29
ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG TUGAS PAPER Industrial Organization Dosen Pengampu : Prof. DR. M. Wahyuddin DISUSUN OLEH : NAMA : IDA WULANDARI NIM: P 100130024 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 1

ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMANDALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG

TUGAS PAPER

Industrial Organization

Dosen Pengampu : Prof. DR. M. Wahyuddin

DISUSUN OLEH :

NAMA : IDA WULANDARI

NIM: P 100130024

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

1

Page 2: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

A. Abstrak

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Menganalisa kontribusi industri

makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang, (2) Menganalisa

keterkaitan industri makanan dan minuman dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten

Tangerang, (3) Menganalisa dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh industri makanan dan

minuman dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan, dan

meningkatkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan efek pengganda (multiplier) output,

pendapatan dan tenaga kerja, (4) Menganalisa dampak penyebaran antara industri makanan

dan minuman dengan sektor lainnya serta penetapan prioritas sektor, dan (5) Menganalisa

perkembangan industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang dalam kurun periode

2000 hingga 2006 dilihat sisi realisasi investasi dan penyerapan tenaga kerja.

Penelitian ini menggunakan dua metode analisis utama yakni analisis Input-Output (I-O) dan

analisis deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

Tabel Input-Output (I-O) Kabupaten Tangerang tahun 2000 klasifikasi 40 sektor dan data

investasi industri di Kabupaten Tangerang tahun 2000 hingga 2006 hasil monitoring Badan

Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Tangerang. Khusus untuk

keperluan analisis Input-Output, tabel I-O diagregasi menjadi 19 sektor. Pengolahan data

dilakukan dengan GRIMP.

Berdasarkan hasil analisis kontribusi, industri makanan dan minuman dalam perekonomian

Kabupaten Tangerang dilihat dari kontribusi yang diberikannya terhadap permintaan akhir

total dan pembentukan output total menduduki peringkat kedua, sedangkan terhadap

pembentukan permintaan antara total menempati peringkat ketiga. Impor dan konsumsi

masyarakat untuk subsektor industri ini adalah yang terbesar dibanding sektor lainnya.

B. Latar Belakang

Industri makanan dan minuman yang dikenal juga dengan industri pangan merupakan

subsektor dari industri manufaktur (non migas) yang memiliki peranan yang sangat penting

bagi perekonomian Indonesia. Selain berperanan dalam hal penyerapan tenaga kerja, industri

makanan dan minuman juga sangat berperanan dalam hal pembentukan output dan nilai

tambah sektor industri nasional. Pada tahun 2004, industri makanan dan minuman

memberikan nilai produksi terbesar diantara subsektor industri (kategori besar dan sedang)

lainnya yaitu sekitar 18,06 persen dari total nilai produksi industri besar dan sedang pada

tahun 2004. Kontribusi tersebut meningkat pada tahun 2005 menjadi 19,69 persen. Dalam hal

2

Page 3: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

pembentukan nilai tambah industri makanan dan minuman juga merupakan yang terbesar

dibandingkan subsektor industri kategori besar dan sedang lainnya yaitu sekitar Rp 50 triliun

pada tahun 2004. Pada tahun 2005 kontribusi industri makanan dan minuman terhadap

pembentukan nilai tambah tersebut meningkat menjadi sekitar Rp 56 triliun (Badan Pusat

Statistik, 2005). Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997

menyadarkan pemerintah bahwa semakin penting untuk memberdayakan industriindustri

yang mampu menyerap dan menggunakan bahan baku lokal yakni dikenal dengan

agroindustri. Industri makanan dan minuman adalah salah satu subsektor industri berbasis

agro yang dimaksud dan terbukti mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi, karena

pada umumnya bahan pokok dalam pembuatan produk industri makanan dan minuman

berasal dari sektor pertanian. Pada akhirnya, sektor pertanian juga ikut ditopang oleh

kemandirian industri makanan dan minuman tersebut.

Ada dua alasan yang mendasarinya yaitu: Pertama, jumlah penduduk Indonesia yang sangat

besar merupakan pasar potensial. Kedua, sebagian besar industri pangan di Indonesia

memakai bahan baku hasil pertanian lokal yang bisa memacu pengembangan sektor

agroindustri nasional. Dengan memiliki industri turunan yang banyak, industri makanan

mampu mendayagunakan sektor ekonomi lainnya dari sektor hulu hingga sektor hilirnya

(Atantya, 2003).

Industri makanan dan minuman banyak tersebar pada beberapa wilayah di berbagai penjuru

tanah air, salah satunya di Kabupaten Tangerang. Kabupaten yang dikenal sebagai salah satu

kantung industri Indonesia ini memiliki sejumlah perusahaan yang bergerak di industri

makanan dan minuman dengan berbagai ukuran menurut skala usahanya (kecil dan rumah

tangga, sedang dan besar) serta tersebar di berbagai kecamatan. Sebagaimana dalam konteks

nasional, keberadaan industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang diduga juga

memberikan dampak positif bagi perekonomian Kabupaten Tangerang.

Dalam ruang lingkup perekonomian wilayah Kabupaten Tangerang, industri makanan dan

minuman tentunya tidak lepas kaitannya dengan sektor lain yang ada di Kabupaten

Tangerang, mulai dari proses produksi hingga proses distribusi hasil output. Dengan kata

lain, sektor-sektor ekonomi yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung

terhadap seluruh rangkaian produksi hingga pemasaran produk akhir seperti pertanian,

perdagangan, jasa, transportasi dan sektor-sektor ekonomi lainnya ikut diuntungkan melalui

suatu mekanisme yang dikenal dengan mekanisme keterkaitan (linkage mechanism).

Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS)

3

Page 4: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

Kabupaten Tangerang, pada tahun 2005 terdapat 85.571 penduduk usia 10 tahun ke atas yang

bekerja di sektor pertanian yakni sebagai petani atau buruh tani. Angka tersebut tidaklah

sedikit, dan untuk itu perlu ada suatu upaya agar potensi pertanian di Kabupaten Tangerang

dapat didayagunakan seoptimal mungkin.

Golongan Industri Makanan dan Minuman Menurut Klasifikasi Baku

Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005

Industri makanan dan minuman pada KBLI tahun 2005 diberi kode 15

(berdasarkan Kode KBLI dua digit). Industri ini dikelompokkan menjadi

lima pokok golongan berdasarkan Kode KBLI tiga digit yakni; industri

pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak

dan lemak, industri susu dan makanan dari susu, industri penggilingan

padi-padian, tepung, dan pakan ternak, industri makanan lainnya serta

industri minuman.

a. Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging, Ikan, Buah-buahan,

b. Sayuran, Minyak dan Lemak (Kode KBLI: 151)

c. Industri Susu dan Makanan dari Susu (Kode KBLI: 152)

d. Industri Penggilingan Padi-Padian, Tepung, dan Pakan Ternak (Kode KBLI: 153)

e. Industri Makanan Lainnya (Kode KBLI: 154)

f. Industri Minuman (Kode KBLI: 155)

Adapun yang telah diidentifikasi sebagai mega trends dalam perindustrian

makanan dan minuman global adalah sebagai berikut:

a. Makanan yang sehat : Kesehatan dan makanan dewasa ini tidak dapat

dipisahkan satu sama lainnya. Mayoritas konsumen sekarang ini lebih

menginginkan makanan yang sehat dan bergizi dibandingkan makanan-

makanan yang tidak baik bagi kesehatan.

b. Kepuasan: Konsumen sudah tidak lagi hanya memikirkan kandungan

dari makanan tetapi lebih menginginkan makanan yang bervariasi.

c. Demografik: Pertumbuhan masyarakat yang berpenghasilan tinggi di

negaranegara barat dan kelas menengah di Asia.

d. Isu-isu Sosial dan Lingkungan: Teknis produksi industri yang tidak

bersahabat dengan lingkungan dan masyarakat sekitar mempengaruhi

sikap konsumen untuk tidak membeli hasil industri tersebut.

4

Page 5: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

e. Keamanan Pangan (Food Safety/Food Security): Konsumen maupun

produsen pangan semakin menghendaki produk yang terjamin

keamanannya.

Kerangka Pemikiran

Kabupaten Tangerang merupakan suatu kabupaten yang memiliki banyak

industri. Berbagai industri, mulai dari industri kecil dan rumah tangga,

industri menengah, besar nasional sampai multinational company beroperasi

di Kabupaten Tangerang demi mendapatkan keuntungan sebesar-

besarnya dan di satu sisi juga memberikan kontribusi yang cukup besar

dalam penyerapan tenaga kerja maupun pendapatan bagi pemerintah

daerah berupa pajak.

Namun satu hal yang perlu diketahui yaitu bahwa masyarakat di

Kabupaten Tangerang tidak hanya mengandalkan sektor industri sebagai

pekerjaan dan sumber pendapatan. Masih banyak masyarakat di

Kabupaten ini yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian yang

juga merupakan sektor peringkat tiga besar dalam hal kontribusi terhadap

pembentukan PDRB Kabupaten Tangerang dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Tangerang, pada tahun 2005 terdapat

85.571 penduduk usia 10 tahun ke atas yang berkerja di sektor pertanian

yakni sebagai petani atau buruh tani. Angka tersebut tidaklah sedikit, dan

untuk itu perlu ada suatu upaya agar potensi pertanian di Kabupaten

Tangerang dapat didayagunakan seoptimal mungkin.

Diantara subsektor industri yang bisa mendorong dan memajukan sektor

pertanian tiada lain adalah industri makanan dan minuman. Sebagai salah

satu industri yang berlandaskan agro, industri makanan dan minuman

diyakinkan akan banyak menyerap tenaga kerja dan sumber daya lokal.

Nilai tambah (added value) yang akan diberikan juga tidak sedikit, baik

kepada sektornya sendiri maupun kepada sektor hulu dan sektor hilirnya.

Dengan kata lain, tidak hanya sektor pertanian yang diuntungkan, tetapi

juga sektor ekonomi lainnya, seperti perdagangan, jasa dan sektor-sektor

5

Page 6: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

lainnya. Untuk itu diperlukan suatu analisis keterkaitan (linkage analysis)

antar industri makanan dan minuman dengan seluruh sektor

perekonomian

di Kabupaten Tangerang, sehingga metode I-O dipergunakan dalam

penelitian ini. Tabel I-O yang digunakan adalah Tabel I-O Kabupaten

Tangerang yang terakhir, yakni tahun 2000 dengan klasifikasi 40 sektor

yang kemudian diagregasi menjadi tabel I-O dengan klasifikasi 19 sektor

(matrik 19x19). Dalam pengagregasian, industri makanan dan minuman

dipisahkan dari subsektor industri lainnya. Subsektor industri selain

industri makanan dan minuman dikelompokkan menjadi satu menjadi

sektor industri lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengklasifikasian

atau penggabungan subsektor industri selain industri makanan dan

minuman menjadi subsektor industri lainnya bukan mencerminkan kondisi

atau peranan masing-masing sektor industri (selain industri makanan dan

minuman) terhadap perekonomian Kabupaten Tangerang melainkan

kondisi atau peranannya secara akumulatif. Hal ini ditujukan untuk

melihat secara jelas peranan yang disumbangkan industri makanan dan

minuman secara relatif terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada

di Kabupaten Tangerang. Tujuan lain dari pengklasifikasian ini adalah

untuk memfokuskan proses analisis peranan industri makanan dan

minuman terhadap sektor tertentu yang menjadi bahan pertimbangan

atau concern penelitian sehingga tercapai tujuan penelitian yakni

mengidentifikasi peranan industri makanan dan minuman dalam

perekonomian Kabupaten Tangerang. Melalui penggunaan alat analisis I-O

akan diperoleh berapa besaran kontribusi dalam perekonomian,

keterkaitan antar sektor, multiplier antar sektor dan dampak penyebaran

serta penetapan prioritas sektor. Sedangkan untuk menganalisa

perkembangan industri makanan dan minuman dalam kurun periode 2000

hingga 2006 di Kabupaten Tangerang dilihat dari sisi perkembangan

investasi dan perkembangan penyerapan tenaga kerja digunakan metode

analisis deskriptif.

C. Data dan Metode Analisis

6

Page 7: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

sertahasil wawancara informal dengan berbagai pihak yang berhubungan

dengan masalah penelitian. Sebagian besar data penelitian diperoleh dari

Tabel Input-OutputKabupaten Tangerang tahun 2000. Tabel I-O ini

merupakan tabel I-O terbaru yang ada ketika tulisan ini dibuat. Selain

Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 digunakan juga

beberapa data sekunder lainnya yang diperoleh dari beberapa instansi

terkait seperti: Badan Pusat Statistik (BPS), Gabungan Pengusaha

Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), BPS Kabupaten

Tangerang, Badan Koordinasi dan Penanaman Modal Daerah (BKPMD)

Kabupaten Tangerang, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang dan

instansi terkait lainnya. Beberapa data dan informasi yang berhubungan

dengan penelitian diperoleh dari literatur yang dikeluarkan oleh berbagai

instansi, jurnal dan internet.

Metode Analisis

Analisis data yang diperoleh dilakukan baik secara analisis Input-Output

klasifikasi 19 sektor (matrik 19x19) maupun analisis deskriptif. Data

dianalisis dengan menggunakan analisis Input-Output berdasarkan Tabel

Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 bertujuan untuk

mengidentifikasi beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian yakni;

menganalisa kontribusi dalam perekonomian, menganalisa keterkaitan,

menganalisa pengganda (multiplier) serta menganalisa dampak penyebaran

dan penetapan prioritas sektor. Data dianalisis secara deskriptif untuk

menganalisa perkembangan realisasi investasi berdasarkan skala

investasi dan perkembangan penyerapan tenaga kerja dalam periode

2000 hingga 2006 pada industri makanan dan minuman di Kabupaten

Tangerang. Pengolahan atau analisis data GRIMP.

Koefisien Input

Koefisien input atau koefisien teknologi dalam tabel input-output

diperoleh

dari perbandingan antara sektor output sektor i yang digunakan dalam

sektor j, atau

7

Page 8: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

(X ij ) dengan input total sektor j, (X j ).

Analisis Keterkaitan

Keterkaitan Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu

terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut

secara langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor

tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian input antara

bagi sektor tersebut secara langsung perunit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan merupakan alat untuk

mengukur akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang

menyediakan output bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun

tak langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menyatakan akibat

dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input

antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung

per unit kenaikan permintaan total.

Analisis Pengganda (Multiplier)

Berdasarkan matrik kebalikan Leontif, baik untuk model terbuka (α ij )

maupun untuk model tertutup (α * ij ) dapat ditentukan nilai-nilai dari

multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja. Pengganda tipe I dan II

digunakan untuk mengukur efek pengganda dari pendapatan, output

maupun tenaga kerja pada setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah

atau negara yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah

pendapatan, output dan tenaga kerja.

Analisis Dampak Penyebaran

Koefisien Penyebaran (coefficient on dispersion)

8

Page 9: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

Analisis ini menunjukkan koefisien kaitan yang memberikan gambaran

tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir untuk

semua sektor di dalam perekonomian.

Kepekaan Penyebaran (sensitivity of dispersion)

Kepekaan penyebaran ini merupakan gambaran tentang pengaruh yang

ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam

perekonomian.

IV. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG

Kabupaten Tangerang terletak di bagian timur Propinsi Banten tepatnya 106°20 -106°43

bujur timur dan 6°00 – 6°20 lintang selatan. Kabupaten yang secara administratif berada di

bawah Propinsi Banten mempunyai pemerintahan yang sama dengan kabupaten lainnya. Unit

pemerintahan di bawah kabupaten adalah kecamatan, masing-masing kecamatan terdiri atas

beberapa kelurahan dan desa. Kabupaten Tangerang terdiri dari 26 kecamatan dengan jumlah

kelurahan sebanyak 77 dan desa sebanyak 251 serta 2.285 RW dan 10.223 RT (BPS

Kabupaten Tangerang, 2005).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB Menurut Komponen Penggunaan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggambarkan kemampuan suatu wilayah dalam

menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. PDRB dapat dilihat dari 2 sisi

pendekatan, yaitu sektoral dan penggunaan. Keduanya menyajikan komposisi data nilai

tambah dirinci menurut sumber pendapatan dan menurut komponen penggunaannya. PDRB

dari sisi sektoral merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu

diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya, sedangkan dari

sisi penggunaan menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut (BPS Kabupaten

Tangerang, 2005).

PDRB menurut komponen penggunaan terdiri dari konsumsi rumah tangga, konsumsi

pemerintah, pembentukan modal tetap (investasi), ekspor dan impor barang dan jasa. Dilihat

dari jenis penggunaan terhadap PDRB berdasarkan atas harga konstan tahun 2000,

pengeluaran ekspor mendominasi penggunaan PDRB tersebut. Pada tahun 2005 nilai ekspor

Kabupaten Tangerang mencapai Rp 11,03 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 9,16

persen dari tahun 2004. Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen yang

9

Page 10: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

paling dominan kedua setelah komponen ekspor. Pada tahun 2001, berdasarkan harga

konstan 2000, penggunaan PDRB untuk konsumsi rumah tangga mencapai 61,72 persen,

kemudian dari tahun 2002 hingga 2004 terus mengalami peningkatan yaitu dari 61,81 persen

pada tahun 2002, 62,38 persen di tahun 2003, dan terakhir pada tahun 2004 mengalami

peningkatan menjadi 62,40 persen. Namun pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi

61,77 persen. Besarnya proporsi konsumsi rumah

tangga terhadap PDRB yang selama kurun periode 2002 hingga 2005 berkisar 60-63 persen,

dapat mengindikasikan bahwa perekonomian di Kabupaten Tangerang masih digerakkan oleh

konsumsi masyarakatnya, bukan dari produksi di wilayah Kabupaten Tangerang itu sendiri.

Selain itu, peningkatan nilai konsumsi masyarakat tersebut juga mengindikasikan bahwa

semakin kuatnya kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity) masyarakat Kabupaten

Tangerang. Salah satu komponen PDRB dari sudut penggunaan yang masih relatif kecil

kontribusinya adalah pengeluaran konsumsi lembaga non profit (LNPRT). Rendahnya

pendapatan atau kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

kegiatan LNPRT belum berkembang. Data pada tahun 2005, kontribusi LNPRT di Kabupaten

Tangerang baru mencapai 0,56 persen terhadap perekonomian secara agregat. Komponen

pengeluaran PDRB Kabupaten Tangerang lainnya adalah investasi. Menurut Teori Harold

Domar yang menyatakan bahwa semakin tinggi investasi yang ditanamkan, maka semakin

besar output atau PDRB yang dapat

dihasilkan dan akan mengakibatkan tingginya pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) merupakan gambaran riil investasi, bukan saja

didorong penanaman modal asing dan dalam negeri, tetapi juga pengembangan usaha kecil,

menengah, serta investasi skala rumah tangga. Pembentukan modal tetap berdasarkan PDRB

atas harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Tangerang dalam kurun periode 2001 hingga

2005 terus mengalami pertumbuhan rata-rata 2 persen.

PDRB dari Sisi Sektoral

Struktur ekonomi Kabupaten Tangerang tahun 2005 didominasi oleh tiga sektor utama yakni

sektor industri sebagai motor penggerak utama perekonomian Kabupaten Tangerang dengan

kontribusi (terhadap PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000) sebesar 55,54 persen; sektor

perdagangan, hotel dan restoran yang menyumbang 12,53 persen serta sektor pengangkutan

dan komunikasi dengan kontribusi 9,43 persen. Pertumbuhan sektor industri menjadi Rp

16,19 triliun pada tahun 2005 atau meningkat Rp 1,11 triliun dari tahun 2004 dan peranannya

sebesar 55,54 persen terhadap total Nilai Tambah Bruto (NTB) klasifikasi sembilan lapangan

10

Page 11: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

usaha menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang pada tahun2005

mencapai 7,40 persen.

Di Kabupaten Tangerang tidak terdapat industri migas (minyak dan gas) dan hanya terdiri

dari industri-industri tanpa migas (manufaktur). Seperti yang telah dijelaskan, sumbangan

sektor industri menyumbang lebih dari setengah bagian terhadap pembentukan Nilai Tambah

Bruto (NTB) total pada tahun 2005. Oleh karena itu, dapat dikatakan pula bahwa sektor

industri merupakan tulang punggung perekonomian Kabupaten Tangerang.

Kondisi Tenaga Kerja

Sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar adalah sektor industri yakni sebanyak 370.867

orang atau 28,64 persen dari penyerapan tenaga kerja total usia 10 tahun ke atas di Kabupaten

Tangerang. Penyerapan tenaga kerja terbesar kedua dipegang oleh sektor perdagangan

dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 282.314 orang atau 21,80 persen dari

jumlah keseluruhan penyerapan tenaga kerja usia 10 tahun ke atas. Merujuk pada informasi

tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sektor industri dan sektor perdagangan merupakan dua

sektor andalan utama dalam perekonomian Kabupaten Tangerang oleh karena andilnya yang

terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja khususnya tenaga kerja usia 10 tahun ke atas.

Dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja, perusahaan swasta nasional juga memberikan andil

terbesar yakni sebanyak 163.422 orang atau lebih dari 50 persen terhadap penyerapan tenaga

kerja total berdasarkan status perusahaannya. Sementara itu, perusahaan-perusahaan yang

berstatuskan Penanam Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

yang tergolong sebagai perusahaan fasilitas memiliki kontribusi sebesar 45,86 persen.

Menurut Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang, jumlah pencari kerja pada tahun 2005

sebanyak 39.858 orang. Sebagian besar adalah tamat SLTA sebanyak 24.919 orang atau

sekitar 62,52 persen dari total pencari kerja. Jumlah pencari kerja yang ditempatkan sebanyak

1.789 orang (750 laki-laki dan 1.039 perempuan).

D. Interpretasi Ekonomi

Kontribusi Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian

Kabupaten Tangerang Tahun 2000

Sebagai salah satu instrumen data yang bersifat lengkap dan

komprehensif, Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang 2000 mampu

memberikan besaran kontribusi industri makanan dan minuman terhadap

11

Page 12: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

komponen pembentuk struktur perekonomian Kabupaten Tangerang.

Pada tabel I-O tersebut, terdapat beberapa variabel yang menyusun

struktur ekonomi Kabupaten Tangerang yakni struktur permintaan, ekspor

dan impor, struktur nilai tambah bruto serta struktur output. Hal ini

sekaligus dapat memberikan gambaran mengenai kontribusi industri

makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang.

Struktur Permintaan

Total permintaan terhadap barang dan jasa domestik yang dihasilkan oleh

Kabupaten Tangerang pada tahun 2000 adalah sebesar Rp 32.108.646

juta. Permintaan barang dan jasa oleh sektor produksi dalam rangka

kegiatan produksinya (biasa disebut permintaan antara) mencapai Rp

12.660.784 juta atau sekitar 28,28 persen dari seluruh permintaannya.

Sektor industri memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan

permintaan antara. Kontribusi sektor ini mencapai 65,75 persen. Industri

makanan dan minuman menyumbang 11,91 persen terhadap

pembentukan permintaan antara sektor industri tersebut, dan 7,83 persen

terhadap pembentukan permintaan antara total (domestik). Tingginya

permintaan antara terhadap sektor industri menunjukkan kecenderungan

digunakannya output yang dihasilkan sektor industri untuk digunakan

sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya di Kabupaten

Tangerang. Dengan kata lain, sebagian besar output yang dihasilkan

sektor industri digunakan sektor lain untuk proses produksi.

Perkembangan Industri Makanan dan Minuman di Kabupaten

Tangerang

Berdasarkan hasil analisis I-O dengan menggunakan Tabel Input-Output

KabupatenTangerang tahun 2000 klasifikasi 40 sektor dan 19 sektor

diperoleh bahwa industri makanan dan minuman tergolong sebagai salah

satu sektor unggulan di Kabupaten Tangerang. Kondisi ini menunjukkan

bahwa industri makanan dan minuman berpotensi untuk mendukung

perkembangan sektor-sektor lain yang ada di Kabupaten Tangerang.

Sebagai sektor unggulan, industri makanan dan minuman memiliki

keterkaitan (ke belakang dan ke depan) yang tinggi. Hal ini

mengindikasikan bahwa ia mampu menghasilkan output produksi yang

12

Page 13: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

tinggi pula. Selain itu, hasil analisis pengganda tenaga kerja menunjukkan

bahwa industri makanan dan minuman memiliki kemampuan yang tinggi

dalam hal menciptakan lapangan pekerjaan baru di seluruh sektor

perekonomian yang ada di Kabupaten

Tangerang. Dengan kata lain, industri makanan dan minuman merupakan

suatu sektor ekonomi yang mampu memberikan efek pertumbuhan

lapangan pekerjaan bagi sektor-sektor yang terkait secara langsung

maupun tidak langsung dalam seluruh rangkaian proses produksinya.

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai beragam potensi yang dimiliki

industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang pada tahun

2000, maka dipandang penting untuk melihat perkembangan industri

makanan dan minuman dilihat dari dua sisi, yaitu sisi perkembangan

investasi dan sisi perkembangan penyerapan tenaga kerja. Analisis

perkembangan investasi ditujukan untuk melihat perkembangan

pembentukan modal tetap pada industri makanan dan minuman yang

pada Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 bernilai nol

(tidak ada investasi). Analisis perkembangan penyerapan tenaga kerja

dimaksudkan untuk melihat perkembangan penyerapan tenaga kerja

seiring dengan penanaman modal atau investasi yang ditanamkan di

Kabupaten Tangerang. Data yang digunakan dalam pembahasan berikut

adalah data resmi hasil monitoring Badan Koordinasi

Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Tangerang dari periode

2000 hingga 2006 terhadap perusahaan-perusahaan makanan dan

minuman yang masih eksis serta memiliki izin usaha tetap (IUT). Dengan

kata lain, perusahaan-perusahaan makanan dan minuman dalam

pembahasan ini merupakan perusahaan yang memiliki legalitas dan sah

secara hukum untuk melakukan kegiatan produksi di Kabupaten

Tangerang.

Perkembangan (Δ) Investasi

Dilihat dari sisi perkembangan realisasi investasi dari periode 2000 hingga

2006, industri makanan dan minuman terus mengalami pertumbuhan

meski nilainya cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun.Terjadi

perkembangan nilai investasi yang sangat signifikan pada tahun 2001,

13

Page 14: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

2004 dan 2005. Pertumbuhan investasi pada ketiga tahun tersebut

terhadap total pertumbuhan investasi industri makanan dan minuman

adalah 31,1 persen (tahun 2001), 25,3 persen (tahun 2002) dan 48,1

persen (tahun 2005). Pada tahun 2006, pertumbuhan investasi menurun

secara drastis, yaitu sekitar 7,5 kali lebih rendah dari tahun 2005 dengan

pertumbuhan sekitar Rp 18,3 miliar. Penurunan pertumbuhan investasi

pada tahun 2006 tidak hanya terjadi pada industri makanan dan

minuman, namun juga terjadi pada subsektor-subsektor industri lainnya

(BKPMD Kabupaten Tangerang, 2006). Kenaikan harga Bahan Bakar

Minyak (BBM) sebanyak dua kali pada tahun 2005 industri diduga

merupakan salah satu penyebab penurunan pertumbuhan investasi ini.

Tingginya tarif listrik industrijuga merupakan penyebab tambahan

investasi baru di Kabupaten Tangerang pada beberapa industri makanan

dan minuman terhambat. Salah satu dari beberapa investasi yang

terhambat tersebut adalah pabrik minuman ringan di Kabupaten

Tangerang (GAPMMI, 2006).

Perkembangan Industri Makanan dan Minuman di Kabupaten

Tangerang

Berdasarkan hasil analisis I-O dengan menggunakan Tabel Input-Output

Kabupaten Tangerang tahun 2000 klasifikasi 40 sektor dan 19 sektor

diperoleh bahwaindustri makanan dan minuman tergolong sebagai salah

satu sektor unggulan di Kabupaten Tangerang. Kondisi ini menunjukkan

bahwa industri makanan dan minuman berpotensi untuk mendukung

perkembangan sektor-sektor lain yang ada di Kabupaten Tangerang.

Sebagai sektor unggulan, industri makanan dan minuman memiliki

keterkaitan (ke belakang dan ke depan) yang tinggi. Hal ini

mengindikasikan bahwa ia mampu menghasilkan output produksi yang

tinggi pula. Selain itu, hasil analisis pengganda tenaga kerja menunjukkan

bahwa industri

makanan dan minuman memiliki kemampuan yang tinggi dalam hal

menciptakanlapangan pekerjaan baru di seluruh sektor perekonomian

yang ada di KabupatenTangerang. Dengan kata lain, industri makanan

dan minuman merupakan suatu sektor ekonomi yang mampu

14

Page 15: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

memberikan efek pertumbuhan lapangan pekerjaan bagi sektor-sektor

yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dalam seluruh

rangkaian proses produksinya. Berdasarkan pemaparan di atas mengenai

beragam potensi yang dimiliki industri makanan dan minuman di

Kabupaten Tangerang pada tahun 2000, maka dipandang penting untuk

melihat perkembangan industri makanan dan minuman dilihat dari dua

sisi, yaitu sisi perkembangan investasi dan sisi perkembangan

penyerapan tenaga kerja. Analisis perkembangan investasi ditujukan

untuk melihat perkembangan pembentukan modal tetap pada industri

makanan dan minuman yang pada Tabel Input-Output Kabupaten

Tangerang tahun 2000 bernilai nol (tidak ada investasi). Analisis

perkembangan penyerapan tenaga kerja dimaksudkan untuk melihat

perkembangan penyerapan tenaga kerja seiring dengan penanaman

modal atau investasi yang ditanamkan di Kabupaten Tangerang. Data

yang digunakan dalam pembahasan berikut adalah data resmi hasil

monitoring Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten

Tangerang dari periode 2000 hingga 2006 terhadap perusahaan-

perusahaan makanan dan minuman yang masih eksis serta

memiliki izin usaha tetap (IUT). Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan

makanan dan minuman dalam pembahasan ini merupakan perusahaan

yang memiliki legalitas dan sah secara hukum untuk melakukan kegiatan

produksi di Kabupaten Tangerang.

Perkembangan (Δ) Investasi

Dilihat dari sisi perkembangan realisasi investasi dari periode 2000 hingga

2006, industri makanan dan minuman terus mengalami pertumbuhan

meski nilainya cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun. Terjadi

perkembangan nilai investasi yang sangat signifikan pada tahun 2001,

2004 dan 2005. Pertumbuhan investasi pada ketiga tahun tersebut

terhadap total pertumbuhan investasi industri makanan dan minuman

adalah 31,1 persen (tahun 2001), 25,3 persen (tahun 2002) dan 48,1

persen (tahun 2005). Pada tahun 2006, pertumbuhan investasi menurun

secara drastis, yaitu sekitar 7,5 kali lebih rendah dari tahun 2005 dengan

pertumbuhan sekitar Rp 18,3 miliar. Penurunan pertumbuhan investasi

15

Page 16: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

pada tahun 2006 tidak hanya terjadi pada industri makanan dan

minuman, namun juga terjadi pada subsektor-subsektor industri lainnya

(BKPMD Kabupaten Tangerang, 2006). Kenaikan harga Bahan Bakar

Minyak (BBM) sebanyak dua kali pada tahun 2005 industri diduga

merupakan salah satu penyebab penurunan pertumbuhan investasi ini.

Tingginya tarif listrik industri juga merupakan penyebab tambahan

investasi baru di Kabupaten Tangerang pada beberapa industri makanan

dan minuman terhambat. Salah satu dari beberapa investasi yang

terhambat tersebut adalah pabrik minuman ringan di Kabupaten

Tangerang (GAPMMI, 2006).

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis I-O terhadap Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000

klasifikasi 19 sektor serta analisis deskriptif mengenai perkembangan investasi dan

perkembangan penyerapan tenaga kerja industri makanan dan minuman di Kabupaten

Tangerang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Kontribusi industri makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang

terhadap pembentukan permintaan akhir total dan pembentukan output total menduduki

peringkat kedua, sedangkan terhadap pembentukan permintaan antara total menempati

peringkat ketiga. Impor dan konsumsi rumah tangga untuk industri makanan dan minuman

adalah yang terbesar dibanding sektor-sektor lainnya. Dalam hal pembentukan nilai tambah

bruto total, industri makanan dan minuman berada pada peringkat kelima serta peringkat

keenam dalam hal ekspor.

b. Dilihat dari analisis keterkaitan langsung dan langsung tidak langsung ke depan, industri

makanan dan minuman menempati peringkat kedua. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan

langsung dan langsung tidak langsung ke belakang, industri makanan dan minuman berada

pada peringkat kelima. Meskipun dalam hal keterkaitan ke belakang peringkat kelima,

industri makanan dan minuman menyerap jumlah output dari sektor pertanian terbesar

dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa

industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang memiliki kemampuan yang besar

dalam hal mendukung perkembangan sektor agroindustri di Kabupaten Tangerang.

16

Page 17: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

c. Hasil analisis pengganda pada Tabel I-O klasifikasi 19 sektor menunjukkan bahwa industri

makanan dan minuman memiliki pengganda output tipe I peringkat kelima dan pengganda

output tipe II peringkat pertama. Jika dilihat dari hasil analisis pengganda pendapatan,

industri makanan dan minuman hanya menempati peringkat kedelapanbelas baik tipe I

maupun tipe II. Peran industri makanan dan minuman dalam hal penciptaan lapangan

pekerjaan baru di Kabupaten Tangerang tergolong cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari nilai

pengganda tenaga kerja tipe I dan tipe II yang menduduki peringkat kedua. Kondisi ini juga

mengindikasikan bahwa industri makanan dan minuman dapat diandalkan untuk mengurangi

tingkat pengangguran di Kabupaten Tangerang.

d. Sesuai dengan hasil analisis dampak penyebaran, industri makanan dan minuman memiliki

nilai koefisien penyebaran peringkat kelima dan nilai kepekaan penyebaran peringkat kedua.

Nilai koefisien dan kepekaan penyebaran yang lebih besar dari 1 mengindikasikan bahwa

industri makanan dan minuman memiliki kemampuan yang tinggi dalam hal mendukung

pertumbuhan output sektor hulu dan hilirnya. Hal ini pula yang menjadikan industri makanan

dan minuman tergolong sebagai salah satu sektor prioritas (sektor unggulan) di Kabupaten

Tangerang.

e. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa industri makanan dan minuman

dalam kurun periode 2000 hingga 2006 mengalami pertumbuhan investasi dan pertumbuhan

penyerapan tenaga kerja meski nilainya cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun. Industri

makanan dan minuman skala investasi besar memiliki peranan terbesar dalam hal

pembentukan barang modal (investasi) dan penyerapan tenaga kerja.

17

Page 18: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

DAFTAR PUSTAKA

Atantya,.2003. “Kendali Mutu Industri Makanan dan Minuman”. Sinar Harapan, Jakarta.

Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Tangerang. 2006.

Data Investasi Kabupaten Tangerang Tahun 2006. BKPMD, Tangerang.

__________. 2006. Data Investasi Industri Non Fasilitas Kabupaten Tangerang Tahun

2000- 2006. BKPMD, Tangerang.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tangerang. 2000. Tabel Input-Output

Kabupaten Tangerang 2000. Tangerang.

__________. 2002. Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2002. BPS, Tangerang.

__________. 2003. Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2003. BPS, Tangerang.

__________. 2004. Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2004. BPS, Tangerang.

__________. 2004. Kontribusi Usaha Kecil Menengah dan Usaha Besar Kabupaten

Tangerang. BPS, Tangerang.

__________. 2005. Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2005. BPS, Tangerang.

Badan Pusat Statistik. 2000. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output. BPS,

Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kota Cilegon. 2002. Interpretasi Tabel Input Output Kota Cilegon.

BPS, Cilegon

Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT

Pradnya Paramita, Jakarta.

Basri, F. 2005. Kita Harus Berubah! Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

Canadian Trade and Enterprise. 2006. Food and Beverage in Canada. www.cthrc.ca

Departemen Perindustrian. 2007. Media Industri. Departemen Perindustrian, Jakarta.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia. 2006. Buletin Industri

Pangan Indonesia Edisi Keduabelas, April-Juni 2006. GAPMMI, Jakarta.

18

Page 19: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia. 2006. Buletin Industri

Pangan Indonesia Edisi Kesebelas, Januari-Maret 2006. GAPMMI, Jakarta.

Ghalib, R. 2005. Ekonomi Regional. Penerbit Pustaka Ramadhan, Bandung.

91

Jhingan, M. L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta

Mustikasari, D. Y. 2005. Peran Sektor Industri Pengolahan Dalam Perekonomian di

Propinsi Jawa Tengah: Analisis Input Output [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi

dan Manajemen Bogor.

Mubyarto. 2005. A Development Manifesto (The Resilience of Indonesian Ekonomi

Rakyat During the Monetary Crisis). Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

New Zealand Trade and Enterprise. 2006. Food Beverage, Sector Engagement Strategy

2005-2006. www.nzte.govt.nz

Noertjahyo, J. A. 2005. Dari Ladang sampai Kabinet. Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

Priyarsono, D. S., A. Daryanto dan L. Herliana. 2005. “Dapatkah Pertanian Menjadi

Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?: Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi”.

Agro Ekonomika, Vol. No. 1:

Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 2. 2000. Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

Philip, M. C. 2001. Urban and Regional Economics. Oxford University Press, New York.

Paul, S. A dan W. D. Nordhaus. 2001. Economics Seventeenth Edition. McGraw-Hill,

New York.

Setyawan, S. A. 2005. Analisis Peranan Sektor Industri Pengolahan dan Pengaruhnya

Terhadap Perekonomian Kabupaten Jepara [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi

dan Manajemen Bogor.

Sibarani, MA. F. 2004. “Industri Makanan dan Minuman Banyak Serap Tenaga Kerja”.

Sinar Harapan, Jakarta.

Sahara dan B. P. Resosudarmo. ____. ”Peran Sektor Industri Pengolahan terhadap

Perekonomian Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta: Analisis Input-Output.

Sahara. 2005. Kerangka Teori Model Input-Output [Transparansi Kuliah Ekonomi

Regional]. Bogor.

Soekartawi. 1994. Pembangunan Pertanian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Todaro, M. P dan S. C. Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. PenerbitErlangga, Jakarta.Wie, T.K. 2004. Pembangunan, Kebebasan dan Mukjizat Orde Baru. Penerbit BukuKompas, Jakarta.

19

Page 20: ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN.doc

20