14
ANALISIS PERMASALAHAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KOMPETENSI SPIRITUAL SETELAH DITERAPKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus Pada SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika QUROTUN AINI A 410 100 228 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

ANALISIS PERMASALAHAN GURU DALAM …eprints.ums.ac.id/28691/12/naskah_publikasi_pertama.pdf · KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA ... ini adalah guru matematika kelas X di

  • Upload
    buidiep

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS PERMASALAHAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN

KOMPETENSI SPIRITUAL SETELAH DITERAPKAN

KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA

(Studi Kasus Pada SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta)

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Guna mancapai derajat

Sarjana S-1

Program Studi Pendidikan Matematika

QUROTUN A’INI

A 410 100 228

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

ANALISIS PERMASALAHAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN

KOMPETENSI SPIRITUAL SETELAH DITERAPKAN

KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA

(Studi Kasus Pada SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta)

Oleh:

Qurotun A’ini1

dan Masduki2.

1Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, [email protected]

2Staf Pengajar Universitas Muhammadiyah Surakarta, masdukiums.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru serta

strategi guru untuk mengimplementasikan kompetensi spiritual. Informan dalam penelitian

ini adalah guru matematika kelas X di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri

9 Surakarta. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara dan angket

sebagai metode pokok. Metode bantu berupa dokumentasi. Analisis data secara kualitatif

melalui 4 alur yaitu pengumpuan data, reduksi data, display data, menarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap guru memiliki permasalahan dalam

mengimplementasikan kompetensi spiritual, selain itu guru juga memiliki strategi sendiri

dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. Dari

data yang diperoleh permasalahan yang paling banyak dialami guru dalam

mengimplementasikan kompetensi spiritual adalah mengkaitkan materi matematika dengan

kompetensi spiritual, sedangkan strategi yang paling sering dipakai oleh semua guru dalam

mengimplementasikan kompetensi spiritual adalah mengucapkan salam dan berdoa sebelum

dan sesudah pembelajaran.

Kata kunci: pembelajaran matematika, permasalahan guru, kompetensi spiritual, kurikulum

2013

PENDAHULUAN

Kurikulum pendidikan yang diterapkan di Indonesia pada tahun ajaran 2013/ 2014

adalah kurikulum 2013. Salinan Lampiran Permendikbud No. 69 tahun 2013 Tentang

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA menyebutkan bahwa Kurikulum 2013

bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup

sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta

mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban

dunia.

Kurikulum 2013 terdiri dari dua kompetensi pokok yakni kompetensi inti dan

kompetensi dasar. Lampiran Permendikbud Nomor 70 tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar

dan Struktur Kurikulum SMK/ MK menyebutkan bahwa rumusan kompetensi inti

menggunakan notasi sebagai berikut: 1. Kompetensi Inti- 1 (KI- 1) untuk kompetensi inti

sikap spiritual, 2. Kompetensi Inti- 2 (KI- 2) untuk kompetensi inti sikap sosial, 3.

Kompetensi Inti- 3 (KI- 3) untuk kompetensi inti pengetahuan, 4. Kompetensi Inti- 4 (KI-

4) untuk kompetensi inti ketrampilan.

Dari keempat kompetensi inti di atas, kompetensi spiritual merupakan salah satu

kompetensi yang sangat penting untuk peserta didik. Kompetensi spiritual merupakan suatu

nilai yang bersifat religius, dengan kata lain pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang

harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan atau berdasarkan ajaran agama. Dengan adanya

kompetensi spiritual peserta didik diharapkan mampu menjadi manusia yang memiliki

akhlak mulia dan taat terhadap nilai-nilai ajaran agamanya.

Spiritual merupakan dorongan seseorang untuk selalu taat kepada sang pencipta-

Nya. Spiritual seseorang dapat ditingkatkan jika lingkungannya dapat mendukung. Dalam

hal ini, lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh terhadap spiritual siswa. Lingkungan

sekolah yang juga berperan dalam spiritual siswa adalah guru. Oleh karena itu, guru harus

mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran, khususnya pembelajaran

matematika.

Hal ini disebabkan karena banyak nilai- nilai spiritual yang pelaksanaannya

menggunakan ilmu matematika. Misalnya aturan- aturan dalam zakat mal menggunakan

materi pecahan. Begitu pula dengan matematika yang dapat dikembangkan dengan nilai-

nilai spiritual. Misalkan dalam mempelajari matriks, dapat melihat shaf sholat berjamaah

untuk mengetahui letak baris dan kolom matriks. Namun, dalam praktiknya masih banyak

guru matematika yang mengalami permasalahan dalam mengimplementasikan kompetensi

spiritual pada pembelajaran matematika.

Dengan adanya permasalahan tersebut, maka penulis termotivasi melakukan

penelitian untuk menganalisis permasalahan guru dalam menerapkan kompetensi spiritual

setelah diterapkannya kurikulum 2013 pada pembelajaran matematika.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan guru dalam

mengimplementasikan kompetensi spiritual setelah diterapkannya kurikulum 2013 pada

pembelajaran matematika. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)

Strategi guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran

matematika di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta, (2)

Permasalahan guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran

matematika di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data yang terkumpul

berupa tulisan, kata- kata, atau gambar. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah

1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta. Waktu penelitian selama 3 minggu. Subjek

dalam penelitian ini adalah guru matematika kelas X SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo

dan SMK Negeri 9 Surakarta yang terdiri dari 9 guru.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) metode

pokok berupa: (a) wawancara untuk mengetahui permasalahan yang dialami guru dalam

mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika, (b) angket

untuk mengetahui strategi yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan kompetensi

spiritual padda pembelajaran matematika, (2) metode bantu berupa dokumentasi untuk

memperoleh data nama guru, nomor induk pengajar, dan foto.

Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik dan

triangulasi sumber. Triangulasi teknik digunakan untuk mengetahui strategi guru dalam

mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. Sedangkan,

triangulasi sumber ditujukan untuk mendapatkan data mengenai permasalahan guru dalam

mengimplementasikan kompetensi spiritual.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum melaksanakan penelitian,peneliti menyusun instrumen penelitian berupa

pedoman wawancara dang angket. Pertanyaan yang disusun untuk wawancara sebanyak 8

nomor, sedangkan angket yang disusun sebanyak 20 nomor. Setelah pedoman wawancara

dan angket disusun, angket disebarkan kepada guru matematika kelas X di SMK

Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta dengan jumlah 9 guru namun

yang menyerahkan angket hanya 8 guru. Selanjutnya, dilaksanakan wawancara setelah

angket tersebut sudah diisi oleh guru. Berdasarkan angket dan wawancara tersebut, maka

diperoleh data:

a. Strategi guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran

matematika adalah:

1. Mengucapkan salam dan doa sebelum dan sesudah pembelajaran

Salam dan berdoa merupakan ibadah yang harus dilaksanakan secara rutin.

Hal ini juga diperintahkan di dalam Al- Qur’an surat Al Anbiyya ayat 88 yang

berbunyi “Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari

pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman”.

Oleh karena itu doa dan salam sangat diperlukan pada pembelajaran matematika.

Karena, salam dan doa di awal pembelajaran akan membuat siswa lebih tenang dan

siap untuk mengikuti pembelajaran. Sedangkan salam dan doa ketika akhir

pembelajaran akan membuat siswa bersyukur akan ilmu yang didapatkan.

Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Lukman Hakim

(2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam

Dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-

Muttaqin Kota Tasikmalaya ”menyatakan bahwa nilai- nilai ibadah yang diterapkan

secara terus menerus mengajarkan manusia agar dalam setiap perbuatannya

senantiasa dilandasi hati yang ikhlas guna mencapai ridho Allah. Pengamalan

konsep nilai- nilai ibadah akan melahirkan generasi yang adil jujur, dan suka

membantu sesamanya.

2. Memotivasi siswa untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik

Memotivasi siswa merupakan salah satu strategi yang banyak digunakan guru

untuk mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika.

Karena memotivasi siswa secara rutin maka siswa akan terdorong semangatnya

untuk selalu menjadi pribadi yang lebik baik dalam segala hal.

Terjemahan QS.Ar Ra’d ayat 11 yang berbunyi “Bagi manusia ada malaikat-

malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka

menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan

sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka

sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka

tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka

selain Dia”.

Oleh karena itu, seorang guru jika menginginkan siswanya memiliki pribadi

yang selalu lebih baik, maka sudah seharusnya guru selalu memotivasi siswanya

tersebut. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Keke T

Aritonang (2008) yang berjudul “Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa” yang menyatakan bahwa sudah menjadi tugas bagi guru agar

berusaha membangkitkan minat dan motivasi siswa. Sehingga proses belajar

mengajar meyang efektif tercipta di dalam kelas dan mencapai suatu tujuan sebagai

hasil dari pembelajaran.

3. Menasehati dan menanamkan tanggung jawab kepada siswa untuk selalu

menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya

Menanamkan tanggung jawab merupakan strategi yang diterapkan guru

matematika, guna mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran.

Hal ini diterapkan untuk memberikan kesadaran akan kewajibannya sebagai umat

beragama untuk selalu menjalankan ibadahnya sesuai yang diajarkan di dalam ajaran

agamanya.

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Asnawan (2012) yang

berjudul “Tanggung Jawab Pendidikan Kejiwaan Anak Bagi Orang Tua”. Dalam

penelitiannya beliau menyebutkan bahwa pelaksanaan tanggung jawab materi

maupun rohani merupakan suatu kebutuhan baik bagi akal maupun kesadaran.

Selain itu, tanggung jawab meminta manusia untuk tabah mengikuti kemajuan dan

mengutuk faktor- faktor yang menyebabkan kekacauan di dalam sistem kehidupan.

Pelaksanaan tanggung jawab memainkan suatu peranan yang besar dalam

meningkatkan akhlak yang baik dan kehidupan kerohanian.

Oleh karena itu, sudah selayaknya seorang guru menumbuhkan tanggung

jawab ibadah terhadap siswanya agar spiritual yang dimiliki siswa semakin

meningkat. Dengan keadaan tersebut diharapkan terciptanya generasi muda yang

berilmu dan memiliki kompetensi spiritual yang baik.

4. Mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual. Namun, baru sebatas

materi- materi tertentu saja karena kurangnya referensi yang menghubungkan antara

materi dengan kompetensi spiritual.

Mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual siswa, diyakini

dapat meningkatkan pemahaman tentang kompetensi spiritual yang baik. Hal ini

juga berkaitan dengan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pendekatan

kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran dengan mengkaitkan materi sesuai

dengan kehidupan nyata. Dalam hal ini, kehidupan nyata yang berkaitan dengan

spiritual.

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali Syahbana (2012)

yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP

Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning” menyebutkan bahwa

dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada pembelajaran maka kemampuan

berpikir kritis siswa semakin meningkat.

Oleh karena itu, sebaiknya guru dalam pembelajaran matematika mengkaitkan

antara materi dengan kompetensi spiritual. Dengan hal tersebut diharapkan

kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dan kompetensi spiritual siswa semakin

meningkat.

5. Memberikan teladan yang baik bagi siswa

Memberikan teladan yang baik merupakan strategi yang paling mudah dalam

mengimplementasikan kompetensi sppiritual pada pembelajaran matematika. Hal ini

disebabkan karena siswa sekarang sangat sulit untuk diberikan nasehat atau

diceramahi, namun mereka akan sangat mudah untuk meneladani. Ketika guru

memerintahkan untuk sholat berjamaah, namun guru tersebut tidak melaksanakan

sholat berjamaah maka siswa tersebut kemungkinan besar tidak melaksanakan sholat

berjamaah.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Djuwariyah (2011) yang

berjudul “Hubungan Kontrol Diri Guru Dengan Intensi Melakukan Kekerasan

Terhadap Siswa” menyebutkan bahwa seorang guru harus memiliki kontrol diri

yang baik karena apa yang diucapkan dan dilakukan akan menjadi rujukan bagi anak

didik bahkan masyarakat di sekitarnya.

Oleh karena itu, sebaiknya seorang guru selalu menjaga sikap dan perilakunya

dihadapan siswa. Ketika guru menginginkan siswanya memiliki sikap dan perilaku

yang baik, maka guru juga harus memiliki sikap dan perilaku yang baik.

b. Permasalahan yang dialami guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual

pada pembelajaran matematika

1. Karakter siswa yang berbeda- beda cenderung kurang baik. Pada saat pembelajaran

matematika hanya beberapa siswa saja yang tertarik.

Karakter siswa merupakan ciri khas perilaku yang membedakan antara siswa

yang satu dengan yang lainnya. Mengetahui karakter siswa merupakan hal yang

paling utama untuk menemukan strategi guru dalam mnegimplementasikan

kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika.

Hal ini didukung dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Walid

(2011) yang berjudul “Model Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi Islam”

menyebutkan bahwa karakter yang mulia berarti bahwa individu memiliki

pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai- nilai seperti

reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri,

hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati- hati, rela berkorban,

pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat

salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti,

berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja,

bersemangat, dinamis, hemat/ efisien, menghargai waktu, pengabdian/ dedikatif,

pengendalian diri, produktif, remah, cinta keindahan, sportif, tabah terbuka, tertib.

Individu tersebut juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik/ unggul, dan

individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut.

Untuk mengurangi permasalahan dengan karakter siswa, maka sebaiknya guru

memahami karakter- karakter siswanya. Setelah mengetahui karakter siswanya, guru

baru dapat mencari strategi yang tepat guna mengimplementasikan kompetensi

spiritual pada pembelajaran matematika.

2. Waktu yang semakin singkat sedangkan jumlah materi semakin bertambah banyak.

Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual masih kurang

maksimal, sejauh ini yang banyak ditekankan kompetensi pengetahuannya. Karena

guru dituntut untuk menyelesaikan materi dengan waktu yang semakin singkat.

Waktu belajar atau jam pelajaran merupakan salah satu kunci sukses atau

tidaknya sebuah proses pembelajaran. Jam pelajaran bertujuan untuk membangun

kedisiplinan siswa dan kondisi yang nyaman dalam belajar. Salamah (2008) dalam

penelitiannya yang berjudul “Jam Belajar Masyarakat Dan Prestasi Belajar Anak”

menyebutkan bahwa jam belajar masyarakat merupakan upaya untuk

menumbuhkembangkan budaya belajar dengan menciptakan suatu kondisi

lingkungan yang ideal yang dapat mendorong proses belajar mengajar anak sebagai

warga masyarakat desa/ kota dan dapat berlangsung dalam suasana aman, nyaman,

tertib dan menyenangkan. Beliau juga menyimpulkan bahwa adanya korelasi positif

antara jam belajar masyarakat dengan prestasi belajar anak.

Oleh karena itu, waktu yang sedikit tersebut dirasa sangat sulit untuk

mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. Karena,

dengan materi yang sangat banyak guru dituntut untuk menyelesaikan semua materi

dengan waktu yang singkat. Dengan hal tersebut, guru memutuskan untuk lebih

memfokuskan kompetensi pengetahuan saja, kompetensi spiritualnya hanya sebagai

selingan pada saat pembelajaran matematika. Mengenai hal tersebut, guru sebaiknya

memanfaatkan waktu sebaik- baiknya.

3. Sulitnya mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual. Hal ini

diperburuk dengan kurangnya referensi yang mengkaitkan materi dengan

kompetensi spiritual. Referensi yang diberikan pemerintah, belum mengkaitkan

materi dengan kompetensi spiritual.

Mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual dibutuhkan referensi dan

kajian yang lebih banyak lagi tentang hal- hal tersebut. Kemampuan guru dalam

mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual bergantung pada

pengetahuan yang dimiliki mengenai spiritual tersebut. Mengkaitkan antara materi

matematika dengan kompetensi spiritual merupakan pendekatan kontekstual pada

pembelajaran.

Elvinawati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pendekatan

Kontekstual Dalam Pembelajaran Kimia Sebagai upaya Meningkatkan Aktivitas

Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Ketahun Bengkulu Utara”

menyebutkan bahwa pembelajaran kontekstual menekankan keterkaitan antara

materi pelajaran dengan kehidupan sehari- hari.

Dalam hal ini, guru masih kesulitan dalam mengkaitkan materi dengan

kompetensi spiritual. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan referensi

yang dimiliki guru. Serta, semenjak kompetensi spiritual diterapkan masih sangat

sulit menemukan referensi yang mengkaitkan antara kompetensi spiritual dengan

pembelajaran matematika.

4. Adanya lingkungan keluarga yang kurang mendukung untuk siswa menjadi pribadi

yang memiliki kompetensi spiritual yang baik.

Lingkungan keluarga merupakan faktor penentu utama yang paling

menentukan tingkat spiritual siswa. Apabila siswa berasal dari lingkungan keluarga

yang memiliki spiritual yang baik, maka siswa tersebut juga memiliki spiritual yang

baik begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan faktor

pendukung utama terhadap spiritual siswa.

Endang Purwaningsih (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Keluarga

Dalam Mewujudkan Pendidikan Nilai Sebagai Upaya Mengatasi Degradasi Nilai

Moral” menyatakan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama

bagi anak, keluarga mempunyai peranan yang amat penting dan strategis dalam

penyadaran, penanaman, dan pengembangan nilai moran sosial dan budaya. Nilai-

nilai yang dapat ditanamken orang tua kepada anak- anaknya seperti ketaatan kepada

Allah, ketaatan kepada orang tua, kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan,

kepedulian pada orang laun dan sebagainya.

Oleh karena itu, sebaiknya pihak guru maupun sekolah menjalin hubungan

yang baik dengan pihak keluarga siswa. Hal ini ditujukan guna menjalin kerjasama

antara guru maupun pihak sekolah dengan keluarga siswa untuk mengawasi dan

meningkatkan spiritual siswa.

5. Untuk sekolah yang tidak berlatar belakang agama, guru akan merasa kesulitan

dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual karena di kelas terdapat siswa

yang berbeda- beda agamanya

Banyak sekolah yang tidak berbasis agama. Guru di sekolah tersebut

khususnya guru matematika merasa kesulitan dalam mengimplementasikan

kompetensi spiritual. Hal ini dikarenakan dalam satu kelas, siswa tidak berasal dari

satu agama saja, namun beraneka ragam agama dan budaya.

Ketika guru mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual, guru tidak bisa

mengkaitkannya dengan hal-hal yang menjurus ke satu agama saja. Karena hal

tersebut menunjukkan rasa tidak toleransi antar siswa maupun siswa dengan guru.

Sedangkan guru hanya mengerti agama yang dianutnya saja. Hal ini sangat menjadi

problematika seorang guru dalam mengimplmentasikan kompetensi spiritual padad

pembelajaran matematika.

Untuk mengurangi hal- hal tersebut guru seharusnya mengkaitkan materi

dengan kompetensi spiritual dengan hal- hal yang umum saja guna menunjukkan

rasa toleransi terhadap siswanya yang berbeda- beda agama tersebut. Hal ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Toto Suryana (2011) yang berjudul

“Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama” yang menyatakan

bahwa kerukunan beragama berkaitan dengan toleransi, yakni istilah dalam konteks

sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya

diskriminasi terhadap kelompok- kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima

oleh mayoritas dalam masyarakat.

Oleh karena itu, sekolahan maupun guru harus mencari strategi lain guna

mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika dengan

mempertimbangkan beraneka ragamnya agama yang dianut siswa. Dengan hal

tersebut, diharapkan terwujudnya toleransi antara guru dengan siswa ataupun siswa

yang berbeda keyakinan pada setiap pembelajaran khususnya pembelajaran

matematika.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan yang diperoleh dapat diambil

kesimpulan permasalahan guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual setelah

diterapkannya kurikkulum 2013 pada pembelajaran matematika di SMK Muhammadiyah 1

Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta.

1. Strategi guru matematika kelas X untuk mengimplementasikan kompetensi spiritual

pada pembelajaran matematika adalah:

a. Mengucapkan salam dan doa sebelum dan sesudah pembelajaran.

b. Mengucapkan doa sebelum dan sesudah pembelajaran.

c. Memotivasi siswa untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik.

d. Menasehati dan menanamkan tanggung jawab kepada siswa untuk selalu

menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya.

e. Mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual. Namun, baru sebatas

materi- materi tetrtentu saja karena kurangnya referensi yang menghubungkan

antara materi dengan kompetensi spiritual.

f. Memberikan teladan yang baik bagi siswa.

2. Permasalahan yang dihadapi oleh guru matematika kelas X dalam

mengimplementasikan kompetensi spiritual adalah:

a. Karakter siswa yang berbeda- beda cenderung kurang baik. Pada saat pembelajaran

matematika hanya beberapa siswa saja yang tertarik.

b. Waktu yang semakin singkat sedangkan jumlah materi semakin bertambah banyak.

Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual masih kurang

maksimal, sejauh ini yang banyak ditekankan kompetensi pengetahuannya. Karena

guru dituntut untuk menyelesaikan materi dengan waktu yang semakin singkat.

c. Sulitnya mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual. Hal ini

diperburuk dengan kurangnya referensi yang mengkaitkan materi dengan

kompetensi spiritual. Referensi yang diberikan pemerintah, belum mengkaitkan

materi dengan kompetensi spiritual.

d. Adanya lingkungan keluarga yang kurang mendukung untuk siswa menjadi pribadi

yang memiliki kompetensi spiritual yang baik.

e. Untuk sekolahan yang tidak berlatarbelakang agama, guru akan merasa kesulitan

dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual karena di kelas terdapat siswa

yang berbeda- beda agamanya.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah disimpulkan di

atas, maka peneliti mengajukan sejumlah saran. Bagi Kepala Sekolah sebaiknya lebih

mengawasi dan menganjurkan kepada para guru untuk lebih serius dalam

mengimplementasikan spiritual pada pembelajaran, selain itu Kepala Sekolah sebaiknya

menjalin hubungan yang baik dengan keluarga siswa untuk mengawasi spiritual siswa. Bagi

guru, sebaiknya memperbanyak referensi tentang materi matematika yang dikaitkan dengan

kompetensi spiritual dan sebaiknya guru menyadari bahwa spiritual siswa bukan hanya

tanggung jawab guru agama, namun semua guru bertanggung jawab akan spiritual siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Asnawan. 2012. “Tanggung Jawab Pendidikan Kejiwaan Anak Bagi Orang Tua”. Jurnal

Falasifa/ 3(1), pp 1-21.

Aritonang, Keke T. 2008. “Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”.

Jurnal Pendidikan Penabur/ 1(10), pp 11-23.

Djuwariyah. 2011. “Hubungan Kontrol Diri dengan Intensi Melakukan Kekerasan Terhadap

Siswa”. Jurnal Pendidikan Islami/ 4(1), pp 35-42.

Elvinawati. 2008. “Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Kimia Sebagai

Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa kelas XI IPA SMAN 1

Ketahun Bengkulu Utara”. Jurnal Exacta/ 6(2), pp 17-22.

Hakim, Lukman. 2012. “Internalisasi Nilai- Nilai Agama Islam Dalam Pembentukan Sikap

Dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam terpadu Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya”.

Jurnal Pendidikan Agama Islam/ 10(1), pp 67- 77.

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/ MK.

Purwaningsih Endang. 2010. “Keluarga Dalam Mewujudkan Pendidikan Nilai Sebagai

Upaya Mengatasi Degradai Nilai Moral”. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan

Humaniora/ 1(1), pp 43-55.

Salamah. 2008. “Jam Belajar Masyarakat Dan Prestasi Belajar Anak (Studi Korelasional Di

Desa Panjangrejo, Bantul, Yogyakarta )”. Jurnal Pembelajaran/ 5(1), pp 23- 28.

Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013

tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/ MA.

Suryana, Toto. 2011. “Konsep Dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama”. Jurnal

Pendidikan Agama Islam/ 9(2), pp 127- 136.

Syahbana, Ali. 2012. “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP

Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning”. Jurnal Edumatica/ 2(1), pp

45- 57.

Walid, Muhammad. 2011. ”Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Agama Islam”.

Jurnal El- Qudwah/ 1(5), pp 115-156.