Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SBI, NILAI TUKAR RUPIAH,
HARGA EMAS DUNIA DAN INDEKS DOW JONES TERHADAP INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA
(BEI) PERIODE 2015-2017
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh:
TRI YULIANTI
B200154024
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti
ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya
pertanggungjawabkan sepenuhnya
Surakarta, 3 Agustus 2019
Penulis
TRI YULIANTI
B200154024
1
ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SBI, NILAI TUKAR RUPIAH,
HARGA EMAS DUNIA DAN INDEKS DOW JONES TERHADAP INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA
(BEI) PERIODE 2015-2017
Abstrak
Penelitian ini diakukan untuk menganalisis variabel-variabel yang
mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah Suku Bunga SBI (SBI), Nilai Tukar
Rupiah (KURS), Harga Emas Dunia (HED) dan Indeks Dow Jones (DJIA) dan
variabel dependen adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jenis
penelitian yang digunakan adalah peneitian empiris dengan pendekatan
kuantitatif. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel
jenuh, dengan menggunakan data closing price bulanan di Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) periode tahun 2015 sampai tahun 2017, sehingga diperoleh
sampel sebanyak 36. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linear berganda menggunakan SPSS 16. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel nilai tukar rupiah dan indeks dow jones
berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), sedangkan variabel suku bunga SBI dan harga emas dunia tidak
berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabugan (IHSG). Koefisien
determinasi ( ) dalam penelitian ini sebesar 90,3%. Hal ini menunjukkan
bahwa 90,3% variasi variabel IHSG dapat dijelaskan oleh variabel suku bunga,
nilai tukar rupiah, harga emas dunia, dan indeks dow jones, sedangkan sisanya
sebesar 9,7% dijelaskan oleh variabel lain.
Kata Kunci: Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks
Dow Jones dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Abstract
This research was conducted to analyze the variables that influence the
movement of the Composite Stock Price Index (CSPI). The independent
variables in this study are the SBI Interest Rate (SBI), Rupiah Exchange Rate
(KURS), World Gold Price (HED) and Dow Jones Index (DJIA) and the
dependent variable is the Composite Stock Price Index (CSPI). The type of
research used is empirical research with a quantitative approach. Sample
selection is done by saturated sampling technique, using monthly closing price
data in the Composite Stock Price Index (CSPI) for the period of 2015 to 2017,
so as to obtain a sample of 36. Analysis of the data used in this study is
multiple linear regression analysis using SPSS 16. The results of the study
show that the rupiah exchange rate and Dow Jones Index have a significant
effect on the Composite Stock Price Index (CSPI), while the variable SBI
interest rate and world gold prices do not affect the Joint Stock Price Index
2
(CSPI). The coefficient of determination (R2) in this study amounted to 90.3%.
This shows that 90.3% of the variation in the CSPI variables can be explained
by variable interest rates, rupiah exchange rates, world gold prices, and Dow
Jones Index, while the remaining 9.7% is explained by other variables.
Keywords: SBI Interest Rate, Rupiah Exchange Rate, World Gold Price, Dow
Jones Index and Composite Stock Price Index (CSPI)
1. PENDAHULUAN
Kehadiran pasar modal memiliki peranan penting bagi suatu negara. Pada saat ini,
dunia pasar modal mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pasar modal
merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara serta menunjang
ekonomi negara yang bersangkutan (Robert Ang, 1997). Pasar modal erat
kaitannya dengan permintaan dan penawaran, namun berbeda degan pasar lainnya
dalam hal apa yang diperdagangkan, di pasar modal yang diperdagangkan yaitu
berupa saham atau surat-surat berharga. Di dalam pasar modal, terdapat Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dapat digunakan sebagai salah satu
indikator untuk melihat perkembangan pasar modal di Indonesia. Menurut
Jogiyanto (2013:147) Indeks Harga Saham Gabungan merupakan angka indeks
harga saham yang sudah disusun dan dihitung dengan menghasilkan trend,
dimana angka indeks adalah angka yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat
digunakan untuk membandingkan kejadian yang dapat berupa perubahan harga
saham dari waktu ke waktu. Dengan mengetahui trend pergerakannya maka
investor akan mengetahui seperti apa kondisi bursa saat itu, dan bila hasil
penilaian itu diimplementasikan dalam bentuk investasi maka akan berdampak
pada perputaran dana yang signifikan pada perekonomian kita, dan seterusnya
efek domino akan tercipta dari indeks tersebut (Zulbiadi, 2018).
Di dalam dunia pasar modal, seorang pelaku pasar modal harus mengetahui
faktor apa yang mempengaruhi naik turunnya harga saham. Sehingga faktor
tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk mengambil tindakan. Suku bunga
SBI atau sering disebut dengan BI Rate merupakan salah satu faktor makro
ekonomi yang dapat memberikan dampak terhadap perubahan harga saham. Suku
bunga SBI secara langsung dikendalikan oleh Bank Indonesia. Kenaikan suku
bunga yang signifikan bisa memperkuat rupiah, tapi Indeks Harga Saham
3
Gabungan akan mengalami penurunan karena investor lebih suka menabung di
bank (Harsono, 2018). Faktor makro ekonmi lainnya yaitu berupa nilai tukar
rupiah. Nilai tukar rupiah atau disebut juga dengan kurs adalah harga satu unit
mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga mata
uang domestik terhadap mata uang asing (Bank Indonesia, 2004:4). Nilai tukar
rupiah erat kaitannya dengan aktivitas perusahaan yang berupa transaksi ekspor
dan impor. Harianto dan Sudomo (2001:15) menyatakan bahwa melemahnya kurs
rupiah terhadap mata uang asing (depresiasi) akan meningkatkan biaya impor
bahan baku untuk produksi. Perusahaan yang berorientasi pada impor dan
melakukan transaksinya menggunakan uang Dollar AS, menurunnya nilai tukar
mata uang Rupiah terhadap mata uang Dollar AS akan menyebabkan
meningkatnya biaya impor bahan-bahan baku yang akan digunakan untuk proses
produksi. Hal tersebut akan berpengaruh pada menurunnya laba yang didapatkan
oleh perusahaan dan mengakibatkan dividen yang dibagikan kepada pemegang
saham menurun.
Selain faktor makro ekonomi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga
dapat dipengaruhi oleh faktor global, salah satunya adalah harga emas dunia.
Emas selalu menjadi topik hangat untuk dibicarakan. Hal ini bisa terjadi karena
emas bukan hanya termasuk logam yang banyak diminati tapi juga logam yang
secara moneter bernilai tinggi (Utari, 2016). Selain di pasar modal, seorang
investor juga dapat menginvestasikan uangnya atau modalnya dalam bentuk emas.
Sering kali emas dijadikan sebagai salah satu sasaran untuk berinvestasi karena
harga emas yang relatif terus mengalami peningkatan, dan selain itu dengan
berinvestasi dalam bentuk emas akan menurunkan risiko kerugian. Peningkatan
harga emas dari tahun ke tahun dan kecilnya tingkat resiko ini diperkirakan dapat
mempengaruhi pergerakan indeks harga saham gabungan (Gumilang, 2014).
Petumbuhan ekonomi negara maju pada dasarnya mempunyai hubungan
terhadap perekonomian negara berkembang (Jayanti, 2014). Begitu juga di dunia
pasar modal, indeks saham negara maju memiliki pengaruh terhadap indeks
saham di negara berkembang. Indeks Dow Jones merupakan salah satu indeks
utama yang ada di Amerika Serikat (New York Stock Exchange). Dow membuat
4
indeks ini sebagai suatu cara untuk mengukur performa komponen industri di
pasar saham Amerika. Pada umumya, perusahaan yang tercatat di Indeks Dow
Jones merupakan perusahaan multinasional, sehingga kegiatan usahanya
menyebar di seluruh dunia. Kondisi Indeks Dow Jones yang membaik
menandakan kegiatan perekonomian di Amerika Serikat juga membaik. Amerika
Serikat merupakan salah satu negara tujuan ekspor bagi negara Indonesia, maka
kondisi perekonomian di Amerika Serikat akan mempengaruhi kondisi ekonomi
di Indonesia. Dengan kondisi perekonomian yang baik, akan menggerakkan
perekonomian Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun impor melalui pasar
modal (Sunariyah, 2006). Hampir semua grup saham terdapat update bursa dunia,
terutama yang menyoroti tentang Dow Jones. Jika diperhatikan, saat bursa Dow
Jones ditutup turun, IHSG juga turut mengikuti. Hal sebaliknya juga berlaku;
ketika Dow Jones naik, maka IHSG juga cenderung ikut naik keesokan harinya
(Shanti Putri, 2018).
Banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham pada Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), dan pada beberapa penelitian sebelumnya
memiliki hasil yang berbeda-beda atau tidak konsisten, sehingga penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah,
Harga Emas Dunia dan Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017.
2. METODE
Populasi dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017. Pemilihan sampel dilakukan
dengan teknik pengambilan sampel jenuh, dengan menggunakan data closing
price bulanan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
2.1.1 Variabel Dependen
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indeks gabungan dari seluruh jenis
saham yang tercatat di bursa efek. IHSG merupakan suatu nilai yang digunakan
untuk mengukur kinerja kerja saham yang tercatat di suatu bursa efek. IHSG
5
berubah setiap hari karena perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari dan
adanya saham tambahan. Data yang digunakan adalah penutupan IHSG setiap
bulan selama periode 2015-2017.
2.1.2 Variabel Independen
2.1.2.1 Suku Bunga SBI
Data suku bunga dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yang kemudian dipublikasikan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data di dapat dari Badan Pusat Statistik (BPS)
melalui www.bps.go.id yang berupa persentase tingkat suku bunga selama periode
2015-2017 yang telah tersedia.
2.1.2.2 Nilai Tukar Rupiah
Data yang digunakan adalah kurs tengah setiap akhir bulan selama periode 2015-
2017 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, kemudian data diakses dari Badan
Pusat Statistik (BPS) melalui www.bps.go.id yang berupa data kurs jual dan kurs
beli yang kemudian di hitung kurs tengahnya dengan rumus sebagai berikut:
Kurs Tengah=
Sumber: Hadi, Hamdy (2008:69)
2.1.2.3 Harga Emas Dunia
Data yang digunakan adalah nilai rata-rata dari data penutupan Gold P.M tiap
bulan selama periode 2015-2017 yang diperoleh melalui website
www.lbma.org.uk yang merupakan situs dari London Bullion Market Association.
2.1.2.4 Indeks Dow Jones
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data penutupan Indeks Dow
Jones setiap bulan selama periode 2015-2017 yang diperoleh dari
www.finance.yahoo.com.
6
2.2 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber data
sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder dari perubahan harga saham yang ada di Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), suku bunga, nilai tukar rupiah, harga emas dunia, dan Indeks Dow Jones.
2.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier
berganda. Regresi berganda digunakan dalam penelitian ini karena dengan
menggunakan regresi berganda akan diperoleh gambaran secara menyeluruh
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Regresi linear
berganda merupakan persamaan regresi dengan menggunakan dua atau lebih
variabel independen. Berikut adalah persamaan regresi linear berganda:
IHSG= α + β1.SBI+ β2.KURS+ β3.HED+ β4.DJIA+e
Keterangan:
IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
α : Konstanta
β₁, β2, β3, β4 : Koefisien Regresi
SBI : Suku Bunga
KURS : Nilai Tukar Rupiah
HED : Harga Emas Dunia
DJIA : Indeks Dow Jones
E : Error Term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Asumsi Klasik
3.1.1 Uji Normalitas
7
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov-
Smirnov Z
Sig Keterangan
Unstandarized
Residual
0,479 0,976 Data Terdistribusi
Normal
Sumber: data diolah 2019
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa Kolmogorov-Smirnov sebesar
0,479 dimana nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,976. Dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
3.1.2 Uji Heteroskedastisitas
Tabel 2. Hasil uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig Α Keterangan
Suku Bunga 0,076 0.05 Bebas
Heteroskedastisitas
Nilai Tukar Rupiah 0,628 0.05 Bebas
Heteroskedastisitas
Harga Emas Dunia 0.815 0.05 Bebas
Heteroskedastisitas
Indeks Dow Jones 0,286 0.05 Bebas
Heteroskedastisitas
Sumber: data diolah 2019
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa semua nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05. Sehingga dapat dibuktikan bahwa data terbebas dari gejala
heteroskedastisitas.
8
3.1.3 Uji Multikolinearitas
Tabel 3. Hasil Uji Multkolinearitas
Variabel Toerance VIF Keterangan
Suku Bunga 0,236 4,230 Bebas
Multikolinearitas
Nilai Tukar Rupiah 0,625 1,601 Bebas
Multikolinearitas
Harga Emas Dunia 0.407 2,458 Bebas
Multikolinearitas
Indeks Dow Jones 0.294 3,401 Bebas
Multikolinearitas
Sumber: data diolah 2019
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa masing-masing variabel
independen memiliki nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,10.
Sehingga dapat dibuktikan bahwa data terbebas dari gejala multikolinearitas.
3.1.4 Uji Autokorelasi
Tabel 4. Hasil uji Autokorelasi
Variabel p-value Keterangan
SBI,
KURS,
HED,
DJIA
1,608 Tidak Terjadi Autokorelasi
Sumber: data diolah 2019
Berdasarkan tabel 4 hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa nilai DW
berada diantara -2 dan +2 yaitu sebesar 1,608 yang berarti tidak terjadi
9
autokorelasi atau menandakan bahwa semua variabel independen tidak
berhubungan secara langsung.
3.2 Uji Hipotesis
3.2.1 Uji Regresi Linear Berganda
Tabel 5. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Variabel Koefisien Regresi Sig Keterangan
Konstanta 8215,960 0,000
Suku Bunga -34,247 0,415 Tidak Signifikan
Nilai Tukar Rupiah -0,493 0,000 Signifikan
Harga Emas Dunia 3,428 0,450 Tidak Signifikan
Indeks Dow Jones 0,171 0,000 Signifikan
Adjusted
0,914
0,903
F 0,000
Sumber: data diolah 2019
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, maka model
persamaannya dapat disusun sebagai berikut:
IHSG = 8215,960 - 34,247 SBI - 0,493 KURS + 3,428 HED + 0,171 DJIA+e
3.2.2 Uji Kelayakan Model (Uji F)
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat hasil uji F yang menunjukkan
nilai signifikansi 0,000, dimana nilai signifikansi < level of significant yaitu 0,000
< 0,05. Hasil tersebut menujuknya bahwa variabel suku bunga, nilai tukar rupiah,
harga emas dunia, dan indeks dow jones bisa digunakan sebagai prediktor
terhadap IHSG
.
10
3.2.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa nilai koefisien
determinasi dengan adjusted- sebesar 0.903 atau sebesar 90,3. Hal ini
menunjukkan bahwa 90,3% variasi variabel IHSG dapat dijelaskan oleh variabel
suku bunga, nilai tukar rupiah, harga emas dunia, dan indeks dow jones,
sedangkan sisanya sebesar 9,7% dijelaskan oleh variabel lain.
3.2.4 Uji Hipotesis (Uji t)
Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis
Variabel Sig Keterangan
Suku Bunga 0,415 Tidak Signifikan
Nilai Tukar Rupiah 0,000 Signifikan
Harga Emas Dunia 0,450 Tidak Signifikan
Indeks Dow Jones 0,000 Signifikan
Sumber: data diolah 2019
Berdasarkan hasil pengujian uji hipotesis (uji t) menunjukkan bahwa:
a. Variabel suku bunga memiliki nilai signifikan 0,415 lebih besar dari 0,05. Hal
ini berarti H1 ditolak, sehingga suku bunga tidak berpengaruh teradap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG)
b. Variabel nilai tukar rupiah memiliki nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05.
Hal ini berarti H2 diterima, sehingga nilai tukar rupiah berpengaruh teradap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
c. Variabel harga emas dunia memiliki nilai signifikan 0,450 lebih besar dari
0,05. Hal ini berarti H3 ditolak, sehingga harga emas dunia tidak berpengaruh
teradap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
11
d. Variabel indeks dow jones memiliki nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05.
Hal ini berarti H4 diterima, sehingga indeks dow jones berpengaruh teradap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
3.3 Pembahasan
3.3.1 Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel suku bunga memiliki nilai
signifikan 0,415 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti H1 ditolak, sehingga suku
bunga tidak berpengaruh teradap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam
penelitian ini suku bunga dapat dilihat dari seberapa besar rasio suku bunga jika
dibandingkan dengan tingkat keuntungan yang akan diperoleh di perusahaan di
bursa efek. Suku bunga juga cukup dijadikan pertimbangan bagi para pemegang
saham perusahaan di bursa efek, namun suku bunga bukan menjadi fokus utama
investor dalam menilai naik turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Moh Maulidi Syarif
(2015) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham gabungan (IHSG).
3.3.2 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai tukar rupiah memiliki nilai
signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti H2 diterima, sehingga nilai
tukar rupiah berpengaruh teradap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Nilai
tukar rupiah dalam penelitian ini lebih merujuk pada transaksi ekspor maupun
impor dari perusahaan yang terdaftar di bursa efek.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ardelia Rezeki Harsono dan Saparila Worokinasih (2018) yang menyatakan
bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham gabungan
(IHSG).
12
3.3.3 Pengaruh Harga Emas Dunia terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga emas dunia memiliki nilai
signifikan 0,450 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti H3 ditolak, sehingga harga
emas dunia tidak berpengaruh teradap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Harga emas dunia cukup digunakan untuk dijadikan pertimbangan bagi para
pemegang saham perusahaan di bursa efek, namun harga emas dunia bukan
menjadi fokus utama investor dalam menilai naik turunnya Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Moh Maulidi Syarif
(2015) yang menyatakan bahwa harga emas dunia tidak berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham gabungan (IHSG).
3.3.4 Pengaruh Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel indeks dow jones memiliki nilai
signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti H4 diterima, sehingga indeks
dow jones berpengaruh teradap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kondisi
Indeks Dow Jones yang membaik menandakan kegiatan perekonomian di
Amerika Serikat juga membaik. Amerika Serikat merupakan salah satu negara
tujuan ekspor bagi negara Indonesia, maka kondisi perekonomian di Amerika
Serikat akan mempengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia. Sehingga pergerakan
indeks dow jones yang fluktuatif sangat mempengaruhi naik turunnya indeks
harga saham gabungan di perusahaan yang terdaftar di bursa efek.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rihfenti Ernayani (2015) yang menyatakan bahwa indeks dow jones berpengaruh
terhadap Indeks Harga Saham gabungan (IHSG).
4. PENUTUP
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan dari hasil penelitian sebagai berikut:
13
1. Suku bunga tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham gabungan
(IHSG).
2. Nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham gabungan
(IHSG).
3. Harga emas dunia tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham gabungan
(IHSG).
4. Indeks dow jones berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham gabungan
(IHSG).
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin, Taufik dan Denny Andriana. 2016. Pengaruh Likuiditas dan Nilai
Tukar terhadap Harga Saham setelah IPO pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 sampai Tahun 2014. Junal
Riset Akuntansi dan Keuangan. 4(1). 949-956.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. First Edition. Mediasoft
Indonesia.
Reny, Armelia dan Yudhinanto. 2018. Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai
Kurs, harga Emas Dunia, Indeks Dow Jones, dan Indeks Hang Seng
Terhadap IHSG (Studi pada BEI Periode 2007-2016). Jurnal Ekonomi.
20(1).
Asih, Ni Wayan Sri dan Masithah Akbar. 2016. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga, Nilai Tukar (Kurs) dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Studi Kasus
pada Perusahaan Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Manajemen dan Akuntansi. 17(1).
Astuti, Ria dkk. 2013. Analisis Pengaruh Tingkat Suku bunga (SBI), Nilai Tukar
(Kurs) Rupiah, Inflasi dan Indeks Bursa Internasional terhadap IHSG.
Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis. 2(4).
Astuti, Rini dkk. 2016. Pengaruh Faktor Makro Ekonomi terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-
2015. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. 16(2).
Badan Pusat Statistik (2017, 31 Desember). Historical Data. Dikutip 8 Januari
2019 dari www.bps.go.id/sbi
Badan Pusat Statistik (2017, 31 Desember). Historical Data. Dikutip 8 Januari
2019 dari www.bps.go.id/nilai-tukar-rupiah
14
Bank Indonesia (2017, 31 Desember). Historical Data. Dikutip 8 Januari 2019
dari www.bi.go.id
Boediono. 2014. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu - No. 5 Ekonomi Makro.
Yogyakarta: BPFE.
Bursa Efek Indonesia (2017, 31 Desember). Historical Data. Dikutip 8 Januari
2019 dari https://ihsg-idx.com/history
Ernayani, Rihfenti. 2015. Pengaruh Kurs Dolar, Indeks Dow Jones dan tingkat
Suku Bunga SBI terhadap IHSG. Jurnal Sains Terapan. 1(2).
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
23. Edisi 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gumilang, Reshinta Candra dkk. 2014. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi,
Harga Emas dan Harga Minyak Dunia terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan. Jurnal Administrasi Bisnis. 14(2).
Hadi, Hamdy. 2008. Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Harsono, Ardelia Rezeki dan Saparila Worokinasih. 2018. Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB). 60(2).
Hartono, Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 6.
Yogyakarta: BPFE.
Hunjra, Ahmed Imran et al. 2014. Impact of Dividend Policy, Earning per Share,
Return on Equity, Profit after Tax on Stock Prices. International Journal of
Economics and Empirical Research. 2(3). 109-115.
Jayanti, Yusnita dkk. 2014. Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI,
Nilai Tukar Rupiah, Indeks Dow Jones dan Indeks KLSE terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). Jurnal Administrasi Bisnis. 11(1).
Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan
Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal
Economia. 8(1).
Kumalasari, Dewi. 2016. Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) USD/IDR, Tingkat Suku
Bunga SBI, Inflasi dan Jumlah Uang yang Beredar (M2) terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
AKADEMIKA. 14(1).
Kuncoro, Mudrajad. 2013. Mudah Memahami & Menganalisis INDIKATOR
EKONOMI. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.
15
London Billion Market Association (2018, 20 November). Price and Data.
Dikutip 8 Januari 2019 dari www.lbma.urg.uk/price-and-data
Maslikha, Henik dkk. 2017. Pengaruh Inflasi dan BI Rate terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (Studi Kasus pada Perusahaan Properti dan Real
Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2015).
E-SOSPOL. 4(1). 62 – 67.
Rachmawati, Martien dan Nisful Laila. 2015. Faktor Makroekonomi yang
Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham pada Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) di Bursa Efek Indonesia (BEI). JESTT. 2(11).
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga.
Santosa, Singgih. 2010. “Statistik Multivariat”. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo.
Suryawan, I Dewa Gede dan I Gde Ary Wirajaya. 2017. Pengaruh Current Ratio,
Debt to Equity Ratio dan Return on Assets pada Harga Saham. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana. 21(2). 1317-1345.
Sutanto, Budi dkk. 2013. Analisis Pengaruh Ekonomi Makro, Indeks Dow Jones
dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
di BEI periode 2007-2011. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya. 2(1).
Syarif , Moh Maulidi dan Nadia Asandimitra. 2015. Pengaruh Indikator Makro
Ekonomi dan Faktor Global terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Jurnal Studi Manajemen. 9(2).
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.
Yogyakarta: BPFE.
Yahoo Finance (2017, 31 Desember). Historical Data. Dikutip 8 Januari 2019
dari https://finance.yahoo.com/quote/%5EDJI/history?p=%5EDJI
www.finansialku.com
www.goldfixing.com
www.ilmu-ekonomi-id.com
www.seputarforex.com