98
i ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh Arif Ludianzah H0306042 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

i

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI

DI KABUPATEN KLATEN

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh

Arif Ludianzah

H0306042

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

ii

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI

DI KABUPATEN KLATEN

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Arif Ludianzah

H0306042

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : 14 Juli 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Dr. Ir. Darsono, M.Si . NIP. 19660611 199103 1 002

Ir. Agustono, M.Si . NIP. 19640801 199003 1 004

Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP NIP. 19480808 197612 2 001

Surakarta, 23 Juli 2010

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

Page 3: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah

SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Permintaan Kedelai

di Kabupaten Klaten”. Skripsi ini sebagai syarat dalam memperoleh gelar Sarjana

Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bantuan dari

semua pihak, baik instansi maupun perorangan. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Darsono, MSi. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah telah

mendampingi dan memberikan ilmu, saran dan masukan selama penyusunan

skripsi ini dan selama masa perkuliahan yang berharga bagi Penulis.

3. Bapak Ir. Agustono, Msi. selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dosen Pembimbing

Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Pendamping yang telah mendampingi

dan memberikan ilmu, saran dan masukan selama penyusunan skripsi ini dan

selama masa perkuliahan yang berharga bagi Penulis.

4. Ibu Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan ilmu, saran dan masukan selama penyusunan skripsi ini dan selama

masa perkuliahan yang berharga bagi Penulis.

5. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapeda Kabupaten Klaten, Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dinas

Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten, Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Klaten dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan bantuan.

Page 4: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

iv

9. Kedua orang tua penulis, Ayahku Suharno dan Ibuku Muryantin yang telah

memberikan doa restu serta dukungan kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

10. Kakakku Luluk Nur Fakhidah dan Bambang Sudibya, dan keponakanku

Nafeeza rayya serta semua keluarga di rumah.

11. Guruku SMA N 7 Pak Agus dan Bu Tutik, terimakasih atas segala ilmu,

nasehat, wejangan, motivasi dan do’a yang sangat berharga bagi penulis.

12. Teman-teman Exs SMA N 7, Yovano, Sigit, Yarsi-Tofan, Tata, Bibie Nurmie,

Andhika dan Sahabat-sahabatku terimakasih atas persahabatan yang begitu

indah dan semangat yang tak ternilai.

13. Penyemangatku, Ambarini Nur Susanti, atas support dan motivasinya.

14. Teman-teman kost Subali: Eky, Ari, Adhi Santoso, Kang Setyawan dan Teman-

teman Soegali 2006 Anang Budi, Bagus, Wahyudi, Danang, Firzadi, Habib,

Lukas, Joko, Hanif, Yoga atas masukkannya dalam penyelelesaian skripsi ini.

15. Teman-teman soegirly 2006, Endang Wiwin, Hervikarani, Erna, Dina, Sauma,

Tomi, Cha-cha, Roma, Vita, Melinda, Ipung, Nina, Mutasi, Amel, Ani, Fika

terima kasih buat kebersamaannya selama ini.

16. Teman-teman senasib-seperjuanganku, mahasiswa Agrobisnis angkatan 2006

terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang akan selalu jadi kenangan

terindah.

17. Teman-temanku mahasiswa Agrobisnis angkatan 2005, 2006, 2007, 2008 dan

2009, dan seluruh teman-teman Fakultas Pertanian UNS terimakasih atas segala

kebersamaannya selama ini.

18. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu

per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon saran dan kritik yang bersifat

membangun demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini berguna bagi penulis pada

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

Page 5: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

LAMPIRAN.................................................................................................... xi

RINGKASAN ................................................................................................. xii

SUMMARY .................................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7 D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 7

II. LANDASAN TEORI ............................................................................... 8

A. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 8 B. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 10

1. Kedelai ............................................................................................ 10 2. Pembudidayaan Kedelai .................................................................. 11 3. Teori Permintaan ............................................................................. 13 4. Kurva Permintaan ........................................................................... 16 5. Elastisitas Permintaan ..................................................................... 17

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ................................................................. 20 D. Hipotesis .............................................................................................. 25 E. Asumsi-asumsi .................................................................................... 26 F. Pembatasan Masalah ......................................................................... 26 G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................. 26

III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 28

A. Metode Dasar Penelitian ................................................................... 28 B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ............................................... 28 C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 29 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 29 E. Metode Analisis Data ........................................................................ 30

Page 6: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

vi

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN .................................... 39

A. Keadaan Alam ..................................................................................... 39 B. Keadaan Penduduk ............................................................................. 43 C. Keadaan Sarana Perekonomian......................................................... 46 D. Keadaan Umum Pertanian ................................................................. 47

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 50 A. Hasil Penelitian.................................................................................... 50

1. Permintaan Kedelai ........................................................................ 50 2. Harga Kedelai ................................................................................ 52 3. Harga Beras .................................................................................... 53 4. Harga Jagung............. .................................................................... 55 5. Harga Telur .................................................................................... 56 6. Pendapatan Penduduk .................................................................... 58 7. Jumlah Penduduk ........................................................................... 60

B. Hasil Analisis Permintaan statis ........................................................ 61 1. Estimasi Fungsi Permintaan ........................................................... 61 2. Pengujian Model ............................................................................ 62 3. Pengujian Asumsi Klasik ............................................................... 66 4. Elastisitas Permintaan .................................................................... 67

C. Hasil Analisis Permintaan Dinamis .................................................... 69 1. Estimasi Fungsi Permintaan ........................................................... 69 2. Pengujian Model ............................................................................ 70 3. Pengujian Asumsi Klasik ............................................................... 73 4. Elastisitas Permintaan .................................................................... 74

D. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 76 1. Harga Kedelai ................................................................................ 78 2. Harga Beras .................................................................................... 79 3. Harga Jagung............. .................................................................... 80 4. Harga Telur .................................................................................... 80 5. Pendapatan Penduduk .................................................................... 81 6. Jumlah Penduduk ........................................................................... 82 7. Jumlah Kedelai Yang Diminta Tahun Sebelumnya (Qdt-1) ............ 83

VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 84 A. Kesimpulan ......................................................................................... 84 B. Saran ................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, Produksi, Konsumsi, dan Impor Kedelai di Indonesia, Tahun 2004-2008 ....................... 3

2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 2004-2008 .............................................. 4

3. Jumlah Produksi, Konsumsi dan Defisit Kedelai di Kabupaten Klaten, 2004-2008. .......................................................................... 5

4. Kandungan Gizi Dalam Tiap 100 Gram Bahan Kedelai ................. 11

5. Interpretasi Elastisitas Pendapatan .................................................. 19

6. Interpretasi Elastisitas Silang .......................................................... 20

7. Rata-rata Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 2004-2008 ................................................................................................. 28

8. Kriteria Elastisitas Permintaan Terhadap Harga ............................. 36

9. Kriteria Elastisitas Permintaan Terhadap Pendapatan ..................... 37

10. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun 2005-2008 .. 42

11. Perkembangan Penduduk Kabupaten KlatenTahun 2004 – 2008 ... 43

12. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2008 .............................................................. 44

13. Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Klaten Tahun 2003-2007 ............................................................................ 46

14. Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Klaten Tahun 2008 47

15. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Klaten Tahun 2008 ........................................................ 48

16. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Tiap Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun2008 ..................................................... 49

17. Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 1993 – 2008 ...... 50

18. Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ........................................................................................ 52

19. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ........................................................................................ 54

20. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ................................................................................................. 55

21. Perkembangan Harga Telur di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ................................................................................................. 58

Page 8: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

viii

22. Perkembangan Pendapatan Penduduk di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ........................................................................................ 59

23. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ........................................................................................ 60

24. Hasil Analisis Varian Variable-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten. ...................... 63

25. Hasil Analisis Uji-t Masing-Masing Variabel Bebas ...................... 63

26. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten . 64

27. Nilai Elastisitas Permintaan kedelai di Kabupaten Klaten .............. 68

28. Hasil Analisis Varian Variable-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten ................................................. 71

29. Hasil Analisis Uji - t Masing-Masing Variabel Bebas ...................... 72

30. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten ... 73

31. Elastisitas Permintaan Kedelai dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang di Kabupaten Klaten .......................................................... 75

Page 9: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kurva Permintaan ............................................................................ 16

2. Pergeseran Kurva Permintaan ......................................................... 16

3. Kerangka Pendekatan Masalah ....................................................... 25

4 Grafik Perkembangan Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ............................................................................ 51

5 Grafik Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ........................................................................................ 53

6 Grafik Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ........................................................................................ 55

7 Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ........................................................................................ 56

8 Grafik Perkembangan Harga telur di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ........................................................................................ 58

9 Grafik Perkembangan Pendapatan Penduduk di Kabupaten Klaten 60

10 Grafik Perkembangan Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ............................................................................ 61

Page 10: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Penelitian ................................................................................ 90

2. Regresi Analisis Permintaan Statis dan Dinamis Kedelai di Kabupaten Klaten ............................................................................ 95

3. Uji Heteroskedastisitas Analisis Permintaan Statis dan Dinamis .. 102

4. Perhitungan Standar Koefisien Regresi Analisis Permintaan Statis dan Dinamis ..................................................................................... 107

5. Surat Ijin Penelitian ......................................................................... 111

6. Peta Kabupaten Klaten .................................................................... 112

7. Gambar Kedelai Lokal dan Impor ................................................... 113

8. Dokumentasi Daerah Penelitian ...................................................... 113

Page 11: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xi

RINGKASAN

Arif Ludianzah. H 0306042. 2010. “ Analisis Permintaan Kedelai Di Kabupaten Klaten”. Skripsi dengan bimbingan Dr. Ir. Darsono, M.Si dan Ir. Agustono, M.Si. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian untuk menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai dan tingkat kepekaan (elastisitas) permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

Metode dasar yang digunakan deskriptif analitis. Pengambilan lokasi penelitian secara purposive di Kabupaten Klaten. Data yang dianalisis merupakan data sekunder (time series) selama 16 tahun (1993-2008). Analisis data menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan fungsi logaritma berganda, untuk memperoleh koefisien elastisitas yang di gunakan dalam model analisis statis dan dinamis.

Hasil analisis data menggunakan metode regresi non linier berganda dengan model yang dispesifikasi cukup baik, dimana model analisis statis nilai R2 sebesar 0,880 yang berarti sebesar 88,0% permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan oleh variabel harga kedelai, harga beras, harga jagung, harga telur pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk, sedangkan sisanya sebesar 12,0% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian seperti selera dan preferensi konsumen konsumen. Berdasarkan uji F variabel harga kedelai, harga beras, harga jagung, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk secara bersama berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Berdasarkan uji t variabel jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 99%, sedangkan harga kedelai dan pendapatan penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 95%. Variabel yang dispesifikasi dalam model dan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten adalah harga beras, harga jagung, dan harga telur. Variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan kedelai adalah jumlah penduduk.

Hasil analisis data untuk model analisis dinamis diperoleh nilai R2 sebesar 0,869 yang berarti sebesar 86,9% permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan oleh variabel permintaan kedelai tahun sebelumnya, harga kedelai, harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk, sedangkan sisanya sebesar 13,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian seperti selera dan preferensi konsumen konsumen. Berdasarkan uji F variabel permintaan kedelai tahun sebelumnya, harga kedelai, harga beras, harga jagung, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk secara bersama berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Berdasarkan uji t variabel harga kedelai dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 95%, sedangkan pendapatan penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi dalam model dan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten adalah permintaan kedelai tahun sebelumnya, harga beras, harga jagung, dan harga telur. Variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan kedelai adalah jumlah penduduk

Page 12: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xii

Elastisitas permintaan untuk model statis berdasarkan elastisitas harga, permintaan kedelai bersifat inelastis. Berdasarkan elastisitas pendapatan, kedelai merupakan barang normal. Sedangkan untuk model analisis dinamis, elastisitas permintaan jangka pendek dan jangka panjang untuk harga kedelai bersifat inelastis dengan nilai sebesar -0,134 dan -0,1595. Artinya perubahan harga kedelai sebesar 1% akan menurunkan permintaan kedelai sebesar -0,134 % dalam jangka pendek dan -0,1595% dalam jangka panjang. Nilai elastisitas permintaan jangka pendek dan jangka panjang untuk pendapatan penduduk bersifat inelastis dengan nilai sebesar 0,094 dan 0,1119. Artinya perubahan pendapatan penduduk sebesar 1% akan menaikkan permintaan kedelai sebesar 0,094% dalam jangka pendek dan 0,1119 % dalam jangka panjang. Nilai elastisitas permintaan jangka pendek dan jangka panjang untuk jumlah penduduk bersifat elastis dengan nilai sebesar 2,150 dan 2,5595. Artinya perubahan pendapatan penduduk sebesar 1% akan menaikkan permintaan kedelai sebesar 2,150 % dalam jangka pendek dan 2,5595% dalam jangka panjang.

Page 13: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xiii

SUMMARY

Arif Ludianzah. H 0306042. 2010. "Demand Analysis of Soybean In

Klaten Regency." Thesis with the guidance of Dr. Ir. Darsono, M. Si and Ir. Agustono, MSi Faculty of Agriculture, University of Sebelas Maret Surakarta.

The aims are to analyze and identify the factors that affect demand for soybeans and the level of sensitivity (elasticity) demand of soybean in Klaten Regency.

The basic method used descriptive analysis. Intake of study sites in a purposive in Klaten Regency. The data is analyzed secondary data (time series) during 16 years (1993-2008). Data analysis using OLS (Ordinary Least Square) with a double logarithmic function, to obtain the coefficient of elasticity that is in use in static and dynamic analysis model.

Results of data analysis using non-linear regression method with the specified model is good enough, where the static analysis model R2 value of 0,880 which means 88,0% soybean demand in Klaten Regency can be explained by the variable soybean price, the price of rice, corn prices, prices egg income population, and population, while the remaining 12,0% is explained by other variables outside the research consumer tastes and preferences of consumers. Based on F test variable soybean price, the price of rice, corn prices, incomes of the population, and population collectively significant effect on demand for soybeans in Klaten Regency. Based on t test population variable has a significant effect on the demand for soybeans in Klaten Regency at 99% confidence level, while soybean prices and incomes of population had significant effect on demand for soybeans in Klaten Regency at 95% confidence level. Variables specified in the model and no significant effect on soybean demand in Klaten Regency is the price of rice, corn prices, and egg prices. The most influential variables on demand for soybeans is the total population.

Results of data analysis to model the dynamic analysis obtained R2 value of 0,869 which means 86.9% soybean demand in Klaten Regency can be explained by the variable demand for soybeans the previous year, the price of soybeans, rice prices, the price of corn, egg prices, incomes of the population, and number population, while the rest equal to 13,1% explained by other variables such research beyond consumer tastes and preferences of consumers. Based on F test of soybean demand variable to the previous year, soybean prices, the price of rice, corn prices, incomes of the population, and population collectively significant effect on demand for soybeans in Klaten Regency. Based on t test variable soybean price and the number of people significantly affected the demand for soybeans in Klaten Regency at 95% confidence level, whereas the population income significantly affect demand for soybeans in Klaten Regency at 90% confidence level. Variables specified in the model and no significant effect on soybean demand in Klaten Regency is soybean demand the previous year, the price of rice, corn prices, and the price of eggs. The most influential variables on demand for soybeans is the number of residents

Elasticity of demand for the static model based on price elasticity, demand for soybeans is inelastic. Based on the income elasticity, soy is a normal good.

Page 14: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xiv

Whereas for a dynamic analysis model, the elasticity of demand for short-term and long term for soybean prices is inelastic with a value of -0,134 and -0,1595. This means a change of 1% soybean prices will reduce demand for soybeans -0,134% in the short term and -0,1595% in the long term. The elasticity of demand for short-term and long-term residents for revenue is inelastic with a value of 0,094 and 0,1119. This means that changes in population income by 1% would raise soybean demand for 0.094% in the short term and 0,1119% in the long term. The elasticity of demand for short-term and long term for the total population is elastic with a value of 2,150 and 2,5595. This means that changes in population income by 1% would raise soybean demand for 2,150% in the short term and 2,5595% in the long term.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian di suatu negara harus

tercerminkan oleh kemampuan negara tersebut dalam swasembada pangan, atau

paling tidak mencapai ketahanan pangan. Ketahanan pangan pada tataran

nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh

penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak,

aman, dan juga halal, yang didasarkan pada optimasi pemanfaatan dan berbasis

pada keragaman sumberdaya domestik. Salah satu indikator untuk mengukur

ketahanan pangan adalah ketergantungan ketersediaan pangan nasional terhadap

impor (Puslitbangtan, 1995).

Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia telah ditegaskan dalam

Undang-undang No. 7 Tahun 1996 pasal I tentang pangan yang dirumuskan

sebagai usaha mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga,

dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata

serta terjangkau untuk setiap individu (Tambunan, 2008:1).

Permasalahan utama dalam mewujudkan ketahanan pangan di

Indonesia saat ini adalah terkait dengan fakta bahwa pertumbuhan

permintaan komoditi pangan yang lebih cepat daripada pertumbuhan

penyediaanya. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas komoditi pangan

Page 15: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xv

harus dipertahankan. Salah satu komoditi yang harus ditingkatkan

produktivitasnya adalah kedelai. Tanaman kedelai merupakan sumber bahan

pangan nabati, dengan kandungan protein 39% memegang peranan penting

dalam berbagai aspek ekonomi di Indonesia. Di samping itu hasil olahan

kedelai seperti yang diperlukan masyarakat banyak, relatif lebih murah dan

mudah di jangkau. Permintaan kedelai internasional yang meningkat, yang tidak

di ikuti peningkatan produktivitasnya, mengakibatkan harga kedelai

internasional ikut meningkat, sehingga harga kedelai impor juga mengalami

peningkatan. Menurut FAO (2009:838) Kedelai akan menjadi semakin penting

di manfaatkan untuk produksi biofuel dan juga untuk tujuan industri lainnya.

Potensi permintaan kedelai dari pasar energi begitu besar dan memiliki potensi

untuk mengubah dasar-dasar sistem pasar pertanian, ini sudah mulai terjadi di

tahun 2007/2008, total penggunaan biji kedelai untuk produksi biofuel sebesar

11 juta ton atau 10% dari total pemanfaatan biji kedelai. Produksi biofuel global

diperkirakan akan meningkat hampir 90% selama 10 tahun ke depan, mencapai

angka 192 milyar liter pada tahun 2018.

Ketika produksi kedelai domestik tidak mencukupi permintaan akan

kedelai, pemerintah menetapkan kebijakan untuk impor kedelai. Masuknya

kedelai impor ke dalam pasar kedelai nasional, hal tersebut mempengaruhi

perilaku konsumen pasar untuk memilih kedelai impor, karena harganya yang

jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga kedelai lokal. Namun saat

ini, kondisi menjadi terbalik, dimana pasokan kedelai baik domestik maupun

impor sangat menurun. Akibatnya penawaran kedelai domestik tidak mampu

memenuhi permintaan di pasaran, sehingga membuat pemerintah

mengambil kebijakan baru menurunkan bea masuk yang dulunya sebesar 5

- 10% menjadi 0 % pada saat ini, dengan harapan pasokan dalam negeri

mampu memenuhi tingkat kebutuhan akan kedelai (Oktiningtyas, 2009).

Di Indonesia, kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun menunjukkan

peningkatan yang cukup besar, dan diperkirakan pada tahun 2010 ini akan

mencapai 2,79 juta ton (Nasution, 1990). Sedangkan World Bank (1992)

memproyeksikan bahwa pada tahun 2010 kebutuhan kedelai akan mencapai

Page 16: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xvi

4,90 juta ton. Permintaan kedelai yang meningkat tersebut disamping

disebabkan oleh masih tingginya pertambahan jumlah penduduk (1,9%

pertahun), juga akibat meningkatnya pendapatan masyarakat, serta

berkembangnya industri makanan dan pakan ternak yang menggunakan bahan

baku kedelai terutama untuk industri peternakan ayam ras (Puslitbangtan, 1991).

Menurut Amang dan Sawit dalam Sudaryanto (1996), konsumsi kedelai

per kapita per tahun meningkat sekitar 160 persen dalam periode waktu 13

tahun dari tahun 1970 sampai 1993. Konsumsi tahu dan tempe per kapita per

tahun saja meningkat berturut-turut dari 3,4 kg dan 3,9 kg pada tahun 1984

menjadi 3,9 kg dan 4,2 kg pada tahun 1990. Mengingat kemampuan produksi

dalam negeri yang masih rendah, sementara permintaan terhadap kedelai akan

meningkat sekitar 2,92 persen per tahun, maka impor kedelai akan meningkat

dari 1,04 juta ton pada tahun 2000 menjadi 1,22 juta ton pada tahun 2010.

Tanaman kedelai merupakan tanaman yang dibudidayakan di lahan sawah

dan di lahan kering. Sekitar 60% areal pertanaman kedelai terdapat di lahan

sawah dan 40% lainnya di lahan kering. Areal pertanamannya tersebar di

seluruh Indonesia. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan utama di

Indonesia setelah padi dan jagung. Sebagian besar komoditas kedelai

dikonsumsi setelah melalui olahan seperti tempe, tahu, tauco,susu kedelai dan

kecap. Di samping itu, kedelai juga merupakan bahan baku pakan ternak.

Kebutuhan terhadap kedelai yang terus meningkat dari tahun ke tahun, bukan

saja disebabkan karena pertambahan penduduk, tetapi juga karena

meningkatnya konsumsi perkapita dan pertumbuhan peternakan unggas

(Siregar, 2005).

Penurunan produksi kedelai nasional, menyebabkan kebutuhan kedelai

nasional semakin tidak dapat dipenuhi. Apabila diamati, peningkatan volume

dan nilai impor mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini berarti,

produksi dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan akan kedelai.

Sehingga impor yang dilakukan untuk menutup defisit tersebut. Berikut

perkembangan luas panen, produktivitas, produksi kedelai, konsumsi dan

volume impor kedelai nasional.

Page 17: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xvii

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, Produksi, Konsumsi, dan Impor Kedelai di Indonesia, Tahun 2004-2008

Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi Kedelai Konsumsi Impor Ha Kw/Ha Ton Ton Ton

2004 565.155 12,80 723.483 2.299.297 1.575.814 2005 621.541 13,01 808.353 1.243.302 434.949 2006 580.534 12,88 747.611 1.143.815 396.204 2007 459.116 12,91 592.534 2.095.124 1.025.878 2008 549.412 13,17 723.535 2.284.257 940.252

Sumber : Statistika Indonesia, 2008

Sektor pertanian masih menjadi tulang punggung ekonomi di Kabupaten

Klaten, sebagian lahan sawah dan tegalan yang ada di Kabupaten Klaten

digunakan sebagai lahan tanaman kedelai, dimana luasan tanamannya terbesar

pada tahun 2006 mencapai 4.759 Ha. Perkembangan luas panen, produktivitas

dan produksi kedelai di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 2004-2008

Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi Kedelai Ha % Kw/Ha % Ton %

2004 4.105 0,12 15,75 11,13 6.465 23,14 2005 4.109 0,10 13,72 -12,89 5.636 -12,82 2006 4.759 15,82 16,35 19,17 7.780 38 ,04 2007 3.991 -16,14 10,21 -37,55 4.074 -47,64 2008 4.128 3,43 16,47 61,31 6.797 66,84

Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 2008

Tabel 2 menyatakan bahwa, produksi kedelai di Kabupaten Klaten selama

lima tahun terakhir berfluktuatif dan cenderung mengalami peningkatan.

Produksi kedelai terbesar terjadi pada tahun 2006 sebesar 7.780 ton dari luas

panen 4.759 Ha. Selanjutnya produksi kedelai pada tahun-tahun berikutnya

terus mengalami penurunan. Pada tahun 2007 produksi kedelai mengalami

penurunan drastis, yaitu hanya sebesar 4.074 ton. Hal ini terjadi karena beberapa

faktor, diantaranya petani beralih pada komoditas pertanian lainnya yang lebih

menguntungkan serta adanya alih fungsi lahan.

Kabupaten Klaten merupakan salah satu daerah yang mengkonsumsi

kedelai, karena selain sebagai bahan pangan kedelai juga di gunakan sebagai

pakan ternak. Perkembangan usaha kecil/rumah tangga yang menggunakan

Page 18: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xviii

kedelai dan semakin menjamurnya warung-warung yang menjual produk olahan

kedelai seperti tempe, tahu serta produk olahan lainnya, dan meningkatnya

jumlah peternakan serta kebutuhan pakan ternak menyebabkan konsumsi

kedelai menjadi meningkat. Selain itu rata-rata permintaan kedelai tiap tahunnya

selalu bertambah diiringi dengan jumlah penduduk yang juga selalu bertambah.

Kedelai dibutuhkan sebagai bahan pangan sumber protein nabati bagi

manusia dan makin diperlukan dalam berbagai industri olahan makanan yang

berbahan baku kedelai. Pada umumnya permintaan kedelai di Kabupaten Klaten

tiap tahunnya meningkat disertai oleh peningkatan jumlah penduduknya. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji masalah permintaan kedelai di

Kabupaten Klaten terkait dengan faktor-faktor yang berpengaruh serta tingkat

elastisitasnya.

Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Klaten adalah 1.300.494

Jiwa, Sedangkan jumlah kebutuhan kedelai untuk konsumsi masyarakat dan

pakan ternak di Kabupaten Klaten ialah 13.785.236,40 kg/tahun (BPS

Kabupaten Klaten, 2008). Berikut data Jumlah produksi, permintaan, dan

defisit kedelai di Kabupaten Klaten tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel

3.

Tabel 3. Jumlah Produksi, Kebutuhan dan Defisit Kedelai di Kabupaten Klaten, 2004-2008.

Tahun Produksi Kedelai (ton/th)

Kebutuhan (ton/th)

Defisit (ton)

2004 6.465 13.587 - 7.122 2005 5.636 13.632 - 7.996 2006 7.780 13.708 - 5.928 2007 4.074 13.748 - 9.674 2008 6.797 13.785 - 6.988

Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 2008

Tabel 3, dapat dilihat bahwa produksi kedelai di Kabupaten Klaten

berfluktuatif dan cenderung mengalami peningkatan. Disisi lain permintaan

kedelai di Kabupaten Klaten meningkat setiap tahunnya, sehingga ketersediaan

kedelai masih belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk dan

masih terjadi defisit. Semakin meningkatnya permintaan kedelai di Kabupaten

Page 19: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xix

Klaten ini mendorong peneliti untuk menganalisis faktor-faktor apa yang

menyebabkan tingginya tingkat permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

B. Perumusan Masalah

Di Indonesia kedelai merupakan tanaman yang menduduki prioritas ketiga

setelah padi dan jagung. Permintaan pasar dalam negeri untuk komoditi kedelai

yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi atau bahan baku kebutuhan

industri sampai saat ini belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri.

Produksi kedelai dalam negeri mengalami penurunan dan harga ditingkat

internasional naik, hal itu menyebabkan harga produk olahan yang

menggunakan bahan baku dari kedelai seperti tempe, tahu, pakan ternak, dll

melambung, bahkan kedelai sempat menjadi langka dipasaran. Padahal tahu dan

tempe merupakan sumber protein penting yang terjangkau oleh rakyat. Produksi

kedelai dalam negeri yang tidak dapat memenuhi kebutuhan menyebabkan

pemerintah mengambil kebijakan mengimpor kedelai dari berbagai negara

pengekspor kedelai.

Induk Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (INKOPTI), melaporkan

bahwa sampai saat ini, dengan berbagai alasan teknis produksi pasokan kedelai

lokal hanya mampu memenuhi sekitar 10% dari total kebutuhan industri

tempe/tahu Indonesia, sedangkan sisanya harus diimpor (Oktaveri, 2010).

Kedelai merupakan salah satu bahan pangan olahan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan dengan bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya daya beli masyarakat akan produk yang bernilai gizi tinggi sehingga permintaan kedelai diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun yang akan datang. Oleh karena itu masalah pangan terutama kedelai yang terkait dengan penyediaan, distribusi, harga, konsumsi, permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan topik yang menarik untuk dikaji.

Produksi kedelai yang menurun diantaranya di sebabkan oleh menurunnya gairah petani menanam kedelai karena dianggap kurang menguntungkan, produktivitas kedelai masih rendah karena teknologi belum diterapkan secara tepat, lemahnya permodalan petani untuk pengadaan saprodi, dan benih kedelai unggul masih

Page 20: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xx

terbatas. Disisi lain permintaan kedelai di Kabupaten Klaten meningkat setiap tahunnya. Permintaan konsumen terhadap kedelai dipengaruhi oleh banyak hal, seperti harga kedelai itu sendiri, harga barang substitusi dan komplementer, pendapatan konsumen serta jumlah penduduk. Permintaan kedelai tersebut harus diimbangi dengan produksi kedelai agar kebutuhan masyarakat akan kedelai dapat terpenuhi. Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang perlu dibahas berkaitan dengan permintaan kedelai di Kabupaten Klaten antara lain : Faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap permintaan kedelai

di Kabupaten Klaten ?

Bagaimana elastisitas permintaan kedelai di Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

2. Menganalisis elastisitas permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan ilmu

pengetahuan bagi peneliti serta sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan kebijakan pangan terutama yang berkaitan dengan

meningkatkan atau menurunkan permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

3. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai tambahan

informasi, wawasan, dan pengetahuan serta sebagai pembanding untuk

penelitian selanjutnya.

Page 21: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxi

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Listyaningrat (2007:59) yang berjudul Analisis Permintaan

Kedelai di Kota Surakarta diketahui bahwa penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Permintaan Kedelai di Kota

Surakarta serta elastisitas permintaan kedelai di Kota Surakarta. Faktor-faktor

yang mempengaruhi permintaan kedelai di Kota Surakarta antara lain, harga

kedelai, harga beras sebagai barang komplementer, dan pendapatan perkapita.

Berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi (R2) didapatkan nilai sebesar

0,923 yang berarti bahwa variabel-variabel bebas (harga kedelai, harga beras,

jumlah penduduk dan pendapatan perkapita) secara bersama-sama mampu

menjelaskan variabel tak bebas (jumlah permintaan kedelai) sebesar 92,3%.

Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti.

Pada uji F diketahui bahwa variabel yang digunakan secara bersama-sama

mempengaruhi permintaan kedelai di Kabupaten Surakarta pada tingkat

signifikansi 95 %. Uji t menunjukkan bahwa variabel bebas yang signifikan

terhadap permintaan kedelai adalah pendapatan perkapita saja pada tingkat

kepercayaan 95%.

Penelitian Wardino (2001:76-77) yang berjudul Analisis Permintaan

Kedelai di Kabupaten Wonogiri diketahui bahwa penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Kabupaten

Wonogiri serta elastisitas permintaan kedelai di Kabupaten Wonogiri. Faktor-

faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Kabupaten Wonogiri antara

lain, harga kedelai, harga jagung sebagai barang substitusi, harga beras sebagai

barang komplementer dan pendapatan perkapita. Data yang digunakan adalah

data sekunder dan model analisis yang digunakan ada dua yaitu analisis

permintaan statis dan analisis permintaan dinamis. Berdasarkan hasil analisis

Permintaan Statis, koefisien determinasi (R2) didapatkan nilai sebesar 0,828

yang berarti bahwa variabel-variabel bebas (harga kedelai, harga beras, harga

jagung dan pendapatan perkapita) secara bersama-sama mampu menjelaskan

8

Page 22: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxii

variabel tak bebas (jumlah permintaan kedelai) sebesar 82,8%. Sedangkan

sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti.

Berdasarkan analisis permintaan dinamis, koefisien determinasi (R2) yang

didapatkan sebesar 0,831 yang berarti bahwa variabel-variabel bebas secara

bersama-sama mampu menjelaskan variabel tak bebas sebesar 83,1%. Pada uji F

diketahui bahwa variabel yang digunakan secara bersama-sama mempengaruhi

permintaan kedelai di Kabupaten Wonogiri pada tingkat signifikansi 95 %. Uji t

menunjukkan bahwa variabel bebas yang signifikan terhadap permintaan

kedelai adalah pendapatan perkapita saja pada tingkat kepercayaan 95%.

Adapun besarnya elastisitas pendapatan untuk model analisis permintaan statis

adalah 1,39. Sedangkan untuk model analisis permintaan dinamis, besarnya

elastisitas adalah 1,3741 untuk jangka pendek dan 1,5597 untuk jangka panjang.

Tanda elastisitas disini semuanya positif yang menunjukkan bahwa setiap

kenaikan pendapatan 10 % maka jumlah kedelai yang diminta naik sebesar

13,741 % untuk jangka pendek dan 15,597 % untuk jangka panjang.

Berdasarkan hasil penelitian Analisis Permintaan Kedelai di Kabupaten

Wonogiri, menunjukkan bahwa faktor-faktor bebas yang berpengaruh antara

lain harga kedelai, harga jagung sebagai harga barang substitusi, harga beras

sebagai harga komplementer dan pendapatan perkapita. Berdasarkan analisis

tersebut dapat diketahui bahwa melalui uji F, variabel-variabel bebasnya

mempengaruhi secara bersama-sama variabel tak bebasnya (permintaan kedelai

di Kabupaten Wonogiri). Sedangkan melalui uji t, diketahui bahwa variabel

yang paling berpengaruh adalah pendapatan perkapita. Hasil penelitian di atas

menjadi acuan bagi penelitian permintaan kedelai lokal dalam menganalisis

faktor-faktor yang berpengaruh dan faktor yang memberikan pengaruh terbesar

serta elastisitas permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

B. Tinjauan Pustaka

1. Kedelai

Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak rendah, tumbuh

tegak, berdaun lebat, dengan beragam morfologi. Nama botani kedelai yang

Page 23: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxiii

dibudidayakan ialah Glycine max (L) Merrill. Tinggi tanaman berkisar 10-

200 cm, dapat bercabang sedikit atau banyak tergantung kultivar dan

lingkungan hidup. Kultivar berdaun lebar dapat memberikan hasil biji yang

lebih tinggi karena mampu menyerap sinar matahari yang lebih banyak jika

dibandingkan dengan berdaun sempit (Lamina, 1989:5).

Protein, karbohidrat dan lemak adalah zat makanan penting yang

diperlukan dalam jumlah relatif banyak disamping nutrisi mineral lainnya

bagi kehidupan manusia. Di dalam hal ini, kedelai merupakan salah satu dari

sembilan species kacang-kacangan terpenting. Kedelai adalah tanaman yang

dapat memberikan dua dari tiga nutrisi tersebut yaitu protein dan lemak.

Kandungan protein dan lemak dari tanaman ini sekitar 40 % dan 20 %. Di

samping itu tanaman kedelai di Indonesia sudah lama dikenal sebagai

tanaman bahan makanan dan telah diusahakan sejak awal abad ke 20 serta

dapat dijangkau oleh daya beli rakyat dari semua lapisan masyarakat

(Soeprajitno, 1980:7).

Rukmana (1995:11) menjelaskan bahwa kedelai mempunyai peran dan

sumbangan yang besar bagi peyediaan bahan pangan bergizi bagi penduduk

dunia, sehingga disebut sebagai ”Gold from the soil” (Emas yang muncul

dari tanah) dan juga sebagai ”The World Miracle”, karena kandungan

proteinnya kaya akan asam amino. Kandungan gizi kedelai di sajikan dalam

Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Gizi Dalam Tiap 100 Gram Bahan Kedelai

Kandungan gizi Banyaknya dalam 100 Gram

Kedelai Basah Kedelai Kering Kalori Protein Lemak

286,00 kal 30,20 gr 15,60 gr

331,00 kal 34,90 gr 18,10 gr

Page 24: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxiv

Karbohidrat Kalsium Fosfor Zat Besi Vitamin A Vitamin B1 Vitamin C Air Bagian yang dapat dimakan

30,10 gr 196,00 mgr 506,00 mgr

6,90 mgr 95,00 SI 0,93 mgr

0 20,00 gr 100,0 %

34,80 gr 227,00 mgr 585,00 mgr

8,00 mgr 110,00 SI 1,07 mgr

0 10,00 gr

100,00 %

Sumber : Direktorat Gizi Depkes R.I, 2006

Kedelai sebagai bahan makanan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Di

antara jenis kacang-kacangan, kedelai merupakan sumber protein, lemak,

vitamin, mineral dan serat yang paling baik. Lemak kedelai terkandung

beberapa fosfolipida penting, yaitu lesitin, sepalin dan lipositol.

Kedelai sudah diyakini banyak orang untuk penyembuhan penyakit,

seperti diabetes, ginjal, anemia, rematik, diare, hepatitis, dan hipertensi.

Kandungan zat dalam kedelai diyakini cukup berkhasiat untuk

menyembuhkan berbagai penyakit tersebut. Dengan berbagai manfaat dan

khasiatnya itu, sangat disayangkan sampai saat ini negara Indonesia masih

belum dapat memenuhi sendiri kebutuhan akan kedelai (Wisnu, 2006).

2. Pembudidayaan Kedelai

Menurut Darman (1998:8) untuk dapat tumbuh dengan baik, tanaman

kedelai memerlukan tanah yang gembur, cukup lembab dan ketersediaan

hara cukup di dalam tanah. Di lahan sawah, penanaman kedelai setelah

panen dapat dilakukan tanpa pengolahan tanah. Apabila tanah cukup

lembab, bersih dari gulma dan tanggul jerami padi di potong (dibabat)

sampai ke dekat permukaan tanah. Kalau lahan masih tergenang air atau

terlalu becek, perlu dibuat saluran drainase sedalam 25-30 cm di sekeliling

dan dalam petakan dengan jarak 2-3 m antar saluran. Apabila tanahnya

telah mongering dan banyak ditumbuhi gulma, lahan perlu diolah

(minimum) dan diairi sebelum tanam. Di lahan sawah bekas panen palawija,

diperlukan pengolahan tanah minimum 1 kali. Hal ini dimaksudkan untuk

penggemburan tanah dan pengendalian gulma.

Page 25: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxv

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim

tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai

adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih

baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai

dibandingkan iklim lembab. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah

yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk

mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan

antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara

21-340C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-

270C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang

cocok sekitar 300C. Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau

akan lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu

pemasakan biji dan pengeringan hasil. (Anonim, 2009a).

Berdasarkan Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan (1986),

waktu tanam yang tepat ialah permulaan musim hujan. Sedangkan musim

panen hendaknya jatuh pada musim kemarau. Sebaiknya diadakan

pertanaman serentak dalam areal yang luas. Penanaman kedelai sepanjang

tahun tidak dianjurkan.

Menurut Kartasapoetra (1988:17) kebanyakan varietas tanaman ini

baru memberikan hasil setelah berumur antara 3-4 bulan. Panenan sebaiknya

dilakukan apabila 90 % dari kulit buahnya telah berwarna coklat, dalam

kegiatan ini hendaknya diperhatikan usaha pencegahan kehilangan hasil

terutama pada waktu penyabitan tanaman yang ada di lapangan dan saat

perontokan.

3. Permintaan

Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu

pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu dan dalam periode tertentu.

Hukum permintaan mengatakan bahwa untuk barang normal ada hubungan

terbalik antara harga dan kuantitas, yaitu apabila harga naik maka kuantitas

Page 26: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxvi

yang ingin dibeli konsumen akan berkurang. Hukum permintaan hanya

berlaku bila kondisi cateris paribus atau diasumsikan faktor-faktor lain tidak

mengalami perubahan (Putong, 2002:32).

Menurut Sukirno (2005:76) permintaan seseorang atau suatu

masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya

yang terpenting adalah:

a. Harga barang itu sendiri

Semakin rendah harga suatu komoditi, semakin banyak jumlah yang

akan diminta, apabila faktor lain dianggap tetap. Dan sebaliknya naiknya

harga suatu komoditi menyebabkan permintaan terhadap komoditi

tersebut turun.

b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut

Hubungan antara sesuatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya

dapat dibedakan dalam tiga golongan, yaitu : barang pengganti

(substitusi), barang penggenap/pelengkap (komplementer), dan barang

yang tidak mempunyai kaitan sama sekali (barang netral).

1) Barang pengganti

Sesuatu barang dinamakan barang pengganti apabila dapat

menggantikan fungsi dari barang lain secara sempurna. Contohnya

adalah minuman kopi dapat digantikan dengan minuman teh.

Apabila harga barang pengganti murah maka permintaan terhadap

barang yang digantikannya akan turun.

2) Barang pelengkap

Sesuatu barang dinamakan barang pelengkap apabila barang tersebut

selalu digunakan bersama-sama dengan barang-barang yang lain.

Contohnya adalah gula sebagai pelengkap dari minuman kopi atau

teh. Apabila harga barang pelengkap tinggi maka permintaan

terhadap suatu komoditas akan turun.

3) Barang Netral

Page 27: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxvii

Sesuatu barang dikatakan barang netral apabila barang tersebut tidak

mempunyai keterkaitan yang erat dengan barang lain. Contohnya

permintaan akan beras tidak berkaitan dengan permintaan akan buku.

c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat

Perubahan pendapatan akan menimbulkan perubahan dalam

permintaan barang. Berdasarkan sifat perubahan permintaan yang akan

berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai jenis barang dapat

dibedakan menjadi empat golongan : barang inferior, barang esensial,

barang normal, dan barang mewah.

1) Barang Inferior

Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orang-

orang yang berpendapatan rendah. Bila pendapatan naik, permintaan

akan barang inferior tersebut berkurang. Contoh, pada pendapatan

yang sangat rendah orang-orang mengkonsumsi ubi kayu sebagai

makanan pokok. Setelah pendapatannya meningkat dan mampu

membeli beras, maka orang tersebut akan meninggalkan ubi kayu

sebagai makanan pokoknya.

2) Barang Esensial

Barang esensial adalah barang yang sangat penting artinya

dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, yang biasanya berupa

barang kebutuhan pokok seperti beras. Permintaan terhadap barang

ini tidak berubah walaupun pendapatan meningkat.

3) Barang Normal

Sesuatu barang dinamakan barang normal apabila barang

tersebut mengalami kenaikan permintaan sebagai akibat dari

kenaikan pendapatan, misalnya pakaian, sepatu, perabot rumah, dan

berbagai jenis makanan.

4) Barang Mewah

Barang mewah adalah jenis barang yang akan dibeli masyarakat

apabila ia sudah berpendapatan sangat tinggi, misalnya perhiasan,

perabot rumah yang mahal, mobil sedan, dan lainnya.

Page 28: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxviii

d. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat

Sejumlah pendapatan masyarakat yang tertntu besarnya akan

menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila

pendapatan tersebut diubah corak distribusinya.

e. Cita rasa masyarakat

Perubahan cita rasa masyarakat dapat mempengaruhi permintaan

berbagai jenis barang.

f. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk tidak secara langsung berpengaruh terhadap

permintaan suatu barang. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti

dengan perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian akan

semakin banyak orang yang menerima pendapatan dan ini akan

menambah daya beli masyarakat. Dengan penambahan daya beli ini

permintaan terhadap suatu barang akan bertambah.

g. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang.

Ramalan konsumen bahwa harga-harga akan bertambah tinggi pada

masa depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada

masa kini untuk menghemat pengeluaran pada masa yang akan datang.

Menurut Samuelson (2003:54) hubungan antara harga dan kuantitas

yang diminta adalah berbanding terbalik (negatif). Jika harga naik, kuantitas

yang diminta turun, hubungan yang demikian disebut “Hukum Permintaan”.

Kuantitas yang diminta cenderung turun apabila harga naik dapat dijelaskan

oleh dua alasan : Pertama adalah efek substitusi, apabila harga sebuah

barang naik, pembeli akan menggantinya dengan barang serupa lainnya

dengan harga yang lebih murah. Kedua adalah efek pendapatan, apabila

harga naik dan pendapatan tetap maka permintaan turun.

4. Kurva permintaan

Menurut Sukirno (2005:78) Kurva permintaan adalah kurva yang

menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang diminta pada

berbagai tingkat harga. Kurva permintaan pada umumnya menurun dari kiri

Page 29: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxix

atas ke kanan bawah. Hal ini karena adanya hubungan terbalik antara harga

dengan jumlah yang diminta. P (Harga)

Q1 Q2 Q

Gambar 1. Kurva Permintaan

Kurva permintaan akan bergeser kekanan atau kekiri, yaitu seperti

yang ditunjukkan dalam Gambar 2, jika terdapat perubahan-perubahan

terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga.

Sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor

bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan ini akan

menyebabkan kurva permintaan pindah kekanan atau kekiri.

Harga P D2 D D1

A2 A A1

0 Q2 Q Q1 Kuantitas Gambar 2. Pergeseran Kurva Permintaan

5. Elastisitas

Salah satu ukuran derajad kepekaan yang sering digunakan dalam

analisis permintaan adalah elastisitas, yang didefinisikan sebagai persentase

perubahan kuantitas yang diminta sebagai akibat dari perubahan nilai salah

P1

P2

Page 30: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxx

satu variabel yang menentukan permintaan sebesar satu persen. Persamaan

untuk menghitung elastisitas adalah sebagai berikut:

Elastisitas = Xperubahan PersentaseQperubahan Persentase

= X/XQ/Q

DD

= XQDD

x QX

Dimana Q adalah jumlah barang yang diminta, X adalah variabel

dalam fungsi permintaan, dan delta jumlah perubaan variabel tersebut. Oleh

karena itu, setiap variabel independen dalam fungsi permintaan memiliki

satu elastisitas (Arsyad, 2002:135).

Faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan yang

menyebabkan terjadinya perbedaan nilai elastisitasnya yaitu sebagai berikut:

a. Adanya barang substitusi. Bila suatu barang memiliki substitusi, maka

permintaannya cenderung elastis (ED>1)

b. Persentase pendapatan yang digunakan/ jenis barang. Semakin besar

pendapatan yang digunakan untuk mendapatkan barang kebutuhan

pokok, maka permintaan semakin elastis.

c. Jangka waktu analisis/ perkiraan atau pengetahuan konsumen. Dalam

jangka pendek permintaan cenderung tidak elastis karena perubaan yang

terjadi di pasar belum diketahui konsumen.

d. Tersedianya sarana kredit. Bila terdapat fasilitas kredit, maka permintaan

cenderung inelastis atau elastis sempurna.

(Putong, 2002:53).

Menurut Arsyad (1995:46) dalam ilmu ekonomi dikenal tiga

elastisitas permintaan, yaitu:

a. Elastisitas harga

b. Elastisitas pendapatan

c. Elastisitas silang

Dari ketiga jenis elastisitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Elastisitas Harga (Ep)

Page 31: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxxi

Elastisitas harga menunjukkan derajad kepekaan jumlah produk

yang diminta terhadap perubahan harga, cateris paribus. Elastisitas harga

dapat diperoleh dengan cara:

Ep = hargaperubahan Persentase

diminta yang barangjumlah perubahan persentase

= PQDD

x QP

1) Bila Ep > 1, permintaan elastis. Apabila harga naik 1 %, maka

jumlah permintaan akan turun lebih dari 1%, begitu juga sebaliknya.

2) Bila Ep < 1, permintaan inelastis. Apabila harga naik 1 %, maka

jumlah permintaan akan naik kurang dari 1%, begitu juga sebaliknya.

3) Bila Ep = 1, elastisitas tunggal (unitary elasticity). Permintaan suatu

barang tidak terpengaruh oleh perubahan harga.

4) Bila Ep = 0, permintaan inelastis sempurna. Berapapun kenaikan

harga suatu barang mengakibatkan jumlah barang yang diminta tetap.

5) Bila Ep = ~, permintaan elastis sempurna. Kenaikan harga sedikit

saja akan menjatuhkan permintaan barang menjadi 0, dimana

kurvanya berbentuk horizontal .

b. Elastisitas Pendapatan (EI)

Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan kuantitas

suatu barang yang diminta disebabkan oleh perubahan pendapatan

(Income) sebesar 1 persen.

EI= pendapatanperubahan Persentase

diminta yang barangjumlah perubahan persentase

EI = QI

XIQ

IIQQ

DD

=DD

)/()/(

Suatu produk normal yang memiliki koefisien elastisitas

pendapatan bernilai tinggi (biasanya lebih besar dari 1), maka dianggap

sebagai produk normal atau sekunder sedangkan produk normal

koefisien elastisitas pendapatan di bawah satu (0<EI<1) dianggap

sebagai barang primer atau kebutuhan pokok. Interpretasi nilai elastisitas

pendapatan dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 32: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxxii

Tabel 5. Interpretasi Elastisitas Pendapatan

Elastisitas Golongan barang

Interpretasi

Positif EI > 1 0 < EI < 1 Negatif

Barang Normal Barang Elastis Barang Inelastis Inferior

Jumlah yang diminta meningkat begitu pendapatan naik Jumlah yang diminta lebih besar dari proporsi kenaikan pendapatan Jumlah yang diminta lebih kecil dari proporsi kenaikan pendapatan Jumlah barang yang diminta menurun begitu pendapatan naik.

Sumber : Lipsey, 1990: 87

c. Elastisitas silang (Ec)

Elastisitas silang adalah koefisien yang menunjukkan persentase

perubahan permintaan terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan

terhadap harga barang lain. Apabila perubahan harga barang Y

menyebabkan permintaan barang X berubah, maka besarnya elastisitas

silang dapat dihitung dengan rumus:

Ec = Y barang hargaperubahan Persentase

diminta yang X barangjumlah perubahan persentase

Nilai elastisitas silang bisa positif, nol atau negatif. Tanda tersebut

penting untuk menginterpretasikan nilai elastisitas tersebut. Hal ini

seperti yang terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Interpretasi Elastisitas Silang

Elastisitas Golongan barang

Interpretasi

Positif Negatif

Substitusi Komplementer

Kenaikan harga barang substitusi berakibat meningkatnya jumlah yang diminta untuk barang ini (dan untuk barang substitusinya berkurang) Kenaikan harga barang komplementer berakibat turunnya jumlah yang diminta untuk barang ini (juga untuk barang

Page 33: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxxiii

komplemennya)

Sumber : Lipsey, 1990: 85

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa barang substitusi

mempunyai nilai positif > 0, sehingga dalam penggunaannya dapat

mengganti suatu produk dengan fungsi yang sama. Sedangkan

elastisitas < 0 atau negatif menunjukkan barang tersebut adalah barang

komplementer sehingga dalam penggunaannya secara bersama-sama

dengan produk lain.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

1. Estimasi Fungsi Permintaan

Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada suatu barang

ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dianggap dapat

mempengaruhi permintaan seseorang antara lain :

1. Harga barang itu sendiri

2. Harga barang lain

3. Pendapatan konsumen

4. Jumlah penduduk

Untuk mengetahui elastisitas permintaan kedelai terhadap harga

kedelai, harga beras, harga jagung, pendapatan perkapita, jumlah penduduk,

dan konsumsi kedelai tahun sebelumnya, maka di gunakan dua model

analisis yaitu model analisis statis dan model analisis dinamis.

a. Model Analisis Statis

Sudarsono (1991:44), menyatakan bahwa dalam banyak study

empiris atau penelitian tentang permintaan biasanya dipergunakan bentuk

fungsi permintaan yang mempunyai elastisitas konstan. Metode ini

mendasarkan atas anggapan bahwa elastisitas permintaan terhadap

perubahan variabel yang menjadi determinannya selalu tetap. Bentuk

Page 34: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxxiv

fungsinya adalah fungsi kepangkatan dengan menggunakan beberapa

variabel sebagai determinannya, yang dirumuskan sebagai berikut :

Qd = bo. Hxb1 . Hkb2 . Hsb3. Hsb4. Yb5. JPb6. e

Dimana :

Qd = Jumlah permintaan

bo = Konstanta

Hk = Harga barang komplementer

Hs = Harga barang substitusi

Y = Pendapatan riil

JP = Jumlah Penduduk

b1-b6 = koefisien regresi

e = error

Dalam penelitian ini variabel yang dianggap dispesifikasi

permintaan kedelai di Kabupaten Klaten adalah harga kedelai, harga

beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk dan jumlah

penduduk. Sehingga fungsi permintaan yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Qd = bo. X1b1 . X2

b2 . X3b3. X4

b4 .X5b5. X6

b6.e

Fungsi tersebut kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk

logaritma natural sebagai berikut :

Ln Qd = Ln bo + b1 Ln X1+ b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 +

b5 Ln X5 + b6 Ln X6 + e

Dimana :

Qd = Jumlah Permintaan kedelai

bo = Konstanta

X1 = Harga kedelai tahun t (Rp/kg)

X2 = Harga beras tahun t (Rp/kg)

X3 = Harga jagung tahun t (Rp/kg)

X4 = Harga telur tahun t (Rp/kg)

X5 = Pendapatan penduduk klaten pada tahun t (Rp)

X6 = Jumlah penduduk klaten dalam tahun t (jiwa)

b1 – b6 = Koefisien regresi

Page 35: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxxv

e = error

b. Model Analisis Dinamis

Nerlove (1986:61) menyatakan bahwa, untuk mengestimasi fungsi

permintaan kedelai terhadap jumlah penduduk, pendapatan perkapita,

harga kedelai dan harga jagung digunakan model analisis dinamis dengan

analisis regresi berganda dalam logaritma. Model analisis dinamis

digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan jangka panjang (long

run demand function) diestimasi dari fungsi permintaan jangka pendek

(short run demand function) dengan menggunakan model pengestimasian

parsial Nerlove. Permintaan kedelai yang diinginkan pada tahun tertentu

diestimasi dengan fungsi permintaan :

Qdt* = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e ..........(1)

Karena Qdt* tidak dapat diestimasi secara langsung, maka

digunakan hipotesis penyesuaian parsial dengan persamaan sebagai

berikut :

Qdt – Qdt-1 = λ (Qdt* - Qdt-1 ) ...........(2)

Dimana nilai penyesuaian parsial diharapkan berada antara 0 dan 1

(0 <λ < 1), sedangkan Qdt– Qdt-1 adalah perubahan sebenarnya dan Qdt*-

Qdt-1 merupakan perubahan yang diinginkan.

Persamaan tersebut menyebutkan bahwa Perubahan permintaan

sebenarnya Qdt – Qdt-1 dalam suatu periode waktu tertentu `t` adalah

suatu fraksi λ dari perubahan yang diinginkan untuk periode itu. Apabila

λ = 1 berarti perubahan yang diinginkan sama dengan perubahan

sebenarnya atau terjadi penyesuaian seketika dalam periode waktu yang

sama. Apabila λ = 0 berarti tidak terjadi perubahan permintaan atau Qdt =

Qdt-1 dengan berbagai alasan pengaruh waktu seperti yang telah diuraikan

sebelumnya, diharapkan koefisien penyesuaian berada diantara 2 nilai

ekstrem yaitu 0 < λ < 1. Setelah mensubstitusikan persamaan (1)

kedalam persamaan (2), serta memindahkan Qdt-1 dari ruas kiri ke ruas

kanan maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

Page 36: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxxvi

Qdt = λ {b0 + b1 X1+ b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e

- (Qdt-1)} + Qdt-1 ..........(3)

Kemudian tanda dalam kurung dihilangkan dan dilakukan

penyederhanaan peroleh persamaan sebagai berikut :

Qdt = λ b0 + λ b1 X1 +λ b2 X2+λ b3 X3 + λ b4 X4 + λ b5 X5 + λ b6 X6 +

(1 - λ) Qdt-1+ λ e.........4)

Persamaan (4 ) merupakan hasil analisis dinamis short run, yang

dalam fungsi double logaritma dapat ditulis :

Ln Qdt = λ ln bo + b1 λ ln X1+ b2 λ ln X2 + b3 λ ln X3 + b4 λ ln X4 +

b5 λ ln X5 + b6 λ ln X6 + (1 - λ ) ln Qdt-1+ λ e

Keterangan :

Qdt = jumlah permintaan kedelai pada tahun ke-t (kg)

Qdt-1 = jumlah permintaan kedelai pada tahun yang lalu (kg)

X1 = harga kedelai pada tahun ke-t (Rp/kg)

X2 = harga beras tahun t (Rp/kg)

X3 = harga jagung pada tahun ke-t (Rp/kg)

X4 = harga telur tahun t (Rp/kg)

X5 = pendapatan penduduk klaten pada tahun t (Rp)

X6 = jumlah penduduk klaten dalam tahun t (jiwa)

b0 = intersep

b1λ –b6λ = koefisien elastisitas permintaan terhadap perubahan

variabel-variabel yang bersangkutan

λ = koefisien penyesuai (adjustment coefficient), diperoleh

dengan rumus (1-bQdt-1), dimana bQdt-1 koefisien regresi Qdt-1

e = error / kesalahan pengganggu

Kemudian untuk menghitung nilai elastisitas jangka panjang

dilakukan dengan cara membagi koefisien regresi setiap variable dengan

λ (adjustment coefficient), atau ( 䤘 轨 λ世). Model analisis dinamis

dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu

harga kedelai, harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan

penduduk, dan jumlah penduduk terhadap permintaan kedelai dalam

jangka pendek dan dalam jangka panjang dengan menambah variabel lag

Page 37: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxxvii

(Qdt-1), yaitu permintaan kedelai pada tahun lalu sebagai variabel

independen.

2. Konsep Elastisitas

Elastisitas permintaan menggambarkan derajat kepekaan fungsi

permintaan terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel yang

mempengaruhinya. Oleh karena pada dasarnya ada tiga variabel yang

mempengaruhi maka dikenal tiga elastisitas permintaan, yaitu elastisitas

harga (barang sendiri), elastisitas silang (terhadap perubahan harga barang

lain), elastisitas pendapatan (terhadap perubahan pendapatan atau anggaran

belanja).

Kerangka teori pendekatan masalah Analisis Permintaan kedelai di

Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 3.

Permintaan Kedelai Di Kabupaten Klaten

Faktor-faktor Sosial Ekonomi

Page 38: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxxviii

D. Hipotesis

1. Diduga bahwa harga kedelai, harga beras, harga jagung, harga telur,

pendapatan penduduk dan jumlah penduduk berpengaruh terhadap

permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

2. Diduga bahwa kedelai bersifat inelastis, beras merupakan barang

komplementer kedelai ,jagung merupakan barang substitusi kedelai, telur

merupakan barang substitusi kedelai, dan kedelai merupakan barang normal

E. Asumsi-asumsi Dasar

1. Selera dan preferensi konsumen dianggap tetap selama periode penelitian.

2. Faktor lain di luar penelitian yang tidak dimasukkan dalam model tercakup

dalam error.

3. Model analisis yang digunakan berdasarkan pada keadaan pasar dalam

bentuk persaingan sempurna dimana konsumen bersikap dan bertindak

secara rasional serta mempunyai informasi yang lengkap tentang harga.

F. Pembatasan Masalah

Gambar 3. Kerangka Pendekatan Masalah

Variabel : Pendapatan Penduduk

Faktor Penduduk Faktor Harga

Variabel Harga Barang lain: - Harga Beras (komplementer) - Harga Jagung (Substitusi) - Harga Telur (Substitusi) -

Variabel : Harga Kedelai

Estimasi Fungsi Permintaan Kedelai

Elastisitas Permintaan Kedelai

Analisis Permintaan

Kebutuhan Pakan Ternak

Page 39: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xxxix

1. Data yang digunakan adalah data time series mulai dari tahun 1993 sampai

tahun 2008.

2. Permintaan yang dimaksud adalah jumlah kedelai yang dibutuhkan di

Kabupaten Klaten untuk konsumsi dan pakan ternak.

3. Variabel yang mempengaruhi permintaan kedelai di Kabupaten Klaten

dibatasi pada harga kedelai pada tahun t, harga beras pada tahun t, harga

jagung pada tahun t, pendapatan penduduk klaten pada tahun t, dan jumlah

penduduk klaten pada tahun t.

4. Harga kedelai yang di teliti adalah jenis kedelai putih.

5. Harga beras yang diteliti adalah jenis beras IR 64.

6. Harga jagung yang diteliti adalah jenis jagung hibrida.

7. Harga telur yang diteliti adalah jenis telur ayam ras.

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Permintaan kedelai adalah jumlah kedelai yang diminta untuk dikonsumsi

dan jumlah kedelai yang diminta untuk kebutuhan pakan ternak, oleh

masyarakat di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan kg/tahun.

2. Harga kedelai adalah sejumlah uang yang dibayarkan penduduk untuk

mendapatkan satu kilogram kedelai, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.

3. Harga beras adalah sejumlah uang yang dibayarkan penduduk untuk

mendapatkan satu kilogram beras, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.

4. Harga jagung adalah sejumlah uang yang dibayarkan penduduk untuk

mendapatkan satu kilogram jagung, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.

5. Harga telur adalah sejumlah uang yang dibayarkan penduduk untuk

mendapatkan satu kilogram telur, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.

6. Harga sebelum terdeflasi adalah besarnya harga pada tahun yang

bersangkutan.

7. Harga terdeflasi adalah besarnya perubahan harga-harga yang berlaku jika

dibandingkan dengan tahun dasar.

Untuk menghilangkan pengaruh inflasi pada harga, harga dideflasi dengan

Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar (2002 = 100). Harga terdeflasi

dapat dicari dengan rumus berikut ini :

Page 40: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xl

Hx = HtIHKtIHKd

´

Keterangan :

Hx = Harga yang terdeflasi

IHKd = Indeks Harga Konsumen tahun dasar

IHKt = Indeks Harga Konsumen tahun t

Ht = Harga sebelum terdeflasi

Tahun dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah tahun 2002, dengan

pertimbangan pada tahun tersebut kondisi perekonomian Indonesia dalam

keadaan relatif stabil.

8. Jumlah penduduk adalah semua penduduk yang tinggal di Kabupaten Klaten

per tahunnya, dinyatakan dalam satuan jiwa.

9. Pendapatan perkapita yang dimaksud adalah rata-rata pendapatan riil

perkapita penduduk Kabupaten Klaten per tahun yang dinyatakan dalam

rupiah. Pendapatan riil perkapita didapatkan dengan melakukan pendeflasian

terhadap PDRB perkapita tahun yang bersangkutan dengan indeks implisit

tahun dasar (2002 = 100). Tahun dasar yang digunakan pada penelitian ini

adalah tahun 2002, dengan pertimbangan pada tahun tersebut kondisi

perekonomian Indonesia dalam keadaan relatif stabil.

Pendapatan riil penduduk dihitung dengan rumus :

Yt = abtYIHtIRd

´

Keterangan :

Yt = pendapatan penduduk tahun t

IRd = Indeks Implisit PDRB tahun dasar

IHt = Indeks Implisit PDRB tahun t

Yabt = PDRB perkapita sebelum terdeflasi

Page 41: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xli

III. METODOLOGI PENELITIAN

Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu kombinasi dari metode deskriptif dan metode analitis. Metode deskriptif bertujuan memperoleh deskripsi yang terpercaya dan berguna sedangkan Metode analitis bertujuan menguji kebenaran hipotesis. Penelitian deskriptif yang baik merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk penelitian analitis. Penelitian analitis tentulah akhirnya untuk membuat deskripsi baru yang lebih sempurna (Soeratno dan Arsyad, 1995:41)

Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dipilih secara purposive atau secara sengaja, yaitu cara pengambilan daerah lokasi penelitian dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Klaten dengan pertimbangan pertumbuhan permintaan kedelai yang selalu meningkat setiap tahunnya diikuti peningkatan pendapatan penduduk dan jumlah penduduk jika dibandingkan produksinya yang selalu menurun. Peneliti tertarik untuk mengamati dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Melihat potensi kedelai sebagai sumber protein yang dapat di beli dengan harga terjangkau, selain itu kedelai yang juga dapat di manfaatkan sebagai pakan ternak, dan faktor lainnya yang menyebabkan permintaan kedelai di Kabupaten Klaten meningkat setiap tahunnya.

Tabel 7. Rata-rata Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten 2004-2008

Tahun Rata-Rata Permintaan Kedelai

Permintaan Kedelai (kg/th)

Pendapatan penduduk

(Rp)

Jumlah penduduk

(Jiwa)

2004 13.586.931,60 3.107.333,54 1.281.786

2005 13.632.214,80 3.240.821,00 1.286.058

2006 13.708.365,20 3.290.470,00 1.293.242

2007 13.748.062,20 3.392.004,66 1.296.987

2008 13.785.236,40 3.516.704,93 1.300.494

Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2004-2008)

Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan merupakan data sekunder (time series)

Page 42: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xlii

selama 16 tahun dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2008. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian ini. Menurut Supranto (2005:5), data deret waktu (time series) adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu (hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun). Data deret waktu bisa digunakan untuk melihat perkembangan kegiatan tertentu (harga, produksi, dan jumlah penduduk) dan sebagai dasar untuk menarik suatu trend, sehingga bisa digunakan untuk membuat perkiraan-perkiraan yang sangat berguna bagi dasar perencanaan.

Sesuai dengan estimasi yang digunakan untuk menduga beberapa faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten, maka data sekunder yang digunakan meliputi data kebutuhan Kedelai, data perkembangan harga Kedelai, data perkembangan harga Beras, perkembangan harga jagung, data jumlah penduduk, data pendapatan penduduk serta data pendukung lainnya.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari instansi atau lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini. Data dalam penelitian ini diperoleh dari instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian yaitu dari Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, BPS Kabupaten Klaten, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten, dan Dinas Perdagangan dan Peridustrian Kabupaten Klaten.

Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti,

sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai daerah yang diteliti. Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung pada lembaga-lembaga pemerintahan Kabupaten Klaten serta industri-industri yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku produksinya.

2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan petugas instansi atau lembaga

pemerintahan yang terkait dengan penelitian yaitu wawancara dengan petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dinas Ketahanan Kabupaten Klaten, BPS Kabupaten Klaten, dan Dinas Peridustrian dan Kabupaten Klaten.

3. Pencatatan Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yaitu dilakukan dengan pencatatan data yang

ada pada instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian.

Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuadrat terkecil atau OLS yaitu

proses matematis untuk menentukan intersep dan slope garis yang paling tepat yang menghasilkan jumlah kuadrat deviasi atau simpangan yang minimum. Dengan metode ini akan dihasilkan pemerkira yang terbaik, linear, dan memiliki varians yang minimum dalam kelas sebuah pemerkira tanpa bias (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE) (Arsyad, 2008 : 180):

Estimasi Fungsi Permintaan

Estimasi Fungsi Permintaan bertujuan untuk mengetahui elastisitas permintaan kedelai terhadap harga kedelai, harga beras, harga jagung, pendapatan penduduk, jumlah penduduk, dan permintaan kedelai tahun sebelumnya, Model Analisis Permintaan yang digunakan dalam penelitian

Page 43: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xliii

ini ada dua yaitu Model analisis permintaan statis dan model analisis permintaan dinamis. a. Model Analisis Permintaan Statis

Hubungan antara permintaan kedelai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dianalisis dengan analisis regresi non linier berganda dengan model perpangkatan atau eksponensial. Secara matematis model yang digunakan adalah sebagai berikut:

Qd = bo. X1b1 . X2

b2 . X3b3. X4

b4 .X5b5. X6b

6.e Untuk memudahkan penghitungan, maka regresi non linier

berganda ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut : Ln Qd = Ln bo + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 +

b5 Ln X5 + b6 Ln X6 + e

Dimana :

Qd = Jumlah Permintaan kedelai bo = Konstanta X1 = Harga kedelai tahun t (Rp/kg) X2 = Harga beras tahun t (Rp/kg) X3 = Harga jagung tahun t (Rp/kg) X4 = Harga telur tahun t (Rp/kg) X5 = Pendapatan penduduk klaten pada tahun t (Rp) X6 = Jumlah penduduk klaten dalam tahun t (jiwa) b1 – b6 = Koefisien regresi e = error

b. Model Analisis Permintaan Dinamis

Model analisis dinamis digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan jangka panjang (long run demand function) diestimasi dari fungsi permintaan jangka pendek (short run demand function) dengan menggunakan model pengestimasian parsial Nerlove. Permintaan kedelai yang diinginkan pada tahun tertentu diestimasi dengan fungsi permintaan : Qdt* = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e ..........(1)

Karena Qdt* tidak dapat diestimasi secara langsung, maka digunakan hipotesis penyesuaian parsial dengan persamaan sebagai berikut :

Qdt – Qdt-1 = λ (Qdt* - Qdt-1 ) ...........(2) Dimana nilai penyesuaian parsial diharapkan berada antara 0 dan

1 (0 <λ < 1), sedangkan Qdt – Qdt-1 adalah perubahan sebenarnya dan Qdt*- Qdt-1 merupakan perubahan yang diinginkan.

Persamaan tersebut menyebutkan bahwa Perubahan permintaan sebenarnya Qdt – Qdt-1 dalam suatu periode waktu tertentu `t` adalah suatu fraksi λ dari perubahan yang diinginkan untuk periode itu. Apabila λ = 1 berarti perubahan yang diinginkan sama dengan perubahan sebenarnya atau terjadi penyesuaian seketika dalam periode waktu yang sama. Apabila λ = 0 berarti tidak terjadi perubahan

Page 44: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xliv

permintaan atau Qdt = Qdt-1 dengan berbagai alasan pengaruh waktu seperti yang telah diuraikan sebelumnya, diharapkan koefisien penyesuaian berada diantara 2 nilai ekstrem yaitu 0 < λ < 1. Setelah mensubstitusikan persamaan (1) kedalam persamaan (2), serta memindahkan Qdt-1 dari ruas kiri ke ruas kanan maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

Qdt = λ {b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e - (Qdt-1)} + Qdt-1 ..........(3)

Kemudian tanda dalam kurung dihilangkan dan dilakukan penyederhanaan peroleh persamaan sebagai berikut :

Qdt = λ b0 + λ b1 X1 +λ b2 X2+λ b3 X3 + λ b4 X4 + λ b5 X5 + λ b6 X6 + (1 - λ) Qdt-1+ λ e.........4)

Persamaan (4 ) merupakan hasil analisis dinamis short run, yang dalam fungsi double logaritma dapat ditulis :

Ln Qdt = λ ln bo + b1 λ ln X1+ b2 λ ln X2 + b3 λ ln X3 + b4 λ ln X4 + b5 λ ln X5 + b6 λ ln X6 + (1 - λ ) ln Qdt-1+ λ e

Keterangan : Qdt = jumlah permintaan kedelai pada tahun ke-t (kg) Qdt-1 = jumlah permintaan kedelai pada tahun yang lalu (kg) X1 = harga kedelai pada tahun ke-t (Rp/kg) X2 = harga beras tahun t (Rp/kg) X3 = harga jagung pada tahun ke-t (Rp/kg) X4 = Harga telur tahun t (Rp/kg)

X5 = Pendapatan penduduk klaten pada tahun t (Rp)

X6 = Jumlah penduduk klaten dalam tahun t (jiwa)

b0 = intersep b1λ –b6λ = koefisien elastisitas permintaan terhadap perubahan

variabel-variabel yang bersangkutan λ = koefisien penyesuai (adjustment coefficient), diperoleh

dengan rumus (1-bQdt-1), dimana bQdt-1 koefisien regresi Qdt-1 e = error / kesalahan pengganggu

Kemudian untuk menghitung nilai elastisitas jangka panjang dilakukan dengan cara membagi koefisien regresi setiap variabel dengan λ atau ( 䤘 轨

λ柿 ). Analisis dinamis dimaksudkan untuk mengetahui

pengaruh variabel independen yaitu harga kedelai, harga beras, harga jagung harga telur, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk terhadap permintaan kedelai dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang dengan menambah variabel lag (Qdt-1), yaitu konsumsi atau permintaan kedelai pada tahun lalu sebagai variabel independen.

Pengujian Model

Untuk menguji hasil perhitungan agar tidak menghasilkan persamaan

yang bias, maka dilakukan uji statistik dan uji asumsi klasik. Uji statistik

Page 45: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xlv

meliputi uji 2, uji F dan uji t. Sedangkan uji asumsi klasik meliputi uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

a. Uji R2 adjusted ( R 2)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi pengaruh variabel-variabel bebas terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Nilai R 2 ini mempunyai range antara 0 sampai 1 (0 < R 2 ≤ 1). Semakin besar R 2 (mendekati 1) semakin baik hasil regresi tersebut (semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas), dan semakin mendekati 0 maka variabel bebas secara keseluruhan semakin kurang bisa menjelaskan variabel tidak bebas.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah permintaan kedelai pada tingkat signifikansi (a) = 1%, 5%, atau 10%. Hipotesis:

Ho : b1 = b2 ... = b5 = 0 Ha : b1 ≠ b2 ... b5 ≠ 0 (minimal ada satu yang ≠ 0)

Kriteria pengambilan keputusan : 1) Nilai signifikansi < a maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti

variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

2) Nilai signifikansi > a maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti

variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap

permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

c. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebas pada tingkat signifikansi (a) = 1%, 5%, atau 10%. Hipotesis :

Ho : b1 = b2 ... = b5 = 0 Ha : b1 ≠ b2 ... b5 ≠ 0 (minimal ada satu yang ≠ 0)

Kriteria pengambilan keputusan : 1) Nilai signifikansi < a maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel

bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai

di Kabupaten Klaten.

2) Nilai signifikansi > a maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti variabel

bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan

kedelai di Kabupaten Klaten.

Page 46: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xlvi

Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan kedelai, digunakan standard koefisien regresi partial, yang dapat diperoleh dengan rumus :

bi = b x id

d y

Keterangan : bi = Standar koefisien regresi variabel bebas ke-i b = Koefisien regresi variabel bebas ke-i dy = Standar deviasi variabel tak bebas di = Standar deviasi variabel bebas ke-i Nilai koefisien regresi partial yang terbesar merupakan variabel yang

paling berpengaruh terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Uji Asumsi Klasik

Agar hasil koefisien-koefisien regresi yang diperoleh dengan metode OLS (Ordinary Least Square) bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimation), maka beberapa asumsi persamaan regresi linier klasik harus dipenuhi oleh model. a. Non Multikolinieritas (tidak terjadi hubungan di antara variabel bebas)

Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas dapat digunakan pendekatan matriks korelasi, dengan melihat nilai matriks Pearson Correlation (PC). Apabila nilai PC < 0,8 berarti antar variabel bebas tidak terjadi multikolinieritas. Bila terjadi angka korelasi lebih dari 0,8 maka variabel-variabel tersebut perlu dipertimbangkan apakah digunakan atau tidak dalam model (Soekartawi, 1993:107).

b. Tidak terjadi kasus heteroskedatisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan Metode Park dan diagram scatterplot. Apabila dari grafik terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola yang teratur maka hal tersebut menunjukkan bahwa kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama (homoskedastisitas) dan dapat disimpulkan dari model yang diestimasi tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 1997:186).

c. Tidak terjadi autokorelasi Autokorelasi merupakan korelasi antar anggota seri observasi yang

disusun menurut urutan tempat, atau autokorelasi pada dirinya sendiri. Untuk mengujinya dilakukan dengan uji statistik durbin watson. Adapun hipotesis yang digunakan adalah: Ho : tidak ada serial autokorelasi baik positif ataupun negatif

Adapun kriteria adanya autokorelasi adalah sebagai berikut : 1. 1,65 < DW < 2,35 artinya tidak terjadi autokorelasi.

2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW <2,79 artinya tidak dapat

disimpulkan.

Page 47: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xlvii

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 artinya terjadi autokorelasi.

(Sulaiman, 2002:155-156). Elastisitas Permintaan

Untuk menguji tingkat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel yang diteliti digunakan elatisitas harga, elastisitas pendapatan dan elastisitas silang. a. Elastisitas Harga

Elastisitas harga merupakan persentase perubahan barang yang diminta disebabkan oleh perubahan harga. Pada elastisitas permintaan terhadap harga, variabel yang menyebabkan perubahan jumlah kedelai yang diminta adalah harga kedelai itu sendiri.

Εp= (P)kedelaihargaperubahan%

kedelai(Q)permintaanperubahan%

Tabel 8. Kriteria Elastisitas Permintaan Terhadap Harga

Elastisitas Istilah Keterangan Εp = 0 Inelastis

sempurna Jumlah kedelai yang diminta tidak berubah dengan adanya perubahan harga

0< Ep< 1 Inelastis Jumlah kedelai yang diminta berubah dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga

Εp = 1 Unitary elasticity

Jumlah kedelai yang diminta berubah dengan persentase yang sama dengan perubahan harga

1< Ep< ~ Elastis Jumlah kedelai yang diminta berubah dengan persentase yang lebih besar daripada perubahan harga

Εp = ~ Elastis sempurna

Pembeli siap membeli kedelai dengan segala kemampuannya pada beberapa tingkat harga dan tidak sama sekali walaupun dengan harga yang sedikit lebih tinggi

Sumber: Lipsey, 1990:85

b. Elastisitas Pendapatan

Page 48: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xlviii

Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta disebabkan adanya perubahan pendapatan. Pada elastisitas permintaan terhadap pendapatan, variabel yang menyebabkan perubahan jumlah kedelai yang diminta adalah pendapatan perkapita penduduk.

ΕI = pendapatanperubahan%

kedelaipermintaanperubahan%

Tabel 9. Kriteria Elastisitas Permintaan Terhadap Pendapatan

Elastisitas Kriteria Keterangan EI > 0 Barang

Normal jumlah kedelai yang diminta meningkat begitu pendapatan naik

EI > 1 Barang Mewah

jumlah kedelai yang diminta meningkat apabila pendapatan sangat tinggi

EI < 0 Barang Inferior

jumlah kedelai yang diminta menurun begitu pendapatan naik.

Sumber: Lipsey, 1990:87

Berdasarkan teori ekonometrika nilai koefisien regresi variabel jumlah penduduk mempengaruhi teori permintaan, sehingga elastisitas jumlah penduduk masuk dalam kriteria elastisitas pendapatan. Hal ini berkaitan dengan perubahan jumlah pendapatan dipengaruhi oleh peningkatan maupun penurunan jumlah penduduk.

c. Elastisitas Silang

Elastisitas silang adalah persentase perubahan permintaan suatu barang terhadap perubahan harga barang lain. Pada elastisitas permintaan harga silang, variabel yang menyebabkan perubahan jumlah kedelai yang diminta adalah harga beras sebagai barang komplementernya dan jagung sebagai barang substitusi.

Ec = erasbhargaperubahan%kedelaipermintaanperubahan%

Εc = jagunghargaperubahan%

kedelaipermintaanperubahan%

Ec = telurhargaperubahan%

kedelaipermintaanperubahan%

Kriteria elastisitas permintaan silang adalah:

1) Ec positif = Barang substitusi, kenaikan harga jagung

mengakibatkan meningkatnya permintaan kedelai.

2) Ec positif = Barang substitusi, kenaikan harga telur

mengakibatkan meningkatnya permintaan kedelai.

Page 49: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xlix

3) Ec negatif = Barang komplementer, kenaikan harga beras

mengakibatkan turunnya permintaan kedelai.

Fungsi permintaan yang digunakan di atas adalah fungsi permintaan dengan model logaritma berganda. Salah satu ciri menarik dari model logaritma berganda ini adalah bahwa nilai koefisien regresi bi merupakan nilai elastisitasnya. Jadi dengan model ini, nilai elastisitasnya merupakan nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebasnya.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Lokasi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Kabupaten Klaten merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Klaten berada antara

7o32’19”LS sampai 7o48’33”LS dan antara 110o26’14”BT sampai

110o47’51”BT yang berjarak + 113 km dari kota Semarang.

Secara administratif, Kabupaten Klaten memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali

Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DIY)

Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DIY)

Secara administratif Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 Kecamatan

dan 391 desa. Kecamatan dengan jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan

Cawas sebanyak 20 desa, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan

Kalikotes dan Kecamatan Kebonarum masing-masing tujuh desa. Luas

wilayah Kabupaten Klaten keseluruhan seluas 65.556 ha (655,56 km2) atau

seluas 2,104% dari luas Provinsi Jawa Tengah yang luasnya 3.254.412 ha.

2. Topografi

Page 50: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

l

Wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi dan

Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 76-160 m dpl (diatas

permukaan laut) yang terbagi menjadi 3 (tiga) dataran:

a. Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara, meliputi

sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang,

Karangnongko, Jatinom, dan Tulung.

b. Dataran Rendah membujur di tengah, meliputi seluruh wilayah

kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah

merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur. Wilayah

datar ini meliputi wilayah kecamatan Manisrenggo, Klaten Tengah,

Kalikotes, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kebonarum, Wedi,

Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari, Juwiring,

Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom, Polanharjo.

c. Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan, meliputi

sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas dan

Gantiwarno.

Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah daratan rendah,

maka daerah kabupaten klaten merupakan daerah pertanian yang berpotensi,

di samping penghasil kapur, batu kali, dan pasir merapi yang bersumber dari

sungai yang berasal dari lereng gunung merapi. Ketinggian daerah di

Kabupaten Klaten, sekitar 3,72% terletak diantara ketinggian 0-100 meter di

atas permukaan laut. Terbanyak 83,52% terletak diantara ketinggian 100-500

meter diatas permukaan laut, dan sisanya 12,76% terletak diantara

ketinggian 500-2500 meter di atas permukaan laut.

3. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Klaten terdiri dari 5 (lima) macam, meliputi:

a. Litosol, merupakan bahan induk dari kristalin dan batu tulis, ada di

daerah Kecamatan Bayat. Tanah litosol merupakan tanah yang beraneka

sifat dan warnanya, produktivitasnya rendah dan biasanya merupakan

tanah pertanian yang kurang baik atau padang rumput.

Page 51: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

li

b. Regosol Kelabu, merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam

dengan warna putih coklat kekuning-kuningan, coklat atau kelabu.

Produktivitasnya sedang sampai tinggi dan biasanya digunakan untuk

pertanian dan perkebunan. Tanah regosol kelabu berupa bahan induk abu

dan pasir vulkanis intermediant, terdapat di Kecamatan Klaten Tengah,

Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kalikotes, Kebonarum, Trucuk,

Cawas, Pedan, Karangdowo, Ceper, Juwiring Wonosari, Delanggu,

Polanharjo, Tulung, Jatinom, Karanganom, dan Kemalang dan

Jogonalan.

c. Grumusol Kelabu Tua, merupakan tanah yang agak netral berwarna

kelabu sampai hitam, produktivitasnya rendah sampai sedang dan

biasanya untuk pertanian atau perkebunan. Bahan induk tanah grumusol

kelabu tua berupa abu dan pasir vulkan intermediant, terdapat di daerah

Kecamatan Bayat dan Cawas sebelah Selatan.

d. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua, yaitu bahan induk berupa

batu kapur, terdapat di daerah Kecamatan Klaten Selatan dan

Kebonarum.

e. Regosol Coklat Kelabu, bahan induk berupa abu dan pasir vulkan

intermediant, terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Menisrenggo,

Prambanan, Jogonalan, Wedi, Kebonarum dan Karangnongko.

Berbagai jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Klaten akan

berpengaruh terhadap keragaman komoditi pertanian yang diusahakan

masyarakat Kabupaten Klaten. Suatu komoditi pertanian tertentu hanya

dapat tumbuh dengan baik pada kondisi dan jenis tanah tertentu pula.

Sebagian besar wilayah di Kabupaten Klaten memiliki jenis tanah regosol

kelabu yang merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam, dimana

tanah ini memiliki potensi untuk produktivitas yang sedang sampai tinggi

dan biasanya digunakan untuk lahan pertanian dan perkebunan.

4. Keadaan Iklim

Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu tempat tertentu dan

dalam waktu tertentu. Secara langsung dan tidak langsung iklim di suatu

Page 52: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lii

daerah akan mempengaruhi kegiatan di daerah tersebut khususnya kegiatan

di bidang pertanian yang masih sangat tergantung dengan kondisi alam.

Wilayah Kabupaten Klaten memiliki iklim tropis dengan musim hujan

dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun, dengan temperatur

antara 28-30oC dan kecepatan angin rata-rata berkisar 20-25 km/jam.

Kabupaten Klaten mempunyai hari hujan dalam satu tahun dengan rata-rata

di bawah 125 hari dengan curah hujan rata-rata di bawah 2.635 mm per

tahun. Jadi secara umum wilayah di Kabupaten Klaten merupakan wilayah

yang memiliki banyak ketersediaan air yang digunakan untuk sarana irigasi

lahan-lahan pertanian, sehingga akan mendukung untuk usaha dalam bidang

pertanian.

5. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan

Kabupaten Klaten yang memiliki luas lahan total 65.556 ha. Secara

umum penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Klaten dibagi menjadi dua

yaitu penggunaan untuk lahan sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan di

Kabupaten Klaten yang relatif beragam disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun 2005-2008

Penggunaan Lahan Luas (ha)

2005 2006 2007 2008 Lahan Sawah Irigasi Teknis Irigasi ½ Teknis Irigasi Sederhana Tadah Hujan

33.494 19.173 10.455 2.386 1.480

33.467 19.170 10.450 2.633 1.214

33.435 19.670 10.086 2.567 1.112

33.423 19.915 9.778 2.267 1.463

Lahan Kering Pekarangan Tegalan Kolam/Rawa Hutan Negara Lain-lain

32.062 19.920 6.312

201 1.450 4.179

32.089 19.938

6312 201

1.450 4.188

32.121 19.995 6.287

202 1.450 4.187

32.133 20.022 6.272

202 1.450 4.187

Jumlah 65.556

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008

Tabel 10 menyatakan bahwa pada tahun 2008 lahan yang digunakan

untuk lahan sawah seluas 33.423 ha, yang terdiri dari sawah dengan irigasi

teknis seluas 19.915 ha, irigasi ½ teknis seluas 9.778 ha, irigasi sederhana

Page 53: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

liii

seluas 2.267 ha dan sawah tadah hujan seluas 1.463 ha. Luasnya lahan

untuk lahan sawah teririgasi menunjukkan bahwa tanah pertanian di Klaten

subur dan banyak mengembangkan budidaya tanaman bahan makanan yang

berupa padi.

Penggunaan lahan kering di Kabupaten Klaten terdiri dari lahan

pekarangan, lahan tegalan, kolam/rawa, hutan negara dan lainnya.

Berdasarkan jumlah lahan kering yang ada, penggunaan untuk lahan

pekarangan memiliki adalah yang paling luas dan terlihat adanya

kecenderungan meningkat dari tahun 2004-2008, hal ini terjadi akibat

semakin meningkatnya kebutuhan tempat tinggal seiring dengan semakin

meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Klaten. Sedangkan lahan

kering yang digunakan untuk kegiatan pertanian dilakukan pada lahan

tegalan. Berbagai komoditi tanaman pangan seperti padi gogo, kedelai,

jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah cocok untuk lahan tegalan

diusahakan oleh sebagian besar petani di Kabupaten Klaten. Pengembangan

budidaya tanaman pangan tersebut diusahakan terutama untuk memenuhi

kebutuhan pangan masyarakat di daerah Kabupaten Klaten dan apabila ada

kelebihan produksi juga digunakan untuk memenuhi permintaan masyarakat

di luar daerah Kabupaten Klaten.

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk maupun pertumbuhan penduduk perlu untuk

diketahui karena dapat digunakan untuk mengetahui dan memperkirakan

kebutuhan-kebutuhan masyarakat baik berupa kebutuhan akan pangan,

kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Berdasarkan data BPS tahun 2008

kepadatan penduduk di Kabupaten Klaten sebesar 671 jiwa/km2. Laju

pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, jumlah kematian,

dan migrasi yang terjadi di daerah tersebut. Pertumbuhan penduduk

Kabupaten Klaten selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Perkembangan Penduduk Kabupaten Klaten Tahun 2004 – 2008

Page 54: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

liv

Tahun Jumlah Penduduk

(jiwa) Pertumbuhan

penduduk (jiwa) Persentase

Pertumbuhan (%) 2004 2005 2006 2007 2008

1.281.786 1.286.058 1.293.242 1.296.987 1.300.494

4.489 4.272 7.184 3.745 3.507

0,35 0,33 0,56 0,29 0,27

Rata-rata 1.291.713 4.639 0,36

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Tabel 11 menyatakan bahwa rata-rata jumlah penduduk Kabupaten

Klaten tahun 2004 – 2008 adalah sebesar 1.300.494 jiwa. Sedangkan rata-

rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten dari tahun 2004 sampai

tahun 2008 menunjukkan peningkatan sebesar 0,36%. Peningkatan

penduduk tersebut juga akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan-

kebutuhan hidup, khususnya kebutuhan pangan.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut kelompok umur merupakan suatu

bentuk penggolongan penduduk berdasarkan umur sehingga dapat diketahui

jumlah penduduk usia belum produktif, jumlah penduduk usia produktif, dan

jumlah penduduk usia tidak produktif. Berdasarkan umur penduduk dapat

digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu usia belum produktif (0-14

tahun), usia produktif (15-64 tahun), dan usia tidak produktif (> 65 tahun).

Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten pada tahun 2008 adalah sebesar

1.300.494 jiwa yang terdiri dari laki-laki 635.528 jiwa dan perempuan

664.966 jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten berdasarkan umur dan

jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2008

Kelompok Umur (th)

Jenis Kelamin Jumlah

Prosentase (%) Laki-laki Perempuan

0-14 161.744 154.343 316.087 24,30 15-64 422.827 447.570 870.397 66,93 > 65 50.957 63.053 114.010 8,77 Jumlah 635.528 664.966 1.300.494 100,00

Page 55: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lv

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Tabel 12 menyatakan bahwa prosentase penduduk usia produktif

adalah 66,93% lebih banyak daripada prosentase penduduk usia belum

produktif dan usia tidak produktif yaitu sebesar 33,07%. Berdasarkan jumlah

penduduk usia produktif dan jumlah penduduk usia tidak produktif dapat

diketahui Angka Beban Tanggungan (Burden Dependency Ratio). Angka

Beban Tanggungan merupakan angka yang menunjukkan banyaknya

penduduk usia tidak produktif yang harus ditanggung oleh tiap penduduk

usia produktif. Angka Beban Tanggungan dapat dicari dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

BDR = )th6415(

)th65()th140(-R

>R+-Rx 100%

= 870.397

114.010316.087 +x 100%

= 49,41%

Berdasarkan hasil dari perhitungan di atas dapat diketahui besarnya

Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Klaten yaitu sebesar 49,41% yang

berarti setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Klaten harus

menanggung 49 penduduk usia tidak produktif. Sedangkan untuk

mengetahui sex ratio atau perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan

jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Klaten dapat diketahui dengan

rumus sebagai berikut :

A. =SexRatio %100PerempuanPenduduk Jumlah

Laki-LakiPenduduk Jumlah X

B. =SexRatio %100664.966

635.528X

C. = 95,57 %

Berdasarkan perhitungan nilai sex ratio, maka dapat diketahui nilai sex

ratio di Kabupaten Klaten yaitu sebesar 95,57 %, yang artinya setiap 100

orang penduduk perempuan terdapat 96 orang penduduk laki-laki.

Page 56: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lvi

Keadaan penduduk di Kabupaten Klaten yang sebagian besar

merupakan penduduk usia produktif dapat memberikan gambaran akan

kebutuhan pangan yang tinggi karena pada usia-usia produktif umumnya

banyak melakukan kegiatan-kegiatan sehingga diperlukan adanya tenaga

untuk menunjang aktivitas yang dapat diperoleh dari berbagai bahan pangan.

Oleh karena itu, dengan banyaknya penduduk usia produktif makan akan

berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan akan pangan.

3. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 13. Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Klaten Tahun 2003-2007

Tahun SD SLTP SMU / SMK Sarjana Muda Sarjana (S1)

2003 2004 2005 2006 2007

6 3

12 1

17

348 116 66

130 147

9.677 10.178 14.357 11.685 10.921

1.522 2.492 2.252 1.482 1.456

3.363 8.331 4.156 2.464 2.969

Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 2007

Tabel 13 menyatakan bahwa jumlah penduduk pencari kerja menurut

tingkat pendidikan di Kabupaten Klaten dari tahun 2003-2007 sebagian

besar merupakan penduduk dengan tingkat pendidikan SMU/SMK, Sarjana

dan Sarjana Muda. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk sudah sadar akan

pentingnya pendidikan untuk masa depan. Penduduk dengan sumberdaya

manusia yang berkualitas ini sangat diperlukan dalam menunjang

pembangunan daerah di Kabupaten Klaten.

C. Keadaan Sarana Perekonomian

Perkembangan perekonomian di suatu wilayah dapat dilihat dari

ketersediaan sarana perekonomian yang terdapat di wilayah tersebut apakah

sudah memadai atau belum. Sarana-sarana perekonomian tersebut dapat berupa

lembaga-lembaga perekonomian baik yang disediakan pemerintah atau pihak

swasta serta dari swadaya masyarakat setempat. Salah satu sarana yang dapat

Page 57: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lvii

menunjang jalannya perekonomian di suatu daerah adalah pasar, sebab di pasar

inilah terjadi transaksi jual beli barang dan atau jasa. Banyaknya pasar di

Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 14 :

Tabel 14. Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No. Jenis Pasar Jumlah (unit) 1. 2. 3. 4.

Departement Store Pasar Swalayan Pusat Perbelanjaan Pasar Tradisional a. Umum b. Hewan c. Buah d. Sepeda e. Ikan f. Lain-lain /burung

1 5 1

55 12 1 7 0

12 Jumlah 94

Sumber: BPS Kabupaten Klaten

Tabel 14 menunjukkan bahwa sarana perekonomian yang ada di

Kabupaten Klaten sangat memadai. Berbagai jenis pasar ada di Kabupaten

Klaten mulai dari departement store sampai pasar tradisional yang menjual

berbagai jenis barang. Banyaknya jumlah pasar yang tersedia dapat berpengaruh

terhadap pemasaran kedelai karena akan memudahkan produsen untuk menjual

hasil produksinya. Selain itu pada umumnya harga barang-barang di pasar

umum lebih murah dibandingkan di pasar swalayan atau pusat-pusat

perbelanjaan. Oleh karena itu, masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan khususnya bahan pangan lebih memilih untuk membeli di pasar

umum. Dengan semakin mudahnya konsumen untuk mendapatkan kebutuhan

Page 58: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lviii

bahan pangan dengan harga yang terjangkau, maka dapat meningkatkan

permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

D. Keadaan Umum Pertanian

Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman pangan,

perkebunan, perikanan, kehutanan dan peternakan. Komoditas tanaman pangan

yang diusahakan di Kabupaten Klaten diantaranya adalah padi sawah, padi

ladang, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang hijau.

Produksi komoditas pertanian tanaman pangan di Kabupaten Klaten dapat

dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Klaten Tahun 2008

Komoditas Luas Panen (Ha)

Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (ton)

Padi sawah 57.912 62.06 359.389Padi ladang 341 31,45 1.072Jagung 9.839 80,82 79.518Kedelai 4.128 16,47 6.797Ubi kayu 1.873 276,47 51.783Ubi jalar 65 113,93 741Kacang tanah 2.520 9,76 2.460Kacang hijau 194 11,58 225

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, 2008

Tabel 15, menyatakan bahwa padi sawah memiliki produksi terbesar di

ikuti dengan jagung, ubi kayu, kedelai, kacang tanah, padi ladang, dan yang

terakhir adalah kacang hijau. Oleh karena itu Kabupaten Klaten memiliki

produksi beras yang cukup besar untuk mencukupi kebutuhan penduduk.

Produksi kacang hijau paling rendah karena tidak semua wilayah di Kabupaten

Klaten menghasilkan kacang hijau, dari 26 Kecamatan di Kabupaten Klaten

hanya 4 Kecamatan yang menghasilkan kacang hijau, hal ini di karenakan

permintaan akan kacang hijau di Kabupaten Klaten relatif sedikit. Produksi

tanaman pangan terbesar kedua adalah jagung. Sedangkan tanaman pangan

diamati dalam penelitian ini adalah kedelai. Produksi kedelai di Kabupaten

Klaten relatif kurang untuk mencukupi kebutuhan penduduk Kabupaten sendiri,

Page 59: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lix

hal ini dikarenakan kedelai tidak ditanam secara rutin setiap tahunnya, selain itu

kedelai kurang sesuai jika di tanam di iklim tropis. Sehingga lebih jelasnya Luas

panen, produktivitas, dan produksi kedelai tiap kecamatan di Kabupaten Klaten

dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Tiap Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2008

Kecamatan Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (ton)

Prambanan - 0 0 Gantiwarno 2 16,31 3 Wedi 16 16,22 26 Bayat 523 16,55 866 Cawas 2.021 16,21 3.276 Trucuk 822 16,57 1.362 Kalikotes 31 16,95 53 Kebonarum - 0 0 Jogonalan - 0 0 Manisrenggo - 0 0 Karang nongko - 0 0 Ngawen - 0 0 Ceper 109 16,51 180 Pedan 314 17,02 534 Karang dowo 280 17,15 480 Juwiring - 0 0 Wonosari - 0 0 Delanggu - 0 0 Polanharjo - 0 0 karanganom 1 16,51 2 Tulung - 0 0 Jatinom - 0 0 Kemalang - 0 0 Klaten selatan - 0 0 Klaten tengah 7 16,47 12 Klaten utara 2 16,43 3 Total 4.128 16,47 6.797

Page 60: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lx

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008

Berdasarkan Tabel 16 wilayah yang menghasilkan produksi kedelai

terbesar adalah Kecamatan Cawas. Hal ini karena Kecamatan Cawas merupakan

daerah di bawah kaki gunung kidul dengan jenis tanah regosol kelabu,

merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam dengan warna putih coklat

kekuning-kuningan, coklat atau kelabu. Oleh karena itu kecamatan cawas cukup

baik untuk budidaya tanaman pertanian seperti kedelai. Selain itu di daerah

tersebut juga terdapat sumber air yang bermanfaat untuk mengairi lahan

pertanian. Sedangkan beberapa wilayah tidak menghasilkan produksi kedelai,

karena tanaman kedelai tidak mampu tumbuh optimal pada beberapa daerah

tersebut. Hal ini membuat petani beralih ke tanaman pertanian lainnya seperti

padi, jagung, ubi jalar dll.

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data dan hasil analisis dari masing-masing dari variabel yang di teliti

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten

Tingkat permintaan kedelai di Kabupaten Klaten yang dimaksud

adalah jumlah kedelai yang diminta untuk dikonsumsi dan jumlah kedelai

yang diminta untuk kebutuhan pakan ternak, oleh masyarakat

di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan kg/tahun. Besarnya

permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 1993 – 2008

Tahun Konsumsi Kedelai

Kg/th

Perkem-bangan

(%)

Kebutuhan pakan ternak

(kg/th)

Perkem-bangan

(%)

Permintaan Kedelai (Kg)

Perkembangan Permintaan Kedelai(%)

Page 61: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxi

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

9.086.260,00 9.069.220,00 9.197.690,00 9.346.849,75 7.719.460,00

10.064.895,25 8.600.576,75 9.863.258,50

10.928.150,00 11.553.218,00 11.256.998,20 11.324.181,60 11.659.614,80 10.985.365,20 12.322.162,20 12.025.086,40

- -0,19 1,42 1,62

-17,41 30,38

-14,55 14,68 10,80

5,72 -2,56 0,60 2,96

-5,78 12,17 -2,41

2.878.750 2.958.200 2.962.400 3.193.400 3.338.300 1.350.650 2.894.500 1.770.300 1.724.800 1.925.000 2.282.350 2.262.750 1.972.600 2.723.000 1.425.900 1.760.150

- 2,76 0,14 7,80 4,54

-59,54 114,30 -38,84 -2,57 11,61 18,56 -0,86

-12,82 38,04

-47,63 23,44

11.965.010,00 12.027.420,00 12.160.090,00 12.540.249,75 11.057.760,00 11.415.545,25 11.495.076,75 11.633.558,50 12.652.950,00 13.478.218,00 13.539.348,20 13.586.931,60 13.632.214,80 13.708.365,20 13.748.062,20 13.785.236,40

- 0,52 1,10 3,13

-11,82 3,24 0,70 1,20 8,76 6,52 0,45 0,35 0,33 0,56 0,29 0,27

Rata-rata 10.312.686,67 2,51 2.338.940,63 3,74 12.651.627,29 0,98

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten

Tabel 17 menyatakan bahwa permintaan kedelai di Kabupaten Klaten

dari tahun 1993-2008 rata-rata adalah 12.651.627,29 kg/tahun. Sedangkan

untuk rata-rata perkembangan permintaan kedelai di Kabupaten Klaten

mengalami peningkatan sebesar 123.985,95 kg/tahun atau 0,98%. Pada

tahun 1997 terjadi penurunan permintaan kedelai sebesar -11,82 atau

sebesar 1.495.422,35 kg/tahun. Hal ini dikarenakan pada tahun 1997-1998

kondisi perekonomian Indonesia sedang tidak stabil. Pada tahun ini terjadi

krisis ekonomi yang menyebabkan harga barang maupun jasa termasuk

harga pangan mengalami peningkatan sedangkan tingkat pendapatan

masyarakat cenderung tetap, selain itu penyebab lainnya dikarenakan

jumlah produksi kedelai dalam negeri berkurang dan jumlah impor kedelai

pada tahun tersebut mengalami penurunan, sehingga menyebabkan

permintaan akan kedelai dalam negeri mengalami penurunan.

Namun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran

masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan gizi serta kebutuhan akan

pakan ternak yang terus meningkat mempengaruhi peningkatan permintaan

kedelai di Kabupaten Klaten. Hal ini di karenakan kedelai merupakan

sumber protein nabati yang bagus untuk pemenuhan kebutuhan gizi

masyarakat dan olahan kedelai seperti tempe, tahu, susu kedelai dan

sebagainya, merupakan makanan yang akrab dan harganya juga terjangkau

Page 62: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxii

bagi semua kalangan masyarakat. Perkembangan permintaan kedelai di

Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Perkembangan Permintaan Kedelai di Kabupaten

Klaten Tahun 1993-2008 2. Harga Kedelai

Harga kedelai dalam penelitian ini adalah sejumlah uang yang

dibayarkan untuk mendapatkan satu kilogram kedelai. Data mengenai

perkembangan harga kedelai dari tahun 1994-2008 sebelum dan setelah

dideflasi dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

Tahun Harga Sebelum Terdeflasi

(Rp/kg)

Indeks Harga Konsumen

(2002 = 100)

Harga Setelah Terdeflasi

(Rp/kg)

Perkembangan

Harga Setelah Terdeflasi (%)

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

892,85 1.040,25

900,05 1.698,65 3.078,38 3.370,33 2.636,18 3.109,17 2.731,23 3.200,00 3.798,73 4.234,13 4.264,58 4.049,20 7.264,79

29,46 33,29 36,00 39,09 77,34 92,64 83,62 91,00

100,00 103,48 105,90 116,91 135,05 138,36 163,99

3.030,30 3.125,00 2.500,00 4.345,38 3.980,32 3.638,21 3.152,61 3.416,67 2.731,23 3.092,44 3.586,96 3.621,79 3.157,89 2.926,59 4.430,08

- 3,13

-20,00 73,82 -8,40 -8,60

-13,35 8,38

-20,06 13,23 15,99

0,97 -12,81

-7,32 51,37

Rata-rata 3.084,57 3.382,36 5,09 %

500000070000009000000

110000001300000015000000

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Kg

Tahun

Permintaan Kedelai

Page 63: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxiii

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten

Tabel 18 menyatakan bahwa rata-rata perkembangan harga kedelai

dari tahun 1994-2008 meng alami peningkatan sebesar 5,09% dengan

rata-rata harga sebesar Rp3.382,36 per Kg. Pada tahun 1997 harga kedelai

meningkat sebesar 73,82% hal ini dikarenakan adanya krisis moneter yang

menyebabkan harga-harga melambung tinggi. Naiknya harga tersebut juga

berdampak terhadap usahatani kedelai karena harga input meningkat

sehingga harga dari kedelai itu sendiri juga meningkat. Pada tahun 2008

harga kedelai juga mengalami peningkatan yang sangat tajam hal ini

disebabkan adanya pengaruh harga kedelai impor mengalami peningkatan

akibat permintaan kedelai dunia juga meningkat sedangkan produksinya

cenderung tetap. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengimpor

kedelai sehingga ikut terkena imbas peningkatan harga kedelai dunia.

Upaya pemerintah untuk mengatasi kenaikan harga kedelai dunia yang

meningkat tersebut, pemerintah mengambil kebijakan menurunkan bea

masuk kedelai impor menjadi 0%, namun ternyata keadaan yang seperti ini

belum dapat menjadikan harga kedelai dalam negeri turun seperti

tahun sebelumnya. Perkembangan harga kedelai di Kabupaten Klaten dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

3. Harga Beras

0,001000,002000,003000,004000,005000,006000,007000,008000,00

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Rp/

Kg

Tahun

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Page 64: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxiv

Harga beras dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dibayarkan

oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram beras. Harga beras yang

diteliti dalam penelitian adalah beras varietas IR 64. Data mengenai

perkembangan harga beras sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada

Tabel 19.

Tabel 19. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

Tahun Harga Sebelum Terdeflasi

(Rp/kg)

Indeks Harga Konsumen

(2002 = 100)

Harga Setelah Terdeflasi

(Rp/kg)

Perkembangan Harga Setelah Terdeflasi (%)

Page 65: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxv

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

710,42 875,00 859,00 997,50

1.970,83 2.389,58 2.085,42 2.368,75 2.704,17 2.543,75 2.472,92 3.129,17 4.125,00 4.791,67 4.950,00

29,46 33,29 36,00 39,09 77,34 92,64 83,62 91,00

100,00 103,48 105,90 116,91 135,05 138,36 163,99

2.411,15 2.628,57 2.385,98 2.551,74 2.548,27 2.579,51 2.493,95 2.594,21 2.704,17 2.458,25 2.335,06 2.676,63 3.054,54 3.463,21 3.018,51

- 9,02

-9,23 6,95

-0,14 1,23

-3,32 4,02 4,24

-9,09 -5,01 14,63 14,12 13,38

-12,84 Rata-rata 2.464,88 2.660,25 1,86

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten

Harga beras yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah

terdeflasi. Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa harga beras setelah

terdeflasi selama tahun 1994-2008 mengalami perkembangan yang

meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 1,86 % per tahun,

sedangkan rata-rata harga Rp 2.660,25 per kg.

Harga beras mangalami kenaikan tertinggi tarjadi pada tahun 2005

yaitu meningkat sebesar 14,63%. Hal ini disebabkan pada tahun 2005

produksi beras di Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam

negeri, karena permintaan akan beras meningkat sedangkan ketersediaan

beras berkurang maka terjadi kenaikan harga. Langkah-langkah yang di

tempuh pemerintah saat itu dengan melakukan impor beras dan

menggalakkan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian untuk mencapai

swasembada beras. Pada tahun 2008 Indonesia sudah mencapai

swasembada beras, sehingga produksi dan ketersediaan beras dalam negeri

mampu mencukupi kebutuhan penduduk indonesia, perekonomian sudah

mulai membaik dan harga-harga mulai stabil. Perkembangan harga beras di

Kabupaten Klaten di sajikan dalam Gambar 6.

Page 66: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxvi

Gambar 6. Grafik Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

4. Harga Jagung

Harga jagung dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang

dibayarkan untuk mendapatkan satu kilogram jagung. Data mengenai

perkembangan harga jagung dari tahun 1994-2008 sebelum dan setelah

dideflasi dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

Tahun Harga Sebelum Terdeflasi

(Rp/kg)

Indeks Harga

Konsumen

(2002 = 100)

Harga Setelah Terdeflasi

(Rp/kg)

Perkembangan Harga Setelah Terdeflasi (%)

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

335,42 361,25 445,83 480,21

1.020,83 1.075,00 1.066,67 1.266,67 1.316,67 1.206,25 1.402,08 1.477,08 1.833,33 2.283,33 2.650,00

29,46 33,29 36,00 39,09 77,34 92,64 83,62 91,00

100,00 103,48 105,90 116,91 135,05 138,36 163,99

1.138,40 1.085,23 1.238,35 1.228,44 1.319,93 1.160,44 1.275,63 1.387,23 1.316,67 1.165,71 1.323,92 1.263,47 1.357,57 1.650,30 1.615,97

- -4,67 14,11 -0,80 7,45

-12,08 9,93 8,75

-5,09 -11,47 13,57 -4,57 7,45

21,56 -2,08

Rata-rata 1.214,71 1.301,82 2,80 %

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten

0100020003000400050006000

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Tahun

Harga sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Page 67: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxvii

Harga jagung yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah

terdeflasi. Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa harga jagung

setelah terdeflasi selama tahun 1994-2008 mengalami perkembangan yang

menunjukkan kenaikan dengan rata-rata sebesar 2,80% per tahun, sedangkan

rata-rata harga Rp 1.301,82 per kg.

Selain itu harga jagung yang berfluktuatif naik turun ini disebabkan

karena perubahan permintaan, perubahan produksi dan pasokan jagung dari

daerah lain di luar kabupaten Klaten, serta terjadinya perubahan harga di

tingkat distributor. Perkembangan harga jagung di Kabupaten Klaten dapat

dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

5. Harga Telur

Harga telur dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dibayarkan

oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram telur. Data mengenai

perkembangan harga telur dari tahun 1994-2008 sebelum dan setelah

dideflasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

0500

10001500200025003000

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Rp/

Kg

Tahun

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Page 68: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxviii

Tabel 21. Perkembangan Harga Telur di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

Tahun Harga Sebelum Terdeflasi

(Rp/kg)

Indeks Harga Konsumen

(2002 = 100)

Harga Setelah Terdeflasi

(Rp/kg)

Perkemba-ngan

(%)

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

2.015 2.019 2.022 2.040 5.710 6.025 7.642 6.515 6.151 6.935 6.540 6.865 7.530 8.260 9.233

29,46 33,29 36,00 39,09 77,34 92,64 83,62 91,00

100,00 103,48 105,90 116,91 135,05 138,36 163,99

5.757,14 6.118,18 5.616,67 5.230,77 7.824,68 6.139,78 9.097,62 7.159,34 6.151,00 6.701,91 6.169,81 5.867,52 5.442,32 5.609,89 5.629,88

-6,27

-8,20-6,8749,59

-21,5348,17

-21,31-14,08

8,96-7,94-4,90-7,253,080,36

Rata-rata 5.400,81 6.122,66 5,71

Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 1994-2008

Harga telur yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah terdeflasi. Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa harga telur setelah terdeflasi selama tahun 1994-2008 mengalami perkembangan yang meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 5,71% per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp 6.122,66 per kg.

Harga telur yang mangalami kenaikan tertinggi tarjadi pada tahun 1998 yaitu meningkat sebesar 49,59%. Hal ini disebabkan pada tahun 1998 terjadi krisis moneter yang melanda negara Indonesia sehingga menyebabkan harga barang maupun jasa mengalami peningkatan. Sedangkan harga terendah dari telur terjadi pada tahun 1999 dengan penurunan sebesar -21,31%. Hal ini dikarenakan perekonomian sudah mulai membaik dan harga-harga mulai stabil sehingga harga telur menurun.

Harga Telur yang berfluktuatif naik turun ini disebabkan karena perubahan produksi dan pasokan telur dari daerah lain di luar kabupaten Klaten, serta terjadinya perubahan harga ditingkat distributor. Perkembangan harga telur di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 69: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxix

Gambar 8. Grafik Perkembangan Harga Telur di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

6. Pendapatan Penduduk Kabupaten Klaten

Pendapatan penduduk klaten yang dimaksud adalah rata-rata pendapatan riil perkapita masyarakat di Kabupaten Klaten per tahun. Pendapatan riil perkapita didapatkan dengan melakukan pendeflasian terhadap PDRB perkapita tahun yang bersangkutan dengan indeks implisit tahun dasar (2002 = 100). Data mengenai perkembangan pendapatan penduduk sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Perkembangan Pendapatan Penduduk di Kabupaten Klaten, 1994-2008

Tahun Pendapatan Penduduk Sebelum

Dideflasi (Rp)

Indeks Implisit PDRB

(2002=100)

Pendapatan Penduduk Setelah

Dideflasi (Rp)

Perkembangan Pendapatan Setelah

Dideflasi (%)

1994 895.719,31

36,00 2.488.247,43 -

0100020003000400050006000700080009000

10000

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Rp/

Kg

Tahun

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Page 70: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxx

1995 972.613,60

37,20 2.614.412,13 5,07

1996 1.032.930,64

38,73 2.666.935,12 2,01

1997 1.055.812,71

43,55 2.424.480,37 -9,09

1998 932.344,06

69,39 1.343.648,22 -44,58

1999 933.040,23

77,59 1.202.588,39 -10,50

2000 956.415,71

81,55 1.172.854,23 -2,47

2001 2.755.295,68

89,12 3.091.669,30 163,60

2002 2.848.384,33

100,00 2.848.384,33 -7,87

2003 2.974.265,23

105,96 2.345.519,10 -17,65

2004 3.107.333,54

111,72 2.781.457,93 18,59

2005 3.240.821,00

117,01 2.769.695,75 -0,42

2006 3.290.470,00

102,25 3.218.063,57 16,19

2007 3.392.004,66

91,35 3.713.196,12 15,39

2008 3.516.704,93

82,34 4.270.955,71 15,02

Rata-rata 2.094.343,70 2.596.807,18 9,55

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten

Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa pendapatan penduduk di Kabupaten Klaten mengalami peningkatan sebesar 9,55% atau Rp 2.596.807,18 per tahun. Peningkatan pendapatan disebabkan oleh semakin meningkatnya pembangunan yang menyebabkan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kesempatan kerja yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk. Kenaikan pendapatan penduduk yang paling mencolok adalah pada tahun 2001 yaitu sebesar 163,60 %. Peningkatan pendapatan penduduk ini disebabkan karena kegiatan perekonomian di Kabupaten Klaten menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbaikan maupun penambahan jumlah sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh pemerintah untuk memperlancar kegiatan perekonomian misalnya, perbaikan jalan raya, transportasi dan komunikasi, pembangunan pusat pertokoan dan perbelanjaan. Dengan peningkatan sarana dan prasarana tersebut maka akan memperlancar kegiatan-kegiatan perekonomian sehingga dapat mendorong masyarakat untuk membuka usaha maupun pengusaha untuk memperbesar usahanya sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Perkembangan pendapatan masyarakat di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 71: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxi

Gambar 9. Grafik Perkembangan Pendapatan penduduk Kabupaten Klaten

Tahun 1994-2008

7. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah

penduduk yang menetap di Kabupaten Klaten. Data mengenai

perkembangan jumlah penduduk dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2008

dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Perkembangan (%)1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1.202.742 1.216.009 1.223.439 1.228.640 1.234.113 1.242.711 1.257.682 1.265.295 1.271.530 1.277.297 1.281.786 1.286.053 1.293.242 1.296.987 1.300.494

-1,100,610,430,450,701,200,610,490,450,350,330,560,290,27

Rata-rata 1.258.535 0,52

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten

Tabel 23 menyatakan bahwa perkembangan jumlah penduduk di

Kabupaten Klaten menunjukkan peningkatan sebesar 0,52%, sedangkan

50000010000001500000200000025000003000000350000040000004500000

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Rp

Tahun

Pendapatan perkapita Sebelum Terdeflasi Pendapatan perkapita Setelah Terdeflasi

Page 72: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxii

rata-rata jumlah penduduk Kabupaten Klaten adalah 1.258.534,67 jiwa.

Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten selalu mengalami peningkatan.

Peningkatan jumlah penduduk ini disebabkan oleh berbagai hal seperti

adanya kelahiran, peningkatan kesehatan masyarakat sehingga menurunkan

angka kematian, adanya perbaikan keadaan perekonomian di Kabupaten

Klaten dengan tujuan mencari pekerjaan. Perkembangan jumlah penduduk

di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten

Tahun 1 994-2008

B. Analisis Permintaan Statis

1. Estimasi Fungsi Permintaan

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh model fungsi permintaan

kedelai di Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut :

Ln Ù

Qd = – 18,208 – 0,135 Ln X1 – 0,093 Ln X2 – 0,123 Ln X3 -

0,003 LnX4 + 0,103 Ln X5 + 2,548 Ln X6

Fungsi permintaan tersebut kemudian dikembalikan ke bentuk asal

sehingga bentuknya menjadi : Ù

Qd = 1,237.10-8 X1– 0,135. X2

–0,093. X3 -0,123.X4

0,003. X50,103. X6

2,548

Keterangan : Ù

Qd : Permintaan kedelai (Kg/Tahun)

X1 : Harga kedelai (Rp/Kg)

X2 : Harga beras (Rp/Kg)

X3 : Harga jagung (Rp/Kg)

1180000,001200000,001220000,001240000,001260000,001280000,001300000,001320000,00

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008Jiw

a

Tahun

Jumlah Penduduk

Page 73: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxiii

X4 : Harga Telur (Rp/Kg)

X5 : Pendapatan penduduk (Rp/Tahun)

X6 : Jumlah penduduk (Jiwa)

2. Pengujian Model

Untuk menganalisis hubungan antara permintaan kedelai di Kabupaten

Klaten dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan model

regresi linier berganda dalam bentuk fungsi logaritma natural. Agar dapat

memperoleh hasil regresi yang terbaik maka harus memenuhi kriteria

statistik sebagai berikut :

a. Uji R2 Adjusted

Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar sumbangan variable-variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya. Berdasarkan hasil dari analisis diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,880. Hal ini menunjukkan bahwa 88 % permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu harga kedelai, harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk. Sedangkan sisanya sebesar 12% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. misalnya: selera konsumen, cita rasa, preferensi konsumen dll.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang

diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan

kedelai di Kabupaten Klaten. Hasil analisis uji F dapat dilihat pada Tabel

23.

Tabel 24. Hasil Analisis Varian Variable-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten.

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 0,083 6 0,014 18,104 0,000a Residual 0,006 8 0,001 Total 0,089 14

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 2

Page 74: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxiv

Berdasarkan analisis uji F yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai signifikasi sebesar 0.000 dan lebih kecil dari α = 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang diamati yaitu harga kedelai, harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

c. Uji-t

Uji-t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang

diteliti secara individual terhadap permintaan kedelai di Kabupaten

Klaten. Hasil analisis uji - t dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 25. Hasil Analisis Uji-t Masing-Masing Variabel Bebas

Variabel Koefisien regresi t hitung Signifikasi Harga kedelai (X1) -0,135 -2,717 0,026

**

Harga beras (X2) -0,093 -,804 0,444 ns

Harga jagung (X3) -0,123 -1,000 0,347 ns

Harga Telur (X4) -0,003 -,043 0,967 ns

Pendapatan penduduk (X5) 0,103 2,991 0,017**

Jumlah penduduk (X6) 2,548 5,770 0,000***

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 2

Keterangan : *** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 99% ** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 95% ns : tidak signifikan

Tabel 25 menyatakan bahwa variabel harga kedelai dan variabel

pendapatan penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di

Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini ditunjukkan

oleh probabilitas atau nilai signifikansi dari masing-masing variabel

tersebut yang lebih kecil dari nilai α = 0,05 (P < 0,05). Sedangkan

variabel pendapatan penduduk dan jumlah penduduk berpengaruh sangat

nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat

kepercayaan 99%. Hal ini ditunjukkan oleh probabilitas atau nilai

signifikansinya yang lebih kecil dari nilai α = 0,01 (P < 0,01). Variabel

harga beras, harga jagung dan harga telur tidak berpengaruh nyata pada

Page 75: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxv

permintaan kedelai di Kabupaten Klaten, hal ini ditunjukkan oleh nilai

signifikansinya yang lebih besar dari nilai α = 1%, 5%, dan 10%.

d. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh

Untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh dapat

diketahui dari nilai standar koefisien regresi. Semakin besar nilai standar

koefisien regresi maka semakin besar pengaruh variabel bebas tersebut

terhadap permintaan kedelai. Nilai standar koefisien regresi dapat dilihat

pada Tabel 26.

Tabel 26. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten

Variabel Standar Koefisien Regresi Peringkat Jumlah penduduk (X5) 7,99998 1 Harga kedelai (X1) -0,06648 2 Pendapatan penduduk (X4) 0,02128 3

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 4

Tabel 26 menyatakan bahwa variabel jumlah penduduk (X5) memiliki nilai standar koefisien regresi yang terbesar. Hal ini menunjukkan jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Sedangkan variabel yang mempunyai pengaruh paling kecil adalah pendapatan penduduk. Penjelasan mengenai pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap permintaan permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk menggambarkan potensi banyaknya konsumen

yang membeli suatu barang. Oleh karena itu, dengan semakin

meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan juga akan

meningkat khususnya kebutuhan akan pangan karena setiap orang

membutuhkan pangan untuk pertumbuhan dan pemenuhan gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh. Kedelai merupakan salah satu bahan

makanan yang banyak mengandung protein nabati dan dapat

digunakan sebagai lauk pauk dan berbagai olahan lainnya.

Page 76: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxvi

Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, jumlah penduduk

mempunyai pengaruh terbesar dalam kedelai di Kabupaten Klaten.

Hal ini dikarenakan dengan semakin meningkatnya jumlah

penduduk, maka kebutuhan pangan maupun bahan makanan akan

meningkat. Oleh karena itu, jumlah penduduk sangat berpengaruh

terhadap permintaan kedelai. Peningkatan jumlah penduduk berarti

menyebabkan perubahan struktur umur. Pada permintaan kedelai

juga mengalami perubahan karena konsumsi kedelai antara orang

dewasa dengan anak-anak maupun remaja berbeda-beda.

2. Harga Kedelai

Harga merupakan salah satu faktor utama yang sangat

diperhatikan oleh konsumen untuk mengambil keputusan dalam

pembelian suatu barang. Oleh karena itu, apabila di dalam suatu

pasar menjual sejenis barang yang mempunyai manfaat atau

kegunaan yang sama, maka konsumen akan lebih memilih untuk

membeli barang yang harganya lebih murah. Berdasarkan Tabel 25

dapat diketahui bahwa nilai dari standar koefisien regresi variabel

harga kedelai mempunyai urutan kedua dalam mempengaruhi

permintaan kedelai di Kabupaten Klaten

3. Pendapatan Penduduk

Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, pendapatan berada

pada urutan ketiga dalam mempengaruhi permintaan kedelai. Pada

pendapatan yang terbatas biasanya digunakan dahulu untuk

memenuhi kebutuhan pangan pokok yaitu beras. Apabila kebutuhan

pangan pokok tersebut sudah terpenuhi, maka baru digunakan untuk

memenuhi kebutuhan akan bahan makanan lain. Perkonomian

masyarakat di Kabupaten Klaten menunjukkan adanya peningkatan

dan hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan.

Dengan semakin baiknya tingkat pendapatan tersebut, maka

kebutuhan akan bahan makanan yang lain (non beras) dapat

terpenuhi. Dengan terpenuhinya semua kebutuhan pangan pokok

Page 77: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxvii

(beras) dan non pokok, maka pendapatan akan digunakan untuk

memenuhi barang-barang kebutuhan yang lain.

3. Pengujian Asumsi Klasik

Agar koefisien-koefisien regresi yang dihasilkan dengan metode OLS (Ordinary Least Square) bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimated), maka asumsi-asumsi persamaan regresi linier klasik harus dipenuhi oleh model. Uji penyimpangan terhadap asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji deteksi multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Berikut ini adalah hasil pengujian model fungsi permintaan kedelai di Kabupaten Klaten terhadap asumsi klasik :

a. Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan keadaan adanya korelasi antar variabel bebas dalam model regresi. Sedangkan untuk model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel bebas. Oleh karena itu, untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai matrik Pearson Correlation (PC<0,8). Hasil dari analisis diperoleh nilai matrik Pearson Correlation tidak ada yang lebih besar dari 0,8 (nilai matrik Pearson Correlation yang terbesar adalah 0,730). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas di antara variabel-variabel bebas.

b. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana dalam suatu persamaan regresi terdapat hubungan atau korelasi antara kesalahan penggangu. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat diketahui dengan melihat nilai Durbin Watson (D-W). Sedangkan kriteria pengujian yang digunakan adalah :

4. 1,65 < DW < 2,35 artinya tidak terjadi autokorelasi.

5. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW <2,79 artinya tidak dapat

disimpulkan.

6. DW < 1,21 atau DW > 2,79 artinya terjadi autokorelasi.

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui nilai Durbin Watson yaitu sebesar 1,984 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model yang digunakan tidak terjadi autokorelasi karena nilai tersebut berada di antara 1,65 < DW < 2,35

c. Heteroskedastisitas

Page 78: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxviii

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini Uji heteroskedastisitas dilakukan

dengan Uji Park dan diagram scatterplot, dari hasil analisis dengan

menggunakan Uji Park menunjukkan bahwa hasil uji-t tidak signifikan. Ini

berarti bahwa kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama atau

terjadi homoskedastisitas. Oleh karena itu dapat disimpulkan tidak terjadi

heteroskedastisitas dalam model yang digunakan. Dari diagram scatterplot

dapat diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram menyebar dan

tidak membentuk suatu pola tertentu, ini berarti bahwa tidak terjadi

heterokedastisitas.

4. Elastisitas Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif jumlah unit barang

yang dibeli akibat adanya perubahan salah satu faktor yang

mempengaruhinya. Untuk mengetahui nilai elastisitas dari masing-masing

variabel yang mempengaruhi permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten

dapat diketahui dari nilai koefisien regresi masing-masing variabel

penduganya karena salah satu ciri menarik dari model logaritma berganda

adalah nilai koefisien regresi bi menunjukkan nilai elastisitasnya. Hasil

analisis elastisitas permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dapat dilihat

pada Tabel 27.

Tabel 27. Nilai Elastisitas Permintaan kedelai di Kabupaten Klaten

Variabel Nilai elastisitas Harga Pendapatan Harga kedelai (X1) -0,135 Pendapatan penduduk(X4) 0,103 Jumlah penduduk (X5) 2,548

Sumber: Diadopsi dari Lampiran 3

Nilai elastisitas permintaan tersebut dapat dijelaskan berikut ini :

a. Elastisitas Harga (Ep)

Berdasarkan analisis diketahui besarnya elastisitas harga kedelai

sebesar -0, 135. Nilai elastisitas bertanda negatif menunjukkan bahwa

Page 79: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxix

variabel harga kedelai memiliki hubungan yang terbalik dengan

permintaan kedelai, artinya jika harga kedelai naik 1% maka diharapkan

permintaan kedelai akan turun sebesar 0,135%, begitu juga sebaliknya.

Permintaan kedelai bersifat inelastis karena nilai koefisien elastisitasnya

0<Ep<1, yang artinya jumlah kedelai yang diminta berubah dengan

persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga kedelai.

b. Elastisitas Silang(Ec)

Berdasarkan analisis diketahui bahwa besarnya elastisitas silang

dari harga beras, harga jagung dan harga telur tidak dapat dijelaskan,

karena untuk menjelaskan elastisitas permintaan berdasarkan teori

ekonomi khususnya yang berhubungan dengan variabel beras dan

variabel harga jagung berdasarkan uji t parsial variabel-variabel tersebut

tidak mempengaruhi jumlah kedelai yang diminta sementara elastisitas

silang bertitik tolak pada variabel-variabel bebasnya. Berarti

peningkatan maupun penurunan jumlah kedelai yang diminta tidak

dipengaruhi oleh naik turunnya harga beras, harga jagung dan harga

telur melainkan di sebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak di

teliti.

c. Elastisitas Pendapatan

Berdasarkan analisis diketahui besarnya elastisitas pendapatan

penduduk adalah 0,103 yang berarti jika terjadi kenaikan pendapatan

sebesar 1% maka diharapkan jumlah permintaan kedelai bertambah

sebesar 0,103%, begitu juga sebaliknya. Elastisitas pendapatan bertanda

positif kedelai yang diminta meningkat apabila pendapatan naik.

Besarnya elastisitas pendapatan 0<0,103<1 menunjukkan bahwa kedelai

bersifat inelastis yaitu apabila terjadi peningkatan pendapatan maka

jumlah kedelai yang diminta berubah dengan proporsi yang lebih dari

proporsi kenaikan pendapatan.

Variabel independen lainnya yang berpengaruh dalam elastisitas

pendapatan adalah variabel jumlah penduduk dengan memperhatikan

tanda dan besarnya nilai koefisien regresi maka variabel independen

Page 80: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxx

yang berpengaruh terhadap permintaan kedelai adalah sebagai berikut

variabel jumlah penduduk memiliki nilai koefisien regresi sebesar 2,548

yang berarti jika terjadi kenaikan jumlah penduduk sebesar 1% maka

maka diharapkan jumlah permintaan kedelai bertambah sebesar 2,548%,

begitu juga sebaliknya. Jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang

positif terhadap permintaan kedelai dan berpengaruh secara t nyata

pada tingkat kepercayaan 99 %.

C. Analisis Permintaan Dinamis

1. Estimasi Fungsi Analisis Permintaan Dinamis

Analisis permintaan dinamis dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas (permintaan tahun sebelumnya, harga

kedelai, harga beras,harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk, dan

jumlah penduduk) terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten baik

jangka pendek maupun jangka panjang, di lakukan dengan menambah

variabel lag (jumlah permintaan kedelai tahun sebelumnya) sebagai variabel

bebas.

Berdasarkan hasil analisis permintaan dinamis diperoleh model fungsi

permintaan kedelai di Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut :

Ln Ù

Qd = – 15,668 – 0,134 Ln X1 – 0.082 Ln X 2 – 0,096 Ln X3

– 0,029 Ln X4 + 0,94 Ln X5 + 2,150 Ln X6 + 0,160 Ln Qdt-1

Fungsi permintaan tersebut kemudian dikembalikan ke bentuk asal

sehingga bentuknya menjadi :

Ù

Qd = 1,569.10-7.X1– 0,134. X2

–0,082. X30,096. X4

0,029. X50,094. X5

2,150. Qdt-1 0,114

Keterangan :

Qd : Permintaan kedelai (Kg/Tahun)

Qdt-1 : Permintaan kedelai tahun sebelumnya t-1 (Kg/Tahun)

X1 : Harga kedelai (Rp/Kg)

X2 : Harga beras (Rp/Kg)

X3 : Harga jagung (Rp/Kg)

X4 : Harga telur (Rp/Kg)

Page 81: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxxi

X5 : Pendapatan penduduk (Rp/Tahun)

X6 : Jumlah penduduk (Jiwa)

2. Pengujian Model

Untuk menganalisis hubungan antara permintaan kedelai di Kabupaten

Klaten dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan model

regresi non linier berganda dalam bentuk fungsi logaritma natural. Agar

dapat memperoleh hasil regresi yang terbaik maka harus memenuhi kriteria

statistik sebagai berikut :

a. Uji R2 Adjusted

Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar sumbangan variable-variabel bebas secara bersama-sama terhadap variable tidak bebasnya. Berdasarkan hasil dari analisis diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,869. Hal ini menunjukkan bahwa 86,9% permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu harga kedelai, harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk, jumlah penduduk, dan permintaan kedelai tahun sebelumnya. Sedangkan sisanya sebesar 13,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. misalnya: selera konsumen dan preferensi konsumen.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang

diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan

kedelai di Kabupaten Klaten. Hasil analisis uji F dapat dilihat pada

Tabel 28.

Tabel 28. Hasil Analisis Varian Variable-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Regression 0,083 7 0,012 14,222 0,001a Residual 0,006 7 0,001 Total 0,089 14

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 2

Berdasarkan Tabel 28 analisis uji F yang dilakukan dapat diketahui

bahwa signifikasi sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-

Page 82: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxxii

varabel bebas yang diamati yaitu harga kedelai, harga beras, harga

jagung, harga telur, pendapatan penduduk, jumlah penduduk, dan

permintaan kedelai tahun sebelumnya. secara bersama-sama berpengaruh

nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

c. Uji t

Uji - t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang

diteliti secara individual terhadap permintaan kedelai di Kabupaten

Klaten. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Hasil Analisis Uji - t Masing-Masing Variabel Bebas

Variabel Koefisien regresi

t hitung

Signifikasi

Permintaan kedelai tahun sebelumnya v(Qdt-1)

0,160 0,556 0,595 ns

Harga kedelai (X1) -0,134 -2,576 0,037** Harga beras (X2) -0,082 -0,671 0,524 ns Harga jagung (X3) -0,096 -0,693 0,510 ns Harga telur (X4) 0,029 0,281 0,787 ns Pendapatan penduduk (X5) 0,094 2,336 0,052* Jumlah penduduk (X6) 2,150 2,523 0,040**

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 3

Keterangan : *** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 99% ** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 95% * : signifikasi pada tingkat kepercayaan 90% ns : tidak signifikan

Berdasarkan Tabel 29 diketahui bahwa variabel harga kedelai dan

jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di

Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini ditunjukkan

oleh probabilitas atau nilai signifikansi dari masing-masing variabel

tersebut yang lebih kecil dari nilai α = 0,05 (P < 0,05). Sedangkan

Page 83: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxxiii

variabel pendapatan penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan

kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Hal ini

ditunjukkan oleh probabilitas atau nilai signifikansinya yang lebih kecil

dari nilai α = 0,10 (P < 0,10). Variabel harga beras, harga jagung, dan

harga telur tidak berpengaruh nyata pada permintaan kedelai di

Kabupaten Klaten, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansinya yang

lebih besar dari nilai α = 1%, 5%, dan 10%.

d. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh

Untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh dapat

diketahui dari nilai standar koefisien regresi. Semakin besar nilai standar

koefisien regresi maka semakin besar pengaruh variabel bebas tersebut

terhadap permintaan kedelai. Nilai standar koefisien regresi dapat dilihat

pada Tabel 30.

Tabel 30. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten

Variabel Standar Koefisien Regresi Peringkat Jumlah penduduk (X5) 6,75037 1 Harga kedelai (X1) - 0,06599 2 Pendapatan penduduk (X4) 0,01942 3

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 4

Berdasarkan Tabel 30 dapat diketahui bahwa variabel jumlah penduduk (X5) memiliki nilai standar koefisien regresi yang terbesar. Hal ini menunjukkan jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Sedangkan variabel yang mempunyai pengaruh paling kecil adalah pendapatan penduduk.

3. Pengujian Asumsi Klasik

Agar koefisien-koefisien regresi yang dihasilkan dengan metode OLS (Ordinary Least Square) bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimated), maka asumsi-asumsi persamaan regresi linier klasik harus dipenuhi oleh model. Uji penyimpangan terhadap asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji deteksi multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Berikut ini adalah hasil pengujian model fungsi permintaan kedelai di Kabupaten Klaten terhadap asumsi klasik :

a. Multikolinieritas

Page 84: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxxiv

Multikolinieritas merupakan keadaan adanya korelasi antar variabel bebas dalam model regresi. Sedangkan untuk model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel bebas. Oleh karena itu. untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai matrik Pearson Correlation (PC<0,8). Hasil dari analisis diperoleh nilai matrik Pearson Correlation tidak ada yang lebih besar dari 0,8 (nilai matrik Pearson Correlation yang terbesar adalah 0,746). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas di antara variabel-variabel bebas.

b. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana dalam suatu persamaan regeresi terdapat hubungan atau korelasi antara kesalahan penggangu. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat diketahui dengan melihat nilai Durbin Watson (D-W). Sedangkan kriteria pengujian yang digunakan adalah :

1. 1,65 < DW < 2,35 artinya tidak terjadi autokorelasi.

2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW <2,79 artinya tidak dapat

disimpulkan.

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 artinya terjadi autokorelasi.

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui nilai Durbin Watson yaitu sebesar 2,161 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model yang digunakan tidak terjadi autokorelasi karena nilai tersebut berada di antara 1,65 < DW < 2,35.

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji park dan diagram scatterplot. Berdasarkan hasil uji park (lampiran 3) menunjukkan bahwa hasil uji-t tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama atau terjadi homoskedastisitas. Oleh karena itu dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model yang digunakan. Dari diagram scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu, ini berarti bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.

4. Elastisitas Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten

Nilai elastisitas permintaan jangka pendek dari model ini merupakan

nilai koefisien regresi masing-masing variabel penduganya karena salah satu

ciri menarik dari model logaritma berganda adalah nilai koefisien regresi

menunjukkan nilai elastisitasnya. Sedangkan untuk elastistas jangka panjang

di peroleh dengan membagi antara elastisitas jangka pendek dengan

koefisien penyesuaiannya (adjustment coefficient).

Page 85: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxxv

Tabel 31. Elastisitas Permintaan Kedelai dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang di Kabupaten Klaten

Variabel

Elastisitas Jangka Pendek

Elastisitas Jangka Panjang

Harga Kedelai -0,134 -0,1595 Pendapatan penduduk 0,094 0,1119 Jumlah Penduduk 2,150 2,5595

Sumber : Diolah dari Lampiran 2

a. Elastisitas Harga Terhadap Permintaan

Nilai elastisitas harga terhadap permintaan kedelai untuk jangka

pendek sebesar -0,134 dan nilai elastisitas harga terhadap permintaan

kedelai untuk jangka panjang sebesar -0,1595. Angka ini mengandung

pengertian bahwa jika harga kedelai meningkat 1 % maka permintaan

diharapkan akan menurun 0,134% untuk jangka pendek dan permintaan

menurun 0, 1595% untuk jangka panjang. Demikian pula sebaliknya

bila harga kedelai menurun, maka permintaan akan meningkat. Harga

mutlak dari koefisien elastisitas harga kurang dari satu menandakan

bahwa permintaan kedelai bersifat inelastis atau dengan kata lain

kenaikan harga kedelai diikuti oleh penurunan jumlah kedelai yang

diminta dalam jumlah yang lebih kecil.

b. Elastisitas Harga Silang Terhadap Permintaan Berdasarkan analisis diketahui bahwa besarnya elastisitas silang

dari harga beras, harga jagung, dan harga telur tidak dapat dijelaskan

baik jangka pendek maupun jangka panjang, karena variabel harga

beras, harga jagung, dan harga telur berdasarkan uji t parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

Berarti peningkatan maupun penurunan jumlah kedelai yang diminta

tidak dipengaruhi oleh naik turunnya harga harga jagung, dan harga

telur, melainkan di sebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak di

teliti.

c. Elastisitas Pendapatan penduduk dan Jumlah penduduk Terhadap Permintaan

Page 86: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxxvi

Nilai elastisitas pendapatan terhadap permintaan untuk jangka

pendek sebesar 0,094, sedangkan jangka panjang sebesar 0,1119, yang

berarti jika terjadi kenaikan pendapatan sebesar 1% maka diharapkan

jumlah permintaan kedelai bertambah sebesar 0,094% untuk jangka

pendek dan 0,1119 untuk jangka panjang. Nilai elastisitas pendapatan

jangka pendek mapun jangka panjang kurang dari satu menandakan

kedelai merupakan barang normal, artinya perubahan pendapatan atau

jumlah kedelai yang diminta lebih kecil dari proporsi kenaikan

pendapatan.

Elastisitas Permintaan terhadap jumlah penduduk bernilai positif.

Nilai elastisitas positif artinya dalam jangka pendek maupun jangka

panjang kenaikkan jumlah Penduduk akan menaikkan permintaan

kedelai. Nilai elastisitas jangka pendek dan jangka panjang untuk

jumlah penduduk bersifat elastis. Artinya bahwa persentase perubahan

jumlah permintaan lebih besar daripada persentase perubahan jumlah

penduduk. Variabel jumlah penduduk memiliki nilai koefisien regresi

sebesar 2,150 yang merupakan pengaruh perubahan jumlah penduduk

untuk jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjang pengaruh

sebesar 2,5595. Hal ini berarti apabila terjadi pertambahan penduduk

1% maka permintaan kedelai diharapkan akan meningkat 2,150 % untuk

jangka pendek dan meningkat 2,5595% untuk jangka panjang. Jumlah

penduduk mempunyai pengaruh yang positif terhadap permintaan

kedelai dan berpengaruh secara nyata pada tingkat kepercayaan 95 %.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu

daerah tertentu dengan tingkat harga tertentu dan dalam periode tertentu.

Hukum permintaan mengatakan bahwa untuk barang normal ada hubungan

terbalik antara harga dan kuantitas, yaitu apabila harga naik maka kuantitas

yang ingin dibeli konsumen akan berkurang. Hukum permintaan hanya berlaku

bila kondisi cateris paribus atau diasumsikan faktor-faktor lain tidak mengalami

perubahan.

Page 87: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxxvii

Permintaan kedelai di Kabupaten Klaten cenderung naik setiap tahunnya.

dengan perkembangan permintaan kedelai sebesar 0,98 % per tahun atau

123.985,95 kg/tahun, rata-rata permintaan kedelai di Kabupaten Klaten sebesar

12.651.627,29 kg/tahun. Hal ini di pengaruhi oleh tingginya konsumsi

penduduk dan permintaan kedelai oleh penduduk untuk pakan ternak, karena

kedelai merupakan salah satu komoditi pertanian tanaman pangan, yang

memiliki beragam produk olahan dengan harga yang relatif terjangkau.

Walaupun demikian di lain pihak tingkat konsumsi atau permintaan itu sendiri

tidak di imbangi dengan produksi kedelai dalam negeri, sehingga dalam

pemenuhan permintaannya pemerintah melakukan impor kedelai dari luar

negeri hal ini menyebabkan harga dari kedelai tersebut sangat tergantung

dengan harga kedelai dunia. Mengingat kedelai memiliki beragam produk

olahan sehingga untuk mengurangi angka konsumsi kedelai itu sendiri harus

benar-benar selektif dimana harus dapat ditemukan barang pengganti untuk

kedelai, dengan tujuan agar konsumsi kedelai dapat dikurangi sehingga

permintaan kedelai di Kabupaten Klaten di harapkan dapat tercukupi dengan

produksi kedelai dari daerah klaten sendiri.

Berdasarkan uji F, faktor-faktor yang digunakan sebagai penduga yang

akan mempengaruhi tingkat permintaan kedelai di Kabupaten Klaten untuk

analisis permintaan statis maupun dinamis meliputi: harga kedelai, harga beras,

harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk, jumlah penduduk, dan

permintaan kedelai tahun sebelunya secara bersama-sama berpengaruh sangat

nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat

kepercayaan 99%. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,000

lebih kecil dari nilai α = 0,01 (P < 0,01).

Berdasarkan hasil uji-t, menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh

nyata pada tingkat kepercayaan 95% adalah harga kedelai dan pendapatan

penduduk, sedangkan untuk tingkat kepercayaan 99% variabel yang

berpengaruh sangat nyata adalah dan jumlah penduduk pada model statis.

Sedangkan untuk model dinamis, variabel yang berpengaruh nyata pada tingkat

kepercayaan 95% adalah harga kedelai dan jumlah penduduk, sedangkan untuk

Page 88: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxxviii

tingkat kepercayaan 90% variabel yang berpengaruh nyata adalah pendapatan

penduduk. Tingkat kepercayaan 95%, yang ditunjukkan oleh nilai

signifikansinya yang lebih kecil dari nilai α = 0,05 (P < 0,05), sedangkan tingkat

kepercayaan 90%, yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang lebih kecil dari

nilai α = 0,1 (P < 0,1). Sedangkan variabel harga beras, variabel harga jagung

dan harga telur tidak berpengaruh nyata pada permintaan kedelai di Kabupaten

Klaten, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai α =

1%, 5%, dan 10%.

Berdasarkan hasil analisis penelitian untuk mengetahui penjelasan lebih

lanjut dari masing-masing variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan analisis regresi dapat dijelaskan keterangan berikut:

1. Harga Kedelai (X1)

Berdasarkan analisis permintaan statis maupun dinamis hasil analisis

uji-t harga kedelai berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di

Kabupaten Klaten. Hal ini sesuai dengan hipotesis pertama yang

menyatakan bahwa variabel harga kedelai berpengaruh terhadap permintaan

kedelai. Nilai elastisitas harga kedelai untuk analisis permintaan statis

sebesar -0,135 dan untuk analisis permintaan dinamis sebesar -0,134 untuk

jangka pendek dan -0,1595 untuk jangka panjang, menunjukkan bahwa

permintaan kedelai bersifat inelastis, yang artinya jumlah kedelai yang

diminta berubah dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan

harga kedelai. Berdasarkan nilai koefisien regresi parsial, variabel harga

kedelai baik untuk model statis maupun dinamis menempati urutan ketiga

dalam mempengaruhi permintaan kedelai. Hal ini karena kedelai bukan

merupakan makanan pokok utama sehingga seberapapun kenaikan harga

kedelai dipasar maka pengaruhnya terhadap permintaan tidak akan terlalu

besar. Demikian halnya apabila harga kedelai turun masyarakat tidak akan

mengkonsumsinya dalam jumlah yang besar.

Berdasarkan analisis permintaan statis maupun dinamis diperoleh nilai

elastisitas bertanda negatif menunjukkan bahwa variabel harga kedelai

memiliki hubungan yang terbalik dengan permintaan kedelai, untuk analisis

Page 89: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

lxxxix

permintaan statis jika harga kedelai naik 1% maka permintaan kedelai

diharapkan akan turun sebesar 0,135%, begitu juga sebaliknya. Sedangkan

untuk analisis permintaan dinamis jika harga kedelai naik 1% maka

permintaan kedelai diharapkan akan turun sebesar 0,134% untuk jangka

pendek dan jika harga kedelai naik 1% maka permintaan kedelai diharapkan

akan turun sebesar 0,1595% untuk jangka panjang, begitu juga sebaliknya.

Hal ini sesuai dengan hukum permintaan yang menyatakan bahwa semakin

tinggi harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi

tersebut akan turun.

2. Harga Beras (X2)

Analisis permintaan statis maupun dinamis menghasilkan koefisien

regresi yang bertanda sama yaitu negatif. Hal ini menunjukkan bahwa bila

harga beras turun maka jumlah kedelai yang diminta akan naik . Akan tetapi

sulit untuk mengatakan bahwa kenaikan jumlah kedelai yang diminta ini

disebabkan oleh oleh kenaikan harga beras karena secara statistik variabel

ini tidak memberikan pengaruh nyata terhadap permintaan kedelai. Berarti

peningkatan maupun penurunan jumlah kedelai yang diminta tidak

dipengaruhi oleh naik turunnya harga beras, melainkan di sebabkan oleh

variabel-variabel lain yang tidak di teliti. Dengan demikian maka pemilihan

beras sebagai barang komplementer dari kedelai sebenarnya kurang tepat.

Tidak berpengaruhnya harga beras terhadap permintaan kedelai ini,

sedikit banyak disebabkan karena harga beras yang terjadi masih di

pengaruhi oleh campur tangan pemerintah dengan adanya operasi pasar oleh

BULOG sehingga harga beras yang berlaku bukanlah harga yang

sebenarnya.

3. Harga Jagung (X3)

Suatu barang dikatakan sebagai barang substitusi jika barang tersebut

penggunaanya dapat menggantikan barang lain. Pada penelitian ini jagung

diasumsikan sebagai barang substitusi bagi kedelai.

Page 90: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xc

Disini baik pada model analisis permintaan statis maupun analisis

permintaan dinamis di peroleh koefisien regresi bertanda negatif. Sehingga

bisa di artikan bila harga jagung turun maka jumlah kedelai yang diminta

akan naik. Hal ini dapat dikaitkan dengan fungsi kedelai dan jagung sebagai

bahan makanan tambahan berupa makanan ringan selain itu dapat juga di

gunakan sebagai bahan pakan ternak terutama dalam pembuatan ransum

sebagai bahan pakan ternak unggas. Sehingga apabila harga jagung turun

maka permintaan kedelai akan meningkat dalam rangka sebagai pemenuhan

makanan tambahan dan dalam rangka menghasilkan ransum pakan ternak

unggas. Seperti halnya harga beras, disini secara statistik berdasarkan uji t,

baik analisis permintaan statis maupun dinamis variabel harga jagung tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten

Klaten. Keadaan ini dapat diterima mengingat adanya diversifikasi pangan

dimana banyak pilihan lain sebagai barang substitusi kedelai, seperti

berbagai tanaman kacang-kacangan lain, ikan dan daging.

4. Harga Telur (X4)

Pada model analisis permintaan statis maupun analisis permintaan

dinamis di peroleh koefisien regresi bertanda negatif. Sehingga bisa di

artikan bila harga telur turun maka jumlah kedelai yang diminta akan naik.

Hal ini dapat dikaitkan dengan fungsi kedelai dan telur sebagai bahan

makanan tambahan sumber protein. Sehingga apabila harga telur turun maka

permintaan kedelai akan meningkat dalam rangka sebagai pemenuhan

makanan tambahan sebagai lauk pauk untuk konsumsi. Seperti halnya harga

beras dan harga jagung, disini secara statistik berdasarkan uji t, baik analisis

permintaan statis maupun dinamis variabel harga telur tidak memberikan

pengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Keadaan

ini dapat diterima karena harga telur yang lebih tinggi din bandingkan

kedelai selain itu mengingat adanya diversifikasi pangan sebagai barang

substitusi kedelai, seperti berbagai tanaman kacang-kacangan lain, ikan dan

daging

5. Pendapatan Penduduk (X4)

Page 91: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xci

Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam menentukan variasi

permintaan terhadap berbagai jenis barang karena besar kecilnya pendapatan

dapat menggambarkan daya beli konsumen. Bila terjadi perubahan dalam

pendapatan maka akan menimbulkan perubahan dalam mengkonsumsi

berbagai jenis barang.

Berdasarkan hasil analisis uji-t baik analisis permintaan statis maupun

dinamis diketahui bahwa variabel pendapatan penduduk berpengaruh nyata

terhadap permintaan kedelai. Nilai elastisitas yang positif menunjukkan

bahwa pendapatan penduduk berbanding lurus dengan jumlah permintaan

kedelai di Kabupaten Klaten, berdasarkan model statis derajat kepekaan

jumlah permintaan kedelai terhadap perubahan pendapatan (elastisitas

pendapatan) sebesar 0,103 untuk analisis permintaan statis dan untuk

analisis permintaan dinamis besarnya elastisitas pendapatan adalah 0,094

untuk jangka pendek dan 0,1119 untuk jangka panjang.

Pada model analisis permintaan statis jika pendapatan penduduk naik

sebesar 1% maka permintaan kedelai diharapkan akan naik sebesar 0,103%,

begitu pula sebaliknya, sedangkan untuk model analisis dinamis jika

pendapatan penduduk naik sebesar 1% maka permintaan kedelai diharapkan

akan naik sebesar 0,094 % untuk jangka pendek, dan jika pendapatan

penduduk naik sebesar 1 % maka permintaan kedelai diharapkan akan naik

sebesar 0,1119 % untuk jangka panjang begitu pula sebaliknya. Keadaan ini

menunjukkan bahwa kedelai merupakan barang normal. Apabila harga

kedelai meningkat, maka permintaan kedelai akan menurun. Akan tetapi

perubahan jumlah kedelai yang diminta lebih kecil daripada perubahan dari

pendapatan. Selain itu, apabila masyarakat membeli ikan, telur ataupun

daging, masyarakat tidak perlu menyisihkan pendapatan dengan jumlah

yang besar walaupun harga dari kedelai lebih murah dibandingkan dengan

sumber protein hewani (misalnya, telur dan daging) hal ini di pengaruhi oleh

selera konsumen. Oleh karena itu, perubahan pendapatan hanya

menyebabkan perubahan yang kecil pada jumlah permintaan kedelai.

Page 92: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xcii

Berdasarkan tanda pada koefisien variabel pendapatan menyatakan

variabel pendapatan penduduk mempunyai elastisitas positif terhadap

permintaan kedelai. Berpengaruhnya pendapatan penduduk terhadap jumlah

kedelai yang diminta sangat rasional karena untuk memperolehnya

konsumen memerlukan pengorbanan dengan membelanjakan

pendapatannya.

6. Jumlah Penduduk (X5)

Berdasarkan hasil analisis uji-t pada analisis permintaan statis maupun

dinamis dapat diketahui bahwa variabel jumlah penduduk berpengaruh nyata

dan positif terhadap permintaan kedelai. Hal ini berarti jumlah penduduk

berbanding lurus dengan jumlah permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

Berdasarkan nilai koefisien regresi parsial variabel jumlah penduduk

mempunyai nilai koefisien regresi yang paling besar, sehingga variabel

jumlah penduduk merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap

permintaan kedelai. Hasil analisis ini dapat dimengerti karena terdapat

keterkaitan yang erat antara jumlah penduduk dengan konsumsi kedelai.

Gambaran jumlah penduduk di Kabupaten Klaten menunjukkan peningkatan

dari tahun ke tahun. Adanya peningkatan jumlah penduduk akan

mengakibatkan meningkatnya permintaan kedelai.

Berdasarkan hasil analisis permintaan statis dapat diketahui bahwa

nilai koefisien regeresi parsial dari jumlah penduduk adalah 2,548. Hal ini

berarti apabila jumlah penduduk naik sebesar 1%, maka permintaan kedelai

akan meningkat sebesar 2,548%. Sedangkan untuk analisis permintaan

dinamis dapat diketahui bahwa nilai koefisien regresi sebesar 2,150 yang

merupakan pengaruh perubahan jumlah penduduk untuk jangka pendek,

sedangkan untuk jangka panjang pengaruh sebesar 2,5595. Hal ini berarti

apabila terjadi pertambahan penduduk 1 % maka permintaan kedelai

diharapkan akan meningkat 2,150 % untuk jangka pendek dan meningkat

2,5595% untuk jangka panjang. Jumlah penduduk mempunyai pengaruh

yang positif terhadap permintaan kedelai dan berpengaruh secara nyata

pada tingkat kepercayaan 99 %. Nilai koefisien regresi parsial pada variabel

Page 93: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xciii

jumlah penduduk tersebut paling besar karena jumlah penduduk sangat

berpengaruh terhadap permintaan kedelai karena dengan meningkatnya

jumlah penduduk maka kebutuhan pangan akan meningkat.

7. Jumlah Kedelai Yang Diminta Tahun Sebelumnya (Qdt-1)

Variabel ini hanya di temui pada analisis permintaan dinamis untuk

mengetahui perubahan waktu. Berdasarkan hasil analisis di peroleh

koefisien regresi bertanda positif yang menunjukkan bahwa apabila jumlah

kedelai yang diminta tahun sebelumnya naik maka jumlah kedelai yang

diminta tahun (saat ini) juga mengalami kenaikan. Akan tetapi secara

statistik permintaan kedelai tahun sebelumnya tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap jumlah kedelai yang diminta.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Penelitian mengenai permintaan kedelai di Kabupaten Klaten ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. a. Harga kedelai, harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan

penduduk, jumlah penduduk dan permintaan kedelai tahun sebelumnya

secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan kedelai di

Kabupaten Klaten pada model analisis permintaan statis maupun dinamis.

b. Pada analisis permintaan statis diketahui bahwa variabel jumlah

penduduk berpengaruh sangat nyata pada permintaan kedelai di

Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 99% . Variabel harga kedelai

dan pendapatan penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan

kedelai pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan harga beras, harga

jagung, dan harga telur tidak berpengaruh nyata pada permintaan kedelai

di Kabupaten Klaten.

c. Pada analisis permintaan dinamis diketahui bahwa variabel harga kedelai

dan jumlah penduduk berpengaruh nyata pada permintaan kedelai di

Page 94: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xciv

Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 95%. Variabel pendapatan

penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai pada tingkat

kepercayaan 90%. Sedangkan harga beras, harga jagung, harga telur dan

permintaan kedelai tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata pada

permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

2. Elastisitas Permintaan

a. Derajat kepekaan jumlah permintaan kedelai terhadap harga kedelai itu

sendiri (elastisitas harga) sebesar -0,135 untuk analisis permintaan statis

dan untuk analisis permintaan dinamis besarnya elastisitas harga adalah-

0,134 untuk jangka pendek dan -0,1595 untuk jangka panjang.

b. Derajat kepekaan jumlah permintaan kedelai terhadap perubahan

pendapatan (elastisitas pendapatan) sebesar 0,103 untuk analisis

permintaan statis dan untuk analisis permintaan dinamis besarnya

elastisitas pendapatan adalah 0,094 untuk jangka pendek dan 0,1119

untuk jangka panjang.

c. Derajat kepekaan jumlah permintaan kedelai terhadap perubahan jumlah

penduduk sebesar 2,548 untuk analisis permintaan statis dan untuk

analisis permintaan dinamis besarnya elastisitas jumlah penduduk

adalah 2,150 untuk jangka pendek dan 2,5595 untuk jangka panjang.

B. Saran

1. Mengingat semakin meningkatnya permintaan kedelai sehingga diperlukan

upaya peningkatan produktivitas diantaranya dengan penggunaan benih

varietas unggul yang bermutu, pengendalian gulma dan hama (OPT) secara

terpadu, perbaikan kesuburan lahan dengan pemupukan sesuai kebutuhan

(spesifik lokasi), waktu/musim tanam yang sesuai dan rotasi tanaman.

2. Diperlukan adanya pengembangan usaha, yang merupakan upaya

pengelolaan usaha tani dengan menerapkan perpaduan sosial, teknologi serta

ekonomi dan nilai tambah secara terencana dan berkelanjutan atas dasar

kerja sama antara anggota kelompok tani/perorangan untuk meningkatkan

produktivitas dan efisiensi dengan memanfaatkan potensi sumber daya

secara terpadu.

84

Page 95: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xcv

3. Diharapkan adanya diversifikasi pangan agar kebutuhan kedelai dapat

digantikan oleh produk lain sehingga permintaan akan kedelai sendiri dapat

sedikit berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Peluang Bisnis Budi Daya Kedelai Masih Besar. http://www.situs hijau.com (Diakses 1Desember 2009)

_______. 2009a. Budidaya Tanaman kedelai. Anekaplantasia.Cybermediaclip (Diakses 9 Desember 2009)

_______. 2009b. Teknis Budidaya Agrokomplek. http://litbang.deptan.go.id/ (Diakses 29 Desember 2009)

Arsyad, Lincolin. 1995. Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta

. 2002. Ekonomi Manajerial. BPFE UGM. Yogyakarta.

. 2008. Ekonomi Manajerial. BPFE UGM. Yogyakarta.

BPS. 1999. Pendapatan Regional Kabupaten Klaten Tahun 1994-1998. Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. Klaten

___. 2004 Pendapatan Regional Kabupaten Klaten Tahun 1999-2003. Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. Klaten

___. 2008a. Pendapatan Regional Kabupaten Klaten Tahun 2004-2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. Klaten

___. 2008b. Produksi Kedelai . 2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. Klaten

___. 2009. Kabupaten Klaten dalam Angka Tahun 1994-2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. Klaten

Dajan, Anto. 1995. Pengantar Metodologi Statistik. LP3ES. Jakarta.

Darman. 1998. Kedelai:Sumber Pertumbuhan Produksi dan Teknik Budidaya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten. 2009. Jumlah Produksi, Ketersediaan, Konsumsi Kedelai di Kabupaten klaten, 1993-2008. Data olahan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten. Klaten.

Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan. 1986. Pengembangan Produksi Kedelai. Direktorat Bina Produksi. Jakarta.

Dispertan. 1993. Laporan Tahunan 1993. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

Page 96: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xcvi

_______. 1994. Laporan Tahunan 1994. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

_______. 1995. Laporan Tahunan 1995. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

_______. 1996. Laporan Tahunan 1996. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

_______. 1997. Laporan Tahunan 1997. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

_______. 1998. Laporan Tahunan 1998. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

_______. 1999. Laporan Tahunan 1999. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

_______. 2000. Laporan Tahunan 2000. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

_______. 2001. Laporan Tahunan 2001. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

_______. 2002. Laporan Tahunan 2002. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

_______. 2003. Laporan Tahunan 2003. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

_______. 2004. Laporan Tahunan 2004. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

_______. 2005. Laporan Tahunan 2005. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

_______. 2006. Laporan Tahunan 2006. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

_________. 2007. Laporan Tahunan 2007. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

_______. 2008. Laporan Tahunan 2008. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

FAO. 2009. Population and Development Review. Volume 35, Nomor 4, Desember 2009.

Futong, Iskandar. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi Dua. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Gujarati, Damodar. 1997. Ekonometrika Dasar. (Terjemahan: Sumarno Zain). Erlangga. Jakarta

Kartasapoetra. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Aksara. Jakarta.

Lamina. 1989. Kedelai dan Pengembangannya. CV. Simplex. Jakarta.

Lipsey, Richard G. 1990. Pengantar Mikroekonomi. Edisi 8. (Terjemahan: Jaka Wasana). Penerbit Erlangga. Jakarta.

Listyaningrat. 2007. Analisis Permintaan Kedelai di Kota Surakarta. Skripsi Mahasiswa SI. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta

Nasution, L.T. 1990. Faktor Pendukung Eksternal Bagi Program Benih Kedelai. Risalah Lokakarya Pengembangan Kedelai. Jakarta.

Nerlove, M. 1986. Dinamika Penawaran: Suatu Tinjauan Kembali dan Prospeknya. Dalam K.Kristanto; John Quikley dan Willem H. Makaliwe(edt). Ekonomi Pemasaran Pertanian. Bunga Rampai Jilid I Seri Pembangunan Pedesaan. Gramedia. Jakarta.

86

Page 97: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xcvii

Oktaveri, Andhi. 2010. Kopti Minta Tata Niaga Impor Kedelai. http://Bataviase.co.id (Diakses 1 Desember 2009)

Oktiningtyas, Ukich. 2009. Analisis Dampak Impor terhadap Permintaan dan Penawaran Kedelai (Glycine max Merr) di Indonesia. http://lecture.brawijaya.ac.id/rosihan/. (Diakses 29 Desember 2009)

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 1991. Sumber Pertumbuhan Padi dan kedelai: Potensi dan Peluang. http://www.litbang.deptan.go.id.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 1995. Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan. 2005 - 2010. http://www.litbang.deptan.go.id.

Rukmana. 1995. Kedelai dalam Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.

Siregar, Masdjidin. 2005. Metode Alternatif Penentuan Tingkat Hasil dan Harga Kompetitif:Kasus Kedelai. http://www.litbang.deptan.go.id

Samuelson, Paul dan William Nordhaus. 2003. Ilmu Mikroekonomi (Terjemahan: Nur Rosyidah). Edisi Tujuh Belas. PT. Media Global Edukasi. Jakarta

Soeratno dan Arsyad. 1995. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis. YKPN. Yogyakarta

Soeprajitno. 1980. Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Hasil Kedelai (Glycine max (L) Merr) Dengan Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian. Jember.

Sukirno, S. 2000. Pengantar Mikro Ekonomi Edisi Kedua. BPFE UI. Jakarta.

Sudarsono. 1991. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta.

Sudaryanto, T. 1996. Konsumsi Kedelai dalam Aman dan M.H. Sawid (eds.): Ekonomi Kedelai di Indonesia. IPB Press.

Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Sulaiman, Wahid. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS 10. Penerbit Andi. Yogyakarta

Supranto, J. 2005. Statistik untuk Pemimpin Berwawasan Global. Edisi Dua. Salemba Empat. Jakarta.

Tambunan, Tulus. 2008. Ketahanan Pangan Di Indonesia, Mengidentifikasi Beberapa Penyebab. Pusat Studi Industri dan UKM Universitas Trisakti. Jakarta .

Wardino. 2000. Analisis Permintaan Kedelai di Kabupaten Wonogiri. Skripsi Mahasiswa SI. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta

Wisnu. 2006. Manfaat dan Pentingnya Kedelai Bagi Konsumsi. http://www.indobiogen.or.id (Diakses 1 Desember 2009)

Page 98: ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN/Analisis... · berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi

xcviii