156
ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2013 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat SKRIPSI OLEH : MOCHAMAD IQBAL NURMANSYAH NIM : 109101000052 PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H 2013 M

ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

  • Upload
    lamdang

  • View
    225

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI

DI DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG SELATAN

TAHUN 2013

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI

OLEH :

MOCHAMAD IQBAL NURMANSYAH

NIM : 109101000052

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H

2013 M

Page 2: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI

DI DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG

SELATAN TAHUN 2013

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI

OLEH :

MOCHAMAD IQBAL NURMANSYAH

NIM : 109101000052

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H

2013 M

Page 3: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

Skripsi, Maret 2013

Mochamad Iqbal Nurmansyah, NIM : 109101000052

Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Gizi Di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2013

110 + xvii halaman, 5 bagan, 2 gambar,15 tabel, 8 lampiran

ABSTRAK

Informasi merupakan aspek penting yang harus tersedia untuk dapat membuat

keputusan dengan baik. Untuk menyediakan informasi dengan baik dibutuhkan

sistem informasi. Sistem informasi gizi merupakan sistem informasi yang

menyediakan informasi mengenai pembinaan gizi. Pelaksanaan pengelolaan sistem

informasi gizi masih mengalami permasalahan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan sistem informasi

gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Penelitian menggunakan metode

kualitatif dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen untuk

mengetahui pelaksanaan, masalah dan solusi dalam setiap komponen yaitu input,

proses dan output sistem informasi gizi melalui alat penilaian, health metric network,

yang dikeluarkan oleh WHO. Penelitian dilakukan selama Januari sampai Maret

2013. Hasil penelitian menunjukan bahwa belum ada kebijakan serta pelatihan

mengenai surveilans gizi di Kota Tangerang Selatan. Kegiatan pemantauandilakukan

berdasarkan pedoman pembinaan wilayah yang dikeluarkan oleh Dinkes Tangsel.

Sarana sudah mencukupi namun belum ada upaya perawatannya. Terdapat enam

indikator dalam pembinaan gizi yang sudah mengacu pada MDG’s. Terdapat

pengelompokan data dan juga kamus untuk menginterpretasikan data yang tersedia.

Pelaporan dilakukan setiap bulan mulai dari posyandu, bidan desa, puskesmas hingga

Dinas Kesehatan. Grafik dan peta sudah digunakan oleh Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan untuk menyajikan data. Data yang tersedia juga sudah digunakan

untuk monitoring dan pengambilan keputusan dalam kegiatan pembinaan gizi baik di

tingkat posyandu, puskesmas maupun dinas kesehatan. Secara umum, berdasarkan

alat penilaian yang dikeluarkan oleh WHO, skor pelaksanaan sistem informasi gizi di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan bernilai dua yang artinya sudah mencukupi

atau memadai.

Daftar bacaan: (1974-2013)

Page 4: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

iii

FACULTY MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH

INTENTION HEALTH CARE MANAGEMENT

Thesis, March 2013

Mochamad Iqbal Nurmansyah, NIM : 109101000052

Analysis Implementation Nutrition Information System In Tangerang Selatan

Years 2013

110 + xvii page, 5 chart, 2 image,15 table, 8 attachment

ABSTRACT

Information is important aspect which has to available for good decisions. To

provide good information needs information system. Nutrition Information System is

information system that providing information about nutrition development.

Management of nutrition information system has problem at South Tangerang health

department. The purpose of the research is analysis implementation nutrition

information system in Tangerang Selatan. Research use qualitative method with deep

interview, observation and study document to knows about implementation, problem

and solution in each component input, process and output nutrition information

system through Health Metric Network. Interview is being during January until

March 2013. Result shows that regulation which managing surveilance is not

adequate. Training for nutrition information system management has not been done.

Monitoring activity has been done based on guideline guidance area. Facility is

enough but no treatment. There are a six indicators that refer to MDG’s. There are a

data grouping and dictionary to interpretation data which available. Reporting is done

every month from posyandu, midwife, puskesmas until health department. Graphics

and map has been used with Health Department for present data. Data use for

monitoring and making decision in nutrition activity development in posyandu level,

puskesmas nor Health Department. Generally, based on HMN tools, nutrition

information system has a score 1,8 that means not adequate.

References: (1974-2013)

Page 5: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

iv

ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS

KESEHATAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2013

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh

Mochamad Iqbal Nurmansyah

NIM: 109101000052

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M

Page 6: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

v

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi dengan judul Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Gizi di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan telah diajukan dalam siding ujian skripsi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

pada 24 April 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM.) pada Program Studi Kesehatan

Masyarakat.

Jakarta, 24 April 2013

Sidang Ujian Skripsi

Page 7: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

vi

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, April 2013

Mochamad Iqbal Nurmansyah

Page 8: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

vii

RIWAYAT HIDUP

Nama : Mochamad Iqbal Nurmansyah

TTL : Cirebon, 15 November 1991

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 21 tahun

No. Hp : +6285719794645

Alamat : Jl. Gn. Galunggung III, D. 25, No. 80, Perumnas – Cirebon 15412

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan:

1. TK Tunas Ciremai Giri Cirebon : 1995 - 1997

2. SDN Galunggung : 1997 - 2003

3. SMPN 6 Cirebon : 2003 - 2006

4. SMF Muhammadiyah Cirebon : 2006 - 2009

5. S1 Kesehatan Masyarakat : 2009 - sekarang

Page 9: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan berbagai nikmat

kepada kita semua. Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada nabi

Muhammad SAW. Dengan memanjatkan rasa syukur, penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Gizi Di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2013”. Penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan, perhatian dan kasih sayang

yang luar biasa.

2. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjuddin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Febrianti, M.si, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

4. Ibu Riastuti Kusumawardani, MKM dan Ibu Catur Rosidati, MKM selaku

pembimbing skripsi.

5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, khususnya

Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membantu dalam kelancaran

penelitian hingga penyelesaian masa studi.

6. Bapak H. Dadang, S.Ip, M.Epid selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di Kota

Tangerang Selatan.

7. Informan Bu Ida selaku Kepala Seksi Pembinaan Gizi Masyarakat, Ibu Thea dan

Ibu Ari selaku Tenaga Pelaksana Gizi di Puskesmas Jurang Mangu dan Kampung

Sawah dan Kader Posyandu.

8. Teman-teman kesehatan masyarakat UIN Jakarta angkatan 2009 yang makin kece

badai dan selalu bersemangat untuk menyelesaikan studinya

Page 10: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

ix

9. Terima kasih secara khusus kepada Badra Al- Aufa yang telah menemani

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisannya tepat waktu.

10. Terima kasih kepada teman-teman dershane Anda bey, Takdir bey, Akrom bey,

Sena bey, Usep bey, Jefri bey, Dede bey, Samiun bey, Andik bey, Erdem bey dan

abiler lainnya yang tidak bisa kusebutkan satu persatu

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skirpsi ini masih terdapat banyak

kekurangan sehingga penulis sangat menerima setiap kritik dan saran yang

diberikan untuk memperbaiki skripsi ini. Semoga tulisan yang sedikit ini dapat

bermanfaat dengan menambah khazanah keilmuan Kesehatan Masyarakat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ciputat, April 2013

Penulis

Page 11: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

x

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... v

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN ...................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii

DAFTAR ISTILAH ................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 3

1.3.Pertanyaan Penelitian ................................................................. 5

1.4. Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum ................................................................... 5

1.4.2. Tujuan Khusus ................................................................. 5

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Kementerian Kesehatan .......................................... 6

1.5.2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten ................................... 6

1.5.3. Bagi Peneliti Lain............................................................ 7

1.5.4. Program Studi Kesehatan Masyarakat ............................ 7

1.6.Ruang Lingkup .......................................................................... 7

Page 12: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Manajemen dan Informasi Kesehatan ........................................ 8

2.2.1 Pengertian Manajemen dan Informasi Kesehatan ....... 8

2.2.2 Tujuan Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan 8

2.1 Sistem Informasi 9

2.1.1. Dasar-Dasar Informasi dan Sistem Informasi 9

2.1.1.1 Definisi Data dan Informasi 9

2.1.1.2 Kualitas Informasi 9

2.1.2. Dasar Sistem Informasi 10

2.1.2.1. Definisi Sistem 10

2.1.2.2 Definisi Sistem Informasi 11

2.1.2.3 Jenis Sistem Informasi 12

2.1.3 Sistem Informasi Manajemen ..................................... 13

2.1.3.1 Fungsi Sistem Informasi Manajemen ............ 13

2.1.3.2 Komponen Sistem Informasi Manajemen ..... 14

2.1.3.3 Tipe Keputusan dan Informasi Manajemen .... 15

2.3 Sistem Informasi Gizi ................................................................ 16

2.3.1 Definisi Sistem Informasi Gizi .................................... 16

2.3.2 Tujuan Sistem Informasi Gizi ..................................... 16

2.4 Surveilans Gizi ........................................................................... 17

2.4.1 Pengertian Surveilans Gizi .......................................... 17

2.4.2 Tujuan Surveilans Gizi ................................................ 17

2.4.3 Pendanaan Surveilans di Tingkat Kabupaten/Kota ...... 17

2.5 Hubungan Sistem Informasi Gizi Dengan Surveilans Gizi......... 19

Page 13: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

xii

2.5.1 Indikator Surveilans Gizi yang Dilaporkan Melalui Sistem

Informasi Gizi ...................................................................... 19

2.5.2 Pemanfaatan Informasi Berdasarkan Indikator Dalam Sistem

Informasi Gizi ...................................................................... 20

2.6 Matriks Jaringan Kesehatan ....................................................... 23

2.7 Kerangka Teori ........................................................................... 27

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1. Kerangka Pikir .......................................................................... 28

3.2 Definisi Istilah .......................................................................... 30

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian ..................................................................... 32

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 32

4.3 Informan Penelitian.................................................................. 32

4.4. Instrumen Penelitian ................................................................ 33

4.5 Sumber Data ............................................................................. 33

4.6 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 36

4.7 Validasi Data ........................................................................... 40

4.8 Pengolahan Data ..................................................................... 43

4.9 Penyajian Data ........................................................................ 44

4.10 Analisis Data ......................................................................... 44

BAB V HASIL

5.1 Gambaran Umum Informan Penelitian................................... 45

5.2 Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan................... 46

5.2.1 Visi dan Misi 46

Page 14: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

xiii

5.2.2 Keadaan Umum Wilayah 47

5.2.3 Kependudukan 48

5.2.4 Sarana Kesehatan 48

5.2.5 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan 49

5.2.6 Gambaran Umum Seksi Gizi 50

5.3Ruang Lingkup Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan 53

5.4 Gambaran Input Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan 56

5.5 Gambaran Proses Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan 66

5.4.1 Indikator 66

5.4.2 Sumber Data 68

5.4.3 Manajemen Data 71

5.6 Gambaran Output Sistem Informasi GIzi Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan 75

5.5.1 Produk Informasi 75

5.5.2 Diseminasi dan Penggunaan Informasi 79

5.7 Skor Rata-Rata Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Alat Penilaian WHO 85

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian 87

6.2 Karakteristik Informan 87

Page 15: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

xiv

6.3 Gambaran Input Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan 88

6.4 Gambaran Proses Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan 93

6.4.1 Indikator 93

6.4.2 Sumber Data 95

6.4.3 Manajemen Data 96

6.5 Gambaran Output Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan 99

6.5.1 Produk Informasi 99

6.5.2 Diseminasi dan Penggunaan Informasi 102

6.6 Gambaran Maslah dan Solusi Alternatif Sistem Informasi Gizi

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 104

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan 108

7.2 Saran 109

7.2.1 Bagi Kementrian Kesehatan 109

7.2.2 Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 110

7.2.3 Bagi Puskesmas 110

7.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya 111

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori 27

Bagan 3.1 Kerangka Pikir Sistem Informasi Gizi 29

Bagan 5.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 49

Bagan 5.2 Alur Pelaporn Kinerja Pembinaan Gizi 80

Bagan 6.1 Alur Pelaporan dan Umpan Balik Serta Koordinasi Pelaporan

Kegiatan Pembinaan Gizi 101

Page 17: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Interface Laporan Bulanan Sistem Informasi Gizi 55

Gambar 5.2 Interface Beranda Sistem Informasi Gizi 55

Page 18: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Sumber Perolehan Data Berdasarkan Informan 33

Tabel 4.2 Sumber Perolehan Data Berdasarkan Metode Pengumpulan 37

Tabel 4.3 Validasi Data 40

Tabel 5.1 Karakteristik Informan 46

Tabel 5.2 Nama Kecamatan dan Jumlah Kelurahan di Kota Tangsel 48

Tabel 5.3 Penilaian Sumber Daya- Kebijakan dan Koordinasi 60

Tabel 5.4 Penilaian Sumber Daya- Dana dan Tenaga Pelaksana 63

Tabel 5.5 Penilaian Sumber Daya- Sarana 65

Tabel 5.6 Penilaian Indikator 68

Tabel 5.7 Penilaian Sumber Data-Surveilans Gizi 71

Tabel 5.8 Penilaian Manajemen Data 74

Tabel 5.9 Penilaian Produk Sistem Informasi– Kualitas Data 79

Tabel 5.10 Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Informasi-

Kebutuhan dan Analisis 81

Tabel 5.11 Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Informasi-

Advokasi, Implementasi dan Aksi 83

Tabel 5.12 Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Informasi-

Perencanaan, Pengaturan Prioritas, Alokasi Sumber Daya 84

Tabel 5.13 Skor Kumulatif Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan 86

Kota Tangerang Selatan

Tabel 6.1 Masalah dan Solusi Alternatif Sistem Informasi Gizi

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 105

Page 19: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam

Lampiran 3 Pedoman Observasi

Lampiran 4 Alat Penilaian Sistem Informasi Kesehatan (Tools Assessment

HMN)

Lampiran 5 Form Pengisian Kegiatan Pembinaan Gizi di Tingkat

Puskesmas dan Posyandu

Lampiran 6 Daftar Tilik Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Lampiran 7 Penyajian data di Tingkat Dinas Kesehatan

Lampiran 8 Gambar Dokumentasi

Page 20: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

xix

DAFTAR ISTILAH

ASI Air Susu Ibu

ATK Alat Tulis Kantor

BB Berat Badan

Dinkes Dinas Kesehatan

HMN Health Metric Network

ICT Information and Communications Technology

KIA Kesehatan Ibu dan Anak

KMS Kartu Menuju Sehat

MDG’s Millenium Development Goals

MP-ASI Makanan Pendamping Air Susu Ibu

PMT Pemberian Makanan Tambahan

Saryankes Sarana Yayasan Kesehatan

SIGIZI Sistem Informasi Gizi

SKD Sistem Kesehatan Daerah

Tangsel Tangerang Selatan

TB Tinggi Badan

TPG Tenaga Pelaksana Gizi

TTD Tablet Tambah Darah

WHO World Health Organization

WUS Wanita Usia Subur

Page 21: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Informasi menjadi sebuah hal yang penting dalam pengambilan sebuah keputusan.

Sebuah keputusan yang baik bukan diambil secara sembarangan namun harus didasarkan

pada data yang terkumpul secara sistematis, terolah dengan baik dan tersimpan secara

teratur sehingga data tersebut bersifat aktual dan reliabel (Siagian, 1974). Hal tersebut

juga berlaku dalam bidang kesehatan. Dalam bidang kesehatan, informasi kesehatan

berfungsi dalam pengambilan keputusan. Selain itu, informasi juga berfungsi untuk

mengidentifikasi masalah, kebutuhan, kemajuan dan evaluasi dampak dari sebuah

intervensi (WHO, 2008).

Ketersediaan informasi kesehatan sangat dipengaruhi oleh keberadaan sistem

informasi kesehatan. Di Indonesia, sistem informasi kesehatan dapat ditemukan dalam

berbagai bidang seperti bidang gizi, kesehatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan dan

sebagainya. Sistem informasi kesehatan juga terbagi menjadi beberapa tingkatan seperti

tingkat pelayanan kesehatan dasar, kabupaten/kota dan nasional. Mengingat pentingnya

sebuah sistem informasi maka Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah

mengeluarkan sebuah Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/MENKES/SK/V/2009

tentang Sistem Kesehatan Nasional. Dalam keputusan tersebut tertulis bahwa subsistem

manajemen dan informasi kesehatan dibentuk dengan tujuan agar terwujudnya kebijakan

kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan, berbasis bukti dan operasional,

terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna berdaya guna,

dan akuntabel, serta didukung oleh hukum kesehatan dan sistem informasi kesehatan

Page 22: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

2

untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (SKN, 2009).

Sistem informasi gizi merupakan salah satu sistem informasi tingkat nasional yang

dikelola oleh Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Pelaksanaan surveilans melalui sistem tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 2011.

Sistem tersebut dibuat untuk dapat menyediakan berbagai data mengenai kegiatan

pembinaan gizi seperti penimbangan balita di posyandu (D/S), data kasus gizi buruk, data

cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil, data cakupan konsumsi garam beriodium,

data cakupan pemberian vitamin A dan data cakupan ASI eksklusif. Informasi yang

tersedia dari sistem tersebut sangat membantu para pengambil keputusan untuk dapat

berkoordinasi dengan daerah, meningkatkan kinerja pelaksana dan program serta sebagai

bahan evaluasi dan perencanaan kegiatan (Direktorat Bina Gizi, 2013).

Status gizi anak Indonesia, belum mencapai kondisi yang diharapkan. Berdasarkan

data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, prevalensi balita kurang gizi secara

nasional adalah sebebesar 17,9% dan 4,9% diantaranya memiliki status gizi buruk.

Sedangkan balita pendek atau stunting secara nasional berjumlah 35,6%. Dalam

pemberian ASI eksklusif secara keseluruhan pada umur 0-1 bulan, 2-3 bulan dan 4-5

bulan berturut-turut adalah 45,5%, 38,3% dan 31,0% (Riskesdas, 2010). Oleh karena itu,

penyelenggaraan sistem informasi kesehatan gizi dirasa sangat penting untuk dapat

menyediakan data dan informasi, sehingga pemerintah dapat mengambil keputusan yang

tepat dalam menangani permasalahan gizi di Indonesia.

Dalam penyediaan data dan informasi mengenai status gizi tidak dapat dilakukan

secara parsial, oleh karena itu Pemerintah Pusat yang perlu melakukan koordinasi dengan

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pelayanan Kesehatan seperti

puksesmas dan posyandu. Pada dasarnya, pemerintah pusat hanya menghimpun data

Page 23: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

3

mengenai status gizi yang dimasukkan oleh pemerintah daerah dimana sebelumnya

pemerintah daerah juga menghimpun data status gizi dari pelayanan kesehatan yang ada

diwilayahnya.

Hingga saat ini, ketersediaan data dalam website sistem informasi gizi dirasa masih

kurang optimal. Hal tersebut ditunjukan dengan tidak tersedianya data bulan Agustus

2012 mengenai cakupan pemberian vitamin A, cakupan penggunaan garam beriodium

dan pemberian ASI eksklusif pada beberapa daerah di Provinsi Banten seperti

Pandeglang, Serang dan Tangerang Selatan. Informasi yang tidak aktual menjadi sebuah

permasalahan yang dapat menyebabkan informasi tidak berkualitas sehingga berdampak

pada sulitnya pengambilan keputusan berbasis fakta oleh Pemerintah.

Tidak tersedianya informasi kegiatan pembinaan gizi di Kota Tangerang Selatan

menjadi sebuah permasalahan yang harus diketahui secara lebih mendalam. Bila

dikaitkan dengan kondisi gizi masyarakat di Kota Tangerang Selatan, berdasarkan data

yang diperoleh dari SIGIZI, jumlah penderita gizi buruk di Kota Tangerang Selatan tahun

2012 dari bulan Januari hingga Juli 2012 mengalami peningkatan.

Menurut World Health Organization (WHO), dalam bukunya yang berjudul

Framework and Standards for Country Health Information Systems, komponen dan

standar yang akan mempengaruhi kinerja dari sistem informasi kesehatan diantaranya

adalah sumber daya sistem informasi kesehatan, indikator, sumber data, manajemen data,

produk informasi, diseminasi dan penggunaan data (WHO, 2008). Oleh karena itu,

peneliti akan meneliti pelaksanaan sistem informasi gizi pada Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan. Penelitian dilakukan berdasarkan kerangka teori yang dibuat oleh

WHO melalui berbagai penyesuaian.

Page 24: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan website sistem informasi gizi Direktorat Bina Gizi Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, pada bulan Januari 2013, tidak tersedia data bulan

Agustus tahun 2012 mengenai cakupan pemberian vitamin A, pemberian ASI eksklusif

dan cakupan penggunaan garam beriodium di Kota Tangerang Selatan. Data tersebut

termasuk data yang harus dilaporkan setiap enam bulan. Berdasarkan kesepakatan antara

pemerintah pusat dan daerah, data enam bulanan tersebut seharusnya telah dilaporkan

kepada Pemerintah Pusat setiap tanggal 10 bulan selanjutnya. Bila dilihat secara trend,

kinerja pelaporan data terjadi penurunan. Hal ini dapat dilihat pada Sistem Informasi Gizi

(SIGIZI) dimana data cakupan pemberian vitamin A dan cakupan pemberian ASI

eksklusif pada bulan Februari tahun 2012 tersedia, namun data pada bulan Agustus 2012

data tersebut tidak tersedia.

Dalam sudut pandang manajemen, ketidaktersediaan data pada tahun sebelumnya,

di awal tahun berjalan berpengaruh pada penyusunan program pembinaan gizi yang

dilakukan para pembuat program baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Hal tersebut

dikarenakan terdapat pembuatan program oleh Pemerintah Daerah dilakukan setiap awal

tahun. Tidak tersedianya informasi dalam merencanakan dapat mengakibatkan kesalahan

dalam membuat program atau kegiatan karena tidak menggunakan konsep evidence based

atau berbasis fakta.

Kota Tangerang Selatan sebenarnya bukan termasuk daerah perbatasan ataupun

daerah tertinggal. Hal tersebut dapat terlihat dari letak geografis Kota Tangerang Selatan

yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta sehingga akses terhadap jaringan internet

maupun teknologi penunjang lainnya sangatlah mudah. Oleh karena itu, tidak

dimanfaatkannya pelaporan melalui sistem informasi gizi sebagai media pelaporan

menjadi sebuah masalah yang perlu dianalisis secara lebih mendalam. Atas dasar tersebut,

Page 25: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

5

peneliti ingin mengetahui gambaran pelaksanaan dan masalah yang dialami dalam

kegiatan pelaporan kinerja pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan pada tahun 2013?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran pelaksanaan dan masalah yang terjadi pada

pelaksanaan kegiatan pelaporan kinerja pembinaan gizi masyarakat melalui sistem

informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Diketahuinya ruang lingkup sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan.

1.4.2.2 Diketahuinya gambaran input sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan.

1.4.2.3 Diketahuinya gambaran proses sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan

Kota Tangearang Selatan.

1.4.2.4 Diketahuinya gambaran output sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan.

1.4.2.5 Diketahuinya masalah pada setiap komponen sistem informasi gizi di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Page 26: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

6

1.4.2.6 Diketahuinya alternatif solusi dalam menangani masalah pada setiap

komponen sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Kementerian Kesehatan

1.5.1.1 Mengetahui gambaran kinerja pelaksanaan pelaporan kegiatan pembinaan

gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan.

1.5.1.2 Mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaporan kinerja

pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

1.5.1.3 Mendapatkan solusi dalam menangani kendala pelaporan kinerja

pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan sehingga dapat meningkatkan

pelaksanaan pelaporan untuk tingkat nasional.

1.5.2 Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

1.5.2.1 Mengetahui gambaran pelaksanaan pelaporan kegiatan pembinaan gizi

masyarakat melalui sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan.

1.5.2.2 Mengetahui kendala yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan dalam pelaksanaan pelaporan kinerja gizi masyarakat melalui

sistem informasi gizi.

Page 27: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

7

1.5.2.3 Mendapatkan masukan dan solusi dalam menangani kendala pelaporan

kegiatan pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi.

1.5.3 Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan

oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan

sistem informasi gizi.

1.5.4 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

1.5.4.1 Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan

dosen mengenai sistem informasi gizi.

1.5.4.2 Terbentuknya kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

dengan Program Studi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

1.6 Ruang Lingkup

Data kegiatan pembinaan gizi Kota Tangerang Selatan yang tidak tersedia di

sistem informasi gizi menjadi sebuah permasalahan yang harus diketahui secara lebih

mendalam akar permasalahannya. Oleh karena itu, dilakukan sebuah penelitian yang

berjudul Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan melihat gambaran ruang lingkup,

input, proses dan output dalam pelaporan melalui sistem informasi gizi yang terdapat di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa

Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data

dilakukan melalui wawancara semi terstruktur, observasi, dan telaah dokumen. Waktu

penelitian adalah bulan Januari – April 2013.

Page 28: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen dan Informasi Kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2009)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa informasi dapat berguna

dalam berbagai bidang termasuk bidang kesehatan. Urgensi tersebut dirasakan oleh

pemerintah Indonesia sehingga pemerintah memasukan subsistem manajemen dan

informasi kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009.

2.1.1 Pengertian Manajemen dan Informasi Kesehatan (Departemen

Kesehatan RI, 2009)

Berdasarkan SKN tahun 2009, Subsistem manajemen dan informasi

kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan yang menghimpun

berbagai upaya kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, pengaturan

hukum kesehatan, pengelolaan data dan informasi kesehatan yang mendukung

subsistem lainnya dari SKN guna menjamin tercapainya derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

2.1.2 Tujuan Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan (Departemen

Kesehatan RI, 2009)

Subsistem tersebut memiliki tujuan untuk mewujudkan kebijakan

kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan, berbasis bukti dan operasional,

terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna,

berdaya guna, dan akuntabel, serta didukung oleh hukum kesehatan dan

sistem informasi kesehatan untuk menjamin terselenggaranya pembangunan

Page 29: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

9

kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya.

2.2 Sistem Informasi

2.2.1 Dasar-Dasar Informasi dan Sistem Informasi

2.2.1.1 Definisi Data dan Informasi

Sampai saat ini, masih sering ditemukan adanya ambiguitas antara

data dan informasi. Secara etimologis data berasal dari bentuk jamak

datum yang dalam bahasa latin diartikan sebagai pernyataan atau nilai

dari suatu kenyataan. Secara umum, Faried Irmansyah mendefinisikan

data sebagai nilai yang merepresentasikan deskripsi dari suatu obyek dan

peristiwa. Sedangkan informasi merupakan data yang telah diolah

menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat

dalam mengambil keputusan saat ini dan kemudian. Berdasarkan definisi

yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa

informasi merupakan data yang sebelumnya telah diolah sehingga

menghasilkan sesuatu yang berfungsi bagi penerimanya (Putra dan

Subyakto, 2006).

2.2.1.2 Kualitas Informasi

Terdapatnya sebuah infomasi belum dapat menentukan sebuah

keberhasilan khsusunya dalam pengambilan keputusan. Informasi yang

baik meliputi bebapa kriteria, diantaranya adalah (Putra dan Subyakto,

2006):

Page 30: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

10

a. Akurasi, informasi harus bebas dari kesalahan dan tidak

menyesatkan bagi penerima informasi.

b. Tepat waktu, informasi yang diterima harus tepat pada waktunya

sehingga keputusan dapat diambil secara cepat dan tepat.

c. Relevan, informasi harus mempunyai manfaat bagi si penerima.

d. Ekonomis, informasi yang dihasilkan mempunyai manfaat yang

lebih besar dibandingkan dengan biaya mendapatkannya dan

sebagian besar informasi.

e. Aksesibilitas, informasi yang digunakan mudah dan cepat

penelusurannya.

2.2.2 Dasar Sistem Informasi

Untuk dapat menghasilkan informasi yang baik dibutuhkan sebuah sistem

informasi yang baik sehingga dapat mengolah data menjadi informasi dengan

benar. Berikut ini akan dijelaskan mengenai sistem informasi dan jenis-

jenisnya.

2.2.2.1 Definisi Sistem

Definisi sistem dapat dilihat dari dua cara yaitu secara prosedural

dan secara komponen. Secara prosedur, sistem dapat diartikan sebagai

suatu jaringan kerja dari suatu prosedur-prosedur yang saling

berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu

kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sedangkan secara

Page 31: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

11

komponen, yang dimaksud dengan sebuah sistem adalah kumpulan dari

elemen-elemen yang saling berinteraksi mencapai suatu tujuan tertentu

(Putra dan Subyakto, 2006). Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan

bahwa sistem merupakan kumpulan yang terstruktur baik secara

prosedur maupun secara komponen yang saling berhubungan untuk

mencapai suatu tujuan.

Penerapan konsep sebuah sistem dapat terlihat dalam berbagai

bidang seperti sistem pencernaan manusia, sistem peredaran darah

hingga sistem informasi. Sistem informasi menjadi salah satu bidang

yang diperlukan khususnya bagi para pengambil keputusan. Hal

tersebut dikarenakan informasi menjadi hal yang dibutuhkan untuk

dapat mengambil keputusan dengan baik. Informasi yang baik

dihasilkan oleh sistem informasi yang baik dan benar.

2.2.2.2 Definisi Sistem Informasi

Telah diuraikan sebelumnya bahwa para pengambil keputusan

membutuhkan sebuah informasi yang baik untuk dapat membuat

sebuah keputusan yang baik pula. Oleh karena itu dibentuklah sebuah

sistem informasi yang bertujuan untu memasok informasi yang

diperlukan bagi para pengambil keputusan. Definisi dari sistem

informasi sendiri adalah sebagai proses komunikasi dimana informasi

dicatat, disimpan dan disebarkan untuk memperoleh keputusan-

keputusan didalam perencanaan, operasi dan pengendalian. (Putra dan

Page 32: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

12

Subyakto, 2006). Bila ditinjau lebih jauh lagi, penggunaan sistem

informasi dapat terbagi menjadi beberapa macam dengan tujuan yang

berbeda tergantung pada kebutuhan.

2.2.2.3 Jenis Sistem Informasi

Sistem informasi terbagi menjadi tujuh diantaranya adalah

(Kendall, 2007):

a. Transaction Processing Systems (TPS) adalah sistem informasi

yang terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses data-

data dalam jumlah besar untuk transaksi bisnis rutin seperti daftar

gaji dan inventarisasi.

b. Office Automtation Systems (OAS) merupakan sistem yang

biasanya tidak menciptakan pengetahuan baru melainkan hanya

mendukung pekerja data, yagn biasanya tidak menciptakan

pengetahuan baru melainkan hanya menganalisis informasi

sedemikian rupa untuk mentransformasikan data atau

memanipulasinya dengan cara-cara tertentu sebelum membaginya

atau menyebarkannya secara keseluruhan dengan organisasi dan

kadang-kadang diluar itu.

c. Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sistem informasi

yang sudah terkomputerisasi yang bekerja karena adanya interaksi

antar manusia dan komputer. SIM digunakan untuk menghasilkan

informasi yang digunakan untuk membuat keputusan.

Page 33: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

13

d. Decision Support Systems (DSS) merupakan sistem informasi yang

hampir sama dengan SIM yang memiliki basis data namun DSS

lebih menekankan pada fungsi mendukung pembuatan keputusan di

seluruh tahapan-tahapannya.

e. Sistem Ahli dan Kecerdasan Buatan merupakan sebuah sistem yang

secara efektif menangkap dan menggunakan pengetahuan seorang

ahli untuk menyelesaikan masalah yang dialami dalam suatu

organisasi.

2.2.3 Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen merupakan sistem yang menggunakan

komputer sebadai dasar untuk menghasilkan informasi. SIM adalah salah satu

sumber daya organisasi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan manajer

dalam organisasi tersebut.

2.2.3.1 Fungsi Sistem Informasi Manajemen

Berikut ini beberapa fungsi SIM dalam sebuah organisasi

(Aditama, 2003):

a. SIM akan mempercepat dan meningkatkan akurasi transaksi karena

semuanya terekam dan terkomunikasikan antar berbagai unit.

b. SIM dapat menyajikan data mutakhir yang ada dan

membandingkannya dengan ekspetasi/rencana/standar.

c. SIM dapat merekam data yang besar sehingga memungkinkan

pemahaman yang menyeluruh untuk penyesuaian bila diperlukan.

Page 34: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

14

2.2.3.2 Komponen Sistem Informasi Manajemen

Berikut ini akan dijelaskan komponen sistem informasi manajemen

(Putra dan Subyakto, 2006):

a. Blok masukan merupakan metode dan media untuk menangkap

data yang akan dimasukan.

b. Blok model terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model

matematik yang berfungsi memanipulasi data.

c. Blok keluaran merupakan keluaran dokumen dan informasi yang

berkualitas.

d. Blok teknologi untuk menerima input, menjalankan model,

menyimpan dan mengakses data, mengasilkan dan mengirimkan

keluaran serta membantu pengedalian dari sistem secara

keseluruhan.

e. Blok basis data merupakan kumpulan data yang berhubungan satu

dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras dan

termanipulasi di perangkat lunak.

f. Blok kendali merupakan pengedalian masalah yang berfungsi

mencegah dan menangani kesalahan/kegagalan sistem.

Page 35: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

15

2.2.3.3 Tipe Keputusan dan Informasi Manajemen

Keputusan manajemen dapat diklasifikasian ke dalam tiga jenis

(Sutabri, 2005) :

a. Keputusan tidak terstruktur

Keputusan ini bersifat tidak terjadi berulang-ulang dan

tidak selalu terjadi. Keputusan ini dilakukan oleh manajemen

tingkat atas (top manger). Informasi pengambilan keputusan tidak

terstruktur tidak mudah didapat, tidak mudah tersedia dan biasanya

berasal dari lingkungan luar organisasi.

b. Keputusan semi terstrutur

Keputusan setengah terstruktur adalah keputusan yang

dapat diprogram. Keputusan tersebut masih membutuhkan

pertimbangan dari pengambil keputusan. Keputusan seperti ini

sering bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan-pertimbangan

dari pengambil keputusan.

c. Keputusan terstruktur

Keputusan yang dapat diprogram atau terstruktur adalah

keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan dan proesdur.

Keputusan ini rutin dan berulang. Setiap organisasi mempunyai

kebijakan tertulis atau tidak tertulis yang memudahkan pembuatan

keputusan dalam situasi yang berulang dengan membatasi dan

menghilangkan alternatif-alternatif.

Page 36: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

16

2.3 Sistem Informasi Gizi

2.3.1 Definisi Sistem Informasi Gizi

Sistem informasi gizi adalah sistem pelaporan secara online melalui

website SIGIZI dimana merupakan bentuk fasilitas yang disediakan agar

pelaporan dari kabupaten dan kota dapat dilakukan dengan cepat, sehingga

prioritas pembinaan teknis dalam hal penanggulangan masalah gizi dapat

dipetakan (Kemenkes, 2012a).

2.3.2 Tujuan Sistem Informasi Gizi

Tujuan dari penyelenggaraan sistem informasi gizi adalah (Kementerian

Kesehatan, 2012a):

1. Menjalin kesinambungan informasi dan pelaporan tentang pelaksanaan

kinerja pembinaan gizi masyarakat antara daerah dan pusat.

2. Menyediakan informasi dan pelaporan hasil pelaksanaan kinerja

pembinaan gizi masyarakat bagi para pengambil keputusan secara cepat

dan mudah sebagai bahan evaluasi dan perencanaan lebih lanjut.

3. Menyediakan data dan informasi kinerja pembinaan gizi secara berkala,

bulanan maupun tahunan yang dapat dijadikan acuan untuk pemantauan

dan evaluasi berkala serta tindak lanjutnya.

4. Meningkatkan kinerja pelaksana dan penanggungjawab pengelola

program gizi di daerah melalui perbandingan gambaran informasi antar

wilayah propinsi maupun kabupaten/kota.

Page 37: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

17

2.4 Surveilans Gizi

2.4.1 Pengertian Surveilans Gizi

Surveilans gizi adalah adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan

diseminasi informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur

tentang indikator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat

(Kementerian Kesehatan, 2012b).

2.4.2 Tujuan Surveilans Gizi

Tujuan diadakannya surveilans gizi adalah memberikan gambaran

perubahan pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat dan indikator

khusus lain yang diperlukan secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan

dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka pendek dan

menengah serta perumusan kebijakan (Kementerian Kesehatan, 2012b).

2.4.3 Pendanaan Surveilans di Tingkat Kabupaten/Kota

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sistem inforamasi gizi

merupakan bagian yang saling bersinggungan dengan surveilans gizi. Oleh

karena itu, pada bagian ini akan dijelaskan sumber pendanaan surveilans gizi

pada tingkat kabupaten/kota dimana dana tersebut juga dapat digunakan dalam

pengelolaan sistem informasi gizi.

Secara yuridis, pengelolaan pendanaan surveilans di tingkat

Kabupaten/Kota telah diatur dalam berbagai Keputusan Menteri Kesehatan

(Kepmenkes) seperti Kepmenkes nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003

tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi

Page 38: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

18

Kesehatan. Dalam Kepmenkes tersebut disebutkan bahwa biaya

penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan terdiri sumber

dana APBN, APBD Kabupaten/Kota, APBD Propinsi, Bantuan Luar Negeri,

Bantuan Nasional dan Daerah, dan swadaya masyarakat.

APBN yang disalurkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

diatur dalam Kepmenkes Nomor 008/MENKES/SK/1/2012 tentang Alokasi

Anggaran Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pelaksanaan Program

Pembangunan Kesehatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran

2012. Dalam peraturan tersebut alokasi dana dekonsentrasi dari Pemerintah

Pusat kepada Pemerintah Daerah yang utamanya ditujukan untuk:

a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Kementerian Kesehatan

b. Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

c. Program Pembinaan Upaya Kesehatan

d. Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

e. Prgram Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

(PPSDMK)

Page 39: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

19

2.5 Hubungan Sistem Informasi Gizi Dengan Surveilans Gizi

Dalam Kepemenkes Nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Sistem surveilans Epidemiologi Kesehatan dijelaskan

bahwa surveilans merupakan subsistem dari Sistem Informasi Kesehatan

Nasional dimana surveilans mempunyai fungsi yang strategis sebagai intelijen

penyakit dan masalah-masalah kesehatan yang mampu berkontribusi

mewujudkan Indonesia Sehat dalam rangka ketahanan nasional. Dalam Sistem

Kesehatan Nasional tahun 2009 juga dijelaskan bahwa penyelenggaraan

informasi kesehatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan dan analisis data,

manajemen informasi kesehatan, pengembangan dan penelitian kesehatan serta

penerapan pengetahuan dan teknologi kesehatan dilakukan melalui dukungan

pendayagunaan teknologi, data dari fasilitas kesehatan seperti Riskesdas dan

surveilans serta pengembangan sistem informasi kesehatan terpadu.

WHO dalam bukunya juga menjelaskan bahwa komponen kunci dalam

sistem informasi kesehatan adalah surveilans dimana surveilans memiliki fokus

utama untuk menemukan masalah dan menyediakan tindakan yang berbasis

waktu. Epidemiologi menghasilkan informasi yang berhubungan tindakan

kesehatan masyarakat. Adanya kebutuhan dalam informasi dan tindakan yang

tepat waktu dan kebutuhan untuk menghubungkan informasi dengan tanggung

jawab dalam pengendalian penyakit memaksakan adanya persyaratan tambahan

pada sistem informasi kesehatan (WHO, 2008).

Page 40: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

20

2.5.1 Indikator Surveilans Gizi yang Dilaporkan Melalui Sistem Informasi Gizi

(Kementerian Kesehatan, 2012b)

Indikator surveilans yang dilaporkan melalui sistem informasi gizi,

adalah:

1. Cakupan balita gizi buruk ditangani/dirawat

Jumlah kasus balita gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat

jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat dibagi jumlah kasus

balita gizi buruk yang ditemukan di suatu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu dikali 100%.

2. Cakupan balita ditimbang berat badannya (D/S)

Jumlah balita yang ditimbang di seluruh Posyandu yang melapor

di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi balita yang

berasal dari seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu dikali 100%.

3. Cakupan bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif

Jumlah bayi 0–6 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau

cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral, berdasarkan recall 24 jam

dibagi jumlah seluruh bayi umur 0 – 6 bulan yang datang dan tercatat

dalam register pencatatan/KMS di wilayah tertentu dikali 100%.

Page 41: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

21

4. Cakupan rumah tangga mengonsumsi garam beriodium

Jumlah desa/kelurahan dengan garam baik dibagi jumlah seluruh

desa/kelurahan yang diperiksa di satu wilayah tertentu dikali 100%.

5. Cakupan balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A

Jumlah bayi 6-11 bulan ditambah jumlah balita 12-59 bulan yang

mendapat 1 (satu) kapsul vitamin A pada periode 6 (enam) bulan dibagi

jumlah seluruh balita 6-59 bulan yang ada di satu wilayah kabupaten/kota

dalam periode 6 (enam) bulan yang didistribusikan setiap Februari dan

Agustus dikali 100%.

6. Cakupan ibu hamil mendapat Fe 90 tablet

Jumlah ibu hamil yang mendapat 90 TTD atau tablet Fe dibagi

jumlah seluruh ibu hamil yang ada di satu wilayah tertentu dikali 100%.

2.5.2 Pemanfaatan Informasi Berdasarkan Indikator Dalam Sistem Informasi

Gizi (Kementerian Kesehatan 2012b)

Informasi yang diperoleh dari sistem informasi gizi akan dimanfaatkan

oleh pemangku kepentingan dalam membuat tindakan segera, perencanaan

jangka pendek, menengah dan panjang serta perumusan kebijakan di tingkat

kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Berikut tindak lanjut yang perlu dilakukan

dalam merespon pencapaian indikator:

1. Kasus gizi buruk

a. Melakukan konfirmasi laporan kasus gizi buruk

Page 42: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

22

b. Menyiapkan Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit untuk pelaksanaan

tatalaksana gizi buruk.

c. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan rumah sakit dalam

melakukan surveilans gizi.

d. Memberikan PMT pemulihan untuk balita gizi buruk rawat jalan dan

pasca rawat inap.

e. Melakukan pemantauan kasus yang lebih intensif pada daerah dengan

risiko tinggi terjadinya kasus gizi buruk.

f. Melakukan penyelidikan kasus bersama dengan lintas program dan

lintas sektor terkait.

2. Cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan rendah

a. Meningkatkan promosi dan advokasi tentang Peningkatan Pemberian

Air Susu Ibu (PP ASI).

b. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan rumah sakit dalam

melakukan konseling ASI.

c. Membina puskesmas untuk memberdayakan konselor dan motivator ASI

yang telah dilatih.

3. Banyak ditemukan rumah tangga yang belum mengkonsumsi garam

beryodium

a. Melakukan koordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten/Kota untuk melakukan operasi pasar garam beriodium.

Page 43: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

23

b. Melakukan promosi/kampanye peningkatan penggunaan garam

beriodium.

4. Cakupan distribusi vitamin A rendah

a. Bila ketersediaan kapsul vitamin A di puskesmas tidak mencukupi maka

perlu mengirim kapsul vitamin A ke puskesmas.

b. Bila kapsul vitamin A masih tersedia, maka perlu meminta Puskesmas

untuk melakukan sweeping.

c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.

5. Cakupan distribusi TTD (Fe3) rendah

a. Bila ketersediaan TTD di puskesmas dan bidan di desa tidak mencukupi

maka perlu mengirim TTD ke puskesmas.

b. Bila TTD masih tersedia, maka perlu meminta Puskesmas untuk

melakukan peningkatan integrasi dengan program KIA khususnya

kegiatan Ante Natal Care (ANC).

c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.

6. Hasil analisis menunjukan D/S rendah atau cenderung menurun

a. Melakukan koordinasi dengan Camat dan PKK tingkat kecamatan untuk

menggerakan masyarakat datang ke posyandu.

b. Memanfaatkan kegiatan pada forum-forum yang ada di desa, yang

bertujuan untuk menggerakan masyarakat datang ke posyandu.

c. Melakukan promosi tentang manfaat kegiatan di posyandu.

Page 44: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

24

2.6 Matriks Jaringan Kesehatan

HMN merupakan upaya pertama untuk mengembangkan penyatuan kerangka

yang memfasilitasi efisiensi koordinasi dan aksi bersama dari semua subsistem

dalam sistem informasi kesehatan. HMN akan mencapai tiga tujuan yaitu:

1. Untuk mengembangkan harmonisasi dari kerangka HMN untuk

mengembangkan sistem informasi kesehatan dari sebuah Negara.

2. Untuk mendukung Negara berkembang dalam mengadaptasi dan

mengaplikasikan rekomendasi dan standar yang terkandung dalam

kerangka HMN untuk meningkatkan sistem informasi kesehatan dan

menyediakan dukungan teknis dan sebagai percepatan dalam

pengamanan pendanaan sampai akhir.

3. Untuk meningkatkan kualitas, nilai dan kegunaan dari informasi

kesehatan dengan mengembangkan kebijakan dan menawarkan insentif

untuk meningkatkan penyebaran dan penggunaan data dengan

konsentrasi pada tingkat lokal, regional dan global.

Bagian dari kerangka HMN menggambarkan enam komponen sistem informasi

kesehatan dan setiap standar yang dibutuhkan. Nilai yang jelas mendefinisikan

bagaimana peraturan sistem informasi kesehatan dan bagaimana komponen dalam

sistem tersebut berinteraksi antara satu dengan yang lainnya untuk dapat

menghasilkan informasi yang lebih baik untuk kesehatan yang lebih baik. Dalam

enam komponen itu, sistem informasi kesehatan terbagi lagi menjadi input, proses

dan output. Input menunjukan pada sumber daya dimana proses berhubungan pada

Page 45: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

25

bagaimana indikator dan sumber data dipilih dan dikumpulkan dan mengelola.

Output berhubungan dengan produksi, diseminasi dan penggunaan informasi.

Berikut ini adalah enam komponen dari sistem informasi kesehatan:

Input

1. Sumber daya sistem informasi kesehatan – dalam hal ini termasuk undang-

undang, peraturan dan kerangka kerja perencanaan yang diperlukan untuk

memastikan informasi kesehatan yang berfungsi secara menyeluruh, dan

sumber daya yang merupakan prasyarat untuk suatu sistem sehingga sistem

dapat berfungsi. Sumber daya tersebut meliputi personil, pembiayaan, dukungan

logistik, informasi dan teknologi komunikasi (ICT), dan mekanisme koordinasi

di dalam dan antar enam komponen.

Proses

2. Indikator – merupakan basis dari perencanaan dan strategi informasi kesehatan.

Indikator meliputi pengaruh dari kesehatan, input sistem kesehatan, output dan

dampak dan status kesehatan.

3. Sumber data - terbagi menjadi dua kategori utama: (1) data berbasis populasi

(sensus, pencatatan sipil, dan survei populasi) dan (2) data berbasis lembaga

(catatan individu, catatan layanan dan catatan sumber daya). Perlu dicatat bahwa

sejumlah pendekatan pengumpulan data dan sumber lainnya ada yang tidak

cocok dengan salah satu kategori utama di atas, tetapi dapat memberikan

informasi penting yang mungkin tidak tersedia di tempat lain. Dalam hal ini

Page 46: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

26

termasuk survei kesehatan, penelitian, dan informasi yang dihasilkan oleh

organisasi berbasis masyarakat.

4. Manajemen data - ini mencakup semua aspek penanganan data dari

pengumpulan, penyimpanan, jaminan kualitas dan aliran, untuk pengolahan,

kompilasi dan analisis. Persyaratan spesifik ditentukan untuk periodesitas dan

ketepatan waktu seperti dalam kasus surveilans penyakit.

Output

5. Produk informasi - data harus diubah menjadi informasi yang akan menjadi

bukti dasar dan pengetahuan untuk membentuk aksi kesehatan.

6. Penyebaran dan penggunaan - nilai informasi kesehatan dapat mempermudah

para pengambil keputusan dalam membuat kebijakan.

Peningkatan kualitas sistem informasi di sebuah Negara menjadi sebuah hal yang

dibutuhkan untuk menghasilkan informasi yang baik. Oleh karena itu WHO

membuat sebuah kerangka atau fase untuk dapat meningkatkan sistem informasi di

sebuah Negara. Berikut ini fase dalam pengingkatan fase sistem informasi di sebuah

Negara:

1. Fase 1 – kepemimpinan, koordinasi dan penilaian merupakan langkah pertama

dalam melaksanakan penguatan sistem informasi kesehatan melalui menjamin

keterlibatan dan mendukung oleh berbagai stakeholders. Proses penilaian

memeberikan kesempatan kepada stakeholder untuk berkolaborasi antar disiplin

Page 47: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

27

dalam memberikan pemahaman bersama pada konsep, keuntungan dan kapasitas

khusus pada sistem informasi kesehatan di sebuah Negara.

2. Fase 2 – membuat prioritas dan rencana. Membangun alat perncanaan dengan

melibatkan stakeholder yang mempunyai visi untuk membuat perencanaan dan

keputusan berbasis fakta.

3. Fase 3 – Implementasi dari kegiatan penguatan sistem informasi kesehatan

termasuk membahas kemampuan teknologi informasi dalam kebijakan, sumber

daya manusia dan proses yang membuat akses dapat ditindaklanjuti dalam sistem

informasi kesehatan sebuah Negara.

Dari ketiga fase tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa apabila ingin

meningkatkan sistem informasi kesehatan di sebuah Negara maka harus

dilakukan penilaian terlebih dahulu terhadap sistem informasi kesehatan yang

sedang berjalan sebagai dasar dalam tindakan selanjutnya.

2.7 Kerangka Teori

WHO telah mengeluarkan sebuah kerangka teori sebagai pedoman khususnya

bagi Negara berkembang untuk dapat meningktkan pelaksanaan sistem informasi

kesehatan. Dalam kerangka tersebut, sistem informasi memiliki enam komponen

diantaranya adalah sumber daya, indikator, manajemen data, sumber data, produk

informasi dan disemnasi dan penggunaan informasi. Untuk dapat meningkatkan

kinerja sistem informasi maka harus melewati beberapa proses diantaranya adalah

Kepemimpinan, Koordinasi dan Penilaian ; Penetapan Prioritas dan Perencanaan dan

Page 48: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

28

Komponen dan Standar Sistem Informasi Kesehatan

Sumber Daya

Indikator

Sumber Data

Manajemen Data

Produk Informasi

Diseminasi dan Penggunaan Informasi

Penguatan Sistem Informasi Kesehatan

Prinsip

Proses : (a) Kepemimpinan, Koordinasi dan Penilaian ; (b)

Penetapan Prioritas dan Perencanaan ; (c) Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan

Peralatan

Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan. Kerangka teori secara detail dapat dilihat

pada Bagan 2. 2.

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Sumber : World Health Organization. Framework and Standards for Country Health

Information Systems. Geneva, World Health Organization, 2008.

Tujuan Health Metrics Network

Meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas,

kualitas, dan penggunaan informasi

kesehatan untuk pengambilan keputusan di

tingkat negara dan global.

Page 49: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

28

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir

Untuk mempermudah pemahaman dalam menganalisis implementasi sistem

informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan maka disusunlah

sebuah kerangka pikir.

Kerangka pikir disusun sesuai dengan kerangka Health Metric Network yang

dikeluarkan oleh WHO. Berdasarkan kerangka pikir yang telah dibuat, sistem

informasi gizi disusun atas beberapa komponen seperti sumber daya yang

tergolong komponen input. Indikator, sumber data dan manajemen data

tergolong pada komponen proses. Sedangkan produk informasi dan penyebaran

penggunaan informasi termasuk dalam komponen output. Penilaian komponen

dilakukan pada pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dengan menggunakan instrumen penilaian Health Metric

Network (HMN) yang juga dikeluarkan oleh WHO. Dalam melakukan penilaian,

peneliti melakukan beberapa penyesuaian terhadap instrumen penilaian. Hal

tersebut dikarenakan instrumen yang dikeluarkan oleh WHO digunakan untuk

tingkat nasional sedangkan penilaian dilakukan pada tingkat daerah atau wilayah.

Dalam kerangka pikir dapat dilihat bahwa komponen sumber daya

mempengaruhi komponen lain seperti indikator, sumber data, manajemen data,

produk informasi dan diseminasi dan penggunaan informasi. Untuk memperjelas

kerangka berpikir maka dibuatlah bagan kerangka berpikir yang dapat dilihat

dalam bagan 3. 1.

Page 50: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

29

Sumber Daya

Indikator

Sumber

Data

Manajemen

Data

Produk

Informasi

Diseminasi

dan

Penggunaan

Informasi

Bagan 3.1

Kerangka Pikir Sistem Informasi Gizi

Page 51: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

30

3.2 Definisi Istilah

1. Sumber Daya Sistem Informasi Kesehatan (Input)

Sumber daya sistem informasi kesehatan terdiri dari kebijakan, peraturan dan

kerangka perencanaan kerja yang diperlukan untuk memastikan sistem informasi

kesehatan berfungsi sepenuhnya, Sumber daya merupakan prasyarat untuk

berfungsinya sebuah sistem. Sumber daya meliputi personil, pendanaan, dukungan

logistik, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan mekanisme koordinasi

dalam dan diantara enam komponen tersebut. (WHO, 2008)

Sumber daya terdiri dari:

a. Kebijakan adalah seperangkat aturan yang dibuat Pemerintah Daerah Kota

Tangerang Selatan untuk melegalisasi pelaksanaan pengelolaan sistem

informasi gizi di Kota Tangerang Selatan.

b. Personil yaitu tenaga pelaksana yang melakukan pelaporan kinerja pembinaan

gizi masyarakat melalui website sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan.

c. Dana yaitu anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan sistem informasi gizi

di tingkat dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan dalam pemenuhan sarana

penunjang untuk pelaksanaan pelaporan melalui sistem informasi gizi.

d. Sarana yaitu alat yang terkait dalam pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

2. Indikator (Proses)

Proses penilaian indikator pada sistem informasi gizi.

Page 52: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

31

3. Sumber Data (Proses)

Sumber data merupakan informasi kesehatan yang akan diperoleh baik data

berbasis populasi maupun data berbasis institusi di wilayah administratif Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

4. Manajemen Data (Proses)

Sekumpulan prosedur untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan

mendistribusikan data sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan.

5. Produk Informasi (Output)

Informasi merupakan produk dari pengolahan data yang akan menjadi basis fakta

dan pengetahuan untuk pengambilan tindakan kesehatan dimana informasi tersebut

didapat dari sistem informasi gizi.

6. Diseminasi dan penggunaan informasi (Output)

Diseminasi merupakan penyebarluasan informasi yang dihasilkan dari sistem

informasi gizi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Penggunaan informasi yaitu pemanfaatan hasil informasi yang terdapat dihasilkan

dari sistem informasi gizi dalam rangka pengambilan keputusan untuk menentukan

kebijakan strategis di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Page 53: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

32

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Hal

tersebut dilakukan karena peneliti ingin melihat gambaran pelaksanaan sistem

informasi gizi secara menyeluruh dan mendalam.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan dimulai sejak

bulan Januari – April 2013.

4.3 Informan Penelitian

Pemilihan informan ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive

sampling. Atas dasar tersebut, yang termasuk informan dalam penelitan ini

adalah staf di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Tenaga Pelaksana Gizi

(TPG) di puskesmas, kader posyandu dan staf SDK dan informasi kesehatan

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Pemilihan informan tersebut

dikarenakan pihak-pihak yang telah disebutkan adalah pihak yang terlibat dan

atau bertanggung jawab dalam pelaporan kegiatan pembinaan gizi yang

dilaporkan melalui sistem informasi gizi.

Page 54: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

33

4.4 Instrumen Penelitian

Pada tahap pengumpulan data, instrument penelitian menggunakan

pedoman wawancara semi terstruktur yang tergolong dalam bagian wawancara

mendalam untuk mewawancarai informan terkait dengan pelaksanaan sistem

informasi gizi. Instrumen penelitian lain dalam pengumpulan data adalah

pedoman observasi dan panduan telaah dokumen. Selain itu, peneliti juga

menggunakan alat bantu berupa alat tulis, kamera dan perekam suara agar

dapat memperkuat akurasi data. Dalam tahap analisis, penulis menggunakan

instrumen HMN tools agar dapat memberikan skor pada sistem informasi gizi.

4.5 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu :

1. Data primer yaitu hasil wawncara, hasil telaah dokumen dan hasil observasi.

2. Data sekunder yaitu profil Dinas Kesehatan.

Tabel 4. 1

Sumber Perolehan Data Berdasarkan Informan

Komponen SI Gizi

Berdasrkan HMN

Pengelola

Gizi Dinas

Kesehatan

Kota

Tenaga

Pelaksana

Gizi

Puskesmas

Kader

Posyandu

Sum

ber

Day

a

Regulasi up to date √ √

Kegiatan

pemantauan rutin √ √ √

Kebijakan

melakukan

pertemuan

√ √

Page 55: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

34

Ada unit fungsional √ √

Pelatihan/kapasitasi √ √ √

Anggaran √ √

Formulir, kertas,

pensil dan

perlengkapan lain

untuk mencatat

kinerja

√ √ √

Formulir, kertas,

pensil dan

perlengkapan lain

untuk mencatat

kinerja

√ √ √

Tersedianya

komputer √ √

Peralatan TI

(Telpon, internet) √ √

Pemeliharaan

peralatan √ √

Indik

ator

Indikator inti √ √ √

Indikator mengacu

pada MDG √ √ √

Pelaporan indikator √ √ √

Sum

ber

Dat

a

Surveilans

representatif dalam

mengukur

pelayanan

kesehatan ibu dan

anak

√ √ √

Surveilans

representatif dalam

mengukur kematian

√ √ √

Pengelompokan

data pada usia dan

jenis kelamin

√ √ √

Page 56: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

35

Pertemuan rencana

tahunan untuk

mengkoordinasikan

variabel

√ √

Man

ajem

en D

ata

Prosedur tertulis √ √

Pelaporan bersifat

user-friendly √ √

Gudang data pada

tingkat dinas

kesehatan

√ √ √

Terdapat kamus √ √ √

Terdapat kode

khusus dalam

mengolah data

√ √

Pro

duk I

nfo

rmas

i

Kelengkapan dan

konsistensi √ √ √

Dilaporkan setiap

bulan √ √ √

Waktu pengukuran √ √

Data cakupan

menjadi dasar

perkiraan

Pemisahan estimasi

data √ √

Dis

emin

asi

dan

pen

ggun

aan

info

rmas

i

Pembuat meminta

laporan √ √ √

Adanya grafik

dalam penyajian

data

√ √ √

Adanya peta dalam

penyajian data √ √ √

Penggunaan

informasi √ √ √

Page 57: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

36

Adasnya program

advokasi √ √ √

Informasi

digunakan dalam

perencanaan

√ √ √

Alokasi sumber

daya √ √

4.6 Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data Dengan Dokumen

Studi dokumen dilakukan dengan mempelajari dokumen yang berkaitan

sistem informasi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengamati langsung semua komponen

sistem informasi gizi yang terdapat di dinas kesehatan Kota Tangerang

Selatan.

3. Wawancara semiterstruktur

Wawancara akan dilakukan kepada informan yang meliputi staf gizi

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, tenaga pelaksana gizi di

puskesmas, bidan dan kader posyandu. Informasi yang ingin didapatkan

adalah mengenai komponen sistem informasi gizi dan pelaksanaan pelaporan

Page 58: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

37

kinerja pembinaan gizi masyarakat dalam sistem informasi gizi Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Tabel 4. 2

Sumber Perolehan Data Berdasarkan Metode Pengumpulan Data

Komponen SI Gizi Berdasrkan HMN Wawancara Observasi Studi

dokumen

Sum

ber

Day

a

Regulasi up to date √ √

Kegiatan

pemantauan rutin √

Kebijakan

melakukan

pertemuan

√ √

Ada unit fungsional √

Pelatihan/kapasitasi √

Anggaran √

Formulir, kertas,

pensil dan

perlengkapan lain

untuk mencatat

kinerja

√ √

Formulir, kertas,

pensil dan

perlengkapan lain

untuk mencatat

kinerja

√ √

Tersedianya

komputer √ √

Peralatan TI

(Telpon, internet) √ √

Page 59: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

38

Pemeliharaan

peralatan √

Indik

ator

Indikator inti √ √

Indikator mengacu

pada MDG √ √

Pelaporan indikator

√ √ S

um

ber

Dat

a

Surveilans

representatif dalam

mengukur kegiatan

pembinaan gizi

√ √

Terdapat surveilans

yang representatif

dalam perkiraan

mengenai kematian

akibat gizi buruk.

√ √

Pengelompokan

data pada usia dan

jenis kelamin

√ √

Pertemuan rencana

tahunan untuk

mengkoordinasikan

variabel

Man

ajem

en D

ata

Prosedur tertulis √ √

Pelaporan bersifat

user-friendly √ √

Gudang data pada

tingkat dinas

kesehatan

Terdapat kamus √ √

Terdapat kode

khusus dalam

mengolah data

Page 60: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

39

Pro

duk I

nfo

rmas

i

Kelengkapan dan

konsistensi √ √

Dilaporkan setiap

bulan √

Waktu pengukuran √

Data cakupan

menjadi dasar

perkiraan

Pemisahan estimasi

data √ √

Dis

emin

asi

dan

pen

ggun

aan

Info

rmas

i

Pembuat meminta

laporan √

Adanya grafik

dalam penyajian

data

√ √

Adanya peta dalam

penyajian data √ √

Penggunaan

informasi √

Adasnya program

advokasi √

Informasi

digunakan dalam

perencanaan

Alokasi sumber

daya √

Page 61: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

40

4.7 Validasi Data

Teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumer data yang telah ada (Sugiyono, 2010).

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

1. Triangulasi sumber, didapat dari staf gizi di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan, tenaga pelaksana gizi puskesmas dan kader posyandu.

2. Triangulasi teknik dilakukan dengan wawancara semiterstruktur,

observasi dan telaah dokumen.

Poin pertanyaan yang akan triangulasi dapat dilihat padaTabel 4.1.

Tabel 4. 3

Validasi Data

Komponen SI Gizi Berdasrkan

HMN

Validasi

Sumber

Validasi

Teknik

Sum

ber

Day

a

Regulasi up to date √ √

Kegiatan

pemantauan rutin √

Kebijakan

melakukan

pertemuan

√ √

Ada unit fungsional √

Pelatihan/kapasitasi √

Anggaran √

Formulir, kertas,

pensil dan √ √

Page 62: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

41

perlengkapan lain

untuk mencatat

kinerja

Formulir, kertas,

pensil dan

perlengkapan lain

untuk mencatat

kinerja

√ √

Tersedianya

komputer √ √

Peralatan TI

(Telpon, internet) √ √

Pemeliharaan

peralatan √

Indik

ator

Indikator inti √ √

Indikator mengacu

pada MDG √ √

Pelaporan indikator √ √

Sum

ber

Dat

a

Surveilans

representatif dalam

mengukur

pelayanan

kesehatan ibu dan

anak

√ √

Surveilans

representatif dalam

mengukur kematian

√ √

Pengelompokan

data pada usia dan

jenis kelamin

√ √

Pertemuan rencana

tahunan untuk

mengkoordinasikan

variabel √

Page 63: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

42

Man

ajem

en D

ata

Prosedur tertulis √ √

Pelaporan bersifat

user-friendly √ √

Gudang data pada

tingkat dinas

kesehatan

Terdapat kamus √ √

Terdapat kode

khusus dalam

mengolah data

Pro

duk I

nfo

rmas

i

Kelengkapan dan

konsistensi √ √

Dilaporkan setiap

bulan √

Waktu pengukuran √ √

Data cakupan

menjadi dasar

perkiraan

Pemisahan estimasi

data √ √

Dis

emin

asi

dan

Pen

ggunaa

n I

nfo

rmas

i

Pembuat meminta

laporan √

Adanya grafik

dalam penyajian

data

√ √

Adanya peta dalam

penyajian data √ √

Penggunaan

informasi √

Adasnya program

advokasi √ √

Informasi

digunakan dalam √ √

Page 64: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

43

perencanaan

Alokasi sumber

daya √ √

4.8 Pengolahan Data

Tahap pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mencatat kembali hasil observasi, telaah dokumen dan pewawancara.

Pencatatan observasi dilakukan dengan mencatat hasil observasi pada

lembar observasi. Telaah dokumen dilakukan sesuai sesuai dengan

panduan telaah dokumen (terlampir). Pencatatan kembali dilakukan untuk

meringkas hasil wawancara dan menemukan inti pembicaraan atau data

yang diperlukan.

2. Melakukan kategorisasi data berdasarkan komponen sistem informasi

gizi. Dalam hal ini, komponen sistem informasi gizi terbagi menjadi tiga

yaitu sumber daya tergolong dalam input; indikator, sumber data dan

manajemen data yang tergolong dalam proses serta produk informasi,

penggunaan dan diseminasi informasi yang tergolong output.

3. Menyimpulkan gambaran sistem informasi gizi berdasarkan hasil

penilaian. Penyimpulan dilakukan berbarengan dengan memberikan

penilaian terhadap setiap komponen sistem informasi gizi berdasarkan

alat penilaian yang dikeluarkan oleh WHO.

Page 65: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

44

4.9 Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk tabel dan naratif sesuai kerangka pikir.

4.10 Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis

interpretasi. Setelah memberikan interpretasi, selanjutnya peneliti

mengelompokan hasil sesuai dengan konsep assessing national health

insformation system dengan menggunakan tools assessing national health

insformation system berdasarkan teori HMN (WHO, 2008). Dalam

penilaian, skor tertinggi (3) diberikan untuk komponen yang dianggap

sangat memadai dibandingkan dengan standar seperti yang didefinisikan

oleh kerangka HMN, skor (2) diberikan kepada komponen yang

memadai, skor (1) artinya terdapat komponen namun tidak memadai dan

Skor terendah (0) diberikan ketika situasi dianggap tidak memadai sama

sekali dalam hal memenuhi standar. Total skor untuk setiap kategori

dikumpulkan dan dibandingkan dengan skor maksimum yang mungkin

untuk menghasilkan peringkat persentase. Untuk dapat meliah tabel

penilaian dapat dilihat pada bagian lampiran.

Page 66: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

45

BAB V

HASIL

5.1. Gambaran Umum Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam

pengelolaan sistem informasi gizi diantaranya adalah Kepala Seksi Perbaikan

Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Staf SDK dan

Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Tenaga

Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas dan Kader Posyandu. Berikut adalah gambaran

dari setiap informan:

a. Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (InformanA)

Informan merupakan Kepala Seksi Gizi di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan. Informan memiliki latar belakang pendidikan ilmu

kesehatan masyarakat. Informan merupakan pihak yang bertanggung

jawab dalam analisis data kinerja pembinaan gizi masyarakat dan

pelaksanaan program gizi.

b. Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas (Informan B dan Informan C)

Dalam penelitian ini, yang menjadi informan yaitu tenaga

pelaksana gizi dari puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Informan berasal dari Puskesmas

Jurnang Mangu dan Puskesmas Kampung Sawah. Tenaga Pelaksana Gizi

merupakan pihak yang melakukan rekap data yang berasal dari posyandu

dan akan dikirimkan ke Dinas Kesehatan.

Page 67: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

46

c. Kader Posyandu (Informan D dan Informan E)

Informan D dan E adalah kader psyandu yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Kampung Sawah dan Puskesmas Jurang Mangu. Kader

posyandu merupakan pihak yang melakukan pencatatan data pembinaan

gizi masyarakat.

d. Staf Seksi SDK dan Sistem Informasi Kesehatan

Informan merupakan Staf Seksi SDK dan Sistem Informasi

Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Informan

merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan bank data.

Ringkasan karakteristik informan dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Karakteristik Informan

No. Informan Jabatan

1 Informan A Kepala Seksi Gizi

2 Informan B Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Kampung Sawah

3 Informan C Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Jurang Mangu

4 Informan D Kader Posyandu

5. Informan E Kader Posyandu

6. Informan F Staf Seksi SDK dan Sistem Informasi Kesehatan

5.2. Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Dinas Kesehatan, 2010)

5.2.1. Visi dan Misi

A. Visi

Visi Dinas Kesehatan Kota Tangearang Selatan adalah “Pembangunan

berwawasan Kesehatan menuju Kota Tangerang Selatan Sehat 2015”.

Page 68: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

47

B. Misi

Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau

oleh seluruh lapisan masyarakat.

Mendorong kemandirian masyarakat melalui peningkatan Pemberdayaan

Kesehatan Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya

Meningkatkan kemitraan dengan seluruh pelaku di bidang kesehatan

5.2.2. Keadaan Umum Wilayah

Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak pada batas astronomis 1050

1’11’’-1060 7’12’’BT dan 50 7’50’’-70 1’1’’ LS, mempunyai posisi strategis

pada lintas perdagangan internasional dan nasional. Temperatur didaerah

pantai dan perbukitan berkisar antara 220 C dan 320 C, sedangkan suhu

dipegunungan dengan ketinggian antara 400 -1.350 M dapat mencapai antara

180 C- 290 C. Adapun wilayah perbatasan Kota Tangerang Selatan adalah

sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan kota Tangerang

Sebelah timur berbatasan dengan DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.

Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

Page 69: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

48

Nama Kecamatan berserta jumlah kelurahan yang ada dalam

wilayahnya dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2

Nama Kecamatan dan Jumlah Kelurahan di Kota Tangerang Selatan

Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan

Kecamatan Serpong 9

Kecamatan Serpong Utara 7

Kecamatan Setu 6

Kecamatan Pamulang 8

Kecamatan Ciputat 8

Kecamatan Ciputat Timur 6

Kecamatan Pondok Aren 10

5.2.3. Kependudukan (Dinas Kesehatan, 2013)

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Pada tahun

2013, jumlah balita di Kota Tangerang Selatan mencapai 131.825 balita.

5.2.4. Sarana Kesehatan (Dinas Kesehatan, 2013)

Jumlah Puskesmas di Kota Tangerang Selatan berjumlah 25

puskesmas. Jumlah Posyandu yang berada di Kota Tangerang Selatan

berjumlah 706. Jumlah kader di Kota Tangerang Selatan berjumlah 4989

dan jumlah Tenaga Pelaksana Gizi di tingkat Puskesmas berjumlah 25

orang.

Page 70: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

49

5.2.5. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Bagan 5. 1

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2013

Merujuk pada struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan, seksi gizi merupakan seksi yang berada dibawah bidang kesehatan keluarga.

Dalam struktur juga digambarkan bahwa seksi gizi dapat berkoordinasi dengan seksi

kesehatan ibu dan anak, seksi remaja dan lansia.

Page 71: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

50

5.2.6. Gambaran Umum Seksi Gizi (Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan, 2012)

Seksi perbaikan gizi masyarakat mempunyai tugas merencanakan,

melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan

pengendalian kegiatan peningkatan gizi masyarakat. Dalam tugasnya secara

rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Perencanaan program perbaikan gizi dari hasil analisis.

b. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait

program perbaikan gizi.

c. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan.

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang

tugasnya.

Selain tugas diatas, seksi gizi juga mempunyai beberapa fungsi

diantaranya yaitu:

a. Perencanaan program perbaikan gizi dari hasil analisis dan penyiapan

bahan untuk peningkatan status gizi masyarakat, peningkatan gizi

masyarakat.

b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, analisis data dan penyiapan

bahan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, peningkatan gizi

masyarakat.

Page 72: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

51

c. Pelaksanaan kegiatan kebutuhan dan penyiapan bahan untuk

meningkatkan status gizi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat.

d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait

kebutuhan dan penyiapan bahan untuk peningkatkan status gizi

masyarakat, peningkatan gizi masyarakat.

e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan.

f. Pelaksanasan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang

tugasnya.

Sumber daya manusia (SDM) yang ada di bagian gizi terdiri dari

Kepala Seksi Gizi dan Staf Gizi, dengan rincian sebagai berikut:

Tugas dari kepala seksi gizi meliputi pengumpulan data, pengolahan

data, penyiapan bahan penyusunan petunjuk teknis dan pelaksanaan

operasional pembinaan pengaturan gizi masyarakat. Adapun rincian dari

tugas kepala seksi adalah sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja seksi gizi

b. Membagi tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada staf

gizi

c. Monitoring dan mengevaluasi hasil kerja staf gizi

d. Menyusun kebijaksanaan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan

pengaturan gizi masyarakat.

Page 73: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

52

e. Mempelajari data sebagai bahan pelaksanaan kegiatan pembinaan

pengaturan gizi masyarakat.

f. Mengonsep dan memberikan paraf naskah dinas sesuai dengan bidang

tugas dan kewenangannya.

g. Menyimpan arsip seksi gizi.

h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.

i. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Staf Gizi terdiri dari:

Tugas dari staf gizi meliputi pelaksanaan program gizi serta

pemantauan kegiatan di Puskesmas serta menerima laporan dari

Puskesmas. Adapun tugas dari masing-masing staf gizi meliputi:

a. Melaksanakan program kerja seksi gizi

b. Memeriksa dan mengevaluasi hasil kerja Puskesmas.

c. Mengoreksi bahan/ data dari laporan tenaga pelaksana gizi

Puskesmas.

d. Mempelajari data sebagai bahan pelaksanaan kegiatan pembinaan

pengaturan gizi masyarakat

e. Mengawasi pendistribusian dalam pemberian makanan tambahan,

Vitamin A, dan, tablet Fe dan alat-alat program perbaikan gizi.

Page 74: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

53

f. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan

g. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya.

Melihat tugas dari Seksi Gizi, maka terdapat tugas yang berkaitan

dengan surveilans gizi seperti tugas pelaksanaan pengumpulan,

pengolahan, pengansalisisan data dan penyiapan bahan untuk

meningkatkan status gizi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat dan

monitoring serta evaluasi kegiatan pembinaan gizi masyarakat.

Dalam menjalankan program gizi di wilayah Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan, kepala Seksi Gizi dan Staf Gizi dibantu oleh Tenaga

Pelaksana Gizi. Tenaga Pelaksana Gizi tersebar di Puskesmas dengan

latar belakang pendidikan gizi dan bidan. Dari Tenaga Pelaksana Gizi

tersebut, tidak semuanya berlatar belakang gizi. Sehingga ini salah satu

kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan program gizi.

Selain TPG, ada 54 bidan desa dan para kader posyandu yang ikut

serta dalam kegiatan program perbaikan gizi. Para kader ini merupakan

ujung tombak keberhasilan suatu program. Karena kader disini sebagai

penggerak dari masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan Posyandu.

5.3.Ruang Lingkup Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan

Sistem informasi gizi (SIGIZI) merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk

menunjang pelaksanaan surveilans gizi. Aplikasi tersebut dapat diakses melalui situs

Page 75: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

54

http://gizi.depkes.go.id/sigizi/go/. Interface beranda dan laporan bulanan SIGIZI

dapat dilihat pada gambar 5.1 dan 5.2. Berdasarkan wawancara, terdapat enam

indikator yang diukur pada sistem informasi gizi yaitu cakupan D/S, cakupan

pemberian tablet Fe pada ibu hamil, cakupan pemberian Vitamin A, cakupan

pemberian ASI eksklusif, jumlah balita gizi buruk yang mendapat perawatan dan

cakupan penggunaan garam beriodium. Alur pelaporan, dalam melaporkan keenam

indikator tersebut, yang dilaksanakan pada sistem informasi gizi sesuai dengan alur

surveilans yaitu mulai dari tingkat posyandu yang melapor kepada bidan desa,

selanjutnya bidan desa merekap data posyandu dan memberikan kepada puskesmas

yang selanjutnya diberikan kepada Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan selanjutnya

melaporkan data kinerja pembinaan gizi kepada Direktorat Bina Gizi melalui

aplikasi sistem informasi gizi. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan, jumlah Puskesmas yang berada di Kota Tangerang Selatan berjumlah 25

puskesmas. Jumlah posyandu di Kota Tangerang Selatan berjumlah 706 posyandu.

Jumlah kader di Kota Tangerang Selatan berjumlah 4989 dan jumlah Tenaga

Pelaksana Gizi di tingkat Puskesmas berjumlah 25 puskesmas.

Page 76: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

55

Gambar 5.1

Interface Laporan Bulanan Sistem Informasi Gizi

Sumber: Website Sistem Informasi Gizi, 2013

Gambar 5.2

Interface Beranda Sistem Informasi Gizi

Sumber: Website Sistem Informasi Gizi, 2013

Page 77: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

56

5.4.Gambaran Input Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan

Gambaran input pada sistem informasi gizi meliputi sumber daya yang

digunakan dalam pelaksanaan pelaporan kinerja pembinaan gizi melalui sistem

informasi gizi. Sumber daya tersebut terdiri dari kebijakan dan koordinasi, dana,

tenaga pelaksana dan sarana. Kebijakan dan koordinasi akan dinilai dalam tiga aspek

yaitu kebijakan, pemantauan rutin dan pertemuan rutin. Berdasarkan wawancara

terhadap informan, belum ada kebijakan di Kota Tangerang Selatan yang secara

khusus mengatur pengelolaan sistem informasi gizi. Berdasarkan wawancara

mengenai kebijakan yang mengatur pengelolaan sistem informasi gizi adalah sebagai

berikut:

“….Kita baru ada perda tentang sistem kesehatan kota dan sedang berproses

untuk membuat perwal-perwal…” (Informan A)

“…Ada peraturan pengumpulan tanggal 5…” (Informan B)

“….Ada peraturan by email pake instruksi…” (Informan C)

Berdasarkan telaah dokumen, peraturan mengenai sistem kesehatan daerah, pada

dasarnya sudah diatur mengenai sistem informasi oleh Unit Kesehatan Masyarakat di

tingkat Kecamatan. Seperti Sistem Kesehatan Nasional, SKD Kota Tangerang

Selatan juga mengatur pengelolaan data dan informasi kesehatan yang digunakan

untuk pengambilan keputusan di bidang kesehatan. Dalam kebijakan tersebut juga

diatur mengenai keakuratan serta pengumpulan data dalam bidang kesehatan dan

non kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan. Hingga saat ini, peraturan atau

pedoman yang digunakan dalam pelaksanaan pelaporan kegiatan pembinaan gizi

Page 78: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

57

melalui sistem informasi gizi didasarkan pada petunjuk surveilans gizi yang

dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.

Berdasarkan kerangka penilaian WHO, penilaian terhadap unsur kebijakan

mengenai kerangka regulasi up-to-date dinilai ada tetapi kurang memadai. Hal

tersebut dikarenakan peraturan yang mengatur pengumpulan data melalui sistem

informasi gizi sudah ada namun kurang mengikat atau memaksa.

Aspek lain dalam sumber daya yaitu kebijakan mengenai pemantauan rutin.

Kegiatan pemantauan rutin dilakukan berdasarkan pedoman pembinaan wilayah

yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Kegiatan tersebut

berfungsi untuk melakukan pemantauan, penyeliaan dan evaluasi program

puskesmas di wilayah kerja binaannya. Berdasrkan daftar tilik monitoring dan

evaluasi program perbaikan gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

(terlampir), monitoring yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

mencakup data dasar seperti sasaran Vitamin A, sasaran Bumil, jumlah posyandu,

jumlah kader posyandu dan sasaran Fe-1/Fe-3, pencatatan pelaporan, hasil kegiatan,

penyajian data, PMT, ketenagaan, ruang pelayanan, sarana dan penyebarluasan

informasi.

Pemantauan di tingkat posyandu dilakukan oleh bidan desa di setiap puskesmas

sesuai wilayah kerjanya. Berdasarkan wawancara, berikut jawaban informan

mengenai pemantauan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan:

“…..Kita kembangkan sistem bina wilayah, berjalan karena terkait dengan

kinerja kita.” (Informan A)

“…Ada pemantauan setiap dua atau tiga bulan sekali…” (Informan B)

Page 79: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

58

“….Ada staf Dinas Kesehatan kesini..” (Informan C)

“…..Kan setiap kelurahan ada bidan desa yang memantau…” (Informan E)

Kegiatan pemantauan rutin di Kota Tangerang Selatan sudah diatur dalam

pedoman pembinaan wilayah serta dilakukan secara teratur. Berdasarkan alat

penilaian WHO, aspek tersebut dinilai sangat memadai.

Dalam kegiatan pertemuan rutin, kegiatan tersebut tidak dituangkan dalam

kebijakan tertulis. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan juga

menginstruksikan untuk mengurangi intensitas pertemuan antara Dinas Kesehatan

dan Puskesmas. Hal tersebut dikarenakan banyaknya tugas setiap staf Dinas

Kesehatan maupun Puskesmas sehingga apabila dilakukan banyak pertemuan akan

mengganggu para staf dalam melakukan tugasnya. Pertemuan hanya dilakukan

rutinan pada awal tahun untuk sosialisasi perencanaan program, triwulanan untuk

evaluasi serta di akhir tahun untuk evaluasi program. Dalam kaitannya dengan

surveilans, perencanaan dan evaluasi juga membahas mengenai standar dalam

pengumpulan data, kecenderungan data, pelaporan dan kegiatan apa yang harus

dilakukan pada kader dan petugas puskesmas. Berikut hasil wawancara mengenai

pertemuan rutin:

“……Pertemuan rutin dibatesin karena SDM terbatas dan volume tinggi jadi on

the job training…, standarnya mulai dari lihat data kecenderungannya kemana

untuk menandakan masalah terus apa yang harus dilakukan serta pelaporan

kemana dan kegiatan seperti apa dari tingkat kader, puskesmas….” (Informan

A)

“…..Paling rapat rutin…..” (Informan B)

Page 80: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

59

“……Pertemuan paling rakordes, klo diakhir monev, perencanaan diawal tahun

terus klo setiap ada kegiatan, tidak ada peraturan karena hanya rutinan…”

(Informan C)

Dalam hal pertemuan rutin, tidak ada kebijakan secara tertulis namun

pertemuan sudah menjadi agenda tahunan Dinas Kesehatan dan Puskesmas.

Berdasarakan alat penilaian WHO, karena belum adanya peraturan mengenai

pertemuan rutin, maka aspek ini dinilai ada tetapi kurang memadai.

Berdasarkan kerangka penilaian WHO, penilaian terhadap unsur

kebijakan mengenai kerangka regulasi up-to-date mendapat nilai satu karena ada

tetapi kurang adekuat. Sedangkan kegiatan pemantauan rutin mendapat nilai tiga

atau sudah sangat memadai karena sudah adanya peraturan dan sudah dilakukan

secara baik. Sedangkan dalam hal pertemuan, tidak ada kebijakan secara tertulis

namun sudah menjadi kegiatan rutin tahunan saja sehingga hal tersebut dianggap

ada tetapi kurang memadai dan diberi nilai satu. Penilaian kebijakan dan

koordinasi berdasarkan kerangka WHO dapat dilihat pada tabel 5. 2.

Page 81: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

60

Tabel 5. 3

Penilaian Sumber Daya – Kebijakan dan Koordinasi

No. Item

Sangat

Memadai Memadai

Ada tetapi

kurang

memadai

Tidak

adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Dinas Kesehatan

Kabupaten/kota

memiliki regulasi yang

up-to-date berisi

kerangka kerja untuk

sistem informasi gizi

√ 1

2 Ada kegiatan rutin untuk

pemantauan kinerja

sistem informasi gizi

dari berbagai subsistem,

mulai dari dinas

kesehatan sampai ke

puskesmas

3

3 Terdapat kebijakan

resmi untuk melakukan

pertemuan di tingkat

daerah dan kecamatan

untuk meninjau

pelaksanaan sistem

informasi gizi

1

Total Skor Rata-rata 1, 7

Unsur sumber daya lain yang dinilai adalah dana dan tenaga pelaksana.

Penilaian dilakukan untuk mengetahui unit fungsional, kegiatan pelatihan dan

anggaran yang diperuntukan dalam pelaksanaan sistem informasi gizi. Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Puskesmas yang berada di wilayah

kerjanya belum mempunyai unit fungsional yang secara khusus bertanggung

jawab dalam pengelolaan sistem informasi gizi. Kegiatan pengelolaan sistem

Page 82: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

61

informasi gizi hanya menjadi salah satu Tupoksi dari Seksi Pembinaan Gizi

Masyarakat. Berikut hasil wawancara mengenai unit kerja pengelolaan sistem

informasi:

“…..Hanya tupoksi saja dan bukan berupa unit…” (Informan A)

“…..Saya yang mengurusnya…..” (Informan B)

“…..Yang bertanggung jawab Ibu sendiri…..” (Informan C)

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan belum memiliki unit fungsional

yang menangani secara khusus mengenai sistem informasi gizi. Berdasarkan

kerangka penilaian WHO, maka aspek ini dinilai tidak adekuat sama sekali.

Pelatihan mengenai pengelolaan sistem informasi gizi belum pernah

dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Kebanyakan petugas

mempelajari secara mandiri dan mempelajari dari petugas yang bertanggung

jawab sebelumnya. Karena mempelajari secara mandiri maka membutuhakan

waktu untuk mempelajarinya. Berikut hasil wawancara mengenai pelatihan

pengelolaan sistem informasi gizi:

“…..Belum pernah. Oh kita ga pelatihan, otodidak belajar sendiri ga pernah

dilatih…..” (Informan A)

“…..Ada pelatihan tatalaksana gizi buruk…..” (Informan B)

“…..Ya emang udah disitu bejalar sendiri, otomatis udah tahu, yak kan di

kuliah juga udah belajar…” (Informan C)

“…..Pernah yang ngadain dinkes pelatihan PBHS eh PHBS tentang yang

sepuluh…..” (Informan D)

Page 83: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

62

“…..Kita ga dikasih pelatihan sih mungkin karena waktunya kurang ya…..”

(Informan E)

Pelatihan mengenai sistem informasi gizi belum pernah dilakukan di tingkat

Kota Tangerang Selatan. Aspek tersebut dinilai tidak adekuat sama sekali.

Anggaran dana untuk pengelolaan SIGIZI berasal dari APBD dan dana

operasional puskesmas. Berikut hasil wawancara mengenai anggaran

pengelolaan sistem informasi gizi:

“…..Kita dari APBD, klo dari APBN belum pernah dapet. Lebih banyak

ke transportnya, transport pelacakan dan paling biaya administrasi

seperti ATK gitu-gitu...tidak ada dana pelatihan…dana perawatan juga

tidak ” (Informan A)

“…..Dana dari Dinas dan BOK untuk transport…..” (Informan B)

“…..Anggaran tidak ada untuk pencatatan pake biaya operasional…..”

(Informan C)

Anggaran yang digunakan untuk pengelolaan sistem informasi gizi dinilai

ada tetapi kurang memadai karena tidak ada anggaran dalam pelatihan sehingga

tidak cukup mendukung dalam berfungsinya sistem. Dana tersebut hanya

digunakan untuk transportasi dan pengadaan ATK dan tidak ada perawatan,

pelatihan dan operasional lain.

Dikarenakan tidak ada unit fungsional yang secara khusus menangani

pengelolaan sistem informasi gizi maka unsur tersebut dinilai nol atau tidak

adekuat sama sekali. Dalam hal kapasitasi atau pelatihan mengenai pengelolaan

Page 84: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

63

sistem informasi gizi juga dinilai tidak adekuat sama sekali dan mendapatkan

nilai nol. Anggaran untuk sistem informasi gizi dinilai ada tetapi kurang

memadai dan mendapatkan nilai satu. Penilaian terhadap aspek dana dan tenaga

pelaksana dapat dilihat pada tabel 5. 4.

Tabel 5. 4

Penilaian Sumber Daya – Dana dan Tenaga Pelaksana

No

. Item

Sangat

Memadai Memadai

Ada tetapi

kurang

memadai

Tidak

adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Ada sebuah unit

fungsional, yang

bertanggung jawab untuk

administrasi sistem

informasi gizi,

manajemen, analisis,

diseminasi dan

penggunaan informasi di

tingkat daerah

√ 0

2 Ada aktivitas kapasitasi

tenaga di tingkat

kabupaten/kota dan

puskesmas

√ 0

3 Ada anggaran khusus

dalam anggaran daerah

yang diperuntukkan

untuk pelaksanaan sistem

informasi gizi

1

Total Skor Rata-rata 0, 3

Sarana menjadi penunjang dalam pelaksanaan pencatatan melalui sistem

informasi. Sarana yang mencakup formulir, ATK dan peralatan Informasi

Teknologi yang mencakup komputer dan jaringan internet beserta pemeliharaan

Page 85: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

64

terhadap sarana tersebut. Berdasarkan observasi dan wawancara, ketersediaan

formulir dan ATK di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Puskesmas dan

Posyandu selalu tersedia. Tidak hanya itu, sarana seperti komputer dan jaringan

internet di Dinas Kesehatan dan Puskesmas juga sudah tersedia. Namun, adanya

sarana tersebut belum ditunjang dengan anggaran pemeliharan secara khusus.

Berikut hasil wawancara mengenai ketersediaan sarana:

“…..Komputer memadai lah, satu orang satu. Jaringan internet ada.

Tidak ada dana khusus, perawatan hanya insidentil namun tidak

memerulukan biaya besar….” (Informan A)

“…..Ada, komputer dinas….” (Informan B)

“…..Ada, tapi bermasalah pada printernya kan kita ga punya IT, jadi

maintenancenya kurang di komputer. Klo dana khusus periodik, harus

pengajuan dulu, jadi kita pake dana talangan ….” (Informan C)

“…..Ya ada sih….” (Informan D)

“…..Alhamdulillah ga kekurangan ….” (Informan E)

Penilaian terhadap sarana seperti ATK, formulir dinilai sudah sangat

memadai karena selalu tersedia untuk mencatat kinerja pembinaan gizi. Peralatan

lain yang dinilai adalah komputer. Komputer juga sudah tersedia di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Puskesmas. Aspek tersebut juga dinilai

sudah sangat memadai. Aspek lain yang dinilai adalah jaringan internet. Jaringan

internet sudah tersedia baik di tingkat Dinas Kesehatan maupun Puskesmas

sehingga aspek tersebut dinilai sudah sangat memadai. Namun dalam hal

perawatan dinilai masih tidak adekuat sama sekali karena tidak adanya anggaran

Page 86: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

65

khusus dan tenaga khusus dalam perawatan peralatan yang digunakan dalam

pelaporan melalui sistem informasi gizi. Penilaian sarana dapat dilihat pada tabel

5.5.

Tabel 5. 5

Penilaian Sumber Daya – Sarana

No. Item

Sangat

Memadai Memadai

Ada tetapi

kurang

memadai

Tidak

adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Formulir, kertas, pensil

dan perlengkapan

lainnya yang dibutuhkan

untuk mencatat kinerja

pembinaan gizi

masyarakat dan

informasi yang tersedia

3

2 Tersedianya komputer

di tingkat dinas

kesehatan kota dan

puskesmas untuk

pelaksanaan sistem

informasi gizi

3

3 Peralatan TI (telpon,

koneksi internet dan e-

mail ) tersedia di dinas

kesehatan

kabupaten/kota dan

puskesmas untuk

pelaksanaan sistem

informasi gizi

3

4 Dukungan untuk

pemeliharaan peralatan

ICT tersedia di tingkat

dinas kesehatan

kabupaten/kota dan

puskesmas

0

Total Skor Rata-rata 2,2

Page 87: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

66

5.5. Gambaran Proses Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan

5.4.1. Indikator

Indikator merupakan salah satu komponen yang dinilai dari sistem

informasi gizi. Dalam sistem informasi gizi, masih terdapat variabel yang tidak

diidentifikasi hingga tingkat puskesmas dan posyandu. Hal tersebut dikarenakan

adanya perubahan pengukuran indikator pada SIGIZI. Atas dasar tersebut,

penilaian mengenai poin satu dalam aspek indikator dinilai sudah memadai

karena beberapa indikator telah diidentifikasi hingga tingkat puskesmas maupun

posyandu.

Indikator pada SIGIZI dinilai sudah mengacu pada Millenium

Development Goals (MDG’s) karena indikator yang diukur berkaitan dengan

penekanan angka kematian anak dan peningkatan kesehatan ibu sebagai tujuai

nomor empat dan lima dalam MDG’s. Atas dasar tersebut, pada poin dua

penilaian indikator, indikator dinilai sudah memadai karena beberapa indikator

sudah sesuai dengan MDG’s.

Dalam hal pelaporan, kegiatan tersebut belum dilakukan secara teratur.

Hal terebut dikarenakan kurangnya tenaga yang tersedia terutama pada bidan

desa. Sehingga aspek tersebut dinilai ada tetapi kurang memadai karena

pelaporan tidak dilakukan secara teratur.

Berikut hasil wawancara mengenai indikator yang berada di sistem

informasi gizi:

Page 88: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

67

“…..Ngikutin indikator nasional seperti ASI eksklusif, Fe, pelaporan

LB3, keterlambatan karena mereka bilang sudah dikirim tapi ga

ada….Ada perubahan-perubahan, kalo ada yang gak sesuai gak usah

kita isi…..” (Informan A)

“….SKDN, BGM, 2T, Gizi kurang, Gizi buruk, MP asi gakin, asi

eksklusif, Vitamin A…” (Informan B)

“…..Indikator yang dilaporkan itu jumlah sasaran balita SKDN, BGM,

2T, vitamin A, MP ASI, PMT, yang PMT pemulihan 3 bulanan, PMT

penyuluhan tidak ada pelaporan….Klo SKDN F5 Posyandu, setiap data

ada formatnya masing-masing…..Kalo gizi buruk ada bgm ….Asi eks feb-

agt nyebar form… Di kadernya telat ngumpulin..kita dengan kata-kata

halus….”(Informan C)

“….Yang dicatet paling berat badan, tinggi badan, vitamin A, fe ibu

hamil – nifas, ASI eksklusif iya, tapi garem engga….Ada F1 ibu hamil,

F2 bayi, F3 balita, F4 , F5 rangkuman…Harusnya ngitung rame-rame,

karena faktor usia jadi ga cepet ngitungnya….”(Informan D)

“…….Fe, pokoknya yang ada di kertas lah ibu hamil, ibu menyusui,

resiko tinggi… Kita ga punya puskesmas di jurang mangu barat jadi

bidan desa ngurusin satu kelurahan… Jurang mangu barat 26 posyandu

dan bidan desanya 1 kelurahan satu….” (Informan E)

Berdasarkan alat penilaian WHO, penilaian terhadap indikator yang

sudah diidentifikasi hingga tingkat posyandu dan mengacu terhadap MDG’s

dinilai sudah cukup memadai karena sudah mengacu pada MDG’s namun dalam

Page 89: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

68

hal pelaporan dinilai ada tapi kurang memadai karena masih adanya

keterlambatan pelaporan oleh puskesmas kepada Dinas Kesehatan. Penilaian

dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5. 6

Penilaian Indikator

No. Item

Sangat

Memadai Memadai

Ada tetapi

kurang

memadai

Tidak

adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Indikator inti minimum

Nasional telah

diidentifikasi untuk

tingkat daerah, meliputi

semua kategori indikator

kinerja pembinaan gizi

√ 2

2 Indikator yang terdapat

dalam sistem informasi

gizi mengacu pada

indikator MDG’s

(Millenium Development

Goals)

√ 2

3 Pelaporan indikator

terjadi secara teratur

√ 1

Total Skor Rata-rata 1, 7

5.4.2. Sumber Data

Penilaian sumber data dihasilkan dari telaah dokumen dan wawancara

mengenai data yang tersedia dan kegiatan pertemuan. Seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, pada posyandu terdapat pengukuran perkembangan anak

dan pembinaan gizi pada anak serta ibu. Data yang diukur pada kegiatan

posyandu adalah cakupan D/S, Pemberian Vitamin A, ASI eksklusif, pemberian

tablet Fe dan pelaporan kasus gizi buruk dan penggunaan garam beriodium yang

Page 90: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

69

diambil setiap satu tahun sekali. Berdasarkan telaah dokumen juga ditemukan

bahwa sistem informasi gizi mengukur enam indikator yang mencakup cakupan

D/S, cakupan pemberian vitamin A, cakupan pemberian ASI Eksklusif, cakupan

pemberian tablet Fe, cakupan gizi buruk yang mendapat perawatan serta cakupan

penggunaan garam beriodium sehingga sistem informasi gizi dinilai sangat

memadai karena dapat mengukur kegiatan pembinaan gizi.

Dalam hal memproyeksikan kematian ibu dan anak, dilakukan oleh seksi

kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan wawancara, kematian ibu dan anak

dilaporkan melalui laporan puskesmas, rumah sakit dan saryankes swasta. Angka

kematian yang dibutuhkan oleh seksi gizi hanya terkait dengan kematian akibat

gizi buruk. Berikut hasil wawancara mengenai cara dalam memproyeksikan

kematian:

“…..Kematian anak di seksi KIA mengetahui laporan puskesmas, rumah

sakit dan saryankes swasta, gizi butuh kematian akibat gizi buruk

saja…”(InformanA)

Dikarenakan sistem informasi gizi telah dapat mengukur kematian akibat

gizi buruk maka aspek tersebut dinilai sangat memadai berdasarkan kerangka

penilaian WHO.

Pertemuan rencana tahunan juga dilakukan untuk merencanakan waktu

pengumpulan data. Berikut adalah hasil wawancara mengenai waktu

pengumpulan data:

“…….Kita ada kesepakatan ngumpulin laporan…(Informan A)

Page 91: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

70

“…….perencanaan diawal tahun terus klo setiap ada kegiatan, tidak ada

peraturan karena hanya rutinan..” (Informan B)

Dalam aspek pertemuan dinilai sudah cukup memadai karena sudah dapat

mengkoordinasikan waktu pengumpulan serta membahas indikator kegiatan

pembinaan gizi.

Data yang tersedia dalam sistem informasi gizi telah menggambarkan

atau telah representatif menggambarkan hasil kegiatan pembinaan gizi atau

sesuai dengan tujuan pembuatannya. Hal tersebut dinilai telah sangat memadai.

Sistem informasi gizi juga telah menggambarkan kematian balita akibat gizi

buruk. Oleh karena itu, sistem informasi tersebut dinilai sangat memadai.

Perencanaan juga sudah dilakukan di awal tahun untuk mengkoordinasikan

indikator yang diukur sehingga aspek tersebut dinilai memadai. Penilaian

mengenai sumber data dapat dilihat pada tabel 5.7.

Page 92: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

71

Tabel 5. 7

Penlaian Sumber Data: Surveilans Gizi

No. Item

Sangat

Memadai Memadai

Ada tetapi

kurang

memadai

Tidak

adekuat

sama

sekali

Skor

3 2 1 0

1 Terdapat surveilans

yang representatif dalam

mengukur kegiatan

pembinaan gizi

3

2 Terdapat surveilans

yang representatif dalam

perkiraan mengenai

kematian akibat gizi

buruk.

3

3 Ada pertemuan dan

rencana tahunan untuk

mengkoordinasikan

waktu, variabel yang

diukur dari daerah

2

Total Skor Rata-rata 2,7

5.4.3. Manajemen Data

Dalam manajemen data, dilakukan penilaian terhadap prosedur

pengelolaan data, gudang data, kamus dan kode khusus dalam sistem informasi

gizi. Prosedur yang tersedia dalam pengelolaan sistem informasi gizi masih

mengacu pada survelians gizi. Namun pedoman tersebut hanya terdapat pada

tingkat Dinas Kesehatan dan pihak puskesmas tidak mengetahui pedoman

tersebut. Berikut adalah hasil wawancara mengenai prosedur pengelolaan sistem

informasi gizi:

Page 93: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

72

“….Prosedur engga ada peraturan mengikat, kita punya disiplin ilmu,

pengalaman, ya kita analisa lalu kita kerucutkan..sesuai dengan

surveilans lah…”(Informan A)

“…..langsung dikasih tahu…”(Informan B)

“…Prosedur ada klo pas sosialisasi aja, tapi bukan prosedur baku,

otomatis udah tahu….”(Informan C)

Prosedur dalam sistem informasi gizi menggunakan prosedur surveilans.

Hal tersebut dinilai sudah memadai.

Data pada sistem informasi gizi bersifat user friendly karena dapat

diakses oleh semua pihak. User friendly juga ditandai dengan mudahnya

penggunaan sistem informasi gizi oleh user atau pengguna yang memiliki kode

khusus di sistem informasi gizi. User mempunyai otoritas untuk mengubah serta

menambah data pada sistem informasi gizi. Hasil wawancara menunjukan bahwa

user SIGIZI di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan hanya staf Dinas

Kesehatan dan staf puskesmas tidak diberikan otoritas untuk menjadi user

SIGIZI. Hal tersebut dikarenakan belum dilakukannya sosilisasi sampai tingkat

puskesmas sehingga pengisian baru di tingkat Dinas Kesehatan.

“….Dinkes yang input data ke SIGIZI… Emang enaknya sama puskesmas

tapi kalo ada perubahan tunggu waktu tahun depan untuk

mensosialisasikan…”(Informan A)

“….Dalam hal input data tergolong mudahlah…”(Informan A)

Dalam aspek user friendly dinilai ada tetapi kurang memadai. Hal

tersebut dikarenakan penggunaan pelaporan sistem informasi gizi hanya

Page 94: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

73

digunakan pada tingkat Dinas Kesehatan dan tidak digunakan oleh puskesmas

dalam hal memasukan data.

Di Tingkat Dinas Kesehatan, sudah terdapat bank data yang berfungsi

untuk menyimpan data. Bank data dikelola oleh enam orang staf. Fasilitas yang

dimiliki oleh bank data adalah dua buah komputer. Bank data melakukan backup

data setiap satu bulan dimana data di backup kepada seksi yang ada di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan sesuai dengan jenis datanya dan backup data

pada sebuah komputer. Berikut hasil wawancara mengenai bank data:

“…data disimpan dalam bentuk soft copy kecuali form tb ada hard dan

soft copy, data dibackup setiap bulan yang dibackup di setiap seksi dan

satu komputer, belum pernah ada penghapusan data disini semenjak

Desember 2012 dan komputer masih cukup…(Informan F)

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sudah memiliki bank data yang

dapat diakses semua kalangan sehingga aspek tersebut dinilai sudah memadai.

Kamus data juga sudah terdapat pada pedoman surveilans sehingga berdasarkan

alat penilaian WHO, aspek tersebut dinilai sudah memadai.

Sistem infromasi gizi juga sudah dilengkapi kode khusus dalam tabel

penggabungan data. Berikut hasil wawancara mengenai kode khusus di sistem

informasi gizi:

“…Pelaporan LB3 masuknya ke seksi lain itu SIK, dibawah bidang

sarana dan prasana…Ada kode khusus….”(Informan A)

Berdasarkan data yang didapatkan, seperangkat prosedur dianggap

memadai dan diberikan nilai dua. Data yang dapat dilihat oleh semua pihak atau

Page 95: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

74

user friendly dinilai satu atau ada tetapi kurang memadai karena puskesmas tidak

bisa menggunakan sistem informasi gizi. Kamus data terdapat pada pedoman

surveilans gizi sehingga aspek tersebut dinilai memadai. Dalam sistem informasi

gizi juga terdapat kode khusus bagi pengguna di tingkat Dinas Kesehatan yang

memiliki otoritas khusus sehingga aspek tersebut dinilai memadai.

Tabel 5. 8

Penilaian Manajemen Data

No. Item

Sangat

Memadai Memadai

Ada tetapi

kurang

memadai

Tidak

adekuat

sama

sekali

Skor

3 2 1 0

1 Ada seperangkat

prosedur tertulis untuk

pengelolaan data

termasuk pengumpulan

data, penyimpanan, dan

analisis

2

2 Unit sistem informasi

gizi di tingkat kabupaten

menjalankan data yang

terintegrasi yang berisi

data dari seluruh

populasi dan sumber

data dan memiliki

utilitas yang user-

friendly yaitu pelaporan

dapat diakses

kepada khalayak

berbagai pengguna

√ 1

3 Pada tingkat daerah, ada

gudang data yang setara

dengan Nasional dan

memiliki utilitas

pelaporan yang dapat

diakses untuk berbagai

pengguna

2

4 Terdapat kamus yang

Page 96: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

75

menyediakan definisi

yang komprehensif

tentang data. Definisi ini

meliputi informasi di

bidang-bidang berikut:

(1) penggunaan data

dalam indikator; (2)

spesifikasi metode

pengumpulan yang

digunakan; (3)

periodisitas

√ 2

5 Kode pengenal khusus

tersedia untuk

kabupaten untuk

memfasilitasi

penggabungan dari

beberapa database dari

sumber yang berbeda

√ 2

Total Skor Rata-rata 1,8

5.6.Gambaran Output Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan

5.5.1. Produk Informasi

Pada komponen produk informasi akan dinilai unsur seperti konsistensi

data, intensitas pelaporan, intensitas pengukuran dan karakteristik pada

informasi. Konsistensi data digambarkan melalui data yang dikumpulkan dalam

SIGIZI. Berdasarkan wawancara, variabel pada SIGIZI telah mengalami

beberapa kali perubahan sejak pertama kali dibuat. Hal tersebut menyebabkan

adanya beberapa data yang tidak terisi karena data tersebut tidak dikumpulkan

pada tingkat Dinas Kesehatan.

“…..Ada perubahan-perubahan, kalo ada yang gak sesuai gak usah kita

isi…..”(Informan A)

Page 97: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

76

Dengan adanya tidak konsistensi data yang dilaporkan maka aspek

tersebut dinilai ada tetapi kurang memadai. Alur pelaporan informasi kegiatan

pembinaan gizi dilalui melalui beberapa tahap. Pertama, data diambil di tingkat

posyandu untuk data SKDN, vitamin A, pemberian tablet Fe, kasus gizi kurang

dan ASI eksklusif. Kedua, data diberikan kepada bidan desa namun khusus untuk

data penggunaan garam beriodium langsung diambil oleh bidan desa. Ketiga,

data direkap oleh Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas. Terkahir, data

diberikan ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Bagan pengiriman

laporan dapat dilihat pada bagan 5.1.

Bagan 5. 1

Alur Pelaporan Kinerja Pembinaan Gizi

Sumber: Data Primer, hasil olah wawancara

Dalam pelaporan, terdapat pelaporan bulanan dan semesteran, pelaporan

bulanan mencakup data penimbangan balita, balita gizi kurang dan pemberian

Dinas Kesehatan

Kota Tangerang

Selatan

Puskesmas

Bidan Desa

Posyandu

Page 98: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

77

tablet Fe. Sedangkan data semesteran mencakup pemberian vitamin A dan

pemberian ASI eksklusif. Sedangkan data yang diambil satu tahun sekali yaitu

pemberian garam beriodium. Berikut hasil wawancara mengenai pengambilan

data:

“..pelporan ada bulanan, ada semesteran…posyandu sebulan

sekali..”(Informan A)

“…pelaporan tiap bulan…”(Informan B)

“…ada pelaporan bulanan, kalo PMT biasanya tiga bulanan, garam

beriodium dua kali setahun, ASI eksklusif itu februari-agustus, klo Fe

cuma pengadaan..”(Informan C)

“…Kita kan nimbang awal bulan, terus kita bikin laporan yang lain juga

kan belum dikumpul akhir bulan…”(Informan D)

“…sebulan sekali, mengumpulkan laporan pas rakor akhir

bulan…”(Informan E)

Pelaporan dinilai ada tetapi kurang memadai karena berdasarkan

wawancara dan observasi, pelaporan dari posyandu dan puskesmas ke Dinas

Kesehatan sudah teratur namun berdasarkan observasi, Dinas Kesehatan tidak

melaporkan data secara teratur melalui SIGIZI. Pengukuran juga dilakukan

setiap satu bulan sekali atau sesuai dengan jadwal posyandu sehingga aspek

tersebut dinilai sangat memadai.

“…denominator pake proyeksi dari data BPS…”(Informan A)

Data cakupan yang paling baru sudah digunakan dalam memproyeksi

jumlah balita sehingga aspek tersebut dinilai sangat memadai.

Page 99: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

78

“….data dibagi pekerjaan, pendidikan orang tua bagi gizi buruk kalo

posyandu biasa engga..”(Informan A)

Pemisahan data berdasarkan karakteristik sudah dilakukan sesuai

kebutuhan sehingga aspek tersebut dinilai sangat memadai.

Penilaian terhadap unsur konsistensi dinilai ada tapi kurang memadai.

Hal tersebut karena vaiabel yang ada pada SIGIZI terus mengalami perubahan

oleh Kementrian Kesehatan. Pelaporan juga dinilai sudah memadai karena

pelaporan dilakukan sebulan satu kali. Pengumpulan data dilakukan pada kurun

waktu bulanan, triwulanan dan semesteran. Hal tersebut dinilai sangat memadai

karena sudah sesuai dengan kebutuhan dan prosedur yang ada. Data cakupan dari

BPS mengenai jumlah balita juga menjadi dasar proyeksi sehingga penilaian

terhadap cakupan dinilai sangat memadai. Kebanyakan data yang dikumpulkan

dikategorikan berdasar usia dan jenis kelamin seperti data pemberian vitamin A

dan data penimbangan sedangkan untuk data kasus gizi buruk akan ditelisik

karakteristik ekonomi keluarga dan wilayahnya. Pada kategorisasi data dinilai

sudah cukup memadai karena sesuai kebutuhan data yang diperlukan terutama

untuk kasus gizi buruk.

Page 100: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

79

Tabel 5. 9

Penliaian Produk Informasi – Kualitas Data

No. Item

Sangat

Memadai Memadai

Ada tetapi

kurang

memadai

Tidak

adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Secara sistematis

ditinjau pada setiap

tingkat untuk

kelengkapan dan

konsistensi terhadap

data yang dilaporkan

melalui sistem informasi

gizi.

1

2 Dilaporkan setiap bulan √ 2

3 Diukur setiap bulan √ 3

4 Data cakupan yang

paling baru menjadi

dasar perkiraan

√ 3

5 Estimasi data dipisahkan

oleh: (1) karakteristik

demografis (misalnya,

usia); (2) status sosial

ekonomi (misalnya,

pendapatan, pekerjaan,

pendidikan); dan (3)

wilayah (misalnya,

urban/rural, utama

geografis atau wilayah

administratif)

3

Total Skor Rata-rata 2,4

5.5.2. Diseminasi Dan Penggunaan Informasi

Salah satu aspek dari diseminasi dan penggunaan informasi adalah aspek

kebutuhan dan analisis. Dalam aspek kebutuhan dan analisis akan dinilai unsur

seperti perolehan informasi, penyajian data, dan penyajian data melalui peta.

Pada unsur perolehan informasi secara tepat waktu, relevan dan akurat dinilai

Page 101: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

80

memadai. Dalam hal ketepatan waktu, ketersediaan informasi sudah cukup

memadai karena informasi sudah tersedia pada saat perencanaan dan tindakan

langsung. Informasi dibutuhkan dalam perencanaan tahunan sehingga dapat

dibuat prioritas kegiatan. Sedangkan data yang dibutuhkan untuk tindakan

langsung adalah data balita kasus gizi butuk. Berikut wawancara mengenai

ketepatan waktu pelaporan:

“….laporan tahunan kompilasi dari bulanan udah baku…ada laporan

bulanan lb3 dan laporan kasus gizi buruk yang dilaporkan segera…”

(informan A)

“….Tiap bulan kita dikirim, ya kadang kita ngejar-ngejar juga ke

SIK…Evalusai bulanan dengan kepala puskesmas minimal satu bulan

sekali ketemu dengan kepala puskesmas….” (Informan A)

Dalam hal relevansi data, masih terdapat data yang dibutuhkan namun

tidak diperoleh melalui sistem informasi gizi yaitu data wanita hamil yang

terkena anemia sehingga seksi gizi berkoordinasi dengan seksi lain. Berikut

wawancara mengenai relevansi data:

“….kita lihat data ibu hamil yang terkena anemia untuk kegiatan

pemberian tablet Fe…(Informan A).”

Selanjutnya dalam hal akurasi data, data sudah dinilai cukup akurat dalam

melihat kejadian yang sebenarnya karena cakupan D/S sudah tinggi sehingga

dapat dijadikan acuan dalam proyeksi. Sedangkan berdasarkan observasi, dalam

menangani data kasus gizi buruk, Dinas Kesehatan melakukan validasi data

tersebut dengan mengunjungi tempat terjadinya kasus tersebut.

Page 102: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

81

“….Cakupan D/S kita tinggi jadi gak ada masalah….”

Penyajian data menggunakan grafik yang mudah dipahami

(terlampir) telah digunakan mulai dari tingkat puskesmas dan Dinas Kesehatan

sehingga aspek tersebut dinilai sangat memadai. Sedangkan pemetaan data

digunakan hanya pada tingkat Dinas Kesehatan sehingga unsur penyajian data

melalui peta dinilai ada tetapi kurang memadai. Tabel penilaian kebutuhan dan

analisis informasi dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5. 10

Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Informasi – Kebutuhan dan Analisis

No. Item

Sangat

Memadai Memadai

Ada tetapi

kurang

memadai

Tidak

adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Pembuat program gizi

di dinas kesehatan

meminta data secara

lengkap, tepat waktu,

akurat, relevan

memperoleh informasi

gizi

2

2 Grafik digunakan untuk

menampilkan informasi

yang uptodate dan

mudah dipahami di

dinas kesehatan

kabupaten/kota dan

puskesmas

√ 3

3 Peta digunakan untuk

untuk menampilkan

informasi yang uptodate

dan mudah dipahami di

dinas kesehatan

kabupaten/kota

√ 1

Total Skor Rata-rata 2

Page 103: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

82

Aspek lain dalam diseminasi dan penggunaan informasi adalah advokasi,

impelementasi dan aksi. Pada aspek tersebut akan dinilai penggunaan informasi sesuai

otoritas pada setiap tingkat pelayanan kesehatan. Penggunaan informasi pembinaan gizi

digunakan pada setiap tingkat untuk memantau dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi di

wilayah kerjanya. Informasi juga sudah digunakan untuk mempengaruhi perilaku

kelompok rentan. Hal tersebut dilakukan oleh pihak posyandu, apabila posyandu

mengalami penurunan angka kunjungan maka pihak posyandu akan melakukan beberapa

tindakan seperti mengajak ibu-ibu di wilayahnya secara lebih intensif hingga

mengadakan penimbangan keliling dan pemberian vitamin A secara door to door.

Berikut hasil wawancara mengenai penggunaan informasi kegiatan pembinaan gizi:

“….Data untuk monitoring, evaluasi dan perencanaan yang evidence based,

pelacakan kasus gizi buruk, kita melakukan validasi, kalau cakupan tidak

mencapai target, puskesmas harus melakukan sweeping…”(Informan A)

“…evaluasi pada rapat koordinasi bersama posyandu…”(Informan B)

“…untuk penyebaran informasi kasus apa dicari masalahnya apa,,terutama

untuk kemajuan posyandu ya…,data dibahas intern,, lewat rakorkel dengan

orang kader, lewat lokbul dengan bidan desa dan dibahas dalam lokbul,

masalah-masalah yang ada…”(Informan C)

“….Iya, saya sambil jalan sambil kasih tau besok timbang ya bu, diumumin juga,

terus kalo ada gizi kurang dikasih tau ke ibunya…”(Informan D)

“….Datanya dipakai untuk dipantau jadi kita tahu apa yang kita lakuin klo kita

ga bisa pake bantuan puskesmas deh, Misalnya kita bagi vitamin A, kan kita

punya catetan jadi yang belum dateng kita datengin…” (Informan E)

Page 104: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

83

Dalam penilaian penggunaan monitoring dan evaluasi secara periodik dinilai

sudah sangat memadai. Karena data yang ada digunakan untuk pemantauan yang

dilakukan dengan diskusi pada pertemuan bulanan di setiap tingakatan pelayanan

kesehatan. Sedangkan untuk unsur advokasi dinilai cukup memadai karena sudah ada

tindakan dari Dinas Kesehatan dan posyandu dalam menyikapi kasus gizi buruk.

Tabel 5. 11

Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Informasi –

Advokasi, Implementasi dan Aksi

No. Item

Sangat

Memadai Memadai

Ada tetapi

kurang

memadai

Tidak

adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Dinas kesehatan

menggunakan informasi

gizi untuk manajemen

pelayanan kesehatan,

monitoring dan evaluasi

secara periodic

√ 3

2 Informasi gizi ini

digunakan untuk

mengadvokasi adopsi

perilaku berisiko rendah

oleh kelompok rentan

√ 2

Total Skor Rata-rata 2,5

Aspek terakhir yang dinilai pada diseminasi dan penggunaan informasi adalah

pengaturan prioritas dan alokasi sumber daya. Di tingkat Dinas Kesehatan, data yang

ada sudah digunakan untuk alokasi sumber daya. Penggunaan informasi di tingkat Dinas

Kesehatan untuk perencanaan dinilai sudah memadai. Berikut hasil wawancara

mengenai penggunaan informasi dalam alokasi sumber daya:

Page 105: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

84

“….Data untuk monitoring, evaluasi dan perencanaan yang evidence based,

kalau cakupan tidak mencapai target, puskesmas harus melakukan sweeping, klo

dana kasus gizi buruk, pasti dana dialokasikan lebih tinggi…”(Informan A)

“….prioritas kegiatan kita dua yaitu penanganan kasus gizi buruk dan ibu hamil

mendapatkan tablet Fe karena keduanya tidak mencapai target…”(Informan A)

Informasi mengenai kegiatan pembinaan gizi telah digunakan oleh Dinas

Kesehatan untuk membuat evaluasi dan perencanaan yang berbasis evidence based

sehingga aspek tersebut dinilai memadai. Informasi juga telah digunakan untuk

membuat prioritas kegiatan sehingga aspek tersebut juga dinilai memadai.

Tabel 5. 12

Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Informasi – Perencanaan,

Pengaturan Prioritas dan Alokasi Sumber Daya

No. Item

Sangat

Memadai Memadai

Ada tetapi

kurang

memadai

Tidak

adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Terdapat informasi yang

terbukti digunakan

dalam perencanaan dan

proses alokasi sumber

daya (misalnya, untuk

rencana tahunan

pembangunan yang

terpadu, jangka

menengah, kerangka

pengeluaran rencana

strategis jangka panjang

)

2

2 Informasi secara luas

digunakan oleh dinas

kesehatan untuk

mengatur alokasi

sumber daya dalam

proses anggaran tahunan

2

Total Skor Rata-rata 2

Page 106: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

85

5.7.Skor Rata-Rata Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan Berdasarkan Alat Penilaian WHO

Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan, maka skor rata-rata Sistem

Informasi Gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan adalah dua. Skor

tersebut menunjukan sistem informasi sudah memadai. Namun terdapat skor

yang masih rendah yaitu dana dan tenaga pelaksana dengan skor 1,7, indikator

1,7 dan kebijakan koordinasi dengan skor 0,7. Rincian skor dapat dilihat pada

tabel 5.12.

Page 107: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

86

Tabel 5.13.

Skor Kumulatif Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

No. Nama Unsur Skor

1. Sumber Daya 1, 4

2. Indikator 1, 7

3. Sumber Data 2, 7

4. Manajemen Data 1,8

5. Produk Informasi 2, 4

6. Diseminasi dan Penggunaan Informasi 2, 1

Total Skor Rata-Rata 2

Page 108: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

87

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Situasi ramai pada saat wawancara terhadap informan menyebabkan suasana

pengambilan data kurang kondusif sehingga dapat mempengaruhi kejelasan

informasi yang diberikan informan.

2. Data yang didapatkan melalui wawancara dapat dipengaruhi oleh kejujuran

dan motivasi informan.

6.2 Ruang Lingkup Sistem Informasi Gizi

Ruang lingkup sistem informasi gizi telah mengakomodir pelaksanaan

surveilans gizi sehingga pelaporan dapat dilaksanakan lebih cepat dari

pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Sistem informasi gizi termasuk

dalam sistem informasi manajemen dimana fungsi dari sistem informasi

manajemen adalah untuk membandingkan kinerja dengan target atau harapan

dari sebuah organisasi (Sutabri, 2005). Berdasarkan petunjuk pelaksanaan

penggunaan sistem informasi gizi, salah satu tujuan sistem informasi gizi

adalah untuk menyediaan informasi dan pelaporan hasil pelaksanaan kinerja

pembinaan gizi masyarakat. Atas dasar tersebut, sistem informasi gizi dinilai

sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam memantau, mengevaluasi

serta merencanakan kegiatan pembinaan gizi masyarakat di KotaTangerang

Selatan maupun tingkat Nasional.

Page 109: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

88

Apabila tidak ada sistem informasi gizi maka dapat dipastikan data

yang dilaporkan dari posyandu, puskesmas maupun tingkat Dinas Kesehatan

akan memakan waktu yang cukup lama mengingat kondisi geografis

Indonesia yang berstruktur kepulauan dan sangat luas.

Dalam pelaksanaannya, pelaporan melalui SIGIZI dirasa belum cukup

optimal. Hal tersebut ditujukan dari masih adanya data yang tidak tersedia.

Saat ini, data semesteran bulan Agusutus 2012 mengenai cakupan pemberian

Vitamin A, cakupan pemberian ASI eksklusif serta cakupan penggunaan

garam beriodium belum tersedia. Hal tersebut menandakan masih adanya

masalah di berbagai bidang sehingga menghambat pelaporan kinerja

pembinaan gizi melalui SIGIZI.

6.3 Input Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Gambaran input dalam penelitian ini melingkupi beberapa unsur seperti

sumber daya manusia, peralatan, sarana, kebijakan dan metode yang dibutuhkan

dalam pengelolaan sistem informasi gizi. Kebijakan mengenai pelaksanaan

sistem informasi gizi di tingkat Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan belum

tersedia.

Hingga saat ini, pelaksanaan pelaporan melalui sistem informasi gizi diatur

dan berpedoman pada surveilans gizi yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan.

Dalam pedoman itu diatur ruang lingkup kegiatan surveilans gizi, sumber data,

instrumen pengumpulan data, pengumpul data, waktu pengumpulan data,

pengolahan data, mekanisme pelaporan, indikator yang diukur, penyajian

informasi, diseminasi informasi, pemanfaatan informasi hasil surveilans gizi

(Kementerian Kesehatan, 2012).

Page 110: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

89

Dengan adanya pedoman tersebut, pelaksanaan pelaporan kegiatan

pembinaan gizi melalui sistem informasi belum dilakukan secara optimal. Hal

tersebut dikarenakan masih ada aspek lain yang belum diatur dalam pedoman

tersebut. Aspek yang belum diatur dalam pedoman tersebut dapat menimbulkan

masalah pada pelaksanaan pelaporan kinerja pembinaan gizi melalui sistem

informasi gizi.

Masalah yang timbul dalam pelaporan kinerja pembinaan gizi melalui SIGIZI

diantaranya adalah tidak adanya unit fungsional yang berfungsi mengelola,

menganalisis masalah sistem informasi gizi; tidak adanya pelatihan mengenai

pelaporan kinerja pembinaan gizi melalui SIGIZI; tidak adanya pembagian

anggaran yang khusus dalam pengelolaan SIGIZI; tidak adanya pembiayaan

maupun tenaga untuk perawatan peralatan yang menunjang pelaksanaan

pelaporan melalui SIGIZI; kinerja pelaporan yang menurun; waktu pelaporan

yang belum diatur secara spesifik; penggunaan informasi yang diatur hingga

seluruh tingkat pelayanan kesehatan.

Oleh karena itu, disamping pedoman yang sudah ada, pemerintah perlu

berkomitmen untuk membuat sebuah kebijakan yang melengkapi pedoman

surveilans yang sudah ada sehingga pelaporan kegiatan pembinaan gizi dapat

dilakukan secara optimal. Perlunya komitmen dari pemerintah daerah baik

DPRD, Walikota maupun Dinas Kesehatan untuk bisa turut serta melaporkan

setiap kegiatannya melalui sistem informasi gizi.

Tidak adanya kebijakan yang secara spesifik mengatur sistem informasi dapat

menyebabkan ketidakpastian dalam ketersediaan data, pertukaran data, kualitas

dan penyebaran informasi. Hal tersebut seperti yang disebutkan oleh WHO.

WHO dalam bukunya yang berjudul Framework and Standards For Country

Page 111: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

90

Health Information Systems menyatakan bahwa kebijakan dan legalitas pada

sistem informasi sangat penting untuk memungkinkan adanya mekanisme

pengukuran ketersediaan data, pertukaran, kualitas dan penyebaran informasi

(WHO, 2008).

Selain adanya kebijakan yang komperhensif, diperlukan juga adanya

komitmen dari pemerintah daerah baik Dinas Kesehatan maupun DPRD

setempat khususnya dalam melaporkan data kegiatan pembinaan gizi kepada

Pemerintah Pusat. Hal tersebut berkaitan dengan adanya konsep desentralisasi

kekuasaan yang digunakan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah dalam pasal 13 ayat satu disebutkan bahwa penanganan bidang

kesehatan merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah

daerah provinsi.

Adanya kebijakan otonomi daerah masih menjadi simpang siur khususnya

dalam bidang kesehatan. Bila ditinjau secara usia, kebijakan desentralisasi di

Indonesia masih tergolong muda sehingga masih perlu penyempurnaan dalam

hal regulasi dan pemahaman yang komperhensif pada pemerintah daerah

maupun pusat. Keberhasilan sebuah program pemerintah pusat maupun daerah

sangat tergantung pada dukungan kepala Dinas Kesehatan di sebuah daerah.

Faktor leadership menjadi penentu dalam keberhasilan program kesehatan.

Dibutuhkan komitmen serta inisiatif tinggi dari kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota sehingga dapat mendukung dan mensukseskan Program

Pemerintah Pusat (Trisnantoro, 2009)

Dalam kegiatan pemantauan rutin, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

telah memiliki Standar Operasional Prosedur Pembinaan Wilayah. Tugas pokok

Page 112: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

91

pembinaan wilayah adalah untuk melaksanakan penyeliaan, pemantauan dan

evaluasi kesehatan di wilayah kerjanya terhadap aspek klinik dan manajemen

program puskesmas. Dalam bina wilayah, bidang-bidang dalam Dinas

Kesehatan seperti kesekretariatan, P2PL, kesehatan keluarga, pelayanan

kesehatan dan sumber daya kesehatan membina berbagai puskesmas di Kota

Tangerang Selatan. Pemantauan dilakukan secara periodik yaitu dua bulanan

dengan menggunakan daftar tilik monitoring dan evaluasi (terlampir). (Dinkes

Tangerang Selatan, 2010). Menurut Endah, dalam penelitiannya, adanya

supervisi dari kepala puskesmas berhubungan secara langsung terhadap kinerja

petugas gizi puskesmas di Kabupaten Karawang (Endah, 2008). Berdasarkan

penelitian tersebut, adanya pengawasan menjadi kegiatan yang positif dan

konstruktif dalam meningkatkan kinerja dari petugas gizi puskesmas di Kota

Tangerang Selatan.

Aspek lain dari kebijakan dan koordinasi adalah adanya kebijakan resmi

untuk melakukan pertemuan. Berdasarkan hasil wawancara, pertemuan rutin

yang dilakukan menyebabkan tidak adanya kebijakan secara resmi dalam

pertemuan antara Dinas Kesehatan dengan Puskesmas maupun Puskesmas

dengan kader posyandu. Hal lain yang melatarbelakangi tidak adanya kebijakan

pertemuan rutin adalah volume kerja yang tinggi para petugas kesehatan baik di

tingkat Dinas Kesehatan maupun tingkat puskesmas sehingga lebih optimal

untuk dilakukan pertemuan saat bekerja.

Pengelolaan sistem informasi gizi dilakukan oleh staf gizi Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan dan bukan dilakukan oleh unit khusus yang bertugas

khusus untuk administrasi, manajemen, analisis, diseminasi dan penggunaan

informasi. Menurut WHO, dalam bukunya dikatakan bahwa unit yang dibentuk

Page 113: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

92

secara khusus untuk sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi hambatan yang

melemahkan kebijakan atau menghambat pelaksanaan pengembangan sistem

informasi. Unit juga dapat berfungsi untuk menemukan kendala dalam hirarki

pelaporan atau hubungan antara unit yang berbeda (WHO, 2008)

Hasil penelitian menunjukan bahwa belum pernah diadakannya pelatihan

secara khusus mengenai pengelolaan sistem informasi gizi. Pengetahuan

mengenai pengelolaan sistem informasi gizi diperoleh melalui belajar secara

mandiri atau otodidak atau diajarkan oleh petugas sebelumnya. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan pada petugas gizi puskesmas di Kabupaten

Karawang menunjukan bahwa adanya hubungan secara positif antara pelatihan

dan kinerja (Purwanti, 2008). WHO juga menyatakan bahwa peningkatan sistem

informasi kesehatan juga membutuhkan perhatian pada pemberian pelatihan,

penyebaran, remunerasi dan pengembangan karir pada semua tingkat pelayanan

kesehatan (WHO, 2008). Oleh karena itu, pelaksanaan pelatihan mengenai

pengelolaan sistem informasi gizi sangat penting untuk dilakukan.

Unsur lain dalam input adalah sarana. Sarana yang dibutuhkan dalam

pengelolaan sistem informasi gizi adalah formulir, kertas, ATK, komputer,

jaringan serta pemeliharaannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa

ketersediaan sarana dalam pengelolaan sistem informasi gizi di wilayah

administrasi Kota Tangerang Selatan sudah cukup memadai sehingga dapat

meningkatkan kinerja dari pada pengelolaan sistem informasi gizi. Pernyataan

tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudikno yang

menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja TPG puskesmas di

Kabupaten Kebumen dalam penanggulangan balita gizi buruk adalah sarana

yang tersedia di tingkat puskesmas maupun posyandu (Sudikno, 2007). Menurut

Page 114: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

93

WHO, sarana teknologi informasi dan komunikasi sangat berpengaruh pada

ketersediaan, kualitas, penyebaran dan penggunan data kesehatan (WHO, 2008).

Namun dalam hal perawatan sarana dalam pengelolaan sistem informasi gizi

di tingkat puskesmas maupun Dinas Kesehatan, belum tersedia dana maupun

tenaga untuk melakukan perawatan sarana. Sutabri dalam bukunya mengatakan

bahwa salah satu fungsi utama sumber daya manusia dalam pengelolaan sistem

informasi adalah untuk melakukan pemliharaan, perubahan dan perbaikan atas

program yang ada. Dari segi biaya, di tingkat puskesmas, perawatan masih

menggunakan biaya operasional. Menurut Sutabri, biaya dalam pengelolaan

sistem informasi dapat terbagi menjadi biaya perangkat keras, biaya analisis,

perancanganan dan pelaksanaan sistem, biaya untuk tempat dan faktor

lingkungan, biaya perubahan dan biaya operasi (Sutabri, 2005)

6.4 Proses Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

6.4.1. Indikator

Hasil penelitian menunjukan bahwa indikator nasional pembinaan gizi

sudah diidentifikasi hingga tingkat posyandu. Indikator pembinaan gizi yang

dilaporkan melalui sistem informasi gizi meliputi penimbangan balita, balita

gizi buruk mendapat perawatan, balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin

A, bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif, ibu hamil mendapat 90 tablet Fe

dan rumah tangga mengonsumsi garam beriodium.

Indikator tersebut mengacu pada Rencana Aksi Pembinaan Gizi

Masyarakat 2010-2014 dimana rencana tersebut juga mengacu pada

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang

kesehatan 2010-2014. Dalam RPJMN, ditetapkan sasaran untuk menurunkan

prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 15% dan menurunkan

Page 115: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

94

prevalensi balita pendek menjadi setinggi-tingginya 32% (Kementerian

Kesehatan, 2010). Hal tersebut sudah sesuai dengan pernyataan WHO yang

menyatakan bahwa indikator harus sesuai dan berkaitan dengarn rencana

strategis di suatu Negara (WHO, 2008). Namun, berdasarkan review

pelaksanaan surveilans gizi yang diselenggarakan oleh Kemenetrian

Kesehatan RI, Permasalahan yang masih terjadi pada indikator adalah tidak

samanya indikator dengan format laporan yang ada di tingkat puskesmas

(LB3) (Dinas Kesehatan Bogor, 2013). Kondisi tersebut menyebabkan

adanya data yang kosong pada SIGIZI karena data yang diminta tidak

tersedia di tingkat Kabupaten/Kota.

Indikator tersebut juga sudah mengacu pada indikator satu, MDG’s .

Indikator MDG’s pertama yaitu menurunkan proporsi penduduk kelaparan

yang berkaitan dengan pengukuran status gizi balita, penggunaan garam

beriodium, dan pemberian vitamin A. Indikator keempat yaitu menurunkan

angka kematian anak yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif.

Indikator lima yaitu meningkatkan kesehatan ibu yang berkaitan dengan

pemberian tablet Fe (Riskesdas, 2010).

Pelaporan pada sistem informasi gizi masih mengalami permasalahan.

Hasil penelitian menunjukan permasalahan terdapat pada bidan desa yang

merekap semua data dari posyandu. Di Kota Tangearang Selatan, masih

terdapat puskesmas yang membina dua kelurahan sehingga beban kerja

bidan desa masih dirasakan berat. Penelitian yang dilakukan oleh Wawan

menyebutkan bahwa beban kerja memiliki hubungan positif terhadap kinerja

bidan desa di kabupaten Tasikmalaya (Wawan, 2007). Selain beban kerja,

untuk meningkatkan kinerja juga dibutuhkan sistem penghargaan yang

Page 116: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

95

terstruktur jelas dan didasarkan pada kompetensi, masa kerja dan pendidikan

(Royani, 2010)

6.4.2. Sumber Data

Pelaporan pada sistem informasi gizi, pada tingkat posyandu sudah

mengelompokan data berdasarkan usia dan jenis kelamin. Dalam format I

untuk balita dan format II untuk bayi pada posyandu sudah menggolongkan

usia dan jenis kelamin pada bayi dan balita yang ditimbang. Sedangkan pada

laporan bulanan (LB3) puskesmas tidak dipisahkan jenis kelamin pada

sasaran namun hanya terdapat pengelompokan bayi dan balita. Begitu juga di

tingkat Dinas Kesehatan, dalam laporan tahunan program pembinaan gizi

masyarakat terlihat bahwa tidak adanya pengelompokan berdasarkan jenis

kelamin pada pembinaan gizi masyarakat. Menurut Kendall, ketersediaan

data dalam sebuah sistem informasi dipengaruhi oleh kebutuhan data yang

digunakan para pembuat keputusan (Kendall, 2007). WHO juga menyatakan

bahwa informasi dibuat dari susunan sumber data dan jajaran yang luas

daripada stakeholder yang berbeda dalam menggunakan sumber data (WHO,

2008). Dalam hirarki pelayanan kesehatan mulai dari posyandu, puskesmas

hingga Dinas Kesehatan memiliki tugas pokok dan fungsi yang berbeda-beda

sehingga memungkinkan adanya kebutuhan data yang berbeda pula.

Sumber data yang didapat pada SIGIZI berasal dari populasi atau

lebih dikenal dengan sebutan population based. Menurut WHO, data yang

bersumber dari populasi menghasilkan data pada semua individu dalam

populasi dimana dapat mencakup total populasi, perwakilan atau sub populasi

(WHO, 2008). Data yang diperoleh pada SIGIZI disebut population based

karena data berasal dari kegiatan posyandu. Menurut Kemenkes, posyandu

Page 117: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

96

merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan

angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes, 2011). Penggunaan konsep

population based membutuhkan tenaga yang lebih dibanding dengan

institutional based karena data pada institutional based berasal dari kegiatan

operasional institusi kesehatan dan tidak menggunakan tenaga tambahan.

Namun data yang ada pada population based lebih mencerminkan kondisi

dari sebuah populasi daripada institutional based.

Sumber data yang mengukur kematian balita tidak tersedia di dalam

SIGIZI. Hal tersebut dikarenakan penanganan kematian balita secara umum

sudah menjadi tugas bagian Kesehatan Ibu dan Anak dan bukan menjadi

tugas Bidang Pembinaan Gizi. Oleh karena itu, berdasarkan hasil wawancara,

seksi pembinaan gizi seringkali berkoordinasi dengan seksi Kesehatan Ibu

dan Anak dalam hal perolehan data mengenai kematian balita.

6.4.3. Manajemen Data

Pedoman yang digunakan dalam proses manajemen data

menggunakan petunjuk pelaksanaan surveilans gizi. Namun dalam buku

tersebut tidak dijelaskan secara spesifik penggunaan dan operasionalisasi

sistem informasi gizi sehingga pengguna mempelajari sistem informasi gizi

secara mandiri untuk bisa mengoperasionalisasikannya. Saat ini, Direktorat

Bina Gizi telah membuat buku Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem

informasi gizi Capaian indikator kegiatan Pembinaan gizi. Buku terbaru

Page 118: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

97

mengenai aplikasi SIGIZI diterbitkan oleh Direkotorat Bina Gizi, Kementrian

Kesehatan pada awal Maret 2013 seiring dengan adanya perombakan pada

sistem informasi gizi. Di tingkat puskesmas, pengelolaan data diketahui

melalui pemberitahuan langsung oleh petugas sebelumnya maupun dari Dinas

Kesehatan yang diberikan pada saat melakukan pertemuan. Menurut Sutabri,

prosedur merupakan salah satu komponen fisik untuk memandu dan

memberikan instruksi kepada pemakai, penyiapan masukan dan

pengoperasian (Sutabri, 2005).

Namun penelitian yang dilakukan oleh Suparman, menunjukan bahwa

terdapat hubungan negatif antara ketersediaan pedoman pelayanan gizi di

puskesmas dengan kinerja petugas gizi puskesmas. Hal tersebut disinyalir

karena petugas belum memanfaatkan penggunaan pedoman pelayanan gizi

dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung puskesmas (Suparman,

2004).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Gizi Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan, dalam hal input data, SIGIZI termasuk

aplikasi yang mudah digunakan (user friendly). Hal tersebut dapat

memberikan kemudahan dalam memasukan data maupun melihat data

sehingga dapat menunjang kegiatan pencarian informasi untuk pengambilan

keputusan. Berdasarkan WHO, dengan adanya user friendly pada sebuah

sistem informasi maka diharapkan dapat mendukung dalam proses

pengambilan keputusan (WHO, 2008).

Dalam hal pengisian SIGIZI, hal tersebut dirasa masih belum optimal

dilakukan di Kota Tangerang Selatan mengingat Dinas Kesehatan masih

harus memasukan data kinerja pembinaan gizi puskesmas. Dibutuhkan

Page 119: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

98

pemberian otoritas sebagai user oleh Dinkes Kota Tangsel, sosialisasi secara

lebih mendalam dan pelatihan untuk memasukan data SIGIZI bagi petugas

gizi puskesmas sehingga puskesmas dapat memasukan data secara mandiri.

Apabila puskesmas sudah dapat memasukan data SIGIZI secara mandiri,

diharapkan dapat meringankan beban kerja Dinas Kesehatan Kota Tangsel

dalam memasukan data SIGIZI. Hasil wawancara juga menunjukan bahwa

masih sering terjadinya kerusakan pada SIGIZI sehingga menyulitkan

petugas untuk memasukan data kinerja pembinaan gizi ke SIGIZI.

Dinas Kesehatan Kota Tangearang Selatan juga sudah mempunyai

bank data sehingg data yang masuk dari pihak luar dilakukan dengan satu

pintu dan kamus data terdapat pada buku surveilans gizi. Sedangkan

password tersedia untuk bisa mengakses data dan pengolahan data di Sistem

Informasi Gizi.

Password berfungsi untuk membedakan otoritas pengguna sistem

informasi. Pihak yang diberikan password dapat mengakses dan mengolah

data di dalam sistem informasi gizi. Dengan begitu, data tidak bisa diubah

oleh seseorang yang tidak memiliki otoritas. Dalam pengelolaan sistem

informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, petugas yang

memiliki password dan diberikan otoritas untuk mengelola data SIGIZI hanya

pada staf gizi di tingkat Dinas Kesehatan dan tidak diberikan kepada petugas

gizi di tingkat puskesmas.

Berdasarkan wawancara, tidak diberikannya otoritas untuk

memasukan data SIGIZI kepada petugas gizi di tingkat puskesmas

dikarenakan belum adanya sosialisasi kepada petugas gizi sehingga petugas

gizi Puskesmas belum mengetahui cara memasukan data kinerja pembinaan

Page 120: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

99

gizi melalui SIGIZI. Pada dasarnya, apabila petugas gizi puskesmas turut

membantu Dinas Kesehatan untuk memasukan data maka akan meringankan

pekerjaan Dinas Kesehatan dalam hal memasukan data sehingga petugas

lebih fokus serta memiliki waktu lebih dalam mengerjakan pekerjaan lainnya.

6.5 Gambaran Output Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan

6.5.1 Produk Informasi

Produk informasi SIGIZI terdiri dari beberapa variabel atau indikator.

Hasil penelitian menunjukan bahwa masih adanya ketidak konsistenan

variabel yang diukur pada SIGIZI. Kondisi tersebut dapat menyebabkan

kekosongan data atau tidak diisinya variabel baru yang tidak diukur oleh

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Menurut WHO, konsistensi

informasi menunjukan kualitas informasi. Hal tersebut menunjukan bahwa

tidak konsistensinya informasi menunjukan informasi dinilai tidak berkualitas

(WHO, 2008). Produk informasi juga terdiri dari oleh alur pelaporan dan

umpan balik serta koordinasi pelaporan kegiatan pembinaan gizi dapat dilihat

pada bagan 6.1

Page 121: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

100

Bagan 6.1

Alur Pelaporan dan Umpan Balik serta Koordinasi Pelaporan Kegiatan

Pembinaan Gizi

Sumber: Kemenkes, 2012

Hasil penelitian menunjukan bahwa data pelaporan kinerja pembinaan

gizi di Kota Tangerang Selatan telah sesuai dengan pedoman yang

dikeluarkan oleh Direktorat Bina Gizi, Kementrian Kesehatan RI. Dalam

pedoman tersebut digambarkan bahwa pelaporan diawali dari pengambilan

data oleh posyandu. Selanjutnya, data diberikan kepada bidan desa/kelurahan.

Setelah itu, bidan desa merekap data dari posyandu-posyandu yang ada dan

memberikannya ke puskesmas. Selanjutnya, petugas gizi di puskesmas

merekap data-data yang diberikan oleh bidan desa dan memberikannya ke

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan untuk selanjutnya diinput ke Sistem

Informasi Gizi. Kendala yang terjadi pada alur pelaporan adalah masih

adanya puskesmas yang membawahi dua kelurahan sehingga bidan desa

masih merasakan beban yang terlau berat dalam melaksanakan kegiatannya.

Page 122: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

101

Posyandu biasa mengadakan kegiatan pengukuran berat badan anak

maupun data lain pada setiap awal bulan. Sedangkan pengumpulan data

dilakukan setiap akhir bulan atau pada saat rakor. Data yang diukur meliputi

usia dan jenis kelamin. Data yang diambil secara lebih spesifik digunakan

untuk pelaporan kasus gizi kurang maupun gizi buruk. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Kepala Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangsel, kasus gizi

buruk maupun gizi kurang perlu diketahui pendapatan serta pendidikan dari

orang tua sehingga para pengambil keputusan mengetahui akar permasalahan

yang melatarbelakangi terjadinya kasus gizi buruk.

Hasil penelitian menunjukan data yang mencakup usia, status sosial

ekonomi, pendapatan, pekerjaan orang tua dan wilayah hanya terdapat pada

data balita gizi buruk sedangkan data cakupan lain hanya mencakup

karakteristik wilayah. Data tersebut disesuaikan kebutuhan para pengambil

keputusan dalam memecahkan suatu masalah. Berdasarkan wawancara, kasus

gizi buruk di Kota Tangerang Selatan saat ini masih menjadi sorotan

pemerintah karena kasus tersebut masih terjadi di Kota Tangerang Selatan.

Oleh karena itu, pemerintah membutuhkan data pendukung untuk bisa

mencari akar masalah dari setiap penderita kasus gizi buruk.

Pemisahan data yang lebih lengkap juga terjadi pada tingkat posyandu

dibandingkan dengan tingkat Puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan. Di tingkat Posyandu, data dipisahkan menjadi lima

formulir yang mencakup nama hingga alamat pengunjung posyandu namun di

tingkat Puskesmas data dirangkum menjadi laporan bulanan yang hanya

mencakup angka cakupan dari berbagai kegiatan pembinaan gizi. Hal tersebut

Page 123: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

102

sesuai dengan pernyataan Sutabri yang menyebutkan bahwa manajemen

tingkat bawah membuthkan informasi lebih rinci dan detil karena informasi

tersebut digunakan untuk pengendalian operasi (Sutabri, 2005). Posyandu

membutuhkan data yang lebih detil mengenai pengunjung posyandu untuk

memantau jumlah kunjungan sehingga apabila terdapat ibu hamil atau

menyusui yang tidak mengunjungi posyandu maka posyandu akan

mengunjungi ibu tersebut di rumahnya. Berbeda dengan Dinas Kesehatan

sebagai manajer tingkat atas yang hanya membutuhkan data cakupan kegiatan

pembinaan gizi karena Dinas Kesehatan tidak melakukan kunjungan secara

langsung kepada ibu yang mengunjungi posyandu namun Dinas Kesehatan

hanya membuat program untuk peningkatan kunjungan apabila terdapat

penurunan kunjungan di Posyandu.

6.5.2 Diseminasi dan Penggunaan Informasi

Diseminasi informasi dilakukan agar informasi yang telah dihasilkan dapat

digunakan para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan. Pembuat

program gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan secara teratur dan

tanpa diminta sudah memperoleh data mengenai kinerja pembinaan gizi dari

bank data atau SIK yang berada di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Seksi Pembinaan Gizi Masyarakat, dalam pembuatan laporannya telah

membuat grafik untuk menyajikan informasi kinerja pembinaan gizi dalam

pembuatan laporan tahunannya (terlampir). Pemetaan penderita gizi kurang

dan gizi buruk juga sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan (terlampir). Menurut WHO, salah satu fungsi penting dalam sistem

Page 124: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

103

informasi kesehatan adalah untuk menghubungkan produksi sehingga data

dapat digunakan (WHO, 2008).

Berdasarkan hasil wawancara, informasi yang didapatkan juga digunakan

oleh setiap tingkat pelayanan kesehatan untuk memantau kondisi gizi di

daerahnya khususnya dalam hal keadaan gizi kurang dan gizi. Hal tersebut

sesuai dengan tujuan dari sistem informasi gizi yaitu untuk menyediakan

data dan informasi pembinaan gizi sebagai acuan untuk pemantauan dan

tindak lanjutnya (Kemenkes, 2013). Informasi gizi juga digunakan Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan untuk merencanakan alokasi sumber daya

seperti apabila terdapat keluarga gizi buruk maka akan mendapat alokasi

sumber daya dalam kegiatan yang lebih diprioritaskan. Menurut WHO,

terdapat pengaruh antara ketersediaan data dengan keputusan yang baik

(WHO, 2008).

Menurut Sutabri, terdapat tiga jenis keputusan yaitu terstruktur, semi

terstruktur dan tidak terstruktur karena disesuaikan dengan kondisi serta

hirarki manajemen yang berbeda (Sutabri, 2005). Apabila dikaitkan dengan

pengambilan keputusan di tingkat Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Posyandu

maka jenis pengambilan keputusan memiliki karakteristik yang berbeda. Jenis

keputusan yang diambil oleh Posyandu cenderung terstruktur. Dalam hal

penentuan kasus gizi buruk, posyandu hanya melihat berdasarkan data BGM

dan 2T dimana selanjutnya posyandu merujuk kasus tersebut ke Puskesmas.

Pada tingkat puskesmas, tenaga pelaksana gizi melakukan pemeriksaan

antropometri kembali untuk menentukan anak yang memiliki kasus gizi

buruk atau tidak. Keputusan tersebut tergolong terstruktur karena sudah ada

Page 125: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

104

pedoman yang tetap untuk menentukan kasus gizi buruk dan tindakan

lanjutnya. Keputusan pada tingkat Dinas Kesehatan, dalam penanganan kasus

gizi buruk tergolong tidak terstruktur karena dibutukan analisis laporan yang

diberikan pusksesmas untuk mencari penyebab dan penentuan kasus gizi

buruk sebelum laporan tersebut dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan.

Keputusan tidak terstruktur juga tercermin dari penentuan alokasi sumber

daya dan prioritas kegiatan pembinaan gizi di tingkat Dinas Kesehatan.

6.6 Gambaran Masalah dan Solusi Alternatif Sistem Informasi Gizi Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Mengacu pada kerangka penilaian HMN yang dikeluarkan oleh WHO maka

masalah serta solusi alternatif yang disediakan pada pengelolaan sistem

informasi gizi dapat dilihat pada tabel 6.1

Tabel 6.1

Masalah dan Solusi Alteratif Pengelolaan Sistem Informasi Gizi Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Masalah Solusi Alternatif

Belum adanya kebijakan resmi

mengenai pengelolaan sistem

informasi gizi di Tingkat Kota

Tangerang Selatan.

Meningkatkan komitmen dengan

cara memberikan rekomendasi

kebijakan kepada pembuat kebijakan

sehingga Walikota maupun Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan

membuat kebijakan mengenai sistem

informasi gizi di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan

Page 126: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

105

Belum adanya kapasitasi atau

pelatihan mengenai pelaksanaan

dan pengelolaan sistem informasi

gizi di Tingkat Kota Tangerang

Selatan.

Diperlukan pelatihan mengenai

pengelolaan sistem informasi gizi di

tingkat puskesmas sehingga dapat

meningkatkan kinerja puskesmas

dalam memasukan data kinerja

pembinaan gizi melalui SIGIZI.

Penyebaran buku petunjuk sebagai

pedoman pengisian sistem informasi

gizi kepada seluruh puskesmas yang

juga dapat meningkatkan kinerja

puskesmas dalam mengisi data

kinerja pembinaan gizi melalui

SIGIZI.

Pelaporan belum terjadi secara

teratur. Hal terebut dapat

dilatarbelakangi oleh beratnya

beban kerja bidan desa yang

bertugas merekap data.

Adanya penambahan petugas

kesehatan sehingga dapat

mengurangi beban kerja bidan yang

ada

Pemberian penghargaan kepada

bidan desa sehingga dapat

meningkatkan motivasi serta kinerja

bidan desa dalam bekerja.

Page 127: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

106

Belum adanya upaya

pemeliharaan baik dari segi

pendanaan maupun sumber daya

manusia

Diperlukan adanya penambahan

tenaga yang memiliki komptensi

dibidang sistem informasi sehingga

dapat membantu pemeliharaan

peralatan di tinkat Dinas Kesehatan

maupun Puskesmas.

Diperlukan anggaran khusus

pemeliharaan peralatan yang juga

ditujukan untuk peningkatkan

pemeliharaan peralatan yang

digunakan pada pelaksanaan

pengelolaan sistem informasi gizi

Pengisian data hanya dilakukan di

tingkat Dinas Kesehatan

Adanya sosialisasi pengisian SIGIZI

kepada TPG Puskesmas sehingga

TPG mengetahui tatacara pengisian

data di SIGIZI

Adanya instruksi kewajiban mengisi

SIGIZI di tingkat puskesmas

sehingga puskesmas dapat mengisi

data di SIGIZI

Penyebaran pedoman mengenai

pelaksanaan pengelolaan sistem

Page 128: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

107

informasi gizi di tingkat puskesmas.

Indikator yang berubah-ubah

pada sistem informasi gizi serta

sering terjadainya kerusakan pada

SIGIZI

Diperlukan advokasi kepada

Direktorat Bina Gizi untuk tidak

mengubah indikator secara

mendadak

Persiapan form ketika terjadi

perubahan indikator.

Penyeragaman Form pengisian

laporan kinerja pembinaan gizi.

Perbaikan sistem informasi gizi

sehingga tidak lagi terjadi

kerusakan pada SIGIZI

.

Page 129: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

108

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1.Simpulan

7.1.1.Sistem informasi gizi merupakan sistem informasi yang mempermudah

dalam pelaksanaan surveilans gizi. Sistem informasi gizi melingkupi data

puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi

dan Kementrian Kesehatan. Alur pelaporan data berawal dari posyandu,

puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, Dinas Kesehatan Provinsi

dan Kementrian Kesehatan. Data yang dilaorkan mencakup enam

indikator yaitu cakupan balita ditimbang berat badannya, cakupan

pemberian tablet Fe pada ibu hamil, cakupan pemberian Vitamin A,

cakupan pemberian ASI eksklusif, jumlah balita gizi buruk yang

mendapat perawatan dan cakupan penggunaan garam beriodium.

7.1.2.Unsur input dalam sistem informasi gizi mencakup sumber daya. Unsur

Sumber daya memiliki nilai 1, 4 yang berarti ada tetapi kurang memadai.

7.1.3.Unsur proses pada sistem informasi gizi melingkupi indikator,

manajemen data dan sumber data. Komponen indikator memiliki nilai

1,7 yang berarti ada tetapi kurang memadai, komponen manajemen data

memiliki nilai 1,8 yang berarti ada tetapi kurang memadai dan sumber

data memiliki nilai 2,7 yang berarti juga sudah memadai.

7.1.4.Output pada sistem informasi gizi yaitu produk informasi dan diseminasi

serta penggunaan informasi. Produk informasi bernilai 2,4 yang berarti

sudah memadai. Sedangkan pada diseminasi dan penggunaan informasi

bernilai 2,1 yang berarti memadai.

Page 130: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

109

7.1.5.Masalah yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan pengelolaan SIGIZI

di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan adalah tidak adanya

kebijakan tingkat daerah yang mengatur sistem informasi gizi di tingkat

Kota Tangerang Selatan sebagai pendukung kebijakan pemerintah pusat.

7.1.6.Solusi yang dapat dilakukan adalah membuat kebijakan mengenai

pelaksanaan sistem informasi gizi di tingkat Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan.

7.2.Saran

7.2.1. Bagi Kementerian Kesehatan

7.2.1.1. Membuat kebijakan sistem informasi kesehatan maupun

sistem informasi gizi yang mengatur secara komperhensif

mengenai pelaksanaan pengelolaan sistem informasi gizi.

7.2.1.2. Memastikan bahwa pedoman yang dibuat oleh Kementrian

Kesehatan tersebar tidak hanya di Tingkat Dinas Kesehatan

Provinsi namun sampai tingkat Puskesmas dengan cara

melakukan pengawasan terhadap indikator input, proses dan

output dalam pelaksanaan pengelolaan SIGIZI.

7.2.1.3. Mengadakan pelatihan mengenai pelaksanaan sistem informasi

gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

7.2.1.4. Mempertahankan kegiatan penghargaan serta meningkatkan

kuantitas maupun kualitas penghargaan kepada Dinas

Kesehatan yang mengumpulkan data secara teratur.

7.2.1.5. Melakukan penyeragaman form pengisian SIGIZI di seluruh

Indonesia.

Page 131: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

110

7.2.2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

7.2.2.1. Membuat kebijakan pelaksanaan sistem informasi gizi yang

mengatur sumber daya, indikator, manajemen data, produk

informasi dan diseminasi serta penggunaan informasi gizi.

7.2.2.2. Meningkatkan komitmen Dinas Kesehatan, DPRD maupun

Walikota untuk mensukseskan pelaporan kegiatan pembinaan

gizi kepada pemerintah pusat.

7.2.2.3. Memberikan penghargaan kepada puskesmas maupun bidan

desa yang melakukan pengumpulan data secara teratur pada

pelaksanaan surveilans gizi.

7.2.2.4. Menambah jumlah tenaga kesehatan yang akan membantu

kegiatan bidan desa dalam melakuakan bina wilayah.

7.2.2.5. Memberikan wewenang kepada petugas puskesmas untuk

memasukan data SIGIZI secara mandiri.

7.2.3. Bagi Puskesmas

7.2.3.1. Meningkatkan kinerja khususnya dalam hal memasukan data

pelaporan kinerja pembinaan gizi.

7.2.3.2. Memberikan penghargaan kepada posyandu yang memiliki

kinerja pelpoaran yang baik

7.2.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

7.2.4.1. Melakukan penelitian dengan alat penilaian yang berbeda

sehingga didapatkan sudut pandang yang berbeda dalam

penilaian sistem informasi.

7.2.4.2. Melakukan penelitian di Dinas Kesehatan lain sehingga

didapatkan kondisi dan permasalahan mengenai pelaksanaan

Page 132: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

111

pelaporan kinerja pembinaan gizi melalui sistem informasi

gizi.

Page 133: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi kedua. Jakarta: UI

Press. 2003

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2010.

Jakarta: Kementerian Kesehatan. 2010

Bank Data Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

Departemen Kesehatan RI. Sistem Kesehatan Nasional 2009. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. 2009. Artikel diakses dari

http://www.depkes.go.id/downloads/SKN%20final.pdf pada tanggal 25

April 2013

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Pelaksanaan Surveilans Gizi Dan Capaian Indikator

Kegiatan Pembinaan Gizi Di Kabupaten Bogor Tahun 2012. Materi

Review Pelaksanaan Surveilans Gizi tahun 2013

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Laporan Tahunan Gizi. Tangerang Selatan:

Seksi Gizi Dinkes Tangsel. 2012

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan. Tahun 2013. Artikel diakses dari http://dinkes-

tangsel.blogspot.com/p/tentang-dinkes.html pada 25 April 2013

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. SOP Pembinaan Wilayah. Tangerang Selatan:

Dinkes Tangsel

Kementerian Kesehatan. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Gizi Capaian

Indikator Pembinaan Gizi. Tahun 2013

Kementerian Kesehatan. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Gizi Capaian

Indikator Pembinaan Gizi. Tahun 2012a

Kementerian Kesehatan. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi. Jakarta: Kementerian

Kesehatan. 2012b

Kendall dan Kendall. Analisis dan Perancangan Sistem. Versi Bahasa Indonesia. Edisi

Kelima. Jilid 1. Jakarta: Indeks. 2007

Purwanti, Endah dan Ayubi, Dian. Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Puskesmas

Dan Karakteristik Petugas Dengan Kinerja Petugas Gizi Puskesmas Di

Kabupaten Karawang Tahun 2007. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2008

Page 134: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

Royani, Tesis. Hubungan Sistem Penghargaan Dengan Kinerja Perawat Dalam

Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah

Cilegon Banten. Juni. 2010

Sabarguna, Boy S. Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI Press. 2008

Siagian, Sondang P. Sistem Informasi Untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: P.T

Gunung Agung. 1974

Siswanto, Politik Dalam Organisasi (Suatu Tinjauan Menuju Etika Berpolitik), Jurnal

Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol 10 No. 04 Desember 2007 Halaman

159.165

Sudikno, dkk. Analisis Kinerja Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Dalam

Penanggulangan Balita Gizi Buruk. Gizi Indonesia. 2007

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: Alfabeta. 2010

Sutabri, Tata. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Andi. 2005.

Suparman. Quality assurance pelayanan gizi di puskesmas Kota bandung. Gizi

Indonesia. Tahun 2004

Putra, Sopiansyah Jaya dan Subiyakto, A’ang. Pengantar Sistem Informasi. Jakarta: UIN

Jakarta Press. 2006

Trisnantoro, Laksono. Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di Indonesia 2000-2007.

Artikel dapat diakses dari http://kebijakankesehatanindonesia.net/buku-

elektronik/434-pelaksanaan-desentralisasi-kesehatan-di-indonesia-2000-

2007.html diakses pada 16 mei 2013.

Utomo, Hardi, Kusmanto. Pengaruh Pengawasan Dan Pelayanan Terhadap Kinerja

Bagian Pemasaran (Studi Kasus Ksp Artha Prima). Jurnal Ilmiah Among

Makarti. Vol 2, No. 4. Tahun 2009

Wawan Setiawan. Tesis Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan kinerja bidan di

desa dalam Pertolongan persalinan Di kabupaten tasikmalaya. UNDIP.

2007

World Health Organization. Framework and Standards for Country Health Information

Systems. Second edition. Switzerland: World Health Organization. 2008

Page 135: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

Pedoman Wawancara untuk Staf Gizi Dinas Kesehatan Kota

Petunjuk umum wawancara :

Pelaksanaan :

Identitas Informan :

Nama :

Umur :

Jabatan :

No. Kontak :

Keterangan Wawancara :

Hari/Tanggal :

Lamanya :

Pokok Bahasan :

A. Sumber Daya

1. Personil

Siapa yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan sistem informasi

gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ?

Siapa yang menjadi tenaga pelaksana tersebut ?

Apakah tenaga pelaksana tersebut sebelumnya telah mendapatkan

pelatihan mengenai pelaksanaan sistem informasi gizi ?

Bagaimana mereka melaksanakan tugasnya?

Jelaskan bagaimana anda menjalankan tugas anda seebagai petugas

pelaporan kinerja pembinaan gizi melalui sistem informasi gizi?

2. Dana

Dari mana saja anggaran surveilans gizi berasal ?

Dialokasikan kemana saja anggaran tersebut?

1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan diwawancarai.

2. Lakukan perkenalan dua arah, baik peneliti maupun informan mulai dari nama,

umur, pendidikan, pekerjaan, jabatan.

3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara.

4. Wawancara dilakukan oleh peneliti.

5. Dalam diskusi informan bebas mengeluarkan pendapat.

6. Jelaskan bahwa tidak ada jawaban yang salah dan benar serta dijaga

kerahasiaannya, tetapi informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman,

harapan dan saran-saran yang berkaitan dengan topik wawancara.

7. Catat seluruh pembicaraan

8. Mintalah waktu lain jika informan hanya memiliki waktu yang terbatas saat itu.

Page 136: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

Berapa besar anggaran yang ditujukan untuk pelaksanaan sistem

informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ?

Apakah anggaran tersebut mencukupi untuk pelaksanaan sistem

informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ?

3. Sarana

Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam mendukung

pelaksanaan sistem informasi gizi ?

Apa saja sarana yang tersedia di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan untuk mendukung kegiatan pelaporan tersebut?

Bagaimana dengan kebutuhan dan ketersediaan terhadap sarana

dalam mendukung pengelolaan sistem informasi gizi? Apakah sudah

memenuhi kebutuhan?

Apakah terdapat pelaksanaan perawatan terhadap sarana?jika ya,

bagaiamana perawatannya?

4. Kebijakan

Apakah ada kebijakan dari pemerintah berupa regulasi mengenai

pelaporan melalui system informasi gizi? Jika ada, dalam

peraturan tingkat apa dan nomor berapa?

Apakah ada kebijakan untuk pertemuan rutin?jika ada, bagaimana

pelaksanannya?

B. Indikator

Apa saja indikator yang terdapat dalam sistem informasi gizi?

C. Sumber Data

Apa saja data yang diperlukan untuk dilaporkan melalui website sistem

informasi gizi?

Berasal dari mana data yang dikumpulkan untuk dilaporkan melalui

website sistem informasi gizi? Bagaimana cara memperoleh data dari

tempat tersebut?

Apakah ada formulir tertentu yang dijadikan sebagai acuan dalam

pengisian data yang akan dilaporkan melalui website sistem informasi

gizi?

D. Manajemen Data

1. Pengumpulan Data

Apa saja data yang diperlukan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan untuk dilaporkan melalui sistem informasi gizi?

Apakah terdapat prosedur tertulisnya?

Berasal dari mana saja data yang diperlukan untuk dilaporkan melalui

sistem informasi gizi ?

Bagaimana mekanisme pengumpulan data tersebut berlangsung ?

Page 137: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

Apakah ada kegiatan koordinasi yang dilakukan seksi gizi dengan

pihak puskesmas dalam kegiatan pelaporan kinerja pembinaan gizi

masyarakat?

Apakah ada kendala dalam pengumpulan data yang akan dilaporkan

melalui sistem informasi gizi ?

Apa saja kendala yang dihadapi oleh pihak Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dalam proses pengumpulan data yang akan

dilaporkan melalui sistem informasi gizi ?

Apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi

pada saat pengumpulan data tersebut?

2. Penyimpanan Data

Bagaimana penyimpanan data tersebut?

Dalam bentuk apa data tersebut disimpan?

3. Pengolahan dan Analisis Data

Bagaimana cara pengolahan (entri, koding dll)? Apakah ada proses

tersebut yang dilakukan di tingkat dinas kesehatan?

Bagaimana cara analisis datanya, dalam bentuk apa? Dilakukan

analisis lebih lanjut atau tidak?

Apakah Dinas Kesehatan Kota melakukan analisis? Bagaimana

melakukan analisis data di Dinas Kesehatan Kota?

Bagaimana tindak lanjut langsung dari hasil analisis terhadap hasil

informasi yang diperoleh?

E. Produk Informasi

1. Laporan Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat

Bagaimana bentuk laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat yang

dilaporkan melalui sistem informasi gizi?

Dalam laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat, apa saja data yang

terdapat dalam laporan tersebut ?

Waktu pelaporan?

F. Diseminasi dan Penggunaan Informasi

Dalam bentuk apa diseminasi informasi disebarkan?

Siapa saja yang menjadi sasaran dalam informasi ini?

Apakah informasi yang diperoleh dari system informasi gizi berpengaruh

dalam pengambilan keputusan di tingkat Dinas Kesehatan?

Informasi apa saja yang digunakan dan dibutuhkan?

Bagaimana menggunakan informasi tersebut?

Page 138: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

G. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan apa saja yang dilakukan pihak Dinas Kesehatan sebagai

langkah dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem informasi

gizi?

Apakah ada feedback dari tingkat kabupaten/kota? Jika ada, dalam

bentuk apa?

Pedoman Wawancara untuk TPG

Petunjuk umum wawancara :

Pelaksanaan :

Identitas Informan :

Nama :

Umur :

Jabatan :

No. Kontak :

Keterangan Wawancara :

Hari/Tanggal :

Lamanya :

Pokok Bahasan :

A. Sumber Daya

1. Personil

Apakah ada tenaga pelaksana yang bertanggung jawab dalam

pelaksanaan sistem informasi gizi di Puskesmas?

Siapa yang menjadi tenaga pelaksana tersebut ?

Apakah tenaga pelaksana tersebut sebelumnya telah mendapatkan

pelatihan mengenai pelaksanaan sistem informasi gizi ?

1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan diwawancarai.

2. Lakukan perkenalan dua arah, baik peneliti maupun informan mulai dari nama,

umur, pendidikan, pekerjaan, jabatan.

3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara.

4. Wawancara dilakukan oleh peneliti.

5. Dalam diskusi informan bebas mengeluarkan pendapat.

6. Jelaskan bahwa tidak ada jawaban yang salah dan benar serta dijaga

kerahasiaannya, tetapi informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman,

harapan dan saran-saran yang berkaitan dengan topik wawancara.

7. Catat seluruh pembicaraan

8. Mintalah waktu lain jika informan hanya memiliki waktu yang terbatas saat itu.

Page 139: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

Bagaimana mereka melaksanakan tugasnya?

Jelaskan bagaimana anda menjalankan tugas anda seebagai petugas

pelaporan kinerja pembinaan gizi melalui sistem informasi gizi?

2. Dana

Dari mana saja anggaran surveilans gizi berasal ?

Dialokasikan kemana saja anggaran tersebut?

Berapa besar anggaran yang ditujukan untuk pelaksanaan sistem

informasi gizi di Puskesmas ?

Apakah anggaran tersebut mencukupi untuk pelaksanaan sistem

informasi gizi di Puskesmas?

3. Sarana

Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam mendukung

pelaksanaan sistem informasi gizi ?

Apa saja sarana yang tersedia di Puskesmas untuk mendukung

kegiatan pelaporan tersebut?

Bagaimana dengan kebutuhan dan ketersediaan terhadap sarana

dalam mendukung pengelolaan sistem informasi gizi? Apakah sudah

memenuhi kebutuhan?

Apakah terdapat pelaksanaan perawatan terhadap sarana?jika ya,

bagaiamana perawatannya?

4. Kebijakan

Apakah ada kebijakan dari pemerintah berupa regulasi mengenai

pelaporan melalui system informasi gizi?

Apakah ada kebijakan untuk pertemuan rutin?jika ada, bagaimana

pelaksanannya?

B. Indikator

Apa saja indikator yang terdapat dalam sistem informasi gizi?

C. Sumber Data

Apa saja data yang diperlukan untuk dilaporkan melalui website sistem

informasi gizi?

Berasal dari mana data yang dikumpulkan untuk dilaporkan melalui

website sistem informasi gizi? Bagaimana cara memperoleh data dari

tempat tersebut?

Apakah ada formulir tertentu yang dijadikan sebagai acuan dalam

pengisian data yang akan dilaporkan melalui website sistem informasi

gizi?

Page 140: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

D. Manajemen Data

1. Pengumpulan Data

Apa saja data yang diperlukan oleh Puskesmas untuk dilaporkan

melalui sistem informasi gizi?

Apakah terdapat prosedur tertulisnya?

Berasal dari mana saja data yang diperlukan untuk dilaporkan melalui

sistem informasi gizi ?

Bagaimana mekanisme pengumpulan data tersebut berlangsung ?

Apakah ada kegiatan koordinasi yang dilakukan seksi gizi dengan

pihak puskesmas dalam kegiatan pelaporan kinerja pembinaan gizi

masyarakat?

Apakah ada kendala dalam pengumpulan data yang akan dilaporkan

melalui sistem informasi gizi ?

Apa saja kendala yang dihadapi oleh pihak Puskesmas dalam proses

pengumpulan data yang akan dilaporkan melalui sistem informasi gizi

?

Apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi

pada saat pengumpulan data tersebut?

2. Penyimpanan Data

Bagaimana penyimpanan data tersebut?

Dalam bentuk apa data tersebut disimpan?

3. Pengolahan dan Analisis Data

Bagaimana cara pengolahan (entri, koding dll)? Apakah ada proses

tersebut yng dilakukan di tingkat dinas kesehatan?

Bagaimana cara analisis datanya, dalam bentuk apa? Dilakukan

analisis lebih lanjut atau tidak?

Bagaimana tindak lanjut langsung dari hasil analisis terhadap hasil

informasi yang diperoleh?

E. Produk Informasi

1. Laporan Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat

Bagaimana bentuk laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat yang

dilaporkan melalui sistem informasi gizi?

Dalam laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat, apa saja data yang

terdapat dalam laporan tersebut ?

Dalam laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat, terdapat beberapa

cakupan indikator program gizi, apa saja yang menjadi indikator

program gizi tersebut?

Waktu pelaporan?

F. Diseminasi dan Penggunaan Informasi

Dalam bentuk apa diseminasi informasi disebarkan?

Page 141: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

Siapa saja yang menjadi sasaran dalam informasi ini?

Apakah informasi yang diperoleh dari system informasi gizi berpengaruh

dalam pengambilan keputusan di tingkat Puskesmas?

Informasi apa saja yang digunakan dan dibutuhkan?

Bagaimana menggunakan informasi tersebut?

G. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan apa saja yang dilakukan pihak Puskesmas sebagai langkah

dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem informasi gizi?

Apakah ada feedback dari tingkat kabupaten/kota? Jika ada, dalam

bentuk apa?

Pedoman Wawancara untuk Kader

Petunjuk umum wawancara :

Pelaksanaan :

Identitas Informan :

Nama :

Umur :

Jabatan :

No. Kontak :

Keterangan Wawancara :

Hari/Tanggal :

Lamanya :

Pokok Bahasan :

1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan diwawancarai.

2. Lakukan perkenalan dua arah, baik peneliti maupun informan mulai dari nama,

umur, pendidikan, pekerjaan, jabatan.

3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara.

4. Wawancara dilakukan oleh peneliti.

5. Dalam diskusi informan bebas mengeluarkan pendapat.

6. Jelaskan bahwa tidak ada jawaban yang salah dan benar serta dijaga

kerahasiaannya, tetapi informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman,

harapan dan saran-saran yang berkaitan dengan topik wawancara.

7. Catat seluruh pembicaraan

8. Mintalah waktu lain jika informan hanya memiliki waktu yang terbatas saat itu.

Page 142: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

A. Sumber Daya

1. Personil

Apakah ada tenaga pelaksana yang bertanggung jawab dalam

pelaksanaan pencatatan dan pelaporan kegiatan pembinaan gizi

masyarakat?

Siapa yang menjadi tenaga pelaksana tersebut ?

Apakah tenaga pelaksana tersebut sebelumnya telah mendapatkan

pelatihan mengenai pelaksanaan sistem informasi gizi ?

Bagaimana mereka melaksanakan tugasnya?

Jelaskan bagaimana anda menjalankan tugas anda seebagai petugas

pelaporan kinerja pembinaan gizi melalui sistem informasi gizi?

2. Sarana

Apa saja sarana yang dibutuhkan dalam mendukung pelaksanaan dan

pelaporan kegiatan pembinaan gizi masyarakat di Posyandu?

Apa saja sarana yang tersedia di Posyandu untuk mendukung kegiatan

tersebut?

Bagaimana dengan kebutuhan dan ketersediaan terhadap sarana

dalam mendukung pengelolaan sistem informasi gizi? Apakah sudah

memenuhi kebutuhan?

B. Indikator

Apa saja yang harus dilaporkan ke tingkat puskesmas?

C. Sumber Data

Apa saja data yang diperlukan untuk dilaporkan?

Berasal dari mana data yang dikumpulkan tersebut?

Apakah ada formulir tertentu yang dijadikan sebagai acuan dalam

pengisian data yang akan dilaporkan?

D. Manajemen Data

1. Pengumpulan Data

Apa saja data yang diperlukan oleh Kader untuk dilaporkan kepada

TPG?

Kegiatan apa saja yang dilakukan kader untuk mendapatkan data

tersebut?

Bagaimana mekanisme pengumpulan data tersebut berlangsung ?

Apakah ada kendala dalam pengumpulan data yang akan dilaporkan

kepada TPG ?

Apa saja kendala yang dihadapi oleh kader dalam proses

pengumpulan data yang akan dilaporkan kepada TPG?

Apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi

pada saat pengumpulan data tersebut?

Page 143: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

2. Penyimpanan Data

Bagaimana penyimpanan data tersebut?

Dalam bentuk apa data tersebut disimpan?

3. Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat

Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh kader dalam rangka kegiatan

pembinaan gizi masyarakat di posyandu?

E. Produk Informasi

1. Laporan Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat

Bagaimana bentuk laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat yang

dilaporkan kepada TPG?

Dalam laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat, apa saja data yang

terdapat dalam laporan tersebut ?

Waktu pelaporan?

F. Diseminasi dan Penggunaan Informasi

Dalam bentuk apa informasi disebarkan?

Siapa saja yang menjadi sasaran dalam informasi ini?

Apakah informasi yang diperoleh berpengaruh dalam pengambilan

keputusan di tingkat posyandu?

Informasi apa saja yang digunakan dan dibutuhkan?

Bagaimana menggunakan informasi tersebut?

PANDUAN OBSERVASI

KOMPONEN SUMBER DAYA (SARANA)

Bag/Sub.Bag : ...........................................................

JENIS

BARANG

TIDAK ADA ADA KENDALA

JUMLAH JENIS/SPESIFIKASI

KOMPUTER

SOFTWARE

FORMULIR

LAINNYA

Page 144: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

Alat Penilaian Sistem Informasi Gizi Berdasarkan Alat Penilaian Health Metric Network (WHO) Yang Disesuaikan

Penilaian Sumber Daya : Kebijakan dan Koordinasi

Item Sangat Memadai Memadai Ada tetapi kurang

memadai

Tidak adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Dinas Kesehatan

Kabupaten/kota memiliki

regulasi yang up-to-date berisi

kerangka kerja untuk sistem

informasi gizi

Regulasi

mencakup seluruh

aspek yang ada

(pencatatan vital,

penyakit yang

harus dilaporkan,

data swasta,

kerahasiaan dan

prinsip dasar

statistik) dan

bersifat memaksa

Regulasi

mencakup

beberapa

aspek

yang ada

dan

bersifat

memaksa

Regulasi ada tetapi

tidak memaksa

Tidak ada

regulasi

2 Ada kegiatan rutin untuk

pemantauan kinerja sistem

informasi gizi dari berbagai

subsistem, mulai dari dinas

kesehatan sampai ke puskesmas

Ya, dan diadakan

secara teratur

Ya, tapi

jarang

digunakan

Ya, tetapi tidak

pernah digunakan

Tidak ada

3 Terdapat kebijakan resmi untuk

melakukan pertemuan di tingkat

daerah dan kecamatan untuk

meninjau pelaksanaan sistem

informasi gizi

Ya, peraturan ada

dan

diimplementasikan

Ada, tetapi

pertemuan

tidak

dilakukan

secara

Kebijakan ada,

tetapi tidak

diimplementasikan,

tidak ada kebijakan

tetapi ada

Tidak ada

kebijakan

Page 145: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

teratur pertemuan

Total Skor Rata-rata

Penilaian Sumber Daya : Dana dan Tenaga Pelaksana

Item Sangat

Memadai

Memadai Ada tetapi kurang

memadai

Tidak adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Ada sebuah unit fungsional, yang

bertanggung jawab untuk administrasi

sistem informasi gizi, manajemen,

analisis, diseminasi dan penggunaan

informasi di tingkat daerah

Unit

berfungsi

dnegan

sumber

daya yang

cukup

Unit

berfungsi

tetapi

sumber

daya

kurang

Unit memiliki

fungsi yang

sangat terbatas

dalam kapasitas

dan kegiatan

Tidak ada unit

fungsional

2 Ada aktivitas kapasitasi tenaga di

tingkat kabupaten/kota dan puskesmas

Kapasitas

cukup yang

telah

dilakukan

sebagai

bagian

perencanaan

pemerintah

dalam

pengemban

gan SDM

Kapasitas

cukup

yang telah

dilakukan

namun

tergantung

dukungan

pihak

eksternal

Kapasitasi

terbatas

Tidak ada

kapasitasi

3 Ada anggaran khusus dalam anggaran

daerah yang diperuntukkan untuk

pelaksanaan sistem informasi gizi

Ya, terdapat

dana alokasi

untuk

Dana

alokasi

terbatas

Dana alokasi

terbatas dan tidak

cukup

Tidak ada dana

Page 146: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

mendukung

secara kuat

dalam

berfungsiny

a sistem

namun

cukup

untuk

mendukun

g

berfungsin

ya sistem

mendukung

dalam

berfungsinya

sistem

Total Skor Rata-rata

Penilaian Sumber Daya: Sarana

Item

Sangat

Memadai

Memadai Ada tetapi

kurang memadai

Tidak adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Formulir, kertas, pensil dan

perlengkapan lainnya yang

dibutuhkan untuk mencatat

kinerja pembinaan gizi

masyarakat dan informasi yang

tersedia

Ya, Formulir,

kertas, pensil

dan

perlengkapan

lainnya selalu

tersedia untuk

mencatat

kinerja

pembinaan

gizi

masyarakat

Kadang stok

tidak tersedia

tetapi tidak

berpengaruh

pada kegiatan

Kadang stok

tidak tersedia dan

berpengaruh

terhadap kegiatan

Tidak

mempunyai

sarana

2 Tersedianya komputer di

tingkat dinas kesehatan kota

dan puskesmas untuk

pelaksanaan sistem informasi

gizi

Ya, tersedia

komputer di

dinkes dan

puskesmas

untuk tujuan

Tersedia lebih

dari 50%

untuk tujuan

tersebut

Hanya tersedia di

dinas kesehatan

kota

Tidak ada

komputer untuk

tujuan tersebut

Page 147: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

tersebut

3 Peralatan TI (telpon, koneksi

internet dan e-mail ) tersedia di

dinas kesehatan kabupaten/kota

dan puskesmas untuk

pelaksanaan sistem informasi

gizi

Ya, terdapat

peralatan TI di

dinas

kesehatan

kabupaten/kota

dan seluruh

puskesmas

untuk

pelaksanaan SI

gizi

Ya, terdapat

peralatan TI di

dinas

kesehatan

kabupaten/kota

dan 50%

puskesmas

untuk

pelaksanaan SI

gizi

Ya, terdapat

peralatan TI di

dinas kesehatan

kabupaten/kota

dan kurang dari

50% untuk

pelaksanaan SI

gizi

Tidak ada bsis

ICT di

puskesmas dan

hanya di dinas

kesehatan

kabupaten/kota

4 Dukungan untuk pemeliharaan

peralatan ICT tersedia di

tingkat dinas kesehatan

kabupaten/kota dan puskesmas

Ya, terdapat

dukungan

pemeliharaan

di dinas

kesehatan dan

seluruh

puskesmas

Ya, terdapat

dukungan

pemeliharaan

di dinas

kesehatan dan

50%

puskesmas

Ya, terdapat

dukungan

pemeliharaan di

dinas kesehatan

dan kurang dari

50% puskesmas

Terdapat hanya

di tingkat dinas

kesehatan

kabupaten/kota

Total Skor Rata-rata

Penilaian Indikator Sistem Informasi Gizi

Item

Sangat

Memadai

Memadai Ada tetapi

kurang memadai

Tidak adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Indikator inti minimum Nasional

telah diidentifikasi untuk tingkat

daerah, meliputi semua kategori

Ya, Indikator

inti

minimum

Indikator inti

minimum

Nasional

Sedang

dilakukan

diskusi untuk

Tidak ada

proses inisiasi

dan tidak ada

Page 148: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

indikator kinerja pembinaan gizi Nasional

telah

diidentifikasi

untuk tingkat

daerah,

meliputi

semua

kategori

indikator

kinerja

pembinaan

gizi

telah

diidentifikasi

untuk tingkat

daerah, tidak

meliputi

semua

kategori

indikator

kinerja

pembinaan

gizi

mengidentifikasi

indikator inti

identifikasi

data

2 Indikator yang terdapat dalam

sistem informasi gizi mengacu

pada indikator MDG’s (Millenium

Development Goals)

Ya, semua

indikator

mengacu

pada MDG

Tidak semua

namun 50%

sudah

termasuk

dalam MDG

Kurang dari

50% termasuk

dalam MDG

Tidak ada

kesesuian

indikator

dengan MDG

3 Pelaporan indikator terjadi secara

teratur

Pelaporan

secara

regular

Pelaporan

tidak regular

tapi komplit

atau

pelaporan

regular tapi

tidak komplit

Pelaporan tidak

regular dan tidak

komplit

Pelaporan

terbatas

Total Skor Rata-rata

Penilaian Sumber Data: Surveilans Gizi

Item

Sangat

Memadai

Memadai Ada tetapi

kurang memadai

Tidak

adekuat sama

Skor

Page 149: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

sekali

3 2 1 0

1 Terdapat surveilans yang

representatif dalam mengukur

kegiatan pembinaan gizi

Ya Tidak

2 Terdapat surveilans yang

representatif dalam perkiraan

mengenai kematian akibat gizi

buruk.

90% or more

70-89%

50-69% Less than

50%

3 Ada pertemuan dan rencana tahunan

untuk mengkoordinasikan waktu,

variabel yang diukur dari daerah

Ya, terdapat

mekanisme

dan

perencanaan

koordinasi

untuk seluruh

indikator gizi

Koordinasi

dan rencana

koordinasi

jangka

panjang

untuk

,mengkoord

inasikan

beberapa

indikator

Terdapat

rencana tetapi

tidak komplit

dan atau grup

koordinasi tetapi

tidak efektif

Tidak ada

grup

koordinasi

dan tidak ada

rencana

jangka

panjang

Total Skor Rata-rata

Penilaian Manajemen Data

Item

Sangat Memadai Memadai Ada tetapi kurang

memadai

Tidak adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Ada seperangkat prosedur Ya, tertulis Ya, Ya, tertulis Tidak adan

Page 150: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

tertulis untuk pengelolaan data

termasuk pengumpulan data,

penyimpanan, dan analisis

prosedur

melingkupi

semua langkah

dalam

manajemen data

dan

implementasi

tertulis

seperangk

at

prosedur

manajeme

n data,

tetapi

hanya

sebagaian

diimpleme

ntasi

prosedur

manajemen tetapi

tidak

diimplementasikan

prosedur tertulis

2 Unit sistem informasi gizi di

tingkat kabupaten menjalankan

data yang terintegrasi yang

berisi data dari seluruh

populasi dan sumber data dan

memiliki utilitas yang user-

friendly yaitu pelaporan dapat

diakses

kepada khalayak berbagai

pengguna

Ya, terdapat data

yang dapat

diakses oleh

seluruh

pemerintahan

terkait dan

partner lain

Ya,

terdapat

data pada

tingkat

nasional

kesehatan

namun

kegunaan

pelaporan

terbatas

Ya, terdapat data

pada tingkat

nasional namun

tidak ada kegunaan

pelaporan

Tidak ada data

tersedia

3 Pada tingkat daerah, ada

gudang data yang setara

dengan Nasional dan memiliki

utilitas pelaporan yang dapat

diakses untuk berbagai

pengguna

Ya, terdapat

gudang data

pada tingkat

wilayah yang

dapat diakses

semua kalangan

termasuk

pengguna pada

puskesmas

Ya,

terdapat

data

nasional

tetapi

kegunaan

terbatas

Ya, terdapat data

pada tingkat

nasional tetapi

tidak ada kegunaan

Tidak ada data

tersedia

Page 151: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

4 Terdapat kamus yang

menyediakan definisi yang

komprehensif tentang data.

Definisi ini meliputi informasi

di bidang-bidang berikut: (1)

penggunaan data dalam

indikator; (2) spesifikasi

metode pengumpulan yang

digunakan; (3) periodisitas

Ya, terdapat

kamus dengan

tiga kegunaan

Ya,

terdapat

kamus

dengan

dua

kegunaan

Ya, terdapat kamus

dengan satu

kegunaan

Tidak ada kamus

5 Kode pengenal khusus tersedia

untuk kabupaten untuk

memfasilitasi penggabungan

dari beberapa database dari

sumber yang berbeda

Terdapat kode

khusus yang

digunakan untuk

database yang

berbeda atau

terdapat tabel

untuk

menggabungkan

Terdapat

kode yang

digunakan

untuk

database

berbeda

dan kerja

dibutuhka

n untuk

harmonisa

si melalui

database

atau

membuat

tabel yang

menghubu

ngkan

untuk

menggabu

ng data

Terdapat kode

tetapi tidak cocok

diantara database

yang berbeda

Tidak tersedia

Page 152: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

Total Skor Rata-rata

Penilaian Produk Informasi: Kualitas Data

Item

Sangat

Memadai

Memadai Ada tetapi kurang

memadai

Tidak adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Secara sistematis ditinjau pada

setiap tingkat untuk kelengkapan

dan konsistensi terhadap data

yang dilaporkan melalui sistem

informasi gizi. Untuk

menghitung cakupan, dapat

diandalkan perkiraan populasi

yang tersedia

Tidak ada

perbedaan

secara besar

dalam

konsistensi dan

Beberapa

perbedaan

konsistensi

Banyak perbedaan

Tidak dapat

digunakan

2 Dilaporkan setiap bulan Ya, pada semua

tingkatan

Tidak

semua

tingkatan

melapor

setiap bulan

Tidak dilaporkan Tidak

dilaporkan

3 Beberapa kali diukur dalam satu

bulan

Ya Tidak

5 Data cakupan yang paling baru

menjadi dasar perkiraan

Berdasar

populasi

Sampel Lokal studi Tidak dapat

digunakan

6 Estimasi data dipisahkan oleh:

(1) karakteristik demografis

(misalnya, usia); (2) status sosial

ekonomi (misalnya, pendapatan,

pekerjaan, pendidikan); dan (3)

Ketiga criteria Dua criteria Satu criteria Tidak dapat

digunakan

Page 153: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

wilayah (misalnya, urban/rural,

utama geografis atau wilayah

administratif)

Total Skor Rata-rata

Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Informasi: Kebutuhan dan Analisis

Item

Sangat

Memadai

Memadai Ada tetapi kurang

memadai

Tidak adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Pembuat program gizi di dinas

kesehatan meminta data secara

lengkap, tepat waktu, akurat,

relevan memperoleh informasi

gizi

Ya Ya, tetapi

tidak

mempunyai

skil untuk

penilaian

Permintaan dari

pembuat program

secara khusus

untuk maksud

tertentu seperti

politis dan media

Permintaan tidak

berarti

2 Grafik digunakan untuk

menampilkan informasi yang

uptodate dan mudah dipahami di

dinas kesehatan kabupaten/kota

dan puskesmas

Ya, dinas

kesehatan dan

semua

puskesmas

Ya di dinas

kesehatan

tetapi tidak

semua

puskesmas

Hanya di dinas

kesehatan

Tidak ada grafik

3 Peta digunakan untuk untuk

menampilkan informasi yang

uptodate dan mudah dipahami di

dinas kesehatan kabupaten/kota

Ya, dinas

kesehatan dan

semua

puskesmas

Ya di dinas

kesehatan

tetapi tidak

semua

puskesmas

Hanya di dinas

kesehatan

Tidak ada grafik

Total Skor Rata-rata

Page 154: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Infomasi: Advokasi, implementasi dan Aksi

Item

Sangat

Memadai

Memadai Ada tetapi kurang

memadai

Tidak adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Dinas kesehatan menggunakan

informasi gizi untuk manajemen

pelayanan kesehatan, monitoring

dan evaluasi secara periodik

Informasi

kesehatan

digunakan oleh

semua

pimpinan

semua tingkat

untuk

manajemen

pelkes,

monitoring dan

evaluasi

periodic

Informasi

kesehatan

digunakan

oleh dinas

kesehatan

tidak pada

tingkat

puskesmas

Semua keputusan

terpusat pada

tingkat dinas

kesehatan

Tidak digunakan

2 Informasi gizi ini digunakan untuk

mengadvokasi adopsi perilaku

berisiko rendah oleh kelompok

rentan

Indikator

digunakan

secara

sistematis dan

disesuaikan

untuk kelompok

beresiko dan

rentan

Beberapa

indikator

secara

teratur

digunakan

tetapi tidak

disesuaikan

untu

kelompok

rentan

Hanya digunakan

untuk keperluan

khusus

Tidak digunakan

Total Skor Rata-rata

Page 155: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN

Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Infomasi: Perencanaan, Pengaturan Prioritas,Alokasi Sumber Daya

Item

Sangat

Memadai

Memadai Ada tetapi kurang

memadai

Tidak adekuat

sama sekali

Skor

3 2 1 0

1 Terdapat informasi yang terbukti

digunakan dalam perencanaan

dan proses alokasi sumber daya

(misalnya, untuk rencana tahunan

pembangunan yang terpadu,

jangka menengah, kerangka

pengeluaran rencana strategis

jangka panjang )

Ya, secara

sistematis

digunakan

dengan metode

dan target

sesuai diantara

kerangka

perencanan

yang berbeda

Kadang

digunakan

untuk tujuan

diagnostic untuk

menggambarkan

masalah atau

tantangan

kesehatan, tetapi

tidak sesuai

digunakan

untuk kerangka

perencanaan

yang berbeda

Informasi kesehatan

kadang digunakan

Tidak pernah

digunakan

2 Informasi secara luas digunakan

oleh dinas kesehatan untuk

mengatur alokasi sumber daya

dalam proses anggaran tahunan

Proposal

keuangan

dibuat

berdasarkan

informasi

Beberapa target

atau beberapa

proposal dibuat

berdasar

informasi

Sedikit target atau

beberapa proposal

dibuat berdasar

informasi

Tidak ada target

maupun proposal

dibuat berdasar

informasi

Total Skor Rata-rata

Page 156: ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN · PDF file · 2015-02-04ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI. GIZI. DI DINAS KESEHATAN. KOTA TANGERANG SELATAN