22
ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE, SELF-EFFICACY, DAN RELIGIUSITAS TERHADAP TERJADINYA KECURANGAN AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana Program Studi Akuntansi Oleh : IRENE NIA MELATI 2014310314 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS S U R A B A Y A 2018

ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE, SELF-EFFICACY, DAN

RELIGIUSITAS TERHADAP TERJADINYA KECURANGAN AKADEMIK

MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian

Program Pendidikan Sarjana

Program Studi Akuntansi

Oleh :

IRENE NIA MELATI

2014310314

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

S U R A B A Y A

2018

Page 2: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,
Page 3: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

1

ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE, SELF-EFFICACY, DAN

RELIGIUSITAS TERHADAP TERJADINYA KECURANGAN AKADEMIK

MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI

Irene Nia Melati

STIE Perbanas Surabaya

Email: [email protected]

ABSTRACT

Academic dishonesty is a bad habit which commonly did by the student, moreover the college

students. This bad habits are including cheating, open the answer key while the test is still

running, or had a teamwork on an individual home work. This academic dishonesty occured

because of some factors that influenced it. This research’s aim is to analyse the factors that

may influenced the academic dishonesty such as: fraud triangle dimension (pressure,

opportunity, and rationalization), self-efficacy, and religiousity. Respondents of this research

are the Accounting college students in STIE Perbanas Surabaya. Respondents are collected

by using Convenience Sampling method. This research is a quantitative research which using

a multiple regression method. This research shows that pressure and rationalization are

influence the academic dishonesty, while the pressure, self-efficacy, and religousity are not.

Keyword: Academic dishonesty, Fraud Triangle Dimension, Self-Efficacy, and Religiousity.

PENDAHULUAN

Kecurangan merupakan masalah yang

sering kali ditemui di sekitar kita, baik

berskala kecil maupun berskala besar

seperti halnya korupsi. Hampir setiap hari

media masa selalu menyajikan berita

terkait dengan kecurangan seperti korupsi,

money loundering (pencucian uang),

gratifikasi, penyuapan, dan sebagainya.

Semakin hari kecurangan di Indonesia

semakin membudaya dan semakin rumit

untuk diatasi. Hal tersebut dikarenakan

para pelaku kecurangan merupakan orang

yang berpendidikan dan telah

berpengalaman, selain itu penelitian

membuktikan bahwa lebih dari 70%

pelaku korupsi berasal dari jenjang

pendidikan Sarjana (Wilopo 2016 : 37).

Pendidikan berperan penting dalam

pembentukan karekter bangsa dan

pengedukasian terhadap pencegahan

korupsi. Pendidikan yang baik adalah yang

mampu memberikan edukasi terhadap para

siswanya. Namun sayangnya, dunia

pendidikan di Indonesia telah lama

diwarnai dengan ketidakjujuran yang

dilakukan oleh para siswanya, tak luput di

Perguruan Tinggi yang biasa dikenal

dengan kecurangan akademik. Tren

ketidakjujuran ini menimbulkan berbagai

ancaman dalam dunia bisnis, sehingga para

akademisi ditantang untuk menghindari

ketidakjujuran ini dan diharapkan mampu

menghargai etika pendidikan dan

pengembangan moral pendidikan sarjana

(Deliana, dkk, 2017).

Fenomena kecurangan akademik yang

terjadi di Perguruan Tinggi salah satunya

di STIE Perbanas Surabaya khususnya

pada mahasiswa Akuntansi beragam,

mulai dari kecurangan saat ujian seperti

mencontek dan membuka jawaban saat

ujian melalui handphone, hingga

pelanggaran berat seperti menititipkan

tanda tangan sebagai bukti hadir

Page 4: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

2

perkuliahan, memalsukan surat ijin sakit,

memalsukan tanda tangan orang tua

bahkan dosen. Hal tersebut terbukti dengan

adanya pemberitahuan pempublikasian

wajah, identitas pelaku, maupun

pernyataan tertulis pelaku kecurangan di

papan mading kampus. Konsekuensi yang

harus mereka terima sebenarnya dapat

dikatakan sepadan yakni digugurkannya

mata kuliah yang terbukti telah dicurangi,

bahkan skorsing. Namun, nyatanya sanksi

tersebut tidak memberikan efek takut pada

mahasiswa lainnya, justru mereka masih

berani untuk berbuat curang demi

mendapatkan yang mereka inginkan.

Kecurangan akademik khususnya pada

saat Ujian Tengah Semester (UTS)

maupun Ujian Akhir Semester (UAS) di

STIE Perbanas Surabaya selalu terjadi di

setiap semester, hal ini dibuktikan dengan

data rekap mahasiswa yang melakukan

ketidakjujuran berupa mencontek,

membuka catatan, dan lain-lain mulai dari

periode Gasal 2013/2014 hingga Genap

2017/2018 yang representasikan pada

Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1

Grafik Kecurangan Akademik Mahasiswa Jurusan Akuntansi STIE Perbanas

Surabaya per Semester

Gambar 2

Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi STIE Perbanas Surabaya per

UTS/UAS

2 5 4

6

10 7

10

15

5

1

2013 2014 2015 2016 2017

Kecurangan Akademik

GENAP GASAL

0

3 2 2

1 2 2

3

0 0 2

4 3

8

3

13

4 2

10

1

GENAP13/14

GASAL13/14

GENAP14/15

GASAL14/15

GENAP15/16

GASAL15/16

GENAP16/17

GASAL16/17

GENAP17/18

GASAL17/18

Kecurangan Akademik

UTS UAS

Page 5: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

3

Gambar 1 menunjukkan bahwa

kecurangan akademik mahasiswa jurusan

Akuntansi sering terjadi di periode Genap.

Total kecurangan selama periode Gasal

sebanyak 38 mahasiswa selama kurun

waktu 5 tahun. Kecurangan tertinggi

terjadi pada periode Gasal 2015/2016

yakni 15 mahasiswa. Selain itu, Gambar

1.2 berikut akan menyajikan penjabaran

kecurangan akademik jika ditinjau dari

sesi UTS maupun UAS.

Gambar 2 menyajikan data bahwa

kecurangan akademik cenderung lebih

tinggi disaat UAS dari pada UTS. Hal ini

terbukti dari lebih besarnya angka

kecurangan saat UAS dari pada UTS di

setiap semesternya. Kecurangan tertinggi

terjadi pada UAS semester Gasal

2015/2016 sebanyak 13 mahasiswa, Genap

2017/2018 sebanyak 10 mahasiswa, dan

Gasal 2014/2015 sebanyak 8 mahasiswa,

sedangkan kecurangan terendah terjadi

pada UTS semester Genap 2013/2014 dan

2017/2018, serta Gasal 2017/2016.

Ketidakjujuran dalam dunia

pendidikan yang selanjutnya disebut

dengan kecurangan akademik (academic

fraud maupun academic dishonesty) dapat

diartikan sebagai tindakan curang yang

dilakukan oleh mahasiswa yang meliputi

mencontek dalam bentuk kertas kecil atau

melalui ponsel, copy paste dari internet,

bekerjasama dengan teman saat ujian, dan

masih banyak lagi (Santoso dan Yanti,

2015). Academic fraud dapat didefinisikan

sebagai suatu cara dan tindakan yang

dilakukan dengan unsur kesengajaan untuk

mencapai suatu tujuan (hasil yang baik)

yang berasal dari perilaku tidak jujur.

Kecurangan akademik yang dilakukan

mahasiswa menurut Fitriana dan Baridwan

(2012) adalah upaya untuk mendapatkan

sesuatu secara tidak jujur.

Kecurangan akademik yang dilakukan

pelajar maupun mahasiswa dapat diartikan

sebagai tindakan yang dilakukan dengan

sengaja, seperti halnya pelanggaran

terhadap peraturan, ketidakadilan dalam

penyelesaian tugas dan ujian, melakukan

copy paste terhadap tugas rekannya dan

sebagainya. Ketidakjujuran akademik yang

dilakukan mahasiswa disebabkan

diantaranya adanya tekanan, peluang dan

pembenaran perilaku yang diteliti oleh

Apriani, dkk (2017), Artani dan Wetra

(2017), Deliana dkk (2017), Nursani dan

Irianto (2016), Fitriana dan Baridwan

(2012), dan Becker, et al., (2006) Selain

itu, ada beberapa faktor lainnya seperti

self-efficacy yang diteliti oleh Artani dan

Wetra (2017), Purnamasari (2013),

Pudjiastuti (2012), Kushartanti (2009), dan

Bolin (2004) Selain itu, religiusitas oleh

Herlyana, dkk (2017), Pamungkas (2014),

dan Purnamasari (2013).

Tujuan Penelitian

Berdasarkan hasil dari fenomena dan

perumusan masalah di atas, maka tujuan

pentlitian ini adalah untuk

mengembangkan penelitian yang

sebelumnya dan untuk menguji serta

menganalisis pengaruh dimensi segitiga

kecurangan (Fraud Triangle Dimension),

self-efficacy, dan religiusitas terhadap

terjadinya kecurangan akademik

mahasiswa Akuntansi.

RERANGKA TEORITIS YANG

DIPAKAI DAN HIPOTESIS

Kecurangan Akademik

Kecurangan akademik merupakan

perilaku tidak jujur yang dilakukan oleh

peserta didik, baik pelajar maupun

mahasiswa guna mendapatkan hasil yang

mereka inginkan (Artani dan Wetra, 2017).

Hal ini ini juga dijelaskan oleh Albrecht et

al.,(2009) bahwa kecurangan bisa saja

terjadi karena adanya tiga hal, yaitu:

tekanan (pressure), peluang (opportunity),

dan pembenaran (rationalization), atau

disebut dengan fraud triangle. Hal tersebut

tentunya bisa diterapkan tidak hanya

dalam skema kecurangan akuntansi,

namun kecurangan akademik. Selanjutmya

Purnamasari (2013) mendefinisikan

perilaku curang sebagai perbuatan yang

dilakukan oleh siswa atau mahasiswa

untuk menipu, mengaburkan atau

mengecoh pengajar hingga pengajar

Page 6: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

4

berpikir bahwa pekerjaan atau tugas yang

dikumpulkan adalah tugas hasil pekerjaan

mahasiswa tersebut.

Kecurangan akademik menurut

(Purnamasari, 2013). McCabe & Trevino

(1997) dalam Bolin (2004) diantaranya

seperti: mencontek pekerjaan teman

bagaimanapun caranya, membuka buku

catatan tanpa sepengetahuan pengawas

ujian, tugas dikerjakan oleh rekan lain,

menyalin jawaban rekan lain saat ujian

berlangsung, dan sebagainya.

Tekanan

Tekanan merupakan kondisi dimana

pelaku kejahatan seketika berada kondisi

terdesak sehingga mau tidak mau mereka

terpaksa melakukannya guna menutupi

kebutuhannya (Tuanakotta, 2010 : 208).

Tekanan dapat dikatakan sebagai dorongan

atau motivasi dalam diri seseorang (faktor

internal) maupun dari lingkungan sekitar

(eksternal) yang menyebabkan seseorang

tersebut harus melakukan suatu tindakan

(Apriani,dkk, 2017). Seseorang yang

memilik tekanan akan cendrung untuk

melakukan tindakan curang, begitu juga

sebaliknya. Hal tersebut sengaja dilakukan

untuk dapat merealisasikan sesuatu yang

diinginkannya.

Tekanan dalam kaitannya dengan

kecurangan akademik yang dirasakan oleh

mahasiswa beragam, diataranya tekanan

dari orang tua, teman sebaya, perguruan

tinggi tempat ia menuntut ilmu, atau

tuntutan perusahaan yang memberikan

standar IPK tinggi untuk bisa menjadi

karyawan (Murdiansyah, dkk, 2017).

Selain itu, dengan melakukan

ketidakjujuran akademik, mahasiswa

berharap akan dilihat sebagai orang yang

sukses, patut dipercaya dan dapat

mempengaruhi rekan lainnya (Artani dan

Wetra, 2017). Jika mahasiswa merasakan

banyak tekanan dalam dirinya, maka akan

muncul kemungkinan bahwa ia akan

melakukan suatu tindakan curang (Becker

et al., 2006).

Tekanan menurut Becker et al.,

(2006) diantaranya: tugas dan ujian sulit

dikerjakan oleh mahasiswa, adanya standar

kelulusan yang ditetapkan, dan

ketidakcakapan untuk memanajemen

waktu.

Peluang

Peluang didefinisisikan sebagai suatu

situasi yang mendasari seseorang untuk

berbuat curang. Peluang atau kesempatan

umumnya ada sebelum terjadinya

kecurangan. Hal tersebut didapat pelaku

dari mengamati situasi yang ada di

sekitarnya (Tuanakotta, 2010 : 211).

Peluang merupakan elemen kedua

dalam fraud triangle. Seseorang bisa saja

merahasiakan segala tekanan kepada siapa

saja atas apa yang mereka rasakan, namun

apabila para pelaku kecurangan

mempunyai presepsi bahwa mereka

memiliki peluang untuk melakukan

kecurangan, maka mereka akan segera

melakukan kecurangan tersebut tanpa

diketahui orang lain (Tuanakotta, 2010 :

211). Contoh sederhana dari peluang

adalah mahasiswa dapat menentukan

waktu yang tepat untuk membuka kunci

jawaban yang mereka miliki dengan cara

memperhatikan lingkungan sekitar

terutama dosen atau pengawas ujian.

ketika pengawas ujian lengah atua tidak

memperhatikan situasi ruang kelas, maka

pada saat itulah mahasiswa yang curang

tersebut akan bertindak.

Pembenaran

Pembenaran biasanya dilakukan

sebelum melakukan kejahatan, bukan

sesudahnya. Mencari pembenaran

merupakan bagian yang harus ada dalam

kejahatan itu sendiri, bukan bagian dari

motivasi untuk melakukan kejahatan

(Tuanakotta, 2010 : 212). (Nursani dan

Irianto, 2016). Pembenaran umumnya

berupa alasan, seperti: “tidak ada orang

lain yang dirugikan atas tindakan ini”, “hal

ini saya lakukan untuk tujuan baik”, atau

“ada yang menderita karena hal ini, yaitu

integritas dan reputasi saya” (Wilopo,

2016 : 283-284).

Page 7: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

5

Setelah kejahatan dilakukan,

rationalization ini ditinggalkan dan tidak

diperlukan lagi. Pada awalnya pelaku

merasa bersalah karena telah melawan

aturan yang ada, namun ketika mengulangi

perbuatan tersebut untuk kedua kalinya

atau seterusnya, mereka akan merasa

mudah dan akhirnya menjadi biasa

(Tuanakotta, 2010 : 212). Pembenran

menurut Apriani, et al., (2017) diantaranya

seperti: (1) mencontek adalah hal yang

wajar, (2) mencontek untuk mendapatkan

nilai tinggi, (3) mencontek menaikkan

harga diri, (4) mencontek adalah cara

instant untuk mendapatkan nilai yang

diinginkan.

Self-Effiacy

Self-efficacy merupakan sebuah

ekspektasi dalam diri manusia yang

menentukan seberapa banyak usaha dan

seberapa lama seseorang akan berusaha

bertahan dalam menghadapi permasalahan

dan pengalaman yang tidak menyenangkan

(Bandura, 1997) dalam Pudjiastuti (2012).

Menurut Bandura (1997) dalam Ghufron

dan Risnawita (2011 : 75) menyatakan

bahwa efikasi diri merupakan hasil dari

suatu proses kognitif berupa keputusan,

keyakinan, atau pengharapan tentang

sejauh mana individu memperkirakan

kemampuan dirinya dalam melaksanakan

tugas, atau sebuah tindakan tertentu yang

dibutuhkan untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Dalam kehidupan sehari-hari,

efikasi diri memimpin kita untuk

menentukan cita-cita yang menantang dan

tetap bertahan dalam menghadapi

kesulitan. Bandura (1997) dalam Ghufron

dan Risnawita (2011 : 78) menjelaskan

bahwa efikasi diri seseorang bersumber

dari empat hal, diantaranya: pengalaman

keberhasilan, pengalaman orang lain,

persuasi verbal, dan kondisi fisiologi.

Religiusitas

Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, religi merupakan sebuah

kepercayaan kepada Tuhan, kepercyaan

kepada pencipta alam semesta. Sedangkan

religiusitas diartikan sebagai tingkat religi

yang dimiliki manusia atau secara

sederhana adalah tingkat kepercayaan

manusia terhadap Tuhannya.

Religiusitas diwujudkan dengan tidak

hanya saat seseorang melakukan perilaku

ritual (beribadah saja), tetapi juga saat

melakukan perbuatan baik yang didorong

oleh kekuatan lahir maupun batin.

Religiusitas menuntun seseorang untuk

dapat terhindar dari perbuatan yang tidak

benar. Hampir semua agama mengajarkan

kebaikan dalam berperilaku. Religiusitas

berpengaruh negatif terhadap kecurangan

akademik (Purnamasari, 2013), hal tersbut

memiliki makna bahwa seseorang yang

memiliki religiusitas tinggi akan merasa

takut akan Tuhannya dimana ia akan

percaya adanya Karma atau balasan atas

setiap perbuatan di dunia ini. Indikator

pengukuran religiusitas seseorang menurut

Glock dan Stark dalam Ghufron dan

Risnawita (2011 : 170) dapat dilihat dari

dimensi berikut: dimensi iman, dimensi

ibadah, dimensi ihsan dan penghayatan,

dimensi pengetahuan agama, dan dimensi

pengamalan dan konsekuensi.

Pengaruh Tekanan (Pressure) Terhadap

Terjadinya Kecurangan Akademik

Mahasiswa Jurusan Akuntansi

Tekanan-tekanan terbesar yang

dialami oleh siswa antara lain keseharusan

atau pemaksaan untuk lulus, kompetensi

yang dimiliki siswa untuk mendaptkan

nilai tinggi, beban tugas yang begitu

banyak dan waktu belajar yang tidak

cukup. Terlalu banyak tekanan yang

dirasakan oleh mahasiwa, maka ia akan

merasa terbebani dalam melakukan segala

hal. Masalah ini sering terjadi pada

mahasiwa yang merasa belum menemukan

kecocokan atas sesuatu yang ia senangi

dengan yang ia tekuni. Jika tekanan yang

ada di dalam diri mahasiswa semakin

banyak, bisa dipastikan ia akan mengalami

stress atau depresi karena tidak

terpenuhinya target-target yang telah ia

tetapkan. Bisa saja karena ingin memenuhi

target yang telah ia buat, seorang

Page 8: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

6

mahasiswa terkadang melegalkan segala

cara agar sedikit demi sedikit tekanan

tersebut hilang. Sehingga, semakin tinggi

tekanan yang dirasakan oleh mahasiswa,

maka mahasiswa tersebut akan cenderung

untuk berbuat curang (Apriani, dkk 2017).

Hipotesis 1 : Tekanan berpengaruh

terhadap kecurangan

akademik mahasiswa

jurusan akuntansi.

Pengaruh Peluang (Opportunity)

Terhadap Terjadinya Kecurangan

Akademik Mahasiswa Jurusan

Akuntansi

Peluang bisa saja terjadi karena

adanya celah yang dimanfaatkan secara

tidak benar atau dapat dikarenakan

lemahnya pengawaasan. Peluang

terjadinya kecurangan akademik di

kalangan mahasiswa antara lain

mencontek, membuka kertas jawaban saat

ujian (ngrepek), membuka handphone di

dalam ruang ujian, mencari jawaban dari

rekan yang berada di luar kelas, dan

sebagainya.

Penelitian yang dilakukan oleh

Deliana, dkk (2017), Nursani dan Irianto

(2016), Fitriana dan Baridwan (2012) dan

Becker et al.,(2006) menujukkan bahwa

variabel peluang (opportunity)

berpengaruh terhadap terjadinya

kecurangan akademik. Sebagai contoh,

penelitian yang dilakukan oleh Nursani

dan Irianto (2016) menemukan bahwa

peluang yang dilihat oleh mahasiswa

berasal dari sumber lain salah satunya

teknologi internet, kondisi kelas, dan

koneksi dengan kakak tingkat. Hal ini

menjelaskan bahwa peluang dapat terjadi

saat dosen meninggalkan ruang ujian,

lemahnya pengawasasn saat ujian,

mahasiswa berada pada lingkungan yang

sering melakukan kecurangan, atau posisi

mahasiswa strategis untuk melakukan

kecurangan, maka hal-hal tersebut akan

semakin mendorong mahasiswa untuk

berbuat curang saat ujian.

Hipotesis 2 : Peluang berpengaruh

terhadap kecurangan

akademik mahasiswa

jurusan akuntansi.

Pengaruh Pembenaran (Rationalization)

Terhadap Terjadinya Kecurangan

Akademik Mahasiswa Jurusan

Akuntansi

Pembenaran (raionalization)

menurut Padmayanti, dkk (2017)

menyatakan bahwa rasionalisasi adalah

proses atau cara untuk menjadikan sesuatu

yang tidak rasional menjadi rasional atau

dapat diterima dengan akal sehat.

Pembenaran umumnya berupa alasan,

seperti: “tidak ada orang lain yang

dirugikan atas tindakan ini”, “hal ini saya

lakukan untuk tujuan baik” (Wilopo, 2016

: 283).

Penelitian terhadap variabel

pembenaran dalam kaitannya dengan

terjadinya kecurangan akademik salah

satunya dilakukan oleh oleh Padmayanti,

dkk (2017) dimana dari sepuluh

pernyataan, terdapat tiga indikator dengan

skor tertinggi yaitu: 1) jika soal ujian yang

diberikan dosen mudah, maka saya bisa

mendapatkan nilai bagus tanpa harus

berbuat curang, 2) saya sering melihat

rekan saya melakukan kecurangan, hal ini

memotivasi saya untuk turut berbuat

curang, 3) saya melakukan kecurangan

hanya saat saya terdesak. Tiga indikator

tersebut menujukkan bahwa mahasiswa

membenarkan segala alasan untuk dapat

menyelamatkan dirinya. Mereka terkadang

memikirkan bahwa tindakan mereka benar

tanpa memikirkan jangka panjang dari

perilaku terebut. Sehingga, jika mahasiswa

memiliki berbagai pembenaran atas

perilakunya yang menyimpnag, maka

mereka akan berikir bahwa melakukan

kecurangan adalah hal yang wajar.

Hipotesis 3 : Pembenaran berpengaruh

terhadap kecurangan

akademik mahasiswa

jurusan akuntansi.

Page 9: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

7

Pengaruh Self-Efficacy Terhadap

Terjadinya Kecurangan Akademik

Mahasiswa Jurusan Akuntansi

Self-efficacy banyak didefinisikan

sama dengan kepercayaan diri seseorang.

Efikasi diri merupakan keyakinan pada

kemampuan seseorang untuk mengatur dan

melakukan serangkaian tindakan yang

diperlukan dalam mencapai keinginannya

(Ghufron dan Risnawita 2011 : 73). Efikasi

diri dalam kaitannya dengan bidang

akademik dapat dipahami sebagai

keyakinan mahasiswa terhadap

keamampuan dirinya untuk mengerjakan

sesuatu. Orang yang memiliki efikasi diri

tinggi, berarti ia memiliki keyakinan diri

yang tinggi bahwa ia akan dapat

meyelesaikan tugasnya dengan baik.

Begitu juga sebaliknya, jika mahasiswa

memiliki slef-efficacy rendah, maka

mahasiswa tersebut akan mempresepsikan

bahwa kemampuan yang dimiliknya belum

tentu dapat membuatnya berhasil melalui

ujian atau suatu permasalahan. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa semain tinggi

self-efficacy yang dimiliki mahasiswa,

maka ia akan cenderung untuk

mempercayai kemampuan dirinya dan

menghindari perliaku mencontek.

Hipotesis 4 : Self-efficacy berpengaruh

terhadap kecurangan

akademik mahasiswa

jurusan akuntansi.

Pengaruh Religiusitas Terhadap

Terjadinya Kecurangan Akademik

Mahasiswa Jurusan Akuntansi

Religiusitas merupakan tingkatan

kepercayaan seseorang terhadap adanya

Tuhan. Kepercayaan seseorang tersebut

nantinya akan membantu dalam

menentukan apakah perbuatan yang

dilakukan baik atau tidak. Seseorang

dengan religiusitas tinggi akan cenderung

menghindari perbuatan yang dirasa akan

merugikan kehidupannya di waktu yang

akan datang, mereka juga

mempertimbangkan terkait adanya karma

atau balasan atas perbuatan tidak baik yang

pernah mereka lakukan. Dengan demikian,

mereka akan senantiasai berhati-hati dalam

berbuat dan lebih memilih cara yang baik.

Sehingga, apabila religiusitas

mahsiswa tinggi, maka kecurangan

akademik yang dilakukan mahasiswa akan

rendah. Begitu juga sebaliknya, jika

religiusitas mahasiswa rendah, maka

motivasi untuk melakukan kecurangan

akademik akan meningkat. Penelitian ini

mendukung penelitian yang telah

dilakukan oleh Herlyana, dkk (2017),

Zamzam, dkk (2014), dan Purnamasari

(2013).

Hipotesis 5 : Religiusitas berpengaruh

terhadap kecurangan

akademik mahasiswa

jurusan akuntansi.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan hasil dari penjelasan

hubungan antar variabel yang telah

dikemukakan, maka dapat dibuat sebuah

kerangka pemikiran mengenai pengaruh

dimensi fraud triangle, self-efficacy, dan

religiusitas terhadap terjadinya kecurangan

akademik mahasiswa jurusan akuntansi.

Adapun kerangka pemikiran digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 3

Kerangka Pemikiran

Page 10: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

8

METODE PENELITIAN

Populasi, Sampel, dan Teknik

Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitan ini adalah

seluruh mahasiswa STIE Perbanas

Surabaya. Sedangkan sampel penelitian ini

adalah mahasiswa jurusan S1 Akuntansi.

Pemilihan mahasiswa Akuntansi sebagai

sampel karena diharapkan nantinya

mahsiswa S1 Akuntansi ketika bekerja

sebagai akuntan dapat menjadi seorang

akuntan yang menjunjung baik kode etik

profesi dan integritas.

Penentuan ukuran sampel

menggunakan rumus Slovin. Pengukuran

jumlah sampel dengan menggunakan

rumus Slovin berfungi untuk mengetahui

berapa jumlah minimum sampel yang

harus diambil dari total populasi. Sampel

diambil dari mahasiswa aktif S1

Akuntansi STIE Perbanas Surabaya

periode Genap 2017/2018 yang berjumlah

1.169 mahasiswa. Dimana Mahasiswa

akan berada pada semester dua, empat,

enam, dan delapan atau lebih dari

semester delapan. Dengan menggunakan

rumus Slovin yang diatur tingkat toleransi

kesalahan 10%, maka akan ada 97,6 atau

dibulatkan menjadi 98 mahasiswa yang

nantinya akan dijadikan sampel. Nilai

sebesar 98 tersebut merupakan nilai

minimal untuk pengambilan sampel,

sehingga harus lebih dari 98 mahasiswa

yang dijadikan sampel agar dapat

mengcover kuesioner yang tidak layak uji.

Sampel penelitian ini mengambil 130

mahasiswa Akuntansi STIE Perbanas

Surabaya, dimana mahasiswa pada

semester dua, empat, enam, dan delapan

masing-masing akan terwakili sebanyak

30 mahasiswa, sedangkan mahasiswa

yang berada di atas semeseter delapan

akan terwakili sebanyak 10 mahasiswa.

Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan non

propability sampling, dengan teknik

Convenience Sampling. Dengan teknik ini

sampel didapatkan dari anggota populasi

yang dapat ditemui dengan mudah untuk

memberikan informasi kepada peneliti.

Data dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini berbentuk penelitan

kuantitatif, yang mana data dari penelitian

ini didapat dari kuesioner yang dibagikan

kepada mahasiswa jurusan Akuntansi di

STIE Perbanas Surabaya. Kuesioner yang

disebar berjumlah 130 kuesioner dimana

semester 2, 4, 6, dan 8 akan terwakili

sebanyak 30 sampel, sedangkan

mahasiswa yang berada pada semester

lebih dari semester 8 akan terwakili

sebanyak 10 sampel. Data dari kuesioner

tesebut akan diolah jika kuesioner telah

terisi secara lengkap.

Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian

ini meliputi variabel dependen; kecurangan

akademik, dan variabel independen yaitu

dimensi fraud triangle, self-efficacy, dan

religiusitas.

Definisi Operasional dan Pengukuran

Variabel

Kecurangan Akademik kecurangan akademik adalah

tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa

secara sengaja, menyalahi aturan yang

berlaku dan dengan cara yang tidak jujur

dan tidak etis. Tindakan curang yang

biasanya dilakukan mahasiswa antara lain

seperti mencontek saat ujian, membuka

jawaban yang telah dibawa dari rumah,

membuka jawaban yang tertera pada handphone, menyalin jawaban teman,

membantu teman berbuat curang,

memalsukan sumber tugas teman,

melakukan kerjasama untuk meyelesaikan

tugas, meminta orang lain untuk

menggantikan dirinya saat ujian

berlangsung, dan sebagainya.

Pengukuran variabel kecurangan

akademik didasarkan oleh penelitian

terdahulu yang telah dilakukan oleh

Nursani dan Irianto (2016), Purnamasari

(2013), Fitriana & Baridwan (2012)

dengan mengacu pada indikator

pengukuran yang dikemukakan oleh

McCabe & Trevino (1997) yang tertuang

dalam Bolin (2004) sebagai berikut: (1)

Page 11: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

9

berusaha mencontek pekerjaan teman

bagaimanapun caranya, (2) menggunakan

buku catatan tanpa sepengetahuan

pengawas, (3) tugas dikerjakan oleh tekan

lain, (4) menyalin jawaban rekan lain, (5)

bekerjasama mengerjakan PR, (6)

membantu rekain lain berbuat curang, (7)

mengutip tanpa menyantumkan sumber,

(8) mempelajari model soal dan jawaban

dari kelas sebelah, (9) mengakui pekerjaan

rekan lain sebagai pekerjaan kita.

Kesembilan indikator tersebut akan diukur

dengan manggunakan skala Likert 1-5.

Poin 1 menunjukkan “Sangat Tidak

Setuju” dan poin 5 menunjukkan “Sangat

Setuju”.

Tekanan Tekanan dapat definisikan sebagai

kondisi dimana seseorang perlu untuk

melakukan suatu hal. Tekanan yang

dirasakan mahasiswa baik yang berasal

dari dalam dirinya atau dari eksternal akan

mendorong niatnya untuk berbuat curang.

Tekanan yang sering dirasakan oleh

mahasiswa antara lain tekanan karena

tuntutan akademis di kampus, tuntutan

rekan sebaya, dan tuntutan dari orang tua.

Pada variabel ini peneliti mengacu pada

pengukuran variabel yang dilakukan oleh

Becker et al., (2006), dimana indikator

variabel tekanan akan diukur dengan: (1)

tugas terlalu banyak dan sulit dikerjakan

mahasiswa, (2) ujian yang diberikan terlalu

sulit untuk djawab, (3) mahasiswa

kesulitan untuk memenuhi standar

kelulusan mata kuliah tertentu, (4)

mahasiswa tidak bisa mengatur waktunya

dengan baik.

Keempat indikator tersebut nantinya

akan dikembangkan menjadi 10 item

pernyataan, yang mana kesepuluh item

tersebut akan diukur dengan menggunakan

skala Likert 1-5. Poin 1 menunjukkan

“Sangat Tidak Setuju” dan poin 5

menunjukkan “Sangat Setuju”. Semakin

tinggi angka penilaian yang diberikan,

maka mahasiswa akan cenderung berbuat

curang.

Peluang

Peluang terjadinya kecurangan

akademik oleh mahasiswa didasarkan

terdapatnya situasi yang dimana

mahasiswa teresbut merasa memiliki

kondisi yang tepat dan memungkinkan

untuk bertindak curang. Peluang yang

sering terlihat oleh mahasiswa adalah

terkait dengan pengamatan yang ia lakukan

pada lingkungan sekitarnya. Pengukuran

variabel Peluang didasarkan oleh

penelitian terdahulu yang telah dilakukan

oleh Deliana, dkk (2017), Apriani, dkk

(2017), Nursani dan Irianto (2016) yang

mengacu pada indikator pengukuran

variabel yang dikemukakan oleh Becker et

al., (2006) sebagai berikut: (1) pengajar

tidak melakukan pengecekan tindakan

plagiarism mahasiswa, (2) pengajar tidak

mengubah pola soal dan ujian, (3)

mahasiswa sering mengamati lingkungan

sekitarnya, (4) pengajar tidak melakukan

pencegahan saat mahasiswa curang.

Keempat indikator tersebut nantinya

akan dikembangkan menjadi 10 item

pernyataan, yang mana kesepuluh item

tersebut akan diukur dengan menggunakan

skala Likert 1-5. Poin 1 menunjukkan

“Sangat Tidak Setuju” dan poin 5

menunjukkan “Sangat Setuju”. Semakin

tinggi angka penilaian yang diberikan,

maka mahasiswa akan cenderung berbuat

curang.

Pembenaran

Rasionalisasi atau pembenaran

didefinisikan sebagai pembenaran itu

sendiri, maksudnya adalah tindakan yang

didasari oleh alasan yang benar namun

dilakukan dengan tindakan yang salah dan

tidak etis. Pembenaran sering kali menjadi

alasan mahasiswa melakukan kecurangan

karena mereka memiliki alasan yang kuat

dan “benar” menurut sudut pandang

mereka, namun salah di mata orang lain.

Hal tersebut biasanya berasal dari adanya

konflik internal dari diri mahasiswa

sebagai dasar untuk melegalkan fraud yang

dia lakukan (Nursani dan Irianto, 2016).

Pengukuran variabel Peluang didasarkan

oleh penelitian terdahulu yang telah

Page 12: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

10

dilakukan oleh Apriani, dkk (2017) dengan

indikator yang mengacu pada penelitian

yang dilakukan oleh Becker, et al., (2006)

sebagai berikut: (1) pengajar tidak

memberikan penjelasan atas perilaku tidak

jujur, (2) tidak ada sanksi tegas untuk

mahasiswa yang berbuat curang, (3)

fakultas tidak mendeteksi kecurangan, (4)

sanksi yang diberikan tidak sepadan.

Keempat indikator tersebut nantinya

akan dikembangkan menjadi 10 item

pernyataan, yang mana kesepuluh item

tersebut akan diukur dengan menggunakan

skala Likert 1-5. Poin 1 menunjukkan

“Sangat Tidak Setuju” dan poin 5

menunjukkan “Sangat Setuju”. Semakin

tinggi angka penilaian yang diberikan,

maka mahasiswa akan cenderung berbuat

curang.

Self-Efficacy

Self-Efficacy atau afikasi diri

merupakan kepercayaan diri atau

kemampuan diri dalam mengatur dan

melaksanakan suatu tindakan guna

mencapai hasil suatu usaha. Efikasi diri

merupakan keyakinan tentang apa yang

mampu dilakukan oeh seseorang. Efikasi

diri pada mahasiswa dapat membantu

mahasiswa untuk tidak bertindak curang.

Efikasi diri dalam bidang akademik

memiliki pengukuran salah satunya

berdasarkan proses kognitif masing-

masing individu. Pernyataan tersebut

didasarkan atas penelitian yang dilakukan

oleh Albert Bandura (1997) dalam

Ghufron dan Risnawita (2011 : 80-81)

yang diukur berdasarkan beberapa faktor,

diantaranya: (1) pengalaman keberhasilan,

(2) pengalaman orang lain, (3) persuasi

verbal, (4) kondisi fisiologis.

Keempat indikator tersebut nantinya

akan dikembangkan menjadi 8 item

pernyataan, yang mana kedelapan item

tersebut akan diukur dengan menggunakan

skala Likert 1-5. Poin 1 menunjukkan

“Sangat Tidak Setuju” dan poin 5

menunjukkan “Sangat Setuju”. Semakin

tinggi angka penilaian yang diberikan,

maka mahasiswa akan cenderung tidak

berbuat curang.

Religiusitas

Religiusitas dapat didefinisikan

sebagai tingkat komitmen seseorang

terhadap agamanya. Religiusitas juga dapat

diartikan sebagai tingkat kedalaman

seseorang untuk meyakini suatu agama

yang diimbangi dengan pengetahuan dan

pengalaman yang pernah dirasakan oleh

individu tersebut dengan cara

mengamalkan nilai-nilai agama berupa

mematuhi peraturan yang telah ditetapkan-

Nya, dan melakukan segala kewajiban

agama dengan keikhlasan hati dalam

kehidupan sehari-hari. Salah satu aspek

dalam variabel religiusitas yang nantinya

akan diteliti adalah cara seseorang

berperilaku yang selanjutnya pengukuran

akhlak tersebut menggunakan indikator

yang diungkapkan oleh Glock and Stark

dalam Ghufron dan Risnawita (2011 : 170)

sebagai berikut: (1) dimensi iman, (2)

dimensi ibadah, (3) dimensi ihsan dan

penghayatan, (4) dimensi pengetahuan

agama, (5) dimensi pengamalan dan

konsedkuensi.

Kelima indikator tersebut nantinya akan

dikembangkan menjadi 7 item pernyataan,

yang mana ketujuh item tersebut akan

diukur dengan menggunakan skala Likert

1-5. Poin 1 menunjukkan “Sangat Tidak

Setuju” dan poin 5 menunjukkan “Sangat

Setuju”. Semakin tinggi angka penilaian

yang diberikan, maka mahasiswa akan

cenderung tidak berbuat curang.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Uji Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk

memberikan gambaran mengenai varaibel-

varaiabel dalam penelitian ini yaitu

variabel tekanan, peluang, pembenaran,

self-efficacy, dan religiusitas. Analisis

variabel tersebut dijabarkan dalam Tabel 1

berikut:

Page 13: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

11

Tabel 1

Analisis Jawaban responden

Mean Keterangan

X1 3,41 Setuju

X2 2,74 Ragu-Ragu

X3 2,35 Tidak Setuju

X4 3,50 Setuju

X5 2,87 Setuju

Y 2,42 Tidak Setuju

Sumber: Hasil olah data SPSS.

Tabel 1 tersebut merupakan

rekapitulasi jawaban 130 responden.

Penganalisisan menurut dimensi fraud

triangle (tekanan, peluang, pembenaran)

menunjukkan bahwa nilai tertinggi ada

pada variabel X1 (tekanan). Dalam hal ini

responden merasa memiliki tekanan

akademik. Tekanan tersebut bisa berupa

ingin mendapat IPK tinggi, mendapatkan

nilai yang memuaskan dan kewajiban lulus

di mata kuliah tertentu. Hal ini dibuktikan

dengan tingginya nilai rata-rata X1

(tekanan) sebesar 3,41. Tak hanya itu, nilai

X2 (peluang) berada pada interval ragu-

ragu, dan X3 (pembenaran) berada pada

interval tidak setuju. Meskipun demikian,

nilai variabel pembenaran mendekati

kategori ragu-ragu.

Jika ditinjau dari data yang disajikan,

variabel Y (kecurangan akademik) berada

pada internval tidak setuju, artinya

mahasiswa tidak sependapat dengan

tindakan kecurangan akademik. Namun,

tidak menutup kemungkinan bahwa

mahasiswa akan tetap berbuat curang. Hal

ini dikarenakan mahasiswa masih memiliki

beberapa faktor lain yang dapat

menguatkan niat mereka untuk berlaku

tidak jujur seperti adanya rasa tertekan,

meilhat peluang, dan memiliki alasan

untuk pembenaran tindakan yang

menyalahi aturan.

Tabel 2

Rekapitulasi Jawaban Menurut Tahun

Angkatan

Tahun Nilai Mean

X1 X2 X3 X4 X5 Y

2014 3,47 2.83 2.52 3.40 3.75 2.61

2015 3.44 2.70 2.44 3.52 3.83 2.54

2016 3.22 2.72 2.39 3.48 3.33 2.40

2017 3.45 2.63 1.95 3.47 3.47 2.06

2012 3.28 2.96 2.67 3.70 3.70 2.57

2013

Sumber: Hasil olah data SPSS.

Tabel 2 di atas menunjukkan

rekapitulasi jawaban responden yang

dikelompokkan menurut tahun angkatan.

Jika ditinjau dari nilai rata-rata variabel

kecurangan akademik (Y) yang tertinggi,

angktan tahun 2014 menempati urutan

nomor 1 yang kemudian kedua adalah

tahun angkatan 2013 dan 2012, dan ketiga;

2015. Ketiganya memang berada pada

interval tidak setuju, namun tahun 2014

dalah yang tertinggi.

Kecurangan akademik yang terjadi

pada mahasiswa di tahun angkatan 2014

bisa disebabkan oleh beberapa faktor

seperti adanya rasa tertekan untuk segera

lulus, atau mereka telah sangat paham

mengenai lingkungan kampus mereka

sehingga mampu menemukan celah untuk

berbuat curang, dan bahkan memiliki

alasan logis menurut versi mereka sendiri

untuk membenarkan tindakan menyalahi

aturan tersebut.

Tabel 3

Rekapitulasi Jawaban Menurut IPK

IPK Nilai Mean

X1 X2 X3 X4 X5 Y

<2.00

– 2.75 3.48 2.86 2.78 3.48 3.70 2.65

2.76 –

3.50 3.45 2.69 2.30 3.51 3.92 2.44

>

3.50 3.26 2.81 2.36 3.53 3.81 2.53

Sumber: Hasil olah data SPSS.

Tabel 3 yang disajikan di atas adalah

rekapitulasi jawaban yang dikelompokkan

berdasarkan IPK. Kecurangan akademik

dengan nilai rata-rata tertinggi berasal dari

mahasiswa yang memiliki IPK < 2.00 –

2.75, dan terendah pada mahasiswa dengna

IPK > 3.50. Mahasiswa yang memiliki

IPK yang lebih rendah cenderung untuk

melakukan kecurangan, hal ini bisa

diakarenakan kurangnya pengasahan

potensi diri dan rendahnya self-efficacy

atau efikasi diri mereka, atau ada faktor

lain yang lebih dominan seperti rasa

tertekan saat kuliah, melihat peluang yang

Page 14: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

12

mengntungkan, atau memiliki alasan untuk

membenarkan tindakan yang salah.

Mahasiswa yang memiliki IPK

tinggi cenderung untuk tidak melakukan

ketidakjujuran saat ujian maupun saat

pengerjaan tugas. Hal ini bisa dikarenakan

mereka telah berupaya untuk

meningkatkan kemampuan dan potensi

mereka serta memiliki cara untuk

mengatasi situasi sulit dalam pribadi

mereka. Hal ini terkadang berbalik dengan

kondisi mahasiswa yang memiliki IPK

yang lebih rendah. Meskipun demikian,

bukan berarti mahasiswa yang memiliki

nilai IPK rendah memiliki kekurangan atas

segalanya, namun bisa saja dikarenakan

terdapat faktor lain yang membuat kinerja

akademik mereka manjadi kurang

maksimal.

Tabel 4

Rekap Jawaban Menurut Tahu

Tidaknya Istilah Kecuranagan

Akademik

Nilai Mean

X1 X2 X3 X4 X5 Y

Ya 3.41 2.73 2.33 3.51 3.86 2.41

Tidak 3.54 2.76 2.40 3.47 3.88 2.44

Sumber: Hasil olah data SPSS.

Hasil rekapitulasi jawaban

responden pada Tabel 4 menunjukkan

bahwa terdapat selisih nilai rata-rata

sebesar 0.03 pada variabel Y (kecurangan

akademik) yang berasal dari mahasiswa

yang tidak atau belum mengetahui istilah

kecurangan akademik. Meskipun bernilai

kecil dan keduanya masih berada pada

interval tidak setuju, namun dengan

adanya selisih tersebut menandakan masih

terdapat kemungkinan mahasiswa untuk

berbuat curang. Jika ditelaah kembali, hal

ini dikarenakan tingginya nilai rata-rata

pada variabel X1(tekanan), X2 (peluang)

dan X3 (pembenaran) pada mahasiswa

yang tidak mengetahui istilah tersebut.

Sehingga, ketiga faktor ini juga dapat

mempengaruhi mahasiswa untuk berbuat

tidak adil saat mengerjakan tugas maupun

ujian.

Uji Validitas danReliabilitas

Uji validitas digunakan untuk menguji

sah atau validnya suatu kuesioner. Suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan

pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2016b :

52). Sedangkan Uji reliabilitas digunakan

sebagai alat untuk mengukur suatu

kuesioner, yang merupakan indikator dari

variabel atau konstruk, apakah kuesioner

tersebut dikatakan reliabel (handal) atau

tidak (Ghozali, 2016b : 47). Pada Tabel 5

berikut akan menampilan ringkasan uji

validitas dan reliabilitas pada penelitian

ini.

Tabel 5

Ringkasan Uji Validitas dan Reliabilitas X1 X2 X3 X4 X5 Y

Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Reliabilitas Reliabel Reliabel* Reliabel Reliabel* Reliabel* Reliabel

Sumber: Hasil olah data SPSS.

Syarat penelitian dengan

menggunakan data primer yang baik

adalah pertama; indikator pernyataan harus

valid dan reliabel. Pada penelitian ini,

kelima variabel dan setiap indikakor

pengukuran yang dimunculkan semuanya

telah valid. Selain itu, uji validitas ini juga

menandakan bahwa variabel yang diujikan

mampu terukur secara baik melalui

indikator atau item pernyataan yang

ditampilkan.

Penelitian ini menggunakan 55 item

pernyataan sebagai indikator pengukuran

keenam variabel. Pada Tabel 5 di atas

terdapat tiga variabel dengan tanda bintang

“*”, hal ini dikarenakan pada awal

pengujian reliabilitas, indikator pernyataan

ketiga variabel tersebut masih belum

dikatakan reliabel. Cara yang dapat

Page 15: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

13

ditempuh yakni dengan menghapus

beberapa item pernyataan hingga nilai

Cronbach’ Alpha nya lebih dari 0.6.

Sehingga keseluruhan item pernyataan

yang reliabel berjumlah 49 item

pernyataan saja. Namun demikian, adapun

item pernyataan yang masih tersisa tetap

dapat mencerminkan indikator masing-

masing variabel secara baik.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk

menguji apakah dalam sebuah model

regresi variabel independen dan variabel

dependen atau keduanya memiliki

distribusi normal atau tidak. Selain itu, uji

asumsi klasik juga digunakan untuk

menguji apakah ditemukan adanya korelasi

antar variabel independen dalam model

regresi. Hasil uji asumsi klasik dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk

menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal. Alat statistik

yang digunakan untuk menguji normalitas

data adalah Kolmogorov-smirnov dengan

tingkat signifikansi sebesar 5%. Persamaan

regresi dapat dinyatakan normal apabila

nilai signifikan ≥ 0,05 Ghozali (2016b :

157). Hasil uji normalitas dapat dilihat

pada Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6

Uji Normalitas Keterangan Unstandarized Residual

N 130

Kolmogorov – Smirnov Z 0,059

Asymp – Sig (2-tailed) 0,200

Sumber: Hasil olah data SPSS.

Model regresi pada penelitian ini

dapat dinyatakan memiliki data yang

terdistribusi secara normal. Hal tersebut

dapat disimpulkan berdasarkan hasil pada

Tabel 4.21 di atas yang menunjukkan

bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar

0,200 dimana nilai tersebut lebih besar

dari 0,05.

Uji Multikolinearitas

Uji Multikolienearitas bertujuan untuk

menguji dalam model regresi terdapat

hubungan antara satu atau seluruh variabel

independen. Alat yang digunakan untuk

melakukan uji multikolinearitas adalah

dengan menggunakan Variance Inflation

Factor (VIF), ketika nilai VIF <10 atau

sebesar 0.1, maka tidak terjadi

multikoliearitas. Namun, apabila nilai VIF

sebesar > 10, maka variabel data

mengalami multikolinearitas (Ghozali,

2016b : 103). Hasil uji multikolinieritas

dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7

Uji Multikolinearitas

Variabel

independen

Coliniarity

Statistic Keterangan

VIF

Tekanan 1,360 Non

Multikolinieritas

Peluang 1,930 Non

Multikolinieritas

Pembenaran 2,112 Non

Multikolinieritas

Self-Efficacy 1,233 Non

Multikolinieritas

Religiusitas 1,512 Non

Multikolinieritas

Sumber: Hasil olah data SPSS.

Secara keseluruhan, nilai VIF

masing-masing variabel berada dibawah

nilai 10, sehingga kelima variabel

independen tidak memiliki gejala

multikolinaritas

Uji Heteroskedastisitas

Dilakukannya uji heteroskedastisitas

adalah untuk menguji apakah dalam model

regresi terdapat ketidaksamaan varian dari

suatu pengamatan dengan pengamatan

yang lain. Dikatakan nilai signifikansi ≥

0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas

dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka

terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji

heteroskedastisitas dapat dilihat pada

Tabel 8 berikut ini:

Page 16: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

14

Tabel 8

Uji Heteroskedastisitas Model Sig.

(Constant) .448

Tekanan .216

Peluang .333

Pembenaran .139

Self-Efficacy .391

Religiusitas .096

Sumber: Hasil olah data SPSS.

Hal tersebut menunjukkan bahwa

semua variabel independen memiliki nilai

signifikansi ≥ 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas antar variabel

independen dalam model regresi.

Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi berfungsi untuk

menguji apakah terdapat hubungan antara

kesalahan pengganggu pada periode

penelitian ini dengan kesalahan

pengganggu pada penelitian terdahulu.

Alat yang digunakan dalam pengujian ini

adalah Durbin Watson. Adapun tersaji

sebagai berikut:

Tabel 9

Uji Autokorelasi

Model R R2 Adjusted

R2

Durbin

Watson

1 .684a .468 .447 2.165

Sumber: Hasil olah data SPSS.

Nilai Durbin Watson penelitian ini

sebesar 2.165, sehingga nilai tersebut

memiliki nilai yang lebih besar dari pada

Durbin Upper (dU), tetapi lebih kecil dari

nilai 4- dU. Sehingga, jika dijabarkan dalam

angka akan menjadi 1.7941 < 2.165 <

2.2059. Artinya, penelitian ini tidak

terdapat autokorelasi didalamnya.

Hasil Analisis Dan Pembahasan

Tabel 10

Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Variabel Koefisien

Regresi Standar Error t Hitung Sig.

Konstanta .047 .536 .088 .930

Tekanan .329 .102 3.221 .002

Peluang .137 .092 1.491 .139

Pembenaran .040 .008 4.873 .000

Self-Efficacy -.114 .084 -1.352 .179

Religiusitas .104 .115 .907 .366

R2 .468

Adjusted R2 .447

F Hitung 21.848

Sig. F 0.000

Sumber: Hasil olah data SPSS.

Tabel di atas menunjukkan bahwa

dari kelima variabel, variabel tekanan dan

pambenaran lah yang berpengaruh (karena

nilai signifikansi dibawah 0.05),

sedangkan variabel peluang, self-efficacy,

dan religiusitas tidak berpengaruh. Selain

itu, nilai Adjusted R2 menunjukkan angka

0,447 atau 44,7 persen sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel independen

mampu menjelaskan variabel dependen

yaitu kecurangan akademik sebesar 44,7

persen, sedangkan sisanya (100% - 44,7%

= 55,3%) dijelaskan oleh variabel lain

diluar model penelitian ini. Kemudian,

hasl uji F yang ditunjukkan oleh tabel F

hitung sebesar 21,848 dengan probabilitas

signifikansi yaitu sebesar 0,000 < 0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa H1

Page 17: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

15

diterima yang artinya model regresi fit,

sehingga dapat digunakan untuk

mengetahui pengaruh variabel tekanan,

peluang, pembenaran, self-efficacy dan

religiusitas secara bersama-sama

mempengaruhi variabel kecurangan

akademik.

Analisis Pengaruh Tekanan Terhadap

Kecurangan Akademik

Berdasarkan data pada Tabel 10,

koefisien regresi untuk variabel tekanan

adalah sebesar positif 0.329, artinya bahwa

setiap peningkatan variabel tekanan

sebesar satu satuan, maka variabel

kecurangan akademik akan mengalami

kenaikan sebesar 0.329 satuan dengan

asumsi variabel lain dianggap tetap. Selain

itu, nilai signifikansinya sebesar 0.002

(yang mana berada di bawah 0.05)

sehingga dapat dikatakan bahwa variabel

ini berpengaruh. Hasil tersebut

menjelaskan bahwa pernyataan pada

Hipotesis 1 (H1) dalam penelitian ini

dinyatakan diterima.

Tekanan berpengaruh terhadap

kecurangan akademik mahasiswa ini

disebabkan beberapa faktor seperti adanya

rasa tertekan akibat tuntutan orang tua,

ingin mendapatkan IPK tinggi, adanya

tuntutan untuk lulus di mata kuliah tertentu

dengan syarat minimal nilai B, karena

tidak dapat memanajemen waktu, dan

sebagainya. Pada penelitian ini, indikator

yang memiliki nilai tertinggi adalah yagn

menyatakan bahwa “saya ingin

mendapatkan IPK tinggi” dan “saya harus

mempertahankan IPK saya agar kinerja

saya terlihat bagus”. Dari kedua

pernyataan ini membuktikan bahwa

mahasiswa merasa bahwa hasil adalah

yang utama. Mereka cenderung untuk

menginginkan hasil yang baik tanpa ingin

bersusah payah melalui proses yang rumit

pada saat perkuliahaan. Alhasil, jika rasa

tertekan mahasiswa tinggi, maka dapat

diapastikan bahwa tingkat kecurangan

akademik juga akan naik. Hal ini

mendukung Teori Segitiga Kecurangan

yang mana menjelaskan bahwa kecurangan

salah satunya terjadi akibat adanya

tekanan, serta mendukung teori Tindakan

Beralasan yang menjelaskan bahwa

perilaku seseorang dapat dilihat dari

niatnya. Dalam hal ini mahasiswa berniat

untuk memperbaiki prestasi akademiknya

dengan cara instant, sehingga perilaku

tidak jujurnya diakibatkan adanya niat

tersebut.

Cara mengurangi rasa tertekan dapat

dilakukan dengan menumbuhkan

kebiasaan untuk dapat memanajemen stres

bagi mahasiswa, dan diciptakannya

lingkungan belajar yang bersinergi serta

menyenangkan. Kedua hal tersebut jika

terlaksana dengan baik, harapannya

mampu meminimalisir tingkat rasa

tertekan dan kecurangan akademik.

Analisis Pengaruh Peluang Terhadap

Kecurangan Akademik

Koefisien regresi variabel peluang

sebesar positif 0.139, artinya adalah bahwa

setiap peningkatan variabel peluang

sebesar satu satuan, maka variabel

kecurangan akademik akan mengalami

kenaikan sebesar 0.137 satuan dengan

asumsi variabel lain dianggap tetap. Nilai

signifikansi variabel ini sebesar 0.139 yang

lebih dari 0.05. Hal ini menggambarkan

bahwa variabel peluang tidak berpengaruh

terhadap variabel kecurangan akademik.

Hasil tersebut menjelaskan bahwa

pernyataan pada Hipotesis 2 (H2) dalam

penelitian ini dinyatakan ditolak.

Peluang tidak berpengaruh terhadap

kecurangan akademik bisa disebabkan

berbagai hal. Salah satu pernyataan dengan

nilai tertinggi adalah berbunyi “saya

pernah ketahuan berbuat curang saat

ujian”. Dari item pernyataan ini

menujukkan bahwa peraturan di STIE

Perbanas Surabaya sudah dapat dikatakan

baik karena telah berhasil mendeteksi dan

mencegah mahasiswa untuk berbuat

curang. Dampak positifnya, mahsiswa

akan terlatih untuk percaya atas

kemampuannya sendiri dan lebih mandiri,

serta tida bergantung pada orang lain.

Page 18: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

16

Penelitian ini tidak mendukung Teori

Segitiga Kecurangan yang mana

kecurangan salah satunya dikarenakan

adanya peluang. Penelitian ini tidak

mendukung teori tersebut dikarenakan

peluang pada penelitian ini tidak

berpengaruh terhadap terjadinya

kecurangan akademik. Namun, penelitian

ini mendukung Teori Tindakan Beralasan.

Hal ini dikarenakan perilaku mahasiswa

dapat tercermin dari niat mereka. Mereka

mampu menilai peluang yang

menguntungkan karena mereka memiliki

tuntutan untuk dipenuhi.

Penelitian terkait variabel ini dapat

dijadikan tolak ukur bahwa peraturan yang

ada telah terlaksana dengan baik. Selain

itu, diharapkan mahasiswa tidak

melakukan hal yang menyalahi aturan

karena akan merugikan diri sendiri

maupun rekan lain yang juga terlibat.

Alangkah baiknya jika mahasiswa telah

mempersiapkan dengan matang terkait

meteri yang akan diujikan, sehingga tidak

perlu lagi untuk bergantung dari rekan

lain.

Analisis Pengaruh Pembenaran

Terhadap Kecurangan Akademik

Koefisien regresi pembenaran

sebesar positif 0.040, artinya bahwa setiap

peningkatan variabel pembenaran sebesar

satu satuan, maka variabel kecurangan

akademik akan mengalami kenaikan

sebesar 0.,040 satuan dengan asumsi

variabel lain dianggap tetap. Selain itu,

pembenaran memiliki tingkat signifikansi

sebesar 0.000 yang kurang dari 0.05. Hal

ini menggambarkan bahwa variabel

pembenaran berpengaruh terhadap variabel

kecurangan akademik. Hasil tersebut

menjelaskan bahwa pernyataan pada

Hipotesis 3 (H3) dalam penelitian ini

dinyatakan diterima.

Pembenaran adalah sebuah alasan

yang “logis” menurut pelaku kecurangan.

Alasan ini muncul untuk mencerna

perilaku mereka yang menyalahi aturan.

Pada penelitian ini variabel pembenaran

berpengaruh terhadap terjadinya

kecurangan akademik. Selain itu, variabel

ini memiliki indikator pernyataan yang

memiliki nilai tinggi, yakni “saya

mencontek karena saya benar-benar

terdesak”. Dari item pernyataan tersebut,

mencontek bagi mahasiswa adalah hal

yang wajar yang dikarenakan satu hal,

yaitu rasa terdesak. Rasa ini dapat

dikarenakan lupa materi ujian, tidak tahu

harus menjawab ujian dengan kata-kata

apa, serta dikarenakan jawaban ujian

mahasiswa masih sedikit sedangkan waktu

ujian akan segera berakhir. Beberapa

faktor tersebut dapat dijadikan sebagai

alasan yang benar menurut asumsi mereka

sendiri hingga akhirnya mereka terpaksa

untuk mencontek atau membuka jawaban.

Sehingga jika rasa pembenaran mahasiswa

atas tindakan yang menyalahi atura

tersebut tinggi, maka terdapat

kemungkinan tingkat kecurangan

akademik juga akan naik.

Penelitian ini mendukung Teori

Segitiga Kecurangan yang mana

menjelaskan bahwa kecurangan terjadi

akibat adanya pembenaran tindakan. Tak

hanya teori tersebut, penelitian ini juga

mendukung Teori Tindakan Berasalan. Hal

ini dikarenakan teori TRB tersebut mampu

menjelaskan bagaimana perilaku

mahasiswa berdasarkan niat dalam hati

mereka. Mahasiswa cenderung berbuat

tidak jujur karena mereka memiliki alasan

logis, yakni terdesak. Dengan alasan inilah

akan muncul niatan mahasiswa untuk

berperilaku menyalahi aturan.

Cara yang dapat dilakukan untuk

memperbaiki pola pikir seperti itu adalah

dengan cara menanamkan mindset yang

baik pada saat belajar untuk ujian,

sehingga materi yang dipelajari akan

terserap secara maksimal. Tenang saat

mengerjakan ujian, serta mempelajari kisi-

kisi soal ujian serta teori yang terdapat

pada literatur perkuliahaan. Tak hanya itu,

tidak ada salahnya jika dimunculkan

kembali bimbingan konseling atau adanya

bimbingan akademik (latihan di luar jam

perkuliahan) untuk menimbulkan rasa

nyaman dalam belajar pada mahasiswa.

Page 19: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

17

Analisis Pengaruh Self-Efficacy

Terhadap Kecurangan Akademik

Berdasarkan Tabel 10, Koefisien

regresi self-efficacy sebesar -0,114 artinya

adalah jika self-efficacy mengalami

kenaikan satu satuan, maka kecurangan

akademik akan mengalami penurunan

sebesar -0,114 satuan, dengan asumsi

variabel independen lainnya bernilai tetap.

Selain itu, nilai signifikansi variabel ini

sebesar 0,179 yang lebih dari 0,05. Hal ini

menggambarkan bahwa variabel Self-

Efficacy tidak berpengaruh signifikan

terhadap kecurangan akademik. Hasil

tersebut menjelaskan bahwa pernyataan

pada Hipotesis 4 (H4) dalam penelitian ini

dinyatakan ditolak.

Self-efficacy adalah sebuah ekpektasi

dalam diri manusia yang menentukan

seberapa banyak usaha dan seberapa lama

seseorang akan bertahan dalam situasi

yang tidak menyenangkan (Bandura, 1997)

dalam Pudjiastuti (2012). Sehingga,

apabila self-efficacy mahasiswa meningkat,

maka harapannya tingkat kecurangan

akademik akan menurun.

Penelitian ini menujukkan hasil

bahwa self-efficacy tidak berpengaruh

terhadap penurunan tingkat terjadinya

kecurangan akademik. Hal ini bisa

dikarenakan berbagai faktor lain, yakni

adanyan rasa tertekan, menemukan

peluang yang menguntungkan, dan adanya

rasa pembenaran. Self-efficacy pada

penelitian ini mengacu pada sisi internal

dari diri mahasiswa, sedangkan ketiga

faktor lain tersebut adalah faktor eksternal.

Ketidakberpengaruhan variabel self-

efficacy tersebut bisa dikarenakan

mahasiswa melihat adanya faktor eksternal

yang lebih menguntungkan untuk dapat

memenuhi kebutuhan prestasi

akademiknya dari pada hanya

mengandalkan kemampuan dalam dirinya.

Sehingga, apabila faktor eskternal tersebut

memiliki pengaruh yang kuat, maka self-

efficacy mahasiswa menjadi tidak berguna

atau tidak dipedulikan.

Penelitian ini tidak mendukung Teori

Tindakan Berasalan karena pada kasus ini

cara penyikapan mahasiswa terhadap

tindakan kecurangan akademik yang

diukur melalui tingkat self-efficacy mereka

tidak berhasil untuk diteliti. Hal ini

diakibatkan adanya faktor eksternal yang

lebih dominan dari pada tingkat self-

efficacy pada diri mahasiswa itu sendiri.

Analisis Pengaruh Religiusitas

Terhadap Kecurangan Akademik

Variabel religiusitas memiliki

koefisien regresi sebesar positif 0.104,

artinya bahwa setiap peningkatan variabel

religiusitas sebesar satu satuan, maka

variabel kecurangan akademik akan

mengalami kenaikan sebesar 0.104 satuan

dengan asumsi variabel lain dianggap

tetap. Selain itu, nilai signifikansi variabel

ini sebesar 0.366 yang mana lebih dari

0.05. Hal ini menggambarkan bahwa

variabel religiusitas tidak berpengaruh

signifikan terhadap kecurangan akademik.

Hasil tersebut menjelaskan bahwa

pernyataan pada Hipotesis 5 (H5) dalam

penelitian ini dinyatakan ditolak.

Religiusitas diartikan sebagai tingkat

religi yang dimiliki manusia atau secara

sederhana adalah tingkat kepercayaan

manusia terhadap Tuhannya. Religiusitas

diwujudkan dengan tidak hanya saat

seseorang melakukan perilaku ritual

(beribadah saja), tetapi juga saat

melakukan perbuatan baik yang didorong

oleh kekuatan lahir maupun batin.

Sehingga harapannya semakin tinggi

tingkat religiusitas mahasiswa, maka

tingkat kecurangan akademik dapat

menurun.

Penelitian ini memberikan hasil bahwa

tingkat religiusitas mahasiswa tidak

berpengaruh terhadap penurunan tingkat

kecurangan akademik. Hal ini bisa

disebabkan karena adanya faktor lain yang

lebih dominan seperti bisa jadi karena

adanya rasa tertekan, melihat peluang yang

menguntungkan dan memiliki alasan untuk

membenarkan suatu tindakan. Religiusitas

pada penlitian ini diasumsikan sebagai sisi

internal mahasiswa. Ketidakberpengaruhan

Page 20: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

18

variabel ini dapat disebabkan karena faktor

eksternal lebih menjanjikan untuk dapat

memenuhi kebutuhan mahasiswa dari pada

hanya sekedar percaya kepada Tuhan.

Percaya kepada Tuhan sebagai pencipta

alam ini adalah memang sebuah keharusan

umat manusia di dunia ini, namun tidak

semua manusia beranggapan bahwa

dengan percaya kepada Tuhan segala

kebutuhan yang ada di dunia ini akan

terpenuhi segera mungkin. Sehingga,

masih terdapat manusia yang juga

mengandalkan hal-hal lain untuk dapat

memenuhi kebutuhannya.

Variabel penelitian ini tidak

mendukung Teori Tindakan Berasalan

karena pada kasus ini cara penyikapan

mahasiswa terhadap tindakan kecurangan

akademik yang diukur melalui tingkat

religiusitas mereka tidak berhasil untuk

diteliti. Hal ini terjadi karena adanya faktor

eksternal yang lebih menguntungkan dari

pada hanya bergantung pada kekuatan dari

dalam diri mahasiswa itu sendiri.

KESIMPULAN, KETERBATASAN,

DAN SARAN

Penelitian ini dilakukan untuk

menganalisis pengaruh tekanan, peluang,

pembenaran, self-efficacy, dan religiusitas

terhadap terjadinya kecurangan akademik

mahasiswa Akuntansi. Penelitian ini

dilakukan dengan menganalisis 130

kuesioner yang telah di sebarkan kepada

130 mahasiswa Akuntansi di STIE

Perbanas Surabaya. Berdasarkan hasil

analisis dan pembahasan dapat

disimpulkan hasil penelitian ini sebagai

berikut: (1) tekanan berpengaruh terhadap

kecurangan akademik, (2) peluang tidak

berpengaruh terhadap kecurangan

akademik, (3) pembenaran berpengaruh

terhadap kecurangan akademik, (4) self-

efficacy tidak berpengaruh terhadap

kecurangan akademik, (5) religiusitas tidak

berpengaruh terhadap kecurangan

akademik.

Penelitian ini masih memiliki

sejumlah keterbatasan baik dalam hal

pengambilan sampel, metode yang

digunakan, maupun pengujian.

Keterbatasan penelitian terebut antara lain:

(1) terjadi penundaan penyebaran

kuesioner karena bertepatan dengan libur

Hari Raya Idul Fitri 2018, (2) terdapat

perbedaan perilaku responden yang diteliti,

(3) ada item pernyataan yang belum

reliabel pada saat awal pengujian, (4)

peneltiian tentang keperilakuan yang

dilakukan dengan bentuk kuantitatif

umumnya kurang memberikan hasil

maksimal.

Saran dari peneliti untuk penelitian

selanjutnya adalah: (1) memperhatikan

penanggalan pada saat hendak

menyebarkan kuesioner, (2) melakukan uji

Pilot Test untuk mengindikasi pernyataan

yang tidak reliabel, (3) bisa menggunakan

mahasiswa di luar STIE Perbanas

Surabaya untuk dijadikan sampel

penelitian, (4) bisa menggunakan metode

selain regresi linear berganda, (5) bisa

menambahkan variabel lain yang tidak ada

dalam penelitian ini, (6) mencoba untuk

mengganti peneltiian ini menjadi bentuk

penelitian kualitatif.

DAFTAR RUJUKAN

Albrecht, S., Albrecht, C., Albrecht, C. &

Zimbelman, M., 2009. Fraud

Examination. 3rd ed. USA: South-

Western Cengange Learning.

Apriani, N., Sujana, E., & Sulindawati, I.

G. E. (2017). Pengaruh Pressure,

Opportunity, dan Rationalization

terhadap Perilaku Kecurangan

Akademik (Studi Empiris :

Mahasiswa Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha). E-

Journal S1 Ak Universitas

Pendidikan Ganesha, Volume 7 No.1,

halaman 1–12.

Artani, K. T. B., & Wetra, I. W. (2017).

Pengaruh Academic Self Efficacy

Dan Fraud Diamond Terhadap

Perilaku Kecurangan Akademik

Mahasiswa Akuntansi Di Bali. Jurnal

Riset Akuntansi JUARA, Volume 7

Page 21: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

19

No.2, halaman 123–132.

Becker, D., Connolly, J., Lentz, P., &

Morrison, J. (2006). Using the

business fraud triangle to predict

academic dishonesty among business

students. Academy of Educational

Leadership Journal, Volume 10 No.1,

halaman 37–54.

Bolin, A. U. (2004). Self-control,

perceived opportunity, and attitutdes

as predictors of academic dishonesty.

The Journal of Psychology, Volume

138 No.2, halaman 101–114.

Deliana, Abdulrahman, & Nursiah. (2017).

Perilaku Kecurangan Akademik

(Academic Fraud) Mahasiswa

Akuntansi Pada Perguruan Tinggi

Negeri di Sumatera Utara.

Proceeding (Seminar Nasional

Akuntansi Dan Bisnis), Halaman 3–9.

Fitriana, A., & Baridwan, Z. (2012).

Perilaku Kecurangan Akademik

Mahasiswa Akuntansi: Dimensi

Fraud Triangle. Jurnal Akuntansi

Multiparadigma (JAMAL), Volume 3

No.2, halaman 161–331.

Ghozali, I., 2016a. Desain Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif Untuk

Akuntansi, Bisnis, dan ilmu Sosial

Lainnya. Semarang: Yoga Pratama.

________, 2016b. Aplikasi Analisis

Multivariete Dengan Program IBM

SPSS 23. 8th ed. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghufron, M. & Risnawita, R., 2011. Teori-

Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Hartono, J., 2016. Metodologi Penelitian

Bisnis. Edisi Ke-6. Yogyakarta: bpfe.

Herlyana, V., Sujana, E., & Prayudi, M. A.

(2017). Pengaruh Religiusitas dan

Spiritualitas Terhadap Kecurangan

Akademik Mahsiswa (Studi Empiris

Pada Mahasiswa Universitas

Pendidikan Ganesha Singaraja). E-

Journal S1 Ak Universitas

Pendidikan Ganesha, Volume 8 No.2.

http://www.perbanas.ac.id (diakses tanggal

20 Maret 2018, pukul 07:04 WIB)

Janinuri, 2014. Pengantar Statistik

Inferensial. STKIP-YPM, Jambi.

Kushartanti, A. (2009). Perilaku

Menyontek Ditinjau dari

Kepercayaan Diri. Indigenous: Jurnal

Ilmiah Psikologi, Volume 11 No.2,

halaman 38–46.

McCabe, D. L., Butterfield, K. D., &

Treviño, L. K. (2006). Academic

dishonesty in graduate business

programs: Prevalence, causes, and

proposed action. Academy of

Management Learning and

Education, Volume 5 No.3, halaman

294–305.

Murdiansyah, I., Sudarma, M., &

Nurkholis. (2017). Pengaruh Dimensi

Fraud Diamond Terhadap Perilaku

Kecurangan Akademik (Studi

Empiris Pada Mahasiswa Magister

Akuntansi Universitas Brawijaya).

Jurnal Akuntansi Aktual, Volume 4

No.2, halaman 121–133.

Nursani, R., & Irianto, G. (2016). Perilaku

Kecurangan Akademik Mahasiswa :

Dimensi Fraud Diamond. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Volume 2

No.2, halaman 15.

Padmayanti, K., Sujana, E., & Kurniawan,

P. (2017). Analisis Pengaruh Dimensi

Fraud Diamond Terhadap Perilaku

Kecurangan Akademik Mahasiswa

(Studi Kasus Mahasiswa Penerima

Bidikmisi Jurusan Akuntasni S1

Fakultas Ekonomi Unversitas

Pendidikan Ganesha). E-Journal S1

Ak Universitas Pendidikan Ganesha,

Page 22: ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE SELF …eprints.perbanas.ac.id/3836/7/ARTIKEL ILMIAH.pdf · data rekap mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan,

20

Volume 4 No.1, halaman 1–21.

Pamungkas, I. D. (2014). Pengaruh

Religiusitas dan Rasionalisasi dalam

Mencegah dan Mendeteksi

Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi. Jurnal Ekonomi Dan

Bisnis, Volume 15 No.2, halaman 48–

59.

Pudjiastuti, E. (2012). Hubungan “Self

Efficacy” dengan Perilaku Mencontek

Mahasiswa Psikologi. MIMBAR,

Jurnal Sosial Dan Pembangunan,

Volume 28 No.1, halaman 103–111.

Purnamasari, D. (2013). Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Kecurangan

Akademik Pada Mahasiswa.

Educational Psychology Journal,

Volume 2 No.1, halaman 65–72.

Santoso, D., & Yanti, Ha. B. (2015).

Pengaruh Perilaku Tidak Jujur dan

Kompetensi Moral Terhadap

Kecurangan Akademik (Academic

Fraud) Mahasiswa Akuntansi. Media

Riset Akuntansi, Auditing &

Informasi, Volume 15 No.1, halaman

1–16.

Tuanakotta, T. M., 2010. Akuntansi

Forensik dan Audit Investigatif. Edisi

2. Jakarta: Salemba Empat.

Widyastuti, Y., 2013. Psikologi Sosial.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wilopo, R., 2016. Etika Profesi Akuntan :

Kasus-Kasus di Indonesia. Edisi ke-2.

Surabaya: Perbanas Press.

Zamzam, I., Ar. Mahdi, S., & Ansar, R.

(2017). Pengaruh Diamond Fraud dan

Tingkat Religiusitas Terhadap

Kecurangan Akademik (Studi Pada

Mahaiswa S1 di Lingkungan

Perguruan Tinggi Se-Kota Ternate).

Jurnal Ilmiah Akuntansi Peradaban,

Volume 3 No.2, halaman 65–83.