197
ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEULIMBANG KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2019 TESIS Oleh: CUT NURNAHAYATI NIM. 1602011242 PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN

RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEULIMBANG

KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2019

TESIS

Oleh:

CUT NURNAHAYATI

NIM. 1602011242

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 2: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN

RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEULIMBANG

KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2019

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memeroleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)

pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Ibu dan Anak Kesehatan Reproduksi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia

Oleh :

CUT NURNAHAYATI

NIM: 1602011242

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 3: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …
Page 4: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

Telah diuji Pada Tanggal: 22 Juni 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : 1. Dr. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes

Anggota : 2. Dr. Anto, SKM, M.Kes., M.M

3. Dr. Asriwati, S.Kep., Ns., S.Pd., M.Kes

4. Endang Maryanti, S.K.M., M.Si

Page 5: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …
Page 6: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …
Page 7: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

i

Page 8: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

ii

ABSTRAK

ANALSIS PENERAPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN

RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEULIMBANG

KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2019

CUT NURNAHAYATI

NIM.1602011242

Masalah gizi merupakan masalah yang terjadi di setiap siklus kehidupan,

dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi anak, dewasa dan usia lanjut.

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisi faktor yang

berhubungan dengan penerapan prinsip dar gizi pada tatanan rumah tangga

terhadap status gizi balita

Jenis penelitian ini merupakan survei analitik dengan rancangan cross

sectional study. Penelitian di lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang.

dengan menggunakan teknik total Smpling yaitu sebanyak 50 orang ibu yang

memiliki balitas. Untuk menganalisi data ersebut di gunakan uji regresi logistik.

Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa status gizi berhubungan

dengan pengetahuan (p=0,020), sikap (p=0,012), keterampilan (p=0,000),

ekonomi (p=0,000), dukungan keluarga (p=0,005) riwayat kecacingan (p=0,001),

pantangan makanan (p=0,000) dan penyuluhan petugas kesehatan (p=0,000).

Berdsarkan hasil penelitian, dapat disimpulak bahwa faktor –faktor yang

berhubungan dengan status gizi balita ada 98 faktor pengetahuan, sikap,

keterampilan, ekonomi, dekungan keluarga, riwayat kecacingan, pantangan

makanan, dan penyuluhan petugas kesehatan. Sehingga adapun saran dalam

penelitian ini diharapkan agar ibu hamil dan keluarga mampu mmeluangkan

waktunya untuk mengikuti penyuluhan tentang gizi yang di adakan oleh petugas

ksesehatan untuk menambah pengetahuan ibu tentang bagaimana cara mengatasi

maslah gizi kurang serta rtin mencari informasi seputas gizi yang baik untuk

balitas.

Kata Kunci : Prinsip Sadar Gizi, Status Gizi, Balita

Daftar Pustaka : Buku 14 Jurnal 15 Internet 6 (2012-2018)

Page 9: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat dan

Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul:

“Analisis Penerapan Prinsip Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga

Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen Tahun 2019”

Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M) pada Program Studi

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Gizi Kesehatan Keluarga dan

Kesehatan Reproduksi di Institut Kesehatan Helvetia Medan. Dalam penyusunan

tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc, M.Kes selaku Pembina Yayasan

Helvetia.

2. Iman Muhammad, S.E, S.Kom, M.M, M.Kes, Selaku ketua Yayasan

Helvetia Medan.

3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia.

4. Dr. Asriwati, S. Kep, Ns, S.Pd, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan dan Selaku Penguji I

yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga tesis ini

dapat diselesaikan.

5. Dr. Anto, S.K.M, M.Kes, M.M, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat dan sekaligus

Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta

meluangkan waktu, perhatian ide dan motivasi selama penyusunan untuk

kesempurnaan tesis ini.

6. Dr. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes, selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, kritik dan saran sehingga tesis ini dapat

diselesaikan.

Page 10: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

iv

7. Endang Maryati, S.K.M., M.Si selaku Penguji II yang telah Memberikan

bimbingan, kriti dan saran sehingga tesis ini dapat diselesaikan .

8. Dosen Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan

Helvetia Medan yang telah memberiakb ilmu pengetahuan selama peneliti

menempuh pendidikan.

9. Kedua orangtua tercinta ayahanda dan ibunda yang setiap saat selalu

memberiakn doa dan semengat kepada penulis.

10. Kepada suami yang setiap saat selalu memberikan dukungan cinta, kasih

sayang, pengertian dan semngat kepada penulis.

11. Keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada

penulis dalam menyelessaikan tesis.

12. Seluruh teman-teman Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masayrakat

Institut Kesehatan Helvetia Medan yang selalu membantu dalam suka dan

duka.

Akhir kata penulis mengucapakan terima kasih, semoga bimbingan,

dorongan dan bantuan yang diberikan kepda penulis dapat membawa berkah .

Medan, Juni 2019

Penulis,

Cut Nurnahayati

Page 11: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Cut Nurnahayati, lahir di Aceh tanggal 23 Oktober 1994,

beragama Islam. Orangtua penulis bernama Ajilah dan Safriana, S.Pdi. Anak ke-

1(satu) , beralamat di Jalan Medan Banda Aceh, Dusun Garuda Desa Mns Pulo

Peudada Kabupaten Bireuen. Pada tahu 2000-2006 penulis melanjutkan

pendidikan di SD Al-Azhar Bireue, tahun 2006-2009 penulis melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 11 Bireuen, tahu 2009-2012 penulis melanjutkn

pendidikan di SMA Negeri Bireuen, tahun 2012-2015 penulis melanjutkan

pendidikan Akademi Kebidanan Munawarah Bireuen, tahu 2015-2016 penulis

melanjutkan pendidikan di D-IV kebidanan Institut Kesehatan, sampai dengan

selesai penulis melanjutkan pendidikan di S2 Magister Kesehatan Masyarakat

Institut Kesehatan Helvetia Medan.

Page 12: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................

ABSTRACT.................................................................................................. i

ABSTRAK ................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... v

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar belakang.............................................................................. 1

1.2. Perumusan masalah ...................................................................... 8

1.3. Tujuan penelitian ......................................................................... 9

1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 9

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................... 9

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10

1.4.1 Manfaat Teoretis ................................................................ 10

1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 12

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu .................................................. 12

2.2. Telaah Teori .............................................................................. 15

2.2.1 Status Gizi ........................................................................ 15

2.2.2 Pengertian ........................................................................ 15

2.2.3 Penilaian Status Gizi ......................................................... 17

2.2.4 Angka Kecukupan Gizi ..................................................... 19

2.2.5 Klasifikasi Gizi ................................................................. 20

2.2.5.1 Gizi Buruk ............................................................ 21

Page 13: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

vii

2.2.5.2 Gizi Kurang .......................................................... 23

2.2.5.3 Gizi Lebih ............................................................. 24

2.2.6 Tingakat Konsumsi ............................................................ 24

2.2.6.1 Konsumsi Energi ................................................... 25

2.2.6.2 Konsumsi Protein .................................................. 26

2.2.6.3 Konsumai Vitamin A ........................................... 26

2.3 Landasan Teori ........................................................................... 27

2.3.1 Perilaku ............................................................................. 27

2.3.1.1. Defenesi Perilaku ................................................. 27

2.3.1.2 Bentuk Perilaku ...................................................... 28

2.3.1.3 Pembentukan Perilaku ........................................... 29

2.3.1.4 Klasifikasi Perilaku ............................................... 29

2.3.1.5 Model Perilaku Precede-Proceed Green ................. 30

2.3.1.6 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku ............ 34

2.3.2 Keluarga Sadar Gizi .......................................................... 39

2.3.3 Perilaku Sadar Gizi ........................................................... 42

2.3.4 Indikator Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) .......................... 42

2.3.4.1 Menimbang Berat Badan Secara Teratur ................ 42

2.3.4.2 Memberikan ASI Eksklusif ................................... 43

2.3.4.3 Makanan Beraneka Ragam Makanan...................... 45

2.3.4.4.Menggunakan Grama Beryodium Dalam

Makananya ............................................................. 45

2.3.4.5 Pemberian Kapsul Viatami A pada Balita .............. 46

2.3.5 Kerangka Teori Penelitian ................................................. 48

2.4 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 50

2.5 Hipotesis Penelitian........................................................................ 50

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 52

3.1 Desain penelitian........................................................................... 52

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian .......................................................... 52

3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................... 52

Page 14: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

viii

3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................. 52

3.3.Populasi dan Sampel Penelitian..................................................... 53

3.3.1 Populasi ................................................................................ 53

3.3.2 Sampel .................................................................................. 54

3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 55

3.4.1 Jenis Data ............................................................................. 55

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 55

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilita ................................................. 56

3.5 Variabel dan Definisi Operasional .................................................. 57

3.5.1 Variabel Penelitian ............................................................... 57

3.5.2 Definisi Operasional ............................................................ 57

3.6 Metode Pengukuran ....................................................................... 58

3.7 Metode Pengolahan Data................................................................ 61

3.8 Analisis Data ................................................................................. 62

BAB IV HASILPENELITIAN .................................................................. 64

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian.......................................................... 64

4.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner ........................................................ 65

4.2.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan ............................. 65

4.2.2 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap ........................................ 65

4.2.3 Hasil Uji Validitas Vareiabel Ketrampilan ........................... 66

4.2.4 Hasil Uji Validitas Variabel Sosial Ekonomi ........................ 66

4.2.5 Hasil Uji Validitas Variabel Dukungan Keluarga ................. 67

4.2.6 Hasil Uji Validitas Variabel Pantangan Makanan ................ 67

4.2.7 Hasil Uji Validitas Varaibel Riwayat Kecacingan ................. 68

4.2.8 Hasil Uji Validitas Varaibel Penyuluhan Kesehatan ............. 69

4.3. Analisis Data ................................................................................ 69

4.3.1 Data Univariat ...................................................................... 69

4.3.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasrkan Umur, Pendidikan dan pekerjaan ............ 70

Page 15: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

ix

4.3.1.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Pengetahuan ........................................ 71

4.3.1.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Sikap .................................................. 71

4.3.1.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Keterampilan ....................................... 72

4.3.1.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Sosial Ekonomi ................................... 72

4.3.1.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Dukungan Keluarga ............................ 73

4.3.1.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Pantangan Makanan ............................ 73

4.3.1.8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Riwayat Kecacingan ............................ 74

4.3.1.9 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Penyuluhan Tenaga Kesehatan ........... 74

4.3.1.10 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Status Gizi ........................................... 75

4.3.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban

Responden ............................................................................ 75

4.3.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Jawaban Pengetahuan ............................................... 75

4.3.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Jawaban Sikap ......................................................... 77

4.3.2.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Jawaban

Keterampilan ............................................................ 78

4.3.2.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Jawaban Sosial Ekonomi ......................................... 80

Page 16: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

x

4.3.2.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Jawaban Dukungan Keluarga ..................................... 81

4.3.2.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Jawaban Pantangan Makanan ..................................... 82

4.3.2.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Jawaban

Riwayat Kecacingan ................................................ 84

4.3.2.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Jawaban Penyuluhan Kesehatan ................................ 85

4.3.3 Analisis Data Bivariat .................................................................... 87

4.3.3.1 Hubungan Pengetahuan Gizi Pada Tatanan Rumah

Tangga dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen

Tahun 2019 .............................................................. 87

4.3.3.2 Hubungan Sikap Gizi Pada Tatanan Rumah

Tangga dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen

Tahun 2019 .............................................................. 88

4.3.3.3 Hubungan Keterampilan Pengetahuan Sadar Gizi

Pada Tatanan Rumah Tangga dengan Status Gizi

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ................................ 89

4.3.3.4 Hubungan Sosial Ekonomi Sadar Gizi Pada

Tatanan Rumah Tangga dengan Status Gizi

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten BireuenTahun 2019 ................................. 90

4.3.3.5 Hubungan Dukungan Keluarga Gizi Pada

Tatanan Rumah Tangga dengan Status Gizi Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ................................ 91

Page 17: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

xi

4.3.3.6 Hubungan Riwayat Kecacingan Sadar Gizi Pada

Tatanan Rumah Tangga dengan Status Gizi Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ................................ 92

4.3.3.7 Hubungan Pantangan Makanan Sadar Gizi Pada

Tatanan Rumah Tangga dengan Status Gizi Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ................................ 93

4.3.3.8 Hubungan Penyuluhan Tenaga Kesehatan Sadar

Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga dengan Status

Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Peulimbang Kabupate Bireuen Tahun 2019 .............. 94

4.3.4 Analisis Multivariat ............................................................... 95

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 99

5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 . 99

5.2 Hubungan Sikap dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 . 101

5.3 Hubungan Faktor Keterampilan dengan Status Gizi Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen

Tahun 2019 ............................................................................... 103

5.4 Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 . 106

5.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Status Gizi Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen

Tahun 2019 ............................................................................... 108

5.6 Hubungan Riwayat Kecacingan dengan Status Gizi Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen

Tahun 2019 ................................................................................. 109

Page 18: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

xii

5.7 Hubungan Pantangan Makanan dengan Status Gizi Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen

Tahun 2019 .............................................................................. 111

5.8 Hubungan Penyuluhan Tenaga Kesehatan dengan Status Gizi

Balitadi Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten

Bireuen Tahun 2019 .................................................................. 114

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 117

6.1 Kesimpulan ................................................................................ 117

6.2 Implikasi .................................................................................... 118

6.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 119

6.4 Saran ......................................................................................... 119

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 121

LAMPIRAN .................................................................................................. 123

Page 19: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 49

2.2 Kerangka Konsep ........................................................................... 50

Page 20: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Berat Badan Patokan Berdasakan Kelompok Umur Untuk

Indonesia .................................................................................... 20

2.2 Klasifikasi Status Gizi Anak Balita ............................................. 20

3.1 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan

Dalam Kabupaten Bireuen ........................................................ 53

3.2 Jumlah Sampel Penelitian ......................................................... 54

3.3 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................. 57

3.4 Metode Pengukukuran ................................................................ 60

4.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan ................................... 65

4.2 Hasil Uji ValiditasVariabel Sikap ............................................... 66

4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Keterampilan .................................. 66

4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Sosial Ekonomi ............................... 67

4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Dukungan Keluarga ........................ 67

4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Pantangan Makanan ........................ 68

4.7 Hasil Uji ValiditasVariabel Riawayat Kecacingan ...................... 68

4.8 Hasil Uji Validitas Penyuluhan Tenaga Kesehatan ...................... 69

4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasrkan Umur, Pendidikan

dan Pekerjaan ............................................................................ 70

4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan ......... 71

4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap .................... 72

4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keterampilan ....... 72

4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi .... 73

4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga 73

4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasrkan Pantangan Makanan 74

4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasrkan Riwayat Kecacingan 74

Page 21: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

xv

4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasrkan Penyuluh

Tenaga Kesehatan ....................................................................... 75

4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasrkan Status Gizi ............ 75

4.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban

Pengetahuan ............................................................................... 76

4.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Sikap ...... 77

4.21 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban

Keterampilan .............................................................................. 79

4.22 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban

Sosial Ekonomi ........................................................................... 80

4.23 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban

Dukungan Keluarga .................................................................... 81

4.24 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban

Pantangan Makanan .................................................................... 83

4.25 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban

Riwayat Kecacingan ................................................................... 84

4.26 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban

Penyuluhan Tenaga Kesehatan .................................................... 86

4.27 Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ... 84

4.28 Hubungan Sikap dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ... 88

4.29 Hubungan Keterampilan dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ... 89

4.30 Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ... 90

4.31 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Status Gizi Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen

Tahun 2019 ................................................................................. 91

Page 22: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

xvi

4.32 Hubungan Riwayat Cacingan dengan Status Gizi Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbanng Kabupaten Bireuen

Tahun 2019 ................................................................................. 92

4.33 Hubungan Pantangan Makanan dengan Status Gizi Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen

Tahun 2019 ................................................................................. 93

4.34 Hubungan Penyuluhan Tenaga Kesehatan Makanan dengan

Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019............................... 94

4.35 Seleksi Variabel Yang Menjadi Kandidat Model Dalam

Uji Regresi Logistik Berdsarkan Analisis Bivariat ...................... 95

4.36 Hasil Tahapan Pertama Analisis Regersi Logistik ....................... 96

4.37 Hasil Tahapan Akhir Analisis Regresi Logistik .......................... 97

Page 23: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian .......................................................... 123

2 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 127

3 OUTPUT SPSS ................................................................. 137

4 Dokumentasi ..................................................................... 155

Page 24: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi merupakan masalah yang terjadi di setiap siklus kehidupan,

dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut.

Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada

masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan

gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan

walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi (1).

Berdasarkan data World Health Organization tahun 2018, masalah gizi

dalam pembangunan masih merupakan persoalan yang dianggap menjadi masalah

utama dalam tatanan kependudukan dunia. Oleh karena itu, persoalan ini

menjadi salah satu butir penting yang menjadi kesepakatan global dalam

Sustainable Development Goals (SDGs), dimana setiap negara secara bertahap

harus mampu mengurangi jumlah balita yang bergizi buruk atau gizi kurang

hingga mencapai 15% pada tahun 2030 (2).

Berdasarkan data Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2015-2019 tahun 2015, adapun sasaran dan target upaya peningkatan

status gizi masyarakat, yaitu: 1) prevalensi gizi kurang/kekurangan gizi

(underweight) pada anak balita menurun dari 19,6% menjadi 17,0%; 2)

prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (di bawah 2

tahun) menurun dari 32,9% menjadi 28,0%; 3) prevalensi wasting (kurus)

Page 25: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

2

anak balita menurun dari 12% menjadi 9,5%; 4) prevalensi anemia pada

ibu hamil menurun dari 37,1% menjadi 28,0%; dan 5) persentase bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) menurun dari 10,2% menjadi 8,0%

(3).

Kegiatan pembinaan gizi masyarakat diarahkan untuk meningkatnya

pelayanan gizi masyarakat dengan sasaran program pada tahun 2019: 1)

persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) mencapai 95,0%; 2) persentase bayi kurang dari

6 bulan yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif mencapai 50,0%; (3)

persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 90

tablet selama masa kehamilan mencapai 98,0%; 4) persentase Balita kurus yang

mendapat makanan tambahan mencapai 90,0%; 5) persentase bayi baru lahir

mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar 50%; dan 6) persentase

remaja puteri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) mencapai 30,0% (3).

Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017, diketahui

prevalensi balita Indonesia yang mengalami gizi buruk sebesar 3,8 persen. Selain

itu, balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 14,0 persen. Sedangkan gizi baik

pada balita sebanyak 80,4 persen dan obesitas 1,8 persen (4).

Berdasarkan Survey Pemantauan Status Gizi (PSG) dan pemantauan

Konsumsi Gizi (PKG) di provinsi Aceh, indikator status gizi untuk masalah balita

kurus (BB/TB) terjadi penurunan prevalensi secara bertahap dari tahun 2014 –

2017. Namun jika dibandingkan dengan rerata nasional, prevalensi balita kurus

Aceh yaitu sebesar (12.8%) hampir dua kali dari prevalensi Nasional yaitu (6,9%).

Page 26: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

3

Untuk masalah underweight BB/U (buruk dan kurang) terjadi peningkatan

kasus yang cukup signifikan yaitu 8,1%. Untuk masalah stunting (pendek) terjadi

peningkatan kasus yaitu sebesar 9,3 % dan berada jauh di atas rerata nasional.

Sedangkan untuk masalah obesitas hampir semua kabupaten kota berada dalam

kategori tidak bermasalah dan masalah ringan (5).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, diketahui bahwa proporsi

bayi baru lahir yang mendapatkan inisiasi menyusui dini (IMD) sebesar 63,9 %,

jika dibandingkan dengan hasil PSG tahun 2016 terjadi penurunan yang

mendapatkan IMD. Proporsi bayi yang mendapatkan ASI pada usia kurang dari 5

bulan sebesar 46,5%, keadaan ini jika dibandingkan dengan hasil PSG 2016

(59%), terjadi penurunan, sebesar 2,5% (5). Proporsi balita yang mendapatkan

kapsul Vitamin A sebesar 97,2% keadaan ini jika dibandingkan dengan hasil PSG

2016 (93,5%), terjadi peningkatan, sebesar 6,7%. Proporsi balita yang

mendapatkan buku KIA sebesar 88,8% keadaan ini jika dibandingkan dengan hasil

PSG 2016 (88,1%), terjadi peningkatan, sebesar 0,7%. Proporsi balita yang

melakukan penimbangan selama lebih dari 4 kali dalam 6 bulan terakhir sebesar

81,3%, jika dibandingkan dengan hasil PSG 2016 (67,4%), terjadi peningkatan,

sebesar 13,9%. Proporsi Balita dalam kategori kurus yang mendapatkan makanan

tambahan sebesar 45,5%, keadaan ini jika dibandingkan dengan hasil PSG 2016

(19,0%), terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 26,5% (6).

Secara nasional rerata kecukupan konsumsi energi pada anak balita sebesar

83,2%, sedangkan untuk provinsi Aceh sebesar 72,4% atau posisi Aceh berada

pada posisi terendah dari seluruh Indonesia, rerata kecukupan konsumsi Protein

Page 27: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

4

sebesar 107,3 %, sedangkan untuk provinsi Aceh sebesar 105,3% atau posisi

berada pada posisi 10 terendah dari seluruh Indonesia, rerata kecukupan konsumsi

Lemak sebesar 80.2 %, sedangkan untuk provinsi Aceh sebesar 71,9% atau berada

pada posisi 10 terendah dari seluruh Indonesia, rerata kecukupan konsumsi

karbohidrat nasional sebesar 83,6 %, sedangkan untuk provinsi Aceh sebesar

71,5% posisi konsumsi kecukupan Karbohidrat aceh berada pada posisi 2 terendah

dari seluruh Indonesia setelah Provinsi Papua,rerata kecukupan konsumsi Natrium

nasional sebesar 78,7 %, sedangkan untuk Aceh sebesar 68,5% Kondisi ini

menunjukkan bahwa posisi konsumsi kecukupan natrium balita aceh berada pada

posisi 2 terendah dari seluruh Indonesia setelah Provinsi Sumatera Barat (6).

Berdasarkan besarnya masalah gizi dan kesehatan serta variasi faktor

penyebab masalah antar wilayah, maka diperlukan program yang komprehensif

dan terintegrasi, baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun tingkat nasional.

Kadarzi merupakan salah satu yang diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam pembangunan kesehatan khususnya dan pembangunan masyarakat pada

umumnya. Masalah gizi yang terjadi di tingkat keluarga erat kaitannya dengan

perilaku keluarga (7).

Keluarga Sadar Gizi merupakan keluarga yang mampu mengenal,

mencegah, dan mengatasi masalah gizi di tingkat keluarga/rumah tangga melalui

perilaku penimbangan berat badan secara teratur, memberikan hanya ASI saja

kepada bayi 0-6 bulan, makan beranekaragam, memasak menggunakan garam

beryodium, dan mengkonsumsi suplemen zat gizi mikro sesuai anjuran (7).

Page 28: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

5

Kadarzi diwujudkan dengan cara meningkatkan pengetahuan gizi, merubah

sikap dan perilaku gizi keluarga yang kurang mendukung dan menumbuhkan

kemandirian keluarga untuk mengatasi masalah gizi yang ada dalam keluarga.

Rendahnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat khususnya ibu-ibu rumah

tangga terhadap gizi dan kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat

berpengaruh pada pencapaian program kadarzi (7).

Pengetahuan kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal

maupun informal. Pengetahuan ibu yang didasari dengan pemahaman yang tepat

akan menumbuhkan perilaku baru yang diharapkan, khususnya perilaku sadar gizi

pada keluarganya (8).

Menurut Green, perilaku seseorang yang berhubungan dengan kesehatan

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan

faktor pendorong. Faktor perilaku ini pula dapat memengaruhi keberhasilan dalam

melakukan perilaku sadar gizi. Pertama, predisposing factor atau faktor

predisposisi merupakan faktor yang mempermudah terjadinya perilaku yang

berasal dari dalam diri individu (diantaranya seperti pengetahuan, sikap,

keterampilan). Kedua, enabling factor atau faktor pemungkin merupakan

faktor yang memungkinkan individu atau kelompok berperilaku tertentu

(diantaranya ketersediaan akses pelayanan kesehatan). Ketiga, reinforcing

factor atau faktor pendorong adalah faktor yang memperkuat terjadinya perilaku

(di antaranya dukungan keluarga) (9).

Page 29: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

6

Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan

penyakit infeksi yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan

gizi yang cukup, maka akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit.

Demikian juga bila seseorang sering sakit akan menyebabkan gangguan nafsu

makan dan selanjutnya akan mengakibatkan gizi kurang.

Di tingkat keluarga dan masyarakat, masalah gizi dipengaruhi oleh

kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya, baik jumlah

maupun jenis sesuai kebutuhan gizinya. Pengetahuan, sikap dan keterampilan

keluarga dalam hal memilih, mengolah dan membagi makanan antar anggota

keluarga sesuai dengan kebutuhan gizinya, memberikan perhatian dan kasih

sayang dalam mengasuh anak, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dan

gizi yang tersedia, terjangkau dan memadai (Posyandu, Pos Kesehatan Desa,

Puskesmas), tersedianya pelayanan kesehatan dan gizi yang terjangkau dan

berkualitas, kemampuan dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi

dan lingkungan (7).

Penelitian tentang kadarzi ini pernah dilakukan oleh Hariyadi dan

Ekayanti dengan judul “Analisis perilaku keluarga sadar gizi terhadap

stunting di Propinsi Kalimantan Barat”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa rumah tangga dengan perilaku kadarzi yang kurang baik berpeluang

untuk meningkatkan risiko kejadian stunting pada anak balita 1,22 kali lebih

besar daripada rumah tangga dengan perilaku kadarzi yang baik (10).

Page 30: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

7

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti di wilayah kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2018, yaitu dengan melakukan

pengukuran antropometri terhadap 20 balita, ditemukan 13 balita yang mengalami

gizi kurang dan 7 balita lainnya memiliki status gizi baik. Gizi kurang tersebut

ditandai dengan ukuran BB dan TB yang tidak sesuai dengan umur balita.

Setelah melakukan pengukuran, peneliti memberikan kuesioner kepada 10

orang ibu yang memiliki anak balita yang telah di ukur tersebut untuk dijawan,

tentang indikator Keluarga Sadar Gizi atau belum, seperti: menimbang berat badan

secara teratur, 2) memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam

bulan (ASI eksklusif), 3) makan beraneka ragam, 4) menggunakan garam

beryodium, 5) memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A pada balita) sesuai

anjuran. Setelah kuesioner dikumpulkan dan di koreksi, maka diketahui bahwa

hanya 4 orang ibu yang melaksanakan indikator Keluarga Sadar Gizi, sedangkan 6

ibu lainnya mengaku tidak menjalankan indikator tersebut.

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa pemenuhan kecukupan gizi pada

balita oleh sebagian besar rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang

Bireuen tahun 2018 masih rendah. Oleh sebab itu diperlukan adanya penelitian

tentang penerapan prinsip sadar gizi pada tatanan rumah tangga dengan status gizi

balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen.

Page 31: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

8

Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Penerapan Prinsip Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga Dengan Status

Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen dengan

judul “Analisis Penerapan Prinsip Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga

Dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen tahun 2019”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pengetahuan berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?

2. Apakah sikap ibu berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?

3. Apakah keterampilan berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?

4. Apakah sosial ekonomi berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?

5. Apakah dukungan keluarga berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?

6. Apakah pantangan makanan berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?

7. Apakah riwayat kecacingan berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?

Page 32: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

9

8. Apakah penyuluhan tenaga kesehatan berhubungan dengan status gizi balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?

9. Variabel apakah yang paling berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan prinsip sadar gizi

pada tatanan rumah tangga terhadap status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas

Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk menilai hubungan pengetahuan dengan status gizi balita.

2. Untuk menilai hubungan sikap dengan status gizi balita.

3. Untuk menilai hubungan keterampilan dengan status gizi balita.

4. Untuk menilai hubungan sosial ekonomi dengan status gizi balita.

5. Untuk menilai hubungan dukungan keluarga dengan status gizi balita.

6. Untuk menilai hubungan pantangan makanan dengan status gizi balita.

7. Untuk menilai hubungan riwayat kecacingan dengan status gizi balita.

8. Untuk menilai hubungan penyuluhan tenaga kesehatan dengan status gizi

balita.

9. Untuk menilai variabel yang paling berhubungan dengan status gizi balita.

Page 33: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

10

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat secara teoritis

maupun secara praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Mahasiswa di Institut Kesehatan Helvetia

Untuk menerapkan teori-teori dan pengetahuan tentang keluarga sadar gizi

pada tatanan rumah tangga dengan status gizi yang diperoleh di bangku kuliah

ke dalam masalah yang sebenarnya terjadi.

2. Bagi Akademik

Digunakan sebagai bahan acuan dan perbandingan bagi penelitian lain yang

berminat mengembangkan topik bahasan ini yaitu tentang keluarga sadar gizi

pada tatanan rumah tangga dengan status gizi dan melakukan penelitian lebih

lanjut.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Puskesmas

Pemerintah dapat memberikan akses terhadap informasi pelayanan

kesehatan dan gizi, serta dapat mempertimbangkan dalam merumuskan

kebijakan serta menyediakan sumber daya untuk perbaikan kesehatan dan

gizi masyarakat.

2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan serta harapan perilaku gizi seimbang, mampu

mengenali dan memecahkan masalah gizi anggota keluarganya.

Page 34: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

11

3. Bagi Peneliti lain

Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian

tentang hubungan keluarga sadar gizi terhadap tumbuh kembang balita.

Page 35: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut ini dipaparkan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang

berkaitan dengan judul penelitian yaitu tentang penerapan prinsip sadar gizi pada

tatanan rumah tangga, yaitu:

Ranika dengan judul penelitian “Perilaku Sadar Gizi pada Keluarga yang

Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa

Lalang Tahun 2014”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara

perilaku sadar gizi pada keluarga yang memiliki balita gizi kurang dan gizi buruk

di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014, yaitu keluarga melakukan

penimbangan balita (68%), makan beraneka ragam (41,9%), menggunakan garam

beryodium (9,3%), dan pemberian kapsul vitamin A (74,4%) (11)

Ratnasari dengan judul penelitian “Analisis Hubungan Penerapan Keluarga

Sadar Gizi (Kadarzi) Dengan Status Gizi Balita”. Hasil uji Chi-Square dengan

taraf kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan (α) 0,05 diperoleh p value = 0,000,

lebih kecil dari 0,05 (p value < 0,05) a Ha diterima dan disimpulkan bahwa ada

hubungan penerapan keluarga sadar gizi dengan status gizi balita di Puskesmas

Gabus II Kabupaten Pati (12).

Page 36: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

13

Galuh dengan judul penelitian “Hubungan Perilaku Keluarga Sadar Gizi

(Kadarzi) dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Kecamatan Wonosari

Kabupaten Klaten Tahun 2014”. Pada penelitian ini, analisis data perilaku Kadarzi

dan status gizi balita berdasarkan tb/u akan diuji terlebih dahulu untuk mengetahui

jenis data apakah berdistribusi normal atau tidak normal. uji kenormalan data

menggunakan kolmogorov-smirnovtest, dengan tingkat signifikan 0,05 atau 5%.

Analisis mengenai hubungan dari perilaku Kadarzi dengan kejadian stunting di

Desa Sidowarno Kecamatan Klaten Kabupaten Klaten menggunakan pearson

product moment jika data normal atau rank spearman jika data tidak normal

melalui software spss 17.0 dan akan disimpulkan berdasarkan nilai p value ho

diterima jika nilai p value ≥0,05 dan ho ditolak jika nilai p value <0,05.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai r (correlation coefficient):

berkolerasi dengan nilai r = 0 (13).

Antik dan Triska dengan judul penelitian “Hubungan Penerapan Perilaku

Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) dengan Status Gizi Balita di Kabupaten

Tulungagung 2016”. Hasil dari penelitian menunjukkan terhadap hubungan antara

perilaku Kadarzi dengan status gizi balita BB/U (p=0,010) dan TB/U (p=0,000)

namun tidak dengan BB/TB (p=0,368) (14).

Silvera dengan judul penelitian “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Status Gizi Buruk Pada Balita di Kota Semarang Tahun 2017 (Studi di Rumah

Pemulihan Gizi Banyumanik Kota Semarang)”. Berdasarkan hasil penelitian,

diketahui bahwa ada hubungan antara pendidikan Ibu dengan tingkat kecukupan

energi dan protein balita Rumah Gizi Kota Semarang. Ada hubungan status

Page 37: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

14

ekonomi keluarga dengan tingkat kecukupan energi dan protein balita Rumah Gizi

Kota Semarang, Ada hubungan tingkat kecukupan energi dan protein dengan

status gizi buruk balita Rumah Gizi Kota Semarang, Ada hubungan riwayat

penyakit infeksi dengan status gizi buruk balita Rumah Gizi Kota Semarang, ada

hubungan antara riwayat BBLR dengan dengan status gizi buruk balita rumah

Gizi Kota Semarang (15).

Fatmah dengan judul penelitian “Pengetahuan dan Praktek Keluarga Sadar

Gizi Ibu Balita”. Hasil studi menyatakan bahwa pengetahuan ibu balita pada 4

indikator Kadarzi cukup baik, kecuali konsumsi aneka ragam makanan. Praktek 3

indikator Kadarzi juga sudah baik, kecuali pemberian ASI eksklusif dan konsumsi

aneka ragam makanan. Tokoh masyarakat dan kader posyandu belum mengenal

indikator Kadarzi dengan baik. Mereka hanya sebatas mendengar dan tidak

familiar dengan istilah Kadarzi. Kadarzi identik dengan makanan 4 sehat 5

sempurna bagi balita dan ibu hamil untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan

masyarakat (16).

Noveri, dkk dengan judul penelitian “Hubungan Perilaku Kadarzi (Keluarga

Sadar Gizi) Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah 1

Demak)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden pada

kategori usia <30 tahun sebanyak 60 responden (63,2%), pendidikan mayoritas

SMP sebanyak 41 responden (43,2%) dan dengan pendapatan mayoritas <UMR

sebanyak 62 responden (65,30%). Responden mayoritas memiliki perilaku tidak

kadarzi sebanyak 60 responden (63%) dan mayoritas balita dengan status gizi baik

sebanyak 66 responden (69,50%). Responden yang perilaku kadarzi mayoritas

Page 38: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

15

status gizi balita baik dan lebih sebanyak 32 responden (91,4%), responden yang

perilaku tidak kadarzi mayoritas status gizi balita lebih dan baik sebanyak 35

responden (58,3%) dan status gizi balita kurang dan buruk 25 responden (41,7%)

berperilaku tidak kadarzi. Dari uji statistik p sebesar = 0,001 yang berarti p < 0,05

(17).

Dewanti dengan judul penelitian “Implementasi Keluarga Sadar Gizi

(Kadarzi) Di Puskesmas Gantrung Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Program Kadarzi di

Puskesmas Gantrung masih belum cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari minimnya

sosialisasi dan jumlah tenaga medis serta kurangnya fasilitas yang mendukung.

Selain itu juga kurangnya pemahaman kader terkait Program Kadarzi dan insentif

yang kurang sepadan. Dengan demikian maka perlu adanya sosialisasi yang

merata dan penyediaan fasilitas yang menunjang. Serta penambahan tenaga medis

baru yang tentunya sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan. Selain itu ada

penambahan biaya insentif mengingat banyaknya jenis pekerjaan yang harus

dikerjakan (18).

2.2 Telaah Teori

2..2.1 Status Gizi

2.2.2 Pengertian

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu. Menurut Almatsier, status gizi adalah keadaan tubuh sebagai

akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan

antara status gizi kurang, baik dan lebih. Status gizi adalah keadaan kesehatan

Page 39: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

16

anak ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik, energi, dan zat-zat gizi lain,

serta dampak fisiknya diukur secara antropometri (19).

Secara umum, status gizi dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu (19) :

1. Kecukupan gizi (gizi seimbang)

Dalam hal ini asupan gizi, seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang

seimbang.

2. Gizi kurang

Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat yang timbul karena tidak

cukup makan dengan demikian konsumsi energi dan protein kurang

selama jangka waktu tertentu.

3. Gizi lebih

Keadaan tidak sehat disebabkan kebanyakan makan mengkonsumsi lebih

dari pada yang diperlukan tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan dengan

proses tubuh

a. Pemberian energi

Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat,

lemak,protein. Oksidasi zat gizi tersebut menghasilkan energi yang

diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktifitas.

b. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh

Protein mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh,ketiga zat gizi

tersebut dinamakan zat pembangun.

Page 40: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

17

c. Pengatur proses tubuh

Protein, mineral air dan vitamin diperlukan untuk mengatur prosese

tubuh. Protein mengatur keseimbangan air didalam sel. Mineral dan

vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi.

Air di perlukan untuk melarutkan bahan bahan didalam tubuh serta

didalam darah, cairan pencernaan dan proses tubuh yang lain (19).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, status

gizi adalah kesehatan tubuh seseorang sebagai pencapaian konsumsi zat

makanan dan penggunaanya oleh tubuh serta kesesuaian gizi yang dikonsumsi

dengan zat gizi yang dikonsumsi dengan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

2.2.3 Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa, penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu,

secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung

dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu, klinis, biokimia, biofisik, dan

antropometri, sedangkan pemeriksaan status gizi tidak langsung dapat dibagi

tiga yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (20).

Penelitian ini menggunakan penilaian status gizi secara langsung,

dengan menggunakan antropometri. Antropometri berasal dari kata antropos

dan metros. Antropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Antropometri

adalah ukuran dari tubuh. Antropometri sangat umum digunakan untuk

mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan

energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan

proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Indeks

Page 41: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

18

antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat

badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat

badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks antropometri tinggi badan

menurut umur (TB/U) mempunyai kelebihan dan kekurangan (21).

Kelebihan TB/U yaitu, menurunkan indikator yang baik untuk

mengetahui kekurangan gizi pada waktu lampau, pengukuran objektif apabila

diulang memberikan hasil yang sama, peralatan dapat dibawa kemana-mana,

ibu-ibu jarang merasa keberatan apabila anaknya diukur, dan paling baik

untuk anak diatas dua tahun (21).

Kelemahan TB/U dalam menilai hasil intervensi harus disertai indikator

lain seperti BB/U, karena panjang badan tidak banyak terjadi dalam waktu

singkat dan membutuhkan beberapa tehnik pengukuran seperti alat ukur

panjang badan. Untuk anak umur lebih dua tahun, lebih sulit dilakukan oleh

kader atau petugas yang belum pengalaman, dan untuk mengukurnya

diperlukan dua orang. Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan tubuh sketal, pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh

seiring dengan bertambahnya umur (22).

Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang

sensitif terhadap masalah kurang gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi

zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak pada waktu yang relatif lama

Standar deviasi unit disebut juga z-score. Untuk meneliti dan

memantau pertumbuhan anak, WHO menyarankan menggunakan cara sebagai

berikut (23) :

Page 42: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

19

𝑍 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑆𝑢𝑏𝑦𝑒𝑘 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑅𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑅𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛

2.2.4 Angka Kecukupan Gizi

Angka kecukupan gizi (AKG) adalah banyaknya masing-masing zat gizi

essensial yang harus dipenuhi dari makanan, untuk mencegah defisiensi zat gizi.

AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, berat badan, genetika,

keadaan fisiologis seperti kehamilan atau menyususi. Kecukupan gizi lebih

menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh masing-masing

individu. Anjuran kecukupan gizi didasarkan pada patokan berat badan menurut

kelompok umur dan jenis kelamin. Kecukupan zat gizi pada bayi dan balita relatif

lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut

pertumbuhan masih sangat pesat (22).

Adapun kegunaan AKG yang dianjurkan adalah (22):

a. Untuk perencanaan penyediaan pangan tingkat regional atau nasional.

b. Untuk menilai data konsumsi makanan perorangan atau kelompok

masyarakat, bila hasil survei menunjukkan penyimpangan berat badan dari

berat badan patokan, perlu dilakukan penyesuaian angka kecukupan.

c. Untuk perencanaan pemberian makanan bagi institusi seperti rumah sakit,

perkantoran, industri, sekolah, panti sosial, dan lembaga pemasyarakatan perlu

diperhatikan berat badan rata-rata dan aktivitas.

d. Untuk menetapkan standar bantuan pangan dalam keadaan darurat seperti

bencana alam, perang, kekeringan, kerusuhan, transmigran, pemberian

Page 43: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

20

makanan tambahan golongan rawan (balita, anak sekolah, ibu hamil, dan lain-

lain).

e. Untuk menetapkan pedoman keperluan label gizi makanan yang dikemas.

f. Untuk bahan penyuluhan atau pendidikan gizi yang berkaitan dengan

g. kebutuhan gizi menurut kelompok umur dan kegiatan maupun jenis kelamin.

Tabel 2.1

Berat Badan Patokan Berdasar Kelompok Umur Untuk Indonesia,

WHO, dan USA (23)

2.2.5 Klasifikasi Status Gizi

Pengukuran antropometri yang digunakan menurut WHO.

Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Anak Balita (22)

No Indeks Status Gizi Ambang Batas

1 BB menurut Umur Gizi Lebih

Gizi Baik

Gizi Kurang

Gizi Buruk

>+2.0SD baku WHO-NCHS

-2.0SD sd +2.0SD

<-2.0SD

<-3.0SD

2 TB menurut Umur Normal

Pendek

>=-2.0SD baku WHO-NCHS

<-2.0SD

3 BB menurut TB Gemuk

Normal

Kurus

Sangat Kurus

>2.0SD baku WHO-NCHS

-2.0SD sd +2SD

<-2.0SD

<3.0SD

No Golongan Umur Indonesia (kg) WHO (kg) USA (kg)

1. 0-6 bulan 5,5 - 6

2. 7-12 bulan 8,0 - 9

3. 1-3 tahun 12,0 16 13

4. 4-5 tahun 18 ,0 - 20

Page 44: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

21

Pengelompokan gizi kurang menurut ≥ -skore dalam 3 kategori (22):

1. Gizi kurang tingkat ringan (nilai ≥ _BBU z-2.5SD dan <-2.0SD).

2. Gizi kurang tingkat sedang (nilai ≥ _BBU z3.0SD dan <2.5SD).

3. Gizi kurang tingkat buruk ( nilai ≥ _BBU <-3.0SD).

2.2.5.1 Gizi Buruk

Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat

akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit

dalam waktu lama. Gizi buruk ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut

berat badan terhadap tinggi badan) dan atau hasil pemeriksaan klinis

menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. Balita

disebut gizi buruk apabila indeks berat badan menurut umur (BB/U) 3,0 SD (20).

Gizi buruk atau malnutrisi adalah asupan protein dan energi yang tidak

adekuat dalam jangka waktu yang lama dan menyebabkan hilangnya cadangan

lemak tubuh dan atau pengerutan otot termasuk malnutrisi yang berkaitan dengan

kelaparan, malnutrisi terkait penyakit kronis dan malnutrisi terkait penyakit akut

atau injury/trauma (20). Ada beberapa hal yang menjadi penyebab gizi buruk pada

balita, yaitu :

a. Balita tidak mendapat ASI ekslusif atau ASI saja atau sudah mendapat

makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan.

b. Balita berhenti menyusu sebelum umur 2 tahun.

c. Balita tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6

bulan atau lebih.

d. MP-ASI kurang atau tidak bergizi.

Page 45: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

13

e. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam

waktu lama, seperti diare, campak, TBC, batuk pilek.

f. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.

Klasifikasi gizi buruk berdasarkan gejala kliniknya dapat dibagi menjadi 3

bagian:

a. Marasmus

Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan protein dan kilo kalori yang

kronis. Karakteristik dari marasmus adalah berat badan sangat rendah. Gejala

umum marasmus antara lain kurus kering, tampak hanya tulang dan kulit, otot dan

lemak bawah kulit atropi atau mengecil, wajah seperti orang tua, berkerut/keriput,

layu dan kering, diare umum terjadi. Penyebab marasmus terjadi karena diet yang

kurang kilo kalori dan protein dalam jangka waktu lama (kronis).

Marasmus biasanya terjadi pada bayi umur 6-18 bulan. Adapun ciri-ciri

marasmus adalah anak sangat kurus, cengeng dan rewel, rambut tipis, jarang, dan

kusam, wajah seperti orang tua, kulit keriput, tulang iga tampak jelas, pantat

kendur dan keriput, perut cekung (20).

b. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah istilah pertama dari Afrika, artinya sindroma

perkembangan anak dimana anak tersebut disapih tidak mendapatkan ASI sesudah

1 tahun karena menanti kelahiran bayi berikutnya. Makanan pengganti ASI

sebagian besar terdiri dari pati atau air gula, tetapi kurang protein baik kualitas

maupun kuantitasnya. Gejala kwashiorkor sebagai berikut pertumbuhan dan

mental mundur, edema, otot menyusut (kurus), depigmentasi rambut dan kulit,

Page 46: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

14

karakteristik dikulit timbul sisik, hipoalbuminemia, diare dan infeksi, anemia,

menderita kekurangan vitamin A (20).

Perubahan metabolisme karena kekurangan protein adalah kekurangan

pengaruh cairan dan elektrolit, protein, lemak, vitamin dan mineral. Karakteristik

kwashiorkor adalah gangguan spesifik terhadap metabolisme cairan dan elektrolit.

Ciri-ciri lain kwashiorkor adalah wajah bulat dan sembab, cengeng dan rewel,

apatis, kedua punggung kaki bengkak, bercak merah kehitaman ditungkai atau

pantat, rambut tipis, warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit.

c. Marasmik-Kwashiorkor

Penyakit marasmik-kwashiorkor mempunyai gejala klinis adalah

campuran/gabungan dari tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor seperti sangat

kurus, rambut seperti warna jagung dan mudah rontok, perut buncit, punggung

kaki bengkak, cengeng. Berat badan penderita marasmik-kwashiorkor < 60 dari

berat badan normal. Tanda-tanda khas terdapat dari kedua penyakit tersebut

seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit (20).

2.2.5.2 Gizi Kurang

Gizi kurang adalah terjadi akibat ketidaksesuaian antara asupan dan

kebutuhan tubuh akan zat gizi. Penilaian status gizi dilakukan dengan

membandingkan kesesuaian jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi terhadap

kebutuhan tubuh akan zat gizi yang berbeda-beda sesuai kondisi sehat, sakit dan

berbagai tahap pertumbuhan dan apabila asupan zat gizi kurang adekuat dapat

menyebabkan kurang gizi (20).

Page 47: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

15

2.2.5.3 Gizi Lebih

Gizi lebih atau Obesitas adalah kelebihan berat badan akibat dari

penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Terdapat perkecualian yaitu

kegemukan dapat berkembang pada wajah yang terjadi pada keseimbangan energi

positif. Obesitas pada anak-anak mempunyai kecenderungan menuju ke tinggi

badan per umur. Penelitian pada anak, remaja, dan dewasa menunjukkan porsi

kelebihan berat (10-30%) terdiri dari Basis lemak bebas atau Lean Body Mass

(LBM). Bukti-bukti saat ini menunjukkan bahwa banyak anak-anak overweigh

memiliki faktor resiko penyakit kardiovaskuler, seperti hyperlipidemia, hipertensi,

atau hyperinsulinemia (20).

2.2.6 Tingkat Konsumsi

Makanan yang dikonsumsi harus memperhatikan nilai gizi makanan dan

kecukupan zat gizi yang dianjurkan. Hal tersebut dapat di tempuh dengan

penyajian hidangan yang bervariasi dan dikombinasi, ketersediaan pangan,

macam serta jenis bahan makanan diperlukan untuk mendukung usaha

tersebut. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi juga menjamin

tercukupinya kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (19).

Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan.

Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh

dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain.

Kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah kecukupan rata-rata zat gizi

setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran

tubuh dan aktifitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (19).

Page 48: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

16

2.2.6.1 Konsumsi Energi

Energi adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan tubuh, cara

memperoleh energi adalah dari makanan yang dimakan, dan energi dari

makanan ini terdapat energi kimia yang diubah menjadi energi bentuk lain.

Bentuk energi yang berkaitan dengan proses-proses biologi adalah energi

kimia, energi mekanik, energi panas, dan energi listrik (22).

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang

pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat,

lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya.

Zat gizi merupakan makanan yang diserap tubuh. Status gizi merupakan hasil

masukan zat gizi makanan dan pemanfaatannya didalam tubuh sebagai keadaan

kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan

oleh konsumsi. Penyerapan (absorpsi) makanan dan penggunaan (utilization) zat

gizi makan yang ditentukan berdasarkan ukuran tertentu juga dapat

mempengaruhi status gizi. Energi yang masuk kedalam tubuh dan energi

yang dikeluarkan dari tubuh mempengaruhi status gizi balita. Energi yang

masuk kedalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak, dan zat

gizi lainya.

2.2.6.2 Konsumsi Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian

terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat

digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan

jaringan tubuh (19). Protein diperlukan untuk pembentukan dan perbaikan

Page 49: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

17

jaringan tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut, dan kuku. Angka

kecukupan protein tergantung dari macam dan jumlah bahan makanan nabati

dan hewani yang dikonsumsi manusia setiap harinya.

Ada dua jenis protein, yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein

hewani mengandung lemak jenuh, sedangkan protein nabati mengandung lemak

tak jenuh (19). Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik,

dalam jumlah maupun mutu, tetapi hanya 18,4% rata-rata penduduk

Indonesia mengkonsumsi protein hewani. Sedangkan bahan makanan nabati yang

kaya akan protein adalah kacang-kacangan, dengan kontribusi konsumsi

protein nabati hanya 9,9% rata-rata penduduk Indonesia. Kekurangan protein

banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein

pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak dibawah lima

tahun (22)

2.2.6.3 Konsumsi Vitamin

Vitamin adalah zat–zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam

jumlah sangat sedikit dan pada umumnya tidak dapat dibentuk dalam tubuh,

oleh karenanya harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat

pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai

tugas spesifik bagi kesehatan didalam tubuh. Dasar kesehatan seumur hidup

dimulai dari masa balita. Komponen penting yang menunjang kesehatan

seumur hidup pada balita salah satu vitamin adalah vitamin A.

Page 50: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

18

Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang terbesar di

seluruh dunia, terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua

umur, terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan

berbagai jenis penyakit yang termasuk “Nutrition Related Diseases”, yang

dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh, seperti

menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitalisme sel-sel kulit.

Salah satu dampak KVA adalah kelainan pada mata, yang umumnya terjadi

pada anak usia 6 bulan sampai 4 tahun, yang menjadi penyebab utama kebutaan

di negara berkembang (22).

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Perilaku

2.3.1.1 Defenisi Perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan jika dilihat dari segi biologis. Oleh sebab itu semua

makhluk hidup berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas sendiri-sendiri.

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat

diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (24).

Definisi lain menyebutkan perilaku merupakan respon atau perbuatan suatu

organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/rangsangan dari luar. Oleh karena

perilaku ini terjadi melalui proses adanya organisme. Kemudian, organisme

tersebut merespon, atau stimulus,organisme, respon (24).

Page 51: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

19

2.3.1.2 Bentuk Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme

atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) 10 dari luar subyek tersebut.

Perilaku merupakan hasil dari hubungan antara perangsang (stimulus) dengan

tanggapan (respon) dari respon. Perilaku membedakan adanya dua respon, yakni

(24):

a. Responden

Respon atau reflexive response yaitu respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan tertentu. Respondent response (respondent behavior)

ini mencakup emosi respon atau emotional behavior.

b. Operant response atau instrumental response Operant response

Yaitu respon yang timbul dan perkembangannya diikuti oleh perangsang

tertentu. Perangsang tersebut mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku

tertentu yang telah dilakukan. Operant response atau instrumental response

berbentuk dua macam yaitu :

1) Bentuk pasif

Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi di dalam diri

manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain.

2) Bentuk aktif

Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara

langsung atau yang dapat dilihat oleh orang lain.

Page 52: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

20

2.3.1.3 Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia sebagian besar ialah perilaku yang dibentuk dan dapat

dipelajari. Berikut adalah cara terbentuknya perilaku seseorang (24):

a. Kebiasaan, terbentuknya perilaku karena kebiasaan yang dilakukan. Misal

menggosok gigi sebelum tidur, bangun pagi dan sarapan pagi.

b. Pengertian, terbentuknya perilaku ditempuh dengan pengertian.

c. Penggunaan Model, pembentukan perilaku melalui contoh atau model.

Model yang dimaksud adalah pemimpin, orangtua dan tokoh panutan lainnya.

2.3.1.4 Klasifikasi Perilaku

Berdasarkan bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku

dibedakan menjadi dua (24):

a. Perilaku tertutup

Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas

pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada

orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh

orang lain.

b. Perilaku terbuka

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan

atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Page 53: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

21

2.3.1.5 Model Perilaku Precede-Proceed Green

Teori atau model yang digunakan dalam penelitian untuk mengungkap

determinan perilaku individu, khususnya perilaku yang berhubungan dengan

kesehatan dan proses terjadinya perubahan perilaku adalah precede-proceed

(Predisposing, Reinforcing, Enabling Causes) dengan alasan di dalamnya

terdapat pengkajian, perencanaan intervensi dan evaluasi yang menjadi satu

kerangka kerja. Dan teori yang lain untuk menjelaskan penyebab perilaku

secara individu adalah Theory of Planned Behavior (TPB) dan Health Belief

Model (HBM) precede – proceed model (9).

Precede (Predisposing, Reinforcing, Enabling Causes), pendekatan ini

direkomendasikan untuk evaluasi keefektifan intervensi dan memfokuskan target

utama dalam intervensi. Kerangka dalam model precede, terdapat 6 (enam)

tahapan, yaitu diagnosis sosial, diagnosis epidemiologi, identifikasi faktor non

perilaku, identifikasi faktor predisposing, reinforcing dan enabling yang

berhubungan dengan perilaku kesehatan, rencana intervensi dan diagnosis

administratif dan lainnya untuk pengembangan dan pelaksanaan program

intervensi (9). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 54: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

22

Sumber : Green, Lawrence, dan Marshall W, Kreuter

Gambar 2.1 Perilaku Teori Precede procede

a. Fase satu: diagnosis sosial merupakan penekanan pada identifikasi

masalah sosial yang berdampak pada masyarakat. Diagnosis ini juga

sebagai proses penentuan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau

terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan

kualitas hidupnya. Indikator yang digunakan terkait masalah sosial adalah

indiaktor sosial yang penilaiannya didasarkan data sensus ataupun statistik

vital yang ada maupun dengan melakukan pengumpulan data secara

langsung dari masyarakat.

Page 55: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

23

b. Fase dua: diagnosis epidemiologi yaitu melakukan identifikasi terkait

dengan aspek kesehatan yang berpengaruh terhadap kualitas hidup. Pada

fase ini dicari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup yang

dapat digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada baik berasal

dari data lokal, regional maupun nasional. Pada fase ini diidentifikasi

siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis

kelamin, lokasi, suku dan lainnya), bagaimana pengaruh atau akibat

dari masalah kesehatan tersebut (kematian, kesakitan, ketidakmampuan,

dan tanda gejala yang ditimbulkannya) dan bagaimana cara untuk

menanggulangi masalah kesehatan (imunisasi, perawatan/ pengobatan,

perubahan lingkungan dan perubahan perilaku). Informasi ini sangat

dibutuhkan untuk menetapkan prioritas masalah yang biasanya

didasarkan atas pertimbangan besarnyamasalah dan akibat yang

timbulkannya serta kemungkinan untuk diubah.

c. Fase tiga: merupakan kegiatan identifikasi/diagnosis terhadap faktor-

faktor perilaku dan lingkungan yang berhubungan dengan masalah-

masalah kesehatan yang ditunjukkan pada fase sebelumnya. Identifikasi

dilakukan terhadap faktor risiko yang secara spesifik terkait masalah-

masalah kesehatan yang terkait dengan perilaku. Demikian juga

dilakukan identifikasi terhadap faktor lingkungan sebagai faktor dari

luar yang berhubungan dengan masalah-masalah kesehatan dan kualitas

hidup. Faktor lingkungan dapat dikontrol dan dimodifikasi sedemikian

rupa untuk dapat menanggulangi masalah kesehatan dan kualitas hidup.

Page 56: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

24

d. Fase empat: di dalam fase ini melakukan diagnosis terhadap faktor-faktor

secara spesifik dan potensial mempengaruhi perilaku kesehatan lingkungan.

Perubahan perilaku kesehatan dan lingkungan sebagai tujuan promosi

kesehatan yang memperhatikan 3 aspek yaitu: faktor predisposisi

(meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi), faktor

pendukung (meliputi sumber daya) dan faktor-faktor pendorong (meliputi

tokoh masyarakat, petugas kesehatan atau pihak yang sudah terlebih

dahulu berubah perilakunya). Fase ini menilai faktor-faktor yang secara

langsung berdampak terhadap perilaku dan lingkungan untuk kepentingan

membantu perencana dalam melaksanakan intervensi dengan sumber

daya yang ada. Upaya intervensi, selanjutnya dilakukan penentuan

prioritas berdasarkan seleksi terhadap faktor-faktor yang ada.

e. Fase kelima: adalah merupakan tahapan penilaian terhadap organisasi/

kebijakan dan kemampuan administrasi serta sumber daya untuk

mengembangkan program

f. Fase keenam: berhubungan dengan pengembangan dan pelaksanaan

program intervensi seperti program kampanye (cetak dan audiovisual,

modifikasi perilaku, pemodelan, pengembangan masyarakat dan lain

sebagainya.

g. Fase ketujuh: fokus pada evaluasi yang diarahkan pada evaluasi proses,

dampak

h. Fase kedelapan: evaluasi yang dilakukan terhadap hasil intervensi pada fase

sebelumnya (9).

Page 57: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

25

2.3.1.6 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku

Perilaku sehat dapat terbentuk karena berbagai pengaruh atau rangsangan

yang berupa pengetahuan. Adapun beberapa faktor yang di duga berhubungan

dengan Perilaku Penerapan Prinsip Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga

dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten

Bireuen tahun 2019, adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan

penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (25).

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam proses tumbuh

kembang anak. Keadaan tingkat pendidikan orang tua yang rendah terutama ibu

berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam mengelola rumah tangga terutama pola

konsumsi pangan sehari-hari. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan

lebih mudah menerima pesan dan informasi gizi dan kesehatan anak. Sehingga

orang tua yang berpendidikan tinggi akan lebih mengerti dan memperhatikan

Page 58: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

26

tentang pemilihan pengolahan pangan serta pemberian makan yang sehat dan

bergizi bagi anggota keluarganya.

Tingkat pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan, salah

satunya melalui pendidikan gizi sehingga akan memperbaiki kebiasaan konsumsi

pangan dirinya dan keluarganya. Tingkat pengetahuan ibu bermakna dengan sikap

positif terhadap perencanaan dan persiapan makan. Semakin tinggi pengetahuan

ibu, maka semakin positif sikap ibu terhadap gizi makanan. Kurangnya

pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan dalam kehidupan

sehari-hari merupakan sebab penting gangguan gizi. Sebagaimana hasil penelitian

Nazaruddin yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan gizi dan perilaku Kadarzi pada keluarga balita. Tingkat pengetahuan

ibu bermakna dengan sikap positif terhadap perencanaan dan persiapan makan.

Semakin tinggi pengetahuan ibu, maka semakin positif sikap ibu terhadap gizi

makanan (25).

Masalah gizi selain merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya

dengan ketahanan pangan ditingkat rumah tangga juga menyangkut aspek

pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung perilaku hidup sehat.

Pengetahuan sangat penting dalam menentukan bertindak atau tidaknya seseorang

yang pada akhirnya sangat akan mempengaruhi status kesehatan anggota

keluarganya (26).

Seseorang yang mempunyai pendidikan rendah belum tentu kurang

mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan

dengan orang lain yang berpendidikan lebih tinggi. Karena sekalipun

Page 59: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

27

berpendidikan rendah kalau orangtersebut rajin mendengarkan informasi tentang

gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik (26).

2. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu

objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang

paling dekat. Sikap gizi merupakan cara membuat seseorang terhadap gizi. Sikap

positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan

nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain (26):

1) Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat

itu.

2) Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada

pengalaman orang lain.

3) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada

banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

4) Nilai (Value) di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai

yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup

bermasyarakat.

3. Keterampilan Gizi

Keterampilan merupakan respon terhadap rangsangan yang bersifat aktif,

dan dapat diamati. Keterampilan yang dimaksud adalah bagaimana cara ibu

menyediakan makanan di rumah. Apakah keterampilan ibu tersebut berdampak

baik atau buruk bagi status gizi balita pada tatanan rumah tangga. Keterampilan

Page 60: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

28

dalam hal ini misalnya, seperti mengolah makanan bergizi menjadi sebuah

makanan yang menarik dan di sukai balita (26).

4. Sosial Ekonomi

Seorang ibu yang tidak bekerja di luar rumah akan memiliki waktu lebih

banyak dalam mengasuh serta merawat anak dibandingkan ibu yang bekerja di

luar rumah. Pekerjaan memiliki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan

serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan

dengan faktor lain seperti kesehatan. Salah satu penyebab terjadinya gizi kurang

adalah karena status pekerjaan ibu sehingga ibu yang bekerja di luar rumah

cenderung menelantarkan pola makan keluarganya sehingga mengakibatkan

menurunnya keadaan gizi keluarga, hal ini akan berakibat pada keadaan status gizi

anggota keluarga terutama anak-anaknya (17).

Pendapatan merupakan faktor yang terpenting menentukan kualitas

dan kuantitas hidangan keluarga. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula

persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayur dan beberapa

jenis bahan makanan lainnya (15).

5. Dukungan Keluarga

Pada keluarga yang sangat miskin, pemenuhan kebutuhan makanan akan

lebih mudah jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang

sedang tumbuh dari suatu keluarga miskin adalah yang paling rawan terhadap gizi

kurang diantara semua anggota keluarga, anak yang paling kecil biasanya yang

paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Situasi semacam ini sering terjadi

sebab seandainya besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak

Page 61: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

29

berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang

tumbuh memerlukan pangan relatif lebih tinggi daripada golongan yang lebih tua.

Tahun-tahun awal masa kanak-kanak yaitu pada umur 1-6 tahun berada dalam

situasi yang rawan (26).

6. Riwayat Kecacingan

Kecukupan gizi yang baik pada anak akan meningkatkan daya tahan

terhadap penyakit, anak yang memiliki riwayat kecacingan akan mudah terkena

penyakit terutama penyakit infeksi. Hubungan infeksi dengan status gizi sangat

erat, demikian juga sebaliknya. Kecukupan gizi yang baik pada anak akan

meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, anak yang mengalami kurang gizi

akan mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Seperti diketahui, bahwa

hubungan infeksi dengan status gizi sangat erat, demikian juga sebaliknya (14).

Balita yang mengalami kecacingan biasanya mengalami keluhan-keluhan

batuk-batuk akibat yang ditimbulkan oleh telur cacing serta keluhan yang

ditimbulkan cacing dewasa seperti gangguan usus ringan : mual, nafsu makan

berkurang, diare dan konstipasi. Balita yang menderita cacingan biasanya lesu,

tidak bergairah. Perut sering sakit, Diare, nafsu makan berkurang, sehingg balita

yang mengalami kecacingan dianjur minum obat cacing sebanyak 2 kali dalam

setahun atau 1 kali dalam 6 bulan.

Page 62: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

30

7. Penyuluhan Tenaga Kesehatan

Penyuluhan tenaga kesehatan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan

ibu dalam memberikan asupan gizi melalui permberian makanan. Misalnya

bagaimana cara untuk memberikan makanan seimbang, bagaimana cara

sebagainya (21).

2.3.2 Keluarga Sadar Gizi

Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalah suatu keluarga yang mampu

mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu

keluarga disebut Kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan

minimal dengan menimbang berat badan secara teratur, memberikan air susu ibu

(ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif), makan

beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi (kapsul

vitamin A dosis tinggi) (7).

Dalam hal ini, keluarga merupakan tatanan masyarakat terkecil dan paling

inti dengan beranggotakan bapak, ibu, dan anak-anak. Di sinilah tata cara nilai,

norma, kepedulian dan kasih sayang terbina sejak dini. Dalam keluarga, sumber

daya dimiliki dan dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan termasuk

kebutuhan fisik yang paling dasar yaitu makan dan minum. Ditingkat keluarga

juga dilakukan pengambilan keputusan tentang makanan, gizi dan kesehatan

dilaksanakan.

Masalah yang terjadi ditingkat keluarga seperti gizi kurang, gizi buruk,

anemia dan sebagainya, sangat erat kaitannya dengan perilaku keluarga yang

bersangkutan selain akar masalah adalah kemiskinan. Pemahaman Kadarzi oleh

Page 63: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

31

semua yang bertujuan mewujudkan keluarga sehat, cerdas dan mandiri sangat

diperlukan untuk menjadikan bangsa sehat dan negara kuat. Diharapkan bahwa

dalam satu keluarga sadar gizi sedikitnya ada seorang anggota keluarga yang

dengan sadar bersedia melakukan perubahan kearah keluarga yang berperilaku

gizi baik dan benar. Bisa seorang ayah, ibu, anak, atau siapa pun yang terhimpun

dalam keluarga itu (7).

Konsumsi makanan akan menggambarkan perubahan berat badan atau

pertumbuhan. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh (fisik)

dari waktu ke waktu. Perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh seperti

pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab. Kegunaan dari

pemantauan ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan

balita, mencegah memburuknya keadaan gizi, mengetahui kesehatan ibu hamil

dan perkembangan janin, mencegah ibu melahirkan bayi dengan berat badan

lahir rendah dan terjadinya pendarahan pada saat melahirkan, dan mengetahui

kesehatan anggota keluarga dewasa dan usia lanjut (7).

Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam yaitu pangan yang

dikonsumsi memenuhi tiga guna makanan yaitu makanan sebagai sumber

tenaga (karbohidrat, lemak), yang terdiri dari empat macam kelompok bahan

makanan. Kelompok bahan makanan tersebut adalah makanan pokok,

sebagai sumber zat tenaga seperti beras, jagung, ubi, singkong, dan mie.

Lauk pauk, sebagai sumber zat pembangun seperti ikan, telur, ayam, daging,

tempe, kacang-kacangan, dan tahu. Sayuran dan buah-buahan sebagai

sumber zat pengatur seperti bayam, kangkung, wortel, buncis, kacang

Page 64: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

32

panjang, sawi, daun singkong, daun katuk, pepaya, pisang, jeruk, semangka,dan

nanas (27) .

Mengkonsumsi garam beriodium sangat penting karena iodium adalah

sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di tanah, maupun di air dan

merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan serta

perkembangan makhluk hidup. Garam beriodium adalah garam yang telah

ditambah zat iodium yang diperlukan oleh tubuh. Fungsi Iodium dalam tubuh

manusia yaitu untuk membentuk hormon tiroksin yang diperlukan oleh tubuh

yang bermanfaat dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari

janin sampai dewasa.

ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir

sampai bayi berusia 6 bulan tanpa minuman dan makanan lain selain ASI.

Pemberian ASI eksklusif sangat bermanfaat, karena ASI merupakan makanan

yang paling sempurna untuk bayi, bahkan sangat mudah dan murah

memberikannya kepada bayi. ASI juga dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi

sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (28).

Standar pencapaian Kadarzi yaitu 80% keluarga menjadi Kadarzi. Target

jumlah balita yang dipantau pertumbuhanya setiap bulan dengan cara

penimbangan berat badan yaitu 90%, jumlah bayi 0-6 bulan yang

memperoleh ASI eksklusif 80%, keluarga menggunakan garam beryodium

90%, keluarga makan beraneka ragam 80%, balita mengkonsumsi vitamin A usia

6-11 bulan 90% (28).

Page 65: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

33

2.3.3 Perilaku Sadar Gizi

Umumnya keluarga telah memiliki pengetahuan dasar mengenai gizi.

Namun demikian, sikap dan keterampilan serta kemauan untuk bertindak

memperbaiki gizi keluarga masih rendah. Sebagian keluarga menganggap

asupan makanannya selama ini cukup memadai karena tidak ada dampak buruk

yang mereka rasakan. Sebagian keluarga juga mengetahui bahwa ada jenis

makanan yang lebih berkualitas, namun mereka tidak ada kemauan dan tidak

mempunyai keterampilan untuk penyiapannya (10).

2.3.4 Indikator Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Indikator Keluarga Sadar Gizi digunakan untuk mengukur tingkat sadar

gizi keluarga. Menurut Depkes, ada lima indikator Kadarzi yang meliputi: 1)

Menimbang berat badan secara teratur, 2) memberikan ASI saja kepada bayi

sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif), 3) makan beraneka ragam,

4) menggunakan garam beryodium, 5) memberikan suplemen gizi (kapsul

vitamin A pada balita) sesuai anjuran (10).

2.3.4.1 Menimbang berat badan secara teratur

Tujuan dari penimbangan secara teratur yaitu untuk mengetahui perubahan

berat badan dalam menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan

kesehatan, dengan mengetahui perubahan berat badan yang terjadi keluarga dapat

mengenali masalah kesehatan dan gizi anggota keluarganya serta mampu

mengatasi masalahnya baik oleh sendiri atau dengan bantuan petugas. Cara

memantau berat badan anak (29) :

Page 66: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

34

a. Anak dapat ditimbang di rumah atau di posyandu atau di tempat lain,

b. Berat badan anak dimasukkan ke dalam KMS,

c. Bila grafik berat badan KMS Naik (sesuai garis pertumbuhnnya), berarti anak

sehat, bila tidak naik berarti ada penurunan konsumsi makanan atau gangguan

kesehatan dan perlu ditindak lanjuti oleh keluarga atau meminta bantuan

petugas kesehatan.

Berat badan balita dapat dipantau dengan melihat catatan penimbangan

pada KMS selama enam bulan terakhir yaitu bila bayi berusia > 6 bulan ditimbang

empat kali atau lebih berturut-turut dinilai baik dan jika kurang dari empat kali

dianggap belum baik. Bila bayi 4-5 bulan ditimbang tiga kali atau lebih dinilai

baik dan jika kurang dari tiga kali dinilai belum baik. Bila bayi berusia 2-3 bulan

ditimbang dua kali atau lebih berturut-turut dinilai baik dan jika kurang dinilai

belum baik, dan pada bayi yang masih berumur 0-1 bulan, baik jika pernah

ditimbang dan belum baik jika tidak pernah ditimbang (29).

2.3.4.2 Memberikan ASI Eksklusif

ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi bayi. Pemberian ASI

Eksklusif adalah menyusui bayi secara murni. Bayi hanya diberi ASI saja tanpa

cairan lain seperti susu, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.

ASI sangat baik diberikan kepada bayi segera setelah dia lahir karena ASI

merupakan gizi terbaik bagi bayi dengan komposisi zat-zat gizi didalamnya secara

optimal mampu menjamin pertumbuhan tubuh bayi. Kualitas zat gizi ASI juga

terbaik karena mudah diserap dicerna oleh usus bayi. Pemberian makanan

Page 67: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

35

padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI Eksklusif

serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Tidak ditemukan bukti yang

menyokong bahwa pemberian makanan tambahan sebelum 4 atau 6 bulan lebih

menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak negatif

terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk pertumbuhan dan

perkembangan. ASI yang juga merupakan makanan yang sempurna, seimbang,

bersih sehat. Dapat diberikan setiap saat dan mengandung zat kekebalan serta

dapat menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi. Namun masih banyak

ibu yang tidak memberikan bayinya ASI Eksklusif dengan faktor penyebab antara

lain (29):

a. Produksi ASI yang kurang atau tidak keluar sama sekali

b. Umur; dimana ibu yang berusia muda kurang mengetahui manfaat

pemberian ASI Eksklusif.

c. Penghasilan keluarga; keluarga dengan penghasilan besar menginginkan

anak yang sehat sehingga mereka membeli dan memberikan susu atau

makanan lain kepada bayinya tanpa mereka sadari bahwa ASI dapat

mencukupi sampai berumur 6 bulan.

d. Status kesehatan ibu; pikiran kacau dan emosi saat menyusui

mengakibatkan bayi cengeng.

e. Kurang persiapan ibu saat menghadapi masa laktasi sehingga ASI tidak

keluar pada masa 1-3 hari setelah melahirkan, sehingga pemberian ASI

tidak lancar dan ibu memilih memberi bayinya susu formula dengan

sendirinya ASI Eksklusif terabaikan (29).

Page 68: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

36

2.3.4.3 Makan Beraneka ragam Makanan

Makanan beragam artinya makanan yang bervariasi (tidak monoton).

Variasi berarti susunan hidangan itu berubah dari hari-kehari. Jenis makanan atau

masakan yang tersusun menjadi hidangan juga harus menunjukkan kombinasi,

artinya dalam satu kali hidangan, misalnya makan siang, susunan tersebut terdiri

dari masakan yang berlain-lainan. Untuk mencapai kondisi demikian maka bahan

makanan yang dipergunakan dan juga jenis masakannya atau cara memasaknya

harus selalu beraneka ragam.

Menurut Kemenkes RI, makan beraneka ragam makanan adalah keluarga

mengonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah setiap hari. Susunan

makanan menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Departemen

Kesehatan RI yaitu (4) :

a. Beragam, apabila dalam setiap kali makan hidangan terdiri dari makanan

pokok + lauk pauk, sayur, buah atau makanan pokok + lauk pauk +sayur.

b. Tidak Beragam, apabila dalam setiap kali makan hanya terdiri dari 2 atau 1

jenis pangan.

2.3.4.4 Menggunakan Garam Beryodium dalam Makanannya

Garam beryodium baik adalah garam yang mempunyai kandungan

yodium dengan kadar yang cukup (>30 ppm kalium yodat). Garam beryodium

sangat perlu dikonsumsi oleh keluarga karena zat yodium diperlukan tubuh setiap

hari. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) menimbulkan penurunan

kecerdasan pada anak-anak, gangguan pertumbuhan dan pembesaran kelenjar

gondok (4).

Page 69: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

37

Namun demikian garam juga tidak dianjurkan dikonsumsi secara

berlebihankarena garam mengandung natrium, yang mana kelebihan natrium

dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi

merupakan pencetus terjadinya stroke yaitu pecahnya pembulu darah di otak.

Stroke merupakan penyebab kematian pada orang dewasa di atas 40 tahun.

Sedangkan penyakit tekanan darah tinggi membawa resiko timbul penyakit

jantung pada orang dewasa. Karena itu konsumsi garam yang dianjurkan tidak

lebih dari 6 gram atau satu sendok setiap harinya (3).

Untuk mengetahui garam yang digunakan oleh keluarga mengandung

yodium atau tidak secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melihat

ada tidaknya label garam beryodium atau melakukan test yodina. Disebut baik

jika berlabel dan bila ditest dengan yodina berwaran ungu, tidak baik jika tidak

berlabel dan bila ditest dengan yodina warna tidak berubah (6).

2.3.4.5.Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita

Telah lama dikenal persenyawaan dengan aktifitas vitamin A, misalnya

vitamin A1 yang terdapat dalam jaringan mamalia dan ikan laut, vitamin A2 pada

ikan tawar. Vitamin A larut dalam lemak, stabil terhadap suhu yang tinggi dan

tidak dapat diekstraksi oleh air yang dipakai untuk merebus makanan. Akan tetapi

vitamin A dapat dihancurkan oleh pengaruh oksidasi, cara memasak bahan

makanan secara biasa tidak mempengaruhi keadaan vitamin A (29).

Kekurangan vitamin A menyebabkan Xerofthalmia, kekurangan tersebut

tersebar luas dan merupakan penyakit gangguan gizi pada manusia yang sangat

penting. Di Indonesia penyakit tersebut merupakan salah satu diantara 4 masalah

Page 70: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

38

gizi utama, prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak dibawah 5 tahun. Sering

kali kebutuhan vitamin A tidak terpenuhi dengan makan sehari-hari. Kebutuhan

ini dapat dipenuhi dengan pemberian vitamin A dosis tinggi 100.000 SI (kapsul

biru) untuk balita umur 6-11 bulan dan vitamin A dosis tinggi 200.000 SI (kapsul

merah) untuk balita umur 12-59 bulan. Pemberian vitamin A dilakukan setiap

bulan Februari dan Agustus dan dapat diperoleh di posyandu maupun di

puskesmas (6).

Untuk mewujudkan perilaku Kadarzi, sejumlah aspek perlu dicermati.

Aspek ini berada di semua tingkatan yang mencakup: tingkat keluarga yaitu

pengetahuan dan keterampilan keluarga, kepercayaan, nilai dan norma yang

berlaku; tingkat masyarakat yang perlu diperhatikan sebagai faktor pendukung

perubahan perilaku keluarga adalah norma yang berkembang di masyarakat dan

dukungan pemangku kepentingan (stakeholders) yang mencakup eksekutif,

legislatif, tokoh agama/masyarakat, LSM, ormas, media massa, sektor swasta

dan donor; 3) tingkat pelayanan kesehatan mencakup pelayanan preventif dan

promotif, dan; 4) tingkat pemerintah mencakup adanya kebijakan pemerintah

yang mendukung dan pelaksanaan kebijakan yang dapat dipertanggung

jawabkan.

Sebagaimana hasil penelitian Nazaruddin bahwa pemberdayaan

masyarakat berhubungan secara signifikan dengan praktek Kadarzi. Kepedulian

kepala puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat melalui pemantauan secara

langsung ke masyarakat baik pada waktu tugas maupun diluar tugas akan

terjalin hubungan sosial antara kepala puskesmas dengan tokoh-tokoh

Page 71: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

39

masyarakat dan tokoh agama serta ibu PKK yang sangat menunjang tenaga

kesehatan dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

peningkatan partisipasi masyarakat terutama dalam hal penerapan praktek

Keluarga Sadar Gizi (26).

2.3.5. Kerangka Teori Penelitian

Adapun kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Page 72: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

40

Page 73: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

41

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

2.5 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini yaitu, sebagai berikut:

10. Ada hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi balita.

11. Ada hubungan sikap gizi dengan status gizi balita.

12. Ada hubungan faktor keterampilan dengan status gizi balita.

13. Ada hubungan sosial ekonomi dengan status gizi balita.

14. Ada hubungan dukungan keluarga berhubungan dengan status gizi balita.

Status Gizi

Balita

Perilaku

Kadarzi

Pengetahuan

Sikap

Keterampilan

Dukungan

Keluarga

Pantangan

Makanan

Riwayat

Kecacingan

Penyuluhan

Tenaga

Kesehatan

Sosial Ekonomi

Page 74: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

42

15. Ada hubungan pantangan makanan dengan status gizi balita.

16. Ada hubungan riwayat kecacingan dengan status gizi balita.

17. Ada hubungan penyuluhan tenaga kesehatan dengan status gizi balita.

18. Ada faktor yang paling berhubungan dengan status gizi balita.

Page 75: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik

dengan rancangan cross sectional study yang bertujuan untuk menganalisis

perilaku penerapan prinsip sadar gizi yang berhubungan dengan status gizi balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 yang

diamati pada periode waktu yang sama (30).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan

karena masih banyak ditemukan perilaku keluarga sadar gizi di bawah standar

yang berdampak pada status gizi balita.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Januari sampai dengan 27

Februari 2019.

Page 76: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

44

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 sebanyak

129 orang ibu. Berikut ini dipaparkan jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin

menurut Kecamatan dalam Kabupaten Bireuen.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan

Dalam Kabupaten Bireuen

Nomor Sub Distrik Gampong/

Gampong

Penduduk (jiwa)/ Populasi Rasio

Jenis

Kelamin Laki-

laki Perempuan

L + P/

Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Samalanga 46 15 561 15 642 31 203 99.48

2 Sp Mamplam 41 14 063 14 028 28 091 100.25

3 Pandrah 19 4 248 4 443 8 691 95.61

4 Jeunieb 43 12 509 13 094 25 603 95.53

5 Peulimbang 22 5 635 6 127 11 762 91.97

6 Peudada 52 13 274 14 015 27 289 94.71

7 Juli 36 16 301 16 592 32 893 98.25

8 Jeumpa 42 18 531 18 346 36 877 101.01

9 Kota Juang 23 25 323 25 387 50 710 99.75

10 Kuala 20 8 776 9 537 18 313 92.02

11 Jangka 46 14 047 15 037 29 084 93.42

12 Peusangan 69 25 965 27 954 53 919 92.88

13 Peusangan Selata 21 7 236 7 733 14 969 93.57

14 Psg Siblah

Krueng 21 5 761 6 179 11 940 93.24

15 Makmur 27 7 590 8 154 15 744 93.08

16 Gandapura 40 11 254 12 404 23 658 90.73

17 Kuta Blang 41 11 031 11 850 22 881 93.09

Jumlah/Total 609 217 105 226 522 443 627 95.84

Page 77: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

45

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang memiliki balita yang

ada di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 yaitu

sebanyak 50 ibu yang memiliki balita yang diperoleh dengan menggunakan teknik

purposive sampling, sebagai berikut:

𝑛 =N

1 + N(d)2

n = Besar sampel

N = Jumlah Populasi

d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan: 10% (0,10), 5%

(0,05), atau 1% (0,01).2

𝑛 =129

2,6

n= 49,61

𝑛 =129

1 + 129(0,10)2

Page 78: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

46

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian

No Nama Desa Jumlah Balita

1 Balee Daka 2

2 Cot Geulumpang 3

3 Garab 2

4 Jambo Dalam 3

5 Krueng Baro 2

6 Kuta Trieng 2

7 Lancok Bungo 3

8 Matang Kule 3

9 Padang Kasab 2

10 Paloh Pupu 3

11 Pu Uk 2

12 Rampong Payong 2

13 Seuneubok Aceh 2

14 Seuneubok Nalan 3

15 Seuneubok Plimbang 2

16 Seuneubok Punti 2

17 Seuneubok Semumawe 2

18 Teungoh Seuneubok 3

19 Teupian Panah 2

20 Uteun Sikumbong 3

21 Kuede Plimbang 2

Total 50

Adapun sampel dalam penelitian ini menggunakan kriteria inklusi dan

yaitu:

1. Menerapkan Kadarzi

2. Memiliki balita

3. Memiliki KMS

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

Adapun cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan data yaitu :

Page 79: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

47

1. Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden langsung

melalui kuesioner yang telah disiapkan.

2. Data sekunder merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh atau

data-data yang telah ada di Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen.

3. Data tertier adalah data riset yang sudah dipublikasikan secara resmi

seperti jurnal dan laporan penelitian (report) yang berhubungan dengan

judul penelitian.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari

Institut Kesehatan Helvetia, selanjutnya surat izin tersebut diberikan kepada

kepala puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen agar diberikan izin untuk

mengumpulkan data. Setelah itu peneliti mendatangi responden untuk

menjelaskan tujuan penelitian dan meminta responden untuk menandatangani

informen consent dengan jumlah responden 50 ibu. Dengan ditandatanganinya

informen consent tersebut maka ibu yang memiliki balita di wilayah kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen telah bersedia menjadi responden

pada penelitian ini.

Selanjutnya peneliti mengumpulkannya kembali dan disimpan sebagai

bukti persetujuan responden pada saat melakukan penelitian. Dalam penelitian ini,

peneliti memberikan lembar kuesioner untuk menganalisis perilaku keluarga sadar

gizi di wilayah Puskesmas Peulimbang tahun 2019.

Page 80: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

48

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu akan dilakukan uji coba

untuk mengetahui validitas dan realibilitas alat ukur. Uji coba kuesioner dilakukan

pada 20 orang diluar sampel yaitu wilayah kerja Puskesmas Juli Kabupaten Aceh

Bireuen. Uji Validitas bertujuan untuk mengetahui suatu ukuran atau nilai yang

menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara

mengukur korelasi antara variabel dan item. Sebuah tes dikatakan memiliki

validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran

antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk

mengetahui kesejajaran adalah tehnik korelasi product moment, dimana r hitung

lebih besar daripada r tabel dengan batas signifikan 5%.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas data berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes

dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap. Untuk mengetahui taraf kepercayaan pada kuesioner

dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu

metode pengkuran untuk menganalisis reliabilitas kuesioner dari satu kali

pengukuran.

Page 81: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

49

Adapun hasil uji reliabilitas pada penelitian ini yaitu :

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel Penelitian Nilai Alpha Cronbach

1 Pengetahuan 0,737

2 Sikap 0,840

3 Keterampilan 0,855

4 Sosial Ekonomi 0,840

5 Dukungan Keluarga 0,704

6 Pantangan Makanan 0,866

7 Riwayat Kecacingan 0,856

8 Penyuluhan Tenaga Kesehatan 0,701

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, sikap,

keterampilan, sosial ekonomi, dukungan keluarga, pantangan makanan, riwayat

kecacingan, penyuluhan kesehatan

3.5.2 Defenisi Operasional

1. Pengetahuan adalah pemahaman ibu tentang pemenuhan gizi pada

balita.

2. Sikap adalah bagaimana sikap keluarga dalam menanggapi

pemilihan dan penyediaan makanan yang bergizi

3. Keterampilan adalah tindakan yang langsung dilakukan oleh

keluarga dalam memilih makanan yang bergizi.

4. Sosial Ekonomi adalah pendapatan yang menentukan kualitas dan

kuantitas hidangan keluarga.

Page 82: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

50

5. Dukungan Keluarga adalah pemenuhan kebutuhan makanan dalam

keluarga.

6. Pantangan makanan adalah larangan makan suatu makanan

berdasarkan budaya.

7. Riwayat Kecacingan adalah apakah balita pernah mengalami

penyakit cacingan.

8. Penyuluhan Tenaga Kesehatan adalah apakah ibu pernah menerima

informasi tentang gizi oleh petugas kesehatan.

9. Status Gizi Balita ialah keadaan gizi balita, yaitu:

a. Gizi kurang tingkat ringan (nilai ≥ _BBU z-2.5SD dan <-2.0SD).

b. Gizi kurang tingkat sedang (nilai ≥ _BBU z3.0SD dan <2.5SD).

c. Gizi kurang tingkat buruk ( nilai ≥ _BBU <-3.0SD).

3.6 Metode Pengukuran

Metode pengukuran variabel penelitian adalah sebagai berikut:

Page 83: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

51

Tabel 3.4 Metode Pengukuran

Variabel

Independen

Jumlah

Pertanyaan

Cara dan

Alat Ukur

Skala

Pengukuran

Kategori/

Bobot nilai

Skala

Ukur

Pengetahuan 5 Kuisioner

(skor min=1,

skor max=10)

Skor 6-10

Skor 1-5

Baik (1)

Kurang (0)

Ordinal

Sikap 5 Kuisioner

(skor min=2,

skor max=10)

Skor 6-10

Skor 0-5

Positif (1)

Negatif (0)

Ordinal

Keterampila

n

5 Kuisioner

(skor min=1,

skor max=10)

Skor 6-10

Skor 1-5

Baik (1)

Kurang (0)

Ordinal

Sosial

Ekonomi

5 Kuisioner

(skor min=2,

skor max=10)

Skor 6-10

Skor 1-5

Tinggi

>Rp.2.500.00

0 (1) Rendah

<Rp.2.500.00

(0)

Nominal

Dukungan

Keluarga

5 Kuisioner

(skor min=1,

skor max=10)

Skor 6-10

Skor 1-5

Baik (1)

Kurang (0)

Ordinal

Pantangan

Makanan

5 Kuisioner

(skor min=2,

skor max=10)

Skor 6-10

Skor 0-5

Ada (1)

Tidak Ada (0)

Nominal

Riwayat

Kecacingan

5 Kuisioner

(skor min=2,

skor max=10)

Skor 6-10

Skor 0-5

Ada (1)

Tidak Ada (0)

Ordinal

Penyuluhan

Tenaga

Kesehatan

5 Kuisioner

(skor min=1,

skor max=10)

Skor 6-10

Skor 1-5

Baik (1)

Kurang (0)

Ordinal

Variabel

Dependen

Status Gizi

Balita

1

Kuisioner

(skor min=3,

skor max=15)

Skor 1

Skor 0

Baik (1)

Kurang (0)

Ordinal

Page 84: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

52

3.7 Metode Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis data kembali dengan

memeriksa semua lembar checklist apakah jawaban sudah lengkap dan benar.

Menurut Iman (31), data yang terkumpul diolah dengan cara komputerisasi

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari lembar checklist

2) Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan pengisian lembar checklist dengan

tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan

hasil yang valid dan realiabel, dan terhindar dari bias.

3) Coding

Pada langkah ini peneliti melakukan pemberian kode pada variable-variabel

yang diteliti, nama responden dirubah menjadi nomor.

4) Entering

Data entry yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih

dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam program komputer yang digunakan

peneliti yaitu SPSS.

5) Data Processing

Semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai

dengan kebutuhan. Setelah dilakukan pengolahan data seperti yang telah

diuraikan di atas, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data (31).

Page 85: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

53

3.8 Analisis Data

Adapun jenis-jenis dalam menganalisis data adalah pada penelitian ini

sebagai berikut (31):

1) Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis untuk menggambarkan distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel bebas dan variabel terikat, sehingga

diperoleh gambaran variabel penelitian.

2) Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel dependen

dengan variabel independen.Uji yang digunakan pada analisis bivariat ini

adalah uji chi-square dengan menggunakan derajat kepercayaan 95%. Uji chi-

Square dapat digunakan untuk melihat hubungan. Dalam uji ini kemaknaan

hubungan dapat diketahui, pada dasarnya uji chi-square digunakan untuk

melihat antara frekuensi yang diamati (observed) dengan frekuensi yang

diharapkan (expected) dengan tingkat kesalahan 5 % .

3) Multivariat

Analisis ini digunakan untuk melihat faktor yang paling berhubungan perilaku

penerapan prinsip sadar gizi pada tatanan rumah tangga dengan status gizi

balita di wilayah kerja puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.

Pada penelitian ini untuk variabel independen terdapat delapan variabel yang

berjenis numeric/kontiniu, sedangkan variabel dependennya berjenis

kategorik. Berdasarkan hal tersebut, maka analisis multivariat yang tepat

untuk menganalisa data tersebut adalah menggunakan uji regresi logistic (30).

Page 86: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

54

P = 1

Y 1-e-- (a+b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 b7x7......)

y = Peluang terjadinya prestasi belajar rendah pada siswa SD

a = kostanta

e = epsilon

b1= ....bn = koefisien regresi logistik

x1 = Pengetahuan

x2= Sikap

x3 = Keterampilan

x4 = Sosial ekonomi

x5 = Dukungan keluarga

x6 = pantangan makanan

x7 = riwayat kecacingan

x8 = penyuluhan tenaga kesehatan

Page 87: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Tempat Penelitian

4.1.1 Data Geografi

Puskesmas Peulimbang merupakan bagian dari Dinas Kesehatan Kota

Bireuen yang berdiri pada tanggal 23 Nopember 1986. Puskesmas Peulimbang

memiliki luas wilayah sekitar 212,08 km. Puskesmas Peulimbang menaungi 17

desa dengan jumlah penduduk sebanyak 29.983.

Adapun visi dan misi Puskesmas Peulimbang yaitu mengadakan

penyelenggaraan kesehatan, Puskesmas Peulimbang selalu mendahulukan

kepentingan masyarakat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat dalam

memberikan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang tanpa

membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi. Program

kesehatan di Puskesmas Juli selalu diupayakan agar sesuai dengan kebutuhan dan

keinginan masyarakat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan, situasi

kondisi, serta sosial budaya dan kondisi geografis di Wilayah Kerja Puskesmas

Peulimbang

Batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang adalah:

Sebelah utara : Berbatasan dengan Selat Malaka

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya

Sebelah Timur : Berabatasan dengan Kabupaten Aceh Utara

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah.

Page 88: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

56

4.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner

Untuk mengetahui suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat

kehandalan atau kesahihan kuesioner pada penelitian ini, maka peneliti mengukur

korelasi antara variabel dan item. Adapun hasil uji validitas penelitian ini adalah

sebagai berikut:

4.2.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan

Adapun hasil uji validitas untuk mengukur variabel pengetahuan, dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan

No Variabel r tabel r hitung Keterangan

1 Pertanyaan 1 0,444 0,888 Valid

2 Pertanyaan 2 0,444 0,830 Valid

3 Pertanyaan 3 0,444 0,744 Valid

4 Pertanyaan 4 0,444 0,830 Valid

5 Pertanyaan 5 0,444 0,601 Valid

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel

pengetahuan dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar dibandingkan r

tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.

4.2.2 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap

Adapun hasil uji validitas untuk mengukur variabel sikap, dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Page 89: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

57

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap

No Variabel r table r hitung Keterangan

1 Pertanyaan 1 0,444 0,888 Valid

2 Pertanyaan 2 0,444 0,830 Valid

3 Pertanyaan 3 0,444 0,744 Valid

4 Pertanyaan 4 0,444 0,830 Valid

5 Pertanyaan 5 0,444 0,601 Valid

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel sikap

dinyatakan valid karena mempunyai nilai r hitung lebih besar dibandingkan r tabel

atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.

4.2.3 Hasil Uji Validitas Variabel Keterampilan

Adapun hasil uji validitas untuk mengukur variabel keterampilan, dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Keterampilan

No Variabel r tabel r hitung Keterangan

1 Pertanyaan 1 0,444 0,781 Valid

2 Pertanyaan 2 0,444 0,793 Valid

3 Pertanyaan 3 0,444 0,690 Valid

4 Pertanyaan 4 0,444 0,721 Valid

5 Pertanyaan 5 0,444 0,501 Valid

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel

keterampilan dinyatakan valid karena mempunyai nilai r hitung lebih besar

dibandingkan r tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.

4.2.4 Hasil Uji Validitas Variabel Sosial Ekonomi

Adapun hasil uji validitas untuk mengukur pertanyaan variabel sosial

ekonomi, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 90: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

58

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Sosial Ekonomi

No Variabel r tabel r hitung Keterangan

1 Pertanyaan 1 0,444 0,914 Valid

2 Pertanyaan 2 0,444 0,844 Valid

3 Pertanyaan 2 0,444 0,855 Valid

4 Pertanyaan 3 0,444 0,782 Valid

5 Pertanyaan 4 0,444 0,855 Valid

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel sosial

ekonomi dinyatakan valid karena mempunyai nilai r hitung lebih besar

dibandingkan r tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.

4.2.5 Hasil Uji Validitas Variabel Dukungan Keluarga

Adapun hasil uji validitas untuk mengukur pertanyaan variabel dukungan

keluarga, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Dukungan Keluarga

No Variabel r tabel r hitung Keterangan

1 Pertanyaan 1 0,444 0,906 Valid

2 Pertanyaan 2 0,444 0,855 Valid

3 Pertanyaan 3 0,444 0,782 Valid

4 Pertanyaan 4 0,444 0,855 Valid

5 Pertanyaan 5 0,444 0,553 Valid

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel

dukungan keluarga dinyatakan valid karena mempunyai nilai r hitung lebih besar

dibandingkan r tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.

4.2.6 Hasil Uji Validitas Variabel Pantangan Makanan

Adapun hasil uji validitas untuk mengukur pertanyaan variabel pantangan

makanan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 91: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

59

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Pantangan Makanan

No Variabel r tabel r hitung Keterangan

1 Pertanyaan 1 0,444 0,888 Valid

2 Pertanyaan 2 0,444 0,830 Valid

3 Pertanyaan 3 0,444 0,789 Valid

4 Pertanyaan 4 0,444 0,830 Valid

5 Pertanyaan 5 0,444 0,683 Valid

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel

pantangan makanan dinyatakan valid karena mempunyai nilai r hitung lebih besar

dibandingkan r tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.

4.2.7 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Riwayat Kecacingan

Adapun hasil uji validitas untuk mengukur pertanyaan variabel riwayat

kecacingan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Riwayat Kecacingan

No Variabel r tabel r hitung Keterangan

1 Pertanyaan 1 0,444 0,781 Valid

2 Pertanyaan 2 0,444 0,793 Valid

3 Pertanyaan 3 0,444 0,690 Valid

4 Pertanyaan 4 0,444 0,721 Valid

5 Pertanyaan 5 0,444 0,501 Valid

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel riwayat

kecacingan dinyatakan valid karena mempunyai nilai r hitung lebih besar

dibandingkan r tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.

Page 92: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

60

4.2.8 Hasil Uji Validitas Variabel Penyuluhan Tenaga Kesehatan

Adapun hasil uji validitas untuk mengukur pertanyaan variabel

penyuluhan tenaga kesehatan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Penyuluhan Tenaga Kesehatan

No Variabel r tabel r hitung Keterangan

1 Pertanyaan 1 0,444 0,906 Valid

2 Pertanyaan 2 0,444 0,855 Valid

3 Pertanyaan 3 0,444 0,782 Valid

4 Pertanyaan 4 0,444 0,855 Valid

5 Pertanyaan 5 0,444 0,553 Valid

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel

penyuluhan tenaga kesehatan dinyatakan valid karena mempunyai nilai r hitung

lebih besar dibandingkan r tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.

4.3 Analisis Data

4.3.1 Data Univariat

Pada penelitian ini, analisis data univariat dilakukan untuk

mendistribusikan karakteristik responden yang berhubungan dengan perilaku

keluarga sadar gizi pada tatanan rumah tangga terhadap status gizi balita di

wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019. Distribusi

frekuensi responden dalam penelitian ini meliputi : Umur, Pendidikan, Pekerjaan,

Pengetahuan, Sikap, Keterampilan, Sosial Ekonomi, Dukungan Keluarga,

Pantangan Makanan, Riwayat Kecacingan dan Penyuluhan Tenaga Kesehatan.

Distribusi frekuensi responden tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 93: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

61

4.3.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur,

Pendidikan dan Pekerjaan

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, pendidikan, dan

pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan,

dan Pekerjaan

No Umur n %

1 17-25 Tahun 8 16,00

2 26-35 Tahun 19 38,00

3 36-45 Tahun 23 46,00

Total 50 100

No Pendidikan n %

1 SD 2 4,00

2 SMP 11 22,00

3 SMA 25 50,00

4 PT 12 24,00

Total 50 100

No Pekerjaan n %

1 IRT 13 26,00

2 Petani 9 18,00

3 Wiraswasta 15 30,00

4 PNS 13 26,00

Total 50 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian

besar responden berumur 36-45 tahun yaitu sebanyak 23 (46,00 %) responden.

Sedangkan responden lainnya berumur 17-25 tahun yaitu sebanyak 8 (16,00%)

responden dan berumur 26-36 tahun sebanyak 19 (38,00%) responden.

Untuk distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan diketahui bahwa

sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 25 (50,00%)

responden Sedangkan responden lainnya berpendidikan hingga Perguruan Tinggi

ada sebanyak 12 (24,00%) responden, berpendidikan SMP ada sebanyak 11

Page 94: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

62

(22,00%) responden dan berpendidikan SD ada sebanyak 2 (4,00%) responden.

Sementara untuk distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan, diketahui

bahwa dari 50 responden, sebagian besar responden bekerja sebagai wiraswasta

yaitu sebanyak 13 (26,00%) responden. Sedangkan responden lainnya bekerja

sebagai Petani yaitu sebanyak 9 (18,00%) responden, PNS ada sebanyak 13

(26,00%) responden dan hanya sebagai ibu rumah tangga ada sebanyak 13

(26,00%) responden.

4.3.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

No Pengetahuan n %

1 Baik 10 20,00

2 Kurang 40 80,00

Total 50 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian

besar responden memiliki pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 40 (80,00%)

responden. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang baik hanya

ada sebanyak 10 (20,00%) responden.

4.3.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan sikap

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Page 95: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

63

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap

No Sikap n %

1 Positif 18 36,00

2 Negatif 32 64,00

Total 50 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian

besar responden bersikap negatif yaitu sebanyak 32 (64,00%) responden.

Sedangkan responden yang memiliki sikap positif hanya ada sebanyak 18

(36,00%) responden.

4.3.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keterampilan

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan keterampilan gizi

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keterampilan

No Keterampilan n %

1 Baik 21 42,00

2 Kurang 29 58,00

Total 50 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian

besar responden memiliki keterampilan gizi kurang yaitu sebanyak 29 (58,00 %)

responden. Sedangkan responden yang memiliki keterampilan baik hanya ada

sebanyak 21 (42,00%) responden.

4.3.1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan sosial ekonomi dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 96: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

64

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi

No Sosial Ekonomi n %

1 Tinggi >Rp.2.500.000 21 42,00

2 Rendah <Rp.2.500.00 29 58,00

Total 50 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian

besar responden memiliki penghasilan dibawah Rendah <Rp.2.500.00 yaitu

sebanyak 29 (58,00%) responden. Sedangkan responden yang berpenghasilan

Tinggi >Rp.2.500.000 ada sebanyak 21 (42,00%) responden.

4.3.1.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

Keluarga

No Dukungan Keluarga n %

1 Baik 19 38,00

2 Kurang 31 62,00

Total 50 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian

besar responden memiliki dukungan keluarga kurang yaitu sebanyak 31 (62,00%)

responden. Sedangkan responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik

hanya ada sebanyak 19 (38,00%) responden.

4.3.1.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pantangan Makanan

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan pantanagan makanan

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 97: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

65

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pantangan

Makanan

No Pantangan Makanan n %

1 Ada 15 30,00

2 Tidak Ada 35 70,00

Total 50 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian

besar responden memiliki pantangan makanan yaitu sebanyak 35 (70,00%)

responden. Sedangkan responden yang memiliki pantangan makanan ada

sebanyak 15 (30,00%) responden.

4.3.1.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Kecacingan

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat kecacingan

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat

Kecacingan

No Riwayat Kecacingan n %

1 Ada 31 62,00

2 Tidak Ada 19 38,00

Total 50 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian

besar responden tidak memiliki ada yaitu sebanyak 31 (62,00%) responden.

Sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat kecacingan ada sebanyak 19

(62,00%) responden.

4.3.1.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyuluhan Tenaga\

Kesehatan

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan penyuluhan tenaga

kesehatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 98: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

66

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyuluhan

Tenaga Kesehatan

No Penyuluhan Tenaga

kesehatan

n %

1 Baik 13 26,00

3 Kurang 37 74,00

Total 50 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian

besar responden tidak mendapatkan penyuluhan tenaga kaesehatan yang kurang

yaitu sebanyak 37 (74,00%) responden. Sedangkan responden yang mendapatkan

penyuluhan yang baik dari petugas kesehatan hanya ada sebanyak 13 (26,00%)

responden.

4.3.1.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi

No Status Gizi n %

1 Baik 19 38,00

3 Kurang 31 62,00

Total 50 100

4.3.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Responden

4.3.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pengetahuan

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban pengetahuan

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 99: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

67

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban

Pengetahuan

No Pengetahuan Setuju

Tidak

Setuju

Total

n % n % n %

1 Ibu harus membiasakan Balita

mengkonsumsi makanan yang

bergizi

15 30,0 35 70,0 50 100%

2 Ibu harus memberikan ASI

selama 6 bulan.

17 34,0 33 66,0 50 100%

3 Balita harus mendapatkan

suplemen disamping makanan

utamanya.

10 20,0 40 80,0 50 100%

4 Dalam keluarga harus

menggunakan garam yodium

sesuai takaran karena

merupakan salah satu indikator

untuk mencapai gizi yang baik.

21 42,0 29 58,0 50 100%

5 Menyediakan makanan

tambahan yang bergizi pada

balita.

9 18,0 41 82,0 50 100%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 orang ibu yang menjadi

responden dalam penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten

Bireuen tahun 2019, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang

kurang. Pengetahuan yang kurang tersebut diketahui berdasarkan jawaban

responden yang menyatakan bahwa responden tidak setuju dengan membiasakan

balita mengkonsumsi makanan yang bergizi. Adapun responden yang tidak setuju

tersebut ada sebanyak 35 (70,0%) responden. Sedangkan ibu yang setuju ada

sebanyak 15 (30,0%) responden.

Untuk pertanyaan kedua, sebagian besar responden memiliki pengetahuan

yang kurang dengan tidak membenarkan ibu harus memberikan ASI selama 6

bulan yaitu sebanyak 33 (66,0%) responden. Untuk pertanyaan ketiga, sebagian

besar responden memiliki pengetahuan yang kurang dengan mengatakan bahwa

Page 100: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

68

balita tidak harus mendapatkan suplemen disamping makanan utamanya. Adapun

ibu yang menyatakan demikian ada sebanyak 40 (80,0%) responden.

Untuk pertanyaan keempat, sebagian besar responden memiliki pengetahuan

yang kurang dengan mengatakan bahwa dalam keluarga tidak harus menggunakan

garam yodium sesuai takaran karena merupakan salah satu indikator untuk

mencapai gizi yang baik yaitu sebanyak 29 (58,0%) responden. Untuk pertanyaan

kelima, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang dengan

mengatakan bahwa tidak perlu menyediakan makanan tambahan yang bergizi

pada balita, yaitu sebanyak 41 (82,0%) responden.

4.3.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban sikap

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Sikap

No Sikap Ya

Tidak Total

n % n % n %

1 Ibu selalu memilih bahan

makanan yang segar untuk diolah

dan dikonsumsi balita

8 16,0 42 84,0 50 100%

2 Menerapkan konsep lima sehat empat sempurna dalam agar ASI

yang dihasilkan sehat dan bergizi.

17 34,0 33 66,0 50 100%

3 Tidak memberikan susu/ makanan yang basi kepada balita.

22 44,0 28 56,0 50 100%

4 Selau menyediakan makanan yang

(apabila dalam setiap kali makan hidangan terdiri dari makanan

pokok + lauk pauk, sayur, buah

atau makanan pokok + lauk pauk

+sayur).

24 48,0 26 52,0 50 100%

5 Selalu membuat stok makanan

yang bergizi bagi Balita.

20 40,0 30 60,0 50 100%

Page 101: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

69

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 orang ibu yang

menjadi responden di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen

tahun 2019, sebagian besar responden bersikap negatif dimana ibu tidak memilih

bahan makanan yang segar untuk diolah dan dikonsumsi balita yaitu sebanyak 42

(84,00%) responden. Untuk pertanyaan kedua, sebagian besar responden bersikap

negatif dimana ibu tidak menerapkan konsep lima sehat empat sempurna dalam

agar ASI yang dihasilkan sehat dan bergizi, sebanyak 33 (66,0%) responden.

Untuk pertanyaan ketiga, sebagian besar responden bersikap negatif

dimana ibu tidak memberikan susu/makanan yang basi kepada balita 28 (56,0%)

ibu. Untuk pertanyaan keempat, sebagian besar responden bersikap negatif

dimana ibu tidak selau menyediakan makanan yang (apabila dalam setiap kali

makan hidangan terdiri dari makanan pokok + lauk pauk, sayur, buah atau

makanan pokok + lauk pauk +sayur) yaitu sebanyak 26 (52,0%) responden. Untuk

pertanyaan kelima, sebagian besar responden bersikap negatif dimana ibu tidak

selalu membuat stok makanan yang bergizi bagi balita yaitu sebanyak 30 (60,0%)

responden.

4.3.2.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Keterampilan

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban keterampilan

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 102: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

70

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban

Keterampilan

No Keterampilan Ya

Tidak Total

n % n % n %

1 Mengolah makanan yang

bervariasi setiap hari

21 42,0 29 58,0 50 100%

2 Membuat menu yang

berbeda dalam satu hari

11 22,0 39 78,0 50 100%

3 Membuat makanan

semenarik mungkin

10 20,0 40 80,0 50 100%

4 Mewarnai makanan dengan

pewarna alami, misalnya

wortel, buah naga dengan

tujuan agar balita tertarik

untuk mengonsumsinya

15 30,0 35 70,0 50 100%

5 Menyajikan Makanan dalam

bentuk yang unik dan

menarik

17 34,0 33 66,0 50 100%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019, sebagian besar

responden memiliki keterampilan gizi kurang dimana responden tidak mengolah

makanan yang bervariasi setiap hari yaitu sebanyak 29 (58,0 %) responden. Untuk

pertanyaan kedua, sebagian besar responden memiliki keterampilan gizi kurang

dimana responden tidak membuat menu yang berbeda dalam satu hari yaitu

sebanyak 39 (78,0%) responden.

Untuk pertanyaan ketiga, sebagian besar responden memiliki keterampilan

gizi kurang dimana responden tidak membuat makanan semenarik mungkin,

sebanyak 40 (80%) responden. Untuk pertanyaan keempat, sebagian besar

responden memiliki keterampilan gizi kurang dimana responden tidak mewarnai

makanan dengan pewarna alami, misalnya wortel, buah naga dengan tujuan agar

Page 103: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

71

balita tertarik untuk mengonsumsinya yaitu sebanyak 35 (70,0%) responden.

Untuk pertanyaan keempat, sebagian besar responden memiliki keterampilan gizi

kurang dimana responden tidak menyajikan makanan dalam bentuk yang unik dan

menarik, sebanyak 33 (66,0%) responden.

4.3.2.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Sosial

Ekonomi

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban sosial

ekonomi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Sosial

Ekonomi

No Sosial Ekonomi Ya

Tidak Total

n % n % n %

1 Penghasilan keluarga kurang

atau sama dengan UMR

21 42,0 29 58,0 50 10

0%

2 Kebutuhan pokok keluarga

selalu terpenuhi

23 46,0 27 54,0 50 10

0%

3 Keluarga mampu membeli

baahan makanaan yang

mahal

22 44,0 28 56,0 50 10

0%

4 Setiap hari menu makanan

berganti

19 38,0 31 62,0 50 10

0%

5 Keluarga mampu membiayai

balita ketika sakit

24 48,0 26 52,0 50 10

0%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 ibu yang menjadi

responden di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun

2019, sebagian besar responden memiliki penghasilan rendah di bawah yaitu

<Rp.2.500.00 sedangkan responden yang memiliki penghasilan setara atau sama

dengan UMR ada sebanyak 29 (58,0%) responden. Untuk pertanyaan kedua,

sebagian besar responden memiliki penghasilan rendah dibawah UMR

Page 104: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

72

<Rp.2.500.000, dimana kebutuhan pokok keluarga tidak terpenuhi yaitu sebanyak

27 (54,0%) responden.

Untuk pertanyaan ketiga, sebagian besar responden memiliki penghasilan

rendah dibawah UMR <Rp.2.500.000, dimana keluarga tidak mampu membeli

bahan makanaan yang mahal yaitu sebanyak 28 (56,0%) responden. Untuk

pertanyaan keempat, sebagian besar responden memiliki penghasilan di bawah

<Rp.2.500.000, dimana setiap hari menu makanan tidak berganti yaitu sebanyak

31 (62,0%) responden. Untuk pertanyaan kelima, sebagian besar responden

memiliki penghasilan di bawah <Rp.2.500.000, dimana keluarga tidak mampu

membiayai balita ketika sakit yaitu sebanyak 26 (52,0%) responden.

4.3.2.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Dukungan

Keluarga

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Dukungan

Keluarga

No Dukungan Keluarga Ya

Tidak Total

n % n % n %

1 Mengutamakan kebutuhan balita

daripada yang lainnya

23 46,0 27 56,0 50 100%

2 Berusaha mencari sumber informasi yang mendukung

proses tumbuh kembang balita?

19 38,0 31 62,0 50 100%

3 Menciptakan suasana yang

harmonis karena bisa berdampak

pada psikologi balita?

21 42,0 29 58,0 50 100%

4 Memperhatikan kesehatan ibu

karena ibu factor utama penentu

kesehatan balita?

20 40,0 30 60,0 50 100%

5 Mengingatkan iibu tentang jadwal

kunjungan ke posyandu ?

22 44,0 28 56,0 50 100%

Page 105: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

73

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019, sebagian besar

responden memiliki dukungan keluarga kurang yaitu tidak mengutamakan

kebutuhan balita daripada yang lainnya yaitu sebanyak 27 (56,0%) responden.

Untuk pertanyaan kedua, sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga

kurang yaitu keluarga tidak berusaha mencari sumber informasi yang mendukung

proses tumbuh kembang balita yaitu sebanyak 31 (62,0%) responden.

Untuk pertanyaan ketiga, sebagian besar responden memiliki dukungan

keluarga kurang yaitu keluarga tidak menciptakan suasana yang harmonis karena

bisa berdampak pada psikologi balita yaitu sebanyak 29 (58,0%) responden.

Untuk pertanyaan keempat, sebagian besar responden memiliki dukungan

keluarga kurang yaitu keluarga tidak memperhatikan kesehatan ibu karena ibu

faktor utama penentu kesehatan balita yaitu sebanyak 30 (60,0%) responden.

Untuk pertanyaan kelima, sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga

kurang yaitu tidak mengingatkan ibu tentang jadwal kunjungan ke posyandu yaitu

sebanyak 28 (56,0%) responden.

4.3.2.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pantangan

Makanan

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban pantanagan

makanan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 106: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

74

Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban

Pantangan Makanan

No Pantangan Makanan Ya

Tidak Total

n % n % n %

1 Apakah anda memiliki

pantangan makanan ?

18 36,0 32 64,0 50 100%

2 Apakah anda memakan

makanan yang telah dilarang

?

20 40,0 30 60,0 50 100%

3 Apakah makanan pantangan

tersebut adalah makanan

yang mengandung gizi?

28 56,0 22 44,0 50 100%

4 Apakah makanan pantangan

tersebut bukan berupa

makanan yang mengandung

gizi?

19 38,0 31 62,0 50 100%

5 Apakah makanan pantangan

tersebut sering anda

konsumsi?

21 42,0 29 56,0 50 100%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 ibu yang menajdi

responden di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun

2019, sebagian besar responden memiliki pantangan makanan yaitu sebanyak 18

(36,0%) responden. Untuk pertanyaan kedua, sebagian besar responden memiliki

pantangan makanan dengan mengatakan bahwa responden tersebut sering

memakan makanan yang telah dilarang yaitu sebanyak 30 (60,0%) responden.

Untuk pertanyaan ketiga, sebagian besar responden memiliki pantangan

makanan dengan menyatakan makanan pantangan tersebut adalah makanan yang

mengandung gizi yaitu sebanyak 22 (44,0%) responden. Untuk pertanyaan

keempat, sebagian besar responden memiliki pantangan makanan dengan

mengatakan bahwa makanan pantangan tersebut bukan berupa makanan yang

Page 107: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

75

mengandung gizi yaitu sebanyak 31 (62,0%) responden. Untuk pertanyaan

kelima, sebagian besar responden memiliki pantangan makanan yaitu dengan

mengatakan bahwa makanan pantangan tersebut sering anda konsumsi yaitu

sebanyak sebanyak 29 (56,0%) responden.

4.3.2.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Riwayat

Kecacingan

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban riwayat

kecacingan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban

Riwayat Kecacingan

No Riwayat Kecacingan Ya

Tidak Total

n % n % n %

1 Apakah balita anda

cacingan?

21 42,0 29 58,0 50 100%

2 Apakah anda mengetahui

bahwa anak anda menderita

cacingan?

18 36,0 32 64,0 50 100%

3 Apakah cacingan

membahayakan kesehatan

balita anda?

20 40,0 30 60,0 50 100%

4 Apakah anda berusaha

mengobati anak anda dari

kecacingan?

22 44,0 28 56,0 50 100%

5 Apakah anak anda selera

makan?

20 40,0 30 60,0 50 100%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 ibu yang menjadi

responden di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun

2019, sebagian besar responden memiliki riwayat kecacingan yaitu sebanyak 29

(58,0%) responden. Untuk pertanyaan kedua, sebagian besar responden memiliki

Page 108: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

76

riwayat kecacingan yaitu tidak mengetahui bahwa anak menderita kecacingan yaitu

sebanyak 32 (64,0%) responden.

Untuk pertanyaan ketiga, sebagian besar responden memiliki riwayat

kecacingan dengan mengatakan bahwa kecacingan tidak membahayakan kesehatan

balita anda tidak mengetahui bahwa anak anda menderita cacingan sebanyak 30

(60,0%) responden. Untuk pertanyaan keempat, sebagian besar responden memiliki

riwayat kecacingan yaitu tidak berusaha mengobati anak anda dari kecacingan

sebanyak 28 (56,0%) responden. Untuk pertanyaan kelima, sebagian besar

responden memiliki riwayat kecacingan yaitu tidak mengetahui bahwa anak selera

tidak makan sebanyak 30 (60,0%) responden.

4.3.2.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Penyuluhan

Tenaga Kesehatan

Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban penyuluhan

tenaga kesehatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 109: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

77

Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban

Penyuluhan Tenaga Kesehatan

No Penyuluhan Tenaga

Kesehatan

Ya

Tidak Total

n % n % n %

1 Apakah pernah dilakukan

penyuluhan tentang gizi ?

20 40,0 30 60,0 50 100%

2 Apakah anda pernah

mengikuti penyuluhan

tentang gizi ?

19 38,0 31 62,0 50 100%

3 Apakah anda mendapatkan

informasi melalui

penyuluhan tentang gizi ?

21 42,0 29 58,0 50 100%

4 Cukupkah informasi yang

disampaikan oleh petugas

kesehatan ?

18 36,0 32 64,0 50 100%

5 Apakah penyuluhan yang

dilakukan oleh petugas

kesehatan cukup membuat

anda mengerti bagaimana

status gizi balita yang

seharusnya?

22 44,0 28 56,0 50 100%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 ibu yang menjadi

responden di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun

2019, sebagian besar responden tidak mendapatkan penyuluhan tenaga

kaesehatan dengaan mengatakan bahwa tidak pernah dilakukan penyuluhan

tentang gizi yaitu sebanyak 30 (60,0%) responden. Untuk pertanyaan kedua,

sebagian besar responden tidak mendapatkan penyuluhan tenaga kaesehatan

dengaan mengatakan bahwa tidak pernah mengikuti penyuluhan tentang gizi yaitu

sebanyak 31 (62,0%) responden.

Untuk pertanyaan ketiga, sebagian besar responden tidak mendapatkan

penyuluhan tenaga kaesehatan dengaan mengatakan bahwa tidak mendapatkan

informasi melalui penyuluhan tentang gizi yaitu sebanyak 29 (58,0%) responden.

Page 110: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

78

Untuk pertanyaan keempat, sebagian besar responden tidak mendapatkan

penyuluhan tenaga kaesehatan dengaan mengatakan bahwa tidak cukupkah

informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan yaitu sebanyak 32 (64,0%)

responden. Untuk pertanyaan kelima, sebagian besar responden tidak

mendapatkan penyuluhan tenaga kaesehatan dengaan mengatakan bahwa

penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan tidak cukup membuat

mengerti bagaimana status gizi balita yang seharusnya yaitu sebanyak 28 (56,0%)

responden.

4.3.3 Analisis Data Bivariat

4.3.3.1 Hubungan Pengetahuan Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga

dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan sadar gizi pada tatanan rumah

tangga dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen tahun 2019, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.27 Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Pengetahua

n

Status gizi p value

Baik Kurang Total

n % n % n %

0,020

Baik 7 14,0

0

3 6,00 10 100

Kurang 12 24,0

0

28 56,00 40 100

Total 19 38,0

0

31 62,00 50 100

Page 111: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

79

Berdasarkan tabel 4.27, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,

sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 40

responden. Dari 40 responden tersebut, ada sebanyak 12 (24,00%) respoden yang

memiliki pengetahuan kurang dengan status gizi balita baik, sedangkan 28

(56,00%) responden memiliki pengetahuan kurang dengan status gizi balita

kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy

yaitu 0,020 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen tahun 2019.

4.3.3.2 Hubungan Sikap Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga dengan

Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Untuk mengetahui hubungan sikap sadar gizi pada tatanan rumah tangga

terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten

Bireuen Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.28 Hubungan Sikap Sadar Gizi dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.28, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,

sebagian besar responden memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 32 responden.

Dari 32 responden tersebut, ada sebanyak 8 (16,00%) respoden yang memiliki

Sikap

Status gizi p value

Baik Kurang Total

n % n % n %

0,012 Positif 11 22,00 7 14,00 18 100

Negatif 8 16,00 24 48,00 32 100

Total 19 38,00 31 62,00 50 100

Page 112: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

80

sikap negatif dengan status gizi balita baik, sedangkan 24 (48,00%) responden

memiliki pengetahuan kurang dengan status gizi balita kurang. Berdasarkan hasil

perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy yaitu 0,012 < 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan status gizi

balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019

4.3.3.3 Hubungan Keterampilan Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga dengan

Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Untuk mengetahui hubungan keterampilan gizi dengan Sadar Gizi Pada

Tatanan Rumah Tangga Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 4.29 Hubungan Keterampilan Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga

dengan Status Gizi Balita

Berdasarkan tabel 4.29, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,

sebagian besar responden memiliki keterampilan kurang yaitu sebanyak 29

responden. Dari 36 responden tersebut, ada sebanyak 5 (10,00%) respoden yang

memiliki keterampilan kurang dengan status gizi balita baik, sedangkan 24

Keterampil

an

Status gizi p value

Baik Kurang Total

n % n % n %

0,000

Baik 14 28,0

0

7 14,00 18 100

Kurang 5 10,0

0

24 48,00 29 100

Total 19 38,0

0

31 62,00 50 100

Page 113: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

81

(48,00%) responden memiliki keterampilan kurang dengan status gizi balita

kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy

yaitu 0,000 < 0,05, Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

keterampilan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen tahun 2019.

4.3.3.4 Hubungan Ekonomi Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga dengan

Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi sadar gizi pada tatanan rumah

tangga terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.30 Hubungan Sosial Ekonomi Sadar Gizi dengan Status Gizi Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen

Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.30, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,

sebagian besar responden memiliki sosial ekonomi rendah < Rp. 2.500.000 yaitu

sebanyak 29 responden. Dari 29 responden tersebut, ada sebanyak 4 (8,00%)

respoden yang memiliki sosial ekonomi rendah < Rp. 2.500.000 dengan status gizi

balita baik, sedangkan 25 (50,00%) responden memiliki sosial ekonomi rendah <

Sosial

Ekonomi

Status gizi p value

Baik Kurang Total

n % n % n %

0,000

Tinggi

>Rp.2.500.00

0

15 30,00 6 12,00 21 100

Rendah

<Rp.2.500.00

0

4 8,00 25 50,00 29 100

Total 19 38,00 31 62,00 50 100

Page 114: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

82

Rp. 2.500.000 dengan status gizi balita kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji

statistik diperoleh nilai p significancy yaitu 0,000 < 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan status gizi balita di wilayah

kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.

4.3.3.5 Hubungan Dukungan Keluarga Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah

Tangga dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga sadar gizi pada tatanan

rumah tangga dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.31 Hubungan Dukungan Keluarga Sadar Gizi Pada Tatanan

Rumah Tangga dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.31, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,

sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga yang kurang yaitu

sebanyak 31 responden. Dari 31 responden tersebut, ada sebanyak 9 (18,00%)

respoden yang memiliki dukungan keluarga kurang dengan status gizi balita baik,

sedangkan 22 (44,00%) responden memiliki dukungan keluarga rendah dengan

status gizi balita kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh

Dukungan

Keluarga

Status gizi p value

Baik Kurang Total

n % n % n %

0,005 Baik 10 20,00 9 38,00 19 100

Kurang 9 18,00 22 44,00 31 100

Total 19 38,00 31 62,00 50 100

Page 115: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

83

nilai p significancy yaitu 0,005 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.

4.3.3.6 Hubungan Riwayat Cacingan Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah

Tangga dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Untuk mengetahui hubungan riwayat cacingan sadar gizi pada tatanan

rumah tangga dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.32 Hubungan Riwayat Cacingan dengan status gizi balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.32, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,

sebagian besar responden memiliki riwayat kecacingan yaitu sebanyak 37

responden. Dari 37 responden tersebut, ada sebanyak 9 (18,00%) respoden yang

memiliki riwayat kecacingan dengan status gizi balita baik, sedangkan 28

(56,00%) responden memiliki riwayat kecacingan dengan status gizi balita

kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy

yaitu 0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

riwayat kecacingan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas

Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.

Riwayat

Cacingan

Status gizi p value

Baik Kurang Total

n % n % n %

0,001 Tidak Ada 10 20,00 3 6,00 13 100

Ada 9 18,00 28 56,00 37 100

Total 19 38,00 31 62,00 50 100

Page 116: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

84

4.3.3.7 Hubungan Pantangan Makanan Pada Tatanan Rumah Tangga

dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Untuk mengetahui hubungan pantangan makanan dengan sadar gizi pada

tatanan rumah tangga terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 4.33 Hubungan Pantangan Makanan dengan Status Gizi Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen

Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.33, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,

sebagian besar responden memiliki pantangan makanan rendah yaitu sebanyak 35

responden. Dari 35 responden tersebut, ada sebanyak 6 (12,00%) respoden yang

memiliki pantangan makanan dengan status gizi balita baik, sedangkan 29

(58,00%) responden memiliki pantangan makanan dengan status gizi balita

kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy

yaitu 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

pantangan makanan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas

Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.

Pantangan

Makanan

Status gizi p value

Baik Kurang Total

n % n % n %

0,000 Tidak Ada 13 26,00 2 4,00 15 100

Ada 6 12,00 29 58,00 35 100

Total 19 38,00 31 62,00 50 100

Page 117: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

85

4.3.3.8 Hubungan Penyuluhan Tenaga Kesehatan Sadar Gizi Pada Tatanan

Rumah Tangga dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Untuk mengetahui hubungan penyuluhan tenaga kesehatan sadar gizi pada

tatanan rumah tangga dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 4.34 Hubungan Penyuluhan Tenaga Kesehatan pada tatanan Rumah

Tangga dengan Status Gizi Balita

Berdasarkan tabel 4.34, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,

sebagian besar responden memiliki informasi penyuluhan tenaga kesehatan yaitu

sebanyak 37 responden. Dari 37 responden tersebut, ada sebanyak 8 (16,00%)

respoden yang memiliki informasi penyuluhan tenaga kesehatan dengan status

gizi balita baik, sedangkan 29 (58,00%) responden memiliki penyuluhan tenaga

kesehatan dengan status gizi balita kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji

statistik diperoleh nilai p significancy yaitu 0,000 < 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara penyuluhan petugas kesehatan dengan

status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen

tahun 2019.

Penyuluhan

Tenaga

Kesehatan

Status gizi p value

Baik Kurang Total

n % n % n %

0,000 Baik 11 22,00 2 4,00 13 100

Kurang 8 16,00 29 58,00 37 100

Total 19 38,00 31 62,00 50 100

Page 118: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

86

4.3.4 Analisis Multivariat

Analisis multavariat menyeleksi variabel yang p value < 0,05 pada uji

bivariat (chi-square) dimasukkan secara bersamaan dalam uji multivariat.

Kemudian setelah tahap pertama selesai maka variabel yang nilai p value < 0,25

akan dimasukkan dalam uji multivariat yang bertujuan untuk mengetahui variabel

mana yang paling berhubungan dengan sadar gizi pada tatanan rumah tangga

terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten

Bireuen Tahun 2019.

Tabel 4.35 Seleksi Variabel yang Menjadi Kandidat Model dalam Uji Regresi

Logistik Berdasarkan Analisis Bivariat

No Variabel p value Seleksi

1 Pengetahuan 0,002 Kandidat

2 Sikap 0,012 Kandidat

3 Keterampilan 0,000 Kandidat

4 Sosial Ekonomi 0,000 Kandidat

5 Dukungan keluarga 0,005 Kandidat

6 Riwayat Kecacingan 0,001 Kandidat

7 Pantangan Makanan 0,000 Kandidat

8 Penyuluhan tenaga Kesehatan 0,000 Kandidat

Berdasarkan 4.35 diatas dapat diketahui bahwa semua variabel yakni 8

(delapan) variabel berhak menjadi kandidat model dalam uji regresi logistik

dimana p value < 0,25. Kemudian delapan variabel tersebut dianalisis dengan

menggunakan uji regresi logistik. Adapun hasil analisis regresi logistik dapat

dilihat pada tabel berikut:

Page 119: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

87

Tabel 4.36 Hasil Tahapan Pertama Analisis Regresi Logistik

No Variabel B P vlue Exp(B)OR 95%CI for

Exp(B)

1 Pengetahuan -0,681 0,031 0,506 0,022-11,697

2 Sikap

-

17,272 0,999 0,000 0,000-0

3 Keterampilan 17,153 0,999 28161776,52 0,000-0

4 Sosial Ekonomi 2,738 0,006 15,449 0,344-694,726

5 Dukungan

keluarga -3,208 0,082 0,040 0,001-1,502

6 Riwayat

Cacingan 3,912 0,050 50,016 1,001-2499,373

7 Pantangan

Makanan 4,609 0,035 100,408 1,377-7321,706

8 Penyuluhan

Tenaga

Kesehatan

-0,686 0,733 0,503 0,010-25,850

Berdasarkan tabel 4.36 di atas dapat dilihat bahwa analisis regresi logistik

dari variabel bivariat yang dimasukkan ke dalam analisis regresi logistic, hanya

ada 3 (tiga) variabel yang memiliki nilai p value < 0,25 yaitu variabel

pengetahuan, variabel sosial ekonomi, dan variabel pantangan makanan.

Selanjutnya ketiga variabel tersebut dianalisis kembali untuk melihat variabel

mana yang lebih dominan berpengaruh terhadap status gizi balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019. Adapun hasil

analisis tahap terakhir regresi logistik untuk melihat variabel yang paling

berpengaruh dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.37 Hasil Tahapan Akhir Analisis Regresi Logistik

No Variabel B P vlue Exp(B)OR 95%CI for Exp(B)

1 Pengetahuan 0,022 0,984 1,023 0,116-8,979

2 Sosial

Ekonomi

2,544 0,005 12,731 2,119-76,498

3 Pantangan

Makanan

3,247 0,003 25,711 2,980-221-865

Page 120: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

88

Berdasarkan tabel 4.37 di atas dapat dilihat bahwa analisis regresi logistik

menghasilkan 2 (dua) variabel yang mempunyai hubungan dengan status gizi

balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019

dengan p value < 0,05. Adapun variabel yang paling berhubungan dengan status

gizi balita adalah variabel pantangan makanan dengan signifikan 0,003, dengan

nilai OR = 25,711 (95% CI = 2,980-221-865) yang artinya, keluarga yang

memiliki balita yang memiliki pantangan makanan mempunyai peluang 25,711

kali lebih besar mengalami status gizi kurang di Wilayah Kerja Puskesmas

Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 dibandingkan dengan keluarga yang

memiliki balita yang tidak memiliki pantangan makanan. Adapun Nilai koefisien

B pada analisis ini yaitu 0,022. yang artinya hubungan tersebut bernilai positif,.

Oleh sebab itu dapat diartikan bahwa semakin banyak pantangan makanan

seorang balita, maka semakin tinggi pula peluang status gizi kurang pada balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019.

Adapun hasil persamaan regresi logistik yang diperoleh yaitu:

f (z)

=1

1 + 2,72 ⎺⎺(0,022 + 2,544 (Sosial ekonomi) + 3,247 (pantangan makanan) )

Apabila variabel sosial ekonomi rendah diberi kode 1, dan pantangan

makanan tidak diberi kode 1, maka peluang balita mengalami status gizi buruk

dapat dihitung yaitu:

f (z) =1

1 + 2,72 ⎺⎺(0,022 + 2,544 (1) + 3,247 (1) )

f (z) = 8,62%

Page 121: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

89

Berdasarkan rumus di atas yaitu ekonomi rendah dan pantangan makanan ,

berpeluang balita mengalami status gizi kurang sebesar 8,62%.

Selanjutnya peluang sosial ekonomi tinggi diberi kode 0, dan pantangan

makanan diberi kode 0, maka peluang balita mengalami status gizi buruk, maka

dengan cara yang sama diperoleh:

f (z) =1

1 + 2,72 ⎺⎺(0,022 + 2,544 (0) + 3,247 (0) )

f (z) = 11%

Peluang kejadian ekonomi rendah dan pantangan makanan, berpeluang

balita mengalami status gizi buruk sebesar 11%

Page 122: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

90

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Pengetahuan akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan

mengimplentasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari. Faktor-faktor

yang memengaruhi pengetahuan seseorang dalam berperilaku sehat adalah seperti

umur, pendidikan, dan pengalaman. Semakin cukup umur, tingkat pematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang, baik itu dalam berpikir, belajar, dan

bekerja, sehingga pengetahuan pun akan bertambah. Demikian juga halnya

pengetahuan ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi balitanya kerap dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan yang berdampak pada peran dalam penyusunan makan

keluarga, serta pengasuhan dan perawatan anak (32).

Hasil penelitian terdahulu Fatmah menyatakan bahwa pengetahuan ibu

balita pada 4 indikator Kadarzi cukup baik, kecuali konsumsi aneka ragam

makanan. Praktek 3 indikator Kadarzi juga sudah baik, kecuali pemberian ASI

eksklusif dan konsumsi aneka ragam makanan. Tokoh masyarakat dan kader

posyandu belum mengenal indikator Kadarzi dengan baik. Mereka hanya sebatas

mendengar dan tidak familiar dengan istilah Kadarzi. Kadarzi identik dengan

makanan 4 sehat 5 sempurna bagi balita dan ibu hamil untuk meningkatkan status

gizi dan kesehatan masyarakat (16).

Page 123: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

91

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diketahui bahwa dari 50

responden yang diteliti, sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang

yaitu sebanyak 40 responden. Dari 40 responden tersebut, ada sebanyak 12

(24,00%) respoden yang memiliki pengetahuan kurang dengan status gizi balita

baik, sedangkan 28 (56,00%) responden memiliki pengetahuan kurang dengan

status gizi balita kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh

nilai p significancy yaitu 0,020 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.

Berdasarkan asumsi peneliti, pengetahuan ibu berperan penting dalam

menentukan perilaku dan keterampilan dalam melakukan pemilihan makanan

sehari-hari pada tatanan rumah tangga. Tingkat pengetahuan gizi seseorang

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang pada

akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi balitanya”.

Apabila tingkat pengetahuan seorang ibu tinggi, maka dapat

menunjukkan perilaku yang teliti dalam pemilihan makanan, baik untuk

dikonsumsi oleh diri sendiri maupun anggota keluarga. Tingkat pengetahuan

sangat berpengaruh terhadap perhatian ibu tersebut dalam menentukan

bahan makanan dan memilih makanan yang baik bagi kesehatan.

Selain itu, pengetahuan ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen tahun 2019 yang kurang dipengaruhi oleh pekerjaan.

Pekerjaan ibu yang sebagian besar adalah wiraswasta atau berdagang di pasar

menjadikan ibu tidak dapat mengikuti berbagai penyuluhan yang diadakan oleh

Page 124: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

92

petugas kesehatan seputar gizi yang baik dikonsumsi oleh balita, padahal hal

tersebut sangat berguna untuk menambah wawasan atau pengetahuan ibu tentang

asupan makanan yang baik atau tidak baik dikonsumsi oleh balita. Oleh sebab itu,

sebagai ibu yang memiliki balita, ada baiknya jika ibu tersebut mengikuti

penyuluhan-penyuluhan minimal 1 kali dalam sebulan, karena dengan

meluangkan waktu untuk mengikuti penyuluhan kesehatan, maka ibu akan

mendapatkan informasi yang banyak tentang kesehatan balita.

Selain itu faktor yang memengaruhi kurangnya perhatian ibu terhadap

status gizi balita adalah faktor usia, dimana usia ibu sebagian besar adalah berusia

36-45 tahun. Banyak ibu-ibu yang susah mendapatkan anak, namun ketika

diberikan anak, seharusnya ibu tersebut memprioritaskan anaknya daripada segala

urusan lainnya. Usia ibu yang mayoritas adalah 36-45 tahun, membuat ibu-ibu

tersebut kurang paham bagaimana caranya membuka akses internet yang berguna

untuk menambah wawasan ibu tentang makanan yang baik untuk status gizi

balita. Yang ibu-ibu tersebut tahu adalah bertanya kepada orang-orangtua yang

telah terlebih dahulu memiliki balita. Tanpa ibu sadari bahwa zaman telah banyak

berubah, daya tahan tubuh manusia juga berbeda.

5.2 Hubungan Sikap dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Sikap menggambarkan suka atau tidak sukanya seseorang terhadap suatu

objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang

paling dekat. Sikap gizi merupakan cara membuat seseorang terhadap gizi. Sikap

Page 125: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

93

positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan

nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain (33).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,

sebagian besar responden memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 32 responden.

Dari 32 responden tersebut, ada sebanyak 8 (16,00%) respoden yang memiliki

sikap negatif dengan status gizi balita baik, sedangkan 24 (48,00%) responden

memiliki pengetahuan kurang dengan status gizi balita kurang.

Hasil pengamatan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten

Bireuen tahun 2019, menunjukkan bahwa Sebagian besar ibu bersikap apatis

terhadap pertumbuhan anaknya. Tidak banyak ibu yang tertarik untuk mencari

tahu bagaimana caranya memenuhi gizi balitanya. Ibu-ibu tersebut cenderung

lebih memilih untuk mengikuti tradisi keluarga, yaitu apa yang di sarankan oleh

nenek balita itulah yang akan di konsumsi balita tersebut dan tentu saja diberikan

oleh ibu balita.

Sikap ibu balita tersebut, jelas sangat bertentangan dengan ilmu pengetahuan

dan perkembangan teknologi. Seharusnya ibu balita melakukan konsultasi dengan

dokter atau bidan atau ahli gizi yang ada di puskesmas, atau menanyakan kepada

kader-kader posyandu bagaimana cara memenuhi kebutuhan gizi balitanya, agar

balita tersebut tumbuh sehat.

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy

yaitu 0,012 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

sikap dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten

Bireuen tahun 2019.

Page 126: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

94

Pendidikan diperlukan agar seseorang memiliki pengetahuan, dan

pengetahuan tersebut dimaksudkan agar seseorang dapat lebih tanggap terhadap

adanya masalah gizi di dalam keluarga dan dapat mengambil tindakan

kesehatannya. Pengetahuan ibu tentang gizi juga sangat diperlukan agar dapat ibu

mengetahui harus bersikap bagaimana dalam mengatasi masalah yang timbul

akibat konsumsi gizi. Wanita khususnya yang memiliki bayi harus bertanggung

jawab terhadap konsumsi makanan bagi dirinya sendiri. Ibu harus memiliki sikap

positif tentang gizi, baik melalui pendidikan formal maupun informal.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ranika bahwa ada

hubungan antara perilaku sadar gizi pada keluarga yang memiliki balita gizi

kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014, yaitu

keluarga melakukan penimbangan balita (68%), makan beraneka ragam (41,9%),

menggunakan garam beryodium (9,3%), dan pemberian kapsul vitamin A (74,4%)

(11).

Berdasarkan asumsi peneliti, sikap gizi yang baik akan menciptakan sikap

positif seseorang dalam menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin

banyak pengetahuan gizi ibu, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan

jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi oleh keluarganya.

5.3 Hubungan Faktor Keterampilan Dengan Status Gizi Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun

2019

Keterampilan adalah kegiatan psikomotor yang dilakukan oleh seseorang.

Keterampilan dalam memilih makanan dapat diartikan sebagai kecakapan

Page 127: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

95

yang dimiliki seseorang dalam memilih makanan mulai dari memilih menu

sampai pada pola dan frekuensi makan khususnya balita (34).

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari 50 responden yang

diteliti, sebagian besar responden memiliki keterampilan kurang yaitu sebanyak

29 responden. Dari 29 responden tersebut, ada sebanyak 5 (10,00%) respoden

yang memiliki keterampilan kurang dengan status gizi balita baik, sedangkan 24

(48,00%) responden memiliki keterampilan kurang dengan status gizi balita

kurang.

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy

yaitu 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

keterampilan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang

Kabupaten Bireuen tahun 2019

Hal ini sejalan dengan penelitian Antik dan Triska (2015) menunjukkan

terhadap hubungan antara perilaku Kadarzi dengan status gizi balita BB/U

(p=0,010) dan TB/U (p=0,000) namun tidak dengan BB/TB (p=0,368) (14).

Silvera (2017) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan Ibu

dengan tingkat kecukupan energi dan protein balita Rumah Gizi Kota Semarang.

Ada hubungan status ekonomi keluarga dengan tingkat kecukupan energi dan

protein balita Rumah Gizi Kota Semarang, Ada hubungan tingkat kecukupan

energi dan protein dengan status gizi buruk balita Rumah Gizi Kota Semarang,

Ada hubungan riwayat penyakit infeksi dengan status gizi buruk balita Rumah

Gizi Kota Semarang, ada hubungan antara riwayat BBLR dengan dengan status

gizi buruk balita rumah Gizi Kota Semarang (15).

Page 128: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

96

Berdasarkan asumsi peneliti, keterampilan tersebut diharapkan dapat

mempengaruhi tingkah laku seseorang, khususnya ibu dalam memilih

makanan yang dikonsumsi sehari-hari agar dapat memenuhi kebutuhan dan

kecukupan nutrisi keluarganya sehari-hari. Dari uraian yang dikemukakan

diatas, maka pengertian pengetahuan dan keterampilan pemilihan makanan

sehari-hari adalah kemampuan yang dimiliki ibu untuk mencukupi status gizi

balita sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang meliputi

pengetahuan dan keterampilan dalam memilih makanan yang dikonsumsi

sehari-hari.

Pemilihan makanan merupakan suatu proses atau cara dalam memilih

makanan yang baik dan benar mengacu pada pendapat yang dikemukakan

Suhardjo tentang “cara seseorang atau kelompok memilih dan memakannya

sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisologi, psikologi, budaya dan

sosial”. Khususnya dalam hal ini berarti memilih makanan yang sesuai

dengan kebutuhan dan kecukupan gizi yang seimbang. Sebelum memilih menu

makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari diperlukan perhatian yang

cermat. Adakalanya seseorang telah menemukan dan memilih suatu bentuk

makanan yang bergizi, namun zat gizi yang diharapkan tidak tercapai karena

kesalahan dalam memilih bahan makanan yang akan dikonsumsi

Page 129: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

97

Pemilihan makanan sehari-hari yang seimbang ditentukan setelah

mengetahui kebutuhan gizi sesuai yang dianjurkan. Pemilihan makanan

sehari-hari ini memperhatikan kecukupan gizi, mengacu kepada pedoman Empat

Sehat Lima Sempurna dengan memperhatikan variasi dan kombinasi dari

hidangan tersebut serta kegemaran seseorang.

5.4 Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Pendapatan merupakan faktor yang terpenting menentukan kualitas

dan kuantitas hidangan keluarga. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula

persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayur dan beberapa

jenis bahan makanan lainnya (12).

Seorang ibu yang tidak bekerja di luar rumah akan memiliki waktu lebih

banyak dalam mengasuh serta merawat anak dibandingkan ibu yang bekerja di

luar rumah. Pekerjaan memiliki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan

serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan

dengan faktor lain seperti kesehatan. Salah satu penyebab terjadinya gizi kurang

adalah karena status pekerjaan ibu sehingga ibu yang bekerja di luar rumah

cenderung menelantarkan pola makan keluarganya sehingga mengakibatkan

menurunnya keadaan gizi keluarga, hal ini akan berakibat pada keadaan status gizi

anggota keluarga terutama anak-anaknya (13).

Page 130: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

98

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 50 responden yang

diteliti, sebagian besar responden memiliki sosial ekonomi rendah < Rp.

2.500.000 yaitu sebanyak 29 responden. Dari 29 responden tersebut, ada sebanyak

4 (8,00%) respoden yang memiliki sosial ekonomi rendah < Rp. 2.500.000 dengan

status gizi balita baik, sedangkan 25 (50,00%) responden memiliki sosial ekonomi

rendah < Rp. 2.500.000 dengan status gizi balita kurang.

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy

yaitu 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

sikap dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten

Bireuen tahun 2019

Penelitian yang dilakukan oleh Aryanda (2017) yang meneliti tentang

hubungan antara pendapatan keluarga, pengetahuan gizi ibu, dan pola makan

dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Sidoarjo Kabupaten Sragen

di dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara pendapatan

keluarga terhadap status gizi balita.

Berdasarkan asumsi peneliti apabila akses pangan ditingkat rumah tangga

terganggu, terutama akibat kemiskinan, maka penyakit kurang gizi (malnutrisi)

pasti akan muncul. Kemiskinan atau pendapatan keluarga yang rendah sangat

berpengaruh kepada kecukupan gizi keluarga. Kekurangan gizi berhubungan

dengan sindroma kemiskinan. Tanda-tanda sindroma kemiskinan antara lain

berupa penghasilan yang sangat rendah sehingga tidak dapat mencukupi

kebutuhan sandang, pangan, kualitas dan kuantitas gizi makanan yang rendah.

Page 131: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

99

5.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Pada keluarga yang sangat miskin, pemenuhan kebutuhan makanan akan

lebih mudah jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang

sedang tumbuh dari suatu keluarga miskin adalah yang paling rawan terhadap gizi

kurang diantara semua anggota keluarga, anak yang paling kecil biasanya yang

paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Situasi semacam ini sering terjadi

sebab seandainya besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak

berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang

tumbuh memerlukan pangan relatif lebih tinggi daripada golongan yang lebih tua.

Tahun-tahun awal masa kanak-kanak yaitu pada umur 1-6 tahun berada dalam

situasi yang rawan (28).

Berdasarkan ahsil penelitian, diketahui bahwa dari 50 responden yang

diteliti, sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga yang kurang yaitu

sebanyak 31 responden. Dari 31 responden tersebut, ada sebanyak 9 (18,00%)

respoden yang memiliki dukungan keluarga kurang dengan status gizi balita baik,

sedangkan 22 (44,00%) responden memiliki dukungan keluarga rendah dengan

status gizi balita kurang.

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy

yaitu 0,005 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

dukungan keluarga dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas

Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.

Page 132: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

100

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Khasanah (2017) mengenai

pola asuh keluarga dan status gizi, dikatakan disana bahwa pola asuh keluarga

yang baik memiliki kaitan yang erat dengan status gizi anak karena orang tua akan

memberikan perlindungan, pendidikan, dan akan merawat dengan anaknya

dengan penuh kasih sayang, oleh karena itu dibutuhkansosialisasi akan pentingnya

peran keluarga bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, selain itu pula

dikatakan juga bahwa tingkat pendidikan orang tua menunjang orang tua dalam

mendapatkan berbagai macam pengetahan mengenai informasi gizi yang

dibutuhkan anak.

Berdasarkan asumsi peneliti, dalam penanganan status gizi anak, keluarga

memiliki peran yang sangat penting hal ini dikarenakan di dalam lingkungan

keluarga menjadi tempat bagi anak untuk memaksimalkan tumbuh kembangnya,

serta memenuhi gizinya. Keluarga yang memiliki fungsi keluargayang baik dan

memiliki ikatan emosional yang baik dapat menunnjang pertumbuhan dan

perkembangan.

5.6 Hubungan Riwayat Kecacingan dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Status gizi anak selain dipengaruhi oleh adanya infeksi kecacingan dapat

juga dipengaruhi oleh adanya faktor lain yaitu kurangnya higiene individu, tingkat

pengetahuan orang tua, kependudukan atau demografi individu. Selain faktor

tersebut, kebiasaan makan anak-anak usia sekolah juga berperan terutama saat

sarapan dan makan siang sering kali tidak teratur dan tidak pada tempatnya.

Page 133: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

101

Kebiasaan tersebut dapat memberikan dampak yang merugikan seperti kecukupan

gizi yang berkurang, serta daya tahan tubuh menurun.

Berdasarkan analisis data diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,

sebagian besar responden memiliki riwayat kecacingan yaitu sebanyak 37

responden. Dari 37 responden tersebut, ada sebanyak 9 (18,00%) respoden yang

memiliki riwayat kecacingan dengan status gizi balita baik, sedangkan 28

(56,00%) responden memiliki riwayat kecacingan dengan status gizi balita

kurang. Sedangkan 13 orang lainnya tidak memiliki riwayat kecacingan. Dari 13

orang tersebut, 10 (20,0%) balita yang memiliki status gizi yang baik dan 3 (6%)

balita yang memiliki status gizi kurang.

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy

yaitu 0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

riwayat kecacingan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas

Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.

Berdasarkan asumsi peneliti, kecacingan adalah masalah kesehatan yang

masih banyak ditemukan di seluruh dunia. Salah satu penyakit kecacingan adalah

penyakit cacing usus yang ditularkan melalui tanah. Infeksi cacing dapat

menimbulkan kerugian zat gizi berupa kekurangan kalori dan protein serta

kehilangan darah. Selain dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan dan

produktivitas kerja, juga dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah

terkena penyakit lainnya Gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

sumber daya manusia.

Page 134: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

102

5.7 Hubungan Pantangan Makanan dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019

Setiap balita memiliki daya tahan tubuh yang berbeda-beda, dan memiliki

masing-masing pantangan makanan. Misalnya, balita yang sering diberikan telur

akan mudah mengalami alergi pada seluruh badannya. Atau memberikan

hidangan laut dapat juga menyebabkan alergi. Oleh sebab itu, dalam pemberian

makanan si ibu harus melihat kondisi tubuh anak (28).

Dalam kepercayaan masyarakat Aceh, ada beberapa jenis makanan yang

harus dihindari, misalnya seperti : 1) garam, memberikan garam pada makanan

balita yang berusia di bawah 1 tahun tidak diperlukan. Asupan garam yang

berlebihan justru dapat merusak ginjal bayi karena ginjalnya belum mampu untuk

mengolah kelebihan garam di tubuhnya. Selain garam, penyedap rasa maupun

saus pada makanan balita. Berdasarkan Angka Kecukupan Mineral Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, jumlah garam maksimum yang disarankan untuk

balita adalah: 1 – 3 tahun: 1 gram per hari, 4 – 6 tahun: 1,2 gram per hari, 7 – 9

tahun: 1,2 per hari, 10 tahun dan di atasnya: 1,5 gram per hari. 2) Gula, sama

halnya dengan garam, asupan gula pada makanan balita yang berusia di bawah 1

tahun belum diperlukan. Ini karena asupan gula justru akan membuat kalori

makanan balita semakin banyak dan tak baik juga untuk kesehatan gigi serta

mulutnya. Bahkan dalam beberapa penelitian disebutkan jika terlalu banyak

makan gula dan makanan manis saat kecil, akan meningkatkan risiko

obesitas serta penyakit kronis pad anak di kemudian hari. Itu sebabnya berikanlah

gula sesuai dengan rekomendasi gula harian untuk anak.

Page 135: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

103

Konsumsi gula tidak boleh lebih dari 5 persen dalam menu makan harian. 3)

Madu, walaupun madu dikenal memiliki banyak manfaat, sayangnya madu tidak

dianjurkan bagi balita. Madu mengandung bakteri penghasil racun dalam usus

yang dapat menyebabkan botulisme pada bayi. 5) Semua jenis kacang, termasuk

kacang tanah, tidak dianjurkan untuk dikonsumsi balita karena kacang sering kali

membuat anak tersedak. Selama tidak menimbulkan alergi, 5) Makanan mentah

makanan mentah meningkatkan risiko balita menderita gastoenteritis. Akibatnya,

balita akan mengalami gejala seperti mual, muntah, kram

perut, diare, demam, sakit kepala, panas dingin, dan darah di feses. Beberapa

makanan yang harus dihindari adalah daging, unggas, dan seafood mentah. Selain

itu, bayi juga tidak dianjurkan untuk mengonsumsi telur mentah.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa hasil penelitian ini yang

dilakukan Galuh (2014) mengenai kepercayaan terhadap mitos makanan, status

ekonomi dan pengetahuan zat gizi ibu hamil dengan status gizi balita di

Puskesmas Welahan I Kota Jepara Provinsi Jawa Tengah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapatnya hubungan bermakna antara mitos makan dengan

status balita. Semakin banyak mitos pantangan dalam makanan maka semakin

kecil peluang untuk mengkonsumsi makanan yang beragam.

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa dari 50 responden yang

diteliti, sebagian besar responden memiliki pantangan makanan rendah yaitu

sebanyak 35 responden. Dari 35 responden tersebut, ada sebanyak 6 (12,00%)

respoden yang memiliki pantangan makanan dengan status gizi balita baik,

Page 136: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

104

sedangkan 29 (58,00%) responden memiliki pantangan makanan dengan status

gizi balita kurang.

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy

yaitu 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

pantangan makanan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas

Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.

Berdasarkan asumsi peneliti terkadang mitos turut memengaruhi

timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti adanya beberapa kepercayaan,

seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok tertentu yang

sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok

tersebut, seperti makan garam dengan jumlah yang banyak. Tidak sedikit

masyarakat percaya akan mitos khususnya masyarakat yang memiliki balita,

mereka masih cendrung percaya kepada mitos-mitos yang mengharuskan adanya

pantangan makanan.

Berdasarkan asumsi peneliti, adanya pantangan makanan terhadap jenis

makanan tertentu yang jika dilihat dari nilai gizi bahan makanan tersebut mungkin

saja dibutuhkan oleh balita. Secara umum, tidak ada pantangan makanan bagi

balita tidak mengalami komplikasi ataupun mengalami penyakit lain. Adanya

pantangan seperti itu akan menghambat pemenuhan kebutuhan gizi balita yang

akhirnya berbahaya bagi kesehatan balita serta pertumbuhan dan

perkembangannya, sehingga perlu penjelasan kepada ibu tentang manfaat

makanan serta bahaya pantangan.

Page 137: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

105

5.8 Hubungan Penyuluhan Tenaga Kesehatan dengan Status Gizi Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun

2019

Petugas kesehatan sebagai pendidik harus mampu memberikan pendidikan

kesehatan dan konseling kepada masyarakat tentang seputar mitos yang

berkembang di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang, kelas ibu yang di

kembangkan tidak hanya memberikan pengetahuan kepada ibu tapi juga harus

mampu meluruskan keluarga dan masyarakat tentang mitos-mitos yang

berkembang dimasyarakat, meskipun ini agak sulit mengingat masyarakat pelosok

sangat kental dengan kepercayaan mistis tapi proses pencerahan itu harus terus

dilakukan.

Hasil penelitian Ranika (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan antara

penyuluhan tenaga kesehatan dengan perilaku sadar gizi pada keluarga yang

memiliki balita gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Desa

Lalang Tahun 2014, yaitu keluarga melakukan penimbangan balita (68%), makan

beraneka ragam (41,9%), menggunakan garam beryodium (9,3%), dan pemberian

kapsul vitamin A (74,4%) (11).

Berdasarkan hasil diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti, sebagian

besar responden memiliki informasi penyuluhan tenaga kesehatan yaitu sebanyak

37 responden. Dari 37 responden tersebut, ada sebanyak 8 (16,00%) respoden

yang memiliki informasi penyuluhan tenaga kesehatan dengan status gizi balita

baik, sedangkan 29 (58,00%) responden memiliki penyuluhan tenaga kesehatan

dengan status gizi balita kurang.

Page 138: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

106

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy

yaitu 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

penyuluhan petugas kesehatan dengan status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.

Kader adalah tenaga suka rela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang

bertugas dimasyarakat. Kegiatan gizi di posyandu merupakan salah satu kegiatan

utama dan umumnya menjadi prioritas dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu.

Kegiatan pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Kegiatan yang

dilakukan meliputi penimbangan berat badan, pencatatan hasil penimbangan pada

KMS (kartu menuju sehat) untuk deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan

gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A. Dalam kegiatan posyandu, kader

memegang peranan penting, selain sebagai pelaksana kegiatan posyandu

(administrator) dan memberikan penyuluhan (edukator), kader juga

menggerakkan keaktifan ibu yang mempunyai balita untuk datang ke posyandu

(motivator). Kader posyandu merupakan healt provider yang berada di dekat

kegiatan sasaran posyandu, tatap muka kader lebih sering daripada petugas

kesehatan lainnya. Peranan kader sangat penting karena kader bertanggung jawab

dalam pelaksanaan program posyandu. Bila kader tidak aktif maka pelaksanaan

posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi bayi dan balita

(bawah lima tahun) tidak dapat dideteksi secara dini dengan jelas.

Adanya peran kader dapat membantu masyarakat dalam mengurangi angka

gizi buruk, selain itu adanya peran kader juga membantu dalam mengurangi angka

kematian ibu juga balita, dengan memanfaatkan keahlian serta fasilitas penunjang

Page 139: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

107

lainnya yang berhubungan dengan peningkatan status gizi balita. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa peran serta kader berpengaruh terhadap status gizi balita yang

berarti semakin tinggi peran kader, maka semakin tinggi pula angka penurunan

gizi buruk pada balita. Dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan

dengan adanya informasi yang didapatkan melalui pengambilan data, bahwa

terdapat hubungan peran serta kader dengan status gizi balita.

Adapun hubungan pantangan makanan dengan sadar gizi pada tatanan

rumah tangga, dengan kateogori tidak ada-baik yaitu sebanyak 9 responden

(18,75%) dengan kategori tidak ada-cukup yaitu sebanyak 6 responden (12,50%),

dan dengan kategori tidak ada-kurang yaitu sebanyak 5 responden (10,42%).

Adapun hubungan pantangan makanan dengan status gizi ibu hamil dengan

kategori ada-baik yaitu sebanyak 4 responden (8,33%), kategori ada-cukup yaitu

sebanyak 8 responden (16,67%) dan dengan kategori ada-kurang yaitu sebanyak

16 responden (33,33%).

Seorang perugas kesehatan selain kompeten dibidangnya, pengalaman dan

wawasan juga harus memadai dan komunikatif sehingga dapat memudahkan

seorang ibu untuk berdiskusi tentang segala hal yang menyangkut kesehatan diri

dan balitnya. Peran penting dukungan tenaga kesehatan sangat berpengaruh

terhadap perilku ibu dalam memberikan MPASI kepada bayinya. Dukungan

tersebut memang sangat berarti untuk seorang ibu yang mempunyai bayi, tapi

lebih baik lagi jika dukungan tersebut disertai dengan pengetahuan yang baik

tentang pentingnya pemberian makanan pendamping ASI sesuai waktu yang tepat.

Page 140: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

108

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 dengan nilai p

significancy 0,020

2. Ada hubungan antara sikap dengan status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 dengan nilai p

significancy 0,012 .

3. Ada hubungan antara keterampilan dengan status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 dengan nilai p

significancy 0,000.

4. Ada hubungan antara ekonomi dengan status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 dengan nilai p

significancy 0,000.

5. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan status gizi balita di wilayah

kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 dengan nilai p

significancy 0,005.

Page 141: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

109

6. Ada hubungan antara riwayat kecacingan dengan status gizi balita di wilayah

kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 dengan nilai p

significancy 0,001.

7. Ada hubungan antara pantangan makanan dengan status gizi balita di wilayah

kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 dengan nilai p

significancy 0,000.

8. Ada hubungan antara penyuluhan petugas kesehatan dengan status gizi balita

di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019

dengan nilai p significancy 0,000.

9. Adapun faktor yang paling berhubungan dengan status gizi balita di wilayah

kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 adalah faktor

pantangan makanan.

6.2 Implikasi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 8 faktor yang berhubungan

dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten

Bireuen tahun 2019. Adapun faktor yang paling berhubungan adalah pantangan

makanan. Hal ini mengandung implikasi agar kedepannya pihak-pihak terdekat

ibu yang memiliki balita dapat memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan

dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten

Bireuen.

Page 142: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

110

6.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:

1. Faktor-faktor yang behubungan dengan status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019an dalam penelitian ini

hanya terdiri dari delapan variabel, sedangkan masih banyak faktor lain yang

mempengaruhinya.

2. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu

terkadang jawaban yang diberikan oleh sampel tidak menunjukkan keadaan

sesungguhnya.

6.4 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan

1. Agar ibu mampu meluangkan waktunya untuk mengikuti penyuluhan tentang

gizi yang di adakan oleh petugas kesehatan untuk menambah pengetahuan ibu

tentang bagaimana cara mengatasi masalah gizi kurang.

2. Agar ibu mau membuka diri bersikap positif, yaitu menerima semua anjuran

petugas kesehatan terkait gizi, karena petugas kesehatan yang memberikan

seminar gizi biasanya adalah petugas kesehatan yang telah mengikuti berbagai

pelatihan.

3. Agar ibu belajar untuk meningkatkan keterampilan ibu tentang cara mengolah

makanan, agar balita tidak mengalami kebosanan dengan menu dan bentuk

yang sama.

Page 143: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

111

4. Agar ibu mampu menggunakan pendapatan perbulan sebijak mungkin, agar

asupan makanan dapat terpenuhi secara terus menerus.

5. Agar keluarga dapat mencari informasi terkait gizi balita, misalnya dengan

cara bergantian mengikuti penyuluhan yang di adakan oleh puskesmas atau

mencari informasi terkait gizi melalui internet.

6. Agar ibu dapat meminimalisir penyakit kecacingan dengan cara,

menghentikan pemberian makanan yang dapat menyebabkan penyakit

kecacingan pada balita dan rutin mengonsumsi obat cacingan yaitu sebanyak 2

kali dalam setahun.

7. Agar ibu tidak memberikan makanan yang telah dipantangkan.

8. Agar ibu dan keluarga dapat memberikan waktu untuk terus mengikuti

penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan tentang perkembangan

ilmu pengetahuan tentang gizi anak.

Page 144: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

112

DAFTAR PUSTAKA

1. Adriani M, Wirjatmadi B. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta

Kencana Prenada Media Gr. 2012;2:245–78.

2. Organization WHO. Sustainable Development Goals (SDGs). 2018;

3. Nasional BPP. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2015-2019. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor.

2014;2.

4. Kementerian Kesehatan. Pemantauan Status Gizi (PSG). 2018;

5. Poltekes Kemenkes Aceh. Pemantauan Status Gizi Provinsi Aceh. 2017;

6. Aceh D Kesehatan Provinsi. Studi Monitoring dan Evaluasi Program Gizi.

2017;

7. Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 2017;

8. S S. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.

9. Green LW. Health Promotion Planning An Educational and Environmental

Approach. Mountain View. 2011;24.

10. Hariyadi D, Ekayanti I. Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi

Terhadap Stunting Di Propinsi Kalimantan Barat. Teknologi Dan Kejuruan

Jurnal Teknologi Kejuruan Dan Pengajarannya. 2012;34(1).

11. Harahap R, Lubis Z, Ardiani F. Gambaran Perilaku Sadar Gizi Pada

Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Wilayah

Kerja Puskesmas Desa Lalang. Gizi, Kesehatan Reproduksi Dan

Epidemiologi. 2015;1(4).

12. Riyayawati R. Analisis Hubungan Penerapan Keluarga Sadar Gizi

(Kadarzi) Dengan Status Gizi Balita (Studi Kasus di Wilayah Kerja

Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati). Universitas Negeri Semarang; 2013.

13. Kirana GA. Hubungan Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Dengan

Kejadian Stunting Pada Balita Di Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten.

Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.

14. Wijayanti S, Nindya TS. Hubungan Penerapan Perilaku Kadarzi (Keluarga

Sadar Gizi) dengan Status Gizi Balita di Kabupaten Tulungagung. Amerta

Nutrition. 2017;1(4):379–88.

15. Oktavia S, Widajanti L, Aruben R. Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Status Gizi Buruk Pada Balita Di Kota Semarang Tahun 2017

(Studi Di Rumah Pemulihan Gizi Banyumanik Kota Semarang). Jurnal

Kesehatan Masyarakat . 2017;5(3):186–92.

16. Fatmah. Pengetahuan dan Praktek Keluarga Sadar Gizi Ibu Balita

Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara. 2017;

17. Aisyaroh N, Zulfa SA, Zulaikhah ST. Hubungan Perilaku Kadarzi

(Keluarga Sadar Gizi) dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Gajah 1 Demak. Motorik Jurnal Ilmu Kesehatan. 2016;9(19).

Page 145: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

113

18. Septianingrum D. Implementasi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Di

Puskesmas Gantrung Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun. Publika.

2016;4(6).

19. Sunita A. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

2009;51–75.

20. Supariasa IDN, Nyoman D. Pendidikan Dan Konsultasi Gizi. Jakarta EGC.

2012;

21. Walgito B. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi

Pustaka; 2014.

22. Khomsan A. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Jurusan GMSK

Faperta IPB; 2004.

23. Organization. WH. WHO Anthro Survey Analyser And Other Tools.

24. Bloom BS, Englehart MD, Furst EJ, Hill WH, Krathwohl DR. Taxonomy

Of Educational Objectives: The Classification Of Goals. Handb I Cogn

Domain New York, NY David McKay Co. 1956;

25. Notoatmodjo S. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

2003;16:15–49.

26. Nazaruddin. Pemberdayaan Perilaku Masyarakat Berhubungan Secara

Signifikan Dengan Praktek Kadarzi. Jurnal Kesehatan Masyarakat; 2014;

27. Rudzikzani D. Pengaruh Pola Makan Terhadap Perkembangan Gizi Anak.

Jurnal Kesehatan Masyarakat . 2013;

28. Hidayat NN. Hubungan ASI eksklusif dan Simulasi Ibu Dengan

Perkembangan Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemranjen Kabupaten

Banyumas. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2014;

29. Kemenkes RI. Penilaian Status Gizi Anak. Direktorat Bina Gizi. 2015;

30. Notoatmodjo S. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta

Indonesia. 2013;

31. Muhammad I. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan

Menggunakan Metode Ilmiah Hal 92-98. GEN, Bandung Cipta Pustaka

Media Perintis. 2016;

32. Octaviani IA, Margawati A. Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Ibu

Buruh Pabrik Tentang KADARZI (Keluarga Sadar Gizi) Dengan Status

Gizi Anak Balita (Studi Di Kelurahan Pagersari, Ungaran). Jurnal

Nutrition Coll. 2012;1(1):46–54.

33. Azwar A. Kecenderungan Masalah Gizi Dan Tantangan Di Masa Datang.

Disampaikan Pada Pertem Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju

Keluarga Sadar Gizi Jakarta Hotel Sahid Jaya. 2004;

34. Yulianingsih P. Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Sikap Anak Sekolah

Dasar Dalam Memilih Makanan Jajanan Di Madrasah Ibtidaiyah

Tanjunganom, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri. Universitas

Muhammadiyah Surakarta; 2009.

Page 146: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

114

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI PADA TATANAN

RUMAH TANGGA TERHADAP STATUS GIZI BALITA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEULIMBANG

KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2019

A. Identitas Responden

Nama Ibu/ Pengasuh :......................................................................

Umur :......................................................................

Pendidikan : .....................................................................

Pekerjaan : .....................................................................

Pendapatan : .....................................................................

Status Perkawinan : .....................................................................

B. Identitas Balita

Nama Ibu/ Pengasuh :......................................................................

Umur :......................................................................

Pendidikan : .....................................................................

Pekerjaan : .....................................................................

Pendapatan : .....................................................................

Status Perkawinan : .....................................................................

Petunjuk Pengisian:

1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan tepat dan benar, kemudian pilih

jawaban menurut anda benar.

2. Jawaban yang menurut anda benar berikan tanda silang (√)

3. Mohon dijawab dengan jujur dan benar .

4. Jika ingin mengganti jawaban, coret yang salah dan beri tanda pada

jawaban saudara ganti.

5. Setiap jawaban akan dijaga kerahasian nya.

Page 147: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

115

I. PENGETAHUAN

No PERNYATAAN Benar Salah

1 Ibu harus membiasakan balita mengkonsumsi makanan

yang bergizi ?

2 Ibu harus memberikan ASI selama 6 bulan ?

3 Balitas harus mendapatkan suplemen disamping makanan

utamanya ?

4 Dalam keluarga harus menggunakan garam yodium sesuai

takaran karena merupakan salah satu indikator untuk

mencapai gizi yang baik ?

5 Menyediakan makanan tambahan yang bergizi pada balita

?

II. SIKAP

No PERNYATAAN Ya Tidak

1 Ibu selalu memlih bahan makanan yang segar untuk diolah

dan dikonsumsi balita?

2 Menerapkan konsep lima sehat empat sempurna dalam agar

ASI yang dihasilkan sehat dan bergizi?

3 Tidak memberikan susu/makanan yang basi kepada balita ?

4 Selalu menyediakan makanan yang (apabila dalam setiap kali

makan hidangan terdir dari makanan pokok + lauk pauk ,

sayur, buah atau makanan poko + lauk pauk + sayur) ?

5 Selalu membuat stok makanan yang bergizi bagi balita ?

III. KETERAMPILAN

No PERNYATAAN Ya Tidak

1 Mengolah makanan yang bervariasi setiap hari ?

2 Membuat menu yang berbeda dalam satu hari ?

3 Membuat makanan semenarik mungkin ?

4 Mewarnai makan dengan pewarna alami, misalnya wortel,

buah naga dengan tujuan agar balita teratarik untuk

mengonsumsinya ?

5 Menyajikan Makana dalam bentu yang unik untuk

menarik?

Page 148: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

116

IV. SOSIAL EKONOMI

No PERNYATAAN Ya Tidak

1 Penghasilan keluarga kurang atau sama dengan UMR

2 Kebutuhan poko keluarga selalu terpenuhi

3 Keluarga mampu membeli bahan makanan yang mahal

4 Setiap hari menu makan berganti

5 Keluarga mampu membiayai balita ketika sakit

V. DUKUNGAN KELUARGA

No PERNYATAAN Ya Tidak

1 Mengutamakan kebutuhan balita daripada yang lainnya?

2 Berusaha mencari sumber informasi yang mendukung proses

tumbuh kembang balita?

3 Menciptakan suasanan yang harmonis karena biasa

berdampak pada psikologi balita?

4 Memperhatiak kesehatan ibu karena ibu faktor utama penentu

kesehatan balita ?

5 Mengingat ibu tentang jadwal kunjungan ke posyandu?

VI. PANTANGAN MAKANAN

No PERNYATAAN Ya Tidak

1 Apakah anda memiliki pantangan makanan?

2 Apakah anda memakan makanan yang telah dilarang?

3 Apakah makanan pantangan tersebut adalah makanan

yang mengandung gizi?

4 Apakah makanan pantangan tersebut bukan berupa

makann yang mengandung gizi?

5 Apakah makanan pantangan tersebut sering anda

konsumsi ?

Page 149: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

117

VII. RIWAYAT KECACINGAN

No PERNYATAAN Ya Tidak

1 Apakah balita anda cacingan?

2 Apakah anda memberikan obat cacing kepada balita anda

3 Apakah cacingan membahayakan kesehatan balita anda

4 Apakah anda berusaha mengobati anak anda dari kecacingan?

5 Berapa kali dalam setahun anda memberikan obat cacing

pada balita anda?

VIII. PENYULUHAN PETUGAS KESEHATAN

No PERNYATAAN Ya Tidak

1 Aapakah pernah dilakukan penyuluhan tentang gizi?

2 Apakah anda pernah mengikuti penyuluhan tentang gizi?

3 Iapakah anda mendapatkan informais melalui penyuluhan

tentang gizi.?

4 Cukupkah informasi yang disampaikan oleh petugas

kesehatan?

5 Apakah penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan

membuat anda mengerti bagaimna status gizi balita yang

seharusnya.

Aceh, Februari 2019

Responden

(...................................)

Page 150: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

118

LAMPIRAN 2

UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS

1. UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS PENGETAHUAN

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.737 5

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 Total

P1

Pearson Correlation 1 .780** .545* .780** .341 .888**

Sig. (2-tailed) .000 .013 .000 .142 .000

N 20 20 20 20 20 20

P2 Pearson Correlation .780** 1 .545* .560* .341 .830** Sig. (2-tailed) .000 .013 .010 .142 .000

N 20 20 20 20 20 20

P3 Pearson Correlation .545* .545* 1 .545* .303 .744** Sig. (2-tailed) .013 .013 .013 .195 .000

N 20 20 20 20 20 20

P4 Pearson Correlation .780** .560* .545* 1 .341 .830** Sig. (2-tailed) .000 .010 .013 .142 .000

N 20 20 20 20 20 20

P5

Pearson Correlation .341 .341 .303 .341 1 .601**

Sig. (2-tailed) .142 .142 .195 .142 .005 N 20 20 20 20 20 20

Total

Pearson Correlation .888** .830** .744** .830** .601** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .005

N 20 20 20 20 20 20

Page 151: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

119

2. UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS SIKAP

Correltions

P1 P2 P3 P4 P5 Total

P1

Pearson Correlation 1 .780** .545* .780** .341 .888*

*

Sig. (2-tailed) .000 .013 .000 .142 .000

N 20 20 20 20 20 20

P2

Pearson Correlation .780** 1 .545* .560* .341 .830*

*

Sig. (2-tailed) .000 .013 .010 .142 .000

N 20 20 20 20 20 20

P3 Pearson Correlation .545* .545* 1 .545* .303

.744*

*

Sig. (2-tailed) .013 .013 .013 .195 .000 N 20 20 20 20 20 20

P4 Pearson Correlation .780** .560* .545* 1 .341

.830*

*

Sig. (2-tailed) .000 .010 .013 .142 .000 N 20 20 20 20 20 20

P5

Pearson Correlation .341 .341 .303 .341 1 .601*

* Sig. (2-tailed) .142 .142 .195 .142 .005

N 20 20 20 20 20 20

Total

Pearson Correlation .888** .830** .744** .830** .601** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .005

N 20 20 20 20 20 20

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.840 5

Page 152: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

120

3. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KETRAMPILAN

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 Total

P1

Pearson

Correlation 1 .739** .290 .616** .032 .781**

Sig. (2-tailed) .000 .215 .004 .895 .000

N 20 20 20 20 20 20

P2

Pearson Correlation

.739** 1 .471* .287 .257 .793**

Sig. (2-tailed) .000 .036 .220 .274 .000

N 20 20 20 20 20 20

P3

Pearson

Correlation .290 .471* 1 .406 .303 .690**

Sig. (2-tailed) .215 .036 .076 .195 .001 N 20 20 20 20 20 20

P4

Pearson

Correlation .616** .287 .406 1 .179 .721**

Sig. (2-tailed) .004 .220 .076 .450 .000

N 20 20 20 20 20 20

P5

Pearson Correlation

.032 .257 .303 .179 1 .501*

Sig. (2-tailed) .895 .274 .195 .450 .024

N 20 20 20 20 20 20

Total

Pearson

Correlation .781** .793** .690** .721** .501* 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .024

N 20 20 20 20 20 20

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.855 5

Page 153: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

121

4. UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS SOSIAL EKONOMI

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.840 5

correlations

P1 P2 P3 P4 P5 Total

P1

Pearson Correlation 1 .882** .577** .733** .378 .914*

*

Sig. (2-tailed) .000 .008 .000 .100 .000

N 20 20 20 20 20 20

P2

Pearson Correlation .882** 1 .491* .630** .286 .844*

*

Sig. (2-tailed) .000 .028 .003 .222 .000 N 20 20 20 20 20 20

P3 Pearson Correlation .577** .491* 1 .577** .218

.718*

*

Sig. (2-tailed) .008 .028 .008 .355 .000 N 20 20 20 20 20 20

P4

Pearson Correlation .733** .630** .577** 1 .378 .846*

*

Sig. (2-tailed) .000 .003 .008 .100 .000 N 20 20 20 20 20 20

P5

Pearson Correlation .378 .286 .218 .378 1 .588*

*

Sig. (2-tailed) .100 .222 .355 .100 .006 N 20 20 20 20 20 20

Total

Pearson Correlation .914** .844** .855** .782** .855** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .006

N 20 20 20 20 20 20

Page 154: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

122

5. UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS DUKUNGAN KELUARGA

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 Total

P1

Pearson Correlation 1 .882** .577** .733** .378 .906**

Sig. (2-tailed) .000 .008 .000 .100 .000

N 20 20 20 20 20 20

P2

Pearson Correlation .882** 1 .491* .630** .286 .855**

Sig. (2-tailed) .000 .028 .003 .222 .000

N 20 20 20 20 20 20

P3

Pearson Correlation .577** .491* 1 .577** .218 .782**

Sig. (2-tailed) .008 .028 .008 .355 .000 N 20 20 20 20 20 20

P4

Pearson Correlation .733** .630** .577** 1 .378 .855**

Sig. (2-tailed) .000 .003 .008 .100 .000

N 20 20 20 20 20 20

P5

Pearson Correlation .378 .286 .218 .378 1 .553**

Sig. (2-tailed) .100 .222 .355 .100 .006 N 20 20 20 20 20 20

Total

Pearson Correlation .906** .855** .782** .855** .553** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .006

N 20 20 20 20 20 20

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.704 5

Page 155: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

123

6. UJI VALIDITAS DAN RELIABLITAS PANTANG MAKANAN

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 Total

P1

Pearson Correlation 1 .780** .545* .780** .419 .888*

*

Sig. (2-tailed) .000 .013 .000 .066 .000

N 20 20 20 20 20 20

P2

Pearson Correlation .780** 1 .545* .560* .419 .830*

*

Sig. (2-tailed) .000 .013 .010 .066 .000 N 20 20 20 20 20 20

P3

Pearson Correlation .545* .545* 1 .545* .577*

*

.789*

* Sig. (2-tailed) .013 .013 .013 .008 .000

N 20 20 20 20 20 20

P4

Pearson Correlation .780** .560* .545* 1 .419 .830*

*

Sig. (2-tailed) .000 .010 .013 .066 .000

N 20 20 20 20 20 20

P5

Pearson Correlation .419 .419 .577** .419 1 .683*

*

Sig. (2-tailed) .066 .066 .008 .066 .001

N 20 20 20 20 20 20

Total

Pearson Correlation .888** .830** .789** .830** .683*

* 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001

N 20 20 20 20 20 20

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.866 5

Page 156: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

124

7. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS RIWAYAT KECACINGAN

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 Total

P1

Pearson Correlation 1 .780** .545* .780** .419 .781*

*

Sig. (2-tailed) .000 .013 .000 .066 .000

N 20 20 20 20 20 20

P2

Pearson Correlation .780** 1 .545* .560* .419 .793*

*

Sig. (2-tailed) .000 .013 .010 .066 .000 N 20 20 20 20 20 20

P3

Pearson Correlation .545* .545* 1 .545* .577*

*

.690*

* Sig. (2-tailed) .013 .013 .013 .008 .000

N 20 20 20 20 20 20

P4

Pearson Correlation .780** .560* .545* 1 .419 .721*

*

Sig. (2-tailed) .000 .010 .013 .066 .000

N 20 20 20 20 20 20

P5

Pearson Correlation .419 .419 .577** .419 1 .501*

*

Sig. (2-tailed) .066 .066 .008 .066 .001

N 20 20 20 20 20 20

Total

Pearson Correlation .781** .793** .690** .721** .501*

* 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001

N 20 20 20 20 20 20

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.856 2

Page 157: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

125

8. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENYULUHAN TENAGA

KESEHATAN

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 Total

P1

Pearson Correlation 1 .780** .545* .780*

* .419 .906**

Sig. (2-tailed) .000 .013 .000 .066 .000

N 20 20 20 20 20 20

P2

Pearson Correlation .780** 1 .545* .560* .419 .855**

Sig. (2-tailed) .000 .013 .010 .066 .000

N 20 20 20 20 20 20

P3

Pearson Correlation .545* .545* 1 .545* .577** .782**

Sig. (2-tailed) .013 .013 .013 .008 .000

N 20 20 20 20 20 20

P4

Pearson Correlation .780** .560* .545* 1 .419 .855**

Sig. (2-tailed) .000 .010 .013 .066 .000 N 20 20 20 20 20 20

P5

Pearson Correlation .419 .419 .577** .419 1 .553**

Sig. (2-tailed) .066 .066 .008 .066 .001 N 20 20 20 20 20 20

Total

Pearson Correlation .906** .855** .782** .855*

* .553** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001

N 20 20 20 20 20 20

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.701 5

Page 158: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

126

Page 159: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

127

Page 160: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

128

LAMPIRAN 3

OUPUT SPSS

Umur Pendidi

kan

Pekerjaa

n

Pengetah

uan

Sikap KZ SE DK RC PM TK SG

Valid

N

Missing

50

0

50

0

50

0

50

0

50

0

50

0

50

0

50

0

50

0

50

0

50

0

50

50

0

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

17-25 Tahun

8 16.0 16.0 16.0

26-23 tahun

36-45 tahun

Total

19

23

50

38.0

46.0

100.0

38.0

46.0

100.0

54.0

100,0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SD 2 40.0 40.0 4.0

SMP

SMA

PT Total

11

25

12 50

22.0

50.0

24.0 100,0

22.0

50.0

24.0 100,0

26.0

76.0

100,0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

IRT 13 26.0 26.0 26.0

Petani Wiraswasta

PNS

Total

9 15

13

50

18.0 30.0

26.0

100,0

18.0 30.0

26.0

100,0

44.0 74.0

100,0

Page 161: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

129

PM

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak Ada 15 30.0 30.0 30.0

Ada Total

35 50

70.0 100,0

70.0 100,0

100,0

PTK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ada 13 26.0 26.0 26.01

Tidak Ada

Total

37

50

74.0

100,0

74.0

100,0

100,0

SG

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Baik 19 38.0 38.0 38.0

Kurang Total

31 50

62.0 100,0

62.0 100,0

100,0

Page 162: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

130

CROSSTABS

/TABLES=Pengetahuan Sikap KZ SE DK RC PM PTK BY SG

/FORMAT= A VALUE TABLES

/STATISTIC=CHISQ RISK

/CELLS=COUNT EXPECTED ROW

/COUNT ROUND CELL

Notes

Output Created 05-APR-2019 06:13:09

Comments

Input

Data

C:\Users\ACER\Desktop\Tesis

helvet fix\Proposal

iis\Untitled2.sav Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File 50

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values

are treated as missing.

Cases Used

Statistics are based on cases

with no missing values for any

variable used.

Syntax

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF

OUTS R ANOVA

/CRITERIA=PIN(.05)

POUT(.10) CIN(95)

/NOORIGIN

/DEPENDENT KPSB

/METHOD=ENTER TT TS

Keluarga

/SAVE MCIN RESID.

Resources

Processor Time 00:00:00.03 Elapsed Time 00:00:00.03

Memory Required 2100 bytes

Additional Memory Required

for Residual Plots 0 bytes

Variables Created or Modified

RES_1 Unstandardized Residual

LMCI_1

95% Mean Confidence

Interval Lower Bound for

KPSB

UMCI_1

95% Mean Confidence

Interval Upper Bound for

KPSB

Page 163: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

131

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan * SG 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%

Sikap * SG 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%

KZ * SG 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%

SE* SG 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%

RC * SG 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%

PM * SG 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%

PTK * SG 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%

Pengetahuan *SG

Crosstab

SG Total

Baik Kurang

Pengetahuan

Baik

Count 7 3 10

Expected Count 3.8 6.2 10.0

% within Pengetahuan 70.0% 30.0% 100.0%

Kurang

Count 12 28 40

Expected Count 15.2 24.8 40.0

% within Pengetahuan 30.0% 70.0% 100.0%

Total

Count 19 31 90

Expected Count 19.0 31.0 50.0

% within Pengetahuan 38.0% 62.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.433 1 .020 Continuity Correctionb 3.868 1 .049

Likelihood Ratio 5.320 1 .021

Fisher's Exact Test .0.30 .026

Linear-by-Linear Association

5.324 1 .021

N of Valid Cases 50 a I Cell (25.0%) Have Expected Count less than 5. The Minimum Expected Count Is 3.80

Page 164: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

132

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

Pengetahuan (Baik /

Kurang)

.5.444 1.200 24.698

For cohort SG = Baik 2.333 1.251 4.353

For cohort SG = Kurang .429 .163 1.129

N of Valid Cases 50

Sikap*SG

Crosstab

SG Total

Baik Kurang

Sikap

Positif

Count 11 7 18

Expected Count 6.8 11.2 18.0

% within Sikap 61.1% 38.9% 100.0%

Negatif

Count 8 24 32

Expected Count 12.2 19.8 32.0

% within Sikap 25.0% 75.0% 100.0%

Total

Count 19 31 50

Expected Count 19.0 31.0 50.0

% within Sikap 38,0% 62.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.376 1 .012

Continuity Correctionb 4.936 1 .026

Likelihood Ratio 6.360 1 .012 Fisher's Exact Test .0.16 .013

Linear-by-Linear

Association 6.249 1 .012

N of Valid Cases 50

a I Cell (25.0%) Have Expected Count less than 5. The Minimum Expected Count

Is 3.80

b.Computed only for a 2x2 table

Page 165: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

133

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sikap(Postif

/ Negatif) .4714 1.364 16.295

For cohort SG = Baik 2.444 1.209 4.943 For cohort SG = Kurang .519 .281 .957

N of Valid Cases 50

KG*SG

Crosstab

SG Total

Baik Kurang

Sikap

Baik

Count 14 7 21

Expected Count 8.0 13.2 21.0

% within Sikap 66.7% 33.3% 100.0%

Kurang

Count 5 24 29

Expected Count 11.0 18.0 29.0

% within Sikap 17.2% 82.8% 100.0%

Total

Count 19 31 50

Expected Count 19.0 31.0 50.0

% within Sikap 38,0% 62.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 12.629 1 .000

Continuity Correctionb 10.618 1 .001

Likelihood Ratio 13.011 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000 Linear-by-Linear

Association 12.376 1 .000

N of Valid Cases 50

a I Cell (25.0%) Have Expected Count less than 5. The Minimum Expected Count

Is 3.80

b.Computed only for a 2x2 table

Page 166: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

134

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

Sikap(Postif / Negatif) 9.600 2.556 36.061

For cohort SG = Baik 3.867 1.648 9.072 For cohort SG = Kurang .403 .215 .754

N of Valid Cases 50

SE*SG

Crosstab

SG Total

Baik Kurang

SE

Tinggi>Rp. 2.500.00

Count 15 6 21

Expected Count 8.0 13.0 21.0

% within Sikap 71.4% 28.6% 100.0%

Kurang

Count 4 25 29

Expected Count 11.0 18.0 29.0

% within Sikap 13.8% 86.2% 100.0%

Total

Count 19 31 50

Expected Count 19.0 31.0 50.0

% within Sikap 38,0% 62.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 17.173 1 .000

Continuity Correctionb 14.814 1 .000

Likelihood Ratio 18.010 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear

Association 16.830 1 .000

N of Valid Cases 50

a I Cell (25.0%) Have Expected Count less than 5. The Minimum Expected Count Is 3.80

b.Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

SE(Tinggi>Rp 2.500.00 /

Rendah <Rp 2.500.00

15.625 3.785 64.505

For cohort SG = Baik 5.179 2.004 13.380

For cohort SG = Kurang .331 .166 .662

N of Valid Cases 50

Page 167: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

135

DK*SG

Crosstab

SG Total

Baik Kurang

DK

Baik

Count 10 9 19

Expected Count 7.2 11.8 19.0

% within Sikap 52.6% 47.4% 100.0%

Kurang

Count 9 22 31

Expected Count 11.8 19.2 31.0

% within Sikap 29.0% 71.0% 100.0%

Total

Count 19 31 50

Expected Count 19.0 31.0 50.0

% within Sikap 38,0% 62.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.785 1 .095 Continuity Correctionb 1.873 1 .171

Likelihood Ratio 2.768 1 .096

Fisher's Exact Test .135 0.86 Linear-by-Linear

Association 2.729 1 .099

N of Valid Cases 50

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

SE(Tinggi>Rp 2.500.00 /

Rendah <Rp 2.500.00

2.716 .828 8.914

For cohort SG = Baik 1.813 .904 3.637

For cohort SG = Kurang .667 .395 1.128

N of Valid Cases 50

Page 168: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

136

RC*SG

Crosstab

SG Total

Baik Kurang

RC

Tidak ada

Count 10 3 13

Expected Count 4.9 8.1 13.0

% within Sikap 76.9% 23.1% 100.0%

Ada

Count 9 28 37

Expected Count 14.1 22.9 17.0

% within Sikap 24.2% 73.7% 100.0%

Total

Count 19 31 50

Expected Count 19.0 31.0 50.0

% within Sikap 38,0% 62.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 11.295 1 .001

Continuity Correctionb 9.174 1 .002

Likelihood Ratio 11.307 1 .001 Fisher's Exact Test .002 .001

Linear-by-Linear

Association 11.071 1 .001

N of Valid Cases 50

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

RC(Lengkap/Tidak Lengkap)

10.370 2.31 46.146

For cohort SG = Baik 3.162 1.665 6.007

For cohort SG = Kurang .305 .111 .837

N of Valid Cases 50

Page 169: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

137

PM*SG

Crosstab

SG Total

Baik Kurang

DK

Tidak ada

Count 13 2 15

Expected Count 5.7 9.3 15.0

% within Sikap 86.7% 13.3% 100.0%

Ada

Count 6 29 35

Expected Count 13.3 21.7 35.0

% within Sikap 17.1% 82.9% 100.0%

Total

Count 19 31 50

Expected Count 19.0 31.0 50.0

% within Sikap 38,0% 62.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 21.542 1 .000

Continuity Correctionb 18.692 1 .000 Likelihood Ratio 22.556 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association

21.111 1 .000

N of Valid Cases 50

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for RC(Baik/Kurang)

31.417 5.576 177.007

For cohort SG = Baik 5..056 2.376 10.755

For cohort SG = Kurang .161 0.44 5.90 N of Valid Cases 50

Page 170: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

138

PTK*SG

Crosstab

SG Total

Baik Kurang

13D

K

Ada

Count 11 2 15

Expected Count 4.9 8.1 13.0

% within Sikap 84.6% 15.4% 100.0%

Tidak Ada

Count 8 29 37

Expected Count 14.1 22.9 37.0

% within Sikap 21.6% 78.4% 100.0%

Total

Count 19 31 50

Expected Count 19.0 31.0 50.0

% within Sikap 38,0% 62.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 16.203 1 .000

Continuity Correctionb 13.640 1 .000 Likelihood Ratio 16.610 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association

15.879 1 .000

N of Valid Cases 50

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

PTK(Baik/Kurang) 19.938 3.650 108.899

For cohort SG = Baik 3.913 2.031 7.540 For cohort SG = Kurang .196 0.54 .710

N of Valid Cases 50

Page 171: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

139

Notes

Output Created 05-APR-2019 06:13:09

Comments

Input

Data

C:\Users\ACER\Desktop\Te

sis helvet fix\Proposal iis\Untitled2.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none> Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File

50

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values

are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for

any variable used.

Syntax

REGRESSION /MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF

OUTS R ANOVA

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) CIN(95)

/NOORIGIN

/DEPENDENT KPSB /METHOD=ENTER TT

TS Keluarga

/SAVE MCIN RESID.

Resources

Processor Time 00:00:00.05

Elapsed Time 00:00:00.06

Memory Required 2100 bytes

Additional Memory Required for Residual Plots

0 bytes

Variables Created or

Modified

RES_1 Unstandardized Residual

LMCI_1

95% Mean Confidence

Interval Lower Bound for KPSB

UMCI_1

95% Mean Confidence

Interval Upper Bound for

KPSB

Page 172: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

140

Case Processing Summarry

Unwegthted N Precent

Included in Analysis 50 100.0

Selected Cases Missing Case 0 0

Total 50 100.0

Unsekected Cases 0 0

Total 50 100.0

a. If weight is in effect, see lassification table for the total number of cases

Dependent Variabele Ecoding

Original Value Internal Value

Baik 0

Kurang 1

Block 0: Beginning Block

Orserved Predicted

SG Precentaged

Baik Kurang

SG Baik 0 19 0

Step 0 Kurang 0 31 100.0

Overall Precentage 62.0

a. Constant is Included in the model

b. The cut value is 500

Variabels in the Equation

B S.E Wald df Sig Exp(B)

Step 0 Constant 1.63

.490 .291 2.823 12.823 .093

2

Page 173: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

141

Variabels not in The Equation

Score df Sig.

Pengetahuan 5.433 1 .020

Sikap 6.376 1 .012

KZ 12.629 1 .000

Variables SE 17.173 1 .000

Step 0 DK 2.785 1 .095

RC 11.297 1 .001

PM 21.542 1 .000

PTK 16.203 1 .000

Overall Statistics 31.682 8 .000

Block 1: Method=Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 39.404 8 .000

Step 0 Block 39.404 8 .000

Model 39.404 8 .000

Model Summary

Step -2 Log Likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 27.002 .545 .742

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has

been reached. Final solution be found

Classification Table

Orserved Predicted

SG Precentaged

Baik Kurang

SG Baik 17 2 89.5

Step 0 Kurang 3 28 90.3

Overall Precentage 90.0

a. The cut value is.500

Page 174: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

142

Variables in the Equation

B S.E Wald df Sig. Exp

(B)

95% C.I. for

EXP (B)

Lower Upper

Pengetah

uan

-681 1.602 .180 1 .031 .506 .022 11.697

232025.

4

1

Sikap -17.272

.000 1 .999 .000 .000

37 1

1 28161 23205.4 1

KZ 17.153 .000 1 .999 776.52 .000

37 1 5

Step 1

SE 2.738 1.942 1.987 1 .006 15.449 .344 694.726

DK -3.208 1.844 3.026 1 .082 .040 .001 1.502

2499.37 RC 3.912 1.996 3.843 1 .050 50.016 1.001

3

100.40 7321.70

PM 4.609 2.188 4.436 1 .035 1.377 8 6

PTK -686 2.009 117 1 .733 .503 .010 25.850

Constant -10520 3.795 7.686 1 .006 .000

a. Variable (s) entered on step 1 Pengetahuan, Sikap, KZ, SE,DK,RC,PM,PTK

Page 175: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

143

[DataSet] C:/User/ACER/Desktop/cut chi-square.sav

LOGISTIC REGRESSION VARABLES SG

/METHOD=ENTER Pengetahuan SE PM

/SAVE=RESID

/PRINT=CI(95) /CRITERIA=PI (0.05) POUT (0.10) ITERA (20) CUT(0.05)

Notes

Output Created 05-APR-2019 06:13:09 Comments

Input

Data

C:\Users\ACER\Desktop\Tes

is helvet fix\Proposal iis\Untitled2.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none> Split File <none>

N of Rows in Working Data

File 50

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values

are treated as missing.

Cases Used

Statistics are based on cases

with no missing values for any variable used.

Syntax

REGRESSION

/MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF

OUTS R ANOVA

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) CIN(95)

/NOORIGIN

/DEPENDENT KPSB

/METHOD=ENTER TT TS Keluarga

/SAVE MCIN RESID.

Resources

Processor Time 00:00:00.05 Elapsed Time 00:00:00.06

Memory Required 2100 bytes

Additional Memory Required for Residual Plots

0 bytes

Variables Created or

Modified

RES_1 Unstandardized Residual

LMCI_1

95% Mean Confidence

Interval Lower Bound for

KPSB

UMCI_1 95% Mean Confidence Interval Upper Bound for

KPSB

Page 176: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

144

Case Processing Summary

Unwegthted N Precent

Included in Analysis 50 100.0

Selected Cases Missing Case 0 0

Total 50 100.0

Unsekected Cases 0 0

Total 50 100.0

a. If weight is in effect, see lassification table for the total number of cases

Dependent Variabele Ecoding

Original Value Internal Value

Baik 0

Kurang 1

Block 0: Beginning Block

Orserved Predicted

SG Precentaged

Baik Kurang

SG Baik 0 19 0

Step 0 Kurang 0 31 100.0

Overall Precentage 62.0

a. Constant is Included in the model

b. The cut value is 500

Variabels in the Equation

B S.E Wald df Sig Exp(B)

Step 0 Constant .490 .291 2.823 1 .093 1.632

Variabels not in the Equation

Score df Sig.

Pengetahuan 5.433 1 .020

Variables SE 17.173 1 .000

Step 0 PM 221.542 1 .000

Overall Statistics 27.474 3 .000

Block 1: Method=Enter

Page 177: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

145

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 31.935 3 .000

Step 0 Block 31.935 3 .000

Model 31.935 3 .000

Model Summary

Step -2 Log Likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R Square

1 34.471 .472 .642

b. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has

been reached. Final solution be found

Classification Table

Orserved Predicted

SG Precentaged

Baik Kurang

SG Baik 13 6 68.4 Step 0 Kurang 2 29 93.5

Overall Precentage 84.0

b. The cut value is.500

Variabels in the Equation

B S.E Wald df Sig. Exp

(B)

95% C.I. for

EXP (B)

Lower Upper

Pengeta

huan

0.22 1.108 .000 1 .984 1.023 .116 8.97

Step 1

SE 2.544 .915 7.732 1 .005 12.731 2.119 76.49

PM 3.247 1.100 8.720 1 .003 25.711 2.980 221.86

Constan

t

-8.876 2.725 10.610 1 .001 .000

a. Variable (s) entered on step 1 Pengetahuan, SE,PM

Page 178: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

146

LAMPIRAN 4

DOKUMENTASI

Page 179: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

147

Page 180: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

148

Page 181: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

149

Page 182: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

150

Page 183: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

151

Page 184: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

152

Page 185: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

153

Page 186: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

154

Page 187: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

155

Page 188: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

156

Page 189: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

157

Page 190: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

158

Page 191: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

159

Page 192: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

160

Page 193: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

161

Page 194: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

162

Page 195: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

163

Page 196: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

164

Page 197: ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN …

165