35
ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT (Studi kasus : Kabupaten Karawang) FEBRI KURNIA SARI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM

TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT

(Studi kasus : Kabupaten Karawang)

FEBRI KURNIA SARI

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

ABSTRACT

FEBRI KURNIA SARI (G24070027). Analysis of Brown Planthopper Attack Area as Influenced

by Climate Factor (Case study : Karawang Regency, West Java). Supervised by YONNY

KOESMARYONO and IMPRON.

Brown Planthopper (Nilaparvata lugens Stal) is one of the limiting factors that cause

decline in rice production. Based on existing data, the highest level of infestation occurred in 1998

in three areas of West Java, namely Karawang, Subang, and Indramayu at a total of 40.000 ha.

The purpose of this study was to determine the effect of climatic elements on the level of

infestation by brown planthopper on rice plantation in Karawang Regency. Climatic elements are

used as the independent variable (x) and area infested by brown planthopper as the dependent

variable (Y). A quadratic regression and multiple regression were used for the analysis. Quadratic

regression analysis is used to express the relationship between the area infested and the climatic

elements. Multiple linear regression analysis was performed to obtain the relationship of five

climatic factors, namely the maximum temperature, minimum temperature, average temperature,

humidity, and rainfall as a whole against area infested by brown planthopper. Climatic element

that had the most influence was the minimum temperature with the value of the coefficient of

determination (R2 = 17.6%) and with the regression equation of LS = - 8276 + Tm 797.6 - 18.69

TM2. The equation obtained from multiple regression analysis was LS = 905 - 28.0 Tr - 0:12 RH +

CH 0210, with R2 = 7.2 %. These results suggested that there was a weak relationship between the

area of infestation and the climatic elements.

Key words: climatic element, brown planthopper, area of infestation

Page 3: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

ABSTRAK

FEBRI KURNIA SARI (G24070027). Analisis Pengaruh Faktor Iklim Terhadap Tingkat Serangan

Hama Wereng Cokelat (Studi kasus : Kabupaten Karawang). Dibimbing oleh YONNY

KOESMARYONO dan IMPRON

Hama wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens Stal) merupakan salah satu faktor pembatas

yang menyebabkan penurunan produksi padi. Berdasarkan data yang ada, tingkat serangan hama

tertinggi terjadi pada tahun 1998 di tiga wilayah Jawa Barat yaitu Karawang, Subang, dan

Indramayu dengan luas serangan sebesar 40,000 ha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh unsur-unsur iklim terhadap luas serangan hama wereng cokelat di

Karawang. Unsur iklim digunakan sebagai variabel bebas (x) dan luas serangan hama wereng

cokelat digunakan sebagai variabel terikat (Y). Analisis statistik yang digunakan adalah analisis

regresi kuadratik dan analisis regresi berganda. Analisis regresi kuadratik digunakan untuk

menyatakan hubungan antara luas serangan dengan faktor iklim. Analisis regresi linier berganda

dilakukan untuk memperoleh hubungan lima faktor iklim yaitu suhu maksimum, suhu minimum,

suhu rata-rata, kelembaban, curah hujan secara keseluruhan terhadap luas serangan. Faktor iklim

yang memiliki pengaruh paling besar adalah suhu minimum dengan nilai koefisien determinasi (R2

= 17.6 %) dan dengan persamaan regresi adalah LS = - 8276 + 797.6 Tm - 18.69 Tm2. Persamaan

yang didapatkan dari analisis regresi berganda adalah LS= 905 - 28.0 Tr - 0.12 RH + 0.210 CH,

dengan R2= 7.2 %. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa hubungan antara luas serangan hama

dengan unsur-unsur iklim tidak nyata.

Kata kunci: unsur iklim, wereng cokelat, luas serangan

Page 4: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM

TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT

(Studi kasus : Kabupaten Karawang)

FEBRI KURNIA SARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada Mayor Meteorologi Terapan

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 5: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Faktor Iklim Terhadap Tingkat Serangan Hama Wereng

Cokelat (Studi Kasus: Kabupaten Karawang)

Nama : Febri Kurnia Sari

NIM : G24070027

Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.

Dr. Ir. Impron, M.Agr.Sc.

NIP: 19581228 198503 1 003 NIP: 19630315 199203 1 002

Mengetahui:

Ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi,

Dr. Ir. Rini Hidayati, MS.

NIP: 19600305 198703 2 002

Tanggal Lulus:

Page 6: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan

sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,

penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak

merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mencantumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk

apapun tanpa izin IPB

Page 7: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya

sehingga penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Faktor Iklim Terhadap Tingkat Serangan

Hama Wereng Cokelat (Studi kasus : Kabupaten Karawang) dapat penulis seleseikan. Karya

ilmiah ini disusun dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Sains pada mayor Meteorologi

Terapan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak terutama Allah SWT,

kedua orang tua tercinta, ayahanda Adriandi, ibunda Yunne Rossa, adinda Miftahurrahmi, adinda

Azizah Ulfi, adinda Annisa, keluarga besar dan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS selaku pembimbing I dan Dr. Ir. Impron,

M.Agr.Sc selaku pembimbing II atas bimbingan, arahan, dan nasehat selama pelaksanaan

penelitian.

2. Dr. Ir. Rini Hidayati, MS selaku Ketua Departemen Meteorologi dan Geofisika yang telah

memberikan saran serta seluruh dosen GFM yang telah memberikan banyak ilmu.

3. Ka anang yang telah membantu penulis menyeleseikan penelitian, mbak wita yang

memberikan nasehat kepada penulis

4. Teman-teman GFM 44, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan baik dalam suka

maupun duka.

5. Staf tata usaha Departemen Geofisikan dan Meteorologi.

6. Teman-teman Pondok Raos, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

7. Seluruh kakak kelas dan adik kelas GFM.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki

kekurangan penulisan. Harapan penulis semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Bogor, Maret 2012

Febri Kurnia Sari

Page 8: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Muara Panas Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 13 Februari 1989 sebagai

anak pertama dari empat bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Adriandi dan Yunne Rossa.

Penulis menyeleseikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2001 di SD Negeri 01 Muara Panas

dan melanjutkan pendidikan di Mts Negeri Koto Baru. Setelah menyeleseikan studi di Mts pada

tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kota Solok dan lulus pada tahun

2007. Kemudian penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk

IPB) dengan Program Studi Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan Meteorologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Penulis menyeleseikan minor Ekonomi

Sumberdaya pada semester 7.

Selama masa studi, penulis aktif dalam organisasi himagreto tahun 2008 dalam bidang

keilmuan. Penulis juga mengikuti kegiatan seperti Earth Chalenge. Untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains (S.Si), penulis membuat tugas akhir dengan judul Analisis Pengaruh Faktor Iklim

Terhadap Tingkat Serangan Wereng Cokelat (Studi Kasus : Kabupaten Karawang) dibawah

bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS. dan Dr. Ir. Impron, M.Agr.Sc.

Page 9: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

ix

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ vii

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................................ 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................... 1

2.1 Definisi Hama ............................................................................................................... 1

2.2 Hama Wereng Cokelat .................................................................................................. 1

2.2.1 Bioekologi Wereng Cokelat .................................................................................. 2

2.2.2 Gejala Serangan ................................................................................................... 2

2.2.3 Biotipe Wereng Cokelat ....................................................................................... 2

2.2.4 Perkembangan Populasi ....................................................................................... 3

2.2.5 Morfologi .............................................................................................................. 3

2.2.5.1 Siklus Hidup.............................................................................................. 3

2.2.5.2 Telur .......................................................................................................... 3

2.2.5.3 Nimfa ........................................................................................................ 4

2.2.5.4 Imago ........................................................................................................ 4

2.2.6 Faktor Pemicu Serangan Wereng Cokelat ............................................................ 4

2.2.7 Tekhnik Pengendalian Wereng Cokelat ................................................................ 4

2.3 Pengaruh Unsur Iklim Pada Wereng Cokelat ................................................................ 5

2.3.1 Suhu Udara ........................................................................................................... 5

2.3.2 Kelembaban Udara ................................................................................................ 6

2.3.3 Curah Hujan .......................................................................................................... 6

2.3.4 Cahaya dan Radiasi ............................................................................................... 6

2.3.5 Angin .................................................................................................................... 7

III. METODE PENELITIAN ..................................................................................................... 7

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................................ 7

3.2 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................................................. 7

3.3 Tahapan Penelitian ......................................................................................................... 7

3.3.1 Persiapan Data ...................................................................................................... 7

3.3.2 Pengolahan Data ................................................................................................... 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................ 8

4.1 Kondisi Geografis Kabupaten Karawang ....................................................................... 8

4.2 Kondisi Iklim Kabupaten Karawang .............................................................................. 8

4.3 Periodisasi Musim Tanam Padi di Karawang ................................................................. 10

4.4 Kondisi Serangan Wereng Cokelat Kabupaten Karawang ............................................. 10

4.5 Analisis Regresi ............................................................................................................. 12

4.5.1 Regresi Kuadratik ................................................................................................. 12

4.5.2 Regresi Berganda .................................................................................................. 16

4.6 Analisis Klimogram ....................................................................................................... 16

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 17

5.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 17

5.2 Saran .............................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 17

LAMPIRAN ................................................................................................................................ 19

Page 10: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

x

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Intensitas serangan hama ..................................................................................................... 7

2 Periodisasi musim tanam padi di Karawang ......................................................................... 10

2 Koefisien determinasi (R2) unsur iklim ................................................................................ 12

Page 11: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Wereng Cokelat .................................................................................................................... 2

2 Wereng Cokelat Makroptera dan Brakiptera......................................................................... 2

3 Siklus hidup Wereng Cokelat ............................................................................................... 3

4 Telur Wereng Cokelat ........................................................................................................... 4

5 Nimfa Wereng Cokelat ......................................................................................................... 4

6 Peta Karawang ...................................................................................................................... 8

7 Suhu Udara Bulanan (2004-2009) ........................................................................................ 9

8 Kelembaban Bulanan (2004-2009) ....................................................................................... 9

9 Curah hujan rata-rata (1974-2009) ........................................................................................ 9

10 Hubungan suhu rata-rata bulanan dengan luas serangan hama ............................................. 10

11 Hubungan suhu maksimum bulanan dengan luas serangan hama ........................................ 11

12 Hubungan suhu minimum bulanan dengan luas serangan hama .......................................... 11

13 Hubungan kelembaban bulanan dengan luas serangan hama ................................................ 12

14 Hubungan curah hujan bulanan dengan luas serangan hama ............................................... 12

15 Hubungan luas serangan (LS) dengan suhu rata-rata (Tr) (tanpa lag) .................................. 13

16 Hubungan luas serangan (LS) dengan suhu rata-rata (Tr) (lag 1) ......................................... 13

17 Hubungan luas serangan (LS) dengan suhu rata-rata (Tr) (lag 2) ......................................... 13

18 Hubungan luas serangan (LS) dengan suhu maksimum (TM) (tanpa lag) ............................ 14

19 Hubungan luas serangan (LS) dengan suhu minimum (Tm) (tanpa lag) .............................. 14

20 Hubungan luas serangan (LS) dengan suhu minimum (Tm) (lag 1) ..................................... 14

21 Hubungan luas serangan (LS) dengan suhu minimum (Tm) (lag 2) ..................................... 15

22 Hubungan luas serangan (LS) dengan kelembaban (RH) (tanpa lag) ................................... 15

23 Hubungan luas serangan (LS) dengan curah hujan (CH) (lag 2) .......................................... 15

24 Klimogram Wereng Cokelat ................................................................................................. 16

Page 12: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata-rata tanpa lag .......................................... 20

2 Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata-rata lag 1 ................................................. 20

3 Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata-rata lag 2 ................................................. 20

4 Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu maksimum tanpa lag ...................................... 21

5 Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu minimum tanpa lag ........................................ 21

6 Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu minimum lag 1 .............................................. 21

7 Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu minimum lag 2 .............................................. 22

8 Hasil output minitab 14 analisis regresi kelembaban tanpa lag ............................................ 22

9 Hasil output minitab 14 analisis regresi curah hujan lag 2 .................................................... 22

10 Hasil output minitab 14 analisis regresi curah hujan lag 2 .................................................... 23

Page 13: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Padi merupakan tanaman pertanian yang

menyediakan beras bagi kebutuhan pokok

bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan data

sensus penduduk tahun 2010 kebutuhan

konsumsi beras penduduk perkapita adalah

109-139 kg pertahun sehingga kebutuhan

nasional beras pertahun adalah 66.649 juta ton

beras (BPS 2010). Pemenuhan kebutuhan ini

akan menjadi terhambat apabila terdapat

faktor pembatas yang mengganggu

pertumbuhan dan produktivitas padi. Salah

satu faktor pembatas tersebut adalah hama

tanaman.

Hama merupakan hewan pengganggu

yang dapat merusak tanaman serta

menimbulkan kerugian besar pada produksi

pertanian tanaman padi. Masalah hama di

Indonesia telah menjadi isu penting dalam

produksi pertanian. Ada dua parameter yang

menjadi masalah hama di Indonesia yaitu luas

persawahan dan kehilangan hasil pertanian

akibat ledakan hama. Sementara itu

kehilangan hasil pertanian lebih disebabkan

oleh variasi lokasi, kerentanan dari varietas

padi, hama yang dominan, serta kemampuan

dari petani sendiri untuk mengantisipasi

masalah hama.

Kehilangan hasil pertanian yang

disebabkan oleh serangan hama diperkirakan

mencapai 11.3 % - 33.1 % pertahun dalam 14

tahun terakhir. Salah satu hama yang sangat

merugikan petani dari segi produksi padi

adalah wereng cokelat. Pada periode 1970-

1980, luas serangan wereng coklat mencapai

2.5 juta ha. Dalam periode 1980-1990, luas

serangannya menurun menjadi 50,000 ha, dan

dalam periode 1990-2000 meningkat hingga

sekitar 200,000 ha (Baehaki 1996). Sementara

itu di Jawa Barat serangan wereng cokelat

terjadi di jalur pantura pada tahun 1998 dan

2005 meliputi wilayah Subang, Karawang,

dan Indramayu mencapai 40,000 ha. Serangan

tersebut menyerang semua varietas padi

dengan tingkat kerusakan berkisar dari ringan

sampai dengan berat, bahkan puso. (Nurbaeti

et al. 2010). Adanya serangan hama di

Karawang yang merupakan salah satu sentra

produksi padi dapat mengganggu suplai beras

domestik.

Pemahaman tentang perkembangan hama

pada ekosistem padi- salah satunya adalah

pemahaman tentang siklus hidup hama dan

kaitannya dengan faktor lingkungan, antara

lain iklim - merupakan hal yang penting.

Dengan mengetahui siklus hidup hama yang

dikaitkan dengan iklim di wilayahnya

diharapkan dapat membantu dalam mengelola

dan mengendalikan serangan hama wereng

yang pada akhirnya dapat membantu

mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.

Kajian mengenai pengaruh iklim terhadap

serangan hama wereng cokelat perlu

dilakukan. Strategi antisipasi dan teknologi

adaptasi terhadap perubahan iklim dan

serangan hama merupakan salah satu aspek

yang harus menjadi rencana strategi untuk

menyikapi perubahan iklim. Dengan demikian

penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi untuk menekan penurunan produksi

maupun kegagalan panen.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis hubungan berbagai faktor iklim

dengan luas serangan hama wereng cokelat

(Nilaparvata lugens Stal) di Kabupaten

Karawang dan menggambarkan klimogram

Kabupaten Karawang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hama

Hama merupakan serangga perusak

tanaman budidaya yang berguna untuk

kesejahteraan manusia (Pracaya 2008). Proses

terjadinya hama tidak lepas dari pengaruh

lingkungan, perubahan pandangan manusia,

perpindahan tempat, dan aplikasi insektisida

yang tidak bijaksana. Pada ekosistem alami

makanan hama terbatas dan musuh alami

berperan aktif selain hambatan lingkungan,

sehingga populasi hama rendah. Sebaliknya

pada ekosistem pertanian, terutama

monokultur makanan hama relatif tidak

terbatas sehingga populasi bertambah dengan

cepat tanpa dapat diimbangi oleh musuh

alaminya.

2.2 Hama wereng cokelat

Menurut Soegawa (1986) hama padi yang

merusak adalah wereng cokelat. Wereng

coklat dapat menyebabkan daun berubah

kuning oranye sebelum menjadi coklat dan

mati. Dalam keadaan populasi wereng tinggi

dan varietas yang ditanam rentan wereng

coklat dapat mengakibatkan tanaman seperti

terbakar atau “hopperburn”. Wereng coklat

juga dapat menularkan penyakit virus kerdil

hampa dan virus kerdil rumput, dua penyakit

yang sangat merusak.

Pada awalnya serangga ini dianggap

sebagai minor pest dalam jumlah yang sedikit

Page 14: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

2

sehingga tidak menyebabkan pengaruh yang

terlalu besar. Namun sejak tahun 1970 secara

signifikan serangan hama ini terus

berkembang di Indonesia terutama di daerah

Sumatera, Jawa, dan Bali. Penyebab

perkembangan hama ini antara lain

penanaman padi yang berkelanjutan sepanjang

tahun, sistem rotasi tanaman serta kurangnya

control terhadap rumput liar (Khalshoven

1981).

Gambar 1 Wereng Cokelat

Sumber: (www.agrocourier.com)

Wereng coklat adalah hama yang

berbahaya untuk tanaman padi, karena inang

utama wereng batang coklat adalah tanaman

padi. Dengan demikian perkembangan

populasi wereng batang coklat tergantung

pada adanya tanaman padi. Hama wereng

cokelat ini dapat menimbulkan kerusakan

pada tanaman padi, dimana tanaman padi akan

menguning dan cepat sekali mengering

(Pracaya 2008).

2.2.1 Bioekologi Wereng Coklat

Wereng cokelat merupakan

serangga yang menghisap cairan tanaman

dan bewarna kecoklat-coklatan. Serangga

ini memiliki panjang tubuh 2 - 4.4 mm.

Setelah dewasa serangga tersebut

memilki dua bentuk yaitu serangga

bersayap pendek (brachypters) dan

serangga yang bersayap panjang

(macropters.). Makroptera mempunyai

kemampuan terbang serta dapat

bermigrasi jauh. Brachypters mulai

bertelur lebih awal daripada macropters.

Wereng cokelat bersifat endernik di

daerah oriental tropis, tetapi secara

temporer dapat rnencapai Korea dan

Jepang khususnya di musim panas.

Wereng coklat adalah serangga monofag,

terbatas pada padi dan padi liar (Oryza

parennis dan Oryza spontanea) (Soegawa

1986 dalam Soemawinata dan

Sosromarsono1986).

Gambar 2 Wereng Cokelat Makroptera dan

Brakiptera

Sumber : Nurbaeti et al. (2010)

Kemunculan hama wereng cokelat

dengan morfologi brachypters

disebabkan oleh ketersediaan pakan pada

stadium nimfa yang berlebih serta

didorong oleh kisaran suhu optimal yang

sesuai dengan pertumbuhannya.

Sedangkan hama wereng cokelat dengan

morfologi macropters berkembang

karena populasi yang tinggi saat stadium

nimfa serta penurunan kualitas dan

kuantitas sediaan pakan (Oktarina 2009).

2.2.2 Gejala Serangan Serangan wereng ini terjadi pada

tanaman padi yang telah dewasa, tetapi

belum memasuki masa panen.

Adakalanya wereng juga menyerang

persemaian padi. Jika tanaman padi muda

yang terserang warna daun akan menjadi

kuning dan pertumbuhan akan terhambat

sehingga tanaman tetap menjadi kerdil.

Serangan hebat akan mengakibatkan

tanaman menjadi layu dan mati.

Perkembangan akar menjadi terhambat.

Wereng cokelat mengeluarkan kotoran

embun madu yang biasanya akan

ditumbuhi cendawan jelaga sehingga

daun padi menjadi hitam. Banyaknya

kotoran putih bekas pergantian kulit

nimfa menunjukkan populasi wereng

telah tinggi. Wereng secara langsung

akan mematikan tanaman dan

menyebarkan penyakit virus kerdil

rumput (Pracaya 2008).

2.2.3 Biotipe wereng cokelat

Wereng coklat adalah serangga

yang plastis dan mudah beradaptasi pada

kondisi lingkungan yang berubah.

Page 15: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

3

Populasi wereng coklat awal sebelum

varietas tahan digunakan disebut biotipe

1. Varietas tahan, seperti IR 26, yang

tahan terhadap biotipe I , dalam waktu

lima musim sudah tidak tahan terhadap

hama. Hal ini disebabkan oleh populasi

wereng coklat biotipe 1 sudah berubah

menjadi biotipe 2. Pada saat ini di

Indonesia pada umumnya populasi

wereng coklat adalah biotipe 2. Di dalam

populasi wereng coklat dengan genetik

yang sangat beragam, sebagian dari

populasi sebenarnya dapat hidup pada

varietas tahan (Soemawinata 1986).

2.2.4 Perkembangan Populasi Perkembangan populasi wereng

cokelat sejak penanaman padi sampai

panen merupakan dasar pengendalian

hama . Perkembangan populasi wereng

coklat dimulai dari makroptera wereng

cokelat yang datang sebagai serangga

migran dari tempat lain. Wereng coklat

pendatang ini kemudian berkembang biak

dan selama stadium vegetatif dapat

mencapai satu atau dua generasi

tergantung dari saat irnigrasinya. Bila

migrasi terjadi pada umur tanarnan 2 - 3

minggu setelah tanam (MST), maka

selama stadium vegetatif serangga itu

berkembang biak sebanyak dua generasi.

Populasi nimfa generasi pertama dan

kedua berturut-turut muncul pada umur 5

- 6 MST dan 10 - l l MST. Bila migrasi

terjadi setelah tanaman berumur 5 - 6

MST, maka akan hanya dijumpai satu

puncak populasi nimfa, yaitu pada umur 4

- 10 MST. Serangga dewasa generasi

pertama (pada lebih kurang 7 MST) pada

umumnya adalah brakiptera. Serangga

betina berakiptera tidak memencar, dan

meletakkan telur dalam jumlah besar.

Pada generasi berikutnya persentase

serangga dewasa makroptera meningkat.

Serangga dewasa yang muncul setelah

stadium pembungaan umumnya

makroptera yang kemudian memencar

bermigrasi ke persawahan lain

(Soemawinata dan Sosromarsono1986).

2.2.5 Morfologi

2.2.5.1Siklus Hidup

Satu generasi hama wereng

cokelat antara 28-32 hari pada suhu

250C dan 23-25 hari pada suhu

280C. Ada 3 fase dalam satu siklus

hidupnya yaitu: fase telur 8-10 hari,

fase nympha 12-14 hari, dan fase

imago praoviposisi adalah 4-8 hari

(Subroto et al. 1992).

Siklus hidup satu generasi

wereng cokelat di daerah tropis

rata–rata berkisar antara 21 – 28

hari, Seekor imago jantan rata-rata

hidupnya 21 hari dan imago betina

25 hari. Bentuk imago brakipetra

lebih dahulu bertelur daripada

bentuk makropetra. Berdasarkan

umur padi dan umur imago wereng

cokelat dalam setiap generasi, maka

selama satu musim tanam dapat

timbul 2-8 imago wereng cokelat

(Hidayat 2000).

Gambar 3 Siklus Hidup Wereng Cokelat

Sumber : Nurbaeti et al. (2010)

2.2.5.2Telur

Telur wereng coklat pada

saat diletakkan berwarna putih

bening dan lama kelamaan berubah

warna sesuai dengan perkembangan

embrio. Telur berbentuk oval,

bagian ujung, pangkal dan tutup

telurnya tumpul, serta mempunyai

perekat pada pangkal telurnya yang

menghubungkan telur satu dengan

lainnya (Subroto et al. 1992). Telur

biasanya diletakkan dalam jaringan

pelepah daun dan helaian daun padi.

Peletakkan telur secara

berkelompok dan tersusun seperti

buah pisang dengan jumlah telur

tiap kelompok antara 2-37 butir.

Selama hidupnya, seekor WBC

betina menelurkan telur sekitar 390

butir (Sogawa 1971).

Wereng cokelat berkembang

biak secara seksual dan memiliki

siklus hidup yang pendek. Wereng

bersayap pendek membutuhkan

masa peneluran selama 3-4 hari dan

Page 16: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

4

3-8 hari untuk wereng bersayap

panjang. Tingkat perkembangan

wereng betina dapat dibagi ke

dalam masa peneluran 2-8 hari dan

masa bertelur 9-23 hari. Masa

peneluran dapat berlangsung dari

beberapa jam sampai 3 hari. Masa

pra-dewasa adalah 19-23 hari.

Gambar 4 Telur Wereng Cokelat

Sumber : IRRI (2009)

2.2.5.3 Nimfa

Wereng cokelat yang baru

menetas sebelum menjadi dewasa

(imago) akan melewati lima tahapan

pergantian kulit (instar) nimfa yang

dibesakan menurut ukuran bentuk

tubuh dan bakal sayapnya. Periode

setiap instar nimfa berkisar antara 2-

4 hari, sehingga wereng cokelat

rata-rata menghabiskan 12-15 hari

pada seluruh fase nimfa (Sogawa

1971).

Nimfa akan berkembang

menjadi dua bentuk wereng dewasa

yaitu bentuk bersayap pendek dan

bersayap panjang. Kemunculan

makroptera lebih banyak pada

tanaman tua daripada tanaman

muda, dan lebih banyak pada

tanaman setengah rusak daripada

tanaman sehat.

Gambar 5 Nimfa Wereng Cokelat

Sumber : Nurbaeti et al. (2010)

2.2.5.4 Imago

Serangga dewasa wereng

cokelat mempunyai dua bentuk,

yaitu bersayap sempurna

(makroptera) dan bersayap tidak

sempurna atau tidak dapat terbang

(brakhiptera). Wereng cokelat

makroptera dapat bermigrasi dari

satu sawah ke sawah lain setelah

persemaian. Generasi WBC yang

umumnya ditemukan terdiri dari

betina brakhiptera dan jantan

makroptera (Subroto et al. 1992).

Pada kepadatan populasi tinggi atau

keadaan kekurangan makanan maka

akan terbentuk lebih banyak

serangga makroptera pada generasi

berikutnya. Sebaliknya, jika

keadaan makanan cukup, maka akan

terbentuk lebih banyak serangga

dewasa brakhiptera.

2.2.6 Faktor Pemicu Serangan Wereng

Cokelat

Kerusakan tanaman padi akibat

populasi wereng cokelat yang tinggi

dipicu oleh beberapa faktor pendukung

perkembangan wereng cokelat. Menurut

Baehaki (1985) faktor yang mendukung

perkembangan wereng cokelat mencapai

populasi yang tinggi adalah penggunaan

pupuk nitrogen yang berlebihan, iklim

yang sesuai bagi perkembangan wereng

cokelat, dan teknik penanaman yang

rapat.

2.2.7 Teknik Pengendalian Wereng

Cokelat

Pengendalian hama wereng cokelat

dapat dilakukan dengan mengganti pola

bercocok tanam, memilih varietas tahan

hama, pengendalian biologi, dan

penggunaan pestisida. Cara bercocok

tanam yang dianjurkan adalah tanam

serentak dalam satu wilayah, pergiliran

tanaman, penggunaan varietas tahan dan

sanitasi. Pada daerah yang kekurangan air

dan bertanam padi hanya dapat dilakukan

satu kali yaitu pada musim hujan, maka

pergiliran tanaman dapat berjalan dengan

sendirinya. Pada musim hujan sebaiknya

ditanam varietas tahan terhadap wereng

coklat, seperti Mekongga, Inpari 1, Inpari

2, Inpari 3, dan Inpari 13. Selanjutnya

pengaturan jarak tanam, yaitu tanaman

ditanam dalam barisan yang teratur

dengan jarak tanam sesuai dengan kondisi

agroekosistem setempat agar dapat yang

Page 17: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

5

dianjurkan untuk memperlancar gerakan

angin dan cahaya matahari masuk ke

dalam pertanaman. Hal ini dapat

mengubah iklim mikro yang cocok untuk

menekan perkembangan wereng coklat

(Nurbaeti et al. 2010).

Musuh alami yang dapat

mengendalikan hama wereng coklat

adalah parasitoid, predator dan pathogen.

Parasitoid telur seperti Anagrus flaveolus

waterhouse, A. Optabilis Perkins, A.

Perforator Perkins, Mymar

tabrobanicum, Polynema spp., Olygosita,

spp., dan Gonatocerus spp. Parasitoid ini

dapat memparasitasi telur wereng coklat

45- 87%. Parasitoid nimfa dan wereng

dewasa seperti Elenchus, spp., dan

Haplogonatopus orientalis. Predator

wereng coklat seperti Cytorrhinus

lividivennis, Microvelia douglasi,

Ophionea indica, dan Paedorus fuscipes,

laba-laba Lycosa pseudoannulata (Wolf

spider), Tetragnatha sp. (four spider),

Clubiona javonicola (sack spider),

Araneus inustus (orb spider), Calitrichia

formosana, Oxyopes javanus, dan

Argiope catenulata (Nurbaeti et al. 2010).

Penggunaan insektisida yang tidak

bijaksana akan menyebabkan

permasalahan hama semakin kompleks,

banyak musuh alami yang mati sehingga

populasi serangga bertambah tinggi

disamping berkembangnya resistensi,

resurgensi dan munculnya hama

sekunder. Resistensi terhadap insektisida

bisa terjadi kalau digunakan jenis

Insektisida yang lama (bahan aktif sama

atau kelompok senyawa yang sama)

secara terus-menerus, terutama dosis

yang digunakan tidak tepat (dosis

sublethal). Pada populasi serangga di

alam terjadi keragaman genetik antara

individu - individunya. Ada individu yang

tahan terhadap suatu jenis insektisida dan

ada yang tidak tahan. Bila digunakan

jenis insektisida yang sama secara terus

menerus maka individu yang ada dalam

populasi tersebut akan terseleksi menjadi

individu yang tahan. Apabila serangga

tersebut berkembangbiak dan masih

digunakan insektisida yang sama dengan

dosis yang sama maka jumlah individu

yang tahan akan semakin banyak

demikian seterusnya (Soemarsono 1979).

Beberapa jenis pestisida yang

dapat digunakan pada saat ini diantaranya

adalah yang berbahan aktif: Fipronil,

Tiamektosam, dan Imidakloprid.

Penggaruh penggunaan insektisida yang

tidak tepat dan dilakukan secara terus

menerus dapat mengakibatkan resistensi,

resurjensi dan kematian musuh alami.

Oleh karena itu sebelum dilakukan

pengendalian insektisida, harus dilakukan

monitoring secara dini (Nurbaeti et al.

2010).

2.3 Pengaruh Unsur Iklim Pada Wereng

Cokelat

2.3.1 Suhu Udara

Serangga merupakan spesies

poikilotermal yang suhu tubuhnya

bergantung pada suhu udara lingkungan

sekitar. Hal ini mengakibatkan suhu udara

lingkungan akan memengaruhi proses

metabolisme serangga. Menurut Mavi

dan Tupper (2004), aktivitas serangga

akan lebih cepat dan efisien pada suhu

yang tinggi, tapi akan mengurangi lama

hidup serangga. Pada beberapa serangga,

suhu tinggi akan menghambat

metabolisme atau mengakibatkan

kematian, tetapi serangga yang hidup di

gurun dapat menurunkan laju

metabolisme sehingga dapat bertahan

pada daerah dengan jumlah makanan dan

air terbatas (Speight et al. 2008).

Pengaruh suhu udara terhadap hama

dan penyakit tumbuhan antara lain

mengendalikan perkembangan,

kelangsungan hidup dan penyebaran

serangga (Koesmaryono 1999). Suhu

dinyatakan dalam derajat panas, sumber

pada permukaan tanah berasal dari radiasi

matahari. Tinggi rendahnya intensitas

cahaya matahari berbanding lurus dengan

tinggi rendahnya suhu udara.

Semua spesies serangga mempunyai

kisaran suhu udara tertentu dalam

mempertahankan hidupnya. Kisaran ini

akan berbeda pada setiap spesies

serangga. Bila suhu udara berada di

bawah atau di atas keadaan optimal, maka

akan menimbulkan kematian serangga

dalam waktu dekat. Beberapa serangga

dapat beradaptasi menghadapi lingkungan

ekstrim dengan diapause. Suhu udara

minimum yang memungkinkan serangga

masih dapat bertahan hidup adalah pada

suhu -30 0C. Perkembangan dan aktivitas

serangga akan normal kembali jika suhu

udara berada pada kisaran yang cocok

(Mavi dan Tupper 2004).

Keadaan suhu selama fase nimfa

dan dewasa dapat mempengaruhi umur

serangga. Sangat sulit menentukan pada

Page 18: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

6

keadaan suhu berapa yang paling sesuai

bagi perkembangan populasi wereng

batang coklat. Kisaran suhu normal untuk

wereng cokelat makroptera jantan adalah

9-300C dan untuk wereng cokelat

makroptera betina adalah 10-320C

(Subroto et al. 1992). Kondisi suhu

optimal untuk WBC, terutama untuk

perkembahngan telur dan nimfa adalah

25-300C, perkembangan embrio WBC

akan terhenti jika suhu kurang dari 100C

(Hirano, 1942 dalam Subroto et al. 1992).

Menurut Abraham dan Nair (1975) dalam

IRRI (1979), bahwa ledakan hama

wereng batang cokelat terjadi pada selang

suhu 20-300C. Subroto et al., (1992)

menyimpulkan suhu harian antara 28-

300C dan suhu malam hari yang rendah

adalah suhu yang paling sesuai untuk

pemunculan sejumlah serangga dewasa.

2.3.2 Kelembaban Udara

Kelembaban udara berpengaruh

terhadap proses biologi serangga, dimana

kisaran kelembaban udara optimum pada

umumnya sekitar 73-100%. Kelembaban

udara yang terlalu tinggi atau terlalu

rendah dapat menghambat aktivitas dan

kehidupan serangga, kecuali pada

beberapa jenis serangga yang biasa hidup

di tempat basah. Kelembaban optimum

serangga berbeda menurut jenis dan

stadium (tingkatan kehidupan) pada

masing-masing perkembangan (Sunjaya

1970).

Kelembaban udara merupakan

faktor iklim yang penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan wereng

cokelat. Wereng cokelat sangat menyukai

lingkungan yang memiliki kelembaban

tinggi dengan RH optimal berkisar antara

70-85%. Dalam sebuah penelitian,

perkembangan wereng cokelat akan

terhambat apabila dipelihara dalam

kelembaban nisbi yang konstan di atas

80% pada suhu 290C, namun

perkembangannya lebih baik pada

kelembaban nisbi yang konstan di bawah

80% pada suhu yang sama (IRRI 1976

dalam Baco 1984). Serangan wereng

cokelat berhubungan dengan kepadatan

tanaman, radiasi matahari yang rendah,

kelembaban yang tinggi, dan perbedaan

suhu yang kecil antara siang dan malam

hari.

2.3.3 Curah Hujan

Kejadian curah hujan dalam suatu

areal yang dihuni serangga

mengakibatkan pengaruh langsung yaitu

hentakan butir hujan pada tempat hidup

serangga serta pengaruh tidak langsung

pada kelembaban dan tanah. Sebaran

hujan sepanjang tahun juga memiliki pola

tertentu yang menunjukkan panjang

pendeknya pendeknya periode bulan

dengan curah hujan banyak (bulan basah)

dan periode bulan dengan curah hujan

sedikit (bulan kering). Ledakan populasi

suatu hama mungkin sangat erat

hubungannya dengan periodisitas sebaran

hujan tersebut. (Koesmaryono 1991).

Variasi curah hujan musiman

memengaruhi kelimpahan spesies. Pada

saat curah hujan rendah, beberapa spesies

serangga kelimpahannya tinggi, walaupun

ketersediaan tanaman inang rendah.

Curah hujan yang tinggi dapat

mengakibatkan kematian langsung pada

serangga, atau memungkinkan

perkembangan patogen serangga (Mavi

dan Tupper 2004).

Wereng cokelat memiliki sifat

biological clock, dimana wereng cokelat

mampu berkembang dengan baik di

musim hujan dan musim kemarau yang

terdapat hujan (Baehaki 2005 dalam

Susanti et al. 2007). Curah hujan tidak

bisa dipisahkan dari faktor iklim lain

seperti keadaan angin. Kombinasi

keduanya dapat menyebabkan tekanan

rendah dan konvergensi cuaca dan

berakibat pada penyebaran populasi

serangga (Speight et al. 1999).

2.3.4 Cahaya dan Radiasi

Intensitas cahaya memengaruhi

kehidupan serangga. Fluktuasi harian

berpengaruh pada suhu udara,

kelembaban, makanan, dan sebagainya.

(Andrewartha dan Birch 1954). Pengaruh

cahaya terhadap perilaku serangga

berbeda-beda antara serangga yang aktif

pada siang hari (diurnal) dengan yang

aktif pada malam hari (nocturnal). Pada

serangga yang aktif pada siang hari,

keaktifannya akan dirangsang oleh

keadaan intensitas maupun panjang

gelombang cahaya di sekitarnya.

Sebaliknya pada serangga malam hari

keadaan cahaya tertentu mungkin dapat

menghambat keaktifannya (Koesmaryono

1991). Serangga yang mempunyai

kebiasaan hidup dengan cahaya minimum

Page 19: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

7

dan lemah, apabila intensitas cahaya

ditingkatkan akan mengakibatkan

aktivitasnya akan tertekan, begitu pula

sebaliknya. Meningkatnya intensitas

cahaya dapat mempercepat kedewasaan

serangga dan mempersingkat umur

imagonya (Sunjaya 1970).

Faktor cahaya dan radiasi juga

mempengaruhi kehidupan wereng batang

coklat. Apabila wereng cokelat dewasa

dipelihara di tempat gelap maka

pematangan indung telur terhambat dan

jumlah telur yang di letakkan juga kecil.

Wereng cokelat lebih banyak ditemukan

pada musim yang sering mendapat radiasi

langsung dibandingkan musim yang

kurang mendapat sinar matahari langsung

(Baco 1984).

2.3.5 Angin

Pertumbuhan dan perkembangan

serangga secara tidak langsung

dipengaruhi oleh angin. Angin

mempengaruhi penguapan dan

kelembaban udara yang secara tidak

langsung memberi efek pada suhu tubuh

serangga maupun kadar air dalam tubuh

serangga. Namun pengaruh angin yang

paling penting adalah karena angin dapat

memengaruhi pemencaran dan keaktifan

serangga (Koesmaryono 1991).

Pemencaran dan aktivitas serangga

dipengaruhi oleh gerak udara. Misalnya

pada serangga yang bertubuh ringan

walaupun berdaya terbang lemah dan

tidak bersayap akan mampu pindah ke

daerah yang lebih jauh, hal ini terjadi

akibat adanya gerak udara vertikal

maupun gerak udara horizontal (Sunjaya

1970).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei

sampai dengan bulan September 2011 di

Laboratorium Agrometeorologi Departemen

Geofisika dan Meteorologi. Dengan kajian di

Karawang

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan pada

penelitian ini:

1. Seperangkat komputer

2. Microsoft Office (Microsoft Word

dan Microsoft Excell

3. Minitab 14

4. Data iklim harian 6 tahun stasiun

Jatisari, Kabupaten Karawang

(periode tahun 2004 sampai 2009)

meliputi data suhu maksimum (T

max), data suhu minimum (T min),

data suhu rata-rata (T rata), dan data

kelembaban udara (RH) serta data

curah hujan bulanan periode 1974-

2009

5. Data luas serangan hama wereng

cokelat 2 mingguan di wilayah

Karawang selama 4 tahun (2006-

2009)

3.3 Tahapan Penelitian

3.3.1 Persiapan Data

Data luas serangan hama yang

diperoleh merupakan data 2 mingguan

sehingga data iklim disesuaikan dengan

data luas serangan hama tersebut. Data

luas serangan tersebut merupakan luas

tanaman terserang yang dinyatakan dalam

hektar. Intensitas serangan hama secara

kuantitatif dinyatakan dalam persen.

Tabel 1 Intensitas serangan hama

Kategori Tingkat serangan

>25 % Ringan

25 – 50 % sedang

50-90 % berat

>90 % puso

Sumber : Ditjentan 1986

3.3.2 Pengolahan Data Analisis yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh iklim terhadap

serangan hama adalah regresi kuadratik,

dan regresi berganda. Data faktor iklim

digunakan sebagai peubah bebas dan data

luas serangan WBC sebagai peubah

respon.

Persamaan regresi kuadratik

digunakan untuk menyatakan hubungan

antara luas serangan dengan faktor iklim

yaitu suhu rata-rata, suhu makasimum,

suhu minimum, kelembaban, dan curah

hujan. Persamaan umum regresi kuadratik

adalah sebagai berikut :

Y = a + b1x1 + b2x22

dimana :

Y = luas serangan wereng cokelat

x = Tmax, Tmin, Trata,RH, dan CH

a,b= konstanta

Page 20: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

8

Analisis regresi linier berganda

dilakukan untuk memperoleh hubungan

lima faktor iklim, yaitu suhu maksimum,

suhu minimum, suhu rata-rata,

kelembaban, curah hujan secara

keseluruhan terhadap luas serangan,

sehingga dapat diketahui hubungan faktor

iklim dan luas serangan WBC secara

umum. Persamaan regresi linier berganda

adalah sebagai berikut :

Y : a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5

dimana :

Y = luas serangan WBC

x = unsur iklim (Tmax, Tmin, Trata,RH,

dan CH)

a,b= konstanta

(Tingkat keeratan hubungan antara Y

dan x dinyatakan dalam koefisien

determinasi R2), yang nilainya berkisar

dari 0-100 %)

Analisis hubungan faktor iklim

dengan luas serangan WBC dilakukan

pada berbagai waktu tunda (time lag)

berdasarkan siklus hidup WBC. Siklus

hidup WBC berkisar 28-32 hari atau

kurang lebih satu bulan sampai WBC

menjadi serangga dewasa (Subroto et al.

1992). Analisis tanpa memperhitungkan

lag berarti faktor iklim secara langsung

mempengaruhi luas serangan pada saat

terjadi serangan atau ketika WBC pada

fase imago aktif mencari makan. Analisis

pada waktu tunda setengah bulan (lag 1)

berarti faktor iklim mempengaruhi luas

serangan pada WBC pada fase nimfa.

Analisis pada waktu tunda satu bulan (lag

2) berarti faktor iklim mempengaruhi luas

serangan pada WBC pada fase telur.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Geografis Wilayah Kajian

Karawang adalah sebuah Kabupaten yang

terdapat di Provinsi jawa Barat dengan luas

daerah 1.737,30 km2. Secara geografis

Kabupaten Karawang terletak antara 107°02'-

107°40' BT dan 5°56'-6°34' LS. Topografi

Kabupaten Karawang sebagian besar adalah

berbentuk dataran yang relatif rata dengan

variasi antara 0-5 m di atas permukaan laut

(dpl). Hanya sebagian kecil wilayah yang

bergelombang dan berbukit-bukit dengan

ketinggian antara 0-1.200 mdpl. Sesuai

dengan bentuk morfologi Kabupaten

Karawang, daerah ini terdiri dari dataran

rendah yang mempunyai temperatur udara

rata-rata 270C dengan tekanan udara rata-rata

0,01 milibar, penyinaran matahari 66 persen

dan kelembaban nisbi 80 persen. Curah hujan

tahunan berkisar antara 1.100-3.200

mm/tahun.

Gambar 6 Peta Karawang

4.2 Kondisi Iklim Wilayah Kajian

Kondisi iklim wilayah Karawang yang

terletak di lintang tropis dengan penyinaran

matahari sepanjang tahun salah satunya

dipengaruhi oleh topografi setempat.

Berdasarkan data yang diperoleh hubungan

unsur cuaca suhu rata-rata, suhu maksimum,

Page 21: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

9

dan suhu minimum bulanan dalam rentang

waktu 6 tahun tertera dalam gambar berikut.

Gambar 7 Suhu udara bulanan (2004-2009)

Secara umum suhu rata-rata, suhu

maksimum, dan suhu minimum Karawang

mengikuti pola yang sama. Suhu rata-rata

bulanan berkisar antara 24.30C-28

0C. Suhu

maksimum bulanan berkisar antara 27.30C-

32.90C.Suhu minimum bulanan berkisar

antara 21.20C-23

0C. Puncak suhu tertinggi

terjadi pada bulan September dan terendah

pada bulan Januari. Pada saat memasuki

musim hujan suhu cenderung mengalami

penurunan yaitu pada bulan September –

Januari. Penurunan tersebut disebabkan oleh

kurangnya intensitas penyinaran matahari

karena lebih sering terjadi hujan.

Suhu rata-rata bulanan wilayah Karawang

berfluktuasi menurut tahun masing-masing

pengamatan. Namun suhu rata-rata sangat

fluktuatif pada tahun 2007. Peningkatan suhu

yang tinggi terjadi dari bulan Juni hingga

maksimum pada bulan September. Hal ini

dimungkinkan karena pengaruh El-Nino yang

mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu.

Kejadian El-Nino biasanya berasosiasi dengan

kejadian kemarau panjang atau kekeringan

karena terjadinya penurunan hujan jauh dari

normal khususnya musim kemarau (Boer

2003).

Peningkatan suhu tersebut juga diikuti

dengan pengurangan curah hujan sehingga

menimbulkan kekeringan di beberapa wilayah

Indonesia. Kejadian ini berdampak pada

penurunan hasil padi di wilayah tertentu. Suhu

rata-rata terendah terjadi pada bulan Februari

tahun 2009. Suhu rata-rata tertinggi terjadi

pada tahun 2005 yaitu 22.9 0C.

Gambar 8 Kelembaban bulanan (2004-2009)

Kelembaban menunjukkan kandungan

uap air di udara. Kelembaban udara di

Indonesia selalu tinggi yaitu diatas 60 %.

Kelembaban udara Karawang berkisar antara

69-79 %. Gambar di atas merepresentasikan

hubungan kelembaban rata-rata selama dalam

rentang waktu 6 tahun. Wilayah Karawang

mengalami penurunan kelembaban udara dari

bulan Februari-Mei dan mengalami kenaikan

pada bulan Oktober-Januari. Pada saat musim

hujan kandungan uap air di udara lebih besar

sehingga nilai kelembaban udara pada

mengalami kenaikan dari bulan Oktober.

Kelembaban tertinggi terjadi pada tahun 2008.

Kelembaban dipengaruhi oleh curah hujan dan

angin. Semakin tinggi curah hujan maka

semakin tinggi pula kelembaban udara karena

kelembaban udara menun jukkan kondisi uap

air di udara.

Gambar 9 Curah hujan rata-rata (1974-2009)

Unsur iklim curah hujan wilayah

Karawang menunjukkan tipe hujan monsunal

yaitu wilayah yang memiliki perbedaan yang

jelas antara periode musim hujan (DJF) dan

periode musim kemarau (JJA). Kurva curah

Page 22: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

10

hujan itu sendiri memiliki pola seperti huruf v

seperti yang tertera pada Gambar 8.

4.3 Periodisasi Musim Tanam Padi di

Karawang

Penanaman padi di Indonesia secara

umum bisa dilakukan sepanjang tahun.

Namun sebagian besar petani menanam padi

pada saat musim hujan karena ketergantungan

padi akan ketersediaan air yang tinggi. Berikut

ini periodisasi musim tanam padi di

Karawang.

Tabel 2 Periodisasi musim tanam padi di Karawang

Sumber : pustaka.litbang.deptan.go.id

Pemanenan padi rata-rata dilakukan

empat bulan setelah masa tanam. Tanam

utama akan menghasilkan panen raya, tanam

gadu menghasilkan panen gadu, dan tanam

kemarau menghasilkan panen kecil. Panen

raya dilakukan pada saat memasuki musim

hujan. Pemanfaatan curah hujan tersebut

memberikan hasil optimum terhadap tanaman

padi sehingga hasil yang didapatkan cukup

besar. Pada saat tanam gadu (kering) hasil

yang didapatkan tidak sebanyak pada tanam

utama karena curah hujan yang terjadi tidak

sebesar pada musim tanam utama. Untuk

kebutuhan pertanaman petani memanfaatkan

saluran irigasi. Panen paling kecil didapatkan

pada saat musim tanam kemarau. Pada musim

tanam ini petani juga membutuhkan saluran

irigasi yang besar karena minimnya curah

hujan.

4.4 Kondisi Serangan Wereng Cokelat

Kabupaten Karawang

Luas serangan hama wereng cokelat di

wilayah Karawang pada selang pengamatan

2006-2009 berbeda-beda. Peningkatan luas

serangan berbanding lurus dengan

peningkatan populasi hama wereng cokelat itu

sendiri di wilayah kajian. Penurunan luas

serangan berbanding lurus dengan

pengurangan populasi wereng cokelat di

wilayah kajian. Berikut merupakan analisis

hubungan suhu udara dengan luas serangan.

Gambar 10 Hubungan suhu rata-rata bulanan

dengan luas serangan hama

Berdasarkan gambar di atas luas serangan

hama wereng cokelat bulanan periode 2006-

2009 meningkat seiring dengan peningkatan

suhu udara. Suhu udara rata-rata terendah

terjadi pada bulan Januari. Jumlah serangan

mulai mengalami peningkatan sampai pada

bulan April. Namun serangan menurun ketika

suhu menjadi maksimum. Menurut Effendi

Page 23: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

11

(1985) suhu optimum untuk perkembangan

wereng cokelat berkisar antara 180C-28

0C.

Meskipun suhu rata-rata tersebut berada pada

kisaran yang sesuai dengan perkembangan

hama wereng cokelat, terdapat pengaruh lain

yang menyebabkan penurunan populasi

wereng itu sendiri. Salah satunya adalah

pengaruh kelembaban mikro yang disebabkan

oleh curah hujan maupun keadaan air sawah.

Penurunan luas serangan hama juga

dipengaruhi oleh ada tidaknya tanaman padi.

Keadaan serangan pada bulan Desember,

Januari, dan Februari yang bernilai 0 terkait

dengan periodisasi musim tanam padi. Musim

tanam utama yang terjadi pada musim hujan

(DJF) yang baru mulai tanam menyebabkan

luas tanaman terserang menjadi tidak ada,

sesuai dengan Pracaya (2008) yang

menyatakan bahwa serangan wereng cokelat

terjadi pada tanaman padi yang sudah dewasa

tapi belum memasuki masa panen. Sementara

itu luas serangan paling tinggi terjadi pada

bulan Agustus pada saat musim gadu.

Gambar 11 Hubungan suhu maksimum

bulanan dengan luas serangan

hama

Gambar di atas menunjukkan hubungan

luas serangan terhadap suhu maksimum. Suhu

maksimum merupakan suhu tertinggi yang

terukur pada wilayah pengamatan. Pengaruh

suhu udara terhadap hama tumbuhan antara

lain mengendalikan perkembangan,

kelangsungan hidup dan penyebaran serangga.

Suhu maksimum bulanan mengalami

penurunan pada periode September-Januari.

Hal ini dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

yang lembap karena musim hujan. Luas

serangan terbesar terjadi pada bulan Agustus

yaitu dengan total serangan 1377 ha pada saat

suhu maksimum 310C. Untuk musim tanam

utama di wilayah ini pemanenan dilakukan

pada sekitar bulan Juni sehingga pada bulan

tersebut luas serangan tanaman yang terukur

juga lebih kecil. Sama halnya dengan Gambar

10 musim tanam mempengaruhi tidak ada

serangan pada bulan Desember, Januari, dan

Februari. Hal ini disebabkan oleh musim

tanam raya baru mulai sedangkan hama

wereng cokelat menyerang pada padi yang

sudah dewasa tapi belum memasuki masa

panen.

Gambar 12 Hubungan suhu minimum

bulanan dengan luas serangan

hama

Suhu minimum merupakan suhu yang

paling rendah yang terukur dalam jangka

waktu tertentu. Suhu yang terlalu rendah

mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan

dan perkembangan hama. Hal ini terlihat pada

Gambar 11 . Suhu minimum pada bulan

Januari, Juli, dan Desember menyebabkan

berkurangnya populasi wereng cokelat. Pada

bulan Agustus terjadi ledakan luas serangan

hama dengan suhu minimum 220C. Pada

bulan berikutnya populasi wereng cokelat

berkurang karena terjadi kenaikan suhu

sehingga luas serangan menjadi 209.5 Ha.

Fluktuasi suhu bulanan tersebut memberikan

gambaran yang sesuai dengan pernyataan

Abraham dan Nair (1975) dalam IRRI (1979),

bahwa ledakan hama wereng batang cokelat

terjadi pada selang suhu 20-300C. Suhu yang

terlalu rendah dapat mengakibatkan kematian

pada wereng cokelat sehingga luas serangan

hama menjadi lebih kecil. Pengaruh musim

tanam menyebabkan serangan tinggi terjadi

pada musim tanam gadu. Pada musim tanam

ini keadaan iklim yang tidak terlalu basah

serta suhu yang optimum menyebabkan hama

Page 24: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

12

lebih nyaman untuk tumbuh dan berkembang

biak.

Gambar 13 Hubungan kelembaban bulanan

dengan luas serangan hama

Hubungan kelembaban dengan luas

serangan hama dapat diinterpretasikan oleh

Gambar 12. Pada saat kelembaban tinggi luas

serangan menjadi kecil sedangkan pada saat

kelembabn rendah luas serangan cenderung

besar. Kelembaban udara dapat meningkatkan

fekunditas dan fertilitas serangga. Merujuk

pada penelitian IRRI tentang kelembaban

relatif udara wereng cokelat di Filipina

menunjukkan bahwa hama akan tertekan

pertumbuhan dan perkembangannya pada

kelembaban 50-60% dan sangat sesuai pada

kelembaban 80 % (Mochida et al.1986 dalam

Ahmadi 2011).

Gambar 14 Hubungan curah hujan bulanan

dengan luas serangan hama

Hubungan antara luas serangan dengan

curah hujan terlihat pada Gambar 13 . Curah

hujan meningkat pada periode September-

Februari. Pada umumnya persentase telur

pada musim kemarau lebih rendah

dibandingkan dengan musim hujan. Hal

tersebut diduga karena tingginya faktor

mortalitas terutama parasit dan predatornya

(Soebroto et al. 1992). Dengan demikian

presentase telur pada periode Maret-Agustus

lebih besar sehingga menyebabkan

perkembangan populasi wereng cokelat pada

bulan Agustus. Selain itu hujan dapat

menyebabkan pengaruh langsung yaitu

menyapu telur hama. Menurut Ahmadi (2011)

Curah hujan yang tinggi belum tentu dapat

mejadikan serangan wereng cokelat tinggi.

Karena curah hujan yang tinggi juga dapat

membuat tergenangnya air di sawah melebihi

kapasitasnya.

4.5 Analisis Regresi

4.5.1 Regresi Kuadratik

Keragaman dan perubahan iklim

telah menimbulkan dampak terhadap

perubahan luasan tanaman yang terserang

hama wereng cokelat. Untuk itu

diperlukan analisis regresi yang bertujuan

untuk mengetahui pola dan hubungan

antara luas serangan hama dengan

komponen-komponen iklim mencakup

suhu rata-rata, suhu maksimum, suhu

minimum, kelembabab, dan curah hujan.

Dengan demikian akan dihasilkan

koefisien determinasi dari setiap unsur

iklim.

Tabel 3 Koefisien determinasi (R2) unsur

iklim

Unsur iklim tanpa

lag (%)

lag 1

(%)

lag 2

(%)

suhu rata-

rata

8.7 8.5 7.5

suhu

maksimum

6.9 6.9 6.5

suhu

minimum

15.7 16.1 17.6

kelembaban 6.7 2.1 1.8

curah hujan 6 4.6 7.2

Tabel di atas menggambarkan

koefisien determinasi (R2) dari unsur

iklim terhadap luas serangan hama.

Dengan demikian koefisien determinasi

yang lebih besar memiliki pengaruh yang

lebih kuat dibandingkan dengan koefisien

determinasi yang kecil.

Pada unsur iklim suhu rata-rata

diperoleh koefisien determinasi tertinggi

saat analisis tanpa lag yaitu sebesar 8.7

Page 25: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

13

%. Pada unsur suhu maksimum diperoleh

nilai koefisien tertinggi pada saat analisis

tanpa lag dan lag 1. Pada unsur suhu

minimum diperoleh koefisien determinasi

tertinggi pada lag 2. Pada unsur

kelembaban diperoleh koefisien

determinasi tertinggi pada analisis tanpa

lag dan koefisien determinasi curah hujan

pada tahap lag 2. Beberapa unsur iklim

yang dianalisis tersebut memiliki

hubungan dengan luas serangan hama.

Unsur yang paling berpengaruh adalah

suhu minimum yang memiliki koefisien

determinasi paling besar diantara unsur

iklim lainnya.

Gambar 15 Hubungan luas serangan (LS)

dengan suhu rata-rata (Tr)

(tanpa lag)

Berdasarkan gambar di atas suhu

rata-rata yang memberikan koefisien

determinasi terbaik adalah pada saat

tanpa lag. Pada analisis ini hama wereng

cokelat berada pada fase dewasa.

Hubungan luas serangan dengan suhu

rata-rata diwakili oleh persamaan sebagai

berikut:

LS = - 3607 + 321.9 Tr - 6.7 Tr2

(R2=8.7% )

dimana: LS = luas serangan (ha)

Tr = suhu rata-rata (0C)

Persamaan tersebut menjelaskan

bahwa luas serangan memiliki keterkaitan

dengan suhu rata-rata. Perubahan suhu

rata-rata mengakibatkan perubahan

terhadap luas serangan hama wereng

cokelat.

Gambar 16 Hubungan luas serangan (LS)

dengan suhu rata-rata (Tr) (lag

1)

Analisis hubungan luas serangan

dengan suhu rata-rata pada lag 1

menghasilkan koefisien determinasi

sebesar 8,5 % yang tertera pasa Gambar

15. Pada kondisi ini hama berada pada

fase telur. Persamaan yang menjelaskan

hubungan luas serangan dengan suhu

rata-rata adalah :

LS = - 3838 + 339.9 Tr - 7.1 Tr2

(R2 = 8.5 %)

dimana: LS = luas serangan (ha)

Tr = suhu rata-rata (0C)

Perubahan suhu rata-rata

memberikan perubahan pada luas

serangan. Suhu rata-rata yang semakin

meningkat menyebabkan penurunan luas

serangan dengan bentuk kurva yang lebih

landai. Artinya peningkatan suhu

memberikan pengaruh berkurangnya luas

serangan yang sedikit.

Gambar 17 Hubungan luas serangan (LS)

dengan suhu rata-rata (Tr) (lag

2)

Hubungan antara suhu rata-rata

dengan luas serangan dengan

Page 26: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

14

menggunakan lag 2 tertera pada gambar

di atas. Koefisien determinasi yang

didapatkan adalah 7,5 %. Nilai tersebut

lebih rendah dibandingkan pada lag 1 dan

lag 2. Hal ini menunjukkan bahwa

dibandingkan fase telur dan fase

nimfa,suhu rata-rata lebih berpengaruh

terhadap luas serangan pada fase dewasa.

Sementara itu persamaan yang didapatkan

untuk menunjukkan hubungan keduanya

adalah :

LS = - 3305 + 297.1 Tr - 6.241 Tr2

(R2=7.5 %)

dimana: LS = luas serangan (ha)

Tr = suhu rata-rata (0C)

Kurva yang landai menunjukkan

bahwa perubahan suhu rata-rata

mengakibatkan penurunan luas serangan

hama yang sedikit.

Gambar 18 Hubungan luas serangan (LS)

dengan suhu maksimum (TM)

(tanpa lag)

Gambar di atas menunjukkan

persamaan regresi untuk analisis tanpa

lag. Hubungan luas serangan dengan suhu

maksimum adalah:

LS = 5273 - 303.2 TM + 4.455 TM2

(R2=6.9%)

dimana: LS = luas serangan (ha)

TM = suhu maksimum (0C)

Persamaan tersebut menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara suhu

maksimum dengan luas serangan.

Peningkatan suhu maksimum juga

mengakibatkan peningkatan luas

serangan namun tidak signifikan.

Gambar 19 Hubungan luas serangan (LS)

dengan suhu minimum (Tm)

(tanpa lag)

Berdasarkan gambar di atas regresi

quadratik suhu minimum dengan luas

serangan memberikan koefisien

determinasi sebesar 15.7 %. Hal ini

berarti terdapat kontribusi suhu minimum

terhadap luas serangan hama sebesar 15.7

% pada fase telur (lag 1). Persamaan yang

mewakili hubungan keduanya adalah:

LS = - 8120 + 780.7 Tm - 18.26 Tm2

(R2 = 15.7 %)

dimana: LS = luas serangan (ha)

Tm = suhu minimum (0C)

Dengan demikian perubahan suhu

minimum berpengaruh terhadap

perubahan luas serangan.

Gambar 20 Hubungan luas serangan (LS)

dengan suhu minimum (Tm)

(lag 1)

Pada fase nimfa persamaan regresi

yang menunjukkan hubungan suhu

minimum dan luas serangan adalah:

LS = -8120 + 780.7 Tm - 18.26 Tm2

(R2=16.1 %)

dimana: LS = luas serangan (ha)

Page 27: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

15

Tm = suhu minimum (0C)

Nilai koefisien determinasi yang

dihasilkan adalah sebesar 16.1 %. Suhu

minimum yang terlalu kecul memberikan

pengaruh pada peningkatan luas

serangan. Sedangkan suhu minimum

yang terlalu tinggi memberikan pengaruh

pada penurunan hama wereng cokelat.

Gambar 21 Hubungan luas serangan (LS)

dengan suhu minimum (Tm)

(lag 2)

Bardasarkan gambar di atas suhu

minimum dengan koefisien tertinggi

terjadi pada lag 2. Suhu minimum

memberikan pengaruh lebih besar pada

fase telur terhadap luas serangan.

Hubungan suhu minimum dengan luas

serangan adalah:

LS = - 8276 + 797.6 Tm - 18.69 Tm2

(R2 =17.6 %)

dimana: LS = luas serangan (ha)

Tm = suhu minimum (0C)

Persamaan tersebut menjelaskan

bahwa perubahan suhu minimum

mengakibatkan perubahan luas serangan.

Pada saat suhu minimum berada pada

kisaran 180C-21

0C peningkatan suhu

minimum berbanding lurus dengan

peningkatan luas serangan. Namun pada

saat suhu minimum diatas 210C

peningkatan suhu minimum

menyebabkan penurunan luas serangan.

Gambar 22 Hubungan luas serangan (LS)

dengan kelembaban (RH)

(tanpa lag)

Hubungan kelembaban terhadap luas

serangan ditunjukkan oleh Gambar 21 .

Kelembaban berpengaruh pada

perkembangan serangan saat wereng

berada pada fase dewasa. Persamaan

regresi yang didapat adalah:

LS= - 1990 + 65.50 RH - 0.4884 RH2

(R2=6.7 %)

dimana: LS = luas serangan (ha)

RH = kelembaban (%)

Dengan demikian unsur iklim

kelembaban mempengaruhi luas serangan

hama. Kelembaban yang terlalu rendah

tidak baik untuk perkembangan wereng

cokelat begitu pula kelembaban yang

terlalu tinggi sehingga kelembaban

optimum untuk pertumbuhan dan

perkembangan hama wereng cokelat

adalah 50 – 60 % (Mochida et al.1986).

Gambar 23 Hubungan luas serangan (LS)

dengan curah hujan (CH) (lag

2)

Page 28: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

16

Gambar di atas menunjukkan

hubungan antara curah hujan dan luas

serangan dengan menggunakan lag 2

sehingga curah hujan lebih berpengaruh

pada fase telur. Hubungan tersebut

diwakili oleh persamaan :

LS = 172.8 - 2.9 CH + 0.02 CH2

(R2=7.2 %)

dimana: LS = luas serangan (ha)

CH = curah hujan (mm)

Dengan demikian terdapat hubungan

antara curah hujan dengan luas serangan

hama.

4.5.2 Regresi Berganda

Analisis regresi berganda dilakukan

untuk mengetahui hubungan linier antara

luas serangan hama dengan beberapa

unsur iklim secara bersama-sama. Hasil

keluaran minitab yang menunjukkan

koefisien determinasi tertinggi adalah

pada hubungan berikut:

LS = 905 - 28.0 Tr - 0.12 RH + 0.210 CH

dimana: LS = luas serangan (ha)

Tr = suhu rata-rata (0C)

RH = kelembaban (%)

CH = curah hujan (mm)

Persamaan tersebut memiliki nilai

keeratan 7.2 %. Dengan demikian dari

unsur iklim suhu rata-rata, suhu

maksimum, suhu minimum, kelembaban,

dan curah hujan unsur iklim yang

memiliki hubungan lebih besar menurut

koefisien determinasi secara bersamaan

adalah suhu rata-rata, kelembaban, dan

curah hujan. Faktor-faktor iklim yang

diduga berpengaruh terhadap hama

menurut Kisimoto dan Dyck (1976) di

antaranya adalah suhu, kelembapan

relatif, curah hujan dan angin. Nilai

koefisien determinasi yang kecil

menunjukkan bahwa kontribusi unsur

iklim terhadap luas serangan juga kecil.

Hal ini dikarenakan luas serangan hanya

menjelaskan luasan tanaman padi yang

terserang tanpa mengetahui populasi

hama wereng tersebut.

4.6 Analisis Klimogram

Klimogram merupakan grafik yang

menunjukkan interaksi dari dua buah unsur

iklim rata-rata bulanan. Grafik berikut

memperlihatkan klimogram yang merupakan

interaksi dari unsur iklim kelembaban dan

suhu udara. Kedua unsur iklim tersebut dipilih

karena memiliki pengaruh besar terhadap

pertumbuhan dan perkembangan hama.

Gambar 24 Klimogram wereng cokelat

Keterangan angka dalam kurung menunjukkan [bulan, tingkat serangan]

Klimogram di atas dibuat untuk menguji

kesesuaian antara unsur iklim kelembaban dan

suhu rata-rata daerah Karawang dengan hama

wereng cokelat. Pada dasarnya kelembaban

optimum untuk perkembangan dan

pertumbuhan hama wereng cokelat adalah 70

– 85 % sedangkan untuk suhu rata-rata berada

pada kisaran 250C – 30

0C sehingga

didapatkan beberapa titik di dalam daerah

yang diarsir sebanyak sembilan titik. Titik-

titik tersebut merupatkan plot serangan hama

bulanan yang meliputi bulan Februari, Maret,

April, Juni, Agustus, September, Oktober,

November, dan Desember. Dengan demikian

pada bulan-bulan tersebut di daerah Karawang

hama wereng cokelat dapat berkembang

Page 29: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

17

secara optimum sehingga menjadi rawan

untuk tanaman padi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Analisis regresi linier yang menunjukkan

hubungan yang paling kuat adalah hubungan

suhu minimum dengan luas serangan yang

memiliki koefisien determinasi sebesar 17.6

% pada lag 2. Analisis regresi berganda

menunjukkan hasil bahwa unsur iklim yang

berpengaruh secara bersamaan terhadap luas

serangan hama wereng adalah suhu rata-rata,

kelembaban, dan curah hujan dengan

koefisien determinasi sebesar 7.2 %. Dengan

koefisien determinasi yang kecil ini belum

mampu menunjukkan pengaruh unsur iklim

terhadap luas serangan hama secara nyata.

Klimagrom dapat memberikan gambaran

potensi serangan hama wereng cokelat.

Analisis menunjukan bahwa potensi serangan

ada pada selang suhu 250C – 30

0C dan

kelembaban pada selang 70-85 %.

5.2 Saran

Analisis klimogram menggambarkan

potensi hama dalam kisaran unsur iklim yang

optimum untuk pertumbuhan dan

perkembangan hama. Analisis ini hanya

mampu memetakan potensial wilayah bulanan

sehingga dibutuhkan data beberapa wilayah

untuk analisis lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Baehaki SE. 1985. Studi Perkembangan

Populasi Wereng Coklat Nilaparvata

lugens (Stal) Asal Imigran dan

Pemencarannya di Pertanian.

Fakultas Pasca Sarjana. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Baehaki SE, Sasmita P, Kertoseputro D, Rifki

A. 1996. Pengendalian Hama

Berdasar Ambang Ekonomi dengan

Memperhitungkan Musuh Alami

Serta Analisis Usaha Tani dalam

PHT. Temu Teknologi dan Persiapan

Pemasyarakatan Pengendalian Hama

Terpadu. Lembang. 81 hlm.

Baco D. 1984. Biologi Wereng Coklat,

Nilaparvata Lugens Stal. Dan

Wereng Batang Putih, Sogatella

Furcifera Horvath Serta Interaksi

Antara Keduanya Pada Tanaman

Padi. Fakultas Pasca Sarjana. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Bayer CropScience. The long-lasting

Solution Againts Brownplanthopper.

[www.agrocourier.com] [21

Desember 2011]

[BBPTP] Balai Besar Penelitian Tanaman

Padi. 2007. Tegnologi Pengendalian

Wereng Cokelat. Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian. Balai

Besar Penelitian Tanman Padi.

Subang.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Luas

Panen,Produktivitas dan Produksi

Tanaman Padi Seluruh Provinsi.

[http://www.bps.go.id] [13 Februari

2012]

Hidayat T. 2000. Analisis Hubungan Iklim

dengan Populasi dan Luas Serangan

Wereng Batang Cokelat (Nilparavata

lugens Stal.) di Jatisari, Karawang.

Laporan Praktik Lapang. Jurusan

Geofisika dan Meteorologi. Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

[IRRI] International Rice Reseach Intitute.

1979. Brown Planthopper : Treat to

Rice Production in Asia. Filipina :

International Rice Reseach Intitute.

[IRRI] International Rice Reseach Intitute.

2009. Part of the image collection of

the International Rice Research

Institute (IRRI). [26 Juli 2011]

[Ditjentan] Direktorat Jenderal Pertanian

Tanaman Pangan. 1986.

Pengendalian Hama Terpadu

Wereng Coklat Pada Tanaman Padi.

Jakarta: Ditjentan.

Kalshoven LGE. 1981. Pest of Crops in

Indonesia. Jakarta : PT Ichtiar Baru –

Van Hoeve.

Kisimoto R and Dyck VA. 1976. Climate and

rice insects. p.367-390. In Proc.

Symposium on Climate and Rice

(International Rice Research

Institute, ed.). IRRI, Los Banos,

Philippines.

Koesmaryono Y. 1991. Kapita Selekta dalam

Agrometeorologi. Jakarta: Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Koesmaryono Y. 1999. Hubungan Cuaca-

Iklim Dengan Hama dan Penyakit

Tanaman. Kumpulan Makalah

Pelatihan Dosen-dosen Perguruan

Tinggi Negeri Indonesia Bagian

Page 30: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

18

Barat dalam Bidang

Agrometeorologi. Bogor 1-12

Febuari 1999.

Mavi HS dan Tupper GJ. 2004.

Agrometeorology Principles and

Applications of Climate Studies in

Agriculture. New York: Food

Products Press

Mochida. 1978. Brown Plantopher “Hama

Wereng” Problems on Rice in

Indonesia. Sukamandi, Jawa Barat :

Cooperative CRIA –IRRI Program.

Nurbaeti B, Diratmaja A, Putra S. 2010. Hama

Wereng Cokelat (Nilaparvata Lugens

stal) dan Pengendaliannya. Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa

Barat. Departemen Pertanian.

Oktarina R. 2009. Tanggap Fungsional

Predator Cyrotorhinus lividipennis

Reuter (Hemiptera:Miridae) terhadap

Hama Wereng Batang Cokelat

Nilaparvata lugens Stal

(Hemiptera:Delphacidae). Fakultas

Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit

Tanaman. Penebar swadaya :

Jakarta.

Soemawinata TA, Sosromarsono S. 1986.

Hama Wereng Cokelat dan masalah

Pengendaliannya di Indonesia.

Prosiding Diskusi Ilmiah. Institut

Pertanian Bogor.

Soegawa K. 1971. Feeding Behaviors of The

Brown Planthopper and Variental

Resistance of Rice to This Insect.

Tropical Agriculture Research

Center. Tokyo : Ministry of

Agriculture and Foresry.

Soegawa K. 1986. Resurgence of BPH

populations by insecticides. Short

Report. Indonesia Japan Join.

Programme on Food Crop.

Protection. 5 p.

Sosromarsono S. 1979. Pengaruh Iklim

Terhadap Perkembangan Serangga

Hama. Simposium Meteorologi

Pertanian Bogor.

Speight MR, Hunter MD, Watt AD. 2008.

Ecology of Insects: Consepts and

Application. Britain: The Alden Press

Subroto SWG, Wahyudin, Toto H, Sawanda

H. 1992. Taksonomi dan Bioekologi

Wereng Batang Coklat Nilparvata

lugens Stall. Kerjasam Teknis

Indonesia – Jepang Bidang

Perlindungan Tanaman Pangan

(ATA-162) Laporan Akhir Wereng

Batang Coklat. Direktorat Bina

Perlindungan Tanaman. Direktorat

Jendral Pertanian Tanaman Pangan.

Sumarno. 2000. Periodisasi Musim Tanam

Padi Sebagai Landasan Manajemen

Produksi Beras Nasional

[pustaka.litbang.deptan.go.id] [13

Februari 2012]

Sunjaya IP. 1970. Dasar-dasar Ekologi

Serangga. Diktat tidak

dipublikasikan. Ilmu Hama Tanaman

Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB.

Bogor.

Page 31: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

19

LAMPIRAN

Page 32: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

20

Lampiran 1 Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata-rata tanpa lag

The regression equation is

Luas serangan (Ha) = - 3607 + 321.9 Suhu rata-rata (C)

- 6.747 Suhu rata-rata (C)**2

S = 194.383 R-Sq = 8.7% R-Sq(adj) = 2.6%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 2 108423 54211.5 1.43 0.254

Error 30 1133546 37784.9

Total 32 1241969

Sequential Analysis of Variance

Source DF SS F P

Linear 1 86977.1 2.33 0.137

Quadratic 1 21445.9 0.57 0.457

Lampiran 2 Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata-rata lag 1

The regression equation is

Luas serangan (Ha) = - 3838 + 339.9 Suhu rata-rata (C)

- 7.091 Suhu rata-rata (C)**2

S = 194.681 R-Sq = 8.5% R-Sq(adj) = 2.3%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 2 104951 52475.6 1.38 0.266

Error 30 1137018 37900.6

Total 32 1241969

Sequential Analysis of Variance

Source DF SS F P

Linear 1 82045.7 2.19 0.149

Quadratic 1 22905.5 0.60 0.443

Lampiran 3 Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata-rata lag 2

The regression equation is

Luas serangan (Ha) = - 3305 + 297.1 Suhu rata-rata (C)

- 6.241 Suhu rata-rata (C)**2

S = 195.684 R-Sq = 7.5% R-Sq(adj) = 1.3%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 2 93200 46599.9 1.22 0.310

Error 30 1148769 38292.3

Total 32 1241969

Sequential Analysis of Variance

Source DF SS F P

Linear 1 75049.9 1.99 0.168

Quadratic 1 18150.0 0.47 0.496

Page 33: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

21

Lampiran 4 Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu maksimum tanpa lag

The regression equation is

Luas serangan (Ha) = 5273 - 303.2 Suhu maksimum (C) + 4.455 Suhu maksimum

(C)**2

S = 196.365 R-Sq = 6.9% R-Sq(adj) = 0.6%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 2 85188 42594.2 1.10 0.344

Error 30 1156781 38559.4

Total 32 1241969

Sequential Analysis of Variance

Source DF SS F P

Linear 1 75701.9 2.01 0.166

Quadratic 1 9486.5 0.25 0.624

Lampiran 5 Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu minimum tanpa lag

The regression equation is

Luas serangan (Ha) = - 7807 + 752.6 Suhu minimum (C) - 17.64 Suhu minimum

(C)**2

S = 186.779 R-Sq = 15.7% R-Sq(adj) = 10.1%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 2 195380 97690.0 2.80 0.077

Error 30 1046589 34886.3

Total 32 1241969

Sequential Analysis of Variance

Source DF SS F P

Linear 1 50468 1.31 0.261

Quadratic 1 144912 4.15 0.050

Lampiran 6 Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu minimum lag 1

The regression equation is

Luas serangan (Ha) = - 8120 + 780.7 Suhu minimum (C) - 18.26 Suhu minimum

(C)**2

S = 186.368 R-Sq = 16.1% R-Sq(adj) = 10.5%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 2 199976 99988.1 2.88 0.072

Error 30 1041993 34733.1

Total 32 1241969

Sequential Analysis of Variance

Source DF SS F P

Linear 1 44463 1.15 0.292

Quadratic 1 155513 4.48 0.043

Page 34: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

22

Lampiran 7 Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu minimum lag 2

The regression equation is

Luas serangan (Ha) = - 8276 + 797.6 Suhu minimum (C) - 18.69 Suhu minimum

(C)**2

S = 184.659 R-Sq = 17.6% R-Sq(adj) = 12.1%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 2 219004 109502 3.21 0.054

Error 30 1022965 34099

Total 32 1241969

Sequential Analysis of Variance

Source DF SS F P

Linear 1 53160 1.39 0.248

Quadratic 1 165844 4.86 0.035

Lampiran 8 Hasil output minitab 14 analisis regresi kelembaban tanpa lag

The regression equation is

Luas serangan (Ha) = - 1990 + 65.50 Kelembaban (%) - 0.4884 Kelembaban

(%)**2

S = 196.489 R-Sq = 6.7% R-Sq(adj) = 0.5%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 2 83726 41863.1 1.08 0.351

Error 30 1158243 38608.1

Total 32 1241969

Sequential Analysis of Variance

Source DF SS F P

Linear 1 418.5 0.01 0.919

Quadratic 1 83307.7 2.16 0.152

Lampiran 9 Hasil output minitab 14 analisis regresi curah hujan lag 2

The regression equation is

Luas serangan (Ha) = 172.8 - 2.860 Curah hujan (mm)

+ 0.02446 Curah hujan (mm)**2

S = 196.014 R-Sq = 7.2% R-Sq(adj) = 1.0%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 2 89329 44664.3 1.16 0.326

Error 30 1152640 38421.3

Total 32 1241969

Sequential Analysis of Variance

Source DF SS F P

Linear 1 1103.4 0.03 0.869

Quadratic 1 88225.2 2.30 0.140

Page 35: ANALISIS PENGARUH FAKTOR IKLIM TERHADAP TINGKAT … · TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA WERENG COKELAT ... Hasil output minitab 14 analisis regresi suhu rata- ... konsumsi beras penduduk

23

Lampiran 10 Hasil output minitab 14 analisis regresi curah hujan lag 2

The regression equation is

Luas serangan (Ha) = 905 - 28.0 Suhu rata-rata (C) - 0.12 Kelembaban (%)

+ 0.210 Curah hujan (mm)

Predictor Coef SE Coef T P

Constant 905.1 562.2 1.61 0.118

Suhu rata-rata (C) -28.01 19.81 -1.41 0.168

Kelembaban (%) -0.123 3.532 -0.03 0.972

Curah hujan (mm) 0.2101 0.7672 0.27 0.786

S = 199.308 R-Sq = 7.2% R-Sq(adj) = 0.0%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 3 89986 29995 0.76 0.528

Residual Error 29 1151983 39724

Total 32 1241969

Source DF Seq SS

Suhu rata-rata (C) 1 86977

Kelembaban (%) 1 32

Curah hujan (mm) 1 2978