Upload
ida-wulan
View
139
Download
20
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMANDALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG
TUGAS PAPER
Industrial Organization
Dosen Pengampu : Prof. DR. M. Wahyuddin
DISUSUN OLEH :
NAMA : IDA WULANDARI
NIM: P 100130024
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
1
A. Abstrak
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Menganalisa kontribusi industri
makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang, (2) Menganalisa
keterkaitan industri makanan dan minuman dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten
Tangerang, (3) Menganalisa dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh industri makanan dan
minuman dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan, dan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan efek pengganda (multiplier) output,
pendapatan dan tenaga kerja, (4) Menganalisa dampak penyebaran antara industri makanan
dan minuman dengan sektor lainnya serta penetapan prioritas sektor, dan (5) Menganalisa
perkembangan industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang dalam kurun periode
2000 hingga 2006 dilihat sisi realisasi investasi dan penyerapan tenaga kerja.
Penelitian ini menggunakan dua metode analisis utama yakni analisis Input-Output (I-O) dan
analisis deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
Tabel Input-Output (I-O) Kabupaten Tangerang tahun 2000 klasifikasi 40 sektor dan data
investasi industri di Kabupaten Tangerang tahun 2000 hingga 2006 hasil monitoring Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Tangerang. Khusus untuk
keperluan analisis Input-Output, tabel I-O diagregasi menjadi 19 sektor. Pengolahan data
dilakukan dengan GRIMP.
Berdasarkan hasil analisis kontribusi, industri makanan dan minuman dalam perekonomian
Kabupaten Tangerang dilihat dari kontribusi yang diberikannya terhadap permintaan akhir
total dan pembentukan output total menduduki peringkat kedua, sedangkan terhadap
pembentukan permintaan antara total menempati peringkat ketiga. Impor dan konsumsi
masyarakat untuk subsektor industri ini adalah yang terbesar dibanding sektor lainnya.
B. Latar Belakang
Industri makanan dan minuman yang dikenal juga dengan industri pangan merupakan
subsektor dari industri manufaktur (non migas) yang memiliki peranan yang sangat penting
bagi perekonomian Indonesia. Selain berperanan dalam hal penyerapan tenaga kerja, industri
makanan dan minuman juga sangat berperanan dalam hal pembentukan output dan nilai
tambah sektor industri nasional. Pada tahun 2004, industri makanan dan minuman
memberikan nilai produksi terbesar diantara subsektor industri (kategori besar dan sedang)
lainnya yaitu sekitar 18,06 persen dari total nilai produksi industri besar dan sedang pada
tahun 2004. Kontribusi tersebut meningkat pada tahun 2005 menjadi 19,69 persen. Dalam hal
2
pembentukan nilai tambah industri makanan dan minuman juga merupakan yang terbesar
dibandingkan subsektor industri kategori besar dan sedang lainnya yaitu sekitar Rp 50 triliun
pada tahun 2004. Pada tahun 2005 kontribusi industri makanan dan minuman terhadap
pembentukan nilai tambah tersebut meningkat menjadi sekitar Rp 56 triliun (Badan Pusat
Statistik, 2005). Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997
menyadarkan pemerintah bahwa semakin penting untuk memberdayakan industriindustri
yang mampu menyerap dan menggunakan bahan baku lokal yakni dikenal dengan
agroindustri. Industri makanan dan minuman adalah salah satu subsektor industri berbasis
agro yang dimaksud dan terbukti mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi, karena
pada umumnya bahan pokok dalam pembuatan produk industri makanan dan minuman
berasal dari sektor pertanian. Pada akhirnya, sektor pertanian juga ikut ditopang oleh
kemandirian industri makanan dan minuman tersebut.
Ada dua alasan yang mendasarinya yaitu: Pertama, jumlah penduduk Indonesia yang sangat
besar merupakan pasar potensial. Kedua, sebagian besar industri pangan di Indonesia
memakai bahan baku hasil pertanian lokal yang bisa memacu pengembangan sektor
agroindustri nasional. Dengan memiliki industri turunan yang banyak, industri makanan
mampu mendayagunakan sektor ekonomi lainnya dari sektor hulu hingga sektor hilirnya
(Atantya, 2003).
Industri makanan dan minuman banyak tersebar pada beberapa wilayah di berbagai penjuru
tanah air, salah satunya di Kabupaten Tangerang. Kabupaten yang dikenal sebagai salah satu
kantung industri Indonesia ini memiliki sejumlah perusahaan yang bergerak di industri
makanan dan minuman dengan berbagai ukuran menurut skala usahanya (kecil dan rumah
tangga, sedang dan besar) serta tersebar di berbagai kecamatan. Sebagaimana dalam konteks
nasional, keberadaan industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang diduga juga
memberikan dampak positif bagi perekonomian Kabupaten Tangerang.
Dalam ruang lingkup perekonomian wilayah Kabupaten Tangerang, industri makanan dan
minuman tentunya tidak lepas kaitannya dengan sektor lain yang ada di Kabupaten
Tangerang, mulai dari proses produksi hingga proses distribusi hasil output. Dengan kata
lain, sektor-sektor ekonomi yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung
terhadap seluruh rangkaian produksi hingga pemasaran produk akhir seperti pertanian,
perdagangan, jasa, transportasi dan sektor-sektor ekonomi lainnya ikut diuntungkan melalui
suatu mekanisme yang dikenal dengan mekanisme keterkaitan (linkage mechanism).
Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS)
3
Kabupaten Tangerang, pada tahun 2005 terdapat 85.571 penduduk usia 10 tahun ke atas yang
bekerja di sektor pertanian yakni sebagai petani atau buruh tani. Angka tersebut tidaklah
sedikit, dan untuk itu perlu ada suatu upaya agar potensi pertanian di Kabupaten Tangerang
dapat didayagunakan seoptimal mungkin.
Golongan Industri Makanan dan Minuman Menurut Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005
Industri makanan dan minuman pada KBLI tahun 2005 diberi kode 15
(berdasarkan Kode KBLI dua digit). Industri ini dikelompokkan menjadi
lima pokok golongan berdasarkan Kode KBLI tiga digit yakni; industri
pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak
dan lemak, industri susu dan makanan dari susu, industri penggilingan
padi-padian, tepung, dan pakan ternak, industri makanan lainnya serta
industri minuman.
a. Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging, Ikan, Buah-buahan,
b. Sayuran, Minyak dan Lemak (Kode KBLI: 151)
c. Industri Susu dan Makanan dari Susu (Kode KBLI: 152)
d. Industri Penggilingan Padi-Padian, Tepung, dan Pakan Ternak (Kode KBLI: 153)
e. Industri Makanan Lainnya (Kode KBLI: 154)
f. Industri Minuman (Kode KBLI: 155)
Adapun yang telah diidentifikasi sebagai mega trends dalam perindustrian
makanan dan minuman global adalah sebagai berikut:
a. Makanan yang sehat : Kesehatan dan makanan dewasa ini tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya. Mayoritas konsumen sekarang ini lebih
menginginkan makanan yang sehat dan bergizi dibandingkan makanan-
makanan yang tidak baik bagi kesehatan.
b. Kepuasan: Konsumen sudah tidak lagi hanya memikirkan kandungan
dari makanan tetapi lebih menginginkan makanan yang bervariasi.
c. Demografik: Pertumbuhan masyarakat yang berpenghasilan tinggi di
negaranegara barat dan kelas menengah di Asia.
d. Isu-isu Sosial dan Lingkungan: Teknis produksi industri yang tidak
bersahabat dengan lingkungan dan masyarakat sekitar mempengaruhi
sikap konsumen untuk tidak membeli hasil industri tersebut.
4
e. Keamanan Pangan (Food Safety/Food Security): Konsumen maupun
produsen pangan semakin menghendaki produk yang terjamin
keamanannya.
Kerangka Pemikiran
Kabupaten Tangerang merupakan suatu kabupaten yang memiliki banyak
industri. Berbagai industri, mulai dari industri kecil dan rumah tangga,
industri menengah, besar nasional sampai multinational company beroperasi
di Kabupaten Tangerang demi mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya dan di satu sisi juga memberikan kontribusi yang cukup besar
dalam penyerapan tenaga kerja maupun pendapatan bagi pemerintah
daerah berupa pajak.
Namun satu hal yang perlu diketahui yaitu bahwa masyarakat di
Kabupaten Tangerang tidak hanya mengandalkan sektor industri sebagai
pekerjaan dan sumber pendapatan. Masih banyak masyarakat di
Kabupaten ini yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian yang
juga merupakan sektor peringkat tiga besar dalam hal kontribusi terhadap
pembentukan PDRB Kabupaten Tangerang dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Tangerang, pada tahun 2005 terdapat
85.571 penduduk usia 10 tahun ke atas yang berkerja di sektor pertanian
yakni sebagai petani atau buruh tani. Angka tersebut tidaklah sedikit, dan
untuk itu perlu ada suatu upaya agar potensi pertanian di Kabupaten
Tangerang dapat didayagunakan seoptimal mungkin.
Diantara subsektor industri yang bisa mendorong dan memajukan sektor
pertanian tiada lain adalah industri makanan dan minuman. Sebagai salah
satu industri yang berlandaskan agro, industri makanan dan minuman
diyakinkan akan banyak menyerap tenaga kerja dan sumber daya lokal.
Nilai tambah (added value) yang akan diberikan juga tidak sedikit, baik
kepada sektornya sendiri maupun kepada sektor hulu dan sektor hilirnya.
Dengan kata lain, tidak hanya sektor pertanian yang diuntungkan, tetapi
juga sektor ekonomi lainnya, seperti perdagangan, jasa dan sektor-sektor
5
lainnya. Untuk itu diperlukan suatu analisis keterkaitan (linkage analysis)
antar industri makanan dan minuman dengan seluruh sektor
perekonomian
di Kabupaten Tangerang, sehingga metode I-O dipergunakan dalam
penelitian ini. Tabel I-O yang digunakan adalah Tabel I-O Kabupaten
Tangerang yang terakhir, yakni tahun 2000 dengan klasifikasi 40 sektor
yang kemudian diagregasi menjadi tabel I-O dengan klasifikasi 19 sektor
(matrik 19x19). Dalam pengagregasian, industri makanan dan minuman
dipisahkan dari subsektor industri lainnya. Subsektor industri selain
industri makanan dan minuman dikelompokkan menjadi satu menjadi
sektor industri lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengklasifikasian
atau penggabungan subsektor industri selain industri makanan dan
minuman menjadi subsektor industri lainnya bukan mencerminkan kondisi
atau peranan masing-masing sektor industri (selain industri makanan dan
minuman) terhadap perekonomian Kabupaten Tangerang melainkan
kondisi atau peranannya secara akumulatif. Hal ini ditujukan untuk
melihat secara jelas peranan yang disumbangkan industri makanan dan
minuman secara relatif terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada
di Kabupaten Tangerang. Tujuan lain dari pengklasifikasian ini adalah
untuk memfokuskan proses analisis peranan industri makanan dan
minuman terhadap sektor tertentu yang menjadi bahan pertimbangan
atau concern penelitian sehingga tercapai tujuan penelitian yakni
mengidentifikasi peranan industri makanan dan minuman dalam
perekonomian Kabupaten Tangerang. Melalui penggunaan alat analisis I-O
akan diperoleh berapa besaran kontribusi dalam perekonomian,
keterkaitan antar sektor, multiplier antar sektor dan dampak penyebaran
serta penetapan prioritas sektor. Sedangkan untuk menganalisa
perkembangan industri makanan dan minuman dalam kurun periode 2000
hingga 2006 di Kabupaten Tangerang dilihat dari sisi perkembangan
investasi dan perkembangan penyerapan tenaga kerja digunakan metode
analisis deskriptif.
C. Data dan Metode Analisis
6
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
sertahasil wawancara informal dengan berbagai pihak yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Sebagian besar data penelitian diperoleh dari
Tabel Input-OutputKabupaten Tangerang tahun 2000. Tabel I-O ini
merupakan tabel I-O terbaru yang ada ketika tulisan ini dibuat. Selain
Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 digunakan juga
beberapa data sekunder lainnya yang diperoleh dari beberapa instansi
terkait seperti: Badan Pusat Statistik (BPS), Gabungan Pengusaha
Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), BPS Kabupaten
Tangerang, Badan Koordinasi dan Penanaman Modal Daerah (BKPMD)
Kabupaten Tangerang, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang dan
instansi terkait lainnya. Beberapa data dan informasi yang berhubungan
dengan penelitian diperoleh dari literatur yang dikeluarkan oleh berbagai
instansi, jurnal dan internet.
Metode Analisis
Analisis data yang diperoleh dilakukan baik secara analisis Input-Output
klasifikasi 19 sektor (matrik 19x19) maupun analisis deskriptif. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis Input-Output berdasarkan Tabel
Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 bertujuan untuk
mengidentifikasi beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian yakni;
menganalisa kontribusi dalam perekonomian, menganalisa keterkaitan,
menganalisa pengganda (multiplier) serta menganalisa dampak penyebaran
dan penetapan prioritas sektor. Data dianalisis secara deskriptif untuk
menganalisa perkembangan realisasi investasi berdasarkan skala
investasi dan perkembangan penyerapan tenaga kerja dalam periode
2000 hingga 2006 pada industri makanan dan minuman di Kabupaten
Tangerang. Pengolahan atau analisis data GRIMP.
Koefisien Input
Koefisien input atau koefisien teknologi dalam tabel input-output
diperoleh
dari perbandingan antara sektor output sektor i yang digunakan dalam
sektor j, atau
7
(X ij ) dengan input total sektor j, (X j ).
Analisis Keterkaitan
Keterkaitan Langsung ke Depan
Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu
terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut
secara langsung per unit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan Langsung ke Belakang
Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor
tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian input antara
bagi sektor tersebut secara langsung perunit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan merupakan alat untuk
mengukur akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menyediakan output bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun
tak langsung per unit kenaikan permintaan total.
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menyatakan akibat
dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input
antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung
per unit kenaikan permintaan total.
Analisis Pengganda (Multiplier)
Berdasarkan matrik kebalikan Leontif, baik untuk model terbuka (α ij )
maupun untuk model tertutup (α * ij ) dapat ditentukan nilai-nilai dari
multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja. Pengganda tipe I dan II
digunakan untuk mengukur efek pengganda dari pendapatan, output
maupun tenaga kerja pada setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah
atau negara yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah
pendapatan, output dan tenaga kerja.
Analisis Dampak Penyebaran
Koefisien Penyebaran (coefficient on dispersion)
8
Analisis ini menunjukkan koefisien kaitan yang memberikan gambaran
tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir untuk
semua sektor di dalam perekonomian.
Kepekaan Penyebaran (sensitivity of dispersion)
Kepekaan penyebaran ini merupakan gambaran tentang pengaruh yang
ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam
perekonomian.
IV. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG
Kabupaten Tangerang terletak di bagian timur Propinsi Banten tepatnya 106°20 -106°43
bujur timur dan 6°00 – 6°20 lintang selatan. Kabupaten yang secara administratif berada di
bawah Propinsi Banten mempunyai pemerintahan yang sama dengan kabupaten lainnya. Unit
pemerintahan di bawah kabupaten adalah kecamatan, masing-masing kecamatan terdiri atas
beberapa kelurahan dan desa. Kabupaten Tangerang terdiri dari 26 kecamatan dengan jumlah
kelurahan sebanyak 77 dan desa sebanyak 251 serta 2.285 RW dan 10.223 RT (BPS
Kabupaten Tangerang, 2005).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB Menurut Komponen Penggunaan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggambarkan kemampuan suatu wilayah dalam
menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. PDRB dapat dilihat dari 2 sisi
pendekatan, yaitu sektoral dan penggunaan. Keduanya menyajikan komposisi data nilai
tambah dirinci menurut sumber pendapatan dan menurut komponen penggunaannya. PDRB
dari sisi sektoral merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu
diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya, sedangkan dari
sisi penggunaan menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut (BPS Kabupaten
Tangerang, 2005).
PDRB menurut komponen penggunaan terdiri dari konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap (investasi), ekspor dan impor barang dan jasa. Dilihat
dari jenis penggunaan terhadap PDRB berdasarkan atas harga konstan tahun 2000,
pengeluaran ekspor mendominasi penggunaan PDRB tersebut. Pada tahun 2005 nilai ekspor
Kabupaten Tangerang mencapai Rp 11,03 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 9,16
persen dari tahun 2004. Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen yang
9
paling dominan kedua setelah komponen ekspor. Pada tahun 2001, berdasarkan harga
konstan 2000, penggunaan PDRB untuk konsumsi rumah tangga mencapai 61,72 persen,
kemudian dari tahun 2002 hingga 2004 terus mengalami peningkatan yaitu dari 61,81 persen
pada tahun 2002, 62,38 persen di tahun 2003, dan terakhir pada tahun 2004 mengalami
peningkatan menjadi 62,40 persen. Namun pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi
61,77 persen. Besarnya proporsi konsumsi rumah
tangga terhadap PDRB yang selama kurun periode 2002 hingga 2005 berkisar 60-63 persen,
dapat mengindikasikan bahwa perekonomian di Kabupaten Tangerang masih digerakkan oleh
konsumsi masyarakatnya, bukan dari produksi di wilayah Kabupaten Tangerang itu sendiri.
Selain itu, peningkatan nilai konsumsi masyarakat tersebut juga mengindikasikan bahwa
semakin kuatnya kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity) masyarakat Kabupaten
Tangerang. Salah satu komponen PDRB dari sudut penggunaan yang masih relatif kecil
kontribusinya adalah pengeluaran konsumsi lembaga non profit (LNPRT). Rendahnya
pendapatan atau kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
kegiatan LNPRT belum berkembang. Data pada tahun 2005, kontribusi LNPRT di Kabupaten
Tangerang baru mencapai 0,56 persen terhadap perekonomian secara agregat. Komponen
pengeluaran PDRB Kabupaten Tangerang lainnya adalah investasi. Menurut Teori Harold
Domar yang menyatakan bahwa semakin tinggi investasi yang ditanamkan, maka semakin
besar output atau PDRB yang dapat
dihasilkan dan akan mengakibatkan tingginya pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) merupakan gambaran riil investasi, bukan saja
didorong penanaman modal asing dan dalam negeri, tetapi juga pengembangan usaha kecil,
menengah, serta investasi skala rumah tangga. Pembentukan modal tetap berdasarkan PDRB
atas harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Tangerang dalam kurun periode 2001 hingga
2005 terus mengalami pertumbuhan rata-rata 2 persen.
PDRB dari Sisi Sektoral
Struktur ekonomi Kabupaten Tangerang tahun 2005 didominasi oleh tiga sektor utama yakni
sektor industri sebagai motor penggerak utama perekonomian Kabupaten Tangerang dengan
kontribusi (terhadap PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000) sebesar 55,54 persen; sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang menyumbang 12,53 persen serta sektor pengangkutan
dan komunikasi dengan kontribusi 9,43 persen. Pertumbuhan sektor industri menjadi Rp
16,19 triliun pada tahun 2005 atau meningkat Rp 1,11 triliun dari tahun 2004 dan peranannya
sebesar 55,54 persen terhadap total Nilai Tambah Bruto (NTB) klasifikasi sembilan lapangan
10
usaha menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang pada tahun2005
mencapai 7,40 persen.
Di Kabupaten Tangerang tidak terdapat industri migas (minyak dan gas) dan hanya terdiri
dari industri-industri tanpa migas (manufaktur). Seperti yang telah dijelaskan, sumbangan
sektor industri menyumbang lebih dari setengah bagian terhadap pembentukan Nilai Tambah
Bruto (NTB) total pada tahun 2005. Oleh karena itu, dapat dikatakan pula bahwa sektor
industri merupakan tulang punggung perekonomian Kabupaten Tangerang.
Kondisi Tenaga Kerja
Sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar adalah sektor industri yakni sebanyak 370.867
orang atau 28,64 persen dari penyerapan tenaga kerja total usia 10 tahun ke atas di Kabupaten
Tangerang. Penyerapan tenaga kerja terbesar kedua dipegang oleh sektor perdagangan
dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 282.314 orang atau 21,80 persen dari
jumlah keseluruhan penyerapan tenaga kerja usia 10 tahun ke atas. Merujuk pada informasi
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sektor industri dan sektor perdagangan merupakan dua
sektor andalan utama dalam perekonomian Kabupaten Tangerang oleh karena andilnya yang
terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja khususnya tenaga kerja usia 10 tahun ke atas.
Dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja, perusahaan swasta nasional juga memberikan andil
terbesar yakni sebanyak 163.422 orang atau lebih dari 50 persen terhadap penyerapan tenaga
kerja total berdasarkan status perusahaannya. Sementara itu, perusahaan-perusahaan yang
berstatuskan Penanam Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
yang tergolong sebagai perusahaan fasilitas memiliki kontribusi sebesar 45,86 persen.
Menurut Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang, jumlah pencari kerja pada tahun 2005
sebanyak 39.858 orang. Sebagian besar adalah tamat SLTA sebanyak 24.919 orang atau
sekitar 62,52 persen dari total pencari kerja. Jumlah pencari kerja yang ditempatkan sebanyak
1.789 orang (750 laki-laki dan 1.039 perempuan).
D. Interpretasi Ekonomi
Kontribusi Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian
Kabupaten Tangerang Tahun 2000
Sebagai salah satu instrumen data yang bersifat lengkap dan
komprehensif, Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang 2000 mampu
memberikan besaran kontribusi industri makanan dan minuman terhadap
11
komponen pembentuk struktur perekonomian Kabupaten Tangerang.
Pada tabel I-O tersebut, terdapat beberapa variabel yang menyusun
struktur ekonomi Kabupaten Tangerang yakni struktur permintaan, ekspor
dan impor, struktur nilai tambah bruto serta struktur output. Hal ini
sekaligus dapat memberikan gambaran mengenai kontribusi industri
makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang.
Struktur Permintaan
Total permintaan terhadap barang dan jasa domestik yang dihasilkan oleh
Kabupaten Tangerang pada tahun 2000 adalah sebesar Rp 32.108.646
juta. Permintaan barang dan jasa oleh sektor produksi dalam rangka
kegiatan produksinya (biasa disebut permintaan antara) mencapai Rp
12.660.784 juta atau sekitar 28,28 persen dari seluruh permintaannya.
Sektor industri memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan
permintaan antara. Kontribusi sektor ini mencapai 65,75 persen. Industri
makanan dan minuman menyumbang 11,91 persen terhadap
pembentukan permintaan antara sektor industri tersebut, dan 7,83 persen
terhadap pembentukan permintaan antara total (domestik). Tingginya
permintaan antara terhadap sektor industri menunjukkan kecenderungan
digunakannya output yang dihasilkan sektor industri untuk digunakan
sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya di Kabupaten
Tangerang. Dengan kata lain, sebagian besar output yang dihasilkan
sektor industri digunakan sektor lain untuk proses produksi.
Perkembangan Industri Makanan dan Minuman di Kabupaten
Tangerang
Berdasarkan hasil analisis I-O dengan menggunakan Tabel Input-Output
KabupatenTangerang tahun 2000 klasifikasi 40 sektor dan 19 sektor
diperoleh bahwa industri makanan dan minuman tergolong sebagai salah
satu sektor unggulan di Kabupaten Tangerang. Kondisi ini menunjukkan
bahwa industri makanan dan minuman berpotensi untuk mendukung
perkembangan sektor-sektor lain yang ada di Kabupaten Tangerang.
Sebagai sektor unggulan, industri makanan dan minuman memiliki
keterkaitan (ke belakang dan ke depan) yang tinggi. Hal ini
mengindikasikan bahwa ia mampu menghasilkan output produksi yang
12
tinggi pula. Selain itu, hasil analisis pengganda tenaga kerja menunjukkan
bahwa industri makanan dan minuman memiliki kemampuan yang tinggi
dalam hal menciptakan lapangan pekerjaan baru di seluruh sektor
perekonomian yang ada di Kabupaten
Tangerang. Dengan kata lain, industri makanan dan minuman merupakan
suatu sektor ekonomi yang mampu memberikan efek pertumbuhan
lapangan pekerjaan bagi sektor-sektor yang terkait secara langsung
maupun tidak langsung dalam seluruh rangkaian proses produksinya.
Berdasarkan pemaparan di atas mengenai beragam potensi yang dimiliki
industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang pada tahun
2000, maka dipandang penting untuk melihat perkembangan industri
makanan dan minuman dilihat dari dua sisi, yaitu sisi perkembangan
investasi dan sisi perkembangan penyerapan tenaga kerja. Analisis
perkembangan investasi ditujukan untuk melihat perkembangan
pembentukan modal tetap pada industri makanan dan minuman yang
pada Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000 bernilai nol
(tidak ada investasi). Analisis perkembangan penyerapan tenaga kerja
dimaksudkan untuk melihat perkembangan penyerapan tenaga kerja
seiring dengan penanaman modal atau investasi yang ditanamkan di
Kabupaten Tangerang. Data yang digunakan dalam pembahasan berikut
adalah data resmi hasil monitoring Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Tangerang dari periode
2000 hingga 2006 terhadap perusahaan-perusahaan makanan dan
minuman yang masih eksis serta memiliki izin usaha tetap (IUT). Dengan
kata lain, perusahaan-perusahaan makanan dan minuman dalam
pembahasan ini merupakan perusahaan yang memiliki legalitas dan sah
secara hukum untuk melakukan kegiatan produksi di Kabupaten
Tangerang.
Perkembangan (Δ) Investasi
Dilihat dari sisi perkembangan realisasi investasi dari periode 2000 hingga
2006, industri makanan dan minuman terus mengalami pertumbuhan
meski nilainya cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun.Terjadi
perkembangan nilai investasi yang sangat signifikan pada tahun 2001,
13
2004 dan 2005. Pertumbuhan investasi pada ketiga tahun tersebut
terhadap total pertumbuhan investasi industri makanan dan minuman
adalah 31,1 persen (tahun 2001), 25,3 persen (tahun 2002) dan 48,1
persen (tahun 2005). Pada tahun 2006, pertumbuhan investasi menurun
secara drastis, yaitu sekitar 7,5 kali lebih rendah dari tahun 2005 dengan
pertumbuhan sekitar Rp 18,3 miliar. Penurunan pertumbuhan investasi
pada tahun 2006 tidak hanya terjadi pada industri makanan dan
minuman, namun juga terjadi pada subsektor-subsektor industri lainnya
(BKPMD Kabupaten Tangerang, 2006). Kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) sebanyak dua kali pada tahun 2005 industri diduga
merupakan salah satu penyebab penurunan pertumbuhan investasi ini.
Tingginya tarif listrik industrijuga merupakan penyebab tambahan
investasi baru di Kabupaten Tangerang pada beberapa industri makanan
dan minuman terhambat. Salah satu dari beberapa investasi yang
terhambat tersebut adalah pabrik minuman ringan di Kabupaten
Tangerang (GAPMMI, 2006).
Perkembangan Industri Makanan dan Minuman di Kabupaten
Tangerang
Berdasarkan hasil analisis I-O dengan menggunakan Tabel Input-Output
Kabupaten Tangerang tahun 2000 klasifikasi 40 sektor dan 19 sektor
diperoleh bahwaindustri makanan dan minuman tergolong sebagai salah
satu sektor unggulan di Kabupaten Tangerang. Kondisi ini menunjukkan
bahwa industri makanan dan minuman berpotensi untuk mendukung
perkembangan sektor-sektor lain yang ada di Kabupaten Tangerang.
Sebagai sektor unggulan, industri makanan dan minuman memiliki
keterkaitan (ke belakang dan ke depan) yang tinggi. Hal ini
mengindikasikan bahwa ia mampu menghasilkan output produksi yang
tinggi pula. Selain itu, hasil analisis pengganda tenaga kerja menunjukkan
bahwa industri
makanan dan minuman memiliki kemampuan yang tinggi dalam hal
menciptakanlapangan pekerjaan baru di seluruh sektor perekonomian
yang ada di KabupatenTangerang. Dengan kata lain, industri makanan
dan minuman merupakan suatu sektor ekonomi yang mampu
14
memberikan efek pertumbuhan lapangan pekerjaan bagi sektor-sektor
yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dalam seluruh
rangkaian proses produksinya. Berdasarkan pemaparan di atas mengenai
beragam potensi yang dimiliki industri makanan dan minuman di
Kabupaten Tangerang pada tahun 2000, maka dipandang penting untuk
melihat perkembangan industri makanan dan minuman dilihat dari dua
sisi, yaitu sisi perkembangan investasi dan sisi perkembangan
penyerapan tenaga kerja. Analisis perkembangan investasi ditujukan
untuk melihat perkembangan pembentukan modal tetap pada industri
makanan dan minuman yang pada Tabel Input-Output Kabupaten
Tangerang tahun 2000 bernilai nol (tidak ada investasi). Analisis
perkembangan penyerapan tenaga kerja dimaksudkan untuk melihat
perkembangan penyerapan tenaga kerja seiring dengan penanaman
modal atau investasi yang ditanamkan di Kabupaten Tangerang. Data
yang digunakan dalam pembahasan berikut adalah data resmi hasil
monitoring Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten
Tangerang dari periode 2000 hingga 2006 terhadap perusahaan-
perusahaan makanan dan minuman yang masih eksis serta
memiliki izin usaha tetap (IUT). Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan
makanan dan minuman dalam pembahasan ini merupakan perusahaan
yang memiliki legalitas dan sah secara hukum untuk melakukan kegiatan
produksi di Kabupaten Tangerang.
Perkembangan (Δ) Investasi
Dilihat dari sisi perkembangan realisasi investasi dari periode 2000 hingga
2006, industri makanan dan minuman terus mengalami pertumbuhan
meski nilainya cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun. Terjadi
perkembangan nilai investasi yang sangat signifikan pada tahun 2001,
2004 dan 2005. Pertumbuhan investasi pada ketiga tahun tersebut
terhadap total pertumbuhan investasi industri makanan dan minuman
adalah 31,1 persen (tahun 2001), 25,3 persen (tahun 2002) dan 48,1
persen (tahun 2005). Pada tahun 2006, pertumbuhan investasi menurun
secara drastis, yaitu sekitar 7,5 kali lebih rendah dari tahun 2005 dengan
pertumbuhan sekitar Rp 18,3 miliar. Penurunan pertumbuhan investasi
15
pada tahun 2006 tidak hanya terjadi pada industri makanan dan
minuman, namun juga terjadi pada subsektor-subsektor industri lainnya
(BKPMD Kabupaten Tangerang, 2006). Kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) sebanyak dua kali pada tahun 2005 industri diduga
merupakan salah satu penyebab penurunan pertumbuhan investasi ini.
Tingginya tarif listrik industri juga merupakan penyebab tambahan
investasi baru di Kabupaten Tangerang pada beberapa industri makanan
dan minuman terhambat. Salah satu dari beberapa investasi yang
terhambat tersebut adalah pabrik minuman ringan di Kabupaten
Tangerang (GAPMMI, 2006).
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis I-O terhadap Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang tahun 2000
klasifikasi 19 sektor serta analisis deskriptif mengenai perkembangan investasi dan
perkembangan penyerapan tenaga kerja industri makanan dan minuman di Kabupaten
Tangerang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Kontribusi industri makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang
terhadap pembentukan permintaan akhir total dan pembentukan output total menduduki
peringkat kedua, sedangkan terhadap pembentukan permintaan antara total menempati
peringkat ketiga. Impor dan konsumsi rumah tangga untuk industri makanan dan minuman
adalah yang terbesar dibanding sektor-sektor lainnya. Dalam hal pembentukan nilai tambah
bruto total, industri makanan dan minuman berada pada peringkat kelima serta peringkat
keenam dalam hal ekspor.
b. Dilihat dari analisis keterkaitan langsung dan langsung tidak langsung ke depan, industri
makanan dan minuman menempati peringkat kedua. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan
langsung dan langsung tidak langsung ke belakang, industri makanan dan minuman berada
pada peringkat kelima. Meskipun dalam hal keterkaitan ke belakang peringkat kelima,
industri makanan dan minuman menyerap jumlah output dari sektor pertanian terbesar
dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa
industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang memiliki kemampuan yang besar
dalam hal mendukung perkembangan sektor agroindustri di Kabupaten Tangerang.
16
c. Hasil analisis pengganda pada Tabel I-O klasifikasi 19 sektor menunjukkan bahwa industri
makanan dan minuman memiliki pengganda output tipe I peringkat kelima dan pengganda
output tipe II peringkat pertama. Jika dilihat dari hasil analisis pengganda pendapatan,
industri makanan dan minuman hanya menempati peringkat kedelapanbelas baik tipe I
maupun tipe II. Peran industri makanan dan minuman dalam hal penciptaan lapangan
pekerjaan baru di Kabupaten Tangerang tergolong cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari nilai
pengganda tenaga kerja tipe I dan tipe II yang menduduki peringkat kedua. Kondisi ini juga
mengindikasikan bahwa industri makanan dan minuman dapat diandalkan untuk mengurangi
tingkat pengangguran di Kabupaten Tangerang.
d. Sesuai dengan hasil analisis dampak penyebaran, industri makanan dan minuman memiliki
nilai koefisien penyebaran peringkat kelima dan nilai kepekaan penyebaran peringkat kedua.
Nilai koefisien dan kepekaan penyebaran yang lebih besar dari 1 mengindikasikan bahwa
industri makanan dan minuman memiliki kemampuan yang tinggi dalam hal mendukung
pertumbuhan output sektor hulu dan hilirnya. Hal ini pula yang menjadikan industri makanan
dan minuman tergolong sebagai salah satu sektor prioritas (sektor unggulan) di Kabupaten
Tangerang.
e. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa industri makanan dan minuman
dalam kurun periode 2000 hingga 2006 mengalami pertumbuhan investasi dan pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja meski nilainya cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun. Industri
makanan dan minuman skala investasi besar memiliki peranan terbesar dalam hal
pembentukan barang modal (investasi) dan penyerapan tenaga kerja.
17
DAFTAR PUSTAKA
Atantya,.2003. “Kendali Mutu Industri Makanan dan Minuman”. Sinar Harapan, Jakarta.
Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Tangerang. 2006.
Data Investasi Kabupaten Tangerang Tahun 2006. BKPMD, Tangerang.
__________. 2006. Data Investasi Industri Non Fasilitas Kabupaten Tangerang Tahun
2000- 2006. BKPMD, Tangerang.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tangerang. 2000. Tabel Input-Output
Kabupaten Tangerang 2000. Tangerang.
__________. 2002. Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2002. BPS, Tangerang.
__________. 2003. Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2003. BPS, Tangerang.
__________. 2004. Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2004. BPS, Tangerang.
__________. 2004. Kontribusi Usaha Kecil Menengah dan Usaha Besar Kabupaten
Tangerang. BPS, Tangerang.
__________. 2005. Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2005. BPS, Tangerang.
Badan Pusat Statistik. 2000. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output. BPS,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kota Cilegon. 2002. Interpretasi Tabel Input Output Kota Cilegon.
BPS, Cilegon
Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT
Pradnya Paramita, Jakarta.
Basri, F. 2005. Kita Harus Berubah! Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Canadian Trade and Enterprise. 2006. Food and Beverage in Canada. www.cthrc.ca
Departemen Perindustrian. 2007. Media Industri. Departemen Perindustrian, Jakarta.
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia. 2006. Buletin Industri
Pangan Indonesia Edisi Keduabelas, April-Juni 2006. GAPMMI, Jakarta.
18
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia. 2006. Buletin Industri
Pangan Indonesia Edisi Kesebelas, Januari-Maret 2006. GAPMMI, Jakarta.
Ghalib, R. 2005. Ekonomi Regional. Penerbit Pustaka Ramadhan, Bandung.
91
Jhingan, M. L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Mustikasari, D. Y. 2005. Peran Sektor Industri Pengolahan Dalam Perekonomian di
Propinsi Jawa Tengah: Analisis Input Output [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi
dan Manajemen Bogor.
Mubyarto. 2005. A Development Manifesto (The Resilience of Indonesian Ekonomi
Rakyat During the Monetary Crisis). Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
New Zealand Trade and Enterprise. 2006. Food Beverage, Sector Engagement Strategy
2005-2006. www.nzte.govt.nz
Noertjahyo, J. A. 2005. Dari Ladang sampai Kabinet. Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Priyarsono, D. S., A. Daryanto dan L. Herliana. 2005. “Dapatkah Pertanian Menjadi
Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?: Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi”.
Agro Ekonomika, Vol. No. 1:
Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 2. 2000. Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Philip, M. C. 2001. Urban and Regional Economics. Oxford University Press, New York.
Paul, S. A dan W. D. Nordhaus. 2001. Economics Seventeenth Edition. McGraw-Hill,
New York.
Setyawan, S. A. 2005. Analisis Peranan Sektor Industri Pengolahan dan Pengaruhnya
Terhadap Perekonomian Kabupaten Jepara [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi
dan Manajemen Bogor.
Sibarani, MA. F. 2004. “Industri Makanan dan Minuman Banyak Serap Tenaga Kerja”.
Sinar Harapan, Jakarta.
Sahara dan B. P. Resosudarmo. ____. ”Peran Sektor Industri Pengolahan terhadap
Perekonomian Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta: Analisis Input-Output.
Sahara. 2005. Kerangka Teori Model Input-Output [Transparansi Kuliah Ekonomi
Regional]. Bogor.
Soekartawi. 1994. Pembangunan Pertanian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Todaro, M. P dan S. C. Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. PenerbitErlangga, Jakarta.Wie, T.K. 2004. Pembangunan, Kebebasan dan Mukjizat Orde Baru. Penerbit BukuKompas, Jakarta.
19
20