Analisis Penggunaan Informasi Akuntansi Pada Industri Menengah Di Kabupaten Jepara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Informasi akuntansi merupakan alat untuk pengambilan keputusan, terutama pelaku bisnis. banyak kelemahan dalam praktik akuntansi pada perusahaan kecil yang disebabkan, antara lain pendidikan dan overload standar akuntansi yang dijadikan pedoman dalam penyusunan pelaporan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha dan jenis usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi dengan ketidakpastian lingkungan sebagai variable moderating. Populasi penelitian adalah usaha menengah di Kabupaten Jepara dengan pengambilan sampel simple random sampling. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 90 perusahaan. Metode analisis yang digunakan structural equation modeling yang diolah dengan bantuan software SmartPLS 2.0. Hasil analisis menunjukkan bahwa, variabel independen yang berpengaruh signifikan adalah pengetahuan, pengalaman dan jenis usaha. Ketidakpastian Lingkungan secara signifikan memperlemah pengaruh skala usaha dan memperkuat perbedaan antar jenis usaha dalam menggunakan informasi akuntansi

Citation preview

  • ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA INDUSTRI MENENGAH DI KABUPATEN JEPARA

    Aida Nahar, SE, MSi1, Anna Widiastuti, SE, MSi2

    1

    E-mail: Program Studi Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama Jepara

    [email protected]

    2

    E-mail: Program Studi Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama Jepara

    [email protected]

    ABSTRAK

    Informasi akuntansi merupakan alat untuk pengambilan keputusan, terutama pelaku bisnis. banyak kelemahan dalam praktik akuntansi pada perusahaan kecil yang disebabkan, antara lain pendidikan dan overload standar akuntansi yang dijadikan pedoman dalam penyusunan pelaporan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha dan jenis usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi dengan ketidakpastian lingkungan sebagai variable moderating. Populasi penelitian adalah usaha menengah di Kabupaten Jepara dengan pengambilan sampel simple random sampling. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 90 perusahaan. Metode analisis yang digunakan structural equation modeling yang diolah dengan bantuan software SmartPLS 2.0. Hasil analisis menunjukkan bahwa, variabel independen yang berpengaruh signifikan adalah pengetahuan, pengalaman dan jenis usaha. Ketidakpastian Lingkungan secara signifikan memperlemah pengaruh skala usaha dan memperkuat perbedaan antar jenis usaha dalam menggunakan informasi akuntansi Kata Kunci: Pengetahuan Akuntansi, Informasi Akuntansi, Ketidakpastian Lingkungan

    1. PENDAHULUAN Sejarah perkembangan pemikiran akuntansi dibagi tiga periode: tahun 4000 SM-1300 M; tahun 1300-1850 M, dan tahun 1850 M sampai sekarang. Masing-masing periode memberi kontribusi yang berarti bagi ilmu akuntansi. Pada periode pertama, akuntansi hanyalah bentuk record-keeping berupa pencatatan transaksi. Periode kedua, lahirnya double-entry bookkeeping. Pada periode terakhir, banyak sekali perkembangan pemikiran akuntansi yang bukan lagi sekedar masalah debit kiri-kredit kanan, tetapi sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi yang luar biasa juga berdampak pada perubahan ilmu akuntansi modern [1]. Pengguna akuntansi juga bervariasi, dari sekedar memahami akuntansi sebagai alat hitung menghitung, sumber informasi dalam pengambilan keputusan, sampai pemikiran penerapan akuntansi sejalan dengan ajaran agama. Bila dihubungkan dengan usaha kecil dan menengah (UKM), pemahaman terhadap akuntansi masih berada pada tataran sebagai alat hitung-menghitung dan sumber informasi untuk pengambilan keputusan [1]. Informasi akuntansi merupakan alat yang digunakan untuk pengambilan keputusan [2], terutama oleh pelaku bisnis. Informasi akuntansi diharapkan didefinisikan sebagai sistem informasi yang bisa mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan tentang kegiatan ekonomi. Informasi akuntansi yang dihasilkan dari suatu laporan keuangan berguna dalam rangka menyusun berbagai proyeksi, misalnya proyeksi kebutuhan uang kas. penyusunan proyeksi secara tidak langsung akan mengurangi ketidakpastian. Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana perkembangan usaha, bagaimana struktur modal, berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan pada suatu periode tertentu. [3] mengungkapkan bahwa informasi akuntansi yang banyak disiapkan dan digunakan perusahaan kecil dan menengah adalah informasi yang diharuskan menurut undang-undang atau peraturan (statutory). Dari uraian tersebut industri menengah banyak mengalami kesulitan dalam memahami informasi akuntansi dengan baik. Padahal dengan semakin ketatnya persaingan bisnis dalam era globalisasi ekonomi, hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang akan mampu memenangkan persaingan. Keunggulan tersebut diantaranya adalah kemampuan dalam mengelola berbagai informasi, sumber daya manusia, alokasi dana, penerapan teknologi, sistem pemasaran dan pelayanan. Banyaknya peranan dan manfaat informasi akuntansi dalam menciptakan informasi keuangan guna menunjang kelangsungan hidup (going concern) industri menengah, maka penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha dan jenis usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi pada industri menengah yang dimoderasi oleh ketidakpastian lingkungan. Ketidakpastian lingkungan sebagai variabel pemoderasi, diduga mempunyai potensi memperkuat atau memperlemah pengaruh pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha dan jenis usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi.

  • Penelitian dilakukan pada Industri Menengah Kabupaten Jepara. Dipilihnya lokasi ini karena Kabupaten Jepara mempunyai potensi besar dalam perkembangan industri, yang dianggap cocok dalam penelitian ini. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kabupaten Jepara disajikan pada tabel 1.

    Tabel 1: Perkembangan IKM di Kabupaten Jepara Tahun 2004-2008

    No Klasifikasi 2004 2005 2006 2007 2008 1 2

    Jumlah Perusahaan (Unit) Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

    6.886 79.640

    7.164 81.733

    7.769 87.803

    8.526 92.319

    8.526 92.319

    Sumber: Dinas koperasi, umkm, dan pengelolaan pasar Kab. Jepara, 2009 Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah:

    1. Apakah pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha dan jenis usaha berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi?

    2. Apakah ketidakpastian lingkungan memoderasi pengaruh pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha dan jenis usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi?

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Informasi Akuntansi [4] mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan. Penggunaan informasi akuntansi itu untuk perencanaan strategis, pengawasan manajemen dan pengawasan operasional. Informasi akuntansi pada dasarnya bersifat keuangan dan terutama digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan, pengawasan dan impelementasi keputusan-keputusan perusahaan. Agar data keuangan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, maka data tersebut harus disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai. Informasi akuntansi digolongkan menjadi:

    1. Informasi Operasi: Informasi ini menyediakan data mentah bagi informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen. Informasi operasi yang terdapat pada perusahaan manufaktur antara lain: informasi produksi; informasi pembelian dan pemakaian bahan baku; informasi penggajian; informasi penjualan; dan lain-lain.

    2. Informasi Akuntansi Manajemen: informasi akuntansi yang khusus ditujukan untuk kepentingan manajemen disebut informasi akuntansi manajemen. Informasi ini digunakan dalam tiga fungsi manajemen, yaitu: (1) perencanaan; (2) implementasi; (3) pengendalian. Informasi akuntansi manajemen ini dihasilkan oleh sistem pengolahan informasi keuangan yang disebut akuntansi manajemen. Informasi akuntansi manajemen ini disajikan kepada manajemen perusahaan dalam berbagai laporan, seperti anggaran, laporan penjualan, laporan biaya produksi, laporan biaya menurut pusat pertanggungjawaban, laporan biaya menurut aktivitas, dan lain-lain.

    3. Informasi Akuntansi Keuangan: Informasi akuntansi keuangan digunakan baik oleh manajer maupun pihak eksternal perusahaan, dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi akuntansi keuangan untuk pihak luar disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan. Pihak luar yang menggunakan laporan keuangan meliputi pemegang saham, kreditur, badan atau lembaga pemerintah, dan masyarakat umum dimana masing-masing pihak tersebut mempunyai kepentingan yang berbeda. Informasi ini disajikan dan disusun berdasarkan aturan dasar yang dinamakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

    [2] menjelaskan bahwa kekurangan informasi akuntansi dapat membahayakan operasional perusahaan. Kondisi keuangan yang memburuk dan kekurangan catatan akuntansi akan membatasi akses untuk memperoleh informasi yang diperlukan, sehingga akan menyebabkan kegagalan perusahaan. Oleh karena itu penggunaan informasi akuntansi berpengaruh terhadap perencanaan dan pengendalian perusahaan. Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa kelemahan keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi merupakan salah satu alasan utama kegagalan perusahaan kecil dan menengah. Kekurangan catatan akuntansi akan menimbulkan masalah perpajakan atau institusi pemerintah lainnya, dan juga menyulitkan manajer perusahaan untuk mengukur prestasi perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah menurut [2] antara lain pengetahuan akuntansi, skala usaha, jenis usaha dan pengalaman usaha [5]. [2] mengklasifikasikan informasi akuntansi dalam tiga jenis yang berbeda menurut manfaatnya bagi para pemakai, yaitu: a) statutory accounting information, merupakan informasi yang harus disiapkan sesuai dengan peraturan yang ada; b) budgetary information, yaitu informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk anggaran yang berguna bagi pihak internal dalam perencanaan, penilaian dan pengambilan keputusan

  • dan c) additional accounting information, yaitu informasi akuntansi lain yang disiapkan perusahaan guna meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan manajer. Konsep informasi akuntansi [2] inilah yang digunakan dalam penelitian ini, karena mencakup seluruh informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh perusahaan. informasi dapat bermanfaat, jika memenuhi beberapa kriteria. Informasi harus dapat diandalkan (reliable), relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dimengerti dan dapat diuji. Dapat diandalkan berarti bebas dari kesalahan atau bias, harus pula menunjukkan kejadian atau aktivitas perusahaan secara tepat. Relevan berarti informasi tersebut mempunyai manfaat bagi pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang berbeda satu sama lainnya. Tepat waktu berarti informasi tersebut harus datang tepat waktu, karena informasi yang usang tidak berguna bagi pengambilan keputusan. Lengkap berarti informasi tersebut memuat seluruh data yang relevan. Informasi tersebut dapat dimengerti jika disajikan dalam bentuk yang bermanfaat dan dapat dicerna oleh pemakai. Dapat diuji berarti dua orang yang independen dapat memproduksi informasi yang sama. Informasi akuntansi yang dihasilkan oleh pihak manajemen perusahaan mempunyai beberapa karakteristik kualitatif yang harus dimiliki. Menurut Statement of Financial Accounting (SFAC) No. 2, karakteristik kualitatif meliputi:

    1. Relevan maksudnya adalah kapasitas informasi yang dapat mendorong suatu keputusan apabila dimanfaatkan oleh pemakai untuk kepentingan memprediksi hasil di masa depan yang berdasarkan kejadian waktu lalu dan sekarang. Ada tiga karakteristik utama yaitu: a. Ketepatan waktu (timeliness), yaitu informasi yang siap digunakan para pemakai sebelum kehilangan makna dan

    kapasitas dalam pengambilan keputusan b. Nilai prediktif (predictive value), yaitu informasi dapat membantu pemakai dalam membuat prediksi tentang

    hasil akhir dari kejadian yang lalu, sekarang dan masa depan c. Umpan balik (feedback value), yaitu kualitas informasi yang memungkinkan pemakai dapat mengkonfirmasikan

    ekspektasinya yang telah terjadi di masa lalu. 2. Reliable, maksudnya adalah kualitas informasi yang dijamin bebas dari kesalahan dan penyimpangan atau bias serta

    telah dinilai dan disajikan secara layak sesuai dengan tujuannya. Tiga karakteristik utama yaitu: a. Dapat diperiksa (verifiability), yaitu konsensus dalam pilihan pengukuran akuntansi yang dapat dinilai melalui

    kemampuannya untuk meyakinkan bahwa apakah informasi yang disajikan berdasarkan metode tertentu memberikan hasil yang sama apabila diverifikasi dengan metode yang sama oleh pihak independen;

    b. Kejujuran penyajian (representation faithfulness), yaitu adanya kecocokan antara angka dan diskripsi akunatnsi serta sumber-sumbernya;

    c. Netralitas (neutrality), informasi akuntansi yang netral diperuntukkan bagi kebutuhan umum para pemakai dan terlepas dari anggapan mengenai kebutuhan tertentu dan keinginan tertrentu para pemakai khusus informasi.

    d. Daya Banding (comparability), informasi akuntansi yang dapat dibandingkan menyajikan kesamaan dan perbedaan yang timbul dari kesamaan dasar dan perbedaan dasar dalam perusahaan dan transaksinya dan tidak semata-mata dari perbedaan perlakuan akuntansinya.

    e. Konsistensi (consistency), yaitu keseragaman dalam penetapan kebijaksanaan dan prosedur akuntansi yang tidak berubah dari periode ke periode.

    2.2. Pengetahuan Akuntansi Pengetahuan akuntansi sangat diperlukan oleh manajer atau pemilik perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaan. Motivasi untuk mempelajari tentang pengetahuan akuntansi akan meningkatkan pemahaman manajer atau pemilik dalam menerapkan akuntansi dalam perusahaan [6]. Pengetahuan akuntansi dalam penelitian ini terdiri dari pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif merupakan pengetahuan tentang fakta-fakta dan berdasarkan konsep, contohnya: kas adalah bagian dari current assets; pengetahuan ini memudahkan dalam analisis rasio, sedangkan pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan yang konsisten dengan aturan-aturan [7]. Pengetahuan deklaratif biasanya tergantung dari instruksi yang ada, sedangkan pengetahuan prosedural biasanya tergantung pada pengalaman. Dalam beberapa penelitian, pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural dapat peningkatkan kinerja (performance). [7] menyatakan bahwa pengetahuan deklaratif berkorelasi positif dengan isu-isu perpajakan dan bahwa dengan pengukuran pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural mempunyai korelasi positif dengan kuantitas dan kualitas isu-isu yang sudah teridentifikasi. Pengetahuan manajer atau pemilik yang rendah menyebabkan banyak perusahaan kecil dan menengah menggunakan jasa Konsultan atau Akuntan Publik dalam penyediaan informasi akuntansi [8]. 2.3. Skala Usaha Skala usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola usahanya dengan melihat berapa jumlah karyawan yang dipekerjakan dan berapa besar pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi [2]. Jumlah pendapatan

  • atau penjualan yang dihasilkan perusahaan dapat menunjukkan perputaran asset atau modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga semakin besar pendapatan atau penjualan yang diperoleh perusahaan semakin besar pula tingkat kompleksitas perusahaan dalam menggunakan informasi akuntansi. Jumlah karyawan dapat menunjukkan berapa kapasitas perusahaan dalam mengoperasionalkan usahanya, semakin besar jumlah karyawan semakin besar tingkat kompleksitas perusahaan, sehingga informasi akuntansi sangat dibutuhkan. 2.4. Pengalaman Usaha Pengalaman berusaha memperoleh banyak pembelajaran tentang informasi apa yang dibutuhkan dan digunakan dalam pengambilan keputusan. Manajemen perusahaan akan membutuhkan informasi yang lebih banyak akan disiapkan dan digunakan dalam pengambilan keputusan apabila tingkat kompleksitas usaha serta persaingan semakin ketat. Pengalaman dalam operasional berusaha atau lamanya perusahaan beroperasi berdasarkan pada bisnis yang sudah dijalankan akan mengindikasikan kebutuhan akan informasi akuntansi sangat diperlukan [2], semakin lama perusahaan beroperasi informasi akuntansi semakin dibutuhkan karena kompleksitas usaha juga semakin tinggi. 2.5. Jenis usaha Jenis usaha mempunyai efek terhadap persiapan dan penggunaan informasi akuntansi [2]. Sehingga hal ini memperlihatkan bahwa sektor usaha mempengaruhi jumlah informasi akuntansi yang dibutuhkan dalam operasional perusahaan. [2] mengelompokkan tujuh jenis usaha dan memperlihatkan bahwa informasi akuntansi tambahan relatif besar digunakan oleh sektor industri, dibandingkan dengan sektor yang lain. 2.6. Ketidakpastian Lingkungan Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu faktor yang sering menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi dengan lingkungan. Ketidakpastian merupakan persepsi dari anggota organisasi. Seseorang mengalami ketidakpastian karena dia merasa tidak memiliki informasi yang cukup untuk meprediksi masa depan secara akurat. Bagi suatu organisasi, sumber utama ketidakpastian berasal dari lingkungan, yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator, dan teknologi yang dibutuhkan. Adapun Fitri dan Syam dalam [9] mendefinisikan ketidakpastian lingkungan sebagai gambaran situasi di luar perusahaan yang mempengaruhi perilaku organisasi dalam menjalankan aktivitasnya, diantaranya tindakan kompetitor, teknologi, dan permintaan pasar. Ketidakpastian lingkungan sering menjadi faktor yang menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap lingkungan. Individu akan mengalami ketidakpastian lingkungan yang tinggi jika merasa lingkungan tidak dapat diprediksi dan tidak dapat memahami bagaimana komponen lingkungan akan berubah (Miliken dalam [10]). Sebaliknya, Duncan dalam [10] menyatakan bahwa dalam ketidakpastian lingkungan yang rendah, individu dapat memprediksi keadaan sehingga langkah-langkah yang akan diambil dapat direncanakan dengan lebih akurat.

    2.7. Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis Penelitian tentang penggunaan informasi akuntansi telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, dimana hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa adanya pengaruh positif antara variabel skala bisnis (business size), pengalaman bisnis (business age), jenis usaha (industrial grouping) dan pendidikan manajer (owner/manager education) terhadap informasi yang direkomendasikan akuntan dalam pengambilan keputusan [2]. Ketidakpastian lingkungan yang dirasakan para manajer atau pemilik organisasi merupakan ketidakmampuan individu dalam memprediksi lingkungannya, karena kurang cukup informasi untuk memprediksi kejadian secara akurat. Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah, dapat digambarkan suatu kerangka konseptual penelitian, seperti yang disajikan pada gambar 2.

    Gambar 2. Kerangka Konseptual

    Pengetahuan Akuntansi

    Skala Usaha

    Pengalaman Usaha

    Jenis Usaha

    Ketidakpastian Lingkungan (Z)

    Penggunaan Informasi Akuntansi

  • Hipotesis penelitian disusun sebagai berikut: H1a-d: Pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha, dan jenis usaha berpengaruh terhadap penggunaan

    informasi akuntansi. H2a-d: Ketidakpastian lingkungan memoderasi pengaruh pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha, dan

    jenis usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi.

    3. METODE PENELITIAN

    3.1. Lokasi Penelitian dan Unit Analisis

    Penelitian ini dilakukan pada Usaha Menengah di kawasan industri Kabupaten Jepara. Alasan pemilihan lokasi tersebut dikarenakan daerah tersebut merupakan sentra industri yang banyak jumlahnya dan cukup berpotensi, sehingga penelitian di wilayah ini diharapkan dapat mewakili gambaran usaha menengah. Unit yang dianalisis dalam penelitian ini adalah individu dari pimpinan atau pemilik usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi. 3.2. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (X), variabel terikat (Y) dan variable moderasi (Z), yaitu (Y) penggunaan informasi akuntansi, (X1) pengetahuan akuntansi, (X2) skala usaha, (X3) pengalaman usaha, (X4) jenis usaha, (Z) ketidakpastian lingkungan. Definisi operasional variabel penelitian sebagai berikut:

    1. Penggunaan Informasi Akuntansi (Y): informasi yang diwajibkan menurut undang-undang, informasi anggaran dan informasi tambahan. a. Informasi statutory: indikatornya menggunakan delapan item pertanyaan tentang bagaimana tingkat penggunaan

    informasi akuntansi statutory yang meliputi buku kas masuk dan keluar, buku persediaan, buku piutang, buku hutang, buku inventaris, buku pembelian dan buku penjualan.

    b. Informasi Anggaran: indikatornya menggunakan empat item pertanyaan tentang bagaimana tingkat penggunaan informasi akuntansi anggaran yaitu anggaran arus kas, anggaran penjualan, anggaran biaya produksi, dan anggaran biaya operasi.

    c. Informasi Tambahan: indikatornya menggunakan empat item pertanyaan tentang bagaimana tingkat penggunaan informasi akuntansi tambahan yang meliputi laporan persediaan, laporan gaji karyawan, laporan jumlah produksi dan laporan biaya produksi.

    2. Pengetahuan Akuntansi (X1): pengetahuan dari pimpinan atau pemilik usaha tentang akuntansi. Indikatornya: a. Pengetahuan deklaratif: merupakan pengetahuan tentang fakta-fakta dan berdasarkan konsep, contoh: kas adalah

    bagian dari current assets; pengetahuan ini memudahkan dalam analisis rasio, biasanya tergantung dari instruksi yang ada. Pengukuran dengan empat pertanyaan dengan skala liker lima tingkat.

    b. Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan yang konsisten dengan aturan-aturan atau standar akuntansi yang berlaku, biasanya tergantung pada pengalaman. Pengukuran dengan empat pertanyaan dengan skala liker lima tingkat.

    3. Skala Usaha (X2): besarnya jumlah tenaga kerja di usaha tersebut didasarkan pada jumlah karyawan yang dipekerjakan di perusahaan dengan skala pengukuran rasio.

    4. Pengalaman Usaha(X3): pengalaman usaha diukur dengan lamanya pimpinan atau manajer dalam memimpi atau mengelola perusahaan tersebut dengan skala pengukuran rasio.

    5. Jenis usaha (X4): Pengukuran jenis usaha bersifat kategorikal sesuai dengan jenis usaha perusahaan yang diteliti. Penggolongan perusahaan sesuai dengan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Jepara dan diukur dengan skala nominal.

    6. Ketidakpastian Lingkungan (Z): kondisi lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi operasionalisasi perusahaan. Indikator yang digunakan adalah 12 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Duncan (1972) dengan skala likert lima tingkat.

    3.3. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah pimpinan/manajer atau pemilik usaha di kawasan industri kecil dan menengah Kabupaten Jepara. Teknik sampling secara Simple Random Sampling, dengan menggunakan tingkat kesalahan 5%, dari daftar pengambilan sampel yang dianggap representatif menurut Isaac dan Michael dalam [11]. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh usaha menengah di Kabupaten Jepara yang mempunyai tenaga kerja antara 20 sampai dengan 99 tenaga kerja. 3.4. Pengumpulan, Jenis dan Sumber Data Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara. Penyebaran kuesioner secara langsung ke responden untuk untuk memperoleh data tanggapan secara cepat. Wawancara dilakukan semi terstruktur dengan responden untuk memperoleh

  • informasi yang relevan, seperti Kasubdin Perindustrian Kabupaten Jepara, Kasubdin UKM Kabupaten Jepara, dan pimpinan atau pemilik industri menengah Kabupaten Jepara.

    3.5. Metode Analisis Data Pada penelitian ini tidak menggunakan regresi karena model penelitian dengan variabel moderating (yang diperlakukan sebagai interaksi atau perkalian dengan variabel independen) akan menyebabkan timbulnya multikolinieritas. Akibatnya adalah tidak terpenuhinya salah satu asumsi dalam model regresi. Oleh karena itu, metode analisis penelitian ini menggunakan structural equation modeling dengan software SmartPLS 2.0 Sebelum interpretasi hasil atau uji hipotesis, Instrumen penelitian yang disebar diuji validitas dan reliabilitasnya. Suatu variabel dikatakan valid apabila memiliki loading factor sebesar lebih dari atau sama dengan 0,40. Uji validitas item-item pertanyaan yang mewakili: pengetahuan akuntansi, penggunaan akuntansi dan ketidakpastian lingkungan. Pengujian realibilitas digunakan Cronbach Alpha. Cronbach Alpha lebih dari 0,6 dikatakan suatu instrumen yang reliable. Model penelitian sebagai berikut:

    Y = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5Z + b6X1*Z+ b7X2*Z + b8X3*Z+ b9X4*Z + e (1) Keterangan: Z = ketidakpastian lingkungan b1,..,b9 = koefisien regresi X1 = pengetahuan akuntansi X2 = skala usaha X3 = pengalaman usaha X4 = jenis usaha Y = penggunaan informasi akuntansi e = faktor kesalahan (error)

    Uji t digunakan sebagai alat untuk uji hipotesis kedua kelompok tersebut dengan tingkat tingkat a = 5%. Berdasarkan jumlah sampel (n) yang diperoleh sebesar 90, variabel dalam penelitian (k) sebanyak 9 dan a=5%, dan pengujian dua arah, maka dapat diketahui t tabel sebesar 1,99. Kriteria pengambilan keputusan adalah:

    a. Apabila t hitung < 1,99 maka Ho diterima artinya tidak ada pengaruh b. Apabila t hitung > 1,99 maka Ho ditolak artinya ada pengaruh

    4. HASIL ANALISIS DATA

    4.1. Karakteristik Responden

    Karakteristik responden yang diuraikan meliputi jenis kelamin, umur dan pendidikan terakhir. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa responden laki-laki sebanyak 81 orang sedangkan perempuan 7 orang. Ada dua orang yang tidak mengisi identitas jenis kelamin. Makna dari temuan ini adalah industri menengah yang diteliti sebagian besar dipimpin atau dikelola oleh laki-laki. Penjelasan praktisnya adalah pada usaha manufaktur laki-laki biasanya lebih sigap dalam bergerak dan mengambil keputusan (mungkin saja keputusan tersebut berdasar informasi akuntansi), selain itu perempuan yang mengelola usaha yang menjadi sampel biasanya adalah anak dari pemilik usaha yang lama. Jadi jumlahnya jauh lebih sedikit. Berdasarkan umur, rata-rata usia responden adalah 44,3 tahun dengan standar deviasi 7,8 tahun dan sebagian besar responden berumur 30 - 45 tahun (35 orang / 38%) dan 45 - 60 tahun (5 orang / 58%). Arti dari temuan ini, usia tersebut adalah usia matang/mapan yang bisa dikatakan mereka telah mengelola usaha menengah ini cukup lama. Berdasarkan tingkat pendidikan, ternyata lebih dari separo responden berpendidikan SLTP (26%) dan SD (27%). Hal ini mengindikasikan bahwa responden kurang memiliki pengetahuan akuntansi yang memadai karena mereka tidak pernah mengenyam pendidikan formal dalam akuntansi. 4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel yang diuji validitas dan reliabilitas adalah variabel pengetahuan akuntansi (8 indikator), ketidakpastian lingkungan (15 indikator) dan penggunaan informasi akuntansi (12 indikator). Hasil uji validitas menunjukkan bahwa semua indikator bersifat valid karena memiliki factor loading lebih dari 0,4. Sedangkan uji reliabilitas dengan Cronbach alpha menunjukkan bahwa semua variabel bersifat reliabel karena memiliki alpha lebih dari 0,6. pengetahuan akuntansi (0,950), ketidakpastian lingkungan (0,829) dan penggunaan informasi akuntansi (0,931).

  • 4.3. Model Penelitian dan Uji Hipotesis Pengolahan data penelitian dengan SmartPLS 2.0, algorithm setting dengan path weighting scheme dan setting bootstrapping dengan no sign change. Output hasil analisis data disajikan pada tabel 2 dan gambar 2.

    Tabel 2. Analisis Data Model Penelitian Hipotesis Variabel Original Sample Standard Error t Statistics t tabel H1a X1 -> Y 0,3705 0,0944 3,9238

    1,99

    H1b X2 -> Y 2,1780 0,7584 2,8719 H1c X3 -> Y -0,6929 0,6428 1,0778 H1d X4 -> Y -4,2333 1,4617 2,8961 Z -> Y -0,3320 0,2497 1,3300 H2a X1 * Z -> Y 0,0670 0,0545 1,2284 H2b X2 * Z -> Y -2,0110 0,7807 2,5759 H2c X3 * Z -> Y 0,6106 0,6369 0,9587 H2d X4 * Z -> Y 3,8847 1,5919 2,4403

    Sumber: hasil pengolahan dengan SmartPLS 2.0

    Gambar 2. Model Penelitian

    Berdasarkan tabel 2, dapat disusun model persamaan penelitian berikut ini: Y = 0,3705(X1) + 2,1780(X2) 0,6929(X3) 4,2333(X4) 0,3320(Z) + 0,0670(X1*Z) 2,0110 (X2*Z) + 0,6106(X3*Z) + 3,8847(X4*Z) (2)

    Hasil uji hipotesis sebagai berikut:

    1. H1a terdukung, ditunjukkan dari t hitung (3,9238) > 1,99 artinya pengetahuan akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi. Temuan ini menunjukkan bahwa manajer atau pimpinan yang memiliki pengetahuan akuntansi tinggi akan memanfaatkan informasi akuntansi dengan tinggi pula. Implikasinya adalah untuk dapat mendorong pemilik usaha atau manajer dalam menggunakan informasi akuntansi, kebijakan yang dapat dijalankan adalah memberikan pelatihan atau mendorong mereka untuk memiliki pengetahuan akuntansi memadai.

    2. H1b terdukung, ditunjukkan dari t hitung (2,9719) > 1,99 artinya skala usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi. Temuan ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah tenaga kerja suatu perusahaan maka semakin tinggi penggunaan informasi akuntansi. Jumlah karyawan dapat menunjukkan berapa kapasitas perusahaan dalam mengoperasionalkan usahanya, semakin besar jumlah karyawan semakin besar tingkat kompleksitas perusahaan, sehingga informasi akuntansi sangat dibutuhkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan [2]. Hal ini dapat diterima karena pada usaha dengan skala yang semakin besar maka data yang tersedia untuk diolah menjadi informasi juga semakin kompleks. Sehingga manajer memerlukan pencatatan yang rapi dan sistematis atau dengan kata lain membutuhkan sistem akuntansi yang memadai. Implikasinya adalah pada skala usaha tertentu, pencatatan secara manual masih memungkinkan namun dengan semakin meningkatnya skala usaha, perusahaan harus mempertimbangkan penggunaan sistem akuntansi terkomputerisasi.

    3. H1c tidak terdukung, ditunjukkan dari t hitung (1,0778) < 1,99 artinya pengalaman usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi. Pengalaman usaha tidak menentukan tingkat penggunaan informasi akuntansi. Pada manajer yang memiliki pengalaman usaha lama tidak memiliki perbedaan banyak dengan manajer yang pengalaman usahanya masih sedikit. Dilihat dari koefisien yang negatif, hal ini menunjukkan mereka yang pengalamannya lebih banyak cenderung menggunakan informasi akuntansi lebih sedikit.

  • 4. H1d terdukung, ditunjukkan dari t hitung (2,8961) > 1,99 artinya jenis usaha satu dengan lainnya memiliki perbedaan signifikan dalam penggunaan informasi akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini ditemukan usaha menengah di kabupaten jepara terdiri dari jenis usaha Furniture kayu mencapai 73% (66 perusahaan), Kerajinan kayu 1,1% (1 perusahaan), dan usaha tenun ikat hanya 26% (23 perusahaan). Dari jenis usaha yang ada ternyata informasi akuntansi lebih banyak digunakan di jenis usaha furniture kayu.

    5. H2a tidak terdukung, ditunjukkan dari t hitung (1,2284) < 1,99 artinya ketidakpastian lingkungan tidak memperkuat atau memperlemah pengaruh pengetahuan akuntansi terhadap penggunaan informasi akuntansi.

    6. H2b terdukung, ditunjukkan dari t hitung (2,5759) > 1,99 artinya ketidakpastian lingkungan secara signifikan memperlemah pengaruh skala usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi. Diinterpretasi memperlemah karena memiliki tanda negatif pada koefisiennya.

    7. H2c tidak terdukung, ditunjukkan dari t hitung (0,9587) < 1,99 artinya ketidakpastian lingkungan tidak memperkuat atau memperlemah pengaruh pengalaman usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi.

    8. H2d terdukung hal ini ditunjukkan dari t hitung (2,4403) > 1,99 artinya ketidakpastian lingkungan secara signifikan memperkuat perbedaan antar jenis usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi.

    5. PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    1. Pengetahuan akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi. 2. Skala usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi. 3. Pengalaman usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi. 4. Jenis usaha satu dengan lainnya memiliki perbedaan signifikan dalam penggunaan informasi akuntansi. 5. Ketidakpastian lingkungan tidak secara signifikan memperkuat pengaruh pengetahuan akuntansi terhadap penggunaan

    informasi akuntansi. 6. Ketidakpastian lingkungan secara signifikan memperlemah pengaruh skala usaha terhadap penggunaan informasi

    akuntansi. 7. Ketidakpastian lingkungan tidak secara signifikan memperkuat pengaruh pengalaman usaha terhadap penggunaan

    informasi akuntansi. 8. Ketidakpastian lingkungan secara signifikan memperkuat perbedaan antarjenis usaha terhadap penggunaan informasi

    akuntansi.

    5.2. Keterbatasan dan Agenda Penelitian Selanjutnya Keterbatasa utama penelitian ini bersumber dari tingkat pendidikan responden yang relatif rendah sehingga dikuatirkan menimbulkan bias. Bias ini muncul karena pada tingkat pendidikan rendah pengetahuan akuntansi yang diperoleh biasanya juga rendah. Hal ini terjadi karena pengetahuan akuntansi biasanya diperoleh dari pendidikan formal. Kelemahan lainnya adalah 90% lebih jenis industri yang diteliti adalah industri mebel, padahal penggolongan industri cukup banyak. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan pada usaha atau industri yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA [1] Basuki, Sosialisasi Profesi Akuntan dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah: Suatu Pendekatan Teoritis

    dan Empiris, Majalah Ekonomi, vol. 10, no. 3, 2000. [2] S. Holmes, and D. Nicholls, An Analysis of The Use of Accounting Information by Australian Small Business,

    Journal of Small Business Management, vol. 26, no. 20, pp. 57-68., 1988. [3] S. Holmes, Modeling The Accounting Information Requirements of Small Business, Accounting and Business

    Research, vol. 19, no. 4, pp. 60-76., 1989. [4] A. R. Belkaoui, Accounting Theory Fourth Edition, New York: Business Press, Thomson Learning, 2000. [5] R. A. Peterson, G. Kozmetsky, and N. M. Ridgway, Perceived Business Failures: A Research Note, American

    Journal of Small Business, vol. 7, no. 1, pp. 33-40, 1983. [6] B. C. Spilker, The Effects of Time Pressure and Knowledge on Key Word Selection Behavior in Tax Research, The

    Accounting Review, vol. 70, no. 1, pp. 49-70, 1995. [7] S. E. Bonner, and P. L. Walker, The Effects of Instruction and experience on The Acquisition of Auditing

    Knowledge, The Accounting Review, vol. 69, no. 1, pp. 157- 178, 1994. [8] H. Wichman, Accounting and Marketing Key Small Business Problem, American Journal of Small Business, vol. 7,

    no. 4, pp. 19-26, 1983. [9] Ernawati, Pengaruh Strategi Bisnis dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Hubungan antara Informasi Broad

    Scope Sistem Akuntansi Manajemen dan Kinerja manajerial, Solo: Skripsi Universitas Negeri Sebelas Maret., 2004. [10] I. B. Yuwono, Pengaruh Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Hubungan antara

    Partisipasi Anggaran dengan Senjangan Anggaran, 1999. [11] Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Penerbit Alfabeta., 2005.

    Aida Nahar, SE, MSiP1P, Anna Widiastuti, SE, MSiP2P1PProgram Studi Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama JeparaE-mail: [email protected] Studi Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama JeparaE-mail: [email protected] 1: Perkembangan IKM di Kabupaten Jepara Tahun 2004-2008Gambar 2. Kerangka KonseptualTabel 2. Analisis Data Model PenelitianGambar 2. Model PenelitianDAFTAR PUSTAKA