13
65 Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran Empat Lantai Di Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Beban Gempa SNI 1726:2019 Samuel Steviano Pait 1,a , M. Afif Shulhan 2 , Dewi Sulistyorini 3 1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Unversitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta a [email protected] Abstrak Kantor adalah sebuah bangunan atau gedung sebagai tempat kerja untuk urusan kepemerintahan atau perusahaan dan bersosialisasi yang menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi orang-orang yang menggunakannya. Hal penting yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan tersebut yakni yang tersedia untuk menahan beban akibar gempa. Salah satu gedung empat lantai yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk berdasarkan sistem rangka ruang yang diasumsikan berada pada tanah sedang (SD) dan dianalisis berdasarkan Sistem Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Khusus m (SRPMK). Dengan mutu beton,fy = 25 MPa, mutu baja tulangan polos, fy = 240 MPa untuk diameter ≤ 12 mm dan mutu baja tulangan ulir, fy = 400 MPa untuk diameter >12 mm. Pembebanan yang digunakan mengacu pada SNI 1727:2010 untuk standar ketahanan gempa mengacu pada SNI:1726:2019, dan kapasitas elemen struktur beton mengacu pada SNI 2847:2019. Berdasarkan hasil analisis respon dinamik diperoleh persyaratan gerak ragam yang sudah sesuai dengan mode 1 menunjukan gerak translasi arah Y adalah 55,47%, mode 2 menunjukkan gerakan translasi arah X yaitu 57,55% dan mode 3 menunjukan gerakan struktur dalam rotasi yaitu 49,98%. Gaya geser dasar dinamik, Vtx 3090,856157 KN dan Vty 2892,928284 KN yang telah memenuhi hampir mencapai 100%. Arah gempa yang diterapkan berupa arah orthogonal dengan nilai factor redunansi (ρ) sebesar 1,3. Simpangan antara tingkat tidak ada yang melebihi batas izin. Efek P-Delta dari struktur menyimpulkan bahwa struktur tetap stabil. Kata kunci : Sistem Rangka, Respon Dinamik, Gerak Ragam Pendahuluan Latar Belakang Gedung perkantoran yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta akan digunakan sebagai tempat kerja tentunya dalam kepengurusan daerah. Di kantor tersebut nantinya akan ada berbagai aktifitas atau kegiatan yang menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi orang-orang yang berada dalam gedung tersebut agar segala urusan yang berkaitan dengan kegiatan kerja menjadi lancar. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta membangun ulang gedung perkantoran empat lantai. Gedung ini nantinya akan direncanakan setiap lantainya akan berbeda sesuai fungsi dan kegunaannya. Untuk lantai basement digunakan sebagai tempat parkir, lantai 1 digunakan sebagai perkantoran, lantai 2 perkantoran, lantai 3 perkantoran, lantai 4 perkantoran, dan untuk konstruksi atapnya menggunakan rangka baja dan untuk penutupnya menggunakan atap genteng beton. Berdasarkan fungsi bangunan tersebut, struktur bangunan harus mampu menerima beban beban yang bekerja pada gedung atau struktur tersebut akibat berat sendiri dan beban layanan yang berupa beban mati tambahan, beban hidup yang diasumsikan ada selama pemanfaatan atau penggunaan normal bangunan gedung, beban beban lingkungan yang diperkirakan akan terjadi selama umur layan yang ditetapkan, serta gaya dan pengaruh regangan sendiri. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang rawan dari bahaya gempa. Perencanaan struktur bangunan di daerah rawan gempa seperti Yogyakarta harus mengikuti peraturan peraturan yang ditetapkan pemerintah. Dalam beberapa bulan yang lalu, pemerintah telah menerbitkan peraturan terbaru tentang SNI 1726:2019 tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk

Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran

65

Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran Empat Lantai Di Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Beban Gempa SNI 1726:2019

Samuel Steviano Pait1,a, M. Afif Shulhan2, Dewi Sulistyorini3 1,2,3Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Unversitas Sarjanawiyata Tamansiswa,

Yogyakarta [email protected]

Abstrak

Kantor adalah sebuah bangunan atau gedung sebagai tempat kerja untuk urusan

kepemerintahan atau perusahaan dan bersosialisasi yang menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi

orang-orang yang menggunakannya. Hal penting yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan

tersebut yakni yang tersedia untuk menahan beban akibar gempa.

Salah satu gedung empat lantai yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk

berdasarkan sistem rangka ruang yang diasumsikan berada pada tanah sedang (SD) dan dianalisis

berdasarkan Sistem Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Khususm (SRPMK). Dengan mutu

beton,fy = 25 MPa, mutu baja tulangan polos, fy = 240 MPa untuk diameter ≤ 12 mm dan mutu baja

tulangan ulir, fy = 400 MPa untuk diameter >12 mm. Pembebanan yang digunakan mengacu pada

SNI 1727:2010 untuk standar ketahanan gempa mengacu pada SNI:1726:2019, dan kapasitas elemen

struktur beton mengacu pada SNI 2847:2019.

Berdasarkan hasil analisis respon dinamik diperoleh persyaratan gerak ragam yang sudah

sesuai dengan mode 1 menunjukan gerak translasi arah Y adalah 55,47%, mode 2 menunjukkan

gerakan translasi arah X yaitu 57,55% dan mode 3 menunjukan gerakan struktur dalam rotasi yaitu

49,98%. Gaya geser dasar dinamik, Vtx 3090,856157 KN dan Vty 2892,928284 KN yang telah

memenuhi hampir mencapai 100%. Arah gempa yang diterapkan berupa arah orthogonal dengan nilai

factor redunansi (ρ) sebesar 1,3. Simpangan antara tingkat tidak ada yang melebihi batas izin. Efek

P-Delta dari struktur menyimpulkan bahwa struktur tetap stabil.

Kata kunci : Sistem Rangka, Respon Dinamik, Gerak Ragam

Pendahuluan

Latar Belakang

Gedung perkantoran yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta akan digunakan sebagai

tempat kerja tentunya dalam kepengurusan daerah. Di kantor tersebut nantinya akan ada berbagai

aktifitas atau kegiatan yang menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi orang-orang yang berada

dalam gedung tersebut agar segala urusan yang berkaitan dengan kegiatan kerja menjadi lancar. Hal

inilah yang menjadi alasan bahwa Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta membangun ulang

gedung perkantoran empat lantai.

Gedung ini nantinya akan direncanakan setiap lantainya akan berbeda sesuai fungsi dan

kegunaannya. Untuk lantai basement digunakan sebagai tempat parkir, lantai 1 digunakan sebagai

perkantoran, lantai 2 perkantoran, lantai 3 perkantoran, lantai 4 perkantoran, dan untuk konstruksi

atapnya menggunakan rangka baja dan untuk penutupnya menggunakan atap genteng beton.

Berdasarkan fungsi bangunan tersebut, struktur bangunan harus mampu menerima beban –

beban yang bekerja pada gedung atau struktur tersebut akibat berat sendiri dan beban layanan yang

berupa beban mati tambahan, beban hidup yang diasumsikan ada selama pemanfaatan atau

penggunaan normal bangunan gedung, beban – beban lingkungan yang diperkirakan akan terjadi

selama umur layan yang ditetapkan, serta gaya dan pengaruh regangan sendiri.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang rawan dari bahaya gempa.

Perencanaan struktur bangunan di daerah rawan gempa seperti Yogyakarta harus mengikuti peraturan

– peraturan yang ditetapkan pemerintah. Dalam beberapa bulan yang lalu, pemerintah telah

menerbitkan peraturan terbaru tentang SNI 1726:2019 tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk

Page 2: Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran

66

struktur bangunan gedung dan non gedung. Peraturan ini tidak begitu asing lagi diantara kalangan

praktisi/perencana namun dibutuhkan pemahaman secara mendalam agar dapat diterapkan dalam

perancangan struktur bangunan, karena praktisi/perencana struktur bangunan sudah terbiasa

menggunakan peraturan yang lama.

Analisis ini akan menggunakan studi kasus pada bangunan gedung perkantoran empat lantai

yang berada di DI Yogyakarta terhadap beban gempa sesuai SNI 1726:2019. Sehingga dengan adanya

analisis ini akan memberikan pemahaman tetang penerapan SNI 1726:2019 secara benar.

Tujuan penelitian

Tujuan dari analisis adalah untuk mengetahui performa dinamik struktur gedung yang ditinjau

dimana analisis dilakukan dengan melakukan pengecekan pengaruh gempa.

Tinjauan pustaka

Yoseph Sirilus Ratu Hurint (2019) meneliti tentang “Analisis Struktur Gedung DPD PDI

Perjuangan Yogyakarta Terhadap Beban Gempa RSNI 1726:201X” .Tugas akhir ini bertujuan untuk

mengetahui Bagaimana performa dinamik struktur gedung DPD PDI Perjuangan Yogyakarta

terhadap beban gempa RSNI 1726:201X serta pengaruh beban gempa RSNI 1726:201X terhadap

syarat kapasitas momen komponen struktur bangunan gedung.

Gedung DPD PDI Perjuangan Yogyakarta dibentuk berdasarkan sistem rangka ruang yang

diasumsikan berada pada tanah sedang (SD) dan dianalisis berdasarkan Sistem Rangka Beton

Bertulang Pemikul Momen Khususm (SRPMK). Dengan mutu beton,fy = 25 MPa, mutu baja

tulangan polos, fy = 270 MPa untuk diameter ≤ 10 mm dan mutu baja tulangan ulir, fy = 400 Mpa

untuk diameter >10 mm. Pembebanan yang digunakan mengacu pada PPURG 1983 dan SNI

1726:2013, untuk standar ketahanan gempa mengacu pada RSNI:1726:201X, dan kapasitas elemen

struktur beton mengacu pada SNI 2847:2013.

Dari analisis respon dinamik diperoleh persyaratan gerak ragam yang sudah sesuai. Dengan mode 1

menunjukkan gerak translasi arah Y yaitu 39,1%, mode 2 menunjukkan gerak translasi arah X yaitu

44,66% dan mode 3 menunjukan gerak struktur dominan dalam rotasi yaitu 66,7%. Gaya geser dasar

dinamik, Vtx 2173,5765 kN dan Vty 2108,9949 kN yang telah memenuhi 100% geser dasar statik.

Arah gempa yang diterapkan berupa arah orthogonal dengan nilai faktor redundansi (ρ) sebesar 1,3.

Simpangan antar tingkat untuk arah y lantai 2 melebihi syarat batas simpangan dengan nilai story

drift 62,563 mm melebihi batas izin yakni 61,5385 mm. Efek P-Delta dari struktur menyimpulkan

bahwa struktur tetap stabil.

Hasil analisis kapasitas elemen struktur (ΦMn>Mu), untuk analisis kekuatan pelat dengan tulangan

terpasang dengan tipe pelat A1 dan B1 lantai dasar, A1 dan A2 lantai-1, A1 dan A2 lantai-2, C1, C2

dan C3 lantai-3, C2 lantai 3-mezanin, C2 lantai mezanin, dan D1 lantai atap, menunjukan nilai

kapasitas lebih kecil dari momen terfaktor, untuk analisis penulangan longitudinal balok struktur

dengan tipe B2, B3, B4 dan B5 menghasilkan kapasitas yang lebih kecil dari momen ultimit, dan

untuk analisis penulangan longitudinal kolom struktur dengan rasio tulangan terpasang kolom tipe

K1, K2 dan K3 berturut-turut 2,37 %, 1,18% dan 2,32%, diperoleh kapasitas penampang yang

melebihi beban terfaktor. Analisa kekuatan kolom struktur menunjukan bahwa prinsip Beam Sway

Mechanism atau biasa disebut dengan Strong Column Weak Biem memenuhi syatat desain

sebagaimana termuat dalam prosedur desain dengan Sistem Rangka Beton Bertulang Pemikul

Momen Khususm.

Yucha,dkk (2020) meneliti tentang perbandingan respon spektrum gempa antara SNI 1726-

2012 dan SNI 1726-2019 di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil provinsi yang

mengalami kenaikan respons spektrum sebanyak 11 provinsi yaitu, Medan, Jambi, Bengkulu,

Palembang, Bandar Lampung, Serang, Jakarta, Surabaya, Tanjung Pinang, Pontianak, dan

Banjarmasin. Provinsi yang mengalami penurunan respons spektrum sebanyak 23 provinsi yaitu,

Semarang, Banda Aceh, Pekanbaru, Padang, Pangkal Pinang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar,

Mataram, Kupang, Palang karaya, Tanjung Selor, Samarinda, Gorontalo, Mamuju, Makasar, Palu,

Page 3: Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran

67

Kendari, Manado, Ambon, Sofifi, Manokwari, dan Jayapura. Rata-rata 11 provinsi yang mengalami

kenaikan 11%, dan rata-rata 23 provinsi yang mengalami penurunan 33%

Metode Penelitian

Metode pada penelitian ini adalah metode analisis yang dibantu dengan software ETABS. Analisis

dilakukan dengan cara pemodelan struktur gedung perkantoran empat lantai di Daerah Istimewa

Yogyakrta dari mulai kolom, balok, pelat lantai, struktur atap dan struktur gedung lainnya ke dalam

software. Setelah pemodelan selesai baru dilakukan analisis perilaku dinamik struktur dari hasil

output ETABS.

Prosedur Penelitian

Studi Literatur

Guna memahami konsep perancangan struktur tahan gempa, penulis membutuhkan

beberapa refrensi acuan berupa praturan yang telah disepakati yang dijadikan acuan dalam analisis

yaitu :

1. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung

(SNI 1726:2019).

2. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:2019).

3. Beban minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur lain (SNI 1727:2020).

Deskripsi Umum

Pada analisis ini, akan dimodelkan gedung dengan panjang bentang arah x bangunan adalah

41,1 meter, dan lebar arah y sebesar 25,5 meter setinggi 17,56 meter ditambah 1,4 meter untuk tinggi

atap. Gedung ini dianalisis berdasarkan Sistem Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Khusus

sesuai dengan peraturan gempa SNI 1726:2019. Bangunan ini difungsikan sebagai perkantoran.

Direncanakan gedung ini nantinya memiliki fungsi yang berbeda untuk setiap lantai sesuai dengan

kegunaanya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Model Struktur Gedung

Lantai Tinggi tipikal (m) Fungsi

Basement -3,24 Tempat Parkir

Lantai dasar 0 Ruang kantor

Lantai satu 4,32 Ruang kantor

Lantai dua 8,64 Ruang kantor

Lantai tiga 12,96 Ruang kantor

Roof top 17,56 Atap bangunan

Berikut denah struktur yang dimodelkan dalam ETABS pada analisis ini :

Gambar 1. Tampilan 3D Portal Struktur

Page 4: Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran

68

Perencanaan Pembebanan

Pembebanan dilakukan berdasarkan jenis beban yang diasumsikan bekerja pada struktur yaitu :

1. Beban mati menurut SNI 1727:2020 ditentukan berdasarkan berat bahan dan konstruksi yang

sebenarnya

2. Beban Hidup Layanan Beban hidup yang digunakan harus beban maksimum yang diharapkan

terjadi serta tidak boleh kurang dari SNI 1727:2020.

3. Beban tangga.

Hasil Pembahasan

Beban gempa

Analisis beban gempa yang digunakan adalah berdasarkan SNI 1726:2019 pembebanan

gempa untuk bangunan Sistem Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Khusus yang terletak di

Yogyakarta memiliki parameter seperti pada Tabel 2 berikut ini

Tabel 2. Parameter Respon Spektra

Pemanfaatan struktur Kantor

Kategori Risiko

Faktor keutamaan Ie II

klasifikasi situs

Percepatan Gempa MCER terpetakan untuk periode pendek SS 0,788121

Percepatan Gempa MCER terpetakan untuk periode 1 detik S1 0,388649

Faktor amplifikasi periode pendek FA 1,184752

Faktor amplifikasi periode 1 detik FV 1,911351

Percepatan pada periode pendek SMS 0,933728

Percepatan pada periode 1 detik SM1 0,742845

Percepatan desain pada periode pendek SDS 0,622485

Percepatan desain pada periode 1 detik SD1 0,49523

Parmeter periode

T0 0,159114

Ts 0,795569

I 1

TL 20

Parameter Rangka Beton Bertulang pemikul momen khsususm

Faktor koefisien modifikas R 8

Faktor kuat lebih sistem Ω0 3

Faktor pemebesaran defleksi Cd 5,5

Menggambar Respon Spektrum Desain

Kurva spektrum respons desain harus dikembangkan dengan mengacu pada SNI 1726:2019

Pasal 6.4

Gambar 2. Grafik Respon Spektrum

Page 5: Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran

69

Kombinasi pembebanan

Tabel 3. Kombinasi Pembebanan ρ = 1,3 dan SDS = 0,622585 g.

COMB KOEFISIEN BEBAN

DL SDL LL R LR EQX EQY

1 1,4 1,4

2 1,2 1,2 1,6 0,5

3 1,2 1,2 1,6 0,5

4 1,2 1,2 1 1,6

5 1,2 1,2 1,6 1,6

6 1,324 1,324 1 1,3 0,39

7 1,324 1,324 1 1,3 -0,39

8 1,324 1,324 1 -1,3 0,39

9 1,324 1,324 1 -1,3 -0,39

10 1,324 1,324 1 0,39 1,3

11 1,324 1,324 1 0,39 -1,3

12 1,324 1,324 1 -0,39 1,3

13 1,324 1,324 1 -0,39 -1,3

14 0,776 0,776 1,3 0,39

15 0,776 0,776 1,3 -0,39

16 0,776 0,776 -1,3 0,39

17 0,776 0,776 -1,3 -0,39

18 0,776 0,776 0,39 1,3

19 0,776 0,776 0,39 -1,3

20 0,776 0,776 -0,39 1,3

21 0,776 0,776 -0,39 -1,3

GRAFF 1,2 1,2 1

SERVICE 1 1 1

Pengecekan Perilaku Struktur Bangunan

Analisis Mode Ragam

Berdasarkan SNI 1726:2019 Pasal 7.9.1.1 pada Jumlah Ragam menyatakan bahwa analisis

harus dilakukan untuk menentukan ragam getar alami untuk struktur. Analisis harus menyertakan

jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar 100 %

dari massa struktur. Untuk mencapai ketentuan ini, untuk ragam satu badan kaku (single rigid body)

dengan periode 0,05 detik, diizinkan untuk mengambil semua ragam dengan periode di bawah 0,05

detik.

Tabel 4. Modal Participating Mass Ratios

Case Mode Period

UX UY RZ sec

Modal 1 0,85 0,0006 0,5547 0,0041

Modal 2 0,795 0,5755 0,0004 0,0055

Modal 3 0,682 0,0014 0,007 0,4998

Modal 4 0,534 0,0002 7,23E-06 0,0016

Modal 5 0,515 3,20E-06 0,0001 0,0006

Modal 6 0,37 0,0006 0,0001 0,0008

Modal 7 0,326 0,0004 0,1065 0,0037

Modal 8 0,302 0,0946 0,0008 0,0011

Modal 9 0,291 0,0003 0,0032 0,078

…. …. …. …. …. ….

Modal 136 0,026 2,52E-05 6,58E-07 0

Modal 137 0,026 0,001 0,0001 2,17E-06

Modal 138 0,026 1,69E-06 1,09E-06 0

Page 6: Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran

70

Tabel 5. Modal Load Participation Ratio

Case Item Type Item Static Dynamic

% %

Modal Acceleration UX 100 94,29

Modal Acceleration UY 100 95,82

Modal Acceleration UZ 0 0

Dari hasil Tabel 5 dapat dilihat bahwa untuk analisis statik partisipasi massa sudah mencapai

100% di kedua arah orthogonal dan untuk analisis dinamik partisipasi massa telah mencapai lebih

dari 90%, hal ini sudah sesuai dengan persyaratan. Jika tidak tercapai tambahkan jumlah mode yang

berkontribusi.

Dari hasil Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada mode 1 nilai faktor translasi UY memberikan

angka yang paling besar/dominan yaitu 55,47% hal ini menunjukan bahwa gerak translasi arah Y

terjadi pada mode ini sesuai dengan animasi layar komputer. Pada mode 2 nilai faktor translasi UX

memberikan angka yang paling besar yaitu 57,55% hal ini menunjukan bahwa gerak translasi arah X

terjadi pada mode ini sesuai dengan animasi layar komputer. Pada mode 3 nilai RZ dominan yaitu

49,98% hal ini menunjukan bahwa pada mode ini gerak struktur sudah dominan dalam rotasi.

Persyaratan gerak ragam sudah sesuai.

Periode Fundamental

Periode fundamental pendekatan ( 𝑇𝑎) dalam detik harus ditentukan dari persamaan berikut :

𝑇𝑎 = 𝐶𝑡ℎ𝑛𝑥

Jadi 𝑇 untuk perhitungan koefisien respon seisimik yakni , sebesar 0,795 untuk 𝑇𝑥 dan 0,85 untuk 𝑇𝑦

karena nilai T yang didapatkan berada pada 𝑇−𝑚𝑎𝑥 dan 𝑇−𝑚𝑖𝑛

Faktor Respons Gempa

Karena pada penelitian ini nilai 𝐶𝑠 didapatkan berada pada nilai 𝐶𝑆−𝑚𝑎𝑘𝑠 dan 𝐶𝑆−𝑚𝑖𝑛 serta

nilai T yang diperoleh lebih kecil dari nilai 𝑇𝐿 maka digunakan nilai 𝐶𝑠 untuk perhitungan gaya geser

dasar seismik yakni, sebesar 0,0778 untuk 𝐶𝑠−𝑥 dan 0,0728 untuk 𝐶𝑠−𝑦.

Berat bangunan

Berat Sesimik Efektif merupakan berat total desain hasil penjumlahan dari beban mati struktur

+ beban mati tambahan + beban hidup yang tereduksi. Berat Seismik per-lantai dapat langsung kita

peroleh melalui program ETABS.

Tabel 6. Berat bangunan setiap tingkat

W(berat bangunan/lantai)

Story UX UY

kN kN

Puncak Atap 1400,00105 1400,00105

Roof Top 2417,387756 2417,387756

LT. 4 6587,022078 6587,022078

LT. 3 8128,282876 8128,282876

LT. 2 8794,1133 8794,1133

LT. 1 10811,58197 10811,58197

Base 1584,409414 1584,409414

TOTAL 39722,79844 39722,79844

Gaya deser dasar seisimik

Gaya geser dasar seismic, V, untuk aran pemebebanan

1. 𝑉𝑥 = 𝐶𝑠 × 𝑊 = 0,0779 × 39722,79844 = 3090,856157 kN

2. 𝑉𝑦 = 𝐶𝑠 × 𝑊 = 0,0728 × 39722,79844 = 2892,928284 kN

Page 7: Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran

71

Pembebanan gempa dinamik respons spektra

Dari hasil ETABS diperoleh nilai gaya geser dasar nomonal yang didapat dari hasil analisis

ragam respons spektrum yang telah dilakukan (Vt) untuk arah x dan arah y sebagai berikut :

Tabel 7. Gaya Geser Dinamik Spektrum Awal dan Spektrum koreksi

Load

Case/Combo

FS-Awal FX FY Load Case

FS-Awal FX FY

Mm/s2 kN kN Mm/s2 kN kN

EQx Max 1225,831 1541,687 48,697 EQx Max 2459,279 3041,615 120,6117

EQy Max 1225,831 48,697 1444,307 EQy Max 2456,990 120,4997 2817,9895

Penskalaan gaya

Berdasarkan SNI 1726:201 pasal 7.9.1.4.1 kombinasi respons untuk gaya geser dasar hasil

analisis ragam (Vt) kurang dari 100% dari gaya geser (V) yang dihitung melalui metode statik

ekivalen, maka gaya tersebut harus dikalikan dengan V/Vt, dimana. V adalah gaya geser dasar statik

ekivalen yang dihitung sesuai pasal ini dan Pasal 7, dan Vt adalah gaya geser dasar yang dihitung

yang didapatkan dari hasil analisis kombinasi ragam.

Untuk perhitungan factor skala awal didapatkan 0,4985 arah x dan 0,4989 arah y. Dan untuk

factor koreksi 0,983 arah x dan 0,973 arah y.

Simpangan antar tingkat (∆a)

Berdasarkan SNI 1726:2019 Pasal 7.12.1.1 untuk sistem pemikul gaya seismik yang terdiri

dari hanya rangka momen pada struktur yang didesain untuk kategori desain seismik D, E, atau F,

simpangan antar tingkat desain (∆) tidak boleh melebihi ∆𝑎/𝜌 untuk semua tingkat. 𝜌 harus ditentukan

sesuai dengan pasal 7.3.4.2. Berdasarkan SNI 1726:2019 Pasal 7.12.1 simpangan antar tingkat desain

(∆)

Gambar 3. Diagram Story Drift Gempa Arah X dan Y

Sistem struktur bangunan Perkantoran empat lantai di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan

Sistem Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Khususm (SRPMK) dengan kategori resiko II.

Untuk bangunan kategori resiko II, simpangan izin sebesar 0,020hsx dengan faktor redudansi ρ

sebesar 1,3. Dari gambar 3 di atas diketahui bahwa bahwa tidak ada simpangan antara lantai yang

melebihi batas izin arah x maupun arah y.

Pengecekan P-Delta

Berdasarkan SNI 1726:2020 pasal 7.8.7 menyatakan bahwa pengaruh P-delta pada geser

tingkat dan momen, gaya dan momen elemen struktur yang dihasilkan, dan simpangan antar tingkat

yang diakibatkannya tidak perlu diperhitungkan bila koefisien stabilitas (𝜃) seperti ditentukan oleh

persamaan berikut sama dengan atau kurang dari 0,10 ,θ =𝑃𝑥∆𝐼𝑒

𝑉𝑥ℎ𝑠𝑥𝐶𝑑, dan nilai stabilitas (𝜃) tidak

boleh melebihi θmax =0,5

𝛽×𝐶𝑑≤ 0,25

Pada analisis kontrol selanjutnya yaitu pengecekan kestabilan bangunan/efek P-Delta,

dibutuhkan nilai beban kumulatif gravity pada tiap lantai dengan faktor beban individu tidak melebihi

1,0. Oleh karena itu diambil kombinasi untuk pengecekan P-Delta adalah : CombP-delta = 1,0DL +

1,0LL. Dari Gambar 4 dan diketahui bahwa struktur mengalami kesetabilan.

Page 8: Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran

72

Gambar 4. Diagram P-Delta Gempa Arah X dan Y

Eksentrisitas dan Torsi

Pengecekan eksentrisitas

Nilai pembesaran torsi tidak terduga Ax dan Ay, dicek saat struktur diberi torsi tidak terduga

sebesar 5%, dengan asumsi awal Ax dan Ay = 1, sesuai dengan SNI 1726:2019 pasal 7.8.4.2.

Berdasarkan Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa struktur memerlukan pembesaran torsi tidak terduga

pada puncak atap, roof top, lantai satu dan dua untuk gempa arah x dan y. Pembesaran torsi tidak

terduga dapat diambil sebesar 5% dikalikan dengan faktor pembesaran torsi. Nilai ini kemudian

dijadikan sebagai eksentrisitas diafragma saat mendefinisikan beban gempa di ETABS.

Gambar 5. Pengecekan Pembesaran Torsi Tidak Terduga

Tabel 8. Pengecekan Ketidakberaturanan Torsi Spec-X Max dan Spec-Y Max

Story level

Drift

Ratio Ax

Drift

Ratio Ay Max

Drift

Avg

Drift

Max

Drift

Avg

Drift

Puncak Atap 22,2 1,642 1,162 1,414 1,386665011 1,98 1,357 1,459 1,478455282

Roof Top 20,8 7,411 5,366 1,381 1,324615394 8,332 5,652 1,474 1,509147623

LT. 4 16,2 7,801 7,419 1,051 0,76779861 10,044 8,807 1,14 0,903222865

LT. 3 11,88 11,708 10,296 1,137 0,897978353 11,616 10,325 1,125 0,878963

LT. 2 7,56 11,35 8,37 1,356 1,276963004 10,841 8,252 1,314 1,198554421

LT. 1 3,24 3,595 1,851 1,942 2,619524471 3,367 1,754 1,92 2,558966277

Perhitungan ketidakberaturan torsi

Ketidakberaturan torsi struktur dihitung berdasarkan persyaratan ketidakberaturan horizontal

struktur di SNI 1726:2020, seperti gambar 6. Rasio simpangan antarlantai maksimum dan simpangan

anratlantai rata-rata disyaratkan kurang dari 1,2 untuk ketidakberaturan 1a, dan 1,4 untuk

ketidakberaturan torsi 1b.

Page 9: Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran

73

Gambar 6. Pengecekan Ketidakberaturan Torsi

Berdasarkan hasil analisis struktur terjadi ketidakberaturan untuk arah x pada puncak atap, roof top,

lantai satu dan lantai dua terjadi ketidakberaturan 1a dan puncak atap dan lantai satu ketidakberaturan

1b. kemudian untuk arah y terjadi ketidakberaturan untuk puncak atap, Roof top, lantai dua dan lantai

1 untuk 1a dan puncak atap, roof top, dan lantai 1 untuk 1b.

Pengecekan Ketidakberaturan Horizontal Struktur

1. Ketidakberaturan 1a

Dari hasil pengecekan ketidakberaturan torsi didapat pada arah x pada puncak atap, Roof top,

lantai satu dan lantai 2, kemudian arah y pada puncak atap, Roof top, lantai dua dan lantai satu.

Simpangan antar lantai tingkat maksimum lebih dari 1,2 kali simpangan rata-rata. Hasil ini

menjelaskan bahwa struktur mengalami torsi 1a.

2. Ketidakberaturan 1b

Dari hasil pengecekan ketidakberaturan torsi didapat pada arah x pada puncak atap, dan lantai

satu, kemudian arah y pada puncak atap, roof top, dan lantai satu. Simpangan antar lantai tingkat

maksimum lebih dari 1,4 kali simpangan rata-rata. Hasil ini menjelaskan bahwa struktur

mengalami torsi 1b.

3. Ketidakberaturan sudut dalam

Pada analisis kantor di Daerah Istimewa Yogyakarta ini kedua dimensi proyeksi denah struktur

lokasi sudut dalam lebih besar dari 15 % yaitu untuk arah x mencapai 27 % dan arah y mencapai

17 %.

4. Ketidakberaturan diskontinuitas diafragma

Pada penelitian ini lantai tiga dan puncak atap terjadi ketidakberaturan diskontinuitas diafragma

dimana melebihi 50% dari luasan diafragma seperti pada tabel 9.

5. Ketidakberaturan akibat pergeseran tegak turus terhadap bidang

Sistem struktur ini merupakan sistem rangka pemikul momen, yang mana semua element kolom

tidak menerus hingga bawah tetapi tidak memiliki dinding geser. Sehingga sistem struktur ini

mengalami ketidakberaturan 4.

6. Ketidakberaturan sistem nonparallel

Sistem struktur ini merupakan sistem rangka pemikul momen, yang mana tidak memiliki dinding

geser. Sehingga persyaratan ini tidak memenuhi.

Page 10: Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran

74

Gambar 7. Grafik Ketidakberaturan Diskontinuitas Diafragma

Tabel 9. Pengecekan Ketidakberaturan Diskontinuitas Diafragma

Story Level

Diafragma

area Opening Area Diskontinuitas<50 %

Check

m2 m2 50%

Puncak Atap 22,2 108,495 345,95 319% No

Roof Top 20,8 436,082 252,93 58% No

LT. 4 16,2 565,49375 120,976 21% Ok

LT. 3 11,88 592,5175 68,9775 12% Ok

LT. 2 7,56 670,3225 68,9775 10% Ok

LT. 1 3,24 670,3225 68,9775 10% Ok

Tabel 9 dan Gambar 7 dapat dilihat pada lantai tiga-mezanine dan puncak atap terjadi

ketidakberaturan diskontinuitas diafragma dimana melebihi 50% dari luasan diafragma. Hal ini dapat

di atasi dengan meningkatkan gaya desain berdasarkan prosedur statik sebesar 25% untuk sambungan

diafragma dengan element-element vertikal dan dengan element kolektor, dan untuk element kolektor

dan sambungannya, termasuk sambungan-sambungan ke element vertikal, dari sistem penahan gaya

seismik dengan mengacu pada SNI 1726:2019 Pasal 7.3.3.4.

Pengecekan Ketidakberaturan Vertical Struktur

1. Ketidakberaturan 1a

Pada penelitian ini struktur mengalami soft story untuk satu arah yaitu arah x.

2. Ketidakberaturan 1b

Pada penelitian ini struktur mengalami soft story untuk satu arah yaitu arah x.

Gambar 8. Grafik Ketidakberaturan Vertikal 1b

Page 11: Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran

75

Tabel 10. Pengecekan Ketidakberaturan Vertikal 1b Arah X Story

Stiffness Check Check

KN/m 60% 70%

Puncak Atap 287717,9 - - - -

Roof Top 153083,44 53% Soft story - -

LT. 4 220953,01 144% Ok - -

LT. 3 249081,04 113% Ok 113% Ok

LT. 2 354908,07 142% Ok 171% Ok

LT. 1 1686009,8 475% Ok 613% Ok

Tabel 11. Pengecekan Ketidakberaturan Vertikal 1a Arah Y Story Stiffness Check Check

KN/m 60% 70%

Puncak Atap 223920,462 - - - -

Roof Top 126998,263 57% Soft story - -

LT. 4 204066,238 161% Ok - -

LT. 3 246829,557 121% Ok 133% Ok

LT. 2 338929,282 137% Ok 176% Ok

LT. 1 1637064,338 483% Ok 622% Ok

Ketidakberaturan 2 yaitu ketidakberaturan Berat (massa)

Dilihat pada tabel 12 struktur mengalami ketidakberaturan berat pada lantai empat, lantai satu

Tabel 12. Pengecekan Ketidakberaturan Berat

Lantai Massa (kg) Dibandingkan dengan 1,5 x

massa lantai di atasnya

Dibandingkan dengan 1,5 x

massa di lantai bawah

Puncak Atap 142857,25 - -

Roof Top 279044,05 - Ok

LT. 4 670133,07 Irregular Ok

LT. 3 825392,54 Ok Ok

LT. 2 893334,42 Ok Ok

LT. 1 1099198,6 Ok Irregular

Base 161674,43 Ok -

3. Untuk ketidakberaturan 3 dan 4 tidak memenuhi sistem struktur karena sistem struktur ini

merupakan sistem rangka pemikul momen, yang mana tidak memiliki dinding geser. Sehingga

persyaratan ini tidak memenuhi.

4. Pada penelitian ini struktur tidak mengalami diskontinuitas dalam ketidakberaturan kuat lateral

tingkat 5a dan 5b dan dapat dilihat pada tabel 13 serta gambar 9 di bawah ini

Gambar 9. Grafik Ketidakberaturan Vertikal 5a dan 5b

Page 12: Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran

76

Tabel 13. Pengecekan Ketidakberaturan Vertikal 5a dan 5b

Lantai Load Vx Vy Cek-x Cek-y Cek-x Cek-y

(KN) (KN) 80% 80% 65% 65%

Puncak Atap Envelope 329,9546 324,0596 - - - -

Roof Top Envelope 854,4158 833,0124 Ok Ok Ok Ok

LT. 4 Envelope 1767,3935 1668,2464 Ok Ok Ok Ok

LT. 3 Envelope 2557,8375 2362,9401 Ok Ok Ok Ok

LT. 2 Envelope 2991,8131 2753,869 Ok Ok Ok Ok

LT. 1 Envelope 3074,7789 2850,6352 Ok Ok Ok Ok

Pengecekan Faktor Redunansi

Berikut ini merupakan hasil pengecekan untuk setiap story shear pada masing-masing lantainya

untuk redundansi 1 (ρ = 1).

Gambar 10. Gaya Geser Lantai Terhadap 35% Gaya Geser Dasar Arah X dan y Tabel 14. Pengecekan Gaya Geser Lantai Arah X Terhadap 35% V Base Shear Redundansi 1 (ρ=1)

Lantai load case Vx (kN) 35% Vx.Base

shear (kN) Cek Vx Vy (kN)

35% Vy.Base

shear (kN) Cek Vx

Puncak Atap Envelope 329,955 1076,172615 Cek 324,06 997,72232 Cek

Roof Top Envelope 854,416 1076,172615 Cek 833,012 997,72232 Cek

LT. 4 Envelope 1767,39 1076,172615 Ok 1668,25 997,72232 Ok

LT. 3 Envelope 2557,84 1076,172615 Ok 2362,94 997,72232 Ok

LT. 2 Envelope 2991,81 1076,172615 Ok 2753,87 997,72232 Ok

LT. 1 Envelope 3074,78 1076,172615 Ok 2850,64 997,72232 Ok

Berdasarkan Tabel 14 serta Gambar 10 tersebut, pada arah x dan arah y dari Roof Top ke puncak

atap menahan kurang dari 35% gaya geser dasar. Oleh karena itu persyaratan poin (b) pada subbab

5.3.6 masing-masing sisi struktur dalam masing-masing arah orthogonal di setiap tingkat menahan

lebih dari 35% gaya geser dasar tidak memenuhi.

Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis performa dinamik struktur Gedung Perkantoran Empat Lantai di

Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap beban gempa beban gempa SNI 1726:2019, dapaat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Analisis Respon Dinamik

Dari analisis respon dinamik R=8, diperoleh hasil partisipasi massa dengan mode 1 nilai factor

translasi UY memberikan angka yang paling dominan yaitu 55,47 % gerak hal ini menunjukan

bahwa gerak translasi arah Y yang terjadi pada mode 1 sesuai dengan animasi layer computer.

Pada mode 2 nilai factor translasi arah UX memberikan angka yang paling dominan yaitu 55,47

% hal ini menunjukan bahwa gerak translasi arah X dan nilai RZ dominan yaitu 49,98 % hal ini

menunjukan bahwa pada mode ini gerak struktur sudah dominan dalam rotasi.

2. Analisis gempa dari struktur atas

Page 13: Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran

77

Beban geser dasar nominal static ekivalen V untuk struktur ini, diambil dari nilai terbesar 100%

V dan Vt dengan nilai R=8 dari analisis dinamik respon spektrum diperoleh hasil beban gempa

arah x dengan periode Tx 0,795 detik, geser dasar seismic , Vtx 3090,856157 Kn dan beban

gempa untuk arah y Ty 0,85 detik, geser dasar dinamik, Vty 2892,928284 kN.

3. Hasil pengecekan ketidakberaturan horizontal bahwa struktur mengalami ketidakberaturan sudut

dalam dimana dimension struktur lebih dari 15% kemudian untuk pengecekan ketidakberaturanan

torsi menunjukan bahwa struktur untuk arah x pada puncak atap, roof top, lantai dua dan lantai 1

mengalami torsi 1a melebihi rasio 1,2 dan untuk puncak atap dan lantai 1 mengalami torsi 1b

lantai yang melebihi rasio 1,4 dan arah y pada puncak atap, roof top, lantai satu dan lantai dua

terjadi ketidakberaturan torsi 1a dengan rasio melebihi 1,2 sedangkan untuk puncak atap, Roof

top, dan lantai 1 mengalami ketidakberaturan 1b yang melebihi rasio 1,4. Untuk pengecekan

ketidakberaturan diskontinuitas diafragma menyimpulkan bahwa pada roof top dan puncak atap

terjadi ketidakberaturan diskontinuitas diafragma dimana melebihi 50% dari luasan diafragma.

4. Hasil pengecekan ketidakberaturan vertikal untuk pengecekan ketidak beraturan kekakuan tingkat

lunak menyimpulkan bahwa terdapat ketidakberaturan kekakuan tingkat lunak terhadap arah x

dan arah y, untuk pengecekan ketidakberaturan berat (massa) diketahui bahwa struktur

mengalami ketidakberaturan berat pada lantai empat dan lantai satu. Namun demikian struktur

tidak mengalami ketidakberaturan akibat diskontinuitas bidang pada elemen vertikal,

diskontinuitas dalam ketidakberaturan kuat lateral tingkat dan diskontinuitas dalam

ketidakberaturan kuat lateral tingkat diketahui bahwa struktur tidak mengalami diskontinuitas

dalam ketidakberaturan kuat lateral tingkat 5a dan 5b

5. Simpangan tingkat antara lantai

Simpangan antara tingkat lantai untuk arah x dan y telah memenuhi syarat dan tidak ada yang

melebihi syarat batas simpangan

6. Pengecekan efek p-delta dari dari struktur menyimpulkan bahwa struktur tidak dipengaruhi oleh

efek p-delta

7. Arah gempa yang diterapkan berupa arah orthogonal dengan nilai factor redunansi yeng telah

dibuktikan melalui analisis dipakai sebesar 1,3

Daftar Pustaka

Badan Standarisasi Nasional. 2019. SNI 03-1726:2019 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan

Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Jakarta

Badan Standarisasi Nasional. 2020. SNI 03-1727:2020 tentang Beban Minimum untuk Perancangan

Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional, 2019, SNI 2847:2019 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk

Bangunan Gedung. Jakarta.

Hurint, Yoseph Sirilus Ratu. 2020. Analisis Struktur Gedung DPD PDI Perjuangan Yogyakarta

Terhadap Beban Gempa RSNI 1726:201X. Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata

Tamansiswa.

Tim Penyusun Buku Pedoman Progran Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik-USTY., 2015, Pedoman

Penulisan Tugas Akhir dan Penelitian, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Wijaya, Tavio Usman. 2018. Desain Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja (Performance Based

Design). Surabaya Dan Jakarta

Yucha Al Kautsar Afnan, M. Afif Shulhan, Iskandar Yasin, 2020., Perbandingan Respons Spektrum

Gempa Antara SNI 1726-2012 Dan SNI 1726-2019 Di Indonesia., Renovasi, Vol 5. No 2,

2020 hal 36 – 42