176
ANALISIS PENGELOLAAN TANAMAN KEMIRI RAKYAT DI KECAMATAN TANAH PINEM KABUPATEN DAIRI PROPINSI SUMATERA UTARA TETTY PRYSKA HERAWATY SIHOMBING SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

ANALISIS PENGELOLAAN TANAMAN KEMIRI RAKYAT

DI KECAMATAN TANAH PINEM KABUPATEN DAIRI

PROPINSI SUMATERA UTARA

TETTY PRYSKA HERAWATY SIHOMBING

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

3

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Pengelolaan Tanaman

Kemiri Rakyat di Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera

Utara adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2011

Tetty Pryska Herawaty Sihombing

NRP. E151090101

Page 3: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan
Page 4: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

ABSTRACT

TETTY PRYSKA HERAWATY SIHOMBING. Analysis of Candlenut Tree

Management in Tanah Pinem District, Dairi Regency, North Sumatera Province.

Under Direction of HARDJANTO and NURHENI WIJAYANTO

One orientation in the long-term development of forest by the Indonesian

government is the resulted welfare and active role of the people in forest

management by expanding the people’s forest acreage. The type of plants selected

for the community’s forest that will be developed must be suited to the local

environmental conditions in terms of technical, economic, ecological, social and

cultural aspects so that economically the activities of community’s forest can

become the people’s choice of productive and sustainable business activities.

Candlenut is one of the trees growing in the community environment.

Economically the plants are very beneficial as their income sources and

ecologically can serve to improve the functions of environment. The objectives of

this study were (1) to determine the influential factors in the management

candlenut trees and (2) to examine the sustainability of the people’s candlenut tree

management for the ecological, economic and social aspects. The data was

analyzed with a binary logistic regression and the sustainability analysis includes

ecological, economic and social aspects. The factors that affect the candlenut

management are age, land size, income, land origin, and land accessibility. The

sustainability of candlenut management falls into the category of “sustainable

with some considerations” based on “Lembaga Ekolabel Indonesia” standard

because the community’s management of candlenut has not indicated a

continuous or sustainable management.

Keywords: candlenut, community forest, management, sustainable

Page 5: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan
Page 6: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

RINGKASAN

TETTY PRYSKA HERAWATY SIHOMBING. Analisis Pengelolaan Tanaman

Kemiri Rakyat di Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera

Utara. Dibimbing oleh HARDJANTO dan NURHENI WIJAYANTO.

Salah satu arah Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan tahun 2006-2025

adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dan peran aktif masyarakat dalam

pengelolaan hutan yang adil dan bertanggung jawab. Strategi yang dilakukan

dengan meningkatkan luasan hutan rakyat yang mandiri dan mendukung fungsi

hutan sebagai penyangga kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Target luas

hutan rakyat yang akan dibangun sampai tahun 2025 adalah 8 juta ha.

Jenis-jenis tanaman yang dikembangkan dalam pembangunan hutan rakyat

harus memperhatikan jenis tanaman yang sesuai dengan lingkungan setempat

dengan tujuan agar lebih produktif dan lestari. Salah satu potensi tanaman hutan

rakyat yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat adalah tanaman

kemiri. Kemiri merupakan salah satu jenis tanaman hasil hutan bukan kayu yang

memiliki banyak manfaat dari buah, kayu, kulit biji, ampas minyak kemiri dan

pohon kemiri. Tanaman kemiri memiliki banyak keunggulan karena dapat

menjadi sumber pendapatan bagi petani dan berperan dalam fungsi ekologis.

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Tanah Pinem yang terdapat di

Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Tanaman kemiri rakyat yang ada di

Kecamatan Tanah Pinem adalah tanaman yang sudah ada sejak dahulu yang tetap

diusahakan sampai sekarang.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi pengelolaan tanaman kemiri rakyat dan menganalisis

keberlanjutan (sustainability) pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari aspek

ekologi, ekonomi dan sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

survey dan metode evaluasi. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data

sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan lapang,

diskusi, studi literatur dan pengumpulan data serta laporan dari instansi terkait.

Analisis data untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan

tanaman kemiri rakyat digunakan regressi logistik biner sedangkan penilaian

untuk analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dari aspek ekologi,

ekonomi dan sosial menggunakan pendekatan dari Lembaga Ekolabel Indonesia.

Tanaman kemiri rakyat yang ada di Kecamatan Tanah Pinem ditanam

dengan pola monokultur (sejenis) dan agroforestry yaitu kombinasi antara kemiri

dengan sirih, cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain. Keberadaan

tanaman lain di antara tanaman kemiri berperan dalam menambah penghasilan

petani. Penanaman kemiri sudah menggunakan jarak tanam dengan jarak tanam

yang lebar dengan tujuan menghasilkan buah. Rata-rata luas tanaman kemiri

rakyat adalah 2,67 ha. Umur rata-rata tanaman kemiri adalah 37,37 tahun.

Kondisi umur tanaman beragam dan umumnya sudah memasuki umur tidak

produktif (di atas 35 tahun), dimana 50,6% tanaman kemiri rakyat sudah

melewati batas umur produktif yang menunjukkan bahwa proses regenerasi

tanaman kemiri tidak berlangsung secara berkelanjutan.

Page 7: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan tanaman

kemiri rakyat, diduga ada 17 variabel yang mempengaruhinya. Setelah dilakukan

analisis regressi logistik biner, hanya 5 variabel yang signifikan menjelaskan

alasan masyarakat memilih mengelola kemiri pada lahan miliknya, yaitu umur

petani, luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke

ladang.

Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan dari aspek

ekologi, ekonomi dan sosial. Penilaian pengelolaan tanaman kemiri rakyat di

Kecamatan Tanah Pinem menunjukkan pengelolaan yang “berkelanjutan dengan

catatan”. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan kemiri rakyat yang ada belum

menunjukkan pengelolaan yang menuju ke arah yang berkelanjutan. Untuk itu,

dalam mencapai pengelolaan tanaman kemiri rakyat yang berkelanjutan, perlu

dilakukan perbaikan pada setiap indikator yang bernilai cukup dan jelek melalui

program dan kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan

yang melibatkan instansi terkait.

Kata kunci: kemiri, hutan rakyat, pengelolaan, berkelanjutan

Page 8: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

5

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 9: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

ANALISIS PENGELOLAAN TANAMAN KEMIRI RAKYAT

DI KECAMATAN TANAH PINEM KABUPATEN DAIRI

PROPINSI SUMATERA UTARA

TETTY PRYSKA HERAWATY SIHOMBING

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 10: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

xi

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Muhammad Buce Saleh, MS

Page 11: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

Judul Tesis : Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di Kecamatan

Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara

Nama : Tetty Pryska Herawaty Sihombing

NRP : E151090101

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Pengelolaan Hutan

Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, M. Sc. Agr

Tanggal Ujian: 22 September 2011 Tanggal Lulus:

Page 12: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

xiii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini

berjudul “Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di Kecamatan Tanah

Pinem Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hardjanto,

MS. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS. selaku pembimbing yang

telah memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Juga

kepada seluruh instansi dan pihak terkait di tingkat pusat (Kementerian

Kehutanan dan Pusat Diklat Kehutanan), tingkat propinsi dan kabupaten atas

bantuan fasilitas, data dan informasi yang diberikan selama penulis melaksanakan

penelitian. Serta kepada semua masyarakat di Kecamatan Tanah Pinem yang telah

memberikan bantuan kepada saya pada saat pengumpulan data di lapangan.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada ayah dan ibu serta semua keluarga atas

bantuan, dukungan serta doanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2011

Tetty Pryska Herawaty Sihombing

Page 13: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan
Page 14: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Huta Bangun, 27 Mei 1977 dari Bapak T. E Sihombing dan

Ibu R. Silaban. Penulis merupakan anak kedua dari enam bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD ST Yosef Sidikalang,

Sekolah Menengah Pertama di SMP ST Paulus Sidikalang dan Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Sidikalang Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara dan lulus tahun

1996. Penulis mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan dari Jurusan Manajemen Hutan,

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000.

Penulis bekerja sebagai fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) pada

Balai Pengelolaan DAS Asahan Barumun di Propinsi Sumatera Utara sejak tahun

2003. Tahun 2009 penulis mendapat Beasiswa dari Kementrian Kehutanan melalui

Pusat Diklat Kehutanan untuk melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu

Pengelolaan Hutan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Page 15: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ….....………………………….………………………….. xii

DAFTAR GAMBAR …....…………………………………………………… xiv

DAFTAR LAMPIRAN …….....………………………………………………… xvi

1 PENDAHULUAN …………....…………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang …………….......………………………………………. 1

1.2 Perumusan Masalah ……………......……….…………………………. 7

1.3 Tujuan Penelitian ……………………......….…………………………. 8

1.4 Manfaat Penelitian ……………………….......………………………. 9

1.5 Kerangka Pemikiran …….…………………….......…………………… 9

2 TINJAUAN PUSTAKA ..……………………………….....……...………… 11

2.1 Hutan Rakyat …………………………………………......…………… 11

2.2 Pengelolaan Hutan Rakyat ………………….………….…...………… 14

2.2.1 Aspek Sosial ………………………….……………….....……… 14

2.2.2 Aspek Ekonomi …………………..….…………………......…… 15

2.2.3 Aspek Ekologi ……………………….....…………..…………… 18

2.3 Pengelolaan Hutan Lestari ……………………….....…….…………… 19

2.4 Tanaman Kemiri ……………………………….….….......…………… 24

2.5 Beberapa Studi Terdahulu...........…….....................…………….……… 27

3 METODE PENELITIAN ….…………………......………………………… 29

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ….…………….....……………………… 29

3.2 Metode Pengumpulan Data …….……………........………….……… 29

3.3 Penentuan Responden …………….…………………………....…… 30

3.4 Metode Pengolahan dan Analisa Data ……..………………….........… 31

3.5 Definisi Operasional ................…….....................…………….……… 35

4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

RESPONDEN ………………………………………………............….…… 37

4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian ……………….......……….....…… 37

4.1.1 Letak Administrasi ……………….....…………………........…..… 37

4.1.2 Letak Geografis ……………….....………………….......…........… 37

4.1.3 Iklim……………….....………………….......…..........................… 37

4.1.4 Topografi ……................………….....……………....….......…..… 37

4.1.5 Penduduk ……................………….....……………....….......…..… 38

4.1.6 Penggunaan Lahan ……................………….....……………..….... 38

4.2 Karakteristik Responden ……................………….....……………..…... 39

4.2.1 Umur Responden ……................………….....……….……..…...... 39

4.2.2 Pendidikan……................………….....……………..….........…..... 40

4.2.3 Jumlah Anggota Keluarga……................…………....…….……… 40

4.2.4 Mata Pencaharian Responden …….................……….…................. 41

Page 16: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

xi

4.2.5 Status Kepemilikan Lahan dan Asal Usul Lahan .…….............…... 42

4.2.6 Luas Kepemilikan Lahan ........................………….....…….……… 43

5 HASIL DAN PEMBAHASAN ……................………….....……………... 45

5.1 Pengelolaan Kemiri Rakyat di Kecamatan Tanah Pinem .………….…. 45

5.2 Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Mengelola Kemiri................... 55

5.3 Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Kemiri Rakyat ……...................… 69

5.3.1 Aspek Ekologi……................………….....……………..…........... 69

5.3.2 Aspek Ekonomi……................………….....……………..…......... 81

5.3.3 Aspek Sosial……................………….....……………..…........….. 97

5.3.4 Analisis keberlanjutan ................………….....……………..…...... 107

6 KESIMPULAN DAN SARAN ……................………….....………….….. 121

6.1 Kesimpulan ……................………….....……………..…........….......… 121

6.2 Saran ……................………….....……………..….......…..................… 122

DAFTAR PUSTAKA………………………………………......……………….. 123

LAMPIRAN ……….………………………………………......……………….. 129

Page 17: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Potensi dan luas hutan rakyat di Indonesia tahun 2004 .....……………. 2

2 Potensi luas hutan rakyat di Jawa-Madura......………………........….... 2

3 Luas hutan rakyat di Propinsi Sumatera Utara ......……………….. ...... 3

4 Luas dan produksi kebun kemiri di Indonesia sejak tahun 1984-2009 ... 4

5 Luas, produksi dan jumlah petani kemiri di Indonesia tahun 2004-2009 5

6 Luas, produksi dan jumlah petani kemiri tahun 2007 di Sumatera Utara 5

7 Sebaran kemiri rakyat di Kabupaten Dairi pada tahun 2008 ......……… 6

8 Dimensi ekologi, produksi dan sosial dalam analisis kelestarian ......…. 21

9 Kriteria dan indikator PHBML ......………………........………………. 23

10 Kondisi topografi di Kecamatan Tanah Pinem ......………………......... 38

11 Penggunaan lahan di Kecamatan Tanah Pinem tahun 2008 ......……..... 39

12 Sebaran umur responden ......………………........………………........... 40

13 Tingkat pendidikan responden ......………………........……………….. 40

14 Jumlah anggota keluarga responden ......………………........…………. 41

15 Mata pencaharian responden ......………………........……………….... 42

16 Status kepemilikan lahan responden ......………………........…………. 42

17 Asal usul lahan yang dimiliki oleh responden ......……………….......... 42

18 Status lahan yang digunakan oleh responden ......………………........... 42

19 Luas kepemilikan lahan ......………………........………………............ 43

20 Pola tanaman kemiri rakyat......………………........………………....... 45

21 Produksi tanaman kemiri rakyat tahun 2010 ......………………............ 49

22 Intensitas kunjungan petani pada tanaman kemiri ......……………….... 52

23 Hasil estimasi menggunakan regressi logistic......………………........... 56

24 Hasil penilaian aspek ekologi pada pengelolaan tanaman kemiri …….. 69

25 Prediksi tingkat bahaya erosi potensial di Kecamatan Tanah Pinem ..... 71

26 Produktivitas 4 jenis komoditi utama tahun 2005 sampai tahun 2009 ... 73

27 Hasil penilaian aspek ekonomi pada pengelolaan tanaman kemiri …… 81

28 Analisis kelayakan usaha tanaman kemiri untuk luas 1 ha ......………... 84

29 Kodisi sebaran kesejahteraan penduduk di Desa Kutabuluh, Pamah

Page 18: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

xiii

dan Pasir Tengah tahun 2009-2010 ....………..........………...........… 87

30 Hasil estimasi fungsi produksi tanaman kemiri ......………..........…….. 89

31 Hasil penilaian aspek sosial pada pengelolaan tanaman kemiri …….… 97

32 Kondisi penduduk tidak bekerja tahun 2005-2009 ............……......… 101

33 Kondisi penduduk yang datang dan yang pergi tahun 2005-2009 ......… 103

34 Luas lahan kritis di Kecamatan Tanah Pinem ......……….........………. 111

35 Prioritas perbaikan dan kegiatan yang perlu dilakukan ….........………. 116

36 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan

tanaman kemiri rakyat dari aspek ekologi .........………..…...................

117

37 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan

tanaman kemiri rakyat dari aspek ekonomi.........………..…..................

118

38 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan

tanaman kemiri rakyat dari aspek sosial .........………..…......................

118

Page 19: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran ......……….........………........…….......………...... 10

2 Volume ekspor kemiri Indonesia tahun 1975-2007 ......……….........…. 26

3 Pola tanaman kemiri rakyat …….........………........…….......……….... 46

4 Buah kemiri yang disimpan yang akan dijual pada saat dibutuhkan ….. 47

5 Kondisi jarak tanaman kemiri rakyat ...………........…….......……….... 48

6 Kondisi umur tanaman kemiri rakyat ..………........…….......……….... 48

7 Perbedaan antara buah yang jatuh alami dan buah yang jatuh karena

penyakit gugur buah …........………........……......…….......……….......

51

8 Pohon kemiri sedang berbunga dan berbuah …......…….......………..... 53

9 Proses pengupasan kemiri ...………........……......…….......………....... 54

10 Pengangkutan kulit kemiri yang dijual ke industri di Medan ………..... 55

11 Tumbuhan bawah pada tegakan kemiri berperan dalam mencegah

terjadinya erosi ……….........………........……......…….......………......

72

12 Luas dan produktivitas kemiri selama 10 tahun terakhir ......………...... 73

13 Tegakan pohon (kemiri) berperan menjamin ketersediaan air lokal ….. 74

14 Tajuk tanaman kemiri yang lebar berperan menutupi permukaan tanah 80

15 Pemasaran buah kemiri kupas di pasar lokal .....………........…........…. 96

16 Batas kepemilikan lahan dapat diketahui dari jenis tanaman pagar yang

ada (seperti pinang) ……….........………........……......…….......……...

105

17 Fluktuasi harga kemiri di lokasi penelitian ......……….........………...... 109

Page 20: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

xv

Page 21: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap pengelolaan

kemiri rakyat dan penjelasan dari setiap variabel bebas..........................

129

2 Aspek analisis sustainability (keberlanjutan) pengelolaan kemiri ......... 131

3 Kriteria setiap indikator keberlanjutan ………...……………………… 135

4 Karakteristik responden petani kemiri ………………………………… 138

5 Analisis pendapatan dari tanaman kemiri, persentase pendapatan dari

kemiri terhadap pendapatan total petani dan pengeluaran per kapita per

bulan ........................................................................................................

139

6 Analisis kelayakan usaha tanaman kemiri pada lahan milik, pada lahan

sewa dan pada lahan yang di beli ............................................................

140

7 Hasil pengolahan data dengan Logistic Regression................................. 146

8 Hasil pengolahan data untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi

produksi kemiri dengan Regressi Linier Berganda.................................

154

Page 22: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan membagi hutan

menjadi hutan negara dan hutan hak. Hutan negara adalah hutan yang berada pada

tanah yang tidak dibebani hak atas tanah sedangkan hutan hak adalah hutan yang

berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Hutan hak selanjutnya dikenal

dengan hutan rakyat yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah milik yang dibuktikan

dengan alas titel atau sertifikat.

Hutan rakyat sudah berkembang di lingkungan masyarakat sejak dahulu

yang dilakukan atas inisiatif masyarakat di lahan-lahan milik. Hal ini dapat dilihat

dari adanya hutan rakyat tradisional yang diusahakan secara swadaya berupa

tanaman sejenis maupun pola tanaman campuran, yang dilatarbelakangi oleh asal

mula sistem perladangan berpindah dan kemudian berkembang menjadi pertanian

menetap. Pada saat pertanian menetap, masyarakat menanam tanaman pertanian

karena memberi hasil jangka pendek dan menanam tanaman kayu-kayuan untuk

hasil jangka menengah dan jangka panjang.

Pemerintah sejak tahun 1960-an telah mengembangkan hutan rakyat

sebagai kegiatan penghijauan untuk mengatasi lahan kritis pada lahan milik

masyarakat (Awang et al. 2007). Kegiatan penghijauan adalah upaya memulihkan

atau memperbaiki keadaan lahan kritis di luar kawasan hutan melalui kegiatan

penanaman dan bangunan konservasi tanah agar dapat berfungsi sebagai media

produksi dan sebagai media pengatur tata air yang baik serta upaya

mempertahankan dan meningkatkan daya guna lahan sesuai dengan

peruntukkannya. Kegiatan penghijauan yang dilaksanakan pemerintah bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, penyediaan bahan baku industri

dan peningkatan mutu lingkungan. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman

keras, MPTS (Multi Purpose Trees Species) dan buah-buahan (Kemenhut 2010).

Keberadaan hutan rakyat di Indonesia sampai saat ini sudah cukup luas dan

sudah memberikan hasil produksi kayu yang cukup besar. Luasan dan potensi

hutan rakyat yang ada di Indonesia sampai tahun 2004 sudah mencapai

1.568.415,6 ha dengan potensi kayu sebesar 39.416.557,5 m3 dan yang paling

Page 23: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

2

luas adalah hutan rakyat yang dilakukan secara swadaya yang mencapai

966.722,3 ha dengan potensi kayu sebesar 33.650.443,1 m3 (Tabel 1). Pemerintah

telah melakukan penghijauan di luar kawasan hutan termasuk hutan rakyat seluas

1.785.149 ha sejak tahun 2000 sampai tahun 2004 (Dephut 2006) dan pembuatan

hutan rakyat seluas 1.810.601 ha sejak tahun 2004 sampai 2008 (Dephut 2009).

Tabel 1 Potensi dan luas hutan rakyat di Indonesia tahun 2004

No Jenis Sumber Dana Luas (ha) Perkiraan Potensi (m3)

1 Hutan rakyat swadaya 966.722,3 33.650.443,1

2 Hutan rakyat subsidi 131.090,5 4.935.417,5

3 Hutan rakyat melalui KUHR 41.785,9 744.129,9

4 Hutan rakyat DAK DR 18.917,9 86.567,0

5 Hutan rakyat kegiatan GNRHL 409.899,0 0,0

Jumlah 1.568.415,6 39.416.557,5 Sumber : Hindra (2006)

Perkembangan hutan rakyat di Pulau Jawa setiap tahunnya cenderung

meningkat. Walaupun ketersediaan lahan mulai menyempit akibat tekanan

pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi sehingga permintaan lahan untuk

perumahan dan lahan pertanian juga semakin tinggi, tetapi kegiatan pengusahaan

hutan rakyat masih tetap berkembang.

Tabel 2 Potensi luas hutan rakyat di Jawa-Madura

No Klasifikasi penutupan

lahan

Periode 2006-

2008 (ha)

Periode 2000-

2003 (ha)

Periode

1990-1993

(ha)

Perubahan

(%)

1 Hutan lahan

kering/primer*) 107.706,97 65.961,24 45.572,19 136,34

2 Hutan tanaman*) 374.057,31 384.869,50 304.461,12 22,86

3 Perkebunan 153.441,62 166.553,30 80.322,79 91,03

4 Pertanian lahan kering*) 935.069,26 1.098.215,20 837.379,82 11,67

5 Pertanian lahan kering

campur semak 977.796,44 984.066,80 601.042,74 62,68

6 Semak belukar 36.942,46 30.946,00 32.018,48 15,38

Total 2.585.014,06 2.730.612,04 1.900.797,14 35,99 Keterangan : *) Klasifikasi lahan yang tergolong hutan rakyat

Sumber : BPKH Wilayah XI Jawa Madura (2009)

Potensi hutan rakyat untuk Pulau Jawa dan Madura menurut Balai

Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah XI Jawa Madura tahun 2009

mencapai luas 1.416.833,54 ha. Potensi ini diketahui melalui pendekatan GIS

dimana klasifikasi penutupan lahan yang masuk kriteria hutan rakyat adalah hutan

Page 24: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

3

lahan kering sekunder/primer, hutan tanaman dan pertanian lahan kering. Adapun

luas masing-masing setiap kriteria dapat dilihat pada Tabel 2.

Hutan rakyat di luar Pulau Jawa masih belum berkembang, sementara

ketersediaan lahan cukup luas. Kegiatan hutan rakyat berlangsung secara

tradisional dengan jenis tanaman yang ada merupakan tanaman-tanaman yang

tumbuh secara alami di lahan-lahan milik rakyat yang dikombinasikan dengan

tanaman lain seperti buah-buahan dan tanaman pertanian.

Perkembangan hutan rakyat di Propinsi Sumatera Utara tidak secepat yang

ada di Jawa. Ada yang dilakukan secara swadaya pada lahan milik, tanah marga

dan pekarangan, kegiatan pemerintah dan kerjasama kemitraan. Luas hutan rakyat

di Propinsi Sumatera Utara (Hindra 2006) dapat dilihat pada Tabel 3. Sedangkan

luas hutan rakyat yang dikembangkan oleh pemerintah sejak tahun 2004 sampai

tahun 2008 mencapai 40.155 ha (Dephut 2009). Jenis tanaman pada lahan milik

rakyat antara lain kopi, aren, pinang, kayu manis, kemiri, cengkeh, durian,

mangga, kemenyan, pinus, suren, eukaliptus, pinus, jati putih dan karet.

Tabel 3 Luas hutan rakyat di Propinsi Sumatera Utara

No Jenis Sumber Dana Luas (ha)

1 Hutan rakyat swadaya 45.692,10

2 Hutan rakyat subsidi 1.075,00

3 Hutan rakyat melalui KUHR 677,00

4 Hutan rakyat DAK DR 280,00

5 Hutan rakyat kegiatan GNRHL 8.480,00

Jumlah 56.204,10 Sumber : Hindra (2006)

Salah satu jenis tanaman hutan rakyat yang berkembang secara tradisional

adalah kemiri. Tanaman kemiri merupakan tanaman yang memiliki prospek untuk

dikembangkan dalam kegiatan hutan rakyat karena menghasilkan buah dan kayu

sehingga memiliki nilai ekonomi tinggi. Buahnya bermanfaat sebagai penyedap

makanan (bumbu masak), obat-obatan (pencahar, sariawan, disentri, bisul,

merangsang pertumbuhan rambut, obat kulit, obat linu pada pinggang), minyak

kemiri digunakan sebagai bahan cat, pernis, sabun, pelapis perahu, minyak lampu,

industri batik, kosmetik (Paimin 1994; Sunanto 1994; Winarbowo dan Manoko

2006) dan melindungi kayu dari serangan rayap (Nakayama dan Obsbrink 2010).

Kulit biji (cangkang) dapat dimanfaatkan untuk bahan baku obat nyamuk bakar

Page 25: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

4

dan arang (Paimin 1994; Wibowo 2007). Ampas pengelolaan minyak dapat

digunakan untuk pakan ternak dan pupuk tanaman karena mengandung unsur

NPK yang cukup tinggi, sementara kayu kemiri berguna sebagai kayu bakar,

bahan baku korek api, sumpit, perabot rumah tangga, papan pengepak, pulp,

vinir/kayu lapis (Paimin 1994; Winarbowo dan Manoko 2006). Pohon kemiri juga

bermanfaat sebagai tanaman rehabilitasi. Perum Perhutani di Jawa dan Nusa

Tenggara Timur menggunakan kemiri sebagai tanaman untuk menghutankan

kembali tanah kosong (Djajapertjunda 2003; Koji 2002) dan berfungsi sebagai

tanaman konservasi tanah dan air terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) serta

daerah bertopografi miring dan curam (Wibowo 2007).

Tabel 4 Luas dan produksi kebun kemiri di Indonesia sejak tahun 1984-2009

Tahun Luas (ha) Produksi (ton)

Tahun Luas (ha) Produksi (ton)

1984 74.736 29.246

1997 179.621 69.776

1985 68.444 56.819

1998 174.798 66.302

1986 84.668 28.852

1999 193.805 65.394

1987 69.632 27.778

2000 205.532 74.319

1988 70.621 24.274

2001 205.322 77.375

1989 85.177 28.497

2002 212.487 88.481

1990 109.806 35.576

2003 212.677 95.870

1991 130.122 36.819

2004 206.321 94.005

1992 135.486 37.926

2005 196.407 92.667

1993 148.024 56.929

2006 205.454 102.308

1994 170.098 64.182

2007 209.375 102.609

1995 178.378 71.240

2008*) 209.734 107.116

1996 182.587 78.613

2009**) 210.198 111.058 Keterangan : *) Angka sementara, **) angka estimasi

Sumber : Deptan (2009)

Luas dan produksi tanaman kemiri di Indonesia setiap tahunnya cenderung

meningkat. Menurut Deptan (2009), tanaman kemiri yang tumbuh di Indonesia

100% adalah tanaman kemiri yang diusahakan oleh masyarakat dalam bentuk

kebun penduduk (perkebunan rakyat). Potensi luas dan produksi tanaman kemiri

yang ada di Indonesia sejak tahun 1984 sampai 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.

Perkembangan tanaman kemiri juga melibatkan sejumlah petani sebagai tenaga

kerja yang yang melakukan pengelolaan. Jumlah petani yang terlibat dalam

pengelolaan tanaman kemiri di Indonesia untuk tahun 2004 sampai 2009 dapat

dilihat pada Tabel 5.

Page 26: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

5

Tabel 5 Luas, produksi dan jumlah petani kemiri di Indonesia tahun 2004-2009

Tahun Luas (ha) Produksi (ton) Rerata Produksi (kg/ha)

Jumlah Petani

(KK)

2004 206.321 94.005 769 348.728

2005 209.264 92.667 766 354.293

2006 205.455 102.308 844 342.435

2007 209.375 102.609 797 362.644

2008*) 209.734 107.116 802 363.248

2009**) 210.198 111.058 805 363.977 Keterangan : *) Angka sementara, **) angka estimasi

Sumber : Deptan (2009)

Tanaman kemiri di Propinsi Sumatera Utara hampir tersebar di semua

kabupaten, seperti terlihat pada Tabel 6. Deptan (2009) menyebutkan bahwa luas

tanaman kemiri di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 mencapai 11.636 ha

dengan produksi buah mencapai 13.761 ton, yang melibatkan 15.691 petani.

Rerata produktivitas hasil kemiri rakyat adalah 1.498 kg/ha dan rerata

kepemilikan luas lahan kemiri sekitar 0,74 ha.

Tabel 6 Luas, produksi dan jumlah petani kemiri tahun 2007 di Sumatera Utara

No Kabupaten Luas

(ha)

Produksi

(ton)

Rerata Produksi

(kg/ha)

Jumlah Petani

(KK)

1 Deli Serdang 857 465 658 1.742

2 Langkat 543 432 814 837

3 Simalungun 459 786 1.774 1.154

4 Karo 2.560 2.358 1.384 1.232

5 Dairi 3.518 7.057 2.074 4.637

6 Tapanuli Utara 451 184 767 597

7 Tapanuli Tengah 150 116 935 876

8 Nias 194 8 571 190

9 Nias Selatan 18 4 500 120

10 Tapanuli Selatan 689 738 1.570 766

11 Asahan 13 7 500 41

12 Mandailing Natal 688 276 600 276

13 Toba Samosir 269 106 520 654

14 Humbang Hasundutan 581 200 623 832

15 Pak-pak Barat 0 0 0 0

16 Samosir 538 926 2.086 973

17 Serdang Bedagai 108 98 1.010 764

Jumlah 11.636 13.761 1.498

15.691 Sumber : Deptan (2009)

Salah satu kabupaten penghasil kemiri adalah Dairi. BPS (2009)

menyebutkan bahwa luas tanaman kemiri pada tahun 2008 mencapai 4.463 ha

dengan produksi mencapai 8.273,6 ton. Tanaman kemiri hampir tumbuh di

Page 27: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

6

beberapa kecamatan, paling banyak di Kecamatan Tanah Pinem dengan

luas 3.846 ha dan produksi buah sampai 6.446 ton. Pada Tabel 7 dapat dilihat

sebaran tanaman kemiri rakyat dan produksinya di Kabupaten Dairi pada tahun

2008. Rerata produksi hasil kemiri di Kabupaten Dairi adalah 2.074 kg/ha dan

jumlah petani yang mengelolanya mencapai 4.637 KK.

Tabel 7 Sebaran kemiri rakyat di Kabupaten Dairi pada tahun 2008

No Kecamatan Luas (ha) Produksi Buah (ton)

1 Sidikalang 9,50 11,70

2 Sitinjo 0 0

3 Berampu 0 0

4 Parbuluan 23,00 38,00

5 Sumbul 30.00 31,20

6 Silahisabungan 25,50 39,50

7 Silima Pungga-pungga 47.00 828,00

8 Lae Parira 39,00 64,80

9 Siempat Nempu 25,00 19,80

10 Siempat Nempu Hulu 82,00 147,60

11 Siempat Nempu Hilir 71,00 141,00

12 Tigalingga 138,00 260,00

13 Gunung Sitember 97,00 191,00

14 Pegagan Hilir 30,00 55,00

15 Tanah Pinem 3.846,00 6.446,00

Jumlah 4.463,00 8.273,60 Sumber : BPS Kabupaten Dairi (2009)

Pengelolaan kemiri rakyat di Kecamatan Tanah Pinem sudah berlangsung

sangat lama, turun temurun dan merupakan salah satu usaha yang dikembangkan

menjadi mata pencaharian penduduk sebagai sumber penghasilan. Perkembangan

pengelolaan tanaman kemiri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan

eksternal dalam pengambilan keputusan untuk mengelola atau tidak mengelola.

Seorang petani kemiri akan menjual kemirinya dengan kondisi dikupas dan

tidak dikupas. Kemiri yang dikupas dijual lebih mahal dari kemiri yang belum

dikupas. Untuk kemiri yang tidak dikupas, biasanya dibeli oleh pihak lain untuk

kemudian dikupas agar harga jualnya lebih tinggi dari harga belinya. Hal ini

menunjukkan bahwa keberadaan tanaman kemiri di Kecamatan Tanah Pinem

dapat membuka lapangan pekerjaan bagi pihak lain.

Salah satu arah Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan tahun 2006-2025

adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dan peran aktif masyarakat dalam

pengelolaan hutan yang adil dan bertanggung jawab. Strategi yang ditempuh yaitu

Page 28: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

7

meningkatkan luasan hutan rakyat yang mandiri dan mendukung fungsi hutan

sebagai penyangga kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Target luas hutan

rakyat yang akan dibangun sampai tahun 2025 adalah 8 juta ha (Dephut 2006).

Widiarti dan Mindawati (2007) menyebutkan bahwa pemilihan jenis pohon

yang tepat dalam pengembangan hutan rakyat harus berorientasi pada kecukupan

pangan keluarga, kelangsungan hasil dan kelestarian sumberdaya. Sehingga,

pemilihan jenis tanaman untuk program pemerintah untuk kepentingan

masyarakat pada suatu wilayah harus sesuai dengan kondisi lingkungan wilayah

tersebut atau bersifat site spesifik dengan pertimbangan faktor teknis, ekonomis,

ekologis dan sosial budaya, agar kegiatan hutan rakyat dapat menjadi pilihan

usaha yang produktif dan lestari. Dari penjelasan ini, maka salah satu sasaran

pengembangan kegiatan hutan rakyat sebaiknya adalah potensi-potensi tanaman

yang sudah ada di daerah yang bisa menjadi pertimbangan untuk dikembangkan

dalam meningkatkan pendapatan petani, pendapatan daerah dan mendukung

dalam pengelolaan lahan yang sesuai dengan kondisi ekologi.

Sehubungan dengan berbagai latar belakang kondisi perkembangan hutan

rakyat yang ada dan dengan adanya rencana pemerintah mengembangkan hutan

rakyat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka dilakukan

suatu penelitian tentang pengelolaan tanaman kemiri rakyat yang sudah tumbuh

dan berkembang di Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi.

1.2 Perumusan Masalah

Pengelolaan tanaman kemiri rakyat di Kecamatan Tanah Pinem merupakan

kegiatan yang sudah turun temurun dan sudah berlangsung sejak dahulu.

Keberadaannya yang tetap bertahan sampai sekarang menunjukkan bahwa kemiri

telah menjadi komoditi andalan masyarakat sebagai sumber penghasilan.

Perkembangan pengelolaan tanaman kemiri rakyat sangat dipengaruhi oleh

faktor-faktor internal dan eksternal dari masyarakat, dimana faktor-faktor tersebut

bersifat mendukung dan menghambat dalam perkembangan pengelolaannya.

Davis et al. (2001), LEI (2001) dan Dephut et al. (1997) menyebutkan

bahwa pelaksanaan suatu kegiatan pada suatu lahan harus memperhatikan aspek

ekologi, ekonomi dan sosial. Pengelolaan suatu kegiatan tidak akan berhasil jika

Page 29: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

8

hanya didasarkan pada suatu sisi saja, tetapi harus menyeluruh (integratif)

sehingga akan tercapai keberlanjutannya dalam pelaksanaan dan

pengembangannya.

Kajian tentang keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri rakyat yang ada

di Kecamatan Tanah Pinem belum ada, sehingga belum diketahui bagaimana

kondisi keberlanjutan pengelolaannya saat ini. Informasi-informasi mengenai

kondisi sosial masyarakat, sistem produksi buah dan kayu, pemasaran, analisis

finansial, tingkat kesejahteraan penduduk, penyerapan tenaga kerja, kondisi bio-

fisik dan lain-lain diperlukan untuk mengetahui kondisi pengelolaan tanaman

kemiri yang ada. Data-data ini diperlukan untuk mengetahui keberlanjutan

(sustainability) pengelolaan tanaman kemiri rakyat. Analisis keberlanjutan

pengelolaan kemiri rakyat ini akan menjadi masukan dalam upaya pengembangan

kegiatan yang sama untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan melalui kegiatan

hutan rakyat.

Jika pengelolaannya dapat dilakukan secara berkelanjutan dari aspek

ekologi, ekonomi dan sosial, maka kegiatan ini dapat berperan dalam

meningkatkan pendapatan petani, peningkatan kualitas lingkungan dan

peningkatan pendapatan pemerintah daerah secara berkesinambungan.

Adapun pertanyaan yang ingin dijawab dan dijadikan sebagai permasalahan

dalam penelitian adalah

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengelolaan tanaman kemiri

rakyat?

2. Bagaimana keberlanjutan (sustainability) pengelolaan tanaman kemiri rakyat

yang ada sekarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan tanaman kemiri

rakyat.

2. Menganalisis keberlanjutan (sustainability) pengelolaan tanaman kemiri

rakyat dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial.

Page 30: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

9

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah

memberikan masukan bagi pemerintah dalam mengembangkan potensi tanaman

rakyat melalui kegiatan hutan rakyat dan sebagai bahan informasi dan referensi

bagi pihak-pihak yang ingin mengembangkan usaha tanaman kemiri.

1.5 Kerangka Pemikiran

Salah satu jenis tanaman yang ditanam pada hutan rakyat adalah kemiri.

Pohon kemiri adalah salah satu tanaman yang memiliki prospek untuk

dikembangkan karena bermanfaat dari segi ekologi, ekonomi dan sosial. Tanaman

kemiri adalah tanaman yang tumbuh secara alami di alam tetapi dalam

perkembangannya menjadi tanaman yang ditanam oleh masyarakat di lahan

miliknya karena menghasilkan buah dan kayu. Salah satu daerah yang

menghasilkan kemiri adalah Kecamatan Tanah Pinem. Pada tahun 2008, luas

tanaman kemiri rakyat di Kecamatan Tanah Pinem mencapai 3.846 ha dengan

produksi 6.446 ton (BPS 2009).

Pengelolaan kemiri rakyat di Kecamatan Tanah Pinem sudah berlangsung

sangat lama, turun temurun dan merupakan salah satu kegiatan yang bertahan

menjadi mata pencaharian penduduk sebagai salah satu sumber penghasilan.

Pengembangan pengelolaan tanaman kemiri rakyat sangat dipengaruhi oleh

faktor-faktor internal dan eksternal dari masyarakat, dimana faktor-faktor tersebut

ada yang bersifat mendukung maupun menghambat dalam pengembangan

pengelolaan kemiri rakyat yang ada. Sementara dalam perkembangan

keberlanjutan pengelolaannya, terkait dengan aspek ekologi, ekonomi dan sosial

(Davis et al. 2001; LEI 2001; Dephut et al. 1997)

Penelitian ini hendak melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

pengelolaan tanaman kemiri rakyat dan analisis keberlanjutannya dari aspek

ekologi, ekonomi dan sosial. Hasil yang diperoleh nantinya dapat menjadi

masukan untuk dapat dikembangkan menjadi kegiatan hutan rakyat agar dapat

meningkatkan pendapatan petani, peningkatan kualitas lingkungan dan

peningkatan pendapatan pemerintah daerah secara berkesinambungan. Adapun

kerangka pemikiran penelitian dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.

Page 31: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

10

Gambar 1 Kerangka pemikiran.

Pengelolaan tanaman kemiri rakyat

di Kecamatan Tanah Pinem

Identifikasi faktor-faktor eksternal

Identifikasi faktor-faktor internal

Hutan Rakyat di Prop. Sumut

Hutan Rakyat

Hutan Rakyat di Kab. Dairi

Analisis faktor-faktor

pengelolaan kemiri rakyat

Dapat menjadi

alternatif pilihan

pengembangan

kegiatan RHL di

luar kawasan hutan

khususnya untuk

hutan rakyat

Aspek Ekonomi

Aspek Ekologi

Aspek Sosial

Tercapainya tujuan pengelolaan hutan

rakyat yang dapat meningkatkan

pendapatan petani, peningkatan

kualitas lingkungan dan peningkatan

pendapatan pemerintah daerah secara

berkesinambungan

Analisis keberlanjutan

pengelolaan kemiri rakyat

Page 32: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Rakyat

Hutan rakyat merupakan kegiatan yang sudah berlangsung sejak dahulu

sampai sekarang khususnya di daerah pedesaan. Hutan rakyat memiliki ciri yang

berbeda di setiap tempat, seperti jenis tanaman yang dipilih untuk ditanam, luas

lahan, pola atau sistem penanaman, pola pengelolaan dan tujuan pelaksanaan.

Awang et al. (2007) menyebutkan bahwa pola pemanfaatan dan interaksi

masyarakat desa dengan hutan rakyat cukup beragam dan berbeda-beda satu

dengan yang lain, tergantung kondisi kesuburan tanah, kultur masyarakat secara

umum dan kebijakan lokal yang terkait dengan pembangunan hutan rakyat.

Secara umum teridentifikasi bahwa hutan rakyat memegang peranan penting

dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat desa.

Proses pengelolaan lahan pertanian menjadi lahan yang lebih intensif

berlangsung dari pengalaman petani. Menurut Awang et al. (2007), pada suatu

hamparan lahan masyarakat Jawa, ditemukan adanya simbiosis antara tanaman

pangan, tanaman pakan ternak dan tanaman pohon-pohonan. Ini merupakan hasil

kebudayaan masyarakat yang mampu membentuk ekologi tersendiri. Tanaman

keras yang ditanam hanya terfokus pada tanaman tertentu, yaitu pada pohon-

pohon yang sudah terdomestifikasi (sudah dibudidayakan oleh masyarakat).

Pepohonan yang ditanam oleh masyarakat dalam lahan miliknya beraneka

ragam. Hutan rakyat yang hasil utamanya kayu, seperti sengon (Paraserianthes

falcataria), jati (Tectona grandis), akasia (Acacia sp.), mahoni (Swetenia

mahagoni), surian/suren (Toona sureni) dan lain-lain. Hutan rakyat yang hasil

utamanya getah, seperti kemenyan (Styrax benzoin) dan damar (Shorea javanica).

Sementara yang hasil utamanya berupa buah, antara lain kemiri (Aleurites

moluccana), durian (Durio zibethinus), tengkawang (Shorea spp.) dan kelapa

(Cocos nucifera). Keberadaan pohon-pohon pada lahan pertanian masyarakat

berperan (1) memelihara dan memperbaiki lingkungan fisik dalam rangka

melestarikan tanaman pertanian dengan cara memperbaiki asupan nutrisi lahan

dan energi, dan (2) melestarikan sumber-sumber ekonomi keluarga. Semua

Page 33: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

12

pohon-pohon yang ditanam di lahan milik, memiliki fungsi ekonomi, lingkungan

dan sosial budaya (Awang et al. 2007).

Pola pengembangan hutan rakyat di Indonesia dibagi menjadi tiga (Supriadi

2004), yaitu (1) Pola swadaya yaitu hutan rakyat yang dibangun oleh kelompok

atau perorangan dengan kemampuan modal dan tenaga dari kelompok atau

perorangan itu sendiri; (2) Pola subsidi yaitu hutan rakyat yang dibangun melalui

subsidi atau bantuan sebagian atau keseluruhan biaya pembangunannya; dan (3)

Pola kemitraan yaitu hutan rakyat dibangun atas kerjasama masyarakat dan

perusahaan swasta dengan insentif permodalan berupa kredit kepada rakyat

dengan bunga ringan. Pola hutan rakyat yang akan diteliti adalah pola swadaya

yaitu hutan rakyat yang dibangun di atas lahan milik dengan modal dan tenaga

kerja sendiri. Jenis tanaman yang dikembangkan adalah jenis tanaman penghasil

buah dan termasuk pada tumbuhan berguna yaitu kemiri. Deptan (2009),

menyebutkan bahwa hampir 100% tanaman kemiri yang ada di Indonesia adalah

tanaman yang dihasilkan oleh rakyat dalam kebun-kebun rakyat.

Hutan rakyat yang dikembangkan secara swakelola masih memiliki banyak

kendala dalam pengelolaannya. Hal ini dijelaskan oleh Awang et al. (2007) yang

menyebutkan bahwa konsep pengelolaan hutan rakyat sangat sederhana yaitu

hanya menanami tanah milik dengan tanaman berkayu dan membiarkannya

tumbuh tanpa pengelolaan intensif. Dalam perkembangannya masyarakat mulai

melakukan teknik-teknik budidaya, dengan menanam beragam jenis dan beragam

lapisan tanaman (multi layer) serta cara pemanenan yang tidak merusak pohon.

Namun, perkembangan ini tidak bersamaan dengan peningkatan kapasitas

manajerial yang memadai yang berpengaruh terhadap proses pengaturan hasil

yang hampir dapat dikatakan tidak ada karena keberadaan hutan rakyat di

masyarakat selalu dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan mendadak.Pemenuhan

kebutuhan ini membuat petani hutan rakyat sebagai produsen (hasil hutan rakyat)

selalu menjadi pihak lemah dalam posisi tawar-menawar harga produk.

Beberapa karakteristik hutan rakyat ditinjau dari aspek manajemen hutan,

yaitu: (1) Hutan rakyat berada di tanah milik dengan alasan tertentu, seperti lahan

kurang subur, kondisi topografi yang sulit, tenaga kerja terbatas, kemudahan

pemeliharaan dan faktor resiko kegagalan yang kecil; (2) Hutan rakyat tidak

Page 34: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

13

mengelompok dan tersebar berdasarkan letak dan luas kepemilikan lahan, serta

keragaman pola wanatani pada berbagai topografi lahan; (3) Pengelolaan hutan

rakyat berbasis keluarga yaitu masing-masing keluarga melakukan

pengembangan dan pengaturan secara terpisah; (4) Pemanenan hutan rakyat

berdasarkan sistem tebang butuh, sehingga konsep kelestarian hasil belum

berdasarkan kontinuitas hasil, yang dapat diperoleh dari perhitungan pemanenan

yang sebanding dengan pertumbuhan (riap) tanaman; (5) Belum terbentuk

organisasi yang profesional untuk melakukan pengelolaan hutan rakyat; (6)

Belum ada perencanaan pengelolaan hutan rakyat, sehingga tidak ada petani

hutan rakyat yang berani memberikan jaminan terhadap kontinuitas pasokan kayu

bagi industri; dan (7) Mekanisme perdagangan kayu rakyat di luar kendali petani

hutan rakyat sebagai produsen, sehingga keuntungan terbesar dari pengelolaan

hutan tidak dirasakan oleh petani hutan rakyat.

Awang et al. (2007) menyebutkan bahwa karakteristik hutan rakyat adalah

bersifat individual, berbasis keluarga, organisasi petani komunal, tidak memiliki

manajemen formal, tidak responsif, subsisten dan hanya sebagai tabungan bagi

keluarga pemilik. Karakteristik seperti ini di dalam perkembangannya ke depan

dinilai kurang memiliki daya saing tinggi, tidak memiliki posisi tawar yang tinggi

dengan pedagang dan industri dan tidak dapat menjamin adanya sinkronisasi

konservasi dan kelestarian hutan.

Pembangunan kehutanan saat ini semakin memperhatikan pembangunan

hutan rakyat (Widiarti dan Mindawati 2007), karena selain sangat strategis dalam

pemenuhan kebutuhan kayu dalam negeri, juga sangat menguntungkan ditinjau

dari aspek ekologi, ekonomi maupun sosial budaya. Jenis tanaman yang

dikembangkan untuk program hutan rakyat adalah jenis penghasil kayu, jenis

hasil hutan non kayu dan tumbuhan berguna. Pemilihan jenis tanaman untuk

hutan rakyat sebaiknya dikembangkan jenis yang site spesifik dengan

pertimbangan teknis, ekonomis, ekologis dan sosial/budaya dengan maksud agar

usaha tani hutan rakyat menjadi pilihan usaha yang produktif dan lestari.

Komposisi jenis pohon mutlak diperlukan sebagai (1) sumber pendapatan, (2)

sumber energi, (3) sumber bahan baku industri, (4) sumber bahan organik, (5)

upaya memperbaiki iklim mikro, ketersediaan air dan mengurangi erosi.

Page 35: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

14

Kondisi hutan rakyat tidak berbeda dengan kondisi hutan yang terdiri atas

berbagai jenis pepohonan sebagai tanaman utama, maka peranan hutan rakyat

tidak banyak berbeda dalam hal (1) ekonomi karena hutan rakyat memproduksi

kayu dan meningkatkan industri kecil sebagai upaya untuk meningkatkan peranan

dan jaringan ekonomi rakyat, (2) sosial karena membuka kesempatan kerja, (3)

ekologi karena berfungsi untuk mengatur tata air, mencegah bencana banjir, erosi

dan memelihara kualitas lingkungan (penyerap CO2 dan penghasil O2), (4)

estetika berupa keindahan alam dan (5) sumber ilmu pengetahuan.

2.2 Pengelolaan Hutan Rakyat

2.2.1 Aspek Sosial

Hutan rakyat pada umumnya dilakukan secara individu (perorangan) pada

lahan miliknya sehingga cenderung menyebar berdasarkan letak, luas

kepemilikan lahan dan keragaman pola usaha taninya. Pengembangan hutan

rakyat melibatkan banyak pihak, selain petani sebagai pelaku utama juga

didukung adanya kelembagaan yang berperan dalam pengembangannya.

Beberapa lembaga yang berpengaruh dalam perkembangan hutan rakyat adalah

kelompok tani, instansi pemerintah, lembaga-lembaga masyarakat dan lembaga

perekonomian seperti bank, koperasi, pasar, industri, dll (Diniyati et al. 2008).

Kelembagaan ini dapat berperan dalam pelaksanaan suatu kegiatan sehingga

mampu mendorong masyarakat petani dalam melakukan kegiatan ke arah yang

lebih baik dengan mendapatkan hasil yang lebih baik juga.

Aspek kelembagaan dapat berupa lembaga pemerintah dan non pemerintah.

Dari aspek kelembagaan dapat diketahui sejauhmana pembangunan pedesaan

sudah berkembang. Menurut Mosher dalam Soekartawi (2002), ada tiga unsur

yang dikategorikan sebagai aspek kelembagaan dalam struktur pedesaan, yaitu

adanya pasar, adanya pelayan penyuluh dan adanya lembaga perkreditan. Pasar

sebagai tempat jual beli barang dan jasa. Penyuluh berfungsi untuk

pengembangan usaha rakyat dengan teknologi baru dan perkreditan berfungsi

untuk meningkatkan kemampuan rakyat dalam mengadakan faktor produksi.

Perkembangan hutan rakyat di setiap tempat dipengaruhi oleh kebiasaan

budaya dan pengetahuan lokal. Suharjito (2000) menyebutkan keberadaan hutan

Page 36: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

15

rakyat tidaklah semata-mata akibat interaksi alami antara komponen botani,

mikroorganisme, mineral tanah, air, udara, melainkan adanya peran manusia dan

kebudayaannya. Kreasi budaya yang dikembangkan dalam interaksinya dengan

hutan ini berbeda-beda antara kelompok masyarakat. Hasil budaya ini terwujud

dalam pola tanam yang bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya, dari suatu

kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya.

Hutan rakyat di luar Pulau Jawa berasal dari tanah persekutuan adat yang

status haknya telah berubah bentuk menjadi lahan hak garapan, kemudian

menjadi tanah dengan status hak milik adat dan selanjutnya diubah menjadi hak

milik dengan sertifikat. Jika dalam hak ini ada hutan maka hutan tersebut menjadi

hutan rakyat (Djajapertjunda 2003). Kepemilikan lahan (land tenure) merupakan

hal yang paling penting dalam pelaksanaan hutan rakyat, karena kepemilikan

lahan merupakan jaminan bagi petani untuk menentukan akses dan pengendalian

atas tanah dan sumberdaya yang ada di atasnya.

Aspek sosial yang dapat dilihat dari kegiatan hutan rakyat secara langsung

adalah terbukanya lapangan pekerjaan (Djajapertjunda 2003). Hal ini dapat

diketahui bahwa pada saat kegiatan hutan rakyat berkembang, maka industri

pengelolaannya juga akan meningkat, dimana kegiatan ini membutuhkan tenaga

kerja. Darusman dan Hardjanto (2006) menyebutkan bahwa hutan rakyat yang

dikelola secara intensif maupun sambilan mampu menyerap tenaga kerja di desa.

Pada beberapa propinsi, pengembangan budidaya kemiri di daerah pedesaan akan

mendorong agribisnis dan agroindustri yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat menciptakan lapangan kerja. Deptan (2006b) memperkirakan

bahwa pengusahaan kemiri melibatkan sekitar 352.000 KK dan mampu

mendorong berkembangnya ekonomi wilayah.

2.2.2 Aspek Ekonomi

Sumodiningrat (1999) menjelaskan bahwa perekonomian yang

diselenggarakan oleh rakyat adalah usaha ekonomi yang menjadi sumber

penghasilan keluarga atau orang per orang, yang dilakukan oleh rakyat yang

secara swadaya mengelola sumber daya setempat dan ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan dasarnya dan keluarganya. Ekonomi rakyat bisa juga didefinisikan

sebagai segala kegiatan dan upaya rakyat untuk memenuhi kebutuhan dasar

Page 37: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

16

hidupnya (basic needs) yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.

Jadi, perekonomian rakyat berarti perekonomian yang berakar pada potensi dan

kekuatan masyarakat secara luas dalam menjalankan roda perekonomian mereka

sendiri, sehingga ekonomi rakyat adalah ekonomi pribumi (people’s economy is

indigenous economy). Ekonomi rakyat biasanya berkembang relatif lambat sesuai

dengan kondisi masyarakat yang bersangkutan. Salah satu upaya untuk

meningkatkan perekonomian rakyat adalah dengan pemberdayaan masyarakat

melalui penguatan kelembagaan. Permasalahan dalam pengembangan hasil rakyat

adalah kualitas produk yang masih rendah, lemahnya posisi tawar petani dalam

perdagangan, informasi harga yang tidak ada, pengaruh harga pasar dan sarana

aksesibilitas dalam pengangkutan yang terbatas sehingga yang berperan dalam

pemasaran hasil hutan rakyat umumnya adalah tengkulak.

Hutan rakyat dikembangkan petani apabila memberikan kenaikan

pendapatan. Manfaat ekonomi akan sangat dirasakan oleh petani khususnya pada

pola agroforestry karena pendapatan yang diperoleh dapat berkelanjutan dari

hasil pertanian dan tanaman kayu-kayuan. Sedangkan pola monokultur hanya

memberikan penghasilan jangka panjang dan memenuhi kebutuhan mendesak.

Pada berbagai hasil penelitian di beberapa tempat di Pulau Jawa, hutan rakyat

berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan perekonomian daerah

(Hayono 1996; Romansyah 2007; Dirgantara 2008).

Untuk struktur pendapatan petani, pendapatan dari hutan rakyat adalah

pendapatan tambahan dengan kisaran tidak lebih dari 10% dari total pendapatan

petani (Hardjanto 2000; Darusman dan Hardjanto 2006). Hardjanto (2001)

menyebutkan bahwa pendapatan hutan rakyat pada Sub DAS Cimanuk Hulu

berbeda pada zona atas, tengah dan bawah yaitu 31,5%, 5,6% dan 10,2%.

Pendapatan masyarakat dibagian atas lebih besar karena hutan rakyat di bagian

atas merupakan kegiatan yang menjadi sumber penghasilan andalan bagi

masyarakat dan intensitas pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat cukup

tinggi, sedangkan pendapatan masyarakat pada bagian tengah dan bawah adalah

rendah karena masyarakat kurang mengelola secara intensif, tingkat kesuburan

lahan yang rendah dan masyarakat lebih mengharapkan sumber pendapatan dari

sektor lain.

Page 38: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

17

Untuk pendapatan dari berbagai jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK),

Wijayanto (2001) menyebutkan bahwa kontribusi pendapatan petani dari getah

damar sebelum krisis ekonomi di Pesisir Krui adalah sebesar 51,37%, pada saat

krisis ekonomi sebesar 65% dan setelah krisis ekonomi sebesar 47,37%.

Nurrochmat (2001) menyebutkan bahwa pendapatan dari getah kemenyan

memberikan kontribusi yang dominan yaitu lebih dari 50% terhadap pendapatan

masyarakat, sedangkan menurut Sitompul (2011) sebesar 60,69%. Pendapatan

yang cukup besar dari HHBK menunjukkan bahwa HHBK berperan besar

menjadi sumber pendapatan andalan masyarakat karena pendapatan dari HHBK

seperti getah damar dan getah kemenyan dapat diperoleh hampir setiap tahun,

sedangkan pendapatan dari kayu hanya dapat diperoleh pada akhir masa daur

tanam atau pada saat usia panen sudah tiba.

Pemasaran merupakan aliran barang dari produsen ke konsumen. Aliran ini

terjadi karena adanya peranan lembaga pemasaran. Peranan lembaga pemasaran

sangat tergantung pada sistem pasar yang berlaku dan karakteristik aliran barang

yang dipasarkan. Saluran pamasaran dapat berbentuk sederhana dan kompleks,

tergantung dari jenis komoditi, lembaga pemasaran dan sistem pasar. Dalam

sistem saluran pemasaran, ada produsen, pedagang pengumpul, pengecer,

tengkulak, pedagang besar, eksportir dan konsumen. Semua yang terlibat

memiliki peranan dan fungsi berbeda dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan dan

skala usaha (Soekartawi 2002).

Untuk memasarkan hasil produk hutan rakyat, Hardjanto (2000, 2003)

menyebutkan bahwa petani hutan rakyat memiliki posisi tawar yang lemah jika

dibandingkan dengan para tengkulak, industri kecil dan industri besar. Jumlah

petani hutan rakyat yang banyak, memiliki sumberdaya yang terbatas, tidak

membentuk usaha bersama dan tidak menguasai pasar maka berdampak pada

posisi tawar yang lebih rendah. Sementara itu, para tengkulak dan pihak industri

bersifat lebih solid, memiliki perencanaan usaha yang lebih baik, menguasai

informasi pasar sehingga memiliki posisi tawar yang lebih kuat. Perbedaan posisi

ini menyebabkan pendapatan petani hutan rakyat selalu lebih kecil dan pada

gilirannya tidak dapat merangsang petani untuk mengembangkan usahanya.

Page 39: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

18

Untuk mengetahui sejauh mana suatu usaha hutan rakyat dapat memberikan

keuntungan maka dapat dilakukan analisis yang berbasis finansial. Analisis ini

dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh, biaya yang

dikeluarkan, berapa keuntungannya, kapan pengembalian investasi terjadi dan

pada tingkat suku bunga berapa investasi itu memberikan manfaat. Kelayakan

finansial meliputi struktur penerimaan, biaya dan pendapatan.

Untuk menilai kelayakan finansial suatu kegiatan/proyek, ada tiga kriteria

yang umum digunakan (Kadariah, Karlina dan Gray 1999; Nurmalina, Sarianti

dan Karyadi 2010) yaitu net benefit cost ratio (Net B/C), net present value (NPV)

dan internal rate of return (IRR), dengan kriteria suatu usaha tani dikatakan layak

jika NPV > 0, BCR > 1 dan IRR > i. BCR diperoleh dengan cara membagi jumlah

pendapatan dengan jumlah biaya dari suatu proyek, dengan kriteria kelayakan

proyek bila BCR lebih besar dari satu. Dalam menghitung nilai sekarang

digunakan faktor diskonto, sedangkan nilai absolut dari rasio pendapatan

bervariasi tergantung dari suku bunga yang digunakan. Semakin tinggi suku

bunga, maka nilai BCR mungkin akan lebih dari satu. NPV adalah nilai diskonto

dari selisih manfaat dan biaya untuk setiap tahun atau aliran keluar masuknya

uang yang juga berarti pendapatan bersih. Sedangkan IRR adalah suatu tingkat

bunga (discounte rate) yang menunjukkan NPV sama dengan jumlah seluruh

biaya investasi proyek. IRR bermanfaat untuk mengukur keuntungan proyek.

Cara yang digunakan untuk menentukan tingkat suku bunga yang ideal adalah

melakukan percobaan-percobaan dengan interpolasi diantara suku bunga yang

lebih rendah (menghasilkan NPV positif) ataupun dengan tingkat suku bunga

yang lebih tinggi (menghasilkan NPV negatif). IRR adalah suku bunga yang

menyebabkan NPV adalah nol. Usaha dipandang baik dari sudut peminjaman

modal bila IRR-nya paling tinggi dan diatas suku bunga yang berlaku.

2.2.3 Aspek Ekologi

Penggunaan lahan pada permukaan tanah akan sangat berpengaruh pada

kualitas lahan tersebut. Salah satu bentuk kegiatan hutan rakyat adalah model

agroforestry. Mahendra (2009), pengaruh penerapan sistem agroforestry terhadap

aspek ekologi adalah signifikan. Tanaman pohon-pohon akan memiliki peranan

Page 40: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

19

terhadap peningkatan kesuburan tanah, mengurangi laju erosi karena serasah yang

ada dipermukaan tanah, terciptanya iklim mikro, membaiknya karakteristik

hidrologi, melimpahnya keragaman flora dan fauna tanah dan lain-lain. Secara

umum disebutkan bahwa secara ekologi agroforestry terbukti dapat menjaga

kelestarian lingkungan.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah XI Jawa Madura

(2009) menyebutkan bahwa ada beberapa fakta tentang peran hutan rakyat

terhadap lingkungan terutama dengan ketersediaan sumber air secara lokal.

Beberapa fakta menunjukkan bahwa keberadaan hutan rakyat telah memunculkan

sumber-sumber air yang menjadi sumber air bersih dan untuk keperluan irigasi,

seperti di Dusun Pagersengon Wonogiri, Hutan Bambu di Malang Selatan, Dusun

Kedungkeris dan Dusun Sendowo Kidul Gunung Kidul.

Awang et al. (2007) menyebutkan bahwa umumnya masyarakat menanam

jenis kayu-kayuan dan buah-buahan pada lahan kering pekarangan dan tegalan,

dimana pengembangan lahan kering ini adalah lahan-lahan kurang produktif,

kurang subur, dan umumnya kondisi kritis. Dengan hutan rakyat, kegiatan ini

dapat memulihkan kesuburan tanah dan produktivitas lahan-lahan kritis dapat

pulih sehingga dapat memberikan manfaat pada keseimbangan lingkungan.

Haryadi (2006) menyebutkan bahwa hutan rakyat sangat berperan dalam

pelestarian lingkungan. Pola hutan rakyat campuran memberikan banyak

keuntungan seperti keanekaragaman hayati, habitat satwa liar, mempertahankan

kesuburan tanah, menjaga stabilitas suhu tanah dan organisme yang terkandung

didalamnya, mengurangi CO2 dan pemanasan global dan penahan erosi.

2.3 Pengelolaan Hutan Lestari

Untuk mengembangkan suatu usaha, maka keberlanjutan usaha merupakan

hal utama yang harus diperhatikan sehingga dapat memberikan manfaat saat ini

maupun untuk masa mendatang. Fauzi (2006) menyatakan bahwa konsep

keberlanjutan merupakan konsep yang sederhana tetapi kompleks, sehingga

konsep ini bersifat multi-dimensi dan multi-interpretasi. Dalam tulisannya, Fauzi

menyatakan bahwa konsep keberlanjutan yang dipakai adalah konsep yang

disepakati oleh Komisi Bruntland yang menyebutkan bahwa “pembangunan

Page 41: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

20

berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini

tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan

mereka”. Pembangunan berkelanjutan untuk sumberdaya alam yang terbarukan

adalah apabila laju pemanenan harus sama dengan laju regenerasi (produksi

lestari). Haris (2000) dalam Fauzi (2006) menyebutkan bahwa konsep

keberlanjutan dapat dirinci dalam tiga aspek yaitu (1) keberlanjutan ekonomi

yaitu pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu

untuk memelihara keberlanjutan pemerintahan dan menghindari terjadinya

ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan industri.

(2) Keberlanjutan lingkungan yaitu sistem yang harus mampu memelihara

sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep lingkungan

menyangkut keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara dan fungsi ekosistem,

di dalamnya tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi. (3) Keberlanjutan

sosial yaitu sistem yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan

sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender dan akuntabilitas politik.

Davis et al. (2001) menyatakan, kelestarian secara umum terdiri dari

elemen yang saling ketergantungan antara elemen ekologi, ekonomi dan sosial.

Dalam konteks visi, kelestarian berarti memenuhi kebutuhan generasi sekarang

tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi

kebutuhannya. Perspektif ekologi, ekonomi dan sosial dalam pengelolaan hutan

meliputi prinsip dan indikator.

Prinsip ekologi. Ekologi kehutanan menganalisis sumberdaya hutan dari

sudut pandang konservasi keragaman hayati dan produktivitas ekologi. Hal-hal

yang menjadi perhatian adalah pola dan proses gangguan alami dan bagaimana

mengatasi gangguan tersebut dan dampaknya dan keragaman jenis sebagai

panduan dalam pengelolaan.

Prinsip ekonomi. Ekonomi kehutanan menganalisis sumberdaya hutan dari

sudut pandang memaksimumkan manfaat hutan untuk manusia yang dapat dilihat

dari sudut pandang mikro (perusahaan) dan makro (daerah dan nasional).

Perspektif makro ekonomi menganalisis manfaat dari segi ekonomi dan fokus

pada kesehatan ekonomi seperti tenaga kerja, pendapatan dan produk nasional

Page 42: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

21

bruto. Mikro ekonomi menganalisis manfaat dari sudut pandang individu

perusahaan dan fokus pada akumulasi kesejahteraan.

Prinsip sosial. Prinsip ini menganalisis sumberdaya hutan dari sudut

pandang kelestarian kesejahteraan manusia, komunitas dan masyarakat. Konsep

dasarnya dalam prinsip ini adalah bahwa sumberdaya hutan harus memberikan

manfaat langsung pada kesejahteraan manusia dan komunitas. Elemen-elemen

dari manfaat sosial ini adalah distribusi manfaat hutan, kapasitas masyarakat

untuk mengakomodasi perubahan, aksesibilitas sosial dan demokrasi partisipatif.

Indikator yang banyak digunakan untuk mengukur kelestarian kondisi dan

outcame hutan dalam rencana pengelolaan hutan adalah (1) pertumbuhan pohon;

(2) hasil kayu; (3) daya dukung masyarakat; (4) komposisi hutan, struktur hutan

dan proses yang terjadi dalam hutan; dan (5) habitat untuk spesies tertentu.

Indikator 1 sampai 3 digunakan untuk mengukur kelestarian ekonomi dan sosial

sedangkan indikator 4 dan 5 digunakan untuk membantu mengukur kelestarian

ekologi. Adapun beberapa penilaian yang dilakukan untuk menganalisis

kelestarian pengelolaan hutan menurut dimensi ekologi, ekonomi dan sosial

berdasarkan Davis et al. (2001) dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Dimensi ekologi, produksi dan sosial dalam analisis kelestarian

Dimensi Jenis data Penjelasn

Ekologi 1. Adanya gangguan (kebakaran, hama penyakit, banjir, tanah longsor dll)

Selang waktu terjadinya suatu gangguan, intensitas terjadinya gangguan, pola penyebaran

2. Pemilihan sistem silvikultur

3. Pemilihan rotasi (umur) dan distribusi kelas umur 4. Pemilihan pola spasial pemanenan

Ekonomi Maksimasi manfaat bagi manusia dari sudut pandang

1. Mikroekonomi

2. Makro ekonomi

Usaha individu, kesejahteraan Ukuran agregat ekonomi (tenaga kerja, income,

GNP, dll)

Sosial 1. Distribusi manfaat hutan Tingkat kemiskinan, pengangguran dan migrasi

populasi

2. Kapasitas masyarakat untuk mengakomodasi perubahan

Tingkat pendidikan, kohesif dan kepemimpinan masyarakat, jumlah dan tipe infrastruktur (jalan,

sistem sekolah, dll) 3. Akseptabilitas sosial Keputusan pengelolaan hutan yang diambil

harus diterima secara ekonomi, ekologi dan

nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat 4. Demokrasi partisipatif Keterlibatan publik dalam pengambilan

keputusan pengelolaan hutan (misalnya

perlindungan, monitoring dan implementasi rencana)

Sumber : Davis et al. (2001)

Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) tahun 2001 sudah mengembangkan sistem dan

standar sertifikasi untuk pengelolaan hutan baik hutan alam, hutan tanaman dan

Page 43: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

22

pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Pengelolaan hutan berbasis masyarakat

(community based forest management) adalah hutan yang dikelola sebagai hutan rakyat

(hutan milik) atau hutan adat. Standar untuk kegiatan pengelolaan ini disebut dengan

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML) yang diartikan sebagai segala

bentuk pengelolaan hutan dan hasil hutan yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara-

cara tradisional baik dalam bentuk unit komunitas, unit usaha berbasis komunitas

(koperasi dalam arti luas), maupun individual berskala kecil sampai sedang yang

dilakukan secara lestari. Untuk mendapatkan sertifikat PHBML, maka ada prosedur yang

harus dipenuhi yang dinilai sesuai dengan standar dan kriteria yang ditentukan yang

mencakup pada aspek sosial, produksi dan ekologi yang berhubungan dengan kegiatan

pengelolaan hutan rakyat yang dikembangkan.

Standar kriteria dan indikator dalam dokumen PHBML masih dibatasi pada

ukuran-ukuran kelestarian PHBM dengan produk utama kayu. Pengelolaan hutan

berbasis masyarakat lestari dapat diwujudkan apabila dimensi hasil (outcame) dapat

dicapai melalui strategi dan kegiatan manajemen yang tepat. Pada Tabel 9 dapat dilihat

kriteria dan indikator PHBML.

Page 44: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

23

Tabel 9 Kriteria dan Indikator PHBML

No Prinsip Kriteria Indikator

1 Kelestarian

fungsi produksi

1.Kelestarian

sumberdaya

P.1.1. Lokasi HBM sesuai dengan peruntukan lahan

P.1.2. Status dan batas lahan jelas P.1.3. Perubahan luas penutupan lahan

P.1.4. Managemen pemeliharaan hutan P.1.5. Sistem silvikultur sesuai daya dukung hutan

2. Kelestarian hasil P.2.1. Penataan areal pengelolaan hutan

P.2.2. Kepastian Adanya Potensi Produksi untuk Dipanen Lestari P.2.3. Pengaturan hasil

P.2.4. Efisiensi pemanfaatan hutan

P.2.5. Keabsyahan Sistem Lacak Balak dalam hutan P.2.6. Prasarana pengelolaan hutan

P.2.7. Pengaturan manfaat hasil

3. Kelestarian usaha P.3.1. Kesehatan usaha P.3.2. Kemampuan akses pasar

P.3.3. Sistem Informasi Managemen (SIM)

P.3.4. Tersedia tenaga trampil P.3.5. Investasi dan reinvestasi untuk pengelolaan hutan

P.3.6. Kontribusi terhadap peningkatan kondisi sosial dan ekonomi

setempat kelestarian 2 Kelestarian

fungsi

ekologi

1.Stabilitas

ekosistem

E1.1 Tersedianya aturan kelola produksi yang meminimasi gangguan

terhadap integritas lingkungan

E1.2 Proporsi luas kawasan dilindungi yang tertata baik terhadap keseluruhan kawasan yang seharusnya dilindungi dan sudah ditata

batas di lapangan

E1.3 Dampak kegiatan kelola produksi terhadap stabilitas ekosistem (tanah, air, struktur dan komposisi hutan) dan intensitasnya

terdokumentasi

E1.4 Adanya rencana kelola lingkungan dan efektifitas kegiatannya 2. Sintasan spesies

langka/endemik/

dilindungi

E2.1 Tersedianya informasi mengenai spesies langka/endemik/dilindungi

dan agihan habitatnya yang penting dalam kawasan

E2.2 Adanya upaya minimasi dampak kelola produksi terhadap spesies langka/ endemik/dilindungi

3 Kelestarian

fungsi sosial

1. Kejelasan sistem

tenurial lahan dan hutan komunitas

S1.1. Status lahan/areal tidak dalam proses konflik dengan warga

anggota komunitasnya maupun pihak lain;

S1.2. Kejelasan batas-batas areal dengan pihak lain;

S1.3. Fungsi kawasan menurut kepentingan komunitas/publik secara jelas

diakui sebagai kawasan hutan tetap;

S1.4. Digunakannya tata cara atau mekanisme penyelesaian sengketa yang demokratis dan adil terhadap pertentangan klaim atas hutan

yang sama;

S1.5. Pelaku pengelolaan PHBM benar-benar warga komunitas, baik dijalankan sendiri atau bermitra.

2.Terjaminnya

ketahanan dan pengembangan

ekonomi komunitas

S2.1. Sumber-sumber ekonomi komunitas minimal tetap mampu

mendukung kelangsungan hidup komunitas secara lintas generasi; S2.2. Penerapan teknik-teknik produksi minimal tetap mempertahankan

tingkat penyerapan tenaga kerja yang ada, baik laki-laki maupun

perempuan; S2.3. Kegiatan pengelolaan hutan maupun paska panen sejauh mungkin

dikembangkan di dalam wilayah komunitas dan menggunakan

tenaga kerja komunitas. 3.Terbangunnya

pola hubungan

sosial yang simetris dalam proses

produksi

S3.1. Pola hubungan sosial yang terbangun antara berbagai pihak dalam

pengelolaan hutan merupakan hubungan sosial relatif sejajar.

S3.2. Pembagian kewenangan jelas dan demokratis dalam organisasi penyelenggaraan PHBM

4. Keadilan manfaat

menurut

kepentingan komunitas

S4.1. Ada kompensasi atas kerugian yang diderita komunitas secara

keseluruhan akibat pengelolaan hutan oleh kelompok dan

disepakati seluruh warga komunitas;

S4.2. Seluruh warga komunitas dan publik terbuka untuk terlibat dalam

penyelenggaraan PHBM S4.3. Ada mekanisme pertanggungjawaban publik dari kelompok

pengelola terhadap komunitas dan/atau publik

Sumber: LEI (2001)

Page 45: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

24

2.4 Tanaman Kemiri

Permenhut No. P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu

(HHBK) menyebutkan bahwa kemiri termasuk pada kelompok minyak lemak,

pati dan buah-buahan dengan produk minyak kemiri dan kelompok tumbuhan

obat dengan produk ekstrak pepagan. Permenhut No. P.03/Menhut-V/2004

tentang pedoman pembuatan tanaman hutan rakyat Gerakan Rehabilitasi Hutan

dan Lahan menyebutkan bahwa kemiri adalah tanaman MPTS yaitu jenis

tanaman serba guna yang dapat diambil buah, bunga, kulit dan daunnya. Tanaman

kemiri merupakan tanaman yang dapat memberikan manfaat sosial kepada

masyarakat, manfaat ekonomi untuk meningkatkan devisa negara dan manfaat

lingkungan untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Kemiri termasuk jenis

tanaman untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, mencegah erosi,

peningkatan kualitas lingkungan dan pengatur tata air.

Pohon kemiri (Aleurites moluccana) merupakan family Euphorbiaceae

dapat tumbuh pada ketinggian 0-800 (bisa juga sampai 1200) m diatas permukaan

laut. Tanaman kemiri tidak memerlukan persyaratan khusus karena kemiri dapat

tumbuh pada lapangan yang berkonfigurasi datar sampai pada tempat-tempat

bergelombang dan curam, pada tanah yang subur sampai kurang subur dan pada

daerah yang beriklim kering sampai daerah beriklim basah (Djajapertjunda 2003;

Sunanto 1994; Paimin 1994). Kemiri dapat tumbuh pada daerah dengan jumlah

curah hujan 1.500-2.400 mm/tahun dan suhu 200-27

0C (Deptan 2006a). Dalam

Warta litbang Deptan tahun 2006 disebutkan bahwa tanaman kemiri dapat

tumbuh pada suhu 210-28

0C, kelembaban udara rata-rata 75%, curah hujan 1.100-

2.400 mm/tahun dan dengan jumlah hari hujan antara 80-100 hari.

Manfaat tanaman kemiri sangat banyak. Menurut Sunanto (1994) manfaat

tanaman kemiri adalah untuk bumbu masak, bahan baku industri, dan pohon

kemiri digunakan untuk membuat perabot rumah tangga, kayu bakar, bahan baku

korek api dan pembuatan bahan pulp (bahan pembuat kertas). Tanaman kemiri

digunakan sebagai Hutan Tanaman Industri (HTI) di daerah Nusa Tenggara

Barat, cocok untuk tanaman reboisasi, penghijauan dan tempat berlindung ternak

pada areal penggembalaan.

Page 46: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

25

Permintaan buah kemiri akan semakin meningkat seiring dengan semakin

meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya permintaan bahan baku

industri. Menurut Paimin (1994) peningkatan permintaan kemiri diperkirakan

akan mencapai 10-20% setiap tahunnya. Peningkatan ini diharapkan dapat

mendorong peningkatan ekonomi melalui perkembangan industri dan dapat

meningkatkan lapangan kerja.

Tanaman kemiri menyebar di beberapa daerah di Indonesia dengan sebaran

terbanyak terdapat di Propinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Aceh dan

Sumatera Utara (Koji 2002). Sunanto (1994) menyebutkan bahwa awalnya

tanaman kemiri merupakan tanaman yang tumbuh secara alami, namun kemudian

ditanam masyarakat di daerah-daerah yang penduduknya telah tinggal secara

menetap karena buahnya dapat dimanfaatkan penduduk.

Tanaman kemiri dapat menghasilkan buah 2-3 kali dalam setahun (musim

berbuah setiap daerah berbeda-beda, tergantung pada iklim. Musim berbunga

terjadi pada awal musim hujan dan buah terbentuk setelah 3-4 bulan atau pada

akhir musim penghujan). Jumlah panen buah tergantung pada umur tanaman dan

pertumbuhan pohon. Pohon kemiri yang tumbuh pada daerah subur, panen

pertamanya dapat mencapai 10 kg biji kupasan/pohon. Pada umur 6 tahun

menghasilkan 25 kg biji kupasan. Pada usia 11-20 tahun produksinya akan stabil

sekitar 35-50 kg/pohon/tahun. Produksi pohon kemiri dewasa yang tumbuh

dengan baik dapat mencapai 200 kg biji kupasan per pohon. Setelah berumur di

atas 50 tahun produksinya mulai menurun. Produksi kemiri per hektar dapat

mencapai 2 ton biji atau 0,5 ton biji kupasan (Deptan 2006a; Paimin 1994).

Koji (2002) menyebutkan bahwa budidaya kemiri sangat mudah. Setelah

menanam kemiri di kebun, petani hanya melakukan pembersihan gulma sekali

setahun dan menunggu sampai waktu panen tiba. Secara konvensional, pohon

kemiri ditanam dengan jarak yang cukup besar atau lebih, karena dapat

memberikan kesempatan kepada petani untuk membudidayakan berbagai

tanaman dalam ruang terbuka. Panen buah dapat dilakukan mulai tahun ketiga

dan produksi buah biasanya mulai menurun pada usia 35 tahun ke atas.

Kemiri adalah tanaman berguna yang penting di Indonesia karena telah

tumbuh baik untuk tujuan subsisten dan komersial dan penting dalam

Page 47: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

26

-200

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010

Vo

lum

e e

ksp

or (

To

n)

Tahun

mempertahankan kehidupan masyarakat sehari-hari (Koji 2002). Peran tanaman

kemiri dalam rehabilitasi hutan di Indonesia, dibagi menjadi dua periode yaitu

Jaman Kolonial dan Jaman Orde Baru. Pada tahun 1920 dan 1930-an, di Sulawesi

Selatan, Lembaga Kehutanan Belanda menganjurkan menanam kemiri untuk

merehabilitasi lahan perladangan berpindah yang telah ditinggalkan. Pada rezim

Orde Baru, untuk mengatasi masalah perambahan lahan, dilakukan kebijakan

kegiatan pertanian yang diakui di dalam kawasan hutan jika dikombinasikan

dengan tumbuhan berguna seperti kemiri.

Kemiri dari Indonesia sudah pernah di ekspor dengan tujuan Amerika, Arab

Saudi, Hongkong, Singapura dan Australia. Sementara kemiri dari Sumatera

Utara telah diekspor ke Malaysia dan Singapura (Sunanto 1994). Namun, untuk

volume ekspor kemiri ke luar negeri menunjukkan kondisi yang naik turun.

Sumber : Deptan (2009)

Gambar 2 Volume ekspor kemiri Indonesia tahun 1975-2007.

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa ekspor kemiri cenderung tidak stabil

sejak tahun 1975 sampai tahun 2007. Ekspor tertinggi dicapai tahun 1993 yaitu

mencapai 1.379 ton dan pada tahun 1996 sampai tahun 2003 dan tahun 2006

sampai 2007 tidak ada ekspor. Dari data statistik Deptan (2009) juga diperoleh

data bahwa pada tahun 2004 dan 2005, Indonesia malah mengimpor kemiri

sebanyak masing-masing 13 ton dan 15 ton.

Page 48: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

27

2.5 Beberapa Studi Terdahulu

Penelitian tentang kemiri sudah cukup berkembang. Adapun beberapa hasil-

hasil penelitian yang sudah dilakukan sehubungan dengan pengelolaan kemiri

rakyat sebagai berikut:

1) Pada tahun 1999, Yusran melakukan penelitian tentang analisis model

pengelolaan hutan kemiri rakyat di Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi

Selatan. Hasilnya adalah (1) Keadaan sosial ekonomi masyarakat mendukung

pengembangan hutan kemiri rakyat; (2) Potensi tanaman kemiri rakyat cukup

tinggi tetapi umur tegakan tidak produktif sehingga tidak menjamin kelestarian

hasil; (3) Kontribusi kemiri hanya 7,6% tetapi mempunyai nilai strategis dalam

ekonomi petani; (4) Usaha kemiri rakyat secara finansial menguntungkan dan

layak untuk dikembangkan; (5) Sistem pasar kemiri di Kabupaten Maros

mendekati sistem pasar persaingan sempurna; dan (6) Sistem kelembagaan

pengelolaan hutan kemiri rakyat lebih bersifat non formal dan lembaga formal

yang ada belum berperan dalam pengembangan kemiri rakyat.

2) Pada tahun 2005, Yusran melakukan penelitian tentang analisis performansi

dan pengembangan hutan kemiri rakyat di kawasan pegunungan Bulusaruang.

Hasilnya adalah (1) Perbedaan status penggunaan lahan mempengaruhi

performansi hutan kemiri rakyat; (2) Semakin kuat status lahan yang dikelola,

semakin intensif pengelolaan, semakin besar nilai ekonominya dan terjamin

kelestarian sistem kelembagaan lokal yang memiliki nilai-nilai sosial. Tetapi,

cenderung semakin menurunkan nilai keanekaragaman jenis tanaman; (3)

Penguatan status lahan penting dilakukan untuk menjamin kelestarian hutan

kemiri yang mempertimbangkan aspek ekologi, nilai-nilai sosial dan ancaman

fragmentasi lahan; dan (4) Ketidakpastian status pengusahaan hutan

merupakan kelemahan yang menjadi sumber ancaman dalam pengelolaan

hutan kemiri yang juga mempengaruhi kelestarian tanaman.

3) Wibowo (2007) melakukan penelitian tentang pengusahaan tanaman kemiri di

Desa Kuala, Tanah Karo. Hasilnya adalah bahwa pengusahaan kemiri cukup

memberikan kontribusi ekonomi bagi petani, pedagang pengumpul dan

pengecer dan kegiatan penanaman kemiri menumbuhkan usaha jasa

pengupasan kemiri. Usaha pengupasan kemiri dengan cara sederhana hanya

Page 49: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

28

menghasilkan 48% kernel utuh dan sisanya adalah pecah. Hal ini

mempengaruhi nilai jual kemiri di pasar. Pengusahaan kemiri belum

dilaksanakan secara intensif dan masih bersifat usaha sampingan.

4) Darmawan dan Kurniadi (2007) melakukan penelitian tentang studi

pengusahaan kemiri di Flores dan Lombok. Hasilnya adalah pengusahaan

kemiri yang dilakukan masyarakat hanya terbatas pada pengusahaan kemiri isi

(kemiri kupas/kernel). Pengusahaan kemiri mempunyai pengaruh secara

ekonomi dan bagi kelestarian lingkungan karena pohon kemiri dapat ditanam

pada tanah-tanah marjinal. Kegiatan usaha jual beli kemiri bersifat multiflier

effect yang memberikan manfaat bagi para pelakunya.

Page 50: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penyusunan proposal sampai penyelesaian pembuatan laporan akhir

dilakukan dari bulan September 2010 sampai September 2011. Penelitian

lapangan dilakukan bulan Maret sampai bulan Mei 2011 di Kecamatan Tanah

Pinem, Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara.

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu penentuan

lokasi secara sengaja dengan pertimbangan bahwa desa yang dipilih adalah desa

yang memiliki tanaman kemiri yang paling luas, yaitu Desa Pasir Tengah, Desa

Pamah dan Desa Kuta Buluh.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan metode

evaluasi. Metode survey adalah penelitian yang diadakan untuk memperoleh

fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara

aktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok

ataupun suatu daerah (Nazir 2005). Metode evaluasi digunakan untuk mengetahui

kualitas hal-hal, program, dan sebagainya yang sudah terjadi, biasanya dengan

membandingkan suatu standar (Irawan 2007).

Metode survey difokuskan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi pengelolaan tanaman kemiri. Metode evaluasi difokuskan untuk

menganalisis sejauh mana keberlanjutan (sustainability) pengelolaan tanaman

kemiri rakyat yang sudah dilakukan sesuai dengan indikator LEI (2001), indikator

pengelolaan hutan lestari menurut Davis et al. (2001) dan indikator pengelolaan

yang keberlanjutan dalam melakukan suatu proyek menurut Dephut et al. (1997).

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer dikumpulkan melalui observasi secara langsung di lapangan dan

melakukan wawancara terhadap responden melalui pertanyaan-pertanyaan yang

telah disusun sebelumnya sehubungan dengan hal-hal yang hendak diketahui.

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara bertanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya (pewawancara)

Page 51: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

30

dengan si penjawab (responden) dengan menggunakan alat panduan wawancara

(Nazir 2005).

Untuk data sekunder diperoleh dengan cara melakukan studi literatur dan

studi data-data laporan hasil kegiatan pada instansi terkait. Data sekunder sifatnya

sebagai data pendukung dan penunjang untuk melengkapi data primer. Data

sekunder berasal dari hasil-hasil penelitian, stakeholder dan instansi terkait,

seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas

Pertanian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta instansi-instansi

pemerintahan lainnya.

3.3 Penentuan Responden

Responden yang diwawancarai adalah petani yang memiliki lahan milik

yang menanam kemiri dan yang tidak menanam kemiri. Petani yang tidak

menanam kemiri bisa saja adalah petani yang pernah menanam kemiri tetapi

dalam perkembangannya kemudian beralih ke tanaman lain ataupun petani yang

tidak pernah menanam kemiri. Sedangkan petani yang menanam kemiri adalah

petani yang memiliki tanaman kemiri pada lahan miliknya pada saat dilakukan

penelitian. Jumlah responden yang diwawancarai ditentukan dengan rumus Slovin

(Umar 2000) yaitu :

n = 𝑁

1 + 𝑁𝑒2

dimana :

N : Populasi (petani menanam kemiri dan petani tidak menanam kemiri)

n : Jumlah sampel (responden)

e : Tingkat kesalahan yang masih ditolerir

Jumlah populasi petani di ketiga desa yang dipilih adalah 1467 KK. Tingkat

kesalahan yang masih ditolerir ditentukan 8,5%, maka jumlah sampel adalah 126

KK. Petani yang menanam kemiri dan petani yang tidak menanam kemiri diambil

secara proporsional dari ketiga desa yang ditentukan. Sampel Desa Kuta Buluh

adalah 58 responden, terdiri dari 29 petani kemiri dan 29 petani yang tidak

menanam kemiri, Desa Pamah dan Pasir Tengah masing-masing 34 responden

dengan rincian masing-masing 17 petani kemiri dan 17 petani yang tidak

menanam kemiri.

Page 52: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

31

Penelitian juga akan melakukan wawancara lebih mendalam dengan orang-

orang yang dianggap lebih mengetahui tentang pengelolaan tanaman kemiri

rakyat yang sudah berlangsung sejak dahulu sampai sekarang, diantaranya tokoh

masyarakat/raja adat, kepala desa dan pejabat dari instansi yang berkaitan, yang

bisa disebut sebagai informan kunci. Informan kunci diketahui dengan cara

snowball sampling atau pemilihan informan secara berantai.

Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan pengelolaan kemiri rakyat,

dilakukan wawancara dengan instansi terkait seperti Dinas kehutanan dan

Perkebunan, Dinas Pertanian (penyuluh), Kepala Desa dan pihak kecamatan.

Informasi yang diperoleh, diharapkan akan melengkapi informasi-informasi yang

diperoleh dari responden (petani kemiri dan petani non kemiri) dan hasil studi

literatur dalam melakukan analisis pengelolaan tanaman kemiri rakyat.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif

dan kualitatif dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi

pengelolaan kemiri rakyat dan untuk mengetahui bagaimana kegiatan pengelolaan

yang sudah dilakukan masyarakat sampai sekarang. Analisis deskriptif digunakan

untuk menjelaskan kegiatan pengelolaan tanaman kemiri rakyat yang sudah ada,

pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap tanaman kemiri, peran

masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada dalam pengembangannya, kegiatan

pemanenan buah dan kayu, kegiatan pemasaran, teknik penanaman dan

pemeliharaan yang dilakukan dan karakteristik petani responden secara umun.

Untuk menjawab tujuan penelitian, metode analisis yang digunakan adalah

a. Analisis regresi logistik biner.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat mengelola

tanaman kemiri, maka dilakukan analisis limited devendent variable atau dikenal

dengan analisis Regressi Logistik Bineri (Gujarati 2006). Model regressi logistik

biner adalah suatu model yang mengukur seberapa besar peluang suatu kejadian

satu dengan kejadian yang lainnya, dimana datanya mengikuti sebaran normal.

Misalnya suatu kejadian dapat dikategorikan sukses dan tidak sukses (mengikuti

Page 53: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

32

sebaran binomial), dengan model logit dapat dicari berapa besar peluang kejadian

sukses dibandingkan dengan kejadian tidak sukses.

Untuk penelitian ini akan dilakukan analisis regresi dimana variabel tak

bebasnya bersifat dikotomi (dichotomous) yang mengambil nilai 1 dan 0

(Gujarati 2006), untuk mengetahui seberapa besar peluang masyarakat untuk

mengelola tanaman kemiri dan seberapa peluang masyarakat untuk tidak

mengelola tanaman kemiri. Pengertian pengelolaan kemiri dalam penelitian ini

adalah masyarakat yang melakukan budidaya tanaman kemiri (mulai dari

penanaman sampai pemasaran hasil) dari lahan milik maupun pada lahan yang

disewa. Dua pilihan masyarakat merupakan kejadian biner (dummy variable)

yang bernilai 1 dan 0, dimana nilai 1 untuk petani yang mengelola tanaman

kemiri dan nilai 0 untuk petani yang tidak mengelola tanaman kemiri (pernah

mengelola tetapi kemudian berhenti dan tidak mengelola lagi dan serta beralih

menanam tanaman lain). Peluang masyarakat mengelola tanaman kemiri

dinotasikan dengan Pi, maka peluang masyarakat tidak mengelola tanaman kemiri

adalah 1-Pi karena total peluang semua kejadian adalah satu. Adapun bentuk

persamaan model logistik yang digunakan adalah sebagai berikut:

Ln Pi = + 1 X1+ 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 … iXi +

1 - Pi

Dimana:

Pi = peluang petani mengelola tanaman kemiri

α = intersep

X1, 2....i = variabel bebas

i = koefesien regresi

= error/galat

Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap keputusan pengelolaan

kemiri dilihat dari aspek-aspek yang dianggap mempengaruhi petani untuk

mengelolanya baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya dan karakteristik dari

petani yang dianggap sebagai variabel bebas dalam suatu model. Faktor-faktor

Page 54: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

33

ini selanjutnya dijadikan sebagai faktor internal dan faktor eksternal yang

mempengaruhi pengelolaan kemiri rakyat. Adapun faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi masyarakat mengelola kemiri adalah umur petani, lama tinggal di

desa, luas lahan yang dikelola, pekerjaan sampingan, status kepemilikan lahan,

jumlah anak sekolah, jumlah anggota keluarga produktif, jumlah tanggungan

dalam keluarga, jumlah pendapatan per bulan, asal usul lahan, aksesibilitas

menuju ladang, pekerjaan utama, pengalaman bertani, jarak dari rumah ke ladang,

status lahan yang dipakai saat ini, tingkat pendidikan dan jumlah anak yang

sekolah di luar daerah. Parameter yang diukur dan definisi operasional setiap

faktor dapat dilihat pada Lampiran 1.

b. Analisis keberlanjutan (sustainability)

Analisis keberlanjutan (sustainability) pengelolaan tanaman kemiri rakyat

dapat dianalisis dari aspek sosial, ekonomi/produksi dan ekologi/lingkungan yang

dikembangkan menurut Davis et al. (2001), LEI (2001) dan Dephut et al. (1997).

Davis et al. (2001) menyatakan bahwa kelestarian secara umum terdiri dari

elemen yang saling tergantung antara elemen ekologi, ekonomi dan sosial,

dimana kelestarian berarti memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa

mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.

LEI (2001) menyebutkan bahwa pengelolaan hutan berbasiskan masyarakat

adalah hutan yang dikelola sebagai hutan rakyat (hutan milik) atau hutan adat.

Untuk mengetahui kelestariannya, PHBML dinilai sesuai dengan kriteria dan

indikator yang ditentukan, mencakup aspek sosial, produksi dan ekologi yang

berhubungan dengan kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang dikembangkan.

Indikator dalam dokumen PHBML masih dibatasi pada ukuran kelestarian produk

utama kayu. Untuk analisis keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri rakyat,

akan memakai beberapa indikator yang ada dalam LEI dengan melakukan

pemilihan indikator-indikator yang sesuai.

Dephut et al. (1997) menyebutkan bahwa untuk mengetahui keberlanjutan

suatu kegiatan (proyek), maka perlu dilakukan evaluasi agar dapat diketahui

perkembangannya dengan model yang menyeluruh (integratif) dengan

menggunakan indikator sosial, ekonomi dan lingkungan.

Page 55: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

34

Untuk selanjutnya, analisis keberlanjutan (sustainability) pengelolaan

tanaman kemiri rakyat yang ada di Kecamatan Tanah Pinem akan menggunakan

pendekatan yang digunakan dalam Davis et al. (2001), LEI (2001) dan Dephut et

al. (1997), karena ketiga pendekatan tersebut sama-sama menggunakan

pendekatan aspek sosial, ekonomi/produksi dan ekologi/lingkungan.

Kriteria dan indikator yang akan digunakan untuk melakukan penilaian,

dibangun dan dimodifikasi dari Davis et al. (2001), LEI (2001) dan Dephut et al.

(1997) sesuai keperluan analisis yang diperlukan untuk jenis hasil hutan bukan

kayu. Dari hasil seleksi, diperoleh 28 kriteria dan indikator, masing-masing terdiri

dari 10 kriteria dan indikator untuk aspek ekologi, 8 kriteria dan indikator untuk

aspek ekonomi dan 10 kriteria dan indikator untuk aspek sosial. Adapun hal-hal

yang akan dianalisis untuk mengetahui keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri

rakyat dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

Untuk menilai keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri rakyat, maka

digunakan pendekatan penilaian dari LEI. LEI (2001) menyebutkan, pencapaian

kelestarian PHBM dinilai dengan indikator yang dapat diukur secara kuantitatif

dan kualitatif. Sumber data dan analisis setiap inidkator dapat dilihat pada

Lampiran 2. Setiap indikator diukur skala intensitasnya menjadi baik, cukup dan

jelek. Seluruh indikator mempunyai bobot yang sama, maka nilai total

penjumlahan dari seluruh indikator akan mencerminkan performance kelestarian

praktek PHBM yang dinilai.

Untuk melakukan penilaian terhadap setiap indikator, diperoleh dari hasil

wawancara dengan petani (kemiri dan non kemiri), penyuluh, pedagang

pengumpul (buah, kulit cangkang dan kayu), tokoh masyarakat, pihak kecamatan,

kepala desa dan informan lainnya yang bisa menjadi sumber informasi yang

diperlukan. Untuk beberapa indikator dan bagaimana keberlanjutan pengelolaan

kemiri rakyat yang sudah ada diperoleh melalui Focus Group Disscussion (FGD)

dengan tujuan agar diperoleh penjelasan yang lebih mendalam sehingga penilaian

dari indikator-indikator yang diperoleh lebih jelas dan dapat memberikan

gambaran yang sebenarnya.

Setelah setiap indikator dinilai, maka keberlanjutan pengelolaan tanaman

kemiri rakyat merupakan penjumlahan dari seluruh indikator. Jumlah indikator

Page 56: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

35

yang digunakan dalam evaluasi pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari aspek

ekologi, ekonomi dan sosial ini adalah berjumlah 28. Hasil analisis keberlanjutan

pengelolaan kemiri rakyat yang dinilai akan memenuhi kriteria berikut:

a. Pengelolaan kemiri rakyat dinyatakan “berkelanjutan” bila prakteknya

memenuhi persyaratan minimum, yaitu: nilai B > 50% x n; nilai C > 25% x

n; nilai J < 25% x n

b. Pengelolaan kemiri rakyat dinyatakan “berkelanjutan dengan catatan” bila

prakteknya memenuhi persyaratan minimum, yaitu: nilai B > 25% x n; nilai

C > 50% x n; nilai J < 25% x n

c. Pengelolaan kemiri rakyat dinyatakan “tidak berkelanjutan” bila prakteknya

memenuhi persyaratan minimum, yaitu: nilai B < 25% x n; nilai C < 50% x n;

nilai J > 50% x n

Apabila hasil penilaian keberlanjutan telah diperoleh, hasil tersebut

dijelaskan secara deskriptif yang didukung dengan data yang diperoleh dari hasil

penelitian. Hasil analisis keberlanjutan yang diperoleh selanjutnya dijadikan

bahan untuk menyusun rekomendasi program dan kegiatan-kegiatan yang dapat

dilakukan untuk menjadikan kegiatan tanaman kemiri rakyat tersebut menjadi

berkelanjutan pada masa yang akan datang.

3.5 Definisi Operasional

Adapun definisi dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini

adalah

a. Keberlanjutan fungsi ekologi adalah terjaminnya keberlanjutan fungsi lahan

sebagai penyangga kehidupan dan menjamin produktivitas lahan

b. Keberlanjutan fungsi ekonomi adalah terjaminnya keberlanjutan pemanfaatan

hasil hutan dan usahanya dapat memberikan keuntungan kepada

pengelolannya sesuai dengan kemampuan daya dukung lahan

c. Kelestarian fungsi sosial adalah terjaminnya keberlanjutan fungsi

pengusahaan lahan bagi kehidupan masyarakat setempat yang tergantung

pada lahan, baik langsung maupun tidak langsung secara lintas generasi.

Page 57: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

36

Page 58: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

37

4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

4.1.1 Letak Administrasi

Kecamatan Tanah Pinem terletak di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera

Utara dengan luas wilayah 439,40 Km2. Ibu kota Kecamatan Tanah Pinem adalah

Kuta Buluh, yang berjarak 55 km dari Sidikalang (ibukota Kabupaten Dairi) atau

sekitar 141 km dari Medan (ibukota Propinsi Sumatera Utara), dengan batas-

batas: Sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Karo, Sebelah

Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tiga Lingga, Kecamatan Gunung Sitember

dan Kecamatan Siempat Nempu Hilir dan sebelah Barat berbatasan dengan

Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Aceh Selatan (Propinsi Nanggroe

Aceh Darussalam).

4.1.2 Letak Geografis

Kecamatan Tanah Pinem terletak pada 20

53’ - 30

07’ Lintang Utara dan

950 23’ - 97

0 57’ Bujur Timur dan berada pada ketinggian 650 sampai dengan

950 meter di atas permukaan laut.

4.1.3 Iklim

Iklim di Kecamatan Tanah Pinem adalah iklim hujan tropis yang

dipengaruhi oleh angin musim. Kondisi iklim pada saat ini tidak menentu,

adakalanya musim penghujan dan ada kalanya musim kemarau terus menerus

dimana bisa sampai 3 bulan tidak turun hujan. Curah hujan tahun 2009 adalah

1.360 mm yang berkisar antara 90 mm sampai 150 mm per bulan. Kondisi udara

adalah sedang karena pada siang hari tidak terlalu panas dan pada malam hari

tidak terlalu dingin dengan suhu udara berkisar antara 230 sampai 25

0 C.

4.1.4 Topografi

Kecamatan Tanah Pinem terdapat pada lahan yang memiliki topografi yang

bergelombang sampai terjal sehingga kurang cocok untuk usaha pertanian seperti

sawah. Kondisi topografi Kecamatan Tanah Pinem dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 59: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

38

Tanaman yang cocok dikembangkan adalah jenis tanaman kayu-kayuan seperti

kemiri, cokelat dan buah-buahan. Pemilihan jenis tanaman kayu-kayuan sangat

sesuai dengan kondisi topografi lahan, karena hampir 90% lahannya masuk pada

kategori curam dan terjal dengan kemiringan di atas 25%. Tanaman kayu-kayuan

sangat sesuai ditanam dalam upaya konservasi tanah karena memiliki sistem

perakaran yang kuat sehingga bermanfaat dalam melindungi tanah dari bahaya

longsor.

Tabel 10 Kondisi topografi di Kecamatan Tanah Pinem No Kondisi lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Datar ( 00-8

0) 879 2,00

2 Berombak (80-15

0) 1.318 3,00

3 Bergelombang (150-25

0) 2.197 5,00

4 Curam (250-40

0) 3.955 9,00

5 Terjal (>400) 35.591 81,00

Jumlah 43.940 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Dairi (2010)

4.1.5 Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Tanah Pinem tahun 2010 adalah 20.008 jiwa

yang terdiri dari laki-laki 10.531 jiwa dan perempuan 10.477 jiwa dan jumlah

rumah tangga sebanyak 6.463 KK dengan kepadatan penduduk 45,53 jiwa per

km². Semua penduduk tersebut adalah warga Negara Indonesia yang didominasi

oleh suku Karo. Suku lainnya adalah Batak Toba, Melayu, Jawa, Pakpak,

Simalungun, dan lain-lain.

4.1.6 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kecamatan Tanah Pinem terdiri dari lahan sawah,

hutan negara, perkebunan, kebun/tegal,ladang/huma dan lain-lain. Kawasan hutan

mencapai luas 24.000 ha (54,62%) sedangkan penggunaan lahan dalam bentuk

tegal/kebun, ladang/huma dan perkebunan mencapai luas 17.288 ha (39,34%).

Lahan sawah hanya 0,1% dari total luas lahan yang ada. Hal ini disebabkan

karena topografi lahan yang sebagian besar berada pada kategori bergunung

sampai terjal dan dipengaruhi oleh keadaan sungai-sungai yang berada pada

daerah yang dalam dan sempit sehingga sangat sulit untuk dijangkau dan

Page 60: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

39

digunakan oleh masyarakat untuk pembukaan sawah. Adapun rincian penggunaan

lahan di Kecamatan Tanah Pinem dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Penggunaan lahan di Kecamatan Tanah Pinem tahun 2008

No Penggunaan lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Sawah 45 0,10

2 Hutan negara 24.000 54,62

3 Padang rumput/penggembalaan 743 1,69

4 Tegal/kebun 7.936 18,06

5 Ladang/huma 1.772 4,03

6 Perkebunan 7.580 17,25

7 Kolam/empang 5 0,01

8 Ladang yang tidak sedang diusahakan 730 1,66

9 Lainnya 1.129 2,57

Jumlah 43.940 100 Sumber : BPS Kabupaten Dairi (2009)

Sumber dari kecamatan tahun 2011 menyebutkan bahwa luas lahan

tanaman pertanian di Kecamatan Tanah Pinem pada tahun 2010 adalah 11.015 ha

yang terdiri dari tanaman padi sawah, padi gogo, jagung, cabe dan tomat.

Sementara tanaman lainnya adalah tanaman perkebunan seperti cokelat, kemiri,

tembakau dan sawit dengan luas 4.357 ha. Luas tanaman kemiri di Kecamatan

Tanah Pinem pada tahun 2010 adalah 3.800 ha.

4.2 Karakteristik Responden

4.2.1 Umur Responden

Rata-rata umur keseluruhan responden adalah 49,83 tahun dengan selang

antara 20 sampai 80 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

tergolong dalam umur produktif (di atas 15 tahun) sehingga tenaga kerja yang

tersedia di daerah penelitian masih potensial dan produktif untuk melakukan

kegiatan pertanian dan kegiatan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Petani kemiri yang berada di atas 50 tahun sebanyak 41 responden (65,08%)

sedangkan petani non kemiri yang berada di atas 50 tahun sebanyak 20 responden

(31,75%). Rata-rata umur responden petani kemiri lebih tinggi yaitu 52,90 tahun

sedangkan rata-rata umur petani non kemiri adalah 46,75 tahun. Dari hasil ini

dapat dilihat bahwa kecenderungan masyarakat yang menanam kemiri dan yang

Page 61: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

40

mempertahankannya adalah petani yang sudah mulai memasuki usia lanjut yang

mulai pasif dalam melakukan kegiatan pertanian yang rutin.

Tabel 12 Sebaran umur responden

No Kelompok umur

(tahun)

Petani non kemiri Petani kemiri

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

1 20 – 29 2 3,17 1 1,59

2 30 – 39 14 22,22 4 6,35

3 40 – 49 27 42,86 17 26,98

4 50 – 59 10 15,87 26 41,27

5 60 – 69 7 11,11 9 14,29

6 70 ke atas 3 4,76 6 9,52

Jumlah 63 100 63 100

Rata-rata 46,75 tahun 52,90 tahun

Rata-rata umur keseluruhan responden 49,83 tahun

4.2.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan formal responden termasuk pada kategori rendah.

Hampir sebagian besar responden (63,49%) hanya sampai pada tingkat SLTP.

Terdapat sebanyak 45 responden (71,43%) petani kemiri berpendidikan di bawah

SMA/SMU sedangakan petani non kemiri hanya sebanyak 35 responden

(55,56%). Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola pikir, perilaku dan

respon terhadap suatu informasi atau dalam mengambil keputusan untuk

melakukan kegiatan pertanian yang akan diusahakannya.

Tabel 13 Tingkat pendidikan responden

No Pendidikan Petani non kemiri Petani kemiri

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

1 Tidak

sekolah

1 1,59 5 7,94

2 SR/SD 17 26,98 25 39,68

3 SLTP 17 26,98 15 23,81

4 SMA/SMU 28 44,44 17 26,98

5 D1/D2/D3 0 0 1 1,59

Jumlah 63 100 63 100

4.2.3 Jumlah Anggota Keluarga

Rata-rata jumlah anggota keluarga responden secara keseluruhan adalah

3,94 jiwa, artinya bahwa jumlah anggota keluarga ini akan memberikan

kontribusi dalam ketersediaan tenaga kerja dan akan mempengaruhi pemasukan

Page 62: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

41

keluarga serta mempengaruhi besar kecilnya konsumsi keluarga. Pada Tabel 14

dapat dilihat bahwa responden yang memiliki jumlah anggota keluarga di bawah

4 orang adalah 72 responden (57,14%), sedangkan responden yang memiliki

jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang sebanyak 54 responden (42,86%).

Anggota keluarga merupakan sumber tenaga kerja utama dalam kegiatan

pertanian yang sedang diusahakan oleh keluarga petani. Bila ketersediaan tenaga

kerja tidak ada, masyarakat akan memanfaatkan tenaga kerja dari pihak keluarga

terdekat, tetangga maupun tenaga kerja dari luar daerah. Tenaga kerja dari luar

daerah baru dimanfaatkan bila ketersediaan tenaga kerja yang akan digunakan

dalam jumlah besar dan keberadaan dalam lingkungan desa tidak cukup.

Tabel 14 Jumlah anggota keluarga responden

No Jumlah anggota

keluarga (jiwa)

Petani non kemiri Petani kemiri

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase (%)

1 1 – 2 12 19,00 14 22,22

2 3 – 4 25 39,68 21 33,33

3 5 - 6 24 38,10 27 42,86

4 7 ke atas 2 3,17 1 1,59

Jumlah 63 100 63 100

Rata-rata 4,03 jiwa 3,86 jiwa

Rata-rata keseluruhan 3,94 jiwa

4.2.4 Mata Pencaharian Responden

Sebahagian besar mata pencaharian utama responden adalah bertani yaitu

sebanyak 97 responden (76,98%). Bagi responden yang mempunyai pekerjaan

utama bukan petani seperti PNS/Pensiunan PNS, buruh/tukang, berdagang dan

perangkat desa, juga melakukan kegiatan usaha pertanian seperti menanam

jagung, cokelat, kemiri, padi, kelapa dan lain-lain. Kegiatan pertanian dilakukan

oleh anggota keluarga seperti istri/suami serta anak-anak dan atau responden

tersebut pada saat waktu senggang atau di luar jam kerja dalam melakukan

pekerjaan utamanya.

Page 63: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

42

Tabel 15 Mata pencaharian responden

No Mata

pencaharian

Petani non kemiri Petani kemiri

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase (%)

1 Petani 45 71,43 52 82,54

2 PNS/Pensiunan 12 19,05 7 11,11

3 Berdagang 3 4,76 3 4,76

4 Buruh, tukang 0 0 1 1,59

5 Perangkat

Desa

3 4,76 0 0

Jumlah 63 100 63 100

4.2.5 Status Kepemilikan Lahan dan Asal Usul Lahan

Kepemilikan lahan dari responden yang diwawancarai menunjukkan bahwa

96 responden (76,19%) belum memiliki sertifikat tanah sedangkan 30 responden

(23,81%) sudah memiliki sertifikat tanah. Kepemilikan lahan responden

berhubungan dengan asal usul lahan tersebut dimiliki, dimana 71 responden

(56,35%) memiliki tanah yang berasal dari warisan orang tua, 41 responden

(32,54%) memiliki tanah yang dibeli dari pihak lain atau anggota keluarga dan 14

responden (11,11%) memiliki tanah dari hasil garapan sendiri.

Tabel 16 Status kepemilikan lahan responden

No Status kepemilikan

lahan

Petani non kemiri Petani kemiri

Jumlah Persentase

(%)

Jumlah Persentase

(%)

1 Belum bersertifikat 42 66,67 54 85,71

2 Sudah bersertifikat 21 33,33 9 14,29

Jumlah 63 100 63 100

Tabel 17 Asal usul lahan yang dimiliki oleh responden

No Asal usul tanah Petani non kemiri Petani kemiri

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

1 Warisan 41 65,08 30 47,62

2 Beli 22 34,92 19 30,16

3 Garap sendiri 0 0 14 22,22

Jumlah 63 100 63 100

Tabel 18 Status lahan yang digunakan oleh responden

No Status lahan

yang digunakan

Petani non kemiri Petani kemiri

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

1 Lahan milik 58 92,06 62 98,41

2 Lahan sewa 5 7,94 1 1,59

Jumlah 63 100 63 100

Page 64: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

43

Status lahan yang digunakan oleh responden saat dilakukan penelitian

menunjukkan bahwa 120 responden (95,2%) menggunakan lahan miliknya

sendiri dengan menanam jenis tanaman seperti tanaman jagung, cokelat, durian,

cengkeh, kemiri, pinang, kelapa dan lain-lain. Penyewa lahan hanya 6 responden

(4,76%), yang disewa dari kalangan keluarga sendiri maupun bukan keluarga.

Penyewa lahan akan menanam tanaman pertanian pada lahan yang memang

sebelumnya ditanami tanaman pertanian seperti jagung. Bagi penyewa lahan yang

sudah ada tanaman keras seperti kemiri dan cokelat, masyarakat biasanya hanya

sebatas mengambil buah dan merawat tanaman tersebut.

4.2.6 Luas Kepemilikan Lahan

Rata-rata luas kepemilikan lahan untuk seluruh responden adalah 2,24 ha,

artinya bahwa kepemilikan lahan masyarakat secara umum masih sangat luas.

Jumlah responden yang memiliki luas lahan di atas 1 ha sebanyak 111 responden

(88,10%). Dari data ini dapat dilihat bahwa rata-rata luas kepemilikan lahan di

daerah penelitian masih lebih tinggi jika di bandingkan dengan rata-rata luas

kepemilikan lahan di Pulau Jawa. Luas kepemilikan lahan akan berpengaruh pada

besarnya pendapatan yang akan diterima oleh masyarakat yang dipengaruhi jenis

usaha yang dikembangkan pada lahan tersebut.

Tabel 19 Luas kepemilikan lahan

No Luas lahan

(ha)

Petani non kemiri Petani kemiri

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

1 < 1 ha 13 20,63 3 4,76

2 1 – 1,99 28 44,44 19 30,16

3 2 – 2,99 15 23,81 17 26,98

4 3 ke atas 7 11,11 24 38,10

Jumlah 63 100 63 100

Rata-rata 1,54 ha 2,67 ha

Rata-rata kepemilikan lahan keseluruhan 2,24 ha

Page 65: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

44

Page 66: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

45

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengelolaan Kemiri Rakyat di Kecamatan Tanah Pinem

Kemiri merupakan tanaman yang tumbuh dan berkembang di Kecamatan

Tanah Pinem sejak dahulu sampai sekarang. Keberadaan tanaman ini sudah

berlangsung turun temurun. Tanaman kemiri berperan dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat dan menjadi sumber penghasilan masyarakat. Berikut ini

adalah gambaran mengenai keadaan tanaman kemiri rakyat yang yang ada di

Kecamatan Tanah Pinem meliputi pola tanam, kondisi tanaman, teknik budidaya,

pengelolaan hasil dan pemasarannya.

Pola penanaman kemiri yang dimiliki oleh masyarakat adalah sejenis

(monokultur) dan agroforestry yaitu campuran dengan tanaman lain seperti sirih,

cokelat, kelapa, pinang, durian, cengkeh dan lain-lain (Tabel 20). Responden

yang menanam kemiri saja sebanyak 35 responden (55,56%) sedangkan yang

menanam dengan kombinasi tanaman lain sebanyak 28 responden (44,44%).

Keberadaan tanaman lain di antara tanaman kemiri berperan dalam menambah

penghasilan petani, seperti sirih yang tumbuh secara alami maupun ditanam, tidak

perlu ada perawatan dan pemeliharaan khusus tetapi dapat menghasilkan

sebanyak 4 kali dalam setahun. Pola pengelolaan kemiri rakyat di Kecamatan

Tanah Pinem mirip dengan pola pengelolaan kemiri rakyat di Kabupaten Maros

dengan pola monokultur dan agroforestry yaitu kombinasi antara kemiri dengan

palawija, pisang dan coklat (Yusran 1999; Ichwandi 2001).

Tabel 20 Pola tanaman kemiri rakyat

No Pola tanaman Jumlah Responden Persentase

1 Kemiri 35 55,56

2 Kemiri + sirih 8 12,70

3 Kemiri + cokelat 4 6,35

4 Kemiri + cokelat + pinang + sirih + dll 16 25,40

Jumlah 63 100,00

Pada Gambar 3 dapat dilihat pola tanaman kemiri rakyat yang ada di

Kecamatan Tanah Pinem.

Page 67: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

46

(a) monokultur

(b) agroforestry

Gambar 3 Pola tanaman kemiri rakyat.

Rata-rata luas lahan yang ditanami tanaman kemiri cukup lebar yaitu 2,67

ha, yang paling kecil adalah 0,45 ha dan yang paling besar adalah 6 ha. Besar

kecilnya luas lahan yang dimiliki oleh petani yang ditanami kemiri

mempengaruhi jumlah pohon yang tumbuh dan besaran produksi yang diperoleh

yang tergantung pada jarak tanam yang ada.

Page 68: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

47

Tanaman kemiri yang dimiliki oleh masyarakat saat ini adalah tanaman

yang diwariskan dari orang tua, ada juga yang ditanam sendiri dan ada yang

dibeli dalam kondisi sudah ada tanaman kemirinya. Masyarakat yang menanam

sendiri adalah masyarakat yang membuka lahan di dalam dan luar kawasan hutan.

Pada saat awal penanaman, masyarakat mendapatkan bibit dari tanaman yang

tumbuh secara alami di ladang dan hutan. Alasan masyarakat mempertahankan

tanaman kemiri sampai saat ini, antara lain perawatan tidak susah atau tidak ada

perawatan khusus, tidak perlu ada pemupukan, bisa mendatangkan hasil setiap

hari, bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, cocok untuk lahan

miring dan bersifat sebagai tabungan untuk masa depan.

Gambar 4 Buah kemiri yang disimpan yang akan dijual pada saat dibutuhkan.

Pada saat awal penanaman, masyarakat sebagian besar sudah menggunakan

jarak tanam. Tetapi, kondisi tanaman yang ada saat ini umumnya sudah tidak

memiliki jarak tanam yang teratur karena sebagian besar sudah ada yang tumbang

dan ada juga yang dibiarkan tumbuh secara alami (permudaan alami). Jumlah

responden yang memiliki jarak tanam teratur sebanyak 29 responden (46,03%)

yaitu antara 5m x 5m sampai 10m x 12m, sedangkan 34 responden (53,97)

menyebutkan bahwa jarak tanam yang ada di lahan miliknya tidak teratur lagi.

Page 69: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

48

(a) jarak tanam teratur (b) jarak tanam tidak teratur

Gambar 5 Kondisi jarak tanaman kemiri rakyat.

Kondisi umur tanaman yang ada saat ini adalah beragam. Secara umum,

tanaman-tanaman yang ada sudah memasuki umur tidak produktif. Umur rata-rata

tanaman kemiri adalah 37,37 tahun. Tanaman yang paling muda berumur 13

tahun sedangkan tanaman paling tua berumur 80 tahun. Dari semua responden,

hanya 5 responden (7,94%) yang pernah melakukan peremajaan. Alasan

peremajaan dilakukan karena memiliki lahan pada lahan-lahan miring yang

curam, pemeliharaannya tidak sulit dan merasakan bahwa kemiri masih

mendatangkan hasil yang lumayan bagi hidupnya.

(a) tanaman produktif (b) tanaman tua (tidak produktif)

Gambar 6 Kondisi tanaman kemiri rakyat.

Page 70: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

49

Paimin (1994); Koji (2002); Deptan (2006a) menyebutkan bahwa batas

produksi kemiri sampai umur 35 tahun. Tanaman kemiri di atas umur 35 tahun

tetap berproduksi, tetapi cenderung menurun sampai umur 50 tahun. Bila tanaman

kemiri produktif sampai umur 35 tahun, maka terdapat 32 responden (50,79%)

memiliki tanaman kemiri yang masih produktif dan 31 responden (49,21%)

memiliki tanaman kemiri yang tidak produktif. Ichwandi (2001) menyebutkan

bahwa kriteria kelas umur muda untuk kemiri adalah dibawah 10 tahun, produktif

pada umur 11-35 tahun dan umur tua di atas 35 tahun. Pada Tabel 21 dapat dilihat

bahwa hampir 50,6% tanaman kemiri rakyat sudah melewati umur produktif,

yang menunjukkan bahwa proses regenerasi kemiri rakyat di Kecamatan Tanah

Pinem tidak berlangsung secara berkelanjutan (Yusran 1999). Walaupun tanaman

kemiri sudah melewati umur produktif, tanaman kemiri akan tetap menghasilkan

buah, tetapi hasilnya akan menurun seiring dengan pertambahan umur karena

tanaman sudah lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit dan lebih

mudah tumbang.

Tabel 21 Produksi tanaman kemiri rakyat tahun 2010

No Umur

(tahun)

Luas

(ha)

Produksi

(kg)

Jumlah pohon

(batang)

Produksi per ha

(kg/ha)

Produksi per pohon

(kg/pohon)

1 13 – 35 83 55.686 10.209 670,92 5,45

2 > 35 84,95 42.284 9.071 497,75 4,66

Total 167,95 97.970 19.280 - -

Rata-rata 583,33 5,08

Pada tabel di atas dapat dilihat produksi buah kemiri rakyat yang sudah

dikupas pada tahun 2010. Jika dilihat dari luas tanaman, maka tanaman kemiri

yang masuk kategori menghasilkan adalah 83 ha dengan rata-rata produksi biji

kupasan 670,92 kg/ha, sedangkan 84,95 ha lainnya termasuk pada kategori

tanaman tua menghasilkan dengan rata-rata produksi biji kupasan 497,75 kg/ha.

Produksi buah per ha secara keseluruhan adalah rata-rata 583,33 kg/ha. PPL

(2010) menyebutkan produktivitas tanaman kemiri di Kecamatan Tanah Pinem

pada tahun 2010 adalah 520 kg/ha. Hasil ini lebih kecil dengan produksi kemiri di

Indonesia tahun 2007 yaitu 797 kg/ha (Deptan 2009). Produksi kemiri yang

dihasilkan di Kecamatan Tanah Pinem hampir sama dengan rata-rata produksi

kemiri di Indonesia sekitar 0,5 ton/ha/tahun biji kupasan (Paimin 1994).

Page 71: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

50

Produksi buah per pohon adalah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi umur

pohon dan kondisi kesehatan tanaman. Pada Tabel 21, produksi kemiri pada

kategori umur menghasilkan (umur 5 sampai 35 tahun) adalah 5,45 kg biji

kupasan/pohon sedangkan produksi kemiri pada kategori tanaman tua

menghasilkan (di atas 35 tahun) menurun menjadi 4,66 kg biji kupasan/pohon.

Rata-rata produksi buah kemiri untuk keseluruhan sampel adalah 5,08 kg biji

kupasan/pohon. Produksi kemiri per pohon di atas masih sangat kecil jika

dibandingkan dengan Dephut (2006a) dan Paimin (1994) yang menyebutkan

produksi pohon kemiri pada saat panen pertamanya adalah 10 kg biji

kupasan/pohon (umur 5 tahun), 25 kg biji kupasan (umur 6 sampai 10 tahun) dan

akan menghasilkan produksi yang stabil berkisar 35 sampai 50 kg/pohon/tahun

(umur 11 sampai 20 tahun).

Perbedaan produktivitas kemiri ini sangat dipengaruhi oleh jumlah tanaman

per satuan luas, kondisi kesehatan tanaman, kondisi tempat tumbuh dan intensitas

pemeliharaan. Jumlah pohon pada suatu lahan dipengaruhi oleh jarak tanam yang

ada. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pada saat awal penanaman terdapat

jarak tanam seperti 8m x 8m, 8m x 10m dan lain-lain. Tetapi seiring berjalannya

waktu, tanaman kemiri adalah tanaman yang mudah busuk sehingga dapat

tumbang pada saat angin kencang maupun pada musim penghujan. Ada juga

penambahan tanaman yang tumbuh secara alami yang dibiarkan berkembang

menjadi tanaman besar. Akibatnya adalah jarak tanam menjadi tidak beraturan.

Rata-rata jumlah pohon per ha untuk keseluruhan responden adalah 115 pohon.

Rendahnya hasil produksi yang diperoleh petani berhubungan dengan

tingkat intensitas kegiatan perawatan yang dilakukan terhadap tanaman dan

adanya pengaruh penyakit yang selama ini sudah sering terjadi tetapi belum

ditemukan cara mengatasinya yaitu terjadinya gugur buah pada saat buah sudah

hampir mencapai kondisi panen. Buah yang gugur tidak bisa dipanen karena

belum menghasilkan biji kupasan (kernel). Untuk kegiatan pemeliharaan

tanaman, sebagian besar responden menyebutkan bahwa tidak ada kegiatan

pemupukan yang dilakukan karena jika dipupuk, buah akan banyak dan pada saat

buah mulai besar, cabang atau ranting pohon banyak yang patah sehingga

menyebabkan kerugian bagi petani.

Page 72: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

51

Gambar 7 Perbedaan antara buah yang jatuh alami dan buah yang jatuh karena

penyakit gugur buah.

Jika dibandingkan dengan produksi kemiri dari tempat lain, maka produksi

kemiri di beberapa tempat di Indonesia adalah berbeda-beda. Yusran (1999)

menyebutkan bahwa produktivitas kemiri rakyat di Kabupaten Maros adalah 72,1

kg/ha. Darmawan dan Kurniadi (2007) menyebutkan bahwa produktivitas kemiri

Propinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kabupaten Ngada (2001) berkisar

3,67–5 kg/pohon/tahun, di Kecamatan Soa dan Bajawa rata-rata 13,02

kg/pohon/tahun, di Kabupaten Ende rata-rata 7,25 kg/pohon/tahun dan di

Kecamatan Ende Selatan dan Kecamatan Ndona rata-rata 15,09 kg/pohon/tahun.

Wibowo (2007) menyebutkan produksi kemiri di Desa Kuala adalah 62,5 kg per

pohon. Besar kecilnya produktivitas kemiri di berbagai tempat menunjukkan

bahwa produksi kemiri berbeda-beda antara tempat yang satu dengan tempat yang

lain, yang dapat disebabkan oleh faktor tempat tumbuh, umur tegakan, kondisi

tanaman (sehat atau sakit) dan faktor lingkungan (perubahan musim).

Umumnya masyarakat menyatakan bahwa menanam kemiri tidak sulit

karena hanya melakukan penanaman, pembersihan tumbuhan bawah dan tinggal

menunggu hasil, tidak perlu penggunaan pupuk dan dapat ditinggalkan dalam

Buah matang yang

jatuh secara alami

Buah yang jatuh karena penyakit gugur buah

(belum matang dan tidak dapat dipanen)

Page 73: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

52

waktu yang lama, yang berhubungan dengan intensitas masyarakat melakukan

pemeliharaan terhadap tanaman kemiri. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan

tanaman kemiri rakyat sangat sederhana dan tidak intensif (Koji 2002; Wibowo

2007; Awang et al. 2007). Dari keseluruhan responden, hanya 3 responden yang

rutin pergi ke ladang, 21 responden hanya pergi pada saat-saat tertentu, 37

responden melakukan pemeliharaan kemiri pada saat panen dan 2 responden

hampir tidak pernah melakukan pemeliharaan.

Tabel 22 Intensitas kunjungan petani pada tanaman kemiri

No Intensitas pemeliharaan Jumlah

Responden

Persentase

1 Rutin ke ladang 3 4,76

2 Jarang pergi (pada saat tertentu saja) 21 33,33

3 Pada saat panen 37 58,73

4 Tidak pernah melakukan pemeliharaan 2 3,17

Jumlah 63 100,00

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh masyarakat pada tanaman

kemiri adalah pembersihan tumbuhan bawah karena mengganggu pada saat

dilakukan pengumpulan buah. Pembersihan tumbuhan bawah dilakukan dua kali

setahun yaitu pada saat musim berbuah besar yang dilakukan dengan cara

membabat ataupun dengan menggunakan round-up untuk mematikan tumbuhan

bawah. Pembersihan tumbuhan bawah yang dilakukan dengan membabat akan

membutuhkan waktu yang agak lama sedangkan bila menggunakan zat kimia,

akan lebih cepat dan praktis.

Tanaman kemiri pada dasarnya bisa berbuah sepanjang tahun, tetapi

(Deptan 2006a) menyebutkan bahwa panen buah dapat dilakukan 2-3 kali

setahun. Informasi dari masyarakat menyebutkan bahwa musim berbuah sekarang

dengan musim berbuah dulu (tahun 1980-an) sudah jauh berbeda. Pada waktu

dulu, masyarakat dapat memperoleh hasil sepanjang tahun, tetapi sekarang

hampir tidak menentu. Deptan (2006a) menyebutkan untuk merangsang

pembentukan bunga tanaman kemiri, maka dibutuhkan musim kemarau yang

tegas, bila setelah penyerbukan hujan turun, maka bunga akan gugur dan

persentase bunga menjadi buah akan semakin kecil. Perubahan musim berbuah

dan besar kecilnya jumlah buah yang dihasilkan di lokasi penelitian, diduga

Page 74: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

53

terjadi karena perubahan musim penghujan dan musim kering yang tidak menentu

akhir-akhir ini.

Hasil wawancara dengan masyarakat menyatakan bahwa musim berbuah

paling besar terjadi 1 kali setahun dan ada juga yang menyebutkan 2 kali setahun.

Perbedaannya hanya pada besaran produksi yang dihasilkan. Musim berbuah

besar adalah musim berbuah paling banyak dibandingkan dengan musim berbuah

lainnya sedangkan musim kedua adalah musim berbuah besar tetapi hasilnya

tidak seperti pada musim berbuah besar yang pertama. Adapun kisaran bulan

musim berbuah kemiri adalah antara bulan Mei sampai Juli dan bulan Nopember

sampai Januari. Tetapi ada juga yang menyebutkan bulan lainnya selain bulan di

atas. Hal ini terjadi karena memang tidak semua tanaman kemiri memiliki musim

berbuah yang sama secara keseluruhan, ada yang berbuah di luar musim berbuah

biasanya.

(a) berbunga (b) berbuah

Gambar 8 Pohon kemiri sedang berbunga dan berbuah.

Pemanenan buah dilakukan dengan cara menunggu buah jatuh ke tanah.

Tidak ada kegiatan pengambilan buah secara sengaja, karena hal ini berhubungan

dengan tingkat kematangan buah yang akan diperoleh. Buah yang dipanen adalah

buah yang sudah jatuh ke tanah, kemudian dikumpulkan, dikupas dari daging

buah dan diangkut ke rumah. Pengangkutan kemiri sangat sulit dilakukan karena

berat dan jarak tempuh dari ladang ke rumah. Masyarakat mengatakan bahwa jika

membawa kemiri dengan cara menjujung di atas kepala seperti membawa batu.

Sehingga, saat ini dilakukan dengan menggunakan sepeda motor yang disebut

dengan sistem “langsir”. Pengangkutan bagi petani yang memiliki sepeda motor

Page 75: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

54

tidak ada masalah, tetapi bagi petani yang tidak memiliki sepeda motor, hal ini

menjadi biaya pengeluaran.

Sebelum kemiri dikupas, dilakukan penjemuran selama 3-4 hari bila cuaca

cerah atau 5-6 hari bila cuaca tidak cerah. Masyarakat umumnya menjual kemiri

yang dimilikinya dengan mengupas terlebih dahulu (biji kupasan) karena

berhubungan dengan harga jual yang lebih tinggi. Ada juga yang menjual kemiri

tanpa dikupas dengan alasan memenuhi kebutuhan mendesak seperti membeli

beras. Harga jual kemiri kupasan pada saat penelitian berkisar antara Rp22.000

sampai Rp25.200 per kg, sedangkan harga biji kemiri yang tidak dikupas adalah

Rp6.000 sampai Rp8.000 per tumba (1 tumba=2 liter).

(a) Kemiri di jemur (b) kemiri kering

(c) Pengupasan kemiri (d) Kemiri setelah dikupas

Gambar 9 Proses pengupasan kemiri.

Untuk melakukan pemasaran hasil, masyarakat tidak mengalami kesulitan

karena hampir di semua desa ada pembeli lokal (toke) dan ada juga pedagang

pengumpul yang datang dari luar desa. Harga di pasar dengan harga di rumah

Page 76: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

55

adalah sama. Karena itu, masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam pemasaran

dan tidak ada biaya yang keluar. Selain buah, kulit biji kemiri juga sudah laku

dijual dengan harga Rp10.000 sampai Rp13.000 per karung (ukuran karung urea).

Kulit biji kemiri mulai laku dijual sejak tahun 2009 yang digunakan untuk

industri-industri yang menggunakan pengering (dryer) dalam bentuk tungku yang

membutuhkan bahan baku kayu bakar. Sejak kesulitan dalam menemukan bahan

bakar kayu, banyak industri-industri yang beralih menggunakan kulit kemiri

karena bara api yang lebih tahan lama.

(a) Kulit kemiri (cangkang) (b) Pengangkutan kulit kemiri

Gambar 10 Pengangkutan kulit kemiri yang dijual ke industri di Medan.

Setelah melakukan rangkaian pengumpulan data primer, data sekunder dan

juga melakukan kunjungan lapangan, wawancara dan diskusi dengan masyarakat,

tokoh masyarakat dan pihak terkait, adapun hasil penelitian yang diperoleh untuk

menjawab tujuan penelitian dapat dilihat pada pembahasan berikutnya.

5.2 Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Mengelola Kemiri

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat mengelola

tanaman kemiri, dilakukan analisis dengan model regressi logistik. Adapun

variabel bebas yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi masyarakat untuk mengelola tanaman kemiri adalah umur petani

Page 77: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

56

(tahun), lama tinggal di desa (tahun), luas lahan yang dikelola (ha), pekerjaan

sampingan (ada atau tidak ada), status kepemilikan lahan (belum

bersertifikat/sudah bersertifikat), jumlah anak sekolah (orang), jumlah anggota

keluarga produktif (orang), jumlah tanggungan dalam keluarga (orang), jumlah

pendapatan per bulan (Rp/bulan), asal usul tanah (beli/warisan/garap sendiri),

kondisi jalan atau aksesibilitas ke ladang (mudah atau sulit), pekerjaan utama

(petani/non petani), pengalaman bertani (tahun), jarak dari rumah ke ladang

(meter), status lahan yang dipakai (sewa/milik), tingkat pendidikan sekolah (tidak

sekolah, SD/SR, SLTP, SMU, Sarjana) dan jumlah anak yang sekolah di luar

daerah (orang).

Tabel 23 Hasil estimasi menggunakan regressi logistic

Peubah B Sig Exp (B)

Konstanta -7,815 0,015 0,000

Umur petani (X1) 0,087 0,027* 1,091

Luas lahan (X3) 0,955 0,001* 2,600

Pendapatan per bulan (X9(3)) -2,315 0,040* 0,099

Asal usul tanah (X10(2)) 3,213 0,038* 24,843

Aksesibilitas ke ladang (X11(1)) -1,411 0,054**

0,244 Keterangan : *= signifikan pada taraf nyata 5%, **=signifikan pada taraf nyata 10%

Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani mengambil

keputusan untuk mengelola tanaman kemiri dapat dilihat pada Tabel 23. Hasil

analisis menunjukkan bahwa dari 17 faktor yang diduga mempengaruhi seorang

untuk mengelola tanaman kemiri, hanya 4 faktor yang signifikan pada taraf nyata

5%, yaitu umur petani, luas lahan, pendapatan per bulan dan asal usul tanah serta

1 faktor yang signifikan pada taraf nyata 10%, yaitu aksesibilitas ke ladang.

Adapun model regressi logistik yang diperoleh adalah

Ln(p/1-p) =-7,815+ 0,087 umur petani + 0,955 luas lahan - 2,315 pendapatan per

bulan + 3,213 asal usul tanah – 1,411 aksesibilitas ke ladang

Untuk menilai kelayakan model dalam memprediksi, digunakan uji Chi

Square Hosmer dan Lemshow. Adapun hipotesis yang digunakan adalah

Page 78: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

57

H0 = Tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi

yang diamati

H1 = Ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang

diamati

Hasil pengujian yang diperoleh adalah nilai Chi Square sebesar 3,679 dan

nilai Sig sebesar 0,885. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Sig lebih besar dari α

sebesar 0,1 sehingga kesimpulannya adalah menerima H0, artinya tidak ada

perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati

sehingga model regressi logistik bisa digunakan untuk analisis selanjutnya.

Untuk melihat keakuratan model regressi logistik, dapat dilihat dari

count-R2, Nagelkerke-R

2 dan Cox & Snell–R

2. Untuk mengetahui count-R

2 dapat

dilihat pada clasification table (Bock 1:Metode = Enter), dimana banyaknya

prediksi pengamatan yang benar sebanyak 101 dan jumlah pengamatan

keseluruhan 126 sehingga count-R2

= 101/126 = 0,802. Hal ini menunjukkan

bahwa keakuratan model regressi logistik dapat dikatakan tinggi sebesar 80,2%

dan model tersebut dapat digunakan untuk mengalokasikan responden yang

mengelola dan yang tidak mengelola kemiri. Nilai berdasarkan Nagelkerke-R2

mengindikasikan bahwa peluang mengelola kemiri dapat diterangkan oleh

variabel umur, luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul lahan dan aksesibilitas

ke ladang sebesar 54.4% sedangkan menurut Cox & Snell-R2 sebesar 40.8%.

Berikut ini adalah analisis faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat

mengelola kemiri, yaitu umur petani, luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul

tanah dan aksesibilitas ke ladang.

a. Faktor umur petani

Umur merupakan faktor yang mempengaruhi kekuatan fisik, cara

berpikir dan bertindak seseorang. Seorang petani yang berumur muda akan

mempunyai tubuh atau fisik yang kuat dan cenderung mudah menerima dan

mempraktekkan teknik baru dalam bertani. Pada kondisi ini, seorang petani

muda akan lebih memilih jenis tanaman yang cepat menghasilkan walaupun

membutuhkan waktu dan tenaga yang besar untuk mengelolanya. Ichwandi

(2001) menyebutkan bahwa usia produktif menunjukkan tersedianya sumber

Page 79: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

58

tenaga kerja yang baik, karena umur produktif akan lebih mudah menerima

perubahan, ide-ide dan inovasi.

Sementara itu, seorang petani yang sudah berumur tua, mempunyai

pengalaman lebih banyak, lebih matang, tetapi memiliki kekuatan fisik yang

cenderung menurun dan lebih berani mempraktekkan teknik bertani yang

lama yang sudah pernah dialami sebelumnya. Akibatnya, petani yang

berumur tua cenderung menanam tanaman yang tidak memerlukan intensitas

tinggi ke ladang tetapi tetap dapat memberikan hasil yang dapat diperoleh

setiap saat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hasil analisis menunjukkan bahwa umur petani mempunyai nilai

koefisien positif dengan nilai odd ratio 1,091. Setiap penambahan 1 tahun

umur responden, peluang seseorang untuk mengelola kemiri adalah 1,091

kalinya dibanding peluang seseorang tidak mengelola kemiri, ceteris paribus.

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa kelompok umur petani kemiri lebih

banyak di atas 50 tahun yaitu 41 responden (65,08%) dibandingkan

kelompok umur petani non kemiri yaitu 20 responden (31,75%). Hal ini

menunjukkan bahwa petani yang menanam serta mempertahankan mengelola

kemiri adalah yang sudah memasuki usia tua atau sudah mulai tidak

produktif.

Hardono dan Saliem (2006) dalam penelitiannya tentang peluang

masyarakat melakukan diversifikasi usaha, menyebutkan bahwa semakin tua

umur KK kecenderungan melakukan diversifikasi usaha semakin berkurang.

Hal ini disebutnya wajar karena mengingat dalam melakukan diversifikasi

usaha membutuhkan dukungan kondisi jasmani yang sehat, sehingga

diversifikasi usaha pada rumah tangga yang KK-nya masih produktif

cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga dengan KK yang

sudah tidak produktif.

Jika hal ini dihubungkan dengan peluang menanam dan mengelola

kemiri, seseorang yang semakin tua umurnya maka kemampuan fisiknya

akan berkurang (sudah mulai tidak produktif) akan lebih berpeluang

menanam dan mengelola kemiri, karena tidak memerlukan waktu dan tenaga

yang besar dalam pengelolaannya.

Page 80: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

59

b. Faktor luas lahan

Luas lahan yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi jenis

usaha yang akan dilakukannya pada lahan tersebut. Semakin luas lahan yang

dimiliki oleh seseorang, maka ada kemungkinan untuk menanam lebih dari

satu jenis tanaman. Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa responden petani

kemiri memiliki luas lahan yang cukup besar. Terdapat 41 responden

(65,01%) petani kemiri memiliki luas lahan di atas 2 ha, sedangkan 41

responden (65,01%) petani non kemiri memiliki luas lahan rata-rata di bawah

2 ha. Rata-rata luas kepemilikan lahan petani non kemiri adalah 1,54 ha,

lebih kecil dibanding dengan rata-rata luas kepemilikan lahan petani kemiri

yaitu 2,67 ha. Hasil ini menunjukkan bahwa pemilik lahan yang luas akan

cenderung menanam jenis tanaman kemiri disamping jenis tanaman lain

seperti pola agroforestry atau tanaman campuran. Alasan lain, mengapa

pemilik lahan yang lebih luas menanam kemiri adalah karena sebagian besar

responden yang diwawancarai adalah petani yang memiliki lahan pada

daerah yang curam sampai terjal dengan tingkat kelerengan di atas 250,

dimana lahan ini umumnya tidak cocok untuk ditanami tanaman pertanian.

Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa luas lahan berpengaruh

nyata terhadap pengambilan keputusan untuk mengelola kemiri dengan nilai

koefisien positif dan dengan nilai odd ratio 2,600. Setiap peningkatan luas

lahan 1 hektar, peluang seseorang untuk mengelola kemiri adalah 2,600

kalinya dibanding peluang seseorang tidak menanam kemiri, ceteris paribus.

Sumaryanto (2006) dalam penelitiannya tentang faktor yang

mempengaruhi keputusan melakukan diversifikasi, menyebutkan bahwa

faktor luas lahan tidak berpengaruh nyata dalam menjelaskan diversifikasi

usahatani, artinya rata-rata luas kepemilikan lahan tidak menjadi kendala

dalam melakukan diversifikasi usahatani. Hasil ini berbeda dengan hasil

analisis di atas yang menyebutkan bahwa luas lahan signifikan dalam

menjelaskan peluang untuk mengelola kemiri, ini terjadi karena masyarakat

yang menanam dan mengelola kemiri pada lahan miliknya adalah masyarakat

yang memiliki lahan pada kondisi topografi yang curam dan terjal.

Masyarakat mengatakan bahwa tidak memiliki pilihan lain selain menanam

Page 81: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

60

kemiri karena hanya kemiri yang bisa ditanam dan dapat mendatangkan

penghasilan bagi mereka. Apabila menanam tanaman pertanian, biaya usaha

besar, bahaya erosi dan longsor serta resiko tanaman dimakan oleh hama

(monyet dan babi hutan). Jika kondisi lapangan datar, ada kemungkinan

masyarakat bisa beralih menanam tanaman lain yang dapat mendatangkan

penghasilan besar.

c. Faktor pendapatan per bulan

Besar kecilnya pendapatan petani mempengaruhi keputusan apa yang

akan dikerjakan dan jenis usaha yang akan dilakukannya pada sebidang lahan

yang dimilikinya. Bila pendapatan petani cukup besar, kemungkinan petani

tersebut akan memilih menanam tanaman yang mendatangkan hasil yang

banyak walaupun dengan resiko harus mengeluarkan modal yang cukup

besar. Andayani (2002) menyebutkan, pemilik lahan yang berlatar belakang

sosial ekonominya cukup mampu akan memilih jenis usaha yang memiliki

nilai komersial tinggi pada lahan miliknya dan pada pemilik lahan yang

kurang mampu, pemilihan jenis terkendala oleh faktor ekonomi tersebut.

Pada faktor ini, pendapatan petani per bulan dikategorikan menjadi 4

kelompok, yaitu: pendapatan rendah, pendapatan sedang, pendapatan tinggi

dan pendapatan sangat tinggi. Pengelompokkan data dilakukan untuk

memudahkan analisis data yang akan diolah. Bila angka pendapatan

digunakan secara langsung, akan menimbulkan kesenjangan (gap) pada hasil

yang diperoleh karena angka yang digunakan sangat besar.

Dari hasil pengolahan data diperoleh, petani dengan pendapatan per

bulan sangat tinggi berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan

untuk menanam kemiri dengan nilai odd ratio 0,099, tetapi memiliki nilai

koefisien yang negatif. Peluang seseorang yang memiliki pendapatan sangat

tinggi untuk mengelola kemiri adalah 0,099 kalinya dibanding dari seseorang

yang pendapatannya rendah, atau peluang seseorang yang berpendapatan

rendah untuk mengelola kemiri adalah 10,10 (1/0,099) kalinya dibanding dari

seseorang yang berpendapatan sangat tinggi, ceteris paribus. Hasil akhir ini

menunjukkan bahwa petani dengan penghasilan yang rendah akan cenderung

lebih memilih menanam kemiri, ini terjadi karena berhubungan dengan

Page 82: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

61

modal usaha yang tidak besar dalam mengelolanya, khususnya dalam

kegiatan penanaman dan pemeliharannya. Hal ini didukung oleh Andayani

(2002) yang menyebutkan bahwa pemilihan jenis usaha pada sebidang lahan

akan terkendala oleh faktor ekonomi. Hardjanto (2003) menyebutkan bahwa

pemilik kayu rakyat (yang mengusahakan hutan rakyat) umumnya adalah

petani miskin dengan modal yang sangat terbatas, karena biaya pengelolaan

kayu rakyat hampir tidak ada dan tenaga kerja yang digunakan untuk

pemeliharaan kayu rakyat dapat dikerjakan oleh anggota keluarga. Suharjito

(2002) menyebutkan salah satu alasan mengapa masyarakat memilih

menanam jenis tertentu pada kebun talun adalah mudah memelihara. Hal ini

merujuk pada orientasi hemat input produksi (tenaga kerja, pupuk dan obat-

obatan) dan pengelolaannya kurang intensif.

Hasil dari analisis yang diperoleh berbeda dengan hasil penelitian

Hardono dan Saliem (2006) dan penelitian Fatmawati (2011). Hardono dan

Saliem (2006) dalam penelitiannya tentang diversifikasi pendapatan rumah

tangga menyebutkan bahwa peluang diversifikasi usaha lebih tinggi pada

rumah tangga yang sumber pendapatannya terbatas, akibatnya diversifikasi

usaha menjadi suatu kebutuhan atau suatu strategi mempertahankan

kesejahteraan (livelihood strategy) hidupnya.

Fatmawati (2011) juga menyebutkan bahwa faktor pendapatan yang

semakin tinggi akan memberi peluang yang lebih besar kepada masyarakat

untuk memiliki (menanam) cendana. Hal ini disebabkan karena pendapatan

dari cendana sangat besar dan berhubungan dengan biaya pemeliharaan yang

intensif dan modal usaha untuk menanam cendana.

Kedua hasil penelitian di atas berbeda dengan hasil yang diperoleh dari

pengolahan data, karena peluang menanam kemiri lebih besar pada seseorang

yang berpenghasilan lebih rendah. Seseorang yang berpenghasilan rendah

akan berjuang mendapatkan penghasilan yang lebih besar dengan menanam

tanaman yang lebih mudah dikelola, lebih cepat mendatangkan penghasilan

dan tidak memerlukan modal yang tinggi. Tetapi, dalam hal ini masyarakat

dengan penghasilan lebih rendah lebih memilih menanam kemiri karena

petani berpenghasilan rendah sudah merasakan manfaat dari tanaman kemiri

Page 83: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

62

sehingga cenderung lebih memilih untuk tetap mempertahankannya daripada

mengganti tanaman lain yang belum tentu mendapatkan keuntungan yang

besar dan lebih berpeluang untuk mencari penghasilan sampingan dari

sumber lain karena tanaman kemiri tidak memerlukan pengelolaan yang

intensif. Sehingga alasan mengapa masyarakat yang berpendapatan rendah

menanam kemiri adalah karena biaya usaha yang tidak besar.

d. Faktor asal usul tanah

Ichwandi (2001) menyebutkan hak kepemilikan lahan di Kabupaten

Maros diperoleh melalui jalur warisan, pembelian dan membuka lahan

sendiri. Hal ini juga berlangsung di Kecamatan Tanah Pinem. Asal usul

kepemilikan lahan biasanya berhubungan dengan jenis tanaman apa yang

sebelumnya dikelola pada lahan tersebut. Seseorang yang membeli lahan,

akan mengambil keputusan untuk tetap mempertahankan tanaman yang ada

diatasnya atau mengganti dengan jenis tanaman baru. Bila warisan, maka

biasanya akan mempertahankan jenis tanaman yang ada. Suharjito (2002)

menyebutkan bahwa salah satu alasan masyarakat Desa Buniwangi-

Sukabumi memilih jenis tanaman yang diusahakan pada kebun talun adalah

warisan dari orang tua. Hal yang sama juga terjadi pada pewarisan repong

damar di Pesisir Krui-Lampung (Wijayanto 2002).

Sedangkan bila tanah tersebut berasal dari hasil garapan, apalagi lahan

tersebut adalah kawasan hutan, maka jenis tanaman yang akan ditanam

adalah jenis tanaman yang mendatangkan manfaat bagi petani yang

bersangkutan dan jenis yang dipilih berdasarkan jenis tanaman yang ada

disekitarnya. Jenis tanaman yang dipilih biasanya adalah jenis tanaman keras

yang menghasilkan, memiliki daya tahan yang cukup tinggi, tidak dimakan

hama seperti monyet ataupun babi hutan. Beberapa responden yang

membuka hutan menyatakan bahwa mereka lebih memilih jenis tanaman

kayu-kayuan karena bisa ditinggal dalam waktu lama.

Hasil analisis menunjukkan bahwa asal usul lahan mempunyai nilai

koefisien positif dengan nilai odd rasio 24,843. Peluang seseorang yang

memiliki lahan hasil garapan sendiri dari lahan hutan untuk mengelola kemiri

adalah 24,843 kalinya dari seseorang yang memiliki lahan dari hasil

Page 84: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

63

membeli, ceteris paribus. Kecenderungan orang yang membuka hutan untuk

digarap sendiri akan memilih menanam dan mengelola kemiri dibanding

dengan orang yang membeli lahan ataupun yang memperolehnya dari

warisan.

Yusran (2005) menyebutkan bahwa status lahan kemiri yang dikelola

masyarakat di Kawasan Pegunungan Bulusaruang terdiri dari tanah milik,

tanah negara dan hutan negara, yang akan berpengaruh pada performansi

hutan kemiri rakyat. Semakin kuat status lahan yang dikelola maka semakin

intensif pengelolaannya dan menjamin kelestariannya. Sementara di

Kecamatan Tanah Pinem, pengelolaan lahan kemiri belum secara intensif,

khususnya pada lahan hutan karena berhubungan dengan status lahan yang

berhubungan dengan tingkat resiko kerugian yang akan dihadapi bila

sewaktu-waktu ada larangan memasuki kawasan hutan.

e. Faktor aksesibilitas ke ladang

Tingkat kesulitan ataupun kemudahan menjangkau suatu ladang, akan

mempengaruhi jenis tanaman apa yang akan ditanam. Semakin dekat ladang

dan semakin mudah menjangkaunya dengan sarana transportasi seperti

sepeda motor, maka jenis tanaman yang akan ditanam adalah jenis tanaman

yang cepat mendatangkan hasil, sedangkan semakin jauh ladangnya dan

semakin sulit menjangkaunya dengan sarana transportasi maka akan lebih

memilih menanam jenis tanaman tahunan. Keputusan menanam jenis

tanaman pertanian atau tanaman tahunan sangat berhubungan dengan jarak

tempuh dan tingkat kesulitan menjangkaunya. Hal ini berhubungan dengan

intensitas seseorang pergi ke ladang dan tingkat kemudahan dalam

pengangkutan sarana dan prasarana produksi serta hasil.

Hasil analisis menunjukkan bahwa aksesibilitas ke ladang mempunyai

nilai koefisien negatif dengan nilai odd ratio 0,244. Peluang seseorang untuk

mengelola kemiri pada lahan yang memiliki aksesibilitas ke ladang lebih

mudah adalah sebesar 0,244 kalinya dibanding dari seseorang yang memiliki

aksesibilitas ke ladang sulit, atau peluang seseorang untuk mengelola kemiri

pada lahan yang memiliki aksesibilitas ke ladang sulit adalah 4,09 (1/0,244)

kali daripada yang memiliki aksesibilitas ke ladang mudah, ceteris paribus.

Page 85: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

64

Dari kelima faktor yang signifikan mempengaruhi petani mengelola kemiri,

faktor yang paling besar memberi pengaruh adalah asal usul tanah khususnya

tanah yang berasal dari lahan garapan karena memiliki nilai koefisien yang besar

(3,213) yang menyebabkan nilai odd ratio juga besar (24,843). Semua masyarakat

yang memiliki lahan hasil garapan dari hutan memilih jenis kemiri sebagai

tanaman yang ditanam karena dapat memberikan pendapatan bagi petani. Hiola

(2011) menyebutkan bahwa status penguasaan lahan akan mempengaruhi

masyarakat untuk menanam jenis tanaman tertentu pada lahan miliknya. Jenis

kemiri merupakan jenis tanaman yang banyak ditanam masyarakat pada kawasan

hutan (tanah negara) karena menanam kemiri pada tanah negara tidak menjadi

ancaman bagi petani. Pemilihan jenis tanaman yang ditanam pada lahan milik

akan dipengaruhi oleh adanya rasa aman untuk menanam dan mendapatkan hasil

dari tanaman tersebut tanpa ada rasa takut atau ancaman jika sewaktu-waktu ada

peraturan dari pemerintah yang berhubungan dengan status lahan yang belum

jelas (khususnya pada kawasan hutan).

Faktor yang berpengaruh kepada petani untuk mengelola kemiri pada

urutan kedua adalah pendapatan petani perbulan khususnya petani yang memiliki

pendapatan perbulan yang rendah (<1,5 juta per bulan). Hal ini terjadi karena

petani dengan pendapatan yang rendah akan memiliki keterbatasan modal dalam

mengembangkan usaha yang akan dilakukannya. Faktor ketiga yang berpengaruh

adalah faktor aksesibilitas ke ladang yang sulit dijangkau, intensitas kunjungan

dan ancaman bahaya serangan hama (monyet dan babi hutan) akan berkurang bila

menanam jenis tanaman keras seperti jenis kayu-kayuan.

Faktor keempat yang berpengaruh adalah luas kepemilikan lahan yang

masih cukup lebar. Umumnya masyarakat yang mengelola kemiri adalah

masyarakat yang memiliki lahan yang berada pada lahan-lahan miring dengan

luas lahan yang cukup lebar. Pilihan menanam kemiri menjadi pilihan yang utama

karena cocok ditanam pada lahan miring, hasilnya dapat dijual secara

berkelanjutan dan menjadi sumber pendapatan bagi petani. Bila beralih menanam

tanaman lain (pertanian), akan memerlukan biaya usaha yang besar dan adanya

resiko yang terjadi seperti erosi dan tanah longsor.

Page 86: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

65

Faktor yang mempengaruhi petani mengelola kemiri dengan nilai yang

lebih kecil adalah faktor umur petani. Walaupun faktor umur petani memiliki

nilai odd ratio yang kecil tetapi faktor ini menjadi alasan beberapa petani yang

sudah mulai kurang produktif untuk memilih menanam serta mempertahankan

tanaman kemiri pada lahan miliknya karena kekuatan petani dalam mengelola

lahan sudah mulai berkurang sehingga pengelolaannyapun nantinya akan menjadi

tidak intensif dan disisi lain ada jaminan pendapatan yang masih dapat diperoleh

dari tanaman tersebut secara berkelanjutan.

Faktor-faktor yang tidak berpengaruh dalam menjelaskan peluang

masyarakat menanam kemiri adalah lama tinggal di desa, pekerjaan utama dan

sampingan, status kepemilikan lahan, jumlah anak sekolah di desa dan di luar

daerah, jumlah anggota keluarga produktif, jumlah tanggungan dalam keluarga,

pengalaman bertani, jarak dari rumah ke ladang, status lahan yang dipakai dan

tingkat pendidikan. Berikut ini adalah penjelasan mengapa faktor-faktor tersebut

di atas tidak berpengaruh.

a. Lama tinggal di desa

Faktor lama tinggal di desa akan berpengaruh pada pengalaman

seseorang dalam menganalisa berbagai jenis tanaman yang berkembang

dalam lingkungan masyarakat sekitarnya. Pola perubahan penggunaan lahan

dan besar kecilnya produktivitas yang diperoleh akan mempengaruhi

seseorang untuk memilih menanam jenis tanaman tertentu. Pada masa

kejayaan kemiri, kemiri merupakan sumber penghasilan utama masyarakat

dan tanaman kemiri hampir ditanam semua masyarakat. Tetapi, pada saat

hasil dan produksi menurun, maka ada keinginan beralih pada jenis tanaman

lain yang bisa menjadi andalan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Peralihan

ini terjadi karena berbagai alasan, salah satunya adalah pengalaman

masyarakat lain disekitarnya yang sudah menanam cokelat dan jagung.

Sekitar tahun 2005, masyarakat pelahan-lahan mulai menebang kemiri dan

beralih menanam tanaman cokelat dan jagung.

b. Pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan

Faktor ini berhubungan dengan kesempatan melakukan kegiatan pada

lahan miliknya. Seseorang yang memiliki pekerjaan utama bukan petani akan

Page 87: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

66

berpeluang lebih besar menanam kemiri karena waktu yang dimilikinya akan

lebih banyak dalam pekerjaan utamanya. Responden yang memiliki

pekerjaan utama bukan petani, akan cenderung mempekerjaan orang lain

untuk mengelola lahan miliknya. Sementara seseorang petani yang memiliki

pekerjaan sampingan, kemungkinan memberi peluang menanam kemiri juga

semakin besar, seperti pedagang, sopir dan buruh bangunan. Ternyata, hasil

pengolahan data menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki pekerjaan

utama sebagai petani dan ada atau tidaknya pekerjaan sampingan tidak

berpengaruh nyata dalam menentukan keputusan untuk menanam kemiri.

c. Status kepemilikan lahan

Status lahan bersertifikat dan belum bersertifikat tidak berpengaruh

dalam mendorong masyarakat untuk menanam kemiri. Hal ini menunjukkan

bahwa kepemilikan sertifikat tidak akan mempengaruhi seseorang untuk

menanam atau tidak menanam kemiri. Petani kemiri yang tidak memiliki

sertifikat 85,71% dan petani non kemiri yang tidak bersertifikat 66,67%. Ini

menunjukkan bahwa apapun status lahan, masyarakat bebas menentukan

untuk menanam kemiri dan non kemiri. Faktor status lahan milik atau lahan

sewa juga tidak berpengaruh dalam menjelaskan peluang menanam kemiri.

Adanya masyarakat yang menyewakan lahan yang ditanami kemiri

menunjukkan bahwa jenis tanaman apapun yang ada pada sebidang lahan

tidak mempengaruhi seseorang untuk menyewa lahan sepanjang usaha

tersebut memberikan pendapatan bagi penyewa. Masyarakat yang menyewa

kemiri hanya bersifat memungut hasil, menjaga dan tidak untuk mengganti

tanaman kemiri. Hal ini didukung dengan penelitian Sumaryanto (2006)

bahwa sikap petani pemilik dan penyewa tidak berbeda dalam menentukan

pola tanaman pada lahan miliknya. Hal ini menunjukkan bahwa faktor status

kepemilikan lahan dan penguasaan lahan tidak mempengaruhi masyarakat

untuk menanam kemiri.

d. Jumlah anggota keluarga

Hal ini berhubungan dengan jumlah anak sekolah, jumlah anggota

keluarga produktif dan jumlah anak sekolah di luar daerah. Dalam melakukan

usaha tani, idealnya semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak

Page 88: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

67

tenaga kerja yang berperan dalam kegiatan usaha taninya. Ternyata pada

hasil pengolahan data menunjukkan bahwa besar kecilnya jumlah anggota

keluarga tidak berpengaruh dalam menentukan untuk menanam kemiri pada

lahan milik masyarakat. Jumlah anggota keluarga yang besar belum tentu

keseluruhannya berperan dalam melakukan kegiatan pertanian. Ini terjadi

karena anggota keluarga terdiri dari anak-anak yang masih bersekolah, ada

anggota keluarga yang bersekolah di luar daerah dan ada tanggungan yang

sudah berusia lanjut (tidak produktif). Hal ini berbeda dengan Sumaryanto

(2006) yang menyebutkan bahwa jumlah anggota keluarga akan berperan

dalam melakukan diversifikasi usaha. Perbedaan ini bisa terjadi karena usaha

tanaman pertanian memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak

karena pengelolaannya yang lebih intensif sedangkan dalam mengelola

tanaman kemiri kurang intensif.

e. Pengalaman bertani

Pada hasil pengolahan data diketahui bahwa pengalaman bertani

responden tidak berpengaruh dalam memilih untuk mengelola kemiri.

Ichwandi (2001) menyebutkan bahwa pengalaman dalam usaha tani dapat

menunjukkan tersedianya tenaga kerja yang telah mempunyai keterampilan

awal yang cukup memadai. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian

karena adanya berbagai latar belakang yang dialami oleh petani kemiri,

seperti harga kemiri yang tidak mendukung, perolehan hasil yang semakin

berkurang, masalah hama dan penyakit, pengangkutan yang sulit serta

pengolahan hasil (pengupasan). Latar belakang inilah yang menjadi salah

satu kendala dalam pengembangan tanaman kemiri pada lahan milik.

Akibatnya, beberapa petani mulai melakukan konversi lahan menjadi lahan

pertanian, baik pada lahan datar maupun pada lahan yang miring.

f. Jarak dari rumah ke ladang

Untuk menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam pada lahan

masyarakat, dipengaruhi oleh jarak dari rumah ke ladang. Jenis tanaman

kayu-kayuan akan lebih cenderung ditanam masyarakat pada lahan miliknya

yang jaraknya sangat jauh dari rumah karena berhubungan dengan intensitas

kunjungan yang lebih sedikit dan dapat ditinggalkan dalam waktu yang lama.

Page 89: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

68

Tetapi pada penelitian ini, faktor jarak dari rumah ke ladang tidak

berpengaruh pada peluang untuk menanam kemiri. Penyebabnya adalah

karena hampir sebagian besar lahan masyarakat berada pada kondisi

topografi yang curam dan terjal dan berada disekitar lingkungan masyarakat.

Tanaman kemiri yang ditanam pada lahan yang jauh adalah lahan-lahan hasil

garapan yang merupakan lahan hutan yang jaraknya cukup jauh dari rumah

masyarakat.

Hasil berbeda dengan penelitian Fatmawati (2011) yang menyebutkan

bahwa jarak akan mempengaruhi peluang masyarakat menanam cendana.

Semakin dekat jarak dari rumah, peluang menanam cendana akan semakin

besar, karena menanam cendana dekat rumah akan lebih aman dari

pencurian, bahaya kebakaran, pengembalaan liar dan penebangan illegal.

Untuk menanam jenis tanaman kayu komersil yang memiliki nilai jual tinggi

memang lebih baik ditanam pada lahan yang dekat dengan rumah penduduk.

g. Tingkat pendidikan sekolah

Pendidikan akan mempengaruhi pengambilan keputusan petani. Hasil

pengolahan data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak

mempengaruhi masyarakat menanam kemiri. Hal ini didukung oleh

Sumaryanto (2006) yang menyebutkan bahwa faktor pendidikan tidak

mempengaruhi petani melakukan diversifikasi usaha. Hardjanto (2003)

menyebutkan bahwa tingkat pendidikan petani umumnya sangat terbatas

(rendah), yang berdampak pada keterbatasan pengetahuan. Akibatnya untuk

memulai suatu yang baru akan memakan waktu yang lama, seperti

penggunaan teknologi pertanian.

Silamon (2011) menyatakan bahwa tingkat pendidikan memiliki

kecenderungan hubungan berbanding terbalik dengan keputusan

mengusahakan hutan rakyat, dimana semakin tinggi pendidikan maka

semakin kecil peluang untuk mengusahakan hutan rakyat atau petani dengan

pendidikan yang semakin rendah akan semakin besar peluangnya untuk

mengusahakan hutan rakyat. Pada akhirnya, faktor pendidikan yang rendah

menyebabkan petani memilih menanam jenis tanaman yang tidak intensif

karena dilatarbelakangi oleh pengetahuan yang terbatas.

Page 90: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

69

Hasil analisis faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi masyarakat

mengelola kemiri menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan kegiatan hutan rakyat

dengan jenis tanaman kemiri yaitu pada lahan masyarakat yang diperoleh dari

membuka hutan, pendapatan masyarakat khususnya pada masyarakat yang

berpenghasilan rendah, lahan-lahan masyarakat yang sulit dijangkau, luas

kepemilikan lahan khususnya pada masyarakat yang memiliki lahan yang berada

pada lahan miring (curam dan terjal) dan kelompok masyarakat yang kurang

produktif.

5.3 Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Kemiri Rakyat

Untuk melakukan analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri diketahui dari

aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Aspek yang digunakan dalam analisis ini

merupakan kombinasi yang sudah dimodifikasi sesuai kebutuhan analisis

keberlanjutan pengelolaan untuk jenis tanaman hasil hutan bukan kayu

berdasarkan pendekatan indikator LEI (2001), Davis et al. (2001) dan Dephut et

al. (1997). Selanjutnya adalah hasil penilaian terhadap masing-masing indikator.

5.3.1 Aspek Ekologi

Hasil penilaian setiap indikator dari aspek ekologi adalah yang bernilai Baik

sebanyak 3 (30%); yang bernilai Cukup sebanyak 7 (70%); dan yang bernilai

Jelek tidak ada. Adapun penjelasan setiap indikator adalah sebagai berikut:

Tabel 24 Hasil penilaian aspek ekologi pada pengelolaan tanaman kemiri No Indikator Penilaian Keterangan

1 Erosi B

2 Produksi lahan C

3 Karakteristik air B

4 Kualitas air C

5 Cara mengambil manfaat B

6 Pengendalian hama dan penyakit C

7 Adanya gangguan (kebakaran, hama & penyakit, banjir,

tanah longsor, dll)

C

8 Struktur tegakan C

9 Penutupan lahan C

10 Konservasi tanah C Keterangan : B= Baik, C= Cukup

Page 91: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

70

1 Erosi tanah

Erosi adalah peristiwa terangkutnya partikel tanah oleh air ke tempat yang

lebih rendah. Peristiwa erosi merupakan hal alami yang tidak dapat dihindarkan

dan erosi alami tidak akan menimbulkan kerusakan. Erosi yang menimbulkan

kerusakan adalah erosi yang mengangkut partikel tanah dalam jumlah yang sangat

besar dan menyebabkan terkikisnya lapisan solum tanah, yang pada akhirnya

menimbulkan lahan kritis. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi

adalah iklim (curah hujan), topografi, pola penggunaan lahan, jenis tanah dan

kegiatan/aktivitas manusia.

Hutan rakyat adalah salah satu pola yang dapat diadopsi untuk mengatasi

erosi, seperti hutan rakyat pola agroforestry. Mahendra (2009) menyebutkan

bahwa dengan sistem agroforestry memungkinkan terciptanya multi strata tajuk.

Pohon yang dominan akan menempati tajuk paling atas dan tanaman pangan akan

menempati strata paling bawah.Akar pohon akan berfungsi sebagai spon pengikat

air, dapat mengurangi laju infiltrasi dan tajuk dapat mengurangi kerusakan akibat

air hujan. Penerapan sistem agroforestry akan meningkatkan konservasi tanah

dan air suatu lahan. Haryadi (2006) menyebutkan, hutan rakyat pola campuran

berperan dalam mencegah terjadinya erosi karena (1) kerapatan lapisan tajuk, (2)

perakaran tanaman yang kuat dan (3) adanya kegiatan pengelolaan lahan.

Peran hutan rakyat sengon dengan sistem agroforestry telah membuat

masyarakat Desa Pecekelan sadar akan keberadaan hutan rakyat yang dapat

memberikan keamanan lingkungan seperti dari aspek konservasi tanah, yaitu

berkurangnya tanah longsor oleh run off (Rahayu dan Awang 2003). Tentu hal ini

berkaitan dengan tingkat erosi yang dihasilkan hutan rakyat adalah kecil.

Lapisan tanah yang ditumbuhi oleh tanaman keras akan berperan dalam

mencegah terjadinya erosi. Suripin (2004) menyatakan hutan yang terpelihara

dengan baik yang dikombinasikan dengan tanaman penutup tanah (rumput, perdu,

semak dan belukar) merupakan pelindung tanah yang ideal dalam mencegah

terjadinya erosi. Pengaruh vegetasi dalam memperkecil laju erosi adalah (1)

vegetasi mampu menangkap (intersepsi) butir air hujan sehingga energi

kinetiknya terserap oleh tanaman dan tidak menghantam langsung pada tanah; (2)

tanaman penutup mengurangi energi aliran, meningkatkan kekasaran sehingga

Page 92: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

71

mengurangi kecepatan aliran permukaan; (3) perakaran tanaman meningkatkan

stabilitas tanah dengan meningkatkan kekuatan tanah, granularitas dan porositas;

(4) aktivitas biologi yang berkaitan dengan pertumbuhan tanaman memberikan

dampak positif pada porositas tanah; dan (5) tanaman mendorong transpirasi air

sehingga lapisan tanah atas menjadi kering dan memadatkan lapisan bawahnya.

Kecamatan Tanah Pinem adalah kecamatan yang berada di daerah yang

cukup berbukit dengan kondisi topografi seperti pada Tabel 10, dengan curah

hujan yang cukup tinggi serta kegiatan masyarakat yang umumnya bertani dengan

pola penggunaan lahan seperti ladang/huma, kebun/tegalan dan perkebunan.

Dengan kondisi di atas, maka segala bentuk aktifitas masyarakat dalam

pengelolaan lahan akan berdampak terhadap terjadinya erosi.

Dari hasil perhitungan prediksi erosi tanah di Kecamatan Tanah Pinem

dengan menggunakan pendekatan dari Universal Soil Loss Equation (USLE)

yaitu memprediksi laju erosi rata-rata lahan pada suatu kemiringan lahan dengan

pola hujan tertentu untuk setiap jenis tanah dan penerapan pengelolaan lahan,

diperoleh data seperti Tabel 25. Tingkat bahaya erosi pada lokasi penelitian

berada pada kategori ringan sampai sedang. Hal ini dapat dipengaruhi dari

keberadaan hutan yang ada di daerah bertopografi bergelombang sampai terjal,

sehingga ada pelindung tanah yang bersifat mencegah terjadinya erosi tanah. Data

ini menunjukkan bahwa kondisi lahan masih cukup baik.

Tabel 25 Prediksi tingkat bahaya erosi potensial di Kecamatan Tanah Pinem

No Tingkat bahaya erosi aktual

(ton/ha/tahun)

Luas

(ha)

Persentase

(%)

1 Bahaya erosi I (< 15 ton/ha/tahun) 10.050,65 22,87

2 Bahaya erosi II (16 – 60 ton/ha/tahun) 32.061,46 72,97

3 Bahaya erosi III (60 – 180 ton/ha/tahun) 57,38 0,13

4 Bahaya erosi IV (180-480 ton/ha/tahun) - -

5 Bahaya erosi V (>480 ton/ha/tahun) - -

6 Tidak ada data 1.770,51 4,03

Jumlah 43.940,00 100 Sumber : BPKH Wilayah 1 Medan (2001)

Keberadaan tanaman kemiri, pada lahan-lahan yang bertopografi

bergelombang sampai terjal di Kecamatan Tanah Pinem akan berperan dalam

menjaga tanah agar terhindar dari erosi dan tanah longsor. Pada lahan-lahan yang

Page 93: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

72

ditanami tanaman kemiri, tampak bahwa lapisan permukaan tanah dalam kondisi

ditumbuhi tumbuhan bawah yang berperan dalam mencegah terjadinya erosi.

Pada lahan-lahan yang ditanami tanaman kemiri tidak ada dijumpai penipisan

lapisan tanah karena tajuk yang lebat dan lebar serta tumbuhan bawah yang

tumbuh rapat berperan melindungi tanah dari pengaruh tumbukan air hujan

sehingga tidak menimbulkan erosi. Lain halnya pada lahan-lahan yang ditumbuhi

oleh tanaman pertanian berdaur pendek seperti tanaman jagung, tampak adanya

erosi alur yang membentuk parit-parit kecil tempat berlalunya air yang

mengangkut partikel tanah. Hal ini terjadi karena tidak adanya perlindungan

terhadap permukaan tanah pada saat hujan turun.

Gambar 11 Tumbuhan bawah pada tegakan kemiri berperan dalam mencegah

terjadinya erosi.

2 Produktivitas lahan

Produktivitas lahan untuk jenis tanaman kemiri yang ada di Kecamatan

Tanah Pinem selama 10 (sepuluh) tahun terakhir disajikan pada Gambar 12.

Tampak pada gambar bahwa produktivitas kemiri naik turun seiring dengan naik

turunnya luas tanaman kemiri. Produksi kemiri dipengaruhi oleh umur tanaman,

yang rata-rata tanaman sudah termasuk pada kategori tidak produktif dan kondisi

kesehatan tanaman.

Page 94: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

73

Sumber : Kecamatan Tanah Pinem (2001-2010)

Gambar 12 Luas dan produktivitas kemiri selama 10 tahun terakhir.

Untuk perbandingan, pada Tabel 26 dapat dilihat produktivitas empat jenis

komoditi utama di Kecamatan Tanah Pinem seperti jagung, padi ladang, cokelat

dan kemiri sejak tahun 2005 sampai tahun 2009. Produktivitas untuk ke-4

komoditas setiap tahunnya adalah meningkat, walaupun pada tahun tertentu ada

yang menurun. Informasi dari kecamatan, rata-rata produktivitas jagung masih

sangat rendah yaitu berkisar 6-7 ton/ha. Bila dilakukan pengelolaan lahan yang

intensif, maka dapat mencapai hasil yang cukup tinggi yaitu 8–10 ton/ha.

Produktivitas kemiri masih cukup besar yaitu antara 0,50 sampai 0,77 ton/ha jika

dibandingkan dengan produktivitas kemiri untuk tingkat Indonesia pada tahun

2007 adalah 0,797 ton/ha. Produktivitas tanaman kemiri dari sampel yang diambil

rata-ratanya adalah 583,33 kg/ha/tahun, mendekati rata-rata produksi kemiri di

Indonesia sebesar 0,5 ton/ha/tahun (Paimin 1994).

Tabel 26 Produktivitas 4 jenis komoditi utama tahun 2005 sampai tahun 2009

No Tahun Produktivitas (ton/ha)

Jagung Padi Ladang Cokelat Kemiri

1 2005 5,63 2,63 38,85 0,50

2 2006 6,33 1,87 0,70 0,65

3 2007 6,16 2,30 0,75 0,50

4 2008 6,23 2,30 0,93 0,75

5 2009 6,63 2,32 1,01 0,77 Sumber : Kecamatan Tanah Pinem Dalam Angka (2006-2010)

Luas (Ha)Produksi (Ton)

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

Page 95: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

74

Salah satu alasan masyarakat memilih untuk menanam jenis tanaman

tertentu pada lahannya adalah sesuai dengan kondisi tanahnya, yang mengarah

pada produktivitas lahan dengan harapan hasilnya banyak (Suharjito 2002).

Kondisi ini juga dialami oleh masyarakat pada lokasi penelitian, menanam kemiri

merupakan tanaman yang menghasilkan bagi masyarakat (khususnya pemilik

lahan pada lahan miring) dan produksinya masih ada walaupun produktivitas

lahan cenderung menurun.

3 Karakteristik air

Kondisi sungai-sungai di lokasi penelitian umumnya mengalir sepanjang

tahun. Sungai-sungai di Kecamatan Tanah Pinem umumnya sulit dimanfaatkan

oleh masyarakat karena keberadaannya yang berada pada daerah jurang yang

dalam dan diantara bebatuan yang curam dan terjal. Untuk kehidupan sehari-hari,

masyarakat memanfaatkan sungai-sungai yang mengalir di dekat perkampungan

yang bersumber dari kawasan hutan. Mata-mata air mengalir dari bebatuan yang

dibagian hulunya terdapat pepohonan, termasuk tanaman kemiri. Hal ini sesuai

dengan BPKH (2009) yang menyebutkan bahwa dengan keberadaan hutan rakyat

berperan dalam menjamin ketersediaan air lokal. Wijayanto (2002) juga

menyebutkan bahwa ada keterpaduan repong damar dengan agro-ekosistem

dalam sistem tata air yang akan menjamin ketersediaan air sepanjang tahun.

Masyarakat Desa Pecekelan menyatakan bahwa hutan rakyat berperan dalam

menjaga keberadaan mata air dan menjamin tidak pernah kering pada musim

kemarau (Rahayu dan Awang 2003).

Gambar 13 Tegakan pohon (kemiri) berperan menjamin ketersediaan air lokal.

Page 96: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

75

4 Kualitas air

Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan oleh semua mahluk

hidup. Salah satu hal yang menjadi perhatian utama dalam penggunaan air adalah

kualitas air. Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau

kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya untuk air minum, perikanan,

pengairan/irigasi, industri dan sebagainya. Mengetahui kualitas air berarti

mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam

penggunaannya. Kualitas air dapat dilihat dari parameter kemasaman (pH) air,

Biological Oxygen demand (BOD), Chemichal Oxygen Demand (COD), residu

terlarut dan temperatur air.

Kecamatan Tanah Pinem secara keseluruhan berada di daerah DAS Singkil.

Berdasarkan data dari BPDAS Wampu Sei Ular (2009), pH air berkisar antara

nilai 6 sampai di bawah 7,5, BOD berkisar kurang dari 0,7 mg/l, COD berkisar

pada nilai 3,19 sampai 22,31 mg/l dan residu terlarut (sedimen) bernilai antara

20,75 sampai 444,5 mg/l. Dari hasil tersebut di atas dinyatakan bahwa sungai-

sungai yang termasuk dalam DAS Singkil secara keseluruhan masih dalam

kondisi yang baik sesuai kriteria PP No.82 tahun 2011 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Syarat kelas mutu air menurut PP

No.82 tahun 2001 adalah pH berkisar 6-9, BOD berkisar 2-12 mg/l, COD berkisar

10-100 mg/l dan residu terlarut berkisar 1000-2000 mg/l.

Bila dilihat dari tingkat kejernihan air, maka air yang mengalir pada sungai-

sungai pada musim kemarau umumnya bersih dan keruh pada musim penghujan.

Untuk kehidupan sehari-hari, masyarakat menggunakan sumber mata air dalam

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

5 Cara-cara mengambil manfaat (kayu dan buah)

Manfaat yang diambil masyarakat dari tanaman kemiri secara umum adalah

buahnya. Cara-cara mengambil manfaat buah yang dilakukan oleh masyarakat

masih sederhana, tidak merusak dan ramah lingkungan. Buah yang diambil

adalah buah yang jatuh secara alami yang ada di bawah tegakan tanaman kemiri.

Pada saat pengambilan manfaat dilakukan pembabatan tanaman bawah untuk

pembersihan lahan. Pembabatan dilakukan sebanyak dua kali setahun yaitu

sebanyak musim berbuah banyak. Selain dilakukan pembabatan, juga dilakukan

Page 97: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

76

dengan cara kimia seperti penggunaan round-up. Bahan kimia ini merupakan

sejenis racun tanaman yang dapat mematikan tanaman bawah seperti rumput dan

alang-alang. Penggunaan round-up sudah sangat banyak digunakan oleh

masyarakat karena lebih mudah, praktis dan tidak memerlukan biaya yang besar.

Pengambilan manfaat kayu belum banyak dilakukan masyarakat. Pada

umumnya masyarakat belum memikirkan untuk menjual kayu kemiri yang sudah

tidak produktif. Dari 63 responden petani kemiri yang di wawancarai,

hanya 7 responden (11,11%) yang pernah menjual kayu kemiri yang dimilikinya.

Tidak semua responden dapat menjual kayu kemiri yang dimilikinya karena tidak

mengetahui informasi tentang penjualan kayu kemiri, kondisi tanaman kemiri

yang tidak bagus (percabangannya banyak), jumlah kayu yang berdiameter besar

dan bulat sangat jarang dan pengaruh jarak lokasi tanaman kemiri dari jalan

angkutan. Semakin jauh jarak dari jalan, harga kayu kemiri akan sangat murah

dan bahkan tidak laku.

Responden yang menjual kayu menyebutkan bahwa kayunya laku dijual

karena dekat dengan jalan, sudah berdiameter besar dan kondisi batang lurus dan

bulat cukup banyak. Penentuan harga kayu kemiri yang dimiliki oleh masyarakat

adalah dengan sistem taksir. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah pohon yang dapat

diangkut sesuai kriteria yang diperlukan pembeli, jarak lokasi ke jalan dan semua

biaya tebang sampai angkut ditanggung oleh pembeli, sehingga posisi tawar

pemilik kayu adalah lemah. Umumnya masyarakat menerima setiap harga yang

ditentukan dengan alasan daripada tidak laku. Dalam hal pemasaran kayu kemiri,

posisi tawar masyarakat sangat lemah dalam penentuan harga (Sumodiningrat

1999; Hardjanto 2000; Awang et al 2007).

Hardjanto (2000) menyebutkan bahwa petani hutan rakyat memiliki posisi

tawar yang lebih rendah dibanding tengkulak, industri kecil dan industri besar.

Hal ini terjadi karena tengkulak, industri kecil dan besar sudah memiliki posisi

tawar yang lebih kuat. Untuk kegiatan penebangan, penyaradan dan

pengangkutan kayu dari lahan masyarakat dilakukan oleh pembeli kayu,

akibatnya berdampak pada kekuatan pembeli untuk menentukan harga. Hal ini

berdampak pada pendapatan petani yang kecil dan tidak dapat merangsang petani

untuk mengembangkan usaha yang sama.

Page 98: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

77

Masyarakat yang memiliki pohon kemiri yang tidak laku dijual, akan

menebangnya dan hanya membiarkan kayunya begitu saja sampai membusuk dan

menjadi pupuk bagi tanaman lain yang ditanaminya. Masyarakat kurang tertarik

menggunakan kayu kemiri menjadi kayu bakar, karena kurang bagus dalam

proses pembakaran, terutama kalau kayunya pernah basah.

6 Pengendalian hama dan penyakit

Permasalahan yang dihadapi masyarakat pada umumnya adalah adanya

hama dan penyakit. Hama yang pernah terjadi adalah serangan ulat yang

memakan daun sehingga meninggalkan kayu kemiri dengan kondisi tidak berdaun

(hanya meninggalkan kayu dan ranting). Hal ini terjadi sekitar tahun 1987 sampai

tahun 1990-an. Hama ulat ini menyerang semua tanaman kemiri masyarakat

hampir di semua desa yang ada di Kecamatan Tanah Pinem. Semua responden

yang diwawancarai menyebutkan bahwa mereka tidak dapat melakukan upaya

pencegahan, mengingat ulat yang ada sangat banyak dan cukup sulit untuk

mengatasinya.

Sementara untuk jenis penyakit yang dihadapi oleh masyarakat secara

umum adalah gugur buah. Hampir semua responden menyatakan menghadapi

permasalahan gugur buah. Buah kemiri akan gugur ketika buah hampir mencapai

kondisi setengah tua (hampir masak pohon). Buah yang gugur ini tidak bisa

dipanen karena belum membentuk buah kemiri yang bagus (belum menjadi

kernel). Permasalahan ini belum bisa diatasi oleh masyarakat dan beberapa hasil

penelitian belum mampu menjelaskan penyebab terjadinya gugur buah ini.

Permasalahan lain yang dihadapi adalah adanya benalu yang tumbuh pada pohon

kemiri yang lama kelamaan makin banyak yang akhirnya mengganggu

pertumbuhan tanaman kemiri.

Berbagai hama dan penyakit di atas adalah masalah-masalah yang

umumnya banyak ditemui pada tanaman kemiri (Sunanto 1994, Paimin 1994 dan

Deptan 2006a). Untuk upaya pencegahan dan pengobatan, akan menemui

kesulitan karena ukuran tanaman yang tinggi dan membutuhkan biaya untuk

membeli obat-obatan. Informasi yang diperoleh dari masyarakat dan penyuluh

menyebutkan bahwa beberapa upaya pencegahan terhadap hama dan penyakit

yang umum terjadi pada tanaman kemiri adalah dengan melakukan pengasapan

Page 99: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

78

dari bawah tegakan dengan membakar kayu ataupun belerang dan menebas

batang bagian bawah pohon tetapi tidak sampai merusak kayu (hanya sebatas

kulit luar saja). Sementara itu, ada juga masyarakat yang mengambil keputusan

membiarkan saja atau menebang tanamannya dan beralih ke tanaman lain.

7 Adanya gangguan (kebakaran, hama dan penyakit, banjir, tanah

longsor, dan lain-lain)

Gangguan terhadap tanaman kemiri dan dampaknya bagi lingkungan sekitar

pernah terjadi tetapi tidak sampai menimbulkan kerusakan dan korban jiwa dan

korban materi. Gangguan seperti kebakaran hutan dan lahan tidak pernah terjadi.

Tetapi gangguan hama dan penyakit pernah terjadi seperti pada poin 6 di atas.

Gangguan seperti banjir bandang pernah terjadi di Pamah sekitar tahun 2006.

Banjir bandang terjadi di daerah alur perlaluan air yang diangkut dari daerah yang

tinggi (dataran tinggi) yang melewati Pamah (daerah yang ada di dataran rendah).

Sementara tanah longsor terjadi pada lahan-lahan yang bertopografi curam,

khususnya di daerah pinggir jalan, pinggir sungai dan pinggir lahan-lahan terjal

yang sudah gundul. Tanah longsor yang terjadi masih cukup ringan dan tidak

menimbulkan bahaya. Tetapi, menurut pengamatan di lapangan, dengan kondisi

topografi yang bergelombang, curah hujan yang tinggi, pola peralihan

penggunaan lahan dari tanaman keras menjadi tanaman semusim, bila tidak

diantisipasi dengan baik, bisa menimbulkan banjir bandang dan tanah longsor

yang lebih besar di tahun-tahun yang akan datang.

Deptan (2006b) menyebutkan bahwa pengembangan kemiri dapat

memperbaiki kondisi hidro-orologis setempat seperti mengurangi erosi dan banjir,

kebakaran, ketersediaan oksigen dan penyerapan CO2. Gangguan banjir bandang

yang terjadi di Pamah dan longsor di beberapa tempat dapat disebabkan karena

struktur tegakan kemiri yang sudah mulai rusak oleh peralihatan dari tanaman

kemiri menjadi tanaman berumur pendek pada lahan-lahan yang bertopografi

curam dan terjal.

8 Struktur tegakan hutan

Struktur tegakan kemiri pada lokasi tanaman kemiri yang diamati

menunjukkan kondisi yang sangat rapat, masih baik dan utuh serta bermanfaat

dalam melindungi lapisan tanah dari erosi dan tanah longsor. Tetapi, dari

Page 100: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

79

pengamatan dan pemantauan di lapangan secara keseluruhan dapat dilihat bahwa

struktur tegakan hutan umumnya sudah mulai terganggu dengan adanya peralihan

lahan-lahan yang ditanami tanaman keras menjadi tanaman semusim, baik di

lahan datar maupun lahan miring yang menyebabkan keterbukaan sebagian

permukaan lahan. Tetapi, beberapa kawasan hutan keberadaannya tetap terjaga.

Seperti di daerah Pasir Tengah, ada kawasan hutan yang tidak boleh diganggu

(tidak boleh dirusak dan ditebang) karena dipercayai sebagai kawasan hutan

keramat. Kawasan ini dikeramatkan karena masyarakat percaya ada roh-roh yang

menjaga hutan tersebut, jika ada yang merusak hutan maka akan diganggu oleh

roh penjaga. Kawasan hutan yang dikeramatkan akan berperan dalam menjaga

kawasan hutan sehingga tidak ada kegiatan perusakan oleh masyarakat. Hal yang

sama juga terjadi pada masyarakat Kasepuhan di Banten. Suharjito dan Saputro

(2008) menyebutkan bahwa Leuweung titipan pada lingkungan masyarakat

Kasepuhan adalah hutan yang tidak boleh dipungut hasilnya atau kawasannya

tidak dapat dimanfaatkan karena dianggap keramat. Leuweung titipan bagi warga

Kasepuhan merupakan titipan dari Karuhun yang harus dijaga kelestarian dan

keasliannya.

9 Jaminan penutupan lahan

Penanaman tanaman kemiri yang dilakukan oleh masyarakat secara umum

menjamin penutupan lahan. Penutupan lahan ini terlihat dari besarnya tajuk

tanaman kemiri yang menutupi lahan sehingga berperan dalam melindungi

permukaan tanah. Penanaman kemiri dengan jarak tanam tertentu akan menjamin

luas lahan yang akan ditutupi oleh tajuk pohon. Penanaman yang dilakukan oleh

masyarakat bertujuan untuk mendapatkan buah, maka jarak tanam kemiri yang

digunakan masyarakat adalah berkisar antara 8m x 8m, 8m x 10m, 10m x 10m,

10m x 12m. Tetapi ada juga beberapa penduduk yang menanam dengan jarak

tanaman yang lebih sempit yaitu dengan jarak tanam 5m x 5m sampai 6m x 6m.

Tujuan penanaman dengan jarak tanaman yang lebar adalah agar tajuk tanaman

kemiri lebar dan besar sehingga buah yang akan dihasilkan lebih banyak.

Penanaman kemiri untuk tujuan menghasilkan buah dapat menjamin penutupan

lahan sehingga berperan menjaga tanah tidak rusak, menjaga kesuburan tanah dan

mencegah erosi. Berapapun jarak tanam yang dibuat, secara umum struktur

Page 101: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

80

tegakan kemiri pada suatu bentang lahan akan menjamin penutupan lahan, yang

kemudian akan berperan dalam mencegah terjadinya erosi dan tanah longsor

(Haryadi 2006; Mahendra 2009).

Gambar 14 Tajuk tanaman kemiri yang lebar berperan menutupi permukaan tanah

10 Adanya upaya konservasi tanah

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa di beberapa lokasi yang

diamati, tidak ada upaya konservasi tanah yang sengaja dilakukan. Tetapi, untuk

beberapa tempat, seperti daerah terjal, pinggir-pinggir sungai, lembah curam dan

alur-alur sungai, masyarakat masih mempertahankan keberadaan tanaman kemiri.

Apalagi untuk beberapa responden menyebutkan bahwa mereka masih mau

menanami tanaman kemiri pada lahan milik mereka khususnya pada lahan miring

karena tidak bisa dikelola menjadi tanaman pertanian. Jika masyarakat beralih

menanam tanaman lain pada lahan miliknya yang miring, maka akan

membutuhkan biaya yang besar. Suripin (2004) menyebutkan untuk kondisi

lapangan yang curam dan terjal dan untuk menjamin produktivitas lahan

sebaiknya menerapkan kaidah konservasi tanah dengan cara pengolahan tanah

menurut kontur, guludan, teras dan lain-lain sesuai dengan kondisi lapangan.

Dengan menerapkan kaidah konservasi pada lahan miring, maka masyarakat

dapat memperoleh penghasilan dan bermanfaat bagi lingkungan.

Hasil penilaian keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri rakyat di

Kecamatan Tanah Pinem dari aspek ekologi masuk pada kategori berkelanjutan

dengan catatan yaitu harus ada pembenahan dan perbaikan dalam pengelolaan

agar pengelolaannya sampai pada tahap berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat dari

Page 102: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

81

hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan yang belum sepenuhnya dilakukan

kearah pengelolaan yang keberlajutan seperti belum adanya upaya penanganan

hama dan penyakit yang berdampak pada menurunnya produktivitas, luas

tanaman kemiri yang terus menurun yang berdampak pada jaminan penutupan

lahan khususnya pada lahan miring, belum adanya kegiatan yang aktif dalam

konservasi tanah seperti penanaman pada lahan miring dan lain-lain. Adanya

gangguan hama dan penyakit menunjukkan bahwa pengelolaan tanaman kemiri

belum intensif dan adanya bencana banjir bandang akibat dari perubahan

penggunaan lahan pada lahan miring menunjukkan terjadinya pola penggunaan

lahan yang tidak tepat pada lahan-lahan miring. Jika pengelolaan tanaman kemiri

rakyat berkelanjutan, maka peran tanaman kemiri dari aspek ekologi (lingkungan)

akan tercapai seperti menyimpan keanekaragaman hayati, habitat satwa,

mempertahankan kesuburan tanah, menjaga kestabilan suhu tanah dan organisme

penghuninya, mengurangi karbon dioksida, mengurangi pemanasan global dan

penahan erosi (Haryadi 2006).

5.3.2 Aspek Ekonomi

Hasil penilaian setiap indikator yang diperoleh dari aspek ekonomi adalah

yang bernilai Baik sebanyak 3 (37,5%); yang bernilai Cukup sebanyak 3 (37,5%);

dan yang bernilai Jelek sebanyak 2 (25%). Penjelasan setiap indikator adalah

sebagai berikut:

Tabel 27 Hasil penilaian aspek ekonomi pada pengelolaan tanaman kemiri

No Indikator Penilaian Keterangan

1 Sumber modal J

2 Peningkatan pendapatan C

3 Kelayakan usaha B

4 Penyerapan tenaga kerja B

5 Kesejahteraan penduduk J

6 Kepastian potensi produksi di panen (buah) C

7 Keuntungan usaha C

8 Akses pasar B Keterangan : B= Baik, C= Cukup, J= Jelek

1 Sumber modal

Sumber modal untuk berbudidaya tanaman kemiri berasal dari pemilik

lahan. Sumber modal dalam tanaman keras belum dapat diajukan ke bank dalam

Page 103: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

82

bentuk kredit karena tingkat pengembalian modal yang cukup lama. Bank hanya

mengeluarkan dana pinjaman seperti untuk kegiatan usaha pertanian dan

peternakan. Diniyati et al. (2008) menyebutkan bahwa bank dan koperasi dapat

berpengaruh dalam perkembangan hutan rakyat. Sementara Mosher dalam

Soekartawi (2002) menyebutkan bahwa salah satu unsur kelembagaan yang dapat

digunakan untuk mengetahui sejauhmana pembangunan pedesaan sudah

berkembang adalah adanya perkreditan yang berfungsi untuk meningkatkan

kemampuan rakyat dalam mengadakan faktor produksi.

Jika hal di atas dihubungkan dengan pinjaman yang mudah pada jenis usaha

pertanian, tentu mendukung kegiatan pengembangan usaha tanaman pertanian,

tetapi tidak untuk tanaman keras (kayu-kayuan) yang menghasilkan agak lambat.

Nugroho (2010) lembaga keuangan seperti bank masih enggan untuk mendanai

pengusahaan hutan rakyat berdasarkan sifat manfaat sosial, ekonomi dan

lingkungan yang dapat dihasilkan dari pengusahaan hutan rakyat. Tidak adanya

akses untuk mendapatkan kredit dari bank dalam pengusahaan kemiri,

menyebabkan penanaman kemiri hanya dilakukan berdasarkan pengalaman

dengan modal lahan yang tersedia, tenaga kerja dari keluarga dan pengadaan bibit

diperoleh dari bibit tanaman kemiri yang tumbuh di lahan-lahan sekitar, sehingga

usaha pengembangan tanaman kemiri sebagai tanaman yang dapat bermanfaat

dari aspek ekologi dan ekonomi kurang berkembang.

2 Peningkatan pendapatan

Untuk mendapatkan peningkatan pendapatan, maka suatu jenis kegiatan

haruslah mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya. Tanaman kemiri merupakan

salah satu sumber pendapatan keluarga bagi pemiliknya. Petani kemiri tidak

hanya menanam kemiri saja, tetapi juga menanam tanaman lain seperti jagung

dan cokelat. Sumber penghasilan masyarakat selain dari tanaman pertanian adalah

dari gaji, berdagang, supir, tukang dan lain-lain. Jika pendapatan dari kemiri

dibandingkan dengan pendapatan total per tahun, maka pendapatan yang

diperoleh petani dari tanaman kemiri adalah sekitar 35,79% terhadap pendapatan

total (Lampiran 5). Sementara penelitian lainnya menyebutkan bahwa kontribusi

pendapatan petani dari kemiri terhadap pendapatan total per bulan di Kecamatan

Page 104: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

83

Kuta Buluh, Tiga Binanga, Lau Balang dan Mardinding (Kabupaten Karo) adalah

antara 10,34% sampai 39,43% (Hutasoit 2008).

Jika hasil pendapatan dari HHBK kemiri di atas dibandingkan dengan hasil

pendapatan dari kayu hutan rakyat, maka pendapatan ini masih lebih besar dari

hasil kayu karena kontribusi hasil hutan rakyat kayu masih lebih kecil dari HHBK

seperti getah damar dan kemenyan (Hardjanto 2000; Hardjanto 2001; Wijayanto

2001; Nurrochmat 2001; Darusman dan Hardjanto 2006; Sitompul 2011). Hal ini

terjadi karena pendapatan dari HHBK dapat diperoleh petani hampir sepanjang

tahun pada saat usia tanaman masih produktif sedangkan dari hasil dari kayu

hanya dapat dirasakan pada saat masa penjarang ataupun pada masa panen akhir.

Pendapatan dari HHBK akan berfluktuasi sepanjang tahun tergantung dari besar

kecilnya produksi HHBK yang diperoleh sedangkan pendapatan dari hasil kayu

yang sangat besar akan diperoleh pada saat akhir panen.

Data di atas menunjukkan bahwa tanaman kemiri berperan sebagai sumber

penghasilan petani dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti

kebutuhan primer dan sekunder (Sumodiningrat 1999). Peran pendapatan dari

tanaman kemiri terhadap petani yang cukup besar disebabkan karena responden

yang diwawancarai umumnya adalah responden yang memang menggantungkan

hidupnya dari hasil tanaman kemiri. Hal ini juga dipengaruhi karena kondisi

harga kemiri yang meningkat secara tajam. Menurut informasi, harga kemiri

tahun 2005-2008 berkisar antara Rp6.000-Rp7.000/kg, pada tahun 2009 sampai

awal 2010 berkisar antara Rp8.000-Rp9.000/kg, pada tahun 2010 berkisar

Rp20.000-23.000/kg. Pada saat penelitian dilakukan, harga kemiri antara

Rp22.000-25.200/kg. Tentu peningkatan harga kemiri ini akan mempengaruhi

peningkatan pendapatan masyarakat secara umum.

3 Kelayakan usaha

Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha tanaman

kemiri. Analisis dilakukan dengan menggunakan aliran biaya dan pendapatan

yang terdiskonto (discounted cash flow analysis). Jangka waktu analisis dimulai

sejak tahuk pertama sampai tahun ke-50 dengan asumsi bahwa produksi buah

masih dapat diperoleh sampai umur 50 tahun. Asumsi lain yang digunakan

adalah bahwa kondis lahan adalah subur, jarak tanam 8m x 8m dengan perkiraan

Page 105: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

84

produksi buah pertahun berdasarkan Deptan (2006a) dan Paimin (1994). Tingkat

suku bunga yang digunakan adalah 24% yaitu besaran kisaran tingkat suku bunga

yang berlaku di lokasi penelitian.

Tabel 28 Analisis kelayakan usaha tanaman kemiri untuk luas 1 ha

No Kondisi Kriteria

investasi

Kriteria

layak

Hasil

perhitungan

Kesimpulan

1 Lahan milik NPV (Rp)

IRR (%)

BCR

NPV>0

IRR>DR

BCR>1

130.123.463

79,66

7,61

Layak

2 Lahan sewa NPV (Rp)

IRR (%)

BCR

NPV>0

IRR>DR

BCR>1

124.981.450

78,99

6,04

Layak

3 Lahan dibeli NPV (Rp)

IRR (%)

BCR

NPV>0

IRR>DR

BCR>1

13.852.311

25,75

1,10

Layak

Perhitungan biaya, pendapatan, NPV, BCR dan IRR dapat dilihat pada

Lampiran 6. Analisis NPV, BCR dan IRR dilakukan pada tiga kondisi yaitu lahan

milik, lahan sewa dan lahan yang dibeli. Suatu kegiatan atau usaha disebut layak

jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan,

yang disebut dengan manfaat bersih. Suatu kegiatan dinyatakan layak bila NPV

lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya usaha menguntungkan atau memberikan

manfaat. Pada Tabel 28 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan NPV pada lahan

milik, lahan sewa dan lahan dibeli adalah lebih besar dari 0, sehingga usaha

kemiri dapat memberikan keuntungan kepada yang mengusahakannya.

Nilai BCR digunakan untuk mengetahui pengaruh adanya tambahan biaya

terhadap tambahan manfaat yang diterima. Suatu kegiatan dinyatakan layak bila

BCR lebih besar dari 1 (BCR>1) yang artinya bahwa usaha layak untuk

dijalankan. Nilai BCR pada lahan milik adalah 7,61, artinya bahwa investasi satu

rupiah akan memberikan tambahan pendapatan sebesar 7,61 rupiah, demikian

halnya pada lahan sewa dan lahan yang dibeli. Dari hasil nilai BCR di atas, dapat

diketahui bahwa usaha menanam kemiri layak dilakukan.

Nilai IRR digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian usaha

terhadap investasi yang ditanamkan. IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang

menghasilkan NPV sama dengan 0. Suatu usaha disebut layak apabila IRR-nya

Page 106: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

85

lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR). Pada Tabel 28 dapat dilihat

bahwa nilai IRR pada lahan milik, lahan sewa dan lahan yang dibeli, masing-

masing berada di atas tingkat suku bunga awal perhitungan (DR) sebesar 24%.

Hasil analisis kelayakan usaha tanaman kemiri dari nilai NPV, BCR dan

IRR menunjukkan bahwa kegiatan penanaman kemiri layak untuk dikembangkan,

baik pada lahan milik, lahan sewa maupun lahan yang dibeli. Tetapi untuk lahan

yang dibeli, tingkat keuntungan yang akan diperoleh hanya sedikit. Hal ini

dilatarbelakangi oleh harga tanah yang sangat tinggi yaitu sekitar 144.000.000/ha.

Untuk investasi kemiri sebaiknya dilakukan pada lahan sewa dan lahan milik.

Hasil penelitian tanaman kemiri yang ada di Kabupaten Maros oleh Yusran

(1999) menunjukkan bahwa nilai NPV sebesar Rp6.392.526, BCR > 3,59 dan

IRR sebesar 53,51% pada tingkat suku bunga 19%, dan disebutkan bahwa

pengusahaan tanaman kemiri juga layak untuk diusahakan. Untuk kegiatan

tanaman rakyat lain yang tergolong HHBK juga menunjukkan layak untuk

dikembangkan seperti kemenyan karena nilai NPV sebesar Rp17.226.420, BCR

sebesar 2,37 dan IRR sebesar 22,6% pada lahan sewa dan nilai NPV sebesar

Rp24.902.670, BCR > 2,85 dan IRR sebesar 28,8% pada lahan yang tidak disewa

pada tingkat suku bunga 13% (Sitompul 2011).

4 Penyerapan tenaga kerja

Aktivitas pengelolaan kemiri cukup menyerap tenaga kerja baik dari

lingkungan keluarga petani dan dari luar anggota keluarga petani. Terdapat 33

responden (52,38%) yang menyebutkan bahwa aktivitas pengelolaan kemiri

menyerap tenaga kerja dari lingkungan keluarga petani itu sendiri sedangkan 30

responden (47,62%) menyebutkan selain menyerap tenaga kerja dari lingkungan

keluarga petani juga menyerap tenaga kerja dari luar anggota keluarga.

Aktivitas penanaman kemiri sangat menyerap tenaga kerja bagi anggota

keluarga pemilik lahan seperti pembersihan tumbuhan bawah, pengumpulan buah

dan pengupasan. Tentu hal ini tidak jadi masalah bagi keluarga yang memiliki

anggota keluarga usia produktif. Lain halnya dengan petani yang sudah kurang

produktif. Jumlah responden yang memiliki tanaman kemiri yang sudah berumur

di atas usia produktif (di atas 60 tahun) sebanyak 15 orang (23,81%). Responden

ini tidak dapat melakukan kegiatan pertanian yang aktif karena berhubungan

Page 107: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

86

dengan kekuatan fisik. Sehingga pengelolaan lahan yang dimilikinya akan

diserahkan kepada keluarga atau disewakan.

Sementara itu, tanaman kemiri juga dimiliki oleh masyarakat yang

melakukan pekerjaan lain seperti berdagang, tukang dan PNS, dimana mereka ini

tidak akan memiliki waktu yang cukup untuk mengelolanya. Bagi keluarga

pemilik lahan yang memiliki pekerjaan pokok di luar bertani, maka untuk

kegiatan tertentu seperti mengumpulkan buah dan membabat atau membersihkan

tumbuhan bawah akan mempekerjakan orang lain baik dari anggota keluarga

terdekat, tetangga maupun penduduk sekampung. Hal ini menunjukkan bahwa

penanaman kemiri menyerap tenaga kerja dari lingkungan anggota keluarga dan

di luar anggota keluarga.

Untuk mempekerjakan orang lain, tidak dilakukan dengan sistem gajian

tetapi dibayar dengan cara “sistem dibelahkan”. Seseorang yang memiliki

tanaman kemiri, tetapi tidak punya waktu untuk mengumpulkan kemirinya, maka

dia akan mempekerjakan orang lain dan orang tersebut akan dibayar dengan

menyerahkan setengah hasil kemiri yang dikumpulkannya. Sedangkan kegiatan

membabat atau mematikan tanaman bawah dengan round-up dilakukan dengan

pembayaran upah kerja per hari.

Darusman dan Hardjanto (2006) menyebutkan bahwa hutan rakyat yang

dikelola secara intensif maupun sambilan mampu menyerap tenaga kerja di desa.

Hal ini juga berlaku untuk kegiatan hutan rakyat pada jenis HHBK. Kegiatan lain

yang menyerap tenaga kerja dalam usaha tanaman kemiri selain dalam hal

pengelolaan adalah kegiatan pengupasan kemiri yang dilakukan oleh masyarakat

baik yang memiliki tanaman kemiri maupun yang tidak memiliki tanaman kemiri.

Beberapa masyarakat menjual kemiri dengan kulitnya langsung. Tetapi ada juga

yang lebih dahulu mengupasnya. Kemiri yang dijual dengan dikupas akan lebih

mahal. Untuk masyarakat yang tidak memiliki lahan dan tidak memiliki

pekerjaan, akan mencari nafkah dengan cara membeli kemiri berkulit lalu

mengupasnya. Wibowo (2007) menyebutkan bahwa kegiatan penanaman kemiri

mampu menumbuhkan usaha jasa pengusapan kemiri. Hal ini menunjukkan

bahwa kegiatan penanaman kemiri bersifat sebagai efek pengganda (multiflier

Page 108: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

87

effect) dimana mampu meningkatkan pendapatan bagi petaninya, meningkatkan

lapangan kerja dan bermanfaat dalam menjaga lingkungan.

5 Kesejahteraan penduduk

Kesejahteraan dalam lingkup masyarakat sangat tergantung pada tingkat

kesejahteraan keluarga-keluarga yang ada pada suatu tempat. Tingkat

kesejahteraan menurut BKKBN tahun 1999 adalah suatu tingkatan yang

menyatakan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material

yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang

serasi, selaras dan seimbang antara keluarga, masyarakat dan lingkungan.

Pengukuran kesejahteraan keluarga dibagi menjadi 5 kelompok seperti pada

kriteria BPS sedangkan analisis kesejahteraan penduduk dalam penelitian ini,

dikelompokkan menjadi 3 bagian seperti pada Tabel 29.

Pada tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di lokasi penelitian

pada tahun 2008 dan 2009 berada pada kriteria pra sejahtera sampai sejahtera II.

Pada tahun 2009, terjadi peningkatan jumlah penduduk tidak sejahtera dan terjadi

penurunan jumlah penduduk pada kriteria cukup sejahtera jika dibandingkan

dengan tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan tingkat

kesejahteraan penduduk walaupun sangat kecil.

Peran tanaman kemiri dalam meningkatkan kesejahteraan petani adalah

melalui pendapatan yang diperoleh dari hasil kemiri yang berperan dalam

memenuhi kebutuhan hidup petani terutama kebutuhan sehari-hari. Apabila

pendapatan tersebut dapat memenuhi kebutuhan lain selain kebutuhan sehari-hari,

maka kesejahteraan hidup petani akan lebih baik.

Tabel 29 Kodisi sebaran kesejahteraan penduduk di Desa Kutabuluh, Pamah dan

Pasir Tengah tahun 2009-2010

Tahun 2008 Tahun 2009

Kriteria Jumlah Kriteria untuk

analisis Jumlah Kriteria Jumlah

Kriteria untuk

analisis Jumlah

Pra sejahtera 663 Tidak sejahtera 663 Pra sejahtera 692 Tidak sejahtera 692

Sejahtera I 415 Cukup sejahtera 722

Sejahtera I 408 Cukup

sejahtera 712

Sejahtera II 307 Sejahtera II 304 Sejahtera III 47

Sejahtera 60

Sejahtera III 48

Sejahtera 61 Sejahtera III

Plus

13 Sejahtera III

Plus

13

Sumber : Kecamatan Tanah Pinem Dalam Angka (2009-2010)

Page 109: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

88

6 Potensi produksi

Dalam suatu perusahaan, faktor-faktor produksi sangat menentukan besar

kecilnya produksi yang akan diperoleh. Untuk mengetahui potensi produksi

tanaman kemiri, maka ada 4 faktor yang dianggap paling berperan dalam

menentukan besar kecilnya hasil yang diperoleh setiap periode waktu, yaitu luas

lahan, umur tanaman, jumlah tanaman yang menghasilkan serta tenaga kerja.

Faktor lain yang umumnya paling berperan adalah pupuk, tetapi petani tidak

melakukan pemupukan karena dengan pemupukan bisa menyebabkan kerugian

sebab banyak ranting yang patah pada saat buah sudah besar.

Tenaga kerja pada kegiatan usaha kemiri umumnya berasal dari kalangan

keluarga sendiri. Tetapi bagi petani yang sudah memasuki usia tidak produktif

dan bagi keluarga yang memiliki mata pencaharian yang lainnya, seperti PNS,

tukang, supir, dagang, dan lain-lain, cenderung mempekerjakan tenaga kerja dari

anggota keluarga terdekat atau masyarakat sekitarnya (Yusran 1999, 2005;

Simatupang 2001; Sihotang 2007). Pekerjaan yang dilakukan antara lain

membersihkan tumbuhan bawah, pengumpulan buah dan pengolahan hasil.

Ketersediaan lahan merupakan hal penting dalam melakukan usaha tanaman

kemiri. Keberadaan lahan tanaman kemiri yang ada di lokasi penelitian cukup

luas yaitu rata-rata 2,67 ha, luas paling kecil 0,45 ha dan luas paling besar 6 ha.

Luas kepemilikan lahan ini berbeda dengan rata-rata luas kepemilikan lahan yang

ada di Jawa yang hanya berkisar 0,25 ha (Hardjanto 2003). Tanaman kemiri

rakyat yang ada saat ini banyak terdapat pada lahan yang bertopografi curam

sampai terjal dengan kemiringan 250

ke atas, pada tepi sungai, jurang dan lembah.

Umur tanaman akan mempengaruhi besar kecilnya produksi per pohon.

Umur tanaman kemiri akan berproduksi pada tahun ke-5 sampai tahun ke-35.

Umur tanaman bisa lebih dari 50 tahun, tetapi tidak akan sampai di atas 100

tahun, hal ini terkait dengan kekuatan batang tanaman yang rendah. Tanaman

kemiri dikenal sebagai tanaman yang mudah busuk, mudah roboh dan mudah

terserang hama dan penyakit. Walaupun tanaman kemiri sudah melewati umur 35

tahun, kemiri akan tetap menghasilkan, tetapi hasilnya akan terus menurun seiring

dengan pertambahan umurnya (Paimin 1994, Deptan 2006a).

Page 110: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

89

Produksi kemiri per satuan luas sangat berpengaruh pada jumlah pohon

yang menghasilkan dimana hal ini terkait dengan jarak tanamnya. Untuk tujuan

menghasilkan buah, jarak tanaman yang paling baik adalah jarak tanam yang

lebar seperti 8m x 8m (Paimin 1994) sampai 10m x 10m (Sunanto 1994; Deptan

2006a), dengan tujuan agar kemiri yang tumbuh menghasilkan tajuk yang lebar

sehingga menghasilkan buah yang banyak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kemiri yang akan diperoleh

petani dipengaruhi oleh faktor jumlah tenaga kerja, luas lahan, umur tanaman, dan

jumlah pohon menghasilkan. Hasil pengolahan data dengan menggunakan fungsi

produksi cobb-douglas (Soekartawi 2002) adalah seperti pada Tabel 30.

Tabel 30 Hasil estimasi fungsi produksi tanaman kemiri

Predictor Coef P

Konstanta 1,252 0,000

Tenaga Kerja (X1) 0,791 0,000*

Luas lahan (X2) 0,078 0,423

Umur tanaman (X3) -0,126 0,160

Jumlah pohon (X4) 0,150 0,057** Keterangan : * Signifikan pada taraf nyata 5%, ** Signifikan pada taraf nyata 10%

Untuk analisis data yang menggunakan model regressi linier berganda,

maka ada empat asumsi yang harus terpenuhi, yaitu asumsi multikolinearitas,

heterokedastisitas, autokorelasi dan komponen sisaan menyebar normal

(normalitas).

Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sesama

variabel bebas (independen) saling berhubungan atau berkorelasi. Jika model

regressi baik, maka tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya. Ada atau

tidaknya multikolinearitas dapat diketahui dari nilai Variance Inflation Factor

(VIF). Jika nilai VIF tidak melebihi 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1

(nilai tolerance diperoleh dari 1/VIF atau 1/10), maka dapat dikatakan bahwa data

terbebas dari multikolinearitas. Pada Lampiran 8 dapat dilihat bahwa tidak ada

variabel yang memiliki nilai VIF yang melebihi 10 dan nilai tolerance (1/VIF)

masih di atas 0,1, sehingga dapat dikatakan bahwa model regresssi linier

berganda yang dihasilkan tidak ada multikolinearitas.

Page 111: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

90

Asumsi heterokedastisitas adalah asumsi dimana varians dari residual tidak

sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain atau hasil pengamatan

tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai

yang tidak sama antar satu varians dari residual atau disebut dengan gejala

heterokedastisitas, sedangkan gejala varians dari residual yang sama dari satu

pengamatan dengan pengamaan lainnya disebut dengan homokedastisitas. Untuk

mengetahui ada tidaknya gejala heterokedastisitas dapat dilihat dari gambar

residual versus fitted value. Pada gambar grafik di Lampiran 8 terlihat bahwa

residual versus fitted value memiliki sebaran data cenderung acak dan tidak

membentuk pola tertentu sehingga dapat dikatakan bahwa asumsi

heterokedastisitas telah dipenuhi.

Uji autokorelasi digunakan untuk pengujian asumsi dimana variabel

dependen (Y) tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri, artinya bahwa nilai dari

variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai

periode sebelumnya atau nilai periode sesudahnya. Untuk mengetahui gejala

autokorelasi diketahui dari gambar observation order dengan residual, dimana

hasilnya akan menunjukkan acak tidak beraturan. Pada gambar di Lampiran 8

dapat dilihat bahwa hasil pengamatan adalah acak tidak beraturan sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada gejala autokorelasi.

Asumsi normalitas dapat diketahui melalui plot Normal Probability Plot.

Apabila setiap pencaran data residual berada di sekitar garis lurus melintang,

maka dikatakan bahwa residual mengikuti fungsi distribusi normal. Pada gambar

di Lampiran 8 dapat dilihat bahwa sebaran residual berada dalam garis lurus

melintang dan sebaran residual cenderung membentuk garis lurus. Hasil ini

menunjukkan bahwa asumsi komponen sisaan menyebar normal atau mengikuti

distribusi normal.

Untuk melihat pengaruh variabel yang dianggap mempengaruhi produksi

secara bersamaan, maka dilakukan uji F. Hasil uji F pada model adalah F = 99,48

> F(4,57,0,1) = 3,649 dan nilai α = 0,10 > P = 0,000, maka model yang diperoleh

dapat secara bersama digunakan untuk menerangkan produksi kemiri atau faktor

luas lahan, tenaga kerja, umur tanaman dan jumlah pohon menghasilkan

berpengaruh secara signifikan terhadap produksi kemiri. Hasil analisis regresi

Page 112: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

91

memperlihatkan nilai R-Sg (adj) 86,6%, artinya bahwa 86,6% produksi kemiri

dapat dijelaskan oleh faktor luas lahan, faktor tenaga kerja, faktor umur tanaman

dan faktor jumlah pohon menghasilkan, sedangkan sisanya sebesar 13,4%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.

Adapun persamaan regressi yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Log Y = log 1,252 + log 0,791 X1 + log 0,078 X2 – log 0,126 X3 + log 0,150 X4

Persamaan di atas perlu dikembalikan kepersamaan semula dengan cara

meng-anti-log-kan persamaan yang sudah diperoleh, dan hasilnya adalah

Y = 0,097 X1 0,791

X2 0,078

X3-0,126

X40,150

Pada persamaan dapat dilihat bahwa koefisien b1, b2 dan b4 adalah positif,

maka peningkatkan tenaga kerja, luas lahan dan jumlah pohon menghasilkan

cenderung meningkatkan produksi kemiri. Sedangkan nilai koefisien b3 adalah

negatif, maka peningkatkan umur tanaman akan mengurangi produksi kemiri.

Bila ditinjau dari nilai P, maka tenaga kerja dan jumlah pohon signifikan pada

taraf nyata 10%, sedangkan luas lahan dan umur tanaman masing-masing tidak

signifikan.

Pada faktor tenaga kerja, nilai koefisien pada persamaan yang dihasilkan

bernilai positif, artinya jika terjadi penambahan jumlah tenaga kerja akan diikuti

peningkatan produksi kemiri. Jika dilihat dari uji statistik secara parsial diperoleh

bahwa faktor tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi kemiri dengan

nilai koefisien 0,791. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kemiri cukup respon

terhadap penggunaan tenaga kerja, apabila dilakukan penambahan tenaga kerja

sebanyak 10% akan diikuti dengan kenaikan produksi kemiri sebesar 7,91%,

ceteris paribus. Untuk pengelolaan kemiri, tenaga kerja diperlukan dalam

kegiatan pembersihan lahan, pengumpulan buah, penjemuran dan pengupasan

kemiri. Sehingga tenaga kerja sangat berperan dalam menghasilkan dan

meningkatkan produksi kemiri masyarakat.

Pada faktor luas lahan, nilai koefisien pada persamaan yang dihasilkan

bernilai positif, artinya jika terjadi penambahan luas lahan akan diikuti

peningkatan produksi kemiri. Jika dilihat dari uji statistik secara parsial diperoleh

bahwa faktor luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kemiri dengan

Page 113: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

92

nilai koefisien 0,078. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kemiri tidak respon

terhadap luas lahan atau tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi kemiri.

Besar kecilnya luas lahan, pada dasarnya akan memberikan pengaruh pada

produksi kemiri yang akan diperoleh. Tetapi pada hasil analisis ini, luas lahan

tidak berpengaruh dalam meningkatkan produksi kemiri. Hal ini dapat

dihubungkan dengan jumlah tanaman pada suatu lahan. Jarak tanam kemiri rakyat

adalah berbeda-beda, maka jumlah tanaman pada setiap lahan yang dimiliki oleh

petani juga berbeda-beda. Pada pemilik tertentu, mungkin lahan yang dimilikinya

luas dan jumlah tanamannya sangat banyak, tetapi pada pemilik lahan lainnya,

lahannya mungkin luas tetapi jumlah tanamannya sangat sedikit. Sehingga, faktor

luas lahan kurang berpengaruh dalam meningkatkan produksi kemiri, tetapi luas

lahan mungkin akan berpengaruh jika setiap contoh yang diperoleh menggunakan

pola jarak tanam yang sama sehingga pada luasan yang sama jumlah tanaman

yang ada juga sama.

Pada faktor umur tanaman, nilai koefisien pada persamaan yang dihasilkan

bernilai negatif, artinya jika terjadi penambahan umur tanaman maka akan diikuti

dengan penurunan produksi kemiri. Jika dilihat dari uji statistik secara parsial

diperoleh bahwa faktor umur tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

kemiri dengan nilai koefisien 0,126. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kemiri

tidak respon terhadap umur tanaman atau tidak signifikan dalam mempengaruhi

produksi kemiri. Walaupun umur tanaman tidak signifikan dalam mempengaruhi

produksi kemiri, tetapi nilai keofisien yang negatif menunjukkan bahwa telah

terjadi penurunan produksi kemiri seiring dengan penambahan umur tanaman.

Penurunan produksi kemiri pada model sangat dipengaruhi oleh pertambahan

umur tanaman, semakin tinggi umur tanaman apalagi jika sudah melewati umur

produktif, maka hasil yang diperoleh juga akan menurun. Umur rata-rata tanaman

kemiri pada sampel adalah 37,37 tahun. Paimin (1994) menyebutkan bahwa

produksi tanaman kemiri akan meningkat dari tahun ke-6 sampai umur 35 tahun.

Sementara jika umur tanaman lewat 35 tahun, maka produksi kemiri pelahan-

lahan akan menurun dan pada saat tertentu akhirnya tidak produktif lagi.

Jika mengikuti kondisi di atas, luas lahan yang produktif adalah 83 ha

dengan produksi rata-rata 670,92 kg/ha. Sedangkan luas lahan di atas 35 tahun

Page 114: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

93

adalah 84,95 ha dengan rata-rata produksi sudah dalam kondisi menurun yaitu

497,75 kg/ha. Perbedaan produksi rata-rata pada usia di bawah 35 tahun dengan

rata-rata produksi di atas 35 tahun adalah 173,16 kg/ha. Hal ini menunjukkan

bahwa produksi kemiri yang dihasilkan akan menurun karena dipengaruhi oleh

umur tanaman yang sudah melewati batas produktif. Faktor lain yang

mempengaruhi adalah kondisi kesehatan tanaman, kondisi kesuburan lahan dan

tingkat keintensifan dalam mengelola lahan dan memelihara tanaman. Untuk

meningkatkan produksi kemiri, maka sebaiknya dilakukan peremajaan tanaman

pada tanaman yang sudah berumur tua khususnya tanaman yang sudah melewati

umur produktif di atas 35 tahun.

Pada faktor jumlah pohon, nilai koefisien pada persamaan yang dihasilkan

bernilai positif, artinya jika terjadi penambahan jumlah pohon, maka akan diikuti

peningkatan produksi kemiri. Jika dilihat dari uji statistik secara parsial diperoleh

bahwa faktor jumlah pohon berpengaruh nyata terhadap produksi kemiri dengan

nilai koefisien 0,15. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kemiri cukup respon

terhadap jumlah pohon. Apabila terjadi penambahan pohon sebanyak 10%, akan

diikuti dengan kenaikan produksi kemiri sebesar 1,5%, ceteris paribus.

Sebenarnya, kondisi ini bisa diterima atau bisa juga tidak, karena produksi kemiri

akan dipengaruhi oleh jarak tanam. Jika tujuan penanaman kemiri adalah untuk

menghasilkan buah maka jarak tanam sebaiknya 10m x 10m (Deptan 2006a;

Sunanto 1994), 8m x 8m atau 8m x 10m (Paimin 1994). Sedangkan bila tujuan

penanaman adalah untuk menghasilkan kayu maka jarak tanamnya adalah 4m x

4m (Paimin 1994; Sunanto 1994).

Jumlah pohon yang ada pada satuan luas lahan sangat tergantung pada jarak

tanam yang digunakan oleh petani. Rata-rata jumlah pohon per satuan luas pada

lokasi penelitian adalah 115 pohon/ha. Jika luas lahan 1 ha, maka jarak tanam

yang mendekati jumlah pohon di atas adalah 8m x 10m atau 10m x 10m. Jika

kondisi di lapangan dibandingkan dengan jarak tanam yang dianjurkan untuk

tujuan menghasilkan buah (Paimin 1994; Sunanto 1994; Deptan 2006a), maka

kondisi jumlah pohon kemiri di lapangan sudah sesuai dengan tujuan untuk

menghasilkan buah yaitu sekitar 100 pohon/ha untuk jarak tanam 10m x 10m dan

125 pohon untuk jarak tanam 8m x 10m. Sementara itu, rata-rata jumlah pohon

Page 115: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

94

menghasilkan sampai umur 35 tahun adalah 123 pohon/ha dan rata-rata jumlah

pohon menghasilkan pada usia di atas 35 tahun (produksi mulai menurun) adalah

107 pohon/ha. Penurunan ini terjadi karena banyak pohon yang mati.

Tabel 30 menunjukkan bahwa jumlah koefisien regressi fungsi produksi

tanaman kemiri sebesar 0,893. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kemiri

berlangsung pada tahapan ”decreasing retun to scale”, yaitu penambahan jumlah

seluruh faktor produksi secara bersamaan akan memberikan penambahan proporsi

hasil produksi yang lebih kecil. Artinya, bahwa setiap penambahan faktor

produksi secara bersamaan sebanyak 100% maka akan terjadi penambahan hasil

atau produksi kemiri sebesar 89,3%.

Simatupang (2001) pernah melakukan penelitian tentang faktor yang

mempengaruhi produksi kemiri pada tahun 2000 dengan sampel yang berbeda.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor luas lahan dan tenaga kerja

berpengaruh nyata terhadap produksi kemiri sedangkan faktor umur tanaman dan

jumlah pohon tidak berpengaruh nyata. Sementara penjumlahan koefisien

regressi yang di peroleh berada pada tahap ”increasing retun to scale” sebesar

1,002, maka penambahan jumlah seluruh faktor produksi secara bersamaan akan

memberikan penambahan proporsi hasil produksi yang lebih besar. Artinya,

bahwa setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama 100% (variabel

luas lahan, umur tanaman, tenaga kerja dan jumlah tanaman) akan meningkatkan

produksi sebesar 100,2%.

Sihotang (2007) juga pernah melakukan penelitian tentang faktor yang

mempengaruhi produksi getah kemenyan. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor

umur tanaman, jumlah pohon dan tenaga kerja signifikan dalam mempengaruhi

produksi getah kemenyan sedangkan faktor luas lahan tidak signifikan.

Dari hasil ketiga penelitian ini menunjukkan bahwa setiap faktor

memberikan nilai dan pengaruh yang berbeda-beda. Faktor tenaga kerja adalah

faktor yang memberikan pengaruh signifikan dalam meningkatkan produksi

kemiri dan kemenyan, hal ini terkait dengan proses pengelolaan lahan dan proses

lanjutan sampai hasil dapat dijual. Sementara faktor umur tanaman menghasilkan

koefisien regressi yang bernilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa umur

tanaman yang diteliti sudah memasuki umur tidak produktif sehingga

Page 116: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

95

penambahan umur tanaman akan cenderung memberikan hasil yang makin

sedikit.

7 Keuntungan usaha

Untuk mengembangkan suatu kegiatan budidaya tanaman keras, maka perlu

diketahui tingkat keuntungan yang diperoleh per periode waktu tertentu untuk

satuan luas tertentu. Setelah melakukan perhitungan maka diketahui bahwa rata-

rata pendapatan yang diperoleh petani dari tanaman kemiri adalah

Rp8.544.924/ha/tahun. Sementara rata-rata pengeluarannya per tahun sekitar

Rp1.197.757/ha/tahun. Adapun keuntungan yang diperoleh adalah

Rp7.347.167/ha/tahun. Biaya yang kecil disebabkan karena tidak ada petani yang

melakukan pemupukan terhadap tanaman kemiri. Biaya yang keluar hanya untuk

membeli racun rumput (round-up), biaya membabat, biaya sewa, biaya tenaga

kerja panen, menjemur dan mengupas kemiri. Hasil wawancara dengan

masyarakat menyatakan, bahwa sebenarnya menanam kemiri tidak selalu untung.

Hasil perhitungan pada Lampiran 5 menunjukkan keuntungan yang cukup besar

karena posisi harga jual yang cukup tinggi. Sedangkan kalau harga sangat kecil

yaitu sekitar Rp8.000 sampai Rp9.000, maka tingkat keuntungan yang diperoleh

pasti lebih kecil dan bahkan mungkin akan menyebabkan kerugian bagi petani

bila kegiatan pengusahaan yang dilakukan petani termasuk ongkos biaya

pengeluaran dengan harga 1 HOK adalah Rp50.000,-

Kenaikan harga jual kemiri yang terjadi dua tahun terakhir telah

menumbuhkan kembali niat petani untuk mengusahakan kemiri miliknya yang

sudah lama ditinggalkan. Ada beberapa petani yang memiliki niatnya untuk

menjual kemiri tetapi pada akhirnya mengurungkan niatnya karena harga yang

tinggi dan luas lahan kemiri miliknya sangat luas.

8 Akses pasar

Salah satu syarat yang diperlukan agar suatu produk yang dihasilkan disebut

berhasil apabila didukung oleh pemasarannya. Petani kemiri di Kecamatan Tanah

Pinem tidak ada menemui kesulitan dalam pemasaran kemiri, karena selain

masyarakat dapat menjual kemiri di pasar lokal, mereka juga dapat menjual

kemiri di rumah. Harga di rumah dengan harga di pasar adalah sama. Karena

tidak perlu mengeluarkan biaya dalam menjual kemiri, maka masyarakat

Page 117: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

96

umumnya menunggu pembeli datang ke rumah-rumah. Rata-rata setiap desa ada

pengumpul sehingga dalam hal pemasaran buah kemiri tidak ada masalah.

Kemiri dijual dalam bentuk berkulit dan sudah dikupas. Kemiri berkulit

dijual oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mendesak seperti beras.

Kemiri berkulit dibeli masyarakat yang usahanya adalah mengupas kemiri.

Penjualan dalam bentuk kemiri kupas lebih banyak dilakukan masyarakat karena

lebih tinggi harga jualnya. Pendapatan masyarakat selain dari biji kupas (kernel)

juga dari kulit cangkang. Saluran pemasaran kemiri masyarakat adalah produsen,

pedagang pengumpul desa/kecamatan, pedagang pengumpul besar (propinsi),

pedagang antar pulau dan konsumen. Sampai tahun 2005, kemiri rakyat dari

Kecamatan Tanah Pinem dapat memasuki pasar ekspor tetapi setelah tahun 2005

tidak ada lagi ekspor. Kemiri rakyat yang ada saat ini adalah untuk memenuhi

kebutuhan lokal dan daerah.

Gambar 15 Pemasaran buah kemiri kupas di pasar lokal.

Hasil penilaian keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri rakyat di

Kecamatan Tanah Pinem dari aspek ekonomi masuk pada kategori berkelanjutan

dengan catatan. Pada dasarnya penanaman kemiri pada lahan milik masyarakat

dapat memberikan keuntungan pada petani, khususnya petani pemilik lahan pada

lahan-lahan miring. Tanaman kemiri juga bisa berperan menjadi sumber

pendapatan petani karena dapat memberikan tambahan pendapatan yang berperan

dalam memenuhi kebutuhan sandang dan pangan masyarakat. Untuk investasi

kemiri, hasil penilaian NPV, BCR dan IRR pada lahan milik dan lahan sewa

menunjukkan bahwa usaha tanaman kemiri layak dilakukan. Aspek pemasaran

Page 118: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

97

hasil bukanlah masalah untuk mengelola kemiri karena pemasaran hasil sangat

mudah dan menguntungkan bagi petani. Agar tanaman kemiri memberikan

keuntungan yang berkelanjutan kepada masyarakat, maka produksi yang

diperoleh harus terjamin dan disertai dengan harga yang lebih baik. Produksi

buah umumnya sudah menurun karena umur tanaman kemiri sudah memasuki

kategori tidak produktif dan kondisi kesehatan tanaman sehingga keterjaminan

hasil tidak menentu. Pengaruh harga saat penelitian telah mendorong masyarakat

kembali melirik untuk mengelola lahan kemiri yang masih dimilikinya. Tetapi

usaha ini terhambat oleh faktor modal yang sulit diperoleh dari lembaga

keuangan. Sementara masyarakat umumnya hanya memiliki modal yang terbatas

sehingga dalam pengelolaannyapun tidak memperhatikan teknik silvikultur yang

baik yang berdampak pada produktivitas hasil yang sedikit.

5.3.3 Aspek Sosial

Hasil penilaian setiap indikator yang diperoleh dari aspek sosial adalah

yang bernilai Baik sebanyak 4 (40%); yang bernilai Cukup sebanyak 5 (50%);

dan yang bernilai Jelek sebanyak 1 (10%). Adapun penjelasan setiap indikator

adalah sebagai berikut:

Tabel 31 Hasil penilaian aspek sosial pada pengelolaan tanaman kemiri No Indikator Penilaian Keterangan

1 Partisipasi masyarakat C

2 Peraturan pemanfaatan sumberdaya alam C

3 Akses terhadap pelayanan pendukung C

4 Pengangguran B

5 Kemiskinan B

6 Migrasi J

7 Akomodasi perubahan C

8 Status lahan B

9 Kejelasan batas lahan B

10 Hubungan sosial C Keterangan : B= Baik, C= Cukup, J= Jelek

1 Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat yang dimaksud di sini adalah kemauan masyarakat

menanam kemiri pada lahan miliknya dan masih mempertahankannya sampai saat

ini, serta ada peran aktif masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaannya.

Page 119: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

98

Ichwandi (2001) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan pembangunan kehutanan adalah partisipasi atau keikutsertaan

masyarakat. Dari hasil survei diketahui bahwa partisipasi masyarakat untuk

menanam kemiri sudah menurun, hal ini ditunjukkan dengan keberadaan luas

tanaman kemiri setiap tahunnya cenderung menurun (Gambar 3). Penyebabnya

adalah masyarakat lebih tertarik menanam tanaman berumur pendek karena dapat

memberikan penghasilan yang lebih besar dan lebih cepat, adanya perubahan

musim berbuah (tidak sepanjang tahun lagi), adanya penyakit gugur buah, hawar

daun dan serangan ulat, produksi buah yang cenderung menurun dan harga kemiri

yang murah. Wibowo (2007) juga menyampaikan hal yang sama bahwa

penurunan luas tanaman kemiri yang ada di Kecamatan Tiga Binanga disebabkan

karena petani kemiri tidak merasakan keuntungan dari usaha kemiri sehingga

mengkonversinya menjadi usaha pertanian lain yang lebih menguntungkan.

Tanaman kemiri yang masih ada, tumbuh dan berkembang saat ini adalah

tanaman kemiri yang ada pada lahan-lahan miring, pinggir-pinggir sungai dan

lembah-lembah yang cukup sulit untuk dikelola bila diganti menjadi tanaman

lainnya. Masyarakat yang masih mau menanam kemiri adalah masyarakat yang

memiliki lahan yang sulit dikelola pada lahan curam dan terjal, karena lebih

sesuai ditanam pada kondisi lapangan tersebut dan telah menjadi sumber

penghasilan selama bertahun-tahun. Wawancara dengan masyarakat dan penyuluh

menyebutkan bahwa petani masih mau menanam kemiri karena merasakan bahwa

tanaman kemiri masih memberikan hasil yang lumayan, dapat menjadi tabungan

masa depan dan karena hanya kemiri yang sesuai tumbuh pada lahannya.

Kemauan menanam dan mempertahankan tanaman kemiri untuk beberapa

masyarakat juga dilatarbelakangi oleh faktor harga yang membaik.

2 Peraturan masyarakat

Peraturan masyarakat adalah peraturan-peraturan yang ada dalam

lingkungan masyarakat (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang

mengatur pemanfaatan atau pengelolaan sumberdaya alam, dimana peraturan ini

juga berlaku dalam kelompok masyarakat untuk pengelolaan tanaman kemiri.

Peraturan-peraturan dalam pengelolaan sumberdaya alam dalam lingkungan

masyarakat adalah dalam hal pelarangan penebangan pohon di kawasan sumber

Page 120: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

99

mata air dan larangan penebangan pohon pada kawasan hutan yang dikeramatkan.

Hal ini tentu berperan dalam menjaga keberadaan hutan agar tidak dirusak.

Peraturan larangan yang sama juga terdapat pada masyarakat Kasepuhan di

Banten (Suharjito dan Saputro 2008).

Peraturan lainnya adalah adanya sanksi yang dikenakan kepada seseorang

jika terbukti bersalah dengan melakukan kesalahan seperti mencuri hasil-hasil

pertanian. Jika terbukti melakukan pencurian hasil-hasil pertanian (termasuk

kemiri), maka akan dikenakan sanksi tegas sesuai dengan kesepakatan yang sudah

disepakati sebelumnya. Seperti di Pamah, dikenakan sanksi membayar denda

seharga 1 mayam emas. Hal ini juga berlaku di Desa Pasir Tengah, tetapi sudah

mulai lemah, karena bila ada terjadi pencurian, sanksi yang diterima sudah

berubah dan biasanya sudah ada komunikasi dalam menuju perdamaian. Pada

perkembangan saat ini, bila ada permasalahan dalam lingkungan masyarakat,

maka akan dibawa dalam lembaga adat dan lembaga desa untuk mencari solusi

yang terbaik dalam mengatasinya.

Rahayu dan Awang (2003) menyebutkan bahwa keuntungan finansial yang

masyarakat Desa Pecekelan rasakan dari hutan rakyat telah mendorong

terbentuknya suatu peraturan desa yang mengatur tentang pencurian kayu dan

pakan ternak atau hasil lainnya dari hutan rakyat. Sanksi yang diberikan biasanya

berupa denda yang besarnya diatur berdasarkan keputusan bersama antara yang

punya hutan dengan pencuri dan perangkat desa yang berwenang.

Keberadaan suatu sumber daya alam yang memberikan manfaat kepada

masyarakat akan mendorong timbulnya peraturan-peraturan yang akan menjaga

hak-hak dari masyarakat dari suatu tindakan-tindakan yang merugikan pemilik

sumber daya seperti hasil tanaman kemiri di Desa Pasir Tengah dan Desa Pamah

dan hasil hutan rakyat di Desa Pecekelan.

3 Akses terhadap pelayanan pendukung

Pengelolaan kemiri masyarakat akan berkembang bila didukung oleh akses

yang mendukung seperti penyuluhan, kredit dan teknologi. Untuk bidang

penyuluhan cukup berkembang karena adanya penyuluhan bidang pertanian dan

berjalan secara rutin tetapi untuk bidang tanaman kehutanan tidak ada. Akses

pada bidang kredit juga berkembang tetapi lebih cenderung untuk tanaman

Page 121: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

100

pertanian dan peternakan (Mosher dalam Soekartawi 2002). Sementara akses

tekhnologi juga cenderung untuk bidang pertanian. Akses yang mendukung

pengembangan penanaman tanaman kemiri hampir tidak ada karena kemiri belum

menjadi tanaman yang diinginkan saat ini oleh beberapa masyarakat, bukan

merupakan jenis tanaman yang dapat mengembalikan modal dalam waktu singkat

dan teknologi pemanfaatan hasil yang belum ada, seperti pengupasan kemiri

masih dilakukan manual.

4 Pengangguran

Purnomo (2006) menyebutkan bahwa bidang kehutanan dapat menciptakan

lapangan kerja melalui aktivitas pembalakan di hutan, industri, pengolahan kayu,

program reforestasi hutan, hutan kemasyarakatan dan lain-lain. Pengelolaan hutan

skala kecil mampu menyerap tenaga kerja dan dengan nilai tambah yang lebih

besar dari pengusahaan jenis tanaman lain di sela-sela jenis tanaman utamanya.

Lapangan kerja yang banyak terserap dan uang hasil usaha yang beredar akan

menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis masyarakat.

Nugroho (2010) menyebutkan pengelolaan hutan rakyat dilakukan oleh

tenaga kerja rumah tangga yang berperan sebagai buruh dan sekaligus manajer.

Skala usaha hutan rakyat umumnya kecil dan bersifar padat karya (labour

intensive) sehingga mampu menyerap tenaga kerja pedesaan dalam jumlah besar.

Pencipataan lapangan kerja bidang hutan rakyat terjadi, seperti kegiatan

penebangan, pengangkutan dan industri-industri kayu rakyat. Hal ini juga terjadi

pada pengusahaan kemiri yang dilakukan di Kecamatan Tanah Pinem, yaitu

dengan munculnya usaha-usaha pengupasan kemiri di rumah-rumah penduduk

dan bagi keluarga yang tidak memiliki lahan. Padat karya terjadi pada petani

dengan pola tanaman yang beraneka ragam seperti agroforestry.

Anggota keluarga yang diwawancarai yang berada pada usia produktif

secara umum sudah bekerja dengan ikut melakukan kegiatan usaha tani yang

dilakukan oleh keluarganya ataupun yang ikut upahan dengan petani lainnya.

Pekerjaan lain yang dilakukan adalah dengan bekerja melakukan pengupasan

kemiri dan mengikat sirih. Walaupun secara jelas banyak orang yang tidak

memiliki pekerjaan tetap, tetapi masyarakat secara umum sudah bisa mencari

sumber penghasilan bagi dirinya sendiri dan anggota keluarga dengan ikut

Page 122: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

101

bekerja diladangnya sendiri, bekerja di ladang orang lain dan melakukan

pekerjaan lain seperti mengikat sirih, panjat sirih, panen coklat, membabat, dan

lain-lain. Kondisi jumlah penduduk yang tidak bekerja di lokasi penelitian selama

5 tahun (2005-2009) dapat dilihat pada Tabel 32. Jumlah penduduk yang tidak

bekerja setiap tahunnya cenderung menurun. Djajapertjunda (2003) menyebutkan

bahwa hutan rakyat secara langsung akan berdampak pada terbukanya lapangan

pekerjaan. Lapangan pekerjaan ini bisa dalam anggota keluarga petani dan bisa

dari luar anggota keluarga petani. Darusman dan Hardjanto (2006) juga

menyebutkan bahwa hutan rakyat mampu menyerap tenaga kerja di desa.

Penyerapan tenaga kerja dalam bidang usaha kemiri adalah pembabatan

tumbuhan bawah, pengumpulan dan pengangkutan buah serta pengolahan hasil.

Tabel 32 Kondisi penduduk tidak bekerja tahun 2005-2009

No Tahun Desa Total

Kutabuluh Pamah Pasir Tengah

1 2005 331 366 223 920

2 2006 331 366 223 920

3 2007 241 184 230 655

4 2008 145 144 107 396

5 2009 140 146 112 398 Sumber : Kecamatan Tanah Pinem Dalam Angka (2006-2010)

5 Kemiskinan

BPS (2008) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar

(basic needs approach) dalam mengetahui tingkat kemiskinan penduduk.

Pendekatan ini dipandang dari ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

pengeluaran. Jadi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan

untuk Propinsi Sumatera Utara menurut BPS (2008) di tingkat desa tahun 2007

adalah Rp154.827 dan tahun 2008 adalah Rp171.922 dalam Rp/Kapita/bulan.

Dari hasil pengolahan data, besaran pengeluaran responden per bulan dibagi

dengan jumlah anggota keluarga menunjukkan bahwa pengeluaran per kapita per

bulan terendah adalah Rp233.333. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

responden yang berada dalam kategori keluarga miskin karena rata-rata

Page 123: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

102

pengeluarannya perbulan masih di atas garis kemiskinan yang sudah ditetapkan

propinsi yaitu Rp171.922,- Sedangkan jika keseluruhan pengeluaran responden

dibagi dengan jumlah keseluruhan anggota keluarga, maka diperoleh rata-rata

tingkat pengeluaran per kapita semua responden adalah Rp616.677 artinya bahwa

keseluruhan reponden bukan termasuk keluarga miskin karena pengeluaran per

kapitanya masih di atas standar BPS pada tahun 2008.

6 Migrasi penduduk

Perkembangan dan kemajuan suatu tempat dapat dilihat dari jumlah

penduduk yang datang dan yang pergi. Hal ini menunjukkan bahwa suatu tempat

mempengaruhi orang untuk datang dan pergi bila di tempat tersebut ada suatu

kegiatan yang membuat orang untuk datang. Hal ini bisa terjadi karena pada suatu

tempat ada perusahaan baru, lokasi tujuan wisata, kawasan industri, pertanian

modern, kawasan pendidikan dan lain-lain. Misalnya pada suatu kawasan

industri, jumlah penduduk disekitarnya akan cenderung berkembang karena

masyarakat yang datang bekerja, penjual makanan, usaha penginapan, membuka

toko, usaha transportasi dan lain-lain.

Perkembangan suatu tanamanpun akan mempengaruhi orang untuk datang

dan pergi, hal ini berhubungan dengan proses produksi dan pemasaran. Kondisi

perubahan penduduk di lokasi penelitian sejak tahun 2005 sampai tahun 2009

dapat dilihat pada Tabel 33. Pada tabel dapat dilihat bahwa grafik perubahan

jumlah penduduk yang datang dan yang pergi cenderung meningkat. Tetapi, dari

informasi yang diperoleh, hal ini terjadi bukan karena pengaruh dari tanaman

kemiri, tetapi karena mobilitas penduduk yang pindah, menikah ataupun keluarga

yang datang ataupun pergi karena alasan lain. Adanya migrasi penduduk yang

cukup besar sehubungan dengan perkembangan hutan rakyat sebagai dampak dari

penyerapan tenaga kerja dari bidang perkembangan usaha hutan rakyat tidak

dapat ditunjukkan secara signifikan. Dari 63 responden yang diwawancarai,

hanya 1 responden sebagai pendatang untuk mengelola tanaman kemiri keluarga.

Page 124: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

103

Tabel 33 Kondisi penduduk yang datang dan yang pergi tahun 2005-2009

No Tahun Kutabuluh Pamah Pasir Tengah

Datang Pergi Datang Pergi Datang Pergi

1 2005 2 3 3 3 4 2

2 2006 Tidak ada data

3 2007 8 4 7 4 4 3

4 2008 Sama dengan tahun 2007

5 2009 16 17 18 16 16 14 Sumber : Kecamatan Tanah Pinem Dalam Angka (2006-2010)

7 Kapasitas mengakomodasi perubahan

Kapasitas mengakomodasi perubahan dapat dilihat dari tingkat pendidikan

masyarakat, pembangunan infrastruktur dan fasilitas-fasilitas lainnya yang

mendukung perkembangan masyarakat.Untuk tingkat pendidikan, dapat diketahui

dari minat masyarakat yang menyekolahkan anaknya di sekolah lokal (SD, SMP,

SMA) maupun di luar daerah (untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti

SMA atau universitas). Untuk infrastruktur juga mengalami perkembangan

seperti bangunan sekolah, jalan, layanan kesehatan, layanan pertanian dan lain-

lain. Masyarakat secara umum sudah sangat mengakomodasi perubahan yang

diterima dari dunia luar (luar desa) dari media lain seperti televisi, radio, internet,

hp dan lain-lain. Perubahan yang diterima oleh masyarakat adalah perubahan

yang membawa masyarakat ke dalam kehidupan yang lebih baik dan lebih

mudah. Misalnya penggunaan obat-obatan dalam mengatasi penyakit tanaman,

penggunaan zat-zat kimia yang bermanfaat dalam meningkatkan produktivitas

lahan, sarana pengelolaan lahan dengan traktor, sarana teknologi hasil pertanian

seperti pemipil jagung, dll. Sementara untuk kehidupan sehari-hari, juga sudah

menggunakan teknologi dalam bentuk sarana dan prasarana kebutuhan keluarga.

8 Status lahan

Status lahan yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat petani kemiri

adalah lahan yang diperoleh dengan proses membeli, diwariskan orang tua

(Suharjito 2002) maupun yang digarap sendiri atau dibuka sendiri (Yusran 1999;

2005). Gambaran asal usul kepemilikan lahan responden yang menanam kemiri

adalah 30 responden (47,62%) memiliki tanah yang berasal dari warisan orang

tua, 19 responden (30,16%) memiliki tanah yang dibeli dan 14 responden

(22,22%) memiliki tanah dari hasil garapan sendiri.

Page 125: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

104

Status kepemilikan lahan dapat diketahui dari surat-surat kepemilikan

lahan. Pada Tabel 16 dapat dilihat status surat-surat kepemilikan lahan yang

dimiliki oleh responden. Jumlah petani kemiri yang memiliki surat sertifikat lahan

hanya 9 responden (14,29%) sedangkan yang belum memiliki surat sertifikat

tanah sebanyak 54 responden (85,71%).

Tanaman kemiri rakyat yang ada pada lahan-lahan milik masyarakat, jika

dilihat menurut kriteria hutan hak (UU No. 41 tahun 1999), hanya 14,29% yang

memenuhi kriteria tersebut. Tetapi, tidak serta merta 85,71% lainnya tidak dapat

disebut hutan rakyat. Keterangan yang diperoleh dari responden adalah bahwa

semua lahan yang ada pada masyarakat adalah lahan yang sudah menjadi milik

masyarakat itu sendiri yang diperoleh melalui jalur warisan, dibeli dan dibuka

sendiri. Lahan-lahan yang sudah diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya,

tidak akan diganggu gugat oleh siapapun karena sudah ada jelas pemiliknya.

Pembuktian kepemilikan lahan bagi masyarakat yang tidak memiliki

sertifikat dapat dibuktikan dengan kepemilikan fisik tanaman di lahan-lahan

miliknya yang sudah diakui dan diterima oleh masyarakat secara sosial dan tidak

ada klaim dari pihak lain.

Status lahan sudah dimiliki oleh responden dan sudah dikelola dalam waktu

yang lama dan ada yang diperoleh dari orang tua, maka tanaman kemiri rakyat

dapat disebut hutan rakyat. Djajapertjunda (2003) menyebutkan bahwa hutan

rakyat di luar Pulau Jawa berasal dari tanah persekutuan adat yang status haknya

telah berubah bentuk menjadi lahan hak garapan, kemudian menjadi tanah dengan

status hak milik adat dan selanjutnya diubah menjadi hak milik dengan sertifikat.

Jika dalam hak ini ada hutan maka hutan tersebut menjadi hutan rakyat. Proses

pembuatan surat sertifikatlah yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat agar

kepemilikan lahan menjadi terjamin sehingga masyarakat bebas untuk

menentukan akses dan pengendalian atas tanah dan sumberdaya yang ada di

atasnya.

Adapun permasalahan konflik kepemilikan lahan terjadi apabila ada lahan

yang dulu diberikan seseorang kepada orang lain, kemudian ada keluarga

(keturunan pemilik lahan) meng-klaim kembali kepemilikan lahan yang sudah

Page 126: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

105

diberikan tersebut. Permasalahan seperti ini sangat jarang terjadi dan umumnya

dapat diselesaikan dengan baik.

9 Kejelasan batas lahan

Kejelasan status lahan yang dimiliki oleh masyarakat akan disertai dengan

kejelasan batas lahan. Lahan milik masyarakat umumnya sudah memiliki batas-

batas lahan yang sudah diakui oleh masyarakat, dimana hal ini dapat mencegah

terjadinya konflik dalam penggunaan lahan. Batas lahan-lahan yang dimiliki oleh

seseorang dengan batas lahan yang dimiliki oleh orang lain secara jelas dapat

dilihat dilapangan. Batas-batas lahan milik dapat dilihat dengan adanya pembatas

yaitu jalan, sungai, tanaman pinang, tanaman kapuk, tanaman kemiri, jenis

tanaman yang berbeda dan lain-lain.

Hasil wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat menyatakan bahwa tidak

ada permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat mengenai batas kepemilikan

lahan. Konflik mengenai batas lahan pernah terjadi, tetapi hal ini terjadi pada ahli

waris yang tidak mengetahui batas awal lahan yang diwariskan oleh orang tua

atau tanah warisan yang sudah ditinggalkan lama oleh ahli warisnya yang

kemudian beralih ke pihak lain dan lama kelamaan menjadi permasalahan

khususnya pada pemilik lahan disekitarnya. Penyelesaian konflik batas lahan

dapat diatasi dengan jalur pertemuan dengan pihak-pihak yang bertikai.

Gambar 16 Batas kepermilikan lahan dapat diketahui dari jenis tanaman pagar

yang ada (seperti pinang).

Page 127: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

106

10 Terbangunnya hubungan sosial antara masyarakat

Hubungan sosial masyarakat terbangun dengan adanya kebutuhan bersama

dalam lingkungan masyarakat yang memiliki adat istiadat dan latar belakang yang

sama. Hubungan sosial terbentuk dalam lingkungan komunitas yang sama,

sehingga dalam berbagai kondisi, peranan sosial masyarakat sangat berperan

dalam kehidupan sehari-hari, misalnya seperti dalam acara adat kematian dan adat

pernikahan. Hubungan sosial yang terbentuk untuk pengelolaan sumberdaya alam

adalah dalam hal tolong menolong pada saat panen, penanaman dan penggunaan

sarana produksi atau alat-alat pertanian. Hubungan sosial yang sama juga tercipta

pada masyarakat di Desa Buniwangi-Sukabumi (Suharjito 2002). Mehendra

(2009) menyebutkan bahwa salah satu pengaruh hutan rakyat dari aspek sosial

dapat dilihat dari hubungan sosial yang terjalin dan budaya bercocok tanam

menjadi budaya semua orang dalam domain semua kelas umur.

Hasil penilaian keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri rakyat di

Kecamatan Tanah Pinem dari aspek sosial masuk pada kategori berkelanjutan

dengan catatan. Hal ini dapat dilihat bahwa partisipasi masyarakat menanam

kemiri sudah mulai menurun karena dampak dari berbagai permasalahan yang

muncul seperti produksi yang menurun, kondisi kesehatan tanaman dan lain-lain.

Sementara dari aspek kepemilikan lahan, batas lahan, peraturan dalam lingkungan

masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam, hubungan sosial, akses

terhadap pelayanan pendukung dapat membantu dalam mencapai pengelolaan

sumberdaya alam yang berkelanjutan, tetapi perlu pembenahan-pembenahan yang

lebih baik dari instansi terkait untuk mendorong minat masyarakat kembali

menanam kemiri pada lahan-lahan miring. Kelestarian pengelolaan suatu

sumberdaya alam yang tumbuh dalam lingkup lokal masyarakat dapat dilihat dari

sudut sejauhmana sumberdaya tersebut memberikan manfaat pada kesejahteraan

masyarakat, distribusi manfaat sumberdaya alam bagi masyarakat, kapasitas

masyarakat untuk mengakomodasi perubahan dan akseptabilitas sosial atau

pengelolaan sumberdaya alam diterima secara ekologi, ekonomi dan nilai sosial

yang berlaku dalam lingkungan masyarakat (Davis et al. 2001).

Page 128: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

107

5.3.4 Analisis keberlanjutan

Secara keseluruhan hasil penilaian terhadap indikator dari semua aspek

yang diperoleh sebagai berikut:

1. Indikator yang bernilai Baik sebanyak 10 (35,71%) atau masih di bawah 50%

dari keseluruhan indikator yang dinilai, tetapi berada di atas 25% dari

keseluruhan indikator yang dinilai.

2. Indikator yang bernilai Cukup sebanyak 15 (53,57%) atau berada diatas 50%

dari keseluruhan indikator yang dinilai.

3. Indikator yang bernilai Jelek sebanyak 3 (10,72%) atau berada dibawah 25%

dari keseluruhan indikator yang dinilai.

Dari hasil penilaian ini, maka keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dari

aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek sosial adalah “berkelanjutan dengan

catatan” karena hanya memenuhi persyaratan: Baik > 25% x n; Cukup > 50% x n;

Jelek < 25% x n.

Tanaman kemiri adalah salah satu tanaman hasil hutan bukan kayu

penghasil buah. Tanaman ini memiliki banyak manfaat, buahnya untuk bahan

baku industri dan penyedap makanan, kulit buah yang keras sebagai bahan baku

obat nyamuk bakar dan saat ini dijadikan sebagai bahan bakar industri yang

menggunakan pengering (dryer), kayunya sebagai bahan baku kayu lapis dan

tanamannya sendiri sebagai tanaman yang cocok untuk merehabilitasi lahan-lahan

kritis. Jika dilihat, maka sebenarnya tanaman kemiri memiliki multi manfaat baik

pada aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Tetapi, manfaat ini belum sepenuhnya

dilirik dan dijadikan pemerintah sebagai program dalam mengatasi luas lahan

kritis yang meningkat dan sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat.

Tanaman kemiri hampir tumbuh dan berkembang di semua tempat di

Indonesia. Keberadaan tanaman kemiri pada suatu tempat sangat berlatar

belakang dengan sejarah keberadaannya pada tempat tersebut. Tanaman kemiri

rakyat yang ada di Kecamatan Tanah Pinem sudah ada sejak dahulu.

Tanaman kemiri adalah tanaman yang tumbuh secara alami di lahan-lahan

milik dan kawasan hutan. Kepemilikan lahan tanaman kemiri adalah berasal dari

tanah adat yang kemudian diwariskan kepada keturunannya. Terdapat 30

responden (47,62%) yang memiliki tanaman kemiri dari warisan, hal ini

Page 129: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

108

menunjukkan bahwa tanaman kemiri telah menjadi tanaman yang berlangsung

secara turun temurun yang berlanjut sampai sekarang. Kemudian, untuk beberapa

pihak terjadi transaksi jual beli baik pada penduduk asli maupun pada penduduk

pendatang. Kepemilikan lahan tanaman kemiri tidak hanya dari warisan atau

dibeli, tetapi ada juga yang membuka hutan dan menjadikannya sebagai milik.

Pada saat kemiri belum laku diperjualbelikan, buahnya hanya dimanfaatkan

oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti bumbu

dapur, obat sakit perut, obat bisul dan bahan bakar untuk lampu penerang.

Kemudian pelahan-lahan kemiri dibawa ke pasar dan mulai laku dan

diperjualbelikan. Sekitar tahun 1955 disebutkan bahwa kemiri sudah laku

diperdagangkan. Sejak itu, kemiri menjadi tanaman yang menghasilkan bagi

masyarakat dan umumnya tanaman kemiri pada periode tersebut menghasilkan

buah hampir sepanjang tahun.

Pada tahun 1980-an disebutkan bahwa setiap minggunya ada sekitar 100 ton

buah kemiri kupas yang siap angkut keluar dari Kecamatan Tanah Pinem. Bahkan

karena banyaknya, kadang-kadang tidak dapat diangkut karena keterbatasan

sarana pengangkutan. Kondisi ini berbeda dengan kondisi yang ada sekarang.

Dari hasil pengolahan data yang diperoleh, produksi kemiri kupas yang dihasilkan

pada tahun 2010 hanya 583,33 kg/ha. Berarti ada penyimpangan yang sangat jauh

antara produksi tahun 1980-an dengan tahun 2010. Hal ini dapat dijelaskan oleh

penurunan luas tanaman kemiri, kondisi kesehatan tanaman dan umur tanaman

yang memasuki kategori tidak produktif cukup banyak.

Pada saat tanaman kemiri masih berperan dalam kehidupan masyarakat,

masyarakat sangat menggantungkan kehidupannya dari kemiri. Masyarakat dari

usia muda sampai tua mendapatkan uang dari kemiri. Banyak anak-anak yang

sudah kenal uang dan bisa mencarinya dengan bekerja sebagai upahan baik untuk

mengumpulkan kemiri di ladang maupun mengupasnya.

Keadaan ini mulai berubah dengan adanya serangan hama dan penyakit,

seperti ulat pemakan daun, penggerak batang dan gugur buah. Perubahan musim

penghujan dan musim kemarau yang tidak jelas, mempengaruhi musim berbunga

dari tanaman kemiri yang berdampak pada musim berbuah. Pada akhir-akhir ini,

Page 130: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

109

masyarakat menyebutkan bahwa musim berbuah sudah berubah dan buah tidak

lagi dapat diperoleh sepanjang tahun.

Perubahan dan permasalahan yang terjadi, telah mempengaruhi masyarakat

beralih untuk menanam tanaman lain. Pada daerah yang lebih landai, masyarakat

mulai beralih menanam tanaman seperti jagung, cokelat, pisang, pepaya dan

sawit. Selain karena perubahan produksi yang menurun, salah satu faktor yang

juga kurang mendukung adalah fluktuasi harga. Fluktuasi harga kemiri antara

tahun 1997 sampai awal tahun 2011 adalah seperti Gambar 17.

Sumber : Kecamatan Tanah Pinem (1997 – 2004) dan hasil wawancara untuk data tahun 2005-2011

Gambar 17 Fluktuasi harga kemiri di lokasi penelitian.

Pola perubahan penggunaan lahan yang mulai beralih ke tanaman muda

disebabkan karena pengaruh harga pasar yang lebih besar dan stabil, pendapatan

yang diperoleh lebih besar dan cepat (jagung bisa panen 2 kali setahun dan

cokelat bisa memberikan penghasilan bulanan). Peralihan ini juga dipengaruhi

oleh umur tanaman kemiri yang sudah melewati umur produktif. Masyarakat

yang melakukan replanting pada tanaman kemirinya adalah masyarakat yang

memiliki lahan pada lahan-lahan miring yang tidak bisa ditanami dengan tanaman

pertanian seperti padi dan jagung.

Tanaman kemiri rakyat yang masih utuh keberadaannya adalah lahan-lahan

milik yang ada pada daerah lahan miring, pinggir sungai, lembah/jurang dan

daerah terjal dan juga pada lahan masyarakat yang masih merasakan manfaat dari

Page 131: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

110

tanaman tersebut. Juga lahan-lahan yang datar tetapi dimiliki oleh masyarakat

yang kurang produktif dan atau memiliki pekerjaan utama bukan sebagai petani.

Di Desa Kutabuluh, tanaman kemiri masih terjaga diantara tanaman lain,

sementara di Pamah dan Pasir Tengah, tanaman kemiri rakyat yang masih tinggal

terdapat pada lahan-lahan miring, jaraknya cukup jauh dari perumahan penduduk

dan di sekitar kawasan hutan.

Hasil analisis keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri berdasarkan

indikator yang diperoleh adalah “berkelanjutan dengan catatan”. Jika pengelolaan

yang dilakukan masih sama dan tidak ada upaya memperbaiki kondisi tanaman

maka pengelolaan tanaman kemiri dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial bisa

menjadi tidak berkelanjutan. Untuk mencapai pengelolaan yang berkelanjutan,

maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan dengan dasar pertimbangan sbb:

1 Kondisi topografi

Luas wilayah Kecamatan Tanah Pinem yang termasuk pada kategori

curam dan terjal adalah 39.546 ha atau hampir 90% dari total luas lahan.

Maka jenis tanaman yang cocok dan sesuai untuk dikembangkan adalah jenis

tanaman yang memiliki sistem perakaran kuat, tanaman tahunan dan jenis

endemik setempat. Penanaman tanaman pertanian seperti jagung, kurang

sesuai ditanam pada lahan miring karena pengelolaan lahan dengan sistem

land clearing (tebang habis) dapat menyebabkan terjadinya erosi sangat

tinggi. Apalagi dengan proses tanam dan panen yang cukup cepat (2 kali

setahun) sehingga dapat menimbulkan penurunan unsur hara tanah. Dengan

kondisi ini, sebaiknya lahan-lahan milik masyarakat yang ada pada daerah

miring ditanami kembali jenis tanaman kayu-kayuan seperti kemiri, karena

kemiri merupakan ciri khas tanaman setempat atau jenis tanaman lain yang

cepat tumbuh (fast growing) maupun jenis MPTS lainnya sehingga bisa

bermanfaat bagi masyarakat dari aspek ekonomi dan aspek ekologi.

2 Lahan kritis

Luas lahan kritis di Kecamatan Tanah Pinem menurut BPDAS Wampu

Sei Ular tahun 2010 adalah 30.718,44 ha atau sekitar 70% dari total luas

lahan. Adapun rincian luas lahan kritis di Kecamatan Tanah Pinem

berdasarkan arahan fungsi lahan adalah seperti Tabel 34. Hal ini

Page 132: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

111

menunjukkan bahwa perlu dilakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan

dalam rangka meningkatkan peran lahan sebagai media produksi dan sebagai

media pengatur tata air. Kegiatan yang bisa dilaksanakan dalam bidang

kehutanan adalah reboisasi pada kawasan hutan dan penghijauan di luar

kawasan hutan.

Tabel 34 Luas lahan kritis di Kecamatan Tanah Pinem

No Kriteria

lahan kritis

Arah fungsi penggunaan lahan Jumlah

APL HL HSA (HK) HP/HPT

1 Sangat kritis 2661,73 - - 82,93 2.744,66

2 Kritis 5.164,68 8.106,89 - 4.369,76 17.641,33

3 Agak kritis 2.937,10 3.110,75 - 4.284,60 10.332,45

Jumlah 10.763,51 11.217,64 - 8.737,29 30.718,44 Sumber : BPDAS Wampu Sei Ular (2010)

3 Regenerasi tanaman

Tanaman masyarakat umumnya belum menunjukkan regenerasi yang

berkelanjutan dalam menghasilkan buah. Untuk memulihkan kembali fungsi

tanaman kemiri sebagai produksi hasil tanaman rakyat, maka perlu dilakukan

regenerasi tanaman. Regenerasi tanaman pada satuan luas, dapat dilakukan

secara bertahap dengan tujuan agar tetap dapat menghasilkan bagi

masyarakat. Metode regenerasi dapat dilakukan dengan mendekati kriteria

lestari pada hutan tanaman. Sebagai contoh: luas lahan 1 ha, jarak tanam 10m

x 10m, maka jumlah pohon adalah 100 batang. Daur tanaman ditentukan

selama 7 tahun. Maka, luas lahan dibagi menjadi 5 petak dengan luas masing-

masing petak adalah 2.000 m2. Kondisi tanaman pada saat sudah berumur 35

tahun, sudah layak dilakukan regenerasi penanaman. Jika dilakukan

penebangan pohon secara keseluruhan, maka pendapatan dari buah akan

terhenti pada saat itu juga. Tetapi jika penebangan hanya dilakukan pada satu

petak saja, maka luas areal yang menghasilkan buah akan berkurang dan

tinggal 8.000 m2. Setelah penebangan pada petak pertama, maka kembali

dilakukan penanaman, pemupukan dan pemeliharaan. Pada tahun ke-5,

tanaman sudah kembali dapat menghasilkan buah. Tujuh tahun kemudian

(daur ke-2), dilakukan penebangan pada petak ke-2 dan kemudian dilakukan

penanaman kembali pada lahan tersebut. Hal ini dilakukan sampai daur ke-5.

Page 133: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

112

Setelah daur ke-5, petak ke-1 sudah berumur 35 tahun, maka bisa dilakukan

kembali peremajaan dengan kembali melakukan kegiatan seperti langkah di

atas. Jika tujuan penanaman adalah komersil untuk mendapatkan penghasilan

dari buah kemiri, maka proses pengelolaan dengan sistem peremajaan secara

bertahap bisa dilakukan agar keberlanjutan mendapatkan buah terjamin. Pada

saat yang sama, setiap hasil penebangan tanaman kemiri dapat dijual pada

pasar yang tersedia dan didukung oleh aksesibilitas pengangkutan. Penjualan

kayu kemiri cukup berpotensi dilakukan karena di Sumatera Utara terdapat

industri yang menggunakan kayu kemiri sebagai bahan baku kayu lapis.

4 Rehabilitasi dengan teknik konservasi

Kondisi lahan di Kecamatan Tanah Pinem adalah 90% masuk pada

kategori curam dan terjal. Hal ini menunjukkan bahwa lahan-lahan di

kecamatan Tanah Pinem sangat rawan terhadap bahaya erosi dan tanah

longsor. Untuk lahan-lahan yang saat ini sudah tidak produktif, berada pada

lahan miring curam dan terjal, maka perlu dilakukan rehabilitasi lahan

dengan penanaman tanaman keras dan dengan teknik konservasi tanah.

Teknik konservasi tanah dan air yang dapat dilakukan secara mekanis antara

lain pengolahan tanah menurut kontur, guludan, teras dan lain-lain (Suripin

2004). Penanaman kemiri pada lahan miring harus dilakukan menurut garis

kontur (melintang terhadap lereng) dengan sistem teras, tujuannya agar akar

tanaman berperan dalam menghambat aliran permukaan, memungkinkan

adanya penyerapan air dan menghindarkan hilangnya humus tanah akibat

erosi.

5 Menerapkan pola tanam yang efektif

Untuk mengefektifkan fungsi lahan sebagai media tumbuh pohon dan

meningkatkan produksi lahan, maka pola tanaman yang digunakan sebaiknya

menggunakan metode segitiga karena jumlah pohon yang ditanam akan lebih

banyak jika ditanam dengan metode bujursangkar. Jika jarak tanam 8m x 8m,

maka jumlah pohon yang ditanam adalah 156 pohon/ha apabila mengikuti

kaidah bujursangkar, sedangkan bila mengikuti kaidah segitiga, jumlah

pohon yang ditanam adalah 175 pohon/ha (Paimin 1994). Pola tanam ini juga

sesuai dilakukan pada lahan yang bertopografi curam dan terjal.

Page 134: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

113

6 Penyuluhan Kehutanan Lapangan

Keberadaan kelompok tani sudah mengindikasikan bahwa akses

penyuluhan pada lingkungan masyarakat sudah berjalan dan berperan dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakarat melalui pengenalan sarana dan

prasarana pertanian yang sudah berkembang. Pemberdayaan kelompok tani

dapat diperluas dalam bidang kehutanan. Hal ini disebabkan karena penyuluh

lapangan bidang kehutanan hampir tidak ada. Tujuan dari kegiatan ini adalah

dalam melakukan pemulihan fungsi dan peran lahan masyarakat dalam

mendatangkan manfaat dengan tujuan memulihkan fungsi lahan sebagai

media produksi dan media pengatur tata air. Penyuluh ini nantinya akan

berperan dalam melatih masyarakat dalam melakukan penanaman kemiri

(dan jenis tanaman kehutanan lainnya) sesuai dengan teknik budidayanya

untuk tujuan mendapatkan produksi yang bermanfaat sebagai sumber

penghasilan masyarakat yang memiliki lahan pada lahan-lahan miring.

7 Pasar dan hubungannya dengan pengembangan

Produksi berhubungan dengan pemasaran. Pemasaran buah kemiri

sebenarnya tidak sulit, karena permintaan akan kemiri setiap tahun cenderung

meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Paimin (1994)

menyebutkan permintaan kebutuhan kemiri setiap tahunnya akan naik

sebesar 10-20%. Pada tahun 1975 sampai tahun 1995, Indonesia merupakan

salah satu negara yang mengekspor kemiri. Tahun 1996 sampai 2003 tidak

ada ekspor dan kembali mengeskpor tahun 2004 dan 2005. Ekspor terakhir

kemiri Indonesia adalah tahun 2005. Sampai tahun 2010 tidak ada lagi ekspor

kemiri. Sementara itu, pada tahun 2004 dan 2005, Indonesia melakukan

impor kemiri sebanyak masing-masing 13 ton (62.000 US$) dan 15 ton

(27.000 US$). Seharusnya, Indonesia tidak perlu mengimpor kemiri karena

kemiri adalah tanaman yang hampir tumbuh di semua tempat di Indonesia.

Hal ini menunjukkan bahwa belum ada perhatian serius dalam

pengembangan tanaman kemiri dalam memenuhi kebutuhan domestik. Jika

pengelolaan kemiri dilakukan oleh pemerintah dengan mengembangkan pola

penanaman kemiri yang ada pada lahan-lahan milik rakyat, maka peran

kemiri sebagai sumber devisa negara, sumber pendapatan daerah, sumber

Page 135: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

114

pendapatan masyarakat dan sebagai tanaman yang bermanfaat bagi

lingkungan akan sangat dapat dirasakan. Untuk itu, pemerintah perlu

melakukan program khusus pemberdayaan masyarakat dalam memulihkan

peran tanaman kemiri dalam bentuk hutan rakyat, hutan kemasyarakatan dan

hutan tanaman rakyat (lahan yang ada dalam kawasan hutan) serta hutan

tanaman industri untuk mendukung penyediaan bahan baku kayu lapis.

Tanaman kemiri dapat dijadikan sebagai tanaman industri (untuk

menghasilkan kayu) dengan jarak tanaman yang lebih sempit (4m x 4m)

sehingga batang yang dihasilkan bulat dan lurus.

8 Sinergi antar sektor

Perlu adanya sinergi antara instansi seperti dinas kehutanan dan

perkebunan, dinas pertanian, dinas perdagangan dan dinas pemberdayaan

masyarakat serta dinas terkait lainnya dalam mendukung potensi tanaman

kemiri sebagai tanaman yang multi manfaat, yaitu sebagai sumber

penghasilan masyarakat, sumber pendapatan daerah, manfaat lingkungan dan

lain-lain. Peran antar sektor diharapkan saling mendukung sehingga tujuan

setiap sektor tidak overlapping yang bertujuan untuk mencapai tujuan

pembangunan nasional dan daerah.

Hal-hal tersebut di atas dapat menjadi bahan pertimbangan dan dapat

dilakukan dengan tujuan agar pengelolaan tanaman kemiri pada masa yang akan

datang menjadi berkelanjutan, dapat berperan dalam mendatangkan penghasilan

petani, meningkatkan pendapatan daerah dan berperan dalam menjaga fungsi

hutan dan lahan. Sebaliknya, jika tanaman kemiri tidak dijadikan sebagai tanaman

yang layak untuk diusahakan, terjadi penebangan serta peralihan menjadi tanaman

lain, maka keberlanjutan pengelolaan kemiri pada masa yang akan datang akan

turun menjadi “tidak berkelanjutan”.

Untuk mencapai keberlanjutan pengelolaan kemiri, maka perlu dibuat

prioritas kegiatan yang dapat diperbaiki dari beberapa indikator, khususnya

indikator yang bernilai Cukup dan Jelek. Pada Tabel 35 dapat dilihat prioritas

indikator yang dapat diperbaiki dan kegiatan yang harus dilakukan untuk

mencapai keberlanjutan pengelolaan tanaman kemiri. Selanjutnya, dari prioritas

kegiatan yang yang sudah dibuat, dikembangkan menjadi program-program yang

Page 136: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

115

perlu dilakukan yang kemudian menentukan kegiatan-kegiatan yang lebih

spesifik dari setiap program yang perlu dilakukan untuk mencapai suatu tujuan

yang diharapkan dalam mencapai keberlanjutan yang diharapkan. Adapun

rekomendasi program dan kegiatan yang perlu dilakukan agar pengelolaan

tanaman kemiri rakyat dapat mencapai keberlanjutan adalah seperti Tabel 36, 37

dan 38. Pada rekomendasi ini juga ditentukan pihak-pihak yang perlu berperan

dalam kegiatan tertentu sehingga setiap pihak mengetahui perannya masing-

masing.

Page 137: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

116

Tabel 35 Prioritas perbaikan dan kegiatan yang perlu dilakukan

No Aspek Indikator Nilai Kegiatan Rencana Program Prioritas

1 Ekologi Erosi B - - -

Produktivitas lahan C Pengelolaan lahan yang

intensif, regenerasi tanaman

Regenerasi

penanaman

2

Karakteristik air B - - -

Kualitas air C Pengelolaan air (dinas terkait)

- -

Cara-cara mengambil

manfaat

B - - -

Pengendalian hama dan

penyakit

C Penelitian tentang hama

dan penyakit tanaman kemiri

Penelitian 5

Adanya gangguan

(kebakaran, hama penyakit, banjir,tanah

longsor, dll)

C Pencegahan dan

pengendalian

Penyuluhan dan

sosialisasi dalam upaya mengatasi

gangguan

4

Struktur tegakan hutan C Penanaman lahan-lahan

yang sudah rusak, lahan-

lahan kosong, lahan kritis,

dan lain-lain

Rehabilitasi hutan

dan lahan melalui

HR, HTR, HKm,

Reboisasi dan Agroforestry

1

Aktivitas penanaman

menjamin penutupan

lahan

C

Adanya upaya

konservasi tanah

C Pembuatan bangunan KTA

& konservasi secara mekanis

Pembuatan

bangunan KTA

3

2 Ekonomi Sumber modal untuk

kegiatan penanaman

J Bantuan kredit dari

pemerintah, swasta, LSM

dan mitra

Penyaluran bantuan

kredit, kemitraan

1

Peningkatan

pendapatan

C Pengelolaan intensif,

agroforestry

RHL (Agroforestry) 2

Kelayakan usaha B - - - Penyerapan tenaga

kerja

B - - -

Kesejahteraan masyarakat

J Kegiatan dari BKKBN - -

Kepastian potensi

produksi buah dan kayu

C Regenerasi tanaman dan

pencegahan hama dan penyakit

Regenerasi

penanaman

3

Keuntungan usaha C - - -

Akses pasar B - - -

3 Sosial Partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan

sumberdaya alam

C Sosialisasi penanaman

kayu-kayuan (khususnya

jenis-jenis yang dapat mendatangkan manfaat

bagi masyarakat dan aspek

ekologi). Misalnya: Jenis tanaman yang cepat

tumbuh (fast growing) dan

MPTS.

Penyuluhan 1

Peraturan di

masyarakat dalam

pemanfaatan sumberdaya alam

C - - -

Akses terhadap pelayan

pendukung (kredit, penyuluhan dan

masukan tekhnologi)

C Mempermudah masyarakat

dalam menjangkau akses pelayanan yang

mendukung

Penyuluhan 2

Pengangguran B - - - Kemiskinan B - - -

Migrasi penduduk J - - -

Kapasitas masyarakat untuk mengakomodasi

perubahan

C Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan

penyuluhan dan meningkatkan infrastruktur

pembangunan daerah

Penyuluhan dan pembangunan

daerah

3

Status lahan B - - - Kejelasan batas lahan B - - -

Terbangunnya

hubungan sosial antara masyarakat

C - - -

Page 138: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

117

Tabel 36 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan

tanaman kemiri rakyat dari aspek ekologi

No Program Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai Pelaksana

1

Rehabilitasi

hutan dan

lahan

Hutan rakyat,

agroforestry

Hutan

kemasyarakatan

(HKm) dan hutan

tanaman rakyat

(HTR)

Reboisasi (lahan

kritis pada

kawasan hutan)

Penghijauan lahan-lahan

milik masyarakat khususnya

lahan-lahan yang ada di

daerah bertopografi curam

dan terjal (>250) dengan

tujuan meningkatkan fungsi

ekologi bagi lingkungan dan

fungsi ekonomi bagi

masyarakat

Pemberdayaan masyarakat

lokal yang diberi kesempatan

memanfaatkan sumberdaya

hutan pada kawasan hutan

lindung dan/atau kawasan

hutan produksi

Penanaman kembali lahan-

lahan hutan yang sudah rusak

untuk memulihkan fungsi

hutan sebagai media tata air

dan media produksi

1. Masyarakat

2. Pemda

3. Dishutbun

kabupaten

4. Dishutprop

5. Kemenhut

1. Dishutbun

kabupaten

2. Pemda

3. Dishutprop

4. Masyarakat

5. Kemenhut

1. Dishutbun

kabupaten

2. Dishutprop

3. Kemenhut

4. Pemda

2

Regenerasi

penanaman

Penerapan

metode

penanaman

dengan teknik

silvikultur yang

berkelanjutan

Manfaat yang akan diperoleh

masyarakat akan

berkelanjutan dan hasil yang

diperoleh berkesinambungan

dengan metode daur tanam

1. Penyuluh

2. Dishutbun

3. Peneliti

4. Universitas

3

Konservasi

Tanah dan

Air

Pembuatan

bangunan

konservasi tanah

dan air

Mencegah terjadinya banjir,

tanah longsor, erosi dan

kekeringan dengan kegiatan

pembuatan teras, guludan,

gully plug, dam pengendali,

sumur resapan, embung dan

lain-lain

1. Pekerjaan umum

2. Pemda

3. Dishutbun

kabupaten

4. Masyarakat

4

Penyuluhan

Penyuluhan dan

sosialisasi dalam

upaya mengatasi

gangguan yang

terjadi (hama dan

penyakit, banjir

dan longsor)

Meningkatkan kemampuan

masyarakat mengatasi

permasalahan hama dan

penyakit serta upaya

penanggulangannya

Meningkatkan pemahaman

masyarakat tentang

pentingnya pohon dalam

mencegah terjadinya banjir

dan tanah longsor

1. Penyuluh

(Kehutanan dan

pertanian)

2. Pemda

(Kabupaten,

kecamatan dan

desa)

3. LSM

5

Penelitian

Penelitian untuk

mengatasi hama

dan penyakit

Untuk mendapatkan cara atau

metode yang dapat digunakan

untuk mengatasi masalah

penyakit yang menyerang

tanaman kemiri seperti gugur

buah

1. Peneliti

2. Universitas

3. LSM

4. Penyuluh

Page 139: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

118

Tabel 37 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan

tanaman kemiri rakyat dari aspek ekonomi

No Program Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai Pelaksana

1

2

Penyaluran

kredit

Kemitraan

Pemberian modal usaha

bagi masyarakat lemah

dengan kredit ringan

Pembangunan

kerjasama kemitraan

dengan industri

pengguna bahan baku

kemiri

Memberdayakan masyarakat

pemilik lahan dengan bantuan

modal kredit bunga ringan

Mitra dapat menyalurkan bantuan

dana bagi masyarakat dan mitra

dapat menampung produksi kemiri

rakyat dengan harga yang terjamin

1. Pemda

2. BPR

3. Bank

4. Mitra usaha

5. Penyuluh

6. Masyarakat

1. Disperindag

2. Masyarakat

3. Industri/

perusahaan

4. Pemda

3 RHL

(Agroforestr

y)

Pola tanaman campuran

antara tanaman kayu-

kayuan dan tanaman

pertanian

Meningkatkan pendapatan petani

dari tanaman pertanian dan

tanaman kayu-kayuan secara

berkelanjutan yang berperan dalam

menjamin kesinambungan

penghasilan masyarakat

1. Masyarakat

2. Penyuluh

3. LSM

4. Dishutbun

kabupaten

5. Dinas

pertanian

kabupaten

4 Regenerasi

penanaman

Pengaturan daur

tanaman

Agar potensi produksi kemiri yang

diperoleh petani dapat

berkelanjutan

1. Masyarakat

2. Penyuluh

3. Dishutbun

kabupaten

Tabel 38 Rekomendasi program dan kegiatan untuk perbaikan pengelolaan

tanaman kemiri rakyat dari aspek sosial

No Program Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai Pelaksana

1 Penyuluhan

dan

sosialisasi

Sosialisasi penanaman

kayu-kayuan (khususnya

jenis-jenis yang dapat

mendatangkan manfaat

bagi masyarakat dan

aspek ekologi). Misalnya:

Jenis tanaman yang cepat

tumbuh (fast growing)

dan MPTS.

Meningkatnya pemahaman dan

pengetahuan masyarakat tentang

tanaman-tanaman kehutanan

yang dapat berproduksi cepat,

layak untuk ditanam dan dapat

meningkatkan pendapatan

masyarakat sehingga

menimbulkan minat bagi

masyarakat untuk mau menanam

di lahan-lahan miliknya

1. Penyuluh

2. Masyarakat

3. Dishutbun

kabupaten

4. LSM

Mempermudah

masyarakat dalam

menjangkau akses

pelayanan kredit,

penyuluhan dan teknologi

Mudahnya petani menjangkau

layanan pendukung dalam

meningkatkan kemampuannya

dalam mengembangkan usahanya

melalui akses kredit, penyuluhan

dan teknologi

1. Penyuluh

2. Masyarakat

3. Dishutbun

kabupaten

4. Dinas

pertanian

2 Percepatan

pembangun

an

infrastruktur

Pembangunan sarana dan

prasarana umum untuk

meningkatkan kapasitas

masyarakat dalam

mengakomodasi

perubahan (sekolah,

jalan, puskesmas, dan

lain-lain)

Meningkatnya kapasitas

masyarakat dalam mengakomdasi

perubahan seperti perbaikan

mutu pendidikan, mempermudah

akses masyarakat dalam

menjangkau perkotaan dalam

melakukan transaksi hasil-hasil

pertanian, dan lain-lain

1. Pemda

2. Pihak

kecamatan dan

desa

Page 140: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

119

Jika kegiatan-kegiatan tersebut di atas dapat dilakukan secara bertahap dan

berkesinambungan, maka diharapkan dapat sampai pada tujuan pengelolaan

tanaman kemiri rakyat yang berkelanjutan. Pengelolaan sumberdaya alam yang

berkelanjutan, jika sumberdaya alam tersebut saat ini dapat dimanfaatkan oleh

generasi sekarang dan pemanfaatan itu tidak mengganggu kesempatan generasi

yang akan datang untuk memperolehnya (Davis et al. 2001; Fauzi 2006). Untuk

menjamin manfaat tanaman kemiri dapat diperoleh generasi yang akan datang,

maka keberlanjutan pengelolaan kemiri harus diperhatikan.

Masyarakat Kecamatan Tanah Pinem masih sangat tergantung pada usaha

pertanian. Dengan kondisi topografi curam dan terjal, sebaiknya jenis tanaman

yang ditanam adalah tanaman-tanaman yang mampu mendatangkan penghasilan

bagi penduduk secara berkelanjutan. Tanaman kemiri adalah salah satu jenis

tanaman yang multi manfaat karena dapat memberikan hasil buah untuk dipanen

setiap tahun (umur 5-35 tahun), berfungsi sebagai tanaman perlindungan tanah

dan air dan menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Tanaman kemiri dapat

menjadi sumber, menyediakan lapangan kerja dan berperan dalam fungsi

ekologis, menunjukkan bahwa tanaman kemiri memiliki sifat multiflier effect.

Pembahasan tentang pengelolaan kemiri dari aspek ekologi, ekonomi dan

sosial menunjukkan bahwa pengembangan tanaman kemiri dalam kegiatan hutan

rakyat dapat berperan dalam mencapai tujuan pengembangan hutan rakyat. Dari

aspek ekologi, pohon kemiri berperan dalam melindungi tanah dari erosi dan

menjamin penutupan permukaan tanah karena tajuknya yang lebar. Dari aspek

ekonomi, tanaman kemiri berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat

karena buah, kulit cangkang dan kayunya dapat dijual. Sedangkan dari aspek

sosial menunjukkan bahwa tanaman kemiri dapat mengurangi pengangguran

karena menyerap tenaga kerja dari dalam keluarga dan luar keluarga. Jika usaha

yang sama dikembangkan dalam bentuk hutan rakyat yang dikelola secara

intensif, maka pengembangan hutan rakyat dengan jenis tanaman kemiri dapat

sampai pada tujuannya yaitu meningkatkan pendapatan petani, peningkatan

kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan pemerintah daerah secara

berkesinambungan.

Page 141: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

120

Page 142: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

121

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk mengelola tanaman

kemiri adalah umur petani, luas lahan, pendapatan, asal usul lahan dan

aksesibilitas ke ladang. Kelima faktor tersebut berperan dalam memberikan

peluang bagi pengembangan tanaman kemiri. Faktor yang dapat menjadi peluang

bagi pemerintah untuk mengembangkan penanaman kemiri adalah lahan-lahan

masyarakat di sekitar kawasan hutan, masyarakat berpenghasilan rendah, lahan-

lahan yang sulit dijangkau, lahan-lahan milik masyarakat yang masih luas dan

umur petani yang mulai kurang produktif. Salah satu faktor yang sangat berperan

mendukung pengembangan penanaman kemiri pada lahan masyarakat adalah

kondisi biofisik lapangan yang curam dan terjal. Pada satu sisi, masyarakat

mengharapkan hasil yang maksimal dari lahan miliknya, pada sisi lain

pengelolaan lahan harus menerapkan kaidah konservasi tanah pada lahan-lahan

yang cukup rawan terjadi erosi dan longsor. Penanaman pohon merupakan

alternatif pilihan masyarakat untuk mencegah bahaya yang tidak dikehendaki.

Salah satu jenis tanaman yang bermanfaat adalah kemiri karena kemiri

bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi dan longsor serta berperan dalam

mendatangkan penghasilan bagi masyarakat.

Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri adalah ”berkelanjutan dengan

catatan”. Pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari aspek ekologi cukup berperan

dalam melindungi tanah dari erosi dan tanah longsor, tetapi praktek budidaya

yang tidak berkelanjutan menyebabkan hasil yang menurun. Pengelolaan tanaman

kemiri rakyat dari aspek ekonomi cukup memberikan manfaat bagi petani,

menyerap tenaga kerja dan layak untuk diusahakan, tetapi pengembangannya

terbatas oleh modal yang dimiliki petani. Pengelolaan tanaman kemiri rakyat dari

aspek sosial menunjukkan bahwa distribusi manfaat dari tanaman kemiri cukup

memberi dampak yang baik dalam kehidupan masyarakat secara umum, tetapi

partisipasi masyarakat untuk mengembangkannya sudah mulai berkurang.

Page 143: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

122

6.2 Saran

Untuk memulihkan kembali tanaman kemiri sebagai salah satu tanaman ciri

khas dari Kecamatan Tanah Pinem, maka disarankan hal-hal berikut ini: (1)

Upaya perbaikan pengelolaan tanaman kemiri rakyat dengan melakukan program

dan kegiatan-kegiatan yang mendorong tercapainya pengelolaan yang

berkelanjutan. (2) Melakukan penanaman kembali lahan-lahan yang sudah tidak

produktif, lahan marjinal dan lahan-lahan miring dengan kemiringan di atas 250

melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. (3) Mengembangkan pola sistem

agroforestry bagi pengembangan kegiatan hutan rakyat dalam memulihkan fungsi

lahan dari aspek ekologi dan ekonomi. (4) Perlu adanya peran pemerintah dalam

pengadaan tenaga penyuluh bidang kehutanan, penyaluran bantuan kredit,

kerjasama kemitraan dan penelitian untuk mengatasi tentang hama dan penyakit

serta penanganan hasil pasca panen.

Page 144: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

123

DAFTAR PUSTAKA

Andayani W. 2002. Optimalisasi pemanfaatan lahan usahatani pola agroforestry.

Tinjauan Teoritis. Jurnal Hutan Rakyat Vol IV No.1:55-68

Awang SA, Wiyono EB, Sadiyo S. 2007. Unit Manajemen Hutan Rakyat: Proses

Konstruksi Pengetahuan Lokal. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Banyumili

Art Network

[BPDAS WU] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Wampu Sei Ular. 2010.

Up Dating/Riview Lahan Kritis di SWP DAS Wampu Sei Ular. Buku:

Laporan Akhir. Medan: BPDAS WU

[BPDAS WU] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Wampu Sei Ular. 2009.

Karakteristik DAS Singkil. Buku I. Medan: BPDAS WU

[BPKH] Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa Madura. 2009.

Strategi Pengembangan Pengelolaan dan Arah Kebijakan Hutan Rakyat di

Pulau Jawa. Yogyakarta: Laporan BPKH Wilayah XI Jawa Madura Tahun

2009

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi. 2009. Kabupaten Dairi Dalam

Angka 2009. Sidikalang: Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi. Kecamatan Tanah Pinem Dalam

Angka dari tahun 1997 sampai 2010. Sidikalang: Koordinator Statistik

Darmawan S, Kurniadi R. 2007. Studi pengusahaan kemiri di Flores, NTT dan

Lombok, NTB. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Info Sosial Ekonomi Vol.7

No.2:117-129

Darusman D, Hardjanto. 2006. Tinjauan ekonomi hutan rakyat. Di dalam:

Kontribusi Hutan Rakyat Dalam Kesinambungan Industri Kehutanan.

Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006; Bogor, 21 September

2006. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, hlm 7-13

Davis LS, Johnson KN, Bettinger PS, Howard TE. 2001. Forest Management: To

Sustain Ecological, Economic and Social Value. Fourth Edition. New York:

Published by McGraw-Hill

[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2009. Statistik Kehutanan Indonesia.

Forestry Statistics of Indonesia 2008. Jakarta

[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan No.

P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Page 145: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

124

[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2006. Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Kehutanan Tahun 2006-2025. Pusat Rencana dan Statistik

Kehutanan. Jakarta: Badan Planologi Kehutanan

[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2004. Peraturan Menteri Kehutanan

No.P.03/Menhut-V/2004 tentang Pedoman Pembuatan Tanaman Hutan

Rakyat Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

[DEPHUT] Departemen Kehutanan, FORDA, APAN, GTZ. 1997. Pengelolaan

Sumberdaya Lahan Kering di Indonesia. Kumpulan Informasi.

[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 1994. Pedoman Teknis Budidaya Kemiri

(Aleurites moluccana Willd). Informasi Teknis No.2/1994

[DEPTAN] Departemen Pertanian. 2009. Kemiri (Candlenut). Statistik

Perkebunan Indonesia (The Crops Estate Statistic of Indonesia) 2007-2009.

Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan

[DEPTAN] Departemen Pertanian. 2006a. Pedoman Budidaya Kemiri (Aleurites

moluccana Willd). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan

[DEPTAN] Departemen Pertanian. 2006b. Rancangan Pengembangan Kemiri

2005-2010. Jakarta: Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan. Direktorat

Jenderal Perkebunan

Diniyati D, Sulistyati TW, Achmad B, Fauziyah E. 2008. Sikap petani Priangan

Timur terhadap kelembagaan hutan rakyat. Puslitsosek. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan, Bogor. Info Sosial dan Ekonomi Kehutanan

Vol. 8 No. 3:169-188

Dirgantara U. 2008. Analisis potensi fisik, sosial dan ekonomi untuk

pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Sukabumi [tesis]. Bogor.

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Djajapertjunda S. 2003. Mengembangkan Hutan Milik di Jawa. Cetakan I.

Sumedang: Alqaprint Jatinangor

Fatmawati. 2001. Analisis kebijakan pengelolaan cendana di Kabupaten Timor

Tengah Selatan [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor

Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi.

Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Gujarati D. 2006. Ekonometrika Dasar. Alih bahasa: Sumarno Zain. Jakarta:

Erlangga

Page 146: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

125

Hardjanto. 2003. Keragaan dan pengembangan usaha kayu rakyat di Pulau Jawa

[disertasi]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Hardjanto. 2001. Kontribusia hutan rakyat terhadap pendapatan rumah tangga di

Sub DAS Cimanuk Hulu. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol VII

No.2:47-61

Hardjanto. 2000. Beberapa ciri pengusahaan hutan rakyat di Jawa. Di dalam:

Didik S, penyunting. Hutan Rakyat di Jawa. Peranannya dalam

Perekonomian Desa. Bogor: Program Penelitian dan Pengembangan

Kehutanan Masyarakat Fakultas Kehutanan IPB, hlm 7-11

Hardono GS, Saliem HP. 2006. Diversifikasi pendapatan rumah tangga di

Indonesia: analisis data susenas. Di dalam: Kedi S, Yusmichad Y,

Masdjidin S, Ketut K, penyunting. Diversifikasi Usahatani dan Konsumsi:

Suatu Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Rumah Tangga Petani. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Monograph Series 27:81-98

Haryadi N. 2006. Peranan hutan rakyat bagi pelestarian lingkungan. Di dalam:

Aktualisasi Peran Litbang Mendukung Hutan Rakyat Lestari. Prosiding

Seminar Pekan Hutan Rakyat Nasional I; Ciamis, 6 September 2006. Pusat

Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan, hlm 190-195

Hayono Y. 1996. Analisis pengembangan pengusahaan hutan rakyat di

Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana,

Institut Pertanian Bogor

Hindra B. 2006. Potensi dan kelembagaan hutan rakyat. Di dalam: Kontribusi

Hutan Rakyat Dalam Kesinambungan Industri Kehutanan. Prosiding

Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006; Bogor, 21 September 2006.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, hlm 14-20

Hiola AS. 2011. Agroforestri Ilengi: Suatu kajian pelestarian dan pemanfaatan

jenis pohon (Studi kasus di Desa Dulamayo Selatan, Kecamatan Telaga,

Kabupaten Gorontalo,Propinsi Gorontalo) [tesis]. Bogor. Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Hutasoit A. 2008. Potensi kemiri dan durian di Kabupaten Karo Propinsi

Sumatera Utara [skripsi]. Medan. Universitas Sumatera Utara

Ichwandi I. 2001. Dampak krisis ekonomi terhadap usaha kehutanan masyarakat:

studi kasus di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Di dalam: Dudung D,

editor. Resiliensi Kehutanan Masyarakat di Indonesia. Bogor: Debut

Press, hlm 119-141

Irawan P. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.

Cetakan Kedua. Departemen Ilmu Administrasi. Jakarta: Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

Page 147: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

126

Kadariyah L, Karlina, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

[KEMENHUT] Kementerian Kehutanan. 2010. Statistik Pembangunan RLPS

Tahun 2010. Jakarta: Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan

Perhutanan Sosial

Koji T. 2002. Kemiri (Aleurites moluccana) and forest resource management in

Eastern Indonesia: An Eco-historical Perspective. Asian and African Area

Studies No. 2: 5-2

[LEI] Lembaga Ekolabel Indonesia. 2001. Pedoman Sertifikasi Pengelolaan

Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML). http://www.lei.or.id/id [10

November 2010]

Mahendra F. 2009. Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Cetakan Pertama.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Nakayama FS, Osbrink WL. 2010. Evaluation of Kukui oli (Aleurites moluccana)

for controlling termites. Industrial Crops and Products 31:312-315

Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Cetakan ke-6. Bogor Selatan: Ghalia

Indonesia

Nugroho B. 2010. Pembangunan kelembagaan pinjaman dana bergulir hutan

rakyat. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XVI (3):118-125

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Analisis Kelayakan Bisnis.

Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor

Nurrochmat DR. 2001. Dampak krisis ekonomi dan moneter terhadap usaha

kehutanan masyarakat: Kemenyan di Tapanuli Utara. Di dalam: Dudung

D, editor. Resiliensi Kehutanan Masyarakat di Indonesia. Bogor: Debut

Press, hlm 72-97

Paimin FR. 1994. Kemiri, Budidaya dan Prospek Bisnis. Jakarta: Penerbit

Swadaya

[PPL] Penyuluh Pertanian Lapangan. 2010. Data Rekapitulasi luas areal, produksi

dan produktivitas perkebunan rakyat Kecamatan Tanah Pinem. Keadaan

Semester 1 (Januari sampai Juni)

Purnomo H. 2006. Degradasi hutan dan pengangguran: menuju pengelolaan hutan

skala kecil. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol XII N0.2:44-56

Rahayu YDS dan Awang SA. 2003. Analisis jender dalam pengelolaan hutan

rakyat. Jurnal Hutan Rakyat Vol V No.1:9-36

Page 148: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

127

Romansyah D. 2007. Peran hutan rakyat dalam perekonomian wilayah di

Kabupaten Sumedang [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor

Sihotang IV. 2007. Analisis efesiensi produksi getah kemenyan di wilayah

Tapanuli Utara Bagian Utara [tesis]. Banda Aceh: Program Pascasarjana,

Universitas Syiah Kuala

Silamon RF. 2011. Karakteristik pengelolaan dan analisis ketersediaan lahan

pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Bima [tesis]. Bogor. Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Simatupang JT. 2001. Analisis ekonomi usahatani kemiri serta hubungannya

dengan pengembangan wilayah di Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten

Dairi [tesis]. Medan: Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara

Sitompul M. 2011. Kajian pengelolaan hutan kemenyan (Styrax sp.) di Kabupaten

Humbang Hasundutan, Propinsi Sumatera Utara [tesis]. Bogor. Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi. Edisi

Revisi 2002. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Suharjito D. 2002. Pemilihan jenis tanaman kebun talun: suatu kajian

pengambilan keputusan oleh petani. Jurnal Manajemen Hutan Tropika

Vol.VIII No.2:47-56

Suharjito D. 2002. Strategi adaptasi sosial kultural dan ekologi masyarakat

pertanian lahan kering di Desa Buniwangi, Sukabumi, Jawa Barat

[disertasi]. Jakarta. Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

Suharjito D. 2000. Hutan rakyat: kreasi budaya bangsa. Di dalam: Didik S,

penyunting. Hutan Rakyat di Jawa. Peranannya dalam Perekonomian

Desa. Bogor: Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Masyarakat Fakultas Kehutanan IPB, hlm 1-6

Suharjito D, Saputro E. 2008. Modal sosial dalam pengelolaan sumberdaya hutan

pada masyarakat Kasepuhan, Banten Kidul. Jurnal Penelitian Sosial dan

Ekonomi Kehutanan Vol.5 No.4:317-335

Sumaryanto. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani

menerapkan pola tanam diversifikasi: Kasus di wilayah persawahan irigasi

teknis DAS Brantas. Di dalam: Kedi S, Yusmichad Y, Masdjidin S, Ketut

K, penyunting. Diversifikasi Usahatani dan Konsumsi: Suatu Alternatif

Peningkatan Kesejahteraan Rumah Tangga Petani. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Monograph Series 27:14-32

Page 149: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

128

Sumodiningrat G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman

Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Sunanto H. 1994. Budidaya Kemiri Komoditas Ekspor. Cetakan pertama.

Yogyakarta: Kanisius

Supriadi D. 2002. Pengembangan hutan rakyat di Indoensia. Jurnal Hutan Rakyat

Vol.4 No.1:55-68

Suripin. 2004. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi

Umar H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama

Wibowo S. 2007. Pengusahaan kemiri (Aleurites mollucana) di Desa Kuala, Tiga

Binanga, Tanah Karo. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Info Sosial

Ekonomi Vol.7 No.2:71-77

Widiarti A, Mindawati N. 2007. Dasar pemilihan jenis pohon hutan rakyat. Di

dalam: Pemanfaatan IPTEK Untuk Kesejahteraan Masyarakat. Prosiding

Gelar Teknologi; Purworejo, 30-31 Oktober 2007. Purworejo: Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, hlm 217-235

Wijayanto N. 2002. Analisis strategis sistem pengelolaan repong damar di Pesisir

Krui, Lampung. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No.1:39-49

Wijayanto N. 2001. Dampak krisis ekonomi dan moneter terhadap usaha

kehutanan masyarakat: Repong damar di Pesisir Krui, Lampung. Di dalam:

Dudung D, editor. Resiliensi Kehutanan Masyarakat di Indonesia. Bogor:

Debut Press, hlm 27-39

Winarbowo S, Manoko IP. 2006. Kemiri (Aleurites moluccana L. Willd).

tanaman industri potensial. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Departemen Pertanian.

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri Vol. 12 No. 2:13-

15

Yusran. 2005. Analisis performansi dan pengembangan hutan kemiri rakyat di

kawasan pegunungan Bulusaraung Sulawesi Selatan [disertasi]. Bogor.

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Yusran. 1999. Analisis model pengelolaan hutan kemiri rakyat di Kabupaten

Maros Propinsi Sulawesi Selatan [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana,

Institut Pertanian Bogor

Page 150: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

129

Lampiran 1 Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap pengelolaan

kemiri rakyat dan penjelasan dari setiap variabel bebas

a. Faktor internal No Variabel Definisi Operasional Parameter Pengukuran Keterangan

1 Umur

(X1)

Usia responden sampai

dengan wawancara

dilakukan

Umur responden

dinyatakan dalam

tahun

Tahun

2 Lama tinggal

di desa (X2)

Lama responden tinggal di

desa (sejak lahir atau sejak

pertama kali datang ke

desa sampai penelitian)

Tahun Tahun

3 Luas lahan

yang dimiliki

(ha)

(X3)

Total luas lahan yang

dikelola responden untuk

tujuan produksi usahatani,

meliputi sawah, kebun, dll

Total luas lahan

dinyatakan dalam

hektar

Hektar

4 Pekerjaan

sampingan

(X4)

Pekerjaan lain responden

selain adanya pekerjaan

utama

Pekerjaan lain diluar

pekerjaan utama

Dummy.

Ada (1),

tidak ada (0)

5 Status lahan

yang dimiliki

(X5)

Status lahan yang dimiliki

ditunjukkan dengan

keberadaan surat-surat

kepemilikan lahan

Sudah bersertifikat

(SB) dan Belum

bersertifikat (BB)

Dummy.

SB (1),

BB (0)

6 Jumlah anak

sekolah (X6)

Jumlah anak responden

yang sekolah secara

keseluruhan, baik yang

ada di desa maupun di luar

desa

Jumlah orang dalam

keluarga

Orang

7 Jumlah

anggota

keluarga

produktif (X7)

Jumlah anggota keluarga

yang berusia diatas 15

tahun yang kerja pada

usahatani (orang)

Jumlah orang dalam

keluarga

Orang

8 Jumlah

tanggungan

dalam keluarga

(X8)

Jumlah anggota keluarga

yang menetap dan menjadi

tanggungan dalam 1

rumah tangga (orang)

Jumlah orang dalam

keluarga

Orang

9 Jumlah

pendapatan per

bulan

(X9)

Penghasilan responden

yang diperoleh tiap bulan

dari usaha tani dan diluar

usaha tani.

Jumlah pendapatan:

rupiah/bulan

Data Kategori:

<=1,5 juta (0),

1,5 – 3 juta

(1), 3-4,5 juta

(2), >=4,5 juta

(3)

10 Asal usul tanah

(X10)

Asal usul tanah yang

dimiliki saat ini

Beli, warisan dan

garap sendiri

Data kategori:

Beli (0),

warisan (1),

garap sendiri

(2)

Page 151: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

130

Lampiran 1 Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh …….(lanjutan)

No Variabel Definisi Operasional Parameter Pengukuran Keterangan

11 Pekerjaan

utama (X12)

Pekerjaan utama yang

dilakukan responden pada

saat penelitian

Petani dan non petani Dummy.

Petani (0);

non petani (1)

12 Pengalaman

bertani (X13)

Lama seorang responden

melakukan kegiatan usaha

tani

Tahun Tahun

13 Tingkat

pendidikan

(X16)

Tingkat pendidikan formal

terakhir yang pernah

diikuti oleh responden

Tidak sekolah, SD/SR,

SLTP, SMU/SMA

Data

kategori:Tidak

sekolah (0),

SR/SD (1),

SLTP (2),

SMU/SMA ke

atas (3)

14 Jumlah anak

sekolah di

luar daerah

(X17)

Jumlah anak responden

yang sekolah di luar

daerah dan masih

tanggungan dalam

keluarga tetapi tidak bisa

membantu keluarga dalam

melakukan usaha tani

Orang Orang

b. Faktor eksternal

No Variabel Definisi Operasional Parameter Pengukuran Keterangan

1 Aksesibilitas

menuju ladang

(X11)

Keberadaan jalan yang

memudahkan akses petani

dalam melakukan usaha

taninya dan dapat

dijangkau dengan

kendaraan

Dinyatakan dengan

kemudahan atau tingkat

kesulitan aksesibilitas

dalam menuju ladang

Dummy.

Mudah (1),

Sulit (0)

2 Jarak dari

rumah ke

ladang (X14)

Jarak yang ditempuh dari

rumah ke ladang

Meter Data

kategori:

<=1000 m

(0),1000-

2000 m (1),

>=2000 (2)

3 Status lahan

yang digunakan

saat ini (X15)

Status lahan yang

digunakan responden pada

saat penelitian

Milik atau sewa Dummy.

Milik (1),

Sewa (0)

Page 152: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

131

Lampiran 2 Aspek analisis keberlanjutan (sustainability) pengelolaan kemiri

No Aspek Sumber Indikator Penilaian Sumber Data Analisis

1 Ekologi/

lingkungan

Dephut

et al. (1997)

Erosi tanah

pada lahan hutan rakyat

J. Erosi berat (erosi parit)

C. Erosi sedang (erosi permukaan)

B. Erosi ringan

Pengamatan 12

lokasi tanaman kemiri; Data

BPKH

Deskriptif

Produktivitas

lahan

J. Produktivitas rendah

C. Cukup baik, tetapi sudah menurun

B. Produktivitas tinggi

Data BPS 10

tahun terakhir; Wawancara

petani kemiri

Tabulasi dan

deskriptif

Karakteristik

air

J. Meluap setelah hujan

C. Kering pada musim

kemarau B. Mengalir pada semua

musim

Pengamatan 5

lokasi sungai;

Wawancara penduduk

Deskriptif

Kualitas air J. Jelek (keruh)

C. Sedang (kadang keruh,

kadang bersih) B. Baik (bersih setiap saat)

Pengamatan 5

lokasi sungai;

Data BPDAS Wampu Sei Ular

Deskriptif

Cara-cara mengambil

manfaat

(kayu dan buah)

J. Tidak merusak C. Seperlunya tanpa merusak

B. Melalui perencanaan dan

tidak merusak

Pengamatan lapang; penyuluh;

Wawancara

petani kemiri dan penduduk

Tabulasi dan deskriptif

Pengendalian hama dan

penyakit

J. Dengan bahan kimia C. Dengan cara biologis/

mekanis, & pengetahuan

setempat B. Cara biologi dan

pengetahuan setempat,

pengendalian ramah lingkungan

Pengamatan lapang;

Wawancara

petani kemiri dan penduduk;

penyuluh;

Tabulasi dan deskriptif

Davis et al.

(2001)

Adanya gangguan

(kebakaran,

hama dan penyakit,

banjir, tanah

longsor, dll)

J. Selang waktu terjadi: sering

C. Selang waktu terjadi:

jarang B. Tidak pernah terjadi

Wawancara pihak kecamatan;

penyuluh dan

masyarakat

Tabulasi dan deskriptif

Struktur

tegakan hutan

J. Sudah rusak

C. Masih ada tetapi sudah terganggu

B. Masih utuh

Pengamatan 12

lokasi tanaman kemiri dan

bentang alam

Deskriptif

LEI

(2001)

Aktivitas

penanaman

menjamin penutupan

lahan

J. Tidak ada jaminan

C. Ya tetapi masih banyak

yang terbuka B. Ya, dan tertata dengan

baik

Pengamatan 12

lokasi tanaman

kemiri dan bentang alam

Deskriptif

Adanya

upaya konservasi

tanah

J. Tidak ada menanam

kemiri pada lahan miring, lahan

kosong dan pinggir sungai

C. Tidak ada menanam, tetapi mempertahankan

tanaman pada lahan

miring, kosong dan pinggir sungai

B. Menanam dan

mempertahankan kemiri pada lahan miring,

lahan kosong dan pinggir

sungai

Pengamatan 12

lokasi tanaman kemiri dan

bentang alam;

wawancara penduduk

Deskriptif

Page 153: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

132

Lampiran 2 Aspek analisis keberlanjutan (sustainability) ….….(lanjutan)

No Aspek Sumber Indikator Penilaian Sumber Data Analisis

2 Ekonomi Dephut

et al. (1997)

Sumber

modal untuk kegiatan

penanaman

J. Diperoleh dari modal

sendiri C. Dari keluarga dan

patungan B. Dari kredit, patungan dan

keluarga

Wawancara

petani kemiri; penyuluh dan

pihak bank

Deskriptif

Davis et

al.

(2001)

Peningkatan

pendapatan

J: Pendapatan sangat kecil : <

25% terhadap total

pendapatan C: Pendapatan sedang : 25%-

50% terhadap total

pendapatan B: Pendapatan cukup besar :

>50% terhadap total

pendapatan

Wawancara

petani kemiri

Penghitungan

pendapatan

dari kemiri terhadap

pendapatan

total

Kelayakan

usaha

J. Tidak layak diusahakan

(Tidak memenuhi semua kriteria)

C. Kurang layak diusahakan

(memenuhi salah satu kriteria kelayakan usaha)

B. Cukup layak diusahakan

(Bila memenuhi semua kriteria kelayakan

usaha)

Survey

lapangan; wawancara

penduduk dan

petani kemiri; penyuluh

Analisis

kelayakan finansial

dengan

menghitung NPV, BCR

dan IRR

Penyerapan

tenaga kerja

J: Tidak ada : bila kegiatan

pengelolaan kemiri rakyat

tidak menyerap tenaga kerja dari dalam keluarga

petani dan dari luar

anggota keluarga petani C: Ada, tetapi kecil : bila

kegiatan pengelolaan

kemiri rakyat menyerap tenaga kerja hanya dari

lingkungan anggota

keluarga petani saja B: Ada, cukup menyerap

tenaga kerja kerja: bila

kegiatan pengelolaan kemiri rakyat menyerap

tenaga kerja dari dalam

anggota keluarga petani dan di luar anggota

keluarga petani

Wawancara

petani kemiri

Analisis

tabulasi

penyerapan tenaga kerja

Kesejahteraa

n masyarakat

J: Tingkat kesejahteraan

penduduk makin menurun

dan tidak ada peran dari kemiri

C: Tingkat kesejahteraan

penduduk tidak berubah dan ada peran tanaman

kemiri tetapi kecil B: Tingkat kesejahteraan

penduduk cenderung

meningkat dan ada peran tanaman kemiri dan

besar

Data BPS Tabulasi dan

deskriptif

Page 154: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

133

Lampiran 2 Aspek analisis keberlanjutan (sustainability) …….(lanjutan)

No Aspek Sumber Indikator Penilaian Sumber Data Analisis

LEI

(2001)

Kepastian

potensi produksi yang

akan dipanen

J: Tidak ada produksi kemiri

yang dapat dipanen setiap tahunnya

C: Adanya produksi kemiri

yang dapat dipanen setiap tahunnya dan

cenderung menurun

B: Adanya produksi kemiri yang dapat dipanen

setiap tahunnya dan

cenderung meningkat

Survey lapangan

dan wawancara petani kemiri

Analisis

fungsi produksi

cobb douglas

Keuntungan

usaha

J. Tidak ada untung

C. Ada untung dan tidak menentu

B. Selalu untung

Wawancara

petani kemiri dan penyuluh

Analisis

manfaat biaya

Akses pasar J. Sangat sulit

C. Mudah tetapi tidak

memberi untung B. Sangat mudah dan

Menguntungkan

Wawancara

petani kemiri dan

penyuluh

Analisis

pemasaran

buah dan kayu

(deskriptif)

3 Aspek

sosial

Dephut

et al. (1997)

Partisipasi

masyarakat dalam

pengelolaan

sumberdaya alam

J. Partisipasi tidak ada

C. Partisipasi kurang B. Partisipasi aktif

Wawancara

petani kemiri dan petani non kemiri

dan pengamatan

lapang; penyuluh

Tabulasi dan

deskriptif

Peraturan di masyarakat

dalam

pemanfaatan sumberdaya

alam

J. Tidak ada peraturan C. Ada peraturan tetapi tidak

berjalan dengan baik

B. Ada peraturan yang tegas

Wawancara penduduk, tokoh

masyarakat dan

pengamatan lapang

Deskriptif

Akses terhadap

pelayan

pendukung (kredit,

penyuluhan dan

masukan teknologi)

J. Tidak ada

C. Pelayanan pendukung ada

tetapi kurang berperan B. Pelayanan pendukung ada

dan sangat berperan

Wawancara

penduduk,

penyuluh dan dinas terkait

Deskriptif

Davis et al.

(2001)

Pengangguran J: Meningkat : bila tren pengangguran setiap tahun

adalah meningkat

C: Tidak berubah : bila pengangguran tidak

mengalami perubahan

untuk selang waktu tertentu

B: Menurun : bila

pengangguran cenderung menurun setiap tahunnya

Data BPS dan wawancara

penduduk

Tabulasi dan deskriptif

Kemiskinan J: Jumlah keluarga miskin > 50% dari total responden

C: Jumlah keluarga miskin

antara 10%-50% dari total responden

B: Jumlah keluarga miskin <

10% dari total responden

Wawancara petani kemiri

Tabulasi sesuai

kriteria BPS

dan deskriptif

Page 155: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

134

Lampiran 2 Aspek analisis keberlanjutan (sustainability) …….(lanjutan)

No Aspek Sumber Indikator Penilaian Sumber Data Analisis

Migrasi

penduduk

J. Tidak ada pengaruh

C. Ada pengaruh, tetapi sedikit B. Ada pengaruh, dan tinggi

Data BPS dan

wawancara penduduk

Tabulasi dan

deskriptif

Kapasitas masyarakat

untuk

mengakomodasi perubahan

J. Akomodasi perubahan tidak ada

C. Akomodasi perubahan ada

tetapi sangat lambat B. Akomodasi perubahan ada

dan cepat

Wawancara penduduk

Deskriptif

LEI

(2001)

Status lahan J. Status tidak jelas dan tidak

diakui oleh masyarakat

C. Status tidak jelas tetapi diakui oleh masyarakat

B. Status jelas dan diakui oleh

masyarakat

Wawancara

penduduk; pihak

kecamatan; tokoh masyarakat

Deskriptif

Kejelasan batas

lahan

J. Batas lahan tidak jelas

C. Batas lahan kurang jelas B. Batas lahan cukup jelas

Wawancara

penduduk; pihak kecamatan; tokoh

masyarakat

Deskriptif

Terbanggunnya

hubungan sosial antara

masyarakat

J. Tidak ada

C. Ada terbentuk tetapi tidak aktif

B. Ada dan aktif

Wawancara

penduduk

Deskriptif

Keterangan: J (Jelek), C (Cukup) dan B (Baik)

Page 156: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

135

Lampiran 3 Kriteria setiap indikator keberlanjutan

No Aspek Sumber Indikator Kriteria

1 Ekologi/

lingkungan

Dephut et

al. (1997)

Erosi tanah

pada lahan

hutan rakyat

Erosi merupakan hal yang alami yang tidak

dapat dihindarkan dan erosi alami tidak akan

menimbulkan kerusakan. Yang dimaksud

dengan erosi di sini adalah erosi pada

permukaan tanah yang tidak menimbulkan

kerusakan permukaan tanah.

Produktivitas

lahan

Produktivitas lahan setiap tahun cenderung

tidak jauh berubah (cenderung menetap) dan

atau bahkan meningkat

Karakteristik

air

Karakteristik air pada lokasi hutan rakyat

setiap musim terus mengalir (pada musim

kemarau/kering dan musim penghujan).

Kualitas air Kualitas air menunjukkan air yang bersih dan

tidak berwarna pada semua musim (musim

penghujan dan musim kering).

Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan

disekitarnya masih bagus dan belum

mengalami kerusakan.

Cara-cara

mengambil

manfaat (kayu

dan buah)

Pengambilan manfaat (hasil berupa buah dan

pohon (kayu)) tidak menimbulkan kerusakan

dengan sumberdaya alam yang ada di

sekitarnya dan dilakukan dengan perencanaan

(khusus untuk pemanenan kayu).

Pengendalian

hama dan

penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan

dengan cara biologis, teratur, dengan

pengetahuan setempat yang ramah lingkungan

(tidak menimbulkan pencemaran lingkungan)

Davis et al.

(2001)

Adanya

gangguan

(kebakaran,

hama dan

penyakit,

banjir,tanah

longsor, dll)

Perkembangan pengelolaan hutan rakyat tidak

pernah mengalami gangguan (seperti

kebakaran, tanah longsor, serangan hama dan

penyakit, banjir, dll)

Struktur

tegakan hutan

Struktur tegakan hutan rakyat di lapangan

masih menunjukkan kondisi yang utuh, tidak

terganggu (tidak mengalami kerusakan)

LEI

(2001)

Aktivitas

penanaman

kemiri

menjamin

penutupan

lahan

Adanya jaminan penutupan lahan oleh tajuk

tanaman yang dapat menjaga tanah tidak

mengalami kerusakan dan tanaman ini menjaga

kesuburan tanah dan mencegah erosi tanah.

Penutupan lahan dengan tanaman kemiri rakyat

cenderung semakin meningkat setiap tahunnya

yang akan menjamin meningkatnya penutupan

lahan

Adanya upaya

konservasi

tanah

Adanya kegiatan penanaman di lahan-lahan

terbuka, lahan miring, pinggir sungai dan lain-

lain yang dilakukan oleh masyarakat

khususnya dengan tanaman kemiri dan

tanaman lainnya (untuk jenis tanaman kayu-

kayuan)

Page 157: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

136

Lampiran 3 Kriteria setiap indikator keberlanjutan ….(lanjutan)

No Aspek Sumber Indikator Kriteria

2 Aspek

ekonomi

Dephut et

al. (1997)

Sumber modal

untuk kegiatan

penanaman

Sumber modal usaha untuk kegiatan hutan

rakyat bersumber dari modal sendiri,

patungan (keluarga atau kelompok) atau

kredit yang mendorong masyarakat mau

mengembangkan tanaman kemiri di lahan

miliknya sebagai salah satu sumber

pendukung pendapatan masyarakat

Davis et al.

(2001)

Peningkatan

pendapatan

Pendapatan dari tanaman kemiri dapat

berperan dalam meningkatkan pendapatan

keluarga dan berperan dalam memenuhi

kebutuhan sandang, pangan dan papan.

Kelayakan usaha Analisis usaha tanaman kemiri layak untuk

dikembangkan

Penyerapan tenaga

kerja

Kegiatan pengelolaan kemiri rakyat sangat

menyerap tenaga kerja baik dari

lingkungan anggota keluarga petani,

keluarga dekat dan di luar anggota

keluarga (masyarakat lainnya).

Kesejahteraan

masyarakat

Tingkat kesejahteraan penduduk akan

semakin meningkat seiring dengan peran

tanaman kemiri yang berperan dalam

meningkatkan taraf hidup masyarakat

Kepastian potensi

produksi yang akan

dipanen

Adanya produksi kemiri yang dapat

dipanen setiap tahun dan cenderung

meningkat. Potensi produksi dapat dilihat

dari faktor tenaga kerja, luas lahan, umur

tanaman dan jumlah pohon yang tumbuh

LEI

(2001)

Keuntungan usaha

Aktivitas pengelolaan kemiri yang

dilakukan oleh masyarakat selalu

membawa keuntungan bagi pelakunya

Akses pasar Adanya akses pasar penjualan buah kemiri,

dan akses ini memudahkan petani menjual

hasil usahanya. Dalam melakukan

transaksi jual beli, petani memperoleh

keuntungan.

3 Sosial Dephut et

al. (1997)

Partisipasi

masyarakat dalam

pengelolaan

sumberdaya alam

(kemiri)

Peran serta masyarakat cukup besar dengan

adanya kemauan masyarakat menanam

kemiri pada lahan miliknya dan masih

mempertahankannya sampai saat ini, serta

ada peran aktif masyarakat dalam

pengembangan dan pengelolaannya

Peraturan di

masyarakat dalam

pemanfaatan

sumberdaya alam

Adanya peraturan-peraturan dalam

lingkungan masyarakat (tertulis atau tidak

tertulis) yang mengatur pemanfaatan atau

pengelolaan sumberdaya alam, dan

peraturan tersebut juga berlaku dalam

kelompok masyarakat untuk pengelolaan

tanaman kemiri

Page 158: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

137

Lampiran 3 Kriteria setiap indikator keberlanjutan ….(lanjutan)

No Aspek Sumber Indikator Kriteria

Akses terhadap

pelayan pendukung

(kredit, penyuluhan

dan masukan

teknologi)

Pengelolaan tanaman kemiri rakyat didukung

oleh adanya akses terhadap pelayanan

pendukung berupa penyuluhan, kredit dan

teknologi

Davis et al.

(2001)

Pengangguran Peran pengelolaan suatu sumberdaya alam

akan berperan dalam menyerap tenaga kerja

dan mengurangi tingkat pengangguran.

Kemiskinan Pengelolaan tanaman kemiri rakyat akan

berperan dalam meningkatkan taraf hidup

petaninya dan terlepas dari kriteria garis

kemiskinan.

Migrasi penduduk Adanya migrasi penduduk yang cukup besar

sehubungan dengan perkembangan hutan

rakyat sebagai dampak dari penyerapan

tenaga kerja dari bidang perkembangan

usaha hutan rakyat

Kapasitas

masyarakat untuk

mengakomodasi

perubahan

Masyarakat umumnya mengakomodasi

perubahan yang mendukung dalan upaya

perbaikan kehidupan

LEI

(2001)

Status lahan Adanya kejelasan status lahan, akan

menjamin masyarakat mengembangkan

usaha pada lahan miliknya termasuk usaha

hutan rakyat

Kejelasan batas

lahan

Adanya kejelasan batas lahan, akan

mencegah terjadinya konflik antara

kelompok-kelompok masyarakat (khususnya

yang menyangkut tanah marga/tanah

komunal/kelompok)

Terbanggunnya

hubungan sosial

antara masyarakat

Terbentuknya hubungan sosial dalam

lingkungan kelompok masyarakat yang aktif

dan berdampak positif dalam memenuhi

kebutuhan sosial masyarakat

Page 159: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

138

Lampiran 4. Karakteristik responden petani kemiri

No responden

Luas lahan

(Ha)

Umur responden

(tahun)

Jumlah tanggungan

(orang)

Tingkat

Pendidikan

Pekerjaan

Utama

1 1 44 5 SMU PNS

2 2 53 5 D2 PNS

3 1 58 1 SD Petani

4 1 65 1 SD Petani

5 1 28 3 SMU Berdagang

6 2 64 3 SD Petani

7 1 45 5 SLTP Petani

8 1,5 56 3 SD Petani

9 1,5 76 2 SMU Pensiunan PNS

10 1 39 4 SMU Petani

11 2 55 5 SD Petani

12 2 50 5 SMU Petani

13 2 62 2 SLTP Petani

14 2 55 3 SD Petani

15 2 44 5 SMU Petani

16 2 50 3 SMU PNS

17 2,5 47 6 SD Petani

18 2 44 6 SLTP Petani

19 3 43 6 SMU Petani

20 3 52 5 SMU Berdagang (jualan)

21 5 60 4 SMU Petani

22 5 53 2 SD Berdagang (jualan)

23 5 53 3 SD Petani

24 5 50 5 SMU Tukang

25 5 56 6 SMU PNS

26 6 66 3 SLTP Petani

27 6 52 5 SMU PNS

28 6 70 1 SR/SD Petani

29 5 43 5 SMU Petani

30 0,5 40 6 SD Petani

31 0,75 72 1 SR Petani

32 1 52 3 SD Petani

33 2 50 4 SLTP Petani

34 1,5 54 6 SLTP Petani

35 1 47 5 SLTP PNS

36 1,5 45 4 SD Petani

37 0,45 75 1 SR Petani

38 2 61 2 SD Petani

39 2 52 4 SD Petani

40 1 50 5 SLTP Petani

41 2 47 6 SLTP Petani

42 2 40 7 SLTP Petani

43 3 55 3 SD Petani

44 4,5 39 5 SD Petani

45 5 75 1 SR Petani

46 5 60 3 SLTP Petani

47 1 47 4 SMU Petani

48 1 48 6 SLTP Petani

49 1,5 55 2 SD Petani

50 2 53 3 SD Petani

51 1,5 58 4 Tidak Sekolah Petani

52 2 43 5 Tidak Sekolah Petani

53 1,75 53 5 Tidak Sekolah Petani

54 2 37 5 SMU Petani

55 1 62 2 SD Petani

56 3 40 6 SLTP Petani

57 3 63 4 Tidak Sekolah Petani

58 3,5 43 5 SMU Petani

59 5 59 1 SD Petani

60 5 80 1 Tidak Sekolah Petani

61 5 56 4 SD Petani

62 6 56 3 SLTP Petani

63 5 33 5 SLTP Petani

Total 167,95 3333 243

Rata-rata 2,67 52,90 3,86

Minimum 0,45 28 1

Maksimum 6 80 7

Page 160: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

139

Lampiran 5 Analisis pendapatan dari tanaman kemiri, persentase pendapatan dari kemiri terhadap pendapatan total petani dan pengeluaran per kapita per bulan

No.

Responden

Luas

Lahan

(ha)

Produksi

(kg)

Rata2 harga

jual thn 2010

(Rp/kg)

Penerimaan

(Rp)

Pengeluaran (Rp)

Pengeluaran

Per ha (Rp)

Pendapatan bersih

(Rp)

Pendapatan per

ha (Rp)

Pendapatan lain-lain

(Gaji, upah, dll)

Rp/thn

Total pendapatan

(Rp/thn)

% kemiri

thdp pdtn

total

Pengeluaran

(Rp/bln)

Jumlah

tanggungan

keluarga (jiwa)

Pengeluaran per

kapita (Rp/bln) Upah HOK Sewa+obat2an Total (Rp)

a b c d e=c*d f g h=f+g i j=e-h k=j/b l m=j+l n o p q

1 1 500 20.000 10.000.000 1.800.000 0 1.800.000 1.800.000 8.200.000 8.200.000 46.800.000 55.000.000 14,91 2.500.000 5 500.000

2 6 3.000 20.000 60.000.000 11.850.000 3.360.000 15.210.000 2.535.000 44.790.000 7.465.000 69.000.000 113.790.000 39,36 2.700.000 1 2.700.000

3 1 300 20.000 6.000.000 1.400.000 210.000 1.610.000 1.610.000 4.390.000 4.390.000 14.400.000 18.790.000 23,36 1.000.000 3 333.333

4 3 900 20.000 18.000.000 3.850.000 2.340.000 6.190.000 2.063.333 11.810.000 3.936.667 54.000.000 65.810.000 17,95 2.908.000 6 484.667

5 5 5.000 20.000 100.000.000 18.700.000 1.920.000 20.620.000 4.124.000 79.380.000 15.876.000 55.200.000 134.580.000 58,98 2.200.000 5 440.000

6 1,5 500 20.000 10.000.000 2.100.000 420.000 2.520.000 1.680.000 7.480.000 4.986.667 38.760.000 46.240.000 16,18 1.000.000 2 500.000

7 1 2.000 20.000 40.000.000 8.500.000 600.000 9.100.000 9.100.000 30.900.000 30.900.000 36.000.000 66.900.000 46,19 1.500.000 5 300.000

8 1 800 20.000 16.000.000 5.200.000 300.000 5.500.000 5.500.000 10.500.000 10.500.000 48.000.000 58.500.000 17,95 3.800.000 2 1.900.000

9 1 500 20.000 10.000.000 1.800.000 0 1.800.000 1.800.000 8.200.000 8.200.000 6.000.000 14.200.000 57,75 500.000 1 500.000 10 2 1.800 20.000 36.000.000 6.850.000 600.000 7.450.000 3.725.000 28.550.000 14.275.000 18.000.000 46.550.000 61,33 1.200.000 5 240.000

11 2 1.000 20.000 20.000.000 3.550.000 0 3.550.000 1.775.000 16.450.000 8.225.000 105.000.000 121.450.000 13,54 4.300.000 6 716.667

12 1,5 3.000 20.000 60.000.000 10.600.000 2.000.000 12.600.000 8.400.000 47.400.000 31.600.000 36.000.000 83.400.000 56,83 2.850.000 3 950.000

13 5 8.000 20.000 160.000.000 29.150.000 1.200.000 30.350.000 6.070.000 129.650.000 25.930.000 66.000.000 195.650.000 66,27 3.000.000 6 500.000

14 2,5 2.400 20.000 48.000.000 9.000.000 2.180.000 11.180.000 4.472.000 36.820.000 14.728.000 96.000.000 132.820.000 27,72 3.600.000 6 600.000

15 2 1.500 20.000 30.000.000 8.150.000 0 8.150.000 4.075.000 21.850.000 10.925.000 24.000.000 45.850.000 47,66 1.650.000 5 330.000

16 2 1.000 20.000 20.000.000 6.350.000 0 6.350.000 3.175.000 13.650.000 6.825.000 60.000.000 73.650.000 18,53 3.300.000 5 660.000

17 2 800 20.000 16.000.000 5.700.000 0 5.700.000 2.850.000 10.300.000 5.150.000 60.300.000 70.600.000 14,59 2.560.000 3 853.333

18 6 3.000 20.000 60.000.000 11.800.000 1.440.000 13.240.000 2.206.667 46.760.000 7.793.333 60.000.000 106.760.000 43,80 1.750.000 3 583.333

19 2 1.000 20.000 20.000.000 4.050.000 720.000 4.770.000 2.385.000 15.230.000 7.615.000 35.400.000 50.630.000 30,08 1.900.000 5 380.000

20 5 1.400 20.000 28.000.000 12.000.000 0 12.000.000 2.400.000 16.000.000 3.200.000 24.000.000 40.000.000 40,00 1.500.000 3 500.000

21 2 1.000 20.000 20.000.000 3.550.000 0 3.550.000 1.775.000 16.450.000 8.225.000 19.200.000 35.650.000 46,14 1.300.000 2 650.000 22 2 500 20.000 10.000.000 2.000.000 2.360.000 4.360.000 2.180.000 5.640.000 2.820.000 10.200.000 15.840.000 35,61 700.000 3 233.333

23 2 1.400 20.000 28.000.000 5.200.000 420.000 5.620.000 2.810.000 22.380.000 11.190.000 22.500.000 44.880.000 49,87 1.000.000 3 333.333

24 3 1.000 20.000 20.000.000 3.550.000 0 3.550.000 1.183.333 16.450.000 5.483.333 60.000.000 76.450.000 21,52 3.780.000 5 756.000

25 5 2.000 20.000 40.000.000 8.300.000 3.000.000 11.300.000 2.260.000 28.700.000 5.740.000 42.000.000 70.700.000 40,59 2.000.000 2 1.000.000

26 5 4.500 20.000 90.000.000 16.450.000 600.000 17.050.000 3.410.000 72.950.000 14.590.000 54.000.000 126.950.000 57,46 2.200.000 4 550.000

27 6 4.000 20.000 80.000.000 14.150.000 0 14.150.000 2.358.333 65.850.000 10.975.000 99.600.000 165.450.000 39,80 5.500.000 5 1.100.000

28 1 1.000 20.000 20.000.000 3.750.000 240.000 3.990.000 3.990.000 16.010.000 16.010.000 24.000.000 40.010.000 40,01 1.000.000 1 1.000.000

29 5 2.400 20.000 48.000.000 9.500.000 1.500.000 11.000.000 2.200.000 37.000.000 7.400.000 48.000.000 85.000.000 43,53 3.000.000 5 600.000

30 1 500 20.000 10.000.000 3.200.000 0 3.200.000 3.200.000 6.800.000 6.800.000 18.000.000 24.800.000 27,42 1.200.000 4 300.000

31 1 600 20.000 12.000.000 2.350.000 300.000 2.650.000 2.650.000 9.350.000 9.350.000 42.000.000 51.350.000 18,21 3.000.000 5 600.000

32 1,5 1.500 20.000 30.000.000 7.450.000 0 7.450.000 4.966.667 22.550.000 15.033.333 26.400.000 48.950.000 46,07 2.000.000 4 500.000 33 3 800 20.000 16.000.000 2.900.000 0 2.900.000 966.667 13.100.000 4.366.667 24.000.000 37.100.000 35,31 1.500.000 3 500.000

34 2 600 20.000 12.000.000 5.050.000 0 5.050.000 2.525.000 6.950.000 3.475.000 27.000.000 33.950.000 20,47 2.000.000 4 500.000

35 5 2.000 20.000 40.000.000 7.100.000 0 7.100.000 1.420.000 32.900.000 6.580.000 45.000.000 77.900.000 42,23 2.000.000 3 666.667

36 2 1.000 20.000 20.000.000 4.050.000 720.000 4.770.000 2.385.000 15.230.000 7.615.000 42.300.000 57.530.000 26,47 3.250.000 5 650.000

37 2 1.000 20.000 20.000.000 5.950.000 0 5.950.000 2.975.000 14.050.000 7.025.000 24.000.000 38.050.000 36,93 2.000.000 5 400.000

38 0,75 200 20.000 4.000.000 1.750.000 0 1.750.000 2.333.333 2.250.000 3.000.000 6.000.000 8.250.000 27,27 500.000 1 500.000

39 4,5 2.000 20.000 40.000.000 13.400.000 0 13.400.000 2.977.778 26.600.000 5.911.111 48.000.000 74.600.000 35,66 3.500.000 5 700.000

40 1,5 900 20.000 18.000.000 5.350.000 0 5.350.000 3.566.667 12.650.000 8.433.333 38.400.000 51.050.000 24,78 3.000.000 6 500.000

41 0,45 54 20.000 1.080.000 750.000 0 750.000 1.666.667 330.000 733.333 6.000.000 6.330.000 5,21 500.000 1 500.000

42 5 500 20.000 10.000.000 1.800.000 0 1.800.000 360.000 8.200.000 1.640.000 6.000.000 14.200.000 57,75 400.000 1 400.000

43 1 460 20.000 9.200.000 3.100.000 0 3.100.000 3.100.000 6.100.000 6.100.000 18.000.000 24.100.000 25,31 1.200.000 3 400.000

44 2 500 20.000 10.000.000 1.800.000 0 1.800.000 900.000 8.200.000 4.100.000 18.000.000 26.200.000 31,30 1.500.000 6 250.000 45 2 700 20.000 14.000.000 2.550.000 0 2.550.000 1.275.000 11.450.000 5.725.000 8.400.000 19.850.000 57,68 600.000 2 300.000

46 0,5 350 20.000 7.000.000 1.300.000 0 1.300.000 2.600.000 5.700.000 11.400.000 18.000.000 23.700.000 24,05 1.500.000 6 250.000

47 2 1.000 20.000 20.000.000 6.350.000 0 6.350.000 3.175.000 13.650.000 6.825.000 36.000.000 49.650.000 27,49 2.500.000 5 500.000

48 2 2.000 20.000 40.000.000 9.900.000 0 9.900.000 4.950.000 30.100.000 15.050.000 30.000.000 60.100.000 50,08 2.000.000 5 400.000

49 6 3.000 20.000 60.000.000 19.000.000 0 19.000.000 3.166.667 41.000.000 6.833.333 60.000.000 101.000.000 40,59 3.000.000 3 1.000.000

50 1,5 1.800 20.000 36.000.000 8.450.000 0 8.450.000 5.633.333 27.550.000 18.366.667 24.000.000 51.550.000 53,44 2.000.000 2 1.000.000

51 2 876 20.000 17.520.000 5.950.000 0 5.950.000 2.975.000 11.570.000 5.785.000 24.000.000 35.570.000 32,53 1.500.000 3 500.000

52 3 700 20.000 14.000.000 6.750.000 0 6.750.000 2.250.000 7.250.000 2.416.667 30.000.000 37.250.000 19,46 2.500.000 4 625.000

53 1,75 600 20.000 12.000.000 4.600.000 0 4.600.000 2.628.571 7.400.000 4.228.571 42.000.000 49.400.000 14,98 3.000.000 5 600.000

54 1 1.200 20.000 24.000.000 5.600.000 0 5.600.000 5.600.000 18.400.000 18.400.000 30.000.000 48.400.000 38,02 2.000.000 4 500.000

55 1 1.000 20.000 20.000.000 4.950.000 0 4.950.000 4.950.000 15.050.000 15.050.000 29.040.000 44.090.000 34,13 2.000.000 6 333.333 56 5 4.000 20.000 80.000.000 20.650.000 40.000.000 60.650.000 12.130.000 19.350.000 3.870.000 42.000.000 61.350.000 31,54 3.000.000 5 600.000

57 5 5.000 20.000 100.000.000 24.700.000 0 24.700.000 4.940.000 75.300.000 15.060.000 60.000.000 135.300.000 55,65 4.000.000 4 1.000.000

58 1,5 1.500 20.000 30.000.000 5.350.000 0 5.350.000 3.566.667 24.650.000 16.433.333 24.000.000 48.650.000 50,67 1.500.000 4 375.000

59 5 530 20.000 10.600.000 1.950.000 0 1.950.000 390.000 8.650.000 1.730.000 12.000.000 20.650.000 41,89 500.000 1 500.000

60 5 2.500 20.000 50.000.000 15.900.000 0 15.900.000 3.180.000 34.100.000 6.820.000 18.000.000 52.100.000 65,45 1.000.000 1 1.000.000

61 3,5 1.000 20.000 20.000.000 8.450.000 0 8.450.000 2.414.286 11.550.000 3.300.000 42.000.000 53.550.000 21,57 3.200.000 5 640.000

62 3 1.000 20.000 20.000.000 7.750.000 0 7.750.000 2.583.333 12.250.000 4.083.333 36.000.000 48.250.000 25,39 2.500.000 6 416.667

63 1 400 20.000 8.000.000 2.850.000 0 2.850.000 2.850.000 5.150.000 5.150.000 18.000.000 23.150.000 22,25 1.500.000 2 750.000

Total 167,95 97.970 1.260.000 1.959.400.000 457.850.000 66.430.000,00 524.280.000 201.163.302 1.435.120.000 569.843.683 2.304.900.000 3.740.020.000 2.255 133.548.000 239,00 38.850.666,67

Rata-rata 2,67 1.555 20.000 31.101.587 7.267.460 1.054.444 8.321.905 3.193.068 22.779.683 9.045.138 36.585.714 59.365.397 35,79 2.119.810 3,79 616.677,25

Minimum 0,45 54 20.000 1.080.000 750.000 0 750.000 360.000 330.000 733.333 6.000.000 6.330.000 5,21 400.000,00 1,00 233.333,33

Maksimum 6 8.000 20.000 160.000.000 29.150.000 40.000.000 60.650.000 12.130.000 129.650.000 31.600.000 105.000.000 195.650.000 66,27 5.500.000,00 6,00 2.700.000,00

Page 161: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

140 Lampiran 6 Analisis kelayakan usaha tanaman kemiri

a. Lahan milik

Tahun Biaya Manfaat Manfaat

bersih

DF ( 24% ) DF ( 80% )

DF (24%) PV Biaya PV Manfaat PV Manfaat

bersih DF (805 %) PV Biaya PV Manfaat

PV Manfaat

bersih

a b c d=c-b e f=b*e g=c*e h=g-f i j=b*i k=c*i l=k-j

1 11268000 0 -11268000 0,806451613 9087096,774 0 -9087096,774 0,555555556 6260000 0 -6260000

2 3208000 0 -3208000 0,650364204 2086368,366 0 -2086368,366 0,308641975 990123,4568 0 -990123,4568 3 3208000 0 -3208000 0,524487261 1682555,134 0 -1682555,134 0,171467764 550068,5871 0 -550068,5871

4 160000 0 -160000 0,422973598 67675,77565 0 -67675,77565 0,095259869 15241,57903 0 -15241,57903

5 3910000 33750000 29840000 0,34110774 1333731,264 11512386,23 10178654,97 0,052922149 206925,6042 1786122,542 1579196,938 6 3810000 84375000 80565000 0,275086887 1048081,04 23210456,11 22162375,07 0,029401194 112018,5496 2480725,753 2368707,204

7 3810000 84375000 80565000 0,221844264 845226,6454 18718109,77 17872883,12 0,016333997 62232,52754 1378180,974 1315948,446

8 3810000 84375000 80565000 0,178906664 681634,3915 15095249,81 14413615,42 0,009074443 34573,62641 765656,0967 731082,4703 9 3810000 84375000 80565000 0,144279568 549705,1544 12173588,56 11623883,4 0,005041357 19207,57023 425364,4981 406156,9279

10 3810000 84375000 80565000 0,11635449 443310,6084 9817410,127 9374099,518 0,002800754 10670,87235 236313,6101 225642,7377

11 3810000 118125000 114315000 0,093834266 357508,5551 11084172,72 10726664,17 0,001555974 5928,262416 183799,4745 177871,2121 12 3810000 118125000 114315000 0,075672796 288313,3509 8938848,971 8650535,62 0,00086443 3293,47912 102110,8192 98817,34005

13 3810000 118125000 114315000 0,061026448 232510,7669 7208749,17 6976238,403 0,000480239 1829,710622 56728,23287 54898,52225

14 3810000 118125000 114315000 0,049214877 187508,683 5813507,395 5625998,712 0,000266799 1016,505901 31515,68493 30499,17903 15 3810000 118125000 114315000 0,039689417 151216,6798 4688312,415 4537095,736 0,000148222 564,7255007 17508,71385 16943,98835

16 3810000 118125000 114315000 0,032007595 121948,9353 3780897,109 3658948,174 8,23455E-05 313,7363893 9727,06325 9413,326861

17 3810000 118125000 114315000 0,025812576 98345,91559 3049110,572 2950764,656 4,57475E-05 174,297994 5403,924028 5229,626034 18 3810000 118125000 114315000 0,020816594 79311,22225 2458960,139 2379648,916 2,54153E-05 96,83221891 3002,180015 2905,347796

19 3810000 118125000 114315000 0,016787576 63960,6631 1983032,37 1919071,707 1,41196E-05 53,79567717 1667,877786 1614,082109

20 3810000 118125000 114315000 0,013538367 51581,17992 1599219,653 1547638,473 7,84422E-06 29,88648732 926,5987702 896,7122829 21 3810000 160000000 156190000 0,010918038 41597,72574 1746886,12 1705288,395 4,3579E-06 16,60360407 697,2642127 680,6606086

22 3810000 160000000 156190000 0,00880487 33546,55302 1408779,129 1375232,576 2,42106E-06 9,224224481 387,3690071 378,1447826

23 3810000 160000000 156190000 0,007100701 27053,67179 1136112,201 1109058,529 1,34503E-06 5,124569156 215,2050039 210,0804348 24 3810000 160000000 156190000 0,005726372 21817,47725 916219,5171 894402,0398 7,4724E-07 2,846982864 119,5583355 116,7113526

25 3810000 160000000 156190000 0,004618042 17594,73972 738886,7073 721291,9676 4,15133E-07 1,581657147 66,42129751 64,83964036

26 3810000 150000000 146190000 0,003724227 14189,30622 558634,1033 544444,7971 2,3063E-07 0,878698415 34,59442579 33,71572737 27 3810000 150000000 146190000 0,003003409 11442,98889 450511,3736 439068,3847 1,28128E-07 0,488165786 19,21912544 18,73095965

28 3810000 150000000 146190000 0,002422104 9228,216847 363315,6239 354087,4071 7,11819E-08 0,271203214 10,67729191 10,40608869

29 3810000 150000000 146190000 0,00195331 7442,110361 292996,4709 285554,3605 3,95455E-08 0,150668452 5,931828838 5,781160386 30 3810000 150000000 146190000 0,00157525 6001,701904 236287,4765 230285,7746 2,19697E-08 0,083704696 3,295460466 3,21175577

31 3810000 142500000 138690000 0,001270363 4840,08218 181026,6957 176186,6135 1,22054E-08 0,046502609 1,739270801 1,692768193

Page 162: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

141 Lampiran 6 Analisis kelayakan usaha tanaman kemiri ….(Lanjutan)

a. Pada lahan milik

Tahun Biaya Manfaat Manfaat bersih

DF ( 24% ) DF ( 80% )

DF (24%) PV Biaya PV Manfaat

PV Manfaat

bersih DF (805 %) PV Biaya PV Manfaat

PV Manfaat

bersih

a b c d=c-b e f=b*e g=c*e h=g-f i j=b*i k=c*i l=k-j

32 3810000 142500000 138690000 0,001024486 3903,292081 145989,2707 142085,9787 6,78078E-09 0,025834783 0,966261556 0,940426774 33 3810000 142500000 138690000 0,000826198 3147,816194 117733,2829 114585,4667 3,7671E-09 0,014352657 0,536811976 0,522459319

34 3810000 142500000 138690000 0,000666289 2538,561447 94946,19585 92407,63441 2,09283E-09 0,007973698 0,298228875 0,290255177

35 3810000 142500000 138690000 0,00053733 2047,226973 76569,51278 74522,28581 1,16269E-09 0,004429832 0,165682709 0,161252876 36 3810000 94500000 90690000 0,000433331 1650,989495 40949,73943 39298,74994 6,45936E-10 0,002461018 0,061040998 0,05857998

37 3810000 94500000 90690000 0,00034946 1331,443141 33023,98342 31692,54027 3,58854E-10 0,001367232 0,033911665 0,032544433

38 3810000 94500000 90690000 0,000281823 1073,744468 26632,24469 25558,50022 1,99363E-10 0,000759573 0,018839814 0,018080241 39 3810000 94500000 90690000 0,000227276 865,9229584 21477,61669 20611,69373 1,10757E-10 0,000421985 0,010466563 0,010044578

40 3810000 94500000 90690000 0,000183287 698,3249665 17320,65862 16622,33365 6,15318E-11 0,000234436 0,005814757 0,005580321

41 3810000 89250000 85440000 0,000147812 563,1652955 13192,25791 12629,09261 3,41843E-11 0,000130242 0,003050953 0,002920711 42 3810000 89250000 85440000 0,000119204 454,1655609 10638,91767 10184,75211 1,89913E-11 7,23569E-05 0,001694974 0,001622617

43 3810000 89250000 85440000 9,61319E-05 366,2625491 8579,772312 8213,509763 1,05507E-11 4,01983E-05 0,000941652 0,000901454

44 3810000 89250000 85440000 7,75257E-05 295,3730235 6919,17122 6623,798196 5,86151E-12 2,23324E-05 0,00052314 0,000500808 45 3810000 89250000 85440000 6,25207E-05 238,2040512 5579,97679 5341,772739 3,2564E-12 1,24069E-05 0,000290633 0,000278227

46 3810000 84000000 80190000 5,042E-05 192,1000413 4235,276501 4043,17646 1,80911E-12 6,89271E-06 0,000151965 0,000145072

47 3810000 84000000 80190000 4,06613E-05 154,9193881 3415,545565 3260,626177 1,00506E-12 3,82928E-06 8,44251E-05 8,05958E-05 48 3810000 84000000 80190000 3,27913E-05 124,9349904 2754,47223 2629,53724 5,58367E-13 2,12738E-06 4,69028E-05 4,47755E-05

49 3810000 84000000 80190000 2,64446E-05 100,7540245 2221,348573 2120,594548 3,10204E-13 1,18188E-06 2,60571E-05 2,48753E-05

50 3810000 84000000 80190000 2,13263E-05 81,2532456 1791,410139 1710,156894 1,72335E-13 6,56598E-07 1,44762E-05 1,38196E-05

Jumlah 193204000 5238125000 5044921000 19672174,13 149795637,2 130123463,1 8274400,964 7486317,423 -788083,5409

NPV 130123463,1

BCR 7,61

IRR 79,66

Page 163: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

142 b. Pada lahan sewa

Tahun Biaya Manfaat Manfaat bersih

DF ( 24% ) DF ( 80% )

DF (24%) PV Biaya PV Manfaat

PV Manfaat

bersih DF (80 %) PV Biaya PV Manfaat

PV Manfaat

bersih

a b c d=c-b e f=b*e g=c*e h=g-f i j=b*i k=c*i l=k-j

1 12468000 0 -12468000 0,806451613 10054838,71 0 -10054838,71 0,555555556 6926666,667 0 -6926666,667

2 4408000 0 -4408000 0,650364204 2866805,411 0 -2866805,411 0,308641975 1360493,827 0 -1360493,827

3 4408000 0 -4408000 0,524487261 2311939,848 0 -2311939,848 0,171467764 755829,904 0 -755829,904 4 1360000 0 -1360000 0,422973598 575244,093 0 -575244,093 0,095259869 129553,4217 0 -129553,4217

5 5110000 33750000 28640000 0,34110774 1743060,552 11512386,23 9769325,678 0,052922149 270432,1834 1786122,542 1515690,359

6 5110000 84375000 79265000 0,275086887 1405693,994 23210456,11 21804762,12 0,029401194 150240,1019 2480725,753 2330485,651

7 5110000 84375000 79265000 0,221844264 1133624,188 18718109,77 17584485,58 0,016333997 83466,72328 1378180,974 1294714,251

8 5110000 84375000 79265000 0,178906664 914213,0552 15095249,81 14181036,76 0,009074443 46370,40182 765656,0967 719285,6948

9 5110000 84375000 79265000 0,144279568 737268,5929 12173588,56 11436319,96 0,005041357 25761,33435 425364,4981 399603,1638 10 5110000 84375000 79265000 0,11635449 594571,4459 9817410,127 9222838,681 0,002800754 14311,85241 236313,6101 222001,7577

11 5110000 118125000 113015000 0,093834266 479493,1015 11084172,72 10604679,62 0,001555974 7951,029119 183799,4745 175848,4454

12 5110000 118125000 113015000 0,075672796 386687,9851 8938848,971 8552160,986 0,00086443 4417,2384 102110,8192 97693,58077 13 5110000 118125000 113015000 0,061026448 311845,1493 7208749,17 6896904,021 0,000480239 2454,021333 56728,23287 54274,21154

14 5110000 118125000 113015000 0,049214877 251488,0236 5813507,395 5562019,371 0,000266799 1363,345185 31515,68493 30152,33974

15 5110000 118125000 113015000 0,039689417 202812,9223 4688312,415 4485499,493 0,000148222 757,4139917 17508,71385 16751,29986 16 5110000 118125000 113015000 0,032007595 163558,8083 3780897,109 3617338,301 8,23455E-05 420,785551 9727,06325 9306,277699

17 5110000 118125000 113015000 0,025812576 131902,2647 3049110,572 2917208,307 4,57475E-05 233,7697505 5403,924028 5170,154277

18 5110000 118125000 113015000 0,020816594 106372,7941 2458960,139 2352587,344 2,54153E-05 129,8720836 3002,180015 2872,307932 19 5110000 118125000 113015000 0,016787576 85784,51141 1983032,37 1897247,858 1,41196E-05 72,15115757 1667,877786 1595,726629

20 5110000 118125000 113015000 0,013538367 69181,05759 1599219,653 1530038,596 7,84422E-06 40,08397643 926,5987702 886,5147937

21 5110000 160000000 154890000 0,010918038 55791,17547 1746886,12 1691094,945 4,3579E-06 22,26887579 697,2642127 674,9953369 22 5110000 160000000 154890000 0,00880487 44992,88345 1408779,129 1363786,246 2,42106E-06 12,37159766 387,3690071 374,9974094

23 5110000 160000000 154890000 0,007100701 36284,58342 1136112,201 1099827,618 1,34503E-06 6,873109813 215,2050039 208,3318941

24 5110000 160000000 154890000 0,005726372 29261,76083 916219,5171 886957,7562 7,4724E-07 3,81839434 119,5583355 115,7399412 25 5110000 160000000 154890000 0,004618042 23598,19421 738886,7073 715288,5131 4,15133E-07 2,121330189 66,42129751 64,29996732

26 5110000 150000000 144890000 0,003724227 19030,80179 558634,1033 539603,3015 2,3063E-07 1,178516772 34,59442579 33,41590901

27 5110000 150000000 144890000 0,003003409 15347,4208 450511,3736 435163,9528 1,28128E-07 0,65473154 19,21912544 18,5643939 28 5110000 150000000 144890000 0,002422104 12376,95225 363315,6239 350938,6716 7,11819E-08 0,363739744 10,67729191 10,31355216

29 5110000 150000000 144890000 0,00195331 9981,413108 292996,4709 283015,0578 3,95455E-08 0,202077636 5,931828838 5,729751203

30 5110000 150000000 144890000 0,00157525 8049,5267 236287,4765 228237,9498 2,19697E-08 0,112265353 3,295460466 3,183195113

Page 164: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

143 b. Pada lahan sewa …. (lanjutan)

Tahun Biaya Manfaat Manfaat bersih

DF ( 24% ) DF ( 80% )

DF (18%) PV Biaya PV Manfaat

PV Manfaat

bersih DF (55 %) PV Biaya PV Manfaat

PV Manfaat

bersih

a b c d=c-b e f=b*e g=c*e h=g-f i j=b*i k=c*i l=k-j

31 5110000 142500000 137390000 0,001270363 6491,55379 181026,6957 174535,1419 1,22054E-08 0,152177041 1,739270801 -0,152177041

32 5110000 142500000 137390000 0,001024486 5235,124025 145989,2707 140754,1467 6,78078E-09 0,029889691 0,966261556 -0,029889691

33 5110000 142500000 137390000 0,000826198 4221,874213 117733,2829 113511,4086 3,7671E-09 0,016605384 0,536811976 -0,016605384

34 5110000 142500000 137390000 0,000666289 3404,737269 94946,19585 91541,45858 2,09283E-09 0,002846255 0,298228875 -0,002846255

35 5110000 142500000 137390000 0,00053733 2745,755862 76569,51278 73823,75692 1,16269E-09 0,005941324 0,165682709 0,033299318

36 5110000 94500000 89390000 0,000433331 2214,319244 40949,73943 38735,42019 6,45936E-10 0,003300735 0,061040998 0,051200156

37 5110000 94500000 89390000 0,00034946 1785,741325 33023,98342 31238,24209 3,58854E-10 0,001833742 0,033911665 0,028444531

38 5110000 94500000 89390000 0,000281823 1440,113972 26632,24469 25192,13072 1,99363E-10 0,001018746 0,018839814 0,015802517

39 5110000 94500000 89390000 0,000227276 1161,382236 21477,61669 20316,23445 1,10757E-10 0,00056597 0,010466563 0,008779176

40 5110000 94500000 89390000 0,000183287 936,5985771 17320,65862 16384,06004 6,15318E-11 0,000314428 0,005814757 0,00487732

41 5110000 89250000 84140000 0,000147812 755,3214331 13192,25791 12436,93647 3,41843E-11 0,000174682 0,003050953 0,003863344

42 5110000 89250000 84140000 0,000119204 609,130188 10638,91767 10029,78748 1,89913E-11 9,70456E-05 0,001694974 0,002146302

43 5110000 89250000 84140000 9,61319E-05 491,2340226 8579,772312 8088,53829 1,05507E-11 5,39142E-05 0,000941652 0,00119239

44 5110000 89250000 84140000 7,75257E-05 396,1564698 6919,17122 6523,01475 5,86151E-12 2,99523E-05 0,00052314 0,000662439

45 5110000 89250000 84140000 6,25207E-05 319,4810241 5579,97679 5260,495766 3,2564E-12 1,66402E-05 0,000290633 0,000368022

46 5110000 84000000 78890000 5,042E-05 257,6459871 4235,276501 3977,630514 1,80911E-12 9,24455E-06 0,000151965 0,000204456

47 5110000 84000000 78890000 4,06613E-05 207,7790219 3415,545565 3207,766543 1,00506E-12 5,13586E-06 8,44251E-05 0,000113587

48 5110000 84000000 78890000 3,27913E-05 167,5637273 2754,47223 2586,908503 5,58367E-13 2,85326E-06 4,69028E-05 6,31038E-05

49 5110000 84000000 78890000 2,64446E-05 135,1320382 2221,348573 2086,216534 3,10204E-13 1,58514E-06 2,60571E-05 3,50577E-05

50 5110000 84000000 78890000 2,13263E-05 108,9774501 1791,410139 1682,432689 1,72335E-13 8,80634E-07 1,44762E-05 1,94765E-05

Jumlah 257704000 5238125000 4980421000 24814186,84 149795637,2 124981450,3 9781016,307 7486317,423 -2294702,563

NPV 124981450,3

127276152,9

BCR 6,04

IRR 78,99

Page 165: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

144

c. Pada lahan yang dibeli

Tahun Biaya Manfaat Manfaat bersih DF ( 24% ) DF ( 30% )

DF (24%) PV Biaya PV Manfaat PV Manfaat bersih DF (30%) PV Biaya PV Manfaat PV Manfaat bersih

a b c d=c-b e f=b*e g=c*e h=g-f i j=b*i k=c*i l=k-j

1 155268000 0 -155268000 0,806451613 125216129 0 -125216129 0,769230769 119436923,1 0 -119436923,1

2 3208000 0 -3208000 0,650364204 2086368,366 0 -2086368,366 0,591715976 1898224,852 0 -1898224,852

3 3208000 0 -3208000 0,524487261 1682555,134 0 -1682555,134 0,455166136 1460172,963 0 -1460172,963 4 160000 0 -160000 0,422973598 67675,77565 0 -67675,77565 0,350127797 56020,44746 0 -56020,44746

5 3910000 33750000 29840000 0,34110774 1333731,264 11512386,23 10178654,97 0,269329074 1053076,681 9089856,259 8036779,578

6 3910000 84375000 80465000 0,275086887 1075589,729 23210456,11 22134866,38 0,207176211 810058,9851 17480492,81 16670433,82

7 3910000 84375000 80465000 0,221844264 867411,0718 18718109,77 17850698,69 0,159366316 623122,2963 13446532,93 12823410,63

8 3910000 84375000 80465000 0,178906664 699525,0579 15095249,81 14395724,75 0,122589474 479324,8433 10343486,87 9864162,024

9 3910000 84375000 80465000 0,144279568 564133,1112 12173588,56 11609455,45 0,094299595 368711,4179 7956528,36 7587816,942 10 3910000 84375000 80465000 0,11635449 454946,0574 9817410,127 9362464,069 0,07253815 283624,1676 6120406,43 5836782,263

11 3910000 118125000 114215000 0,093834266 366891,9818 11084172,72 10717280,74 0,055798577 218172,4366 6591206,925 6373034,488

12 3910000 118125000 114215000 0,075672796 295880,6305 8938848,971 8642968,34 0,042921982 167824,9513 5070159,173 4902334,222 13 3910000 118125000 114215000 0,061026448 238613,4117 7208749,17 6970135,758 0,03301691 129096,1163 3900122,441 3771026,325

14 3910000 118125000 114215000 0,049214877 192430,1707 5813507,395 5621077,224 0,025397623 99304,70488 3000094,185 2900789,48

15 3910000 118125000 114215000 0,039689417 155185,6215 4688312,415 4533126,794 0,019536633 76388,23453 2307764,758 2231376,523 16 3910000 118125000 114215000 0,032007595 125149,6948 3780897,109 3655747,414 0,015028179 58760,1804 1775203,66 1716443,48

17 3910000 118125000 114215000 0,025812576 100927,1732 3049110,572 2948183,399 0,011560138 45200,13877 1365541,277 1320341,138 18 3910000 118125000 114215000 0,020816594 81392,88163 2458960,139 2377567,257 0,008892414 34769,33752 1050416,367 1015647,029

19 3910000 118125000 114215000 0,016787576 65639,42067 1983032,37 1917392,949 0,006840318 26745,64424 808012,5899 781266,9456

20 3910000 118125000 114215000 0,013538367 52935,01667 1599219,653 1546284,636 0,005261783 20573,5725 621548,146 600974,5736

21 3910000 160000000 156090000 0,010918038 42689,52957 1746886,12 1704196,591 0,004047526 15825,825 647604,0919 631778,2669

22 3910000 160000000 156090000 0,00880487 34427,03998 1408779,129 1374352,089 0,003113481 12173,71154 498156,9938 485983,2823

23 3910000 160000000 156090000 0,007100701 27763,74192 1136112,201 1108348,459 0,002394986 9364,393489 383197,6875 373833,294 24 3910000 160000000 156090000 0,005726372 22390,11445 916219,5171 893829,4026 0,001842297 7203,379607 294767,452 287564,0723

25 3910000 160000000 156090000 0,004618042 18056,54391 738886,7073 720830,1634 0,001417151 5541,061236 226744,1938 221203,1326

26 3910000 150000000 146090000 0,003724227 14561,72896 558634,1033 544072,3743 0,001090116 4262,354797 163517,4475 159255,0927 27 3910000 150000000 146090000 0,003003409 11743,32981 450511,3736 438768,0438 0,000838551 3278,734459 125782,6519 122503,9174

28 3910000 150000000 146090000 0,002422104 9470,427263 363315,6239 353845,1966 0,000645039 2522,10343 96755,88607 94233,78264

29 3910000 150000000 146090000 0,00195331 7637,441341 292996,4709 285359,0295 0,000496184 1940,079562 74427,60467 72487,52511 30 3910000 150000000 146090000 0,00157525 6159,226888 236287,4765 230128,2496 0,00038168 1492,368894 57252,00359 55759,6347

31 3910000 142500000 138590000 0,001270363 4967,118458 181026,6957 176059,5773 0,0002936 1147,976072 41838,00262 40690,02655

32 3910000 142500000 138590000 0,001024486 4005,740692 145989,2707 141983,5301 0,000225846 883,0585169 32183,07894 31300,02043 33 3910000 142500000 138590000 0,000826198 3230,436042 117733,2829 114502,8468 0,000173728 679,2757823 24756,21457 24076,93879

Page 166: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

145

c. Pada lahan yang dibeli …….(Lanjutan)

Tahun Biaya Manfaat Manfaat bersih

DF ( 24% ) DF ( 30% )

DF (24%) PV Biaya PV Manfaat PV Manfaat

bersih DF (30%) PV Biaya PV Manfaat

PV Manfaat

bersih

a b c d=c-b e f=b*e g=c*e h=g-f i j=b*i k=c*i l=k-j

34 3910000 142500000 138590000 0,000666289 2605,190356 94946,19585 92341,0055 0,000133637 522,5198325 19043,24198 18520,72214

35 3910000 142500000 138590000 0,00053733 2100,959965 76569,51278 74468,55282 0,000102798 401,9383327 14648,64768 14246,70934

36 3910000 94500000 90590000 0,000433331 1694,322552 40949,73943 39255,41688 7,9075E-05 309,1833328 7472,589502 7163,406169

37 3910000 94500000 90590000 0,00034946 1366,389155 33023,98342 31657,59426 6,08269E-05 237,833333 5748,145771 5510,312438

38 3910000 94500000 90590000 0,000281823 1101,926738 26632,24469 25530,31795 4,679E-05 182,9487177 4421,650593 4238,701875

39 3910000 94500000 90590000 0,000227276 888,6505951 21477,61669 20588,96609 3,59923E-05 140,7297828 3401,269687 3260,539904

40 3910000 94500000 90590000 0,000183287 716,6537057 17320,65862 16604,00491 2,76864E-05 108,2536791 2616,361298 2508,107619

41 3910000 89250000 85340000 0,000147812 577,9465369 13192,25791 12614,31137 2,12972E-05 83,27206084 1900,775302 1817,503241

42 3910000 89250000 85340000 0,000119204 466,0859168 10638,91767 10172,83175 1,63825E-05 64,05543141 1462,134847 1398,079416

43 3910000 89250000 85340000 9,61319E-05 375,8757394 8579,772312 8203,896573 1,26019E-05 49,27340878 1124,719113 1075,445705

44 3910000 89250000 85340000 7,75257E-05 303,1255963 6919,17122 6616,045623 9,69377E-06 37,90262214 865,1685488 827,2659267

45 3910000 89250000 85340000 6,25207E-05 244,456126 5579,97679 5335,520664 7,45674E-06 29,15586318 665,5142683 636,3584051

46 3910000 84000000 80090000 5,042E-05 197,1420371 4235,276501 4038,134464 5,73596E-06 22,42758706 481,8202847 459,3926977

47 3910000 84000000 80090000 4,06613E-05 158,9855138 3415,545565 3256,560051 4,41227E-06 17,25199005 370,6309883 353,3789982

48 3910000 84000000 80090000 3,27913E-05 128,214124 2754,47223 2626,258106 3,39406E-06 13,27076158 285,1007602 271,8299986

49 3910000 84000000 80090000 2,64446E-05 103,3984871 2221,348573 2117,950085 2,61081E-06 10,20827814 219,3082771 209,0999989

50 3910000 84000000 80090000 2,13263E-05 83,38587672 1791,410139 1708,024262 2,00832E-06 7,852521643 168,6986747 160,846153

Jumlah 341704000 5238125000 4896421000 135943325,7 149795637,2 13852311,46 127414647,4 93659252,26 -33755395,19

NPV 13852311,46

BCR 1,10

IRR 25,75

Page 167: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

146

Lampiran 7 Hasil pengolahan data dengan Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 126 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 126 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 126 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

tidak mengelola kemiri 0

mengelola kemiri 1

Categorical Variables Codings

Frequency

Parameter coding

(1) (2) (3)

Pendidikan Tidak sekolah 6 .000 .000 .000

SD/SR 42 1.000 .000 .000

SLTP 32 .000 1.000 .000

SMU ke atas 46 .000 .000 1.000

Pendapatan per bulan <= 1,5 jt 25 .000 .000 .000

1,5 jt - 3 jt 43 1.000 .000 .000

3 jt - 4,5 jt 31 .000 1.000 .000

>= 4,5jt 27 .000 .000 1.000

Jarak <= 1000 46 .000 .000

1000 - 2000 45 1.000 .000

> 2000 35 .000 1.000

Asal usul tanah Beli 42 .000 .000

warisan 69 1.000 .000

garap sendiri 15 .000 1.000

Status kepemilikan lahan belum sertifikat 96 .000

sudah sertifikat 30 1.000

Aksesibilitas ke ladang sulit 33 .000

mudah 93 1.000

Status lahan sewa 6 .000

milik 120 1.000

Pekerjaan utama non petani 29 .000

petani 97 1.000

Pekerjaan sampingan tidak ada 77 .000

ada 49 1.000

Page 168: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

147

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 174.673 .000

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 174.673

c. Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Y

Percentage Correct tidak mengelola kemiri mengelola kemiri

Step 0 Y tidak mengelola kemiri 0 63 .0

mengelola kemiri 0 63 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .178 .000 1 1.000 1.000

Page 169: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

148

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables X1 9.032 1 .003

X2 2.278 1 .131

X3 21.742 1 .000

X4(1) .301 1 .584

X5(1) 6.300 1 .012

X6 1.475 1 .225

X7 .058 1 .809

X8 .408 1 .523

X9 1.389 3 .708

X9(1) .035 1 .851

X9(2) .043 1 .836

X9(3) .424 1 .515

X10 12.822 2 .002

X10(1) 2.595 1 .107

X10(2) 12.789 1 .000

X11(1) 14.821 1 .000

X12(1) 2.195 1 .138

X13 7.059 1 .008

X14 6.775 2 .034

X14(1) .864 1 .353

X14(2) 6.686 1 .010

X15(1) 2.800 1 .094

X16 6.489 3 .090

X16(1) 2.286 1 .131

X16(2) .168 1 .682

X16(3) 3.424 1 .064

X17 .013 1 .909

Overall Statistics 48.308 23 .002

Page 170: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

149

Block 1: Method = Enter teration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log

likelihood

Coefficients

Constant X1 X2 X3 X4(1) X5(1) X6 X7 X8 X9(1) X9(2) X9(3) X10(1) X10(2) X11(1) X12(1) X13 X14(1) X14(2) X15(1) X16(1) X16(2) X16(3) X17

Step 1 1 119.672 -4.685 .042 -.014 .414 .310 -.586 -.368 -.116 .446 -.564 -.598 -1.104 -.035 1.263 -.753 .380 .008 .006 .028 .518 1.346 .861 1.227 .260

2 110.421 -6.456 .066 -.023 .716 .585 -.824 -.490 -.124 .520 -.928 -1.049 -1.912 -.065 2.207 -1.146 .637 .014 -.166 -.322 .449 2.035 1.532 2.019 .410

3 108.674 -7.457 .082 -.029 .902 .686 -.925 -.555 -.140 .561 -1.134 -1.275 -2.261 -.114 2.936 -1.350 .788 .018 -.290 -.508 .254 2.490 1.943 2.539 .486

4 108.580 -7.788 .087 -.031 .953 .716 -.941 -.576 -.145 .576 -1.172 -1.301 -2.314 -.133 3.190 -1.407 .835 .020 -.313 -.541 .183 2.648 2.074 2.708 .505

5 108.580 -7.815 .087 -.031 .955 .720 -.941 -.577 -.145 .577 -1.174 -1.300 -2.315 -.134 3.212 -1.411 .839 .020 -.314 -.542 .178 2.662 2.085 2.722 .506

6 108.580 -7.815 .087 -.031 .955 .720 -.941 -.577 -.145 .577 -1.174 -1.300 -2.315 -.134 3.213 -1.411 .839 .020 -.314 -.542 .178 2.662 2.085 2.722 .506

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 174.673

d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 66.093 23 .000

Block 66.093 23 .000

Model 66.093 23 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 108.580a .408 .544

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Page 171: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

150

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 3.679 8 .885

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Y = tidak mengelola kemiri Y = mengelola kemiri

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 12 12.219 1 .781 13

2 10 11.496 3 1.504 13

3 11 10.555 2 2.445 13

4 9 9.144 4 3.856 13

5 9 7.594 4 5.406 13

6 7 5.776 6 7.224 13

7 3 3.880 10 9.120 13

8 2 1.907 11 11.093 13

9 0 .407 13 12.593 13

10 0 .021 9 8.979 9

Classification Tablea

Observed

Predicted

Y

Percentage Correct tidak mengelola

kemiri mengelola kemiri

Step 1 Y tidak mengelola kemiri 54 9 85.7

mengelola kemiri 16 47 74.6

Overall Percentage 80.2

a. The cut value is .500

Page 172: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

151

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a X1 .087 .039 4.920 1 .027 1.091

X2 -.031 .024 1.696 1 .193 .969

X3 .955 .294 10.566 1 .001 2.600

X4(1) .720 .793 .823 1 .364 2.054

X5(1) -.941 .633 2.210 1 .137 .390

X6 -.577 .451 1.643 1 .200 .561

X7 -.145 .369 .155 1 .694 .865

X8 .577 .431 1.792 1 .181 1.780

X9 4.484 3 .214

X9(1) -1.174 .759 2.394 1 .122 .309

X9(2) -1.300 .986 1.738 1 .187 .272

X9(3) -2.315 1.129 4.207 1 .040 .099

X10 4.836 2 .089

X10(1) -.134 .550 .060 1 .807 .874

X10(2) 3.213 1.546 4.317 1 .038 24.843

X11(1) -1.411 .733 3.704 1 .054 .244

X12(1) .839 .897 .874 1 .350 2.314

X13 .020 .030 .442 1 .506 1.020

X14 .602 2 .740

X14(1) -.314 .604 .269 1 .604 .731

X14(2) -.542 .722 .563 1 .453 .582

X15(1) .178 1.286 .019 1 .890 1.194

X16 2.686 3 .443

X16(1) 2.662 1.842 2.089 1 .148 14.331

X16(2) 2.085 1.760 1.404 1 .236 8.046

X16(3) 2.722 1.844 2.179 1 .140 15.212

X17 .506 .421 1.449 1 .229 1.659

Constant -7.815 3.220 5.889 1 .015 .000

a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9, X10, X11, X12, X13, X14, X15, X16, X17.

Page 173: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

152

Correlation Matrix

Constant X1 X2 X3 X4(1) X5(1) X6 X7 X8 X9(1) X9(2) X9(3) X10(1) X10(2) X11(1) X12(1) X13 X14(1) X14(2) X15(1) X16(1) X16(2) X16(3) X17

Step 1 Constant 1.000 -.468 .030 -.108 -.167 -.036 .257 .050 -.396 -.134 -.205 -.118 .010 -.388 .052 -.399 -.045 -.067 -.062 -.164 -.586 -.577 -.639 -.074

X1 -.468 1.000 -.384 .150 .008 -.073 -.029 -.194 .305 -.188 -.174 -.188 .044 .228 -.055 .156 -.209 -.109 -.106 -.224 .000 .017 .070 .025

X2 .030 -.384 1.000 -.125 -.179 .187 .044 .060 -.004 .192 .101 .258 -.140 -.102 -.023 -.137 -.480 .006 -.020 .178 -.057 -.035 -.077 -.115

X3 -.108 .150 -.125 1.000 .022 -.084 -.153 -.115 .042 -.169 -.337 -.425 -.236 -.076 .143 .039 -.017 -.064 -.224 -.110 .028 .064 .098 .213

X4(1) -.167 .008 -.179 .022 1.000 -.084 -.187 -.051 .065 .143 .088 -.020 .098 .060 -.238 .612 .136 .221 -.027 -.121 .049 -.045 .000 .198

X5(1) -.036 -.073 .187 -.084 -.084 1.000 .083 -.005 .000 -.037 .036 -.028 -.049 .084 .018 -.015 -.036 .032 .199 -.080 .028 .011 .026 .073

X6 .257 -.029 .044 -.153 -.187 .083 1.000 .425 -.732 -.027 -.122 -.093 -.045 -.036 .115 -.186 -.018 .030 .128 .064 -.188 -.143 -.196 -.463

X7 .050 -.194 .060 -.115 -.051 -.005 .425 1.000 -.714 .190 .182 .151 .075 -.031 -.167 .008 .063 .077 .039 .046 .063 .089 .028 -.247

X8 -.396 .305 -.004 .042 .065 .000 -.732 -.714 1.000 -.134 -.019 -.023 -.018 .138 -.039 .080 -.037 -.112 -.125 -.073 .124 .061 .140 .199

X9(1) -.134 -.188 .192 -.169 .143 -.037 -.027 .190 -.134 1.000 .622 .603 .026 -.065 -.029 .179 -.145 .157 .049 .091 .040 .037 .009 -.146

X9(2) -.205 -.174 .101 -.337 .088 .036 -.122 .182 -.019 .622 1.000 .711 .096 .112 -.127 .204 .024 .090 .153 -.026 .256 .184 .132 -.195

X9(3) -.118 -.188 .258 -.425 -.020 -.028 -.093 .151 -.023 .603 .711 1.000 .040 .032 -.072 .187 -.101 .073 .131 .029 .108 .079 -.007 -.249

X10(1) .010 .044 -.140 -.236 .098 -.049 -.045 .075 -.018 .026 .096 .040 1.000 .220 -.175 -.002 .066 .055 .068 -.140 -.038 -.068 -.047 .118

X10(2) -.388 .228 -.102 -.076 .060 .084 -.036 -.031 .138 -.065 .112 .032 .220 1.000 -.234 .036 .128 -.133 -.033 -.168 .477 .437 .465 .066

X11(1) .052 -.055 -.023 .143 -.238 .018 .115 -.167 -.039 -.029 -.127 -.072 -.175 -.234 1.000 -.132 .006 .120 .257 .005 -.238 -.152 -.179 -.026

X12(1) -.399 .156 -.137 .039 .612 -.015 -.186 .008 .080 .179 .204 .187 -.002 .036 -.132 1.000 .072 .051 -.089 -.073 .073 .021 .154 .049

X13 -.045 -.209 -.480 -.017 .136 -.036 -.018 .063 -.037 -.145 .024 -.101 .066 .128 .006 .072 1.000 .045 .045 -.110 .127 .119 .216 .032

X14(1) -.067 -.109 .006 -.064 .221 .032 .030 .077 -.112 .157 .090 .073 .055 -.133 .120 .051 .045 1.000 .459 .064 -.076 -.085 -.114 .074

X14(2) -.062 -.106 -.020 -.224 -.027 .199 .128 .039 -.125 .049 .153 .131 .068 -.033 .257 -.089 .045 .459 1.000 -.080 .133 .137 .086 .007

X15(1) -.164 -.224 .178 -.110 -.121 -.080 .064 .046 -.073 .091 -.026 .029 -.140 -.168 .005 -.073 -.110 .064 -.080 1.000 -.059 -.035 -.081 -.070

X16(1) -.586 .000 -.057 .028 .049 .028 -.188 .063 .124 .040 .256 .108 -.038 .477 -.238 .073 .127 -.076 .133 -.059 1.000 .925 .903 .119

X16(2) -.577 .017 -.035 .064 -.045 .011 -.143 .089 .061 .037 .184 .079 -.068 .437 -.152 .021 .119 -.085 .137 -.035 .925 1.000 .912 .077

X16(3) -.639 .070 -.077 .098 .000 .026 -.196 .028 .140 .009 .132 -.007 -.047 .465 -.179 .154 .216 -.114 .086 -.081 .903 .912 1.000 .094

X17 -.074 .025 -.115 .213 .198 .073 -.463 -.247 .199 -.146 -.195 -.249 .118 .066 -.026 .049 .032 .074 .007 -.070 .119 .077 .094 1.000

Page 174: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

153

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

16 + +

| |

| |

F | |

R 12 + +

E | |

Q | m|

U | m|

E 8 + m+

N | m|

C | m|

Y | t m|

4 + t m m m m+

| t t t m t mt m m m m mmm|

| t t tmttmt ttm m t t t m mt m m m m mt m m mmmmm|

| tt tttttttttmtttttttttttttt mmt mt tmt tt tm ttt m m mttttm mtmmtm tt m m mm mmm mmmmm|

Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+----------

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1

Group: ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

Predicted Probability is of Membership for mengelola kemiri

The Cut Value is .50

Symbols: t - tidak mengelola kemiri

m - mengelola kemiri

Each Symbol Represents 1 Case.

Page 175: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

154

Lampiran 8 Hasil pengelohaan data untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi

produksi kemiri dengan Regressi Linier Berganda

Regression Analysis: Y versus X1; X2; X3; X4

The regression equation is

Y = 1,25 + 0,792 X1 + 0,0780 X2 - 0,126 X3 + 0,151 X4

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant 1,2520 0,2476 5,06 0,000

X1 0,79183 0,06921 11,44 0,000 2,089

X2 0,07803 0,09673 0,81 0,423 2,910

X3 -0,12646 0,08890 -1,42 0,160 1,183

X4 0,15065 0,07766 1,94 0,057 2,665

S = 0,123709 R-Sq = 87,5% R-Sq(adj) = 86,6%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 4 6,0900 1,5225 99,48 0,000

Residual Error 57 0,8723 0,0153

Total 61 6,9623

Source DF Seq SS

X1 1 5,9350

X2 1 0,0533

X3 1 0,0441

X4 1 0,0576

Unusual Observations

Obs X1 Y Fit SE Fit Residual St Resid

20 2,38 3,1461 3,4330 0,0296 -0,2869 -2,39R

51 2,13 2,8451 3,1479 0,0183 -0,3028 -2,47R

R denotes an observation with a large standardized

residual.

Page 176: Analisis Pengelolaan Tanaman Kemiri Rakyat di … luas lahan, pendapatan per bulan, asal usul tanah dan aksesibilitas ke ladang. Analisis keberlanjutan pengelolaan kemiri rakyat dilakukan

155

Residual Plots for Y

0,40,20,0-0,2-0,4

99,9

99

90

50

10

1

0,1

Residual

Pe

rce

nt

3,63,33,02,72,4

0,2

0,0

-0,2

Fitted Value

Re

sid

ua

l

0,20,10,0-0,1-0,2-0,3

16

12

8

4

0

Residual

Fre

qu

en

cy

605550454035302520151051

0,2

0,0

-0,2

Observation Order

Re

sid

ua

l

Normal Probability Plot Versus Fits

Histogram Versus Order

Residual Plots for Y