsi 8 – 12 sachet yang artinya sehari mungkin
mengkonsumsi kopi bubuk bisa 2 kali. Dan terakhir lebih dari 12 sachet per
minggu sebesar 10%. Berdasarkan pada hasil crosstab berdasarkan gender,
pendidikan, usia, dan pendapatan dengan jumlah kopi yang dikonsumsi, dapat
dikatakan banyaknya (sachet) kopi yang dikonsumsi tergantung atas usia dan
pendapatan. Hal ini dikarenakan nilai Pearson Chi Square usia pada Lampiran 9
sebesar 39.522 sedangkan pada tabel 21.920. Sedangkan pada Pearson Chi
Square pendapatan pada Lampiran 7 bernilai 37.496 sedangkan pada tabel sebesar
21.920. Sehingga umur dan pendapatan mempengaruhi banyaknya konsumsi kopi
(sachet/minggu).
Banyaknya konsumsi kopi yang dilakukan oleh konsumen, sehingga
banyak masa kini produsen yang berusaha membujuk, mempengaruhi,
mengalihkan konsumen dari yang biasa mengkonsumsi merek tertentu untuk
beralih kepada merek kopi tertentu. Sehingga untuk mengambil hati konsumen
lain maka banyak produsen yang menggencarkan dengan cara meningkatkan
promosi baik dengan diskon, potongan harga maupun undian berhadiah. Dari hasil
penelitian didapat bahwa 87% konsumen tidak terpengaruh dan tidak beralih
kepada merek lain. Dimungkinkan karena menurut konsumen pribadi, merek yang
mereka pilih sudah sesuai selera rasanya sehingga dengan promosi tersebut
tidaklah cukup untuk merebut pasar merek kopi bubuk sachet lain.
Tabel 15. Distribusi penyebaran berdasarkan tanggapan konsumen apabila merek
lain melakukan promosi
Tanggapan Persentase (%)
Beralih ke merek lain 13
Tidak terpengaruh dan tidak beralih 87
TOTAL 100
Perilaku Pasca-Pembelian
Tahap pengambilan keputusan membeli tidak hanya berakhir pada proses
pembelian saja, melainkan masih berlanjut pada perilaku pasca-pembelian, karena
pada tahap ini konsumen akan merasa puas atau tidak puas dengan produk
tersebut. Menurut Kotler & Armstrong (2008), semakin besar kesenjangan antara
22
ekspetasi dan kinerja, semakin besar pula ketidakpuasan yang konsumen rasakan.
Kepuasan akan mendorong konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi ulang
produk tersebut, dan akan memperlihatkan peluang membeli yang lebih tinggi
dalam kesempatan berikutnya. Sedangkan konsumen yang merasa tidak puas akan
meninggalkan produk tersebut sehingga tidak akan terjadi pembelian ulang.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai perilaku konsumen mengenai
pasca-pembelian, 68% konsumen menjawab puas terhadap merek-merek favorit
kopi mereka dan 32% biasa saja.
Tabel 16. Distribusi penyebaran berdasarkan sikap konsumen pasca-pembelian
Sikap Persentase (%)
Puas 68
Biasa saja 32
Tidak puas 0
TOTAL 100
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa sebagian besar konsumen merasa puas
sehingga ada kemungkinan konsumen untuk melakukan pembelian kembali
kedepannya, sehingga memungkinkan konsumen untuk membeli ditempat yang
seperti Tabel 13 yaitu seperti pada warung-warung terdekat. Namun bagaimana
jika kopi bubuk sachet tidak terdapat pada warung-warung yang biasa konsumen
membeli produk tersebut. Dari hasil penelitian, 50% konsumen merespon akan
membeli produk merek kopi yang tersedia dan setelah wawancara singkat alasan
konsumen bermacam-macam seperti warung lain yang berjarak jauh, daripada
pulang tidak bawa apa-apa, beli merek lain untuk hari ini saja dan sebagainya.
33% konsumen merespon akan tetap membeli di tempat lain dan alasan mereka
juga bermacam-macam, ada yang jarak warung lain tidak terlalu jauh, tidak enak
jika tidak ada kopi yang biasa, merasa gelisah apabila tidak minum kopi biasanya
dan lain-lain.
Tabel 17. Distribusi penyebaran berdasarkan sikap konsumen, apabila produk
tidak tersedia
Sikap Persentase (%)
Akan tetap membeli di tempat lain 33
Membeli kopi yang tersedia 50
Tidak membeli 17
Lain-lain 0
TOTAL 100
Tabel 18. Distribusi penyebaran berdasarkan sikap konsumen, apabila harga
produk naik
Perilaku Konsumen Persentase (%)
Akan tetap membeli 90
Tidak membeli 2
Membeli kopi sachet yang lebih murah 6
Lain-lain 2
TOTAL 100
23
sikap konsumen (Tabel 18), apabila harga produk mengalami kenaikan
sebagian besar konsumen sebanyak 90% merespon akan tetap membeli dan
respon yang didapat dari wawancara singkat ialah konsumen merasa produk kopi
sachet harganya sudah tergolong murah, akan tetap membeli hanya jumlah yang
dikurangi, dan sebagainya.
Tabel 19. Distribusi penyebaran berdasarkan sikap konsumen, apakah mereka
akan mempromosikan produk favoritnya
Perilaku Konsumen Persentase (%)
Iya 77
Tidak 33
TOTAL 100
Dilihat pada Tabel 16, sebagian besar konsumen merasa puas dengan
produk kopi bubuk favorit mereka sehingga sebagian besar mereka juga akan
mempromosikan kepada teman, kerabat, ataupun keluarga tentang keunggulan
yang mereka rasakan sendiri. Seperti pada hasil penelitian didapat hasil seperti
pada tabel 18, didapat sebesar 77% dari konsumen yang menjawab akan
mempromosikan kepada kerabat, teman, patner kerja ataupun keluarganya.
Analisis Faktor
Analisis faktor digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang
tidak terobservasi secara langsung atau disebut juga variabel laten. Menurut
Sarwono (2010), variabel laten adalah suatu variabel yang tidak dapat diukur
secara langsung tetapi di hipotesis variabel tersebut melandasi variabel-variabel
yang sedang diobservasi atau diteliti. Analisis faktor digunakan untuk mengurangi
jumlah data dalam rangka mengidentifikasi sebagian kecil faktor (variabel laten)
yang dapat menerangkan varian yang sedang diteliti secara lebih jelas dalam suatu
kelompok variabel yang diobservasi (variabel manifest) yang jumlahnya lebih
besar. Kegunaan utama analisis faktor adalah untuk melakukan pengurangan data
atau dengan kata lain melakukan peringkasan sejumlah variabel menjadi lebih
kecil. Pengurangan dilakukan dengan melihat interdependasi beberapa variabel
yang dapat dijadikan satu yang disebut dengan faktor sehingga ditemukan
variabel-variabel atau faktor-faktor yang dominan atau penting untuk dianalisa
lebih lanjut.
Analisis faktor pada skripsi ini tentang Persaingan Produk Kopi Bubuk
berkaitan dengan proses pengambilan keputusan pembelian konsumen terhadap
peubah-peubah yang saling bebas satu dengan lainnya, sehingga dapat dibuat satu
atau beberapa kumpulan peubah (faktor), sehingga dapat memudahkan produsen
dalam merumuskan kebijakan strategi pemasaran yang lebih efektif untuk para
produsen kopi tanah air.
Hasil data yang diperoleh dari analisis faktor ini diolah dengan
menggunakan program SPSS 20, berdasarkan hasil penelitian dari 100 konsumen,
sehingga menghasilkan output yang berupa faktor-faktor dari variabel-variabel
tersebut. Tahapan pertama yang perlu dilakukan pada analisis faktor yaitu,
menentukan besaran nilai Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequacy
(KMO MSA), dimana nilai KMO MSA harus diatas 0.5. Hasil yang didapat dari
pengolahan data ini memperlihatkan KMO MSA yang didapat sebesar 0.806
24
dengan signifikansi sebesar 0.000. Angka 0.806 berada di atas 0.5 (0.806 < 0.5)
dan signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.05 (0.000 < 0.5) maka variabel dan data
dapat dianalisis lebih lanjut.
Proses selanjutnya ialah dengan melihat tabel Anti-Image Matrices (Anti
Image Correlation), untuk menentukan variabel mana saja yang layak digunakan
dalam analisis lanjutan. Pada tabel ini ada kode “a”
yang artinya tanda untuk
Measure of Sampling Adequacy (MSA). Dan dari 14 variabel tersebut tidak
didapatkan variabel yang memiliki nilai di bawah 0.5. Berdasarkan teori, variabel
layak untuk dianalisis adalah nilai MSA lebih dari 0.5 sehingga pada tahap ini
tidak ada variabel yang harus dikeluarkan.
Tahap berikutnya ialah mengekstraksi sekumpulan peubah yang ada
dengan Tabel communalilities, untuk mengetahui variabel yang paling dominan
dalam keputusan pembelian produk kopi sachet. Semakin tinggi nilai
communalilities sebuah peubah maka semakin erat hubungannya dalam keputusan
pembelian produk tersebut. Pada tabel dibawah ini menunjukan nilai
communalilities dari 14 peubah berdasarkan urutan paling besar.
Berdasarkan Tabel 20, informasi yang didapat ialah rasa merupakan
variabel yang nilai comunalilities tertinggi (0.833), yang artinya bahwa variabel
rasa sangat erat hubungannya dengan keputusan pembelian produk kopi bubuk
sachet. Seperti pada Tabel 8, 10, dan 11, mayoritas konsumen menjawab tentang
perihal yang dicari pada produk kopi ialah kesesuaian rasa dengan pribadi
konsumen sendiri-sendiri. Dan pada Tabel 9 tentang alasan perihal konsumen
memilih atau membeli suatu kopi merek tertentu ialah karena rasanya yang cocok.
Tabel 20. Nilai communalilities
No. Variabel Nilai Communalilities
1 Rasa 0.833
2 Aroma 0.817
3 Periklanan 0.816
4 Merek 0.783
5 Isi Bersih 0.780
6 Promosi Penjualan 0.771
7 Kemudahan Mendapatkan 0.723
8 Label Halal 0.696
9 Expire date 0.654
10 Kemasan 0.650
11 Warna 0.625
12 Kekentalan 0.622
13 Variasi Produk 0.537
14 Harga 0.534
Tahap berikutnya ialah Total Variance Explained, menunjukan nilai
masing-masing variabel yang dianalisis. Pada tabel ini terdapat 2 macam analisis
penjelasan varian, yaitu Initial Eigenvalues dan Extraction Sums of Squard
Loading. Initial Eigenvalues menunjukan faktor yang terbentuk, dan apabila
semua faktor dijumlahkan menunjukan jumlah variabel. Sedangkan pada
Extraction Sums of Squard Loading menunjukan jumlah varian yang diperoleh,
dalam pengolahan ini terbentuk tiga faktor yang mempengaruhi pembelian kopi
sachet. Hasil ketiga output varian tersebut adalah 6.436 ; 2.240 ; dan 1.167.
25
Analisis selanjutnya adalah tabel Component Matriks yang berisikan
loading factor (nilai korelasi) antara suatu variabel dengan ketiga faktor yang
terbentuk. Berdasarkan hasil dari tabel tersebut, maka dapat dilihat perbandingan
suatu variabel terhadap ketiga faktor yang terbentuk, untuk menentukan suatu
variabel akan masuk ke dalam faktor yang mana. Dalam component matriks,
masih terdapat beberapa variabel yang tidak terlihat jelas perbedaan nyatanya,
sehingga sulit untuk menentukan variabel tersebut termasuk faktor yang mana.
Oleh karena itu, untuk melihat perbedaan yang nyata pada loading factor dari
setiap variabel haruslah dilakukan proses rotasi. Metode yang digunakan dalam
rotasi ini ialah varimax, yang bertujuan untuk memperbesar nilai loading factor
yang pada awalnya sudah besar dan memperkecil nilai loading factor yang pada
awalnya sudah kecil, sehingga diperoleh loading factor yang lebih jelas dan nyata.
Hasil dari rotasi varimax ialah pada tabel Rotated Component Matrix, rotasi ini
tidak merubah jumlah faktor yang telah terbentuk, melainkan hanya merubah nilai
loading factor saja.
Setelah tabel Rotated Component Matrix didapat maka, akan
dikelompokan ke dalam tiga faktor yang telah terbentuk, dengan cara
dibandingkan besar nilai variabel antara ketiga faktor tersebut, apabila nilai
terbesar terdapat pada faktor tertentu maka variabel tersebut merupakan faktor itu.
Contoh pada variabel rasa nilai faktor 1 = 0.906; faktor 2 = 0.113; dan faktor 3 = -
0.006, karena nilai tertinggi pada faktor 1 yaitu 0.906 maka variabel rasa termasuk
kelompok faktor 1. Berikut peubah-peubah yang dapat dikelompokan ke dalam
tiga faktor yang terbentuk seperti pada Tabel 21 dibawah.
Tabel 21. Nilai loading factor
Faktor Eigenvalue Varian
(%) Variabel Kode
Loading
Factor
Faktor Pertama
(Informasi
Produk)
6.436 45.968
Rasa X1 0.906
Aroma X2 0.894
Expire date X9 0.774
Label Halal X10 0.760
Faktor Kedua
(Bauran
Pemasaran)
2.240 16.002
Periklanan X14 0.875
Promosi
Penjualan X12 0.842
Kemudahan
Mendapatkan X13 0.648
Variasi Produk X4 0.648
Faktor Ketiga
(Pendukung
Produk)
1.167 8.332
Merek X6 0.842
Kemasan X8 0.759
Isi Bersih X7 0.728
Pada faktor pertama mempunyai nilai Eigenvalue sebesar 6.436 dan
mempunyai nilai terbesar dari faktor-faktor lain yang berarti faktor ini merupakan
faktor yang paling mempengaruhi konsumen dalam proses pembelian. Faktor ini
26
menerangkan keragaman data sebesar 45.968%. Variabel-variabel pembentuk dari
faktor ini antara lain variabel rasa, variabel aroma, variabel expire date dan
variabel label halal, di artikan bahwa sebagian besar konsumen membeli kopi
sachet berdasarkan pertimbangan sesuai nilai loading factor terbesar sampai yang
terkecil. Hal ini memperlihatkan bahwa konsumen membeli produk kopi sachet
dengan mempertimbangkan rasa terlebih dahulu yang kemudian memiliki aroma
yang sedap, kemudian expire date yang jelas sehingga dapat diketahui lamanya
umur penggunaan kopi sachet tersebut dan yang terakhir label halal. Apabila
harapan konsumen tidak terpenuhi maka konsumen akan terdorong mencari
produk pengganti yang menurut konsumen sudah sesuai harapannya.
Pada faktor kedua ini, sebenarnya dibentuk oleh emapt variabel antara lain
periklanan, promosi penjualan, kemudahan mendapatkan, dan variasi produk.
Akan tetapi karena variabel harga, kekentalan dan warna tidak memenuhi
ketentuan cutting off point, dimana nilai loading factor harus lebih besar dari 0.55,
maka ketiga variabel tersebut dihilangkan agar peubah tersebut secara nyata
termasuk ke dalam bagian dari suatu faktor. Faktor kedua mempunyai nilai
Eigenvalue 2.240 dengan tingkat keragaman 16.002%. Ini berarti konsumen
setelah tahap pertama terpenuhi maka yang menjadi pertimbangan lain ialah
variabel-variabel yang berada pada faktor kedua.
Analisis Biplot
Hasil interprestasi memberikan gambaran mengenai posisi atau kedudukan
relatif suatu merek beserta faktor-faktor yang menjadi keunggulan dan
kekurangan dari masing-masing merek. Pada analisis biplot menggunakan
persepsi konsumen terhadap Sembilan macam produk kopi yang saat ini ada di
pasar luas, terutama kota bogor, antara lain; Kapal Api, Kopi ABC, Kopi
Torabika, Luwak Coffee, Top Coffeee, Indocafe, Nescafe, Good Day, dan
Kopiko. Dengan menilai atribut-atribut seperti rasa, aroma, warna, variasi produk,
kekentalan, kepopuleran, isi bersih, kemasan, expire date, label halal, harga,
kemudahan, periklanan, dan promosi penjualan. Akan tetapi pada saat analisis
faktor ada beberapa atribut yang dihilangkan seperti atribut warna, kekentalan dan
harga, karena nilai loading factor kurang dari 0.55 dengan kata lain peubah
tersebut tidak berpengaruh nyata pada keputusan pembelian kopi sachet instan.
Sehingga atribut yang akan dibandingkan sebanyak sebelas atribut dan
dibandingkan berdasarkan faktor yang terbentuk pada saat analisis faktor.
Dari grafik biplot pada Gambar Lampiran 10 dapat dilihat bahwa
kedudukan-kedudukan merek diatas berdasarkan persepsi konsumen. Data awal
yang didapat dilapangan ialah data ordinal, data ordinal adalah data kualitatif yang
berasal dari suatu objek atau kategori yang telah disusun secara berjenjang
menurut besarnya, keputusan yang di ambil berkenaan dengan hasil penelitiannya,
hanya mengukur ada atau tidaknya hubungan antar variabel. Selain itu
pengukuran terhadap data ordinal hanya berbicara tentang kuat atau tidaknya
hubungan antar dua atau lebih fenomena yang sedang diteliti. Sehingga perubahan
variabel yang terjadi sebagai akibat berubahnya variabel lain, tidak bisa diukur
secara matematis. Selanjutnya data ordinal kemudian diubah menjadi data
interval, data interval adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas
dasar kriteria tertentu serta menunjukan semua sifat yang dimiliki oleh data
ordinal. Penggunaan data interval bagi kepentingan statistik parametrik, selain
27
merupakan suatu kelaziman, juga untuk mengubah data agar memiliki sebaran
normal.
Lampiran 10 terdiri atas 14 macam, yang masing-masing diubah menjadi
kode dari X1 sampai X14, yang dimaksudkan agar memudahkan membacanya pada
grafik sehingga tidak tumpang tindih pada grafiknya. Atribut-atributnya antara
lain X1 (Rasa), X2 (Aroma), X3 (Warna), X4 (Variasi Prod), X5 (Kekentalan), X6
(Kepopuleran), X7 (Isi Bersih), X8 (Kemasan), X9 (Expire date), X10 (Label
Halal), X11 (Harga), X12 (Kemudahan Mendapatkan), X13 (Periklanan), X14
(Promosi Penjualan). Grafik tersebut memiliki keragaman data sebesar 63,4%.
Hal ini diartikan bahwa data diatas hanya dapat memberikan informasi sebesar
63.4% dari keseluruhan penyajian visual sehingga grafik ini tidak sesuai dengan
standart biplot seharusnya yang nilai ≥ 75%.
Dari lampiran grafik tersebut dapat dilihat pada kuadran satu, merek yang
memiliki kesamaan adalah Indocafe, Top Coffee, dan luwak sedangkan atribut
yang terdapat dikuadran satu antara lain warna (X3), kemasan (X8), rasa (X1),
kepopuleran merek (X6), dan label halal (X10). Dilihat dari kuadran satu atribut
yang rasa yang enak lebih kearah merek kopi Indocafe, kemasan yang menarik
lebih kearah TOP Coffee, dan warna kopi yang menarik ialah kopi Luwak. Untuk
kepopuleran dengan garis yang pendek menunjukan keragaman kecil antara tiga
merek kopi tersebut sehingga dapat dikatakan ketiga merek tersebut sama saja,
sedangkan untuk label halal dengan garis yang sangat panjang menandakan label
halal pada ketiga produk ini besar, berarti label halal pada ketiga produk ini
mudah ditemukan dan terbaca pada ketiga kemasan kopi tersebut.
Pada kuadran kedua merek yang memiliki kesamaan adalah Kapal Api dan
Kopi Torabika, dengan atribut kekentalan (X5), aroma (X2), dan kemudahan
mendapatkan (X12). Pada gambar atribut kekentalan jika ditarik garis lurus maka
lebih mengarah kearah produk kopi kapal api, ini menandakan bahwa kapal api
terkenal oleh kopi yang kental. Kuadaran ketiga merek kopinya antara lain Kopi
ABC dan Good Day, dan atributnya hanya isi bersih (X7) yang banyak, tetapi jika
dilihat dari kedekatan garis atributnya adalah isi bersih lebih dekat dengan kopi
merek Kopi ABC. Pada kuadaran terakhir terdapat merek kopi, Nescafe dan
Kopiko dan mempunyai atribut periklanan (X13), variasi produk (X4), promosi
penjualan (X14), expire date (X9), dan harga (X11).
Gambar 3 merupakan grafik biplot untuk membandingkan merek-merek
kopi berdasarkan dengan faktor satu, antara lain atributnya adalah rasa (X1),
aroma (X2), expire date (X9), dan label halal (X10) dengan keragaman data sebesar
83.6%. Yang artinya dapat memberikan informasi sebesar 83.6% dari keseluruhan
informasi yang disajikan karena nilainya cukup besar (≥75%). Berdasarkan
gambar itu, Nescafe dan Kopiko terkenal dengan label halal yang mudah
ditemukan dan terlihat pada kemasannya. Untuk kopi Good Day persepsi
konsumen ialah aroma yang wangi dan juga expire date yang waktunya relatif
lama dan juga terlihat. Untuk Luwak Coffee, Top Coffee, Indocafe persepsi
konsumen tentang ketiganya mengenai rasanya yang enak dan sesuai selera
konsumen Bogor.
Pada Gambar 3, dapat dilihat berdasarkan hubungan atau korelasi antar
peubah atau atribut. Peubah akan digambarkan sebagai garis berarah. Dua peubah
yang berkorelasi positif tinggi akan digambarkan sebagai dua buah garis dengan
arah yang sama, atau membentuk sudut sempit. Sementara itu, dua peubah yang
memiliki korelasi negatif tinggi digambarkan dalam bentuk dua garis dengan arah
yang berlawanan, atau membentuk sudut tumpul. Sedangkan dua peubah yang
28
tidak berkorelasi akan digambarkan dalam bentuk dua garis dengan sudut
mendekati 90 o (siku-siku). Pada grafik diatas bahwa korelasi atribut rasa dengan
label halal ialah tidak ada hubungan atau tidak berkorelasi dan sebaliknya,
sedangkan untuk rasa dengan aroma berkorelasi negatif karena membentuk sudut
yang tumpul atau dua garis yang berlawanan, ini berarti rasa yang enak belum
tentu juga aromanya enak atau sedap, begitupun juga rasa dengan expire date.
Akan tetapi untuk untuk atribut aroma dengan expire date berkorelasi positif
tinggi, yang mungkin diartikan jika waktu expire date masih lama kopi akan
menghasilkan aroma yang harum.
Gambar 4 merupakan grafik biplot untuk membandingkan merek-merek
kopi berdasarkan dengan faktor kedua, antara lain variasi produk (X4), kemudahan
mendapatkan (X12), periklanan (X13), promosi penjualan (X14). Dengan
keragaman sebesar 81.9%. Sehingga dapat memberikan informasi sebesar 81.9%
dari keseluruhan informasi.
Pada kuadaran satu hanya terdapat TOP Coffee dengan atribut periklanan
yang gencar dan promosi-promosi yang diadakan oleh produsen tersebut. Dilihat
dari korelasi atributnya bahwa periklanan dan promosi penjualan membentuk
sudut sempit yang menandakan bahwa berkorelasi positif tinggi. Pada keseharian
dapat dilihat periklanan yang ditampilkan oleh produsen Top Coffee sangatlah
sering dan juga pada acara-acara utama Top Coffee sering menjadi sponsor
dengan mengadakan kuis guna memikat konsumen. Namun atribut promosi
penjualan dengan ketersediaan membentuk sudut kurang lebih 90 o
sehingga
artinya tidak berkorelasi, karena jika sering mengadakan promosi penjualan
seperti hadiah, menjadi sponsor-sponsor acara televisi dan sebagainya maka tidak
Gambar 3. Grafik faktor pertama
29
berhubungan apakah produk tersebut mudah didapatkan dipasaran. Merek yang
terdapat pada kuadaran kedua adalah kopi ABC, Torabika, dan Good Day. Dari
grafik dilihat bahwa ABC dan Torabika adalah kopi yang mudah ditemukan
dibeberapa tempat di kota Bogor. Pada kuadaran keempat Luwak Coffee, Kopiko,
dan Nescafe merupakan kopi yang memiliki variasi produk banyak, tetapi garis
lebih dekat dengan kopi Nescafe. Hubungan antara atribut variasi produk dengan
ketersediaan membentuk sudut tumpul atau arahnya berlawanan satu dengan yang
lain yang artinya berkorelasi negatif. Bahwa makin banyak variasi produk ada
kemungkinan semua variasi tersebut mudah ditemukan dipasaran. Sedangkan
atribut variasi produk dengan atribut periklanan membentuk sudut hamper siku-
siku (90 0), dapat dikatakan tidak berkorelasi yang artinya apabila periklanan yang
dilakukannya gencar tidak harus mempunyai variasi produk yang banyak.
Pada Gambar 5 merupakan grafik biplot untuk membandingkan merek-
merek kopi berdasarkan dengan faktor ketiga, antara lain kepopuleran merek (X6),
kemasan (X8), dan isi bersih (X7). Dengan keragaman sebesar 94.6%. Sehingga
dapat memberikan informasi sebesar 94.6% dari keseluruhan informasi.
Pada kuadaran satu terdapat merek kopi Luwak dengan atribut kopi yang
populer dan kemasan yang menarik, dilihat dari hubungan antara atribut
kepopuleran dengan kemasan yang menarik berkorelasi positif, dapat dikatakan
bahwa kemasan yang menarik dapat menjadi salah satu cara agar produk dapat
dikenali oleh konsumen dan kemasan yang menarik pula dapat memancing orang
untuk mencicipi awalnya dan kemudian menjadi terbiasa membeli produk tersebut
dan akhirnya produk tersebut menjadi populer.
Gambar 4. Grafik faktor kedua
30
Pada kuadaran kedua terdapat beberapa merek kopi antara lain kopi
Torabika dan Kopi ABC dengan atribut isi bersih. Dari arah garis atributnya lebih
mendekati kopi ABC, sehingga isi kopi ABC relatif lebih banyak daripada kopi
Torabika. Dilihat dari hubungan antara isi bersih dengan kemasan dan isi bersih
dengan kepopuleran ialah jika hubungan isi bersih dengan kemasan membentuk
sudut tumpul berarti hubungannya berkorelasi negatif yang artinya apabila
populer maka kemungkinan isinya kopi tersebut sangatlah sedikit. Sedangkan
hubungan antara isi bersih dengan kepopuleran adalah mendekati sudut siku-siku
(90 0) dikatakan tidak berkorelasi yang artinya tidak ada kaitannya apabila populer
suatu merek maka isi bersih kopi tersebut juga banyak.
Dari hasil grafik pada ketiga biplot dapat dilihat bahwa kopi kapal api
tidak unggul pada grafik biplot tersebut. Sebenarnya kopi kapal api dalam
penelitian ini mempunyai keunggulan, hanya saja keunggulannya pada metode
analisis faktor mengalami cut-off point, variabel yang mengalami antara lain
warna (X3), kekentalan (X5) dan harga (X11). Gambar grafik ini dapat dilihat pada
lampiran 11.
Gambar 5. Grafik faktor ketiga
31
Implikasi
Proses keputusan pembelian produk kopi bubuk sachet instan pada awalnya
akan melewati proses dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Tahap keputusan
pembelian terjadi pada saat konsumen yang masih baru atau konsumen yang baru
pertama kali ingin mencoba suatu produk baru. Namun urutan tersebut dapat saja
tidak berurutan ataupun salah satu urutan akan dihilangkan apabila terjadi
pembelian yang bukan untuk pertama kali.
Karakteristik konsumen mampu mempengaruhi proses pengambilan
keputusan berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendapatan, dan tingkat
pendidikan. Jenis Kelamin digunakan sebagai dasar segmentasi pasar karena
wanita dan pria dianggap memiliki perbedaan selera terhadap produk atau jasa
yang ditawarkan. Usia biasanya mempengaruhi persepsinya dalam melakukan
pengambilan keputusan dan juga mempengaruhi selera terhadap produk atau jasa
yang ditawarkan. Tingkat Pendapatan ini mempengaruhi konsumen terhadap
besar kecilnya produk atau jasa yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginannya, semakin besar pendapatan maka semakin besar pula produk
atau jasa yang dikonsumsinya. Tingkat Pendidikan lebih mempengaruhi seorang
konsumen untuk bertingkah kritis dalam memilih produk atau jasa dan
mengedepankan kualitas.
Pada analisis faktor atribut yang diteliti sebanyak 14 atribut. Kemudian
pada data diolah dengan menggunakan SPSS 20, pada nilai KMO MSA diperoleh
nilai sebesar 0.806 dan nilai tersebut jauh diatas standar yang sebesar 0.5 sehingga
dapat diuji lebih lanjut. Tahap selanjutnya dinilai dengan melihat nilai pada Anti-
image Matrices (Anti Image Correlation), untuk menentukan variabel mana yang
layak digunakan dalam analisis lanjutan. Dan dari 14 attribut tidak didapatkan
nilai yang dibawah 0.5 berarti semua atribut layak untuk dianalisis. Pada analisis
faktor ini terbentuk sebanyak tiga faktor yang terdiri dari beberapa atribut. Pada
faktor pertama dibentuk oleh atribut rasa (X1), aroma (X2), expire date (X9), dan
label halal (X10). Faktor kedua terbentuk atas atribut periklanan (X14), promosi
penjualan (X12), kemudahan mendapatkan (X13), dan variasi produk (X4). Dan
faktor ketiga dibentuk oleh atribut merek (X6), kemasan (X8), dan isi bersih (X7).
Pada analisis biplot, atribut-atribut yang terseleksi dari 14 atribut hanya
menjadi 11 atribut yang dibagi menjadi tiga faktor. Berdasarkan data biplot yang
didapat dengan membandingkan 9 merek kopi dengan 14 atribut hanya
menghasilkan keragaman 63.4%. Sedangkan apabila membandingkan 9 merek
dengan berdasarkan faktor-faktor yang terbentuk, yaitu faktor 1 (informasi
produk), faktor 2 (bauran pemasaran), dan faktor 3 (pendukung produk) maka
didapat keragaman sebesar 83.6%, 81.9%, dan 94.6%, yang artinya dapat
menjelaskan secara nyata keadaan pasar yang diteliti karena lebih dari ketentuan
yang ditetapkan yaitu 75% (Sarwono 2010).
Berdasarkan dari temuan dilapangan didapat informasi tentang keunggulan
merek-merek satu dengan lain. Dari hasil pembahasan informasi yang didapat dari
kopi sachet merek Good Day, unggul pada aroma yang wangi, expire date yang
panjang dan juga tempat pembelian yang mudah ditemukan atau kebanyakan
tempat seperti warung, supermarket sebagian besar menjual kopi sachet yang
bermerek ini. Nescafe unggul pada label halal yang mudah ditemukan dan juga
cetakan label halal yang terlihat sekali dan nescafe juga unggul pada variasi
produk beragam, sehingga pilihan konsumen akan bervariasi juga. Torabika
32
unggul pada isi bersih yang banyak menurut konsumen akhir kota Bogor dan juga
kemudahan mendapatkan produk tersebut. TOP Coffee merupakan merek kopi
yang baru dan kopi sachet ini unggul pada rasa yang enak, periklanan yang
gencar, dan promosi penjualan yang sangat sering. Kopiko unggul pada label halal
yang cetaknya sangat terlihat dan juga unggul pada variasi produknya. ABC
Coffee unggul pada kemudahan pembelian dan juga isi bersih yang banyak.
Indocafe hanya unggul pada rasa yang enak. Dan terakhir Luwak Coffee memiliki
banyak keunggulan antara lain rasa yang enak dan cocok oleh konsumen akhir
kota Bogor, variasi produk, merek yang populer atau terkenal dan juga
kemasannya yang sangat menarik dan eye cathing. Implikasi ini mempunyai
fungsi planning yang artinya ini adalah tindakan-tindakan perencanaan untuk
beberapa merek kopi tersebut guna untuk memenangkan persaingan berdasarkan
faktor-faktor yang terbagi dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan. Dari
informasi diatas dapat diperoleh informasi atau masukan untuk beberapa merek
tersebut guna memenangkan persaingannya, yaitu sebaiknya beberapa merek
diatas tetap mempertahankan atau mungkin meningkatkan keunggulan dari
masing-masing atributnya yang unggul. Terdapat Kapal Api yang tidak
mempunyai keunggulan pada 3 faktor yang terbentuk, sebenarnya Kapal Api
unggul pada faktor yang mengalami cutting off point yaitu unggul pada atribut
kekentalan. Sebaiknya produsen Kapal Api mengadakan riset guna untuk
mengembangkan produknya agar mempunyai nilai lebih dimata konsumen.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat diketahui variabel awal
diketahui terdapat 14 variabel Setelah menganalisa dengan analisis faktor tersisa
11 variabel yang terbentuk antara lain (X1) Rasa, (X2) Aroma, (X4) Variasi
Produk, (X6) Merek (kepopuleran), (X7) Isi Bersih, (X8) Kemasan, (X9) Expire
date, (X10) Label Halal, (X12) Kemudahan Mendapatkan, (X13) Periklanan, (X14)
Promosi Penjula. Dan terbagi dalam 3 faktor seperti faktor 1 (informasi produk),
faktor 2 (bauran pemasaran dan keunggulan produk) dan faktor 3 ( eksternal
produk).
Setelah didapat variabel yang terpilih dalam beberapa faktor terbentuk,
maka faktor tersebut dibandingkan dengan merek yang hendak diuji. Maka
didapat data atau hasil adalah pada faktor 1 (informasi produk) menurut konsumen
akhir kota Bogor Nescafe dan Kopiko unggul pada label halal yang terlihat sekali,
Good Day unggul pada expire date yang panjang dan juga aroma produknya yang
wangi, dan Luwak, Indocafe, Top unggul pada rasa yang enak dan cocok oleh
konsumen akhir kota Bogor. Faktor 2 (bauran pemasaran dan keunggulan produk)
menurut konsumen akhir Bogor kopi Top unggul pada kemudahannya
mendapatkan produknya dan juga periklanan yang sedang gencar-gencarnya,
Good Day, ABC, Torabika unggul pada promosi penjualan yang ditawarkan oleh
produk tersebut dan Nescafe, Luwak, Kopiko unggul pada variasi rasa yang
banyak. Dan faktor terakhir yaitu faktor 3 (eksternal produk) Luwak unggul
merek yang populer di kota Bogor dan juga kemasan yang sangat menarik dan
33
kopi Torabika, ABC menurut konsumen akhir kota Bogor unggul pada isi bersih
yang disajikannya banyak.
Dari hasil pembahasan sebelumnya dapat diperoleh simpulan, strategi yang
dapat diterapkan untuk para produsen ialah tetap mempertahankan atau mungkin
meningkatkan atribut yang dari hasil penelitian unggul. Atribut Good Day yang
unggul ialah aroma, expire date, tempat yang mudah ditemukan. Nescafe dan
Kopiko unggul pada label halal dan variasi produknya. Indocafe hanya unggul
pada rasa yang enak. Torabika unggul pada isi bersih yang banyak dan
kemudahannya. TOP Coffee unggul pada rasa, periklanan dan promosi penjualan.
Kopi ABC unggul pada kemudahan mendapatkan da nisi bersih. Dan terakhir
Kopi Luwak unggul pada rasa, merek yang populer dan kemasan yang menarik.
Saran
Untuk konsumen akhir apabila menginginkan produk kopi yang enak dapat
membeli produk kopi bermerek Indocafe dan Luwak Coffee. Karena dari
penelitian kedua merek tersebut unggul pada rasa yang enak. Untuk para peneliti
guna kesempurnaan tulisan ilmiah ini dapat meneliti lebih lanjut mengenai 3
atribut yang telah mengalami cutting off point terhadap 9 merek terutama pada
merek Kopi Kapal Api yang tidak memiliki keunggulan pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alma B. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung (ID):
Alfabeta.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2013. Pertumbuhan Penduduk dan
Konsumsi Kopi Bubuk di Kota Bogor. Bogor (ID): BPS
Durianto D, Sugiarto, Sitinjak T. 2004. Strategi Menaklukan Pasar: Melalui Riset
Ekuitas dan Perlilaku Merek. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Kountur R. 2007. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta
(ID): PPM.
Kotler P, Armstrong G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Ed ke-12. Jakarta (ID):
Erlangga.
Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran. Ed ke-12. Jakarta (ID):
Erlangga.
Kotler P, Keller KL. 2008. Manajemen Pemasaran. Ed ke-13. Jakarta (ID):
Erlangga.
Kountur R. 2007. Metode Penelitian. Jakarta (ID): PPM.
Nasution S. 2003. Metode Research. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Panggabean E. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta (ID): PPM
Patilima H. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung (ID): Alfabeta.
Rangkuti F. 2002. Strategic Marketing Tools & Cases: Teknik AnalisisSegmentasi
& Targeting dalam Marketing. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo.
Santoso S. 2010. Statistik Multivariat. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo.
Sarwono J. 2010. Belajar Statistik Menjadi Lebih Mudah dan Cepat. Yogyakarta
(ID): Andi.
Schiffman L, Kanuk LL. 2007. Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): Indeks.
34
Setiadi NJ. 2010. Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. Jakarta (ID): Prenada Media.
Sunarto H, Ridwan. 2009. Pengantar Statistika. Bandung (ID): Alfabeta.
Syamsi I. 2007. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta (ID):
Bumi Aksara.
Tjiptono F. 2008. Strategi Pemasaran. Ed ke-3. Yogyakarta (ID): Andi Offset.
Top Brand Award. 2013. Kategori Makanan dan Minuman: Kopi Instan
[Internet]. [diunduh 2013 sept 12]. Tersedia pada: http://www.topbrand-
award.com/top-brand-survey/survey-result.
Umar H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia..
35
Lampiran 1 Kuisoner penelitian
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PETA PERSAINGAN PRODUK
MEREK KOPI BUBUK INSTAN DI KOTA BOGOR
Terima kasih atas partisipasi anda menjadi salah satu responden yang secara sukarela mengisi
kuisioner ini. Kuesioner ini merupakan salah satu instrumen penelitian yang dilakukan oleh :
Nama : Anggoman Meintorosasi Upphaswara
NIM : H24114049
Program Studi : Alih Jenis Manajemen
Fakultas : Ekonomi dan Manajemen
Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor
Untuk memenuhi tugas penyelesaian skripsi program sarjana. Saya sangat menghargai kejujuran
anda dalam mengisi kuesioner ini dan menjamin kerahasiaan anda. Atas kerjasama dan bantuan
anda, saya ucapkan terima kasih.
No. Tanggal
Petunjuk : isilah jawaban Anda pada tempat (titik-titik) yang telah disediakan dan berilah tanda
(X) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda. Dan apabila diluar
dari jawaban yang tersedia dapat diisikan pada bagian titik-titik yang tersedia.
Merek produk kopi yang sering anda konsumsi ?
[ ] Kapal Api [ ] Indocafe
[ ] ABC [ ] Nescafe
[ ] Torabika [ ] Good Day
[ ] Luwak [ ] Kopiko
[ ] TOP [ ] Lain-lain,………………….
I. Identitas Responden dan Data Umum
1) Nama :.........................................................
2) Alamat :.........................................................
3) Jenis Kelamin : [ ] Pria [ ] Wanita
4) Umur : [ ] 15 – 20 tahun [ ] 21 – 30
tahun
[ ] 31 – 40 tahun [ ] 41 – 50
tahun
[ ] > 51 tahun
5) Pendidikan Terakhir : [ ] SD [ ] SMP [ ] SMA
[ ] Diploma [ ] Sarjana [ ]
Pascasarjana
6) Status Pekerjaan : [ ] Akuntan [ ] Sekertaris
[ ] Advokat [ ] Pegawai Swasta
[ ] Dokter [ ] Dosen
[ ] Pengacara [ ] Guru
[ ] PNS [ ] Mahasiswa
36
Lanjutan Lampiran 1
[ ] Wirausaha [ ] Pelajar
[ ] Reporter [ ] Ibu Rumah Tangga
[ ] Lain-lain, sebutkan……………………..
7) Rata – Rata Pendapatan :
[ ] <Rp. 1.000.000 [ ] Rp. 1.000.001 – Rp. 2.499.000
[ ] Rp. 2.500.00 – Rp. 4.999.000 [ ] Rp. 5.000.000 – Rp. 9.999.000
[ ] >Rp. 10.000.000
II. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian
Tahap Pengenalan Kebutuhan
1. Apa alasan utama Anda mengkonsumsi kopi instan merek tersebut?
a. Kepraktisan penyajian e. Melihat orang lain membeli
b. Untuk bergadang f. Rasa yang khas
c. Ingin mencoba g. pengaruh teman/keluarga
d. Pengaruh iklan h. Lain-lain, ……………………
2. Manfaat yang Anda cari dengan mengkonsumsi kopi merek tersebut?
a. Sebagai minuman peneman bergadang d. Lain-lain,……………
b. Sebagai minuman selingan
c. Teman minum disaat santai
3. Apa yang Anda rasakan jika tidak mengkonsumsi kopi tersebut?
a. Merasa ada yang kurang
b. Biasa saja
4. Pada saat kapan Anda lebih sering mengkonsumsi kopi tersebut?
a. Pagi hari d. Lain-lain, sebutkan……………………
b. Siang hari
c. Malam hari
Tahap Pencarian Informasi
5. Darimana Anda mengetahui tentang produk kopi tersebut?
a. Keluarga d. Media Elektronik
b. Teman e. Sales
c. Media Cetak f. Lain-lain, sebutkan……………………..
6. Media yang paling mempengaruhi Anda dalam mengkonsumsi kopi?
a. Media Cetak d. Internet
b. Televisi e. Lain-lain, sebutkan……………………..
c. Radio
7. Jika Anda mendengar/melihat promosi tentang kopi tersebut pada media
cetak/elektronik, apa yang menjadi fokus perhatian Anda?
a. Harga d. Kemasan
b. Rasa e. Lain-lain, sebutkan………………………..
c. Isi/berat
Tahap Evaluasi Alternatif
8. Saat Anda membeli kopi, jika terdapat beberapa pilihan. maka yang menjadi dasar
pertimbangan menentukan pilihan Anda terhadap suatu produk kopi instan sachet
adalah?
a. Harga d. Merek
b. Pilihan rasa e. Kemudahan ketersediaan
c. Kemasan f. Lain-lain,…………………………….
9. Menurut Anda, produk kopi yang bermutu dapat dilihat dari?
a. Rasa d. Komposisi
37
Lanjutan Lampiran 1
b. Aroma e. Merek terkenal
c. Kekentalan f. Lain-lain,………………………………
Tahap Proses Pembelian
10. Alasan Anda mengkonsumsi kopi tersebut?
a. Harga yang terjangkau d. Pengaruh iklan
b. Rasanya cocok e. Pengaruh Teman
c. Mudah didapat f. Pengaruh Keluarga
d. Untuk teman bergadang g. Lain-lain,…………………………..
11. Dimana biasanya Anda membeli?
a. Supermarket c. Pedagang grosir
b. Warung d. Lain-lain,……………………………
12. Berapa jumlah rataan (sachet) yang dikonsumsi per minggu?
a. 1-3 sachet c. 8-12 sachet
b. 4-7 sachet d. > 12 sachet
13. Jika ada merek kopi lain mengadakan promosi (diskon, potongan harga, dan undian
berhadiah), maka Anda?
a. Beralih ke merek lain
b. Tidak terpengaruh dan tidak beralih
14. Bagaimana pengaruh keluarga saat Anda membeli kopi tersebut?
a. Meminta Anda membeli c. Tidak berkomentar
b. Membujuk Anda membeli d. Lain-lain,………………….
15. Bagaimana pengaruh teman saat Anda membeli kopi tersebut?
a. Meminta Anda membeli c. Tidak berkomentar
b. Membujuk Anda membeli d. Lain-lain,………………….
Tahap Perilaku Pascapembelian
16. Apakah Anda merasa puas setelah mengkonsumsi kopi tersebut?
a. Puas b. Biasa saja c. Tidak puas
17. Jika kopi yang Anda sering konsumsi tidak tersedia, apa yang akan Anda lakukan?
a. Membeli merek lain yang tersedia c. Mencari ketempat lain
b. Tidak jadi membeli d. Lain-lain,…………….
18. Jika harga kopi yang sering Anda konsumsi naik, maka Anda?
a. Akan tetap membeli
b. Tidak membeli
c. Membeli kopi yang lebih murah
19. Apakah anda akan mempromosikan produk kopi yang anda konsumsi ke orang lain?
a. iya.
b. tidak
38
Lanjutan Lampiran 1
III. Pengukuran Atribut (Faktor-faktor tingkat kepentingan yang mempengaruhi
konsumen)
Pertanyaan : Menurut Anda, seberapa penting faktor-faktor ini mempengaruhi
keputusan pembelian kopi instan sachet.
Petunjuk : Berilah tanda checklist () pada table dibawah ini yang sesuai dengan
pilihan anda.
Keterangan :
5 : Sangat Penting 2 : Tidak Penting
4 : Penting 1 : Sangat Tidak Penting
3 : Cukup
No. Atribut-atribut Tingkat Kepentingan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Rasa
2 Aroma
3 Warna
4 Variasi Produk
5 Kekentalan
6 Merek
7 Isi bersih
8 Kemasan
9 Expire date
10 Label Halal
11 Harga
12 Kemudahan
Mendapatkan
13 Periklanan
14 Promosi Penjualan
Menurut Anda, selain atribut di atas, apakah ada atribut lain yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan dalam membeli dan mengkonsumsi kopi instan sachet?
a. Ya, sebutkan………………………………..
b. Tidak.
39
Lanjutan Lampiran 1
Petunjuk : Beri tanda Checklist () pada skala evaluasi 5 angka berjajar dari 1 sampai 5 sesuai keterangan atribut
produk yang tersedia, terhadap beberapa merek kopi. Pengisian dilakukan berdasarkan pendapat (persepsi)
yang dirasakan setelah mengkonsumsinya.
Keterangan :
Skala : 1 = Sangat Tidak 3 = Cukup 5 = Sangat
2 = Tidak 4 = (sesuai ket. atribut)
Atribut Produk Kapal Api Kopi ABC
Kopi
Torabika Luwak TOP
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Rasa (Enak)
Aroma (Harum/wangi)
Warna (Menarik)
Variasi Produk (Banyak)
Kekentalan (Kental)
Merek (Populer)
Isi bersih (Banyak)
Kemasan (Menarik)
Expire date (Masih Lama)
Label Halal (Terlihat dan
dtemukan)
Harga (Murah)
Kemudahan Mendapatkan(Mudah
diperoleh)
Periklanan (Gencar)
Promosi Penjualan (Sering
Mengadakan)
39
40
Lanjutan Lampiran 1
Petunjuk : Beri tanda Checklist () pada skala evaluasi 5 angka berjajar dari 1 sampai 5 sesuai keterangan atribut
produk yang tersedia, terhadap beberapa merek kopi. Pengisian dilakukan berdasarkan pendapat (persepsi)
yang dirasakan setelah mengkonsumsinya.
Keterangan :
Skala : 1 = Sangat Tidak 3 = Cukup 5 = Sangat
2 = Tidak 4 = (sesuai ket. atribut)
Atribut Produk Indocafe Nescafe Good Day Kopiko
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Rasa (Enak)
Aroma (Harum/wangi)
Warna (Menarik)
Variasi Produk (Banyak)
Kekentalan (Kental)
Merek (Populer)
Isi bersih (Banyak)
Kemasan (Menarik)
Expire date (Masih Lama)
Label Halal (Terlihat dan
dtemukan)
Harga (Murah)
Kemudahan Mendapatkan(Mudah
diperoleh)
Periklanan (Gencar)
Promosi Penjualan (Sering
Mengadakan)
40
41
Lampiran 2 Validasi dan realibility
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
N of Items
.917 .918 14
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Valid/Tidak
Rasa 45.1000 124.300 .506 Valid
Aroma 45.4333 122.461 .538 Valid
Warna 46.3667 116.240 .826 Valid
Var.Produk 46.3667 119.895 .582 Valid
Kekentalan 46.2000 119.614 .770 Valid
Merek 46.4667 121.637 .597 Valid
Isi.Bersih 46.5000 116.810 .634 Valid
Kemasan 46.1000 119.886 .588 Valid
Expire.Date 45.3667 123.826 .460 Valid
Label.Halal 45.4667 116.395 .686 Valid
Harga 46.4333 124.047 .523 Valid
Pro.Pnjualan 46.2333 119.220 .675 Valid
Kmudhn.Mendptkan 45.8667 115.361 .812 Valid
Periklanan 46.0333 116.585 .733 Valid
46
48
42
Lampiran 3 Output analisis faktor
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .806
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 957.508
Df 91
Sig. .000
42
43
Lanjutan Lampiran 3
Communalities
Initial Extraction
Rasa 1.000 .833
Aroma 1.000 .817
Warna 1.000 .625
Variasi Produk 1.000 .537
Kekentalan 1.000 .622
Merek 1.000 .783
Isi Bersih 1.000 .780
Kemasan 1.000 .650
Expire date 1.000 .654
Label Halal 1.000 .696
Harga 1.000 .534
Promosi Penjualan 1.000 .771
Kemudahan Mendapatkan 1.000 .723
Periklanan 1.000 .816
43
44
Lanjutan Lampiran 3
44
45
Lanjutan Lampiran 3
45
46
Lampiran 4 Data ordinal dan data interval biplot
Data Ordinal
Data Interval
46
47
Lampiran 5 Output biplot
Output Faktor 1
Lampiran Faktor 2
48
Lanjutan Lampiran 5
Output Faktor 3
49
Lampiran 6 Output crosstab gender dengan tingkat konsumsi
konsumsi Total
1-3 sachet 4-7 sachet 8-12 sachet > 12 sachet
gender Pria 14 38 9 9 70
Wanita 12 13 4 1 30
Total 26 51 13 10 100
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5.633a 3 .131
Likelihood Ratio 5.832 3 .120
Linear-by-Linear Association 3.940 1 .047
N of Valid Cases 100
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3.00.
Lampiran 7 Output crosstab pendapatan dengan tingkat konsumsi
konsumsi Total
1-3 sachet 4-7 sachet 8-12 sachet > 12 sachet
Pendapatan
<Rp. 1.000.000 12 2 0 1 15
Rp. 1.000.001 -
Rp.2.499.000 7 16 3 2 28
Rp. 2.500.000 -
Rp.4.999.000 6 21 6 2 35
Rp. 5.000.000 -
Rp.9.999.000 1 9 3 5 18
>Rp. 10.000.000 0 3 1 0 4
Total 26 51 13 10 100
50
Lanjutan Lampiran 7
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 37.496a 12 .000
Likelihood Ratio 36.176 12 .000
Linear-by-Linear Association 14.818 1 .000
N of Valid Cases 100
a. 14 cells (70.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .40.
Lampiran 8 Output crosstab pendidikan dengan tingkat konsumsi
konsumsi Total
1-3 sachet 4-7 sachet 8-12 sachet > 12 sachet
didik
SMP 0 0 0 1 1
SMA 8 10 2 3 23
Diploma 14 23 5 3 45
Sarjana 4 17 6 3 30
Pascasarjana 0 1 0 0 1
Total 26 51 13 10 100
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 15.686a 12 .206
Likelihood Ratio 11.934 12 .451
Linear-by-Linear Association .257 1 .612
N of Valid Cases 100
a. 13 cells (65.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .10.
51
Lampiran 9 Output crosstab umur dengan tingkat konsumsi
konsumsi Total
1-3 sachet 4-7 sachet 8-12 sachet > 12 sachet
umur
15 - 20 Tahun 4 0 0 0 4
21 - 30 Tahun 21 39 8 4 72
31 - 40 Tahun 0 9 3 3 15
41 - 50 Tahun 1 3 2 1 7
> 51 Tahun 0 0 0 2 2
Total 26 51 13 10 100
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 39.522a 12 .000
Likelihood Ratio 33.589 12 .001
Linear-by-Linear Association 18.922 1 .000
N of Valid Cases 100
a. 15 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .20.
52
Lampiran 10 Grafik biplot merek dengan 14 variabel
Lampiran 11 Grafik biplot cut-off point